AKIM PELOR Mutijar

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

AKIM PELOR Mutijar PEREMPUAN BERMULUT API Antologi Cerita Pendek Indonesia di Yogyakarta Herry Mardianto Tirto Suwondo Achmad Abidan HA Rijanto DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PUSAT BAHASA BALAI BAHASA YOGYAKARTA i PEREMPUAN BERMULUT API Antologi Cerita Pendek Indonesia di Yogyakarta Penyusun: Herry Mardianto Tirto Suwondo Achmad Abidan HA Rijanto Penyunting: Herry Mardianto Tirto Suwondo Penerbit: DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PUSAT BAHASA BALAI BAHASA YOGYAKARTA Cetakan Pertama: November 2009 ISBN: 978-979-185-186-2 ii SAMBUTAN KEPALA BALAI BAHASA YOGYAKARTA Sebagai salah satu instansi pemerintah yang bertugas me- laksanakan program pembangunan nasional di bidang kebahasa- an dan kesastraan di Daerah Istimewa Yogyakarta, Balai Bahasa Yogyakarta – yang berkedudukan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional – telah melakukan serangkaian penyusunan buku dan penelitian ten- tang bahasa/sastra Indonesia dan daerah (Jawa). Penyusunan buku dan penelitian-penelitian itu telah mencakupi berbagai hal, baik yang menyangkut masalah substansi kebahasaan dan ke- sastraannya maupun masalah pemakaian dan sekaligus pengguna dan atau apresiatornya. Balai Bahasa memandang bahwa hasil-hasil penyusunan buku dan penelitian itu tidak akan berarti apa-apa jika tidak me- miliki kontribusi—seberapa pun besarnya—bagi masyarakat. Sebagai sebuah studi atas gejala dan fenomena masyarakat, penelitian-penelitian itu dituntut untuk memberikan manfaat kepada masyarakat. Itulah sebabnya agar masyarakat dapat turut menikmati dan mengambil manfaatnya, berbagai hasil penelitian tersebut perlu dimasyarakatkan. Usaha pemasyarakatan berba- gai hasil penelitian itu dapat dilakukan, antara lain dengan cara menerbitkan buku dan menyebarluaskannya. Penerbitan buku Perempuan Bermulut Api: Antologi Cerita Pendek Indonesia di Yogyakarta ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Balai Bahasa dalam rangka mencapai tujuan di atas. Untuk itu, Balai Bahasa menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada penulis, editor, dan semua pihak yang terlibat dalam proses penerbitan buku ini. Balai Bahasa iii berharap semoga buku ini dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan masyarakat terutama di bidang ke- bahasaan dan kesastraan Indonesia. Tirto Suwondo iv SEKAPUR SIRIH CERITA PENDEK DI YOGYAKARTA: SEBUAH SKETSA Antologi cerita pendek (cerpen) ini disusun berdasarkan dua buku laporan penyusunan “Antologi Cerpen Indonesia di Yogyakarta” yang dilakukan pada tahun 2008 dan 2009. Dua laporan tersebut tersedia di Balai Bahasa Yogyakarta dan di- jadikan babon penerbitan antologi ini. Informasi tersebut dike- depankan mengingat antologi yang ada di tangan pembaca ini tidak dapat memuat semua karya yang berhasil diinventarisasi dan dimuat dalam dua laporan tersebut. Seleksi dilakukan ka- rena keterbatasan jumlah halaman. Kenyataan tersebut menye- babkan tidak semua cerpen dapat muncul dalam antologi ini. Dengan demikian, jika pembaca ingin mendapatkan gambaran mengenai cerpen-cerpen yang dimuat dalam media massa Yog- yakarta antara tahun 1950-an hingga tahun 2000-an, ada baik- nya membuka babon yang tersedia di perpustakaan Balai Bahasa Yogyakarta. Pengumpulan berbagai cerpen yang pernah terbit di Yogyakarta merupakan langkah inventarisasi yang lebih mem- pertimbangkan kuantitas dan bukan