Analisis Kestabilan Lereng Di Daerah Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020 Analisis Kestabilan Lereng di Daerah Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat “Analysis of Slope Stability in Lulut Area, Klapanunggal District, Bogor Regency, West Java Province” Dikky Putra Rupawan1,*, Hidartan1 1 Prodi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti Jl. Kyai Tapa No.1, Jakarta Barat, 11440, Indonesia *)Email korespondensi: [email protected] Sari. Penambangan batugamping merupakan salah satu usaha kegiatan pemanfaatan sumber daya alam non logam yang ekonomis untuk bahan bangunan. Kegiatan penambangan batu gamping dilakukan dengan metode penambangan kuari berjenjang. Tujuan dari penilitian ini untuk mengetahui kondisi geologi serta kestabilan lereng dengan mencari nilai faktor keamanan lereng berdasarkan korelasi data Rock Mass Rating (RMR) dengan metode Janbu berdasarkan sifat fisik batuan. Metodelogi penelitian ini menggunakan tahapan pengambilan data lapangan berupa kondisi geologi serta geologi teknik dan pengujian sampel laboratorium berupa uji direct shear dan uji kuat tekan, selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Rockscience slide 6.0 serta perhitungan secara manual berdasarkan metode Janbu.Hasil uji laboratorium berupa nilai rata-rata kohesi (±6,19 Mpa), sudut gesek dalam (±30,14°), dan uji kuat tekan (±10,902 Mpa). Berdasarkan metode Janbu dan perhitungan secara manual, daerah penelitian ini memiliki nilai faktor keamanan lereng aktual sebesr 0,575 yang dikategorikan labil serta berpotensi terjadi longsoran rotasi. Kata kunci: Faktor keamanan; Geologi teknik; Kestabilan lereng. Abstract. Limestone mining is one of the economic activities of utilizing non-metallic natural resources for building materials. Limestone mining activities are carried out using the tiered quarry mining method. The purpose of this research is to determine the geological conditions and the stability of the slope by finding the value of the slope safety factor based on the correlation of Rock Mass Rating (RMR) data with the Janbu method based on the physical properties of the rock. The methodology of this study uses the stages of field data collection in the form of geological conditions and engineering geology and laboratory sample testing in the form of direct shear tests and compressive strength tests, then data processing is performed using Rockscience slide 6.0 software and manual calculations based on the Janbu method. Laboratory test results in the form of values average cohesion (± 6.19 Mpa), deep friction angle (± 30.14 °), and compressive strength test (± 10.902 Mpa). Based on Janbu's method with calculation manually, this research area has an actual slope safety factor value of 0.575 which is categorized as unstable and has the potential for landslide rotations. Keywords: Engineering Geology; Safety Factor; Slope Stability. dilakukan dengan metode penambangan kuari PENDAHULUAN berjenjang. Hal itu membuat dibentuknya lereng Penambangan batugamping merupakan salah sebagai proses dan hasil dari kegiatan satu usaha kegiatan pemanfaatan sumber daya penambangan. Penelitian ini dilakukan di area alam non logam yang ekonomis untuk bahan pertambangan Quarry E PT Indocement Tunggal bangunan. Kegiatan penambangan batugamping Prakarsa Tbk blok 295 daerah lulut, Kecamatan 21 Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020 Klapanunggal, Kabupaten Bogor dengan Ciremai di Kuningan merupakan batas antara melakukan pembobotan Rock Mass Rating dan Zona Bogor dengan Zona Bandung. analisis kestabilan lereng menggunakan metode Janbu berdasarkan pemetaan geologi dan geologi teknik permukaan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perusahan agar mengurangi tingkat kecelakaan kerja di lapangan. GEOLOGI REGIONAL Formasi Klapanunggal (Tmk) termasuk kedalam peta geologi regional lembar Bogor oleh A.C Effendi, Dkk (1998). Formasi ini merupakan cekungan sedimen yang termasuk kedalam Cekungan Jawa Barat Utara. Formasi ini berumur Miosen akhir yang menjemari Gambar 1. Stratigrafi Regional Cekungan Bogor, dengan Formasi Jatiluhur (Tmj) seperti yang Cekungan Jawa Barat Utara, dan Pegunungan Selatan. (Sujanto dan Sumantri, 1977). dapat dilihat pada gambar 1. Formasi Klapanunggal terdiri atas Batugamping terumbu METODE PENELITIAN padat dengan Foraminifera besar dan fosil - fosil Geologi Teknik lainnya termasuk moluska dan echinodermata. Geologi teknik merupakan cabang ilmu Menurut Van Bemmelen (1949) dalam The geologi yang menggunakan informasi geologi Geology of Indonesia Fisiografi regional untuk memecahkan rekayasa keteknikan. Formasi Klapanunggal termasuk ke dalam Zona Sebagai ilmu terapan, geologi teknik Bogor yang membentang dari Rangkasbitung