Aspek Organologis dan Musikologis Suling Kebyar

I Ketut Yasa Jurusan Karawitan, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Jalan Ki Hajar Dewantara 19 Surakarta 57126 Email: [email protected]

ABSTRACT

Suling kebyar (kebyar fl ute) is a fl ute that is used in a Kebyar ensamble. Gong Kebyar can be interpreted as a in which it plays using the system of “kekebyaran” that is playing by pri- oritizing the compactness of voice, melody, and the tempo in a full variation. Suling kebyar is studied from the organological and musicological approaches. From the organological aspect, it indicates that the place to fi nd the materials is nearly vanished; the drying process requires a longer time, while the tool and manufacture procedures are simple. Meanwhile from a musicoloical aspect, it indicates that the gending using the fl ute mostly has a motif, not pa erned, and has a smooth character. The musi- cal aspect produces a falseto sound because of the tones coming from the bilah instruments (gangsa, jublag, and jegogan) which have two versions of sound, namely pengumbang and pengisep.

Keywords: kebyar fl ute, organology, musicology approaches

ABSTRAK

Suling kebyar adalah suling yang digunakan dalam perangkat gong kebyar. Gong ke- byar dapat diartikan sebagai suatu barungan/perangkat gamelan yang menabuhnya meng- gunakan sistem “kekebyaran”, yaitu menabuh dengan mengutamakan kekompakan su- ara, melodi, dan tempo penuh variasi. Suling kebyar dikaji dari aspek organologis dan musikologis. Hasil penelitian organologis menunjukkan bahwa lokasi bahan sudah mulai langka, proses pengeringan membutuhkan waktu relatif lama, sedangkan alat dan kro- nologis pembuatan bersifat sederhana. Sedangkan hasil kajian musikologis menunjuk- kan bahwa gending yang menggunakan suling kebanyakan bermotif, bukan jalinan, yang berkarakter halus. Musikalitas yang dihasilkan berkesan fals (blero), karena nada-nada dari instrumen bilah (gangsa, jublag, dan jegogan) memiliki suara dua versi yakni: pengumbang dan pengisep.

Kata kunci: suling kebyar, organologis, pendekatan musikologis Panggung Vol. 28 No. 1, Maret 2018 76

PENDAHULUAN ngeringan bahan, alat-alat yang digunakan, Suling atau seruling adalah alat musik dan kronologis pembuatan. Kemudian, dari tiup yang terbuat dari bambu maupun besi aspek musikologis, meliputi kapan tung- yang berbentuk tabung. Alat ini ditiup de- guhan tersebut mulai digunakan, pada gen- ngan cara menyembul lewat ujung dan ding dan atau motif apa saja digunakan, dan atau lubang tiup yang telah dibuat pada bagaimana musikalitas yang dihasilkan? badan suling. Suling bisa disajikan secara Gong Kebyar dapat diartikan sebagai mandiri dan bisa juga bersama-sama de- suatu barungan gamelan yang cara me- ngan tungguhan/ricikan atau instrumen lain- nabuhnya menggunakan sistem “keke- nya dalam satu barungan gamelan maupun byaran”, yaitu menabuh dengan menguta- musik. Kalau dalam barungan gamelan, makan kekompakan suara dan melodi serta suling bisa disajikan pada angklung yang tempo yang penuh variasi. Gong Kebyar kemudian biasa disebut suling angklung; oleh masyarakat Bali, juga dikenal dengan joged bumbung yang kemudian biasa dise- sebutan “Gong Kebyang” atau dengan se- but suling joged bumbung, semar pagulingan butan yang lebih pendek yaitu Gong saja. yang kemudian disebut suling semar pagu- Secara musikal, garapan-garapan kara- lingan, dan sebagainya. Ketiga jenis suling witan Gong Kebyar banyak menimbulkan tersebut, ukurannya relatif lebih pendek kesan lincah, gelisah, gembira, dan bergejo- dan atau lebih kecil jika dibandingkan de- lak bahkan kadang-kadang kasar. Kesan ini ngan suling kebyar. Begitu pula suara yang muncul karena garapan Gong Kebyar meng- dihasilkan relatif lebih tinggi dari suling utamakan kekompakan, serentak, dengan kebyar. Sementara itu, suling yang ukuran- volume keras dan tempo relatif cepat. nya paling besar dan paling panjang dise- Barungan gemelan Gong Kebyar muncul but dengan suling pegambuhan. Panjang- pertama kali di daerah Bali utara yang hingga kini kapan atau tahun berapa te- nya rata-rata mencapai 100 cm. patnya belum dapat dipastikan. Ada data Berikut ini akan dibahas mengenai su- yang menyebutkan bahwa pada masa pen- ling dalam barungan Gong Kebyar sehingga jajahan sekitar tahun 1915 di Buleleng dise- lenggarakan lomba Gong Kebyar oleh Raja disebut Suling Kebyar. Gong Kebyar adalah Buleleng antara wilayah Barat dan Timur. gamelan berlaras pelog. Dengan demikian, Kedua wilayah ini dibatasi oleh Tanjung suling yang akan dibahas berikut ini adalah Alam di Kawasan Lovina. Lomba tersebut dicatat oleh kontroler Belanda yang bertu- suling yang berlaras pelog. Kenapa dipi- gas di Singaraja (Sukerta dalam Mustika & lih suling dalam barungan Gong Kebyar? Raditya 2015: 17). Karena barungan ini selain tetap eksis se- Kemudian antara tahun 1915-1920 me- lama satu abad ini, juga memiliki musika- lalui daerah Tabanan menyebar ke kabu- litas yang boleh dikatakan didominasi oleh paten-kabupaten lainnya yaitu Badung, volume keras dan tempo yang relatif cepat. Gianyar, Klungkung, Karangasem, dan Dengan demikian, maka tungguhan suling Jembrana (Dibia, 1979: 8). Awal mula per- yang memiliki suara lembut dan tempo jalanan proses penyebarannya dimulai dari yang dominan pelan diposisikan dalam beberapa desa yang terletak di Wilayah musikalitas kebyar yang demikian itu, dapat Buleleng bagian Barat, antara lain Desa berperan. Dalam tulisan ini, suling kebyar Rendikit, Kedis, Banyuatis, Busungbiyu, akan dikaji dari aspek organologis dan as- dan Desa Bantiran yang letaknya di daerah pek musikologisnya. perbatasan antara Buleleng dengan Taba- Dari aspek organologis, hal yang akan nan (Chaya, 1990: 103). dikaji dari tungguhan suling, antara lain lo- Di dalam proses menyebarkan kemam- kasi dan cara pemilihan bahan, proses pe- puan menabuh kekebyaran ini, sekaligus Yasa: Aspek Organologis dan Musikologis Suling Kebyar 77

