Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan, 5(3): 168 - 178, e-ISSN 2503 4286

KEPADATAN DAN DISTRIBUSI UKURAN ( luhuanus) DI PERAIRAN WAWOSUNGGU KECAMATAN MORAMO KABUPATEN KONAWE SELATAN

[Density and Size Distribution of Gastropods () in Wawosunggu Waters, Moramo District, South Konawe]

Waode Bunga Sarah1, Bahtiar2 dan Muhammad Fajar Purnama3

1Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumber Daya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Halu Oleo Jl. HAE Mokodompit Kampus Bumi Tridharma Anduonohu Kendari 93232 2Surel: [email protected] 3Surel: [email protected]

Diterima: 30 Juli 2020, Disetujui: 31 Agustus 2020

Abstrak Perairan Wawosunggu memiliki sumberdaya perikanan yang sangat beragam. Salah satu komoditas hasil laut ditemukan gastropoda jenis Conomurex luhuanus atau masyarakat setempat menyebutnya dengan siput raci. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan dan distribusi ukuran gastropoda C. luhuanus di Perairan Wawosunggu. Pengambilan sampel organisme dilakukan sekali sebulan selama 3 bulan dari bulan Maret sampai Mei 2019, denggan menggunakan metode purposive random sampling. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 15 kali ulangan dalam setiap stasiun penelitian. Total sampel yang diperoleh selama penelitian sebanyak 290 individu. Berdasarkan hasil analisis kepadatan C. luhuanus berkisar 0.015 ind/m2-0,032 ind/m2. Berdasarkan hasil uji Mann- Whitney kepadatan C.luhuanuspada setiap bulannya tidak memiliki perbedaan. Hasil analisis distribusi ukuran C.luhuanus yang ditemukan menunjukan nilai pada kisaran 4,31-6.28 cm. Indeks distribusi menunjukan C. luhuanus mempunyai penyebaran seragam. Hasil pengukuran parameter lingkungan perairan Wawosunggu masih menunjukan kisaran normal yang menunjang kehidupan C.luhuanus. Kata Kunci : Kepadatan, distribusi ukuran, C. luhuanus.

Abstract Wawosunggu waters have very diverse fisheries resources. One of the marine commodities found in the gastropod type is Conomurex luhuanus or the local people call it the siput raci. This study aims to determine the density and size distribution of C. luhuanus gastropods in Wawosunggu Waters. Sampling of organisms is done once a month for 3 months from March to May 2019, using the purposive random sampling method. Sampling was conducted 15 times in each research station. Total samples obtained during the study were 290 individuals. Based on the analysis results of C. luhuanus density ranging from 0.015 ind/m2 to 0.032 ind/m2. Based on the results of the Mann-Whitney test, C. luhuanus density in each month has no difference. The results of the analysis of C. luhuanus size distribution were found to show values in the range of 4.31-6.28 cm. The distribution index shows C. luhuanus has a uniform distribution. The measurement results of Wawosunggu waters environmental parameters still show the normal range that supports C. luhuanus life. Keywords: Density, size distribution, C. luhuanus.

Pendahuluan masyarakat setempat menyebutnya Gastropoda memiliki peran dengan siput raci penting dalam studi ekologi dan sering C. luhuanus adalah salah satu digunakan sebagai indikator untuk menilai spesies gastropoda laut yang dimanfaatkan perubahan yang terjadi di lingkungan oleh masyarakat Wawosunggu sebagai perairan (Sianu, 2014). Perairan sumber protein hewani selain ikan, dan Wawosunggu memiliki sumberdaya sebagian dipasarkan disekitar pulau, perikanan yang sangat beragam. Salah karena besarnya kebutuhan sumberdaya satu komoditas hasil laut gastropoda C. luhuanus oleh masyarakat Desa jenis Conomurex luhuanus atau Wawosunggu, maka dapat mengakibatkan

