Riptek Vol. 6, No.I, Tahun 2012, Hal.: 11 - 15 LANSKAP SEMARANG YANG HILANG

Totok Roesmanto*)

Abstract The city landscape of Semarang has undergone many changes and open spaces tend to be lost. Landscape in the neighborhood has become an instant landscape that can be found in the other cities. The specificity of Semarang city landscape to be presented back with a different materials. Keywords : landscape, identity, Semarang

Pendahuluan Nagarakretagama Pupuh LX/1/4 dan Lanskap kota Semarang tidak ada bedanya LXVIII/4/1, serta LX/3/2 dan 4. Tetapi dalam dengan di kota-kota besar lainnya, berwujud Suma Oriental tulisan Tome Pires tentang ruang terbuka hijau yang dipertahankan dan reportase kisah perjalanannya ke pantai utara dikitari dengan tanaman jenis pohon yang baru Jawa pada tahun 1513 Semarang disebut sebagai penghijauannya. Taman kota yang ada dengan Camaram yang telah berpenduduk 3000 di seputar Lapangan Pancasila, pada awalnya orang. Tulisan tentang Camaram diperkirakan berupa deretan pohon asam kranji yang pada berdasar laporan informan lokal kepada Tome penataan Kawasan Simapala (Simpang Lima dan Pires yang kemungkinan tidak menjejakkan Jalan Pahlawan) tahun 1990 tetap kakinya di daratan Semarang dan berada di dipertahankan untuk menghindari kesan perairan Laut Jawa. Pada tahun yang sama pembangunan tambal sulam, kemudian disisipi Pangeran Sabrang Lor memimpin ekspedisi dengan deretan lampu hias. Dalam program Kerajaan Demak ke Malaka untuk mewujudkan taman kota bagian tepi dari ruang membebaskan bandar tersebut dari kekuasaan terbuka hijau tersebut kemudian ditanami Portugis. kelapa sawit beberapa lapis, yang kemudian Kehadiran Tome Pires di Laut Jawa tentu dipindahkan ke koridor jalan yang lain pada sangat dekat dengan daerah pesisiran di mana tahun 2011 ketika Kawasan Simapala ditata kota-kota penting di bawah kedaulatan kembali. Kerajaan Demak berada, sangatlah menarik. Lapangan Simpang Lima merupakan Apabila pengelanaan bahari dilakukan Tome pengganti alun-alun Semarang yang hilang dan Pires setelah kegagalan Pangeran Sabrang Lor sebenarnya merupakan ruang terbuka hijau menyerang Malaka pada tahun 1512 dan 1513 yang dirancang VOC setelah bentengnya (Moentadhim, 2010:65), kemungkinan dipindahkan dari Jepara ke Semarang. Ide mempunyai misi lain untuk mengetahui menjadikan Kawasan Telogo Bayem menjadi kekuatan Kerajaan Demak dari dekat. Terbukti alun-alun pengganti diprakarsai Presiden pada tahun 1550 dan 1574, Ratu Kalinyamat Soekarno yang sedang berpidato di Semarang. juga menyerang Malaka, meskipun juga gagal. Tetapi sebenarnya sejak masih menjadi bagian Tetapi apabila pengelanaan bahari Tome Pires dari tanah milik Oei Tiong Ham (Raja Gula di dilakukan menjelang ekspedisi Pangeran Asia Tenggara), setelah berlangsungnya Sabrang Lor, maka informasinya tentang kota – Koloniale Tentoonstelling (1914) yang dirancang kota di pesisir utara Jawa sangat penting bagi Maclaine Pont dan bagian Portugis di Malaka. Kerajaan Demak pada abad kawasan yang kemudian menjadi Lapangan ke-15 menguasai jalur perniagaan bahari dari/ke Simpang Lima tersebut telah direncanakan Timur Tengah ke/dari Maluku dengan rute Thomas Karsten. melalui Selat Muria. Mungkin saja perjalanan Perkembangan taman di Semarang Tome Pires juga lewat selat yang memisahkan kemungkinan semasa dengan kota-kota lain Pulau Muria dengan Tanah Jawa. terpicu oleh slogan Small is Beautiful pada tahun Terlepas dari kemungkinan rute 1970an, sedangkan