POTENSI MAKANAN TRADISIONAL SEBAGAI DAYA TARIK WISATA KULINER DI D.I. YOGYAKARTA

Minta Harsana1, : Maria Triwidayati2 Program Studi Pendidikan Teknik Boga, Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta E-mail: [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini didasari oleh ketertarikan mengenai perkembangan wisata kuliner D.I Yogyakarta yang memiliki potensi beragam, bahan baku yang melimpah, cara pembuatan makanan tradisional unik, dan pangsa pasar yang menjanjikan, namun ternyata perkembangannya masih bersifat sangat lokal. Selain itu sebagian belum memenuhi standar sebagai oleh-oleh, dan terkesan kurang diperhatikan oleh masyarakat yang justru memilih produk makanan luar negeri yang dipasarkan secara massal. Keragaman etnis di yang tercermin dalam multibudaya kulinernyatidak dilihat oleh masyarakat sebagai sesuatu yang istimewa. Selain itu, warisan budaya dan sumber daya alam merupakan daya tarik wisata terpopuler yang ditawarkan oleh pemerintah, namun promosi makanan tradisional di situs pariwisata pemerintah masih kurang diperhatikan. Hal-hal itulah yang menjadi alasan penelitian ini harus dilakukan. Tujuan penelitian adalah mengkaji Pengembangan wisata kuliner melalui makanan tradisional, bahan, cara pengolahan dan cara menyajikan, waktu menyajikan, alat yang di gunakan makanan tradisional di D.I Yogyakarta;Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun informan adalah para produsen dan penjual makanan tradisional di wilayah D.I Yogyakarta. Lokasi penelitian adalah di seluruh wilayah D.I Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa potensi pengembangan wisata kuliner bahwa makanan tradisional di D.I Yogyakarta didominasi bahan makanan lokal, yaitu main course adalah sayuran dan daging sapi; untuk kudapan adalah singkong/ubi, tepung beras; untuk minuman adalah rempah-rempah; serta ditemukan 51 jenis makanan utama, 105 jenis kudapan, dan 14 jenis minuman. Cara pengolahan dengan rebus, goreng, tumis, kukus, bakar, panggang/oven. Cara penyajiannya dengan lesehan dan duduk di meja. Waktu penyajian pada pagi, siang, dan malam. Alat-alat yang digunakan untuk memproduksi makanan tradisional adalah cobek, batok, muntu, wakul, dandang, kuali, dan anglo. Kata Kunci:Wisata Kuliner, Makanan Tradisional

1 Dosen PTBB UNY 2 Dosen Jurusan Bina Wisata Politeknik “API” Yogyakarta

PENDAHULUAN merupakan sebuah pengalaman. Di daerah Industri pariwisata dunia pada saat ini tujuan wisata, belanja wisatawan untuk mengalami peningkatan pesat. Hal ini makanan mencapai sepertiga dari total dibuktikan dengan survei yang dilakukan oleh pengeluarannya (Hall, Sharples, Mitchell, UNWTO (United National World Tourism Macionis, & Cambourne, 2003).Dengan Organization) yang menunjukkan data bahwa menjelajahi akan mendapatkan pengalaman per Januari 2017 mengalami peningkatan tentang makanan dan minuman di tempat tujuan kunjungan wisatawan di daerah tujuan wisata. (Wolf, 2002 dalam Kivela & Crotts, 2005), Di seluruh dunia tercatat sebanyak 369 juta wisatawan sebenarnya mengkonsumsi budaya wisatawan internasional (pengunjung tujuan itu sendiri (Beer, 2008). Jenis wisatawan ini sangat berarti dan bisa menjadi segmen pasar yang semalam) dalam empat bulan pertama tahun sangat loyal (Kivela & Crotts, 2005). Demikian 2017. Jumlah tersebut menunjukkan 21 juta juga Bessiere (1998) yang dikutip oleh Green & lebih banyak daripada bulan yang sama pada Dougherty (2009) mengatakan bahwa wisatawan tahun 2016. Pada periode Januari ‒ April cenderung memiliki pengalaman otentik yang biasanya tercatat sekitar 28% jumlah membawa mereka kembali ke alam. Molz (2007) wisatawan dalam setahun. Wisatawan yang juga menekankan bahwa wisata kuliner bukan berkunjung ke daerah tujuan wisata tidak hanya untuk mengetahui dan mengalami budaya sekadar menikmati panorama, tetapi bisa lain, tapi juga untuk melakukan rasa petualangan, mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan kemampuan beradaptasi, dan keterbukaan. Di berinteraksi dengan masyarakat, mereka samping mencari makanan untuk memenuhi menikmati kuliner tradisional yang ada di kebutuhan primernya, wisatawan akan sekitar daerah tujuan wisata (DTW). Menurut mencari makanan khas daerah setempat. Baiquni (2009) pariwisata tidak hanya berupa Makanan khas pada umumnya berupa perjalanan fisik dari satu tempat ke tempat lain makanan tradisional yang keberadaannya yang berbeda budayanya, tetapi juga bisa hanya ada di daerah tujuan wisata. dikemas menjadi perjalanan imajinasi melintas Menurut keputusan lokakarya batas waktu masa lalu dan masa depan. revitalisasi Pusat Kajian Makanan Tradisional Pengalaman berwisata di tempat tujuan di Yogyakarta tahun 2003 batasan makanan wisata, tidak lepas dari konsumsi makanan tradisional adalah makanan yang dibuat dari selama wisatawan tinggal. Makanan bahan yang dihasilkan di daerah setempat merupakan bagian penting dari liburan, kemudian diolah dengan cara dan teknologi sehingga kunjungan ke restoran cenderung yang dikuasai oleh masyarakat setempat. menjadi pengalaman puncak bagi para Produk makanan tradisional mempunyai wisatawan (Blichfeldt, Chor, Ballegaard, ketampakan, citra rasa, dan aroma yang sangat 2010). Hal itu karena makan merupakan salah dikenal dan disukai bahkan dirindukan oleh satu kebutuhan primer manusia, meskipun masyarakat setempat. Bahkan, makanan pada perkembangannya, tujuan makan tidak tradisional menjadi identitas kelompok hanya untuk mengenyangkan perut, tetapi masyarakat asal makanan dan dapat digunakan sebagai sarana pemersatu bangsa dan tradisional Indonesia mengandung beragam membangun rasa cinta tanah air. Menurut rempah-rempah, memiliki aneka teknik Xiaomin (2017) kriteria atau karakteristik memasak dan berbahan-bahan lokal yang makanan tradisional adalah adanya sebagian terpengaruh dari India, China, Timur penggunaan bahan endogen yang digunakan Tengah, dan Eropa (Kedutaan Besar dalam masakan yaitu adanya bahan baku lokal Indonesia). Keberagaman makanan tradisional yang unik dan khas setempat. karena bahan juga dipengaruhi oleh beragamnya bahan baku dan masakan unik, maka citarasa dan lokal yang tersedia di tiap-tiap daerah. aroma yang dihasilkannya menjadi unik pula. Makanan tradisinonal memiliki peluang besar Esensi lokal dan tradisional adalah praktek untuk ditawarkan seiring meningkatnya kuliner berdasarkan metode, dan ketrampilan jumlah wisatawan yang peduli terhadap tertentu dapat bertahan (survive) dan budaya dan warisan lokal, makanan tradisional terlindung dari gempuran industri maju atau bisa menjadi salah satu cara terbaik untuk perkembangan teknologi. Wisata kuliner mengetahui tentang budaya dan warisan lokal makanan tradisional berfungsi meningkatkan (Sims, 2009). pendapatan masyarakat dan menyerap tenaga Beras merupakan makanan pokok bagi kerja sehingga diperlukan pelestarian dengan sebagian besar penduduk Indonesia. Selain itu cara memelihara, memanfaatkan, dan jagung, sagu, singkong, dan ubi jalar juga mengembangkannya. merupakan makanan pokok lainnya terutama Terlepas dari peran utamanya, di wilayah bagian timur Indonesia. Laut makanan tradisional terkesan diremehkan oleh Indonesia yang luasnya tercatat sepertiga masyarakat. Sebaliknya, penduduk setempat wilayah juga menyediakan bahan makanan memilih masakan dari produk makanan dengan gizi sangat tinggi berupa ikan dan internasional yang dipasarkan secara massal, bahan makanan laut lainnya. Secara khusus, seperti McDonalds dan makanan berantai Indonesia memiliki tahu dan tempe untuk global lainnya (Wilk, 1999 ; Blakey, 2012). lauk-pauk dan makanan ringan di hampir Indonesia yang terdiri dari keragaman etnis semua wilayah. Tempe dianggap sebagai salah yang luas tercermin dalam pengaruh satu keunikan makanan Indonesia. Makanan multibudaya kuliner Indonesia, masyarakat khas Indonesia lainnya adalah bumbu yang setempat tidak melihatnya sebagai sesuatu disebut , yang salah satu jenis sambal yang istimewa. Hal itu ditambah lagi bahwa terbuat dari cabai, bawang merah, bawang promosi makanan tradisional di situs putih, dan pasta udang. Biasanya sambal pariwisata pemerintah masih kurang disajikan untuk pelengkap lauk di samping diperhatikan. Padahal apabila dicermati, hidangan utama. Buah-buahan dan sayur- warisan budaya dan sumber daya alam sayuran tropis juga merupakan bagian penting merupakan daya tarik wisata paling populer dari masakan Indonesia, terutama sebagai yang ditawarkan oleh pemerintah. makanan penutup. Buah-buahan ini biasanya Makanan tradisional Indonesia sangat disajikan dalam bentuk buah segar atau beragam, seiring dengan beragamnya etnik sesekali dicampur dengan saus gula aren. dan wilayah multikulturalnya. Makanan Namun demikian, setiap etnis dan wilayah di Indonesia