UPAYA PERCEPATAN PENINGKATAN EKONOMI PENGRAJIN OLAHAN SAGU MELALUI PENGEMBANGAN KEMITRAAN USAHA

Henny Indrawati dan Caska Staf Pengajar pada Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Pekanbaru Email: [email protected]

ABSTRAK

Sagu merupakan salah satu komoditas unggulan Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau. Di daerah ini telah mulai berkembang usaha home industry kue olahan sagu. Namun menghadapi kendala dalam pengembangan usahanya yaitu terbatasnya permodalan dan akses pembiayaan, lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar, serta terbatasnya akses informasi dan teknologi. Salah satu strategi pengembangan home industryyang dapat dilakukan adalah melalui kemitraan usaha sebagai salah satu upaya untuk menumbuhkan lokalitas dengan memadukan, mengorganisasi dan mentransformasi seluruh potensi yang ada terutama aspek pemasaran dan pendanaan sehingga dapat menciptakan sinergi pembangunan.Oleh karena itu penelitian ini dilakukan bertujuan: mengkaji pelaksanaan kemitraan yang sudah terjalin antara pengrajin kue olahan sagu dengan Dekranasda Kabupaten Kepulauan Meranti; mengidentifikasi manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan kemitraan; dan mengkaji dampak pelaksanaan kemitraan terhadap pendapatan pengrajin. Penelitian dilakukanmenggunakan metode survey dan analisis data menggunakan analisis deskriptif. Pengambilan sampel secara purposive dengan teknik pengumpulan data melalui in-depth interview dan FGD. Hasil penelitian menemukan: Pelaksanaan kemitraan yang dilakukan antara pengrajin kue olahan sagu dengan Dekranasda masih dalam bentuk kerja sama pemasaran, dan belum ada perjanjian tertulis mengenai kemitraan tersebut karena hanya menerapkan prinsip saling percaya; Pelaksanaan kemitraan bermanfaat bagi kedua belah pihak; Pengrajin yang mengikuti program kemitraan memperoleh pendapatan yang lebih baik dibandingkan pengrajin yang tidak mengikuti program kemitraan.

Kata Kunci: peningkatan ekonomi, pengrajin kue olahan sagu, kemitraan usaha

ABSTRACT

Sago is one of the leading commoditiesof Kepulauan Meranti regency of Riau Province. In this area has begun to develop home industry of . But face obstacles in their business development, namely the limited capital and access to finance, lack of business networks and market penetration, as well as limited access to information and technology. One of the home industry development strategies that can be done is through business partnerships as a way to grow the locality by combining, organizing and transforming all this potential, especially marketing and financial aspects so as to create synergy development. Therefore, this research aims to: assess the implementation of the partnership that has existed between sago cake makers with Dekranasda Meranti Islands District; identify the benefits derived from the implementation of the partnership; and assessing the impact of the implementation of the partnership to income sago cake makers. The research was conducted using survey methods and data analysis using descriptive analysis. The purposive sampling was used and the data was collected through in depth interview and Focus Groups Discussion. The results found: Implementation of the partnership conducted between sago cake makers with Dekranasda still in the form of cooperative marketing, and there is no written agreement about the partnership because it only applies the principle of mutual trust; Implementation of the partnership is beneficial to both sides; sago cake makers who follow the partnership program to earn better than sago cake makers who do not follow the partnership program.

Key words: economic improvement, sago cake makers,partnerships

PENDAHULUAN meningkatkan jumlah unit usaha, dan mendukung pendapatan rumah tangga. Salah satu usaha kecil Usaha kecil di memiliki peran yang memiliki prospek cerah untuk penting dalam menyerap tenaga kerja, dikembangkan adalah industri pengolahan hasil

