Orientasi Kebijakan Politik Luar Negeri di bawah Pemerintahan Jokowi-JK66

Mangadar Situmorang Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Katolik Parahyangan Email: [email protected] dan [email protected]

Abstrak: Prinsip dasar kebijakan politik luar negeri sebuah negara boleh saja berakar pada sejarah, ideologi, dan konstitusi nasional.Namun pelaksanaannya sangat dipengaruhi oleh kepentingan, kepemimpinan, dan dinamika politik internal dan internasional tertentu. Tulisan ini mencoba mencermati faktor kepemimpinan Presiden (Jokowi) dalam kaitannya dengan dua faktor lain di dalam pelaksanaan kebijakan luar negeri Indonesia beberapa tahun ke depan. Walau tampak agak prediktif, bahkan spekulatif, tulisan ini sepenuhnya bersifat deskriptif dengan mengandalkan argumentasi teoritis dan informasi yang tersedia. Subjektivitas penulis selanjutnya tidak bisa dihindarkan untuk sampai pada penegasan bahwa kebijakan politik luar negeri Indonesia di bawah pemerintahan Jokowi berbeda dari pemerintahan sebelumnya. Dibawah pemerintahan Jokowi, Indonesia akan lebih berorientasi kedalam (inward-looking) yang antara lain disebabkan oleh tekanan politik domestik.

Kata-kata kunci: Kebijakan Politik Luar Negeri, Kebijakan berorientasi kedalam, Dinamika Politik (dalam negeri dan internasional) .

Abstract: The basic principles of states' foreign policies are rightly to have roots in certain historical, ideological, and constitutional context. In their application, however, particular interests, leaders and leadership, and both national and international political dynamics are individually or collectively playing significant influences. This article manages to discuss the appearance of President Joko Widodo to lead the country in dealing with the global economic and political dynamics. It is argued that despite the unchanging “bebas aktif” principle of Indonesia's foreign policy and uninterrupted changes of global politics, Jokowi's administration has the chance to make a kind of adjustment which is believed to be caused by his personality and domestic political context. Upon these two factors, Indonesia's foreign policy highly likely becomes inward-looking oriented.

Keywords: Foreign Policy, Inward-looking Orientation, (domestic and international) Political Dynamics.

66 Tulisan ini merupakan perbaikan dan pelengkapan dari makalah yang dipresentasikan sebagai bahan diskusi Kegiatan Networking yang diselenggarakan oleh Kantor Sekretariat Wakil Presiden, Kementerian Sekretariat Negara, Hotel Grand Serela, Hegarmanah, Bandung, 15 September 2014.

67 68 Mangadar Situmorang, Orientasi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia di bawah Pemerintahan Jokowi-JK66

Pengantar ASEAN dan kemampuan Indonesia menggiring atau mengarahkan agenda- Politik luar negeri Indonesia di agenda kerjasama dalam APEC, APT, bawah pemerintahan Presiden Susilo maupun bentuk kemitraan ASEAN B a m b a n g Yu d h o y o n o ( S B Y ) lainnya. Bali Democracy Forum (BDF) menampilkan sosok politik yang high dan keterlibatan Tentara Nasional profile. Keikutsertaan Indonesia dalam Indonesia (TNI) dalam operasi G-20 secara umum diakui tidak saja perdamaian PBB yang kemudian disusul sebagai ekspresi pengakuan dunia pembangunan pusat pendidikan/pelatihan terhadap perkembangan Indonesia dalam peace keeping force (PKF) di Sentul, satu dasawarsa terakhir, tetapi juga hasil serta shuttle diplomacy dalam dari perjuangan dan keinginan menjembatani perseteruan wilayah pemerintah, termasuk Kementerian Luar antara Thailand-Kamboja atas Candi Negeri (Kemenlu), untuk diperhitungkan Preah Vihear juga menampilkan peace- dalam kancah internasional. Ini bersifat outlook dan democratic outlook Indonesia indikatif dari kinerja ekonomi politik secara internasional.67 nasional dan politik luar negeri Indonesia. Walau masih terlalu dini, partisipasi aktif Tanpa mengabaikan capaian- Indonesia dalam asosiasi negara-negara capaian domestik yang menopang politik kekuatan ekonomi tersebut memberi luar negeri yang high profile tersebut, ruang yang lebih lebar bagi Indonesia pada dasarnya dapat dikatakan bahwa untuk turut serta di dalam menentukan SBY dan Kemenlu telah mencoba regulasi-regulasi dan merekonstruksi menciptakan arena permainannya sendiri ekspektasi-ekspektasi global tentang di luar batas-batas teritorial Indonesia. kerjasama, pembangunan, dan keamanan Dengan kata lain, Indonesia tengah internasional. membangun “panggung”nya sendiri atau telah melakukan permainan “tandang uji Sejumlah catatan prestasi lainnya coba” di luar negeri. dapat dikemukakan untuk menegaskan politik luar negeri Indonesia di bawah SBY yang flamboyan. Di antaranya 67 Lihat Bantato Bandoro, 2014, States' Choice of adalah kepemimpinan Indonesia dalam Strategies, : Graha Ilmu, hlm.147. Mangadar Situmorang, Orientasi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia di bawah Pemerintahan Jokowi-JK66 69

