Dinamika Psikologi Tokoh Semar dalam

Naskah Semar Gugat Karya N. Riantiarno

Nila Dianti

Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Jl.

Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275

Dianti, Nila, 2017.

ABSTRACT

Dianti, Nila. 2017. "Dinamika Psikologi Tokoh Semar dalam Naskah Semar Gugat Karya N. Riantiarno " essay , Indonesian Literature Program, Diponegoro University, Semarang. Supervisor Dr. Agus Maladi I, M.A and Khothibul Umam, S.S., M.Hum

Semar is one of the puppet characters who are known to be wise and humble. He is also known as one of the servants of the . Besides that, he also has iconic body with large buttocks, slightly stooped, and distinctive crest on his head. Semar is also a character that full of mystery. Because there are some assumptions that Semar is not human. From ‟s script “Semar gugat”, Semar modified in such a way that it was slightly difference between the character that he had existed from people in general. In this script Semar is more likely easy to get angry and even, there is some dialogue affirming that he does not accept his life.

The aim of this study is to answer the problem formulation which is knowing the stages of psychological conflict experienced by Semar characters in “Semar Gugat “script by N. Riantiarno. Then from there can be shown that interactions of Semar with other characters who can show the emotional stages of Semar characters.

The method used in this study, is a structural method which is intended to determine the elements that make up the script of Semar Gugat, later described with the theory of psychology by Alfred Adler to find the conflicts of Semar characters.

1

The result of this research is that Semar character experienced some conflicts caused by the interaction between Semar's character and other characters in the script of Semar Gugat. The researcher has also found that Semar's character in Semar Gugat script has changed the final goal in his life due to his disappointment of 's behavior.

Keywords: Semar, Play Script, Dynamics of Psychology

A. Pendahuluan utama. Melalui tokoh Semar, penulis memasukkan konflik-konflik yang pada akhirnya merugikan Semar. Drama merupakan salah satu seni pertunjukan. Tokoh Semar mengalami permasalahan yang rumit, Pertunjukan tersebut dilakukan oleh aktor dan aktris di berawal dari keputusan Semar untuk meminta kembali atas panggung. Seni drama berfungsi untuk sarana keelokan parasnya yang dulu pernah dimiliki. Keinginan pendidikan, hiburan, media komunikasi, dan informasi. Semar terjadi karena merasa terhina setelah kuncungnya Pada mulanya, drama merupakan upacara keagamaan dipotong oleh Arjuna di depan para tamu undangan saat atau ritual. Cerita yang dijadikan topik dalam upacara pesta pernikahan Arjuna dan Srikandi, padahal kuncung keagamaan dan juga teater-teater tradisional, pada tersebut merupakan simbol kebijakan seorang Semar. umumnya tanpa menggunakan naskah tertulis. Urutan Setelah Semar berubah wujud, ternyata Sutiragen tidak atau jalan cerita diserahkan kepada pemimpin upacara, percaya bahwa Prabu Sanggodanya Lukanurani adalah namun setelah seni drama semakin berkembang, maka suaminya. Pada akhir cerita Semar kalah melawan Durga diciptakan naskah drama untuk mempermudah proses karena ajian kentut saktinya sudah tidak berfungsi pementasan (Satoto, 2012a: 64-65). semenjak wajahnya dioperasi di kahyangan. Hal ini tidak Naskah drama merupakan salah satu bentuk biasa terjadi disebuah naskah lakon, yang tokoh karya sastra, selain puisi, cerpen, dan novel. Menurut utamanya kalah dalam akhir cerita. Sarumpaet, drama adalah ragam sastra dalam bentuk Konflik yang diciptakan Nano dalam naskah dialog yang dimaksudkan untuk dipertunjukkan di atas tersebut melalui pengubahan watak tokoh Semar yang pentas (Satoto, 2012a: 3). Naskah drama dapat disebut berbeda jauh dengan watak Semar di dalam cerita naskah lakon. Lakon adalah istilah lain dari drama, pewayangan. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan selanjutnya penyebutan naskah drama menjadi naskah karakter antara Semar yang berada didalam naskah, dan lakon. Penciptaan naskah lakon berawal dari proses Semar di pewayangan. Konflik beruntut yang dialami mengkhayal yang kemudian ditulis dengan penambahan tokoh Semar tersebut memiliki daya tarik bagi peneliti, wacana-wacana yang ingin disampaikan melalui dialog karena perubahan psikologis Semar terjadi ketika Semar tokoh dan dikemas dalam sebuah pertunjukan teater. berinteraksi dengan tokoh lain. Psikologis Semar yang “Sebagai seni pertunjukan (perfoming art), seni berubah, membuat Peneliti terdorong untuk mengungkap drama merupakan proses penjadian seni atau tahapan emosi yang dialami oleh tokoh Semar sejak awal “peristiwa teater”. Sebagai peristiwa teater, hingga akhir cerita. Oleh karena itu, peneliti terdapat penahapan penciptaan: garapan, gaya, menggunakan kajian psikologi sastra guna menemukan dan penyajian, dan penikmatan. Untuk keperluan konflik psikologi Semar dalam naskah Semar Gugat. ini, terdapat beberapa unsur atau komponen dan faktor-faktor penunjang berhasil tidaknya suatu pergelaran teater. Itulah sebabnya, seni drama dan teater bukanlah jenis sastra murni (“pure B. Metode dan Langkah Kerja Penelitian literature”) (Satoto, 2012b: 1-2).” 1. Metode Penelitian Mengacu pada rumusan masalah serta tujuan Naskah lakon Semar Gugat karya N. Riantiarno penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan sebagai salah satu karya sastra, telah memiliki cakapan dengan objek naskah lakon Semar Gugat. atau dialog yang lebih banyak daripada keberadaan narasi Keberadaan tokoh Semar dalam naskah Semar dalam naskah tersebut. Terlihat dari cakapan antara Gugat memiliki tahapan emosi yang menarik untuk tokoh, bahwa naskah Semar Gugat mengangkat cerita dicermati. pewayangan. Cerita pewayangan dalam naskah telah Sesuai dengan tujuan penelitian, maka diubah oleh Nano melalui peran Semar sebagai tokoh menggunakan dua teori utama, yaitu teori struktural

