Aryono (Pergulatan dalam Panggung Politik)

PERGULATAN ALIRAN KEPERCAYAAN DALAM PANGGUNG POLITIK , 1950AN-2010AN: ROMO SEMONO SASTRODIHARDJO DAN ALIRAN KAPRIBADEN

Aryono

Majalah Historia Jalan Jatibaru Raya Nomor 28, Tanah Abang, Jakarta Pusat

Alamat korespondensi: [email protected]

Diterima/ Received: 2 March 2018; Disetujui/ Accepted: 29 March 2018

Abstract

This article discusses about the efforts of creeds religion flourished to maintain their existence since the 1950s until the late 2010’s in Indonesia. Using historical method, this article found the interesting facts about the struggle of creeds religion in political stage of Indonesia. In 1953, for example, the Ministry of Religion Affairs noted that there were 360 groups protected by the government according on the Constitutional Law 1945 Article 29. After the tragedy of 1965, migration of members to the religions took place. When Soeharto became president, these groups was allowed to flourish. However, they got discrimination and always being watched. A new hope was arose in 2006, when the government issued Law No. 23/2006 about Population Administration, although it still requires to fill the religious column in national identity card (KTP). In the end 2017, the Constitutional Court issued a fatwa related to the status of religious column in KTP of the creeds religion. This condition also encompassed to Aliran Kapribaden’s Romo Semono Sastrodiharjo in Purworejo, Central . This discrimination must be terminated, in the name of unity in diversity.

Keywords: Creeds Religion; Discrimination; Public Services.

Abstrak

Artikel ini membahas mengenai upaya aliran kepercayaan yang tumbuh subur di Indonesia dalam mempertahankan eksistensinya dari 1950-an hingga 2010-an. Melalui penggunaan metode sejarah, artikel ini menemukan beberapa fakta menarik mengenai pergulatan aliran kepercayaan dalam panggung politik di Indonesia. Pada 1953 misalnya, Departemen Agama mencatat setidaknya terdapat 360 aliran kebatinan yang dilindungi oleh pasal 29 UUD 1945. Pasca-tragedi 1965, terjadi migrasi pengikut aliran kepercayaan ke dalam agama-agama resmi. Memang, pada awal Soeharto menjadi presiden, aliran kepercayaan dibiarkan tumbuh subur. Namun kemudian, mereka mengalami diskriminasi dan selalu diawasi. Harapan muncul pada 2006, saat pemerintah mengesahkan UU No. 23/2006 mengenai Administrasi Kependudukan, kendati masih mewajibkan mengisi kolom agama. Pada akhir 2017, Mahkamah Konstitusi mengeluarkan fatwa terkait status kolom agama di KTP para penghayat kepercayaan. Kondisi ini juga melingkupi Aliran Kapribaden yang didirikan oleh Romo Semono Sastrodijarjo di Purworejo, Jawa Tengah. Diskriminasi kepada penghayat kepercayaan harus sudah diakhiri, atas nama persatuan dalam keberagaman.

Kata Kunci: Aliran Kepercayaan; Diskriminasi; Layanan Publik.

58

Jurnal Sejarah Citra Lekha, Vol. 3 , No. 1, 2018, hlm. 58-68

PENDAHULUAN No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, bertentangan dengan UUD Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum suku bangsa dan bahasa tersebar mulai dari mengikat secara bersyarat sepanjang tidak Sabang sampai Merauke. Keberagaman yang ada termasuk penganut aliran kepercayaan. Putusan di masyarakat Indonesia telah membentuk MK ini berarti, bahwa Penghayat Kepercayaan berbagai macam kebudayaan dan falsafah hidup memiliki hak yang sama, seperti para penganut masyarakat Indonesia. Salah satu unsur dari enam agama resmi yang ada di Indonesia dalam keberagaman bangsa Indonesia adalah hal pencatatan status keagamaannya di Kartu keberagaman keagamaan. Pemerintah, mengacu Tanda Penduduk. Langkah ini menjadi langkah pada Penetapan Presiden Nomor 1 Tahun 1965, strategis yang ditempuh oleh MK dalam usaha hanya mengakui enam agama yang ada di menyatukan perbedaan antara aliran kepercayaan Indonesia yaitu , Kristen, Katolik, Hindu, dan agama yang diakui oleh negara. Berdasar latar Budha dan Konghucu yang dikukuhkan dengan belakang tersebut, fokus kajian ini adalah UU Nomor 5 tahun 1969. Kelemahan regulasi ini mengenai pergulatan aliran kebatinan dalam adalah hanya menyebutkan agama yang berasal panggung politik Indonesia pada 1950-an hingga dari luar, dan tidak menyebutkan agama pribumi 2010-an. Pembahasan akan fokus pada Aliran (Gaus, 2009: 225). Kapribaden, sebuah kelompok aliran kebatinan di Di dalam sejarahnya, aliran kepercayaan Purworejo, Jawa Tengah. pernah merasakan hidup aman dan nyaman dalam menjalankan kepercayaan yang diyakini METODE dan dianut di Indonesia. Semua itu berubah cerita pilu saat terjadi peristiwa G30S 1965. Selepas Sebagai tulisan sejarah, artikel ini ditulis peristiwa tragedi itu, eksistensi aliran kepercayaan menggunakan metode sejarah yang meliputi (kebatinan) kerap disandingkan dengan Partai empat tahap, yakni pengumpulan sumber, kritik, Komunis Indonesia (PKI). Akibat stigmatisasi interpretasi, dan penulisan sejarah (Gottschalk, dan hubungannya dengan tragedi 1965, maka 1983: 32). Sumber-sumber baik primer maupun terjadi eksodus besar-besaran kepindahan sekunder yang digunakan dalam artikel ini pengikut aliran kepercayaan (kebatinan) ke disimpan dan diperoleh dari beberapa instansi agama-agama resmi lainnya (Mulder, 1984: 7). yang berkompeten, seperti Arsip Nasional Setelah Orde Baru tumbang, harapan baru Republik Indonesia (ANRI), Perpustakaan muncul di kalangan penganut aliran kepercayaan Nasional (Perpusnas), Perpustakaan Depar (kebatinan) di Indonesia. Diskriminasi yang temen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas disematkan kepada mereka, perlahan mulai Diponegoro, dan beberapa koleksi pribadi yang dikikis. dimiliki oleh Subagyo. Sumber lisan sebagai hasil Puncak dari lepasnya diskriminasi tersebut dari wawancara juga dilakukan terhadap tokoh- adalah ketika pada Selasa, 7 November 2017, tokoh utama Aliran Kapribaden. Mahkamah Konstitusi (MK) Republik Indonesia (RI) mengabulkan permohonan yang diajukan GELIAT ALIRAN KEPERCAYAAN oleh Nggay Mehang Tana, Pagar Demanra Sirait, DI PANGGUNG POLITIK NASIONAL Arnol Purba cum suis dengan nomor perkara 97/PUU-XIV/2016. Permohonan tersebut Sebelum membahas lebih jauh mengenai aliran terkait status kolom agama di Kartu Tanda kebatinan di Indonesia, perlu memberi batasan Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) bagi terlebih dahulu mengenai agama dan kepercaya Penghayat Kepercayaan. Pada putusannya itu, an. Parsudi Suparlan memberikan batasan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi RI mengenai definisi agama dan kepercayaan. Secara berpendapat bahwa kata ‘Agama’ dalam Pasal 61 garis besar, agama yang dipunyai dalam ayat (1) dan Pasal 64 ayat (1) UU No. 24 Tahun masyarakat apa pun di dunia ini, termasuk 2013 tentang Perubahan Atas Undang-undang Indonesia, terbagi dalam dua golongan yaitu 59