Upaya Percepatan Peningkatan Ekonomi Pengrajin Kue Olahan Sagu 297 pertanian. Prospek industri pengolahan di saling memerlukan, saling memperkuat, dan samping sebagai pasar bagi hasil pertanian, juga saling menguntungkan (Sumardjo, 2004). sebagai penyedia lapangan pekerjaan di pedesaan Lebih lanjut Sumardjo (2004) menyatakan dan peningkatan nilai tambah hasil pertanian. bentuk-bentuk kemitraan yang dapat dilakukan Salah satu industri pengolahan yang berprospek adalah: 1) kerjasama keterkaitan antar hulu hilir; cerah dikembangkan di Kabupaten Kepulauan 2) kerjasama keterkaitan antar hilir hulu; 3) Meranti Provinsi Riau adalah industri kue olahan kerjasama dalam pemilik usaha; 4) kerjasama sagu. Kue olahan sagu berbahan dasar tepung dalam bentuk bapak anak angkat; 5) kerjasama sagu dan merupakan salah satu produk olahan dalam bentuk bapak angkat sebagai modal sagu yang dihasilkan petani sagu di daerah ini. ventura; 6) inti plasma; 7) sub kontrak; 8) dagang Sagu merupakan salah satu komoditas umum; 9) waralaba; dan 10) keagenan. unggulan daerah Kabupaten Kepulauan Meranti. Bentuk kemitraan yang sudah dilakukan Oleh karena itu, apabila kue olahan sagu pengrajin kue olahan sagu adalah pola kemitraan dikembangkan maka Kabupaten Kepulauan dagang umum. Menurut penjelasan Pasal 27 huruf Meranti dapat menjadi kota wisata kuliner (c) Undang-Undang Nomor. 9 Tahun 1995, Pola berbagai makanan sagu, sehingga akan Dagang Umum adalah hubungan kemitraan antara berdampak terhadap peningkatan ekonomi usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha pengrajin pada masa yang akan datang. Untuk besar, yang di dalamnya usaha menengah atau mencapai hal tersebut, maka diperlukan campur usaha besar memasarkan hasil produksi usaha tangan pemerintah daerah maupun lembaga kecil atau usaha kecil memasok kebutuhan yang terkait dengan berbagai program terutama diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar penyediaan modal maupun pemasaran produk mitranya. Dengan demikian maka dalam pola untuk membantu pengrajin melalui pola dagang umum, usaha menengah atau usaha besar kemitraan. memasarkan produk atau menerima pasokan dari Kemitraan usaha dengan pihak pemerintah usaha kecil mitra usahanya untuk memenuhi maupun swasta sangatlah diperlukan untuk kebutuhan yang diperlukan oleh usaha menengah membantu pengrajin kue olahan dari sagu untuk atau usaha besar mitranya. Bisa juga dikatakan mengembangkan usahanya, tidak hanya terbatas bahwa pola dagang umum mengandung pada upaya permodalan saja, tetapi juga pengertian hubungan kemitraan antara kelompok penyuluhan, bimbingan maupun jaminan pasar mitra dengan perusahaan mitra, dimana sesuai prinsip dasar kemitraan, yaitu sukarela dan perusahaan mitra memasarkan hasil produksi saling memerlukan.Definisi kemitraan menurut kelompok mitra memasok kebutuhan perusahaan beberapa ahli, antara lain menurut Hafsah (2000), mitra. kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang Pola kemitraan dagang umum dilakukan dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka pengrajin kue olahan sagu dengan Dekranasda waktu tertentu untuk meraih manfaat atau (Dewan Kerajinan Nasional Daerah)Kabupaten keuntungan bersama sesuai prinsip saling Kepulauan Meranti. Pengrajin memasarkan kue membutuhkan dan saling mengisi berdasarkan yang dihasilkan melalui Gerai Dekranasda.Hasil pada kesepakatan. yang diharapkan dari pelaksanaan kemitraan ini Adapun menurut Partomo (2004), kemitraan adalah peningkatan ekonomi pengrajin, usaha merupakan salah satu strategi menambah pengetahuan, dan memberikan pengembangan UKM di mana terdapat hubungan jaminan pasar yang pasti untuk produksi yang kerja sama usaha di antara pihak yang bersifat dihasilkan. Bagi pihak Dekranasda diharapkan sinergis, suka rela, berdasarkan prinsip saling dapat memenuhi permintaan pasar. membutuhkan, saling mendukung, dan saling Berdasarkan uraian tersebut, timbul menguntungkan disertai dengan pembinaan dan pertanyaan apakah ada keuntungan lain yang pengembangan UKM oleh usaha besar. Konsep diperoleh dengan terjalinnya kemitraan antara kemitraan dalam Undang-Undang Nomor 9 tahun pengrajin dengan pihak Dekranasda? Oleh karena 1995 adalah kerja sama antara usaha kecil dengan itu, penelitian ini sangat perlu dilakukan dengan usaha menengah atau dengan usaha besar yang tujuan: 1) mengkaji pelaksanaan kemitraan yang disertai dengan pembinaan dan pengembangan sudah terjalin antara pengrajin kue olahan sagu usaha yang berkelanjutan oleh usaha besar atau dengan Dekranasda Kabupaten Kepulauan usaha menengah dengan memperhatikan prinsip Meranti; 2)mengidentifikasi manfaat yang

