Tentang Komite Nasional Keuangan Syariah

KNKS merupakan lembaga pemerintah non-struktural yang dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2016 tentang Komite Nasional Keuangan Syariah dan mulai aktif beroperasi pada tanggal 03 Januari 2019. Lembaga ini bertugas mempercepat, memperluas, dan memajukan pengembangan ekonomi Syariah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi nasional. Dalam menjalankan tugasnya, KNKS berperan aktif dalam memberikan rekomendasi arah kebijakan, mengoordinasikan para pemangku kepentingan, serta melakukan evaluasi pelaksanaan kebijakan.

Sesuai dengan Masterplan Ekonomi Syariah , KNKS berupaya membangun ekosistem ekonomi Syariah yang meliputi industri halal, keuangan Syariah baik komersial maupun sosial, serta infrastruktur pendukung lainnya seperti pembangunan sumber daya manusia, sistem informasi, dan digitalisasi ekonomi. Dalam melakukan implementasi program strategis, KNKS mengutamakan kerjasama dan sinergi dengan kementerian/lembaga, regulator, akademisi, peneliti, praktisi, organisasi masyarakat. Serta pemangku kepentingan terkait lainnya. Informasi lebih lanjut terkait KNKS dapat diperoleh melalui www.knks.go.id.

2 Tim Penyusun Kajian Konversi, Merger, Holding, dan Pembentukan Bank BUMN Syariah

Komite Nasional Keuangan Syariah

Direktur Inovasi Produk, Pendalaman Pasar, dan Ronald Rulindo, Ph.D. Pengembangan Infrastruktur Sistem Keuangan Syariah Kepala Divisi Pengembangan Infrastruktur Sistem Keuangan Luqyan Tamanni, Ph.D. Syariah

Cindhi Cintokowati, M.Sc. Analis Kebijakan Divisi Inovasi Produk Keuangan Syariah

Ziyan Muhammad Farhan, S.E. Staf Analis Divisi Inovasi Produk Keuangan Syariah

3 Ringkasan Eksekutif

Rendahnya penetrasi perbankan syariah di Indonesia masih cukup luas, terutama segmen yang selama ini menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh pemangku belum masuk dalam sistem perbankan (unbanked kepentingan industri ini di dalam negri. Meskipun population). Program inklusi keuangan yang secara industri perbankan syariah telah memiliki hampir semua prasyarat untuk berkembang pesat di Indonesia gencar dilaksanakan oleh regulator dan lembaga seperti mayoritas penduduk Muslim, layanan keuangan perlahan mulai membuahkan hasil dimana perbankan syariah terjangkau luas, dan pemahaman inklusi keuangan tahun 2016 sudah mencapai 63% dari yang sudah semakin baik di masyarakat, pangsa pasar target 75% pada akhir 2019. perbankan syariah masih berkutat di angka 5%, itu pun setelah konversi dua Bank Pembangunan Daerah Oleh karena itu, tetap diperlukan bank syariah skala menjadi Bank Syariah. besar yang dapat meningkatkan efektivitas perbankan syariah. Adapun kehadiran bank syaria skala besar ini Apabila pengembangan perbankan syariah dapat dapat melalui beberapa opsi: dilakukan dengan zero intervention atau business as a. Konversi bank konvensional milik BUMN atau usual, dengan proyeksi pertumbuhan yang mengacu swasta. pada data historis industri tahun-tahun sebelumnya b. Merger bank syariah milik BUMN (4 BUS dan 1 e.g CAGR 15%, dalam 5 tahun kedepan total aset UUS). perbankan syariah hanya berkisar diangka Rp1.000 c. Holding bank syariah milik BUMN. trilliun, dengan kenaikan pangsa pasar terhadap d. Pembentukan bank BUMN Syariah, dengan industri perbankan keseluruhan yang tidak begitu pilihan: besar. Akan tetapi, jika terdapat intervensi penuh dari i. Pendirian bank BUMN Syariah baru; pemerintah (full intervention) terdapat kemungkinan ii. Penguatan salah satu bank syariah milik total aset perbankan syariah dapat meningkat secara BUMN existing. lebih moderat (27%) atau agresif (36%), sehingga total aset perbankan syariah dapat mencapai Rp2.000 Setelah melakukan serangkaian kajian dan diskusi, trilliun atau Rp3.000 trilliun. pilihan terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan menjadikan salah satu Bank Umum Syariah (BUS) yang Meskipun demikian, ketiga skenario intervensi ini tidak ada sebagai bank BUMN Syariah skala besar (BUKU IV). akan serta merta meningkatkan pangsa pasar BUS tersebut kemudian dapat dibesarkan melalui perbankan syariah secara signifikan mengingat serangkaian kegiatan merger and aqcuisition (M&A) pertumbuhan perbankan konvensional masih cukup dengan mengambil alih saham bank lain. tinggi. Hal ini disebabkan pasar perbankan nasional

4 7

1.1 9

1.2 9

1.3 10

11

11

12

15

17

21

22

24

5 27

30

34

37

39

40

43

6 Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam Setelah terbitnya UU Perbankan Syariah, Industri pengembangan keuangan syariah, salah satunya perbankan syariah mengalami masa keemasan pada melalui industri perbankan syariah yang sudah hadir periode 2007-2012 dengan pertumbuhan aset dua sejak tahun 1992. Perkembangan bank syariah digit (CAGR ±40%). Meski dalam beberapa tahun didukung oleh Undang-Undang No 21 Tahun 2008 terakhir terjadi pelambatan, total aset perbankan tentang perbankan syariah (UU Perbankan Syariah) syariah secara akumulatif masih menunjukkan sebagai landasan hukum mampu mengakomodasi peningkatan. Namun disisi lain, pangsa pasar bank peraturan dan perkembangan industri perbankan syariah Indonesia masih terjebak pada angka syariah pada saat itu. Pertumbuhan industri psikologis 5% hingga tahun 2018. Pangsa pasar ini perbankan syariah terus meningkat tercermin dari dinilai sangat rendah jika dibandingkan dengan jumlah lembaga keuangan syariah yang terus beberapa negara muslim lainnya yang memiliki bertambah. Sampai dengan akhir 2018, Indonesia jumlah populasi dan skala ekonomi lebih kecil. telah memiliki 14 Bank Umum Syariah (BUS) dan 20 Unit Usaha Syariah (UUS) dengan jaringan kantor dan layanan yang tersebar luas di seluruh Indonesia.

7 Diantara tantangan yang dihadapi dalam Dalam Road Map Perbankan Syariah Indonesia 2015- pengembangan perbankan syariah di Indonesia adalah 20191, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan keterbatasan modal. Terbatasnya modal bank syariah beberapa perubahan mendasar yang sedang terjadi, membatasi kedalaman serta fasilitas layanan baik makro maupun mikro, dalam sektor perbankan. perbankan syariah untuk bersaing dengan bank Menurut OJK, dalam lima atau sepuluh tahun ke konvensional. Selain itu, terbatasnya aspek depan, perubahan industri perbankan secara global permodalan ini juga berimbas pada keterbatasan akan lebih drastis dan fundamental dibandingkan ruang gerak, skala bisnis, serta segmen usaha yang dengan yang sudah pernah atau yang sedang terjadi, dapat dilayani oleh perbankan syariah Indonesia. dan akan sangat memengaruhi industri perbankan Penambahan sumber daya manusia yang lebih syariah Indonesia. Diantara situasi yang akan kompeten juga terhambat karena modal yang memengaruhi kinerja perbankan syariah ke depan terbatas. adalah sebagai berikut: a. Adopsi standar dan komitmen internasional Keterbatasan skala usaha perbankan syariah setelah Indonesia menjadi anggota G20. menyebabkan bank syariah kurang kompetitif dan b. Integrasi sektor keuangan dalam kerangka cenderung inefisien dalam mengelola sumber daya. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tahun 2020. Komponen biaya modal yang dikeluarkan oleh bank c. Bonus demografis Indonesia mulai dari 2015 syariah dalam rangka memperoleh pendapatan masih sampai 2035. belum ideal sehingga pembiayaan yang ditawarkan d. Rasio kredit/GDP Indonesia yang masih dibawah belum kompetitif dibandingkan dengan perbankan 50% sehingga terbuka potensi pertumbuhan konvensional. Di sisi lain, skala ekonomi yang terbatas pembiayaan yang sangat besar. mengakibatkan inefisiensi dalam kegiatan operasional e. Rendahnya tingkat literasi keuangan masyarakat bank syariah. Oleh karena itu, hasil dari pengelolaan Indonesia yaitu sebesar 22%. sumber daya menjadi kurang optimal untuk menarik nasabah simpanan dan/atau investor. Sebagai upaya antisipisasi atas perubahan mendasar ini, OJK sebagai regulator menyusun Road Map Dengan kondisi sebagaimana dijelaskan diatas, Pengembangan Perbankan Syariah dari tahun 2015- diperlukan intervensi secara signifikan agar perbankan 2019 yang dirangkum dalam visi ‘mewujudkan syariah bukan hanya tumbuh secara organik, namun perbankan syariah yang berkontribusi signifikan bagi juga anorganik. Oleh karena itu, Komite Nasional pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, pemerataan Keuangan Syariah (KNKS) mengambil inisiatif untuk pembangunan dan stabilitas sistem keuangan serta mengkaji strategi atau pilihan intervensi unorganik berdaya saing tinggi’. Dalam rangka mencapai visi yang dapat dilakukan untuk menciptakan quantum tersebut, OJK mencanangkan tujuh arah kebijakan leap bagi perbankan syariah nasional. yaitu:

8 1Otoritas Jasa Keuangan (2015). Roadmap Perbankan Syariah Indonesia 2015-2019, Jakarta. 1. Memperkuat sinergi kebijakan antara otoritas Sejalan dengan arah kebijakan yang kedua, dengan pemerintah dan stakeholder lain; memperkuat permodalan dan skala usaha bank 2. Memperkuat permodalan dan skala usaha bank syariah, terdapat aspirasi agar ada bank syariah syariah, disertai perbaikan efisiensi; dengan skala besar. Untuk mewujudkan hal tersebut, 3. Memperbaiki struktur dana untuk memperluas terdapat beberapa opsi akselerasi pengembangan segmen pembiayaan; perbankan syariah untuk menghasilkan bank syariah 4. Memperbaiki kualitas layanan dan keragaman skala besar tersebut, antara lain: (a) konversi, (b) produk; merger, (c) holding, dan (d) pembentukan bank BUMN 5. Memperbaiki kuantitas dan kualitas SDM & syariah baru. Intervensi tersebut diharapkan dapat Teknologi Informasi (TI); menghadirkan bank syariah dengan skala besar di 6. Meningkatkan literasi dan preferensi masyarakat; Indonesia sehingga mampu melakukan ekspansi secara dan kuat dan berkesinambungan, termasuk dalam 7. Memperkuat serta harmonisasi pengaturan dan membiayai proyek besar oleh pemerintah maupun pengawasan. swasta.