memfokuskan pada aspek geologi yang melalui Bogor, Purwakarta, Subang, Kuningan berpengaruh pada lokasi, desain, konstruksi dan dan Majalengka. Daerah ini terdapat suatu pengoperasian atau pemeliharaan pekerjaan Antiklinorium yang terbentuk dari hasil batuan rekayasa. Yang dipelajari dalam geologi teknik 1984). Pola-pola struktur geologi yang terbentuk yaitu aspek geomorfologi, aspek batuan atau sedimen laut membentuk perbukitan lipatan. tanah, struktur geologi, aspek hidrogeologi Terdapat patahan lembang pada zona ini yang (Dearman, 1991). Sebagai bagian dari geologi diperkirakan sezaman dengan pengangkatan teknik terdapat Rock Mass Rating yang dipakai pegunungan selatan. Sekarang perbukitan untuk mengetahui nilai ketahanan suatu massa rendah dengan batuan keras yaitu volcanik neck batuan dan disajikan dalam bentuk kualifikasi atau batuan intrusi seperti Gunung Parang di kualitas suatu massa batuan (Arif, I., 2016). Plered Purwakarta, Gunung Kromong, dan Gunung Buligir sekitar Majalengka. Gunung 22 Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020 Klasifikasi massa batuan menggunakan sistem RMR dapat dibagi menjadi 5 parameter yaitu : Metode Janbu Janbu biasa digunakan untuk kondisi lereng a. Uniaxial Compressive Strength (UCS) aktif dengan merumuskan persamaan umum b. Rock Quality Designation (RQD) c. Spasi bidang diskontinu kesetimbangan dengan menyelesaikan secara d. Kondisi bidang diskontinu vertikal dan horizontal pada dasar tiap-tiap irisan e.Kondisi dari air tanah dengan memperhitungkan seluruh kesetimbangan gaya. Metode ini memiliki Kestabilan Lereng asumsi bahwa gaya normal antar irisan Kondisi geologi daerah setempat diperhitungakan tetapi gaya geser antar irisan mempengaruhi kestabilan dari suatu lereng pada diabaikan atau bernilai nol (XL-XR= 0) kegiatan penampabangan, bentuk keseluruhan sebagaimana dinyatakan dalam persamaan 1 lereng pada lokasi tersebut, kondisi air tanah (Arif, I., 2016). setempat, faktor luar seperti getaran akibat peledakan ataupun alat mekanis yang beroperasi 퐅퐊 = sec 훼2 Σ(푐. 푏 + (푤 − 푢. 푏)tan휃) dan juga dari teknik penggalian yang digunakan 1 + tan훼 tan휃/퐹 (1) dalam pembuatan lereng. Faktor pengontrol ini Σ 푊 tan 훼 dimana: jelas sangat berbeda untuk situasi penambangan FK = Faktor Keamanan yang berbeda dan sangat penting untuk W = berat isi (b x h x ϒ) memberikan aturan yang umum untuk c = kohesi efektif ɸ’ = sudut geser dalam efektif menentukan seberapa tinggi atau seberapa landai ɑ = sudut irisan suatu lereng untuk memastikan lereng itu akan b = lebar irisan tetap stabil yang ditentukan berdasarkan nilai u = tekanan air pori faktor keamanan lereng sesuai dengan Kepmen HASIL DAN PEMBAHASAN ESDM 1827 K/30/MEM/2018 seperti yang Hasil akhir penelitian ini dipengaruhi oleh dapat dilihat pada tabel 1. ketersedian data yang lengkap. Semakin lengkap Tabel 1. Nilai Faktor Keamanan dan Probabilitas data yang didapatkan maka hasil akhir akan Longsor Lereng Tambang (Kepmen ESDM 1827 akurat. Data yang digunakan berupa data K/30/MEM/2018) geologi, geomorfologi dan geologi teknik berupa Kriteria dapat diterima (Acceptance Criteria) Keparahan Probabilitas Rock Mass Rating dan uji direct shear. Faktor Longsor Faktor Keamanan Longsor Jenis Lereng Keamanan (Consequences of (FK) Dinamis (Probability of (FK) Statis Failure/ CoF) (min) Failure) (maks) (Min) Geomorfologi Daerah Penelitian PoF (FK≤1) Lereng tunggal Rendah s.d. Tinggi 1,1 Tidak ada 25-50% Rendah 1,15-1,2 1 25% Penentuan satuan geomorfologi pada Inter-ramp Menengah 1,2-1,3 1 20% Tinggi 1,2-1,3 1,1 10% penelitian ini menggunakan klasifikasi bentuk Rendah 1,2-1,3 1 15-20% Lereng Keseluruhan Menengah 1,3 1,05 10% muka bumi (Bandono dan Budi Brahmantyo, Tinggi 1,3-1,5 1,1 5% 2006). Daerah penelitian seperti yang dapat 23 Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020 dilihat pada gambar 2 dibagi menjadi 3 satuan dan Operculina spp) maka dapat disimpulkan yaitu : lingkungan pengendapan satuan ini menurut 1. Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst Bandy (1967) adalah inner neritic. Secara Konikal Klapanunggal sayatan petrografi warna cokelat, terdapat 2. Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst mineral opak 7%, Matriks berupa Mikrit 60%, Klapanunggal Semen berupa sparry calcit, Kemas berupa mud 3. Satuan Geomorfologi Dataran Karst supported, Bentuk butir subrounded (Dunham Klapanunggal 1962). 2. Satuan Batugamping Packstone Kedudukan stratigrafi batugamping packstone pada daerah ini merupakan yang termuda berdasarkan rekonstruksi penampang. Ditemukan fosil foraminifera planktonic (Globigerinatella Insueta, dan Praeorbulina Glomerusa). yang terdapat dalam bentuk tabel umur berikut, maka dapat disimpulkan umur dari Gambar 2. Peta geomorfologi daerah penelitian