Maurice Duverger (1981: 356), bahwa tidak ada generasi yang puas dengan warisan pu- saka (dalam hal ini seni) yang diterimanya dari masa lalu, mereka berusaha membuat sumbangan sendiri (Duverger dalam Toto Sudarto, 2010: 363). Jadi, gamelan Gong Kebyar, selain cara menabuhnya menggu- nakan sistem kekebyaran, beberapa tung- guhan-nya juga merupakan modifi kasi atau Gambar 1. Barungan gamelan Gong Kebyar milik STSI (kini ISI) Denpasar. bentuk baru dari gamelan Gong Gedé. Sumber: I Ketut Yasa (1998). Dewasa ini, satu barungan gamelan Gong Kebyar pada umumnya terdiri dari juga berarti membawa perubahan ter- tungguhan-tungguhan melodis seperti: trom- hadap bentuk-bentuk tungguhan gemelan pong, reyong, riying, gangsa (pamade dan dari Gangsa Jongkok menjadi Gong Kebyar. kantil), jublag, rebab dan termasuk suling; Gangsa jongkok dalam gong gedé yang semu- tungguhan-tungguhan ritmis, seperti ken- la berbilah lima, dijadikan gangsa gantung dang, kajar, céngcéng; tungguhan-tungguhan berbilah sembilan dalam bentuk gendér. pembentuk matra, seperti jegogan, kemong, Kemudian tahun 1937 ditambah satu bi- kempur dan gong. lah menjadi sepuluh bilah hingga sekarang (Rembang, 1977: 5-6). Dengan berubahnya METODE menjadi wujud gendér (bilah-bilah digan- Penelitian ini menggunakan metode tung), maka getaran resonansi semakin deskriptif analitis dengan data kualitatif jelas. “Resonansi merupakan perambatan sebagai pedoman atau prinsip kerja, mulai (transmisi) atau pemindahan getaran dari dari pengumpulan data, pengelompokan suatu benda (sumber getar) ke benda lain” data, memilih data, hingga memberi eks- (Harahap dalam Abdullah, 2017: 106-107). planasi untuk mendapatkan kesimpulan. Ketika getaran (Bali: reng, Jawa: ngeng) ini Sedangkan, pendekatan yang digunakan disertai suara suling, mengakibatkan suara dalam studi ini adalah pendekatan orga- suling dengan suara gamelan tidak menya- nologis dan musikologis. tu alias kedengaran fals (Bali: agak bléro). Data digali lewat studi pustaka, peng- Selain itu, trompong besar dihilangkan amatan, dan wawancara. Studi pustaka di- kecuali bila digunakan untuk penyajian lakukan sebelum terjun ke lapangan. Dari pada upacara, trompong barangan ditambah studi pustaka diperoleh data yang bersifat jumlah butir penconnya menjadi dua belas piranti, yaitu berupa landasan pemikiran butir. Céngcéng dikurangi hanya dimain- untuk membedah dan atau sebagai pedo- kan oleh dua atau tiga orang pemain, ben- man di dalam mengkaji aspek musikologis. tuk diperkecil sehingga bunyinya lebih Pengamatan dilakukan secara langsung ringan dan mendekati permainan céngcéng dan tidak langsung. Pengamatan langsung yang digunakan dalam gamelan pelegongan dilakukan dengan mengamati pertunjukan (McPhee, 1966: 328). Dengan demikian, se- Gong Kebyar. Juga, dilakukan dengan ikut tiap generasi menerima warisan dan meng- berpatisipasi sebagai pengrawit (observasi olahnya, hingga menjadi wujud-wujud berpartisipasi). Sementara itu, pengamatan baru yang merupakan sumbangan bagi per- tidak langsung dilakukan dengan meng- bendaharaan seni pada zamannya. Berka- kaji gending-gending lewat pengalaman itan dengan ini menarik sekali pernyataan sebagai pengrawit. Selanjutnya, wawancara Panggung Vol. 28 No. 1, Maret 2018 78 dilakukan terhadap Sunardi (pengrawit Sementara itu, aspek organologis yang dan pembuat suling), serta dengan Suwardi akan dibahas meliputi bahan dan lokasi (pengrawit suling dan pelaras gamelan). untuk memperoleh bahan, proses penge- Kepada Sunardi, hal-hal yang ditanyakan ringan bahan, alat-alat dan kronologis antara lain, mengenai bahan, konstruksi, pembuatan suling. kronologis pembuatan, fungsi elemen-ele- men suling, dan musikalitas yang dihasil- HASIL DAN PEMBAHASAN kan. Selanjutnya kepada Suwardi hal-hal Lokasi dan Cara Pemilihan Bahan yang ditanyakan antara lain, mengenai musi- Suling yang dimaksud dalam tulisan ini kalitas yang dihasilkan Gong Kebyar bila di- adalah instrumen berbahan bambu (Bali: ti- barengi dengan permainan suling; sejauh mana ying buluh). Begitu pula siwer yang diguna- hubungan permainan suling dengan tempo, kan pada suling dibuat dari bahan bambu. ritme, dan dinamika; serta peran permainan Ada juga yang dibuat dari daun lontar. suling dalam memperkuat dan memberi variasi Menurut Sunardi, bahan ini dulu- pada melodi gending kebyar. nya bisa didapatkan di Daerah Kebumen, Pertanyaan mengenai bagaimana cara Banyumas, dan Sragen. Namun, sekarang memilih dan menentukan bahan (bambu) ini daerah yang masih memiliki tiying bu- untuk suling yang bagus; dan bagaimana luh hanya di daerah Kebumen, dan sudah cara agar musikalitas yang dihasilkan ter- susah mendapatkan bahan tersebut. Reali- hindar dari suara fals (Bali: bléro) menjadi tas ini, selain disebabkan oleh kesediaan la- panduan dalam