lanskap yang mewarnai perjalanan Tome Pires ke perairan Laut Jawa, koridor-koridor jalan utamanya telah Kota Semarang dengan jumlah penduduk 3000 mengalami beberapa kali pergantian orang merupakan kota kecil bila dibandingkan senyampang jenis pohon yang sedang trend dengan kondisi kota- Demaa atau ditanam. Demak yang berhunian 8.000-10.000 rumah (Cortesao, 1990:166-198) atau berpenghuni Lanskap Embrio Kota sekitar 40.000-50.000 orang. Dengan jumlah Ada anggapan bahwa asal kata Semarang warga kota sekitar 3000 orang, maka hunian adalah asem arang yang berarti asam yang ada di Semarang paling tidak sejumlah 600 (Tamarindus Indica) sama seperti pohon yang rumah. Bangunan sebanyak itu tidak mungkin tumbuh di kota-kraton tetapi terkonsentrasi di permukiman Pulau Tirang tumbuhnya jarang-jarang. Keberadaan pohon Amper yang diperkirakan berada di Bukit asam di Trowulan tersebutkan dalam kakawin Mugas di mana makam Ki Ageng Pandanaran

*) Guru Besar Bidang Arsitektur Universitas Diponegoro, HP.081 2283 6996 Lanskap Semarang yang Hilang (Totok Roesmanto) berada. Kondisinya lebih sesuai apabila berada pembanding, alun-alun Semarang produk VOC di dataran Bubakan hasil dari pem-bubak-an, berukuran lebih besar dari pasebaan. Pada peta dan dekat Kali Semarang sebagai media kuno inilah tergambarkan keberadaan Masjid transportasi air. Semarang yang terletak di tepi Kali Semarang Ki Ageng Pandanaran bisa bermakna Ki dan menempati bagian timur laut dari Ageng yang bermukim di daerah Pandanaran pasebaan. Ketidaksamaan letak Masjid dari kata tanaman pandan yang arang Semarang dari masjid yang umumnya berada di (tumbuhnya jarang-jarang), atau yang sebelah barat alun-alun (pola tata ruang kota- merupakan aran (berarti anak) dari Pandan kraton Bintoro Demak) sebetulnya menjadi (kependekan dari kata Made Pandan), atau yang kekhasan dari pola tata ruang kota Semarang. ber-aran (bernama) Pandan. Apabila penamaan Masjid Semarang menjadi elemen baru pada yang berkaitan dengan kondisi lanskap di pasebaan Semarang kemungkinan berkaitan wilayah komunitas Ki Ageng Pandanaran dengan pengislaman kembali Ki Ageng bermukim tersebut benar, maka dengan Pandanaran oleh Sunan Kalijaga. kesamaan cara penamaan kata Samarang Alun-alun tradisional Semarang berbentuk menjelaskan tentang kekhasan kondisi lanskap trapesium, tidak ditandai dengan satu atau dua di permukiman Bubakan yang ditandai pohon beringin di tengah-tengahnya tetapi keberadaan pohon asam yang tumbuh jarang- berderet di sisi utara, barat, dan selatan. Pola jarang. lanskap demikian juga diterapkan di alun-alun Keberanian memindahkan permukiman Kerajaan Mataram baik yang ada di Surakarta komunitasnya dari daerah Bukit Mugas yang maupun Yogjakarta. Tidak ada penjelasan juga merupakan pulau-pulau kecil di daerah tentang jenis pohon yang ada di alun alun Bergota ke daerah dataran hanya mungkin tradisiona Semarang. Dari penggambarannya, diprakarsai pemuka masyarakat yang visioner. jenis tanaman yang ada di sebelah selatah Kehidupan bahari masyarakat Kerajaan Demak komplek Kadipaten Semarang dan di sepanjang akan menyukai tinggal di tepi pantai daripada di Kali Semarang di sebelah timur dari Kampung daerah pedalaman, maka setelah Melayu adalah pohon kelapa atau mungkin aren berlangsungnya sedimentasi secara besar- (Arenga Pinnata) atau bisa juga lontar besaran dan garis pantai bergeser dari tepi (Duschesnea Indica). Bukit Bergota ke Bubakan, bedhol desa Ketika alun-alun Semarang (produk VOC) dilakukan