2

dan teori psikologi sastra. Teori struktural dirinya. Analisis struktural naskah Semar Gugat menitikberatkan pada unsur-unsur yang membentuk lebih banyak mencantumkan kutipan-kutipan karya sastra. Tahapan untuk menganalisis naskah berupa dialog, karena pada dasarnya naskah Semar Gugat, peneliti menggunakan teori struktural lakon terbentuk oleh dialog-dialog antar tokoh itu terlebih dahulu. Teori struktural dimaksudkan untuk sendiri. Adapun Analisis struktural naskah Semar mengetahui unsur-unsur yang membentuk naskah Gugat sebagai berikut: Semar Gugat, kemudian diuraikan dengan teori a) Penokohan psikologi oleh Alfred Adler untuk menemukan Naskah Semar Gugat memiliki 25 tokoh, konflik-konflik tokoh Semar. namun yang menonjol hanya 15 tokoh karena 2. Langkah Penelitian beberapa tokoh hanya muncul beberapa kali Langkah kerja penelitian terdiri dari pengumpulan sehingga tidak terlalu jelas dalam karakterisasi. data, pengolahan data, dan penyajian hasil analisis. Tokoh-tokoh dalam naskah Semar Gugat tidak a. Pegumpulan data semuanya memiliki penokohan yang jelas Pengumpulan data melalui cara mencari data- karena beberapa hanya menjadi figuran atau data yang masih berkaitan dengan objek yang tokoh pendukung. Tokoh tersebut adalah akan diteliti. Data-data tersebut didapatkan dari Kresna, Yudistira, Bima, Nakula, Sadewa, sumber tertulis di perpustakaan. Abimanyu, Penyanyi, Orang 1 dan Orang 2. b. Pengolahan data Masing-masing tokoh memiliki latar belakang Data yang sudah terkumpul, kemudian peneliti yang saling membangun karakter tokoh satu olah dengan cara membaca, mencatat dan sama lain melalui dialog. Penamaan dalam mengkaji rujukan-rujukan yang berkaitan dengan naskah Semar Gugat mengemukakan bahwa objek. naskah tersebut adalah sebuah naskah yang c. Penyajian hasil analisis terinspirasi dari tokoh pewayangan. Nano tetap Langkah terakhir untuk penyajian hasil memakai beberapa karakter asli tokoh pengolahan data, yaitu melalui penulisan sesuai pewayangan tersebut. Keterkaitan antara tokoh dengan sistematika penulisan agar penyajian disebabkan dengan permasalahan yang dibawa hasil analisis lebih runtut dan mudah untuk oleh masing-masing tokoh dengan interaksi dipahami. yang mereka lakukan. Interaksi melalui dialog telah membentuk alur cerita. Terdapat beberapa langkah untuk mengetahui b) Alur konflik batin tokoh Semar dalam naskah Semar Alur berperan sebagai garis hubung cerita dari Gugat, yaitu : awal sampai akhir. Peristiwa yang saling berhubungan secara kausalitas akan 1. Menguraikan unsur intrinsik naskah Semar Gugat. menunjukkan kaitan sebab akibat. Naskah 2. Menjelaskan keterkaitan tokoh lain atas konflik Semar Gugat menggunakan alur konvensional. yang dialami tokoh Semar. 3. Memaparkan tahapan emosi menuju puncak Berikut hasil analisa dari naskah Semar Gugat: konflik psikologi tokoh Semar. 1). Eksposisi

C. Pembahasan Perkenalan pada naskah Semar Gugat 1. Teori yang digunakan adalah teori struktural terjadi pada babak 1 dan babak 2. Babak 1 drama, unsur pemaparan dalam fiksi merupakan memperkenalkan penokohan Semar, sarana ampuh pengarang dalam mengembangkan Bagong, Petruk dan Gareng sebagai daya imajinasinya dalam membentuk satuan panakawan. Dialog yang terjadi antara peristiwa. Hal tersebut dapat memudahkan panakawan di babak 1 menjelaskan bahwa dalam penelitian naskah lakon, karena dapat naskah ini menceritakan pewayangan di mengkaji hal-hal yang terjadi dalam masing- negeri Amarta yang akan diadakan acara masing penokohan. Teori struktural untuk pernikahan Arjuna dengan Srikandi. mempermudah peneliti mengetahui sebab tokoh Potongan dialog yang memperkenalkan Semar mengalami konflik psikologi dalam mereka panakawan, babak 1 halaman 4:

2

Semar : Ee, lae, ngawur lagi. Dengar di kepala Kakang Semar ya, romo mau uro-uro! (Riantiarno, 1995: 23). Kita adalah panakawan Abdi kinasih satriawan Babak 6, halaman 25: Trio : (Gareng-Petruk-Bagong) Panakawan..(Riantiarno, 1995: Lalu, terjadilah peristiwa itu. Dengan 4). kepatuhan seorang abdi, Semar Potongan dialog yang menggambarkan membiarkan kuncungnya digunting akan diadakan pernikahan Arjuna dengan oleh Arjuna (Riantiarno, 1995: 25). Srikandi terdapat pada babak 1 halaman 2:

Semar : Bangun! Bangun! Hari sudah 3). Komplikasi siang. Gareng, Petruk, Bagong, bangun! Bangun! Permasalahan baru yang terjadi adalah Jangan sampai didahuli kedatangan Semar di kahyangan, Semar burung-burung. Jangan meminta kepada Batara Guru dan Narada sampai ditinggal matahari. untuk mengubah wajahnya seperti semula. Jangan sampai dijauhi rezeki. Hal tersebut adalah awal mula Semar Hari ini, adalah hari bahagia kehilangan kekuatan kentut sakti. Berikut junjungan kita, Raden Arjuna dialog yang menjelaskan konflik kedua, (Riantiarno, 1995: 2). terdapat pada babak 17 halaman 60.

Arjuna telah memiliki banyak istri, Semar : Perlakuan dan nasib yang diantaranya Sumbadra dan Larasati. Semar kuterima, bikin aku sangat sebagai abdi dari Arjuna sangat bahagia kecewa. Hanya ketidakadilan menyambut pernikahan Arjuna dan saja yang kutelan. Aku Srikandi. menduga, itu lantaran nasib dan mukaku yang jelek. 2) Konflik Maka, aku minta perkenanmu, Konflik pertama terjadi pada babak 3, Adi Guru, berikan lagi muka dimana Durga dan Kalika sebagai tokoh bagus yang dulu pernah antagonis menjalankan niat jahatnya. kupunyai. Berikan lagi kepada Durga merasuki raga Srikandi dan sosok satria. Kasih aku memanfaatkan keinginan Srikandi untuk anugerah kawasan kerajaan menguji cinta Arjuna. Srikandi yang telah yang bisa kuperintah. Sesudah dikendalikan Durga meminta mas kawin itu, aku yakin tidak akan ada berupa kuncung Semar. Hal tersebut lagi sesosok manusia pun adalah awal mula Semar kecewa dan yang berani mati menghinaku. melakukan keputusan-keputusan yang Itu saja permintaanku merugikannya. (Riantiarno, 1995: 60).

