RETORIKA POLITIK DALAM MENGOMUNIKASIKAN KEBIJAKAN PANDEMI COVID-19 DI DKI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh:

Majidatun Ni’mah 11170510000151

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021

i

i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi Berjudul RETORIKA POLITIK ANIES BASWEDAN DALAM MENGOMUNIKASIKAN KEBIJAKAN PANDEMI COVID-19 DI DKI JAKARTA

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Oleh Majidatun Ni’mah NIM 11170510000151

Pembimbing

Kalsum Minangsih M.A NIP. 197704242007102002

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Retorika Politik Anies Baswedan Dalam Mengomunikasikan Kebijakan Pandemi Covid-19 Di DKI Jakarta” yang disusun oleh Majidatun Ni’mah dengan nomor induk 11170510000151 telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dinyatakan lulus pada 4 Februari 2021 di hadapan dewan penguji. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Jakarta, 4 Februari 2021 Sidang Munaqosyah Tim Penguji Tanggal TTD Ketua Sidang Dr. Armawati Arbi, M.Si 04/02/2021 NIP. 196502071991032002 .…………

Sekretaris Sidang Dr. H. Edi Amin, M.A 04/02/2021 NIP. 197609082009011010 ………….

Penguji I Dr. H. Sunandar, M.Ag 04/02/2021 NIP. 196206261994031002 ………….

Penguji II Ade Masturi, M.A 04/02/2021 NIP.197506062007101001 ………….

Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Suparto, M.Ed.,Ph.D NIP.19710330199803104

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas kehendak-Nya penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi terakhir sebagai panutan umat. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang berjudul: “Retorika Politik Anies Baswedan dalam Mengomunikasikan Kebijakan Pandemi Covid-19 di DKI Jakarta” Dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini penyusun menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang dapat membangun, sangat saya harapkan untuk kesempurnaan penyusunan yang akan datang. Selesainya skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan dorongan oleh banyak pihak. Tiada kata yang dapat penulis ungkapkan kecuali ucapan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, Lc, M.A selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Suparto, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Siti Napsiyah, S.Ag. MSW, selaku Wakil Dekan I, Dr. Sihabudin Noor, M.Ag Selaku Wakil Dekan II, Drs. Cecep

iv

Castrawijaya. M.A selaku Wakil Dekan II. Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 4. Umi Kalsum, M.A. Sebagai dosen pembimbing yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan arahan serta pendapat atas penulisan skripsi juga selalu sabar untuk selalu mengingatkan penulis menyelesaikan skripsi ini. 5. Dr. Armawari Arbi M.Si, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 6. Dr. H. Edi Amin, M.A, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 7. Umi Musyarofah, M.A, selaku dosen pembimbing akademik. 8. Tim penguii Ujan Skripsi. 9. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah berbagi ilmu dan pengalaman yang berharga bagi penulis. 10. Teristimewa kedua orang tua penulis bapak Ali Ma’sum dan ibu Sulasih, yang senantiasa ikhlas dan sabar mendampingi penulis mulai dari sekolah tingkat dasar hingga jenjang perguruan tinggi dengan selalu memberikan do'a dan restunya sehingga penulis menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 11. Seluruh narasumber, Bapak Ali Rif’an, Bapak Abdul Rahman Ma’mun, Bapak Adi Prayitno yang telah berkenan memberikan informasi dan ilmunya.

v

12. Keluarga Besar PMII, Iklas-Wilbar, IMIKI, dan FORMABI, terimakasih atas rangkulannya selama menjadi mahasiswa KPI. 13. Teman-teman Prodi Ilmu Komunikasi, terkhusus keluarga KPI C yang selalu memberikan dukungan dalam segala hal. 14. Teman-teman Bidikmisi, terkhusus Adi Sutisna, Bayu, Izzu, Rikza, Rais, Maharani, Eni, Ela dll yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat. 15. Teruntuk Nuriyah Fatkhul Jannah dan Karimah Mujadillah, terimakasih tetap bersama dalam perjalanan perkuliahan penulis, hingga dapat menyelesaikan studi.

Tanpa mereka, penelitian ini mustahil dapat terselesaikan, Semoga Allah SWT membalas dengan imbalan pahala yang berlipat. Diharapkan, skripsi ini dapat bermanfaat umumnya kepada semua pihak, khususnya diri pribadi penulis.

Jakarta, 28 Januari 2020

Majidatun Ni’mah

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………..i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ...... ii

LEMBAR PENGESAHAN ...... iii

KATA PENGANTAR ...... iv

DAFTAR ISI ...... vii

DAFTAR TABEL ...... x

DAFTAR GAMBAR ...... xi

ABSTRAK ...... xiii

BAB I (PENDAHULUAN) ...... 1

A. Latar Belakang ...... 1

B. Identifikasi Masalah ...... 6

C. Batasan Masalah ...... 6

D. Rumusan Masalah ...... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 7

F. Manfaat Penelitian ...... 8

G. Metodologi Penelitian ...... 8

H. Review Kajian Terdahulu ...... 18

I. Sistematika Penulisan ...... 20

BAB II (TINJAUAN PUSTAKA) ...... 23

A. Landasan Teori ...... 23

vii

1. Teori Paradigma Naratif ...... 23

Asumsi-Asumsi Paradigma Naratif ...... 24

Konsep Dasar Paradigma Naratif ...... 27

B. Kajian Pustaka ...... 32

1.Retorika...... 32

Asumsi-Asumsi Retorika ...... 35

Tujuan Retorika ...... 37

Strategi Penyusunan Retorika ...... 39

Tipologi Orator ...... 40

Tipologi Pidato ...... 41

2. Komunikasi Kebijakan ...... 43

C. Kerangka Berpikir ...... 47

BAB III GAMBARAN UMUM...... 65

A. Biografi Anies Baswedan ...... 65

B. Kebijakan Anies Baswedan Selama Pandemi Covid-19 di DKI Jakarta ...... 73

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ...... 80

A. Rasionalitas naratif Anies ketika melakukan retorika dalam mengomunikasikan kebijakan pandemi covid-19...... 80

1.Karakteristik Retorika Anies Baswedan ...... 81

2.Ethos, Pathos, dan Logos Dalam retorika Anies ...... 106

B. Tingkat Kemahiran retorika Anies ...... 115

viii

BAB V PEMBAHASAN ...... 122

A. Analisis Retorika Anies Baswedan menggunakan Five Canons of Rethotic ...... 122

B. Analisi Retorika Anies Baswedan Menggunakan Teori Paradigma Naratif ...... 135

BAB VI PENUTUP ...... 147

A. Simpulan ...... 147

B. Implikasi ...... 148

C. Saran ...... 149

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix

DAFTAR TABEL

Tabel III.A.1 Lini Masa Anies Baswedan ...... 67

Tabel III.B.1 Kebijakan Anies dan Pemprov DKI Jakarta selama bulan Maret-Oktober 2020 ...... 75

Tabel IV. B.1 Kelebihan dan Kekurangan Retorika Anies ...... 115 Tabel IV.2 Temuan Penelitian..………………………………119

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar III.B.1 Tren Nasional dan Jakarta ...... 73

Gambar III.B.2 Penambahan Kasus Harian ...... 74

Gambar IV.A.1.1 Preskon Update Covid-19 ...... 82

Gambar IV.A.1.2 Preskon PSBB ...... 82

Gambar IV.A.1.3 Wawancara terkait Kerumunan HRS ...... 87

Gambar IV.A.1.4 Pengumuman Anies Positif Covid-19 ...... 90

Gambar IV.A.1.5 Acara ILC ...... 96

Gambar IV.A.1.6 Pernyataan Anies tentang 115 ODP dan 32 diawasi ...... 102

Gambar IV.A.1.7 Teguran Anies kepada Pemilik Cafe yang masih beroperasi di Masa PSBB ...... 105

Gambar IV.A.3.1 Preskon Jakarta Masuk Masa Transisi ...... 108

Gambar IV.A.3.2 Preskon Tarik Rem Darurat di Jakarta ...... 109

Gambar V.A.1 Preskon Update Covid-19 ...... 133

Gambar V.A.2 Preskon PSBB ...... 134

Gambar V.A.3 Preskon Masuk Masa Transisi ...... 135

Gambar V.A.4 Preskon Tarik Rem Darurat ...... 135

xi

ABSTRACT Political Rhetoric of Anies Baswedan in Communicating Covid-19 Pandemic Policy in DKI Jakarta Rhetoric is a form of communication that combines argumentation message, interesting delivery methods, adaptive, quality, and the speaker's credibility. Good rhetoric, of course, has a significant impact on decision making. During a pandemic, there are many new policies were launched. How the leaders socialize it to the community will influence their opinion. The rhetoric here is not just arranging words as beautifully, but how these words can convince clusters to understand a policy. Based on this background, the question arises about how is Anies Baswedan's political rhetoric in Communicating the Covid-19 Policy in DKI Jakarta? This research uses qualitative methods and a constructivist paradigm. With interview and documentation as the data resources for discussion and analysis. The subject of this research is Anies Baswedan, the Governor of DKI Jakarta for the period 2017-2022. While the object of research focuses on political rhetoric. The theory used is Walter Fisher's narrative paradigm theory. The theory reads that humans are storytellers and that values, emotions, and aesthetic considerations underlie our beliefs and behavior. The basic concepts of narrative theory are narrative and narrative rationality. The result of this research is that Anies has a structured and calm rhetoric. He is able to predict the public's response to what he says. Anies has never overkilled his rhetoric and communication, including high context. Anies is included in the rhetorically sensitive orator typology, but he seems less firm. In his conversation, Anies relied a lot on data and was the administrator type maker. Keywords: Rhetoric, Narrative Theory, Policy Communication

xii

ABSTRAK Retorika Politik Anies Baswedan Dalam Mengomunikasikan Kebijakan Pandemi Covid-19 Di DKI Jakarta Retorika merupakan bentuk komunikasi yang menggabungkan argumentasi pesan, cara penyampaian yang menarik, adaptif, berkualitas, dan kredibilitas diri pembicara. Retorika yang baik, tentu membawa dampak signifikan pada pengambilan keputusan. Masa pandemi, kebijakan baru banyak dicanangkan. Bagaimana para pemimpin menyosialisasikannya ke masyarakat akan memengaruhi pendapat mereka. Retorika disini bukan sekadar menyusun kata seindah mungkin, namun bagaimana kata-kata itu dapat meyakinkan klayakan untuk memahami sebuah kebijakan. Berdasarkan latar belakang tersebut, muncul pertanyaan bagaimana retorika politik Anies Baswedan dalam Mengomunikasikan Kebijakan Pandemi Covid-19 di DKI Jakarta? Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan paradigma konstruktivis. Dengan data wawancara dan dokumentasi sebagai analisis pembahasan. Subjek penelitian ini adalah Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022. Sedangkan objek penelitiannya berfokus pada retorika politik. Teori yang digunakan adalah teori paradigma naratif dari Walter Fisher. Bunyi teorinya adalah manusia merupakan makhluk pencerita dan nilai-nilai, emosi, dan pertimbangan estetika mendasari kepercayaan dan perilaku kita. Konsep dasar teori naratif yaitu Narasi dan rasionalitas naratif. Hasil penelitian ini adalah Anies memiliki retorika yang terstruktur dan tenang. Dia mampu memprediksi respon publik terhadap apa yang diungkapkannya. Anies tidak pernah melakukan overkill dalam retorika dan komunikasinya termasuk high context. Anies masuk tipologi orator rhetorically sensitive, namun dia terkesan kurang tegas. Dalam pembicaraannya, Anies banyak mengandalkan data dan termasuk tipe administrator maker. Kata Kunci: Retorika, Teori Naratif, Komunikasi Kebijakan

xiii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di tengan pandemi ini, banyak pemimpin yang mendapat sorotan media maupun masyarakat. Berdasarkan riset Drone Emprit, Anies Baswedan paling popular di media sosial. Drone Emprit menganalisis hal itu menggunakan big data, dengan sumber berita online, Twitter, Facebook, Instagram, dan Youtube. Hasilnya, popularitas Anies 64%, Ganjar 19% dan 17%.1 Popularitas Anies di media sosial tidak hanya dipicu oleh banyaknya dukungan, namun juga masifnya serangan. Dukungan dan serangan itu merupakan bentuk apresiasi dari kebijakan yang dikeluarkan. Sementara dalam penyampaian kebijakan, retorika politik bermain di dalamnya. Beberapa orang mungkin akan menyoroti kebijakannya, namun beberapa diantaranya akan terpengaruh dengan persuasi retorika. Ini mengarahkan pada satu diskursus bahwa retorika mampu memainkan perasaan pendengarnya jika disampaikan dengan tepat.

1 https://republika.co.id/berita/qc5njd4917000/anies-paling-popule r-di-medsos-lewati-ganjar-dan-rk-tapi diakses pada 26 September 2020, pukul 19.35.

1

Pandemi covid-19 sudah merugikan semua sektor di . Meskipun begitu, dibaliknya tetap ada persaingan untuk merebutkan panggung publistitas yang memanfaatkan tie-in publicity (mempopulerkan dengan cara memanfaatkan extra ordinary news). Anies Baswedan, salah satu aktor politik yang memimpin DKI Jakarta, juga tidak akan lepas dari isu tersebut. Dilansir dari CNN Indonesia, Saat Jokowi mengumumkan bahwa ada warga Depok yang positif corona, Anies telah menyampaikan sebelumnya. Dengan mengungkapkan ada 115 pasien di DKI Jakarta dan 32 dalam pengawasan. Pada hari yang sama, Anies pun menyatakan telah menerbitkan istruksi gubernur terkait penanganan virus corona, juga membentuk tim tanggap.2 Kejadian tersebut adalah salah satu bukti, bahwa Anies satu langkah lebih cepat dari pemerintah pusat. Bukan tidak mungkin jika dibalik kewaspadaan Anies, terdapat retorika politik yang ingin dia tunjukkan. Sebagai bagian dari ilmu komunikasi politik, retorika memainkan peran penting dalam dunia perpolitikan. Kemampuan beretorika akan menentukan citra politik dan dukungan oposisi. Setiap pemimpin memiliki teknik retorika berbeda yang diterapkan untuk mempersuasi publik. Persuasi dalam pengertian ini diartikan secara positif, yaitu menjadikan

2 https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200304113444-32-48 0391/cita-rasa-politik-dalam-komunikasi-jokowi-anies-soal-corona, diakses pada 06 Juli 2020, pukul 09.40.

2

orang lain mengetahui, memahami dan menerima maksud yang disampaikan sebagai pesan atau isi komunikasi. Bagi Aristoteles, bagaimanapun jika seseorang ingin memersusasi bukan berarti melakukan penyuapan atau penyiksaan, praktik yang biasa ditemukan pada masa Yunani Kuno, dimana perbudakan diperbolehkan. Aristoteles menyarankan para pembicara bekerja melampaui insting awalnya untuk memersuasi orang lain. Mereka perlu mempertimbangkan semua aspek dalam pembuatan pidato, termasuk anggota audiens.3 Menurut West dan Turner, retorika merupakan usaha untuk menunjukkan pada para pembicara bahwa agar menjadi persuasif terhadap para penonton, mereka harus mengikuti beberapa saran. Saran ini termasuk memperhatikan lingkungan pembicaraan, mempertimbangkan pembicara, dan menganalisis audiens.4 Aristoteles memandang retorika sebagai “the facult of seeing in any situation the available means of persuasion”. The facult of seeing dalam pengertian ini ditafsirkan sebagai kemampuan untuk memilih dan menggunakan alat. Alat perangkat yang tersedia berupa bahasa dan segala aspeknya.5

3 Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, Terj: Harya Bhimasena dan Gisella Tani Pratiwi, (Jakarta: Salemba Humanika, 2017), h. 44. 4 Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h. 39. 5 Imam Syafi’ie, Retorika dalam Menulis, (Jakarta: Depdikbud-Dirjen Dikti, P2LPTK, 1988), h. 1.

3

Dalam beretorika, seseorang harus memiliki kemampuan berbicara yang harus diimbangi dengan pengetahuan dan latihan. Dalam Islam sendiri, retorika masuk ke dalam jenis ‘bayan’ (proses pernyataan antar manusia). Menurut Ibnu Hajar, ‘bayan’ terbagi dua. Pertama, penjelasan maksud yang sebenarnya. Kedua, memperindah retorika sehingga hati para pendengar terpesona mendengarkannya. Seni menyampaikan pesan yang membuat orang terpesona disebut oleh Nabi sebagai sihir karena ia bisa mengalihkan perhatian pendengar kepada makna yang diinginkan oleh pembicara, meskipun keliru. Rasulullah bersabda:

ِ ِ ِ ِ ِ ِ َع ْن َعْبدهللا بْ ِن عُ َمَر َرض َي هللاُ َعْن ُه َما، اَنَّهُ قَدَم َرُجََلن م َن ِ ِ ِ ِِ ِ َّ ُالْم ْشِرق، فَ َخطَبَا ، فَ عَج َب ُالنَّاس لبَ يَاِن َما. فَ َق َال َر ُس ُول هللا َص ى لهللاُ ِ َّ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َعلَْيه َو َسل َم: ا َّن م َن الْبَ يَان لَس ْحًرا اَْوانَّ بَ ْع َض الْبَ يَان لَس ْح ر

“Dari Abdullah bin Umar RA., telah datang dua orang dari Masyriq, lalu keduanya berpidato. Orang-orang terkagum- kagum dengan penjelasannya. Lalu Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya diantara pesan yang terucap itu adalah bius”.6

6 Imam ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Barii, Vol. XI (Beirut: Dar al- Kotob al-Ilmiyah, 2012 M/1443 H), h. 201.

4

Oleh karenanya, sangat penting untuk menyampaikan kebenaran ketika beretorika. Dalam Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 53, Allah berfirman: ۟ ِِ ِ َّ ِ ِ َّ َٰ ِ َّ َوقُل ل عبَادى يَ ُقولُوا ٱلِِت ه َى ْأَح َس ُن ۚ إن َّٱلشْيطَ َن يَ َنزغُ بَ ْي نَ ُه ْم ۚ إن َٰ ِ ِ َّٱلشْيطَ َن َك َان لِْْل ََٰنس ِن َع ُدًّوا ُّمبينًا

“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.”7 Oleh karenanya retorika sejatinya bukan hanya seni berbicara, namun bagi kaum muslim, kebenaran isinya adalah titik utamanya. Retorika dan pemimpin merupakan dua hal yang saling berkaitan. Retorika yang dimaksud adalah ketika seorang pemimpin menyampaikan pidato dan kebijakannya di depan masyarakat baik secara bahasa verbal maupun non-verbal hingga masyarakat menangkap gagasan tersebut logis menurut mereka. Manusia sebagai makhluk pencerita seperti yang dikemukakan Walter Fisher, semakin menguatkan bahwa retorika merupakan salah satu alat untuk menunjukkan

7 Departemen Agama Islam, Al-Qur’an al Karim, (Surabaya: Duta Ilmu, 2008), h.229.

5

keunggulan narasinya. Narasi yang baik, jika tidak ditunjang dengan retorika yang baik, juga akan sulit untuk memahamkan publik. Disinilah permainan kata dan kepekaan pemimpin harus ditunjukkan. Peneliti tertarik mengkaji retorika Anies Baswedan, terutama saat pandemi covid-19 dikarenakan, Anies merupakan gubernur Ibukota Indonesia dan merupakan sosok yang banyak mendapat sorotan media karena beberapa kebijakanya. Untuk itu akan dikaji lebih dalam, Bagaimana retorika politik Anies Baswedan dalam mengomunikasikan kebijakan pandemi covid-19?

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tertulis, peneliti menemukan identifikasi masalah, yaitu terkait dengan retorika politik Anies Baswedan. Dapat diketahui jika retorika Anies dari saat pemilukada sudah mendapat sorotan. Ditambah dengan adanya pandemi covid-19, Anies semakin menujukkan retorika politiknya. Bukan tidak mungkin jika retorika Anies mampu membawanya pada pembentukan citra positif, disamping segala kontra atas kebijakannya.

C. Batasan Masalah

Dari identifikasi masalah tersebut, peneliti menentukan batasan masalah agar analisis yang dilakukan bisa lebih spesifik. Berikut adalah batasan masalah pada penelitian ini:

6

1. Peneliti hanya membatasi pokok permasalahannya pada retorika Anies Baswedan. 2. Peneliti menggunakan rekaman audio-visual sebagai bahan analisis retorika Anies Baswedan hanya sebatas pada konferensi pers dan wawancara ketika mengomunikasikan kebijakannya di tengah pandemi covid-19. Rekaman audio-visual konferensi pers dibatasi dengan video sebagai berikut: D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut 1. Bagaimana rasionalitas naratif Anies ketika melakukan retorika dalam mengomunikasikan kebijakan pandemi covid-19? 2. Apakah retorika Anies Baswedan sudah termasuk tingkat mahir?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Mengetahui rasionalitas naratif Anies ketika melakukan retorika dalam mengomunikasikan kebijakan pandemi covid-19. 2. Mengetahui tingkat kemahiran retorika Anies Baswedan.

7

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi baik untuk kepentingan teoritis maupun praktis. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi bahan kajian penelitian yang relevan bagi peneliti lain. Baik yang berkaitan dengan penelitian retorika lanjutan yang bersifat mengembangkan maupun penelitian sejenis yang bersifat memperluas sebagai pelengkap dalam landasan teori. Manfaat praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi Mahasiswa yang mengambil studi komunikasi untuk dapat mendalami serta memahami lebih baik mengenai retorika, kemampuan dalam seni berbicara. Seperti diketahui bahwa berbicara termasuk dalam satu di antara kemampuan berkomunikasi. Bagi dosen, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat sebagai bahan informasi mengenai kajian communication. Selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan untuk memperluas dan meningkatkan kajian terkait studi komunikasi.

G. Metodologi Penelitian

1. Metode dan Pendekatan Penelitian

8

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitiannya adalah analisis deskriptif. Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat. Obyek analisis dalam pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala-gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai kategorisasi tertentu.8 Dengan menggunakan analisis deskriptif di mana peneliti berusaha melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. Fungsi analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang telah diperoleh. Gambaran umum ini bisa menjadi acuan untuk melihat karakteristik data yang kita peroleh.9 Analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif analitik, yaitu mendeskripsikan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. Data yang berasal dari naskah, wawancara, catatan lapangan, dokuman, dan sebagainya, kemudian

8 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES, 1995), h. 220. 9 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 22.

9

dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan terhadap kenyataan atau realitas.10 Lexy J. Moloeng mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.11 Penelitian ini menggunakan studi kasus (case study). Menurut Maxfield, metode studi kasus adalah penelitian mengenai subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas.12 Penulis akan mengamati dan melakukan teknik pengumpulan data wawancara, dokumentasi, dan observasi pada pengamat politik dan tim sukses Anies Baswedan untuk melihat bagaimana bentuk retorika yang digunakan. 2. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma

10 Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), h. 66. 11 Lexi J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosada), h. 65. 12 Andi Prastowo, Memahami Metode-Metode Penelitian: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praksis (: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 127.

10

menunjukkan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epitemologis yang panjang.13 Dalam penelitian ini penulis menggunakan paradigma konstruktivisme. Menurut paradigma konstruktivisme, realitas sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang. Paradigma ini memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially meaningful action melalui pengamatan langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan memelihara/ mengelola dunia sosial mereka.14 Lebih jauh, paradigma konstruktivisme ialah paradigma dimana kebenaran suatu realitas sosial dilihat sebagai hasil konstruksi sosial, dan kebenaran suatu realitas sosial bersifat relatif. Paradigma konstruktivisme dirasa tepat untuk mengkaji retorika politik Anies Baswedan. Hal ini karena, hasil dari penelitian ini bukanlah kebenaran yang mutlak dan masih terus bisa dikembangkan kedepannya. Narasumber dalam memberikan jawabannya juga

13 Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: T Remaja Rosdakarya, 2003), h. 9 14 Dedy N. Hidayat, Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik. (Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia, 2003), h. 3.

11

mengembangkan makna-makna subjektif atas pengalaman-pengalaman mereka, sehingga memiliki penafsiran yang berbeda. a. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data kualitatif harus dilakukan sendiri oleh peneliti dan tidak boleh diwakilkan.15 Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan data primer yaitu wawancara. Selain itu, peneliti juga menggunakan data sekunder melalui reverensi buku maupun artikel yang berkaitan tentang retorika politik dan penelitian lapangan (field research). Untuk pengambilan data penelitian lapangan digunakan metode sebagai berikut: a. Observasi Observasi sebagai teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif adalah mengamati suatu kejadian atau peristiwa melalui pancaindra atau dengan menggunakan elektronik.16 Observasi adalah pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengkodean serangkaian pelaku dan suasana yang berkenaan dengan organisme, sesuai dengan tujuan-tujuan empiris.17 Hal yang akan diamati secara langsung

15 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 11. 16 Wawan Suwendra, Metodologi Pendekatan Kualitatif dalam Ilmu Sosial, Pendidikan, Kebudayaan dan Keagamaan, (: Nilacakra, 2018), h. 65 17 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 83.

12

adalah retorika politik Anies Baswedan selama masa pandemi covid-19. b. Wawancara Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara mendalam, yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dengan bertatap muka antara peneliti dengan informan.18 Wawancara dibagi menjadi dua jenis. Pertama, jenis wawancara berstruktur, yaitu wawancara yang pertanyaan dan alternatif jawaban sudah disediakan oleh pewawancara. Kedua, wawancara tidak berstruktur, yaitu wawancara yang bersifat informal.19 Wawancara dilakukan dengan Ali Rif’an selaku pengamat politik dan Direktur eksekutif Arus Survey Indonesia. Wawancara via video call whatsapp dengan Adi Prayitno selaku pengamat politik dan Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia. Wawancara via video call whatsapp dengan Abdul Rahman Ma’mun selaku Advistor Paramadina Public Policy Institute, Staf Khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

18 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya (Jakarta: Kencana, 2010), h.108. 19 Yatim Riyanto, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Surabaya: Unesa University Pers, 2007), h. 70.

13

bidang Komunikasi Publik (2014-2016), sekaligus teman kuliah Anies Baswedan. c. Dokumentasi Dokumentasi merupakan cara untuk mengumpulkan dokumen-dokumen sebagai bukti yang akurat dari sumber-sumber informasi. Peneliti mengabadikan momen-momen selama penelitian berlangsung baik berupa foto, rekaman suara, dan video yang mendukung. Dokumentasi sangatlah penting untuk mendukung penelitian ini lebih dipercaya. b. Pengolahan Data

c. Teknik Analisis Data Analisis kualitatif yaitu data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka. Data dikumpulkan dengan berbagai bentuk, yaitu observasi, wawancara,

14

intisari dokumen, dan pita rekaman.20 Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah analisis model yang dipopulerkan oleh Miles dan Huberman, diantaranya adalah21: a. Pengumpulan data Data dikumpulkan berdasarkan teknik pengumpulan data yang meliputi observasi dan wawancara mendalam. b. Reduksi data Peneliti akan menyeleksi atau memilih data, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan dan verifikasi. c. Penyajian data Dalam penyajian data ini, seluruh data yang berupa hasil wawancara dan dokumentasi akan dianalisis sesuai dengan teori yang telah dipaparkan sebelumnya. d. Penarikan kesimpulan Penarikan kesimpulan merupakan hal yang sangat penting sebagai upaya untuk melakukan justifikasi temuan penelitian. Justifikasi dilakukan dengan cara menarik hubungan dari latar belakang masalah dan

20 Matthew Miles dan Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Data-data Baru (Jakarta: UI-Press, 1992), h. 15. 21 Lexy J. Moloeng, Metodologi penelitian kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 103.

15

tujuan penelitian untuk mencari jawaban hasil penelitian yang selanjutnya dianalisis. Dengan demikian kesimpulan merupakan penegasan dari temuan penelitian yang telah dianalisis. 3. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah video konferensi pers dan wawancara Anies Baswedan, yaitu:

a. 11 Maret 2020 Gub Anies Baswedan Memberikan Preskon Tentang Update Covid-19 (https://youtu.be/KOrOVWK-ENQ). b. 07 Apr 2020 Gub Anies Baswedan Preskon Terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar di DKI Jakarta (https://youtu.be/B5iF7OQ14Yo). c. Anies Perpanjang PSBB, DKI Jakarta Masuk Masa Transisi (https://www.youtube.com/watch?v=HJ2p8oO2_Z c&t=1228s) d. Kondisi Terus Memburuk, Anies Kembali Berlakukan PSBB Ketat di DKI Jakarta (https://www.youtube.com/watch?v=vK7tae6vLg E&t=1317s) e. Anies umumkan bahwa dia positif covid-19 (https://www.instagram.com/tv/CIPVCJlg8Oq/?ig shid=1e6dsai7d24ff)

16

Rekaman audio-visual berupa wawancara dibatasi pada:

a. Anies Baswedan Tanggapi Kritikan Dari Pemerintah Soal Cegah Kerumunan, diakses dari (https://www.youtube.com/watch?v=f7eChBf- i1g&t=34s) b. 115 Dalam Pantauan, 32 Orang Diawasi Terkait Virus Corona di DKI Jakarta, diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=vTg8I0x6JFk c. Indonesia Lawyers Club, Gubernur Anies Akhirnya Menarik Rem Kompromi, diakses dari (https://www.youtube.com/watch?v=AaGJsstNnlY &t =4025s) Sedangkan objek penelitian merinci fenomena yang akan diteliti sekaligus merupakan deskripsi dari penelitian yaitu analisis deskriptif terhadap retorika politik Anies Baswedan.

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian saat wawancara adalah melalui media videocall whatsapp dan wawancara langsung di cafe upnormal. Sedangkan waktu penelitian dilakukan mulai tanggal 8 Oktober sampai 7 Januari 2020

17

H. Review Kajian Terdahulu

Pada penelitian ini, peneliti juga menggunakan acuan berupa skripsi dan penelitian lain yang memiliki beberapa kesamaan dalam bidang penelitian, sebagai rujukan penulis membuat penelitian ini. Walaupun pada fokus penelitian ada perbedaan tujuan, namun langkah – langkah yang digunakan menggunakan teori yang sama. Tinjauan pustaka yang menjadi rujukan penulis, yaitu:

a. Herdina Rosidi, Jurusan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. Persamaan dengan penelitian adalah teori dan objeknya. Sedangkan perbedaannya dengan penelitian ini adalah penelitian Rosidi lebih memfokuskan pada retorika saat pemilukada DKI Jakarta. Sedangkan penelitian ini fokus pada retorika saat mengomunikasikan pandemi covid- 19.22 b. Albizzar Ghiffary, Jurusan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019. Persamaan dengan penelitian adalah subjeknya. Sedangkan perbedaannya, pada penelitian Ghiffary lebih memfokuskan pada bagaimana retorika politik Anies dalam mempengaruhi pemiih pemula. Sedangkan dalam penelitian yang akan saya teliti

22 Herdina Rosidi, Retorika Politik Kandidat Pemilukada DKI Jakarta: Analisis Komparatif Dan Fauzi Bowo.

18

lebih memfokuskan pada bagaimana retorika Anies selama masa pandemi covid-19.23 c. Agusly Irawan Aritonang, Universitas Kristen Petra Surabaya, 2018. Persamaan dengan penelitian adalah objeknya. Sedangkan perbedaannya, pada penelitian Irawan, subjeknya adalah beberapa tokoh cagub dan cawagub DKI Jakarta. Sedangkan penelitian yang akan saya teliti hanya berfokus pada satu tokoh yaitu Anies Baswedan. d. Oleh Dr. R. Yaniah Wardani, M.A dan Umi Musyarrofah, 2019. Persamaan dengan penelitian ini adalah objeknya. Sedangkan perbedaannya, Pada penelitian Wardani lebih memnfokuskan pada retorika dakwah. Sedangkan pada penelitian saya lebih fokus ke retorika politik.24 e. Moh. Ferdy Ardiansyah, 2017. Persaan dengan penelitian ini adalah, kedua penelitian sama-sama membahas tentang retorika politik seorang pemimpin. Sedangkan perbedaannya, Subjek pada penelitian Ardiansyah

23 Albizzar Ghiffary, Komunikasi Politik Dan Pemilih Pemula Studi Atas Retorika Politik Anies Baswedan Dalam Menarik Pemilih Pemula Di Pilkada DKI Jakarta 2017. 24 Dr. R. Yaniah Wardani, M.A dan Umi Musyarrofah, Retorika Dakwah Dai Di Indonesia, Kajian Statistika dalam Sastra Arab.

19

berfokus pada Basuki Tjahaja Purnama, Sedangkan pada penelitian saya lebih berfokus ke Anies Baswedan.25

I. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penyusunan, maka penulis menyusun sistematika penulisan mengelompokkan dalam 6 bab pembahasan, yaitu: BAB I PENDAHULUAN BAB I menjelaskan latar belakang masalah, batasan masalah, dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

25 Moh. Ferdy Ardiansyah, Analisis Retorika Basuki Tjahaja Purnama Dalam Kampanye Rakyat Pemilihan Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Di Rumah Lembang 2017.

20

BAB II menjelaskan teori naratif yang terdiri dari: asusmsi dasar teori naratif, konsep dasar teori naratif. Retorika: pengertian retorika, tujuan retorika, strategi penyusunan retorika, tipe orator, tipe-tipe retorika. Komunikasi kebijakan.

BAB III GAMBARAN UMUM BAB III menjelaskan gambaran umum profile Anies Baswedan: Biografi, menjadi Gubernur DKI Jakarta, dan kebijakan- kebijakan selama pandemi covid-19.

BAB IV TEMUAN PENELITIAN BAB IV menjelaskan temuan-temuan hasil wawancara terkait rumusan masalah I (Bagaimana retorika politik Anies Baswedan sebagai gubernur DKI Jakarta selama mengomunikasikan kebijakan pandemi covid-19?) dan rumusan masalah II (Apa kelemahan dan kelebihan retorika Anies Baswedan?)

BAB V PEMBAHASAN BAB V menjelaskan temuan penelitian menggunakan The Five Cannons of Rhetorica dan teori Naratif

21

BAB VI PENUTUP BAB VI menjelaskan penutup dari penelitian ini yang berisikan kesimpulan, implikasi dan saran.

22

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Teori Paradigma Naratif

Teori paradigma naratif (The Narrative Paradigm) mengemukakan bahwa manusia adalah makhluk pencerita. Nilai-nilai, emosi, dan pertimbangan estetika mendasari kepercayaan dan perilaku manusia. Menurut Fisher, cerita yang bagus adalah cerita yang ampuh untuk mempersuasi. Bagaimana pengemasan cerita dapat memengaruhi persepsi individu, mengubah perilakunya, kemudian mengambil keputusan untuk mendukung atau menolak sebuah cerita.1 Sependapat dengan Fisher, Charles Larson juga mendefinisikan paradigma naratif yaitu “At the core of this perspective is the belief that the drama or story is the most powerful and pervasive metaphor that humans can use to persuade and explain events” (Inti dari persepsi ini adalah keyakinan bahwa drama atau cerita merupakan metafora paling kuat dan meresap yang dimiliki manusia dan dapat digunakan untuk membujuk atau menjelaskan peristiwa).2 Sebuah cerita lebih baik dibandingkan dengan menumpuk

1 Walter Fisher, Human Communication as Narration: Toward a Phylosophy of Reason, Value and Action, h. 22. 2 Charles U. Larson, Persuasion Reception and Responsibility, (CA: Thomson Wadsworth), h.

23

bukti atau membangun argumen yang kuat. Paradigma ini juga menggambarkan bahwa cerita yang disampaikan oleh komunikator memiliki urutan kejadian awal, tengah, dan akhir, serta mengajak komunikan untuk menafsirkan maknanya dan apa nilai-nilai dari cerita tersebut yang berguna bagi kehidupan mereka sendiri.3

Asumsi-Asumsi Paradigma Naratif

1. Manusia bersifat pencerita Paradigma naratif mengasumsikan bahwa karakteristik alami pada manusia berakar dari cerita dan bercerita. Cerita dapat memersuasi, menggerakkan bahkan membentuk dasar kepercayaan manusia. Pada asumsi pertama ini, Fisher mengobservasi bahwa naratif bersifat universal. Universalitas naratif memperkuat Fisher untuk menyatakan istilah Homo Narrans sebagai metafora dalam mendefinisikan kemanusiaan.4 Hal itu dipengaruhi oleh teori moral dari Alasdair Maclntyre (1981) yang menyatakan, “Manusia dalam aksi dan praktiknya, seperti juga bentuk fisiknya, secara inti adalah makhluk

3 Walter Fisher, Human Communication as Narration: Toward a Phylosophy of Reason, Value and Action, h. 25 4 Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, Terj: Harya Bhimasena dan Gisella Tani Pratiwi, (Jakarta: Salemba Humanika, 2017), h. 81.

24

pencerita.”5 2. Keputusan mengenai nilai sebuah cerita berdasarkan pada alasan-alasan/penalaran yang baik. Asumsi kedua dari paradigma naratif mengungkapkan bahwa orang-orang membuat keputusan mengenai cerita yang diterima dan ditolak berdasarkan apa yang masuk akal bagi mereka, atau alasan yang baik.6 Alasan baik yang dimaksud bukanlah logika atau argumentasi yang kaku. Asumsi ini menandai bahwa tidak semua cerita memiliki efektivitas yang setara. Namun faktor yang mendasari keputusan memilih cerita lebih bersifat pribadi daripada argumen dengan kode abstrak atau disebut pemikiran yang logis.7 Inilah yang mendorong bahwa kepercayaan seseorang terhadap sebuah naratif dipengaruhi oleh nilai baik dalam cerita tersebut. Dalam hal ini, pengambilan keputusan tergantung pada standar personal yang bersangkutan. Oleh karenanya, pertimbangan yang sehat masing-masing orang tidak bisa disetarakan.

5 Alasdair Maclntyre, After Virtue: A Study in Moral Theory, (Notre Dame, IN: Universitas of Notre Dame Press, 1981), h. 201. 6 Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h. 81. 7 Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h. 82.