298 Prosiding Semnas Agribisnis 2015, Semarang 9 September 2015 Kerjasama PS. S1. Agribisnis FPP Undip dengan Perhepi Komda Semarang diperoleh dari pelaksanaan kemitraan; dan 3) Wawancara mendalam (in-depth interview) juga mengkaji dampak pelaksanaan kemitraan terhadap dilakukan dan tidak terikat oleh daftar pertanyaan pendapatan pengrajin.Hasil penelitian ini yang dipersiapkan sehingga wawancara dilakukan diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan berdasarkan pada topik permasalahan. Selain pertimbangan bagi pengrajin kue olahan sagu wawancara, peneliti juga melakukan observasi di dalam mengembangkan usahanya dengan pola lapangan secara langsung dan FGD (Focus kemitraan yang saling menguntungkan dan Groups discussion). Data sekunder dikumpulkan berkesinambungan. Selain itu sebagai dari instansi yang terkait dengan permasalahan rekomendasi bagi pihak Dekranasda Kabupaten dalam penelitian ini, yaitu BPS Kabupaten Kepulauan Meranti dalam menyempurnakan Kepulauan Meranti, P2TP2A (Pusat Pelayanan pelaksanaan kemitraan untuk mempercepat Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) peningkatan ekonomi pengrajin kue olahan sagu. Kabupaten Kepulauan Meranti, serta Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM METODE PENELITIAN Kabupaten Kepulauan Meranti.

Tempat dan Waktu Penelitian Analisis Data Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Analisis data yang digunakan dalam Kepulauan Meranti Provinsi Riau.Secara spesifik, penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif penelitian ditekankan pada daerah yang dan kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif ditemukan pengrajin kue olahan sagu di dilakukan untuk menggambarkan pelaksanaan Kabupaten Kepulauan Meranti, yaitu di kemitraan serta manfaat yang diperoleh. Analisis Kecamatan Tebing Tinggi, Kecamatan Tebing dekriptif kuantitatif dilakukan dengan menghitung Tinggi Barat, Kecamatan Rangsang dan pendapatan pengrajin kue olahan sagu yang Kecamatan Rangsang Barat. Penelitian menjadi mitra dan non mitra, serta R/C rasio. berlangsung selama lebih kurang 11 bulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah pengrajin Profil Pengrajin Kue Olahan Sagu kue olahan dari sagu di Kabupaten Kepulauan Usaha kue olahan dari sagu pada umumnya Meranti yang bermitra dengan Dekranasda dimulai setelah wanita berumah tangga. Istri Kabupaten Kepulauan Merantidan yang tidak merasa perlu membantu suami mencari nafkah bermitramasing-masing sebanyak 50 orang. karena penghasilan dari suami tidak mencukupi. Mereka dipilih secara purposive karena Sebaliknya suami memberi dukungan karena mempunyai sifat yang sesuai dengan kebutuhan mereka merasa tekanan ekonomi lebih besar bila penelitian. hanya mengandalkan penghasilan rumah tangga hanya dari suami. Jenis Penelitian Alasan lain para istri mengusahakan kue Penelitian ini dilakukan dengan olahan dari sagu adalah: (1) adopsi keterampilan menggunakan metode survey. Penelitian ini lebih mudah dan cepat, (2) pekerjaan dapat bertumpu pada latar belakang masalah untuk dilakukan di rumah, dan (3) kondisi lingkungan. menjawab identifikasi penelitian yang dilakukan. Alasan keterampilan cukup banyak dikemukakan Melalui pendekatan deskriptif tujuan penelitian oleh pengrajin. Membuat kue olahan dari sagu yang pada intinya bertumpu pada usaha untuk sangat mudah dipelajari. Di samping itu, ada mengamati, mengumpulkan, menganalisis, dan kesadaran bahwa daerahnya merupakan daerah menginterpretasi data akan dapat tercapai secara penghasil sagu. Alasan bahwa pekerjaan bisa optimal. dilakukan di rumah menunjukkan bahwa para

