PEMERINTAH DAERAH PROVINSI TENGAH DINAS KEHUTANAN UPT KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN MODEL DAMPELAS – TINOMBO Jalan Trans -Tolitoli Km. 115 TambuKec. BalaesangKab. Donggala

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN

JANGKA PANJANG KPHP MODEL DAMPELAS-TINOMBO (UNIT IV) DI KABUPATEN DONGGALA DAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH

DISUSUN OLEH : KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI MODEL

DAMPELAS TINOMBO

TAMBU, DESEMBER 2013

BUKU RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHP MODEL DAMPELAS-TINOMBO (UNIT IV)

Digandakan dan dijilid oleh : Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional IV Tahun 2014

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

HALAMAN JUDUL

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHP MODEL DAMPELAS-TINOMBO (UNIT IV) DI KABUPATEN DONGGALA DAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH

Merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari :

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK Nomor : SK. 6942/Menhut-II/Reg.4/2/2013 Tanggal : 27 Desember 2013

KPHP Model Dampelas TInombo ii

RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo

RINGKASAN EKSEKUTIF

RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo yang akanmenjadiacuanrencanapengelolaanjangkapendek, diarahkanuntukmengoptimalkanfungsi- fungsiproduksidanjasasumberdayahutandanlingkungannya, baikproduksikayu, produksibukankayu, maupunjasa-jasalingkungan, melaluikegiatanpokokberupapemanfaatan, pemberdayaanmasyarakat, sertapelestarianlingkungan yang merupakansatukesatuankegiatan. Dengandemikian, rencanapengelolaanjangkapanjanginidiharapkandapatmemberiarahpengelola anhutandankawasannya, yang melibatkansemuapihakdalamupayapengembangan KPHP Model DampelasTinombo diKabupatenDonggaladanKabupatenParigiMoutongProvinsi Sulawesi Tengah. Penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Dampelas Tinombo di Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong dimaksudkan agar proses pembangunan KPHP Model berjalan secara sistimatis dan terarah menuju pencapaian target pembangunan KPHP model. Tujuan penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Dampelas Tinombo di Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong adalah untuk memberikan arahan kegiatan pembangunan KPHP Model berupa rencana kelola berjangka waktu10 tahun, dan juga acuan bagi penyusunan rencana pengelolaan jangka pendek pembangunan KPHP model. Rencana pengelolaan KPHP model Dampelas Tinombo dalam sepuluh tahun kedepan diarahkan pada pemanfaatan hutan di kawasan hutan produksi dan pemanfaatan hutan di kawasan hutan lindung. Pemanfaatan hutan pada hutan produksi meliputi: (a) Pemanfaatan kawasan; (b) Pemanfaatan jasa lingkungan; (c) Pemanfaatan hasil hutan kayu; (d) Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu; (e) Pemungutan hasil hutan bukan kayu. Selanjutnya pemanfaatan hutan di kawasan hutan lindung meliputi: (a) Pemanfaatan kawasan; (b) Pemanfaatan jasa lingkungan; (c) Pemungutan hasil hutan bukan kayu. KPHP Model Dampelas Tinombo memiliki luas wilayah kelola kawasan ± 112.634 Hektar. Berdasarkan fungsinya wilayah KPHP ini terdiri atas fungsi hutan produksi (HPT dan HP) seluas ± 91.245,29 Ha, fungsi Hutan Lindung seluas ± 21.108,15 Ha, dan Kawasan Lindung (KWL) di Areal Penggunaan Lain (APL) seluas ± 280,56 Ha. Dari hasil penataan blok dan petak pengelolaan, wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo terdiri atas: Blok Inti pada HL seluas ±11.151,60 Ha, Blok Perlindungan pada hutan produksi dan kawasan lindung di APL seluas ±16.689,41 Ha (seluas ±334,25 Ha yang terdiri atas hutan pantai, dan hutan mangrove), Blok Pemanfaatan seluas±59.868,98 Ha, dan Blok pemberdayaan masyarakat seluas ±24.977,71 Ha.Dalam setiap blok terdapat areal rencana rehabilitasi hutan (RHL) yang seluruhnya mencapai luas ±4.685,98 Ha sesuai dokumen RPRHL KPHP Dampelas Tinombo.

KPHP Model Dampelas TInombo iv

RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo

Dalam blok perlindungan hutan terbagi kedalam petak-petak pengelolaan hutan yang terdiri atas petak-petak perlidungan tata air dan perlindungan habitat eboni (termasuk habitat satwa dan plasma nutfah), perlindungan hutan pantai dan ekosistem mangrove, zona batas antara hutan lindung dengan hutan produksi dan zona batas antara hutan produksi dengan kawasan CA. Gunung Sojol. Dalam blok pemanfaatan terdiri atas petak-petak pengelolaan/pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan. Petak- petak pengelolaan/pemanfaatan hutan terdiri atas petak-petak pemanfaatan hasil hutan kayu (HHK) pada hutan alam dalam bentuk restorasi ekosistem (HHK-RE); hasil hutan kayu pada hutan tanaman/hutan tanaman industri (HHK-HT/HTI); hasil hutan bukan kayu (HHBK) pada hutan lindung seperti rotan, getah-getahan dan buah/biji; petak-petak pengelolaan/pemanfaatan jasa lingkungan (jasling) untuk wisata alam dan jasa karbon; petak-petak persawahan di Desa Lembahmukti, dan penggunaan kawasan hutan untuk IUP biji besi PT. All Rezky Tadang Palie. Dalam blok pemberdayaan masyarakat terdiri atas petak-petak pengelolaan untuk hutan kemasyarakatan (HKm) yang luas seluruhnya mencapai 13.116,21 Ha, hutan desa (HD) seluas 8.281,38 Ha, dan hutan tanaman rakyat (HTR) seluas 3.580,12 Ha. Luas areal sasaran kegiatan HKm dan HD masih termasuk didalamnya sasaran kegiatan RHL. Dengan demikian areal-areal HKm dan HD yang termasuk dalam kegiatan RHL, pelaksanaannya dikerjakan dengan pendekatan berbasis masyarakat atau desa sesuai petak-petak peruntukannya. Pengelolaan wilayah kerja KPHP model Dampelas Tinombo memberikan pula akses pemanfaatan kawasan hutan bagi Komunitas Adat Terpencil Suku Lauje dan Tajio (KAT Lauje-Tajio) yang secara turun-temurun telah berada di kawasan hutan ini. Terhadap wilayah kerja KPHP Model Dampelas Tinombo yang telah ada ijin usaha pemanfaatan hutan seperti PT. Taman Hutan Asri dan PT. Sentra Pitulempa, KPH melakukan pengawasan dan pengendalian serta evaluasi/penilaian atas segala aktivitas yang dilakukan oleh kedua perusahaan tersebut, untuk areal-areal petak kelola pemberdayaan masyarakat dan wilayah KPHP yang belum ada ijin usaha pemanfaatan ataupun penggunaan kawasan, maka areal-areal tersebut masuk dalam kegiatan pemanfaatan wilayah tertentu oleh UPTD KPH. Dalam pelaksanaan pengelolaan/pemanfaatan wilayah kerja KPHP model Dampelas Tinombo selama sepuluh tahun kedepan, UPTD KPH ini perlu didukung peningkatan sarana-prasarana perkantoran yang memadai, peningkatan SDM, serta pembiayaan yang memadai dari berbagai sumber. Diharapkan selama jangka waktu pengelolaan periode sepuluh tahun pertama, KPH ini sudah dapat menjadi KPH yang mandiri dan dalam bentuk Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD). Rencana kelola wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo berjangka sepuluh tahun ini memiliki peluang adanya rasionalisasi wilayah kelola, dan review rencana kelola minimal lima tahun Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo dengan jangka waktu waktu sepuluh tahun kedepan, maka rencana kelola perlu segera ditindaklanjuti dengan penyusunan rencana tahunan KPH.

KPHP Model Dampelas TInombo v

RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo

DAFTAR ISI

Halaman

Sampul ...... i Halaman Judul ...... ii Lembar Pengesahan ...... iii Ringkasan Eksekutif ...... iv Peta Situasi ...... vi Kata Pengantar ...... vii Daftar Isi ...... viii Daftar Tabel ...... x Daftar Gambar ...... xiii Daftar Lampiran ...... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ...... I-1 A. Latar Belakang ...... I-1 B. Maksud dan Tujuan ...... I-3 C. Sasaran ...... I-4 D. Ruang Lingkup ...... I-4 E. Batasan Pengertian ...... I-5

II. DESKRIPSI WILAYAH ...... II-1 A. Risalah Wilayah KPH ...... II-1 B. Potensi Wilayah KPH ...... II-11 C. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat ...... II-32 D. Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan ...... II-47 E. Posisi KPH Dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah dan Pembangunan Daerah ...... II-49 F. Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan ...... II-52

III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN ...... III-1 A. Visi dan Misi Penyelenggaraan ...... III-1 Pembangunan Kehutanan Nasional B. Visi, Misi dan Tujuan Pengelolaan Hutan ...... III-2 KPHP Model Dampelas Tinombo ...... IV. ANALISIS DAN PROYEKSI ...... IV-1 A. Analisis Data dan Informasi KPHP Model ...... IV-1 Dampelas Tinombo B. Proyeksi Pengelolaan Hutan KPHP Model ...... IV-4 Dampelas Tinombo

V. RENCANA KEGIATAN ...... V-1 A. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola dan ...... V-2 Penataan Hutannya B.Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu ...... V-11

KPHP Model Dampelas TInombo viii

RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo

C. Rencana Pemberdayaan Masyarakat ...... V-26 D. Pembinaan dan Pemantauan ( Controlling ) ...... V-36 yang telah ada Ijin Pemanfaatan Hutan maupun Penggunaan Kawasan Hutan E. Penyelenggaraan Rehabilitasi Pada Areal di ...... V-48 Luar Ijin F. Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan ...... V-52 Rehabilitasi dan Reklamasi Pada pada Areal Ijin Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan G. Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan ...... V-53 Konservasi Alam H. Penyelenggaraan Koordinasi dan ...... V-58 Sinkronisasi Antar Pemegang Ijin I. Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan ...... V-60 Stakholder Terkait J. Penyediaaan dan Peningkatan Kapasitas ...... V-61 SDM K. Penyediaan Pendanaan ...... V-65 L. Pengembangan Database ...... V-76 M. Rasionalisasi Wilayah Kelola ...... V-80 N. Review Rencana Pengelolaan (Minimal 5 ...... V-82 tahun sekali) O. Pengembangan Investasi ...... V-83

VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN ...... VI-1 PENGENDALIAN A. Pembinaan Aparat Teknis dan Aparat ...... VI-1 Terkait Pengelolaan KPHP B. Pengawasan dan Pengendalian ...... VI-2

VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN ...... VII-1 A. Prinsip dan Model Pemantauan dan ...... VII-1 Evaluasi B. Pengukuran/Penilaian Kinerja KPH ...... VII-2 C. Rencana Pelaksanaan Pemantauan, ...... VII-10 Evaluasi dan Pelaporan

VIII. PENUTUP ...... VIII-1

LAMPIRAN ...... LP-1

KPHP Model Dampelas TInombo ix

RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

2.1. Tingkat Aksesibilitas Kawasan Hutan di Wilayah KPHP ...... II-2 Model Dampelas Tinombo 2.2. Kelas Lereng di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo ...... II-14 2.3. Jenis-jenis Hasil Hutan Kayu yang terdapat di Kawasan ...... II-16 Hutan Lindung DAS Tada Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong 2.4. Jenis-jenis Hasil Hutan Kayu yang terdapat di Kawasan ...... II-18 Hutan Lindung dan Hutan Produksi DAS Sidoan Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong 2.5. Jenis-jenis Hasil Hutan Kayu yang terdapat di Kawasan ...... II-19 Hutan Lindung dan Hutan Produksi DAS Bainaa Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong 2.6. Jenis-jenis Hasil Hutan Kayu yang terdapat di Kawasan ...... II-23 Hutan Produksi DAS Siraurang Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong 2.7. Jenis-jenis Hasil Hutan Kayu yang terdapat di Kawasan ...... II-25 Hutan Produksi DAS Silonduya Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong 2.8. Jenis-jenis Hasil Hutan Non-Kayu yang terdapat di ...... II-26 Kawasan Hutan Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong 2.9. Jenis-jenis Flora Langka, Endemik dan Dilindungi yang ...... II-28 terdapat di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong 2.10. Jenis-jenis Burung yang terdapat di Wilayah KPHP ...... II-28 Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong 2.11. Jenis-jenis Mamalia, Reptilia dan Amphibia yang ...... II-30 dijumpai di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo 2.12. Keadaan Penduduk Wilayah Kecamatan di Wilayah ...... II-32 KPHP Model Dampelas Tinombo 2.13. Tekanan Penduduk Terhadap Lahan Pertanian di Sekitar ...... II-33 Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo 2.14. Perhitungan Nilai LQ di Wilayah KPHP Model Dampelas ...... II-34 Tinombo 2.15. Ketersediaan Lahan Garapan Terhadap Jumlah ...... II-40 Penduduk di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo

2.16. Jenis dan Jumlah Sarana dan Prasarana ...... II-43

KPHP Model Dampelas TInombo x

RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo

Perekonomian di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo 2.17. Data Sarana/Prasarana Penyuluhan di Wilayah KPHP ...... II-44 Model Dampelas Tinombo 4.1. Matriks SWOT ...... IV-2 5.1. Rencana Penataan Hutan di Wilayah KPHP Model ...... V- 5 Dampelas Tinombo 5.2. Rencana Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi ...... V-14 Ekosistem dalam Hutan Alam (UPHHK-RE) pada Hutan Produksi di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo 5.3. Rencana Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada ...... V-15 Hutan Tanaman (UPHHK-HT) pada Hutan Produksi di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo 5.4. Tahapan Kegiatan TPTI pada UPHHK-RE dan IUPHHK- ...... V-17 HT 5.5. Lokasi Rencana Pemanfaatan Jasa Lingkungan di ...... V-18 Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo 5.6. Lokasi Rencana Pemanfaatan/Pemungutan Hasil Hutan ...... V-23 Bukan Kayu di Wilayah Hutan Lindung KPHP Model Dampelas Tinombo 5.7. Rencana Kegiatan dan Tata Waktu Pelaksanaan Pada ...... V-24 Lokasi Pemanfaatan Wilayah Tertentu 5.8. Lokasi Rencana Pengembangan HKm di Wilayah KPHP ...... V-30 Model Dampelas Tinombo 5.9. Lokasi Rencana Pengembangan Hutan Desa di ...... V-31 Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo 5.10. Lokasi Rencana Pengembangan Hutan Tanaman Rakyat ...... V-35 di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo 5.11. Lokasi Rencana IUPHHK-HTI PT. Coltan Agro di ...... V-37 Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo 5.12. Rencana Rehabilitasi Hutan di Wilayah KPHP Model ...... V-50 Dampelas Tinombo 5.13. Jenis Kegiatan Perlindungan Hutan di Wilayah KPHP ...... V-56 Model Dampelas Tinombo 5.14. Rencana Blok-Blok Perlindungan Hutan di Wilayah ...... V-56 KPHP Model Dampelas Tinombo 5.15. Kegiatan Konservasi Alam dalam Hutan Produksi di ...... V-57 Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo 5.16. Sistem Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan ...... V-60 Stakholder Terkait 5.17. Rencana Wilayah Kerja Resort KPH ...... V-63 5.18. Daftar Fasilitas Sarana dan Prasarana UPTD KPHP ...... V-65 Model Dampelas Tinombo 5.19. Rencana Pendanaan KPHP Model Dampelas Tinombo ...... V-68 Periode Tahun 2012-2022 5.20. Taksiran Pendapatan Nominal Unit Usaha ...... V-90 HutanTanaman (Per Hektar)

5.21. Tingkat Keuntungan Unit Usaha Hutan Tanaman (Per ...... V-91 Hektar)

KPHP Model Dampelas TInombo xi

RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo

5.22. Tingkat Keuntungan Nominal Unit Usaha Hutan ...... V-92 Tanaman (Per Hektar) 5.23. Cash Flow Analisis Finansial Unit Usaha Hutan ...... V-95 Tanaman untuk Jenis Kayu-kayuan 100% (Nyatoh/Palapi/Cempaka/Jabon, dll.) Per Hektar Pada Kawasan Hutan Produksi: Populasi tanaman 1.100 Btg/Ha. 5.24. Cash Flow Analisis Finansial Unit Usaha Hutan ...... V-96 Tanaman untuk Jenis Kayu-kayuan 90% (Nyatoh/Palapi/Cempaka/Jabon, dll.), dan MPTS 10% (Kemiri/dll.) Per Hektar Pada Kawasan Hutan Produksi: Populasi tanaman 1.100 Btg/Ha. 5.25. Cash Flow Analisis Finansial Unit Usaha Hutan ...... V-97 Tanaman untuk Jenis Kayu-kayuan 90% (Nyatoh/Palapi/Cempaka/Jabon, dll.), dan MPTS 10% (Kemiri/dll.) Per Hektar Pada Kawasan Hutan Produksi: Populasi tanaman 400 Btg/Ha 5.26. Analisis Finansial Unit Usaha KPHP Model Dampelas ...... V-99 Tinombo Periode Tahun 2013-2022

KPHP Model Dampelas TInombo xii

RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

7.1. Sistem Tujuan Pembangunan KPHP model Dampelas ...... VII-5 Tinombo 7.2. Mekanisme Penilaian Kinerja KPH ...... VII-6 7.3. Capaian Pembangunan KPH dan Tingkatan Intervensi ...... VII-9 yang diperlukan

KPHP Model Dampelas TInombo xiii

RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks

1. Peta Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo 2. Peta Penutupan Lahan 3. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) 4. Peta Sebaran Potensi dan Aksesibilitas 5. Peta Penataan Hutan (Blok, Petak) 6. Peta Penggunaan Lahan 7. Peta Keberadaan Ijin Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan 8. Peta Tanah 9. Peta Iklim 10. Peta Geologi 11. Peta Pemanfaatan Wiayah Tertentu

KPHP Model Dampelas TInombo xiv

RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo

PETA SITUASI

KPHP Dampelas Tinombo

KPHP Model Dampelas TInombo vi

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun

2010-2014, implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang kelima yaitu

Pemantapan Kawasan Hutan yang dilaksanakan melalui Program

Pemantapan Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan dan Program

Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumberdaya Alam dan

Lingkungan Hidup. Kegiatan ‐kegiatan yang terkait dengan pelaksanaan

Program Pemantapan Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan adalah

pengukuhan dan penatagunaan kawasan hutan dan pembentukan wilayah

pengelolaan dan perubahan kawasan hutan dengan kegiatan utama

pembangunan kesatuan pengelolaan hutan (KPH).

Pelaksanaan Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi

Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup, meliputi kegiatan pengembangan

rencana dan statistik kehutanan, inventarisasi hutan dan pengembangan

informasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup serta perencanaan dan

pembinaan prakondisi pengelolaan hutan.Pembentukan KPH merupakan

serangkaian proses perencanaan/penyusunan desain kawasan hutan, yang

didasarkan atas fungsi pokok dan peruntukannya, dalam upaya mewujudkan

pengelolaan hutan lestari.KPH menjadi bagian dari penguatan sistem

pengurusan hutan nasional, provinsi dan kabupaten, yang pembentukannya

ditujukan untuk menyediakan wadah bagi terselenggaranya kegiatan

pengelolaan hutan secara efisien dan lestari.

KPHP Model Dampelas TInombo I-1 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Kementerian Kehutanan (Kemenhut) kini memacu KPH sebagai bagian

dari upaya pemantapan kawasan hutan.KPH disiapkan menjadi pengelola

hutan di tingkat tapak yang bukan hanya tahu potensi wilayah hutan yang

dikelolanya, tapi juga bisa merancang pemanfaatannya secara seimbang.

Penyebutan KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala

dan Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah(selanjutnya dalam penulisan

disebut KPHP Model Dampelas Tinombo).

Sampai Agustus 2011 Kemenhut telah mengeluarkan 23 Keputusan

Menteri Kehutanan tentang Penetapan Wilayah KPH Provinsi di 23

provinsi.Terdapat 414 unit wilayah KPH dengan luas 57.905.008 ha, yang

terdiri atas 252 unit KPH Produksi seluas 37.539.047 ha, 162 unit KPH

Lindung seluas 20.365.961 ha.Dikeluarkan pula 20 Kepmenhut tentang

Penetapan Wilayah KPH Konservasi dengan luas 2.073.273 ha, yang terdiri

atas 20 Taman Nasional yang terletak pada 20 provinsi.Selain itu juga telah

ditetapkan 41 Kepmenhut tentang Penetapan KPH Model dengan luas

4.926.989 ha yang terdapat pada 25 provinsi (Agroindonesia 2011).

Sehubungan dengan uraian di atas, KPHP Model Dampelas

Tinomboyang terbentuk kelembagaannya tahun 2009 dan telah efektif

beroperasi sejak tahun 2010, hingga saat ini belum memiliki dokumen

rencana pengelolaan. Sejak tahun 2010KPHP Model ini telah melakukan

berbagai kegiatan, diantaranya kegiatan sosialisasi keberadaan KPHP,

survey lapangan dan identifikasi serta penyusunan dokumen Rencana

Pengelolaan Rehabilitasi Hutan KPH.

Agar pembangunan KPHP ModelDampelas Tinombo dapat

berlangsung sesuai dengan target yang ditetapkan (Pembangunan Hutan

KPHP Model Dampelas TInombo I-2 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Lestari), maka diperlukan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang untuk

selanjutnya disingkat RPHJP sebagai pedoman pelaksanaan, yang sekaligus

sebagai standar penilaian kinerja pembangunan KPH. Rencana Pengelolaan

KPHP Model Jangka Panjang yang dibuat, mengakomodir strategi dan

kelayakanpengembangan pengelolaan hutan ditinjau dari aspek kelola

kawasan, kelola hutan dan kelola hasil serta penataan kelembagaan.

RPHJP KPHP Model Dampelas Tinomboyang akan menjadi acuan

rencana pengelolaan jangka pendek, diarahkan untuk mengoptimalkan

fungsi-fungsi produksi, jasa sumberdaya hutan dan lingkungannya, baik

produksi kayu, produksi bukan kayu, maupun jasa-jasa lingkungan, melalui

kegiatan pokok berupa pemanfaatan, pemberdayaan masyarakat, serta

pelestarian lingkungan yang merupakan satu kesatuan kegiatan. Dengan

demikian, rencana pengelolaan jangka panjang ini diharapkan dapat memberi

arah pengelolaan hutan dan kawasannya, yang melibatkan semua pihak

dalam upaya pengembangan KPHPModel Dampelas Tinombo (Unit IV) di

Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi

Tengah.

B. Maksud dan Tujuan

Penyusunan RPHJP KPHP Model Dampelas Tinombodimaksudkan

agar proses pembangunan KPHP Model berjalan secara sistimatis dan

terarah menuju pencapaian target pembangunan KPHP model.

Tujuan penyusunan RPHJP-KPHP Model Dampelas Tinomboadalah

untuk memberikan arahan kegiatan pembangunan KPHP Model berupa

rencana kelola berjangka 10 tahun, dan juga acuan bagi penyusunan rencana

pengelolaan jangka pendek pembangunan KPHP model.

KPHP Model Dampelas TInombo I-3 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Melalui penyusunan RPHJP KPHP Model Dampelas Tinombo

diharapkan akan dihasilkan rencana-rencana yang dapat mendukung:

a. Peningkatan mutu dan produktifitas sumberdaya hutan di KPHP Model.

b. Peningkatan kontribusi sektor kehutanan terhadap perekonomian daerah

dan nasional serta pendapatan masyarakat.

c. Peningkatan peranserta masyarakat secara aktif dalam menjaga

kelestarian sumberdaya hutan.

d. Peningkatan daya dukung DAS/sub DAS di wilayah KPHP Model.

C. Sasaran

Sasaran penyusunan RPHJP KPHPModel adalah tersusunnya RPHJP

KPHP Model Dampelas Tinombodi Kabupaten Donggala dan Kabupaten

Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah.

D. Ruang Lingkup

Ruang LingkupRPHJP KPHP Model Dampelas Tinombo diuraikan

sbb.:

Rencana Kegiatan Pengelolaan Hutan berbasis hasil inventarisasi kondisi

biogeofisik kawasan serta kondisi sosial ekonomi dan budaya wilayah

KPHP periode tahun 2013-2023.

Penjelasan mengenai kondisi sumberdaya hutan dan ekosistemnya yang

akan dikelola, status dan alokasi lahan, batas areal, kondisi sosial

ekonomi masyarakat, dan profil wilayah kecamatan yang berbatasan

dengan areal KPHP.

Rencana kegiatan inventarisasi berkala wilayah kelola dan penataaan

hutannya, pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu, dan pemberdayaan

masyarakat.

KPHP Model Dampelas TInombo I-4 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Rencana kegiatan penyelenggaraan rehabilitasi hutan, perlindungan hutan

dan konservasi alam.

Pembinaan dan pemantauan ijin pemanfaatan hutan dan penggunaan

kawasan hutan, serta rehabilitasi dan reklamasi hutan.

Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin, serta

koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait.

Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM serta pendanaan.

Pengembangan database.

Rasionalisasi wilayah kelola.

Review rencana pengelolaan (minimal 5 tahun sekali).

Pengembangan investasi.

E. Batasan Pengertian

Kesatuan Pengelolaan Hutan yang selanjutnya disebut KPH adalah

wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang

dapat dikelola secara efisien dan lestari.

Kesatuan Pengelolaan Hutan Model adalah wujud awal KPH yang secara

bertahap dikembangkan menuju situasi dan kondisi aktual organisasi KPH

di tingkat tapak.

Organisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi yang selanjutnya

disebut KPHP adalah organisasi pengelolaan hutan produksi yang

wilayahnya sebagian besar terdiri atas kawasan hutan produksi yang

dikelola Pemerintah Daerah.

Sarana adalah barang atau benda bergerak yang dapat dipakai sebagai

alat dalam pelaksanaan tugas dan fungsi unit organisasi meliputi peralatan

perkantoran, peralatan transportasi dan peralatan lainnya.

KPHP Model Dampelas TInombo I-5 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Prasarana adalah barang atau benda tidak bergerak yang dapat

menunjang atau mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi unit organisasi

antara lain tanah, bangunan, ruang kantor.

Fasilitasi sarana dan prasarana adalah bentuk dukungan Pemerintah

kepada KPHL dan KPHP berupa sarana dan prasarana.

Pengurusan Hutan adalah kegiatan penyelenggaran hutan yang meliputi

perencanaan kehutanan, pengelolaan hutan, penelitian dan

pengembangan, pendidikan dan latihan, serta penyuluhan kehutanan dan

pengawasan.

Perencanaan adalah suatu proses penentuan tindakan-tindakan masa

depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan

sumberdaya yang tersedia untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Perencanaan Kehutanan adalah proses penetapan tujuan, penentuan

kegiatan dan perangkat yang diperlukan dalam pengurusan hutan lestari

untuk memberikan pedoman dan arah guna menjamin tercapainya tujuan

penyelenggaraan kehutanan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

yang berkeadilan dan berkelanjutan.

Rencana Kehutanan adalah produk perencanaan kehutanan yang

dituangkan dalam bentuk dokumen rencana spasial dan numerik serta

disusun menurut skala geografis, fungsi pokok kawasan hutan dan jenis-

jenis pengelolaannya serta dalam jangka waktu pelaksanaan dan dalam

penyusunannya telah memperhatikan tata ruang wilayah dan kebijakan

prioritas pembangunan yang terdiri dari rencana kawasan hutan dan

rencana pembangunan kehutanan.

KPHP Model Dampelas TInombo I-6 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Rencana Pengelolaan Hutan adalah rencana pada kesatuan pengelolaan

hutan yang memuat semua aspek pengelolaan hutan dalam kurun jangka

panjang dan pendek, disusun berdasarkan hasil tata hutan dan rencana

kehutanan, dan memperhatikan aspirasi, peran serta dan nilai budaya

masyarakat serta kondisi lingkungan dalam rangka pengelolaan kawasan

hutan yang lebih intensif untuk memperoleh manfaat yang lebih optimal

dan lestari.

Tata Hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan,

mencakup kegiatan pengelompokan sumberdaya hutan sesuai tipe

ekosistem dan potensiyang terkandung di dalamnya dengan tujuan untuk

memperoleh manfaat sebesarbesarnya bagi masyarakat secara lestari.

Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan

penyusunan rencana pengelolaan hutan; pemanfaatan hutan;

penggunaan kawasan hutan; rehabilitasi dan reklamasi hutan;

perlindungan hutan dan konservasi alam.

Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,

memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan

bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara

optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga

kelestariannya.

Penggunaan kawasan hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan

pembangunan di luar kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok

kawasan hutan.

Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan,

mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga

KPHP Model Dampelas TInombo I-7 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem

penyangga kehidupan tetap terjaga.

Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan

kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara

optimal sesuai dengan peruntukannya.

Lahan Kritis adalah lahan yang berada di dalam dan di luar kawasan

hutan yang telah mengalami kerusakan, sehingga kehilangan atau

berkurang fungsinya sampai pada batas yang ditentukan atau diharapkan.

Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah

daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak sungai

yang bersifat menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal

dari curah hujan ke danau atau laut secara alami yang batas di darat

merupakan pemisah topografi dan batas di laut sampai dengan daerah

perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

Tata Air DAS adalah hubungan kesatuan individual unsur-unsur hidrologis

yang meliputi hujan, aliran sungai, peresapan dan evapotranspirasi dan

unsur lainnya yang mempengaruhi neraca air suatu DAS.

Reboisasi adalah upaya pembuatan tananam jenis pohon hutan pada

kawasan hutan rusak yang berupa lahan kosong/terbuka, alang-alang

atau semak belukar dan hutan rawang untuk mengembalikan fungsi hutan.

Penanaman pengkayaan reboisasi adalah kegiatan penambahan anakan

pohon pada areal hutan rawang yang memiliki tegakan berupa anakan,

pancang, tiang dan pohon 200-400 batang/ha, dengan maksud untuk

meningkatkan nilai tegakan hutan baik kualitas maupun kuantitas sesuai

fungsinya.

KPHP Model Dampelas TInombo I-8 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya

alam, sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna

kepentingan pembanguan berkelanjutan.

Konservasi tanah adalah upaya penempatan setiap bidang lahan pada

penggunaan (secara vegetatif dan/atau sipil teknik) yang sesuai dengan

kemampuan lahan tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan

syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah sehingga

dapat mendukung kehidupan secara lestari.

Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi

kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh

perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan

penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara,

masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan,

investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.

Tata Batas dalam wilayah KPH adalah melakukan penataan batas dalam

wilayah kelola KPH berdasarkan pembagian Blok dan petak.

Inventarisasi hutan adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data untuk

mengetahui keadaan dan potensi sumber daya hutan serta lingkungannya

secara lengkap.

Blok adalah bagian wilayah KPH yang dibuat relatif permanen untuk

meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan.

Petak adalah bagian dari blok dengan luasan tertentu dan menjadi unit

usaha pemanfaatan terkecil yang mendapat perlakuan pengelolaan atau

silvikultur yang sama.

KPHP Model Dampelas TInombo I-9 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Evaluasi adalah suatu proses untuk mengukur pencapaian suatu tujuan

tertentu yang telah ditetapkan serta dilakukan secara sistematik dan

teratur, hasilnya digunakan sebagai umpan balik untuk perbaikan

pelaksanaan perencanaan selanjutnya.

Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,

memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan

bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara

optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga

kelestariannya.

Pemanfaatan kawasan adalah kegiatan untuk memanfaatkan ruang

tumbuh sehingga diperoleh manfaat lingkungan, manfaat sosial dan

manfaat ekonomi secara optimal dengan tidak mengurangi fungsi

utamanya.

Pemanfaatan jasa lingkungan adalah kegiatan untuk memanfaatkan

potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan

mengurangi fungsi utamanya.

Pemanfaatan hasil hutan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan

mengusahakan hasil hutan berupa kayu dengan tidak merusak lingkungan

dan tidak mengurangi fungsi pokoknya.

Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan untuk

memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan berupa bukan kayu

dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi

pokoknya.

KPHP Model Dampelas TInombo I-10 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Pemungutan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu adalah kegiatan untuk

mengambil hasil hutan baik berupa kayu dan/atau bukan kayu dengan

batasan waktu, luas dan/atau volume tertentu.

Izin pemanfaatan hutan adalah izin yang diterbitkan oleh pejabat yang

berwenang yang terdiri dari izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha

pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu

dan/atau bukan kayu, dan izin pemungutan hasil hutan kayu dan/atau

bukan kayu pada areal hutan yang telah ditentukan.

Izin usaha pemanfaatan kawasan yang selanjutnya disingkat IUPK adalah

izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan kawasan pada hutan

lindung dan/atau hutan produksi.

Izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan yang selanjutnya disingkat IUPJL

adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan jasa lingkungan

pada hutan lindung dan/atau hutan produksi.

Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu yang selanjutnya disingkat

IUPHHK dan/atau izin usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu yang

selanjutnya disebut IUPHHBK adalah izin usaha yang diberikan untuk

memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dan/atau bukan kayu dalam hutan

alam pada hutan produksi melalui kegiatan pemanenan atau penebangan,

pengayaan, pemeliharaan dan pemasaran.

IUPHHK restorasi ekosistem dalam hutan alam adalah izin usaha yang

diberikan untuk membangun kawasan dalam hutan alam pada hutan

produksi yang memiliki ekosistem penting sehingga dapat dipertahankan

fungsi dan keterwakilannya melalui kegiatan pemeliharaan, perlindungan

dan pemulihan ekosistem hutan termasuk penanaman, pengayaan,

KPHP Model Dampelas TInombo I-11 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

penjarangan, penangkaran satwa, pelepasliaran flora dan fauna untuk

mengembalikan unsur hayati (flora dan fauna) serta unsur non hayati

(tanah, iklim dan topografi) pada suatu kawasan kepada jenis yang asli,

sehingga tercapai keseimbangan hayati dan ekosistemnya.

IUPHHK dan/atau IUPHHBK dalam hutan tanaman adalah izin usaha

yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dan/atau

bukan kayu dalam hutan tanaman pada hutan produksi melalui kegiatan

penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan,

dan pemasaran.

Izin pemungutan hasil hutan kayu yang selanjutnya disingkat IPHHK

adalah izin untuk mengambil hasil hutan berupa kayu pada hutan produksi

melalui kegiatan pemanenan, pengangkutan, dan pemasaran untuk

jangka waktu dan volume tertentu.

Izin pemungutan hasil hutan bukan kayu yang selanjutnya disingkat

IPHHBK adalah izin untuk mengambil hasil hutan berupa bukan kayu pada

hutan lindung dan/atau hutan produksi antara lain berupa rotan, madu,

buah-buahan, getah-getahan, tanaman obat-obatan, untuk jangka waktu

dan volume tertentu.

Hutan tanaman industri yang selanjutnya disingkat HTI adalah hutan

tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok industri

kehutanan untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi

dengan menerapkan silvikultur dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan

baku industri hasil hutan.

Hutan tanaman rakyat yang selanjutnya disingkat HTR adalah hutan

tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat

KPHP Model Dampelas TInombo I-12 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan

menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya

hutan.

Hutan tanaman hasil rehabilitasi yang selanjutnya disingkat HTHR adalah

hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun melalui kegiatan

merehabilitasi lahan dan hutan pada kawasan hutan produksi untuk

memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi lahan dan hutan

dalam rangka mempertahankan daya dukung, produktivitas dan

peranannya sebagai sistem penyangga kehidupan.

Sistem silvikultur adalah sistem budidaya hutan atau sistem teknik

bercocok tanaman hutan mulai dari memilih benih atau bibit, menyemai,

menanam, memelihara tanaman dan memanen.

Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas

tanah.

Hutan kemasyarakatan adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya

ditujukan untuk memberdayakan masyarakat.

Hutan desa adalah hutan negara yang belum dibebani izin/hak, yang

dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa.

Iuran izin usaha pemanfaatan hutan yang selanjutnya disingkat IIUPH

adalah pungutan yang dikenakan kepada pemegang izin usaha

pemanfaatan hutan atas suatu kawasan hutan tertentu.

Provisi sumber daya hutan yang selanjutnya disingkat PSDH adalah

pungutan yang dikenakan kepada pemegang izin sebagai pengganti nilai

intrinsik dari hasil hutan yang dipungut dari hutan negara.

KPHP Model Dampelas TInombo I-13 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Dana reboisasi yang selanjutnya disingkat DR adalah dana yang dipungut

dari pemegang IUPHHK dalam hutan alam pada hutan produksi untuk

mereboisasi dan merehabilitasi hutan.

Perorangan adalah Warga Negara Republik Indonesia yang cakap

bertindak menurut hukum.

Surat keterangan sahnya hasil hutan adalah dokumen-dokumen yang

merupakan bukti legalitas hasil hutan pada setiap segmen kegiatan dalam

penatausahaan hasil hutan.

Industri primer hasil hutan kayu adalah pengolahan kayu bulat dan/atau

kayu bahan baku serpih menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.

Industri primer hasil hutan bukan kayu adalah pengolahan hasil hutan

berupa bukan kayu menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.

Pengendalian adalah suatu proses atau upaya untuk mengurangi atau

menekan penyimpangan yang mungkin terjadi, sehingga diperoleh suatu

hasil sesuai dengan yang telah ditetapkan melalui pemantauan,

pengawasan dan penilaian kegiatan.

Wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum

menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan usaha pemanfaatannya

berada di luar areal izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.

KPHP Model Dampelas TInombo I-14 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

BAB II. DESKRIPSI KAWASAN

A. Risalah Wilayah KPH

1. Letak dan Luas

Secara geografis, KPHP Model Dampelas Tinombo berada pada posisi

119° 47’ 49” s.d 120° 07’ 22” BT dan 0° 42’ 14” s.d 0° 04’ 19” LU.

Secara administratif pemerintahan, berada dalam wilayah Kabupaten

Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah.

KPHP Model Dampelas Tinombo (Unit IV) memiliki kawasan seluas

±112.664 ha. Berdasarkan fungsi kawasan, KPHP Unit IV terdiri atas: Hutan

Lindung (HL) seluas 21.240 ha, Hutan Produksi Tetap (HP) seluas 10.271 ha,

dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 80.983 ha. Dari luas tersebut

terdapat areal KSA seluas 30 ha dan Badan Air seluas 140 ha. (Dishut

Sulteng, 2010). Apabila areal KSA dikeluarkan maka luas areal KPHP Model

menjadi 112.634 ha.

2. Aksesibilitas Kawasan

Lokasi KPHP Model Dampelas Tinombo terletak di tujuh wilayah

kecamatan, yakni Kecamatan Balaesang, Damsol, Sojol dan Sojol Utara

Kabupaten Donggala dan Kecamatan Tinombo/Sidoan, Tinombo Selatan.

Ketujuh kecamatan tersebut memiliki aksesibilitas wilayah yang cukup

memadai berupa jalan aspal dan jalan sirtu. Dengan demikian keterjangkauan

wilayah KPHP model ini cukup mudah dijangkau hingga pada batas-batas

luar kawasan hutan. Namun aksesibilitas dari batas-batas luar menuju lokasi

di dalam kawasan hutan KPHP akan mengalami kesulitan, karena jaringan

jalan yang pernah ada di wilayah eks. Jalan HPH, seperti di wilayah eks. HPH

KPHP Model Dampelas TInombo II -1 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

PT. Sinar Kaili dan wilayah eks. HPH PT. Raslim Trading Co., saat ini

umumnya telah rusak dan tidak layak dilalui kendaraan bermotor.

Tidak berfungsinya jalan-jalan eks. HPH, bukanlah jaminan bahwa

kawasan hutan di wilayah KPH ini aman dari berbagai okupasi dan

perambahan. Dari hasil analisis peta penyebaran potensi kawasan dan

aksesibilitas wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo, diketahui beberapa

titik lokasi dengan tingkat aksesibiblitas tinggi, sedang, dan rendah. Untuk

jelasnya disajikan pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1. Tingkat Aksesibilitas Kawasan Hutan di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Lokasi Akses (Kecamatan/Desa/ Fungsi No. Jenis Kegiatan Tingkat Akses Dusun/Kampung) Hutan 1 2 3 4 5 KABUPATEN DONGGALA 1 Kecamatan Balaesang Siweli, Malawa, Lemo, Sibualong, HL Pertanian lahan kering Sedang-Tinggi Sipure, Sibayu (Pinayor) 2 Kecamatan Damsol Kambayang HP, HL Pertanian lahan kering Sedang-Tinggi Talaga HL Pertanian lahan kering Tinggi Karyamukti HPT Pertanian lahan kering Sedang-Tinggi Muktiagung HP Pertanian lahan kering Sedang-Tinggi Sioyong, Panii HPT Merotan Rendah-Sedang Ponggerang, Malonas, Rerang HPT Pertanian lahan kering Sedang-Tinggi (Tintina) Lembahmukti (Balinggi) HPT Pertanian lahan kering Sedang-Tinggi dan lahan sawah 3 Kecamatan Sojol Pangalaseang (Ou) HPT Pertanian lahan kering Rendah-Sedang Tonggolobibi, Babatona, Siboang, HPT Pertanian lahan kering Sedang-Tinggi Bantayang Silempu (Salodide), Balukan HPT Pertanian lahan kering Sedang-Tinggi (Ponju) Losung, Balani, Sampaga, HPT Pertanian lahan kering Rendah-Sedang Dalaong. 4 Kecamatan Sojol Utara Pesik, Mapaga, Lenju HPT Pertanian lahan kering Sedang Ogoamas (Bingkoli) HPT Pertanian lahan kering, Sedang-Tinggi Permukiman Tandaiyo HPT Pertanian lahan kering Sedang KABUPATEN PARIGI MOUTONG 5 Kecamatan Tinombo Selatan Tada, Silutung HL, HPT Pertanian lahan kering Sedang-Tinggi khatulistiwa, Siney HL Pertanian lahan kering Sedang-Tinggi Maninili, Ogombangi HL Pertanian lahan kering Sedang-Tinggi Singenti (Sigaega) HPT, HP Pertanian lahan kering, Sedang-Tinggi Merotan dan Hasil Hutan Kayu Alam Sidoan, Ogobagis, Punsalea, HPT, HP Pertanian lahan kering, Rendah-Tinggi Sidoan Barat (Sija) Merotan dan Hasil Hutan Kayu Alam, Permukiman (KAT)

KPHP Model Dampelas TInombo II -2 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Lokasi Akses (Kecamatan/Desa/ Fungsi No. Jenis Kegiatan Tingkat Akses Dusun/Kampung) Hutan 1 2 3 4 5 Bondoyong, Ogolemo, Bolong HPT Pertanian lahan kering Sedang-Tinggi Bainaa, Ambason, Bainaa Barat, HL, HPT, Pertanian lahan kering, Sedang-Tinggi Silangsa, Dongkas HP Merotan, Getah damar dan Permukiman (KAT) Sumber: Hasil Survei BPKH Wilayah XVI Palu Tahun 2011-2012.

3. Batas-batas KPH

KPHP Model Dampelas Tinombo, memiliki batas-batas wilayah

sebagai berikut:

‹ Sebelah utara: berbatasan dengan Areal Penggunaan Lain (APL)

Kecamatan Sojol Utara Kabupaten Donggala.

‹ Sebelah timur: berbatasan dengan Areal Penggunaan Lain (APL)

Kecamatan Tinombo/Sidoan dan Tinombo Selatan Kabupaten Parigi

Moutong.

‹ Sebelah selatan: berbatasan dengan KPHP Unit V Kecamatan Balaesang

Kabupaten Donggala.

‹ Sebelah barat: berbatasan dengan Areal Penggunaan Lain (APL)

Kecamatan Balaesang dan Damsol Kabupaten Donggala.

4. Sejarah Wilayah KPH

KPHP Model Dampelas Tinombo yang terletak di wilayah Kabupaten

Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah pada

awal terbentuknya adalah KPH Unit V dengan luas 103.208,66 ha.

Selanjutnya diterbitkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 792/Menhut-

II/2009 tanggal 7 Desember 2009 seluas 100.912 Ha, kemudian terbit Surat

Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.79/MENHUT-II/2010 tanggal 10

Februari 2010 Tentang Penetapan Wilayah Pengelolaan KPHL dan KPHP

Provinsi Sulawesi Tengah, sehingga KPHP Model ini berubah menjadi KPHP

KPHP Model Dampelas TInombo II -3 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Unit IV, dengan luas 112.664 ha. Penambahan luas wilayah KPHP terletak di

kawasan HPT Kecamatan Sojol dan Sojol Utara.

Pada awalnya, pembentukan Unit KPH Model Dampelas Tinombo

mengacu pada Surat Keputusan Menteri Nomor 230/Kpts-II/2003 dan SK. Ka.

BAPLAN Kehutanan Nomor SK.14/VII-PW/2004 tentang pelaksanaan

pembentukan KPHP, serta Pasal 29 dan Pasal 30 PP No. 44 Tahun 2004,

telah diperoleh hasil hingga akhir tahun 2008 dalam rangka pembentukan

KPH.

Pada Tahun 2009, Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah telah

menerbitkan Peraturan Gubernur Nomor 05 Tahun 2009 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis pada Dinas dan Badan di Lingkungan

Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tengah), termasuk didalamnya tentang

Institusi Pengelola Unit Pelaksana Teknis (UPT KPH) Dampelas-Tinombo

dengan struktur organisasi yang terdiri atas: Kepala KPH dan dibantu 2 (dua)

Kepala seksi (Perencanaan dan Operasional) serta 1 (satu) orang kepala sub

bagian tata usaha.

Penetapan Peraturan Gubernur tersebut mengacu pada PP Nomor 6

tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan Pemerintah Provinsi

Sulawesi Tengah dalam mendukung percepatan pembangunan unit KPH

sangat positip. Walaupun demikian, mengingat adanya perubahan PP Nomor

3 tahun 2008 yang merubah PP Nomor 6 tahun 2007 maka diperlukan

adanya penyesuaian-penyesuaian secara bertahap sesuai PP Nomor 3

Tahun 2008 di masa mendatang.

Sejalan dengan kebutuhan perubahan Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) Provinsi Sulawesi Tengah maka diterbitkan Peraturan Daerah No. 9

KPHP Model Dampelas TInombo II -4 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi

Tengah No. 06 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas

Daerah Provinsi Sulawesi Tengah yang didalamnnya antara lain mengatur

struktur oraganisasi kehutanan tingkat daerah.

Dalam rangka menindaklanjuti Perda No. 9 Tahun 20012, Gubernur

Sulawesi Tengah menerbitkan Peraturan Gubernur Sulawesi Tengah No. 45

Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Sulawesi Tengah

No. 05 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis

pada Dinas dan Badan di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi

Tengah yang didalamnya antaralain mengatur struktur organisasi UPT pada

Dinas Kehutanan Daerah. Dalam Pergub diatas Struktur Organisasi UPT KPH

ditambah dengan Kelompok Jabatan Fungsional dan Resort KPH

5. Pembagian Blok Wilayah KPH

Sehubungan dengan adanya perkembangan pemanfaatan kawasan

hutan di wilayah KPHP model Dampelas Tinombo, seperti hadirnya usulan

IUPHHK-HTI PT. Calton Agro, Pembangunan Hutan Tanaman (HHBK-HT

Karet di Balinggi dan Karya Mukti, HHBK-HTUL di Bingkoli, dan HKm

(Agroforestri) di Tonggolobibi, serta kegiatan RHL di Siweli, Sibualong, Sibayu

dan Kambayang hingga pertengahan tahun 2012 termasuk hasil survei

potensi biogeofisik dan sosekbud tahun 2011-2012 maka dilakukan

rasionalisasi blok pengelolaan dengan tetap memperhatikan blok-blok kelola

yang ada pada rancang bangun KPH sebelumnya. Adapun rencana

pembagian blok-blok pengelolaan KPH sesuai dengan Juknis Tata Hutan dan

Penyusunan Rencana Pengelolaan KPHL dan KPHP Peraturan Dirjen

Planologi Kehutanan Nomor P.5/VII-WP3H/2012 meliputi:

KPHP Model Dampelas TInombo II -5 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

1) Kawasan Hutan Lindung

Pada kawasan hutan lindung (HL), dikelompokkan kedalam dua

blok yaitu Blok Inti dan Blok Pemanfaatan. Blok inti pada kawasan HL

ditetapkan dengan pertimbangan (sulit dijangkau atau akses rendah,

penting bagi perlindungan tata air, perlindungan satwa dan plasma

nutfah). Blok pemanfaatan pada kawasan HL ditetapkan dengan

pertimbangan (memiliki potensi hasil hutan non kayu (rotan, getah,

buah/biji), telah lama dimanfaatkan masyarakat setempat sebagai

kehidupan (berupa pertanian lahan kering/kebun)). Atas dasar

pertimbangan itu maka pada Blok pemanfaatan di kawasan HL dibagi

kedalam petak-petak pemanfaatan sbb.: (a) untuk kawasan HL yang telah

lama dimanfaatkan masyarakat setempat dalam bentuk budidaya tanaman

pertanian diarahkan menjadi blok/petak hasil hutan bukan kayu untuk

hutan tanaman (HHBK-HT); (b) untuk kawasan HL yang cocok

dikembangkan usaha jasa lingkungan dan telah lama dimanfaatkan

masyarakat setempat dalam bentuk budidaya tanaman pertanian/

hortikultura diarahkan menjadi blok/petak HHBK untuk hutan tanaman dan

wisata alam (HHBK-HT-WA); dan (c) untuk kawasan HL yang telah lama

dimanfaatkan masyarakat dalam pengumpulan rotan, getah damar,

buah/biji dan masih berupa hutan alam diarahkan pemanfataannya

menjadi blok/petak pemanfaatan hasil hutan bukan kayu untuk hutan alam

(HHBK-HA).

2) Kawasan Hutan Produksi

Pada kawasan hutan produksi dengan fungsi berupa hutan

produksi terbatas (HPT) dan hutan produksi tetap (HP), dikelompokkan

KPHP Model Dampelas TInombo II -6 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

kedalam tiga blok yaitu blok perlindungan (PL), blok pemanfaatan (PM),

dan blok pemberdayaan masyarakat (PBM).

Blok Perlindungan (PL) pada kawasan hutan produksi diarahkan

untuk perlindungan tata air (PL-TA) dan area konservasi ebony (AKE).

Blok/Petak perlindungan tata air diarahkan pada lokasi-lokasi daerah hulu

DAS dengan kondisi kelas lereng >45%, jenis-jenis tanah peka erosi

dengan kelerengan >25%, 100 m kanan-kiri sungai-sungai besar dan 50 m

kanan-kiri sungai-sungai kecil, dan airnya menjadi sumber air utama bagi

daerah irigasi pertanian/kebutuhan masyarakat di kawasan bawahannya.

Selain perlindungan tata air, pada blok perlindungan diarahkan pula untuk

perlindungan habitat alami kayu eboni sebagai jenis vegetasi endemik dan

semakin langka. Blok perlindungan diarahkan pula untuk tempat

perlindungan satwa dan sebagai sumber plasma nutfah.

Blok pemanfaatan (PM) pada kawasan hutan produksi diarahkan

pada pemanfaatan hasil hutan kayu untuk hutan tanaman (HHK-HT),

hutan tanaman industri (HTI), dan pemanfaatan hasil hutan kayu untuk

hutan alam dengan cara restorasi ekosistem (HHK-RE). Sasaran lokasi

blok/petak HHK-HT adalah hutan lahan kering sekunder (Hs) dengan

kondisi hutan rusak (potensi tegakan hutan niagawi rendah) dan pada

lahan-lahan tidak berhutan (dominan semak belukar dan tanah-tanah

terbuka). HHK-HT diarahkan pula pada lokasi-lokasi yang telah ada ijin

pemanfaatan hasil hutan untuk hutan tanaman, seperti HTI, HTUL, dsb.

Selanjutanya sasaran lokasi blok/petak pemanfaatan hasil hutan

kayu pada hutan alam dengan cara restorasi ekosistem (HHK-RE) adalah

lahan-lahan hutan alam eks. Lokasi HPH dengan kondisi tegakan hutan

KPHP Model Dampelas TInombo II -7 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

yang terlebih dahulu perlu dilakukan pembinaan tegakan sebelum

dilakukan penebangan, seperti hutan lahan kering sekunder (Hs). Selain

itu HHK-RE diarahkan pula pada lokasi-lokasi hutan dalam kelas hutan

lahan kering primer (Hp). Walaupun kelasnya hutan primer, namun tidak

dibolehkan dilakukan penebangan kayu secara langsung dan perlu dibina

kawasannya terlebih dahulu (termasuk bina sosial bagi masyarakat di

sekitarnya). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya konflik sosial.

Blok pemberdayaan masyarakat (PBM) diarahkan pada hutan

kawasan hutan produksi, khususnya lahan-lahan telah lama digunakan/

dimanfaatkan masyarakat dalam mengembangkan usahatani lahan kering

dan lahan basah termasuk area permukiman. Blok-blok PBM dibagi

kedalam petak-petak pengelolaan seperti Hutan Kemasyarakatan (HKm),

Hutan Desa (HD), dan Hutan Tanaman Rakyat (HTR).