Babak 5, halaman 23: Konflik selanjutnya adalah ketika Sutiragen isteri Semar meninggalkannya Arjuna : Kakang Semar adalah sesepuh karena tidak percaya bahwa dia adalah yang sangat kuhormati. Aku suaminya. Dialog terdapat pada babak 23, tidak tega menghina dia. halaman 73. Mintalah yang lain, kijang kencana, cupumanik astagina, Semar : (Menangis) pusaka swargaloka, atau apa Cerita model apalagi ini? Muka saja, asal jangan yang jelek susah, jadi bahan hinaan berhubungan dengan kuncung dimana-mana. Muka bagus

3

lebih susah lagi, malah tidak macam Semar, cuma buang dipercaya istri. Terus waktu. Merendahkan martabat bagaimana nasibku ini? Padahal satria. Menang percuma, sekarang ini aku raja. Raja! kalah malah bikin malu. (Riantiarno, 1995: 73). Semar : Durga! (Riantiarno, 1995: 100).

4). Krisis f). Keputusan Puncak permasalahan dalam naskah Semar Gugat adalah ketika Semar menantang Semar kalah dengan Arjuna dan Durga Arjuna dan Srikandi adu sakti, karena karena kentut saktinya tidak bisa sudah tidak tahan lagi dengan keadaan digunakan ketika Semar berubah menjadi negeri Amarta. Dialog tersebut terdapat Sanggodanyalukanurani. Sutiragen ,Petruk pada babak 25 halaman 94. dan Gareng meninggalkan Semar dengan keadaan kalah. Dialog terdapat pada babak Sumbadra : Kakang Semar, mohon 29 halaman 103. bimbinglah kembali Pandawa. Semar : (Menangis) Durga. Aku gagal Semar : Ya, Paduka Ayu. Goro- melawan Si Biang goro sudah usai. Keroknya. Dan Sutiragen, Gendhing Pamungkas isteriku, masih tetap harus segera ditabuh. menganggap aku bukan Tugas dituntaskan, Den Semar. Mengapa aku Gatot, sedia menolong ditugaskan berperan dalam kan? lakon konyol ini? Dan Gatotkaca : Katakan saja, Uwa Petruk. Gareng? Mengapa Semar, akan saya kerjakan. sikapnya jadi makin konyol Semar : Pergilah Aden pulang ke begitu? Apa yang mereka Amarta. Beritahu cari? (Riantiarno, 1995: Arjuna dan Srikandi. 103). Saya akan datang ke Amarta besok lusa, tepat tengah hari. c) Latar Pergilah Aden, jangan tunda-tunda waktu!! Keberadaan latar dalam naskah Semar Gugat (Riantiarno, 1995: 94). dipaparkan Nano secara jelas melalui kramagung atau narasi di setiap awal babak. Pemaparan latar dalam naskah lakon tidak 5). Resolusi dijelaskan dengan panjang lebar karena kebutuhan latar dalam naskah lakon untuk Proses peleraian konflik terjadi saat Semar memudahkan proses pementasan. Latar sudah mengetahui bahwa yang merasuki terdapat tiga aspek, yaitu aspek ruang, waktu Srikandi adalah Durga, dialog tersebut dan suasana. terdapat pada babak 29 halaman 100.

Durga : Semar menyamar dengan kentut omong kosong. Nol. d) Dialog atau Cakapan Semar sudah kehilangan saktinya. Arjuna tidak level Dialog dalam naskah Semar Gugat dapat perang tanding lawan budak ditemukan hampir disetiap babak, karena teks

4

ini adalah naskah lakon yang ditujukan untuk Masuk ke dalam aliran darah pementasan. Penyajian dialog dan narasi Darahku adalah darahmu dikemas rapi oleh Nano. Berkuasa atas segala kehendak Dialog dalam naskah Semar Gugat memiliki Dan jadi ratu atas ragamu ciri khas tersendiri, berupa uro-uro, rapalan Sihir sejuta jin dan setan mantra, puisi, nyanyian dan gending di Menutup mati kesadaran diri beberapa babak. Bojleng, bojleng, manjing!! (Riantiarno, 1995: 14). 1) Uro-uro, terdapat pada babak 1. Semar : Ee, lae, ngawur lagi. Dengar 3) Nyanyian dengan judul Semua Bernama ya, romo mau uro-uro! Semar, nyanyian ini menandakan Kita adalah panakawan kemarahan di seluruh pelosok dunia. Abdi kinasih satriawan Nyanyian tersebut terdapat pada babak 9. Kita adalah pembimbing SEMUA BERNAMA SEMAR Pengusir ragu dan bimbang Bukan lelak, bukan wanita Kita ini cahaya murni Bukan dewa, bukan manusia Kita adalah pelita Sedih gembra, tak ada beda Penuntun dalam gulita Perut dan pantatnya sama buncitnya Kita cegah para satria Dibawah susu, pusar bergayut Dari murtad dan nista Mata penuh tai, basah selalu Kita hindarkan mereka Pundak bagai sedang memanggul Dari sifat angkara murka Derita bumi, impian Kita penghibur jenaka manusia…….(Riantiarno, 1995: 30-31) Penghilang nestapa Kita dokter digdaya 4). Puisi, ketika Semar dan Bagong Penyembuh jiwa raga berangkat ke kayangan, terdapat pada Kita rela berjaga babak 11. Demi para satria Dan mereka kan celaka Berjalan menuju batas semesta Jika meninggalkan Ujung langit, akhir cakrawala Apalagi ditinggalkan Gerbang Istana Raja Dewa Para panakawaaaaaaan Takhta Baka jiwanya raga (Riantiarno, 1995: 4). Roh suci belantara darah Turangga kilat, komet bersayap 2) Rapalan mantra yang digunakan Durga Sulur kacang, lidah pelangi saat hendak merasuki tubuh Srikandi. Sumber hujan, inti panas bumi Rapalan mantra terdapat pada babak 3. Bulat tekad, tetapkan hati Durga : Bodoh. Cuma ingin Detak jantung jadi musiknya mengujimu saja. Itu sudah Panas napas, mengalir ke buku sifat dasar setiap penguasa, di Mata hati, menatap yang dituju mana saja. Sekarang minggir! Hong wilabeng, waru-waru doyong Aku akan manjing ke dalam Raga dan sukma tak ragu diboyong diri Srikandi. Ke dalam sarpati kosong (Riantiarno, 1995:40). (Merapal Mantra) Impianku adalah khayalmu Puisi kedua ketika babak 28, ketika dalam acara Biarkan cahaya biru asmaraku festival. Menembus lubang pori-pori Alun-alun Amarta. Pagi. Suksesnya

