Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

Konsistensi Penyelenggaraan RRI dan TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik

Atie Rachmiatie

ABSTRACT

Broadcasting Act No. 32/2002 has transformed Radio Republik (RRI) and Televisi Republik Indonesia (TVRI) from a state-owned-body to public-broadcasting-service. This research aimed to investigate the impacts experienced by those two organizations concerning their philosophies, role, functions, and its implementation on operational levels. Utilizing case studies in West Java and South Sulawesi (Makasar), it is found that broadcasting dynamics in both area are highly dynamic. On the level of normative, both are consistent enough. But on the level of empirical implementation, there were still many obstacles. Although institutional structure relatively proportional, this research found that local autonomy spirit is rarely

Kata kunci: RRI, TVRI, lembaga penyiaran publik, semangat otonomi daerah

1. Pendahuluan “menyeragamkan” pemikiran, sikap, dan suatu “budaya” bangsa Indonesia. Hal ini jelas, menjadi 1.1 Latar Belakang kondisi yang tidak sehat manakala realitasnya kita Istilah radio atau televisi publik dikenal secara ada pada kemajemukan agama, etnik, bahasa, dan formal sejak tahun 2002 melalui Undang-Undang budaya secara luas. Penyiaran nomor 32/2002. Produk hukum ini Kebijakan pemerintah tahun 80-an dengan merupakan pencerminan dari sistem politik dan membuka ‘kran’ televisi swasta memasuki Indone- pemerintahan di Indonesia. Diketahui bahwa dalam sia, ternyata sangat rentan menghapus tradisi, pola era Orde Baru, posisi media harus mendukung dan pikir, sikap, dan perilaku masyarakat yang selama digunakan untuk kepentingan pemerintah dan ini dimiliki bangsa Indonesia. Betapa cepat TV-TV sekelompok partai yang sedang berkuasa. TVRI swasta melakukan perubahan tersebut. Sebagian dan RRI sebagai milik negara dipersepsikan hanya besar masyarakat sudah menyadari, bahkan milik pemerintah. Padahal, negara bukan hanya ‘berteriak’ tidak rela, melihat perubahan, terutama pemerintah, tapi termasuk legislatif, yudikatif, dan pada generasi muda yang kehilangan identitas masyarakat sebagai warga negara yang punya hak budaya (jati diri)-nya. Namun, suara “silent atas pelayanan dan diperhatikan kepentingannya. mayority” ini seolah hanya angin sayup-sayup Ketika itu, sebagai “pemain tunggal” dalam yang tidak mendapat respons dari pelaku penyebaran informasi, TVRI dan RRI telah berhasil penyiaran.

Atie Rachmiatie. Konsistensi Penyelenggaraan RRI dan TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik 281 Salah satu harapan masyarakat yang prihatin secara kelembagaan (SDM, dana, fungsi) dengan kekuasaan kapitalis yang menciptakan termasuk menyamakan persepsi di kalangan hedonisme dan konsumsi tingkat tinggi ini, ada eksekutif, legislatif, baik secara horisontal pada TV dan radio publik.Terdapat celah kosong maupun vertikal (pusat, provinsi, maupun kebutuhan publik akan informasi yang bermanfaat kota/kabupaten) dan bisa digunakan untuk menjalankan kehidupan (2) Kemajemukan budaya sebagai potensi sehari-harinya. (kekayaan) bangsa yang tidak diakomodir “Ruh” radio dan televisi publik jelas tampak dengan akurat (berdasarkan riset) oleh dalam UU 32/2002 tentang pengertian Lembaga lembaga penyiaran publik di masing-masing Penyiaran Publik (LPP), adalah dimiliki oleh badan daerah. hukum negara, bersifat independen, netral, tidak (3) Perbedaan persepsi dan “menerjemahkan” komersial dan berfungsi memberikan layanan konsep arah, tujuan, peran, dan fungsi dalam untuk kepentingan masyarakat. Dengan demikian, sistem penyiaran di Indonesia masih tampak; keberadaan media publik, baik di tingkat pusat terutama pada elit politik dan penguasa yang maupun daerah, semangatnya tidak untuk menggunakan media publik untuk menjalankan digunakan untuk kepentingan pejabat pemerintah, kepentingannya. tapi, sekali lagi, harus mengabdi pada kepentingan (4) Profesionalisme dan komitmen SDM di masyarakat.Walaupun secara psikologis dan dalam lembaga penyiaran publik yang belum kuat sebuah alur sistem merupakan hal yang utopis; karena berbagai faktor yang namun bukan berarti karakter radio dan TV publik melatarbelakanginya. seperti di atas tidak dapat direalisasikan. (5) Aturan/regulasi yang belum mapan, belum Walaupun terdapat sejumlah hambatan dan berpihak pada kepentingan publik, serta kerumitan permasalahan yang dihadapi oleh RRI kebijakan internal yang belum mendukung dan TVRI sebagai lembaga penyiaran publik, penyelenggaraan media publik secara ideal. kiranya jika mencoba mengurai ‘benang kusut,” Berdasarkan pemaparan di atas, maka masalah maka masalah yang diidentifikasi di antaranya: yang perlu dikaji dirumuskan sebagai berikut: Pertama, terkait dengan sistem penyiaran secara “Sejauhmana konsistensi RRI dan TVRI makro dan mikro; makro terkait dengan sistem dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai politik, sistem ekonomi, dan sistem kenegaraan lembaga penyiaran publik (Kasus RRI dan TVRI di lainny; sedangkan mikro, terkait secara internal Jabar dan Makasar)?” kelembagaan dalam penyelenggaraan lembaga penyiaran seperti masalah SDM, masalah aturan 1.2 Identifikasi Masalah atau regulasi, serta kebijakan, masalah pendanaan, masalah teknis, program, dan isi siaran. Kedua, (1) Bagaimana posisi atau kedudukan LPP dalam semua aspek internal dan eksternal satu sama lain menjembatani kepentingan saling memengaruhi, di mana muaranya pada per- publik dengan pemerintah ? formance content dan citra dari lembaga penyiaran (2) Bagaimana dukungan aturan atau regulasi tersebut berdasarkan isi dan penyajian siaran yang penyelenggaraan LPP yang terkait dengan disuguhkan kepada khalayak. peran dan fungsinya? Secara umum, permasalahan yang dihadapi (3) Bagaimana profil program dan acara RRI dan oleh radio dan televisi publik, baik dalam konteks TVRI setelah perubahan status menjadi nasional, regional, maupun lokal, di antaranya LPP ? sebagai berikut. (4) Faktor-faktor apa yang menjadi penghambat dalam penyelenggaraan lembaga (1) Perubahan struktur kelembagaan penyiaran penyiaran publik? publik, belum diikuti dengan perubahan lain