168

Bunga dkk.,

tingginya frekuensi penagkapan. perairan Pulau Wawosunggu secara Kebutuhan ekonomi yang besar terhadap keseluruhan berdasarkan titik keberadaan sumberdaya ini membuat masyarakat C. luhuanus. Stasiun penelitian ditetapkan melakukan penangkapan secara terus sebanyak 3 stasiun, yang masing-masing menerus tanpa mempertimbangkan aspek stasiun dibagi menjadi 15 sub stasiun dan kelestarian komoditas C. luhuanus. diambil secara acak selama 3 bulan Apabila kegiatan itu terus terjadi maka penelitian. dikhawatirkan akan berakibat buruk bagi Titik koordinat dan karakteristik keberadaan populasinya di alam. Secara ekologi setiap stasiun serta peta lokasi alamiah fenomena tersebut dapat penelitian. mengakibatkan terjadinya over exploited. Stasiun (040 128’8,15’’ LS 1220 725’89, Informasi mengenai kajian 1 8’’BT) merupakan daerah yang C. luhuanus belum pernah dilakukan masih dipengaruhi oleh dengan kata lain bahwa penelitian atau aktivitas masyarakat stempat. riset tentang organisme ini sama sekali Stasiun (040126’ 4,67’’LS – 1220 722’ belum dilakukan di Pulau Wawosunggu. 2 80,3’’ BT) merupakan daerah Demikian halnya di Indonesia, kajian yang masih dipengaruhi penelitian tentang sumberdaya ini masih ekosistem mangrove. jarang dilakukan. Penelitian mengenai Stasiun (040123’ 136’’ LS – 1220 724’ organisme ini baru dilakukan di Maluku 3 8,91’’ BT) merupakan daerah Tengah tentang kemelimpahan dan terumbu karang. distribusi ukuran luhuanus di perairan pantai berbatu Negeri Oma (Uneputty dkk., 2018) dan variasi morfometrik dan hubungan panjang berat Strombus luhuanus di Negeri Oma Pulau Haruku (Haumahu dkk., 2014). Berdasarkan hal tersebut perlu adanya informasi mengenai C. luhuanus di Sulawesi Tenggara khususnya Perairan Wawosunggu yang disebabkan terbatasnya kajian yang berkaitan dengan jenis ini. Berdasarkan hal tersebut maka penting untuk dilakukan penelitian mengenai kepadatan dan distribusi ukuran Gambar 1. Peta lokasi penelitian gastropoda C. luhuanus. Pengambilan sampel dilakukan Bahan dan Metode sekali sebulan selama tiga bulan masa Penelitian inidilaksanakan pada penelitian pada setiap stasiun. Sampel diambil dengan menggunakan transek bulan Maret sampai Mei 2019, bertempat 2 di Perairan Wawosunggu Kecamatan kuadrat yang berukuran 10x10 m yang Moramo Kabupaten Konawe Selatan. ditempatkan secara acak pada setiap Analisis tekstur substrat dan bahan stasiun pengambilan sampel. Selanjutnya organikdilakukandi Laboratorium mengambil sampel organisme secara Pengujian Fakultas Perikanan dan Ilmu manual didalam transek tersebut dengan Kelautan Universitas Halu Oleo Kendari. alat bantu sarung tangan (gloves), Penentuan titik stasiun penelitian kemudian dikumpulkan dan dihitung didasarkan pada pertimbangan bahwa jumlah individu dari setiap stasiun yang lokasi yang dipilih dapat mewakili

169

Kepadatan dan Distribusi Ukuran GastropodaBunga (Conomurex dkk., luhuanus) di Perairan Wawosunggu

