Catharsis: Journal of Arts Education

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Catharsis: Journal of Arts Education CATHARSIS 4 (1) (2015) Catharsis: Journal of Arts Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/catharsis RAGAM HIAS PADA INTERIOR ARSITEKTUR MASJID ASTANA SULTAN HADLIRIN MANTINGAN, KECAMATAN TAHUNAN KABUPATEN JEPARA Gunawan Prodi Pendidikan Seni, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel Abstrak ________________ ___________________________________________________________________ Sejarah Artikel: Masjid Mantingan memiliki keunikan-keunikan ragam hias pada interior arsitektural, yang jarang Diterima Juni 2015 ditemui di masjid-masjid lain di Indonesia. Atas dasar hal tersebut, maka permasalahan penelitian Disetujui Juli 2015 ini : (1) Bagaimana rancangan ruang Masjid Mantingan?; (2) Apa saja dan bagaimana ragam hias Dipublikasikan dinding yang ada dalam desain interior ruang Masjid Mantingan, Jepara?; dan (3) Bagaimana Agustus 2015 estetika dan makna ragam hias pada ruang Masjid Mantingan, Jepara? Dalam penelitian ini data ________________ primernya adalah Arsitek Masjid Mantingan, sedangan data sekundernya adalah berbagai Keywords: kepustakaan, berupa buku, jurnal, koran, dan majalah. Pengumpulan data dilakukan dengan : mantingan mosque, obsevasi / pengamatan; wawancara; studi dokumen. Metode Pemeriksaan Keabsahan architecture, decorations, Data:Trianggulasi sumber; dan Triangulasi metode. Teknik Analisis Data:Reduksi data. Penyajian acculturation data. Menarik kesimpulan/verifikasi. Ukiran pada dinding Masjid yang terbuat dari batu padas ____________________ kuning bermotif Cina, banyak terdapat ukir-ukiran dan rumah-rumahan yang bercorak Cina. Abstract ___________________________________________________________________ Mantingan Mosque extravagance decoration on the interior architecture, which is rarely found in other mosques in Indonesia. The uniqueness of the decoration on the interior architecture Mantingan mosque is also not out of the histori city of the surrounding conditions. With a variety of uniqueness and historical values that surrounded it. On the basis of this, there search is taking the problem: (1) How does the structure of mosque architecture Mantingan?; (2) How does a decorative wall in the form of interior design form Mantingan Mosque, Jepara? ; and (3) How decorative and architectural significance Mantingan Mosque reflect acculturation? In this study the data were Architect Mantingan Mosque primary, while secondary data is a wide range of literature, such as : books, journals, newspapers, and magazines. Data Collection: kinds of observations/Observations; interview; Study Document. Examination Methods Data Validity : Triangulation source; dan Triangulasi methods. Data Analysis Techniques: Data reduction. Presentation of data. Draw conclusions/verification. The carvings on the walls of the mosque were made of rocks yellow patterned China, there are many carvings and as well as the houses are patterned China. © 2015 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: ISSN 2252 - 6900 Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233 E-mail: [email protected] 24 Gunawan / Catharsis: Journal of Arts Education 4 (1) (2015) PENDAHULUAN ragam hias pada ruang Masjid Astana Sultan Hadlirin Mantingan Jepara. Atap berundak adalah identitas utama Koentjaraningrat (2009) membedakan arsitektur masjid Jawa. Seperti bangunan masjid tiga gejala kebudayaan, yaitu: ideas, activities, Demak yang terinspirasi bangunan hindu dan dan artifact. Ketiga wujud kebudayaan ini jika animisme, munculah satu jenis arsitektur baru diperhatikan, sejajar dengan tiga wujud bernama arsitektur Islam jawa. Hampir semua kebudayaan sebagaimana tercantum dalam bangunan masjid di tanah jawa menggunakan definisi kebudayaan Koentjaraningrat. Ideas gaya ini. Alasannya adalah cuaca tropis yang (gagasan-gagasan) sejajar dengan