Petak-petak kelola untuk HKm diarahkan pada lokasi-lokasi KPH

dengan tutupan/penggunaan lahan berupa pertanian lahan kering (Pt),

dan pertanian lahan kering bercampur semak (Pc), pertanian sawah (Sw),

seperti kakao, cengkeh, dll. Petak-petak kelola untuk hutan desa (HD)

diarahkan pada lokasi-lokasi KPH dengan kondisi tutupan lahan berupa

areal tidak berhutan, semak belukar, dan hutan potensi kayu rendah.

Petak-petak hutan tanaman rakyat (HTR) diarahkan pada lahan-lahan

dengan kondisi penutupan lahan berupa hutan dengan hasil hutan kayu

rendah, semak belukar dan tanah-tanah terbuka, serta di sekitar kawasan

tersebut terdapat potensi sumberdaya manusia (SDM) yang selama ini

menggantungkan hidupnya dari hasil hutan kayu.

KPHP Model Dampelas TInombo II -8 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Khusus untuk area permukiman bagi penduduk dusun Bingkoli

Desa Ogoamas (Kecamatan Sojol Utara), dan area permukiman bagi

penduduk Komunitas Adat Terpencil (KAT) Lauje di Kecamatan Tinombo,

seperti di Sija dan Punsalea di Desa Sidoan Barat, dan Silangsa di Desa

Bainaa Barat tidak dimasukkan dalam blok khusus melainkan dimasukkan

dalam blok/peta HKm. Adapun pertimbangannya, karena umumnya lokasi

permukiman menyatu dengan lokasi lahan usahataninya. Selanjutnya

untuk KAT Lauje umumnya lokasi-lokasi rumahnya menyebar dalam

kawasan dengan jarak yang saling berjauhan sehingga sulit dan kurang

efisien untuk dilakukan pembatasan blok/petak kelola.

Dalam wilayah KPHP model Dampelas Tinombo dilakukan pula

pembuatan zona penyangga ( buffer zone /BZ) selebar 500 m dari batas

luar kawasan HL dan Hutan Konservasi, seperti Cagar Alam Gunung Sojol

dan Hutan Lindung DAS Tada. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah

terjadinya penyerobotan areal kawasan lindung (KWL) dalam rangka

pemanfaatan kawasan seperti HHK-HT/HTI, HHK-RE, HTR, HD, dan

HKm.

Dalam rangka pemberdayaan lembaga KPHP model Dampelas

Tinombo, pada perencanaan ini dialokasikan lahan-lahan kawasan

tertentu untuk dikelola sendiri KPH dalam bentuk ”wilayah tertentu”.

Wilayah tertentu bagi KPHP model diarahkan pada lokasi-lokasi

blok/petak dalam wilayah KPH dengan potensi sumber konflik tinggi dan

rawan bencana, area sasaran rehabilitasi hutan (RH), blok-blok inti di

hutan lindung, blok-blok perlidungan di hutan produksi, dan blok-blok

KPHP Model Dampelas TInombo II -9 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

pemanfaatan di hutan lindung, dan daerah penyangga ( buffer zone ).

Lokasi-lokasi blok/petak dimaksud meliputi:

1. Blok perlindungan tata air dan area konservasi eboni (PL-TA & AKE) di

wilayah hulu DAS Taipa (Habitat alami kayu eboni), blok/petak PL-TA

RH desa Maninili (Ogombangi), blok/petak PL-TA desa Sigenti

(Sigega), blok/petak petak PL-TA di Ogobagis, blok/petak PL-TA desa

Bainaa Barat, blok/petak PL-TA desa Tandaiyo dan Ogoamas

(Bingkoli), PL-TA desa Sioyong dan Muktiagung. Selain itu, blok/petak

hutan pantai dan rehabilitasi mangrove (PL-HP, RM) di desa Sampaga

(Bau) – Pesik, dan RM dusun Siraru desa Pangalaseang diarahkan

pula menjadi wilayah tertentu KPH.

2. Blok inti hutan lindung di DAS Taipa, DAS Dampelas, DAS Malawa,

DAS Taipa, DAS Bainaa dan DAS Dongkas.

3. Blok pemberdayaan masyarakat (PBM) di lokasi sasaran RH Dusun

Bingkoli Desa Ogoamas (petak RH HHK-HTUL), petak RH HHBK-HT

karet dusun Balinggi Desa Lembahmukti, petak RH Hkm (Agf) di Desa

Tonggolobibi, petak RH HKm di Desa Rerang, petak RH HKm di Desa

Balukan (Ponju), petak RH HHBK-HT di HL (desa Siweli, Siboalong,

Sibayu, dan Kambayang), petak RH-HKm di desa Silutung, petak RH-

Hkm di Desa Malanggo, petak RH-HD di desa Dongkalang, petak RH-

HKm di desa Sipaya-Bondoyong, petak RH-HKm di desa Bainaa Barat,

petak RH-HKm di desa Dongkas.

4. Blok/petak pemanfaatan HHK-RE di Desa Balukan (Ponju), Losung,

Balani, Sampaga, Pesik, dan Ogoamas 2 (Bingkoli). Blok/petak

pemanfaatan HHK-HT (eks. HTI PT. Tondo Murni) di desa Malonas.

KPHP Model Dampelas TInombo II -10 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

5. Blok pemanfaatan HHBK-HA di wilayah hulu DAS Tada, dan HHBK-HT

di desa Siweli, Siboalong, dan Sibayu.

B. Potensi Wilayah KPH

1. Iklim

Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo dipengaruhi oleh dua musim

yang tetap yakni musim Barat dan musim Timur dengan iklim tropis. Dari hasil

analisis Peta Curah Hujan RTkRHL BPDAS Palu Tahun 2009, curah

hujan rata-rata tahunan di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo berkisar

1.600 – 2.400 mm/tahun.

Hasil pencatatan suhu udara pada Stasiun Pengamat Cuaca di Desa

Olaya Kecamatan Parigi tahun 2002 sampai dengan Tahun 2006 diketahui

bahwa rata-rata suhu udara maksimum adalah 30.40°C sedangkan rata-rata

suhu udara minimum adalah 23.40°C. Kelembaban udara rata-rata adalah

87,53%, tertinggi terjadi pada bulan Oktober yang mencapai 98%, sedangkan

kelembaban udara terendah terjadi pada bulan Juli yang mencapai 67%.

2. Tanah/Kesuburan

Uraian tanah pada bagian ini dijelaskan dalam arti luas yang

mencakup jenis tanah, geologi, geomorfologi, topografi, kesuburan tanah dan

lain-lain.

a. Jenis Tanah

Berdasarkan data FAO/UNESCO/Soil Survey Staff (1968), penyebaran

jenis di wilayah KPHP model Dampelas Tinombo Provinsi Sulawesi Tengah

jenis tanah yang ada berdasarkan sistem soil taksonomi (Soil Survei Staff

USDA, 1999), ditemukan dua order utama tanah diantaranya Entisols

KPHP Model Dampelas TInombo II -11 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

(Hydraquents), dan Inceptisols (Endoaquepts, Haplusteps). Ordo Entisols

menempati wilayah dataran/lembah dengan variasi sifat-sifat kimia tanah

yang cukup beragam, sedangkan Inceptisols penyebarannya cukup luas

dengan variasi sifat-sifat tanah yang relatif kecil. Ordo Entisols dengan great

group Hydroquents umumnya berbahan induk aluvium dataran pasang surut,

dengan relief datar. Demikian juga Ordo Inceptisols dengan great group

Endoaqueps, bahan induknya aluvium, dataran aluvial, dengan relief datar.

Selanjutnya berdasarkan klasifikasi tanah LPT Bogor, jenis tanah yang

terdapat di wilayah DAS KPHP model Dampelas Tinombo Provinsi Sulawesi

Tengah didominasi jenis podsolik merah kuning dan latosol. Jenis tanah

lainnya adalah litosol, dan alluvial.

b. Jenis Geologi

Stratigrafi batuan yang menyusun daearah Kabupaten Parigi Motong

sangat bervariasi mulai dari batuan beku, sedimen, dan batuan metamorfosis.

Formasi batuan yang terdapat di wilayah KPHP model Dampelas

Tinombo, satuan batuan yang menyusun geologi kawasan wilayah ini

didominasi didominasi oleh dua formasi batuan, yaitu formasi tinombo

ahlburg, dan kompleks metamorphosis.

Jenis batuan dari formasi tinombo ahlburg dapat dijumpai di wilayah

pegunungan Tinombo, Tinombo Selatan, Sojol, Damsol dan Balaesang.

Jenis aluvium umumnya dijumpai menyebar di sepanjang sempadan sungai-

sungai besar dan kecil pada lahan-lahan datar dan lembah-lambah sempit.

Untuk jenis komplek metamorfosis dan kompleks batuan metamorfosis dapat

dijumpai di wilayah perbukitan hingga pegunungan dalam wilayah KPHP

model.

KPHP Model Dampelas TInombo II -12 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

c. Geomorfologi

Secara fisiografis, wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo terbagi

atas tiga satuan morfologi yaitu perbukitan dan pegunungan. Di bagian

selatan, bentuk morfologi dari timur ke barat berkembangan dari perbukitan

hingga pegunungan, sedangkan di bagian utara perkembangan morfologi dari

arah selatan ke utara merupakan perbukitan hingga pegunungan.

Daerah morfologi perbukitan tersusun atas komplek metamorfosis

yang diterobos oleh batuan granit. Sedangkan daerah morfologi pegunungan

juga tersusun atas komplek metamorfosis dan terobosan batuan granit.

d. Topografi dan Lereng

Topografi di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo didominasi

pegunungan dan perbukitan. Adapun topografi dataran, berombak dan

bergelombang hanya dijumpai pada wilayah-wilayah sempit diantara

perbukitan dan pegunungan.

Wilayah KPHP model Dampelas Tinombo merupakan daerah berbukit

dan bergunung terutama pada bagian tengah yang memanjang dari utara ke

selatan. Sedangkan daerah dataran rendah ditemukan pada bagian timur dan

barat yang berbatasan dengan kawasan permukiman dan pertanian di APL.

Ketinggian wilayah berkisar antara 190 m – 1.500 m di atas permukaan laut.

Tempat-tempat tertinggi di wilayah KPH ini dengan ketinggian >1.000 m dpl.

berada di pegunungan Ogoamas, Losung, Simomo dan Tangkelai.

Sedangkan tempat-tempat terendah terdapat di kawasan HL Tg. Dampelas

dan kawasan HPT di wilayah desa Malonas.

KPHP Model Dampelas TInombo II -13 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Karena sebagian besar wilayah ini merupakan pegunungan maka

kemiringan lahan di wilayah KPHP model sangat beragam, secara rinci

disajikan pada Tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2. Kelas Lereng di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Luas Persentase No. Kelas Lereng (Ha) (%) 1 2 3 4 1 Datar (0-<8%) 6,104.02 5.42 2 Landai (8-<15%) 11,619.72 10.32 3 Agak Curam (15-<25%) 18,236.02 16.19 4 Curam (25-<40%) 35,818.82 31.80 5 Sangat curam (>=40%) 40,855.42 36.27 Jumlah 112,634.00 100.00 Sumber: Dokumen RTkRHL BPDAS Palu Poso Tahun 2009, diolah kembali Tahun 2012.

3. Penutupan Vegetasi/Lahan

Kondisi penutupan lahan/vegetasi di wilayah KPHP Model Dampelas

Tinombo (Unit IV) terdiri atas: 30,15 ha hutan mangrove primer, 60.815,75 Ha

hutan primer, 47.152,40 ha hutan sekunder, 977,52 ha perkebunan, 10,02 ha

pemukiman, 681,54 ha pertanian lahan kering, 1.341,43 ha pertanian lahan

kering campur, 361,25 ha sawah, 1.251,09 ha semak belukar, dan 50,21 ha

tanah terbuka/kosong (Dishut Sulteng, 2011).

4. Potensi Kayu/Non-Kayu

KPHP Model Dampelas Tinombo adalah salah satu wilayah KPH di

wilayah Provinsi Sulawesi Tengah yang memiliki keanekaragaman hayati

(flora dan fauna) yang cukup tinggi. Di wilayah ini terdapat hutan

pegunungan/hutan dataran tinggi, hutan dataran rendah, yang kaya jenis-

jenis vegetasi berkayu dan vegetasi tak berkayu baik komersial dan non-

komersial.

Jenis-jenis flora yang cukup dikenal masyarakat bernilai komersial

tinggi di pasar Internasional maupun domestik, khususnya dari jenis kayu

KPHP Model Dampelas TInombo II -14 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

adalah Kayu Hitam/Ebony ( Diospyros celebica Bakh.), Maraula ( Diospyros

macrophylla ), Agatis/Damar ( Agathis spp.), Meranti ( Shorea spp.), Palapi

(Herriteria sp.), Nyatoh ( Palaqium spp.), Rau ( Dracontamelon mangiferum ),

Bintangur ( Calophyllum soulatri ), Matoa ( Pometia pinnata ), Rau

(Dracontamelon mangiferum ), Mangga hutan ( Mangifera foetida ), Binuang

(Octomeles sumatrana ), dll. Selanjutnya dari jenis flora berupa jenis non-

kayu adalah Rotan ( Calamus spp.), Bambu ( Bambusa spp.), Aren ( Arenga

pinnata ) dan jenis palma lainnya. Dari jenis flora tersebut beberapa jenis

yang dikategorikan sebagai jenis tanaman multiguna seperti Agatis (penghasil

kayu dan getah damar), Durian (penghasil kayu dan buah), Aren (penghasil

nira, ijuk, pati, lidi, buah), dsb.

Dari hasil survei tim BPKH Wilayah XVI Palu tahun 2012 di

kelompokkan sbb.:

Kelompok Hutan DAS Tada:

Di kelompok Hutan Lindung DAS Tada Desa Maninili dilaporkan

sebanyak terdapat 47 jenis tumbuhan berkayu dengan potensi hutan alam

sbb.: Tetumbuhan berkayu untuk tingkat semai sebanyak 27.070 – 59.315

btg/ha, tingkat pancang sebanyak 2.090 – 2.787 btg/ha, tingkat tiang

sebanyak 374 – 565 btg/ha, dan tingkat pohon sebanyak 147 – 219 btg/ha.

Selanjutnya tingkat volume tegakan dari seluruh jenis sbb.: Untuk tingkat

tiang 15,22 – 22,86 m3/ha dan pohon 311,53 - 500,44 m3/ha. Jenis

tetumbuhan berkayu yang dominan ditemukan yakni jenis meranti, dara-dara,

kayu batu, mangga hutan, jambu-jambu dan tea. Selanjutnya hasil hutan

bukan kayu yang terdapat di kawasan HL ini adalah pakis dan rotan.

Keberadaan rotan cukup melimpah.

KPHP Model Dampelas TInombo II -15 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Adapun jenis-jenis tumbuhan berkayu dan bukan kayu yang dijumpai

pada plot-plot ukur (nomor 34-35-36) di kelompok HL wilayah DAS Tada

disajikan pada Tabel 2.3 berikut.

Tabel 2.3. Jenis-jenis Hasil Hutan Kayu yang terdapat di Kawasan Hutan Lindung DAS Tada Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong No Nama daerah Nama Spesies Keterangan 1 2 3 4 1 Andolia Cananga odorata Hook.F&Thomson Sedikit 2 Bayur Pterospermum celebicum

3 Beringin Ficus benyamina

4 Bintangur Calophyllum soulattri Burm

5 Dara-dara Horsfieldia costulata Dominan 6 Jambu-jambu Syzygium sp

7 Kayu Batu Maranthes corymbosa Dominan 8 Kayu Batu Putih Planchonella nitida

9 kayu Bawang Sorodocarpus bornensis

10 Kedondong Hutan Spondias sp

11 Kelor Hutan Moringa sp

12 Kopi Hutan Coffea sp

13 Kume Palaquium obtusefolium

14 Langsat hutan Lansium sp

15 Lauderan Myristica fatua

16 Pali Lithocarpus havilandii (Staf) Bernett

17 Mananta Alangium griffithii

18 Mangga Hutan Mangifera foetida L. Dominan 19 Manggis Hutan Garcinia sp

20 Marawola Diospyros macrophylla

21 Meranti Shorea spp Dominan 22 Nantu Endiandra sp.

23 Pakanangi

24 Palado Alstonia scholaris

25 Palapi Heritiera litoralis Dryand Sedikit 26 Palili Quecus sp

27 Pandaya

28 Pangkang

29 Pasui Polycies nodosa

30 Rau Dracontamelon mangiferum Sedikit 31 Siipus

32 Toang Anthocephalus spp

33 Tompeng

34 Unga-unga Metrosideros petiolata K & V

KPHP Model Dampelas TInombo II -16 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Lanjutan Tabel 2.3. No Nama daerah Nama Spesies Keterangan 1 2 3 4 35 Tea Artocarpus elasticus Sedikit 36 Averrhoa bilimbi Belimbing Hutan 37 Cempaka Michelia campaka

38 Kaili Dracontamelon dao

39 Kalaka Planconella moluccana

40 Pentace triptera Moronpinanga 41 Maralonja 42 Santiria laviegata Tapi-tapi 43 Alianthus integrifolia Tirontasi 44 Aleset Sedikit

45 Bintale Polyaltia sp

46 Asam Hutan Tamarindus sp

47 Matoa Pometia pinnata Sedikit

Kelompok Hutan DAS Sidoan:

Di kelompok Hutan Lindung dan Hutan Produksi DAS Sidoan Desa

Ogobagis dilaporkan sebanyak terdapat 38 jenis tumbuhan berkayu dengan

potensi hutan alam sbb.: Tetumbuhan berkayu untuk tingkat semai sebanyak

33.439 btg/ha, tingkat pancang sebanyak 4.727 btg/ha, tingkat tiang

sebanyak 740 btg/ha, dan tingkat pohon sebanyak 78 btg/ha. Selanjutnya

tingkat volume tegakan dari seluruh jenis untuk tingkat pohon 123,82 m3/ha.

Jenis tetumbuhan berkayu yang dominan ditemukan yakni jenis bayur, silo

dan mangga hutan.

Dilaporkan bahwa di kawasan Hutan Lindung telah dirambah

masyarakat dan dibuka hutan untuk diolah menjadi kebun.

Adapun jenis-jenis tumbuhan berkayu dan bukan kayu yang dijumpai

pada plot-plot ukur (nomor 13-14-15) di kelompok HL dan HPT/HP wilayah

DAS Sidoan disajikan pada Tabel 2.4 berikut.

KPHP Model Dampelas TInombo II -17 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Tabel 2.4. Jenis-jenis Hasil Hutan Kayu yang terdapat di Kawasan Hutan Lindung dan Hutan Produksi DAS Sidoan Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong No Nama daerah Nama Spesies Keterangan 1 2 3 4 1 Andolia Cananga odorata Hook.F&Thomson

2 Bayur Pterospermum celebicum Dominan 3 Silo Dominan

4 Palapi Heritiera litoralis Dryand Dominan 5 Dara dara Horsfieldia costulata

6 Siuri Koorsidendron pinnatum

7 Nantu Endiandra sp.

8 Maraula Diospyros macrophylla

9 Kaili Dracontamelon dao

10 Maraula putih Diospyros spp.

11 Tea Artocarpus elasticus

12 Pangi Pagium edule

13 Kedondong hutan Spondias sp

14 Maralonja

15 Tampurung

16 Papaya Euodia sp.

17 Besul

18 Boal Merystica spp.

19 Tombong

20 Morong koloe

21 Mousilang

22 Enei/erei

23 Kelor Moringa sp

24 Poegan

25 Lentas

26 Eboni Diopypiros celebica Bakh.

27 Mangga hutan Mangiefera foetida Dominan 28 Aayas

29 Gorango

30 Batu Planconella nitida

31 Ra Knema tomentella

32 Kayu pinang Pentace triptera

33 Lalit

34 Toang Anthocephalus spp

KPHP Model Dampelas TInombo II -18 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Lanjutan Tabel 2.4. No Nama daerah Nama Spesies Keterangan 1 2 3 4 35 Denjia Plachonella nitida

36 Jambu Eugenia spp

37 Marambaulu Celtis philipinencis

38 Bengkele Duabanga moluccana

Kelompok Hutan DAS Bainaa:

Di kelompok Hutan Lindung DAS Tada Desa Bainaa Barat dilaporkan

sebanyak terdapat 116 jenis tumbuhan berkayu dengan potensi hutan alam

sbb.: Tetumbuhan berkayu untuk tingkat semai sebanyak 9.952 – 13.535

btg/ha, tingkat pancang sebanyak 1.791 – 3.185 btg/ha, tingkat tiang

sebanyak 470 – 549 btg/ha, dan tingkat pohon sebanyak 322 – 454 btg/ha.

Selanjutnya tingkat volume tegakan dari seluruh jenis untuk tingkat pohon

121,11 - 466,98 m3/ha. Jenis tetumbuhan berkayu yang dominan ditemukan

yakni jenis labani, dara-dara, kume, nantu, silo, dan boal. Selanjutnya hasil

hutan bukan kayu (niagawi) terdapat di kawasan hutan DAS Baina (HL dan

HPT) ini adalah jenis rotan seperti rotan batang, rotan tohiti, dan rotan

lambang.

Adapun jenis-jenis tumbuhan berkayu dan bukan kayu yang dijumpai

pada plot-plot ukur (nomor 4-5-6) di kelompok HL dan HPT/HP wilayah DAS

Bainaa disajikan pada Tabel 2.5 berikut.

Tabel 2.5. Jenis-jenis Hasil Hutan Kayu yang terdapat di Kawasan Hutan Lindung dan Hutan Produksi DAS Bainaa Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong No Nama daerah Nama Spesies Keterangan 1 2 3 4 1 Bayur Pterospermum celebicum

2 Silo Dominan

3 Sumalipan

KPHP Model Dampelas TInombo II -19 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

No Nama daerah Nama Spesies Keterangan 1 2 3 4 4 Nantu Endiandra sp. Dominan 5 Lolongisi

6 Pampanang Sterculia sp.

7 Ketapang hutan Terminalis catappa

8 Alom

9 Tololeo

10 Hual

11 Siiput

12 Siuri Koorsidenron pinnatum

13 Besul

14 Molontulingan Maranthes sp.

15 Langsat hutan Lansium sp.

16 Tombong

17 Amamayang Pisonia umbellifera

18 Dara-dara Horsfieldia costulata Dominan 19 Ala'

20 Palitungon

21 Amara Diospyros ebenum

22 Kedondong hutan Spondias sp

23 Rau Dracontamelon mangiferum

24 Sigayagas

25 Malapoga Toona cyliata

26 Liumbu

27 Boal/ Merystica spp. Dominan 28 Adingan

29 Maraola Disopyros macrophylla

30 Kume Palaqium obtusifolium Burck Dominan 31 Palapi Heritiera litoralis Dryand

32 Nyato Palaquium obovatum Griff (Engl)

33 Lalit

34 Binuang Octomeles sumatrana

35 Toa Anthocepalus sp.

36 Lentah/lentas

37 Maralonja

38 Maitong Diospyros celebica Bakh.

39 Kalampayan Sterculia spp.

40 Labani Gomphia serrata Dominan 41 Enei

42 Ampalas

43 Matoa Pometia pinnata

44 Paleles

45 Bolalit/bololi

KPHP Model Dampelas TInombo II -20 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Lanjutan Tabel 2.5. No Nama daerah Nama Spesies Keterangan 1 2 3 4 46 Tea Artocarpus elasticus

47 Lengaru Alstonia scholaris

48 Pangi Pangium edule

49 Mangga hutan Mangifera foetida

50 Rotan batang Calamus zollingerii(A)

51 Batu Planconella nitida

52 Bolangita

53 Cempaka Michelia campaka

54 Rotan lambing Calamus sp.

55 Sumbawa Canarium hirsutum

56 Molontulingan

57 Jabon merah Anthocephalus macrophylla

58 Lesian Castanopsis buruana

59 Eboni Diospyros celebica Bakh.

60 Kemiri Aleuretes moluccana

61 Agaitolu

62 Ompu

63 Hulele

64 Angas Gluta rengas

65 Anjalatong

66 Abato

67 Olosom

68 Lolongisi

69 Top

70 Talis

71 Nangka hutan Arthocarpus sp.

72 Sabo Metrosidores petiolata

73 Aga Ficus variegate

74 Gasang Hariteria javanica

75 Ambaita

76 Jabon putih Anthocphalus chinensis

77 Bunga-bunga Lumnitzera littorea

78 Kenari Canarium vulgare

79 Bano Sterculia macrophylla

80 Tilangon

81 Sirorut

82 Sapponi

83 Jongin Dellinia serrata

84 Hulek

85 Eili

86 Lea Neuburgia celebica

87 Simpoyo Stemonurus celebicus

KPHP Model Dampelas TInombo II -21 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Lanjutan Tabel 2.5. No Nama daerah Nama Spesies Keterangan 1 2 3 4 88 Palili Quecus sp

89 Tompo

90 Ayubengkel

91 Toang

92 Rotan towiti Calamus inops

93 Samai Erythroxylum ecarinatum

94 Sale Castnopsis buruana

95 Keili

96 Tomtomini

97 Bolango

98 Tompeng

99 Lotu Duabanga moluccana

100 Bulele

101 Kalaka Planconella moluccana

102 Tompolina

103 Pakanangi

104 Kayu telur Alstonia shcolaris

105 Bensia

106 Pandaya

107 Walong Diospyros pilosanthera

108 Kenari tikus Canarium hirsutum

109 Mangilad Manglietia glauca

110 Bintonung

111 Lombonu Neonauclea celebica (Havil.) Merr.(A)

112 Boyaba

113 Sambaying

114 Kapo' hutan

115 Ense

116 Indang

Kelompok Hutan DAS Siraurang:

Di kelompok Hutan Lindung DAS Siraurang Desa Rerang dilaporkan

sebanyak terdapat 47 jenis tumbuhan berkayu dengan potensi hutan alam

sbb.: Tetumbuhan berkayu untuk tingkat tiang sebanyak 223 – 430 btg/ha,

dan tingkat pohon sebanyak 65 – 145 btg/ha. Selanjutnya tingkat volume

tegakan dari seluruh jenis untuk tingkat pohon 58,93 - 131,31 m3/ha. Jenis

tetumbuhan berkayu yang dominan ditemukan yakni jenis kayu batu, dara-

KPHP Model Dampelas TInombo II -22 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

dara, palapi dan nantu. Selanjutnya hasil hutan bukan kayu (niagawi)

terdapat di kawasan hutan DAS Siraurang (HPT) ini adalah jenis damar

(Agathis sp .).

Adapun jenis-jenis tumbuhan berkayu dan bukan kayu yang dijumpai

pada plot-plot ukur (nomor 10-11-12) di kelompok HPT wilayah DAS

Siraurang disajikan pada Tabel 2.6 berikut.

Tabel 2.6. Jenis-jenis Hasil Hutan Kayu yang terdapat di Kawasan Hutan Produksi DAS Siraurang Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong No Nama daerah Nama Spesies Keterangan 1 2 3 4 1 Cempaka Michelia campaka

2 Kayu batu Maranthes corymbosa Dominan 3 Palili Quecus sp.

4 Palapi Heritiera litoralis Dryand Dominan 5 Kayu asam

6 Dara-dara Horsfieldia costulata Dominan 7 Tapi-tapi Haplolobus celebicus

8 Kume Palaqium obtusifolium Burck

9 Nantu Endiandra sp. Dominan 10 Sengon Paraserianthes falcataria

11 Lingkobu

12 Nyatoh Palaqium obovatum

13 Ketapang Terminalia catappa

14 Malapoga Toona cyliata

15 Binuang Octomeles sumatrana

16 Cenna Podocarpus spp.

17 Wajo

18 Settung Garcinia sp.

19 Tirontasi Alianthus integrifolia

20 Jambu-jambu Eugenis sp.

21 Tombong

22 Bali durian Durio sp.

23 Uru kama Magnolia sp.

24 Kayu inggris Eucalytus deglupta Blume

25 Kayu pulut Madhuca burckiana

26 Marambaulu

27 Maralonja

28 Bayur Pterospermum celebicum

29 Marsawa Anisoptera sp.

KPHP Model Dampelas TInombo II -23 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Lanjutan Tabel 2.6. No Nama daerah Nama Spesies Keterangan 1 2 3 4 30 Kayu renggong

31 Meranti Shorea spp.

32 Damar Agathis celebica (A)

33 Rambutan hutan Nephelium sp.

34 Bintangur Calophyllum sp.

35 Pokabo

36 Cilago

37 Ganjing-ganjing

38 Awai Prunus arborea

39 Longrong

40 Bawang-Bawang

41 Langsat Hutan Lancium sp.

42 Rau Dracontameon mangiferum

43 Silo

44 Ronja

45 Beringin Ficus benyamina

46 Maraula Diospyros macrophylla

47 Lotu Duabanga moluccana

Kelompok Hutan DAS Silonduya:

Di kelompok Hutan Lindung DAS Silonduya Desa Panii dilaporkan

sebanyak terdapat 65 jenis tumbuhan berkayu dengan potensi hutan alam

sbb.: Tetumbuhan berkayu untuk tingkat tiang sebanyak 422 – 613 btg/ha,

dan tingkat pohon sebanyak 113 – 157 btg/ha. Selanjutnya tingkat volume

tegakan dari seluruh jenis untuk tingkat pohon 136,54 - 177,45 m3/ha. Jenis

tetumbuhan berkayu yang dominan ditemukan yakni jenis kayu batu,

sengkilat, tapi-tapi, palapi dan bunga tanah.

Adapun jenis-jenis tumbuhan berkayu dan bukan kayu yang dijumpai

pada plot-plot ukur (nomor 25-26-27) di kelompok hutan wilayah DAS

Silonduya disajikan pada Tabel 2.7 berikut.

KPHP Model Dampelas TInombo II -24 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Tabel 2.7. Jenis-jenis Hasil Hutan Kayu yang terdapat di Kawasan Hutan Produksi DAS Silonduya Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong No Nama daerah Nama Spesies Keterangan 1 2 3 4 1

2 Amara Diospyros ebenum

3 Andolia Cananga odorata

4 Bintangor Calophyllum sp.

5 Beringin Fucs benyamina

6 Binuang Octomeles sumatrana

7 Bunga tanah Spathoglotis plicata Dominan 8 Batua Calophyllum soulatrii

9 Cempaka Michelia campaka

10 Cempedak Arthocapus champeden

11 Dara-dara Horsfieldia costulata

12 Durian hutan Durio sp.

13 Durian pantai Durio sp.

14 Hambaulu

15 Jambu-jambu Eugenia sp.

16 Jambu hutan Kjelibergiodendron celebicum

17 Jongin Dellinia serrata

18 Kaili Dracontamelon dao

19 Kayu batu Maranthes corymbosa Dominan 20 Kanaya Canangium odoratum

21 Kayu Uru Elmerillia ovalis

22 Kelor hutan Moringa sp.

23 Kedondong hutan Spondias sp

24 Ketapang hutan Terminalia catappa

25 Kayu jabu

26 Kopi hutan Coffea sp.

27 Kume Palaqium obtusifolium Burck

28 Kondongio

29 Lambeti

30 Langsat hutan Lansium sp.

31 Lengaru Alstonia scholaris

32 Liwutu

33 Malapoga Toona cyliata

34 Mangga hutan Mangifera foetida

35 Mambaulu

36 Marawola Diospryros macrophylla

37 Matoa Pometia pinnata

38 Marantale

39 Melinjo Gnetum gnemon

40 Medang Litsia sp.

KPHP Model Dampelas TInombo II -25 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Lanjutan Tabel 2.7. No Nama daerah Nama Spesies Keterangan 1 2 3 4 41 Meranti Shorea sp.

42 Mindi Melia azedarach

43 Neuto

44 Nantu Endiandra sp.

45 Pakanangi

46 Palapi Heritiera litoralis Dryand

47 Pangi Pangium edule

48 Pirontasi Alianthus integrifolia

49 Pasang Lithocarpus spp.

50 Raja-raja

51 Rau Dracontamelon mengifrum

52 Ri batu Calophyllum sp.

53 Rogo

54 Sape

55 Sengkilat Dominan

56 Sabang

57 Simuntung/amara Diospyros sp.

58 Silo

59 Tapi –tapi Haplolobus celebicus Dominan 60 Tea Artocarpus elasticus

61 Tabang Diospyros ellepticiafolia

62 Tipulu Artocarpus teysmanii

63 Simenyangkar

64 Uru Elmerillia ovalis (Miq.) Dandy

65 Warsawa

Selanjutnya, jenis-jenis hasil hutan bukan kayu dan tumbuhan bawah

lainnya yang terdapat di wilayah KPHP model Dampelas Tinombo disajikan

pada Tabel 2.8 berikut.

Tabel 2.8. Jenis-jenis Hasil Hutan Non-Kayu yang terdapat di Kawasan Hutan Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong No Nama Nama Ilmiah Potensi Ket. 1 2 3 4 5 1 Sirih hutan Piper decumanum K 2 Rotan nook Daemonorop robusta BK 3 Telang Clitorea ternatea K 4 Tohiti Calamus inops Tinggi K 5 Ronti Calamus minahassae(A) Tinggi K

KPHP Model Dampelas TInombo II -26 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

No Nama Nama Ilmiah Potensi Ket. 1 2 3 4 5 6 Paku siatea Cyathea amboinensis BK 7 Anggrek tanah Spathoglotis plicata BK 8 Sirih-sirih Hockeria peltata BK 9 Angrek bulan Paraphalaenopsis sp. K 10 Pakis Parkia sp. BK 11 Aren Arenga pinnata (Wurb.) Merr. K 12 Pandan hutan Pandanus sarasinorum Warb. BK 13 Paku pohon Cyathea amboinensis Blume BK 15 Rotan batang Calamus zollingerii Sedang K 16 Akar kuning Smilax leucophylla BK 17 Bambu jalar Dinochloa barbata(A) BK 18 Kembang doa Asplenium sp BK 19 Gadung Dioscorea penthaphylla K 20 Kembang Telang Clitorea ternatea BK 21 Paku liti Lygodium circinnatum (Burm) SW BK 22 Palem Palmae BK 23 Pinang hutan Areca sp BK 24 Bambu Bambusa spp. K Keterangan: K = Komersial BK = Belum Komersial Dari hasil survei tim inventariasi BPKH Wilayah XVI Palu, diketahui

bahwa secara umum keberadaan jenis tetembuhan berkayu dan bukan kayu

pada hutan produksi yang masih dalam kategori hutan primer atau hutan

sekunder di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo tidak berbeda jauh

dengan keberdaan jenis di kawasan hutan lindung.

5. Keberadaan Flora dan Fauna Langka

Di wilayah KPHP model Dampelas Tinombo (Unit IV) terdapat

beberapa jenis flora dan fauna langka, tergolong endemik dan dilindungi.

Jenis-jenis flora endemik langka dan dilindungi diantaranya jenis Kayu

Hitam/Ebony ( Diospyros celebica Bakh.), Angrek bulan ( Paraphalaenopsis

sp .), dll. Jelasnya disajikan pada Tabel 2.9 berikut.

KPHP Model Dampelas TInombo II -27 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Tabel 2.9. Jenis-jenis Flora Langka, Endemik dan Dilindungi yang terdapat di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong

No Nama Nama Ilmiah STS Keterangan 1 Ebony Diospyros celebica Bakh A Dilindungi (3); Langka 2 Angrek bulan Paraphalaenopsis sp. Dilindungi (1) 3 Aren Arenga pinnata (Wurb.) Merr. Dilindungi (1,2) 4 Bayur Pterospermum celebicum Miq B Dilindungi (1,2) 5 Makaranga Macaranga hispida Mull. Arg. Dilindungi (2) 6 Durian hutan Durio zibethinus Langka 7 Gofasa Vitex gofasus Langka 8 Pangi Pangium edule Langka 9 Agatis Agathis celebica B Langka 10 Makadamia Macadamia hildebrandii Langka 11 Rotan batang Calamus zollingerii B Langka 12 Rotan endemik Sulawesi Calamus ornatus var. celebicus B Langka 13 Jongi Dillenia celebica B Langka 14 Tambadaa Knema celebica B Langka 15 Rotan endemik Sulawesi Korthalsia celebica B Langka 16 Bambu jalar Dinochloa barbata B Langka Keterangan: STS = Status A = Endemik Sulawesi B = Endemik Sulawesi ( Kessler et al . 2002) C = Endemik Wallacea (Flora Malesiana) 1 = Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 2 = Dilindungi, SK Mentan No.54/Kpts/Um/2/1972 Dilarang melakukan penebangan pohon ø < 40 cm. Dilarang melakukan penebangan pohon berdiameter < 40 cm. 3 = Permenhut No: P. 57/Menhut-II/2008 Tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008 – 2018

Di wilayah KPHP model ini juga kaya jenis-jenis fauna dari jenis

mamalia, reptilia, burung, dan amphibi. Terdapat beberapa jenis fauna

langka dan dilindungi seperti Anoa, Babirusa, Burung Maleo, Burung

Rangkong, Burung Nuri, dan lain-lain.

Tabel 2.10. Jenis-jenis Burung yang terdapat di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong No Nama Nama Ilmiah STS Keterangan* 1 Elang bondol Haliastur indus Dilindungi (2,5) 2 Kekep babi Artamus leucorhynchus 3 Burung Madu sri ganti Nectarinia jugularis Dilindungi (1,2) 4 Tekukur Streptopelia chinensis 5 Sri gunting jambul rambut Dicrurus hottentottus 6 Tiong lampu sulawesi Coracias teminckii E 7 Maleo Macrocephalon maleo E Dilindungi (1,2)

KPHP Model Dampelas TInombo II -28 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

No Nama Nama Ilmiah STS Keterangan* 8 Cekakak sungai Halcyon chloris Dilindungi (1,2) 9 Layang-layang batu Hirundo tahitica 10 Elang hitam Ictinaetus malayensis Dilindungi (2,3) 11 Kaca mata laut Zosterops chloris e Dilindungi (2) 12 Bondol rawa Lonchura malacca 13 Raja udang meninting Alcedo meninting Dilindungi (1,2) 14 Gagak hutan Corvus enca 15 Kepudang sungu tunggir Coracina leucopygia E putih 16 Serindit sulawesi Loriculus stigmatus E Dilindungi (2) 17 Kareo padi Amaurornis phoenicurus 18 Trinil pantai Actitis hypoleucos M 19 Kepodang kuduk hitam Oriolus chinensis 20 Ayam hutan merah Gallus-gallus Dilindungi (2,4) 21 Betet kepala punggung biru Tanygnathus sumatranus 22 Kacamata dahi hitam Zosterops atrifrons 23 Bondol peking Lonchura punctulata 24 Bubut alang-alang Loriculus exilis E 25 Cabai panggul kuning Centropus bengalensis E 26 Jalak tunggir merah Dicaeum aureolimbatum 27 Nuri Eos histrio Dilindungi (2) 28 Cabai panggul kelabu Dicaeum celebicum 29 Gemak loreng Turnix suscitator 30 Bubut alang-alang Centropus bengalensis 31 Kadalan sulawesi Phaenicophaeus calyorhyn 32 Rangkong sulawesi Rhyticeros Cassidix Dilindungi (2) 33 Julang Sulawesi Ekor Putih Penelopides exarhatus Dilindungi (2) Keterangan: H = Indeks keragaman jenis STS = Status E = Endemik Sulawesi e = Endemik Indonesia M = Burung migran 1 = Peraturan Perlindungan Binatang Liar 1931 2 = Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 3 = SK Mentan No. 421/Kpts/Um/8/1970 4 = SK Mentan No. 757/Kpts/Um/12/1979 * = Berdasarkan buku Jenis-Jenis Hayati yang dilindungi Perundang-undangan Indonesia (Mas Noerdjito, 2001)

KPHP Model Dampelas TInombo II -29 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Tabel 2.11. Jenis-jenis Mamalia, Reptilia dan Amphibia yang dijumpai di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo

No Nama Nama ilmiah Status

1. Anoa dataran rendah Bubbalus depresicornis Hamilton-Smith, 1827 Dilindungi (A, B) 2. Anoa Pegunungan Bubalus quarlesi Dilindungi (A, B) 3. Yakis Macaca tonkeana Mayer, 1899 Dilindungi (B, D) 4. Rusa Cervus timorensis de Blainville, 1822 Dilindungi (A, B) 5. Babi hutan Sus celebensis - 6. Kuskus Ailurops ursinus Temminck, 1824 Dilindungi (B,C) 7. Tikus Rattus argentiventer 8. Cicurut Hylomys suilus 9. Musang sulawesi Macrogalidea musschenbroeki Dilindungi (B) 10. Kelelawar Pteropus vampyrus 11. Ular sawa Phyton reticulatus Linnaeus, 1758 12. Kobra hitam Ophiophagus hannah 13. Biawak Varanus salvator 14. Katak hijau Rana cancrivora 15. Katak kesat Bufo melanoptictus 16. Monyet Sulawesi Macaca maura dan Macaca brunnescens Dilindungi (A, B) 17. Babirusa Babyrousa babyrussa Dilindungi (A, B) 18. Bajing/Tupai tanah Lariscus insignis Dilindungi ( B) Keterangan A : Peraturan Perlindungan Binatang liar 1931 B : Peraturan Pemerintah No.7 tahun1999 C : SK Mentan No.247/Kpts/Um/4/1979 D : SK Mentan No.90/Kpts/Um/2/1977

6. Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam

Di wilayah KPHP model ini terdapat areal kawasan hutan yang dapat

menjadi potensi dalam pengembangan jasa lingkungan dan wisata alam.

Sesuai blok-blok kelola kawasan hutan maka areal-areal dimaksud untuk

pengembangan jasa lingkungan adalah blok pelestarian tata air dan area

konservasi eboni alam di wilayah DAS Hulu Sungai Taipa, serta blok-blok

perlindungan tata air lainnya di wilayah DAS, seperti hutan lindung di daerah

hulu Sungai Tada, hulu Sungai Bainaa, dan hulu Sungai Sikea, hulu Sungai

Malawa dan hulu Sungai Rumu. Selanjutnya untuk pengembangan wisata

alam berada di wilayah hutan lindung danau Dampelas yang berdampingan

langsung dengan Daerah Tujuan Wisata (DTW) Danau Talaga.

KPHP Model Dampelas TInombo II -30 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Jasa lingkungan yang dapat dibina di kawasan tersebut adalah

pengelolaan sumber-sumber air di wilayah DAS Tada, DAS Taipa, DAS

Babatona, DAS Sikea, DAS Malawa dan DAS Rumu. Wilayah DAS DAS

tersebut merupakan sumber-sumber air utama bagi irigasi pertanian di Desa

Tada, Desa Siney, Desa Khatulistiwa di Kecamatan Tinombo Selatan.

Sedangkan DAS Taipa dan DAS Babatona merupakan sumber-sumber air

utama bagi irigasi pertanian Desa Babatona, Desa Tonggolobibi, Desa

Bantayang, Desa Siboang Kecamatan Sojol. Sedangkan DAS Sikea, DAS

Malawa dan DAS Rumu menjadi sumber air utama bagi irigasi pertanian

Desa Siweli, dan Desa Sibualong Kecamatan. Adapun hutan lindung di

wilayah Desa Bainaa Kecamatan Tinombo merupakan sumber air bagi lahan-

lahan pertanian beberapa desa/kampung di bawahnya.

Peluang pengembangan wisata alam hutan lindung di sekitar danau

Dampelas Desa Talaga dinilai cukup menjanjikan, mengingat kawasan ini

merupakan salah satu DTW di Kabupaten Donggala. Keunikan kawasan

hutan lindung Danau Dampelas ini, karena pada bagian utara kawasan

berbatasan langsung dengan pantai Teluk Dampelas yang saat ini sedang

dibina menjadi tujuan wisata pantai. Di kawasan hutan lindung dataran dapat

diarahkan menjadi hutan wisata lindung berbasis agro mengingat kawasan ini

telah lama dikuasai oleh sekelompok masyarakat menjadi lahan usahatani

tanah kering. Pada kawasan ini dapat dikembangkan tanaman kehutanan

yang dipadukan dengan tanaman hortikultura yang pengelolaannya dikemas

kedalam bentuk pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK/Jasling).

KPHP Model Dampelas TInombo II -31 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

C. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat

1. Kependudukan

Secara administratif KPHP Model Dampelas Tinombo berada dalam

wilayah Kecamatan Balaesang, Damsol, Sojol dan Sojo Utara di Kabupaten

Donggala, dan Kecamatan Tinombo dan Tinombo Selatan di Kabupaten

Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah.

Adapun sebaran jumlah penduduk, jenis kelamin, dan kepadatan

penduduk pada kelima wilayah kecamatan disajikan pada Tabel 2.12 berikut.

Tabel 2.12. Keadaan Penduduk Wilayah Kecamatan di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Luas Jumlah Kepadatan Jumlah Persentase No. Kecamatan Wilayah Penduduk Penduduk KK (%) (Km ²) (Jiwa) (Jiwa/Km ²) 1 2 3 4 5 6 7 1 Tinombo/Sidoan 542,79 30.849 6.916 57 19,45 2 Tinombo Selatan 441,23 23.025 5.428 52 14,52 3 Balaesang 503,08 33.212 7.692 66 20,94 4 Damsol 732,76 33.255 7.474 45 20,97 5 Sojol 705,41 28.429 6.165 40 17,92 6 Sojol Utara 139.07 9.835 2.490 71 6,20 Jumlah 3.064,34 158.605 36.165 52 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Parigi Moutong dan Donggala, Tahun 2010.

Berdasarkan data BPS Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten

Donggala tahun 2010, jumlah penduduk di sekitar KPHP Model hingga akhir

tahun 2009 tercatat sebanyak 158.605 jiwa dan sebanyak 36.165 KK.

Penduduk laki-laki sebanyak 80.110 jiwa dan perempuan 73.704 jiwa, sex

rasio 104, rata-rata penduduk per RT sebanyak 4 jiwa.

a. Tekanan Penduduk

Tekanan penduduk adalah indeks yang dimaksudkan untuk

menghitung dampak penduduk di lahan pertanian terhadap lahan tersebut.

makin besar jumlah penduduk makin besar pula kebutuhan akan

sumberdaya, sehingga tekanan terhadap sumberdaya juga meningkat.

Dengan kualitas penduduk yang rendah, kenaikan tekanan terhadap

KPHP Model Dampelas TInombo II -32 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

sumberdaya akan meningkat sebanding dengan kenaikan jumlah penduduk.

Salah satu permasalahan kependudukan adalah ledakan penduduk yang

akan dapat berakibat timbulnya permasalahan pemukiman, lapangan kerja,

pendidikan, pangan dan gizi, kesehatan dan mutu lingkungan. Selanjutnya,

tekanan penduduk (TP) dihitung menggunakan rumus sbb.: (Otto

Soemarwoto, 1984).

fPo (1 + r)^t TP = Z x L

Keterangan: Luas lahan minimal per petani untuk hidup layak = Z Proporsi petani dalam populasi = f Jumlah penduduk pada waktu t=0 = Po Tingkat pertumbuhan penduduk rerata pertahun = r Rentang waktu yang diperhitungkan (5 tahun) = t Total luas wilayah lahan pertanian = L Hasil perhitungan tersebut diinterpretasikan sbb.: • TP<1, lahan masih dapat menampung lebih banyak penduduk petani. • TP>1, tekanan penduduk melebihi kapasitas lahan.

Dari hasil perhitungan tekanan penduduk terhadap lahan pertanian

berdasarkan wilayah kecamatan disajikan pada Tabel 2.9 berikut.

Tabel 2.13. Tekanan Penduduk Terhadap Lahan Pertanian di Sekitar Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kecamatan F Po*) Z r T L fPo (1+r)^t TP Tinombo/Sidoan 0.83 6,916 2 0.017 5 13,801.45 5,740 1.09 0.91 Tinombo Selatan 0.89 5,428 2 0.017 5 9,818.58 4,831 1.09 1.07 Balaesang 0.89 7,692 2 0.005 5 29,300.09 6,846 1.02 0.48 Damsol 0.88 7,474 2 0.025 5 23,061.03 6,577 1.13 0.65 Sojol/Sojol Utara 0.89 8,655 2 0.025 5 30,291.42 7,703 1.13 0.58 KPHP Model 0.88 36,165 2 0.090 5 106,272.56 31,681 1.54 0.92 Keterangan: *) Jumlah KK. Dianalisis tahun 2012 dari data BPS Tahun 2009/2010.

Dari Tabel 2.13 di atas, nampak bahwa semua wilayah kecamatan di

sekitar wilayah KPHP model nilai TP<1, kecuali Kecamatan Tinombo Selatan.

Hal ini berarti besarnya jumlah penduduk untuk 5 tahun mendatang di setiap

wilayah kecamatan akan melebihi kapasitas lahan pertanian yang ada,

KPHP Model Dampelas TInombo II -33 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

sehingga masyarakat khususnya petani dalam 5 tahun akan datang dalam

mengelola lahan pertanian akan sulit untuk hidup layak.

b. Kegiatan Dasar Wilayah

Indeks kegiatan dasar wilayah digunakan untuk menentukan sektor

ekonomi yang paling berpengaruh terhadap penduduk di wilayah tertentu.

Rumus yang digunakan adalah sbb.:

LQi = (Mi/M)/(Ri/R)

Keterangan: LQi = Koefisien lokasi Mi = Jumlah tenaga kerja yang terlibat di dalam sektor I pada satu wilayah Pengembangan M = Jumlah tenaga kerja yang ada di satu wilayah pengamatan tersebut Ri = Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam sektor i pada seluruh wilayah pengamatan R = Jumlah tenaga kerja yang ada di seluruh wilayah pengamatan

R = R1 + R2 + R3 ...... + Rn

LQi dapat bernilai < 1 atau > 1, misalnya apabila LQ untuk sektor pertanian ternyata >1 berarti sektor pertanian sangat penting dan masyarakat sangat tergantung pada sektor tersebut.

Selanjutnya disajikan data hasil analisis nilai LQ pada masing-masing

wilayah kecamatan dalam wilayah KPHP model Dampelas Tinombo seperti

pada Tabel 2.14 berikut.

Tabel 2.14. Perhitungan Nilai LQ di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Jasa dan Kecamatan Pertanian Perdagangan Pemerintahan Industri Tinombo/Sidoan 0.95 1.03 1.36 4.00 Tinombo Selatan 1.02 1.23 0.60 0.54 Balaesang 1.02 0.56 1.27 0.24 Damsol 1.01 1.19 0.85 0.11 Sojol/Sojol Utara 1.02 1.08 0.79 0.07 KPHP Model 1.00 1.02 0.97 0.99

Dari Tabel 2.14 di atas, nampak bahwa koefisien lokasi (LQ)

masing-masing wilayah kecamatan dalam wilayah KPHP model Dampelas

Tinombo cukup bervariasi. Sesuai dengan kriteria nilai LQ (<1 atau >1),

diketahui bahwa penyebaran normal ketergantungan penduduk terhadap

KPHP Model Dampelas TInombo II -34 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

sektor tertentu sangat variatif. Namun demikian, secara umum dalam lima

tahun ke depan sektor pertanian masih menjadi sektor yang penting.

Selain sektor pertanian, sektor perdagangan juga akan menjadi penting

lima tahun mendatang.

Khusus untuk wilayah Kecamatan Tinombo, nampak bahwa sektor

pertanian dalam lima tahun kedepan akan digeser oleh sektor jasa dan

industri. Hal ini disebabkan oleh hadirnya beberapa industri pengolahan

hasil pertanian dan hasil hutan kayu yang menyerap tenaga kerja lokal

cukup besar.

c. Matapencaharian dan Pendapatan

Matapencaharian penduduk yang dimaksud adalah mata

pencaharian utama (penduduk usia produktif) yang merupakan sumber

penghidupan pokok penduduk, dimana dalam hal ini merupakan sumber

penghasilan penduduk minimal 50% dari keseluruhan penghasilan

mereka. Jadi dengan mengetahui mata pencaharian penduduk yang

bermukim pada satu wilayah akan memudahkan kita dalam mengetahui

tingkat pendapatannya.

Berdasarkan hasil analisis data dan informasi mata-pencaharian

yang diperoleh dari data BPS Kecamatan tahun 2010, diperoleh hasil

bahwa matapencaharian penduduk masih didominasi petani (petani lahan

kering, sawah, nelayan dan peternak) yaitu sebanyak 88% dari total

kepala keluarga yang bekerja. Selain petani, di wilayah ini terdapat

pegawai (negeri dan swasta), pedagang, serta jasa dan industri.

Penduduk yang bermata-pencaharian dari sumber jasa dan industri

KPHP Model Dampelas TInombo II -35 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

umumnya bekerja sebagai tenaga kerja perusahaan pengolahan hasil

pertanian dan hasil hutan, angkutan umum, dsb.

Salah satu indikator kemakmuran atau kesejahteraan adalah

besarnya pendapatan masyarakat. Tinggi rendahnya pendapatan

seseorang umumnya dapat dilihat melalui jenis matapencaharian atau

pekerjaannya. Dengan melihat tingkat pendapatan masyarakat dapat

diukur tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut. Tingkat kesejahteraan

masyarakat secara ekonomi ini akan berpengaruh terhadap tingkat

kesejahteraan non-ekonomi, yang antara lain dapat ditunjukkan melalui

kondisi bangunan rumah, perabotan rumah tangga, kondisi pendidikan

anggota keluarga dan lain sebagainya.

