Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020

Analisis Kestabilan Lereng di Daerah Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

“Analysis of Slope Stability in Lulut Area, Klapanunggal District, , West Province”

Dikky Putra Rupawan1,*, Hidartan1

1 Prodi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti Jl. Kyai Tapa No.1, Jakarta Barat, 11440,

*)Email korespondensi: [email protected]

Sari. Penambangan batugamping merupakan salah satu usaha kegiatan pemanfaatan sumber daya alam non logam yang ekonomis untuk bahan bangunan. Kegiatan penambangan batu gamping dilakukan dengan metode penambangan kuari berjenjang. Tujuan dari penilitian ini untuk mengetahui kondisi geologi serta kestabilan lereng dengan mencari nilai faktor keamanan lereng berdasarkan korelasi data Rock Mass Rating (RMR) dengan metode Janbu berdasarkan sifat fisik batuan. Metodelogi penelitian ini menggunakan tahapan pengambilan data lapangan berupa kondisi geologi serta geologi teknik dan pengujian sampel laboratorium berupa uji direct shear dan uji kuat tekan, selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Rockscience slide 6.0 serta perhitungan secara manual berdasarkan metode Janbu.Hasil uji laboratorium berupa nilai rata-rata kohesi (±6,19 Mpa), sudut gesek dalam (±30,14°), dan uji kuat tekan (±10,902 Mpa). Berdasarkan metode Janbu dan perhitungan secara manual, daerah penelitian ini memiliki nilai faktor keamanan lereng aktual sebesr 0,575 yang dikategorikan labil serta berpotensi terjadi longsoran rotasi.

Kata kunci: Faktor keamanan; Geologi teknik; Kestabilan lereng.

Abstract. Limestone mining is one of the economic activities of utilizing non-metallic natural resources for building materials. Limestone mining activities are carried out using the tiered quarry mining method. The purpose of this research is to determine the geological conditions and the stability of the slope by finding the value of the slope safety factor based on the correlation of Rock Mass Rating (RMR) data with the Janbu method based on the physical properties of the rock. The methodology of this study uses the stages of field data collection in the form of geological conditions and engineering geology and laboratory sample testing in the form of direct shear tests and compressive strength tests, then data processing is performed using Rockscience slide 6.0 software and manual calculations based on the Janbu method. Laboratory test results in the form of values average cohesion (± 6.19 Mpa), deep friction angle (± 30.14 °), and compressive strength test (± 10.902 Mpa). Based on Janbu's method with calculation manually, this research area has an actual slope safety factor value of 0.575 which is categorized as unstable and has the potential for landslide rotations.

Keywords: Engineering Geology; Safety Factor; Slope Stability.

dilakukan dengan metode penambangan kuari PENDAHULUAN berjenjang. Hal itu membuat dibentuknya lereng Penambangan batugamping merupakan salah sebagai proses dan hasil dari kegiatan satu usaha kegiatan pemanfaatan sumber daya penambangan. Penelitian ini dilakukan di area alam non logam yang ekonomis untuk bahan pertambangan Quarry E PT Indocement Tunggal bangunan. Kegiatan penambangan batugamping Prakarsa Tbk blok 295 daerah lulut, Kecamatan

21

Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020

Klapanunggal, Kabupaten Bogor dengan Ciremai di Kuningan merupakan batas antara melakukan pembobotan Rock Mass Rating dan Zona Bogor dengan Zona Bandung. analisis kestabilan lereng menggunakan metode Janbu berdasarkan pemetaan geologi dan geologi teknik permukaan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perusahan agar mengurangi tingkat kecelakaan kerja di lapangan.