menelusuri aspek organo- han yang semakin berkurang, juga bambu logis instrument ini. Menurut Sunardi, da- yang dihasilkan, banyak digunakan untuk lam memilih dan atau menentukan bahan keperluan lain, seperti sebagai gagang sapu yang bagus, bambu yang bagus untuk su- lidi maupun sapu ijuk untuk dijual. Kedua ling adalah selain berumur tua, juga ketika barang ini, di samping mangkal di warung- ditebang tidak mengeluarkan air (wawan- warung maupun toko, juga ada yang dijual cara, Januari 2015). Ini artinya, semakin se- secara berkeliling, baik dengan kendaraan dikit kadar air yang terkandung dalam ba- maupun dengan jalan kaki. han (bambu), maka semakin bagus untuk Bambu yang bagus sebagai bahan su- bahan suling. Cara pemilihan bahan seperti ling adalah yang berumur tua. Untuk me- ini, juga berlaku untuk bahan gamelan, ter- ngetahui hal ini, selain umur pohon bambu utama gamelan yang berbahan perunggu. minimal sepuluh tahun ada juga ciri-ciri Kemudian untuk menghindari suara yang lain. Ciri-ciri ini dapat dilihat ketika sedang menebang. Ketika menebang, ka- fals yang terjadi pada musik yang dihasil- lau bambunya tidak mengeluarkan air, ini kan, digunakan landasan pemikiran Suker- termasuk bahan bambu yang paling bagus. ta yang menyebutkan bahwa, Sementara untuk bambu yang berkuali- …suara yang dipakai ukuran dalam mem- tas sedang (sedengan), dapat dilihat dari buat suling adalah tungguhan yang bernada pengumbang (lebih besar), sehingga jika warnanya. Kalau warna bambu sudah dimainkan, tiupan yang lebih keras akan kuning dan tidak mengandung lugut/be- dapat menimbulkan nada lebih kecil atau dug (Bali: bedang), maka bahan tersebut berada di antara nada pengumbang dan peng- isep” (2009: 187-188). memiliki kualitas sedang. Adapun ba- han yang jelek adalah bambu yang masih Dengan menerapkan pandapat ini, berwarna putih. Ini menandakan bambu maka musikalitas yang dihasilkan menjadi masih muda. Jadi, kalau bahannya masih lebih enak, falsnya menjadi berkurang. berumur muda, tidak layak untuk dijadi- Yasa: Aspek Organologis dan Musikologis Suling Kebyar 79 kan suling. Dengan demikian, untuk mem- dicampur dengan emas. Sementara untuk peroleh bambu sebagai suling yang bagus, mengurangi kadar air dalam bahan dapat selain berumur tua, juga memiliki kadar dilakukan dengan proses pembuatannya air yang minimum. Oleh karena itu, kadar lebih lama dari proses normal. Sebagaimana air perlu dihilangkan/diminimalisir. Salah dituturkan oleh Supono (panji gamelan asal satu caranya adalah melalui proses penge- Bekonang, Sukoharjo), untuk mendapat- ringan (Wawancara Sunardi, Januari 2015). kan suara gong yang bagus, dirinya per- nah membuat sebuah gong yang berdi- Proses Pengeringan Bahan ameter 75 cm selama tujuh tahun. Waktu Untuk mengurangi atau menghilang- tujuh tahun ini, selain untuk mendapatkan kan kadar air dari bambu yang akan dija- bahan yang kadar airnya minimum, juga dikan bahan suling, diperlukan waktu dan sekalian untuk melatih dan atau menguji proses yang relatif panjang. Diawali dari kesabaran. Karena dalam waktu tujuh ta- menebang bambu yang biasanya dilakukan hun tersebut hanya digunakan tujuh hari antara bulan April dan Mei, karena bulan- yaitu setiap tanggal 1 bulan Sura. Jadi, se- bulan tersebut secara normal memasuki tiap tahun hanya dikerjakan selama satu musim kemarau. Pemilihan musim kema- hari, sehingga waktu tujuh tahun menjadi rau, agar di dalam mengeringkan bahan tujuh hari. Kalau kita bayangkan, dengan tidak mengalami kesulitan. tenggang waktu tujuh tahun tersebut dapat Menurut Sunardi, setelah bambu dite- dipastikan kadar air dari bahan gong men- bang, terlebih dahulu bahan tersebut di- jadi sangat minim. Dengan bahan yang ka- luruskan dengan menggunakan besi yang dar airnya sangat minim ini, menjadikan dipanaskan. Pelurusan ini membutuhkan suaranya melebihi dari suara gong-gong waktu sekitar satu bulan. Bahan yang su- yang dihasilkan dengan proses pembuatan dah lurus ini, kemudian dipanaskan di pu- selama tujuh hari secara simultan (Wawan- napi (Jawa: api tungku) semacam diopen cara, 23 Januari 1997). selama tiga bulan. Pemanasan ini sangat membantu menjadikan bahan semakin lu- Alat dan Kronologis Pembuatan Suling rus, menghilangkan hama, dan mengurangi Sebelum dipaparkan mengenai kro- kadar air. Dari punapi (setelah diopen), ba- nologis pembuatan suling, terlebih dahulu han selanjutnya disimpan di gudang (yang akan dikemukakan mengenai konstruksi kondisinya tidak lembab) selama delapan dan fungsi elemen-elemen yang terkan- bulan. Selama disimpan di gudang, tiap dung dalam tungguhan suling. Adapun pagi bahan harus dikeluarkan untuk dije- konstruksinya adalah berbentuk bulat pan- mur hingga pukul 11.00. Jika dijemur hing- jang. Dilihat dari ukurannya, Gong Kebyar ga melewati pukul 11.00 temperatur panas menggunakan tiga jenis suling, yaitu (1) su- akan menyebabkan bambu menjadi pecah. ling besar (2) suling sedang (sedengan), dan Sebagai analogi, di depan disinggung (3) suling kecil. Suling milik Sunardi yang mengenai pemilihan bahan untuk gamelan, biasa digunakan untuk Gong Kebyar ISI bahwa caranya hampir sama, yaitu yang Surakarta, yang besar ukurannya panjang berumur tua dan dengan kadar air yang sekitar 60 cm dan ukuran lingkaran sekitar minimum. Untuk mendapatkan bahan beru- 4 cm, suling sedang (sedengan) ukurannya, mur tua, akan dipilih bahan krawang (Jawa: panjang sekitar 30 cm, dan ukuran lingkaran kréwéng) bekas (pecahan/gempuran gamelan sekitar 3 cm, dan suling kecil ukurannya zaman madya dan atau kuno). Adapun un- sekitar 20 cm dan ukuran lingkaran 1,5 cm tuk bahan yang berkadar air minim akan (lihat gambar 2). Panggung Vol. 28 No. 1, Maret 2018 80