Terpilihnya pasangan Joko Widodo 1. Prinsip dan Tujuan (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) sebagai Konstitusional Politik presiden dan wakil presiden pada pemilu Luar Negeri: Argumentasi pertama yang Juli 2014 lalu menyiratkan perubahan memungkinkan sekaligus membenarkan atau perbedaan dalam kinerja politik kebijakan luar negeri Jokowi yang luar negeri Indonesia lima tahun ke depan. inward-looking adalah prinsip politik luar Secara hipotetik Jokowi-JK akan lebih negeri yang dianut selama ini, yakni menampilkan politik luar negeri yang low prinsip bebas-aktif. Prinsip ini membuka profile atau setidak-tidaknya mengurangi ruang bebas bagi interpretasi dan “terlalu banyak tampil di luar negeri” dan pemaknaan oleh siapapun dan dalam akan lebih fokus pada urusan dalam negeri kondisi apapun. Ini dapat dilihat dalam atau ditujukan semata-mata untuk rumusan visi dan misi hubungan luar membenahi dan memperkuat “di dalam”. negeri Jokowi-JK, yakni “terwujudnya Bagi pasangan ini penguatan dan Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan pembangunan ekonomi nasional nampak berkepribadian berlandaskan gotong lebih menarik dan lebih penting. royong”. Visi ini mempertegas makna Tulisan ini ditujukan untuk “kebebasan” Indonesia dengan cara mendiskusikan argumentasi-argumentasi mewujudkan kedaulatan, kemandirian, yang bisa membenarkan kemungkinan dan kepribadian nasional. Di dalamnya (hipotesis) di atas. juga termaktub sikap dan sifat “aktif” untuk dapat merealisasikan kemandirian nasional atas landasan kerjasama positif Kebijakan luar negeri Jokowi yang dan konstruktif yakni gotong-royong. berorientasi kedalam (inward-looking) Prinsip “bebas-aktif” dari politik Setidak-tidaknya terdapat empat luar negeri Indonesia selalu bermakna argumen yang dimajukan untuk ganda. Pertama, bahwa politik luar negeri mengatakan kecenderungan inward- Indonesia bertujuan untuk memelihara looking dari kebijakan luar negeri identitas nasional. Salah satu pertanyaan presiden terpilih Joko Widodo. kritis dalam konteks ini, sebagaimana diutarakan oleh Ubaedillah dan Abdul 70 Mangadar Situmorang, Orientasi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia di bawah Pemerintahan Jokowi-JK66

Rozak, adalah “benarkah ungkapan internasional, nasionalisme Indonesia bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang dibangun adalah nasionalisme yang ramah dan agamis. Benarkah kosmopolitan yang menandaskan ungkapan ini masih menjadi ciri khas Indonesia sebagai bangsa tidak dapat bangsa Indonesia saat ini?”.68 Refleksi menghindari bangsa lain, namun tetap y a n g d i l a k u k a n m e n g a t a k a n , memiliki nasionalisme kultural ke- “Mencermati kenyataan sehari-hari, indonesiaan”.70 julukan ini tidak selamanya tepat. Tingginya kasus korupsi dan maraknya Makna kedua dari prinsip “bebas- tindakan kekerasan yang dilakukan aktif” adalah bahwa politik luar negeri masyarakat dan negara merupakan ditujukan pula untuk mewujudkan cita- kenyataan yang jauh dari julukan luhur cita nasional sebagaimana dicantumkan Indonesia sebagai masyarakat yang di dalam pembukaan UUD 1945, yakni ramah dan agamis”. 6 9 Disamping mencerdaskan kehidupan bangsa, fenomena negatif tersebut, prinsip meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan tersebut juga hendak menegaskan ikut serta menjaga perdamaian dan identitas nasional yang majemuk dan ketertiban dunia. Sekalipun tujuan yang toleran. Dengan kata lain, sekalipun terakhir dapat dilihat sebagai tujuan karakteristik global bersifat pluralis yang bersifat eksternal, politik luar negeri terdapat kecenderungan kearah juga dimaksudkan untuk mendukung universalisasi dan uniformitas nilai-nilai pencapaian dua cita-cita pertama yang global. Dengan mencermati evolusi lebih bersifat internal. Sebab, nasionalisme Indonesia dari periode sebagaimana disadari bahwa hanya revolusi kemerdekaan hingga saat ini, dengan melalui peningkatan kemakmuran Ubaedillah dan Abdul Rozak berpendapat nasional maka peran serta dalam bahwa saat ini yang berkembang di pemeliharan perdamaian dunia dapat Indonesia adalah “nasionalisme dilaksanakan. Dan lebih dari itu, dengan kosmopolitan”. Dikatakan, “dengan keterpenuhan seluruh cita-cita tersebut bergabungnya Indonesia dalam sistem maka tujuan kemerdekaan menjadi bermakna dan kedaulatan bangsa dan

68 A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, 2013, negara Indonesia tergenapi. Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, : ICCE-UIN halaman 51. 70 Ibid. halaman 60. 69 Loc.cit. Mangadar Situmorang, Orientasi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia di bawah Pemerintahan Jokowi-JK66 71

Atas dasar prinsip politik luar negeri perdagangan; (3) Produktivitas yang bebas aktif dan amanat konstitusi, perekonomian; dan (4) Pertahanan maka dapat pula dikatakan misi atau keamanan nasional, regional serta tujuan kebijakan luar negeri Jokowi-JK perdamaian dunia. Sementara Jokowi selaras. Tujuan tersebut adalah: menaruh perhatian khusus pada 1. Mengedepankan identitas komitmen pemberian dukungan bagi sebagai negara kepulauan dalam kemerdekaan dan keanggotaan Palestina pelaksanaan diplomasi dan di PBB, Jokowi juga mengedepankan m e m b a n g u n k e r j a s a m a diplomasi total di dalam menyelesaikan internasional; potensi sengketa dengan negara-negara 2. Meningkatkan peran global lain. melalui diplomasi middle power yang menempatkan Indonesia Prioritas program di atas, sekalipun sebagai kekuatan regional dan masih bersifat normatif (on paper) bisa kekuatan global secara selektif d i l i h a t s e b a g a i p r i o r i t a s y a n g dengan memberikan prioritas menunjukkan kecenderungan inward- kepada permasalahan yang looking. Hal ini berbeda, jika tidak secara langsung berkaitan bertentangan, dengan misi, kebijakan dengan kepentingan bangsa dan dan strategi terdahulu yang lebih negara Indonesia; menampilkan kesan “baru”, “proaktif” 3. M e m p e r l u a s m a n d a l a dan outward-looking, meskipun seorang keterlibatan regional di Indo- analis berpendapat, “Yudhoyono's foreign Pasifik, dan; policy is all about image”.71 4. Merumuskan dan melaksanakan politik luar negeri yang melibatkan peran, aspirasi dan

keterlibatan masyarakat. 71 Bantarto Bandoro, ibid., hlm. 146-147. Seorang Demikian pula dengan empat penulis lain juga berpendapat bahwa di bawah SBY Indonesia tampak sebagai bangsa yang prioritas yang ditawarkan oleh presiden inferior dalam kancah politik internasional dengan mencontohkan kasus penyadapan oleh terpilih Jokowo, yakni (1) Perlindungan dan sengketa bilateral dengan Malaysia. Lihat Lelly Andriasanti, “Politik Luar WNI, termasuk TKI di luar negeri; (2) Negeri Indonesia di Bawah Jokowi” dalam http://www.megawatiinstitute.org/megawati- Perlindungan sumber daya alam dan institut/artikel/260-politik-luar-negeri- indonesia-di-bawah-jokowi.html. 72 Mangadar Situmorang, Orientasi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia di bawah Pemerintahan Jokowi-JK66