25

3. Alasan yang baik ditentukan oleh sejarah, biografi, budaya, dan karakter. Asumsi ketiga melibatkan hal yang secara spesifik memengaruhi pilihan orang-orang dan menyediakan alasan baik untuk mereka. Paradigma naratif mengatakan bahwa logika formal (dari data menjadi kesimpulan) bukanlah satu-satunya cara untuk untuk menjabarkan bagaimana seseorang membuat penilaian atau keputusan.8 Paradigma naratif mengasumsikan bahwa rasionalitas naratif dipengaruhi oleh sejarah, biografi, budaya, dan karakter.9 Seringkali, pembentukan persepsi akan terpengaruh ketika komunikan dan komunikator memiliki persamaan dengan keempat hal tersebut. Dengan demikian, cerita yang tampak persuasif adalah cerita yang secara spesifik relevan dengan pribadi seseorang, bukan cerita yang secara spesifik mengikuti kode logika formal dan persuasi. 4. Rasionalitas berdasarkan pada penilaian banyak orang mengenai konsistensi dan kejujuran cerita. Asumsi keempat membentuk masalah inti ke dalam pendekatan naratif. Asumsi ini menyatakan bahwa orang- orang percaya kepada cerita sejauh cerita tersebut tampak

8 Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h.83. 9 Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h.83.

26

konsisten secara internal dan jujur.10 5. Kita mengalami dunia yang dipenuhi oleh cerita dan kita harus memilih diantara kesemuanya. Asumsi ini mengatakan bahwa dunia adalah sebuah rangkaian cerita-cerita dan ketika kita memilih satu diantaranya, kita mengalami hidup secara berbeda dan memberikan kesempatan bagi kita untuk menciptakan ulang kehidupan kita.11

Konsep Dasar Paradigma Naratif

Menelusuri asumsi paradigma naratif membimbing kita untuk mempertimbangkan beberapa konsep kunci yang membentuk inti kerangka teoritis: narasi, rasionalitas naratif (termasuk koherensi dan kejujuran). Koherensi terdiri atas tiga tipe: struktural, material, dan karakterologis; dan kejujuran mengarah kepada logika alasan yang baik.12

a. Narasi Narasi (narration) sering dianggap sebagai sebuah cerita saja, namun bagi Fisher, narasi lebih dari sebuah cerita yang memiliki alur dengan awalan, tengah, dan

10 Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h.83. 11 West Richard dan Turner Lynn. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h. 83. 12 West Richard dan Turner Lynn. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h. 83-85.

27

akhiran. Dalam perspektif Fisher narasi termasuk laporan dalam bentuk verbal atau nonverbal dengan sejumlah kejadian dimana pendengar memberikan arti. Secara khusus Fisher menyatakan, “Ketika saya menggunakan istilah narasi, saya tidak bermaksud mengenai sebuah komposisi fiksi yang proposisinya mungkin salah atau benar dan tidak memiliki hubungan apapun dengan komposisi semacam itu. Narasi dimaksudkan sebagai aksi simbolis, kata-kata dan/atau perbuatan yang memiliki urutan dan arti untuk mereka yang hidup, menciptakan, dan menginterpretasikannya”13 Definisi ini mencakup kebutuhan pencerita dan pendengar. Definisi Fisher sangat luas dan pararel dengan pemikiran banyak orang mengenai komunikasi itu sendiri. Hal ini tentu saja adalah pemahaman Fisher: semua komunikasi adalah naratif. Lebih jauh lagi, pemahaman ini mengungkapkan bahwa kehidupan terdiri atas naratif-naratif. Seperti saat mendengarkan kuliah di dalam kelas, ketika memberikan alasan kepada profesor karena tidak mengumpulkan tugas tepat waktu, ketika membaca koran, mengirimkan Tweet, berbicara kepada teman, saat itula kita mendengar dan menciptakan naratif.

13 Walter Fisher, Human Communication as Narration: Toward a Phylosophy of Reason, Value and Action, h.58.

28 b. Rasionalitas Naratif. Standar untuk menilai cerita mana yang dipercayai dan mana yang diabaikan. Karena kehidupan kita dialami dalam naratif, kita membutuhkan metode untuk menilai cerita mana yang kita percayai dan mana yang tidak kita perhatikan. Fisher manyatakan bahwa tidak semua cerita sama atau tidak semua cerita memiliki power yang sama untuk bisa dipercayai. Fisher mengidentifikasi dua hal prinsip dalam rasionalitas naratif, yakni koherensi (coherence) dan kebenaran (fidelity). a. Koheresi (Coherence). Koherensi mengacu pada konsistensi internal dari sebuah narasi. Prinsip koherensi merupakan standar penting untuk menilai rasionalitas naratif, yang pada akhirnya akan menentukan apakah seseorang menerima narasi atau menolaknya. Koherensi sering kali diukur oleh elemen- elemen organisasional dan struktural naratif. Ketika pencerita meloncat atau meninggalkan informasi yang penting, menginterupsi cerita dengan memasukkan elemen-elemen yang terlupakan sebelumnya, dan secara umum tidak lancar dalam membentuk narasi, pendengar mungkin akan menolak narasinya karena tidak memiliki koherensi. Koherensi didasarkan pada tiga tipe, yaitu: 1. Koherensi struktural (Structural Coherence) Berpijak pada tingkatan di mana elemen-elemen dari sebuah cerita mengalir dengan lancar. Ketika cerita membingungkan, ketika satu bagian tidak

29

tersambung dengan bagian berikutnya, atau ketika alurnya tidak jelas, maka cerita itu kekurangan koherensi struktural.14 Misalnya, seseorang bercerita bahwa virus corona dapat disembuhkan dengan obat herbal. Namun dia tidak dapat menjelaskan bagaimana proses kinerja obat ataupun alasan ia memilih obat herbal tersebut, dan justru bercerita mengenai virus lain yang dapat sembuh dengan obat tersebut. Maka orang akan berpikir bahwa ceritanya kehilangan koherensi struktural. 2. Koherensi material (Material Coherence) Merujuk pada tingkat kongruensi antara satu cerita dengan cerita lainnya yang saling berkaitan.15 Misalnya, seseorang bercerita bahwa penggunaan masker hanya untuk orang sakit. Kemudian dalam kesempatan lain, orang tersebut mengatakan bahwa masker harus digunakan orang sehat maupun sakit. Dengan berbedanya cerita, maka akan mengurangi koherensi material. 3. Koherensi karakterologis (Characterological Coherence) Mengacu pada tingkat kepercayaan karakter-

14 West Richard dan Turner Lynn. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h. 85. 15 West Richard dan Turner Lynn. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h. 85.

30

karakter di dalam sebuah cerita.16 Misalnya, seseorang yang sering berbohong atau mencela orang lain akan memberikan kesan buruk kepada kita. Maka, jika ada yang menceritakan kebaikan orang tersebut, kita akan cenderung tidak mempercayainya, karena dia kehilangan koherensi karakterologis. b. Kejujuran (Fidelity) Standar lainnya untuk menilai rasionalitas naratif adalah kejujuran (fidelity) atau reabilitas dari sebuah cerita. Cerita-yang jujur akan memicu kebenaran dalam diri pendengar. Fisher mencatat bahwa ketika elemen-elemen cerita “merepresentasikan pernyataan akurat mengenai realitas sosial”, mereka memiliki aspek kejujuran.17 Logika penalaran yang baik Berhubungan dengan gagasan Fisher akan kejujuran, bahwa metode utama untuk mengukur kejujuran narasi adalah logika penalaran yang baik (good reasons). Fisher menyatakan bahwa ketika narasi memiliki kejujuran, maka pendengar akan menerima dan mempercayai narasi dengan penalaran yang baik, kemudian mengambil aksi tertentu.

16 West Richard dan Turner Lynn. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h. 85. 17 Walter Fisher, Human Communication as Narration: Toward a Phylosophy of Reason, Value and Action, h. 105.

31

B. Kajian Pustaka

1. Retorika Retorika berasal dari bahasa Latin yaitu “rhetorica” atau “rhetoric” yang bermakna ilmu atau seni berbicara.18 Retorika sudah dikenal lima abad sebelum masehi. Ketika itu, kaum Sofis Yunani sebagian besar berprofesi sebagai pengembara, namun di dalamnya sekaligus mengajarkan pengetahuan baik mengenai pengetahuan politik ataupun pemerintahan dengan menggunakan metode pidato.19 Menurut W. Thys Roberts, definisi Retorika adalah “Rhetoric may be defined as the faculty of observasing in any given case the available means of persuasion”. Berbeda dengan pendapat W. Thys Roberts, Pitagoras berpendapat bahwasanya retorika adalah kemahiran berbicara bukan demi kemenangan, akan tetapi demi keindahan berbahasa. Sedangkan menurut Sokrates, retorika adalah demi kebenaran bukan demi kemenangan ataupun demi keindahan berbahasa karena menurutnya, dengan dialog kebenaran akan timbul dengan sendirinya.20

18 Gun-Gun Heryanto dan Shulhan Rumaru, Komunikasi Politik; Sebuah Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), h. 100. 19 Yaniah Wardani dan Umi Musyarofah, Retorika Dakwah Dai Di Indonesia, (Ciputat: Adabia Press, 2019), h. 9. 20 A.H. Hasanuddin, Rhetorika Da’wah & Publisistik dalam Kepemimpinan (Surabaya: Usaha Nasional, 1970) h. 15-18

32

Sedangkan menurut Jalaluddin Rakhmat pengertian retorika sebenarnya dianggap hal yang buruk ataupun negatif. Karena hanya menggunakan seni propaganda semata, dengan pelafalan dan penyampaian yang aduhai dengan menyangsikan kebenaran yang sebenarnya. Sejatinya, retorika jauh lebih mendalam mengenai eksplorasi bakat keahlian terbaik dari diri manusia tentang rasio dan perasaan, lewat kemampuan komunikasi yang dilakukan oleh manusia melalui perspektif pemikirannya.21 Dalam buku The Ories of Human Communication dikatakan studi retorika merupakan bagian disiplin ilmu komunikasi, karena di dalam retorika terdapat penggunaan simbol-simbol oleh manusia. Oleh karenanya, retorika berhubungan erat dengan persuasi. Dapat dikatakan bahwa retorika merupakan suatu seni dari konstruksi argumen dan penyusunan pidato.22 Little John mengungapkan bahwa retorika adalah “Adjusting ideas to people and people to ideas”.23 Titik tolak retorika adalah berbicara. Berbicara berarti mengucapkan kata atau kalimat kepada seseorang atau

21 Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), h. 3. 22 Marsefio S. Luhukay, Presiden SBY dan Politik Pencitraan: Analisis Teks Pidato Presiden SBY dengan Pendekatan Retorika Aristoteles, Jurnal Ilmiah SCRIPTURA, Vol. 1, No. 2, Juli 2007. 23 Little John, S.W, The Ories of Human Communication, (Belmont: CA Wadsworth Publishing Company, 2000), h. 50.

33

sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan tertentu (misalnya, memberikan informasi atau memberi informasi). Berbicara adalah salah satu kemampuan khusus pada manusia. Oleh karena itu, pembicaraan setua umur bangsa manusia. Bahasa dan pembicaraan ini muncul ketika manusia mengucapkan dan menyampaikan pikirannya kepada manusia lain.24 Dengan demikian, dapat kita pahami bahwa retorika merupakan art of speech (seni berbicara). Yakni suatu bentuk komunikasi yang diarahkan pada penyampaian pesan dengan maksud memengaruhi khalayak agar dapat memerhatikan pesan yang disampaikannya secara baik. Retorika menggabungkan antara argumentasi pesan, cara penyampaian yang menarik dan kredibilitas diri pembicara, sehingga melahirkan impresi (kesan) tertentu bagi khalayak.25 Sementara itu, retorika politik didefinisikan sebagai seni berbicara kepada khalayak politik dalam upaya memengaruhi khalayak tersebut agar sesuai dengan apa yang dinginkan oleh komunikator politik. Dalam politik, seni berbicara sangatlah diperlukan karena nyaris seluruh proses dan tingkatan politik selalu membutuhkan kemampuan retorika. Makin memadai

24 Gun Gun Heryanto dan Irwa Zarkasy, Public Relations Politik, h. 118. 25 Gun Gun Heryanto dan Irwa Zarkasy, Public Relations Politik, h. 118.

34

kemampuan retorika seseorang, makin memiliki akses pada penguasaan forum, komunitas, bahkan masyarakat luas.26

Asumsi-Asumsi Retorika

a. Pembicara publik yang efektif harus mempertimbangkan audeinsnya. Komunikasi merupakan proses transaksional. Dalam konteks berbicara di depan umum, Aristoteles mengatakan bahwa relasi pembicara-audiens harus dikenali dan menjadi hal utama dalam proses pembicaraan. Pembicara perlu memusatkan perhatian pada audiens. Audiens merupakan individu yang memiliki motivasi, memutuskan pilihan dan bukan sekadar sekumpulan orang yang bersifat homogen. Setiap pendengar unik, cara tertentu bisa berhasil untuk satu audiens, namun gagal untuk pendengar lainnya.27

b. Pembicara publik menyajikan sejumlah bukti dalam presentasinya Asumsi ini didasarkan pada hal-hal yang dilakukan pembicara untuk mempersiapkan dan membentuk pidatonya. Bukti-bukti tersebut mengacu pada tujuan persuasif. Menurut Aristoteles, terdapat tiga bukti yang

26 Gun Gun Heryanto dan Irwa Zarkasy, Public Relations Politik, h. 118. 27 West Richard dan Turner Lynn, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h. 45.

35

penting, yaitu ethos, pathos, dan logos.28 Ethos digunakan dalam retorika untuk menunjukkan bahwa pihak komunikator adalah sosok yang bisa dipercaya (trustworthy), bermoral, dan sungguh-sungguh (sincere).29 Em Griffin menyatakan bahwa ethical proof dianggap sebagai perceived source of credibility, atau dengan kata lain kemampuan komunikator untuk menyampaikan ‘bukti-bukti’ bahwa dirinya kredibel sangat penting dalam proses retorika. Menurut Aristoteles, sebuah tindakan retorika tidak hanya cukup berbekal argumen yang meyakinkan belaka, melainkan juga harus mampu menampilkan sosok komunikator yang kredibel dan terpercaya. Kredibilitas komunikator bisa diperoleh dengan menampilkan tiga karakteristik yaitu: a) intelligence; b) character; dan c) goodwill.30

Pathos diartikan sebagai “imbauan emosional (emotional appeals)” yang ditunjukkan oleh seorang rhetor dengan menampilkan gaya dan bahasanya yang membangkitkan kegairahan dengan semangat yang berkobar-kobar pada

28 West Richard dan Turner Lynn, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h. 45. 29 Ratih Puspa, Hubungan yang Timpang antara CSR, Antaretnis, dan Iklan Korporat, Jurnal Masyarakat dan Kebudayaan Politik, Vol. 25, No. 21, 2012, h. 64-77. 30 Em Griffin, A First Look at Communication Theor, (New York: McGraw-Hill, 1997), h. 303-311.

36

khalayak.31

Logos adalah bukti logis yang dimilki pembicara, yaitu argumentasi dan rasionalisasinya. Menurut Aristoteles, logos melibatkan penggunaan angka, pernyataan logis, dan bahasa yang jelas.32 Logos harus dimiliki seorang orator. Khalayak akan “suka rela” mengikuti ajakan komunikator apabila pesannya disampaikan dengan uraian yang masuk akal dan argumentasi yang kuat.

Tujuan Retorika

Dilihat dari bentuk massa, retorika bertujuan untuk:

a. To Inform, yaitu di dalam sebuah pidato banyak sekali pendidikan yang diterima dengan bertujuan untuk memberitahu dan juga menjelaskan hal-hal yang belum diketahui sebelumnya. memberikan pengertian dan penjelasan kepada khalayak atau massa, dengan tujuan untuk memberikan penerangan atau penjelasan yang mampu menanamkan pengertian dengan sejelas-jelasnya dan sebaik-baiknya. b. To Entertain, menghibur, menyenangkan, menggembirakan, dan memuaskan. Bertujuan untuk

31 Ida Ri’aeni, Kemiskinan Sebagai Komoditas Media, UBM Journal, Vol. 8, No. 2, 2014, h. 167. 32 Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h. 46.

37

membuat pendengarnya tertawa, dan dapat menarik perhatiannya. c. To Strengthen Belief, memperkuat kepercayaan. Dalam sebuah pidato selayaknya seorang orator harus mampu memperkuat kepercayaan khalayak dengan mendorong semangat untuk melakukan sesuatu dengan memperkuat nilai, sikap dan kepercayaan yang ada. d. To Change Belief, dalam hal ini seorang orator harus mampu mengubah sikap, kepercayaan maupun tindakan yang sudah dianut oleh khalayak untuk dapat mengubah kepercayaan mereka dengan kepercayaan yang kita anut dan tentunya baik. e. To Convise, meyakinkan dan menyadarkan khalayak atau lebih kepada menginsafkan. f. To Inspire, menimbulkan inspirasi dengan teknik dan sistem penyampaian yang baik dan bijaksana. g. To Ectuate (to put in action), menggerakkan dan mengarahkan khalayak untuk bertindak menetralisir dan melaksanakan ide yang telah dikomunikasikan oleh orator dihadapan massa.33

33 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 156.

38

Strategi Penyusunan Retorika

Dalam pandangan Aristoteles, seorang ahli retorika klasik, terdapat lima tahap penyusunan pidato yang dikenal dengan Lima Hukum Retorika (The Five Cannons of Rhetorica), yaitu sebagai berikut:34

1. Inventio (penemuan) Pada tahap ini, pembicara menggali topik dan meneliti khalayak untuk mengetahui metode persuasi yang paling tepat. Bagi Aristoteles, retorika tidak lain dari kemampuan untuk menentukan dalam kejadian tertentu dan situasi tertentu dengan metode persuasi yang ada. Dalam tahap ini juga, pembicara merumuskan tujuan dan mengumpulkan bahan (argumen) yang sesuai dengan kebutuhan khalayak. 2. Dispositio/Arrangement (penyusunan bahan/materi) Pada tahap ini, pembicara menyususun pidato atau mengorganisasikan pesan. Aristoteles menyebutnya taxis yang berarti pembagian. Pesan harus dibagi ke dalam beberapa bagian yang berkaitan dengan logis. Susunan berikut mengikuti kebiasaan berpikir manusia, yaitu pengantar, pernyataan, argumen, dan epilog. 3. /Elocutio (gaya/pemilihan bahasa yang indah) Pada tahap ini, pembicara memilih kata–kata dan

34 Gun Gun Heryanto dan Irwa Zarkasy, Public Relations Politik (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), h. 118-119.

39

menggunakan bahasa yang tepat untuk mengemas pesan nya. Aristoteles memberikan nasihat, gunakan bahasa yang tepat, benar, dan dapat diterima, yaitu pilih kata– kata yang jelas dan langsung, sampaikan kalimat yang indah, mulia dan sesuaikan bahasa dengan pesan, khalayak, dan pembicara. 4. Memory (mengingat materi) Pada tahap ini, pembicara harus mengingat apa yang ingin disampaikannya dengan mengatur bahan–bahan pembicaranya. 5. Pronountiatio/Delivery (penyampaian) Pada tahap ini, pembicara menyampaikan pesannya secara lisan. Di sini, akting sangat berperan. Pembicara harus memerhatikan oleh suara dan gerakan–gerakan anggota badan.

Tipologi Orator

Dalam PR politik dibutuhkan kesadaran diri bahwa seorang PR akan membawa nama lembaga yang diwakilinya atau menunjukkan citra kandidat yang didukungnya. Oleh karena itu, harus senantiasa menyadari tipologi orator yang sedang diperankannya. Tipologi orator dalam PR politik antara lain:

a. Noble Selves Orang yang menganggap dirinya paling benar, mengklaim lebih hebat dari yang lain dan sulit menerima

40

kritik. Jika tipe ini yang ada dalam diri praktisi PR Politik, tentu akan menghambat proses PR politik yang sedang dilakukan. b. Rhetorically Reflector Orang yang tidak punya pendirian yang teguh, hanya menjadi cerminan orang lain. Tipe seperti ini akan melemahkan lembaga atau kandidat, karena orator tak memiliki kapasitas untuk membangun diskursus, berpolemik atau mempertahankan ide dan konsep. Dia tak lebih dari sekedar cerminan kepentingan pihak lain. c. Rhetorically Sensitive Orang yang adaptif, dan cepat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ini merupakan tipe ideal karena tahu bagaimana dan kapan harus memainkan diri publik (public self) dan diri pribadi (private self). Cenderung fleksibel, tetapi memiliki konsep diri yang jelas, sehingga bisa menunjukkan ketegasan dan kewibawaannya di depan khalayak.35

Tipologi Pidato

Dalam retorika, terdapat sejumlah tipe pidato yang menentukan pendekatan dan proses yang berbeda-beda juga

35 Gun Gun Heryanto dan Irwa Zarkasy, Public Relations Politik, h. 119.

41

dalam penyelenggaraannya.36

a. Tipe impromtu. Tipe ini biasanya merupakan ungkapan perasaan pembicara, karena pembicara tidak memikirkan terlebih dahulu pendapat yang disampaikannya. Gagasan dan pendapatnya datang secara spontan, meski memungkinkan orator terus berpikir. Kelemahannya, dapat menimbulkan kesimpulan yang mentah, penyampaian yang kurang lancar, dan jika tak hati-hati, gagasan tidak sistematis. b. Tipe manuskrip. Tipe ini disebut juga pidato dengan naskah atau berbicara dengan naskah. Orasi dilakukan dengan cara membaca naskah. Dengan makna lain, ia membaca teks pidato dari awal sampai akhir. Kelebihanya, kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya, pernyataan dapat dihemat, dan dapat diterbitkan atau diperbanyak. Kelemahannya, interaksi dengan pendengar kurang, umpan balik kurang diperhatikan, pembuatnya memerlukan waktu untuk membuat naskah, dan bersifat monoton. c. Tipe memoriter. Pesan pidato ditulis kemudian diingat kata demi kata. Kelebihannya, memungkinkan ungkapan yang tepat,

36 Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 17-19.

42

organisasi pesan yang terencana, dan pemilihan bahasa yang tepat, serta gerak dan isyarat yang terintegrasi. Kelemahannya, kurang terjalinnya hubungan antara pembicara dan pendengar, memerlukan waktu dalam persiapan, dan kurang spontan. d. Tipe ekstemporer. Jenis pidato yang paling baik dan paling sering dilakukan oleh juru pidato yang mahir. Orasi telah dipersiapkan sebelumnya berupa outline dan pokok- pokok penunjang pembahasan (supporting points). Pembicara tidak berupaya mengingat kata demi kata, outline hanya merupakan pedoman untuk mengatur gagasan yang ada dalam pikiran, terjadi interaksi dengan pendengar, fleksibel dan lebih spontan. Kelemahannya, persiapan yang kurang baik, dan jika terburu-buru bisa menyimpang dari outline dan kehilangan arah interpretasi.

2. Komunikasi Kebijakan

Istilah komunikasi secara etimologi menurut Cherry dan Stuart berasal dari bahasa latin communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari communico yang artinya membagi.37 Jhon B Hason,

37 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), h. 20.

43

mengasumsikan bahwa komunikasi adalah pertukaran verbal, pikiran atau gagasan. Asumsi di balik definisi tersebut adalah bahwa sesuatu pikiran atau gagasan secara berhasil dipertukarkan. Sementara Tubbs dan Moss mendifinisakan komunikasi sebagai proses penciptaan makna antara dua orang atau lebih.38 Thomas M. Scheidel mengatakan bahwa komunikasi bertujuan untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, membangun kontak sosial dengan orang sekitar dan untuk memengaruhi orang lain agar merasa, berpikir atau bertindak seperti yang diinginkan. Namun tujuan berkomunikasi adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologi.39 Kebijakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kebijakan publik. Carl I. Friedrick menjelaskan kebijakan publik sebagai serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, dengan ancaman dan peluang yang ada, di mana kebijakan yang diusulkan tersebut ditujukan untuk memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi hambatan yang ada dalam rangka mencapai tujuan tertentu.40 Harold Laswell dan Abraham Kaplan berpendapat bahwa

38 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Satu Pengantar (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), h. 55. 39 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Satu Pengantar, h. 4 40 Riant Nugroho, Public Policy, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2009), h. 83

44

kebijakan publik hendaknya berisi tujuan, nilai-nilai, dan praktik-praktik sosial yang ada dalam masyarakat.41 Pembuatan kebijakan harus berisi nilai-nilai yang selaras dengan nilai-nilai dalam masyarakat, karena mereka yang akan dikenai dampak langsung maupun tidak langsung dari kebijakan yang ditetapkan. Sehingga tidak akan timbul penolakan maupun misinterpretasi saat diimplementasikan. Maka komunikasi kebijakan dapat diartikan sebagai bentuk penyampaian pesan dari Pemerintah ke masyarakat, dimana pesan itu merupakan bentuk aturan/nilai-nilai yang disepakati untuk mengatasi suatu masalah. Tiga aspek atau faktor penting dalam proses komunikasi kebijakan yakni transmisi, konsistesi, dan kejelasan (clarity). Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.42 Disebutkan dalam Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Komunikasi Publik, bahwa semua jajaran pemerintah termasuk Gubernur harus mengambil lagkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing dalam rangka mendukung pelaksanaan komunikasi publik dengan:

41 A.G Subarsono, Analisis Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 3. 42 A.G Subarsono, Analisis Kebijakan Publik, h. 90.

45

1. Menyampaikan data dan informasi terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi kepada Menteri Komunikasi dan Informatika secara berkala. 2. Menyebarluaskan kepada publik narasi tunggal dan data pendukung lainnya yang disusun oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika terkait dengan kebijakan dan program pemerintah. 3. Menyampaikan setiap kebijakan dan program pemerintah secara lintas sektoral dan lintas daerah kepada publik secara cepat dan tepat. 4. Menyampaikan informasi melalui berbagai saluran komunikasi kepada masyarakat secara tepat, cepat, obyektif, berkualitas baik, berwawasan nasional, dan mudah dimengerti terkait dengan kebijakan dan program pemerintah.43

43 Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Komunikasi Publik, diakses dari https://jdih.kominfo.go.id/produk_hukum/view/id/500/t/instruksi+presiden+no mor+9+tahun+2015+tanggal+25+juni+2015#:~:text=INSTRUKSI%20PRESI DEN%20REPUBLIK%20INDONESIA%20NOMOR,dengan%20ini%20meng instruksikan%3A%20Kepada%20%3A%201 pada 30/10/2020, pukul 11.03.

46

C. Kerangka Berpikir

Dalam Penelitian ini, peneliri menggunakan bagan kerangka berpikir sebagai berikut:

Komunikasi Kebijakan

Retorika

Teori Naratif

Konsep Narasi Rasionalitas Naratif

Koherensi Kejujuran

Logika penalaran yang baik

Koherensi Koherensi Koherensi Struktural Material Karakterologis

47

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Biografi Anies Baswedan

Anies Baswedan lahir di Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei 1969. Kepemimpinan Anies telah terlihat sejak kecil. Putra pasangan Rasyid Baswedan (Mantan Wakil Rektor UII) dan Aliyah (Guru Besar UNY) ini terpilih sebagai Ketua Panitia Tutup Tahun SMP Negeri 5 Yogyakarta pada 1983. Setelah lulus SMP, Anies melanjutkan pendidikannya ke SMA 2 Yogyakarta dan terpilih sebagai Ketua OSIS pada 1985. Bahkan, Anies terpilih sebagai Ketua OSIS se-Indonesia setelah mengikuti pelatihan kepemimpinan bersama 300 Ketua OSIS lainnya. Saat SMA, Anies juga mengikuti program pertukaran pelajar siswa Indonesia-Amerika yang diselenggarakan AFS selama satu tahun. Sepulangnya dari AS, Anies berkecimpung di TVRI Yogyakarta sebagai salah satu pewawancara tetap acara “Tanah Merdeka”. Setelahnya, pada 1989, Anies melanjutkan studinya ke Universitas Gajah Mada (UGM), Fakultas Ekonomi. Tiga tahun kemudian Anies terpilih menjadi ketua Senat UGM. Di tahun 1993, Anies memperoleh beasiswa program musim panas di Sophia University, Jepang. Beasiswa ini didapatkan dari JAL Foundation. Tahun 1996, Anies mempersunting Fery Farhati Ganis. Mereka dikaruniai empat anak. Pada 1997, Anies mendapat

65 beasiswa master di bidang International Security and Economic Policy di University of Maryland, College Park, AS. Setahun kemudian Anies mendapat penghargaan William P. Cole II Fellowship dari School of Public Policy, University of Maryland. Di tahun ini pula ia mendapatkan ASEAN Student Awards Program dari USAID-USIA-NAFSA. Setelah menyandang gelar magister, pada 1999, Anies meraih beasiswa program doktoral di Northern Illinois University. la menulis disertasi berjudul: "Otonomi Daerah dan Pola Demokrasi di Indonesia". Pada 2004, Anies meraih beasiswa mahasiswa doktor berprestasi: Gerald S. Maryanov Fellow dari Northern Illinois University. Beasiswa ini diberikan kepada mahasiswa yang berprestasi dan memiliki integritas dalam pengembangan ilmu politik. Pada 2005, Anies menjabat sebagai Direktur Riset The Indonesian Institute, sebuah organisasi yang berfokus pada riset dan analisis kebijakan publik. Setahun kemudian, Anies ditugaskan sebagai Penasihat Nasional di Partnership for Governance Reform. Anies banyak memberikan kontribusinya dalam menangani otonomi daerah ke instansi terkait. Pada 2007, Anies terpilih sebagai Rektor Universitas Paramadina dan dinobatkan menjadi rektor termuda di Indonesia (38 tahun). Anies menggagas Paramadina Fellowship. Sebuah program kuliah gratis yang merekrut anak-anak terbaik dari berbagai daerah. Selain itu, Anies juga menggagas pengajaran anti korupsi dan membuat mata kuliah wajib Anti Korupsi.

66

Hasil kerja kerasnya itu rupanya mendapat perhatian dunia internasional. Pada 2008, majalah internasional terkemuka Foreign Policy memasukkannya ke dalam daftar 100 Intelektual Dunia. Anies merupakan satu-satunya figur dari Indonesia dan Asia Tenggara yang masuk dalam daftar 100 intelektual dunia.1

Tabel III.A.1 Lini Masa Anies Baswedan2

Tahun Lini Masa

1969 Lahir di Kuningan, Jawa Barat, pada 7 Mei dari pasangan Rasyid Baswedan (Mantan Wakil Rektor Universitas Islam Indonesia) dan Alyah (Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta).

1980 Lulus dari SD Laboratori, Yogyakarta.

1983 Lulus dari SMP Negeri 5 Yogyakarta.

1985 Menjadi Ketua OSIS se-Indonesia.

1987 Terpilh sebagai peserta program pertukaran pelajar siswa Indonesia-Amerika (AFS), Anies tinggal di Milwakuee, Wisconsin, AS, selama satu tahun sehingga kelulusannya molor 1 tahun.

1 Gun Gun Heryanto dan Iding Rosyidin, 10 Tokoh Transformatif Indonesia, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2015), h. 4-6. 2 Gun Gun Heryanto dan Iding Rosyidin, 10 Tokoh Transformatif Indonesia, h. 18-19.

67

1989 • Lulus dari SMA Negeri 2 Yogyakarta.

• Menjadi salah satu pewawancara di Televisi Republik indonesia (TVRI) Yogyakarta dalam program Tanah Merdeka.

1992 Menjadi Ketua Senat UGM.

1993 Mendapat beasiswa musim panas di Sophia University lepang. Beasiswa ini diberikan oleh Japan Airlines Scholarship UAL Foundation).

1996 Menikahi Fery Farhati Ganis pada 11 Mei.

1997 Mendapatkan beasiswa studi master bidang International Security and Economic Policy di University of Maryland, College Park, AS.

1998 Mendapatkan penghargaan ASEAN Student Awards Program dani USAID-USIA-NAFSA Di masa ini pula Anies dianugerahi William P Cole lⅢ Fellowship dari School of Public Policy, University of Maryland, AS.

1999 Mendapatkan beasiswa program doktoral dari Northern Illinois University. Anies menulis disertasi bertajuk: “Otonomi Daerah dan Pola Demokrasi di Indonesia”.

68

2004 Mendapatkan Gerald S. Maryanov Fellow dari Northern Illinois University. Beasiswa ini diberikan kepada mahasiswa Northern Illinois University yang dianggap berprestasi dan punya integritas dalam pengembangan ilmu politik.

2005 Menjadi Direktur Riset The Indonesian Institute, lembaga yang berfokus pada riset dan analisis kebijakan publik.

2006 Menjadi Penasihat Nasional di Partnership for Governance Refom untuk masalah-masalah desentralisasi dan otonomi daerah.

2007 Menjadi rektor termuda Indonesia (38 tahun) saat terpilih sebagai Rektor Universitas Paramadina.

2008 Masuk dalam daftar 100 Intelektual Publik Terkemuka (Top 100 Publik Intellectuals) versi majalah Foreign Policy. Anies menjadi satu- satunya orang Indonesia dan Asia Tenggara yang masuk dalam daftar di Tahun ini.

2009 Didapuk sebagai Young Global Leaders 2009 dari Forum Ekonomi Dunia (The World Ekonomic Forum).

2010 • Mendirikan Yayasan Gerakan Indonesia mengajar.

69

• Masuk dalam daftar 20 tokoh penting yang akan mengubak dunia pada 20 tahun mendatang (World’s 20 Future Figure) versi Majalah Foresight.

• Terpilih sebagai anggota Tim 8 KPK untuk meneliti kasus perseteruan KPK dengan Kepolisian RI yang terkenal dengan nama “Cicak vs Buaya”. Kasus ini menyeret dua pimpinan KPK, Bibid Samad Rianto dan Chandra M. Hamzah, yang diduga dikriminalisasi.

• Masuk dalam daftar 500 Muslim Berpengaruh Dunia versi Royal Islam Strategic Cnter, Kerajaan Yordania.

2011 • Menggagas gerakan Indonesia Menyala.

• Menyampaikan orasi budaya berjudul “Melunasi Janji Kemerdekaan” di Universitas Paramadian pada 15 Agustus.

2012 • Menggerakkan ribuan orang di berbagai kota untuk mengorganisir dan mengajar selama satu hari di Sekolah Dasar yang dikenal dengan gerakan Indonesia Mengajar.

70

• Mendapat Anugerah Seputar Indonesia Kategori Tokoh Transformasi Sosial dan SINDO.

2013 • Menjadi Ketua Komite Etik KPK untuk menyelidiki bocornya surat perintah penyidikan (sprindik) kasus korupsi proyek Hambalang.

• Menerima tawaran menjadi peserta Konvensi Calon Presiden (Capres) Partai Demokrat sebagai bentuk turun tangan melunasi janji kemerdekaan.

2014 • Menyatakan dukungan resmi kepada pasangan Jokowi-JK dalam Pilpres 2014. Dukungan ini disampaikan resmi di laman anisBaswedan.com pada 22 Mei.

• Menjadi juru bicara pemenangan pasangan Jokowi-JK sesuai hasil rapat gabungan parta- partai pendukung Jokowi-JK.

• Dilantik menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

2016 Dicopot oleh Jokowi dalam reshuffle Kabinet Jilid II, 27 Juli 2016 dan posisi Kemendikbud

71

digantikan oleh kader Muhammadiyah, Muhadjir Effendy.3

2017 Berpasangan dengan Sandiaga Uno, Anies memenangkan Pilkada DKI Jakarta 2017 dengan perolehan suara 57,96 persen. Disini Anies Diusung oleh Partai Gerindra.4

2018 Menyatakan dukungan kepada Prabowo-Sandi dalam pemilu 2019. Hal itu diungkapkan di Mata Najwa episode “Drama Orang Kedua”.5

3 Andreas Lukas Altobeli, Anies Baswedan, Dilantik, Dicopot, dan Dilantik Lagi oleh Jokowi, dilansir dari https://nasional.kompas.com/ read/2017/10/17/08253771/anies-baswedan-dilantik-dicopot-dan-dilantik-lagi- oleh-jokowi?page=all, pada 9 November 2020, pukul 16.32. 4 Andreas Lukas Altobeli, Anies Baswedan, Dilantik, Dicopot, dan Dilantik Lagi oleh Jokowi, dilansir dari https://nasional.kompas.com/read/ 2017/10/17/08253771/anies-baswedan-dilantik-dicopot-dan-dilantik-lagi-oleh- jokowi?page=all, pada 9 November 2020, pukul 16.32. 5 Najwa Shihab, Mata Najwa Part 3 Drama Orang Kedua: Anies: Saya Selalu Kangen Bang Sandi, dilansir dari https://www.youtube.com/watch? v=A__lgsq6RPo&t=110s, pada 9 November 2020, pukul 16.40.

72

B. Kebijakan Anies Baswedan Selama Pandemi Covid-19 di DKI Jakarta

Berdasarkan data kasus positif Covid-19 dari Kementrian Kesehatan RI hari Senin 9 November 2020, akumulasi kasus positif di DKI Jakarta sebanyak 112.027.6 Dengan data tersebut, untuk sementara DKI Jakarta masih menempati posisi pertama penyumbang kasus positif Covid-19 terbanyak di Indonesia. Dilansir dari situs corona.jakarta.go.id, berikut grafik kenaikan kasus di DKI Jakarta hingga awal November 2020.7

Gambar III.B.1 (Tren Nasional dan Jakarta)8

6 https://corona.jakarta.go.id/id/data-pemantauan, diakses pada 9 November 2020, pukul 15.57. 7 https://corona.jakarta.go.id/id/data-pemantauan, diakses pada 9/11/2020, pukul 15.57. 8 Sumber Gambar: Screen Capture dari https://corona.jakarta.go.id/id/ data-pemantauan

73

Gambar III.B.2 (Penambahan Kasus Harian)9 Untuk mengatasi berbagai dampak yang ditimbulkan, sejumlah aturan dan kebijakan telah ditetapkan oleh Pemprov DKI Jakarta. Anies Baswedan selaku Gubenur DKI Jakarta bahkan mendapat skor tertinggi dalam survei pemuka opini dari Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia. Survei yang dirilis Kamis, 20 Agustus ini melibatkan 304 responden dari 20 kota di Tanah Air. Salah satu survei yang dilakukan terkait sense of crisis atau kepekaan kepala daerah dalam penanganan Covid-19. Para pemuka opini (opinion leader) yang menjadi responden diminta memberikan penilaian terhadap 7 nama kepala daerah. Hasilnya, Gubernur DKI Jakarta mendapat skor 72,9 dari 100.