memiliki kekhasan makanan pelayanan, dan menikmati dari makanan, serta masing-masing dan menjadikannya sebagai variasi budaya atau gaya masakan. Wisata hidangan tradisional populer di daerahnya. kuliner ialah perjalanan yang memanfaatkan Indonesia sebagai salah satu negara masakan dan suasana lingkungannya sebagai yang berupaya menjadi salah satu destinasi objek tujuan wisata. Wisata kuliner sebagai wisata dunia terus berupaya meningkatkan diri industri pariwisata yang berkaitan dengan agar mampu bersaing dengan negara lain. penyediaan makanan dan minuman Undang-Undang Republik Indonesia No.10 mengalami perkembangan pesat. Hal ini Tahun 2009 tentang kepariwisataan dikarenakan tren wisatawan sekarang adalah menyebutkan bahwa pariwisata adalah berkunjung ke suatu daerah wisata untuk berbagai macam kegiatan wisata dan didukung mencari atau berburu makanan khas daerah berbagai fasilitas serta layanan yang tersebut. disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pemerintah dan pemerintah daerah yang salah sebagai daerah yang berpotensi pariwisata satunya adalah wisata kuliner. Wisata kuliner besar, memerlukan strategi khusus untuk adalah pengalaman perjalanan ke daerah mendukung pariwisata di Kota Pelajar ini. gastronomi untuk rekreasi atau tujuan DIY dengan luas daerah 3.185,80 km2, hiburan, yang mencakup kunjungan ke memiliki berbagai daya tarik wisata menarik produsen makanan primer dan sekunder, dan unik untuk dikunjungi, mulai dari wisata festival, pameran makanan, peristiwa, petani alam, budaya, sejarah, dan lain-lain. DIY pasar, acara memasak dan demonstrasi, memiliki luas tersempit setelah Provinsi DKI mencicipi produk makanan berkualitas , atau Jakarta. Namun demikian, hal tersebut tidak kegiatan pariwisata yang berhubungan dengan membuat DIY menjadi daerah yang kecil makanan (Global Report on Food Tourism, dalam bidang pariwisata, karena mampu 2012:6). menyandang predikat kedua sebagai daerah Istilah kuliner (culinary) merupakan tujuan wisata setelah Provinsi Bali. Hal itu bagian/subesensi gastronomi. Kuliner adalah terbukti pada tahun 2015 lalu, DIY mampu masakan dan mempunyai arti yang bersinonim menarik wisatawan sebanyak 4.122.205 orang, dengan istilah cuisine. Beragam pilihan cita dengan rincian 308.485 dari mancanegara dan rasa menu khas, baik yang tradisional maupun 3.813.720 orang dari Nusantara (Statistik yang sudah termodernisasi , tersaji dari penjaja Dinas Pariwisata DIY, 2015). Hal ini makanan kaki lima hingga restoran dan kafe membuktikan bahwa DIY memiliki kekuatan bernuansa eksklusif. Wisata kuliner untuk menarik wisatawan. merupakan bagian dari jenis pariwisata yang Sektor pariwisata di DIY juga tidak lebih luas, yaitu wisata gastronomi bisa lepas dari kuliner yang dimilikinya. Salah (gastronomy tourism). Wisata gastronomi satu kuliner yang menjadi ikon di Yogyakarta merupakan suatu tren baru dalam dunia adalah . Dalam surat kabar Kedaulatan kepariwisataan. Gastronomi adalah seni atau Rakyat edisi 31 Desember 2013 disebutkan usaha pencarian dari kualitas makanan yang bahwa gudeg merupakan makanan yang baik, termasuk dalam pemilihan, persiapan, menjadi ciri khas Yogyakarta. Cita rasa gudeg yang unik mampu menarik wisatawan yang baku yang melimpah, pembuatan makanan berkunjung ke Yogyakarta untuk mencicipi tradisional, dan pangsa pasar yang masakan yang terbuat dari nangka muda ini. menjanjikan seharusnya bisa menjadikan Masakan gudeg menjadi sasaran para kekayaan makanan tradisional menjadi atraksi wisatawan ketika masa liburan datang. Namun wisata yang berharga. Hal ini bukan hal yang demikian, tidak semua di daerah tujuan wisata tidak mungkin mengingat banyak negara terdapat penjual gudeg. Oleh karena itu, cara secara sengaja memperkenalkan pariwisatanya yang tepat agar masakan gudeg ini mampu melalui makanan tradisional yang menjadi menjadi tujuan wisata kuliner di DIY adalah kekhasan negara yang bersangkutan. Makanan dengan menempatkan beberapa warung makan sebagai salah satu aspek budaya suatu bangsa khusus masakan gudeg di lokasi daya tarik dapat mencirikan identitas bangsa tersebut. wisata yang tersebar di DIY. Selama ini Pemerintah pusat maupun daerah perlu warung makan gudeg masih terpusat di dua melakukan pelestarian makanan tradisional wilayah, yaitu di Mbarek Condong Catur dan dengan meningkatkan kualitas produk agar Wijilan. Hal ini akan membuat wisatawan mampu bersaing dan memuaskan wisatawan. lebih mudah menjangkau untuk mencicipi Berkaitan dengan pengembangan masakan tradisional yang populer ini. wisata kuliner di DIY, khususnya wilayah kota Makanan khas lainya dari Yogyakarta Yogyakarta, Pemkot Yogyakarta bersama adalah yang notabene merupakan Kementerian Pariwisata RI menandatangani makanan ringan khas dari Yogyakarta. Bakpia kesepahaman bersama dalam upaya berkembang di berbagai wilayah di pengembangan wisata kuliner. Kesepahaman Yogyakarta, misalnya bakpia pathuk yang bersama ini merupakan bentuk komitmen berkembang di daerah Kampung Pajeksan, Kementerian Pariwisata dalam memberikan Kelurahan Sosromenduran, Kecamatan dukungan percepatan pengembangan wisata Gedongtengen. Ada bakpia-minomartani di kuliner di Yogyakarta. Dalam kerja sama ini, Desa Minomartani, Kecamatan Ngaglik, kegiatan promosi wisata kuliner akan menjadi Sleman. Ada pula bakpia 5555 di Jambon, tugas Kementerian Pariwisata, sedangkan Desa Sindumartani, Kecamatan Ngemplak, pemerintah daerah bertugas memperbaiki dan bakpia-japon di Desa Trimurti, sanitasi dan higienitas di lokasi wisata kuliner Kecamatan Srandakan, Bantul. sehingga tercipta sinergi antara pusat dan Industri kuliner tradisional biasanya daerah. Selain Yogyakarta, Kementerian dilakukan oleh pengusaha kecil atau industri Pariwisata juga menetapkan empat kota rumah tangga. Cara pembuatannya yang lainnya sebagai destinasi wisata kuliner, yakni mudah dan berbahan dasar dari bahan-bahan Bandung, Yogyakarta, Solo, Semarang, dan yang ada di sekitar membuat industri kecil ini Bali. Penetapan lima destinasi wisata kuliner mudah ditemui. Namun demikian, makanan ini berdasarkan beberapa kelayakan. tradisional belum sepenuhnya menjadi tuan Diantaranya produk dan daya tarik utama, rumah di DIY. Pengamatan awal pengemasan produk dan even, kelayakan menunjukkan bahwa restoran modern cepat pelayanan, kelayakan lingkungan, kelayakan saji memiliki konsumen lebih besar. Bahan bisnis serta peranan pemerintah dalam Oleh karena keterbatasan waktu, tenaga, dan pengembangan destinasi wisata kuliner. biaya, tidak seluruh populasi dijadikan objek Berdasarkan uraian di atas, kajian yang penelitian sehingga perlu dilakukan sampling. akan dilakukan dalam penelitian ini adalah Penarikan sampel dilakukan secara kajian mengenai pengembangan wisata kuliner probabilitas wilayah, yaitu memilih sampel melalui makanan tradisional di DI berdasar posisi geografis, yaitu di wilayah Yogyakarta,khususnya penggunaan bahan Kabupaten Sleman, wilayah Kabupaten Kulon makanan lokal pada pengembangan wisata Progo, wilayah Kabupaten Bantul, wilayah kuliner, peran makanan tradisional. Adapun Kabupaten Gunung Kidul, dan wilayah fokus penelitian ini berkaitan dengan Kotamadya Yogyakarta. pengembangan wisata kuliner melalui Jenis Data makanan tradisional di Daerah Istimewa Dalam penelitian ini data digali dan Yogyakarta. disempurnakan secara terus-menerus selama proses penelitian berlangsung. Data yang akan digali dalam penelitian ini berupa data primer METODE PENELITIAN dan data sekunder mengenai potensi wisata Alasan Pemilihan Lokasi kuliner yang telah ada selama ini. Penentuan lokasi penelitian ini hanya Teknik Pengumpulan Data di khususkan di Kabupaten Gunungkidul Dalam upaya agar tujuan penelitian walaupun di seluruh wilayah D.I Yogyakarta, tercapai, penelitian ini menggunakan beberapa yang terbagi dalam 4 kabupaten dan satu teknik pengumpulan data sebagai berikut. kotamadya yang mempunyai sentra-sentra a. Observasi kuliner. Penentuan lokasi ini didasarkan pada Observasi dilakukanuntuk melihat beberapa alasan, pertama D.I Yogyakarta gambaran umum tentang wisata kuliner di merupakan pusat budaya Jawa dan memiliki daerah penelitian, terutama yang berbagai menu makanan tradisional yang khas, menyangkut data tentang potensi yang ada, dan sangat berpotensi menjadi tujuan wisata sarana-prasarana, lingkungan fisik, pola kuliner di Indonesia. Yang kedua perilaku pengunjung, dan kehidupan perkembangan wisata kuliner di D.I masyarakat. Instrumen yang digunakan Yogyakarta belum merata sehingga terkesan untuk merekam data, antara lain, ialah didominasi oleh tempat-tempat tertentu saja. panduan observasi, buku catatan, kamera, Ketiga, beragam jenis makanan dan minuman alat tulis, dan sebagainya. Observasi khas di D.I Yogyakarta, tetapi