1.1 Tujuan

Kajian ini bertujuan untuk menyediakan analisis yang a. Konversi bank konvensional milik BUMN dan/atau komprehensif untuk mengidentifikasi berbagai swasta. intervensi kebijakan dalam rangka meningkatkan aset b. Menyatukan (merger) tiga bank syariah dan satu industri perbankan syariah secara anorganik dan unit usaha syariah milik BUMN. menciptakan pertumbuhan secara eksponensial bagi c. Menciptakan holding bank syariah milik BUMN. industri. Beberapa intervensi kebijakan yang dapat d. Pembentukan bank BUMN Syariah, dengan cara: dilakukan antara lain: i. Pendirian bank BUMN Syariah baru. ii. Penguatan salah satu bank syariah milik BUMN existing.

1.2 Ruang Lingkup

Lingkup kegiatan meliputi kajian analisis pembentukan b. Melakukan pemetaan pada metode pembentukan Bank BUMN Syariah yang mencakup: bank Syariah. a. Melakukan desk study dalam rangka analisis c. Melakukan indepth interview dalam rangka informasi dan data terkait pembentukan bank mendapatkan analisis bersama pemangku BUMN Syariah. kepentingan terkait. 9 d. Melakukan analisis data primer dan sekunder e. Pelaporan hasil akhir kajian analisis metode termasuk hasil indepth interview untuk pembentukan Bank BUMN Syariah. menghasilkan kajian analisis dalam pilihan metode pembentukan perbankan BUMN Syariah.

1.3 Deliverables

Keluaran (deliverables) yang diharapkan dari kegiatan a. Analisis pro dan kontra dari masing-masing pilihan ini adalah laporan akhir yang berisi kajian konversi, pembentukan bank BUMN Syariah. merger, holding, dan pembentukan bank BUMN b. Rekomendasi pendekatan terbaik sebagai strategi Syariah yang mencakup: penguatan perbankan syariah.

10 2.1 Kondisi Perekonomian Global

Perekonomian dunia sedang berada dalam fase Hal ini dikarenakan proses pemulihan yang sudah penting setelah mengalami pelambatan yang cukup berjalan dari tahun 2009 terhambat oleh resesi panjang sejak krisis tahun 2008/2009. Bank Dunia ekonomi yang terjadi pada tahun 2010. Bahkan, menyebut periode 2016/2017 sebagai fase setelah ekonomi dunia kembali pulih pada tahun pemulihan ekonomi global yang rapuh atau ‘fragile 2012, pertumbuhan cenderung datar sehingga recovery’.2 lembaga global A.T. Kearney menyebutnya sebagai ‘delicate recovery’.3

2 Lihat: The World Bank, 2017. Global Economic Prospects: A Fragile Recovery. Washington D.C. 3 Lihat: https://www.atkearney.com/web/global-business-policy-council/article?/a/global-economic-outlook-2017-2021-the- all-too-visible-hand 11 Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia (%)

10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 -2,00 -4,00 -6,00 2017( 2018( 2019( 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 p) p) p) N. Maju 2,51 0,07 -3,51 2,89 1,60 1,10 1,29 1,86 2,11 1,68 1,92 1,85 1,69 N. Berkembang 8,29 5,76 1,79 7,29 6,40 4,87 4,87 4,30 3,56 3,46 4,09 4,47 4,68 Dunia 4,24 1,84 -1,80 4,36 3,25 2,43 2,59 2,76 2,65 2,36 2,75 2,87 2,87 Indonesia 6,35 6,01 4,70 6,38 6,17 6,03 5,56 5,01 4,88 5,02 5,16 5,26 5,38

Sumber: Diolah dari data The World Bank, www.worldbank.org

Meskipun masih rapuh dan datar, dari data yang Dapat disimpulkan bahwa kondisi perekonomian terangkum dalam Gambar 1, proses pemulihan secara makro cukup kondusif untuk beberapa tahun ke ekonomi dunia terus berlangsung dan momentum depan sehingga memungkinkan bagi pelaku bisnis pertumbuhan masih terus berlanjut. Oleh karena itu, untuk merencanakan perluasan usaha, merger, indikator yang cukup positif ini dapat memberikan konversi, akusisi, atau aksi korporasi lainnya. Sebagai sedikit keyakinan bahwa ekonomi nasional dan catatan, tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia regional masih akan terus membaik lima tahun ke relatif lebih baik dibandingkan negara maju dan rata- depan. rata negara berkembang lainnya sehingga dapat menjadi insentif bagi pelaku usaha.

2.2 Kondisi Perekonomian Nasional

Seiring dengan meningkatnya integrasi perekonomian relatif lebih stabil dibandingkan negara-negara Eropa dunia, ekonomi Indonesia mengalami situasi yang dan Amerika Serikat, atau sebagian kecil negara serupa dengan perekonomian global sebagaimana berkembang yang terimbas. Hal ini terbukti dengan ditunjukkan pada Gambar 1 diatas. Namun, dalam tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih krisis tahun 2008 – 2009, perekonomian Indonesia positif selama periode krisis tersebut.

12 Dari proyeksi yang dilakukan oleh Bank Dunia (WB) dan Dengan tingkat keyakinan konsumen yang tinggi, maka Dana Moneter Internasional (IMF), pertumbuhan diperkirakan ekonomi nasional akan tetap mengalami ekonomi Indonesia selama tiga sampai dengan lima pertumbuhan yang positif. tahun terakhir masih sekitar 5%. Pertumbuhan yang cukup tinggi ini dipicu oleh tingkat kepercayaan Bahkan ketika dibandingkan dengan negara maju, konsumen yang masih tinggi atau pada level ‘optimis’, misalnya yang tergabung dalam OECD, Consumer misalnya mencapai 113,3 pada Agustus 2016 dan terus Confidence Index Indonesia dalam tiga tahun terakhir meningkat menjadi 121,9 pada Agustus 2017. hampir sama. Salah satu faktor pendukung tingginya Consumer Confidence Index cukup penting bagi indeks tersebut adalah stabilitas perekonomian, baik perekonomian Indonesia mengingat kontribusi sektor dari kondisi politik maupun kebijakan moneter yang konsumsi secara makro masih menjadi motor relatif bisa diprediksi dengan rezim bunga rendah. penggerak pertumbuhan PDB nasional untuk lima tahun kedepan.

Gambar 2. Consumer Confidence Index

102 101 100 99 98 97 96 95

94

2016-06 2016-10 2017-02 2017-06 2007-02 2007-06 2007-10 2008-02 2008-06 2008-10 2009-02 2009-06 2009-10 2010-02 2010-06 2010-10 2011-02 2011-06 2011-10 2012-02 2012-06 2012-10 2013-02 2013-06 2013-10 2014-02 2014-06 2014-10 2015-02 2015-06 2015-10 2016-02

OECD Indonesia

Sumber: OECD (www.oecd.org)

Aspek kestabilan ini juga tercermin dalam berbagai menurun yang disebabkan oleh pelambatan ekonomi indikator makro ekonomi seperti laju inflasi, tingkat dunia. Faktor ketidakpastian ekonomi dunia dan suku bunga kredit, dan nilai tukar rupiah dengan mata lemahnya volume perdagangan dunia sepanjang uang asing. Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan periode ini turut memberikan pengaruh pada ekonomi ekonomi Indonesia cenderung stabil dengan tren Indonesia, termasuk realisasi pertumbuhan ekonomi.

13 Meskipun demikian, tingginya permintaan rumah Sepanjang tahun 2018, tren perbaikan harga tangga yang ditandai dengan kestabilan konsumsi komoditas ekspor nasional diperkirakan akan kembali masyarakat turut mendukung momentum pemulihan dan menjadi faktor pendukung peningkatan kinerja sektor perdagangan internasional serta kinerja sektor pertumbuhan ekspor beberapa kuartal ke depan. penting lainnya.Perkembangan ini meningkatkan optimisme terhadap asumsi pertumbuhan ekonomi dalam APBN. Tabel 1. Tren dan Proyeksi Indikator Kunci

Keterangan 2016 2017 2018 2019(p) 2020(p) 2021(p)

Pertumbuhan 4,9 5,3 5,4 5,8 6,0 6,0 PDB/GDP Inflasi 4,3 4,5 3,13 4,3 4,1 4,0 Current Account -2,6 -2,8 -3,0 -3,0 -3,0 -3,0 Balance (% GDP) BI-Rate 4,75 4,25 6 4-6 4-6 4-6 Sumber: Diolah dari World Economic Outlook IMF; Bank Indonesiat

Bagi industri perbankan, terdapat beberapa kondisi 20184, namun sumber pertumbuhan masih menjadi yang menyebabkan peningkatan pembiayaan ke domain sektor konsumsi rumah tangga yaitu sebesar berbagai sektor perekonomian. Pertama, konsumsi 56% pada tahun 2018.5 Sementara laju inflasi rumah tangga yang merupakan pendorong utama diperkirakan stabil di kisaran 4,1 - 4,2% selama dua pertumbuhan memberikan peluang bagi industri tahun ke depan. perbankan untuk meningkatkan pembiayaan konsumer dengan pertumbuhan yang diperkirakan Secara historis, laju pertumbuhan ekonomi nasional stabil. Kedua, berlanjutnya berbagai proyek mengalami penurunan yang signifikan dari tahun 2012 infrastruktur nasional yang memerlukan pembiayaan sampai akhir 2016 yaitu dari 6,2% menjadi 5,2%. perbankan dalam jumlah yang cukup signifikan. Pelambatan ini dipicu oleh menurunnya harga Partisipasi bank syariah dalam sindikasi pembiayaan komoditas yang menjadi andalan ekspor Indonesia infrastruktur menunjukkan tren meningkat dan terjadi seperti batu bara dan crude palm oil (CPO) di pasar perluasan partisipasi jumlah bank syariah, termasuk internasional. Hal yang sama terjadi dengan nilai tukar Unit Usaha Syariah bank daerah. Rp yang melemah dari Rp9.400/USD menjadi lebih dari Rp13.000/USD. Indikator lain seperti laju inflasi dan Di sisi lain, perekonomian nasional masih dibayangi suku bunga sempat memburuk selama beberapa oleh lesunya sektor riil dan belum pulihnya sektor tahun, namun kembali membaik pada tahun 2017 dan manufaktur. Meski pertumbuhan ekonomi masih 2018. relatif tinggi di kisaran 5,1% sampai 5,4% pada tahun

4Asumsi pertumbuhan , Statistik Triwulan, www.bi.go.id 14 5Badan Pusat Statistik, www.bps.go.id . Tabel 2. Data Historis Ekonomi Makro Indonesia

Keterangan 2014 2015 2016 2017 2018 Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,50 5,70 5,20 5,07 5,18 Inflasi (%) y-o-y 8,36 3,35 3,02 3,61 3,13 Kurs (Rp/U$$1) 11.60 12.50 13.50 13,38 14,48 0 0 0 4 1 Suku Bunga SPN 3 Bulan (%) 6,0 6,2 5,5 5,0 5,2 Harga Minyak Mentah Indonesia 105,0 60,0 40,0 50,0 67,5 (USD/Barel) Sumber: Dari berbagai sumber; diolah.