Aryono (Pergulatan Aliran Kepercayaan dalam Panggung Politik)

founded religion atau yang disebut Agama Langit amidjojo dalam mengelola kabinet periode 30 Juli dan atau Agama Bumi yang disebut 1953-12 Agustus 1955. aliran kepercayaan keagamaan. Dalam kepustaka Pada kurun 1950 hingga akhir 1960-an an antropologi dan sosiologi, kedua golongan dalam catatan Departemen Agama 1953, seperti agama tersebut dikenal dengan nama religion of termaktub dalam Merayakan Kebebasan great tradition -agama tradisi besar- dan religion Beragama: Bunga Rampai Menyambut 70 Tahun of little tradition -agama tradisi kecil atau lokal Djohan Effendi, terdapat 360 aliran kebatinan di (Suparlan, 1983: 3). seluruh pulau Jawa. Payung hukum kemunculan Kedua golongan tersebut pada hakikatnya aliran kepercayaan adalah pasal 29 UUD 1945, memiliki prinsip yang sama yaitu memiliki yang menyurat kata ‘kepercayaan’. Kata petunjuk-petunjuk yang mengatur hubungan ‘kepercayaan’, adalah buah pemikiran dari manusia dengan gaib, dengan sesama manusia, Wongsonegoro, salah satu anggota perancang dan dengan alam. Bagian yang membedakan UUD 1945. Ia mengusulkan kebebasan beribadat Agama Wahyu dan Agama Bumi yaitu pada secara luas termasuk bagi kebatinan dalam segala Agama Wahyu dapat dijejaki eksistensinya dari bentuk dan isinya (Thaher, 2009: 380). Menurut seorang nabi atau tokoh; menentang magi dan Abdul Gafar Pringgodigdo pada Simposium mitologi; lebih individual dalam usaha Nasional Kepercayaan di Yogyakarta pada membebaskan diri dari dosa setelah meninggal; Nopember 1970, usul Wongsonegoro untuk dan subjektif. Sementara dalam Agama Bumi, asal mencantumkan pula kata kebatinan dalam pasal eksistensinya samar-samar; menekankan fungsi 29 UUD 45 diterima. Akan tetapi, dalam proses untuk melayani masyarakat sehingga penuh magi pembuatannya dicari kata lain yang lebih netral, dan mitologi (Suparlan, 1983: 4). sehingga digunakan kata kepercayaan seperti Di Indonesia, utamanya setelah yang ada pada ayat 2 pasal 29 UUD 45 hingga kemerdekaan, persoalan agama dan kepercayaan sekarang (Heuken, 2005: 89). menjadi satu masalah yang serius. Kata Di pergaulan elite saat itu, Wongsonegoro ‘kepercayaan’ yang dimaksud di sini merujuk dikenal kepeduliannya mengenai keberadaan pada ajaran pandangan hidup berkepercayaan aliran kepercayaan di masyarakat. Sekali waktu, di kepada Tuhan YME yang tidak bersandar bekas kediaman , Pegangsaan Timur sepenuhnya kepada ajaran agama-agama yang Nomor 56, dihelat diskusi rutin pada malam diakui pemerintah Indonesia. Puncak dari bulan purnama. Kebetulan tema khusus pada 4 benturan Agama dan Kepercayaan di Indonesia Desember 1952 itu adalah Agama dan Mistik. adalah saat pecah peristiwa G30S 1965, yaitu Panitia diskusi pun memilih Wongsonegoro tuduhan komunis bagi para penganut sebagai moderator diskusi, karena ia dipandang kepercayaan, sehingga menimbulkan eksodus sebagai satu tokoh yang paham dan dekat dengan besar-besaran ke agama-agama yang diakui aliran kepercayaan yang banyak bermunculan pemerintah. saat itu (Tim Buku Tempo, 2016: 119). Jejaring Tumbuh suburnya aliran kepercayaan di yang luas dan modal sebagai ‘orang kuat’ Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sosok membuatnya dengan mudah menyelenggarakan Wongsonegoro. Politikus gaek ini saat kecil perhelatan yang mempertemukan aliran-aliran bernama R. M. Soenardi. Ia lahir di Surakarta, kepercayaan di Semarang pada 19-21 Agustus pada 20 April 1897 dari pasangan R. Ng. 1955, yang kemudian menjadi kongres Kebatinan Gitodiprojo dan R.A. Soenartinah. Ayahnya pertama. Pada kesempatan ini dibentuk pula adalah abdi dalem panewu dari Sri Susuhunan Badan Kongres Kebatinan Indonesia (BKKI) dan Pakubuwono X di Surakarta (Ensiklopedi Wongsonegoro pun terpilih sebagai ketuanya. Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Wongsonegoro menegaskan bahwa 2003: 419). Wongsonegoro memiliki karier pendirian BKKI ini dilandasi oleh suatu hal yang politik yang cemerlang. Saat muda, ia bergabung dalam Kongresnya di Semarang itu dinamakan ke dalam Budi Utomo dan puncak kariernya ‘Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe’ dan ‘Memayu adalah ketika ia berduet dengan Ali Sastro- Hayuning Bawana’, yang artinya Bekerja giat 60