GEOLOGI REGIONAL

Formasi Klapanunggal (Tmk) termasuk kedalam peta geologi regional lembar Bogor oleh A.C Effendi, Dkk (1998). Formasi ini merupakan cekungan sedimen yang termasuk kedalam Cekungan Jawa Barat Utara. Formasi ini berumur Miosen akhir yang menjemari Gambar 1. Stratigrafi Regional Cekungan Bogor, dengan Formasi Jatiluhur (Tmj) seperti yang Cekungan Jawa Barat Utara, dan Pegunungan Selatan. (Sujanto dan Sumantri, 1977). dapat dilihat pada gambar 1. Formasi Klapanunggal terdiri atas Batugamping terumbu METODE PENELITIAN padat dengan Foraminifera besar dan fosil - fosil Geologi Teknik lainnya termasuk moluska dan echinodermata. Geologi teknik merupakan cabang ilmu Menurut Van Bemmelen (1949) dalam The geologi yang menggunakan informasi geologi Geology of Indonesia Fisiografi regional untuk memecahkan rekayasa keteknikan. Formasi Klapanunggal termasuk ke dalam Zona Sebagai ilmu terapan, geologi teknik Bogor yang membentang dari Rangkasbitung memfokuskan pada aspek geologi yang melalui Bogor, Purwakarta, Subang, Kuningan berpengaruh pada lokasi, desain, konstruksi dan dan Majalengka. Daerah ini terdapat suatu pengoperasian atau pemeliharaan pekerjaan Antiklinorium yang terbentuk dari hasil batuan rekayasa. Yang dipelajari dalam geologi teknik 1984). Pola-pola struktur geologi yang terbentuk yaitu aspek geomorfologi, aspek batuan atau sedimen laut membentuk perbukitan lipatan. tanah, struktur geologi, aspek hidrogeologi Terdapat patahan lembang pada zona ini yang (Dearman, 1991). Sebagai bagian dari geologi diperkirakan sezaman dengan pengangkatan teknik terdapat Rock Mass Rating yang dipakai pegunungan selatan. Sekarang perbukitan untuk mengetahui nilai ketahanan suatu massa rendah dengan batuan keras yaitu volcanik neck batuan dan disajikan dalam bentuk kualifikasi atau batuan intrusi seperti Gunung Parang di kualitas suatu massa batuan (Arif, I., 2016). Plered Purwakarta, Gunung Kromong, dan Gunung Buligir sekitar Majalengka. Gunung

22

Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020

Klasifikasi massa batuan menggunakan sistem RMR dapat dibagi menjadi 5 parameter yaitu : Metode Janbu Janbu biasa digunakan untuk kondisi lereng a. Uniaxial Compressive Strength (UCS) aktif dengan merumuskan persamaan umum b. Rock Quality Designation (RQD) c. Spasi bidang diskontinu kesetimbangan dengan menyelesaikan secara d. Kondisi bidang diskontinu vertikal dan horizontal pada dasar tiap-tiap irisan e.Kondisi dari air tanah dengan memperhitungkan seluruh kesetimbangan gaya. Metode ini memiliki

Kestabilan Lereng asumsi bahwa gaya normal antar irisan Kondisi geologi daerah setempat diperhitungakan tetapi gaya geser antar irisan mempengaruhi kestabilan dari suatu lereng pada diabaikan atau bernilai nol (XL-XR= 0) kegiatan penampabangan, bentuk keseluruhan sebagaimana dinyatakan dalam persamaan 1 lereng pada lokasi tersebut, kondisi air tanah (Arif, I., 2016). setempat, faktor luar seperti getaran akibat peledakan ataupun alat mekanis yang beroperasi 퐅퐊 = sec 훼2 Σ(푐. 푏 + (푤 − 푢. 푏)tan휃) dan juga dari teknik penggalian yang digunakan 1 + tan훼 tan휃/퐹 (1) dalam pembuatan lereng. Faktor pengontrol ini Σ 푊 tan 훼 dimana: jelas sangat berbeda untuk situasi penambangan FK = Faktor Keamanan yang berbeda dan sangat penting untuk W = berat isi (b x h x ϒ) memberikan aturan yang umum untuk c = kohesi efektif ɸ’ = sudut geser dalam efektif menentukan seberapa tinggi atau seberapa landai ɑ = sudut irisan suatu lereng untuk memastikan lereng itu akan b = lebar irisan tetap stabil yang ditentukan berdasarkan nilai u = tekanan air pori faktor keamanan lereng sesuai dengan Kepmen HASIL DAN PEMBAHASAN ESDM 1827 K/30/MEM/2018 seperti yang Hasil akhir penelitian ini dipengaruhi oleh dapat dilihat pada tabel 1. ketersedian data yang lengkap. Semakin lengkap