ditemukan dalam tiga kali pengamatan Keterangan : dan diukur panjang dan lebarnya. D= kepadatan (ind/m2) Pengambilan sedimen dilakukan N= jumlah individu dengan menggunakan pipa paralon yang A = luas daerah pengamatan (m2) ditancapkan kedalam sedimen pada setiap Pola distribusi digunakan untuk stasiun pengamatan. Kemudian dimasukan mengetahui pola penyebaran organisme kedalam kantong plastik yang telah diberi dalam suatu kawasan tertentu. Pola label. Selanjutnya substrat yang didapat distribusi organisme C. luhuanus dikeringkan. Setelah sampel sedimen dianalisis dengan menggunakan indeks kering kemudian ditimbang sebanyak 100 Morisita (Soegianto, 1994), yaitu : g menggunakan timbangan digital. Untuk mengetahui fraksi sedimen di lokasi penelitian, dilakukan analisis fraksi Keterangan : sedimen dengan menggunakan metode Id= indeks distribusi penyaringan bertingkat selama 10 menit. N = jumlah total individu (ekor) Butiran yang telah tersaring pada mata N = jumlah pengulangan (unit contoh) saringan diambil kembali dan ditimbang ∑x2 = jumlah individu disetiap beratnya untuk mengetahui presentasi pengulangan ukurannya. Dengan kriteria pengujian : Pengukuran bahan organik dengan Id=1 pola distribusi bersifat acak menimbang 0,5 g contoh substrat ukuran Id<1 pola distribusi bersifat seragam < 0,5 mm, kemudian dimasukan kedalam Id>1 pola distribusi bersifat mengelompok labu ukur 100 ml. Selanjutnya Untuk menguji apakah penyebaran menambahkan 5 ml kalium dikromat 1 ml, tersebut acak maka, dilakukan uji Chi- lalu dikocok. Menambahkan 7,5 ml asam kuadrat (X2) pada selang kepercayaan 95 sulfatpekat, dikocok lalu didiamkan % (α = 0,05) dengan formula : selama 30 menit.Mengencerkan dengan air bebas ion, selanjutnya dibiarkan dingindan diimpitkan. Keesokan harinya diukur absorbansi larutan jernih dengan spektrofotometer pada panjang gelombang Keterangan : - Nilai X2 hitung selanjutnya 561 nm. Kemudian dibuat nilai standar 2 0dan 250 ppm, dengan memipet 0 dan 5 dibandingkan dengan X tabel dengan derajat bebas (df = n-1). Jika X2 ml larutan standar 5.000 ppm ke dalam 2 labu ukur 100 ml dengan perlakuan yang hitung lebih kecil dari X tabel atau sama dengan pengerjaan contoh dapat dikatakan bahwa bentuk (Sulaeman dkk., 2005). penyebarannya tidak berbeda nyata Parameter perairan yang diukur dengan acak. dilapangan meliputi pengukuran suhu, salinitas, kedalaman, kecepatan arus dan Hasil bahan organik. Pengukuran dilakukan 1. Kepadatan C. luhuanus pada setiap stasiun bersamaan dengan Hasil pengukuran kepadatan pengambilan sampel organisme. C. luhuanus menunjukkan bahwa nilai Kepadatan merupakan jumlah rata- rata-rata kepadatan tertinggi terdapat rata individu per satuan pada stasiun I dan III. Kepadatan luas(Soegianto, 1994) dengan rumus: terendah terdapat pada stasiun II Gambar 2.

170

Bunga dkk.,

) 0.0600 0.0500 m2 0.0320 0.0400 0.0273 0.0213 0.0213 0.0207 0.0300 0.0153 0.0193 0.0187 0.0173 0.0200 0.0100 0.0000

I II III I II III I II III Kepadatan (ind/ Kepadatan Maret April Mei Stasiun

Gambar 2. Kepadatan C. luhuanus di perairan Wawosunggu

Tabel 1. Hasil analisis uji Mann-Whitney kepadatan C. luhuanus Waktu pengamatan Asymp. Sig. (2-tailed) Maret-April 0.583* April-Mei 0.460* Mei-Maret 0.832* Keterangan : * = tidak terdapat perbedaan Berdasarkan hasil uji Mann- tiga bulan penelitian menunjukan bahwa Whitney kepadatan C. luhuanusyang tidak terdapat perbedaan. ditemukan pada setiap bulan penelitian 2. Distribusi Ukuran C. luhuanus tidak memiliki perbedaan. Berikut hasil pengukuran distribusi Berdasarkan Hasil uji Mann- ukuran C. luhuanus di perairan Whitney kepadatan C. luhuanusselama Wawosunggu dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2. Distribusi ukuran C. luhuanus di perairan Wawosunggu. Kelas Ukuran C. luhuanus(cm) Jumlah Organisme (individu) 1 4,31-4,52 7 2 4,53-4,74 7 3 4,75-4,96 12 4 4,97-5,18 44 5 5,19-5,40 63 6 5,41-5,62 36 7 5,63-5,84 56 8 5,85-6,06 34 9 6,07-6,28 31 Ukuran C. luhuanus yang paling Berdasarkan jumlah individu yang banyak ditemukan pada setiap stasiun ditemukan pada setiap stasiun, diketahui adalah kisaran 5,19-5,40 cm dengan pola sebaran dari C. luhuanus dapat jumlah 63 individu, sedangkan yang dilihat pada Tabel 3 berikut. paling sedikit ditemukan adalah padakisaran 4,31-4,52 cm dengan jumlah