Jurnal Sejarah Citra Lekha, Vol. 3 , No. 1, 2018, hlm. 58-68 guna kepentingan umum, bangsa dan umat Seperti pada Sidang Umum 1973, Fraksi manusia dengan tidak berhasrat yang melebihi Partai Persatuan Pembangunan (F-PPP) sudah batas bagi diri dan golongannya sendiri (Maskan, mengajukan keberatan atas usul dari Fraksi Karya 2002: 12). Sejak kongres pertama itu, hampir Pembangunan (F-KP), Fraksi Angkatan setiap dua tahun sekali BKKI rutin menghelatnya. Bersenjata Republik Indonesia (F-ABRI), dan Seperti Kongres Kebatinan Indonesia II di Utusan Daerah mengenai pencantuman istilah Surakarta pada 1956; Kongres Kebatinan ‘Kepercayaan’ di belakang kata Agama. Meski alot Indonesia III pada 17-20 Juli 1958 di Jakarta; di parlemen, ‘Kepercayaan’ tetap dimuat dalam Kongres Kebatinan Indonesia IV pada 22-24 Juli rumusan Garis-Garis Besar Haluan Negara 1960 Malang-Jawa Timur; dan Kongres (GBHN) 1973, dan fraksi Persatuan Kebatinan Indonesia V pada 1-4 Juni 1963 di Pembangunan bisa menerima meski disertai Ponorogo-Jawa Timur. catatan. Ide memasukkan aliran kepercayaan Pada 7-9 November 1970, Wongsonegoro dalam GBHN 1973 ditengarai berawal dari hasil sebagai mantan anggota BPUPKI, mengetuai konferensi pekerja Golkar I, Maret 1972. Dalam simposium nasional Kepercayaan, Kebatinan, konferensi itu menghasilkan resolusi bahwa Kejiwaan, Kerohanian di Yogyakarta. Hasil dari Golkar ingin menyamakan kebatinan Jawa simposium itu adalah kedudukan dan fungsi dengan kelima agama resmi di Indonesia. kebatinan, kejiwaan, serta kerohanian sejajar Resolusi itu kemudian dibawa ke rapat khusus dengan agama. Sebulan kemudian, Desember DPP Golkar pada April 1972 (Cahyono, 1992: 1970, Sekretariat Bersama (Sekber) Golkar 127). Resolusi itu menjadi bahan masukan bagi membentuk Badan Koordinasi Karyawan Tim Penyiapan Bahan-bahan Sidang Umum Kerohanian, Kebatinan, Kejiwaan Indonesia MPR 1973. Aliran kebatinan pun masuk dalam (BK5I), yang kedudukannya setara dengan naskah kerja GBHN yang disusun oleh tim kerja Persatuan Ulama Seluruh Indonesia. Cikal bakal yang dipimpin Darjatmo, kepala staf Kekaryaan BK5I adalah Badan Musyawarah Kebatinan, Hankam sekaligus karib Ali Murtopo. Dalam Kejiwaan dan Kerohanian (BMK3I) yang pada sidang MPR itu, F-KP mengajukan masalah 1966 menjadi komponen Sekber Golkar. kebatinan berdasarkan pasal 29 ayat 2 UUD Lalu pada 1971, BK5I menjadi Sekretariat 1945. F-KP memasukkan aliran kebatinan ke Kerjasama Kepercayaan (SKK) sebagai wadah dalam ‘kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha yang menghimpun seluruh paguyuban atau Esa’. Fraksi Partai Demokrasi Indonesia (F-PDI) organisasi kepercayaan, dan diketuai tidak bereaksi atas usul itu, sedangkan F-PPP Wongsonegoro serta R.S. Soekanto Tjokrodi- menolak keras. atmodjo, mantan Kapolri pertama, sebagai Meski alot di parlemen, kepercayaan tetap sekretaris jenderal. Dalam musyawarah nasional dimuat dalam rumusan GBHN 1973 dengan di Yogyakarta dirumuskan pengertian istilah modifikasi dari aliran kebatinan menjadi aliran aliran kepercayaan yaitu semua kegiatan kepercayaan. F-PPP bisa menerima hal itu meski kejiwaan, kebatinan, kerohanian yang semuanya disertai catatan (Sufyan, 2014: 45). Saat rapat dihimpun dalam satu wadah SKK (Permadi, paripurna ketiga, 16 Maret 1973, juru bicara dari 1996: 55). Menjamurnya aliran kepercayaan Fraksi Persatuan Pembangunan, Chalid mendapat sorotan wakil rakyat di parlemen Mawardi, mengemukakan pendapat fraksinya. terutama dari kalangan Islam. Menurut Menurutnya, dalam rangka pembinaan bangsa pengumuman Pengawas Aliran Kepercayaan hendaknya juga aliran-aliran kepercayaan atau Masyarakat (Pakem), pada April 1972 tercatat faham-faham keagamaan dapat kita tempatkan 217 aliran kebatinan dan 427 cabang kebatinan. pada proporsinya, sehingga dapat dilakukan Dari jumlah 217 aliran kebatinan, 188 di pembimbingan, pembinaan dan pengawasan agar antaranya berasal dari Jawa Tengah, dan hanya 29 aliran-aliran kepercayaan itu kembali kepada aliran saja berasal dari luar Jawa Tengah (Sou’yb, induk agamanya masing-masing serta berusaha 1988: vii). mencegah perkembangan aliran kepercayaan

61

Aryono (Pergulatan Aliran Kepercayaan dalam Panggung Politik)

