GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PENGGUNAAN MONOSODIUM GLUTAMAT (MSG) PADA PENJUAL MIE DI KAMPUS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAN SEKITARNYA

SKRIPSI

Oleh

NINA ZUHRINA MANURUNG NIM. 141000217

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PENGGUNAAN MONOSODIUM GLUTAMAT (MSG) PADA PENJUAL MIE DI KAMPUS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAN SEKITARNYA

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

NINA ZUHRINA MANURUNG NIM. 141000217

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

i UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal: 27 Juni 2019

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes. Anggota : 1. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si. 2. Fitri Ardiani, S.K.M., M.P.H.

ii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

iii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Abstrak

Perkembangan dalam bidang produksi pangan membawa dampak yang positif dan negatif seperti meningkatkannya kuantitas dan kualitas pangan yang praktis dan ekonomi merupakan dampak positif dan menimbulkan bahaya kesehatan dengan adanya pengguna zat aditif merupakan dampak negatif. Zat aditif merupakan bahan tambahan pngan yang ditambahkan dngan sengaja kedalam makanan bertujuan untuk memperbaiki penampilan, rasa dan waktu simpan, zat aditif yang dimaksud adalah Monosodium Gutamat (MSG). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan dan penggunaan monosodium glutamat (MSG) pada penjual mie di kampus Universitas Sumatera Utara dan sekitarnya. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui pengetahuan dan penggunaan MSG pada penjual mie. Sampel dalam penelitian ini adalah penjual mie sebanyak 65 penjual. Pengumpulan data melalui wawancara pada penjual mie dengan menggunakan kuesioner, data yang sudah di kumpulkan disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan penjual mie tetang MSG pada penjual mie dengan kategori menggunakan sendok sebesar 49,2%. Diharapkan kampus Universitas Sumatera Utara bekerjasama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat mewujudkan program Tri Dharma perguruan tinggi dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat untuk mendukung kesehatan orang-orang di sekitar kampus.

Kata kunci: Pengetahuan, penjual mie, monosodium glutamate

iv UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Abstract

Developments in the field of production have positive and negative impacts, increase efficiency and improve food quality, which are practical and economical, are positive impacts and pose health hazards with the use of additives which are negative impacts. Additives are additives which are added intentionally related to food to improve the appearance, taste and shelf life, the additive needed is Monosodium Gutamat (MSG). The purpose of this study was to study the knowledge and use of monosodium glutamate (MSG) in sellers on the campus of the University of North Sumatra and surrounding areas. This research is a descriptive study that is an observation made to find out the knowledge and use of MSG in noodle sellers. The sample in this study was 65 noodle sellers. Data collection through interviews with sellers using a questionnaire, data that has been collected in the form of a frequency distribution table. The results showed that the knowledge of MSG noodle sellers at noodle sellers using the spoon category was 49.2%. It is hoped that the University of North Sumatra campus will join with the Faculty of Public Health to realize the tri dharma program of higher education in the form of community service to support the health of people around the campus.

Keywords: Knowledge, noodle seller, monosodiun glutamate

v UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Pengetahuan dan Penggunaan Monosodium Glutamat

(MSG) pada Penjual Mie di Kampus Universitas Sumatera Utara dan

Sekitarnya”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat.

3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si., selaku ketua Departemen Gizi Kesehatan

Masyarakat dan selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan

masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa

diselesaikan dengan baik.

vi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

5. Fitri Ardiani, S.K.M., M.P.H., selaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Ir. Indra Chahaya, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

banyak memberikan masukan kepada penulis selama kuliah di Fakultas

Kesehatan Masyarakat USU.

7. Marihot Oloan Samosir, S.T., selaku staf Departemen Gizi Kesehatan

Masyarakat yang telah meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk

membantu penulis dalam memberikan informasi yang penulis butuhkan.

8. Seluruh Dosen dan staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara, terutama Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah

banyak memberikan bantuan selama penulis mengikuti pendidikan di

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Teristimewa penulis ucapkan kepada kedua orang tua tercinta Syaiful Zuhri

Manurung dan Nurlely. Terima kasih juga kepada Suami Irawansah serta

seluruh keluarga yang selalu memberikan semangat, motivasi dan

pengorbanan baik dari segi moril maupun materi serta doa yang tiada terputus

untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih telah

memberikan inspirasi, motivasi, dan dukungan dalam tahap penyusunan

skripsi ini.

Penelitian ini masih banyak kekurangan dalam penyususnan dan materinya dalam penelitian skripsi ini. Oleh sebab itu, diharapkan adanya kritik dan saran

vii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

viii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i Halaman Penetapan Tim Penguji ii Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii Abstrak iv Abstract v Kata Pengantar vi Daftar Isi ix Daftar Tabel xi Daftar Gambar xii Daftar Lampiran xiii Daftar Istilah xiv Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3

Tinjauan Pustaka 4 Pengetahuan 4 Perilaku 5 Faktor predisposisi (Predisposig Factors) 5 Faktor pendukung (Enabling Factors) 6 Faktor pendorong (Reinforcing factors) 6 Tindakan 7 Penggunaan Monosodium Glutamat 8 Batas Penggunaan Monosodium Glutamat 9 Efek Penggunaan MSG 10 Bahan Alami Pengganti Monosodium Glutamat 12 Makanan Olahan Mie 12 Landasan Teori 13 Kerangka Kosep 14

Metode Penelitian 16 Jenis Penelitian 16 Lokasi dan Waktu Penelitian 16 Populasi dan Sampel 16 Variabel dan Definisi Operasional 17 Metode Pengumpulan Data 17 Metode Pengukuran 17

ix UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Metode Analisa Data 18

Hasil Penelitian 19 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 19 Karakteristik Penjual Mie 19 Jenis Mie yang Dijual 21 Jenis Masakan Olahan Mie 22 Pengetahuan Penjual Mie 23 Hasil Jawaban dari Wawancara untuk Melihat Pengetahuan 23 Penjual Mie Perilaku Penggunaan MSG pada Penjual Mie 24 Takaran Penggunaan MSG Penjual Mie 25 Gambaran Perilaku Penggunaan MSG Berdasarkan 26 Karaketristik Penjual Mie Gambaran Perilaku Penggunaan MSG Berdasarkan 28 Pengetahuan Penjual Mie

Pembahasan 30 Karakteristik Sampel 30 Jenis Mie yang Dijual 31 Jenis Masakan Olahan Mie 31 Pengetahuan Penjual Mie 32 Hasil Jawaban dari Wawancara untuk Melihat Pengetahuan Penjual Mie 34 Perilaku Penjual Mie tentang Penggunaan MSG 35 Takaran Penggunaan MSG pada Penjual Mie 35 Gambaran Perilaku Penggunaan MSG Berdasarkan Karaketristik Penjual Mie 36 Gambaran Perilaku Penggunaan MSG Berdasarkan Pengetahuan Penjual Mie 38 Keterbatasan Penelitian 39

Kesimpulan dan Saran 41 Kesimpulan 41 Saran 41

Daftar Pustaka 42 Lampiran 44

x UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Batas Maksimum Penggunaan Penyedap Rasa dan Aroma 9

2 Distribusi Frekuensi Penjual Mie Berdasarkan Umur 20

3 Distribusi Frekuensi Penjual Mie Berdasarkan Jenis Kelamin 20

4 Distribusi Frekuensi Penjual Mie Berdasarkan Tingkat Pendidikan 21

5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Mie 22

6 Frekuensi Jenis Masakan Olahan Mie 22

7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Penjual Mie 23

8 Distribusi Frekuensi tentang Jawaban Pengetahuan Penjual Mie 24

9 Distribusi Frekuensi Perilaku Penjual Mie tentang Penggunaan MSG 25

10 Distribusi Frequensi Takaran Penggunaan MSG 25

11 Distribusi Perilaku Penggunaan MSG Berdasarkan Umur 26

12 Distribusi Perilaku Penggunaan MSG Berdasarkan Jenis Kelamin 27

13 Distribusi Perilaku Penggunaan MSG Berdasarkan Tingkat Pendikan 28

14 Distribusi Perilaku Penggunaan MSG Berdasarkan Pengetahuan 29

xi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka konsep 14

xii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian 44

2 Master Data 48

3 Output SPSS 51

4 Surat Izin Penelitian 61

5 Surat Selesai Penelitian 62

6 Dokumentasi Penelitian 63

xiii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Daftar Istilah

ADI Acceptable Daily Intake ASI Air Susu Ibu BPOM Badan Pengawas Obat dan Makanan CRS Chinese Restaurant Syndrome FAO Food and Agricultural Organization FASEB Federation of American Societies for Experimental Biology FDA Food and Drugs Administration GRAS Generally Recognized As Save MSG Monosodium Glutamat P2MI Persatuan Pabrik Monosodium Glutamat dan Asam Glutamat RISKESDAS Riset Kesehatan Dasar RSUP Rumah Sakit Umum Pusat USU Universitas Sumatera Utara WHO World Health Organization YLKI Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia

xiv UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

xv UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pendahuluan

Latar Belakang

Perkembangan dalam bidang produksi pangan membawa dampak yang positif dan negatif seperti meningkatnya kuantitas dan kualitas pangan yang praktis dan ekonomis merupakan dampak positif dan menimbulkan bahaya kesehatan dengan adanya penggunaan zat aditif merupakan dampak negatif.

Zat aditif merupakan suatu bahan tambahan makanan yang di tambahkan dengan sengaja kedalam makanan bertujuan untuk memperbaiki penampilan, rasa dan waktu simpan. Pada penelitian ini zat aditif yang dimaksud adalah untuk menambah cita rasa yang biasanya digunakan adalah penyedap rasa yang di sebut dengan Monosodium Glutamat (MSG).

Makanan yang mengandung MSG salah satunya adalah makanan siap saji, sekarang ini makanan siap saji banyak ditemukan dimana saja seperti di lingkungan Kampus Universitas Sumatera Utara. Salah satu makanan siap saji yang banyak diminati adalah makanan mie. Penjual mie pun ramai di sekitar kampus ini, sebagian besar kantin dan di sekitar kampus menjual beraneka macam jenis olahan mie. Berdasarkan observasi yang dilakukan di

Kampus Universitas Sumatera Utara dan Sekitarnya jenis mie yang di jual sangat bervariasi seperti ifumie, mie , mie bihun, mie instan, mie kuning, dan mie tiaw. Penjual mie juga dominan berjenis kelamin perempuan tetapi sebagian juga ada yang berjenis kelamin laki laki. Keterampilan membuat makanan olahan mie ini lah yang menjadi daya tarik dan menjadi pilihan bagi pembeli.