hanya sedikit dilaksanakan pada Juni – Agustus 2018. makanan tradisional yang dikenal oleh Dalam melakukan observasi, peneliti wisatawan. datang ke lokasi penelitian untuk melihat Metode Pengambilan Sampel dan mengidentifikasikan secara langsung Penelitian dilakukan di restoran data yang dibutuhkan. Hal itu sesuai makanan tradisional yang terdefinisi dengan dengan pendapat bahwa observasi baik di Kabupaten Gunung kidul. Populasi merupakan upaya mengamati atau adalah seluruh restoran makanan tradisional memperhatikan suatu objek. Hasil dan sentra-sentra kuliner makanan tradisional. pengamatan tiap orang berbeda sehingga mereka dalam pengembangan wisata dalam tiap pengamatan harus selalu kuliner di wilayah penelitian. dikaitkan dua hal, yakni informasi, yaitu c) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DIY apa yang terjadi dan konteks, yaitu hal-hal untuk mencari informasi tentang yang berkaitan di sekitarnya (Nasution keterlibatan mereka dalam pengembangan 1992:56‒58). wisata kuliner di DIY, perencanaan b. Wawancara Mendalam (Indepth pengembangan wisata kuliner, jumlah tamu Interview) yang berkunjung, dan regulasi pemerintah Dalam melakukan wawancara, yang berkaitan dengan pengembangan pewawancara tidak menggunakan rencana wisata kuliner di DIY. urutan pertanyaan yang akan ditanyakan d) Asosiasi Usaha Pariwisata (ASITA, PHRI, kepada informan, serta tidak menggunakan APJI, HPI, dll) untuk menjaring informasi pedoman wawancara yang telah tersusun tentang partisipasi mereka dalam secara sistematis dan lengkap untuk pengembangan wisata kuliner tersebut. mengumpulkan data, tetapi hanya e) Penikmat kuliner (pengunjung/wisatawan) menggunakan pedoman berupa garis-garis di tiap-tiap sentra kuliner. besar permasalahan yang akan diteliti f) Pengelola/pemilik usaha kuliner untuk (Sugiyono, 2005:74). Tujuan wawancara mengetahui jenis jenis makanan yang di adalah untuk membawa beberapa isu jual, bahan, cara mengolahnya.. pendahuluan ke permukaan sehingga peneliti dapat menentukan variabel yang akan c. Studi Dokumentasi digunakan dalam penelitian secara lebih Melalui studi dokumentasi, data yang mendalam (Sekaran & Bougie, 2010:186). didapatkan berupa data sekunder. Dokumen Wawancara mendalam dilakukan terhadap merupakan catatan peristiwa yang sudah pihak pihak yang terlibat dalam berlalu. Studi dokumentasi merupakan pengembangan wisata kuliner di DIY dalam pelengkap dari penggunaan metode observasi kurun waktu Januari – April 2018 sebagai dan wawancara dalam penelitian kualitatif berikut. (Sugiyono, 2005:82-83). Dalam penelitian ini a) Pemilik restoran makanan tradisional dan studi dokumentasi dilakukan untuk menjaring pengelola sentra wisata kuliner atau informasi tentang pengembangan wisata paguyuban untuk menjaring informasi kuliner yang sudah dilaksanakan selama ini tentang pengelolaan restoran dan sentra serta data-data kaitannya dengan gambaran wisata kuliner dan perannya dalam umumwilayah penelitian. Penelusuran pengelolaan wisata kuliner, menyangkut dokumentasi dilakukan di Dinas Kebudayaan upaya pendanaan, perencanaan, dan dan Pariwisata seluruh kabupaten/kota di DIY pelibatan masyarakat sekitar. dan instansi-instansi lain yang menyimpan b) Dinas Pariwisata dan Dinas Perindustrian informasi tentang potensi wisata kuliner. masing-masing kabupaten/kota. Selain itu, juga digunakan literatur, baik Wawancara mendalam dilakukan untuk berupa buku, catatan, maupun laporan hasil menjaring informasi mengenai peran serta penelitian dari penelitian terdahulu. PenarikanKesimp Teknik Analisa Data Reduksi Data ulan/verifikasi Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode kualitatif, dengan tujuan untuk memecahkan permasalahan yang diajukan Gambar 3 sehingga tujuan dan manfaat penelitian ini Pengumpulan Data dan Komponen Analisis Data dapat terjawab. metode kualitatif adalah Model Interaktif dengan melakukan interprestasi terhadap hasil (Miles dan Huberman 1992:20) analisis data untuk mendapatkan gambaran yang muncul di balik data tersebut. Dianalisis HASIL DAN PEMBAHASAN 0 hal-hal sebagai berikut. DI Yogyakarta terletak antara 7 .33’- 0 0 0 Analisis data kualitatif dilakukan secara 8 .12’ lintang selatan dan 110 .00’ – 110 .50’ terus-menerus selama penelitian berlangsung. bujur timur. Luas wilayah DI Yogyakarta Data-data yang sudah terkumpul, baik dari tercatat 3.185,80 km² atau 0,17 persen dari data pengamatan, wawancara, maupun luas wilayah Indonesia yang memiliki luas dokumentasi segera direduksi atau dipilah- 1.860.359,67 km². Luas ini merupakan luas pilah untuk memilih hal-hal pokok yang sesuai provinsi terkecil di Indonesia setelah DKI dengan fokus penelitian. Hal ini dilakukan Jakarta. Wilayah DI Yogyakarta terbagi atas untuk memberikan gambaran yang lebih tajam empat kabupaten dan satu kota yaitu tentang hasil pengamatan dan mempermudah Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, pencarian. Sesudah itu, dilakukan penafsiran Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Sleman, dan dibuat display data atau penyajian data, dan Kota Yogyakarta. misalnya dengan tabel atau matriks, kemudian DI Yogyakarta dikenal sebagai ditarik suatu kesimpulan. Tahap akhir adalah wilayah yang kaya akan potensi budaya, baik menyampaikan rekomendasi dari temuan budaya bendawi yang kasat mata (tangible penelitian ini. Proses analisis data yang culture) maupun yang berwujud sistem nilai digunakan di atas berdasarkan pada pendapat (intangible culture). Secara historis, D.I Miles dan Huberman (1992:19‒20) yang Yogyakarta telah melalui perjalanan yang menyatakan bahwa analisis terdiri dari tiga sangat panjang. Berawal dari Kerajaan alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, Mataram yang dibagi dua berdasarkan yaitu reduksi data, penyajian data, dan Perjanjian Giyanti (Palihan Nagari) pada 13 penarikan kesimpulan/verifikasi yang Februari 1755 (Kamis Kliwon, 29 Rabiulakhir, digambarkan dalam bentuk skema di bawah Be 1680 tahun Jawa, wuku Langkir), sejak itu ini: berdirilah Kasultanan Ngayogyakarta dengan Pangeran Mangkubumi sebagai rajanya dan bergelar Sri Sultan Hamengku Buwana I. Pengumpulan Data Penyajian Data Kasultanan tersebut terus berkembang dan bergabung dalam wilayah NKRI pada 1945. Wilayah D.I Yogyakarta terbagi atas empat kabupaten dan satu kota. Wilayah tersebut terbagi lagi menjadi 78 kecamatan produksi padi juga mengalami penurunan dan 438 desa/kelurahan. Menurut sensus sebesar 9,48 persen. Pada 2017, persediaan penduduk 2010, DI Yogyakarta memiliki beras yang dikuasai oleh Perum Badan Urusan populasi 3.452.390 jiwa yang terdiri atas Logistik (BULOG) Divre Yogyakarta 1.705.404 laki-laki dan 1.746.986 perempuan mencapai 66.487,33 ton atau turun -28.75 % serta memiliki kepadatan penduduk sebesar dari tahun 2016. Beras yang disalurkan 1.084 jiwa per km2. Mayoritas masyarakat DI sebesar 59.953,8 ton (90,17 %) dan sebagian Yogyakarta hidup dalam budaya pertanian dan besar untuk Operasi Pasar Khusus. masih melaksanakan kegiatan dalam proses Produksi palawija di D.I Yogyakarta budaya tersebut. Banyak desa dijadikan desa didominasi oleh komoditas ubi kayu, yakni wisata berbasis budaya, khususnya budaya sebesar 1.025.641 ton, jagung sebesar 311.764 pertanian. Berbagai ritual tradisional masih ton, kacang tanah sebesar 79.907 ton, serta terus dijalankan bahkan sebagian menjadi kedelai dan ubi jalar masing-masing sebesar kegiatan rutin pariwisata seperti sekaten, 8.656 ton dan 5.289 ton. Adapun produksi bekakak, suran Mbah Demang, Buka Luwur, kacang hijau dan cantel relatif kecil, yakni dan Labuhan. DI Yogyakarta juga dikenal masing-masing 301 ton dan 31 ton. Bila memiliki warisan budaya yang sangat dibandingkan dengan tahun 2016, beberapa beragam, baik peninggalan masa prasejarah, komoditas palawija mengalami kenaikan. Ubi masa Hindu Budha, masa Islam, masa jalar naik sebesar 62,44 persen, kacang tanah Kolonial, masa kemerdekaan, dan masa orde naik sebesar 5,40 persen, kacang hijau naik lama. Warisan-warisan budaya tersebut sebesar 4,15 persen, dan jagung naik sebesar menjadi daya tarik utama pariwisata DI 0,49 persen. Sementara itu, komoditas Yogyakarta. palawija lainnya mengalami penurunan dan Ditinjau dari potensi perekonomian yang terbesar adalah penurunan komoditas daerah, DI Yogyakarta memiliki sektor kedelai yaitu, 48,36 persen. Penurunan unggulan dalam memacu perekonomian, yaitu terbesar kedua adalah komoditas cantel yaitu sektor pariwisata. Sektor pariwisata di D.I 44,64 persen, dan diikuti penurunan ubi kayu Yogyakarta meliputi pariwisata alam, budaya, sebesar 8,86 persen. Tanaman perkebunan dan buatan. Beberapa kegiatan ekonomi, yang cukup potensial di DI Yogyakarta adalah seperti pertambangan, pertanian, perdagangan, kelapa, tebu