282 MEDIATOR, Vol. 7 No.2 Desember 2006 Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

1.3 Tujuan Pembahasan 2. Tinjauan Teoretis (1) Untuk memperoleh kajian tentang Posisi atau 2.1 Konsep dan Karakteristik Media kedudukan LPP dalam menjembatani Penyiaran Publik antara kepentingan publik dengan pemerintah. (2) Untuk memperoleh data dan informasi tentang Penyiaran publik adalah penyiaran yang dukungan aturan atau regulasi dimiliki publik, yakni negara, pemerintah, atau penyelenggaraan LPP yang terkait dengan organisasi publik sebagai tandingan dari peran dan fungsinya. kepemilikan swasta. Penyiaran ini di dalamnya (3) Untuk mengetahui tentang profil program dan mengandung ‘layanan publik’ berupa acara RRI dan TVRI setelah perubahan status penyebarluasan program kepentingan dan minat menjadi LPP. publik, seperti pendidikan, budaya, atau informasi (4) Untuk mengetahui tentang faktor-faktor apa yang membantu masyarakat dalam kehidupan yang menjadi penghambat dalam sehari-hari (Asia-Pacific Broadcasting Union, penyelenggaraan lembaga penyiaran publik. 1999). Konsep yang digunakan adalah, media audience as public bukan berarti sebagai 1.4 Metode Penelitian konsumen. Khalayak sebagai warga negara harus di reform, dididik, diberitahu, dan tentu dihibur. Metode penelitian yang digunakan adalah Pendeknya; “dilayani” kiranya memungkinkan metode kualitatif dengan jenis penelitian studi mereka untuk menampilkan hak dan tugasnya kasus, oleh karena wilayah Jawa Barat () secara demokratis. Dalam konteks ini penyiaran dan Sulawesi Selatan (Makasar) merupakan tidak berkepentingan dengan hedonisme wilayah yang memiliki dinamika penyiaran yang konsumen (penyiaran komersial). tinggi. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui Berbeda dengan TV swasta, konsep ketika wawancara mendalam pada informan key, yaitu: memandang khalayak adalah, audience as market. (1) Kepala Stasiun RRI Bandung; (2) Kepala Media komersial mentransfer informasi yang Stasiun TVRI Jawa Barat; (3) Kepala Stasiun RRI bermakna kepada warga negara hanya sebagai Makasar; (4) Kepala Stasiun TVRI Makasar kepentingan pendukung. Tujuan utamanya

1. Perbedaan Filosofis Lembaga Penyiaran Pemerintah dan LPP

Lembaga Penyiaran Pemerintah Lembaga Penyiaran Publik (LPP)

(1) Fungsinya cenderung “voice of (1) Fungsinya menyuarakan kepentingan government”…..efek analisis…. program publik (need assessment public). mengangkat citra yang berkuasa (2) Idealnya informasi tentang pembangunan (2) Informasi tentang visi dan misi pemerintah, direncanakan pemerintah dan masyarakat; sehingga masyarakat paham dan mendukung; isu muncul dari rakyat “bottom up.” alurnya “top down” (3) Efektif ketika pemerintah memberikan (3) Dalam konteks kehumasan lembaga penyiaran kesempatan masyarakat mulai dari grass root, menyampaikan visi, misi, dan kebijakan untuk mengangkat dan membahas isu lalu Pemerintah. publik menginterpretasikan sesuai dengan visi dan misi pemerintah yang terkait.