berfungsi untuk mengamankan siwer, jika sewaktu-waktu lepas dari batang suling; (4) lubang nada, berfungsi untuk menghasilkan berbagai nada sesuai dengan yang diper- lukan dan sekaligus untuk saluran udara yang dialirkan dari lubang tiup; (5) lubang suling, berfungsi untuk saluran udara baik sebagian maupun secara keluruhan yang dialirkan dari lubang tiup. Ini artinya, apa- bila lubang nada dibuka, maka aliran udara ke lubang suling tidak sepenuhnya. Apa- bila suling ditiup, lubang nadanya ditutup semuanya, maka udara yang mengalir dari lubang tiup akan sepenuhnya mengalir lewat lubang suling. Untuk lebih jelasnya Gambar 2.Tiga buah suling dengan ukuran besar mengenai elemen-elemen yang dimaksud (kiri), sedang (tengah) dan kecil (kanan). Sumber foto: I Ketut Yasa (2017) lihat gambar 3, 4, dan 5. Hendarto mengatakan, bahwa mem- Bagi barungan Gong Kebyar selain yang buat instrumen gamelan masih menggu- dimiliki ISI, ukuran sulingnya sudah tentu bisa sama dan bisa berbeda, karena sangat tergantung pada nada dasar yang diguna- kan oleh gamelan bersangkutan. Menurut Sunardi, ketiga jenis ukuran suling tersebut di atas terdiri dari berba- gai tutupan. Suling yang besar memiliki tutupan 3 (lu) dan 1 (ji). Selanjutnya, suling yang ukurannya sedengan memiliki tutupan 6 (nem) dan 5 (ma). Terakhir, suling yang ukuran kecil memiliki tutupan 1 (ji) dan 2 (ro). Dari sisi nada, setiap suling bisa meng- hasilkan tujuh nada, yaitu 1 (1) 2 (ro) 3 (lu) 4 (pat) 5 (ma) 6 (nem) dan 7 (pi), yang Gambar 3. Tempat siwer, (ujung suling atas) lubang tiup, dan siwer lengkap dengan tali pengamannya. cara mengaplikasikannya (lihat pada pem- Sumber foto: I Ketut Yasa (2017). bahasan aspek musikologis) (Wawancara, 12 Desember 2017). Kemudian elemen-elemen pada suling terdiri dari (1) lubang tiup, berfungsi untuk memasukkan udara dari mulut ke lubang nada-nada maupun lubang suling; (2) siwer, yang dipasang di tempat yang telah disiap- kan pada ujung suling, berfungsi agar udara yang keluar dari mulut bisa fokus masuk ke lubang tiup, tidak merembes ke- luar dari lubang tiup; (3) tali (benang) pada Gambar 4. Lubang nada Gambar 5. Lubang suling Foto: I Ketut Yasa siwer yang diikatkan pada batang suling, Foto: I Ketut Yasa (2017) (2017) Yasa: Aspek Organologis dan Musikologis Suling Kebyar 81 nakan cara-cara yang tradisional. Artinya, dengan jarak masing-masing sebesar ling- untuk menjamin kualitas suara masih meng- kar lubang bambu. Khusus jarak lubang gunakan peralatan yang sangat sederhana. nada ketiga dengan lubang nada keempat, Karena dengan peralatan sederhana itu ada yang dibuat berbeda, untuk mendapat- telah membuktikan dapat menghasilkan kan nada 4 (pat). Namun, untuk membuat gamelan yang berkualitas, maka belum ada lubang yang dibuat pertama cukup dengan pemikiran untuk memodernkannya (2011: mencari tengah-tengah ukuran panjang 66). Demikian pula halnya dalam mem- bambu suling. (Wawancara, Januari 2015) buat suling tidak membutuhkan peralatan Terakhir adalah membuat siwer. Seper- yang banyak, cukup pisau runcing (bisa ti telah dikemukakan di atas, bahwa siwer disebut pisau pelubang) dan pahat kecil. dibuat dari bahan bambu dan atau daun Pisau ini selain untuk membuat lubang lontar. Pembuatan siwer dari daun lontar, tiup, sebagai tempat menyembul/meniup diawali dengan mengiris-iris daun lon- suling, juga untuk membuat tempat siwer, tar yang lebarnya disesuaikan dengan le- serta untuk membuat lubang-lubang seba- bar tempat siwer yang telah disediakan di gai perlengkapan nada-nada yang dibu- ujung suling. Selanjutnya, lembaran-lem- tuhkan. Adakalanya untuk membuat lu- baran lontar tadi yang jumlahnya tergan- bang-lubang nada, menggunakan besi yang tung selera, semakin banyak siwer akan se- dipanaskan (sampai membara) dengan makin tebal, ditekuk berbentuk lingkaran mencoblos badan suling. Sementara pahat yang ukurannya disesuaikan dengan ukur- kecil, menurut Raharjo, digunakan untuk an lingkar tempat siwer. Kemudian diikat memperlebar lubang nada, yang sebelum- dengan benang yang dihubungkan dengan nya memang dibuat kecil-kecil (2015: 74). badan suling. Jadi, benang tersebut selain Begitu pula proses pembuatannya tidak berfungsi mengikat siwer, juga sebagai memerlukan tahapan-tahapan yang rumit, pengaman siwer, apabila sewaktu-waktu asal bahannya (bambunya) sudah kering lepas dari badan suling. Adapun siwer dari dan sehat (tanpa hama). bahan bambu, cara pembuatannya ham- Menurut Sunardi, kalau kadar air ba- pir sama, cuma diawali dengan mengolah han suling sudah tidak ada, bahan suling bambu menjadi tipis berbentuk seperti sudah bersih dari hama dan sudah ber- daun lontar yang sudah diiris-iris. bentuk lurus, maka pembuatannya diawali dengan membuat lubang siwer. Lebih lanjut Aspek Musikologis dijelaskan oleh Sunardi, untuk menentukan Aspek musikologis yang dikaji beri- panjang-pendek suling, maka nada pertama kut ini, meliputi awal penggunaan suling (belum ada lubang lainnya) dicocokkan dalam Gong Kebyar, gending-gending dan dengan nada gamelan. Nada yang diambil atau motif-motif yang