Tabel 1. Nilai Faktor Keamanan dan Probabilitas data yang didapatkan maka hasil akhir akan Longsor Lereng Tambang (Kepmen ESDM 1827 akurat. Data yang digunakan berupa data K/30/MEM/2018) geologi, geomorfologi dan geologi teknik berupa Kriteria dapat diterima (Acceptance Criteria) Keparahan Probabilitas Rock Mass Rating dan uji direct shear. Faktor Longsor Faktor Keamanan Longsor Jenis Lereng Keamanan (Consequences of (FK) Dinamis (Probability of (FK) Statis Failure/ CoF) (min) Failure) (maks) (Min) Geomorfologi Daerah Penelitian PoF (FK≤1) Lereng tunggal Rendah s.d. Tinggi 1,1 Tidak ada 25-50% Rendah 1,15-1,2 1 25% Penentuan satuan geomorfologi pada Inter-ramp Menengah 1,2-1,3 1 20% Tinggi 1,2-1,3 1,1 10% penelitian ini menggunakan klasifikasi bentuk Rendah 1,2-1,3 1 15-20% Lereng Keseluruhan Menengah 1,3 1,05 10% muka bumi (Bandono dan Budi Brahmantyo, Tinggi 1,3-1,5 1,1 5% 2006). Daerah penelitian seperti yang dapat

23

Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020 dilihat pada gambar 2 dibagi menjadi 3 satuan dan Operculina spp) maka dapat disimpulkan yaitu : lingkungan pengendapan satuan ini menurut 1. Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst Bandy (1967) adalah inner neritic. Secara Konikal Klapanunggal sayatan petrografi warna cokelat, terdapat 2. Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst mineral opak 7%, Matriks berupa Mikrit 60%, Klapanunggal Semen berupa sparry calcit, Kemas berupa mud 3. Satuan Geomorfologi Dataran Karst supported, Bentuk butir subrounded (Dunham Klapanunggal 1962). 2. Satuan Batugamping Packstone Kedudukan stratigrafi batugamping packstone pada daerah ini merupakan yang termuda berdasarkan rekonstruksi penampang. Ditemukan fosil foraminifera planktonic (Globigerinatella Insueta, dan Praeorbulina Glomerusa). yang terdapat dalam bentuk tabel umur berikut, maka dapat disimpulkan umur dari

Gambar 2. Peta geomorfologi daerah penelitian satuan ini menurut Zonasi Blow (1969) adalah skala 1:6000. N7-N8 (Miosen Awal). Berdasarkan ditemukan

Geologi Daerah Penelitian fosil foraminifera bentonic (Operculina spp, dan Dalam penyusunan stratigrafi ini Anomalina spp) maka dapat disimpulkan lingkungan pengendapan satuan ini menurut dilakukan pengamatan mikroskopis berupa uji Bandy (1967) adalah inner neritic. Secara petrografi dan uji mikropaleontologi. Seperti sayatan petrografi warna cokelat, terdapat pada gambar 3 daerah penelitian ini terbagi mineral opak 5%, Matriks berupa Mikrit 40%, menjadi 2 satuan batuan : Semen berupa sparry calcit, Kemas berupa grain 1. Satuan Batugamping Wackstone supported, Bentuk butir subrounded-rounded Kedudukan stratigrafi batugamping wackstone (Dunham 1962). pada daerah ini merupakan yang tertua berdasarkan rekonstruksi penampang. Ditemukan fosil foraminifera planktonic (Globigerinoides bisphericus, dan Globigerinatella Insueta). yang terdapat dalam bentuk tabel umur berikut, maka dapat disimpulkan umur dari satuan ini menurut

Zonasi Blow (1969) adalah N7-N8 (Miosen Gambar 3. Stratigrafi daerah penelitian Awal). Berdasarkan ditemukan fosil foraminifera bentonic (Amphistegina radiata,