171

Kepadatan dan Distribusi Ukuran GastropodaBunga (Conomurex dkk., luhuanus) di Perairan Wawosunggu

Tabel 3. Pola sebaran C. luhuanus di perairan Wawosunggu Id x2-hit Kategori stasiun x2-tabel Mar Apr Mei Mar Apr Mei Maret April Mei I 0.97 0.71 0.74 12.63 7.65 6.69 25 seragam seragam seragam II 0.94 0.95 0.84 12.06 12.71 9.16 25 seragam seragam seragam III 1.04 0.69 0.91 15.71 6.31 11.13 25 seragam seragam seragam Berdasarkan hasil uji Chi-kuadrat 3. Parameter Kualitas Perairan menunjukkan pola sebaran C. luhuanu Faktor lingkungan perairan dapat spada semua stasiun menyebar secara mempengaruhi kepadatan dan distribusi seragam dengan x2 tabel = 25,00. Hal ini ukuran C. luhuanus baik secara langsung menunjukkan bahwa x2 tabel lebih besar maupun tidak langsung. Parameter dari x2 hitung, sehingga pola penyebaran lingkungan perairan yang diukur adalah pada semua stasiun adalah seragam suhu, salinitas, kecepatan arus dan kedalaman Gambar 3.

Gambar 3. Parameter kualitas perairan di pulau Wawosunggu Hasil pengukuran suhu perairan yang masih dapat mendukung kehidupan selama penelitian berkisar 30-34 oC. hal organisme di perairan seperti gastropoda. ini menunjukkan bahwa suhu selama Hasil pengukuran rata-rata nilai salinitas penelitian tidak memiliki perbedaan yang selama penelitian berkisar 32-34 ppt. besar. Suhu perairan yang terukur pada Nilai salinitas tertinggi terukur pada bulan lokasi penelitian memperlihatkan kisaran Maret dan April sebesar 33-34 ppt, sedangkan salinitas terendah pada bulan

172

Bunga dkk.,

Mei sebesar 32 ppt. Hasil pengamatan Karakteristik sedimen yang diukur rata–rata nilai kecepatan arus yang pada penelitian ini adalahtekstur substrat dilakukan secara insitu pada setiap stasiun dan bahan organik. Adapun hasil analisis pengamatan berkisar 0,01-0,08 m/s. Hasil tekstur substrat dan bahan organik pada pengukuran kecepatan arus menunjukkan setiap stasiun di perairan Wawosunggu bahwa kecepatan arus tertinggi terdapat dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5 berikut: pada stasiun I bulan April sebesar 0,08 m/s, dan kecepatan arus terendah terdapat pada stasiun II sebesar 0,01 m/s pada bulan April. Hasil pengukuran kedalaman perairan berkisar 0,39-1,11 meter,

Tabel 4. Tekstur substrat di setiap stasiun penelitian Berat substrat pada setiap ukuran mata saringan Stasiun 2 mm 1 mm 710µm 150µm 90µm <90µm I 4,25 6,66 3,7 3,14 68,54 12,93 II 2,4 2,76 1,81 1,54 74,89 15,85 III 3,12 4,61 2,14 2,22 77,38 10,11 PSR PK PS PH PSH LU Ket : PSR (pasir sangat kasar), PK (pasir kasar), PS (pasir sedang), PH (pasir halus), PSH (pasir sangat halus), LU ( lumpur)

Tabel 5. Hasil analisis bahan organik substrat menggunakan spektrofotometer Stasiun Waktu Pengamatan Bahan Organik (%) Maret 3.267 I April 5.213 Mei 2.222 Rata-rata 3.567 Maret 2.445 II April 2.430 Mei 2.321 Rata-rata 2.398 Maret 2.542 III April 2.234 Mei 4.145 Rata-rata 2.973

Berdasarkan hasil analisis tekstur Hasil pengukuran bahan organik substrat menggunakan metode saringan substrat selama penelitian berkisar 2,222- bertingkat diperoleh substrat di perairan 4.145. Bahan organik substrat tertinggi Wawosunggu yang sangat bervariasi yaitu diperoleh pada stasiun I yaitu 3,567. dari pasir sangat kasar sampai lumpur, Diikuti pada stasiun stasiun III dengan tetapi yang paling mendominansi adalah nilai 2,973. Sedangakan nilai terendah pasir halus dan lumpur (Tabel 4). terdapat pada stasiun II yaitu 2,398 ( Tabel 5).