5

pembangunan diwujudkan dalam seebuah tentang kekuasan, maka tema naskah ini festival. adalah kekuasaan. Srikandi ingin menguasai cinta Arjuna. Arjuna ingin menguasi tubuh Kuning dan hijau di mana-mana Srikandi. Durga ingin menguasai Arjuna dan Hijaunya padi, kuning buahnya Amarta. Semar ingin menguasai pengakuan Sahurnya bumi, makmur rezeki manusia bahwa dia tidak bisa dihina. Panen dipetik, Ge-En-Pe naik Semuanya ingin menguasai sesuatu hal sesuai Kuning dan hijau di mana-mana keinginan masing-masing. Hijau pohonan, kuning bebuahan Restu turun, anugerah dewa-dewa 2. Hasil analisis konflik psikologi tokoh Semar Keluh dan proses, fitnah semata dalam naskah Semar Gugat dengan (Riantiarno, 1995: 97). menggunakan teori psikologi individual Alfred Adler yang ditulis oleh Calvin S. Hall dan 5) Gending. Pertama Gending Durga, muncul Gardner Lindzey dalam buku Teori- Teori ketika Srikandi dan Arjuna tekurung dalam Pskodinamik (Klinis) tahun 1978. Berdasarkan sangkar emas, dan Durga dengan para permasalahan yang peneliti temukan yaitu pengikutnya berpesta pora. Terdapat pada “Bagaimana tahapan konflik psikologi yang babak 14. dialami oleh tokoh Semar dalam naskah drama Semar Gugat karya N. Riantiarno?”. Berikut GENDING DURGA pemaparannya : Darah dan sumsum kita hisap Impian dan cinta kita hisap a). Finalisme Fiktif Mata, kupng dan mulut kita bekap Hati, dan jatung kita santap Tujuan final dapat berupa fiksi, yaitu cita-cita Bikin raga jadi mayat yang tidak mungkin direalisasikan namun hal Padam segala rasa tersebut mampu menjadi pelecut ke arah Sekap napas kehidupan…….(Riantiarno, perjuangan manusia. Perjuangan tersebut akan 1995: 46-47). mempengaruhi tingkah laku manusia. Tujuan final Semar sebelum kuncungnya dipotong adalah menjadi abdi untuk para satria. Sebagai Kedua, Gending Monopoli, terjadi ketika ada salah satu anggota panakawan, Semar sangat demonstrasi di alun-alun istana. Tedapat pada bangga atas perannya tersebut. Berikut uro- babak 24. uro yang membuktikan bahwa Semar sangat bangga dengan perannya sebagai panakawan; GENDING MONOPOLI Garam. Gula. Daging. Terigu. Beras. Semar : Dan mereka kan celaka Semen. Kapas. Air. Minyak. Kertas. Jika meninggalkan Monopoli! Monopoli! Monopoli! Apalagi dtinggalkan Ekonomi. Bisnis. Industri Para Panakawan..(Riantiarno, 1995: Monopoli!Monopoli! Monopoli! 5). Buruh. Produksi. Informasi. Panakawan adalah teman atau pamong yang Kuota. Harga. Distribusi. sangat cerdik, dapat dipercaya dan Budaya. Teknologi. Seni. mempunyai pandangan yang luas, walaupun Monopoli! Monopoli! Semar sudah tidak menjadi dewa namun Monopoli!...... (Riantiarno, 1995:81). kecerdikannya tetap ada. Pengabdian Semar kepada Arjuna yang merupakan salah satu e) Tema satria, menjadi prioritas utama dalam kehidupan Semar sebagai Panakawan. Tahu Hasil dari penyimpulan peristiwa-peristiwa akan kepentingan umum berarti mengabdi yang terjadi antara penokohan dan latar di kepada masyarakat dan berjiwa sosial penuh naskah Semar Gugat adalah permasalahan pengabdian serta kebaktian. Keinginan Semar

6

menjadi abdi yang baik, membuat dia rela selama ini. Perbuatan tersebut akan dipotong kuncung kepalanya oleh Arjuna mengakibatkan bencana besar di Amarta. untuk mas kawin Srikandi. Konflik antara Arjuna dengan Semar yang didalangi Durga merupakan konflik pertama, Lalu, terjadilah peristiwa itu. Dengan sebelum menuju komplikasi. Sejak saat itu kepatuhan seorang abdi. Semar membiarkan Semar berubah menjadi neurotik, maka kuncungnya digunting oleh Arjuna terjadilah perubahan tujuan final hidupnya. (Riantiarno, 1995: 25). Neurotik merupakan kelemahan seseorang dari fisiknya yang berupa gangguan saraf.

