SEJARAH MIGRASI ETNIS TIONGHOA DI KOTA PALOPO PADA AWAL ABAD XX (MIGRATION HISTORY OF CHINESE ETHNIC AT CITY OF PALOPO IN EARLY OF TWENTIETH CENTURY)

M.Thamrin Mattulada Balai Pelestarian Nilai Budaya Selatan [email protected]

Abstract City of Palopo, is a multiethnic city. It is close related to its position at the coastal area, which is possible to be an open area for foreign in comers. Chinese belongs to an ethnic residing in the City of Palopo. It is different to others cities in , Chinese and local inhabitants of Buginese-Makasarese in the City of Palopo never come to a conflict. This research aims to know the migration community of Chinese ethnic in City of Palopo, South Sulawesi in early of twentieth century. Method used in the research is historical method. Firstly, heuristic phase (data collection), finding and collecting of sources done by using library research and field research. The research result shows that the relationship of Chinese and has a strong history. The story of La Galigo tells the marriage of Sawerigading and We Cudai who baring the descendants of Luwu kingdom and trusted by Luwu community. In early of twentieth century, migration of Chinese immigrants to City of Palopo not only for trading but also for residing and developing it.

Keywords: Djie Adjeng, City of Palopo, Chinese ethnic, migration

ABSTRAK Kota Palopo Sulawesi Selatan adalah sebuah kota yang multietnik. Hal ini tidak terlepas dari posisinya yang terletak di daerah pesisir, yang memungkinkannya menjadi wilayah terbuka terhadap pendatang asing dari berbagai penjuru dunia. Tionghoa merupakan salah satu etnik pendatang yang mendiami wilayah Kota Palopo. Berbeda halnya dengan daerah lain di Indonesia, orang Tionghoa dan penduduk lokal Bugis- di Kota Palopo tidak pernah terdengar konflik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui migrasi Etnis Tionghoa di Kota Palopo, Sulawesi Selatan pada awal abad ke-20. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode sejarah. Pertama, tahap heruistik (pengumpulan data), pencarian dan pengumpulan sumber-sumber dilakukan dengan penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field reseach). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan Cina dan Luwu telah memiliki akar sejarah yang sangat kuat. Kisah La Galigo menceritakan perkawinan Sawerigading dengan We Cudai yang melahirkan keturunan raja-raja Luwu dan dipercayai oleh masyarakat Luwu. Pada awal abad ke-20, migrasi imigran Cina ke Kota Palopo tidak hanya untuk berdagang tetapi juga untuk menetap dan ikut membangun Kota Palopo.

Kata kunci: Djie Adjeng, Kota Palopo, Etnis Tionghoa, Migrasi

PENDAHULUAN

Secara geografis wilayah Indonesia hanya menjadi sarana transportasi akan tetapi merupakan kawasan kepulauan yang menem- juga menjadi sarana perdagangan yang patkan laut sebagai infrastruktur yang menghubungkan berbagai wilayah. Oleh karena menghubungkan antara satu pulau dengan pulau itu, sebagai Negara kepulauan Indonesia menjadi yang lain. Dengan demikian laut bukan sebagai sangat strategis dalam konteks perdagangan pemisah melainkan sebagai penghubung. Di International yang menghu-bungkan antara dunia daerah kepulauan seperti Indonesia, laut tidak Barat dan dunia Timur. Dalam Dunia Barat