173

Bunga dkk., Kepadatan dan Distribusi Ukuran Gastropoda (Conomurex luhuanus) di Perairan Wawosunggu

Pembahasan diantara lamun dan patahan karang, 1. Kepadatan C. luhuanus S. luhuanus juga ditemukan pada daerah Hasil kepadatan C. luhuanus di pesisir, teluk dan daerah-daerah yang perairan Wawosunggu berkisar 0.0153- terlindungi. Haumahu dkk., (2011), 0.0320 ind/m2. Berdasarkan hasil analisis mengemukakan bahwa Strombus dapat uji Mann-Whitney kepadatan C. luhuanus ditemukan pada berbagai ekosistem yang yang ada di perairan Wawosunggu tidak berbeda seperti pada ekosistem padang memiliki perbedaan pada setiap bulan lamun, dan terumbu karang, dengan jenis penelitian, serta kondisi fisika dan kimia substrat pasirberlumpur dan pasir kasar. perairan yang masih baik untuk Annaluddin et al., (2013), mengemukakan pertumbuhan dan perkembangan bahwa kelompok siput C. luhuanus organisme tersebut. Hasil kepadatan menghuni padang lamun dan memakan C. luhuanus yang didapat tersebut sangat alga atau material detritus pada substrat berkaitan dengan kondisis tekstur berlumpur, berpasir atau pecahan karang. substratnya yang cocok untuk tempat Hal ini sesuai dengan Naung (2018), hidup C. luhuanus serta bahan organik mengemukakan bahwa S. luhuanus dapat yang ada dalam perairan yang merupakan hidup di air dangkal, diatas pasir, makanan dari C. luhuanus. Selain itu berlumpur atau bagian bawah puing-puing kualitas habitat menunjukkan bahwa atau diatas rumput laut. sangat aktif organisme tersebut mampu menempati menggunakan kaki sempit dan operculum ruang yang lebih luas sehingga yang kuat dalam gerakan melompat, kemampuan berkembang lebih banyak. sebagian besar herbivora menjelajah pada Hal ini sesuai penelitian dari Aji dkk., ganggang halus, atau menelan pasir dan (2018), distribusi yang luas detritus untuk mencerna tanaman yang yaitu hampir dijumpai di setiap stasiun membusuk. Latiollais et al., (2006), penelitian yaitu C. luhuanus, dan seperti Strombidae biasanya ditemukan melimpah anggota famili strombidae yang lainnya pada daerah dimana organisme ini yang mampu beradaptasi dengan baik, ditemukan . Organisme ini hidup pada C. luhuanus merupakan spesies siput yang perairan dangkal dan berasosiasi dengan paling dominan ditemukan pada daerah dasar perairan yang substratnya adalah pesisir. Haumahu dkk., (2018) rataan terumbu, pasir, lumpur dan padang menyatakan bahwa S. luhuanus memiliki lamun. Kepadatan C. luhuanus di Perairan karakteristik habitat bervariasi, umumnya Wawosunggu lebih rendah dibandingkan melimpah pada habitat berpasir yang dengan penelitian sebelumnya (Tabel 6). berasosiasi dengan terumbu karang,

Tabel 6. Hasil penelitian kepadatan gastropoda strombidae dibeberapa lokasi Lokasi Spesies Kepadatan ind/m2 Sumber Pulau TomiaWakatobi C. luhuanus 0,0517 Annaluddin dkk., 2013 S. gibeberulus 0,015 S. lentiginosus 0,017 Pantai Merta Segara S. luhuanus 0,003 Buya dkk., 2013 Pulau Wawosunggu C. luhuanus 0,0320 Penelitian ini, 2019 Bahan organik merupakan sumber selama penelitian menunjukkan nilai yang bahan makanan bagi organisme, dimana masih dapat mendukung kehidupan kandungan bahan organik berhubungan organisme perairan baik dari jenis ikan erat dengan tipe substrat. Berdasarkan maupun non ikan seperti gastropoda yang hasil analisis substrat dan bahan organik hidup menetap di dasar perairan. Rahim