Teknik Pengumpulan Data wanita masih menginginkan jenis pekerjaan yang Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini memungkinkannya untuk tetap bisa melakukan adalah data primer sebagai data utama dan data pekerjaan rumah tangga. Alasan kondisi sekunder sebagai data penunjang. Data primer lingkungan, kebanyakan wanita yang dikumpulkan melalui wawancara baik kepada mengusahakan kue olahan dari sagu pada pengrajin kue olahan sagu, maupun pihak lingkungan setempat umumnya masyarakat Dekranasda Kabupaten Kepulauan Meranti. pedesaan yang masih mempunyai ikatan sosial yang tinggi dengan lingkungannya.

Upaya Percepatan Peningkatan Ekonomi Pengrajin Kue Olahan Sagu 299 Sumber: Henny Indrawati dan Caska, 2015 Gambar 1. Pola Kemitraan antara Pengrajin dengan Dekranasda Keadaan usaha kue olahan dari sagu Rp 5.000 per 1 kg . Secara teknis, dikerjakan secara perorangan atau keluarga. pengrajin tidak mengalami kendala dalam Pengrajin merasa usaha mandiri lebih memproduksi kuenya. menguntungkan dibandingkan dengan usaha Proses produksi kue olahan dari sagu pada berkelompok. Pernah dibentuk kelompok umumnya dilakukan dengan menggunakan berusaha, namun bubar karena manajemen peralatan yang sederhana. Menurut pengrajin, ada kelompok tidak sesuai dengan harapan anggota. keinginan membeli peralatan yang lebih modern Peranan kelompok tidak menonjol, dan pengrajin untuk memudahkan pengrajin dalam bekerja, namun tidak banyak memperoleh manfaat dari belum memiliki modal yang cukup karena harga keikutsertaannya dalam kelompok usaha tersebut. peralatan modern lebih mahal. Rata-rata pengrajin Kue yang dihasilkan oleh pengrajin adalah: kue memiliki modal yang berasal dari modal sendiri bangkit sagu, sagu, kue kembang meskipun belum mencukupi dari kebutuhan modal goyang, dan brownies sagu. Kue brownies sagu yang seharusnya. Kelebihan dari modal sendiri dibuat jika ada permintaan dari konsumen saja, adalah pengrajin tidak perlu membagi keuntungan karena jenis kue ini hanya memiliki masa usahanya dengan pihak lain, tidak terlibat hutang, penyimpanan selama 3 hari. Kue yang paling serta tidak membayar bunga dan biaya sering dibuat adalah:(a) kue bangkit sagu, (b) kue administrasi. Namun kekurangannya adalah semprong sagu, dan (c) jumlah modal terbatas dan kurangmotivasi, sagu. Kue bangkit dan semprong sagu memiliki artinya pengrajin yang menggunakan modal masa penyimpanan selama 6 bulan, sedangkan sendiri memiliki motivasi usaha yang lebih rendah kue kembang goyang sagu hanya bertahan dibandingkan dengan menggunakan modal dari disimpan selama 3 bulan. Oleh karena masa luar. penyimpanan yang relatif lama, semua pengrajin Pelaksanaan Kemitraan lebih sering membuat ketiga jenis kue tersebut. Kemitraan yang dilaksanakan antara Pengrajin menggunakan tepung sagu sebagai pengrajin kue olahan sagu dengan Dekranasda bahan baku dalam membuat kue-kue tersebut. Kabupaten Kepulauan Meranti dimulai sejak Tepung sagu dibeli di pasar dengan harga Rp tahun 2012. Pola kemitraan yang dijalankan 7.000 per kg, dan cukup banyak tersedia di sana. adalah Pola Dagang Umum, yaitu pengrajin Akan tetapi, jika mendekati lebaran, harga tepung memasok kue yang dihasilkannya ke Gerai sagu meningkat menjadi dua kali lipat. Tenaga Dekranasda dan selanjutnya Dekranasda yang kerja yang digunakan dalam memproduksi kue memasarkannya ke konsumen, seperti terlihat adalah tenaga kerja dalam keluarga, seperti anak pada Gambar 1.Pihak Dekranasda melakukan maupun menantu. Ada juga pengrajin yang pendampingan kemitraan dengan memberikan menggunakan tenaga kerja dari luar, jika pembinaan dan pelatihan kepada pengrajin pengrajin memperoleh pesanan kue yang lebih tentang desain kemasan produk, variasi bentuk banyak dari biasanya, seperti pada saat dan rasa kue yang diproduksi, serta pembuatan menghadapi lebaran. Jika pengrajin menggunakan laporan keuangan yang sederhana. Seperti tenaga kerja dari luar, upah tenaga kerja per orang pernyataan Hendro (2013) Dekranasda harus adalah Rp 5.000 per 100 buah kue semprong sagu, mampu membantu dan menjadi mitra yang baik Rp 5.000 per 1 kg kue kembang goyang sagu, dan