Gambaran mengenai pendapatan rumah tangga setiap bulan dapat

dicirikan menjadi dua kelompok sumber penghasilan, yaitu kelompok

formal dan kelompok informal (petani dan lain sebagainya). Untuk

menghitung pendapatan per tahun kelompok formal sangatlah mudah

karena pendapatan diperoleh secara rutin/tetap setiap bulan. Tetapi

pendekatan pendapatan rumah tangga bagi kelompok informal seperti

petani, nelayan, jasa, pedagang dan lain-lain sangatlah sulit. Hal ini

dikarenakan pendapatan setiap bulan untuk kelompok informal tidak tetap

dan bersifat musiman. Hasil usaha mereka sering mengalami pasang

surut, kadang-kadang berhasil, kadang-kadang mengalami kegagalan

karena pengaruh berbagai faktor, seperti adanya serangan hama

penyakit, harga hasil panen jatuh, sepinya para konsumen dan lain-lain.

Bagi penduduk daerah penelitian pada umumnya petani ataupun

pengusaha lainnya enggan memperhitung-kan antara penghasilan yang

KPHP Model Dampelas TInombo II -36 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

diperoleh dengan biaya pengeluaran proses produksi ataupun untuk

memenuhi kebutuhan hidup lainnya.

Berikut ini dijelaskan kondisi matapencaharian dan pendapatan

penduduk di beberapa lokasi (Malonas, Ponggerang, Rerang, Karyamukti)

di wilayah KPHP model Dampelas Tinombo sesuai hasil survei sosekbud

Tim BPKH wilayah XVI Palu sbb.:

• Matapencaharian penduduk di wilayah KPHP model Dampelas

Tinombo Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Donggala hingga

berdasarkan jumlah penduduk yang bekerja, sekitar 81,67% penduduk

berkerja pada lapangan usaha pertanian (71,67% petani dan 10%

buruh tani), pengumpul hasil hutan 1,67%. Dengan demikian hanya

sekitar 16,67% penduduk yang bekerja pada sektor non-pertanian

(perdagangan, pemerintahan (PNS), dll.). Pada sektor pertanian

umumnya masyarakat berusahatani padi sawah, cengkeh, kelapa, dan

kakao.

• Berdasarkan hasil survey, pada umumnya pola nafkah yang terjadi di

wilayah DAS adalah pola nafkah ganda dalam artian masyarakat selain

memiliki pekerjaan utama (pada umumnya petani kebun dan sawah),

juga melakoni pekerjaan lain dalam rangka menambah pendapatan

dalam memenuhi kebutuhan rumah-tangganya, antara lain sebagai

peramu hutan (pencari rotan) pada waktu-waktu tertentu (ketika musim

panas).

• Tingkat pendapatan penduduk dengan kisaran <1 juta rupiah/bulan

sebanyak 23,33%, kisaran 1-2 juta rupiah/bulan sebanyak 25%,

KPHP Model Dampelas TInombo II -37 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

kisaran 2-5 juta rupiah/bulan sebanyak 26,67% dan kisaran >5 juta

rupiah/bulan sebanyak 16,67%.

d. Pendidikan

Dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, peranan pendidikan

tidak dapat dilepaskan dari rangkain proses peningkatan kualitas sumberdaya

manusia. Karena itu setiap warga negara di Republik ini berhak mendapatkan

pendidikan yang layak sebagai bekal dalam mempertahankan hidupnya, serta

modal investasi manusia bagi kepentingan pembangunan Nasional. Namun

demikian tidak semua warga negara di Republik ini sempat memasuki bangku

sekolah dasar (sekolah formal) karena ketidakmampuan orang tua dalam

menyekolah-kan anak-anaknya. Banyak anak-anak di daerah pedesaan

bahkan di daerah perkotaan tidak dapat melanjutnya sekolahnya ke jenjang

yang lebih tinggi misalanya sekolah lanjutan pertama dan lanjutan atas, lebih-

lebih ke perguruan tinggi. Akibatnya banyak masyarakat terutama di daerah

pedesaan hanya sampai tingkat sekolah dasar bahkan tidak tamat sekolah

dasar. Kondisi seperti ini juga banyak dijumpai di wilayah Sulawesi Tengah.

Keadaan pendidikan masyarakat di sekitar wilayah KPHP model

Dampelas Tinombo sesuai hasil survey sosekbu Tim BPKH wilayah XVI Palu,

tingkat pendidikan penduduk umumnya didominasi tingkat sekolah dasar

bahkan tidak tamat sekolah dasar (sebanyak 35%), disusul pendidikan SLTP

dan tidak tamat SLTP (sebanyak 30%), pendidikan SLTA dan tidak tamat

SLTA (sebanyak 26,67%), perguruan tinggi (sebanyak 6,67%) dan tidak

pernah sekolah (sebanyak 1,67%). Apabila dikaji tingkat pendidikan

masyarakat Sulawesi Tengah mulai dari jenjang sekolah dasar, sekolah

lanjutan, sampai perguruan tinggi selalu menghasilkan grafik menurun yang

KPHP Model Dampelas TInombo II -38 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

berarti jenjang pendidikan sekolah dasar selalu lebih besar jumlahnya

dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Kondisi pendidikan masyarakat seperti dijelaskan di atas tentunya

akan berpengaruh langsung dalam melakukan pembinaan masyarakat serta

input teknologi dan manajemen di daerah pedesaan. Daya serap ilmu

pengetahuan dan keterampilan yang disampaikan kepada masyarakat akan

terkendala oleh rendahnya tingkat pendidikan . Disamping itu, juga akan

berpengaruh dalam rangka input teknologi pengelolaan hutan, konservasi

tanah dan air, dan teknologi pembuatan tanaman kegiatan RHL. Penduduk

yang berpendidikan tinggi relatif lebih mudah dalam mengadopsi teknologi

baru dan lebih dinamis. Tingginya tingkat pendidikan sangat terkait dengan

daya nalar dalam menerima penyuluhan, sebaliknya penduduk yang

berpendidikan lebih rendah relatif lambat dalam mengadopsi teknologi baru

serta bersifat statis. Dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah banyak

penduduk yang berhasil, tetapi cukup banyak yang kurang berhasil bahkan

mengalami kerugian.

Pendidikan formal memegang peranan penting dalam usaha

menaikkan produktivitas, terutama pada saat penyuluh lapangan pertanian/

kehutanan memperkenalkan teknologi baru. Sebuah sistem pertanian dan

kehutanan yang berada pada static technology , mengakibatkan pendidikan

yang berada di daerah perdesaan hanya berdampak kecil terhadap upaya

peningkatan produktivitas. Penduduk petani beserta keluarganya yang

selama beberapa keturunan hidup di lingkungan, sumber daya, serta

teknologi yang sama telah mempunyai pengalaman banyak tentang segala

sesuatu yang diperoleh dari lingkungannya. Anak-anak memperoleh

KPHP Model Dampelas TInombo II -39 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

pengetahuan dari orang tua dan sekolah-sekolah formal mempunyai nilai

ekonomis rendah dalam kegiatan produksi pertanian/kehutanan. Begitu

teknologi baru tersedia, maka situasi akan berubah, karena teknologi baru

membutuhkan pengetahuan dan keterampilan baru (input baru, alat baru,

pengetahuan tentang pasar, dan lain-lainnya). Untuk keperluan semua itu,

diperlukan institusi (kelembagaan) yang mampu mendukung transfer

teknologi baru. Dengan demikian, pendidikan formal diperlukan bagi pelaku

kegiatan pengelolaan hutan dan lahan dimasa mendatang untuk

mengantisipasi teknologi baru yang dapat meningkatkan produktivitas.

2. Luas Pemilikan Lahan

Dari hasil analisis data spasial dan hasil pengumpulan data di

lapangan diketahui bahwa keluarga yang bermukim di sekitar wilayah KPHP

model Dampelas Tinombo mempunyai lahan garapan rerata >2 Ha per KK

(2,94 Ha/KK). Untuk jelasnya dilihat pada Tabel 2.15 berikut.

Tabel 2.15. Ketersediaan Lahan Garapan Terhadap Jumlah Penduduk di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Lahan Garapan Jumlah Lahan Garapan No. Kecamatan (Ha) (KK) Ha/KK 1 2 3 4 5 1 Tinombo/Sidoan 13,801.45 6,916 2.00 2 Tinombo Selatan 9,818.58 5,428 1.81 3 Balaesang 29,300.09 7,692 3.81 4 Damsol 23,061.03 7,474 3.09 5 Sojol/Sojol Utara 30,291.42 8,655 3.50 Jumlah 106,272.57 36,165 2.94

Sumber: Data BPS dan Dishutbun Kabupaten Tahun 2009/2010, diolah kembali Tahun 2012.

Berdasarkan data pada Tabel 2.15 dapat diketahui bahwa kepemilikan

lahan di wilayah kecamatan di sekitar wilayah KPHP Model Dampelas

Tinombo bervariasi dari 1,81 Ha/KK hingga 3,81 Ha/KK. Perhitungan luas

KPHP Model Dampelas TInombo II -40 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

lahan garapan per KK mengacu pada luas lahan APL dalam wilayah

kecamatan.

Besarnya rata-rata lahan garapan pertanian yaitu 2,94 Ha/KK seperti

pada Tabel 2.11 karena masih luasnya lahan-lahan di kawasan APL yang

belum tergarap khususnya di wilayah Kecamatan Balaesang, Damsol dan

Sojol/Sojol Utara. Pada keempat wilayah kecamatan ini luas lahan garapan

petani berkisar 3.09 Ha/KK s.d. 3,81 Ha/KK. Untuk wilayah Kecamatan

Tinombo dan Tinombo Selatan luas garapan petani relatif sempit yaitu ≤ 2

Ha/KK.

Dari hasil survey sosekbud Tim BPKH wilayah XVI Palu, diketahui luas

lahan produksi yang dimiliki petani pada empat desa sampel (Rerang,

Malonas, Ponggerang dan Karyamukti) sbb.; sebanyak 18,33% penduduk

memiliki lahan produksi <1 Ha, sebanyak 46,67% memiliki lahan produksi 1-2

Ha, sebanyak 6,67% memiliki lahan produksi 2-3 Ha, sebanyak 10% memiliki

lahan produksi 3-4 Ha, sebanyak 5% memiliki lahan produksi >4 Ha.

Memperhatikan kondisi lahan produksi yang dimiliki penduduk dominan

berada pada luasan 1-2 Ha berupa lahan produksi dengan status pemilikan,

dan rata-rata luas lahan garapan yang masih relatif luas (>2 Ha/KK)

berdasarkan wilayah kecamatan, perlu diupayakan adanya pengembangan

usahatani intensifikasi dan/atau diversifikasi lahan. Selanjutnya bagi

penduduk dengan lahan produksi/lahan garapan <2 Ha dan pemukimannya

dekat atau berada di dalam kawasan hutan KPH dapat dilibatkan dalam

usahatani hutan seperti program HTR dan HKm.

KPHP Model Dampelas TInombo II -41 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

3. Keadaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja atau angkatan kerja yang dimaksud adalah setiap

penduduk yang berusia antara 16-55 tahun baik laki-laki maupun perempuan.

Klasifikasi umur tersebut dikategorikan sebagai angkatan kerja produktif.

Sedang yang berumur di bawah 16 tahun dan di atas 55 tahun dikategorikan

sebagai angkatan kerja tidak produktif. Karena keadaan tersebut berada

dalam satu wilayah, maka tenaga kerja tidak produktif secara konsumtif

menjadi beban tanggungan tenaga kerja produktif untuk menopang

kehidupannya.

Dari hasil analisis data BPS Kabupaten Tahun 2010 di sekitar wilayah

KPHP Model Dampelas Tinombo diketahui bahwa penduduk umur produktif

(16-55 tahun) sebanyak 91.991 jiwa atau sebesar 58% dari total jumlah

penduduk 158.605 jiwa pada tahun 2009.

Dari hasil perhitungan nilai beban tanggungan penduduk dengan

membandingkan antara seluruh penduduk (laki-laki dan perempuan)

tidak/belum produktif sebanyak 66.233 jiwa dengan penduduk produktif (laki-

laki dan perempuan) sebanyak 91.991 jiwa, diperoleh nilai sebesar 0.72 atau

72%, yang berarti setiap 100 orang tenaga kerja produktif menopang

kehidupan 72 orang tenaga tidak produktif atau belum produktif disamping

dirinya sendiri.

Dari hasil survey sosekbud Tim BPKH wilayah XVI Palu, diketahui

penduduk usia produktif (10-55 tahun) yang bekerja pada sektor pertanian

(sawah/ladang/kebun) mencapai jumlah 69,17% bagi penduduk laki-laki dan

sebanyak 25% bagi penduduk wanita. Disamping itu, penduduk usia >55

tahun (mamasuki usia tidak produktif) untuk pekerjaan yang sama mencapai

KPHP Model Dampelas TInombo II -42 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

43,33%, dan usia belum produktif (<10 tahun) mencapai 13,33%. Kondisi ini

menggambarkan bahwa penduduk di wilayah KPHP model Dampelas

Tinombo tumpuan harapan hidupnya dalam 10 tahu kedepan masih dominan

menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian.

4. Tingkat Upah

Upah tenaga kerja terdiri atas upah harian dan atau bulanan. Informasi

tentang besarnya upah, harga barang dan bahan setempat sangat diperlukan

dalam perhitungan pembiayaan kegiatan. Besarnya biaya tersebut

menggunakan HSPK yang berlaku di masing-masing daerah atau yang telah

ditetapkan oleh Bupati.

Upah tenaga kerja/upah harian yang berlaku saat ini di wilayah

Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Donggala secara umum berkisar

antara Rp. 35.000.- s.d. Rp. 50.000.- per hari.

5. Sarana dan Prasarana Perekonomian

Keberadaan sarana dan prasarana perekonomian di wilayah KPHP

Model Dampelas Tinombo bertujuan untuk menunjang kelancaran kegiatan

ekonomi. Adapun kondisi sarana dan prasarana perekonomian disajikan

pada Tabel 2.16 berikut.

Tabel 2.16. Jenis dan Jumlah Sarana dan Prasarana Perekonomian di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Jenis Sarana dan Prasarana Perekonomian (buah) No Kecamtan Koperasi Bank Swasta BPD BPR Bank Pemerintah primer 1 2 3 4 5 6 7 1 Tinombo/Sidoan - - - 1 8 2 Tinombo Selatan - - - 1 11 3 Balaesang - - - 1 16 4 Damsol - - - 1 15 5 Sojol - - - 1 12 6 Sojol Utara - - - 1 2 Sumber: BPS Kabupaten Tahun 2010, diolah kembali tahun 2012.

KPHP Model Dampelas TInombo II -43 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Data pada Tabel 2.16 terlihat jenis sarana dan prasarana

perekonomian untuk menunjang kelancaran aktivitas perekonomian

masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari di sekitar wilayah KPHP

yang meliputi; jenis dan jumlah perbankan, jenis dan jumlah koperasi. Selain

itu terdapat pasar tradisional, toko, warung dan kios.

Dari hasi survey Tim BPKH wilayah XVI Palu diketahui penduduk

dalam memasarkan hasil produksi pertanian dan kehutanan, sebanyak

63,33% penduduk masih mengandalkan pedagang pengumpul, dan hanya

3,33% penduduk memanfaatkan KUD. Disamping itu, sebanyak 1,67%

penduduk memasarkan langsung hasil produksinya ke kabupaten.

6. Sarana dan Prasarana Penyuluhan

Sarana dan prasarana penyuluhan di wilayah KPHP model Dampelas

Tinombo, khususnya Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di setiap kecamatan

telah tersedia. Di tingkat kabupaten juga telah tersedia SKPD untuk bidang

penyuluhan (pertanian, kehutanan, peternakan, perikanan dan kelautan).

Tabel 2.17. Data Sarana/Prasarana Penyuluhan di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo No. Kabupaten Jumlah BPP Lokasi BPP 1 2 3 4 Parigi Moutong 1 5 bh Tada, Tinombo, Tambu, Sabang, Balukang dan Donggala Sumber: Hasil Analisis Data Sekunder, Tahun 2011. Keterangan: BPP = Balai Penyuluhan Pertanian.

7. Perambahan Hutan

Informasi/data perambahan hutan suatu kawasan hutan sangat

diperlukan untuk menentukan perlakuan yang akan diterapkan pada kawasan

hutan yang memiliki potensi atau telah terjadi perambahan di dalamnya.

Informasi/data yang diperlukan antara lain meliputi; fungsi kawasan yang

KPHP Model Dampelas TInombo II -44 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

dirambah, luas hutan yang dirambah, siapa yang merambah, sudah berapa

lama, penggunaan kawasan yang dirambah dan sebagainya.

Dari hasil penajaman analisis RTk-RHL DAS untuk wilayah KPHP

model Dampelas Tinombo diketahui luas kawasan hutan yang dirambah

mencapai 10.015,95 Ha dengan rincian; seluas 4.643,50 Ha dalam kondisi

lahan kritis, dan seluas 5.372,45 Ha dalam kondisi lahan tidak kritis dan agak

kritis. Lahan-lahan hutan yang terambah umumnya digunakan masyarakat

berusahatani lahan kering dan lahan basah.

Berdasarkan data perambahan hutan, sasaran prioritas RH lima tahun

mendatang diprioritaskan di luar areal tersebut. Hal ini sesuai arahan RHL

DAS yang memprioritaskan lahan-lahan sasaran di dalam kawasan hutan

yang tidak ada perambahan ( clear and clean ). Hal tersebut tidak berarti pada

areal yang telah ada penggunaan lahan hutan berupa Pt, Pc dan Sw tidak

akan dilakukan kegiatan RH, namun akan dilakukan prakondisi terlebih

dahulu berupa pembinaan petani perambah hutan. Sehingga dalam skala

prioritas penanangan lahan kritis akan dilakukan secara bertahap sesuai

ketersediaan lahan dana dan kesiapan petani perambah dalam dukungannya

terhadap rencana program RH.

Dari hasil survey Tim BPKH wilayah XVI Palu, diketahui bahwa

sebanyak 10% penduduk memiliki lahan garapan (ladang/kebun) dalam

kawasan hutan baik di dalam maupun di luar wilayah desanya. Kondisi ini

menggambarkan bahwa ada sebanyak 10% dari total penduduk yang ada

yang telah melakukan kegiatan perambahan hutan.

Sehubungan dengan uraian di atas, prioritas pertama penanganan

lahan kritis adalah lahan-lahan krtis dengan penutupan lahan berupa semak

KPHP Model Dampelas TInombo II -45 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

belukar, diikuti dengan penutupan lahan berupa pertanian lahan kering

campur semak, kemudian dilanjutkan pada lahan-lahan pertanian lahan

kering dan sawah.

8. Keberadaan Masyarakat Hukum Adat

Di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo yang diketahui

keberadaannya adalah masyarakat yang telah lama bermukim dan sudah

turun-temurun di dalam kawasan hutan, yaitu komunitas Suku Lauje dan Tajio

yang berada di wilayah Kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi Moutong.

Oleh Pemerintah Daerah, komunitas masyarakat suku Lauje dan Tajio

dinamakan Kelompok Adat Terpencil (KAT) karena pola hidup dan pola

permukiman suku ini terpencil dan terpencar di dalam kawasan hutan.

Berbabagai upaya telah dilakukan olem Pemda Parigi Moutong melalui Dinas

Sosial diantaranya pembinaan dalam bentuk relokasi permukiman dari

kawasan hutan ke lokasi baru di luar kawasan hutan. Bentuk pembinaan yang

pernah diberikan seperti pembuatan rumah-rumah tempat tinggal setiap

kepala keluarga serta bantuan biaya hidup dalam waktu tertentu.

Dalam proses pembinaannya, tidak sedikit yang kembali ke hutan

untuk melangsungkan penghidupannya seperti apa yang dilakukan

leluhurnya. Namun demikian ada pula yang menetap pada permukiman

barunya.

Pola perilaku KAT Lauje dan Tajio dalam menjalani kehidupannya

adalah mengelola dan memanfaatkan lahan dan hasil hutan secara

tradisional, seperti merotan, mengumpulkan damar, berburu, dan bercocok

tanam secara tradisional pada punggung-punggung bukit, dengan cara

tebang bakar dalam bentuk perladangan.

KPHP Model Dampelas TInombo II -46 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Memperhatikan kondisi pola penghidupan suku Lauje dan Tajio seperti

diuraikan di atas, yang masih sulit meninggalkan pola prilaku dan budaya

leluhurnya maka pengelola KPHP Model Dampelas Tinombo maka perlu

dicari pola pendekatan yang lebih manusiawi dalam melakukan pembinaan

secara in-situ . Artinya pola perilaku mereka dalam mengelola dan

memanfaatkan sumberdaya di kawasan hutan (tanah leluhurnya) perlu

diposisikan menjadi potensi dan peluang agar kehidupan mereka tidak terusik

dengan berbagai aktivitas pengelolaan hutan yang dilakukan oleh UPTD

KPHP.

Pendekatan pola pembinaan yang dapat diterapkan dengan

melibatkan KAT Lauje dan Tajio menjadi salah satu aset dalam pengelolaan

hutan. Hal dimaksud dapat dicapai dengan kerjasama dengan Dinas Sosial

dan LSM lokal yang memahami pola hidup komunitas Lauje dan Tajio.

Dari hasil survei Tim Sosekbud KPHP wilayah XVI Palu, diketahui

adanya penduduk sebesar 18,33% yang masih mengklaim bahwa letak lahan

wilayah hak ulayat berada di dalam kawasan hutan. Kondisi menggambarkan

bahwa keberadaan penduduk di dalam dan sekitar wilayah KPH perlu

dipriotaskan dalam pengelolaan/pemanfaatan hutan dalam wilayah desanya.

Bentuk-bentuk partipasi mereka dalam pengelolaan/pemanfaatan hutan dapat

berupa pemberian izin pemanfaatan kawasan seperti hutan kemasyarakatan,

hutan dan hutan tanaman rakyat.

D. Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan

Pola pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan di wilayah KPHP

Model Dampelas Tinombo dalam bentuk izin pemanfaatan dan ijin pinjam

pakai kawasan hutan.

KPHP Model Dampelas TInombo II -47 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Izin pemanfaatan kawasan hutan saat sesuai data yang ada berupa

Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam (IUPHHK-HA) PT.

Taman Hutan Asri dan PT. Sentral Pitulempa selain itu terdapat proses izin

pemanfaatan kawasan hutan yang ada saat ini yaitu Izin Usaha Pemanfaatan

Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI) PT. Coltan Agro

sampai pada tahap SP1. Selain itu, pihak UPTD KPH Model Dampelas

Tinombo telah melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat (PBM) sbb.:

(a) Di Dusun Bingkoli Desa Ogoamas berupa pembangunan hutan tanaman

unggulan lokal (PHTUL) untuk jenis kayu Nyatoh dan Palapi; (b)

pembangunan hutan tanaman hasil hutan bukan kayu (HHBK) untuk tanaman

Karet di Dusun Balinggi Desa Lembahmukti dan Karya Mukti; (c)

pembangunan hutan kemasyarakatan berbasis agroforestri untuk jenis

tanaman semusim (Jagung), MPTS dan kayu-kayuan di Desa Tonggolobibi,

serta (d) kegiatan rehabilitasi hutan dalam bentuk pengkayaan tanaman

reboisasi di Desa Siweli, Siboalong, Sibayu dan Kampung Baru.

Proses Izin penggunaan kawasan hutan yang ada saat ini di wilayah

KPHP model Dampelas Tinombo adalah Izin Usaha Pertambangan (IUP)

mineral tambang biji besi PT. All Rezkey Tadang Palie yang berada di wilayah

Desa Pangalaseang, Desa Silempu dan Desa Balukang Kecamatan Sojol,

PT. Triwiriana, Trimenara Larasindo, PT. Aplus Baja Mining dan PT.

Adimegah Arata di Kabupaten Donggala.

KPHP Model Dampelas TInombo II -48 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

E. Posisi KPH Dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah dan Pembangunan

Daerah

Dalam Rencana Tata Ruang Provinsi (RTRWP) Sulawesi Tengah

2008-2028, tujuan pengembangan tata ruang makro Provinsi Sulawesi

Tengah yaitu:

1. Membuka wilayah Provinsi Sulawesi Tengah sebagai antisipasi dari

kondisi keterisolasian antar wilayah guna menciptakan peluang

percepatan pembangunan dan pemanfaatan potensi wilayah dalam hal

investasi dan aktivitas perekonomian.

2. Menjaga keamanan daerah perbatasan, untuk mengantisipasi adanya

gangguan terhadap pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan potensi

wilayah.

3. Mengembangkan sistem interaksi ruang antar wilayah nasional, KTI dan

antar wilayah dalam lingkup Pulau Sulawesi sehingga tercipta pemerataan

pembangunan antar wilayah dan pemantapan wilayah Provinsi Sulawesi

Tengah dalam perannya sebagai pemasaran produk unggulan wilayah

(kehutanan, perkebunan, perikanan dan pariwisata).

Selanjutnya tujuan pengembangan tata ruang mikro Provinsi Sulawesi

Tengah yaitu:

1. Mengoptimalkan pemanfaatan potensi wilayah Provinsi Sulawesi Tengah

terutama sumberdaya alam.

2. Menjaga kelestarian lingkungan hidup.

3. Memantapkan fungsi kawasan lindung untuk mendukung terhadap

pengembangan pemanfaatan kawasan budidaya.

KPHP Model Dampelas TInombo II -49 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

4. Mengembangkan kawasan-kawasan yang termasuk strategis dan

merupakan kawasan andalan baik lingkup nasional maupun provinsi.

5. Mengembangkan sistem transportasi wilayah yang dapat menciptakan

perkembangan perekonomian wilayah, kemudahan pergerakan barang

dan manusia dan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.

6. Mensinergikan fungsi dan peran sistem kota-kota, antar wilayah daratan

utama ( main land ) dengan wilayah kepulauan dan antar pusat-pusat

pertumbuhan.

Berdasarkan tujuan pengembangan tata ruang makro dan mikro

Provinsi Sulawesi Tengah, maka arahan pengelolaan kawasan sbb.:

Arahan pengelolaan kawasan lindung:

Arahan pengelolaan kawasan lindung Provinsi Sulawesi Tengah terdiri

atas: (a) arahan pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan

kawasan bawahannya; (b) arahan pengelolaan kawasan perlindungan

setempat; (c) arahan pengelolaan kawasan suaka alam; (d) arahan

pengelolaan kawasan pelestarian alam; (e) arahan pengelolaan kawasan

cagar budaya; (f) arahan pengelolaan kawasan rawan bencana alam; dan (g)

arahan pengelolaan kawasan lindung lainnya.

Arahan pengelolaan kawasan hutan produksi:

Arahan pengelolaan kawasan hutan produksi yang terdiri atas:

kawasan hutan produksi terbatas, kawasan hutan produksi tetap, dan

kawasan hutan yang dapat dikonversi, yaitu: (1) penetapan batas kawasan

hutan produksi terutama yang belum ditata batas dalam rencana yang lebih

rinci (RTRW kabupaten/kota); dan (2) pengendalian pemanfaatan ruang yang

dilakukan meliputi: (a) untuk pemanfaatan ruang yang dinilai tidak merusak

KPHP Model Dampelas TInombo II -50 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

dapat dilakukan dengan tetap mempertahankan intensitas (limitasi) kegiatan,

pelaporan, dan pengawasan/monitoring; dan (b) untuk pemanfaatan ruang

yang dinilai dapat merusak dilakukan penutupan kegiatan, penertiban,

penerapan sanksi, rehabilitasi apabila terjadi kerusakan. (3) peningkatan

koordinasi antar sektor dan instansi dalam pengelolaan kawasan; (4)

pemanfaatan potensi hasil hutan berprinsip konservasi sumberdaya alam

secara berkelanjutan; (5) perijinan pemungutan hasil hutan diperketat; (6)

penyelesaian masalah tumpang tindih ( over lapping ) pemanfaatan kawasan

terutama dengan kawasan lindung dan kawasan budidaya lainnya; (7)

peningkatan Inventarisasi dan Pemantapan Tataguna (Intag) Kawasan; dan

(8) meningkatkan kesadaran dan keberdayaan masyarakat sekitar kawasan.

Dari tujuan pengembangan tata ruang provinsi dan arahan

pengelolaan kawasan lindung dan hutan produksi seperti diuraikan di atas,

menggambarkan bahwa posisi KPH dalam perspektif tata ruang wilayah dan

pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah adalah tergolong penting.

Pentingnya KPH menjadi bagian dalam pengembangan tata ruang

serta wadah bagi pengelolaan kawasan lindung dan hutan produksi karena

KPH telah menjadi bagian dari pembangunan nasional dan secara hirarki

menjadi bagian dari pembangunan daerah. Selain itu, kehadiran KPH

merupakan penjabaran dari Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 dan

dipertegas dalam RKTN Kementerian Kehutanan tahun 2011-2030.

Melalui penerbitan Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah

Nomor 05 Tahun 2009 tentang organisasi dan kelembagaan lingkup Pemda

Sulawesi Tengah yang mana UPTD KPHP Model Dampelas Tinombo

termasuk didalamnya, menandakan besarnya perhatian dan dukungan

KPHP Model Dampelas TInombo II -51 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Pemda Sulawesi Tengah dalam penyelenggaraan KPH di wilayah Provinsi

Sulawesi Tengah.

Dari hasil survey Tim BPKH wilayah XVI Palu, diketahui peran serta

masyarakat dalam pelaksanaan dan pengawasan program pembangunan di

desanya tergolong tinggi, yakni: (a) ada sebanyak 65% menyatakan ikut serta

dalam setiap program pembangunan; (b) sebanyak 78,33% penduduk

menyatakan mengerti/paham akan pembangunan di desanya; (c) sebanyak

98,33% mendukung setiap kegiatan pembangunan di desanya; (d) sebanyak

98,33% menyatakan bermanfaat; (e) sebanyak 90% menyatakan semakin

berkembang desanya dengan adanya program pembangunan.

F. Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan

1. Isu Strategis

Guna tetap menjaga serta meningkatkan keberlanjutan pembangunan

kehutanan, dalam 5 (lima) tahun kedepan sesuai Renstra Kementerian

Kehutanan menetapkan 6 (enam) program prioritas: (1) Pemantapan Kawasan

Hutan; (2) Rehabilitasi Hutan dan Peningkatan Daya Dukung Daerah Aliran

Sungai (DAS); (3) Pengamanan Hutan dan Pengendalian kebakaran Hutan;

(4) Konservasi Keanekaragaman Hayati; (5) Revitalisasi Pemanfaatan Hutan

dan Industri Kehutanan; (6) Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan.

Untuk mengimplementasikan program-program prioritas tersebut,

pengelolaan Hutan di Indonesia saat ini diarahkan kepada teknik/cara kelola

yang efisien dan lestari. Untuk mencapai efisiensi dan kelestarian pengelolaan

sumberdaya hutan diwujudkan ke dalam unit-unit pengelolaan hutan terkecil

sesuai fungsi dan peruntukannya yang lebih dikenal dengan nama Kesatuan

Pengelolaan Hutan yang disingkat KPH.

KPHP Model Dampelas TInombo II -52 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Pembentukan KPH Provinsi Sulawesi Tengah bertujuan agar

pengelolaan hutan produksi dilakukan secara efisien dan lestari. Disamping

itu, pembentukan unit KPH merupakan strategi penataan hutan untuk

mencapai kemantapan kawasan. Dengan demikian, KPH dalam jangka

panjang diharapkan mampu memproduksi hasil hutan kayu dan hasil hutan

lainnya secara lestari, mampu memberi keuntungan kepada masyarakat, dan

organisasi KPH dapat mandiri.

Pembentukan KPH sebagai strategi penataan hutan akan dapat

menimbulkan konflik dengan aktivitas masyarakat yang saat ini telah ada di

lapangan. Pembangunan KPH mengedepankan proses bottom up , sehingga

bentuk pengelolaan yang akan dilakukan harus mempertimbangkan

keberadaan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan. Karena itu,

pembentukan KPH harus dapat ditempatkan sebagai strategi penyelesaian

konflik, termasuk penyelesaian masalah-masalah pemanfaatan secara illegal

yang ada di dalam kawasan hutan.

Kawasan hutan di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo yang

luasnya mencapai ±112.634 ha, barang dan jasa yang dihasilkannya berperan

dalam mendukung pembangunan nasional dan daerah sebagai: (1) kontributor

terhadap pembangunan perekonomian; dan (2) penyangga keseimbangan

sistem tata air, tanah dan udara.

Posisi kawasan hutan KPHP Model Dampelas Tinombo menjadi lebih

penting karena penduduk dari lima wilayah kecamatan dari dua kabupaten

yang ada, tinggal di dalam dan sekitar kawasan hutan ini, dan secara

struktural sebagian termasuk kategori miskin/tertinggal. Penduduk di sekitar

kawasan hutan wilayah KPHP model, kurang lebih 80% penduduk merupakan

KPHP Model Dampelas TInombo II -53 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

petani lahan kering dan lahan basah. Petani lahan basah yang mengelola dan

memanfaatkan lahannya berupa lahan sawah beririgasi, sumber air utamanya

berasal dari kawasan hutan di wilayah KPHP model. Selain itu, kebutuhan air

dimanfaatkan pula untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari baik secara

perpipaan maupun melalui penggunaan sumur. Dengan demikian,

tertanggunya ekosistem DAS di wilayah ini akan berpengaruh terhadap

kehidupan masyarakat di wilayah ini.

Selain kebutuhan air seperti dijelaskan, sebagian penduduk di sekitar

dan di dalam kawasan hutan di wilayah KPHP model menggantungkan

hidupnya dari hasil hutan seperti mengumpulkan getah damar, rotan, lebah

madu dan sebagainya. Di wilayah kawasan bagian timur KPHP model

tepatnya di Kecamatan Tinombo terdapat komunitas suku Lauje yang tinggal

secara turun-temurun. Komunitas Lauje umumnya memanfaatkan hasil hutan

dan lahan hutan dalam menyambung hidupnya. Dalam pemanfaatan lahan

hutan selain digunakan dalam bercocok tanam dan juga digunakan

membangun tempat tinggalnya.

Sesuai dengan tujuan pembentukan KPHP Model Dampelas Tinombo

yang berada di wilayah Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong

Provinsi Sulawesi Tengah yakni pengelolaan hutan produksi dan hutan lindung

yang dilakukan secara efisien dan lestari. Harapannya adalah mantapnya

kawasan hutan dan dalam jangka panjang mampu memproduksi hasil hutan

kayu dan hasil hutan lainnya secara lestari, mampu memberi keuntungan

kepada masyarakat, dan organisasi KPH dapat mandiri.

Memperhatikan kondisi kawasan hutan di wilayah KPHP model saat ini

yang dinilai memiliki peran cukup penting dalam menyelamatkan aset negara

KPHP Model Dampelas TInombo II -54 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

berupa hutan dan ekosistemnya, maka isu strategis adalah mengelola segala

potensi sumberdaya hutan secara efisien dan lestari yang dimiliki kawasan ini

tanpa harus mengorbankan kepentingan masyarakat baik yang ada di dalam

maupun di sekitar wilayah KPH .

2. Kendala dan Permasalahan

Berdasarkan gambaran kondisi KPHP Model Dampelas Tinombo saat

ini serta kondisi yang diinginkan, diidentifikasi beberapa kendala

permasalahan dalam pengelolaan KPHP. Hasil identifikasi kendala dan

permasalahan tersebut akan digunakan untuk mendukung justifikasi

penetapan tujuan, sasaran, kebijakan dan program kegiatan sesuai tujuan

pengelolaan hutan.

Selama dua tahun terbentuknya UPTD KPHP Model Dampelas

Tinombo dengan berbagai kegiatan berupa penyiapan sarana dan prasarana,

rancangan model, rencana aksi, sosialisasi dan diskusi publik, pembinaan dan

pengembangan SDM, serta pendataan potensi SDH pada tingkat tapak,

menunjukkan bahwa KPHP ini cukup mantap dalam menjalankan aktivitas

pengelolaan hutannya. Dalam menjalankan aktifitasnya, KPHP Model

diperkirakan akan menghadapi beberapa kendala dan permasalahan sbb.:

Kendala-kendala dalam pembangunan KPHP:

1. Adanya klaim lahan hak dalam kawasan hutan di wilayah KPH berupa

lahan pertanian (kebun dan sawah).

2. Adanya Komunitas Adat Terpencil (KAT) suku Lauje di wilayah KPH.

3. Adanya aktifitas illegal logging dan perambahan hutan yang telah

berlangsung cukup lama, sehingga dengan hadirnya KPH akan terhenti

segala aktifitasnya.

KPHP Model Dampelas TInombo II -55 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

4. Adanya kasus-kasus dan dampak negatif berupa kerusakan hutan yang

ditimbulkan oleh pemanfaat hasil hutan kayu berskala usaha (HPH) di

masa lalu, dapat berkembang menjadi isu tidak perlunya pembangunan

KPH model Dampelas-Tinombo.

5. Peluang terjadinya benturan kepentingan cukup besar; antara pengelola

KPH dengan masyarakat setempat, dan pelaku illegal dalam kawasan

KPH.

6. Terlalu kuatnya proses pendampingan oleh Pemerintah dapat mengurangi

‘ownership ’ KPH oleh Pemda dan pihak lain.

Potensi Masalah Dalam Pembangunan KPHP:

1. Masih tingginya aktifitas pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan

hutan dalam bentuk pertanian lahan kering dan lahan basah oleh

sekelompok masyarakat di dalam wilayah KPH yang dinilai illegal sesuai

Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.

2. Masih terbatasnya SDM baik dalam jumlah maupun kualifikasinya dalam

mengawal pelaksanaan pembangunan KPH Dampelas Tinombo,

khususnya di tingkat tapak dalam mengelola areal seluas 112.634 ha.

3. Masih lemahnya kapasitas kelembagaan akan menjadi sumber tidak

berjalannya kebijakan secara keseluruhan.

4. Masih lemahnya dukungan publik akibat belum dipahaminya tujuan dan

manfaat pembangunan KPH model Dampelas-Tinombo.

5. Masih sulitnya mobilisasi sumberdaya sebagai akibat masih lemahnya

kapasitas kelembagaan pembangunan KPH bagi banyak pihak.

KPHP Model Dampelas TInombo II -56 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

6. Pembangunan KPH Dampelas-Tinombo akan melibatkan banyak pihak,

sehingga berpeluang terjadinya benturan kepentingan dalam pelaksanaan

fasilitasi.

7. Adanya hamparan lahan kritis yang cukup luas di wilayah KPHP Model

akan mengganggu berfugsinya ekosistem DAS sebagai pengatur tata air.

Dari hasil survey Tim BPKH wilayah XVI Palu, konflik yang sering

mengemuka di wilayah KPHP model Dampelas Tinombo adalah konflik lahan,

yakni sebanyak 10% penduduk menyatakan konflik lahan, sebanyak 1,67%

menyatakan konflik hasil hutan, sebanyak 1,67% penduduk menyatakan

konflik tambang, dan sebanyak 44,17% penduduk menyatakan konflik lainnya.

KPHP Model Dampelas TInombo II -57 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

BAB III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN

A. Visi dan Misi Penyelenggaraan Pembangunan Kehutanan Nasional

Visi Kemenhut Tahun 2010-2014 dalam penyelenggaraan

pembangunan kehutanan adalah Hutan Lestari Untuk Kesejahteraan

Masyarakat Yang Berkeadilan . Untuk mewujudkan visi tersebut, maka misi

dan tujuan masing-masing misi, ditetapkan sbb.:

1. Memantapkan kepastian status kawasan hutan serta kualitas data dan

informasi kehutanan. Misi ini bertujuan untuk meningkatkan kepastian

kawasan hutan sebagai dasar penyiapan prakondisi pengelolaan sumber

daya hutan secara lestari.

2. Meningkatnya Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL). Misi ini

bertujuan untuk meningkatkan optimalisasi pengelolaan hutan produksi.

3. Memantapkan penyelenggaraan perlindungan dan konservasi

sumberdaya alam. Misi ini bertujuan menurunkan gangguan keamanan

hutan dan hasil hutan dalam penyelenggaraan perlindungan dan

konservasi sumberdaya alam.

4. Memelihara dan meningkatkan fungsi dan daya dukung daerah aliran

sungai (DAS). Misi ini bertujuan meningkatkan kondisi, fungsi, dan daya

dukung daerah aliran sungai (DAS), sehingga dapat mengurangi resiko

bencana alam, dan dikelola secara berkelanjutan guna meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

5. Menyediakan teknologi dasar dan terapan. Misi ini bertujuan untuk

menyediakan informasi ilmiah dalam pengelolaan hutan lestari, baik dalam

KPHP Model Dampelas TInombo III -1 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

tatanan perumusan kebijakan maupun kegiatan teknis pengelolaan hutan

di lapangan.

6. Memantapkan kelembagaan penyelenggaraan tata kelola kehutanan

Kementerian Kehutanan. Misi ini bertujuan untuk penyediaan perangkat

peraturan perundang-undangan dalam pengelolaan hutan lestari,

peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) bidang kehutanan

dan terlaksananya tertib administrasi pada Kementerian Kehutanan.

7. Mewujudkan sumberdaya kehutanan yang profesional. Misi ini bertujuan

untuk meningkatkan kapasitas SDM kehutanan yang profesional melalui

pendidikan dan pelatihan serta penyuluhan kehutanan.

B. Visi, Misi dan Tujuan Pengelolaan Hutan KPHP Model Dampelas Tinombo

Visi, misi dan tujuan pengelolaan hutan pada KPHP Model Dampelas

Tinombo sbb.:

Visi Pengelolaan Hutan

Terwujudnya Pemberdayaan Masyarakat dan Kemandirian KPH Menuju Hutan Lestari

.

Berdasarkan Visi tersebut, KPHP Model Dampelas Tinombo berupaya

maksimal menyelenggarakan pengurusan hutan untuk memperoleh manfaat

yang optimal dan lestari secara efisien dan efektif, serta untuk sebesar-

sebesarnya kesejahteraan masyarakat di dalam dan sekitarnya.

KPHP Model Dampelas TInombo III -2 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Misi Pengelolaan Hutan

1. Membangun dan mengembangkan sistem pengelolaan dan pemanfaatan

aneka fungsi hutan di KPHP model Dampelas-Tinombo yang meliputi;

lindung dan produksi dengan hasil hutan kayu dan non-kayu serta jasa

lingkungan.

2. Mengoptimalkan manfaat hutan sebagai lingkungan sosial dan budaya.

Tujuan Pengelolaan Hutan

Pembentukan Unit KPHP Model Dampelas-Tinombo bertujuan agar

pengelolaan hutan produksi dilakukan secara efisien dan lestari. Disamping

itu, pembentukan unit KPHP merupakan strategi penataan hutan untuk

mencapai kemantapan kawasan. Dengan demikian, KPHP dalam jangka

panjang diharapkan mampu memproduksi hasil hutan kayu dan hasil hutan

lainnya secara lestari, mampu memberi keuntungan kepada masyarakat, dan

organisasi KPHP dapat mandiri.

KPHP Model Dampelas TInombo III -3 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

BAB IV. ANALISIS DAN PROYEKSI

A. Analisis Data dan Informasi KPHP Model Dampelas Tinombo

1. Identifikasi Kendala dan Permasalahan dalam Pengelolaan KPHP

Pada Bab II telah diuraikan kondisi biogeofisik, sosial ekonomi dan

budaya serta keadaan pengelolaan hutan KPHP Model Dampelas Tinombo.

Berdasarkan kondisi tersebut, kendala dan permasalahan yang paling

mengemuka adalah pemanfaataan hutan dan penggunaan kawasan hutan

secara ilegal, klaim hak atas lahan hutan, keberadaan lahan kritis, dampak

negatif aktifitas HPH di masa lalu, eksistensi KAT Lauje dan Tajio, masih

lemahnya kapasitas kelembagaan, masih lemahnya dukungan publik, masih

sulitnya mobilisasi sumberdaya dan peluang terjadinya benturan antar pihak

dalam pengelolaan hutan di wilayah KPHP.

2. Analisis Faktor Internal dan Eksternal dalam Pengelolaan KPHP

Dalam menganalisis kendala dan permasalahan yang teridentifikasi

dalam pengelolaan hutan KPHP Model Dampelas Tinombo, untuk keperluan

perencanaan ini didekati menggunakan analisis SWOT melalui perumusan

strategi pemanfaatan peluang dan kekuatan serta meminimalkan kelemahan

dan ancaman yang ada.

Setelah menganalisis potensi dan masalah, tahap selanjutnya adalah

memanfaatkan semua informasi tersebut untuk menyusun matrik SWOT. Kisi-

kisi yang terdapat pada matriks ini menggambarkan secara jelas bagaimana

peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dalam pengelolaan hutan

KPHP yang disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang

dimilikinya. Matriks SWOT ini menghasilkan 4 kisi kemungkinan alternatif

KPHP Model Dampelas TInombo IV-1

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

strategis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 Matriks SWOT

berikut.

Tabel 4.1. Matriks SWOT Eksternal Peluang (O) Ancaman (T) Internal Strategi S – O Strategi S – T Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan Kekuatan (S) menggunakan kekuatan untuk untuk meminimalkan memanfaatkan peluang ancaman Strategi W – O Strategi W – T

Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang Kelemahan (W) meminimalkan kelemahan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman

Strategi S – O (Kekuatan – Peluang)

Strategi ini dibuat berdasarkan keinginan agar kegiatan pengelolaan

hutan KPHP dapat berhasil. Dalam merumuskan strategi ini, harus

memanfaatkan seluruh kekuatan (potensi) baik yang dimiliki masyarakat,

maupun pemerintah untuk merebut dan memanfatkan peluang sebesar-

besarnya.

Strategi S – T (Kekuatan – Ancaman)

Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki masyarakat dan pihak

manajemen kegiatan untuk mengatasi ancaman yang dapat timbul dari luar

kontrak pengelolaan.

Strategi W – O (Kelemahan – Peluang)

Strategi ini ditetapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada

dalam mendukung keberhasilan pengelolaan hutan KPHP dengan cara

meminimalkan kelemahan yang dimiliki masyarakat maupun pemerintah.

KPHP Model Dampelas TInombo IV-2

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Strategi W – T (Kelemahan – Ancaman)

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan

berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Matrik Analisis SWOT Strategi Pengelolaan Hutan KPHP Peluang (O) Ancaman (T) Eksternal • Adanya Kebijakan • Peluang terjadinya benturan pengelolaan hutan berbasis kepentingan dalam

KPHP dan KPHL pelaksanaan fasilitasi. (antar • Adanya kebijkan program RHL sektor-antar masyarakat • Tersedianya tenaga kerja dengan KPHP) produktif di sekitar KPHP. • Terbatasnya pengetahuan • Adanya dukungan sikap dan masyarakat tentang visi- persepsi masyarakat terhadap misi-tujuan dan sasaran rencana pengelolaan hutan pengelolaan hutan di KPHP. KPHP • Masih rendahnya dukungan • Pembangunan KPHP akan publik terhadap KPHP. Internal melibatkan banyak pihak • Masih sulitnya mobilisasi • Adanya potensi sumberdaya ke wil. KPHP. pengembangan wisata alam di • Adanya dampak negatif sekitar Danau Dampelas. HPH di masa lalu. • Tingginya ketergantungan • Masih berlangsungnya msyrkt terhadap sumber air illegal logging dan dari wil. KPHP. perambahan hutan. Strategi S – O Strategi S – T Kekuatan (S) • Memanfaatkan ketersediaan • Pelaksanaan kerjasama • Kondisi biogeofisik dan iklim kws potensi kayu komersial pada dan koordinasi antar sektor hutan yang bernilai strategis bagi hutan alam dalam skala • Peningkatan sosialisasi dan daerah sekitrnya kegiatan IUPHHRE. diskusi publik dengan • Potensi kayu dan non-kayu • Memanfaatkan ketersediaan materi pokok visi-misi- bernilai komersial potensi non-kayu komersial tujuan-sasaran pengelolaan • Keberadaan flora dan fauna pada hutan alam dalam skala hutan di KPHP. langka dan endemik kegiatan IPHHBK. • Optimalisasi peran UPTD • Organisasi UPTD KPHP • Memanfaatkan potensi KPHP model dalam • SDM Pengelola KPHP sumberdaya KAT Suku Lauje memasarkan produk- • Sarana dan Prasarana KPHP dalam pengembangan objek produk rencana kelola • Keberadaan KAT Suku Lauje. wisata budaya dan sarana kepada investor • Eks. Jalan HPH dalam areal iptek. • Peningkatan penyuluhan KPHP • Pembinaan dan hukum, kehutanan dan • Tersedianya sumber-sumber air pengembangan HTUL dan lingkungan kepada bagi rigasi pertanian di sekitranya. APBE serta HTI. masyarakat sekitar KPHP. • Adanya eks. HTUL dan Area • Pemeliharaan/Pembangunan • Penertiban aritivitas ilegal Produksi Benih Eboni (APBE) di jaringan jalan eks. HPH. logging dn perambahan eks. PT. Raslim dan PT. Sinar • Percepatan Pembangunan hutan Kaili HTR • Pemberian peran RPH- • Adanya IUPHHK- HTI • Pengembangan kerjasama RPH di tingkat kecamatan • Adanya tanaman tahunan dari riset dan wisata alam. yang diikuti kebun masyarakat dalam KPHP • Pengembangan sistem kelola pembangunan/pengadaan KPHP berbasis kinerja. sapras. • Pengembangan usaha jasa • Perkuat kerjasama dengan lingkungan berbasis jasa air Dishut Kabupaten dan karbon serta usaha hutan (Donggala dan Parigi wisata. Moutong). Strategi O – W Strategi W – T Kelemahan (W) • Percepatan kegiatan RH pada V Pengembangan HKm. • Klaim lahan oleh pertanian lahan lahan-lahan kritis LMU V Penyiapan masyarakat, kering dan lahan basah, dan terseleksi, baik secara utamanya melalui permukiman penduduk di wilayah

KPHP Model Dampelas TInombo IV-3

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

KPHP vegetatif (reboiasi dan bImbingan teknis dan • Hutan rusak dan Lahan kritis pengkayaan reboisasi) pelatihan bagi peserta masih cukup luas. maupun sipil teknis kegiatan usahatani hutan • Erosi dan sedimentasi masih • Pembangunan HTR, HKm. kemasyarakatan (Hkm) tinggi. • Pengembangan Hutan Desa. berbasis hasil hutan non- • Hamparan lahan semak belukar • Pengembangan sistem kayu cukup luas. pengamanan hutan secara (rotan, bambu, lebah • Masih lemahnya kapasitas swakarsa. Terapkan system madu, getah damar, kelembagaan KPHP insentif dan dis-insentif. buah/biji). • SDM pengelola KPHP di tkt. V Peningkatan perlindungan tapak masih terbatas dikaitkan dan pengamanan kawasan. areal seluas 112.634 ha.

B. Proyeksi Pengelolaan Hutan KPHP Model Dampelas Tinombo

1. Prinsip-Prinsip Perencanaan Hutan

Perencanaan hutan menyangkut kegiatan koordinatif dari semua

elemen yang adadi dalam internal manajemen KPH maupun interrelasinya

dengan situasi external dalam rangka mencapai tujuan pengelolaan hutan.

Proses perencanaan hutan harus dirancang dan dilakukan untuk menjamin

keseimbangan antara kenyataan di lapangan dengan kapasitas manajemen,

dan antara prioritas ekonomi, ekologi, dan sosial serta prioritas-prioritas

pembangunan kehutanan regional dan nasional.

Informasi-informasi yang ada harus dapat dimanfaatkan untuk (1)

melandasi berbagai analisis yang diperlukan, (2) menjelaskan keuntungan

dan kerugian yang potensial akan dialami oleh para pihak, menjadi alas

rasional dalam menyeimbangkan negosiasi berbagai kepentingan para pihak,

dan tolok ukur bagi kegiatan pemantauan dan evaluasi. Oleh karenanya,

kelengkapan, akurasi, reliabilitas dan kemutakhiran informasi menentukan

proses dan hasil perencanaan pengelolaan hutan. Terlebih pada

implementasi program-program REDD+ yang sangat memungkinkan

dilaksanakan pada KPH, dimana syarat measurable, reportable and veriviable

KPHP Model Dampelas TInombo IV-4

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

(MRV) diperlukan, maka kelengkapan, akurasi, reliabilitas dan kemutakhiran

informasi menjadi sangat penting.

Proyeksi kondisi wilayah KPHP di masa yang akan datang adalah lebih

baik dari kondisi saat ini. Kondisi KPHP saat ini adalah kawasan hutan yang

belum terkelola baik pasca HPH PT. Raslim, HPH PT. Sinar Kaili, dan HPH

PT. Iradat Puri. Walaupun demikian, kawasan hutan di wilayah KPHP Model

ini mulai terbina kembali sejak tahun 2009 dalam manajemen pengelolaan

UPTD KPHP Model Dampelas Tinombo. Sampai dengan tahun 2011, KPHP

ini telah memiliki rancang bangun pengelolaan KPH, dan rencana aksi KPH.

2. Target Penyusunan Kegiatan Rencana Pengelolaan Hutan

Sesuai PP Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan dan Penyusunan

Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan, rencana

pengelolaan hutan pada KPH Model Dampelas-Tinombo meliputi: (a).

rencana pengelolaan hutan jangka panjang; dan (b). rencana pengelolaan

hutan jangka pendek.

a. Tujuan yang Akan Dicapai KPH

Tujuan yang akan dicapai pada pembangunan KPHP Model Dampelas-

Tinombo sbb.:

1. Meningkatnya mutu dan produktifitas sumberdaya hutan di KPHP

model DampelasTinombo.

