Nur Rahmawati Syamsiyah, Transformasi Fungsi Mihrab Dalam Arsitektur Masjid

TRANSFORMASI FUNGSI MIHRAB DALAM ARSITEKTUR MASJID STUDI KASUS : MASJID-MASJID JAMI’ DI SURAKARTA

Nur Rahmawati Syamsiyah Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik UMS email : [email protected]

ABSTRAK

Perkembangan masjid di negara-negara , termasuk di sejauh ini belum pernah ada pengingkaran tentang pendirian mihrab (sebagai tempat imam sholat) di dalam masjid. Namun sebenarnya dasar ilmu (syariat Islam) menempatkan mihrab dalam masjid tidak ada. Telah terjadi pergeseran fungsi ceruk sebagai penanda kiblat (thooq) menjadi mihrab tempat imam. Penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauhmanakah masjid-masjid jami’ di Surakarta mengalami pergeseran atau transformasi fungsi mihrab, sehingga dapat diidentifikasi kesesuaiannya dengan syariat Islam. Penelitian dilakukan pada delapan mihrab masjid Jami di Surakarta, yang dianggap telah mewakili masjid-masjid dari kelompok-kelompok (fikroh) agama Islam yang ada di kota Surakarta, yaitu Masjid Agung Surakarta, Masjid Pura Mangkunegaran (Al Wustho), Masjid Tegalsari, Masjid Mujahidin, Masjid Al Fatih, Masjid Asshodiq, Masjid Assagaf dan Masjid Solikhin. Melalui metode kuantitatif (skoring) dan interpretasi hasil melalui metode diskriptif kualitatif ditemukan bahwa transformasi fungsi mihrab terjadi karena kebutuhan efektifitas dan efisiensi ruang secara arsitektural, yang juga dapat diamati melalui periode waktu. Efektifitas dan efisiensi mihrab dipengaruhi oleh perubahan bentuk mimbar. Transformasi fungsi mihrab dalam bentuk yang lain adalah bergesernya fungsi mihrab menjadi hanya sebuah simbol.

Kata Kunci : Mihrab, Transformasi, Efektif-efisien

LATAR BELAKANG dan budaya masyarakat setempat, dan 1. Masjid bentuk masjid ini diistilahkan ‘masjid Masjid adalah salah satu bentuk lama’. arsitektur yang merupakan ungkapan fisik Khasanah arsitektur masjid saat ini di bangunan dari budaya masyarakat pada Indonesia perkembangannya pesat. tempat dan jaman tertentu, dalam rangka Dimulai pada abad ke-20 disain masjid memenuhi suatu tuntutan kegiatan ritual / tersentuh oleh para arsitek dan kaum peribadatan. Sebelum abad ke-20 bentuk akademisi. Sehingga muncul karakteristik masjid sangat kuat dipengaruhi oleh tradisi bentuk tampilan masjid yang berbeda