kualitas. Cerpen-cerpen dipilih secara acak, setiap pengarang diwakili oleh satu karya, meskipun pengarang tersebut tergolong produktif. Antologi cer- pen ini mengutamakan pemuatan cerpen yang sempat diterbitkan dalam media massa, meskipun ada satu dua cerpen yang terpak- sa diambil dari antologi cerpen yang diterbitkan oleh penerbit yang berada di Yogyakarta. Di samping itu, ada pula cerpenis yang cukup punya nama di Yogyakarta, tetapi cerpennya tidak dapat dimuat karena sampai antologi ini naik cetak, kami kesulitan men- dapatkan cerpennya. Sebut saja misalnya cerpenis Jussac MR . v Banyaknya media yang terbit di Yogyakarta merupakan bukti bahwa secara kuantitas kegiatan sastra di Yogyakarta berkembang dengan pesat. Sebelum tahun 1970-an telah terbit Majalah Indonesia (1948), Arena, Medan Sastra, Seriosa, Kedaulatan Rakyat, dan Minggu Pagi (1945) (bdk. Soemargono, 19791). Pada tahun 1945, terbit harian Kedaulatan Rakyat; harian ini baru memuat cerpen dan sajak (puisi) pada tahun 1980-an dalam edisi minggunya. Meskipun demikian, embrio pemuatan karya sastra sudah dimulai sejak tahun 1960-an dengan dimuatnya cerita bersambung “Naga Sasra Sabuk Inten” dan serial cerita “Api di Bukit Menoreh” (keduanya karya S.H. Mintardja). Di samping Kedaulatan Rakyat, terbit pula Minggu Pagi yang berjaya sampai pertengahan tahun 1965. Setelah tidak beredar beberapa lama, pada tahun 1970-an Minggu Pagi terbit dalam bentuk tabloid. Minggu Pagi sampai pertengahan tahun 1960-an di samping me- muat artikel artikel umum juga memuat cerita pendek (cerpen) dan cerita bersambung (cerbung), di antaranya karya Nasjah Djamin, Rendra, Motinggo Busje, dan Bastari Asnin. Di sam- ping mereka (Pradopo, 19922), pada awal tahun 1950-an, lahir penulis cerita di Minggu Pagi yang populer, yaitu Jussac MR (pada pertengahan tahun 1960-an Jussac MR menerbitkan harian Pelopor yang kemudian berubah menjadi Pelopor Minggu dengan tambahan ruang sastra pada tiap minggu). Cerita bersambung dalam Minggu Pagi yang mendapat sambutan pembaca adalah “Hilanglah Si Anak Hilang” (karya Nasjah Djamin), dimuat secara bersambung sekitar tahun 1959— 1960 dan kemudian diterbitkan dalam bentuk buku. Minggu Pagi hadir dengan rubrikasi sastra berupa “Cerita Pendek” dan “Ce- rita Bersambung”. Perhatiannya terhadap karya sastra terlihat dengan adanya upaya menjaga kualitas karya sastra sehingga ada pihak lain yang tertarik untuk menerbitkan beberapa cerita bersambung ke dalam bentuk buku, antara lain Perempuan itu 1 Soemargono, Farida. 1979. Le ‘Groupe de Yogya: 1945—1960, halaman 55—57. 2 Pradopo, Rachmat Djoko. 1992. “Sumber Penelitian dan Penyusunan Sejarah Sastra Indonesia Modern: Yogyakarta dan Jawa Tengah”. Makalah, halaman 4. vi Bernama Barabah karya Motinggo Busye (Penerbit Nusantara, Jakarta, 1963); Bibi Marsiti karya Motinggo Busye (Penerbit Aryaguna, Jakarta, 1963); dan Gairah untuk Hidup dan untuk Mati karya Nasjah Djamin (Budaya Jaya, Jakarta, 1968). Cerita pendek dalam Minggu Pagi pada tahun 1950-an sampai 1960-an ada tiga macam, yaitu cerpen yang panjangnya lebih dari satu halaman dan cerpen yang panjangnya hanya satu halaman. Di samping itu, ada cerpen yang agak panjang dan dimuat bersambung, umumnya terdiri atas dua bagian, misalnya cerpen “Hantu-hantu yang Malang” (WS Rendra) dan “Siapa Kau Ratih?” ( Titiek Nur- jati Rahayu). Cerpen “Hantu-hantu yang Malang” bagian pertama dimuat dalam Minggu Pagi Nomor 51 (18 Maret 1956) dan bagian kedua dimuat dalam