PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH DINAS KEHUTANAN UPT KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN MODEL DAMPELAS – TINOMBO Jalan Trans Palu-Tolitoli Km. 115 TambuKec. BalaesangKab. Donggala
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN
JANGKA PANJANG KPHP MODEL DAMPELAS-TINOMBO (UNIT IV) DI KABUPATEN DONGGALA DAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH
DISUSUN OLEH : KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI MODEL
DAMPELAS TINOMBO
TAMBU, DESEMBER 2013
BUKU RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHP MODEL DAMPELAS-TINOMBO (UNIT IV)
Digandakan dan dijilid oleh : Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional IV Tahun 2014
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
HALAMAN JUDUL
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHP MODEL DAMPELAS-TINOMBO (UNIT IV) DI KABUPATEN DONGGALA DAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH
Merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari :
KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : SK. 6942/Menhut-II/Reg.4/2/2013 Tanggal : 27 Desember 2013
KPHP Model Dampelas TInombo ii
RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo
RINGKASAN EKSEKUTIF
RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo yang akanmenjadiacuanrencanapengelolaanjangkapendek, diarahkanuntukmengoptimalkanfungsi- fungsiproduksidanjasasumberdayahutandanlingkungannya, baikproduksikayu, produksibukankayu, maupunjasa-jasalingkungan, melaluikegiatanpokokberupapemanfaatan, pemberdayaanmasyarakat, sertapelestarianlingkungan yang merupakansatukesatuankegiatan. Dengandemikian, rencanapengelolaanjangkapanjanginidiharapkandapatmemberiarahpengelola anhutandankawasannya, yang melibatkansemuapihakdalamupayapengembangan KPHP Model DampelasTinombo diKabupatenDonggaladanKabupatenParigiMoutongProvinsi Sulawesi Tengah. Penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Dampelas Tinombo di Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong dimaksudkan agar proses pembangunan KPHP Model berjalan secara sistimatis dan terarah menuju pencapaian target pembangunan KPHP model. Tujuan penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Model Dampelas Tinombo di Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong adalah untuk memberikan arahan kegiatan pembangunan KPHP Model berupa rencana kelola berjangka waktu10 tahun, dan juga acuan bagi penyusunan rencana pengelolaan jangka pendek pembangunan KPHP model. Rencana pengelolaan KPHP model Dampelas Tinombo dalam sepuluh tahun kedepan diarahkan pada pemanfaatan hutan di kawasan hutan produksi dan pemanfaatan hutan di kawasan hutan lindung. Pemanfaatan hutan pada hutan produksi meliputi: (a) Pemanfaatan kawasan; (b) Pemanfaatan jasa lingkungan; (c) Pemanfaatan hasil hutan kayu; (d) Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu; (e) Pemungutan hasil hutan bukan kayu. Selanjutnya pemanfaatan hutan di kawasan hutan lindung meliputi: (a) Pemanfaatan kawasan; (b) Pemanfaatan jasa lingkungan; (c) Pemungutan hasil hutan bukan kayu. KPHP Model Dampelas Tinombo memiliki luas wilayah kelola kawasan ± 112.634 Hektar. Berdasarkan fungsinya wilayah KPHP ini terdiri atas fungsi hutan produksi (HPT dan HP) seluas ± 91.245,29 Ha, fungsi Hutan Lindung seluas ± 21.108,15 Ha, dan Kawasan Lindung (KWL) di Areal Penggunaan Lain (APL) seluas ± 280,56 Ha. Dari hasil penataan blok dan petak pengelolaan, wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo terdiri atas: Blok Inti pada HL seluas ±11.151,60 Ha, Blok Perlindungan pada hutan produksi dan kawasan lindung di APL seluas ±16.689,41 Ha (seluas ±334,25 Ha yang terdiri atas hutan pantai, dan hutan mangrove), Blok Pemanfaatan seluas±59.868,98 Ha, dan Blok pemberdayaan masyarakat seluas ±24.977,71 Ha.Dalam setiap blok terdapat areal rencana rehabilitasi hutan (RHL) yang seluruhnya mencapai luas ±4.685,98 Ha sesuai dokumen RPRHL KPHP Dampelas Tinombo.
KPHP Model Dampelas TInombo iv
RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo
Dalam blok perlindungan hutan terbagi kedalam petak-petak pengelolaan hutan yang terdiri atas petak-petak perlidungan tata air dan perlindungan habitat eboni (termasuk habitat satwa dan plasma nutfah), perlindungan hutan pantai dan ekosistem mangrove, zona batas antara hutan lindung dengan hutan produksi dan zona batas antara hutan produksi dengan kawasan CA. Gunung Sojol. Dalam blok pemanfaatan terdiri atas petak-petak pengelolaan/pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan. Petak- petak pengelolaan/pemanfaatan hutan terdiri atas petak-petak pemanfaatan hasil hutan kayu (HHK) pada hutan alam dalam bentuk restorasi ekosistem (HHK-RE); hasil hutan kayu pada hutan tanaman/hutan tanaman industri (HHK-HT/HTI); hasil hutan bukan kayu (HHBK) pada hutan lindung seperti rotan, getah-getahan dan buah/biji; petak-petak pengelolaan/pemanfaatan jasa lingkungan (jasling) untuk wisata alam dan jasa karbon; petak-petak persawahan di Desa Lembahmukti, dan penggunaan kawasan hutan untuk IUP biji besi PT. All Rezky Tadang Palie. Dalam blok pemberdayaan masyarakat terdiri atas petak-petak pengelolaan untuk hutan kemasyarakatan (HKm) yang luas seluruhnya mencapai 13.116,21 Ha, hutan desa (HD) seluas 8.281,38 Ha, dan hutan tanaman rakyat (HTR) seluas 3.580,12 Ha. Luas areal sasaran kegiatan HKm dan HD masih termasuk didalamnya sasaran kegiatan RHL. Dengan demikian areal-areal HKm dan HD yang termasuk dalam kegiatan RHL, pelaksanaannya dikerjakan dengan pendekatan berbasis masyarakat atau desa sesuai petak-petak peruntukannya. Pengelolaan wilayah kerja KPHP model Dampelas Tinombo memberikan pula akses pemanfaatan kawasan hutan bagi Komunitas Adat Terpencil Suku Lauje dan Tajio (KAT Lauje-Tajio) yang secara turun-temurun telah berada di kawasan hutan ini. Terhadap wilayah kerja KPHP Model Dampelas Tinombo yang telah ada ijin usaha pemanfaatan hutan seperti PT. Taman Hutan Asri dan PT. Sentra Pitulempa, KPH melakukan pengawasan dan pengendalian serta evaluasi/penilaian atas segala aktivitas yang dilakukan oleh kedua perusahaan tersebut, untuk areal-areal petak kelola pemberdayaan masyarakat dan wilayah KPHP yang belum ada ijin usaha pemanfaatan ataupun penggunaan kawasan, maka areal-areal tersebut masuk dalam kegiatan pemanfaatan wilayah tertentu oleh UPTD KPH. Dalam pelaksanaan pengelolaan/pemanfaatan wilayah kerja KPHP model Dampelas Tinombo selama sepuluh tahun kedepan, UPTD KPH ini perlu didukung peningkatan sarana-prasarana perkantoran yang memadai, peningkatan SDM, serta pembiayaan yang memadai dari berbagai sumber. Diharapkan selama jangka waktu pengelolaan periode sepuluh tahun pertama, KPH ini sudah dapat menjadi KPH yang mandiri dan dalam bentuk Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD). Rencana kelola wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo berjangka sepuluh tahun ini memiliki peluang adanya rasionalisasi wilayah kelola, dan review rencana kelola minimal lima tahun Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo dengan jangka waktu waktu sepuluh tahun kedepan, maka rencana kelola perlu segera ditindaklanjuti dengan penyusunan rencana tahunan KPH.
KPHP Model Dampelas TInombo v
RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo
DAFTAR ISI
Halaman
Sampul ...... i Halaman Judul ...... ii Lembar Pengesahan ...... iii Ringkasan Eksekutif ...... iv Peta Situasi ...... vi Kata Pengantar ...... vii Daftar Isi ...... viii Daftar Tabel ...... x Daftar Gambar ...... xiii Daftar Lampiran ...... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ...... I-1 A. Latar Belakang ...... I-1 B. Maksud dan Tujuan ...... I-3 C. Sasaran ...... I-4 D. Ruang Lingkup ...... I-4 E. Batasan Pengertian ...... I-5
II. DESKRIPSI WILAYAH ...... II-1 A. Risalah Wilayah KPH ...... II-1 B. Potensi Wilayah KPH ...... II-11 C. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat ...... II-32 D. Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan ...... II-47 E. Posisi KPH Dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah dan Pembangunan Daerah ...... II-49 F. Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan ...... II-52
III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN ...... III-1 A. Visi dan Misi Penyelenggaraan ...... III-1 Pembangunan Kehutanan Nasional B. Visi, Misi dan Tujuan Pengelolaan Hutan ...... III-2 KPHP Model Dampelas Tinombo ...... IV. ANALISIS DAN PROYEKSI ...... IV-1 A. Analisis Data dan Informasi KPHP Model ...... IV-1 Dampelas Tinombo B. Proyeksi Pengelolaan Hutan KPHP Model ...... IV-4 Dampelas Tinombo
V. RENCANA KEGIATAN ...... V-1 A. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola dan ...... V-2 Penataan Hutannya B.Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu ...... V-11
KPHP Model Dampelas TInombo viii
RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo
C. Rencana Pemberdayaan Masyarakat ...... V-26 D. Pembinaan dan Pemantauan ( Controlling ) ...... V-36 yang telah ada Ijin Pemanfaatan Hutan maupun Penggunaan Kawasan Hutan E. Penyelenggaraan Rehabilitasi Pada Areal di ...... V-48 Luar Ijin F. Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan ...... V-52 Rehabilitasi dan Reklamasi Pada pada Areal Ijin Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan G. Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan ...... V-53 Konservasi Alam H. Penyelenggaraan Koordinasi dan ...... V-58 Sinkronisasi Antar Pemegang Ijin I. Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan ...... V-60 Stakholder Terkait J. Penyediaaan dan Peningkatan Kapasitas ...... V-61 SDM K. Penyediaan Pendanaan ...... V-65 L. Pengembangan Database ...... V-76 M. Rasionalisasi Wilayah Kelola ...... V-80 N. Review Rencana Pengelolaan (Minimal 5 ...... V-82 tahun sekali) O. Pengembangan Investasi ...... V-83
VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN ...... VI-1 PENGENDALIAN A. Pembinaan Aparat Teknis dan Aparat ...... VI-1 Terkait Pengelolaan KPHP B. Pengawasan dan Pengendalian ...... VI-2
VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN ...... VII-1 A. Prinsip dan Model Pemantauan dan ...... VII-1 Evaluasi B. Pengukuran/Penilaian Kinerja KPH ...... VII-2 C. Rencana Pelaksanaan Pemantauan, ...... VII-10 Evaluasi dan Pelaporan
VIII. PENUTUP ...... VIII-1
LAMPIRAN ...... LP-1
KPHP Model Dampelas TInombo ix
RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
2.1. Tingkat Aksesibilitas Kawasan Hutan di Wilayah KPHP ...... II-2 Model Dampelas Tinombo 2.2. Kelas Lereng di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo ...... II-14 2.3. Jenis-jenis Hasil Hutan Kayu yang terdapat di Kawasan ...... II-16 Hutan Lindung DAS Tada Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong 2.4. Jenis-jenis Hasil Hutan Kayu yang terdapat di Kawasan ...... II-18 Hutan Lindung dan Hutan Produksi DAS Sidoan Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong 2.5. Jenis-jenis Hasil Hutan Kayu yang terdapat di Kawasan ...... II-19 Hutan Lindung dan Hutan Produksi DAS Bainaa Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong 2.6. Jenis-jenis Hasil Hutan Kayu yang terdapat di Kawasan ...... II-23 Hutan Produksi DAS Siraurang Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong 2.7. Jenis-jenis Hasil Hutan Kayu yang terdapat di Kawasan ...... II-25 Hutan Produksi DAS Silonduya Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong 2.8. Jenis-jenis Hasil Hutan Non-Kayu yang terdapat di ...... II-26 Kawasan Hutan Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong 2.9. Jenis-jenis Flora Langka, Endemik dan Dilindungi yang ...... II-28 terdapat di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong 2.10. Jenis-jenis Burung yang terdapat di Wilayah KPHP ...... II-28 Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong 2.11. Jenis-jenis Mamalia, Reptilia dan Amphibia yang ...... II-30 dijumpai di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo 2.12. Keadaan Penduduk Wilayah Kecamatan di Wilayah ...... II-32 KPHP Model Dampelas Tinombo 2.13. Tekanan Penduduk Terhadap Lahan Pertanian di Sekitar ...... II-33 Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo 2.14. Perhitungan Nilai LQ di Wilayah KPHP Model Dampelas ...... II-34 Tinombo 2.15. Ketersediaan Lahan Garapan Terhadap Jumlah ...... II-40 Penduduk di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo
2.16. Jenis dan Jumlah Sarana dan Prasarana ...... II-43
KPHP Model Dampelas TInombo x
RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo
Perekonomian di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo 2.17. Data Sarana/Prasarana Penyuluhan di Wilayah KPHP ...... II-44 Model Dampelas Tinombo 4.1. Matriks SWOT ...... IV-2 5.1. Rencana Penataan Hutan di Wilayah KPHP Model ...... V- 5 Dampelas Tinombo 5.2. Rencana Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi ...... V-14 Ekosistem dalam Hutan Alam (UPHHK-RE) pada Hutan Produksi di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo 5.3. Rencana Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada ...... V-15 Hutan Tanaman (UPHHK-HT) pada Hutan Produksi di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo 5.4. Tahapan Kegiatan TPTI pada UPHHK-RE dan IUPHHK- ...... V-17 HT 5.5. Lokasi Rencana Pemanfaatan Jasa Lingkungan di ...... V-18 Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo 5.6. Lokasi Rencana Pemanfaatan/Pemungutan Hasil Hutan ...... V-23 Bukan Kayu di Wilayah Hutan Lindung KPHP Model Dampelas Tinombo 5.7. Rencana Kegiatan dan Tata Waktu Pelaksanaan Pada ...... V-24 Lokasi Pemanfaatan Wilayah Tertentu 5.8. Lokasi Rencana Pengembangan HKm di Wilayah KPHP ...... V-30 Model Dampelas Tinombo 5.9. Lokasi Rencana Pengembangan Hutan Desa di ...... V-31 Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo 5.10. Lokasi Rencana Pengembangan Hutan Tanaman Rakyat ...... V-35 di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo 5.11. Lokasi Rencana IUPHHK-HTI PT. Coltan Agro di ...... V-37 Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo 5.12. Rencana Rehabilitasi Hutan di Wilayah KPHP Model ...... V-50 Dampelas Tinombo 5.13. Jenis Kegiatan Perlindungan Hutan di Wilayah KPHP ...... V-56 Model Dampelas Tinombo 5.14. Rencana Blok-Blok Perlindungan Hutan di Wilayah ...... V-56 KPHP Model Dampelas Tinombo 5.15. Kegiatan Konservasi Alam dalam Hutan Produksi di ...... V-57 Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo 5.16. Sistem Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan ...... V-60 Stakholder Terkait 5.17. Rencana Wilayah Kerja Resort KPH ...... V-63 5.18. Daftar Fasilitas Sarana dan Prasarana UPTD KPHP ...... V-65 Model Dampelas Tinombo 5.19. Rencana Pendanaan KPHP Model Dampelas Tinombo ...... V-68 Periode Tahun 2012-2022 5.20. Taksiran Pendapatan Nominal Unit Usaha ...... V-90 HutanTanaman (Per Hektar)
5.21. Tingkat Keuntungan Unit Usaha Hutan Tanaman (Per ...... V-91 Hektar)
KPHP Model Dampelas TInombo xi
RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo
5.22. Tingkat Keuntungan Nominal Unit Usaha Hutan ...... V-92 Tanaman (Per Hektar) 5.23. Cash Flow Analisis Finansial Unit Usaha Hutan ...... V-95 Tanaman untuk Jenis Kayu-kayuan 100% (Nyatoh/Palapi/Cempaka/Jabon, dll.) Per Hektar Pada Kawasan Hutan Produksi: Populasi tanaman 1.100 Btg/Ha. 5.24. Cash Flow Analisis Finansial Unit Usaha Hutan ...... V-96 Tanaman untuk Jenis Kayu-kayuan 90% (Nyatoh/Palapi/Cempaka/Jabon, dll.), dan MPTS 10% (Kemiri/dll.) Per Hektar Pada Kawasan Hutan Produksi: Populasi tanaman 1.100 Btg/Ha. 5.25. Cash Flow Analisis Finansial Unit Usaha Hutan ...... V-97 Tanaman untuk Jenis Kayu-kayuan 90% (Nyatoh/Palapi/Cempaka/Jabon, dll.), dan MPTS 10% (Kemiri/dll.) Per Hektar Pada Kawasan Hutan Produksi: Populasi tanaman 400 Btg/Ha 5.26. Analisis Finansial Unit Usaha KPHP Model Dampelas ...... V-99 Tinombo Periode Tahun 2013-2022
KPHP Model Dampelas TInombo xii
RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
7.1. Sistem Tujuan Pembangunan KPHP model Dampelas ...... VII-5 Tinombo 7.2. Mekanisme Penilaian Kinerja KPH ...... VII-6 7.3. Capaian Pembangunan KPH dan Tingkatan Intervensi ...... VII-9 yang diperlukan
KPHP Model Dampelas TInombo xiii
RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks
1. Peta Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo 2. Peta Penutupan Lahan 3. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) 4. Peta Sebaran Potensi dan Aksesibilitas 5. Peta Penataan Hutan (Blok, Petak) 6. Peta Penggunaan Lahan 7. Peta Keberadaan Ijin Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan 8. Peta Tanah 9. Peta Iklim 10. Peta Geologi 11. Peta Pemanfaatan Wiayah Tertentu
KPHP Model Dampelas TInombo xiv
RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo
PETA SITUASI
KPHP Dampelas Tinombo
KPHP Model Dampelas TInombo vi
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun
2010-2014, implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang kelima yaitu
Pemantapan Kawasan Hutan yang dilaksanakan melalui Program
Pemantapan Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan dan Program
Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumberdaya Alam dan
Lingkungan Hidup. Kegiatan ‐kegiatan yang terkait dengan pelaksanaan
Program Pemantapan Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan adalah
pengukuhan dan penatagunaan kawasan hutan dan pembentukan wilayah
pengelolaan dan perubahan kawasan hutan dengan kegiatan utama
pembangunan kesatuan pengelolaan hutan (KPH).
Pelaksanaan Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi
Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup, meliputi kegiatan pengembangan
rencana dan statistik kehutanan, inventarisasi hutan dan pengembangan
informasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup serta perencanaan dan
pembinaan prakondisi pengelolaan hutan.Pembentukan KPH merupakan
serangkaian proses perencanaan/penyusunan desain kawasan hutan, yang
didasarkan atas fungsi pokok dan peruntukannya, dalam upaya mewujudkan
pengelolaan hutan lestari.KPH menjadi bagian dari penguatan sistem
pengurusan hutan nasional, provinsi dan kabupaten, yang pembentukannya
ditujukan untuk menyediakan wadah bagi terselenggaranya kegiatan
pengelolaan hutan secara efisien dan lestari.
KPHP Model Dampelas TInombo I-1 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Kementerian Kehutanan (Kemenhut) kini memacu KPH sebagai bagian
dari upaya pemantapan kawasan hutan.KPH disiapkan menjadi pengelola
hutan di tingkat tapak yang bukan hanya tahu potensi wilayah hutan yang
dikelolanya, tapi juga bisa merancang pemanfaatannya secara seimbang.
Penyebutan KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala
dan Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah(selanjutnya dalam penulisan
disebut KPHP Model Dampelas Tinombo).
Sampai Agustus 2011 Kemenhut telah mengeluarkan 23 Keputusan
Menteri Kehutanan tentang Penetapan Wilayah KPH Provinsi di 23
provinsi.Terdapat 414 unit wilayah KPH dengan luas 57.905.008 ha, yang
terdiri atas 252 unit KPH Produksi seluas 37.539.047 ha, 162 unit KPH
Lindung seluas 20.365.961 ha.Dikeluarkan pula 20 Kepmenhut tentang
Penetapan Wilayah KPH Konservasi dengan luas 2.073.273 ha, yang terdiri
atas 20 Taman Nasional yang terletak pada 20 provinsi.Selain itu juga telah
ditetapkan 41 Kepmenhut tentang Penetapan KPH Model dengan luas
4.926.989 ha yang terdapat pada 25 provinsi (Agroindonesia 2011).
Sehubungan dengan uraian di atas, KPHP Model Dampelas
Tinomboyang terbentuk kelembagaannya tahun 2009 dan telah efektif
beroperasi sejak tahun 2010, hingga saat ini belum memiliki dokumen
rencana pengelolaan. Sejak tahun 2010KPHP Model ini telah melakukan
berbagai kegiatan, diantaranya kegiatan sosialisasi keberadaan KPHP,
survey lapangan dan identifikasi serta penyusunan dokumen Rencana
Pengelolaan Rehabilitasi Hutan KPH.
Agar pembangunan KPHP ModelDampelas Tinombo dapat
berlangsung sesuai dengan target yang ditetapkan (Pembangunan Hutan
KPHP Model Dampelas TInombo I-2 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Lestari), maka diperlukan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang untuk
selanjutnya disingkat RPHJP sebagai pedoman pelaksanaan, yang sekaligus
sebagai standar penilaian kinerja pembangunan KPH. Rencana Pengelolaan
KPHP Model Jangka Panjang yang dibuat, mengakomodir strategi dan
kelayakanpengembangan pengelolaan hutan ditinjau dari aspek kelola
kawasan, kelola hutan dan kelola hasil serta penataan kelembagaan.
RPHJP KPHP Model Dampelas Tinomboyang akan menjadi acuan
rencana pengelolaan jangka pendek, diarahkan untuk mengoptimalkan
fungsi-fungsi produksi, jasa sumberdaya hutan dan lingkungannya, baik
produksi kayu, produksi bukan kayu, maupun jasa-jasa lingkungan, melalui
kegiatan pokok berupa pemanfaatan, pemberdayaan masyarakat, serta
pelestarian lingkungan yang merupakan satu kesatuan kegiatan. Dengan
demikian, rencana pengelolaan jangka panjang ini diharapkan dapat memberi
arah pengelolaan hutan dan kawasannya, yang melibatkan semua pihak
dalam upaya pengembangan KPHPModel Dampelas Tinombo (Unit IV) di
Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi
Tengah.
B. Maksud dan Tujuan
Penyusunan RPHJP KPHP Model Dampelas Tinombodimaksudkan
agar proses pembangunan KPHP Model berjalan secara sistimatis dan
terarah menuju pencapaian target pembangunan KPHP model.
Tujuan penyusunan RPHJP-KPHP Model Dampelas Tinomboadalah
untuk memberikan arahan kegiatan pembangunan KPHP Model berupa
rencana kelola berjangka 10 tahun, dan juga acuan bagi penyusunan rencana
pengelolaan jangka pendek pembangunan KPHP model.
KPHP Model Dampelas TInombo I-3 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Melalui penyusunan RPHJP KPHP Model Dampelas Tinombo
diharapkan akan dihasilkan rencana-rencana yang dapat mendukung:
a. Peningkatan mutu dan produktifitas sumberdaya hutan di KPHP Model.
b. Peningkatan kontribusi sektor kehutanan terhadap perekonomian daerah
dan nasional serta pendapatan masyarakat.
c. Peningkatan peranserta masyarakat secara aktif dalam menjaga
kelestarian sumberdaya hutan.
d. Peningkatan daya dukung DAS/sub DAS di wilayah KPHP Model.
C. Sasaran
Sasaran penyusunan RPHJP KPHPModel adalah tersusunnya RPHJP
KPHP Model Dampelas Tinombodi Kabupaten Donggala dan Kabupaten
Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah.
D. Ruang Lingkup
Ruang LingkupRPHJP KPHP Model Dampelas Tinombo diuraikan
sbb.:
Rencana Kegiatan Pengelolaan Hutan berbasis hasil inventarisasi kondisi
biogeofisik kawasan serta kondisi sosial ekonomi dan budaya wilayah
KPHP periode tahun 2013-2023.
Penjelasan mengenai kondisi sumberdaya hutan dan ekosistemnya yang
akan dikelola, status dan alokasi lahan, batas areal, kondisi sosial
ekonomi masyarakat, dan profil wilayah kecamatan yang berbatasan
dengan areal KPHP.
Rencana kegiatan inventarisasi berkala wilayah kelola dan penataaan
hutannya, pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu, dan pemberdayaan
masyarakat.
KPHP Model Dampelas TInombo I-4 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Rencana kegiatan penyelenggaraan rehabilitasi hutan, perlindungan hutan
dan konservasi alam.
Pembinaan dan pemantauan ijin pemanfaatan hutan dan penggunaan
kawasan hutan, serta rehabilitasi dan reklamasi hutan.
Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin, serta
koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait.
Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM serta pendanaan.
Pengembangan database.
Rasionalisasi wilayah kelola.
Review rencana pengelolaan (minimal 5 tahun sekali).
Pengembangan investasi.
E. Batasan Pengertian
Kesatuan Pengelolaan Hutan yang selanjutnya disebut KPH adalah
wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang
dapat dikelola secara efisien dan lestari.
Kesatuan Pengelolaan Hutan Model adalah wujud awal KPH yang secara
bertahap dikembangkan menuju situasi dan kondisi aktual organisasi KPH
di tingkat tapak.
Organisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi yang selanjutnya
disebut KPHP adalah organisasi pengelolaan hutan produksi yang
wilayahnya sebagian besar terdiri atas kawasan hutan produksi yang
dikelola Pemerintah Daerah.
Sarana adalah barang atau benda bergerak yang dapat dipakai sebagai
alat dalam pelaksanaan tugas dan fungsi unit organisasi meliputi peralatan
perkantoran, peralatan transportasi dan peralatan lainnya.
KPHP Model Dampelas TInombo I-5 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Prasarana adalah barang atau benda tidak bergerak yang dapat
menunjang atau mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi unit organisasi
antara lain tanah, bangunan, ruang kantor.
Fasilitasi sarana dan prasarana adalah bentuk dukungan Pemerintah
kepada KPHL dan KPHP berupa sarana dan prasarana.
Pengurusan Hutan adalah kegiatan penyelenggaran hutan yang meliputi
perencanaan kehutanan, pengelolaan hutan, penelitian dan
pengembangan, pendidikan dan latihan, serta penyuluhan kehutanan dan
pengawasan.
Perencanaan adalah suatu proses penentuan tindakan-tindakan masa
depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan
sumberdaya yang tersedia untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Perencanaan Kehutanan adalah proses penetapan tujuan, penentuan
kegiatan dan perangkat yang diperlukan dalam pengurusan hutan lestari
untuk memberikan pedoman dan arah guna menjamin tercapainya tujuan
penyelenggaraan kehutanan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Rencana Kehutanan adalah produk perencanaan kehutanan yang
dituangkan dalam bentuk dokumen rencana spasial dan numerik serta
disusun menurut skala geografis, fungsi pokok kawasan hutan dan jenis-
jenis pengelolaannya serta dalam jangka waktu pelaksanaan dan dalam
penyusunannya telah memperhatikan tata ruang wilayah dan kebijakan
prioritas pembangunan yang terdiri dari rencana kawasan hutan dan
rencana pembangunan kehutanan.
KPHP Model Dampelas TInombo I-6 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Rencana Pengelolaan Hutan adalah rencana pada kesatuan pengelolaan
hutan yang memuat semua aspek pengelolaan hutan dalam kurun jangka
panjang dan pendek, disusun berdasarkan hasil tata hutan dan rencana
kehutanan, dan memperhatikan aspirasi, peran serta dan nilai budaya
masyarakat serta kondisi lingkungan dalam rangka pengelolaan kawasan
hutan yang lebih intensif untuk memperoleh manfaat yang lebih optimal
dan lestari.
Tata Hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan,
mencakup kegiatan pengelompokan sumberdaya hutan sesuai tipe
ekosistem dan potensiyang terkandung di dalamnya dengan tujuan untuk
memperoleh manfaat sebesarbesarnya bagi masyarakat secara lestari.
Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan
penyusunan rencana pengelolaan hutan; pemanfaatan hutan;
penggunaan kawasan hutan; rehabilitasi dan reklamasi hutan;
perlindungan hutan dan konservasi alam.
Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,
memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan
bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara
optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga
kelestariannya.
Penggunaan kawasan hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan
pembangunan di luar kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok
kawasan hutan.
Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan,
mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga
KPHP Model Dampelas TInombo I-7 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem
penyangga kehidupan tetap terjaga.
Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan
kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara
optimal sesuai dengan peruntukannya.
Lahan Kritis adalah lahan yang berada di dalam dan di luar kawasan
hutan yang telah mengalami kerusakan, sehingga kehilangan atau
berkurang fungsinya sampai pada batas yang ditentukan atau diharapkan.
Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah
daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak sungai
yang bersifat menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal
dari curah hujan ke danau atau laut secara alami yang batas di darat
merupakan pemisah topografi dan batas di laut sampai dengan daerah
perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
Tata Air DAS adalah hubungan kesatuan individual unsur-unsur hidrologis
yang meliputi hujan, aliran sungai, peresapan dan evapotranspirasi dan
unsur lainnya yang mempengaruhi neraca air suatu DAS.
Reboisasi adalah upaya pembuatan tananam jenis pohon hutan pada
kawasan hutan rusak yang berupa lahan kosong/terbuka, alang-alang
atau semak belukar dan hutan rawang untuk mengembalikan fungsi hutan.
Penanaman pengkayaan reboisasi adalah kegiatan penambahan anakan
pohon pada areal hutan rawang yang memiliki tegakan berupa anakan,
pancang, tiang dan pohon 200-400 batang/ha, dengan maksud untuk
meningkatkan nilai tegakan hutan baik kualitas maupun kuantitas sesuai
fungsinya.
KPHP Model Dampelas TInombo I-8 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya
alam, sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna
kepentingan pembanguan berkelanjutan.
Konservasi tanah adalah upaya penempatan setiap bidang lahan pada
penggunaan (secara vegetatif dan/atau sipil teknik) yang sesuai dengan
kemampuan lahan tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan
syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah sehingga
dapat mendukung kehidupan secara lestari.
Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi
kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh
perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan
penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara,
masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan,
investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.
Tata Batas dalam wilayah KPH adalah melakukan penataan batas dalam
wilayah kelola KPH berdasarkan pembagian Blok dan petak.
Inventarisasi hutan adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data untuk
mengetahui keadaan dan potensi sumber daya hutan serta lingkungannya
secara lengkap.
Blok adalah bagian wilayah KPH yang dibuat relatif permanen untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan.
Petak adalah bagian dari blok dengan luasan tertentu dan menjadi unit
usaha pemanfaatan terkecil yang mendapat perlakuan pengelolaan atau
silvikultur yang sama.
KPHP Model Dampelas TInombo I-9 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Evaluasi adalah suatu proses untuk mengukur pencapaian suatu tujuan
tertentu yang telah ditetapkan serta dilakukan secara sistematik dan
teratur, hasilnya digunakan sebagai umpan balik untuk perbaikan
pelaksanaan perencanaan selanjutnya.
Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,
memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan
bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara
optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga
kelestariannya.
Pemanfaatan kawasan adalah kegiatan untuk memanfaatkan ruang
tumbuh sehingga diperoleh manfaat lingkungan, manfaat sosial dan
manfaat ekonomi secara optimal dengan tidak mengurangi fungsi
utamanya.
Pemanfaatan jasa lingkungan adalah kegiatan untuk memanfaatkan
potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan
mengurangi fungsi utamanya.
Pemanfaatan hasil hutan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan
mengusahakan hasil hutan berupa kayu dengan tidak merusak lingkungan
dan tidak mengurangi fungsi pokoknya.
Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan untuk
memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan berupa bukan kayu
dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi
pokoknya.
KPHP Model Dampelas TInombo I-10 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Pemungutan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu adalah kegiatan untuk
mengambil hasil hutan baik berupa kayu dan/atau bukan kayu dengan
batasan waktu, luas dan/atau volume tertentu.
Izin pemanfaatan hutan adalah izin yang diterbitkan oleh pejabat yang
berwenang yang terdiri dari izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha
pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu
dan/atau bukan kayu, dan izin pemungutan hasil hutan kayu dan/atau
bukan kayu pada areal hutan yang telah ditentukan.
Izin usaha pemanfaatan kawasan yang selanjutnya disingkat IUPK adalah
izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan kawasan pada hutan
lindung dan/atau hutan produksi.
Izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan yang selanjutnya disingkat IUPJL
adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan jasa lingkungan
pada hutan lindung dan/atau hutan produksi.
Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu yang selanjutnya disingkat
IUPHHK dan/atau izin usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu yang
selanjutnya disebut IUPHHBK adalah izin usaha yang diberikan untuk
memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dan/atau bukan kayu dalam hutan
alam pada hutan produksi melalui kegiatan pemanenan atau penebangan,
pengayaan, pemeliharaan dan pemasaran.
IUPHHK restorasi ekosistem dalam hutan alam adalah izin usaha yang
diberikan untuk membangun kawasan dalam hutan alam pada hutan
produksi yang memiliki ekosistem penting sehingga dapat dipertahankan
fungsi dan keterwakilannya melalui kegiatan pemeliharaan, perlindungan
dan pemulihan ekosistem hutan termasuk penanaman, pengayaan,
KPHP Model Dampelas TInombo I-11 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
penjarangan, penangkaran satwa, pelepasliaran flora dan fauna untuk
mengembalikan unsur hayati (flora dan fauna) serta unsur non hayati
(tanah, iklim dan topografi) pada suatu kawasan kepada jenis yang asli,
sehingga tercapai keseimbangan hayati dan ekosistemnya.
IUPHHK dan/atau IUPHHBK dalam hutan tanaman adalah izin usaha
yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dan/atau
bukan kayu dalam hutan tanaman pada hutan produksi melalui kegiatan
penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan,
dan pemasaran.
Izin pemungutan hasil hutan kayu yang selanjutnya disingkat IPHHK
adalah izin untuk mengambil hasil hutan berupa kayu pada hutan produksi
melalui kegiatan pemanenan, pengangkutan, dan pemasaran untuk
jangka waktu dan volume tertentu.
Izin pemungutan hasil hutan bukan kayu yang selanjutnya disingkat
IPHHBK adalah izin untuk mengambil hasil hutan berupa bukan kayu pada
hutan lindung dan/atau hutan produksi antara lain berupa rotan, madu,
buah-buahan, getah-getahan, tanaman obat-obatan, untuk jangka waktu
dan volume tertentu.
Hutan tanaman industri yang selanjutnya disingkat HTI adalah hutan
tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok industri
kehutanan untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi
dengan menerapkan silvikultur dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan
baku industri hasil hutan.
Hutan tanaman rakyat yang selanjutnya disingkat HTR adalah hutan
tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat
KPHP Model Dampelas TInombo I-12 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan
menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya
hutan.
Hutan tanaman hasil rehabilitasi yang selanjutnya disingkat HTHR adalah
hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun melalui kegiatan
merehabilitasi lahan dan hutan pada kawasan hutan produksi untuk
memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi lahan dan hutan
dalam rangka mempertahankan daya dukung, produktivitas dan
peranannya sebagai sistem penyangga kehidupan.
Sistem silvikultur adalah sistem budidaya hutan atau sistem teknik
bercocok tanaman hutan mulai dari memilih benih atau bibit, menyemai,
menanam, memelihara tanaman dan memanen.
Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas
tanah.
Hutan kemasyarakatan adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya
ditujukan untuk memberdayakan masyarakat.
Hutan desa adalah hutan negara yang belum dibebani izin/hak, yang
dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa.
Iuran izin usaha pemanfaatan hutan yang selanjutnya disingkat IIUPH
adalah pungutan yang dikenakan kepada pemegang izin usaha
pemanfaatan hutan atas suatu kawasan hutan tertentu.
Provisi sumber daya hutan yang selanjutnya disingkat PSDH adalah
pungutan yang dikenakan kepada pemegang izin sebagai pengganti nilai
intrinsik dari hasil hutan yang dipungut dari hutan negara.
KPHP Model Dampelas TInombo I-13 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Dana reboisasi yang selanjutnya disingkat DR adalah dana yang dipungut
dari pemegang IUPHHK dalam hutan alam pada hutan produksi untuk
mereboisasi dan merehabilitasi hutan.
Perorangan adalah Warga Negara Republik Indonesia yang cakap
bertindak menurut hukum.
Surat keterangan sahnya hasil hutan adalah dokumen-dokumen yang
merupakan bukti legalitas hasil hutan pada setiap segmen kegiatan dalam
penatausahaan hasil hutan.
Industri primer hasil hutan kayu adalah pengolahan kayu bulat dan/atau
kayu bahan baku serpih menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
Industri primer hasil hutan bukan kayu adalah pengolahan hasil hutan
berupa bukan kayu menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
Pengendalian adalah suatu proses atau upaya untuk mengurangi atau
menekan penyimpangan yang mungkin terjadi, sehingga diperoleh suatu
hasil sesuai dengan yang telah ditetapkan melalui pemantauan,
pengawasan dan penilaian kegiatan.
Wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum
menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan usaha pemanfaatannya
berada di luar areal izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.
KPHP Model Dampelas TInombo I-14 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
BAB II. DESKRIPSI KAWASAN
A. Risalah Wilayah KPH
1. Letak dan Luas
Secara geografis, KPHP Model Dampelas Tinombo berada pada posisi
119° 47’ 49” s.d 120° 07’ 22” BT dan 0° 42’ 14” s.d 0° 04’ 19” LU.
Secara administratif pemerintahan, berada dalam wilayah Kabupaten
Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah.
KPHP Model Dampelas Tinombo (Unit IV) memiliki kawasan seluas
±112.664 ha. Berdasarkan fungsi kawasan, KPHP Unit IV terdiri atas: Hutan
Lindung (HL) seluas 21.240 ha, Hutan Produksi Tetap (HP) seluas 10.271 ha,
dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 80.983 ha. Dari luas tersebut
terdapat areal KSA seluas 30 ha dan Badan Air seluas 140 ha. (Dishut
Sulteng, 2010). Apabila areal KSA dikeluarkan maka luas areal KPHP Model
menjadi 112.634 ha.
2. Aksesibilitas Kawasan
Lokasi KPHP Model Dampelas Tinombo terletak di tujuh wilayah
kecamatan, yakni Kecamatan Balaesang, Damsol, Sojol dan Sojol Utara
Kabupaten Donggala dan Kecamatan Tinombo/Sidoan, Tinombo Selatan.
Ketujuh kecamatan tersebut memiliki aksesibilitas wilayah yang cukup
memadai berupa jalan aspal dan jalan sirtu. Dengan demikian keterjangkauan
wilayah KPHP model ini cukup mudah dijangkau hingga pada batas-batas
luar kawasan hutan. Namun aksesibilitas dari batas-batas luar menuju lokasi
di dalam kawasan hutan KPHP akan mengalami kesulitan, karena jaringan
jalan yang pernah ada di wilayah eks. Jalan HPH, seperti di wilayah eks. HPH
KPHP Model Dampelas TInombo II -1 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
PT. Sinar Kaili dan wilayah eks. HPH PT. Raslim Trading Co., saat ini
umumnya telah rusak dan tidak layak dilalui kendaraan bermotor.
Tidak berfungsinya jalan-jalan eks. HPH, bukanlah jaminan bahwa
kawasan hutan di wilayah KPH ini aman dari berbagai okupasi dan
perambahan. Dari hasil analisis peta penyebaran potensi kawasan dan
aksesibilitas wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo, diketahui beberapa
titik lokasi dengan tingkat aksesibiblitas tinggi, sedang, dan rendah. Untuk
jelasnya disajikan pada Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1. Tingkat Aksesibilitas Kawasan Hutan di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Lokasi Akses (Kecamatan/Desa/ Fungsi No. Jenis Kegiatan Tingkat Akses Dusun/Kampung) Hutan 1 2 3 4 5 KABUPATEN DONGGALA 1 Kecamatan Balaesang Siweli, Malawa, Lemo, Sibualong, HL Pertanian lahan kering Sedang-Tinggi Sipure, Sibayu (Pinayor) 2 Kecamatan Damsol Kambayang HP, HL Pertanian lahan kering Sedang-Tinggi Talaga HL Pertanian lahan kering Tinggi Karyamukti HPT Pertanian lahan kering Sedang-Tinggi Muktiagung HP Pertanian lahan kering Sedang-Tinggi Sioyong, Panii HPT Merotan Rendah-Sedang Ponggerang, Malonas, Rerang HPT Pertanian lahan kering Sedang-Tinggi (Tintina) Lembahmukti (Balinggi) HPT Pertanian lahan kering Sedang-Tinggi dan lahan sawah 3 Kecamatan Sojol Pangalaseang (Ou) HPT Pertanian lahan kering Rendah-Sedang Tonggolobibi, Babatona, Siboang, HPT Pertanian lahan kering Sedang-Tinggi Bantayang Silempu (Salodide), Balukan HPT Pertanian lahan kering Sedang-Tinggi (Ponju) Losung, Balani, Sampaga, HPT Pertanian lahan kering Rendah-Sedang Dalaong. 4 Kecamatan Sojol Utara Pesik, Mapaga, Lenju HPT Pertanian lahan kering Sedang Ogoamas (Bingkoli) HPT Pertanian lahan kering, Sedang-Tinggi Permukiman Tandaiyo HPT Pertanian lahan kering Sedang KABUPATEN PARIGI MOUTONG 5 Kecamatan Tinombo Selatan Tada, Silutung HL, HPT Pertanian lahan kering Sedang-Tinggi khatulistiwa, Siney HL Pertanian lahan kering Sedang-Tinggi Maninili, Ogombangi HL Pertanian lahan kering Sedang-Tinggi Singenti (Sigaega) HPT, HP Pertanian lahan kering, Sedang-Tinggi Merotan dan Hasil Hutan Kayu Alam Sidoan, Ogobagis, Punsalea, HPT, HP Pertanian lahan kering, Rendah-Tinggi Sidoan Barat (Sija) Merotan dan Hasil Hutan Kayu Alam, Permukiman (KAT)
KPHP Model Dampelas TInombo II -2 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Lokasi Akses (Kecamatan/Desa/ Fungsi No. Jenis Kegiatan Tingkat Akses Dusun/Kampung) Hutan 1 2 3 4 5 Bondoyong, Ogolemo, Bolong HPT Pertanian lahan kering Sedang-Tinggi Bainaa, Ambason, Bainaa Barat, HL, HPT, Pertanian lahan kering, Sedang-Tinggi Silangsa, Dongkas HP Merotan, Getah damar dan Permukiman (KAT) Sumber: Hasil Survei BPKH Wilayah XVI Palu Tahun 2011-2012.
3. Batas-batas KPH
KPHP Model Dampelas Tinombo, memiliki batas-batas wilayah
sebagai berikut:
‹ Sebelah utara: berbatasan dengan Areal Penggunaan Lain (APL)
Kecamatan Sojol Utara Kabupaten Donggala.
‹ Sebelah timur: berbatasan dengan Areal Penggunaan Lain (APL)
Kecamatan Tinombo/Sidoan dan Tinombo Selatan Kabupaten Parigi
Moutong.
‹ Sebelah selatan: berbatasan dengan KPHP Unit V Kecamatan Balaesang
Kabupaten Donggala.
‹ Sebelah barat: berbatasan dengan Areal Penggunaan Lain (APL)
Kecamatan Balaesang dan Damsol Kabupaten Donggala.
4. Sejarah Wilayah KPH
KPHP Model Dampelas Tinombo yang terletak di wilayah Kabupaten
Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah pada
awal terbentuknya adalah KPH Unit V dengan luas 103.208,66 ha.
Selanjutnya diterbitkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 792/Menhut-
II/2009 tanggal 7 Desember 2009 seluas 100.912 Ha, kemudian terbit Surat
Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.79/MENHUT-II/2010 tanggal 10
Februari 2010 Tentang Penetapan Wilayah Pengelolaan KPHL dan KPHP
Provinsi Sulawesi Tengah, sehingga KPHP Model ini berubah menjadi KPHP
KPHP Model Dampelas TInombo II -3 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Unit IV, dengan luas 112.664 ha. Penambahan luas wilayah KPHP terletak di
kawasan HPT Kecamatan Sojol dan Sojol Utara.
Pada awalnya, pembentukan Unit KPH Model Dampelas Tinombo
mengacu pada Surat Keputusan Menteri Nomor 230/Kpts-II/2003 dan SK. Ka.
BAPLAN Kehutanan Nomor SK.14/VII-PW/2004 tentang pelaksanaan
pembentukan KPHP, serta Pasal 29 dan Pasal 30 PP No. 44 Tahun 2004,
telah diperoleh hasil hingga akhir tahun 2008 dalam rangka pembentukan
KPH.
Pada Tahun 2009, Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah telah
menerbitkan Peraturan Gubernur Nomor 05 Tahun 2009 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis pada Dinas dan Badan di Lingkungan
Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tengah), termasuk didalamnya tentang
Institusi Pengelola Unit Pelaksana Teknis (UPT KPH) Dampelas-Tinombo
dengan struktur organisasi yang terdiri atas: Kepala KPH dan dibantu 2 (dua)
Kepala seksi (Perencanaan dan Operasional) serta 1 (satu) orang kepala sub
bagian tata usaha.
Penetapan Peraturan Gubernur tersebut mengacu pada PP Nomor 6
tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan Pemerintah Provinsi
Sulawesi Tengah dalam mendukung percepatan pembangunan unit KPH
sangat positip. Walaupun demikian, mengingat adanya perubahan PP Nomor
3 tahun 2008 yang merubah PP Nomor 6 tahun 2007 maka diperlukan
adanya penyesuaian-penyesuaian secara bertahap sesuai PP Nomor 3
Tahun 2008 di masa mendatang.
Sejalan dengan kebutuhan perubahan Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) Provinsi Sulawesi Tengah maka diterbitkan Peraturan Daerah No. 9
KPHP Model Dampelas TInombo II -4 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi
Tengah No. 06 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas
Daerah Provinsi Sulawesi Tengah yang didalamnnya antara lain mengatur
struktur oraganisasi kehutanan tingkat daerah.
Dalam rangka menindaklanjuti Perda No. 9 Tahun 20012, Gubernur
Sulawesi Tengah menerbitkan Peraturan Gubernur Sulawesi Tengah No. 45
Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Sulawesi Tengah
No. 05 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
pada Dinas dan Badan di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi
Tengah yang didalamnya antaralain mengatur struktur organisasi UPT pada
Dinas Kehutanan Daerah. Dalam Pergub diatas Struktur Organisasi UPT KPH
ditambah dengan Kelompok Jabatan Fungsional dan Resort KPH
5. Pembagian Blok Wilayah KPH
Sehubungan dengan adanya perkembangan pemanfaatan kawasan
hutan di wilayah KPHP model Dampelas Tinombo, seperti hadirnya usulan
IUPHHK-HTI PT. Calton Agro, Pembangunan Hutan Tanaman (HHBK-HT
Karet di Balinggi dan Karya Mukti, HHBK-HTUL di Bingkoli, dan HKm
(Agroforestri) di Tonggolobibi, serta kegiatan RHL di Siweli, Sibualong, Sibayu
dan Kambayang hingga pertengahan tahun 2012 termasuk hasil survei
potensi biogeofisik dan sosekbud tahun 2011-2012 maka dilakukan
rasionalisasi blok pengelolaan dengan tetap memperhatikan blok-blok kelola
yang ada pada rancang bangun KPH sebelumnya. Adapun rencana
pembagian blok-blok pengelolaan KPH sesuai dengan Juknis Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan KPHL dan KPHP Peraturan Dirjen
Planologi Kehutanan Nomor P.5/VII-WP3H/2012 meliputi:
KPHP Model Dampelas TInombo II -5 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
1) Kawasan Hutan Lindung
Pada kawasan hutan lindung (HL), dikelompokkan kedalam dua
blok yaitu Blok Inti dan Blok Pemanfaatan. Blok inti pada kawasan HL
ditetapkan dengan pertimbangan (sulit dijangkau atau akses rendah,
penting bagi perlindungan tata air, perlindungan satwa dan plasma
nutfah). Blok pemanfaatan pada kawasan HL ditetapkan dengan
pertimbangan (memiliki potensi hasil hutan non kayu (rotan, getah,
buah/biji), telah lama dimanfaatkan masyarakat setempat sebagai
kehidupan (berupa pertanian lahan kering/kebun)). Atas dasar
pertimbangan itu maka pada Blok pemanfaatan di kawasan HL dibagi
kedalam petak-petak pemanfaatan sbb.: (a) untuk kawasan HL yang telah
lama dimanfaatkan masyarakat setempat dalam bentuk budidaya tanaman
pertanian diarahkan menjadi blok/petak hasil hutan bukan kayu untuk
hutan tanaman (HHBK-HT); (b) untuk kawasan HL yang cocok
dikembangkan usaha jasa lingkungan dan telah lama dimanfaatkan
masyarakat setempat dalam bentuk budidaya tanaman pertanian/
hortikultura diarahkan menjadi blok/petak HHBK untuk hutan tanaman dan
wisata alam (HHBK-HT-WA); dan (c) untuk kawasan HL yang telah lama
dimanfaatkan masyarakat dalam pengumpulan rotan, getah damar,
buah/biji dan masih berupa hutan alam diarahkan pemanfataannya
menjadi blok/petak pemanfaatan hasil hutan bukan kayu untuk hutan alam
(HHBK-HA).
2) Kawasan Hutan Produksi
Pada kawasan hutan produksi dengan fungsi berupa hutan
produksi terbatas (HPT) dan hutan produksi tetap (HP), dikelompokkan
KPHP Model Dampelas TInombo II -6 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
kedalam tiga blok yaitu blok perlindungan (PL), blok pemanfaatan (PM),
dan blok pemberdayaan masyarakat (PBM).
Blok Perlindungan (PL) pada kawasan hutan produksi diarahkan
untuk perlindungan tata air (PL-TA) dan area konservasi ebony (AKE).
Blok/Petak perlindungan tata air diarahkan pada lokasi-lokasi daerah hulu
DAS dengan kondisi kelas lereng >45%, jenis-jenis tanah peka erosi
dengan kelerengan >25%, 100 m kanan-kiri sungai-sungai besar dan 50 m
kanan-kiri sungai-sungai kecil, dan airnya menjadi sumber air utama bagi
daerah irigasi pertanian/kebutuhan masyarakat di kawasan bawahannya.
Selain perlindungan tata air, pada blok perlindungan diarahkan pula untuk
perlindungan habitat alami kayu eboni sebagai jenis vegetasi endemik dan
semakin langka. Blok perlindungan diarahkan pula untuk tempat
perlindungan satwa dan sebagai sumber plasma nutfah.
Blok pemanfaatan (PM) pada kawasan hutan produksi diarahkan
pada pemanfaatan hasil hutan kayu untuk hutan tanaman (HHK-HT),
hutan tanaman industri (HTI), dan pemanfaatan hasil hutan kayu untuk
hutan alam dengan cara restorasi ekosistem (HHK-RE). Sasaran lokasi
blok/petak HHK-HT adalah hutan lahan kering sekunder (Hs) dengan
kondisi hutan rusak (potensi tegakan hutan niagawi rendah) dan pada
lahan-lahan tidak berhutan (dominan semak belukar dan tanah-tanah
terbuka). HHK-HT diarahkan pula pada lokasi-lokasi yang telah ada ijin
pemanfaatan hasil hutan untuk hutan tanaman, seperti HTI, HTUL, dsb.
Selanjutanya sasaran lokasi blok/petak pemanfaatan hasil hutan
kayu pada hutan alam dengan cara restorasi ekosistem (HHK-RE) adalah
lahan-lahan hutan alam eks. Lokasi HPH dengan kondisi tegakan hutan
KPHP Model Dampelas TInombo II -7 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
yang terlebih dahulu perlu dilakukan pembinaan tegakan sebelum
dilakukan penebangan, seperti hutan lahan kering sekunder (Hs). Selain
itu HHK-RE diarahkan pula pada lokasi-lokasi hutan dalam kelas hutan
lahan kering primer (Hp). Walaupun kelasnya hutan primer, namun tidak
dibolehkan dilakukan penebangan kayu secara langsung dan perlu dibina
kawasannya terlebih dahulu (termasuk bina sosial bagi masyarakat di
sekitarnya). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya konflik sosial.
Blok pemberdayaan masyarakat (PBM) diarahkan pada hutan
kawasan hutan produksi, khususnya lahan-lahan telah lama digunakan/
dimanfaatkan masyarakat dalam mengembangkan usahatani lahan kering
dan lahan basah termasuk area permukiman. Blok-blok PBM dibagi
kedalam petak-petak pengelolaan seperti Hutan Kemasyarakatan (HKm),
Hutan Desa (HD), dan Hutan Tanaman Rakyat (HTR).
Petak-petak kelola untuk HKm diarahkan pada lokasi-lokasi KPH
dengan tutupan/penggunaan lahan berupa pertanian lahan kering (Pt),
dan pertanian lahan kering bercampur semak (Pc), pertanian sawah (Sw),
seperti kakao, cengkeh, dll. Petak-petak kelola untuk hutan desa (HD)
diarahkan pada lokasi-lokasi KPH dengan kondisi tutupan lahan berupa
areal tidak berhutan, semak belukar, dan hutan potensi kayu rendah.