2. Konstelasi politik revisionis dengan arsenal nuklir dan internasional dan regional: ideologi ekstrimnya (left-wing atau right- wing) seperti Korea Utara dan Iran kerap Pada dasarnya dinamika politik pula meningkatkan ketegangan global dan internasional yang diwarisi oleh Presiden memaksa pergeseran isu dan agenda Joko Widodo tidak berbeda dari masa internasional. Kemunculan gerakan- pemerintahan Presiden Susilo B. gerakan kritis-ekstrim-radikal berupa Yudhoyono. Ini menjadi argumentasi terorisme internasional juga menambah kedua mengapa Jokowi akan cenderung ketegangan tertentu yang tidak saja mengutamakan penguatan nasional. mengganggu ketertiban dunia, tetapi juga Kekuatan-kekuatan internasional masih mengancam struktur global yang akan tetap berada di tangan AS, Uni dibangun di atas negara (state-system) dan Eropa, bersama dengan organisasi- didominasi oleh negara-negara besar. organisasi internasional seperti PBB, UE/NATO, IMF/WB, WTO dll. Selain isu politik keamanan, Lembaga-lembaga semacam ini tetap agenda utama global tetaplah pada tidak terpisahkan dari AS dan UE p er ekonomian. Sekalipun ketegangan- karena menjadi instrumen penting bagi ketegangan politik di atas mempengaruhi legitimasi maupun penguatan dan kinerja ekonomi internasional, forum- perluasan peran negara-negara besar forum internasional masih tetap tersebut. Perkembangan kekuatan Cina didominasi oleh persoalan ekonomi, baik dan kemunduran relatif kekuatan Jepang itu dalam rangka meningkatkan serta geliat kekuatan yang kembali kerjasama untuk memproduksi lebih ditampilkan oleh Rusia telah menjadi banyak keuntungan dan kebaikan bagian dari dinamika politik internasional bersama, maupun dalam rangka dalam satu dasawarsa terakhir. mengatasi kemunduran yang mungkin Ketegangan dan persaingan di antara terjadi, termasuk menyelesaikan mereka mempertegas multipolarisme sengketa-sengkata ekonomi, investasi, kekuatan-kekuatan dunia. Hal itu dan perdagangan seperti halnya disemarakkan pula oleh kekuatan- Eurocrisis. Pernyataan pers tahunan kekuatan middle-power lainnya seperti Menlu Marty Natalegawa pada awal tahun India dan Brasil. Kekuatan-kekuatan 2014 menggambarkannya terjadinya Mangadar Situmorang, Orientasi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia di bawah Pemerintahan Jokowi-JK66 73

“trust deficit” sekalipun kerjasama Komunitas ASEAN dengan tiga ekonomi dan saling ketergantungan terus pilarnya, ASEAN Political and Security berlanjut.72 Community (APSC), ASEAN Economic Community (AEC) dan ASEAN Social and Isu-isu non-tradisional seperti Cultural Community (ASCC) yang lingkungan hidup (global warming dan hendak diwujudkan pada Desember 2015 climate change), penegakan HAM, menuntut kesiapan maksimal baik dari perluasan demokrasi dan partisipasi setiap negara anggota maupun institusi nampaknya tetap merupakan isu ASEAN sendiri. Tidak tertutup marginal. Kehadirannya ke panggung kemungkinan terjadinya ketegangan di internasional ditentukan oleh peristiwa- antara negara-negara anggota yang peristiwa tertentu atau oleh gerakan diakibatkan oleh ketidak-siapan dan kelompok-kelompok tertentu. Dalam hal tuntutan pengecualian (exceptions) atau ini peran global civil society pembebasan (exemptions). Dalam organizations and movements termasuk konteks ini, presiden Jokowi nampak media massa dan media sosial serta memberi perhatian besar. Presiden Jokowi kemampuan mereka mendapatkan boleh jadi melihat ASEAN Community dukungan dari pemerintahan negara- sebagai “sesuatu yang tidak terelakkan”, negara dan organisasi internasional akan tetapi boleh jadi pula sebagai “sesuatu sangat penting. keharusan yang menguntungkan.”

Di samping isu-isu yang bersifat Peningkatan kekuatan Cina yang universal di atas, terdapat pula isu-isu drastis menimbulkan ancaman sekaligus yang lebih spesifik baik karena faktor peluang bagi negara-negara anggota geografis maupun pertimbangan- pertimbangan pragmatis. Dinamika kebangkitan kekuatan China, misalnya Ming politik dan ekonomi di Tenggara dan Xia, “China threat” or “Peaceful rise of China” d a l a m N e w Y o r k T i m e s , Asia nampaknya akan tetap didominasi http://www.nytimes.com/ref/college/coll-china- politics-007.html; Lionel Varion, 2013, China oleh pelaksanaan ASEAN Community dan Threat?: The Challenges, Myths and Realities of

73 China's Rise , NY: CN Times Books Inc. Proses munculnya “ancaman” Cina. pendekatan (rapproachment) antara China dan Taiwan juga terus diupayakan, lihat Justin Doody, “China and Taiwan walking the line of 72 Lihat Tabloid Diplomasi No.72 Tahun VII, r a p p r o a c h m e n t ” d a l a m hlm.4. http://www.eastasiaforum.org/2014/09/12/china 73 Lihat beberapa tulisan yang mengulas - a n d - t a i w a n - w a l k i n g - t h e - l i n e - o f - 74 Mangadar Situmorang, Orientasi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia di bawah Pemerintahan Jokowi-JK66