300 Prosiding Semnas Agribisnis 2015, Semarang 9 September 2015 Kerjasama PS. S1. Agribisnis FPP Undip dengan Perhepi Komda Semarang bagi pengrajin lokal dalam menghasilkan suatu dasar paksaan pihak lain, bukan atas kebutuhan produk berkualitas untuk memenuhi kebutuhan untuk maju dan berkembang bersama dari pihak- pasar lokal dan global. Namun pihak Dekranasda pihak yang bermitra. Kalau kemitraan tidak tidak memberikan bantuan permodalan kepada didasari oleh etika bisnis (nilai, moral, sikap, dan pengrajin. perilaku) yang baik, maka dapat menyebabkan Dari Gambar 1 juga tampak ada koordinasi kemitraan tersebut tidak dapat berjalan dengan antara Dekranasda dengan P2TP2A (Pusat baik. Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Dalam hal penetapan harga, pihak Anak) Kabupaten Kepulauan Meranti. Pihak Dekranasda menetapkan harga sesuai dengan kue P2TP2A membantu Dekranasda menjaring pengrajin yang dihasilkan oleh pengrajin. Pembayaran yang akan dijadikan mitra. Sedangkan koordinasi dilakukan langsung pada saat pengrajin antara P2TP2A dengan pengrajin adalah P2TP2A mengantarkan kuenya ke Gerai Dekranasda.Kue mendata pengrajin yang masih eksis yang diantar pengrajin meliputi kue bangkit sagu mengembangkan usahanya dan juga memberikan dengan harga Rp 70.000/kg, kue semprong sagu bantuan dalam hal mempromosikan produk dengan harga Rp 90.000/kg, dan kue kembang pengrajin apabila ada kegiatan pameran baik di goyang sagu dengan harga Rp 70.000/kg.Kue-kue dalam maupun di luar Kabupaten Kepulauan tersebut dikemas dalam ukuran kemasan ¼ kg. Meranti. Pengrajin mengantarkan kuenya selama satu kali Ada syarat yang ditetapkan oleh Dekranasda dalam 4-5 hari. Rata-rata jumlah kue yang kepada pengrajin untuk menjadi mitra,yaitu diantarkan per minggu sebanyak 6 kg kue bangkit pengrajin harus bisa memproduksi kue dengan sagu, 5 kg kue semprong sagu, dan 3 kg kue kemasan yang menarik, rasanya enak, tidak terlalu kembang goyang sagu. Selama menjalankan keras dan tidak terlalu renyah. Menurut Arief kemitraan, tidak ada perjanjian tertulis antara Maulana (2008) keberhasilan kemitraan usaha Dekranasda dengan pengrajin. Namun demikian sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan di antara kemitraan tetap berlanjut hingga saat ini. yang bermitra dalam menjalankan etika bisnisnya. Pelaku-pelaku yang terlibat langsung dalam Manfaat Pelaksanaan Kemitraan kemitraan harus memiliki dasar-dasar etika bisnis Dalam melaksanakan kemitraan, pihak yang dipahami dan dianut bersama sebagai titik Dekranasda tidak memberikan bantuan tolak dalam menjalankan kemitraan.Kegagalan modal.Manfaat yang diperoleh pengrajin dalam kemitraan pada umumnya disebabkan oleh pelaksanaan kemitraan adalah: adanya pembinaan fondasi dari kemitraan yang kurang kuat dan teknis dalam hal pembuatan kue yang enak hanya didasari oleh belas kasihan semata atau atas dengan bentuk yang lebih bervariasi, pengemasan