Ki Ageng Pandanaran. Kesuksesan hilang setelah di atasnya berdiri beberapa tersebut dapat memicu tumbuhnya bangunan gedung dan dipenuhi pedagang kaki kesombongan Ki Ageng Pandanaran, yang lima banyak orang menyesalkan ketiadaan kemudian menyebabkan Sunan Kalijaga ruang terbuka hijau yang bersejarah tersebut. mengislamkannya kembali. Menurut Hasanu Meskipun sebenarnya pasebaan yang Simon, Sunan Pandanaran termasuk dalam sebenarnya merupakan alun-alun tradisional jajaran Wali Sanga periode ke-6. Ki Ageng lebih dahulu hilang. Hilangnya alun-alun VOC Pandanaran yang paling sesuai sebagai Sunan seringkali dianggap karena dipicu oleh Pandanaran adalah Sunan Tembayat yang pendhapa Kanjengan yang bersebelahan dan menggunakan nama tersebut setelah melepas lebih dahulu hilang. Dari foto kuno alun-alun kekuasaannya sebagai Adipati Samarang. VOC yang diambil pada masa Hindia Belanda Permukiman di dataran Bubakan nampak adanya beberapa pohon bertajuk memungkinkan pengadaan alun-alun yang dapat sangat lebar dan lebat yang berada di sebelah digunakan sebagai media berkumpul komunitas baratnya. Sedangkan penamaan Pasar Djohar yang berjumlah 3000 orang. Apabila 1 orang selalu dikaitkan dengan banyaknya pohon johar membutuhkan 1-2 m2 untuk berkumpul yang berada di sisi timur alun-alun VOC bersama di sebuah ruang terbuka, maka luasan (Roesmanto, 2010) yang diperlukan sekitar 6000 m2 berupa alun- alun bujur sangkar bersisi 77 m. Dengan Lanskap Koridor Jalan ukuran 1 dhepa orang dewasa sekitar 1,65 m Deretan pohon asam di sepanjang maka sisi alun-alun yang paling mendekati koridor sisi utara dari alun-alun Semarang adalah 45 dhepa dari kelipatan 5 dhepa-an atau (produk VOC) kemungkinan ditanam pada saat 9 dhepa-an yang setara dengan 74,25 m. pembuatan Jalan Pemuda sebagai jalan utama Perkiraan ukuran alun-alun tersebut dapat dari Kota Lama, terutama setelah menjadi dibandingkan dengan pasebaan atau alun-alun bagian dari groote postweg Daendels. Pohon tradisional yang digambarkan pada peta kuno asam kemudian juga ditanam di sepanjang jalan Semarang sebelum tahun 1719 yaitu PAAN van besar yang lain, sehingga lanskap Semarang het Fort in omleg gende Cituatie van Samarangh khususnya di koridor-koridor jalan utamanya (Roesmanto & Supriya, 2001:129). Terdapat pernah diwarnai deretan pohon asam. rentang waktu sekitar 200 tahun yang Kawasan Kota Lama Semarang tidak memungkinkan terjadinya perubahan. Sebagai banyak ditumbuhi pohon asam, bahkan lebih

12

Riptek Vol. 6, No.I, Tahun 2012, Hal.: 11 - 15 banyak area terbangun dari ruang terbuka oleh keberadaan tanaman buah-buahan yang hijaunya. Taman berukuran cukup besar yang tidak semuanya bertajuk lebar. ada adalah parade plein atau lapangan untuk Kawasan lain di mana Jalan Beringin, Jalan parade militer di sebelah timur Gereja Tanjung terletak adalah kawasan kuno yang Blenduk, yang kini disebut Taman Srigunting. terbentuk karena pembuatan Bojong-weg (kini Foto kuno yang menggambarkan sebagian Jalan Pemuda). Nama jalan-jalan tersebut kawasannya memperlihatkan parade plein karena pada koridornya terdapat jenis-jenis merupakan lapangan rumput tanpa pohon- pohon yang tidak banyak terdapat di kawasan pohon peneduh di sekelilingnya. Jalan Letjen yang lain. Di dekat bangunan kuno Pasar Bulu Suprapto yang pernah menjadi bagian dari yang telah dirobohkan terdapat Jalan groote postweg Daendels terlalu sempit di kiri- Karangasem yang deretan pohon asam-nya kanannya ditanami pepohonan bertajuk lebar. masih