355

Pangadereng, Vol. 4 No. 2, Desember 2018

dalam hal ini mencakup kawasan dagang yang dengan We Cudai tersebut lahirlah keturunan berada disebelah barat selatan Malaka seperti raja-raja Luwu. India, Persia, Mesir, dan Negara-negara Eropa. Jika realitas historis dan mitologis di atas Sedangkan dunia Timur mencakup kawasan di menggambarkan bahwa sejak lama sudah terjalin sebelah Timur Selatan Malaka seperti Cina hubungan antara Kerajaan Luwu dengan etnis Berdasarkan catatan sejarah Tionghoa, maka pertanyaan yang kemudian perdagangan antara Indonesia dengan Cina mengemuka adalah apakah hubungan tersebut mulai berlangsung antara tahun 250 M dan 400 bisa dimaknai sebagai awal dari proses migrasi M. Misi-misi dagang Cina sering dikirim ke orang Tionghoa di Luwu atau Palopo, atau kedua luar negeri untuk mencari barang-barang langka proses ini berbeda dengan kata lain keduanya dan berharga untuk istana. Informasi ini dapat memiliki jalan cerita yang berbeda baik skala diperoleh melalui berita Cina yang sebenarmya maupun periodenya? Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan catatan perjalanan para pelancong secara otomatis menggiring pada analisis sejarah Cina di masa Dinast Han (206 SM-220 M) dan hubungan Luwu dan Cina, proses migrasi orang Dinasti Tang (618 M-906 M.). Barang Tionghoa sebelum abad ke-20 sampai pada dagangan favorit dari Indonesia yang disukai dekade kedua abad ke-20. Cina adalah rempah rempah, pakaian, dupa dan Studi ini diharapkan dapat memberikan bulu burung kakatua (A.M. Djuliati Soroyo, pemahaman yang lebih komprehensif tentang dkk, 2007: 36). migrasi orang-orang Tionghoa di Kota Palopo. Kajian Braam Moris menjelaskan bahwa Ikatan historis yang telah mengakar antara orang- pada awal hingga pertengahan abad ke-19 orang Tionghoa dengan penduduk lokal seperti pedagang-pedagang Cina sudah aktif menjalin yang digambarkan dalam studi ini dapat menjadi hubungan dagang dengan Kerajaan Luwu. inspirasi dalam melihat hubungan antara etnis di Kerajaan Luwu banyak menghasilkan kekayaan Indonesia. hutan berupa rotan, bamboo, tembakau, sirih, madu dan sagu yang laku dalam perdagangan METODE global. Selain itu juga diperdagangkan barang- Tahap awal penelitian ini adalah barang seperti emas, tempaan besi, badik. penelusuran sumber atau data yang dalam ilmu Perdagangan di Luwu merupakan hal yang sejarah disebut heuristic. Penelusuran sumber- penting, namun karena kecilnya peranan sumber primer pertama-tama dilakukan di penduduk pribumi maka seluruh proses beberapa perpustakaan yang terdapat di Kota perdagangan berada di tangan orang Arab, Cina, Makassar, seperti: Perpustakaan BPNB Makassar yang datang dan tinggal untuk Makassar, Perpustakaan Wilayah Sulawesi sementara atau menetap untuk memperoleh Selatan di Kota Makassar, Perpustakaan Pusat kekayaan yang luar biasa dari hasil hutan dan Universitas Hasanuddin, Perpustakaan Gubernur produksi kopi yang terus meningkat (Muh. Yunus Sulawesi Selatan, Perpustakaan Fakultas Ilmu Hafid (ed.), 1992/1993), : 17). Budaya Universitas Hasanuddin. Hubungan kerajaan Luwu dengan Cina Selanjutnya, penelitian lapangan sebenarnya sudah terjalin sejak lama, bahkan jauh dilakukan di Kota Palopo. Pertama-tama yang sebelum “kurun niaga” atau terjalinnya hubungan dilakukan adalah pengamatan lapangan, karena perniagaan. Hal tersebut dapat ditelusuri selanjutnya adalah proses pengumpulan sumber- melalui mitologi La Galigo yang cukup terkenal. sumber primer di kantor atau lembaga pemerintah Cerita La galigo sangat mengakar dalam yang berkaitan langsung dengan kajian ini, antara masyarakat di Sulawesi Selatan yang dipercaya lain: Dinas Kebudayaan Kota Palopo, Kantor sebagai mitos yang mengandung nilai sejarah. Dinas Perpus-takaan Daerah di Kota Palopo. Diceritakan bahwa Sawerigading berlayar hingga Kantor Badan Perwakilan Statistik (BPS) Kota negeri Cina untuk menemui melamar gadis Palopo, Kantor Walikota Palopo dan Instansi- pujaannya yaitu We Cudai, seorang putri cantik instansi yang terkait. di Kerajaan Cina. Dari perkawinan Sawerigading

356

Sejarah Migrasi Etnis Tionghoa..... M.Thamrin Mattulada

Selain itu yang tidak kalah pentingnya menempatkan laut sebagai jembatan untuk dilakukan adalah penelitian lapangan. penghubung antara satu pulau dengan pulau Penelitian lapangan yang dimaksudkan adalah yang lain. Dengan demikian laut bukanlah wawancara dengan informan “kunci” yang sebagai pemisah melainkan sebagai penghu- berkaitan langsung dengan tema kajian ini. bung. Di negara kepulauan seperti Indonesia Seperti Tokoh Masyarakat Etnis Tionghoa, ini, laut tidak hanya menjadi sarana transportasi Tokoh Adat Luwu, Tokoh Adat Toraja, Ketua atau penghubung akan tetapi juga menjadi dan Pengurus Paguyuban Etnis Tionghoa Palopo sarana perdagangan yang menghubungkan dan Tokoh Agama. Selain itu, kami juga berbagai wilayah. melakukan FGD (Focus Group Discasion) yang Sebagai Negara kepulauan Indonesia menghadirkan tokoh Masyarakat Etnis Tionghoa, menjadi sangat strategis dalam konteks Anggota DPRD Kota Palopo, Ketua dan perdagangan International yang menghubung- Pengurus Paguyuban Etnis Tionghoa Palopo dan kan antara dunia Barat dan dunia Timur. Dunia Tokoh Agama. Barat dalam hal ini mencakup kawasan dagang Penelusuran sumber juga akan yang berada disebelah barat selatan Malaka dilanjutkan di Kantor Arsip dan Perpustakaan seperti India, Persia, Mesir, dan Negara-negara Daerah Propinsi Sulawesi Selatan. Pada awalnya Eropa. Sedangkan dunia Timur mencakup kajian ini akan menggunakan sumber arsip kawasan di sebelah Timur Selatan Malaka sebagai pendukung kajian ini, namun sangat seperti Cina. disayangkan, setelah melakukan penelitian arsip Keadaan geografi yang strategis tersebut ternyata peneliti tidak menemukan sumber arsip membuka kesempatan kepada berbagai pihak sezaman dengan kajian ini sehingga peneliti dalam kurun niaga dan setelahnya untuk ber- menggunakan sumber pustaka dan beberapa hasil kunjung dan menjalin hubungan dengan berbagai wawancara. daerah di Nusantara termasuk berkunjung dan Setelah berbagai sumber baik primer menetap di daerah Luwu. Bab ini akan menjawab maupun sekunder telah dikumpulkan, selanjutnya pertanyaan kapan migrasi orang Tionghoa di yang dilakukan adalah memilih dan memilah Palopo, bagaimana proses migrasinya, faktor- berbagai data yang ada. Proses ini dalam ilmu faktor apa saja yang melatarbelakangi terjadinya sejarah dikenal dengan kritik sumber. Karena migrasi orang Tionghoa ke Kota Palopo pada kajian ini menggunakan koran, wawancara, hasil dekade kedua abad ke20. Untuk menjawab FGD (Focus Group Discasion) sebagai sumber pertanyaan-perta-nyaan tersebut, maka akan utama, maka proses seleksi mutlak untuk diurai dalam beberapa bagian yaitu: luwu dan dilakukan. Proses seleksi sumber ini dilakukan cina dalam satu ikatan sejarah, dan migrasi etnis dengan cara membandingkan (komparasi) antara Tionghoa di Kota Palopo sumber yang satu dengan sumber yang lain, yang bertujuan untuk mendapatkan data yang lebih Luwu dan Cina Dalam Satu Ikatan Sejarah valid. Hubungan kerajaan Luwu dengan Cina Setelah kritik sumber dan interpretasi data sudah terjalin sejak lama, bahkan jauh sebelum dilakukan, barulah sampai pada tahap penulisan. “kurun niaga” yaitu terjalinnya hubungan Dengan demikian, penelitian ini sepenuhnya karena aktivitas perdagangan.1 Hal tersebut menggunakan metode penelitian sejarah, yang dapat ditelusuri melalui mitologi La Galigo dimulai dengan tahap pencarian sumber, kritik yang cukup terkenal. Cerita La Galigo sangat sumber, interpretasi data dan penulisan laporan. mengakar dalam masyarakat di Sulawesi Dengan menggunakan metode ini, diharapkan Selatan yang dipercaya sebagai mitos yang dapat menghasilkan sebuah tulisan sejarah yang ilmiah dan bukan hanya sekedar deretan fakta. 1“Kurun Niaga” yang dimaksudkan dalam kajian ini adalah mengacu pada istilah yang digunakan Antony Reid PEMBAHASAN untuk menggambarkan aktivitas perdagangan dan pelayaran global pada periode tahun 1450-1680. Lihat Antony Reid. Asia Secara geografis wilayah Indonesia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680: Jaringan merupakan kawasan kepulauan yang Perdagangan Global, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011). 357