1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2

Mie dimasak dengan campuran sayur seperti kol, sawi, masak lainnya yang disajikan dalam bentuk kering, basah, dan kuah yang dimasak saat dipesan oleh konsumen minimal dalam satu porsi. Penjual mie biasanya menggunakan bumbu penyedap saat memasak mie hal ini berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti pada 10 penjual mie di kampus Universitas

Sumatera Utara dan Sekitarnya sebanyak 7 dari 10 penjual mie menggunakan bumbu penyedap dengan alasan menggunakan bumbu penyedap karna lebih enak dan gurih. Jenis bumbu penyedap yang digunakan penjual berbeda-beda seperti royco, ajinomoto, masako dan sasa. Penjual mie tidak menetapkan takaran tetap dalam menggunakan bumbu penyedap dalam setiap masakan perporsi masakan mie jadi bisa saja aman sesuai takaran penggunaan dan juga bisa saja berlebih dari takaran penggunaannya.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengklasifikasikan bahwa MSG bahan makanan tambahan penguat rasa apabila di konsumsi setiap hari dengan jumlah yang wajar maka tidak menimbulkan bahaya terhadap kesehatan biasa di singkat ADI (Acceptable Daily Intake not specified).

Perilaku penggunaan MSG setiap penjual mie pun berbeda-beda sebagian penjual mie ada yang memasukan MSG dengan menakar menggunakan sendok, ada pula menggunakan MSG dengan menaburkan dengan tangan dan ada juga yang menaburkan MSG langsung dari bungkusnya. Perlunya pengetahuan tentang bumbu penyedap terutama MSG pada penjual mie dapat menghindari penggunaan yang berlebihan. Kemudian dengan pengetahuan tersebut menimbulkan perilaku penggunaan MSG yang baik yaitu tidak lagi menggunakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3

MSG hanya dengan perkiraan karena WHO (World Health Organization) telah menetapkan asupan harian untuk MSG sebesar 120 mg/kg yaitu sama dengan 0,12 gr.

Merujuk pada latar belakang tersebut besar keinginan penulis untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan dan penggunaan monosodium glutamat (MSG) pada penjual mie di kampus Universitas Sumatera Utara dan sekitarnya.

Perumusan Masalah

Perumusan masalah penelitian ini adalah gambaran pengetahuan dan penggunaan monosodium glutamat (MSG) pada penjual mie di kampus

Universitas Sumatera Utara dan sekitarnya.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengetahuan dan penggunaan monosodium glutamat

(MSG) pada penjual makanan olahan mie di kampus Universitas Sumatera Utara dan sekitarnya.

Manfaat Penelitian

Manfaatnya diharapkan dapat menjadi bahan masukan/saran untuk pengambilan keputusan, kebijakan, dan keamanan pangan di kampus Universitas

Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tinjauan Pustaka

Pengetahuan

Pengetahuan ialah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang (Agus, 2013). Menurut Notoatmodjo, (2014) pengetahuan ialah hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap obyek melalui panca inderanya yaitu melalui indera pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) pengetahuan ialah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam berupa motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi.

Berdasarkan penelitian ini seorang penjual mie yang memiliki pengetahuan baik akan berpikir dalam menggunakan MSG, penjual mie akan memperhatikan akibat yang akan diterima atau dampak kesehatan akan terjadi bila ia menggunakan MSG sembarangan dalam memasak mie. Sebagian dari penjual mie banyak yang tidak mengetahui informasi tentang bahaya MSG bagi kesehatan, kurangnya informasi tentang MSG baik berupa pengetahuan tentang produk- produk yang mengandung MSG, pengetahuan penggunaan MS, hal inilah yang akan mempengaruhi perilaku penjual. Media Gizi Pangan (Belitz & Grosch,

2009).

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan terjadi ada dua yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Faktor ekstrinsik yaitu pendidikan, pekerjaan, dan keadaan ekonomi kemudian faktor intrinsik yaitu umur, kemampuan dan kehendak.

4 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5

Perilaku

Perilaku ialah hasil semua pengalaman dari interaksi yang luas. Menurut

Benyamin Bloom, (1908) dalam buku Soekidjo Notoatmodjo (2014) ia membedakan tiga domain perilaku yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

Perilaku merupakan reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya.

Reaksi psikis memiliki bermacam-macam bentuk yang digolongkan menjadi dua yaitu bentuk pasif (tanpa tindakan nyata) dan bentuk aktif (tindakan nyata).

Perilaku dapat dilihat melalui sikap dan tindakan namun bukan berarti hanya itu saja sebab perilaku juga bersifat potensial berupa pegetahuan, motivasi, dan persepsi.

Menurut pendapat Lawrence Green (1993) kesehatan orang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor diantaranya faktor perilaku dan faktor diluar perilaku kemudian perilaku itu dibentuk dari tiga faktor yaitu :

Faktor predisposisi (Predisposig factors). Faktor ini dilihat dari pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai. Contohnya pada penelitian ini yaitu penjual mie mengetahui bahwa MSG dapat menambah rasa gurih dan untuk membelinya tidak mengeluarkan biaya yang besar.

Faktor predisposisi diantaranya adalah umur, pengetahuan, pendidikan dan sikap. Seseorang dihitung umurnya disaat lahir sampai berulang tahun. Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih baik dalam berfikir dan bekerja (Dewi & Wawan, 2010).

Pengetahuan diperoleh tidak dari pendidikan formal saja tapi juga dari pengalaman sendiri, pengalaman orang lain, dan dari sumber lain misalnya dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 6

media massa, internet dan banyak lainnya.

Pendidikan juga mempengaruhi perilaku seseorang misalnya pendidikan yang tinggi maka seseorang semakin mudah menerima informasi. Menurut

Soekidjo Notoatmojo (2014), sikap ialah respons yang masih tertutup terhadap suatu objek yang berasal dari dalam diri individu untuk berkelakuan dengan pola tertentu pada suatu objek (Maulana, 2014).

Faktor pendukung (Enabling factors). Faktor ini terdapat di sekitar lingkungan kita seperti tersedia dan tidak tersedianya fasilitas - fasilitas. Faktor pendukung yaitu berupa sumber informasi yang banyak dari media yang merupakan alat bantu untuk digunakan seseorang dalam menyampaikan pesan. contoh media promosi yaitu poster, televisi, radio, video, film, dan media papan.

Contohnya dalam penelitian ini yaitu informasi tentang MSG banyak disiarkan melalui media-media elektronik yang menyajikan informasi bahwa MSG dapat melezatkan makanan dan mudah di beli dimana saja seperti di grosir, pasar dan warung-warung kecil dengan harga yang terjangkau yang membuat penjual tertarik untuk menggunakan MSG.

Faktor pendorong (Reinforcing factors). Faktor ini ada pada sikap dan perilaku yang merupakan referensi suatu perilaku masyarakat. Biasanya referensi itu didapat dari tokoh masyarakat, guru dan sosial keluarga (Priyoto 2015).

Contohnya dalam penelitian ini yaitu pengalaman dari lingkungan sekitar seperti orang tua mengatakan bahwa masakan yang ditambahkan MSG menjadi lebih enak dan gurih berdasarkan pengalaman inilah yang sampai saat ini menjadi dasar dari kebiasaan menggunakan MSG saat memasak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 7

Kepercayaan yang didapat dari orang tua atau tokoh penting lainnya maka seseorang akan menerima dan percaya tanpa ada bukti, ini menunjukkan suka atau tidaknya seseorang pada sesuatu biasanya sering didapat dari pengalaman orang lain terutama orang yang paling dekat. Sikap ini diikuti karna berdasar pada banyaknya pengalaman seseorang tersebut.

Tindakan

Tindakan merupakan sikap yang belum terwujud menjadi nyata sehingga butuh faktor pendukung dan keadaan yang memungkinkan. Menurut Priyoto

(2015) tindakan tersebut memiliki empat tingkatan diantaranya persepsi, respon terpimpin, mekanisme dan adopsi.

Persepsi yaitu mengenali berbagai objek dengan tindakan yang diambil, contohnya dalam penelitian ini penjual mie mengenali berbagai jenis merk penyedap rasa yang merupakan MSG sebelum menggunakannya. Kemudian

Respon terpimpin adalah melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar, contohnya dalam penelitian ini penjual mie biasanya menambahkan MSG diawal proses memasak mie agar tercampur rata dalam masakan.

Mekanisme yaitu melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis dan merupakan kebiasaan, contohnya dalam penelitian ini penjual mie yang menggunakan MSG sudah menjadi bumbu sehari-hari dalam memasak. Kemudian adopsi yaitu kegiatan atau praktik yang berkembang artinya sudah dimodifikasinya tidak mengurangi tindakan, contohnya dalam penelitian ini penjual mie menambahkan MSG sebagai bumbu dalam memasak mie.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 8

Penggunaan Monosodium Glutamat

Berdasarkan penelitian Prawiroharjono (2000), tentang penambahan MSG pada sarapan pagi, makan siang, dan makan malam ditemukan sebesar 1,5 -3,0 gr perhari. Menurutnya sebagian orang tidak mengalami reaksi seperti panas di leher, dada, sakit kepala, pusing, mual, muntah dan jantung berebar tetapi pada beberapa orang ada yang mengalami reaksi berupa gatal dan panas. Penelitian yang di lakukan Setiawati (2008) menemukan bahwa pedagang mie , mie ayam dan mie rebus di Jakarta menggunakan MSG sebesar 1840 – 3400 mg/mangkok atau

1,84-3,4 gr/mangkok.

Penggunaan MSG yang banyak ini di sebabkan oleh produksi yang sebagian besar terkonsentrasi di Asia, dimana bahan baku tetes tebu sangat berlimpah sehingga kapasitas produksi Asia menyumbang sekitar 94% kapasitas produksi MSG dunia. Pada Tahun 2014, produksi dan konsumsi China masing- masing menyumbang sekitar 65% dan 55% produksi. China merupakan eksportir

MSG terbesar di dunia pada Tahun 2014, negara tersebut menyediakan sekitar

44% ekspor MSG kemudian Indonesia memasok 16% ekspor MSG.

Perbaikan standar hidup, perubahan pola makan, perkembangan industri pengolahan makanan, dan peningkatan urbanisasi yang mempengaruhi sektor katering dan restoran mendorong pertumbuhan konsumsi MSG di negara-negara berkembang (IHS Markit,2015).

Menurut Yuliarti (2007), beberapa negara industri dan maju telahmenetapkan konsumsi MSG yang bisa ditoleransi sebesar 0,3-1 gr perhari.

Survei yang dilakukan oleh Persatuan Pabrik Monosodium Glutamat dan Asam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 9

Glutamat Indonesia (P2MI) bahwa penggunaan MSG di Indonesia naik dari

100.568 ton di Tahun 1998 menjadi 122.966 ton di Tahun 2004. Berdasarkan data

Riskesdas Tahun 2007 sebanyak 77,8% populasi di Indonesia mengkonsumsi

MSG. Menurut penelitian Elpiana (2011), Masyarakat Indonesia rata-rata mengkonsumsi MSG sebesar 0,6 gr perhari. MSG pada jumlah kecil dianggap tidak membahayakan bagi kesehatan tetapi sebagai antisipasi hal buruk sebaiknya penggunaan MSG dibatasi.

Batas Penggunaan Monosodium Glutamat

Berdasarkan PERMENKES RI No.722/Menkes/Per/IX/88 tentang zat aditif atau bahan tambahan pangan ada empat jenis penguat rasa (flavor enhancher) di perbolehkan dengan batas maksimum penggunaan dilihat pada tabel 1.