Berikut beberapa kebijakan Anies Baswedan dan Pemprov DKI Jakarta dari bulan Maret-Oktober 2020 tentang penanganan Covid-19.

9 Sumber Gambar: Screen Capture dari https://corona.jakarta.go.id/id/ data-pemantauan

74

Tabel III.B.1 Tanggal Kebijakan 2 Maret 2020 • Langkah Pemprov DKI tangani Covid- 19, kirim pesan publik hingga penjemputan pasien. • Pemprov DKI bentuk tim tanggap Covid-19. 6 Maret 2020 Tim tanggap Covid-19 DKI Jakarta sediakan situs kanal informasi seputar layanan pemprov DKI Jakarta. 10 Maret 2020 Pemprov DKI Jakarta alokasikan anggaran belanja tidak terduga untuk pencegahan penularan Covid-19. 11 Maret 2020 Prioritaskan keselamatan masyarakat, Pemprov DKI bentuk tim review perizinan untuk menangkal penyebaran Covid-19. 13 Maret 2020 • Cegah penyebaran Covid-19, destinasi wisata milik Pemprov DKI Jakarta ditutup selama dua pekan. • Percepat pemeriksaan Covid-19, Pemprov DKI Jakarta ajukan laboratorium pendamping berstatus bsl 2+. 14 Maret 2020 Pemprov DKI Jakarta meniadakan kegiatan belajar mengajar di sekolah, antisipasi potensi penyebaran Covid-19.

75

15 Maret 2020 Tekan penyebaran Covid-19 di transportasi umum massal, Pemprov DKI cabut sementara kebijakan ganjil genap. 17 Maret 2020 Sesuai Keppres Nomor 7 tahun 2020, Gubernur Anies bentuk gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 DKI Jakarta. 18 Maret 2020 Datangi BNPB, Gubernur Anies perkuat koordinasi pemerintah pusat dan daerah untuk tangani Covid-19. 19 Maret 2020 • Pemprov DKI bersama tokoh agama dan budayawan sepakat tunda kegiatan peribadatan dan kebudayaan massal di Jakarta selama pandemi Covid-19. • Siaga Covid-19, Pemprov DKI Jakarta tunda salat jumat selama dua pekan. • Cegah penyebaran Covid-19, Gubernur Anies imbau jajaran sosialisasikan agar warganya tidak keluar Jakarta. 20 Maret 2020 • Gubernur Anies tetapkan ibu kota Jakarta berstatus tanggap darurat bencana Covid-19. • Pemprov DKI Jakarta batasi penggunaan transportasi umum, upaya minimalisir sebaran Covid-19.

76

23 Maret 2020 Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyerukan seluruh pelaku dunia usaha dan perkantoran di Jakarta memberlakukan kebijakan work from home. 27 Maret 2020 Tekan penyebaran Covid-19, penutupan destinasi wisata milik Pemprov DKI Jakarta diperpanjang. 28 Maret 2020 Pemprov DKI Jakarta perpanjang status tanggap darurat bencana Covid-19 hingga 19 April 2020. 2 April 2020 Pemprov DKI Jakarta menambah alokasi anggaran belanja tidak terduga hingga 3,032 triliun untuk penanganan Covid-19. 5 April 2020 Gubernur Anies keluarkan seruan penggunaan masker untuk cegah penularan Covid-19. 6 April 2020 • Antisipasi penyebaran Covid-19, Gubernur Anies wajibkan penggunaan masker di transportasi umum. • Waspada Covid-19, Pemprov DKI perpanjang masa work from home. 10 April 2020 Pemprov DKI Jakarta memberlakukan PSBB selama 2 pekan, hingga 23 April 2020.

77

17 April 2020 Pemprov DKI Jakarta sediakan situs resmi informasi dan edukasi penanganan Covid- 19. 22 April 2020 Cegah penularan Covid-19, Gubernur Anies imbau seluruh kegiatan ibadah ramadan dilakukan di rumah. 24 April 2020 Perpanjang masa PSBB sampai 22 Mei 2020. 24 Mei 2020 Perpanjangan masa PSBB sampai 4 juni 2020. 25 Mei 2020 Cegah potensi second wave, Pemprov DKI dan gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 bersinergi batasi arus balik menuju Jakarta.

28 Mei 2020 Disdik DKI Jakarta tegaskan sekolah dibuka jika situasi Covid-19 dinyatakan aman.

29 Mei 2020 Dishub DKI tegaskan pemeriksaan SIKM tetap dilakukan hingga status darurat bencana non-alam covid-19 usai.

5 Juni 20202 Penerapan PSBB Transisi. Tercatat lima kali PSBB transisi diberlakukan dan berakhir pada 10 September.

14 September • Penerapan PSBB ketat. 2020

78

• Isolasi mandiri di rumah tidak diizinkan lagi untuk mencegah terjadinya klaster perumahan.

24 September Tekan kenaikan kasus Covid-19, Pemprov 2020 DKI Perpanjang PSBB Di Jakarta

1 Oktober 2020 Kebijakan isolasi mandiri di rumah kembali diperbolehkan dengan syarat sesuai prosedur yang berlaku.

11 Oktober 2020 Kasus Covid-19 melandai, Jakarta kembali ke PSBB transisi.

25 Oktober 2020 Antisipasi lonjakan kasus Covid-19, Pemprov DKI Jakarta perpanjang PSBB masa transisi.

79

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Rasionalitas naratif Anies ketika melakukan retorika dalam mengomunikasikan kebijakan pandemi covid-19.

Retorika merupakan art of speech atau seni berbicara yang pastinya dimiliki pemimpin dengan gaya dan tipologinya sendiri. Kemampuan retorika diperlukan untuk mempersuasi rakyat, menyampaikan kebijakan ataupun mengklarifikasi sebuah kejadian. Salah satu pemimpin yang kerap menjadi sorotan karena kemampuannya mengolah bahasa adalah Anies Baswedan. Terutama saat menangani pandemi Covid-19, Anies seringkali mendapat perhatian lebih dari media maupun khalayak. Lantas seperti apa tipologi retorika Anies Baswedan selaku Gubernur Jakarta dalam mengomunikasikan pandemi Covid-19 di DKI Jakarta? Setelah melakukan wawancara langsung dengan Ali Rif’an selaku pengamat politik dan Direktur eksekutif Arus Survey Indonesia. Wawancara via video call whatsapp dengan Adi Prayitno selaku pengamat politik dan Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia. Wawancara via video call whatsapp dengan Abdul Rahman Ma’mun selaku Advistor Paramadina Public Policy Institute, Staf Khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Komunikasi Publik (2014-2016), sekaligus teman kuliah Anies Baswedan, peneliti menemukan beberapa fakta tentang retorika Anies yaitu:

80

1. Karakteristik Retorika Anies Baswedan

Pertama, Anies merupakan sosok yang memiliki gaya retorika terstruktur, penyusunan kata yang indah, bahkan disebut orator ulung. Ali Rif’an selaku pengamat politik dan Direktur eksekutif Arus Survey Indonesia mengatakan bahwa: “Dia itu mampu menyampaikan hal rumit menjadi sederhana. Itu karena latar belakang intelektual yang mumpuni. Anies mampu mengemas suatu kebijakan dengan tutur kata yang indah, bak puisi gitu. Jadi orang pun sudah tidak bertanya lagi itu kebijakan sudah tepat atau tidak, sudah terkesima duluan gitu loh, itu kelebihannya.” Abdul Rahman Ma’mun selaku Advistor Paramadina Public Policy Institute, Staf Khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Komunikasi Publik (2014-2016), sekaligus teman kuliah Anies Baswedan juga mengatakan bahwa: “Dalam menyampaikan sesuatu (Anies) selalu dengan artikulasi yang baik, gagasan dan pikirannya sangat baik. Pak Anies juga memiliki Apa yang disebut sebagai takaran. Takaran itu dosis, dosis itu didalamnya macem-macem. Ada sisi diksi (penggunaan kata), itu juga sangat sangat diperhatikan oleh beliau. Kedua dalam intonasi dan semuanya itu bergabung dalam artikulasi yang tepat.” Adi Prayitno selaku pengamat politik dan Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia mengatakan bahwa: “Dari segi penampilan Anies kalem ya. Mungkin karena posisinya sebagai orang Jawa, membuat retorikanya itu terbentuk

81 dengan tutur kata yang bersahaja, runtut dan sistematis. Itu membuat orang suka sama Anies. Peneliti mengambil contoh dari 2 video yang memiliki kesamaan dalam struktur pembicaraannya. Video pertama berjudul 11 Maret 2020 Gub Anies Baswedan Memberikan Preskon Tentang Update Covid-19. Video kedua berjudul 07 Apr 2020 Gub Anies Baswedan Preskon Terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar di DKI Jakarta.

Gambar IV.A.1.11

Gambar IV.A.1.22

1 Sumber gambar: Screen capture dari video Youtube https://www.youtube.com/watch?v= KOrOVWK-ENQ&t=1256s 2 Sumber gambar: Screen capture dari video Youtube https://youtu.be /B5iF7OQ14Yo

82

Pada video pertama, Anies membahas tentang langkah awal antisipasi pelonjakan kasus covid-19, sedangkan video kedua Anies membicarakan tentang PSBB pertama di DKI Jakarta. Dalam dua video tersebut, Anies terlihat runtut dalam menyampaikan kebijakannya. Pada menit awal, Anies menyampaikan latar belakang, argumentasi dan data untuk meyakinkan audience. Pada video pertama, diawali dengan salam kemudian disebutkan bahwa kebijakan telah disepakati bersama. “Baru saja kita selesai melakukan brifing kepada seluruh pimpinan SKPD, pimpinan BUMD di lingkungan Pemprov DKI Jakarta, kita memaparkan semua kemungkinan skenario yang harus kita siapkan.”3 Pada video kedua juga diawali salam dan dijelaskan bahwa kebijakan adalah hasil dari keputusan bersama.

“Baru saja kami dari seluruh jajaran forum koordinasi pimpinan daerah Pemprov DKI Jakarta menyelesaikan pembahasan terkait dengan pembatasana sosial berskala besar yang pada hari ini kita menerima surat keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.”4

3 Pemprov DKI Jakarta, 11 Maret 2020 Gub Anies Baswedan Memberikan Preskon Tentang Update Covid-19, diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=KOrOVWK-ENQ&t=1256s, pada 19 Desember 2020, pukul 21.00. 4 Pemprov DKI Jakarta, 07 Apr 2020 Gub Anies Baswedan Preskon Terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar di DKI Jakarta, diakses dari https://youtu.be/B5iF7OQ14Yo, pada 19 Desember 2020, pukul 20.30.

83

Kemudian pada menit berikutnya, Anies memaparkan kebijakan yang akan diterapkan. Pemaparan itu dikemas dengan kalimat yang menarik, sehingga secara tidak langsung audience akan diarahkan menerima kebijakan tersebut. Pada menit terakhir, Anies menyampaikan harapan atas kebijakannya dan dibarengi dengan motivasi untuk bersama-sama melawan covid-19. Kata- kata yang digunakan Anies pada dua video tersebut memang memiliki keindahan diksi pada beberapa kalimat, seperti pada menit ke 13:55 pada video pertama dan menit ke 3:28 pada video kedua Kita siapkan semua langkah itu sebagai sikap bertanggungjawab sekaligus menujukkan bahwa prioritas kita adalah melindungi segenap tumpah darah Indonesia. Karena itu perintah konstitusi yang menempel kepada kita dan kita laksanakan perintah konstitusi itu dengan sebaik- baiknya. Tapi ini tidak cukup dikerjakan oleh pemerintah DKI tapi harus menjadi gerakan semesta.5 “Jadi bagi masyarakat Jakarta yang akan kita lakukan, mulai tanggal 10 uamanya adalah ada komponen penegakan, karena akan disusun peraturan yang peraturan ini memiliki kekuatan mengikat pada untuk mengikuti. Kita berharap pembatasan nanti bisa ditaati, sekaligus menjadi

5 Pemprov DKI Jakarta, 11 Maret 2020 Gub Anies Baswedan Memberikan Preskon Tentang Update Covid-19, diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=KOrOVWK-ENQ&t=1256s, pada 19 Desember 2020, pukul 21.20.

84

pesan bagi semua bahwa ketaatan kita untuk membatasi pergerakan, membatasi interaksi itu akan sangat mempengaruhi kemampuan kita untuk mengendalika virus ini.6 Anies memberikan penjelasan dengan pelafalan yang hati- hati, dan tidak tergesa-gesa. Hal itu membuat siapapun yang mendengar retorika Anies, bisa lebih memahami apa yang dia katakan. Kedua, Anies merupakan seorang orator yang pandai menjaga emosinya. Ketika menanggapi kritik yang menyerangnya, Anies akan cenderung tenang. Sementara untuk mengkritik suatu hal, Anies tidak langsung menyerang objeknya, namun dengan kalimat, simbol, dan wacana yang terkesan menyindir. Ketiga narasumber sepakat dengan hal tersebut. Ali Rif’an selaku pengamat politik dan Direktur eksekutif Arus Survey Indonesia mengatakan bahwa: “Beliau (Anies) memiliki retorika yang bagus. Pembawaannya tenang dan memang orang yang secara intelektual sudah di atas rata-rata. Pengendalian emosi beliau sangat bagus, karena satu beliau ditempa dalam iklim di Yogyakarta yang terkenal sangat halus. Kedua, karena intelektualnya” “Iya, Anies tidak langsung melontarkan kritik begitu.

6 Pemprov DKI Jakarta, 07 Apr 2020 Gub Anies Baswedan Preskon Terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar di DKI Jakarta, diakses dari https://youtu.be/B5iF7OQ14Yo, pada 19 Desember 2020, pukul 20.45.

85

Kalau istilah Jawanya itu nabok milih tangan. Jadi kalau mau mengkritik misalkan mengkritik Nikmah maka akan melalui temannya Nikmah seperti Abidin. Itu Anies melakukan seperti itu, saya yakin juga di lapangan, komunikasi pemerintahannya juga seperti itu.” Adi Prayitno selaku pengamat politik dan Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia mengatakan bahwa: “Anies tidak pernah tempramental, pilihan kata diksinya itu cukup runtut dan bersahaja tidak nyakitin orang. Secara teknis, intonasi, cara berbicara, bertutur kata, terus kemudian gaya tubuh itu sangat lembut, alus lembut, tidak pernah meledak- ledak. Ataupun terpancing secara emosional untuk mengomentari persoalan yang selalu menyerang dirinya, itu Anies itu.” “Ga pernah dia (mengkritik seseorang langsung), salah satu kritikan disitu langsung berupa kebijakan atau usulan kebijakan. Cara mengkritik orang yang berbeda dari dirinya ya melalui sebuah usulan-usulan, program kebijakan yang berbeda dan programnya itu dinilai pro terhadap pementasan kesehatan dan yang lain.” Abdul Rahman Ma’mun selaku Advistor Paramadina Public Policy Institute, Staf Khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Komunikasi Publik (2014-2016), sekaligus teman kuliah Anies Baswedan juga mengatakan bahwa: “Kadang-kadang tidak perlu emosi karena yang dikritik kebijakan bukan pribadinya Pak Anies walau kadang ada yang kebablasan juga mengkritik kepribadiannya Pak Anies. Tapi beliau selalu menganggap bahwa kalau menjadi seorang

86 pemimpin itu harus siap dikritik kalau tidak siap dikritik tidak siap untuk dicaci maki dihujat maka jangan jadi pejabat publik.” Dalam kasus kerumunan Rizieq Shihab, banyak respon negatif terhadap pemprov DKI Jakarta, terutama mengarah pada Anies. Dilasir dari Republika.com, Kerumunan massa yang disebabkan Rizieq membuat Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono mengancam mempidanakan Anies Baswedan. Anies diduga telah melanggar Pasal 93 Undang-Undang (UU) Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan dengan ancaman satu tahun penjara dan denda Rp 100 juta.7 Kemudian dalam video berikut ini, Anies memberikan tanggapan bahwa pemprov DKI Jakarta serius dalam menerapkan protokol kesehatan.

Gambar IV.A.1.38

7 Indira Rezkisari, Kerumunan HRS yang Berbuntut Ancaman Pidana ke Anies, diakses dari https://republika.co.id/berita/qjvyk8328/kerumunan-hrs- yang-berbuntut-ancaman-pidana-ke-anies, pada 19 Desember 2020 pukul 22.27. 8 Sumber gambar: Screen capture dari video Youtube https://www. youtube.com/watch?v= f7eChBf-i1g&t=34s

87

Pemprov DKI bekerja berdasarkan peraturan yang ada ketika kita mendengar kabar ada sebuah kegiatan maka secara proaktif mengingatkan tentang ketentuan yang ada. Jadi kalau kemarin walikota Jakarta pusat mengirimkan surat mengingatkan bahwa ada ketentuan yang harus ditaati dalam kegiatan-kegiatan dan ini dilakukan oleh Jakarta. Anda boleh cek wilayah mana di Indonesia yang melakukan pengiriman surat mengingatkan secara proaktif bila terjadi potensi pengumpulan. Maka pelanggaran itu ditindak sesegera mungkin, dalam waktu kurang dari 24 jam Pemprov DKI menegakkan aturan. Artinya yang melanggar yang harus ditindak, itu yang kita lakukan kita bisa saksikan di berbagai tempat ada aktivitas-aktivitas kerumunan Apakah kemudian dilakukan tindakan? Jakarta memilih melakukan tindakan.9 Dalam video tersebut, Anies terlihat tenang menanggapi kritikan terhadapnya. Disamping itu, Anies juga melontarkan sindiran pada pemerintah tentang kerumunan Pilkada. Bahwasannya, Pemprov DKI secara proaktif mengirimkan surat untuk mengingatkan bila terjadi potensi pengumpulan, sedangkan provinsi lain tidak melakukannya. Ketiga, dalam beretorika, Anies mampu memprediksi respon publik terhadap apa yang dia ungkapkan. Dalam hal ini,

9 KompasTV, Anies Baswedan Tanggapi Kritikan Dari Pemerintah Soal Cegah Kerumunan, diakses dari https://www.youtube.com/watch? v=f7eChBf-i1g&t=34s, pada 19 Desember 2020, pukul 23.10.

88

Anies mampu memainkan emosi publik. Seperti yang diungkapkan oleh Ali Rif’an selaku pengamat politik dan Direktur eksekutif Arus Survey Indonesia. “Beliau ‘singa podium’ jadi memang sudah terbiasa di panggung karena sudah biasa di panggung itulah dia mampu menguasai sandiwara sandiwara panggung dan dia paham. Mana gimmick-gimmick yang mendatangkan orang untuk tertawa atau marah. Anies benar-benar sudah bisa memainkan emosi publik dan salah satu ciri politisi ulung itu ketika dia bisa memainkan emosi publik.” Adi Prayitno selaku pengamat politik dan Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia mengatakan bahwa: “Jadi karena dia (Anies) seorang politisi, posisinya sebagai gubernur, maka statement-statement politiknya tentu sangat diatur dan terukur. Sehingga pesan politik yang disampaikan Anies itu satu, sampai kepada publik dan tentu saja dalam banyak hal memancing perdebatan yang cukup serius di level media. Anies tentu sudah mengkalkulasi secara substansi cukup dalam.” Dilansir dari kompas.com, Anies menyampaikan bahwa dirinya dinyatakan positif covid-19 berdasarkan tes swab yang hasilnya keluar pada Selasa (1/12/2020) dini hari.10 Saat

10 Rindi Nuris Velarosdela, Ryana Aryadita Umasugi, Rosiana Haryanti, Anies Baswedan dan Daftar Pejabat Pemprov DKI Jakarta yang Positif Covid-19, diakses dari https://www.google.com/amp/s/amp. kompas.com/tren/read/2020/12/01/104700165/anies-baswedan-dan-daftar-

89 dinyatakan positif, Anies langsung mengumumkan secara virtual melalui media sosialnya.

Gambar IV.A.1.411

“Saya memilih untuk mengumumkan pada kesempatan pertama pagi hari ini. Sebagaimana kita selalu melakukan dalam penanganan covid. Sejak bulan Maret yang lalu kita selalu sampaikan apa adanya, transparan, tidak ditambah, tidak dikurangi, dan diberikan secara lengkap. Menyangkut kebijakan, kita terbuka, kita transparan, begitu juga ketika menyangkut situasi yang saya hadapi pada hari ini. Saya akan tetap bekerja dari rumah, bekerja secara virtual dan insya allah tidak akan ada gangguan dalam proses pengambilan keputusan dan juga dalam proses

pejabat-pemprov-dki-jakarta-yang-positif-covid-19, pada 20 Desember 2020, pukul 12.50. 11 Sumber gambar: Screen capture dari video Instagram https://www.instagram.com/tv/ CIPVCJlg8Oq/?igshid=1e6dsai7d24ff

90

pemerintahan dan sesuai dengan protokol juga sesuai aturan kita tetapkan.”12 Pada pengumuman tersebut, Anies mengabarkan bahwa dalam penanganan covid-19 Pemprov DKI selalu transparan, tak terkecuali pada kondisi kesehatan para pemimpinnya. Anies mengungkapkan, bahwa ia memilih terbuka tentang kondisinya agar mempermudah proses tracking tim kesehatan. Namun apakah hanya untuk alasan tersebut? Dilansir dari liputan6.com, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko memuji sikap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Ketua PBNU KH Said Aqil Siroj yang mengumunkan dirinya positif covid-19. Dia menilai sikap keterbukaan informasi ini merupakan bentuk pertanggungjawaban.13 Selain itu, respon warganet terkait unggahan Anies juga sangat postif. Mayoritas dari mereka empati hingga mendoakan kesembuhan untuk Sang Gubernur. Dilansir dari Bisnis.com, hingga pukul 10.55 WIB, cuitan Anies di twitter telah dicuit ulang lebih dari 800 kali dengan like lebih dari 3.000.14

12 Diakses dari https://www.instagram.com/tv/CIPVCJlg8Oq/?igshid= 1e6dsai7d24ff, pada 20 Desember 2020, pukul 12.00. 13 Lizsa Egham, Istana Puji Sikap Anies dan Sa’id Aqil Terbuka Positif Covid-19, diakses dari https://m.liputan6.com/news/read/4422631/istana-puji- sikap-anies-dan-said-aqil-terbuka-positif-covid-19, pada 20 Desember 2020, pukul 13.40 . 14 Aprianus Doni Tolok, Anies Baswedan Positif Covid-19, Begini Reaksi Warganet, diakses dari https://jakarta.bisnis.com/read/20201201/ 77/1324711/anies-baswedan-positif-covid-19-begini-reaksi-warganet, pada 20 Desember 2020, pukul 13.55.

91

Dalam konteks politik, sikap terbuka yang ditunjukkan Anies sebenarnya erat kaitannya dengan konsep Grotesque Transparency yang diungkapkan oleh Isaac Nahon Serfaty, seorang profesor di bidang komunikasi kesehatan dari Universitas of Ottawa. Dalam tulisannya di The Conversation, Serfaty mengatakan bahwa Grotesque Transparency terjadi ketika seseorang, biasanya pemimpin politik atau tokoh masyarakat, membuka diri kepada publik, terkait pengalaman-pengalaman buruk yang dialaminya, salah satunya terkait penyakit. Secara umum, memang ada dua hal yang bisa dilakukan oleh pemimpin ketika menghadapi situasi semacam ini, yakni merahasiakannya seperti yang dilakukan Winston Chrunchill saat didiagnosa penyakit stroke pada 1949, atau memanfaatkannya untuk mendapatkan atensi publik yang sangat besar seperti yang dilakukan mendiang Presiden Venezuela, Hugo Chavez yang menderita penyakit kanker.15 Terlepas dari maksud asli keterbukaan Anies tentang kondisinya, Anies berhasil mendapat respon postif dari berbagai pihak. Ini membuktikan bahwa Anies mampu mengkakulasi respon apa yang ingin dia dapatkan dan telah terealisasikan. Selain contoh tersebut, kebijakan Anies menarik rem darurat, dirasa sudah dia prediksi sebelumnya. Dalam ILC episode Gubernur Anies: Akhirnya Menarik Rem Kompromi 15

15 Posotif Covid-19, Anies Ungguli Trump?, diakses dari https://pinterpolitik.com/positif-covid-19-anies-ungguli-trump, pada 20 Desember 2020, pukul 14.03.

92

September 2020, pada menit ke 05:48, Karni Ilyas menuturkan bahwa: Kuat dugaan bahwa Anies memang merasa bahwa keputusan itu akan banyak reaksi, terutama dari sektor- sektor ekonomi termasuk menteri perekonomian. Karena dampaknya adalah ke ekonomi. Benar saja, pada kamis reaksi datang dari menteri perekonomian Erlangga Artanto bahwa pasar saham anjlok sampai 5% dan dolarpun naik (rupiah tertekan) dan itu menurut menteri perekonomian merupakan akibat dari pengumuman Anies tentang tarik rem darurat.16 Keempat, Anies tidak pernah melakukan overkill dalam retorikanya (mengalahkan lawan bicara atau lawan politiknya secara mutlak), sehingga terkesan bermain zero enemy.

Hal ini diungkapkan oleh Abdul Rahman Ma’mun selaku Advistor Paramadina Public Policy Institute, Staf Khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Komunikasi Publik (2014- 2016), sekaligus teman kuliah Anies Baswedan. “Beliau (Anies) pernah katakan juga kepada saya, “kalau kita punya teman berdebat, kalau kira-kira dengan gagasan satu, dua, tiga itu dia sudah bisa menerima gagasan kita, kita tidak perlu melanjutkan pada empat dan lima. Sehingga dia merasa kalah dan tidak berkutik dan mati kutu, jangan sampai begitu.”

16 Indonesia Lawyers Club, Gubernur Anies Akhirnya Menarik Rem Kompromi, diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=AaGJsstNnlY&t =4025s, pada 3 Januari 2020, pukul 14.36.

93

Karena kalau sampai lawan kita tidak berkutik dan mati kutu, itu adalah kalau istilah beliau (Anies) dinamakan overkill. Kalau sudah kalah ya sudah tidak perlu dibunuh kira-kira gitu.” Adi Prayitno selaku pengamat politik dan Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia mengatakan bahwa: “Anies terlampau ‘zero enemy’ orientasi politiknya dalam retorika. Artinya tidak mau mencari musuh, makanya kemudian statement-statement retorika politiknya itu datar, tapi substansinya bagus gitu ya. Datar, tidak menyerang tidak agresif gitu ya karena Anies itu tidak mau sedikitpun bisa melukai dan menciptakan musuh di sekitar lingkungan politiknya.” Saat Anies mengumumkan wacana tarik rem darurat pada Rabu, 7 Juli 2020, banyak pro kontra dari berbagai kalangan. Kritikan pertama berasal dari sektor ekonomi. Dilansir dari kompas.com, 3 Menteri Ekonomi Jokowi singgung Anies soal PSBB di Jakarta. Airlangga Hartanto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian menyebut anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) karena tertekan oleh pengumuman PSBB DKI Jakarta. Agus Suparmanto, Menteri Dalam Negeri mengatakan bahwa PSBB bisa berpotensi mengganggu kelancaram distribusi barang. Agus Gumiwang, Menteri Perindustrian mengatakan kinerja industri manufaktur bakal kembali tertekan akibat keputusan tersebut.17

17 Mutia Fauzia, Yohana Artha Uly, Kala 3 Menteri Ekonomi Jokowi Singgung Anies Soal PSBB Jakarta diakses dari https://money.kompas.com/read/2020/09/11/070200226/kala-3-menteri-

94

Salah satu alasan Anies ingin tarik rem darurat adalah keterbatasan rumah sakit yang menampung pasien covid-19. Dalam hal ini, Airlangga Hartanto juga membantah hal tersebut. Dilansir dari cncbindonesi.com, Airlangga Hartanto yang memimpin rapat koordinasi KPCPEN bersama 8 gubernur dan kepala daerah di Jakarta dan sekitarnya mengatakan bahwa, “Pemerintah menegaskan bahwa tidak ada kapasitas kesehatan yang terbatas karena pemerintah mempunyai dana yang cukup dan pemerintah akan terus menambah kapasitas bed sesuai dengan kebutuhan dan meyakinkan bahwa seluruh daerah termasuk DKI Jakarta failitas kesehatan akan terus dimaksimalkan oleh pemerintah.”18 Kritikan berikutnya terkait dengan koordinasi. Dilansir dari liputan6.com, Tenaga Ahli Kantor Sraf Presiden (KSP) Donny Gahral AdiaALI n mengatakan, pemerintah pusat pada dasarnya bukan tidak menyetujui kebijakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menerapkan PSBB ketat. Menurut dia, seharusnya ada koordinasi terlebih dahulu untuk menyeimbangkan antara urusan kesehatan dan ekonomi di masa pandemi Covid-19. Dia pun menyayangkan keputusan PSBB ketat

ekonomi-jokowi-singgung-anies-soal-psbb-jakarta pada 22 Desember 2020, pukul 11.49. 18 Cantika Adinda Putri, Anies PSBB Total Hingga RS Penuh, Ini Sikap Pemerintah Pusat!, diakses dari https://www.cnbcindonesia.com/news/ 20200910143234-4-185856/anies-psbb-total-hingga-rs-penuh-ini-sikap- pemerintah-pusat, pada 22 Desember 2020, pukul 12.20.

95 diambil tanpa koordinasi dengan pemerintah pusat.19 Kritikan itu dijawab Anies dalam ILC episode Gubernur Anies: Tarik Rem kompromi.

Gambar IV.A.1.520 Menanggapi masalah perekonomian, Anies memberikan keterangan pada menit 43:57, bahwa: Yang penting kita sama-sama menjalankan sesuai arahan bapak Presiden bahwa ketika kita menangani kasus covid ini, pastikan kesehatan no. 1, pastikan bahwa perekonian juga tetap ada ruang untuk bisa bergerak. Dan kami di Pemprov Jakarta menyadari persis konsekuensi dari kegiatan perekonomian yang mengalami perlambatan. Karena APBD kita, pendapatan kita mengandalkan pajak. Dan ketika kegiatan perekonomian itu mengalami pengurangan yang signifikan. Maka pendapatan Pemprov

19 Lisza Egeham, Istana Sayangkan Anies Tak Koordinasi Sebelum Putuskan PSBB Ketat Jakarta, diakses dari https://www.liputan6.com /news/read/4354532/istana-sayangkan-anies-tak-koordinasi-sebelum-putuskan- psbb-ketat-jakarta, pada 22 Desember 2020, pukul 12.21. 20 Sumber gambar: Screen capture dari video Youtube https://www.youtube.com/watch?v= AaGJsstNnlY&t=4025s

96

DKI juga mengalami penurunan yang sangat signifikan. Kami menyadari persis. Tapi di sisi lain kami menyaksikan bahwa petugas-petuga kita setiap hari merasakan jumlah yang harus dimakamkan lebih banyak. Dokter-dokter di rumah sakit yang mulai kualahan dengan jumlah pasien. Itu juga kita rasakan.21 Menanggapi masalah ketersediaan rumah sakit, Anies menjawab pada menit ke 19:27. Kenyataannya, jumlah tempat tidur untuk rawat inap, maupun jumlah tempat tidur untuk ICU itu ada batasnya. Dan batasnya darimana? Kita tau persis. Makanya kalau ditanya jumlah tempat tidur di Jakarta kita tau persis wong kita siapkan itu selama berbulan-bulan. Jumlahnya cukup untuk menangani kasus seperti yang bergerak selama ini. Tapi begitu 10 hari pertama lompatnya tinggi, penambahannya tinggi. Pada saat itu kita menyadari bahwa kapasitas yang ada akan bisa kualahan untuk menampung jumlah pasien bila tidak ada intervensi22 Kemudian dalam menanggapi masalah koordinasi, Anies menyampaikan pada menit ke 36:67 Nah kami juga percaya, koordinasi kita berjalan dengan

21 Indonesia Lawyers Club, Gubernur Anies Akhirnya Menarik Rem Kompromi, diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=AaGJsstNnlY&t= 4025s, pada 22 Desember 2020, pukul 08.00. 22 Indonesia Lawyers Club, Gubernur Anies Akhirnya Menarik Rem Kompromi, diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=AaGJsstNnlY&t= 4025s, pada 22 Desember 2020, pukul 08.30.

97

baik, komunikasi dengan pemerintah itu berjalan baik. Kita komunikasi terus. Baik dengan PNPB maupun dengan satgas nasional. Karena pertemuannya rutin. Jadi dengan Pak Doni di PNPB itu rutin dan itulah memang selama ini yang bekerja menangani covid sama-sama. Setiap minggu malam itu selalu ada rapat koordinasi dengan video conferm, itu rutin tiap minggu malam. Menyampaikan apa yang terjadi apa langkahnya. Jadi apa yang dialami Jakarta, itu juga sesuatu yang kita sampaikan dengan pemerintah pusat dan kita berkoordinasi terus.23 Dari contoh tersebut, terlihat bahwa Anies menjawab semua kritikan dan masukan dengan sewajarnya. Datanya akurat, argumentasinya logis dan tidak menjatuhkan orang yang mengkritiknya. Caranya menjawab juga dengan hati-hati dan dengan memberikan senyuman. Hal tersebut tentunya baik untuk citra seorang pemimpin. Cara Anies ini memberikan kesan zero enemy pada gaya kepemimpinanya. Dimana dia tidak ingin menciptakan musuh karena perkataannya. Kelima, dalam komunikasinya, kedua narasumber berbeda pendapat. Ali Rif’an selaku pengamat politik dan Direktur eksekutif Arus Survey Indonesia mengatakan bahwa Anies adalah tipe high context. Hal itu diungkapkan dalam pernyataannya: “Pertama kalau dari komuni kasi politik, Anies

23 Indonesia Lawyers Club, Gubernur Anies Akhirnya Menarik Rem Kompromi, diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=AaGJsstNnlY&t= 4025s, pada 22 Desember 2020, pukul 08.50.

98 menggunakan pola komunikasi hight contect. Hight contect berarti kan lebih banyak bicara tidak langsung to the point. komunikasi hight contect itu biasanya lebih detail, makanya Anies dalam menyampaikan sesuatu ada penjabaran, dia menyampaikan latar belakang gitu ya, termasuk data-data juga lebih komplit. Itu kelebihan komunikasi hight contect.” Sedangkan Adi Prayitno selaku pengamat politik dan Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia mengatakan bahwa: “Low context dia. Kalau low context itu kan langsung to the point kan, direct gitu, langsung ke jantung persoalan. Karena dia low context, jadi pesan dan retorika politik itu direct langsung ke persoalan corona dan secara tidak langsung dia ingin mengkritik pemerintah itukan direct.” Peneliti mengambil contoh bahwa Anies high context dari video pengumuman bahwa Anies positif covid-19, menit pertama. Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh. Ibu dan Bapak warga Jakarta yang saya cintai. Pagi hari ini saya ingin menyampaikan informasi terkait dengan saya. Seperti telah diketahui Bapak Wakil Gubernur beberapa hari yang lalu, beliau terdeteksi positif dan teridentifikasi tertular dari staff pribadi yang dulunya tertular lewat klaster keluarga. Walaupun saya secara rutim melkukan swab test, dan swab terakhir itu dilakukan hari Rabu, tanggal 25 November yang hasilnya negatif. Tapi setelah mendengar kabar bahwa Bapak Wagub Positif, sementara kita ada interaksi yang cukup dekat. Maka sesuai protokol

99

kesehatan saya kembali melakukan tes. Pada hari Minggu, tanggal 29 November. Saya memulai dengan menjalani swab anti gen, karena beberapa hari sebelumnya kita ketemu tadi. Dan hasilnya negatif. Lalu hari Senin, tanggal 30 November, saya kembali menjalani swab PCR sebagai konfirmasi atas hasil anti-gen hari sebelumnya. Dan ternyata malamnya, dini hari saya mendapat kabar kalau hasilnya positif. Hasil tes PCR mengatakan bahwa saya positif covid-19.24 Dari contoh tersebut, terlihat bahwasannya ketika Anies akan menyampaikan dirinya positif covid-19, terdapat latar belakang atau kata pengantar yang cukup panjang. Beberapa pemimpin dengan tipe low context cenderung akan berbicara langsung ke inti permasalahannya atau dalam hal ini langsung mengatakan bahwa dirinya positif covid-19. Komunikasi high context dalam beberapa hal memang dianggap bertele-tele dan memakan waktu yang cukup panjang. Namun perlu diperhatikan bahwa jenis komunikasi ini akan lebih detail, sehingga informasi yang tersampaikan lebih lengkap.25 Sementara pernyataan Adi Prayitno yang mengatakan bahwa Anies low context, dimaksudkan untuk kebijakannya. Dimana kebijakan Anies terkesan to the point, dan langsung

24 Diakses dari https://www.instagram.com/tv/CIPVCJlg8Oq/?igshid= 1e6dsai7d24ff, pada 21 Desember 2020, pukul 09.10. 25 Yunita Budi Rahayu Silintowe, Komunikasi Bisnis Lintas Budaya Sekretaris Pada Atasan (Studi Pada Alila Hotel Solo), Jurnal Komunikasi, Vol. 8 No. 2, 2016, h. 153.

