JURNAL ILMIAH WAHANA BHAKTI PRAJA p-ISSN 2614-0241  Vol. 8, No. 2, Desember 2018: 97 – 112 e-ISSN 2301-6965 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DI KOTA BALIKPAPAN

Eko Budi Santoso, Reydonizar Moenek Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Email :[email protected]

Abstract

Community participation in development has been widely discussed by experts since the 1960s. One comprehensive and well-known view that has become a reference in discussing community participation is Arstein's view written in the article Ladder of Participation (Arstein, 1969), which classifies participation in the seven steps of participation. The next expert cites the Arstein's views. The objective of this research is to describe community participation in development cycle includes seven stages or cycles of development, which are assessed based on expert and normative views. The research method is qualitative descriptive. Data collection was conducted through documentation, observation, focussed group discussions, and interviews. The location of the research was in Balikpapan . The results of the research indicate that community participation in the development process in Balikpapan City is still not good enough. In three of the 7 stages of development, the participation can be included in the category of non-participation and the remaining are pseudo participation according to UNESCO. Based on Arstein's thought, in six of 7 stages of development, community participation still be included as no participation (manipulation). Only in the implementation stages of development in handling non-organic waste, community participation can be categorized as weak partnership. Many recomendations are addressed to the City Government, community and related institutions, but the most important is for the city government to be more willing to deliver power to the community, as written by Arnstein and UNESCO.

Keywords: community participation; community development; ladder of participation; development cyclus

A. Pendahuluan dalam pelaksanaan langsung pembangunan. Namun tidak selamanya ini terjadi pada Sejak tahun 1970-an sejak semua kegiatan pembangunan. Begitu juga berkembangnya paradigma perencanaan pelaksanaan antar daerah juga sangat komunikatif, maka pendekatan pastisipatif bervriasi. Ada daerah yang sudah lebih baik dalam pembangunan menjadi lebih dalam pelibatan paritisipasi aktif dominan dalam pembangunan di dunia, masyarakat dalam pelaksanaan langsung termasuk di . Sebelum era pembagunan yang dilaksanakan, tetapi otonomi daerah pendekatan partisipatif ini masih banyak juga daerah yang di Indonesia lebih banyak dilaksanakan melaksanaan pendekatan paritipatif ini pada tahap yang paling di permukaan yaitu masih pada tahap di permukaan yaitu hanya penginformasian secara searah tentang pada kegiatan sosialisasi searah dari pihak pembangunan yang akan dilaksanakan dan Pemerintah atau Pemerintah daerah kepad terutama yang telah dilaksanakan. Tetapi masyarakat. perwujudan pendekatan partisipatif ini Kota Balikpapan sebagaimana kota kemudian semakin dalam dilaksanakan besar lainnya di Indonesia, mengalami sampai kepada pelibatan aktif masyarakat berbagai permasalahan dalam

97

JURNAL ILMIAH WAHANA BHAKTI PRAJA  Vol. 8, No. 2, Desember 2018: 97 – 122 pembangunan, mulai dari masalah penataan penanganan drainase di lingkungan, ruang kota, pertanahan, kependudukan, penanganan pengelolaan sampah sosial budaya, perekonomian perkotaan, lingkungan, pembangunan rumah layak pembangunan fisik perkotaan, dan huni di lingkungan bagi masyarakt kurang pemberdayaan masyarakat. Persoalan mampu, dan penataan jalan lingkungan penataan ruang dan pertanahan saling yang banyak kurang teratur. Partisipasi seiring dan sejalan terutama terkait dengan masyarakat dalam pembangunan yang adanya potensi pertambangan dan buffer masih kurang dapat dilihat dari masih zone di dalam wilayah Kota Balikpapan. terjadinya banjir genangan saat hujan deras Juga adanya Peraturan Daerah yang di banyak lingkungan di dalam Kota mengatur mengenai keharusan bagi Balikpapan. Persoalan-persoalan masyarakat untuk mengurus Izin Membuka pembangunan kota secara umum di Kota Tanah Negara sebelum dapat diterbitkannya Balikpapan, juga terjadi pada Kecamatan hak atas tanah di atasnya. Persoalan sosial Balikpapan Utara maupun Kecamatan budaya terkait dengan adanya potensi Balikpapan Barat. Begitu juga penyalahgunaan narkoba terutama di permasalahan dalam partisipasi kalangan generasi muda. masyarakatnya dalam keseluruhan siklus Selain permasalahan-permasalahan pembangunan. Oleh karena itu menjadi tersebut di atas, persoalan partisipasi penting untuk dilakukan pengamatan masyarakat dalam pembangunan juga masih khusus atau penelitian dan pendampingan menjadi persoalan di Kota Balikpapan. masyarakat dalam kaitan dengan partisipasi Beberapa permasalahan terkait partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Kota masyarakat dalam pembangunan di Balikpapan, khususnya di Kecamatan perkotaan, diantaranya sebagai berikut: 1. Balikpapan Utara dan Kecamatan Bahwa gerak pembangunan khususnya di Balikpapan Barat. Pengamatan ini perlu wilayah kota selalu dirancang dengan dilakukan untuk membantu Pemerintah mengikutsertakan masyarakat pada setiap Daerah Kota Balikpapan dalam menilai tahap pembangunan terutama tahap partisipasi masyarakat dalam keseluruhan perencanaan; 2. Kondisi anggaran daerah proses pembangunan di Kota Balikpapan, terbatas dan tidak memungkinkan untuk sekaligus membantu masyarakat untuk merancang program pembangunan daerah meningkatkan partisipasinya dalam yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat keseluruhan proses pembangunan di Kota daerah seluruhnya; 3. Posisi daerah saat ini Balikpapan. Oleh karena itu pengamatan telah bergeser menjadi pelaksana utama atau penelitian ini paling tidak dapat kegiatan pembangunan daerah yang memotret bagaimana kondisi nyata diarahkan untuk mencapai kesejahteraan partisipasi masyarakat dalam pembanguan dari masyarakat sebagai ukuran dari di kedua kecamatan di Kota Balipapan keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah; tersebut, serta memberikan solusi tentang dan 4. Kondisi kehidupan masyarakat kota apa saja upaya yang sebaiknya dilakukan yang kompleks sehingga terbatas waktunya oleh masyarakat maupun Pemda Kota untuk berpartisipasi. 2 Beberapa persoalan Balikpapan dalam peningkatan partisipasi partisipasi masyarakat dalam pembangunan masyarakat dalam keseluruhan proses dalam tataran praktis diantaranya terjadinya pembangunan di Kota Balikpapan. kekurangan partisipasi masyarakat dalam