49 JURNAL TEKNIK GELAGAR, Vol. 18, No. 01, April 2007 : 49 - 56

dengan masjid-masjid lama. Dan muncul ceruk yang dimaksud pada masa itu istilah ‘masjid moderen’ atau ‘masjid sesungguhnya memiliki istilah thooq. 2 kontemporer’. Bentuk masjid berbeda Mihrab dianggap memiliki dimensi sosial namun tetap menampilkan komponen atau budaya, yang paling bisa ditonjolkan bagian masjid yang sama. Bagian-bagian secara visual. Wujud fisik mihrab memiliki masjid tersebut adalah : ruang peran sebagai media pengungkapan nilai- sholat/masjid utama, mihrab , mimbar, dan nilai atau budaya dari individu pelaku atau tempat wudlu. perancangnya atau merupakan refleksi 2. Mihrab masyarakat sekitarnya. Mihrab pula yang Dalam sejarah kebudayaan Islam umumnya menjadi bagian masjid yang diketahui bahwa Masjid Nabawi semasa paling bisa memperlihatkan ketinggian Rasulullah SAW tidak memiliki mihrab derajat suatu kaum, sehingga dihiasi dan tidak pernah dicontohkan dengan berbagai hiasan dan ornamen keberadaannya (gambar 1). Demikian juga kaligrafi yang istimewa, baik bentuk pada masa Khulafaur-Rasyidin . Tidak ada maupun materialnya. sunnah qauliah (ucapan), sunnah amaliah Rumah Rasulullah Arah kiblat sholat SAW dan para (perbuatan) dan sunnah taqririyah istrinya (persetujuan) dari Rasulullah SAW tentang mihrab (Al Qaradhawi,2000,h.83). Mihrab adalah sebuah inovasi awal Arsitektur Islam khususnya Arsitektur Tengah masjid untuk Masjid. Mihrab pertama kali masuk ke muamalah dalam khasanah Arsitektur Masjid pada Gambar 1. Rekonstruksi Bentuk Masjid Nabawi tahun 88 Hijriyah atau 708 Masehi. Orang (sumber : Abdullah Eben Saleh,1999) yang pertamakali meletakkan mihrab di dalam Masjid Nabawi adalah Umar bin KEASLIAN PENELITIAN Abdul Aziz, saat menjabat Gubernur Masjid adalah objek penelitian yang Madinah Munawarrah, pada masa menarik. Beberapa penelitian masjid kekhalifahan Walid bin Abdul Malik. Pada umumnya membahas komponen masjid, masa jabatannya itu, Umar bin Abdul Aziz yang kemudian dikaitkan dengan (708-711 M) memerintahkan untuk keberadaan masjid secara keseluruhan, merobohkan Masjid Nabawi untuk seperti langgam masjid, ornamentasi kemudian memperbaharui dan bagian-bagian masjid, kenyamanan ruang memperluasnya. Proyek ini melibatkan dalam masjid dan sebagainya. para pekerja Kristen Coptic yang Triyuli (2005) meneliti masjid membawa bentuk mihrab dari gereja tradisional Ki Muara Ogan Palembang mereka untuk diterapkan di Masjid pada elemen dan langgam arsitektur ruang Nabawi. Proyek selesai tahun 91 Hijriyah dalam masjid. Ditemukan bahwa langgam atau 711 Masehi. Saat itu mihrab dibuat dan ornamentasi masjid banyak berbentuk ceruk pada dinding dan dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat berfungsi sebagai qibla’axis atau petanda arah kiblat (Sumalyo,2000,h.30). Bentuk

2 Thooq berarti juga lubang pendek dibagian tengah dinding (Abu Ibrahim, 1993)

50 Nur Rahmawati Syamsiyah, Transformasi Fungsi Mihrab Dalam Arsitektur Masjid

setempat dan para pedagang Cina di secara menyeluruh, yang meliputi fungsi, Palembang. teknis dan estetika. Dasar atau kerangka Aryanti (2006) meneliti masjid-masjid penelitian ini terlihat dalam gambar 2. tradisional di Jawa Tengah. Ditemukan Konsep Awal Fenomena dan Identifikasi dan Landasan Kategorisasi adanya pemberlakuan gender dalam Islam, Masjid Terpilih Kriteria Penilaian Kategorisasi Mihrab Mihrab tidak ada sesuai ditunjukkan dengan pemisahan yang tidak ada Masjid Assodiq syariat sangat jelas antara ruang utama masjid dalam syariat Islam sebagai tempat sholat laki-laki dan ruang Mihrab ada dan Fungsi tidak digunakan 1.Fungsional tambahan masjid sebagai ruang sholat Terjadi transfor Masjid Al Wustho 2.Tujuan kepada masi fungsi, ka keseimbangan bentuk wanita. Ruang sholat wanita merupakan rena kebutuhan Mihrab ada dan 3.Fungsi utama Mihrab bagian yang tidak utama dari keseluruhan sosial, religius, digunakan untuk tempat imam Yang selama budaya Masjid Agung, 4.Fungsi lain : tempat ini dipahami masjid. Mulai sekitar tahun 1970 masjid- Tegalsari, Al Fatih buku, mimbar, dll sebenarnya Mujahidin, Solihin, beristilah kurang sesuai masjid membuat balcony untuk tempat Assagaf Teknis "thooq" syariat 1.Bentuk dasar bujur Islam sholat wanita. sangkar dengan pe Penelitian masjid terkait mihrab dan ngembangan 2.Struktur diafan untuk Sutrah pergeseran bentuknya, hingga saat ini menguatkan fungsi Berjarak 3 3.Bentuk masif atau hasta dari penulis belum menemukan. Apalagi rangka tempat imam berdiri pergeseran tersebut dikaitkan dengan Estetis syariat Islam, yang tercantum dalam 1.Bermakna abstrak simbolis,monumental beberapa hadits. Sehingga menjadi sangat 2.Gaya eklektik tidak sesuai 3.Ornamentasi syariat penting penelitian ini dilakukan untuk geometrik-kaligrafi Islam pengembangan ilmu Arsitektur Islam dan terutama untuk pemurnian ajaran Islam. Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian (sumber : analisis peneliti,2006)