sistem gagasan lebih memilih atap genting daripada kubah dan ; activities (aktivitas) sejajar dengan tindakan; dan pengagungan Tuhan pada zaman dulu melalui artifact yang seanalog dengan hasil atap berundak. Sangat unik memang, mengingat karyamanusia. Lebih lanjut Koentjaraningrat jenis bangunan ini hanya ada di tanah jawa dan mengatakan secara tegas bahwa, kebudayaan itu sekitarnya, adapun bangunan serupa dengan ada tiga wujud, yaitu: (1) wujud kebudayaan atap berundak dua tingkat adalah kuil hindu di sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, Nepal. Ukiran kayu menjadi corak lainnya pada norma, perturan, dan sebagainya, (2) wujud arsitektur ini. Karya terbesar arsitektur jawa kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas adalah masjid Demak dan masjid Banten. serta tindakan berpola dari manusia dalam Masjid Astana Sultan Hadlirin Mantingan masyarakat, (3) wujud kebudayaan sebagai merupakan masjid yang mempunyai ragam hias benda-benda hasil karya manusia. pada interior arsitektur yang unik, yang juga Masjid menjadi bangunan yang penting merupakan 10 masjid tertua di Indonesia. dalam syiar Islam, untuk itu masjid dijadikan Masjid Mantingan adalah masjid kuno di Desa sebagai sarana penanaman budaya Islam Mantingan, Kecamatan Tahunan, Jepara, Jawa sehingga dalam pengertian ini terjadilah Tengah. Masjid ini dilaporkan didirikan di pertemuan dua unsur dasar kebudayaan, yakni Kesultanan Demak pada tahun 1559. Masjid ini kebudayaan yang dibawa oleh para penyebar merupakan masjid tertua yang kedua yang ada Islam yang terpateri oleh ajaran Islam dan di Pulau Jawa setelah Masjid Agung Demak. kebudayaan lama yang telah dimilki oleh Masjid ini didirikan oleh Sultan Hadlirin masyarakat setempat. Di sini terjadilah asimilasi terbuat dari ubin lantai tinggi ditutup dengan yang merupakan keterpaduan antara kecerdasan ukiran cina buatan sendiri, dan juga kereta api- kekuatan watak yang disertai oleh spirit Islam undakannya. Semua didatangkan dari Makao. yang kemudian memunculkan kebudayaan baru Bubungan atap bangunan gaya termasuk China. yang kreatif, yang menandakan kemajuan Dinding luar dan dalam dihiasi dengan piring pemikiran dan peradabannya. Oleh karenanya tembikar bergambar biru, sedang dinding keragaman bentuk arsitektur masjid jika dilihat sebelah tempat imam dan pendeta itu dihiasi dari satu sisi merupakan pengayaan terhadap dengan relief persegi bergambar margasatwa, khasanah arsitektur Islam. Arsitektur masjid dan penari penari diukir di batu kuning tua. yang bernuansa lokal secara psikologis telah Pengawasan pekerjaan konstruksi masjid ini tak mendekatkan masyarakat setempat pada Islam. lain adalah Babah Liem Mo Han. Tampilan arsitektur Islam tidak lagi hanya Masalah yang diangkat dalam penelitian masjid , tetapi telah tampil dalam bentuk karya ini adalah pertama, tentang rancangan ruang fisik yang lebih luas, hal ini karena masjid Masjid Astana Sultan Hadlirin Mantingan sebagai arsitektur Islam merupakan manifestasi Jepara? Kedua, mengenai ragam hias dinding keyakinan agama seseorang (Graaf, 1963:76). yang ada dalam desain interior ruang Masjid Dalam kaitannya dengan inkulturasi Astana Sultan Hadlirin Mantingan Jepara. islam, dalam arsitektur di Jawa inkulturasi islam Ketiga, berkait dengan estetika dan makna sebenarnya sudah dapat dilihat sejak awal Islam masuk di Jawa. Mengingat bahwa salah satu 25 Gunawan / Catharsis: Journal of Arts Education 4 (1) (2015) saluran penyebaran Islam di Jawa dilakukan harus valid, relevan, jelas, dan akurat. Dalam melalui karya seni arsitektur, diantaranya adalah penelitian ini, data dikumpulkan dengan metode bangunan masjid. Kalau dilihat dari masa observasi atau pengamatan, wawancara, dan pembangunannya, masjid sangat dipengaruhi studi dokumen. pada budaya yang masuk pada daerah itu. Observasi dilakukan untuk melihat data Masjid dulu, khususnya di daerah pulau Jawa, lapangan. Wawancara dilakukan