menggunakan suling, biasanya nada 6 (nem) (tutup 6) dan nada 3 dan musikalitas yang dihasilkan. Adapun (lu) (tutup 3). Panjang suling kurang lebih aspek musikologis lainnya seperti tempo, 20 cm, dan garis lingkar 1,5 cm untuk su- ritme dan dinamika, tidak ada yang dapat ling ukuran kecil; panjang 30 cmdan garis dikaji, karena seperti dikemukakan oleh lingkar sekitar 2 cm untuk suling ukur- Suwardi, bahwa dalam hal ini suling tidak an sedang (sedengan), serta suling ukuran mempunyai kekuatan apa-apa lataran ke- besar dengan panjang 60 cm, garis lingkar tiga aspek tersebut sudah digunakan se- sekitar 4 cm. Hal ini sangat tergantung de- cara baku dalam karawitan Gong Kebyar ngan nada dasar gamelannya. Selanjutnya (wawancara, 8 Desenber 2017). Sementara adalah membuat lubang-lubang suling itu, aspek musikologis seperti warna bunyi Panggung Vol. 28 No. 1, Maret 2018 82 suling, dan hubungan suling dengan tung- guhan lainnya sudah melekat ketika meng- kaji bagian awal mula tungguhan suling digunakan, dan musikalitas yang dihasil- kan. Kajian aspek musikologis yang dapat penulis tambahkan adalah dari segi nada, dan variasi melodi suling ketika mengi- ring melodi gending yang baku. Gambar 5. Al. Sunardi sedang memainkan suling dalam sajian karawitan Gong Kebyar Awal Penggunaan dan Motif-Motif Gending Foto: I Ketut Yasa (2013) yang Menggunakan Suling Bertitik tolak dari penggunaan tungguh menyusul berikutnya juga menggunakan suling dalam gending Tari Kebyar Duduk suling pada motif-motif gending yang tem- yang kemudian dikembangkan menjadi ponya pelan dan bervolume relatif lirih. gending Tari Kebyar Trompong, maka tung- Berturut-turut contohnya sebagai berikut. guhan tersebut telah digunakan sejak tahun 1920-an. Menurut Senen (1993: 47), gen- Gending Terunajaya // . 5 . 6 . 1 . 2* . 1 . 6 . 3 .1- ding tersebut diciptakan pada tahun 1920- // . 6 . 5 . 1 . 6* . 5 . 3 . 6 .( 5)// dst. an oleh Sukra dan tarinya diciptakan oleh I Gending Margapati Ketut Maria (I Mario). // . 2 . 1 . 6 . 5 . 1 . 6 . 2 .( 1)// Adapun motif gending tari Kebyar Gending Panji Semirang // . 5 . 2 . 3 . 3- . 1 . 5 . 1 .( 1)// Trompong yang menggunakan melodi Gending Wiranata suling adalah bagian gending pengadéng //. 2 . 1 . 6 . 5- . 1 . 6 . 2 . ( 1)// (pelan) dan volume lirih. Sebagai contoh dapat dipaparkan berikut ini. Suling yang digunakan dalam Gong Kebyar berlaku efektif sejak motif kebyar ti- . 2 . 2 . 1 . 2 . 5 . 3 . 6 . 5 dak lagi menjadi ciri khas kekebyaran. Sejak . 5 . 5 . 3 . 5 . 2 . 6 . 1 . 2 . 2 . 2 . 1 . 2 . 5 . 3 . 6 . 5 kelahirannya tahun 1915 hingga menginjak . 5 . 5 . 3 . 5 . 2 . 6 . 1 . 6 tahun 1970-an sistem kekebyaran atau mo- . 6 . 6 . 1 . 3 . 3 . 2 . 3 . 3 . 3 . 3 . 2 . 3 . 5 . 2 . 6 . (5) tif ngebyar masih dianggap sebagai ciri khas garapan karawitan kebyar. Akan tetapi, pada Kemudian berturut-turut lahir bebe- perkembangan selanjutnya motif tersebut rapa gending untuk karawitan tari, yaitu sudah sangat jarang digunakan (Sugiartha, Gending Terunajaya pada tahun 1935 oleh 1996: 135). Sejak tahun 1970-an para kom- I Gde Manik (seorang pengendang dari poser mengadopsi motif-motif dari reper- Buleleng); gending tari Margapati, gending toar perangkat lainnya seperti angklung, tari Panji Semirang, dan gending tari Wira- gendér wayang, gong gede, gambang, gong lu- nata. Ketiganya diciptakan pada tahun 1942 wang, semar pagulingan, palegongan, dan be- oleh I Nyoman Kaler (salah seorang seni- barongan. Dengan demikian, dalam sajian man karawitan yang sangat terkenal di Bali gending-gending kebyar sekarang ini kita Selatan); gending tari Oleg Tambulilingan dengar motif-motif angklung, gegenderan, pada tahun 1952, oleh I Mario dan I Sukra; lelambantan, gegambangan, leluwangan, ba- gending Tari Tenun pada tahun 1957 oleh I pang, gineman, batēl, dan lelonggoran. Wayan Likes dan I Nyoman Ridet (Senen, Saat ini, untuk menentukan ciri khas 1993: 47-49). Gong Kebyar dari segi garap gendingnya, Sebagaimana halnya dengan gending tidak cukup dengan mengatakan bahwa tari Kebyar Duduk, gending-gending yang Gong Kebyar ditabuh dengan sistem keke- Yasa: Aspek Organologis dan Musikologis Suling Kebyar 83 byaran, melainkan telah terjadi pencampur- .6 5 .5 . 5 5 5 5 5 323 .3 2 2 2 2 2 2 2 an antara motif kebyar dengan motif-motif . 5 . 2 dan seterusnya. gending dari barungan lainnya. Dengan ma- >>>>>>>>>>>>>>>>>>> suknya motif-motif gending dari barungan Pada gending instrumentalia yang lainnya, menjadikan peranan suling dalam berupa kreasi baru, permainan suling juga perangkat Gong Kebyar semakin menonjol. tampil secara mandiri. Selain sebagai pe- Karena gending-gending dari barungan lain nonjolan juga sebagai rambatan/jembatan pada umumnya menggunakan volume ti- untuk menuju bagian gending berikutnya. dak sekeras gending motif kebyar. Misalnya, pada gending Purwapascima, Seperti telah dikemukakan, bahwa ma- Kosalia Arini dan Gambang Suling ciptaan suknya motif-motif gending dari barungan I Wayan Beratha. Contoh permainan suling lain terjadi pada tahun 1970-an yang meng- yang tampil secara mandiri dalam gending akibatkan peran suling semakin menonjol. Purwapascima adalah seperti berikut. Sejak maraknya tabuh-tabuh kreasi baru pada tahun 1970-an, permainan suling se- . 3 2 3 5 6 5 6* . 5 6 5 3 5* . 3 6 5 3 2 1 2* . 1 3 2 1 6 1 2* makin banyak digunakan baik dalam gen- .1 3 2 1 6 5 6* .2 .3 .5 . 6 . 