PROSES IDENTIFIKASI MASALAH TINJAUAN PUSTAKA Tidak ada pengingkaran terhadap 1. Transformasi Bentuk dalam pendirian mihrab . Namun perlu dikaji Arsitektur sejauh apa fungsi mihrab ini telah bergeser Transformasi bentuk dalam arsitektur dari sekedar sebagai petunjuk arah kiblat terutama sekali merupakan hasil dari (thooq), berkembang menjadi tempat proses sosial budaya. Termasuk sholat imam, dan berkembang lagi menjadi didalamnya adalah perubahan-perubahan fungsi lain, seperti tempat untuk yang paling berguna terhadap lingkungan menyimpan kitab, tempat mimbar dan fisik. Perubahan bentuk terjadi salah sebagainya. Penelitian ini menekankan satunya karena penetrasi (Krier,2001,h.46). transformasi fungsi mihrab (sebagai Bangunan peribadatan mengambil prinsip tempat sholat imam) melalui identifikasi penetrasi untuk memperkuat keindahan karakter fungsi yang ditunjukkan dengan visual dan kedudukan fungsi ruang. elemen-elemen yang ada dalam ruang 2. Arsitektur Islam mihrab . Arsitektur Islam dipengaruhi oleh

sosial budaya masyarakat non Islam yang KERANGKA PEMIKIRAN mana arsitektur Islam lebih hanya sebagai Tinjauan transformasi mihrab secara pengguna atau peminjam gaya, yang fungsi, merupakan bagian dari tinjauan transformasi terhadap disain arsitektural

51 JURNAL TEKNIK GELAGAR, Vol. 18, No. 01, April 2007 : 49 - 56

sebenarnya tidak memiliki gaya asli. Dalam Kitab Al-Qaulus Shawab Fi (Briggs dalam Arnold, 2003, h. 155). Hukmil Mihrab (Abu Ibrahim,1993) Arsitektur Islam pada intinya bukan disebutkan beberapa dalil yang terletak pada perwujudan bentuk fisiknya, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW tidak melainkan nilai hakiki dan semangat moral pernah membuat mihrab untuk masjidnya yang terkandung didalamnya, yang sendiri (baik Masjid Quba maupun Masjid merujuk pada ayat-ayat Quraniyah (Al Nabawi). Mihrab adalah suatu perkara Qur’an) dan ayat-ayat Kauniyah (bentuk yang diada-adakan, tidak pernah hukum alam) serta sunnah Rasulullah Rasulullah SAW mencontohkannya. SAW. (Noe’man,2003). 4. “Sutrah ”, Pembatas Sholat 3. Mihrab dalam Syariat Islam Sutrah adalah benda yang diletakkan Mihrab dalam tata bahasa Arab berarti di depan seseorang yang tengah tempat yang tertutup, tempat yang mengerjakan sholat. Sutrah dalam sholat tersembunyi, dan bermakna diantaranya : menjadi kewajiban bagi imam dan orang- kamar, masjid dengan seluruhnya, rumah orang yang sholat sendirian, sekalipun di bagian depan, tempat yang paling mulia, dalam masjid besar/masjid jami’. Sutrah tempat duduk paling depan, tempat dimana yang dicontohkan Rasulullah SAW adalah para raja, penguasa dan orang-orang besar berjarak 3 hasta dari posisi berdiri ( ±150 itu duduk, semua tempat yang tinggi, cm). Apabila diandaikan, maka posisi bangunan dan istana yang tinggi, tempat sutrah dan posisi tempat sujud kurang tinggal, yang berfungsi sebagai tempat lebih cukup untuk dilewati seekor anak melakukan ibadah (tidak hanya ibadah kambing (HR. Bukhari dan Muslim). sholat). Terdapat ayat-ayat Al Qur’an yang Rasulullah SAW mencontohkan beberapa menyebutkan kata mihrab , diantaranya benda yang dapat digunakan sebagai adalah QS.Al Imron ayat 37 dan 39. sutrah , tatkala beliau sholat di dalam Sebagian orang awam menggunakan ayat masjid, maupun saat melakukan ini sebagai dalil digunakannya mihrab safar /perjalanan, diantaranya adalah dalam masjid. Mihrab yang dimaksud tombak, anak panah, tiang, tembok, pelana dalam ayat tersebut adalah tempat tertutup, kuda, kendaraan (hewan tunggangan di mana Siti Maryam (ayat 37) dan seperti kuda atau onta), dan pohon. Zakariya (ayat 39) berdiam diri untuk Diwajibkannya sutrah adalah agar sholat beribadah, menyendiri, dan bermunajat seseorang tidak terganggu oleh orang yang kepada Allah SWT (Ibnu Katsir,jilid 2, lewat atau terganggu oleh syetan, karena 2005,h.42), bukan mihrab sebagaimana syetan akan memutus (membatalkan) pengertiannya selama ini ( mihrab untuk sholat (HR. Abu Dawud, Al Bazzir, tempat imam di masjid). Bagian di dalam Hakim). Sutrah bagi makmum dalam masjid yang dipahami selama ini berupa sholat berjamaah adalah imam. Dalil ceruk di dinding atau ruang yang relatif tentang sutrah di antaranya : kecil sebenarnya dalam syariat Islam “Nabi SAW berdiri sholat dekat sutrah disebut thooq , bukan mihrab . Kapan, (pembatas) yang berjarak antara beliau bagaimana dan siapa yang memunculkan dengan sutrah di depannya adalah 3 penamaan mihrab untuk (yang sebenarnya) hasta”(HR. Bukhari dan Ahmad) thooq belum diketahui hingga saat ini.