bertahan sampai sekarang. Bisa jadi Deretan pohon asam yang mewarnai koridor karena koridor jalan tersebut mengantarkan Jalan Alun-alun Utara tidak berlanjut menerus menuju ke komplek militer sehingga lanskapnya ke jalan tersebut melewati Kreteg mBerok, masih tetap terjaga. Sebaliknya koridor Jalan apalagi setelah gedung Gementee Semarang Soegijopranoto yang di kiri-kanannya dahulu berada di sisi barat dari Jalan Ranggawarsita di juga diwarnai deretan pohon asam telah sebelah utara jembatan yang terkenal itu. Pola berwajah baru akibat beberapa kali pelebaran lanskap di kawasan Kota Lama sangat mungkin jalannya, termasuk juga menyebabkan rel trem terkait dengan hasil pelebaran Kota Benteng listrik Banjirkanal Barat-Jomblang di sisi yang semula hanya di sisi timur Kali Semarang selatannya ikut terkubur. Demikian juga pada berseberangan dengan Masjid Kampung Melayu koridor Karangbalong yang menghubungkan menjadi meluas ke timur. Jembatan Banjirkanal Barat ke Lapangan Kawasan Tawang yang sebelumnya tidak Terbang Kali Banteng (kini Bandara A.Yani) termasuk kawasan Kota Lama dari beberapa tidak ada lagi deretan pohon asam. foto kuno semasa dengan kejayaan Stasiun Tawang dapat diketahui lanskapnya ditandai Lanskap Hunian dengan deretan pohon cemara. Koridor jalan Jalur lambat yang pernah ada di sebagian yang menghubungkan Jalan Mataram dan jalan di Semarang telah digantikan trotoar Stasiun Samarang di Kemijen ditandai dengan ataupun hilang. Pada sisi barat dari Kali Sari deretan pohon cemara, demikian juga di yang mengalir di sebelah Gereja Katedral sekeliling lapangan di depan Stasiun Tawang Randusari pernah memiliki jalur lambat untuk yang kini telah berubah menjadi kolam retensi. lintasan sepeda dan becak yang aman karena Pohon asam yang menaungi rel trem listrik di dibatasi dengan deretan tanaman landep yang sepanjang jalan-jalan utama di kota Semarang tumbuh rapat. Meskipun demikian pernah ada tidak dipilih untuk mewarnai lanskap koridor truk nyasar yang karena keberadaan pagar area perkereta-apian dan gudang nya tanaman tersebut tidak sampai tercebur ke kemungkinan mempertimbangkan tajuknya Kali Sari. yang tidak lebar dan pohonnya meninggi. Jalan Dr.Cipto juga memiliki pagar Fungsinya sebagai elemen pengarah dan tanaman sejenis yang membatasi jalur penanda lebih dibutuhkan, serta pertimbangan lambatnya yang lebar dan jalur kendaraan keberadaannya di daerah sedimentasi. Hal yang bermotor. Sekarang pada koridor jalannya sama juga dapat ditemukan, di hampir semua tertanam pohon yang bertajuk rimbun, tidak lapangan rumput yang lebih muda seperti seperti dahulu yang hanya terdapat di deretan lapangan Benteng Pendhem, lapangan Sidodadi, sisi barat saja. lapangan Mugas, lapangan Kalisari di Pagar tanaman landep dihiasi dengan sekelilingnya juga ditanami cemara. Karena bunganya yang berwarna ungu meskipun warna tidak memerlukan perawatan yang khusus hijau daunnya tidak menarik. Tanaman beluntas sebagian dari deretan pohon cemara tersebut juga pernah digunakan sebagai pagar tanaman masih ada. pembatas halaman depan pada rumah tinggal di Beberapa jalan menggunakan nama-nama kampung-kampung. Daun beluntas muda dapat tanaman menandai pada koridornya pernah dimanfaatkan untuk bahan urap-urap dan memiliki lanskap yang ditandai oleh deretan berfungsi sebagai penangkal bau ketiak. Jenis pohon tertentu, atau pernah ada pohon yang tanaman lain sebagai pembentuk pagar tanaman khas dan membedakannya dari lanskap koridor pada