1 .2 .3 .5* ding bersifat instrumentalia maupun dalam karawitan tari. Terutama pada saat bagian- Lalu, disahut dengan permaian gangsa: bagian gending yang digarap lirih (Jawa: 35 6 5 3 2 1 (2) sirep). Ada pula permainan suling yang ha- nya dibarengi oleh permainan tungguhan Contoh permainan suling tunggal dalam giying, seperti yang terdapat dalam gending gending Kosalya Arini, sebagai berikut. tari Panyembarama ciptaan I Wayan Be- ratha. //3 . 5 . 3 5 3 2 3* . . . 5 . 6 . 5 6 5 3 2* //x II . . . 6 . . 5 . . . 6 . 3 . Contoh: 5* . 6 . 5 . 3 . 5 . 2* // . 5 . 6 . 1 . 5* . 6 . 3 . 5 . 2- . 3 . 1 . 2 . 6* . 1 . 3 . 1 . (2)// Terus disahut oleh permainan gangsa. Di samping itu, ada juga permainan su- . . . 3 .2 .3 2 . 1 . 6 . 5* ling yang mengiringi permainan trompong dalam gending Pengrangrang, ketika ga- Contoh permainan suling tunggal/man- melan Gong Kebyar menyajikan gending diri dalam gending Gambang Suling, se- lelambatan garap kebyar. Salah satu con- perti berikut. tohnya adalah gending Bajradanta yang . 3 . 2 . 3 . 1* . 6 . 5 . . . 4+ juga dikenal dengan gending Gesuri cip- . . . . . 4 . 5* . 6 . 5 . . . 3- taan I Wayan Beratha...... 3 . 5* . 3 . 2 . . . 4+ Contoh pengrangrang yang diiringi per- . 4 . 5 . 6 . 5* . . 1 6 5 3 2 (1) mainan suling. Di dalam sendratari, juga ada permain- 5 . 5 . 5 . 5 5 5 5 5 5 5* .5 3* . 6 . 5 . 3 . 53 5 5 .5 3 . 5 * an suling yang cukup menonjol, misalnya >>>>>>>>>> dalam sendratari Ramayana dan sendratari .2 1* .1 .1 1 .1 6* . 2 1 . 6 16 1 1 .1 6 1* Rajapala. Dalam sendratari Ramayana bi- 1 . 2 . 3 . 5 3 5 3 5 3 5 3 5 3 5 35* .5 asanya terdapat dalam gending Legodba- 3* . 6 . 5 . 3 53 .5 .3 5 . 5* wa, sedangkan dalam sendratari Rajapala >>>>>>>>>>>>> permainan yang diperagakan oleh peran Disahut permainan gangsa dan berakhir Rajapala sedang menggoda bidadari. di nada (5). Contoh gending Legodbawa: Panggung Vol. 28 No. 1, Maret 2018 84

. . . 1 . 1 . 1* . 3 . 5 . 3 . 2+ . 3 . 2 . 3 . 1* . 6 . 5 . . . 4+ . 3 . 2 . 1 . 6* . 2 . 1 . 6 . 5 - . . . . . 4 . 5* . 6 . 5 . . . 3- . 6 . 5 . 3 . 5* . 1 . 6 . 2 . 1+ . . . . . 3 . 5* . 3 . 2 . . . 4+ . 3 . 5 . 6 . 3* . 5 . 2 . 3 . ( 1) . 4 . 5 . 6 . 5* . . 1 6 5 3 2 (1)

Permainan suling yang diperagakan Sementara Made Sukerta menerapkan oleh penari Rajapala (namun suara Su- nada 7 (pi) di dalam karyanya berjudul ling sesungguhnya berasal dari pengrawit “A s ana Wali” pada bagian Pengrangrang. suling). Peragaan ini bermaksud untuk Adapun cuplikannya, sebagai berikut. menarik perhatian bidadari yang sedang kehilangan selendangnya, yang sesung- 5 6 1 1 1 5 6 1 1 1 3 2 1 3 2 1 656 5, 1 5 1 5 1 6 5 6 5 3 3 5 6 2 guhnya dicuri oleh Rajapala. Permainan 3 7 6 5 6 (5) suling yang dimaksud, seperti berikut. Jadi ketika melodi pengrangrang jatuh 5 . 5 . 5 . 5 . 1 6 5 1 6 5 3 pada nada 7 yang mengisi adalah permain- 5 3 5 2 3 5 an suling. Sementara Trompong tidak dita- Disahut permainan gangsa berakhir di buh, karena tidak memiliki nada 7 (pi). nada 1. Dengan ditampilkannya nada 4 dan 7 dalam Gong Kebyar yang notabone tidak 1 . 1 . 1 . 3 . 1 . 2 3 5 3 5 23 memiliki nada-nada tersebut, menurut he- 5 disaut oleh permainan gangsa dan bera- mat penulis mampu menambah rasa kein- khir di nada 1 dahan karya yang ditampilkan. Rasa kein- dahan yang ditampilkan ini diharapkan 1 . 1 . 1 . 3 . 1 . 2 3 5 3 5 23 mampu menambah perhatian bagi para pe- 5 dilanjutkan dengan pengipuk. nonton, yang pada gilirannya juga mampu Keterangan tanda: meningkatkan komunikasi musikal. Menu- . - : tabuhan kemong rut Santosa, kemunikasi musikal berbeda . * : tabuhan: jegogan dengan komunikasi yang bersifat verbal, . +: tabuhan kempur karena proses komunikasi musikal berada ( . ): tabuhan gong di ranah estetik (2008: 16-17). // . . . .//: pengulangan Selanjutnya, variasi melodi suling dapat >>>>>>: tempo tabuhan semakin cepat diamati pada gending yang melodinya bersi- fat baku. Sebagai contoh dapat diamati pada Seperti telah dikemukakan, bahwa su- gending Gegilak Topéng, berikut ini. ling mampu menghasilkan tujuh nada yakni: 1 2 3 4 5 6 7. Ini berarti melebihi nada- Melodi baku 5 1 5 (1) nada yang dimiliki oleh Gong Kebyar yang 5 6 1 ( 2) hanya memiliki lima nada, yaitu 1 2 3 Variasi suling 5 1 5 1 5 6. Oleh para komposer yang kreatif, nada 6 5 61 2 1 61 2 4 (pat) dan 7 (pi) dimanfaatkan de-ngan se- Melodi baku 3 5 2 (3) 1 5 6 ( 1) baik-baiknya di dalam karya-karya mereka. Variasi suling 3 5 32 3 1 Para komposer yang dimaksud dua di an- 5 612 1 taranya adalah I Wayan Beratha dan Pande Made Sukerta. I Wayan Beratha memanfaat- Kendatipun penggunaan suling dalam kan nada 4 (pat) di dalam karyanya yang Gong Kebyar telah terjadi pada tahun berjudul Gambang Suling. Adapun cuplikan 1920-an, namun hingga kini pemain suling karya yang dimaksud, sebagai berikut. dapat dikatakan masih langka. Apalagi Yasa: Aspek Organologis dan Musikologis Suling Kebyar 85 sekaa Gong Kebyar wanita (ibu-ibu), belum Dari ketiga pendapat di atas dapat di- ada yang mampu menampilkan pengrawit simpulkan, bahwa suling berperan pen- suling dalam arti yang sebenarnya. Kelang- ting di dalam memperkuat alur gending kaan dan ketiadaan pengrawit suling, dite- dan musikal yang dihasilkan menjadikan ngarai disebabkan oleh sulitnya memainkan musikalitas Gong Kebyar terasa manis. Hal tungguhan tersebut. Memainkan tungguhan ini tidak bisa lepas dari suara suling yang ini