98

Partisipasi Masyarakat dalam...[Eko Budi Santoso, Roydonizar Moenek] Beberapa indikasi adanya masaah proses politik dan ekonomi untuk kemudian terkait dengan pelaksanaan pembangunan di mulai dilibatkan selanjutnya. Hal ini Kota Balikpapan, sebagai berikut: sebagaimana ditulis oleh Arstein dalam 1. Tingginya persoalan pertanahan di Kota artikelnya Ladder of Participatin (1969), Balikpapan sebagai kota besar yang sebagai berikut: baru berkembang “..... My answer to the critical what 2. Tingginya masalah penyalahgunaan question is simply that citizen narkoba terutama pada generasi muda, participation is a categorical term for citizen power. It is the redistribution of sebagaimana pada kota besar lainnya di power that enables the have-not Indonesia citizens, presently excluded from the 3. Partisipasi masyarakat yang relatif political and economic processes, to be masih kurang aktif dalam proses deliberately included in the future. It is pembangunan dikarenakan banyak the strategy by which the have-nots faktor kehidupan di perkotaan join in determining how information is 4. Pemberdayaan masyarakat juga masih shared, goals and policies are set, tax resources are allocated, programs are perlu ditingkatkan. operated, and benefits like contracts Fokus penelitian yang dilakukan, dibatasi and patronage are parceled out. In pada permasalahan ketiga yaitu partisipasi short, it is the means by which they can masyarakat yang masih kurang aktif dalam induce significant social reform which proses pembangunan. Lokasi penelitian enables them to share in the benefits of dilakukan di Kota Balikpapan, dengan the affluent society....” lokasi sampel pada dua kecamatan yaitu Kecamatan Balikpapan Utara dan Junanto (2000) menyatakan bahwa Kecamatan Balikpapan Barat. Penelitian partisipasi masyarakat adalah sebuah proses yang hasilnya dituliskan dalam artikel ini yang menyediakan individu suatu bertujuan untuk mendeskripsikan partisipasi kesempatan untuk mempengaruhi masyarakat dalam keseluruhan siklus keputusan-keputusan publik dan merupakan pembangunan di Kota Balikpapan. komponen dalam proses keputusan yang demokratis. Pendapat Junanto ini, relatif B. Tinjauan Teoretis dan Normatif mendekati tangga terakhir dari partisipasi Terkait Partisipasi Masyarakat menurut Arstein (1969), yaitu adanya B1. Konsep Partisipasi Masyarakat kendali / kontrol dari masyarakat atas Secara teoretis, konsep partisipasi pembangunan yang mengenai atau masyarakat dinyatakan dalam banyak cara dampaikanya terkait dengan masyarakat. pandang. Berikut ini adalah beberapa Midgley membagi partisipasi konsep partisipasi masyarakat dari beberapa masyarakat menjadi 2, berbasiskan kriteria pendapat para ahli baik dari Indonesia partisipasi masyarakat menurut Resolusi maupun dari luar negeri. Menurut Arstein United Nation Economic and Social (1969) yang kemudian banyak disitir oleh Council tahun 1929. Dalam resolusi ahli-ahli lain berikutnya, partisipasi lebih tersebut dinyatakan bahwa adanya diartikan sebagai istial kategorial untuk partisipasi masyarakat itu perlu memenuhi kekuasaan masyarakat, yang merupakan kriteria: a) adanya keterlibatan orang-orang distribusi kekuasaan kepada masyarakat yang sukarela dan demokratis dalam yang selama ini dikesampingkan dalam sumbangsihnya terhadap usaha /program

99

JURNAL ILMIAH WAHANA BHAKTI PRAJA  Vol. 8, No. 2, Desember 2018: 97 – 122 pembangunan; (b) adanya penerimaan 1) Partisipasi Masyarakat adalah peran manfaat secara merata di kalangan serta warga masyarakat untuk masyarakat; dan c) pengambilan keputusan menyalurkan aspirasi, pemikiran, dan yang menyangkut penentuan tujuan, kepentingannya dalam penyelenggaraan perumusan kebijakan dan perencanaan, Pemerintahan Daerah (menurut Pasal 1, serta penerapan program pembangunan poin 41); sosial dan ekonomi. Berdasarkan resolusi 2) Dalam penyelenggaraan Pemerintahan tersebut Midgley kemudian Daerah, Pemerintah Daerah mendorong mengklasifikasikan partisipasi masyarakat partisipasi masyarakat; menjadi dua hal, yaitu partisipasi otentik 3) Pada pasal 354 (4), disebutkan bahwa (authentic participation) dan partisipasi Partisipasi masyarakat dilakukan dalam semu (pesudo participation). Apabila bentuk: seluruh kriteria partisipasi masyarakat a. konsultasi publik; menurut UNESCO tersebut terpenuhi, b. musyawarah; partisipasi masyarakatnya disebut c. kemitraan; partisipasi otentik, dan sebaliknya jika tidak d. penyampaian aspirasi; seluruh kriteria tersebut terpenuhi maka e. pengawasan; dan/atau partisipasinya disebut sebagai partisipasi f. keterlibatan lain sesuai dengan semu. (M.R Khairul Muluk, 2007 dalam ketentuan peraturan perundang- Indrajat dkk, 2012). undangan. Dalam penelitian ini, partisipasi Bentuk-bentuk partisipasi masyarkaat masyarakat dilihat dari berbagai menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun perspektif di atas, yang pada dasarnya 2014 tentang Pemerintahan Daerah ini tidak merupakan keterlibatan masyarakat mengklasifikasikan tingkatan dalam berbagai hal terkait pembangunan mulai dari yang bersifat partisipasinya, tetapi hanya menunjukkan semu (pseudo participation) maupun berbagai bentuk dalam partisipasi otentik yang dilakukan oleh masyarakat masyarakat yang mungkin dilakukan dalam baik secara vertikal maupun horisontal berbagai kesempatan. dalam pembangunan. Oleh karena itu partisipasinya juga dilihat dari semua B2. Siklus Pembangunan dan Siklus jenis walaupun tidak memenuhi Partisipasi Masyarakat dalam keseluruhan kriteria menurut UNESCO sebagai partisipasi semu maupun Pembangunan partisipasi otentik. Menurut Bintoro (1995), Sedangkan secara normatif, konsep pembangunan itu dapat dinyatakan sebagai partisipasi masyarakat, sebagaimana suatu siklus yang terus berputar, yang disebutkan dalam Undang-Undang Nomor terdiridari beberapa langkah berikut: 1) 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Penyusunan Rencana; 2) Penyusunan Daerah yang diatur pada pasal 1 poin 41 Program Rencana (Pemrograman & dan pada pasal 354 Bab XIV yang khusus Penganggaran); 3) membahas tentang partisipasi masyarakat. Implementasi/Pelaksanaan Rencana; Di dalam pasal 1 dan 354 tersebut 4) Pengawasan Pelaksanaan Rencana; 5) dinyatakan pengaturan terkait partisipasi Evaluasi Pelaksanaan Rencana, untuk masyarakat sebagai berikut: menjadi masukan dan koreksi bagi perencanaan berikutnya. Kalau langkah-