Semar : Kalau begitu, aku harus bikin Tujuan final Semar ketika masih menjadi sesuatu. Sudah waktunya aku manusia normal adalah menjadi abdi yang bergerak, dan menuntut. Sudah setia bagi Arjuna dan satria lainnya. lama aku hanya diam dan pasrah. Pemotongan kuncung Semar di hadapan tamu Sudah waktunya aku bilang tidak, undangan pesta pernikahan Arjuna dengan tidak! Dan, hidup! Harus ada Srikandi membuat Semar sangat malu, perubahan (Riantiarno, 1995: 37). kemudian Semar dan keluarganya memilih pulang dan tidak mengikuti pesta pernikahan sampai selesai. Gatotkaca tidak berhasil membujuk Semar untuk kembali menghadiri Semar menganggap setelah pesta pernikahan. Semar kecewa permintaanya dikabulkan, dia akan hidup pengabdiannya kepada Arjuna selama ini sejahtera tanpa hinaan manusia. Cita-cita dikhianati, karena Arjuna mengabulkan tersebut membuat Semar sangat berusaha permintaan Srikandi menjadikan kuncung keras untuk bisa masuk kahyangan menemui Semar sebagai sebuah mas kawin. Batara Guru dan Narada. Sesampainya Semar Gatotkaca : Celaka, Pakde Yudis. Uwa dan Bagong di gerbang istana kayangan Semar dan keluarganya tidak Jonggring Salaka, Cingkarabala dan bersedia hadir kembali. Sudah Balapauta menghadang mereka. Bagong tidak hamba bujuk, hamba paksa, tapi diperbolehkan masuk, kecuali Semar karena mereka tetap tak bergeming. dulu Semar adalah Dewa. Pada naskah Semar Malah sepatah kata pun mereka Gugat, tokoh Semar dibuang ayahandanya ke tidak mau omong dengan hamba. bumi. Pada awal babak Semar sama sekali Mereka sangat marah dan tidak mempermasalahkan kekurangan terhina. (Semua terdiam) fisiknya, namun setelah peristiwa pemotongan (Riantirno, 1995: 27). kuncung dia mengungkapkan ketidakterimaannya dilahirkan ke dunia dengan keadaan fisik seperti itu. Keinginan Semar mengurung diri dan terus menangis Semar yang sangat kuat mempengaruhi selama beberapa hari, pada dasarnya Semar perilaku Semar dalam mengambil sebuah memiliki karakter cengeng dalam naskah keputusan. Beberapa dialog berikut akan Semar Gugat. Karakter Semar yang sabar dan memaparkan perilaku Semar yang terkesan bijaksana akhirnya terkalahkan dengan emosional: amarahnya terhadap sikap Arjuna. Kenyataan dalam pertunjukan , Semar Semar : Asal tahu saja, saya sedang marah. mengkhawatirkan banyak hal, karena ia Tapi bukan kalian sasaran merupakan tokoh yang berpengaruh, apalagi kemarahan saya. Jadi dizinkan atau dalam sikapnya yang adil ia akan benci ketika dilarang, saya dan Bagong tetap ada hal yang tidak pantas terjadi. Hal yang akan masuk. Kalau kalian berani dilakukan Arjuna merupakan sikap yang tidak menghalangi, silahkan..(Rantiarno, pantas terjadi, dilihat dari kesetiaan Semar 1995: 51).

7

Semar : Baik. Kalau begitu, nanti aku tutup mencegah matahari terbit dari untuk sementara sinar matahari barat, tapi gagal. Habis, yang dan semua sumber cahaya, sampai minta seperti itu, yang punya kamu berhasil menyusul matahari. Mau bilang apa lagi. (Riantiarno, 1995: 51). Meski sulit, ya harus kita penuhi (Riantiarno, 1995: 62). Semar : Keluar!! Kalau tidak keluar, aku akan segera buang kentut. Biar Semar, walaupun memiliki sifat amat sabar, kentutku jadi angin lesus yang sesekali marah juga. Kalau sedang marah, membongkar habis kemegahan tidak seorang pun di dunia ini yang berani dan istana Jonggring Salaka ini. Aku sanggup melawannya. Bahkan para dewa akan sudah tidak peduli, biar kita takut kepadanya. Senjata sakti Semar yang hancur-hancuran. Dan akan aku paling ditakuti oleh semua makhluk wayang pikul tanggung jawab kehancuran adalah kentutnya. Menurut beberapa riwayat, langit bumi ini. Hidup sudah Bau busuk angin jahat itu sanggup memporak- tidak ada artinya lagi bagi Semar porandakan sepasukan raksasa. (Riantiarno, 1995: 56). Tujuan final Semar agar tidak dihina manusia Finalisme fiktif yang dialami tokoh Semar ternyata tidak dapat terealisasikan karena ia disebabkan oleh pengaruh peristiwa-peristiwa tidak mempertimbangkan kekuatan kentut psikologis Semar. Tujuan final Semar saktinya yang telah hilang ketika ia berubah sebenarnya tidak bisa direalisasikan, karena menjadi Raja. Pada akhir babak, Semar kalah akan menyalahi irama alam dan akan dengan Arjuna yang dibantu oleh Durga. mengakibatkan bencana di bumi. Berikut Empat kali Semar mengeluarkan kentut tujuan final Semar; saktinya dan tidak dapat mengalahkan Durga. Akhirnya Semar dihina manusia kembali. Semar : Perlakuan dan nasib yang kuterima, bikin aku sangat kecewa. Hanya Semar : Terima lagi yang lebih dahsyat. ketidakadilan saja yang kutelan. Kentut level dua. (Kentut lagi. Aku menduga, itu lantaran nasib Tetap tak terjadi apa-apa. dan mukamu yang jelek. Maka, Penasaran) Kentut level tiga. aku minta perkenanmu, Adi Guru, Level 4. Kentut Pamungkas, berikan lagi muka bagus yang dulu Arjuna : Habiskan semua kentutmu pernah kupunyai. Berikan lagi Sanggodanya. Aku tidak takut kepadaku sosok satria. Kasih aku (Riantiarno, 1995: 100). anugerah kawasan kerajaan yang bisa kuperintah. Sesudah itu, aku Arjuna : Benar. Tidak dilawan malah yakin tidak akan ada lagi sesosok membuat lebih malu. (Kepada manusia pun yang berani mati Sanggodanya) Sanggodanya menghinaku. Itu saja permintaanku Lukanurani, untuk bisa (Riantiarno, 1995: 60). mengalahkan aku, lebih baik kamu bertapa seratus tahun lagi. Temui Kepandaian dan kesaktian Dewa terkadang aku kalau kamu sudah mampu. membawanya pada sikap sombong yang Aku sabar menunggu (Riantiarno, merasa bahwa mereka adalah makhluk pilihan 1994: 102). Sang Pencipta. Hal tersebut menjadi alasan Batara Guru dan Narada yang akhirnya mengabulkan permintaan Semar. 2). Perjuangan ke Arah Superioritas Narada : Adi Guru, apa boleh buat. Kita sudah berusaha sekuat daya Cara Semar untuk ke arah superioritas sebelum pemotongan kuncungnya adalah

8

dengan menjadi abdi yang setia dan berguna. cerdik. Panakawan juga merupakan seorang Hal tersebut dilakukan Semar, karena dia yang dituakan oleh para ksatria. diturunkan ke bumi dengan keadaan fisik yang tidak sempurna. Pemecahan Semar : Gareng, Petruk, dewa-dewa permasalahan Semar tersebut adalah menjadi menggariskan, bahwa seorang abdi yang setia. Perjuangan ke arah manusia lahir sudah superioritas Semar ketika menjadi manusia dengan kodratnya. Kodrat normal adalah menyejahterakan rakyat kita adalah panakawan. Amarta dengan cara menjadi penasihat Arjuna Secara simbolik kita dan para satria lainnya. memang ada di atas para satria. Karena kita Perjuangan ke arah superioritas Semar untuk membimbing mereka. Tapi kepentingan sosial, dapat dilihat dari tujuan bagaimana juga kita tetap awal Semar sebelum peristiwa pemotongan abdi, pelayan (Riantiarno, kuncung. 1995: 93).