Pangadereng, Vol. 4 No. 2, Desember 2018 mengandung nilai-nilai sejarah. Diceritakan Tentiabeng yang diakndung oleh ibu Opu bahwa Sawerigading berlayar hingga negeri Sengngeng yang kemudian dibawa ke Cina, Cina untuk menemui dan melamar gadis jantung Tanah Bugis. Untuk menikah dengan pujaannya yang bernama We Cudai, seorang penguasa. Kedua peremuan bersaudara ini putri cantik di Kerajaan Cina. Dari perkawinan berjanji mengawinkan keturunan mereka satu Sawerigading dengan We Cudai tersebut sama lain. We Opu Sengngeng kemudian melahirkan keturunan raja-raja Luwu. melahirkan Sawerigading dan We Tenriabeng Dengan demikian, kata Cina baik sebagai melahirkan seorang puteri yang bernama We nama sebuah wilayah, negara atau sebagai suku Cudai. bangsa maupun nama sebagai sebuah kelompok Sawerigading sendiri memiliki saudara manusia pendukung suatu kebudayaan, sudah kembar perempuan bernama We Tenriabeng. dikenali oleh masyarakat Luwu/Palopo, Sulawesi Keduanya dibesarkan di tempat yang berbeda Selatan sejak berabad-abad yang lalu. Hal dalam istana orang tua mereka tanpa pernah tersebut disebabkan oleh karena kata Cina saling bertemu. Orang tua mereka takut sebagai sebuah wilayah tersebut termuat dalam ramalan seorang juru nujum bahwa jika kelak mitologi masyarakat Bugis yang sangat terkenal Sawerigading bertemu dengan saudara kembar- yaitu cerita Galigo atau I La Galigo (Bahrum, nya ia akan jatuh hati, menjadi kenyataan. 2003:38). Setelah beranjak dewasa, Sawerigading Bahkan hingga saat ini kisah berlayar ke Tanete untuk mewakili Luwu dalam Sawerigading dalam I La Galigo tersebut tidak sebuah pertemuan para pengeran untuk hanya dikenal di kalangan etnis Bugis-Luwu, menyelenggarakan upacara merajah penguasa Toraja dan etnis lainnya, akan tetapi kisah Tanete. Sebenarnya, ia diutus pergi jauh dari tersebut juga populer di kalangan etnis Tionghoa Luwu karena saudara kembarnya, We di Kota Palopo. Etnis Tionghoa Palopo Tenriabeng akan dilantik menjadi seorang bissu menyakini bahwa cerita tersebut benar adanya dalam sebuah upacara umum yang tentu saja sehingga tidak ada alasan untuk memisahkan tidak boleh dihadiri Sawerigading, atau ramalan etnis Tionghoa dengan etnis-etnis lain di Luwu itu akan menjadi kenyataan. atau Palopo karena disamping memiliki ikatan Namun, dalam perjalananya, Saweri- sejarah etnis Tionghoa Palopo juga memiliki gading diberitahu tentang saudara kembarnya itu, ikatan-ikatan darah dengan raja-raja di Kedatuan dan saat pulang ke Luwu dia berusaha melihat Luwu.2 We Tenriabeng lewat sebuah lubang di loteng Saweriganding dalam cerita Galigo, cucu istana. Tak pelak lagi, Sawerigading pun jatuh Batara Guru ini, bukan hanya tokoh utama dalam cinta dan memutuskan untuk menikahinya. Tak cerita Galigo. Banyak orang Bugis serta mereka ada orang yang bisa membujuk Sawerigading yang pernah menjadi bawahan kerajaan Luwu di agar dia membatalkan niatnya tersebut. Bahkan, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah dan ancaman bencana alam yang akan menimpa Tenggara menganggap Sawerigading sebagai sekalipun, tidak menyurutkan keinginannya untuk figur sejarah yang karismatik (Pelras, 2006:104). menikahi saudara kandungnya. Ibu Sawerigading We Opu Sengngeng memiliki We Tenriabeng kemudian membujuk seorang saudara angkat yang bernama We Sawerigading agar mengurungkan niatnya untuk mengawini dirinya dan menyarankan agar kakak- 2Benny Wijaya, Ketua Pengurus Yayasan Budhi nya mengawini sepupunya yang sangat mirip Bakti, Kota Palopo menguraikan bahwa berdasarkan cerita dengannya. Jika rambutnya tidak panjang seperti Galigo gadis yang dipersunting Sawerigading merupakan gadis rambutnya rambutnya, dan pergelangan dan jari yang berasal dari dataran Cina/Tionghoa. Jadi secara keturunan We Cudai tidak cocok dengan gelang dan Kerajaan Luwu dan Etnis Tionghoa ini masih ada hubungan cincinnya, We Tenriabeng bersedia dinikahi darah. Lihat, “Dua Etnis Bertemu di Kedatuan Luwu”. Palopo Pos, 29 Maret 2018, hlm. 1. Hal tersebut juga diungkapkan saat Sawerigading. Mereka berdua, kata We wawancara dengan Alexander Adjie atau Djie Wang Gip di Tenriabeng bak pinang dibelah dua, dan sebagai Palopo, 4 Agustus 2018. Hal tersebut juga disampaikan oleh bukti dia memberi sehelai rambut salah satu Benny Wijaya saat FGD (Focus Group Discation) yang gelang dan cincingnya kepada Sawerigading diselenggarakan di Palopo, 5 Agustus 2018. 358