Petak-petak hutan tanaman rakyat (HTR) diarahkan pada lahan-lahan
dengan kondisi penutupan lahan berupa hutan dengan hasil hutan kayu
rendah, semak belukar dan tanah-tanah terbuka, serta di sekitar kawasan
tersebut terdapat potensi sumberdaya manusia (SDM) yang selama ini
menggantungkan hidupnya dari hasil hutan kayu.
KPHP Model Dampelas TInombo II -8 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Khusus untuk area permukiman bagi penduduk dusun Bingkoli
Desa Ogoamas (Kecamatan Sojol Utara), dan area permukiman bagi
penduduk Komunitas Adat Terpencil (KAT) Lauje di Kecamatan Tinombo,
seperti di Sija dan Punsalea di Desa Sidoan Barat, dan Silangsa di Desa
Bainaa Barat tidak dimasukkan dalam blok khusus melainkan dimasukkan
dalam blok/peta HKm. Adapun pertimbangannya, karena umumnya lokasi
permukiman menyatu dengan lokasi lahan usahataninya. Selanjutnya
untuk KAT Lauje umumnya lokasi-lokasi rumahnya menyebar dalam
kawasan dengan jarak yang saling berjauhan sehingga sulit dan kurang
efisien untuk dilakukan pembatasan blok/petak kelola.
Dalam wilayah KPHP model Dampelas Tinombo dilakukan pula
pembuatan zona penyangga ( buffer zone /BZ) selebar 500 m dari batas
luar kawasan HL dan Hutan Konservasi, seperti Cagar Alam Gunung Sojol
dan Hutan Lindung DAS Tada. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya penyerobotan areal kawasan lindung (KWL) dalam rangka
pemanfaatan kawasan seperti HHK-HT/HTI, HHK-RE, HTR, HD, dan
HKm.
Dalam rangka pemberdayaan lembaga KPHP model Dampelas
Tinombo, pada perencanaan ini dialokasikan lahan-lahan kawasan
tertentu untuk dikelola sendiri KPH dalam bentuk ”wilayah tertentu”.
Wilayah tertentu bagi KPHP model diarahkan pada lokasi-lokasi
blok/petak dalam wilayah KPH dengan potensi sumber konflik tinggi dan
rawan bencana, area sasaran rehabilitasi hutan (RH), blok-blok inti di
hutan lindung, blok-blok perlidungan di hutan produksi, dan blok-blok
KPHP Model Dampelas TInombo II -9 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
pemanfaatan di hutan lindung, dan daerah penyangga ( buffer zone ).
Lokasi-lokasi blok/petak dimaksud meliputi:
1. Blok perlindungan tata air dan area konservasi eboni (PL-TA & AKE) di
wilayah hulu DAS Taipa (Habitat alami kayu eboni), blok/petak PL-TA
RH desa Maninili (Ogombangi), blok/petak PL-TA desa Sigenti
(Sigega), blok/petak petak PL-TA di Ogobagis, blok/petak PL-TA desa
Bainaa Barat, blok/petak PL-TA desa Tandaiyo dan Ogoamas
(Bingkoli), PL-TA desa Sioyong dan Muktiagung. Selain itu, blok/petak
hutan pantai dan rehabilitasi mangrove (PL-HP, RM) di desa Sampaga
(Bau) – Pesik, dan RM dusun Siraru desa Pangalaseang diarahkan
pula menjadi wilayah tertentu KPH.
2. Blok inti hutan lindung di DAS Taipa, DAS Dampelas, DAS Malawa,
DAS Taipa, DAS Bainaa dan DAS Dongkas.
3. Blok pemberdayaan masyarakat (PBM) di lokasi sasaran RH Dusun
Bingkoli Desa Ogoamas (petak RH HHK-HTUL), petak RH HHBK-HT
karet dusun Balinggi Desa Lembahmukti, petak RH Hkm (Agf) di Desa
Tonggolobibi, petak RH HKm di Desa Rerang, petak RH HKm di Desa
Balukan (Ponju), petak RH HHBK-HT di HL (desa Siweli, Siboalong,
Sibayu, dan Kambayang), petak RH-HKm di desa Silutung, petak RH-
Hkm di Desa Malanggo, petak RH-HD di desa Dongkalang, petak RH-
HKm di desa Sipaya-Bondoyong, petak RH-HKm di desa Bainaa Barat,
petak RH-HKm di desa Dongkas.
4. Blok/petak pemanfaatan HHK-RE di Desa Balukan (Ponju), Losung,
Balani, Sampaga, Pesik, dan Ogoamas 2 (Bingkoli). Blok/petak
pemanfaatan HHK-HT (eks. HTI PT. Tondo Murni) di desa Malonas.
KPHP Model Dampelas TInombo II -10 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
5. Blok pemanfaatan HHBK-HA di wilayah hulu DAS Tada, dan HHBK-HT
di desa Siweli, Siboalong, dan Sibayu.
B. Potensi Wilayah KPH
1. Iklim
Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo dipengaruhi oleh dua musim
yang tetap yakni musim Barat dan musim Timur dengan iklim tropis. Dari hasil
analisis Peta Curah Hujan RTkRHL BPDAS Palu Poso Tahun 2009, curah
hujan rata-rata tahunan di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo berkisar
1.600 – 2.400 mm/tahun.
Hasil pencatatan suhu udara pada Stasiun Pengamat Cuaca di Desa
Olaya Kecamatan Parigi tahun 2002 sampai dengan Tahun 2006 diketahui
bahwa rata-rata suhu udara maksimum adalah 30.40°C sedangkan rata-rata
suhu udara minimum adalah 23.40°C. Kelembaban udara rata-rata adalah
87,53%, tertinggi terjadi pada bulan Oktober yang mencapai 98%, sedangkan
kelembaban udara terendah terjadi pada bulan Juli yang mencapai 67%.
2. Tanah/Kesuburan
Uraian tanah pada bagian ini dijelaskan dalam arti luas yang
mencakup jenis tanah, geologi, geomorfologi, topografi, kesuburan tanah dan
lain-lain.
a. Jenis Tanah
Berdasarkan data FAO/UNESCO/Soil Survey Staff (1968), penyebaran
jenis di wilayah KPHP model Dampelas Tinombo Provinsi Sulawesi Tengah
jenis tanah yang ada berdasarkan sistem soil taksonomi (Soil Survei Staff
USDA, 1999), ditemukan dua order utama tanah diantaranya Entisols
KPHP Model Dampelas TInombo II -11 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
(Hydraquents), dan Inceptisols (Endoaquepts, Haplusteps). Ordo Entisols
menempati wilayah dataran/lembah dengan variasi sifat-sifat kimia tanah
yang cukup beragam, sedangkan Inceptisols penyebarannya cukup luas
dengan variasi sifat-sifat tanah yang relatif kecil. Ordo Entisols dengan great
group Hydroquents umumnya berbahan induk aluvium dataran pasang surut,
dengan relief datar. Demikian juga Ordo Inceptisols dengan great group
Endoaqueps, bahan induknya aluvium, dataran aluvial, dengan relief datar.
Selanjutnya berdasarkan klasifikasi tanah LPT Bogor, jenis tanah yang
terdapat di wilayah DAS KPHP model Dampelas Tinombo Provinsi Sulawesi
Tengah didominasi jenis podsolik merah kuning dan latosol. Jenis tanah
lainnya adalah litosol, dan alluvial.
b. Jenis Geologi
Stratigrafi batuan yang menyusun daearah Kabupaten Parigi Motong
sangat bervariasi mulai dari batuan beku, sedimen, dan batuan metamorfosis.
Formasi batuan yang terdapat di wilayah KPHP model Dampelas
Tinombo, satuan batuan yang menyusun geologi kawasan wilayah ini
didominasi didominasi oleh dua formasi batuan, yaitu formasi tinombo
ahlburg, dan kompleks metamorphosis.
Jenis batuan dari formasi tinombo ahlburg dapat dijumpai di wilayah
pegunungan Tinombo, Tinombo Selatan, Sojol, Damsol dan Balaesang.
Jenis aluvium umumnya dijumpai menyebar di sepanjang sempadan sungai-
sungai besar dan kecil pada lahan-lahan datar dan lembah-lambah sempit.
Untuk jenis komplek metamorfosis dan kompleks batuan metamorfosis dapat
dijumpai di wilayah perbukitan hingga pegunungan dalam wilayah KPHP
model.
KPHP Model Dampelas TInombo II -12 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
c. Geomorfologi
Secara fisiografis, wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo terbagi
atas tiga satuan morfologi yaitu perbukitan dan pegunungan. Di bagian
selatan, bentuk morfologi dari timur ke barat berkembangan dari perbukitan
hingga pegunungan, sedangkan di bagian utara perkembangan morfologi dari
arah selatan ke utara merupakan perbukitan hingga pegunungan.
Daerah morfologi perbukitan tersusun atas komplek metamorfosis
yang diterobos oleh batuan granit. Sedangkan daerah morfologi pegunungan
juga tersusun atas komplek metamorfosis dan terobosan batuan granit.
d. Topografi dan Lereng
Topografi di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo didominasi
pegunungan dan perbukitan. Adapun topografi dataran, berombak dan
bergelombang hanya dijumpai pada wilayah-wilayah sempit diantara
perbukitan dan pegunungan.
Wilayah KPHP model Dampelas Tinombo merupakan daerah berbukit
dan bergunung terutama pada bagian tengah yang memanjang dari utara ke
selatan. Sedangkan daerah dataran rendah ditemukan pada bagian timur dan
barat yang berbatasan dengan kawasan permukiman dan pertanian di APL.
Ketinggian wilayah berkisar antara 190 m – 1.500 m di atas permukaan laut.
Tempat-tempat tertinggi di wilayah KPH ini dengan ketinggian >1.000 m dpl.
berada di pegunungan Ogoamas, Losung, Simomo dan Tangkelai.
Sedangkan tempat-tempat terendah terdapat di kawasan HL Tg. Dampelas
dan kawasan HPT di wilayah desa Malonas.
KPHP Model Dampelas TInombo II -13 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Karena sebagian besar wilayah ini merupakan pegunungan maka
kemiringan lahan di wilayah KPHP model sangat beragam, secara rinci
disajikan pada Tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2. Kelas Lereng di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Luas Persentase No. Kelas Lereng (Ha) (%) 1 2 3 4 1 Datar (0-<8%) 6,104.02 5.42 2 Landai (8-<15%) 11,619.72 10.32 3 Agak Curam (15-<25%) 18,236.02 16.19 4 Curam (25-<40%) 35,818.82 31.80 5 Sangat curam (>=40%) 40,855.42 36.27 Jumlah 112,634.00 100.00 Sumber: Dokumen RTkRHL BPDAS Palu Poso Tahun 2009, diolah kembali Tahun 2012.
3. Penutupan Vegetasi/Lahan
Kondisi penutupan lahan/vegetasi di wilayah KPHP Model Dampelas
Tinombo (Unit IV) terdiri atas: 30,15 ha hutan mangrove primer, 60.815,75 Ha
hutan primer, 47.152,40 ha hutan sekunder, 977,52 ha perkebunan, 10,02 ha
pemukiman, 681,54 ha pertanian lahan kering, 1.341,43 ha pertanian lahan
kering campur, 361,25 ha sawah, 1.251,09 ha semak belukar, dan 50,21 ha
tanah terbuka/kosong (Dishut Sulteng, 2011).
4. Potensi Kayu/Non-Kayu
KPHP Model Dampelas Tinombo adalah salah satu wilayah KPH di
wilayah Provinsi Sulawesi Tengah yang memiliki keanekaragaman hayati
(flora dan fauna) yang cukup tinggi. Di wilayah ini terdapat hutan
pegunungan/hutan dataran tinggi, hutan dataran rendah, yang kaya jenis-
jenis vegetasi berkayu dan vegetasi tak berkayu baik komersial dan non-
komersial.
Jenis-jenis flora yang cukup dikenal masyarakat bernilai komersial
tinggi di pasar Internasional maupun domestik, khususnya dari jenis kayu
KPHP Model Dampelas TInombo II -14 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
adalah Kayu Hitam/Ebony ( Diospyros celebica Bakh.), Maraula ( Diospyros
macrophylla ), Agatis/Damar ( Agathis spp.), Meranti ( Shorea spp.), Palapi
(Herriteria sp.), Nyatoh ( Palaqium spp.), Rau ( Dracontamelon mangiferum ),
Bintangur ( Calophyllum soulatri ), Matoa ( Pometia pinnata ), Rau
(Dracontamelon mangiferum ), Mangga hutan ( Mangifera foetida ), Binuang
(Octomeles sumatrana ), dll. Selanjutnya dari jenis flora berupa jenis non-
kayu adalah Rotan ( Calamus spp.), Bambu ( Bambusa spp.), Aren ( Arenga
pinnata ) dan jenis palma lainnya. Dari jenis flora tersebut beberapa jenis
yang dikategorikan sebagai jenis tanaman multiguna seperti Agatis (penghasil
kayu dan getah damar), Durian (penghasil kayu dan buah), Aren (penghasil
nira, ijuk, pati, lidi, buah), dsb.
Dari hasil survei tim BPKH Wilayah XVI Palu tahun 2012 di
kelompokkan sbb.:
Kelompok Hutan DAS Tada:
Di kelompok Hutan Lindung DAS Tada Desa Maninili dilaporkan
sebanyak terdapat 47 jenis tumbuhan berkayu dengan potensi hutan alam
sbb.: Tetumbuhan berkayu untuk tingkat semai sebanyak 27.070 – 59.315
btg/ha, tingkat pancang sebanyak 2.090 – 2.787 btg/ha, tingkat tiang
sebanyak 374 – 565 btg/ha, dan tingkat pohon sebanyak 147 – 219 btg/ha.
Selanjutnya tingkat volume tegakan dari seluruh jenis sbb.: Untuk tingkat
tiang 15,22 – 22,86 m3/ha dan pohon 311,53 - 500,44 m3/ha. Jenis
tetumbuhan berkayu yang dominan ditemukan yakni jenis meranti, dara-dara,
kayu batu, mangga hutan, jambu-jambu dan tea. Selanjutnya hasil hutan
bukan kayu yang terdapat di kawasan HL ini adalah pakis dan rotan.
Keberadaan rotan cukup melimpah.
KPHP Model Dampelas TInombo II -15 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Adapun jenis-jenis tumbuhan berkayu dan bukan kayu yang dijumpai
pada plot-plot ukur (nomor 34-35-36) di kelompok HL wilayah DAS Tada
disajikan pada Tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3. Jenis-jenis Hasil Hutan Kayu yang terdapat di Kawasan Hutan Lindung DAS Tada Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong No Nama daerah Nama Spesies Keterangan 1 2 3 4 1 Andolia Cananga odorata Hook.F&Thomson Sedikit 2 Bayur Pterospermum celebicum
3 Beringin Ficus benyamina
4 Bintangur Calophyllum soulattri Burm
5 Dara-dara Horsfieldia costulata Dominan 6 Jambu-jambu Syzygium sp
7 Kayu Batu Maranthes corymbosa Dominan 8 Kayu Batu Putih Planchonella nitida
9 kayu Bawang Sorodocarpus bornensis
10 Kedondong Hutan Spondias sp
11 Kelor Hutan Moringa sp
12 Kopi Hutan Coffea sp
13 Kume Palaquium obtusefolium
14 Langsat hutan Lansium sp
15 Lauderan Myristica fatua
16 Pali Lithocarpus havilandii (Staf) Bernett
17 Mananta Alangium griffithii
18 Mangga Hutan Mangifera foetida L. Dominan 19 Manggis Hutan Garcinia sp
20 Marawola Diospyros macrophylla
21 Meranti Shorea spp Dominan 22 Nantu Endiandra sp.
23 Pakanangi
24 Palado Alstonia scholaris
25 Palapi Heritiera litoralis Dryand Sedikit 26 Palili Quecus sp
27 Pandaya
28 Pangkang
29 Pasui Polycies nodosa
30 Rau Dracontamelon mangiferum Sedikit 31 Siipus
32 Toang Anthocephalus spp
33 Tompeng
34 Unga-unga Metrosideros petiolata K & V
KPHP Model Dampelas TInombo II -16 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Lanjutan Tabel 2.3. No Nama daerah Nama Spesies Keterangan 1 2 3 4 35 Tea Artocarpus elasticus Sedikit 36 Averrhoa bilimbi Belimbing Hutan 37 Cempaka Michelia campaka
38 Kaili Dracontamelon dao
39 Kalaka Planconella moluccana
40 Pentace triptera Moronpinanga 41 Maralonja 42 Santiria laviegata Tapi-tapi 43 Alianthus integrifolia Tirontasi 44 Aleset Sedikit
45 Bintale Polyaltia sp
46 Asam Hutan Tamarindus sp
47 Matoa Pometia pinnata Sedikit
Kelompok Hutan DAS Sidoan:
Di kelompok Hutan Lindung dan Hutan Produksi DAS Sidoan Desa
Ogobagis dilaporkan sebanyak terdapat 38 jenis tumbuhan berkayu dengan
potensi hutan alam sbb.: Tetumbuhan berkayu untuk tingkat semai sebanyak
33.439 btg/ha, tingkat pancang sebanyak 4.727 btg/ha, tingkat tiang
sebanyak 740 btg/ha, dan tingkat pohon sebanyak 78 btg/ha. Selanjutnya
tingkat volume tegakan dari seluruh jenis untuk tingkat pohon 123,82 m3/ha.
Jenis tetumbuhan berkayu yang dominan ditemukan yakni jenis bayur, silo
dan mangga hutan.
Dilaporkan bahwa di kawasan Hutan Lindung telah dirambah
masyarakat dan dibuka hutan untuk diolah menjadi kebun.
Adapun jenis-jenis tumbuhan berkayu dan bukan kayu yang dijumpai
pada plot-plot ukur (nomor 13-14-15) di kelompok HL dan HPT/HP wilayah
DAS Sidoan disajikan pada Tabel 2.4 berikut.
KPHP Model Dampelas TInombo II -17 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Tabel 2.4. Jenis-jenis Hasil Hutan Kayu yang terdapat di Kawasan Hutan Lindung dan Hutan Produksi DAS Sidoan Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong No Nama daerah Nama Spesies Keterangan 1 2 3 4 1 Andolia Cananga odorata Hook.F&Thomson
2 Bayur Pterospermum celebicum Dominan 3 Silo Dominan
4 Palapi Heritiera litoralis Dryand Dominan 5 Dara dara Horsfieldia costulata
6 Siuri Koorsidendron pinnatum
7 Nantu Endiandra sp.
8 Maraula Diospyros macrophylla
9 Kaili Dracontamelon dao
10 Maraula putih Diospyros spp.
11 Tea Artocarpus elasticus
12 Pangi Pagium edule
13 Kedondong hutan Spondias sp
14 Maralonja
15 Tampurung
16 Papaya Euodia sp.
17 Besul
18 Boal Merystica spp.
19 Tombong
20 Morong koloe
21 Mousilang
22 Enei/erei
23 Kelor Moringa sp
24 Poegan
25 Lentas
26 Eboni Diopypiros celebica Bakh.
27 Mangga hutan Mangiefera foetida Dominan 28 Aayas
29 Gorango
30 Batu Planconella nitida
31 Ra Knema tomentella
32 Kayu pinang Pentace triptera
33 Lalit
34 Toang Anthocephalus spp
KPHP Model Dampelas TInombo II -18 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Lanjutan Tabel 2.4. No Nama daerah Nama Spesies Keterangan 1 2 3 4 35 Denjia Plachonella nitida
36 Jambu Eugenia spp
37 Marambaulu Celtis philipinencis
38 Bengkele Duabanga moluccana
Kelompok Hutan DAS Bainaa:
Di kelompok Hutan Lindung DAS Tada Desa Bainaa Barat dilaporkan
sebanyak terdapat 116 jenis tumbuhan berkayu dengan potensi hutan alam
sbb.: Tetumbuhan berkayu untuk tingkat semai sebanyak 9.952 – 13.535
btg/ha, tingkat pancang sebanyak 1.791 – 3.185 btg/ha, tingkat tiang
sebanyak 470 – 549 btg/ha, dan tingkat pohon sebanyak 322 – 454 btg/ha.
Selanjutnya tingkat volume tegakan dari seluruh jenis untuk tingkat pohon
121,11 - 466,98 m3/ha. Jenis tetumbuhan berkayu yang dominan ditemukan
yakni jenis labani, dara-dara, kume, nantu, silo, dan boal. Selanjutnya hasil
hutan bukan kayu (niagawi) terdapat di kawasan hutan DAS Baina (HL dan
HPT) ini adalah jenis rotan seperti rotan batang, rotan tohiti, dan rotan
lambang.
Adapun jenis-jenis tumbuhan berkayu dan bukan kayu yang dijumpai
pada plot-plot ukur (nomor 4-5-6) di kelompok HL dan HPT/HP wilayah DAS
Bainaa disajikan pada Tabel 2.5 berikut.
Tabel 2.5. Jenis-jenis Hasil Hutan Kayu yang terdapat di Kawasan Hutan Lindung dan Hutan Produksi DAS Bainaa Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong No Nama daerah Nama Spesies Keterangan 1 2 3 4 1 Bayur Pterospermum celebicum
2 Silo Dominan
3 Sumalipan
KPHP Model Dampelas TInombo II -19 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
No Nama daerah Nama Spesies Keterangan 1 2 3 4 4 Nantu Endiandra sp. Dominan 5 Lolongisi
6 Pampanang Sterculia sp.
7 Ketapang hutan Terminalis catappa
8 Alom
9 Tololeo
10 Hual
11 Siiput
12 Siuri Koorsidenron pinnatum
13 Besul
14 Molontulingan Maranthes sp.
15 Langsat hutan Lansium sp.
16 Tombong
17 Amamayang Pisonia umbellifera
18 Dara-dara Horsfieldia costulata Dominan 19 Ala'
20 Palitungon
21 Amara Diospyros ebenum
22 Kedondong hutan Spondias sp
23 Rau Dracontamelon mangiferum
24 Sigayagas
25 Malapoga Toona cyliata
26 Liumbu
27 Boal/buol Merystica spp. Dominan 28 Adingan
29 Maraola Disopyros macrophylla
30 Kume Palaqium obtusifolium Burck Dominan 31 Palapi Heritiera litoralis Dryand
32 Nyato Palaquium obovatum Griff (Engl)
33 Lalit
34 Binuang Octomeles sumatrana
35 Toa Anthocepalus sp.
36 Lentah/lentas
37 Maralonja
38 Maitong Diospyros celebica Bakh.
39 Kalampayan Sterculia spp.
40 Labani Gomphia serrata Dominan 41 Enei
42 Ampalas
43 Matoa Pometia pinnata
44 Paleles
45 Bolalit/bololi
KPHP Model Dampelas TInombo II -20 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Lanjutan Tabel 2.5. No Nama daerah Nama Spesies Keterangan 1 2 3 4 46 Tea Artocarpus elasticus
47 Lengaru Alstonia scholaris
48 Pangi Pangium edule
49 Mangga hutan Mangifera foetida
50 Rotan batang Calamus zollingerii(A)
51 Batu Planconella nitida
52 Bolangita
53 Cempaka Michelia campaka
54 Rotan lambing Calamus sp.
55 Sumbawa Canarium hirsutum
56 Molontulingan
57 Jabon merah Anthocephalus macrophylla
58 Lesian Castanopsis buruana
59 Eboni Diospyros celebica Bakh.
60 Kemiri Aleuretes moluccana
61 Agaitolu
62 Ompu
63 Hulele
64 Angas Gluta rengas
65 Anjalatong
66 Abato
67 Olosom
68 Lolongisi
69 Top
70 Talis
71 Nangka hutan Arthocarpus sp.
72 Sabo Metrosidores petiolata
73 Aga Ficus variegate
74 Gasang Hariteria javanica
75 Ambaita
76 Jabon putih Anthocphalus chinensis
77 Bunga-bunga Lumnitzera littorea
78 Kenari Canarium vulgare
79 Bano Sterculia macrophylla
80 Tilangon
81 Sirorut
82 Sapponi
83 Jongin Dellinia serrata
84 Hulek
85 Eili
86 Lea Neuburgia celebica
87 Simpoyo Stemonurus celebicus
KPHP Model Dampelas TInombo II -21 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Lanjutan Tabel 2.5. No Nama daerah Nama Spesies Keterangan 1 2 3 4 88 Palili Quecus sp
89 Tompo
90 Ayubengkel
91 Toang
92 Rotan towiti Calamus inops
93 Samai Erythroxylum ecarinatum
94 Sale Castnopsis buruana
95 Keili
96 Tomtomini
97 Bolango
98 Tompeng
99 Lotu Duabanga moluccana
100 Bulele
101 Kalaka Planconella moluccana
102 Tompolina
103 Pakanangi
104 Kayu telur Alstonia shcolaris
105 Bensia
106 Pandaya
107 Walong Diospyros pilosanthera
108 Kenari tikus Canarium hirsutum
109 Mangilad Manglietia glauca
110 Bintonung
111 Lombonu Neonauclea celebica (Havil.) Merr.(A)
112 Boyaba
113 Sambaying
114 Kapo' hutan
115 Ense
116 Indang
Kelompok Hutan DAS Siraurang:
Di kelompok Hutan Lindung DAS Siraurang Desa Rerang dilaporkan
sebanyak terdapat 47 jenis tumbuhan berkayu dengan potensi hutan alam
sbb.: Tetumbuhan berkayu untuk tingkat tiang sebanyak 223 – 430 btg/ha,
dan tingkat pohon sebanyak 65 – 145 btg/ha. Selanjutnya tingkat volume
tegakan dari seluruh jenis untuk tingkat pohon 58,93 - 131,31 m3/ha. Jenis
tetumbuhan berkayu yang dominan ditemukan yakni jenis kayu batu, dara-
KPHP Model Dampelas TInombo II -22 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
dara, palapi dan nantu. Selanjutnya hasil hutan bukan kayu (niagawi)
terdapat di kawasan hutan DAS Siraurang (HPT) ini adalah jenis damar
(Agathis sp .).
Adapun jenis-jenis tumbuhan berkayu dan bukan kayu yang dijumpai
pada plot-plot ukur (nomor 10-11-12) di kelompok HPT wilayah DAS
Siraurang disajikan pada Tabel 2.6 berikut.
Tabel 2.6. Jenis-jenis Hasil Hutan Kayu yang terdapat di Kawasan Hutan Produksi DAS Siraurang Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong No Nama daerah Nama Spesies Keterangan 1 2 3 4 1 Cempaka Michelia campaka
2 Kayu batu Maranthes corymbosa Dominan 3 Palili Quecus sp.
4 Palapi Heritiera litoralis Dryand Dominan 5 Kayu asam
6 Dara-dara Horsfieldia costulata Dominan 7 Tapi-tapi Haplolobus celebicus
8 Kume Palaqium obtusifolium Burck
9 Nantu Endiandra sp. Dominan 10 Sengon Paraserianthes falcataria
11 Lingkobu
12 Nyatoh Palaqium obovatum
13 Ketapang Terminalia catappa
14 Malapoga Toona cyliata
15 Binuang Octomeles sumatrana
16 Cenna Podocarpus spp.
17 Wajo
18 Settung Garcinia sp.
19 Tirontasi Alianthus integrifolia
20 Jambu-jambu Eugenis sp.
21 Tombong
22 Bali durian Durio sp.
23 Uru kama Magnolia sp.
24 Kayu inggris Eucalytus deglupta Blume
25 Kayu pulut Madhuca burckiana
26 Marambaulu
27 Maralonja
28 Bayur Pterospermum celebicum
29 Marsawa Anisoptera sp.
KPHP Model Dampelas TInombo II -23 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Lanjutan Tabel 2.6. No Nama daerah Nama Spesies Keterangan 1 2 3 4 30 Kayu renggong
31 Meranti Shorea spp.
32 Damar Agathis celebica (A)
33 Rambutan hutan Nephelium sp.
34 Bintangur Calophyllum sp.
35 Pokabo
36 Cilago
37 Ganjing-ganjing
38 Awai Prunus arborea
39 Longrong
40 Bawang-Bawang
41 Langsat Hutan Lancium sp.
42 Rau Dracontameon mangiferum
43 Silo
44 Ronja
45 Beringin Ficus benyamina
46 Maraula Diospyros macrophylla
47 Lotu Duabanga moluccana
Kelompok Hutan DAS Silonduya:
Di kelompok Hutan Lindung DAS Silonduya Desa Panii dilaporkan
sebanyak terdapat 65 jenis tumbuhan berkayu dengan potensi hutan alam
sbb.: Tetumbuhan berkayu untuk tingkat tiang sebanyak 422 – 613 btg/ha,
dan tingkat pohon sebanyak 113 – 157 btg/ha. Selanjutnya tingkat volume
tegakan dari seluruh jenis untuk tingkat pohon 136,54 - 177,45 m3/ha. Jenis
tetumbuhan berkayu yang dominan ditemukan yakni jenis kayu batu,
sengkilat, tapi-tapi, palapi dan bunga tanah.
Adapun jenis-jenis tumbuhan berkayu dan bukan kayu yang dijumpai
pada plot-plot ukur (nomor 25-26-27) di kelompok hutan wilayah DAS
Silonduya disajikan pada Tabel 2.7 berikut.
KPHP Model Dampelas TInombo II -24 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Tabel 2.7. Jenis-jenis Hasil Hutan Kayu yang terdapat di Kawasan Hutan Produksi DAS Silonduya Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong No Nama daerah Nama Spesies Keterangan 1 2 3 4 1 Ampana
2 Amara Diospyros ebenum
3 Andolia Cananga odorata
4 Bintangor Calophyllum sp.
5 Beringin Fucs benyamina
6 Binuang Octomeles sumatrana
7 Bunga tanah Spathoglotis plicata Dominan 8 Batua Calophyllum soulatrii
9 Cempaka Michelia campaka
10 Cempedak Arthocapus champeden
11 Dara-dara Horsfieldia costulata
12 Durian hutan Durio sp.
13 Durian pantai Durio sp.
14 Hambaulu
15 Jambu-jambu Eugenia sp.
16 Jambu hutan Kjelibergiodendron celebicum
17 Jongin Dellinia serrata
18 Kaili Dracontamelon dao
19 Kayu batu Maranthes corymbosa Dominan 20 Kanaya Canangium odoratum
21 Kayu Uru Elmerillia ovalis
22 Kelor hutan Moringa sp.
23 Kedondong hutan Spondias sp
24 Ketapang hutan Terminalia catappa
25 Kayu jabu
26 Kopi hutan Coffea sp.
27 Kume Palaqium obtusifolium Burck
28 Kondongio
29 Lambeti
30 Langsat hutan Lansium sp.
31 Lengaru Alstonia scholaris
32 Liwutu
33 Malapoga Toona cyliata
34 Mangga hutan Mangifera foetida
35 Mambaulu
36 Marawola Diospryros macrophylla
37 Matoa Pometia pinnata
38 Marantale
39 Melinjo Gnetum gnemon
40 Medang Litsia sp.
KPHP Model Dampelas TInombo II -25 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Lanjutan Tabel 2.7. No Nama daerah Nama Spesies Keterangan 1 2 3 4 41 Meranti Shorea sp.
42 Mindi Melia azedarach
43 Neuto
44 Nantu Endiandra sp.
45 Pakanangi
46 Palapi Heritiera litoralis Dryand
47 Pangi Pangium edule
48 Pirontasi Alianthus integrifolia
49 Pasang Lithocarpus spp.
50 Raja-raja
51 Rau Dracontamelon mengifrum
52 Ri batu Calophyllum sp.
53 Rogo
54 Sape
55 Sengkilat Dominan
56 Sabang
57 Simuntung/amara Diospyros sp.
58 Silo
59 Tapi –tapi Haplolobus celebicus Dominan 60 Tea Artocarpus elasticus
61 Tabang Diospyros ellepticiafolia
62 Tipulu Artocarpus teysmanii
63 Simenyangkar
64 Uru Elmerillia ovalis (Miq.) Dandy
65 Warsawa
Selanjutnya, jenis-jenis hasil hutan bukan kayu dan tumbuhan bawah
lainnya yang terdapat di wilayah KPHP model Dampelas Tinombo disajikan
pada Tabel 2.8 berikut.
Tabel 2.8. Jenis-jenis Hasil Hutan Non-Kayu yang terdapat di Kawasan Hutan Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong No Nama Nama Ilmiah Potensi Ket. 1 2 3 4 5 1 Sirih hutan Piper decumanum K 2 Rotan nook Daemonorop robusta BK 3 Telang Clitorea ternatea K 4 Tohiti Calamus inops Tinggi K 5 Ronti Calamus minahassae(A) Tinggi K
KPHP Model Dampelas TInombo II -26 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
No Nama Nama Ilmiah Potensi Ket. 1 2 3 4 5 6 Paku siatea Cyathea amboinensis BK 7 Anggrek tanah Spathoglotis plicata BK 8 Sirih-sirih Hockeria peltata BK 9 Angrek bulan Paraphalaenopsis sp. K 10 Pakis Parkia sp. BK 11 Aren Arenga pinnata (Wurb.) Merr. K 12 Pandan hutan Pandanus sarasinorum Warb. BK 13 Paku pohon Cyathea amboinensis Blume BK 15 Rotan batang Calamus zollingerii Sedang K 16 Akar kuning Smilax leucophylla BK 17 Bambu jalar Dinochloa barbata(A) BK 18 Kembang doa Asplenium sp BK 19 Gadung Dioscorea penthaphylla K 20 Kembang Telang Clitorea ternatea BK 21 Paku liti Lygodium circinnatum (Burm) SW BK 22 Palem Palmae BK 23 Pinang hutan Areca sp BK 24 Bambu Bambusa spp. K Keterangan: K = Komersial BK = Belum Komersial Dari hasil survei tim inventariasi BPKH Wilayah XVI Palu, diketahui
bahwa secara umum keberadaan jenis tetembuhan berkayu dan bukan kayu
pada hutan produksi yang masih dalam kategori hutan primer atau hutan
sekunder di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo tidak berbeda jauh
dengan keberdaan jenis di kawasan hutan lindung.
5. Keberadaan Flora dan Fauna Langka
Di wilayah KPHP model Dampelas Tinombo (Unit IV) terdapat
beberapa jenis flora dan fauna langka, tergolong endemik dan dilindungi.
Jenis-jenis flora endemik langka dan dilindungi diantaranya jenis Kayu
Hitam/Ebony ( Diospyros celebica Bakh.), Angrek bulan ( Paraphalaenopsis
sp .), dll. Jelasnya disajikan pada Tabel 2.9 berikut.
KPHP Model Dampelas TInombo II -27 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Tabel 2.9. Jenis-jenis Flora Langka, Endemik dan Dilindungi yang terdapat di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong
No Nama Nama Ilmiah STS Keterangan 1 Ebony Diospyros celebica Bakh A Dilindungi (3); Langka 2 Angrek bulan Paraphalaenopsis sp. Dilindungi (1) 3 Aren Arenga pinnata (Wurb.) Merr. Dilindungi (1,2) 4 Bayur Pterospermum celebicum Miq B Dilindungi (1,2) 5 Makaranga Macaranga hispida Mull. Arg. Dilindungi (2) 6 Durian hutan Durio zibethinus Langka 7 Gofasa Vitex gofasus Langka 8 Pangi Pangium edule Langka 9 Agatis Agathis celebica B Langka 10 Makadamia Macadamia hildebrandii Langka 11 Rotan batang Calamus zollingerii B Langka 12 Rotan endemik Sulawesi Calamus ornatus var. celebicus B Langka 13 Jongi Dillenia celebica B Langka 14 Tambadaa Knema celebica B Langka 15 Rotan endemik Sulawesi Korthalsia celebica B Langka 16 Bambu jalar Dinochloa barbata B Langka Keterangan: STS = Status A = Endemik Sulawesi B = Endemik Sulawesi ( Kessler et al . 2002) C = Endemik Wallacea (Flora Malesiana) 1 = Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 2 = Dilindungi, SK Mentan No.54/Kpts/Um/2/1972 Dilarang melakukan penebangan pohon ø < 40 cm. Dilarang melakukan penebangan pohon berdiameter < 40 cm. 3 = Permenhut No: P. 57/Menhut-II/2008 Tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008 – 2018
Di wilayah KPHP model ini juga kaya jenis-jenis fauna dari jenis
mamalia, reptilia, burung, dan amphibi. Terdapat beberapa jenis fauna
langka dan dilindungi seperti Anoa, Babirusa, Burung Maleo, Burung
Rangkong, Burung Nuri, dan lain-lain.
Tabel 2.10. Jenis-jenis Burung yang terdapat di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong No Nama Nama Ilmiah STS Keterangan* 1 Elang bondol Haliastur indus Dilindungi (2,5) 2 Kekep babi Artamus leucorhynchus 3 Burung Madu sri ganti Nectarinia jugularis Dilindungi (1,2) 4 Tekukur Streptopelia chinensis 5 Sri gunting jambul rambut Dicrurus hottentottus 6 Tiong lampu sulawesi Coracias teminckii E 7 Maleo Macrocephalon maleo E Dilindungi (1,2)
KPHP Model Dampelas TInombo II -28 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
No Nama Nama Ilmiah STS Keterangan* 8 Cekakak sungai Halcyon chloris Dilindungi (1,2) 9 Layang-layang batu Hirundo tahitica 10 Elang hitam Ictinaetus malayensis Dilindungi (2,3) 11 Kaca mata laut Zosterops chloris e Dilindungi (2) 12 Bondol rawa Lonchura malacca 13 Raja udang meninting Alcedo meninting Dilindungi (1,2) 14 Gagak hutan Corvus enca 15 Kepudang sungu tunggir Coracina leucopygia E putih 16 Serindit sulawesi Loriculus stigmatus E Dilindungi (2) 17 Kareo padi Amaurornis phoenicurus 18 Trinil pantai Actitis hypoleucos M 19 Kepodang kuduk hitam Oriolus chinensis 20 Ayam hutan merah Gallus-gallus Dilindungi (2,4) 21 Betet kepala punggung biru Tanygnathus sumatranus 22 Kacamata dahi hitam Zosterops atrifrons 23 Bondol peking Lonchura punctulata 24 Bubut alang-alang Loriculus exilis E 25 Cabai panggul kuning Centropus bengalensis E 26 Jalak tunggir merah Dicaeum aureolimbatum 27 Nuri Eos histrio Dilindungi (2) 28 Cabai panggul kelabu Dicaeum celebicum 29 Gemak loreng Turnix suscitator 30 Bubut alang-alang Centropus bengalensis 31 Kadalan sulawesi Phaenicophaeus calyorhyn 32 Rangkong sulawesi Rhyticeros Cassidix Dilindungi (2) 33 Julang Sulawesi Ekor Putih Penelopides exarhatus Dilindungi (2) Keterangan: H = Indeks keragaman jenis STS = Status E = Endemik Sulawesi e = Endemik Indonesia M = Burung migran 1 = Peraturan Perlindungan Binatang Liar 1931 2 = Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 3 = SK Mentan No. 421/Kpts/Um/8/1970 4 = SK Mentan No. 757/Kpts/Um/12/1979 * = Berdasarkan buku Jenis-Jenis Hayati yang dilindungi Perundang-undangan Indonesia (Mas Noerdjito, 2001)
KPHP Model Dampelas TInombo II -29 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Tabel 2.11. Jenis-jenis Mamalia, Reptilia dan Amphibia yang dijumpai di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo
No Nama Nama ilmiah Status
1. Anoa dataran rendah Bubbalus depresicornis Hamilton-Smith, 1827 Dilindungi (A, B) 2. Anoa Pegunungan Bubalus quarlesi Dilindungi (A, B) 3. Yakis Macaca tonkeana Mayer, 1899 Dilindungi (B, D) 4. Rusa Cervus timorensis de Blainville, 1822 Dilindungi (A, B) 5. Babi hutan Sus celebensis - 6. Kuskus Ailurops ursinus Temminck, 1824 Dilindungi (B,C) 7. Tikus Rattus argentiventer 8. Cicurut Hylomys suilus 9. Musang sulawesi Macrogalidea musschenbroeki Dilindungi (B) 10. Kelelawar Pteropus vampyrus 11. Ular sawa Phyton reticulatus Linnaeus, 1758 12. Kobra hitam Ophiophagus hannah 13. Biawak Varanus salvator 14. Katak hijau Rana cancrivora 15. Katak kesat Bufo melanoptictus 16. Monyet Sulawesi Macaca maura dan Macaca brunnescens Dilindungi (A, B) 17. Babirusa Babyrousa babyrussa Dilindungi (A, B) 18. Bajing/Tupai tanah Lariscus insignis Dilindungi ( B) Keterangan A : Peraturan Perlindungan Binatang liar 1931 B : Peraturan Pemerintah No.7 tahun1999 C : SK Mentan No.247/Kpts/Um/4/1979 D : SK Mentan No.90/Kpts/Um/2/1977
6. Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam
Di wilayah KPHP model ini terdapat areal kawasan hutan yang dapat
menjadi potensi dalam pengembangan jasa lingkungan dan wisata alam.
Sesuai blok-blok kelola kawasan hutan maka areal-areal dimaksud untuk
pengembangan jasa lingkungan adalah blok pelestarian tata air dan area
konservasi eboni alam di wilayah DAS Hulu Sungai Taipa, serta blok-blok
perlindungan tata air lainnya di wilayah DAS, seperti hutan lindung di daerah
hulu Sungai Tada, hulu Sungai Bainaa, dan hulu Sungai Sikea, hulu Sungai
Malawa dan hulu Sungai Rumu. Selanjutnya untuk pengembangan wisata
alam berada di wilayah hutan lindung danau Dampelas yang berdampingan
langsung dengan Daerah Tujuan Wisata (DTW) Danau Talaga.
KPHP Model Dampelas TInombo II -30 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Jasa lingkungan yang dapat dibina di kawasan tersebut adalah
pengelolaan sumber-sumber air di wilayah DAS Tada, DAS Taipa, DAS
Babatona, DAS Sikea, DAS Malawa dan DAS Rumu. Wilayah DAS DAS
tersebut merupakan sumber-sumber air utama bagi irigasi pertanian di Desa
Tada, Desa Siney, Desa Khatulistiwa di Kecamatan Tinombo Selatan.
Sedangkan DAS Taipa dan DAS Babatona merupakan sumber-sumber air
utama bagi irigasi pertanian Desa Babatona, Desa Tonggolobibi, Desa
Bantayang, Desa Siboang Kecamatan Sojol. Sedangkan DAS Sikea, DAS
Malawa dan DAS Rumu menjadi sumber air utama bagi irigasi pertanian
Desa Siweli, dan Desa Sibualong Kecamatan. Adapun hutan lindung di
wilayah Desa Bainaa Kecamatan Tinombo merupakan sumber air bagi lahan-
lahan pertanian beberapa desa/kampung di bawahnya.
Peluang pengembangan wisata alam hutan lindung di sekitar danau
Dampelas Desa Talaga dinilai cukup menjanjikan, mengingat kawasan ini
merupakan salah satu DTW di Kabupaten Donggala. Keunikan kawasan
hutan lindung Danau Dampelas ini, karena pada bagian utara kawasan
berbatasan langsung dengan pantai Teluk Dampelas yang saat ini sedang
dibina menjadi tujuan wisata pantai. Di kawasan hutan lindung dataran dapat
diarahkan menjadi hutan wisata lindung berbasis agro mengingat kawasan ini
telah lama dikuasai oleh sekelompok masyarakat menjadi lahan usahatani
tanah kering. Pada kawasan ini dapat dikembangkan tanaman kehutanan
yang dipadukan dengan tanaman hortikultura yang pengelolaannya dikemas
kedalam bentuk pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK/Jasling).
KPHP Model Dampelas TInombo II -31 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
C. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat
1. Kependudukan
Secara administratif KPHP Model Dampelas Tinombo berada dalam
wilayah Kecamatan Balaesang, Damsol, Sojol dan Sojo Utara di Kabupaten
Donggala, dan Kecamatan Tinombo dan Tinombo Selatan di Kabupaten
Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah.
Adapun sebaran jumlah penduduk, jenis kelamin, dan kepadatan
penduduk pada kelima wilayah kecamatan disajikan pada Tabel 2.12 berikut.
Tabel 2.12. Keadaan Penduduk Wilayah Kecamatan di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Luas Jumlah Kepadatan Jumlah Persentase No. Kecamatan Wilayah Penduduk Penduduk KK (%) (Km ²) (Jiwa) (Jiwa/Km ²) 1 2 3 4 5 6 7 1 Tinombo/Sidoan 542,79 30.849 6.916 57 19,45 2 Tinombo Selatan 441,23 23.025 5.428 52 14,52 3 Balaesang 503,08 33.212 7.692 66 20,94 4 Damsol 732,76 33.255 7.474 45 20,97 5 Sojol 705,41 28.429 6.165 40 17,92 6 Sojol Utara 139.07 9.835 2.490 71 6,20 Jumlah 3.064,34 158.605 36.165 52 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Parigi Moutong dan Donggala, Tahun 2010.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten
Donggala tahun 2010, jumlah penduduk di sekitar KPHP Model hingga akhir
tahun 2009 tercatat sebanyak 158.605 jiwa dan sebanyak 36.165 KK.
Penduduk laki-laki sebanyak 80.110 jiwa dan perempuan 73.704 jiwa, sex
rasio 104, rata-rata penduduk per RT sebanyak 4 jiwa.
a. Tekanan Penduduk
Tekanan penduduk adalah indeks yang dimaksudkan untuk
menghitung dampak penduduk di lahan pertanian terhadap lahan tersebut.
makin besar jumlah penduduk makin besar pula kebutuhan akan
sumberdaya, sehingga tekanan terhadap sumberdaya juga meningkat.
Dengan kualitas penduduk yang rendah, kenaikan tekanan terhadap
KPHP Model Dampelas TInombo II -32 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
sumberdaya akan meningkat sebanding dengan kenaikan jumlah penduduk.
Salah satu permasalahan kependudukan adalah ledakan penduduk yang
akan dapat berakibat timbulnya permasalahan pemukiman, lapangan kerja,
pendidikan, pangan dan gizi, kesehatan dan mutu lingkungan. Selanjutnya,
tekanan penduduk (TP) dihitung menggunakan rumus sbb.: (Otto
Soemarwoto, 1984).
fPo (1 + r)^t TP = Z x L
Keterangan: Luas lahan minimal per petani untuk hidup layak = Z Proporsi petani dalam populasi = f Jumlah penduduk pada waktu t=0 = Po Tingkat pertumbuhan penduduk rerata pertahun = r Rentang waktu yang diperhitungkan (5 tahun) = t Total luas wilayah lahan pertanian = L Hasil perhitungan tersebut diinterpretasikan sbb.: • TP<1, lahan masih dapat menampung lebih banyak penduduk petani. • TP>1, tekanan penduduk melebihi kapasitas lahan.
Dari hasil perhitungan tekanan penduduk terhadap lahan pertanian
berdasarkan wilayah kecamatan disajikan pada Tabel 2.9 berikut.
Tabel 2.13. Tekanan Penduduk Terhadap Lahan Pertanian di Sekitar Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kecamatan F Po*) Z r T L fPo (1+r)^t TP Tinombo/Sidoan 0.83 6,916 2 0.017 5 13,801.45 5,740 1.09 0.91 Tinombo Selatan 0.89 5,428 2 0.017 5 9,818.58 4,831 1.09 1.07 Balaesang 0.89 7,692 2 0.005 5 29,300.09 6,846 1.02 0.48 Damsol 0.88 7,474 2 0.025 5 23,061.03 6,577 1.13 0.65 Sojol/Sojol Utara 0.89 8,655 2 0.025 5 30,291.42 7,703 1.13 0.58 KPHP Model 0.88 36,165 2 0.090 5 106,272.56 31,681 1.54 0.92 Keterangan: *) Jumlah KK. Dianalisis tahun 2012 dari data BPS Tahun 2009/2010.
Dari Tabel 2.13 di atas, nampak bahwa semua wilayah kecamatan di
sekitar wilayah KPHP model nilai TP<1, kecuali Kecamatan Tinombo Selatan.
Hal ini berarti besarnya jumlah penduduk untuk 5 tahun mendatang di setiap
wilayah kecamatan akan melebihi kapasitas lahan pertanian yang ada,
KPHP Model Dampelas TInombo II -33 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
sehingga masyarakat khususnya petani dalam 5 tahun akan datang dalam
mengelola lahan pertanian akan sulit untuk hidup layak.
b. Kegiatan Dasar Wilayah
Indeks kegiatan dasar wilayah digunakan untuk menentukan sektor
ekonomi yang paling berpengaruh terhadap penduduk di wilayah tertentu.
Rumus yang digunakan adalah sbb.:
LQi = (Mi/M)/(Ri/R)
Keterangan: LQi = Koefisien lokasi Mi = Jumlah tenaga kerja yang terlibat di dalam sektor I pada satu wilayah Pengembangan M = Jumlah tenaga kerja yang ada di satu wilayah pengamatan tersebut Ri = Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam sektor i pada seluruh wilayah pengamatan R = Jumlah tenaga kerja yang ada di seluruh wilayah pengamatan
R = R1 + R2 + R3 ...... + Rn
LQi dapat bernilai < 1 atau > 1, misalnya apabila LQ untuk sektor pertanian ternyata >1 berarti sektor pertanian sangat penting dan masyarakat sangat tergantung pada sektor tersebut.
Selanjutnya disajikan data hasil analisis nilai LQ pada masing-masing
wilayah kecamatan dalam wilayah KPHP model Dampelas Tinombo seperti
pada Tabel 2.14 berikut.
Tabel 2.14. Perhitungan Nilai LQ di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Jasa dan Kecamatan Pertanian Perdagangan Pemerintahan Industri Tinombo/Sidoan 0.95 1.03 1.36 4.00 Tinombo Selatan 1.02 1.23 0.60 0.54 Balaesang 1.02 0.56 1.27 0.24 Damsol 1.01 1.19 0.85 0.11 Sojol/Sojol Utara 1.02 1.08 0.79 0.07 KPHP Model 1.00 1.02 0.97 0.99
Dari Tabel 2.14 di atas, nampak bahwa koefisien lokasi (LQ)
masing-masing wilayah kecamatan dalam wilayah KPHP model Dampelas
Tinombo cukup bervariasi. Sesuai dengan kriteria nilai LQ (<1 atau >1),
diketahui bahwa penyebaran normal ketergantungan penduduk terhadap
KPHP Model Dampelas TInombo II -34 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
sektor tertentu sangat variatif. Namun demikian, secara umum dalam lima
tahun ke depan sektor pertanian masih menjadi sektor yang penting.
Selain sektor pertanian, sektor perdagangan juga akan menjadi penting
lima tahun mendatang.
Khusus untuk wilayah Kecamatan Tinombo, nampak bahwa sektor
pertanian dalam lima tahun kedepan akan digeser oleh sektor jasa dan
industri. Hal ini disebabkan oleh hadirnya beberapa industri pengolahan
hasil pertanian dan hasil hutan kayu yang menyerap tenaga kerja lokal
cukup besar.
c. Matapencaharian dan Pendapatan
Matapencaharian penduduk yang dimaksud adalah mata
pencaharian utama (penduduk usia produktif) yang merupakan sumber
penghidupan pokok penduduk, dimana dalam hal ini merupakan sumber
penghasilan penduduk minimal 50% dari keseluruhan penghasilan
mereka. Jadi dengan mengetahui mata pencaharian penduduk yang
bermukim pada satu wilayah akan memudahkan kita dalam mengetahui
tingkat pendapatannya.
Berdasarkan hasil analisis data dan informasi mata-pencaharian
yang diperoleh dari data BPS Kecamatan tahun 2010, diperoleh hasil
bahwa matapencaharian penduduk masih didominasi petani (petani lahan
kering, sawah, nelayan dan peternak) yaitu sebanyak 88% dari total
kepala keluarga yang bekerja. Selain petani, di wilayah ini terdapat
pegawai (negeri dan swasta), pedagang, serta jasa dan industri.
Penduduk yang bermata-pencaharian dari sumber jasa dan industri
KPHP Model Dampelas TInombo II -35 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
umumnya bekerja sebagai tenaga kerja perusahaan pengolahan hasil
pertanian dan hasil hutan, angkutan umum, dsb.
Salah satu indikator kemakmuran atau kesejahteraan adalah
besarnya pendapatan masyarakat. Tinggi rendahnya pendapatan
seseorang umumnya dapat dilihat melalui jenis matapencaharian atau
pekerjaannya. Dengan melihat tingkat pendapatan masyarakat dapat
diukur tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut. Tingkat kesejahteraan
masyarakat secara ekonomi ini akan berpengaruh terhadap tingkat
kesejahteraan non-ekonomi, yang antara lain dapat ditunjukkan melalui
kondisi bangunan rumah, perabotan rumah tangga, kondisi pendidikan
anggota keluarga dan lain sebagainya.