100 mengarah pada persoalan yang tengah dihadapi. Sebagai contoh, saat Pemerintah pusat belum memberikan keterangan tentang kasus pertama covid-19, Anies sudah mengambil langkah darurat dan memberikan data terkait suspect covid-19 di Jakarta. Ketika pemerintah pusat masih mempertimbangkan keputusan lockdown, Anies terlebih dahulu mengusulkan hal tersebut. Ketika Presiden Jokowi memberikan instruksi untuk lebih mementingkan kesehatan daripada ekonomi, Anies langsung menyusun wacana tarik rem darurat. Ketiga hal itu merupakan beberapa wacana yang menurut Adi masuk kategori low context. Keenam, dari tiga tipologi orator, Anies masuk dalam tipologi rhetorically sensitive. Hal ini disampaikan oleh Ali Rif’an selaku pengamat politik dan Direktur eksekutif Arus Survey Indonesia mengatakan bahwa. “Sebenarnya saya lihat cenderung ke yang ketiga (rhetorically sensitive), cukup responsif. Ada isu-isu apa beliau muncul.” Abdul Rahman Ma’mun selaku Advistor Paramadina Public Policy Institute, Staf Khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Komunikasi Publik (2014-2016), sekaligus teman kuliah Anies Baswedan mengatakan bahwa: “Kalau dipaksa untuk mendekat dekatkan tipologi retorika tadi, mungkin pak Anies lebih dekat ke yang terakhir ya rhetoricaly sensitive. Walaupun saya tidak yakin apakah itu bisa mewakili semuanya dari dia (Anies). Tapi paling tidak itu lebih dekat.” Peneliti mengambil contoh dalam video “115 Orang

101

Dalam Pantauan, 32 Orang Diawasi Terkait Virus Corona di Jakarta.”

Gambar IV.A.1.626 Sampai saat ini, selama 1 bulan lebih di DKI ini ada 115 orang yang dalam pemantauan dan ada 32 pasien yang dalam pengawasan. Ini semua mengikuti kriteria yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. Kita sudah menyiapkan dan mengeluarkan Instruksi Gubernur untuk menyikapi perkembangan corona virus yang terjadi di Indonesia, dan ini adalah bagian dari kewaspadaan dan persiapan kita bila terjadi kasus corona virus di Jakarta. Tapi Ingub ini bukan satu-satunya, saat ini kita sedang dalam proses pembentukan tim tanggap covid-19. Tim ini nantinya akan menjadi pusat pengendali untuk pemantauan pencegahan dan penanggulangan covid-19.27

26 Sumber gambar: Screen capture dari video Youtube https://www.youtube.com/watch?v= vTg8I0x6JFk 27 KompasTV, 115 Dalam Pantauan, 32 Orang Diawasi Terkait Virus Corona di DKI Jakarta, diakses dari https://www.youtube.com/ watch?v=vTg8I0x6JFk, pada 18 Desember 20, pukul 21.26.

102

Video tertanggal 1 Maret 2020 tersebut menunjukkan bahwa Anies dari awal sudah aktif merespon covid-19 di DKI Jakarta. Meskipun pemerintah pusat masih terkesan menyembunyikan fakta adanya suspect covid-19. Dilansir dari kompas.tv, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Terawan Agus Putranto menyebut, pernyataan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kurang tepat. “Jadi, kurang tepat pernyataan itu. Karena hasil semua PCR sampai detik ini semua negatif. Kalau negatif artinya apa? Memang ndak ada.”, ujar Terawan saat memberikan keterangan pers kepada media (1/3/2020).28 Namun, sehari setelahnya yaitu pada 2 Maret 2020, Presiden Jokowi didampingi Menkes Terawan mengumumkan pasien covid-19 pertama di Indonesia. Dilasir dari cnnindonesia.com, awal Maret 2020, rakyat Indonesia dikejutkan pengumuman dari Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) bahwa ada warga Depok yang positif corona (covid-19). Ia mengumumkan hal tersebut didampingi Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Jokowi mengatakan dua WNI yang merupakan ibu dan anak diduga terinfeksi dari WN Jepang yang berkunjung ke Jakarta.29

28 Abdur Rahim, Menkes Bantah Pernyataan Anies Soal Corona, diakses dari https://www.kompas.tv/article/69221/menkes-bantah-pernyataan- anies-soal-corona, pada 18 Desember 2020, pukul 22:13. 29 Cita Rasa Politik Dalam Komunikasi Jokowi-Anies Soal Corona, diakses dari https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200304113444-32- 480391/cita-rasa-politik-dalam-komunikasi-jokowi-anies-soal-corona, pada 18 Desember 2020, pukul 22.20.

103

Dari pemaparan tersebut, dengan mengesampingkan persaingan politik yang terjadi, faktanya Anies adalah sosok yang responsif dengan permasalahan yang ada, terutama penanganan covid-19. Hal itu memenuhi kriteria untuk tipologi orator rhetorically sensitive. Setelah adanya bantahan dari Menkes Terawan tentang pernyataan Anies dengan menyebut belum ada kasus covid-19 di Indonesia, satu hari setelahnya, Presiden mengumumkan dua pasien pertama yang dikonfirmasi positif covid-10. Ketujuh, Retorika Anies terkesan kurang tegas. Disebutkan di awal bahwasannya Anies merupakan sosok yang lembut. Hal ini yang mengakibatkan retorika Anies tidak memiliki ketegasan. Hal ini diungkapkan oleh Ali Rif’an selaku pengamat politik dan Direktur eksekutif Arus Survey Indonesia sekaligus mantan Manajer Riset Poltracking “Karakternya santun jelas, cara bertuturnya bagus. Cuman itu juga ada konsekuensi karena seolah-olah Anies tidak tegas.” Sementara Adi Prayitno selaku pengamat politik dan Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia mengatakan bahwa: “Secara umum emang Anies ini kalau dalam konteks retorikanya dia ini kurang kelihatan menyerang secara langsung, Anies ini terkesan terlampau kalem.” Peneliti mengambil contoh dari video instagram story Anies Baswedan saat dia melakukan sidak di salah satu cafe di Jakarta Selatan pada 3 September 2020 yang diunggah oleh kompas tv.

104

Dalam video tersebut, Anies terlihat menegur pemilik cafe karena masih membiarkan adanya kerumunan.

Gambar IV.A.1.730 Tahu nggak aturan nih? Kenapa dilanggar? Ini bukan soal peraturan, ini soal nyawa! Tutup sekarang ya, dan jangan diulangi.31 Teguran Anies pada pemilik cefe, secara retorika terlihat kurang tegas. Hal tersebut bisa dilandasi karena karakter Anies yang cenderung lembut. Meskipun demikian, cara Anies memberlakukan kebijakan terlihat tegas. Dimana, dia langsung turun ke lapangan dan menutup cafe sesuai dengan peraturan yang ada.

30 Sumber gambar: Screen capture dari video Youtube https://youtu.be/YulWJ10UGYE 31 KompasTV, Anies Geram: Ini Soal Nyawa! Anda Tutup Sekarang! diakses dari https://youtu.be/YulWJ10UGYE, pada 18 Desember 20, pukul 22.00.

105

2. Ethos, Pathos, dan Logos Dalam retorika Anies

Ethos digunakan dalam retorika untuk menunjukkan bahwa pihak komunikator adalah sosok yang bisa dipercaya (trustworthy), bermoral, dan sungguh-sungguh (sincere).32 Semua narasumber menyatakan bahwa Anies memiliki ethos yang sangat baik. Ali Rif’an selaku pengamat politik dan Direktur eksekutif Arus Survey Indonesia mengatakan bahwa: “Karakternya santun jelas, cara bertuturnya bagus. Cuman itu juga ada konsekuensi karena seolah-olah Anies tidak tegas. Tapi kan pemilih kita ini mayoritas kan Jawa. Jawa itu pasti suka model pemimpin kayak Anies yang santun.” Abdul Rahman Ma’mun selaku Advistor Paramadina Public Policy Institute, Staf Khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Komunikasi Publik (2014-2016), sekaligus teman kuliah Anies Baswedan mengatakan bahwa: figurnya itu adalah orang yang punya leadership kuat gitu ya. Saya waktu itu melihat Pak Anies sebagai sosok mahasiswa tetapi di usia itu kemampuannya menurut saya luar biasa.” Ethos Anies yang dipandang baik, tidak terlepas dari latar belakang pendidikan yang mumpuni dan figur keluarga yang merupakan seorang intelektual, ditambah dengan pola asuh Yogyakarta. Itulah yang membuat Anies memiliki karakter lembut, pengendalian emosi yang baik, bahkan dalam survei

32 Ratih Puspa, Hubungan yang Timpang antara CSR, Antaretnis, dan Iklan Korporat, Jurnal Masyarakat dan Kebudayaan Politik, Vol. 25 No. 21, 2012, h. 64-77.

106

Poltracking Indonesia, disebut sebagai sosok pemimpin yang santun. Dari survey yang dilakukan 24 hingga 29 Januari 2017, tim Poltracking Indonesia telah mewancarai 800 responden dengan margin of error kurang lebih 3,46 persen. Anies Baswedan merupakan karakter yang paling ramah dan santun dengan Raihan 85%, sedangkan Agus 80% dan Ahok 46%.33 Logos adalah bukti logis yang dimiliki pembicara, yaitu argumentasi dan rasionalisasinya. Menurut Aristoteles, logos melibatkan penggunaan angka, pernyataan logis, dan bahasa yang jelas.34 Kedua narasumber memberikan pernyataan bahwa Anies memiliki logos yang bagus, karena dalam beretorika terutama saat menyampaikan kebijakan, Anies cenderung menggunakan data. Data yang digunakan berlandaskan pada pendapat ahli, sains, ataupun survei lapangan. Ali Rif’an selaku pengamat politik dan Direktur eksekutif Arus Survey Indonesia mengatakan bahwa “Anies itu kalau bicara dalam konteks logos sangat istimewa, jujur saja. Dia (Anies) kalau berbicara masalah data itu keren banget, karena memiliki background seorang researcher (orang yang melakukan penelitian). Selain mantan rektor, dia ini

33 Putu Merta Surya Putra, Survei Poltracking: Agus Ganteng, Ahok Tegas, dan Anies Ramah, diakses dari https://www.liputan6.com/ pilkada/read/2844042/survei-poltracking-agus-ganteng-ahok-tegas-dan-anies- ramah, pada 24 Desember 2020, pukul 23.00. 34 Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h. 46.

107 mantan direktur TII (The Indonesian Institute) lembaga riset itu. Makanya kalau bicara data-data covid itu keren banget Anies.” Adi Prayitno selaku pengamat politik dan Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia mengatakan bahwa: “Ya, kalau soal logos Saya kira Anies nyaris tanpa lawan banding, karena dari segi substansi memang Anies selalu top markotop lah. Bukan karena saya ada urusan dengan Anies, saya nggak ada urusan dengan dia. Tapi karena semua apa yang disampaikan oleh Anies itu logis, rasional.” Peneliti mengambil contoh dari video YouTube dengan judul “Anies Perpanjang PSBB, DKI Jakarta Masuk Masa Transisi”. Pada menit ke 16:42.

Gambar IV.A.3.135 Jadi melihat itu semua (data-data yang dipaparkan Anies Baswedan), hasil kerja jutaan orang Jakarta yang sudah menghasilkan zona merah jadi hijau. Maka Kami di gugus tugas percepatan penanganan covid 19 di DKI Jakarta, kita memutuskan untuk menetapkan status psbb di DKI Jakarta diperpanjang dan menetapkan bulan Juni ini sebagai masa

35 Sumber gambar: Screen capture dari video Youtube https://www.youtube.com/watch?v= HJ2p8oO2_Zc&t=1328s

108

transisi. Secara umum sudah menjadi hijau kuning ada wilayah-wilayah yang masih merah karena itu kita masih berstatus PSB tapi di sisi lain kita sudah memulai melakukan transisi. transisi menuju apa kita melakukan transisi dari ketika kita melakukan pembatasan sosial masif menuju kondisi aman sehat produktif.36 Dalam video berjudul “Kondisi Terus Memburuk, Anies Kembali Berlakukan PSBB Ketat di DKI Jakarta”, menit ke 14:08.

Gambar IV.A.3.237 Jadi dari 3 data ini, angka kematian, keterpakaian tempat tidur isolasi, keterpakaian ICU khusus covid, menunjukkan bahwa situasi wabah Di Jakarta ada dalam kondisi darurat … maka dengan melihat kedaruratan ini maka tidak ada banyak pilihan bagi Jakarta kecuali untuk menarik rem darurat sesegera mungkin. Dalam rapat gugus tugas

36 KompasTV, Anies Perpanjang PSBB, DKI Jakarta Masuk Masa Transisi, diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=HJ2p8oO2Zc&t=1 328s, pada 17 Desember 2020, pukul 21.23. 37 Sumber gambar: Screen capture dari video Youtube https://www.youtube.com/watch?v= vK7tae6vLgE&t=310s

109

percepatan pengendalian covid 19 di Jakarta tadi sore disimpulkan bahwa kita akan menarik rem darurat yang itu artinya kita terpaksa kembali menerapkan pembatasan sosial berskala besar seperti pada masa awal pandemi dulu bukan lagi PSBB transisi tapi kita harus melakukan pspb sebagaimana masa awal dulu Dan inilah rem darurat yang harus kita tarik sebagaimana tadi kita lihat begitu dilakukan pembatasan maka jumlah kasus menurun sehingga kita bisa menyelamatkan saudara-saudara kita.38 Dari dua video tersebut, dapat dilihat bahwa untuk menetapkan sebuah kebijakan, Anies selalu mengedepankan data dan dikuatkan dengan pernyataan yang logis. Video pertama menyatakan kebijakan Anies untuk menerapkan PSBB transisi dengan alasan bahwa ada beberapa daerah yang sudah mulai melandai kasus covid-19, namun ada beberapa yang kasusnya masih tinggi. Oleh karenanya, diberlakukan PSBB transisi dengan maksud pengadaptasian PSBB ketat menuju pelonggaran dengan beberapa catatan. Sedangkan video kedua, Anies memaparkan data-data tentang kasus covid-19 yang mengalami kenaikan, serta dampak buruknya dalam berbagai aspek. Sehingga Anies bersama Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 kembali memutuskan PSBB ketat dengan maksud menekan laju penyebaran covid-19.

38 Pemprov DKI Jakarta, Kondisi Terus Memburuk, Anies Kembali Berlakukan PSBB Ketat di DKI Jakarta, diakses dari https://www.youtube.com /watch?v=vK7tae6vLgE&t=310s, pada 17 Desember 2020, puku 22.00.

110

Jika dikorelasikan dengan pernyataan narsumber dan prinsip logos (mengedepankan bukti logis dari pembicara), Anies memenuhi kriteria sebagai orator dengan konsep logos yang baik. Hal ini tentunya menjadi kelebihan untuk memperkuat argumentasi atas suatu kebijakan. Data yang disajikan dapat menjadi bukti, bahwa kebijakan yang diambil bukan hanya keinginan para jajaran pemerintah, namun berdasarkan hasil riset. Jika data yang digunakan tidak valid, seorang pemimpin atau orator akan kehilangan kepercayaan publik, yang mengakibatkan citra buruk di mata masyarakat. Pathos diartikan sebagai “imbauan emosional (emotional appeals)” yang ditunjukkan oleh seorang rhetor dengan menampilkan gaya dan bahasanya yang membangkitkan kegairahan dengan semangat yang berkobar-kobar pada khalayak.39 Kedua narasumber berbeda pendapat dalam hal ini. Ali Rif’an selaku pengamat politik dan Direktur eksekutif Arus Survey Indonesia mengungkapkan bahwa Anies dalam hal pathos, Anies sangat lemah. “Kalau membangkitkan semangat itu, Anies sebenarnya bukan karakter itu. Karakter Anies itu lebih ke persuasi bukan mengobarkan semangat. Jadi gini ada dua istilah pemimpin. Solidarity maker dan administrator maker. Kalau Solidarity Maker itu kayak Bung Karno yang membangkitkan gelora

39 Ida Ri’aeni, Kemiskinan Sebagai Komoditas Media, UBM Journal, Vol. 8 No. 2, 2014, h. 167.

111 semangat. Tapi Anies ini masuk kategori administrator Maker, seorang teknokrat, cara ngomongnya tidak mendatangkan semangat tapi detail lebih teliti. Tapi kenapa enak didengar (omongannya) karena dia dibumbui dengan persuasi. Kalau mengobarkan semangat sih enggak ya Anies itu. Cuma kita akan tersentuh dengan tutur katanya Anies” Sementara Adi Prayitno selaku pengamat politik dan Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia mengatakan bahwa Anies dalam retorikanya selalu membangkitkan semangat publik. Semangat disini diartikan sebagai polemik yang seringkali muncul ketika Anies beretorika menyampaikan kebijakannya. “Ya iyalah, semua omongan Anies itu membangkitkan semangat dan polemik khalayak kok. Karena Anies itu sudah menjadi komoditas politik yang mengakibatkan pro kontra dengan khalayak. Jadi apapun omongan Anies pasti memancing polemik, pro dan kontra. Kalau soal pathos, coba cek Anies baca buku how to democracy die, baca itu aja sudah jadi polemik nggak kelar- kelar sampai sekarang tapi begitu cara Anies memberikan semangat provokasi dalam ruang publik ya.”

Ali Rif’an menilai bahwa retorika Anies cenderung ke administrator maker. Pada tipe kepemimpinan administratoris hal yang paling dominan adalah bagaimana seorang pemimpin mampu mengelola. Mengelola disini maksudnya adalah bagaimana seorang pemimpin memiliki kemampuan lebih dalam merencanakan dan mengimplementasikan sebuah kebijakan dalam pemerintahannya. Selain itu, tipe kepemimpinan

112 administratoris dianggap mampu untuk menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. memanfaatkan dan mengembangkan modernisasi yang ada, seperti pengembangan teknis yang teknologi, industri, dan management modern, dan perkembangan sosial di masyarakat.40 Sementara tipe kepemimpinan Solidarity Maker adalah tipe kepemimpinan yang mengarah kepada bagaimana seorang pemimpin mampu menyatukan masyarakatnya untuk bergabung bersama. Karena kepercayaan dan persatuan yang mereka miliki merupakan modal utama untuk memajukan suatu wilayah dan untuk mencapai tujuan-tujuan lainnya secara bersama. Keunggulan dari tipe kepemimpinan ini adalah bagaimana kekuatan emosi dan kharisma yang dimiliki oleh pemimpin tersebut mampu mempengaruhi dan menarik perhatian massa atau pendukungnya sehingga tipe pemimpin model ini lebih mudah untuk memperoleh hati rakyat. Hal yang paling mencolok pada tipe kepemimpinan ini adalah memperlihatkan kekuatan yang dimiliki pemimpin dalam memperoleh dukungan dari rakyatnya melalui persatuan atau kekuatan bersama yang terjalin diantara mereka.41

40 Windy Widya Pratiwi, Kepemimpinan Politik: Peran Walikota Dalam Implementasi Kebijakan Pengentasan Kemiskinan Di Kota Bontang, Universitas Airlangga. Diunduh pada 24/12/2020, pukul 23.15 dari http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jpm8a8a0e6cc1full.pdf 41 Windy Widya Pratiwi, Kepemimpinan Politik: Peran Walikota Dalam Implementasi Kebijakan Pengentasan Kemiskinan Di Kota Bontang,

113

Merujuk pada bacaan tersebut, tipe kepemimpinan Anies memang bisa dikategorikan administrator maker. Dimana Anies pandai dalam merencanakan dan mengimplementasikan sebuah kebijakan dalam pemerintahannya daripada memengaruhi publik dengan kekuatan emosi dan kharisma yang dimiliki. Dalam kategori administrator maker, retorika seorang pemimpin cenderung tidak berapi-api atau dalam hal lain tidak mengobarkan semangat bagi pendengarnya. Berbeda dengan sosok Bung Karno dan Prabowo Subianto, yang cenderung masuk tipe solidarity maker. Sedangkan menurut Adi Prayitno, Anies dikategorikan mampu membangun semangat para pendengarnya. Semangat disini, dimaksudkan karena segala komunikasi kebijakan Anies lebih banyak menimbulkan polemik, sehingga banyak pihak yang merasa terpanggil untuk mengoreksi atau sekadar mengomentari. Peneliti menyimpulkan bahwa, dari sisi pathos, retorika Anies memang tidak membangun emosi langsung bagi pendengarnya. Namun efek yang ditimbulkan, dari kebijakan yang sudah dikomunikasikan mampu menyita perhatian banyak kalangan, sehingga efek emosi publik baru terlihat setelahnya.

Universitas Airlangga. Diunduh pada 24/12/2020, pukul 23.15 dari http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jpm8a8a0e6cc1full.pdf

114

B. Tingkat Kemahiran retorika Anies

Berdasarkan temuan penelitian pertama, kelebihan dan kekurangan dalam retorika Anies dapat dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel B.1

No. Karakteristik Kelebihan Kekurangan Retorika Anies 1. Anies merupakan ⩗ sosok yang memiliki gaya retorika terstruktur, penyusunan kata yang indah, bahkan disebut orator ulung. 2. Anies merupakan ⩗ seorang orator yang pandai menjaga emosinya. Ketika menanggapi kritik yang menyerangnya, Anies akan cenderung tenang. 3. Dalam beretorika, ⩗ Anies mampu memprediksi respon

115

publik terhadap apa yang dia ungkapkan. 4. Anies tidak pernah ⩗ ⩗ melakukan overkill dalam retorikanya (mengalahkan lawan bicara atau lawan politiknya secara mutlak), sehingga terkesan bermain zero enemy. 5. Komunikasi Anies ⩗ ⩗ cenderung high context. 6. Anies masuk dalam ⩗ tipologi orator rhetorically sensitive. 7. Retorika Anies ⩗ terkesan kurang tegas. 8. Anies banyak ⩗ menggunakan data dalam retorikanya 9. Tipe kepemimpinan ⩗ ⩗ Anies dikategorikan administrator maker

116

Kelebihan pertama, Anies merupakan sosok yang memiliki gaya retorika terstruktur, penyusunan kata yang indah, bahkan disebut orator ulung. Hal itu dapat menjadi kelebihan seorang pemimpin, selain dilihat dari cara kerjanya, masyarakat juga akan menilai cara berbicaranya. Sebelum memulai kebijakan, pemimpin akan melakukan konferensi pers maupun sosialisasi langsung. Disinilah peran retorika dibutuhkan. Selain untuk memberikan pemahaman pada masyarakat, retorika juga berguna untuk mempersuasi mereka. Kedua, Anies merupakan seorang orator yang pandai menjaga emosinya. Emosi merupakan musuh terbesar bagi manusia. Segala ucapan yang diutarakan saat emosi, akan memberi dampak buruk kemudian hari. Pengendalian emosi yang baik tentu menguntungkan seorang politikus. Selain dapat meredam kekacauan, ketenangan itu dapat meminimalisir musuh politik. Ketiga, Anies mampu memprediksi respon publik terhadap apa yang dia ungkapkan. Menjadi suatu keharusan bagi pemimpin untuk mengetahui apa saja yang dibutuhkan rakyatnya. Dengan memiliki kemampuan membaca respon publik, pemimpin akan lebih berhati hati mengambil kebijakan. Jika tidak sesuai dengan kehendak rakyat, pemimpin akan menyiapkan alternatif jawaban, sehingga komunikasi dan kebijakan akan terkesan matang. Keempat, Anies masuk dalam tipologi orator rhetorically sensitive. Pemimpin dengan kecenderungan tipologi ini akan lebih responsif pada permasalahan rakyatnya. Respon yang cepat

117 tentunya memberikan kesan baik pada kepemimpinanya. Sehingga dapat dikategorikan sebagai kelebihan seorang pemimpin. Kelima, Anies banyak menggunakan data dalam retorikanya. Data merupakan bukti validnya informasi. Kebijakan yang diambil berdasarkan data, tentunya memiliki alasan yang logis, sehingga mudah diterima masyarakat. Sedangkan kelemahannya, dengan tipe retorika yang halus, Anies terkesan kurang tegas. Ketegasan bukan hanya ditunjukan dalam kebijakan, namun juga retorika. Ketegasan retorika dibutuhkan untuk penekanan pada suatu aspek. Sehingga ketidaktegasan dapat mejadi kelemahan seorang pemimpin. Dalam tiga hal, retorika Anies dapat dikategorikan kelebihan sekaligus kekurangan. Pertama, Anies tidak pernah melakukan overkill dalam retorikanya (mengalahkan lawan bicara atau lawan politiknya secara mutlak), sehingga terkesan bermain zero enemy. Dapat menjadi kelebihan karena akan meminimalisir oposisi. Namun, sesekali overkill juga dibutuhkan untuk memperkuat argumentasi sekaligus memberikan efek jera pada musuh. Kedua, komunikasi Anies cenderung high context. Komunikasi seorang high context, akan lebih detail, informasi yang sampai pada masyarakat tidak akan rancu. Namun menjadi kekurangan jika dilakukan berlebihan, karena terkesan bertele- tele. Ketiga, tipe kepemimpinan Anies dikategorikan administrator maker. Di satu sisi, tipe ini sangat menguntungkan karena memiliki kemampuan lebih dalam merencanakan dan

118 mengimplementasikan sebuah kebijakan. Dapat menjadi kekurangan, karena terkadang masyarakat membutuhkan sosok pemimpin yang berapi-api dalam retorika (tipe solidarity maker). Berdasarkan penjelasan tersebut, Anies Baswedan dapat dikategorikan sebagai sosok yang mahir dalam beretorika. Dengan segala kelebihannya, retorika Anies dapat memberikan pemahaman tersendiri bagi pendengarnya. Dimana salah satu ciri dari kemahiran retorika seseorang adalah dapat didengarkan dan dipahami segala kalangan.

Tabel IV.2 Temuan Penelitian

Temuan Dakwah Bil-lisan Komunikasi Karakter Anies Menjadi sebuah Sebagai bagian dari dalam beretorika kelebihan tersendiri ilmu komunikasi, bagi pemimpin retorika tentunya yang dapat dipandang sebagai mengemas hal yang krusial. komunikasinya Cara Anies dengan retorika melakukan retorika yang baik. menjadi contoh baik Retorika Anies dalam dapat dikategorikan perkembangan ilmu sebagai dakwah komunikasi. bil-lisan. Dengan Retorika Anies perkataan yang masuk dalam baik, Anies komunikasi verbal,

119

mengemas karena melakukan retorikanya agar komunikasi dengan dipahami semua lisan. Sedangkan kalangan. komunikasi non- Tujuannya tentu verbalnya, Anies untuk mempersuasi menggunakan masyarakat agar isyarat berupa menerima tunjukan tangan kebijakan yang atau ekspresi untuk telah ditetapkan, penegasan dimana kebijakan itu bertujuan untuk kebaikan bersama. Tingkat Berdasarkan Pendukungnya: Kemahiran Anies rasionalitas naratif, Anies yang Dalam beretorika. (sebuah cerita dibesarkan dalam dapat menyentuh lingkungan pribadi seseorang), Yogyakarta, Anies mahir dalam cenderung lembut, hal ini, ia banyak sehingga gaya menggunakan retorikanya akan cerita-cerita yang lebih halu. Tipe ini, cenderung akan lebih baik menyentuh untuk dalam mempersuasi beberapa orang. orang lain Sehingga dapat menggunakan

120 mempersuasi perkataannya yang mereka. lembut Penghambat: Karena tipikal Anies yang lembut itulah, Anies tergolong kurang tegas. Sehingga kurang adanya penekanan pada suatu aspek.

121

BAB V

PEMBAHASAN

A. Karakter Retorika Anies Baswedan: Five Canons of Rethotic

Retorika didasarkan pada satu pengetahuan atau metode yang teratur. Cara-cara penggunaan bahasa dalam retorika tidak hanya mencakup asapek kebahasaan, namun mencakup aspek- aspek lainnya. Seperti penyusunan masalah yang digarap dalam suatu susunan yang teratur dan logis. Dengan fakta-fakta yang meyakinkan mengenai kebenaran masalah untuk menunjang pendirian pembicara.1 Aristoteles meyakini bahwa sebuah pidato akan efektif untuk mempersuasi jika pembicara mengikuti sejumlah prinsip-prinsip tertentu yang disebut Five Canons of Rethotic.2

1. Inventio (Penemuan) Inventio didefinisikan sebagai konstruksi atau pembangunan argumentasi yang relevan terhadap tujuan pidato. Inventio diartikan secara luas sebagai kumpulan informasi yang dibawa pembicara ke dalam pidatonya. Kumpulan informasi ini

1 Kamaruddin Hasan, Retorika dan Politik, Universitas Malikussaleh, 2006. Diunduh pada 25 Desember 2020, pukul 21.00 dari https://repository .unimal.ac.id/2266/1/Bahan%20ajar%20RETORIKA%20DAN%20POLITIK %20dalam%20KOMUNIKASI%20POLITIK.pdf 2 Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h. 48.

122 dapat membantu pembicara dalam menyampaikan pendekatan persuasifnya.3 Dalam penelitian ini, terdapat video saat Anies Baswedan berpidato dalam konferensi persnya. Dalam pidato itu, ditemukan kesamaan tema yaitu tentang kesehatan masyarakat paling utama dalam pandemi covid-19. Konsep keempat video tersebut menjelaskan penanganan awal covid-19, penerapan PSBB pertama di Jakarta, penerapan PSBB transisi, dan kebijakan tarik rem darurat. Anies dalam pidatonya berupaya mengarahkan pandangan publik tentang keseriusan Pemprov DKI dalam penanganan covid- 19. Anies ingin menekankan bahwa kesehatan adalah prioritas utama dalam setiap kebijakannya. Video pertama, pada menit ke 08:07 Kemudian yang kedua Pemprov DKI Jakarta juga melakukan langkah-langkah untuk mencegah bila terjadi di jajaran. Bila di Jajaran Pemprov ada pribadi yang memiliki gejala seperti corona virus maka atasannya dan yang bersangkutan harus melaporkan pada dinas kesehatan, dan bila dinas kesehatan mengatakan bahwa yang bersangkutan harus melakukan pemeriksaan dan harus isolasi sambil menunggu hasil. Maka Pemprov mewajibkan untuk dia mengikuti semua instruksi dinas kesehatan. Dan bila isolasi mandiri, tidak ada pemotongan gaji dan tidak ada pemotongan tunjangan kinerja karena beradanya di rumah

3 Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h. 48.

123 adalah untuk menyelamatkan dirinya dan menyelamatkan kolega tetangga lingkungan.

Menit ke 11:20. Dan demi menjaga keselamatan, demi memastikan kesehatan warga Jakarta, karena kita menempatkan kesehatan dan keselamatan sebagai prioritas utama. Maka kita memutuskan untuk menunda pelaksanaan Formula-E di bulan Juni.

Video kedua pada menit ke 13:25 Ini bukan untuk kepentingan siapa-siapa tapi ini untuk kepentingan kita semua. Kalau kita semua menaati insyaallah penyebaran virus covit ini bisa kita kendalikan. Pemerintah dalam hal ini Pemprov bersama dengan TNI dan polisi akan melakukan semua langkah dengan tegas. Kita tidak akan melakukan pembiaran dan kita tidak akan membiarkan kegiatan berjalan yang bila itu berpotensi terjadi penularan. Ini perlu saya garis bawahi karena kepentingan kita semua adalah mengendalikan penyebaran covid ini. Saya berharap semua masyarakat memahami dengan baik dan mentaati dengan sebaik-baiknya.

Video ketiga menit ke 20:28 Coba kita perhatikan tiga bulan lalu, 3 Maret ada dua kasus positif di Jakarta, itu 3 bulan lalu. Sekarang, kita tanggal 4 Juni tiga bulan kemudian. Selama 3 bulan ini ada 7623 kasus

124 positif covid, 523 orang meninggal dengan konfirmasi positif covid, ada 2562 orang yang dimakamkan dengan prosedur covid. Selama 3 bulan ini kegiatan sosial terhambat kegiatan perekonomian terhambat perdagangan terhambat. Sekarang kita masuk fase transisi. Jangan ini berulang! Jangan sampai kita kembali lagi! bila kita tidak disiplin, bila pusat perbelanjaan dibuka secara bebas tanpa protokol kesehatan, bila restoran dibuka penuh karena mengejar keuntungan, bila perkantoran memaksakan untuk semua orang masuk bersamaan mengejar target, bila ibadah masal dilakukan secara masif terjadi kerumunan tanpa jarak aman. Maka konsekuensinya kita bisa menyaksikan lonjakan kasus seakan kita kembali ke bulan-bulan sebelumnya. Dan bila itu sampai terjadi maka Pemprov DKI Jakarta, gugus tugas DKI Jakarta tidak akan ragu, tidak menunda untuk menggunakan kewenangannya menghentikan kegiatan sosial ekonomi di masa transisi ini.

Video keempat menit ke 15:00 Dalam rapat gugus tugas percepatan pengendalian covid 19 di Jakarta tadi sore disimpulkan bahwa kita akan menarik rem darurat yang itu artinya, kta terpaksa kembali menerapkan pembatasan sosial berskala besar seperti pada masa awal pandemi, bukan lagi PSBB transisi. Tapi kita harus melakukan PSBB sebagaimana masa awal dulu. Dan inilah rem darurat yang harus kita tarik. Sebagaimana tadi kita lihat, begitu dilakukan pembatasan maka jumlah kasus

125

menurun. Sehingga kita bisa menyelamatkan saudara- saudara kita. Sekali lagi ini soal menyelamatkan warga Jakarta. Bila dibiarkan, maka rumah sakit tidak akan sanggup menampung dan efeknya kematian akan tinggi ada di Jakarta. Dari keempat pernyataan masing-masing video, dapat dilihat bahwasannya Anies meletakkan inventio pada topik kesehatan masyarakat. Topik itu akan digunakan sebagai bahan persuasi, dimana letak keberpihakan Anies adalah keselamatan warga Jakarta.

2. Dispostio/Arrangement (Penyusunan Bahan atau Materi) Arrangement mengacu pada kemampuan pembicara untuk mengatur pidatonya. Aristoteles merasa bahwa pembicara harus mencari pola pengaturan dalam pidato-pidato mereka untuk meningkatkan efektivitas pidato. Aristoteles menjelaskan bahwa, strategi pengaturan pidato secara umum mengikuti tiga pendekatan, yaitu pendahuluan, isi dan kesimpulan.4 Seperti yang disampaikan di awal bahwasannya Anies memiliki kelebihan dalam retorika, salah satunya mampu menyusun pidatonya dengan runtut dan sistematis. Pada menit awal konferensi persnya, akan disuguhkan argumentasi dan data yang mendukung adanya kebijakan. Menit pertengahan, memberikan penjelesan tentang kebijakan yang telah diambil, dan

4 Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h. 49.

126 pada menit terakhit Anies memberikan closing statement berupa himbauan, harapan, maupun motivasi.

3. Style/Elucatio (gaya/pemilihan bahasa yang indah) Penggunaan bahasa untuk mengekspresikan ide-ide dalam cara tertentu dinamakan gaya (style). Dalam diskusinya tentang gaya, Aristoteles memasukkan diksi (pilihan kata), yaitu perumpamaan kata dan ketepatan kata. Ia percaya bahwa setiap bentuk retorika memiliki gayanya masing-masing, namun gaya seringkali tidak diperhatikan. Berbicara dengan cara yang terlalu sederhana juga akan membuat audience tidak tertarik. Untuk menjembatani kesenjangan antara kata-kata yang biasa digunakan dengan yang tidak biasa, Aristoteles memperkenalkan istilah metafora, atau karakteristik dalam pidato yang membantu menjelaskan hal yang tidak jelas menjadi lebih dapat dipahami. Metafora merupakan instrumen penting untuk dimiliki dalam pidato. Menurut Aristoteles, metafora penting karena memiliki kemampuan untuk mengubah persepsi dan pemikiran para pendengarnya.5 Pada menit pertama menit ke 13:55. Kita siapkan semua langkah itu sebagai sikap bertanggungjawab sekaligus menujukkan bahwa prioritas kita adalah melindungi segenap tumpah darah Indonesia. Karena itu perintah konstitusi yang menempel kepada kita

5 Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h. 50.

127

dan kita laksanakan perintah konstitusi itu dengan sebaik- baiknya. Tapi ini tidak cukup dikerjakan oleh pemerintah DKI tapi harus menjadi gerakan semesta. Anies menggunakan kata gerakan semesta, sebagai ungkapan lebih luas bahwa penanganan covid-19 merupakan tugas seluruh lapisan masyarakat. Penggunaan diksi tersebut memberikan keindahan tersendiri pada struktur pembicaraan Anies. Pada video kedua menit 3:54 Jadi kita berharap pembatasan nantinya bisa ditaati sekaligus menjadi pesan bagi semua bahwa ketaatan kita untuk membatasi pergerakan membatasi interaksi itu akan sangat mempengaruhi kemampuan kita untuk mengendalikan virus ini Pernyataan Anies merupakan kiasan bahwa, penyebaran covid-19 bergantung pada sikap masyarakat. Jika masih melanggar aturan PSBB dan protokol kesehatan, maka dampaknya akan berjangka panjang. Pada video ketiga menit 15:48 Jadi kalau kita lihat kerja jutaan warga di Jakarta ini berhasil mengubah tempat-tempat yang semula warnanya merah menjadi kuning dan hijau. Kalimat itu, digunakan Anies sebagai apresiasi untuk warga Jakarta yang telah berkomitmen mengikuti aturan pemerintah. Hasilnya, dapat mengubah daerah yang awalnya banyak terjadi kasus covid-19 menjadi lebih terkendali. Pada video keempat menit ke 27:11

128

Karena saat ini saja sudah lebih dari 100 dokter di Indonesia yang meninggal dalam perjuangan melawan covid. dan perlu kita sadari satu dokter meninggal artinya setara dengan ratusan ribu warga kehilangan pelayanan kesehatan. karena itu jangan sampai kita kehilangan lebih banyak lagi garda pertahanan terakhir kita Kata-kata Anies memberikan gambaran pada masyarakat, betapa gentingnya situasi saat itu. Perumpamaan 1 dokter meninggal setara dengan ratusan ribu warga kehilangan pelayanan kesehatan memberikan arti, bahwa Indonesia kekurangan tenaga medis, sedangkan pasien covid-19 terus meningkat.