rakyat, dan cokelat. Pada 2017, industri, dan jasa bertujuan untuk produksi kelapasebesar 50.359,29 ton atau meningkatkan perekonomian, khususnya turun 7,78 persen, tebu rakyat turun sebesar sektor pariwisata yang berkembang dalam 21,73 persen menjadi 7.988,86 ton, sementara lima tahun terakhir. cokelat mencapai 1.904,89 ton atau naik 18,39 Penduduk wilayah D.I Yogyakarta persen. menggantungkan hidupnya dari sektor Di bidang peternakan, populasi ternak pertanian namun kondisi pertanian fluktuatif. di DI Yogyakarta pada tahun 2017 sebesar Pada 2017, produksi padi mengalami 929.201 ekor. Jumlah tersebut naik sebesar penurunan sebesar 0,18 persen bila 2,07 persen dibandingkan tahun 2016, yakni dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2016, 910.306 ekor. Dilihat dari komposisinya, jenis ternak yang dominan adalah kambing yaitu Di bidang investasi, realisasi kumulatif sebanyak 401.219 ekor atau 43,18 persen dari nilai penanaman modal dalam negeri yang total ternak, diikuti oleh sapi potong sebanyak masuk ke DI Yogyakarta pada 2017 sebesar 309.960 ekor (33,36 persen), dan domba Rp4,82 triliun dari rencana investasi sebesar sebanyak 194.788 ekor (20,96 persen). Rp9,28 triliun atau 51,93 persen dari rencana Berdasarkan data di atas tampak bahwa yang ditetapkan. Investasi dalam negeri yang luas lahan sawah menduduki luas terkecil di masuk tahun 2017 di sektor tersier (hotel dan banding nonsawah dan bukan pertanian. Di restoran; perdagangan dan reparasi; Kabupaten Gunungkidul, misalnya, luas lahan perumahan, kawasan industri, dan sawah hanya kecil karena mayoritas wilayah perkantoran; transportasi, gudang, dan Gunung Kidul tidak bisa difungsikan sebagai komunikasi; listrik, gas, air; serta jasa lainnya) sawah. Kondisi alam yang didominasi sekitar 57,77 persen. Pada sektor sekunder pegunungan karst menyebabkan ketersediaan (industri), investasi dalam negeri yang solum tanah sangat tipis. Luas lahan sawah di ditanamkan sekitar 41,64 persen dan pada Kota Yogyakarta juga sangat kecil, karena sektor primer (pertanian dan pertambangan) sebagai daerah perkotaan, luasan lahan hanya sekitar 0,59 persen. didominasi oleh pemukiman. Berdasarkan hal Sementara itu, realisasi kumulatif tersebut, tata guna lahan perlu diperhatikan investasi penanaman modal asing (PMA) karena menjadi sumber bahan pangan lokal selama periode yang sama mencapai 107,04 sebagai salah satu bahan makanan tradisional. persen atau tercatat sebesar Rp 8,04 triliun Di bidang perindustrian, pada 2015, dari rencana sebesar Rp 7,51 triliun. Minat jumlah unit usaha industri besar dan sedang investor asing terkonsentrasi pada sektor tercatat sebanyak 351 unit usaha industri. tersier yang mencapai 71,07 persen. Adapun Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar investasi di sektor primer dan sekunder 3,54 persen jika dibandingkan dengan kondisi tercatat sebesar 8,40 persen dan 20,53 persen pada 2014 yang jumlahnya mencapai 339 unit. dari total realisasi PMA. Keterlibatan tenaga kerja pada beberapa Sebagai salah satu pemberi kontribusi industri yang tersebar di lima kabupaten/kota terbesar pada PAD, perkembangan industri cukup merata. Kabupaten Kulonprogo, Bantul, pariwisata di DI Yogyakarta menjadi pemicu dan Gunungkidul memiliki keterlibatan tenaga industri lainnya untuk berkembang. Pada kerja masing-masing sebesar 21,14 persen, 2017, 28 hotel bintang yang baru terdapat di 28,80 persen, dan 24,53 persen dibandingkan DI Yogyakarta sehingga jumlah hotel dengan total tenaga kerja di DI Yogyakarta. berbintang yang beroperasi sebanyak 117 Selebihnya terdapat di Sleman sebesar 18,35 dengan 12.214 kamar dan 20.426 tempat tidur. persen dan Kota Yogyakarta 7,18 persen. Dari Adapun hotel nonbintang jumlahnya 91.214 industri yang dirilis oleh Dinas berkurang 14 hotel dibandingkan tahun 2017 Perindustrian dan Perdagangan DI sehingga menjadi 1.062 hotel nonbintang Yogyakarta, 27,94 persennya terdapat di dengan kamar sebanyak 13.927 dan 19.717 Kabupaten Kulonprogo. tempat tidur. Jumlah wisatawan yang menggunakan fasilitas hotel tercatat 5.229.298 orang yang terdiri atas 2.617.380 orang menggunakan hotel bintang dan 2.611.918 Tabel 01. Jumlah Wisatawan Nusantara tahun orang menggunakan hotel nonbintang. Pada 2013 - 2017 2017, tamu asing yang berkunjung ke DI Kab. Kab. Kab. Kab. Kota Tahun Gunungki Bantul Sleman Kulonprogo Yogyakarta Yogyakarta rata-rata menginap selama 2,3 dul hari, lebih panjang dibandingkan tahun2013 2.221.698 695.850 3.274.980 695.850 4.366.164 2014 2.793.331 907.709 3.882.432 907.709 5.025.155 sebelumnya yakni selama 1,99 hari. Adapun2015 4.763.614 1.289.672 4.695.740 1.289.672 5.388.352 tamu domestik rata-rata menginap selama 1,552016 5.400.260 1.346.894 5.439.165 1.346.894 5.271.471 2017 9.130.657 1.390.331 6.552.487 1.390.331 5.049.608 hari, lebih panjang dibandingkan tahunJml 24.309.560 5.630.456 23.844.804 5.630.456 25.100.750 sebelumnya, yakni selama 1,35 hari. Pada Sumber: Buku Statistik Dinas Pariwisata DI 2017, tingkat hunian kamar bintang naik dari Yogyakarta 2018 56,22 persen pada 2016 menjadi 59,06 persen pada 2017. Tingkat hunian kamar nonbintang Tabel 02. Jumlah Wisatawan Mancanegara Tahun juga mengalami peningkatan, yakni dari 29,22 2013 – 2017 Kab. Kab. Kab. Kab. Kota Tahun pada 2016, menjadi 31,65 pada 2017. Bantul Gunungkidul Sleman Kulonprogo Yogyakarta Banyaknya daya tarik wisata di DI Yogyakarta2013 - 3.558 337.974 - 306.301 telah menyerap kunjungan wisatawan, baik2014 687 5.319 340.599 - 226.197 2015 - 5.319 255.194 23 232.913 wisatawan mancanegara maupun wisatawan2016 5.540 3.882 246.136 6.506 249.481 nusantara. Pada 2010 tercatat kunjungan2017 10.493 21.067 262.071 10.455 297.695 wisatawan sebanyak 1.456.980 orang denganJumlah 16.720 39.145 144.1974 16.984 131.2587 rincian 152.843 dari mancanegara dan Sumber: Buku Statistik Dinas Pariwisata DI 1.304.137 orang dari nusantara. Bentuk wisata Yogyakarta 2018 di DI Yogyakarta meliputi wisata MICE Pengembangan pariwisata DI (Meeting, Incentive, Convention and Yogyakarta termuat didalam Perda Nomor 1 Exhibition), wisata budaya, wisata alam, Tahun 2012 tentang Rencana Induk wisata minat khusus, dan berbagai fasilitas Pembangunan Kepariwisataan Daerah wisata lainnya, seperti resort, hotel, dan Provinsi Daerah Istimewa Yogykarta. Dalam restoran. Tiga puluh tujuh hotel berbintang RIPPDA DI Yogyakarta, termuat Visi dan 1.011 hotel melati tercatat di seluruh DI Pembangunan Pariwisata DI Yogyakarta pada Yogyakarta pada 2010. Adapun MICE telah 2025. Adapun Visi Pembangunan Pariwisata diselenggarakan sebanyak 4.509 kali per tahun DI Yogyakarta 2012--2025 adalah atau sekitar 12 kali per hari. Keanekaragaman “Terwujudnya Yogyakarta sebagai Destinasi upacara keagamaan dan budaya dari berbagai Wisata Berkelas Dunia, Berdaya Saing, agama yang didukung oleh kreativitas seni dan Berwawasan Budaya, Berkelanjutan, Mampu keramahtamahan masyarakat membuat DI Mendorong Pembangunan Daerah dan Yogyakarta mampu menciptakan produk- Pemberdayaan Masyarakat”. Visi tersebut produk budaya dan pariwisata yang kemudian dijabarkan dalam misi yang salah menjanjikan. DI Yogyakarta memiliki tidak satunya menyebutka perlunya mewujudkan kurang dari 515 Bangunan Cagar Budaya yang kepariwisataan yang kreatif dan inovatif. Misi tersebar di 13 Kawasan Cagar tersebut menjadi gambaran arah pembangunan 10. Kawasan karst Pegunungan Sewu dan jangka panjang DI Yogyakarta. sekitarnya sebagai kawasan wisata Sektor wisata menjadi andalan DI berbasis karst. Yogyakarta mengingat banyaknya potensi 11. Kawasan Congot-Glagah-Trisik dan wisata, seperti wisata pantai, wisata budaya, sekitanya sebagi kawasan wisata kuliner, wisata kuliner, wisata sejarah, wisata spiritual, tradisional pantai. wisata pendidikan, dan wisata merapi. Selain 12. Kawasan Pegunungan Menoreh dan itu, wisata menjadi salah satu karateristik unik sekitarmya sebagi kawasan wisata DI Yogyakarta. Dalam Perda Nomor 1 Tahun berbasis tirta, religi, alam dan desa wisata. 2012 juga disebutkan kebijakan pembangunan daya tarik wisata, yaitu bahwa kebijakan DI Yogyakarta memiliki persebaran daya pengembangan kawasan pariwisata DI tarik wisata yang merata di masing-masing Yogyakarta terbagi dalam kawasan wilayah kabupaten, yaitu di Sleman sebanyak pengembangan sebagai berikut. 