yang bertentangan dengan Pancasila dan mendirikan negara Islam. Kondisi panas di luar keyakinan beragama (CSIS, 1973: 56). gedung, “merembet” pula ke dalam gedung Walaupun mendapat kritik dari kalangan parlemen. Salah satu agenda SU MPR 1978 Islam, GBHN tetap memuat unsur ‘Kepercayaan’ adalah menetapkan rancangan Garis-garis Besar dalam bagian Arah dan Kebijaksanaan Haluan Negara. Rancangan GBHN itu disusun Pembangunan. Arah kebijakan pemerintah pun oleh pemerintah untuk digodok dalam rapat diselaraskan dengan amanat GBHN, yaitu fraksi sebelum rapat disahkan dalam rapat pembinaan kerukunan umat beragama dan paripurna. Bahan untuk sidang MPR tersebut kepercayaan. Setelah digariskan dalam GBHN, disusun oleh sebuah tim dengan susunan pemerintah melalui Departemen Agama Sudharmono (ketua), JB Sumarlin (wakil), Ismail berupaya mengatur dan mengawasi keberadaan Saleh (sekretaris), dan delapan anggota lain para penghayat kepercayaan yang tumbuh di seperti Kartakusumah, A. Wiranatakusumah, Indonesia. Pada 1975, Departemen Agama Subarkah, Ali Murtopo, Daryatmo, Majid membentuk Badan Penelitian dan Pengem- Ibrahim, Kartidjo, serta Murdiono. Dalam bangan Agama. Di dalam badan penelitian rancangan itu, pemerintah memuat pembahasan tersebut, muncul organisasi bernama Pusat aliran kepercayaan kepada Tuhan. F-PPP Penelitian dan Pengembangan Kehidupan menolak hal tersebut (Patmono dalam Balitbang Agama dan Kepercayaan Kepada Tuhan Yang DGI, 2003: 486). Maha Esa yang dikukuhkan dengan Keputusan Pada rapat Komisi A, F-PPP tidak dapat Menteri Agama Nomor 18 Tahun 1975. menerima rancangan GBHN dari pemerintah Isu aliran kepercayaan masih menjadi yang mencantumkan aliran kepercayaan dalam perdebatan panas di kalangan wakil rakyat. Pada suatu dokumen konstitusional seperti GBHN. Sidang Umum 1978, pemerintah kembali Jika dipaksakan, hal ini akan mengganggu memasukan pembinaan aliran kepercayaan ke stabilitas dan persatuan nasional. Yusuf Syakir dalam GBHN. Sidang MPR/ DPR akhir Maret yang ditunjuk sebagai juru bicara Fraksi 1978 berlangsung panas, baik di dalam maupun di Persatuan di Komisi A, pada akhir pembacaan luar komplek gedung MPR/DPR. Aksi teror pun keputusan F-PPP, menyatakan bahwa fraksinya membayangi ibukota Jakarta. Senin 20 Maret akan melakukan walk-out. Ia mengatakan bahwa 1978, sebuah mobil pick-up merek Peugeot kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan nomor polisi B 9679 AT bermuatan dua yang diartikan sebagai kepercayaan yang berdiri drum berisi bensin ditinggalkan begitu saja di di luar agama serta mendapat perlakuan yang depan Hotel Indonesia (HI). Rupanya, pada sama, seperti tercantum dalam naskah rancangan lubang drum sudah terpasang sumbu. Api sudah GBHN adalah bertentangan dengan Pancasila menyala di ujungnya, siap merembet dan dan UUD 1945 (Panji Masyarakat, 1 April 1978). meledak. Namun beruntung, aksi teror itu Meski F-PPP memutuskan walk-out, rapat berhasil digagalkan para sopir yang ada di sekitar Komisi A akhirnya tetap memutuskan bahwa bundaran HI. Api berhasil dipadamkan. kepercayaan terhadap Tuhan bukan merupakan Panglima Pelaksana Khusus Kopkamtib agama dan pembinaan kepada para penghayat Daerah Jakarta Raya (Laksusda Jaya), Norman kepercayaan itu perlu untuk mencegah supaya Sasono, beberapa hari kemudian memberi tidak mengarah pada pembentukan agama baru. keterangan pers yang disiarkan oleh Televisi Dalam rapat paripurna, F-PPP kembali Republik Indonesia (TVRI). Sekitar 39 orang melakukan walk-out ketika sidang akan ditangkap oleh tim dari Laksusda Jaya atas mengesahkan aliran kepercayaan terhadap tuduhan ancaman teror selama berlangsungnya Tuhan dalam GBHN 1978. Pengakuan atas aliran SU MPR 1978. Selanjutnya, seperti ditulis oleh kepercayaan dalam batang tubuh naskah GBHN Panji Masyarakat 1 April 1978, jenderal 1978 dimuat pada bagian Modal Dasar berbintang dua itu menyebut nama Abdul Kadir Pembangunan Nasional, Wawasan Nusantara, Jaelani, ketua umum Gerakan Pemuda Islam Arah Pembangunan Jangka Panjang, dan Sasaran (GPI) sebagai otak teror dan bertujuan Pembangunan Jangka Panjang. 62

Jurnal Sejarah Citra Lekha, Vol. 3 , No. 1, 2018, hlm. 58-68

Penyebutan aliran kepercayaan yang tersendiri. Alamsjah Ratu Prawiranegara, Menteri berdampingan dengan agama-agama resmi, tulis Agama sekaligus mantan jendral- menekankan Martin van Bruinessen, adalah ungkapan implisit kepada stabilitas nasional. Ia pun mengeluarkan pemerintah yang memberikan pengakuan formal SK Menteri Agama No. 70 dan 77 Tahun 1978 kepada aliran kepercayaan ini sebagai agama (tentang Penyiaran Agama dan Bantuan Luar tersendiri. Kyai Bisri Syansuri, presiden Majelis Negeri untuk Lembaga Agama). Langkah ini Syuro PP dari Nahdlatul Ulama yang dikenal didukung oleh Soeharto hingga puncaknya pada kurang memiliki naluri politik dan tidak 10 Oktober 1978, Alamsjah menghadap Soeharto berkompromi menyangkut prinsip agama, ke Bina Graha. Ia mendapat pengarahan memandangnya sebagai ancaman terhadap status mengenai SK Menteri Agama No. 70 dan 77 Islam sebagai agama dan memprotesnya dengan Tahun 1978 (tentang Penyiaran Agama dan keras (van Bruinessen, 1994:107). Dalam Bantuan Luar Negeri untuk Lembaga Agama) bukunya tersebut, Martin van Bruinessen dan penegasan bahwa perkawinan di Indonesia mencatat bahwa kepekaan umat Islam dapat cuma ada dua: menurut tata cara agama dan dimengerti dengan lebih baik jika orang ingat catatan sipil. Tidak lama setelah Soeharto bahwa Soeharto sendiri dan para penasihat berbicara di depan menteri Agama, Menteri terdekatnya dipercaya sebagai penganut aliran Dalam Negeri Amir Machmud mengeluarkan kepercayaan dan tidak simpatik terhadap Islam surat edaran bernomor 477/74054 bertanggal 18 skripturalis. November 1978 kepada semua gubernur dan Pasca-sidang umum 1978 yang bupati/walikota se-Indonesia mengenai petunjuk menelurkan Ketetapan MPR No. IV/MPR/1978 pengisian kolom ‘agama’ dan pengakuan lima tentang GBHN, pemerintah segera mengeluar- agama saja dari pemerintah seperti Kristen/ kan Keputusan Presiden No. 40 Tahun 1978 Protestan, Katholik, Islam, Budha, dan Hindu. mengenai pengawasan aliran kepercayaan beralih Setelah keluar SK Mendagri mengenai dari Departemen Agama ke Departemen keharusan mengisi kolom agama, menteri Agama Pendidikan dan Kebudayaan dengan membentuk juga melakukan hal serupa. Surat menteri Agama Direktorat Pembinaan Penghayat Kepercayaan bertanggal 17 Juli 1980 itu menerangkan bahwa (PPK) Terhadap Tuhan Yang Maha Esa di bawah jika ada penghayat kepercayaan yang membubuhi pimpinan Direktorat Jenderal Kebudayaan. tanda garis mendatar pada kolom agama, akan Tugas pokok PPK baru selesai setahun kemudian, dicap sebagai tidak beragama. Penyebutan agama 30 Juni 1979, setelah Daoed Joesoef selaku dalam KTP bagi para penghayat kepercayaan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menanda- yang ditulis dengan tanda (-) yang berarti mereka tangani surat keputusan nomor 0145/O/79 yang itu yang bersangkutan adalah tidak beragama, berisi empat tugas pokok Direktorat PPK seperti padahal semula mereka itu adalah pemeluk (1) mempersiapkan perumusan kebijakan teknis agama yang sah. Bukan itu saja, masih dalam surat pembinaan penghayat kepercayaan sesuai yang sama, jika ada penghayat kepercayaan yang kebijakan teknis Dirjen, (2) menyusun materi mengajak orang beragama lain untuk dan program pembinaan penghayat kepercayaan, mengikutinya maka dihadang dengan pasal 156 a (3) menyelenggarakan bimbingan dan KUHP, juga dalam UU Nomor 1 PNPS 1965 penyuluhan serta melaksanakan publikasi dan pasal 4, dengan ancaman 5 tahun penjara (Arsip dokumentasi pelaksanaan pembinaan penghayat Menteri Agama Nomor B VI/5996/1980). kepercayaan, dan (4) melakukan penelitian atas Kejaksaan Agung, pada 1984, pelaksanaan kegiatan pembinaan penghayat mengeluarkan surat keputusan No Kep- kepercayaan. Bahkan, TVRI juga memberi ruang 108/J.A/5/1984 tentang Pembentukan Tim bagi penghayat kepercayaan dalam acara Koordinasi Aliran Kepercayaan Masyarakat “Mimbar Kepercayaan”. (Pakem). Tujuan utama tim ini, seperti termuat Pada sidang kabinet terbatas bidang politik dalam konsiderannya, mengambil langkah- dan keamanan 27 September 1978, permasalahan langkah atau tindakan terhadap aliran-aliran agama dalam perkawinan menjadi pembahasan kepercayaan yang dapat membahayakan 63