4. Memoria (Ingatan) Menyimpan inventio, arrangement, dan style dalam pikiran pembicara disebut ingatan (memory). Aristoteles mengatakan, untuk berbicara secara persuasif, pembicara harus memiliki pengetahuan dasar mengenai banyak hal ketika menginstruksikan dan menyajikan pidato. Mengingat pidato sering kali berarti memiliki pemahaman mendasar mengenai topik dan teknik berbicara. Aristoteles merasa bahwa membiasakan diri sendiri dan memahami isi pidato memang harus dilakukan.6 Dalam menyampaikan konferensi persnya, Anies terlihat telah memiliki sebagian materi dalam ingatannya, dan sebagian lain dapat dilihatnya dari catatan. Sebagai cotoh, pada video

6 Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h. 51.

129 pertama menit 04:26, Anies membandingkan dengan kondisi negara lain. Serta pada video keempat menit ke 28:12, Anies membicarakan tentang vaksin yang menjadi harapan untuk mengakhiri pandemi. Ada beberapa pelajaran penting yang kita review dari beberapa negara. Muncul kasus beberapa kemudian secara sporadik meningkat dan drastis ada Iran, Itali, Amerika serikat, kemudian beberapa negara yang lain. tapi ada juga yang melakukan langkah-langkah di awal sesudah itu terjadi. Lalu terjadi pembatasan pada kegiatan masyarakat bahkan di Itali sampai ada lockdown.

Sering menjadi pertanyaan kita semua kapan ini semua akan berakhir? harapan kita yang paling realistis saat ini adalah mudah-mudahan penemuan vaksin yang aman dan efektif bisa di distribusi secara merata. Tapi kondisi hadirnya vaksin yang ideal ini, ideal itu artinya aman efektif. Tidak mungkin datang dalam satu, 2 bulan kedepan seluruh pakar kesehatan dalam dan luar negeri bekerja keras untuk menemukan vaksin. Dua pernyataan tersebut merupakan beberapa ungkapan Anies yang masuk kategori memoria. Ketika konferensi pers berlangsung, Anies terlihat sering melakukan kontak mata dengan audience. Hal itu menandakan, Anies lebih banyak mengingat topik pembicaraan daripada berpatokan dengan teks.

5. Pronuntitio (Penyampaian)

130

Pronuntitio mengacu pada presentasi nonverbal mengenai ide-ide pembicara. Penyampaian biasanya termasuk perilaku, yaitu kontak mata, karakter suara, pengucapan, pernyataan yang jelas, dialek, gerak tubuh dan penampilan fisik. Menurut Aristoteles, penyampaian secara spesifik mengacu pada manipulasi suara. Ia percaya bahwa cara mengucapkan sesuatu akan memengaruhi kualitas pembahasan yang komprehensif.7 Jika dibagi lagi, pronuntitio terbagi menjadi 3 hal yaitu kontak, vokal dan visual. Pertama kontak, terbagi menjadi dua yakni kontak mata dan kontak mental, kedua hal tersebut memiliki hubungan langsung pada audience. Kontak diperlukan untuk menjalin interaksi dengan audience. Kedua vokal, terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam olah vokal yakni kejelasan (intelligibility), keragaman (variety), dan ritma (rhythm). Ketiga visual, dalam olah visual diperlukan gerak tubuh maupun mimik untuk mempengaruhi emosi pendengar. Terdapat empat jenis gerak tubuh, yaitu gerak seluruh torso (misal anda berjalan dari satu tempat ke tempat lain), gerak sebagian tubuh (misalnya gerak tangan, kaki, bahu) ekspresi wajah, postur posisi pembicara ketika duduk atau berdiri.8

7 Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, h. 52. 8 Moch. Ferdy Ardiansyah, Analisis Retorika Basuki Tjahaja Purnama Dalam Kampanye Rakyat Pemilihan Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Di Rumah Lembang 2017 (Kajian Retorika Aristoteles), Jurnal Unesa, Vol.1 No. 1, 2012, h. 13-14.

131

Setiap berpidato secara langsung maupun tidak langsung, Anies selalu berusaha melakukan eye contact dengan audience. Abdul Rahman Ma’mun selaku Advistor Paramadina Public Policy Institute, Staf Khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Komunikasi Publik (2014-2016), sekaligus teman kuliah Anies Baswedan mengatakan bahwa “Pak Anies dalam setiap berkomunikasi dengan publik baik pidato maupun diskusi itu sering melakukan eye contact dengan audience. saya sebagai yang sering menjadi audience beliau itu kadang-kadang merasa cara seperti itu, itu beliau sebagai orator atau sebagai pembicara dalam diskusi atau yang memberikan pidato itu sedang berkomunikasi langsung dengan kita sebagai audience. Seperti man to man communication gitu ya.” Abdul Rahman Ma’mun juga menambahkan, bahwasannya ketika Anies berpidato tidak langsung atau di depan kamera, dia masih terlihat seperti melakukan eye contact dengan audience. “Sebenarnya juga bisa dilihat kalau dia berbicara di layar atau berkomunikasi secara tidak langsung melalui layar video gitu ya. itu kan kita lihat bahwa cara dia berkomunikasi juga dengan eye contact dengan seolah-olah ada audience yang dalam hal ini di depan kamera gitu. Tidak menunjukkan misalnya dia terlalu sering melihat ke bawah untuk melihat teks.” Dalam hal vokal, sudah dijelaskan sebelumnya, bahwasannya Anies memiliki kemampuan pengendalian emosi yang baik, tenang, dan lembut. Berdasarkan temuan tersebut, dapat

132 dilihat jika dalam kejelasan, keragaman, dan ritma, Anies dapat mengolahnya dengan baik. gerak tubuh, yaitu gerak seluruh torso (misal anda berjalan dari satu tempat ke tempat lain), gerak sebagian tubuh (misalnya gerak tangan, kaki, bahu) ekspresi wajah, postur posisi pembicara ketika duduk atau berdiri Berkaitan dengan visual Anies saat berpidato. Pada video pertama dan kedua, Anies tidak menggunakan gerak torso, namun gerak sebagian tubuh seperti tangan untuk menegaskan suatu hal. Eskpresi wajahnya tetap tenang menyeimbangkan dengan ungkapannya.

Gambar V.A.19

9 Sumber gambar: Screen capture dari video Youtube https://youtu. be/KOrOVWK-ENQ

133

Gambar V.A.210

Kedua gambar tersebut memperlihatkan, Anies sesekali mengerakkan tangan untuk menunjukkan sesuatu atau sebagai penegasan. Pada gambar I, Anies menjelaskan tentang syarat- syarat perizinan keluar masuk Jakarta. Pada gambar II, Anies mengungkapkan bahwa Pemprov DKI Jakarta akan tegas dan tidak akan membiarkan adanya kerumunan. Sedangkan untuk video ketiga dan keempat, Anies melakukan gerak torso, ketika menjelaskan data maka dia akan menunjuk data tersebut dan berpindah posisi.

10 Sumber gambar: Screen capture dari video Youtube https://youtu. be/B5iF7OQ14Yo

134

Gambar V.A.311

Gambar V.A.412

B. Kemahiran Retorika Anies Baswedan: Teori Paradigma Naratif

Teori paradigma naratif (The Narrative Paradigm) mengemukakan bahwa manusia adalah makhluk pencerita. Nilai- nilai, emosi, dan pertimbangan estetika mendasari kepercayaan dan perilaku manusia. Menurut Fisher, cerita yang bagus adalah cerita yang ampuh untuk mempersuasi. Dalam sebuah retorika,

11 Sumber gambar: Screen capture dari video Youtube https://www.youtube.com/watch?v= HJ2p8oO2_Zc&t=1228s 12 Sumber gambar: Screen capture dari video Youtube https://www.youtube.com /watch?v=vK7tae6vLgE&t=1317s

135 keahlian orator untuk menyusun topik dan kerangka berbicara harus dibarengi dengan cerita atau argumentasi yang menarik. Dalam hal ini, cerita memegang peran penting untuk menguatkan kebijakan agar dipercaya publik. Seni berbicara yang indah dan cerita menarik adalah dua hal yang saling berhubungan. Dalam teori naratif, terdapat dua konsep dasar yang menjadi inti kerangka teoritisnya, yaitu narasi dan rasionalitas naratif. Dalam rasionalitas naratif terdapat koherensi dan kejujuran. Koherensi terdiri atas tiga tipe, yaitu struktural, material, dan karakterologis. Sedangkan kejujuran mengarah kepada logika alasan yang baik.

1. Narasi Narasi (narration) sering dianggap sebagai sebuah cerita dan tulisan saja. Namun bagi Fisher, narasi lebih dari sebuah cerita yang memiliki alur dengan awalan, tengah, dan akhiran. Dalam perspektif Fisher narasi termasuk laporan dan komunikasi dalam bentuk verbal atau nonverbal. Sisi terpentingnya adalah terdapat suatu kejadian dimana pendengar memberikan arti. Dalam hal ini, retorika termasuk narasi dalam bentuk verbal. Anies menyampaikan setiap wacana dan kebijakannya melalui konferensi pers dan wawancara media. Narasi yang terkandung dalam retorikanya, mampu memberikan arti bagi audience. Pemberian arti dimaksudkan seperti adanya feedback langsung atau tidak langsung, berupa tindakan atau perkataan. Seperti ketika Anies mengomunikasikan kebijakan tarik rem darurat. Argumentasi dan data yang disampaikan masuk

136 dalam konsep naratif menurut Fisher. Hal itu karena, pendengar dapat mengartikan retorikanya. Terbukti dengan banyaknya komentar pada kebijakan tersebut menandakan adanya feedback di masyarakat.

2. Rasionalitas Naratif. Rasionalitas naratif merupakan standar untuk menilai cerita mana yang dipercayai dan mana yang diabaikan. Fisher manyatakan bahwa tidak semua cerita memiliki power yang sama untuk bisa dipercayai. Fisher mengidentifikasi dua hal prinsip dalam rasionalitas naratif, yakni koherensi (coherence) dan kebenaran (fidelity). a. Koherensi 1. Koherensi Struktural Berpijak pada tingkatan di mana elemen-elemen dari sebuah cerita mengalir dengan lancar. Ketika cerita membingungkan, ketika satu bagian tidak tersambung dengan bagian berikutnya, atau ketika alurnya tidak jelas, maka cerita itu kekurangan koherensi struktural. Artinya, jika sebuah narasi tidak memiliki konsistensi dari waktu ke waktu, maka koherensi strukturalnya kurang, dan sebaliknya. Untuk menganalisis koherensi struktural, peneliti mengambil contoh penerapan PSBB di Jakarta. Pada 7 April 2020, Anies mengumumkan kebijakan PSBB secara resmi. Pada 20 Mei 2020, Anies mengumumkan perpanjangan PSBB periode ketiga. Pada 4 Juni 2020,

137

Anies mengumumkan PSBB transisi. Pada 9 September 2020, Anies mengumumkan kebijakan tarik rem darurat dengan penerapan PSBB seperti fase awal. Disini terdapat konsistensi pada narasi Anies dalam beretorika. Saat pengumuman PSBB pertama kali, Anies memberikan pernyataan tentang rentan waktu PSBB pada menit 18:08. “PSBB itu menurut ketentuan berlaku selama 14 hari dan kemudian bisa diperpanjang kembali sesuai kebutuhan” Saat menyampaikan perpanjangan PSBB periode ketiga, Anies mengungkapkan bahwa PSBB tersebut kemungkinan dapat menjadi PSBB terakhir, terdapat pada menit 9:11. “PSBB kita itu akan selesai tanggal 21, bila kita melakukan kedisiplinan tetap berada di rumah dua minggu kedepan, maka insyaallah setelah dua minggu ini kita bisa keluar dari fase PSBB. Ini insya Allah bisa menjadi fase terakhir psbb kita. sesudah itu kita akan bisa kembali berkegiatan dengan meningkatkan kewaspadaan ada protokol yang harus kita ikuti.” Sesuai dengan pernyataannya, dua minggu kemudian Anies mengumumkan fase PSBB transisi. Namun dengan catatan, jika terjadi lonjakan kasus, maka Pemprov DKI Jakarta akan menerapkan emergency break policy. Ini disampaikan pada menit 22:07

138

“Jadi salah satu mekanisme yang dimiliki pada masa transisi ini adalah mekanisme yang biasa disebut sebagai kebijakan rem darurat atau emergency break policy. Kita sedang transisi apabila kondisinya menghawatirkan direm dihentikan semuanya. Inilah prinsip yang kita gunakan.” Pada bulan September terjadi pelonjakan kasus aktif covid-19 di Jakarta, seperti yang dikatakan sebelumnya, Anies mengumumkan kebijakan tarik rem darurat. Dari contoh tersebut, Anies memiliki koherensi struktural yang baik saat penerapan PSBB. Sementara dalam kebijakan lainnya, terdapat perbedaan narasi yang dianggap kurang konsisten. Seperti tentang kebijakan isolasi mandiri dan pembatasan moda transportasi umum. Dilansir dari cbcnindonesia.com, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta secara resmi mencabut larangan isolasi mandiri di rumah bagi pasien positif Covid-19 tanpa gejala maupun yang bergejala ringan. Keputusan ini berbanding terbalik dengan keputusan Gubernur Anies Baswedan yang sempat menyatakan seluruh pasien positif tanpa gejala maupun bergejala ringan harus menjalani isolasi di rumah sakit rujukan atau Wisma Atlet.13

13 Chandra Gian Asmara, Sempat Larang, Anies Izinkan Lagi Isolasi Mandiri di Rumah, dilansir dari https://www.cnbcindonesia.com/news/ 20201002083504-4-191097/sempat-larang-anies-izinkan-lagi-isolasi-mandiri- di-rumah, pada 27 Desember 2020, pukul 23.40.

139

Dilansir dari kompas.com, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan jajarannya membatasi jam operasional dan armada transportasi umum yang dikelola badan usaha milik Pemprov DKI Jakarta, yakni transjakarta, MRT Jakarta, dan LRT Jakarta. Pembatasan jam operasional diberlakukan mulai Senin (16/3/2020) dan akan berlaku selama 14 hari ke depan. Pembatasan tersebut nyatanya menimbulkan penumpukan penumpang di banyak lokasi. Presiden Joko Widodo kemudian menegaskan bahwa pemerintah, termasuk pemerintah daerah, harus tetap menyediakan layanan transportasi umum dalam situasi saat ini, di tengah pandemi covid-19. Anies kemudian mengikuti arahan Jokowi dan mengembalikan jam operasional transjakarta, MRT, dan LRT seperti semula pada Selasa. Kebijakan tersebut hanya bertahan satu hari.14 Namun Ali Rif’an selaku pengamat politik dan Direktur eksekutif Arus Survey Indonesia memberikan penjelasan tentang hal tersebut. Sebenarnya itu ada dua kemungkinan yang pertama test the water sama experiment. Karena ini kan enggak ada rujukan ya, mana pemimpin di DKI yang

14 Nursita Sari, Pembatasan Operasi Angkutan Umum ala Anies yang Hanya Bertahan Sehari, dilansir dari https://megapolitan.kompas.com/read/ 2020/03/17/08254891/pembatasan-operasi-angkutan-umum-ala-anies-yang- hanya-bertahan-sehari?page=all, pada 28 Desember 2020, pukul 00.04.

140

memiliki pengalaman menangani covid, kan gak ada pengalaman, nol semuanya. Itu ketahuannya nanti setelah diterapkan. “Oh ini ternyata buruk ya”, kemudian dievaluasi gitu. Tapi saya punya keyakinan bahwa ketika kebijakan itu dikeluarkan itu pasti mempunyai argumentasi, nggak sembarangan. Abdul Rahman Ma’mun selaku Advistor Paramadina Public Policy Institute, Staf Khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Komunikasi Publik (2014-2016), sekaligus teman kuliah Anies Baswedan, juga mengungkapkan hal yang sama. Tapi kebijakan itu adalah sesuatu yang bisa dilihat dan dikritik oleh ramai-ramai, gaada masalah gitu. Kalaupun ada yang kurang tepat (kebijakannya), ya tinggal diubahkan gitu. Dan dalam situasi covid, Kita pernah juga melihat itu misalnya ketika ada kebijakan mengurangi Transjakarta, kemudian akibatnya terjadi penumpukan antrian penumpang. Tapi dalam waktu sekejap dia (Anies) ubah kebijakannya bahwa Transjakarta dipulihkan lagi, tanpa harus merasa tersinggung gitu karena memang itulah kenyataannya misalnya. Berdasarkan kedua argumen tersebut, dapat dilihat bahwa Anies dalam satu kondisi memang kurang konsisten dengan kebijakannya. Namun, situasi pandemi covid-19 adalah yang pertama di Jakarta, bahkan dunia. Belum ada pemerintah lain yang pernah menangani kasus seperti ini sebelumnya. Sehingga beberapa kebijakan dimaksudkan

141

untuk test the water. Jika memang kebijakannya baik, maka akan diteruskan, jika kurang baik, maka akan segera direvisi atau dihapuskan. Dalam menyusun kebijakan, Anies juga memperhatikan berbagai pendapat, sehingga untuk menempatkan ketidakkonsistenan Anies hanya pada dirinya saja, dirasa kurang tepat. Maka dapat disimpulkan, koherensi struktural Anies baik, dengan catatan beberapa narasi harus didiskusikan dengan baik, sehingga regulasinya lebih jelas. 2. Koherensi Material Merujuk pada tingkat kongruensi antara satu cerita dengan cerita lainnya yang saling berkaitan. Koherensi material dapat dinilai dari inti atau benang merah atas semua retorika yang diucapkan untuk mengomunikasikan kebijakan. Dalam hal ini peneliti menganalisis koherensi material berdasarkan wawancara dengan narasumber. Ali Rif’an selaku pengamat politik dan Direktur eksekutif Arus Survey Indonesia, mengatakan bahwa: “Kalau masalah covid salah satu hal yanh paling kuat dimunculkan Anies itu, dia ingin disebut pemimpin yang sangat peduli terhadap keselamatan warga. Itu kan ada gimmick itu. Istilahnya kan keselamatan warga adalah hukum tertinggi dalam suatu negara, pokoknya keselamatan warga itu yang paling utama di antara yang lain.” Dari pernyataan tersebut dan dikolerasikan dengan beberapa kebijakan yang dikomunikasikan Anies. Maka

142

dapat terlihat bahwa Anies dalam setiap retorikanya menempatkan keselamatan warga sebagai prioritas utama. Koherensi material dan inventio di five canons of rhetoric Anies memiliki kesamaan. Pada inventio, Anies membuat penemuan sebagai topik pembicaraan sekaligus kebijakan. Sehingga setiap kebijakan memiliki inti yang sama. Bukti-bukti yang dipaparkan pada inventio cenderung menempatkan Anies pada posisi pro terhadap keselamatan dan kesehatan warga Jakarta. Sehingga, pada koherensi material pun, Anies juga memberikan benang merah pada keselamatan warga. 3. Koherensi Karakterologis Mengacu pada tingkat kepercayaan karakter-karakter di dalam sebuah cerita. Masyarakat akan mempercayai tokoh, apabila tokoh itu memiliki karakter yang baik dan konsisten dengan karakternya. Dalam jurnal Al-Ta’dib, disebutkan definisi karakter sebagai berikut. Karakter adalah lukisan jiwa yang termanifestasi dalam perilaku. Karakter identik dengan akhlak, etika, dan moral, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhan, dengan dirinya, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungan yang terwujud dalam pikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, huku, tata krama,

143

budaya, dan adat-istiadat.15 Berdasarkan definisi tersebut, karakter yang baik akan terlihat pada pikiran, perasaan, perbuatan, dan perkataan yang baik. Menilai karakter dari pikiran dan perasaan, adalah di luar batas kemampuan peneliti, karena hal itu bersifat pribadi dan dapat dimanipulasi. Sedangkan pada sikap dan perkataan, peneliti dapat melihat dan mengamati. Dalam temuan penelitian, dijelaskan bahwasannya Anies cakap dalam perkataan. Cakap yang dimaksud adalah tenang, lembut, dan pandai mengatur emosinya. Orang yang tidak memiliki kepentingan politik, cenderung melihat tipe itu sebagai tipe yang baik. Sedangkan sikap, tercermin dalam wacana ataupun kebijakan yang diambilnya. Meskipun seringkali terjadi pro kontra, Anies menunjukkan sisi keberpihakan pada masyarakat. Sikap inilah yang akan dinilai baik, terlepas dari alasan lain yang dibaliknya. Sehingga dapat disimpulkan, Anies memiliki koherensi karakterologis dalam penanganan covid-19. b. Kebenaran Standar lainnya untuk menilai rasionalitas naratif adalah kejujuran (fidelity) atau reabilitas dari sebuah cerita. Cerita- yang jujur akan memicu kebenaran dalam diri pendengar.

15 Samrin, Pendidikan Karakter (Sebuah Pendekatan Nilai), Jurnal Al- Ta’dib, Vol. 9 No. 1, 2016, h. 122-123.

144

Ketika Anies mengomunikasikan kebijakannya, terdapat beberapa kalimat yang dimaksudkan untuk menyadarkan masyarakat. Seperti pada video konferensi pers tarik rem darurat, Anies mengatakan bahwa: Secara prosentase memang rendah tapi secara nominal angka kematiannya meningkat terus setiap hari. Ini yang harus kita perhatikan dan saya harus garis bawahi ini bukan angka statistik. setiap kematian satu orang adalah kematian saudara kita dan ini terlalu banyak. Pada setiap kematian, ada keluarga ada teman-teman yang ditinggalkan lebih cepat dan setiap satu angka kematian sesungguhnya adalah satu orang yang disayangi dan dibutuhkan kehadirannya bagi banyak orang yang lain. Bagi sebagian orang, ungkapan tersebut terasa memiliki arti yang kuat dalam kehidupannya. Mereka merasa terlibat atau mengalami kejadian yang disebutkan Anies. Hal itulah yang membuat beberapa orang dengan kondisi serupa (dengan yang dijelaskan Anies), akan memberi perhatian lebih pada retorika Anies. Cerita tersebut memiliki nilai kejujuran untuk mereka. 1. Logika Penalaran yang Baik Berhubungan dengan gagasan Fisher akan kejujuran, bahwa metode utama untuk mengukur kejujuran narasi adalah logika penalaran yang baik (good reasons). Fisher menyatakan bahwa ketika narasi memiliki kejujuran, maka pendengar akan menerima dan mempercayai narasi dengan

145 penalaran yang baik, kemudian mengambil aksi tertentu. Berhubungan dengan ungkapan Anies, kejujuran yang dirasakan oleh masyarakat membawa efek pada aksi yang akan mereka ambil. Ketika Anies mengatakan bahwa: “Pada setiap kematian, ada keluarga ada teman- teman yang ditinggalkan lebih cepat dan setiap satu angka kematian sesungguhnya adalah satu orang yang disayangi dan dibutuhkan kehadirannya bagi banyak orang yang lain”. Masyarakat yang merasa terlibat atau merasakan kejadian itu akan cenderung menerima dan mempercayai narasi Anies. Setelahnya, mereka akan melakukan penalaran bahwa ungkapan Anies logis dan dinilai jujur. Sehingga aksi yang diambil akan selaras dengan keinginan Anies. Hal inilah yang menyebabkan, pentingnya memperhatikan kalimat yang menyentuh daripada terus berpatokan dengan data. Karena tidak semua masyarakat dapat mempercayai data, namun lebih pada pengalaman yang mereka alami.

146

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan Berdasarkan analisis yang sudah dijelaskan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Terdapat sembilan karakteristik dalam rasionalitas naratif retorika Anies Baswedan. Pertama, Anies merupakan sosok yang memiliki gaya retorika terstruktur, penyusunan kata yang indah, bahkan disebut orator ulung. Kedua, Anies merupakan seorang orator yang pandai menjaga emosinya. Ketika menanggapi kritik yang menyerangnya, Anies akan cenderung tenang. Ketiga, dalam beretorika, Anies mampu memprediksi respon publik terhadap apa yang dia ungkapkan. Keempat, Anies masuk dalam tipologi orator rhetorically sensitive. Kelima, Anies terkesan kurang tegas. Keenam, Anies tidak pernah melakukan overkill dalam retorikanya (mengalahkan lawan bicara atau lawan politiknya secara mutlak), sehingga terkesan bermain zero enemy. Ketujuh, Komunikasi Anies cenderung high context. Kedelapan, Tipe kepemimpinan Anies dikategorikan administrator maker. Kesembilan, Dalam beretorika, Anies banyak mengandalkan data. b. Anies merupakan sosok orator yang mahir dalam beretorika. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya kelebihan daripada kekurangannya. Anies tergolong pemimpin yang

147

sangat cerdas dalam segi pengolahan kata. Bahkan dapat disebutkan, diantara pemimpin yang lain, Anies memiliki keunggulan tersendiri dalam komunikasinya. B. Implikasi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman bahwa retorika bukan sekadar seni mengolah kata. Melainkan, bagaimana pesan yang dimaksud sampai kepada audience. Retorika mengajarkan pentingnya penyusunan dan pemilihan kata untuk komunikasi yang baik. Keuntungan itu dimaksudkan agar meminimalisir makna ambigu yang seringkali memicu kesalahan penafsiran.

Setiap orang memiliki gaya retorika yang beragam, tergantung lingkungan, kepentingan dan tujuan. Seorang influencer, pejabat publik, bahkan pengajar, membutuhkan retorika sebagai alat komunikasi publik agar mendapat perhatian lebih. Hal itu karena, penilaian terhadap diri seseorang untuk pertama kalinya akan diwakilkan “sampul luar” berupa visual dan ucapan. Disinilah retorika berperan menentukan citra apa yang ingin dibangun. Apakah ingin menampilkan sosok lembut dan tenang atau sebaliknya.

Pada penelitian ini, subjek yang dipilih adalah Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta. Anies dikenal sebagai sosok yang mumpuni dari segi retorika. Terlebih saat pandemi covid-19, Anies banyak mendapat perhatian publik. Selain disoroti karena kebijakannya, caranya mengomunikasikan kebijakan juga sering dibicarakan. Dengan gayanya yang tenang menanggapi kritikan

148 dan menonjolkan kelembutan saat berbicara, Anies sukses membentuk citra pemimpin yang santun.

Dapat dipastikan bahwa hasil penelitian ini memiliki implikasi positif. Selain menjadi rujukan kajian dengan tema yang sama, penelitian ini dapat menjadi acuan untuk mempraktikkan retorika dalam aktivitas komunikasi. Pembahasan tentang retorika seorang tokoh bukan hanya sebagai bahan pertimbangan menilai tokoh tersebut, namun gaya retorikanya dapat dijadikan contoh.

C. Saran

Terdapat beberapa catatan yang akan peneliti sampaikan, tentunya saran-saran ini bertujuan untuk kebaikan dan kualitas akademik di masa mendatang.

a. Saran Akademisi

Retorika politik merupakan bagian dari komunikasi politik. Komunikasi politik menjadi hal yang peting, mengingat Indonesia merupakan negara dengan pergulatan politik yang rumit. Menjadi suatu keharusan untuk seorang akademisi mempelajari dan mengembangkan ilmu tersebut. Diharapkan, bidang komunikasi politik menjadi fokus pembelajaran yang dapat memberi wawasan bagi siapapun, terlebih untuk yang tertarik dengan isu politik.

b. Saran Praktisi

Pandemi covid-19 memberikan pelajaran tersendiri, bukan hanya pada kesehatan dan ekonomi, namun pada kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Mendapat persetujuan

149 masyarakat utuk suatu kebijakan bukanlah hal yang mudah, terlebih menyangkut kesehatan dan perekonomian. Namun kemampuan seorang pemimpin untuk menjelaskan dan menyampaikan ke rakyatnya patut diperhatikan. Komunikasi yang baik dapat menunjang respon yang baik juga. Dalam komunikasi ini, dikenal istilah retorika yang berperan untuk memperindah gaya komunikasi saat menyampaikan suatu kebijakan. Namun lebih dari itu, teknik dan tipologinya dapat memberikan kemudahan bagi komunikator untuk memberikan pemahaman yang lebih pada audience. Oleh karenanya, diharapkan setiap pemimpin mampu menguasai retorika, dengan gayanya masing-masing. Dengan catatan, retorika itu dapat dibuktikan dengan suatu tindakan, sehingga tidak dipandang sebagai retorika semata.

150

Daftar Pustaka

Kitab Suci

Departemen Agama RI. 2008. Al-Qur’an al-Karim. Surabaya: Duta Ilmu.

Buku dan Jurnal

Al-Asqalani, Imam ibn Hajar. 2012. Fath al-Barii, Vol. XI. Beirut: Dar al-Kotob al-Ilmiyah.

Ardiansyah, Moch. Ferdy. 2012. Analisis Retorika Basuki Tjahaja Purnama Dalam Kampanye Rakyat Pemilihan Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Di Rumah Lembang 2017 (Kajian Retorika Aristoteles). Jurnal Unesa, Vol.1 No. 1.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana, 2010.

Cangara, Hafied. 2014. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Creswell, Jhon W. 2010. Research Design: Pendekata Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Fisher, Walter. 1987. Human Communication as Narration: Toward a Phylosophy of Reason. Value and Action. Columbia: University of South Carolina Press.

Griffin, Em. 1997. A First Look at Communication Theor. New York: McGraw-Hill.

Hasanuddin, A.H. 1970. Rhetorika Da’wah & Publisistik dalam Kepemimpinan. Surabaya: Usaha Nasional.

Heryanto, Gun Gun, Iding Rosyidin. 2015. 10 Tokoh Transformatif Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Heryanto, Gun Gun, Irwa Zarkasy. 2012. Public Relations Politik. Bogor: Ghalia Indonesia.

Heryanto, Gun-Gun dan Shulhan Rumaru. 2013. Komunikasi Politik; Sebuah Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia.

John, Little S.W. 2000. The Ories of Human Communication. Belmont: CA Wadsworth Publishing Company.

Luhukay, Marsefio S. 2007. Presiden SBY dan Politik Pencitraan: Analisis Teks Pidato Presiden SBY dengan Pendekatan Retorika Aristoteles. Jurnal Ilmiah SCRIPTURA, Vol. 1, No. 2.

M Arifin, Tatang. 2003. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali. Maclntyre, Alasdair. 1981. After Virtue: A Study in Moral Theory. Notre Dame, IN: Universitas of Notre Dame Press.

Miles, Matthew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Data-data Baru. Jakarta: UI-Press.

Moloeng, Lexy J. 2010. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ilmu Komunikasi: Satu Pengantar. 2005. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nugroho, Riant. 2009. Public Policy. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Puspa, Ratih. 2012. Hubungan yang Timpang antara CSR, Antaretnis, dan Iklan Korporat. Jurnal Masyarakat dan Kebudayaan Politik, Vol. 25, No. 21.

Rahmat, Jalaludin. 2011. Retorika Modern Pendekatan Praktis. Bandung: Rosdakarya. Metode Penelitian Komunikasi. 2005. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ri’aeni, Ida. 2014. Kemiskinan Sebagai Komoditas Media. UBM Journal, Vol. 8 No. 2.

Richard, West, Turner Lynn. 2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

Samrin. 2016. Pendidikan Karakter (Sebuah Pendekatan Nilai). Jurnal Al-Ta’dib, Vol. 9 No. 1.

Silintowe, Yunita Budi Rahayu. 2016. Komunikasi Bisnis Lintas Budaya Sekretaris Pada Atasan (Studi Pada Alila Hotel Solo). Jurnal Komunikasi, Vol. 8 No. 2.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.

Subarsono, AG. 2008. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudarto. 1997. Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Susanto, Astrid S. 1988. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung: Remadja Karya. Suwendra, Wawan. 2018. Metodologi Pendekatan Kualitatif dalam Ilmu Sosial, Pendidikan, Kebudayaan dan Keagamaan. Bali: Nilacakra.

Syafi’ie, Imam. 1988. Retorika dalam Menulis. Jakarta: Depdikbud-Dirjen Dikti, P2LPTK.

Tasmara, Toto. 1997. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Wardani, Yaniah dan Umi Musyarofah. 2019. Retorika Dakwah Dai di Indonesia. Ciputat: Adabia Press.

Website

Adinda Putri, Cantika. Anies PSBB Total Hingga RS Penuh, Ini Sikap Pemerintah Pusat!. Diakses pada 22 Desember 2020, pukul 12.20. dari: https://www.cnbcindonesia.com /news/20200910143234-4-185856/anies-psbb-total- hingga-rs-penuh-ini-sikap-pemerintah-pusat,

Altobeli, Andreas Lukas. Anies Baswedan, Dilantik, Dicopot, dan Dilantik Lagi oleh Jokowi. Diakses pada 9 November 2020, pukul 16.32, dari: https://nasional.kompas.com/ read/2017/10/17/08253771/anies-baswedan-dilantik- dicopot-dan-dilantik-lagi-olehjokowi?page=all

Asmara, Chandra Gian. Sempat Larang, Anies Izinkan Lagi Isolasi Mandiri di Rumah. Diakses pada 27 Desember 2020, pukul 23.40. dari: https://www.cnbcindonesia.com /news/20201002083504-4-191097/sempat-larang-anies- izinkan-lagi-isolasi-mandiri-di-rumah,

CNN Indonesia. Cita Rasa Politik Dalam Komunikasi Jokowi- Anies Soal Corona. Diakses pada 18 Desember 2020, pukul 22.20. dari: https://www.cnnindonesia.com /nasional/20200304113444-32-480391/cita-rasa-politik- dalam-komunikasi-jokowi-anies-soal-corona

CNN Indonesia. Cita Rasa Politik dalam Komunikasi Jokowi- Anies soal Corona. Diakses pada 6 Juli 2020, pukul 09.40 dari: https://www.cnnindonesia.com/ nasional/20200304 113444-32-480391/cita-rasa-politik-dalam-komunikasi- jokowi-anies-soal-corona

Egham, Lisza. Istana Sayangkan Anies Tak Koordinasi Sebelum Putuskan PSBB Ketat Jakarta. Diakses pada 22 Desember 2020, pukul 12.21, dari https://www.liputan6.com/news/ read/4354532/istana- sayangkan-anies-tak-koordinasi-sebelum-putuskan-psbb- ketat-jakarta

156

Istana Puji Sikap Anies dan Sa’id Aqil Terbuka Positif Covid-19. Diakses dari https://m.liputan6.com /news/read/4422631/istana-puji-sikap-anies-dan-said- aqil-terbuka-positif-covid-19, pada 20 Desember 2020, pukul 13.40.

Fauzia, Mutia, Yohana Artha Uly, Kala 3 Menteri Ekonomi Jokowi Singgung Anies Soal PSBB Jakarta. Diakses pada 22 Desember 2020, pukul 11.49 dari: https://money.kompas.com/read/2020/09/11/070200226/ kala-3-menteri-ekonomi-jokowi-singgung-anies-soal- psbb-jakarta

Hasan, Kamaruddin. 2006. Retorika dan Politik. : Universitas Malikussaleh. Diunduh pada 25 Desember 2020, pukul 21.00 dari: https://repository.unimal.ac.id/2266/1/Bahan %20ajar%20RETORIKA%20DAN%20POLITIK%20da

lam%20KOMUNIKASI%20POLITIK.pdf

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Komunikasi Publik. Diakses pada 30 Oktober 2020, pukul 11.03 dari: https://jdih.kominfo.go.id/produk_hukum/view/id/500/t/i nstruksi+presiden+nomor+9+tahun+2015+tanggal+25+j uni+2015#:~:text=INSTRUKSI%20PRESIDEN%20RE PUBLIK%20INDONESIA%20NOMOR,dengan%20ini %20menginstruksikan%3A%20Kepada%20%3A%201 Isna, Tanayastri Dini. Anies Paling Populer di Medsos Lewati Ganjar dan RK, Tapi Kalah Favorit Karena. Diakses pada 26 September 2020, pukul 19.35 dari: https://republika.co.id/berita/qc5njd4917000/anies- paling-populer-di-medsos-lewati-ganjar-dan-rk-tapi

Pinter Politik. Posotif Covid-19, Anies Ungguli Trump? Diakses pada 20 Desember 2020, pukul 14.03, dari: https://pinterpolitik.com/positif-covid-19-anies-ungguli- trump

Putra, Putu Merta Surya. Survei Poltracking: Agus Ganteng, Ahok Tegas, dan Anies Ramah. Diakses pada 24 Desember 2020, pukul 23.00, dari: https://www.liputan6.com/ pilkada/read/2844042/survei-poltracking-agus-ganteng- ahok-tegas-dan-anies-ramah,

Rahim, Abdur. Menkes Bantah Pernyataan Anies Soal Corona. Diakses pada 18 Desember 2020, pukul 22:13, dari https://www.kompas.tv/article/69221/menkes-bantah- pernyataan-anies-soal-corona,

Rezkisari, Indira. Kerumunan HRS yang Berbuntut Ancaman Pidana ke Anies. Diakses pada 19 Desember 2020 pukul 22.27, dari: https://republika.co.id/berita/qjvyk8328/ kerumunan-hrs-yang-berbuntut-ancaman-pidana-ke- anies, Sari, Nursita. Pembatasan Operasi Angkutan Umum ala Anies yang Hanya Bertahan Sehari. Diakses pada 28 Desember 2020, pukul 00.04, dari: https://megapolitan. kompas.com/read/2020/03/17/08254891/pembatasan- operasi-angkutan-umum-ala-anies-yang-hanya-bertahan- sehari?page=all

Tolok, Aprianus Doni. Anies Baswedan Positif Covid-19, Begini Reaksi Warganet. Diakses pada 20 Desember 2020, pukul 13.55, dari: https://jakarta.bisnis.com/read/20201201 /77/1324711/anies-baswedan-positif-covid-19-begini- reaksi-warganet,

Velarosdela, Rindi Nuris, Ryana Aryadita Umasugi, Rosiana Haryanti. Anies Baswedan dan Daftar Pejabat Pemprov DKI Jakarta yang Positif Covid-19. Diakses pada 20 Desember 2020, pukul 12.50 dari: https://www.google. com/amp/s/amp.kompas.com/tren/read/2020/12/01/1047 00165/anies-baswedan-dan-daftar-pejabat-pemprov-dki- jakarta-yang-positif-covid-19

Widya Pratiwi, Windy. Kepemimpinan Politik: Peran Walikota Dalam Implementasi Kebijakan Pengentasan Kemiskinan Di Kota Bontang. Surabaya: Universitas Airlangga. Diunduh pada 24 Desember 2020, pukul 23.15 dari: http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers- jpm8a8a0e6cc1full.pdf https://corona.jakarta.go.id/id/data-pemantauan, diakses pada 9 November 2020, pukul 15.57.