Atie Rachmiatie. Konsistensi Penyelenggaraan RRI dan TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik 283 2. Perbedaan Lembaga Penyiaran Publik dan Komersial

Lembaga Penyiaran Publik Lembaga Penyiaran Komersial

Ide awal publik atau warga negara punya hak & (1) Nafas atau ‘semangat’nya untuk tujuan kebutuhan program “lebih bermanfaat”, seperti: komersial/keuntungan finansial (2) Memiliki keyakinan bahwa penonton suka (1) program pendidikan yang instruksional hiburan, film, musik, drama, kuis-kuis & (2) program tentang kedalaman & keteguhan program yang gemerlap dengan selebriti dan agama serta budi pekerti hadiah (3) program budaya & tradisi serta kearifan lokal (3) Lebih mendahulukan aspek hiburan dan (4) program yang membuka diskusi dengan komersial argumen yang baik dan pencarian solusi (4) Program pelayanan publik biasanya hanya (5) program untuk meningkatkan apresiasi 10% dari keseluruhan program terhadap kemajemukan,dll

membuat konsumen sadar tentang produk dan jasa daerah terpencil/blank spot. dan mengikat perhatian mereka dengan program (b) Dana publik: menggunakan dana pemerintah hiburan. Komunikasi ini efektif selama audiens dalam bentuk APBN (tingkat nasional) dan memberi perhatian kepadanya tanpa menghiraukan APBD (tingkat daerah). pengaruhnya sebagai warga negara. Pembedaan (c) Akuntabilitas publik: mempertanggung antara audience as public (citizen) dan audiens as jawabkan program dengan ukuran moral dan market (consumers) penting untuk penyiaran yang tata nilai publik (moral accountability); akan berkiprah di pelayanan publik. mempertanggungjawabkan keuangan (finan- cial accountability) 2.2 Karakter Lembaga Penyiaran Publik d) Keterlibatan publik: ada kerjasama seluas- Berdasarkan perbedaan di atas, maka lembaga luasnya dengan berbagai kelompok di penyiaran publik memiliki karekteristik yang khas, masyarakat, mengundang serta menyambut di antaranya. keterlibatan publik. (a) Punya visi untuk memperbaiki kualitas 2.3 Peran-peran LPP: Harapan kehidupan publik, bangsa, dan hubungan antarbangsa dan Realitas (b) Punya misi untuk menjadi forum diskusi, Secara eksplisit, dalam UU 32/2002 artikulasi, dan pelayanan kebutuhan publik dikemukakan bahwa asas penyiaran, yaitu manfaat, (c) Ada pengakuan signifikan terhadap adil dan merata, kepastian hukum, keamanan, pengawasan dan evaluasi oleh publik sebagai keberagaman, kemitraan, etika, kemandirian, khalayak dan partisipan yang aktif. kebebasan dan tanggung jawab. Kemudian, tujuan Sebagai konsekuensi dari sebuah LPP dan ia penyiaran di Indonesia adalah untuk berbeda dengan lembaga penyiaran swasta atau memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak komunitas, terdapat indikator yang khas, di dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, antaranya: mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan (a) Akses publik: didirikan tidak hanya kesejahteraan umum, dalam rangka membangun berdasarkan potensi ekonomi, namun dengan masyarakat yang mandiri. pertimbangan pemerataan informasi; misalkan Asas dan tujuan ini tidak hanya berlaku untuk

284 MEDIATOR, Vol. 7 No.2 Desember 2006 Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

radio dan televisi publik, namun berlaku juga untuk Pemerintah secara ideal berperan sebagai semua bentuk penyiaran, termasuk radio dan fasilitator, policy, dan pengawasan terhadap peran televisi swasta. Di sisi lain, asas dan tujuan di atas komunikasi dan informasi. memang perlu penjabaran untuk bisa diaplikasikan, Selain itu, yang juga sangat penting, adalah karena dianggap merupakan konsep yang bersifat memberikan kesejahteraan terhadap warganya. abstrak. Untuk itu diperlukan suatu pemahaman, Namun, pada saat ini negara tidak bisa memberikan kesepakatan dan komitmen dari semua pelaku jaminan harapan kepada rakyat (rakyat tidak penyiaran untuk bisa mewujudkannya. merasakan perlindungan dari pemerintah). Untuk Michael P McCauley (2003) optimis bahwa itu, diperlukan kesamaan persepsi dan komitmen peran media radio dan televisi cukup tinggi untuk atas tujuan bernegara bagi semua pihak yang dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam sistem diakselerasi melalui komunikasi, informasi, dan politik yang demokratis. Ada tiga peran radio dan media massa. Kecenderungan lain, pada saat ini televisi untuk mendekatkan gap yang bisa ada pergeseran kekuasaan eksekutif, dari yang menguntungkan atau tidak yang dilakukan oleh politik “powerfull” menjadi lebih terbagi dan t ampak ada ekonomi bangsa, yaitu (1) usaha untuk menjamin dominasi kekuasaan legislatif. Konsekuensinya informasi tentang agenda politik, dalam tingkat dan pada isi media massa, cenderung pada saat ini bentuk yang tepat dan merefleksikan secara akurat banyak media yang tidak peduli lagi terhadap dalam bentuk pengetahuan yang baik, mudah dan kegiatan pemerintah dan lebih banyak universal diterima semua warga negara; (2) usaha mengekspos kegiatan masyarakat yang tidak untuk menolong warga negara untuk berpartisipasi proporsional. dengan cara yang tepat dalam diskusi politik; (3) Berikut ini gambaran tentang konsistensi RRI usaha untuk menjamin warga negara memengaruhi dan TVRI dalam penyelenggaraannya sebagai selektivitas subjek informasi yang tersedia. lembaga penyiaran publik. Public Service Broadcasting di Inggris menekankan empat area yang harus dimiliki oleh 3.1 Kasus RRI Makasar sebuah lembaga penyiaran publik yaitu: (1) kualitas Posisi atau kedudukan RRI dalam program; (2) nilai-nilai sosia;. (3) keragaman pro- menjembatani antara kepentingan publik dengan gram; (4) kisaran dan keseimbangan program. pemerintah, bagi RRI Sulawesi Selatan atau Maka itu, kunci program pelayanan informasi Makasar sudah dijalankan sejak dulu. Namun publik untuk radio dan televisi publik areanya dengan perubahan kelembagaan, maka fungsi adalah : pendidikan, peliputan politik, berita, seni, kepentingan publik mendapat porsi yang lebih keagamaan, dan representasi dari berbagai besar. Sebagai contoh, kebijakan pemerintah di kelompok sosial (Bignell & Orlebar, 2005 :14). bidang ekonomi, kesehatan dll, RRI turut menyosialisasikannya kepada masyarakat. 3. Temuan Penelitian dan Pembahasan Komitmen RRI terhadap publik diwujudkan dalam Perubahan status TVRI menjadi Lembaga bentuk paket-paket siaran yang hampir 50% - 50% Penyiaran Publik (LPP) sesungguhnya dapat memberi porsi kepentingan rakyat dan kepentingan menjadi media alternatif bagi proses pencerahan pemerintah. Sebagai contoh, RRI Makasar dan pencerdasan bangsa, serta membuka peluang seringkali dijadikan ajang tempat demo/ komplain untuk menyatakan eksistensinya di tengah-tengah masyarakat tentang apa pun yang menjadi isu kehidupan masyarakat yang berada dalam tekanan publik; dan tokoh-tokoh masyarakat meminta agar media yang bersifat komersial (Cetak Biru TVRI, RRI dijaga independensinya. 2006-2011 : 8-9). Selama ini, pimpinan menganggap tidak ada Posisi atau kedudukan RRI dan TVRI sebagai tekanan dari pemerintah daerah. Sebagai LPP, RRI LPP sangat strategis untuk menjembatani antara sudah mengakses kepentingan publik melalui kepentingan pemerintah dengan masyarakat. kerjasama dengan KPUD (Komisi Pemilihan Umum