174

Bunga dkk.,

dkk., (2019) menyatakan bahwa bahan kandungan bahan organik pada stasiun organik substrat mempengaruhi kepadatan lainnya. Hal ini sebagaimana dinyatakan dan kelimpahan. Taqwa dkk., (2014) oleh Trisnawaty dkk., (2013), kandungan menyatakan bahwa tinggi rendahnya bahan organik pada sedimen menunjukan kandungan bahan organik dalam banyaknya bahan organik hasil substrat/sedimen akan berpengaruh dekomposisi jasad dari organisme yang terhadapkehidupan biota tersebut. telah mati, serasah (dedaunan) maupun Supratman dan Suryati (2018), bahan-bahan organik yang terbawa oleh menyatakan bahwa siput merupakan biota arus air yang kemudian mengendap ke sesil yang kehidupannya sangat dasar perairan. Riniatsih dan Kushartono tergantung pada ketersedian makanan (2009), ukuran butir sedimen dialam dan kondisi subtrat di habitatnya. mempengaruhi kandungan bahan organik Subtrat perairan merupakan faktor penting dalam sedimen atau dapat dikatakan yang menetukan sebaran dan kepadatan semakinkecil ukuran partikel sedimen organisme bentik, baik ditinjau dari semakin besar kandunganbahan ukuran tekstur substrat, dan kandungan organiknya. Ukuran partikel yang lebih bahan organik. halusmendorong lebih tingginya populasi Hasil analisis kandungan bahan bakteri. organik sedimen di perairan 2. Distribusi Ukuran C. luhuanus Wawosunggu diketahui pada lokasi Berdasarkan hasil pengamatan penelitian memiliki kandungan bahan sebaran ukuran C. luhuanus yang organik yang tidak bervariasi dan tidak ditemukan selama penelitian menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan. Hasil bahwa di perairan Wawosunggu memiliki pengamatan menjelaskan bahwa stasiun I ukuran yang bervariasi atau berbeda-beda. memiliki kandungan bahan organik lebih Hal ini disebabkan karena kondisi habitat tinggi. Hal ini diduga karena daerah ini dengan tipe substrat dasar yang berbeda- merupakan daerah yang berlumpur, serta beda serta adanya kesesuaian pada areal adanya aktifitas masyarakat sekitar pesisir ditemukannya C. luhuanus untuk pantai yang menjadikan daerah sekitar mempercepat pertumbuhannya. Haumahu sebagai tempat mereka membuang dkk., (2018) menyatakan komposisi, sampah baik yang berupa sampah organik distribusi dan kelimpahan dari strombidae maupun sampah anorganik yang dapat sangat dipengaruhi oleh kondisi menyebabkan kandungan bahan organik lingkungan dan juga habitat. pada stasiun ini berbeda dengan

Tabel 7. Hasil penelitian ukuran panjang cangkang Strombus luhuanus No Ukuran panjang cangkang (cm) Hasil Penelitian 1 7 Wilson, 1994 2 5 - 8 Poutiers, 1998, 3 3,5 - 6 Dharma, 2005 4 2,8 - 5 Haumahu, 2014 5 4,31 - 6,28 Penelitian ini, 2019 Hasil ukuran panjang cangkang perairan yang berbeda-beda sehingga C. luhuanus ini masih tergolong rendah perbedaan ukuran panjang dapat terjadi. dari penelitian terdahulu. Hal ini Pola distribusi C. luhuanus di disebabkan karena perbedaan lokasi dan perairan Wawosunggu secara keseluruhan waktu pengambilan sampel serta kondisi bersifat seragam. Seragamnya distribusi

175

Kepadatan dan Distribusi Ukuran GastropodaBunga (Conomurex dkk., luhuanus) di Perairan Wawosunggu