Dalam beberapa tahun ke depan, tingkat Selama periode 2018-2022, secara umum beberapa pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan lembaga seperti Bank Dunia melansir laporan yang stabil di kisaran 5,1 sampai 5,4% dan laju inflasi terjaga optimistik terhadap indikator kunci perekonomian dibawah 4,2%. Tingkat suku bunga masih akan Indonesia. mengikuti irama yang dimainkan oleh Federal Reserve (The Fed) mengingat potensi peningkatan suku bunga The Fed masih tinggi.

2.3 Industri Perbankan Syariah Nasional

Secara umum, pertumbuhan perbankan syariah Namun, perlu dicatat bahwa pertumbuhan tersebut selama tiga tahun terakhir mengalami rebound yang merupakan hasil dari konversi Bank Aceh dan Bank cukup signifikan dibandingkan tahun 2015 yaitu dari NTB, bukan hasil dari pertumbuhan organik BUS yang 8,78% menjadi diatas 12,00%. Tahun 2015 dapat ada. . Dengan demikian, rencana beberapa bank dikatakan sebagai titik terendah pertumbuhan daerah yang sedang melakukan kajian untuk konversi perbankan syariah selama sepuluh tahun terakhir patut didorong sehingga diharapkan akan menjaga dimana pertumbuhan perbankan konvensional hampir momentum pertumbuhan perbankan syariah agar sama dengan perbankan syariah yaitu 8,55% dan tetap tinggi. Dengan dipicu adanya konversi dan 8,78% seperti pada Gambar 3. Data OJK menunjukkan kewajiban pemisahan (spin-off) 22 Unit Usaha Syariah bahwa aset perbankan syariah terus meningkat sebelum 2023, diharapkan bisa menjaga momentum dengan pertumbuhan kembali mendekati angka pertumbuhan industri agar dapat mendekati level ideal 20,00%. Hal ini merupakan pertanda awal bahwa sepenuhnya yaitu pada kisaran 20-30%. perbankan syariah sudah mulai pulih.

15 Gambar 3. Pertumbuhan Perbankan Syariah vs Total Perbankan

94,37 100,00 91,47 90,00 80,00 70,00

60,00 52,06 49,82 50,09 47,55 49,17 50,00 37,28 40,00 33,37 34,06 27,98 30,00 23,55 19,54 20,33 18,98 15,74 16,82

20,00 15,06 12,53 Growth Total Aset Total Growth (Dalam Persentase) (Dalam 20,47 8,78 10,00 17,18 17,96 15,97 16,07 1,02 15,28 13,16 - 8,79 9,16 8,55 9,89 9,26 9,01 5,68 4,25 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 Growth Total Aset Perbankan Syariah (%) Growth Total Aset Perbankan Konvensional (%)

Sumber: Diolah dari data Statistik Perbankan Syariah 2018, OJK

Pertumbuhan total aset perbankan syariah mengalami Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan total aset tren peningkatan sejak tahun 2005 hingga 2018 secara organik di kisaran 15-20% tersebut belum seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Namun, mampu mengejar pertumbuhan industri perbankan pertumbuhan total aset dengan CAGR 15% ini belum secara keseluruhan. Dengan demikian, diperlukan mampu memperbesar pangsa pasar perbankan syariah strategi atau intervensi lain yang mampu mendorong secara signifikan. Dari tahun 2005 hingga 2016, pangsa pertumbuhan industri perbankan syariah secara pasar perbankan syariah masih bertengger dibawah eksponensial. 5%.

Gambar 4. Tren Pertumbuhan Aset, DPK, Pembiayaan Syariah, dan Market Share

500000 7,00% 450000 6,00% 400000 350000 5,00% 300000 4,00% 250000

Miliar 200000 3,00% 150000 2,00% Pertumbuhan 100000 1,00% 50000 0 0,00%

Total Aset BUS dan UUS DPK Pembiayaan Market Share

Sumber: Diolah dari data SPS, OJK

16 Gambar 5 berikut menggambarkan secara jelas kondisi perbankan syariah dapat bergeser melampaui 5% stagnasi pertumbuhan industri perbankan syariah setelah PT Bank Aceh dikonversi menjadi PT Bank Aceh selama tiga tahun berturut-turut dari tahun 2013 Syariah. sampai 2015. Hanya pada tahun 2016, market share

Gambar 5. Perkembangan Pangsa Pasar Perbankan Syariah

2015 2013 2011 2009 2007 2005 92% 93% 94% 95% 96% 97% 98% 99% 100%

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Asset 1.469.827 1.693.850 1.986.501 2.310.557 2.534.106 3.008.853 3.652.832 4.262.587 4.954.467 5.615.150 6.095.908 6.729.799 Asset iB 20.707 26.722 36.538 49.555 66.090 97.519 145.467 195.018 242.276 272.344 296.262 356.504

Sumber: Diolah dari data SPS, OJK

2.4 Peta Persaingan: Five Forces

Peta persaingan industri perbankan syariah dapat misalnya bank baru atau lembaga non bank, (b) dijelaskan, diantaranya dengan menggunakan Five bargaining power dari pelanggan/nasabah, (c) Forces model dari Michael Porter.6 Menurut Porter, bargaining power dari pemasok yaitu penyedia dana potensi bisnis suatu industri ditentukan oleh intensitas untuk bank, (d) ancaman dari produk/layanan persaingan dalam industri tersebut; dan persaingan ini alternatif atau subsitusi, dan (e) pergulatan di antara dipetakan dengan lima kekuatan yang memengaruhi sesama pesaing existing, dalam hal ini bank-bank sebuah bisnis yaitu (a) ancaman dari pesaing baru, syariah yang ada.

17 6Michael Porter (1997). The Competitive Strategy 1. New Entrants

5. Existing 2. Customers 4. Suppliers competitors

3. Substitutes

A. Ancaman Pesaing Baru (New Entrants) B. Bargaining Power of Customers Bagi perbankan syariah, ancaman pendatang baru Secara umum, nasabah pembiayaan bank syariah dalam industri perbankan syariah relatif moderat memiliki daya tawar sedang atau moderat, bahkan mengingat syarat permodalan untuk mendirikan bank dapat dikatakan cukup rendah untuk segmen nasabah baru cukup besar yaitu Rp1 triliun untuk bank syariah7 sektor pemerintahan (bagi bank syariah daerah/BPD) dan Rp3 triliun untuk bank konvensional.8 Selain atau segmen emosional. Bank cenderung lebih modal, sebuah bank juga harus menyediakan dana dominan atas nasabah yang sebagian besar untuk sarana prasarana, SDM, dan modal bisnis awal merupakan pegawai tetap swasta dan Aparat Sipil sehingga hambatan untuk memasuki industri Negara (ASN) dimana mayoritas mengajukan perbankan cukup tinggi. Dengan demikian, rivalitas pembiayaan konsumtif dengan pelunasan melalui dalam industri perbankan bisa dikatakan tidak terlalu pemotongan gaji setiap bulannya. besar. Seiring dengan tren industri perbankan baik nasional maupun global, peluang munculnya bank Adapun nasabah dalam segmen yang lebih luas, baik syariah baru relatif kecil. Di sisi lain, tren merger dan individu maupun korporasi, bank syariah menghadapi akuisisi (M&A) diperkirakan akan sangat tinggi di tahun kondisi yang berbeda. Daya tawar nasabah 2019 ini. Namun, perkembangan teknologi informasi pembiayaan produktif cenderung lebih tinggi, terlebih dapat membawa pesaing baru bagi bank syariah dalam nasabah bisa dengan mudah membandingkan pricing bentuk financial technology (fintech) yang bank, dan jika berkehendak bisa pindah bank dengan menawarkan produk atau jasa keuangan yang serupa mudah. Oleh karena itu, perbankan syariah harus dengan perbankan syariah. Meski fintech masih dalam mempersiapkan diri dengan bargaining power tahap perkembangan dan belum diatur seketat customers yang secara keseluruhan akan semakin perbankan, namun biaya pengembangannya relatif tinggi, terutama ketika komposisi nasabah berubah kecil sehingga hambatan masuknya menjadi cukup secara signifikan dengan semakin banyaknya nasabah rendah. Oleh karena itu, fintech bisa menjadi ancaman diluar segmen captive seperti pemerintahan atau serius pada waktu mendatang. emosional.