Tabel 1

Batas Maksimum Penggunaan Penyedap Rasa dan Aroma

Kode Nama Dosis Maksimum/Kg Berat Badan 620 L- Asam Glutamat 0-120 mg 621 Mono Sodium Glutamat 0-120 mg 622 Mono Potassium - 623 Glutamate Kalsium Dihidrogen 0-120 mg Di- L-Glutamat 627 Sodium Guanliat Tidak ditentukan 631 Sodium 5’- Inosinat Tidak ditentukan 635 Sodium 5’ – Ribnukleotida Tidak ditentukan 636 Maltol 0,1 mg 637 Ethyl Maltol 0-2 mg

Berdasarkan tabel 1 dosis maksimum Monosodium Glutamat (MSG) adalah 0-120 mg/kg berat badan, contohnya seseorang mempunyai berat badan 50 kg maka konsumsi MSG dianjurkan tidak lebih dari 6 gr atau sama dengan 2 sdt

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 10

atau dosis optimumnya yaitu 0,2-0,8 dari volume makanan dan konsumsi MSG untuk anak-anak tidak lebih dari 2 gr perhari.

Berdasarkan peraturan Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan) melarang MSG untuk bayi dibawah usia 12 minggu dan penggunaan MSG pada makanan pendamping ASI dan susu formula untuk menghindari risiko kesehatan yang mungkin timbul karena pencernaan anak yang belum kuat. Food and Drug

Administration (FDA) Amerika Serikat juga mengatakan MSG belum aman pada ibu hamil dampak yang terjadi bila mengonsumsi makanan mengandung MSG maka akan melahirkan bayi yang mengalami gangguan kesehatan.

Efek Penggunaan MSG

Belitz dan Grosch (2009), dalam penelitiannya tentang efek dari menggunakan MSG yang berlebih menyebabkan gangguan lambung, mual, muntah, reaksi alergi, kanker, dan penurunan kecerdasan. Mengonsumsi MSG pada jumlah besar untuk orang yang hypersensitive menyebabkan gejala Chinese

Restaurant Syndrome (CRS) berupa gangguan di dada dan leher terasa panas, sesak nafas dan sakit kepala.

Berdasarkan penelitian Woessner (2000) menyebutkan ada dua kelompok yang menunjukkan reaksi akibat konsumsi MSG. Kelompok pertama, kelompok orang yang sensitif pada MSG timbul keluhan berupa panas di leher, nyeri di dada diikuti kaku otot kemudian dari daerah itu menyebar sampai punggung dan gejala lain seperti sakit kepala, mual, jantung berdebar-debar, muntah biasanya sering disebut dengan Complex Syndrome sindrom ini terjadi 30 menit setelah mengonsumsi MSG selama 3 – 5 jam. Sedangkan kelompok kedua terjadi pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 11

penderita asma yang mengeluh meningkat serangan setelah konsumsi MSG.

Munculnya keluhan di kedua kelompok disebabkan pada konsumsi MSG sekitar

2,5gr – 5gr.

Penelitian Satria (2012) tentang gambaran penggunaan MSG dan tingkat keparahan stroke yang dilakukan di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik

Medan yang menggunakan sampel sebanyak 67 responden hasil penelitiannya diperoleh bahwa sebanyak 44,8% responden yang mengkonsumsi MSG di luar batas aman, sebanyak 96% mengalami stroke berat, dan sebanyak 86% responden mengkonsumsi MSG berlebih.

Menurut Bhattachary (2011) menyatakan bahwa tikus yang diberikan

MSG sejak kecil dan dilihat saat usia tikus sudah tua tikus tersebut mengalami kerusakan dalam jaringan-jaringan di hati. Hal ini menunjukkan bahwa MSG mempunyai efek dalam jangka panjang yang berbahaya.

Tesis yang ditulis Cahyani (2016), terdapat beberapa efek dari penggunaan

MSG yaitu penambahannya di makanan dapat menurunkan zat gizi makanan karena MSG dapat meningkatkan kadar natrium dalam makanan. MSG dapat memicu penyakit kanker apabila dalam proses memasak pada suhu tinggi dan waktu yang lama sehingga membentuk pirolisis yang bersifat karsinogenik.

Apabila MSG yang digunakan secara berlebihan dapat menimbulkan efek negatif bagi tubuh sebaliknya MSG yang digunakan tidak berlebihan memberikan efek positif bagi tubuh yaitu bermanfaat sebagai antioksidan alami. Maka dari itu sebaiknya mulai untuk mengurangi penggunaan MSG pada makanan yang dimasak (Cahyani, 2016).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 12

Bahan Alami Pengganti Monosodium Glutamat

Ada beberapa alternatif bahan alami pengganti MSG yang dapat digunakan untuk menyedapkan masakan seperti memberi sedikit gula pasir pada masakan dapat memberi efek gurih pada masakan, menambahkan kecap akan memberikan aroma yang sedap dan gurih pada masakan.

Menambahkan tomat karena tomat memiliki beberapa komponen penting apabila dikombinasikan dengan manis atau asam yaitu dapat memberikan rasa lezat karena jika tomat menjadi matang maka kadar alami dari glutamat bertambah kemudian daun bawang bisa digunakan sebagai penyedap dengan cara diiris tipis-tipis. Bawang putih juga dapat menyebabkana aromanya menjadi khas dan gurih, penambahan merica dapat memberikan rasa segar dan pedas, Terasi dari bubuk ikan dan udang kecil dibumbui sehingga memberikan rasa gurih.

Kemudian daun salam memberikan rasa sedap, lengkuas dan jahe memberikan harum pedas, daun pandan menjadikan wangi pada makanan dan kayu manis membuat rasa manis, mengawetkan, dan aroma yang harum (Cahyani,

2016).

Makanan Olahan Mie

Makanan olahan mie adalah berbagai jenis masakan yang diolah dari bahan jenis mie dengan campuran bumbu-bumbu masakan yang disajikan dalam bentuk goreng, basah dan kuah.

Menurut Habsah (2012), mie pertama kali dibuat di Cina sekitar tahun

2000 kemudia mie menyebar ke Negara Asia Tenggara seperti Jepang, Korea,

Taiwan, termasuk Indonesia. Masa yang akan mendatang penggunaan mie

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 13

semakin meluas karena sifat penggunaannya yang mudah diolah. Mie bisa menjadi makanan olahan, makanan tambahan, maupun sebagai makanan pokok.

Mie termasuk jenis karbohidrat jadi sangat menguntungkan jika dilihat dari penganekaragaman konsumsi pangan dengan demikian ketergantungan terhadap satu jenis makanan pokok seperti nasi contohnya di Indonesia, akan berkurang. Masing-masing negara untuk proses pembuatan mie dan bahan-bahan pembuatan mie juga makanan olahan mie mengalami penyesuaian dan kreatifitas sesuai adat dan budaya setempat, hal tersebut memunculkan aneka jenis mie dan variasi kuliner berbahan mie (Aulia, 2013).

Landasan Teori

MSG (Momosodium Glutamat) umumnya lebih dikenal oleh masyarakat dengan sebutan micin, vetsin sebagai penguat rasa yang ditambahkan pada masakan. (Lingga, 2011). MSG (Momosodium Glutamat) adalah garam natrium dari asam glutamat yang termasuk asam amino non esensial (Rangkuti, Suwarso,

& Poppy, 2012). Kandungan yang tersusun pada MSG terdiri dari 78% Glutamat,

12% Natrium dan 10 % air Yang membuat berbagai jenis masakan menjadi terasa gurih yaitu dihasilkan dari kandungan glutamat yang tinggi. Pembuatan MSG sebagai penguat cita rasa gurih diproses dengan cara tetes tebu yang difermentasi oleh bakteri Brevi-bacterium lactofermentum yang menghasilkan asam glutamat.

Lalu dilakukan penambahan garam sehingga mengkristal, karena itu MSG sering ditemukan dalam bentuk kristal putih. Berdasarkan observasi yang dilakukan bahan tambahan masakan atau penyedap rasa yang mengandung MSG

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 14

(Monosodium Glutamat), terdiri dari beberapa jenis diantaranya berupa serbuk, kristal, dan kental.

Tingkat penggunaan MSG (Monosodium Glutamat) yang berlebih pada masakan yang dilakukan oleh penjual mie masih banyak ditemukan di kampus

USU dan sekitarnya, hal ini menjadi permasalahan bagi kesehatan masyarakat walaupun dampak dari konsumsi MSG yang berlebih masih sebatas keluhan kesehatan ringan seperti pusing dan mual. Hal tersebut tetap saja membutuhkan perhatian yang serius karena dapat berdampak pada kesehatan masyarakat secara luas sehingga apabila tidak ditangani dikhawatirkan menjadi penyebab masalah kesehatan yang serius. Penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat penggunaan

MSG, untuk mengetahui penggunaan MSG yang berlebih, untuk mengetahui pengetahuan mengenai MSG di lingkungan kampus terutama pada penjual mie serta untuk mengetahui keberadaan informasi mengenai penggunaan MSG yang ideal juga mengenai MSG itu sendiri.

Kerangka Kosep

Kerangka konsep penelitian ini adalah:

Karakteristik Pengetahuan Penjual Penju al Mie Mie Tentang MSG - Umur

- Jenis Kelamin - Tingkat

Pendidikan Penggunaan Monosodium Glutamat (MSG) pada Penjual Mie

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 15

Tabel pertama sebagai variabel independen sedangkan pada tabel kedua dan ketiga sebagai variabel dependent. Karakteristik penjual mie (umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan) mempengaruhi pengetahuan dan penggunaan pada penjual mie.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui pengetahuan dan penggunaan MSG pada penjual mie di kampus

Universitas Sumatera Utara dan sekitarnya.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Lokasi penelitian ini dilakukan di kampus Universitas

Sumatera Utara dan sekitarnya yaitu dari Jl. Djamin Ginting Padang Bulan

(Simpang Kampus - Sumber), Jl. Harmonika Pasar 1, Jl. Dr. Mansyur (Pintu 1–4), dan Jl. Pembangunan, penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan banyaknya penjual mie sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan pengetahuan dan penggunaan MSG pada penjual mie.

Waktu penelitian. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Oktober 2018 sampai dengan bulan Mei 2019.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penjual mie di kampus Universitas Sumatera Utara dan sekitarnya yaitu dari Jl. djamin Ginting

Padang Bulan (Simpang Kampus - Sumber), Jl. Harmonika Pasar 1, Jl. Dr.

Mansyur (Pintu 1 – 4 ), dan Jl. Pembangunan. Berdasarkan survei pendahuluan di lokasi tersebut terdapat 65 penjual mie.

Sampel. Sampel yang ditetapkan adalah 65 penjual mie yang berada di kampus Universitas Sumatera Utara dan sekitarnya. teknik pengambilan sampel

16 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 17

yang digunakan pada penelitian ini adalah pengambilan sampel secara keseluruhan (total sampling).