ASEAN, termasuk Indonesia. Klaim Kalau tidak bermanfaat, kita tidak usah negara tirai bambu tersebut atas wilayah ikut-ikut dengan urusan orang lain”.74 di Laut Cina Selatan (LCS), yang didukung oleh peningkatan kekuatan 3. Dinamika politik dalam negeri: militer, tidak urung menimbulkan kekhawatiran sekaligus perlawanan atas A r g u m e n t a s i k e t i g a y a n g kemungkinan hilangnya wilayah dan mendorong dan sekaligus membenarkan sumber daya dari masing-masing negara kebijakan luar negeri Presiden Jokowi pengklaim lainnya. Vietnam, Filipina, condong inward-looking dan low-profile Malaysia, dan Brunei Darusalam, yang adalah dinamika politik dalam negeri. merupakan negara-negara anggota Kemenangan Jokowi-JK dalam pilpres ASEAN, di samping Jepang dan Korea bukanlah tanpa kesulitan atau Selatan, juga berkepentingan agar jalur perlawanan. Dengan memenangkan laut tersebut aman untuk perdagangan dan hanya 52 persen suara dan perbedaan aktifitas ekonomi lainnya. sekitar 7 juta suara, margin kemenangan tersebut telah membuka ruang bagi Terhadap perkembangan situasi di pasangan Prabowo-Hatta untuk LCS nampaknya Presiden Jokowi melakukan tuntutan hukum agar memandangnya sebagai sesuatu yang M a h k a m a h K o n s t i t u s i ( M K ) tidak secara langsung berhubungan membatalkan kemenangan Jokowi-JK. dengan kepentingan Indonesia. Keputusan MK yang mengukuhkan Pandangan tersebut telah menuai kritik kemenangan Jokowi-JK sebagaimana dengan mengatakan bahwa Jokowi tidak sebelumnya telah ditetapkan oleh Komisi memahami persoalan tersebut dengan Pemilihan Umum (KPU) pada 21 Juli baik. Sesuai dengan pandangan tersebut 2014 tidak menyurutkan koalisi merah- dan seakan-akan mencoba menanggapi putih pendukung Prabowo-Hatta untuk kritikan tersebut, Jokowi menegaskan memberikan “kesulitan-kesulitan” bagi bahwa Indonesia akan menempuh jalan pemerintahan Jokowi-JK dalam lima diplomasi untuk mengatasi persoalan tahun kedepan. Hal ini antara lain tersebut. Namun, dia juga menyiratkan, keterlibatan diplomatik tersebut harus 74 Lihat liputan media nasional pada saat setelah mampu memberi manfaat bagi Indonesia. digelarnya debat kandidat presiden . Mangadar Situmorang, Orientasi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia di bawah Pemerintahan Jokowi-JK66 75 dimungkinkan mengingat mayoritas (KPK) merupakan contoh nyata dari anggota DPR merupakan pendukung tersanderanya kebijakan-kebijakan dan Koalisi Merah-Putih (KMP) dan menjadi program-program pembangunan yang penyeimbang, jika bukan menjadi oposisi, telah dicanangkan oleh pemerintahan terhadap Koalisi Indonesia Hebat (KIH) Jokowi-JK. yang merupakan pendukung Jokowi-JK. Daya tarik atau beban politik Tiga fungsi utama badan legislatif domestik sebenarnya tidak berhenti pada DPR, yaitu regulasi (legislasi), relasi presiden (lembaga kepresidenan penganggaran, dan pengawasan akan dan kabinet) dan DPR (beserta partai- berdampak besar terhadap pelaksanaan partai politik). Sejalan dengan agenda fungsi-fungsi eksekutif yang diemban konsolidasi demokrasi, terdapat sejumlah presiden. Politik dan kebijakan “hati-hati” masalah pokok yang perlu mendapat akan mewarnai pemerintahan Jokowi. Di perhatian presiden. Diantaranya adalah satu sisi, Jokowi akan menghindari upaya peningkatan kepatuhan pada mengambil kebijakan-kebijakan h u k u m ( l a w - e n f o r c e m e n t ) , kontroversial yang mengundang pemberantasan korupsi, reformasi penolakan dari DPR. Kebijakan birokrasi, penguatan lembaga-lembaga “mengambil hati” anggota DPR dapat demokrasi (seperti partai politik, CSOs dilakukan dengan kebijakan dan program dan media) serta perluasan konstituen yang “memenangkan hati” rakyat. demokrasi. Kondisi ini, di sisi lain, akan menyita perhatian dan energi Jokowi untuk Secara positif dan optimistik, Rizal 75 mengelola hubungan baik dengan DPR Sukma mengatakan bahwa “figure melalui program-program yang baik demokrasi menjadi elemen utama bagi untuk rakyat dan selanjutnya akan kebijakan luar negeri Indonesia”. Lebih mengurangi perhatiannya pada isu-isu lanjut dia berpendapat bahwa kemampuan internasional. Kasus penunjukan Budi Indonesia meraih kepemimpinan di Gunawan sebagai calon Kapolri serta ASEAN, memainkan peran global, rangkaian perdebatan politik yang 75 Rizal Sukma, 2012, “Figur Demokrasi Menjadi bermuara pada persengkataan antara Polri Elemen Utama Bagi Kebijakan Luar Negeri dan Komisi Pemberantasan Korupsi Indonesia” dalam Tabloid Diplomasi No.53 Thanun V, hlm. 17. 76 Mangadar Situmorang, Orientasi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia di bawah Pemerintahan Jokowi-JK66 mempromosikan diri sebagai negara kebijakan negara-negara lain pun demokrasi terbesar ketiga di dunia, dicermati dan dikaji. Hasil kajian yang menjadi negara dengan mayoritas Muslim terkerangka melalui cost-and-benefit moderat, serta menjadi bridge builder dan a n a l y s i s a k a n b e r m u a r a p a d a problem solver dalam komunitas global, pengambilan kebijakan yang lebih hal itu “sangat tergantung pada sejauh menguntungkan. Dalam sejumlah kasus, mana Indonesia dapat mengelola tiga isu tidak ada keraguan bahwa pemerintahan kunci domestik, yaitu: konsolidasi sebelumnya menerapkan model ini. demokrasi, dampak nasionalisme internal Paling tidak secara politis atau ideologis, pada kebijakan luar negeri, dan dimensi pemerintah pasti berdalih bahwa setiap Islam”. kebijakan luar negeri yang diambil telah dipertimbangkan secara seksama dan 4. Idiosinkretisme Jokowi: ditujukan semata-mata bagi kepentingan nasional.77 Prinsip politik luar negeri Indonesia

“bebas-aktif” dan tujuan konstitusional Salah satu kesulitan dan sekaligus Negara Indonesia selain membuka ruang persoalan atau kelemahan “model aktor pada interpretasi dan perumusan prioritas rasional” adalah keharusan untuk sebagaimana dibahas sebelumnya, juga mengetahui semua aspek-aspek yang membuka ruang terhadap berbagai model terkait dengan tujuan, perhitungan, 76 pengambilan keputusan. Rational Actor pilihan-pilihan, konsekuensi yang terkait Model (RAM) misalnya mengandaikan dengan proses, hasil, dan akibat dari bahwa setiap pemerintah atau pembuat pengambilan keputusan kebijakan luar keputusan politik luar negeri melakukan negeri baik dari sisi internal maupun analisis yang mendalam dan menyeluruh e k s t e r n a l . K e s u l i t a n i n i t u r u t terhadap berbagai informasi, fakta, dan memunculkan bureaucratic behavioral peristiwa yang terjadi. Keputusan dan m o d e l y a n g l e b i h m e r u p a k a n penyederhanaan dari RAM.