7PBI No. 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah 18 8PBI No. 11/1/PBI/2009 tentang Bank Umum Menangani nasabah pembiayaan komersial dengan syariah. Lembaga yang berpotensi menjadi substitusi karakter rasional akan menjadi tantangan tersendiri bagi perbankan syariah diantaranya Bank BUMN bagi bank syariah. konvensional yang memiliki keunggulan jaringan dan layanan, BPR/BPRS, koperasi simpan pinjam dan C. Bargaining Power of Suppliers lembaga pembiayaan konsumer (multifinance). Dalam laporan ini, pemasok yang dimaksud adalah Namun, ancaman terbesar datang dari layanan pihak-pihak penyedia berbagai sumber dana dan keuangan berbasis teknologi atau financial technology layanan, khususnya pemilik dana baik Dana Pihak (fintech/tekfin). Produk peer-to-peer (P2P) lending Ketiga (DPK) maupun dana Non-DPK seperti likuiditas menikmati pertumbuhan tiga digit dalam dua tahun antar bank. Secara umum, daya tawar penyedia dana terakhir, yang menjadikan P2P lenders sebagai bank syariah cukup tinggi dimana nasabah institusi dan ancaman terbesar perbankan, termasuk perbankan korporasi besar lazimnya meminta rate khusus untuk syariah. Meskipun saat ini masih banyak P2P yang bersedia menempatkan dananya di bank syariah. bermasalah dan terindikasi melakukan predatory Sebagai contoh, Badan Pengelola Keuangan Haji lending, namun seiring diperkenalkannya aturan dan (BPKH) yang secara perundangan mempunyai kriteria regulasi yang lebih jelas dan ketat, industri fintech khusus untuk tingkat return penempatan dana di secara keseluruhan akan semakin mapan dan bisa lembaga keuangan syariah. Selain itu, nasabah menjadi pesaing kuat bagi lembaga keuangan pada korporasi juga mensyaratkan special rate yang umumnya. menyebabkan struktur dana bank syariah kurang ideal sehingga berdampak pada biaya dana (cost of funds) E. Kondisi Persaingan (Existing competitors) yang tinggi. Secara umum, portofolio pendanaan dari Kondisi persaingan antar bank syariah sangat tinggi instansi pemerintah dan korporasi yang tinggi akan mengingat jumlah jaringan yang dimiliki, potensi pasar semakin memperbesar bargaining power suppliers. captive yang terbatas, serta inovasi produk yang Namun jika ketergantungan terhadap dana jangka dilakukan pesaing. Adapun pelaku utama dalam panjang dari lembaga-lembaga tersebut bisa dkurangi industri perbankan syariah antara lain Bank Umum dan porsi dana murah (tabungan dan giro/ CASA) bisa Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank ditingkatkan, maka daya tawar pemilik dana dapat Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Secara bisnis dan berkurang. pangsa pasar, saat ini persaingan yang ketat hanya terjadi antara 5-6 bank, baik BUS maupun UUS, yang D. Substitusi secara kolektif menguasai lebih dari 60% pangsa pasar Ancaman dari produk substitusi perbankan syariah perbankan syariah nasional. Bank-bank syariah ini cukup tinggi, terutama dari lembaga keuangan yang umumnya memiliki kapitalisasi yang besar dan menawarkan biaya lebih rendah dan/atau proses yang mempunyai jaringan kantor atau layanan syariah yang lebih mudah, sederhana dan cepat. Kemudahan proses sangat luas. berpindah dan rendahnya biaya switching juga menjadi ancaman yang cukup serius bagi perbankan

19 Berdasarkan analisis lima aspek five forces diatas, maka tabel dibawah menyajikan ringkasan atas ancaman atau tekanan yang dihadapi oleh perbankan syariah.

Tabel 3. Analisis Five Forces

Tingkat No. Five Forces Bentuk Ancaman Ancaman 1 Ancaman pesaing baru Modal > Rp1 triliun Sedang Tingkat imbal hasil bersaing; Porsi 2 Daya tawar konsumen Sedang nasabah rasional 3 Daya tawar pemasok Special rate; Dana korporasi Tinggi 4 Ancaman produk substitusi Konvensional; Fintech Tinggi 5 Kondisi persaingan saat ini BUS, UUS, BPRS Tinggi

Berdasarkan Tabel 3 diatas, dapat disimpulkan bahwa layanan merupakan prasyarat untuk bisa tingkat persaingan dan ancaman yang dihadapi oleh meningkatkan portofolio bisnis di luar segmen captive perbankan syariah adalah moderat sampai dengan konsumer, mengingat karakter nasabah segmen tinggi. Oleh itu, perbankan syariah dapat merespon produktif komersial atau korporasi sangat berbeda melalui: dengan nasabah retail konsumtif.

1. Diferensiasi dan inovasi produk, 3. Fokus pada pengembangan bisnis, yaitu memperkuat basis nasabah yang sudah ada yaitu pengembangan bisnis yang mampu melayani dengan diversifikasi ke segmen potensial yang selama kebutuhan nasabah yang dinamis, dilengkapi sistem ini belum optimal dimanfaatkan seperti pembiayaan pendukung seperti teknologi informasi dan sumber komersial, korporasi, atau mikro. Bagi perbankan daya insani (SDI) yang modern dan efisien. syariah, inovasi produk juga sangat mungkin dilakukan dengan ketersediaan berbagai skema, akad, dan 4. Penguatan institusi, produk perbankan syariah beserta fatwa dan kompilasi baik permodalan yang kuat maupun sistem tata kelola produknya. Keunggulan produk syariah perlu yang sesuai dengan standar Good Corporate menonjolkan keunikan prinsip dan nilai syariah Governance (GCG) yang berlaku. sehingga dapat menjadi ‘pembeda’ dengan produk keuangan konvensionaL.

2. Orientasi pada kualitas layanan, yaitu metode pengembangan jaringan dan layanan kepada nasabah yang mengutamakan kemudahan akses dan layanan terbaik. Peningkatan kualitas

20 2.5 Peluang dari survei tingkat kepuasan pelanggan BUS pesaing

Dari hasil survei yang dilakukan oleh Bank NTB di Meskipun demikian, hasil survei mengungkapkan Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2017, terdapat hal bahwa kepuasan pelanggan keempat BUS tersebut yang cukup menarik mengenai tingkat kepuasan masih rendah dalam hal lokasi, fasilitas dan program nasabah terhadap empat BUS terbesar yaitu Bank loyalitas. Syariah Mandiri, , Bank BNI Syariah, dan Bank BRI Syariah. Keempat BUS tersebut Berdasarkan hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa merupakan pelaku utama perbankan syariah di pola persaingan bank syariah masih berkutat pada Indonesia yang bersaing ketat baik secara nasional aspek layanan, fitur produk, dan lokasi. Sedangkan maupun provinsi. Hasil survei internal Bank NTB, yang program loyalitas pelanggan dan kualitas teknologi dilakukan oleh MarkPlus Inc. ini, menunjukkan bahwa informasi (TI) masih menjadi titik lemah sebagian BUS performa ke empat BUS hampir sama khususnya ini. Belajar dari hal tersebut, bank syariah yang akan dalam hal penerapan konsep syariah dan fitur produk dibentuk nanti harus lebih fokus untuk memperbaiki yang ditawarkan. Sementara untuk aspek aspek layanan yang masih lemah seperti loyalitas lokasi/fasilitas, layanan, loyalty program, dan nasabah dan TI. penggunaan teknologi relatif berbeda.

21 Dalam kajian ini, salah satu komponen penting yang 2. Otoriras Jasa Keuangan (OJK). perlu diperhatikan adalah keterlibatan dan dukungan 3. Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama para pemangku kepentingan kunci terhadap rencana Indonesia (DSN-MUI). pengembangan perbankan syariah. Peran dan 4. Potensial pemegang saham atau pesaing, yaitu keberpihakan masing-masing stakeholders berbeda- /Bank Syariah Mandiri, Bank beda, namun semuanya merupakan para pihak yang BNI/BNI Syariah, Bank Rakyat harus diperhatikan dan diperlukan dukungannya. Indonesia/BRIsyariah, dan Bank Tabungan Adapun profil tingkat dukungan dan pengaruh Negara/UUS BTN Syariah. stakeholders ini bagi industri perbankan syariah 5. Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS). adalah sebagai berikut: 6. Asosiasi Bank Pemerintah (Himbara). 1. Pemerintah Republik Indonesia, khususnya Kementerian Keuangan (i.e. Dirjen Pajak, BKF) 7. Asosiasi Perbankan Syariah Indonesia dan Menteri BUMN. (Asbisindo).

22 Gambar 7. Stakeholders Map

Bank Kementrian BUMN OJK Keuangan (induk)

Dirjen BPKH Kementrian Pajak BUMN Bappenas

BI DSN- LPS MUI BPJS Himbara Asbisindo BPK

Sumber: Diolah

Gambar 7. mengilustrasikan posisi beberapa Sementara stakeholders dalam kuadran yang lain tetap stakeholders kunci terkait kepentingan (interest) perlu diperhatikan dan diminta dukungannya, baik masing-masing dalam pengembangan perbankan secara langsung, misalnya dalam proses pembentukan syariah, serta tingkat pengaruh yang dimiliki terhadap Bank BUMN Syariah, maupun tidak langsung, seperti efektivitas intervensi yang mungkin akan dilakukan. dalam hal memastikan perbankan syariah dapat Dalam kuadran high interest-high influence yang tumbuh secara signifikan dalam lima tahun ke depan merupakan aspek kritikal, stakeholders utama adalah dengan total aset mencapai Rp2.000 triliun. otoritas (OJK), pemegang saham (Menteri BUMN dan Bank BUMN), Direktorat Jenderal Perpajakan, dan KNKS. Khusus untuk stakeholders tersebut, perlu dilakukan pendekatan pada level manajemen tertinggi oleh KNKS untuk memastikan dukungan dan komitmen stakeholder terkait terhadap intervensi yang diusulkan.

23 Berdasarkan hasil focus group discussion (FGD) Indonesia (MAKSI) dan Masterplan Ekonomi Syariah bersama empat bank Syariah milik Bank BUMN, Indonesia (MEKSI) 2019 – 2024, isu permodalan ini terdapat beberapa permasalahan utama yang patut mendapat perhatian khusus karena dampaknya dihadapi oleh perlaku perbankan Syariah di yang cukup signifikan dalam kegiatan usaha bank. Indonesia. Permasalahan tersebut antara lain Modal yang terbatas menjadi kendala ketika bank keterbatasan modal, tingginya biaya dana (cost of Syariah akan melakukan ekspansi bisnis khususnya ke fund) dan kondisi perbankan syariah yang umumnya sektor korporasi, institusi, atau pembiayaan proyek mengalami kelebihan likuiditas. Ketiga permasalahan pemerintah yang membutuhkan dana besar. Selain tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain dan itu, bank Syariah dengan ijin usaha devisa juga perlu berdampak pada kurang kompetitifnya perbankan menjaga rasio Posisi Devisa Neto (PDN) yang syariah secara umum. dikaitkan dengan modal bank. Dalam kerangka perbankan yang diatur berdasarkan aspek risiko, Keterbatasan modal yang dimiliki bank Syariah kekuatan modal menjadi salah satu kunci menjadi salah satu permasalahan pokok dalam keberhasilan usaha. mengembangkan industri perbankan syariah. Selaras dengan Masterplan Arsitektur Keuangan Syariah

24 Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 8, perbankan Meskipun demikian, pertumbuhan modal bank Syariah konvensional memiliki jumlah modal hingga 8,5 kali memiliki tren positif yang tercermin pula pada rasio lebih besar dibandingkan modal perbankan Syariah kecukupan modal yang semakin membaik setiap pada tahun 2018. Modal yang kuat ini tercermin dalam tahunnya hingga mencapai 20,39% pada tahun 2018. rasio kecukupan modal bank konvensional yang selalu diatas 20% selama periode 2015 – 2018.