100

Partisipasi Masyarakat dalam...[Eko Budi Santoso, Roydonizar Moenek] langkah tersebut dinyatakan dalam gambar b. perencanaan, penganggaran, yang menunjukkan adanya suatu siklus pelaksanaan, pemonitoran, dan yang berulang, maka dapat digambarkan pengevaluasian pembangunan sebagaimana gambar berikut. Daerah; c. pengelolaan aset dan/atau sumber daya alam Daerah; dan d. penyelenggaraan pelayanan publik. Dalam kaitan peneletian yang dilakukan penulis, partisipasi masyarakat dilihat pada siklus pembangunan mulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi hasil pelaksanaan pembangunan sebagaimana dinyatakan dalam poin b di atas. Berdasarkan tahapan siklus Gambar 1 Siklus Pembangunan (Bintoro, 1995) pembangungan, maka partisipasi masyarakat dalam pembangunan harusnya Secara normatif, proses juga terlibat pada semua titik pada siklus pembangunan juga dapat dilihat dari pembangunan tersebut. Oleh karena itu keseluruhan proses perencanaan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, pembangunan dalam arti luas, sebagaimana dapat dikelompokkan sebagaimana tahapan dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor pembangunan yang diikutinya (Hyronimus, 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan 2017), sebagai berikut: 1) Tahap Pembangunan Nasional (SPPN) yang Perencanaan Pembangunan; 2) Tahap kemudian ditegaskan kembali dalam Sosialisasi Perencanaan Pembangunan; 3) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tahap Pelaksanaan Pembangunan; 4) Tahap tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengawasan Dan Monitoring Pelaksanaan Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan; 5) Tahap Evaluasi Hasil Rencana Pembangunan Daerah. Dalam Pembangunan; 6) Tahap Pemeliharaan peraturan perundangan tersebut, Hasil Pembangunan; dan 7) Tahap perencanaan pembangunan yang Masukan Dan Koreksi. Dalam menyiratkan adanya siklus pembangunan pengamatan/penelitian dan pendampingan mencakup: 1. Penyusunan Rencana 2. masyarakat di Kota Balikpapan ini, akan Penetapan Rencana 3. Pengendalian dilakukan pada aspek partisipasi Pelaksanaan Rencana 4. Evaluasi masyarakat dalam semua tahapan Pelaksanaan Rencana. pembangunan yang mencakup ke-7 tahapan Dalam pasal 354 (3) Undang- di atas. Oleh karena itu baik stimulasi Undang 23 Tahun 2014 tentang partisipasi masyarakat maupun upaya Pemerintahan Daerah, dinyatakan bahwa mencari solusi atas berbagai permasalahan, partisipasi masyarakat mencakup dilakukan pada kerangka 7 tahapan keterlibatannya dalam: partisipasi masyarakat tersebut. a. penyusunan Perda dan kebijakan B3. Tingkatan Partisipasi Masyarakat Daerah yang mengatur dan dalam Pembangunan membebani masyarakat; Pembagian keterlibatan masyarakat dalam pembangunan (termasuk dalam

101

JURNAL ILMIAH WAHANA BHAKTI PRAJA  Vol. 8, No. 2, Desember 2018: 97 – 122 siklus perencanaannya) yang relatif lebih pada tingkat partisipasi masyarakat pada spesisik diberikan oleh Arnstein (1969 tiap tahap. Pembagian ini lebih dalam Taylor, 1998 dan Sawitri, 2006 serta menunjukkan pada siklus umum proyek Huxley, 2013) yang membagi tingkat yang berlaku umum pada hampir semua keterlibatan masyarakat dalam proyek, terutama proyek fisik, yang pembangunan dalam 8 kategori berikut: mencakup tahap perancanaan, 1. Kendali Masyarakat (Citizen Control) penganggaran, pelaksanaan, dan 2. Pendelegasian Kekuasaan (Delegated pemeliharaan. power) 3. Kemitraan (Partnership) C. Metode 4. Pendamaian (Placation) Penelitian yang dilakukan 5. Konsultasi (Consultation) merupakan penelitian deskriptif dengan 6. Penginformasian (Informing) pendekatan kualitatif, karena penelitian ini 7. Terapi (Therapy) bersifat menggambarkan apa yang nyata 8. Manipulasi (Manipulation). terjadi di lapangan yang tidak dimaksudkan Klasifikasi nomor 7 dan 8 yang paling untuk upaya membangun generalisasi dan rendah tingkatannya dapat dikelompokkan digambarkan dengan ilustrasi yang dalam tahap tidak ikut serta (non menggunakan kata-kata, maupun gambar participation). Sedangkan klasifikasi nomor (Arikunto, 2013). Teknik pengumpulan 3,4, dan 5 dapat dikelompokkan dalam datanya menggunakan teknik dokumentasi, derajat penghargaan (degrees of Tokenism). observasi, dan wawancara serta Focussed Sementara klasifikasi paling tinggi yaitu Group Discussion (FGD). Lokasi klasifikasi nomor 6,7, dan 8 dapat penelitiannya dilakukan di Kota Balikpapan dikelompokkan dalam derajat kekuasaan yang lokasi sampel bagian wilayahnya masyarakat (digrees of Citizen Power). dipilih di Kecamatan Balikpapan Utara dan Dalam penelitian Earthea Nance dan Kecamatan Balikpapan Barat. Kedua Leonard Ortolano yang ditulis dalam kecamatan ini dipilih mewakili kecamatan Journal of Planning Education and yang terbanyak jumlah penduduknya dan Research (Nance, 2007), yang dilakukan yang mewakili kelompok tersedikit jumlah pada penelitian yang melihat partisipasi penduduknya, yang relatif banyak persoalan masyarakat dalam siklus proyek dalam partisipasi masyarakat dalam pembangunan sistem pembuangan pembangunan di Kota Balikpapan. kondominial di Brazil, menggunakan Partisipasi masyarakat dalam proses pembagian partisipasi masyarakat dalam 4 pembangunan dalam penelitian di lokasi tahapan, yaitu: penelitian, dilihat dari kenyataan yang ada 1. Keterlibatan dalam mobilisasi di lapangan, yang kemudian dimasukkan penunjang proyek dalam kerangka normatif dan teoritik. 2. Keterlibatan dalam pembuatan Dalam kerangka teoritik teoritik partisipasi keputusan masyarakat dilihat berdasarkan siklus 3. Kontribusi pada pekerjaan konstruksi pembangunan sebagaimana dinyatakan 4. Kontribusi pada pekerjaan Bintoro (1995) dan Hyronimus (2017). pemeliharaan. Sedangkan dalam kerangka normatif Tetapi pembagian Nance ini, lebih sebagaimana dinyatakan dalam Undang- mengikuti pada siklus proyeknya, bukan Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang

102

Partisipasi Masyarakat dalam...[Eko Budi Santoso, Roydonizar Moenek] SPPN, yang dapat dianggap memiliki partisipasi secara teoritik menurut Arstein kesamaan dengan konsep teoritiknya, (1969) dan UNESCO, dan berbagai bentuk sehingga secara keseluruhan konsep yang partisipasi menurut normatifnya digunakan dalam pengamatan partisipasi (berdasarkan Undang-Undang 23/2014 masyarakat memilih konsep sebagaimana tentang Pemerintahan Daerah, khususnya yang dinayatakan Hyronimus (2017) yang pasal 354 (4). Bentuk partisipasi mencakup 7 tahapan dalam partisipasi masyarakat menurut Undang-Undang masyarakat. Pada ketujuh tahapan tersebut, 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah pasal dilakukan penilaian pada kondisi nyata dari 354 (4) ini dianggap telah mencakup bentuk partisipasi masyarakat yang ada di Kota partisipasi masyarakat menurut Undang- Balikpapan khususnya pada kedua Undang No 12 tahun 2011 tentang kecamatan sampel, yang kemudian Pembentukan Peraturan Perundang- dihadapkan pada berbagai tingkatan undangan.

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Penelitian dan Pendampingan Masyarakat Tabel 1 Operasionalisasi konsep Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Di Kota Balikpapan Konsep Kategori/Dimensi Sub Kategori Sub-Sub kategori / Indikator Partisipasi 1.Partisipasi Tahap Menurut Teoritis Tingkatan partisipasi: Masyarakat Perencanaan  Menurut Arstein dalam Pembangunan  Menurut UNESCO Pembangunan Menurut Normatif Menurut UU23/2014, pasal 354 (4) (konsultasi publik; musyawarah; kemitraan; penyampaian aspirasi; pengawasan; dan keterlibatan lain 2.Partisipasi Tahap Menurut Teoritis Tingkatan partisipasi: Perencanaan  Menurut Arstein Pembangunan  Menurut UNESCO Menurut Normatif Menurut UU23/2014, psl 354 (4) 3.Partisipasi Tahap Menurut Teoritis Tingkatan partisipasi: Sosialisasi Renc  Menurut Arstein Pembangunan  Menurut UNESCO Menurut Normatif Menurut UU23/2014, psl 354 (4) 4.Partisipasi Tahap Menurut Teoritis Tingkatan partisipasi: Pelaksanaan  Menurut Arstein  Menurut UNESCO

103

JURNAL ILMIAH WAHANA BHAKTI PRAJA  Vol. 8, No. 2, Desember 2018: 97 – 122 Pembangunan Menurut Normatif Menurut UU23/2014, psl 354 (4) 5.Partisipasi Tahap Menurut Teoritis Tingkatan partisipasi: Monitoring  Menurut Arstein Pelaksanaan  Menurut UNESCO Pembangunan Menurut Normatif Menurut UU23/2014, psl 354 (4) 6.Partisipasi Tahap Menurut Teoritis Tingkatan partisipasi: Pemeliharaan  Menurut Arstein Hasil  Menurut UNESCO Pembangunan Menurut Normatif Menurut UU23/2014, psl 354 (4) 7.Partisipasi Tahap Menurut Teoritis Tingkatan partisipasi: Masukan dan  Menurut Arstein Koreksi  Menurut UNESCO Menurut Normatif Menurut UU23/2014, psl 354 (4)

D. Hasil dan Pembahasan diberlakukannya Perda Balikpapan No. 8 Lokasi penelitian adalah di Kota Thn. 2012, maka diresmikan Balikpapan. Letak geografis Kota kecamatan Balikpapan Kota dan menambah Balikpapan berada di antara 1,0 LS - 1,5 LS jumlah kecamatan menjadi 6 yakni: 1) dan 116,5 BT - 117,5 BT dengan luas Balikpapan Timur; 2) Balikpapan Selatan; sekitar 503,3 km² dengan batas-batas 3) Balikpapan Tengah; 4) Balikpapan wilayah sebagai berikut: 1) Sebelah Utara Utara; 5) Balikpapan Barat; dan 6) berbatasan dengan Kabupaten Kutai Balikpapan Kota. Kartanegara; 2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat ; 3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Paser Utara; 4) Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Makassar. Dengan

Gambar 3 Peta Kota Balikpapan

Dalam bahasan ini, partisipasi partisipasi sesuai tahapan dalam siklus masyarakat dalam pembangunan di Kota pembangunannya yaitu dibagi dalam Balikpapan, dibahas dalam tujuh tahapan partisipasi masyarakat dalam tahap: 1)

104

Partisipasi Masyarakat dalam...[Eko Budi Santoso, Roydonizar Moenek] perencanaan pembangunan (RENBANG); Seperti yang dinyatakan oleh pak 2) Sosialisasi perencanaan pembangunan; Soekiranto RT 05 salah satu kelurahan 3) pelaksanaan pembangunan; 4) di Kecamatan Balikpapan Barat, monitoring pelaksanaan pembangunan; 5) menyatakan bahwa “....Soal hasil evaluasi hasil pembangunan; 6) musrenbang yang sering tidak terwujud, pemeliharaan hasil pembangunan; dan 7) tetapi ada kegiatan lain yang seperti masukan dan koreksi. Pembahasan masing- siluman tiba-tiba muncul, bagaimana itu masing tahapan partisipasi sebagaimana bisa terjadi....” uraian berikut. Menurut Arnstein, partisipasi masyarakat pada tingkat seperti ini baru merupakan D1. Partisipasi Masyarakat pada Tahap partisipasi pada tangga terbawah yaitu Perencanaan tahap manipulasi atau masih termasuk non Dari FGD da wawancara lanjutan partisipasi. Sedangkan menurut UNESCO, yang dilakukan, diperoleh gambaran masih merupakan pseudo participation, partisipasi masyarakat dalam pembangunan karena keterlibatan masyarakaat masih di Kota Balikpapan pada tahap perencanaan sangat kecil, penerimaan manfaat secara sebagai berikut: merata juga belum dapat dirasakan, serta 1. Partisipasi masyarakat dalam penataan tidak terlibat dalam pengambilan keputusan ruang pada skala makro yang lebih luas, pada hampir semua kasus pembangunan. seperti dalam penyusunan Rencana Tata Bentuk partisipasi masyarakat biasanya Ruang Wilayah Kota maupun diwujudkan dalam kehadiran pada perencanaan yang lebih detail yaitu konsultasi public, sebagaimana diatur pada penyusunan Rencana Detail Tata dalam ketentuan normatif pada penyusunan Ruang (RDTR) bagian wilayah Kota, RTRW maupun RDTR untuk perencanaan masyarakat hanya terlibat dalam yang bersifat keruangan. Sedangkan dalam sosialisasi dan mengirim perwakilan perencanaan rencana umum daerah (jangka tokoh masyarakat yang sering kurang panjang, menengah, maupun pendek) mengerti yang disampaikan oleh pihak dilaksanakan dalam bentuk musyawarah. konsultan maupun Bappeda 2. Partisipasi masyarakat dalam D2. Partisipasi Masyarakat pada Tahap pemanfaatan dana CSR dari perusahaan Sosialisasi Perencanaan Pembangunan yang ada di lingkungan atau dalam Setelah dokumen perencanaan wilayah Kota, masyarakat merasa tidak Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah pernah dilibatkan, karena (APBD) Kota disahkan, masyarakt juga pengorganisasian CSR dilakukan pada tidak mendapatkan sosialisasi yang cukup tingkat Kabupaten. termasuk yang berkaitan dengan 3. Partisipasi masyarakat dalam kepentingan masyarakat. Hal ini juga terjadi perencanaan belum cukup lengkap pada dokumen RTRW maupun RDTR yang (terkait tahap perencanaan telah disahkan, tidak disosialisasikan pembangunan). Keterlibatan dalam kembali kepada masyarakat. Begitu juga musrenbang belum cukup untuk dapat yang terkait dengan pengelolaan dan mewujudkan apa yang telah disepakati pemanfaatan CSR, masih belum cukup pada musrenbang tingkat di bawahnya tersosialisasikan, sehingga belum banyak sampai menjadi dokumen anggaran. diketahui oleh masyarakat (terkait

105

JURNAL ILMIAH WAHANA BHAKTI PRAJA  Vol. 8, No. 2, Desember 2018: 97 – 122 partisipasi masyarakat pada tahap 4. Partisipasi masyarakat dalam sosialisasi hasil perencanaan penanganan permukiman kumuh juga pembangunan). Hal ini sebagaimana masih belum cukup kuat dan kurang disampaikan oleh Bu Sukmawati didasari oleh pengetahuan akan legalitas (Sukarelawan) dari Kecamatan Balikpapan yang berlaku. Barat, yang menyatakan “.....Persoalan CSR 5. Partisipasi Masyarakat dalam dan pemanfaatannya yang kurang Perwujudan infrastruktur lingkungan tersosialisasikan dengan baik ke (infrastruktur pengelolaan sampah, masyarakat, sehingga tidak banyak jaringan jalan, dan jaringan PDAM) diketahui keberadaan dan Partisipasi masyarakat dalam pemanfaatannya....”. pengelolaan sampah di Kota Balikpapan Menurut Arstein partisipasi yang dapat dinyatakan sudah cukup baik dilakukan ini malah belum termasuk dalam khususnya dalam penanganan sampah tahap manipulasi, karena lebih banyak tidak non organik, apalagi sudah banyak disampaikan kembali kepada masyarakat dijadikan contoh bagi organisasi lainnya hasil dari perencanaan yang sudah baik dalam negeri maupun asing dari dilakukan dengan memanipulasikan benua asia, eropa, maupun afrika. kehadiran masyarakat dalam kegiatan Partisipasi masyarakat dalam perencanaan yang dilakukan. Begitu pula pembangunan gedung untuk menurut UNESCO, belum memenuhi satu pengelolaan sampah juga sudah cukup kriteria pun dalam partisipasi, sehingga baik dimana gedung dibangun dari masih termasuk non partisipasi (bahkan sumbangan semua RT dalam kelurahan belum pseudo participation). Bentuk Gunung .Namun pengurus partisipasi berdasarkan UU 23/2014 pasal Bank Sampah masih berharap untuk 354 (4), tidak ada yang dilakukan pada dapat dibantu dalam pengadaan tahapan ini. kendaraan untuk angkutan pengumpul sampah dari tiap RT di Kelurahan D3. Partisipasi Masyarakat pada Tahap Gunung Samarinda, yang untuk saat ini Pelaksanaan Pembangunan masih menggunakan kerndaraan dinas Dari FGD dan wawancara lanjutan operasional Lurah Gunung Samarinda. yang dilakukan, diperoleh gambaran Dalam pengelolaan sampah organik partisipasi masyarakat Kota Balikpapan melalui komposting belum dilakukan pada tahap Pelaksanaan Pembangunan secara mandiri oleh pengurus Bank sebagai berikut: Sampah, tetapi dilakukan di SMP 3 1. Pemanfaatan dana CSR selama ini tidak Kota Balikpapan sebagai wahana melibatkan masyarakat maupun praktek untuk pendidikan (terkait pemerintahan di tingkat kelurahan. partisipasi masyarakat pada tahap 2. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan). Dan mengakses air minum yang disediakan belum diintegrasikan dengan oleh PDAM yang mensyaratkan harus pengelolaan sampah organik untuk memiliki IMB, masih kurang solid energi (misal biogas). Dalam sehingga tidak memiliki daya tawar pengelolaan infrastruktur jalan yang relatif tinggi terhadap penyedia lingkungan yang cenderung menyempit, layanan warga masih mengharapkan bantuan

106

Partisipasi Masyarakat dalam...[Eko Budi Santoso, Roydonizar Moenek] pemerintah/pemda dalam melakukan dilakukan oleh pemerintah/pemda juga semenisasi. Pandangan masyarakat masih kurang. Hal ini sebagaimana relatif masih cenderung mengharapkan disampaikan oleh Pak Soekiranto (RT 05 bantuan dari Pemerintah, masih seperti Kel. Di Kecamatan Balikpapan Barat, yang pandangan masa lalu pada saat menyatakan kurangnya pengawasan pemerintah masih banyak memerankan masyarakat pada program/kegiatan fungsi sebagai penyedia (provider) dan pemerintah/pemerintah daerah. pembangun (contractor Berdasarkan pendapat Arstein Dalam perwujudan jaringan air minum, (1969), pada tahap monitoring pelaksanaan warga di Kecamatan Balikpapan Barat pembangunan ini partisipasi masyarakat merasa kurang mendapatkan layanan masih dapat digolongkan pada tahap jaringan air bersih dari Perusahaan manipulasi (termasuk non partisipasi). Daerah Air Minum (PDAM), padahal Sedangkan menurut UNESCO, sebagian jaringan listrik sudah lama tersambung besar keterlibatan masyarakat masih belum (sebagaimana dinyatakan oleh Pak cukup besar, walau sudah terjadi Umar Shaleh, kecamatan Balikpapan penerimaan manfaat bagi masyarakat yang Barat) agak cukup merata dirasakan masyarakat. Menurut Arstein, pada tahap Pengambilan keputusan mengenai sebagian pelaksanaan pembangunan ini, msyarakat besar urusan, tidak terjadi. Hanya dalam yang membutuhkan terapi pun belum dapat persoalan pengelolaan sampah saja terjadi diwujudkan, sehingga partisipasi hanya pada level kelurahan. Tetapi dalam masyarakat masih dapat digolongkan pada kebijakan pada level kota untuk kebijakan tahap manipulasi (termasuk non pengelolaan sampahnya, juga belum cukup partisipasi). Sedangkan menurut UNESCO, tinggi dapat dipengaruhi oleh masyarakat. sebagian besar keterlibatan masyarakat Oleh karena itu tingkat partisipasi masih belum cukup besar, bahkan masyarakat dalam tahapan ini, juga masih penerimaan manfaat yang diharapkan pseudo participation. Bentuk partisipasi merata juga belum dirasakan masyarakat. berdasarkan UU 23/2014 pasal 354 (4) Begitu juga dalam pengambilan keputusan yang sudah dilaksanakan adalah sedikit pembangunan. Hanya dalam persoalan pengawasan, tetapi hanya dalam urusan pengelolaan sampah saja masyarakat agak pengelolaan sampah di kelurahan tertentu tinggi keterlibatan dan penerimaan saja yang memiliki Bank Sampah. manfaatnya. Bentuk partisipasi berdasarkan UU 23/2014 pasal 354 (4) D5. Partisipasi Masyarakat pada Tahap yang sudah dilaksanakan adalah muswarah, Evaluasi Hasil Pembangunan penyampaian aspirasi, dan kemitraan, tetapi Dari FGD dan wawancara yang hanya dalam urusan pengelolaan sampah di dilakukan, masyarakat merasa belum kelurahan tertentu saja yang memiliki Bank pernah dilibatkan dalam evaluasi hasil Sampah. pembangunan. Oleh karena itu baik menurut Arstein maupun UNESCO, dapat D4. Partisipasi Masyarakat pada Tahap dikatakan bahwa belum ada partisipasi yang Monitoring Pelaksanaan Pembangunan terjadi pada tahap ini. Bahkan tangga Pengawasan masyarakat dalam pertama partisipasi menurut Arstein yaitu pelaksanaan program pembangunan yang manipulation pun belum dilakukan. Begitu

107

JURNAL ILMIAH WAHANA BHAKTI PRAJA  Vol. 8, No. 2, Desember 2018: 97 – 122 juga keterlibatan masyarakat yang secara pembangunan. Menurut UNESCO, juga sukarela terlibat dalam pembangunan belum ada partisipasi. Bentuk partisipasi menurut kriteria pertama partisipasi menurut UU23/2014 pasal 354 (4) yang masyarakat menurut UNESCO, juga belum dilakukan, adalah penyampaian aspirasi terjadi. Bentuk partisipasi berdasarkan UU pada forum yang dihadiri pemerintah. 23/2014 pasal 354 (4), belum ada yang dilaksanakan pada tahapan ini. D7. Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pemberian Masukan dan Koreksi D6. Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pada tahapan ini belum ada satu Pemeliharaan Hasil Pembangunan kasus atau persoalan pun yang Kasus atau persoalan yang terkait menunjukkan adanya partisipasi dengan partisipasi masyarakat pada tahap masyarakat. Dikaitkan dengan pendapat pemeliharaan hasil pembangunan ini dapat Arstein, dapat dikatakan bahwa masyarakat dilihat pada kasus tidak berfungsinya pasar belum melakukan proses partisipasi, dan Pandansari sebagaimana diharapkan pemerintah kota juga belum melibatkan sehingga pedagang berjualan di jalan dan masyarakat dalam kegiatan pemberian menyebabkan dampak kemacetan. Ini juga masukan dan koreksi dalam pembangunan menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat yang dilaksanakan. Menurut UNESCO, dalam pemeliharaan hasil pembangunan juga dapat dikatakan bahwa pseudo masih lemah. Masih banyak langkah yang participation pun belum dilakukan atau dapat dilakukan yang belum dilakukan oleh dapat dikatakan tidak ada partisipasi masyarakat di sekitar pasar yang kurang masyarakat pada tahap pemberian masukan berfungsi dan para pedagang yang berjualan dan koreksi pembangunan yang di jalan yang menyebabkan kemacetan dilaksanakan. Bentuk partisipasi menurut tersebut. UU23/2014 pasal 354 (4) belum ada yang Menurut Arstein, belum ada dilaksanakan pada tahapan ini. partisipasi pada tahap pemeliharaan hasil

Tabel 2 Ringkasan dan Analisis Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Di Kota Balikpapan pada Tiap Tahapan Pembangunan

No Tahapan Ringkasan dan analisis Partisipasi Masyarakat dalam pembangunan Kota Pembangunan 1. Tahap Keterlibatan dalam musrenbang belum cukup kuat menjamin terwujudnya Perencanaan kesepakatan pada Musrenbang dalam dokumen anggaran daerah, tidak terlibat dalam Pembangunan. perencanaan dana CSR, serta keterlibatan kecil dalam penyusunan RTRW maupun RDTR. Menurut Arnstein, masih merupakan partisipasi pada tangga terbawah yaitu tahap manipulasi atau non partisipasi. Sedangkan menurut UNESCO, masih merupakan pseudo participation, karena keterlibatan masyarakaat masih sangat kecil, penerimaan manfaat secara merata juga belum dapat dirasakan, serta tidak terlibat dalam pengambilan keputusan pada hampir semua kasus pembangunan. Bentuk partisipasi masyarakat biasanya diwujudkan dalam kehadiran pada konsultasi publik dalam perencanaan keruangan dan musyawarah dalam perencanaan umum daerah (jangka panjang, menengah dan pendek). 2. Tahap Setelah dokumen perencanaan (APBD, RTRW, RDTR, rencana pemanfaatan dana

108

Partisipasi Masyarakat dalam...[Eko Budi Santoso, Roydonizar Moenek]

No Tahapan Ringkasan dan analisis Partisipasi Masyarakat dalam pembangunan Kota Pembangunan Sosialisasi CSR dan lainnya) disahkan, masyarakat tidak mendapatkan sosialisasi yang cukup. Perencanaan Menurut Arstein partisipasi yang dilakukan ini malah belum termasuk dalam tahap Pembangunan. manipulasi, karena lebih banyak tidak disampaikan kembali kepada masyarakat hasil dari perencanaan yang sudah dilakukan dengan memanipulasikan kehadiran masyarakat dalam kegiatan perencanaan yang dilakukan. Begitu pula menurut UNESCO, belum memenuhi satu kriteria pun dalam partisipasi, sehingga masih termasuk non partisipasi (bahkan belum pseudo participation). Belum ada bentuk partisipasi menurut UU23/2014 pasal 354 (4) yang dilakukan. 3. Tahap Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah saja relatif cukup baik Pelaksanaan keterlibatannya dimana masyarakat terlibat sampai menjadi mitra dalam pengelolaan Pembangunan. sampah kota di wilayah kecamatan tertentu. Namun dalam penyediaan infrastruktur jalan, layanan air minum, dan penataan permukiman kumuh, masih belum cukup baik. Manfaat yang diharapkan dapat lebih merata pada masyarakat, belum dapat terwujud. Menurut Arstein, pada tahap pelaksanaan pembangunan ini, msyarakat yang membutuhkan terapi pun belum dapat diwujudkan, sehingga partisipasi masyarakat masih dapat digolongkan pada tahap manipulasi (termasuk non partisipasi). Menurut UNESCO, sebagian besar keterlibatan masyarakat masih belum cukup besar, bahkan penerimaan manfaat yang diharapkan merata juga belum dirasakan masyarakat. Begitu juga dalam pengambilan keputusan pembangunan. Partisipasi masyarakat masih termasuk pseudo participation. Bentuk partisipasi berdasarkan UU 23/2014 pasal 354 (4) yang sudah dilaksanakan adalah muswarah, penyampaian aspirasi, dan kemitraan, tetapi hanya dalam urusan pengelolaan sampah di kelurahan tertentu saja yang memiliki Bank Sampah. 4. Tahap Pengawasan masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan yang dilakukan Pengawasan oleh pemerintah/pemda juga masih kurang. Berdasarkan pendapat Arstein (1969), Dan Monitoring pada tahap monitoring pelaksanaan pembangunan ini partisipasi masyarakat masih Pelaksanaan dapat digolongkan pada tahap manipulasi (termasuk non partisipasi). Sedangkan Pembangunan. menurut UNESCO, tingkat partisipasi masyarakat dalam tahapan ini, juga masih pseudo participation. Hanya dalam pengelolaan sampah pada wilayah kelurahan tertentu (Kelurahan Gunung Samarinda, Kecamatan Balikpapan Utara) saja yang relatif agak cukup baik. Bentuk partisipasi berdasarkan UU 23/2014 pasal 354 (4) yang sudah dilaksanakan adalah sedikit pengawasan, tetapi hanya dalam urusan pengelolaan sampah di kelurahan tertentu saja yang memiliki Bank Sampah. 5. Tahap Evaluasi Terkait dengan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan sosialisasi hasil Hasil perencanaan yang masih lemah, maka partisipasi masyarakat pada evaluasi hasil Pembangunan. pembangunan ini juga masih belum dilakukan. Masyarakat merasa belum pernah dilibatkan dalam evaluasi hasil pembangunan. Oleh karena itu baik menurut Arstein maupun UNESCO, dapat dikatakan bahwa belum ada partisipasi yang terjadi pada tahap ini. Bahkan tangga pertama partisipasi menurut Arstein yaitu manipulation pun belum dilakukan. Begitu juga keterlibatan masyarakat yang secara sukarela terlibat dalam pembangunan menurut kriteria pertama partisipasi masyarakat menurut UNESCO, juga belum terjadi (No participation, karena tahap pseudo participation juga belum dilakukan). Belum ada bentuk partisipasi menurut UU23/2014 pasal 354 (4) yang dilakukan. 6. Tahap Kasus atau persoalan yang terkait dengan partisipasi masyarakat pada tahap Pemeliharaan pemeliharaan hasil pembangunan ini dapat dilihat pada kasus tidak berfungsinya pasar Hasil Pandansari sebagaimana diharapkan sehingga pedagang berjualan di jalan dan Pembangunan. menyebabkan dampak kemacetan. Menurut Arstein, belum ada partisipasi pada tahap pemeliharaan hasil pembangunan. Menurut UNESCO, juga belum ada partisipasi (No participation) . Bentuk partisipasi menurut UU23/2014 pasal 354 (4) yang dilakukan,

109

JURNAL ILMIAH WAHANA BHAKTI PRAJA  Vol. 8, No. 2, Desember 2018: 97 – 122

No Tahapan Ringkasan dan analisis Partisipasi Masyarakat dalam pembangunan Kota Pembangunan adalah penyampaian aspirasi dalam forum yang dihadiri aparat pemerintah kota. Bentuk partisipasi menurut UU23/2014 pasal 354 (4) yang dilakukan, adalah penyampaian aspirasi pada forum yang dihadiri pemerintah. 7. Tahap Masukan Belum ada satu kasus atau persoalan pun yang menunjukkan adanya partisipasi Dan Koreksi masyarakat. Dikaitkan dengan pendapat Arstein, masyarakat belum melakukan proses partisipasi, dan pemerintah kota juga belum melibatkan masyarakat dalam kegiatan pemberian masukan dan koreksi dalam pembangunan. Menurut UNESCO, pseudo participation pun belum dilakukan atau tidak ada partisipasi masyarakat pada tahap pemberian masukan dan koreksi pembangunan yang dilaksanakan. Belum ada bentuk partisipasi menurut UU23/2014 pasal 354 (4) yang dilakukan. Kesimpulan Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan di Kota Balikpapan masih belum cukup baik dilaksanakannya. Dari ke-7 tahapan partisipasi masyarakat hanya dalam tahap pelaksanaan pembangunan yang mengandung nilai positif dalam pelibatan masyarakatnya.Menurut pendapat Arstein (1969), pada semua tahapan termasuk kategori No participation yaitu tangga manipulasi, kecuali dalam pengelolaan sampah di kelurahan Gunung Samarinda yang memiliki bank Sampah yang sudah mencapai tingkat kemitraan. Itu pun belum pada semua aspek, hanya pada penanganan sampah non organik dan baru sampai pada tahap pemilahan untuk recycling dari timbulan sampah yang ada di Kelurahan Gunung Samarinda. Dari 7 tahapan ini, hanya pada 3 tahap saja termasuk pseudo participation, yaitu hanya pada tahap perencanaan pembangunan, pelaksanaan pembangunan, dan pengawasan pelaksanaan pembangunan. Selebihnya termasuk kategori no participation.

E. Kesimpulan kelurahan tertentu tidak seluruh wilayah Berdasarkan pembahasan Kota Balikpapan. Sedangkan menurut sebelumnya, dapat diambil beberapa UNESCO, dari 7 tahapan ini, hanya pada 3 kesimpulan berikut: tahap saja termasuk pseudo participation, Partisipasi masyarakat dalam proses yaitu hanya pada tahap perencanaan pembangunan di Kota Balikpapan masih pembangunan, pelaksanaan pembangunan, belum cukup baik dilaksanakannya. Dari dan pengawasan pelaksanaan ke-7 tahapan partisipasi masyarakat hanya pembangunan, sedangkan pada tahapan dalam tahap pelaksanaan pembangunan lainnya termasuk kategori no participation. yang mengandung nilai positif dalam Bentuk partisipasi menurut Undang- pelibatan masyarakatnya. Itu pun belum Undang 23/2014 pasal 354 (4) semuanya pada semua aspek, hanya pada penanganan sudah dilakukan dalam porsi kecil pada sampah non organik dan baru sampai pada tahapan tertentu, mulai konsultasi publik, tahap pemilahan untuk recycling dari musyawarah, kemitraan, penyampaian timbulan sampah yang ada di Kelurahan informasi, dan pengawasan. Gunung Samarinda. Dari sisi teoretik berdasarkan pandangan Arstein, pada F. Saran semua tahap pembangunan masih termasuk Dari hasil pengamatan dan pada tahapan manipulasi atau masih masuk pendampingan serta analisis yang telah no participation. Hanya dalam pengelolaan dilaksanakan , dapat disarankan beberapa sampah saja yang terdapat tingkat hal terkait perlunya peningkatan partisipasi partisipasi kemitraan, dan itu hanya di masyarakat dalam hampir semua tahapan

110

Partisipasi Masyarakat dalam...[Eko Budi Santoso, Roydonizar Moenek] pembangunan yang dibagi dalam tiga d. Meningkatkan unit usaha di masyarakat kategori yaitu: 1) untuk Pemerintah Kota; agar dapat dikelola dengan pendekatan 2) Untuk Masyarakat; dan 3) Untuk bisnis selain pendekatan sosial agar Lembaga lain terkait peningkatan mampu berlanjut dan membiayai partisipasi masyarakat. Saran untuk masing- dirinya sendiri serta mampu meneteskan masing entitas tersebut sebagai berikut: manfaat yang lebih baik untuk masyarakat dalam jangka panjang F1. Saran Untuk Pemerintah Kota e. Turut berpartisipasi dalam pembentukan a. Perlu membuka kran selebar-lebarnya payung hukum Peraturan Daerah terkait untuk peningkatan partisipasi aktif pengelolaan dana CSR sehingga SOP masyarakat dalam keseluruhan proses dan mekanisme pengajuan perencanaan pembangunan mulai tahap perencanaan dan pemanfaatan dana CSR masih sampai tahap pemberian masukan dan menguntungkan dan membawa manfaat koreksi untuk perencanaan berikutnya sebesar-besarnya untuk kepentingan b. Perlu meningkatkan legalitas dalam masyarakat. pengumpulan / mobilisasi dana yang bersumber dari CSR dengan payung F3. Saran Untuk Lembaga / Pelaku lain Peraturan Daerah (Pemda membuat Terkait usulan Peraturan Daerah tersebut) a. Meningkatkan kepedulian pada c. Mensosialisasikan perencanaan dan masyarakat di sekitarnya, dan pemanfaatan dana CSR yang menyisihkan dana CSRnya selain untuk diintegrasikan dalam skala kota dimobilisasikan pada tingkat Kota, juga d. Meningkatkan transparansi dalam memungkinkan disalurkan pada pengelolaan anggaran pembangunan masyarakat di sekitar terdekatnya dalam baik yang bersumber dari APBD jumlah yang tidak terlalu besar maupun dana CSR b. Untuk Lembaga DPRD, dapat F2. Saran Untuk Masyarakat mengajukan hak inisiatif penyusunan a. Untuk mengubah pandangan dalam rancangan Peraturan Daerah tentang masyarakat bahwa pembangunan juga pengelolaan dana CSR di wilayah Kota dapat diinisiasi, dan dimobilisasi oleh Balikpapan sebagai payung hukum masyarakat sendiri pengelolaan dana CSR yang lebih m b. Meningkatkan pengetahuan, embawa kemaslahatan bagi masyarakat ketrampilan dan akses informasi banyak. pembangunan di wilayah kota sehingga mampu berpartisipasi dalam keseluruhan tahap pembangunan di wilayah kota c. Meningkatkan kepedulian pada menjaga hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai dan menjaga keberfungsiannya Daftar Referensi Buku : Arikunto, Suharsimi (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pedekatan Praktik. : Rineka Cipta

111

JURNAL ILMIAH WAHANA BHAKTI PRAJA  Vol. 8, No. 2, Desember 2018: 97 – 122 Bintoro (1995). Perencanaan Pembangunan. Jakarta: Toko Gunung Agung. Brownill, Sue dan Juliet Carpenter (2007). Participation and planning: Dichotomies, rationalities and strategies for powe. Jurnal Town Planning Review (TPR), Vol 78 (4), p 401-428 Few, Roger (2000). Conservation, Participation, and Power: Protected-Area Planning. Journal of Planning Education and Research 2000; 19; 401. DOI: 10.1177/0739456X0001900409 Huxley, Margo (2013). Historicizing Planning, Problematizing Participation. International Journal of Urban and Regional Research Volume 37.5 September 2013 1527–41. DOI:10.1111/1468-2427.12045 Hyronimus, 2017, Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan, Paparan Kegiatan Pendampingan Masyarakat di Kota Indrajat, Himawan dkk (2012). Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Pembangunan Di Kecamatan Kemiling . Seminar Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012 Kuncoro, M., 2005, Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang, Penerbit Erlangga Laurian, Lucie dan Toxic Sites (2003). A Prerequisite for Participation: Environmental Knowledge and What Residents Know about Local. Journal of Planning Education and Research 2003; 22; 257. DOI: 10.1177/0739456X02250316 Munir, B., 2002, Perencanaan Pembangunan Daerah: Dalam Perspektif Otonomi Daerah, Badan Penerbit Bappeda Prov. NTB Nance, Earthea dan Leonard Ortolano (2007). Community Participation in Urban Sanitation: Experiences in Northeastern Brazil. Journal of Planning Education and Research 2007; 26; 284 Sawitri, Dewi, (2006), Peranan Dan Potensi Manusia Dalam Keberhasilan Pengembangan Wilayah Berbasis Sumber Daya Lokal, Disertasi, Institut Teknologi Sherry R. Arnstein (1969). A Ladder Of Citizen Participation. Journal of the American Institute of Planners. Vol 35:4, 216-224 Taylor, Nigel, (1998), Urban Planning Since 1945, Sage Publications, London, Thousands Oaks, New Delhi

Peraturan • Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) • Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang • Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah • Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah • Peraturan Pemerintah No 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, tentang pelaksanaan PP 8/2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

112