Aryono (Pergulatan Aliran Kepercayaan dalam Panggung Politik)

masyarakat dan negara. Pengawasan lain penghayat kepercayaan yang sudah diakui terhadap aliran kepercayaan, adalah terbitnya UU pemerintah mulai bekerja mempersiapkan No 8 Tahun 1985 mengenai organisasi kurikulum pendidikan bagi penghayat keper- kemasyarakatan. Setelah terbit UU Ormas cayaan, bekerja sama dengan Pusat Kurikulum tersebut, terdapat 250 organisasi yang terdaftar dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. sebagai aliran kepercayaan (Sutarto, 2007: 44). Bukan hanya kurikulum, namun MLKI juga Organisasi penghayat Kapribaden sendiri, seperti mempersiapkan pengajar-pengajar dari kalangan termuat di www.kapribaden.org, sudah terdaftar penghayat kepercayaan untuk nanti bisa di Departemen Dalam Negeri dengan mengajar baik dari jenjang sekolah dasar hingga pengumuman pemerintah tentang organisasi atas. Selain merancang kurikulum, MLKI kemasyarakatan yang sah di tingkat nasional, bekerjasama dengan Badan Nasional Sertifikasi bernomor 324. Profesi (BNSP), Badan Koordinasi Sertifikasi Pada 1991, pemerintah bersama DPR Profesi (BKSP) dan Akademisi juga mengesahkan UU Kejaksaan No. 5/1991, yang menyelenggarakan peningkatan kompetensi isinya memperluas wewenang kejaksaan tidak calon penyuluh dari masing-masing organisasi hanya sebagai penuntut dan melakukan sosialisasi penghayat kepercayaan. hukum saja, melainkan juga bertugas di bidang Pada medio Januari 2018, Majelis Ulama ketertiban dan ketentraman umum. Pasca- Indonesia (MUI) menggelar konferensi pers Reformasi 1998, Tim Pakem masih juga menjadi tentang sikap MUI putusan Mahkamah momok bagi aliran kepercayaan. Pemerintahan Konstitusi Nomor Perkara 97/PUU-XIV/2016, yang berkuasa pasca-1998 tetap membutuhkan mengenai aliran kepercayaan. Ada delapan hal Tim Pakem tidak hanya untuk mengawasi aliran yang menjadi catatan MUI yaitu sebagai berikut: kepercayaan atau kebatinan saja, tetapi juga (1) MUI sangat menyesalkan putusan MK untuk mengawasi sekte-sekte di dalam agama tersebut, putusan MK dinilai kurang cermat dan ‘resmi’ yang mempunyai potensi melakukan melukai perasaan umat beragama, khususmya penyimpangan atau bertentangan dengan umat Islam Indonesia, karena putusan tersebur mainstream (Sihombing, dkk., 2008: 43). Angin berarti telah mensejajarkan kedudukan agama segar bagi aliran kepercayaan sebenarnya muncul dengan aliran kepercayaan; (2) MUI pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid berpandangan bahwa putusan MK tersebut yang singkat. Jaksa Agung pada masa tersebut menimbulkan konsekuensi hukum dan mencabut SK Jaksa Agung yang melarang Saksi berdampak pada tatanan kehidupan sosial Yehova karena sudah tidak sesuai dengan prinsip kemasyarakatan, serta merusak terhadap demokrasi. kesepakatan kenegaraan dan politik yang selama Pada 2006, pemerintah mengesahkan ini sudah berjalan dengan baik; (3) MUI Undang-Undang Nomor 23/2006 mengenai berpendapat seharusnya MK dalam mengambil Administrasi Kependudukan (Adminduk). keputusan yang memiliki dampak strategis, Setahun kemudian keluar peraturan pemerintah sensitif, dan menyangkut hajat hidup orang (PP) Nomor 37 Tahun 2007 mengenai banyak, membangun komunikasi dan menyerap Pelaksanaan UU Adminduk 2006. Kedua aturan aspirasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat formal tersebut cukup memberi harapan bagi dan pemangku kepentingan, sehingga dapat kemerdekaan penghayat kepercayaan. Harapan mengambil keputusan secara objektif, arif, bijak yang paling menggembirakan bagi penghayat dan aspiratif; (4) MUI menghormati perbedaan kepercayaan tentu saja dengan munculnya agama, keyakinan, dan kepercayaan setiap warga Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan negara, karena hal tersebut merupakan (Permendikbud) Nomor 27 Tahun 2016 implementasi dari Hak Asasi Manusia (HAM) mengenai layanan pendidikan kepercayaan yang dilindungi oleh negara, sesuai peraturan terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada satuan perundang-undangan yang berlaku; (5) MUI pendidikan yang ditandatangani Anies Baswedan. sepakat bahwa pelaksanaan pelayanan hak-hak MLKI yang merupakan himpunan organisasi sipil warga negara di dalam hukum dan 64