Video Youtube

Diakses pada 20 Desember 2020, pukul 12.00, dari: https://www.instagram.com/tv/CIPVCJlg8Oq/?igshid=1 e6dsai7d24ff

Indonesia Lawyers Club, Gubernur Anies Akhirnya Menarik Rem Kompromi. Diakses pada 3 Januari 2020, pukul 14.36, dari: https://www.youtube.com/watch?v=AaGJsstNnlY &t=4025s

KompasTV, 115 Dalam Pantauan, 32 Orang Diawasi Terkait Virus Corona di DKI Jakarta. Diakses pada 18 Desember 20, pukul 21.26. dari: https://www.youtube.com/watch? v=vTg8I0x6JFk,

KompasTV, Anies Baswedan Tanggapi Kritikan Dari Pemerintah Soal Cegah Kerumunan. Diakses pada 19 Desember 2020, pukul 23.10. dari: https://www.youtube.com/ watch?v=f7eChBf-i1g&t=34s,

KompasTV, Anies Geram: Ini Soal Nyawa! Anda Tutup Sekarang! Diakses pada 18 Desember 20, pukul 22.00, dari: https://youtu.be/YulWJ10UGYE,

KompasTV, Anies Perpanjang PSBB, DKI Jakarta Masuk Masa Transisi, diakses pada 17 Desember 2020, pukul 21.23, dari: https://www.youtube.com/watch?v=HJ2p8oO2Zc &t=1328s,

Najwa Shihab, Mata Najwa Part 3 Drama Orang Kedua: Anies: Saya Selalu Kangen Bang Sandi. Diakses pada 9 November 2020, pukul 16.40, dari: https://www.youtube.

com/watch?v=A__lgsq6RPo&t=110s,

Pemprov DKI Jakarta, 07 Apr 2020 Gub Anies Baswedan Preskon Terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar di DKI Jakarta, diakses pada 19 Desember 2020, pukul 20.30, dari: https://youtu.be/B5iF7OQ14Yo

Pemprov DKI Jakarta, 11 Maret 2020 Gub Anies Baswedan Memberikan Preskon Tentang Update Covid-19. Diakses pada 19 Desember 2020, pukul 21.00. dari: https://www. youtube.com/watch?v=KOrOVWK-ENQ&t=1256s,

Pemprov DKI Jakarta, Kondisi Terus Memburuk, Anies Kembali Berlakukan PSBB Ketat di DKI Jakarta, diakses pada 17 Desember 2020, pukul 22.00, dari: https://www.youtube. com/watch?v=vK7tae6vLgE&t=310s Data Wawancara Skripsi Retorika Politik Anies Baswedan dalam Mengomunikasikan Kebijakan Pandemi Covid-19 di DKI Jakarta”

1. Narasumber : Ali Rif’an, M.Si 2. Jabatan : Direktur Arus Survei Indonesia dan Pengamat Politik 3. Waktu Wawancara : 1 Desember 2020, pukul 19.30 4. Tempat : Cafe Upnormal 5. Keterangan : Tatap Muka

Q : Ini kan penelitian saya tentang retorika Anies dalam mengomunikasikan kebijakan pandemi covid-19 di DKI Jakarta. Kebijakannya kan lumayan banyak, nah disini saya lebih berfokus ke retorikanya/seni berbicaranya, bukan ke kebijakannya. Bagaimana Bapak memandang retorika Anies selama pandemi ini?

A : Pertama kalau dari komunikasi politik, Anies menggunakan pola komunikasi hight contect. Hight contect berarti kan lebih banyak bicara tidak langsung to the point. Seperti, saat dia menyampaikan hasil swab test yang barusan ya, beliau kan positif. Itu kan durasinya cukup panjang, hampir 4 menit. itu mengatakan dia sebagai orang yang terdeteksi positif covid, itupun dimulai dari cerita-cerita kan, tidak langsung to the point itu salah satu ciri-ciri komunikasinya. dan ini terkamuflasi dalam banyak kesempatan, dalam konferensi pers juga sama, dalam berbicara soal dta-data covid juga sama, nah tapi poin positifnya, komunikasi hight contect itu biasanya lebih detail, makanya Anies dalam menyampaikan sesuatu ada penjabaran, dia menyampaikan latar belakang gitu ya, termasuk data-data juga leboh komplit. Itu kelebihan komunikasi hight contect.

Q : Pernah tidak Anies menyampaikan sesuatu dengan pola komunikasi low contect?

A : Low contect ada, tetep ada, tapi kecenderungannya tetep hight contect Anies itu. Ini kalau bicara Anies vs Ahok jelas Ahok (pola low context). Ahok lebih banyak low context komunikasinya, lebih to the point langsung. Konsekuesinya adalah, komunikasi low context itu kemudian ketika itu masalah-masalah sensitif bisa menjadi kontroversi. Itu sering terjadi kan? Karena salah satu kelemahannya, ga runtut kan. Tapi salah satu kelebihan, dia (orang yang menggunakan pola komunikasi low context) dianggap tegas. Sementara Anies, karena hight contect dia dianggap kurang tegas. Meskipun dalam sisi tertentu itu penting, karena lebih detail. Ini saya bicara kecenderungan ya, karena pasti dalam masa kepemimpinan Anies, pasti pernah komunikasi low context. Tapi kecenderungan yang ada, Anies masuk ke tipe hight contect. Termasuk contoh tadi (saat Anies mengumumkan dirinya positif covid-19) 4 menit itu, padahal kan seperti Kiai Said, yang diwakili oleh sekprinya, itu kan sangat pendek durasinya, yang lain-lain juga pendek. Tapi Anies cukup panjang, padahal poinnya kan dia menyampaikan bahwa dia positif covid, tapi disampaikan kronologi-kronologinya, lebih detail. Tapi dalam konteks strategi persuasi, memang komunikasi hight contect itu bagus, karena mendatangkan persuasif.

Q : Kalau tipologi retorika Anies lebih cenderung kemana pak? kan ada 3 tipologi orator. Noble solve (orang yang mengklaim dirinya selalu benar), retorically reflctor (orang yang tidak teguh pendirian/ menjadi cerminan orang lain), dan retorically sensitive (orang yang responsif terhadap permasalahan yang ada)?

A : Sebenarnya saya lihat ketiga, cukup responsif. Ada isu-isu apa dia beliau muncul. Tapi konteksnya begini, Anies ini karena beliau seorang Gubernur sekaligus pemain politik dan saya sangat yakin punya agenda di 2024, jadi terkadang terjadi bias kepemimpinan. Biasnya begini, komunikasi yang dilakukan itu biasanya komunikasi konteks elektoral. Beberapa kasus itu, dia lebih merespon isu-isu yang memiliki muatan politis. Politis disini dimaksudkan untuk mendapat simpati publik. Karena dia perpikir dia ini kan politisi, bukan birokrat murni, Kalau saya baca beberapa, memang komunikasinya Anies itu mengundang simpati. Misalnya saat dia mengumumkan bahwa dirinya positif (Covid-19), dia mengatakan bahwa dia masih bekerja saat positif, kemudian dia di isolasi di kantor gubernur. Dalam artian ini dia ingin mengatakan bahwa dalam situasi apapun dia itu tetap bekerja untuk DKI, ini kan artinya dia ingin mencari simpati publik. Anies paham ini komunikasi politik karena latar belakangnya itu memang lulusan Amerika PHD. juga termasuk politik simbol. yang ramai kemarin kan soal duduknya Anies baca buku itu itu dia paham betul kalau yang dilakukannya itu akan mendatangkan perbincangan dan dia berhasil, karena menjadi trend center dia, terus akhirnya orang pada pose gitu semua kan, itu keren banget itu. Itu sebenarnya dia kan sedang menyindir seseorang dan memperkuat legitimasi, ada rame- rame itu kan dan itulah gaya Anies

Q : Beliau (Anies) itu tipikal orang yang bisa membaca suasana dan tahu bagaimana caranya dia bisa menjadi perbincangan publik benar begitu?

A : Betul, makanya masuk kategori yang responsif tadi yang ketiga. Tapi kritik saya adalah karena beberapa hal kebijakan- kebijakan populis Anies, kemudian respon-respon terhadap isu itu adalah isu-isu yang punya kadar elektoral tinggi yang dia respon, kalau itu mendatangkan simpati, maka dia akan cepat merespon. Makanya kasus covid-19 itu menjadi konsentrasi Anies karena ini menjadi perhatian orang banyak, dia memposisikan diri sebagai orang yang benar-benar konsentrasi pada masalah kesehatan masyarakat, keselamatan warga, dan dia pasang badan, dia ingin mengatakan bahwa dirinya ada di garda terdepan. Makanya dia kan sering seolah- olah bertolak belakang dengan kebijakan pemerintah pusat. Tapi faktanya dia memang dapat simpati, sebagian besar orang akan memuji Anies “wah.. pemimpin dan berpihak ke rakyat”, kalau pemerintah pusat itu kan seolah-olah berpihak ke investor, ekonomi bukan ke rakyat. Makanya kan di temuan-temuan survei Anies selalu masuk 3 besar dan itu luar biasa menurut saya. Menurut saya di tengah posisi 2024 itu masih kosong dan rival terkuat itu kan Prabowo sama Ganjar, tapikan Ganjar di Jawa Tengah dan panggung politiknya masih strategis Aneis karena dia kan di Jakarta dan Jakarta itu miniaturnya Indonesia jadi lebih strategis isu-isu nya.

Q : Kalau kelemahan retorikanya Anies Apa pak? Kalau dilihat saat komunikasinya di pandemi ini?

A : Kalau kelemahannya itu, dia dianggap sebagai pemimpin yang berbelit-belit, tidak tegas, abstrak itu kadang memang kelemahan komunikasi hight contect, hal-hal yang nggak penting itu disampaikan. taruhlah yang disampaikan saat dia mau umumkan bahwa dirinya positif, itu 4 menit kan kemana- mana bahasannya, sebenarnya nggak penting tapi disampaikan, seperti dia mengatakan bahwa dia seolah-olah terkena covid dari wakil gubernur dan stafnya itu sebenarnya model-model begitu ya nggak penting-penting amat. Terus dia posisi diisolasi di kantor gubernur dan seterusnya sebenarnya ya kalau simpel kan dia hanya mengatakan bahwa minta doa untuk kesehatannya dan menginformasikan bahwa dia covid. Semua kan (para pejabat publik) saat mengumunkan dirinya covid kan simple. Artinya ada yang ditarget disitu sebenarnya. Dia ingin menyampaikan juga yang perlu saya garis bawahi itu dia menyampaikan divideo itu bahwa dia itu transparan jadi dia kan seperti menyindir beberapa pejabat lain ketika kena covid itu nggak langsung menyampaikan kepada publik (ditunda dulu). sedangkan Anies seketika itu dia dinyatakan positif dia langsung menyampaikan pengumuman bahwa dia positif dini hari. Dari situ Anies ingin menunjukkan bahwa dia adalah pemimpin yang responsif dan transparan. Dia sudah berpikir sebagai calon presiden. Saya kemarin sempat diwawancarai wartawan armor saya sampaikan kenapa Anies begitu? dalam perspektif saya mungkin 60% sudah politisi, 40% seorang birokrat. Jadi persentase birokrat nya itu 40%, makanya tutur katanya itu tutur kata politisi dan ujungnya adalah elektoral untuk 2024. Jadi pesan-pesan yang disampaikan terkesan dia (Anies) membela warga, membela masyarakat.

Q : Kalau untuk orang awam sendiri, melihat komunikasi high context itu kayak gimana sih apa lebih cenderung menyukai apa justru aneh melihatnya?

A : Kan begini ya high context itu kalau kita bicara mengenai teori panggung itu ada panggung depan ada panggung belakang dalam politik. Sebenarnya Anies ini lebih banyak bermain di panggung depan, lebih banyak bermain di sandiwara panggung depan. Tapi politik yang lebih otentik itu sebenarnya ada di panggung belakang. Makanya kan setelah saya on-air dengan beberapa pejabat, di on-air itu kita ngobrolnya seperti berantem, adu argumen tapi jika di off-air beda obrolannya. Dan saya merasa yang lebih otentik dalam politik itu ya panggung belakang bukan panggung depan. Sama juga high context itu kan komunikasi yang dikemas dalam kerangka sandiwara, dikasih bumbu-bumbu sandiwara. Berarti sandiwara itu tidak dominan ya dibumbui saja ada dramanya ada sandiwaranya biar kelihatan cantik dan jujur saja masyarakat Indonesia itu suka sandiwara suka sinetron kan kalau dikemas dalam bentuk drama. Makanya Anies paham betul dengan masalah itu dan komunikasi di awal untuk menceritakan konflik (Anies positif covid-19) itu sudah drama. Dimulai dari Wakil Gubernur yang tertular oleh stafnya, kemudian Wakil Gubernur isolasi dengan dia (Anies) masih tetap bekerja dan bertugas seperti biasa, sandiwara bener cak, drama gitu. Makanya saya bisa katakan kalau komunikasi high context itu itu misalnya meminjam teori Erving Goffman, teori drama turgi itu, Anies itu bermain di panggung depan

Q : Berarti itu bisa menjadi kelebihan tersendiri ya Pak dari retorikanya Anies Baswedan?

A : Iya itu menjadi kelebihan sendiri, jadikan retorika itu kalau saya pernah baca kalau nggak salah ya, ada beberapa fungsi- fungsinya. Fungsi edukasi, persuasi entertaint dan informasi. Nah kita akan lihat Anies di situ lebih banyak beretorika di wilayah persuasi, informasi plus persuasi. Edukasinya ya agak ke belakang gitu, entertaint juga nggak. Maksudnya kalau bicara dari 4 fungsi retorika itu tadi, Anies lebih banyak bermain di retorika dalam bentuk persuasi dan informasi. Jadi persuasi dibungkus dalam konteks informasi. Dia sedang menyampaikan informasi penting tapi sebenarnya nya kepada masyarakat. Karena tadi, sekarang Anies kan ini 60% itu politisi. Politisi itu berpikirnya adalah elektoral, kan itu bedanya negarawan sama politisi. Politisi berpikir tentang ke depan bagaimana bisa mendapatkan ke kuasaan, kalau negarawan kan berpikir cenderung lebih ke masa depan bangsa.

Q : Dalam kebijakan itu kan biasanya ada kontra atau kurang setuju dengan kebijakan itu dan karakter Anies terlihat lebih tenang dan menyikapinya itu tidak dengan emosi. Bagaimana pandangan bapak tentang hal itu?

A : Pertama Anies memang karakter yang unik perlu saya garis bawahi bahwa rasanya Anies itu adalah singa podium, dan ini terkamuflase dalam beberapa event. Sejak beliau jadi ketua OSIS bahkan ketua BEM, rektor dan tokoh intelektual terkemuka, Anies memang mempunyai gaya komunikasi retorika yang sangat bagus, ya persuasi itu salah satunya. Tapi persuasi dulu kan bukan persuasi elektoral masih persuasi dimana ketika dia ngomong orang terkesima itu aja sebatas itu, bagaimana komunikasi itu bisa ditangkap oleh audiens tepat sasaran dan dapat ditangkap dengan baik gitu. Nah Anies berhasil sebenarnya, bahkan saking berhasilnya dia di daulat menjadi moderator debat capres saat itu (2014). Itu kan karena beliau memiliki retorika yang bagus. Nah dari situ kemudian

169

dia (selain latar belakang intelektual) tentu orang tenang, itu satu memang orang yang secara intelektual sudah di atas rata- rata kemudian memang pembawaannya tenang. Karena memang Anies kan yang dibawakan itu iklim Yogyakarta. Saya ini punya bos yang sama-sama orang Belitung Sumatera tapi karena lama kuliah di Jogja logatnya jadi halus begitu tenang pembawaannya, tapi kalau marah ya mirip Ahok memang. Tapi kan karena dia lama hidup di Jogja dia mempelajari karakter Jawa seperti apa jadi sehari-hari dia (kenalan saya) itu kalem, bahkan orang-orang tidak akan tahu bahwa dia itu orang Sumatera. Nah Ahok sebenarnya kalau dia kuliah di Jogja 4 tahun aja pasti komunikasinya tidak seperti itu (lebih emosi dan to the point). Nah Anies itu selain dilihat dari dia kelahirannya Kuningan, Jawa barat. Jawa barat kan lembut ya kemudian ditambah lagi Anies itu dibasuh dan ditempa di Yogyakarta dengan iklim yang lebih halus lagi. Sehingga hal itu membuat tutur kata Anies menjadi lebih lembut, jadi ketika beliau (Anies) mengkritik orang saja, kritiknya itu itu kan pakai simbol. Seperti contoh postingan foto Anies, yang dia duduk baca buku pakai sarung itu saya melihat sebagai kritik keras terhadap pemerintah saat ini, tapi itulah gaya Anies.

Q : Jadi kalau Anies mengkritik lawan atau orang lain beliau tidak langsung menunjuk kepada orang yang dikritik ya pak? A : Iya, Anies tidak langsung melontarkan kritik begitu, kalau dalam ilmu komunikasi nya itu itu bisa masuk kategori public relationship (PR). Kalau istilah Jawanya itu nabok milih tangan. Jadi kalau mau mengkritik misalkan mengkritik Nikmah maka akan melalui temannya Nikmah seperti Abidin. Itu Anies melakukan seperti itu, saya yakin juga di lapangan, komunikasi pemerintahannya juga seperti itu. Seperti salah satu teman saya yang dulu bekerja dengan Anies dan karakternya mirip Anies saya lihat tutur katanya santunnya logatnya itu mirip Anies. Dia nggak mau dengan karyawannya langsung marah, kadang melalui tangan kanannya jadi dia nggak pernah sekalipun memarahi karyawannya atau mengeluarkan kata-kata kotor dari mulutnya “jaga image”. Dan itu pun pelan-pelan saya adopsi nih, saya kalau ada meeting dan kacau saya nggak mau langsung marah tapi melalui tim lain untuk menegur orang yang salah itu.

Q : Jadi pengendalian emosi Anies itu memang benar-benar sangat bagus ya pak?

A : Sangat bagus karena, satu beliau ditempa dalam iklim di Yogyakarta yang terkenal sangat halus. Kedua, karena intelektualnya. Satu sisi memang beliau “singa podium” jadi memang sudah terbiasa di panggung karena sudah biasa di panggung itulah dia mampu menguasai sandiwara sandiwara panggung dan dia paham. Mana gimmick-gimmick yang mendatangkan orang untuk tertawa atau marah. Anies benar- benar sudah bisa memainkan emosi publik dan salah satu ciri politisi ulung itu ketika dia bisa memainkan emosi publik.

Q : Berarti Anies masuk kategori politisi ulung ya pak?

A : Iya jelas, Anies masuk kategori politisi ulung. Makanya jelas Anies diagendakan di 2024, karena salah satu kelebihannya di situ.

Q : Kalau untuk kesantunan Anies sendiri apakah ada survei yang lebih memberikan keyakinan bahwa Anies itu pemimpin yang santun?

A : Dulu kita memang sudah pernah melakukan survei saat pilkada DKI, kebetulan saya yang jadi manager survei nya. Memang dalam kesantunan, Anies peringkat pertama. Kemudian Ahok itu menang di tegas dan berpengalaman. Sedangkan AHY lebih ke berwibawa sama ganteng. Kenapa kita kasih pilihan itu, karena itu pilihan-pilihan untuk mengklasifikasi tiga jenis pemilih. Jadi kalau kita baca perilaku pemilih di Indonesia itu ada 3. Pertama pemilih rasional yang memilih karena faktor gagasan, rekam jejak, pengalaman. Makanya, disitu kita tanya bagaimana pengalaman, jika banyak yang memilih karena pengalamannya, “Oh jadi ini banyak dipilih oleh pemilih rasional, visi misi, gagasan, program, rekam jejak”. Kedua pemilih sosiologis, yang memilih karena faktor afiliasi agamanya, sukunya, partainya, ormasnya, itu sosiologis. Yang Ketiga adalah pemilih psikologis, itu karena kesantunannya, karena ganteng atau cantik, karena tutur katanya atau penampilannya nya. Nah kita (tim survey) coba cek di cluster rasional itu Anies unggul apanya sih?. Dulu itu memang Anies lebih banyak disukai oleh pemilih rasional tapi masih kalah sama Ahok. Ahok juga rasional tapi rasionalnya lebih dominan, sementara AHY itu sosiologis dan psikologis, makanya di survei-survei awal AHY itu tinggi cak. Karena yang memilih faktor sosiologis (agama), itu larinya di awal- awal ke AHY, ditambah lagi dengan pemilih psikologis (karena kegantengannya). Jadi AHY unggul di psikologis dan sosiologis awal-awal itu. Kita kaget “lho padahal antitesis awal itu AHY bukan Anies”. Disitulah konsultan bekerja gimana caranya suara AHY itu bisa ke Anies. Anies itu kan awalnya menang di pemilih rasional, tapi kelasnya menengah terdidik (mahasiswa/kaum millenial), karena gerakan Indonesia mengajar itu kan. Sementara pemilih rasional yang lain seperti bos-bos di kantor, manager, CEO, itu lebih cenderung ke Ahok cak. Cluster-cluster itu kan kita baca tuh. Terus caranya apa? (Agar suara bisa ke Anies), Anies harus pakai peci dan mendatangi habib Rizieq dan seterusnya itulah kerja konsultan.

Q : Jadi kemungkinan jika Ahok tidak tersandung kasus kemarin bisa saja Ahok yang memimpin Jakarta ya pak?

A : Ahok itu luar biasa sekali, karena strong voters (pemilih loyal). Kan ada swing voters (sudah memilih tapi bisa goyah) kalau zaman sekarang disebut pemilih galau. Kemudian ada undecided voters (belum menentukan pilihan sama sekali), nah yang satu lagi strong voters (pemilih loyal). Ahok itu punya strong voters 40%, jadi digempur seperti apapun tidak akan mempan, Makanya kalau kemarin tim Anies menyerang Ahok maka salah besar itu. Maka diseranglah AHY, ditarik suara AHY. Kalau AHY diserang kan suaranya akan ke Anies bukan ke Ahok, Anies pakai peci, kemudian membuat ruang- ruang khutbah lebih banyak lagi di masjid-masjid dan menemui Habib Rizieq, kan FPI di awal itu 100% (suara) ke AHY. Kemudian mendatangi pimpinan dan tokoh tokoh NU, Muhammadiyah, Islam kanan dan seterusnya, terus pakai peci kemudian ketika ngomong penutupnya wallahu muwafik ila aqwamith Thariq, NU pelan-pelan masuk. Ini selingan ya.

Q : Berbicara masalah ethos, logos dan pathos. Ethos kan lebih ke karakter seseorang, yang bapak lihat karakter seorang Anies itu seperti apa?

A : Karakternya santun jelas, cara bertuturnya bagus. Cuman itu juga ada konsekuensi karena seolah-olah Anies tidak tegas dan tidak berwibawa. Kan pemilih kita ini mayoritas kan Jawa. Jawa itu pasti suka model pemimpin kayak Anies yang santun daripada seperti Ahok. Ahok diterima di Jakarta tapi kalau di Jawa belum tentu diterima orang kayak gitu. Kadang-kadang kan pemimpin itu nggak perlu misalnya (isi otaknya) tapi tampangnya, maksudnya dilihat itu menarik, mak-mak udah suka itu. Makanya AHY itu salah satu favoritnya adalah ketampanannya itu. Dia (AHY) tanpa fisik gitu udah lewat dia. Di Indonesia itu banyak pemilih psikologis, pemilih rasional itu masih sedikit. Yang masih banyak itu psikologi sama sosiologis.

Q : Kemudian berkaitan dengan logos. Itu tentang pembicaraan yang logis dan argumentasi yang kuat. Bagaimana bapak menilai kelogisan atau data-data yang dibuat Anies dalam setiap kebijakannya?

A : Anies itu kalau bicara dalam konteks logos sangat istimewa, jujur saja. Dia itu mampu menyampaikan hal rumit menjadi sederhana. Itu karena latar belakang intelektual yang mumpuni satu. Yang kedua, dia (Anies) kalau berbicara masalah data itu keren banget, karena memiliki background seorang researcher (orang yang melakukan penelitian). Selain mantan rektor, dia ini mantan direktur TII (The Indonesian Institute) lembaga riset itu. Makanya kalau bicara data-data covid itu keren banget Anies. Lihat saja, bagi kelompok intelektual, retorika Anies itu meneduhkan memang. Kalau misalnya kita lihat dalam konteks itu saja ya. Kita nggak lihat hal lain gimana kerjanya sih, bagaimana DKI dalam kepemimpinan Anies. Kan indikator-indikator sukses itu dilihat dari banyak hal. Satu, IPM (Indeks Pembangunan Manusia) ada peningkatan nggak. Nah kita nggak ngecek itu, misalkan kita cuma dengerin Anies pidato, serius kita bakal jadi cinta sama Anies karena retorikanya itu keren banget emang. Sebelum Anies menjadi politisi, saya itu suka sama Anies. Suka disini dalam artian suka karakternya, gesturnya, cara bertuturnya. Setelah jadi politisi ya begitulah. Intelektual itu kan murnikan, apa yang disampaikan Anies itukan kepentingannya adalah kepentingan akademik karena dia seorang akademisi. Tapi begitu dia sekarang menjadi politisi kepentingannya itu udah lain gitu kita bacanya. Tapi yang bisa baca begitu kan orang-orang tertentu, masyarakat awam kan nggak bisa baca itu. Pokoknya Anies itu berpihak ke masyarakat begitu.

Q : Persuasinya berarti kuat ya dengan orang awam?

A : Iya iya memang kuat persuasinya.

Q : Kemudian pathos, yang berkaitan dengan tutur kata yang membangkitkan semangat. Apakah dalam retorikanya Anies terlihat jelas atau samar-samar atau tidak ada sama sekali?

A : Kalau membangkitkan semangat itu, Anies sebenarnya bukan karakter itu. Karakter Anies itu lebih ke persuasi bukan mengobarkan semangat. Jadi gini ada dua istilah pemimpin. Solidarity maker dan administrator maker. Kalau Solidarity Maker itu kayak Bung Karno yang membangkitkan gelora semangat. Tapi Anies ini masuk kategori administrator Maker, seorang teknokrat, cara ngomongnya tidak mendatangkan semangat tapi detail lebih teliti. Tapi kenapa enak didengar (omongannya) karena dia dibumbui dengan persuasi. Kalau mengobarkan semangat sih enggak ya Anies itu. Cuma kita akan tersentuh dengan tutur katanya Anies, terketuk hatinya. Kalau semangat itu lebih kaya ke bung Karno, Habib Rizieq, dan Surya Paloh.

Q : Sebenarnya citra apa sih yang ingin dibangun Anies dengan ciri khas retorika high context? terlebih lagi kan saat pandemic ini Anies itu banyak mendapat sorotan media dan masyarakat.

A : Pertama dia ingin menunjukkan citra sebagai pemimpin yang mengayomi terus berpihak pada masyarakat sekaligus dia responsif terhadap masalah yang fundamental. Covid ini kan fundamental, masalah nyawa manusia kan. Itu sebenarnya pesan yang ingin dibangun Anies dan menurut saya ketika ditanya kemarin ada beberapa survei. Mana kepala daerah yang sangat konsen terhadap konflik ini salah satunya itu Anies. Saya nggak bisa sebut nomor satu tapi salah satu yang utama itu Anies kemarin. Ganjar sama Anies yang paling tinggi kalau enggak salah itu. Dia berhasil mempersepsikan dirinya sangat konsen terhadap isu covid dan sangat berpihak pada masyarakat. Bahkan mungkin Presiden kalah, kalau saya compare, bisa bandingkan gitu. Karena saat itu, trend covid di DKI agak mengecil kan.

Q : Kemudian berbicara masalah koherensi dalam teori naratif itu kan ada koherensi struktural, koherensi material, dan koherensi karakterlogis. Koherensi material di sini kan dimaksud kan apakah suatu narasi itu memiliki benang merah bagaimana bapak melihat benang merah dari setiap kebijakan yang dituangkan Anies dengan retorikanya itu?

A : Kalau masalah covid salah satu hal yanh paling kuat dimunculkan Anies itu, dia ingin disebut pemimpin yang sangat peduli terhadap keselamatan warga. Itu kan ada gimmick itu. Istilahnya kan keselamatan warga adalah hukum tertinggi dalam suatu negara, pokoknya keselamatan warga itu yang paling utama di antara yang lain.

Q : Jadi itu yang sebenarnya ingin disampaikan Anies dalam setiap kebijakannya?

A : Dan itu memang kelihatan sih dalam setiap obrolan dia ingin menyampaikan kebijakan-kebijakan yang seakan bertentangan dengan pemerintah pusat. Dia kan mengusulkan lockdown di awal. Kalau lockdown di awal itu dilakukan menurut Anies covid tidak akan seperti sekarang.

Q : Kemudian untuk koherensi struktural yang lebih ke konsistensi Anies dalam menyampaikan kebijakan. Pernah tidak Anies itu tidak konsisten dengan kebijakannya yang harusnya kebijakan A, setelah itu dia menyampaikan kebijakan yang bertentangan dengan kebijakan awal?

A : Pernah itu, soal anggaran kalau tidak salah. Tapi sejauh ini Anies itu relatif sinkron kebijakannya dan cara berpikirnya. Antara makro dan mikro itu relatif sinkron. Q : Kalau masalah isolasi kemarin Pak itu kan Anies pernah tidak konsisten dengan kebijakannya yang pertama beliau menyampaikan bahwa tidak boleh isolasi mandiri di rumah kemudian dia menyampaikan bahwa boleh isolasi mandiri di rumah dengan protokol kesehatan yang ditetapkan kan.

A : Iya itu salah satu yang tidak konsisten, tapi setelah itu ada temuan-temuan baru. Temuan yang kemudian dia (Anies) merespon kembali dan mengubah kebijakan dengan data-data yang sinkron.

Q : Berarti meskipun ada kebijakan yang berubah atau tidak sinkron tapi ada hal yang mendasari begitu pak?

A : Iya benar jadi di ada yang mendasari. Dia (Anies), selalu punya argumentasi. Kalau saya baca memang dia kan backgroundnya akademik ya sehingga semuanya itu harus ada pertanggungjawaban ilmiahnya jadi semua yang disampaikan Anies itu pasti ada referensinya dan punya latar belakang termasuk ketika dia bicara masalah isolasi mandiri itu, dia punya alasan.

Q : Dulu Anies juga pernah membuat suatu kebijakan yang banyak dikritik oleh pakar yaitu kebijakan tentang pengurangan busway sehingga terjadi antrian yang mengular dari masyarakat Apakah itu juga merupakan salah satu kebijakan Anies yang tidak sinkron. A : Sebenarnya itu ada dua kemungkinan yang pertama test the water sama experiment. Karena ini kan enggak ada rujukan ya, mana pemimpin di DKI yang memiliki pengalaman menangani covid, kan gak ada pengalaman, nol semuanya. Itu ketahuannya nanti setelah diterapkan. “Oh ini ternyata buruk ya”, kemudian dievaluasi gitu. Tapi saya punya keyakinan bahwa ketika kebijakan itu dikeluarkan itu pasti mempunyai argumentasi, nggak sembarangan.

Q : Berarti data-datanya kuat di situ ya pak?

A : Dia kuat di data, itu salah satu kelebihan Anies. Memang kan karena dia ini calon presiden, maksudnya salah satu yang kuat dari hasil survei. Makanya kan beberapa pihak yang muncul sebagai rival dia (Anies), itu sudah mulai menyiapkan haters- haters untuk Anies.

Q : Dalam retorika atau berpidato sendiri itu kan ada tipologi yang manuskrip melihat tulisan ada yang langsung berbicara tanpa script, Anies ini masuk yang mana ya pak?

A : Nah Anies itu kelebihannya di situ. Anies ngomong 1 jam pun enak didengerin runtut meskipun tidak ada teks. Anies menang di situ. Jujur saja, retorikanya Anies itu number one, keren banget. Tapi kalau di tataran eksekusi itu masih tanda tanya, tuntas apa tidak gitu. Tapi setidaknya kan begini meskipun gak bisa eksekusi tapi dia kan bisa ngomong (retorika). Kan ada juga tuh pemimpin yang eksekusi juga nggak bisa, ngomong juga didengerin ga enak gitu. Makanya Anies itu mampu menutupi kekurangannya dalam eksekusi lewat retorikanya. Kan nggak semua masyarakat itu cross check. Kalau sudah mendengar retorika yang indah pasti akan terkesima kan.

Q : Pertanyaan terakhir pak, apakah retorika Anies ini berhasil mempersuasi masyarakat untuk menyetujui kebijakannya?

A : Saya fikir relatif berhasil ya kalau untuk itu. Karena beberapa kasus keputusan diambil itu juga berdasarkan test the water. Dia yang ngomong apa dulu jika responnya bagus baru itu diputuskan. selain itu saya juga yakin sebelum dia ngambil keputusan itu dia pasti ada riset-riset kecilnya maksudnya ketika sebuah kebijakan dikeluarkan bagaimana respon publik kita. Karena kan kebijakan harus sesuai dengan aspirasi publik kan, Anies pasti paham itu karena seperti yang saya katakan tadi Anies itu memiliki background risetcher. Dia paham betul bagaimana karakter masyarakat DKI makanya kan saya meyakini begini, kalau eksekusi memang Anies masih kalah dari Ahok tapi karena Anies mampu mengemas suatu kebijakan dengan tutur kata yang indah, bak puisi gitu. Jadi orang pun sudah tidak bertanya lagi itu kebijakan sudah tepat atau tidak, sudah terkesima duluan gitu loh, itu kelebihannya. Kan yang lain nggak gitu, beberapa kepala daerah retorikanya nggak bisa eksekusinya juga lemah. Jadi Anies itu termasuk karakter yang unik. Dan itu yang mengkonfirmasi kenapa secara elektoral Anies itu masuk 3 besar gitu. Itu yang mengkonfirmasi dia berhasil melakukan persuasi kepada warga DKI, bahkan warga Indonesia secara nasional. itu membuat kenapa suaranya selalu bertengger di 3 besar. Itu berarti dia sudah berhasil dalam berkomunikasi dan melakukan persuasi. Kalau di cek diawal kan Anies secara elektoral tidak setinggi itu. Bahkan Ridwan Kamil juga kalahkan secara retorika. Anies itu dalam berbicaranya mampu memasuki suasana kebatinan masyarakat dan mampu menyentuh naluri, keinginan terdalam masyarakat. Dia tahu karena dia kan backgroundnya memang seorang peneliti juga sehingga mudah untuk mengetahui perilaku masyarakat. Dia tahu kalau itu pasti akan dimakan oleh media kok dia paham dengan begitu-begitu. Makanya kan kayak kemarin itu, dia masuk kategori strategi antagonis. Jadi kan ada strategi yang penting kan dibicarakan orang entah itu dia bicara dalam konteks antagonis. jadi antagonis itu kan kalau disinetronkan peran buruk. Nah Anies itu bisa juga bermain di dua (protagonis dan antagonis), ketika dia melakukan kebijakan atau seperti foto kemarin itu kan bisa menjadi dua hal antagonis dan protagonis. Dan lebih banyak antagonisnya kemarin kan dinyinyirin orang kan, tapi dia tahu itu nyinyir yang terukur. Kemarin tempo kan salah ngutip isinya tuh, Anies kan nggak ada salah apa-apa. Sehingga Anies dinyinyirin netizen, tapi nyinyir yang terukur. Dalam strategi politik itu bagus, karena kan dia dibicarakan orang, viral dia kan. Meskipun agak-agak nyinyir tapi kan nyinyir yang terukur. Nyinyiran itu tidak membuat Anies jatuh secara elektoral nggak. Kecuali kasus kasus video porno itu langsung ancur imagenya. Karena yang bisa meruntuhkan suara itu 3 isu. Isu hukum (korupsi dll), isu moralitas (video porno dll), dan isu identitas (suku, agama). Selain tiga isu itu, meskipun pejabat itu kontroversial nggak masalah dalam strategi politik. Biasanya kalau ingin suatu tokoh itu cepat naik maka akan dibuat kontroversi dulu, tapi kontroversi yang terukur. Karena rute orang dipilih itu kan dikenal dulu, disukai baru dipilih. Gimana cara dikenal? tidak harus protagonis tapi bisa antagonis. Nah baru kemudian disukai baru terakhir dipilih. Untuk naik dulu itu memang biasanya nya harus punya isu yang berkaitan dengan isu sekarang. meskipun itu kontroversi, kontroversi tidak akan masalah. Nah Anies disini paham betul soal efek dia posting foto baca buku dan pakai sarung itu.

Q : Jadi semua yang dilakukan Anies itu kayak bisa melihat keadaan ya Pak? jika dia melakukan hal A, maka respon masyarakat akan B.

A : Iya, artinya dia bisa memperhitungkan itu, ga sembarang, orang pintar soalnya.

Dokumentasi Data Wawancara Skripsi Retorika Politik Anies Baswedan dalam Mengomunikasikan Kebijakan Pandemi Covid-19 di DKI Jakarta” 1. Narasumber : Adi Prayitno, M.Si 2. Jabatan : Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia pengamat politik 3. Waktu Wawancara : 4 Desember 2020, pukul 13.00 4. Tempat : Video Call Whatsapp 5. Keterangan : Virtual

Q : Menurut Bapak, seberapa penting retorika itu bagi seorang pemimpin?