52 Nur Rahmawati Syamsiyah, Transformasi Fungsi Mihrab Dalam Arsitektur Masjid

“Bila seseorang di antara kamu sholat pengetahuan tentang ‘mihrab’ dalam arti menghadap sutrah, hendaknya dia sebenarnya kepada masyarakat luas. mendekati sutrahnya sehingga setan tidak dapat memutus sholatnya” METODE PENELITIAN (HR.Abu Dawud,Al Bazzar,Hakim) Metode kuantitatif dengan sistem Melihat bentuk mihrab yang scoring untuk penilaian terjadinya berkembang di beberapa masjid jami’, transformasi mihrab melalui identifikasi pada kenyataannya jarak imam dengan fungsi. Metode diskriptif kualitatif sutrah melebihi batas yang disyariatkan. digunakan untuk menafsirkan transformasi Hal ini merupakan bentuk kemubaziran. yang terjadi dengan melihat latar belakang 5. Fungsi dalam Arsitektur berdirinya masjid dan perkembanganya. Organisasi arsitektur dapat disusun Subjek penelitian adalah mihrab yang melalui nilai-nilai yang hakiki. yang terdapat pada masjid-masjid jami’ di Surakarta, yang dianggap telah mewakili dipadukan dalam suatu proses 3 perancangan, yaitu nilai fungsi, nilai teknis masjid-masjid di kota Surakarta. Masjid- dan nilai estetika (Snyder,1991,h.74). masjid tersebut adalah : Masjid Agung Segala bentuk yang ada dalam Surakarta (1757 M), Masjid Pura arsitektur harus mempunyai fungsi. Suatu Mangkunegaran atau Al Wustho (1878- bentuk fungsional yang sempurna tidak 1918 M), Masjid Al Fatih (1891 M), perlu diikuti oleh bentuk arsitektur yang Masjid Assagaf (1923 M), Masjid baik, moderen, atau mahal. Dalam hal ini Tegalsari (1928 M), Masjid Sholihin (1954 perlu pendekatan estetika, sehingga ada M), Masjid Mujahidin (1962 M) dan suatu keseimbangan bentuk. Bentuk dalam Masjid As Shodiq (2001 M). suatu fungsi bangunan adalah warisan Masjid-masjid jami’ yang menjadi estetis yang berkesinambungan, dan subjek penelitian dipilih dengan teknik mengandung konteks emosional sampel purposive , yang didasari oleh kekaguman, kesenangan, kepercayaan, pemikiran latarbelakang pendirian masjid kenyamanan dan sebagainya (Snyder, (fikroh), melalui diidentifikasi karakteristik 1991, h.74-80). kegiatan. Masjid terpilih dianggap telah mewakili keberagaman bentuk mihrab . TUJUAN PENELITIAN Penilaian mihrab masjid dilakukan Mengidentifikasi dan membuat secara skoring, sebagai berikut : kategorisasi bentuk mihrab pada masjid- Tabel 1. Skoring Mihrab No Parameter Penilaian Nilai Skala masjid jami’ di Surakarta, dengan 1. Efektifitas fungsi : hanya untuk sholat 20 Mendekati pendekatan bentuk yang sesuai syariat imam syariah 2. Fungsi tambahan sebagai tempat Kurang Islam. mimbar (efektifitas ruang) 15 mendekati syariah 3. Fungsi tambahan sebagai tempat MANFAAT PENELITIAN petunjuk waktu (jam), tempat 10 menyimpan kitab (rak buku) Penelitian ini bermanfaat untuk 4. Fungsi utama, namun memiliki fungsi Tidak pengembangan Ilmu Arsitektur Islam, dan tambahan sebagai simbol. Dan tidak 5 mendekati/ sekaligus sebagai suatu langkah revisi memenuhi batas sutrah ±150 cm tidak sesuai terhadap konsep mihrab , yang selama ini 3 Terdapat 461 masjid di Surakarta (Kanwil Depag Jawa diyakini keberadaannya, dan memberikan Tengah,2005).87% adalah masjid jami’, yaitu masjid yang di dalamnya ditegakkan sholat Jum’at.