Atie Rachmiatie. Konsistensi Penyelenggaraan RRI dan TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik 285 Daerah) dan KPID (Komiai Penyiaran Indonesia mahal; oleh karena RRI Makasar ini merupakan Daerah) dalam sosialisasi pilkada, oleh karena saat koordinator wilayah 7 seluruh Sulawesi dan ini Makasar sedang menghadapi pemilihan Maluku dengan posnya di . Bisa gubernur. dibayangkan luasnya wilayah kerja. Salah satu Aturan atau regulasi (UU Penyiaran dan PP “koordinasinya” adalah tiap pukul 19.00, malam nomor 11 dan 12 tahun 2005) saat ini dianggap ada siaran berjaringan. Di sisi lain, anggaran APBN kondusif untuk menjalankan peran dan fungsi RRI dan APBD kecil; namun acara siaran keagamaan sebagai lembaga penyiaran publik. Demikian pula tetap dijalankan. Acara ini membaca kondisi dengan kebijakan internal RRI yang memberi demografi di sini yang mayoritas Muslim, sehingga keleluasaan bagi daerah untuk merancang dan acara seperti, “titipan Ilahi” dan “Pesantren udara” menyajikan program siaran yang sesuai dengan dibuat dan ternyata banyak penggemarnya. kebutuhan masyarakat setempat. Kondisi manajemen keuangan, antara RRI Pusat dan Provinsi seperti berikut : Iklan terpusat Visi misi RRI di Indonesia bagian timur ini dari ; ada media order yang disampaikan sangat strategis untuk membuat NKRI tetap utuh. dari penghasilan daerah ke pusat, untuk kemudian RRI membuat program siaran berbahasa Bugis, dari pusat didistribusikan ke daerah-daerah dan ini berjaringan sampai di Natuna, Tahuna berdasarkan usulan daerah. Namun selain ini Sulsel, Filipina, Tanjung Parang, Lolesenare, Laut memperpanjang birokrasi, juga pembagian dana ini Cina. Stasiun produksi ada 59 stasiun, juga di dirasakan kurang proporsional, dibandingkan daerah blank spot ada stasiun relay/pemancar dengan kontribusi daerah secara finansial maupun penerima yaitu di: Mamuju, Buno, Sopeng, nonmaterial (seperti memelihara integrasi NKRI, Bantaeng. Dalam menjalankan fungsi menjaga opini publik agar prodemokrasi, informasinya, RRI memanfaatkan juru penerang pendidikan politik, dsb). (Jupen) di berbagai wilayah sebagai narasumber Untuk kondisi manajemen SDM bahwa yang melaporkan berbagai program dan kejadian pegawai RRI saat ini dalam status PNS ada sekitar yang ada di daerahnya. Jadi, ia berperan sebagai 264-297 orang; pemberitaan 40 orang, siaran 60 or- informan publik. Peran RRI di daerah terpencil, juga ang; usia rata-rata 40 tahun. Kondisi ini terlalu secara individual sangat berarti. Contohnya, jika gemuk untuk sebuah lembaga yang menuntut transportasi atau penyampaian informasi berita kedinamisan, di samping terlalu “tua” untuk keluarga dalam bentuk lain memerlukan waktu dan sebuah broadcasting yang memerlukan SDM ruang yang sangat lama, namun melalui radio muda yang segar dan kreatif. Hambatan lain adalah hanya sekejap sudah sampai pada tujuan. Jadi, RRI pemeliharaan alat-alat/perangkat teknis. Mainte- berperan sebagai layanan masyarakat nance-nya sulit dan mahal, contohnya, tidak Setelah berubah status kelembagaan RRI beroperasinya OB van karena mahalnya suku menjadi radio publik, tampak belum ada perubahan cadang, dll. yang berarti, baik dari segi program maupun isi siaran. Acara yang dianggap berhasil adalah dia- 3.2 Kasus RRI Jawa Barat log interaktif, oleh karena melibatkan sebanyak mungkin pendengar, sehingga mereka merasa Kondisi kemajemukan budaya Indonesia memiliki dan mendorong untuk terus berpartisipasi menjadi pisau bermata dua, ia bisa merupakan aktif. Untuk itu, ada porsi-porsi isi siaran kendala untuk menjalin persatuan, tapi bisa juga berdasarkan fungsi, tujuan, dll. Content siaran RRI bisa dipandang sebagai suatu potensi atau saat ini sudah mencapai 40-50% muatan lokal, kekayaan bangsa. Pandangan yang kedua inilah sehingga kebutuhan informasi masyarakat lokal, justru yang harus diyakini oleh semua pelaku umumnya sudah dapat terpenuhi. penyiaran publik, bahwa “Culture is our business Hambatan yang dirasakan sebagai radio “ (MT Zen, guru besar ITB,2006). Sekali lagi diver- publik, yaitu, biaya produksi dan operasional sity of ownership dan diversity of content, jadi