A : Ya, tentu saja retorika itu penting karena itu kan bagian dari komunikasi politik publik seorang pemimpin kepada khalayak. Bahkan dalam banyak hal pemimpin itu dinilai baik tidaknya sejauh mana dia bisa meyakinkan publik dengan retorika atau standing statement dan seterusnya dan seterusnya. Jadi retorika itu penting, dan bahkan menjadi pra syarat bagi seorang pemimpin seorang politisi untuk menyampaikan pesan-pesan politik kepada publik supaya bisa diterima dengan baik. Kalau retorikanya buruk, seringkali sekalipun substansinya bagus itu tidak bisa dicerna dengan baik. Tapi kadang kalau retorikanya bagus dan intonasinya bagus, meski substansi nya biasa-biasa saja, itu membuat orang tertarik gitu. Jadi, rhetorica is one of the most importanting in public relation. Bahkan menjadi pra syarat utama bagi seorang politisi. Menjadi faktor kunci bagi seorang pegiat komunikasi politik. Makanya suka tak suka retorika ini penting. Bahkan yang dilihat pertama kali oleh orang itu adalah sejauh mana seorang retorika pemimpin, kepala daerah, Presiden, anggota dewan, dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya. Itu yang saya ibaratkan retorika ini semacam penyanyi yang suaranya bagus dan merdu. Jadi sekalipun bait-bait lagu yang dinyanyikan itu biasa-biasa saja karena dinyanyikan dengan nada yang indah ia kemudian akan enak didengarkan. Tapi ada juga yang suaranya jelek sekalipun menyanyikan lagu- lagu yang bagus, orang tidak akan terlampau tertarik untuk mendengarkannya. Jadi retorika ini kaya seorang singer yang bisa mengaksentuasi pesan-pesan politik kepada publik dengan baik dengan indah, tentu dengan tutur kata yang runtut, sistematis, dengan intonasi dan diksi yang membuat orang lain gampang untuk mencerna pesan yang disampaikan (orator)

Q : Sejauh ini bagaimana bapak melihat retorika Anies Baswedan yang dalam pandemi ini banyak mendapat sorotan media?

A : Jadi karena dia (Anies) seorang politisi, posisinya sebagai gubernur, maka statement-statement politiknya tentu sangat diatur dan terukur. Sehingga pesan politik yang disampaikan Anies itu satu, sampai kepada publik dan tentu saja dalam banyak hal memancing perdebatan yang cukup serius di level media. Anies tentu sudah mengkalkulasi secara substansi cukup dalam. Yang kedua dalam retorikanya, Anies ini mengambil 1 positioning yang dia berbeda secara diametral dengan pemerintah, head to head dengan pemerintah. Satu positioning yang membuat retorikanya dia itu bukan hanya dari segi informasi, tapi memungkinkan retorika itu sangat berkaitan dengan pemosisian. Posisi dalam menyampaikan retorika yang kemudian berbeda dengan pemerintah, membuat Anies retorikanya itu memancing perhatian dan perdebatan publik. Misalnya soal covid-19, Anies misalnya ketika pemerintah agak sedikit bercanda atau tidak serius dalam menangani masalah corona, Anies mengusulkan lockdown, sementara pemerintah pusat berpendapat “jangan-jangan corona itu bisa sembuh misalnya pakai daun kelor, pakai qunut nazilah, pakai jahe dan lain-lain.” Itu kan sebagai bentuk ketidakseriusan pemerintah waktu awal-awal corona datang. Tapi Anies tampil sebagai kepala daerah yang menunjukkan kepada publik bahwa dia serius, bahwa corona itu betul adanya. Makanya kemudian dia mengusulkan lockdown. Satu posisi yang sengaja dia sampaikan kepada publik bahwa dia sebagai Gubernur Jakarta rasa Presiden kira-kira begitu. Itu khas retorika Anies, jadi dari segi pesan itu substansinya Anies selalu memposisikan dirinya itu berbeda dengan pemerintah pusat. Ketika misalnya pemerintah ingin melonggarkan aktivitas warga, Anies ingin tarik rem darurat, meski diprotes kanan kiri. Ketika misalnya soal pengaturan mode dan arus transportasi masuk ke Jakarta agak dilonggarkan oleh pemerintah, Anies mencoba untuk membatasi model transportasi masuk ke Jakarta. Tiga hal ini yang kemudian membuat beberapa indikasi bahwa retorikanya Anies itu secara substansi, positioningnya itu berbeda secara diametral, berbeda 1000 derajat gitu ya dengan pemerintah pusat. Jadi retorika ini bukan soal teknis bagaimana beliau bicara, bukan soal bagaimana gaya dia berbicara lembut, galak, agresif, itu kan hal-hal teknis yang sebenarnya tampak dipermukaan. Tapi Anies sebenarnya mengedepankan retorika politiknya itu pada pemosisian secara substansi apa yang dia sampaikan. Yaitu pemosisian diri yang dalam banyak hal itu berbeda dengan pemerintah. Pokoknya apapun yang disampaikan Anies, apapun kebijakan-kebijakan yang dilayangkan oleh Jakarta dalam banyak hal pasti bertabrakan dengan pemerintah pusat. Makanya nggak heran jika banyak Menteri, elit-elit pemerintah yang dalam pernyataannya itu selalu menyatakan “jangan jadikan pandemi corona ini sebagai panggung politik.” Saya menduga secara tidak langsung salah satunya itu untuk mengkritik Anies secara tidak langsung ya, karena apa yang dilakukan Anies ini dinilai sebagai upaya untuk menuju jalan panjang dari 2024. That Anies is a politision, jadi retorika dan statement-statementnya kenapa membuat kebijakannya itu menjadi komoditas politik yang kemudian diperbincangkan, ramai, gaduh. Ya karena memang mengambil posisi yang berbeda dengan pemerintah. Di tengah kepala daerah yang lain yang lebih sami’na wa atho’na ya dengan pemerintah,

Q : Dan sejauh ini, Anies memang dikenal sebagai gubernur yang adaptif dalam penanganan covid-19.

A : Iya itu kalo dilihat rata-rata begitu. Anies relatif terlihat agak aktif dan agak agresif merespons secara tepat persoalan-persoalan corona dan penanganannya. Mungkin karena Jakarta ini salah satu epicentrum penyebaran corona yang tertinggi. Maka wajar kalau kemudian dia (Anies) aktif dan agresif. Yang kedua tentu kenapa Anies terkesan aktif dan agresif, ini soal pertaruhan kinerja dia sebagai gubernur yang selalu dibanding-bandingkan dengan Ahok. Ya suka tidak suka di tiga tahun pemerintahannya ini, orang selalu banyak yang menuduh Anies hanya jago pandai ngomong berlindung dibalik retorika, tapi kerja kerjanya yang terukur nihil misalnya ya. Jadi kalau Anies agak aktif, agresif menangani persoalan corona itu bagian dari pertaruhan dia sebagai gubernur, menunjukkan kepada masyarakat bahwa dia juga bisa bekerja gitu ya. Bukan hanya gubernur ngomong-ngomong, tapi gubernur yang kerja kerja dan kerja.

Q : Menurut bapak Anies cenderung ke high context atau low context?

A : Low context dia. Kalau low context itu kan langsung to the point kan, direct gitu, langsung ke jantung persoalan. Karena dia low context, jadi pesan dan retorika politik itu direct langsung ke persoalan corona dan secara tidak langsung dia ingin mengkritik pemerintah itukan direct. Ketika Anies misalnya ingin memberlakukan lockdown untuk Jakarta, itu secara tidak langsung ingin mengkritik pemerintah yang cukup longgar memberlakukan PSBB ataupun cukup longgar dalam menerapkan kebijakan-kebijakan dalam menangani corona. Itu sangat langsung kritik Anies terhadap pemerintah, ataupun ketika Anies mencoba untuk melakukan PSBB di tengah semua orang ingin melonggarkan aktivitas terutama oleh pemerintah. Anies tetap melakukan PSBB bahkan sampai sekarang PSBB nya tetap transisi terus, transisi terus nggak kelar-kelar. Yang lain sudah longgar, sudah normal tapi Anies nggak. Pesan yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Anies secara langsung kepada pemerintah “jangan pernah main-main dengan corona, bahwa kesehatan itu prioritas, bahwa ekonomi itu nomor dua”. Sementara pemerintah mencoba untuk balence antara pertumbuhan ekonomi dengan aktivitas warga, politik ini tetap jalan. Kalau Anies tidak. Saya melihat kecenderungan Anies ini lebih pada pemposisian bahwa kesehatan itu jauh lebih penting daripada ekonomi. Ya makanya kebijakannya sampai sekarang PSBB nya ga kelar-kelar, transisi terus, transisi terus, pernah mengusulkan rem darurat cuma ga disetujui. Pernah juga mengusulkan bagaimana transportasi di Jakarta itu dibatasi juga nggak boleh, pernah juga mengusulkan tentang lockdown tapi nggak boleh. Langkah-

190

langkah yang sebenarnya bagi Anies sangat tegas sebenarnya dalam mengantisipasi sebaran corona, tapi pemerintah sebaliknya. Relatif longgar, agak berkompromi dengan kerumunan dan lain-lain. Jadi kalau mau melihat ya retorika Anies ya high context, dia to the point langsung mengkritik jantung kekuasaan pemerintah. Saat ini ya dinilai agak sedikit gamang antara kesehatan atau ekonomi. Sementara kebijakan Anies itu ya kalau melihat rata-rata kecenderungannya dia lebih memprioritaskan kesehatan. Seperti usulan lockdown, tentu memprioritaskan kesehatan orang Jakarta dan Gubernur Jakarta sebagai penguasa daerah ingin bertanggung jawab terhadap warganya yang tidak keluar rumah, baik dari segi kesehatan dan ekonomi. ataupun ketika usulan tentang rem darurat itu secara tidak langsung aktivitas warga itu kan lumpuh, tidak ada kerumunan tidak ada nongkrong-nongkrong, pusat bisnis dan perkantoran juga stop di situlah kemudian Pemda harus hadir. Beda dengan kebijakan pemerintah, pemerintah nggak mau begitu kayak tarik rem darurat karena pemerintah pasti akan babak belur mensubsidi rakyatnya.

Q : Dari sisi pengendalian emosi Anies, karena seringkali terjadi kontra atau polemik dalam setiap kebijakannya. Bagaimana bapak melihat pengendalian emosi Anies dalam bertutur kata?

A : Kalau soal itu saya kira Anies the real politision. Dia cukup cool, kalem dan tidak pernah merespon sedikitpun caci maki, bully-an, kata-kata kasar yang hampir setiap saat begitu menyerang dirinya, baik secara verbal ataupun di medsosnya yang setiap saat berdenyut itu. Ya dengan istilah-istilah kadrun, istilah wan abud, gubernur kata-kata, gubernur ngomong-ngomong dan lain-lain. Tapi Anies sangat kalem dan cool gitu dan hebatnya tidak ada buzzer, tidak ada influencer yang membela Anies. Dan Anies tetap melaju dengan apa yang dia lakukan. Pada tahap ini saya melihat Anies tuh punya daya tahan politik yang cukup luar biasa. Terutama daya tahan kesabaran ya untuk tidak merespon secara emosional caci maki, sumpah serapah yang datang ke Pak Anies baik secara langsung datang dari medsos, baik yang disampaikan melalui media sosial ataupun media- media mainstream. Tapi yang banyak keras caci maki Pak Anies itu ya memang di media sosial, di twitter salah satunya dan kelihatan siapa elite-elite yang suka ada. Anies saya kira nggak pernah respon itu. Itulah yang saya sebut bahwa Anies itu the real politision. Dia adalah seorang politisi sejati yang top markotop, yang gak pernah terpancing dengan segala provokasi yang datang dari luar. Karena seorang pemimpin itu ia memang harus siap dengan segala kritikan, caci-maki yang ada. Dan hebatnya, Anies ini tidak pernah melaporkan para pengkritiknya, tidak pernah membully balik para pengkritiknya, atau menantang para pengkritiknya. Tapi Anies apapun yang dia lakukan “show must go on” ga peduli dia dengan statement-statement orang. Mau dibilang Gubernur kata-kata kek, mau Gubernur retorika kek, mau Gubernur ngomong-ngomong kek, gak peduli dia. Setahu dia lakuin aja kebijakannya, bagi dia menjadi bagian penting dari posisinya sebagai Gubernur Jakarta.

Q : Apa sih pak, kelebihan tersendiri dari Anies yang jarang dimiliki oleh pemimpin-pemimpin lain.

A : Iya dari segi penampilan Anies kalem ya. Mungkin karena posisinya sebagai orang Jawa, membuat retorikanya itu terbentuk dengan tutur kata yang bersahaja, runtut dan sistematis. Itu membuat orang suka sama Anies. Anies tidak pernah tempramental, pilihan kata diksi nya itu cukup runtut dan bersahaja tidak nyakitin orang dan sangat mudah dipahami. Jadi salah satu ciri retorikanya Anies itu mudah dipahami to the point, direct dan sederhana gitu ya dengan menggunakan tutur kata bahasa yang cukup mudah dipahami dan dicerna oleh masyarakat. Yang kedua dari segi substansi, harus diakui dari segi substansi Anies ini mengambil jarak politik yang berbeda dengan pemerintah secara umum Menteri ataupun Presiden dalam kebijakan Anies di Jakarta itu. Dua hal inilah yang saya kira menjadi magnet bagi Anies kenapa dia selalu diperbincangkan selalu dipergunjingkan setiap omongan kebijakan politik apapun yang terkait dengan Anies. Dan yang paling penting, yang ketiga tidak terlepas dari Anies dalam konteks retorika ini sudah kandung diposisikan sebagai simbol kelompok oposisi yang dianggap merepresentasikan kepentingan kelompok-kelompok oposisi. Jadi, Anies sudah kadung terlanjur dipersonifikasi sebagai sosok figur yang istilahnya menyampaikan retorika- retorika kepentingan politik kelompok-kelompok oposisi. Makanya, ini kemudian menarik kan. Menariknya ya apapun yang diomonginnya, Anies pasti berbeda dengan pemerintah. Jadi orang yang pro Anies berada disitu semua kan. Tiga hal itu yang kemudian menjadi faktor pembeda/diferensiasi Anies dengan yang lainnya ya kenapa Anies sampai saat ini jangankan kebijakannya, sandal jepitnyapun diomongkan.

Q : Jadi disini Anies mampu memposisikan dirinya sesuai lawan bicaranya ya Pak?

A : Iya, secara teknis, intonasi, cara berbicara, bertutur kata, terus kemudian gaya tubuh itu sangat lembut, alus lembut, tidak pernah meledak-ledak. Ataupun terpancing secara emosional untuk mengomentari persoalan yang selalu menyerang dirinya, itu Anies itu. Sangat berbeda dengan Ahok yang cukup agresif dan tempramental ya. Makanya, kenapa misalnya banyak orang yang suka mengidolakan Anies karena ya sebagai antitesa dari komunikasi dan retorika Ahok yang banyak hal agresif, kasar, bahkan sumpah serapah. Jadi kalau melihat Anies itu kalem, adam gitu ya tapi ingat substansinya itu tajam. Kenapa tajam, karena selalu dikesankan sebagai kebijakan yang anti terhadap pemerintah, berseberangan dengan pemerintah. Itu penting loh untuk dicatat artinya kalau Anies ini tidak berbeda dengan pemerintah retorika politiknya pasti nggak asik kok.

Q : Ada tidak pak sisi kelemahan Anies dalam beretorika yang bapak lihat sejauh ini?

A : Apa ya kelemahan Anies, secara umum emang Anies ini kalau dalam konteks retorikanya dia ini kurang kelihatan menyerang secara langsung. Lihat-lihat yang kontra seperti DPRD, para buzzer, dan mungkin para Menteri yang sering menyudutkan dirinya. Anies ini terlampau berkompromi dengan politikus nya, terlalu lampau berkompromi dengan orang-orang yang membenci secara politik gitu ya. Coba cek Anies tidak pernah nyerang balik kelompok-kelompok yang tidak suka kepada dirinya. Terlampau kalau menurut saya, karena seorang aktor politik Anies itu harus berani nyerang balik, kalau kita memakai filosofi permainan bola total footbal, “sebaik-baiknya pertahan adalah menyerang”. Itukan filosofi bola Barcelona, bola Spanyol, Belanda, total football filosofinya adalah “sebaik-baiknya pertahan ya menyerang gitu. Kalau saya melihat salah satu mungkin ini satu-satunya kelemahan Anies. Anies tidak pernah terbuka menyerang balik kelompok atau pihak atau oknum tertentu yang memang sejak awal suka membully suka ngata-ngatain, suka mengkritik Anies dan Anies ini terkesan terlampau kalem. Jadi untuk kebutuhan panggung show itu tidak terlampau memuaskan para pendukungnya Anies itu. Kalau pendukungnya maunya Anies tuh nyerang balik dengan keras para pengkritik yang suka ngata-ngatain itu jadi itu kebutuhan panggung karena Anies tidak punya gaya untuk menyerang balik secara keras para pengkritiknya membuat kadang penontonnya ini dagdigdug ya, menunggu statement- statement politik apa yang kemudian akan dikeluarkan Anies. Kepada pihak-pihak yang selama ini “mengucilkan” dirinya, “menyerang” dirinya, “membully” dirinya. Minimal untuk menegaskan bahwa Anies juga bisa menyerang, minimal untuk menghibur “para pendukungnya” bahwa pemimpin yang mereka idolakan itu juga bisa menyerang secara agresif. Coba deh tanya ke pendukung Anies apa yang mereka nggak suka, Anies enggak mau menyerang itu saja. Itu satu, Anies tidak berani menyerang balik. Yang kedua, Anies terlampau “zero enemy” orientasi politiknya dalam retorika. Artinya “tidak mau mencari musuh”, makanya kemudian statement-statement retorika politiknya itu datar, tapi substansinya bagus gitu ya. Datar, tidak menyerang tidak agresif gitu ya karena Anies itu tidak mau sedikitpun bisa melukai dan menciptakan musuh di sekitar lingkungan politiknya. Padahal Anies ini mestinya tahu bahwa tidak semua orang suka sama dia gitu, mestinya Anies ini tahu bahwa orang Jakarta di seluruh tanah air juga banyak yang enggak suka pada dirinya. Jadi Anies nggak bisa bermain aman dengan retorikanya, serang-serang aja terkesan dia nggak mau ada musuh gitu ya. Q : Berbicara masalah pengendalian emosi tadi pak, Apakah Anies pernah marah atau mengkritik seseorang itu langsung pada orang yang salah, atau terkesan hanya menyindir secara halus gitu?

A : Ga pernah dia (mengkritik seseorang langsung), salah satu kritikan disitu langsung berupa kebijakan atau usulan kebijakan. Ya itu, usul lockdown, usul tarik rem darurat, usul tentang pembatasan moda transportasi masuk Jakarta. Itu kan secara tidak langsung menusuk jantung kekuasaan pemerintah saat ini. Cara mengkritik orang yang berbeda dari dirinya melalui sebuah usulan-usulan, program kebijakan yang berbeda dan programnya itu dinilai pro terhadap pementasan kesehatan dan yang lain.

Q : Berbicara masalah ethos pathos dan logos. Pertama Ethos, yang berkaitan dengan karakter. Beberapa karakter yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin yang ada dalam diri Anies itu seperti apa Pak?

A : Anies ini memang harus sekali-kali muncul agak agresif ya jadi dia seorang pemimpin tidak memposisikan sebagai guru bangsa, sebagai dosen, sebagai pendidik dan pengajar. Karena latar belakang dia dosen dia mantan rektor dia lulusan Amerika mantan menteri pendidikan yang kadang dalam banyak hal mempengaruhi Anies dalam performa retorika politiknya. Jadi dia terlampau kalem terlampau datar terlambat hati-hati gitu ya, padahal sekali lagi publik ingin sekali kali melihat Anies itu terlihat garang, galak gitu ya dalam menghadapi persoalan-persoalan yang sebenarnya cukup tegas dan cukup nyata yang berkaitan dengan kebijakan kepolitikan. Misalnya orang ingin sekali bagaimana ekspresi Anies dalam memecat sejumlah instansi pemerintah terkait dengan kerumunan HRS (Habib Rizieq Shihab) misalnya, orang ingin pengen lihat Anies tunjuk- tunjuk, maki-maki bawahannya kemudian dipecat gitu ya. Tapi yang ada cuma dipecat, nggak ada drama Iya datar aja seperti majlis ta’lim gitu.

Q : Kemudian logos pak, yang berkaitan dengan kelogisan atau argumentasi yang kuat. Bagaimana bapak melihat kelogisan atau data-data dari retorikanya Anies?

A : Ya, kalau soal logos Saya kira Anies nyaris tanpa lawan banding, karena dari segi substansi memang Anies selalu top markotop lah. Bukan karena saya ada urusan dengan Anies, saya nggak ada urusan dengan dia. Tapi karena semua apa yang disampaikan oleh Anies itu logis, rasional. Contoh soal penangan PSBB, ya orang takut sama wabah, dia mengusulkan lockdown, itu adalah opsi yang sangat rasional. Jadi kalau orang mau selamat dari wabah ya jangan keluar rumah, kota itu ditutup. Bukan ditutup sebelah dan dibiarkan kerumunan, itu bukan solusi gitu. Bagian is dalam menangani persoalan corona dia enggak berkompromi dengan warna abu-abu. Bagi Anies, merah apa putih, putih atau merah. Anies tidak kenal grey area dalam logika politik logosnya ya. Coba cek tarik rem darurat coba tuh bayangin semua daerah termasuk pemerintah sedang mengusulkan new normal titik orang kembali hidup normal dengan standar protokol kesehatan (3M). Tapi Anies tetap menggunakan istilah PSBB transisi. Artinya, bagi Anies kalau untuk mengantisipasi persoalan corona, logisnya ya itu ya semua kerumunan itu di stop, aktivitas orang ya dibatasi. Kesehatan boleh lah, tapi dibatasi, kantor-kantor juga boleh tapi dibatasi. Ataupun misalnya fasilitas publik tampat tongkrongan umum boleh, tapi dibatasi. Nah itu logika- logika yang sebenarnya menurut Anies cukup logis karena yang paling mungkin supaya terhindar dari corona ya memang menghindari kerumunan dan kumpul-kumpul itu begitu. Jadi secara logis Anies memang hitam putih dia.

Q : Kemudian masalah pathos. Disini pathos berkaitan dengan gaya retorika yang membangkitkan semangat pada klalayak. Disini Anies memiliki sisi itu tidak Pak?

A : Ya iyalah, semua omongan Anies itu membangkitkan semangat dan polemik khalayak kok. Karena Anies itu sudah menjadi komoditas politik yang mengakibatkan pro kontra dengan khalayak. Jadi apapun omongan Anies pasti memancing polemik, pro dan kontra. Kalau soal pathos, coba cek Anies baca buku how to democracy die, baca itu aja sudah jadi polemik nggak kelar-kelar sampai sekarang tapi begitu cara Anies memberikan semangat provokasi dalam ruang publik ya. Dia menggunakan bahasa bahasa simbol dia tidak langsung menyebut atau memention siapa yang harus dia kritik tapi menggunakan satu simbol politik tertentu yang kemudian membuat dirinya itu pesan-pesannya sampai. Ya seperti baca buku how democracy die itu. secara tidak langsung dia ingin mengkritik bahwa di Indonesia dalam ancaman resesi demokrasi. Orang menyampaikan pendapat takut, berkumpul menyampaikan demonstrasi takut Pada ditangkepin nanti dan lain-lain. Sebenarnya Aniesa ingin mengkritik itu, Tapi dia nggak ngomong apa-apa cukup foto dengan membaca buku itu. Sampai sekarang nggak selesai. Jadi Anies ini, ya memang semua tingkah pola laku praktek politiknya, tutur katanya itu sudah memancing polemik memprovokasi publik untuk terjebak dalam tawuran opini yang enggak berkesudahan.

Dokumentasi

Data Wawancara Skripsi Retorika Politik Anies Baswedan dalam Mengomunikasikan Kebijakan Pandemi Covid-19 di DKI Jakarta” 1. Narasumber : Ir. Drs. Abdul Rahman Ma’mun, M.IP 2. Jabatan : Advistor Paramadina Public Policy Institute, Staf Khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Komunikasi Publik (2014-2016), sekaligus teman kuliah Anies Baswedan 3. Waktu Wawancara : 3 Desember 2020, pukul 10.30 4. Tempat : Video Call Whatsapp 5. Keterangan : Virtual

Q : Seberapa jauh bapak pengenal Pak Anies Baswedan seperti apa sih sosok Anies Baswedan di mata bapak?

A : Pak Anies Baswedan saya mengenal sejak dari kampus dulu ya di Jogjakarta, di UGM. Dan karena kami masuk dalam tahun yang sama di UGM saya mengenal terutama dalam aktivitas beliau sebagai aktivis di kampus. Pak Anies waktu itu di posisi Pak Anies di fakultas ekonomi saya di fakultas teknik. Pak Anies di fakultas ekonomi manajemen kalau tidak salah prodinya, saya di fakultas teknik jurusan teknik sipil. Cuma dalam beraktivitas, kami sering bertemu. Karena dalam periode yang sama Pak Anies menjadi ketua senat universitas, yang waktu itu namanya SNPT, sebelum beliau ubah menjadi di yang kita kenal sekarang sebagai BEM. Jadi itu dulu periode nya Pak Anies itu yang dulu melakukan perubahan dan sehingga kemudian dikenal sampai sekarang dengan sebutan BEM. Dulu sebenarnya namanya snpt (senat mahasiswa perguruan tinggi). Itu versi resmi diatur

202 pemerintah pada waktu itu tahun orde baru ya. Tapi kemudian karena lebih tepat, senat itu kan kalau dalam ketatanegaraan kan itu bagian dari legislatif sementara yang dimaksud dengan aktivitas di kampus waktu itu kan sebenarnya eksekutif nya mahasiswa gitu ya, atau presidennya mahasiswa kalau sekarang dikenal. Sehingga tidak tepat kalau presiden mahasiswa di orgAniesasinya namanya senat, sehingga oleh Pak Anies diubah menjadi badan eksekutif Mahasiswa (BEM). Kemudian masih ada senat juga, senat sebagai legislatif dan eksekutif nya adalah BEM. Ketua BEM pertama itu adalah ketua BEM setelahnya periodenya Pak Anies, karena saat Pak Anies itu namanya masih senat mahasiswa. Pada waktu Pak Anies menjadi ketua senat saya pada saat itu di posisi sebagai BPPM (badan penerbit pers mahasiswa) di UGM. Jadi seluruh pers mahasiswa di UGM kami himpun dalam BPPM dan saya sendiri sebagai pemimpin umum majalah bale room waktu itu, majalah di UGM yang kemudian berkoordinasi dengan majalah-majalah atau pers mahasiswa di fakultas dan menjadi BPPM. Pada saat itulah, kami (A dan Anies) sering berinteraksi dalam posisi yang berbeda, karena beliau sebagai pemerintahan mahasiswa kira-kira begitu dan saya sebagai pemimpin pers mahasiswa yang mengontrol sebenarnya. Jadi kami itu posisinya agak berseberangan karena pakani sebagai posisi yang dikontrol dalam konteks itu dan saya sebagai posisi yang mengontrol karena posisi saya adalah pemimpin pers mahasiswa. Kemudian kami ketemu lagi yang pernah kami sesama aktivis waktu beliau ke Amerika saya aktif sebagai wartawan sampai Pak Anies pulang dari Amerika tahun 2007 kalau tidak salah kami berkomunikasi karena posisi Pak Anies waktu itu tidak terlalu lama setelah pulang dari Amerika, dan sudah meraih gelar PSD, beliau terpilih menjadi rektor Paramadina, termuda kalau tidak salah waktu itu. Beliau menjadi rektor Paramadina dan saya waktu itu setelah dari metro TV sebagai produser saya di ANTV waktu itu sebagai produser juga yang tidak berinteraksi dengan A, dan salah satu Anya itu Pak Anies Baswedan, sebagai rektor. Nah kami bertemu lagi dalam situasi itu. Kemudian semakin intens karena di tahun 2009, Pak Anies masih sebagai rektor dan saya masuk ke lembaga negara. Saya terpilih di proper test di komisi I DPR sebagai komisioner, komisi informasi pusat dan terpilih sebagai ketua komisi informasi pusat. Nah disitulah, kami juga sering berinteraksi. Saya sebagai pemimpin lembaga negara, Pak Anies sebagai Rektor di Paramadina, dalam berbagai kesempatan diskusi atau seminar. Tapi karena kita mengenal sudah jauh hari pada waktu kita masih mahasiswa. Jadi kalau boleh dikatakan ya kita saling tahu satu sama lain, pikiran-pikirannya. Walaupun kadang bisa berbeda dalam pandangan-pandangan tertentu tapi relatif kita akan paham mengapa misalnya dalam satu isu dia (Anies Baswedan) punya pandangan seperti ini dan saya seperti itu, mungkin berbeda. Tapi kami tahu latar belakangnya kenapa pandangan kita berbeda. tapi secara keseluruhan kami cukup mengenal bagaimana cara berpikirnya, kemudian hal-hal lain yang berkaitan dengan kepemimpinan terutama.

Q : Kemudian figur Pak Anies di mata bapak itu seperti apa sih?

A : Kalau Pak Anies itu dari dulu sampai sekarang saya masih menganggapnya sama saja tidak ada yang berubah, semenjak mahasiswa sampai sekarang. Jadi tidurnya itu adalah orang yang punya leadership kuat gitu ya Dan kalau misalnya sekarang Pak Anies sebagai gubernur atau padi waktu itu Pak Anies masih jadi menteri bahkan sebelumnya juga pernah menjadi juru bicara calon presiden pada waktu itu Pak Jokowi dan Pak JK. Apa yang yang ditampilkan dalam sosok beliau itu sama, baik dalam kepemimpinan atau dalam performanya di publik gitu ya dalam menyampaikan artikulasi yang baik, gagasan dan pikirannya itu tidak ada yang berubah. Tidak ada yang berubah itu artinya memang dari dulu sejak di kampus beliau memang punya keterampilan yang menurut saya dalam bahasa sekarang itu mumpuni bagi seorang pemimpin. Kalau waktu itu mahasiswa ya pemimpin mahasiswa kalau dulu memimpin demo kira-kira gitu ya dan sekarang memimpin ibukota. Jadi pada waktu itu itu saya ingat misalnya kan kita tahu rezim orde baru itu kan dikuasai oleh ya kalau sekarang namanya partai Golkar. Pada waktu itu kami (para mahasiswa) melakukan demonstrasi memprotes Golkar, karena pada waktu kampanye tahun 1992 itu ada insiden bahwa kampanye Golkar itu iring-iringan nya masuk ke kampus dan merusak beberapa fasilitas di kampus gitu ya. Beberapa hari Kemudian kami melakukan demonstrasi menuju ke kantor DPD Golkar di DIY. Yang menarik adalah karena pada waktu itu ketua DPD Golkar adalah X, dan Pak Anies waktu itu sebagai ketua senat mahasiswa UGM. jadi pada waktu itu kami berdemonstrasi mendemo Golkar di mana ketua Golkarnya adalah Sri Sultan yang juga gubernur ya. Tapi kemudian tidak terjadi sesuatu yang dikhawatirkan banyak orang termasuk para aparat kepolisian, misalkan bentrok dan sebagainya. jadi Pak Anies kemudian berhasil menemui pimpinan Golkar dan kemudian setelah itu kembali ke kami dan menyampaikan info apa yang disepakati antara demonstran dalam hal ini kami (UGM) dengan pihak Golkar sepertinya ada permintaan maaf dan seterusnya. Saya waktu itu melihat Pak Anies sebagai sosok mahasiswa tetapi di usia itu kemampuannya menurut saya luar biasa. Dia bernegosiasi dengan seorang gubernur, dan anda tahu gubernur di Yogyakarta itu adalah juga raja adalah juga ketua Golkar pada waktu itu. Di usia Pak Anies, di tahun 92, kira-kira usianya baru 23 tahun barangkali ya dan dia bernegosiasi dengan sangat berani elegan dan mendapatkan kesepakatan-kesepakatan yang kami semua para demonstran itu kemudian menerima itu dengan terbuka. Intinya adalah meskipun kami masih muda tapi kami memiliki posisi yang egaliter dengan siapapun pemimpin pada waktu itu. itu yang menurut saya luar biasa dari seorang mahasiswa yang namanya Anies Baswedan. dan kita tahu sekarang Pak Anies sebagai gubernur, Sri Sultan yang dulu kita demo yang sekarang juga masih menjadi gubernur di daerah Yogyakarta . itu yang menurut saya luar biasa dan tahun lalu Pak Anies terpilih sebagai ketua asosiasi pemerintah provinsi seluruh Indonesia atau ketuanya gubernur seluruh Indonesia tahun 2019 di bulan Desember persis 1 tahun lalu dan di dalamnya ada Sri Sultan Hamengkubuwono X yang sekarang jadi gubernur juga, yang dulu pada saat kami jadi mahasiswa itu kami demo. Jadi ada hal-hal yang menarik makanya saya mengatakan bahwa bagi saya Pak Anies itu tidak ada yang berubah. Kemampuan kepemimpinannya dan lain-lain dari mahasiswa yang memang seperti itu yang saya kenal ya sehingga ketika beliau sekarang sebagai gubernur, dan sebelumnya juga sebagai menteri beliau tetap bisa menempatkan diri sesuai dengan posisinya secara cukup baik gitu ya. Tapi tetap dengan menjaga apa yang dia yakini sebagai visi dan diyakini sebagai gagasan-gagasan yang ideal ya kalau mahasiswa bilang idealis gitu ya. Itu diyakini beliau (Anies) dan beliau perjuangkan sampai hari ini itu yang memang menurut saya sesuatu yang sangat berharga ada seorang sosok mungkin tidak ada Pak Anies Saya kira banyak juga tapi bahwa di bangsa ini ada sosok yang seperti itu yang menurut saya pantas untuk kita support dari sisi yang positif. Persoalan kita yang mau secara politik mendukung atau tidak itu soal lain tapi intinya bahwa orang seperti Anies Baswedan sebagaimana juga ada di tempat lain ada yang seperti ini juga (sosok dan karakternya) bahwa antara gagasan kemudian dengan visi dan kemudian dengan tindakan itu sesuatu yang diperjuangkan secara konsisten menurut saya itu layak untuk kita mendapatkan support dari kita.

Q : Kemudian yang membuat bapak memilih Pak Anies Baswedan untuk mendukung sampai sekarang itu apa memang karena beliau cakap dalam memimpin atau memang ada hal lain begitu Pak?

A : Sebenarnya gini, kalau ada sebuah komunitas maka di komunitas itu harus ada seseorang atau yang secara kolektif memimpin komunitas itu. komunitas itu bisa keluarga bisa masyarakat dalam level yang paling kecil misalnya RT, RW dan kelurahan, kecamatan. Jadi setiap komunitas membutuhkan pemimpin. Kalau kita mengenal orang yang memang layak memimpin sebuah komunitas maka sepantasnya kita memberi kesempatan yang bersangkutan untuk memimpin. Dalam berbagai komunitas ya. Misalnya secara sederhana, karena kami berada dalam komunitas tertentu misalnya seperti komunitas diskusi atau komunitas lainnya dan sosok beliau (Anies) tidak pernah tidak menjadi pemimpin. Sejak dari SMP menjadi ketua OSIS dan SMA juga menjadi ketua OSIS terus kemudian kuliah juga menjadi ketua senat atau ketua BEM dan setelah selesai sekolah kemudian menjadi rektor setelah jadi rektor menjadi menteri setelah menjadi menteri menjadi gubernur jadi menurut saya memang sudah sepantasnya dan sudah di jalan yang menurut saya memang tepat bahwa dia (Anies) menjadi pemimpin di level apapun sehingga ketika ada misalnya Nia kesempatan karena dia sudah menjadi gubernur menjadi bagian dari asosiasi pemerintah provinsi seluruh Indonesia (APPSI). Ketika ada pergantian kepemimpinan saya salah satu yang mengusulkan supaya beliau dicalonkan menjadi ketua APPSI, dan kemudian Alhamdulillah terpilih menjadi ketua APPSI. Jadi menurut saya kalau ada seorang yang memiliki kecakapan dan keterampilan yang cukup dalam memimpin dan dalam hal ridership ya kemudian juga punya gagasan yang baik dan bisa mewujudkan gagasan itu secara konsisten sesuai dengan kebutuhan komunitas itu maka ia dia layak mendapat posisinya untuk memimpin kita semua kira-kira begitu.

Q : Sejak bapak mengenal Pak Anies Baswedan di bangku perkuliahan Apakah retorika beliau memang sudah sebagus itu Pak?