Variabel dan Definisi Operasional

Adapun variabel dan definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui dan diperoleh manusia

melalui pengamatan akal.

2. Penggunaan MSG adalah tindakan atau aktifitas penjual dalam memakai

MSG pada proses pengolahan makanan khususnya makanan olahan mie.

3. MSG adalah penyedap rasa pada bumbu masak yang terkandung didalam

berbagai jenis merek dagang.

Metode Pengumpulan Data

Data diambil langsung oleh peneliti melalui wawancara meliputi data identitas responden (nama, jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan), pengetahuan dan penggunaan responden tentang MSG pada penjual mie.

Metode Pengukuran

Pengukuran variabel pengetahuan dan penggunaan MSG dilakukan menggunakan pertanyaan pilihan berganda dimana peneliti yang bertanya dan responden yang menjawab pertanyaannya. Pada pengukuran pengetahuan diberikan 10 item pertanyaan dan dikategorikan menjadi dua yaitu ”benar” dan

“salah” dimana jawaban yang benar akan diberikan skor 2 dan yang salah diberikan skor 1 dari total pertanyaan skor tertinggi adalah 20 dan skor terendah adalah 10.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 18

Berdasarkan tipe jawaban di atas maka dapat dibagikan menjadi 3 kategori tingkat pengetahuan responden dengan kriteria sebagai berikut Arikunto (2002):

1. Baik, apabila skor responden mencapai nilai>75% dari total skor seluruh item

pertanyaan atau nilai total skor >15

2. Cukup, apabila skor responden mencapai nilai 50 –75% dari total skor

seluruh item pertanyaan atau nilai total skor =10

3. Kurang, apabila skor responden mencapai nilai <50% dari total skor seluruh

item pertanyaan atau nilai total skor <10

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003).

Metode Analisa Data

Analisa data yang dilakukan adalah analisa univariat. Dilakukan untuk mendapatkan gambaran pada masing-masing variabel yang akan diteliti. Data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Hasil Penelitian

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Padang Bulan memiliki luas wilayah 168,1 km2 dimana terdapat luas pemukiman 79 Km2, luas kuburan 4 Km2, luas pekarangan 28 Km2, luas taman 1 Km2, dan luas perkantoran 20 Km2 serta luas prasarana umum lainnya adalah 36,1 Km2.

Kampus Universitas Sumatera Utara berlokasi di jalan Dr. Mansur nomor

9, Padang Bulan, . Kampus Universitas Sumatera Utara memiliki 14 fakultas. Setiap fakultasnya masing-masing memiliki kantin yang menyediakan berbagai jenis makanan dan disekitar kampus juga terdapat warung-warung yang berjualan. Salah satu jenis makanan yang banyak di jual adalah olahan mie.

Warung yang menjual mie ini ramai dikunjungi banyak orang karena daerah tersebut merupakan padat penduduk dan banyak mahasiswa yang kos disekitar kampus Universitas Sumatera Utara tersebut sehingga banyak yang membeli. Kampus Universitas Sumatera Utara dan sekitarnya juga termasuk salah satu kawasan bisnis kuliner di kota Medan.

Lokasi penelitian ini terletak di kampus Universitas Sumatera Utara dan sekitarnya yaitu dibagi menjadi 4 jalan dimulai dari Jl. Djamin Ginting Padang

Bulan (Simpang Kampus - Sumber), Jl. Harmonika Pasar 1, Jl. Dr. Mansyur

(Pintu 1–4 ), dan Jl. Pembangunan. Lokasi ini terdapat sebanyak 65 penjual mie.

Karakteristik Penjual Mie

Penjual mie dalam penelitian ini adalah para penjual mie yang berada di

Kampus Universitas Sumatera Utara dan sekitarnya di mulai dari Jl. Djamin

19 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 20

Ginting Padang Bulan (Simpang Kampus - Sumber), Jl. Harmonika Pasar 1, Jl.

Dr. Mansyur (Pintu 1–4 ), dan Jl. Pembangunan. Karakteristik penjual mie dapat diuraikan berdasarkan umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan.

Karakteristik penjual mie berdasarkan umur dikelompokkan ke dalam 3 kategori yang dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Penjual Mie Berdasarkan Umur

Umur (n=65) % <30 8 12,3 30-50 53 81,5 >50 4 6,2

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa penjual mie yang paling banyak berada pada rentang umur 30-50 tahun yaitu sebanyak 53 (81,5%). Sedangkan penjual mie yang paling sedikit berada pada rentang umur >50 tahun yaitu sebanyak 4 (6,2%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penjual mie lebih dominan pada usia dewasa dibandingkan usia tua.

Karakteristik penjual mie berdasarkan jenis kelamin dikelompokkan ke dalam 2 kategori yang dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Penjual Mie Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin (n=65) % Laki-Laki 26 40,0 Perempuan 39 60,0

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa penjual mie yang paling banyak pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 39 (60,0%). Sedangkan penjual mie yang paling sedikit pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 26 (40,0%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 21

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penjual makanan olahan mie lebih dominan pada jenis kelamin perempuan dibandingkan jenis kelamin laki-laki.

Karakteristik penjual mie berdasarkan tingkat pendidikan di kelompokkan ke dalam 3 kategori yang dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Penjual Mie Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan (n=65) % Dasar 2 3,1 Menengah 57 87,7 Tinggi 6 9,2

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa penjual mie yang paling banyak yaitu pada tingkat pendidikan menengah sebanyak 57 (87,7%). Sedangkan penjual makanan olahan mie yang paling sedikit pada tingkat pendidikan dasar yaitu sebanyak 2 (3,1%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penjual makanan olahan mie lebih dominan berpendidikan menengah dibandingkan berpendidikan dasar.

Jenis Mie yang Dijual

Dari 65 penjual olahan mie yang berada di Kampus Universitas Sumatera

Utara dan sekitarnya di mulai dari Jl. Djamin Ginting Padang Bulan (Simpang

Kampus - Sumber), Jl. Harmonika Pasar 1, Jl. Dr. Mansyur (Pintu 1 – 4 ), dan Jl.

Pembangunan berdasarkan jenis mie dikelompokkan ke dalam 7 kategori yang dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini. Distribusi frekuensi berdasarkan jenis pada tabel 5.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 22

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Mie

Jenis Mie (n=65) % Ifu mie 21 32,3 12 18,5 Mie aceh 12 18,5 Mie bihun 8 12,3 Mie instant 7 10,8 Mie kuning 11 16,9 Mie ayam 2 3,1 Mie Tiaw 4 6,2

Berdasarkan table 5 dapat dilihat jenis-jenis mie yang paling banyak yaitu pada ifu mie sebanyak 21 (32,3%). Sedangkan jenis mie yang paling sedikit yaitu pada mie ayam sebanyak 2 (3,1%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penjual mie lebih dominan menjual ifu mie dibandingkan mie ayam.

Jenis Masakan Olahan Mie

Penjual mie yang berada di Kampus Universitas Sumatera Utara dan sekitarnya sebanyak 65 penjual di mulai dari Jl. Djamin Ginting Padang Bulan

(Simpang Kampus - Sumber), Jl. Harmonika Pasar 1, Jl. Dr. Mansyur (Pintu 1–4), dan Jl. Pembangunan. Berdasarkan jenis olahan mie di kelompokkan ke dalam 3 kategori yang dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6

Frekuensi Jenis Masakan Olahan Mie

Jenis Masakan Olahan Mie (n=65) % Mie Basah 21 2,3 Mie Sedikit Berkuah 17 26,2 27 41,5

Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa penjual mie berdasarkan jenis masakan olahan mie yang paling banyak mie goring sebanyak 27 penjual (41,5%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 23

Sedangkan jenis mie yang paling sedikit yaitu pada masakan olahan mie sedikit berkuah sebanyak 17 penjual (62,2%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penjual makanan olahan mie lebih dominan memasak makanan olahan mie digoreng dari pada dimasak dengan mie sedikit berkuah.

Pengetahuan Penjual Mie

Dari 65 penjual mie yang berada di Kampus Universitas Sumatera Utara dan sekitarnya di mulai dari Jl. Djamin Ginting Padang Bulan (Simpang Kampus -

Sumber), Jl. Harmonika Pasar 1, Jl. Dr. Mansyur (Pintu 1 – 4 ), dan Jl.

Pembangunan. Berdasarkan pengetahuan penjual mie di kelompokkan ke dalam 3 kategori yang dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Penjual Mie

Pengetahuan (n=65) % Baik 10 15,4 Cukup 24 36,9 Kurang 31 47,7

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa pengetahuan penjual mie yang paling banyak yaitu pada pengetahuan kurang sebanyak 31 (47,7%). Sedangkan penjual makanan olahan mie yang paling sedikit pada pengetahuan baik sebanyak

10 (15,4%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penjual mie lebih dominan berpengetahuan kurang dibandingkan berpengetahuan baik.

Hasil Jawaban dari Wawancara untuk Melihat Pengetahuan Penjual Mie

Hasil jawaban dari wawancara menggunakan kuesioner yang dilakukan oleh peneliti untuk melihat pengetahuan penjual mie dapat dilihat pada tabel 8,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 24

terdapat 10 pertanyaan tentang pengetahuan dan hasil jawaban yang benar dan salah yang dijawab oleh penjual mie.

Tabel 8

Distribusi Frekuensi tentang Jawaban Pengetahuan Penjual Mie

Jawaban (n=65) Pertanyaan Pengetahuan Benar Salah n % n % Definisi MSG 27 41,5 38 58,5 Kepanjangan MSG 29 44,6 36 55,4 Terbuat dariapa MSG 27 41,5 33 58,5 Ciri khas rasa dari MSG 40 61,5 25 38,5 Fungsi MSG 34 52,3 31 58,5 Tujuan menggunakan MSG 65 100,0 0 0,0 Takaran penggunaan MSG 16 24,6 49 75,4 Bumbu masakan apa yang mengandung MSG 50 76,9 15 23,1 Akibat mengonsumsi MSG berlebihan 20 30,8 45 69,2 Bahaya jangka panjang penggunaan MSG 18 27,7 47 72,3

Pada tabel 8 jawaban penjual mie yang paling banyak benar terdapat pada pertanyaan ke 6 dan 9 yaitu pertanyaan ke 6 “apa tujuan menggunakan MSG” sebanyak 65 (100%) dan pertanyaan ke 9 „dimana membeli MSG‟ sebanyak 65

(100%). Sedangkan jawaban yang paling banyak salah terdapat pada pertanyaan ke 7 “takaran penggunaan MSG” sebanyak 49 (75,4%).

Perilaku Penggunaan MSG pada Penjual Mie

Dari 65 penjual mie yang berada di Kampus Universitas Sumatera Utara dan sekitarnya di mulai dari Jl. Djamin Ginting Padang Bulan (Simpang Kampus -

Sumber), Jl. Harmonika Pasar 1, Jl. Dr. Mansyur (Pintu 1–4), dan Jl.

Pembangunan.