29, Kulon Progo 14, destinasi dalam kota 17, 1. Kawasan Lereng Merapi bagian selatan dan Bantul dan Gunungkidul masing-masing 7. sekitarnya sebagai kawasan alam Gunung Selain destinasi berupa daya tarik wisata, DI Merapi dan desa wisata. Yogyakarta juga kaya akan kebudayaan. Dinas 2. Kawasan Prambanan-Ratu Boko dan Kebudayaan Provinsi DI Yogyakarta sekitarnya sebagai kawasan wisata menginformasikan bahwa telah tersedia data purbakala dan budaya. sejak 2013 sampai sekarang, termasuk di 3. Kawasan Godean-Moyudan dan sekitarnya dalamnya Warisan Budaya Tak Benda sebagai kawasan wisata pedesaan. (WBTB). Penetapan suatu budaya tak benda 4. Kawasan Keraton-Malioboro dan menjadi WBTB harus memenuhi pesyaratan sekitarnya sebagai kawasan wisata berbasis bahwa setiap WBTB harus dikaji terlebih budaya dan kehidupan perkotaan. dahulu oleh tim ahli; ada foto, video, dan 5. Kawasan Kasongan-Tembi-Wukirsari dan dokumen; mengisi formulir yang disediakan; sekitarnya sebagai sentra kerajinan dan dan untuk kuliner harus mengalami minimal desa wisata. dua generasi. 6. Kawasan pantai Parangtritis-Depok- Dari data diketahui bahwa WBTB Kuwaru dan sekitarnya sebagai wisata (Warisan Budaya Tak Benda) di bidang alam, kuliner dan dirgantara. kuliner/makanan tradisional baru berjumlah 7. Kawasan Pantai Baron-Sundak dan enam buah hal ini menunjukkan masih sekitarnya sebagai kawasan wisata pantai rendahnya jumlah makanan tradisional yang berbasis pendidikan dan keluarga. terdata. 8. Kawasan Siung-Wediombo-Bengawan Makanan tidak hanya berfungsi untuk Solo Purba dan sekitarnya sebagai kawasan memenuhi kebutuhan nutrisi manusia, namun wisata berbasis keanekaragaman karst. juga berguna secara sosial budaya, yaitu untuk 9. Kawasan Patuk dan sekitarnya sebagi mempertahankan hubungan antar manusia, kawasan desa wisata kerajinan dan agro- simbol identitas suatu masyarakat, serta ekowisata. mengandung nilai tertentu bagi sebagian kelompok manusia, suku bangsa, atau berpengaruh terhadap jumlah dan jenis sumber perorangan. Makanan juga sering dikaitkan pangan sebagai bahan baku makanan. dengan faktor-faktor emosi atau perasaan, Produksi palawija didominasi oleh tingkat sosial, kepercayaan, agama. komoditas ubi kayu sebesar 1.025.641 ton, Bahan makanan biasanya berasal dari jagung sebesar 311.764 ton, kacang tanah hewan atau tumbuhan setempat. Jenis dan sebesar 79.907 ton, serta kedelai dan ubi jalar karakteristik alam yang beragam yang masing-masing sebesar 8.656 dan 5.289 menyebabkan makanan di DI Yogyakarta ton. Adapun produksi kacang hijau dan cantel bervariasi baik jenis, tampilan, maupun rasa. relatif kecil, yakni masing-masing sebesar 301 Sumber-sumber bahan makanan yang ada di dan 31 ton. Apabila dibandingkan dengan DI Yogyakarta dapat dilihat dari data-data tahun 2016, beberapa komoditas palawija potensi hasil pertanian, peternakan, dan mengalami kenaikan. Ubi jalar naik sebesar perikanan. Sumber bahan pangan di DI 62,44 persen, kacang tanah naik sebesar 5,40 Yogyakarta, antara lain merupakan hasil persen, kacang hijau naik sebesar 4,15 persen, produksi pertanian yang total luasnya terus dan jagung naik sebesar 0,49 persen. mengalami penurunan. Untuk mengantisipasi Sementara itu, komoditas palawija lainnya semakin sempitnya lahan pertanian, mengalami penurunan. Penurunan terbesar pemerintah Kota Yogyakarta menerbitkan adalah pada komuditas kedelai, yaitu 48,36 Peraturan Wali Kota Nomor 112 Tahun 2017 persen. Penurunan terbesar kedua dan ketiga tentang Pengendalian Lahan Sawah Beririgasi adalah pada komoditas cantel yaitu 44,64 Teknis. Peraturan ini merupakan wujud persen, dan pada ubi kayu sebesar 8,86 persen. komitmen Pemkot Yogyakarta untuk terus Penurunan hasil panen ini, salah satunya, mempertahankan luasan lahan persawahan dipengaruhi oleh penurunan luas lahan sekaligus menjadi salah satu solusi pertanian karena banyaknya alih fungsi lahan. permasalahan penyusutan lahan persawahan. Selain jenis tanaman sebagai bahan Dengan landasan hukum tersebut, Pemkot utama pemenuhan makanan pokok, di wilayah Yogyakarta memberlakukan penundaan DI Yogyakarta juga dibudidayakan tanaman pemberian izin perubahan penggunaan lahan sayuran. Umumnya sayuran banyak ditanam sawah menjadi fungsi lain sejak 1 Januari pada saat musim kemarau, karena mayoritas 2018. lahan ditanami padi saat musim penghujan. Dari data di atas diketahui bahwa pada Selain itu banyak pula pematang sawah 2016 dan 2017 telah terjadi perubahan luas dimanfaatkan untuk menanam sayuran di sisi lahan karena alih fungsi. Lahan pertanian, baik pinggirnya. lahan sawah maupun lahan bukan sawah, Sebagian sumber bahan pangan mengalami penurunan, sedangkan lahan bukan sebagian juga dihasilkan oleh produksi pertanian mengalami kenaikan. Adapun luas tanaman perkebunan, baik sebagai pelengkap lahan secara total tetap. Penurunan luas lahan dalam makanan maupun digunakan dalam pertanian akan memengaruhi hasil panen. membuat minuman. Hasil perkebunan yang Keterbatasan lahan pertanian sangat paling dominan adalah kelapa karena hampir setiap rumah tangga, terutama di daerah pedesaan, rata-rata memiliki pohon kelapa di juga dikirim ke daerah lain sebagai komoditas pekarangannya. Penanaman pohon kelapa perdagangan. kadang-kadang dijadikan sebagai penanda Selain hewan besar, sumber protein suatu peristiwa, misalnya ketika seorang anak hewani lainnya adalah unggas. Di beberapa lahir, sang ayah akan menanam bibit kelapa wilayah DI Yogyakarta dikenal produk sebagai penanda kelahiran tersebut. makanan khas berupa , misalnya Tanaman perkebunan yang cukup di Kalasan dan Ngemplak. Ketersediaan bahan potensial di DI Yogyakarta adalah kelapa, tebu baku produksi ayam goreng sangat ditentukan rakyat, dan cokelat. Pada 2017, kelapa oleh ketersediaan daging ayam. Selain itu, berproduksi sebesar 50.359,29 ton atau turun adanya sentra produksi ayam goreng ini 7,78 persen, tebu rakyat turun sebesar 21,73 menyebabkan jumlah unggas yang di potong persen menjadi 7.988,86 ton, dan cokelat naik di Kabupaten Sleman menjadi jumlah mencapai 1.904,89 ton atau 18,39 persen. terbanyak. Selain produk pertanian, sumber Ikan juga merupakan salah satu sumber bahan pangan juga berupa hasil produksi protein yang tinggi. Berbagai olahan ikan peternakan untuk memenuhi kebutuhan meramaikan bisnis kuliner di DI Yogyakarta. protein hewani. Populasi ternak di DI Salah satu sentra kuliner ikan yang populer Yogyakarta pada 2017 sebesar 929.201 ekor, adalah sentra kuliner Pantai Depok Bantul yang berarti naik 2,07 persen dibandingkan yang menawarkan sajian ikan laut. Adapun pada 2016 yang hanya sebesar 910.306 ekor. sajian hasil olahan ikan darat dapat dijumpai Dilihat dari komposisinya, jenis ternak yang di berbagai rumah makan sekaligus dominan adalah kambing, yaitu sebanyak pemancingan yang banyak tersebar di wilayah 401.219 ekor atau 43,18 persen dari total DI Yogyakarta. Penghasil perikanan masih ternak. Adapun sapi potong sebanyak 309.960 didominasi oleh Kabupaten Sleman. Jenis ikan ekor (33,36 persen) dan domba sebanyak hasil produksi lokal DI Yogyakarta berupa 194.788 ekor (20,96 persen). ikan budi daya di perairan darat dan perairan Berdasarkan data di atas diketahui laut. bahwa jumlah ternak yang dipotong berbeda Kegiatan wisata kuliner muncul saat dengan jumlah populasi ternak. Hal itu orang membutuhkan makanan yang khas dari disebabkan karena makanan olahan dari daerah tujuan yang tidak ditemui di daerah hewan ternak bagi sebagian orang dianggap asalnya. Makanan khas itu merujuk pada sebagai makanan mewah sehingga makanan tradisional.Wisatawan yang datang kebanyakan orang tidak mengonsumsi ke DI Yogyakarta selalu mencari makanan makanan ini setiap hari. Jenis masakan hasil khas. Dengan demikian makanan khas berupa olahan daging bervariasi dan biasanya makanan tradisional bisa dijadikan tolok ukur tergantung pada jenis daging dari bagian tubuh bagi lahirnya wisata kuliner diDI Yogyakarta. hewan yang akan diolah. Pada dasarnya cara Makanan tradisional diDI mengolah daging ada tiga, yaitu dipanggang, Yogyakartamengutamakan hasil pertanian dan direbus, dan digoreng. Selain sebagai hewan diolah dengan bumbu asli tanpa campuran potong, hewan ternak wilayah DI Yogyakarta, bumbu impor. Setiap makanan tradisional memiliki ciri khas dan keunikan. Wisata juga berguna secara sosial budaya, yaitu untuk kuliner yang lahir karena adanya makanan mempertahankan hubungan antar manusia, tradisional di DI Yogyakarta semakin hari simbol identitas suatu masyarakat, serta semakin berkembang. Hal itu dipengaruhi mengandung nilai tertentu bagi sebagian adanya eksplorasi penemuan resep-resep yang kelompok manusia, suku bangsa, atau lebih baik dalam masakan tradisional disertai perorangan. Makanan juga sering dikaitkan dengan penampilan yang semakin modern dengan faktor-faktor emosi atau perasaan, dan tidak monoton. Dengan demikian tingkat sosial, kepercayaan, agama. makanan tradisional berperan penting dalam Bahan makanan biasanya berasal dari pengembangan wisata kuliner, yakni menarik hewan atau tumbuhan setempat. Jenis dan minat para wisatawan. karakteristik alam yang beragam DI Yogyakarta merupakan salah satu