C. luhuanushal ini dikarenakan antara adaptasi individu dan pola kemampuanya beradaptasi yang tinggi habitatnya, terutama distribusi dari faktor- terhadap lingkungan. Hai ini sesuai faktor pembatasnya. Interaksi di antara dengan pernyataan Haumahu (2011), jenis bukan faktor tunggal yang berperan spesies S. luhuanus merupakan sendiri tetapi bersama-sama faktor spesiesyang terdistribusi secara luas pada lingkungan lainnya, seperti respons untuk semua stasiun penelitian dan ditemukan mendapatkan cahaya, penyebaran padasemua tipe substrat dengan jumlah makanan dalam komunitas, dan respons individu yang cukup tinggi dibanding terhadap variasi musiman seperti suhu. spesies lainnya. Dari hasil penelitian ini Menurut Suin (2002); Arqam, dkk., 2019 juga menunjukan jenis substrat di perairan bahwa faktor fisika dan kimia yang Wawosunggu yang mendominansi adalah hampir merata pada suatu habitat serta pasir halus dan lumpur. Serta faktor lain tersedianya makanan bagi hewan yang yang menyebabkan C. luhuanus hidup didalamnya sangat menentukan terdistribusi seragam adalah adanya hewan tersebut hidup berkelompok, acak, ketersedian sumber makanan bagi maupun seragam. C. luhuanus yang ditemukan seragam di Faktor lingkungan seperti fisika seluruh stasiun penelitian sehingga kimia perairan yang mempunyai peran memungkinkan C. luhuanus dapat penting dan mempengaruhi penyebaran mempertahankan diri dan berkembang serta keberlangsungan hidup C. luhuanus, dengan baik. Begitu juga dengan faktor pada setiap stasiun seperti suhu (30-340C), lingkungan di perairan tidak kecepatan arus (0,01-0,08 m/s), salinitas memperlihatkan perbedaan yang (32-34 ppt), dan kedalaman (0,29-1,11 m) mencolok pada setiap stasiun. Hasil juga sangat mempengaruhi pertumbuhan penelitian memperlihatkan bahwa dalam dan perkembangan C. luhuanus pada kondisi khusus terbentuk pola distribusi waktu yang berbeda (Gambar 5). seragam. Kondisi khusus yang dimaksud Kesimpulan bahwa pola distribusi seragam hanya Berdasarkan tujuan yang ingin terjadi pada spesies tertentu di stasiun dicapai maka kesimpulan yang dapat tertentu. Hal ini menunjukan bahwa ditarik dari hasil penelitian ini adalah: pembentukan pola distribusi seragam 1. Kepadatan C. luhuanus di perairan membutuhkan kondisis lingkungan Wawosunggu yang didapat yaitu tertentu. Tidak seperti pembentukan pola sekitar 0.0153-0.0320 ind/m2, serta distribusi acak yang bisa terjadi dalam kondisi fisika dan kimia perairan kisaran toleransi mutu lingkungan lebih yang masih baik untuk pertumbuhan luas. Indriyanto (2006), menyatakan dan perkembangan organisme distribusi seragam terjadi pada kondisi C. luhuanus. lingkungan cukup seragam di seluruh area 2. Distribusi ukuran C. luhuanus di dan ada kompetisi yang kuat antar perairan Wawosunggu ditemukan individu anggota populasi dalam berkisar 4,31-6,38 cm dengan pola mendapatkan makanan yang terbatas dan sebaran yang seragam tempat berlindung. Kompetisi yang kuat Daftar Pustaka akan mendorong terjadinya pembagian Analuddin, Nasrudin, Masa, W. Ode, S. ruang yang sama, sehingga individu W. Rahim, S. 2013. The Spatial cenderung memisahkan diri. Suatu pola Trends in The Community distribusi tertentu tidak selalu merupakan Structure of Gastropod karakteristik dari suatu jenis tertentu, Assemblages The Coastal Area of tetapi merupakan refleksi dari interaksi Tomia Island, Wakatobi Marine