Sejarah Migrasi Etnis Tionghoa..... M.Thamrin Mattulada untuk digunakan membuktikan kebenaran kata- Menurut Andi Zainal Abidin, Kedatuan katanya. Saudara sepupunya itu bernama We Cina yang disebut-sebut dalam I La Galigo, Cudai. Ia bertempat tinggal di negeri Cina adalah kerajaan tertua di Tanah Bugis bekas (Bahrum, 2003:40). kerajaan Pammana. Datunna Cina XXII masa Tetapi untuk berlayar ke Cina Saweri- Lontarak bernama La Sangaji Ajik Pammana. gading memerlukan kapal baru, pengganti kapal Menjelang wafatnya beliau berpesan kepada ayahnya yang telah digunakan untuk mengelilingi para Matoa (Anggota Dewan Pemangku Adat) Nusantara. Untuk itu dia harus menebang pohon Cina, supaya nama negeri Cina diubah setelah raksasa Walenrang yang berdiri di Mangkutu, beliau meninggal dunia. Beliau usulkan supaya dekat Ussu, di Pantai Luwu sebelah timur. Pohon nama beliaulah yang diabadikan menjadi nama ajaib itu ternyata tidak bisa dia tebang. Meskipun negeri itu, supaya beliau selalu dikenang oleh dia memanggil para bissu untuk melakukan rakyat Cina. Oleh karena itu beliau tidak upacara khusus dengan menyanyikan mantra, mempunyai anak, maka diusulkannya beberapa usaha tetap sia-sia, dan baru berhasil sesudah We calon penggantinya, yaitu Datue ri Kawerang, Tenriabeng memakai ilmu sihirnya. Datue ri Baringeng, Arung Timurung dan Selama pelayaran mencari sepupunya, Arung Liu bernama We Tenrilalo yang Sawerigading bertemu beberapa pelamar We kesemuanya adalah kemanakan beliau (Abidin, Cudai di laut dan mengalahkan mereka. Setiba di 1999:20). Cina, Sawerigading menuju ke istana dengan Pesan beliau itu diterima dengan baik menyamar sebagai sebagai seorang pedagang. dan pada waktu beliau wafat, maka nama Setelah yakin bahwa We Cudai memang benar- negeri Cina diubahlah menjadi Ajik Pammana, benar mirip dengan kembarnya, ia meminang We sering dipendekkan menjadi Pammana, yaitu Cudai untuk menikah. Niat itu tidak berjalan nama akhir La Sangaji Pammana. Pengganti mulus. Raja Cina memang telah menerima beliau yang terpilih ialah We Tenrilallo, yang lamaran Sawerigading, namun We Cudai sendiri mula pertama menggunakan gelar Datu menolak dan mengem-balikan mahar Pammana. Beliau sezaman dengan La Sawerigading, karena mendengar bahwa palamar Tadamparek Puang ri Maggalatung, Arung adalah oro yang biadab. Penolakan itu membuat Matoa Wajo yang memerintah kira-kira dari Sawerigading berang dan memaksa Cina tahun 1491 sampai tahun 1521. Datunna Cina bertekuk lutut dengan kekuatan balaten-taranya. yang memakai gelar Datu Pammana yang Akhirnya setelah menempuh berbagai macam pertama inilah yang menggabungkan negeri cara, We Cudai menerima Sawerigading sebagai Pammana ke dalam Kerajaan Wajo (Abidin, suami dan dalam perkawina tersebut lahirlah dua 1999:20). orang putera yang diberi nama La Galigo dan Peristiwa-peristiwa dalam kisah La Patianjala (Kusuma, 2006:255). Galigo menurut Cristian Pelras terjadi pada Meskipun kata Cina dalam cerita I La periode peralihan antara “zaman perunggu Galigo sampai saat ini masih menimbulkan besi” hingga zaman sejarah. Rentang waktu perdebatan baik di kalangan ilmuan, maupun di tersebut berakhir ketika Sulawesi Selatan kalangan masyarakat pemerhati sejarah memasuki zaman kerajaan. Pelras kebudayaan Bugis. Ada yang berpendapat mengosongkan sama sekali periode antara bahwa Cina dalam cerita I La Galigo tersebut prasejarah hingga abad ke-15 dan menyakini sebenarnya bukanlah daratan Kedatuan Cina bahwa sumber-sumber cerita lisan maupun atau Kerajaan Cina yang sangat terkenal di Asia tulisan La Galigo terjadi pada kurun waktu Timur, Kedatuan Cina dalam cerita tersebut tersebut. Umur temuan arkeologi di sebagai nama sebuah tempat di Pammana, Allangkanangnge ri La Tanete dianggap sesuai Kabupaten Wajo. Selain itu, ada juga yang dengan kronologi sejarah, karena tepat setelah berpendapat bahwa Kedatuan Cina yang tahun 1400-an kerajaan-kerajaan yang disebut disebut-sebut dalam cerita I La Galigo tersebut di dalam La Galigo (bekas kerajaan Luwu, adalah Kedatuan Cina atau kerajaan Cina yang Cina) kehilangan pengaruh seiring terletak di Asia Timur. bermunculannya kerajaan-kerajaan Bugis yang

359

Pangadereng, Vol. 4 No. 2, Desember 2018 lebih muda (seperti kerajaan Bone, Soppeng Sawerigading menyambut kemanakannya dan Wajo). Bukti berupa nama, penyebutan di tersebut dengan senang hati. Sawerigading dalam lontaraq, serta artefak-artefak kuno kemudian melanjutkan pelayarana hingga ia dianggap cukup membuat Pammana sebagai bertemu dengan I La Pawajoq yang baik hati, lokasi kerajaan Cina. sang penguasa “Pao” atau Davao, Filipina Selain itu ada juga yang meletakkan Selatan. Negeri Cina dalam cerita Sawerigading sebagai Berdasarkan deskrips I La Pewajog Cina yang terletak di Asia Daratan. Mereka Cina ternyata masih jauh. Kerajaan tersebut menghubung-hubungkan dengan peninggalan- diapit oleh Sabbangparu dan Baebunta. peninggalan “kebudayaan logam” seperti Sawerigading masih harus berlayar berpuluh nekara, kapak corong dengan jalur perdagangan malam hari hingga bertemu samudera, laut. Fakta bahwa Sulawesi Selatan merupakan berhadapan dengan perempatan yang terbentuk salah satu provinsi yang menjadi pusat oleh belahan arus sungai di laut, hingga ia penemuan keramik Cina kuno terbesar di menemukan sungai yang banyak ditumbuhi Indonesia, tentu menarik untuk menjelaskan oleh pohon. adanay hubungan kerjaan Luwu dengan Perjalan ke Cina memakan waktu yang Kerajaan Cina saat itu. lama karena luar biasa jauh jaraknya. Dapat Bahkan, jika ditelusuri rute pelayaran dibayangkan, jika kita berpegang teguh dengan Sawerigading yang disebutkan dalam buku teori yang mengatakan bahwa Cina terletak di buku Hurhayati Rahman, Sawerigading sudah Pammana, kabupaten Wajo sekarang ini, maka biasa berlayar menjelajahi berbagai macam pelayaran Sawerigading di atas hanya negeri dan pulau di Nusantara, bahkan hingga perjalanan fiktif belaka mengingat jarak ke Majeng (negeri kematian). Sawerigading pelayaran dari Luwu ke Pammana tidak sejauh berangkat dari Luwu dengan perahu raksasa gambaran tersebut. Walengrangnge beserta banyak perahu pengiring lainnya. Kurang lebih lima belas Migrasi Etnis Tionghoa di Kota Palopo malam setealh meninggalkan Luwu, Jika realitas historis dan mitologis rombongan Sawerigading bertemu dengan menggambarkan hubungan Luwu dengan perampok dari . Tujuh hari kemudian Cina/Tionghoa yang sudah terjalin sejak lama, rombongan mereka bertemu dengan La Tupu maka pertanyaan yang muncul kemudian adalah Solog To Apunge, sembilan malam kemudian apakah hubungan tersebut bisa dimaknai sebagai dengan La Tuppu Gellang (berperang selama 3 awal dari proses migrasi orang Tionghoa di malam), tiga hari kemudian bertemu Togeq Tanah Luwu atau Kota Palopo? Atau kedua Tana, Sembilan malam kemudian bertemu La proses tersebut berbeda dengan kata lain Tenripula, Sembilan malam kemudian La keduanya memiliki jalan cerita yang berbeda baik Tenrinyiwiq To Mlaka, dan puluhan malam skala maupun periodenya. kemudian bertemua dengan Settia Bonga Tidak ada jawaban yang memadai Lompeng Ri Jawa Wolio (Buton). terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut Setelah berhasil mengalahkan seluruh mengingat tidak didapatkannya sumber yang musuhnya, tujuh malam kemudian valid yang menjelaskan secara detail dan pasti Sawerigading, dan rombonganya mendarat di kapan dan bagaimana awal mula terjadinya negeri Wewang Riwuq yang lokasinya berada migrasi etnis Tionghoa di Kota Palopo. Dalam di di Teluk Mandar Selat Makassar. Wewang salah satu kajiannya, Muslimin A.R. Effendy Riwuq merupakan slah satu kerajaan Manurung memahami bahwa kehadiran etnis Tionghoa di di muka bumi, dengan Tejjo Risompa sebagai Makassar, dan juga daerah lainnya di Indonesia pemegang kedaulatan. Secara geografis bahkan Asia Tenggara pada dasarnya di latar kerajaan ini berada di sebuah teluk besar belakangi oleh beberapa faktor antara lain: sebelah barat Luwu, sebagaimana Tompoq Pertama, laju pertumbuhan penduduk Cina yang Tikka berkuasa atas sebelah timur. Tejjoq relatif tinggi dan keterbatasan sumber-sumber Risompa yang tiada lain ialah paman ekonomi sehingga tidak memberikan jaminan

360

Sejarah Migrasi Etnis Tionghoa..... M.Thamrin Mattulada penghidupan yang layak bagi rakyat. Kedua, mengalami permintaan yang cukup signifikan di kekacauan politik dalam negeri. Ketiga, faktor pasar Internasional. Hal tersebut yang menjadikan geografi, jarak antara Cina dengan daerah yang nusantara memainkan peranan penting dalam didatangi relatif berdekatan. Keempat, situasi dinamika perdagangan dan pelayaran di keamanan yang kondunsif. Dan kelima, jaringan Nusantara (Reid, 2011:1-5). perdagangan Nusantara yang berkembang pesat Edward L. Poelinggomang menyebutkan (Effendy, 2004). bahwa pada abad ke-16 dan paruh pertama abad Sedangkan menurut Shaifuddin Bahrum, ke-17 Makassar tumbuh dan berkembang kedatangan bangsa Cina di beberapa negeri di menjadi pusat perdagangan terpenting, jalur Nusantara terdorong oleh dua faktor utama. perdagangan dari laut dan pedagang Sulawesi Pertama adalah karena bangsa Cina juga sudah Selatan tersebar ke berbagai daerah produksi. lebih awal dikenal sebagai sebuah bangsa yang Dengan mengutip pendapat Tome Pires, Edward suka berniaga. Kedua karena adanya desakan L. Poelinggomang menjelaskan bahwa awal sistem politik dari dalam negerinya yang sedang pergagang mereka hanya berpusat ke arah barat, berkecamuk, terutama pada abad ke-17 saat berlayar ke Siam kemudain meneruskan ke terjadinya pergeseran kekuasaan di Tiongkok Malaka hingga ke Pahang dengan membawa (Bahrum, 2003:36-37). Lebih lanjut Bahrum beras dan emas (Poelinggomang, 2004:41-58). menguraikan bahwa kemungkinan besar orang Dengan tampilnya primadona baru dalam dunia Cina datang ke Makassar sejak kekuasaan Dinasti niaga yaitu teh dan porseling dari Cina, dan Yuan (1280-1367). Kedatangan imigrasi Cina ke tawaran komoditi permintaan Cina yang Nusantara seputar abad ke-17, rata-rata berasal melimpah di kawasan ini yaitu produksi laut dan dari daerah Tiongkok Selatan terutama dari hasil hutan. Propinsi Fu Kian dan Kuang Tong. Braam Moris mencatat bahwa pada awal Sejarah telah mencatat bahwa sejak hingga pertengahan abad ke-19 pedagang- lama telah terjalin hubungan antara Cina pedagang Cina sudah aktif menjalin hubungan dengan Indonesia. Hubungan tersebut dagang dengan berbagai pihak di pusat-pusat setidaknya terjalin melalui jalur perdagangan perdagangan di kerajaan Luwu. Pada saat itu dan pelayaran. Awal mula hubungan kerajaan Luwu banyak menghasilkan kekayaan perdagangan antara Cina dan Indonesia telah hutan berupa rotan, bambu, tembakau, sirih, berlangsung pada tahun 250 M dan 400 M. madu dan sagu yang laku di perdagangan global. Misi-misi dagang Cina sering dikirim ke luar Selain itu juga diperdagangkan barang-barang negeri untuk mencari barang-barang langka dan seperti emas, tempaan besi, badik dan lain-lain. berharga untuk kebutuhan istana di kerajaan Perdagangan di Luwu merupakan hal yang Cina. Informasi ini dapat diperoleh melalui penting, namun karena kecilnya peranan berita Cina yang sebenarmya merupakan penduduk pribumi maka seluruh proses catatan perjalanan para pelancong Cina di masa perdagangan berada di tangan orang Arab, Cina, Dinast Han (206 SM-220 M) dan Dinasti Tang Makassar yang datang dan tinggal untuk (618 M-906 M.). Barang dagangan favorit dari sementara atau menetap untuk memperoleh Indonesia yang disukai Cina adalah rempah kekayaan yang luar biasa dari hasil hutan dan rempah, pakaian, dupa dan bulu burung kakatua produksi kopi yang terus meningkat (Hafid, (Soroyo, 2007:36). 1992/1993:17). Perdagangan merupakan hal yang vital Setiap tahun secara teratur datang dari dan cukup penting bagi Asia Tenggara pada luar ke kota Palopo beberapa kapal dari kurun niaga (abad ke-15 hingga abad ke-18) Singapura, Pontianak, Wajo dan muara kali khususnya wilayah Nusantara. Karena sifat Cenrana (Pallima) serta dari Makassar untuk uniknya dapat dijangkau lewat lalu litas dan mengambil produksi di daerah Luwu. Jumlah menguasai jalur maritim antara Cina dan pusat- kapal terus meningkat dari tahun ke tahun, pusat pemukiman penduduk seperti India Tmur dalam tahun 1886 menjadi dua belas, Tengah dan Eropa. Produk berupa cengkeh, pala, diantaranya dua besar bertiang tiga sedangkan kayu cendana, kayu sapan, kamper dan pernis tahun-tahun sebelumnya hanya tujuh atau

361

Pangadereng, Vol. 4 No. 2, Desember 2018 delapan kapal. Biasanya mereka datang dalam Dalam perkembangan selanjutnya, bulan Maret dan April dan tinggal disana hubungan antara Cina dan Luwu tidak hanya sampai bulan Juni atau Agustus, kemudian melalui perdagangan. Mereka kemudian datang pulang dengan muatan sago, rotan, kopi, lilin, untuk menetap dan bertempat tinggal permanen kulit, soga dan kayu nibon ke Singapura (Hafid, di daerah Luwu. Menurut Alexander Adjie 1992/1993:17). gelombang migrasi etnis Tionghoa ke Palopo Perdagangan dengan Makassar, baru terjadi pada dekade awal abad ke-20.3 Balangnipa dan Bone hanya terjadi dengan Ayahnya yang bernama Djie Adjeng yang lahir melalui perahu-perahu, dan terutama dengan di Kai Ping, Kuantung, Tiongkok pada tahun Mengkoka, perda-gangan itu sangat hidup. Selain 1895, bermigrasi ke Makassar pada tahun 1913. dari Palopo dan Mengkoka perahu-perahu ini Karena Tidak betah di Makassar, dengan juga mengunjungi Suling, Cimpu, Larompong, berbekal pengetahuan dan cerita dari teman- Bua, Batatongka, Wotu dan Borau. Perdagangan temannya yang tinggal di Palopo, maka ia dari Palopo dengan semua tempat yang terletak di memutuskan untuk meninggalkan Makassar sebelah timur diangkut dengan menggunakan menuju ke Palopo. Maka pada tahun 1917 dia perahu kecil yang memuat sago, rotan, damar dan kemudian melanjutkan perjalanan bermaksud lilin. merantau ke Tanah Luwu. dan tiba di Palopo Barang-barang penting yang dimasuk- seminggu kemudian. kan adalah garam, beras, ikan kering, candu, Gelombang migrasi terus berdatangan bedil, mesiu dan timah. Akan tetapi ketiga sepanjang tahun, untuk membantu para migran barang (candu, bedil dan mesiu) diselundupkan. yang baru datang dari Tiongkok, pemerintah Kapak, parang, benign Eropa, dan kain katun kolonial di bantu oleh pihak kedatuan Luwu kasar, jamban tanah, jamban batu, piring, menyediakan fasilitas berupa penampungan pinggam, barang-barang tembaga dan barang- sementara untuk para migran atau yang biasa juga barang kelontong. Yang diekspor ke Singapura disebut “rumah singgah” atau kwang i lhu shio. ialah sagu, rotan, kopi, lilin, kulit, saga, Untuk membangun “rumah singgah” tersebut, bingkuru dan kayu nibong ke Makassar dan Datu Luwu Andi Kambo menyediakan lahan dan tempat-tempat di pantai: kopi, damar, rotan, sarana prasarana lainnya. Kemudian rumah sago, lilin, teripang, penyu, kerang, kulit, singgah ini diresmikan penggunaannya pada nibong, kayu pertukangan, senjata terutama tahun 1920. Sebagai tempat penampungan kalewang, badik dan macam-macam hasil sementara, rumah singgah diperuntukkan bagi hutan. para migran yang belum mempunyai tempat Pada tahap selanjutnya, hubungan tinggal tetap atau bagi mereka tidak memiliki dengan Cina tidak hanya dalam bentuk kerabat di Palopo. perdagangan. Banyak di antara mereka yang Menurut Alexander Adjie, para migran datang ke Nusantara tidak ingin berdagang yang datang ke Palopo berasal dari berbagai melainkan ingin bermukim atau bertempat etnis di Tiongkok, seperti Etnis Kanton, tinggal menetap di Nusantara. Memang pada Hokkian, Hakka (Khek), Sangtung, dan awalnya kedatangan orang-orang Cina ke Khubek. Orang Kanton adalah kelompok Nusantara bertujuan untuk berdagang. Lambat imigran Cina yang pertama bermukim di laun, orang-orang Cina tersebut merasa nyaman Palopo dalam jumlah yang cukup besar sampai tinggal di Nusantara sehingga banyak dari abad ke-19. Etnis Kanton (Kwang Foe) ini mereka yang kemudian menetap, membawa berasal dari Provinsi Kuang Tung, etnis Konton keluarganya ke Nusantara ataupun menikahi orang-orang pribumi yang melahirkan 3 akulturasi dan asimilasi kebudayaan. Meskipun demikian jika mengacu pada sumber arkeologis, maka jauh sebelumnya sudah ada etnis Keterbukaan orang-orang pribumi dan keadaan Tionghoa yang menetap dan bertempat tinggal di Kota alam Nusantara turut membuat orang-orang Palopo. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan Cina tersebut merasa nyaman. ditemukannya 7 kuburan Cina di Balandai yang berangkat tahun 1800-an.

362

Sejarah Migrasi Etnis Tionghoa..... M.Thamrin Mattulada adalah etnis Tionghoa yang mayoritas di kota Masamba, Malili, Wotu, Rampi, Rongkong, Palopo (wawancara: Kota Palopo, 4 Agustus Bantilang atau Toraja Tetapi, bagi mareka yang 2018). memutuskan untuk tinggal di kota Palopo, Selain itu terdapat juga etnis Hokkian, biasanya memilih mencari tempat tinggal di mereka berasal dari Amoy dan sekitarnya daerah pasar terutama di Tappong. Daerah (Tsiang Tsu, Tsoan Tsiu, dan sebagainya), Fu Tappong sekarang ini terletak di Jalan Kheien Selatan (Bahrum, 2003:37). Imigran Pelabuhan, Jalan Sawerigading, atau di Jalan Cina lainnya adalah orang Hakka, imigran ini Landau. Di daerah tersebut dulunya adalah berasal dari pedalaman Provinsi Kuan Tong. pusat pemukiman etnis Tionghoa di kota Bentuk geografis daerah asal mereka ini Palopo yang sekarang mungkin bisa disebut kebanyakan daerah berbukit dan tandus. sebagai “Kampung Cina”. Mereka adalah orang Cina terbanyak setelah orang Hokkian. PENUTUP Menurut Alexander Adjie, imigran yang Cina dan Luwu telah memiliki akar baru datang itu sangat melarat. Mereka sejarah yang sangat kuat. Hal ini berdasar pada menaruh harapan besar untuk mendapatkan mitologi kisah La Galigo yang dipercaya sebagai pekerjaan yang layak. Hanya sebagian kecil mitos yang mengandung nilai-nilai sejarah. diantara mereka yang memiliki keahlian dan Dalam kisah La Galigo tersebut diceritakan keterampilan untuk data menciptakan lapangan bahwa Sawerigading berlayar hingga negeri Cina kerja baru (Effendy, 2004:2016). Menurut untuk menemui dan melamar gadis pujaannya Alexander Adjie, orang Hokkian terkenal yang bernama We Cudai, seorang putri cantik di sangat irit dan kuat menderita. Saat pertama Kerajaan Cina. Dari perkawinan Sawerigading datang dan ditampung di rumah singgah di dengan We Cudai tersebut melahirkan keturunan Palopo mereka sangat mengirit. Makannya raja-raja Luwu. Faktor inilah yang menjadi faktor hanya dua kali sehari di siang hari hanya utama hubungan Cina dan Luwu yang terjalin makan nasi bubur tanpa lauk pauk sama sekali, baik hingga kini. Walaupun, istilah Cina pada makan malamnya baru makan nasi dengan lauk kisah La Galigo masih menjadi perdebatan di seadanya. Tetapi rata-rata mereka yang sukses kalangan akademisi dan pemerhati sejarah dan di perantauan termasuk di Palopo adalah etnis budaya. Hokkian sebagai pengusaha “kelas kakap” Hingga pertengahan abad ke-19 seperti Bang Chung Lion (wawancara: Kota pedagang-pedagang Cina sudah aktif menjalin Palopo, 04 Agustus 2018). hubungan dagang dengan berbagai pihak di Orang Hokkian banyak yang sukses di pusat-pusat perdagangan di kerajaan Luwu. Palopo karena kerjanya sebagai pedagang. Perdagangan di Luwu merupakan hal yang Seperti pedagang emas, obat-obatan, pecah penting, namun karena kecilnya peranan belah, hotel dan hiburan. Sedangkan etnis penduduk pribumi maka seluruh proses lainnya seperti orang Kanton menekuni usaha perdagangan berada di tangan orang Arab, Cina, Tukang Kayu, Tukang Batu dan Tukang Jahit. Makassar yang datang dan tinggal untuk Sumber berbeda menyebutkan bahwa orang sementara atau menetap untuk memperoleh Kanton juga menekuni usaha penggilingan kekayaan yang luar biasa dari hasil hutan dan padi, menjual makanan, warung kopi, restoran, produksi kopi yang terus meningkat tukang foto dan sedikit menjual pakaian. Pada awal abad ke-20, migrasi imigran Sedangkan orang Sangtung kerjanya sebagai Cina ke Kota Palopo tidak hanya untuk pedagang kain. Di Palopo orang Sangtung berdagang namun juga untuk menetap dan ikut jumlahnya sangat sedikit mereka adalah etnis membangun Kota Palopo. Pada 1917, seorang Tionghoa yang minoritas. . imigran asal Tiongkok beretnis Kanton yang Dari “rumah singgah” kemudian para bernama Djie Adjeng. Datang ke Palopo migran memutuskan untuk pindah dengan bersama dengan beberapa etnis lainnya yaitu alasan telah menemukan pemukiman baru di etnis Hokkian, yang berasal dari Amoy dan Palopo atau daerah-daerah lain di Luwu, seperti sekitarnya (Tsiang Tsu, Tsoan Tsiu, dan

363

Pangadereng, Vol. 4 No. 2, Desember 2018 sebagainya), Fu Kheien Selatan, orang Hakka, Harun Kadir, dkk. Sejarah Perjuangan yang berasal dari pedalaman Provinsi Kuan Kemerdekaan Republik Indonesia di Tong. Bentuk geografis daerah asal mereka ini Sulawesi Selatan (1945-1950). Ujung kebanyakan daerah berbukit dan tandus Pandang: Kerjasama Bappeda Tingkat I sehingga mereka memilih mencari penghidupan Provinsi Sulawesi Selatan dengan keluar dari negerinya. Kedatangan mereka Universitas Hasanuddin, 1984. disambut dengan baik oleh Kedatuan Luwu Harvey, Barbara Sillars. Pemberontakan Kahar dengan menyediakan rumah singgah dan Muzakkar: Dari Tradisi ke DI/TII. sekolah serta fasilitas yang lain untuk Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti. menunjang kehidupan para imigran yang 1989a. datang. ______. Permesta: Pemberontakan Setengah Hati. Jakarta: PT. Pustaka DAFTAR PUSTAKA Utama Grafiti. 1989b. Andi Zainal Abidin. Capita Selecta Sejarah ______. “Sulawesi Selatan:Boneka Sulawesi Selatan. Ujung Pandang: dan Patriot” dalam Audrey R. Hasanuddin University Press, 1999. Kahin. Pergolakan Daerah pada Awal Andi Ima Kusuma, “Beberapa Catatan Kultural Kemerdekaan. Jakarta: PT. Pustaka Sistem Pemerintahan „Kerajaan Luwu‟ Utama Grafiti. 1989c. Prakolonial Dipandang Dari Dimensi Birokrasi: Sebuah Refleksi Sejarah” dalam Iwan Sumantri (ed.). Kedatuan Luwu: Perspektif Arkeologi, Sejarah dan Antropologi. Makassar: Jendeladunia, 2006. Anhar Gonggong. Abdul Qahhar Mudzakkar: Dari Patriot Hingga Pemberontak. Jakarta: PT. Grasindo Widiasarana Indonesia, 1992. Awan Mutakin, Dasim Budimasaya, dan Gurniawan. Dinamika Masyarakat Indonesia. Bandung: PT.Genesindo, 2010. Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar, “Zonasi Tinggalan Kolonial Kota Palopo (lanjutan) Provinsi Sulawesi Selatan”, Kelompok Kerja Pengamanan dan Penyelamatan, Balai Pelestarian Cagar Budaya, Makassar, 2015. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah Dan Nilai Tradisional Proyek Inventaris Dan Dokumentasi Sejaran Nasional 1983/1984, Seminar Sejarah Perjuangan Rakyat Suawesi Selatan Menentang Penjajah Asing, 1982. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998. Dias Pradadimara, “Penduduk Kota, Warga Kota Dan Sejarah Kota: Kisah

364