53 JURNAL TEKNIK GELAGAR, Vol. 18, No. 01, April 2007 : 49 - 56

HASIL DAN PEMBAHASAN 6. Masjid Sholihin – 1954 M A. Identifikasi Mihrab Parameter Penilaian : 1. Masjid Agung Surakarta -1757 M Fungsi untuk tempat sholat imam dan fungsi tambahan tempat Parameter Penilaian : mimbar Fungsi untuk tempat sholat imam Nilai : 15 Nilai : 20 Karakter : Terdapat sajadah mimbar pada sisi kanan Karakter : Terdapat sajadah imam Batas sutrah ±150 cm. untuk sholat imam, Mimbar bertangga dalam tempat terpisah, 7. Masjid Mujahidin – 1962 M seperti layaknya masjid-masjid lama, Terdapat 2 jendela disisi Par ameter Penilaian : Fungsi untuk utara dan selatan mihrab, untuk tempat sholat imam dan fungsi melihat makam. Batas imam dan tambahan tempat kipas angin makmum terhadap sutrah sesuai Nilai : 10 Karakter : 2. Masjid Pura Mangkunegaran Terdapat mimbar pada sisi kanan imam, Batas sutrah ±200 cm. (Al Wustho)-1878-1918 M 8. Masjid As Shodiq – 2001 M Parameter Penilaian : Parameter Penilaian : Fungsi untuk sholat imam, kadang tidak memiliki mihra dipakai dan kadang tidak, sehingga Nilai : 20 hanya sebagai simbol Karakter : di samping kanan Nilai : 5 imam terdapat mimbar. Batas Karakter : Terdapat partisi di depan sutrah ± 150 cm. imam (sebagai sutrah), namun jarak

melebihi batas sutrah (hingga 3 m), Berdasarkan data tersebut diperoleh nilai dan terdapat ornamen ukir bahwa masjid yang memiliki mihrab 3. Masjid Al Fatih-1891 M mendekati syariah adalah masjid Agung Surakarta dan Masjid Assagaf, dan As Parameter Penilaian : Fungsi untuk tempat sholat imam dan fungsi Shodiq, yang masing-masing memiliki tambahan tempat menyimpan kitab nilai 20. Penilaian didasarkan atas fungsi Nilai : 10 Karakter : Terdapat sajadah dan kotak mihrab sebagai tempat sholat imam. di kiri imam dan meja pendek di kanan Terlihat dalam gambar 3, berdasarkan imam, orientasi mihrab ke barat bukan perolehan nilai fungsi mihrab , maka lebih ke kiblat. Batas sutrah ± 200 cm banyak mihrab yang mengalami 4. Masjid Assagaf -1923 M perubahan fungsi tambahan. Dalam arti lain lebih banyak mihrab yang tidak sesuai Parameter Penilaian : Fungsi untuk tempat sholat imam syariah Islam, bila dilihat dari sisi fungsi Nilai : 20 (termasuk di dalamnya fungsi atau batas Karakter : sutrah ). Terdapat sajadah dan alat penguat bunyi di dalam M.Agung, 20 M.Assagaf, M.As Shodiq, 20 mihrab. Mimbar dan petunjuk waktu build in dalam 20 20 18 ruang di kanan-kiri mihrab. Batas sutrah ±150 cm. 16 M.Solihin, 15