Gambaran mengenai pendapatan rumah tangga setiap bulan dapat
dicirikan menjadi dua kelompok sumber penghasilan, yaitu kelompok
formal dan kelompok informal (petani dan lain sebagainya). Untuk
menghitung pendapatan per tahun kelompok formal sangatlah mudah
karena pendapatan diperoleh secara rutin/tetap setiap bulan. Tetapi
pendekatan pendapatan rumah tangga bagi kelompok informal seperti
petani, nelayan, jasa, pedagang dan lain-lain sangatlah sulit. Hal ini
dikarenakan pendapatan setiap bulan untuk kelompok informal tidak tetap
dan bersifat musiman. Hasil usaha mereka sering mengalami pasang
surut, kadang-kadang berhasil, kadang-kadang mengalami kegagalan
karena pengaruh berbagai faktor, seperti adanya serangan hama
penyakit, harga hasil panen jatuh, sepinya para konsumen dan lain-lain.
Bagi penduduk daerah penelitian pada umumnya petani ataupun
pengusaha lainnya enggan memperhitung-kan antara penghasilan yang
KPHP Model Dampelas TInombo II -36 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
diperoleh dengan biaya pengeluaran proses produksi ataupun untuk
memenuhi kebutuhan hidup lainnya.
Berikut ini dijelaskan kondisi matapencaharian dan pendapatan
penduduk di beberapa lokasi (Malonas, Ponggerang, Rerang, Karyamukti)
di wilayah KPHP model Dampelas Tinombo sesuai hasil survei sosekbud
Tim BPKH wilayah XVI Palu sbb.:
• Matapencaharian penduduk di wilayah KPHP model Dampelas
Tinombo Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Donggala hingga
berdasarkan jumlah penduduk yang bekerja, sekitar 81,67% penduduk
berkerja pada lapangan usaha pertanian (71,67% petani dan 10%
buruh tani), pengumpul hasil hutan 1,67%. Dengan demikian hanya
sekitar 16,67% penduduk yang bekerja pada sektor non-pertanian
(perdagangan, pemerintahan (PNS), dll.). Pada sektor pertanian
umumnya masyarakat berusahatani padi sawah, cengkeh, kelapa, dan
kakao.
• Berdasarkan hasil survey, pada umumnya pola nafkah yang terjadi di
wilayah DAS adalah pola nafkah ganda dalam artian masyarakat selain
memiliki pekerjaan utama (pada umumnya petani kebun dan sawah),
juga melakoni pekerjaan lain dalam rangka menambah pendapatan
dalam memenuhi kebutuhan rumah-tangganya, antara lain sebagai
peramu hutan (pencari rotan) pada waktu-waktu tertentu (ketika musim
panas).
• Tingkat pendapatan penduduk dengan kisaran <1 juta rupiah/bulan
sebanyak 23,33%, kisaran 1-2 juta rupiah/bulan sebanyak 25%,
KPHP Model Dampelas TInombo II -37 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
kisaran 2-5 juta rupiah/bulan sebanyak 26,67% dan kisaran >5 juta
rupiah/bulan sebanyak 16,67%.
d. Pendidikan
Dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, peranan pendidikan
tidak dapat dilepaskan dari rangkain proses peningkatan kualitas sumberdaya
manusia. Karena itu setiap warga negara di Republik ini berhak mendapatkan
pendidikan yang layak sebagai bekal dalam mempertahankan hidupnya, serta
modal investasi manusia bagi kepentingan pembangunan Nasional. Namun
demikian tidak semua warga negara di Republik ini sempat memasuki bangku
sekolah dasar (sekolah formal) karena ketidakmampuan orang tua dalam
menyekolah-kan anak-anaknya. Banyak anak-anak di daerah pedesaan
bahkan di daerah perkotaan tidak dapat melanjutnya sekolahnya ke jenjang
yang lebih tinggi misalanya sekolah lanjutan pertama dan lanjutan atas, lebih-
lebih ke perguruan tinggi. Akibatnya banyak masyarakat terutama di daerah
pedesaan hanya sampai tingkat sekolah dasar bahkan tidak tamat sekolah
dasar. Kondisi seperti ini juga banyak dijumpai di wilayah Sulawesi Tengah.
Keadaan pendidikan masyarakat di sekitar wilayah KPHP model
Dampelas Tinombo sesuai hasil survey sosekbu Tim BPKH wilayah XVI Palu,
tingkat pendidikan penduduk umumnya didominasi tingkat sekolah dasar
bahkan tidak tamat sekolah dasar (sebanyak 35%), disusul pendidikan SLTP
dan tidak tamat SLTP (sebanyak 30%), pendidikan SLTA dan tidak tamat
SLTA (sebanyak 26,67%), perguruan tinggi (sebanyak 6,67%) dan tidak
pernah sekolah (sebanyak 1,67%). Apabila dikaji tingkat pendidikan
masyarakat Sulawesi Tengah mulai dari jenjang sekolah dasar, sekolah
lanjutan, sampai perguruan tinggi selalu menghasilkan grafik menurun yang
KPHP Model Dampelas TInombo II -38 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
berarti jenjang pendidikan sekolah dasar selalu lebih besar jumlahnya
dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Kondisi pendidikan masyarakat seperti dijelaskan di atas tentunya
akan berpengaruh langsung dalam melakukan pembinaan masyarakat serta
input teknologi dan manajemen di daerah pedesaan. Daya serap ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang disampaikan kepada masyarakat akan
terkendala oleh rendahnya tingkat pendidikan . Disamping itu, juga akan
berpengaruh dalam rangka input teknologi pengelolaan hutan, konservasi
tanah dan air, dan teknologi pembuatan tanaman kegiatan RHL. Penduduk
yang berpendidikan tinggi relatif lebih mudah dalam mengadopsi teknologi
baru dan lebih dinamis. Tingginya tingkat pendidikan sangat terkait dengan
daya nalar dalam menerima penyuluhan, sebaliknya penduduk yang
berpendidikan lebih rendah relatif lambat dalam mengadopsi teknologi baru
serta bersifat statis. Dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah banyak
penduduk yang berhasil, tetapi cukup banyak yang kurang berhasil bahkan
mengalami kerugian.
Pendidikan formal memegang peranan penting dalam usaha
menaikkan produktivitas, terutama pada saat penyuluh lapangan pertanian/
kehutanan memperkenalkan teknologi baru. Sebuah sistem pertanian dan
kehutanan yang berada pada static technology , mengakibatkan pendidikan
yang berada di daerah perdesaan hanya berdampak kecil terhadap upaya
peningkatan produktivitas. Penduduk petani beserta keluarganya yang
selama beberapa keturunan hidup di lingkungan, sumber daya, serta
teknologi yang sama telah mempunyai pengalaman banyak tentang segala
sesuatu yang diperoleh dari lingkungannya. Anak-anak memperoleh
KPHP Model Dampelas TInombo II -39 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
pengetahuan dari orang tua dan sekolah-sekolah formal mempunyai nilai
ekonomis rendah dalam kegiatan produksi pertanian/kehutanan. Begitu
teknologi baru tersedia, maka situasi akan berubah, karena teknologi baru
membutuhkan pengetahuan dan keterampilan baru (input baru, alat baru,
pengetahuan tentang pasar, dan lain-lainnya). Untuk keperluan semua itu,
diperlukan institusi (kelembagaan) yang mampu mendukung transfer
teknologi baru. Dengan demikian, pendidikan formal diperlukan bagi pelaku
kegiatan pengelolaan hutan dan lahan dimasa mendatang untuk
mengantisipasi teknologi baru yang dapat meningkatkan produktivitas.
2. Luas Pemilikan Lahan
Dari hasil analisis data spasial dan hasil pengumpulan data di
lapangan diketahui bahwa keluarga yang bermukim di sekitar wilayah KPHP
model Dampelas Tinombo mempunyai lahan garapan rerata >2 Ha per KK
(2,94 Ha/KK). Untuk jelasnya dilihat pada Tabel 2.15 berikut.
Tabel 2.15. Ketersediaan Lahan Garapan Terhadap Jumlah Penduduk di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Lahan Garapan Jumlah Lahan Garapan No. Kecamatan (Ha) (KK) Ha/KK 1 2 3 4 5 1 Tinombo/Sidoan 13,801.45 6,916 2.00 2 Tinombo Selatan 9,818.58 5,428 1.81 3 Balaesang 29,300.09 7,692 3.81 4 Damsol 23,061.03 7,474 3.09 5 Sojol/Sojol Utara 30,291.42 8,655 3.50 Jumlah 106,272.57 36,165 2.94
Sumber: Data BPS dan Dishutbun Kabupaten Tahun 2009/2010, diolah kembali Tahun 2012.
Berdasarkan data pada Tabel 2.15 dapat diketahui bahwa kepemilikan
lahan di wilayah kecamatan di sekitar wilayah KPHP Model Dampelas
Tinombo bervariasi dari 1,81 Ha/KK hingga 3,81 Ha/KK. Perhitungan luas
KPHP Model Dampelas TInombo II -40 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
lahan garapan per KK mengacu pada luas lahan APL dalam wilayah
kecamatan.
Besarnya rata-rata lahan garapan pertanian yaitu 2,94 Ha/KK seperti
pada Tabel 2.11 karena masih luasnya lahan-lahan di kawasan APL yang
belum tergarap khususnya di wilayah Kecamatan Balaesang, Damsol dan
Sojol/Sojol Utara. Pada keempat wilayah kecamatan ini luas lahan garapan
petani berkisar 3.09 Ha/KK s.d. 3,81 Ha/KK. Untuk wilayah Kecamatan
Tinombo dan Tinombo Selatan luas garapan petani relatif sempit yaitu ≤ 2
Ha/KK.
Dari hasil survey sosekbud Tim BPKH wilayah XVI Palu, diketahui luas
lahan produksi yang dimiliki petani pada empat desa sampel (Rerang,
Malonas, Ponggerang dan Karyamukti) sbb.; sebanyak 18,33% penduduk
memiliki lahan produksi <1 Ha, sebanyak 46,67% memiliki lahan produksi 1-2
Ha, sebanyak 6,67% memiliki lahan produksi 2-3 Ha, sebanyak 10% memiliki
lahan produksi 3-4 Ha, sebanyak 5% memiliki lahan produksi >4 Ha.
Memperhatikan kondisi lahan produksi yang dimiliki penduduk dominan
berada pada luasan 1-2 Ha berupa lahan produksi dengan status pemilikan,
dan rata-rata luas lahan garapan yang masih relatif luas (>2 Ha/KK)
berdasarkan wilayah kecamatan, perlu diupayakan adanya pengembangan
usahatani intensifikasi dan/atau diversifikasi lahan. Selanjutnya bagi
penduduk dengan lahan produksi/lahan garapan <2 Ha dan pemukimannya
dekat atau berada di dalam kawasan hutan KPH dapat dilibatkan dalam
usahatani hutan seperti program HTR dan HKm.
KPHP Model Dampelas TInombo II -41 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
3. Keadaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja atau angkatan kerja yang dimaksud adalah setiap
penduduk yang berusia antara 16-55 tahun baik laki-laki maupun perempuan.
Klasifikasi umur tersebut dikategorikan sebagai angkatan kerja produktif.
Sedang yang berumur di bawah 16 tahun dan di atas 55 tahun dikategorikan
sebagai angkatan kerja tidak produktif. Karena keadaan tersebut berada
dalam satu wilayah, maka tenaga kerja tidak produktif secara konsumtif
menjadi beban tanggungan tenaga kerja produktif untuk menopang
kehidupannya.
Dari hasil analisis data BPS Kabupaten Tahun 2010 di sekitar wilayah
KPHP Model Dampelas Tinombo diketahui bahwa penduduk umur produktif
(16-55 tahun) sebanyak 91.991 jiwa atau sebesar 58% dari total jumlah
penduduk 158.605 jiwa pada tahun 2009.
Dari hasil perhitungan nilai beban tanggungan penduduk dengan
membandingkan antara seluruh penduduk (laki-laki dan perempuan)
tidak/belum produktif sebanyak 66.233 jiwa dengan penduduk produktif (laki-
laki dan perempuan) sebanyak 91.991 jiwa, diperoleh nilai sebesar 0.72 atau
72%, yang berarti setiap 100 orang tenaga kerja produktif menopang
kehidupan 72 orang tenaga tidak produktif atau belum produktif disamping
dirinya sendiri.
Dari hasil survey sosekbud Tim BPKH wilayah XVI Palu, diketahui
penduduk usia produktif (10-55 tahun) yang bekerja pada sektor pertanian
(sawah/ladang/kebun) mencapai jumlah 69,17% bagi penduduk laki-laki dan
sebanyak 25% bagi penduduk wanita. Disamping itu, penduduk usia >55
tahun (mamasuki usia tidak produktif) untuk pekerjaan yang sama mencapai
KPHP Model Dampelas TInombo II -42 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
43,33%, dan usia belum produktif (<10 tahun) mencapai 13,33%. Kondisi ini
menggambarkan bahwa penduduk di wilayah KPHP model Dampelas
Tinombo tumpuan harapan hidupnya dalam 10 tahu kedepan masih dominan
menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian.
4. Tingkat Upah
Upah tenaga kerja terdiri atas upah harian dan atau bulanan. Informasi
tentang besarnya upah, harga barang dan bahan setempat sangat diperlukan
dalam perhitungan pembiayaan kegiatan. Besarnya biaya tersebut
menggunakan HSPK yang berlaku di masing-masing daerah atau yang telah
ditetapkan oleh Bupati.
Upah tenaga kerja/upah harian yang berlaku saat ini di wilayah
Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Donggala secara umum berkisar
antara Rp. 35.000.- s.d. Rp. 50.000.- per hari.
5. Sarana dan Prasarana Perekonomian
Keberadaan sarana dan prasarana perekonomian di wilayah KPHP
Model Dampelas Tinombo bertujuan untuk menunjang kelancaran kegiatan
ekonomi. Adapun kondisi sarana dan prasarana perekonomian disajikan
pada Tabel 2.16 berikut.
Tabel 2.16. Jenis dan Jumlah Sarana dan Prasarana Perekonomian di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Jenis Sarana dan Prasarana Perekonomian (buah) No Kecamtan Koperasi Bank Swasta BPD BPR Bank Pemerintah primer 1 2 3 4 5 6 7 1 Tinombo/Sidoan - - - 1 8 2 Tinombo Selatan - - - 1 11 3 Balaesang - - - 1 16 4 Damsol - - - 1 15 5 Sojol - - - 1 12 6 Sojol Utara - - - 1 2 Sumber: BPS Kabupaten Tahun 2010, diolah kembali tahun 2012.
KPHP Model Dampelas TInombo II -43 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Data pada Tabel 2.16 terlihat jenis sarana dan prasarana
perekonomian untuk menunjang kelancaran aktivitas perekonomian
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari di sekitar wilayah KPHP
yang meliputi; jenis dan jumlah perbankan, jenis dan jumlah koperasi. Selain
itu terdapat pasar tradisional, toko, warung dan kios.
Dari hasi survey Tim BPKH wilayah XVI Palu diketahui penduduk
dalam memasarkan hasil produksi pertanian dan kehutanan, sebanyak
63,33% penduduk masih mengandalkan pedagang pengumpul, dan hanya
3,33% penduduk memanfaatkan KUD. Disamping itu, sebanyak 1,67%
penduduk memasarkan langsung hasil produksinya ke kabupaten.
6. Sarana dan Prasarana Penyuluhan
Sarana dan prasarana penyuluhan di wilayah KPHP model Dampelas
Tinombo, khususnya Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di setiap kecamatan
telah tersedia. Di tingkat kabupaten juga telah tersedia SKPD untuk bidang
penyuluhan (pertanian, kehutanan, peternakan, perikanan dan kelautan).
Tabel 2.17. Data Sarana/Prasarana Penyuluhan di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo No. Kabupaten Jumlah BPP Lokasi BPP 1 2 3 4 Parigi Moutong 1 5 bh Tada, Tinombo, Tambu, Sabang, Balukang dan Donggala Sumber: Hasil Analisis Data Sekunder, Tahun 2011. Keterangan: BPP = Balai Penyuluhan Pertanian.
7. Perambahan Hutan
Informasi/data perambahan hutan suatu kawasan hutan sangat
diperlukan untuk menentukan perlakuan yang akan diterapkan pada kawasan
hutan yang memiliki potensi atau telah terjadi perambahan di dalamnya.
Informasi/data yang diperlukan antara lain meliputi; fungsi kawasan yang
KPHP Model Dampelas TInombo II -44 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
dirambah, luas hutan yang dirambah, siapa yang merambah, sudah berapa
lama, penggunaan kawasan yang dirambah dan sebagainya.
Dari hasil penajaman analisis RTk-RHL DAS untuk wilayah KPHP
model Dampelas Tinombo diketahui luas kawasan hutan yang dirambah
mencapai 10.015,95 Ha dengan rincian; seluas 4.643,50 Ha dalam kondisi
lahan kritis, dan seluas 5.372,45 Ha dalam kondisi lahan tidak kritis dan agak
kritis. Lahan-lahan hutan yang terambah umumnya digunakan masyarakat
berusahatani lahan kering dan lahan basah.
Berdasarkan data perambahan hutan, sasaran prioritas RH lima tahun
mendatang diprioritaskan di luar areal tersebut. Hal ini sesuai arahan RHL
DAS yang memprioritaskan lahan-lahan sasaran di dalam kawasan hutan
yang tidak ada perambahan ( clear and clean ). Hal tersebut tidak berarti pada
areal yang telah ada penggunaan lahan hutan berupa Pt, Pc dan Sw tidak
akan dilakukan kegiatan RH, namun akan dilakukan prakondisi terlebih
dahulu berupa pembinaan petani perambah hutan. Sehingga dalam skala
prioritas penanangan lahan kritis akan dilakukan secara bertahap sesuai
ketersediaan lahan dana dan kesiapan petani perambah dalam dukungannya
terhadap rencana program RH.
Dari hasil survey Tim BPKH wilayah XVI Palu, diketahui bahwa
sebanyak 10% penduduk memiliki lahan garapan (ladang/kebun) dalam
kawasan hutan baik di dalam maupun di luar wilayah desanya. Kondisi ini
menggambarkan bahwa ada sebanyak 10% dari total penduduk yang ada
yang telah melakukan kegiatan perambahan hutan.
Sehubungan dengan uraian di atas, prioritas pertama penanganan
lahan kritis adalah lahan-lahan krtis dengan penutupan lahan berupa semak
KPHP Model Dampelas TInombo II -45 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
belukar, diikuti dengan penutupan lahan berupa pertanian lahan kering
campur semak, kemudian dilanjutkan pada lahan-lahan pertanian lahan
kering dan sawah.
8. Keberadaan Masyarakat Hukum Adat
Di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo yang diketahui
keberadaannya adalah masyarakat yang telah lama bermukim dan sudah
turun-temurun di dalam kawasan hutan, yaitu komunitas Suku Lauje dan Tajio
yang berada di wilayah Kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi Moutong.
Oleh Pemerintah Daerah, komunitas masyarakat suku Lauje dan Tajio
dinamakan Kelompok Adat Terpencil (KAT) karena pola hidup dan pola
permukiman suku ini terpencil dan terpencar di dalam kawasan hutan.
Berbabagai upaya telah dilakukan olem Pemda Parigi Moutong melalui Dinas
Sosial diantaranya pembinaan dalam bentuk relokasi permukiman dari
kawasan hutan ke lokasi baru di luar kawasan hutan. Bentuk pembinaan yang
pernah diberikan seperti pembuatan rumah-rumah tempat tinggal setiap
kepala keluarga serta bantuan biaya hidup dalam waktu tertentu.
Dalam proses pembinaannya, tidak sedikit yang kembali ke hutan
untuk melangsungkan penghidupannya seperti apa yang dilakukan
leluhurnya. Namun demikian ada pula yang menetap pada permukiman
barunya.
Pola perilaku KAT Lauje dan Tajio dalam menjalani kehidupannya
adalah mengelola dan memanfaatkan lahan dan hasil hutan secara
tradisional, seperti merotan, mengumpulkan damar, berburu, dan bercocok
tanam secara tradisional pada punggung-punggung bukit, dengan cara
tebang bakar dalam bentuk perladangan.
KPHP Model Dampelas TInombo II -46 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Memperhatikan kondisi pola penghidupan suku Lauje dan Tajio seperti
diuraikan di atas, yang masih sulit meninggalkan pola prilaku dan budaya
leluhurnya maka pengelola KPHP Model Dampelas Tinombo maka perlu
dicari pola pendekatan yang lebih manusiawi dalam melakukan pembinaan
secara in-situ . Artinya pola perilaku mereka dalam mengelola dan
memanfaatkan sumberdaya di kawasan hutan (tanah leluhurnya) perlu
diposisikan menjadi potensi dan peluang agar kehidupan mereka tidak terusik
dengan berbagai aktivitas pengelolaan hutan yang dilakukan oleh UPTD
KPHP.
Pendekatan pola pembinaan yang dapat diterapkan dengan
melibatkan KAT Lauje dan Tajio menjadi salah satu aset dalam pengelolaan
hutan. Hal dimaksud dapat dicapai dengan kerjasama dengan Dinas Sosial
dan LSM lokal yang memahami pola hidup komunitas Lauje dan Tajio.
Dari hasil survei Tim Sosekbud KPHP wilayah XVI Palu, diketahui
adanya penduduk sebesar 18,33% yang masih mengklaim bahwa letak lahan
wilayah hak ulayat berada di dalam kawasan hutan. Kondisi menggambarkan
bahwa keberadaan penduduk di dalam dan sekitar wilayah KPH perlu
dipriotaskan dalam pengelolaan/pemanfaatan hutan dalam wilayah desanya.
Bentuk-bentuk partipasi mereka dalam pengelolaan/pemanfaatan hutan dapat
berupa pemberian izin pemanfaatan kawasan seperti hutan kemasyarakatan,
hutan dan hutan tanaman rakyat.
D. Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan
Pola pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan di wilayah KPHP
Model Dampelas Tinombo dalam bentuk izin pemanfaatan dan ijin pinjam
pakai kawasan hutan.
KPHP Model Dampelas TInombo II -47 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Izin pemanfaatan kawasan hutan saat sesuai data yang ada berupa
Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam (IUPHHK-HA) PT.
Taman Hutan Asri dan PT. Sentral Pitulempa selain itu terdapat proses izin
pemanfaatan kawasan hutan yang ada saat ini yaitu Izin Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI) PT. Coltan Agro
sampai pada tahap SP1. Selain itu, pihak UPTD KPH Model Dampelas
Tinombo telah melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat (PBM) sbb.:
(a) Di Dusun Bingkoli Desa Ogoamas berupa pembangunan hutan tanaman
unggulan lokal (PHTUL) untuk jenis kayu Nyatoh dan Palapi; (b)
pembangunan hutan tanaman hasil hutan bukan kayu (HHBK) untuk tanaman
Karet di Dusun Balinggi Desa Lembahmukti dan Karya Mukti; (c)
pembangunan hutan kemasyarakatan berbasis agroforestri untuk jenis
tanaman semusim (Jagung), MPTS dan kayu-kayuan di Desa Tonggolobibi,
serta (d) kegiatan rehabilitasi hutan dalam bentuk pengkayaan tanaman
reboisasi di Desa Siweli, Siboalong, Sibayu dan Kampung Baru.
Proses Izin penggunaan kawasan hutan yang ada saat ini di wilayah
KPHP model Dampelas Tinombo adalah Izin Usaha Pertambangan (IUP)
mineral tambang biji besi PT. All Rezkey Tadang Palie yang berada di wilayah
Desa Pangalaseang, Desa Silempu dan Desa Balukang Kecamatan Sojol,
PT. Triwiriana, Trimenara Larasindo, PT. Aplus Baja Mining dan PT.
Adimegah Arata di Kabupaten Donggala.
KPHP Model Dampelas TInombo II -48 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
E. Posisi KPH Dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah dan Pembangunan
Daerah
Dalam Rencana Tata Ruang Provinsi (RTRWP) Sulawesi Tengah
2008-2028, tujuan pengembangan tata ruang makro Provinsi Sulawesi
Tengah yaitu:
1. Membuka wilayah Provinsi Sulawesi Tengah sebagai antisipasi dari
kondisi keterisolasian antar wilayah guna menciptakan peluang
percepatan pembangunan dan pemanfaatan potensi wilayah dalam hal
investasi dan aktivitas perekonomian.
2. Menjaga keamanan daerah perbatasan, untuk mengantisipasi adanya
gangguan terhadap pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan potensi
wilayah.
3. Mengembangkan sistem interaksi ruang antar wilayah nasional, KTI dan
antar wilayah dalam lingkup Pulau Sulawesi sehingga tercipta pemerataan
pembangunan antar wilayah dan pemantapan wilayah Provinsi Sulawesi
Tengah dalam perannya sebagai pemasaran produk unggulan wilayah
(kehutanan, perkebunan, perikanan dan pariwisata).
Selanjutnya tujuan pengembangan tata ruang mikro Provinsi Sulawesi
Tengah yaitu:
1. Mengoptimalkan pemanfaatan potensi wilayah Provinsi Sulawesi Tengah
terutama sumberdaya alam.
2. Menjaga kelestarian lingkungan hidup.
3. Memantapkan fungsi kawasan lindung untuk mendukung terhadap
pengembangan pemanfaatan kawasan budidaya.
KPHP Model Dampelas TInombo II -49 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
4. Mengembangkan kawasan-kawasan yang termasuk strategis dan
merupakan kawasan andalan baik lingkup nasional maupun provinsi.
5. Mengembangkan sistem transportasi wilayah yang dapat menciptakan
perkembangan perekonomian wilayah, kemudahan pergerakan barang
dan manusia dan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.
6. Mensinergikan fungsi dan peran sistem kota-kota, antar wilayah daratan
utama ( main land ) dengan wilayah kepulauan dan antar pusat-pusat
pertumbuhan.
Berdasarkan tujuan pengembangan tata ruang makro dan mikro
Provinsi Sulawesi Tengah, maka arahan pengelolaan kawasan sbb.:
Arahan pengelolaan kawasan lindung:
Arahan pengelolaan kawasan lindung Provinsi Sulawesi Tengah terdiri
atas: (a) arahan pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan
kawasan bawahannya; (b) arahan pengelolaan kawasan perlindungan
setempat; (c) arahan pengelolaan kawasan suaka alam; (d) arahan
pengelolaan kawasan pelestarian alam; (e) arahan pengelolaan kawasan
cagar budaya; (f) arahan pengelolaan kawasan rawan bencana alam; dan (g)
arahan pengelolaan kawasan lindung lainnya.
Arahan pengelolaan kawasan hutan produksi:
Arahan pengelolaan kawasan hutan produksi yang terdiri atas:
kawasan hutan produksi terbatas, kawasan hutan produksi tetap, dan
kawasan hutan yang dapat dikonversi, yaitu: (1) penetapan batas kawasan
hutan produksi terutama yang belum ditata batas dalam rencana yang lebih
rinci (RTRW kabupaten/kota); dan (2) pengendalian pemanfaatan ruang yang
dilakukan meliputi: (a) untuk pemanfaatan ruang yang dinilai tidak merusak
KPHP Model Dampelas TInombo II -50 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
dapat dilakukan dengan tetap mempertahankan intensitas (limitasi) kegiatan,
pelaporan, dan pengawasan/monitoring; dan (b) untuk pemanfaatan ruang
yang dinilai dapat merusak dilakukan penutupan kegiatan, penertiban,
penerapan sanksi, rehabilitasi apabila terjadi kerusakan. (3) peningkatan
koordinasi antar sektor dan instansi dalam pengelolaan kawasan; (4)
pemanfaatan potensi hasil hutan berprinsip konservasi sumberdaya alam
secara berkelanjutan; (5) perijinan pemungutan hasil hutan diperketat; (6)
penyelesaian masalah tumpang tindih ( over lapping ) pemanfaatan kawasan
terutama dengan kawasan lindung dan kawasan budidaya lainnya; (7)
peningkatan Inventarisasi dan Pemantapan Tataguna (Intag) Kawasan; dan
(8) meningkatkan kesadaran dan keberdayaan masyarakat sekitar kawasan.
Dari tujuan pengembangan tata ruang provinsi dan arahan
pengelolaan kawasan lindung dan hutan produksi seperti diuraikan di atas,
menggambarkan bahwa posisi KPH dalam perspektif tata ruang wilayah dan
pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah adalah tergolong penting.
Pentingnya KPH menjadi bagian dalam pengembangan tata ruang
serta wadah bagi pengelolaan kawasan lindung dan hutan produksi karena
KPH telah menjadi bagian dari pembangunan nasional dan secara hirarki
menjadi bagian dari pembangunan daerah. Selain itu, kehadiran KPH
merupakan penjabaran dari Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 dan
dipertegas dalam RKTN Kementerian Kehutanan tahun 2011-2030.
Melalui penerbitan Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah
Nomor 05 Tahun 2009 tentang organisasi dan kelembagaan lingkup Pemda
Sulawesi Tengah yang mana UPTD KPHP Model Dampelas Tinombo
termasuk didalamnya, menandakan besarnya perhatian dan dukungan
KPHP Model Dampelas TInombo II -51 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Pemda Sulawesi Tengah dalam penyelenggaraan KPH di wilayah Provinsi
Sulawesi Tengah.
Dari hasil survey Tim BPKH wilayah XVI Palu, diketahui peran serta
masyarakat dalam pelaksanaan dan pengawasan program pembangunan di
desanya tergolong tinggi, yakni: (a) ada sebanyak 65% menyatakan ikut serta
dalam setiap program pembangunan; (b) sebanyak 78,33% penduduk
menyatakan mengerti/paham akan pembangunan di desanya; (c) sebanyak
98,33% mendukung setiap kegiatan pembangunan di desanya; (d) sebanyak
98,33% menyatakan bermanfaat; (e) sebanyak 90% menyatakan semakin
berkembang desanya dengan adanya program pembangunan.
F. Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan
1. Isu Strategis
Guna tetap menjaga serta meningkatkan keberlanjutan pembangunan
kehutanan, dalam 5 (lima) tahun kedepan sesuai Renstra Kementerian
Kehutanan menetapkan 6 (enam) program prioritas: (1) Pemantapan Kawasan
Hutan; (2) Rehabilitasi Hutan dan Peningkatan Daya Dukung Daerah Aliran
Sungai (DAS); (3) Pengamanan Hutan dan Pengendalian kebakaran Hutan;
(4) Konservasi Keanekaragaman Hayati; (5) Revitalisasi Pemanfaatan Hutan
dan Industri Kehutanan; (6) Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan.
Untuk mengimplementasikan program-program prioritas tersebut,
pengelolaan Hutan di Indonesia saat ini diarahkan kepada teknik/cara kelola
yang efisien dan lestari. Untuk mencapai efisiensi dan kelestarian pengelolaan
sumberdaya hutan diwujudkan ke dalam unit-unit pengelolaan hutan terkecil
sesuai fungsi dan peruntukannya yang lebih dikenal dengan nama Kesatuan
Pengelolaan Hutan yang disingkat KPH.
KPHP Model Dampelas TInombo II -52 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Pembentukan KPH Provinsi Sulawesi Tengah bertujuan agar
pengelolaan hutan produksi dilakukan secara efisien dan lestari. Disamping
itu, pembentukan unit KPH merupakan strategi penataan hutan untuk
mencapai kemantapan kawasan. Dengan demikian, KPH dalam jangka
panjang diharapkan mampu memproduksi hasil hutan kayu dan hasil hutan
lainnya secara lestari, mampu memberi keuntungan kepada masyarakat, dan
organisasi KPH dapat mandiri.
Pembentukan KPH sebagai strategi penataan hutan akan dapat
menimbulkan konflik dengan aktivitas masyarakat yang saat ini telah ada di
lapangan. Pembangunan KPH mengedepankan proses bottom up , sehingga
bentuk pengelolaan yang akan dilakukan harus mempertimbangkan
keberadaan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan. Karena itu,
pembentukan KPH harus dapat ditempatkan sebagai strategi penyelesaian
konflik, termasuk penyelesaian masalah-masalah pemanfaatan secara illegal
yang ada di dalam kawasan hutan.
Kawasan hutan di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo yang
luasnya mencapai ±112.634 ha, barang dan jasa yang dihasilkannya berperan
dalam mendukung pembangunan nasional dan daerah sebagai: (1) kontributor
terhadap pembangunan perekonomian; dan (2) penyangga keseimbangan
sistem tata air, tanah dan udara.
Posisi kawasan hutan KPHP Model Dampelas Tinombo menjadi lebih
penting karena penduduk dari lima wilayah kecamatan dari dua kabupaten
yang ada, tinggal di dalam dan sekitar kawasan hutan ini, dan secara
struktural sebagian termasuk kategori miskin/tertinggal. Penduduk di sekitar
kawasan hutan wilayah KPHP model, kurang lebih 80% penduduk merupakan
KPHP Model Dampelas TInombo II -53 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
petani lahan kering dan lahan basah. Petani lahan basah yang mengelola dan
memanfaatkan lahannya berupa lahan sawah beririgasi, sumber air utamanya
berasal dari kawasan hutan di wilayah KPHP model. Selain itu, kebutuhan air
dimanfaatkan pula untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari baik secara
perpipaan maupun melalui penggunaan sumur. Dengan demikian,
tertanggunya ekosistem DAS di wilayah ini akan berpengaruh terhadap
kehidupan masyarakat di wilayah ini.
Selain kebutuhan air seperti dijelaskan, sebagian penduduk di sekitar
dan di dalam kawasan hutan di wilayah KPHP model menggantungkan
hidupnya dari hasil hutan seperti mengumpulkan getah damar, rotan, lebah
madu dan sebagainya. Di wilayah kawasan bagian timur KPHP model
tepatnya di Kecamatan Tinombo terdapat komunitas suku Lauje yang tinggal
secara turun-temurun. Komunitas Lauje umumnya memanfaatkan hasil hutan
dan lahan hutan dalam menyambung hidupnya. Dalam pemanfaatan lahan
hutan selain digunakan dalam bercocok tanam dan juga digunakan
membangun tempat tinggalnya.
Sesuai dengan tujuan pembentukan KPHP Model Dampelas Tinombo
yang berada di wilayah Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong
Provinsi Sulawesi Tengah yakni pengelolaan hutan produksi dan hutan lindung
yang dilakukan secara efisien dan lestari. Harapannya adalah mantapnya
kawasan hutan dan dalam jangka panjang mampu memproduksi hasil hutan
kayu dan hasil hutan lainnya secara lestari, mampu memberi keuntungan
kepada masyarakat, dan organisasi KPH dapat mandiri.
Memperhatikan kondisi kawasan hutan di wilayah KPHP model saat ini
yang dinilai memiliki peran cukup penting dalam menyelamatkan aset negara
KPHP Model Dampelas TInombo II -54 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
berupa hutan dan ekosistemnya, maka isu strategis adalah mengelola segala
potensi sumberdaya hutan secara efisien dan lestari yang dimiliki kawasan ini
tanpa harus mengorbankan kepentingan masyarakat baik yang ada di dalam
maupun di sekitar wilayah KPH .
2. Kendala dan Permasalahan
Berdasarkan gambaran kondisi KPHP Model Dampelas Tinombo saat
ini serta kondisi yang diinginkan, diidentifikasi beberapa kendala
permasalahan dalam pengelolaan KPHP. Hasil identifikasi kendala dan
permasalahan tersebut akan digunakan untuk mendukung justifikasi
penetapan tujuan, sasaran, kebijakan dan program kegiatan sesuai tujuan
pengelolaan hutan.
Selama dua tahun terbentuknya UPTD KPHP Model Dampelas
Tinombo dengan berbagai kegiatan berupa penyiapan sarana dan prasarana,
rancangan model, rencana aksi, sosialisasi dan diskusi publik, pembinaan dan
pengembangan SDM, serta pendataan potensi SDH pada tingkat tapak,
menunjukkan bahwa KPHP ini cukup mantap dalam menjalankan aktivitas
pengelolaan hutannya. Dalam menjalankan aktifitasnya, KPHP Model
diperkirakan akan menghadapi beberapa kendala dan permasalahan sbb.:
Kendala-kendala dalam pembangunan KPHP:
1. Adanya klaim lahan hak dalam kawasan hutan di wilayah KPH berupa
lahan pertanian (kebun dan sawah).
2. Adanya Komunitas Adat Terpencil (KAT) suku Lauje di wilayah KPH.
3. Adanya aktifitas illegal logging dan perambahan hutan yang telah
berlangsung cukup lama, sehingga dengan hadirnya KPH akan terhenti
segala aktifitasnya.
KPHP Model Dampelas TInombo II -55 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
4. Adanya kasus-kasus dan dampak negatif berupa kerusakan hutan yang
ditimbulkan oleh pemanfaat hasil hutan kayu berskala usaha (HPH) di
masa lalu, dapat berkembang menjadi isu tidak perlunya pembangunan
KPH model Dampelas-Tinombo.
5. Peluang terjadinya benturan kepentingan cukup besar; antara pengelola
KPH dengan masyarakat setempat, dan pelaku illegal dalam kawasan
KPH.
6. Terlalu kuatnya proses pendampingan oleh Pemerintah dapat mengurangi
‘ownership ’ KPH oleh Pemda dan pihak lain.
Potensi Masalah Dalam Pembangunan KPHP:
1. Masih tingginya aktifitas pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan
hutan dalam bentuk pertanian lahan kering dan lahan basah oleh
sekelompok masyarakat di dalam wilayah KPH yang dinilai illegal sesuai
Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
2. Masih terbatasnya SDM baik dalam jumlah maupun kualifikasinya dalam
mengawal pelaksanaan pembangunan KPH Dampelas Tinombo,
khususnya di tingkat tapak dalam mengelola areal seluas 112.634 ha.
3. Masih lemahnya kapasitas kelembagaan akan menjadi sumber tidak
berjalannya kebijakan secara keseluruhan.
4. Masih lemahnya dukungan publik akibat belum dipahaminya tujuan dan
manfaat pembangunan KPH model Dampelas-Tinombo.
5. Masih sulitnya mobilisasi sumberdaya sebagai akibat masih lemahnya
kapasitas kelembagaan pembangunan KPH bagi banyak pihak.
KPHP Model Dampelas TInombo II -56 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
6. Pembangunan KPH Dampelas-Tinombo akan melibatkan banyak pihak,
sehingga berpeluang terjadinya benturan kepentingan dalam pelaksanaan
fasilitasi.
7. Adanya hamparan lahan kritis yang cukup luas di wilayah KPHP Model
akan mengganggu berfugsinya ekosistem DAS sebagai pengatur tata air.
Dari hasil survey Tim BPKH wilayah XVI Palu, konflik yang sering
mengemuka di wilayah KPHP model Dampelas Tinombo adalah konflik lahan,
yakni sebanyak 10% penduduk menyatakan konflik lahan, sebanyak 1,67%
menyatakan konflik hasil hutan, sebanyak 1,67% penduduk menyatakan
konflik tambang, dan sebanyak 44,17% penduduk menyatakan konflik lainnya.
KPHP Model Dampelas TInombo II -57 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
BAB III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN
A. Visi dan Misi Penyelenggaraan Pembangunan Kehutanan Nasional
Visi Kemenhut Tahun 2010-2014 dalam penyelenggaraan
pembangunan kehutanan adalah Hutan Lestari Untuk Kesejahteraan
Masyarakat Yang Berkeadilan . Untuk mewujudkan visi tersebut, maka misi
dan tujuan masing-masing misi, ditetapkan sbb.:
1. Memantapkan kepastian status kawasan hutan serta kualitas data dan
informasi kehutanan. Misi ini bertujuan untuk meningkatkan kepastian
kawasan hutan sebagai dasar penyiapan prakondisi pengelolaan sumber
daya hutan secara lestari.
2. Meningkatnya Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL). Misi ini
bertujuan untuk meningkatkan optimalisasi pengelolaan hutan produksi.
3. Memantapkan penyelenggaraan perlindungan dan konservasi
sumberdaya alam. Misi ini bertujuan menurunkan gangguan keamanan
hutan dan hasil hutan dalam penyelenggaraan perlindungan dan
konservasi sumberdaya alam.
4. Memelihara dan meningkatkan fungsi dan daya dukung daerah aliran
sungai (DAS). Misi ini bertujuan meningkatkan kondisi, fungsi, dan daya
dukung daerah aliran sungai (DAS), sehingga dapat mengurangi resiko
bencana alam, dan dikelola secara berkelanjutan guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
5. Menyediakan teknologi dasar dan terapan. Misi ini bertujuan untuk
menyediakan informasi ilmiah dalam pengelolaan hutan lestari, baik dalam
KPHP Model Dampelas TInombo III -1 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
tatanan perumusan kebijakan maupun kegiatan teknis pengelolaan hutan
di lapangan.
6. Memantapkan kelembagaan penyelenggaraan tata kelola kehutanan
Kementerian Kehutanan. Misi ini bertujuan untuk penyediaan perangkat
peraturan perundang-undangan dalam pengelolaan hutan lestari,
peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) bidang kehutanan
dan terlaksananya tertib administrasi pada Kementerian Kehutanan.
7. Mewujudkan sumberdaya kehutanan yang profesional. Misi ini bertujuan
untuk meningkatkan kapasitas SDM kehutanan yang profesional melalui
pendidikan dan pelatihan serta penyuluhan kehutanan.
B. Visi, Misi dan Tujuan Pengelolaan Hutan KPHP Model Dampelas Tinombo
Visi, misi dan tujuan pengelolaan hutan pada KPHP Model Dampelas
Tinombo sbb.:
Visi Pengelolaan Hutan
Terwujudnya Pemberdayaan Masyarakat dan Kemandirian KPH Menuju Hutan Lestari
.
Berdasarkan Visi tersebut, KPHP Model Dampelas Tinombo berupaya
maksimal menyelenggarakan pengurusan hutan untuk memperoleh manfaat
yang optimal dan lestari secara efisien dan efektif, serta untuk sebesar-
sebesarnya kesejahteraan masyarakat di dalam dan sekitarnya.
KPHP Model Dampelas TInombo III -2 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Misi Pengelolaan Hutan
1. Membangun dan mengembangkan sistem pengelolaan dan pemanfaatan
aneka fungsi hutan di KPHP model Dampelas-Tinombo yang meliputi;
lindung dan produksi dengan hasil hutan kayu dan non-kayu serta jasa
lingkungan.
2. Mengoptimalkan manfaat hutan sebagai lingkungan sosial dan budaya.
Tujuan Pengelolaan Hutan
Pembentukan Unit KPHP Model Dampelas-Tinombo bertujuan agar
pengelolaan hutan produksi dilakukan secara efisien dan lestari. Disamping
itu, pembentukan unit KPHP merupakan strategi penataan hutan untuk
mencapai kemantapan kawasan. Dengan demikian, KPHP dalam jangka
panjang diharapkan mampu memproduksi hasil hutan kayu dan hasil hutan
lainnya secara lestari, mampu memberi keuntungan kepada masyarakat, dan
organisasi KPHP dapat mandiri.
KPHP Model Dampelas TInombo III -3 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
BAB IV. ANALISIS DAN PROYEKSI
A. Analisis Data dan Informasi KPHP Model Dampelas Tinombo
1. Identifikasi Kendala dan Permasalahan dalam Pengelolaan KPHP
Pada Bab II telah diuraikan kondisi biogeofisik, sosial ekonomi dan
budaya serta keadaan pengelolaan hutan KPHP Model Dampelas Tinombo.
Berdasarkan kondisi tersebut, kendala dan permasalahan yang paling
mengemuka adalah pemanfaataan hutan dan penggunaan kawasan hutan
secara ilegal, klaim hak atas lahan hutan, keberadaan lahan kritis, dampak
negatif aktifitas HPH di masa lalu, eksistensi KAT Lauje dan Tajio, masih
lemahnya kapasitas kelembagaan, masih lemahnya dukungan publik, masih
sulitnya mobilisasi sumberdaya dan peluang terjadinya benturan antar pihak
dalam pengelolaan hutan di wilayah KPHP.
2. Analisis Faktor Internal dan Eksternal dalam Pengelolaan KPHP
Dalam menganalisis kendala dan permasalahan yang teridentifikasi
dalam pengelolaan hutan KPHP Model Dampelas Tinombo, untuk keperluan
perencanaan ini didekati menggunakan analisis SWOT melalui perumusan
strategi pemanfaatan peluang dan kekuatan serta meminimalkan kelemahan
dan ancaman yang ada.
Setelah menganalisis potensi dan masalah, tahap selanjutnya adalah
memanfaatkan semua informasi tersebut untuk menyusun matrik SWOT. Kisi-
kisi yang terdapat pada matriks ini menggambarkan secara jelas bagaimana
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dalam pengelolaan hutan
KPHP yang disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang
dimilikinya. Matriks SWOT ini menghasilkan 4 kisi kemungkinan alternatif
KPHP Model Dampelas TInombo IV-1
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
strategis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 Matriks SWOT
berikut.
Tabel 4.1. Matriks SWOT Eksternal Peluang (O) Ancaman (T) Internal Strategi S – O Strategi S – T Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan Kekuatan (S) menggunakan kekuatan untuk untuk meminimalkan memanfaatkan peluang ancaman Strategi W – O Strategi W – T
Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang Kelemahan (W) meminimalkan kelemahan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman
Strategi S – O (Kekuatan – Peluang)
Strategi ini dibuat berdasarkan keinginan agar kegiatan pengelolaan
hutan KPHP dapat berhasil. Dalam merumuskan strategi ini, harus
memanfaatkan seluruh kekuatan (potensi) baik yang dimiliki masyarakat,
maupun pemerintah untuk merebut dan memanfatkan peluang sebesar-
besarnya.
Strategi S – T (Kekuatan – Ancaman)
Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki masyarakat dan pihak
manajemen kegiatan untuk mengatasi ancaman yang dapat timbul dari luar
kontrak pengelolaan.
Strategi W – O (Kelemahan – Peluang)
Strategi ini ditetapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dalam mendukung keberhasilan pengelolaan hutan KPHP dengan cara
meminimalkan kelemahan yang dimiliki masyarakat maupun pemerintah.
KPHP Model Dampelas TInombo IV-2
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Strategi W – T (Kelemahan – Ancaman)
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Matrik Analisis SWOT Strategi Pengelolaan Hutan KPHP Peluang (O) Ancaman (T) Eksternal • Adanya Kebijakan • Peluang terjadinya benturan pengelolaan hutan berbasis kepentingan dalam
KPHP dan KPHL pelaksanaan fasilitasi. (antar • Adanya kebijkan program RHL sektor-antar masyarakat • Tersedianya tenaga kerja dengan KPHP) produktif di sekitar KPHP. • Terbatasnya pengetahuan • Adanya dukungan sikap dan masyarakat tentang visi- persepsi masyarakat terhadap misi-tujuan dan sasaran rencana pengelolaan hutan pengelolaan hutan di KPHP. KPHP • Masih rendahnya dukungan • Pembangunan KPHP akan publik terhadap KPHP. Internal melibatkan banyak pihak • Masih sulitnya mobilisasi • Adanya potensi sumberdaya ke wil. KPHP. pengembangan wisata alam di • Adanya dampak negatif sekitar Danau Dampelas. HPH di masa lalu. • Tingginya ketergantungan • Masih berlangsungnya msyrkt terhadap sumber air illegal logging dan dari wil. KPHP. perambahan hutan. Strategi S – O Strategi S – T Kekuatan (S) • Memanfaatkan ketersediaan • Pelaksanaan kerjasama • Kondisi biogeofisik dan iklim kws potensi kayu komersial pada dan koordinasi antar sektor hutan yang bernilai strategis bagi hutan alam dalam skala • Peningkatan sosialisasi dan daerah sekitrnya kegiatan IUPHHRE. diskusi publik dengan • Potensi kayu dan non-kayu • Memanfaatkan ketersediaan materi pokok visi-misi- bernilai komersial potensi non-kayu komersial tujuan-sasaran pengelolaan • Keberadaan flora dan fauna pada hutan alam dalam skala hutan di KPHP. langka dan endemik kegiatan IPHHBK. • Optimalisasi peran UPTD • Organisasi UPTD KPHP • Memanfaatkan potensi KPHP model dalam • SDM Pengelola KPHP sumberdaya KAT Suku Lauje memasarkan produk- • Sarana dan Prasarana KPHP dalam pengembangan objek produk rencana kelola • Keberadaan KAT Suku Lauje. wisata budaya dan sarana kepada investor • Eks. Jalan HPH dalam areal iptek. • Peningkatan penyuluhan KPHP • Pembinaan dan hukum, kehutanan dan • Tersedianya sumber-sumber air pengembangan HTUL dan lingkungan kepada bagi rigasi pertanian di sekitranya. APBE serta HTI. masyarakat sekitar KPHP. • Adanya eks. HTUL dan Area • Pemeliharaan/Pembangunan • Penertiban aritivitas ilegal Produksi Benih Eboni (APBE) di jaringan jalan eks. HPH. logging dn perambahan eks. PT. Raslim dan PT. Sinar • Percepatan Pembangunan hutan Kaili HTR • Pemberian peran RPH- • Adanya IUPHHK- HTI • Pengembangan kerjasama RPH di tingkat kecamatan • Adanya tanaman tahunan dari riset dan wisata alam. yang diikuti kebun masyarakat dalam KPHP • Pengembangan sistem kelola pembangunan/pengadaan KPHP berbasis kinerja. sapras. • Pengembangan usaha jasa • Perkuat kerjasama dengan lingkungan berbasis jasa air Dishut Kabupaten dan karbon serta usaha hutan (Donggala dan Parigi wisata. Moutong). Strategi O – W Strategi W – T Kelemahan (W) • Percepatan kegiatan RH pada V Pengembangan HKm. • Klaim lahan oleh pertanian lahan lahan-lahan kritis LMU V Penyiapan masyarakat, kering dan lahan basah, dan terseleksi, baik secara utamanya melalui permukiman penduduk di wilayah
KPHP Model Dampelas TInombo IV-3
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
KPHP vegetatif (reboiasi dan bImbingan teknis dan • Hutan rusak dan Lahan kritis pengkayaan reboisasi) pelatihan bagi peserta masih cukup luas. maupun sipil teknis kegiatan usahatani hutan • Erosi dan sedimentasi masih • Pembangunan HTR, HKm. kemasyarakatan (Hkm) tinggi. • Pengembangan Hutan Desa. berbasis hasil hutan non- • Hamparan lahan semak belukar • Pengembangan sistem kayu cukup luas. pengamanan hutan secara (rotan, bambu, lebah • Masih lemahnya kapasitas swakarsa. Terapkan system madu, getah damar, kelembagaan KPHP insentif dan dis-insentif. buah/biji). • SDM pengelola KPHP di tkt. V Peningkatan perlindungan tapak masih terbatas dikaitkan dan pengamanan kawasan. areal seluas 112.634 ha.
B. Proyeksi Pengelolaan Hutan KPHP Model Dampelas Tinombo
1. Prinsip-Prinsip Perencanaan Hutan
Perencanaan hutan menyangkut kegiatan koordinatif dari semua
elemen yang adadi dalam internal manajemen KPH maupun interrelasinya
dengan situasi external dalam rangka mencapai tujuan pengelolaan hutan.
Proses perencanaan hutan harus dirancang dan dilakukan untuk menjamin
keseimbangan antara kenyataan di lapangan dengan kapasitas manajemen,
dan antara prioritas ekonomi, ekologi, dan sosial serta prioritas-prioritas
pembangunan kehutanan regional dan nasional.
Informasi-informasi yang ada harus dapat dimanfaatkan untuk (1)
melandasi berbagai analisis yang diperlukan, (2) menjelaskan keuntungan
dan kerugian yang potensial akan dialami oleh para pihak, menjadi alas
rasional dalam menyeimbangkan negosiasi berbagai kepentingan para pihak,
dan tolok ukur bagi kegiatan pemantauan dan evaluasi. Oleh karenanya,
kelengkapan, akurasi, reliabilitas dan kemutakhiran informasi menentukan
proses dan hasil perencanaan pengelolaan hutan. Terlebih pada
implementasi program-program REDD+ yang sangat memungkinkan
dilaksanakan pada KPH, dimana syarat measurable, reportable and veriviable
KPHP Model Dampelas TInombo IV-4
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
(MRV) diperlukan, maka kelengkapan, akurasi, reliabilitas dan kemutakhiran
informasi menjadi sangat penting.
Proyeksi kondisi wilayah KPHP di masa yang akan datang adalah lebih
baik dari kondisi saat ini. Kondisi KPHP saat ini adalah kawasan hutan yang
belum terkelola baik pasca HPH PT. Raslim, HPH PT. Sinar Kaili, dan HPH
PT. Iradat Puri. Walaupun demikian, kawasan hutan di wilayah KPHP Model
ini mulai terbina kembali sejak tahun 2009 dalam manajemen pengelolaan
UPTD KPHP Model Dampelas Tinombo. Sampai dengan tahun 2011, KPHP
ini telah memiliki rancang bangun pengelolaan KPH, dan rencana aksi KPH.
2. Target Penyusunan Kegiatan Rencana Pengelolaan Hutan
Sesuai PP Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan, rencana
pengelolaan hutan pada KPH Model Dampelas-Tinombo meliputi: (a).
rencana pengelolaan hutan jangka panjang; dan (b). rencana pengelolaan
hutan jangka pendek.
a. Tujuan yang Akan Dicapai KPH
Tujuan yang akan dicapai pada pembangunan KPHP Model Dampelas-
Tinombo sbb.:
1. Meningkatnya mutu dan produktifitas sumberdaya hutan di KPHP
model DampelasTinombo.
2. Meningkatnya kontribusi sektor kehutanan terhadap pendapatan
masyarakat, perekonomian daerah dan nasional.
3. Meningkatnya peran serta masyarakat secara aktif dalam menjaga
kelestarian sumberdaya hutan.
KPHP Model Dampelas TInombo IV-5
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
4. Meningkatnya daya dukung DAS/sub DAS dalam wilayah KPHP model
dan sekitarnya.
b. KondisiYang Dihadapi
Dalam rangka pencapaian target dan tujuan pengelolaan hutan jangka
panjang KPH model Dampelas Tinombo, terdapat beberapa hal yang perlu
menjadi pertimbangan sbb.:
V KPHP model yang direncanakan termasuk dalam kategori wilayah KPH
besar yaitu dengan luas kawasan hutan 112.634ha.
V Berdasarkan administrasi pemerintahan Kabupaten Donggala dan Parigi
Moutong, lokasi KPHP ini berada dalam wilayah Kecamatan Sojol Utara,
Sojol, Damsol dan Balaesang untuk wilayah Kabupaten Donggala, serta
Kecamatan, Tinombo/Sidoan dan Tinombo Selatan untuk Kabupaten
Parigi Moutong.
V Berdasarkan posisi geografi, KPHP ini berada pada koordinat 119° 47’ 49”
s.d 120° 07’ 22” BT dan 0° 42’ 14” s.d 0° 04’ 19” LU.
V Berdasarkan administrasi Pengurusan Hutan, KPH ini berada dalam
wilayah Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Donggala serta
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Parigi Moutong.
V Berdasarkan wilayah Daerah Aliran Sungai berada dalam satuan wilayah
pengelolaan (SWP) DAS Tawaili-Sampaga dan wilayah DAS Towera-
Lambunuyang mencakup 33 DAS besar dan kecil. Termasuk DAS besar
di wilayah KPH ini yaitu DAS Tada (prioritas I), DAS Taipa, DAS
Silonduya, DAS Sidoan, dan DAS Bainaa.
V Berdasarkan fungsi kawasan hutan, KPH Model Dampelas Tinombo terdiri
atas: Hutan Lindung (HL) seluas 21.240 ha, Hutan Produksi Tetap (HP)
KPHP Model Dampelas TInombo IV-6
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
seluas 10.271 ha, dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 80.983 ha.
Sementara itu, luas penutupan lahan terdiri atas 30,15 ha hutan mangrove
primer, 60.815,75 Ha hutan primer, 47.152,40 ha hutan sekunder, 977,52
ha perkebunan, 10,02 ha pemukiman, 681,54 ha pertanian lahan kering,
1.341,43 ha pertanian lahan kering campur, 361,25 ha sawah, 1.251,09 ha
semak belukar, dan 50,21 ha tanah terbuka/kosong (Dishut Sulteng,
2011).
Selanjutnya berdasarkan aktivitas kelola hutan, kegiatan-kegiatan
berupa rehabilitasi dan pemanfaatan sumberdaya hutan yang pernah ada
pada KPHP iniadalah kondisi yang mendasari proses perencanaan jangka
panjang pengelolaan hutan. Kegiatan-kegiatan dimaksud,antara lain:
Pembangunan Hutan Tanaman Unggulan, Gerakan Rehabilitasi Hutan dan
Lahan (Gerhan). Aktivitas lain yang dinilai telah menyebabkan rusaknya
potensi sumberdaya hutan serta menjadi tekanan terhadap kawasan hutan di
wilayah KPHPini adalah: pemukiman pendudk di Dusun Bingkoli Desa
Ogoamas, UPT-transmigrasi Bayang, pemukiman komunitas adat terpencil,
masyarakat perambah hutan, dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
secara illegal.
c. Strategi dan Kelayakan Pengembangan Pengelolaan Hutan
Strategi serta kelayakan pengembangan pengelolaan hutan, meliputi
tata hutan, pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan
reklamasi hutan, dan perlindungan hutan dan konservasi alam. Strategi dan
kelayakan pengembangan pengelolaan hutan ditinjau dari aspek kelola
kawasan, kelola pemanfaatan hutan, kelola pasar, kelola konservasi, kelola
KPHP Model Dampelas TInombo IV-7
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
rahabilitasi-restorasi dalam kerangka pencapaian fungsi ekonomi, lingkungan,
dan sosial yang optimal.
Pengembangan pengelolaan hutan diarahkan untuk mengoptimalkan
fungsi-fungsi produksi dan jasa sumberdaya hutan dan lingkungannya, baik
produksi kayu, produksi bukan kayu, maupun jasa-jasa lingkungan, melalui
kegiatan pokok berupa pemanfaatan, pemberdayaan masyarakat, serta
pelestarian lingkungan yang merupakan satu kesatuan kegiatan.
1. Tata Hutan
Sesuai kondisi lokasi dan mengacu pada hasil rancangan KPHP Model
Dampelas Tinombo seluas ±112.634 ha, selanjutnya disusun rencana
kegiatan sbb.
(a). Tata Hutan Pada Hutan Lindung seluas ± 21.240Ha.
1. Penentuan batas-batas hutan yang ditata;
2. Inventarisasi, identifikasi, dan perisalahan kondisi kawasan hutan;
3. Pengumpulan data sosial, ekonomi dan budaya di hutan dan sekitarnya;
4. Pembagian hutan ke dalam blok-blok; a. Blok perlindungan; b. Blok
pemanfaatan; dan c. Blok lainnya
5. Registrasi; dan
6. Pengukuran dan pemetaan.
(b). Tata Hutan Pada Hutan Produksi seluas ± 91.254 Ha.
1. Penentuan batas hutan yang ditata;
2. Inventarisasi potensi dan kondisi hutan mencakup:
a. jenis, potensi dan sebaran flora;
b. jenis, populasi dan habitat fauna;
KPHP Model Dampelas TInombo IV-8
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
c. rancangan trayek batas luas kawasan dan batas dalam kawasan
hutan;
d. sosial, ekonomi, budaya masyarakat;
e. status, penggunaan, penutupan lahan;
f. jenis tanah, kelerengan lapangan atau topografi;
g. iklim;
h. sumber daya manusia (demografi);
i. keadaan hidrologi, bentang alam dan gejala-gejala alam.
3. Perisalahan hutan;
4. Pembagian hutan ke dalam blok-blok dan petak (dengan
memperhatikan pada: a. luas kawasan; b. potensi hasil hutan; dan c.
kesesuaian ekosistem)
5. Pemancangan tanda batas blok dan petak;
6. Pembukaan wilayah dan sarana pengelolaan;
7. Registrasi; dan
8. Pengukuran dan pemetaan.
2. Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan
Sesuai kondisi lokasi dan mengacu pada hasil rancangan KPHP Model
Dampelas Tinombo, selanjutnya disusun rencana kegiatan sbb.
(a). Pemanfaatan Hutan
Kegiatan pemanfaatan hutan yang dinilai layak untuk dilaksanakan di
wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo adalah; (a) Pemanfaatan kawasan;
(b) Pemanfaatan jasa lingkungan; (c) Pemanfaatan hasil hutan kayu; (d)
Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu; (e) Pemungutan hasil hutan bukan
kayu.
KPHP Model Dampelas TInombo IV-9
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
(b). Penggunaan Kawasan Hutan
Kegiatan penggunaan kawasan hutan yang dinilai layak untuk
dilaksanakan di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo masih perlu
pangkajian terutama keberadaan potensi tambang di wilayah ini. Namun
demikian apabila di kawasan ini ditemukan adanya potensi tambang seperti
mineral tambang biji besi yang ada di wilayah Desa Pangalaseang yang
mana lokasi ini berbatasan langsung dengan kawasan HPT di wilayah KPHP
maka dapat dilakukan pengkajian kelayakan usahanya oleh pengelola KPHP.
Selain usaha pertambangan, di wilayah KPHP dimungkinkan pula
dilakukan penggunaan kawasan hutan dengan tujuan strategis lainnyaseperti:
(a) Kepentingan religi; (b) Pertahanan dan keamanan; (c) Pembangunan
jaringan telekomunikasi; (f) Pembangunan jaringan instalasi air, dll.
Selain penggunaan kawasan hutan di wilayah untuk tujuan strategis,
dapat dapat digunakan untuk kepentingan umum terbatas seperti: (a) Jalan
umum; (b) Saluran air bersih dan atau air limbah; (c) Pengairan; (d) Bak
penampungan air; (e) Fasilitas umum; (f) Repeater telekomunikasi.
3. Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan
Memperhatikan kondisi kawasan hutan lokasi rencana pembangunan
KPHP Model DampelasTinombo yang sebahagian wilayahnya memiliki
penutupan lahan berupa tanah-tanah kosong, semak belukar dan hutan
rusak, maka diperlukan adanyan kegiatan rehabilitasi dan reklamasi hutan
dan lahan.
(a) Rehabilitasi Hutan
KPHP Model Dampelas TInombo IV-10
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan yang dilakukan di wilayah KPHP
Model Dampelas Tinombo meliputi: (a) Inventarisasi lahan kritis; (b)
pengukuran dan pemetaan areal reboisasi; (c) reboisasi (penanaman); (d)
pemeliharaan tanaman; (e) pengayaan tanaman; dan (f) penerapan teknis
konservasi.
(b) Reklamasi
Kegiatan reklamasi hutan dan lahan di wilayah KPHP Model Dampelas
Tinombo meliputi: (a) Inventarisasi lokasi; (b) penetapan lokasi (pengukuran
dan pemetaan lokasi); (c) perencanaan, dan (d) pelaksanaan reklamasi.
Kegiatan reklamasi hutan dilakukan apabila telah ada aktvitas
penggunaan lahan non-kehutanan, seperti kegiatan pertambangan, dll.
4. Perlindungan Hutan
Memperhatikan kondisi kawasan hutan wilayah pengelolaan KPHP
Model Dampelas Tinombo yang menyebar hingga ke daerah pesisir (kawasan
mangrove) serta kelompok HPT di wilayah Sojol bagian utara yang lokasinya
agak terpisah dengan lokasi semula (sebelum keluarnya Permenhut No.
79/Menhut-II/2010), akan menjadikan sistem perlindungan dan pengamanan
hutan lebih kompleks. Berdasarkan kondisi tersebut, Pengelola KPHP akan
menghadapi dua kelompok komunitas perambah yang berbeda yaitu
komunitas perambah di kawasan hutan daratan dan komunitas perambah di
kawasan hutan mangrove. Di kawasan hutan daratan (Kawasan HL, HPT dan
HP) tidak sedikit kelompok perambah yang telah memanfaatkan kawasan
hutan untuk budidaya tanaman pertanian, bahkan di dalam kawasan hutan
telah ada permukiman penduduk. Bahkan kelompok perambah tersebut telah
mengklaim menjadi lahan miliknya. Di kawasan mangrove (Tanjung Raneang
KPHP Model Dampelas TInombo IV-11
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
(Siraru) dan Tg. Pesik) walaupun di atas peta dinyatakan masih hutan primer
namun kenyataan di lapangan sebagian pula telah menjadi rusak akibat
perambahan.
Pengelola KPHP Model dalam menyikapi permasalahan tersebut tidak
seharusnya dilakukan represif, tetapi dilakukan dengan cara membangun
kemitraan dengan komunitas perambah dalam menemukan solusi terbaik,
namun setiap solusi harus berada dalam koridor hukum perundang-undangan
yang berlaku.
Memperhatikan kondisi kawasan yang telah banyak diokupasi,
dirambah dan rawan aktivitas illegal logging , maka kegiatan perlindungan
hutan di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo dapat meliputi:
1. Sosialisasi dan penyuluhan peraturan perundang-undangan di bidang
kehutanan;
2. Mendorong peningkatan produktivitas masyarakat;
3. Memfasilitasi terbentuknya kelembagaan masyarakat;
4. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pengelolaan hutan;
5. Melakukan kerjasama dengan pemegang hak atau izin;
6. Meningkatkan efektifitas koordinasi kegiatan perlindungan hutan;
7. Mendorong terciptanya alternatif mata pencaharian masyarakat;
8. Meningkatkan efektifitas pelaporan terjadinya gangguan keamanan hutan;
9. Mengambil tindakan pertama yang diperlukan terhadap gangguan
keamanan hutan.
Sesuai peraturan perundang-undangan, kegiatan ilegal logging
(”pencurian kayu”) harus diberantas secara tuntas, namun aktifitas seperti
pemanfaatan kawasan hutan untuk budidaya tanaman pertanian,
KPHP Model Dampelas TInombo IV-12
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
permukiman, pengumpulan rotan dan getah damar oleh sekelompok
masyarakat masih memungkinkan untuk dibina menjadi pemanfaat hasil
hutan dan pelestari kawasan hutan. Artinya dalam analisis SWOT, kendala
dan ancaman yang ada dirobah menjadi kekuatan dan peluang dalam
membangun KPHP Model Dampelas Tinombo.
Dengan adanya tambahan lokasi kelola di wilayah Sojol bagian utara
sehingga terbagi menjadi dua bagian yaitu kawasan HPT dan kawasan
mangrove di daerah pesisir.
d. Arahan Pembangunan Jangka Panjang KPHP
Berdasarkan uraian sebelumnya dan mengacu pada hasil penyusunan,
maka arahan pembangunan jangka panjang KPHP dirumuskan sbb.:
Arahan perlindungan hutan
V Pembinaan Area Perlindungan Tata Air (PL-TA), Pelestarian habitat hutan
alam untuk Area Konservasi Eboni (AKE).
V Perlindungan hutan pantai (PL-HP) dan mangrove.
Arahan pemanfaatan hutan
V Pembangunan dan Pengembangan HTI/HT termasuk HTUL.
V Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Eksositem dalam Hutan Alam
(IUPHHK-HA-RE).
Arahan pemberdayaan masyarakat
V Pembangunan dan Pengembangan Hutan Tanaman Rakyat (HTR)
V Pembangunan dan Pengembangan Hutan Kemasyarakatan (HKm).
V Pemantapan fungsi kawasan serta pemanfaatan terbatas hasil hutan
bukan kayu dan jasa lingkungan Hutan Lindung (HL), seperti usaha
pemungutan rotan, getah damar, buah/biji, lebah madu. Selain itu,
KPHP Model Dampelas TInombo IV-13
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
dikembangkan pula usaha pemanfaatan jasa lingkungan seperti jasa
aliran air, jasa wisata alam, jasa RAP-PAN Karbon.
V Penyelenggaraan Hutan Desa
V Pembinaan KAT Suku Lauje dan Tajio dalam wilayah KPHP
V Pembinaan area persawahan dan permukiman dalam wilayah KPHP.
V Pembinaan area pengembangan model-model agroforestri pada lahan
terambah/terokupasi.
V Penyelenggaraan rehabilitasi hutan (reboisasi dan pengkayaan reboisasi).
V Pelestarian ekosistem mangrove secara terpadu dan berganda dengan
memposisikan masyarakat pesisir setempat menjadi pelestari mangrove.
Dalam mewujudkan rencana-rencana kegiatan yang telah dirumuskan
maka diperlukan beberapa program pendukung dan penunjang sbb.:
V Penguatan kapasitas kelembagaan KPHP serta peningkatan kapasitas
SDM, termasuk pemantapan organisasi, sapras dan fasilitas penunjang.
V Penyenggaraan sistem koodinasi dan sinkronisasi yang baik antar
pemegang izin di wilayah KPHP.
V Penyelenggaraan sistem koordinasi dan sinergisitas antara KPHP dengan
instansi dan stakholder terakit dalam pembangunan KPHP.
V Penyediaan pendanaan kegiatan yang memadai sesuai kebutuhan.
V Pengembangan database hingga terbangunnya sistem informasi
kehutanan KPHP.
V Pengembangan investasi dan rasionalisasi wilayah kelola serta review
rencana pengelolaan KPHP minimal 5 tahun sekali.
V Penyelenggaraan pembinaan, pengawasan dan pengendalian yang baik
dan terukur sesuai peraturan perundang-undangan.
KPHP Model Dampelas TInombo IV-14
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
V Pemantauan dan evaluasi yang baik dan beretika, serta sistem pelaporan
yang baik yang dilakukan secara periodik.
V Pembuatan dan pelaksanaan standar operasi dan prosedur (SOP) KPHP
Model Dampelas Tinombo, menuju pengelolaan KPH berbasis kinerja.
KPHP Model Dampelas TInombo IV-15
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
BAB V. RENCANA KEGIATAN
Pengelolaan Hutan meliputikegiatan:Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan; pemanfaatan hutan; penggunaan kawasan hutan; rehabilitasi dan reklamasi hutan; perlindungan hutan dan konservasi alam.
Rencana pengelolaan hutan jangka panjang adalah rencana pengelolaan hutan pada tingkat strategis berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun atau selama jangka benah pembangunan KPH.Memperhatikan kondisi KPHP Model Dampelas
Tinombo saat ini dan kondisi yang diharapkan sepuluh tahun mendatang, maka rencana pengelolaan hutan pada areal seluas 112.634 ha ini memuat rencana strategis selama jangka waktu rencana pengelolaan hutan, baik di kawasan hutan produksi (HPT dan HP) maupun di kawasan hutan lindung (HL).
Rencana pengelolaan KPHP model Dampelas Tinombo dalam sepuluh tahun kedepan diarahkan pada pemanfaatan hutandi kawasan hutan produksi dan pemanfaatan hutan di kawasan hutan lindung. Pemanfaatan hutan pada hutan produksi meliputi: (a) Pemanfaatan kawasan; (b) Pemanfaatan jasa lingkungan;
(c) Pemanfaatan hasil hutan kayu; (d) Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu; (e)
Pemungutan hasil hutan bukan kayu. Selanjutnya pemanfaatan hutan di kawasan hutan lindung meliputi: (a) Pemanfaatan kawasan; (b) Pemanfaatan jasa lingkungan; (c) Pemungutan hasil hutan bukan kayu.
Adapun rencana kegiatan strategis selama jangka waktu rencana pengelolaan hutan KPHP model Dampelas Tinombo sepuluh tahun kedepan diuraikan seperti berikut ini.
V-1
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
A. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola dan Penataan Hutannya
1. Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata
Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan
Hutan, para pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam
Hutan Alam (IUPHHK-HA) dan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
dalam Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) diwajibkan menyusun Rencana Kerja
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu sepuluh tahunan (Pasal 73 dan 75
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007) yang disusun berdasarkan
inventarisasi hutan berkala sepuluh tahunan yang selanjutnya disebut sebagai
IHMB.
Inventarisasi Hutan adalah kegiatan untuk mengetahui kondisi sediaan
tegakan hutan ( timber standing stock ), yang akan digunakan sebagai bahan
penyusunan RKUPHHK atau KPH sepuluh tahunan dan sebagai bahan untuk
pemantauan kecenderungan ( trend ) kelestarian sediaan tegakan hutan di KPH
atau IUPHHK.IHMB mengacu pada Permenhut No. P.33/Menhut-II/2009 dan
Perubahannya No. P.5/Menhut-II/2011 Tentang Pedoman Inventarisasi Hutan
Menyeluruh Berkala (IHMB)Pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada
Hutan Produksi.
Kegiatan IHMB diperuntukkan bagi wilayah KPHP yang telah ada izin
usaha pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPHHK) yang dilaksanakan pada dua
tingkatan perencanaan, yakni rencana kegiatan pengelolaan jangka
panjang/sepuluh tahunan (RKU) dan rencana kegiatan pengelolaan hutan
jangka pendek/tahunan (RKT). Untuk RKU, dilakukan IHMB pada seluruh areal
V-2
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
hutan yang telah ada izin usahanya yang dilaksanakan setiap sepuluh tahun
sekali.
Dalam perencanaan pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam di
kawasan hutan produksi KPHP model Dampelas Tinombo diarahkan pada
rencana pemanfaatan hasil hutan kayu dengan restorasi ekosistem hutan alam
(HHK-RE). Hal ini dipandang penting diperhatikan karena kondisi sosial
budaya dan sosial ekonomi kemasyarakatan di sekitar wilayah KPH yang
belum memungkinkan dilakukan secara langsung penebangan hutan alam.
Karena itu, guna mengendalikan terjadinya konflik baru di sekitar wilayah KPH
maka HHK-RE dinilai tepat untuk diterapkan dalam pengelolaan hutan alam
sepuluh tahun kedepan.
Hasil stratifikasi tutupan hutan sementara akan divalidasi dengan
mendasarkan pada hasil IHMB. Sebagai acuan, dalam pembuatan kelas-kelas
tutupan hutan dapat dilihat pada Gambar 1 dalam Lampiran Permenhut No.
P.33/Menhut-II/2009. Pembuatan kelas-kelas hutan (stratifikasi) menurut
kerapatan tegakannya dapat dikelompokkan sebagai berikut: (1) Hutan lahan
kering primer – kerapatan vegetasi jarang (HKp1), (2) Hutan lahan kering
primer – kerapatan vegetasi sedang (HKp2), (3) Hutan lahan kering primer –
kerapatan vegetasi rapat (HKp3), (4) Hutan lahan kering sekunder – kerapatan
vegetasi jarang (HKs1), (5) Hutan lahan kering sekunder – kerapatan vegetasi
sedang (HKs2), (6) Hutan lahan kering sekunder – kerapatan vegetasi rapat
(HKs3).
V-3
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
2. Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP)
Secara garis besar, kegiatan ITSP, meliputi pengumpulan data,
pengolahan data dan menggambarkan posisi pepohonan di dalam petak pada
peta persebaran pohon. Pengumpulan data meliputi:Penetapan dan
pengukuran koordinat petak kerja; Pemasangan dan penandaan pal-pal batas
petak tebangan (100 ha); Penandaan dan penomoran pohon-pohon yang akan
ditebang, pohon inti, pohon induk, dan pohon yang dilindungi; Pengukuran
diameter setinggi dada dan tinggi bebas cabang semua pohon berdiameter 20
cm ke atas; Pengukuran letak pohon; Pencatatan flora dan fauna yang
dijumpai serta hasil hutan bukan kayu (HHBK); Pencatatan keadaan lapangan.
Selanjutnya pengolahan data ITSP meliputi:Pemetaan letak pohon ( tree
location mapping ); Pencacahan jumlah individu dan penjumlahan volume
pohon tiap jenis; Pengelompokkan jenis menurut golongan jenis komersial,
kayu indah, kayu yang dilindungi, dan jenis-jenis campuran, dirinci ke dalam
jumlah individu dan jumlah volume.
Hasil dari kegiatan ITSP berupa data potensi dan peta persebaran
pohon ITSP. Data potensi digunakan untuk menentukan jatah pohon tebang
(JPT) pada SK. RKT.
Untuk keperluan penyusunan Rencana Kerja Tahunan (RKT), setiap
tahun dilakukan inventarisasi 100% pada masing-masing areal tebangan untuk
rencana penebangan jangka pendek, yaitu rencana penebangan tahunan.
3. Penataan Hutan
Sesuai Dokumen Rancangan Bangun KPHP Model Dampelas Tinombo
tahun 2009; Hasil inventarisasi kondisi biogefisik dan sosekbud KPHP Model
V-4
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Dampelas Tinombo tahun 2012 dan Permenhut Nomor P.6/Menhut-II/2010
Tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria Pengelolaan Hutan Pada
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan
Hutan Produksi (KPHP);Arahan IHMB pada kegiatan HHK-HA/RE dan HHK-
HT/HTI; Juknis Penyusunan rencana pengelolaan pada KPH tahun 2012,
selanjutnya dirumuskan rencana-rencana penataan hutan berdasarkan
fungsinya pada areal seluas ± 112.634Hektar, yaitu pada kawasan hutan
produksi (HPT dan HP) seluas ± 91.245Ha, Hutan Lindung seluas ±
21.108Ha, dan KWL di APL seluas ±281Haseperti pada Tabel 5.1 berikut.
Tabel 5.1. Rencana Penataan Hutan di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kelas Rencana Blok Pengelolaan Fungsi Tutupan Inventarisasi Luas No. dan Lokasi Petak/Desa/Dusun Hutan lahan saat Berkala (Ha) Kode Blok/Petak ini Menyeluruh 1 2 3 4 5 6 7 A Blok Inti DAS Lemo -Malawa (B. Silumpoya) Desa 1 BL-IT -1 HL HKs1, B - 504,54 Siweli DAS Tada (Wuyul Tankelai) dan DAS HKp2, H Ks3, 2 BL-IT -2& BL-IT -2 (RH) HL - 7.065,54 Maninili B DAS Bainaa (Wuyul Lengko) 3 BL-IT -3 Desa/Dusun Punsanlea, Ambason, HL HKp1 - 1.534,59 Bainaa. DAS Bainaa -Dongkas (Wuyul Simomo) 4 BL-IT -4 HL HKp2 - 996,04 Desa Dongkas DAS Taipa (Bangkalan Tamonong) Desa 5 BL-IT -5 HL HKp3 - 496,82 Siboang DAS Tg. Dampelas (Bulu Sitaru) Desa 6 BL-IT -6 HL HKs1, B - 320,81 Talaga DAS Aluoge (Bulu Sitangke) Desa 7 BL-IT -7 HL HKs1, B - 149,22 Kambayang B Blok Perlindungan 1 PL -TA -1 DAS Sigenti, Desa Sigenti -Malanggo HPT HKp2, HKs1 - 93 1,33 2 PL -TA -2 DAS Silonduya, Desa Ponggerang -Panii HPT HKs2 - 412,0 0 3 PL -TA -3 DAS Bainaa (Wuyul Lengko) Ambason HPT HKs1, B, T - 63 3,77 4 PL -TA -4 DAS Bainaa , Desa Bainaa Barat HPT HKs3 - 40 2,91 5 PL -TA -5 & AKE DAS Taipa (S. Alube, S. Tamonong) HPT HKp1, H Ks2 - 8.7 23,40 PL -TA -6, PL -TA -7, HKs2, HKs1, 6 DAS Tandaiyo HPT - 941,50 PL-TA -8 B 7 PL -TA -9 DAS Ogoamas, Bingkoli HPT HKs1, B - 12 3,10 DAS Sioyong, Desa Muktiagung - 8 PL-TA -10 HP HKs1, B - 160,28 Sioyong 9 PL -TA . 11 DAS Sibayu, Desa Kambayang HP HKs1, B - 23 4,09 10 PL -HP (Hutan pantai) Pantai Pesik KL (APL) HKs1, B, T 96,29 11 RM (Bau) Eksosistem Mangrove pantai Bau KL (APL) HMs1, B 53,11 12 RM (Siraru) Ekosistem Mangrove pantai Siraru KL (APL) HMs1, B 101,45
V-5
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Kelas Rencana Blok Pengelolaan Fungsi Tutupan Inventarisasi Luas No. dan Lokasi Petak/Desa/Dusun Hutan lahan saat Berkala (Ha) Kode Blok/Petak ini Menyeluruh 1 2 3 4 5 6 7 13 BZ (Buffer Zone) CA Cagar Alam Gunung Sojol CA -HPT HKs2, HKp2 1. 556,74 Hutan Lindung Kelompok Hutan DAS 14 BZ (Buffer Zone) HL HL-HPT HKs2, HKp2 1.652,84 Tada Hutan Lindung Kelompok Hutan DAS 15 BZ (Buffer Zone) HL HL-HPT HKs1 365,06 Sikea dab DAS Lemo B Blok Pemanfaatan DAS Taipa, DAS Silonduya (Desa HKp1, HKs2, HHK-RE -1 & 15.234,91 1 Sioyong-Panii-Ponggerang-Malonas- HPT, HP HKs3, HKs1, T+0 dan T+11 HHK-RE -1 (RH) 35,28 Singenti) B DAS Silambo -Balukan -Balani -Sampaga - HKs1,HKs2, 2 HHK-RE -2-3-4 HPT T+0 dan T+11 4.684,95 Ogoamas HKp1 3 IUPHHK -HTI -1 DAS Tada dan DAS Sikea HPT HKs1, B, T T+5 atau T+6 2. 160 ,96 DAS Silonduya, DAS Panii dan DAS 4 IUPHHK-HTI -2-3-4 HPT HKs1, B, T T+5 atau T+6 7.011,49 Sioyong 5 HHK -HA -1 DAS Tada HPT HKs1, B, T T+5 atau T+6 99 3,0 9 6 HHK -HA -2 DAS Tada HPT HKs1, B, T T+5 atau T+6 2.1 73,05 7 HHK -HA -3 DAS Sidoan (Wuyul Ponjotijoji dan Sopi HPT HKs1, B, T T+5 atau T+6 4.67 8,41 8 HHK -HA -4 DAS Sidoan (Sija -Punsalea) HPT HKs1, B, T T+5 atau T+6 1.80 6,43 9 HHK -HA -5 DAS Bainaa (Silangsa Bainaa Barat) HPT HKs1, B, T T+5 atau T+6 2.37 4,24 10 HHK -HA/ HT -6 DAS Silonduya HPT, HP HKs1, B, T T+5 atau T+6 3.7 31 ,44 11 HT (Eks. HTI) DAS Silonduya ( IUPHHK -HA PT. THA ) HPT, HP HKs2, HKs3 T+5 atau T+6 1.05 3,15 12 HHBK -HA -1 DAS Tada HL HKp3, HKs3 737 ,20 13 HHBK -HA -2 DAS Tada, DAS Sioyong, DAS Sibayu HL HKp1, HKs3 3.54 7,18 14 HHBK -HA -3 DAS Bainaa HL HKp1 1.10 6,66 15 HHBK -HA -4 DAS Sidoan HL HKp1 43 9,1 1 16 HHBK -HA -5-6-7 DAS Bainaa HL HKp1 74 5,38 HHBK -HT -1 681,12 17 DAS Sikea, Lemo, Malawa (Desa Siweli) HL Pc, HKs1 HHBK -HT -1 (RH) 34,14 HHBK -HT -2& 283,20 18 DAS Rumu (Desa Siboalong) HL Pc, HKs1 HHBK-HT -2 (RH) 65,15 HHBK -HT -3 & DAS Sibayu (Desa Sibayu) dan DAS 249,57 19 HL Pc, HKs1 HHBK-HT -3 (RH) Sioyong (Desa Budimukti) 61,15 DAS Tg. Dampelas, DAS Aluoge, DAS 20 HHBK-HT -4 & WISATA Dampelas (Desa Talaga dan HL B, Pt, Pc 1.627,53 Kambayang) 21 HHK -HT -1 (RH) DAS Ogoamas (Bingkoli) HPT B, Pc T+11 277, 93 22 HHK -HT -2 (RH) DAS Ogoamas (Bingkoli) HPT Pc, Pt T+11 38 1,27 DAS Long (Dusun Balinggi, Desa 23 HHK-HT -3 (RH) HPT Pc, Pt, B T+5 82,80 Lembahmukti) 24 HHK -HT -4 RH) DAS Sigenti (Desa Dongkalang) HPT Pt, B 13,30 RK -LKJ( Rencana Kerja 25 DAS Siraurang (Desa Rerang) HPT Pc, B 507,82 Lokasi Karet dan Jabon) LPJ ( Lokasi Penataan 26 DAS Siraurang (Desa Rerang) HPT HKs1, B 39,88 Jabon) LKJ -1 ( Lokasi Karet dan 27 DAS Long (Desa Lembahmukti) HPT Pc, HKs1 735,02 Jabon 1) LKJ -2 ( Lokasi Karet dan 28 DAS Panii (Desa Karyamukti) HPT HKs1, B, T 468,91 Jabon 2) Blok I (DAS Bayang, Desa IUP PT. All-Rizky Tadang 691,72 29 Pangalaseang) HPT HKs1, B. T pali 797,90 Blok II (DAS Silambo (Desa Silempu) 30 Sw (Sawah) DAS Long Desa Lembahmukti HPT Sw 16,68 C Blok Pemberdayaan Masyarakat HKm -1 & DAS Tada (Desa Tada, Silutung, 3. 844,91 1 HPT Pc, Pt HKm -1 (RH) Khatulistiwa, Siney) 158,47 2 HKm -2 & DAS Sigenti (Desa Sigenti -Sigaega) HPT, HP Pc, B 46 6,94
V-6
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Kelas Rencana Blok Pengelolaan Fungsi Tutupan Inventarisasi Luas No. dan Lokasi Petak/Desa/Dusun Hutan lahan saat Berkala (Ha) Kode Blok/Petak ini Menyeluruh 1 2 3 4 5 6 7 HKm -2 (RH) 17, 47 HKm -3 & 6,76 3 DAS Sigenti (Desa Malanggo) HPT B, Pc HKm -3 (RH) 67,44 HKm -4 & 306,55 4 DAS Sibayu (Desa Kambayang) HP Pt, HKs1, B HKm -4 (RH) 25,09 HKm -5 & DAS Sioyong (Desa Muktiagung - 356,51 5 HP Pt, HKs1, B HKm -5 (RH) Sioyong) 18,98 DAS Sipayo, DAS Bondoyong, DAS HKm -6 & 289,79 6 Sidoan, DAS Sidoan 2 (Desa Sipayo, HPT Pt, B HKm -6 (RH) 640,75 Bondoyong, Ogolemo) 7 HKm -7 DAS Sidoan (Desa Sidoan Barat) HP Pt 79,23 8 HKm -8 DAS Sidoan (Dusun Sija -Punsalea) HP Pt 408, 45 9 HKm -9 DAS Sidoan (Dusun Ogobagis) HP B 139,98 10 HKm -10 DAS Bainaa (Dusun Ambason) HPT Pc 97,23 DAS Bainaa (Dusun Silangsa (Bainaa 11 HKm -11 HP Pc, B 1.584,34 Barat) HKm -12 & DAS Bainaa (Dusun Silangsa, KAT 22 9,26 12 HPT Pc, B HKm -12 (RH) Lauje, Desa Bainaa Barat) 90 4,44 HKm -13 & 72,10 13 DAS Dongkasa (Desa Dongkas) HP Pc, B HKm -13 (RH) 764,87 14 HKm -14 DAS Bainaa (KAT Lauje) HPT B 17 5,36 HKm -15 & DAS Siraurang (Dusun Tintina Desa 326, 04 15 HPT Pc, HKs1, B HKm -15 (RH) Rerang) dan Desa Malonas 104,47 DAS Long (Dusun Balinggi Desa 16 HKm -16 HPT Pt, B 5,30 Lembahmukti) HKm -17 (Agf) & 396,32 17 DAS Taipa, Desa Tonggolobibi HPT B, Pt, Pc HKm -17 (Agf-RH) 105,55 DAS Silambo (Dusun Salodide Desa 18 HKm -18 HPT Pc 59,31 Silempu) HKm -19 & DAS Balukan (Dusun Ponju Desa 97,53 19 HPT Pc, HKs1 HKm -19 (RH) Balukan) 12,70 20 HKm -20 DAS Sampaga (Desa Sampaga) HPT Pc, HKs1 288,0 6 DAS Pesik (dusun Palele, Desa Pesik), 21 HKm -21 Desa Mapaga dan DAS Tandaiyo Desa HPT Pc, HKs1 214,28 Tandaiyo DAS Tandaiyo (Desa Tandaiyo & 22 HKm -22 HPT Pc, HKs1 184,21 Ogoamas 2) 23 HKm -23 DAS Ogoamas (Bingkoli) HPT Pc, B 72 3,40 DAS Bayang dan DAS Long (Desa 24 HTR -1 Bayang dan Desa Balinggi, Desa HPT HKs1, B 259,28 Pangalaseang (Ou)) DAS Taipa (Desa Tonggolobibi - 25 HTR -2 HPT HKs1, B, Pc 294,85 Babatona) DAS Babatona (Desa Bantayang - 26 HTR -3 HPT HKs1, B, Pc 598,69 Siboang) 27 HTR -4 DAS Siruarang (Desa Rerang) HPT Pc, HKs1 1.2 51,62 28 HTR -5 DAS Tada (Desa Tada ) HPT HKs1, B 58 6,23 29 HTR -6 DAS Tada (Desa Tada ) HPT HKs1, B 58 8,08 DAS Tada (Desa Tada dan Desa 30 HD -1 HPT HKs1, B 804,91 Silutung) DAS Tada (Desa Siney dan Desa 31 HD -2 HPT HKs1, B 268,70 Khatulistiwa) 32 HD -3 DAS Maninili (Desa Maninili) HP HKs1, B 42 0,19 33 HD -4 DAS Sioyong (Desa Budimukti) HPT HKs1, B 48 2,1 0 34 HD -5 DAS Sigenti (Desa Sigenti) HPT HKs1, B 251, 74 35 HD -6 DAS Sigenti (Desa Malanggo) HPT HKs1, B 182, 63
V-7
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Kelas Rencana Blok Pengelolaan Fungsi Tutupan Inventarisasi Luas No. dan Lokasi Petak/Desa/Dusun Hutan lahan saat Berkala (Ha) Kode Blok/Petak ini Menyeluruh 1 2 3 4 5 6 7 DAS Silonduya (Desa Sioyong, Panii 36 HD -7 HPT HKs1, B 863,42 dan Karyamukti) 37 HD -8 (RH) DAS Sigenti (Desa Dongkalang) HPT Pt, B 23 1,16 38 HD -9 DAS Sipayo (Desa Sipayo) HPT Pt, B 383,23 39 HD -10 DAS Silonduya (Desa Ponggerang) HPT HKs1 36 4,14 40 HD -11 DAS Silonduya (Desa Malonas) HPT Pc, HKs1 105,67 41 HD -12 DAS Bondoyong (Desa Bondoyong) HPT Pt, HKs1 158,68 42 HD -13 DAS Sidoan (Desa Sidoan Barat) HP Pc, HKs1 213,57 43 HD -14 DAS Siruarang (Desa Rerang) HPT Pc, HKs1 117,10 44 HD -15 DAS Long (Desa Lembahmukti) HPT Pc, HKs1 36,70 45 HD -16 DAS Bayang (UPT Bayang) HPT Pc, HKs1 318,75 46 HD -17 DAS Sidoan (Desa Sidoan) HPT B, HKs1 116,83 DAS Bainaa (Desa Bainaa Barat dan 47 HD -18 HPT Pc, HKs1 49,17 Bainaa) DAS Bainaa (Desa Bainaa) dan DAS 48 HD -19 (RH) HPT Pc, B 150,74 Dongkas (Desa Dongkas) 49 HD -20 DAS Dongkas (Desa Dongkas) HPT Pc, B 313,70 DAS Bainaa (Desa Bainaa) dan DAS 50 HD -21 HPT Pc, Hs 307,88 Dongkas (Desa Dongkas) DAS Babatona (Desa Babatona dan 51 HD -22 HPT Pc, HKs1 139,59 Desa Tonggolobibi) 52 HD -23 DAS Babatona (Desa Bantayang) HPT Pc, HKs1 83,96 53 HD -24 DAS Siboang (Desa Siboang) HPT Pc, HKs1 431,47 54 HD -25 DAS Silambo (Desa Silempu) HPT Pc, HKs1 474,71 DAS Balukan (Desa Balukan dan Desa 55 HD -26 HPT Pc, HKs1 215,95 Losung) DAS Sampaga (Desa Sampag a, Balani 56 HD -27 HPT Pc, HKs1 186,26 dan Dalaong) 57 HD -28 DAS Tandaiyo (Desa Ogoamas 2) HPT Pc, HKs1 233,14 58 HD -29 DAS Pesik (Desa Pesik dan Mapaga) HPT Pc, HKs1 162,49 JUMLAH 11 1.917 ,7 2 Keterangan : V HKp1 = Hutan lahan kering primer-kerapatan vegetasi jarang; HKp2 =Hutan lahan kering primer-kerapatan vegetasi sedang;HKp3 = Hutan lahan kering primer-kerapatan vegetasi rapat. V HKs1 = Hutan lahan kering sekunder-kerapatan vegetasi jarang; HKs2 =Hutan lahan kering sekunder-kerapatan vegetasi sedang;HKs3 = Hutan lahan kering sekunder-kerapatan vegetasi rapat. V HMs1 = Hutan mangrove sekunder-kerapatan vegetasi jarang. V Pt = pertanian lahan kering; Pc = pertanian lahan kering bercampur dengan semak; B = semak/blukar; T = tanah terbuka. IUP = Izin Usaha Pertambangan.
Dari Tabel 5.1 terdapat sebanyak empat blok pengelolaan hutan yaitu
blok inti pada hutan lindung, blok perlindungan pada hutan produksi, blok
pemanfaatan dan blok pemberdayaan masyarakat pada hutan produksi dan
hutan lindung. Keempat blok-blok pengelolaan hutan tersebut, dibagi kedalam
petak-petak pengelolaan hutan baik pada hutan lindung maupun pada hutan
V-8
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
produksi. Blok/Petak-petak pengelolaan tersebut dijabarkan menjadi rencana
pengelolaan hutan sbb.:
V Blok Inti pada Hutan Lindung terbagi kedalam tujuh petak kelola untuk
tujuan perlindungan tata air, habitat satwa, serta flora dan fauna asli.
Blok/petak ini bukan untuk tujuan pemanfaatan.
V Blok Perlindungan pada Hutan Produksi terbagi kedalam lima jenis rencana
kegiatan pengelolaan hutan yaitu (1) petak kelola perlindungan tata air (PL-
TA dengan jumlah 11 petak pada enam wilayah DAS), (2) petak kelola area
konservasi eboni (AKE dengan jumlah satu petak pada satu wilayah DAS),
(3) petak kelola perlindungan hutan pantai (KWL-Pantai Pesik) dan
rehabilitasi ekosistem mangrove (KWL-Mangrove Bau dan Siraru), (4) peta
perlindungan daerah penyangga atau buffer zone (BZ) pada batas
persekutuan hutan produksi dengan Cagar Alam dan Hutan Lindung.
V Blok Pemanfaatan pada Hutan Lindung dan Hutan Produksi.
‹ Pada kawasan Hutan Lindung dikelompokkan kedalam dua bentuk
pemanfaatan yaitu (a) rencana pemanfaatan/pemungutan hasil hutan
bukan kayu pada hutan alam (HHBK-HA) sebanyak 7 petak/lokasi, dan
(b) rencana pemanfaatan hasil hutan bukan kayu pada hutan tanaman
(HHBK-HT) sebanyak 4 petak/lokasi.
‹ Pada Hutan Produksi dikelompokkan kedalam bentuk pemanfaatan sbb.:
(a) hasil hutan kayu pada hutan alam dengan restorasi ekosistem (HHK-
RE) sebanyak 4 petak/lokasi, (b) hasil hutan kayu pada hutan tanaman
(HHK-HT) sebanyak 6 petak/lokasi, dan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI) sebanyak 4
V-9
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
.petak/lokasi, (c) hutan tanaman eks. HTI PT. Tondo Murni (HT-eks. HTI)
sebanyak 1 petak/lokasi, (d) hasil hutan kayu pada hutan tanaman hasil
rehabilitasi hutan (HHK-HT RH) sebanyak 3 petak/lokasi.
V Blok Pemberdayaan Masyarakat (BPM) pada Hutan Produksi meliputi
rencana hutan kemasyarakatan (HKm), hutan desa (HD), dan hutan
tanaman rakyat (HTR). Kegiatan HKm terbagi kedalam 23 petak/lokasi
(termasuk HKm RH). HD terbagi kedalam 31 petak/lokasi, dan HTR
sebanyak 6 petak/lokasi.
Berdasarkan hasil penataan hutan seperti diuraikan di atas, dalam
rangka melestarikan nilai-nilai budaya lokal asli maka dialokasikan lahan hutan
untuk komunitas adat terpencil (KAT) suku Lauje dan Tajio yang ada di
kawasan hutan Kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi Moutong. Agar
keberadaan mereka di kawasan hutan dalam wilayah KPHP Model Dampelas
Tinombo memperoleh pengakuan (aspek legal) maka dialokasikan areal dalam
bentuk pemanfaatan kawasan hutan untuk HKm bagi KAT Lauje-Tajio).
Dalam rangka menjaga eksistensi kawasan hutan dan memposisikan
masyarakat sebagai bagian dari sistem pengamanan hutan untuk meraih
harapan “hutan lestari untuk kesejahteraan rakyat” maka lahan-lahan hutan
yang telah lama dimanfaatkan penduduk setempat dalam bentuk pertanian
sawah (termasuk tempat bermukim), serta pertanian lahan kering dalam
menyambung hidupnya, dapat diberikan kesempatan dalam mempertahankan
hidupnya dalam bentuk pemanfaatan kawasan hutan dengan pola HKm.
Dalam penerapan pola HKm pada lokasi-lokasi tertentu yang telah ada
pertanian lahan kering dan permukiman seperti di Bingkoli dan Balinggi dapat
V-10
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
didekati melalui pembinaan model sistem pertanian-kehutanan terpadu
berkelanjutan (SPKTB) dalam pola agroforestri (HKm-Agf).
Di wilayah KPHP Model dialokasikan pula area untuk penyelamatan
habitat flora endemik-langka jenis eboni ( Diospyros celebica Bakh.) beserta
jenis-jenis tumbuhan asosiasinya dari kepunahan. Selain area ini diharapkan
pula berfungsi sebagai habitat Burung Maleo yang semakin langka di wilayah
Pangalaseang. Selain fungsinya sebagai kawasan konservasi alam, area ini
memiliki peran penting dalam mengatur tata air untuk pelestarian sumber-
sumber air bagi irigasi pertanian di wilayah Desa Pangalaseang, Babatona,
Tonggolobibi, Bantayang, dan Siboang.
Untuk mempercepat KPHP Model Dampelas Tinombo menjadi KPHP
yang mandiri, maka di wilayah KPHP ini dialokasikan lahan hutan produksi
(hutan alam primer dan hutan alam sekunder) guna dimanfaatkan menjadi
usaha hasil hutan kayu restorasi ekosistem (UPHHK-RE). Untuk maksud yang
sama KPHP Model menyediakan pula lahan-lahan hutan untuk
pengembangan usaha jasa lingkugan (Jasling) berupa usaha jasa wisata alam
(Jasling-WA), usaha jasa penyerap dan atau penyimpanan karbon (Jasling-
PPK), dan jasa tata/sumber air (Jasling-TA).
Untuk usaha pemanfaatan hasil hutan kayu restorasi ekosistem dan
usaha jasa lingkungan, KPHP Model dapat mempercepat implementasinya
melalui kerjasama dengan pihak ke-3 (Badan Usaha Milik Swasta/Koperasi/
Badan usaha lainnya) dengan tetap memperhatikan kepentingan (nilai-nilai
kearifan lokal) masyarakat setempat sesuai peraturan perundang-undangan.
V-11
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Dengan diertbitkannya Keputusan Menteri Kehutanan No. 360/Menhut-
II/2013 Tgl 20 Mei 2013 Tentang IUPHHK-HA PT. Taman Hutan Asri (THA)
seluas 40.380 Ha, maka wilayah kelola KPH Dampelas Tinombo menjadi
tanggung jawab menejemen PT. THA sesuai dengan ketentuan yang ada
dalam lampiran Keputusan Menteri tersebut. Selanjutnya rincian luasan
IUPHHK-HA PT. THA terdapat dalam setiap blok/petak Tata Hutan KPH
Dampelas Tinombo. Selain itu terdapat juga IUPHHK HA PT. Sentra Pitulempa
seluas 380 Ha.
B. Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu
Batasan mengenai pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu dalam
perencanaan ini adalah blok-blok pemanfaatan hutan pada hutan produksi
yang akan dikelola sendiri KPH dalam bentuk “wilayah tertentu”. Blok-blok
tersebut selanjutnya dijabarkan menjadi kelas-kelas hutan sesuai arahan
pengelolaannya. Jabaran kelas-kelas hutan tersebut dipergunakan sebagai
acuan dalam menentukan “kelas perusahaan”. Wilayah Tertentu adalah
wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum menarik bagi pihak ketiga
untuk mengembangkan usaha pemanfaatannya berada di luar areal izin
pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan. .
Dalam perencanaan pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu di KPHP
model Dampelas Tinombo dikelompokkan kedalam pengusahaan skala
besardan pengusahaan skala kecil. Pengusahaan skala besar antara lain
terdapat pada blok perlindungan dan pemanfaatan, dalam blok perlindungan
diarahkan pada perlindungan tata air dan areal konservasi eboni. Blok
pemanfaatan wilayah tertentu diarahkan pada pemanfaatan hasil hutan kayu,
V-12
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
restorasi ekosistem (HHK-RE) dan pemanfaatan hasil hutan kayu alam dan
tanaman (HHK-HA/HT) pola pengkayaan.
Pengusahaan skala kecil pemanfaatan wilayah tertentu dalam blok
perlindungan tata air dan jasa lingkungan, pemanfaatan HHBK baik pada
Hutan Lindung maupun Hutan Produksi.Secara rinci pemanfaatan wilayah
tertentu disajikan pada tabel 5.7.
1. Rencana Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem Dalam Hutan Alam Penerapan pendekatan restorasi ekosistem dalam hutan alam pada
hutan produksi dalam pemanfaatan hasil hutan kayudimaksudkan untuk
memprakondisikan situasi sosial ke arah yang lebih kondusif di sekitar wilayah
KPH guna mencegah terjadinya konflik baru antara pengelola KPHP dengan
masyarakat sekitarnya. Restorasi ekosistem dimaksudkan pula untuk
memberikan tanggung jawab kepada pemegang IUPHHK dalam bentuk
pembinaan tegakan hutan sebelum dilakukan penebangan.
Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem Dalam
Hutan Alamyang selanjutnya disebut IUPHHK-RE adalah izin usaha yang
diberikan untukmembangun kawasan dalam hutan alam pada hutan produksi
yang memilikiekosistem penting sehingga dapat dipertahankan fungsi dan
keterwakilannya melaluikegiatan pemeliharaan, perlindungan dan pemulihan
ekosistem hutan termasukpenanaman, pengayaan, penjarangan, penangkaran
satwa, pelepasliaran flora danfauna untuk mengembalikan unsur hayati (flora
dan fauna) serta unsur non hayati(tanah, iklim dan topografi) pada suatu
kawasan kepada jenis yang asli, sehinggatercapai keseimbangan hayati dan
ekosistemnya.
V-13
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Penyelenggaraan UPHHK Restorasi Ekosistem dimaksudkan untuk
memanfaatkanhutan alam produksi secara lestari (jangka panjang) dengan
memperhatikankelestarian usaha dan keseimbangan lingkungan, sosial
ekonomi dan budayamasyarakat setempat sehingga operasionalisasi
pemanfaatan hutan tahunan dilapangan dapat dilakukan secara rasional
terukur sesuai dengan kemampuanregeneratif alami maupun buatan.Adapun
lokasi rencana usaha pemanfaatan hasil hutan kayu restorasi ekosistem dalam
hutan alam (UPHHK-RE) disajikan pada Tabel 5.2 berikut.
Tabel 5.2.Rencana Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem dalam Hutan Alam (UPHHK-RE) pada Hutan Produksi di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kode Lokasi/ Sistem Luas No. Wilayah DAS Kelas Lereng Kelas Hutan Blok/Petak Silvikultur (Ha) Taipa, Silonduya, HKp1, HKs2, 1 HHK-RE -1*) II, III, IV, V TPTI 15.234,91 Sigenti HKs1, HKs3 Silambo-Balukan- HKs1,HKs2, 2 HHK-RE -2-3-4**) Balani-Sampaga- III, IV, V TPTI 4.684,95 HKp1 Ogoamas Jumlah 19.919,86 Keterangan: *) Direncanakan untuk dikerjasamakan antara KPH dengan perusahaan perkayuan (PT. THA 11.798,30 Ha; KPH 3.436,62 Ha). **) Direncanakan untuk dikerjakan sendiri oleh KPH 4.461,74 Ha;PT. SP 223,21 Ha. Kelas V tidak diolah dan dibina menjadi kawasan lindung oleh pengelolanya.
2. Rencana Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Dalam Hutan Alam dan atau Hutan Tanaman Pola Pengkayaan
Rencana pemanfaatan hasil hutan kayu dalam hutan alam/tanaman
pola pengkayaan di wilayah KPHP Model Dameplas Tinombo adalah rencana
pemanfaatan hasil hutan kayu dalam Hutan Alam/Tanaman atau Hutan
Tanaman Industri (HHK-HA/HT/HTI).
Pada Pasal 2 Permenhut No. P.5/Menhut-II/2011 Tentang IHMB pada
Usaha PemanfaatanHasil Hutan Kayu Pada Hutan Produksi, dijelaskan bahwa
hasi Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB)sebagai dasar
penyusunan Rencana Kerja Usaha (RKU) jangka panjang 10 (sepuluh) tahun
V-14
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman (IUPHHK-
HT).Hasil IHMB menjadi dasar perhitungan etat untuk IUPHHK-HT kayu
pertukangan.
Bagi IUPHHK-HT, kewajiban IHMB dilaksanakan pada tanaman pokok
sekurang-kurangnya telah memasuki daur kedua yang mewakili semua kelas
umur.Dalam Permenhut tersebut dijelaskan pula pembagian kelas umur pada
hutan tanaman untuk kayu pulp digunakan dua kelas umur yaitu < 4 tahun dan
≥ 4 tahun, sedangkan untuk kayu pertukangan digunakan interval umur 5
tahun. Untuk hutan tanaman dengan rotasi di atas 50 tahun digunakan interval
10 tahun.
Adapun lokasi rencana usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada
hutan alam pola pengkayaan UPHHK-HA disajikan pada Tabel 5.3 berikut.
Tabel 5.3. Rencana Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam/Tanaman (UPHHK-HA/HT) pola pengkayaan pada Hutan Produksi di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kode Lokasi/ Kelas Kelas Sistem Luas No. Wilayah DAS HHK Blok/Petak Lereng Hutan Silvikultur (Ha) 1 HHK-HA -1*) Tada II, III, IV, V HKs1, B, T TPTI Pertukangan 993,09
2 HHK-HA -2**) Tada II, III, IV, V HKs1, B, T TPTI Pertukangan 2.173,05 Sidoan (Wuyul 3 HHK-HA -3 III, IV, V HKs1, B, T TPTI Pertukangan 4.678,41 Ponjotijoji dan Sopi Sidoan (Sija- 4 HHK-HA -4 III, IV, V HKs1, B, T TPTI Pertukangan 1.806,43 Punsalea) Bainaa (Silangsa 5 HHK-HT -5 III, IV, V HKs1, B, T TPTI/THPB Pertukangan 2.374,24 Bainaa Barat) HHK-HA/HT - 6 Silonduya II, III, IV, V HKs1, B, T TPTI - 3.731,44 6***) HKs2, 7 HT ****) Silonduya II, III, IV THPB - 1.053,15 HKs3 Jumlah 15.756,67 Keterangan: *) PT. THA 628,35 Ha; KPH 364,74 Ha **)PT. THA 1.276,21 Ha; KPH 896,84 Ha ***) PT. THA 2.084,53 Ha; KPH 1.646,91 Ha ****) Masuk dalam PT. THA Direncanakan untuk dikerjasamakan antara KPH dengan perusahaan/industri perkayuan. Kelas V tidak diolah dan dibina menjadi kawasan lindung oleh pengelolanya.
Usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dapat dilakukan pada Hutan
Alam/Tanamandengan pola pengkayaan yang selanjutnya disingkat UPHHK-
V-15
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
HA/HT.Pada wilayah Hutan Produksi (HP) dapat diusahakan untuk
memanfaatkan hasil hutan kayu melalui kegiatan penyiapan lahan,
pembibitan,penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran . Adapun
pola pemanfaatan hasil hutan kayu Hutan Alam pola pengkayaan pada Hutan
Produksi Terbatas (HPT) dapat diusahakan melalui kegiatan pemanenan,
pengkayaan, penanaman, pemeliharaan, pengamanan dan pemasaran hasil
(Permenhut No. P.47/Menhut-II/2013)
Penerapan Sistem Silvikultur Pada HHK-RE dan HHK-HA/HT
Sistem Silvikultur adalah sistem pemanenan sesuai tapak/tempat
tumbuh berdasarkanformasi terbentuknya hutan yaitu proses klimatis dan
edaphis dan tipe-tipe hutan yang terbentuk dalam rangka pengelolaan hutan
lestariatau sistem teknik bercocok tanaman hutan mulai dari memilih benih
atau bibit, menyemai, menanam, memelihara tanamandan memanen.
Daur dan Siklus Tebangan:
Pada Permenhut No: P.11/Menhut-II/2009 tentang Sistem Silvikultur
dalam Areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Produksi
daur dan siklus tebangan dijelaskan sbb.:
V Pada tegakan seumur, daur ditetapkan berdasarkan umur masak tebang
ekonomis dan atau berdasarkan umur padahasil yang
maksimal.Selanjutnya pada tegakan tidak seumur,ditetapkan siklus tebang
tegakan hutan alam berdasarkan diameter tebangan.
V Siklus tebang dan diameter tebang pada hutan daratan tanah kering adalah
30 (tiga puluh) tahun untuk diameter ≥ 40 cm (empat puluh centimeter)
V-16
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
pada hutan produksi biasa, dan ≥ 50 cm (lima puluh centimeter) pada hutan
produksi terbatas dengan sistem silvikultur TPTI.
Siklus tebang dan diameter pohon tebang di hutan alam wilayah KPHP
model Dampelas Tinombo berpedoman pada Permenhut No: P.11/Menhut-
II/2009 tentang Sistem Silvikultur dalam Areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu pada Hutan Produksi. Sesuai peraturan tersebut, siklus tebang
hutan alam (tegakan tidak seumur) menerapkan sistem silvikultur Tebang Pilih
Tanam Indonesia (TPTI). Namun demikian, untukmempertahankan regenerasi
alami dan terbentuknya struktur hutan, pada dasarnya pada tegakan seumur
dapat dilakukan pemanenan dengan sistem TPTI.
Penerapatan TPTI pada tegakan seumur di wilayah KPHP model
Dampelas Tinombo ditujukan pada areal-areal sasaran HHK-HA/HT dengan
tutupan vegetasijarang sampai sedang pada hutan lahan kering primer (HKp1)
dan hutan lahan kering sekunder (HKs1) dengan kelas lereng dominan kelas
IV. Namun demikian pada lahan-lahan dengan kelas lereng dominan II-III
diterakan sistem TPHB.
‹ Tahapan TPTI
Penerapan sistem silvikultur TPTI diterapkan pada hutan alam perawan
(virgin forest ) atau hutan bekas tebangan ( logged over area ) di areal Izin
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada hutan produksiberdasarkan
Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan HasilHutan Kayu (RKUPHHK).
Pelaksanaan TPTI di wilayah KPHP Model Dampelas Tinomboakan
mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal BPK No. P.9/VI/BPHA/2009
V-17
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Silvikultur dalam Areal Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Produksi.
Tabel 5.4. Tahapan Kegiatan TPTI pada UPHHK Tahapan Kegiatan No. Tahapan Kegiatan Prinsip (tahun dari penebangan – Et) Penataan Areal Kerja Menata areal dalam blok dan petak kerja Tidak lebih dari 4 tahun 1 (PAK) tahunan berdasarkan RKUPHHK. sebelum pemanenan. Risalah hutan dengan intensitas 100% Inventarisasi Tegakan untuk pohon niagawi dengan diameter ≥20 Tidak lebih dari 2 tahun 2 Sebelum Penebangan cm dan pohon yang dilindungi sesuai sebelum pemanenan. (ITSP) ketentuan yang berlaku. Pembukaan Wilayah Efisien, efektif, tertib dan ramah Tidak lebih dari 2 tahun 3 Hutan (PWH) lingkungan. sebelum pemanenan. Memanen tidak boleh melebihi riap. 4 Pemanenan Efisien, efektif, tertib dan ramah Et. lingkungan. Penanaman dan Memulihkan produktifitas areal tidak Tidak lebih dari 2 tahun 5 Pemeliharaan produktif pada blok RKT. Menggunakan setelah pemanenan. Pengayaan bibit jenis lokal unggulan setempat. Meningkatkan riap pohon binaan. Pembebasan Pohon Tidak lebih dari 2 tahun 6 Binaan (PPB) Pohon binaan bisa berasal dari permudaan setelah pemanenan alam dan tanaman pengayaan Pengendalian hama dan penyakit, Perlindungan dan perlindungan hutan dari kebakaran hutan, 7 Pengamanan Hutan Terus menerus perambahan hutan dan pencurian hasil (PPH) hutan
3. Rencana Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan
Penyelenggaraan usaha pemanfaatan jasa lingkungan di wilayah KPHP
Model Dampelas Tinombo dikelompokkan kedalam tiga jenis, yaitu kelompok
jenis Jasa Wisata Alam (WA), jenis Jasa Aliran Air (JAL), dan jenis jasa
penyerapan/penyimpanan karbon (RAP- KARBON dan/atau PAN-KARBON)
yang seluruhnya mencapai luas 3.517,63 ha. Untuk jelasnya disajikan pada
Tabel 5.5 berikut.
V-18
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Tabel 5.5. Lokasi Rencana Pemanfaatan Jasa Lingkungan di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kelas Kode Lokasi/ Kelas Luas No. Wilayah DAS Tutupan Jenis Kegiatan Blok/Petak Lereng (Ha) Laham Wisata Hutan & Agro Penyerap/Penyimpanan HHBK-HT -4 & Tg. Dampelas, 1 I, II, III, IV B, Pt, Pc Karbon (UP RAP- 1.574,50 WISATA Aluoge, Dampelas KARBON dan/atau UP PAN-KARBON) Jasa Aliran Air 2 PL-TA -1 Sigenti III, IV, V HKp2, HKs1 931,33 (UPJL-JAL). PL-TA -6, PL- HKs2, HKs1, Jasa Aliran Air 3 TA -7, Tandaiyo III, IV, V 941,50 B (UPJL-JAL). PL-TA -8 Jumlah 3.447,33
Pemanfaatan jasa lingkungan berupa pemanfaatan aliran air, dan
wisata alam telah diatur dalam PP Nomor 3 Tahun 2008 pasal 25 ayat (1)
huruf (a) dan (c), sedangkan pemanfaatan jasa lingkungan penyerapan dan
atau penyimpanan karbon pada hutan produksi dijelaskan dalam pasal 33
ayat (1) huruf (f).
Kegiatan usaha pemanfaatan jasa lingkungan, dilakukan dengan
ketentuan tidak:a. mengurangi, mengubah atau menghilangkan fungsi
utamanya;b.mengubah bentang alam; danc.merusak keseimbangan unsur
lingkungan.Pemegang izin, dalam melakukan kegiatan usaha pemanfaatan
aliran air dan pemanfaatan air pada hutan lindung, harus membayar biaya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Jangka waktu IUPJL pada hutan lindung, diberikan sesuai dengan
kegiatan usahanya, yaitu untuk izin usaha:a. pemanfaatan aliran air
diberikan untuk jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun;b.wisata alam
diberikan untuk jangka waktu paling lama 35 (tiga puluh lima) tahun dengan
luas paling banyak 10% (sepuluh perseratus) dari luas blok pemanfaatan.
Rencana Usaha Jasa Lingkungan Wisata Alam:
V-19
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Rencana usaha pemanfaatan jasa lingkungan untuk wisata alam
dalam hutan lindung (UPJL-WA) di wilayah Desa Talaga dialokasikan pada
wilayah HL kelompok hutan Danau Talaga pada bagian utara yang
berbatasan langsung dengan pantai Teluk Sabang. Areal yang
direncanakan mencapai luas 1.633,46 ha. Sebelum sampai di lokasi ini
terdapat lokasi wisata pantai Desa Sabang. Akses lokasi menuju lokasi
rencana cukup baik. Di dalam lokasi rencana WA (HL) terdapat akses jalan
desa menuju Bukit Sitaru Tg. Dampelas.
Objek wisata alam yang direkomendasikan adalah berbasis tanaman
kehutanan-hortikultura (wisata agro-hutan) yang melibatkan kelompok
masyarakat yang telah lama memanfaatkan lahan hutan lindung dalam
bercocok tanam jenis tanaman kebun/ladang. Jenis tanaman yang akan
diusahakan disesuaikan dengan konsep wisata alam berbasis tanaman
agrowisata hutan. Untuk jenis tanaman kehutanan dianjurkan jenis-jenis
vegetasi setempat seperti eboni, angrek hutan, berbagai jenis rotan, dsb.
Untuk jenis tanaman agro dianjurkan jenis-jenis tanaman hortikulura
penghasil buah seperti durian, nangka, mangga, langsat, duku, rambutan,
dll. lokasi ini dapat pula didesain menjadi show windows jenis-jenis flora
langka Sulawesi.
Rencana Usaha Jasa Lingkungan Aliran Air:
Urgensi penyelenggaraan usaha pemanfaatan aliran air (UPJL-JAL)
di wilayah DAS Sigenti,DAS Tandaiyo bagian hulu dimaksudkan untuk
mengamankan daerah tangkapan air agar tetap berfungsi baik sebagai
pengatur tata air dalam memenuhi kebutuhan air daerah irigasi pertanian di
V-20
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
wilayah Desa Sigenti, Malanggodi wilayah Kecamatan Tinombo Selatan,
Desa Tandaiyo, Ogoamas dan Ogoamas 2 di Kecamatan Kecamatan Sojol
Utara.
Untuk menjadikan wilayah DTA DAS tersebutterpelihara baik tata
airnya maka dibutuhkan suatu pengelola yang dapat memelihara lahan
hutan di wilayah ini dalam kapasitasnya sebagai kelompok tani usaha
pelestari air (KTUPA), yang unsur-unsur pengelolanya berasal dari
kelompok-kelompok tani sawah ketiga desa pengguna air. Agar KTUPA
mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pelestari air
maka KTUPA dapat menarik iuran dari kelompok-kelompok petani
pengguna air dengan difasilitasi oleh pengelola KPHP Model.
KTUPA memiliki tugas dan fungsi yakni mengamankan lokasi DAS
dari berbagai aktivitas perambahan, penggunaan lahan hutan tidak sesuai
fungsinya, melakukan penanaman, pemeliharaan tanaman, serta
memelihara vegetasi alam hutan lindung agar tetap berfungsi menjadi
penutup lahan yang baik dalam pengaturan tata air.
Rencana Usaha Jasa Lingkungan Penyerapan/Penyimpanan Karbon:
Rencana usaha pemanfaatan jasa lingkungan hutan untuk penyerap
dan atau penyimpanan karbon (UP RAP- KARBON dan/atau UP PAN-
KARBON) di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo diarahkan pada
lahan-lahan hutan di kawasan hutan produksi yang masuk dalam kategori
kawasan perlindungan setempat (kawasan lindung/KWL). Kriteria lahan
terkategori masuk dalam kelompok KWL ini memiliki kelas lereng >40%,
V-21
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
tanah-tanah peka erosi s.d. sangat peka erosi pada kelas lereng 25-40%.
Kondisi penutupan lahan didominasi hutan sekunder/ log over area (LOA) .
4. Pemanfaatan/Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu Pada Hutan Lindung
Pemanfaatan atau pemungutan hasil hutan bukan kayu (HHBK)
pada hutan lindung dimaksudkan untuk memberikan peluang kepada
masyarakat meningkatkan kesejahteraan dari hasil hutan.
Dalam PP Nomor 3 Tahun 2008TentangPerubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan,
pada pasal 26 dijelaskan bahwa Pemungutan hasil hutan bukan kayu
pada hutan lindung, antara lain berupa: rotan; madu; getah; buah;
jamur; atau sarang burung walet .
Pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan lindung
dilakukan dengan ketentuan:
a. Hasil hutan bukan kayu yang merupakan hasil reboisasi dan/atau
tersedia secara alami;
b. Tidak merusak lingkungan; dan
c. Tidak mengurangi, mengubah atau menghilangkan fungsi
utamanya .
Pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan lindung hanya
boleh dilakukan oleh masyarakat di sekitar hutan.
Pada hutan lindung, dilarang:
a. Memungut hasil hutan bukan kayu yang banyaknya melebihi
kemampuan produktivitas lestarinya;
V-22
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
b. Memungut beberapa jenis hasil hutan yang dilindungi oleh undang-
undang.
Rencana pemanfaatan/pemungutan hasil hutan bukan kayu pada
hutan lindung diarahkan pada lahan-lahan hutan lindung yang kondisi
vegetasi hutan berupa hutan primer dan hutan sekunder dalam wilayah
KPHP Model Dampelas Tinombo dengan luas seluruhnya 9.470,27ha.
Adapun lokasi rencana pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
(HHBK) pada hutan alam dan hutan tanaman disajikan pada Tabel 5.6
berikut.
Tabel 5.6. Lokasi Rencana Pemanfaatan/Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu di Wilayah Hutan Lindung KPHP Model Dampelas Tinombo Kelas Kode Lokasi/ Kelas Jenis Luas No. Wilayah DAS Tutupan KET Blok/Petak Lereng Kegiatan (Ha) Laham 1 HHBK-HA -1 Tada II, III, IV HKp3, HKs3 HHBK-rotan 737,20 KPH Tada,Sigenti, 2 HHBK-HA -2*) II, III, IV HKp1, HKs3 HHBK-rotan Sioyong, Sibayu 3.547,18 3 HHBK-HA -3 Bainaa II, III, IV HKp1 HHBK-rotan 1.106,66 4 HHBK-HA -4 Sidoan II, III, IV HKp1 HHBK-rotan 439,11 5 HHBK-HA -5-6-7 Bainaa II, III, IV HKp1 HHBK-rotan 745,38 Sikea, Lemo, HHBK- 6 HHBK-HT -1 Malawa (Desa II, III, IV Pc, HKs1 681,12 Buah/Biji Siweli) Rumu (Desa HHBK- 7 HHBK-HT -2**) II, III, IV Pc, HKs1 283,20 Siboalong) Buah/Biji Sibayu (Desa Sibayu) dan HHBK- 8 HHBK-HT -3 II, III, IV Pc, HKs1 249,57 Sioyong (Desa Buah/Biji Budimukti) Tg. Dampelas, Aluoge, HHBK-HT -4 & HHBK- 9 Dampelas (Desa II, III, IV B, Pt, Pc 1.574,50 WISATA Buah/Biji Talaga dan Kambayang) Jumlah 2.788,38 Keterangan: *) PT. THA 6,63 Ha; KPH 3.540,55 Ha **) PT. THA 0,88 Ha; KPH 282,32 Ha
V-23
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Tabel 5.7. Rencana Kegiatan dan Tata Waktu Pelaksanaan Pada Lokasi Pemanfaatan Wilayah Tertentu Tahun Pelaksanaan Kegiatan Kode Lokasi: DAS/Sub
Blok/Petak DAS/Desa/Kampung 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 A. DALAM BLOK PERLINDUNGAN
Pemanfaatan Jasa aliran Air DAS Sigenti, Desa Sigenti- PL-TA -1 (JAL) bersama msykt pengguna 1 Malanggo HPT 475,97 475,97 air DAS Taipa (S. Alube, S. Riset Eboni pola kemitraan 2 PL-TA -5 & AKE HPT 3.474,54 3.474,54 Tamonong) (Nasional/Internasi0nal) DAS Taipa (S. Alube, S. Pemanfaatan jasa karbon HL 5,20 5,20 Tamonong) (REDD+) Pemanfaatan Jasa aliran Air DAS Tandaiyo ; Desa HPT 232,69 232,69 PL-TA -6 (JAL) bersama msykt pengguna 3 Tandaiyo, Mepaga air Pemanfaatan Jasa aliran Air DAS Tandaiyo ; Desa PL-TA -7 (JAL) bersama msykt pengguna 4 Tandaiyo, Mepaga HPT 75,14 75,14 air Pemanfaatan Jasa aliran Air DAS Tandaiyo ; Desa PL-TA -8 (JAL) bersama msykt pengguna 5 Tandaiyo, Mepaga HPT 633,66 633,66 air B. DALAM BLOK PEMANFAATAN
DAS Taipa, DAS Silonduya HPT 2.910,55 2.910,55 1 HHK-RE -1 (Desa Sioyong-Panii- Pengembangan Investasi Ponggerang-Malonas- IUPHHK-RE dgn pihak ke-III HP 526,07 526,07 Singenti) 2 HHK-RE -2-3-4 DAS Silambo -Balukan - Pengembangan Investasi HPT 4.461,74 4000 461,74 Balani-Sampaga-Ogoamas IUPHHK-RE dgn pihak ke-III Pengembangan Hutan Tanaman 3 HHK-HA -1 DAS Tada HPT 364,74 368,17 Unggulan pola pengkayaan Pengembangan Hutan Tanaman 4 HHK-HA -2 DAS Tada HPT 896,84 448,42 448,42 Unggulan pola pengkayaan HPT 4. 304,80 304,80 5 HHK-HA/HT -3 DAS Sidoan (Wuyul Pengembangan Hutan Tanaman 4000 Ponjotijoji dan Sopi Unggulan pola pengkayaan HP 373,61 373,61 Pengembangan Hutan Tanaman HPT \ 1. 330,39 6 HHK-HA/HT -4 DAS Sidoan (Sija-Punsalea) 1330,39 461,83 Unggulan pola pengkayaan HP 461,83 DAS Bainaa (Silangsa Pengembangan Hutan Tanaman HPT 1.862,64 1.862,64 7 HHK-HA/HT -5 Bainaa Barat) Unggulan pola pengkayaan HP 497,77 497,77 Pengembangan Hutan Tanaman 8 HHK-HA -6 DAS Silonduya HPT 1.646,91 1.646,91 Unggulan pola pengkayaan
V-24
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Lanjutan Tabel 5.7.
Kode Lokasi: DAS/Sub Tahun Pelaksanaan Kegiatan No. Rencana Kegiatan Fungsi Luas (Ha) Blok/Petak DAS/Desa/Kampung 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 HL / 735,83 735,83 9 HHBK-HA -1 Tada Pemanfaatan Rotan Alam HPT 1,37 1,37 HL / 3.5 27,06 453 453 453 416 453 453 453 393,06 11 HHBK-HA -2 Tada,Sigenti, Sioyong, Sibayu Pemanfaatan Rotan Alam HPT 13,49 13,49 HL 1. 090,59 300 300 49 0,59 12 HHBK-HA -3 Bainaa Pemanfaatan Rotan Alam HPT 16,06 16,06 HL / 43 6,91 43 6,91 13 HHBK-HA -4 Sidoan Pemanfaatan Rotan Alam HPT 2,20 2,20 14 HHBK-HA -5 Bainaa Pemanfaatan Rotan Alam HL 48,86 48,86
HL 347,00 347,00 15 HHBK-HA -6 Bainaa Pemanfaatan Rotan Alam HPT 5,78 5,78 HL 325,90 325,90 16 HHBK-HA -7 Bainaa Pemanfaatan Rotan Alam HPT 17,84 17,84 17 HHBK-HT -1 DAS Sikea, Lemo, Malawa (Desa Pembinaan pola agroforestry HL 681,07 681,07 Siweli) bersama masyarakat Pembinaan pola agroforestry 18 HHBK-HT -2 DAS Rumu (Desa Siboalong) HL 281,46 281,46 bersama masyarakat 19 HHBK-HT -3 DAS Sibayu (Desa Sibayu) dan DAS Pembinaan pola agroforestry HL 249,57 249,57 Sioyong (Desa Budimukti) bersama masyarakat HHBK -HT -4 & 20 Tg. Dampelas, Aluoge, Dampelas Pengelolaan Wanawisata HL 1.574,50 1.574,50 WISATA (Desa Talaga dan Kambayang) bersama masyarakat setempat RK -LKJ (Rencana Pembuatan Tanaman Karet dan 21 Kerja Lokasi Karet DAS Siraurang (Desa Rerang) HPT 507,82 250 150 107,82 Jabon dan Jabon) LPJ (Lokasi 22 DAS Siraurang (Desa Rerang) Pembuatan Tanaman Jabon HPT 39,88 39,88 Penataan Jabon) LKJ -1 (Lokasi Pembuatan Tanaman Karet dan 23 DAS Long (Desa Lembahmukti) HPT 735,02 350 131,02 Karet dan Jabon 1) Jabon LKJ -2 (Lokasi Pembuatan Tanaman Karet dan 45,74 24 DAS Panii (Desa Karyamukti) HPT 45,74 Karet dan Jabon 2) Jabon (254) Jumlah (Ha) 35.222,47 899,74 7.669,42 1.370,25 5.926,96 2.821,35 1.371,07 8.015,91 1.851,71 2.139,67 1.981,05
V-25
Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
C. Rencana Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat di wilayah KPHP Model Dampelas
Tinombo dapat dilakukan melalui pemberian bantuan dana pembinaan,
penyuluhan dan sosialisasi, bimbingan teknis dan pelatihan, serta pemberian
areal hak pengelolaan lahan hutan secara khusus di wilayah KPHP.
Pemberian areal hak pengelolaan lahan dalam wilayah KPHP
dimungkinkan karena sejak puluhan tahun silam telah melakukan usahatani
lahan kering, bahkan ada beberapa lokasi telah dimukimi oleh penduduk
setempat. Selain itu, sejak ratusan tahun silam, telah ada komunitas
penduduk asli suku Lauje dan suku Tajio yang tinggal dan mencari
pencaharian hidup di kawasan hutan ini dengan pola permukiman terpencar.
Karena itu komunitas adat terpencil (KAT) suku Lauje dan suku Tajio perlu
diberi ruang hidup di kawasan hutan ini karena merupakan asset budaya lokal
asli yang patut dilestarikan. Program pemberdayaan yang diberikan selama
ini oleh Pemda melalui Dinas Sosial adalah pemberdayaan komunitas adat
terpencil (KAT) etnis Lauje dan Tajio.
1. Akses Pemanfaatan Kawasan Hutan Bagi Komunitas Adat Terpencil Suku Lauje dan Tajio (KAT Lauje-Tajio)
Penunjukan arealbagi KAT Lauje dan Tajio di wilayah KPHP Model
Dameplas Tinombo Kecamatan Tinombo dimaksudkan untuk melestarikan
adat istiadat suku Lauje dan Tajio yang tergolong masih asli. Etnis Lauje dan
Tajio di wilayah Kabupaten Parigi Moutong adalah dua etnis besar yang
mendiami hutan-hutan di wilayah ini .Pemda Parigi Moutong melalui Dinas
Sosial mengalokasikan pembinaan setiap tahun.KAT Lauje dan Tajio berada
di wilayah Desa Bainaa Barat (Silangsa) dan Desa Sidoan Barat (Sija).
V- 26 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Diharapkan dengan adanya alokasi lahan untuk etnis Lauje dan Tajio
di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo, eksistensi etnis ini dapat
dipertahankan. Selain itu dapat memberi kemudahan bagi pengelola KPHP
dalam melakukan pembinaan etnis Lauje dan Tajio untuk hidup layak, seperti
pembinaan dalam bertani menetap, teknik-teknik budidaya tanaman pertanian
dan kehutanan, pengolahan dan pemanfaatan hasil-hasil pertanian dan
kehutanan, serta mempromosikan adat istiadat etnis Lauje dan Tajio dalam
kerangka wisata sejarah dan budaya lokal dan wisata alam. Selain itu dapat
dilakukan pembinaan yang terkait dengan pola hidup sehat.
Pengelola KPHP dalam melakukan pembinaan terhadap etnis Lauje
dan Tajio dapat menjalin kerjasama dengan Pemda Kabupaten dan Pemda
Provinsi melalui Dinas Sosial, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, dan Dinas
Pariwisata.
Dalam beberapa tahun terakhir, issu masyarakat adat, mulai mendapat
apresiasi politik di negeri ini, baik kalangan eksekutif maupun legislatif. Hal
tersebut diindikasikan oleh dua hal berikut: (1) Sebutan negatif, seperti
masyarakat terasing atau suku terasing, masyarakat terbelakang, peladang
berpindah, perambah hutan, perlahan-lahan mulai ditanggalkan, diganti istilah
yang lebih netral, seperti masyarakat hukum adat atau komunitas adat
terpencil. (2) Hak-hak masyarakat adat telah dimasukkan dalam sejumlah
instrumen hukum nasional, yang secara garis besar menegaskan adanya
kewajiban bagi negara untuk mengakui dan menghormati identitas dan hak-
hak tradisional masyarakat adat sepanjang kenyataannya masih ada dan
selaras dengan perkembangan zaman (masyarakat).
V- 27 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Dalam kaitan tersebut, etnis Lauje dan Tajio yang bermukim di
kawasan hutan di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo adalah salah satu
komunitas adat di Sulawesi Tengah yang perlu mendapatkan pengukuhan
berupa pengakuan dan perlindungan atas identitas dan hak-hak tradisional
mereka, termasuk di dalamnya hak sipil politik dan hak ekonomi dan sosial
budaya. Untuk memenuhi harapan itu, pengelola KPHP Model dapat
memfasilitasi sejumlah forum diskusi, seperti Seminar, Dialog Publik dan
Kebijakan, termasuk diskusi dengan komunitas etnis Lauje dan Tajio.
Tujuannya adalah untuk mensosialisasikan harapan mereka serta menggali
dan membahas bersama substansi pengakuan dan perlindungan yang
mereka harapkan.
Terhadap lahan-lahan hutan yang telah lama diolah dan digunakan
oleh penduduk setempat dalam bercocok tanam usahatani lahan kering
dengan tanaman tahunan seperti kakao, cengkeh serta tanaman semusim
diupayakan dilakukan pembinaan secara intensif dengan tetap
mengedepankan hak-hak mereka selaku pengguna lahan hutan. Karena itu
diarahkan pembinaannya secara in-situ dengan ketentuan mereka harus
menaati ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada. Terhadap
lahan-lahan tersebut dapat diarahkan secara bertahap menjadi pelaku
usahatani, yang dimulai dengan penerapan sistem agroforestri hingga
menjadi pelaku usaha hutan kemasyarakatan (HKm).
2. Rencana Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Pada Hutan Kemasyarakatan (HKm)
Penyelenggaraan hutan kemasyarakatan dimaksudkan untuk
pengembangankapasitas dan pemberian akses terhadap masyarakat
setempat dalammengelola hutan secara lestari guna menjamin ketersediaan
V- 28 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
lapangan kerjabagi masyarakat setempat untuk memecahkan persoalan
ekonomi dan sosial yang terjadi di masyarakat.
Hutan kemasyarakatan bertujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakatsetempat melalui pemanfaatan sumber daya hutan secara
optimal, adil danberkelanjutan dengan tetap menjaga kelestarian fungsi hutan
dan lingkunganhidup.
Ruang lingkup pengaturan hutan kemasyarakatan meliputi:a.
penetapan areal kerja hutan kemasyarakatan;b. perizinan dalam hutan
kemasyarakatan;c. hak dan kewajiban;d. pembinaan, pengendalian dan
pembiayaan; e. sanksi.
Rencana pemanfaatan hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu
pada hutan kemasyarakatan (UPHHBK-HKm) di wilayah KPHP Model
Dampelas Tinombo berada hampir di seluruh wilayah desa. Adanya
pemanfaatan hasi hutan kayu dimaksudkan agar para petani penggarap
lahan hutan dibina secara bertahap mengembangkan tanaman kayu-kayuan
baik yang sejenis maupun tidak sejenis. Sedangkan hasil hutan bukan kayu
dibolehkan tetap memelihara dan memanen hasil tanamannya yang sudah
ada seperti cengkeh, kakao, kelapa, dsb.
Sasaran lokasi pengembangan HKm adalah lahan-lahan hutan yang
saat ini berupa pertanian lahan kering dan pertanian lahan kering campur
semak.Memperhatikan kondisi pemanfaatan lahan hutan produksi tersebut
maka direkomendasikan program pengembangan tanaman MPTS berkayu,
yang ditanam diantara tanaman tahunan yang telah ada pada pertanian lahan
kering, sedangkan pada pertanian lahan kering campur semak diupayakan
adanya tanaman kayu-kayuan. Jenis tanaman MPTS yang dapat diusahakan
V- 29 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
seperti Kemiri, Durian. Langsat, Duku, Melinjo, Nangka, Mangga, Sukun,
Aren, Cengkeh, Jambu, dll. Untuk jenis tanaman kayu-kayuan dianjurkan
adalah jenis tanaman kayu-kayuan untuk kayu pertukangan, seperti Nyatoh,
Palapi, dll.
Adapun lokasi rencana pengembangan hutan kemasyarakatan
(HKm) disajikan pada Tabel 5.8 berikut.
Tabel 5.8. Lokasi Rencana Pengembangan HKm di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Luas No. Kode HKm Jenis Penggunaan Lahan Saat Ini Lokasi (Desa/Dusun) (Ha) Tada, Silutung, Tada, Siney dan 1 HKm -1 Pertanian Lahan Kering (Kakao, dll.) 4.003,39 Khatuslistiwa. 2 HKm -2 Pertanian Lahan Kering (Kakao, dll.) Sigenti (Sigeaga) 466,94 3 HKm -3 Pertanian Lahan Kering (Kakao, dll.) Malanggo 6,76 Pertanian Lahan Kering (Cengkeh, 4 HKm -4 Kambayang 306,55 Kelapa, Kakao, dll.) Pertanian Lahan Kering (Cengkeh, 5 HKm -5 Muktiagung, Sioyong 356,61 Kelapa, Kakao, dll.) 6 HKm -6 Pertanian Lahan Kering (Kakao, dll.) Bondoyong 289,79 7 HKm -7 Pertanian Lahan Kering (Kakao, dll.) Ogolemo 79,23 8 HKm -8 Pertanian Lahan Kering (Kakao, dll.) Sija – Pusanalea (KAT Tajio) 408,45 9 HKm -9 Pertanian Lahan Kering (Kakao, dll.) Ogobagis 139,98 10 HKm -10 Pertanian Lahan Kering (Kakao, dll.) Ambason 97,23 Pertanian Lahan Kering (Kakao, dll.) 11 HKm -11, 12 Baina, Bainaa Barat, Silangsa 1.813,60 dan eks. Gerhan 12 HKm -13 Pertanian Lahan Kering (Kakao, dll.) Dongkas 72,10 13 HKm -14 Pertanian Lahan Kering (Kakao, dll.) KAT – Lauje Bainaa Barat 175,36 Pertanian Lahan Kering (Cengkeh, 14 HKm -15 Rerang-Malonas 326,04 Kelapa, Kakao, dll.) Pertanian Lahan Kering (Cengkeh, 15 HKm -16 Lembahmukti, Balinggi 5,30 Kelapa, Kakao, dll.) Pertanian Lahan Kering (Cengkeh, 16 HKm -17 (Agf) Tonggolobibi 396,32 Kakao, Nyatoh, dll.) Pertanian Lahan Kering (Cengkeh, 17 HKm -18 Salodide-Silempu 59,31 Kelapa, Kakao, dll.) Pertanian Lahan Kering (Cengkeh, 18 HKm -19 Balukan (Ponju) 97,53 Kelapa, Kakao, dll.) Pertanian Lahan Kering (Cengkeh, 19 HKm -20 Sampaga-Dalaong 280,06 Kelapa, Kakao, dll.) Pertanian Lahan Kering (Cengkeh, 20 HKm -21 Pesik-Mapaga 214,28 Kelapa, Kakao, dll.) Pertanian Lahan Kering (Cengkeh, 21 HKm -22 Tandaiyo 184,21 Kelapa, Kakao, dll.) Pertanian Lahan Kering (Cengkeh, Ogoamas, Ogaomas 2 dan 22 HKm -23 723,40 Kelapa, Kakao, dll.) Bingkoli Jumlah 10.212,83
V- 30 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
3. Rencana Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Desa
Penyelenggaraan hutan desa dimaksudkan untuk memberikan
akses kepada masyarakat setempat melalui lembaga desa dalam
memanfaatkan sumberdaya hutan secara lestari.Penyelenggaraan hutan
desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat secara
berkelanjutan.
Rencana penyelenggaraan hutan di wilayah KPHP Model
Dampelas Tinombo mencapai luas 7.891,95ha pada 42 desa yang
berbatasan langsung dengan wilayah KPHP. Luas areal hutan desa yang
dilokasikan pada setiap desa sasaran seperti pada Tabel 5.9. Fungsi
hutan yang menjadi sasaran penyelenggaraan hutan desa adalah hutan
produksi (HPT dan HP). Kondisi tutupan lahan hutan yang direncanakan
untuk hutan desa adalah hutan sekunder/ log over area (LOA), areal tidak
berhutan, dan semak belukar .
Tabel 5.9. Lokasi Rencana Pengembangan Hutan Desa di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kode Fungsi Luas No. Lokasi Kecamatan/Desa/Dusun Tutupan Lahan HD Hutan (Ha) A. Kecamatan Damsol
Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 1 HD -16 UPT Bayang HPT 318,75 lahan kering campur semak Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 2 HD -4*) Budimukti & Sibayu HPT 482,10 lahan kering campur semak Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 3 HD -7 Panii, Sioyong, Kayamukti HPT 863,42 lahan kering campur semak Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 4 HD-10**) Ponggerang HPT 364,14 lahan kering campur semak Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 5 HD -11 Malonas HPT 105,67 lahan kering campur semak Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 6 HD -14 Rerang HPT 117,10 lahan kering campur semak Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 7 HD -15 Lembah mukti HPT 36,70 lahan kering campur semak B. Kecamatan Sojol
1 HD -21 Pangalaseang/Ou HPT Hutan sekunder/ LOA, Belukar 307,88 2 HD -23 Bantayang HPT Hutan sekunder/ LOA, Belukar 83,96 3 HD -22 Tonggologi & Babatano HPT Hutan sekunder/ LOA, Belukar 139,59 4 HD -24 Siboang HPT Hutan sekunder/ LOA, Belukar 431,47
V- 31 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Lanjutan Tabel 5.9. Lokasi Fungsi Luas No. Kode HD Tutupan Lahan Kecamatan/Desa/Dusun Hutan (Ha) 5 HD -25 Silempu – Tengah HPT Hutan sekunder/ LOA, Belukar 474,71 6 HD -26 Balukan & Losung HPT Hutan sekunder/ LOA, Belukar 215,95 Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 7 HD -27 Sampaga, Dalaong, Balani HPT 186,26 lahan kering campur semak C. Kecamatan Sojol Utara
Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 1. HD -29***) Pesik HPT 162,49 lahan kering campur semak Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 2. HD -30 Mapaga HPT 232,78 lahan kering campur semak Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 3. HD -28 Tandaiyo HPT 233,14 lahan kering campur semak Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 4. HD -31 Ogoamas HPT 166,04 lahan kering campur semak D. Kecamatan Tinombo Selatan
Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 1 HD-2 Siney dan Khatulistiwa HPT lahan kering campur semak dan 268,70 eks. Gerhan Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 2 HD -1 Tada dan Silutung HPT 804,91 lahan kering campur semak Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 3 HD -3****) Maninili HP 420,19 lahan kering campur semak Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 4 HD -5*****) Sigenti HPT 251,74 lahan kering campur semak Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 5 HD -6 Malanggo HPT 182,63 lahan kering campur semak HD -9 Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 6 Sipayo HPT 383,29 lahan kering campur semak E. Kecamatan Tinombo/Sidoan
Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 1 HD -12 Bondoyong HPT 158,68 lahan kering campur semak Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 2 HD -17 Sidoan HPT 116,93 lahan kering campur semak Hutan sekunder/ LOA, Pertanian 3 HD -13 Sidoan Barat HPT 213,57 lahan kering campur semak 4 HD -18 Bainaa Barat & Bainaa HPT Semak Belukar 49,17 5 HD -20 Dongkas HPT Semak Belukar 313,97 Jumlah 7.834,94 Keterangan: *) PT. THA 71,30 Ha; KPH 410,80 Ha **) PT. THA 267 Ha; KPH 97,14 Ha ***) PT. SP 91,91 Ha; KPH 70,58 Ha ****)PT. THA 415,77 Ha; KPH 4,42 Ha *****)PT. THA 62,72 Ha; KPH 189,02 Ha
Dalam penyelenggaraan hutan desa, lembaga desa yang diserahi
tugas dalam pengelolaan hutan difasilitasi oleh pemerintah/pemerintah
daerah. Fasilitasi dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas lembaga
desa dalam pengelolaan hutan. Jenis fasilitasi meliputi: a. pendidikan dan
latihan; b. pengembangan kelembagaan; c. bimbingan penyusunan
rencana kerja hutan desa; d. bimbingan teknologi; e. pemberian informasi
pasar dan modal; dan f. pengembangan usaha.
V- 32 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Hak pengelolaan hutan desa dapat diberikan untuk jangka waktu
paling lama 35 (tiga puluh lima) tahun dan dapat diperpanjang. Hak
Pengelolaan Hutan Desa dapat diperpanjang berdasarkan evaluasi yang
dilakukan paling lama setiap 5 (lima) tahun satu kali oleh pemberi hak.
Lembaga Desa pemegang Hak Pengelolaan Hutan Desa dapat
mengajukan IUPHHK dalam hutan desa yang terdiri dari IUPHHK Hutan
Alam atau IUPHHK Hutan Tanaman. IUPHHK Hutan Alam atau IUPHHK
Hutan Tanaman dalam Hutan Desa hanya dapat diajukan pada areal kerja
Hak Pengelolaan Hutan Desa yang berada dalam Hutan Produksi. Dalam
hal di areal Hak Pengelolaan Hutan Desa terdapat hutan alam yang
berpotensi hasil hutan kayu, maka Lembaga Desa dapat mengajukan
permohonan IUPHHK Hutan Alam dalam Hutan Desa. Dalam hal di areal
Hak Pengelolaan Hutan Desa dapat dikembangkan hutan tanaman, maka
Lembaga Desa dapat mengajukan permohonan IUPHHK Hutan Tanaman
dalam Hutan Desa.
Rencana kerja hak pengelolaan hutan desa dimaksudkan sebagai
acuan bagi pemegang hak dalam pengelolaan hutan desa dalam
melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan dan alat pengendalian bagi
Pemerintah, provinsi, dan kabupaten. Rencana kerja hak pengelolaan
hutan desa terdiri dari: Rencana Kerja Hutan Desa (RKHD); dan Rencana
Tahunan Hutan Desa (RTHD). RKHD merupakan rencana pengelolaan
hutan desa selama jangka waktu pemberian hak 35 tahun yang menjamin
berlangsungnya kelestarian fungsi hutan secara ekonomi, ekologi, sosial
dan budaya setempat. RKHD meliputi aspek-aspek: Kelola kawasan;
Kelola kelembagaan; Kelola usaha; dan Kelola sumberdaya manusia.
V- 33 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
RKHD disusun oleh lembaga desa yang dilakukan secara partisipatif
dalam satu kesatuan hak pengelolaan hutan desa. RKHD disahkan oleh
Gubernur yang dapat didelegasikan kepada Kepala Dinas Provinsi yang
diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang kehutanan. Lembaga Desa
menyampaikan RKHD yang telah disahkan Gubernur kepada Menteri
dengan tembusan kepada Bupati.
Rencana Tahunan Hutan Desa (RTHD) merupakan penjabaran
lebih rinci dari RKHD yang memuat kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan dan target-target yang akan dicapai dalam jangka waktu 1
(satu) tahun ke depan. RTHD memuat rencana yang meliputi: rencana
tata batas areal kerja; rencana penanaman; rencana pemeliharaan;
rencana pemanfaatan; dan rencana perlindungan. RTHD disahkan oleh
Bupati yang dapat didelegasikan kepada Dinas yang diserahi tugas dan
tanggung jawab di bidang kehutanan di Kabupaten. Lembaga Desa
menyampaikan RTHD yang telah disahkan kepada Gubernur dengan
tembusan kepada Menteri.
4. Rencana Usaha Hutan Tanaman Rakyat (HTR)
Rencana usaha pemanfaatan hasil hutan kayu tanaman hutan rakyat
(RUPHHK-HTR) di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo sebagaimana
tersajipada Tabel 5.10. Terdapat areal seluas ± 3.580,12 Ha yang lokasinya
berada di wilayah HPT dalam wilayah DAS Taipa, DAS Siboang, DAS
Bayang, DAS Siraurang, DAS Tada.
V- 34 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Tabel 5.10. Lokasi Rencana Pengembangan Hutan Tanaman Rakyat di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kode Fungsi Luas No. Lokasi Desa/Dusun Tutupan Lahan Saat Ini HD Hutan (Ha) 1 2 3 4 5 6 Lembah Mukti, UPT Bayang, Hutan sekunder/LOA, Pertanian 1 HTR -1 Pangalaseang/Ou, Bukit HPT 259,28 lahan kering campur semak, belukar harapan Hutan sekunder/LOA, Pertanian 2 HTR -2 Tonggolobibi, Babatona HPT 294,85 lahan kering campur semak, belukar
Hutan sekunder/LOA, Pertanian 3 HTR -3 Bantayang, Siboang HPT 598,69 lahan kering campur semak, belukar
Hutan sekunder/LOA, Pertanian 4 HTR -4*) Rerang-Mlonas HPT 1.251,62 lahan kering campur semak, belukar
HTR - Hutan sekunder/LOA, Pertanian 5 Tada, Silutung HPT 586,23 5**) lahan kering campur semak, belukar
HTR - Hutan sekunder/LOA, Pertanian 6 Tada, Silutung HPT 588,08 6***) lahan kering campur semak, belukar
Jumlah 3.578,77 Keterangan: *) PT. THA 398,55 Ha; KPH 862,07 Ha **) PT. THA 128,82 Ha; KPH 457,41 Ha ***) PT. THA581,22 Ha; KPH 6,86 Ha
Sasaran lahan hutan pengembangan usaha hutan tanaman rakyat
(HTR) di wilayah KPHP ini adalah lahan-lahan hutan yang telah lama
diokupasi penduduk dalam bercocok tanaman semusim dan tahunan, serta
lahan-lahan hutan produksi dengan kondisi rusak dengan penutupan vegetasi
hutan jarang.
Adapun sasaran lokasi pengembangan HTR di wilayah KPHP adalah
hutan produksi di wilayah Desa Siboang, Bantayang, Pangalaseang/Ou, Bukit
harapan, Babatona, dan Tonggolobibi di Kecamatan Sojol; di wilayah Desa
UPT Bayang, Rerang, MalonasKecamatan Damsol; dan di wilayah Desa
Tada-Silutung Kecamatan Tinombo Selatan. Untuk jelasnya tersaji pada peta
rancangan KPHP Model Dampelas Tinombo.
Pengembangan usaha HTR diarahkan pada hasil hutan kayu
pertukangan berumur sedang (15 tahun) seperti Jati, Nyatoh, Jabon
merah/putih, Malapoga, dll. Jenis-jenis tersebut memiliki daya adaptasi
V- 35 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
tumbuh yang baik, dikenal masyarakat, dan pasar lokal/regional yang jelas.
Pada lahan-lahan hutan yang telah dimanfaatkan penduduk dalam bercocok
tanaman tahunan dan menjadi sasaran pengembangan HTR, dapat
diterapkan pola pertanaman campuran dalam sistem agroforestri, sedangkan
pada lahan-lahan hutan produksi dengan penutupan vegetasi jarang dan
semak belukar dapat diterapkan pola pertanaman secara monokultur (jenis
kayu-kayuan).
D. Pembinaan dan Pemantauan ( Controlling ) yang telah Izin Pemanfaatan Hutan maupun Penggunaan Kawasan Hutan
1. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI)
Pada Tahun 2011, di wilayah KPHP model Dampelas Tinombo
terdapat permohonan IUPHHK-HTI PT. Coltan Agro yang saat ini pada tahap
SP1 yang di wilayah Kabupaten Donggala sesuai Peta Surat Rekomendasi
seluas ±9.365,36 ha. Lokasi IUPHHK-HTI PT. Coltan Agro berupa lahan
hutan produksi log over area (LOA), lahan semak belukar dan tanah terbuka.
Dengan demikian sasaran kegiatan pembinaan dan pemantauan bagi KPH
Model Dampelas Tinombo adalah IUPHHK-HTI PT. Coltan Agro.
Sasaran utama pembinaan dan pemantauan pemanfaatan hutan
tanaman industri PT. Coltan Agro di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo
terkait dengan penerapan system silvikultur yang layak berdasarkan kondisi
hutan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu Hutan Tanaman Industri
yang selanjutnya disingkat IUPHHK-HTI adalah izin usaha yang diberikan
untuk memanfaatkan hasil hutanberupa kayu pada hutan produksi melalui
V- 36 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
kegiatan penyiapan lahan, pembibitan,penanaman, pemeliharaan,
pemanenan, dan pemasaran.
Adapun lokasi rencana IUPHHK-HTI PT. Coltan Agro pada hutan
produksi di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo disajikan pada Tabel
5.11 berikut.
Tabel 5.11. Lokasi Rencana IUPHHK-HTI PT. Coltan Agro di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kode Blok Kelas Fungsi Jenis Tutupan Luas No. Wilayah DAS Kelola lereng hutan Lahan (Ha) IUPHHK- 1. Tada dan Rumu I, II, III, IV HPT HKs1, B, T 2.160,96 HTI -1*)
IUPHHK- Silonduya, Panii I, II, III, IV, 2. HPT HKs1, B, T 7.011,49 HTI -2-3-4**) dan Sioyong V Jumlah 9.172,44 Keterangan: *) PT. THA 1.617,65; KPH 543,31 Ha **) PT. THA 6.468,70 Ha; KPH 542,79 Ha
Dalam peta usulan IUPHHK-HTI, PT. Coltan Agro merencanakan blok
RKT sebanyak 10 blok (I-X). Perusahaan HTI ini merencanakan pula dalam
areal kerjanya sebanyak tiga rencana peruntukan kelola hutan tanaman, yaitu
rencana kelola untuk tanaman unggulan lokal (TU) yang terletak pada lokasi
eks. PHTUL di desa Ponggerang dan Malonas serta Desa Siweli; blok kelola
untuk tanaman kehidupan (TK) yang berada di wilayah desa Muktiagung dan
Budimukti; rencana kelola tanaman pokok (TP) yang menyebar pada sepuluh
blok RKT. Dalam pengelolaan HTI di wilayah kerjanya, perusahaan HTI ini
merencanakan pula kawasan lindung (KL) pada kanan-kiri sungai, kawasan
pelestarian plasma nutfah (KPPN), dan kawasan perlidungan satwa liar
(KPSL), serta pembuatan buffer zone pada batas hutan lindung (BZ).
Pembinaan Hutan dengan Penerapan Sistem Silvikultur
Sistem Silvikultur adalah sistem pemanenan sesuai tapak/tempat
tumbuh berdasarkanformasi terbentuknya hutan yaitu proses klimatis dan
V- 37 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
edaphis dan tipe-tipe hutan yang terbentuk dalam rangka pengelolaan hutan
lestariatau sistem teknik bercocok tanaman hutan mulai dari memilih benih
atau bibit, menyemai, menanam, memelihara tanamandan memanen.
Sistem silvikultur yang dipilih dan diterapkan berdasarkan umur
tegakan yaitu sistem silvikultur untuk tegakan seumur dan sistem silvikultur
untuk tegakan tidak seumur. Sistem silvikultur berdasarkan pemanenan hutan
terdiri atas sistem tebang pilih dan sistem tebang habis. Memperhatikan jenis
kegiatan PT. Coltan Agro adalah HHK-HTI maka sistem silvikultur yang
diterapkan berdasarkan umur tegakan adalah tegakan seumur dengan sistem
THPB (tebang habis dengan permudaan buatan). Namun demikian
mengingat areal HTI ini berada pada fungsi HPT maka diperlukan adanya
pengkajian ilmiah atas kelayakan rencana penerapannya.
Pembukaan Wilayah Hutan
Kegiatan Pembukaan Wilayah Hutan adalah kegiatan penyediaan
prasarana wilayah bagi kepentingan pengusahaan hutan meliputi kegiatan
pembangunan camp, jalan angkutan, tempat penimbunan kayu (TPK), dan
tempat pengumpulan kayu (TPn).
Jalan Angkutan:
Jalan angkutan kayu maupun untuk mobilitas pekerja berupa jalan
hutan. Jalan hutan dibangun sesuai ketentuan yang telah diatur dalam
peraturan Menteri Kehutanan.
Camp:
Base Camp berfungsi untuk kegiatan administrasi baik untuk
administrasi produksi kayu ataun bukan kayu, kegiatan pembinaan hutan,
gudang sarana-prasarana, administrasi umum dan logistik serta balai
V- 38 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
pengobatan. Di dalam hutan, camp dibangun berdekatan dengan lokasi
penebangan yang sedang berjalan,selain itu dapat pula dibagun camp-camp
antara untuk pengendalian kegiatan lapangan.
Fasilitas yang terdapat pada setiap camp tersebut adalah kantor dan
tempat tinggal karyawan, air dan fasilitas MCK, generator listrik untuk
penerangan, sarana komunikasi (telepon seluler), balai pengobatan/klinik,
bahan logistik/makanan, dapur umum, sarana olah raga dan hiburan (televisi),
sarana transportasi (logging, dump truck, dll.), bengkel dan tempat
pembuangan sampah.
Pembangunan Camp dalam rangka pemanfaatan hasil hutan kayu
ataupun bukan kayu disesuaikan dengan peraturan Menteri Kehutanan yang
ada.
Tempat Pengumpulan Kayu (TPn):
Tempat pengumpulan kayu (TPn) dibuat dengan cara membuka lahan
di tepi jalan hutan yang akan dipergunakan sebagai tempat pengumpulan
kayu hasil tebangan untuk sementara waktu sebelum diangkut dengan
kendaraan logging. Untuk setiap anak petak tebangan dibuat TPn sesuai
kebutuhan.
Pembuatan TPn diupayakan sesuai standar dokumen kelola
lingkungan (sesuai dokumen ANDAL, RKL, RPL), dan karena TPn ini bersifat
sementara maka setelah selesai kegiatan penebangan akan segera dilakukan
penanaman untuk mengembalikan fungsinya seperti semula sebagai areal
hutan produksi.
V- 39 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Tempat Penimbunan Kayu (TPK):
Pembuatan logpond diupayakan sesuai standar dokumen kelola
lingkungan (sesuai dokumen ANDAL, RKL, RPL) dan disesuaikan dengan
besarnya produksi kayu. Untuk menjaga kelancaran penggunaan/fungsi
prasarana tersebut, dilakukan pemeliharan secara rutin. Untuk lokasi logpond ,
yang perlu diperhatikan adalah mengurangi jarak pengangkutan kayu dari
hutan ke logpond yang sekaligus merupakan tempat yang cocok untuk dapat
dimasuki tongkang dan terdapat cukup areal yang rata untuk penyimpanan
kayu sementara waktu. Areal tempat penimbunan kayu harus cukup besar
supaya memungkinkan untuk menyortir kayu gelondongan sesuai dengan
jenis, kelas dan pabrik tujuan. Kapasitas TPK disesuaikan dengan ketentuan
Permenhut yang ada.