286 MEDIATOR, Vol. 7 No.2 Desember 2006 Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

mutlak dengan kondisi keberagaman di Indonesia. harus melibatkan budayawan, peneliti, antropolog Kondisi kemajemukan budaya sebagai potensi serta pelaksana teknis penyiaran yang profesional. (kekayaan) bangsa selama ini tidak diakomodasi Pencitraan bahwa nilai-nilai tradisi yang dianggap oleh RRI. Padahal dengan kewenangan dan kuno, jumud dan terbelakang memang sedang jaringannya ke daerah-daerah, jauh lebih digencarkan oleh kaum ‘modern’ yang sebetulnya, memungkinkan dibandingkan dengan radio di belakang, mereka punya kepentingan bisnis swasta, artinya peluang tersebut lebih dulu dimiliki kapitalisme. Untuk itu ditawarkan strategi dalam RRI. pengelolaan sumberdaya manusia, seyogyanya Masalah aturan atau regulasi serta kebijakan. mempertimbangkan dan menghargai sistem Regulasi ini bisa dilihat sebagai peluang, karena pengetahuan yang terkandung dalam nilai-nilai dari kuantitas alokasi frekuensi, UU memberikan budaya lokal (Kusnaka, 2005). 20% untuk media publik dari seluruh frekuensi di Program interaktif seperti “Debat Remaja” wilayah tersebut. Aturan sekarang dianggap lebih meliputi isu-isu penting tentang pendidikan, bagus, karena tidak ada lagi pengekangan dan reproduksi, dan lain-lain Program RRI saat ini banyak diberikan kebebasan. Tapi aturan banyak menampung aspirasi masyarakat tentang perlindungan terhadap wartawan masih kurang politik dan demokrasi melalui, antara lain, nama pro- dan sistem pertanggungjawaban masih lemah. gram siarannya adalah gentra harmoni pagi dan Secara mikro, terkait secara internal aspirasi parahiyangan. Program siaran semuanya kelembagaan dalam penyelenggaraan penyiaran bertujuan menjadikan RRI sebagai wisata budaya seperti masalah SDM, dimana masih tersisa men- dan menampung aspirasi masyarakat tentang tal PNS yang birokrasi dan feodal serta tidak aturan pilkada dan calon gubernur. independen, menjadikan RRI gemuk, lamban dan Hambatan dan kerumitan masalah yang tidak efisien. Kondisi pendanaan akan terkait dihadapi memang seperti ‘benang kusut” yang dengan teknis yang menyangkut kualitas alat serta sulit diurai dari mana dulu. Namun, yang pada program dan isi siaran. Semua aspek internal teridentifikasi di antaranya, terkait dengan sistem dan eksternal satu sama lain saling mempengaruhi, penyiaran secara makro dan mikro; makro terkait dimana muaranya pada performance content dan dengan sistem politik, sistem ekonomi dan sistem citra RRI yang semakin redup di tengah-tengah kenegaraan lainnya. Selama tidak ada ‘political will’ gemerlapnya radio-radio swasta. dari pemerintah pusat maupun daerah serta DPR/ DPRD untuk mengalokasikan APBN/APBD untuk Dalam menjalankan Peran sebagai pelestari RRI, maka diprediksi RRI akan masuk dalam budaya, bagi RRI masih ada perbedaan persepsi. permainan industri penyiaran yang berideologi Budaya “diterjemahkan” dalam penyiaran hanya rating. Atau tetap menjadi siaran yang tidak dalam bentuk kesenian. Penggalian nilai-nilai, pola diminati khalayaknya karena penyajian yang tidak pikir, pola perilaku dalam kehidupan sehari-hari menarik, yang disebabkan oleh peralatan yang etnik tertentu belum diwujudkan dan dikemas sudah tua, biaya produksi/operasional yang dengan menarik. Tradisi dan kearifan lokal yang rendah, gaji yang minim dan seterusnya seperti dimiliki budaya kita selama bertahun-tahun, sudah ’lingkaran setan’ yang sulit diputus rantainya. lama ditinggalkan terutama oleh masyarakat urban. Seperti dalam mengolah tanah, mengeksploitasi 3.3 Kasus TVRI Jawa Barat sumber daya alam, sistem distribusi dan pengalokasian hasil eksploitasi. Sistem kapitalis Kedudukan TVRI secara kelembagaan sangat saat ini lebih menimbulkan ketidakpuasan dari strategis untuk menjembatani kepentingan publik berbagai pihak, terutama masyarakat grassroot. Jabar dengan pemerintah. Eksistensi TVRI bagi Peran inilah yang diharapkan jadi andalan RRI pemerintah sangat membantu dalam untuk menyajikannya, walaupun dengan menyosialisasikan kebijakan/kegiatan yang konsekuensi dana yang lumayan. Oleh karena ia dilakukan, sehingga mereka sering menyeponsori