pada memiliki bentuk yang hampir sama dengan informan kunci dan informan pelengkap. candi Hindu-Budha. Hal ini karena terjadi Wawancara ini dilakukan untuk dapat menggali akulturasi budaya antara budaya setempat data supaya data dapat lengkap dengan dengan budaya luar (Noe’man, 1995:60). penjelasan detail dari informan. Kajian dari dokumentasi juga dilakukan. Dokumen yang METODE PENELITIAN dikaji dalam penelitian ini berupa gambar, foto, video, yang ada pada lokasi penelitian dan yang Penelitian ini menggunakan metode dimiliki oleh masyarakat. penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yang Teknik keabsahan data juga diterapkan dimaksud ini adalah penelitian yang dalam penelitian ini, yakni menggunakan mendiskripsikan suatu permasalahan yang di triangulasi data. Triangulasi data dalam dalamnya terdapat pengkajian untuk penelitian ini dilakukan melalui sumber dan menyelesaikan permasalahan yang ada triangulasi metode. Trianggulasi sumber, adalah berdasarkan data-data valid berupa kata-kata keabsahan data dengan mengacu pada sumber yang ditulis. Apa yang dikemukakan Rohidi merupakan pengecekan derajad data yang (2011:6) itu bahwa, penelitian kualitatif adalah diperoleh berdasarkan fakta di lapangan. penelitian yang bermaksud untuk memahami Triangulasi metode, adalah keabsahan data fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek dengan mengacu pada metode merupakan penelitian, misalnya perilaku, persepsi, pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik penelitian dengan pengecekan derajat dan dengan cara diskripsi dalam bentuk kata- kepercayaan beberapa sumber data dengan kata dan bahan, pada suatu konteks khusus yang metode yang sama. Hal ini dilakukan peneliti alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai dengan sumber informan tidak hanya satu metode alamiah. orang. Penelitian ini dilakukan di Masjid Astana Teknik analisis
Recommended publications
  • Kajian Nilai Estetis Dan Simbolis Ukiran Masjid Mantingan Jepara
    Jurnal Desain Komunikasi Visual Asia (JESKOVSIA) Vol.3, No.1, Tahun 2019 ISSN: 2580-8753 (print); 2597-4300 (online) Kajian Nilai Estetis dan Simbolis Ukiran Masjid Mantingan Jepara Abdulloh Eizzi Irsyada Desain Komunikasi Visual/STMIK Asia Malang [email protected] ABSTRAK Masjid Mantingan merupakan sebuah masjid tua yang didirikan oleh seorang Adipati Jepara, Sultan Hadlirin dan istrinya Ratu Kalinyamat pada tahun 1481 Saka atau 1559 Masehi. Selain memiliki keindahan dalam arsitektur bangunannya, juga memiliki ornamen-ornamen kuno bermotif bunga, tumbuh-tumbuhan, binatang dan lain sebagainya yang terukir indah di sekitaran dinding-dindingnya. Keaneka ragaman motif, bentuk maupun pola setiap ukiran ini menjadikan peneliti tertarik untuk mengetahui apa saja nilai-nilai estetis dan simbolis yang terkandung dalam setiap ornamen ukiran pada dinding masjid Mantingan Jepara. Nilai-nilai estetis terrepresentasi dalam sebuah media ukir yang kemudian dirancang hingga diukir penuh akan ornamen ukir uang indah, rumit, ngremit dan ngrawit sebagai indikator maju dan tingginya keahlian dan keterampilan seniman ukir Jepara pada masa tersebut. Sedangkan nilai simbolisnya yang penuh akan falsafah kehidupan terrepresentasi atas bentuk komunikasi antar pemimpin (ratu) Jepara pada masa tersebut kepada warganya. Kata Kunci: nilai estetis, simbolis, ukiran, masjid mantingan ABSTRACT The Mantingan Mosque is an old mosque founded by a Duke of Jepara, Sultan Hadlirin and his wife Ratu Kalinyamat in 1481 Saka or 1559 AD. Besides having beauty in the architecture of the building, it also has ancient ornaments patterned with flowers, plants, animals and others that are beautifully carved around its walls. The diversity of motifs, shapes and patterns of each carving makes researchers interested in knowing what are the aesthetic and symbolic values contained in each carving ornament on the walls of the Mantingan Jepara mosque.