Tree Marking
Setelah dilakukan penentuan jatah tebang tahunan melalui SK target,
maka dilanjutkan dengan penandaan kembali terhadap pohon diameter batas
tebang atau yang akan betul-betul ditebang ( Tree Marking / TM ). Dokumen
hasil TM berupa rekapitulasi TM, peta pohon TM, jatah pohon tebang per
petak kerja, dan R2PT (Rencana dan Realisasi Pohon Tebang). Daftar pohon
yang akan ditebang disajikan pada form R2PT. Dengan demikian terlihat jelas
bahwa pohon yang tidak ada pada R2PT akan ditinggalkan sebagai pohon
induk/inti dan tidak boleh ditebang. Peta pohon tree marking menggambarkan
posisi pohon yang akan ditebang, rencana dan realisai TPn serta jalan sarad
sehingga peta ini disebut juga peta micro planning .
V- 40 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Pemanenan
Comprehensive Harvesting Plan (CHP):
Comprehensive Harvesting Plan (CHP) yang merupakan rincian
secara menyeluruh yang memuat tentang (a) rencana jaringan jalan hutan;
(b) rencana pohon tebang yang disertai peta pohon; (c) rencana pengelolaan
lingkungan; (d) rencana skedul kegiatan pemanenan; (e) rencana
penggunaan peralatan; (f) rencana biaya operasional; (g) rencana kebutuhan
tenaga kerja; dan (h) rencana pengangkutan kendaraan logging .
Penebangan & Pembagian Batang:
Kegiatan penebangan dilaksanakan oleh operator chainsaw yang
telah berpengalamam bekerja di hutan tanah kering. Setelah pohon ditebang,
dilakukan pembagian batang sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan yaitu
sesuai ketentuan yang berlaku. Pada saat yang sama, diukur diameter pada
kedua ujungnya serta panjang log . Hasil pengukuran dicatat pada tally sheet
dan label yang ditempelkan pada penampang kayu yang berisikan informasi
jenis, nomor kayu, nomor pohon dan nomor petak.
Untuk menghindari serangan hama (sejenis kumbang jenis ambrosia )
pada jenis-jenis kayu yang rentan serangan hama maka dilakukan
penyemprotan obat kimia (campuran abuki dan minyak tanah) menggunakan
alat semprot gendong. Bahan kimia yang digunakan untuk
pengawetan/pengobatan kayu di dalam hutan selalu berpedoman pada
ketentuan WHO dan FSC (FSC Pesticide Guidance ).
V- 41 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Penyaradan:
Kegiatan penyaradan dilakukan secara manual dan atau dengan alat
mekanis (sesuai ketentuan Menhut). Penarikan berlangsung sampai ke
tempat pengumpulan kayu (TPn).
Pengangkutan:
Kayu bulat diangkut dari dalam hutan dengan logging truck menuju
TPK. Dari TPK, kayu tersebut diangkut melalui perairan menggunakan
ponton/tongkang menuju pabrik (industri pengolahan kayu) yang sudah
ditentukan.
Transportasi melalui jalan hutan merupakan faktor produksi yang
sangat menentukan dalam kegiatan pembalakan. Pengaruhnya terhadap
produksi semakin penting dan mahal tergantung jarak tempuh dari tebangan
sampai logpond.
Reduce Impact Logging
Intensitas dan macam kegiatan dalam penebangan menentukan
besarnya dampak penebangan dan selanjutnya akan menentukan
kemampuan regenerasi hutan dan pada akhirnya akan mempengaruhi
kelestarian pengusahaan hutan. Kegiatan penebangan yang menimbulkan
dampak terhadap lingkungan adalah:
V Banyaknya pohon yang ditebang per hektar
V Besarnya pohon dan arah rebah (teknik penebangan yang ramah
lingkungan)
V Pembuatan jalan sarad
V Pembuatan tempat penimbunan kayu
V Pembuatan jalan angkutan
V- 42 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Oleh karena itu, dalam upaya untuk mengurangi dampak penebangan
maka perusahaan yang diserahi izin pemanfaatan hasil hutan kayu
melakukan beberapa upaya sebagai berikut:
Dampak Penebangan Usaha Pengurangan Dampak Keterbukaan tajuk dan Pemegang IUPHHK hanya memanen jenis komersil layak tebang perubahan iklim mikro dimana menurut P.11/Menhut/2009, diameter pohon tebang di hutan tanah kering ≥430 cm pada HP dan ≥50 cm pada HPT. Pemegang IUPHHK juga perlu mempertimbangkan untuk membatasi jumlah pohon yang ditebang per hektarnya. Kerusakan tegakan tinggal Pemegang IUPHHK membuat penentuan arah rebah. Pemantauan (tegakan tinggal dan kerusakan dilakukan melalui PSP yang dibuat sebelum penebangan permudaannya) dan diukur setelah penebangan (SOP-PL-07). Hilangnya pohon kecil (tingkat Pemegang IUPHHK memiliki kebijakan untuk menggunakan kembali pancang) untuk jalan sarad kayu bekas jalan sarad, bekas TPn semaksimal mungkin guna mengurangi penebangan pohon. Pemantauan penggunaan kembali kayu-kayu tersebut dijabarkan dalam SOP-LB-08. Volume pohon kecil diameter <10 cm yang digunakan untuk jalan sarad tidak diperhitungkan. Gangguan terhadap hidupan Untuk mengendalikan aktivitas pihak ketiga di areal kerja liar perusahaan, Pemegang IUPHHK mempunyai formal prosedur yaitu SOP-PH-10. Pencemaran air akibat Pemegang IUPHHK memiliki prosedur dalam penggunaan dan penggunaan bahan kimia, penanganan bahan kimia di hutan dan di camp hutan (SOP-LB-08). solar, oli, dan obat. Sistem tata air, kualitas air, Hasil analisis yang dilakukan oleh Universitas setempat yang sedimentasi di muara sungai mengambil sampel dari areal hutan, muara sungai di perbatasan dan keanekaragaman hayati / IUPHHK dan di sekitar base camp menunjukkan bahwa dampak populasi biota air (termasuk penebangan terhadap kualitas air tidak signifikan. Pemegang sumberdaya ikan) IUPHHK juga memantau stok ikan di sungai untuk menjamin bahwa kegiatan pengelolaan / penebangan dapat melestarikan ikan dalam hutan (SOP -PL -07). Perubahan komposisi dan Pemegang IUPHHK terus dalam proses pembuatan jaringan PSP struktur hutan khususnya untuk memantau kegiatan pemanenan, pertumbuhan, mortalitas da berkenaan dengan perubahan komposisi. Rencana pengelolaan dalam suatu RKT dapat pengurangan kerapatan jenis dimodifikasi untuk melindungi terhadap perubahan. pohon komersil berdiameter besar Fragmentasi areal hutan Pemegang IUPHHK membatasi penebangan pohon per ha primer yang dapat berdasarkan sebaran spasial selama perencanaan pemanenan mengganggu kawasan jelajah untuk menghindari fragmentasi dan pembukaan tajuk yang hewan arboreal berlebihan (SOP-PL-07). Penurunan habitat hewan liar Pemegang IUPHHK melindungi sejumlah pohon-pohon besar yang akibat penebangan menjadi sarang dan tempat mencari makan guna mencegah degradasi habitat. Pemegang IUPHHK memantau populasi hidupan liar berdasarkan petak / jalur contoh dan analisis kecenderungan (SOP-PL-07).
TUK dan SI-PUHH Online
Pengelolaan tata usaha hasil hutan dilakukan dengan tujuan untuk
memantau pelaksanaan pemungutan hasil hutan yang dilakukan agar sesuai
dengan rencana, jika terjadi penyimpangan akan mudah untuk melacaknya
sehingga dapat diketahui penyebab penyimpangan dan usaha mengatasinya.
V- 43 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Tata usaha hasil hutan meliputi aspek-aspek kegiatan yang menyangkut:
V Laporan Hasil Cruising (LHC)
V Laporan Hasil Penebangan (LHP)
V Surat Keterangan Sah Kayu Bulat (SKSKB), Daftar Kayu Bulat (DKB),
Laporan Mutasi Kayu Bulat (LMKB)
V Sistem Informasi Penatausahaan Hasil Hutan secara Online (SI-PUHH
Online )
V Statistik Produksi dan pengarsipannya
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan no. P.8/Menhut-II/2009
Pasal 55, dimana pemegang IUPHHK yang mempunyai AAC sekurang-
kurangnya 60.000 m3 per tahun wajib melaksanakan Sistem Informasi
Penatausahaan Hasil Hutan (SI-PUHH) online, maka Pemegang
IUPHHKmengimplementasikan SI-PUHH online dalam penatausahaan
kayunya. Penandaan kayu dalam sistem ini berupa barcode yang dipasang
pada bontos kayu dan dapat dibaca dengan menggunakan Handheld Remote
Capture (HRC) . Dokumen online dalam sistem ini adalah LHP, DKB dan
SKSKB. Dengan penerapan SI-PUHH online , Pemegang IUPHHK
berwenang untuk menerbitkan SKSKB secara self-assessment .
Lacak Balak / CoC
Pemegang IUPHHK melakukan proses lacak balak ( CoC ) serta
mengidentifikasi titik-titik kritis CoC sehingga telusur produk dapat dilakukan.
Dalam hal ini, setiap log yang dipanen oleh Pemegang IUPHHK harus dapat
ditelusuri asal-usulnya. Logs harus memiliki identitas seperti nomor pohon,
nomor petak, jenis pohon, dan blok dimana kayu tersebut berasal.
V- 44 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Monitoring Operasional
Pemegang IUPHHK mempunyai sistem untuk memantau kegiatan
pemanenan yang tertuang dalam SOP. Prosedur ini memuat parameter
pemantauan dan indikator masing-masing kegiatan. Kegiatan yang dimonitor
diantaranya; aspek perencanaan dan persiapan kegiatan, pembuatan dan
pelaksanaan kegiatan, kesesuaian pelaksanaan dengan SOP yang ada,
dokumentasi kegiatan, serta pelaporan sebagaimana yang dibutuhkan.
Pemantauan aspek Pembukaan Wilayah Hutan diantaranya meliputi;
perencanaan dan persiapan PWH, pengadaan bahan, konstruksi jalan rel,
konstruksi jalan sarad, konstruksi pelabuhan, dan konstruksi pondok kerja.
Pemantauan aspek penebangan meliputi; perencanaan dan persiapan
penebangan (R2PT, Peta Pohon, peta Micro Planning , training regu
penebangan, perlengkapan K3 regu penebangan), standar pondok dan
perlengkapan K3 regu kerja, letak dan ukuran TPn, bahan-bahan untuk
pembuatan TPn, pelaksanaan penebangan (penebangan sesuai kriteria
pohon tebang, teknik penebangan sesuai prinsip RIL, dan dokumentasi hasil
penebangan).
Dalam upaya pengurangan dampak akibat penebangan (RIL), perlu
adanya perencanaan penebangan agar dampak akibat penebangan rendah.
Adapun dokumen yang harus dipantau ketersediaannya diantaranya adalah:
V Peta PWH yang berisi alur rencana jalan logging .
V Peta pohon skala 1:1.000, yang menggambarkan posisi pohon diameter
20 cm up beserta tanda-tandanya.
V- 45 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
V Peta Micro Planning skala 1:1.000 untuk pohon berdiameter 40cm up pada
HP dan 50 cm up pada HPT yang menggambarkan posisi pohon yang
akan ditebang, rencana posisi TPn dan alur jalan sarad As per petak kerja.
V Dokumen R2PT, yaitu dokumen yang berisi daftar pohon yang
direncanakan akan ditebang. Pohon yang tidak tercantum dalam R2PT
berarti pohon tersebut tidak boleh ditebang dan harus dijaga untuk
disisakan sebagai pohon induk.
Pembebasan Pohon Binaan
Prinsip dasar kegiatan Pembebasan Pohon Binaan (PPB) adalah
meningkatkan riap pohon binaan. Pohon yang dibina bisa berasal dari
permudaan tanaman. Perlakuan terhadap pohon binaan yaitu mematikan
tanaman yang melilit pada pohon dan membebaskan pohon dari gulma serta
tumbuhan pesaing lainnya.
Riset / Penelitian
Riset/penelitian dapat dilakukan secara mandiri oleh pemegang
IUPHHK, oleh mahasiswa/peneliti dari luar, dan kerjasama penelitian antara
perusahaan dengan pihak luar.
Rencana topik penelitian:
Beberapa topik penelitian yang dapat dilakukan antara lain yang terkait
dengan: (a) Tumbuhan yang dilindungi, (b) Produktifitas pengangkutan, (c)
Pendugaan kandungan karbon, (d) Angka bentuk dan faktor eksploitasi.
Selain itu dapat pula dilakukan peneltian bagi mahasiswa maupun peneliti
untuk melakukan penelitian, studi, dan kajian terutama yang terkait dengan:
V Anoa dataran rendah dan Anoa dataran tinggi, meliputi identifikasi dan
pendugaan jumlah populasi, pemetaan home range , perilaku dsb.
V- 46 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
V Potensi Carbon dan Peluang Perdagangan Carbon di pasar nasional dan
internasional
V Upaya pelestarian Eboni ( Diospyros celebica Bakh.), meliputi aspek
genetik, perbanyakan massal, fenologi, dsb.
V Potensi tumbuhan bawah di hutan tanah kering.
V Pemetaan vegetasi hutan dan lain-lain.
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Kegiatan pengelolaan lingkungan mengacu pada Dokumen RKL
IUPHHK, demikian pula untuk pemantauan lingkungan mengacu pada
Dokumen RPL IUPHHK.
2. Penggunaan Kawasan Hutan
Di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo terdapatpenggunaan
kawasan hutan yang terbagi kedalam dua blok Izin Usaha Pertambangan
(IUP) mineral biji besi PT. All Rezky Tadang Palie. Lokasi ini berada dalam
kawasan HPT di wilayah DAS Bayang dan DAS Silambo, Kecamatan Sojol.
Luas IUP PT. All Rezky Tadang Palie ± 1.489,62 ha, terbagi kedalam dua
blok yaitu blok I di Desa Pangalaseang/Ou seluas 797,90 Ha dan seluas
691,72 ha berada di blok II Desa Silempu-Balukang.
Jenis batuan/geologis yang mendominasi kawasan hutan KPH Model
Dampelas Tinombo, khususnya di lokasi IUP PT. All Rezky Tadang Palie dan
sekitarnya adalah Qts (Molasa Sulawesi dari Sarasin dan Sarasin (1901)
yang terdiri atas konglomerat, batupasir, batulumpur, batugamping, koral
napal sebagian mengeras lemah, tepatnya berada di wilayah DAS Siraru,
Sipator dan DAS Bayang. Selanjutnya di dalam wilayah KPHP terdapat jenis
V- 47 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
batuan granit (gr) dengan hamparan tidak luas dan berada di wilayah DAS
Long dan DAS Bayang.
Masuknya lokasi IUP PT. All Rezky Tadang Palie dalam wilayah KPHP
Model Dampelas Tinombo dalam bentuk perizinan penggunaan kawasan,
maka perusahaan ini menjadi bagian pembinaan dan pemantauan
(Controlling ) UPTD KPH Model Dampelas Tinombo.
E. Penyelenggaraan Rehabilitasi Pada Areal di Luar Izin
Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) adalah upaya untuk memulihkan,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya
dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sisterm penyangga
kehidupan tetap terjaga.
Kegiatan rehabilitasi hutan (RH) di suatu wilayah diselenggarakan
dengan mengacu pada jumlah luasan lahan kritis yang ada di wilayah
tersebut. Dari dokumen RTkRHL DAS Palu Poso Tahun 2009, wilayah KPHP
Model Dampelas Tinombo memiliki lahan kritis sesuai Land Mapping
Unit/LMU terseleksi yang perlu direhabilitasi seluas 4.335,51 ha, dengan
rincian; seluas 567,65 ha berada di kawasan hutan lindung dan sleuas
3.767,8 ha berada di kawasan hutan produksi. Lahan kritis di kawasan hutan
lindung didominasi oleh semak belukar, sedangkan di kawasan hutan
produksi didominasi pertanian lahan kering dan pertanian lahan kering
campur semak.
Sesuai Permenhut No. P37/Menhut-V/2010 TentangTata Cara
PenyusunanRencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, dijelaskan
bahwa setiap rencana rehabilitasi hutan dan lahan perlu didukung oleh
dokumen Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL).
V- 48 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
RPRHL adalah acuan bagi Rencana Tahunan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
(RTnRHL), dan RTnRHL adalah acuan bagi penyusunan Rancangan
Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RK-RHL). RK-RHL merupakan
bestek bagi pelaksanaan RHL di lapangan.
Dokumen RPRHL DAS disusun dengan mengacu pada RTkRHL DAS.
RTk RHL DAS adalah dokumen rencana RHL jangka panjang (15 tahun:
Periode 2010-2024), sedangkan RPRHL DAS adalah management plan RHL
jangka menengah (5 tahun). Selanjutnya RTnRHL adalah dokumen rencana
tahunan yang menggambarkan sebaran lokasi sasaran kegiatan RHL dalam
tahun tersebut. Setiap lokasi sasaran kegiatan RHL dalam dokumen RTnRHL
wajib disusun dokumen RK-RHL-nya..
Pada tahun 2012 KPH model Dampelas Tinombo berhasil menyusun
rencana pengelolaan hutan (RPRH) dengan luas lokasi sasaran RH 4.685,98
Ha, lahan kritis yang terdapat di dalam kawasan Hutan Lindung (HL) seluas
569,15 Ha, di kawasan hutan produksi (HPT, HP) seluas 4.097,35 Ha dan
Mangrove 19,48 Ha. Selanjutnya berdasarkan skala priotitas penanganan
DAS, seluas 144,09 Ha berada pada DAS prioritas I, seluas 3.814,89 Ha
pada DAS prioritas II, dan seluas 727,00 Ha pada DAS prioritas III. Dari luas
tersebut terdapat seluas 97,57 Ha berada di wilayah kerja PT. Coltan Agro.
Rencana pemulihan hutan di wilayah DAS KPHP Model Dampelas
Tinombo lima belas tahun ke depan mencapai luas areal lahan kritis (kelas
kritis) 4.685,98 Ha yang tersebar di dalam kawasan hutan lindung (HL), hutan
produksi terbatas (HPT). Sehubungan pembangunan KPH menjadi salah satu
skala prioritas pembangunan kehutanan di Indonesia maka lahan kritis yang
ada di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo diupayakan selesai hingga
V- 49 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
akhir tahun 2016. Adapun alokasi sasaran kegiatan RH per tahun hingga
akhir tahun 2016 adalah sbb.: Tahun 2012 seluas 908,84 Ha, Tahun 2013
seluas 1.029,64 Ha, Tahun 2014 seluas 915,83 Ha, Tahun 2015 seluas
904,56 Ha, dan Tahun 2016 seluas 927,11 Ha.
Lokasi kegiatan reboisasi/pengkayaan reboisasi periode tahun 2012-
2016 pada Hutan Lindung (HL) dengan luas 569,15 Ha dengan rincian;
seluas 373,32 Ha di wilayah Kabupaten Parigi Moutong (DAS Bainaa, DAS
Dongkas, DAS Maninili dan DAS Tada), sedangkan di wilayah Kabupaten
Donggala (DAS Sikea, DAS Malawa, DAS Rumu, DAS Sibayu, DAS Aluoge,
DAS Kambayang 2, dan DAS Sioyong) seluas 195,83 Ha. Selanjutnya pada
Hutan Produksi (HPT dan HP) seluas 4.097,35 Ha dengan rincian; seluas
2.843,83 Ha di wilayah Kabupaten Parigi Moutong (DAS Bainaa, DAS
Dongkas, DAS Sidoan, DAS Sigenti, DAS Maninili dan DAS Tada),
sedangkan di wilayah Kabupaten Donggala (DAS Sibayu, DAS Sioyong, DAS
Panii, DAS Long, DAS Siraurang, DAS Taipa, DAS Balukang dan DAS
Ogoamas) seluas 1.253,52 Ha dan Mangrove 19,48 Ha.
Dalam dokumen RPRH KPH model Dampelas Tinombo, selain
merekomendasikan pemulihan hutan dalam bentuk reboisasi/pengkayaan
reboisasi, juga merekomendasikan pengendalian erosi dan sedimentasi
berupa bangunan dam penahan (DPn) dan gully plug (GP), serta
pengembangan sumberdaya air dengan pembangunan saluran/terjunan air
(SPA).
Adapun lokasi-lokasi sasaran kegiatan RH di wilayah KPHP model
Dampelas Tinombo yang disinkronkan dengan rencana pengelolaan KPH
disajikan pada Tabel 5.12 berikut.
V- 50 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Tabel 5.12. RencanaRehabilitasi Hutan di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Jenis Kelas Fungsi Luas No. Kode Blok Kelola Wilayah DAS/Desa Tutupan lereng hutan (Ha) Lahan 1 2 3 4 5 6 7 1 BL-IT -2 (RH) Maninili IV, V HL HKp1, B 186,82 2 HHK-RE -1 (RH) Silonduya (Desa Singenti) III, IV HPT HKs1, B 35,28 3 HHBK-HT -1 (RH) Sikea (Desa Siweli) I, II, III HL Pc, HKs1 34,14
4 HHBK-HT -2 (RH) Rumu (Desa Siboalong) I, II, III HL Pc, HKs1 53,07 Sibayu (Desa Sibayu dan 5 HHBK-HT -3 (RH) I, II, III HL Pc, HKs1 61,15 Budimukti) 6 HHBK-HT -4 (RH) Aluoge (Desa Kambayang) I,II,III HL Pc, B 53,03
1 2 3 4 5 6 7
7 HHK-HT -1 (RH) Ogoamas (Bingkoli) III, IV, V HPT B, Pc 277,93 8 HHK-HT -2 (RH) Ogoamas (Bingkoli) II, III, IV HPT Pc, Pt 381,27 Long (Dusun Balinggi, Desa 9 HHK-HT -3 (RH) I, II HPT Pc, Pt, B 82,80 Lembahmukti) 10 HHK-HT -4 (RH) 13,30
Tada (Desa Tada, Silutung, 11 HKm -1 (RH) I, II, III HPT Pc, Pt 158,47 Khatulistiwa, Siney) 12 HKm -2 (RH) Sigenti (Desa Sigenti-Sigaega) I, II HPT Pc, B 17,47 13 HKm -3 (RH) Sigenti (Desa Malanggo) II, III HPT B, Pc 67,44 14 HKm -4 (RH) Sibayu (Desa Kambayang) I, II HP Pt, HKs1, B 25,09 Sioyong (Desa Muktiagung- 15 HKm -5 (RH) I, II HP Pt, HKs1, B 18,98 Sioyong) Sipayo, Bondoyong, Sidoan, 16 HKm -6 (RH) Sidoan 2 (Desa Sipayo, I, II, III HPT Pt, B 640,75 Bondoyong, Ogolemo) Bainaa (Dusun Silangsa, KAT 17 HKm -12 (RH) I, II HPT Pc, B 904,44 Lauje, Desa Bainaa Barat) 18 HKm -13 (RH) Dongkasa (Desa Dongkas) II, III, IV HPT Pc, B 764,87 Siraurang (Dusun Tintina Desa 19 HKm -15 (RH) II HPT Pc, HKs1, B 104,47 Rerang) dan Desa Malonas 20 HKm -17 (Agf-RH) Taipa, Desa Tonggolobibi I, II HPT B, Pt, Pc 105,55 Balukan (Dusun Ponju Desa 21 HKm -19 (RH) I, II HPT Pc, HKs1 12,70 Balukan) 22 HD -8 (RH) Sigenti (Desa Dongkalang) III, IV HPT Pt, B 231,16 Bainaa (Desa Bainaa) dan 23 HD -19 (RH) III, IV HPT Pc, B 150,74 Dongkas (Desa Dongkas) Jumlah 4.380,94
Sesuai data lahan kritis dalam dokumen perencanaan RPRHL KPHP
Model Dampelas Tinombo, luas lahan kritis sesuai LMU terseleksi mencapai
4.685,98 ha. Apabila dibandingkan dengan data luas lahan kritis sasaran
rehabilitasi hutan pada Tabel 5.12 yang jumlahnya mencapai4.380,94
ha,berarti terdapat perbedaan seluas 305,04 ha. Areal lahan kritis seluas
305,04 ha ini masuk dalam petak rencana pengembangan tanaman karet dan
jabon yang berlokasi di Desa Lembah Mukti dan wilayah kerja PT. Coltan Agro
(IUPHHK-HTI) di Desa Karya Mukti.
V- 51 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak UPTD KPH Model
Dampelas Tinombo, pada tahun anggaran 2012, lahan-lahan kritis pada Tabel
5.12 sebahagian telah dilakukan kegiatan rehabilitasi hutan sbb.: seluas 150
ha di Desa Ogoamas 2 (Dusun Bingkoli) dengan penanaman tanaman Palapi,
Nyatoh dan Karet; seluas 150 ha (dana APBD) di Desa Lembah Mukti dengan
penamanan tanaman Karet, seluas ± 120 ha dalam LMU terseleksi (dana
APBD) di Desa Tonggolobibi melalui penanaman tanaman kayu-kayuan,
MPTS dan tanaman palawija dalam pola agroforestry; seluas 100 ha (dana
APBN) di Desa Siweli, Siboalong dan Sibayu dalam kawasan hutan lindung
dengan penanaman tanaman Eboni, Palapi dan Pala.
KPH Model Dampelas Tinombo telah memiliki dokumen RPRHL
periode 2012-2016 maka jadwal pelaksanaan kegiatan RHL serta lokasi
sasarannya di wilayah KPH ini, mengikuti arahan pelaksanaan yang ada pada
dokumen RPRHL tersebut.
F. Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Reklamasi Pada pada Areal Izin Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan
Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Reklamasi
pada Areal Izin Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan ditujukan
kepada areal IUPHHK berupa penamanan dan pemeliharaan tanaman, serta
pada Izin usaha pertambangan berupa reklamasi oleh PT. All Rezky (jika
telah beroperasi di wilayah KPH).
Kegiatan pembinaan dan pemantauan pelaksanaan rehabilitasi hutan
di wilayah KPHP model Dampelas Tinombo terdapat di wilayah kerja PT.
Coltan Agro seluas 97,59 Ha. Lokasi lahan kritis ini (sasaran RH) ini berada di
wilayah DAS Sioyong (Desa Karyamukti) dan DAS Sibayu (Desa Budimukti).
V- 52 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Rehabilitasi Hutan
Penanaman:
Penanaman dilakukan pada areal efektif untuk ditanami yang menjadi
sasaran kegiatan rehabilitasi hutan (RH). Kegiatan dapat dilaksanakan sesuai
dengan arahan pelaksanaan RH dalam dokumen RPRH KPHP model
Dampelas Tinombo periode tahun 2012-2016.
Sebelum penanaman, dilakukan penandaan tempat penanaman
dengan menancapkan ajir dan dilakukan pembersihan di sekitar lokasi yang
akan ditanami dari gulma. Hasilnya pelaksanaan kegiatan RH dilaporkan
kepada pengelola KPH.
Pemeliharaan:
Tanaman dimonitor secara rutin serta dipelihara dengan cara
membebaskan dari gulma, menyulam tanaman yang mati dan mengganti
tanda ajir yang rusak. Selain itu dilakukan pula pendangiran tanaman.
Sehubungan dengan kegiatan rehabilitasi dalam bentuk penanaman
dan pemeliharaan tanaman yang dilakukan oleh pemegang IUPHHK,
pengelola KPHP melakukan pemantauan dan pengawasan secara rutin
sesuai ketentuan yang berlaku.
G. Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
1. Perlindungan Hutan
Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi
kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh
perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit,
serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan
V- 53 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat
yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.
Penyelenggaraan perlindungan hutan bertujuan untuk menjaga hutan,
hasil hutan, kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi
konservasi, dan fungsi produksi, tercapai secara optimal dan lestari.
Prinsip-prinsip perlindungan hutan meliputi: (a)
mencegahdanmembatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil
hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-
daya alam, hama, serta penyakit; dan (b) mempertahankan dan menjaga
hak-hak negara, masyarakat, dan perorangan atas hutan, kawasan hutan,
hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan
hutan.
Untuk mencegah, membatasi dan mempertahankan serta menjaga
kawasan hutan di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo seperti diuraikan
pada prinsip-prinsip perlindungan hutan yang disebabkan oleh perbuatan
manusia, maka UPTD KPHP Model dan masyarakat:
a. melakukan sosialisasi dan penyuluhan peraturan perundang-undangan di
bidang kehutanan;
b. melakukan inventarisasi permasalahan;
c. mendorong peningkatan produktivitas masyarakat;
d. memfasilitasi terbentuknya kelembagaan masyarakat;
e. meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pengelolaan hutan;
f. melakukan kerjasama dengan pemegang hak atau izin;
g. meningkatkan efektifitas koordinasi kegiatan perlindungan hutan;
h. mendorong terciptanya alternatif mata pencaharian masyarakat;
V- 54 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
i. meningkatkan efektifitas pelaporan terjadinya gangguan keamanan hutan;
j. mengambil tindakan pertama yang diperlukan terhadap gangguan
keamanan hutan; dan atau
k. mengenakan sanksi terhadap pelanggaran hukum.
Pada kawasan hutan di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo yang
telah ada pengelolanya, maka pelindungan hutan menjadi tanggung jawab
pengelolaan (pemegang izin).
Perlindungan Hutan atas Hasil Hutan:
(1) Setiap orang yang mengangkut, menguasai atau memiliki hasil hutan
wajib dilengkapi bersama-sama dengan surat keterangan sahnya hasil
hutan.
(2) Termasuk dalam pengertian hasil hutan yang tidak dilengkapi bersama-
sama dengan surat keterangan sahnya hasil hutan adalah:
a. asal usul hasil hutan dan tempat tujuan pengangkutan tidak sesuai
dengan yang tercantum dalam surat keterangan sahnya hasil hutan;
b. apabila keadaan fisik, baik jenis, jumlah maupun volume hasil hutan
yang diangkut, dikuasai atau dimiliki sebagian atau seluruhnya tidak
sama dengan isi yang tercantum dalam surat keterangan sahnya hasil
hutan;
c. pada waktu dan tempat yang sama tidak disertai dan dilengkapi surat-
surat yang sah sebagai bukti;
d. Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan masa berlakunya telah habis;
e. hasil hutan tidak mempunyai tanda sahnya hasil hutan.
V- 55 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai surat keterangan sahnya hasil hutan
diatur sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam rangka pelaskanaan perlindungan hutan di wilayah KPH
mengacu pada Permenhut No.: P.6/Menhut-II/2010. Jenis-jenis kegiatan
perlindungan hutan yang dapat dilakukan antara lain meliputi: patroli areal,
operasi gabungan, penyuluhan dan sosialisasi, proses hukum. Untuk jelasnya
disajikan pada Tabel 5.13 berikut.
Tabel 5.13. Jenis Kegiatan Perlindungan Hutan di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo No. Jenis Kegiatan Satuan Keterangan 1 Patroli Areal 1 kali/bln Rutin Sesuai 2 Operasi Gabungan Paket kondisi 3 Penyuluhan hukum dan sosialisasi kebijakan 1 kali/6 bln Persemester Sesuai 4 Proses hokum Paket kasus Seluruh wilayah Sesuai 5 Perlindungan flora dan fauna langka dan dilindungi KPHP kebutuhan
Selain kegiatan perlindungan hutan di wilayah KPHP model Dampelas
Tinombo seperti kegiatan pada Tabel 5.13, juga direncanakan blok-blok
perlindungan untuk pelindungan tata air. Adapun blok-blok inti dan blok-blok
perlindungan hutan yang direncanakan disajikan pada Tabel 5.14 berikut.
Tabel 5.14. Rencana Blok-Blok Perlindungan Hutan di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Jenis Kode Blok Kelas Fungsi Luas No. Wilayah DAS/Desa Tutupan Kelola lereng hutan (Ha) Lahan I. Blok Inti 10.880,75
Lemo-Malawa (B. Silumpoya) 1 BL-IT -1 III, IV, V HL HKs1, B 504,54 Desa Siweli Tada (Wuyul Tankelai) dan DAS HKp2, HKs3, 2 BL-IT -2 IV, V HL 6.878,72 Maninili B Bainaa (Wuyul Lengko) 3 BL-IT -3 Desa/Dusun Punsanlea, IV, V HL HKp1 1.534,59 Ambason, Bainaa. Bainaa-Dongkas (Wuyul 4 BL-IT -4 IV, V HL HKp2 996,04 Simomo) Desa Dongkas Taipa (Bangkalan Tamonong) 5 BL-IT -5 IV, V HL HKp3 496,82 Desa Siboang Tg. Dampelas (Bulu Sitaru) Desa 6 BL-IT -6 III, IV HL HKs1, B 320,81 Talaga Aluoge (Bulu Sitangke) Desa 7 BL-IT -7 III, IV HL HKs1, B 149,22 Kambayang II. Blok Perlindungan
1 PL-TA -1 Sigenti, Desa Sigenti-Malanggo IV, V HPT HKp2, HKs1 931,33
V- 56 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Jenis Kode Blok Kelas Fungsi Luas No. Wilayah DAS/Desa Tutupan Kelola lereng hutan (Ha) Lahan Silonduya, Desa Ponggerang- 2 PL-TA -2 III, IV, V HPT HKs2 412,00 Panii 3 PL-TA -3 Bainaa (Wuyul Lengko) Ambason III, IV, V HPT HKs1, B, T 633,77 4 PL-TA -4 Bainaa , Desa Bainaa Barat IV, V HPT HKs3 402,91 5 PL-TA -5 & AKE Taipa (S. Alube, S. Tamonong) III, IV, V HPT HKp1, HKs2 8.723,40 PL-TA -6, PL- HKs2, HKs1, 6 Tandaiyo IV, V HPT 941,50 TA -7, PL-TA -8 B 7 PL-TA -9 Ogoamas, Bingkoli IV, V HPT HKs1, B 123,10 Sioyong, Desa Muktiagung- 8 PL-TA -10 III, IV, V HP HKs1, B 160,28 Sioyong 9 PL-TA – 11 Sibayu, Desa Kambayang III, IV, V HP HKs1, B 234,09 PL-HP (Hutan KL 10 Pantai Pesik IV, V HKs1, B, T 96,29 pantai) (APL) KL 11 RM (Bau) Eksosistem Mangrove pantai Bau I HMs1, B 53,11 (APL) Ekosistem Mangrove pantai KL 12 RM (Siraru) I HMs1, B 101,45 Siraru (APL) BZ (Buffer KL 13 Cagar Alam Gunung Sojol IV, V HMs1, B 1.556,74 Zone) CA (APL) BZ (Buffer Hutan Lindung Kelompok Hutan CA- 14 III, IV, V HKs2, HKp2 1.652,84 Zone) HL DAS Tada HPT BZ (Buffer Hutan Lindung Kelompok Hutan 15 II, III, IV, V HL-HPT HKs2, HKp2 365,06 Zone) HL DAS Sikea dab DAS Lemo Jumlah 27.017,79
2. Penyelenggaraan Konservasi Alam
Berdasarkan kondisi sosial dan ekologi pada beberapa lokasi di
wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo tidak sedikit areal yang perlu
mendapat perhatian khusus terutama dalam mengamankan wilayah KPHP
dari berbagai sumber konflik seperti upaya-upaya penolakan kehadiran KPHP
Model, rusaknya ekosistem DAS sebagai penyimpan dan pengatur tata air
bagi irigasi pertanian di kawasan bawahannya, penyelamatan flora dan fauna
langka dan endemik sulawesi, serta pengakuan hak-hak masyarakat adat.
Atas pertimbangan tersebut maka dipandang perlu menangani sumber-
sumber-sumber konflik dan permasalahan lingkungan yang ada melalui
penunjukan kawasan hutan dengan tujuan konservasi alam.
Adapun kawasan konservasi alam yang direkomendasikan di wilayah
KPHP Model Dampelas Tinombo seperti pada Tabel 5.15 berikut.
V- 57 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Tabel 5.15. Kegiatan Konservasi Alam dalam Hutan Produksi di Wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo Kode Kelas Tutupan Luas No. Jenis Kegiatan Blok Lahan (Ha) Kawasan konservasi alam untuk tujuan pelestarian keanekaragaman hayati Jenis Eboni di Wilayah DAS Taipa, dalam Hutan Produksi untuk: a. Pelestarian Ekosistem Hutan Alam Eboni dan jenis- PL-TA -5 HKp1, HKs2 1. & AKE jenis tumbuhan asosiasinya. 8.723,40 b. Usaha Produksi Benih Eboni c. Pelestarian habitat burung Maleo. d. Pelestarian Aliran Air.
Jumlah 8.756,48 Keterangan: *) PT. THA 5.143,65 Ha; KPH 3.579,75 Ha
Penunjukan area konservasi eboni di wilayah hulu DAS Taipa di
wilayah KPHP model dalam wilayah Kecamatan Sojol didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan sbb.:
1. Kawasan hutan produksi terbatas (HPT) ini merupakan daerah
penyebaran eboni alam yang masih memiliki potensi tegakan yang dapat
dipertahankan menjadi area pelestarian eboni.
2. Areal ini pernah ditunjuk oleh PT. INHUTANI II bekerjasama dengan
Universitas Tadulako pada tahun 1997 sebagai area pohon plus dan area
produksi benih (APB) Eboni.
3. Pola pertumbuhan eboni secara alami di kawasan ini agak spesifik, karena
eboni umumnya tumbuh pada lereng-lereng bukit bagian hingga
punggung-punggung bukit pada tanah-tanah berbatu.
4. Mobilitas penduduk di wilayah ini cukup tinggi, sehingga dapat
mengancam keberadaan tumbuhan eboni alam yang ada.
5. Areal ini menarik untuk dijadikan lokasi penelitian eboni baik dalam skala
nasional maupun internasional.
V- 58 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
6. Areal hutan produksi ini merupakan daerah tangkapan air DAS Taipa
sebagai sumber air utama irigasi pertanian di wilayah Desa Tonggolobibi,
Desa Bantayang, Desa Babatona dan Desa Siboang.
7. Areal adalah tempat perlindungan atau habitat berkembang biak Burung
Maleo.
H. Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi Antar Pemegang Izin
Sehubungan dengan banyaknya komponen kegiatan usaha dan unsur-
unsur pelaksana kegiatan pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan
hutan di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo maka sangat penting
diselenggarakan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin usaha.
Dalam rangka mewujudkan terselenggaranya koodinasi dan
sinkronisasi, pihak UPTD KPHP Model bertugas dalam memfasilitasi setiap
kepentingan yang ada agar tidak terjadi tumpangtindih kepentingan antar
pemegang izin.
Sesuai Tupoksi UPTD KPHP Model selaku pemangku kawasan hutan
di wilayah kerjanya serta selaku manajer kawasan hutan maka pengelola
KPHP perlu membangun suatu sistem koordinasi solid antar UPTD KPHP
dengan pelaku-pelaku usaha di wilayahnya, serta antar dan inter para pelaku
usaha pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan. Karena itu
direkomendasikan sistem koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin
sbb.:
1. Koordinasi dan sinkronisasi dalam penetapan batas dan pemancangan
pal-pal batas persekutuan antar pemegang izin.
2. Koordinasi dan sinkronisasi program dalam pengelolaan blok-blok blok-
blok inti, dan blok-blok perlindungan di wilayah KPH.
V- 59 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
3. Koordinasi dan sikronisasi program dalam pengelolaan dan pemantauan
lingkungan, termasuk dalam pengelolaan dan pengendalian dampak
lingkungan.
4. Koordinasi dan sinkronisasi dalam program pemanfaatan jaringan jalan
angkutan lintas antar pemegang izin.
5. Koordinasi dan sinkronisasi program dalam pelaksanaan kegiatan
rehabilitasi hutan dan reklamasi hutan.
6. Koordinasi dan sinkronisasi program dalam kegiatan pemberdayaan
masyarakat.
7. Koordinasi dan sinkronisasi program pengembangan jenis-jenis tanaman
kehutanan dan MPTS.
8. Koordinasi dan sinkronisasi program pengembangan sistem pemasaran
hasil tanaman kehutanan dan MPTS.
Dalam penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang
izin, pemangku wilayah KPH (UPTD KPHP model Dampelas Tinombo)
memiliki peran penting dalam memfasilitasi setiap rencana dan pelaksanaan
koordinasi dan sinkronisasi.
Terhadap wilayah-wilayah KPH yang belum ada pemegang izinnya
maka UPTD KPH bertanggungjawab melakukan koordinasi dan sinkronisasi
program-program kegiatan pengelolaan hutan dengan setiap pemegang izin
usaha di wilayah kerjanya.
I. Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Stakholder Terkait
UPTD KPHP Model Dampelas Tinombo bersama-sama dengan mitra
usahanya dalam melakukan aktivitas akan selalu berkoordinasi dan bersinergi
V- 60 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
dengan beberapa instansi dan stakeholder terkait. Untuk jelasnya disajikan
pada Tabel 5.16 berikut.
Tabel 5.16. Sistem Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Stakeholder Terkait Jenis Koordinasi KPHP Sinergi KPHP Kebutuhan No. Kegiatan Usaha dengan.... dengan..... 1 2 3 4 5 A Rencana Pengusahaan HHK -HTI 1 IUPHHK -HTI BPKH, PT. Coltan Agro PT. Coltan Agro Dana, Binwasdal B Rencana Penggunaan Kawasan Dinas Pertambangan, PT. 1 Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT. All Rezky Tadang Palie Dana, Binwasdal All Rezky Tadang Palie Rencana Pemanfaatan Wil. C Tertentu 1 UPHHK -RE BPKH, BP2HP, Dishut Kab. BUMS Dana, Binwasdal 2 UPHHK -HT/HTI BPKH, BP2HP, Dishut Kab. BUMS Dana, Binwasdal 1 2 3 4 5 3 PHHBK -Rotan Klpk Tani Hutan Industri Pengolahan Rotan Dana, Binwasdal 4 UPHHBK -HT Karet, Buah/biji, dll. Klpk Tani Hutan Industri Pengolahan Getah Dana, Binwasdal 5 UPJL -WA (jasa wisata alam) Klpk. Wisata Hutan/alam Dinas Pariwisata Dana, Binwasdal Klpk Usaha Pengelola jasa 6 UPJL-JA (jasa lingkungan air) Dinas PU. Pengairan Dana, Binwasdal air UP RAP - KARBON dan/atau UP PAN - BPKH, Bappeda Provinsi. Lembaga Internasional & 7 Dana, Binwasdal KARBON LSM. Pemkab Masyarakat Rencana Pemberdayaan D Masyarakat BPKH, BPDAS, Dinas Sosial Kab. Parigi 1 Hkm bagi KAT Lauje dan KAT Tajio Dana, Binwasdal Pemkab/Pemcam/Pemdes Moutong BPKH, Pemdes/Petani 2 HKm dan Agf BPDAS/Dishutbun Kabupaten Dana, Binwasdal Hutan BPKH, Pemdes/Petani 3 Hutan Desa (HD) BPDAS/Dishutbun Kabupaten Dana, Binwasdal Hutan BPKH, Pemdes/ 4 Hutan Tanaman Rakyat (HTR) BP2HP/Dishut Kabupaten Dana, Binwasdal Klpk Tani Hutan E Rencana Rehabilitasi Hutan RH -HL (Reboisasi/Pengkayaan 1 BPDAS, Petani Hutan BPDAS, Petani Hutan Dana, Binwasdal reboisasi) 2 RH -HP (HT, HKm, HD) BPDAS, Petani Hutan BPDAS, Petani Hutan Dana, Binwasdal Rencana Perlindungan Hutan dan F Konservasi Alam Lembaga Riset dan Perguruan 1 Area Konservasi Eboni (AKE) BKDSA Palu Dana, Binwasdal Tinggi Dishut Kabupaten, Pemcam, Dishut Kabupaten, 2 Perlindungan Hutan Pemdes, Masyarakat, Pemegang Dana, Binwasdal Pemegang izin usaha izin usaha Dishut Kabupaten , Dishut Kabupaten, Pemcam, 3 Perlindungan tata air (PL-TA) Dana, Binwasdal Pemdes Pemdes, Masyarakat Dishut Kabupaten , Pemdes Dishut Kabupaten, Pemcam, 4 Perlindungan Blok inti HL Dana, Binwasdal Pemdes, Masyarakat Perlindungan hutan pantai (PL -HP) di Dishut Kabupaten , Pemdes 5 Dishut Kabupaten, Masyarakat Dana, Binwasdal APL 6 Rehabilitasi Mangrove (RM) BPDAS, D ishut Kabupaten BPDAS, petani Tambak Dana, Binwasdal 7 Pengelolaan Buffer Zone (BZ) Dishut Kabupaten , Pemdes Dishut Kabupaten, Pemegang Izin Dana, Binwasdal Keterangan: Binwasdal = Pembinaan, Pengawasan, Pengendalian. UPTD KPHP model Dampelas Tinombo adalah bagian dari Dishut Sulteng.
V- 61 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
J. Penyediaaan dan Peningkatan Kapasitas SDM
1. Sumberdaya Manusia
Dalam penguatan kapasitas kelembagaan UPTD KPHP Model
Dampelas Tinombo menuju KPH yang mandiri dibutuhkan peningkatan
sumberdaya manusia (SDM) yang mengelolanya, baik dari aspek kuantitas
maupun kualitas. Kualitas SDM terutama yang terkait dengan kualifikasi dan
kompetensi staf yang memiliki relevansi dengan komponen-komponen
kegiatan yang akan ditanganinya. Selanjutnya dalam rangka meningkatkan
kapasitas kelembagaan KPH dalam menangani wilayah kelolanya, dinilai
penting menyelenggarakan resort-resort di wilayah tertentu dalam dua
wilayah kabupaten.
UPTD KPH model Dampelas Tinombo sebagai KPH tipe A sesuai
Pergub Nomor 5 Tahun 2009baru terpenuhi tiga persyaratan yaitu kepala
KPH, Kepala Seksi (2 seksi), dan kepala sub bagian tata usaha. Yang belum
terpenuhi hingga saat ini adalah kepala-kepala resort KPH. Karena itu untuk
menjadikan KPH terkelola baik sesuai arahan rencana pengelolaan hutan
dipandang perlu membentuk resort-resort KPH yang baru atau
memberdayakan resort-resort kehutanan binaan Dishutbun Kabupaten
Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong yang ada di wilayah Kecamatan
Sojol, Kecamatan Dampelas, Kecamatan Balaesang, Kecamatan Tinombo
Selatan dan Kecamatan Tinombo.
Dari analisis kondisi kawasan hutan dan kondisi geografis wilayah KPH
model Dampelas Tinombo, lokasi-lokasi strategis penempatan resort KPH
adalah di ibu kota kecamatan Sojol Utara (Desa Ogoamas), desa Malonas,
desa Lembaha Mukti dan di ibu kota kecamatan Damsol (Desa Sabang)
V- 62 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
untuk Bagian Daerah Hutan (BDH) Dampelas, sedangkan untuk BDH
Tinombo dinilai strategis ditempatkan di Desa Tada, Desa Sigega kecamatan
Tinombo Selatan dan di Desa Bainaa Kecamatan Tinombo. Dengan demikian
dibutuhkan sebanyak tujuh resort KPH. Namun demikian dalam sepuluh
tahun kedepan dengan pertimbangan pendanaan dan jumlah pemegang izin
usaha yang masih terbatas saat ini, dapat dibentuk Resort KPH sesuai
dengan proritas dan kebutuhan, hingga pada akhirnya apabila KPH sudah
beroperasi secara penuh dapat dibentuk seluruh Resort yang
direncanaan.Adapun wilayah kerja kedua resort KPH dan UPTD KPH Model
Dampelas Tinombo disajikan pada Tabel 5.17 berikut.
Tabel 5.17. Rencana Wilayah Kerja Resort KPH
Nama BH Rencana Jangkauan Wilayah Kerja Keterangan /Resort/UPTD Penempatan Bagian Hutan (BH) Dampelas : Desa Siweli (Kec. • Resort Ogoamas Ogoamas Untuk 10 tahun Balaesang) s.d. Desa • Resort Lembah Mukti Lembah Mukti kedepan dan dapat Ogoamas (Kec. Sojol • Resort Malonas Malonas dievaluasi setiap 5 thn Utara) • Resort Sabang Sabang
Bagian Hutan (BH) Tinombo : Desa Labuhan, Tada s.d. Untuk 10 tahun • Resort Bainaa Bainaa Desa Dongkas (Kec. kedepan dan dapat • Resort Sigega Sigega Tinombo) dievaluasi setiap 5 thn • Resort Tada Tada Dalam 10 tahun kedepan berfungsi pula Desa Tambu Desa Tambu s.d. selaku resort di Kantor UPTD KPH Kecamatan Desa/UPT Bayang (Kec. wilayahnya. Dalam hal model Balaesang Balaesang dan Damsol) ini kepala KPH dapat menugaskan 1 org untuk membantunya
Dalam rangka menghindari terjadinya tumpangtindih kepentingan
pengelolaan hutan di wilayah KPH model Dampelas Tinombo, antara
Dishutbun Kabupaten (Donggala dan Parigi Moutong) dengan UPTD KPH
model maka rencana pembentukan resort KPH tersebut perlu segera
V- 63 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
diwujudkan. Apabila resort KPH di kedua wilayah terbentuk maka resort
kehutanan tingkat kabupaten melebur kedalam KPH model dan kendali
berada pada kepala UPTD KPH model. Karena itu UPTD KPH model dalam
mempromosikan jabatan kepala resort dianjurkan merekrut dari dishutbun
kedua kabupaten dengan tetap memperhatikan standar dan kriteria sesuai
P.43/Menhut-II/2011.
Bagi UPTD KPH model Dampelas Tinombo, apabila kedua resort KPH-
nya terbentuk dan ditetapkan kepala resort-nya, perlu segera ditindaklanjuti
dengan pembangunan kantor dan fasilitas penunjangnya serta penambahan
personil KPH pada tingkat resort.
Selanjutnya analisis kebutuhan tenaga teknisi lapangan termasuk
Jagawana pada UPTD KPH model Dampelas Tinombo didasarkan pada
pertimbangan bahwa setiap staf tenaga teknis pada tingkat seksi dengan
kemampuan mengurus hutan adalah 10.000 Ha/orang, sedangkan pada
tingkat lapangan (Jagawana) adalah 5.000 Ha/orang.
Penataan Personil:
Untuk memenuhi tenaga dengan persyaratan tersebut di atas, dapat
dilakukan dengan cara: Penataan personil yang ada di lingkup Pemda Provinsi
Sulawesi Tengah dan atau Pemda Kabupaten, dan atau berasal dari wilayah
Kabupaten lain dalam Provinsi Sulawesi Tengah, dan atau berasal dari
wilayah Provinsi Sulawesi Tengah, dan atau; berasal dari wilayah provinsi
lainnya dan atau dari pusat.
Pemenuhan kebutuhan tenaga kerja lingkup KPH Model Dampelas
Tinombo dapat dilaksanakan sesuai kebutuhan minimal dalam rangka
efisiensi dan efektif pelaksanaan pembangunan KPH.
V- 64 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Pengembangan SDM Pengelola KPH:
Pengembangan sumberdaya manusia (SDM) dimaksudkan untuk
memenuhi kualifikasi SDM dan jumlah pengelola KPH sesuai PP Nomor 3
Tahun 2008. Tujuannya adalah mempercepat berfungsinya KPH sebagai
penguatan pengelolaan hutan di tingkat tapak.
Kegiatan pengembangan SDM pengelola KPH di tingkat tapak meliputi;
pelatihan teknis pengelolaan hutan dan perencanaan hutan lingkup KPH serta
pelatihan manajerial KPH dalam hubungannya pemerintahan, dll.
Selanjutnya bagi pemegang izin usaha pemanfaatan hutan dan
penggunaan kawasan hutan di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo
dapat merekruit kebutuhan tenaga kerja sesuai kebutuhannya, namun tetap
mengacu pada kententuan peraturan perundang-undangan Kementerian
Kehutanan.
2. Sarana dan Prasarana
Sejak terbentuknya UPTD KPHP Model Dampelas Tinombo berbagai
fasilitasi telah dimiliki. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.18 berikut.
Tabel 5.18. Daftar Fasilitas Sarana dan Prasarana UPTD KPHP Model Dampelas Tinombo No. Jenis Sapras Volume Satuan Spesifikasi Keterangan 1 2 3 4 5 6 Kantor Bangunan baru 1 Bangunan Kantor Unit 1 di Tambu Kendaraan Operasional: roda 4 x 4 ( four Roda empat Unit 1 wheel drive ) : Kondisi Baik 2 2.875 cc. Trail:125.cc Roda dua Unit 8 Kondisi Baik Semi Trail; .cc Peralatan Kantor: Meja dan Kursi Kerja Set 25 Kondisi Baik 3 Lemari Kantor Set 5 Kondisi Baik Peralatan elektornik Set 5 Kondisi Baik Peralatan Operasional Alat Komunikasi Buah Kondisi Baik Perangkat Lunak Komputer Set 1 Kondisi Baik 4 GIS Perangkat Keras Komputer Unit 1 Kondisi Baik GIS Peralatan Survei Set 5 Kondisi Baik Instalasi listrik dan air 5 Instalasi listrik Unit 1 Kondisi Baik Isntalasi air Unit 1 Kondisi Baik
V- 65 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
K. Penyediaan Pendanaan
Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo membutuhkan dana
yang tidak kecil dalam penyelenggaraan setiap jenis kegiatan usahanya.
Karena itu dalam penyelenggaraan sebahagian jenis kegiatan usaha akan
dilakukan dalam bentuk kemitraan dengan berbagai pihak akan berminat
berinvestasi di wilayahnya.