5. Masjid Tegalsari – 1928 M 14 12 M.Al Fatih, M.Tegalsari, M.Mujahidin, Parameter Penilaian : Fungsi untuk 10 10 10 10 tempat sholat imam dan fungsi 8 6 M.Al W ustho, tambahan tempat jam dan mimbar 5 Nilai : 10 4 Karakter : Terdapat mimbar pada 2 sisi kanan imam, dan jam pada sisi 0 kiri imam. Batas sutrah ±150 cm. Gambar 3. Skoring transformasi fungsi Mihrab (sumber : analisis peneliti,2006)

54 Nur Rahmawati Syamsiyah, Transformasi Fungsi Mihrab Dalam Arsitektur Masjid

B. Interpretasi Transformasi fungsi mihrab menjadi Ditemukan bahwa transformasi fungsi tempat mimbar, tempat menyimpan kitab, mihrab melalui identifikasi elemen ruang tempat menyimpan jam kabinet dan fungsi dalam mihrab , dapat diamati dari timeline lain, mulai muncul sekitar pertengahan atau periode waktu pendirian masjid dan abad ke-20, seperti pada Masjid Solihin, perubahannya pada masa kini. Mujahidin dan Tegalsari. Transformasi Setiap masjid memiliki karakter fungsi ini terjadi bersamaan dengan mihrab yang berbeda dalam menguatkan semakin berkurangnya bentuk mimbar fungsi. Masjid lama terutama yang bertangga. Mimbar tampil lebih sederhana dibangun sebelum abad ke-20 yaitu Masjid atau simple dan ditempatkan di dalam Agung Surakarta, Masjid Al Wustho, mihrab . Multifungsi mihrab bila ditinjau Masjid Al Fatih, dan masjid yang dibangun dari sudut pandang arsitektural adalah pada awal abad ke-20 yaitu Masjid efisien, terutama berkaitan dengan aktifitas Assagaf, memfungsikan mihrab hanya imam, yaitu memimpin sholat dan kadang sebagai tempat sholat imam. Indikasi memberikan ceramah. Namun dari sudut pendukung adalah letak mimbar di luar pandang syariat Islam, kondisi ini mihrab . Bentuk mimbar di masing-masing dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap masjid memiliki karakter yang sama, yaitu kemubaziran karena mihrab dibuat lebih mimbar bertangga. luas sehingga batas sutrah yang melebihi Terjadi transformasi fungsi mihrab syariat. pada Masjid Al Wustho. Mihrab di masjid Awal abad ke-21 masjid muncul ini muncul seolah sebagai simbol, karena dengan didasari pemikiran yang lebih kuat mihrab tidak selalu digunakan untuk tentang hukum/ syariat mihrab . sholat. Khusus sholat Jum’at atau sholat di Ditunjukkan oleh Masjid Ash Shodiq, mana jumlah jamaahnya banyak, mihrab yaitu masjid tanpa mihrab (lihat gambar 4). ini baru digunakan oleh imam. Pergeseran fungsi diidentifikasikan oleh elemen KESIMPULAN berupa partisi, yang diduga berfungsi Terdapat dua kategori penerapan sebagai sutrah (namun ternyata berjarak konsep mihrab di dalam masjid;1) kategori lebih dari 3 m dari imam dan melebihi yang sesuai syariat Islam, yaitu kategori batas sutrah ). masjid tanpa mihrab sebagaimana yang Transformasi fungsi terjadi pula pada dituntunkan oleh Rasulullah SAW, yaitu mihrab Masjid Al Fatih, yaitu penambahan Masjid As Shodiq (12,5%), dan 2) kategori fungsi sebagai tempat menyimpan kitab. yang tidak sesuai dengan syariah Islam, Hal ini diduga karena faktor kebutuhan. yaitu masjid dengan mihrab . Terdapat Antara awal abad ke-20 hingga tujuh masjid, yaitu Masjid Al Wustho, pertengahan abad ke-20 terjadi Masjid Al Fatih, Masjid Assagaf, Masjid percampuran pergeseran fungsi mihrab Agung Surakarta, Masjid Tegalsari, Masjid kearah efisiensi. Ditunjukkan oleh Masjid Sholihin, dan Masjid Mujahidin (87,5%). Assagaf dan Masjid Tegalsari, dimana Transformasi fungsi mihrab menjadi mimbar berbentuk simpel dan diletakkan multifungsi karena kebutuhan efektifitas dalam ruang, yang berada disebelah dan efisiensi ruang secara arsitektural. mihrab (bukan di ruang mihrab ). Indikatornya adalah komponen masjid berupa mimbar. Mimbar dan mihrab