76 Karya klasik tentang model pengambilan keputusan luar negeri lihat, Allison. 1969. Conceptual models and the Cuban Missile Crisis. American Political Science Review 63: 77 Lihat “Politik Luar Negeri Demi Kepentingan 689-718. Lihat juga versi bukunya Allison, Nasional” dalam Putu Suasta, 2014, Graham and Philip Zelikow, 1999, Essence of M e n e g a k k a n D e m o k r a s i , M e n g a w a l Decision: Explaining the Cuban Missile Crisis, nd Perubahan, Jakarta: Lestari Kiranamata, 2 ed, Longmann. halaman 311-30. Mangadar Situmorang, Orientasi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia di bawah Pemerintahan Jokowi-JK66 77

Yang ditegaskan oleh model perilaku pada akhirnya akan menentukan organisasi ini adalah adanya prosedur- kebijakan yang akan diambil.78 prosedur organisasional baku (POB) di dalam menjalankan tugas-tugasnya serta Ketiga model pembuatan kebijakan apabila menghadapi persoalan-persoalan politik luar negeri di atas pada hakikatnya tertentu. POB ini menjadi acuan perilaku tidak mampu mengabaikan eksistensi dan dan tindakan para pembuat dan pelaksana signifikansi individu-individu yang keputusan luar negeri. Kehebatan atau terlibat. Ketiganya lebih merupakan over- tingginya kualitas kebijakan yang diambil simplifikasi dengan cara men- sangat ditentukan oleh tingkat subordinasikan personal individuals institusionalisasi organisasi pembuat dalam proses-proses pembuatan keputusan itu sendiri. keputusan dalam bentuk “rasionalitas kolektif”, “kepentingan politik atau Model ketiga pengambilan publik”, dan prinsip-prinsip efektifitas k e b i j a k a n l u a r n e g e r i a d a l a h dan efisiensi birokrasi. Sejatinya, yang governmental political model. Berbeda terjadi adalah konversi rasionalitas dengan model birokratis, model politik subjektif dan transformasi kepentingan- pemerintahan ini menjelaskan proses kepentingan subjektif. Kesamaan- pengambilan kebijakan luar negeri kesamaan pandangan dan kepentingan sebagai political games yakni pertarungan m e n j a d i s y a r a t p e n t i n g u n t u k antara kekuatan-kekuatan politik dengan menghasilkan kebijakan-kebijakan preferensi-preferensi atau kepentingan- kolektif dan institusional. Dan, apabila kepentingan tertentu. Keputusan yang tidak terdapat kesamaan tersebut, maka diambil merupakan hasil proses tawar- yang kemudian menentukan adalah menawar dan/atau kompromi. Sebagai kepatuhan inter-subjektif (dari anggota permainan politik, pertarungan dan kelompok) dan ketegasan serta kekuatan negosiasi tidak berlangsung hanya di otoritas (dari pemimpin kelompok). ruang-ruang sidang elit politik, tetapi juga di ruang-ruang publik yang melibatkan 78 Analisis ringkas terhadap ketiga model Alison ini dapat dilihat di Kalfe, Tulasi R Making a kekuatan massa dan opini masyarakat. Difference: Allison's Three Models of Foreign P o l i c y A n a l y s i s d a l a m Sangat besar kemungkinan dimana http://www.academia.edu/592889/Making_a_ Difference_Allisons_Three_Models_of_Forei kekuatan atau kekuasaan yang lebih besar gn_Policy_Analysis. 78 Mangadar Situmorang, Orientasi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia di bawah Pemerintahan Jokowi-JK66