A : Iya, karena saya menduga saja pada waktu itu. Menduga karena beliau ini kan dibesarkan di lingkungan keluarga aktivis dimasanya ya. Bahkan kalau kita mengenal beliau sebagai cucu yang kemudian ditetapkan oleh pemerintah sebagai pahlawan nasional namanya Abdurrahman. Bagaimanapun Pak Abdurrahman Baswedan di Yogya itu memang sebagai aktivis yang berjuang pada waktu itu bahkan kalau boleh dibilang folding father's karena beliau adalah anggota BPUPKI. Jadi Pak Ar baswedan ini adalah anggota BPUPKI dan juga salah satu diplomat di awal-awal republik ini berdiri gitu ya. Nah kalau kita melihat latar itu soal keturunan siapa atau siapa tetapi dia dibesarkan dalam lingkungan seperti itu. Jadi pak Anies baswedan tinggal bersama dengan kakek dan keluarganya yang seluruhnya merupakan aktivis barangkali ya. Kakeknya aktivis kemudian neneknya juga aktivis. Neneknya itu beliau adalah salah satu peserta kongres perempuan pertama di Indonesia. Jadi memang sosok yang dibesarkan di lingkungan yang memungkinkan seseorang itu tumbuh dan kembang dalam situasi yang optimal secara leadership atau kepemimpinan. Selain itu karena Pak Ar Baswedan ini adalah seorang jurnalis atau wartawan di masanya juga seorang penulis maka tentu terbiasa dengan bacaan-bacaan yang tidak biasa dalam artian untuk masyarakat umum ya. Seperti bacaan- bacaan biografi biografi tokoh dunia bacaan-bacaan tentang perkembangan sejarah dunia atau sejarah-sejarah bangsa bangsa yang saya kira dugaan saya apaan is dari kecil itu akrab dengan situasi seperti itu. Belum lagi kalau di masa lalu itu aktivis yang senior seperti Pak Ar Baswedan itu adalah menjadi tempat berkumpulnya para aktivis aktivis muda yang lebih junior untuk berdiskusi untuk berdialog itu ya. Jadi itu juga membangun suasana dalam diri Pak Anies tentang bagaimana orang berkomunikasi, bagaimana berinteraksi dengan orang yang lebih senior, bagaimana anak-anak kita menyampaikan gagasan dan pendapat di depan senior tetapi tetap dengan cara-cara yang pantas, yang proper, meskipun mungkin anak muda penuh gairah penuh gejolak penuh semangat dan kadang-kadang kalau kita nggak hati-hati kadang-kadang menggunakan bahasa-bahasa yang dianggap tidak pantas. Apalagi di masa sekarang itu ya tapi pada waktu itu kan anak-anak muda sering berinteraksi ke rumahnya pak Anies dalam konteks sebagai aktivitas ya karena pakai beliau adalah seorang pejuang dan aktivis pada waktu itu. Sekedar contoh misalnya begini ketika Pak Muhadjir Effendy itu sekarang menjadi Menko PMK atau Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan yang sebelumnya pak muhajir ini adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang menggantikan Pak Anies di tahun 2016. Pak Anies di reshuffle oleh Presiden Jokowi, kemudian yang menggantikan adalah Pak Muhadjir Effendy. Pak Muhadjir Effendy ini kalau dari sisi usia itu jauh lebih senior dibanding Pak Anies. Pak Muhadjir ini menceritakan bahwa ketika beliau dulu aktif di HMI. Dulu Pak Muhasjir ini kuliahnya di IKIP Malang, kalau sekarang namanya Universitas Negeri Malang (UNM). Pak Muhadjir ini adalah aktivis HMI, kalau berkunjung ke Yogya dia tidak pernah melewatkan untuk bersilaturahmi ke rumahnya kakeknya Pak Anies (Pak Ar Baswedan). Pak Muhadjir pada waktu beliau serah terima jabatan menteri beliau cerita dulu kalau saya ke Jogja saya ke rumahnya pak Ar Baswedan Saya melihat ada sosok yang masih kecil waktu itu ternyata itu namanya Anies Baswedan yang sekarang menjadi menteri yang saya gantikan ini. Jadi kita bisa bayangkan bahwa aktivis-aktivis yang bersilaturahmi ke rumahnya pak Ar Baswedan misalnya itu adalah orang-orang yang sebenarnya secara langsung atau tidak langsung sudah pernah berinteraksi dengan Pak Anies, yang Pak Anies waktu itu masih kecil.

Q : Jadi waktu kecil Pak Aneis ini sudah ditempah dengan lingkungan seperti itu sehingga gaya bertutur nya memang bisa tertata begitu ya pak?

A : Iya barangkali itu, ditambah dengan mungkin ketegasan beliau ya. Saya kira itu menjadi faktor mengapa kita lihat Pak Anies seperti yang sekarang ini bisa kita lihat ya jadi dia dibesarkan kan di lingkungan yang seperti itu. demikian juga ayahnya kan juga seorang akademisi terakhir jabatan ayahnya Pak Anies Pak Rasyid Baswedan itu sebagai wakil rektor atau pembantu rektor di Universitas Islam Indonesia (UII). Jadi memang keluarga itu merupakan lingkungan aktivis. Sementara ibunya Pak Anies ibu prof. Aliyah merupakan guru besar di IKIP kalau sekarang namanya Universitas Negeri Yogyakarta. Jadi memang Pak Anies ini, dibesarkan dalam lingkungan intelektual dan lingkungan aktivis dan tumbuh kembang dengan cara-cara aktivis dan dengan penuh support kepemimpinan ya. Jadi wajar kalau kita melihat sosok Pak Anies itu seperti sekarang ini. Kira- kira itu kumpulan atau ekstrak dari energi para intelektual dan aktivis di masa lalu sejak dua generasi sebelumnya. Sejak kakek nenek beliau kemudian orang tua beliau semua keluarga beliau sampai temen-temen di luar juga semua. Jadi kalau Kemudian beliau kita lihat seperti ini bagi saya bukan sesuatu yang baru, karena dari dulu ya beliau memang seperti itu tidak ada yang berubah.

Q : Bapak melihat kelebihan dari tutur katanya Pak Anies Baswedan atau retorikanya Pak Anies Baswedan yang tidak dimiliki oleh pemimpin yang lain itu seperti apa Pak. Apakah ada sisi seperti itu menurut bapak?

A : Sebelum kita bicara soal kelebihan dan yang lain. Saya tidak posisi untuk mengagung-agungkan beliau tidak. Tetapi melihat secara objektif, kalau kita melihat para pemimpin baik di masa lalu maupun di masa sekarang dalam masalah retorika itu sebenarnya sesuatu yang bisa dipelajari. Kalau misalnya kita lihat di YouTube banyak ditemukan bagaimana misalnya bung Karno berpidato atau menyampaikan gagasan di depan publik, atau bagaimana Jawaharlal Nehru dari India itu berbicara di depan publik, atau bagaimana Richard Nixon mantan Presiden Amerika berbicara di depan publik, atau John F. Kennedy sebelum terbunuh bagaimana dia menyampaikan ke publik yang ucapan-ucapannya itu kemudian menjadi quotes yang kita ingat sampai sekarang. Atau sosok yang sekarang ini ada misalnya kalau di negara barat misalnya Obama. Bagaimana Obama di masa mudanya ketika beliau belum menjadi presiden Amerika, masih menjadi calon senator ketika waktu itu mengkampanyekan calon Presiden dari Partai Demokrat. Itu bagaimana dia bertutur kata kemudian menyampaikan gagasan-gagasannya, itu juga sebenarnya sesuatu yang kita lihat tidak jauh berbeda dengan orang-orang yang secara retorika itu melatih dan mendapatkan kesempatan untuk memiliki kemampuan retorika yang efektif. Yang efektif itu artinya sesuai tujuannya ya ya, kalau tujuannya untuk bicara di depan publik misalnya meyakinkan publik tentang gagasan-gagasannya. Tetapi kalau dia bicara di depan forum seminar atau forum diskusi itu tentu berbeda cara bicaranya sesuai tujuannya. Kita bisa lihat sosok-sosok kok yang memang memiliki kemampuan retorika yang baik itu tentunya ada di semua tempat sebenarnya. Bahwa kita punya orang seperti Pak Anies, Saya kira Pak Anies juga bukan satu-satunya. Cuma karena Pak Anies sekarang kita lihat banyak muncul di media dan mungkin kita pernah ketemu, mungkin bisa merasakan bagaimana cara dia menyampaikan gagasan menyampaikan pendapat dan pikiran-pikiran yang sebenarnya kalau itu kita lihat di tokoh-tokoh yang lain itu juga kita temukan itu sesuatu yang toh bisa dipelajari dan ada dalam teks kemudian bisa dipelajari dan dilatih karena itu keterampilan. Tetapi bagi orang yang tertentu seperti Pak Anies dia ketika tumbuh di lingkungan seperti yang tadi saya ceritakan maka itu dengan sendirinya akan terbentuk tertempa dan mungkin dia juga tidak berhenti belajar untuk terus-menerus melatih apa yang dia miliki dalam cara berfikir terbukti dia menyelesaikan sekolahnya sampai di S3 di Amerika. dan perlu Anda tahu Pak Anies itu menyelesaikan S1 nya di manajemen fakultas ekonomi di UGM S2 nya di bidang kebijakan publik kemudian S3 nya ada di bidang ekonomi politik ya. Itu merupakan sesuatu yang semuanya mampu menempa cara berpikir beliau (Anies) tidak hanya secara retorika tetapi juga cara metodologi itu juga kemudian membuatnya semakin baik sesuai dengan kebutuhan posisi beliau sebagai seorang pemimpin. Jadi kembali lagi ke pertanyaan hikmah tadi kalau saya melihat Pak Anies dari yang lain kalau boleh jujur sebenarnya yang sekarang ini dimiliki Pak Anies untuk orang-orang di Indonesia memang luar biasa. Tapi kalau kita lihat tokoh-tokoh yang lain yang juga memiliki kemampuan yang baik dalam retorika kita bisa melihat kalau yang sekarang masih ada misalnya Obama Al bisa melihat tokoh- tokoh yang memang memiliki kemampuan yang baik dalam menata pikiran, kemudian menuangkan gagasan atau menyampaikan artikulasikan visinya dan kalau dia seorang pemimpin sekaligus dia juga bisa mengimplementasikan atau mengeksekusi apa yang menjadi gagasannya itu. Itu yang harus kita pertimbangkan lebih dari sekedar retorikanya.

Q : Selama menyampaikan kebijakan terutama masalah govit kan banyak yang tidak setuju dengan beliau dari masyarakat. Nah bagaimana sih ih bapak melihat Pak Anies Baswedan dalam menyikapi setiap kontra dari masyarakat itu sendiri? bagaimana pengendalian emosi ya ataupun tutur katanya untuk menghadapi haters haters itu Pak bagaimana bapak melihat itu?

A : Yang pertama Pak Anies itu menempatkan visi dan gagasannya itu bukan sebagai visi dan gagasan yang dia miliki sendiri. Tapi visi dan gagasan yang merupakan ekstrak atau merupakan gagasan dari banyak pihak, banyak orang kemudian dirumuskan menjadi satu kebijakan. Sehingga ketika kebijakan itu dikritik atau bahkan diserang dia tidak merasa bahwa itu adalah dirinya dia bukan. Paham ya? Jadi katakanlah yang sering beliau sampaikan itu kalau kita punya gagasan kalau gagasan ini disusun bersama dengan pikiran-pikiran yang baik dari banyak orang bukan hanya dari pikiran dia (Anies) sendiri, maka ketika ini menjadi sebuah kebijakan yang yang dirumuskan maka kebijakan itu tidak ditempatkan di posisinya dia tapi di posisi disebelahnya untuk dikawal dan dieksekusi. Sehingga ketika ini (kebijakan) dikritik, dia (Anies) tidak merasa bahwa itu mengkritik dia. Sehingga beliau bisa mengontrol emosi karena bukan beliau yang diserang tapi gagasan ini. Kalau gagasan ini yang diserang kalau dia punya argumentasi yang baik ketika menyusun gagasan ini dia tidak perlu khawatir, dia tinggal sampaikan saja bahwa misalnya kebijakan ini soal covid, kebijakan 1,2,3,4,5 ini alasannya, kemudian yang B itu alasannya. Kan semuanya berdasarkan gagasan- gagasan terbaik dari orang-orang terbaik yang ada di sekeliling beliau. Entah itu expert entah itu para tenaga ahli untuk itu para sekretaris daerah yang ada di Pemprov DKI atau kepala kepala dinas. Itulan pikiran-pikiran baik yang kemudian menjadi gagasan yang dituangkan dalam kebijakan dan masing-masing pasti punya alasan dan argumentasi yang kuat kenapa itu dijadikan sebuah kebijakan. Oleh karena itu ketika sebuah kebijakan itu dikritik maka dia tidak terlalu sulit untuk menjelaskan mengapa kita (pemerintah DKI) mengambil kebijakan ini kenapa mengambil kebijakan itu. Kadang-kadang tidak perlu emosi karena yang dikritik kebijakan bukan pribadinya Pak Anies walau kadang ada yang kebablasan juga mengkritik kepribadiannya Pak Anies. Tapi beliau selalu menganggap bahwa kalau menjadi seorang pemimpin itu harus siap dikritik kalau tidak siap dikritik tidak siap untuk dicaci maki dihujat maka jangan jadi pejabat publik. Karena kalau kita jadi pejabat publik itulah maka memang tugas kita untuk melayani publik dalam konteks apapun termasuk dalam konteks adu gagasan. itu yang kemudian kita kenal dengan istilah bagi anak-anak muda mungkin seringkali dikutip “seorang pemimpin itu dipuji tidak terbang dicaci tidak tumbang”. Itu memang betul betul dia (Anies) jalani bukan hanya ucapan, tapi memang dia jalani. Apakah beliau lagi secara pribadi tidak sakit, ya mungkin sakit ya mungkin terluka karena beliau kan terbiasa bertutur kata baik tapi orang-orang kadang-kadang tanpa mengukur apa yang dia lontarkan kemudian mengenai ke beliau (Anies). Ya bagi dia itu konsekuensi dari seorang pemimpin yang beliau sering katakan kepada saya, “ya seorang pemimpin itu itu lecet lecet dikit biasalah, itu sesuatu yang sudah selayaknya kalau tidak mau seperti itu ya jangan jadi seorang pemimpin”. Nah itu satu, gagasan ditempatkan bukan dalam dirinya di Iya tapi menjadi sesuatu yang dikawal bersama bahwa dia yang punya otoritas untuk melaksanakan gagasan itu oke. Tetapi ketika gagasan itu dikritik kebijakan itu dikritik tidak perlu harus merasa dirinya yang dikritik. Toh seandainya ada gagasan atau kebijakan itu yang kurang tepat dia (Anies) juga bisa mengubah kebijakan itu tidak ada yang sulit tanpa harus tersinggung gitu. Itu yang menjadi prinsip-prinsip beliau sehingga menjawab apa yang tadi Nikmah tanyakan.

Q : Jadi bisa dilihat bahwa pengendalian emosi Pak Anies ini sangat luar biasa ya Pak ya? karena memang saya lihat itu dalam bertutur kata beliau tidak pernah menggebu-gebu terlihat santai begitu.

A : Ya, itu yang kedua. Penjelasan pertama yang tadi bahwa setiap kritik yang disampaikan oleh siapapun publik dalam hal ini itu dia tidak menganggap sebagai sesuatu yang take personal. Itu tidak diambil sebagai sebuah serangan pribadi, tapi itu sebagai kritikan terhadap kebijakan nya dia, bahwa dia yang memimpin dalam kebijakan itu. Tapi kebijakan itu adalah sesuatu yang bisa dilihat dan dikritik oleh ramai- ramai, gaada masalah gitu. Kalaupun ada yang kurang tepat (kebijakannya), ya tinggal diubahkan gitu. Dan dalam situasi covid, Kita pernah juga melihat itu misalnya ketika ada kebijakan mengurangi Transjakarta, kemudian akibatnya terjadi penumpukan antrian penumpang. Tapi dalam waktu sekejap dia (Anies) ubah kebijakannya bahwa Transjakarta dipulihkan lagi, tanpa harus merasa tersinggung gitu karena memang itulah kenyataannya misalnya. itu yang pertama tadi soal bahwa kebijakan itu tidak ditempatkan sebagai dirinya (Anies) sehingga ketika kebijakan itu dikritik dia tidak merasa tersinggung karena itu bukan keinginan dia pribadi tetapi kebijakan sebagai gubernur gitu ya. Terus kemudian yang kedua, tadi kan soal emosi terus sekarang soal artikulasi. Dalam artikulasi yaitu menyampaikan kata- kata yang kemudian menyampaikan sesuatu yang perlu di respon itu Pak Anies juga memiliki Apa yang disebut sebagai takaran. Takaran itu dosis, dosis iyu didalamnya macem- macem. Ada sisi diksi (penggunaan kata), itu juga sangat sangat diperhatikan oleh beliau jangan sampai penggunaan kata itu terlalu lembek tapi juga jangan terlalu keras.

Q : Jadi beliau bisa menempatkan posisinya saat berbicara dengan orang-orang ya pak?

A : Betul, coba anda perhatikan dalam satu kalimat misalnya beliau di wawancara atau beliau menyampaikan konferensi pers atau beliau menyampaikan suatu seminar. Sesuatu yang diungkapkan itu diupayakan supaya semuanya itu sesuai dengan kebutuhan tidak perlu terlalu berlebihan karena mungkin beliau semangat mengungkapkan suatu gagasan lalu menggunakan intonasi intonasi yang penuh tekanan itu juga tidak diperlukan kadang-kadang. Yang penting dalam komunikasi itu kan antara komunikator dan komunikan itu yang paling utama adalah nyampai. Apa yang menjadi pesan itu sampai, dan kalau makin baik adalah pesan yang sampai itu diterima oleh komunikan. Bukan hanya nya didengar, dibaca, tetapi sampai termasuk pesannya. pesan itu apa yang menjadi gagasan di dalam pikiran kita itu sampai kepada komunikan. Nah kalau tujuan komunikasi itu seperti itu maka Pak Anies adalah salah satu orang yang bisa menakar itu sesuai dengan dosisnya. Dosis itu satu dalam diksi kedua dalam intonasi dan semuanya itu bergabung dalam artikulasi yang tepat. Misalnya dalam contoh yang ekstrem begini, ini tidak dilakukan oleh beliau tapi ini contoh ekstrem yang beliau pernah katakan juga kepada saya. “Kalau kita punya teman berdebat, kalau kira-kira dengan gagasan 123 itu dia sudah bisa menerima gagasan kita, kita tidak perlu melanjutkan pada 4 dan 5. Sehingga dia merasa kalah dan tidak berkutik dan mati kutu, jangan sampai begitu. Karena kalau sampai lawan kita tidak berkutik dan mati kutu, itu adalah kalau istilah dia (Anies) dinamakan overkill. Kalau sudah kalah ya sudah tidak perlu dibunuh kira-kira gitu.

Q : Pak Anies sendiri yang langsung berkata begitu ya Pak?

A : Ya, karena saat dulu Pak Anies di Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, saya kan memang tim ahli komunikasi beliau. Posisi saya waktu itu staff khusu komunikasi publik kan. Jadi saya sering berdiskusi tentang masalah komunikasi dengan beliau itu sampai ke soal-soal seperti itu. Jadi istilah beliau itu “gunakan kata-kata ini supaya yang kita hadapi tidak tersinggung tetapi pesan kita sampai, Untuk apa kita menyinggung orang yang memang sebenarnya sudah dalam posisi itu kita sudah benar mungkin dia salah tapi nggak perlu kita tunjuk tunjukkan bahwa dia salah nggak perlu”. Dengan menerima kebenaran kita itu sudah cukup jangan sampai lawan kita merasa teraniaya merasa kalah merasa salah

Q : Oh begitu pak, memang si pak, sekarang ini banyak sekali orang yang sudah berhasilmengalahkan argumentasi seseorang seringkali ingin terus menyalahkan sampai benar-benar kalah.

A : Ya, itu yang tidak pernah, Maaf maksud saya yang hati-hati sekali tidak akan beliau (Anies) lakukan.

Q : Pak Anies kan saat menyampaikan suatu konferensi pers tutur katanya dibarengi dengan senyuman Apakah dengan orang terdekatnya pun saat diskusi begitu Pak?

A : Betul, tetapi kalau dalam satu kesempatan dia perlu marah ya dia marah. Tadi ya soal overkill itu, Saya mungkin perlu ceritakan juga kalauorang bisa belajar langsung dari beliau kan. Jadi misalnya dia cerita begini, dulu waktu dia masih aktif di HMI beliau dulu kan HMI. Itu pernah suatu ketika dalam suatu perdebatan, itu beliau (Anies) pernah mengalahkan si lawan debatnya itu dengan cara agak berlebihan sehingga yang bersangkutan ini mungkin sakit hati begitu. Kemudian setelah mereka sama-sama besar, sama-sama dewasa terus ketemu dalam satu kesempatan, dia (Anies) merasa ini orang kok seperti ada sesuatu masalah dengan saya ya. Terus secara langsung dia (Anies) langsung tanyakan “kenapa ya?”. Ternyata orang ini sakit hati waktu mahasiswa dulu waktu debat dulu dia merasa dikalahkan oleh Pak Anies sampai tidak berkutik. Dan itu rupanya bekasnya itu berpuluh-puluh tahun nggak hilang gitu. Terus belajar dari itu, beliau sangat hati-hati dalam berbicara, karena dia tahu dia punya artikulasi yang baik dan punya retorika yang baik, punya cara berpikir yang baik. Mengapa keterampilan itu tidak digunakan untuk sesuatu yang lebih baik gitu, lebih dari sekedar mengalahkan orang. Tapi yang paling penting bahwa gagasan apapun dan dari manapun, termasuk dari dia (Anies), itu gagasan yang dilaksanakan bersama sehingga bisa diterima oleh lebih banyak orang. Bukan sekedar mengalahkan lawan bicara bukan sekedar mengalahkan lawan politik kita. Nah itu yang yang dia ceritakan ke saya sebagai pengalaman yang sangat berharga pada waktu dia mahasiswa itu . bahwa ternyata sesuatu yang overkill adalah sesuatu yang berlebihan itu dampaknya bisa panjang gitu. Saya bisa paham itu. Kalau kita baca sejarah di masa lalu sampai sekarang itu ada pemimpin pemimpin yang memiliki dendam yang luar biasa pada pemimpin yang lain misalnya. Itu bisa memicu peperangan. Kalau kita baca sejarah di masa lalu ya. Entah itu sejarah di nusantara misalnya atau di belahan bumi yang lain. Jadi dia (Anies) menjaga betul itu (tutur katanya) karena bahaya ya kalau antar pemimpin itu menyimpan dendam karena kata-kata kita. Itu sangat berbahaya sehingga dia (Anies) jaga itu dari awal ketika dia melontarkan kata-kata. Mungkin tidak terpikir bagi orang yang biasa orang kaya kita yang yang bukan pemimpin misalnya mungkin tidak terpikir. Kita ngomong ya ngomong aja. Bikin status bikin status aja. Coba dibayangkan kalau suatu saat ada jadi pemimpin kemudian ternyata kata-kata anda itu tidak pantas, pasti akan menjadi boomerang untuk kita. Apalagi sekarang ada jejak digital . makanya menurut saya penting pembelajaran bagi kita semua terutama anak-anak muda bahwa sesuatu yang kita lontarkan hari ini belum tentu akan hilang begitu saja. Suatu saat jika kita menjadi pemimpin, itu mungkin menjadi sesuatu yang kita lontarkan secara tidak tepat di masa lalu akan melewatkan kita di masa depan.

Q : Cara berbicara itu harus benar-benar diatur apalagi seorang pemimpin karena sekali kita kepleset aja itu bisa menyimpan luka yang berpuluh-puluh tahun begitu.

A : Betul,b dulu itu kan belum ada sosial media, itu saja bisa tersimpan berpuluh-puluh tahun. Apalagi sekarang ada jejak digital. ketika anda sekarang menjadi aktivis atau punya status Facebook di Instagram Twitter, kalau kita tidak berhati-hati dalam melontarkan kata-kata baik langsung maupun lewat sosial media hati-hati. Kecuali kalau kita tidak menjadi pemimpin itu menjadi hal lain itu terserah anda. Tapi takdir kan kita nggak ada yang tahu ya, suatu saat kita menjadi pemimpin di level apapun. Kalau kita tidak menjaga itu (tutur kata) dari sekarang, bukan soal kita khawatir tapi ya itulah tanggung jawab kita. Kalau kita seorang muslim maka tanggung jawab itu akan kita tuai nanti di akhirat kan begitu. Kalau lebih jauhnya kan kesana dan itu nggak ada yang terlewatkan. Nah dalam konteks retorika itu tadi dua hal itu, yang pertama secara emosi memang tidak perlu emosi karena yang dikritik itu bukan dirinya dia (Anies) secara pribadi, yang kedua dalam menyampaikan komunikasi, artikulasi, di dalamnya ada intonasi maupun diksi itu harus terukur sesuai dosisnya.

Q : Ada 3 topologi orator, ada noble solve (orang yang sulit menerima kritikan), rhetoricaly reflektor (orang yang menjadi cerminan dari orang lain) dan rhetoricaly sensitive (orang yang adaptif dan responsif terhadap suatu permasalahan). Disini Pak Anies Baswedan cenderung ke tipologi yang mana Pak?

A : Kalau dipaksa untuk mendekat dekatkan tipologi retorika tadi, mungkin pak Anies lebih dekat ke yang terakhir ya rhetoricaly sensitive. Walaupun saya tidak yakin Apakah itu bisa mewakili semuanya dari dia (Anies). Tapi paling tidak itu lebih dekat. Kalau yang pertama tadi (Noble solve) ya kita sudah melihat bahwa dia (Anies) tidak merasa bahwa dirinya selalu benar karena kalau dalam retorika kan bagi seorang pemimpin seperti dia (Anies) itu yang dia ungkapkan tidak semata-mata gagasan dia, tetapi merupakan gagasan kolektif yang kemudian menjadi kebijakan yang diambil, karena dia seorang pemimpin dan kebijakan itulah yang kemudian harus diperjuangkan bahwa itu memang benar, karena berdasarkan apa yang sudah disusun dari banyak pihak terutama kalau dalam konteks covid. Itu kan dia sangat percaya pada pertimbangan sains Ya tentu dia selalu berkomunikasi dengan ahlinya. Tapi kalau ternyata terbukti ada yang tidak benar, maka toh pada akhirnya dia (Anies) mau mengoreksi si itu. Saya kira untuk tipe yang pertama kayaknya tidak tepat yang merasa dirinya benar itu. Kemudian kalau reflektor itu juga bisa ada benarnya tapi tidak terlalu tepat juga karena dia bisa menjadi dirinya sendiri dalam konteks zamannya sendiri bahwa kakek dia seorang pahlawan nasional ataupun seorang pejuang, kemudian ayah beliau juga seorang intelektual misalnya. Tapi tidak selalu beliau mengagung-agungkan masa lalu keluarganya, tidak selalu mengelu-elukan apa yang menjadi kebanggaan di masa lalunya kan tidak. Tapi dia menghadapinya sesuai dengan apa yang dia butuhkan hari ini, atau masa sekarang ini. Makanya saya menyatakan dia lebih dekat dengan topologi rhetoricaly sensitive itu yang lebih responsif, sesuai dengan kebutuhan. Karena dulu ketika Pak Anies memulai karir “kepemimpinan” sejak masih muda, kan belum ada sosial media belum ada internet seperti sekarang ini. sekarang sosial media orang bisa bicara dengan siapa saja secara legal l itu tanpa ada sekat tanpa ada batas dengan Presiden langsung juga bisa dengan gubernur langsung di mention juga bisa. Nah dalam konteks itu tentu kalau dia menjadi bayang-bayang dari masa lalunya tentu tidak akan bisa menghadapinya dengan baik begitu. Oleh karena itu karena dia responsif itulah maka dia selalu melakukan penyesuaian diri dengan proses yang harus diikuti misalnyakan Pak Anies dinyatakan positif covid-19 kan. Kemudian kemarin pagi beliau untuk pertama kalinya hidup dalam isolasi dan karena isolasi mandiri itu beliau yang biasanya dibantu orang lain entah itu membuat video, live Instagram tiba-tiba harus melakukannya sendiri. Anda lihat tidak saat beliau kemarin melakukan live ig untuk pertama kalinya. Ada yang aneh disitu sebenarnya hehe. Di bagian terakhir itu, saat beliau ingin mengakhiri (live) kan beliau bingung ya, “bentar ini tombolnua yang mana ya”. Itu menunjukkan bahwa secara perilaku beliau memang orang yang responsif, walaupun selama ini tidak pernah bikin live ig, tapi ketika dipaksa untuk melakukan itu beliau mencoba melakukan itu. Tanpa merasa “wah malu-maluin ini, masa Gubernur gabisa”. Tapi kan beliau bilang bahwa, “Mohon maaf ya agak salah-salah karena ini pertama kali (live ig) sendiri”. Itu menunjukkan bahwa wa secara perilaku beliau memang responsif gitu, mau belajar pada situasi yang baru kira-kira itu contoh aja ya di luar contoh retorika ya. tapi dalam konteks itu kan beliau melakukan itu dan itu tidak ada masalah.

Q : Apakah bapak pernah tidak setuju dengan kebijakan yang diambil Pak Anies?

A : Tidak selalu tepat dalam dengan yang kita pikirkan ya, karena Saya tidak dalam posisi penasehat beliau sekarang kan tidak sedang dalam posisi bekerja dengan beliau di balai kota, saya sebagai orang bebas aja. sebenarnya ada yang menurut saya bukan kontra tetapi kurang tepat ketika awal sekali ditemukan adanya covit masuk ke Jakarta itu waktu itu pikiran saya adalah mestinya Kita mengambil kebijakan seperti negara-negara terdekat kita Malaysia, Singapura yang melakukan lockdown begitu. tapi kita juga paham bahwa kebijakan itu tidak bisa diambil sendiri, karena ada pemerintah pusat yang punya undang-undang dan diatur sedemikian rupa sehingga kemudian lockdown tidak terjadi. Kalau sebagai refleksi yang sungguh-sungguh bahwa saya merasa harusnya lockdown, itu di tempat saya tinggal di kompleks ini kami memberlakukan lockdown di kompleks. Dari awal, dari bulan Maret, jadi di salah satu contoh lockdown nya itu kita bikin banner besar semua aturan bahwa misalnya pedagang online segala macam itu hanya sampai di security tidak bisa masuk ke dalam kompleks. Jadi semua itu kita lakukan, kemudian warga yang memiliki kepentingan harus menjemput sendiri, entah itu go-food, JNE, dan lain sebagainya. kebijakan itu kita terapkan dari bulan Maret dan kita konsisten sampai sekarang. Sebenarnya kita ingin pada waktu itu seandainya Jakarta dilakukan lockdown dengan cara terukur begitu ya, maksudnya tidak seperti lockdown di Wuhan karena mungkin kita tidak mempunyai kemampuan kalau lockdown total. Tapi lockdown yang kita maksud adalah lockdown yang terukur mungkin akan lebih baik. Karena kemudian pilihannya adalah PSBB yang kita tahu PSBB pun sekarang ini hampir 1 tahun belum terkendali sampai hari ini. Tapi saya paham bahwa itu sesuatu yang harus beliau ambil dalam situasi yang dengan berbagai macam tarikan kebijakan dan tarikan kewenangan- kewenangan politik dan kewenangan pemerintahan itu harus diambil. Sama halnya ketika beliau (Anies) mengambil tindakan untuk rem darurat pada waktu itu. Pro kontra itu pasti ada tetapi sesuatu yang menurut saya pada saat rem darurat itu agak terlambat. Mestinya pada saat sudah landai itu dibiarkan dulu landai agak lama gitu, jangan buru-buru PSBB transisi.

Q : Berarti pernah ya pak kurang setuju dengan kebijakan yang diambil?

A : Ya, tapi gini kami tahu juga bahwa itu bukan karena dia (Anies) sendiri, karena ada desakan juga kan dari sektor ekonomi, misalnya untuk membuka bioskop untuk membuka mall pada waktu itu ya. Pada waktu itu ketika Jakarta sudah dibawah satu tingkat pengeluarannya, baiknya dibiarkan saja sampai beberapa pekan ke depan begitu. Q : Apakah retorika itu sangat mempengaruhi dalam penyampaian kebijakan Pak?

A : Iya, dalam suatu kebijakan itu kan begini itu juga pernah diungkapkan panik juga bahwa dalam satu kebijakan itu harus ada gagasan kalau dalam bahasa akademik namanya konsep. Konsepnya apa sih gitu ya? Posisi gasannya itu harus jelas, harus kuat mengapa konsep/gagasan itu yang diambil. Itu harus kuat alasannya, 1,2,3 misalnya. Inilah mengapa kita mengambil kebijakan A, B, gagasannya harus kuat. Kemudian selain gagasan berikutnya adalah narasi. Narasinya itu harus tepat menggambarkan gagasan itu, jangan kelewat besar karena kalau kelewat besar itu namanya pencitraan. Jangan pula kurang narasinya, kalau kurang narasinya itu nanti dianggap gagasan itu hanya ada di atas kertas, tidak bisa dilaksanakan karena narasinya tidak cukup untuk menggambarkan gagasan itu. Kemudian yang terakhir itu eksekusi, jadi gagasan narasi eksekusi. Nah retorika itu letaknya dimana? Di narasi itulah retorikanya. Narasinya harus tepat dan disampaikan dengan cara yang tepat dengan medium yang tepat juga. Kalau katakanlah perlu perantara, atau perlu audiens atau perlu komunikan yang tepat dari target sasaran komunikasi ini. Misalnya begini, narasi ini diperuntukan bagi para pedagang di pasar maka narasinya begini. Narasi ini diperuntukan bagi para intelektual maka narasinya harus begini. Narasi ini diperlukan bagi para pengusaha, maka nasinya harus begini. masing-masing ini punya akar narasi yang sama tetapi disampaikan dengan retorika yang bisa jadi berbeda, sesuai dengan kebutuhan audiensnya/komunikannya.

Q : Dan Pak Anies Baswedan bisa memposisikan itu ya Pak?

A : Iya, saya ambil contoh misalnya pada waktu pspp dilakukan Pak Anies itu merasa perlu untuk membuat narasi dalam bahasa Inggris diperuntukkan bagi siapa? bagi para warga negara asing yang tinggal di Jakarta. Karena kita tahu warga negara asing yang tinggal di Jakarta itu tidak hanya kedutaan besar, tidak hanya para diplomat tetapi juga para professional expert, para pelaku usaha di perusahaan-perusahaan yang ada di Jakarta. Ini kan banyak juga perusahaan asing, banyak juga orang-orang yang dari luar dan tinggal di Jakarta sehingga dia (Anies) merasa perlu untuk membuat narasi yang dimengerti oleh mereka. Bisa anda cek, Pak Anies ini membuat sebuah video secara khusus dalam berbahasa Inggris, bahwa Jakarta sedang mengalami pandemi, dan oleh karena itu saya minta komunikasi internasional yang ada di Jakarta memahami posisi kebijakan yang diambil oleh pemerintah Jakarta untuk mentaati apa yang sudah digariskan oleh pemerintah provinsi Jakarta dan seterusnya dan seterusnya dalam bahasa Inggris, dan dalam bahasa internasional. Itu menunjukkan bahwa letak retorika itu sangat penting dalam konteks gagasan narasi dan eksekusi atau kalau dalam istilah pakan is disebut karya. Jadi kerja kalau buat dia itu tidak hanya kerja saja tetapi ada gagasannya ada narasinya ada kerja atau karyanya. Nah karya atau eksekusi yang terakhir itulah nanti yang akan dibuktikan oleh publik begitu. Nah ah kenapa narasi atau retorika itu penting, karena dalam setiap gagasan eksekusi nya itu tidak cukup hanya mengandalkan aparat aparat pemerintah tidak cukup hanya mengandalkan aparatur negara karena butuh keterlibatan publik secara luas. contohnya hari ini ketika pemerintah sudah punya 3 M (pakai masker, mencuci tangan dan penjaga jarak) tapi keterlibatan masyarakat tidak optimal kan bisa gagal itu kebijakan. Jadi penting narasi dalam bentuk retorika itu penting supaya gagasan itu betul-betul sampai kepada publik secara luas karena publik secara luas itulah yang menjadi bagian dari keseluruhan kebijakan. Pak Anies menganggap bahwa setiap kebijakan yang diperlukan keterlibatan masyarakat atau partisipasi publik itu harus optimal, publik harus benar-benar sepenuhnya terlibat. Kalau dalam bahasa dia (Anies) itu dinamakan kolaborasi atau kalau dalam leadership beliau katakan sebagai kepemimpinan gerakan. jadi kepemimpinan gerakan itu bahwa kepemimpinan itu tidak semata-mata program tetapi kepemimpinan adalah sebagai perwujudan dari gerakan bersama antara pemerintah dan masyarakat untuk bersama-sama mencapai tujuan yang baik. Pandemi covid ini menjadi contoh sempurna dari bagaimana kepemimpinan gerakan itu bisa dilaksanakan atau tidak. Seorang pemimpin itu bisa menggerakkan atau menjadikan

231

kebijakannya menjadi bagian dari instrumen untuk membangun kepemimpinan gerakan itu diuji dalam covid ini sebenarnya. Jadi dalam konteks itu narasi atau retorika itu posisinya dimana, posisinya adalah ketika ada gagasan, katakanlah kalau dalam pemerintahan itu kemudian menjadi program. Program itu harus disampaikan dengan narasi yang tepat dengan retorika yang tepat. Kemudian setelah narasi yang tepat jangan berhenti pada narasi, tapi harus berlanjut pada eksekusi sehingga menghasilkan karya yang bisa dirasakan manfaatnya secara langsung oleh masyarakat. Nah kalau seperti itu, maka tidak ada pihak yang bisa mengklaim bahwa ini karyanya ini, ini karyanya itu, karena semuanya secara konsisten dilakukan. Jadi posisi narasi itu disitu atau retorika itu tadi ya.

Q : Bapak yang pernah langsung menyaksikan Pak Anies berpidato atau berdiskusi. Bagaimana cara beliau melakukan eye contact dengan audience Pak? Apakah kontaknya langsung mengarah untuk semua audience, atau melakukan kontak satu per satu dengan audience?

A : Iya Pak Anies dalam setiap berkomunikasi dengan publik baik pidato maupun diskusi itu sering melakukan eye contact dengan audience. Baik tatapan secara umum maupun kepada audience secara spesifiknya. Misalnya dalam satu forum ada audience anak-anak muda, ada para pejabat dan politisi. Ketika dia (Anies) menyampaikan sesuatu yang terkait dengan anak-anak muda dia akan mengarahkan pandangannya ke ke anak-anak muda itu. Begitu pula kalau dia sedang membahas suatu topik yang terkait dengan para tokoh dengan para politisi dengan para ulama maka dia akan mengalihkan pandangan pada mereka. Nah saya sebagai yang sering menjadi audience beliau itu kadang-kadang merasa cara seperti itu, itu beliau sebagai orator atau sebagai pembicara dalam diskusi atau yang memberikan pidato itu sedang berkomunikasi langsung dengan kita sebagai audience. Seperti man to man communication gitu ya. Itu yang saya lihat, yang saya alami dalam berbagai kesempatan dengan Pak Anies. Jadi sekali lagi jawabannya Iya itu yang sangat berpengaruh dalam selain retorikanya juga efektivitas komunikasinya dengan audience. Sebenarnya juga bisa dilihat kalau dia berbicara di layar atau berkomunikasi secara tidak langsung melalui layar video gitu ya. itu kan kita lihat bahwa cara dia berkomunikasi juga dengan eye contact dengan seolah-olah ada audience yang dalam hal ini di depan kamera gitu. Tidak menunjukkan misalnya dia terlalu sering melihat ke bawah untuk melihat teks atau seperti apa apa itu merupakan suatu yang disadari oleh Pak Anies sehingga itu menjadi salah satu kekuatan komunikasi dan retorika nya Pak Anies.

Dokumentasi