Gambar 8. Perbandingan Aspek Permodalan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional

200 25 22,93 23,18 22,97 21,39 150 180,22 187,37 152,22 162,2 20 100 20,39 17,91 50 15 12,41 14,49 16,05 21,93 16,63 15,02 0 2015 2016 2017 2018 10 Modal Disetor (Triliun Rupiah) 2015 2016 2017 2018 Capital Adequacy Ratio (%) Modal Disetor (Triliun Rupiah) Perbankan Konvensional CAR (%) Perbankan Konvensional

Rasio modal bank juga dipengaruhi oleh tingkat non- Struktur DPK perbankan Syariah yang didominasi oleh performing financing (NPF); dimana penyebab NPF deposito mengakibatkan biaya dana menjadi lebih sendiri dapat bervariasi. Salah satu faktor yang tinggi dibandingkan industri perbankan konvensional berpengaruh adalah penerapan prinsip kehati-hatian sehingga pricing pembiayaan yang disalurkan pun dalam penyaluran dana, termasuk pemilihan nasabah menjadi kurang kompetitif. Gambar 9 menunjukan dengan kualitas dan kinerja yang baik (prime bahwa selama periode 2015 – 2018, rata-rata rasio customer). Sesuai dengan profil risiko nasabah yang tabungan dan giro (CASA) bank konvensional selalu rendah, prime customer biasanya akan memiliki berada diatas angka 54%; sebaliknya, bank Syariah bargaining power tinggi sehingga meminta kompensasi selalu berada dibawah 45%. Namun, angka tersebut rate yang lebih menarik. Disinilah permasalahan kedua terus mengalami perbaikan meski masih terpaut jauh muncul yaitu biaya dana perbankan syariah yang dari bank konvensional. relative lebih mahal sehingga kurang kompetitif dalam menarik nasabah prima.

25 Apabila dilihat dari motivasi nasabah menempatkan perlu meningkatkan kualitas layanan serta berusaha dananya pada instrumen dana murah seperti tabungan memberikan solusi keuangan yang terintegrasi kepada dan giro yang bersifat transaksional, maka nasabah baik individu maupun institusi. Selain itu, permasalahan struktur DPK ini erat kaitannya dengan perbankan syariah perlu menggencarkan upaya kualitas layanan bank Syariah; baik secara riil maupun promosi dan engagement untuk memperbaiki persepsi persepsi nasabah. Oleh karena itu, perbankan Syariah masyarakat terhadap bank syariah.

Gambar 9. Perbandingan Rasio CASA Bank Syariah dan Industri Perbankan Nasional

60 54,01 55,33 55,48 55,77 55 50 45 40 41,41 42,5 35 38,87 40,51 2015 2016 2017 2018

Current Account Saving Account (%) Perbankan Syariah CASA (%) Perbankan Indonesia

Permasalahan selanjutnya berkaitan dengan financing perbankan menjadi kurang optimal sehingga return to deposit ratio (FDR) bank syariah yang berada yang diberikan kepada deposan/ pemilik dana menjadi dibawah batas minimum yaitu 80%. Salah satu faktor berkurang. penyebabnya adalah pricing pembiayaan bank syariah Sebagaimana terlihat pada Gambar 10, FDR bank yang kurang menarik apabila dibandingkan dengan syariah selalu berada dibawah bank konvensional pesaing. Penyaluran pembiayaan yang kurang optimal selama periode tiga tahun terakhir; serta mengalami memiliki berbagai konsekuensi bagi perbankan syariah tren penurunan dari 88,03% pada tahun 2015 menjadi seperti (1) terjadinya kelebihan likuiditas karena DPK 78,53% di tahun 2018. Kondisi ini diperburuk dengan tidak terserap secara optimal, (2) terkena disinsentif terbatasnya instrumen keuangan jangka pendek penambahan Giro Wajib Minimum bagi bank dengan syariah sebagai upaya optimalisasi pengelolaan FDR dibawah 80% dan (3) performa atau produktivitas likuiditas perbankan syariah. Gambar 10. Perbandingan FDR Bank Syariah dan Konvensional

100 94,78 92,11 95 90,7 90,04 90 85 88,03 80 85,99 75 79,61 78,53 70 2015 2016 2017 2018 Financing to Deposit Ratio (%) Loan to Deposit Ratio (%) Perbankan Konvensional

26 Latar belakang utama perlunya kajian ini adalah skala besar dapat dilihat dari data yang telah masih rendahnya penetrasi perbankan syariah di disampaikan pada bagian awal laporan ini. Indonesia, meskipun industri ini telah memiliki semua prasyarat untuk berkembang pesat di Indonesia Namun secara kualitiatif, raison d’etre atau alasan antara lain mayoritas penduduk Muslim, layanan perlunya eksistensi bank syariah skala besar dapat perbankan syariah sudah terjangkau luas, dan dievaluasi dari Laporan Master Plan Ekonomi Syariah, pemahaman yang sudah semakin baik di masyarakat. dimana disajikan analisis SWOT perbankan syariah Secara kuantitatif, alasan dan urgensi bank syariah sebagai berikut:

27 Tabel 4. Analisis SWOT Perbankan Syariah

Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses) a. Sumber pendaanan berasal dari masyarakat a. Pendanaan masih didominasi oleh simpanan muslim loyalis syariah maupun non-muslim berbiaya mahal (Deposito Berjangka) dan yang percaya sistem syariah, atau dari jangka pendek sehingga tidak tepat jika lembaga-lembaga bisnis dengan asas disalurkan ke pembiayaan jangka panjang; operasional Syariah. serta pembiayaan mahal. b. Kelimpahan dana setoran haji yang cukup b. SDM baik dalam jumlah maupun kualitas besar dan alokasi dari BPKH. belum memadai. c. Regulasi dalam berbagai aktivitas c. Efek dari kebijakan spin-off terdapat BUS operasional Bank sudah jelas dari BI, OJK yang masih terkendala permodalan dan dan lembaga lain yang terkait. perluasan usaha karena membutuhkan d. UUS dapat memanfaatkan semua fasilitas investasi tinggi. bank induk dalam operasionalnya sehingga d. Masih sedikitnya tenaga ahli yang dimiliki dapat menekan biaya operasional yang Bank Syariah dengan pengalaman yang menimbulkan potensi peningkatan cukup. keuntungan. e. Kualitas SDI dalam manajemen risiko e. Kinerja (ROA, BOPO, NPF, NOM) beberapa pembiayaan dan analisis pembiayaan masih UUS lebih baik dibanding BUS. kalah berpengalaman dibandingkan Bank Konvensional. f. Belum dapat mengalokasikan pembiayaan secara maksimal karena terkendala permodalan yang masih terbatas dan adanya aturan CAR. Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats) a. Perkembangan industri halal. a. Kuatnya eksistensi bank konvensional untuk b. Perkembangan UMKM. menarik konsumen skala besar. c. Potensi masyarakat yang belum memiliki b. Kualitas dan kuantitas SDM yang paham akun bank syariah masih tinggi tentang syariah masih rendah. d. Pangsa pasar masih rendah sehingga c. Permodalan yang sulit meningkat. terdapat potensi pendanaan besar yang d. Skala Ekonomi yang masih rendah. belum terealisasi. e. Masih kekurangan SDM yang paham syariah e. Dukungan pemerintah untuk maupun ilmu ekonomi sekaligus. pengembangan ekonomi syariah sudah f. Sistem teknologi informasi yang dimiliki mulai terlihat dengan kebijakan tentang masih belum secanggih Bank Konvensional. dana BPKH. g. Edukasi dan literasi perbankan syariah yang f. Perkembangan pengelolaan dana ZISWAF masih rendah. dan berkembangnya instrumen sukuk. h. Ekonomi digital dapat merupakan ancaman g. Digital Banking dapat dimanfaatkan bank bagi bank syariah dalam upaya syariah dalam mempermudah layanan meningkatkan segmen pembiayaan retail. kepada nasabah/masyarakat. h. Dana sosial lain yang belum sepenuhnya dikelola melalui bank syariah.

Sumber: Masterplan Ekonomi Syariah (2018)

28 Hasil analisis SWOT diatas memberikan gambaran baik itu bank konvensional, institusi keuangan non- masih banyaknya peluang perbankan syariah yang bank, atau layanan teknologi finansial seperti P2P belum dimanfaatkan oleh industri, terutama karena atau crowd funding. keterbatasan permodalan dan kapasitas bank syariah yang ada. Secara singkat, kebutuhan akan bank Oleh karena itu, peningkatan kapasitas industri syariah skala besar didorong oleh beberapa hal perbankan syariah merupakan kebutuhan yang berikut: sangat mendesak, baik dengan pengembangan beberapa bank inti secara organik maupun anorganik 1. Aspek permodalan seperti melalui aksi merger. Selain itu, pendirian bank Banyak peluang ekspansi bisnis akan hilang sekiranya syariah baru yang mempunyai skala bisnis besar pembiayaan yang dibutuhkan pelaku usaha tidak minimal BUKU III juga patut dipertimbangkan. Berikut ditangani oleh bank syariah. Bahkan dunia usaha bisa merupakan beberapa peluang ekspansi bisnis bank saja mencari alternatif lain diluar perbankan syariah, syariah yang seringkali terkendala oleh keterbatasan modal.