Faktor subjektifitas, khususnya dan keberanian merupakan aspek-aspek pemimpin, selanjutnya menjadi dasar bagi dari selfness yang menentukan others kemunculan model pengambilan berupa prioritas kepentingan dan keputusan keempat, yakni idiosyncrasy pengetahuan tentang orang/yang lain. model (idiosinkretisme). Model ini Tidak tertutup kemungkinan bahwa menggariskan empat dimensi yang perlu kesederhanaan dan kejujuran Jokowi akan dicermati: cognitive, social perception, sangat menentukan prioritas-prioritas motivational, dan emotional.79 Dimensi dalam politik luar negeri Indonesia, kognitif ini menggambarkan pengetahuan seperti kerjasama-kerjasama ekonomi dan dan pemahaman seseorang pemimpin sosial dengan negara-negara lain atau terhadap (a) kompleksitas masalah- organisasi internasional yang dipersepsi masalah internasional, (b) relasi-relasi sebagai sama dengan dirinya sendiri, atau interaksi yang berlangsung yakni jujur dan baik. Disisi lain, ketegasan (kerjasama, ketegangan, konflik, perang), dan keberanian Jokowi dapat muncul bila (c) identitas, nilai, dan kepentingan yang menghadapi negara atau aktor non- terkandung atau terlibat dalam setiap negara yang dinilai berlawanan atau relasi internasional, (d) regulasi-regulasi, melawan kesahajaan dan kejujuran.80 ekspektasi-ekspektasi, serta kekuatan- Dalam hal ini patut ditegaskan bahwa kekuatan yang bermain (international dimensi persepsi sosial dari sinkretisme regime/governance), dan (e) proses- Jokowi bersifat filosofis sekaligus proses dan pola kerja internasional dan instrumental. nasional (domestic politics). Dimensi motivasional dari Sementara itu social perception dari idiosinkretisme mengarah pada self- idiosinkretisme menjukkan pola realization dan self-actualization. Seperti hubungan antara self (diri sendiri) dan halnya presiden-presiden sebelumnya, others (yang lain). Kesederhanaan, self-beliefs (nilai-nilai dan persepsi sosial) kejujuran, keterbukaan, atau ketegasan yang dimiliki oleh presiden dikehendaki untuk diaktualisasikan. Jika, misalnya 79 Analisis yang cukup komprehensif tentang Presiden SBY melihat pentingnya idiosinkretisme dalam pengambilan keputusan politik luar negeri lihat Orosz (cas. Ciot) Melania-Gabriela, 2012, Idiosyncracies in Foreign Policy Decision Making, Post Cold 80 Baca liputan media tentang perdebatan capres War, Thesis, University “Babes-Bolyai” Cluj- pada Juli 2014 lalu. Napoca. Mangadar Situmorang, Orientasi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia di bawah Pemerintahan Jokowi-JK66 79 keteraturan (seremonial dan protokoler) yang lebih kuat serta memiliki emosi serta reputasi (posisi dan rasa hormat), hal yang lebih stabil, lebih terkendali.81 itu terlihat jelas mempengaruhi tampilan Disamping kemampuan intelektual, politik luar negeri Indonesia dalam “stabilitas emosi, karakter, sikap, dan sepuluh tahun terakhir. Ini sangat kepribadian capres akan menentukan mungkin berbeda dengan self-beliefs yang kemampuan melaksanakan pekerjaan dimiliki Jokowi yang sederhana dan jujur seperti kemampuan berkomunikasi, serta mementingkan kerjasama yang pengajian keputusan, analisa dan mencari konkrit dimana hal-hal tersebut solusi kreatif”.82 diinginkan untuk direalisasikan dan ditampilkan. Dengan kata lain, presiden ”Jika diukur dengan angka 1-10,” terpilih Jokowi menghendaki politik dan Guru Besar Psikologi Universitas hubungan luar negeri yang lebih Indonesia Hamdi Muluk menjelaskan, berlandaskan hubungan kerjasama yang ”poin untuk stabilitas emosi Prabowo sederhana tetapi jujur serta memberi hasil berada pada angka 5,16. Adapun Jokowi positif dan konkrit bagi pihak-pihak yang 7,60 dalam hal ketenangan dalam terlibat. menghadapi persoalan yang berat. Sementara itu, cawapres Hatta Rajasa Aspek terakhir dari idiosinkretisme mendapat poin 6,48 dan Jusuf Kalla adalah emotional. Ini mencakup emosi- mendapat poin 7,51.” "Jadi, soal stabilitas emosi positif (seperti keriangan, simpel, emosi, Jokowi relatif lebih stabil fleksibel, optimis, dll) serta emosi-emosi dibanding Prabowo," katanya. Lebih negatif (sedih, gusar, marah, kecewa, dll). lanjut dijelaskan, “Dalam hal kemampuan Pengenalan melalui pemberitaan media menyelesaikan persoalan pelik, poin nampaknya Jokowi memiliki emosi- untuk Jokowi juga lebih tinggi dibanding emosi positif yang lebih kuat atau Prabowo. menonjol dibandingkan dengan emosi- 8 1 L i h a t h t t p : / / i n d o n e s i a - emosi negatif. Dia merasa aman dan baru.liputan6.com/read/2072710/survei- psikologi-motivasi-berkuasa-prabowo-paling- nyaman dalam keramahan di tengah tinggi. 82 Tribun News, “Pakar Psikologis Capres harus masyarakat. Ini sejalan dengan pandangan m e m i l i k i e m o s i s t a b i l ” , para pakar psikologis dimana Jokowi http://www.tribunnews.com/pemilu- 2014/2014/05/23/pakar-psikologis-capres- memiliki kecenderungan afiliasi sosial harus-memiliki-emosi-stabil. 80 Mangadar Situmorang, Orientasi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia di bawah Pemerintahan Jokowi-JK66

Jokowi mendapat poin 7,83 dan Prabowo Ada enam karakteristik personal yang 6,23 poin. Adapun Kalla mendapat poin diajukan. Aggressive leaders adalah 7,86 dan Hatta 5,99.”83 “high in need for power, low in conceptual complexity, distrustful of others, Meskipun para ahli psikologi tidak nationalistic, and likely to believe that memaparkan faktor-faktor yang they have some control over the events in mempengaruhi karakter dan emosi which they are involved.” Sementara itu, presiden terpilih Jokowi, bisa diduga conciliatory leaders adalah “high in need bahwa latar belakang etnis, kultur, dan for affiliation, high in conceptual sosialnya turut menentukan. Dalam complexity, trusting of others, low in konteks ini, budaya dan tradisi Jawa yang nationalism, and likely to exhibit little menekankan sikap “guyub” dan belief in their own ability to control the mengutamakan “harmoni”, mempunyai events in which they are involved”.84 kontribusi terhadap kemampuan pengendalian emosi serta penampilan diri yang lebih santun. Harapan dan tantangan

Dalam rangka memperjelas Tidak dapat dipungkiri bahwa pemahaman tentang faktor personalitas selama pemerintahan Presiden SBY, yang mempengaruhi orientasi kebijakan “Indonesia telah muncul sebagai negara luar negeri, Margareth Hermann yang memiliki global responsibilities dan menyebutkan dua tipologi pemimpin dan global interests. Tidak ada satupun isu kepemimpinan: aggressive leaders dan global yang luput dari perhatian politik 85 conciliatory leaders. luar negeri Indonesia”. Prestasi ini patut diapresiasi oleh berbagai pihak.

83 Kompas, “Survei Psikologi Prabowo lebih

e m o s i o n a l d i b a n d i n g J o k o w i ” , 84 Margareth G. Hermann, 1980, “Explaining http://nasional.kompas.com/read/2014/07/03/1 Foreign Policy Behavior Using the Personal 923326/Survei.Psikolog.Prabowo.Lebih.Emos Characteristics of Political Leaders” dalam ional.Dibanding.Jokowi. Media juga International Studies Quarterly, Vol.24, No.1, mengabarkan bahwa motivasi Prabowo untuk Mar. 1980, halaman 7-46. berkuasa lebih tinggi dibandingkan 85 Kutipan pernyataan Menlu Marty Natalegawa Jokowi."Prabowo berada pada angka 8,64%, dalam laporannya kepada Presiden SBY dalam diikuti JK 7,31%, Hatta 7,17% dan Joko acara pengarahan Presiden RI pada Raker Widodo 6,36%," Lihat http://indonesia- Kemlu dan Perwakilan di Gedung Pancasila, baru.liputan6.com/read/2072710/survei- Kemlu, tgl 23 Februari 2012.Lihat Tabloid psikologi-motivasi-berkuasa-prabowo-paling- Diplomasi, 2012, No.53 Tahun V. tinggi Mangadar Situmorang, Orientasi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia di bawah Pemerintahan Jokowi-JK66 81