24

Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020

Geologi Teknik Daerah Penelitian Peta geologi yang sudah dibuat menjadi dasar Rock Mass Rating untuk mengetahui karakteristik dari geologi Klasifikasi pembobotan masa batuan atau teknik daerah penelitian dengan mengamati rock mass rating (Bieniawski, 1979) yang informasi sifat fisik dan keteknikan batuan bertujuan untuk mengetahui kualitas massa daerah penelitian. Berdasarkan aspek derajat batuan berdasarkan lima parameter seperti pada pelapukan, maka daerah penelitian dibagi tabel 3, yaitu sebagai berikut: menjadi 3 satuan geologi teknik dari yang paling Tabel 3. Hasil Rock Mass Rating mendominasi daerah penelitian seperti yang dapat dilihat pada gambar 4. HASIL PERHITUNGAN RMR PARAMETER NILAI / KONDISI BOBOT 1. Satuan Batugamping Wackstone Lapuk Kekuatan Batuan 10,9 Mpa 15 RQD 97,52% 20 Sedang (MW) Berongga Spasi Diskontinuitas 208 cm 20 Permukaan sedikit kasar, 2. Satuan Batugamping Packstone Lapuk Kondisi Diskontinuitas regangan 1mm - 5 mm, sedikit 11 Ringan (SW) Masif lapuk, keras > 5 mm Kondisi Air Tanah kering 15 3. Satuan Batugamping Packstone Lapuk Jumlah Bobot 81 Kelas Massa Batuan I Sedang (MW) Masif Tabel 4. Pembobotan RMR Bieniawski 1979

Pembobotan 100 - 81 80 - 61 60 - 41 40 - 21 <21 Nomor Kelas I II III IV V Pemerian Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk

Berdasarkan pembobotan Rock Mass Rating (Bieniawski 1979) daerah penelitian mendapatkan pembobotan 81 dengan pemerian sangat baik seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.

Gambar 4. Peta geologi teknik daerah penelitian skala 1:6000 Analisis Kestabilan Lereng Analisis Data Dari hasil pengamatan dan pengukuran di Uji Direct Shear blok 295 Quarry E PT. Indocement Tunggal Uji Direct Shear dilakukan untuk Prakarsa Tbk, didapatkan data sebagai berikut: mendapatkan parameter mekanika batuan seperti Kedudukan Scanline : 50°, N 275° E kohesi (C) dan sudut geser dalam (Φ) seperti Panjang Scanline : ± 50 meter yang dapat dilihat pada tabel 2. Ketinggian Lereng : ± 12,4 meter Koordinat : 106ᵒ 57’12,0” BT dan 06ᵒ 29’ Tabel 2. Hasil Uji Direct Shear 25,4” LS Kohesi cp Sudut No Berdasarkan kondisi morfologi dan topografi (Mpa) Gesek 1 7,35 28,25 serta korelasi dengan peta geologi teknik maka 2 5,03 32,03 3 6,2 30,13 dibuatlah peta kestabilan lereng yang membagi 25

Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020 atas 3 satuan yaitu kestabilan lereng tinggi, gambar 6 serta ditambah koreksi untuk kekar kestabilan lereng sedang, dan kestabilan lereng pada lereng yang terdapat pada irisan nomer 3,4 rendah. Lokasi scanline lereng termasuk dalam dan 5 sehingga mengurangi nilai lebar irisan kestabilan lereng rendah seperti yang dapat (Tabel 6). Semua nilai yang dihitung pada dilihat pada gambar 5. akhirnya untuk mencari nilai resisting force dan driving force untuk kemudian di bagi sehingga Tabel 5. Hasil Analisis Data Kekar menghasilkan faktor keamanan lereng sebagai Panjang Urutan Rata- NO Slice Meter ke kekar (m) Slice rata Slice 1 0,51 3 0-1 13 0,42 3 14-15 3 2,37 berikut : 2 0,23 4 0-1 14 0,57 3 14-15 4 4,13 3 0,42 3 0-1 15 0,4 3 14-15 5 0 4 0,31 4 0-1 16 0,44 5 17-18 RF 321,0836 푘푁 5 0,22 3 4-5 17 0,72 5 17-18 FK : : : 0,575 (2) 6 1,24 4 4-5 18 0,88 5 17-18 DF 557,8077 푘푁 7 0,33 3 4-5 19 0,57 4 23-24 8 0,55 4 10-11 20 0,48 3 23-24 9 0,67 4 10-11 21 0,43 4 23-24 Tabel 6. Hasil analisis lereng aktual secara manual 10 0,27 4 10-11 22 0,85 3 30-31 11 0,55 4 10-11 23 0,77 3 30-31 12 0,41 4 10-11 24 0,39 3 30-31 sudut no b (m) h (m) R Xi c.b w tan α tan ɸ derajat α 1 1,45534 1,16 15,281 1,209 4,56217 10,6967 31,9238 0,07979 0,53732 2 1,47336 2,179 15,281 2,661 10,0549 10,8292 60,7096 0,17732 0,53732 3 -3,8535 3,049 15,281 4,118 15,6437 -28,323 -222,18 0,28003 0,53732 4 -3,6719 3,757 15,281 5,565 21,3915 -18,47 -260,87 0,39172 0,6256 5 -0,4063 4,282 15,281 7,017 27,3781 -2,0436 -32,898 0,51787 0,6256 6 1,74404 4,59 15,281 8,468 33,7138 8,77252 151,377 0,66727 0,6256 7 1,90977 4,624 15,281 9,919 40,5679 9,60614 166,99 0,85613 0,6256 8 2,17813 4,275 15,281 11,37 48,2376 13,5044 176,081 1,11992 0,58038 9 2,69089 3,285 15,281 12,821 57,3758 16,6835 167,156 1,5622 0,58038 10 4,38356 0,1 15,281 14,261 70,6737 27,1781 8,28931 2,85136 0,58038 sec α RF DF 1,00318 0,81596 2,54731 1,0156 1,63767 10,7647 1,03847 -33,525 -62,216 1,07399 -50,823 -102,19 1,12614 -9,5603 -17,037 1,20218 36,29 101,009 1,31642 64,8976 142,966 1,5014 121,644 197,196 1,85485 132,776 261,132 3,02163 56,9311 23,6358 Total 321,084 557,808

Gambar 5. Peta kestabilan lereng daerah penelitian skala 1:6000

Pada daerah penelitian terdapat beberapa kekar B yang menjadi koreksi untuk analisis kestabilan lereng. Terdapat 24 kekar bila pada perhitungan manual akan menempati urutan irisan serta akan mengurangi nilai lebar irisan seperti yang dapat A dilihat pada tabel 5.

Analisis Lereng Aktual Secara Manual

Analisis lereng aktual secara manual Gambar 6. Hasil pengujian lereng aktual dengan menggunakan metode Janbu dilakukan pada pembagian 10 irisan (Rupawan, D.P., 2019). software rockscience slide 6.0 dengan cara menghitung nilai dari pembagian 10 irisan bidang failure seperti yang dapat dilihat pada 26

Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020

Rekomendasi Lereng Artifisial 2 Rekomendasi Lereng Artifisial 1 Untuk membuat analisis menjadi lebih Dikarenakan hasil dari analisis lereng aktual bervariasi maka dibuatlah analisis lereng artfisial mendapatkan nilai FK 0,575 yang dinyatakan 2 dengan cara merubah single slope masing- tidak aman berdasarkan Kepmen ESDM 1827 masing menjadi 70°, height bench dibagi K/30/MEM/2018 (Tabel I) maka harus ada menjadi 2 bagian seperti pada gambar 8 dengan perubahan agar nilai FK menjadi melebihi batas lebar bench 1 sebesar 5,353 m & tinggi bench 6,1 aman seperti pada persamaan hasil perhitungan m, lebar bench 2 sebesar 5,082 m & tinggi bench 3 dengan cara menaikkan besaran single slope 6,1 m dengan 20 irisan dapat dilihat seperti pada menjadi 70° seperti yang dapat dilihat pada tabel tabel 8, tabel 9 dan gambar 8. Hasil faktor 7 dan gambar 7. keamanan dapat dilihat seperti pada persamaan RF 769,0511 푘푁 FK = = = 1,27 (3) hasil perhitungan 4 dan 5. Pembagian 2 bench ini DF 604,4073 푘푁 bertujuan untuk lebih mengoptimalkan kerja dari Tabel 7. Hasil analisis lereng artifisial 1 secara manual Hauling sehingga bisa bekerja pada bench 1