55 JURNAL TEKNIK GELAGAR, Vol. 18, No. 01, April 2007 : 49 - 56

adalah dua komponen masjid yang sangat guideline bentuk “mihrab” yang sesuai penting, dimana satu sama lain saling syariat dan tetap memperhatikan kaidah berpengaruh dan menentukan terjadinya arsitektural. Konsep ini sebagai panduan transformasi bentuk mihrab . bagi para arsitek atau perancang masjid. Transformasi fungsi ini terjadi dalam periodisasi waktu. Tuntutan efektif dan PERSANTUNAN efisien berkembang lama, sejak sebelum Tulisan ini merupakan sebagian dari abad ke-20 hingga sekarang abad ke-21. hasil penelitian yang dilakukan penulis, Transformasi fungsi mihrab dalam dalam Penelitian Dosen Muda Tahun bentuk yang lain adalah bergesernya fungsi Anggaran 2006. Penulis mengucapkan mihrab menjadi sebuah simbol. terima kasih kepada DP2M Dirjen Dikti SARAN Departemen Pendidikan Nasional RI yang Penelitian ini perlu dilanjutkan, untuk telah mendanai penelitian ini. merumuskan konsep disain atau design

Gambar 4. Skema Transformasi Fungsi Mihrab berdasar Timeline (sumber : analisis peneliti,2006)

DAFTAR PUSTAKA

Al Qaradhawi, Yusuf, 2000, Tuntunan Membangun Masjid , Gema Insani, Abu Ibrahim Muhammad bin Abdul Wahhaab bin Ali bin Muhammad Al Washoobi Al’Abdalli (penulis), 1413 H/ 1993 M, Al-Qaulus Shawab Fi Hukmil Mihrab (judul asli), Perkataan yang Benar tentang Hukum Mihrab (terjemahan), Muhammad Na’im,Lc (penterjemah), 2006, Kerajaan Saudi Arabia Arnold, Sir Thomas, 2003, The Islamic Art and Architecture , Goodwork Publisher, New Delhi Aryanti,Tutin, 2006, The Center vs. The Periphery in Central-Javanese Architecture, Jurnal Arsitektur Dimensi, Volume 34 Nomor 2, Desember 2006, Universitas Kristen Petra Surabaya Krier, Rob, 2001, Komposisi Arsitektur , Edisi Terjemahan, Erlangga Indonesia, Jakarta Noe’man Ahmad, 2003, Arsitektur Islam , Bandung: Makalah tidak diterbitkan Syamsiyah,Nur Rahmawati,Wisnu S dan W.Nurjayanti, 2006, Kajian Transformasi Mihrab dalam Arsitektur Masjid Melalui Identifikasi Fungsi, Teknis dan Estetika. Studi Kasus Masjid-masjid Jami’ di Surakarta , Hasil Penelitian Dosen Muda DP2M Dikti. Sumalyo, Yulianto, 2000, Arsitektur Masjid , Gadjah Mada University Press, Snyder, C.James and Anthony J. Catanese, 1991, Introduction to Architecture (judul asli), Pengantar Arsitektur (terjemahan), Hendro Sangkoyo (penterjemah), Cetakan III, Jakarta, Erlangga Triyuli,Wienty, 2005, Elemen dan Langgam Arsitektur Ruang Dalam Masjid Ki Muara Ogan Palembang , Jurnal Arsitektur Komposisi, Volume 3 Nomor 2, Oktober 2005, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta

56