Berdasarkan perilaku penggunaan MSG pada penjual mie dikelompokkan ke dalam 3 kategori yang dapat dilihat pada tabel 9.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 25

Tabel 9

Distribusi Frekuensi Perilaku Penjual Mie tentang Penggunaan MSG

Penggunaan (n=65) % Sering 34 52,3 Kadang - Kadang 21 32,3 Tidak Pernah 10 15,4

Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa penjual mie yang sering menggunakan MSG yaitu sebanyak 34 (52,3%). Sedangkan penjual mie yang sedikit yaitu tidak pernah menggunakan MSG sebanyak 10 (15,4%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penjual mie lebih dominan banyak yang sering menggunakan MSG dibandingkan penjual mie yang tidak pernah menggunakan

MSG.

Takaran Penggunaan MSG Penjual Mie

Penggunaan MSG juga dapat dilihat dari seberapa banyak takarannya saat menggunakan MSG pada proses memasak mie. Berdasarkan hasil penelitian dapat di kelompokkan ke dalam 4 kategori yang dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10

Distribusi Frequensi Takaran Penggunaan MSG

Takaran Penggunaan (n=65) % Menggunakan sendok 32 49,2 Menggunakan tangan 11 16,9 Menaburkan dari bungkusnya 12 18,5 Tidak menggunakan 10 15,4

Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat bahwa takaran penggunaan MSG saat proses memasak mie yang paling banyak yaitu menggunakan sendok sebanyak 32

(49,2%). Sedangkan yang paling sedikit yaitu pada penjual yang tidak menggunakan MSG saat proses memasak mie sebanyak 10 (15,4%). Sehingga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 26

dapat disimpulkan takaran penggunaan MSG saat proses mengolah mie lebih dominan menggunakan sendok dibandingkan dengan penjual mie yang tidak pernah menggunakan MSG saat memasak mie.

Gambaran Perilaku Penggunaan MSG Berdasarkan Karaketristik Penjual Mie

Karakteristik penjual mie dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Gambaran ini untuk mendeskripsikan tentang bagaimana perilaku penggunaan MSG oleh penjual mie dalam berjualan sehari-hari selain itu juga untuk melihat kecenderungan apa saja yang banyak terjadi dari karakteristik yang dibuat.

Gambaran perilaku penggunaan MSG berdasarkan umur penjual mie berdasarkan penelitian ini dapat diuji statistik menggunakan uji chi-square yang hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur penjual mie dengan perilaku penggunaan MSG. Data perilaku penggunaan MSG dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11.

Distribusi Perilaku Penggunaan MSG Berdasarkan Umur

Penggunaan MSG Umur Total Sering Kadang-kadang Tidak pernah (Tahun) n % n % n % n % <30 2 25,0 2 25,0 4 50,0 8 100,0 30-50 31 58,5 17 32,1 5 9,4 53 100,0 >50 1 25,0 2 50,0 1 25,0 4 100,0

Data tabel 11 menunjukkan bahwa umur yang sering menggunakan MSG adalah 30-50 tahun sebesar 31 (58,5%). Umur 30-50 tahun adalah umur dewasa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 27

yang artinya sudah banyak memiliki pengalaman terutama dalam memasak, sehingga penggunaan MSG bisa jadi didasari karena pengalamannya dari dahulu.

Karakteristik penjual mie berdasarkan jenis kelamin dengan perilaku penggunaan MSG berdasarkan penelitian ini juga diuji statistik menggunakan uji chi-square yang hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin penjual mie dengan perilaku penggunaan MSG.

Data jenis kelamin penjual mie dengan perilaku penggunaan MSG dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12.

Distribusi Perilaku Penggunaan MSG Berdasarkan Jenis Kelamin

Penggunaan MSG Jenis Total Sering Kadang-kadang Tidak pernah Kelamin n % n % n % n % Laki - Laki 13 50,0 12 46,1 1 3,8 26 100,0 Perempuan 21 53,8 9 23,1 9 23,1 39 100,0

Data tabel 12 menunjukkan bahwa jenis kelamin penjual mie yang sering menggunakan MSG yaitu perempuan sebesar 21 (53,8%). Jenis kelamin perempuan lebih sering menggunakan MSG karena perempuanlah yang sering memasak.

Karakteristik penjual mie berdasarkan tingkat pendidikan dengan perilaku penggunaan MSG berdasarkan penelitian ini dapat diuji statistik menggunakan uji chi-square yang hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan penjual mie dengan perilaku penggunaan MSG. Data tingkat pendidikan penjual mie dengan perilaku penggunaan MSG dapat dilihat pada tabel 13.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 28

Tabel 13

Distribusi Perilaku Penggunaan MSG Berdasarkan Tingkat Pendikan

Penggunaan MSG Tingkat Total Sering Kadang-kadang Tidak pernah Pendidikan n % n % n % n % Dasar 1 50,0 0 0,0 1 50,0 2 100,0 Menengah 30 52,6 19 33,3 8 14,0 57 100,0 Tinggi 3 50,0 2 33,3 1 16,7 6 100,0

Data tabel 12 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang sering menggunakan MSG adalah menengah sebesar 30 (52,6%). Tingkat Pendidikan menengah dalam penelitian ini adalah SMA (sekolah menengah atas), sebagian besar penjual mie dalam penelitian ini berada pada tingkat menengah karena setelah tamat bersekolah mereka memutuskan mencari pekerjaan. Penjual mie hanya mengetahui bahwa MSG sebagai bumbu penyedap dan tidak bahaya untuk memasak mie karena ketidaktahuan dan kurangnya informasi ini membuat penjual sering menggunakan MSG.

Gambaran Perilaku Penggunaan MSG Berdasarkan Pengetahuan Penjual Mie

Perilaku penggunaan MSG berdasarkan pengetahuan penjual mie dalam penelitian ini dapat diuji statistik menggunakan uji chi-square yang hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku penggunaan

MSG dengan pengetahuan penjual mie. Pengetahuan penjual mie ini dibagi menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup dan kurang. Data perilaku penggunaan MSG berdasarkan pengetahuan dapat dilihat pada tabel 14.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 29

Tabel 14

Distribusi Perilaku Penggunaan MSG Berdasarkan Pengetahuan

Penggunaan MSG Total Pengetahuan Sering Kadang-kadang Tidak pernah n % n % n % n % Baik 0 0,0 0 0,0 10 100 10 100,0 Cukup 3 12,5 21 87,5 0 0,0 24 100,0 Kurang 31 100 0 0,0 0 0,0 31 100,0

Data tabel 14 menunjukkan bahwa perilaku penjual mie yang sering menggunakan MSG terdapat pada pengetahuan yang kurang sebesar 31 (100%).

Pengetahuan yang kurang mencapai keseluruhan dengan n dibandikan dengan 2 kategori yang lainnya yaitu kadang-kadang menggunakan dan tidak menggunakan.

Penyebab pengetahuan yang kurang ini bukan hanya karena pendidikan saja. Pengetahuan yang kurang karena kurangnya informasi dan pemahaman yang baik tentang MSG. Memang MSG diperbolehkan tetapi dalam jumlah dan batas yang wajar namun media yang secara khusus untuk mensosialisasikan penggunaan dan bahaya MSG juga masih jarang ditemui di lingkungan sekitar sehingga menjadi salah satu penyebab kurangnya pengetahuan penjual mie.

Kurangnya pengetahuan penjual mie juga karena pengaruh lingkungan seperti tersedianya MSG di warung-warung, grosir dan pasar serta harga yang terjangkau untuk hasil makanan yang gurih membuat penjual mie sering menggunakan MSG.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pembahasan

Karakteristik Sampel

Penjual mie dalam penelitian ini adalah para penjual mie yang berada di

Kampus Universitas Sumatera Utara dan sekitarnya di mulai dari Jl. Djamin

Ginting Padang Bulan (Simpang Kampus - Sumber), Jl. Harmonika Pasar 1, Jl.

Dr. Mansyur (Pintu 1–4 ), dan Jl. Pembangunan yaitu sebanyak 65 penjual.

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa sampel sebanyak 65 orang dibagi berdasarkan 3 kategori yaitu <30 tahun mengindikasikan umur yang muda, 30-50 tahun mengindikasikan umur dewasa dan yang terakhir >50 mengidikasikan umur yang tua.

Pada penelitian ini umur penjual mie yang banyak pada rentang umur 30-

50 tahun yaitu sebanyak 53 penjual atau 81,5%. Sedangkan penjual mie yang paling sedikit berada pada rentang umur >50 tahun yaitu sebanyak 4 penjual atau

6,2%. Pada umur 30-50 tahun lebih banyak merasa sudah berpengalaman dan memiliki keterampilan dalam memasak serta pandai memilih bahan untuk menyajikan makan agar menghasilkan makanan yang enak untuk pembeli.

Berdasarkan tabel 3 jenis kelamin mempengaruhi penjual miedalam penelitian ini penjual yan;g berjenis kelamin perempuan lebih dominan dibandingkan jenis kelamin laki-laki. Keterampilan membuat masakan mie ini lah yang menjadi daya tarik dan menjadi pilihan bagi pembeli.

Tabel 4 diketahui bahwa tingkat pendidikan terakhir dari sampel yang diambil sebagian besar adalah pendidikan sekolah menengah atas sebanyak 57 penjual atau 87,7%. Wied Hary A (1996) dalam buku Notoatmodjo (2004),

30 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 31

menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya.

Jenis Mie yang Dijual

Tabel 5 dibahas tentang jenis-jenis mie yang dijual dari hasil penelitian yang paling banyak yaitu pada ifu sebanyak 21 atau 32,3% sedangkan jenis makanan olahan mie yang paling sedikit yaitu pada mie ayam yaitu sebanyak 2 atau 3,1%.

Dalam penelitian ini tidak semua kantin dan warung menjual jenis mie ayam dikarenakan jenis mie ayam biasanya didapatkan dengan caramemesan kepada pembuat mie terlebih dahulu dan juga kebanyakan mie ayam terbuat dari industri rumahan sehingga sampel dalam penelitian ini sedikit yang menjual mie ayam. Berbeda dengan jenis mie lainya seperti ifu mie, mie tiaw, mie instant yang bisa dengan mudah dibeli dipasar dan grosir.

Jenis Masakan Olahan Mie

Tabel 6 terkait jenis masakan olahan mie yang dijual adalah dari jenis mie seperti ifu mie,mie aceh,mie bihun,mie instant,mie kuning,mie ayam,dan mie tiaw tetapi biasanya setiap penjual mie memasak mie berdasarkan pesanan pembeli atau selera pembeli seperti berkuah, sedikit berkuah dan goreng. Jenis mie ifu mie biasanya dimasak dengan cara digoreng kering dan dicampur telur lalu ditambahkan sedikit sayuran seperti sawi lain halnya dengan mie aceh yang bisa dimasak dengan cara di goreng,basah dan kuah biasanya ditambahkan potongan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 32

daging atau sebagai pelengkap mie aceh. Jenis masakan mie bihun biasanya dibuat menjadi mie biasanya mie bihun ini akrab disebut dengan istilah mie balap. Disekitar kampus USU mie balap juga menjadi salah satu makanan yang banyak dijual namun bedanya mie balap dengan mie yang lainnya yaitu mie balap dijual di pagi hari.