Jurnal Sejarah Citra Lekha, Vol. 3 , No. 1, 2018, hlm. 58-68 pemerintahan tidak boleh ada perbedaan dan sederhana inilah yang membentuk Semono diskriminasi, sepanjang hal tersebut sesuai terbiasa menjalani laku prihatin (Widodo, 2002: dengan ketentuan peraturan perundang- 48). Versi kedua menyatakan bahwa Semono undangan; (6) Terkait dengan hak-hak sipil merupakan anak pungut dari keluarga sebagai warga negara, pembinaan warga Kasandikromo. Menurut versi ini, keluarga penghayat kepercayaan agar tetap berada di Kasandikromo menemukan bayi kecil Semono bawah Kementerian Pendidikan dan dan mengasuhnya dengan sepenuh hati, karena Kebudayaan, sebagaimana yang selama ini telah mereka belum dikaruani anak laki-laki. Anak laki- berjalan dengan baik; (7) Oleh karena putusan laki yang mereka temukan dan diberi nama MK sesuai konstitusi, bersifat final dan mengikat Semono itu, diyakini sebagai trah Mataram. Atas (final and binding), maka MUI mengusulkan keyakinan tersebut, keluarga Kasandikromo kepada pemerintah agar kepada penghayat meyakini, suatu saat Semono akan menjadi orang kepercayaan diberikan KTP Elektronik yang besar dan membawa perubahan yang besar dalam mencantumkan kolom kepercayaan, tanpa ada keluarga (Widodo, 2002: 48). kolom agama; (8) Pembuatan KTP Elektronik Sejak kecil Semono terbiasa melakukan untuk penghayat kepercayaan tersebut laku prihatin. Selain karena kondisi ekonomi hendaknya dapat segera direalisasikan untuk keluarga yang sulit, ia memang menyenangi dunia memenuhi hak warga negara yang masuk kategori mistik Jawa. Pada usia 14 hingga 17 tahun, ia juga penghayat kepercayaan. telah mulai melakukan tapa brata, yaitu samadi di Goa Singobarong di Pulau Nusakambangan ROMO SEMONO SASTRODIHARDJO DAN (Widodo, 2002: 49). Tapa brata terus ia lakukan ALIRAN KAPRIBADEN hingga mendapatkan wahyu untuk mengajarkan ajaran Kapribaden pada tahun kembar (55), Salah satu dari sekian banyak aliran kepercayaan yakni 1955. Menurut para pengikutnya, Semono yang tumbuh, berkembang, dan memiliki banyak telah mijil atau lahir kembali pada 13 November pengikut di Indonesia adalah Aliran Kapribaden. 1955, tepat pada pukul 16.05. “Ingsun Mijil, arso Aliran ini mulai dikembangkan oleh Romo nyungsang bawono balik, arso nggelar jagat Semono Sastrohadijojo di Purworejo. Mulanya, anyar, anggulung jagad lawas (saya lahir kembali, Semono adalah anggota Angkatan Laut RI yang memutar balik dunia, menata jagad baru, bertugas di Surabaya sejak 1950-an. Selama menutup jagad lama)”, ujar Subagiyo menirukan hidupnya, Semono menikah dua kali. Istri ucapan Semono. Lima tahun setelah peristiwa pertamanya, Ngarinem, meninggal terlebih dulu mijil itu, Semono mundur dari dinas ketentaraan tanpa meninggalkan keturunan. Ia kemudian dengan pangkat terakhir kapten marinir dan menikahi Tumirin, yang juga selama hidup tidak kembali ke kampung halamannya di daerah memiliki anak. Perawakan Romo Semono Sejiwan, Purworejo. Sejak tinggal di Sejiwan, digambarkan tinggi tegap, memakai blangkon Semono menerima orang untuk berobat atau khas Yogya, dengan atasan surjan, bawahan batik, hanya menerima nasihat, termasuk Subagiyo lengkap dengan keris (Wawancara dengan kecil bersama ayahnya yang naik sepeda dari Subagiyo, 22 Januari 2018. Ia adalah penerus Banyu Urip ke Sejiwan. Inti ajaran Kapribaden Romo Semono Sastrohadijojo). yang diajarkan Semono terhadap pengikutnya Terdapat dua versi mengenai asal-usul adalah mengenai bagaimana manusia menjalani sosok ini. Versi pertama menyatakan bahwa, kehidupan, yang terangkum dalam dua ajaran Semono lahir pada Jumat Pahing, 12 Rabiulawal utama, yaitu Panca Gaib dan Laku. Perlahan, 1900 di Gunung Damar, Desa Kalinongko, sejak 1955, pengikut Semono semakin Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo. Versi bertambah, bahkan mulai datang dari luar pertama ini juga menyebutkan bahwa ia Purworejo. merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara Pada 1960-an, saat Partai Komunis keluarga Kasandikromo, seorang petani kecil Indonesia (PKI) masih menjadi partai resmi di yang hidup sederhana. Kondisi keluarga yang Indonesia, partai belambang palu arit ini juga 65

Aryono (Pergulatan Aliran Kepercayaan dalam Panggung Politik)