Namun demikian, politik luar negeri peran ini dipandang perlu, seperti telah Indonesia akan terus berlanjut seiring dinyatakan dalam visi-misi Jokowi-JK dengan perubahan dan perkembangan tentang Indonesia sebagai kekuatan global serta sejalan pula dengan dinamika regional dan global, maka Presiden politik dalam negeri yang ditandai oleh Jokowi perlu mengetahui dan memahami pergantian presiden dari SBY kepada secara cermat dan komprehensif Jokowi. dinamika politik global dengan segala bentuk relasi kekuatan dan kepentingan Paparan singkat tentang model- serta regulasi-regulasi global yang ada. model pengambilan kebijakan luar negeri Jajaran Kemenlu dan berbagai jenis di atas dimaksudkan untuk memperluas think-tank perlu secara konsisten horison di dalam melihat (memprediksi) mensuplai presiden dengan berbagai kebijakan luar negeri Indonesia di bawah informasi tentang peristiwa dan regulasi pemerintahan Jokowi-JK. “Model aktor yang ada dan juga diiringi dengan rasional” memperlakukan faktor-faktor a n a l i s i s - a n a l i s i s r a s i o n a l d a n internal (nasional) sama pentingnya rekomendasi-rekomendasi yang reliable dengan faktor-faktor eksternal tentang peluang peran dan kepentingan (internasional). Kompetensi para pembuat Indonesia beserta resiko-resikonya. keputusan mulai dari Presiden dan jajaran Kemenlu menjadi kunci utama dalam Model birokrasi memberi peluang merumuskan dan melaksanakan yang lebih besar kepada instansi yang k e b i j a k a n - k e b i j a k a n y a n g selama ini menangani hubungan luar menguntungkan Indonesia, baik untuk negeri Indonesia untuk melanjutkan jangka pendek maupun jangka panjang, kebijakan-kebijakan yang dianggap di segala aspek kenegaraan. Secara penting dan tepat. Ini tidak terbatas pada deduktif Presiden, Menlu, para diplomat, Kemenlu, tetapi juga sekretariat dan jajaran pemerintah lainnya selama kepresidenan dan wakil presiden, satu dekade terakhir mencoba mengikuti Kemenkopolhukam, Panglima TNI dan model ini yang pada gilirannya mampu Polri serta Komisi I DPR RI. Secara mengangkat posisi dan reputasi Indonesia operasional, jajaran Kemenlu tetap berada sebagai middle power dalam kancah di garis terdepan di dalam menentukan politik regional dan global. Jika status dan agenda-agenda hubungan luar negeri 82 Mangadar Situmorang, Orientasi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia di bawah Pemerintahan Jokowi-JK66

Indonesia yang dapat ditawarkan kepada proses politik sebagai model ketiga presiden dan dikonsultasikan dengan pengambilan kebijakan luar negeri. lembaga-lembaga terkait lainnya. Kebijakan tersebut boleh jadi mengubah Meskipun keputusan akhir berada di orientasi politik luar negeri yang selama tangan presiden sesuai dengan hierarki ini tidak atau kurang mementingkan otoritas dan tata kelola pemerintahan, karakter archipelagic country dan lebih jajaran birokrasi Kemenlu perlu terus berkiblat ke barat (Amerika dan Eropa). dimampu-kembangkan. Joko Susilo, Jika dikaitkan dengan fasilitasi yang mantan dubes RI di Swiss, menegaskan disediakan oleh pemerintah di dalam mendesaknya reformasi di kementerian mendukung kebijakan luar negeri, maka yang selama dipimpin Marty Natalegawa ada kemungkinan sumberdaya yang dinilai tidak berjalan.86 Meski pendapat dimiliki akan lebih diarahkan untuk itu dibantah oleh Dubes/Sekjen Kemenlu memperkuat, merealisasikan, dan Kristiarto Legowo,87 pengamat lain Ben mengaktualisasikan konsep maritime Perkasa Drajat mengusulkan, antara lain, axis. Sejumlah ide terkait dengan poros pentingnya reformasi sumber daya kelautan tersebut, seperti pembangunan manusia yang mampu membentuk tol laut, inter-konektivitas laut, dan kualitas kebijakan luar negeri dan kualitas penguatan armada angkatan laut (AL), diplomasi Indonesia. Dia menambahkan, mempunyai konsekuensi pada penguatan “the Foreign Ministry has to be more sektor-sektor dan pihak-pihak yang inclusive and open to the public”.88 terkait atau relevan dengan hal itu. Dengan mengasumsikan adanya Visi-misi pemerintahan Jokowi-JK keterbatasan sumberdaya, maka masuk yang mengedepankan identitas sebagai akal bilamana terjadi pengurangan pada negara kepulauan serta perluasan mandala sektor atau wilayah yang selama waktu keterlibatan regional di Indo-Pasifik lalu dipandang sangat penting. Hal ini boleh jadi membuka peluang pada proses- mungkin akan menimbulkan resistensi yang penyelesaiannya memerlukan

86 “The death of reforms in the foreign ministry”, negosiasi dan kompromi politik. Namun Jakarta Post, August 19, 2014. 87“Despite constraints, reforms alive and well at demikian, Ben Perkasa berpendapat Foreign Ministry”, Jakarta Post, August 22, 2014. bahwa inisiatif unilateral ini penting untuk 88 “Foreign policy reforms under Jokowi”, Jakarta Post, September 9, 2014. mendongkrak kepercayaan diri bangsa Mangadar Situmorang, Orientasi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia di bawah Pemerintahan Jokowi-JK66 83 d a n m e n u m b u h k a n p e n g e r t i a n sebagaimana dinyatakan oleh anggota internasional bahwa Indonesia “was Tim Transisi Jokowi-JK Andi Widjajanto indeed committed to its sovereignty and dan ketua kelompok kerja bidang new maritime cooperation.”89 pertahanan dan kebijakan luar negeri Jokowi-JK, Rizal Sukma.90 Baik secara teoritis apalagi praktis, sangat sulit mengingkari faktor idiosinkretisme Jokowi dalam kebijakan Penutup luar negeri Indonesia ke depan. Prioritas Secara konseptual dan normatif politik luar negeri Jokowi-JK seperti visi-misi kebijakan luar negeri Jokowi-JK disebut di atas merupakan program- tetap sejalan dengan prinsip bebas-aktif program yang menggambarkan “apa dan dan tujuan konstitusional politik luar siapa Jokowi”. Perlindungan WNI dan negeri Indonesia. Namun demikian, patut TKI adalah keprihatinan riil dan bersifat dicermati bahwa terdapat ketidak- kolektif dan berorientasi kerakyatan. sesuaian antara visi-misi dengan prioritas Perlindungan sumberdaya alam dan program untuk beberapa bidang. optimalisasi perdagangan juga Misalnya antara identitas kepulauan dan merupakan sektor-sektor riil yang perlindungan WNI atau dukungan memerlukan penanganan serius guna terhadap Palestina. Demikian juga halnya memulihkan rasa nasionalisme dan relevansi status middle-power dan hargadiri bersama. Terkait dengan itu mandala Indo-Pasifik dengan potensi adalah pembangunan ekonomi yang ancaman/tantangan terhadap keamanan memerlukan keterlibatan dan peran dan perdamaian dunia yang secara positif seluruh pemangku kepentingan geografis berada di Afrika, Timur Tengah nasional. Sementara itu, pertahanan dan dan Eropa Timur. Walaupun terdapat keamanan nasional, regional, dan global pula ancaman keamanan dan stabilitas di dipandang penting untuk memuluskan Asia Timur, dalam hal ini Laut Cina prioritas-prioritas yang disebut terdahulu. Selatan, dan ketegangan-ketegangan Semua prioritas ini dibungkus dalam b i l a t e r a l s e h u b u n g a n d e n g a n jargon people-based diplomacy, territorial/border disputes di Asia