Semar : Kita adalah pembimbing Superioritas Semar berubah menjadi egoistik Pengusir ragu dan bimbang setelah peristiwa pemotongan kuncung, yaitu Kita ini cahaya murni berupa keinginannya untuk mendapatkan Penerang hati nurani kebagusan parasnya kembali dan kekuasaan. Kita adalah pelita Penuntun dalam gulita (Riantiarno, Semar : Perlakuan dan nasib yang kuterima, 1995: 4). bikin aku sangat kecewa. Hanya ketidakadilan saja yang kutelan. Aku menduga, itu lantaran nasib Semar menjadi agresif dan berkuasa setelah dan mukamu yang jelek. Maka, kekecewaanya dengan Arjuna, namun pada aku minta perkenanmu, Adi Guru, akhirnya ia kembali menjadi superior untuk berikan lagi muka bagus yang dulu kepentingan sosial. Semar tetap menolong pernah kupunyai. Berikan lagi Gatotkaca untuk menangani sikap Arjuna kepadaku sosok satria. Kasih aku yang semakin menyimpang dalam memimpin anugerah kawasan kerajaan yang Amarta. bisa kuperintah. Sesudah itu, aku yakin tidak akan ada lagi sesosok Gareng : Kalau tetap „nduableek? Picek, manusia pun yang berani mati budek, muke tebel? Biar menghinaku. Itu saja permintaanku disindir, lemes-kenceng, tapi (Riantiarno, 1995: 60). nggak nyaho juga? Semar : Masih tetap tugas kita. Sampai betul-betul sadar. Sumbadra : Kakang Semar, mohon 3). Perasaan Inferioritas dan Kompensasi bombinglah kembali Pandawa. Semar : Ya, Paduka Ayu. Goro-goro sudah Pada awal babak Semar menutupi perasaan usai, Gending Pamungkas inferioritasnya dengan kebanggaannya harus segea ditabuh. Tugas menjadi seorang Panakawan. Panakawan dituntaskan. Den Gatot, sedia memiliki fungsi sebagai penasihat para satria. menolong kan? (Riantiarno, Semar : Kita cegah para satria 1995: 93-94). Dari murtad dan nista Sikap superioritas Semar dilandasi dengan Kita hindarkan mereka peran Semar sebagai panakawan. Panakawan Dari sifat angkara murka berarti teman atau pamong yang sangat Kita penghibur jenaka Penghilang nestapa

9

Kita dokter digdaya sebagai panakawan ia sangat peduli dengan Penyembuh jiwa raga kesejahteraan rakyat Amarta. Dorongan untuk Kita rela berjaga mengarahkan para satria ke jalan yang benar Demi para satria (Riantiarno, 1995: adalah cara mengkompensasikan 5). kelemahannya sebagai manusia cacat. Semar tidak pernah mementingkan kepentingan pribadinya dari awal dibuang ke bumi. Cita- Perasaan inferioritas Semar muncul akibat cita akan suatu masyarakat yang sempurna, kuncungnya dipotong. Tentu dia sangat kecewa menggeser ambisi yang bersifat murni pribadi terhadap peristiwa tersebut dan akhirnya dan keuntungan yang bersifat mementingkan mengungkapkan segala perasaan diri sendiri. Semar yang juga merupakan inferioritasnya. dewa, sebenarnya memiliki hak untuk memilih hidup dikahyangan dengan berbagai Semar : Apa salahku? Apa dosaku? Kurang bentuk kenikmatannya, daripada menjadi apa hormatku? Kurang apa seorang abdi yang hidup didunia dengan hormatku? Kurang apa setiaku? berbagai kesakitannya. Sungguh menarik Aku selalu hormat, setia, dan ketika Semar lebih memilih hidup sebagai menjaga. Mengapa baktiku itu abdi dan membantu para satria untuk harus dibalas dengan hinaan? Dia menyejahterakan rakyat-rakyatnya. Minat anggap apa kepala jelek yang kemasyarakatan atau minat sosial yang berkuncung ini? (Riantiarno, 1994: bersifat bawaan dialami tokoh Semar dalam 35). naskah Semar Gugat, terbukti dari cara Semar membimbing anak-anaknya hingga membantu Pandawa dapat ditinggalkan oleh Semar Gatotkaca menyelamatkan negeri Amarta apabila mereka melampaui batas kebenaran. yang telah ditinggalkannya. Hal ini yang menjadi alasan, kenapa Semar Semar : Ee, lae, jangan berpikir begitu. berpihak kepada Pandawa bukan Kurawa. Kalau junjungan bahagia, kita Kompensasi yang dilakukan Semar untuk harus ikut bahagia. Dan mengatasi perasaan inferiornya yaitu dengan bangun pagi itu wajib meminta kebagusan parasnya kembali dan hukumnya. Bangun pagi, kawasan kekuasaan. bukan hanya karena ingin ikut Semar : Perlakuan dan nasib yang kuterima, bahagia, tetapi juga karena bikin aku sangat kecewa. Hanya rasa syukur kepada alam raya ketidakadilan saja yang kutelan. yang selama ini sudah Aku menduga, itu lantaran nasib memelihara kita dengan dan mukamu yang jelek. Maka, sangat baiknya (Riantiarno, aku minta perkenanmu, Adi Guru, 1995: 2). berikan lagi muka bagus yang dulu pernah kupunyai. Berikan lagi Semar : Pergilah Aden pulang ke Amarta. kepadaku sosok satria. Kasih aku Beritahu Arjuna dan Srikandi, anugerah kawasan kerajaan yang saya menantang mereka adu- bisa kuperintah. Sesudah itu, aku sakti. Saya akan datang ke yakin tidak aka nada lagi sesosok Amarta besok lusa, tepat tengah manusia pun yang berani mati hari. Pergilah Aden, jangan menghinaku. Itu saja permintaanku tunda-tunda waktu! (Riantiarno, 1995: 60). Gatotkaca : Baik, Uwa Semar. Aku paham. 4). Minat Kemasyarakatan Kalau begitu, permisi! Semar hidup di kerajaan Amarta, maka (Langsung mencelat ke