Atie Rachmiatie. Konsistensi Penyelenggaraan RRI dan TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik 287 beberapa program acara yang terdapat di TV sangat selektif. TVRI bukan termasuk media publik. Juga menjalin kerja sama dalam bentuk industri sehingga tidak terlalu memikirkan lain. Sebagai media publik, TVRI menekankan pada komersialisi. Kontribusi TVRI untuk mencerdaskan program siaran edukasi yang sarat dengan bangsa dapat terlihat dari program-program yang keagamaan dan etika, seperti memberi porsi yang diberikan, misalnya dalam layanan edukasi TVRI cukup untuk siaran dakwah dan mengeliminir berita memberikan acara-acara pembelajaran lewat TV kriminal. seperti matematika, bahasa indonesia, bahasa Dukungan regulasi disikapi oleh Kepsta TVRI inggris, dan juga pembelajaran lainnya seperti Jabar bahwa UU Pers dan Penyiaran secara positif sejarah, kebudayaan, religi yang dikemas lewat karena dianggap sudah komprehensif, terutama siaran pendidikan. Dalam layanan informasi, TVRI dengan adanya perlindungan terhadap nara memberikan acara “Dunia dalam Berita,” “Berita sumber. Akan tetapi, dalam aplikasinya masih Pagi,” “Berita Siang,” dan sebagainya. Untuk dirasakan kurang. Hal ini disebabkan oleh layanan hiburan, TVRI memberikan berbagai sajian kurangnya integrasi dalam sosialisasi antara pihak- hiburan nasional dan lokal. Untuk layanan sosial pihak yang berwenang. TVRI sebagai sebuah me- dan politik TVRI juga menyediakan beragam acara dia publik tidak merasakan adanya hambatan dari seperti informasi seputar parlemen, perspektif, pro aturan-aturan dalam UU Pers dan Penyiaran publik, dll. tersebut bagi mereka untuk menjalankan tugas- Dalam menjalankan fungsi kelembagaan tugas di media massa. Justru TVRI menganggap sebagai media publik, terdapat faktor-faktor aturan-aturan dalam UU Pers dan Penyiaran pendukung dari lingkungan internal TVRI Jabar, memberikan atmosfir kerja yang kondusif bagi yaitu: mereka dalam menjalankan tugas dan fungsinya (a) Sumber daya manusia yang sudah cukup selaku praktisi media. Dalam menjalankan visi dan terlatih dan terampil, dan hampir 90% misinya strategi yang dilakukan oleh TVRI pegawainya adalah pegawai negeri, sehingga adalah: Balance and Cover Both Side. TVRI tidak terlalu harus bersusah payah untuk Program siaran yang dihasilkan TVRI Jabar memikirkan upah kerja para pegawainya. digambarkan sebagai berikut: Siaran langsung 70% (b) Peralatan yang dimiliki sangat memadai untuk dan Outside Broadcasting 30%. Materi siaran: melayani masyarakat (peralatan kanibal). 40% Nasional dan 60% Lokal. Dengan (c) Kompetitor (TV swasta nasional, TV swasta pembandingan porsi 4 bidang layanan secara lokal). Kompetisi dengan TV-TV lainnya seimbang antara Hiburan, Informasi, Edukasi dan menjadi faktor daya dorong bagi TVRI untuk Kontrol Sosial. lebih struggle dan fight dalam memberikan Orientasi TVRI terhadap kepentingan layanannya. masyarakat dan publik tidak bertumpu pada satu Namun, di tengah-tengah potensi yang segmen saja, akan tetapi harus seimbang dan dimiliki TVRI Jabar, terdapat faktor-faktor proporsional di antara ke empat layanan penghambat dalam penyelenggaraan siaran, di (informatif, edukatif, hiburan, dan kontrol sosial) antaranya: yang disediakan dan harus menjangkau semua (a) Anggaran yang diterima TVRI adalah lapisan masyarakat. Produk TVRI dalam anggaran pemerintah yang, tentu saja, sangat mewujudkan kehidupan demokrasi di Indonesia tidak memadai untuk menjalankan program- (Jawa Barat) 3 tahun terakhir di antaranya: pilpres program yang sudah dicanangkan. Untuk 2004, fit dan proper test pemilihan legislatif, mengatasinya, TVRI banyak melakukan parlementaria dan pilkades. kerjasama program dengan departemen- Tugas dan peran TVRI dalam mencerdaskan departemen, dinas-dinas atau lembaga- bangsa tampak dalam TUPOKSI-nya ketika lembaga lain; misalnya, dengan Disbudpar menyusun program dan materi siaran dengan menyelenggarakan acara seni dan budaya