Untuk mencapai maksud tersebut, KPHP model menawarkan berbagai
produk pemanfaatan kawasan hutan dan penggunaan kawasan hutan. Dalam
rencana sepuluh tahun ke depan, KPHP Model menawarkan rencana usaha
pemanfaatan hutan, yaitu rencana pemanfaatan hasil hutan kayu dalam hutan
tanaman pada hutan produksi (HHK-HT/HTI) di luar areal kerja IUPHHK-HTI
PT. Coltan Agro, rencana pemanfaatan hasil hutan kayu dalam hutan alam
dalam bentuk restorasi ekosistem pada hutan produksi (HHK-RE), rencana
pemanfaatan jasa lingkungan (jasa wisata alam, jasa aliran air dan jasa
karbon), dan rencana pemungutan hasil hutan bukan kayu dalam hutan alam
pada hutan lindung (HHBK-rotan) . Rencana-rencana usaha pemanfaatan
kawasan hutan dan hasil hutantersebut diharapkan pendanaannya bersumber
dari pemegang izin usaha.
Hingga tahun 2013, luas areal kawasan hutan yang akan diusahkan
oleh pihak ke tiga mencapai 51.642,24 ha atau 45,8 % dari total areal KPHP
model Dampelas Tinombo yaitu IUPHHK-HA PT. Hutan Taman Asri seluas
40.380 Ha, IUPHHK-HA PT. Sentra Pitulempa seluas 380 Ha,Pencadangan
HTI PT. Coltan Agro seluas 9.365,36 ha dan IUP tambang biji besi PT. All
Rezky seluas 1.516,88 ha. Dari luas wilayah KPHP, dialokasikan pula
pemanfaatan “wilayah tertentu” bagi KPH seluas 35.222,47 ha, alokasi areal
V- 66 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
untuk pemberdayaan masyarakat (PBM) seluas 21.626,44 ha. Selebihnya
dialokasikan bagi blok inti dan perlindungan/rehabilitasi hutan pantai dan
mangrove di kawasan lindung. Seluruh blok-blok pengelolaan hutan di
wilayah KPH memerlukan dana yang kecil selama priode 10 tahun kedepan.
Rencana pendanaan KPHP model Dampelas Tinombo periode 10
tahun kedepan diprediksi mencapai jumlah Rp. 262.922.149.560 yang
meliputi pendanaan bagi keperluan kegiatan teknis dan kegiatan penunjang.
Kebutuhan anggaran tersebut sebelum terbitnya pemberian IUPHHK PT.
Taman Hutan Asri (THA). Setelah terbitnya IUPHHK THA perhitungan
kebutuhan anggaran pengelolaan akan disesuaikan kemudian.Adapun
rencana pendanaan disajikan pada Tabel 5.19 berikut.
V- 67 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Tabel 5.19. Rencana Pendanaan KPHP Model Dampelas Tinombo Periode Tahun 2012-2022 Lokasi: Rencana Tata Waktu dan Penyediaan Dana (x Rp. 1.000) Kode Blok/ DAS/Sub No. Rencana Kegiatan Fungsi Volume Satuan Petak DAS/Desa/ 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Jumlah Kampung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
I. RENCANA PEMBIAYAAN (INPUT)
A. UMUM Wilayah KPHP I. KEGIATAN PENUNJANG:
a. Oprasional perkantoran UPTD 112.687 HL/HP Ha 69.100,00 69.100,00 69.100,00 69.100,00 69.100,00 69.100,00 69.100,00 69.100,00 69.100,00 69.100,00 691.000,00 KPHP ,70 b. Penguatan Kelembagaan UPTD - KPHP: -Penyusunan SOP KPH HL/HP 2,00 paket - 32.600,00 - - - 32.600,00 - - - - 65.200,00
-Penyusunan data dan statistik KPH HL/HP 10,00 paket 2.925,00 2.925,00 2.925,00 2.925,00 2.925,00 2.925,00 2.925,00 2.925,00 2.925,00 2.925,00 29.250,00
-Pembangunan/Pengembangan HL/HP 9,00 paket - 25.850,00 5.850,00 5.850,00 5.850,00 25.850,00 5.850,00 5.850,00 5.850,00 5.850,00 92.650,00 SIMHUT KPH -Penyelenggaraan kegiatan litbang HL/HP 9,00 paket - 38.675,00 38.675,00 38.675,00 38.675,00 38.675,00 38.675,00 38.675,00 38.675,00 38.675,00 348.075,00 KPH -Penyusunan dokumen BLUD KPH HL/HP 1,00 paket - 100.775,00 ------100.7 75,00
-Penyusunan dokumen strategi HL/HP 1,00 paket - 74.725,00 ------74.725 ,00 bisnis KPH -Penyelenggaraan penjaminan mutu HL/HP 9,00 paket - 5.300,00 5.300,00 5.300,00 5.300,00 5.300,00 5.300,00 5.300,00 5.300,00 5.300,00 47.700,00 KPH -Sosialisasi program KPH HL/HP 2,00 paket 16.100,00 - - - - 16.100,00 - - - - 32.200,00
-Pengembangan SDM pengelola KPH (aparat/klth): pelatihan teknis kelola HL/HP 1,00 angkt/thn - - 45.000,00 45.000,00 45.000,00 45.000,00 45.000,00 45.000,00 45.000,00 45.000,00 360.000,00
hutan, 30 org/angkt c. Perencanaan teknis KPH: -
-Penyusunan rencana tahunan KPHP HL/HP 10,00 paket 44.675,00 44.675,00 44.675,00 44.675,00 44.675,00 44.675,00 44.675,00 44.675,00 44.675,00 44.675,00 446.750,00
-Penyusuanan rencana tahunan RH- 3.777,1 HL/HP ha 24.225,00 24.225,00 24.225,00 24.225,00 ------96.900,00 KPH 4 -Penyusunan rancangan kegiatan 3.777,1 139.001,4 HL/HP ha 123.637,05 122.115,60 125.159,85 ------509.913,90 KPH (RH) 4 0
V- 68 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Lanjutan Tabel 5.19. Lokasi: Rencana Tata Waktu dan Penyediaan Dana (x Rp. 1.000) Kode Blok/ DAS/Sub No. Rencana Kegiatan Fungsi Volume Satuan Petak DAS/Desa/ 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Jumlah Kampung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
-Penyusunan rencana pemanfaatan hasil hutan tanaman (eks. HTI HP 1.050,86 Ha - - 19.703,63 19.703,63 19.703,63 19.703,63 - - - - 78.814,50
Tondo murni) -Penyusunan rencana pemanfaatan HP 19.922,33 Ha 35.360,33 35.360,33 35.360,33 35.360,33 225.455,58 225.455,58 225.455,58 225.455,58 225.455,58 225.455,58 1.494.174,75 hasil hutan hutan kayu RE -Penyusunan rencana pemanfaatan HL 6.570,48 Ha 35.407,00 24.449,60 53.003,00 51.531,27 35.407,00 23.427,27 35.407,00 23.427,27 35.407,00 11.057,60 328.524,00 rotan alam -Penyusunan rancangan teknis HP 15.151,50 Ha - - - 223.944,87 223.944,87 336.621,27 336.621,27 263.464,43 330.427,81 330.427,81 2.045.452,33 PHTUL -Penyusunan rancangan teknis kegiatan Pengembangan Hutan Hp 1.767,00 Ha 121.957,65 116.587,35 ------238.545,00
Tanaman (P-HT) -Penyusunan rancangan teknis kegiatan Peengembangan HL/HP 2.543,83 Ha 26.331,48 - 26.331,48 9.824,29 26.331,48 55.395,97 71.903,16 55.395,97 71.903,16 343.416,98
agroforestry dan wanawisata -Penyusunan AMDAL Kawasan KPH (di luar izin usaha swasta; blok HL/HP 73.964,45 Ha - 1.000.000,00 ------1.000.000,00
inti, blok PL, KWL) -Penyusunan rencana pengelolaan HP 10.640,65 Ha 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 71.504,50 72.704,00 237.824,00 532.032,50 jasa lingkungan (jasling) d. Pemeliharaan/Pengadaan HL/HP 10,00 Thn 50.890,00 50.890,00 50.890,00 50.890,00 50.890,00 257.890,00 85.890,00 85.890,00 85.890,00 488.890,00 1.258.900,00 Sapras Perkantoran UPTD KPH e. Kewajiban kepada lingkungan/sosial KPH (di luar HL/HP 8,00 Thn - - 94.829,47 73.976,62 55.664,08 224.073,02 360.500,34 368.996,00 368.670,79 1.637.355,21 3.184.065,52
pemegang IUPHH/IUP) 112.687,7 f. Monitoring dan Evaluasi KPHP HL/HP Ha 55.500,00 55.500,00 55.500,00 55.500,00 55.500,00 55.500,00 55.500,00 55.500,00 55.500,00 55.500,00 555.000,00 0 g. Penilaian/Pengawasan/pengendalian pihak ke-III dan PBM kepada KPH: -IUPHHK-HTI PT.Coltan Agro HP 9.365,36 Ha - - 53.382,55 53.382,55 53.382,55 53.382,55 53.382,55 53.382,55 53.382,55 53.382,55 427.060,42
-IUP-Tambang PT, All Rezky HP 1.516,88 Ha - - - 9.859,72 9.859,72 9.859,72 9.859,72 9.859,72 9.859,72 9.859,72 69.018,04
-PBM (HKm, HTR, HD) HP 24.977,71 Ha - 112.399,70 112.399,70 112.399,70 112.399,70 112.399,70 112.399,70 112.399,70 112.399,70 112.399,70 1.011.597,26
595.141,38 1.989.005,50 857.934,26 1.098.790,01 1.088.556,41 1.649.869,20 1.566.937,12 1.553.307,90 1.616.618,10 3.445.580,32 15.461.740,20
V- 69 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Lanjutan Tabel 5.19. . Lokasi: Rencana Tata Waktu dan Penyediaan Dana (x Rp. 1.000) Kode Blok/ DAS/Sub No. Rencana Kegiatan Fungsi Volume Satuan Petak DAS/Desa/ 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Jumlah Kampung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
II. KEGIATAN TEKNIS:
Perlindungan dan pengamanan HL/HP 112.687,70 ha 563.438,49 563.438,49 563.438,49 563.438,49 563.438,49 563.438,49 563.438,49 563.438,49 563.438,49 563.438,49 5.634.384,85 KPHP Bimbingan teknis kegiatan KPH HL/HP 4,00 kali/thn 61.900,00 61.900,00 61.900,00 61.900,00 61.900,00 61.900,00 61.900,00 61.900,00 61.900,00 61.900,00 619.000,00
Pendampingan kelompok tani HL/HP 250 Klpk 77.375,00 154.750,00 232.125,00 309.500,00 386.875,00 464.250,00 541.625,00 619.000,00 541.625,00 541.625,00 3.868.750,00 kegiatan PBM Pembinaan masyarakat adat HL/HP 2,00 kat/thn - - - - 100.000,00 100.000,00 100.000,00 100.000,00 100.000,00 100.000,00 600.000,00 KAT Lauje-Tajio B. WILAYAH KWL Rehabilitasi Mangrove KWL 213,89 ha - 3.935.601,00 697.575,00 138.450,00 ------4.771.626,00 C. DALAM BLOK PERLINDUNGAN -
DAS Sigenti, Pemanfaatan Jasa aliran Air 1 PL-TA -1 Desa Sigenti- (JAL) bersama msykt pengguna HPT 475,97 ha 93.009,00 93.009,00
Malanggo air DAS Taipa (S. Pemanfaatan Jasa aliran Air PL-TA -5 & 2 Alube, S. (JAL) bersama msykt pengguna HPT 3.474,54 ha 425.648,00 425.648,00 AKE Tamonong) air DAS Taipa (S. PL-TA -5 & Pemanfaatan jasa karbon Alube, S. HPT 5,20 ha 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 225.000,00 AKE (REDD+) Tamonong) DAS Taipa (S. PL-TA -5 & Riset Eboni pola kemitraan 2.250,00 Alube, S. HPT ha 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 25.000,00 225.000,00 AKE (Nasional/Internasional) *) Tamonong) DAS Tandaiyo Pemanfaatan Jasa aliran Air ; Desa 232,69 3 PL-TA -6 (JAL) bersama msykt pengguna HPT ha 23.477,00 23.477,00 Tandaiyo, air Mepaga DAS Tandaiyo Pemanfaatan Jasa aliran Air ; Desa 4 PL-TA -7 (JAL) bersama msykt pengguna HPT 75,14 ha 7.642,00 7.642,00 Tandaiyo, air Mepaga DAS Tandaiyo Pemanfaatan Jasa aliran Air ; Desa 5 PL-TA -8 (JAL) bersama msykt pengguna HPT 633,66 ha 64.289,00 64.289,00 Tandaiyo, air Mepaga
V- 70 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Lanjutan Tabel 5.19. Lokasi: Kode Rencana Tata Waktu dan Penyediaan Dana (x Rp. 1.000) DAS/Sub No. Blok/ Rencana Kegiatan Fungsi Volume Satuan DAS/Desa/ Petak 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Jumlah Kampung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
D. DALAM BLOK PEMANFAATAN -
DAS Taipa, DAS Silonduya (Desa Pengembangan Investasi HPT 2.910,55 1 HHK-RE -1 Sioyong- Ha 844.155,00 844.155,00 18.589.155,00 18.589.155,00 18.589.155,00 18.589.155,00 76.044.930,00 IUPHHK-RE dgn pihak ke-III HP 526,07 Panii- Ponggerang- Malonas- Singenti) DAS Silambo - Balukan- HHK-RE - Pengembangan IUPHHK-RE oleh 2 Balani- HPT 4.461,74 Ha 156.999,84 156.999,84 3.457.296,84 3.457.296,84 3.457.296,84 3.457.296,84 3.457.296,84 3.457.296,84 3.457.296,84 3.457.296,84 27.972.374,43 2-3-4 UPTD Sampaga- Ogoamas Pengembangan Hutan Tanaman 3 HHK-HT -1 DAS Tada HPT 364,74 Ha 1.322.137,60 1.778.457,60 3.100.595,20 Unggulan pola pengkayaan Pengembangan Hutan Tanaman 4 HHK-HT -2 DAS Tada HPT 896,84 Ha 1.442.089,60 1.939.809,60 2.275.229,60 2.275.229,60 7.932.358,40 Unggulan pola pengkayaan DAS Sidoan (Wuyul Pengembangan Hutan Tanaman HPT 4.304,80 5 HHK-HT -3 Ha 1.556.710,40 2.093.990,40 2.456.070,40 2.456.070,40 2.456.070,40 2.456.070,40 2.456.070,40 2.456.070,40 18.387.123,20 Ponjotijoji Unggulan pola pengkayaan HP 373,61 dan Sopi DAS Sidoan Pengembangan Hutan Tanaman HPT 1.330,39 6 HHK-HT -4 (Sija- Ha 959.616,00 1.290.816,00 1.514.016,00 1.514.016,00 1.514.016,00 6.792.480,00 Unggulan pola pengkayaan HP 461,83 Punsalea) DAS Bainaa (Silangsa Pengembangan Hutan Tanaman HPT 1.862,64 7 HHK-HT -5 Ha 1.263.494,40 1.699.574,40 1.993.454,40 1.993.454,40 1.993.454,40 8.943.432,00 Bainaa Unggulan pola pengkayaan HP 497,77 Barat) DAS Pengembangan Hutan Tanaman 8 HHK-HT -6 HPT 1.646,91 Ha 1.420.764,80 1.911.124,80 2.241.584,80 2.241.584,80 2.241.584,80 2.241.584,80 2.241.584,80 14.539.813,60 Silonduya Unggulan pola pengkayaan DAS HT (Eks. Silonduya Pemanfaatan HHK-HT (Eks. 1.050,86 9 HPT/HP Ha 3.150.000,00 3.150.000,00 3.150.000,00 3.150.000,00 1.313.575,00 1.773.326,25 761.873,50 302.122,25 16.750.897,00 HTI) (eks. HTI PT. HTI) PT. Tondo Murni *) Tondo murni)
V- 71 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Lanjutan Tabel 5.19. Lokasi: Rencana Tata Waktu dan Penyediaan Dana (x Rp. 1.000) Kode Blok/ DAS/Sub No. Rencana Kegiatan Fungsi Volume Satuan Petak DAS/Desa/ 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Jumlah Kampung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
HL / 735,83 10 HHBK-HA -1 Tada Pemanfaatan Rotan Alam Ha 118.611,12 136.432,44 159.871,54 414.915,10 HPT 1,37 Tada,Sigenti, HL/ 3.527,06 11 HHBK-HA -2 Sioyong, Pemanfaatan Rotan Alam Ha 285.465,60 319.236,18 363.785,59 422.355,07 499.498,22 1.890.340,66 HPT 13,49 Sibayu HL 1. 090,59 12 HHBK-HA -3 Bainaa Pemanfaatan Rotan Alam Ha 94.008,10 106.125,74 122.071,13 143.042,95 170.728,92 635.976,84 HPT 16,06 HL / 43 6,91 13 HHBK-HA -4 Sidoan Pemanfaatan Rotan Alam Ha 93.157,34 105.165,33 198.322,67 HPT 2,20 14 HHBK-HA -5 Bainaa Pemanfaatan Rotan Alam HL 48,86 Ha 20.418,05 20.418,05
HL 347,00 15 HHBK-HA -6 Bainaa Pemanfaatan Rotan Alam Ha 158.265,39 158.265,39 HPT 5,78 HL 325,90 16 HHBK-HA -7 Bainaa Pemanfaatan Rotan Alam Ha 164.710,99 164.710,99 HPT 17,84 DAS Sikea, Pembinaan pola RHL- 17 HHBK-HT -1 Lemo, Malawa agroforestry bersama HL 681,07 Ha 473.241,60 165.634,56 582.087,17 165.634,56 582.087,17 165.634,56 582.087,17 165.634,56 582.087,17 3.464.128,51
(Desa Siweli) masyarakat DAS Rumu Pembinaan pola RHL - 18 HHBK-HT -2 (Desa agroforestry bersama HL 281,46 Ha 236.620,80 82.817,28 291.043,58 82.817,28 291.043,58 82.817,28 291.043,58 82.817,28 1.441.020,67
Siboalong) masyarakat DAS Sibayu (Desa Sibayu) Pembinaan pola RHL- 19 HHBK-HT -3 dan DAS agroforestry bersama HL 249,57 Ha 164.320,00 57.512,00 202.113,60 57.512,00 202.113,60 57.512,00 202.113,60 57.512,00 202.113,60 1.202.822,40
Sioyong (Desa masyarakat Budimukti) Tg. Dampelas, Aluoge, HHBK-HT -4 Dampelas Pengelolaan Wanawisata 20 HL 1.574,50 Ha 506.352,00 506.352,00 506.352,00 506.352,00 506.352,00 2.531.760,00 & WISATA (Desa Talaga bersama masyarakat setempat dan Kambayang) RK -LKJ (Rencana DAS Siraurang Pembuatan Tanaman Karet 21 Kerja Lokasi HPT 507,82 Ha 1.265.000,00 1.707.750,00 733.700,00 290.950,00 290.950,00 1.759.868,00 1.759.868,00 1.759.868,00 1.759.868,00 1.759.868,00 13.087.690,00 (Desa Rerang) dan Jabon Karet dan Jabon)
V- 72 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Lanjutan Tabel 5.19. Lokasi: DAS/Sub Kode Blok/ Rencana Fung Sa- Rencana Tata Waktu dan Penyediaan Dana (x Rp. 1.000) No. DAS/Desa/ Volume Petak Kegiatan si tuan Kampung 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
LPJ (Lokasi Pembuatan DAS Siraurang 22 Penataan Tanaman HPT 39,88 Ha 103.958,40 35.880,00 24.180,00 24.180,00 24.180,00 24.180,00 24.180,00 24.180,00 24.180,00 24.180,00 333.278,40 (Desa Rerang) Jabon) Jabon LKJ -1 (Lokasi Pembuatan DAS Long (Desa 23 Karet dan Tanaman HPT 735,02 Ha 1.865.000,00 2.517.750,00 1.081.700,00 428.950,00 428.950,00 1.297.294,00 1.297.294,00 1.297.294,00 1.297.294,00 1.297.294,00 12.808.820,00 Lembahmukti) Jabon 1) Karet/Jabon LKJ -2 (Lokasi Pembuatan DAS Panii (Desa 24 Karet dan Tanaman HPT 45,74 Ha 1.185.000,00 1.599.750,00 687.300,00 272.550,00 272.550,00 1.613.792,00 1.613.792,00 1.613.792,00 1.613.792,00 1.613.792,00 12.086.110,00 Karyamukti) Jabon 2) Karet/Jabon JUMLAH II 5.564.137,33 11.628.964,42 13.233.194,66 15.065.691,35 16.815.275,86 24.214.043,15 40.778.296,74 39.883.669,71 39.963.134,39 40.314.001,74 247.460.409,36 TOTAL PEMBIAYAAN (INPUT) 35.222,47 Ha 6.159.278,70 13.617.969,92 14.091.128,93 16.164.481,36 17.903.832,27 25.863.912,35 42.345.233,86 41.436.977,62 41.579.752,50 43.759.582,06 262.922.149,56 RENCANA PENDAPATAN (OUTPUT) :
Pemanfaatan HHK -RE
Biaya -biaya - - 3.457.296,84 3.457.296,84 3.457.296,84 3.457.296,84 22.046.451,84 22.046.451,84 22.046.451,84 22.046.451,84 102.014.994,74 Nilai jual tkt. konsumen - - 11.786.775,00 11.786.775,00 11.786.775,00 11.786.775,00 75.151.858,33 75.151.858,33 75.151.858,33 75.151.858,33 347.754.533,33 Harapan Keuntungan - - 8.329.478,16 8.329.478,16 8.329.478,16 8.329.478,16 53.105.406,49 53.105.406,49 53.105.406,49 53.105.406,49 245.739.538,59 Pemanfaatan HHK -HTI
Biaya -biaya 3.150.000,00 3.150.000,00 3.150.000,00 3.150.000,00 12.600.000,00
Nilai jual tkt. konsumen 18.030.468,75 18.030.468,75 18.030.468,75 18.030.468,75 72.121.875,00
Harapan Keuntungan 14.880.468,75 14.880.468,75 14.880.468,75 14.880.468,75 59.521.875,00
Pemanfaatan HHBK Rotan
Biaya -biaya 285.465,60 207.583,49 477.501,58 494.613,18 363.785,59 258.503,57 422.355,07 302.914,49 499.498,22 170.728,92 3.482.949,70 Nilai jual tkt. konsumen 446.040,00 325.013,85 746.800,74 772.833,09 568.414,98 403.911,83 659.929,80 473.303,89 780.465,97 266.763,93 5.443.478,08 Harapan Keuntungan 160.574,40 117.430,36 269.299,16 278.219,91 204.629,39 145.408,26 237.574,73 170.389,40 280.967,75 96.035,02 1.960.528,38 Pemanfaatan HHBK Getah Karet
Biaya -biaya 4.670.954,00 4.670.954,00 4.670.954,00 4.670.954,00 4.670.954,00 23.354.770,00
Nilai jual tkt. konsumen 29.362.740,00 29.362.740,00 29.362.740,00 29.362.740,00 29.362.740,00 146.813.700,00
Harapan Keuntungan 24.691.786,00 24.691.786,00 24.691.786,00 24.691.786,00 24.691.786,00 123.458.930,00
Kontribusi Pihak Ke -III dan PBM kepada KPH:
IUPHHK -HTI PT. Coltan Agro (5%) 61.913.624,61 61.913.624,61
IUP Tambang biji besi PT. All Rezky (10%) 13.557.115,00 13.557.115,00
PBM (HKm, HTR, HD) (2,5%) 66.050.895,97 66.050.895,97
Total pendapatan (output) 160.574,40 117.430,36 23.479.246,07 23.488.166,82 23.414.576,30 48.047.141,17 78.034.767,22 77.967.581,89 78.078.160,24 351.084.360,11 703.872.004,57 Keuntungan Kotor (5.998.704,30) (13.500.539,55) 9.388.117,15 7.323.685,46 5.510.744,03 22.183.228,82 35.689.533,36 36.530.604,27 36.498.407,74 307.324.778,04 440.949.855,01 Kontribusi KPH kepada Pemda (10%) 44.094.985,50
Keuntungan Bersih 396.854.869,51
Keterangan: angka yang tercetak miring dalam tabel merupakan biaya pemanenan hasil *) masuk dalam wilayah kerja IUPHHK PT. Taman Hutan Asri.
V- 73 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Dari Tabel 5.19 dapat dijelaskan bahwa rencana pembiayaan (input)
kegiatan pengelolaan hutan di wilayah KPHP model Dampelas Tinombo
merupakan akumulasi dari biaya kegiatan teknis dan kegiatan penunjang.
Kegiatan penunjang terdiri atas; operasional kantor KPH, penguatan
kelembagaan KPH, perencanaan teknis KPH, pemeliharan/pengadaan
sarana prasarana (sapras) KPH, kewajiban kepada lingkungan/sosial (seperti
RKL/RPL, bantuan sosial), monev, penilaian dan wasdal.
Kegiatan teknis terdiri atas; perlindungan dan pengamanan hutan
(seluruh blok KPH), bimbingan teknis, pendampingan kelompok tani hutan
kegiatan PBM, pembinaan KAT Lauje dan Tajio. Di kawasan lindung (KWL)
mencakup kegiatan rehabilitasi mangrove. Di blok perlindungan mencakup
kegiatan perlindungan tata air dan pemanfaatan jasa lingkungan aliran air,
perlindungan habitat jenis kayu endemik langkah “eboni” dan pemanfaatan
dalam kegiatan riset-riset berskala nasional dan internasional, dan
perlindungan dan pemanfaatan karbon dalam skema REDD+. Di blok
pemanfaatan (HP dan HL) mencakup kegiatan; (a) di kawasan Hutan
Produksi (HPT/HP) meliputi pemanfaatan HHK-RE, HHK-HT, HHBK-rotan,
wanawisata, dan pengembangan rehabilitasi hutan pola agroforestri.
Harapan hasil terbesar dari KPHP model Dampelas Tinombo berumber
dari kegiatan pemanfaatan hutan di wilayah tertentu (HHK-HT, HHK-RE dan
Rotan). Selain itu juga diharapkan bersumber dari kontribusi pihak pemegang
ijian usaha hasil hutan tanaman industri (HTI) sebesar 5% dan kontribusi hasil
tambang biji besi sebesar 10% dan dari usaha-usaha hasil hutan PBM (HKm,
HTR dan HD) dengan kontribusi sebesar 2,5%. Kontribusi 10% dari hasil
tambang dengan pertimbangan bahwa kegiatan penambangan akan
V- 74 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
menyebabkan berubahnya bentang alam hutan yang menyebabkan hilangnya
banyak species flora dan fauna, serta rusaknya ekosistem hutan.
Hasil hitungan kontribusi usaha tambang seperti pada Tabel 5.19
didasarkan hasil kajian potensi tambang oleh Abdul Rauf Prodi Teknik
Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta tahun 2012 yang menjelaskan
bahwa potensi tambang di lokasi PT. All Rezky dapat mencapai produksi
1,95-3,90 juta ton. Areal tambang PT. All Rezky di wilayah KPH seluas
1.516,88 ha sehingga ditaksir potensi biji besi berasal dari areal KPH
mencapai 328.657,33 – 657.341,67 ton (harga biji besi Rp. 275.000/ton)
sehingga akan dihasilkan nilai sebesar Rp. 90,38 – 180,76 millyar atau rata-
rata sebesar Rp. 135,57 millyar. Sepuluh persen dari jumlah tersebut
mencapai nilai sebesar Rp. 13.56 millyar. Selanjutnya hitungan sebesar 2,5%
bagi kontribusi PBM kepada KPH dengan pertimbangan bahwa masyarakat
dalam mengelola HKm, HTR, dan HD dominan berbasis pada pemanfaatan
secara tradisional dan semi mekanis. Selain itu, juga didasarkan pada
pertimbangan bahwa masyarakat sekitar KPH perlu diberdayakan dengan
harapan sumber-sumber konflik dalam pemanfaatan hasil hutan dari
masyarakat berkurang. Adapun kontribusi 5% bagi pemegang IUPHHK-HTI
dengan pertimbangan masih besarnya kewajiban mereka dalam pengelolaan
hutan tanaman seperti kewajiban sosial dan lingkungan, kontribusi/iuran-iuran
lainnya.
Dari Tabel 5.19, nampak adanya pemanfaatan hasil hutan rotan pada
tahun 2013-2014 dan tahun 2015-2022. Hal ini dimaksudkan agar UPTD
KPHP model Dampelas Tinombo dapat mengurangi beban biaya
pemerintah/pemda yang cukup besar dalam persiapan menjadi lembaga
V- 75 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
berbadan hukum BLUD. Diharapkan mulai tahun 2015, KPHP model dapat
memanfaatan HHK-HA dalam pola/sistem restorasi ekosistem (RE). Hal lain
yang tidak kalah penting adalah hutan tanaman karet yang mulai
dikembangkan KPH saat ini, diperkirakan baru akan mulai berproduksi pada
tahun 2018. Dengan berproduksinya HT-karet tersebut diharapkan KPHP
model Dampelas Tinombo menerapkan BLUD penuh sebagai KPH yang
mandiri. Dengan demikian, mulai periode tahun 2018 dst., bentuk
kelembagaan UPTD dimungkinkan berubah menjadi Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK BLUD) Penuh. Sebagai
gambaran proses KPH menuju BLUD Penuh seperti pada road map berikut.
Thn Thn Thn Thn Thn Thn Thn Thn Thn Thn 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Periode Persiapan Periode Persiapan Kemandirian Periode Kemandirian Penuh (BLUD penuh) (UPTD) (BLUD tak penuh)
Periode Manajemen UPTD Menejemen PPK-BLUD
L. Pengembangan Database
Diera teknologi informasi dan globalisasi saat ini, database akan
menjadi sangat penting dibutuhkan, terutama pada tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan pengelolaan, dan tahap evaluasi dan pengendalian.
Melalui penyajian database yang sistematis, akurat, menjadikan suatu
lembaga, tak terkecuali lembaga KPHP Model Dampelas Tinombo dalam
melaksanakan pengelolaan hutannya.
Database kawasan dan potensi hutan KPHP yang terkelola baik akan
menjadi sistem informasi kehutanan yang memiliki “nilai jual” yang tinggi dan
alat kontrol yang optimal dalam mengukur kinerja lembaga dan personil
V- 76 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
pengelolanya. KPHP Dampelas Tinombo sebagai KPH Model akan
membangun sistem database-nya lebih awal sebelumnya memasarkan
produk-produknya kepada publik. Karena sistem database yang on-line
diharapkan KPHP ini mampu menembus pasar internasional dalam
menawarkan rencana produk pengelolaan hutannya.
Sehubungan dengan uraian tersebut, dengan sistem database yang
telah terbangun dapat dikembangkan menjadi sistem informasi kehutanan
KPHP Model Dampelas Tinombo (SISHUT KPHP Model Dampelas Tinombo).
Dalam Permnhut No.: P.02/Menhut-II/2010TentangSistem Informasi
Kehutanan. Untuk itu maka dalam pengembangan database KPHP Model
Dampelas Tinombo akan mengacu pada Permenhut tersebut dengan
beberapa batasan tentang sistem informasi kehutanan sbb.:
V Standar adalah acuan yang dipakai sebagai patokan dalam
penyelenggaraan sistem Informasikehutanan pada tingkat KPHP.
V Prosedur adalah metode atau tata cara untuk penyelenggaraan sistem
informasi kehutanan padatingkat KPHP
V Data adalah gambaran dari sekumpulan fakta, konsep atau instruksi yang
tersusun dalam suatu cara atau bentuk yang formal sehingga sesuai untuk
komunikasi, interpretasi atau pemrosesan secara manual atau otomasi.
V Data digital adalah data yang telah diubah dalam bentuk atau format yang
dapat dibaca oleh perangkat elektronik.
V Data spasial adalah data hasil pengukuran, pencatatan dan pencitraan
terhadap suatu unsur keruangan yang berada di bawah, pada atau di atas
permukaan bumi dengan poisisi keberadaannya mengacu pada sistem
koordinat nasional.
V- 77 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
V Data numerik adalah data yang merupakan atribut dari data spasial atau
data lain yang tidak terkait dengan aspek keruangan.
V Basis data adalah Koleksi dari sekumpulan data yang berhubungan atau
terkait satu sama lain, disimpan dan dikontrol bersama dengan suatu
skema atau aturan yang spesifik sesuai dengan struktur yang dibuat.
V Sistem Informasi Kehutanan adalah kegiatan pengelolaan data kehutanan
yang meliputi kegiatan pengumpulan, pengolahan dan penyajian serta tata
caranya secara digital.
V Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan,
menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis
dan/atau menyebarkan informasi.
Penerapan sistem informasi kehutananKPHP Model dimaksudkan
sebagai acuan dalam penyelenggaraansistem informasi kehutanan sebagai
norma, standar, prosedur dan kriteria dalam penyelenggaraan sistem
informasi kehutanan di tingkat KPHP.
Tujuan penetapan sistem informasi kehutanan KPHP adalah
terlaksananya penyelenggaraan sistem informasi kehutanan secara
terkoordinasi dan terintegrasi sebagai pendukung dalam prosespengambilan
keputusan serta peningkatan pelayanan bagi publik dan dunia usaha.
Jenis data kehutanan yang diperlukan dalampenyelenggaraan sistem
informasi kehutanan pada KPHP Model Dampelas Tinombo meliputi data: a.
Kawasan dan potensi hutan;b. Industri kehutanan;c. Perdagangan hasil
hutan;d. Rehabilitasi lahan kritis;e. Pemberdayaan masyarakat; danf. Tata
kelola kehutanan .
V- 78 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Data kawasan dan potensi Hutan antara lain meliputi:a. Luas kawasan
hutan dan perairan;b. Tata batas kawasan hutan;c. Luas kawasan hutan yang
telah ditetapkan;d. Luas dan letak perubahan fungsi dan peruntukan kawasan
hutan;e. Luas dan letak kesatuan pengelolaan hutan;f. Potensi hasil hutan
kayu;g. Potensi hasil hutan bukan kayu;h. Luas areal yang tertutup dan tidak
tertutup hutan;i. Luas dan letak areal penggunaan kawasan hutan;j. Jenis
flora dan fauna yang dilindungi;k. Gangguan keamanan hutan;l. Lokasi dan
luas areal kebakaran hutan; danm. Perlindungan hutan.
Data industri kehutanan antara lain meliputi:a. Jumlah dan luas izin usaha
pemanfaatan hasil hutan kayu;b. Jumlah dan luas izin usaha pemanfaatan
hasil hutan bukan kayu;c. Jumlah dan luas izin usaha pemanfaatan jasa
lingkungan dan wisata alam;d. Jumlah izin pengusahaan tumbuhan dan
satwa liar;e. Produksi kayu bulat dan kayu olahan (Produksi hasil hutan bukan
kayu dan Pelaksanaan sistem silvikultur intensif);f. Jumlah dan kapasitas
industri primer kehutanan; dang. Sertifikasi pengelolaan hutan.
Data perdagangan hasil hutan antara lain meliputi:a. Volume dan nilai
ekspor hasil hutan kayu dan bukan kayu;b. Volume dan nilai impor kayu bulat
dan kayu olahan;c. Nilai perdagangan tumbuhan dan satwa liar;d. Potensi
penyerapan dan perdagangan karbon;e. Nilai PNBP dari penggunaan
kawasan hutan; danf. Kontribusi sektor kehutanan terhadap Produk Domestik
Bruto.
Data rehabilitasi lahan kritis antara lain meliputi:a. Lokasi dan luas lahan
kritis berdasarkan DAS;b. Laju deforestasi dan degradasi;c. Hasil kegiatan
rehablitasi hutan dan lahan;d. Luas dan lokasi kegiatan reklamasi kawasan
hutan; dane. Pengembangan kegiatan perbenihan.
V- 79 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Data pemberdayaan masyarakat antara lain meliputi:a. Lokasi dan luas
hutan desa;b. Jumlah, letak dan luas areal hutan tanaman rakyat;c. Letak dan
luas areal hutan rakyat;d. Letak dan luas areal hutan kemasyarakatan;e.
Pengelolaan Hutan Bersama masyarakat (PHBM);f. Pembangunan
masyarakat desa hutan (PMDH);g. Peningkatan ekonomi masyarakat di
sekitar kawasan konservasi; danh. Peningkatan usaha masyarakat di sekitar
hutan produksi.
Data tata kelola kehutanan antara lain meliputi:a. Jumlah dan sebaran PNS
instansi kehutanan;b. Alokasi dan realisasi anggaran;c. Sarana dan
prasarana instansi kehutanan;d. Realisasi audit reguler dan khusus;e.
Penyuluhan kehutanan; danf. Teknologi produk dan informasi ilmiah.
Dalam rangka penyajian data-data tersebut mengikuti format pada
Lampiran Permenhut No.: P.02/Menhut-II/2010 atau perubahannya jika telah
ada.
M. Rasionalisasi Wilayah Kelola
Rasionalisasi wilayah kelola KPHP Model Dampelas Tinombo adalah
penting bagi pengembangan manajemen kawasan. Sejak terbentuknya KPHP
model tahun 2009 berbagai kegiatan telah dilakukan, terutama yang terkait
dengan perencanaan dan diskusi publik. Dalam proses perjalanan KPH ini
terbuka peluang untuk merasionalisasi kawasannya sesuai keadaan yang
berkembangan, baik yang terkait dengan perkembangan kebijakan dibidang
pengelolaan hutan maupun yang terkait dengan kondisi hutan di tingkat
tapak.
Sejak tahun 2009, KPHP Model Dampelas Tinombo telah memiliki
dokumen rancangan model pengelolaan kawasan, dan dokumen ini menjadi
V- 80 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
dasar penyusunan rencana aksi tahun 2010, dengan luas KPHP mencapai
103.208,66 ha.Selanjutnya sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor SK.79/MENHUT-II/2010 Tentang Peta PenetapanwilayahKesatuan
Pengelolaan Hutan Lindung danKesatuan Pengelolaan Hutan
ProduksiProvinsi Sulawesi Tengah, KPHP Model Dampelas Tinombo yang
sebelumnya adalah Unit V berubah menjadi Unit IV dengan luas seluruhnya
mencapai 112.687,70 ha. Dari hasil verifikasi data luas Dinas Kehutanan
Provinsi Sulawesi Tengah terdapat areal KSA seluas 30 ha dan badan air
seluas 190 ha. Dalam perencanaan ini badan air tidak dikeluarkan karena
diasumsikan sebagai areal sawah maka luas total seluruhnya menjadi
112.687,70 ha. Adapun tambahan lokasi KPHP Model Dampelas Tinombo
adalah kelompok HPT di wilayah Desa Silempu s.d. Ogoamas Kecamatan
Sojol dan Sojol Utara Kabupaten Donggala.
Rasionalisasi model pengelolaan kawasandilakukan beberapa hal,
seperti dengan diadakan rencana pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu
untuk dengan khusus, seperti perlunya memberikan ruang hidup di wilayah
KPHP bagi KAT suku Lauje dan Tajio, area untuk pemanfaatan karbon, dll.
Dalam proses pengelolaan KPHP Model 10 tahun kedepan, apabila
dalam rentang waktu tersebut terdapat beberapa rencana usaha yang tidak
memungkinkan dilaksanakan setelah dilakukan studi-studi kelayakan ataupun
terdapat rencana kegiatan yang belum teridentifikasi saat penyusunan
rencana ini maka dapat dilakukan rasionalisasi wilayah kelola. Termasuk
dalam rasionalisasi ini adalah pengurangan dan atau penambahan luas areal
wilayah kelola pada kegiatan usaha-usaha tertentu dalam wilayah KPHP
Model.
V- 81 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Dalam rasionalisasi wilayah kelola KPH model Dampelas Tinombo
yang terpenting dilakukan dengan segera adalah penyelarasan/sinkronisasi
batas-batas luar wilayah KPH, antara peta hasil tata batas luar kawasan
hutan wilayah KPH model oleh Dishut Sulteng dengan peta penetapan KPHP
oleh Menhut sesuai Lampiran 2 Surat Keputusan Menhut Nomor
SK.79/Menhut-II/2010 tanggal 10 Februari 2010.
N. Review Rencana Pengelolaan (Minimal 5 tahun sekali)
Seperti halnya dengan rasionalisasi wilayah kelola, maka review
rencana pngelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo memungkinkan pula
dilakukan, selama proses dan maksud serta tujuan review tidak menyalahi
peraturan perundang-undangan yang ada.
Untuk contoh, apabila dalam proses pelaksanaan pengelolaan, di
wilayah KPHP ternyata terdapat potensi tambang tentunya dapat dilakukan
review untuk mengakomodir rencana inivestasi tersebut. Namun demikian
dalam merencanakan investasi tambang di wilayah KPHP Model perlu
dilakukan secara ekstra hati-hati oleh Pengelola KPHP, karena hampir
seluruh wilayah KPH ini rentang terhadap bencana alam, dan kawasan hutan
yang ada menjadi penyangga utama bagi permukiman dan lahan pertanian
pada enam kecamatan di kawasan bawahannya. Karena itu, setiap rencana
pengelolaan kawasan hutan terkait dengan rencana investasi tambang perlu
mendapat persetujuan tertulis dari kelompok-kelompok masyarakat yang
akan terkena dampaknya, yang disaksikan oleh LSM, Pemerintah Desa dan
Kecamatan.
Rencana review pengelolaan hutan di wilayah KPHP Model Dampelas
Tinombo yang rencananya dilakukan minimal lima tahun sekali adalah waktu
V- 82 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
cukup mengukur suatu kinerja pengelolaan hutan. Tentunya terhadap
pengelolaan hutan yang dinilai menjadi penyumbang dampak negatif besar
bagi lingkungan serta menjadi sumber potensi konflik besar perlu dievaluasi
kelayakan eksistensinya.
Review dimaksudkan pula untuk mensingkronkan setiap perubahan
kebijakan pemerintah di bidang pengelolaan hutan yang mungkin terjadi
selama jangka waktu tertentu pengelolaan hutan, seperti perubahan
perundang-undangan di bidang kehutanan, perubahan peraturan pemerintah
terkait pengelolaan dan pemanfaatan hasil hutan, dsb.
O. Pengembangan Investasi
Rencana pengembangan investasi di wilayah KPHP Model Dampelas
Tinombo didasarkan pada peluang, kekuatan, ancaman dan tantangan
terhadap setiap rencana investasi di wilayah ini.
Guna menyakinkan investor menanamkan modalnya di wilayah KPHP
dilakukan analisis kelayakan terhadap beberapa rencana usaha pemanfaatan
hutan yang diselenggarakan oleh KPHP Model Dampelas Tinombo.
Rencana Pengembangan Investasi di wilayah KPHP Model Dampelas
Tinombo difokuskan pada perhitungan kelayakan usaha pemanfaatan hutan
produksi melalui pembangunan hutan tanamanseperti pembangunan hutan
tanaman rakyat, hutan tanaman industri atau hutan tanaman lainnya,
termasuk kegiatan rehabilitasi hutan.
Pembiayaan dan Tata Waktu:
• Besarnya anggaran pembangunan hutan tanaman lima tahun terakhir
dari berbagai sumber anggaran beserta realisasinya dijadikan acuan
dalam merencanakan jumlah anggaran untuk lima tahun berikutnya.
V- 83 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
• Rencana anggaran pada dasarnya merupakan terjemahan dari input
menjadi unit uang dengan menggunakan satuan biaya (unit cost ) yang
berlaku serta asumsi-asumsi tertentu.
• Satuan biaya yang digunakan didasarkan pada hasil studi lapangan
pada waktu dan tempat tertentu dan/atau ketetapan instansi-instansi
yang berwenang.
• Pembiayaan kegiatan pembangunan hutan tanaman bersumber dari
APBN/APBD dan sumber-sumber lain yang berpotensi membiayai
kegiatan pada untuk masa lima tahun kedepan (masa review rencana
pengelolaan hutan).Selain pembiayaan tersebut, pembiayaan kegiatan
juga dapat berasal dari DBH DR, DAK Bidang Kehutanan, dan lain-lain
termasuk pembiayaan secara swadaya masyarakat maupun
kemitraan.
• Analisis finansial dilaksanakan untuk menentukan sampai seberapa
besar suatu program/kegiatan dapat memberikan manfaat yang lebih
besar dari biaya (investasi) yang diperlukan dari sudut ekonomi
maupun perbaikan kondisi lingkungan.
• Analisa finansial merupakan alat bagi pembuat keputusan untuk
menetapkan layak atau tidaknya suatu program/kegiatan dilaksanakan.
• Keuntungan atau manfaat dari program/kegiatan dapat berupa
keuntungan langsung, atau tidak langsung dan tidak dapat dinilai
dengan uang ( intangable ), misalnya perbaikan lingkungan hidup,
perbaikan iklim mikro, meningkatkan stabilitas nasional dan
sebagainya.
V- 84 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
• Pendekatan kelayakan ekonomi digunakan untuk menilai kegiatan atau
program dengan cara menghitung: a. Net Present Value (NPV); b.
Internal Rate of Return (IRR); c. Benefit Cost Ratio (BCR);
• Analisis finansial hanya dilakukan untuk rencana usaha di kawasan
hutan produksi, karena kegiatan pada hutan lindung lebih
dititikberatkan kepada upaya konservasi dan perbaikan lingkungan.
Analisis Kelayakan Ekonomi:
Analisis kelayakan ekonomi bertujuan untuk mengetahui tingkat
kelayakan ekonomi dari kegiatan usaha yang akan dilaksanakan ditinjau dari
segi ekonomi. Kriteria yang digunakan dalam analisis ekonomi ini adalah Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Benefit Cost Ratio
(BCR).
NPV merupakan keuntungan bersih di akhir tahun proyek yaitu jumlah
benefit dikurangi biaya di akhir tahun proyek. Dengan kata lain NPV
merupakan selisih antara “ present value benefit ” dan “ present value ” dari
biaya yang dinyatakan dengan rumus:
NPV merupakan tingkat keuntungan/profitabilitas relatif. n t NPV = ∑ [Bt – Ct]/[1+i] t-i Keterangan: Bt = manfaat proyekpada tahun t Ct = biaya pada tahun t i = discount rate (tingkat bunga) t = umur proyek..
Kriteria penilaian:
Bila nilai NPV < 1 dan positip berarti proyek dapat dilaksanakan,
karena akan memberikan manfaat.
V- 85 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Bilai nilai NPV = 0, berarti proyek tersebut mengembalikan persis
sebesar biaya (cost) yang dilakukan.
Bila nilai NPV < 0, berarti proyek tidak akan memberikan manfaat
sehingga tidak layak dilaksanakan.
IRR adalah nilai discount rate (i) sehingga NPV program/proyek
sama dengan nol. NPV dapat dinyatakan dengan persamaan:
n t NPV = ∑ [Bt – Ct]/[1+IRR] = 0 t-i
Kriteria penilaian:
Bilai nilai IRR > social discount rate , maka program/proyek layak
dilaksanakan.
Bilai nilai IRR < social discount rate , maka program/proyek tidak layak
dilaksanakan.
BCR adalah perbandingan antara benefit dan cost yang sudah
disesuaikan nilai sekarang ( present value ). B/C ratio dapat dinyatakan
dengan persamaan:
n tn t B/C = ∑ { [Bt]/[1+ t] }/{ ∑ { [Ct]/[1+ i] } t-it-i
Kriteria penilaian:
Bila nilai BCR > 1 berarti proyek layak untuk dilaksanakan.
Bila nilai BCR < 1 berarti proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
Beberapa asumsi yang dijadikan dasar dalam perhitungan analisis
ekonomi proyek ini adalah:
V- 86 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
a. Pelaksanaan proyek ditetapkan minimal 15 tahun untuk jenis kayu-
kayuan, sedangkan untuk jenis tanaman tahunan (buah-buahan)
dietapkan 5 tahun.
b. Satuan harga diambil pada tahun berjalan.
c. Tingkat suku bunga ( interest ) sama dengan tingkat suku bunga di bank.
Penetapan angka suku bunga ini didasarkan pada kecenderungan yang
nampak, bunga tabungan jangka panjang berdasarkan harga yang berlaku
(nominal) di sektor moneter rerata diperkirakan berada di tingkat nilai
bunga per tahun. Dengan perkiraan tingkat inflasi normal dalam jangka
panjang per tahun selama lima belas tahun, maka tingkat suku bunga riil
per tahun dapat ditentukan.
d. Setiap kegiatan proyek dibebankan pada sumber dana APBN/APBD
Provinsi, dan atau bantuan dana dari sumber-sumber sah lainnya.
Hasil analisis kelayakan finansial pada kegiatan rencana usaha
pemanfaatan hutan tanaman, termasuk rehabilitasi hutan (reboisasi dan
pengkayaan rebosiasi) pada kawasan Hutan Produksi, baik dalam pola
pertanaman campuran jenis kayu-kayuan dengan MPTS maupun dalam pola
pertanaman monokultur kayu-kayuan diuraikan sbb.:
V Standar per Ha Tanaman pada Hutan Produksi dengan jumlah
tanaman 1.100 batang/hektar yang akan diterapkan: Sebanyak 990
btg/ha jenis Tanaman Kayu-kayuan (90%) jenis Nyatoh/Palapi, Jati/
Mahoni/Jabon dan jenis tanaman MTPS Kemiri/dll. sebanyak 110
btg/ha (10%).
V Standar per Ha Tanaman Pengkayaan pada Hutan Produksi dengan
jumlah tanaman 400 batang/hektar yang akan diterapkan: Sebanyak
V- 87 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
360 btg/ha jenis Tanaman Kayu-kayuan (90%) jenis
Trembesi/Agatis/dll. dan jenis tanaman MTPS Kemiri/dll. sebanyak 40
btg/ha (10%).
V Standar per Ha Tanaman pada Hutan Produksi dengan jumlah
tanaman 1.100 batang/hektar yang akan diterapkan: Sebanyak 1.100
btg/ha jenis Tanaman Kayu-kayuan (100%) jenis Nyatoh/Palapi, Jati/
Mahoni/Jabon/dll.
Pendapatan Unit Kegiatan Rencana Usaha Hutan Tanaman:
Pendapatan setiap unit kegiatan usaha diperoleh dari nilai output yang
bisa dihasilkan unit kegiatan. Untuk kepentingan penyusunan dokumen
rencana ini, pendapatan setiap unit kegiatan usaha diperoleh dari hasil
penjualan hasil hutan kayu-kayuan dan MPTS.
Harapan hasil kayu dan biji kemiri dapat diperoleh sejak pemanenan
pertama (umur 10 tahun hasil penjarangan) dan pemanenan akhir (umur 15
tahun) untuk jenis kayu-kayuan dan mulai tahun ke-5 untuk biji kemiri sbb.:
‹ Untuk jenis kayu pertukangan berdaur sedang (Nyatoh, Palapi, Jabon,
dll.) pola monokultur kayu-kayuan (100%) dan pola campuran (90% kayu-
kayuan) dengan populasi tanaman RH sebanyak 1.100 btg/ha pada hutan
produksi diasumsikan dapat diperoleh hasil kayu dari hasil pemanenan
penjarangan II tahun ke-10dengan taksiran sejumlah 28,82-32,03 m³/ha
(setara 89-99 pohon/ha atau intensitas penjarangan 10% dari 891-990
phn/ha dan rata-rata diameter batang setinggi dada 27,6 cm serta rata-
rata tinggi bebas cabang 11 m). Selanjutnya pada panen akhir tahun ke-
15 diasumsikan dapat diperoleh sejumlah 744,73- 827,48 m³/ha (setara
842-935 pohon/ha sisa hasil penjarangan dan rata-rata diameter batang
V- 88 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
setinggi dada 36,36 cm serta rata-rata tinggi bebas cabang 17,2 m).
Perkiraan harga jenis komoditi kayu kelas I, II dan IIIyang berlaku saat
dipasaran dengan harga Rp. 2.000.000/m³ dan untuk hasil penjarangan
dengan harga Rp. 500.000/m 3.
‹ Untuk kegiatan tanaman pengkayaan (400 btg/ha) pada Hutan Produksi
pola pertanaman campuran (90% kayu-kayuan dan10% MPTS jenis
Kemiri/dll.) diasumsikan dapat diperoleh hasil kayu dari hasil penjarangan
ke-II (tahun ke-10) sebesar 10,48 m3/ha (setara 32 phn/ha atau intensitas
penjarangan 10% dari 324 phn/ha dan rata-rata diameter batang setinggi
dada 27,6 cm serta rata-rata tinggi bebas cabang 11 m). Selanjutnya
pada panen akhir tahun ke-15 sejumlah 270,81 m³/ha (setara 306
pohon/ha dengan dan rata-rata diameter batang setinggi dada 36,36 cm
serta rata-rata tinggi bebas cabang 17,2 m).
‹ Untuk jenis kayu penghasil buah/biji (Kemiri/dll.) hutan produksi
diasumsikan dapat diperoleh hasil biji kemiri bentuk gelondongan mulai
hasil tahun ke-5 s.d. tahun ke-15, dan setelah tahun ke-15 hingga umur
kemiri 70 tahun (setelah umur 70 tahun kemiri menurun produksi bijinya).