10

angkasa. Terbang. 94). Semar : Lusa, baru kita akan tahu siapa itu biang keroknya (Riantiarno, 6). Diri kreatif 1995: 94). Sejak Semar dibuang ke bumi, ia tidak menyerah begitu saja. Diri kreatif Semar tergambar ketika dia memilih menjadi abdi para satria. Semar menjadi ayah yang 5). Gaya Hidup bijaksana dalam naskah Semar Gugat. Semar : Ee, lae, jangan berpikir begitu. Semar memiliki karakter setia, hal tersebut Kalau junjungan bahagia, kita disadari atau tidak disebabkan oleh faktor harus ikut bahagia. Dan bangun kecacatan fisik Semar. Karakter setia Semar pagi itu wajib hukumnya. menjadi keunikan Semar dalam gaya Bangun pagi, bukan hanya hidupnya, bahkan kesetiannya bukan sekedar karena ingin ikut bahagia, tetapi sebagai Panakawan kepada satria. Ia juga setia juga karena rasa syukur kepada dengan Sutiragen istrinya. Berikut potongan alam raya yang selama ini dialognya ; sudah memelihara kita dengan sangat baiknya (Riantiarno, Semar : Petruk! Jangan sebut-sebut itu lagi! 1995: 2). Terutama soal yang satu itu. Hanya mak yang layak jadi kembangnya Semar : Lho, Gareng, hadiah itu banyak jantung bapakmu ini. Tidak ada macemnya. Mendoakan supaya wanita lain (Riantiarno, 1995: 75) mereka bahagia dunia akhirat, itu juga sudah merupakan Kesetiaan Semar pada Arjuna sangat besar, hadiah. Tidak usah pake uang bahkan ia rela kuncungnya dipotong. (Riantiarno, 1995: 3). Lalu, terjadilah peristiwa itu. Dengan kepatuhan seorang abdi. Semar membiarkan Selama menjadi Panakawan, ia mengabdikan kuncungnya digunting Arjuna (Riantiarno, dirinya untuk para satria dengan menjadi 1994:25). penasihat dan penjaga satria.

Perilaku Semar yang selalu setia ini Semar : Kita cegah para satria membuatnya merasa tidak mendapatkan Dari murtad dan nista keadilan ketika semua kesetiaannya tidak ada Kita hindarkan mereka timbal balik yang mampu menutupi kecacatan Dari sifat angkara murka fisiknya. Penghianatan Arjuna tidak Kita dokter digdaya mengubah perilaku unik Semar yang serba Penyembuh jiwa raga setia, ia tetap membantu Gatotkaca untuk Kita rela berjaga menyelamatkan negeri Amarta. Demi para satria (Riantiarno, Sumbadra : Kakang Semar, mohon 1995: 5). bimbinglah kembali Pandawa.

Semar : Ya, Paduka Ayu. Goro-goro Kesetiaan Semar yang dihianati Arjuna, sudah usai, Gending mengakibatkan Semar meminta kembali Pamungkas harus segea parasnya dan meminta kekuasaan sebuah ditabuh. Tugas kerajaan. Perjuangan Semar untuk dituntaskan. Den Gatot, mendapatkan keinginannya itu sia-sia karena sedia menolong kan? isterinya Sutiragen tidak mempercayainya (Riantiarno, 1995: 93- sebagai suami dan berakhir pada kekalahan

11

Semar melawan Durga. menggunakan kentut saktinya kembali, serta semua orang meninggalkannya dalam Semar : Durga. Aku gagal melawan Si kekalahan. Nano benar-benar mengubah Biang Keroknya. Dan Sutiragen, peranan Semar dalam naskah Semar Gugat, isteriku, masih menganggap aku ketika di dalam pewayangan Semar dianggap bukan Semar. Mengapa aku sebagai pengayom dunia dan peruwat Dewa, ditugaskan berperan dalam lakon namun dalam naskah Semar Gugat, Semar konyol ini? Dan Petruk. Gareng? terlihat ceroboh ketika mengambil keputusan. Mengapa sikapnya jadi makin konyol begitu? Apa yang mereka D. Kesimpulan cari? (Riantiarno, 1995: 103- 104). Berdasarkan analisis pada objek naskah Semar Gugat Karya N. Riantiarno, tahun 1995 dengan teori struktural Semar :Tidak ada yang percaya. Tidak drama dan teori psikologi individual Alfred Adlear, maka digubris lagi. Tidak sukses dapat peneliti simpulkan beberapa hal dari penyelesaian membuktikan apa-apa. Gagal total. rumusan pemasalahan yang berupa “Bagaimana tahapan Nasib. Suratan Tangan. Takdir. konflik psikologi yang dialami oleh tokoh Semar dalam Kodrat. Aku memang bukan Sema, naskah drama Semar Gugat karya N. Riantiarno?”. tapi Prabu Sanggodanya Berikut hasil analisisnya : Lukanurani. Ya, Dewa, kembalikan aku jadi Semar lagi 1. Tokoh Semar mengalami beberapa konflik (Riantiarno: 106). yang disebabkan adanya interaksi antara tokoh Semar dengan tokoh lainnnya dalam Semar memiliki tujuan menjadi abdi yang naskah Semar Gugat. Semar berinteraksi baik dan menciptakan sarana mencapai dengan tokoh Arjuna, Durga, Batara Guru, tujuannya tersebut dengan kesetiannya Batara Narada, Cingkarabala, Balapauta, dan menjaga para satria, sedangkan tujuan Semar Sutiragen. Masing-masing interaksi terdapat sesudah dihianati adalah menemukan biang konflik yang berpengaruh terhadap psikologi kerok dalam permasalahan Amarta untuk Semar. Berikut macam-macam konflik yang dikalahkan. Adapun tujuan lainya adalah terjadi dari interaksi Semar dengan tokoh membuktikan kepada Sutiragen bahwa ia lain: benar-benar Semar dengan cara mengeluarkan a) Konflik antara Arjuna dengan kentut saktinya. Srikandi karena permintaan mas kawin oleh Srikandi yang dirasuki Berdasarkan teori individual menurut Durga. Alfred Adler yang berupa finalisme fiktif, b) Konflik antara Semar dengan Petruk, perjuangan ke arah superioritas, perasaan Gareng dan Bagong. inferioritas dan kompensasi, minat sosial atau c) Konflik antara Srikandi dengan kemasyarakatan, gaya hidup, dan diri kreatif, Sumbadra. peneliti telah menemukan bahwa tokoh d) Konflik antara Semar dengan Semar dalam naskah Semar Gugat mengalami Cingkarabala dan Balapauta saat perubahan tujuan final dalam hidupnya memaksa masuk kahyangan dikarenakan kekecewaannya terhadap e) Konflik antara Semar dengan perilaku Arjuna hingga Semar memutuskan Batatara Guru karena permintaan untuk menjadi Raja. Proses menuju perubahan Semar akibat kekecewaannya setelah Semar menjadi Raja adalah sebuah tahapan dipotong kuncungnya konflik psikologi yang dialami Semar, f) Konflik antara Semar dengan sehingga emosi Semar dapat dikatakan Sutiragen, istrinya. Hal tersebut berubah menjadi emosional. Semua dikarenakan ketidakpercayaan keinginanya harus dikabulkan dan berakhir Sutiragen terhadap perubahan paras pada penyesalannya ketika tidak mampu suaminya, Semar.