2. Meningkatnya kontribusi sektor kehutanan terhadap pendapatan

masyarakat, perekonomian daerah dan nasional.

3. Meningkatnya peran serta masyarakat secara aktif dalam menjaga

kelestarian sumberdaya hutan.

KPHP Model Dampelas TInombo IV-5

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

4. Meningkatnya daya dukung DAS/sub DAS dalam wilayah KPHP model

dan sekitarnya.

b. KondisiYang Dihadapi

Dalam rangka pencapaian target dan tujuan pengelolaan hutan jangka

panjang KPH model Dampelas Tinombo, terdapat beberapa hal yang perlu

menjadi pertimbangan sbb.:

V KPHP model yang direncanakan termasuk dalam kategori wilayah KPH

besar yaitu dengan luas kawasan hutan 112.634ha.

V Berdasarkan administrasi pemerintahan Kabupaten Donggala dan Parigi

Moutong, lokasi KPHP ini berada dalam wilayah Kecamatan Sojol Utara,

Sojol, Damsol dan Balaesang untuk wilayah Kabupaten Donggala, serta

Kecamatan, Tinombo/Sidoan dan Tinombo Selatan untuk Kabupaten

Parigi Moutong.

V Berdasarkan posisi geografi, KPHP ini berada pada koordinat 119° 47’ 49”

s.d 120° 07’ 22” BT dan 0° 42’ 14” s.d 0° 04’ 19” LU.

V Berdasarkan administrasi Pengurusan Hutan, KPH ini berada dalam

wilayah Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Donggala serta

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Parigi Moutong.

V Berdasarkan wilayah Daerah Aliran Sungai berada dalam satuan wilayah

pengelolaan (SWP) DAS Tawaili-Sampaga dan wilayah DAS Towera-

Lambunuyang mencakup 33 DAS besar dan kecil. Termasuk DAS besar

di wilayah KPH ini yaitu DAS Tada (prioritas I), DAS Taipa, DAS

Silonduya, DAS Sidoan, dan DAS Bainaa.

V Berdasarkan fungsi kawasan hutan, KPH Model Dampelas Tinombo terdiri

atas: Hutan Lindung (HL) seluas 21.240 ha, Hutan Produksi Tetap (HP)

KPHP Model Dampelas TInombo IV-6

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

seluas 10.271 ha, dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 80.983 ha.

Sementara itu, luas penutupan lahan terdiri atas 30,15 ha hutan mangrove

primer, 60.815,75 Ha hutan primer, 47.152,40 ha hutan sekunder, 977,52

ha perkebunan, 10,02 ha pemukiman, 681,54 ha pertanian lahan kering,

1.341,43 ha pertanian lahan kering campur, 361,25 ha sawah, 1.251,09 ha

semak belukar, dan 50,21 ha tanah terbuka/kosong (Dishut Sulteng,

2011).

Selanjutnya berdasarkan aktivitas kelola hutan, kegiatan-kegiatan

berupa rehabilitasi dan pemanfaatan sumberdaya hutan yang pernah ada

pada KPHP iniadalah kondisi yang mendasari proses perencanaan jangka

panjang pengelolaan hutan. Kegiatan-kegiatan dimaksud,antara lain:

Pembangunan Hutan Tanaman Unggulan, Gerakan Rehabilitasi Hutan dan

Lahan (Gerhan). Aktivitas lain yang dinilai telah menyebabkan rusaknya

potensi sumberdaya hutan serta menjadi tekanan terhadap kawasan hutan di

wilayah KPHPini adalah: pemukiman pendudk di Dusun Bingkoli Desa

Ogoamas, UPT-transmigrasi Bayang, pemukiman komunitas adat terpencil,

masyarakat perambah hutan, dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu

secara illegal.

c. Strategi dan Kelayakan Pengembangan Pengelolaan Hutan

Strategi serta kelayakan pengembangan pengelolaan hutan, meliputi

tata hutan, pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan

reklamasi hutan, dan perlindungan hutan dan konservasi alam. Strategi dan

kelayakan pengembangan pengelolaan hutan ditinjau dari aspek kelola

kawasan, kelola pemanfaatan hutan, kelola pasar, kelola konservasi, kelola

KPHP Model Dampelas TInombo IV-7

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

rahabilitasi-restorasi dalam kerangka pencapaian fungsi ekonomi, lingkungan,

dan sosial yang optimal.

Pengembangan pengelolaan hutan diarahkan untuk mengoptimalkan

fungsi-fungsi produksi dan jasa sumberdaya hutan dan lingkungannya, baik

produksi kayu, produksi bukan kayu, maupun jasa-jasa lingkungan, melalui

kegiatan pokok berupa pemanfaatan, pemberdayaan masyarakat, serta

pelestarian lingkungan yang merupakan satu kesatuan kegiatan.

1. Tata Hutan

Sesuai kondisi lokasi dan mengacu pada hasil rancangan KPHP Model

Dampelas Tinombo seluas ±112.634 ha, selanjutnya disusun rencana

kegiatan sbb.

(a). Tata Hutan Pada Hutan Lindung seluas ± 21.240Ha.

1. Penentuan batas-batas hutan yang ditata;

2. Inventarisasi, identifikasi, dan perisalahan kondisi kawasan hutan;

3. Pengumpulan data sosial, ekonomi dan budaya di hutan dan sekitarnya;

4. Pembagian hutan ke dalam blok-blok; a. Blok perlindungan; b. Blok

pemanfaatan; dan c. Blok lainnya

5. Registrasi; dan

6. Pengukuran dan pemetaan.

(b). Tata Hutan Pada Hutan Produksi seluas ± 91.254 Ha.

1. Penentuan batas hutan yang ditata;

2. Inventarisasi potensi dan kondisi hutan mencakup:

a. jenis, potensi dan sebaran flora;

b. jenis, populasi dan habitat fauna;

KPHP Model Dampelas TInombo IV-8

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

c. rancangan trayek batas luas kawasan dan batas dalam kawasan

hutan;

d. sosial, ekonomi, budaya masyarakat;

e. status, penggunaan, penutupan lahan;

f. jenis tanah, kelerengan lapangan atau topografi;

g. iklim;

h. sumber daya manusia (demografi);

i. keadaan hidrologi, bentang alam dan gejala-gejala alam.

3. Perisalahan hutan;

4. Pembagian hutan ke dalam blok-blok dan petak (dengan

memperhatikan pada: a. luas kawasan; b. potensi hasil hutan; dan c.

kesesuaian ekosistem)

5. Pemancangan tanda batas blok dan petak;

6. Pembukaan wilayah dan sarana pengelolaan;

7. Registrasi; dan

8. Pengukuran dan pemetaan.

2. Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan

Sesuai kondisi lokasi dan mengacu pada hasil rancangan KPHP Model

Dampelas Tinombo, selanjutnya disusun rencana kegiatan sbb.

(a). Pemanfaatan Hutan

Kegiatan pemanfaatan hutan yang dinilai layak untuk dilaksanakan di

wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo adalah; (a) Pemanfaatan kawasan;

(b) Pemanfaatan jasa lingkungan; (c) Pemanfaatan hasil hutan kayu; (d)

Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu; (e) Pemungutan hasil hutan bukan

kayu.

KPHP Model Dampelas TInombo IV-9

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

(b). Penggunaan Kawasan Hutan

Kegiatan penggunaan kawasan hutan yang dinilai layak untuk

dilaksanakan di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo masih perlu

pangkajian terutama keberadaan potensi tambang di wilayah ini. Namun

demikian apabila di kawasan ini ditemukan adanya potensi tambang seperti

mineral tambang biji besi yang ada di wilayah Desa Pangalaseang yang

mana lokasi ini berbatasan langsung dengan kawasan HPT di wilayah KPHP

maka dapat dilakukan pengkajian kelayakan usahanya oleh pengelola KPHP.

Selain usaha pertambangan, di wilayah KPHP dimungkinkan pula

dilakukan penggunaan kawasan hutan dengan tujuan strategis lainnyaseperti:

(a) Kepentingan religi; (b) Pertahanan dan keamanan; (c) Pembangunan

jaringan telekomunikasi; (f) Pembangunan jaringan instalasi air, dll.

Selain penggunaan kawasan hutan di wilayah untuk tujuan strategis,

dapat dapat digunakan untuk kepentingan umum terbatas seperti: (a) Jalan

umum; (b) Saluran air bersih dan atau air limbah; (c) Pengairan; (d) Bak

penampungan air; (e) Fasilitas umum; (f) Repeater telekomunikasi.

3. Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan

Memperhatikan kondisi kawasan hutan lokasi rencana pembangunan

KPHP Model DampelasTinombo yang sebahagian wilayahnya memiliki

penutupan lahan berupa tanah-tanah kosong, semak belukar dan hutan

rusak, maka diperlukan adanyan kegiatan rehabilitasi dan reklamasi hutan

dan lahan.

(a) Rehabilitasi Hutan

KPHP Model Dampelas TInombo IV-10

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan yang dilakukan di wilayah KPHP

Model Dampelas Tinombo meliputi: (a) Inventarisasi lahan kritis; (b)

pengukuran dan pemetaan areal reboisasi; (c) reboisasi (penanaman); (d)

pemeliharaan tanaman; (e) pengayaan tanaman; dan (f) penerapan teknis

konservasi.

(b) Reklamasi

Kegiatan reklamasi hutan dan lahan di wilayah KPHP Model Dampelas

Tinombo meliputi: (a) Inventarisasi lokasi; (b) penetapan lokasi (pengukuran

dan pemetaan lokasi); (c) perencanaan, dan (d) pelaksanaan reklamasi.

Kegiatan reklamasi hutan dilakukan apabila telah ada aktvitas

penggunaan lahan non-kehutanan, seperti kegiatan pertambangan, dll.

4. Perlindungan Hutan

Memperhatikan kondisi kawasan hutan wilayah pengelolaan KPHP

Model Dampelas Tinombo yang menyebar hingga ke daerah pesisir (kawasan

mangrove) serta kelompok HPT di wilayah Sojol bagian utara yang lokasinya

agak terpisah dengan lokasi semula (sebelum keluarnya Permenhut No.

79/Menhut-II/2010), akan menjadikan sistem perlindungan dan pengamanan

hutan lebih kompleks. Berdasarkan kondisi tersebut, Pengelola KPHP akan

menghadapi dua kelompok komunitas perambah yang berbeda yaitu

komunitas perambah di kawasan hutan daratan dan komunitas perambah di

kawasan hutan mangrove. Di kawasan hutan daratan (Kawasan HL, HPT dan

HP) tidak sedikit kelompok perambah yang telah memanfaatkan kawasan

hutan untuk budidaya tanaman pertanian, bahkan di dalam kawasan hutan

telah ada permukiman penduduk. Bahkan kelompok perambah tersebut telah

mengklaim menjadi lahan miliknya. Di kawasan mangrove (Tanjung Raneang

KPHP Model Dampelas TInombo IV-11

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

(Siraru) dan Tg. Pesik) walaupun di atas peta dinyatakan masih hutan primer

namun kenyataan di lapangan sebagian pula telah menjadi rusak akibat

perambahan.

Pengelola KPHP Model dalam menyikapi permasalahan tersebut tidak

seharusnya dilakukan represif, tetapi dilakukan dengan cara membangun

kemitraan dengan komunitas perambah dalam menemukan solusi terbaik,

namun setiap solusi harus berada dalam koridor hukum perundang-undangan

yang berlaku.

Memperhatikan kondisi kawasan yang telah banyak diokupasi,

dirambah dan rawan aktivitas illegal logging , maka kegiatan perlindungan

hutan di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo dapat meliputi:

1. Sosialisasi dan penyuluhan peraturan perundang-undangan di bidang

kehutanan;

2. Mendorong peningkatan produktivitas masyarakat;

3. Memfasilitasi terbentuknya kelembagaan masyarakat;

4. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pengelolaan hutan;

5. Melakukan kerjasama dengan pemegang hak atau izin;

6. Meningkatkan efektifitas koordinasi kegiatan perlindungan hutan;

7. Mendorong terciptanya alternatif mata pencaharian masyarakat;

8. Meningkatkan efektifitas pelaporan terjadinya gangguan keamanan hutan;

9. Mengambil tindakan pertama yang diperlukan terhadap gangguan

keamanan hutan.

Sesuai peraturan perundang-undangan, kegiatan ilegal logging

(”pencurian kayu”) harus diberantas secara tuntas, namun aktifitas seperti

pemanfaatan kawasan hutan untuk budidaya tanaman pertanian,

KPHP Model Dampelas TInombo IV-12

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

permukiman, pengumpulan rotan dan getah damar oleh sekelompok

masyarakat masih memungkinkan untuk dibina menjadi pemanfaat hasil

hutan dan pelestari kawasan hutan. Artinya dalam analisis SWOT, kendala

dan ancaman yang ada dirobah menjadi kekuatan dan peluang dalam

membangun KPHP Model Dampelas Tinombo.

Dengan adanya tambahan lokasi kelola di wilayah Sojol bagian utara

sehingga terbagi menjadi dua bagian yaitu kawasan HPT dan kawasan

mangrove di daerah pesisir.

d. Arahan Pembangunan Jangka Panjang KPHP

Berdasarkan uraian sebelumnya dan mengacu pada hasil penyusunan,

maka arahan pembangunan jangka panjang KPHP dirumuskan sbb.:

Arahan perlindungan hutan

V Pembinaan Area Perlindungan Tata Air (PL-TA), Pelestarian habitat hutan

alam untuk Area Konservasi Eboni (AKE).

V Perlindungan hutan pantai (PL-HP) dan mangrove.

Arahan pemanfaatan hutan

V Pembangunan dan Pengembangan HTI/HT termasuk HTUL.

V Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Eksositem dalam Hutan Alam

(IUPHHK-HA-RE).

Arahan pemberdayaan masyarakat

V Pembangunan dan Pengembangan Hutan Tanaman Rakyat (HTR)

V Pembangunan dan Pengembangan Hutan Kemasyarakatan (HKm).

V Pemantapan fungsi kawasan serta pemanfaatan terbatas hasil hutan

bukan kayu dan jasa lingkungan Hutan Lindung (HL), seperti usaha

pemungutan rotan, getah damar, buah/biji, lebah madu. Selain itu,

KPHP Model Dampelas TInombo IV-13

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

dikembangkan pula usaha pemanfaatan jasa lingkungan seperti jasa

aliran air, jasa wisata alam, jasa RAP-PAN Karbon.

V Penyelenggaraan Hutan Desa

V Pembinaan KAT Suku Lauje dan Tajio dalam wilayah KPHP

V Pembinaan area persawahan dan permukiman dalam wilayah KPHP.

V Pembinaan area pengembangan model-model agroforestri pada lahan

terambah/terokupasi.

V Penyelenggaraan rehabilitasi hutan (reboisasi dan pengkayaan reboisasi).

V Pelestarian ekosistem mangrove secara terpadu dan berganda dengan

memposisikan masyarakat pesisir setempat menjadi pelestari mangrove.

Dalam mewujudkan rencana-rencana kegiatan yang telah dirumuskan

maka diperlukan beberapa program pendukung dan penunjang sbb.:

V Penguatan kapasitas kelembagaan KPHP serta peningkatan kapasitas

SDM, termasuk pemantapan organisasi, sapras dan fasilitas penunjang.

V Penyenggaraan sistem koodinasi dan sinkronisasi yang baik antar

pemegang izin di wilayah KPHP.

V Penyelenggaraan sistem koordinasi dan sinergisitas antara KPHP dengan

instansi dan stakholder terakit dalam pembangunan KPHP.

V Penyediaan pendanaan kegiatan yang memadai sesuai kebutuhan.

V Pengembangan database hingga terbangunnya sistem informasi

kehutanan KPHP.

V Pengembangan investasi dan rasionalisasi wilayah kelola serta review

rencana pengelolaan KPHP minimal 5 tahun sekali.

V Penyelenggaraan pembinaan, pengawasan dan pengendalian yang baik

dan terukur sesuai peraturan perundang-undangan.

KPHP Model Dampelas TInombo IV-14

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

V Pemantauan dan evaluasi yang baik dan beretika, serta sistem pelaporan

yang baik yang dilakukan secara periodik.

V Pembuatan dan pelaksanaan standar operasi dan prosedur (SOP) KPHP

Model Dampelas Tinombo, menuju pengelolaan KPH berbasis kinerja.

KPHP Model Dampelas TInombo IV-15

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

BAB V. RENCANA KEGIATAN

Pengelolaan Hutan meliputikegiatan:Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan; pemanfaatan hutan; penggunaan kawasan hutan; rehabilitasi dan reklamasi hutan; perlindungan hutan dan konservasi alam.

Rencana pengelolaan hutan jangka panjang adalah rencana pengelolaan hutan pada tingkat strategis berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun atau selama jangka benah pembangunan KPH.Memperhatikan kondisi KPHP Model Dampelas

Tinombo saat ini dan kondisi yang diharapkan sepuluh tahun mendatang, maka rencana pengelolaan hutan pada areal seluas 112.634 ha ini memuat rencana strategis selama jangka waktu rencana pengelolaan hutan, baik di kawasan hutan produksi (HPT dan HP) maupun di kawasan hutan lindung (HL).

Rencana pengelolaan KPHP model Dampelas Tinombo dalam sepuluh tahun kedepan diarahkan pada pemanfaatan hutandi kawasan hutan produksi dan pemanfaatan hutan di kawasan hutan lindung. Pemanfaatan hutan pada hutan produksi meliputi: (a) Pemanfaatan kawasan; (b) Pemanfaatan jasa lingkungan;

(c) Pemanfaatan hasil hutan kayu; (d) Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu; (e)

Pemungutan hasil hutan bukan kayu. Selanjutnya pemanfaatan hutan di kawasan hutan lindung meliputi: (a) Pemanfaatan kawasan; (b) Pemanfaatan jasa lingkungan; (c) Pemungutan hasil hutan bukan kayu.

Adapun rencana kegiatan strategis selama jangka waktu rencana pengelolaan hutan KPHP model Dampelas Tinombo sepuluh tahun kedepan diuraikan seperti berikut ini.

V-1

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

A. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola dan Penataan Hutannya

1. Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata

Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan

Hutan, para pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam

Hutan Alam (IUPHHK-HA) dan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu

dalam Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) diwajibkan menyusun Rencana Kerja

Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu sepuluh tahunan (Pasal 73 dan 75

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007) yang disusun berdasarkan

inventarisasi hutan berkala sepuluh tahunan yang selanjutnya disebut sebagai

IHMB.

Inventarisasi Hutan adalah kegiatan untuk mengetahui kondisi sediaan

tegakan hutan ( timber standing stock ), yang akan digunakan sebagai bahan

penyusunan RKUPHHK atau KPH sepuluh tahunan dan sebagai bahan untuk

pemantauan kecenderungan ( trend ) kelestarian sediaan tegakan hutan di KPH

atau IUPHHK.IHMB mengacu pada Permenhut No. P.33/Menhut-II/2009 dan

Perubahannya No. P.5/Menhut-II/2011 Tentang Pedoman Inventarisasi Hutan

Menyeluruh Berkala (IHMB)Pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada

Hutan Produksi.

Kegiatan IHMB diperuntukkan bagi wilayah KPHP yang telah ada izin

usaha pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPHHK) yang dilaksanakan pada dua

tingkatan perencanaan, yakni rencana kegiatan pengelolaan jangka

panjang/sepuluh tahunan (RKU) dan rencana kegiatan pengelolaan hutan

jangka pendek/tahunan (RKT). Untuk RKU, dilakukan IHMB pada seluruh areal

V-2

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

hutan yang telah ada izin usahanya yang dilaksanakan setiap sepuluh tahun

sekali.

Dalam perencanaan pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam di

kawasan hutan produksi KPHP model Dampelas Tinombo diarahkan pada

rencana pemanfaatan hasil hutan kayu dengan restorasi ekosistem hutan alam

(HHK-RE). Hal ini dipandang penting diperhatikan karena kondisi sosial

budaya dan sosial ekonomi kemasyarakatan di sekitar wilayah KPH yang

belum memungkinkan dilakukan secara langsung penebangan hutan alam.

Karena itu, guna mengendalikan terjadinya konflik baru di sekitar wilayah KPH

maka HHK-RE dinilai tepat untuk diterapkan dalam pengelolaan hutan alam

sepuluh tahun kedepan.

Hasil stratifikasi tutupan hutan sementara akan divalidasi dengan

mendasarkan pada hasil IHMB. Sebagai acuan, dalam pembuatan kelas-kelas

tutupan hutan dapat dilihat pada Gambar 1 dalam Lampiran Permenhut No.

P.33/Menhut-II/2009. Pembuatan kelas-kelas hutan (stratifikasi) menurut

kerapatan tegakannya dapat dikelompokkan sebagai berikut: (1) Hutan lahan

kering primer – kerapatan vegetasi jarang (HKp1), (2) Hutan lahan kering

primer – kerapatan vegetasi sedang (HKp2), (3) Hutan lahan kering primer –

kerapatan vegetasi rapat (HKp3), (4) Hutan lahan kering sekunder – kerapatan

vegetasi jarang (HKs1), (5) Hutan lahan kering sekunder – kerapatan vegetasi

sedang (HKs2), (6) Hutan lahan kering sekunder – kerapatan vegetasi rapat

(HKs3).

V-3

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

2. Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP)

Secara garis besar, kegiatan ITSP, meliputi pengumpulan data,

pengolahan data dan menggambarkan posisi pepohonan di dalam petak pada

peta persebaran pohon. Pengumpulan data meliputi:Penetapan dan

pengukuran koordinat petak kerja; Pemasangan dan penandaan pal-pal batas

petak tebangan (100 ha); Penandaan dan penomoran pohon-pohon yang akan

ditebang, pohon inti, pohon induk, dan pohon yang dilindungi; Pengukuran

diameter setinggi dada dan tinggi bebas cabang semua pohon berdiameter 20

cm ke atas; Pengukuran letak pohon; Pencatatan flora dan fauna yang

dijumpai serta hasil hutan bukan kayu (HHBK); Pencatatan keadaan lapangan.

Selanjutnya pengolahan data ITSP meliputi:Pemetaan letak pohon ( tree

location mapping ); Pencacahan jumlah individu dan penjumlahan volume

pohon tiap jenis; Pengelompokkan jenis menurut golongan jenis komersial,

kayu indah, kayu yang dilindungi, dan jenis-jenis campuran, dirinci ke dalam

jumlah individu dan jumlah volume.

Hasil dari kegiatan ITSP berupa data potensi dan peta persebaran

pohon ITSP. Data potensi digunakan untuk menentukan jatah pohon tebang

(JPT) pada SK. RKT.

Untuk keperluan penyusunan Rencana Kerja Tahunan (RKT), setiap

tahun dilakukan inventarisasi 100% pada masing-masing areal tebangan untuk

rencana penebangan jangka pendek, yaitu rencana penebangan tahunan.

3. Penataan Hutan

Sesuai Dokumen Rancangan Bangun KPHP Model Dampelas Tinombo

tahun 2009; Hasil inventarisasi kondisi biogefisik dan sosekbud KPHP Model

V-4

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Dampelas Tinombo tahun 2012 dan Permenhut Nomor P.6/Menhut-II/2010

Tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria Pengelolaan Hutan Pada

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan

Hutan Produksi (KPHP);Arahan IHMB pada kegiatan HHK-HA/RE dan HHK-

HT/HTI; Juknis Penyusunan rencana pengelolaan pada KPH tahun 2012,

selanjutnya dirumuskan rencana-rencana penataan hutan berdasarkan

fungsinya pada areal seluas ± 112.634Hektar, yaitu pada kawasan hutan

produksi (HPT dan HP) seluas ± 91.245Ha, Hutan Lindung seluas ±

21.108Ha, dan KWL di APL seluas ±281Haseperti pada Tabel 5.1 berikut.

Tabel 5.1. Rencana Penataan Hutan di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kelas Rencana Blok Pengelolaan Fungsi Tutupan Inventarisasi Luas No. dan Lokasi Petak/Desa/Dusun Hutan lahan saat Berkala (Ha) Kode Blok/Petak ini Menyeluruh 1 2 3 4 5 6 7 A Blok Inti DAS Lemo -Malawa (B. Silumpoya) Desa 1 BL-IT -1 HL HKs1, B - 504,54 Siweli DAS Tada (Wuyul Tankelai) dan DAS HKp2, H Ks3, 2 BL-IT -2& BL-IT -2 (RH) HL - 7.065,54 Maninili B DAS Bainaa (Wuyul Lengko) 3 BL-IT -3 Desa/Dusun Punsanlea, Ambason, HL HKp1 - 1.534,59 Bainaa. DAS Bainaa -Dongkas (Wuyul Simomo) 4 BL-IT -4 HL HKp2 - 996,04 Desa Dongkas DAS Taipa (Bangkalan Tamonong) Desa 5 BL-IT -5 HL HKp3 - 496,82 Siboang DAS Tg. Dampelas (Bulu Sitaru) Desa 6 BL-IT -6 HL HKs1, B - 320,81 Talaga DAS Aluoge (Bulu Sitangke) Desa 7 BL-IT -7 HL HKs1, B - 149,22 Kambayang B Blok Perlindungan 1 PL -TA -1 DAS Sigenti, Desa Sigenti -Malanggo HPT HKp2, HKs1 - 93 1,33 2 PL -TA -2 DAS Silonduya, Desa Ponggerang -Panii HPT HKs2 - 412,0 0 3 PL -TA -3 DAS Bainaa (Wuyul Lengko) Ambason HPT HKs1, B, T - 63 3,77 4 PL -TA -4 DAS Bainaa , Desa Bainaa Barat HPT HKs3 - 40 2,91 5 PL -TA -5 & AKE DAS Taipa (S. Alube, S. Tamonong) HPT HKp1, H Ks2 - 8.7 23,40 PL -TA -6, PL -TA -7, HKs2, HKs1, 6 DAS Tandaiyo HPT - 941,50 PL-TA -8 B 7 PL -TA -9 DAS Ogoamas, Bingkoli HPT HKs1, B - 12 3,10 DAS Sioyong, Desa Muktiagung - 8 PL-TA -10 HP HKs1, B - 160,28 Sioyong 9 PL -TA . 11 DAS Sibayu, Desa Kambayang HP HKs1, B - 23 4,09 10 PL -HP (Hutan pantai) Pantai Pesik KL (APL) HKs1, B, T 96,29 11 RM (Bau) Eksosistem Mangrove pantai Bau KL (APL) HMs1, B 53,11 12 RM (Siraru) Ekosistem Mangrove pantai Siraru KL (APL) HMs1, B 101,45

V-5

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Kelas Rencana Blok Pengelolaan Fungsi Tutupan Inventarisasi Luas No. dan Lokasi Petak/Desa/Dusun Hutan lahan saat Berkala (Ha) Kode Blok/Petak ini Menyeluruh 1 2 3 4 5 6 7 13 BZ (Buffer Zone) CA Cagar Alam Gunung Sojol CA -HPT HKs2, HKp2 1. 556,74 Hutan Lindung Kelompok Hutan DAS 14 BZ (Buffer Zone) HL HL-HPT HKs2, HKp2 1.652,84 Tada Hutan Lindung Kelompok Hutan DAS 15 BZ (Buffer Zone) HL HL-HPT HKs1 365,06 Sikea dab DAS Lemo B Blok Pemanfaatan DAS Taipa, DAS Silonduya (Desa HKp1, HKs2, HHK-RE -1 & 15.234,91 1 Sioyong-Panii-Ponggerang-Malonas- HPT, HP HKs3, HKs1, T+0 dan T+11 HHK-RE -1 (RH) 35,28 Singenti) B DAS Silambo -Balukan -Balani -Sampaga - HKs1,HKs2, 2 HHK-RE -2-3-4 HPT T+0 dan T+11 4.684,95 Ogoamas HKp1 3 IUPHHK -HTI -1 DAS Tada dan DAS Sikea HPT HKs1, B, T T+5 atau T+6 2. 160 ,96 DAS Silonduya, DAS Panii dan DAS 4 IUPHHK-HTI -2-3-4 HPT HKs1, B, T T+5 atau T+6 7.011,49 Sioyong 5 HHK -HA -1 DAS Tada HPT HKs1, B, T T+5 atau T+6 99 3,0 9 6 HHK -HA -2 DAS Tada HPT HKs1, B, T T+5 atau T+6 2.1 73,05 7 HHK -HA -3 DAS Sidoan (Wuyul Ponjotijoji dan Sopi HPT HKs1, B, T T+5 atau T+6 4.67 8,41 8 HHK -HA -4 DAS Sidoan (Sija -Punsalea) HPT HKs1, B, T T+5 atau T+6 1.80 6,43 9 HHK -HA -5 DAS Bainaa (Silangsa Bainaa Barat) HPT HKs1, B, T T+5 atau T+6 2.37 4,24 10 HHK -HA/ HT -6 DAS Silonduya HPT, HP HKs1, B, T T+5 atau T+6 3.7 31 ,44 11 HT (Eks. HTI) DAS Silonduya ( IUPHHK -HA PT. THA ) HPT, HP HKs2, HKs3 T+5 atau T+6 1.05 3,15 12 HHBK -HA -1 DAS Tada HL HKp3, HKs3 737 ,20 13 HHBK -HA -2 DAS Tada, DAS Sioyong, DAS Sibayu HL HKp1, HKs3 3.54 7,18 14 HHBK -HA -3 DAS Bainaa HL HKp1 1.10 6,66 15 HHBK -HA -4 DAS Sidoan HL HKp1 43 9,1 1 16 HHBK -HA -5-6-7 DAS Bainaa HL HKp1 74 5,38 HHBK -HT -1 681,12 17 DAS Sikea, Lemo, Malawa (Desa Siweli) HL Pc, HKs1 HHBK -HT -1 (RH) 34,14 HHBK -HT -2& 283,20 18 DAS Rumu (Desa Siboalong) HL Pc, HKs1 HHBK-HT -2 (RH) 65,15 HHBK -HT -3 & DAS Sibayu (Desa Sibayu) dan DAS 249,57 19 HL Pc, HKs1 HHBK-HT -3 (RH) Sioyong (Desa Budimukti) 61,15 DAS Tg. Dampelas, DAS Aluoge, DAS 20 HHBK-HT -4 & WISATA Dampelas (Desa Talaga dan HL B, Pt, Pc 1.627,53 Kambayang) 21 HHK -HT -1 (RH) DAS Ogoamas (Bingkoli) HPT B, Pc T+11 277, 93 22 HHK -HT -2 (RH) DAS Ogoamas (Bingkoli) HPT Pc, Pt T+11 38 1,27 DAS Long (Dusun Balinggi, Desa 23 HHK-HT -3 (RH) HPT Pc, Pt, B T+5 82,80 Lembahmukti) 24 HHK -HT -4 RH) DAS Sigenti (Desa Dongkalang) HPT Pt, B 13,30 RK -LKJ( Rencana Kerja 25 DAS Siraurang (Desa Rerang) HPT Pc, B 507,82 Lokasi Karet dan Jabon) LPJ ( Lokasi Penataan 26 DAS Siraurang (Desa Rerang) HPT HKs1, B 39,88 Jabon) LKJ -1 ( Lokasi Karet dan 27 DAS Long (Desa Lembahmukti) HPT Pc, HKs1 735,02 Jabon 1) LKJ -2 ( Lokasi Karet dan 28 DAS Panii (Desa Karyamukti) HPT HKs1, B, T 468,91 Jabon 2) Blok I (DAS Bayang, Desa IUP PT. All-Rizky Tadang 691,72 29 Pangalaseang) HPT HKs1, B. T pali 797,90 Blok II (DAS Silambo (Desa Silempu) 30 Sw (Sawah) DAS Long Desa Lembahmukti HPT Sw 16,68 C Blok Pemberdayaan Masyarakat HKm -1 & DAS Tada (Desa Tada, Silutung, 3. 844,91 1 HPT Pc, Pt HKm -1 (RH) Khatulistiwa, Siney) 158,47 2 HKm -2 & DAS Sigenti (Desa Sigenti -Sigaega) HPT, HP Pc, B 46 6,94

V-6

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Kelas Rencana Blok Pengelolaan Fungsi Tutupan Inventarisasi Luas No. dan Lokasi Petak/Desa/Dusun Hutan lahan saat Berkala (Ha) Kode Blok/Petak ini Menyeluruh 1 2 3 4 5 6 7 HKm -2 (RH) 17, 47 HKm -3 & 6,76 3 DAS Sigenti (Desa Malanggo) HPT B, Pc HKm -3 (RH) 67,44 HKm -4 & 306,55 4 DAS Sibayu (Desa Kambayang) HP Pt, HKs1, B HKm -4 (RH) 25,09 HKm -5 & DAS Sioyong (Desa Muktiagung - 356,51 5 HP Pt, HKs1, B HKm -5 (RH) Sioyong) 18,98 DAS Sipayo, DAS Bondoyong, DAS HKm -6 & 289,79 6 Sidoan, DAS Sidoan 2 (Desa Sipayo, HPT Pt, B HKm -6 (RH) 640,75 Bondoyong, Ogolemo) 7 HKm -7 DAS Sidoan (Desa Sidoan Barat) HP Pt 79,23 8 HKm -8 DAS Sidoan (Dusun Sija -Punsalea) HP Pt 408, 45 9 HKm -9 DAS Sidoan (Dusun Ogobagis) HP B 139,98 10 HKm -10 DAS Bainaa (Dusun Ambason) HPT Pc 97,23 DAS Bainaa (Dusun Silangsa (Bainaa 11 HKm -11 HP Pc, B 1.584,34 Barat) HKm -12 & DAS Bainaa (Dusun Silangsa, KAT 22 9,26 12 HPT Pc, B HKm -12 (RH) Lauje, Desa Bainaa Barat) 90 4,44 HKm -13 & 72,10 13 DAS Dongkasa (Desa Dongkas) HP Pc, B HKm -13 (RH) 764,87 14 HKm -14 DAS Bainaa (KAT Lauje) HPT B 17 5,36 HKm -15 & DAS Siraurang (Dusun Tintina Desa 326, 04 15 HPT Pc, HKs1, B HKm -15 (RH) Rerang) dan Desa Malonas 104,47 DAS Long (Dusun Balinggi Desa 16 HKm -16 HPT Pt, B 5,30 Lembahmukti) HKm -17 (Agf) & 396,32 17 DAS Taipa, Desa Tonggolobibi HPT B, Pt, Pc HKm -17 (Agf-RH) 105,55 DAS Silambo (Dusun Salodide Desa 18 HKm -18 HPT Pc 59,31 Silempu) HKm -19 & DAS Balukan (Dusun Ponju Desa 97,53 19 HPT Pc, HKs1 HKm -19 (RH) Balukan) 12,70 20 HKm -20 DAS Sampaga (Desa Sampaga) HPT Pc, HKs1 288,0 6 DAS Pesik (dusun Palele, Desa Pesik), 21 HKm -21 Desa Mapaga dan DAS Tandaiyo Desa HPT Pc, HKs1 214,28 Tandaiyo DAS Tandaiyo (Desa Tandaiyo & 22 HKm -22 HPT Pc, HKs1 184,21 Ogoamas 2) 23 HKm -23 DAS Ogoamas (Bingkoli) HPT Pc, B 72 3,40 DAS Bayang dan DAS Long (Desa 24 HTR -1 Bayang dan Desa Balinggi, Desa HPT HKs1, B 259,28 Pangalaseang (Ou)) DAS Taipa (Desa Tonggolobibi - 25 HTR -2 HPT HKs1, B, Pc 294,85 Babatona) DAS Babatona (Desa Bantayang - 26 HTR -3 HPT HKs1, B, Pc 598,69 Siboang) 27 HTR -4 DAS Siruarang (Desa Rerang) HPT Pc, HKs1 1.2 51,62 28 HTR -5 DAS Tada (Desa Tada ) HPT HKs1, B 58 6,23 29 HTR -6 DAS Tada (Desa Tada ) HPT HKs1, B 58 8,08 DAS Tada (Desa Tada dan Desa 30 HD -1 HPT HKs1, B 804,91 Silutung) DAS Tada (Desa Siney dan Desa 31 HD -2 HPT HKs1, B 268,70 Khatulistiwa) 32 HD -3 DAS Maninili (Desa Maninili) HP HKs1, B 42 0,19 33 HD -4 DAS Sioyong (Desa Budimukti) HPT HKs1, B 48 2,1 0 34 HD -5 DAS Sigenti (Desa Sigenti) HPT HKs1, B 251, 74 35 HD -6 DAS Sigenti (Desa Malanggo) HPT HKs1, B 182, 63

V-7

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Kelas Rencana Blok Pengelolaan Fungsi Tutupan Inventarisasi Luas No. dan Lokasi Petak/Desa/Dusun Hutan lahan saat Berkala (Ha) Kode Blok/Petak ini Menyeluruh 1 2 3 4 5 6 7 DAS Silonduya (Desa Sioyong, Panii 36 HD -7 HPT HKs1, B 863,42 dan Karyamukti) 37 HD -8 (RH) DAS Sigenti (Desa Dongkalang) HPT Pt, B 23 1,16 38 HD -9 DAS Sipayo (Desa Sipayo) HPT Pt, B 383,23 39 HD -10 DAS Silonduya (Desa Ponggerang) HPT HKs1 36 4,14 40 HD -11 DAS Silonduya (Desa Malonas) HPT Pc, HKs1 105,67 41 HD -12 DAS Bondoyong (Desa Bondoyong) HPT Pt, HKs1 158,68 42 HD -13 DAS Sidoan (Desa Sidoan Barat) HP Pc, HKs1 213,57 43 HD -14 DAS Siruarang (Desa Rerang) HPT Pc, HKs1 117,10 44 HD -15 DAS Long (Desa Lembahmukti) HPT Pc, HKs1 36,70 45 HD -16 DAS Bayang (UPT Bayang) HPT Pc, HKs1 318,75 46 HD -17 DAS Sidoan (Desa Sidoan) HPT B, HKs1 116,83 DAS Bainaa (Desa Bainaa Barat dan 47 HD -18 HPT Pc, HKs1 49,17 Bainaa) DAS Bainaa (Desa Bainaa) dan DAS 48 HD -19 (RH) HPT Pc, B 150,74 Dongkas (Desa Dongkas) 49 HD -20 DAS Dongkas (Desa Dongkas) HPT Pc, B 313,70 DAS Bainaa (Desa Bainaa) dan DAS 50 HD -21 HPT Pc, Hs 307,88 Dongkas (Desa Dongkas) DAS Babatona (Desa Babatona dan 51 HD -22 HPT Pc, HKs1 139,59 Desa Tonggolobibi) 52 HD -23 DAS Babatona (Desa Bantayang) HPT Pc, HKs1 83,96 53 HD -24 DAS Siboang (Desa Siboang) HPT Pc, HKs1 431,47 54 HD -25 DAS Silambo (Desa Silempu) HPT Pc, HKs1 474,71 DAS Balukan (Desa Balukan dan Desa 55 HD -26 HPT Pc, HKs1 215,95 Losung) DAS Sampaga (Desa Sampag a, Balani 56 HD -27 HPT Pc, HKs1 186,26 dan Dalaong) 57 HD -28 DAS Tandaiyo (Desa Ogoamas 2) HPT Pc, HKs1 233,14 58 HD -29 DAS Pesik (Desa Pesik dan Mapaga) HPT Pc, HKs1 162,49 JUMLAH 11 1.917 ,7 2 Keterangan : V HKp1 = Hutan lahan kering primer-kerapatan vegetasi jarang; HKp2 =Hutan lahan kering primer-kerapatan vegetasi sedang;HKp3 = Hutan lahan kering primer-kerapatan vegetasi rapat. V HKs1 = Hutan lahan kering sekunder-kerapatan vegetasi jarang; HKs2 =Hutan lahan kering sekunder-kerapatan vegetasi sedang;HKs3 = Hutan lahan kering sekunder-kerapatan vegetasi rapat. V HMs1 = Hutan mangrove sekunder-kerapatan vegetasi jarang. V Pt = pertanian lahan kering; Pc = pertanian lahan kering bercampur dengan semak; B = semak/blukar; T = tanah terbuka. IUP = Izin Usaha Pertambangan.

Dari Tabel 5.1 terdapat sebanyak empat blok pengelolaan hutan yaitu

blok inti pada hutan lindung, blok perlindungan pada hutan produksi, blok

pemanfaatan dan blok pemberdayaan masyarakat pada hutan produksi dan

hutan lindung. Keempat blok-blok pengelolaan hutan tersebut, dibagi kedalam

petak-petak pengelolaan hutan baik pada hutan lindung maupun pada hutan

V-8

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

produksi. Blok/Petak-petak pengelolaan tersebut dijabarkan menjadi rencana

pengelolaan hutan sbb.:

V Blok Inti pada Hutan Lindung terbagi kedalam tujuh petak kelola untuk

tujuan perlindungan tata air, habitat satwa, serta flora dan fauna asli.

Blok/petak ini bukan untuk tujuan pemanfaatan.

V Blok Perlindungan pada Hutan Produksi terbagi kedalam lima jenis rencana

kegiatan pengelolaan hutan yaitu (1) petak kelola perlindungan tata air (PL-

TA dengan jumlah 11 petak pada enam wilayah DAS), (2) petak kelola area

konservasi eboni (AKE dengan jumlah satu petak pada satu wilayah DAS),

(3) petak kelola perlindungan hutan pantai (KWL-Pantai Pesik) dan

rehabilitasi ekosistem mangrove (KWL-Mangrove Bau dan Siraru), (4) peta

perlindungan daerah penyangga atau buffer zone (BZ) pada batas

persekutuan hutan produksi dengan Cagar Alam dan Hutan Lindung.

V Blok Pemanfaatan pada Hutan Lindung dan Hutan Produksi.

‹ Pada kawasan Hutan Lindung dikelompokkan kedalam dua bentuk

pemanfaatan yaitu (a) rencana pemanfaatan/pemungutan hasil hutan

bukan kayu pada hutan alam (HHBK-HA) sebanyak 7 petak/lokasi, dan

(b) rencana pemanfaatan hasil hutan bukan kayu pada hutan tanaman

(HHBK-HT) sebanyak 4 petak/lokasi.

‹ Pada Hutan Produksi dikelompokkan kedalam bentuk pemanfaatan sbb.:

(a) hasil hutan kayu pada hutan alam dengan restorasi ekosistem (HHK-

RE) sebanyak 4 petak/lokasi, (b) hasil hutan kayu pada hutan tanaman

(HHK-HT) sebanyak 6 petak/lokasi, dan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil

Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI) sebanyak 4

V-9

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

.petak/lokasi, (c) hutan tanaman eks. HTI PT. Tondo Murni (HT-eks. HTI)

sebanyak 1 petak/lokasi, (d) hasil hutan kayu pada hutan tanaman hasil

rehabilitasi hutan (HHK-HT RH) sebanyak 3 petak/lokasi.

V Blok Pemberdayaan Masyarakat (BPM) pada Hutan Produksi meliputi

rencana hutan kemasyarakatan (HKm), hutan desa (HD), dan hutan

tanaman rakyat (HTR). Kegiatan HKm terbagi kedalam 23 petak/lokasi

(termasuk HKm RH). HD terbagi kedalam 31 petak/lokasi, dan HTR

sebanyak 6 petak/lokasi.

Berdasarkan hasil penataan hutan seperti diuraikan di atas, dalam

rangka melestarikan nilai-nilai budaya lokal asli maka dialokasikan lahan hutan

untuk komunitas adat terpencil (KAT) suku Lauje dan Tajio yang ada di

kawasan hutan Kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi Moutong. Agar

keberadaan mereka di kawasan hutan dalam wilayah KPHP Model Dampelas

Tinombo memperoleh pengakuan (aspek legal) maka dialokasikan areal dalam

bentuk pemanfaatan kawasan hutan untuk HKm bagi KAT Lauje-Tajio).

Dalam rangka menjaga eksistensi kawasan hutan dan memposisikan

masyarakat sebagai bagian dari sistem pengamanan hutan untuk meraih

harapan “hutan lestari untuk kesejahteraan rakyat” maka lahan-lahan hutan

yang telah lama dimanfaatkan penduduk setempat dalam bentuk pertanian

sawah (termasuk tempat bermukim), serta pertanian lahan kering dalam

menyambung hidupnya, dapat diberikan kesempatan dalam mempertahankan

hidupnya dalam bentuk pemanfaatan kawasan hutan dengan pola HKm.

Dalam penerapan pola HKm pada lokasi-lokasi tertentu yang telah ada

pertanian lahan kering dan permukiman seperti di Bingkoli dan Balinggi dapat

V-10

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

didekati melalui pembinaan model sistem pertanian-kehutanan terpadu

berkelanjutan (SPKTB) dalam pola agroforestri (HKm-Agf).

Di wilayah KPHP Model dialokasikan pula area untuk penyelamatan

habitat flora endemik-langka jenis eboni ( Diospyros celebica Bakh.) beserta

jenis-jenis tumbuhan asosiasinya dari kepunahan. Selain area ini diharapkan

pula berfungsi sebagai habitat Burung Maleo yang semakin langka di wilayah

Pangalaseang. Selain fungsinya sebagai kawasan konservasi alam, area ini

memiliki peran penting dalam mengatur tata air untuk pelestarian sumber-

sumber air bagi irigasi pertanian di wilayah Desa Pangalaseang, Babatona,

Tonggolobibi, Bantayang, dan Siboang.

Untuk mempercepat KPHP Model Dampelas Tinombo menjadi KPHP

yang mandiri, maka di wilayah KPHP ini dialokasikan lahan hutan produksi

(hutan alam primer dan hutan alam sekunder) guna dimanfaatkan menjadi

usaha hasil hutan kayu restorasi ekosistem (UPHHK-RE). Untuk maksud yang

sama KPHP Model menyediakan pula lahan-lahan hutan untuk

pengembangan usaha jasa lingkugan (Jasling) berupa usaha jasa wisata alam

(Jasling-WA), usaha jasa penyerap dan atau penyimpanan karbon (Jasling-

PPK), dan jasa tata/sumber air (Jasling-TA).

Untuk usaha pemanfaatan hasil hutan kayu restorasi ekosistem dan

usaha jasa lingkungan, KPHP Model dapat mempercepat implementasinya

melalui kerjasama dengan pihak ke-3 (Badan Usaha Milik Swasta/Koperasi/

Badan usaha lainnya) dengan tetap memperhatikan kepentingan (nilai-nilai

kearifan lokal) masyarakat setempat sesuai peraturan perundang-undangan.

V-11

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Dengan diertbitkannya Keputusan Menteri Kehutanan No. 360/Menhut-

II/2013 Tgl 20 Mei 2013 Tentang IUPHHK-HA PT. Taman Hutan Asri (THA)

seluas 40.380 Ha, maka wilayah kelola KPH Dampelas Tinombo menjadi

tanggung jawab menejemen PT. THA sesuai dengan ketentuan yang ada

dalam lampiran Keputusan Menteri tersebut. Selanjutnya rincian luasan

IUPHHK-HA PT. THA terdapat dalam setiap blok/petak Tata Hutan KPH

Dampelas Tinombo. Selain itu terdapat juga IUPHHK HA PT. Sentra Pitulempa

seluas 380 Ha.

B. Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu

Batasan mengenai pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu dalam

perencanaan ini adalah blok-blok pemanfaatan hutan pada hutan produksi

yang akan dikelola sendiri KPH dalam bentuk “wilayah tertentu”. Blok-blok

tersebut selanjutnya dijabarkan menjadi kelas-kelas hutan sesuai arahan

pengelolaannya. Jabaran kelas-kelas hutan tersebut dipergunakan sebagai

acuan dalam menentukan “kelas perusahaan”. Wilayah Tertentu adalah

wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum menarik bagi pihak ketiga

untuk mengembangkan usaha pemanfaatannya berada di luar areal izin

pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan. .

Dalam perencanaan pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu di KPHP

model Dampelas Tinombo dikelompokkan kedalam pengusahaan skala

besardan pengusahaan skala kecil. Pengusahaan skala besar antara lain

terdapat pada blok perlindungan dan pemanfaatan, dalam blok perlindungan

diarahkan pada perlindungan tata air dan areal konservasi eboni. Blok

pemanfaatan wilayah tertentu diarahkan pada pemanfaatan hasil hutan kayu,

V-12

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

restorasi ekosistem (HHK-RE) dan pemanfaatan hasil hutan kayu alam dan

tanaman (HHK-HA/HT) pola pengkayaan.

Pengusahaan skala kecil pemanfaatan wilayah tertentu dalam blok

perlindungan tata air dan jasa lingkungan, pemanfaatan HHBK baik pada

Hutan Lindung maupun Hutan Produksi.Secara rinci pemanfaatan wilayah

tertentu disajikan pada tabel 5.7.

1. Rencana Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem Dalam Hutan Alam Penerapan pendekatan restorasi ekosistem dalam hutan alam pada

hutan produksi dalam pemanfaatan hasil hutan kayudimaksudkan untuk

memprakondisikan situasi sosial ke arah yang lebih kondusif di sekitar wilayah

KPH guna mencegah terjadinya konflik baru antara pengelola KPHP dengan

masyarakat sekitarnya. Restorasi ekosistem dimaksudkan pula untuk

memberikan tanggung jawab kepada pemegang IUPHHK dalam bentuk

pembinaan tegakan hutan sebelum dilakukan penebangan.

Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem Dalam

Hutan Alamyang selanjutnya disebut IUPHHK-RE adalah izin usaha yang

diberikan untukmembangun kawasan dalam hutan alam pada hutan produksi

yang memilikiekosistem penting sehingga dapat dipertahankan fungsi dan

keterwakilannya melaluikegiatan pemeliharaan, perlindungan dan pemulihan

ekosistem hutan termasukpenanaman, pengayaan, penjarangan, penangkaran

satwa, pelepasliaran flora danfauna untuk mengembalikan unsur hayati (flora

dan fauna) serta unsur non hayati(tanah, iklim dan topografi) pada suatu

kawasan kepada jenis yang asli, sehinggatercapai keseimbangan hayati dan

ekosistemnya.

V-13

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Penyelenggaraan UPHHK Restorasi Ekosistem dimaksudkan untuk

memanfaatkanhutan alam produksi secara lestari (jangka panjang) dengan

memperhatikankelestarian usaha dan keseimbangan lingkungan, sosial

ekonomi dan budayamasyarakat setempat sehingga operasionalisasi

pemanfaatan hutan tahunan dilapangan dapat dilakukan secara rasional

terukur sesuai dengan kemampuanregeneratif alami maupun buatan.Adapun

lokasi rencana usaha pemanfaatan hasil hutan kayu restorasi ekosistem dalam

hutan alam (UPHHK-RE) disajikan pada Tabel 5.2 berikut.

Tabel 5.2.Rencana Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem dalam Hutan Alam (UPHHK-RE) pada Hutan Produksi di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kode Lokasi/ Sistem Luas No. Wilayah DAS Kelas Lereng Kelas Hutan Blok/Petak Silvikultur (Ha) Taipa, Silonduya, HKp1, HKs2, 1 HHK-RE -1*) II, III, IV, V TPTI 15.234,91 Sigenti HKs1, HKs3 Silambo-Balukan- HKs1,HKs2, 2 HHK-RE -2-3-4**) Balani-Sampaga- III, IV, V TPTI 4.684,95 HKp1 Ogoamas Jumlah 19.919,86 Keterangan: *) Direncanakan untuk dikerjasamakan antara KPH dengan perusahaan perkayuan (PT. THA 11.798,30 Ha; KPH 3.436,62 Ha). **) Direncanakan untuk dikerjakan sendiri oleh KPH 4.461,74 Ha;PT. SP 223,21 Ha. Kelas V tidak diolah dan dibina menjadi kawasan lindung oleh pengelolanya.

2. Rencana Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Dalam Hutan Alam dan atau Hutan Tanaman Pola Pengkayaan

Rencana pemanfaatan hasil hutan kayu dalam hutan alam/tanaman

pola pengkayaan di wilayah KPHP Model Dameplas Tinombo adalah rencana

pemanfaatan hasil hutan kayu dalam Hutan Alam/Tanaman atau Hutan

Tanaman Industri (HHK-HA/HT/HTI).

Pada Pasal 2 Permenhut No. P.5/Menhut-II/2011 Tentang IHMB pada

Usaha PemanfaatanHasil Hutan Kayu Pada Hutan Produksi, dijelaskan bahwa

hasi Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB)sebagai dasar

penyusunan Rencana Kerja Usaha (RKU) jangka panjang 10 (sepuluh) tahun

V-14

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman (IUPHHK-

HT).Hasil IHMB menjadi dasar perhitungan etat untuk IUPHHK-HT kayu

pertukangan.

Bagi IUPHHK-HT, kewajiban IHMB dilaksanakan pada tanaman pokok

sekurang-kurangnya telah memasuki daur kedua yang mewakili semua kelas

umur.Dalam Permenhut tersebut dijelaskan pula pembagian kelas umur pada

hutan tanaman untuk kayu pulp digunakan dua kelas umur yaitu < 4 tahun dan

≥ 4 tahun, sedangkan untuk kayu pertukangan digunakan interval umur 5

tahun. Untuk hutan tanaman dengan rotasi di atas 50 tahun digunakan interval

10 tahun.

Adapun lokasi rencana usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada

hutan alam pola pengkayaan UPHHK-HA disajikan pada Tabel 5.3 berikut.