89 “Foreign policy reforms under Jokowi”, Jakarta 90 “Jokowi on 'people-based diplomacy”, Jakarta Post, September 9, 2014. Post, September 10, 2014. 84 Mangadar Situmorang, Orientasi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia di bawah Pemerintahan Jokowi-JK66

Tenggara (ASEAN), prioritas-prioritas dapat berlangsung secara bersamaan atau yang dicanangkan tidak sertamerta bergantian. Pola-pola pengambilan terkait. Hal ini dapat menimbulkan keputusan apakah yang berbentuk aktor dualisme atau pengaburan fokus rasional, birokratis atau politis, pilihannya perhatian dan alokasi sumberdaya yang sangat ditentukan oleh prioritas tertentu. ada. Tantangan normatif lainnya adalah Namun demikian, pola yang bersifat sehubungan dengan pelibatan peran serta individualis atau idiosinkratis dimana m a s y a r a k a t y a n g m e m e r l u k a n persepsi, penilaian, kepribadian, dan pengaturan-pengaturan yang lebih gaya kepemimpinan Jokowi akan seksama. mempengaruhi kinerja politik luar negeri Indonesia. Berdasarkan itu, kebijakan S e p e r t i h a l n y a d i n a m i k a luar negeri akan lebih diproyeksikan internasional yang bersifat fluktuatif untuk penguatan di dalam (inward tetapi kekuatan dan isunya saling terkait l o o k i n g ) d a n a k a n m e r u p a k a n satu sama lain, semua langgam kecenderungan utama politik luar negeri pengambilan keputusan luar negeri pun Indonesia lima tahun ke depan.

Daftar Pustaka

Allison, 1969, Conceptual models and the Cuban Missile Crisis.American Political Science Review 63: 689-718.

Allison, Graham and Philip Zelikow, 1999, Essence of Decision: Explaining the Cuban Missile Crisis, 2nded, Longmann.

Bandoro, Bantarto, 2014, States' Choice of Strategies, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hermawan, Yulius P., 2012, G-20 Research Project: The Role of Indonesia in the G-20: Background, Role and Objectives of Indonesia's Membership, Jakarta: FES

Margareth G. Hermann, 1980, “Explaining Foreign Policy Behavior Using the Personal Characteristics of Political Leaders” dalam International Studies Quarterly, Vol.24, No.1, Mar.

Orosz (cas. Ciot) Melania-Gabriela, 2012, Idiosyncracies in Foreign Policy Decision Making, Post Cold War, Thesis, University “Babes-Bolyai” Cluj-Napoca.

Suasta, Putu, 2014, Menegakkan Demokrasi, Mengawal Perubahan, Jakarta: Lestari Kiranamata, halaman 311-320. Mangadar Situmorang, Orientasi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia di bawah Pemerintahan Jokowi-JK66 85

Sukma, Rizal, 2012, “Figur Demokrasi Menjadi Elemen Utama Bagi Kebijakan Luar Negeri Indonesia” dalam Tabloid Diplomasi No.53 Tahun V.

Ubaedillah, A. dan Abdul Rozak, 2013, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, Jakarta: ICCE-UIN.

Varion, Lionel, 2013, China Threat?: The Challenges, Myths and Realities of China's Rise , NY: CN Times Books Inc.

Tabloid Diplomasi No.72 Tahun VII.

Tabloid Diplomasi, 2012, No.53 Tahun V.

Andriasanti, Lelly, “Politik Luar Negeri Indonesia di Bawah Jokowi” dalam http://www.megawatiinstitute.org/megawati-institut/artikel/260-politik-luar- negeri-indonesia-di-bawah-jokowi.html.

Doody, Justin, “China and Taiwan walking the line of rapproachment” dalam http://www.eastasiaforum.org/2014/09/12/china-and-taiwan-walking-the-line-of- rapprochement/#more-43416.

Kalfe, Tulasi R Making a Difference: Allison's Three Models of Foreign Policy Analysis dalam http:// www.academia.edu/ 592889/ Making_a_ Difference_Allisons_Three_Models_of_Foreign_Policy_Analysis

Ming Xia, “China threat” or “Peaceful rise of China” dalam New York Times, http://www.nytimes.com/ref/college/coll-china-politics-007.html. http://indonesia-baru.liputan6.com/read/2072710/survei-psikologi-motivasi-berkuasa- prabowo-paling-tinggi http://indonesia-baru.liputan6.com/read/2072710/survei-psikologi-motivasi-berkuasa- prabowo-paling-tinggi. http://nasional.kompas.com/read/2014/07/03/1923326/Survei.Psikolog.Prabowo.Lebih. Emosional.Dibanding.Jokowi. http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/05/23/pakar-psikologis-capres-harus- memiliki-emosi-stabil

Jakarta Post, Despite constraints, reforms alive and well at Foreign Ministry, August 22, 2014.

Jakarta Post, Foreign policy reforms under Jokowi, September 9, 2014.

Jakarta Post, Jokowi on 'people-based diplomacy, September 10, 2014.

Jakarta Post, The death of reforms in the foreign ministry, August 19, 2014.