banyak menjadi tempat bagi bernaungnya para kepercayaan ke agama-agama resmi. Tragedi penganut kebatinan. Sejak peristiwa 1965 1965 mewariskan stigma terhadap aliran meletus, banyak padepokan dari gerakan kepercayaan atau kebatinan atas tuduhan kebatinan atau aliran kepercayaan yang menjadi merupakan bagian dari komunis. Padahal tempat persembunyian anggota-anggota PKI. tuduhan tersebut tidak ada bukti atau fakta yang Salah satu yang menjadi pemberitaan adalah nyata. Bahkan sebaliknya, Aliran Kebatinan serangan tentara terhadap padepokan Mbah Suro dalam perjalanannya kemudian dilarang dan di Desa Nginggil yang kemudian dikenal dengan dibekukan oleh Tim Pakem pasca-tragedi 1965. sebutan Mbah Suro Nginggil, di Kawedanan Pelarangan dan pembekuan tersebut diikuti oleh Randublatung, Blora. Mbah Suro memiliki nama Tim Pakem di beberapa daerah seperti di asli Mulyono Surodihardjo, mantan kepala desa Majalengka, Sumedang, dan Subang Jawa Barat di salah satu kelurahan daerah Randublatung. Ia (Sihombing, dkk., 2008: 30). Setelah Soeharto menikah dua kali, dan tidak memiliki anak. resmi menjadi presiden, beberapa aliran Menurut M. R. Ma’roef, seorang mahasiswa kepercayaan terutama dari Jawa dibiarkan Fakultas Paedagogik UGM Yogyakarta yang tumbuh subur. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari pernah melakukan tugas penelitian di kepribadian Soeharto yang kental dengan Randublatung pada September 1963, mbah Suro karakter kejawen dan klenik. Ditambah, asisten saat itu masih berumur 40 tahun. Ia berciri fisik pribadinya yang bernama Soedjono Humar- memiliki jenggot panjang, perawakannya kurus dhani, disebut pula ‘Dukun Jepang’ karena tinggi, mata redup, selalu mengenakan setelan kedekatannya dengan Jepang, yang juga baju hitam dan iket, serta selalu bertopang menyukai klenik. tongkat. Mbah Suro dikenal sebagai seorang Puncaknya adalah peristiwa pada sebuah dukun. Menurut Ma’roef, setiap orang yang pagi pada minggu kedua Mei 1967. Saat itu, datang kepadanya harus membawa sebungkus Padepokan Romo Semono di Loano, Purworejo rokok kretek; seikat kembang; dan uang sebesar dipenuhi tentara. Mereka melakukan penggere- 2,75 rupiah atau seringgit setalen. Selain sebagai bekan di padepokan itu karena adanya dugaan dukun, ia pun membangun sebuah aliran pelarian orang-orang PKI yang menyusup ke kepercayaan yang bernama Djawa Dipa. sana. Para tentara ini berasal dari kesatuan yang Sebelum Gerakan September Tigapuluh ada di Yogyakarta dan Resimen Para Komando (Gestapu) 1965 meletus, mbah Suro berafiliasi Angkatan Darat (RPKAD). Dari temuan para dengan PKI. Tanda palu arit terpampang besar di tentara, dikumpulkan sejumlah surat yang muka rumahnya. Komplek rumahnya berada di diindikasikan sebagai bagian dari gerakan politik tengah hutan jati. Dibutuhkan waktu sekitar dua yang dilakukan oleh orang-orang PKI ke dalam jam untuk keluar dari komplek mbah Suro kelompok aliran kepercayaan seperti yang (Pandji Masyarakat, April 1967). Pada 1967, dimiliki oleh Romo Semono di Purworejo. pengikut mbah Suro Nginggil semakin banyak. Mereka pun memeriksa 112 orang yang Pangdam VII/ Diponegoro pun memerintahkan kebetulan ada di padepokan tersebut. Selain itu, untuk menutup padepokan itu. Upaya tersebut para tentara ini juga menyita uang sebesar 40 ribu dilakukan oleh Kompi Tanjung, salah satu kompi rupiah. Berbeda dari penyerangan militer dalam RPKAD yang dikirim ke Jawa Tengah. terhadap padepokan mbah Suro, pada peristiwa Panglima Daerah Militer terpaksa me- tersebut, tidak terjadi perlawanan meski tentara merintahkan agar penutupan dilakukan dengan telah bersiap dengan senjata lengkap menghadapi kekerasan karena jalan damai sudah tertutup. segala kemungkinan. Pada penggerebakan Akhirnya Kompi Tanjung menyerbu padepokan tersebut, tidak ditemukan senjata yang disita, mbah Suro (Subroto, 2009: 143-144). hanya beberapa surat pusaka atau wasiat dari Pasca-tragedi 1965, banyak aliran Romo Herutjokro, nama lain Romo Semono kepercayaan menjadi sasaran tembak. (Minggu Pagi, 16 Mei 1967). Stigmatisasi sebagai pengikut PKI yang atheis, Semono Sastrohadidjojo rupanya mengakibatkan migrasi pengikut aliran memiliki firasat tajam atas situasi politik dalam 66

Jurnal Sejarah Citra Lekha, Vol. 3 , No. 1, 2018, hlm. 58-68 negeri setelah sidang umum 1978. Sebagai melayani penghayat kepercayaan, misalnya sesepuh bagi penganut Aliran Kapribaden, ia kesulitan mengosongkan kolom agama dalam segera bertindak taktis. April 1978, ia mengirim KTP akan dikenakan sanksi dari pusat. Kegiatan pesan tertulis kepada lima pengikut utamanya, mediasi antara warga penghayat dengan bahwa Kapribaden harus berbentuk organisasi. pemerintah kabupaten atau provinsi secara aktif Pesan tersebut disampaikan kepada Wahyono dibantu oleh organisasi penghayat setempat. Rahardjo, Hartini Wahyono, Soehirman, S. Sosialisasi mata pelajaran kepercayaan juga sudah Parmin, dan Sakir (http://www.kapribaden.org, dimulai di Jawa Tengah dan kemudian di Jawa diakses 2 Februari 2018). Menurut penuturan Timur. Segenap perangkat yang dimulai dari Suprih Suhartono, Ketua Umum Organisasi materi, kurikulum, dan penyuluh juga sedang Penghayat Kepercayaan Kapribaden saat itu disiapkan. Salah satu sekolah yang sudah mulai semua penghayat kepercayaan harus membuat menerapkan pendidikan bagi penghayat organisasi, termasuk Kapribaden. Tujuan dari kepercayaan adalah SMKN 7 Semarang. Hal itu pembentukan organisasi ini adalah memudahkan bermula dari siswa bernama Zulfa Nur Rohman pemerintah dalam melakukan pengawasan. yang tidak dapat naik kelas XII karena tidak Organisasi Paguyuban Penghayat Kapribaden mengikuti Pelajaran Agama Islam selama dua secara resmi terdaftar sesuai dengan Undang- semester. Kabar pun menyebar. Akhirnya, setelah Undang Nomor Tahun 1985, Peraturan proses mediasi antara MLKI-Dinas Pendidikan Pemerintah Nomor 18 tahun 1986, dan Kota-dan pihak SMKN 7 Semarang, Zulfa Nur Permendagri Nomor 5 tahun 1986 (Widodo, Rohman mendapat haknya untuk mendapat 2002: 86). pengajaran materi penghayat kepercayaan dari Saat Orde Baru hanya menerima lima dua orang petugas yang ditugasi MLKI. Namun, agama resmi, yakni Islam, Kristen, Katholik, di tengah eksistensi penghayat yang semakin Hindu, dan Budha, aliran kepercayaan semakin cerah, hambatan kembali mendera aliran tidak mendapatkan tempat. Akibat paling jelas kebatinan saat Menteri Dalam Negeri dari hal ini adalah pengisian kolom agama dalam mengakomodasi usulan MUI untuk membeda- Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang tidak boleh kan KTP antara yang beragama dan yang kosong. Hal ini pula yang menyebabkan jumlah berkepercayaan. Hal ini tentu menjadi keberatan penganut agama resmi, terutama Islam, bila dilaksanakan. Endang Retno Lastani, Sekjen mengalami peningkatan dengan ditandai oleh Dewan Musyawaran Pusat (DPP) Majelis Luhur perpindahan para penganut aliran kepercayaan Kepercayaan Kepada Tuhan YME Indonesia kepada salah satu agama resmi negara. Banyak (MLKI), menyatakan bahwa pembedaan KTP penganut aliran kepercayaan mengakui bahwa semacam itu seolah-olah menciptakan warga meskipun mereka mengisi kolom agama, Islam negara level satu bagi KTP beragama, dan warga misalnya, pada KTP, namun, mereka merasa negara level kedua bagi KTP berkepercayaan. seperti membohongi diri (Wawancara dengan Subagiyo, 22 Januari 2016). Oleh karena itu, SIMPULAN meskipun tampaknya Orde Baru memberi angin segar pada tumbuhnya aliran kepercayaan, era Sepertinya, masalah agama dan kepercayaan Orde Baru dirasa sangat berat bagi para masih belum selesai. Pemerintah sebagai penghayat kepercayaan. Meskipun demikian, pengayom harus berada dalam posisi melindungi mereka berusaha mengikuti segala aturan yang setiap warga negara. Melihat perkembangan ke ada (Wawancara dengan Suprih Suhartono, 22 depan, persoalan status kolom agama di KTP Januari 2017. Ia adalah juga salah satu anggota akan kembali ramai. Perlu ada sinergi antara elite presidium Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia agama resmi dan perwakilan penghayat aliran (MLKI) periode 2014-2019). kepercayaan dalam satu meja yang adil dengan Lebih lanjut, Suprih menuturkan bahwa perantaraan pemerintah. Bagaimanapun juga, pasca-Reformasi, kondisi telah berubah. Saat ini, keberagaman termasuk agama dan kepercayaan bahkan jika ada pemerintah daerah yang tidak harus dipandang sebagai pendorong dan 67