No Peluang Bisnis Isu yang Dihadapi 1 Pembiayaan produktif Terkait dengan peraturan Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD) untuk sektor korporasi dimana permodalan bank syariah yang jauh lebih kecil dibandingkan atau infrastruktur perbankan konvensional menyebabkan maksimum penyaluran dana pemerintah kepada pihak ketiga juga terbatas sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhan dana dengan skala besar. Salah satu solusinya yaitu melalui pembiayaan sindikasi bank syariah, tetapi sangat mungkin prosesnya akan menjadi lebih rumit, lama dan biaya pembiayaan yang lebih tinggi. 2 Pembiayaan produktif Selain terkait peraturan BMPD, ketika bank syariah menyalurkan dalam valuta asing, pembiayaan dalam mata uang asing, maka perlu diperhatikan pula termasuk trade finance ketentuan Posisi Devisa Neto (PDN) yang tidak boleh melebihi 20% dari modal bank. Artinya, dana yang disalurkan pun menjadi terbatas. 3 Remittance dan penjualan Terkait dengan peraturan PDN. Hal ini juga menjadi isu pada saat musim banknotes haji dimana Kementerian Agama melakukan lelang mata uang USD dan SAR baik untuk kegiatan operasional maupun uang saku jemaah haji. Umumnya, harga yang ditawarkan oleh bank syariah kurang kompetitif dibandingkan bank konvensional karena persediaan valuta asing dan/atau banknotes yang terbatas. 4 Bank syariah sebagai Bank Terkait dengan peraturan yang mewajibkan BO I merupakan bank BUKU III Operasional I (BO I) Pemerintah

29 No Peluang Bisnis Isu yang Dihadapi

5 Hubungan BUKU bank Umumnya, semakin tinggi BUKU suatu bank, maka akan diasumsikan lebih dengan tingkat imbal hasil aman sehingga pemilik dana berkenan untuk menempatkan dananya yang diharapkan oleh dengan rate yang lebih rendah. Sedangkan bank dengan BUKU kecil, pada nasabah pemilik dana umumnya, memberikan insentif lebih agar pemilik dana menempatkan dananya di bank tersebut.

2. Mayoritas pendanaan bank syariah bersifat Bahkan, akad yang dominan digunakan seperti jangka pendek murabaha pun minimal berjangka waktu satu tahun. Kondisi ini juga menjadi hambatan bagi perbankan Kondisi pendanaan bank syariah yang masih dominan syariah untuk meningkatkan portofolio pembiayaan jangka pendek menyebabkan terjadinya risiko komersial atau korporasi. Tanpa pembiayaan likuiditas akibat short-term mismatch. Saat ini, komersial yang signifikan dan berkualitas, akan sulit likuiditas perbankan syariah masih dominan DPK bagi perbankan syariah untuk berkembang. jangka pendek, sedangkan produk pembiayaan unggulan seperti musyarakah dan mudharabah merupakan skema jangka panjang.

5.1 Target Pengembangan Industri Perbankan Syariah

Rencana pengembangan perbankan syariah dapat Namun, ketiga skenario intervensi ini tidak akan serta dilakukan dengan zero intervention atau business as merta menjadikan pangsa pasar perbankan syariah usual dengan proyeksi pertumbuhan yang mengacu bertambah secara signifikan mengingat pertumbuhan pada data historis industri tahun-tahun sebelumnya perbankan konvensional masih cukup tinggi. Hal ini misalnya CAGR 15%, atau dengan full intervention disebabkan pasar perbankan nasional masih cukup secara moderat (25%) atau agresif (37,5%). Simulasi luas, terutama segmen yang selama ini belum masuk dalam Gambar 11 menunjukan bahwa aset industri dalam sistem perbankan (unbanked population). perbankan syariah akan bertambah menjadi Rp1.000 Program inklusi keuangan yang secara gencar triliun jika tanpa intervensi, serta akan berkembang dilaksanakan oleh regulator dan lembaga keuangan dua atau tiga kali lipatnya dengan intervensi yang perlahan mulai membuahkan hasil dimana inklusi dilakukan secara moderat atau agresif. keuangan tahun 2016 sudah mencapai 63% dari target 75% pada akhir 2019.

30 Gambar 11. Target Aset Perbankan Syariah: Skenario business as usual vs intervensi

3018 3000

2500 2219

2000 2001 1632 1576 1500 1200 882 1241 1000 977 649 1103 (Dalam (Dalam TriliunRupiah) 424 477 769 959 606 834 Total Aset TotalAset PerbankanSyariah 500 424 477 725 549 631 424 477 0 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Organik 424 477 549 631 725 834 959 1103 (CAGR: 15%) Intervensi Moderat 424 477 606 769 977 1241 1576 2001 (CAGR: 27%) Intervensi Agresif 424 477 649 882 1200 1632 2219 3018 (CAGR: 36%)

Sumber: diolah dari Statistik Perbankan Syariah, www.ojk.go.id

Dengan demikian, target pertumbuhan perbankan Selain itu, intervensi yang dijalankan sebaiknya bukan syariah diharapkan tidak hanya pada angka ‘business saja untuk meningkatkan pasar perbankan syariah, as usual’, tetapi harus lebih tinggi dari pertumbuhan tetapi juga harus bisa mendorong sistem perbankan perbankan konvensional baik skenario moderat atau secara keseluruhan. agresif. Dalam rangka mencapai pangsa pasar sebesar Dengan menggunakan skenario tanpa intervensi atau 10-15% pada tahun 2024, salah satu cara yang harus business as usual, pangsa pasar perbankan syariah dilakukan adalah pendekatan top-down yang selama pada tahun 2024 diproyeksikan mencapai 7,58% ini telah menjadi modus operandi regulator di negara dengan asumsi CAGR perbankan konvensional lain seperti Malaysia. Pendekatan buttom-up yang sebesar 10%. Adapun dengan skenario intervensi selama ini menjadi pendekatan pilihan sebaiknya moderat dan agresif, pangsa pasar perbankan syariah ditinjau ulang atau minimal diimbangi dengan diproyeksikan mencapai 12,95% dan 18,33% seperti intervensi dan keperpihakan dari sisi kebijakan. pada Gambar 12.

31 Gambar 12. Proyeksi Market Share Perbankan Syariah pada Tahun 2024

Proyeksi Market Share Perbankan Syariah (CAGR 15%) 7,58% pada tahun 2024. 12,95% CAGR 27%. 18,33% CAGR 36% 100%

80%

60% 8.350 9.185 10.104 11.114 12.225 13.448

40% Market Market Share 20%

0% 549 631 725 834 959 1.103 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Organic BUS UUS (CAGR: 15%) Organic Perbankan Konvensional (CAGR 10%)

Dari tabel 5, terlihat bahwa belum terdapat bank triliun agar sejajar dengan bank peringkat ke sepuluh. syariah yang masuk ke dalam daftar sepuluh bank Oleh karena itu, diperlukan kebijakan intervensi yang terbesar berdasarkan total aset pada tahun 2018. bersifat moderat atau agresif agar pertumbuhan aset Adapun bank syariah milik BUMN dengan aset bank syariah lebih pesat. Dengan demikian, efisiensi tertinggi, yaitu Bank Syariah Mandiri, masih melalui peningkatan skala ekonomis dapat tercapai. membutuhkan penambahan aset sebesar Rp65,28

Tabel 5. Bank dengan Aset Terbesar (2018) Tabel 6. Bank Syariah Milik BUMN (2018)

No. Nama Bank Total Aset No. Nama Bank Total Aset (Triliun Rp) (Triliun Rp) 1 Bank BRI 1.234,20 1. Bank Syariah Mandiri 98,58 2 Bank Mandiri 1.038,71 2. Bank BNI Syariah 41,05 3 Bank BCA 808,64 3. Bank BRI Syariah 38,48 4 Bank BNI 754,58 4. Bank BTN Syariah 27,98 5 Bank BTN 272,30 6 Bank CIMB Niaga 265,06 7 Bank Panin 189,24 8 Bank OCBC NISP 173,58 9 Bank MUFG 166,16 10 Bank Maybank 163,86 Indonesia

32 Apabila industri perbankan syariah dibiarkan tumbuh perbankan konvensional tidak mengalami akselerasi secara organik dengan CAGR 15% dan asumsi CAGR dan cenderung stagnan. Dari simulasi yang telah konvensional 10%, maka proyeksi total aset sepuluh dilakukan pada Tabel 7, setidaknya pemerintah perlu bank terbesar dapat dilihat pada tabel 7. Dengan melakukan intervensi yang bersifat moderat agar demikian, target total aset yang harus dilampaui oleh salah satu bank syariah dapat masuk ke dalam top ten bank syariah adalah Rp290,29 triliun supaya bank secara nasional dengan proyeksi total aset Rp menempati posisi sepuluh besar perbankan nasional. 413,64 triliun pada tahun 2024. Hal ini dengan asumsi bahwa pertumbuhan

Tabel 7. Bank dengan Total Aset Terbesar (Proyeksi 2024)

Total Aset No. Nama Bank (Triliun Rp) 1. Bank BRI 2186,46 2. Bank Mandiri 1840,13 3. Bank BCA 1432,55 4. Bank BNI 1336,78 5. Bank BTN 482,40 6. Bank CIMB Niaga 469,58 7. Bank Panin 335,24 8. Bank OCBC NISP 307,51 9. Bank MUFG 294,37 10. Bank Maybank 290,29 Indonesia

Intervensi yang dilakukan tentu tidak hanya Dengan jumlah agregat yang besar, empat bank berpengaruh kepada BSM sebagai bank syariah Syariah milik BUMN dapat dijadikan sebagai acuan terbesar, tetapi juga meningkatkan jumlah aset dalam upaya penguatan perbankan Syariah nasional. perbankan syariah secara agregat sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 13.

33 Gambar 13. Proyeksi Total Aset 4 Bank Syariah Milik BUMN (2019-2024)

1400 1304,11

1200

958,91 1000

864,78 800 705,08 680,93 600 518,44 536,16 381,21 (Dalam (Dalam TriliunRupiah) 400 422,18 280,30 332,42 424,31 206,09 374,65

Total Aset TotalAset Bank 4 Syariah Milik BUMN 261,75 331,35 293,55 200 206,09 260,48 206,09 231,52

0 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 CAGR INDIVIDU BANK CAGR: 27% CAGR: 36%

5.2 Pengumpulan Data: in-depth interviews

Dalam penyusunan laporan ini, penyusun telah Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui peluang melakukan indepth interview dengan beberapa dan hambatan yang akan dihadapi oleh Bank Syariah responden terdiri dari Divisi Perencanaan dari tiga ketika menjadi salah satu bank yang diberi mandat BUS dan satu UUS anak usaha empat bank BUMN. pengelolaan program pemerintah sebagai salah satu Responden terdiri dari tim perencanaan Bank Syariah usulan intervensi yang dapat dipertimbangkan. Mandiri, Bank BNI Syariah, Bank BRIsyariah, UUS Bank BTN. Dari hasil wawancara didapatkan informasi bahwa bank-bank dibawah Bank BUMN sangat mendukung Selain bank syariah yang dimiliki oleh Bank BUMN, intervensi strategis yang akan dilakukan dengan penyusun dan tim KNKS juga mewawancarai Bank koordinasi KNKS. BUS dan UUS ini juga menyatakan BUMN terkait pengelolaan kredit program dan sudah menyiapkan berbagai sarana prasarana untuk penyaluran dana pemerintah melalui bank-bank ini. menerima tambahan bisnis dan nasabah sebagai hasil dari intervensi yang nantinya akan diterapkan.