Tabel 1. Rata-Rata Pendapatan Pengrajin Mitra per Proses Produksi Nilai (Rp) No. Uraian Kue Bangkit Kue Semprong Kue Kembang Goyang Rata-Rata 1 Penerimaan 420.000 450.000 210.000 360.000 2 Biaya 114.000 188.000 49.500 117.167 3 Pendapatan 306.000 262.000 160.500 242.833 R/C 3,1 Sumber: Data penelitian Diolah, 2015

Tabel 2. Rata-Rata Pendapatan Pengrajin Non Mitra per Proses Produksi Nilai (Rp) No. Uraian Kue Bangkit Kue Semprong Kue Kembang Goyang Rata-Rata 1 Penerimaan 330.000 375.000 165.000 290.000 2 Biaya 106.000 174.000 43.000 107.667 3 Pendapatan 224.000 201.000 122.000 182.333 R/C 2,7 Sumber: Data Penelitian Diolah, 2015

Upaya Percepatan Peningkatan Ekonomi Pengrajin Kue Olahan Sagu 301 yang lebih menarik, peningkatan produksi, mitra sebesar Rp 306.000 dari produksi kue terjaminnya pemasaran kue yang diproduksi, bangkit, Rp 262.000 dari produksi kue semprong, meningkatkan daya saing produk, dan dan Rp 160.500 dari produksi kue kembang pembayaran dibayar tunai. goyang. Adapun pendapatan pengrajin non mitra Manfaat yang diperoleh Dekranasda dalam disajikan pada Tabel 2. pelaksanaan kemitraan ini adalah: terjaminnya Untuk memproduksi kue bangkit sagu, rata- kontinuitas kue olahan sagu dengan mutu yang rata pengrajin mengeluarkan biaya untuk membeli lebih baik, dan memperoleh keuntungan dari hasil tepung sagu, telur, santan, gula merah, gula pasir, penjualan kue olahan sagu. Sama halnya dengan minyak tanah, dan membayar upah tenaga kerja. yang diungkapkan oleh Rita dkk (2014) bahwa Sedangkan biaya yang dikeluarkan pengrajin keuntungan melaksanakan kemitraan pola dagang dalam membuat kue semprong sagu terdiri dari umum diantaranya berasal dari marjin harga dan biaya untuk membeli tepung sagu, telur, gula jaminan harga produk yang diperjualbelikan serta pasir, santan, arang dan membayar upah tenaga kualitas produk sesuai dengan kesepakatan pihak kerja. Untuk membuat kue kembang goyang sagu yang bermitra. dikeluarkan biaya untuk membeli tepung sagu, Manfaat lain yang dapat diperoleh dari gula pasir, telur, minyak goreng, minyak tanah, pelaksanaan kemitraan menurut Arief Rahmana dan santan. Dengan produksi yang sama dengan (2008) diantaranya adalah: meningkatnya pengrajin mitra, harga jual yang diterima oleh produktivitas, efisiensi, jaminan kualitas, pengrajin non mitra untuk kue bangkit sagu Rp kuantitas, dan kontinuitas produk, menurunkan 55.000/kg, kue semprong sagu Rp 75.000/kg, dan resiko kerugian, memberikan social benefit yang kue kembang goyang Rp55.000/kg. Kue yang cukup tinggi, dan meningkatkan ketahanan dihasilkan pengrajin non mitra dipasarkan ke ekonomi secara nasional. Kemanfaatan kemitraan pedagang yang berada di sekitar pelabuhan, dapat ditinjau dari 3 (tiga) sudut pandang: ataupun mini market yang ada di Kota Selat Pertama, dari sudut pandang ekonomi, kemitraan Panjang. Harga jual yang diterima pengrajin usaha menuntut efisiensi, produktivitas, relatif lebih rendah dibandingkan dengan harga peningkatan kualitas produk, menekan biaya yang diterima pengrajin mitra. Di samping itu, produksi, mencegah fluktuasi suplai, menekan pembayaran dilakukan oleh pedagang apabila kue biaya penelitian dan pengembangan, dan yang dipasok pengrajin sudah habis terjual. meningkatkan daya saing; Kedua, dari sudut Biasanya kue habis terjual dalam jangka waktu moral, kemitraan usaha menunjukkan upaya lebih kurang 1 bulan. kebersamaan dam kesetaraan: Ketiga, dari sudut Apabila dibandingkan antara pendapatan dan pandang sosial-politik, kemitraan usaha dapat R/C yang diperoleh pengrajin mitra, maka mencegah kesenjangan sosial, kecemburuan pendapatan dan R/C yang diterima oleh pengrajin sosial, dan gejolah sosial-politik. Kemanfaatan ini non mitra relatif lebih rendah, tetapi masih lebih dapat dicapai sepanjang kemitraan yang dilakukan besar dari 1, yang berarti usaha kue pengrajin didasarkan pada prinsip saling memperkuat, masih tetap menguntungkan. Biaya yang memerlukan, dan menguntungkan. dikeluarkan oleh pengrajin non mitra dalam memproduksi kue relatif lebih rendah meskipun Dampak Pelaksanaan Kemitraan terhadap kue yang dihasilkan sama kuantitasnya. Pendapatan Pengrajin Mitra dan Non Mitra Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Keberhasilan suatu usaha dapat dilihat dari yang dilakukan oleh Muhammad Yunus dkk pendapatan yang diperoleh. Pendapatan (2014)yang menemukan pendapatan usaha merupakan selisih antara penerimaan total dengan peternak mitra lebih baik dibandingkan dengan biaya total yang dikeluarkan. Adapun rincian peternak non mitra. Sementara itu Rini Indrayani pendapatan pengrajin mitra terlihat pada Tabel 1. dkk (2009) melakukan penelitian dengan temuan Kue bangkit yang dihasilkan dalam satu kali bahwa kemitraan dengan Pola Dagang Umum proses produksi sebanyak 6 kg, kue semprong telah mampu meningkatkan pendapatan petani sebanyak 5 kg dan kue kembang goyang sebanyak mitra. Namun berbeda dengan temuan penelitian 3 kg. Harga jual kue bangkit yang diterima Rita Yunus (2009), bahwa pendapatan peternak pengrajin dari Dekranasda Rp 70.000, kue pola kemitraan cenderung lebih rendah bila semprong Rp 90.000 dan kue kembang goyang dibandingkan dengan peternak mandiri. Rp 70.000.Pendapatan yang diterima pengrajin Penyebabnya adalah dalam hal penentuan harga