menyebabkan makanan di DI Yogyakarta daerah yang ditetapkan oleh Kementerian bervariasi baik jenis, tampilan, maupun rasa. Pariwisata sebagai tujuan wisata kuliner. Sumber-sumber bahan makanan yang ada di Ketersediaan bahan baku untuk memproduksi DI Yogyakarta dapat dilihat dari data-data makanan sebagai daya tarik utama wisata potensi hasil pertanian, peternakan, dan kuliner melimpah di masing-masing perikanan. Sumber bahan pangan di DI kabupaten, kecuali kota yang wilayahnya di Yogyakarta, antara lain merupakan hasil dominasi oleh permukiman. Ketersedian jenis produksi pertanian yang total luasnya terus dan macam makanan di DI Yogyakarta mengalami penurunan. Untuk mengantisipasi sebagai salah satu kebutuhan pokok semakin sempitnya lahan pertanian, wisatawan, di pengaruhi oleh sumber daya pemerintah Kota Yogyakarta menerbitkan alam yang ada di sekitarnya. Hasil pertanian Peraturan Wali Kota Nomor 112 Tahun 2017 dan hasil alam juga dapat memengaruhi pola tentang Pengendalian Lahan Sawah Beririgasi makan dan kombinasi makanan yang Teknis. Peraturan ini merupakan wujud dihidangkan. Wisata kuliner di DI Yogyakarta komitmen Pemkot Yogyakarta untuk terus didominasi oleh makanan tradisional karena mempertahankan luasan lahan persawahan ketersediaan bahan baku yang melimpah. sekaligus menjadi salah satu solusi Pengembangan wisata kuliner ditunjang permasalahan penyusutan lahan persawahan. oleh kecenderungan wisatawan mencari Dengan landasan hukum tersebut, Pemkot makanan rumahan untuk bernostalgia. Selain Yogyakarta memberlakukan penundaan itu, tidak dapat dimungkiri bahwa menu yang pemberian izin perubahan penggunaan lahan disiapkan di desa wisata juga menjadi salah sawah menjadi fungsi lain sejak 1 Januari satu pendorong berkembangnya makanan 2018. tradisional sebagai daya tarik wisata. Berikut Dari data di atas diketahui bahwa pada akan diuraikan sumber bahan lokal dan 2016 dan 2017 telah terjadi perubahan luas potensi-potensi lain yang menjadi faktor lahan karena alih fungsi. Lahan pertanian, baik utama ketertarikan wisatawan. lahan sawah maupun lahan bukan sawah, Makanan tidak hanya berfungsi untuk mengalami penurunan, sedangkan lahan bukan memenuhi kebutuhan nutrisi manusia, namun pertanian mengalami kenaikan. Adapun luas lahan secara total tetap. Penurunan luas lahan membuat minuman. Hasil perkebunan yang pertanian akan memengaruhi hasil panen. paling dominan adalah kelapa karena hampir Keterbatasan lahan pertanian sangat setiap rumah tangga, terutama di daerah berpengaruh terhadap jumlah dan jenis sumber pedesaan, rata-rata memiliki pohon kelapa di pangan sebagai bahan baku makanan. pekarangannya. Penanaman pohon kelapa Produksi palawija didominasi oleh kadang-kadang dijadikan sebagai penanda komoditas ubi kayu sebesar 1.025.641 ton, suatu peristiwa, misalnya ketika seorang anak jagung sebesar 311.764 ton, kacang tanah lahir, sang ayah akan menanam bibit kelapa sebesar 79.907 ton, serta kedelai dan ubi jalar sebagai penanda kelahiran tersebut. yang masing-masing sebesar 8.656 dan 5.289 Tanaman perkebunan yang cukup ton. Adapun produksi kacang hijau dan cantel potensial di DI Yogyakarta adalah kelapa, tebu relatif kecil, yakni masing-masing sebesar 301 rakyat, dan cokelat. Pada 2017, kelapa dan 31 ton. Apabila dibandingkan dengan berproduksi sebesar 50.359,29 ton atau turun tahun 2016, beberapa komoditas palawija 7,78 persen, tebu rakyat turun sebesar 21,73 mengalami kenaikan. Ubi jalar naik sebesar persen menjadi 7.988,86 ton, dan cokelat naik 62,44 persen, kacang tanah naik sebesar 5,40 mencapai 1.904,89 ton atau 18,39 persen. persen, kacang hijau naik sebesar 4,15 persen, Selain produk pertanian, sumber dan jagung naik sebesar 0,49 persen. bahan pangan juga berupa hasil produksi Sementara itu, komoditas palawija lainnya peternakan untuk memenuhi kebutuhan mengalami penurunan. Penurunan terbesar protein hewani. Populasi ternak di DI adalah pada komuditas kedelai, yaitu 48,36 Yogyakarta pada 2017 sebesar 929.201 ekor, persen. Penurunan terbesar kedua dan ketiga yang berarti naik 2,07 persen dibandingkan adalah pada komoditas cantel yaitu 44,64 pada 2016 yang hanya sebesar 910.306 ekor. persen, dan pada ubi kayu sebesar 8,86 persen. Dilihat dari komposisinya, jenis ternak yang Penurunan hasil panen ini, salah satunya, dominan adalah kambing, yaitu sebanyak dipengaruhi oleh penurunan luas lahan 401.219 ekor atau 43,18 persen dari total pertanian karena banyaknya alih fungsi lahan. ternak. Adapun sapi potong sebanyak 309.960 Selain jenis tanaman sebagai bahan ekor (33,36 persen) dan domba sebanyak utama pemenuhan makanan pokok, di wilayah 194.788 ekor (20,96 persen). DI Yogyakarta juga dibudidayakan tanaman Berdasarkan data di atas diketahui sayuran. Umumnya sayuran banyak ditanam bahwa jumlah ternak yang dipotong berbeda pada saat musim kemarau, karena mayoritas dengan jumlah populasi ternak. Hal itu lahan ditanami padi saat musim penghujan. disebabkan karena makanan olahan dari Selain itu banyak pula pematang sawah hewan ternak bagi sebagian orang dianggap dimanfaatkan untuk menanam sayuran di sisi sebagai makanan mewah sehingga pinggirnya. kebanyakan orang tidak mengonsumsi Sebagian sumber bahan pangan makanan ini setiap hari. Jenis masakan hasil sebagian juga dihasilkan oleh produksi olahan daging bervariasi dan biasanya tanaman perkebunan, baik sebagai pelengkap tergantung pada jenis daging dari bagian tubuh dalam makanan maupun digunakan dalam hewan yang akan diolah. Pada dasarnya cara mengolah daging ada tiga, yaitu dipanggang, minuman ini yang menjadi salah satu alasan direbus, dan digoreng. Selain sebagai hewan wisatawan untuk berkunjung ke DIY. Data potong, hewan ternak wilayah DI Yogyakarta, makanan tradisional yang ada di DIY juga dikirim ke daerah lain sebagai komoditas dikumpulkan melalui berbagai sumber yaitu perdagangan. dari Alit Pangestu (2004), Nur Arif Hidayat Selain hewan besar, sumber protein (2004), Setiawan Sabana (2006), Endang hewani lainnya adalah unggas. Di beberapa Nurhayati, dkk (2013). bahwa makanan dan wilayah DI Yogyakarta dikenal produk minuman tradisional DIY sebanyak 245 yang makanan khas berupa ayam goreng, misalnya terdiri dari: di Kalasan dan Ngemplak. Ketersediaan bahan Menurut Marwanti (2011) Klasifikasi baku produksi ayam goreng sangat ditentukan makanan di Indonesia memiliki susunan menu oleh ketersediaan daging ayam. Selain itu, yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, adanya sentra produksi ayam goreng ini sayur, sambal, sedap sedapan, dan minuman. menyebabkan jumlah unggas yang di potong Untuk itu dalam penelitian ini makanan di Kabupaten Sleman menjadi jumlah tradisional yang populer di DIY terdiri dari: terbanyak. Jumlah unggas yang di potong di 1. Hidangan Pokok (nasi dan pengantinya) masing-masing kabupaten bisa dilihat pada Makanan pokok adalah jenis yang tabel berikut. merupakan makanan utama yang biasa Ikan juga merupakan salah satu sumber dihidangkan dalam jumlah banyak. Makanan protein yang tinggi. Berbagai olahan ikan pokok pada masakan Indonesia adalah nasi. meramaikan bisnis kuliner di DI Yogyakarta. Disamping itu dikenal pula bahan makanan Salah satu sentra kuliner ikan yang populer pokok yang lain, yaitu diantaranya singkong, adalah sentra kuliner Pantai Depok Bantul ubi, jagung, pisang, dan sagu. Bahan-bahan yang menawarkan sajian ikan laut. Adapun tersebut dapat digunakan tersendiri atau sajian hasil olahan ikan darat dapat dijumpai dicampur dengan bahan lain. di berbagai rumah makan sekaligus 2. Hidangan lauk pauk. pemancingan yang banyak tersebar di wilayah Lauk-pauk adalah suatu hidangan DI Yogyakarta. Penghasil perikanan masih yang merupakan pelengkap nasi yang didominasi oleh Kabupaten Sleman. Jenis ikan dapat berasal dari bahan hewani dan hasil produksi lokal DI Yogyakarta berupa produknya, tumbuh-tumbuhan, atau 2 ikan budi daya di perairan darat dan perairan kombinasi bahan hewan dan tumbuhan laut. yang biasanya dimasak dengan bumbu DIY memiliki berbagai macam tertentu. Teknik pengolahan lauk pauk makanan dan minuman tradisional yang diantaranya dengan cara digoreng, dikukus, digemari oleh wisatawan. Jenis makanan dan dibakar, kombinasi dari beberapa teknik dan minuman yang ada umumnya memanfaatkan dengan teknik ganda. Teknik penyajian lauk bahan baku lokal DIY, meskipun tidak dapat pauk dapat dengan per porsi atau secara dipungkiri terdapat juga beberapa bahan baku prasmanan. Bahan makanan sumber yang di datangkan dari luar daerah, bahkan protein hewani yang banyak digunakan luar negeri. Keragaman jenis makanan dan dalam masakan Indonesia adalah telur, (teh, kopi, coklat, jeruk) dan minuman panas daging, unggas, ikan, hasil laut dan lain-lain. berisi (, wedang ronde, dan 