Aryono (Pergulatan Aliran Kepercayaan dalam Panggung Politik)

pemersatu kekuatan-kekuatan sosial dan moral Pengawasan Agama dan Kepercayaan di dalam usaha menghadapi perubahan di masa Indonesia. Jakarta: The Indonesian Legal yang akan datang. Resource Center (ILRC). Sou’yb, J. (1988). Aliran Kebatinan (Mistik) dan REFERENSI Perkembangannya. Jakarta: Rimbow. Subroto, Hendro. (2009). Sintong Panjaitan: Arsip Menteri Agama Nomor B VI/5996/1980. Perjalanan Seorang Prajurit Para Balitbang DGI Panitia Penerbitan Buku Komando. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Kenangan Prof. DR. Olaf Herbert Sufyan, F. H. (2014). Sang Penjaga Tauhid: Studi Schumann. (2003). “Agama dalam Dialog: Protes Tirani Kekuasaan 1982-1985. Pencerahan, Pendamaian, dan Masa Yogyakarta: Deepublish. Depan. Punjung Tulis 60 tahun Prof. Dr. Suparlan, P. dkk. (1983). Berbagai Kepercayaan Olaf Herbert Schumann”. Jakarta: Gunung di Indonesia (Suatu Studi Pendahuluan). Mulia Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Cahyono, H. (1992). Peranan Ulama dalam Tradisional Departemen P dan K. Golkar 1971-1980: dari Pemilu sampai Sutarto, A. (2007). “Becoming a True Javanese: Malari. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. A Javanese View of Attempts at CSIS (1973). Analisa Sidang Umum MPR-RI Javanization,” Indonesia and the Malay 1973. Jakarta: CSIS. World , Vol. 34 (1). Gaus, Ahmad A. F. (2009). Sang Pelintas Batas: Thaher, E. P. (2009). Merayakan Kebebasan Biografi Djohan Effendi. Jakarta: Penerbit Beragama: Bunga Rampai Menyambut 70 Buku Kompas. Tahun Djohan Effendi. Jakarta: Penerbit Gottschalk, L. (1983). Mengerti Sejarah, Buku Kompas. terjemahan Nugroho Notosusanto. Tim Buku Tempo (2016). Seri Tempo: Wahid Jakarta: BP UI. Hasyim (Tokoh Islam di Awal Heuken, A. (2005). Ensiklopedi Gereja: K-KI. Kemerdekaan). Jakarta: KPG. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka. van Bruinessen, M. (1994). NU: Tradisi, Relasi- Http://www.kapribaden.org/, diakses 2 Februari relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru. 2018. Yogyakarta: LkiS. Maskan (2002). Tokoh Wongsonegoro. Jakarta: Widodo (2002). “Dari Perdukunan Herucakra Proyek Pemanfaatan Kebudayaan, Hingga Paguyuban Penghayat Kapribaden Direktorat Tradisi dan Kepercayaan, (Studi tentang Perkembangan Sebuah Deputi Bidang Pelestarian dan Aliran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Pengembangan Budaya, Badan Maha Esa di Purworejo Tahun 1958- Pengembangan Kebudayaan dan 1994)”. Skripsi pada Jurusan Sejarah Pariwisata. Fakultas Sastra Universitas Diponegoro, Minggu Pagi, 16 Mei 1967. Semarang. Mulder, N. (1984). Kebatinan dan Hidup Sehari- hari Orang Jawa: Kelangsungan dan DAFTAR INFORMAN Perubahan Kulturil. Jakarta: Gramedia. Pandji Masyarakat, April 1967. Wawancara dengan Subagiyo, Ketua Penghayat Panji Masyarakat, 1 April 1978. Kapribaden cabang Purworejo. Permadi, K. (1996). Mengenal dan Mendalami Wawancara dengan Endang Retno Lastani, Budaya Spiritual. Jakarta: Departemen Sekjen Dewan Musyawaran Pusat MLKI. Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Wawancara dengan Suprih Suhartono, Ketua Pembinaan Penghayat Kepercayaan umum organisasi penghayat kepercayaan Terhadap Tuhan YME. Kapribaden. Sihombing, U. P. dkk. (2008). Menggugat Bakor Pakem: Kajian Hukum terhadap 68