Tabel 5.3. Rencana Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam/Tanaman (UPHHK-HA/HT) pola pengkayaan pada Hutan Produksi di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kode Lokasi/ Kelas Kelas Sistem Luas No. Wilayah DAS HHK Blok/Petak Lereng Hutan Silvikultur (Ha) 1 HHK-HA -1*) Tada II, III, IV, V HKs1, B, T TPTI Pertukangan 993,09

2 HHK-HA -2**) Tada II, III, IV, V HKs1, B, T TPTI Pertukangan 2.173,05 Sidoan (Wuyul 3 HHK-HA -3 III, IV, V HKs1, B, T TPTI Pertukangan 4.678,41 Ponjotijoji dan Sopi Sidoan (Sija- 4 HHK-HA -4 III, IV, V HKs1, B, T TPTI Pertukangan 1.806,43 Punsalea) Bainaa (Silangsa 5 HHK-HT -5 III, IV, V HKs1, B, T TPTI/THPB Pertukangan 2.374,24 Bainaa Barat) HHK-HA/HT - 6 Silonduya II, III, IV, V HKs1, B, T TPTI - 3.731,44 6***) HKs2, 7 HT ****) Silonduya II, III, IV THPB - 1.053,15 HKs3 Jumlah 15.756,67 Keterangan: *) PT. THA 628,35 Ha; KPH 364,74 Ha **)PT. THA 1.276,21 Ha; KPH 896,84 Ha ***) PT. THA 2.084,53 Ha; KPH 1.646,91 Ha ****) Masuk dalam PT. THA Direncanakan untuk dikerjasamakan antara KPH dengan perusahaan/industri perkayuan. Kelas V tidak diolah dan dibina menjadi kawasan lindung oleh pengelolanya.

Usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dapat dilakukan pada Hutan

Alam/Tanamandengan pola pengkayaan yang selanjutnya disingkat UPHHK-

V-15

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

HA/HT.Pada wilayah Hutan Produksi (HP) dapat diusahakan untuk

memanfaatkan hasil hutan kayu melalui kegiatan penyiapan lahan,

pembibitan,penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran . Adapun

pola pemanfaatan hasil hutan kayu Hutan Alam pola pengkayaan pada Hutan

Produksi Terbatas (HPT) dapat diusahakan melalui kegiatan pemanenan,

pengkayaan, penanaman, pemeliharaan, pengamanan dan pemasaran hasil

(Permenhut No. P.47/Menhut-II/2013)

Penerapan Sistem Silvikultur Pada HHK-RE dan HHK-HA/HT

Sistem Silvikultur adalah sistem pemanenan sesuai tapak/tempat

tumbuh berdasarkanformasi terbentuknya hutan yaitu proses klimatis dan

edaphis dan tipe-tipe hutan yang terbentuk dalam rangka pengelolaan hutan

lestariatau sistem teknik bercocok tanaman hutan mulai dari memilih benih

atau bibit, menyemai, menanam, memelihara tanamandan memanen.

Daur dan Siklus Tebangan:

Pada Permenhut No: P.11/Menhut-II/2009 tentang Sistem Silvikultur

dalam Areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Produksi

daur dan siklus tebangan dijelaskan sbb.:

V Pada tegakan seumur, daur ditetapkan berdasarkan umur masak tebang

ekonomis dan atau berdasarkan umur padahasil yang

maksimal.Selanjutnya pada tegakan tidak seumur,ditetapkan siklus tebang

tegakan hutan alam berdasarkan diameter tebangan.

V Siklus tebang dan diameter tebang pada hutan daratan tanah kering adalah

30 (tiga puluh) tahun untuk diameter ≥ 40 cm (empat puluh centimeter)

V-16

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

pada hutan produksi biasa, dan ≥ 50 cm (lima puluh centimeter) pada hutan

produksi terbatas dengan sistem silvikultur TPTI.

Siklus tebang dan diameter pohon tebang di hutan alam wilayah KPHP

model Dampelas Tinombo berpedoman pada Permenhut No: P.11/Menhut-

II/2009 tentang Sistem Silvikultur dalam Areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil

Hutan Kayu pada Hutan Produksi. Sesuai peraturan tersebut, siklus tebang

hutan alam (tegakan tidak seumur) menerapkan sistem silvikultur Tebang Pilih

Tanam Indonesia (TPTI). Namun demikian, untukmempertahankan regenerasi

alami dan terbentuknya struktur hutan, pada dasarnya pada tegakan seumur

dapat dilakukan pemanenan dengan sistem TPTI.

Penerapatan TPTI pada tegakan seumur di wilayah KPHP model

Dampelas Tinombo ditujukan pada areal-areal sasaran HHK-HA/HT dengan

tutupan vegetasijarang sampai sedang pada hutan lahan kering primer (HKp1)

dan hutan lahan kering sekunder (HKs1) dengan kelas lereng dominan kelas

IV. Namun demikian pada lahan-lahan dengan kelas lereng dominan II-III

diterakan sistem TPHB.

‹ Tahapan TPTI

Penerapan sistem silvikultur TPTI diterapkan pada hutan alam perawan

(virgin forest ) atau hutan bekas tebangan ( logged over area ) di areal Izin

Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada hutan produksiberdasarkan

Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan HasilHutan Kayu (RKUPHHK).

Pelaksanaan TPTI di wilayah KPHP Model Dampelas Tinomboakan

mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal BPK No. P.9/VI/BPHA/2009

V-17

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Silvikultur dalam Areal Izin Usaha

Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Produksi.

Tabel 5.4. Tahapan Kegiatan TPTI pada UPHHK Tahapan Kegiatan No. Tahapan Kegiatan Prinsip (tahun dari penebangan – Et) Penataan Areal Kerja Menata areal dalam blok dan petak kerja Tidak lebih dari 4 tahun 1 (PAK) tahunan berdasarkan RKUPHHK. sebelum pemanenan. Risalah hutan dengan intensitas 100% Inventarisasi Tegakan untuk pohon niagawi dengan diameter ≥20 Tidak lebih dari 2 tahun 2 Sebelum Penebangan cm dan pohon yang dilindungi sesuai sebelum pemanenan. (ITSP) ketentuan yang berlaku. Pembukaan Wilayah Efisien, efektif, tertib dan ramah Tidak lebih dari 2 tahun 3 Hutan (PWH) lingkungan. sebelum pemanenan. Memanen tidak boleh melebihi riap. 4 Pemanenan Efisien, efektif, tertib dan ramah Et. lingkungan. Penanaman dan Memulihkan produktifitas areal tidak Tidak lebih dari 2 tahun 5 Pemeliharaan produktif pada blok RKT. Menggunakan setelah pemanenan. Pengayaan bibit jenis lokal unggulan setempat. Meningkatkan riap pohon binaan. Pembebasan Pohon Tidak lebih dari 2 tahun 6 Binaan (PPB) Pohon binaan bisa berasal dari permudaan setelah pemanenan alam dan tanaman pengayaan Pengendalian hama dan penyakit, Perlindungan dan perlindungan hutan dari kebakaran hutan, 7 Pengamanan Hutan Terus menerus perambahan hutan dan pencurian hasil (PPH) hutan

3. Rencana Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan

Penyelenggaraan usaha pemanfaatan jasa lingkungan di wilayah KPHP

Model Dampelas Tinombo dikelompokkan kedalam tiga jenis, yaitu kelompok

jenis Jasa Wisata Alam (WA), jenis Jasa Aliran Air (JAL), dan jenis jasa

penyerapan/penyimpanan karbon (RAP- KARBON dan/atau PAN-KARBON)

yang seluruhnya mencapai luas 3.517,63 ha. Untuk jelasnya disajikan pada

Tabel 5.5 berikut.

V-18

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Tabel 5.5. Lokasi Rencana Pemanfaatan Jasa Lingkungan di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kelas Kode Lokasi/ Kelas Luas No. Wilayah DAS Tutupan Jenis Kegiatan Blok/Petak Lereng (Ha) Laham Wisata Hutan & Agro Penyerap/Penyimpanan HHBK-HT -4 & Tg. Dampelas, 1 I, II, III, IV B, Pt, Pc Karbon (UP RAP- 1.574,50 WISATA Aluoge, Dampelas KARBON dan/atau UP PAN-KARBON) Jasa Aliran Air 2 PL-TA -1 Sigenti III, IV, V HKp2, HKs1 931,33 (UPJL-JAL). PL-TA -6, PL- HKs2, HKs1, Jasa Aliran Air 3 TA -7, Tandaiyo III, IV, V 941,50 B (UPJL-JAL). PL-TA -8 Jumlah 3.447,33

Pemanfaatan jasa lingkungan berupa pemanfaatan aliran air, dan

wisata alam telah diatur dalam PP Nomor 3 Tahun 2008 pasal 25 ayat (1)

huruf (a) dan (c), sedangkan pemanfaatan jasa lingkungan penyerapan dan

atau penyimpanan karbon pada hutan produksi dijelaskan dalam pasal 33

ayat (1) huruf (f).

Kegiatan usaha pemanfaatan jasa lingkungan, dilakukan dengan

ketentuan tidak:a. mengurangi, mengubah atau menghilangkan fungsi

utamanya;b.mengubah bentang alam; danc.merusak keseimbangan unsur

lingkungan.Pemegang izin, dalam melakukan kegiatan usaha pemanfaatan

aliran air dan pemanfaatan air pada hutan lindung, harus membayar biaya

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Jangka waktu IUPJL pada hutan lindung, diberikan sesuai dengan

kegiatan usahanya, yaitu untuk izin usaha:a. pemanfaatan aliran air

diberikan untuk jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun;b.wisata alam

diberikan untuk jangka waktu paling lama 35 (tiga puluh lima) tahun dengan

luas paling banyak 10% (sepuluh perseratus) dari luas blok pemanfaatan.

Rencana Usaha Jasa Lingkungan Wisata Alam:

V-19

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Rencana usaha pemanfaatan jasa lingkungan untuk wisata alam

dalam hutan lindung (UPJL-WA) di wilayah Desa Talaga dialokasikan pada

wilayah HL kelompok hutan Danau Talaga pada bagian utara yang

berbatasan langsung dengan pantai Teluk Sabang. Areal yang

direncanakan mencapai luas 1.633,46 ha. Sebelum sampai di lokasi ini

terdapat lokasi wisata pantai Desa Sabang. Akses lokasi menuju lokasi

rencana cukup baik. Di dalam lokasi rencana WA (HL) terdapat akses jalan

desa menuju Bukit Sitaru Tg. Dampelas.

Objek wisata alam yang direkomendasikan adalah berbasis tanaman

kehutanan-hortikultura (wisata agro-hutan) yang melibatkan kelompok

masyarakat yang telah lama memanfaatkan lahan hutan lindung dalam

bercocok tanam jenis tanaman kebun/ladang. Jenis tanaman yang akan

diusahakan disesuaikan dengan konsep wisata alam berbasis tanaman

agrowisata hutan. Untuk jenis tanaman kehutanan dianjurkan jenis-jenis

vegetasi setempat seperti eboni, angrek hutan, berbagai jenis rotan, dsb.

Untuk jenis tanaman agro dianjurkan jenis-jenis tanaman hortikulura

penghasil buah seperti durian, nangka, mangga, langsat, duku, rambutan,

dll. lokasi ini dapat pula didesain menjadi show windows jenis-jenis flora

langka Sulawesi.

Rencana Usaha Jasa Lingkungan Aliran Air:

Urgensi penyelenggaraan usaha pemanfaatan aliran air (UPJL-JAL)

di wilayah DAS Sigenti,DAS Tandaiyo bagian hulu dimaksudkan untuk

mengamankan daerah tangkapan air agar tetap berfungsi baik sebagai

pengatur tata air dalam memenuhi kebutuhan air daerah irigasi pertanian di

V-20

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

wilayah Desa Sigenti, Malanggodi wilayah Kecamatan Tinombo Selatan,

Desa Tandaiyo, Ogoamas dan Ogoamas 2 di Kecamatan Kecamatan Sojol

Utara.

Untuk menjadikan wilayah DTA DAS tersebutterpelihara baik tata

airnya maka dibutuhkan suatu pengelola yang dapat memelihara lahan

hutan di wilayah ini dalam kapasitasnya sebagai kelompok tani usaha

pelestari air (KTUPA), yang unsur-unsur pengelolanya berasal dari

kelompok-kelompok tani sawah ketiga desa pengguna air. Agar KTUPA

mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pelestari air

maka KTUPA dapat menarik iuran dari kelompok-kelompok petani

pengguna air dengan difasilitasi oleh pengelola KPHP Model.

KTUPA memiliki tugas dan fungsi yakni mengamankan lokasi DAS

dari berbagai aktivitas perambahan, penggunaan lahan hutan tidak sesuai

fungsinya, melakukan penanaman, pemeliharaan tanaman, serta

memelihara vegetasi alam hutan lindung agar tetap berfungsi menjadi

penutup lahan yang baik dalam pengaturan tata air.

Rencana Usaha Jasa Lingkungan Penyerapan/Penyimpanan Karbon:

Rencana usaha pemanfaatan jasa lingkungan hutan untuk penyerap

dan atau penyimpanan karbon (UP RAP- KARBON dan/atau UP PAN-

KARBON) di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo diarahkan pada

lahan-lahan hutan di kawasan hutan produksi yang masuk dalam kategori

kawasan perlindungan setempat (kawasan lindung/KWL). Kriteria lahan

terkategori masuk dalam kelompok KWL ini memiliki kelas lereng >40%,

V-21

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

tanah-tanah peka erosi s.d. sangat peka erosi pada kelas lereng 25-40%.

Kondisi penutupan lahan didominasi hutan sekunder/ log over area (LOA) .

4. Pemanfaatan/Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu Pada Hutan Lindung

Pemanfaatan atau pemungutan hasil hutan bukan kayu (HHBK)

pada hutan lindung dimaksudkan untuk memberikan peluang kepada

masyarakat meningkatkan kesejahteraan dari hasil hutan.

Dalam PP Nomor 3 Tahun 2008TentangPerubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan dan

Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan,

pada pasal 26 dijelaskan bahwa Pemungutan hasil hutan bukan kayu

pada hutan lindung, antara lain berupa: rotan; madu; getah; buah;

jamur; atau sarang burung walet .

Pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan lindung

dilakukan dengan ketentuan:

a. Hasil hutan bukan kayu yang merupakan hasil reboisasi dan/atau

tersedia secara alami;

b. Tidak merusak lingkungan; dan

c. Tidak mengurangi, mengubah atau menghilangkan fungsi

utamanya .

Pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan lindung hanya

boleh dilakukan oleh masyarakat di sekitar hutan.

Pada hutan lindung, dilarang:

a. Memungut hasil hutan bukan kayu yang banyaknya melebihi

kemampuan produktivitas lestarinya;

V-22

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

b. Memungut beberapa jenis hasil hutan yang dilindungi oleh undang-

undang.

Rencana pemanfaatan/pemungutan hasil hutan bukan kayu pada

hutan lindung diarahkan pada lahan-lahan hutan lindung yang kondisi

vegetasi hutan berupa hutan primer dan hutan sekunder dalam wilayah

KPHP Model Dampelas Tinombo dengan luas seluruhnya 9.470,27ha.

Adapun lokasi rencana pemanfaatan hasil hutan bukan kayu

(HHBK) pada hutan alam dan hutan tanaman disajikan pada Tabel 5.6

berikut.

Tabel 5.6. Lokasi Rencana Pemanfaatan/Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu di Wilayah Hutan Lindung KPHP Model Dampelas Tinombo Kelas Kode Lokasi/ Kelas Jenis Luas No. Wilayah DAS Tutupan KET Blok/Petak Lereng Kegiatan (Ha) Laham 1 HHBK-HA -1 Tada II, III, IV HKp3, HKs3 HHBK-rotan 737,20 KPH Tada,Sigenti, 2 HHBK-HA -2*) II, III, IV HKp1, HKs3 HHBK-rotan Sioyong, Sibayu 3.547,18 3 HHBK-HA -3 Bainaa II, III, IV HKp1 HHBK-rotan 1.106,66 4 HHBK-HA -4 Sidoan II, III, IV HKp1 HHBK-rotan 439,11 5 HHBK-HA -5-6-7 Bainaa II, III, IV HKp1 HHBK-rotan 745,38 Sikea, Lemo, HHBK- 6 HHBK-HT -1 Malawa (Desa II, III, IV Pc, HKs1 681,12 Buah/Biji Siweli) Rumu (Desa HHBK- 7 HHBK-HT -2**) II, III, IV Pc, HKs1 283,20 Siboalong) Buah/Biji Sibayu (Desa Sibayu) dan HHBK- 8 HHBK-HT -3 II, III, IV Pc, HKs1 249,57 Sioyong (Desa Buah/Biji Budimukti) Tg. Dampelas, Aluoge, HHBK-HT -4 & HHBK- 9 Dampelas (Desa II, III, IV B, Pt, Pc 1.574,50 WISATA Buah/Biji Talaga dan Kambayang) Jumlah 2.788,38 Keterangan: *) PT. THA 6,63 Ha; KPH 3.540,55 Ha **) PT. THA 0,88 Ha; KPH 282,32 Ha

V-23

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Tabel 5.7. Rencana Kegiatan dan Tata Waktu Pelaksanaan Pada Lokasi Pemanfaatan Wilayah Tertentu Tahun Pelaksanaan Kegiatan Kode Lokasi: DAS/Sub

Blok/Petak DAS/Desa/Kampung 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 A. DALAM BLOK PERLINDUNGAN

Pemanfaatan Jasa aliran Air DAS Sigenti, Desa Sigenti- PL-TA -1 (JAL) bersama msykt pengguna 1 Malanggo HPT 475,97 475,97 air DAS Taipa (S. Alube, S. Riset Eboni pola kemitraan 2 PL-TA -5 & AKE HPT 3.474,54 3.474,54 Tamonong) (Nasional/Internasi0nal) DAS Taipa (S. Alube, S. Pemanfaatan jasa karbon HL 5,20 5,20 Tamonong) (REDD+) Pemanfaatan Jasa aliran Air DAS Tandaiyo ; Desa HPT 232,69 232,69 PL-TA -6 (JAL) bersama msykt pengguna 3 Tandaiyo, Mepaga air Pemanfaatan Jasa aliran Air DAS Tandaiyo ; Desa PL-TA -7 (JAL) bersama msykt pengguna 4 Tandaiyo, Mepaga HPT 75,14 75,14 air Pemanfaatan Jasa aliran Air DAS Tandaiyo ; Desa PL-TA -8 (JAL) bersama msykt pengguna 5 Tandaiyo, Mepaga HPT 633,66 633,66 air B. DALAM BLOK PEMANFAATAN

DAS Taipa, DAS Silonduya HPT 2.910,55 2.910,55 1 HHK-RE -1 (Desa Sioyong-Panii- Pengembangan Investasi Ponggerang-Malonas- IUPHHK-RE dgn pihak ke-III HP 526,07 526,07 Singenti) 2 HHK-RE -2-3-4 DAS Silambo -Balukan - Pengembangan Investasi HPT 4.461,74 4000 461,74 Balani-Sampaga-Ogoamas IUPHHK-RE dgn pihak ke-III Pengembangan Hutan Tanaman 3 HHK-HA -1 DAS Tada HPT 364,74 368,17 Unggulan pola pengkayaan Pengembangan Hutan Tanaman 4 HHK-HA -2 DAS Tada HPT 896,84 448,42 448,42 Unggulan pola pengkayaan HPT 4. 304,80 304,80 5 HHK-HA/HT -3 DAS Sidoan (Wuyul Pengembangan Hutan Tanaman 4000 Ponjotijoji dan Sopi Unggulan pola pengkayaan HP 373,61 373,61 Pengembangan Hutan Tanaman HPT \ 1. 330,39 6 HHK-HA/HT -4 DAS Sidoan (Sija-Punsalea) 1330,39 461,83 Unggulan pola pengkayaan HP 461,83 DAS Bainaa (Silangsa Pengembangan Hutan Tanaman HPT 1.862,64 1.862,64 7 HHK-HA/HT -5 Bainaa Barat) Unggulan pola pengkayaan HP 497,77 497,77 Pengembangan Hutan Tanaman 8 HHK-HA -6 DAS Silonduya HPT 1.646,91 1.646,91 Unggulan pola pengkayaan

V-24

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Lanjutan Tabel 5.7.

Kode Lokasi: DAS/Sub Tahun Pelaksanaan Kegiatan No. Rencana Kegiatan Fungsi Luas (Ha) Blok/Petak DAS/Desa/Kampung 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 HL / 735,83 735,83 9 HHBK-HA -1 Tada Pemanfaatan Rotan Alam HPT 1,37 1,37 HL / 3.5 27,06 453 453 453 416 453 453 453 393,06 11 HHBK-HA -2 Tada,Sigenti, Sioyong, Sibayu Pemanfaatan Rotan Alam HPT 13,49 13,49 HL 1. 090,59 300 300 49 0,59 12 HHBK-HA -3 Bainaa Pemanfaatan Rotan Alam HPT 16,06 16,06 HL / 43 6,91 43 6,91 13 HHBK-HA -4 Sidoan Pemanfaatan Rotan Alam HPT 2,20 2,20 14 HHBK-HA -5 Bainaa Pemanfaatan Rotan Alam HL 48,86 48,86

HL 347,00 347,00 15 HHBK-HA -6 Bainaa Pemanfaatan Rotan Alam HPT 5,78 5,78 HL 325,90 325,90 16 HHBK-HA -7 Bainaa Pemanfaatan Rotan Alam HPT 17,84 17,84 17 HHBK-HT -1 DAS Sikea, Lemo, Malawa (Desa Pembinaan pola agroforestry HL 681,07 681,07 Siweli) bersama masyarakat Pembinaan pola agroforestry 18 HHBK-HT -2 DAS Rumu (Desa Siboalong) HL 281,46 281,46 bersama masyarakat 19 HHBK-HT -3 DAS Sibayu (Desa Sibayu) dan DAS Pembinaan pola agroforestry HL 249,57 249,57 Sioyong (Desa Budimukti) bersama masyarakat HHBK -HT -4 & 20 Tg. Dampelas, Aluoge, Dampelas Pengelolaan Wanawisata HL 1.574,50 1.574,50 WISATA (Desa Talaga dan Kambayang) bersama masyarakat setempat RK -LKJ (Rencana Pembuatan Tanaman Karet dan 21 Kerja Lokasi Karet DAS Siraurang (Desa Rerang) HPT 507,82 250 150 107,82 Jabon dan Jabon) LPJ (Lokasi 22 DAS Siraurang (Desa Rerang) Pembuatan Tanaman Jabon HPT 39,88 39,88 Penataan Jabon) LKJ -1 (Lokasi Pembuatan Tanaman Karet dan 23 DAS Long (Desa Lembahmukti) HPT 735,02 350 131,02 Karet dan Jabon 1) Jabon LKJ -2 (Lokasi Pembuatan Tanaman Karet dan 45,74 24 DAS Panii (Desa Karyamukti) HPT 45,74 Karet dan Jabon 2) Jabon (254) Jumlah (Ha) 35.222,47 899,74 7.669,42 1.370,25 5.926,96 2.821,35 1.371,07 8.015,91 1.851,71 2.139,67 1.981,05

V-25

Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

C. Rencana Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat di wilayah KPHP Model Dampelas

Tinombo dapat dilakukan melalui pemberian bantuan dana pembinaan,

penyuluhan dan sosialisasi, bimbingan teknis dan pelatihan, serta pemberian

areal hak pengelolaan lahan hutan secara khusus di wilayah KPHP.

Pemberian areal hak pengelolaan lahan dalam wilayah KPHP

dimungkinkan karena sejak puluhan tahun silam telah melakukan usahatani

lahan kering, bahkan ada beberapa lokasi telah dimukimi oleh penduduk

setempat. Selain itu, sejak ratusan tahun silam, telah ada komunitas

penduduk asli suku Lauje dan suku Tajio yang tinggal dan mencari

pencaharian hidup di kawasan hutan ini dengan pola permukiman terpencar.

Karena itu komunitas adat terpencil (KAT) suku Lauje dan suku Tajio perlu

diberi ruang hidup di kawasan hutan ini karena merupakan asset budaya lokal

asli yang patut dilestarikan. Program pemberdayaan yang diberikan selama

ini oleh Pemda melalui Dinas Sosial adalah pemberdayaan komunitas adat

terpencil (KAT) etnis Lauje dan Tajio.

1. Akses Pemanfaatan Kawasan Hutan Bagi Komunitas Adat Terpencil Suku Lauje dan Tajio (KAT Lauje-Tajio)

Penunjukan arealbagi KAT Lauje dan Tajio di wilayah KPHP Model

Dameplas Tinombo Kecamatan Tinombo dimaksudkan untuk melestarikan

adat istiadat suku Lauje dan Tajio yang tergolong masih asli. Etnis Lauje dan

Tajio di wilayah Kabupaten Parigi Moutong adalah dua etnis besar yang

mendiami hutan-hutan di wilayah ini .Pemda Parigi Moutong melalui Dinas

Sosial mengalokasikan pembinaan setiap tahun.KAT Lauje dan Tajio berada

di wilayah Desa Bainaa Barat (Silangsa) dan Desa Sidoan Barat (Sija).

V- 26 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Diharapkan dengan adanya alokasi lahan untuk etnis Lauje dan Tajio

di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo, eksistensi etnis ini dapat

dipertahankan. Selain itu dapat memberi kemudahan bagi pengelola KPHP

dalam melakukan pembinaan etnis Lauje dan Tajio untuk hidup layak, seperti

pembinaan dalam bertani menetap, teknik-teknik budidaya tanaman pertanian

dan kehutanan, pengolahan dan pemanfaatan hasil-hasil pertanian dan

kehutanan, serta mempromosikan adat istiadat etnis Lauje dan Tajio dalam

kerangka wisata sejarah dan budaya lokal dan wisata alam. Selain itu dapat

dilakukan pembinaan yang terkait dengan pola hidup sehat.

Pengelola KPHP dalam melakukan pembinaan terhadap etnis Lauje

dan Tajio dapat menjalin kerjasama dengan Pemda Kabupaten dan Pemda

Provinsi melalui Dinas Sosial, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, dan Dinas

Pariwisata.

Dalam beberapa tahun terakhir, issu masyarakat adat, mulai mendapat

apresiasi politik di negeri ini, baik kalangan eksekutif maupun legislatif. Hal

tersebut diindikasikan oleh dua hal berikut: (1) Sebutan negatif, seperti

masyarakat terasing atau suku terasing, masyarakat terbelakang, peladang

berpindah, perambah hutan, perlahan-lahan mulai ditanggalkan, diganti istilah

yang lebih netral, seperti masyarakat hukum adat atau komunitas adat

terpencil. (2) Hak-hak masyarakat adat telah dimasukkan dalam sejumlah

instrumen hukum nasional, yang secara garis besar menegaskan adanya

kewajiban bagi negara untuk mengakui dan menghormati identitas dan hak-

hak tradisional masyarakat adat sepanjang kenyataannya masih ada dan

selaras dengan perkembangan zaman (masyarakat).

V- 27 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Dalam kaitan tersebut, etnis Lauje dan Tajio yang bermukim di

kawasan hutan di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo adalah salah satu

komunitas adat di Sulawesi Tengah yang perlu mendapatkan pengukuhan

berupa pengakuan dan perlindungan atas identitas dan hak-hak tradisional

mereka, termasuk di dalamnya hak sipil politik dan hak ekonomi dan sosial

budaya. Untuk memenuhi harapan itu, pengelola KPHP Model dapat

memfasilitasi sejumlah forum diskusi, seperti Seminar, Dialog Publik dan

Kebijakan, termasuk diskusi dengan komunitas etnis Lauje dan Tajio.

Tujuannya adalah untuk mensosialisasikan harapan mereka serta menggali

dan membahas bersama substansi pengakuan dan perlindungan yang

mereka harapkan.

Terhadap lahan-lahan hutan yang telah lama diolah dan digunakan

oleh penduduk setempat dalam bercocok tanam usahatani lahan kering

dengan tanaman tahunan seperti kakao, cengkeh serta tanaman semusim

diupayakan dilakukan pembinaan secara intensif dengan tetap

mengedepankan hak-hak mereka selaku pengguna lahan hutan. Karena itu

diarahkan pembinaannya secara in-situ dengan ketentuan mereka harus

menaati ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada. Terhadap

lahan-lahan tersebut dapat diarahkan secara bertahap menjadi pelaku

usahatani, yang dimulai dengan penerapan sistem agroforestri hingga

menjadi pelaku usaha hutan kemasyarakatan (HKm).

2. Rencana Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Pada Hutan Kemasyarakatan (HKm)

Penyelenggaraan hutan kemasyarakatan dimaksudkan untuk

pengembangankapasitas dan pemberian akses terhadap masyarakat

setempat dalammengelola hutan secara lestari guna menjamin ketersediaan

V- 28 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

lapangan kerjabagi masyarakat setempat untuk memecahkan persoalan

ekonomi dan sosial yang terjadi di masyarakat.

Hutan kemasyarakatan bertujuan meningkatkan kesejahteraan

masyarakatsetempat melalui pemanfaatan sumber daya hutan secara

optimal, adil danberkelanjutan dengan tetap menjaga kelestarian fungsi hutan

dan lingkunganhidup.

Ruang lingkup pengaturan hutan kemasyarakatan meliputi:a.

penetapan areal kerja hutan kemasyarakatan;b. perizinan dalam hutan

kemasyarakatan;c. hak dan kewajiban;d. pembinaan, pengendalian dan

pembiayaan; e. sanksi.

Rencana pemanfaatan hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu

pada hutan kemasyarakatan (UPHHBK-HKm) di wilayah KPHP Model

Dampelas Tinombo berada hampir di seluruh wilayah desa. Adanya

pemanfaatan hasi hutan kayu dimaksudkan agar para petani penggarap

lahan hutan dibina secara bertahap mengembangkan tanaman kayu-kayuan

baik yang sejenis maupun tidak sejenis. Sedangkan hasil hutan bukan kayu

dibolehkan tetap memelihara dan memanen hasil tanamannya yang sudah

ada seperti cengkeh, kakao, kelapa, dsb.

Sasaran lokasi pengembangan HKm adalah lahan-lahan hutan yang

saat ini berupa pertanian lahan kering dan pertanian lahan kering campur

semak.Memperhatikan kondisi pemanfaatan lahan hutan produksi tersebut

maka direkomendasikan program pengembangan tanaman MPTS berkayu,

yang ditanam diantara tanaman tahunan yang telah ada pada pertanian lahan

kering, sedangkan pada pertanian lahan kering campur semak diupayakan

adanya tanaman kayu-kayuan. Jenis tanaman MPTS yang dapat diusahakan

V- 29 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

seperti Kemiri, Durian. Langsat, Duku, Melinjo, Nangka, Mangga, Sukun,

Aren, Cengkeh, Jambu, dll. Untuk jenis tanaman kayu-kayuan dianjurkan

adalah jenis tanaman kayu-kayuan untuk kayu pertukangan, seperti Nyatoh,

Palapi, dll.

Adapun lokasi rencana pengembangan hutan kemasyarakatan

(HKm) disajikan pada Tabel 5.8 berikut.

Tabel 5.8. Lokasi Rencana Pengembangan HKm di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Luas No. Kode HKm Jenis Penggunaan Lahan Saat Ini Lokasi (Desa/Dusun) (Ha) Tada, Silutung, Tada, Siney dan 1 HKm -1 Pertanian Lahan Kering (Kakao, dll.) 4.003,39 Khatuslistiwa. 2 HKm -2 Pertanian Lahan Kering (Kakao, dll.) Sigenti (Sigeaga) 466,94 3 HKm -3 Pertanian Lahan Kering (Kakao, dll.) Malanggo 6,76 Pertanian Lahan Kering (Cengkeh, 4 HKm -4 Kambayang 306,55 Kelapa, Kakao, dll.) Pertanian Lahan Kering (Cengkeh, 5 HKm -5 Muktiagung, Sioyong 356,61 Kelapa, Kakao, dll.) 6 HKm -6 Pertanian Lahan Kering (Kakao, dll.) Bondoyong 289,79 7 HKm -7 Pertanian Lahan Kering (Kakao, dll.) Ogolemo 79,23 8 HKm -8 Pertanian Lahan Kering (Kakao, dll.) Sija – Pusanalea (KAT Tajio) 408,45 9 HKm -9 Pertanian Lahan Kering (Kakao, dll.) Ogobagis 139,98 10 HKm -10 Pertanian Lahan Kering (Kakao, dll.) Ambason 97,23 Pertanian Lahan Kering (Kakao, dll.) 11 HKm -11, 12 Baina, Bainaa Barat, Silangsa 1.813,60 dan eks. Gerhan 12 HKm -13 Pertanian Lahan Kering (Kakao, dll.) Dongkas 72,10 13 HKm -14 Pertanian Lahan Kering (Kakao, dll.) KAT – Lauje Bainaa Barat 175,36 Pertanian Lahan Kering (Cengkeh, 14 HKm -15 Rerang-Malonas 326,04 Kelapa, Kakao, dll.) Pertanian Lahan Kering (Cengkeh, 15 HKm -16 Lembahmukti, Balinggi 5,30 Kelapa, Kakao, dll.) Pertanian Lahan Kering (Cengkeh, 16 HKm -17 (Agf) Tonggolobibi 396,32 Kakao, Nyatoh, dll.) Pertanian Lahan Kering (Cengkeh, 17 HKm -18 Salodide-Silempu 59,31 Kelapa, Kakao, dll.) Pertanian Lahan Kering (Cengkeh, 18 HKm -19 Balukan (Ponju) 97,53 Kelapa, Kakao, dll.) Pertanian Lahan Kering (Cengkeh, 19 HKm -20 Sampaga-Dalaong 280,06 Kelapa, Kakao, dll.) Pertanian Lahan Kering (Cengkeh, 20 HKm -21 Pesik-Mapaga 214,28 Kelapa, Kakao, dll.) Pertanian Lahan Kering (Cengkeh, 21 HKm -22 Tandaiyo 184,21 Kelapa, Kakao, dll.) Pertanian Lahan Kering (Cengkeh, Ogoamas, Ogaomas 2 dan 22 HKm -23 723,40 Kelapa, Kakao, dll.) Bingkoli Jumlah 10.212,83

V- 30 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

3. Rencana Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Desa

Penyelenggaraan hutan desa dimaksudkan untuk memberikan

akses kepada masyarakat setempat melalui lembaga desa dalam

memanfaatkan sumberdaya hutan secara lestari.Penyelenggaraan hutan

desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat secara

berkelanjutan.

Rencana penyelenggaraan hutan di wilayah KPHP Model

Dampelas Tinombo mencapai luas 7.891,95ha pada 42 desa yang

berbatasan langsung dengan wilayah KPHP. Luas areal hutan desa yang

dilokasikan pada setiap desa sasaran seperti pada Tabel 5.9. Fungsi

hutan yang menjadi sasaran penyelenggaraan hutan desa adalah hutan

produksi (HPT dan HP). Kondisi tutupan lahan hutan yang direncanakan

untuk hutan desa adalah hutan sekunder/ log over area (LOA), areal tidak

berhutan, dan semak belukar .

Tabel 5.9. Lokasi Rencana Pengembangan Hutan Desa di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kode Fungsi Luas No. Lokasi Kecamatan/Desa/Dusun Tutupan Lahan HD Hutan (Ha) A. Kecamatan Damsol

Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 1 HD -16 UPT Bayang HPT 318,75 lahan kering campur semak Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 2 HD -4*) Budimukti & Sibayu HPT 482,10 lahan kering campur semak Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 3 HD -7 Panii, Sioyong, Kayamukti HPT 863,42 lahan kering campur semak Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 4 HD-10**) Ponggerang HPT 364,14 lahan kering campur semak Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 5 HD -11 Malonas HPT 105,67 lahan kering campur semak Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 6 HD -14 Rerang HPT 117,10 lahan kering campur semak Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 7 HD -15 Lembah mukti HPT 36,70 lahan kering campur semak B. Kecamatan Sojol

1 HD -21 Pangalaseang/Ou HPT Hutan sekunder/ LOA, Belukar 307,88 2 HD -23 Bantayang HPT Hutan sekunder/ LOA, Belukar 83,96 3 HD -22 Tonggologi & Babatano HPT Hutan sekunder/ LOA, Belukar 139,59 4 HD -24 Siboang HPT Hutan sekunder/ LOA, Belukar 431,47

V- 31 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Lanjutan Tabel 5.9. Lokasi Fungsi Luas No. Kode HD Tutupan Lahan Kecamatan/Desa/Dusun Hutan (Ha) 5 HD -25 Silempu – Tengah HPT Hutan sekunder/ LOA, Belukar 474,71 6 HD -26 Balukan & Losung HPT Hutan sekunder/ LOA, Belukar 215,95 Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 7 HD -27 Sampaga, Dalaong, Balani HPT 186,26 lahan kering campur semak C. Kecamatan Sojol Utara

Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 1. HD -29***) Pesik HPT 162,49 lahan kering campur semak Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 2. HD -30 Mapaga HPT 232,78 lahan kering campur semak Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 3. HD -28 Tandaiyo HPT 233,14 lahan kering campur semak Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 4. HD -31 Ogoamas HPT 166,04 lahan kering campur semak D. Kecamatan Tinombo Selatan

Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 1 HD-2 Siney dan Khatulistiwa HPT lahan kering campur semak dan 268,70 eks. Gerhan Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 2 HD -1 Tada dan Silutung HPT 804,91 lahan kering campur semak Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 3 HD -3****) Maninili HP 420,19 lahan kering campur semak Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 4 HD -5*****) Sigenti HPT 251,74 lahan kering campur semak Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 5 HD -6 Malanggo HPT 182,63 lahan kering campur semak HD -9 Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 6 Sipayo HPT 383,29 lahan kering campur semak E. Kecamatan Tinombo/Sidoan

Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 1 HD -12 Bondoyong HPT 158,68 lahan kering campur semak Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 2 HD -17 Sidoan HPT 116,93 lahan kering campur semak Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 3 HD -13 Sidoan Barat HPT 213,57 lahan kering campur semak 4 HD -18 Bainaa Barat & Bainaa HPT Semak Belukar 49,17 5 HD -20 Dongkas HPT Semak Belukar 313,97 Jumlah 7.834,94 Keterangan: *) PT. THA 71,30 Ha; KPH 410,80 Ha **) PT. THA 267 Ha; KPH 97,14 Ha ***) PT. SP 91,91 Ha; KPH 70,58 Ha ****)PT. THA 415,77 Ha; KPH 4,42 Ha *****)PT. THA 62,72 Ha; KPH 189,02 Ha

Dalam penyelenggaraan hutan desa, lembaga desa yang diserahi

tugas dalam pengelolaan hutan difasilitasi oleh pemerintah/pemerintah

daerah. Fasilitasi dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas lembaga

desa dalam pengelolaan hutan. Jenis fasilitasi meliputi: a. pendidikan dan

latihan; b. pengembangan kelembagaan; c. bimbingan penyusunan

rencana kerja hutan desa; d. bimbingan teknologi; e. pemberian informasi

pasar dan modal; dan f. pengembangan usaha.

V- 32 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Hak pengelolaan hutan desa dapat diberikan untuk jangka waktu

paling lama 35 (tiga puluh lima) tahun dan dapat diperpanjang. Hak

Pengelolaan Hutan Desa dapat diperpanjang berdasarkan evaluasi yang

dilakukan paling lama setiap 5 (lima) tahun satu kali oleh pemberi hak.

Lembaga Desa pemegang Hak Pengelolaan Hutan Desa dapat

mengajukan IUPHHK dalam hutan desa yang terdiri dari IUPHHK Hutan

Alam atau IUPHHK Hutan Tanaman. IUPHHK Hutan Alam atau IUPHHK

Hutan Tanaman dalam Hutan Desa hanya dapat diajukan pada areal kerja

Hak Pengelolaan Hutan Desa yang berada dalam Hutan Produksi. Dalam

hal di areal Hak Pengelolaan Hutan Desa terdapat hutan alam yang

berpotensi hasil hutan kayu, maka Lembaga Desa dapat mengajukan

permohonan IUPHHK Hutan Alam dalam Hutan Desa. Dalam hal di areal

Hak Pengelolaan Hutan Desa dapat dikembangkan hutan tanaman, maka

Lembaga Desa dapat mengajukan permohonan IUPHHK Hutan Tanaman

dalam Hutan Desa.

Rencana kerja hak pengelolaan hutan desa dimaksudkan sebagai

acuan bagi pemegang hak dalam pengelolaan hutan desa dalam

melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan dan alat pengendalian bagi

Pemerintah, provinsi, dan kabupaten. Rencana kerja hak pengelolaan

hutan desa terdiri dari: Rencana Kerja Hutan Desa (RKHD); dan Rencana

Tahunan Hutan Desa (RTHD). RKHD merupakan rencana pengelolaan

hutan desa selama jangka waktu pemberian hak 35 tahun yang menjamin

berlangsungnya kelestarian fungsi hutan secara ekonomi, ekologi, sosial

dan budaya setempat. RKHD meliputi aspek-aspek: Kelola kawasan;

Kelola kelembagaan; Kelola usaha; dan Kelola sumberdaya manusia.

V- 33 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

RKHD disusun oleh lembaga desa yang dilakukan secara partisipatif

dalam satu kesatuan hak pengelolaan hutan desa. RKHD disahkan oleh

Gubernur yang dapat didelegasikan kepada Kepala Dinas Provinsi yang

diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang kehutanan. Lembaga Desa

menyampaikan RKHD yang telah disahkan Gubernur kepada Menteri

dengan tembusan kepada Bupati.

Rencana Tahunan Hutan Desa (RTHD) merupakan penjabaran

lebih rinci dari RKHD yang memuat kegiatan-kegiatan yang akan

dilaksanakan dan target-target yang akan dicapai dalam jangka waktu 1

(satu) tahun ke depan. RTHD memuat rencana yang meliputi: rencana

tata batas areal kerja; rencana penanaman; rencana pemeliharaan;

rencana pemanfaatan; dan rencana perlindungan. RTHD disahkan oleh

Bupati yang dapat didelegasikan kepada Dinas yang diserahi tugas dan

tanggung jawab di bidang kehutanan di Kabupaten. Lembaga Desa

menyampaikan RTHD yang telah disahkan kepada Gubernur dengan

tembusan kepada Menteri.

4. Rencana Usaha Hutan Tanaman Rakyat (HTR)

Rencana usaha pemanfaatan hasil hutan kayu tanaman hutan rakyat

(RUPHHK-HTR) di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo sebagaimana

tersajipada Tabel 5.10. Terdapat areal seluas ± 3.580,12 Ha yang lokasinya

berada di wilayah HPT dalam wilayah DAS Taipa, DAS Siboang, DAS

Bayang, DAS Siraurang, DAS Tada.

V- 34 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Tabel 5.10. Lokasi Rencana Pengembangan Hutan Tanaman Rakyat di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kode Fungsi Luas No. Lokasi Desa/Dusun Tutupan Lahan Saat Ini HD Hutan (Ha) 1 2 3 4 5 6 Lembah Mukti, UPT Bayang, Hutan sekunder/LOA, Pertanian 1 HTR -1 Pangalaseang/Ou, Bukit HPT 259,28 lahan kering campur semak, belukar harapan Hutan sekunder/LOA, Pertanian 2 HTR -2 Tonggolobibi, Babatona HPT 294,85 lahan kering campur semak, belukar

Hutan sekunder/LOA, Pertanian 3 HTR -3 Bantayang, Siboang HPT 598,69 lahan kering campur semak, belukar

Hutan sekunder/LOA, Pertanian 4 HTR -4*) Rerang-Mlonas HPT 1.251,62 lahan kering campur semak, belukar

HTR - Hutan sekunder/LOA, Pertanian 5 Tada, Silutung HPT 586,23 5**) lahan kering campur semak, belukar

HTR - Hutan sekunder/LOA, Pertanian 6 Tada, Silutung HPT 588,08 6***) lahan kering campur semak, belukar

Jumlah 3.578,77 Keterangan: *) PT. THA 398,55 Ha; KPH 862,07 Ha **) PT. THA 128,82 Ha; KPH 457,41 Ha ***) PT. THA581,22 Ha; KPH 6,86 Ha

Sasaran lahan hutan pengembangan usaha hutan tanaman rakyat

(HTR) di wilayah KPHP ini adalah lahan-lahan hutan yang telah lama

diokupasi penduduk dalam bercocok tanaman semusim dan tahunan, serta

lahan-lahan hutan produksi dengan kondisi rusak dengan penutupan vegetasi

hutan jarang.

Adapun sasaran lokasi pengembangan HTR di wilayah KPHP adalah

hutan produksi di wilayah Desa Siboang, Bantayang, Pangalaseang/Ou, Bukit

harapan, Babatona, dan Tonggolobibi di Kecamatan Sojol; di wilayah Desa

UPT Bayang, Rerang, MalonasKecamatan Damsol; dan di wilayah Desa

Tada-Silutung Kecamatan Tinombo Selatan. Untuk jelasnya tersaji pada peta

rancangan KPHP Model Dampelas Tinombo.

Pengembangan usaha HTR diarahkan pada hasil hutan kayu

pertukangan berumur sedang (15 tahun) seperti Jati, Nyatoh, Jabon

merah/putih, Malapoga, dll. Jenis-jenis tersebut memiliki daya adaptasi

V- 35 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

tumbuh yang baik, dikenal masyarakat, dan pasar lokal/regional yang jelas.

Pada lahan-lahan hutan yang telah dimanfaatkan penduduk dalam bercocok

tanaman tahunan dan menjadi sasaran pengembangan HTR, dapat

diterapkan pola pertanaman campuran dalam sistem agroforestri, sedangkan

pada lahan-lahan hutan produksi dengan penutupan vegetasi jarang dan

semak belukar dapat diterapkan pola pertanaman secara monokultur (jenis

kayu-kayuan).

D. Pembinaan dan Pemantauan ( Controlling ) yang telah Izin Pemanfaatan Hutan maupun Penggunaan Kawasan Hutan

1. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI)

Pada Tahun 2011, di wilayah KPHP model Dampelas Tinombo

terdapat permohonan IUPHHK-HTI PT. Coltan Agro yang saat ini pada tahap

SP1 yang di wilayah Kabupaten Donggala sesuai Peta Surat Rekomendasi

seluas ±9.365,36 ha. Lokasi IUPHHK-HTI PT. Coltan Agro berupa lahan

hutan produksi log over area (LOA), lahan semak belukar dan tanah terbuka.

Dengan demikian sasaran kegiatan pembinaan dan pemantauan bagi KPH

Model Dampelas Tinombo adalah IUPHHK-HTI PT. Coltan Agro.

Sasaran utama pembinaan dan pemantauan pemanfaatan hutan

tanaman industri PT. Coltan Agro di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo

terkait dengan penerapan system silvikultur yang layak berdasarkan kondisi

hutan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu Hutan Tanaman Industri

yang selanjutnya disingkat IUPHHK-HTI adalah izin usaha yang diberikan

untuk memanfaatkan hasil hutanberupa kayu pada hutan produksi melalui

V- 36 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

kegiatan penyiapan lahan, pembibitan,penanaman, pemeliharaan,

pemanenan, dan pemasaran.

Adapun lokasi rencana IUPHHK-HTI PT. Coltan Agro pada hutan

produksi di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo disajikan pada Tabel

5.11 berikut.

Tabel 5.11. Lokasi Rencana IUPHHK-HTI PT. Coltan Agro di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kode Blok Kelas Fungsi Jenis Tutupan Luas No. Wilayah DAS Kelola lereng hutan Lahan (Ha) IUPHHK- 1. Tada dan Rumu I, II, III, IV HPT HKs1, B, T 2.160,96 HTI -1*)

IUPHHK- Silonduya, Panii I, II, III, IV, 2. HPT HKs1, B, T 7.011,49 HTI -2-3-4**) dan Sioyong V Jumlah 9.172,44 Keterangan: *) PT. THA 1.617,65; KPH 543,31 Ha **) PT. THA 6.468,70 Ha; KPH 542,79 Ha

Dalam peta usulan IUPHHK-HTI, PT. Coltan Agro merencanakan blok

RKT sebanyak 10 blok (I-X). Perusahaan HTI ini merencanakan pula dalam

areal kerjanya sebanyak tiga rencana peruntukan kelola hutan tanaman, yaitu

rencana kelola untuk tanaman unggulan lokal (TU) yang terletak pada lokasi

eks. PHTUL di desa Ponggerang dan Malonas serta Desa Siweli; blok kelola

untuk tanaman kehidupan (TK) yang berada di wilayah desa Muktiagung dan

Budimukti; rencana kelola tanaman pokok (TP) yang menyebar pada sepuluh

blok RKT. Dalam pengelolaan HTI di wilayah kerjanya, perusahaan HTI ini

merencanakan pula kawasan lindung (KL) pada kanan-kiri sungai, kawasan

pelestarian plasma nutfah (KPPN), dan kawasan perlidungan satwa liar

(KPSL), serta pembuatan buffer zone pada batas hutan lindung (BZ).

Pembinaan Hutan dengan Penerapan Sistem Silvikultur

Sistem Silvikultur adalah sistem pemanenan sesuai tapak/tempat

tumbuh berdasarkanformasi terbentuknya hutan yaitu proses klimatis dan

V- 37 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

edaphis dan tipe-tipe hutan yang terbentuk dalam rangka pengelolaan hutan

lestariatau sistem teknik bercocok tanaman hutan mulai dari memilih benih

atau bibit, menyemai, menanam, memelihara tanamandan memanen.

Sistem silvikultur yang dipilih dan diterapkan berdasarkan umur

tegakan yaitu sistem silvikultur untuk tegakan seumur dan sistem silvikultur

untuk tegakan tidak seumur. Sistem silvikultur berdasarkan pemanenan hutan

terdiri atas sistem tebang pilih dan sistem tebang habis. Memperhatikan jenis

kegiatan PT. Coltan Agro adalah HHK-HTI maka sistem silvikultur yang

diterapkan berdasarkan umur tegakan adalah tegakan seumur dengan sistem

THPB (tebang habis dengan permudaan buatan). Namun demikian

mengingat areal HTI ini berada pada fungsi HPT maka diperlukan adanya

pengkajian ilmiah atas kelayakan rencana penerapannya.

Pembukaan Wilayah Hutan

Kegiatan Pembukaan Wilayah Hutan adalah kegiatan penyediaan

prasarana wilayah bagi kepentingan pengusahaan hutan meliputi kegiatan

pembangunan camp, jalan angkutan, tempat penimbunan kayu (TPK), dan

tempat pengumpulan kayu (TPn).

Jalan Angkutan:

Jalan angkutan kayu maupun untuk mobilitas pekerja berupa jalan

hutan. Jalan hutan dibangun sesuai ketentuan yang telah diatur dalam

peraturan Menteri Kehutanan.

Camp:

Base Camp berfungsi untuk kegiatan administrasi baik untuk

administrasi produksi kayu ataun bukan kayu, kegiatan pembinaan hutan,

gudang sarana-prasarana, administrasi umum dan logistik serta balai

V- 38 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

pengobatan. Di dalam hutan, camp dibangun berdekatan dengan lokasi

penebangan yang sedang berjalan,selain itu dapat pula dibagun camp-camp

antara untuk pengendalian kegiatan lapangan.

Fasilitas yang terdapat pada setiap camp tersebut adalah kantor dan

tempat tinggal karyawan, air dan fasilitas MCK, generator listrik untuk

penerangan, sarana komunikasi (telepon seluler), balai pengobatan/klinik,

bahan logistik/makanan, dapur umum, sarana olah raga dan hiburan (televisi),

sarana transportasi (logging, dump truck, dll.), bengkel dan tempat

pembuangan sampah.

Pembangunan Camp dalam rangka pemanfaatan hasil hutan kayu

ataupun bukan kayu disesuaikan dengan peraturan Menteri Kehutanan yang

ada.

Tempat Pengumpulan Kayu (TPn):

Tempat pengumpulan kayu (TPn) dibuat dengan cara membuka lahan

di tepi jalan hutan yang akan dipergunakan sebagai tempat pengumpulan

kayu hasil tebangan untuk sementara waktu sebelum diangkut dengan

kendaraan logging. Untuk setiap anak petak tebangan dibuat TPn sesuai

kebutuhan.

Pembuatan TPn diupayakan sesuai standar dokumen kelola

lingkungan (sesuai dokumen ANDAL, RKL, RPL), dan karena TPn ini bersifat

sementara maka setelah selesai kegiatan penebangan akan segera dilakukan

penanaman untuk mengembalikan fungsinya seperti semula sebagai areal

hutan produksi.

V- 39 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Tempat Penimbunan Kayu (TPK):

Pembuatan logpond diupayakan sesuai standar dokumen kelola

lingkungan (sesuai dokumen ANDAL, RKL, RPL) dan disesuaikan dengan

besarnya produksi kayu. Untuk menjaga kelancaran penggunaan/fungsi

prasarana tersebut, dilakukan pemeliharan secara rutin. Untuk lokasi logpond ,

yang perlu diperhatikan adalah mengurangi jarak pengangkutan kayu dari

hutan ke logpond yang sekaligus merupakan tempat yang cocok untuk dapat

dimasuki tongkang dan terdapat cukup areal yang rata untuk penyimpanan

kayu sementara waktu. Areal tempat penimbunan kayu harus cukup besar

supaya memungkinkan untuk menyortir kayu gelondongan sesuai dengan

jenis, kelas dan pabrik tujuan. Kapasitas TPK disesuaikan dengan ketentuan

Permenhut yang ada.