3. Hidangan Sayur. wedang ublek). Sedangkan minuman dingin Sayur adalah suatu hidangan berkuah juga ada dua macam yaitu minuman dingin yang merupakan kelengkapan nasi yang tidak berisi (es sirup, es limun, es beras dapat dimakan dengan atau tanpa nasi. kencur) dan minuman dingin berisi (dawet, Sayur biasanya berisi kuah dan bahan , es buah). pokok sayuran atau dapat pula ditambahkan dengan bahan lain seperti bahan hewani Jenis pangan lokal yang di konsumsi atau tumbuh-tumbuhan seperti 1. Informasi terhadap bahan Pangan lokal produknya (makaroni, soun). Bahan yang yang di gunakan dalam hidangan yang digunakkan dalam masakan sayur dapat disajikan berupa air, kaldu, atau santan.Bumbu Pada dasarnya bahan pangan lokal yang digunakan bisa bervariasi tergantung masyarakat DIY tidak terlepas dari jenis rasa yang diinginkan, karena bumbu yang kandungan sebagai berikut: digunakan tiap daerah berbeda-beda. 1) Karbohidrat yang di peroleh dari beras, 4. Sambal. ketan putih, ketan hitam, ganyong, Sambal adalah hidangan yang tidak jagung, singkong atau ubi kayu, ubi berdiri sendiri, tetapi harus dimakan jalar, jali jali Gude beserta turunannya dengan bahan lain, terutama lalap. Sambal (tepung beras, tepung ketan, tepung juga dapat digunakan sebagai penambah tapioka, tepung terigu, sagu, Garut, rasa dan melengkapi hidangan lain. mlinjo, rumput laut dan lainya. Sambal dapat diklasifikasikan menjadi dua 2) Protein di peroleh dari: yaitu sambal mentah dan matang. a) Protein Hewani dari aneka ikan asin( 5. Sedap-Sedapan/Kudapan. jambal roti, teri, cumi) bandeng, Sedap-sedapan atau kudapan adalah tongkol, belut, daging ayam, daging makanan kecil yang biasa dihidangkan bebek, daging sapi, daging kuda, bersama minuman, baik untuk keperluan daging kelinci, Ikan gurami, ikan nila, sehari-hari maupun untuk kesempatan ikan mas, Ikan Beyong, Ikan Lele, khusus. belut, telur ayam, telur bebek, telur 6. Minuman. puyuh, udang. Enthog, daging dara Minuman adalah salah satu kebutuhan b) Protein Nabati dari kacang hijau, hidup yang penting dan harus dipenuhi. kacang kedelai, kacang merah, kacang Kegunaan minuman adalah untuk mete, kacang kedelai, kacang tanah, mencegah rasa haus, menambah nilai gizi bentuk olahanya tahu, tempe. serta memenuhi kebutuhan tubuh akan air. 3) Sayuran yaitu bayam, buncis, bunga kol, Minuman Indonesia menurut jenisnya daun bawang, daun kemangi, kacang dibedakan menjadi dua yaitu minuman panas panjang, kangkung, kelapa, mentimun, dan dingin. Minuman panas ada dua pete, sawi, selada, jamur, tauge, terong, macam yaitu minuman panas tidak berisi tomat, daun bawang, wortel. Mangar, Bongol pisang, Daun pepaya, Mlanding, daun lumbu, Nangka muda 4) Buah-buahan yaitu pisang, kolang kaling, salak, duku, jambu, jeruk, manggis, nangka, pepaya, semangka, jeruk nipis. 5) Bumbu yang terdiri dari bawang merah, bawang putih, cabe rawit, cabe besar, kencus, lengkuas, jahe, kunyit, daun jeruk, daun pandan, daun salam, sere, Gambar.03 kapulaga, jinten, merica, gula merah, Jenis Kudapan Berdasarkan Bahan Baku

kemiri, terasi, kecap, kunci, vanili, wijen 1) Minuman dan kluak Berdasar hasil survey yang dilakukan, 6) Bahan lainnya antara lain minyak maka dapat diidentifikasi bahan utama goreng, cuka, kapur dan ragi. pembuatan minuman tradisional berupa

rempah-rempah, Jahe, Nira, Kopi, Buah- Berdasar data di atas tampak bahwa bahan buahan, Beras/Tepung beras dan Teh dengan utama berupa daging sapi dan sayuran teknik olah yang semua dengan proses memiliki variasi menu hasil olahan yang direbus dan di sajikan terbanyak pada malam paling banyak yang bisa ditemui di wilayah hari, dan siang serta pagi hari DIY. Adapun prosentasenya dapat dilihat pada 2) Informasi terhadap cara penyiapan dan gambar di bawah. pengolahan hidangan masakan

Makanan tradisional di D.I Yogyakarta, berdasarkan cara pengolahannya dapat di kategorikan menjadi enam, yaitu: (1) Rebus, (2) digoreng, (3) ditumis, (4) dikukus, (5) dibakar, (6) Dipanggang, dan (7) di panggang/Oven . Makanan yang di buat dengan cara di rebus misalnya jenang monte, Jenang sumsum, jenang abang, pedhes. Makanan yang digoreng misalnya

timus, , srabi dan lain-lain. Makanan Gambar.02 Jenis makanan utama tradisional yang di bakar misalnya sate, ikan dan ayam berdasarkan bahan utama bakar. Makanan yang di kukus misalnya

, utri dan lain-lain. Berdasar pengamatan yang dilakukan, maka dapat diidentifikasi bahan utama Dari data dapat di simpulkan bahwa pembuatan makanan tradisional berupa pengolahan makanan dengan cara di rebus kudapan dan jumlah hasil olahannya. Adapun merupkanan cara pengolahan yang paling prosentasenya dapat dilihat pada gambar di banyak dilakuakan, berdasarkan hasil bawah. wawancara, didapatkan data bahwa mengoreng adalah cara mengolah yang paling b. Duduk di kursi/Bangku dengan Tatanan praktis, murah dan cepat. Hanya perlu satu Bervariasi tahapan saja. Sedangkan yang paling sedikit Cara menikmati makanan dengan adalah olahan dengan cara di panggang/oven duduk di kursi atau bangku kemudian karena lama dan kurang praktis. Namun makanan disajikan diatas meja merupakan sebenarnya mengoreng memerlukan biaya cara menikmati makanan tradisional yang yang relatif mahal. Karena memerlukan umum ditawarkan oleh banyak warung banyak minyak goreng. Namun biasanya makan. Cara ini juga banyak dilakukan pembuat makanan tradisional menggunakan oleh sebuah keluarga saat makan bersama. minyak yang sudah berkali-kali di pakai. c. Duduk di Bale-bale Menurut Teori gastronomi dapat Cara makan ini biasanya dilakukan di digunakan untuk mengkaji jenis-jenis daerah pedesaan yang masyarakatnya makanan tradisional yang dapat masih memiliki bale-bale /dipan / tempat dikembangkan sebagai daya tarik wisata tidur dari bambu atau kayu. Belakangan ini kuliner, termasuk keunikan dalam hal sejumlah warung makan juga menyajikan pengolahan dan penyajian makanan tersebut. makanannya dengan cara pembeli duduk di Selain itu, teori ini juga digunakan untuk bale-bale untuk menumbuhkan kembali melihat aneka minuman tradisional (termasuk nuansa pedesaan. proses pembuatannya) yang dapat menjadi Adapun cara menikmati makanan dan daya tarik wisata kuliner(Scarpato, 2002:36). minuman tradisional dengan cara berdiri sambil berbincang-bincang seperti di Cara Menikmati Makanan Tradisional negara-negara Barat tidak lazim di DI Cara menikmati makanan tradisional di Yogyakarta, bahkan ada anggapan “ora DI Yogyakarta cukup bervariasi. Hal itu bisa ilok” jika makan sambil berdiri. Hal itu tergambar pada berbagai jenis penyedia tidak lepas dari akar budaya Jawa yang makanan yang menawarkan berbagai pilihan. merupakan budaya yang menjiwai Dalam kehidupan sehari-hari pun masyarakat masyarakat DI Yogyakarta. DI Yogyakarta memiliki kebiasaan yang berbeda-beda. Cara menikmati makanan Jenis dan Waktu Penyajian Makanan dan tradisional di DI Yogyakarta adalah: Minuman Tradisional DI Yogyakarta a. Lesehan Makanan tradisional memiliki Lesehan adalah budaya dalam peruntukan waktu santap yang berbeda-beda. menikmati makanan atau sesuatu barang Umumnya waktu makan masyarakat DI sembari duduk ditikar/lantai. Banyak Yogyakarta terbagi dalam tiga waktu berbeda, penyedia makanan berupa warung makan yaitu makan pagi, makan siang, dan makan yang menawarkan cara makan dengan cara malam. Sebagian masyarakat, pada saat makan lesehan ini. Makanan atau barang yang pagi atau disebut sarapan hanya mengonsumsi diperjual belikan disajikan saat lesehan kudapan yang mengandung karbohidat tinggi sehingga pengunjung bisa menikmati seperti ketela rebus, ubi rebus, gorengan, dan dengan santai. bubur. Siang hari mereka makan dengan menu utama nasi atau bahan pengganti dilengkapi as Tourist Attractions in Rural Areas. dengan sayur dan lauk pauk. Demikian juga European Society for Rural Sociology, pada malam hari biasanya menunya tidak 38: (1), 21-34. berbeda jauh dengan menu makan siang. Blichfeldt, B. S., Chor, J., & Ballegard, N. L. Sebelum saat makan malam, pada sore hari (2010). The dining experience: A biasanya juga disediakan kudapan yang qualitative study of top restaurant visits fungsinya untuk menemani saat minum teh. in a Danish context. Journal of Tourism, 11(1), 43-60 Dinas Pariwisata Provinsi DI Yogyakarta. KESIMPULAN (2010). Data Statistik Pariwisata D.I. Potensi wisata kuliner bahwa makanan Yogyakarta 2009. Yogyakarta: Dinas tradisional di DI Yogyakarta didominasi bahan makanan lokal, yaitu main course adalah sayuran Pariwisata Provinsi DI Yogyakarta. dan daging sapi; untuk kudapan adalah Ernayanti. (2003). Ensiklopedia Makanan singkong/ubi, tepung beras; untuk minuman adalah Tradisional di Pulau Jawa dan Pulau rempah-rempah; serta ditemukan 51 jenis makanan Madura. Jakarta: Deputi bidang utama, 105 jenis kudapan, dan 14 jenis minuman. Pelestarian dan Pengembangan Cara pengolahan dengan rebus, goreng, tumis, Kebudayaan. Asdep. Urusan kukus, bakar, panggang/oven. Cara penyajiannya Kepercayaan terhadap Tuhan Yang dengan lesehan dan duduk di meja. Waktu Maha Esa. penyajian pada pagi, siang, dan malam. Alat-alat European Commission, Directorate-General yang digunakan untuk memproduksi makanan for Research. (2007, October 2014). tradisional adalah cobek, batok, muntu, wakul, European Research on Traditional dandang, kuali, dan anglo. Foods. [online] Retrieved from REFERENCES http://www.fp7.org.tr/tubitak_content_fi Baiquni, M. Forum Geografi, Vol 23 No 1: les/268/dokumanlar/traditional- Belajar Dari Pasang Surut Peradaban foods.pdf [Accessed 10 October 2014] Borobudur Dan Konsep Pengembangan Global Report on Food Tourism 2012:6 Pariwisata Borobudur. 