masa berikutnya adalah ganyong, di jalan yang lain. Jalan di komplek permukiman puspanyidra berdaun hijau ataupun merah di Peterongan yang didesain Thomas Karsten kecoklatan dan berbunga kuning-jingga yang banyak menggunakan nama tanaman buah- menarik. Puspanyidra yang tumbuh rapat buahan seperti mangga, manggis, belimbing, biasanya ditanam berderet di sepanjang selokan jeruk. Dalam perencanaan Karsten yang tanah, tetapi keberadaannya tidak berkaitan berkonsep kota tropis daerah tersebut dengan nama kampung seperti Puspanjolo, dikonsepkan memiliki lanskap yang dibentuk Puspawarno, Puspagiwang yang semuanya 13

Lanskap Semarang yang Hilang (Totok Roesmanto) adalah nama gendhing Jawa. menggantikan peran asam kranji sebagai Puring pada awalnya hanya ditanam di tanaman peneduh yang ternyata tidak disukai komplek makam saja, tetapi karena potensi burung sebagai tempat hinggap selain batangnya warna daunnya yang menarik kemudian mudah patah. Kehadiran asam kranji di dijadikan elemen pembentuk pagar halaman Semarang karena pertimbangan pohonnya rumah. Karena kesejarahan tumbuhnya maka cepat besar dan rimbun apabila dibandingkan hanya beberapa rumah saja yang memiliki pagar dengan filicium yang bentuknya menarik, tanaman pembatas halaman depan dari deretan populer sebagai tanaman peneduh area parkir puring. Pertimbangan tersebut lalu mengikis tetapi tajuknya sulit menjadi lebat. setelah tanaman puring bali banyak dijual di Pangkas kuning adalah tanaman instan komplek penjualan tanaman hias. untuk pembatas yang ditemukan di banyak kota Bunga sepatu, mawar, melati merupakan di . Belum diketahui kapan tepatnya jenis tanaman yang paling banyak dijadikan masuk ke Semarang, tetapi tanaman jenis ini pembentuk tanaman pagar dengan konsep sedemikian populer hingga keberadaannya di blok, meskipun membutuhkan waktu yang taman-taman kota besar di Bali mengalahkan sangat lama agar tumbuhnya bisa rapat. Tetapi kamboja yang lebih dahulu ada dan mentradisi pemilihan kantil sebagai tanaman khas Jawa penggunaan bunganya. Agaknya kehadiran Tengah tidak terkait dengan banyaknya pangkas kuning menggantikan teh-tehan yang tersebut ditanam sebagai tanaman pagar tetapi warna daunnya kurang menarik. Kalau teh- mungkin karena bunganya yang berperan tehan yang batangnya lebih keras dapat penting dalam ritual yang ditradisikan dibentuk sebagai patung tanaman berwujud masyarakat Jawa. hewan dan bentukan geometris lainnya, Pada era 1950-1970an ketika sepanjang pangkas kuning cenderung dibentuk sebagai koridor jalan dan kampung kota Semarang blok tanaman geometris saja. Akhir-akhir ini diwarnai kehadiran bangunan rumah ber- keberadaan teh-tehan, pangkas kuning mulai arsitektur Jengki berkembang tanaman teras tergantikan pucuk merah yang lebih luwes yang menjadi tabir dan peneduhnya. Tiang-tiang bentuknya karena dapat dipaksa menjadi penyangga atap teras depan dirambati tanaman tanaman perdu atau dibiarkan tumbuh menjadi hias jenis sirih belanda yang ditanam di pot pohon bertajuk rindang. Penggunaan pucuk bunga berukuran kecil atau bola kaca bekas merah juga dapat ditemukan di Singapura lampu pijar yang diisi air. Atap peneduh teras sebagai penbatas jalan di Kampus NUS depan berbentuk anjang-anjang semacam (National University of Singapore) dan pergola yang rapat dirambati tanaman sulur- beberapa kawasan yang lain. suluran seperti gambas, labu, sampai ke bustru Hilangnya kekhasan lanskap suatu kota yang hanya dapat dimanfaatkan serat daging sangat