Tree Marking

Setelah dilakukan penentuan jatah tebang tahunan melalui SK target,

maka dilanjutkan dengan penandaan kembali terhadap pohon diameter batas

tebang atau yang akan betul-betul ditebang ( Tree Marking / TM ). Dokumen

hasil TM berupa rekapitulasi TM, peta pohon TM, jatah pohon tebang per

petak kerja, dan R2PT (Rencana dan Realisasi Pohon Tebang). Daftar pohon

yang akan ditebang disajikan pada form R2PT. Dengan demikian terlihat jelas

bahwa pohon yang tidak ada pada R2PT akan ditinggalkan sebagai pohon

induk/inti dan tidak boleh ditebang. Peta pohon tree marking menggambarkan

posisi pohon yang akan ditebang, rencana dan realisai TPn serta jalan sarad

sehingga peta ini disebut juga peta micro planning .

V- 40 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Pemanenan

Comprehensive Harvesting Plan (CHP):

Comprehensive Harvesting Plan (CHP) yang merupakan rincian

secara menyeluruh yang memuat tentang (a) rencana jaringan jalan hutan;

(b) rencana pohon tebang yang disertai peta pohon; (c) rencana pengelolaan

lingkungan; (d) rencana skedul kegiatan pemanenan; (e) rencana

penggunaan peralatan; (f) rencana biaya operasional; (g) rencana kebutuhan

tenaga kerja; dan (h) rencana pengangkutan kendaraan logging .

Penebangan & Pembagian Batang:

Kegiatan penebangan dilaksanakan oleh operator chainsaw yang

telah berpengalamam bekerja di hutan tanah kering. Setelah pohon ditebang,

dilakukan pembagian batang sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan yaitu

sesuai ketentuan yang berlaku. Pada saat yang sama, diukur diameter pada

kedua ujungnya serta panjang log . Hasil pengukuran dicatat pada tally sheet

dan label yang ditempelkan pada penampang kayu yang berisikan informasi

jenis, nomor kayu, nomor pohon dan nomor petak.

Untuk menghindari serangan hama (sejenis kumbang jenis ambrosia )

pada jenis-jenis kayu yang rentan serangan hama maka dilakukan

penyemprotan obat kimia (campuran abuki dan minyak tanah) menggunakan

alat semprot gendong. Bahan kimia yang digunakan untuk

pengawetan/pengobatan kayu di dalam hutan selalu berpedoman pada

ketentuan WHO dan FSC (FSC Pesticide Guidance ).

V- 41 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Penyaradan:

Kegiatan penyaradan dilakukan secara manual dan atau dengan alat

mekanis (sesuai ketentuan Menhut). Penarikan berlangsung sampai ke

tempat pengumpulan kayu (TPn).

Pengangkutan:

Kayu bulat diangkut dari dalam hutan dengan logging truck menuju

TPK. Dari TPK, kayu tersebut diangkut melalui perairan menggunakan

ponton/tongkang menuju pabrik (industri pengolahan kayu) yang sudah

ditentukan.

Transportasi melalui jalan hutan merupakan faktor produksi yang

sangat menentukan dalam kegiatan pembalakan. Pengaruhnya terhadap

produksi semakin penting dan mahal tergantung jarak tempuh dari tebangan

sampai logpond.

Reduce Impact Logging

Intensitas dan macam kegiatan dalam penebangan menentukan

besarnya dampak penebangan dan selanjutnya akan menentukan

kemampuan regenerasi hutan dan pada akhirnya akan mempengaruhi

kelestarian pengusahaan hutan. Kegiatan penebangan yang menimbulkan

dampak terhadap lingkungan adalah:

V Banyaknya pohon yang ditebang per hektar

V Besarnya pohon dan arah rebah (teknik penebangan yang ramah

lingkungan)

V Pembuatan jalan sarad

V Pembuatan tempat penimbunan kayu

V Pembuatan jalan angkutan

V- 42 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Oleh karena itu, dalam upaya untuk mengurangi dampak penebangan

maka perusahaan yang diserahi izin pemanfaatan hasil hutan kayu

melakukan beberapa upaya sebagai berikut:

Dampak Penebangan Usaha Pengurangan Dampak Keterbukaan tajuk dan Pemegang IUPHHK hanya memanen jenis komersil layak tebang perubahan iklim mikro dimana menurut P.11/Menhut/2009, diameter pohon tebang di hutan tanah kering ≥430 cm pada HP dan ≥50 cm pada HPT. Pemegang IUPHHK juga perlu mempertimbangkan untuk membatasi jumlah pohon yang ditebang per hektarnya. Kerusakan tegakan tinggal Pemegang IUPHHK membuat penentuan arah rebah. Pemantauan (tegakan tinggal dan kerusakan dilakukan melalui PSP yang dibuat sebelum penebangan permudaannya) dan diukur setelah penebangan (SOP-PL-07). Hilangnya pohon kecil (tingkat Pemegang IUPHHK memiliki kebijakan untuk menggunakan kembali pancang) untuk jalan sarad kayu bekas jalan sarad, bekas TPn semaksimal mungkin guna mengurangi penebangan pohon. Pemantauan penggunaan kembali kayu-kayu tersebut dijabarkan dalam SOP-LB-08. Volume pohon kecil diameter <10 cm yang digunakan untuk jalan sarad tidak diperhitungkan. Gangguan terhadap hidupan Untuk mengendalikan aktivitas pihak ketiga di areal kerja liar perusahaan, Pemegang IUPHHK mempunyai formal prosedur yaitu SOP-PH-10. Pencemaran air akibat Pemegang IUPHHK memiliki prosedur dalam penggunaan dan penggunaan bahan kimia, penanganan bahan kimia di hutan dan di camp hutan (SOP-LB-08). solar, oli, dan obat. Sistem tata air, kualitas air, Hasil analisis yang dilakukan oleh Universitas setempat yang sedimentasi di muara sungai mengambil sampel dari areal hutan, muara sungai di perbatasan dan keanekaragaman hayati / IUPHHK dan di sekitar base camp menunjukkan bahwa dampak populasi biota air (termasuk penebangan terhadap kualitas air tidak signifikan. Pemegang sumberdaya ikan) IUPHHK juga memantau stok ikan di sungai untuk menjamin bahwa kegiatan pengelolaan / penebangan dapat melestarikan ikan dalam hutan (SOP -PL -07). Perubahan komposisi dan Pemegang IUPHHK terus dalam proses pembuatan jaringan PSP struktur hutan khususnya untuk memantau kegiatan pemanenan, pertumbuhan, mortalitas da berkenaan dengan perubahan komposisi. Rencana pengelolaan dalam suatu RKT dapat pengurangan kerapatan jenis dimodifikasi untuk melindungi terhadap perubahan. pohon komersil berdiameter besar Fragmentasi areal hutan Pemegang IUPHHK membatasi penebangan pohon per ha primer yang dapat berdasarkan sebaran spasial selama perencanaan pemanenan mengganggu kawasan jelajah untuk menghindari fragmentasi dan pembukaan tajuk yang hewan arboreal berlebihan (SOP-PL-07). Penurunan habitat hewan liar Pemegang IUPHHK melindungi sejumlah pohon-pohon besar yang akibat penebangan menjadi sarang dan tempat mencari makan guna mencegah degradasi habitat. Pemegang IUPHHK memantau populasi hidupan liar berdasarkan petak / jalur contoh dan analisis kecenderungan (SOP-PL-07).

TUK dan SI-PUHH Online

Pengelolaan tata usaha hasil hutan dilakukan dengan tujuan untuk

memantau pelaksanaan pemungutan hasil hutan yang dilakukan agar sesuai

dengan rencana, jika terjadi penyimpangan akan mudah untuk melacaknya

sehingga dapat diketahui penyebab penyimpangan dan usaha mengatasinya.

V- 43 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Tata usaha hasil hutan meliputi aspek-aspek kegiatan yang menyangkut:

V Laporan Hasil Cruising (LHC)

V Laporan Hasil Penebangan (LHP)

V Surat Keterangan Sah Kayu Bulat (SKSKB), Daftar Kayu Bulat (DKB),

Laporan Mutasi Kayu Bulat (LMKB)

V Sistem Informasi Penatausahaan Hasil Hutan secara Online (SI-PUHH

Online )

V Statistik Produksi dan pengarsipannya

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan no. P.8/Menhut-II/2009

Pasal 55, dimana pemegang IUPHHK yang mempunyai AAC sekurang-

kurangnya 60.000 m3 per tahun wajib melaksanakan Sistem Informasi

Penatausahaan Hasil Hutan (SI-PUHH) online, maka Pemegang

IUPHHKmengimplementasikan SI-PUHH online dalam penatausahaan

kayunya. Penandaan kayu dalam sistem ini berupa barcode yang dipasang

pada bontos kayu dan dapat dibaca dengan menggunakan Handheld Remote

Capture (HRC) . Dokumen online dalam sistem ini adalah LHP, DKB dan

SKSKB. Dengan penerapan SI-PUHH online , Pemegang IUPHHK

berwenang untuk menerbitkan SKSKB secara self-assessment .

Lacak Balak / CoC

Pemegang IUPHHK melakukan proses lacak balak ( CoC ) serta

mengidentifikasi titik-titik kritis CoC sehingga telusur produk dapat dilakukan.

Dalam hal ini, setiap log yang dipanen oleh Pemegang IUPHHK harus dapat

ditelusuri asal-usulnya. Logs harus memiliki identitas seperti nomor pohon,

nomor petak, jenis pohon, dan blok dimana kayu tersebut berasal.

V- 44 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Monitoring Operasional

Pemegang IUPHHK mempunyai sistem untuk memantau kegiatan

pemanenan yang tertuang dalam SOP. Prosedur ini memuat parameter

pemantauan dan indikator masing-masing kegiatan. Kegiatan yang dimonitor

diantaranya; aspek perencanaan dan persiapan kegiatan, pembuatan dan

pelaksanaan kegiatan, kesesuaian pelaksanaan dengan SOP yang ada,

dokumentasi kegiatan, serta pelaporan sebagaimana yang dibutuhkan.

Pemantauan aspek Pembukaan Wilayah Hutan diantaranya meliputi;

perencanaan dan persiapan PWH, pengadaan bahan, konstruksi jalan rel,

konstruksi jalan sarad, konstruksi pelabuhan, dan konstruksi pondok kerja.

Pemantauan aspek penebangan meliputi; perencanaan dan persiapan

penebangan (R2PT, Peta Pohon, peta Micro Planning , training regu

penebangan, perlengkapan K3 regu penebangan), standar pondok dan

perlengkapan K3 regu kerja, letak dan ukuran TPn, bahan-bahan untuk

pembuatan TPn, pelaksanaan penebangan (penebangan sesuai kriteria

pohon tebang, teknik penebangan sesuai prinsip RIL, dan dokumentasi hasil

penebangan).

Dalam upaya pengurangan dampak akibat penebangan (RIL), perlu

adanya perencanaan penebangan agar dampak akibat penebangan rendah.

Adapun dokumen yang harus dipantau ketersediaannya diantaranya adalah:

V Peta PWH yang berisi alur rencana jalan logging .

V Peta pohon skala 1:1.000, yang menggambarkan posisi pohon diameter

20 cm up beserta tanda-tandanya.

V- 45 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

V Peta Micro Planning skala 1:1.000 untuk pohon berdiameter 40cm up pada

HP dan 50 cm up pada HPT yang menggambarkan posisi pohon yang

akan ditebang, rencana posisi TPn dan alur jalan sarad As per petak kerja.

V Dokumen R2PT, yaitu dokumen yang berisi daftar pohon yang

direncanakan akan ditebang. Pohon yang tidak tercantum dalam R2PT

berarti pohon tersebut tidak boleh ditebang dan harus dijaga untuk

disisakan sebagai pohon induk.

Pembebasan Pohon Binaan

Prinsip dasar kegiatan Pembebasan Pohon Binaan (PPB) adalah

meningkatkan riap pohon binaan. Pohon yang dibina bisa berasal dari

permudaan tanaman. Perlakuan terhadap pohon binaan yaitu mematikan

tanaman yang melilit pada pohon dan membebaskan pohon dari gulma serta

tumbuhan pesaing lainnya.

Riset / Penelitian

Riset/penelitian dapat dilakukan secara mandiri oleh pemegang

IUPHHK, oleh mahasiswa/peneliti dari luar, dan kerjasama penelitian antara

perusahaan dengan pihak luar.

Rencana topik penelitian:

Beberapa topik penelitian yang dapat dilakukan antara lain yang terkait

dengan: (a) Tumbuhan yang dilindungi, (b) Produktifitas pengangkutan, (c)

Pendugaan kandungan karbon, (d) Angka bentuk dan faktor eksploitasi.

Selain itu dapat pula dilakukan peneltian bagi mahasiswa maupun peneliti

untuk melakukan penelitian, studi, dan kajian terutama yang terkait dengan:

V Anoa dataran rendah dan Anoa dataran tinggi, meliputi identifikasi dan

pendugaan jumlah populasi, pemetaan home range , perilaku dsb.

V- 46 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

V Potensi Carbon dan Peluang Perdagangan Carbon di pasar nasional dan

internasional

V Upaya pelestarian Eboni ( Diospyros celebica Bakh.), meliputi aspek

genetik, perbanyakan massal, fenologi, dsb.

V Potensi tumbuhan bawah di hutan tanah kering.

V Pemetaan vegetasi hutan dan lain-lain.

Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

Kegiatan pengelolaan lingkungan mengacu pada Dokumen RKL

IUPHHK, demikian pula untuk pemantauan lingkungan mengacu pada

Dokumen RPL IUPHHK.

2. Penggunaan Kawasan Hutan

Di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo terdapatpenggunaan

kawasan hutan yang terbagi kedalam dua blok Izin Usaha Pertambangan

(IUP) mineral biji besi PT. All Rezky Tadang Palie. Lokasi ini berada dalam

kawasan HPT di wilayah DAS Bayang dan DAS Silambo, Kecamatan Sojol.

Luas IUP PT. All Rezky Tadang Palie ± 1.489,62 ha, terbagi kedalam dua

blok yaitu blok I di Desa Pangalaseang/Ou seluas 797,90 Ha dan seluas

691,72 ha berada di blok II Desa Silempu-Balukang.

Jenis batuan/geologis yang mendominasi kawasan hutan KPH Model

Dampelas Tinombo, khususnya di lokasi IUP PT. All Rezky Tadang Palie dan

sekitarnya adalah Qts (Molasa Sulawesi dari Sarasin dan Sarasin (1901)

yang terdiri atas konglomerat, batupasir, batulumpur, batugamping, koral

napal sebagian mengeras lemah, tepatnya berada di wilayah DAS Siraru,

Sipator dan DAS Bayang. Selanjutnya di dalam wilayah KPHP terdapat jenis

V- 47 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

batuan granit (gr) dengan hamparan tidak luas dan berada di wilayah DAS

Long dan DAS Bayang.

Masuknya lokasi IUP PT. All Rezky Tadang Palie dalam wilayah KPHP

Model Dampelas Tinombo dalam bentuk perizinan penggunaan kawasan,

maka perusahaan ini menjadi bagian pembinaan dan pemantauan

(Controlling ) UPTD KPH Model Dampelas Tinombo.

E. Penyelenggaraan Rehabilitasi Pada Areal di Luar Izin

Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) adalah upaya untuk memulihkan,

mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya

dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sisterm penyangga

kehidupan tetap terjaga.

Kegiatan rehabilitasi hutan (RH) di suatu wilayah diselenggarakan

dengan mengacu pada jumlah luasan lahan kritis yang ada di wilayah

tersebut. Dari dokumen RTkRHL DAS Palu Poso Tahun 2009, wilayah KPHP

Model Dampelas Tinombo memiliki lahan kritis sesuai Land Mapping

Unit/LMU terseleksi yang perlu direhabilitasi seluas 4.335,51 ha, dengan

rincian; seluas 567,65 ha berada di kawasan hutan lindung dan sleuas

3.767,8 ha berada di kawasan hutan produksi. Lahan kritis di kawasan hutan

lindung didominasi oleh semak belukar, sedangkan di kawasan hutan

produksi didominasi pertanian lahan kering dan pertanian lahan kering

campur semak.

Sesuai Permenhut No. P37/Menhut-V/2010 TentangTata Cara

PenyusunanRencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, dijelaskan

bahwa setiap rencana rehabilitasi hutan dan lahan perlu didukung oleh

dokumen Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL).

V- 48 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

RPRHL adalah acuan bagi Rencana Tahunan Rehabilitasi Hutan dan Lahan

(RTnRHL), dan RTnRHL adalah acuan bagi penyusunan Rancangan

Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RK-RHL). RK-RHL merupakan

bestek bagi pelaksanaan RHL di lapangan.

Dokumen RPRHL DAS disusun dengan mengacu pada RTkRHL DAS.

RTk RHL DAS adalah dokumen rencana RHL jangka panjang (15 tahun:

Periode 2010-2024), sedangkan RPRHL DAS adalah management plan RHL

jangka menengah (5 tahun). Selanjutnya RTnRHL adalah dokumen rencana

tahunan yang menggambarkan sebaran lokasi sasaran kegiatan RHL dalam

tahun tersebut. Setiap lokasi sasaran kegiatan RHL dalam dokumen RTnRHL

wajib disusun dokumen RK-RHL-nya..

Pada tahun 2012 KPH model Dampelas Tinombo berhasil menyusun

rencana pengelolaan hutan (RPRH) dengan luas lokasi sasaran RH 4.685,98

Ha, lahan kritis yang terdapat di dalam kawasan Hutan Lindung (HL) seluas

569,15 Ha, di kawasan hutan produksi (HPT, HP) seluas 4.097,35 Ha dan

Mangrove 19,48 Ha. Selanjutnya berdasarkan skala priotitas penanganan

DAS, seluas 144,09 Ha berada pada DAS prioritas I, seluas 3.814,89 Ha

pada DAS prioritas II, dan seluas 727,00 Ha pada DAS prioritas III. Dari luas

tersebut terdapat seluas 97,57 Ha berada di wilayah kerja PT. Coltan Agro.

Rencana pemulihan hutan di wilayah DAS KPHP Model Dampelas

Tinombo lima belas tahun ke depan mencapai luas areal lahan kritis (kelas

kritis) 4.685,98 Ha yang tersebar di dalam kawasan hutan lindung (HL), hutan

produksi terbatas (HPT). Sehubungan pembangunan KPH menjadi salah satu

skala prioritas pembangunan kehutanan di Indonesia maka lahan kritis yang

ada di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo diupayakan selesai hingga

V- 49 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

akhir tahun 2016. Adapun alokasi sasaran kegiatan RH per tahun hingga

akhir tahun 2016 adalah sbb.: Tahun 2012 seluas 908,84 Ha, Tahun 2013

seluas 1.029,64 Ha, Tahun 2014 seluas 915,83 Ha, Tahun 2015 seluas

904,56 Ha, dan Tahun 2016 seluas 927,11 Ha.

Lokasi kegiatan reboisasi/pengkayaan reboisasi periode tahun 2012-

2016 pada Hutan Lindung (HL) dengan luas 569,15 Ha dengan rincian;

seluas 373,32 Ha di wilayah Kabupaten Parigi Moutong (DAS Bainaa, DAS

Dongkas, DAS Maninili dan DAS Tada), sedangkan di wilayah Kabupaten

Donggala (DAS Sikea, DAS Malawa, DAS Rumu, DAS Sibayu, DAS Aluoge,

DAS Kambayang 2, dan DAS Sioyong) seluas 195,83 Ha. Selanjutnya pada

Hutan Produksi (HPT dan HP) seluas 4.097,35 Ha dengan rincian; seluas

2.843,83 Ha di wilayah Kabupaten Parigi Moutong (DAS Bainaa, DAS

Dongkas, DAS Sidoan, DAS Sigenti, DAS Maninili dan DAS Tada),

sedangkan di wilayah Kabupaten Donggala (DAS Sibayu, DAS Sioyong, DAS

Panii, DAS Long, DAS Siraurang, DAS Taipa, DAS Balukang dan DAS

Ogoamas) seluas 1.253,52 Ha dan Mangrove 19,48 Ha.

Dalam dokumen RPRH KPH model Dampelas Tinombo, selain

merekomendasikan pemulihan hutan dalam bentuk reboisasi/pengkayaan

reboisasi, juga merekomendasikan pengendalian erosi dan sedimentasi

berupa bangunan dam penahan (DPn) dan gully plug (GP), serta

pengembangan sumberdaya air dengan pembangunan saluran/terjunan air

(SPA).

Adapun lokasi-lokasi sasaran kegiatan RH di wilayah KPHP model

Dampelas Tinombo yang disinkronkan dengan rencana pengelolaan KPH

disajikan pada Tabel 5.12 berikut.

V- 50 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Tabel 5.12. RencanaRehabilitasi Hutan di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Jenis Kelas Fungsi Luas No. Kode Blok Kelola Wilayah DAS/Desa Tutupan lereng hutan (Ha) Lahan 1 2 3 4 5 6 7 1 BL-IT -2 (RH) Maninili IV, V HL HKp1, B 186,82 2 HHK-RE -1 (RH) Silonduya (Desa Singenti) III, IV HPT HKs1, B 35,28 3 HHBK-HT -1 (RH) Sikea (Desa Siweli) I, II, III HL Pc, HKs1 34,14

4 HHBK-HT -2 (RH) Rumu (Desa Siboalong) I, II, III HL Pc, HKs1 53,07 Sibayu (Desa Sibayu dan 5 HHBK-HT -3 (RH) I, II, III HL Pc, HKs1 61,15 Budimukti) 6 HHBK-HT -4 (RH) Aluoge (Desa Kambayang) I,II,III HL Pc, B 53,03

1 2 3 4 5 6 7

7 HHK-HT -1 (RH) Ogoamas (Bingkoli) III, IV, V HPT B, Pc 277,93 8 HHK-HT -2 (RH) Ogoamas (Bingkoli) II, III, IV HPT Pc, Pt 381,27 Long (Dusun Balinggi, Desa 9 HHK-HT -3 (RH) I, II HPT Pc, Pt, B 82,80 Lembahmukti) 10 HHK-HT -4 (RH) 13,30

Tada (Desa Tada, Silutung, 11 HKm -1 (RH) I, II, III HPT Pc, Pt 158,47 Khatulistiwa, Siney) 12 HKm -2 (RH) Sigenti (Desa Sigenti-Sigaega) I, II HPT Pc, B 17,47 13 HKm -3 (RH) Sigenti (Desa Malanggo) II, III HPT B, Pc 67,44 14 HKm -4 (RH) Sibayu (Desa Kambayang) I, II HP Pt, HKs1, B 25,09 Sioyong (Desa Muktiagung- 15 HKm -5 (RH) I, II HP Pt, HKs1, B 18,98 Sioyong) Sipayo, Bondoyong, Sidoan, 16 HKm -6 (RH) Sidoan 2 (Desa Sipayo, I, II, III HPT Pt, B 640,75 Bondoyong, Ogolemo) Bainaa (Dusun Silangsa, KAT 17 HKm -12 (RH) I, II HPT Pc, B 904,44 Lauje, Desa Bainaa Barat) 18 HKm -13 (RH) Dongkasa (Desa Dongkas) II, III, IV HPT Pc, B 764,87 Siraurang (Dusun Tintina Desa 19 HKm -15 (RH) II HPT Pc, HKs1, B 104,47 Rerang) dan Desa Malonas 20 HKm -17 (Agf-RH) Taipa, Desa Tonggolobibi I, II HPT B, Pt, Pc 105,55 Balukan (Dusun Ponju Desa 21 HKm -19 (RH) I, II HPT Pc, HKs1 12,70 Balukan) 22 HD -8 (RH) Sigenti (Desa Dongkalang) III, IV HPT Pt, B 231,16 Bainaa (Desa Bainaa) dan 23 HD -19 (RH) III, IV HPT Pc, B 150,74 Dongkas (Desa Dongkas) Jumlah 4.380,94

Sesuai data lahan kritis dalam dokumen perencanaan RPRHL KPHP

Model Dampelas Tinombo, luas lahan kritis sesuai LMU terseleksi mencapai

4.685,98 ha. Apabila dibandingkan dengan data luas lahan kritis sasaran

rehabilitasi hutan pada Tabel 5.12 yang jumlahnya mencapai4.380,94

ha,berarti terdapat perbedaan seluas 305,04 ha. Areal lahan kritis seluas

305,04 ha ini masuk dalam petak rencana pengembangan tanaman karet dan

jabon yang berlokasi di Desa Lembah Mukti dan wilayah kerja PT. Coltan Agro

(IUPHHK-HTI) di Desa Karya Mukti.

V- 51 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak UPTD KPH Model

Dampelas Tinombo, pada tahun anggaran 2012, lahan-lahan kritis pada Tabel

5.12 sebahagian telah dilakukan kegiatan rehabilitasi hutan sbb.: seluas 150

ha di Desa Ogoamas 2 (Dusun Bingkoli) dengan penanaman tanaman Palapi,

Nyatoh dan Karet; seluas 150 ha (dana APBD) di Desa Lembah Mukti dengan

penamanan tanaman Karet, seluas ± 120 ha dalam LMU terseleksi (dana

APBD) di Desa Tonggolobibi melalui penanaman tanaman kayu-kayuan,

MPTS dan tanaman palawija dalam pola agroforestry; seluas 100 ha (dana

APBN) di Desa Siweli, Siboalong dan Sibayu dalam kawasan hutan lindung

dengan penanaman tanaman Eboni, Palapi dan Pala.

KPH Model Dampelas Tinombo telah memiliki dokumen RPRHL

periode 2012-2016 maka jadwal pelaksanaan kegiatan RHL serta lokasi

sasarannya di wilayah KPH ini, mengikuti arahan pelaksanaan yang ada pada

dokumen RPRHL tersebut.

F. Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Reklamasi Pada pada Areal Izin Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan

Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Reklamasi

pada Areal Izin Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan ditujukan

kepada areal IUPHHK berupa penamanan dan pemeliharaan tanaman, serta

pada Izin usaha pertambangan berupa reklamasi oleh PT. All Rezky (jika

telah beroperasi di wilayah KPH).

Kegiatan pembinaan dan pemantauan pelaksanaan rehabilitasi hutan

di wilayah KPHP model Dampelas Tinombo terdapat di wilayah kerja PT.

Coltan Agro seluas 97,59 Ha. Lokasi lahan kritis ini (sasaran RH) ini berada di

wilayah DAS Sioyong (Desa Karyamukti) dan DAS Sibayu (Desa Budimukti).

V- 52 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Rehabilitasi Hutan

Penanaman:

Penanaman dilakukan pada areal efektif untuk ditanami yang menjadi

sasaran kegiatan rehabilitasi hutan (RH). Kegiatan dapat dilaksanakan sesuai

dengan arahan pelaksanaan RH dalam dokumen RPRH KPHP model

Dampelas Tinombo periode tahun 2012-2016.

Sebelum penanaman, dilakukan penandaan tempat penanaman

dengan menancapkan ajir dan dilakukan pembersihan di sekitar lokasi yang

akan ditanami dari gulma. Hasilnya pelaksanaan kegiatan RH dilaporkan

kepada pengelola KPH.

Pemeliharaan:

Tanaman dimonitor secara rutin serta dipelihara dengan cara

membebaskan dari gulma, menyulam tanaman yang mati dan mengganti

tanda ajir yang rusak. Selain itu dilakukan pula pendangiran tanaman.

Sehubungan dengan kegiatan rehabilitasi dalam bentuk penanaman

dan pemeliharaan tanaman yang dilakukan oleh pemegang IUPHHK,

pengelola KPHP melakukan pemantauan dan pengawasan secara rutin

sesuai ketentuan yang berlaku.

G. Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

1. Perlindungan Hutan

Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi

kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh

perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit,

serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan

V- 53 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat

yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.

Penyelenggaraan perlindungan hutan bertujuan untuk menjaga hutan,

hasil hutan, kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi

konservasi, dan fungsi produksi, tercapai secara optimal dan lestari.

Prinsip-prinsip perlindungan hutan meliputi: (a)

mencegahdanmembatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil

hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-

daya alam, hama, serta penyakit; dan (b) mempertahankan dan menjaga

hak-hak negara, masyarakat, dan perorangan atas hutan, kawasan hutan,

hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan

hutan.

Untuk mencegah, membatasi dan mempertahankan serta menjaga

kawasan hutan di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo seperti diuraikan

pada prinsip-prinsip perlindungan hutan yang disebabkan oleh perbuatan

manusia, maka UPTD KPHP Model dan masyarakat:

a. melakukan sosialisasi dan penyuluhan peraturan perundang-undangan di

bidang kehutanan;

b. melakukan inventarisasi permasalahan;

c. mendorong peningkatan produktivitas masyarakat;

d. memfasilitasi terbentuknya kelembagaan masyarakat;

e. meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pengelolaan hutan;

f. melakukan kerjasama dengan pemegang hak atau izin;

g. meningkatkan efektifitas koordinasi kegiatan perlindungan hutan;

h. mendorong terciptanya alternatif mata pencaharian masyarakat;

V- 54 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

i. meningkatkan efektifitas pelaporan terjadinya gangguan keamanan hutan;

j. mengambil tindakan pertama yang diperlukan terhadap gangguan

keamanan hutan; dan atau

k. mengenakan sanksi terhadap pelanggaran hukum.

Pada kawasan hutan di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo yang

telah ada pengelolanya, maka pelindungan hutan menjadi tanggung jawab

pengelolaan (pemegang izin).

Perlindungan Hutan atas Hasil Hutan:

(1) Setiap orang yang mengangkut, menguasai atau memiliki hasil hutan

wajib dilengkapi bersama-sama dengan surat keterangan sahnya hasil

hutan.

(2) Termasuk dalam pengertian hasil hutan yang tidak dilengkapi bersama-

sama dengan surat keterangan sahnya hasil hutan adalah:

a. asal usul hasil hutan dan tempat tujuan pengangkutan tidak sesuai

dengan yang tercantum dalam surat keterangan sahnya hasil hutan;

b. apabila keadaan fisik, baik jenis, jumlah maupun volume hasil hutan

yang diangkut, dikuasai atau dimiliki sebagian atau seluruhnya tidak

sama dengan isi yang tercantum dalam surat keterangan sahnya hasil

hutan;

c. pada waktu dan tempat yang sama tidak disertai dan dilengkapi surat-

surat yang sah sebagai bukti;

d. Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan masa berlakunya telah habis;

e. hasil hutan tidak mempunyai tanda sahnya hasil hutan.

V- 55 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai surat keterangan sahnya hasil hutan

diatur sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam rangka pelaskanaan perlindungan hutan di wilayah KPH

mengacu pada Permenhut No.: P.6/Menhut-II/2010. Jenis-jenis kegiatan

perlindungan hutan yang dapat dilakukan antara lain meliputi: patroli areal,

operasi gabungan, penyuluhan dan sosialisasi, proses hukum. Untuk jelasnya

disajikan pada Tabel 5.13 berikut.

Tabel 5.13. Jenis Kegiatan Perlindungan Hutan di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo No. Jenis Kegiatan Satuan Keterangan 1 Patroli Areal 1 kali/bln Rutin Sesuai 2 Operasi Gabungan Paket kondisi 3 Penyuluhan hukum dan sosialisasi kebijakan 1 kali/6 bln Persemester Sesuai 4 Proses hokum Paket kasus Seluruh wilayah Sesuai 5 Perlindungan flora dan fauna langka dan dilindungi KPHP kebutuhan

Selain kegiatan perlindungan hutan di wilayah KPHP model Dampelas

Tinombo seperti kegiatan pada Tabel 5.13, juga direncanakan blok-blok

perlindungan untuk pelindungan tata air. Adapun blok-blok inti dan blok-blok

perlindungan hutan yang direncanakan disajikan pada Tabel 5.14 berikut.

Tabel 5.14. Rencana Blok-Blok Perlindungan Hutan di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Jenis Kode Blok Kelas Fungsi Luas No. Wilayah DAS/Desa Tutupan Kelola lereng hutan (Ha) Lahan I. Blok Inti 10.880,75

Lemo-Malawa (B. Silumpoya) 1 BL-IT -1 III, IV, V HL HKs1, B 504,54 Desa Siweli Tada (Wuyul Tankelai) dan DAS HKp2, HKs3, 2 BL-IT -2 IV, V HL 6.878,72 Maninili B Bainaa (Wuyul Lengko) 3 BL-IT -3 Desa/Dusun Punsanlea, IV, V HL HKp1 1.534,59 Ambason, Bainaa. Bainaa-Dongkas (Wuyul 4 BL-IT -4 IV, V HL HKp2 996,04 Simomo) Desa Dongkas Taipa (Bangkalan Tamonong) 5 BL-IT -5 IV, V HL HKp3 496,82 Desa Siboang Tg. Dampelas (Bulu Sitaru) Desa 6 BL-IT -6 III, IV HL HKs1, B 320,81 Talaga Aluoge (Bulu Sitangke) Desa 7 BL-IT -7 III, IV HL HKs1, B 149,22 Kambayang II. Blok Perlindungan

1 PL-TA -1 Sigenti, Desa Sigenti-Malanggo IV, V HPT HKp2, HKs1 931,33

V- 56 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Jenis Kode Blok Kelas Fungsi Luas No. Wilayah DAS/Desa Tutupan Kelola lereng hutan (Ha) Lahan Silonduya, Desa Ponggerang- 2 PL-TA -2 III, IV, V HPT HKs2 412,00 Panii 3 PL-TA -3 Bainaa (Wuyul Lengko) Ambason III, IV, V HPT HKs1, B, T 633,77 4 PL-TA -4 Bainaa , Desa Bainaa Barat IV, V HPT HKs3 402,91 5 PL-TA -5 & AKE Taipa (S. Alube, S. Tamonong) III, IV, V HPT HKp1, HKs2 8.723,40 PL-TA -6, PL- HKs2, HKs1, 6 Tandaiyo IV, V HPT 941,50 TA -7, PL-TA -8 B 7 PL-TA -9 Ogoamas, Bingkoli IV, V HPT HKs1, B 123,10 Sioyong, Desa Muktiagung- 8 PL-TA -10 III, IV, V HP HKs1, B 160,28 Sioyong 9 PL-TA – 11 Sibayu, Desa Kambayang III, IV, V HP HKs1, B 234,09 PL-HP (Hutan KL 10 Pantai Pesik IV, V HKs1, B, T 96,29 pantai) (APL) KL 11 RM (Bau) Eksosistem Mangrove pantai Bau I HMs1, B 53,11 (APL) Ekosistem Mangrove pantai KL 12 RM (Siraru) I HMs1, B 101,45 Siraru (APL) BZ (Buffer KL 13 Cagar Alam Gunung Sojol IV, V HMs1, B 1.556,74 Zone) CA (APL) BZ (Buffer Hutan Lindung Kelompok Hutan CA- 14 III, IV, V HKs2, HKp2 1.652,84 Zone) HL DAS Tada HPT BZ (Buffer Hutan Lindung Kelompok Hutan 15 II, III, IV, V HL-HPT HKs2, HKp2 365,06 Zone) HL DAS Sikea dab DAS Lemo Jumlah 27.017,79

2. Penyelenggaraan Konservasi Alam

Berdasarkan kondisi sosial dan ekologi pada beberapa lokasi di

wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo tidak sedikit areal yang perlu

mendapat perhatian khusus terutama dalam mengamankan wilayah KPHP

dari berbagai sumber konflik seperti upaya-upaya penolakan kehadiran KPHP

Model, rusaknya ekosistem DAS sebagai penyimpan dan pengatur tata air

bagi irigasi pertanian di kawasan bawahannya, penyelamatan flora dan fauna

langka dan endemik sulawesi, serta pengakuan hak-hak masyarakat adat.

Atas pertimbangan tersebut maka dipandang perlu menangani sumber-

sumber-sumber konflik dan permasalahan lingkungan yang ada melalui

penunjukan kawasan hutan dengan tujuan konservasi alam.

Adapun kawasan konservasi alam yang direkomendasikan di wilayah

KPHP Model Dampelas Tinombo seperti pada Tabel 5.15 berikut.

V- 57 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Tabel 5.15. Kegiatan Konservasi Alam dalam Hutan Produksi di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kode Kelas Tutupan Luas No. Jenis Kegiatan Blok Lahan (Ha) Kawasan konservasi alam untuk tujuan pelestarian keanekaragaman hayati Jenis Eboni di Wilayah DAS Taipa, dalam Hutan Produksi untuk: a. Pelestarian Ekosistem Hutan Alam Eboni dan jenis- PL-TA -5 HKp1, HKs2 1. & AKE jenis tumbuhan asosiasinya. 8.723,40 b. Usaha Produksi Benih Eboni c. Pelestarian habitat burung Maleo. d. Pelestarian Aliran Air.

Jumlah 8.756,48 Keterangan: *) PT. THA 5.143,65 Ha; KPH 3.579,75 Ha

Penunjukan area konservasi eboni di wilayah hulu DAS Taipa di

wilayah KPHP model dalam wilayah Kecamatan Sojol didasarkan pada

pertimbangan-pertimbangan sbb.:

1. Kawasan hutan produksi terbatas (HPT) ini merupakan daerah

penyebaran eboni alam yang masih memiliki potensi tegakan yang dapat

dipertahankan menjadi area pelestarian eboni.

2. Areal ini pernah ditunjuk oleh PT. INHUTANI II bekerjasama dengan

Universitas Tadulako pada tahun 1997 sebagai area pohon plus dan area

produksi benih (APB) Eboni.

3. Pola pertumbuhan eboni secara alami di kawasan ini agak spesifik, karena

eboni umumnya tumbuh pada lereng-lereng bukit bagian hingga

punggung-punggung bukit pada tanah-tanah berbatu.

4. Mobilitas penduduk di wilayah ini cukup tinggi, sehingga dapat

mengancam keberadaan tumbuhan eboni alam yang ada.

5. Areal ini menarik untuk dijadikan lokasi penelitian eboni baik dalam skala

nasional maupun internasional.

V- 58 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

6. Areal hutan produksi ini merupakan daerah tangkapan air DAS Taipa

sebagai sumber air utama irigasi pertanian di wilayah Desa Tonggolobibi,

Desa Bantayang, Desa Babatona dan Desa Siboang.

7. Areal adalah tempat perlindungan atau habitat berkembang biak Burung

Maleo.

H. Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi Antar Pemegang Izin

Sehubungan dengan banyaknya komponen kegiatan usaha dan unsur-

unsur pelaksana kegiatan pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan

hutan di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo maka sangat penting

diselenggarakan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin usaha.

Dalam rangka mewujudkan terselenggaranya koodinasi dan

sinkronisasi, pihak UPTD KPHP Model bertugas dalam memfasilitasi setiap

kepentingan yang ada agar tidak terjadi tumpangtindih kepentingan antar

pemegang izin.

Sesuai Tupoksi UPTD KPHP Model selaku pemangku kawasan hutan

di wilayah kerjanya serta selaku manajer kawasan hutan maka pengelola

KPHP perlu membangun suatu sistem koordinasi solid antar UPTD KPHP

dengan pelaku-pelaku usaha di wilayahnya, serta antar dan inter para pelaku

usaha pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan. Karena itu

direkomendasikan sistem koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin

sbb.:

1. Koordinasi dan sinkronisasi dalam penetapan batas dan pemancangan

pal-pal batas persekutuan antar pemegang izin.

2. Koordinasi dan sinkronisasi program dalam pengelolaan blok-blok blok-

blok inti, dan blok-blok perlindungan di wilayah KPH.

V- 59 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

3. Koordinasi dan sikronisasi program dalam pengelolaan dan pemantauan

lingkungan, termasuk dalam pengelolaan dan pengendalian dampak

lingkungan.

4. Koordinasi dan sinkronisasi dalam program pemanfaatan jaringan jalan

angkutan lintas antar pemegang izin.

5. Koordinasi dan sinkronisasi program dalam pelaksanaan kegiatan

rehabilitasi hutan dan reklamasi hutan.

6. Koordinasi dan sinkronisasi program dalam kegiatan pemberdayaan

masyarakat.

7. Koordinasi dan sinkronisasi program pengembangan jenis-jenis tanaman

kehutanan dan MPTS.

8. Koordinasi dan sinkronisasi program pengembangan sistem pemasaran

hasil tanaman kehutanan dan MPTS.

Dalam penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang

izin, pemangku wilayah KPH (UPTD KPHP model Dampelas Tinombo)

memiliki peran penting dalam memfasilitasi setiap rencana dan pelaksanaan

koordinasi dan sinkronisasi.

Terhadap wilayah-wilayah KPH yang belum ada pemegang izinnya

maka UPTD KPH bertanggungjawab melakukan koordinasi dan sinkronisasi

program-program kegiatan pengelolaan hutan dengan setiap pemegang izin

usaha di wilayah kerjanya.

I. Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Stakholder Terkait

UPTD KPHP Model Dampelas Tinombo bersama-sama dengan mitra

usahanya dalam melakukan aktivitas akan selalu berkoordinasi dan bersinergi

V- 60 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

dengan beberapa instansi dan stakeholder terkait. Untuk jelasnya disajikan

pada Tabel 5.16 berikut.

Tabel 5.16. Sistem Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Stakeholder Terkait Jenis Koordinasi KPHP Sinergi KPHP Kebutuhan No. Kegiatan Usaha dengan.... dengan..... 1 2 3 4 5 A Rencana Pengusahaan HHK -HTI 1 IUPHHK -HTI BPKH, PT. Coltan Agro PT. Coltan Agro Dana, Binwasdal B Rencana Penggunaan Kawasan Dinas Pertambangan, PT. 1 Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT. All Rezky Tadang Palie Dana, Binwasdal All Rezky Tadang Palie Rencana Pemanfaatan Wil. C Tertentu 1 UPHHK -RE BPKH, BP2HP, Dishut Kab. BUMS Dana, Binwasdal 2 UPHHK -HT/HTI BPKH, BP2HP, Dishut Kab. BUMS Dana, Binwasdal 1 2 3 4 5 3 PHHBK -Rotan Klpk Tani Hutan Industri Pengolahan Rotan Dana, Binwasdal 4 UPHHBK -HT Karet, Buah/biji, dll. Klpk Tani Hutan Industri Pengolahan Getah Dana, Binwasdal 5 UPJL -WA (jasa wisata alam) Klpk. Wisata Hutan/alam Dinas Pariwisata Dana, Binwasdal Klpk Usaha Pengelola jasa 6 UPJL-JA (jasa lingkungan air) Dinas PU. Pengairan Dana, Binwasdal air UP RAP - KARBON dan/atau UP PAN - BPKH, Bappeda Provinsi. Lembaga Internasional & 7 Dana, Binwasdal KARBON LSM. Pemkab Masyarakat Rencana Pemberdayaan D Masyarakat BPKH, BPDAS, Dinas Sosial Kab. Parigi 1 Hkm bagi KAT Lauje dan KAT Tajio Dana, Binwasdal Pemkab/Pemcam/Pemdes Moutong BPKH, Pemdes/Petani 2 HKm dan Agf BPDAS/Dishutbun Kabupaten Dana, Binwasdal Hutan BPKH, Pemdes/Petani 3 Hutan Desa (HD) BPDAS/Dishutbun Kabupaten Dana, Binwasdal Hutan BPKH, Pemdes/ 4 Hutan Tanaman Rakyat (HTR) BP2HP/Dishut Kabupaten Dana, Binwasdal Klpk Tani Hutan E Rencana Rehabilitasi Hutan RH -HL (Reboisasi/Pengkayaan 1 BPDAS, Petani Hutan BPDAS, Petani Hutan Dana, Binwasdal reboisasi) 2 RH -HP (HT, HKm, HD) BPDAS, Petani Hutan BPDAS, Petani Hutan Dana, Binwasdal Rencana Perlindungan Hutan dan F Konservasi Alam Lembaga Riset dan Perguruan 1 Area Konservasi Eboni (AKE) BKDSA Palu Dana, Binwasdal Tinggi Dishut Kabupaten, Pemcam, Dishut Kabupaten, 2 Perlindungan Hutan Pemdes, Masyarakat, Pemegang Dana, Binwasdal Pemegang izin usaha izin usaha Dishut Kabupaten , Dishut Kabupaten, Pemcam, 3 Perlindungan tata air (PL-TA) Dana, Binwasdal Pemdes Pemdes, Masyarakat Dishut Kabupaten , Pemdes Dishut Kabupaten, Pemcam, 4 Perlindungan Blok inti HL Dana, Binwasdal Pemdes, Masyarakat Perlindungan hutan pantai (PL -HP) di Dishut Kabupaten , Pemdes 5 Dishut Kabupaten, Masyarakat Dana, Binwasdal APL 6 Rehabilitasi Mangrove (RM) BPDAS, D ishut Kabupaten BPDAS, petani Tambak Dana, Binwasdal 7 Pengelolaan Buffer Zone (BZ) Dishut Kabupaten , Pemdes Dishut Kabupaten, Pemegang Izin Dana, Binwasdal Keterangan: Binwasdal = Pembinaan, Pengawasan, Pengendalian. UPTD KPHP model Dampelas Tinombo adalah bagian dari Dishut Sulteng.

V- 61 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

J. Penyediaaan dan Peningkatan Kapasitas SDM

1. Sumberdaya Manusia

Dalam penguatan kapasitas kelembagaan UPTD KPHP Model

Dampelas Tinombo menuju KPH yang mandiri dibutuhkan peningkatan

sumberdaya manusia (SDM) yang mengelolanya, baik dari aspek kuantitas

maupun kualitas. Kualitas SDM terutama yang terkait dengan kualifikasi dan

kompetensi staf yang memiliki relevansi dengan komponen-komponen

kegiatan yang akan ditanganinya. Selanjutnya dalam rangka meningkatkan

kapasitas kelembagaan KPH dalam menangani wilayah kelolanya, dinilai

penting menyelenggarakan resort-resort di wilayah tertentu dalam dua

wilayah kabupaten.

UPTD KPH model Dampelas Tinombo sebagai KPH tipe A sesuai

Pergub Nomor 5 Tahun 2009baru terpenuhi tiga persyaratan yaitu kepala

KPH, Kepala Seksi (2 seksi), dan kepala sub bagian tata usaha. Yang belum

terpenuhi hingga saat ini adalah kepala-kepala resort KPH. Karena itu untuk

menjadikan KPH terkelola baik sesuai arahan rencana pengelolaan hutan

dipandang perlu membentuk resort-resort KPH yang baru atau

memberdayakan resort-resort kehutanan binaan Dishutbun Kabupaten

Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong yang ada di wilayah Kecamatan

Sojol, Kecamatan Dampelas, Kecamatan Balaesang, Kecamatan Tinombo

Selatan dan Kecamatan Tinombo.

Dari analisis kondisi kawasan hutan dan kondisi geografis wilayah KPH

model Dampelas Tinombo, lokasi-lokasi strategis penempatan resort KPH

adalah di ibu kota kecamatan Sojol Utara (Desa Ogoamas), desa Malonas,

desa Lembaha Mukti dan di ibu kota kecamatan Damsol (Desa Sabang)

V- 62 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

untuk Bagian Daerah Hutan (BDH) Dampelas, sedangkan untuk BDH

Tinombo dinilai strategis ditempatkan di Desa Tada, Desa Sigega kecamatan

Tinombo Selatan dan di Desa Bainaa Kecamatan Tinombo. Dengan demikian

dibutuhkan sebanyak tujuh resort KPH. Namun demikian dalam sepuluh

tahun kedepan dengan pertimbangan pendanaan dan jumlah pemegang izin

usaha yang masih terbatas saat ini, dapat dibentuk Resort KPH sesuai

dengan proritas dan kebutuhan, hingga pada akhirnya apabila KPH sudah

beroperasi secara penuh dapat dibentuk seluruh Resort yang

direncanaan.Adapun wilayah kerja kedua resort KPH dan UPTD KPH Model

Dampelas Tinombo disajikan pada Tabel 5.17 berikut.

Tabel 5.17. Rencana Wilayah Kerja Resort KPH

Nama BH Rencana Jangkauan Wilayah Kerja Keterangan /Resort/UPTD Penempatan Bagian Hutan (BH) Dampelas : Desa Siweli (Kec. • Resort Ogoamas Ogoamas Untuk 10 tahun Balaesang) s.d. Desa • Resort Lembah Mukti Lembah Mukti kedepan dan dapat Ogoamas (Kec. Sojol • Resort Malonas Malonas dievaluasi setiap 5 thn Utara) • Resort Sabang Sabang

Bagian Hutan (BH) Tinombo : Desa Labuhan, Tada s.d. Untuk 10 tahun • Resort Bainaa Bainaa Desa Dongkas (Kec. kedepan dan dapat • Resort Sigega Sigega Tinombo) dievaluasi setiap 5 thn • Resort Tada Tada Dalam 10 tahun kedepan berfungsi pula Desa Tambu Desa Tambu s.d. selaku resort di Kantor UPTD KPH Kecamatan Desa/UPT Bayang (Kec. wilayahnya. Dalam hal model Balaesang Balaesang dan Damsol) ini kepala KPH dapat menugaskan 1 org untuk membantunya

Dalam rangka menghindari terjadinya tumpangtindih kepentingan

pengelolaan hutan di wilayah KPH model Dampelas Tinombo, antara

Dishutbun Kabupaten (Donggala dan Parigi Moutong) dengan UPTD KPH

model maka rencana pembentukan resort KPH tersebut perlu segera

V- 63 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

diwujudkan. Apabila resort KPH di kedua wilayah terbentuk maka resort

kehutanan tingkat kabupaten melebur kedalam KPH model dan kendali

berada pada kepala UPTD KPH model. Karena itu UPTD KPH model dalam

mempromosikan jabatan kepala resort dianjurkan merekrut dari dishutbun

kedua kabupaten dengan tetap memperhatikan standar dan kriteria sesuai

P.43/Menhut-II/2011.

Bagi UPTD KPH model Dampelas Tinombo, apabila kedua resort KPH-

nya terbentuk dan ditetapkan kepala resort-nya, perlu segera ditindaklanjuti

dengan pembangunan kantor dan fasilitas penunjangnya serta penambahan

personil KPH pada tingkat resort.

Selanjutnya analisis kebutuhan tenaga teknisi lapangan termasuk

Jagawana pada UPTD KPH model Dampelas Tinombo didasarkan pada

pertimbangan bahwa setiap staf tenaga teknis pada tingkat seksi dengan

kemampuan mengurus hutan adalah 10.000 Ha/orang, sedangkan pada

tingkat lapangan (Jagawana) adalah 5.000 Ha/orang.

Penataan Personil:

Untuk memenuhi tenaga dengan persyaratan tersebut di atas, dapat

dilakukan dengan cara: Penataan personil yang ada di lingkup Pemda Provinsi

Sulawesi Tengah dan atau Pemda Kabupaten, dan atau berasal dari wilayah

Kabupaten lain dalam Provinsi Sulawesi Tengah, dan atau berasal dari

wilayah Provinsi Sulawesi Tengah, dan atau; berasal dari wilayah provinsi

lainnya dan atau dari pusat.

Pemenuhan kebutuhan tenaga kerja lingkup KPH Model Dampelas

Tinombo dapat dilaksanakan sesuai kebutuhan minimal dalam rangka

efisiensi dan efektif pelaksanaan pembangunan KPH.

V- 64 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Pengembangan SDM Pengelola KPH:

Pengembangan sumberdaya manusia (SDM) dimaksudkan untuk

memenuhi kualifikasi SDM dan jumlah pengelola KPH sesuai PP Nomor 3

Tahun 2008. Tujuannya adalah mempercepat berfungsinya KPH sebagai

penguatan pengelolaan hutan di tingkat tapak.

Kegiatan pengembangan SDM pengelola KPH di tingkat tapak meliputi;

pelatihan teknis pengelolaan hutan dan perencanaan hutan lingkup KPH serta

pelatihan manajerial KPH dalam hubungannya pemerintahan, dll.

Selanjutnya bagi pemegang izin usaha pemanfaatan hutan dan

penggunaan kawasan hutan di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo

dapat merekruit kebutuhan tenaga kerja sesuai kebutuhannya, namun tetap

mengacu pada kententuan peraturan perundang-undangan Kementerian

Kehutanan.

2. Sarana dan Prasarana

Sejak terbentuknya UPTD KPHP Model Dampelas Tinombo berbagai

fasilitasi telah dimiliki. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.18 berikut.

Tabel 5.18. Daftar Fasilitas Sarana dan Prasarana UPTD KPHP Model Dampelas Tinombo No. Jenis Sapras Volume Satuan Spesifikasi Keterangan 1 2 3 4 5 6 Kantor Bangunan baru 1 Bangunan Kantor Unit 1 di Tambu Kendaraan Operasional: roda 4 x 4 ( four Roda empat Unit 1 wheel drive ) : Kondisi Baik 2 2.875 cc. Trail:125.cc Roda dua Unit 8 Kondisi Baik Semi Trail; .cc Peralatan Kantor: Meja dan Kursi Kerja Set 25 Kondisi Baik 3 Lemari Kantor Set 5 Kondisi Baik Peralatan elektornik Set 5 Kondisi Baik Peralatan Operasional Alat Komunikasi Buah Kondisi Baik Perangkat Lunak Komputer Set 1 Kondisi Baik 4 GIS Perangkat Keras Komputer Unit 1 Kondisi Baik GIS Peralatan Survei Set 5 Kondisi Baik Instalasi listrik dan air 5 Instalasi listrik Unit 1 Kondisi Baik Isntalasi air Unit 1 Kondisi Baik

V- 65 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

K. Penyediaan Pendanaan

Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo membutuhkan dana

yang tidak kecil dalam penyelenggaraan setiap jenis kegiatan usahanya.