sudut no b (m) h (m) R Xi c.b w tan α tan ɸ maupun bench 2. Juga untuk keamanan karena derajat α 1 0,89367 1,98 11.602 3,505 17,628 6,56845 33,4605 0,31776 0,53732 2 0,91928 3,938 11.602 4,361 221.056 6,75668 68,4563 0,28675 0,53732 pembagian 2 bench ini menjadikan tinggi bench 3 -4,4064 5,848 11.602 5,21 26,7315 -32,387 -487,28 0,50364 0,53732 4 -4,2305 7,541 11.602 6,072 31,5555 -21,279 -603,27 0,61413 0,6256 hanya masing-masing 6,1 m tidak terlalu tinggi 5 -0,9785 9,185 11.602 6,917 36,6463 -4,9217 -169,95 0,74392 0,6256 6 1,14796 8,909 11.602 7,769 42,104 5,77424 193,396 0,9037 0,6256 seperti bila bench tunggal artifisial 1, hal itu juga 7 1,27507 7,96 11.602 8,621 48,0897 6,4136 191,928 1,11412 0,6256 8 1,48119 6,748 11.602 9,473 54,8995 9,18338 189,007 1,42283 0,58038 9 1,89124 5,06 11.602 10,325 63,2344 11,7257 180,963 1,98262 0,58038 yang mempengaruhi longsoran lebih sukar 10 4,44556 0,697 11.602 11,178 78,9547 27,5625 58,5937 5,12293 0,58038 terjadi serta membuat nilai faktor keamanan sec α RF DF J (m) 1,04927 1,509 10,6323 - lebih tinggi daripada bench tunggal artifisial 1. 1,0403 2,38718 19,6295 - 1,11967 -31,609 -245,41 5,36 1,17352 -49,081 -370,49 5,23 Sementara itu alasan mengapa kedua slope 1,24636 -18,365 -126,43 2,04 1,34784 14,7216 174,771 - 1,49708 23,7771 213,83 - bench height 1 dan bench height 2 sebesar 70° 1,73909 39,6853 268,924 - 2,22054 73,7165 358,78 - 5,21961 712,309 300,171 - karena disesuaikan dengan hasil dari nilai Rock TOTAL 769,051 604,407 Mass Rating yang mendapatkan kelas sangat baik serta struktur batugamping packstone yang B masif berlapis.

A Gambar 7. Hasil lereng artifisial 1 (Rupawan, D.P., 2019)

27

Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020

Tabel 8. Hasil analisis lereng artifisial Bench Height 1

sudut no b (m) h (m) R Xi c.b w tan α tan ɸ derajat α 1 0,70931 1,665 19,113 4,57 13,8275 5,21345 22,3328 0,24613 0,6256 2 0,71639 3,303 19,113 5,256 15,9646 5,26544 44,7453 0,28608 0,6256 3 -4,6353 4,912 19,113 5,945 18,1248 -34,069 -430,55 0,32733 0,6256 4 -4,4956 5,237 19,113 6,634 20,312 -22,613 -445,2 0,37015 0,6256 5 -1,2943 4,951 19,113 7,323 22,5306 -6,5105 -121,18 0,41484 0,58038 6 0,75864 4,633 19,113 8,012 24,7855 3,81596 66,4645 0,46176 0,58038 7 0,77358 4,281 19,113 8,701 27,0823 3,89109 62,6239 0,51134 0,58038 8 0,79078 3,892 19,113 9,39 29,4272 4,90286 58,1999 0,5641 0,58038 9 0,81065 3,465 19,113 10,079 31,8278 5,02602 53,1162 0,6207 0,58038 10 0,83367 2,995 19,113 10,768 34,2926 5,16877 47,2154 0,68196 0,58038

sec α RF DF J (m) 1,02985 203,467 5,49684 - 1,04012 359,792 12,8006 - 1,05221 -671,86 -140,93 5,36 1,06631 -684,78 -164,79 5,23 1,08263 -180,13 -50,27 2,04 1,10146 500,195 30,6905 - 1,12315 47,0964 32,0219 - 1,14813 48,694 32,8304 - 1,17697 46,4507 32,9691 - 1,2104 44,3186 32,1993 - Total 240,425 176,986 Gambar 8. Hasil lereng artifisial 2 (Rupawan, D.P., 2019). RF 240,425 푘푁 FK = = = 1,35 (4) DF 176,986 푘푁 KESIMPULAN

Tabel 9. Hasil analisis lereng artifisial Bench Height 2 Berdasarkan hasil dari analisis kestabilan