34 Namun demikian, terkait usulan merger diantara • “BTN dikonversi menjadi misalnya ‘Bank Syariah semua BUS/UUS ini, pandangan yang diterima cukup Indonesia’, kemudian ketiga BUS digabungkan bervariasi. Tidak didapat kesatuan pandangan baik dalam entitas baru ini.” mendukung atau sebaliknya. Namun, kesan yang kuat • “Bank Syariah Indonesia ini sebagai holding, dan adalah adanya ketidaksiapan dan kekhawatiran kalau mempunyai SBU-SBU.” merger ini akan berakibat hilangnya fokus dan orientasi bisnis selama proses merger berlangsung. • “Merger BUS/UUS anak usaha Bank BUMN tidak Bahkan, terdapat kekhawatiran jika proses merger ada nilai tambah. Akan ada delay selama dua dapat menyebabkan pelambatan dalam pencapaian tahun” rencana bisnis sekurangnya selama dua tahun. • “Lebih bagus konversi Bank BTN, dan kemudian mengakuisisi BSM, BNIS, BRIS” Sementara terkait kesiapan bank syariah anak usaha BUMN sebagai bank pengelolaan kredit program dan • “Kompetensi ‘banking’ sudah ada di BTN (bank bantuan langsung pemerintah, masih terdapat BUMN yang ada), sehingga mudah untuk beberapa hambatan yang mungkin dihadapi. Salah berkembang. Sementara Islamic finance masih satunya adalah biaya pengelolaan program yang baru” cukup signifikan, dimana bagi Bank BUMN pelaksana Selain pandangan mengenai alternatif sekarang masih dirasakan cukup berat terutama pengembangan industri dan pembentukan bank terkait wilayah yang harus dijangkau. Bank BRI syariah BUMN, responden juga ditanyakan mengenai diuntungkan dengan jaringannya yang sudah sangat format dan bentuk intervensi yang mereka anggap luas dan menjangkau pelosok terluar Republik perlu dalam rangka pengembangan industri Indonesia, khususnya jaringan Teras BRI dan mobile perbankan syariah, serta kesiapan keempat bank unit yang tersambung dengan satelit BRI. Sedangkan syariah ini dalam menghadapi penambahan bisnis Bank Mandiri dan Bank BNI juga masih bisa yang signifikan pasca intervensi. Berikut adalah menangani program pemerintah dengan jaringannya ringkasan respon bank-bank syariah ini. yang cukup luas, terutama untuk Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan.

Berikut beberapa salinan pernyataan dan concern dari hasil interview dengan pihak Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang merupakan subsidiari bank BUMN:

• “Konversi bank kecil, tidak (akan) dampak besar. Kita butuh rumah besar, yang merangkum semua BUS BUMN”

35 Tabel 7. Respon BUS 1

Intervensi yang diharapkan Strategi alokasi pembiayaan Keberpihakan dari pemerintah kepada Peningkatan komposisi segmen korporasi & Perbankan syariah, dengan memberikan ‘Hak’ komersial. untuk mendapatkan layanan syariah, i.e. PNS dimudahkan ke syariah Tidak diperlukan insentif khusus pembiayaan, Sinergi dengan Bank induk untuk penetrasi karena bank syariah sudah bisa bersaing segmen korporasi & komersial Alokasi penggunaan jasa bank syariah untuk Peningkatan kompetensi SDM dengan sinergi transaksi APBN secara bertahap (training, magang) dengan Bank induk.

Fokus pada pengelolaan anggaran BO2, dan potensi payroll PNS (30.000 / 1,3 Juta)

Tabel 8. Respon BUS 2

Intervensi yang diharapkan Strategi alokasi pembiayaan Membuka akses supaya BUMN tier-1 juga ke Pembiayaan sektor pendidikan Islam (Perguruan Perbankan syariah Tinggi, Pesantren) Insentif fiskal kepada nasabah (BUMN, halal Fokus pada pembiayaan sektor Halal dengan value chain) yang menggunakan layanan target 10% dari potensi pembiayaan perbankan syariah Penghapusan PPN terhadap inventory perbankan syariah (produk murabahah) Penghapusan pajak atas asset inbreng, dari penyertaan modal induk ke BUS Sosialisasi bersama secara masif dalam bentuk ‘Shariah Day’

Tabel 9. Respon BUS 3

Intervensi yang diharapkan Strategi alokasi pembiayaan Layanan syariah supaya diperluas, bukan hanya Fokus pada perguruan tinggi agama Islam negeri funding tapi juga untuk financing (PTAIN) dibawah Kemenag - 58 lembaga Insentif fiskal untuk nasabah misal pajak atas Optimalisasi peluang yang sudah terbuka sebagai imbal hasil deposito lebih rendah Bank Operasional 2 (BO2) Regulasi supaya memberikan perlakuan yang Sektor Halal, dengan fokus pada halal ecosystem. berpihak kepada Perbankan syariah Target BUS 3 mencapai 25% market share dari (preferential treatment) sektor halal (food, fashion, travel)

36 Tabel 10. Respon UUS 1

Intervensi yang diharapkan Strategi alokasi pembiayaan Perbaikan regulasi penilaian kesehatan bank Penguatan core business i.e. pembiayaan supaya tidak mengunci pertumbuhan properti, termasuk KPR subsidi 1 juta rumah perbankan syariah Lembaga pendidikan dan keagamaan Islam Peluang pembiayaan konstruksi bangunan supaya didorong/diharuskan untuk ‘masuk’ ke Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI), termasuk Perbankan syariah asrama Aturan syariah mengenai sekuritisasi asset Industri halal pembiayaan berbasis murabahah

5.3 Impact Analysis

Peningkatan aset perbankan syariah tidak saja Dari data ini kemudian diekstrapolasi dampak diperlukan untuk melayani kebutuhan masyarakat masing-masing indikator terhadap dua sasaran yang semakin besar, tetapi juga selaras dengan impact yaitu nilai tambah (value added) terhadap rencana induk (masterplan) pengembangan perekonomian dan kemampuan perbankan syariah perbankan syariah dan juga ekonomi syariah pada dalam menciptakan lapangan kerja (job creation/ umumnya. Selain itu, intervensi kebijakan yang akan employment). diambil selayaknya juga bisa memberikan manfaat yang lebih luas bagi perekonomian nasional. Meski Perhitungan dampak ini dilakukan dengan mengacu kontribusi makro perbankan syariah masih relatif pada dua framework, yaitu analisis dampak dari kecil, dampak ekonomi perbankan syariah perlu beberapa aktivitas intervensi yang akan dilaksanakan diukur sebagai acuan atau setidaknya sebagai oleh KNKS atau Pemerintah Republik Indonesia. baseline mengingat sebelum ini belum pernah ada Logical Framework sebagaimana dalam Tabel 11 kajian serupa dari regulator atau pemangku menyajikan secara lengkap alur dampak intervensi kepentingan lain. menjadi output, outcome dan impact. Logical Framework ini mengacu pada model monitoring & Impact analysis dalam laporan kajian ini masih evaluation yang digunakan oleh lembaga keuangan terbatas cakupannya dan metode yang digunakan multilateral seperti Bank Dunia (WB) dan Bank relatif sederhana. Analisis dibuat berdasarkan basis Pembangunan Asia (ADB). data tahun 2018 untuk jumlah nasabah, jumlah rekening, total aset, dan pembiayaan.

37

us Merger BUMN Konversi Objective 1: Mendirikan Bank Syariah BUMN GOAL What are we actually aha Bank BUMN :

ACTIVI

Meningkatkan aset syariah perbankan menjadi Rp2000triliun tahun 2024pada BUS &anak UUS

salah satu salah doing? TIES:

Bank besar Bank Syariah skala besar Bank syariah skala What are the OUTPUTS: EXPECTED EXPECTED

Tabel

immediate immediate results of our

action? 11 11

Logical luas dengan III jaringan Bank Syariah BUKU pertama BUKU IV atau Bank bertambahIII (2), Bank Syariah BUKU

INDICATORS:

OUTPUT OUTPUT Framewok syariah syariah

Intervensi yang lebih luas lebih yang segmen menjangkau mampu Bank Syariah besar pembiayaan skala menangani mampu Bank Syariah What shouldbe implemented? OUTCOMES: EXPECTED EXPECTED

nasabah Perbankan

bisnis semua lini di meningkat Pembiayaan > kor pembiayaan Portfolio INDICATORS: 40

OUTCOME Syariah porasi porasi %

halal sektor industri addedvalue penciptaan Mendukung baru lapangan kerja menciptakan syariah Perbankan

Where Where it shouldbring us at the

EXPECTED EXPECTED IMPACT:

ve

ry end? bertambah halal dari sektor addedvalue Rp1,2 202 tercipta lapangan kerja 5,4

INDICATORS:

juta 4 4 IMPACT IMPACT tahun

triliun

sampai sampai

38 Dalam rangka mencapai sasaran sebagaimana hasil sumber pertumbuhan tersebut akan diperoleh dari simulasi dalam bagian 5.1, perlu diidentifikasi beberapa alternatif yang disajikan dalam Tabel sumber-sumber pertumbuhan bisnis bagi perbankan berikut: syariah. Hasil sementara dari indepth interviews,

Tabel 12. Simulasi awal sumber penambahan aset perbankan syariah

No. Sumber Pertumbuhan Penambahan Aset Feasibility (Y/N) 1 Konversi Bank BNI 750 T Y/N 2 Konversi Bank BTN 300 T Y/N 3 Konversi aset bank konvensional di Aceh (3 th) 25-30 T Y

Sumber: Diolah.