Karena itu dalam penyelenggaraan sebahagian jenis kegiatan usaha akan

dilakukan dalam bentuk kemitraan dengan berbagai pihak akan berminat

berinvestasi di wilayahnya.

Untuk mencapai maksud tersebut, KPHP model menawarkan berbagai

produk pemanfaatan kawasan hutan dan penggunaan kawasan hutan. Dalam

rencana sepuluh tahun ke depan, KPHP Model menawarkan rencana usaha

pemanfaatan hutan, yaitu rencana pemanfaatan hasil hutan kayu dalam hutan

tanaman pada hutan produksi (HHK-HT/HTI) di luar areal kerja IUPHHK-HTI

PT. Coltan Agro, rencana pemanfaatan hasil hutan kayu dalam hutan alam

dalam bentuk restorasi ekosistem pada hutan produksi (HHK-RE), rencana

pemanfaatan jasa lingkungan (jasa wisata alam, jasa aliran air dan jasa

karbon), dan rencana pemungutan hasil hutan bukan kayu dalam hutan alam

pada hutan lindung (HHBK-rotan) . Rencana-rencana usaha pemanfaatan

kawasan hutan dan hasil hutantersebut diharapkan pendanaannya bersumber

dari pemegang izin usaha.

Hingga tahun 2013, luas areal kawasan hutan yang akan diusahkan

oleh pihak ke tiga mencapai 51.642,24 ha atau 45,8 % dari total areal KPHP

model Dampelas Tinombo yaitu IUPHHK-HA PT. Hutan Taman Asri seluas

40.380 Ha, IUPHHK-HA PT. Sentra Pitulempa seluas 380 Ha,Pencadangan

HTI PT. Coltan Agro seluas 9.365,36 ha dan IUP tambang biji besi PT. All

Rezky seluas 1.516,88 ha. Dari luas wilayah KPHP, dialokasikan pula

pemanfaatan “wilayah tertentu” bagi KPH seluas 35.222,47 ha, alokasi areal

V- 66 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

untuk pemberdayaan masyarakat (PBM) seluas 21.626,44 ha. Selebihnya

dialokasikan bagi blok inti dan perlindungan/rehabilitasi hutan pantai dan

mangrove di kawasan lindung. Seluruh blok-blok pengelolaan hutan di

wilayah KPH memerlukan dana yang kecil selama priode 10 tahun kedepan.

Rencana pendanaan KPHP model Dampelas Tinombo periode 10

tahun kedepan diprediksi mencapai jumlah Rp. 262.922.149.560 yang

meliputi pendanaan bagi keperluan kegiatan teknis dan kegiatan penunjang.

Kebutuhan anggaran tersebut sebelum terbitnya pemberian IUPHHK PT.

Taman Hutan Asri (THA). Setelah terbitnya IUPHHK THA perhitungan

kebutuhan anggaran pengelolaan akan disesuaikan kemudian.Adapun

rencana pendanaan disajikan pada Tabel 5.19 berikut.

V- 67 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Tabel 5.19. Rencana Pendanaan KPHP Model Dampelas Tinombo Periode Tahun 2012-2022 Lokasi: Rencana Tata Waktu dan Penyediaan Dana (x Rp. 1.000) Kode Blok/ DAS/Sub No. Rencana Kegiatan Fungsi Volume Satuan Petak DAS/Desa/ 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Jumlah Kampung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

I. RENCANA PEMBIAYAAN (INPUT)

A. UMUM Wilayah KPHP I. KEGIATAN PENUNJANG:

a. Oprasional perkantoran UPTD 112.687 HL/HP Ha 69.100,00 69.100,00 69.100,00 69.100,00 69.100,00 69.100,00 69.100,00 69.100,00 69.100,00 69.100,00 691.000,00 KPHP ,70 b. Penguatan Kelembagaan UPTD - KPHP: -Penyusunan SOP KPH HL/HP 2,00 paket - 32.600,00 - - - 32.600,00 - - - - 65.200,00

-Penyusunan data dan statistik KPH HL/HP 10,00 paket 2.925,00 2.925,00 2.925,00 2.925,00 2.925,00 2.925,00 2.925,00 2.925,00 2.925,00 2.925,00 29.250,00

-Pembangunan/Pengembangan HL/HP 9,00 paket - 25.850,00 5.850,00 5.850,00 5.850,00 25.850,00 5.850,00 5.850,00 5.850,00 5.850,00 92.650,00 SIMHUT KPH -Penyelenggaraan kegiatan litbang HL/HP 9,00 paket - 38.675,00 38.675,00 38.675,00 38.675,00 38.675,00 38.675,00 38.675,00 38.675,00 38.675,00 348.075,00 KPH -Penyusunan dokumen BLUD KPH HL/HP 1,00 paket - 100.775,00 ------100.7 75,00

-Penyusunan dokumen strategi HL/HP 1,00 paket - 74.725,00 ------74.725 ,00 bisnis KPH -Penyelenggaraan penjaminan mutu HL/HP 9,00 paket - 5.300,00 5.300,00 5.300,00 5.300,00 5.300,00 5.300,00 5.300,00 5.300,00 5.300,00 47.700,00 KPH -Sosialisasi program KPH HL/HP 2,00 paket 16.100,00 - - - - 16.100,00 - - - - 32.200,00

-Pengembangan SDM pengelola KPH (aparat/klth): pelatihan teknis kelola HL/HP 1,00 angkt/thn - - 45.000,00 45.000,00 45.000,00 45.000,00 45.000,00 45.000,00 45.000,00 45.000,00 360.000,00

hutan, 30 org/angkt c. Perencanaan teknis KPH: -

-Penyusunan rencana tahunan KPHP HL/HP 10,00 paket 44.675,00 44.675,00 44.675,00 44.675,00 44.675,00 44.675,00 44.675,00 44.675,00 44.675,00 44.675,00 446.750,00

-Penyusuanan rencana tahunan RH- 3.777,1 HL/HP ha 24.225,00 24.225,00 24.225,00 24.225,00 ------96.900,00 KPH 4 -Penyusunan rancangan kegiatan 3.777,1 139.001,4 HL/HP ha 123.637,05 122.115,60 125.159,85 ------509.913,90 KPH (RH) 4 0

V- 68 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Lanjutan Tabel 5.19. Lokasi: Rencana Tata Waktu dan Penyediaan Dana (x Rp. 1.000) Kode Blok/ DAS/Sub No. Rencana Kegiatan Fungsi Volume Satuan Petak DAS/Desa/ 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Jumlah Kampung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

-Penyusunan rencana pemanfaatan hasil hutan tanaman (eks. HTI HP 1.050,86 Ha - - 19.703,63 19.703,63 19.703,63 19.703,63 - - - - 78.814,50

Tondo murni) -Penyusunan rencana pemanfaatan HP 19.922,33 Ha 35.360,33 35.360,33 35.360,33 35.360,33 225.455,58 225.455,58 225.455,58 225.455,58 225.455,58 225.455,58 1.494.174,75 hasil hutan hutan kayu RE -Penyusunan rencana pemanfaatan HL 6.570,48 Ha 35.407,00 24.449,60 53.003,00 51.531,27 35.407,00 23.427,27 35.407,00 23.427,27 35.407,00 11.057,60 328.524,00 rotan alam -Penyusunan rancangan teknis HP 15.151,50 Ha - - - 223.944,87 223.944,87 336.621,27 336.621,27 263.464,43 330.427,81 330.427,81 2.045.452,33 PHTUL -Penyusunan rancangan teknis kegiatan Pengembangan Hutan Hp 1.767,00 Ha 121.957,65 116.587,35 ------238.545,00

Tanaman (P-HT) -Penyusunan rancangan teknis kegiatan Peengembangan HL/HP 2.543,83 Ha 26.331,48 - 26.331,48 9.824,29 26.331,48 55.395,97 71.903,16 55.395,97 71.903,16 343.416,98

agroforestry dan wanawisata -Penyusunan AMDAL Kawasan KPH (di luar izin usaha swasta; blok HL/HP 73.964,45 Ha - 1.000.000,00 ------1.000.000,00

inti, blok PL, KWL) -Penyusunan rencana pengelolaan HP 10.640,65 Ha 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 71.504,50 72.704,00 237.824,00 532.032,50 jasa lingkungan (jasling) d. Pemeliharaan/Pengadaan HL/HP 10,00 Thn 50.890,00 50.890,00 50.890,00 50.890,00 50.890,00 257.890,00 85.890,00 85.890,00 85.890,00 488.890,00 1.258.900,00 Sapras Perkantoran UPTD KPH e. Kewajiban kepada lingkungan/sosial KPH (di luar HL/HP 8,00 Thn - - 94.829,47 73.976,62 55.664,08 224.073,02 360.500,34 368.996,00 368.670,79 1.637.355,21 3.184.065,52

pemegang IUPHH/IUP) 112.687,7 f. Monitoring dan Evaluasi KPHP HL/HP Ha 55.500,00 55.500,00 55.500,00 55.500,00 55.500,00 55.500,00 55.500,00 55.500,00 55.500,00 55.500,00 555.000,00 0 g. Penilaian/Pengawasan/pengendalian pihak ke-III dan PBM kepada KPH: -IUPHHK-HTI PT.Coltan Agro HP 9.365,36 Ha - - 53.382,55 53.382,55 53.382,55 53.382,55 53.382,55 53.382,55 53.382,55 53.382,55 427.060,42

-IUP-Tambang PT, All Rezky HP 1.516,88 Ha - - - 9.859,72 9.859,72 9.859,72 9.859,72 9.859,72 9.859,72 9.859,72 69.018,04

-PBM (HKm, HTR, HD) HP 24.977,71 Ha - 112.399,70 112.399,70 112.399,70 112.399,70 112.399,70 112.399,70 112.399,70 112.399,70 112.399,70 1.011.597,26

595.141,38 1.989.005,50 857.934,26 1.098.790,01 1.088.556,41 1.649.869,20 1.566.937,12 1.553.307,90 1.616.618,10 3.445.580,32 15.461.740,20

V- 69 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Lanjutan Tabel 5.19. . Lokasi: Rencana Tata Waktu dan Penyediaan Dana (x Rp. 1.000) Kode Blok/ DAS/Sub No. Rencana Kegiatan Fungsi Volume Satuan Petak DAS/Desa/ 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Jumlah Kampung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

II. KEGIATAN TEKNIS:

Perlindungan dan pengamanan HL/HP 112.687,70 ha 563.438,49 563.438,49 563.438,49 563.438,49 563.438,49 563.438,49 563.438,49 563.438,49 563.438,49 563.438,49 5.634.384,85 KPHP Bimbingan teknis kegiatan KPH HL/HP 4,00 kali/thn 61.900,00 61.900,00 61.900,00 61.900,00 61.900,00 61.900,00 61.900,00 61.900,00 61.900,00 61.900,00 619.000,00

Pendampingan kelompok tani HL/HP 250 Klpk 77.375,00 154.750,00 232.125,00 309.500,00 386.875,00 464.250,00 541.625,00 619.000,00 541.625,00 541.625,00 3.868.750,00 kegiatan PBM Pembinaan masyarakat adat HL/HP 2,00 kat/thn - - - - 100.000,00 100.000,00 100.000,00 100.000,00 100.000,00 100.000,00 600.000,00 KAT Lauje-Tajio B. WILAYAH KWL Rehabilitasi Mangrove KWL 213,89 ha - 3.935.601,00 697.575,00 138.450,00 ------4.771.626,00 C. DALAM BLOK PERLINDUNGAN -

DAS Sigenti, Pemanfaatan Jasa aliran Air 1 PL-TA -1 Desa Sigenti- (JAL) bersama msykt pengguna HPT 475,97 ha 93.009,00 93.009,00

Malanggo air DAS Taipa (S. Pemanfaatan Jasa aliran Air PL-TA -5 & 2 Alube, S. (JAL) bersama msykt pengguna HPT 3.474,54 ha 425.648,00 425.648,00 AKE Tamonong) air DAS Taipa (S. PL-TA -5 & Pemanfaatan jasa karbon Alube, S. HPT 5,20 ha 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 225.000,00 AKE (REDD+) Tamonong) DAS Taipa (S. PL-TA -5 & Riset Eboni pola kemitraan 2.250,00 Alube, S. HPT ha 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 225.000,00 AKE (Nasional/Internasional) *) Tamonong) DAS Tandaiyo Pemanfaatan Jasa aliran Air ; Desa 232,69 3 PL-TA -6 (JAL) bersama msykt pengguna HPT ha 23.477,00 23.477,00 Tandaiyo, air Mepaga DAS Tandaiyo Pemanfaatan Jasa aliran Air ; Desa 4 PL-TA -7 (JAL) bersama msykt pengguna HPT 75,14 ha 7.642,00 7.642,00 Tandaiyo, air Mepaga DAS Tandaiyo Pemanfaatan Jasa aliran Air ; Desa 5 PL-TA -8 (JAL) bersama msykt pengguna HPT 633,66 ha 64.289,00 64.289,00 Tandaiyo, air Mepaga

V- 70 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Lanjutan Tabel 5.19. Lokasi: Kode Rencana Tata Waktu dan Penyediaan Dana (x Rp. 1.000) DAS/Sub No. Blok/ Rencana Kegiatan Fungsi Volume Satuan DAS/Desa/ Petak 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Jumlah Kampung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

D. DALAM BLOK PEMANFAATAN -

DAS Taipa, DAS Silonduya (Desa Pengembangan Investasi HPT 2.910,55 1 HHK-RE -1 Sioyong- Ha 844.155,00 844.155,00 18.589.155,00 18.589.155,00 18.589.155,00 18.589.155,00 76.044.930,00 IUPHHK-RE dgn pihak ke-III HP 526,07 Panii- Ponggerang- Malonas- Singenti) DAS Silambo - Balukan- HHK-RE - Pengembangan IUPHHK-RE oleh 2 Balani- HPT 4.461,74 Ha 156.999,84 156.999,84 3.457.296,84 3.457.296,84 3.457.296,84 3.457.296,84 3.457.296,84 3.457.296,84 3.457.296,84 3.457.296,84 27.972.374,43 2-3-4 UPTD Sampaga- Ogoamas Pengembangan Hutan Tanaman 3 HHK-HT -1 DAS Tada HPT 364,74 Ha 1.322.137,60 1.778.457,60 3.100.595,20 Unggulan pola pengkayaan Pengembangan Hutan Tanaman 4 HHK-HT -2 DAS Tada HPT 896,84 Ha 1.442.089,60 1.939.809,60 2.275.229,60 2.275.229,60 7.932.358,40 Unggulan pola pengkayaan DAS Sidoan (Wuyul Pengembangan Hutan Tanaman HPT 4.304,80 5 HHK-HT -3 Ha 1.556.710,40 2.093.990,40 2.456.070,40 2.456.070,40 2.456.070,40 2.456.070,40 2.456.070,40 2.456.070,40 18.387.123,20 Ponjotijoji Unggulan pola pengkayaan HP 373,61 dan Sopi DAS Sidoan Pengembangan Hutan Tanaman HPT 1.330,39 6 HHK-HT -4 (Sija- Ha 959.616,00 1.290.816,00 1.514.016,00 1.514.016,00 1.514.016,00 6.792.480,00 Unggulan pola pengkayaan HP 461,83 Punsalea) DAS Bainaa (Silangsa Pengembangan Hutan Tanaman HPT 1.862,64 7 HHK-HT -5 Ha 1.263.494,40 1.699.574,40 1.993.454,40 1.993.454,40 1.993.454,40 8.943.432,00 Bainaa Unggulan pola pengkayaan HP 497,77 Barat) DAS Pengembangan Hutan Tanaman 8 HHK-HT -6 HPT 1.646,91 Ha 1.420.764,80 1.911.124,80 2.241.584,80 2.241.584,80 2.241.584,80 2.241.584,80 2.241.584,80 14.539.813,60 Silonduya Unggulan pola pengkayaan DAS HT (Eks. Silonduya Pemanfaatan HHK-HT (Eks. 1.050,86 9 HPT/HP Ha 3.150.000,00 3.150.000,00 3.150.000,00 3.150.000,00 1.313.575,00 1.773.326,25 761.873,50 302.122,25 16.750.897,00 HTI) (eks. HTI PT. HTI) PT. Tondo Murni *) Tondo murni)

V- 71 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Lanjutan Tabel 5.19. Lokasi: Rencana Tata Waktu dan Penyediaan Dana (x Rp. 1.000) Kode Blok/ DAS/Sub No. Rencana Kegiatan Fungsi Volume Satuan Petak DAS/Desa/ 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Jumlah Kampung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

HL / 735,83 10 HHBK-HA -1 Tada Pemanfaatan Rotan Alam Ha 118.611,12 136.432,44 159.871,54 414.915,10 HPT 1,37 Tada,Sigenti, HL/ 3.527,06 11 HHBK-HA -2 Sioyong, Pemanfaatan Rotan Alam Ha 285.465,60 319.236,18 363.785,59 422.355,07 499.498,22 1.890.340,66 HPT 13,49 Sibayu HL 1. 090,59 12 HHBK-HA -3 Bainaa Pemanfaatan Rotan Alam Ha 94.008,10 106.125,74 122.071,13 143.042,95 170.728,92 635.976,84 HPT 16,06 HL / 43 6,91 13 HHBK-HA -4 Sidoan Pemanfaatan Rotan Alam Ha 93.157,34 105.165,33 198.322,67 HPT 2,20 14 HHBK-HA -5 Bainaa Pemanfaatan Rotan Alam HL 48,86 Ha 20.418,05 20.418,05

HL 347,00 15 HHBK-HA -6 Bainaa Pemanfaatan Rotan Alam Ha 158.265,39 158.265,39 HPT 5,78 HL 325,90 16 HHBK-HA -7 Bainaa Pemanfaatan Rotan Alam Ha 164.710,99 164.710,99 HPT 17,84 DAS Sikea, Pembinaan pola RHL- 17 HHBK-HT -1 Lemo, Malawa agroforestry bersama HL 681,07 Ha 473.241,60 165.634,56 582.087,17 165.634,56 582.087,17 165.634,56 582.087,17 165.634,56 582.087,17 3.464.128,51

(Desa Siweli) masyarakat DAS Rumu Pembinaan pola RHL - 18 HHBK-HT -2 (Desa agroforestry bersama HL 281,46 Ha 236.620,80 82.817,28 291.043,58 82.817,28 291.043,58 82.817,28 291.043,58 82.817,28 1.441.020,67

Siboalong) masyarakat DAS Sibayu (Desa Sibayu) Pembinaan pola RHL- 19 HHBK-HT -3 dan DAS agroforestry bersama HL 249,57 Ha 164.320,00 57.512,00 202.113,60 57.512,00 202.113,60 57.512,00 202.113,60 57.512,00 202.113,60 1.202.822,40

Sioyong (Desa masyarakat Budimukti) Tg. Dampelas, Aluoge, HHBK-HT -4 Dampelas Pengelolaan Wanawisata 20 HL 1.574,50 Ha 506.352,00 506.352,00 506.352,00 506.352,00 506.352,00 2.531.760,00 & WISATA (Desa Talaga bersama masyarakat setempat dan Kambayang) RK -LKJ (Rencana DAS Siraurang Pembuatan Tanaman Karet 21 Kerja Lokasi HPT 507,82 Ha 1.265.000,00 1.707.750,00 733.700,00 290.950,00 290.950,00 1.759.868,00 1.759.868,00 1.759.868,00 1.759.868,00 1.759.868,00 13.087.690,00 (Desa Rerang) dan Jabon Karet dan Jabon)

V- 72 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Lanjutan Tabel 5.19. Lokasi: DAS/Sub Kode Blok/ Rencana Fung Sa- Rencana Tata Waktu dan Penyediaan Dana (x Rp. 1.000) No. DAS/Desa/ Volume Petak Kegiatan si tuan Kampung 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

LPJ (Lokasi Pembuatan DAS Siraurang 22 Penataan Tanaman HPT 39,88 Ha 103.958,40 35.880,00 24.180,00 24.180,00 24.180,00 24.180,00 24.180,00 24.180,00 24.180,00 24.180,00 333.278,40 (Desa Rerang) Jabon) Jabon LKJ -1 (Lokasi Pembuatan DAS Long (Desa 23 Karet dan Tanaman HPT 735,02 Ha 1.865.000,00 2.517.750,00 1.081.700,00 428.950,00 428.950,00 1.297.294,00 1.297.294,00 1.297.294,00 1.297.294,00 1.297.294,00 12.808.820,00 Lembahmukti) Jabon 1) Karet/Jabon LKJ -2 (Lokasi Pembuatan DAS Panii (Desa 24 Karet dan Tanaman HPT 45,74 Ha 1.185.000,00 1.599.750,00 687.300,00 272.550,00 272.550,00 1.613.792,00 1.613.792,00 1.613.792,00 1.613.792,00 1.613.792,00 12.086.110,00 Karyamukti) Jabon 2) Karet/Jabon JUMLAH II 5.564.137,33 11.628.964,42 13.233.194,66 15.065.691,35 16.815.275,86 24.214.043,15 40.778.296,74 39.883.669,71 39.963.134,39 40.314.001,74 247.460.409,36 TOTAL PEMBIAYAAN (INPUT) 35.222,47 Ha 6.159.278,70 13.617.969,92 14.091.128,93 16.164.481,36 17.903.832,27 25.863.912,35 42.345.233,86 41.436.977,62 41.579.752,50 43.759.582,06 262.922.149,56 RENCANA PENDAPATAN (OUTPUT) :

Pemanfaatan HHK -RE

Biaya -biaya - - 3.457.296,84 3.457.296,84 3.457.296,84 3.457.296,84 22.046.451,84 22.046.451,84 22.046.451,84 22.046.451,84 102.014.994,74 Nilai jual tkt. konsumen - - 11.786.775,00 11.786.775,00 11.786.775,00 11.786.775,00 75.151.858,33 75.151.858,33 75.151.858,33 75.151.858,33 347.754.533,33 Harapan Keuntungan - - 8.329.478,16 8.329.478,16 8.329.478,16 8.329.478,16 53.105.406,49 53.105.406,49 53.105.406,49 53.105.406,49 245.739.538,59 Pemanfaatan HHK -HTI

Biaya -biaya 3.150.000,00 3.150.000,00 3.150.000,00 3.150.000,00 12.600.000,00

Nilai jual tkt. konsumen 18.030.468,75 18.030.468,75 18.030.468,75 18.030.468,75 72.121.875,00

Harapan Keuntungan 14.880.468,75 14.880.468,75 14.880.468,75 14.880.468,75 59.521.875,00

Pemanfaatan HHBK Rotan

Biaya -biaya 285.465,60 207.583,49 477.501,58 494.613,18 363.785,59 258.503,57 422.355,07 302.914,49 499.498,22 170.728,92 3.482.949,70 Nilai jual tkt. konsumen 446.040,00 325.013,85 746.800,74 772.833,09 568.414,98 403.911,83 659.929,80 473.303,89 780.465,97 266.763,93 5.443.478,08 Harapan Keuntungan 160.574,40 117.430,36 269.299,16 278.219,91 204.629,39 145.408,26 237.574,73 170.389,40 280.967,75 96.035,02 1.960.528,38 Pemanfaatan HHBK Getah Karet

Biaya -biaya 4.670.954,00 4.670.954,00 4.670.954,00 4.670.954,00 4.670.954,00 23.354.770,00

Nilai jual tkt. konsumen 29.362.740,00 29.362.740,00 29.362.740,00 29.362.740,00 29.362.740,00 146.813.700,00

Harapan Keuntungan 24.691.786,00 24.691.786,00 24.691.786,00 24.691.786,00 24.691.786,00 123.458.930,00

Kontribusi Pihak Ke -III dan PBM kepada KPH:

IUPHHK -HTI PT. Coltan Agro (5%) 61.913.624,61 61.913.624,61

IUP Tambang biji besi PT. All Rezky (10%) 13.557.115,00 13.557.115,00

PBM (HKm, HTR, HD) (2,5%) 66.050.895,97 66.050.895,97

Total pendapatan (output) 160.574,40 117.430,36 23.479.246,07 23.488.166,82 23.414.576,30 48.047.141,17 78.034.767,22 77.967.581,89 78.078.160,24 351.084.360,11 703.872.004,57 Keuntungan Kotor (5.998.704,30) (13.500.539,55) 9.388.117,15 7.323.685,46 5.510.744,03 22.183.228,82 35.689.533,36 36.530.604,27 36.498.407,74 307.324.778,04 440.949.855,01 Kontribusi KPH kepada Pemda (10%) 44.094.985,50

Keuntungan Bersih 396.854.869,51

Keterangan: angka yang tercetak miring dalam tabel merupakan biaya pemanenan hasil *) masuk dalam wilayah kerja IUPHHK PT. Taman Hutan Asri.

V- 73 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Dari Tabel 5.19 dapat dijelaskan bahwa rencana pembiayaan (input)

kegiatan pengelolaan hutan di wilayah KPHP model Dampelas Tinombo

merupakan akumulasi dari biaya kegiatan teknis dan kegiatan penunjang.

Kegiatan penunjang terdiri atas; operasional kantor KPH, penguatan

kelembagaan KPH, perencanaan teknis KPH, pemeliharan/pengadaan

sarana prasarana (sapras) KPH, kewajiban kepada lingkungan/sosial (seperti

RKL/RPL, bantuan sosial), monev, penilaian dan wasdal.

Kegiatan teknis terdiri atas; perlindungan dan pengamanan hutan

(seluruh blok KPH), bimbingan teknis, pendampingan kelompok tani hutan

kegiatan PBM, pembinaan KAT Lauje dan Tajio. Di kawasan lindung (KWL)

mencakup kegiatan rehabilitasi mangrove. Di blok perlindungan mencakup

kegiatan perlindungan tata air dan pemanfaatan jasa lingkungan aliran air,

perlindungan habitat jenis kayu endemik langkah “eboni” dan pemanfaatan

dalam kegiatan riset-riset berskala nasional dan internasional, dan

perlindungan dan pemanfaatan karbon dalam skema REDD+. Di blok

pemanfaatan (HP dan HL) mencakup kegiatan; (a) di kawasan Hutan

Produksi (HPT/HP) meliputi pemanfaatan HHK-RE, HHK-HT, HHBK-rotan,

wanawisata, dan pengembangan rehabilitasi hutan pola agroforestri.

Harapan hasil terbesar dari KPHP model Dampelas Tinombo berumber

dari kegiatan pemanfaatan hutan di wilayah tertentu (HHK-HT, HHK-RE dan

Rotan). Selain itu juga diharapkan bersumber dari kontribusi pihak pemegang

ijian usaha hasil hutan tanaman industri (HTI) sebesar 5% dan kontribusi hasil

tambang biji besi sebesar 10% dan dari usaha-usaha hasil hutan PBM (HKm,

HTR dan HD) dengan kontribusi sebesar 2,5%. Kontribusi 10% dari hasil

tambang dengan pertimbangan bahwa kegiatan penambangan akan

V- 74 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

menyebabkan berubahnya bentang alam hutan yang menyebabkan hilangnya

banyak species flora dan fauna, serta rusaknya ekosistem hutan.

Hasil hitungan kontribusi usaha tambang seperti pada Tabel 5.19

didasarkan hasil kajian potensi tambang oleh Abdul Rauf Prodi Teknik

Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta tahun 2012 yang menjelaskan

bahwa potensi tambang di lokasi PT. All Rezky dapat mencapai produksi

1,95-3,90 juta ton. Areal tambang PT. All Rezky di wilayah KPH seluas

1.516,88 ha sehingga ditaksir potensi biji besi berasal dari areal KPH

mencapai 328.657,33 – 657.341,67 ton (harga biji besi Rp. 275.000/ton)

sehingga akan dihasilkan nilai sebesar Rp. 90,38 – 180,76 millyar atau rata-

rata sebesar Rp. 135,57 millyar. Sepuluh persen dari jumlah tersebut

mencapai nilai sebesar Rp. 13.56 millyar. Selanjutnya hitungan sebesar 2,5%

bagi kontribusi PBM kepada KPH dengan pertimbangan bahwa masyarakat

dalam mengelola HKm, HTR, dan HD dominan berbasis pada pemanfaatan

secara tradisional dan semi mekanis. Selain itu, juga didasarkan pada

pertimbangan bahwa masyarakat sekitar KPH perlu diberdayakan dengan

harapan sumber-sumber konflik dalam pemanfaatan hasil hutan dari

masyarakat berkurang. Adapun kontribusi 5% bagi pemegang IUPHHK-HTI

dengan pertimbangan masih besarnya kewajiban mereka dalam pengelolaan

hutan tanaman seperti kewajiban sosial dan lingkungan, kontribusi/iuran-iuran

lainnya.

Dari Tabel 5.19, nampak adanya pemanfaatan hasil hutan rotan pada

tahun 2013-2014 dan tahun 2015-2022. Hal ini dimaksudkan agar UPTD

KPHP model Dampelas Tinombo dapat mengurangi beban biaya

pemerintah/pemda yang cukup besar dalam persiapan menjadi lembaga

V- 75 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

berbadan hukum BLUD. Diharapkan mulai tahun 2015, KPHP model dapat

memanfaatan HHK-HA dalam pola/sistem restorasi ekosistem (RE). Hal lain

yang tidak kalah penting adalah hutan tanaman karet yang mulai

dikembangkan KPH saat ini, diperkirakan baru akan mulai berproduksi pada

tahun 2018. Dengan berproduksinya HT-karet tersebut diharapkan KPHP

model Dampelas Tinombo menerapkan BLUD penuh sebagai KPH yang

mandiri. Dengan demikian, mulai periode tahun 2018 dst., bentuk

kelembagaan UPTD dimungkinkan berubah menjadi Pola Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK BLUD) Penuh. Sebagai

gambaran proses KPH menuju BLUD Penuh seperti pada road map berikut.

Thn Thn Thn Thn Thn Thn Thn Thn Thn Thn 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Periode Persiapan Periode Persiapan Kemandirian Periode Kemandirian Penuh (BLUD penuh) (UPTD) (BLUD tak penuh)

Periode Manajemen UPTD Menejemen PPK-BLUD

L. Pengembangan Database

Diera teknologi informasi dan globalisasi saat ini, database akan

menjadi sangat penting dibutuhkan, terutama pada tahap perencanaan, tahap

pelaksanaan pengelolaan, dan tahap evaluasi dan pengendalian.

Melalui penyajian database yang sistematis, akurat, menjadikan suatu

lembaga, tak terkecuali lembaga KPHP Model Dampelas Tinombo dalam

melaksanakan pengelolaan hutannya.

Database kawasan dan potensi hutan KPHP yang terkelola baik akan

menjadi sistem informasi kehutanan yang memiliki “nilai jual” yang tinggi dan

alat kontrol yang optimal dalam mengukur kinerja lembaga dan personil

V- 76 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

pengelolanya. KPHP Dampelas Tinombo sebagai KPH Model akan

membangun sistem database-nya lebih awal sebelumnya memasarkan

produk-produknya kepada publik. Karena sistem database yang on-line

diharapkan KPHP ini mampu menembus pasar internasional dalam

menawarkan rencana produk pengelolaan hutannya.

Sehubungan dengan uraian tersebut, dengan sistem database yang

telah terbangun dapat dikembangkan menjadi sistem informasi kehutanan

KPHP Model Dampelas Tinombo (SISHUT KPHP Model Dampelas Tinombo).

Dalam Permnhut No.: P.02/Menhut-II/2010TentangSistem Informasi

Kehutanan. Untuk itu maka dalam pengembangan database KPHP Model

Dampelas Tinombo akan mengacu pada Permenhut tersebut dengan

beberapa batasan tentang sistem informasi kehutanan sbb.:

V Standar adalah acuan yang dipakai sebagai patokan dalam

penyelenggaraan sistem Informasikehutanan pada tingkat KPHP.

V Prosedur adalah metode atau tata cara untuk penyelenggaraan sistem

informasi kehutanan padatingkat KPHP

V Data adalah gambaran dari sekumpulan fakta, konsep atau instruksi yang

tersusun dalam suatu cara atau bentuk yang formal sehingga sesuai untuk

komunikasi, interpretasi atau pemrosesan secara manual atau otomasi.

V Data digital adalah data yang telah diubah dalam bentuk atau format yang

dapat dibaca oleh perangkat elektronik.

V Data spasial adalah data hasil pengukuran, pencatatan dan pencitraan

terhadap suatu unsur keruangan yang berada di bawah, pada atau di atas

permukaan bumi dengan poisisi keberadaannya mengacu pada sistem

koordinat nasional.

V- 77 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

V Data numerik adalah data yang merupakan atribut dari data spasial atau

data lain yang tidak terkait dengan aspek keruangan.

V Basis data adalah Koleksi dari sekumpulan data yang berhubungan atau

terkait satu sama lain, disimpan dan dikontrol bersama dengan suatu

skema atau aturan yang spesifik sesuai dengan struktur yang dibuat.

V Sistem Informasi Kehutanan adalah kegiatan pengelolaan data kehutanan

yang meliputi kegiatan pengumpulan, pengolahan dan penyajian serta tata

caranya secara digital.

V Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan,

menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis

dan/atau menyebarkan informasi.

Penerapan sistem informasi kehutananKPHP Model dimaksudkan

sebagai acuan dalam penyelenggaraansistem informasi kehutanan sebagai

norma, standar, prosedur dan kriteria dalam penyelenggaraan sistem

informasi kehutanan di tingkat KPHP.

Tujuan penetapan sistem informasi kehutanan KPHP adalah

terlaksananya penyelenggaraan sistem informasi kehutanan secara

terkoordinasi dan terintegrasi sebagai pendukung dalam prosespengambilan

keputusan serta peningkatan pelayanan bagi publik dan dunia usaha.

Jenis data kehutanan yang diperlukan dalampenyelenggaraan sistem

informasi kehutanan pada KPHP Model Dampelas Tinombo meliputi data: a.

Kawasan dan potensi hutan;b. Industri kehutanan;c. Perdagangan hasil

hutan;d. Rehabilitasi lahan kritis;e. Pemberdayaan masyarakat; danf. Tata

kelola kehutanan .

V- 78 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Data kawasan dan potensi Hutan antara lain meliputi:a. Luas kawasan

hutan dan perairan;b. Tata batas kawasan hutan;c. Luas kawasan hutan yang

telah ditetapkan;d. Luas dan letak perubahan fungsi dan peruntukan kawasan

hutan;e. Luas dan letak kesatuan pengelolaan hutan;f. Potensi hasil hutan

kayu;g. Potensi hasil hutan bukan kayu;h. Luas areal yang tertutup dan tidak

tertutup hutan;i. Luas dan letak areal penggunaan kawasan hutan;j. Jenis

flora dan fauna yang dilindungi;k. Gangguan keamanan hutan;l. Lokasi dan

luas areal kebakaran hutan; danm. Perlindungan hutan.

Data industri kehutanan antara lain meliputi:a. Jumlah dan luas izin usaha

pemanfaatan hasil hutan kayu;b. Jumlah dan luas izin usaha pemanfaatan

hasil hutan bukan kayu;c. Jumlah dan luas izin usaha pemanfaatan jasa

lingkungan dan wisata alam;d. Jumlah izin pengusahaan tumbuhan dan

satwa liar;e. Produksi kayu bulat dan kayu olahan (Produksi hasil hutan bukan

kayu dan Pelaksanaan sistem silvikultur intensif);f. Jumlah dan kapasitas

industri primer kehutanan; dang. Sertifikasi pengelolaan hutan.

Data perdagangan hasil hutan antara lain meliputi:a. Volume dan nilai

ekspor hasil hutan kayu dan bukan kayu;b. Volume dan nilai impor kayu bulat

dan kayu olahan;c. Nilai perdagangan tumbuhan dan satwa liar;d. Potensi

penyerapan dan perdagangan karbon;e. Nilai PNBP dari penggunaan

kawasan hutan; danf. Kontribusi sektor kehutanan terhadap Produk Domestik

Bruto.

Data rehabilitasi lahan kritis antara lain meliputi:a. Lokasi dan luas lahan

kritis berdasarkan DAS;b. Laju deforestasi dan degradasi;c. Hasil kegiatan

rehablitasi hutan dan lahan;d. Luas dan lokasi kegiatan reklamasi kawasan

hutan; dane. Pengembangan kegiatan perbenihan.

V- 79 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Data pemberdayaan masyarakat antara lain meliputi:a. Lokasi dan luas

hutan desa;b. Jumlah, letak dan luas areal hutan tanaman rakyat;c. Letak dan

luas areal hutan rakyat;d. Letak dan luas areal hutan kemasyarakatan;e.

Pengelolaan Hutan Bersama masyarakat (PHBM);f. Pembangunan

masyarakat desa hutan (PMDH);g. Peningkatan ekonomi masyarakat di

sekitar kawasan konservasi; danh. Peningkatan usaha masyarakat di sekitar

hutan produksi.

Data tata kelola kehutanan antara lain meliputi:a. Jumlah dan sebaran PNS

instansi kehutanan;b. Alokasi dan realisasi anggaran;c. Sarana dan

prasarana instansi kehutanan;d. Realisasi audit reguler dan khusus;e.

Penyuluhan kehutanan; danf. Teknologi produk dan informasi ilmiah.

Dalam rangka penyajian data-data tersebut mengikuti format pada

Lampiran Permenhut No.: P.02/Menhut-II/2010 atau perubahannya jika telah

ada.

M. Rasionalisasi Wilayah Kelola

Rasionalisasi wilayah kelola KPHP Model Dampelas Tinombo adalah

penting bagi pengembangan manajemen kawasan. Sejak terbentuknya KPHP

model tahun 2009 berbagai kegiatan telah dilakukan, terutama yang terkait

dengan perencanaan dan diskusi publik. Dalam proses perjalanan KPH ini

terbuka peluang untuk merasionalisasi kawasannya sesuai keadaan yang

berkembangan, baik yang terkait dengan perkembangan kebijakan dibidang

pengelolaan hutan maupun yang terkait dengan kondisi hutan di tingkat

tapak.

Sejak tahun 2009, KPHP Model Dampelas Tinombo telah memiliki

dokumen rancangan model pengelolaan kawasan, dan dokumen ini menjadi

V- 80 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

dasar penyusunan rencana aksi tahun 2010, dengan luas KPHP mencapai

103.208,66 ha.Selanjutnya sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan

Nomor SK.79/MENHUT-II/2010 Tentang Peta PenetapanwilayahKesatuan

Pengelolaan Hutan Lindung danKesatuan Pengelolaan Hutan

ProduksiProvinsi Sulawesi Tengah, KPHP Model Dampelas Tinombo yang

sebelumnya adalah Unit V berubah menjadi Unit IV dengan luas seluruhnya

mencapai 112.687,70 ha. Dari hasil verifikasi data luas Dinas Kehutanan

Provinsi Sulawesi Tengah terdapat areal KSA seluas 30 ha dan badan air

seluas 190 ha. Dalam perencanaan ini badan air tidak dikeluarkan karena

diasumsikan sebagai areal sawah maka luas total seluruhnya menjadi

112.687,70 ha. Adapun tambahan lokasi KPHP Model Dampelas Tinombo

adalah kelompok HPT di wilayah Desa Silempu s.d. Ogoamas Kecamatan

Sojol dan Sojol Utara Kabupaten Donggala.

Rasionalisasi model pengelolaan kawasandilakukan beberapa hal,

seperti dengan diadakan rencana pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu

untuk dengan khusus, seperti perlunya memberikan ruang hidup di wilayah

KPHP bagi KAT suku Lauje dan Tajio, area untuk pemanfaatan karbon, dll.

Dalam proses pengelolaan KPHP Model 10 tahun kedepan, apabila

dalam rentang waktu tersebut terdapat beberapa rencana usaha yang tidak

memungkinkan dilaksanakan setelah dilakukan studi-studi kelayakan ataupun

terdapat rencana kegiatan yang belum teridentifikasi saat penyusunan

rencana ini maka dapat dilakukan rasionalisasi wilayah kelola. Termasuk

dalam rasionalisasi ini adalah pengurangan dan atau penambahan luas areal

wilayah kelola pada kegiatan usaha-usaha tertentu dalam wilayah KPHP

Model.

V- 81 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Dalam rasionalisasi wilayah kelola KPH model Dampelas Tinombo

yang terpenting dilakukan dengan segera adalah penyelarasan/sinkronisasi

batas-batas luar wilayah KPH, antara peta hasil tata batas luar kawasan

hutan wilayah KPH model oleh Dishut Sulteng dengan peta penetapan KPHP

oleh Menhut sesuai Lampiran 2 Surat Keputusan Menhut Nomor

SK.79/Menhut-II/2010 tanggal 10 Februari 2010.

N. Review Rencana Pengelolaan (Minimal 5 tahun sekali)

Seperti halnya dengan rasionalisasi wilayah kelola, maka review

rencana pngelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo memungkinkan pula

dilakukan, selama proses dan maksud serta tujuan review tidak menyalahi

peraturan perundang-undangan yang ada.

Untuk contoh, apabila dalam proses pelaksanaan pengelolaan, di

wilayah KPHP ternyata terdapat potensi tambang tentunya dapat dilakukan

review untuk mengakomodir rencana inivestasi tersebut. Namun demikian

dalam merencanakan investasi tambang di wilayah KPHP Model perlu

dilakukan secara ekstra hati-hati oleh Pengelola KPHP, karena hampir

seluruh wilayah KPH ini rentang terhadap bencana alam, dan kawasan hutan

yang ada menjadi penyangga utama bagi permukiman dan lahan pertanian

pada enam kecamatan di kawasan bawahannya. Karena itu, setiap rencana

pengelolaan kawasan hutan terkait dengan rencana investasi tambang perlu

mendapat persetujuan tertulis dari kelompok-kelompok masyarakat yang

akan terkena dampaknya, yang disaksikan oleh LSM, Pemerintah Desa dan

Kecamatan.

Rencana review pengelolaan hutan di wilayah KPHP Model Dampelas

Tinombo yang rencananya dilakukan minimal lima tahun sekali adalah waktu

V- 82 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

cukup mengukur suatu kinerja pengelolaan hutan. Tentunya terhadap

pengelolaan hutan yang dinilai menjadi penyumbang dampak negatif besar

bagi lingkungan serta menjadi sumber potensi konflik besar perlu dievaluasi

kelayakan eksistensinya.

Review dimaksudkan pula untuk mensingkronkan setiap perubahan

kebijakan pemerintah di bidang pengelolaan hutan yang mungkin terjadi

selama jangka waktu tertentu pengelolaan hutan, seperti perubahan

perundang-undangan di bidang kehutanan, perubahan peraturan pemerintah

terkait pengelolaan dan pemanfaatan hasil hutan, dsb.

O. Pengembangan Investasi

Rencana pengembangan investasi di wilayah KPHP Model Dampelas

Tinombo didasarkan pada peluang, kekuatan, ancaman dan tantangan

terhadap setiap rencana investasi di wilayah ini.

Guna menyakinkan investor menanamkan modalnya di wilayah KPHP

dilakukan analisis kelayakan terhadap beberapa rencana usaha pemanfaatan

hutan yang diselenggarakan oleh KPHP Model Dampelas Tinombo.

Rencana Pengembangan Investasi di wilayah KPHP Model Dampelas

Tinombo difokuskan pada perhitungan kelayakan usaha pemanfaatan hutan

produksi melalui pembangunan hutan tanamanseperti pembangunan hutan

tanaman rakyat, hutan tanaman industri atau hutan tanaman lainnya,

termasuk kegiatan rehabilitasi hutan.

Pembiayaan dan Tata Waktu:

• Besarnya anggaran pembangunan hutan tanaman lima tahun terakhir

dari berbagai sumber anggaran beserta realisasinya dijadikan acuan

dalam merencanakan jumlah anggaran untuk lima tahun berikutnya.

V- 83 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

• Rencana anggaran pada dasarnya merupakan terjemahan dari input

menjadi unit uang dengan menggunakan satuan biaya (unit cost ) yang

berlaku serta asumsi-asumsi tertentu.

• Satuan biaya yang digunakan didasarkan pada hasil studi lapangan

pada waktu dan tempat tertentu dan/atau ketetapan instansi-instansi

yang berwenang.

• Pembiayaan kegiatan pembangunan hutan tanaman bersumber dari

APBN/APBD dan sumber-sumber lain yang berpotensi membiayai

kegiatan pada untuk masa lima tahun kedepan (masa review rencana

pengelolaan hutan).Selain pembiayaan tersebut, pembiayaan kegiatan

juga dapat berasal dari DBH DR, DAK Bidang Kehutanan, dan lain-lain

termasuk pembiayaan secara swadaya masyarakat maupun

kemitraan.

• Analisis finansial dilaksanakan untuk menentukan sampai seberapa

besar suatu program/kegiatan dapat memberikan manfaat yang lebih

besar dari biaya (investasi) yang diperlukan dari sudut ekonomi

maupun perbaikan kondisi lingkungan.

• Analisa finansial merupakan alat bagi pembuat keputusan untuk

menetapkan layak atau tidaknya suatu program/kegiatan dilaksanakan.

• Keuntungan atau manfaat dari program/kegiatan dapat berupa

keuntungan langsung, atau tidak langsung dan tidak dapat dinilai

dengan uang ( intangable ), misalnya perbaikan lingkungan hidup,

perbaikan iklim mikro, meningkatkan stabilitas nasional dan

sebagainya.

V- 84 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

• Pendekatan kelayakan ekonomi digunakan untuk menilai kegiatan atau

program dengan cara menghitung: a. Net Present Value (NPV); b.

Internal Rate of Return (IRR); c. Benefit Cost Ratio (BCR);

• Analisis finansial hanya dilakukan untuk rencana usaha di kawasan

hutan produksi, karena kegiatan pada hutan lindung lebih

dititikberatkan kepada upaya konservasi dan perbaikan lingkungan.

Analisis Kelayakan Ekonomi:

Analisis kelayakan ekonomi bertujuan untuk mengetahui tingkat

kelayakan ekonomi dari kegiatan usaha yang akan dilaksanakan ditinjau dari

segi ekonomi. Kriteria yang digunakan dalam analisis ekonomi ini adalah Net

Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Benefit Cost Ratio

(BCR).

NPV merupakan keuntungan bersih di akhir tahun proyek yaitu jumlah

benefit dikurangi biaya di akhir tahun proyek. Dengan kata lain NPV

merupakan selisih antara “ present value benefit ” dan “ present value ” dari

biaya yang dinyatakan dengan rumus:

NPV merupakan tingkat keuntungan/profitabilitas relatif. n t NPV = ∑ [Bt – Ct]/[1+i] t-i Keterangan: Bt = manfaat proyekpada tahun t Ct = biaya pada tahun t i = discount rate (tingkat bunga) t = umur proyek..

Kriteria penilaian:

Bila nilai NPV < 1 dan positip berarti proyek dapat dilaksanakan,

karena akan memberikan manfaat.

V- 85 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Bilai nilai NPV = 0, berarti proyek tersebut mengembalikan persis

sebesar biaya (cost) yang dilakukan.

Bila nilai NPV < 0, berarti proyek tidak akan memberikan manfaat

sehingga tidak layak dilaksanakan.

IRR adalah nilai discount rate (i) sehingga NPV program/proyek

sama dengan nol. NPV dapat dinyatakan dengan persamaan:

n t NPV = ∑ [Bt – Ct]/[1+IRR] = 0 t-i

Kriteria penilaian:

Bilai nilai IRR > social discount rate , maka program/proyek layak

dilaksanakan.

Bilai nilai IRR < social discount rate , maka program/proyek tidak layak

dilaksanakan.

BCR adalah perbandingan antara benefit dan cost yang sudah

disesuaikan nilai sekarang ( present value ). B/C ratio dapat dinyatakan

dengan persamaan:

n tn t B/C = ∑ { [Bt]/[1+ t] }/{ ∑ { [Ct]/[1+ i] } t-it-i

Kriteria penilaian:

Bila nilai BCR > 1 berarti proyek layak untuk dilaksanakan.

Bila nilai BCR < 1 berarti proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

Beberapa asumsi yang dijadikan dasar dalam perhitungan analisis

ekonomi proyek ini adalah:

V- 86 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

a. Pelaksanaan proyek ditetapkan minimal 15 tahun untuk jenis kayu-

kayuan, sedangkan untuk jenis tanaman tahunan (buah-buahan)

dietapkan 5 tahun.

b. Satuan harga diambil pada tahun berjalan.

c. Tingkat suku bunga ( interest ) sama dengan tingkat suku bunga di bank.

Penetapan angka suku bunga ini didasarkan pada kecenderungan yang

nampak, bunga tabungan jangka panjang berdasarkan harga yang berlaku

(nominal) di sektor moneter rerata diperkirakan berada di tingkat nilai

bunga per tahun. Dengan perkiraan tingkat inflasi normal dalam jangka

panjang per tahun selama lima belas tahun, maka tingkat suku bunga riil

per tahun dapat ditentukan.

d. Setiap kegiatan proyek dibebankan pada sumber dana APBN/APBD

Provinsi, dan atau bantuan dana dari sumber-sumber sah lainnya.

Hasil analisis kelayakan finansial pada kegiatan rencana usaha

pemanfaatan hutan tanaman, termasuk rehabilitasi hutan (reboisasi dan

pengkayaan rebosiasi) pada kawasan Hutan Produksi, baik dalam pola

pertanaman campuran jenis kayu-kayuan dengan MPTS maupun dalam pola

pertanaman monokultur kayu-kayuan diuraikan sbb.:

V Standar per Ha Tanaman pada Hutan Produksi dengan jumlah

tanaman 1.100 batang/hektar yang akan diterapkan: Sebanyak 990

btg/ha jenis Tanaman Kayu-kayuan (90%) jenis Nyatoh/Palapi, Jati/

Mahoni/Jabon dan jenis tanaman MTPS Kemiri/dll. sebanyak 110

btg/ha (10%).

V Standar per Ha Tanaman Pengkayaan pada Hutan Produksi dengan

jumlah tanaman 400 batang/hektar yang akan diterapkan: Sebanyak

V- 87 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

360 btg/ha jenis Tanaman Kayu-kayuan (90%) jenis

Trembesi/Agatis/dll. dan jenis tanaman MTPS Kemiri/dll. sebanyak 40

btg/ha (10%).

V Standar per Ha Tanaman pada Hutan Produksi dengan jumlah

tanaman 1.100 batang/hektar yang akan diterapkan: Sebanyak 1.100

btg/ha jenis Tanaman Kayu-kayuan (100%) jenis Nyatoh/Palapi, Jati/

Mahoni/Jabon/dll.

Pendapatan Unit Kegiatan Rencana Usaha Hutan Tanaman:

Pendapatan setiap unit kegiatan usaha diperoleh dari nilai output yang

bisa dihasilkan unit kegiatan. Untuk kepentingan penyusunan dokumen

rencana ini, pendapatan setiap unit kegiatan usaha diperoleh dari hasil

penjualan hasil hutan kayu-kayuan dan MPTS.

Harapan hasil kayu dan biji kemiri dapat diperoleh sejak pemanenan

pertama (umur 10 tahun hasil penjarangan) dan pemanenan akhir (umur 15

tahun) untuk jenis kayu-kayuan dan mulai tahun ke-5 untuk biji kemiri sbb.:

‹ Untuk jenis kayu pertukangan berdaur sedang (Nyatoh, Palapi, Jabon,

dll.) pola monokultur kayu-kayuan (100%) dan pola campuran (90% kayu-

kayuan) dengan populasi tanaman RH sebanyak 1.100 btg/ha pada hutan

produksi diasumsikan dapat diperoleh hasil kayu dari hasil pemanenan

penjarangan II tahun ke-10dengan taksiran sejumlah 28,82-32,03 m³/ha

(setara 89-99 pohon/ha atau intensitas penjarangan 10% dari 891-990

phn/ha dan rata-rata diameter batang setinggi dada 27,6 cm serta rata-

rata tinggi bebas cabang 11 m). Selanjutnya pada panen akhir tahun ke-

15 diasumsikan dapat diperoleh sejumlah 744,73- 827,48 m³/ha (setara

842-935 pohon/ha sisa hasil penjarangan dan rata-rata diameter batang

V- 88 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

setinggi dada 36,36 cm serta rata-rata tinggi bebas cabang 17,2 m).

Perkiraan harga jenis komoditi kayu kelas I, II dan IIIyang berlaku saat

dipasaran dengan harga Rp. 2.000.000/m³ dan untuk hasil penjarangan

dengan harga Rp. 500.000/m 3.

‹ Untuk kegiatan tanaman pengkayaan (400 btg/ha) pada Hutan Produksi

pola pertanaman campuran (90% kayu-kayuan dan10% MPTS jenis

Kemiri/dll.) diasumsikan dapat diperoleh hasil kayu dari hasil penjarangan

ke-II (tahun ke-10) sebesar 10,48 m3/ha (setara 32 phn/ha atau intensitas

penjarangan 10% dari 324 phn/ha dan rata-rata diameter batang setinggi

dada 27,6 cm serta rata-rata tinggi bebas cabang 11 m). Selanjutnya

pada panen akhir tahun ke-15 sejumlah 270,81 m³/ha (setara 306

pohon/ha dengan dan rata-rata diameter batang setinggi dada 36,36 cm

serta rata-rata tinggi bebas cabang 17,2 m).