harus bisa “ngunjal angkihan” (mampu memiliki warna suara lebih halus dan membuat aliran udara ke lubang suling se- empuk dibandingkan dengan suara yang cara terus menerus/tanpa terhenti). dihasilkan sebagian besar tungguhan-tung- Sunardi, seorang pengrawit suling Jawa guhan yang terdapat dalam Gong Kebyar. maupun Bali) menjelaskan, bahwa agar Di samping itu, saat menyajikan melodi Su- udara bisa mengalir secara terus menerus ling, dilakukan dengan suara yang menga- ke lubang suling, di mulut harus selalu ada lun, artinya tanpa terputus-putus (Wawan- persediaan udara. Caranya, hirup udara cara, 20 Nopember 2015). melalui hidung, kemudian dikirim ke paru- Di sisi lain, Sunardi mengatakan bah- paru dan diteruskan ke perut, selanjutnya wa aspek musikal yang dihasilkan karawi- dikirim ke mulut. Dari mulut dikeluarkan tan Gong Kebyar, menyisakan sebuah ma- sedikit-demi sedikit ke lubang suling, agar salah. Terutama ketika suling dimainkan di mulut selalu ada persediaan udara. Un- seorang diri, bersamaan dengan nada-nada tuk mampu mengatur sirkulasi udara se- gamelan. Masalah muncul, karena nada- perti dijelaskan di atas, Sunardi berlatih/ nada gamelan Gong Kebyar yang berpa- belajar setiap malam selama dua jam dalam sangan (gangsa, giying, jublag, dan jegogan) jangka waktu tiga bulan. Latihan dilakukan memiliki suara dua versi. Versi pertama, dengan cara menyendiri seperti orang ber- nadanya bergetar (reng-nya) keras (tinggi) semedi (wawancara, 24 Pebruari 2015). yang disebut dengan suara pengisep, se- dangkan pasangannya nada suaranya yang Musikalitas yang Dihasilkan bergetar (reng-nya) sedikit lebih lirih (ren- Sukerta menyebutkan bahwa suling me- dah), disebut dengan suara pengumbang. rupakan kelompok tungguhan pemanis. Per- Dengan demikian, nada suling akan selalu mainan suling sangat dibutuhkan dalam terasa fals (blero: pen.), karena tidak mampu sajian Gong Kebyar, lebih-lebih dalam ga- menyesuaikan kedua versi suara (ngum- melan yang tungguhan gangsanya memiliki bang-ngisep) tersebut (Wawancara, 24 Peb- suara/reng yang pendek, seperti yang ter- ruari 2015). dapat di Kabupaten Buleleng, Bali (2009: Jika pemain tetap sendiri, satu-satunya 186-187). Masyarakat Bali pada umumnya solusi yang dapat dilakukan, menurut Su- mengemukakan bahwa tabuhan (gending) nardi, adalah nada suling dibentuk atau karawitan Bali (khususnya Gong Kebyar), dibangun di antara suara pengumbang dan setelah disertai dengan melodi suling ter- suara pengisep. Namun, tetap ada kedengar- dengar menjadi manis. Mungkin istilah an suara fals. Oleh karena itu, solusi yang ter- manis di sini, kalau dianalogkan dengan baik, adalah menggunakan pengrawit suling masakan, menjadi terasa sedap dan atau lebih dari seorang (misalnya empat orang) gurih, lebih enak. dengan nada suling yang memenuhi kedua Di samping itu, menurut Suwardi versi suara gamelan tersebut. Kecuali per- (dosen ISI Surakarta), suling yang meru- mainan suling ditampilkan secara mandiri, pakan instrumen melodis berperan penting disela-sela nada gamelan (biasanya sebagai dalam memperkuat alur gending. rambatan untuk menuju ke bagian gending Panggung Vol. 28 No. 1, Maret 2018 86 berikutnya bertujuan sebagai penonjolan), nya merasa nyaman, tentram, dan gembira. maka akan tidak menjadi masalah. (Wawan- Begitulah fi losofi suling dalam ajaran Hin- cara, 24 Pebruari 2015) du. Pendapat berbeda dikemukakan oleh Jero Mangku Wijaya Kusuma (rohani- Suwardi, bahwa untuk mengatasi agar ti- awan) menjelaskan, bahwa suling yang di- dak kedengaran fals, nada suling disesuai- tiup oleh Kresna, ketika sedang menggem- kan/dibuat sama dengan nada gamelan bala sapi adalah penjelmaan Dewa Wisnu yang rengnya (getarannya) lebih rendah. sedang menjaga umatnya. Simbol sapi di Sementara itu, dengan menggunakan ba- sini adalah hewan yang sangat bermanfaat, nyak suling (baca: pengrawit suling), itu baik itu susunya maupun tenaganya untuk hanya mengubah tekstur (tebal dan tipis- membajak sawah. Sementara, suling yang di- nya) suara suling. Jadi tidak berpengaruh tiup oleh Kresna, selain mampu menyedot untuk mengurangi suara fals yang terjadi kekuatan musuh, suara suling juga sebagai antara nada gamelan dengan suara suling. simbol yang mampu menentramkan hati Sementara itu, Sukerta (2009: 187-188) me- umat, sehingga umat senantiasa dalam ke- nyebutkan, bahwa “. . . suara yang dipa- adaan damai, nyaman dan bahagia. kai ukuran dalam membuat suling adalah tungguhan yangbernada pengumbang (lebih SIMPULAN besar), sehingga jika dimainkan tiupan Dari paparan mengenai aspek organolo- yang lebih keras akan dapat menimbulkan gis dan musikologis suling Kebyar tersebut nada lebih kecil atau berada di antara nada di atas, dapat disimpulkan bahwa pembuat- pengumbang dan pengisep (Wawancara, 20 an suling sesungguhnya tidak membutuh- November 2015). kan peralatan yang banyak maupun waktu Terkait dengan penggunaan beberapa lama. Justru yang membutuhkan waktu pemain suling, pendapat Suwardi ada be- yang lama adalah proses pengeringan dan narnya, mengingat ketika permainan su- pelurusan bahan. Hal ini untuk meyakin- ling untuk mengiringi permainan trompong kan agar bahan betul-betul bebas hama dalam gending bagian Pengrangrang, peng- dan badan suling dikemudian hari tidak rawit suling biasanya lebih dari seorang bisa berubah bentuk. Di samping itu, yang lebih sampai empat-lima orang. Padahal