302 Prosiding Semnas Agribisnis 2015, Semarang 9 September 2015 Kerjasama PS. S1. Agribisnis FPP Undip dengan Perhepi Komda Semarang input maupun harga output sudah ditentukan oleh http://www.beritasatu.com/nasional/139418- perusahaan, sedangkan pada peternak mandiri dekranas-harus-tingkatkan-pembinaan- cenderung spekulatif dan memiliki kebebasan pengrajin-kebudayaan-lokal.html. Diakses menentukan input mana yang akan digunakan tanggal 30 Juli 2015. dengan perolehan harga yang sesuai. Namun Henny Indrawati dan Caska. 2015. Model kelebihan bagi peternak pola kemitraan adalah Pembiayaan bagi Perempuan Pengrajin Kue risiko kegagalan usaha dan ketersediaan modal Olahan dari Sagu dalam Upaya Mendukung tidaklah menjadi masalah yang serius bagi Peningkatan Perekonomian Keluarga di peternak pola kemitraan. Kabupaten Kepulauan Meranti. Laporan Penelitian Strategis Nasional. DP2M Dikti. PENUTUP Jakarta. Dari hasil penelitian maka diperoleh Muhammad Yunus, Harianto dan Dwi Rachmina. beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) 2014. Pengaruh Kemitraan terhadap Pelaksanaan kemitraan yang dilakukan antara Keuntungan Usaha Penggemukan Domba di pengrajin kue olahan sagu dengan Dekranasda Kabupaten Bogor. Forum Agribisnis 4(1):53- masih dalam bentuk kerja sama pemasaran, dan 69. belum ada perjanjian tertulis mengenai kemitraan Partomo, Tiktik Sartika. 2004. Ekonomi Skala tersebut karena hanya menerapkan prinsip saling Kecil/Menengah dan Koperasi. Ghalia percaya; 2) Pelaksanaan kemitraan bermanfaat Indonesia. Bogor. bagi kedua belah pihak; 3) Pengrajin yang Rini Indrayani, Musa Hubeis, dan Aris Munandar. mengikuti program kemitraan memperoleh 2009. Analisis Pola Kemitraan dalam pendapatan yang lebih baik dibandingkan Pengadaan Beras Pandanwangi Bersertifikat pengrajin yang tidak mengikuti program (Kasus Gapoktan Citra Sawargi dan CV. kemitraan. Quasindo). Jurnal MPI 4(1):110-129. Rita Tutik W, Suwarto, Mei Tri Sundari. 2014. UCAPAN TERIMAKASIH Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi terhadap Keputusan Petani Padi Organik Penulis mengucapkan terimakasih kepada dalam Menjalin Kemitraan dengan DP2M Ditjen DIKTI yang telah memberikan Perusahaan Beras “Padi Mulya” di bantuan dana penelitian melalui Hibah Penelitian Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen. Strategis Nasional Tahun Anggaran 2014 dan http://agribisnis.fp.uns.ac.id/wp-content/ 2015. uploads/2014/04/Jurnal-Padi- DAFTAR PUSTAKA Organik.pdf.Diakses tanggal 30 Juli 2015. Rita Yunus. 2009. Analisis Efisiensi Produksi Arief Rahmana. 2008. Kemitraan Usaha dan Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging Pola Masalahnya. https://infoukm.wordpress.com/ Kemitraan dan Mandiri di Kota Palu Provinsi 2008/08/11/kemitraan-usaha-dan- Sulawesi Tengah. http://eprints.undip.ac.id/ masalahnya. Diakses tanggal 30 Juli 2015. 18874/1/Rita_Yunus.pdf. Diakses tanggal 30 Hafsah, Mohammad Jafar.2000. Kemitraan Usaha Juli 2015. Konsepsi dan Strategi. PT. Pustaka Sinar Sumardjo, S.Jaka, dan A.D.Wahyu.2004. Teori Harapan. Jakarta. dan Praktik Kemitraan Agribisnis. Penebar Hendro, 2013. Dekranas Harus Tingkatkan Swadaya. Jakarta. Pembinaan Pengrajin Kebudayaan Lokal.

Upaya Percepatan Peningkatan Ekonomi Pengrajin Kue Olahan Sagu 303