disayangkan karena wajah kota selain buahnya untuk tapas penggosok piring. sulit dibedakan karena dipenuhi dengan Perkembangan berikutnya, anjang-anjang bangunan-bangunan, juga hilangnya luasan menjadi media menjulurnya batang-batang ruang terbuka hijau hanya digantikan dengan pohon alamanda, anggur, dan kemudian taman-taman berukuran kecil dengan wajah asparagus. Sebelum bougenville dikenal sebagai yang cenderung sama. Teras depan rumah satrio wirang karena warna bunganya yang jarang yang didesain dengan kelengkapan taman menarik tanaman ini pernah mewarnai banyak tropis, dan lanskap koridor-koridor jalan tidak teras depan rumah di Semarang. memiliki pohon-pohon peneduh yang sangat dibutuhkan bagi pejalan kaki yang melintas di Lanskap Instan trotoar-nya. Tanaman khas yang menghias lanskap Penanaman pohon trembesi, mahoni Kota Semarang telah berganti dengan lanskap sebagai tanaman peneduh potensial akan instan. Taman berskala lingkungan banyak menghadirkan lanskap kota Semarang yang dibuat senyampang dengan Program Pokok rimbun dan tropis di masa mendatang, tetapi PKK (Pendidikan Kesejahteraan Keluarga) untuk menghadirkan kekhasan lanskapnya perlu berwujud kebun gizi yang dilombakan di setiap disisipkan taman-taman latar dari jenis tanaman tahun dalam rangka memperingati Hari groundcover dan semak. Sebagai pembanding, Proklamasi Kemerdekaan RI. Tanaman yang banyak kota di Jepang memiliki tanaman banyak digunakan adalah teh-tehan sebagai pembatas trotoar dan jalur kendaraan tanaman pagar sesuai dengan landep yang bermotor dari jenis sazanka (Camelia) yang sudah jarang dijumpai. Pohon peneduhnya jenis mudah tumbuh dan berbunga sepanjang musim, angsana atau asana (Pterocarpus Indica) yang atau bunga kertas (Azalea). Masalahnya, trotoar ternyata sudah dikenal sejak masa yang ada bagian tepinya tidak dipersiapkan (Nagarakretagama Pupuh XCV/3/3), sebagai media tanaman perdu seperti di menggantikan acasia yang serbuk bunganya Singapura yang telah dipersiapkan lama tidak bagus bagi pernapasan. Acasia sendiri sebelumnya (Roesmanto, 2008), tetapi

14

Riptek Vol. 6, No.I, Tahun 2012, Hal.: 11 - 15 ditanami tanaman peneduh jenis glodokan hal.8-13, Pusat Studi Energi Universitas sesuai trend yang sedang berkembang. Atma Jaya (UAJY) & Lanskap kota perlu untuk direncanakan. Program Studi Arsi tektur UAJY & Kekhasan lanskap Kota Semarang perlu Program Magister Teknik Arsitektur dihadirkan kembali, meskipun dengan materi UAJY, Yogyakarta. dan desain yang berbeda. Roesmanto, Totok. 2008. “Towards Green DAFTAR PUSTAKA Architecture and Sustainable City in Nusantara /Menuju Arsitektur Hijau Cortesao, Armando, ed. 1990. The Suma dan Kota Berkelanjutan di Nusantara”, Oriental of Tome Pires and the Book of keynote speaker, Seminar Internasional Francisco Francisco Rodrigues. New Nusantara Urban Research Institute Delhi-Madras : Asian Educational (NYRI) : Architecture Urbanization and Services Development. Towards Sustainable Cities in Nusantara, Brastagi. Moentadhim, Martin. 2010. Pajang. Pergolakan Spiritual, Politik & Budaya. Jakarta : Simon, Hasanu. 2004. Misteri Syekh Siti Jenar. Genta. Peran Wali Songo dalam Mengislamkan Tanah Jawa. Yogyakarta : Pustaka Roesmanto, Totok. 2010. “Geometri Alun- Pelajar. alun dan Peran Vegetasinya”, Urban Thermal Comfort, Seminar Nasional & Slametmulyana. 1979. Nagarakretagama dan Workshop SCAN (Sustainable Culture Tafsir Sejarahnya. Jakarta : Bhratara Architecture & Nature) #1 : 2010, Karya Aksara.

15