176

Bunga dkk.,

National Park, Indonesia. Latiollais, J. M., Taylor, M.S., Roy. K. & International Journal of Hellberg, M.E. 2006. A Molecular Development Research Vol. 3, Hal Phylogenetic Analysis of Strombid 162-167.Issue11. Gastropod Morphological Aji, P. L. Widyastuti, A. Capriati, A. Diversity. Molecular 2018. Struktur Komunitas Moluska Phylogeneticsand Evolution 41 : di Padang Lamun Perairan 436 - 444. Kepulauan Padaido dan Aimando Naung, O. N. 2018. Distribution of the Kabupaten Biak Numfor, Papua. Strombus Linnaeus 1758 Jurnal Oseanologi dan Limnologi (Gastropoda: Strombidae) in Some di Indonesia. 3 (3) : 219-234. Coastal Areas of Myanmar. Arqam, M., L.Anadi dan Nadia, LOAR. Journal of Aquaculture & Marine 2019. Struktur Komunitas Ikan Biology (JAMB). Vol. 7 Issue 5. Karang pada Lokasi Rehabilitasi Poutiers, J. M. 1998. Gastropods. In The Karang Modul Bioreeftek di livingmarine resources of the Perairan Desa Tanjung Tiram, Western CentralPacific FAO, Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal edited by Carpenter K.E., V. Manajemen Sumber daya Perairan. H.Niem. page 363-646. 4 (3), 214-221. Rahim, A.R., LOAR. Nadia, Abdullah. Buya, A. I., Suherman, Y. D., Made, S. 2019. Kelimpahan N. 2013. Distribusi Horizontal Makrozoobenthos pada Modul Moluska di Kawasan Padang Bioreeftek di Perairan Desa Lamun Pantai Merta Segara Sanur, Tanjung Tiram Kecamatan Denpasar. Jurnal Biologi. 18 (1) : Moramo Utara. Juranal 10-14. Manajemen Sumberdaya Perairan. Dharma,, B. 2005. Recent & Fossil of 4 (3), 198-207. Indonesia Shells. Book. Riniatsih, I. dan Kushartono, E.W. 2009. Germany. 424. Substrat Dasar dan Parameter Haumahu, S. 2011. Distribusi Strombidae Oseanografi Sebagai Penentu di Zona Intertidal sekitar Perairan Keberadaan Gastropoda dan Pulau-Pulau Lease, Maluku Bivalvia di Pantai Sluke Tengah. Manajemen Sumberdaya Kabupaten Rembang. Jurnal Ilmu Perairan. Triton, 7 (1): 42-51. Kelautan, 14(1):50-59. Habonaran J, Nasution S, Thamrin. 2015. Romimohtarto, K. dan S. Juwana.2009. Diversityof Macrozoobenthos In Biologi Laut IlmuPengetahuan Kuala IndragiriCoastal Water Riau tentang BiotaLaut. Jakarta. Province. Marine Sciense,Faculty Djambatan. of Fisheries and Marine Sciense Sulaeman, Suparto, Eviyarti. 2005. Riau University. Pekanbaru. Riau Petunjuk TeknisAnalisi Kimia Province. Tanah, Tanaman, Air dan Haumahu, S. Uneputty, P. Maureen, A. T. Pupuk.Badan Penelitian dan 2014. Variasi Morfometrik dan Pengembangan Hubungan Panjang Berat Siput PertanianDepartemen Pertanian. Jala (Strombus luhuanus). Jurnal Bogor. TRITONVol 10 (2), hal. 122-130. Supratman, O. Suryati S. T. 2018. Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta : Karakteristik Habitat Siput Bumi Aksara. Gonggong Strombus turturella di EkosistemPadang Lamun. Jurnal

177

Bunga dkk., Kepadatan dan Distribusi Ukuran Gastropoda (Conomurex luhuanus) di Perairan Wawosunggu

Kelautan Tropis. Vol. 21 (2) : 81- 90. ISSN 0853-7291. Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif. Usaha Nasional. Surabaya. Sianu, N. E. 2014. Keanekaragaman dan Asosiasi Gastropoda denganEkosistem Lamun di PerairanTeluk Tomini Sekitar DesaTabulo Selatan Kecamatan Mananggu Provinsi Gorontalo. Skripsi. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Negeri Gorontalo. Taqwa R.N, Muskananfola M.R, Ruswahyuni. 2014. Studi Hubungan Substrat Dasar dan Kandungan Bahan Organik dalam Sedimen Dengan Kelimpahan Hewan Makrobenthos di Muara Sungai Sayung Kabupaten Demak. Diponegoro Journal Of Maquares, 3(1): 125 –133. Uneputty, A. P. Haumahu, S. Lewerissa, A. Y. 2018. Kemelimpahan dan Distribusi Ukuran Strombus luhuanus PadaPerairan Pantai Berbatu Negeri Oma, Kabupaten Maluku Tengah. Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan V. ISBN 978-602- 71759-5-2. Wilson, B.R. 1993. Australia Marine Shells.Prosobranch Gastropods. Part one. Kallroo,Odyssey, 407.

178