GEDUNG SENI DAN BUDAYA BANYUMAS DENGAN PENDEKATAN LOKALITAS DI

Kirana Wahyu Kinanti, Titis S. Pitana, Sri Yuliani Program Studi Arsitektur Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Email : [email protected]

Abstract: Design and planningof Banyumas art and cultural building are based on the need of art and cultural facility in Banyumas . There have been many art andcultural facilities in Banyumas, but no one are spesifically design for art and cultural activity. Because of these reason, those cultural faciliies can not be used efisienly. Art and cultural building, whichis located in Purwokerto City,also needs to have a touch of Banyumas Cultural nuance as part of its integrated design. The goal of Art and Cultural Building designing and planing is get an Art and Cultural Building with Banyumasn Nuance by using Locality Prespective as an Approach. This locality prespective will be used along the design and planing and can be seen at groundplan, siteplan, massing, Landscape, and structure. The result is a design of art and cultural building with many facilities such as artist and cultural observer secretariat, auditorium, galery, amphitheatre, pendhapa, office building, and mousque.

Keywords: Art centre, Culture, Defined Cultural of Banyumas, Locality

1. PENDAHULUAN Wilayah Banyumas adalah perbatasan Seni dan budaya Banyumas merupakan dari dua kebudayaan besar yaitu Sunda warisan budaya yang berupa kebudayaan dan Jawa (lihat Gambar 1). Oleh karena tradisional yang didukung masyarakatnya. itu terjadi akulturasi kebudayaan dari Budaya Banyumas ditata oleh masyarakatnya Jawa dan Sunda yang dikenal dengan menjadi sesuatu yang harmonis dan khas. budaya Banyumas (Koderi:1991). Lokalitas dalam kajian ini adalah Banyumas sebagai wilayah budaya, pendekatan atau sudut pandang filosofis. Kata memiliki keberagaman kesenian. Di teater lokalitas berasal dari kata locality yang berarti ditemukan munthiet, jemblung, begalan, tempat. Oleh karena itu lokalitas dapat kethoprak Banyumas dan kulit diartikan sebagai sesuatu yang spesifik atau Banyumas. Di seni tari terdapat lengger, khas dari suatu daerah tertentu. aplang, dareng, buncis, ebeg, sintren dan Lokalitas dalam arsitektur dapat aksi muda. Di seni karawitan (musik) dimaknai sebagai upaya untuk tetap bertaut dijumpai kaster, bongkel, krumpyung, dengan kondisi setempat dengan mencari calung, terbang jawa, rodad, cak genjring potensi yang spesifik. Potensi tersebut bisa dan karawitan. terkait dengan tradisi, memori masa lalu, teknologi, material atau yang lain. Lokalitas tidak melawan globalisasi namun menyandingkan antara global dan lokal. Pendekatan lokalitas diharapkan dapat memberikan nuansa Banyumasan. Kebutuhan akan adanya Gedung Seni dan Budaya terlihat dari beberapa aspek.

Aspek tersebut terbagi menjadi beberapa faktor, faktor-faktor tersebut adalah sebagai Gambar 1 Peta Kebudayaan Jawa berikut. (Sumber : Koentjaraningrat:1984) 1.1 Kesenian dan Kebudayaan Banyumas Merupakan Sub Kultur Jawa

Arsitektura, Vol. 13, No. 2, Oktober 2015

1.2 Kegiatan Seni dan Budaya Masyarakat d. GOR Satria, lapangan GOR Satria Banyumas sering digunakan untuk konser Masyarakat Banyumas telah terbuka. menjadikan seni dan budaya sebagai e. Gedung BPD, gedung ini sering begian dari hidup mereka. Berdasarkan digunakan untuk pameran seni data yang diperoleh dari Dinas Pemuda lukis. Olahraga dan Pariwisata terdapat lebih Dari beberapa fasilitas di atas tidak ada dari 50 % di 27 kecamatan di Kabupaten fasilitas berkesenian dan berkebudayaan Banyumas memiliki sanggar seni (lihat yang direncanakan untuk kegiatan Tabel 1). berkesenian dan berkebudayaan. Fasilitas-fasilitas tersebut merupakan Tabel 1 Jumlah Sanggar Seni dan Budaya di bangunan yang beralih fungsi. Tingkat Kecamatan di Banyumas