    [Show full text]
  • The Influence of Hindu, Buddhist, and Chinese Culture on the Shapes of Gebyog of the Javenese Traditional Houses
    Arts and Design Studies www.iiste.org ISSN 2224-6061 (Paper) ISSN 2225-059X (Online) Vol.79, 2019 The Influence of Hindu, Buddhist, and Chinese Culture on the Shapes of Gebyog of the Javenese Traditional Houses Joko Budiwiyanto 1 Dharsono 2 Sri Hastanto 2 Titis S. Pitana 3 Abstract Gebyog is a traditional Javanese house wall made of wood with a particular pattern. The shape of Javanese houses and gebyog develop over periods of culture and government until today. The shapes of gebyog are greatly influenced by various culture, such as Hindu, Buddhist, Islamic, and Chinese. The Hindu and Buddhist influences of are evident in the shapes of the ornaments and their meanings. The Chinese influence through Islamic culture developing in the archipelago is strong, mainly in terms of the gebyog patterns, wood construction techniques, ornaments, and coloring techniques. The nuance has been felt in the era of Majapahit, Demak, Mataram and at present. The use of ganja mayangkara in Javanese houses of the Majapahit era, the use of Chinese-style gunungan ornaments at the entrance to the Sunan Giri tomb, the saka guru construction technique of Demak mosque, the Kudusnese and Jeparanese gebyog motifs, and the shape of the gebyog patangaring of the house. Keywords: Hindu-Buddhist influence, Chinese influence, the shape of gebyog , Javanese house. DOI : 10.7176/ADS/79-09 Publication date: December 31st 2019 I. INTRODUCTION Gebyog , according to the Javanese-Indonesian Dictionary, is generally construed as a wooden wall. In the context of this study, gebyog is a wooden wall in a Javanese house with a particular pattern.
    [Show full text]
  • Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dari Ornamen Arsitektur Masjid Assu
    Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id/index.php/al-qalam P-ISSN: 1907-4174; E-ISSN: 2621-0681 DOI : 10.35931/aq.v15i1. 541 Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dari Ornamen Arsitektur Masjid Assu’ada Waringin Husin [email protected] Nor Anisa [email protected] Sekolah Tinggi Ilmu Alquran (STIQ) Rakha Amuntai, Kalimantan Selatan, Indonesia Abstrak Masjid Assu’ada lebih dikenal dengan sebutan “Masjid Lancip” merupakan salah satu masjid tertua yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Utara, tepatnya di Desa Waringin, Kecamatan Haur Gading yang selama ini tidak banyak diketahui masyarakat Kalimantan Selatan lantaran lokasinya yang agak terpencil. Masjid Assu’ada telah masuk cagar budaya, namun belum banyak yang mengetahui sejarah masjid dan bagaimana nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat pada ornamen arsitektur masjid tersebut. Perkembangan zaman yang berubah telah mengiringi perkembangan Masjid Assu’ada dan mengalami beberapa kali renovasi, namun bentuk dan tiang masih tetap dipertahankan. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menjelaskan bagaimana nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat pada ornamen arsitektur Masjid Assu’ada dan bagaimana isi pesan tersirat pada bangunan masjid tersebut. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah sebagian pengelola masjid dan sesepuh yang dianggap lebih mengetahui tentang masjid Assu’ada. Prosedur pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan Islam yang ingin disampaikan ialah, nilai ketauhidan atau akidah, nilai ibadah atau syariat, dan nilai muamalah atau akhlak. Nilai-nilai tersebut disisipkan melalui ornamen arsitektur dan bagian-bagian yang terdapat pada masjid Assu’ada.
    [Show full text]
  • Ornamen Mesjid Mantingan Di Jepara Jawa Tengah
    ORNAMEN MESJID MANTINGAN DI JEPARA JAWA TENGAH Tesis untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S2 program studi Pengkajian Seni Minat Utama Seni Rupa Nusantara Oleh : AGUS SETIAWAN Nim: 269/S2/KS/07 PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT SENI INDONESIA (ISI) SURAKARTA 2009 i PERSETUJUAN Disetujui dan disahkan oleh pembimbing Pembimbing Prof. Dr. Dharsono, M.Sn NIP. 131478719 ii PENGESAHAN TESIS ORNAMEN MESJID MANTINGAN DI JEPARA JAWA TENGAH Dipersiapkan dan disusun oleh Agus Setiawan 269/S2/KS/07 telah dipertahankan di depan dewan penguji Pada tanggal 6 Juli 2009 Susunan Dewan Penguji Pembimbing Ketua Dewan Penguji Prof. Dr. Dharsono, M.Sn. Prof. Dr. Rustopo, S. Kar., M.S. NIP. 131478719 NIP. 130692492 Penguji Utama Prof. Dr. T. Slamet Suparno, S. Kar., M.S. NIP. 194812191975011001 Tesis ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan pada Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta 6 Juli 2009 NIP. 130283561 iii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis dengan judul “Ornamen Mesjid Mantingan di Jepara, Jawa Tengah” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sangsi yang dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini. Surakarta, 6 Juli 2009 Yang membuat pernyataan Agus Setiawan iv PERSEMBAHAN Tesis ini Kupersembahkan untuk Bapak dan Ibu Tercinta Kakakku;Hadi Susanto dan Ida Rusmaliana Keponakanku tersayang; Shill Kamalal Ma’rifah v ABSTRAK Oleh: Agus Setiawan Tesis dengan judul ”Ornamen Mesjid Mantingan Di Jepara Jawa Tengah”, memfokuskan pada pokok permasalahan bagaimana keberadaan ornamen pada Mesjid Mantingan.
    [Show full text]
  • The Elements of Local and Non-Local Mosque Architecture for Analysis of Mosque Architecture Changes in Indonesia
    The International Journal of Engineering and Science (IJES) || Volume || 7 || Issue || 12 Ver.I || Pages || PP 08-16 || 2018 || ISSN (e): 2319 – 1813 ISSN (p): 23-19 – 1805 The Elements of Local and Non-Local Mosque Architecture for Analysis of Mosque Architecture Changes in Indonesia Budiono Sutarjo1, Endang Titi Sunarti Darjosanjoto2, Muhammad Faqih2 1Student of Doctoral Program, Department of Architecture, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Indonesia 2Senior Lecturer, Department of Architecture, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Indonesia Corresponding Author : Budiono Sutarjo --------------------------------------------------------ABSTRACT---------------------------------------------------------- The mosque architecture that deserves to use as a starting point in the analysis of architectural changes in Indonesian mosques is the Wali mosque as an early generation mosque in Indonesia. As a reference, the architectural element characteristic of Wali mosque (local mosque) needs to be known, so that this paper aims to find a description of a local mosque (Wali mosque), and also description of architectural elements of non- local mosques (mosques with foreign cultural context) because one of the causes of changes in mosque architecture is cultural factors. The findings of this paper are expected to be input for further studies on the details of physical changes in the architectural elements of mosques in Indonesia. The study subjects taken were 6 Wali mosques that were widely known by the Indonesian Muslim community as Wali mosques and 6 non-local mosques that were very well known and frequently visited by Indonesian Muslim communities. Data obtained from literature studies, interviews and observations. The analysis is done by sketching from visual data, critiquing data, making interpretations, making comparisons and compiling the chronology of the findings.
    [Show full text]
  • Heritage, Conversion, and Identity of Chinese-Indonesian Muslims
    In Search of New Social and Spiritual Space: Heritage, Conversion, and Identity of Chinese-Indonesian Muslims (Op Zoek naar Nieuwe Plek, Maatschappelijk en Geestelijk: Erfgoed, Bekering en Identiteit van Chinese Moslims in Indonesië) (met een samenvatting in het Nederlands) PROEFSCHRIFT ter verkrijging van de graad van doctor aan de Universiteit Utrecht op gezag van de rector magnificus, prof.dr. G.J. van der Zwaan, ingevolge het besluit van het college voor promoties in het openbaar te verdedigen op vrijdag 24 februari 2012 des ochtends te 12.45 uur door Syuan-Yuan Chiou geboren op 24 september 1967 te Pingtung, Taiwan Promotor: Prof.dr. M.M. van Bruinessen This thesis was accomplished with financial support from the International Institute for the Study of Islam in the Modern World (ISIM), the Netherlands, the Chiang Ching-kuo Foundation for International Scholarly Exchange (CCKF), Taiwan, and the Center for Asia-Pacific Area Studies (CAPAS), RCHSS, Academia Sinica, Taiwan. About the author: CHIOU Syuan-yuan (邱炫元) is a sociologist, who is interested in exploring contemporary Indonesian Muslim society and Chinese-Indonesians. He obtains his PhD degree in Utrecht University, the Netherlands. He was involved in the International Institute for the Study of Islam in the Modern World at Leiden, the Netherlands, where he joined interdisciplinary projects, working on various issues of contemporary Islam in Africa, Middle East, Southeast Asia, and West Europe during 2001-2007. He has published several works about Chinese-Indonesian Muslims.
    [Show full text]
  • Gurda Motif in the Hindu-Buddhist and Islamic Period in Java
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 197 5th Bandung Creative Movement International Conference on Creative Industries 2018 (5th BCM 2018) Gurda Motif in the Hindu-Buddhist and Islamic Period in Java Aan Sudarwanto 1*, Sri Rochana W.2 , and Dharsono 3 1,2,3 Graduate Program, Indonesian Institute of the Arts Surakarta Abstract. The article that discusses Garuda bird on Hindu-Buddhist era and Islamic times aims to reveal more depth about how Garuda's position and role in Javanese cultural perspective. In addition, to know the forms of Garuda and its application from the Hindu-Buddhist era and its transition into the Islamic period and its development. Furthermore, it can be used to find out the comparison of the visual form of Garuda in pre-Islamic times and in Islamic times. The study is done through a historical approach by making observations on the history sources which are arranged in sync. Garuda bird assessment is very useful, because it is based on the idea that the motifs of batik Gurda did not appear suddenly but has undergone a very long process of journey. The motif that symbolizes the Garuda bird is initially depicted more realist and even anthropomorphic form that can be found in various realief temple that exist in Java island, among others in Prambanan temple, Kidal temple, Belahan temple, Minakjinggo temple and Sukuh temple. Initially Garuda was described as a human half bird. Then in the time of Majapahit, Garuda depicted with wings stretched wide with the human body half bird. At the time of Islam the form of Garuda transformed into wings as an impact of the growing belief of aniconism.
    [Show full text]
  • The Re-Documentation of Jepara's Carving
    THE RE-DOCUMENTATION OF JEPARA’S CARVING MOTIFS: AN EARLY STUDY Iswahyudi 4 Abstract This study aim to describe the development of carved art motifs in Jepara. The target population of artworks carving is some distribution of works that represent the period, so that the selection of data sources is also tight and considered representative. In this study it is required to produce a qualitative descriptive development study so that it approaches synchronic diachronik. The research step is done through the stages of observation, interviewing, making documentation, comparing historical information and see some works that have never been used by other researchers. The results: (1) Associated with the motive of the Queen of Sima money is considered the earliest is estimated in the VII century by physical evidence has not been found but on the myth is still attached to society carver Jepara. (2) The motifs that are representative of the era is Kalinyamat motif is believed to have existed at the beginning of the XVI century is still intact until now in the Mantingan Mosque Jepara. (3) Some artworks carved R.A. Kartini called Kartini motif by approach with her family can be presented in this research. (4) Various discoveries of masterpiece maestro Jepara artists can still be saved and are in Jepara carving museum. Followed by various colonial works both in the museum and in the home entrepreneur meubelair called the pre booming motif. (5) Contemporary sculpture art works can be found in groups called booming and post booming motifs that mostly reside and are displayed in some show rooms center meubelair Jepara city.
    [Show full text]
  • Cheng Hoo Mosque: Assimilating Chinese Culture, Distancing It from the State
    Queen Elizabeth House, University of Oxford, Mansfield Rd, OX1 3TB, UK Tel: +44 1865 281810; Fax: +44 1865 281801; http://www.crise.ox.ac.uk/ Cheng Hoo Mosque: Assimilating Chinese Culture, Distancing it from the State Akh. Muzzaki CRISE WORKING PAPER No. 71 January 2010 © Centre for Research on Inequality, Human Security and Ethnicity The UK Department of International Development (DFID) supports policies, programmes and projects to promote international development. DFID provided funds for this study as part of that objective, but the views and opinions expressed are those of the author(s) alone. CRISE Working Paper No. 71 Cheng Hoo Mosque: Assimilating Chinese Culture, Distancing it from the State Abstract Tight state control over Indonesian ethnic Chinese under the New Order (1966-98) resulted in their political exclusion. It also manipulated local perceptions of them, identifying the ethnic Chinese solely with economic activities. With the collapse of the New Order and the lessening of state control over all social groups, attempts have been made to re-establish long-suppressed ethnic Chinese identities in Indonesia. One of the best examples of this is the foundation of the Cheng Hoo Mosque in Surabaya by the PITI, an organisation of ethnic Chinese Muslim groups in East Java. This study examines the relationship between the Cheng Hoo Mosque and the state. It asks whether the mosque is oriented only towards ethnic Chinese Muslims or whether it is open to all, enabling an acculturation between Chinese and local Javanese cultural identities. It also examines whether the mosque fulfils only the spiritual needs of ethnic Chinese Muslims, or whether it also helps to realise their social capital and economic aims.
    [Show full text]
  • Respon Masyarakat Desa Gambiran Terhadap Arah Kiblat Masjid Baiturrahim Gambiran
    RESPON MASYARAKAT DESA GAMBIRAN TERHADAP ARAH KIBLAT MASJID BAITURRAHIM GAMBIRAN TESIS Dibuat guna memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Hukum Oleh : MUHAMMAD ICHWAN ANSHORI 1400028013 PRODI S2 ILMU FALAK FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2018 KEMENTERIAN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM Jl. Prof Hamka Semarang 50185 Tlp. 7601291 Fax. 7624691 PERNYATAAN KEASLIAN TESIS Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama lengkap : Muhammad Ichwan Anshori NIM : 1400028013 Judul Penelitian : Respon Masyarakat Desa Gambiran terhadap Arah Kiblat Masjid Baiturrahim Gambiran Program Studi : Ilmu Falak menyatakan bahwa tesis yang berjudul: RESPON MASYARAKAT DESA GAMBIRAN TERHADAP ARAH KIBLAT MASJID BAITURRAHIM GAMBIRAN secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya. Semarang, 1 Januari 2018 Pembuat Pernyataan, materai tempel Rp. 6.000,00 Muhammad Ichwan Anshori NIM: 1400028013 [ KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM Jl. Prof Hamka Semarang 50185, Telp. 7601291 Fax. 7624691 PENGESAHAN TESIS Tesis yang ditulis oleh: Nama lengkap : Muhammad Ichwan Anshori NIM : 1400028013 Judul Penelitian : Respon Masyarakat Desa Gambiran terhadap Arah Kiblat Masjid Baiturrahim Gambiran telah dilakukan revisi sesuai saran dalam Sidang Ujian Tesis pada tanggal 13 Juli 2018 dan layak dijadikan syarat memperoleh Gelar Magister dalam bidang Studi Islam Disahkan oleh: Nama lengkap & Jabatan tanggal Tanda tangan Prof. Dr. Muslich Shabir, MA. Ketua Majelis Drs. KH. Slamet Hambali, M.SI Sekretaris Dr. H. Nur Khoirin, M.Ag Penguji 1 Dr. H. Agus Nurhadi, MA. Penguji 2 Dr. H. Abu Rokhmad, M. Ag. Penguji 2 ABSTRAK Urgensi menghadap arah kiblat dalam shalat menuntut bagi umat muslim untuk memperhatikan arah kiblat masjid-masjid atau mushola dalam rangka kesempurnaan ibadah.
    [Show full text]
  • Making Research Work for Small-Scale Furniture Makers Action Research in the Jepara Furniture Industry, Indonesia
    Making research work for small-scale furniture makers Action research in the Jepara furniture industry, Indonesia Melati, Herry Purnomo and Bayuni Shantiko Making research work for small-scale furniture makers Action research in the Jepara furniture industry, Indonesia Melati, Herry Purnomo and Bayuni Shantiko Center for International Forestry Research © 2013 Center for International Forestry Research Content in this publication is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial- NoDerivs 3.0 Unported License http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/3.0/ ISBN 978-602-1504-18-5 Melati, Purnomo H and Shantiko B. 2013. Making research work for small-scale furniture makers: Action research in the Jepara furniture industry, Indonesia. Bogor, Indonesia: CIFOR. Cover photo by Murdani. Women sand unfinished furniture. CIFOR Jl. CIFOR, Situ Gede Bogor Barat 16115 Indonesia T +62 (251) 8622-622 F +62 (251) 8622-100 E [email protected] cifor.org We would like to thank all donors who supported this research through their contributions to the CGIAR Fund. For a list of Fund donors please see: https://www.cgiarfund.org/FundDonors Any views expressed in this publication are those of the authors. They do not necessarily represent the views of CIFOR, the authors’ institutions or the financial sponsors of this publication. Table of contents Acknowledgements vi Summary vii 1. Introduction to the furniture value chain project 1 1.1 Background 1 1.2 Action research and the value chain analysis 10 1.3 Project aims 17 1.4 Project funding: About ACIAR 21 2. The ‘moving up’ scenario: Improving market access for producers 23 2.1 The furniture market 23 2.2 Market constraints 25 2.3 The buyer-driven market 28 2.4 Profit margins 30 2.5 Project activities for moving forward 31 3.
    [Show full text]
  • Pengaruh Pertukangan Cina Pada Bangunan Mesjid Kuno Di Jawa Abad 15-16
    PENGARUH PERTUKANGAN CINA PADA BANGUNAN MESJID KUNO DI JAWA ABAD 15-16 Handinoto Samuel Hartono Staf Pengajar Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Jurusan Arsitektur, Universitas Kristen Petra, Surabaya [email protected] [email protected] ABSTRAK Bentuk awal mesjid kuno di Jawa (abad 15-16), sangat menarik. Banyak teori yang mengatakan bahwa bentuk dari mesjid kuno Jawa ini berasal kebudayaan Hindu-Jawa maupun dari penduduk Jawa sendiri . Tapi jarang sekali tulisan yang membahas tentang peran pertukangan Cina yang sangat besar dalam pembangunan mesjid-mesjid kuno Jawa (terutama yang terletak di pantai Utara Jawa), Beberapa diantaranya seperti Mesjid Demak (1474)), Mesjid Kudus (1537) dan Mesjid Mantingan (1559) dekat Jepara, yang terbukti secara fisik terdapat jejak-jejak pertukangan Cina, baik pertukangan batu maupun kayu disana. Tulisan ini merupakan studi awal yang mencoba untuk menelusuri keberadaan pertukangan Cina pada mesjid-mesjid kuno di Jawa tersebut. Kata Kunci : Mesjid Kuno Jawa, Pertukangan Cina. ABSTRACT. The early shapes of ancient mosques in Java during the 15th – 16th centuries are very interesting. Many theories suggest that those shapes originated from the culture of Hinduist-Javanese or Javanese in general. Very few articles are there studying the important role of Chinese carpentry in the development of those mosques of Java, especially those in the northern coast of Java. To name a few, they are the Demak mosque (1474), the Kudus mosque (1537), and the Mantingan mosque (1559) near by Jepara. They physically show the traces of Chinese carpentry and stone masonry.This article is an early study which attempts to trace the existence of Chinese carpentry in those ancient mosques of Java.
    [Show full text]