tunggu- penting adalah suara suling betul-betul se- han Trompong hanya terdiri dari suara satu suai dengan yang diharapkan. Perlu kita akui, versi (pengumbang atau pengisep). Dengan bahwa semakin sedikit kadar air (matang) ba- demikian, maksud dan tujuan diiringinya han yang digunakan, maka kualitas suaranya beberapa pengrawit dan atau permainan su- semakin terjamin. Hal ini berlaku juga pada ling sudah jelas, yakni untuk memperkuat instrumen-instrumen lain yang menggu- alur melodi dan mempertebal suara suling. nakan bahan yang di dalamnya mengan- Oleh karena itu, terkait dengan usaha untuk dung air. Misalnya, instrumen yang dibuat menghindari dan atau mengurangi nada fals, dari kayu seperti gambang dan ; maka nada suling disesuaikan atau dibuat instrumen yang dibuat dari bahan kulit bi- sama dengan nada gamelan yang reng-nya natang seperti rebab, , terbang, dan (getarannya) lebih rendah. De-ngan kata kendang; instrumen yang dibuat dari bahan lain, suara yang dipakai ukuran dalam perunggu seperti yang berbentuk pencon membuat suling adalah tungguhan yang maupun bilah dalam berbagai barungan bernada pengumbang (lebih besar). gamelan Bali maupun berbagai perangkat Alunan nada suling yang menyatu dan gamelan Jawa. Dengan demikian, paparan merdu, akan menjadikan para pendengar- ini diharapkan dapat menjadi informasi Yasa: Aspek Organologis dan Musikologis Suling Kebyar 87 yang sangat bermaanfaat bagi pembuat kajian aspek musikalitas tersebut, juga di- gamelan, khususnya suling di dalam me- harapkan dapat menjadi informasi yang milih dan atau menentukan bahan. sangat penting bagi pembuat suling untuk Perlu juga diinformasikan bahwa akhir- gamelan Kebyar khususnya, dan gamelan akhir ini, untuk mendapatkan bambu seba- Bali pada umumnya. Dengan demikian, gai bahan suling sangat sulit. Oleh karena itu, tulisan ini dapat memberi kontribusi bagi penulis usul perlu revitalisasi lahan pengha- pembuat suling, untuk menghasilkan karya sil bambu untuk bahan suling. Bambu yang yang lebih berkualitas. khusus untuk bahan suling, hendaknya tidak digunakan untuk gagang sapu (lidi maupun Daftar Pustaka ijuk) yang sesungguhnya bisa digantikan Abdullah, M. S. (2017). Kajian Organologi dengan bahan yang lain. Misalnya, dengan Musik Bundengan di Wonosobo. (Sar- berbagai kayu yang sesungguhnya justru jana), Fakultas Seni Pertunjukan, In- lebih kuat daripada menggunakan bambu. stitut Seni Indonesia, Surakarta. Pengunaan permainan suling dalam Chaya, I N. (1990). I Mario Perintis Pembaha- karawitan Gong Kebyar, dimulai sejak ta- ruan Tari Bali. (Tesis), Universitas hun 1920-an. Realitas ini, didasarkan atas Gadjah Mada, Yogyakarta. kapan terciptanya gending yang mulai Dibia, I W. (1979). Sejarah Perkembangan menggunakan suling. Musikalitas yang Gong Kebyar di Bali. Dalam bentuk dihasilkan karawitan Gong Kebyar setelah brosur. Tp. dibarengi dengan permainan suling, pada Hendarto, S. & Hastanto, S. (2011). Organo- umumnya masyarakat mengatakan men- logi dan Akustika I & II. Bandung: Lu- jadi lebih manis. Jika dianalogkan dengan buk Agung. makanan, rasanya menjadi semakin enak. McPhee, C. (1996). Music in Bali: A Study in Di samping itu, suara suling dalam kara- Form and Instrumental Organization witan Gong Kebyar juga berperan untuk in Balinece Orcestral Music. New Ha- memperkuat alur melodi, dan sebagai ram- ven and London: Yale University batan/jembatan untuk menuju ke bagian Press. gending berikutnya. Kemudian, permain- Raharjo, W. D. (2015). Kajian Organologis an suling juga dapat memperindah hasil Suling Sléndro dan Pélog Gaya Sura- karya yang ditampilkan. Misalnya, mem- karta Studi Bahan: Bambu, Pipa PVC buat variasi pada melodi gending yang dan Aluminium. (Sarjana), Fakultas baku dan menampilkan nada 4 (pat) dan 7 Seni Pertunjukan, Institut Seni In- (pi) yang sesungguhnya tidak dimiliki oleh donesia, Surakarta. Gong Kebyar. Pada sisi lain, penggunaan Rembang, I N. (1977). Daftar Klasifikasi permainan suling dalam Gong Kebyar, ka- Gamelan Bali. Kertas kerja untuk Se- lau tidak pas dalam menerapkan dan me- rasehan Besar Karawitan Bali di Pu- manfaatkan suara suling, bisa menjadikan sat Kebudayaan Jawa Tengah di Su- hasil musiknya terdengar fals. rakarta. Tanggal 27 s/d 31 Agustus. Terkait dengan usaha untuk meng- Santosa. (2008). Eksplorasi dalam Komuni- hindari atau mengurangi nada fals, maka kasi Musikal Pertunjukan Gamelan. nada suling disesuaikan atau dibuat sama Panggung, 18 (1), 16-17. dengan nada gamelan yang reng-nya (ge- tarannya) lebih rendah. Dengan kata lain, Senen, I W. (1993). Wayan Beratha Tokoh Pem- suara yang dipakai ukuran dalam mem- baharuan Gamelan Kebyar di Bali. (Ma- buat suling adalah tungguhan yang bernada gister), Universitas Gajah Mada, pengumbang (lebih besar). Informasi dari Yogyakarta. Panggung Vol. 28 No. 1, Maret 2018 88

Sudarto, T. (2010). Tari dalam Perubahan Mustika, M. (2015). Peringatan 100 Tahun Politik di Keraton Cirebon. Pang- Gong Kebyar Pengaruhnya Terhadap gung 20 (4), 355-366. Kesenian Tabuh di Bali Luar Biasa. Sugiartha, I G. A. (1996). Gamelan Pegambu- Majalah Hindu Raditya Edisi 218. han Pengaruhnya Terhadap Gamelan Sukerta, P. M. (2009). Gong Kebyar Buleleng Golongan Madia Dan Baru Dalam Perbedaan dan Keberlanjutan Tradisi Karawitan Bali. (Tesis), Universitas Gong Kebyar. Surakarta: Institut Seni Gajah Mada, Yogyakarta. Indonesia.