sudut no b (m) h (m) R Xi c.b w tan α tan ɸ derajat α lereng dengan metode Janbu kondisi lereng 1 0,86052 2,479 19,113 11,457 36,8322 6,32484 40,3395 0,74897 0,53732 2 0,89209 3,603 19,113 12,146 39,4594 6,55682 60,7802 0,82315 0,53732 aktual tidak aman, oleh sebab itu dibuatlah 3 -4,4304 4,833 19,113 12,835 42,1901 -32,563 -404,9 0,90643 0,53732 4 -4,2552 5,998 19,113 13,524 45,0449 -21,404 -482,63 1,00157 0,53732 5 -1,0097 5,956 19,113 14,213 48,0507 -5,0786 -113,72 1,11259 0,53732 rekomendasi lereng artifisial 1 dan lereng 6 1,10026 5,098 19,113 14,902 51,2446 5,53431 106,069 1,24573 0,53732 7 1,19133 4,126 19,113 15,591 54,68 5,99239 92,9507 1,41131 0,6256 8 1,3159 3,005 19,113 16,28 58,4387 8,15858 74,7754 1,62794 0,6256 artifisial 2. Rekomendasi lereng artifisial 9 1,49961 1,673 19,113 16,969 62,6598 9,29758 47,4423 1,93413 0,6256 10 1,80902 0,1 19,113 17,658 67,6207 11,2159 3,42086 2,42867 0,6256 disesuaikan dengan kebutuhan bila pengambilan

bahan baku Batugamping tidak banyak

sec α RF DF J (m) 1,24938 30,0982 30,2131 - disarankan menggunakan rekomendasi lereng 1,29521 49,8987 50,031 - 1,34967 -442,71 -367,02 5,36 artifisial 1 karena hanya terdapat 1 bench, 1,41532 -605,74 -483,39 5,23 1,49595 -151,14 -126,52 2,04 1,59745 127,418 132,133 - sedangkan sebaliknya bila kebutuhan 1,72968 152,843 131,182 - 1,91055 150,735 121,73 - 2,17735 121,3 91,7598 - pengambilan bahan baku Batugamping banyak 2,62649 40,9614 8,30814 - Total 531,314 411,569 maka disarankan menggunakan rekomendasi

RF 531,314 푘푁 lereng 2 karena terdapat 2 bench sehingga lebih FK = = =1,29 (5) DF 411,569 푘푁 optimal dalam hauling alat berat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak terkait penelitian ini, 1. Bapak Dr. Ir. Hidartan, MS., dan Bapak Dana Dongan Pandiangan S.T. selaku pembimbing penulis dalam penelitian ini. 2. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Citeureup yang telah menyediakan tempat

28

Journal of Geoscience Engineering & Energy (JOGEE) Vol.1 No.1 Februari 2020

dan data-data yang digunakan dalam Ass. Petrol. Geol. (1) Tulsa, USA. penelitian. 8. Kepmen ESDM (2018): Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan DAFTAR PUSTAKA Yang Baik, ditjenpp.kemenkumham.go. 1. Arif. I. (2016): Geoteknik Tambang, Penerbit id/arsip/bn/2014/bn1827-2014.pdf. Institut Teknologi Bandung. Didownload (diunduh) pada Januari 2019. 2. Bandy., O.L., 1967, Distribution of 9. Rupawan, Dikky P. 2019. Analisis Kestabilan Foraminifera, Radiolaria, and Diatoms in the Lereng Dengan Metode Janbu di Daerah Sediments of the Gulf of California : Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Micropaleontology, vol. 7, No. 1, p 126, 14 Bogor, Provinsi Jawa Barat. Universitas text-figs., 5pls. Trisakti. (Tidak Publikasi) 3. Bemmelen, R.W.Van. (1949): The Geology of Indonesia, Martinus Nyhoff, The Haque, Nederland. 4. Bieniawski, Z.T. (1979): The Geomechanics Classification In Rock Engineering Applications. Proceedings of the 4th Congress of the International Society of Rock Mechanics, vol. 2, Montreux, Switzerland. Rotterdam: A.A. Balkema; Hal 49-97 5. Blow, W.H., 1969, Late Middle Eocene to Recent Planktonic Foraminiferal Biostratigraphy : International Conference Planktonic Microfossils 1st, Proceedings of The First International Conference On Planktonic Microfossils, Geneva 1967, Proc.Leiden, E.J. Buill. V.1. 422 p. 6. Budi Brahmantyo dan Bandono. 2006. Klasifikasi Bentuk Muka Bumi (Landform) untuk Pemetaan Geomorfologi pada Skala 1:25.000 dan Aplikasinya untuk Penataan Ruang. Jurnal Geoaplika 1(2). 7. Dunham, R.J., 1962, Classification of Carbonate Rocks According to Depositional Texture, dalam: Classification of Carbonate Rocks (ed. W.E.Ham),pp 108121. Mem. Am.

29