Minggu Pagi Nomor 52 (25 Maret 1956). Pemuatan secara bersambung juga terjadi untuk cerpen “Siapa Kau Ratih?” yang bagian pertama dimuat dalam Minggu Pagi Nomor 49 (3 Maret 1963) dan bagian keduanya dimuat dalam Minggu Pagi Nomor 50 (10 Maret 1963). Agar pembaca tetap teringat pada cerpen yang jarak terbitnya berselang satu minggu, ilustrasi cepen bagian kedua ditampilkan sama persis dengan ilustrasi cerpen bagian pertama. Berbeda dengan cerpen panjang yang umumnya bersambung ke halaman lain atau terdiri atas dua bagian (dimuat secara bersambung), “Cerita Satu Halaman” benar-benar hanya sepanjang satu halaman (dilengkapi dengan ilustrasi pendukung). “Cerita Satu Halaman” yang sempat menghiasi Minggu Pagi, antara lain, “Locomotief C-3008” (Herman Pratikto, Minggu Pagi, 25 Desember 1955), “Permata” (Herman Pratikto, Minggu Pagi, 22 Januari 1956), dan “Nyidam” (Nazif Basir, Minggu Pagi, 19 Februari 1956). Pada tahun 1950—1960-an terbit majalah Pesat dan Budaya (yang terakhir ini diterbitkan oleh Jawatan Kebudayaan P dan K Yogyakarta). Kedua majalah tersebut memuat tulisan berupa arti- kel sastra, drama, sajak (puisi), dan masalah masalah kebudayaan. Kurang lebih satu tahun kemudian (15 Agustus 1951) hadir majalah Basis yang selain memuat artikel budaya dan sastra juga memuat sajak sajak penyair Yogyakarta. Pada pertengahan tahun 1960-an terbit harian Pelopor yang kemudian berubah vii menjadi Pelopor Minggu dengan tambahan ruang sastra pada setiap hari Minggu dengan memuat cerpen dan puisi. Majalah Pusara (terbit tahun 1950-an) memiliki rubrik khusus kesusas- traan/ kebudayaan dengan lebih mengutamakan pemuatan puisi dan naskah drama; cerpen yang pernah dimuat adalah “Satu Kisah…” karya Soedjatsini (Pusara, Maret 1956). Pada tahun 1954 terbit majalah Media dengan alamat redaksi di Jalan Ngabean 29 Yogyakarta. Meskipun hadir sebagai majalah ilmiah, Media memuat karya sastra berupa cerpen dan puisi. Karya sastra dimuat dalam rubrik khusus yang diberi nama “Lazuardi” (lembaran film, seni, dan sastra). Beberapa cerpen yang pernah dimuat adalah “Pawai Awan” (Marusman, Agustus 1955), “Bara Kedinginan” (Bram Madylao, Agustus 1956), “Pada Satu Sore” (Alwan Tafsiri, Februari 1957), dan “Danau dan Kawanku” (Z. Daulay, April 1957). Majalah khusus yang memuat masalah kebudayaan/kesusastraan adalah Medan Sastra dengan motto “Lapangan Perjuangan Pembinaan Kesusastraan yang Bersifat Pandangan dan Kupasan”. Majalah ini diterbitkan oleh Lembaga Seni Sastra Jogjakarta pada tahun 1953 dengan alamat kantor redaksi di Gang Melati No. 10, Baciro, Yogyakarta. Majalah Medan Sastra beredar sampai Jakarta dan Solo. Untuk menjaga kualitas karya yang dimuat, Medan Sastra memiliki editor khusus yang menangani karya sastra, yaitu Nasjah Djamin. Di samping puisi, majalah ini memuat karya
Recommended publications
  • SINKRETISME DI KALANGAN MASYARAKAT TEMUAN DI KAMPUNG LUBUK BANDUNG, MELAKA HO HWEE SIAN No. Matrik: 05946"9 Latihan Ilmiah