‹ Untuk jenis kayu penghasil buah/biji (Kemiri/dll.) hutan produksi

diasumsikan dapat diperoleh hasil biji kemiri bentuk gelondongan mulai

hasil tahun ke-5 s.d. tahun ke-15, dan setelah tahun ke-15 hingga umur

kemiri 70 tahun (setelah umur 70 tahun kemiri menurun produksi bijinya).

Mulai tahun ke-5 diasumsikan kemiri mulai memperoduksi biji dengan

taksiran sejumlah 75kg/phn/thn, hingga tahun ke-15 sejumlah 125

kg/phn/thn. Harga biji kemiri gelondongan saat di pasaran berkisar Rp.

3.800/kg – Rp. 5.700/kg. Untuk keperluan perhitungan ini digunakan

harga Rp. 5.000/kg. Dari proporsi tanaman kemiri yang direncanakan

yaitu 10% pada Hutan Produksi, dapat diperoleh hasil sbb.:

V Pada kegiatan pembuatan tanaman di Hutan Produksi (90% kayu-

kayuan dan 10% MPTS Kemiri dari populasi tanaman 1.100 btg/ha),

V- 89 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

diasumsikan dapat diperoleh hasil sebesar 8,25 ton/ha/thn pada

tahun ke-5, sebesar 11 ton/ha/thn pada tahun ke-10, dan sebesar

13,75 ton/ha/thn pada tahun ke-15.

V Pada kegiatan Pembuatan Tanaman Pengkayaan di Hutan Produksi

(90% kayu-kayuan dan 10% MPTS Kemiri dari populasi tanaman 400

btg/ha), diasumsikan dapat diperoleh hasil sebesar 3 ton/ha/thn pada

tahun ke-5, sebesar 4 ton/ha/thn pada tahun ke-10, dan sebesar 5

ton/ha/thn pada tahun ke-15.

Harga komoditas di atas merupakan dasar dalam analisis finansial

setiap unit usaha tanaman kayu-kayuan, dan MPTS pada kegiatan usaha

hutan tanaman termasuk kegiatan rehabilitasi hutan (reboisasi dan

pengkayaan reboisasi) pada hutan produksi seperti tercermin dalam dalam

cash flow . Apabila harga tersebut di atas dikalikan dengan jumlah volume

produksi (m³, kg atau ton) akan diperoleh perkiraan pendapatan untuk jenis

komoditi yang diusahakan di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo

bersama-sama masyarakat pengguna lahan hutan.Adapun taksiran

pendapatan disajikan pada Tabel 5.20 berikut.

Tabel 5.20. Taksiran Pendapatan Nominal Unit Usaha HutanTanaman (Per Hektar) Total Pendapatan No. Jenis Unit Usaha (Rp.) Unit Usaha Hutan Tanaman Jenis Kayu-kayuan 90% (Nyatoh/Palapi/ 1. Jati/Jabon/ dll.) dan MPTS 10% (Kemiri, dll.) Per Hektar pada Kawasan 2,183,574,250 Hutan Produksi:Populasi Tanaman 1.100 Btg/Ha. Unit Usaha hutan Tanaman Jenis Kayu-kayuan 100% (Nyatoh/ Palapi/ 2. Jati/Jabon/dll.) Per Hektar pada Kawasan Hutan Produksi: Populasi 1,815,082,500 Tanaman 1.100 Btg/Ha. Unit Usaha Hutan Tanaman Pengkayaan Jenis Kayu-kayuan 90% 3. (Nyatoh/ Palapi/Jati/Jabon/dll.), dan MPTS 10% (Kemiri/ dll.) Per 794,027,000 Hektar pada Kawasan Hutan Produksi : Populasi Tanaman 400 B tg/Ha .

Keuntungan Finansial ( Commercial Profitability )

Kriteria yang dipilih dalam analisis ini adalah berupa angka nilai sekarang netto (NPV) yakni keuntungan dalam nilai rupiah dengan memasukkan biaya

V- 90 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo opportunitas modal (bunga), rasio pendapatan biaya terdiskon ( BC ratio ) yakni tingkat keterhubungan relatif terhadap biaya termasuk biaya bunga, serta prosentase keuntungan internal ( internal/financial rate of return atau

IRR/FRR ).yakni tingkat keuntungan mutlak dinyatakan dalam prosentase biaya.

Seperti telah dijelaskan bahwa perhitungan besarnya NPV dan BCR didasarkan biaya suku bunga riil sebesar modal yang menjadi beban investor kepada kridetur (seluruh biaya unit kegiatan dianggap berasal dari pinjaman) yakni sebesar 9%. Demikian juga halnya dengan tingkat keuntungan yang digunakan sebagai angka pembanding IRR yang ditemukan.

Cash flow untuk memperkirakan harapan NPV, BCR dan IRR unit kegiatan usaha secara rinci disajikan pada Tabel 5.23 s.d Tabel 5.25 Pada tabel tersebut dapat ditemukan tingkat keuntungan unit kegiatan usaha masyarakat diukur dari kriteria yang digunakan seperti terlihat pada Tabel 5.21 berikut.

Tabel 5.21. Tingkat Keuntungan Unit UsahaHutan Tanaman(Per Hektar) NPV IRR No. Jenis Unit Usaha BCR (Rp.) (%) Unit Usaha Hutan Tanaman Jenis Kayu-kayuan 90% (Nyatoh/Palapi/ Jati/Jabon/ dll.) dan MPTS 10% (Kemiri, 1. 379,240,267 2.16 22.40 dll.) Per Hektar pada Kawasan Hutan Produksi:Populasi Tanaman 1.100 Btg/Ha. Unit Usaha hutan Tanaman Jenis Kayu-kayuan 100% 2. (Nyatoh/ Palapi/ Jati/Jabon/dll.) Per Hektar pada Kawasan 277,229,305 2.11 21.20 Hutan Produksi: Populasi Tanaman 1.100 Btg/Ha. Unit Usaha Hutan Tanaman Pengkayaan Jenis Kayu- kayuan 90% (Nyatoh/ Palapi/Jati/Jabon/dll.), dan MPTS 3. 136,220,196 2.13 22.26 10% (Kemiri/ dll.) Per Hektar pada Kawasan Hutan Produksi: Populasi Tanaman 400 Btg/Ha.

Dari hasil perhitungan seperti hasil pada Tabel 5.26 di atas, dapat diketahui bahwa pada tingkat suku bunga konstan yang menjadi beban program ini (9% konstan dan 17% nominal), dapat diharapkan bahwa program yang diusahakan bisa menunjukkan keuntungan relatif (NPV) positip, dan rasio pendapatan biaya (BCR) lebih besar dari satu. Sejalan dengan NPV dan BCR, demikian juga halnya pada sisi IRR-nya. Angka harapan IRR untuk unit kegiatan

V- 91 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo usaha hutan tanaman ternyata lebih dari nilai opportunitas kapital bagi unit kegiatan ini (9% konstan, atau 17% per tahun).Berdasarkan hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa prospek finansial strategi unit usahahutan tanaman di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo menurut nilai harapan keuntungan finansialnya adalah layak untuk dilaksanakan.

Analisis selanjutnya adalah analisis biaya dan pendapatan nominal unit usaha hutan tanaman (tidak memasukkan unsur biaya bunga modal), dapat dikatakan bahwa unit kegiatan usaha yang diusulkan cukup prospektif. Hal ini ditunjukkan dari nilai keuntungan nominal yang positip. Tingkat keuntungan nominal rencana umum ini disajikan pada Tabel 5.22 berikut.

Tabel 5.22. Tingkat Keuntungan Nominal Unit Usaha Hutan Tanaman (Per Hektar)

Total Biaya Total Pendapatan Keuntungan No. Jenis Unit Usaha (Rp.) (Rp.) (Rp.)

Unit Usaha Hutan Tanaman Jenis Kayu-kayuan 90% (Nyatoh/Palapi/ Jati/Jabon/ dll.) dan MPTS 10% 1. 992,251,013 2,183,574,250 1,191,323,238 (Kemiri, dll.) Per Hektar pada Kawasan Hutan Produksi:Populasi Tanaman 1.100 Btg/Ha. Unit Usaha hutan Tanaman Jenis Kayu-kayuan 100% (Nyatoh/ Palapi/ 2. Jati/Jabon/dll.) Per Hektar pada 833,629,725 1,815,082,500 981,452,775 Kawasan Hutan Produksi: Populasi Tanaman 1.100 Btg/Ha. Unit Usaha Hutan Tanaman Pengkayaan Jenis Kayu-kayuan 90% (Nyatoh/ Palapi/Jati/Jabon/dll.), dan 3. 362,757,750 794,027,000 431,269,250 MPTS 10% (Kemiri/ dll.) Per Hektar pada Kawasan Hutan Produksi: Populasi Tanaman 400 Btg/Ha.

Untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan usaha hutan

tanaman harus didukung dengan biaya yang cukup untuk menjamin

ketersediaan sumber daya yang diperlukan. Untuk itu perlu dilakukan

perhitungan yang cermat agar sumber daya yang dibutuhkan selalu

tersedia.

V- 92 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Penyelenggaraan kegiatan usaha hutan tanaman pada hutan

produksi yang telah dibebani izin pemanfaatan hutan atau izin penggunaan

kawasan hutan dibiayai oleh pemegang izin.

Dasar pertimbangan yang digunakan dalam menentukan

pembiayaan kegiatan usaha hutan tanamantermasuk rehabilitasi hutan

didasarkan kepada:

a. Keputusan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan (BUK) tentang

penetapan biaya satuan yang terbaru.

b. Keputusan Direktur Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan

Sosial (BPDASPS) tentang penetapan biaya satuan bidang reboisasi dan

rehabilitasi lahan yan terbaru.

c. Standarisasi Kebutuhan Tenaga Kerja (HOK/Ha) dari pejabat berwenang.

d. Standar biaya di wilayah kerja sasaran kegiatandari hasil pengamatan

lapangan dan konsultasi dengan instansi terkait.

e. Harga satuan pokok kegiatan Provinsi Sulawesi Tengah atau Kabupaten

yang terbaru.

f. Kemungkinan kenaikan harga dalam kurun 5 (lima) tahun.

Besar upah pekerja yang berlaku di Wilayah Kabupaten Parigi

Moutong dan Kabupaten Donggala berkisar antara Rp. 40.000,- s.d. Rp.

50.000.- per hari pada tahun 2010/2011, dan pada tingkat Provinsi Sulawesi

Tengah sebesar Rp. 50.000.- per hari. Dengan demikian dalam perhitungan

kebutuhan biaya RH periode 2012-2014 digunakan standar upah pekerja Rp.

40.000.-. per hari. Hal ini sesuai pula dengan standar upah tingkat regional

wilayah III (termasuk di dalamnya Provinsi Sulawesi Tengah) yang

dikeluarkan oleh Ditjen RLPS untuk tahun anggaran 2011.

V- 93 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Mengingat perencanaan ini masih semi definitif maka untuk harga bibit

tanaman kayu-kayuan dan MPTS masih dapat disesuaikan dengan

perkembangan harga dasar yang berlaku di Kabupaten Parigi Moutong dan

Kabupaten Donggala sesuai dengan tahun penyelenggaraan kegiatan RH,

termasuk harga bahan dan peralatan.

V- 94 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Tabel 5.23.Cash Flow Analisis Finansial Unit Usaha Hutan Tanaman untuk Jenis Kayu-kayuan 100% (Nyatoh/Palapi/Cempaka/Jabon, dll.) Per Hektar Pada Kawasan Hutan Produksi: Populasi tanaman 1.100 Btg/Ha. Tahun No. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10, 11 12 13 14 15, JUMLAH Proyek 1 Total Biaya 5,747,600 1,495,000 800,000 800,000 800,000 800,000 800,000 800,000 800,000 800,000 72,059,625 800,000 800,000 800,000 800,000 744,727,500 833,629,725 Total nilai 2 ------160,132,500 - - - - 1,654,950,000 1,815,082,500 produksi Nilai sekarang 3 ------67,976,246 - - - - 458,421,150 526,397,396 total produksi Nilai 4 5,747,600 1,371,663 673,200 618,000 567,200 520,800 477,600 438,400 402,800 369,600 30,589,311 311,600 286,400 263,200 241,200 206,289,518 249,168,091 sekarang Faktor 5 1.00000 0.91750 0.84150 0.77250 0.70900 0.65100 0.59700 0.54800 0.50350 0.46200 0.42450 0.38950 0.35800 0.32900 0.30150 0.27700 9.08 diskonto 9% 6 NPV 9 % (5,747,600) (1,371,663) (673,200) (618,000) (567,200) (520,800) (477,600) (438,400) (402,800) (369,600) 37,386,935 (311,600) (286,400) (263,200) (241,200) 252,131,633 277,229,305 7 B/C rasio - 2.11

Laba/Arus 8 (5,747,600) (1,495,000) (800,000) (800,000) (800,000) (800,000) (800,000) (800,000) (800,000) (800,000) 88,072,875 (800,000) (800,000) (800,000) (800,000) 910,222,500 981,452,775 Kas 9 % Faktor 9 diskonto 1.0000 0.8545 0.7305 0.6250 0.5340 0.4565 0.3900 0.3340 0.2855 0.2440 0.2090 0.1785 0.1525 0.1305 0.1120 0.0960 6.33 17% 10 NPV 17 % (5,747,600) (1,277,478) (584,400) (500,000) (427,200) (365,200) (312,000) (267,200) (228,400) (195,200) 18,407,231 (142,800) (122,000) (104,400) (89,600) 87,381,360 95,425,113 11 IRR (%) 21.20

V- 95 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Tabel 5.24.Cash Flow Analisis Finansial Unit Usaha Hutan Tanaman untuk Jenis Kayu-kayuan 90% (Nyatoh/Palapi/Cempaka/Jabon, dll.), dan MPTS 10% (Kemiri/dll.) Per Hektar Pada Kawasan Hutan Produksi: Populasi tanaman 1.100 Btg/Ha. Tahun No, 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10, 11 12 13 14 15, JUMLAH Proyek 1 Total Biaya 5,747,600 1,495,000 800,000 800,000 800,000 18,562,500 18,562,500 18,562,500 18,562,500 18,562,500 89,603,663 24,750,000 24,750,000 24,750,000 24,750,000 701,192,250 992,251,013 Total nilai 2 - - - - - 41,250,000 41,250,000 41,250,000 41,250,000 41,250,000 199,119,250 55,000,000 55,000,000 55,000,000 55,000,000 1,558,205,000 2,183,574,250 produksi Nilai sekarang 3 - - - - - 26,853,750 24,626,250 22,605,000 20,769,375 19,057,500 84,526,122 21,422,500 19,690,000 18,095,000 16,582,500 431,622,785 705,850,782 total produksi Nilai 4 5,747,600 1,371,663 673,200 618,000 567,200 12,084,188 11,081,813 10,172,250 9,346,219 8,575,875 38,036,755 9,640,125 8,860,500 8,142,750 7,462,125 194,230,253 326,610,514 sekarang Faktor 5 1.00000 0.91750 0.84150 0.77250 0.70900 0.65100 0.59700 0.54800 0.50350 0.46200 0.42450 0.38950 0.35800 0.32900 0.30150 0.27700 9.08 diskonto 9% 6 NPV 9 % (5,747,600) (1,371,663) (673,200) (618,000) (567,200) 14,769,563 13,544,438 12,432,750 11,423,156 10,481,625 46,489,367 11,782,375 10,829,500 9,952,250 9,120,375 237,392,532 379,240,267 7 B/C rasio - 2.16

Laba/Arus 8 (5,747,600) (1,495,000) (800,000) (800,000) (800,000) 22,687,500 22,687,500 22,687,500 22,687,500 22,687,500 109,515,588 30,250,000 30,250,000 30,250,000 30,250,000 857,012,750 1,191,323,238 Kas 9 % Faktor 9 diskonto 1.0000 0.8545 0.7305 0.6250 0.5340 0.4565 0.3900 0.3340 0.2855 0.2440 0.2090 0.1785 0.1525 0.1305 0.1120 0.0960 6.33 17% 10 NPV 17 % (5,747,600) (1,277,478) (584,400) (500,000) (427,200) 10,356,844 8,848,125 7,577,625 6,477,281 5,535,750 22,888,758 5,399,625 4,613,125 3,947,625 3,388,000 82,273,224 152,769,304 11 IRR (%) 22.40

V- 96 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Tabel 5.25.Cash Flow Analisis Finansial Unit Usaha Hutan Tanaman untuk Jenis Kayu-kayuan 90% (Nyatoh/Palapi/Cempaka/Jabon, dll.), dan MPTS 10% (Kemiri/dll.) Per Hektar Pada Kawasan Hutan Produksi: Populasi tanaman 400 Btg/Ha Tahun No. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 JUMLAH Proyek 1 Total Biaya 2,665,600 920,000 620,000 620,000 620,000 6,750,000 6,750,000 6,750,000 6,750,000 6,750,000 32,583,150 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 254,979,000 362,757,750 Total nilai 2 - - - - - 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 72,407,000 20,000,000 20,000,000 20,000,000 20,000,000 566,620,000 794,027,000 produksi Nilai sekarang 3 - - - - - 9,765,000 8,955,000 8,220,000 7,552,500 6,930,000 30,736,772 7,790,000 7,160,000 6,580,000 6,030,000 156,953,740 256,673,012 total produksi 4 Nilai sekarang 2,665,600 844,100 521,730 478,950 439,580 4,394,250 4,029,750 3,699,000 3,398,625 3,118,500 13,831,547 3,505,500 3,222,000 2,961,000 2,713,500 70,629,183 120,452,815 Faktor 5 1.00000 0.91750 0.84150 0.77250 0.70900 0.65100 0.59700 0.54800 0.50350 0.46200 0.42450 0.38950 0.35800 0.32900 0.30150 0.27700 9.08 diskonto 9% 6 NPV 9 % (2,665,600) (844,100) (521,730) (478,950) (439,580) 5,370,750 4,925,250 4,521,000 4,153,875 3,811,500 16,905,224 4,284,500 3,938,000 3,619,000 3,316,500 86,324,557 136,220,196 7 B/C rasio - 2.13

Laba/Arus Kas 8 (2,665,600) (920,000) (620,000) (620,000) (620,000) 8,250,000 8,250,000 8,250,000 8,250,000 8,250,000 39,823,850 11,000,000 11,000,000 11,000,000 11,000,000 311,641,000 431,269,250 9 % Faktor 9 1.0000 0.8545 0.7305 0.6250 0.5340 0.4565 0.3900 0.3340 0.2855 0.2440 0.2090 0.1785 0.1525 0.1305 0.1120 0.0960 6.33 diskonto 17% 10 NPV 17 % (2,665,600) (786,140) (452,910) (387,500) (331,080) 3,766,125 3,217,500 2,755,500 2,355,375 2,013,000 8,323,185 1,963,500 1,677,500 1,435,500 1,232,000 29,917,536 54,033,491 11 IRR (%) 22.26

V- 97 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Selanjutnya sebagai gambaran bagi KPHP model Dampelas Tinombo

dalam berinvestasi periode 10 tahun ke depan (2013-2022) disajikan pula

laba arus kas, NPV, B/C rasio dan IRR seperti pada Tabel 5.26 berikut.

V- 98 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Tabel 5.26. Analisis Finansial Unit Usaha KPHP Model Dampelas Tinombo Periode Tahun 2013-2022 No. Tahun Proyek Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Jumlah 1 Total Biaya 6.159.279 13.617.970 14.091.129 16.164.481 17.903.832 25.863.912 42.345.234 41.436.978 41.579.752 43.759.582 262.922.150 2 Total nilai produksi 160.574 117.430 23.479.246 23.488.167 23.414.576 48.047.141 78.034.767 77.967.582 78.078.160 351.084.360 703.872.005 3 Nilai sekarang total produksi 160.574 107.742 19.757.786 18.144.609 16.600.935 31.278.689 46.586.756 42.726.235 39.312.354 162.200.974 376.876.654 4 Nilai sekarang 6.159.279 12.494.487 11.857.685 12.487.062 12.693.817 16.837.407 25.280.105 22.707.464 20.935.405 20.216.927 161.669.638 5 Faktor diskonto 9% 1,00000 0,91750 0,84150 0,77250 0,70900 0,65100 0,59700 0,54800 0,50350 0,46200 7,00 6 NPV 9 % (5.998.704) (12.386.745) 7.900.101 5.657.547 3.907.118 14.441.282 21.306.651 20.018.771 18.376.948 141.984.047 215.207.016 7 B/C rasio 2,33

8 Laba/Arus Kas 9 % (5.998.704) (13.500.540) 9.388.117 7.323.685 5.510.744 22.183.229 35.689.533 36.530.604 36.498.408 307.324.778 440.949.855 9 Faktor diskonto 17% 1,0000 0,8545 0,7305 0,6250 0,5340 0,4565 0,3900 0,3340 0,2855 0,2440 5,45 10 NPV 17 % (5.998.704) (11.536.211) 6.858.020 4.577.303 2.942.737 10.126.644 13.918.918 12.201.222 10.420.295 74.987.246 118.497.470 11 IRR (%) 26,80

V- 99 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

V- 100 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

BAB VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Menteri Kehutanan melakukan pembinaan, pengendalian dan pengawasan teknis atas penyelenggaraan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan dan perlindungan hutan oleh KPHP. Dalam hal ini, Menteri dapat menugaskan kepada Gubernur untuk melakukan pembinaan, pengendalian dan pengawasan teknis.

Dalam pelaksanaannya, Gubernur menugaskan kepada Kepala Dinas

Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah untuk melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo. Selanjutnya secara berjenjang, Kepala UPTD KPHP Model Dampelas Tinombo melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian diwilayahnya sesuai tugas pokok dan fungsinya.

A. Pembinaan Aparat Teknis dan Aparat Terkait Pengelolaan KPH

Pembinaan pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo bertujuan

untuk meningkatkan pemahaman aparat serta kemampuan teknis dalam

mendukung kegiatan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan,

pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi

hutan dan perlindungan hutan oleh KPHP di wilayahnya.

Pembinaan antara lain pembinaan aparat teknis KPHP serta aparat

desa setempat yang terkait dengan kegiatan tata hutan dan penyusunan

rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan

hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan dan perlindungan hutan.

.

BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VI-1 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

B. Pengawasan dan Pengendalian

Pengawasan pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo bertujuan

untuk meningkatkan ketertiban, ketaatan pada peraturan perundang-

undangan serta meningkatkan kinerja aparat serta masyarakat pelaksana

kegiatan pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan

reklamasi hutan dan perlindungan hutan. Pengawasan antara lain

pengawasan fungsional oleh pusat maupun daerah.

Pengendalian adalah suatu proses atau upaya untuk mengurangi atau

menekan penyimpangan yang mungkin terjadi, sehingga diperoleh suatu hasil

sesuai dengan yang telah ditetapkan melalui pemantauan, pengawasan dan

penilaian kegiatan.

Oleh UPTD KPH Model Dampelas Tinombo, pengawasan dan

pengendalian kegiatan pengelolaan hutan di wilayah kerjanya menjadi sangat

penting mengingat dalam pelaksanaannya akan melibatkan banyak

stakeholder dalam pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, serta

rehabilitasi dan reklamasi hutan. Karena itu, UPTD KPH dalam menjalankan

tugas fungsinya perlu didukung standar operasi dan prosedur (SOP).

Sesuai dengan blok/petak dan rencana kegiatan pengelolaan hutan

KPHP model Dampelas Tinombo, terdapat sebanyak 4 blok (Inti pada HL,

Perlindungan pada HP, pemberdayaan masyarakat pada HP, pemanfaatan

pada HP dan HL). Blok-blok tersebut dijabarkan kedalam petak-petak

pengelolaan hutan yang dijabarkan menjadi rencana pengelolaan hutan sbb.:

V Blok Inti pada Hutan Lindung terbagi kedalam tujuh petak kelola untuk

tujuan perlindungan tata air, habitat satwa, serta flora dan fauna asli.

Blok/petak ini bukan untuk tujuan pemanfaatan.

BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VI-2 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

V Blok Perlindungan pada Hutan Produksi terbagi kedalam lima jenis rencana

kegiatan pengelolaan hutan yaitu (1) petak kelola perlindungan tata air (PL-

TA dengan jumlah 11 petak pada enam wilayah DAS), (2) petak kelola area

konservasi eboni (AKE dengan jumlah satu petak pada satu wilayah DAS),

(3) petak kelola perlindungan hutan pantai (KWL-Pantai Pesik) dan

rehabilitasi ekosistem mangrove (KWL-Mangrove Bau dan Siraru), (4)

petak perlindungan daerah penyangga atau buffer zone (BZ) pada batas

persekutuan hutan produksi dengan Cagar Alam dan Hutan Lindung.

V Blok Pemanfaatan pada Hutan Lindung dan Hutan Produksi.

‹ Pada kawasan Hutan Lindung dikelompokkan kedalam dua bentuk

pemanfaatan yaitu (a) rencana pemanfaatan/pemungutan hasil hutan

bukan kayu pada hutan alam (HHBK-HA) sebanyak 7 petak/lokasi, dan

(b) rencana pemanfaatan hasil hutan bukan kayu pada hutan tanaman

(HHBK-HT) sebanyak 4 petak/lokasi.

‹ Pada Hutan Produksi dikelompokkan kedalam bentuk pemanfaatan

sbb.: (a) hasil hutan kayu pada hutan alam dengan restorasi ekosistem

(HHK-RE) sebanyak 4 petak/lokasi, (b) hasil hutan kayu pada hutan

tanaman (HHK-HT) sebanyak 6 petak/lokasi, dan Ijin Usaha

Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Industri

(IUPHHK-HTI) sebanyak 4 .petak/lokasi, (c) hutan tanaman eks. HTI

PT. Tondo Murni (HT-eks. HTI) sebanyak 1 petak/lokasi, (d) hasil hutan

kayu pada hutan tanaman hasil rehabilitasi hutan (HHK-HT RH)

sebanyak 4 petak/lokasi.

V Blok Pemberdayaan Masyarakat (PMB) pada Hutan Produksi meliputi

rencana hutan kemasyarakatan (HKm), hutan desa (HD), dan hutan

BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VI-3 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

tanaman rakyat (HTR). Kegiatan HKm terbagi kedalam 23 petak/lokasi

(termasuk HKm RH). HD terbagi kedalam 31 petak/lokasi, dan HTR

sebanyak 6 petak/lokasi.

Dalam pelaksanaan rencana-rencana kegiatan tersebut, UPTD KPHP

Model Dampelas Tinombo perlu menyiapkan SOP sebagai alat kontrol

internal yang dapat dirumuskan dengan mengacu pada peraturan-peraturan

perundang-undangan yang telah ada sesuai jenis-jenis kegiatan usahanya.

Adapun jenis-jenis kegiatan usaha dan non-usaha pemanfaatan dan

penggunaan kawasan hutan di wilayah KPHP yang dinilai penting dirumuskan

SOP untuk selanjutnya diimplementasikan pada tingkat tapak sbb.:

1. Tata hutan dan perencanaan pengelolaan hutan produksi dan hutan

lindung sesuai jenis-jenis kegiatan usahanya.

2. Pelaksanaan pemanfaatan hutan yaitu: IUPHHK di HPT/HP (RE, HTR,

HTI, HT karet/dll., HTUL, HD, HKm), PHHBK di HL (rotan, getah,

buah/biji, lembah madu, dll.), IUPJL di HL/HPT/HP (WA, JAA,

PAN/RAP karbon).

3. Pelaksanaan rehabilitasi hutan pada LMU-terseleksi di lahan-lahan

kritis di wilayah KPHP dari 2 jenis kegiatan RH (reboisasi dan

pengkayaan reboisasi).

Selanjutnya SOP yang disusun minimal memuat hal-hal tentang:

rentang kendali unit-unit kegiatan pengelolaan/pemanfaatan hutan, tata kelola

administrasi dan keuangan UPTD KPHP, pendidikan-pelatihan-penyuluhan-

bimbingan teknis, rekruitmen dan promosi staf, koordinasi dan singkronisasi

serta sinegisitas, reward dan punishment , dan lain-lain.

BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VI-4 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo

Kaitannya dengan pembuatan SOP untuk kegiatan usaha

pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, penyusunan SOP

menggunakan skala prioritas, yaitu SOP disusun berdasarkan keberadaan

setiap jenis kegiatan usaha ataupun non-usaha di wilayah kerja KPH model

Dampelas Tinombo.

Dalam pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian

terhadap pengelolaan KPH model Damplelas Tinombo, mengacu pada

peraturan perundang-undangan yang ada, baik yang bersifat umum, khusus

maupun yang bersifat teknis.

BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VI-5 RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo

BAB VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Prinsip dan Model Pemantauan dan Evaluasi

Sesuai dengan rencana kegiatan pengelolaan hutan jangka panjang

KPHP model Dampelas Tinombo (Bab V), selanjutnya disusun rencana

pemantauan, evaluasi dan pelaporan pengelolaan KPH. Ketiga unsur

tersebut merupakan proses dalam pengukuran/penilaian kinerja KPH.

Karena itu, dalam pengukuran/penilaian kinerja, perlu digunakan prinsip

akuntabilitas, transparansi, efektivitas, efisiensi, dan

kesederhanaan/kemudahan . Akuntabel apabila hasilnya dapat

dipertanggungjawabkan. Transparan apabila dapat diakses, dimengerti, dan

dipantau oleh para pihak yang berkepentingan. Efektif apabila hasilnya

mampu memperoleh pembelajaran dan memberikan rekomendasi perbaikan

pengelolaan hutan. Efisien apabila korbanan sumberdaya (dana, SDM,

sapras) dapat diminimalkan tanpa mengorbankan efektifitas penilaian.

Sederhana/mudah apabila dilakukan dengan cara yang mudah namun

akurat.

Selanjutnya dalam pelaksanaan kegiatan pemantauan dan evaluasi

dikaitkan dengan aspek aktor (pelaku), prosedur, orientasi, kepuasan dan

sifat . Memperhatikan kondisi KPHP model Dampelas Tinombo periode 10

tahun ke depan seperti kondisi kawasan, sosial kemasyarakatan, dan

sumberdaya maka model yang digunakan merupakan perpaduan antara

model konvensional dan model partisipatif. Model monev bagi KPH ini

ditempuh dengan cara sbb.:

‹ Aktor (pelaku) oleh pihak ketiga.

BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VII-1 RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo

‹ Prosedur ditetapkan bersama dengan mengacu pada kriteria dan

indikator yang sudah ditetapkan.

‹ Orientasi pada efisiensi penggunaan input dengan prinsip tidak mencari

kesalahan melainkan untuk memperoleh informasi, serta berorientasi

pemberdayaan, transparansi dan obyektif.

‹ Kepuasan ada pada penilai dan yang dinilai dengan harapan

memuaskan semua piha terkait.

‹ Sifat penilaian kinerja dipadukan antara tujuan dan proses.

B. Pengukuran/Penilaian Kinerja KPH

Kegiatan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pengelolaan atau

pelaksanaan kegiatan KPH sebagai suatu proses dalam dalam

pengukuran/penilaian kinerja KPH dibutuhkan kriteria dan standar kinerja,

dan sistem penilaian kinerja. Dalam penilaian kinerja meliputi sistem

penilaian, pelaku (aktor) penilaian, tahapan penilaian serta capaian dan

intervensi.

Pengukuran/penilaian kinerja KPH dilaksanakan oleh pengelola KPH

secara internal dan oleh tim penilai independen secara eksternal. Karena itu,

dalam pengukuran/penilaian kinerja KPH diperlukan kriteria dan indikator,

mekanisme penilaian dan penjaminan mutu pengelolaan KPH. Untuk

memudahkan pengukuran/penilaian kinerja, KPHP model Dampelas

Tinombo perlu menyusun standard operating and procedure (SOP) dengan

tetap mengakomodir kriteria dan standar yang telah ditetapkan oleh

Kemenhut serta melakukan penyesuaian kondisi dan potensi yang dimiliki

oleh KPH.

BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VII-2 RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo

1. Kriteria dan Indikator/SOP KPHP model Dampelas Tinombo

Secara umum, kriteria dan indikator KPH telah ditetapkan oleh

Kemenhut yang meliputi: (1) kemantapan kawasan, (2) tata hutan, (3)

rencana kelola, (4) kapasitas organisasi, (5) hubungan antar strata

pemerintahan dan regulasi, (6) mekanisme investasi, (7) ketersediaan akses

dan hak masyarakat, dan (8) mekanisme penyelesaian sengketa kehutanan.

Dalam implementasinya sesuai kondisi KPH, diperlukan ada SOP tersendiri

yang dimiliki KPH sebagai dasar dalam pelaksanaan penjaminan mutu KPH.

‹ SOP Kemantapan Kawasan: Memuat dasar hukum yang kuat dan benar

mengenai tata batas dan penataan hutannya; pengalokasian ruang untuk

setiap pemanfaatan; kawasan bebas dari sengketa kehutanan (dengan

departemen lain dan dengan masyarakat); terdapat struktur organisasi

berdasarkan penguasaan areal.

‹ SOP Tata Hutan: Memuat pelaksanaan penyiapan areal kerja

(inventarisasi, tata batas dan penataan blok); pelaksanaan pembagian

areal kerja sesuai fungsi hutannya.

‹ SOP Rencana Kelola: Memuat ketersediaan dokumen rencana jangka

pendek dan jangka panjang pengelolaan hutan; ketersediaan dokumen

rencana pemanfaatan hutan yang sesuai dengan petak peruntukan;

dokumen program kerja rehabilitasi, reklamasi, konservasi dan

perlindungan hutan.

‹ SOP Kapasitas Organisasi: Memuat ketersediaan SDM yang memiliki

keterampilan dan keahlian yang memadai di seluruh bidang kegiatan (tata

hutan, pemanfaatan, rehabilitasi, konsrvasi dan perlindungan hutan;

BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VII-3 RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo

memiliki sistem perencanaan dan pengelolaan yang memadai untuk

seluruh kegiatan penegelolaan hutan.

‹ SOP Hubungan Pemerintahan dan Regulasi: Memuat keterjalinan

koordinasi yang baik dalam alokasi penggunaan kawasan hutan;

pemanfaatan sumberdaya hutan; alokasi dana rehabilitasi, konservasi dan

perlindungan kawasan hutan; tersedianya peraturan-peraturan daerah

yang mendorong keberadaan dan keberlanjutan KPH.

‹ SOP Mekanisme Investasi: Memuat penataan hutan yang memberikan

ruang bagi berbagai jenis investasi yang tepat dan sesuai; terbangunnya

mekanisme investasi bagi investor untuk memanfaatkan sumberdaya;

tersedianya sistem sharing biaya-manfaat dalam pengelolaan hutan;

memiliki program investasi dalam pengelolaan hutan yang dapat menjamin

keberadaan dan keberlanjutan investasi yang ditanamkan.

‹ SOP Mekanisme Hak dan Akses: Memuat tersedianya ruang kelola bagi

masyarakat secara jelas; tersedianya akses masyarakat dalam

memperoleh hasil; terlibatnya masyarakat secara aktif dalam kegiatan

rehabilitasi dan konservasi hutan; tersedianya sistem pemantauan dan

pengendalian yang bersifat akuntabel dan transparan.

‹ SOP Mekanisme Penyelesaian Sengketa Kehutanan: Memuat uraian

kesiapan KPH dalam mengantisipasi sengketa kehutanan dan

penyelesaiannya; tersedianya SDM dan perangkatnya dalam

menyelesaikan sengketa kehutanan dengan pihak lain.

Selanjutnya kriteria dan indikator bagi Pemerintah

Provinsi/Kabupaten dalam mendukung pembangunan KPH, meliputi: (1)

sistem pengurusan hutan, (2) dukungan regulasi, (3) internalisasi program

BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VII-4 RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo

pembangunan KPH, (4). mobilisasi sumberdaya, (5) percepatan berjalannya

fungsi kawasan produksi.

Implementasi terhadap kriteria dan indikator pengukuran kinerja KPH

pada masing-masing jenis kegiatan, mengacu pada SOP KPH serta

peraturan perundang-undangan, baik yang bersifat umum, khusus maupun

yang bersifat teknis.

2. Sistem Penilaian Kinerja KPH

Dalam mencapai efektivitas dan efisiensi organisasi tidak terlepas dari

adanya input, proses yang dilakukan, output dan dampak dari kegiatan

pengelolaan hutan. Karena itu tujuan pembangunan KPH merupakan suatu

kesatuan sistem tujuan seperti pada gambar berikut.

Input Proses Output Outcome Tujuan

Kws hutan, Koordinasi- Tata hutan Tata hutan; KPH mampu peta, metode, sinkronisasi terlaksana pemanffatan; melaksana- SDM, dana, RTRW; sistem baik;hutan RH; kan tupoksi- per UU, kelembagaan; dimanfaatkan konservasi; nya secara teknologi mutu/kemampu baik; RH perlindungan efektif dan an/skill rencana meningkat; hutan efisien. kelola hutan; konservasi dilaksanakan kemampuan dilakukan sesuai tipologi penataan dengan baik; KPH. hutan; perlindungan perbaikan hutan Tipologi KPH sistem evaluasi meningkat; Dampelas dan penilaian; struktur Tinombo perbaikan organisasi adalah tipologi sistem RH, pengelola 2 (telah pemanfaatan KPH mantap; terbentuk dan hutan; efisiensi kelola memiliki konservasi; hutan dan potensi perlindungan pengguaan sumberdaya hutan; dana. cukup. peningkatan akuntabilitas dan transparansi kelola hutan

Gambar 7.1. Sistem Tujuan Pembangunan KPHP model Dampelas Tinombo

BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VII-5 RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo

3. Mekanisme Penilaian KPH

Mekanisme penilaian KPH dapat dilakukan sesuai Gambar 7.2

berikut.

PERANGKATPERANGKAT K&IK&I Independen PROGRAM PENGUATAN LAPANGAN 4

DINASDINAS TIM PENILAI 3 2 DEPDAGRI,DEPDAGRI, DEPHUT, KPHKPH DOKUMEN DEPHUT, 1 PEMPROVPEMPROV PEMKABPEMKAB

5 MASYARAKATMASYARAKAT LUAS LUAS LEMBAGA LAIN INTERVENSIINTERVENSI LEMBAGA LAIN DANDAN INSENTIF INSENTIF HariadiKartodihardjo Jakarta, 20 September 2012

Gambar 7.2. Mekanisme Penilaian Kinerja KPH

Dari Gambar 7.2. di atas, UPTD KPH Model Dampelas Tinombo

dapat mengukur kinerjanya secara internal, demikian pula tim penilai

independen KPH dapat melakukan penilaian kinerja KPH sesuai arahan

Hariadi Kartodihardjo (2012). Selanjutnya nomor urut menyatakan tahapan

proses penilaian dengan uraian sbb.:

‹ Nomor 1: Mengkaji kecukupan persyaratan dan proses yang

diharuskan dalam pembangunan KPH.

‹ Nomor 2: Mengkaji kepatuhan/pemenuhan persyaratan dan proses

yang dilakukan dalam pembangunan KPH. RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo

‹ Nomor 3: Mengkaji dan menilai seberapa baik sasaran/target

rencana proses pembangunan KPH yang telah terpenuhi.

‹ Nomor 4: Mengkaji keberadaan penyimpangan persyaratan, sasaran

dan proses pembangunan KPH.

Mekanisme penilaian seperti Gambar 7.2 cukup jelas

menggambarkan bahwa dalam implementasinya, pihak KPH dengan

dokumen rencana pengelolaan KPH jangka panjang yang dimilikinya

menjadi acuan tim penilai dalam mengukur kinerjanya.

4. Tahapan Penilaian KPHP model Dampelas Tinombo

Rentang waktu proses pembangunan KPH mulai dari penetapan unit

KPH oleh Menhut sampai dengan terbangunnya kapasitas dan kapabilitas

KPH yang diharapkan. KPHP model Dampelas Tinombo terbentuk tahun

2009 sesuai SK. Gubernur No. 5 tahun 2009. Sejak itu, KPH ini memiliki

kapasitas sebagai lembaga UPTD dibawah kendali Dinas Kehutanan

Provinsi Sulawesi Tengah. Mulai tahun 2018 diharapkan KPH ini memiliki

kapabilitasnya sendiri sebagai lembaga usaha pemerintah daerah yang

mandiri di bidang kehutanan. Dengan demikian penilaian pembangunan

KPHP model ini terdiri atas:

1. Tahap awal penilaian kinerja KPH direncanakan akhir tahun 2014,

dengan pertimbangan bahwa sejak tahun terbentuknya 2009 hingga

2014 mencapai masa kelola lima tahun I, yang mana saat itu (2014)

dipersiapkan menjadi lembaga KPH setengah badan layanan umum

daerah (BLUD).

BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VII-7 RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo

2. Tahap pertengahan penilaian pembangunan KPH yaitu penilaian kinerja

pembangunan KPH direncanakan pada tahun 2018, yang pada saat itu

(2018) KPH ini dipersiapkan menjadi lembaga KPH berbadan layanan

umum daerah secara penuh. Mulai tahun 2018 diharapkan KPH ini

memiliki kapabilitas yang diharapkan yaitu sebagai KPH yang mandiri

dan mempu secara penuh membiayai dirinya.

3. Tahap akhir penilaian kinerja periode 10 tahun I direncanakan akhir

tahun 2022. Setelah 10 tahun KPH ini mandiri diharapkan menjadi KPH

yang lebih mantap dalam pengelolaan hutan lestari yang mampu

menyeimbangkan antara aspek ekologis-ekonomi-sosial budaya.

5. Capaian dan Intervensi

Capaian atau kinerja pembangunan KPH menyatakan tingkat

pemenuha KPH terhadap kriteria proses pembangunan yang telah

ditetapkan. Capaian ini juga menunjukkan tingkat keberhasilan KPH dalam

melaksanakan tupoksinya. Adapun intervensi adalah bukan merupakan

sanksi, melainkan masukan sumberdaya dan insentif kepada KPH tertentu

agar dapat mencapai kondisi yang diinginkan. Capaian-capaian tersebut

meliputi empat tingkatan yaitu capaian I s.d. capaian IV (kondisi ideal KPH).

Untuk jelasnya disajikan pada Gambar 7.3 berikut.

BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VII-8 RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo

HariadiKartodihardjo Jakarta, 20 September 2012

Gambar 7.3. Capaian Pembangunan KPH dan Tingkatan Intervensi yang diperlukan

Dari Gambar 7. 3, KPH P model Dampelas Tinombo masih berada

pada capaian I. Selanjutnya masing -masing capaian diuraikan sbb.:

‹ Capaian I:Kondisi KPH belum mampu menlaksanakan proses

pembangunan yang semestinya, atau dengan kata lain baru mencapai

± 25% kriteria proses pembangunan KPH telah terpenuhi.

‹ Capaian II: Kondisi KPH baru mampu melaksanakan sebahagian dari

proses pembangunan yang semestinya, atau dengan kata lain baru

±50% kriteria proses pembangunan KPH telah terpenuhi.

‹ Capaian III: Kondisi KPH telah mampu melaksanakan ±75% kriteria

proses pembangunan KPH telah terpenuhi. RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo

‹ Capaian IV: Kondisi ideal KPH, yaitu KPH mampu melaksanakan

proses pembangunan yang semestinya, dengan kata lain hampir

semua kriteria proses pembangunan KPH telah terpenuhi hampir

100%.

6. Penjaminan Mutu KPH

Dari hasil pengukuran/penilaian kinerja KPH hingga pengukuran

capaian-capaian pengelolaan hutan di wilayah kerja KPHP model Dampelas

Tinombo dibutuhkan alat pengontrol kualitas dalam bentuk domumen

jaminan mutu. Dokumen penjaminan mututersebut memuat standar operasi

pelaksanaan (SOP) setiap kegiatan yang dilaksanakan, baik administrastif

maupun teknis lapangan. SOP ini telah diuraikan pada sub bab sebelumnya

yaitu minimal sebanyak delapan standar mutu.

Pelaksanaan penilaian mutu KPHP model Dampelas Tinombo

dilaksanakan setiap akhir tahun berjalan . Tujuannya untuk mengetahui dan

mengkaji faktor-faktor kendala (internal) dan faktor tantangan (eksternal)

yang dihadapi KPH.Atas hasil kendala dan tantangan tersebut dianalisis

untuk mencari upaya-upaya penyelesaiannya. Pelaksanaan penjaminan

mutu disarankan dimulai tahun 2013 (penyiapan SOP) dan

implementasinya dimulai tahun 2014.

C. Rencana Pelaksanaan Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

Pemantauan

(Monitoring) danevaluasiadalahmerupakanrangkaiankegiatanpengendalian

program.Kegiatan monitoring dilakukanuntukmemperoleh data

daninformasipelaksanaankegiatanpemanfaatanhutan,

BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VII-10 RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo

penggunaankawasanhutan, rehabilitasidanreklamasihutan, konservasi dan

perlindungan

hutan.Kegiatanevaluasidilakukanuntukmenilaikeberhasilanpelaksanaankegiat

anpemanfaatanhutan, penggunaankawasanhutan,

rehabilitasidanreklamasihutan, konservasi dan perlindungan hutan yang

dilakukansecaraperiodik. Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilakukan

dengan berbasis pada kegiatan yang dikerjakan, yang dilakukan setiap

tahun.

Dalammenentukanrencana pelaksanaan kegiatan pemantauan

(monitoring)danevaluasi, yang perluditetapkanadalah:

a.Tim / pelaksana monitoring danevaluasi;

b.Waktupelaksanaan monitoring danevaluasi;

c.Sasaran monitoring danevaluasi;

d.Metode monitoring danevaluasi yang akanditerapkan;

e.Pelaporanhasil monitoring danevaluasi.

Unsur-unsur yang di -

monitoring meliputikemajuanatauperkembanganfisikpekerjaaan, seperti:

V Untukkegiatanpemanfaatanhasilhutankayurestorasiekosistemdalamhutanal

amsebelumtercapaikeseimbanganhayatidanekosistemnya: (1) Tata Batas

danZonasi Areal, (2) PembinaanHutan, (3) TenagaKerja, (4)

PerlindungandanPengamananHutan, (5) KelolaSosial, (6)

PengelolaandanPemantauanLingkungan, (7)

PenelitiandanPengembangan.Setelahtercapaikeseimbanganhayatidanekos

istemnya: (1) Tata Batas danZonasi Areal, (2) SistemSilvikultur, (3)

PenggunaandanPenjualan, (3) TenagaKerja, (4)

BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VII-11 RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo

PerlindungandanPengamananHutan, (5) KelolaSosial, (6)

PengelolaandanPemantauanLingkungan, (7)

PenelitiandanPengembangan.sertamasalah yang

timbuldalampelaksanaankegiatanuntukdijadikanbahanmasukandalammeru

muskanupayapemecahannya.

V Untukkegiatanhutantanaman (HTR, HT/HTI, HTUL, HD, HKm):

penataanbatas areal kerja, fisiktanaman, perlindungandanpengamanan,

pemanenan, dll.sertamasalah yang

timbuldalampelaksanaankegiatanuntukdijadikanbahanmasukandalammeru

muskanupayapemecahannya.

V Untukkegiatanrehabilitasihutan (RH): fisiktanaman,

bangunankonservasitanah, saranadanprasarana yang

menunjangkegiatanhutantanamanRH sertamasalah yang

timbuldalampelaksanaankegiatanuntukdijadikanbahanmasukandalammeru

muskanupayapemecahannya.

V Untukkegiatanpemanfaatanhasilhutanbukankayu

padahutanalamsertajasalingkungan: fisikkegiatan, saranadanprasarana

yang menunjangkegiatan,sertamasalah yang

timbuldalampelaksanaankegiatanuntukdijadikanbahanmasukandalammeru

muskanupayapemecahannya.

V Untukkegiatanpemanfaatanhutanpadawilayahtertentu: fisikkegiatan,

saranadanprasarana yang menunjangkegiatan,sertamasalah yang

timbuldalampelaksanaankegiatanuntukdijadikanbahanmasukandalammeru

muskanupayapemecahannya.

BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VII-12 RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan pemantauan adalah kegiatan

evaluasi pengelolaan KPH berdasarkan jenis-jenis rencana-rencana

kegiatannya. Evaluasimerupakan proses

untukmenilaihasilakhirsuatutahapankegiatandengantujuanuntukmeningkatkan

efektifitas dan

efisiensisertauntukmemberikanmasukandalampenyempurnaanrencanakegiat

an di masamendatang.Evaluasi program/kegiatanmencakupevaluasikeluaran

(output ), hasil (outcome ) dandampak (impact ).

Evaluasikeluaran ( output )

kegiatandilakukandengansasarankegiatantahunberjalansertapemeliharaan.U

ntuk contoh, padakegiatanhutantanamandan/ataurehabilitasihutan (RH)

meliputi:

a. Penilaiantanaman (hutantanamandan RH):

kesesuaiandenganrancanganteknis, luastanaman,

jumlahdanjenistanaman,

persentasetumbuhtanamansehatdankeberhasilan.

b. Penilaianbangunankonservasitanah (khusus RH):

kesesuaiandenganrancanganteknis, jumlahbangunan, kondisi

(baik/rusak), fungsibangunan (berfungsi/kurangberfungsi/tidakberfungsi).

Evaluasihasil ( outcome ) kegiatan: Untukcontoh, pada

kegiatanrehabilitasihutanmisalnya, dilakukandengansasaransuatu UTP RH

denganindikatortata air dansosial-ekonomi-

budayamasyarakat.Indikatormeliputierosi, sedimentasi, limpasan ( run-off ),

pendapatan ( income ) masyarakat, dinamikakelembagaandan lain

sebagainya.

BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VII-13 RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo

Evaluasidampak ( impact )

kegiatanpadakegiatanRHmisalnya,dilakukandengansasaranpada UTP RH

yang bersangkutandanwilayah disekitarnya.

Evaluasikegiatanpengelolaan KPHP, termasukjenis-jeniskegiatan

yang ada di wilayahnyadilaksanakansesuaiketentuan yang diaturolehmasing-

masingDirekturJenderallingkupKemenhutberdasarkanjeniskegiatannya.

Pelaporankegiatanpengelolaan KPHP Model

DampelasTinombodilaksanakansesuaikebutuhankegiatanmasing-

masingjenisusahadannon-usaha di wilayah KPHP.Namundemikianbagi

UPTD KPH Model

DampelasTinomboperlumelaporkanaktivitaspengelolaanhutannyasesuaitupo

ksinyasecarapriodik (bulanan, triwulan, enambulanan/semester,

satutahunan).

BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VII-14 BAB VIII. PENUTUP

Hutan dan kawasan hutan mempunyai peranan sebagai penyerasi dan penyeimbang lingkungan global, sehingga keterkaitannya dengan dunia internasional menjadi sangat penting dengan tetap mengutamakan kepentingan nasional. Untuk itu hutan harus dikelola secara berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat.

Dalam rangka pengelolaan hutan untuk memperoleh manfaat yang optimal dari hutan dan kawasan hutan bagi kesejahteraan masyarakat, pada prinsipnya kawasan hutan KPHP model Dampelas Tinombo harus dikelola dengan tetap memperhatikan sifat, karakteristik dan keutamaannya, serta tidak dibenarkan mengubah fungsi pokoknya yaitu fungsi lindung dan produksi. Oleh karena itu dalam pengelolaan hutan perlu dijaga keseimbangan kedua fungsi tersebut.

Kondisi hutan di wilayah KPHP model Dampelas Tinombo belakangan ini sangat memprihatinkan yang ditandai dengan meningkatnya laju degradasi hutan, kurang berkembangnya investasi dibidang kehutanan, rendahnya kemajuan pembangunan hutan tanaman, kurang terkendalinya illegal logging dan illegal trade , merosotnya perekonomian masyarakat di dalam dan sekitar hutan, meningkatnya luas kawasan hutan yang tidak terkelola secara baik sehingga perlu dilakukan upaya-upaya strategis dalam bentuk deregulasi dan debirokratisasi.

Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan hutan di wilayah

KPHP model Dampelas Tinombo dalam upaya menjaga kelestarian hutan, diperlukan tata kelola yang baik sesuai perkembangan dan kemajuan bangsa.

Suatu langkah maju yang telah dicapai saat ini adalah dengan diselenggarakannya pengelolaan hutan berbasis kesatuan pengelolaan pengelolaan hutan (KPH) termasuk didalamnya KPHP model Dampelas

Tinombo.

Untuk mewujudkan KPHP model Dampelas Tinombo yang mandiri dan dapat diterima semua pihak yang berkepentingan terkait kawasan ini dengan komitmen yang tinggi, rencana pengelolaan hutan jangka panjang (10 tahun)

KPHP model ini perlu segera ditindaklanjuti berupa penjabaran kedalam rencana tahunan, inventarisasi dan penataan kawasan dipercepat guna menghindari terjadinya konflik internal dan eksternal.

Mengingat banyaknya stakholder yang diharapkan ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pengelolaan hutan di wilayah KPHP model Dampelas

Tinombo dan akan menjadi KPH contoh bagi KPH-KPH lain yang belum terbentuk maka rencana pengelolaan jangka panjang KPH ini perlu segera diimplementasikan. Mengingat banyaknya para pihak (dinas/instansi) yang akan terlibat dalam pembangunan KPH ini maka dalam implementasinya perlu dilakukan kerjasama dalam wujud koordinasi dan sinkronisasi program yang baik dalam pelaksanaannya.

Selanjutnya, untuk mempercepat implementasi dari rencana pengelolaan jangka panjang KPHP Dampelas Tinombo, segera ditindaklanjuti dengan penyusunan rencana tahunan pengelolaan KPH, mulai tahun 2013.