Mulai tahun ke-5 diasumsikan kemiri mulai memperoduksi biji dengan
taksiran sejumlah 75kg/phn/thn, hingga tahun ke-15 sejumlah 125
kg/phn/thn. Harga biji kemiri gelondongan saat di pasaran berkisar Rp.
3.800/kg – Rp. 5.700/kg. Untuk keperluan perhitungan ini digunakan
harga Rp. 5.000/kg. Dari proporsi tanaman kemiri yang direncanakan
yaitu 10% pada Hutan Produksi, dapat diperoleh hasil sbb.:
V Pada kegiatan pembuatan tanaman di Hutan Produksi (90% kayu-
kayuan dan 10% MPTS Kemiri dari populasi tanaman 1.100 btg/ha),
V- 89 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
diasumsikan dapat diperoleh hasil sebesar 8,25 ton/ha/thn pada
tahun ke-5, sebesar 11 ton/ha/thn pada tahun ke-10, dan sebesar
13,75 ton/ha/thn pada tahun ke-15.
V Pada kegiatan Pembuatan Tanaman Pengkayaan di Hutan Produksi
(90% kayu-kayuan dan 10% MPTS Kemiri dari populasi tanaman 400
btg/ha), diasumsikan dapat diperoleh hasil sebesar 3 ton/ha/thn pada
tahun ke-5, sebesar 4 ton/ha/thn pada tahun ke-10, dan sebesar 5
ton/ha/thn pada tahun ke-15.
Harga komoditas di atas merupakan dasar dalam analisis finansial
setiap unit usaha tanaman kayu-kayuan, dan MPTS pada kegiatan usaha
hutan tanaman termasuk kegiatan rehabilitasi hutan (reboisasi dan
pengkayaan reboisasi) pada hutan produksi seperti tercermin dalam dalam
cash flow . Apabila harga tersebut di atas dikalikan dengan jumlah volume
produksi (m³, kg atau ton) akan diperoleh perkiraan pendapatan untuk jenis
komoditi yang diusahakan di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo
bersama-sama masyarakat pengguna lahan hutan.Adapun taksiran
pendapatan disajikan pada Tabel 5.20 berikut.
Tabel 5.20. Taksiran Pendapatan Nominal Unit Usaha HutanTanaman (Per Hektar) Total Pendapatan No. Jenis Unit Usaha (Rp.) Unit Usaha Hutan Tanaman Jenis Kayu-kayuan 90% (Nyatoh/Palapi/ 1. Jati/Jabon/ dll.) dan MPTS 10% (Kemiri, dll.) Per Hektar pada Kawasan 2,183,574,250 Hutan Produksi:Populasi Tanaman 1.100 Btg/Ha. Unit Usaha hutan Tanaman Jenis Kayu-kayuan 100% (Nyatoh/ Palapi/ 2. Jati/Jabon/dll.) Per Hektar pada Kawasan Hutan Produksi: Populasi 1,815,082,500 Tanaman 1.100 Btg/Ha. Unit Usaha Hutan Tanaman Pengkayaan Jenis Kayu-kayuan 90% 3. (Nyatoh/ Palapi/Jati/Jabon/dll.), dan MPTS 10% (Kemiri/ dll.) Per 794,027,000 Hektar pada Kawasan Hutan Produksi : Populasi Tanaman 400 B tg/Ha .
Keuntungan Finansial ( Commercial Profitability )
Kriteria yang dipilih dalam analisis ini adalah berupa angka nilai sekarang netto (NPV) yakni keuntungan dalam nilai rupiah dengan memasukkan biaya
V- 90 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo opportunitas modal (bunga), rasio pendapatan biaya terdiskon ( BC ratio ) yakni tingkat keterhubungan relatif terhadap biaya termasuk biaya bunga, serta prosentase keuntungan internal ( internal/financial rate of return atau
IRR/FRR ).yakni tingkat keuntungan mutlak dinyatakan dalam prosentase biaya.
Seperti telah dijelaskan bahwa perhitungan besarnya NPV dan BCR didasarkan biaya suku bunga riil sebesar modal yang menjadi beban investor kepada kridetur (seluruh biaya unit kegiatan dianggap berasal dari pinjaman) yakni sebesar 9%. Demikian juga halnya dengan tingkat keuntungan yang digunakan sebagai angka pembanding IRR yang ditemukan.
Cash flow untuk memperkirakan harapan NPV, BCR dan IRR unit kegiatan usaha secara rinci disajikan pada Tabel 5.23 s.d Tabel 5.25 Pada tabel tersebut dapat ditemukan tingkat keuntungan unit kegiatan usaha masyarakat diukur dari kriteria yang digunakan seperti terlihat pada Tabel 5.21 berikut.
Tabel 5.21. Tingkat Keuntungan Unit UsahaHutan Tanaman(Per Hektar) NPV IRR No. Jenis Unit Usaha BCR (Rp.) (%) Unit Usaha Hutan Tanaman Jenis Kayu-kayuan 90% (Nyatoh/Palapi/ Jati/Jabon/ dll.) dan MPTS 10% (Kemiri, 1. 379,240,267 2.16 22.40 dll.) Per Hektar pada Kawasan Hutan Produksi:Populasi Tanaman 1.100 Btg/Ha. Unit Usaha hutan Tanaman Jenis Kayu-kayuan 100% 2. (Nyatoh/ Palapi/ Jati/Jabon/dll.) Per Hektar pada Kawasan 277,229,305 2.11 21.20 Hutan Produksi: Populasi Tanaman 1.100 Btg/Ha. Unit Usaha Hutan Tanaman Pengkayaan Jenis Kayu- kayuan 90% (Nyatoh/ Palapi/Jati/Jabon/dll.), dan MPTS 3. 136,220,196 2.13 22.26 10% (Kemiri/ dll.) Per Hektar pada Kawasan Hutan Produksi: Populasi Tanaman 400 Btg/Ha.
Dari hasil perhitungan seperti hasil pada Tabel 5.26 di atas, dapat diketahui bahwa pada tingkat suku bunga konstan yang menjadi beban program ini (9% konstan dan 17% nominal), dapat diharapkan bahwa program yang diusahakan bisa menunjukkan keuntungan relatif (NPV) positip, dan rasio pendapatan biaya (BCR) lebih besar dari satu. Sejalan dengan NPV dan BCR, demikian juga halnya pada sisi IRR-nya. Angka harapan IRR untuk unit kegiatan
V- 91 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo usaha hutan tanaman ternyata lebih dari nilai opportunitas kapital bagi unit kegiatan ini (9% konstan, atau 17% per tahun).Berdasarkan hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa prospek finansial strategi unit usahahutan tanaman di wilayah KPHP Model Dampelas Tinombo menurut nilai harapan keuntungan finansialnya adalah layak untuk dilaksanakan.
Analisis selanjutnya adalah analisis biaya dan pendapatan nominal unit usaha hutan tanaman (tidak memasukkan unsur biaya bunga modal), dapat dikatakan bahwa unit kegiatan usaha yang diusulkan cukup prospektif. Hal ini ditunjukkan dari nilai keuntungan nominal yang positip. Tingkat keuntungan nominal rencana umum ini disajikan pada Tabel 5.22 berikut.
Tabel 5.22. Tingkat Keuntungan Nominal Unit Usaha Hutan Tanaman (Per Hektar)
Total Biaya Total Pendapatan Keuntungan No. Jenis Unit Usaha (Rp.) (Rp.) (Rp.)
Unit Usaha Hutan Tanaman Jenis Kayu-kayuan 90% (Nyatoh/Palapi/ Jati/Jabon/ dll.) dan MPTS 10% 1. 992,251,013 2,183,574,250 1,191,323,238 (Kemiri, dll.) Per Hektar pada Kawasan Hutan Produksi:Populasi Tanaman 1.100 Btg/Ha. Unit Usaha hutan Tanaman Jenis Kayu-kayuan 100% (Nyatoh/ Palapi/ 2. Jati/Jabon/dll.) Per Hektar pada 833,629,725 1,815,082,500 981,452,775 Kawasan Hutan Produksi: Populasi Tanaman 1.100 Btg/Ha. Unit Usaha Hutan Tanaman Pengkayaan Jenis Kayu-kayuan 90% (Nyatoh/ Palapi/Jati/Jabon/dll.), dan 3. 362,757,750 794,027,000 431,269,250 MPTS 10% (Kemiri/ dll.) Per Hektar pada Kawasan Hutan Produksi: Populasi Tanaman 400 Btg/Ha.
Untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan usaha hutan
tanaman harus didukung dengan biaya yang cukup untuk menjamin
ketersediaan sumber daya yang diperlukan. Untuk itu perlu dilakukan
perhitungan yang cermat agar sumber daya yang dibutuhkan selalu
tersedia.
V- 92 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Penyelenggaraan kegiatan usaha hutan tanaman pada hutan
produksi yang telah dibebani izin pemanfaatan hutan atau izin penggunaan
kawasan hutan dibiayai oleh pemegang izin.
Dasar pertimbangan yang digunakan dalam menentukan
pembiayaan kegiatan usaha hutan tanamantermasuk rehabilitasi hutan
didasarkan kepada:
a. Keputusan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan (BUK) tentang
penetapan biaya satuan yang terbaru.
b. Keputusan Direktur Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan
Sosial (BPDASPS) tentang penetapan biaya satuan bidang reboisasi dan
rehabilitasi lahan yan terbaru.
c. Standarisasi Kebutuhan Tenaga Kerja (HOK/Ha) dari pejabat berwenang.
d. Standar biaya di wilayah kerja sasaran kegiatandari hasil pengamatan
lapangan dan konsultasi dengan instansi terkait.
e. Harga satuan pokok kegiatan Provinsi Sulawesi Tengah atau Kabupaten
yang terbaru.
f. Kemungkinan kenaikan harga dalam kurun 5 (lima) tahun.
Besar upah pekerja yang berlaku di Wilayah Kabupaten Parigi
Moutong dan Kabupaten Donggala berkisar antara Rp. 40.000,- s.d. Rp.
50.000.- per hari pada tahun 2010/2011, dan pada tingkat Provinsi Sulawesi
Tengah sebesar Rp. 50.000.- per hari. Dengan demikian dalam perhitungan
kebutuhan biaya RH periode 2012-2014 digunakan standar upah pekerja Rp.
40.000.-. per hari. Hal ini sesuai pula dengan standar upah tingkat regional
wilayah III (termasuk di dalamnya Provinsi Sulawesi Tengah) yang
dikeluarkan oleh Ditjen RLPS untuk tahun anggaran 2011.
V- 93 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Mengingat perencanaan ini masih semi definitif maka untuk harga bibit
tanaman kayu-kayuan dan MPTS masih dapat disesuaikan dengan
perkembangan harga dasar yang berlaku di Kabupaten Parigi Moutong dan
Kabupaten Donggala sesuai dengan tahun penyelenggaraan kegiatan RH,
termasuk harga bahan dan peralatan.
V- 94 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Tabel 5.23.Cash Flow Analisis Finansial Unit Usaha Hutan Tanaman untuk Jenis Kayu-kayuan 100% (Nyatoh/Palapi/Cempaka/Jabon, dll.) Per Hektar Pada Kawasan Hutan Produksi: Populasi tanaman 1.100 Btg/Ha. Tahun No. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10, 11 12 13 14 15, JUMLAH Proyek 1 Total Biaya 5,747,600 1,495,000 800,000 800,000 800,000 800,000 800,000 800,000 800,000 800,000 72,059,625 800,000 800,000 800,000 800,000 744,727,500 833,629,725 Total nilai 2 ------160,132,500 - - - - 1,654,950,000 1,815,082,500 produksi Nilai sekarang 3 ------67,976,246 - - - - 458,421,150 526,397,396 total produksi Nilai 4 5,747,600 1,371,663 673,200 618,000 567,200 520,800 477,600 438,400 402,800 369,600 30,589,311 311,600 286,400 263,200 241,200 206,289,518 249,168,091 sekarang Faktor 5 1.00000 0.91750 0.84150 0.77250 0.70900 0.65100 0.59700 0.54800 0.50350 0.46200 0.42450 0.38950 0.35800 0.32900 0.30150 0.27700 9.08 diskonto 9% 6 NPV 9 % (5,747,600) (1,371,663) (673,200) (618,000) (567,200) (520,800) (477,600) (438,400) (402,800) (369,600) 37,386,935 (311,600) (286,400) (263,200) (241,200) 252,131,633 277,229,305 7 B/C rasio - 2.11
Laba/Arus 8 (5,747,600) (1,495,000) (800,000) (800,000) (800,000) (800,000) (800,000) (800,000) (800,000) (800,000) 88,072,875 (800,000) (800,000) (800,000) (800,000) 910,222,500 981,452,775 Kas 9 % Faktor 9 diskonto 1.0000 0.8545 0.7305 0.6250 0.5340 0.4565 0.3900 0.3340 0.2855 0.2440 0.2090 0.1785 0.1525 0.1305 0.1120 0.0960 6.33 17% 10 NPV 17 % (5,747,600) (1,277,478) (584,400) (500,000) (427,200) (365,200) (312,000) (267,200) (228,400) (195,200) 18,407,231 (142,800) (122,000) (104,400) (89,600) 87,381,360 95,425,113 11 IRR (%) 21.20
V- 95 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Tabel 5.24.Cash Flow Analisis Finansial Unit Usaha Hutan Tanaman untuk Jenis Kayu-kayuan 90% (Nyatoh/Palapi/Cempaka/Jabon, dll.), dan MPTS 10% (Kemiri/dll.) Per Hektar Pada Kawasan Hutan Produksi: Populasi tanaman 1.100 Btg/Ha. Tahun No, 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10, 11 12 13 14 15, JUMLAH Proyek 1 Total Biaya 5,747,600 1,495,000 800,000 800,000 800,000 18,562,500 18,562,500 18,562,500 18,562,500 18,562,500 89,603,663 24,750,000 24,750,000 24,750,000 24,750,000 701,192,250 992,251,013 Total nilai 2 - - - - - 41,250,000 41,250,000 41,250,000 41,250,000 41,250,000 199,119,250 55,000,000 55,000,000 55,000,000 55,000,000 1,558,205,000 2,183,574,250 produksi Nilai sekarang 3 - - - - - 26,853,750 24,626,250 22,605,000 20,769,375 19,057,500 84,526,122 21,422,500 19,690,000 18,095,000 16,582,500 431,622,785 705,850,782 total produksi Nilai 4 5,747,600 1,371,663 673,200 618,000 567,200 12,084,188 11,081,813 10,172,250 9,346,219 8,575,875 38,036,755 9,640,125 8,860,500 8,142,750 7,462,125 194,230,253 326,610,514 sekarang Faktor 5 1.00000 0.91750 0.84150 0.77250 0.70900 0.65100 0.59700 0.54800 0.50350 0.46200 0.42450 0.38950 0.35800 0.32900 0.30150 0.27700 9.08 diskonto 9% 6 NPV 9 % (5,747,600) (1,371,663) (673,200) (618,000) (567,200) 14,769,563 13,544,438 12,432,750 11,423,156 10,481,625 46,489,367 11,782,375 10,829,500 9,952,250 9,120,375 237,392,532 379,240,267 7 B/C rasio - 2.16
Laba/Arus 8 (5,747,600) (1,495,000) (800,000) (800,000) (800,000) 22,687,500 22,687,500 22,687,500 22,687,500 22,687,500 109,515,588 30,250,000 30,250,000 30,250,000 30,250,000 857,012,750 1,191,323,238 Kas 9 % Faktor 9 diskonto 1.0000 0.8545 0.7305 0.6250 0.5340 0.4565 0.3900 0.3340 0.2855 0.2440 0.2090 0.1785 0.1525 0.1305 0.1120 0.0960 6.33 17% 10 NPV 17 % (5,747,600) (1,277,478) (584,400) (500,000) (427,200) 10,356,844 8,848,125 7,577,625 6,477,281 5,535,750 22,888,758 5,399,625 4,613,125 3,947,625 3,388,000 82,273,224 152,769,304 11 IRR (%) 22.40
V- 96 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Tabel 5.25.Cash Flow Analisis Finansial Unit Usaha Hutan Tanaman untuk Jenis Kayu-kayuan 90% (Nyatoh/Palapi/Cempaka/Jabon, dll.), dan MPTS 10% (Kemiri/dll.) Per Hektar Pada Kawasan Hutan Produksi: Populasi tanaman 400 Btg/Ha Tahun No. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 JUMLAH Proyek 1 Total Biaya 2,665,600 920,000 620,000 620,000 620,000 6,750,000 6,750,000 6,750,000 6,750,000 6,750,000 32,583,150 9,000,000 9,000,000 9,000,000 9,000,000 254,979,000 362,757,750 Total nilai 2 - - - - - 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 72,407,000 20,000,000 20,000,000 20,000,000 20,000,000 566,620,000 794,027,000 produksi Nilai sekarang 3 - - - - - 9,765,000 8,955,000 8,220,000 7,552,500 6,930,000 30,736,772 7,790,000 7,160,000 6,580,000 6,030,000 156,953,740 256,673,012 total produksi 4 Nilai sekarang 2,665,600 844,100 521,730 478,950 439,580 4,394,250 4,029,750 3,699,000 3,398,625 3,118,500 13,831,547 3,505,500 3,222,000 2,961,000 2,713,500 70,629,183 120,452,815 Faktor 5 1.00000 0.91750 0.84150 0.77250 0.70900 0.65100 0.59700 0.54800 0.50350 0.46200 0.42450 0.38950 0.35800 0.32900 0.30150 0.27700 9.08 diskonto 9% 6 NPV 9 % (2,665,600) (844,100) (521,730) (478,950) (439,580) 5,370,750 4,925,250 4,521,000 4,153,875 3,811,500 16,905,224 4,284,500 3,938,000 3,619,000 3,316,500 86,324,557 136,220,196 7 B/C rasio - 2.13
Laba/Arus Kas 8 (2,665,600) (920,000) (620,000) (620,000) (620,000) 8,250,000 8,250,000 8,250,000 8,250,000 8,250,000 39,823,850 11,000,000 11,000,000 11,000,000 11,000,000 311,641,000 431,269,250 9 % Faktor 9 1.0000 0.8545 0.7305 0.6250 0.5340 0.4565 0.3900 0.3340 0.2855 0.2440 0.2090 0.1785 0.1525 0.1305 0.1120 0.0960 6.33 diskonto 17% 10 NPV 17 % (2,665,600) (786,140) (452,910) (387,500) (331,080) 3,766,125 3,217,500 2,755,500 2,355,375 2,013,000 8,323,185 1,963,500 1,677,500 1,435,500 1,232,000 29,917,536 54,033,491 11 IRR (%) 22.26
V- 97 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Selanjutnya sebagai gambaran bagi KPHP model Dampelas Tinombo
dalam berinvestasi periode 10 tahun ke depan (2013-2022) disajikan pula
laba arus kas, NPV, B/C rasio dan IRR seperti pada Tabel 5.26 berikut.
V- 98 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Tabel 5.26. Analisis Finansial Unit Usaha KPHP Model Dampelas Tinombo Periode Tahun 2013-2022 No. Tahun Proyek Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022 Jumlah 1 Total Biaya 6.159.279 13.617.970 14.091.129 16.164.481 17.903.832 25.863.912 42.345.234 41.436.978 41.579.752 43.759.582 262.922.150 2 Total nilai produksi 160.574 117.430 23.479.246 23.488.167 23.414.576 48.047.141 78.034.767 77.967.582 78.078.160 351.084.360 703.872.005 3 Nilai sekarang total produksi 160.574 107.742 19.757.786 18.144.609 16.600.935 31.278.689 46.586.756 42.726.235 39.312.354 162.200.974 376.876.654 4 Nilai sekarang 6.159.279 12.494.487 11.857.685 12.487.062 12.693.817 16.837.407 25.280.105 22.707.464 20.935.405 20.216.927 161.669.638 5 Faktor diskonto 9% 1,00000 0,91750 0,84150 0,77250 0,70900 0,65100 0,59700 0,54800 0,50350 0,46200 7,00 6 NPV 9 % (5.998.704) (12.386.745) 7.900.101 5.657.547 3.907.118 14.441.282 21.306.651 20.018.771 18.376.948 141.984.047 215.207.016 7 B/C rasio 2,33
8 Laba/Arus Kas 9 % (5.998.704) (13.500.540) 9.388.117 7.323.685 5.510.744 22.183.229 35.689.533 36.530.604 36.498.408 307.324.778 440.949.855 9 Faktor diskonto 17% 1,0000 0,8545 0,7305 0,6250 0,5340 0,4565 0,3900 0,3340 0,2855 0,2440 5,45 10 NPV 17 % (5.998.704) (11.536.211) 6.858.020 4.577.303 2.942.737 10.126.644 13.918.918 12.201.222 10.420.295 74.987.246 118.497.470 11 IRR (%) 26,80
V- 99 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
V- 100 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
BAB VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Menteri Kehutanan melakukan pembinaan, pengendalian dan pengawasan teknis atas penyelenggaraan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan dan perlindungan hutan oleh KPHP. Dalam hal ini, Menteri dapat menugaskan kepada Gubernur untuk melakukan pembinaan, pengendalian dan pengawasan teknis.
Dalam pelaksanaannya, Gubernur menugaskan kepada Kepala Dinas
Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah untuk melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo. Selanjutnya secara berjenjang, Kepala UPTD KPHP Model Dampelas Tinombo melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian diwilayahnya sesuai tugas pokok dan fungsinya.
A. Pembinaan Aparat Teknis dan Aparat Terkait Pengelolaan KPH
Pembinaan pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo bertujuan
untuk meningkatkan pemahaman aparat serta kemampuan teknis dalam
mendukung kegiatan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan,
pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi
hutan dan perlindungan hutan oleh KPHP di wilayahnya.
Pembinaan antara lain pembinaan aparat teknis KPHP serta aparat
desa setempat yang terkait dengan kegiatan tata hutan dan penyusunan
rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan
hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan dan perlindungan hutan.
.
BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VI-1 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
B. Pengawasan dan Pengendalian
Pengawasan pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo bertujuan
untuk meningkatkan ketertiban, ketaatan pada peraturan perundang-
undangan serta meningkatkan kinerja aparat serta masyarakat pelaksana
kegiatan pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan
reklamasi hutan dan perlindungan hutan. Pengawasan antara lain
pengawasan fungsional oleh pusat maupun daerah.
Pengendalian adalah suatu proses atau upaya untuk mengurangi atau
menekan penyimpangan yang mungkin terjadi, sehingga diperoleh suatu hasil
sesuai dengan yang telah ditetapkan melalui pemantauan, pengawasan dan
penilaian kegiatan.
Oleh UPTD KPH Model Dampelas Tinombo, pengawasan dan
pengendalian kegiatan pengelolaan hutan di wilayah kerjanya menjadi sangat
penting mengingat dalam pelaksanaannya akan melibatkan banyak
stakeholder dalam pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, serta
rehabilitasi dan reklamasi hutan. Karena itu, UPTD KPH dalam menjalankan
tugas fungsinya perlu didukung standar operasi dan prosedur (SOP).
Sesuai dengan blok/petak dan rencana kegiatan pengelolaan hutan
KPHP model Dampelas Tinombo, terdapat sebanyak 4 blok (Inti pada HL,
Perlindungan pada HP, pemberdayaan masyarakat pada HP, pemanfaatan
pada HP dan HL). Blok-blok tersebut dijabarkan kedalam petak-petak
pengelolaan hutan yang dijabarkan menjadi rencana pengelolaan hutan sbb.:
V Blok Inti pada Hutan Lindung terbagi kedalam tujuh petak kelola untuk
tujuan perlindungan tata air, habitat satwa, serta flora dan fauna asli.
Blok/petak ini bukan untuk tujuan pemanfaatan.
BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VI-2 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
V Blok Perlindungan pada Hutan Produksi terbagi kedalam lima jenis rencana
kegiatan pengelolaan hutan yaitu (1) petak kelola perlindungan tata air (PL-
TA dengan jumlah 11 petak pada enam wilayah DAS), (2) petak kelola area
konservasi eboni (AKE dengan jumlah satu petak pada satu wilayah DAS),
(3) petak kelola perlindungan hutan pantai (KWL-Pantai Pesik) dan
rehabilitasi ekosistem mangrove (KWL-Mangrove Bau dan Siraru), (4)
petak perlindungan daerah penyangga atau buffer zone (BZ) pada batas
persekutuan hutan produksi dengan Cagar Alam dan Hutan Lindung.
V Blok Pemanfaatan pada Hutan Lindung dan Hutan Produksi.
‹ Pada kawasan Hutan Lindung dikelompokkan kedalam dua bentuk
pemanfaatan yaitu (a) rencana pemanfaatan/pemungutan hasil hutan
bukan kayu pada hutan alam (HHBK-HA) sebanyak 7 petak/lokasi, dan
(b) rencana pemanfaatan hasil hutan bukan kayu pada hutan tanaman
(HHBK-HT) sebanyak 4 petak/lokasi.
‹ Pada Hutan Produksi dikelompokkan kedalam bentuk pemanfaatan
sbb.: (a) hasil hutan kayu pada hutan alam dengan restorasi ekosistem
(HHK-RE) sebanyak 4 petak/lokasi, (b) hasil hutan kayu pada hutan
tanaman (HHK-HT) sebanyak 6 petak/lokasi, dan Ijin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Industri
(IUPHHK-HTI) sebanyak 4 .petak/lokasi, (c) hutan tanaman eks. HTI
PT. Tondo Murni (HT-eks. HTI) sebanyak 1 petak/lokasi, (d) hasil hutan
kayu pada hutan tanaman hasil rehabilitasi hutan (HHK-HT RH)
sebanyak 4 petak/lokasi.
V Blok Pemberdayaan Masyarakat (PMB) pada Hutan Produksi meliputi
rencana hutan kemasyarakatan (HKm), hutan desa (HD), dan hutan
BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VI-3 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
tanaman rakyat (HTR). Kegiatan HKm terbagi kedalam 23 petak/lokasi
(termasuk HKm RH). HD terbagi kedalam 31 petak/lokasi, dan HTR
sebanyak 6 petak/lokasi.
Dalam pelaksanaan rencana-rencana kegiatan tersebut, UPTD KPHP
Model Dampelas Tinombo perlu menyiapkan SOP sebagai alat kontrol
internal yang dapat dirumuskan dengan mengacu pada peraturan-peraturan
perundang-undangan yang telah ada sesuai jenis-jenis kegiatan usahanya.
Adapun jenis-jenis kegiatan usaha dan non-usaha pemanfaatan dan
penggunaan kawasan hutan di wilayah KPHP yang dinilai penting dirumuskan
SOP untuk selanjutnya diimplementasikan pada tingkat tapak sbb.:
1. Tata hutan dan perencanaan pengelolaan hutan produksi dan hutan
lindung sesuai jenis-jenis kegiatan usahanya.
2. Pelaksanaan pemanfaatan hutan yaitu: IUPHHK di HPT/HP (RE, HTR,
HTI, HT karet/dll., HTUL, HD, HKm), PHHBK di HL (rotan, getah,
buah/biji, lembah madu, dll.), IUPJL di HL/HPT/HP (WA, JAA,
PAN/RAP karbon).
3. Pelaksanaan rehabilitasi hutan pada LMU-terseleksi di lahan-lahan
kritis di wilayah KPHP dari 2 jenis kegiatan RH (reboisasi dan
pengkayaan reboisasi).
Selanjutnya SOP yang disusun minimal memuat hal-hal tentang:
rentang kendali unit-unit kegiatan pengelolaan/pemanfaatan hutan, tata kelola
administrasi dan keuangan UPTD KPHP, pendidikan-pelatihan-penyuluhan-
bimbingan teknis, rekruitmen dan promosi staf, koordinasi dan singkronisasi
serta sinegisitas, reward dan punishment , dan lain-lain.
BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VI-4 Rencana Pengelolaan KPHP Model Dampelas Tinombo
Kaitannya dengan pembuatan SOP untuk kegiatan usaha
pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, penyusunan SOP
menggunakan skala prioritas, yaitu SOP disusun berdasarkan keberadaan
setiap jenis kegiatan usaha ataupun non-usaha di wilayah kerja KPH model
Dampelas Tinombo.
Dalam pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian
terhadap pengelolaan KPH model Damplelas Tinombo, mengacu pada
peraturan perundang-undangan yang ada, baik yang bersifat umum, khusus
maupun yang bersifat teknis.
BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VI-5 RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo
BAB VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Prinsip dan Model Pemantauan dan Evaluasi
Sesuai dengan rencana kegiatan pengelolaan hutan jangka panjang
KPHP model Dampelas Tinombo (Bab V), selanjutnya disusun rencana
pemantauan, evaluasi dan pelaporan pengelolaan KPH. Ketiga unsur
tersebut merupakan proses dalam pengukuran/penilaian kinerja KPH.
Karena itu, dalam pengukuran/penilaian kinerja, perlu digunakan prinsip
akuntabilitas, transparansi, efektivitas, efisiensi, dan
kesederhanaan/kemudahan . Akuntabel apabila hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan. Transparan apabila dapat diakses, dimengerti, dan
dipantau oleh para pihak yang berkepentingan. Efektif apabila hasilnya
mampu memperoleh pembelajaran dan memberikan rekomendasi perbaikan
pengelolaan hutan. Efisien apabila korbanan sumberdaya (dana, SDM,
sapras) dapat diminimalkan tanpa mengorbankan efektifitas penilaian.
Sederhana/mudah apabila dilakukan dengan cara yang mudah namun
akurat.
Selanjutnya dalam pelaksanaan kegiatan pemantauan dan evaluasi
dikaitkan dengan aspek aktor (pelaku), prosedur, orientasi, kepuasan dan
sifat . Memperhatikan kondisi KPHP model Dampelas Tinombo periode 10
tahun ke depan seperti kondisi kawasan, sosial kemasyarakatan, dan
sumberdaya maka model yang digunakan merupakan perpaduan antara
model konvensional dan model partisipatif. Model monev bagi KPH ini
ditempuh dengan cara sbb.:
‹ Aktor (pelaku) oleh pihak ketiga.
BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VII-1 RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo
‹ Prosedur ditetapkan bersama dengan mengacu pada kriteria dan
indikator yang sudah ditetapkan.
‹ Orientasi pada efisiensi penggunaan input dengan prinsip tidak mencari
kesalahan melainkan untuk memperoleh informasi, serta berorientasi
pemberdayaan, transparansi dan obyektif.
‹ Kepuasan ada pada penilai dan yang dinilai dengan harapan
memuaskan semua piha terkait.
‹ Sifat penilaian kinerja dipadukan antara tujuan dan proses.
B. Pengukuran/Penilaian Kinerja KPH
Kegiatan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pengelolaan atau
pelaksanaan kegiatan KPH sebagai suatu proses dalam dalam
pengukuran/penilaian kinerja KPH dibutuhkan kriteria dan standar kinerja,
dan sistem penilaian kinerja. Dalam penilaian kinerja meliputi sistem
penilaian, pelaku (aktor) penilaian, tahapan penilaian serta capaian dan
intervensi.
Pengukuran/penilaian kinerja KPH dilaksanakan oleh pengelola KPH
secara internal dan oleh tim penilai independen secara eksternal. Karena itu,
dalam pengukuran/penilaian kinerja KPH diperlukan kriteria dan indikator,
mekanisme penilaian dan penjaminan mutu pengelolaan KPH. Untuk
memudahkan pengukuran/penilaian kinerja, KPHP model Dampelas
Tinombo perlu menyusun standard operating and procedure (SOP) dengan
tetap mengakomodir kriteria dan standar yang telah ditetapkan oleh
Kemenhut serta melakukan penyesuaian kondisi dan potensi yang dimiliki
oleh KPH.
BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VII-2 RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo
1. Kriteria dan Indikator/SOP KPHP model Dampelas Tinombo
Secara umum, kriteria dan indikator KPH telah ditetapkan oleh
Kemenhut yang meliputi: (1) kemantapan kawasan, (2) tata hutan, (3)
rencana kelola, (4) kapasitas organisasi, (5) hubungan antar strata
pemerintahan dan regulasi, (6) mekanisme investasi, (7) ketersediaan akses
dan hak masyarakat, dan (8) mekanisme penyelesaian sengketa kehutanan.
Dalam implementasinya sesuai kondisi KPH, diperlukan ada SOP tersendiri
yang dimiliki KPH sebagai dasar dalam pelaksanaan penjaminan mutu KPH.
‹ SOP Kemantapan Kawasan: Memuat dasar hukum yang kuat dan benar
mengenai tata batas dan penataan hutannya; pengalokasian ruang untuk
setiap pemanfaatan; kawasan bebas dari sengketa kehutanan (dengan
departemen lain dan dengan masyarakat); terdapat struktur organisasi
berdasarkan penguasaan areal.
‹ SOP Tata Hutan: Memuat pelaksanaan penyiapan areal kerja
(inventarisasi, tata batas dan penataan blok); pelaksanaan pembagian
areal kerja sesuai fungsi hutannya.
‹ SOP Rencana Kelola: Memuat ketersediaan dokumen rencana jangka
pendek dan jangka panjang pengelolaan hutan; ketersediaan dokumen
rencana pemanfaatan hutan yang sesuai dengan petak peruntukan;
dokumen program kerja rehabilitasi, reklamasi, konservasi dan
perlindungan hutan.
‹ SOP Kapasitas Organisasi: Memuat ketersediaan SDM yang memiliki
keterampilan dan keahlian yang memadai di seluruh bidang kegiatan (tata
hutan, pemanfaatan, rehabilitasi, konsrvasi dan perlindungan hutan;
BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VII-3 RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo
memiliki sistem perencanaan dan pengelolaan yang memadai untuk
seluruh kegiatan penegelolaan hutan.
‹ SOP Hubungan Pemerintahan dan Regulasi: Memuat keterjalinan
koordinasi yang baik dalam alokasi penggunaan kawasan hutan;
pemanfaatan sumberdaya hutan; alokasi dana rehabilitasi, konservasi dan
perlindungan kawasan hutan; tersedianya peraturan-peraturan daerah
yang mendorong keberadaan dan keberlanjutan KPH.
‹ SOP Mekanisme Investasi: Memuat penataan hutan yang memberikan
ruang bagi berbagai jenis investasi yang tepat dan sesuai; terbangunnya
mekanisme investasi bagi investor untuk memanfaatkan sumberdaya;
tersedianya sistem sharing biaya-manfaat dalam pengelolaan hutan;
memiliki program investasi dalam pengelolaan hutan yang dapat menjamin
keberadaan dan keberlanjutan investasi yang ditanamkan.
‹ SOP Mekanisme Hak dan Akses: Memuat tersedianya ruang kelola bagi
masyarakat secara jelas; tersedianya akses masyarakat dalam
memperoleh hasil; terlibatnya masyarakat secara aktif dalam kegiatan
rehabilitasi dan konservasi hutan; tersedianya sistem pemantauan dan
pengendalian yang bersifat akuntabel dan transparan.
‹ SOP Mekanisme Penyelesaian Sengketa Kehutanan: Memuat uraian
kesiapan KPH dalam mengantisipasi sengketa kehutanan dan
penyelesaiannya; tersedianya SDM dan perangkatnya dalam
menyelesaikan sengketa kehutanan dengan pihak lain.
Selanjutnya kriteria dan indikator bagi Pemerintah
Provinsi/Kabupaten dalam mendukung pembangunan KPH, meliputi: (1)
sistem pengurusan hutan, (2) dukungan regulasi, (3) internalisasi program
BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VII-4 RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo
pembangunan KPH, (4). mobilisasi sumberdaya, (5) percepatan berjalannya
fungsi kawasan produksi.
Implementasi terhadap kriteria dan indikator pengukuran kinerja KPH
pada masing-masing jenis kegiatan, mengacu pada SOP KPH serta
peraturan perundang-undangan, baik yang bersifat umum, khusus maupun
yang bersifat teknis.
2. Sistem Penilaian Kinerja KPH
Dalam mencapai efektivitas dan efisiensi organisasi tidak terlepas dari
adanya input, proses yang dilakukan, output dan dampak dari kegiatan
pengelolaan hutan. Karena itu tujuan pembangunan KPH merupakan suatu
kesatuan sistem tujuan seperti pada gambar berikut.
Input Proses Output Outcome Tujuan
Kws hutan, Koordinasi- Tata hutan Tata hutan; KPH mampu peta, metode, sinkronisasi terlaksana pemanffatan; melaksana- SDM, dana, RTRW; sistem baik;hutan RH; kan tupoksi- per UU, kelembagaan; dimanfaatkan konservasi; nya secara teknologi mutu/kemampu baik; RH perlindungan efektif dan an/skill rencana meningkat; hutan efisien. kelola hutan; konservasi dilaksanakan kemampuan dilakukan sesuai tipologi penataan dengan baik; KPH. hutan; perlindungan perbaikan hutan Tipologi KPH sistem evaluasi meningkat; Dampelas dan penilaian; struktur Tinombo perbaikan organisasi adalah tipologi sistem RH, pengelola 2 (telah pemanfaatan KPH mantap; terbentuk dan hutan; efisiensi kelola memiliki konservasi; hutan dan potensi perlindungan pengguaan sumberdaya hutan; dana. cukup. peningkatan akuntabilitas dan transparansi kelola hutan
Gambar 7.1. Sistem Tujuan Pembangunan KPHP model Dampelas Tinombo
BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VII-5 RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo
3. Mekanisme Penilaian KPH
Mekanisme penilaian KPH dapat dilakukan sesuai Gambar 7.2
berikut.
PERANGKATPERANGKAT K&IK&I Independen PROGRAM PENGUATAN LAPANGAN 4
DINASDINAS TIM PENILAI 3 2 DEPDAGRI,DEPDAGRI, DEPHUT, KPHKPH DOKUMEN DEPHUT, 1 PEMPROVPEMPROV PEMKABPEMKAB
5 MASYARAKATMASYARAKAT LUAS LUAS LEMBAGA LAIN INTERVENSIINTERVENSI LEMBAGA LAIN DANDAN INSENTIF INSENTIF HariadiKartodihardjo Jakarta, 20 September 2012
Gambar 7.2. Mekanisme Penilaian Kinerja KPH
Dari Gambar 7.2. di atas, UPTD KPH Model Dampelas Tinombo
dapat mengukur kinerjanya secara internal, demikian pula tim penilai
independen KPH dapat melakukan penilaian kinerja KPH sesuai arahan
Hariadi Kartodihardjo (2012). Selanjutnya nomor urut menyatakan tahapan
proses penilaian dengan uraian sbb.:
‹ Nomor 1: Mengkaji kecukupan persyaratan dan proses yang
diharuskan dalam pembangunan KPH.
‹ Nomor 2: Mengkaji kepatuhan/pemenuhan persyaratan dan proses
yang dilakukan dalam pembangunan KPH. RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo
‹ Nomor 3: Mengkaji dan menilai seberapa baik sasaran/target
rencana proses pembangunan KPH yang telah terpenuhi.
‹ Nomor 4: Mengkaji keberadaan penyimpangan persyaratan, sasaran
dan proses pembangunan KPH.
Mekanisme penilaian seperti Gambar 7.2 cukup jelas
menggambarkan bahwa dalam implementasinya, pihak KPH dengan
dokumen rencana pengelolaan KPH jangka panjang yang dimilikinya
menjadi acuan tim penilai dalam mengukur kinerjanya.
4. Tahapan Penilaian KPHP model Dampelas Tinombo
Rentang waktu proses pembangunan KPH mulai dari penetapan unit
KPH oleh Menhut sampai dengan terbangunnya kapasitas dan kapabilitas
KPH yang diharapkan. KPHP model Dampelas Tinombo terbentuk tahun
2009 sesuai SK. Gubernur No. 5 tahun 2009. Sejak itu, KPH ini memiliki
kapasitas sebagai lembaga UPTD dibawah kendali Dinas Kehutanan
Provinsi Sulawesi Tengah. Mulai tahun 2018 diharapkan KPH ini memiliki
kapabilitasnya sendiri sebagai lembaga usaha pemerintah daerah yang
mandiri di bidang kehutanan. Dengan demikian penilaian pembangunan
KPHP model ini terdiri atas:
1. Tahap awal penilaian kinerja KPH direncanakan akhir tahun 2014,
dengan pertimbangan bahwa sejak tahun terbentuknya 2009 hingga
2014 mencapai masa kelola lima tahun I, yang mana saat itu (2014)
dipersiapkan menjadi lembaga KPH setengah badan layanan umum
daerah (BLUD).
BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VII-7 RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo
2. Tahap pertengahan penilaian pembangunan KPH yaitu penilaian kinerja
pembangunan KPH direncanakan pada tahun 2018, yang pada saat itu
(2018) KPH ini dipersiapkan menjadi lembaga KPH berbadan layanan
umum daerah secara penuh. Mulai tahun 2018 diharapkan KPH ini
memiliki kapabilitas yang diharapkan yaitu sebagai KPH yang mandiri
dan mempu secara penuh membiayai dirinya.
3. Tahap akhir penilaian kinerja periode 10 tahun I direncanakan akhir
tahun 2022. Setelah 10 tahun KPH ini mandiri diharapkan menjadi KPH
yang lebih mantap dalam pengelolaan hutan lestari yang mampu
menyeimbangkan antara aspek ekologis-ekonomi-sosial budaya.
5. Capaian dan Intervensi
Capaian atau kinerja pembangunan KPH menyatakan tingkat
pemenuha KPH terhadap kriteria proses pembangunan yang telah
ditetapkan. Capaian ini juga menunjukkan tingkat keberhasilan KPH dalam
melaksanakan tupoksinya. Adapun intervensi adalah bukan merupakan
sanksi, melainkan masukan sumberdaya dan insentif kepada KPH tertentu
agar dapat mencapai kondisi yang diinginkan. Capaian-capaian tersebut
meliputi empat tingkatan yaitu capaian I s.d. capaian IV (kondisi ideal KPH).
Untuk jelasnya disajikan pada Gambar 7.3 berikut.
BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VII-8 RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo
HariadiKartodihardjo Jakarta, 20 September 2012
Gambar 7.3. Capaian Pembangunan KPH dan Tingkatan Intervensi yang diperlukan
Dari Gambar 7. 3, KPH P model Dampelas Tinombo masih berada
pada capaian I. Selanjutnya masing -masing capaian diuraikan sbb.:
‹ Capaian I:Kondisi KPH belum mampu menlaksanakan proses
pembangunan yang semestinya, atau dengan kata lain baru mencapai
± 25% kriteria proses pembangunan KPH telah terpenuhi.
‹ Capaian II: Kondisi KPH baru mampu melaksanakan sebahagian dari
proses pembangunan yang semestinya, atau dengan kata lain baru
±50% kriteria proses pembangunan KPH telah terpenuhi.
‹ Capaian III: Kondisi KPH telah mampu melaksanakan ±75% kriteria
proses pembangunan KPH telah terpenuhi. RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo
‹ Capaian IV: Kondisi ideal KPH, yaitu KPH mampu melaksanakan
proses pembangunan yang semestinya, dengan kata lain hampir
semua kriteria proses pembangunan KPH telah terpenuhi hampir
100%.
6. Penjaminan Mutu KPH
Dari hasil pengukuran/penilaian kinerja KPH hingga pengukuran
capaian-capaian pengelolaan hutan di wilayah kerja KPHP model Dampelas
Tinombo dibutuhkan alat pengontrol kualitas dalam bentuk domumen
jaminan mutu. Dokumen penjaminan mututersebut memuat standar operasi
pelaksanaan (SOP) setiap kegiatan yang dilaksanakan, baik administrastif
maupun teknis lapangan. SOP ini telah diuraikan pada sub bab sebelumnya
yaitu minimal sebanyak delapan standar mutu.
Pelaksanaan penilaian mutu KPHP model Dampelas Tinombo
dilaksanakan setiap akhir tahun berjalan . Tujuannya untuk mengetahui dan
mengkaji faktor-faktor kendala (internal) dan faktor tantangan (eksternal)
yang dihadapi KPH.Atas hasil kendala dan tantangan tersebut dianalisis
untuk mencari upaya-upaya penyelesaiannya. Pelaksanaan penjaminan
mutu disarankan dimulai tahun 2013 (penyiapan SOP) dan
implementasinya dimulai tahun 2014.
C. Rencana Pelaksanaan Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
Pemantauan
(Monitoring) danevaluasiadalahmerupakanrangkaiankegiatanpengendalian
program.Kegiatan monitoring dilakukanuntukmemperoleh data
daninformasipelaksanaankegiatanpemanfaatanhutan,
BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VII-10 RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo
penggunaankawasanhutan, rehabilitasidanreklamasihutan, konservasi dan
perlindungan
hutan.Kegiatanevaluasidilakukanuntukmenilaikeberhasilanpelaksanaankegiat
anpemanfaatanhutan, penggunaankawasanhutan,
rehabilitasidanreklamasihutan, konservasi dan perlindungan hutan yang
dilakukansecaraperiodik. Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilakukan
dengan berbasis pada kegiatan yang dikerjakan, yang dilakukan setiap
tahun.
Dalammenentukanrencana pelaksanaan kegiatan pemantauan
(monitoring)danevaluasi, yang perluditetapkanadalah:
a.Tim / pelaksana monitoring danevaluasi;
b.Waktupelaksanaan monitoring danevaluasi;
c.Sasaran monitoring danevaluasi;
d.Metode monitoring danevaluasi yang akanditerapkan;
e.Pelaporanhasil monitoring danevaluasi.
Unsur-unsur yang di -
monitoring meliputikemajuanatauperkembanganfisikpekerjaaan, seperti:
V Untukkegiatanpemanfaatanhasilhutankayurestorasiekosistemdalamhutanal
amsebelumtercapaikeseimbanganhayatidanekosistemnya: (1) Tata Batas
danZonasi Areal, (2) PembinaanHutan, (3) TenagaKerja, (4)
PerlindungandanPengamananHutan, (5) KelolaSosial, (6)
PengelolaandanPemantauanLingkungan, (7)
PenelitiandanPengembangan.Setelahtercapaikeseimbanganhayatidanekos
istemnya: (1) Tata Batas danZonasi Areal, (2) SistemSilvikultur, (3)
PenggunaandanPenjualan, (3) TenagaKerja, (4)
BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VII-11 RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo
PerlindungandanPengamananHutan, (5) KelolaSosial, (6)
PengelolaandanPemantauanLingkungan, (7)
PenelitiandanPengembangan.sertamasalah yang
timbuldalampelaksanaankegiatanuntukdijadikanbahanmasukandalammeru
muskanupayapemecahannya.
V Untukkegiatanhutantanaman (HTR, HT/HTI, HTUL, HD, HKm):
penataanbatas areal kerja, fisiktanaman, perlindungandanpengamanan,
pemanenan, dll.sertamasalah yang
timbuldalampelaksanaankegiatanuntukdijadikanbahanmasukandalammeru
muskanupayapemecahannya.
V Untukkegiatanrehabilitasihutan (RH): fisiktanaman,
bangunankonservasitanah, saranadanprasarana yang
menunjangkegiatanhutantanamanRH sertamasalah yang
timbuldalampelaksanaankegiatanuntukdijadikanbahanmasukandalammeru
muskanupayapemecahannya.
V Untukkegiatanpemanfaatanhasilhutanbukankayu
padahutanalamsertajasalingkungan: fisikkegiatan, saranadanprasarana
yang menunjangkegiatan,sertamasalah yang
timbuldalampelaksanaankegiatanuntukdijadikanbahanmasukandalammeru
muskanupayapemecahannya.
V Untukkegiatanpemanfaatanhutanpadawilayahtertentu: fisikkegiatan,
saranadanprasarana yang menunjangkegiatan,sertamasalah yang
timbuldalampelaksanaankegiatanuntukdijadikanbahanmasukandalammeru
muskanupayapemecahannya.
BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VII-12 RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan pemantauan adalah kegiatan
evaluasi pengelolaan KPH berdasarkan jenis-jenis rencana-rencana
kegiatannya. Evaluasimerupakan proses
untukmenilaihasilakhirsuatutahapankegiatandengantujuanuntukmeningkatkan
efektifitas dan
efisiensisertauntukmemberikanmasukandalampenyempurnaanrencanakegiat
an di masamendatang.Evaluasi program/kegiatanmencakupevaluasikeluaran
(output ), hasil (outcome ) dandampak (impact ).
Evaluasikeluaran ( output )
kegiatandilakukandengansasarankegiatantahunberjalansertapemeliharaan.U
ntuk contoh, padakegiatanhutantanamandan/ataurehabilitasihutan (RH)
meliputi:
a. Penilaiantanaman (hutantanamandan RH):
kesesuaiandenganrancanganteknis, luastanaman,
jumlahdanjenistanaman,
persentasetumbuhtanamansehatdankeberhasilan.
b. Penilaianbangunankonservasitanah (khusus RH):
kesesuaiandenganrancanganteknis, jumlahbangunan, kondisi
(baik/rusak), fungsibangunan (berfungsi/kurangberfungsi/tidakberfungsi).
Evaluasihasil ( outcome ) kegiatan: Untukcontoh, pada
kegiatanrehabilitasihutanmisalnya, dilakukandengansasaransuatu UTP RH
denganindikatortata air dansosial-ekonomi-
budayamasyarakat.Indikatormeliputierosi, sedimentasi, limpasan ( run-off ),
pendapatan ( income ) masyarakat, dinamikakelembagaandan lain
sebagainya.
BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VII-13 RencanaPengelolaan KPHP Model DampelasTinombo
Evaluasidampak ( impact )
kegiatanpadakegiatanRHmisalnya,dilakukandengansasaranpada UTP RH
yang bersangkutandanwilayah disekitarnya.
Evaluasikegiatanpengelolaan KPHP, termasukjenis-jeniskegiatan
yang ada di wilayahnyadilaksanakansesuaiketentuan yang diaturolehmasing-
masingDirekturJenderallingkupKemenhutberdasarkanjeniskegiatannya.
Pelaporankegiatanpengelolaan KPHP Model
DampelasTinombodilaksanakansesuaikebutuhankegiatanmasing-
masingjenisusahadannon-usaha di wilayah KPHP.Namundemikianbagi
UPTD KPH Model
DampelasTinomboperlumelaporkanaktivitaspengelolaanhutannyasesuaitupo
ksinyasecarapriodik (bulanan, triwulan, enambulanan/semester,
satutahunan).
BPKH Wilayah XVI Palu, 2012 VII-14 BAB VIII. PENUTUP
Hutan dan kawasan hutan mempunyai peranan sebagai penyerasi dan penyeimbang lingkungan global, sehingga keterkaitannya dengan dunia internasional menjadi sangat penting dengan tetap mengutamakan kepentingan nasional. Untuk itu hutan harus dikelola secara berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat.
Dalam rangka pengelolaan hutan untuk memperoleh manfaat yang optimal dari hutan dan kawasan hutan bagi kesejahteraan masyarakat, pada prinsipnya kawasan hutan KPHP model Dampelas Tinombo harus dikelola dengan tetap memperhatikan sifat, karakteristik dan keutamaannya, serta tidak dibenarkan mengubah fungsi pokoknya yaitu fungsi lindung dan produksi. Oleh karena itu dalam pengelolaan hutan perlu dijaga keseimbangan kedua fungsi tersebut.
Kondisi hutan di wilayah KPHP model Dampelas Tinombo belakangan ini sangat memprihatinkan yang ditandai dengan meningkatnya laju degradasi hutan, kurang berkembangnya investasi dibidang kehutanan, rendahnya kemajuan pembangunan hutan tanaman, kurang terkendalinya illegal logging dan illegal trade , merosotnya perekonomian masyarakat di dalam dan sekitar hutan, meningkatnya luas kawasan hutan yang tidak terkelola secara baik sehingga perlu dilakukan upaya-upaya strategis dalam bentuk deregulasi dan debirokratisasi.
Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan hutan di wilayah
KPHP model Dampelas Tinombo dalam upaya menjaga kelestarian hutan, diperlukan tata kelola yang baik sesuai perkembangan dan kemajuan bangsa.
Suatu langkah maju yang telah dicapai saat ini adalah dengan diselenggarakannya pengelolaan hutan berbasis kesatuan pengelolaan pengelolaan hutan (KPH) termasuk didalamnya KPHP model Dampelas
Tinombo.
Untuk mewujudkan KPHP model Dampelas Tinombo yang mandiri dan dapat diterima semua pihak yang berkepentingan terkait kawasan ini dengan komitmen yang tinggi, rencana pengelolaan hutan jangka panjang (10 tahun)
KPHP model ini perlu segera ditindaklanjuti berupa penjabaran kedalam rencana tahunan, inventarisasi dan penataan kawasan dipercepat guna menghindari terjadinya konflik internal dan eksternal.
Mengingat banyaknya stakholder yang diharapkan ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pengelolaan hutan di wilayah KPHP model Dampelas
Tinombo dan akan menjadi KPH contoh bagi KPH-KPH lain yang belum terbentuk maka rencana pengelolaan jangka panjang KPH ini perlu segera diimplementasikan. Mengingat banyaknya para pihak (dinas/instansi) yang akan terlibat dalam pembangunan KPH ini maka dalam implementasinya perlu dilakukan kerjasama dalam wujud koordinasi dan sinkronisasi program yang baik dalam pelaksanaannya.
Selanjutnya, untuk mempercepat implementasi dari rencana pengelolaan jangka panjang KPHP Dampelas Tinombo, segera ditindaklanjuti dengan penyusunan rencana tahunan pengelolaan KPH, mulai tahun 2013.