    No. Kelas: ~·. .. No Perolehan: ·•-·-·..:•:•)• .• SINKRETISME DI KALANGAN MASYARAKAT TEMUAN DI KAMPUNG LUBUK BANDUNG, MELAKA HO HWEE SIAN No. Matrik: 05946"9 Latihan Ilmiah Bagi Memenuhi Sebah ag ian Daripada Syarat-syarat Untuk Ijazah Sarjana Muda Sastera Jab a tan Antr.opologi dan Sosiologl, Universiti Malaya, 59100 Kuala Lumpur Sesi 1993/94 Bilik Sumber Jabatan A_ntropologi & Sosiologi Universit1 Malaya 11 P·enghargaan Saya mengucapkan jutaan terima kasih kepada Encik Juli Edo selaku penyelia latihan ilmiah ini. Segala tunjuk ajar, bimbingan dan nasihat beliau tidak akan saya lupakan. Saya juga mengambil kesempatan nu mengucapkan terima kasih kepada Dr. Hood Haji Mohd. Salleh dan Dr. Hasan Mat Nor dari Universiti Kebangsaan Malaysia atas nasihat mereka pada permulaan kajian. Jasa-jasa penduduk Kampung Lubuk Bandung yang telah membolehkan saya menyelesaikan kajian ilmiah ini tidak akan saya lupakan. Saya mengambil kesempatan di sini mengucapkan jutaan terima kasih kepada keluarga Pakcik Ahat b. San Fook iaitu keluarga angkat saya, Abang Chia Fong Sin, Kak Aton dan Pakcik San Ah Kin b. San Fook yang semuanya merupakan informan utama pengkaji. Terima kasih jug a diucapkan kepada pihak J abatan Hal Ehwal Orang Asli Kuala Lumpur dan bahagian Melaka yang banyak memberi kerjasama dan data-data rasmi yang diperlukan. Akhir sekali, terima kasih diucapkan kepada semua yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam proses penyelesaian latihan ilmiah mi. 111 Sinopsis Kajian fenomena sinkretisme di kalangan niasyarakat Orang Asli Temuan mi merangkumi tiga jerus kepercayaan luar iaitu kepercayaan Cina, Hindu dan Melayu yang menerap masuk ke dalam sistem kepercayaan periduduk Kampung Lubuk Bandung. Penerimaan kepercayaan Cina paling menonjol dan menarik di antara tiga jerus kepercayaan tersebut.
    [Show full text]
  • Pengaruh Kepercayaan Dan Agama Islam Dalam Perubatan Tradisional Masyarakat Melanau Sarawak
    522 ICOMHAC2015 eproceedings 16-17 Disember 2015, Century Helang Hotel, Pulau Langkawi UiTM Cawangan Kedah-INSPIN Pengaruh Kepercayaan Dan Agama Islam Dalam Perubatan Tradisional Masyarakat Melanau Sarawak Dr. Salmah Omar Pusat Pengajian Umum, CAS Universiti Utara Malaysia, Sintok Kedah ([email protected]) Dr. Rafidah Mohamad Cusairi Pusat Pengajian Umum, CAS Universiti Utara Malaysia, Sintok Kedah ([email protected]) ABSTRAK Perubatan tradisional seperti juga perubatan moden mempunyai matlamat yang sama iaitu bagi menyembuhkan penyakit dan penderitaan dengan konsep dan cara yang tersendiri. Seperti masyarakat tradisional lain, masyarakat Melanau juga bergantung kepada perubatan tradisional untuk mengatasi masalah berkaitan dengan kesihatan. Kemasukan unsur-unsur perubatan moden ke dalam masyarakat Melanau tidak pula menjejaskan sepenuhnya pengetahuan dan kepercayaan mereka terhadap sistem perubatan tradisional. Keadaan ini berlaku kerana sistem itu masih diperlukan dan dipercayai keupayaannya untuk menyembuh dan mengubati sesuatu penyakit yang didapati tidak serasi dengan perubatan dan rawatan moden. Banyak terdapat kes di mana seseorang pesakit yang telah berubat secara moden dan kemudiannya beralih kepada perubatan tradisional sembuh dengan sepenuhnya. Pengetahuan mengenai perubatan tradisional tidak hanya terbatas kepada penggunaan tumbuh-tumbuhan malah masyarakat ini juga menggunakan makhluk halus, jampi mentera dan doa-doa tertentu untuk menyembuhkan penyakit. Oleh itu, kepercayaan dan agama Islam berperanan penting dalam perubatan tradisional masyarakat Melanau. Justeru, artikel ini bertujuan untuk melihat pengaruh kepercayaan dan agama Islam dalam amalan perubatan tradisional masyarakat Melanau di Sarawak. Kata kunci: kepercayaan, perubatan tradisional, masyarakat Melanau Pendahuluan Masyarakat Melanau adalah merupakan salah satu masyarakat etnik yang terdapat di negeri Sarawak. Dari segi sejarah dan asal-usul, orang Melanau dikaitkan dengan orang Kajang (Clayre dalam Morris 1978).