Jenis mie instan sendiri selalu ada di setiap kantin dan warung sekitar kampus biasanya dimasak dengan cara direbus atau juga digoreng ditambah telur.

Mie kuning kebanyakan disajikan dengan cara digoreng karena bentuknya yang tipis jadi apabila disajikan dengan cara digoreng maka membuat mie ini lebih menarik karena bumbu-bumbu akan menempel di mie tersebut.

Mie ayam juga dijual disekitar kampus USU, mie ayam biasanya disajiakan dalam bentuk kering dan kuah, ditambah ayam yang dipotong kecil-kecil dan sayuran seperti sawi.yang terakhir adalah jenis mie tiaw yaitu mie yang bertekstur kenyal biasanya penyajiannya digoreng di campurankan telur dan sedikit sayuran seperti sawi.

Pada tabel 6 dari berbagai jenis mie yang dijual, dalam penelitian ini mie yang paling banyak diminati adalah ifu mie dapat dilihat yaitu sebanyak 21 atau

32,3%. Sedangkan jenis makanan olahan mie yang paling sedikit yaitu pada mie ayam yaitu sebanyak 2 atau 3,1%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penjual makanan olahan mie lebih dominan menjual ifu mie dibandingkan mie ayam.

Pengetahuan Penjual Mie

Menurut Amelia (2008) dalam buku Notoatmodjo (2004) pengetahuan merupakan landasan penting untuk terjadi perubahan sikap dan perilaku gizi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 33

Tingkat pengetahuan seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan.

Penelitian ini dapat dilihat pada tabel 7 yaitu pengetahuan penjual mie yang paling banyak berada pada pengetahuan kurang sebanyak 31 atau 47,7% sedangkan penjual makanan olahan mie yang paling sedikit berada pada tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 10 atau 15,4%. Jadi dapat disimpulkan bahwa penjual mie lebih dominan berpengetahuan kurang dibandingkan berpengetahuan baik.

Pada tahun 1959 FDA (Food and Drugs Administration) mengelompokkan MSG sebagai GRAS (Generally Recognized As Save) atau secara umum dianggap aman sehingga tidak perlu aturan khusus. Kemudian banyak penelitian-penelitian yang membuktikan bahwa MSG itu positif menimbulkan kelainan maka pada tahun 1970 WHO (World Health Organization) menetapkan batas aman konsumsi MSG adalah 120 mg/kg berat badan/hari yang disetarakan dengan konsumsi garam.

Batas pemakaian penyedap rasa untuk manusia adalah sekitar 0 sampai dengan 120 mg untuk tiap kilogram berat badan orang yang memakannya.

Contohnya, untuk seorang pria atau wanita yang mempunyai berat badan 50 kg maka ukuran normal mengkonsumsi MSG adalah tidak lebih dari 6 gr atau setara dengan kurang lebih 2 sendok teh. Rumus ini hanya berlaku pada orang dewasa dan tidak menyarankan penggunaan MSG pada bayi di bawah 12 minggu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 34

Hasil Jawaban dari Wawancara untuk Melihat Pengetahuan Penjual Mie

Tabel 8 tentang jawaban responden yang paling banyak benar terdapat pada pertanyaan ke 6 dan 9 yaitu pada pertanyaan ke 6 yaitu ‟apa tujuan menggunakan MSG‟ sebanyak 65 atau 100% dan pada pertanyaan ke 9 „dimana membeli MSG‟ sebanyak 65 atau 100%. Kedua pertanyaan tersebut semua penjual mie menjawab berbeda-beda jawaban namun karena pertanyaan ini berupa pengetahuan dari individu masing-masing penjual mie maka semua jawaban dari penjual mie adalah benar sebanyak 65 atau 100,0%. Sedangkan jawaban yang paling banyak salah terdapat pada pertanyaan ke 7 „takaran penggunaan MSG‟ sebanyak 49 atau 75,4%

Penjual mie juga banyak menjawab benar pada pertanyaan ke 8 „bumbu masakan apa yang mengandung MSG‟ pertanyaan ini dijawab benar karena pada pilihan jawaban terdapat merk bumbu masakan yang biasa digunakan penjual.Selanjutnya, jawaban yang benar juga terdapat pada pertanyaan ke 4 „ciri khas MSG‟ dimana penjual mie sebagian besar menjawab gurih dan rasa lebih tajam.karena itu merupakan salah satu alasan menggunakan MSG.

Jawaban responden yang salah selain pertanyaan ke 7 juga terdapat pada pertanyaan ke 11 yaitu sebanyak 47 atau 72,3% dimana penjual mie banyak menjawab salah karena tidak mengetahui dampak jangka panjang penggunaan

MSG yang berlebihan karena sebagian besar menjawab pilihan tidak tahu.

Setelah pertanyaan ke 11 jawaban penjual mie yang banyak salah juga terdapat pada pertanyaan ke 10 sebanyak 45 atau 69,2% yaitu akibat dari mengonsumsi MSG berlebihan. Pertanyaan ini hampir sama dengan pertanyaan ke

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 35

11 namun bedanya pada pertanyaan ke 10 itu lebih mengarah kepada akibat mengonsumsi MSG secara langsung.

Perilaku Penjual Mie tentang Penggunaan MSG

Penelitian terkait perilaku penjual mie tentang penggunaan MSG berdasarkan tabel 9 ini penjual yang paling banyak menggunakan MSG yaitu sebanyak 34 atau 52,3% sedangkan penjual makanan olahan mie yang paling sedikit yaitu penjual yang tidak menggunakan MSG sebanyak 10 atau 15,4%

.Alasan pejual mie menggunakan MSG karena penjual merasa masakanya kurang enak apabila tidak ditambahkan MSG dan menambah rasa olahan menjadi lebih gurih.

Takaran Penggunaan MSG pada Penjual Mie

Perilaku takaran penggunaan MSG saat proses mengolah mie dilihat dari hasil penelitian pada tabel10 ini yang paling banyak yaitumenggunakan sendok sebanyak32 % atau 49,2%. Sedangkan yang paling sedikit yaitu pada penjual yang tidak menggunakan MSGsaat proses memasak sebanyak 10 atau 15,4%. Jadi perilaku penggunaan MSG saat proses memasak mie lebih dominan menggunakan sendok dibandingkan perilaku penjual yang tidak menggunakan MSG.

Sebagian besar penjual mie mengatakan jika menggunakan sendok maka cara mengambil MSG jauh lebih bersih dari pada langsung menggunakan tangan, karena mereka bukan cuma mengolah mie saja tetapi mengerjakan pekerjaan yang lain seperti mencuci piring dll. Selain itu, dengan menggunakan sendok pada saat mengolah mie penggunaan MSG dapat diukur dengan konversi ukuran rumah tangga (URT) sendok ke dalam satuan berat gram.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 36

Terdapat 2 bentuk sendok yang sering digunakan penjual mie diantaranya sendok teh dan sendok makan. Pada saat observasi peneliti menemukan penjual mie menggunakan takaran sendok teh dimana ada penjual yang memasukkan

MSG satu sendok teh penuh dan ada juga setengah sendok teh.

Konversi ukuran rumah tangga (URT) sendok teh ke dalam bentuk gram dalam satu sendok teh sebanyak 5gr dan untuk setengah sendok teh sebanyak 2,5 gr. Jika penggunaan MSG pada penjual mie masih menggunakan satu setengah sendok teh masih diperbolehkan karena tidak berlebihan sedangkan untuk penjual mie yang membuat olahan dalam jumlah banyak mereka menggunakan MSG lebih dari satu setengah sendok teh dan supaya lebih mudah mereka menaburkan langsung dari bugkusnya maka perlu di perhatikan lagi karena menggunakan

MSG yang berlebihan tidak baik untuk kesehatan.

Gambaran Perilaku Penggunaan MSG Berdasarkan Karaketristik Penjual Mie

Hasil dari penelitian perilaku penggunaan MSG berdasarkan umur penjual mie yang sering menggunakan MSG yaitu pada rentang umur 30-50 tahun sebesar

31 (58,5%). Literatur mengenai umur pada umumnya sering dikaitkan dengan perilaku dimana umur berpengaruh signifikan terhadap pola pikir dan respon individu terhadap sesuatu yang dihadapinya (wirosari dan fanani). Dalam penelitian ini kecenderungan umur 30-5- tahun mengindikasikan bahwa umur yang dewasa memiliki keterampilan dalam membuat masakan yang lezat untuk konsumen.

Menurut Santoso (2004) dalam jurnal kesehatan prima, keterampilan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 37

dalam memilih, memasak, dan menghidangkan makanan dapat berpengaruh terhadap pemenuhan nutrisi.

Hasil dari penelitian mengenai perilaku penggunaan MSG berdasarkan jenis kelamin penjual mie yaitu yang sering menggunakan MSG yaitu pada jenis kelamin perempuan sebesar 21 (53,8%), Hal dikarnakan jenis kelamin perempuanlah yang sering memasak mie jadi penggunaan MSG lebih cenderung pada perempuan.

Penjual mie berjenis kelamin perempuan lebih cenderung menggunakan

MSG bukan berarti penjual mie berjenis kelamin laki-laki tidak menggunakan

MSG namun pada saat penelian dilakukan peneliti melihat bahwa penjual mie memang sebagian besar berjenis kelamin perempuan.

Menurut Kotler dan Keller, (2007) dalam e-jurnal manajemen Universitas

Udayana bahwa pria dan wanita cenderung memiliki orientasi sikap dan perilaku berbeda, sebagian di dasarkan pada unsur genetik dan sebagian pada praktik sosial. Pada praktik sosial dalam berjualan dan memasak mie perempuan lebih terampil sehingga lebih banyak penjual mie berjenis kelamin perempuan.

Hasil penelitian mengenai perilaku penggunaan MSG berdasarkan tingkat pendidikan penjual mie yang sering menggunakan MSG yaitu pada tingkat pendidikan menengah sebesar 30 (52,6%). Menurut Nursalam (2001) tingkat pendidikan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan.

Di indonesia tingkat pendidikan formal umumnya dimulai dari sekolah dasar/SD, sekolah menengah pertama/SMP, dan sekolah menengah atas/SMA selanjutnya perguruan tinggi seperti sarjana/S1, professional/PPA, magister/S2,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 38

dan doctoral/S3. Dalam penelitian ini peneliti membagi tingkat pendidikan menjadi 3 kategori yaitu tingkat SD-SMP “Dasar,” tingkat SMA “Menengah” dan

Perguruan Tinggi menjadi “Tinggi”.

Perilaku penggunaan MSG yang sering terdapat pada tingkat pendidikan menengah hal ini karna banyak dari penjual mie yang berhenti atau tamat bersekolah pada tingkat menengah dan ingin langsung mencari pekerjaan. Maka dari itu pada penelitian ini penjual mie banyak yang tingkat pendidikannya menengah.