Kec. Jml Kec. Jml 1.4 Faktor lain yang mendukung Pemerintah sejak 5 tahun terakhir Lumbir 30 Sokaraja 18 melaksanakan program yang bertujuan Wangon 10 Kalibagor 3 membanyumaskan kembali Banyumas. Beberapa langkah yang telah diambil Gumelar 25 Banyumas 22 pemerintah antara lain pengunaan bahasa Ajibarang 25 Kebasen 3 Jawa Banyumas pada hari tertentu disetiap minggu, menggunakan Baturaden 11 Tambak 3 Banyumas sebagai salah satu seragam, Kembaran 8 Sumpiuh 3 pembentukan Sanggar Paseban Kamanjaya yang bergerak di bidang seni Purwokerto 5 Kemranjen 2 dan perencanaan revitalisasi kota lama Barat Banyumas yang diawali dengan seminar revitalisasi kota lama Banyumas. Sumbang 2 Somagede 7 Sumber : Dinas Pemuda, Olahraga dan 2. METODE Pariwisata:2014 2.1 Teknik Pengumpulan Data Kegiatan pengumpulan data 1.3 Fasilitas Seni dan Budaya di Banyumas dilakukan dengan penelitian lapangan dan Terdapat 5 fasilitas untuk kegiatan studi literatur. seni dan budaya di Kabupaten Banyumas, a. Penelitian lapangan dilakukan dengan yakni sebagai berikut. melihat langsung objek bangunan a. Aula RRI Purwokerto, aula RRI ataupun bangunan lain yang dapat Purwokerto sering digunakan untuk dijadikan referensi dalam pagelaran wayang. perancangan. Teknik yang digunakan b. Gedung Kesenian Soetedja, Pada awal untuk penelitian lapangan adalah tahun 80-an gedung ini merupakan sebagai berikut. sentra kegiatan seni dan budaya, 1) Observasi terhadap objek yaitu banyak seniman dan budayawan yang Gedung Kesenian Soetedja dan sering berkumpul dan berdiskusi Taman Budaya Surakarta. mengenai pekembangan seni dan Observasi juga dilakukan terhadap budaya Banyumas. rumah srotong yang ditemukan di c. Lokawisata Baturaden, Lokawisata daerah Banyumas. Baturaden merupakan sebuah objek 2) Wawancara dilakukan kepada wisata yang dilengkapi dengan seniman, Dinas Pemuda, Olahraga panggung terbuka. Panggung terbuka dan Pariwisata, dan perwakilan inilah yang sering digunakan untuk organisasi kesenian yang ada di pergelaran seni. Banyumas. Kriteria narasumber adalah orang yang memiliki pengetahuan mendalam mengenai

Kirana Wahyu Kinanti, Titis S. Pitana, Sri Yuliani, Gedung Seni dan Budaya Banyumas dengan …

objek dan mendapatkan dilakukan berdasarkan hitungan Jawa pendidikan setara dengan S1. dengan sistem “empat sembilan” (lihat b. Studi literatur dilakukan melalui Gambar 2). pencarian data dari buku-buku, jurnal dan sebagainya. Materi tersebut meliputi hal-hal : 1) buku-buku seni dan budaya Banyumas, 2) buku-buku mengenai lokalitas dan lokalitas Banyumas, 3) buku-buku yang terkait dengan fasilitas dan standar Gedung Seni dan Budaya, 4) rencana umum tata ruang Gambar 2 Sistem Perhitungan Jawa wilayah Kabupaten Banyumas, Sumber : Ismunandar:1993 dan 5) wacana dari jurnal maupun Oleh karena itu akses masuk dari luar artikel yang mendukung. menuju tapak terbagi menjadi pintu masuk utama dan pintu samping (lihat 2.2 Analisis dan Sintesis Gambar 3). Analisis dilakukan dengan melakukan kajian data dan informasi yang telah diperoleh dari penelitian lapangan di Banyumas dan studi literatur. Tahapan analisis ini terbagi menjadi tiga yaitu pemrograman fungsional, pemrograman performansi, dan pemrograman arsitektural. Hasil analisis, akan dirumuskan untuk mendapatkan konsep- konsep yang dibutuhkan, seperti konsep lokasi dan pengolahannya, konsep kegiatan dan peruangan, konsep tampilan

masa, konsep struktur, konsep utilitas, konsep tata landscape dan konsep Gambar 3 Titik Perletakan Pintu Masuk ke interior. Kawasan

3.2 Konsep Pengguna Gedung Seni dan 2.3 Konsep Budaya Banyumas Konsep didapatkan dari proses a. Pengguna dan Jenis Kegiatan sintesis terhadap analisa-analisa pada data Pengguna Gedung Seni dan Budaya yang diperoleh. Konsep akan menjadi Banyumas dapat dikelompokkan pedoman saat mendesain. menjadi beberapa kelompok berikut.

1) Pengunjung. 3 ANALISIS 2) Pemain dan penyelenggara Aspek lokalitas pada perencanaan pertunjukkan. Gedung Seni dan Budaya akan diterapkan 3) Seniman dan kurator. pada hal-hal berikut ini. 4) Peserta dan instruktur sanggar.

5) Pengelola. 3.1 Konsep Pencapaian 6) Organisasi seni dan budaya Kawasan dicapai dengan meletakkan Banyumas. titik pencapaian utama di utara dan Kelompok kegiatan dalam Gedung selatan. Pertimbangan perletakkan ini Seni dan Budaya dikelompokkan adalah di sebelah utara terdapat Gunung menjadi beberapa kelompok berikut. Slamet dan disebelah setalan terdapat pantai. Perletakkan bukaan masuk

Arsitektura, Vol. 13, No. 2, Oktober 2015

1) Kegiatan pelatihan meliputi Ruang Pameran 416 2496 pelatihan di sanggar, workshop, Ruang Organisasi 284 994 dan diskusi seni dan budaya. Seni 2) Kegiatan pertunjukkan di dalam Ruang penunjang 4627 1481 dan di luar ruangan. Luasan total 8219,78 15000,58 3) Kegitan pameran. 4) Kegiatan informasi dan 3.4 Konsep Bentuk Ruang pengelolaan. 3.4.1 Ruang galeri dan pameran 5) Kegiatan servis dan pemeliharaan. Bentuk ruang menyesuaikan dengan kebutuhan ruang dari kesenian b. Konsep Kebutuhan Ruang yang ada di Banyumas, bentuk kotak Kebutuhan ruang yang dibutuhkan adalah bentuk umum yang digunakan pada Gedung Seni dan Budaya di rumah srotong. Bentuk ini akan Banyumas terbagi menjadi beberapa digunakan pada ruang galeri dan kelompok, yaitu kelompok ruang pertunjukkan indoor sedangkan pada pelatihan, pertunjukkan, pengelolaan, pertunjukkan di luar ruangan pameran dan organisasi seni (lihat menggunakan bentuk lingkaran. Hal Tabel 2). ini dikarenakan masyarakat Banyumas sering menyaksikan Tabel 2 Kebutuhan Ruang pertunjukkan dengan melingkari Kelompok Ruang-ruang penyaji. Perancangan ruang pamer kegiatan memperhatikan sirkulasi ruang, Kegiatan Sanggar seni, sistem penyajian dan pencahayaan. pelatihan Wisma seni, a. Sirkulasi, Pendhapa Sirkulasi ruang pameran Kegiatan Ruang harus fleksibel dan dapat Pertunjukkan pertunjukkan memberikan informasi pada Kegiatan Ruang pengelola pengunjung sehingga pengunjung Pengelolaan dapat memahami dan Kegiatan Galeri dan ruang mengapresiasi karya. Di rumah Pameran pameran srotong penghuni dapat berjalan Kegiatan Ruang sekretariat melingkar mengelilingi rumah. Organisasi Oleh karena itu, sirkulasi Kesenian melingkar dipilih untuk ruang pameran (lihat Gambar 4). 3.3 Konsep Program Ruang Kebutuhan luasan dan volume di Gedung Seni dan Budaya Banyumas diperhitungkan berdasarkan kegiatan yang dilakukan, furniture yang digunakan, citra ruangan yang diinginkan, dan besar alur sirkulasi. (lihat Tabel 3).

Gambar 4 Pola Sirkulasi Ruang Tabel 3 Kebutuhan Luasan dan Volume Pameran Kelompok ruang Luas Volume (m2) (m3) b. Sistem penyajian Karya pameran 2 dimensi Ruang Pelatihan 1308,28 4803,08 dipamerkan dengan cara Ruang 1314,5 4288,5 digantung, sedangkan karya 3 Pertunjukkan dimensi ditampilkan dengan Ruang 268 938 mempertimbangkan personal Pengelolaan space pengunjung.

Kirana Wahyu Kinanti, Titis S. Pitana, Sri Yuliani, Gedung Seni dan Budaya Banyumas dengan …

pergelaran wayang blencong c. Pencahayaan menyoroti objek yaitu wayang. Pencahayaan di ruang d. Penyelesaian akustik pada area pameran menggunakan penonton pencahayaan buatan yang terbagi Lantai pada area penonton menjadi pencahayaan umum dan diselesaikan dengan lantai pecahayaan langsung ke arah bertingkat yang dapat membantu karya seni. meningkatkan kualitas penonton. d. Penghawaan Lantai yang bertingkat membuat Penghawaan pada ruang distribusi suara lebih merata dan pameran menggunakan dapat menciptakan kenyamanan penghawaan buatan. Pertimbangan visual yang baik. penggunaan sistem ini adalah penghawaan buatan dapat diatur 3.5 Konsep Bentuk Masa kelembabannya sehingga karya Bentuk massa terbagi menjadi kepala, yang dipajang tidak mengalami badan dan kaki. Bentuk atap yang berbeda kerusakan. akan dijadikan pembeda fungsi bangunan, seperti pada bangunan yang umum di 3.4.2 Ruang pergelaran di dalam Banyumas. Atap tajug dapat digunakan ruangan dan di luar ruangan untuk mushola. Bentuk joglo digunakan Dalam perencanaan ruang untuk untuk pendhapa. Bentuk atap pergelaran di dalam ruangan yang kampung dan pengolahannya digunakan paling utama adalah kenyamanan untuk massa yang lain (lihat Gambar 5). visual dan kenyamanan audial penonton. Kenyamanan tersebut dapat diperoleh dengan bentuk ruang yang sesuai, sistem akustik dan sistem pencahayaan pada ruang pergelaran. a. Bentuk ruang Bentuk ruang kipas dan bentuk Gambar 5 Transformasi Bentuk panggung proscenium dianggap paling efektif untuk ruang 3.6 Konsep Tata Masa pergelaran dalam ruang. Tata masa kawasan menggunakan Sedangkan untuk ruang pergelaran komposisi terpusat. Pusat orientasi di luar ruangan bentuk panggung kawasan berupa ruang terbuka yang terbuka berbentuk kipas dengan diwujudkan dengan taman dan sclupture panggung proscenium dianggap di tengahnya. Taman digunakan sebagai baik untuk digunakan. komponen pengikat dari massa-massa di b. Sistem akustik sekitarnya. Selain itu keberadaan taman Untuk mendapatkan kenyamanan sebagai ruang terbuka berguna mewadahi audial dilakukan dapat dengan kebiasaan srawung atau suka berinteraksi beberapa cara, yaitu bahan dan di masyarakat. Tata massa mengikuti konstruksi ruang, sistem penguat bentuk Kadipaten Banyumas yang bunyi, dan pengendalian bising. menerapkan alun-alun, sapit urang, dan c. Sistem pencahayaan pendhapa di bagian depan (lihat Gambar Pencahayaan panggung dibagi 6). menjadi tiga jenis pencahayaan yaitu pencahayaan pada artis, pencahayaan umum dan pencahayaan background untuk memberikan efek. Sistem pencahayaan pada artis mengadopsi dari sistem blencong di pergelaran wayang. Di

Arsitektura, Vol. 13, No. 2, Oktober 2015

Gambar 6 Konsep Tata Masa

3.7 Konsep Klimatololgis Gambar 8 Sirkulasi Tapak berada di iklim tropis dengan lama penyinaran matahari yang cukup. 3.9 Konsep Tampilan Bangunan Pergerakan matahari dari timur ke barat Bangunan akan ditampilkan dengan memberikan pencahayaan langsung tanpa bentuk dasar kotak yang berasal dari pembayangan di tapak. Cahaya matahari bentuk dasar rumah srotong. Bentuk atap dimanfaatkan untuk penerangan ruangan. yang digunakan adalah bentuk atap joglo, Pemanfaatan cahaya matahari dilakukan tajug dan kampung. Material yang dengan adanya bukaan berupa jendela digunakan dalam Gedung Seni dan pada bangunan. Desain jendela yang Budaya adalah yang mendukung tampilan umum digunakan masyarakat adalah bangunan. Beberapa material yang jendela kayu dan kaca (lihat Gambar 7). digunakan adalah batu bata ekspos, batu kali dan kerikil. Warna yang dipilih adalah warna alam yang dapat menampilkan kesan etnik seperti merah bata, coklat, abu-abu dan orange. Ragam hias yang digunakan adalah sulur-sulur dan daun bergelung (lihat Gambar 9).

Gambar 7 Desain Jendela yang Sering Digunakan Masyarakat Sumber : Ismunandar:1993

Angin di tapak akan dimanfaatkan untuk menggerakan kitiran sebagai elemen yang menambah suasana pesisir pantai dan mendinginkan udara ruangan. Gambar 9 Tampilan Bangunan Pengelola 3.8 Konsep Sirkuasi dalam Tapak Sirkulasi secara horizontal di 3.10 Konsep Interior Kadipaten Banyumas lama menggunakan Interior menggunakan pager gebyok sirkulasi memutar dan sirkulasi linear. untuk membatasi ruang-ruang tertentu. Sedangkan sirkulasi secara vertikal Cahaya lampu yang dipilih adalah cahaya menggunakan undhak-undhakan seperti lampu yang berwarna kuningan. Warna pada rumah srotong (lihat Gambar 8). untuk ruang dalam menggunakan warna alam seperti coklat kayu dan batu bata. Ornamentasi yang digunakan berupa ragam hias yang digunakan pada elemen ruang (lihat Gambar 10).

Kirana Wahyu Kinanti, Titis S. Pitana, Sri Yuliani, Gedung Seni dan Budaya Banyumas dengan …

Gambar 10 Interior Ruang Galeri

3.11 Konsep Pemilihan dan Pengolahan Material Material yang akan digunakan pada Gambar 11 Landscape Gedung Seni dan Budaya Banyumas adalah material lokal. Material lokal yang 3.13 Konsep Struktur dimaksud adalah material yang Menggunakan sistem struktur rangka diproduksi oleh masyarakat Banyumas yang terbagi menjadi sub structure dan sekitanya. Beberapa material tersebut (struktur bawah), upper structure adalah genteng dari Pancasan Ajibarang (struktur tengah) dan supper structure atau , batu kali dan pasir dari (struktur atas). Sungai Serayu. a. Sub Structure (struktur bawah) Elemen-elemen sub structure yang 3.12 Konsep Landscape akan digunakan adalah pondasi Konsep landscape mempetimbangan footplate, pondasi ini merupakan elemen-elemen Landscape yang pondasi titik seperti umpak. digunakan di kawasan Kadipaten b. Super Structure Banyumas yang lama (lihat Gambar 11). Super structure pada sistem rangka a. Softscape berupa kolom-kolom penyangga Vegetasi berupa pohon tinggi pada bangunan. Kolom ini berfungsi kawasan di pertahankan sebagai penyalur beban dari atap ke keberadaannya. Satu pohon di timur pondasi. laut akan dipertahankan dan diekspos c. Upper Structure untuk menunjukkan lokasi dari waktu Sub structure merupakan bagian atas ke waktu. bangunan yang berfungsi b. Hardscape menyalurkan beban ke dalam tanah. Hardscape berfungsi sebagai Konstruksi yang digunakan adalah pendukung kegiatan seperti jalur konstruksi kayu dan penutup atap pedestrian, jalur sirkulasi kendaraan, berupa genting tanah liat. dan area parkir. Landcover aspal cocok digunakan untuk tempat 4 KESIMPULAN (KONSEP DESAIN) sirkulasi kendaraan dan tempat parkir. Paving digunakan untuk area Konsep perencanaan dan pedestrian bagi pengunjung yang perancangan Gedung Seni dan Budaya berjalan kaki atau berjalan dari Banyumas mengunakan pendekatan atau parkiran menuju gedung. sudut pandang filosofis lokalitas. Gedung c. Landscape furniture ini direncanakan berada di Jalan S.Parman Landscape furniture merupakan Purwokerto. Luasan lahan yang ada elemen tambahan untuk mendukung berkisar 23.000m2 dengan kebutuhan luas kegiatan yang berjalan. Bentuk bangunan 8.219m2. Sisa lahan yang tidak elemen furniture yang digunakan digunakan akan dijadikan daerah adalah penerangan, tugu, gapura, dan pengembangan. Pendekatan lokalitas di kitiran. objek ini terlihat di bentuk ruang, bentuk

Arsitektura, Vol. 13, No. 2, Oktober 2015

massa, tata massa, tampilan eksterior, desain interior, landscape, material bangunan, dan struktur. Bentuk ruang galeri dan pergelaran di dalam ruang menggunakan bentuk kotak yang merupakan bentuk umum dari rumah srotong. Bentuk massa menggunakan bentuk atap joglo, tajug dan bentuk kampung yang dimodifikasi. Tata massa menerapkan alun-alun, jalan sapit urang dan pendhapa di bagian depan. Tampilan eksterior menggunakan pompok atau tutup keong, dan ragam hias sebagai ornamentasi. Interior akan didesain dengan mempertimbangkan furniture yang memberikan nuansa etnik, pencahayaan berwarna kuning dan ragam hias sebagai ornamentasi. Penataan landscape menggunakan elemen-elemen landscape yang biasa digunakan di kawasan di Banyumas, seperti tugu, gapura dan kitiran. Material yang digunakan berasal dari material produksi lokal seperti genteng dan batu bata di Kebumen.

REFERENSI Ismunandar. 1993. Joglo Arsitektur Rumah Tradisional Jawa. : Dahara Prize. Koderi, M. 1991. Banyumas wisata dan Budaya. Purwokerto : Metrojaya. Koenjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta : Balai pustaka.