    [Show full text]
  • Tuk Awang Ngah Siri 81-100
    81 BABI JELMAAN BOLEH BERCAKAP M/S 1 82 RUSA DITOMBAK JADI MANUSIA M/S 7 83 BERENGGA MENGHURUNG TUBUH M/S 15 84 LANGSUIR MENYERBU JARING M/S 23 85 DIKELILINGI LEMBAGA HITAM M/S 31 86 JUBAH PUTIH DIHUTAN BAKAU M/S 40 87 SAKA HANTU TINGGI M/S 48 88 MELAWAN JIN LIMA SAHABAT M/S 59 89 POKOK KETAPANG BERJALAN M/S 70 90 RAHSIA MAYAT DI ATAS USUNGAN M/S 81 91 ULAR BISA MINTA NYAWA M/S 92 92 KEBUMI MAYAT KERAT KEPALA M/S 103 93 DENDAM MAYAT DICAMPAK KE LUMPUR M/S 114 94 SAKA HARIMAU TURUN TEMURUN M/S 125 95 BERTEMU PENGHULU BUNIAN M/S 135 96 DILAMAR ORANG BUNIAN M/S 140 97 BERCINTA DENGAN BUNIAN M/S 146 98 BERTEMU PUTERI BUNIAN M/S 152 99 DINIKAHKAN DENGAN PUTERI BUNIAN M/S 157 100 MAT AKIR JADI PENGHULU BUNIAN M/S 163 81. BABI JELMAAN BOLEH BERCAKAP berselera mahu menangkap kambing ternak. Apa lagi setelah Ucu Sidin berpindah ke tanah felda, memang Hasan Debeng tidak melihat Ucu Sidin berdepan dengan harimau. Sekiranya buaya mengganas menyambar lembu ternak meragut rumput di tebing sungai, Ucu Sidin juga terjun ke sungai sama macam arwah datuknya Mail Tagan. Dalam masa beberapa minit sahaja buaya akan terjongol di permukaan air. Tidak bertangguh buaya tersebut bercempera lari sampai berdecau-decau air di tengah arus. Ketika ini Ucu Sidin juga pantas meranduk rusa laksana mengejar anak kucing di tengah rumah. Seisi kampung tahu memang buaya ganas di tengah arus tidak akan dapat lari ke mana asal sahaja Ucu Sidin sudah terjun ke air! Lainlah kalau buaya berkenaan sekadar terjongol di permukaan air, tentu Ucu Sidin Tatkala mencangkul tanah di belakang akan perintahkan berundur jauh dari kampung.
    [Show full text]
  • Seni Silat Haqq: a Study in Malay Mysticism
    SENI SILAT HAQQ: A STUDY IN MALAY MYSTICISM DOUGLAS STEPHEN FARRER (B.A. (Hons.), M.A.) A THESIS SUBMITTED FOR THE DEGREE OF DOCTOR OF PHILOSOPHY DEPARTMENT OF SOCIOLOGY NATIONAL UNIVERSITY OF SINGAPORE 2006 Acknowledgements This research project was sponsored by The Department of Sociology at The National University of Singapore who awarded me a research scholarship, teaching assistant post, and a resident fellowship between 2001 and 2007. Being based in Singapore facilitated several bursts of intensive field work into Malaysia and promoted access to the Singaporean Malay community. Special thanks are due to my principal supervisor, A/P Roxana Waterson, for her patient guidance, amusing anecdotes, and loans of rare books. A/P Farid Alatas and Professor Mutalib Hussin were my second and third supervisors and I thank them for their useful suggestions and comments on my work. A/P Hing Ai Yun gave important early suggestions. A/P Maribeth Erb was a continual source of encouragement and insight. Dr. Todd and Anne Ames extended much needed friendship. The administrative staff, especially Choon Lan, Rajah, and Brenda were a great help. Thanks also to A/P John Miksik and Dr. Kyle Latinis. Professor Jim Fox encouraged my focus upon the Naqshbandi Sufi Order. Dr. Geoffrey Benjamin and Dr. Vivienne Wee provoked stimulating discussions on Malay topics. Dr. Michael Roberts encouraged me to think about silat and death. Dr. Ellis Finkelstein taught me the ethnographic method. This thesis is the outcome of a montage of individually provided information and I must extend my thanks to all the people that have helped me to undertake it.