Gambaran Perilaku Penggunaan MSG Berdasarkan Pengetahuan Penjual Mie

Hasil dari penelitian mengenai perilaku penggunaan MSG berdasarkan pengetahua penjual mie yaitu terdapat pengetahuan yang kurang dengan kategori sering sebesar 31 atau 100%. Pengetahuan yang kurang pada kategori ini mencapai nilai keseluruhan dibandikan dengan kategori kadang-kadang dan tidak pernah.

Sejalan dengan teori yang dikemukakan Soekidjo (2005) menurutnya untuk memperoleh pengetahuan didapatkan berdasarkan dengan pengalaman pribadi, hal ini dilakukan dengan mengulang kembali pengalaman yang di peroleh untuk menghadapi masa depan. Jadi penggunan MSG yang sering dilakukan oleh penjual mie sebagian besar berdasarkan pengalaman pribadi karena mereka mengetahui MSG sebagai bumbu masak sehari-hari dari dulu sampai sekarang.

Mereka mengatakan apabila tidak menggunakan MSG maka masakan kurang nikmat dan beranggapan bahwa menggunakan MSG sama seperti menggunakan garam.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 39

Menggunakan MSG memang di perbolehkan tetapi alangkah lebih baik jika tidak menggunakannya. Penelitian pada pengetahuan yang baik dengan kategori tidak pernah menggunakan MSG sebesar 100%. Pengetahuan yang baik pada kategori ini juga mencapai nilai keseluruhan dibandikan dengan kategori sering dan kadang-kadang.

Menurut teori praktik kesehatan yang dikemukakan Benyamin Bloom

(1908) sesudah seseorang mengetahui sebuah sitimulus atau objek kesehatan kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui selanjutnya diharapkan akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (nilai baik). jadi penjual mie pada kategori baik yang tidak pernah menggunakan MSG sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang

MSG.

Penelitian pada pengetahuan yang cukup dengan kategori kadang-kadang menggunakan MSG sebesar 87,5%. Pengetahuan yang cukup ini sangat besar dibandingkan dengan kategori sering dan tidak pernah. Penyebab penjual mie menggunakan MSG kadang-kadang yaitu tergantung dengan selera si penjual mie, apabila dalam pembuatan bumbu ia merasa kurang gurih maka ia akan menambahkan MSG dalam masakan mie nya, dan apabila sudah merasa pas maka tidak menambahkan MSG dalam masakan mienya.

Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan dan penggunaan monosodium glutamat (MSG) pada penjual mie di Kampus

Universitas Sumatera Utara dan sekitarnya, terdapat beberapa hal secara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 40

metodologis atau prosedur mengalami kesulitan-kesulitan dalam melaksanakan penelitian, kesulitan yang dialami diantaranya:

1. Sulitnya untuk meminta kesediaan narasumber untuk dijadikan responden.

2. Sulitnya untuk menyesuaikan waktu wawancara pada responden dikarenakan

penjual yang diwawancarai terlalu sibuk dengan pekerjaannya yaitu memasak

pesanan pembeli sehingga tidak bisa terlalu lama untuk diwawancarai.

3. Kurang terbukanya responden masalah penyedap rasa yang dipakai mereka.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang gambaran perilaku dan penggunaan MSG pada penjual mie di kampus Universitas Sumatera Utara dan sekitarnya terdapat pengetahuan penjual mie pada pengetahuan kurang sebesar 31 (47,7%), perilaku penggunaan MSG pada penjual mie yang sering menggunakan MSG sebesar 34 (52,3%), dan perilaku takaran penggunaan MSG pada penjual mie yang menggunakan sendok sebesar 32 (49,2%). Gambaran hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan penjual mie yang kurang membuat perilaku penggunaan MSG yang sering.

Saran

Diharapkan kampus Universitas Sumatera Utara bekerjasama dengan

Fakultas Kesehatan Masyarakat mewujudkan program tri dharma perguruan tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat untuk mendukung kesehatan orang-orang di sekitar kampus.

41 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Daftar Pustaka

Agus., & Budiman. (2013). Kapita selekta kuesioner pengetahuan dan sikap dalam penelitian kesehatan. Jakarta: Salemba Medik.

Arikunto, S. (2002). Metodologi penelitian suatu pendekatan proposal. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Aulia, A. (2013). Pengaruh pengalaman, independensi, dan due profesional care auditor terhadap kualitas audit laporan keuangan pemerintah (studi empiris pada BPK-RI perwakilan Provinsi Riau). Jurnal Akuntasi, 1(1), 6-11. Diakses dari http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/akt/article/view/100

Battacharya, S. (2011). Consumer responden to green marketing in Cambodia. Journal of Social Sciences, 3(10), 62-70. Diakses dari http://www.scirp.org/(S(351jmbntvnsjt1aadkposzje))/reference/Referenc esPapers.aspx?ReferenceID=1590694.

Belitz, H. D., & Grosch. W. (2009). Food chemistry (Edisi-ke-2). Springer Berlin: Berlin.

Cahyani, Putri. (2016). Pengaruh penyuluhan dengan media leaflet dan SMS terhadap perilaku ibu rumah tangga dalam penggunaan monosodium glutamat di Kelurahan Rambung Timur Kecamatan Binjai Selatan Tahun 2016 (Tesis, Universitas Sumatera Utara). Diakses dari http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/741/147032131.p df?sequence=1&isAllowed=y

Habsah. (2012). Gambaran pengetahuan pedagang mie basah terhadap perilaku penambahan boraks dan formalin pada mie basah di Kantin-kantin Universitas X Depok Tahun 2012 (Skripsi, Universitas Sumatera Utara) diakses dari http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20318465-S-PDF- Habsah.pdf

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Prawirohardjono, W. (2000). The administration to Indonesians of monosodium L-glutamate in Indonesian food: an assessement of adversereactions in a randomized double-blind, crossover, placebo-controlled. Journal of nutrition. 130(4), 1074-1076. Diakses dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10736385

42 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 43

Priyanto. (2015). Perubahan dalam perilaku kesehatan konsep dan aplikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rangkuti, R. H., Suwarso, E., & Poppy, A. Z. (2012). Pengaruh pemberian monosodium glutamat (MSG) pada pembentukan mikronukleus sel darah merah mencit. Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 1(1), 29-36. Diakses dari https://jurnal.usu.ac.id/index.php/jpp/article/view/1964

Satria, F. B. (2012). Gambaran penggunaan monosodium glutamat (MSG) dan tingkat keparahan stroke di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan periode Juli – November 2012 (Skripsi, Universitas Sumatera Utara). Diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38683/7/Cover.pdf

Woessner, W. W. (2000). Stream and fluvial plain ground water interactions: rescaling hydrogeologic thought. Ground Water, 38, 324-474. doi.org/10.1111/j.1745-6584.2000.tb00228

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lampiran 1. Kusioner Penelitian

No Res:

KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PENGGUNAAN MONOSODIUM GLUTAMAT (MSG) PADA PENJUAL MIE DI KAMPUS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAN SEKITARNYA

I. Karakteristik Penjual Mie

Nama : Umur : Jenis Kelamin : a. Perempuan

b. Laki – laki

Tingkat pendidikan

a. SD

b. SLTP/Sederajat

c. SLTA/Sederajat

d. Akademi (D1- D3)

e. Perguruan Tinggi (S1)

II. Pengetahuan

1. Apa yang dimaksud dengan MSG?

a. Bahan tambahan penyedap rasa pada makanan

44 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 45

b. Bahan tambahan yang digunakan untuk membuat warna pada

makanan

c. Bahan tambahan yang tdak menghasilkan rasa pada makanan

2. Apakah anda tahu kepanjangan dari MSG?

a. Tidak tahu

b. Mangasida glutamate

c. Monosodium glutamate

3. Menurut anda terbuat dari apakah MSG ?

a. Tidak tahu

b. Tetes tebu

c. Gula dan garam

4. Menurut yang anda ketahui bagaimana ciri khas rasa dari MSG?

a. Gurih

b. Asin

c. Manis

5. Menurut anda MSG merupakan bahan tambahan pangan yang

berfungsi sebagai apa?

a. Pewarna

b. Penyedap

c. Pemanis

6. Apa tujuan anda menggunakan MSG?

a. Agar masakan menjadi bergizi

b. Agar masakan menjadi asin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 46

c. Agar rasa masakan menjadi lebih enak

7. Berapa banyak takaran MSG yang anda gunakan?

a. Satu sendok teh

b. Setengah sendok teh

c. Tidak tahu

8. Apa saja bumbu masakan yang mengandung MSG?

a. Garam dan ajinomoto

b. Kecap dan gula

c. Royco dan ajinomoto

9. Apa akibat dari mengonsumsi MSG yang berlebihan?

a. Tidak apa- apa

b. Pusing, mual dan sesak nafas

c. Tidak tahu

10. Apa bahaya jangka panjang dari penggunaan MSG yang berlebihan

bagi kesehatan kita?

a. Tidak tahu

b. Tekanan darah menurun

c. Hipertensi

III. Penggunaan

1. Apakah saat mengolah mie anda menggunakan MSG?

a. Ya

b. Kadang- kadang

c. Tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 47

2. Bagaimana cara anda menambahkan MSG ke dalam masakan?

a. Menggunakan sendok

b. Menaburkan dengan tangan

c. Menaburkan langsung dari bungkusnya

3. Apakah anda menggunakan MSG sebagai bumbu masak dalam

berjualan mie?

a. Ya

b. Kadang –kadang

c. Tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 48

Lampiran 2. Master Data

MASTER DATA

Tkrn Nores U Jk Tp Jmie J Mskn Pength Penggn pengg

01 1 2 3 6 1 1 1 4

02 1 1 3 1 2 1 1 4

03 4 2 2 1 2 1 1 4

04 3 2 4 5 3 1 1 4

05 4 2 3 1 2 2 3 3

06 3 2 3 1 2 3 2 1

07 1 1 3 1 2 3 2 1

08 3 1 5 5 3 3 2 1

09 1 1 3 1 2 2 3 2

10 3 2 3 1 2 3 2 1

11 2 2 3 5 3 3 2 1

12 2 2 3 1 2 3 2 1

13 1 1 3 3 3 3 2 1

14 2 2 3 2 1 2 3 2

15 2 2 3 3 3 3 2 1

16 2 2 2 5 3 3 2 1

17 3 2 5 1 2 2 2 1

18 3 2 3 5 3 3 2 2

19 1 2 3 4 1 2 3 3

20 1 1 3 1 2 2 3 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 49

21 3 1 3 7 3 2 3 3

22 1 1 3 7 3 2 3 2

23 3 2 3 1 2 2 3 2

24 1 1 4 2 1 2 3 1

25 2 1 3 3 3 2 3 1

26 2 2 4 5 3 2 3 3

27 1 1 3 5 3 2 3 2

28 2 2 3 4 1 1 1 4

29 2 2 3 4 1 2 2 1

30 2 2 3 5 3 1 1 4

31 1 2 3 2 1 3 2 3

32 2 2 3 2 1 3 2 1

33 2 2 3 2 1 3 2 1

34 1 2 3 5 3 1 1 4

35 2 2 3 5 3 2 3 1

36 2 1 3 4 1 2 3 2

37 2 1 3 1 2 3 2 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 50

38 3 2 3 4 1 2 3 1

39 3 2 3 3 3 3 2 3

40 1 2 3 4 1 3 2 1

41 2 2 3 5 3 2 3 1

42 1 2 3 7 3 3 2 1

43 2 2 3 6 1 1 1 4

44 3 2 3 1 1 3 2 3

45 1 2 3 3 3 2 3 3

46 1 2 3 1 2 1 1 4

47 1 1 3 2 1 2 3 1

48 1 2 3 4 1 2 2 3

49 3 1 3 2 1 3 2 1

50 2 1 3 2 1 3 2 2

51 2 1 3 3 3 3 2 1

52 1 1 3 3 3 2 3 1

53 2 1 3 1 3 3 2 1

54 2 1 3 1 3 2 3 3

55 2 2 3 2 1 3 2 3

56 1 1 3 3 3 2 3 1

57 2 2 4 1 3 3 2 1

58 1 1 3 2 1 3 2 1

59 2 1 3 1 2 3 2 1

60 1 1 3 2 1 3 2 1

61 1 2 3 1 2 3 2 2

62 1 2 3 1 3 1 1 4

63 1 1 3 7 3 3 2 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 51

64 3 2 3 1 2 3 2 2

65 3 1 3 2 2 3 2 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Keterangan:

U : Umur 1. <30 tahun 2. 30-50 tahun 3. >50 tahun Jmie : Mie 1. Ifu mie 2. Mie Aceh 3. Mie bihun 4. Mie Instan 5. Mie kuning 6. Mie ayam 7. Mie Tiauw Tp : Tingkat Pendidikan 1. Dasar 2. Menengah 3. Tinggi

Jmskn : Jenis Masakan 1. Masakan Berkuah 2. Masakan Sedikit berkuah 3. Masakan di Goreng

Pength : Pengetahuan 1. Baik 2. Cukup 3. Kurang

Tkrn pengg : Takaran menggunakan 1. Menggunakan sendok 2. Menaburkan saja dengan tangan 3. Menaburkan langsung dari bungkusnya 4. Tidak menggunakan

52 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pnggn : Penggunaan 1. Banyak 2. Sedikit 3. Tidak pernah

53 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lampiran 3. Output SPSS

umur responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

<30 tahun 8 12.3 12.3 12.3

30-50 tahun 53 81.5 81.5 93.8 Valid >50 4 6.2 6.2 100.0

Total 65 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Laki - laki 26 40.0 40.0 40.0

Valid Perempuan 39 60.0 60.0 100.0

Total 65 100.0 100.0

Tingkat pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Dasar 2 3.1 3.1 3.1

Menengah 57 87.7 87.7 90.8 Valid Tinggi 6 9.2 9.2 100.0

Total 65 100.0 100.0

54 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jenis-jenis Makanan Olahan Mie

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Ifu mie 21 32.3 32.3 32.3

Mie aceh 12 18.5 18.5 50.8

Mie Bihun 8 12.3 12.3 63.1

Mie Instant 7 10.8 10.8 73.8 Valid Mie Kuning 11 16.9 16.9 90.8

Mie ayam 2 3.1 3.1 93.8

Mie Tiauw 4 6.2 6.2 100.0

Total 65 100.0 100.0

Jenis Masakan Makanan Olahan Mie

Freque Percent Valid Percent Cumulative ncy Percent

Mie Berkuah 21 32.3 32.3 32.3

Mie Sedikit Berkuah 17 26.2 26.2 58.5 Valid Mie Goreng 27 41.5 41.5 100.0

Total 65 100.0 100.0

55 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Baik 10 15.4 15.4 15.4

Sedang 24 36.9 36.9 52.3 Valid Kurang 31 47.7 47.7 100.0

Total 65 100.0 100.0

penggunaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

sering 34 52.3 52.3 52.3

kadang-kadang 21 32.3 32.3 84.6 Valid tidak pernah 10 15.4 15.4 100.0

Total 65 100.0 100.0

takaran penggunaan MSG

Frequency Percent Valid Percent Cumula tive Percent

menggunakan sendok 32 49.2 49.2 49.2

menggunakan tangan 11 16.9 16.9 66.2

Valid menaburkan dari 12 18.5 18.5 84.6 bungkusnya

tidak menggunakan 10 15.4 15.4 100.0

56 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Total 65 100.0 100.0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

umur responden * 65 100.0% 0 0.0% 65 100.0% penggunaan

umur responden * penggunaan Crosstabulation

penggunaan Total

sering kadang- tidak pernah kadang

Count 10 10 5 25 u % within umur responden 40.0% 40.0% 20.0% 100.0% m25-35 tahun u % within penggunaan 29.4% 47.6% 50.0% 38.5% r % of Total 15.4% 15.4% 7.7% 38.5% r Count 14 7 3 24 e s % within umur responden 58.3% 29.2% 12.5% 100.0% p36-45 tahun o % within penggunaan 41.2% 33.3% 30.0% 36.9% n d % of Total 21.5% 10.8% 4.6% 36.9% e Count 10 3 1 14 n 46-55 tahun % within umur responden 71.4% 21.4% 7.1% 100.0%

57 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

% within penggunaan 29.4% 14.3% 10.0% 21.5%

% of Total 15.4% 4.6% 1.5% 21.5%

Count 0 1 1 2

% within umur responden 0.0% 50.0% 50.0% 100.0% 56-65 tahun % within penggunaan 0.0% 4.8% 10.0% 3.1%

% of Total 0.0% 1.5% 1.5% 3.1%

Count 34 21 10 65

% within umur responden 52.3% 32.3% 15.4% 100.0% Total % within penggunaan 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 52.3% 32.3% 15.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- sided)

Pearson Chi-Square 6.805a 6 .339

Likelihood Ratio 7.369 6 .288

Linear-by-Linear Association .828 1 .363

N of Valid Cases 65

a. 7 cells (58.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .31.

58 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent jenis kelamin * 65 100.0% 0 0.0% 65 100.0% penggunaan

59 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

jenis kelamin * penggunaan Crosstabulation

penggunaan Total

sering kadang- tidak kadang pernah

Count 13 12 1 26

% within jenis 50.0% 46.2% 3.8% 100.0 kelamin % laki-laki % within 38.2% 57.1% 10.0% 40.0% penggunaan

% of Total 20.0% 18.5% 1.5% 40.0% jenis kelamin Count 21 9 9 39

% within jenis 53.8% 23.1% 23.1% 100.0 kelamin % perempu an % within 61.8% 42.9% 90.0% 60.0% penggunaan

% of Total 32.3% 13.8% 13.8% 60.0%

Count 34 21 10 65

% within jenis 52.3% 32.3% 15.4% 100.0 kelamin %

Total % within 100.0 100.0% 100.0% 100.0 penggunaan % %

52.3% 32.3% 15.4% 100.0 % of Total %

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 6.366a 2 .041

Likelihood Ratio 7.074 2 .029

60 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Linear-by-Linear Association .673 1 .412

N of Valid Cases 65 a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.00.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Perce N Perce N Perc nt nt ent

tingkat pendidikan * 65 100.0 0 0.0% 65 100.0 penggunaan % %

tingkat pendidikan * penggunaan Crosstabulation

penggunaan Total

serin kadang- tidak g kadang pernah

Count 1 0 1 2

% within tingkat 50.0 0.0% 50.0% 100.0% pendidikan % "dasar" % within 2.9% 0.0% 10.0% 3.1% tingkat penggunaan pendidikan % of Total 1.5% 0.0% 1.5% 3.1%

Count 30 19 8 57

"Menengah" % within tingkat 52.6 33.3% 14.0% 100.0% pendidikan %

61 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

% within 88.2 90.5% 80.0% 87.7% penggunaan %

46.2 29.2% 12.3% 87.7% % of Total %

Count 3 2 1 6

% within tingkat 50.0 33.3% 16.7% 100.0% pendidikan % "tinggi" % within 8.8% 9.5% 10.0% 9.2% penggunaan

% of Total 4.6% 3.1% 1.5% 9.2%

Count 34 21 10 65

% within tingkat 52.3 32.3% 15.4% 100.0% pendidikan %

Total % within 100. 100.0% 100.0% 100.0% penggunaan 0%

52.3 32.3% 15.4% 100.0% % of Total %

62 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- sided)

Pearson Chi-Square 2.308a 4 .679

Likelihood Ratio 2.370 4 .668

Linear-by-Linear Association .064 1 .800

N of Valid Cases 65

a. 6 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .31.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percen N Percen N Percen t t t pengetahuan * 65 100.0% 0 0.0% 65 100.0 penggunaan %

63 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

pengetahuan * penggunaan Crosstabulation

penggunaan Tota l serin kadang- tidak g kadang pernah

Count 0 0 10 10

% within 0.0 0.0% 100.0 100. pengetahua % % 0% n baik = >75% % within 0.0 0.0% 100.0 15.4 penggunaan % % %

0.0 0.0% 15.4% 15.4 % of Total % %

Count 3 21 0 24

% within 12.5 87.5% 0.0% 100. pengetahua % 0% n pengetahua cukup = n 50%-75% % within 8.8 100.0% 0.0% 36.9 penggunaan % %

4.6 32.3% 0.0% 36.9 % of Total % %

Count 31 0 0 31

% within 100. 0.0% 0.0% 100. pengetahua 0% 0% n kurang =<50% % within 91.2 0.0% 0.0% 47.7 penggunaan % %

47.7 0.0% 0.0% 47.7 % of Total % %

64 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Count 34 21 10 65

% within 52.3 32.3% 15.4% 100. pengetahua % 0% n Total % within 100. 100.0% 100.0 100. penggunaan 0% % 0%

52.3 32.3% 15.4% 100. % of Total % 0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- sided)

Pearson Chi-Square 116.857a 4 .000

Likelihood Ratio 110.871 4 .000

Linear-by-Linear Association 58.838 1 .000

N of Valid Cases 65 a. 4 cells (44.4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.54.

65 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian

66 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian

67 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Wawancara dengan penjual ifumie dengan menggunakan kuesioner

Gambar 2. Wawancara dengan penjual mie pangsit dengan menggunakan kuesioner

68 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 3. Wawancara dengan penjual mie bihun/ mie balap dengan menggunakan kuestioner

Gambar 4. Wawancara dengan penjual mie aceh dengan menggunakan kuesioner

69 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 5. Perilaku penggunaan MSG pada saat menggunakan MSG dengan cara menaburkan langsung dari bungkusnya

Gambar 6. Perilaku penggunaan MSG pada saat menggunakan MSG dengan cara menaburkan langsung dari bungkusnya

70 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 7. Perilaku penggunaan MSG pada saat menggunakan MSG dengan cara menggunakan sendok

Gambar 8. Perilaku penggunaan MSG pada saat menggunakan MSG dengan cara menaburkan langsung menggunakan tangan

71 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA