CATHARSIS 4 (1) (2015)

Catharsis: Journal of Arts Education

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/catharsis

RAGAM HIAS PADA INTERIOR ARSITEKTUR MASJID ASTANA SULTAN HADLIRIN MANTINGAN, KECAMATAN TAHUNAN KABUPATEN JEPARA

Gunawan 

Prodi Pendidikan Seni, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang,

Info Artikel Abstrak ______Sejarah Artikel: Masjid Mantingan memiliki keunikan-keunikan ragam hias pada interior arsitektural, yang jarang Diterima Juni 2015 ditemui di masjid-masjid lain di Indonesia. Atas dasar hal tersebut, maka permasalahan penelitian Disetujui Juli 2015 ini : (1) Bagaimana rancangan ruang Masjid Mantingan?; (2) Apa saja dan bagaimana ragam hias Dipublikasikan dinding yang ada dalam desain interior ruang Masjid Mantingan, Jepara?; dan (3) Bagaimana Agustus 2015 estetika dan makna ragam hias pada ruang Masjid Mantingan, Jepara? Dalam penelitian ini data ______primernya adalah Arsitek Masjid Mantingan, sedangan data sekundernya adalah berbagai Keywords: kepustakaan, berupa buku, jurnal, koran, dan majalah. Pengumpulan data dilakukan dengan : mantingan , obsevasi / pengamatan; wawancara; studi dokumen. Metode Pemeriksaan Keabsahan architecture, decorations, Data:Trianggulasi sumber; dan Triangulasi metode. Teknik Analisis Data:Reduksi data. Penyajian acculturation data. Menarik kesimpulan/verifikasi. Ukiran pada dinding Masjid yang terbuat dari batu padas ______kuning bermotif Cina, banyak terdapat ukir-ukiran dan rumah-rumahan yang bercorak Cina.

Abstract ______Mantingan Mosque extravagance decoration on the interior architecture, which is rarely found in other in Indonesia. The uniqueness of the decoration on the interior architecture Mantingan mosque is also not out of the histori city of the surrounding conditions. With a variety of uniqueness and historical values that surrounded it. On the basis of this, there search is taking the problem: (1) How does the structure of mosque architecture Mantingan?; (2) How does a decorative wall in the form of interior design form Mantingan Mosque, Jepara? ; and (3) How decorative and architectural significance Mantingan Mosque reflect acculturation? In this study the data were Architect Mantingan Mosque primary, while secondary data is a wide range of literature, such as : books, journals, newspapers, and magazines. Data Collection: kinds of observations/Observations; interview; Study Document. Examination Methods Data Validity : Triangulation source; dan Triangulasi methods. Data Analysis Techniques: Data reduction. Presentation of data. Draw conclusions/verification. The carvings on the walls of the mosque were made of rocks yellow patterned China, there are many carvings and as well as the houses are patterned China.

© 2015 Universitas Negeri Semarang

 Alamat korespondensi: ISSN 2252 - 6900 Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233 E-mail: [email protected]

24

Gunawan / Catharsis: Journal of Arts Education 4 (1) (2015)

PENDAHULUAN ragam hias pada ruang Masjid Astana Sultan Hadlirin Mantingan Jepara. Atap berundak adalah identitas utama Koentjaraningrat (2009) membedakan arsitektur masjid Jawa. Seperti bangunan masjid tiga gejala kebudayaan, yaitu: ideas, activities, Demak yang terinspirasi bangunan hindu dan dan artifact. Ketiga wujud kebudayaan ini jika animisme, munculah satu jenis arsitektur baru diperhatikan, sejajar dengan tiga wujud bernama arsitektur jawa. Hampir semua kebudayaan sebagaimana tercantum dalam bangunan masjid di tanah jawa menggunakan definisi kebudayaan Koentjaraningrat. Ideas gaya ini. Alasannya adalah cuaca tropis yang (gagasan-gagasan) sejajar dengan sistem gagasan lebih memilih atap genting daripada kubah dan ; activities (aktivitas) sejajar dengan tindakan; dan pengagungan Tuhan pada zaman dulu melalui artifact yang seanalog dengan hasil atap berundak. Sangat unik memang, mengingat karyamanusia. Lebih lanjut Koentjaraningrat jenis bangunan ini hanya ada di tanah jawa dan mengatakan secara tegas bahwa, kebudayaan itu sekitarnya, adapun bangunan serupa dengan ada tiga wujud, yaitu: (1) wujud kebudayaan atap berundak dua tingkat adalah kuil hindu di sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, Nepal. Ukiran kayu menjadi corak lainnya pada norma, perturan, dan sebagainya, (2) wujud arsitektur ini. Karya terbesar arsitektur jawa kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas adalah masjid Demak dan masjid . serta tindakan berpola dari manusia dalam Masjid Astana Sultan Hadlirin Mantingan masyarakat, (3) wujud kebudayaan sebagai merupakan masjid yang mempunyai ragam hias benda-benda hasil karya manusia. pada interior arsitektur yang unik, yang juga Masjid menjadi bangunan yang penting merupakan 10 masjid tertua di Indonesia. dalam syiar Islam, untuk itu masjid dijadikan Masjid Mantingan adalah masjid kuno di Desa sebagai sarana penanaman budaya Islam Mantingan, Kecamatan Tahunan, Jepara, Jawa sehingga dalam pengertian ini terjadilah Tengah. Masjid ini dilaporkan didirikan di pertemuan dua unsur dasar kebudayaan, yakni Kesultanan Demak pada tahun 1559. Masjid ini kebudayaan yang dibawa oleh para penyebar merupakan masjid tertua yang kedua yang ada Islam yang terpateri oleh ajaran Islam dan di Pulau Jawa setelah Masjid Agung Demak. kebudayaan lama yang telah dimilki oleh Masjid ini didirikan oleh Sultan Hadlirin masyarakat setempat. Di sini terjadilah asimilasi terbuat dari ubin lantai tinggi ditutup dengan yang merupakan keterpaduan antara kecerdasan ukiran cina buatan sendiri, dan juga kereta api- kekuatan watak yang disertai oleh spirit Islam undakannya. Semua didatangkan dari Makao. yang kemudian memunculkan kebudayaan baru Bubungan atap bangunan gaya termasuk China. yang kreatif, yang menandakan kemajuan Dinding luar dan dalam dihiasi dengan piring pemikiran dan peradabannya. Oleh karenanya tembikar bergambar biru, sedang dinding keragaman bentuk arsitektur masjid jika dilihat sebelah tempat imam dan pendeta itu dihiasi dari satu sisi merupakan pengayaan terhadap dengan relief persegi bergambar margasatwa, khasanah arsitektur Islam. Arsitektur masjid dan penari penari diukir di batu kuning tua. yang bernuansa lokal secara psikologis telah Pengawasan pekerjaan konstruksi masjid ini tak mendekatkan masyarakat setempat pada Islam. lain adalah Babah Liem Mo Han. Tampilan arsitektur Islam tidak lagi hanya Masalah yang diangkat dalam penelitian masjid , tetapi telah tampil dalam bentuk karya ini adalah pertama, tentang rancangan ruang fisik yang lebih luas, hal ini karena masjid Masjid Astana Sultan Hadlirin Mantingan sebagai arsitektur Islam merupakan manifestasi Jepara? Kedua, mengenai ragam hias dinding keyakinan agama seseorang (Graaf, 1963:76). yang ada dalam desain interior ruang Masjid Dalam kaitannya dengan inkulturasi Astana Sultan Hadlirin Mantingan Jepara. islam, dalam arsitektur di Jawa inkulturasi islam Ketiga, berkait dengan estetika dan makna sebenarnya sudah dapat dilihat sejak awal Islam masuk di Jawa. Mengingat bahwa salah satu

25

Gunawan / Catharsis: Journal of Arts Education 4 (1) (2015) saluran penyebaran Islam di Jawa dilakukan harus valid, relevan, jelas, dan akurat. Dalam melalui karya seni arsitektur, diantaranya adalah penelitian ini, data dikumpulkan dengan metode bangunan masjid. Kalau dilihat dari masa observasi atau pengamatan, wawancara, dan pembangunannya, masjid sangat dipengaruhi studi dokumen. pada budaya yang masuk pada daerah itu. Observasi dilakukan untuk melihat data Masjid dulu, khususnya di daerah pulau Jawa, lapangan. Wawancara dilakukan pada memiliki bentuk yang hampir sama dengan informan kunci dan informan pelengkap. candi Hindu-Budha. Hal ini karena terjadi Wawancara ini dilakukan untuk dapat menggali akulturasi budaya antara budaya setempat data supaya data dapat lengkap dengan dengan budaya luar (Noe’man, 1995:60). penjelasan detail dari informan. Kajian dari dokumentasi juga dilakukan. Dokumen yang METODE PENELITIAN dikaji dalam penelitian ini berupa gambar, foto, video, yang ada pada lokasi penelitian dan yang Penelitian ini menggunakan metode dimiliki oleh masyarakat. penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yang Teknik keabsahan data juga diterapkan dimaksud ini adalah penelitian yang dalam penelitian ini, yakni menggunakan mendiskripsikan suatu permasalahan yang di triangulasi data. Triangulasi data dalam dalamnya terdapat pengkajian untuk penelitian ini dilakukan melalui sumber dan menyelesaikan permasalahan yang ada triangulasi metode. Trianggulasi sumber, adalah berdasarkan data-data valid berupa kata-kata keabsahan data dengan mengacu pada sumber yang ditulis. Apa yang dikemukakan Rohidi merupakan pengecekan derajad data yang (2011:6) itu bahwa, penelitian kualitatif adalah diperoleh berdasarkan fakta di lapangan. penelitian yang bermaksud untuk memahami Triangulasi metode, adalah keabsahan data fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek dengan mengacu pada metode merupakan penelitian, misalnya perilaku, persepsi, pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik penelitian dengan pengecekan derajat dan dengan cara diskripsi dalam bentuk kata- kepercayaan beberapa sumber data dengan kata dan bahan, pada suatu konteks khusus yang metode yang sama. Hal ini dilakukan peneliti alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai dengan sumber informan tidak hanya satu metode alamiah. orang. Penelitian ini dilakukan di Masjid Astana Teknik analisis data dalam penelitian ini Sultan Hadlirin Mantingan di Desa Mantingan, dilakukan dengan menelaah seluruh data yang Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara. tersedia dari berbagai sumber yang telah Sumber data dalam penelitian ini berupa data diperoleh dari penelitian lapangan yaitu primer dan sekunder. Data primer yang wawancara, pengamatan, dan studi dokumen. digunakan adalah arsitek masjid Mantingan Analisis tersebut dibagi ke dalam tiga tahap, sedangan data sekundernya adalah berbagai yaitu reduksi data, penyajian data, dan kepustakaan, berupa buku, jurnal, koran, dan verifikasi atau simpulan. majalah. Teknik pengumpulan data yang HASIL DAN PEMBAHASAN diterapkan dalam penelitian ini mengikuti teknik pengumpulan data sebagaimana yang dilakukan Masjid Mantingan merupakan salah satu oleh Rohidi. Menurut Rohidi (2011:57) dalam dari 10 masjid tertua di Indonesia, dan metode pengumpulan data diperlukan teknik, merupakan masjid tertua kedua setelah Masjid prosedur, dan alat serta kegiatan yang dapat Agung Demak yang didirikan pada 1559 M diandalkan. Metode pengumpulan data itu sesuai dengan tulisan yang terdapat di dalam sendiri adalah suatu proses pengadaan data masjid rupa Brahmana Wanasari yang ditulis untuk keperluan penelitian. Data yang diperoleh oleh Raden Toyib. Awalnya Raden Toyib

26

Gunawan / Catharsis: Journal of Arts Education 4 (1) (2015) mempelajari agama Islam di Mekah dan Cina. ketekunan, dan keseriusan menciptakan dan Setelah menyelesaikan belajar, dia pindah ke menghasilkan sebuah karya seni yang indah. Jepara dan menikah dengan Ratu Kalinyamat (Retno Kencono), putri Sultan Trenggono dari Ragam hias Masjid Mantingan sebagai Ajaran Kerajaan Demak. Kemudian dia dikenal sebagai Keberadaan ragam hias pada Masjid Sultan Hadliri dan dinobatkan sebagai Adipati Mantingan diciptakan dengan keindahan motif- Jepara sampai beliau meninggal dan motifnya berupa lambang-lambang untuk dimakamkan di sebelah masjid yang dia dirikan, mengungkapkan suatu ajaran. Islam Raji al- Masjid Mantingan. Masjid Mantingan terletak Furuqi (1991:125-135) menjelaskan empat di Desa Mantingan, kecamatan Jepara, fungsi ragam hias dalam estetika Islam, yaitu:a) Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, 5 km pola-pola keindahan mengingatkan kepada selatan Kota Jepara. tauhid (keimanan);b) keindahannya menekankan abstraksi atau denaturalisasi dalam memilih dan Struktur Arsitektur Masjid Mantingan memakai tema yang akan ditampilkan;c) Bentuk Masjid Mantingan juga menutupi atau mengurangi kesan bentuk-bentuk merupakan tipologi masjid kuno Jawa, seperti dasar terhadap penikmat; dan) keindahannya konstruksi atap yang menggunakan soko guru, merupakan ekspresi kebenaran dan kebijakan. atapnya bersusun tiga, adanya serambi di depan, denah yang berbentuk segi empat. Masjid ini SIMPULAN didirikan pada 1559 pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat. Tahun 1559 sesuai dengan Struktur Bentuk Masjid Mantingan juga condro sengkolo yang diketemukan di daerah merupakan tipologi masjid kuno Jawa, hal ini mihrab- nya. seperti terlihat dalam konstruksi atap yang Ukiran pada dinding Masjid yang terbuat menggunakan soko guru, atapnya bersusun tiga, dari batu padas kuning bermotif Cina, adanya serambi di depan, denah yang berbentuk merupakan salah satu bukti adanya campur segi empat. Berbagai pola menghiasi struktur tangan pertukangan Cina di masjid ini. Bahkan arsitektur masjid Mantingan. R.A. Kartini (pahlawan wanita nasional asal Salah satu keunikan Masjid Mantingan Jepara) menulis dalam kumpulan catatannya adalah banyaknya ragam hias yang terdapat di (Door duisternis), mengatakan bahwa dia pernah luar dan di dalam masjid. Ragam hias tersebut mengunjungi tempat permakaman Sultan mempunyai 2 fungsi, yaitu untuk kebutuhan Mantingan (Pangeran Hadliri/Hadliri ), di mana estetis dan ajaran. Ragam hias dan arsitektur di dalamnya banyak terdapat ukir-ukiran dan Masjid Mantingan merefleksikan makna serta rumah-rumahan yang bercorak Cina. akulturasi. Keunikan Masjid Mantingan adalah adanya akulturasi yang terdapat dalam arsitektur Ragam Hias Masjid Mantingan sebagai masjid Mantingan. Akulturasi tersebut meliputi, Estetika budaya Islam, Jawa, Hindu, Cina, dan era Keberadaan ragam hias pada Masjjid Megalitikum. Mantingan dapat dianggap sebagai hiasan estetis yang mengisi ruang-ruang kosong tanpa maksud SARAN ingin memberikan suatu makna tertentu yang ingin disampaikan. Di sisi lain, keberadaan Motif ragam hias yang ada pada dinding untuk mendukung kemegahan bangunan Masjid Masjid Mantingan Jepara harus dipertahankan Mantingan mempunyai nilai estetis, yang atau dilestarikan keberadaannya karena masjid berhubungan dengan keindahan, misalnya, selain untuk beribadah juga bisa untuk edukasi penetapan ragam hias Masjid pada dinding dan mengenang kejayaan pada masa lalu Masjid dan mimbar Masjid. Terkait aspek khususnya masyarakat Jepara. tersebut, bahwa keterampilan, ketelitian,

27

Gunawan / Catharsis: Journal of Arts Education 4 (1) (2015)

DAFTAR PUSTAKA Budaya, Lembaga Penelitian Undip bekerjasama Penertbit Jeda. Abdul Rochym, 1983, Sejarah Arsitektur Islam, Bandung: Angkasa. Ismudiyanto dan Parmono Atmadi, 1987, “Demak, , Abubakar, 1955. Sejarah Masjid, Banjarmasin. Kudus and Jepara Mosque, A study of Al-Faruqi, Isma’il, dan Lois Lamya Al-Faruqi, 2001, Architectural Syncretism”, Laporan Penelitian Atlas Budaya Islam: Menjelajah Khazanah Laboratorum Sejarah Arsitektur. : Peradaban Gemilang, diterjemahkan oleh Ilyas Universitas Gadjah Mada. Hasan, Bandung: Mizan. Al Qurtuby, Sumanto, 2003, Arus Cina-Islam-Jawa, Kaplan, David, dan Robert A. Manners, Teori Budaya, Jogjakarta: Inspeal Ahimsakarya Press. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ambary, Hasan Muarif. 1991. Makam-Makam Koentjaraningrat, 2009, Pengantar Ilmu Antropologi. Kesultanan dan Para Penyebar Islam di Pulau : PT. Rineka Cipta. Jawa. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Noe’man, Ahamad, “Arsitektur Islam”, dalam Nasional. Jabrohim dan Saudi Berlian, 1995, Geertz, Clifford, 1992, Tafsir Kebudayaan, (penyunting), Islam dan Kesenian, Majelis diterjemahmahkan oleh F. Budi Hardiman. Kebudayaan Muhammadiyah Universitas Yogyakarta: Kanisius. Ahmad Dahlan, hal. 73-86. Graaf, H.J. de., & Pigeaud, 1985, Kerajaan-Kerajaan Nasr, Seyyed Hossein, 1994, Spiritualitas dan Seni Islam di Jawa, Peralihan dari Majapahit ke Islam, diterjemahkan oleh Sutejo, Bandung: Mataram, Jakarta: Grafitipers. Mizan. ______, 2007, Ratu kalinyamat: Biografi Tokoh Rohendi, Tjetjep Rohendi, 2011, Metodologi Penelitian Wanita Abad XVI dari Jepara, Pemerintah Seni, Semarang: Cipta Prima Nusantara. Kabupaten Jepara dan Pusat Penelitian Sosial Soekmono, R., 2006, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3, Yogyakarta: Kanisius.

28