288 MEDIATOR, Vol. 7 No.2 Desember 2006 Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

(Bruk-brak), dengan DPRD mengadakan dia- acara lokal. Untuk itu, usulan untuk TVRI pusat log interaktif; dengan Dinas Pendidikan memberikan 5 jam untuk TVRI daerah; sangat menyelenggarakan Sosialisasi dan lain dinanti oleh pimpinan. Secara internal, kebijakan sebagainya. Anggaran, terutama sangat manajerial tentang alokasi waktu antara pusat dan diperlukan untuk peremajaan peralatan, karena daerah masih kurang proporsional, contoh dari 20 sejak 1987, banyak peralatan yang belum jam siaran, hanya 3 jam yang rutin untuk TVRI diperbarui. daerah. Hal ini tidak sejalan dengan semangat (b) Sumber daya manusia, selain sebagai faktor otonomi daerah. pendukung, SDM TVRI juga sekaligus menjadi Hambatan yang dirasakan bahwa dari penghambat bila dilihat dari faktor usia, se- manajemen keuangan, ada ketidakjelasan nior dan profesional, namun TVRI pembiayaan, terutama untuk program zero alias membutuhkan SDM yang lebih muda dan tidak ada, sehingga kita harus mencari solusi untuk kreatif. pembiayaan tersebut. Yang ada hanya untuk gaji pegawai saja. Saat ini TVRI Ujung Pandang untuk 3.4 Kasus TVRI Makasar pegawai 300 orang merupakan hambatan lembaga, karena SDM banyak hanya untuk memproduksi 3 Bagi TVRI Makasar (Sulawesi Selatan), adanya jam siaran saja. UU Penyiaran 32/2002 sudah sangat bagus, karena Solusi dari pimpinan, di antaranya, menggali memberi peluang untuk daerah, televisi lokal, PH sumber dana dan materi dengan cara menjalin di daerah untuk berkembang. Namun, kemitraan untuk produksi dan ini dikonsultasikan kenyataannya tidak jalan. Hal ini terjadi karena dengan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) untuk perkembangannya tersendat oleh TV swasta Biaya direvisi atau dialihkan dari anggaran lain ke nasional yang saat ini beroperasi. Memang, TVRI anggaran untuk produksi, tapi tidak menyalahi untuk menjadi televisi publik cost-nya tinggi, aturan. sehingga taktik yang dilakukan di antaranya, Produksi siaran selama 3 jam TVRI Makasar menempatkan koresponden dan kontributor di saat ini diisi dengan siaran berita, program anak, daerah-daerah, untuk memenuhi kebutuhan local content, daerah (Makassar, Bugis, Mandar, informasi lokal. Toraja); Dialog “Makassar Forum” berisi masalah- Perbedaan status lembaga, sebelum dan masalah budaya, kearifan lokal seminggu sekali sesudah LPP, tidak terlalu jauh. Isi siaran informasi misalnya dignity (makna martabat bagi orang masih banyak yang bersifat seremonial, namun Sulsel). Banyak peluang untuk program siaran sekarang lebih kritis dan berimbang. Kalau dulu TVRI misalnya, mengangkat semua unsur kelompok ada desakan-desakan dari instansi tertentu untuk masyarakat di Makassar, termasuk tokoh-tokoh memperpanjang warta berita tentang instansinya, Cina yang membangun Makassar, bekerja sama namun sekarang kita bisa edit dikasih pendek porsi dengan berbagai kelompok etnik yang beragam beritanya, jika tidak ada news value-nya. bahasa, karena mereka memang eksis di Makassar. Saat ini, secara manajerial kebijakan TVRI Untuk itu motto TVRI Makasar, saling pusat cukup fleksibel, walaupun belum optimal mengingatkan. dalam memenuhi kebutuhan daerah. Contoh, kalau ada acara penting di daerah, acara dari nasional Sebagai lembaga penyiaran publik yang (TVRI) kadang-kadang bisa ditunda atau direkam bertugas sebagai pelayan informasi masyarakat, terlebih dahulu. Bagi TVRI daerah, ada “wajib re- TVRI Makasar sukar menghindar dari acara-acara lay” dari TVRI pusat, sehingga “jalur aman”-nya sosialisasi dan undangan-undangan dari berbagai adalah acara dari Jakarta direkam. instansi pemerintah maupun nonpemerintah. Acara TVRI daerah yang bersifat tentatif ada Namun, misalnya, juru kamera yang meliput pada jam 5.00-20.00, yaitu 2 hari selasa dan minggu; gambar-gambar harus jujur, melaporkan secara dan ini bagi daerah merupakan peluang untuk kontekstual, tidak berpihak. Contoh, ada state-