12

g) Konflik antara Semar dengan durga Dewojati, Cahayaningrum. 2012. Drama, Sejarah, Teori yang mengakibatkan Semar kalah dan Penerapannya. Jakarta: Jayakarsa Media. dalam akhir cerita. 2. Berdasarkan teori individual menurut Alfred Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Adler yang berupa finalisme fiktif, Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. perjuangan ke arah superioritas, perasaan inferioritas dan kompensasi, minat sosial atau Hikmawati, Hanifah. 2015. “Karakteristik dan Konflik kemasyarakatan, gaya hidup, dan diri kreatif, Tokoh Investigator (Al-Muchaqiq) dalam Naskah peneliti telah menemukan bahwa tokoh Lakon Luzuluma La Yalzamu karya Taufiq Al- Semar dalam naskah Semar Gugat Chakim dengan Pendekatan Psikologi Sastra”. mengalami perubahan tujuan final dalam Skripsi Fakultas Ilmu Budaya Universitas hidupnya dikarenakan kekecewaannya Sebelas Maret, Surakarta. terhadap perilaku Arjuna hingga Semar Hilgard, Ernest R. 1975. Introduction to Psychology. memutuskan untuk menjadi Raja. Proses New York: Harcourt Brace Jovanovich. menuju perubahan Semar menjadi Raja adalah sebuah tahapan konflik psikologi http://www.antaranews.com/berita/546915/teater-koma- yang dialami Semar, sehingga emosi Semar kembali-tampilkan-semar-gugat diakses Senin, dapat dikatakan berubah menjadi emosional. tanggal 17 Juli 2017 pukul 22.00. Semua keinginanya harus dikabulkan dan berakhir pada penyesalannya ketika tidak Kartikasari, Apri. 2013. “Kajian Sosiologi Sastra, Nilai mampu menggunakan kentut saktinya Pendidikan dan Resepsi Sastra Naskah Drama kembali, serta semua orang Opera Kecoa Karya N. Riantiarno”. Tesis Program meninggalkannya dalam kekalahan. Nano Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta. benar-benar mengubah peranan Semar dalam naskah Semar Gugat, ketika di dalam Mulyono, Sri. 1982. Apa dan siapa Semar. Jakarta: pewayangan Semar dianggap sebagai Gunung Agung. pengayom dunia dan peruwat Dewa, namun Krech, David dan Richard S. Crutchfield, Norman dalam naskah Semar Gugat, Semar terlihat Livson, Wiliam A Wilson. 1974. Element of ceroboh ketika mengambil keputusan. Psycology. New York: Third Edition.

Minderop, Albertine. 2013. Psikologi Sastra. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Noor, Redyanto. 2010. Pengantar Pengkajian Sastra. Amrih, Pitoyo. 2009. The Darkness of Gatotkaca. Semarang: Fasindo. Yogjakarta: Divapress. Nugroho,Yuli Samsunu. 2005. Semar dan Filsafat Asmara, Adhy. 1983. Cara Menganalisa Drama. Ketuhanan. Yogyakarta: Gelombang Pasang. Yogyakarta: CV Nur Cahaya. Pitoyo, Amrih. 2010. Dunia Wayang adalah Cermin Astianto, Syafaat. 2013.” Ketulusan Hati Tokoh dalam Dunia Kita. Sleman: Kelompok Penerbit Pinus. Naskah Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa, Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra”. Prawesti, Afni. 2013.” Analisis Struktural Semiotik Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Naskah Drama Emilia Galotti karya Gotthold Sebelas Maret, Surakarta. Ephraim Lessing”. Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Danardana, Agus Sri. 2003.” Pelanggengan Kekuasaan Analisis Struktur Teks Dramatik Lakon Semar Rodin, Danny. 2013.” Kajian Sosiologi Sastra dan Nilai Gugat karya N. Riantiarno”. Tesis Fakultas Ilmu Pendidikan Naskah Drama Sampek Engtay karya Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, N. Riantiarno”. Skripsi Fakultas Keguruan dan Depok. Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret,

13

Surakarta.

Riantiarno, N. 1995. Semar Gugat. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Satoto, Soediro. 2012. Analisis Drama dan Teater 1. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Satoto, Soediro. 2012. Analisis Drama dan Teater 2. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Sekertariat Nasional Pewayangan Indonesia. 1999. Ensiklopedi Wayang Indonesia. Jakarta: Sena Wangi.

S. Hall, Calvin & Gardner Lindzey. 1993. Teori- Teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Kanisius.

Sucipto, Mahendra. 2016. Kitab Lengkap Tokoh-tokoh Wayang dan Silsilahnya. Jogjakarta: Narasi.

Suhartono, Heribertus. 1999. “Etika Manusia dalam Semar Gugat dan Relevansinya dengan Manusia Jawa”. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Sumukti, Tuti. 2005. Semar Dunia Batin Orang Jawa. Yogyakarta: Galangpress.

Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia. 1999. Ensiklopedia Wayang Indonesia. Jakarta. Sena Wangi.

Utomo, Yohanes Dwijo. 2003. “Konflik Batin Tokoh Semar dalam Teks Drama Semar Gugat Karya N. Riantiarno: Analisis Psikologi Sastra dan Implementasinya Sebagai Bahan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMU”. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Hasanuddin, WS. 2015. Drama Karya dalam Dua Dimensi. Bandung: Angkasa.

14