    [Show full text]
  • Naratologi Dan Genre Seram Dalam Karya Tok Awang Ngah
    JURNAL WACANA SARJANA Volume 4(3) June 2020: 1-12; e-ISSN 2600-9501 Naratologi dan Genre Seram dalam Karya Tok Awang Ngah Narratology and Horror Genre in Tok Awang Ngah’s Works Che Ahmad Firdaus Bin Mat Zin 1 Mawar Binti Safei Program Persuratan Melayu Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan Universiti Kebangsaan Malaysia Correspondence: [email protected]; [email protected] ABSTRAK Dharmala N.S sebagai penulis cerpen turut menghasilkan karya genre seram khasnya dalam dekad 80-an dan 90-an dengan nama samaran Tok Awang Ngah. Genre seram sebelum ini bergerak dari khazanah cerita lisan kesusasteraan Melayu tradisional. Antara cerita seram yang digubah Tok Awang Ngah dan ditumpukan dalam kajian ini ialah Berkelahi dengan Syaitan (1986), Berlawan dengan Syaitan (1996), Pengasih Minyak Cenuai (1997), Gadis Dinodai Jin (1986) dan Godaan Syaitan (1992). Metodologi yang digunakan untuk analisis adalah melalui kajian kepustakaan. Rungkaian genre seram ini bertujuan untuk meneliti teknik dan strategi naratif yang digunakan Tok Awang Ngah sehingga karya berkenaan dikelompokkan sebagai genre seram. Teknik yang dimaksudkan melibatkan plot, gaya bahasa, latar, sudut pandangan dan watak perwatakan. Menerusi kerangka naratologi yang diajukan Mieke Bal, segala teknik ini dilanjutkan dalam perbincangan strategi naratif. Penemuan kajian ini dapat mengenalpasti teknik dan strategi naratif yang digunakan Tok Awang Ngah dalam berkarya. Antara strategi naratifnya adalah menerusi plot yang kronologi, menggunakan dua sudut pandangan, memanfaatkan bahasa asing, latar alam ghaib dan watak pengamal perubatan tradisional. Implikasi kajian ini dapat mengimbangkan tanggapan umum terhadap genre cerita seram yang selama ini rata-rata diterima sebagai picisan dan popular. Karya Tok Awang Ngah dapat memperjelas genre ini khususnya dalam konteks kesusasteraan Melayu.
    [Show full text]
  • Cerita Hantu Melayu)
    UNIVERSITY OF OKLAHOMA GRADUATE COLLEGE Speaking About Ghosts (Cerita Hantu Melayu): Malay Narratives-In-Interaction A Dissertation SUBMITTED TO THE GRADUATE FACULTY in partial fulfillment of the requirements for the degree of Doctor of Philosophy by Cheryl L. Nicholas Norman, Oklahoma 2004 UMI Number: 3270682 INFORMATION TO USERS The quality of this reproduction is dependent upon the quality of the copy submitted. Broken or indistinct print, colored or poor quality illustrations and photographs, print bleed-through, substandard margins, and improper alignment can adversely affect reproduction. In the unlikely event that the author did not send a complete manuscript and there are missing pages, these will be noted. Also, if unauthorized copyright material had to be removed, a note will indicate the deletion. UMI UMI Microform 3270682 Copyright 2007 by ProQuest Information and Learning Company. All rights reserved. This microform edition is protected against unauthorized copying under Title 17, United States Code. ProQuest Information and Learning Company 300 North Zeeb Road P.O. Box 1346 Ann Arbor, Ml 48106-1346 © Copyright CHERYL L. NICHOLAS, 2004 All Rights Reserved. SPEAKING ABOUT GHOSTS (CERITA HANTU MELAYU): MALAY NARRATIVES-IN-INTERACTION A Dissertation APPROVED FOR THE DEPARTMENT OF COMMUNICATION BY Dr. ^lemencia Rodriguez, Cmi^ Dr. D. Lawrence Wieder, Chair Dr. Sandra Imgan, Member Dr. Todd Sandel, Member Dr. Courtnéy mughn, Outside Member Acknowledgements Thanks to My Advisors: Dr. D. Lawrence. Wieder Dr. Clemencia Rodriguez For your mentorship, support, encouragement and care. Without you, this would not be possible. Heidi Mau For the past, present and future. My Family For your unconditional love. My Committee Members: Dr.
    [Show full text]