Atie Rachmiatie. Konsistensi Penyelenggaraan RRI dan TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik 289 ment dari tokoh, tapi dibelakangnya ada poster 4. Simpulan dan Rekomendasi kandidat pilkada. Itu tidak boleh. Komitmen untuk pendidikan politik saat ini diwujudkan dalam 4.1 Simpulan bentuk membuat siaran “Profil” untuk masing- (1) Konsistensi penyelenggaraan RRI dan TVRI masing kandidat dalam pilkada provinsi dengan sebagai penyiaran publik, secara normatif gratis (monolog) secara merata. Dialog kerjasama sudah dipahami dan diupayakan oleh para dengan KPUD kontrak/MOU, 2 kali sebulan pimpinannya. Namun dalam tataran empirik, sekali, ruang hukum, ruang pendidikan, kontrak masih terdapat sejumlah kendala secara in- pemirsa ternal kelembagaan dan sistem penyiaran di Motto TVRI Makasar: “Media Sipakanga”; Indonesia yang belum kondusif untuk Visi: “TV warga, menuntun dan mencerdaskan, berpihak penuh pada keberadaan penyiaran terdepan di kawasan timur Indonesia”. Saat ini, publik. Posisi atau kedudukan RRI dan TVRI pemancar TVRI merupakan bantuan Spanyol sebagai media publik secara struktur yang direalisasikan 2008 mendatang. Misi TVRI kelembagaan, relatif proporsional antara adalah mencerdaskan bangsa, dan ini diwujudkan pusat dan daerah, terutama dalam alokasi pro- dalam berbagai kegiatan on air dan off air gram siaran, manajerial dan teknis. Namun, Hambatan yang dirasakan adalah dari segi dalam aplikasinya, “semangat otonomi teknis yang menggunakan antena UHF untuk TVRI daerah” belum sepenuhnya diterapkan. Baik dan VHF untuk televisi swasta. Artinya, audiens di Jawa Barat maupun Sulawesi Selatan, TVRI harus memasang antena 2 macam dan ini tidak masih belum lepas dari “bayang-bayang” semua orang mau. Jadi umumnya khalayak ketika media pemerintah; sehingga lebih signifikan menangkap siaran TV swasta tapi TVRI jadi tidak menjadi jembatan kepentingan pemerintah bisa diterima dan sebaliknya. Konsekuensinya, kepada publik daripada sebaliknya. mereka tidak menerima informasi yang bersifat (2) Dukungan aturan atau regulasi mendidik, termasuk pendidikan politik dan penyelenggaraan siaran RRI dan TVRI yang kenegaraan. terkait dengan peran dan fungsinya sebagai Komitmen terhadap kualitas SDM TVRI, ada media informasi, edukasi, hiburan, dan kontrol pelatihan-pelatihan bagi mereka dan hasil pelatihan sosial sangat memadai. Namun, masih terdapat tersebut ditransmisikan pada pekerjaan masing- aturan, terutama kebijakan internal, yang masing. Dari segi regulasi kepegawaian, diusulkan belum mengakomodir kebutuhan agar SDM di broadcasting dijadikan PNS dengan penyelenggaraan sebuah lembaga penyiaran perlakuan khusus, oleh karena mereka kadang- publik. kadang jam kerjanya tidak pasti/tentu, harus (3) Profil program dan isi siaran RRI dan TVRI standby 24 jam untuk meliput. Jadi ada fungsional setelah perubahan status menjadi LPP tampak khusus yang bekerja di lapangan. belum ada perubahan yang signifikan, Komitmen SDM braodcasting saat ini sudah terutama dalam pemberitaan. Adapun dalam bergeser dari Integritas institusional menjadi program pendidikan dan hiburan yang integritas profesional. Artinya, jika SDM yang bernafaskan local content masih bersifat sudah ahli dan berpengalaman tidak diakomodir, verbalistik dan formal, belum menyentuh baik dalam bentuk imbalan maupun kesempatan lebih bervariasi dan sudah menyesuaikan berkreasi, mereka akan mencari lembaga yang bisa dengan kondisi budaya masing-masing memenuhi kebutuhan profesi mereka. Dan saat ini daerah. Tampak ada perbedaan kemenarikan di Makasar banyak TV swasta yang kemasan penyajian acara, bila dibandingkan membutuhkannya. antara TVRI dengan televisi swasta, walaupun secara substansi (materi) penting

290 MEDIATOR, Vol. 7 No.2 Desember 2006 Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

dan menyentuh kebutuhan publik. (5) Membentuk “benchmarking” atau “position- (4) Faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam ing” sebagai TV publik secara konsisten. penyelenggaraan lembaga penyiaran publik, (6) Peningkatan kesadaran masyarakat atas hak, baik di RRI dan TVRI Jabar maupun Makasar, kewajiban, tanggungjawab, dan peran serta hampir serupa, yaitu terkait dengan dalam penyelenggaraan penyiaran publik. terbatasnya sumber dana, anggaran yang tidak memadai terutama untuk produksi program dan maintenance peralatan. SDM yang tidak Daftar Pustaka efisien serta manajemen yang masih kaku for- Bignell, Jonathan & Orlebar Jeremy. 2005. The Tele- mal dan proses birokrasi yang panjang. vision Handbook, Routledge taylor & Francis 4.2 Rekomendasi Group, London & New York. Cetak Biru Kebijakan Umum, Pengembangan (1) Pembenahan internal kelembagaan, dengan Kelembagaan dan Sumber Daya TVRI. 2006- menegakkan struktur yang lebih luwes dan 2011. TVRI Pusat, Jakarta. ramping, kebijakan lebih terdesentralisasi. (2) Komitmen, perjuangan, dan keberanian M.T.Zen. 2006. Seminar “Peran Media Massa pimpinan dan staf dalam mewujudkan visi dan dalam Pembentukan Jati diri Bangsa” Institut misi. Teknologi Bandung. (3) Profesionalisme yang terus menerus Kusnaka Adimiharja. 2005. Semiloka ditingkatkan. “Tanggungjawab Sosial Lembaga Penyiaran (4) Kemitraan dengan kekuatan manapun, di Jawa Barat”, KPID Jabar, Bandung. kelompok manapun namun tetap netral dan independen. Undang-Undang Penyiaran nomor 32 tahun 2002.

Atie Rachmiatie. Konsistensi Penyelenggaraan RRI dan TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik 291 292 MEDIATOR, Vol. 7 No.2 Desember 2006