39 6.1 Alternatif Pilihan Metode Pengembangan: Pro-con Analysis

Berdasarkan penjelasan beberapa kondisi eksisting skala bisnis dan jangkauan perbankan syariah dan aspirasi terhadap pengembangan perbankan nasional.Berikut beberapa alternatif metode syariah yang luar biasa, maka diperlukan strategi pendirian Bank BUMN Syariah, beserta analisis pro- utama yang akan menjadi pendorong pengembangan con untuk masing-masing alternatif.

Tabel 11. Beberapa opsi metode pendirian Bank BUMN Syariah

No Alternatif Metode Pro Con 1 Menjadikan BUS terbesar − Kandidat bank sudah − Resistensi induk karena sebagai kandidat Bank BUMN membangun kapasitas kehilangan salah satu Syariah dengan menjadi satu-satunya penyumbang laba konsolidasi BUS BUKU III yang besar Kandidat utama: Bank Syariah − Kapasitas internal (SDM, TI, − Kandidat bank akan melewati jaringan) sudah memadai lompatan besar (leap) dan ini Mandiri − Portofolio pembiayaan berisiko lamanya proses bervariasi transformasi, termasuk risiko gagal 2 Konversi bank BUMN yang ada − Pengambilan keputusan satu − Potensi resistensi nasabah tahap (Kementrian BUMN) dengan jumlah akun yang Kandidat bank: Bank BTN, BNI − Hanya melibatkan satu bank sangat banyak Biaya: Jasa konsultasi, legal, sehingga proses konversi − Potensi resistensi dll. Rp10-20 miliar cukup singkat (12-18 bulan) manajemen bank − Bank sudah memiliki aset − Kehilangan fokus saat pasar yang besar (300-750 T) sedang baik karena waktu sehingga dampaknya tersita untuk proses konversi signifikan aset/ liabilitas − Satu bank Syariah yang besar − Persetujuan pemilik saham di Indonesia menjadi image publik, bank yang sudah Tbk yang baik pada dunia butuh waktu keuangan internasional − Konsolidasi grup bisnis dan anak usaha butuh waktu 3 Menyatukan 3 bank syariah Merger Merger dan 1 unit usaha syariah − Efisiensi arah kebijakan − Menimbulkan delay bisnis (merger) strategis perbankan Syariah di karena proses adaptasi nilai, masa mendatang budaya, struktural, dan Kandidat bank: BSM, BRIS, − Solusi meningkatkan sistem BNIS, UUS BTN permodalan sehingga dapat − Tidak memberikan nilai mengakses transaksi dan tambah bagi perbankan Biaya: Jasa konsultasi, legal, pembiayaan yang lebih besar Syariah (Tetap BUKU III) dll. Rp10-15 miliar − Bank Induk tidak ingin − Proses inklusi perbankan melepas anak usahanya Syariah dapat lebih terfokus

40 No Alternatif Metode Pro Con Holding Holding − Merupakan jalan tengah − Menunggu proses holding bagi regulator, bank induk, bank BUMN yang belum dan bank BUMN Syariah terealisasi − Kebijakan strategis tetap − Tidak menyelesaikan bisa dikontrol secara permasalahan terpusat dan tidak permodalan perbankan mengganggu stabilitas syariah perbankan Syariah seperti halnya merger 4 Mendirikan bank syariah − Fresh start, format yang − Biaya yang relatif tinggi baru dinginkan bisa diterapkan − Bank akan mulai dengan dalam entitas baru skala kecil dengan brand Biaya: − Perizinan mendukung (ada belum dikenal Setoran modal: Rp1 triliun kemudahan) − Rekrutmen perlu waktu − Tidak menyelesaikan Bangunan, SDM, IT, dll: +/- permasalahan Rp200-500 miliar permodalan 5 Membeli bank swasta − Bank yang tersedia − Persoalan legacy bank syariah yang sudah ada dijual tersedia i.e. BMI yang diakuisi: reputasi − Brand telah dikenal dan & pembiayaan Kandidat bank: Bank bank telah beroperasi bermasalah Muamalat (SDM, TI, dsb tidak − Aset lebih kecil perlu setting dari awal) dibandingkan growth Biaya: Akuisisi Rp3-4 triliun; − Tidak memerlukan target (< Rp.100 triliun) jasa konsultan legal & proses koversi aset- − Perlu injeksi modal keuangan/due diligence liabilitas (untuk penyehatan & Rp30-50 miliar pertumbuhan aset) − Tidak memberikan nilai tambah pada industri perbankan syariah 6 Mengkonversi bank swasta − Bisa membeli bank − Biaya akuisisi besar konvensional menjadi dengan skala yang − Proses konversi syariah diinginkan, atau skala operasional/ legal kecil untuk kemudian di cukup lama diatas 18 Kandidat bank: Bank recapitalised bulan − Customer base bisa − Potensi resistensi Permata, Bank BPD disesuaikan dengan nasabah dan karyawan (gabungan), dll. bank target untuk konversi Biaya: Akuisisi (tergantung size bank); Jasa konsultasi, legal, dll. Rp8-10 miliar

41 Berdasarkan analisis pro-con diatas, serta hasil menjalankan dan menerima manfaat yang optimal indepth interview dan beberapa FGD dengan bank- dari berbagai intervensi yang akan dilakukan. Oleh bank terkait, dapat disimpulkan bahwa rencana karena itu, skenario pertumbuhan yang optimis pengembangan perbankan syariah secara agresif berupa aset perbankan syariah mendekati Rp3.000 dapat dilakukan dengan strategi utama berupa triliun akan terwujud pada 2024, sekiranya bank mendirikan atau membentuk bank syariah skala besar syariah BUMN skala besar bisa dibentuk dalam 2-3 kemudian dilengkapi dengan berbagai kegiatan tahun ke depan. afirmasi atau intervensi dalam kerangka preferential treatment. Sebagai perbandingan dengan kondisi sekarang, apabila BSM, BNIS, BRIS dan UUS BTN digabung, Pembentukan bank syariah skala besar yang idealnya maka bank hasil gabungan ini akan memiliki aset dimiliki langsung oleh negara sebagai Bank BUMN lebih dari Rp200 triliun dengan distribusi kontribusi merupakan strategi utama. Dengan menjadi bank masing-masing bank sebagai berikut. BUMN, bank syariah yang dibentuk akan mampu

Gambar 12. Skenario Aset BUS anak usaha Bank BUMN setelah merger

BTN Syariah 13%

Bank Syariah BRI Syariah Mandiri 19% 48%

BNI Syariah 20% BTN Syariah BRI Syariah BNI Syariah Bank Syariah Mandiri

42 Kajian Studi Kelayakan Pembentukan Bank BUMN b. Alternatif yang akan berdampak signifikan, Syariah merupakan langkah awal untuk namun sulit direalisasikan dalam jangka waktu meningkatkan aset serta peran signifikan perbankan lima tahun kedepan adalah konversi salah satu syariah di Indonesia sesuai dengan potensinya yang Bank BUMN menjadi BUS. Bank BTN adalah bank sangat besar. Beberapa alternatif telah dikaji dan yang saat ini paling memungkinkan dan relatif didiskusikan dengan stakeholders utama sehingga lebih mudah untuk dikonversi – dari segi ukuran, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: jenis aset (mayoritas kredit properti) dan ‘sudah ada ekspektasi’ publik. Namun, Bank BNI juga a. Merger BUS anak usaha BUMN adalah alternatif patut dipertimbangkan mengingat Bank BNI yang banyak didiskusikan dalam berbagai tidak memiliki mandat khusus dari pemerintah pertemuan (FGD) yang dilakukan KNKS. Namun, sebagaimana BRI yang mempunyai mandat hal ini bukanlah pilihan utama yang disepakati kredit program dan mikro, Bank Mandiri fokus oleh para stakeholders. Alternatif metode ini pada korporasi/komersial, serta BTN fokus pada diharapkan akan menjadi strategi jangka perumahan. menengah setelah anchor Bank Syariah BUMN yang cukup besar tersedia.

43 c. Alternatif yang cukup agresif dan relatif mudah dalam mewujudkan Bank Syariah BUMN dalam untuk direalisasikan adalah mengembangkan jangka waktu lima tahun ke depan. Pilihan salah satu BUS milik bank BUMN sebagai bank mengenai model bisnis bank syariah skala besar syariah skala besar. Selain itu, bank ini juga patut ini juga perlu dilakukan, serta kajian lebih detil dipertimbangkan untuk menjadi Bank BUMN mengenai impact analysis untuk memperkuat penuh (bank BUMN ke-5). Salah satu kandidat argumentasi kepada pemegang saham kuat adalah BUS terbesar saat ini Bank Syariah pengendali dan pemegang saham publik. Mandiri (BSM). BSM secara infrastruktur sudah siap untuk dikembangkan menjadi anchor bank 2. Perlu dipersiapkan Policy Memo atau Policy untuk perbankan syariah. Recommendation kepada Kementerian Keuangan, Kementerian Agama, serta d. Selain mendirikan bank syariah BUMN skala Kementerian dan Lembaga lainnya terkait besar (BUKU IV), sumber pertumbuhan dari dengan intervensi yang dibutuhkan bagi sektor industri halal dan sektor institusi pengembangan perbankan syariah. Pendekatan pendidikan Islam perlu dioptimalkan melalui langsung dengan Perguruan Tinggi Agama Islam intervensi kebijakan yang terarah dan strategis. Negeri juga perlu dipertimbangkan, terutama melalui asosiasi perbankan syariah yang ada. Dengan hasil tersebut, maka pilihan yang direkomendasikan untuk memperkuat industri 3. Komite Nasional Keuangan Syariah merupakan perbankan syariah adalah menjadikan BUS yang ada ‘lead arranger’ dalam mewujudkan rencana sebagai bank syariah BUMN skala besar (BUKU IV) pendirian Bank Syariah BUMN, untuk itu seluruh dan diimbangi dengan beberapa kebijakan intervensi proses yang akan dilakukan harus berupa preferential treatment untuk perbankan dikoordinasikan dengan baik pada level tertinggi syariah. dari KNKS, sehingga proses transformasi yang akan diberlakukan untuk satu bank BUMN besar Adapun langkah-langkah yang diusulkan untuk dapat berjalan dengan baik. dipersiapkan adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pembahasan lanjutan dengan pemegang saham bank terkait sesuai rekomendasi kajian ini, seperti Bank BUMN pemilik, Kementerian BUMN serta Direksi bank terkait. Jika diperlukan, kajian khusus transformasi bank dapat dilakukan untuk mengetahui langkah-langkah yang perlu diambil

44