2009. Green, G. P. & Dougherty, M. L. (2009). Beer, S. (2008). Authenticity and Food Localizing linkages for food and tourism Experience - Commercial and Academic as a community development strategy. Perspective. Journal of Foodservice, Journal of Community Development, 19(3), 153-163. doi:10.1111/j.1745- 39(3), 148-158. 4506.2008.00096.x Hall, C.M. & Sharples, L. (2003). The Bessiere, J. (1998). Local Development and consumption of experiences or the Heritage Traditional Food and Cuisine experiences of consumption? An as Tourist Attraction in Rural Areas. introduction to the tourism of taste. C. In Socialogy Ruralis, Vol 38(1). ISSN Michael Hall, Liz Sharples, Richard 0038-0199 Mitchell, Niki Macionis, and Brock Bessiere, J. (1998). Local Development and Cambourne (Ed.). Food Tourism: Heritage: Traditional Food and Cuisine Around the World: Development, Management and Markets. Chapter 1, scale for measuring food tourist p.1-24, Butterworth-Heinemann, motivations. Journal of Quality Oxford. Assurance in Hospitality & Tourism, 11, Hall, M. C., Sharples, L., Mitchell, R., 56-71. Macionis, N., & Cambourne, B. (2005). doi:10.1080/15280080903520568 Food tourism around the world: Kim, Y. H., Yuan, J., Goh, B. K. & Antun, J. Development, management and markets M. (2009). Web Marketing in Food (1st ed.). Great Britain: Elsevier Inc. Tourism: A Content Analysis of Web Harmayani, Eni, Santoso, Umar, dan Gardjito, Sites in West Texas. Journal Of Murdijati (2017). Makanan Tradisional Culinary Science & Technology, 7: (1), Indonesia Seri 2: Makanan Tradisional 52-64. Indonesia yang Populer. Yogyakarta: Kivela, J. & Croots, J.C. (2005). Gastronomy Gadjah Mada University Press Tourism: A Meaningful Travel Market Harmayani. E, Santosa.U & Gardjito.M. Segment. Journal of Culinary Science & (2016). Makanan Tradisional Indonesia. Technology, 4 (2/3), 39-55. Yogyakarta: Gadjah Mada University Kivela, J. & Crotts, J. C. (2006). Tourism and Press. Gastronomy: Gastronomy’s Influence on ICTA. 2007. Definisi Wisata Kuliner How TouristsExperience a Destination. Karim, A.S. & Chi, C. G. Q. (2010). Culinary Journal of Hospitality & Tourism Tourism as a Destination Attraction: An Research, 30 (3), 354-377. Empirical Examination of Destinations' Kivela, J. J. & Crotts, J. C. (2009). Food Image. Journal of Hospitality Understanding travelers’ experiences of Marketing & Management, 19: (6), 531- gastronomy through etymology and 555. narration. Journal of Hospitality and Karim, S. A. (2006). Culinary Tourısm As A Tourism Research, 33(2),161-192. Destination Attraction: An Empirical Kivela, J.J. & Crotts, J. C. (2006). Tourism Examination Of The Destination’s Food and gastronomy: gastronomy's influence Image And Information Sources. A on how tourists experience a destination. thesis presented to the Mara University Journal of Hospitality & Tourism of Technology (Master dissertation). Research, 30(3), 354-377. Kementerian Pariwisata, Republik Indonesia. doi:10.1177/1096348006286797 (2016). Salinan Peraturan Menteri Kotler, P., Bowen, J., & Makens, J. (2006). Pariwisata Republik Indonesia Nomor 1 Marketing for Hospitality and Tourism Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan (4th ed). Upper Saddle River, NJ: Sertifikasi Usaha Pariwisata. Dalam Prentice Hall. http://www.kemenpar.go.id. Diakses Kwik,J. (2008). Traditional Food Knowledge: pada 6 Desember 2017, pukul 17.00 A Case Study of an Immigrant Canadian WIB. “Foodscape” . Environments Journal, Kim, Y. H., Goh, B. K., & Yuan, J. (2010). Volume 36(1) hal 59-74 Development of a multi-dimensional Lazuardi, Trady, Mandra, & Mochamad Buleleng, Tesis Program Magister Sandy. (2015). Rencana Pengembangan Kajian Pariwisata,Universitas Udayana. Kuliner Nasional 2015 – 2019. PT Tidak diterbitkan. Republik Solusi. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Makalah dalam Sarasehan Makanan Yogyakarta No. 1 Tahun 2012. Tradisional Dalam Pandangan Budaya Perda Istimewa D.I. Yogyakarta. (2013). dan Keamanannya. Pusat Kajian Kewenangan dalam Urusan Makanan Tradisional UGM Keistimewaan D.I. Yogyakarta, Pasal Bekerjasama dengan Unit Dharma 36: Adat Istiadat. Dalam Wanita dan Panitia Dies Natalis ke-47. http://www.dprd-DI UGM. Yogyakarta.go.id/wp- Miecle & Murdoch. (2002). Gastronomy content/uploads/2013/08/PERDAIS- Tourism_ The Place of Plate. INDUK-21-AGUSTUS-2013.pdf. Moertjipto, Rumijah J. S., Moeljono, & Astuti, Diakses pada 23 October 2013. J. (1993). Makanan: Wujud, variasi, dan Pujiyati. Minta Harsana.2016 Studi Potensi fungsinya serta cara penyajiannya pada wisata makanan di kota Semarang dalam orang Jawa Daerah Istimewa rangka kesiapan menjadi daerah Yogyakarta. Departemen Pendidikan wisata.UNY dan Kebudayaan, Direktur Jendral Sekaran,U. & Bougie, R. 2010. Research Kebudayaan, Direktorat Sejarah & Nilai Methods for Busness. John Wiley & Tradisional, Proyek Sons Ltd. West Sussex. Penelitian,Pengkajian & Pembinaan Sims, R. (2009). Food, place and authenticity: Nilai-nilai Budaya. local food and the sustainable tourism Molz, J. G. (2007). Eating difference: The experience. Journal of Sustainable cosmopolitan mobilities of culinary Tourism, 17(3), 321-336. tourism. Space and Culture, 10(1), 77- doi:10.1080/09669580802359293 93. doi:10.1177/1206331206296383 Smith, S. & Costello, C. (2009). Segmenting Nasution. (1988). Metode Naturalistik Visitors to a Culinary Event: kualitatif. Bandung: Tarsito. Motivations, Travel Behavior, and Nur Arif Hidayat. (2004). Pemetaan Makanan Expenditures. Journal of Hospitality khas Kota Yogyakarta, UGM Marketing & Management, 18: (1), 44- Nurhidayati. (2013). Potensi Wisata Makanan 67. (Food Tourism). Dalam Smith, S. & Costello, C. (2009a). Culinary http://endahparwis- tourism: Satisfaction with a culinary fisip.web.unair.ac.id/artikel event utilizing importance-performance Pangestu,Alit. (2004). Pemetaan Makanan grid analysis. Journal of Vacation Khas Daerah Gunung Kidul.UGM Marketing, 15(2), 99-110. Parma,I Putu Gede (2012), Formulasi Strategi doi:10.1177/1356766708100818 Pengembangan Masakan Lokal sebagai Smith, S. & Costello, C. (2009b). Segmenting Produk Wisata Kuliner di Kabupaten visitors to a culinary event: Motivations, travel behavior, and expenditures. Wisata kuliner Masa Depan Industri Journal of Hospitality Marketing and Pariwisata. Selasa, 26 November 2013. Management, 18(1), 44-67. 20.42 doi:10.1080/19368620801989022 Xiaomin, C. (2017) “City of Gastronomy” of Smith, S. Analysis of Tourists Attending a UNESCO Creative Cities Newtwork: Culinary Event: Motivations, From Internasional Criteria to Local Satisfaction and, Behavioral Outcomes, Practice. Retrieved from A thesis presented to University of http://www.ritsumei.ac.jp/acd/re/ssrc/res Tennessee (Doctoral Dissertation) ulp/memoir/tokusyuuugou201707/tokus Sugiyono. (2005). Metode Penelitian yuugou201707-08.pdf Administrasi. Bandung: Alfabeta. Timothy, D. J. & Nyaupane, G P. (2009). Cultural Heritage And Tourism In The Developing World:A Regional Perspective. London: Routledge. Timothy, D. J. (1999). Participatory planning: A view of tourism in Indonesia. Annals of Tourism Research, 26(2), 371-391. Tim Penyusun. 2016. Kamus besar bahasa Indosesia, edisi kelima. Cetakan pertama Jakarta:Kemdikbud Triady, M.S. & Lazuardi. M. (2015). Rencana Pengembangan Kuliner Nasional 2015- 2019. Jakarta: PT. Republik Solusi. Undang-Undang Republik Indonesia, No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. UNWTO. (2015). Tourism Highlights 2015 Edition Geneva. The World Economie Forum. Utama. Scarpato, Rosario. 2002b. Gastronomy Studies in search of Hospitality, in Journal of Hospitality and Tourism Management, Vol. 9, No.2, June 2002, p.1-36. Wahjudi Pantja Sunjata, Sumarno, Titi Mumfangati. (2014).Kuliner Jawa dalam Serat Centhini. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta.