P-ISSN: 1907-848X, E-ISSN: 2548-7647 Volume 15, Nomor 2, Oktober 2020, Hal 125-136 DOI: 10.20885/komunikasi.vol15.iss2.art4

Respon Remaja Tentang Kasus Cyberbullying Dan Goo

Hara

Dwi Putri Robiatul Adawiyah Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Sunan Ampel Surabaya, Indonesia. Email: [email protected] (corresponding author)

Muhammad Munir Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Sunan Ampel Surabaya, Indonesia. Email: [email protected] ______

Article Info Abstract. Cyberbullying is the act of hurting, embarrassing, or distressing people because all the disgrace is publicized on social Article History media. The victim becomes depressed and commits dangerous things Received 23 Nov 2019 such as suicide. This study aims to explain adolescent responses about Revised 30 Oct 2020 Sulli and Goo Hara's cyberbullying that cause death. The author Accepted 9 Nov 2020 applied descriptive qualitative methods. The results revealed the lack of netizen knowledge and consequences on Sulli and Goo Hara's mental health made them not careful in commenting on social media. Therefore, it is important for netizens to be careful about everything that will be posted on social media in order not to get meanly impact to others.

Keywords: response, youth, cyberbullying, fans

Abstrak: Cyberbullying adalah tindakan menyakiti, membuat malu, atau membuat orang tertekan karena semua aibnya dipublikasikan di media sosial. Dampaknya bagi korban, dapat mengalami depresi yang mendorong korban melakukan sesuatu yang membahayakan diri sendiri seperti bunuh diri. Penelitian ini ingin mengetahui berbagai respon remaja tentang kasus cyberbullying Sulli dan Goo Hara yang mengakibatkan kematian. Metode penelitian menggunakan kualitatif- deskriptif. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kurangnya pemahaman netizen mengenai akibat cyberbullying terhadap mental health Sulli dan Goo Hara membuatnya tidak berhati-hati dalam berkomentar di media sosial. Oleh karena itu, penting bagi netizen berhati-hati terhadap segala sesuatu yang akan diposting di media sosial agar tidak berdampak buruk bagi orang lain.

Kata kunci: respon, remaja, cyberbullying, fans ______

Copyright @2021 Authors. This is an open-access article distributed under the terms of the 125 Creative Commons Attribution License. (http://creativecommons.org/licences/by-sa/4.0/)

Jurnal komunikasi, Volume 15, Nomor 2, April 2021, Hal 125-136

PENDAHULUAN menghantam benda-benda agar si korban takut. Bullying non-verbal secara tidak Bullying dalam makna harfiah langsung seperti mengucilkan seseorang, berarti menggertak dan mengganggu orang melakukan penghasutan, berlaku curang yang lebih lemah (Siswati & Widayanti, atau bahkan melakukan tindakan 2011). Bullying seperti ibarat seseorang menyebarkan berita bohong atau tidak suka minum kopi pahit, tapi dipaksa manipulasi yang berkaitan dengan diri untuk meminumnya maka seperti itulah korban (Priyanta, 2010). rasanya di-bully. Oleh karena itu, menjadi bullying victim (korban bullying) tidaklah Kehadiran media sosial telah menyenangkan. Ini karena jika mengubah sedemikian rupa bentuk- tingkatannya sudah parah, dapat menyulut bentuk bullying. Jika dahulu bullying bunuh diri ataupun menghancurkan dilakukan secara langsung (dalam arti kehidupan korban (Elvigro, 2014). tatap muka), tetapi saat ini dapat Menurut Siswati & Widayanti (2011) dilakukan di dunia cyber (tanpa tatap “Bullying is the willful, conscious desire to muka) (Kowalski et al., 2008; Parsons, hurt another and put him or her under 2005). Bullying jenis ini memanfaatkan stress” (Bullying adalah tindakan yang perkembangan teknologi informasi dan buruk, dimana dia sadar untuk menyakiti komunikasi seperti fasilitas internet, seseorang dan menempatkan dia di bawah handphone, komputer, kamera, perekam tekanan). video/audio. Dengan memanfaatkan teknologi yang ada, pelaku dapat Tindakan bullying bisa dilakukan mengirimkan pesan dalam bentuk teks, dengan berbagai cara. Menurut Tim gambar atau video yang dapat bersifat Yayasan Sehati Jiwa Amini (2008) mengancam, menyebarkan rumor, dan bullying terbagi di dalam dua bentuk, yaitu terror. Hal ini tentunya tidak hanya dapat secara fisik ataupun non-fisik. Bullying memalukan korban, tetapi juga dapat secara fisik dapat dilakukan dengan menyakiti korban karena aibnya menjadi memukul, menendang, meninju, konsumsi publik dan susah untuk menggigit, menarik, menjambak rambut, menghapus sesuatu yang telah diunggah mencakar, meludahi ataupun merusak tersebut (Kowalski et al., 2008). Dalam barang-barang milik korban. Oleh karena kaitan ini, perilaku yang disengaja, sering itu, bullying secara fisik akan mudah diulang-ulang, dan bermusuhan diidentifikasi. Sementara itu, bullying dimaksudkan untuk menyakiti korban secara non-fisik terbagi menjadi dua, yaitu menggunakan media teknologi informasi secara verbal maupun non-verbal. dan komunikasi, paling sering dilakukan Bullying secara verbal dilakukan melalui ponsel dan internet (Kowalski et dengan mengancam, memeras, berkata- al., 2008). kata kasar, dan memanggil dengan maksud Bullying baik ringan ataupun berat untuk mengejek, berkata-kata dengan tetap dapat menyebabkan korban tertekan menekan, menggosip ataupun (Elvigro, 2014). Situasinya akan menjadi menyebarluaskan aib tentang si korban. semakin parah jika kegiatan tersebut Sebaliknya, bullying non-verbal bisa dilakukan secara berulang-ulang dengan dilakukan secara langsung maupun tidak tempat yang berbeda. Pada umumnya, langsung. Secara langsung, bentuknya bullying kerap terjadi di area sekolah, hampir sama dengan tindakan secara fisik, ruang kelas, toilet, halaman atau ruang tapi lebih kepada tindakan mengancam loker sekolah, kantin sekolah, bahkan bisa dengan tatapan mata, meninju-ninju atau

126

Dwi Putri Robiatul Adawiyah & Muhammad Munir, Respon Remaja tentang Kasus Cyberbullying Sulli dan Goo Hara juga terjadi didekat rumah (Astuti, 2008). konten negatif langsung ke victim, tetapi Levianti (2008) mengungkapkan hasil ke publik atau semi- khalayak publik penelitiannya di Jerman bahwa 60,1% melalui internet atau ponsel (Elvigro, bullying terjadi di sekolah, 17,3% terjadi 2014). Dalam kasus cyberbullying tidak saat perjalanan pulang sekolah, dan 9,2 % langsung, audiens mewakili prasyarat yang terjadi di dalam kelas atau toilet. Dari sini, diperlukan untuk cyberbullying dan dapat disimpulkan bahwa mayoritas kisah bagaimana orang-orang ini (atau bullying berlatarkan sekolahan. pengamat) bereaksi terhadap insiden tersebut dapat mempengaruhi proses lebih Hasil studi yang dilakukan oleh lanjut dari cyberbullying secara signifikan National Youth Violence Prevention (Kowalski et al., 2008). Kelompok yang Resource Center pada tahun 2003 tergolong dalam orang ini mungkin menunjukkan bahwa bullying dapat berperilaku pasif, tetapi secara aktif dapat mengakibatkan seseorang remaja merasa mendukung victim (korban) atau ketakutan dan cemas, dapat memperkuat doer (pelaku). Jenis pola mempengaruhi konsentrasi belajar di perilaku yang seperti inilah yang disebut sekolah dan mengakibatkan seseorang ini sebagai peran cyberbullying, yang menghindari sekolah (Andriani et al., memiliki tujuan untuk menganalisis secara 2011). Bullying berkelanjutan secara terus- empiris dalam penelitian ini. Maka, menerus dapat mempengaruhi self-esteem konseptualisasi peran cyberbullying (kepercayaan diri) si korban, sebagian besar didasarkan pada mengakibatkan isolasi terhadap dunia pertimbangan teoritis atau pendekatan sosial, memunculkan perilaku withdrawal yang berpusat pada variabel dengan (menarik diri dari lingkungan), gampang mengelompokkan pernyataan yang setres dan depresi, serta adanya rasa tidak diberikan ke dalam skala, tetapi penelitian aman. Akibat terburuk dapat ini membedakan beberapa peran menyebabkan seseorang bunuh diri cyberbullying berdasarkan pola jawaban apabila sudah tidak kuat dengan responden. Pendekatan yang berpusat situasi/tekanan tersebut (Murphy, 2009). pada orang seperti itu membantu Cyberbullying terjadi dalam mengidentifikasi peran-peran penindasan konteks sosial dan bertujuan untuk cyber yang khas yang terjadi dalam mempermalukan seseorang di depan orang kehidupan nyata remaja (Rigby, 1996). lain. Mengacu pada definisi integratif, Penelitian mengenai cyberbullying cyberbullying adalah "segala perilaku yang belum terlalu banyak diteliti sehingga dilakukan melalui media elektronik atau menjadikannya menarik untuk dibahas digital oleh individu atau kelompok yang dan dikaji lebih dalam. Berbeda dengan berulang kali, mengkomunikasikan pesan- bullying yang dilakukan secara offline pesan yang bermusuhan atau agresif yang (langsung) yang sudah banyak dilakukan, dimaksudkan untuk menimbulkan cyberbullying sedikit sekali ditemukan. kerugian atau ketidaknyamanan pada Namun, dalam banyak penelitian, peran orang lain (Breguet, 2007). partisipan dalam penindasan di cyber Perbedaan antara cyberbullying dikonseptualisasikan secara berbeda dari langsung dan tidak langsung. penindasan offline. Seseorang sering Cyberbullying langsung mencakup dikategorikan menjadi pelaku, korban, dan komunikasi negatif langsung antara doer siswa yang tidak terlibat (Elvigro, 2014). (Pelaku) dan victim (korban), sedangkan Pertanyaan tambahan dimasukkan dalam dalam cyberbullying tidak langsung, studi untuk mengidentifikasi para doer bullying tidak mengarah komunikasi (pelaku) bullying. Elvigro (2014) menulis, 127

Jurnal komunikasi, Volume 15, Nomor 2, April 2021, Hal 125-136

“[memperhatikan] situasi sosial yang menerima komentar-komentar negatif, terjadi di dunia cyber antara doer (pelaku) baik karena masalah kekerasan yang dan victim (korban), dan mungkin orang dilakukan mantan pacarnya ataupun lain yang memperhatikan kejadian ini”. Ini operasi plastik (Rosewarne, 2016). kemudian disebut bystanders atau saksi. Goo Hara melalui siaran langsung Meskipun korelasi perilaku telah dianalisis di Instagram pada 15 Oktober 2019 dan dibandingkan untuk kelompok ini, mengatakan, ia akan melanjutkan sisa peran ini belum diekstraksi secara empiris hidupnya demi Sulli. Goo Hara juga sejauh ini, yaitu menggunakan pendekatan menderita depresi, dan pernah selamat berbasis data berdasarkan pola jawaban. dari percobaan bunuh diri pada Mei 2019. Tujuan penelitian ini pada dasarnya untuk Sebelumnya, Goo Hara terlilit masalah mengetahui respon remaja tentang kasus dengan mantan kekasihnya, Choi Jong cyberbullying Sulli dan Goo Hara yang Bum yang mengancam akan menyebarkan mengakibatkan kematian. video intim yang terjadi pada Hara. Akibat Di Indonesia, tayangan televisi kasus ini, Hara justru diserang komentar merupakan salah satu penyebab kasus negatif dan jahat atau cyberbullying di bullying yang terjadi, seperti yang dilansir media sosial. Kematian Goo Hara terjadi dalam suara.com pada 11 April 2019 yang kurang dari dua bulan dari kepergian berjudul “Kasus Kekerasan Terhadap bintang K-pop lainnya Sulli yang nekat Audrey, Psikolog Ungkap 2 Pemicu mengakhiri hidupnya karena Kekerasan”. Artikel tersebut menyebutkan cyberbullying yang dialaminya. bahwa salah satu penyebab perilaku Cyberbullying sulit dihindari bullying, yakni faktor melihat tayangan terlebih lagi dengan berkembangnya kekerasan di televisi, bahkan 60-70% teknologi yang semakin canggih sehingga tayangan dapat mempengaruhi psikologis, memudahkan mengakses segala sesuatu kejiwaan cara berpikir, emosi serta yang dapat berpeluang juga pada semakin perilaku seseorang. Pertelevisian di maraknya fenomena cyberbullying. Indonesia banyak menayangkan sinteron Penelitian (Uswatun et al., 2016) yang mengangkat kisah tentang mengungkapkan krisis kesantunan dan kebrutalan, perkelahian yang secara tidak etika di media sosial. Penelitian tersebut langsung memberikan dampak negatif menjelaskan bahwa pengguna media sosial pada kognitif/berpikir dan fungsi kurang memperhatikan etika berbicara psikologis seseorang (Widiastuti, 2019). dalam media sosial yang dapat Selain itu, kasus bullying banyak memunculkan cyberbullying. Pada terjadi di media sosial seperti Facebook, dasarnya, perilaku cyberbullying Twitter, dan Blog (Hidajat et al., 2015). dilakukan karena adanya perilaku yang Seseorang yang memberikan komentar tidak sesuai dengan norma yang ada dalam atau mention negatif terhadap postingan masyarakat. Oleh karena itu, ketika yang diunggah seseorang juga termasuk menjadi korban cyberbullying hendaknya bentuk bullying verbal secara tidak mencari seseorang yang dapat membantu langsung. Dampak luar biasa akibat menyelesaikan permasalahan tersebut. bullying seperti dirujuk penelitian ini Namun, kebanyakan anak-anak ketika adalah kasus Goo Hara artis Korea Selatan menjadi korban cyberbullying tidak berani yang bunuh diri, ditemukan meninggal di mengungkapkannya pada orang dewasa. rumahnya di kawasan Gangnam, , Ini dapat berakibat negatif terhadap pada hari minggu 24 November 2019. kondisi psikologisnya. Sebagaimana Sebelum meninggal, Goo Hara kerap diungkap oleh (Vaillancourt et al., 2017)

128

Dwi Putri Robiatul Adawiyah & Muhammad Munir, Respon Remaja tentang Kasus Cyberbullying Sulli dan Goo Hara bullying dan cyberbullying biasanya tidak Dalam penelitian ini, fokus yang dilaporkan kepada orang dewasa karena akan dikaji adalah mengenai tanggapan anak-anak khawatir tentang konsekuensi remaja yang dianggap peneliti mempunyai dari menceritakan pada orang tua atau pandangan mendalam dan aktual dalam guru. Meski banyak menjadi korban, anak- menanggapi kasus cyberbullying yang anak dan remaja tidak merasa nyaman terjadi pada artis Korea Sulli dan Goo memberi tahu guru atau bahkan orang tua Hara. Untuk itu, penelitian ini berusaha sendiri tentang rasa sakit yang dialami. menganalisis respons remaja tentang kasus cyberbullying yang mengakibatkan Jenis kelamin juga dapat kematian. Dari analisis tersebut, berpengaruh terhadap perilaku diharapkan dapat mengungkapkan respon cyberbullying. Sebagaimana diungkap remaja tentang kasus cyberbullying yang oleh (Barlett & Coyne, 2014) remaja laki- mengakibatkan kematian dua artis, yakni laki lebih mungkin untuk berpartisipasi Sulli dan Goo Hara. dalam keseluruhan penindasan dan untuk menggunakan bentuk-bentuk langsung dari intimidasi tradisional, seperti fisik dan METODE verbal, sedangkan perempuan lebih suka menggunakan bentuk-bentuk intimidasi Penelitian ini menggunakan tidak langsung dan berhubungan. metode penelitian kualitatif dengan Penelitian yang dilakukan (Bendre et al., pendekatan deskriptif. Teknik 2020) mengungkapkan bahwa pengumpulan data dengan wawancara, menjamurnya Web 4.0, intimidasi cyber observasi dan dokumentasi. Pra riset menjadi isu yang penting. Sejumlah dilakukan selama setengah bulan dan pengalaman intimidasi cyber yang pengumpulan data penelitian mengancam jiwa telah dilaporkan secara menghabiskan waktu kurang lebih satu internasional sehingga menarik perhatian bulan. Pemilihan informan dilakukan pada dampak negatifnya. Deteksi dengan Purposive sampling. Teknik ini intimidasi daring dan tindakan memungkinkan peneliti untuk mengambil pencegahan selanjutnya adalah tindakan informan berdasarkan kriteria tertentu, utama untuk memeranginya. Ada dua fase misalnya, orang tersebut yang dianggap yang digunakan. Fase pertama bertujuan tahu tentang apa diharapkan sehingga untuk mendeteksi pesan berbahaya secara akan memudahkan peneliti menjelajahi akurat. Dalam penelitian ini, Nihar dkk obyek atau situasi yang diteliti. Dengan mencoba menyajikan cara pemilihan fitur, kata lain, pengambilan sampel diambil yaitu fitur umum dan sentimen. Fase berdasarkan kebutuhan penelitian. selanjutnya bertujuan untuk menganalisis Informan penelitian ini adalah jejaring sosial untuk mengidentifikasi remaja yang terdiri dari 15 orang laki-laki pemangsa dan korban melalui mereka dan 15 orang perempuan. Usia informan interaksi pengguna, dan sajikan hasilnya berkisar antara 17-21 tahun dan bertempat dalam model grafik. Algoritma peringkat tinggal di daerah Surabaya. Peneliti digunakan untuk mendeteksi predator dan melakukan wawancara by phone terhadap korban yang berpengaruh. Pendekatan orang-orang yang menjadi penggemar Sulli yang diusulkan untuk anti-cyber bullying dan Goo Hara sebanyak 13 orang, pengikut menggunakan matriks pendeteksian akun instagram @jelly_killi dan cyberbullying terkomputasi dan @koohara sebanyak 10 orang, pengguna representasi grafis terkait dari hasilnya media sosial Instagram sebanyak 7 orang. adalah unik. Selain itu, data juga didukung dengan data yang ada pada akun instagram @jelly_killi 129

Jurnal komunikasi, Volume 15, Nomor 2, April 2021, Hal 125-136

dan @koohara. Penelitian dilakukan maupun mencibir foto-foto mupun video terhitung sejak 25 November hingga 17 yang dibagikan tersebut. Meskipun Desember 2019. demikian, ini tak menyurutkan fans untuk tetap menyukai idolanya.

Penggemar yang tergabung dalam HASIL DAN PEMBAHASAN berbagai komunitas (fandom) akan Berdasarkan data-data dari hasil cenderung memiliki pengetahuan lebih wawancara dan observasi lapangan, banyak dibandingkan dengan remaja yang penelitian ini memberikan gambaran tidak tergabung dalam komunitas. Mereka tentang tanggapan remaja terhadap kasus biasanya juga mengoleksi bermacam cyberbullying di Instagram dan cara barang dan aksesoris. Beberapa informan mencegah perilaku cyberbullying. mengaku bahwa para remaja mengoleksi Penggemar Sulli dan Goo Hara poster, lagu dan juga CD original dari Sulli adalah remaja berusia 17-21 tahun. Secara dan Goo Hara. Beberapa informan lainnya spesifik, tidak ada yang membedakan mengakui mengoleksi baju, topi yang dapat penampilan penggemar Sulli dan Goo mengidentifikasi sebagai penggemar Sulli Hara. Kesamaannya terletak pada dan Goo Hara. Dari semua informan, ketertarikannya hanya pada kedua artis ini ditemukan informasi bahwa semua yang merupakan mantan personel Girl informan mengoleksi puluhan film dan Band F(x) dan Kara. Kesamaan lainnya koleksi mp3 maupun mp4 yang terletak pada ketika informan berkumpul diperolehnya dari hasil mengunduh dengan temannya akan bercerita mengenai melalui internet. Informan dan bahkan idolanya. Mereka saling berbagi informasi remaja sebayanya menggemari beberapa dan saling mendukung satu dengan koleksi film-film maupun musik terpopuler lainnya. Ketika idolanya di-bully di di Korea. Instagram karena mengunggah sesuatu yang menurut netizen salah, misalnya, Tanggapan Atas Bullying Sulli dan penggemar ini akan berdiri di depan untuk Goo Hara membela idolanya. Mereka akan memberikan semangat dan motivasi agar Dari beberapa tanggapan remaja, tidak terpengaruh oleh perkataan netizen. banyak hal yang menyebabkan seseorang depresi dan menyebabkan kematian. Salah Dalam penelitian ini, informan satunya adalah komentar negatif pada Sulli menyukai Sulli dan Goo hara karena dan Goo Hara sehingga mengakibatkan menganggapnya menarik dan unik. Dalam keduanya bunuh diri dan berujung pada pandangan para fans ini, Sulli dan Goo kematian. Uraian berikut akan Hara dinilai cantik, jago acting, dan menunjukkan beberapa tanggapan yang suaranya yang indah. Salah satu informan telah ditelaah melalui wawancara dengan ada yang sudah mulai menjadi penggemar fans dan pengguna media sosial. semenjak 2017 melalui berbagai macam informasi yang ada di media massa dan berlanjut hingga mengikuti kehidupan Tanggapan Fans sang idola dari berbagai platform media sosial yang digunakan. Sulli dan Goo Hara Seorang penggemar tentunya akan selalu sebelumnya termasuk pengguna aktif mendukung idolanya karena adanya Instagram, dan seringkali menyebarkan- motivasi untuk membuat idolanya bahagia berbagai foto ataupun video live agar dapat terus berkarya dan tidak streaming. Banyak yang menyukai mempedulikan berbagai komentar negatif

130

Dwi Putri Robiatul Adawiyah & Muhammad Munir, Respon Remaja tentang Kasus Cyberbullying Sulli dan Goo Hara dari netizen. Oleh karena itu, ketika menimpa dirinya akhirnya dia mereka mendengar kabar kematian artis memutuskan untuk megakhiri idolanya membuat beberapa fans bersedih. hidupnya dengan cara bunuh diri.” (Informan II : AD). Oleh karena itu, mereka cenderung menentang bullying, dan sekaligus empati terhadap Sulli dan Goo Hara. Tanggapan Memahami mental health dan mereka atas bullying Sulli dan Goo Hara depresi yang diidap oleh Sulli dan Goo juga cenderung emosional. Hara tentunya sangat penting. Sulli dan Goo Hara merupakan artis yang mendapatkan banyak komentar negatif “sangat memilukan, cyber dari netizen khususnya knetz (Korean bullying adalah kejahatan. Kita harusnya lebih bisa netizen). Bunuh diri yang dilakukan oleh memanusiakan manusia, tidak Sully dan Goo Hara disebabkan oleh harus semudah itu mem- ketidakmampuannya untuk menghindari bully/judge ketika sesesorang pikiran-pikiran negatif akibat bully-an di melakukan kesalahan. Mental media sosial yang dialaminya health bukan suatu candaan, (cyberbullying). depresi bukan hal yang sepele, dan menurut saya sulli dan goo Beberapa informan lainnya hara bukan meninggal karena berpendapat bahwa setiap orang punya bunuh diri, mereka meninggal kekuatan mental. Terkadang, ada juga artis karena dibunuh kejamnya netizen yang tidak mempermasalahkan respon (melalui) cyberbullying.” (Informan I: IN). dari netizen, tidak peduli ataupun biasa- biasa saja ketika menjadi korban bullying.

Ada artis yang beranggapan bahwa Hal serupa juga diungkapkan oleh menjauhi media sosial merupakan cara AD yang mengatakan bahwa cyberbullying yang terbaik. Ada yang tidak peduli memiliki dampak buruk terhadap psikis terhadap komentar orang-orang yang tidak seseorang yang bisa menyebabkannya dikenal. Namun, ada juga yang bunuh diri. mengalihkan semua hal-hal perundungan terhadap hal-hal yang positif, seperti selalu

berfikir positif, memotivasi diri untuk “Menurut pendapat saya, selalu melakukan kebaikan, menghindari cyberbullying adalah suatu hal-hal yang berbau bully, lebih mengenali perbuatan menghina, mengejek, diri sendiri. Sebaliknya, berbeda halnya atau semacam ujaran kebencian (hate speech). Berdasarkan dengan Sully dan Goo Hara yang tidak bisa informasi yang saya ketahui, mengabaikan pikiran-pikiran negatif cyberbullying yang terjadi pada netizen. Sulli dan Goo Hara menyebabkan kedua aktris tersebut depresi hingga akhirnya meninggal Tanggapan Followers karena bunuh diri. Kejadian tersebut sangat miris. Saya yakin Tanggapan kedua berasal dari pasti terlalu banyak tekanan yang informan yang mengikuti Instagram dirasakan oleh kedua aktris @Jelly_Jilli dan @Koohara_. Seorang tersebut hingga menyebabkan pengikut Instagram bermakna bahwa stress, depresi yang orang ini menyukai beberapa unggahan berkepanjangan lalu akhirnya karena tidak kuat lagi menahan yang dibagikan oleh Sulli dan Goo Hara. beban dan cobaan yangg Tanggapan informan pada kelompok ini

131

Jurnal komunikasi, Volume 15, Nomor 2, April 2021, Hal 125-136

uga menaruh simpati pada Sulli dan Goo Sebenarnya, cyberbullying terjadi Hara, tapi tidak seemosional kelompok di segala penjuru dunia maya. Namun, di informan pertama. Korea Selatan, lebih parah karena sistem perlombaan hidup tadi (Rastati, 2020)

sehingga sedikit saja kejelekan terungkap “Sangat disayangkan, tindakan akan dijadikan ajang kepuasan bersama bully yang dilakukan masyarakat oleh netizen. Dalam kasus ini, ketika Korea memang seringkali terjadi, kejelekan Sulli dan Goo Hara muncul maka dan dampaknya besar hingga menyebabkan orang melakukan berarti berhasil mengalahkan kedua artis upaya bunuh diri, dan kejadian tersebut. Dalam posisi lain, karena budaya semacam Sulli, Goo Hara juga yang sangat kompetitif, penggemar Sulli bukan pertama kalinya terjadi, dan Goo Hara telah memilih keduanya menurut saya mungkin karena untuk menjadi idola karena dianggap kesadaran tentang tindakan anti sebagai artis terbaik di antara artis lain. bullying dan pengetahuan kesehatan jiwa di sana juga masih rendah.” (Informan III : FR) Tanggapan Pengguna Media Sosial Secara Umum Pernyataan serupa diungkapkan Tanggapan ketiga berasal dari oleh GA yang bahkan menyebut pelaku pengguna media sosial (Instagram) yang cyberbullying sebagai kriminal. berposisi “netral”. Ini dipahami sebagai tidak membenci ataupun menyukai artis Sulli dan Goo Hara. Tanggapan kelompok “saya tidak setuju tentang cyberbullying yang dilakukan ini cenderung normatif, dan bahkan netizen kepada Sulli dan Goo Hara cenderung kritis terhadap fans. Pada karena netizen melakukan itu bagian lain, mereka bahkan menyalahkan sama dengan melukai psikisnya. idola yang banyak mengunggah konten di Jika seseorang menyakiti media sosial sehingga memicu tanggapan psikisnya, maka ia dapat negatif di media sosial. Dengan kata lain, dikatakan sebagai pelaku tanggapan negatif di media sosial kriminal.” (Informan IV : GA). dirangsang oleh unggahan artis tersebut, dan bukan pada pengguna media sosial itu Kurangnya kesadaran disertai sendiri. pemahaman mengenai dampak cyberbullying menyebabkan kejadian yang sama berulang-ulang. Hal itu merupakan “Menanggapi soal yang terjadi budaya buruk Korea Selatan, dimana pada kasus tersebut bijaklah dalam ber media sosial, hal ini setiap orang berlomba-lomba saling adalah salah satunya dampak dari mengalahkan, untuk menjadi yang terbaik penggunaan sosial media. Di luar diantara yang lain (Rastati, 2020). Apapun sosial media saja, banyak dilakukan demi mencapai sesuatu, pembulian apalagi di media sosial. termasuk belajar sampai malam, atau So, jangan terlalu di pedulikan operasi plastik atau bisa disebut budaya komentar orang di sosial media. kompetitif yang berlebihan (Watkins, Ngapain juga ditanggepi? Orang kita kagak kenal mereka. Dan 2018). Budaya ini dibawa dalam dunia juga, etika kita digunakan juga maya. dlm penggunaan sosial media. Ngapain juga mabuk"an di ig live.. Biar semua orang tau???

132

Dwi Putri Robiatul Adawiyah & Muhammad Munir, Respon Remaja tentang Kasus Cyberbullying Sulli dan Goo Hara

Terus kena bully depresi??? Itu membangun sebuah interaksi secara mah salah dianya sendiri yang langsung, sedangkan masyarakat daring buat. Makanya, tanamlah adalah masyarakat yang melalukan kebaikan pasti hasil nya baik.. aktivitas sosial di dunia maya. Dan jgn lupa yang paling penting adalah etika.. Etika penting harus Kemajuan teknologi memberikan dijaga juga.. Dlm ber sosial media peluang bagi masyarakat nyata untuk juga ada etikanya” (Informan III: melakukan sebuah aktivitas daring. FT) Aktivitas daring tersebut memberikan manfaat, sekaligus memberikan masalah. Hal senada juga diungkapkan oleh Salah satunya ialah adanya cyberbullying HA bahwa seseorang harus bijak dalam yang dilakukan terhadap artis dan public menggunakan media sosial. Ini karena figure (Bungin, 2011). segala sesuatu yang terjadi pada diri kita Sulli dan Goo Hara menderita sebagai akibat dari apa yang telah kita depresi yang disebabkan perbuat. cyberbullying di Instagram. Hal tersebut terjadi karena hujatan dari para “Berani menggunakan, berani netizen yang dilontarkan pada cara menanggung resiko, berani berpakaian dan hubungan asmaranya. menjadi org terkenal/ public Dalam kejadian tersebut, Sulli dan Goo figure, maka berani menerima Hara terus terang menceritakan di konsekuensinya dri dampak Instagram @Jelly_Jilli dan @Koohara_ bermedia sosial trsebut.” (Informan VI: HA) tentang haters yang merundungnya hingga membuatnya depresi.

Masalah yang diderita Sulli dan Dua kutipan informan pengguna Goo Hara memberikan wawasan pada media sosial, tampak bahwa mereka meletakkan bullying sebagai resiko. pengguna media sosial bahwa media Informan pada kelompok ketiga ini sosial memberikan pengaruh pada kita cenderung ambigu. Pada satu sisi, mereka untuk melakukan kejahatan kepada menganggap bahwa etika media sosial orang lain. Unggahan yang membuat penting, tapi di sisi lain meletakkan kasus viral jagat raya di Instagram bullying sebagai sebuah konsekuensi memberikan peluang pada perundungan ketika seseorang menggunggah konten di yang diterima oleh artis K-Pop. Dalam media sosial. Mereka tidak menyalahkan beberapa dekade belakangan, siksaan netizen karena perilakunya yang suka mental terjadi dari para haters yang mem-bully tersebut. melakukan perundungan (Kim, 2019). Tanggapan informan dalam usaha Mencegah Bullying di Media Sosial mencegah perundungan juga beragam. Berbagai tanggapan mengenai kasus Kasus bullying pada Sulli dan Goo bullying terhadap Sulli dan Goo Hara Hara tentunya memiliki beberapa faktor, dapat dibedakan berdasarkan tingkatan baik internal dari dirinya dan orang lain. minatnya terhadap Sulli dan Goo Hara Dalam kajian sosiologi komunikasi, maka tanggapan terhadap pencegahan golongan masyarakat saat ini dibagi perundungan di media sosial juga menjadi dua, yaitu masyarakat nyata dan masyarakat maya (Bungin, 2011). beragam, antara lain : Masyarakat nyata adalah masyarakat yang 133

Jurnal komunikasi, Volume 15, Nomor 2, April 2021, Hal 125-136

1. Pentingnya menjaga etika dalam KESIMPULAN berbicara, baik itu di dalam Cyberbullying yang terjadi pada kehidupan social maupun di media Sulli dan Goo Hara menunjukkan sosial. kurangnya pemahaman dan kesadaran 2. Hendaknya memilih konten yang masyarakat mengenai dampak akan diposting karena tidak semua cyberbullying menyebabkan kejadian yang orang di media social akan sama berulang-ulang. Cyberbullying yang beranggapan positif. dilakukan pada umumnya mengandung 3. Tidak memposting kehidupan fitnah dengan tujuan menjatuhkan popularitas dan reputasi Sulli dan Goo pribadi secara berlebihan Hara. 4. Selektif dalam berteman. Memilih teman baik itu di kehidupan nyata Berdasarkan hasil penelitian yang maupun dalam dunia maya. telah dilakukan, peneliti menemukan beberapa hal yang harus dipahami oleh 5. Selalu menghargai hasil karya/upaya netizen atau masyarakat agar kejadian orang lain dan tidak langsung cyberbullying yang mengakibatkan bunuh mencela ataupun merundung jika diri ini tidak terulang kembali. Pentingnya yang dihasilkan tidak sesuai dengan memahami kondisi mental orang lain atau selera. idolanya. Orang yang memiliki ganggunaan jiwa seperti depresi tidak main-main dampak buruk yang dapat Sebagai manusia dan makhluk social ditimbulkan. Banyak pikiran-pikiran sangat penting untuk menjaga etika negatif yang tertanam pada alam bawah berbicara baik itu di kehidupan nyata sadarnya, jangan melihat sesuatu dari satu maupun media social (Simarmata, J. et sisi saja dan langsung menghujat karena al., 2019). Tidak semua yang dianggap tidak pernah tahu mengenai sesengguhnya baik oleh diri sendiri juga baik bagi orang kondisi seseorang. lain untuk itu hendaknya lebih bijak lagi Mengenai cara mencegah perilaku dalam memilih berbagai konten yang cyberbullying salah satunya dengan akan diposting di media social (Nabila et menjaga sikap serta etika dalam bermedia al., 2020). Keidupan pribadi hendaknya sosial. Santun dan sopan dalam menjadi konsumsi pribadi dan hanya diri berkomentar di Instagram. Beberapa cara sendiri yang mengetahui, lebih selektif untuk menjaga etika bermedia. Pertama, lagi dalam membagikan permasalahan hindari mengomentari postingan yang pribadi terhadap orang lain atau teman mengandung SARA, kekerasan maupun karena tidak semua orang dapat baik dan pornografi banyak sekali komentar- mampu menerima apa yang terjadi komentar di Instagram Sulli dan Goo Hara dalam kehidupan. Begitupun dalam yang berbau pornografi dan merendahkan, memilih teman hendaknya memilih diperlukan penyaringan dalam teman yang dapat membawa dampak berkomentar di platform media sosial positif pada kehidupan, teman yang karena semua orang dapat melihat buruk akan berdampak juga pada komentar-komentar kita. Kedua, yang tak kehidupan. kalah pentingnya mencari tahu kebenaran informasi yang beredar di media massa maupun media sosial, banyak sekali

informasi-informasi hoax yang beredar sehingga berakibat semakin buruknya

134

Dwi Putri Robiatul Adawiyah & Muhammad Munir, Respon Remaja tentang Kasus Cyberbullying Sulli dan Goo Hara depresi yang dialami oleh Sulli dan Goo pengikutnya, tapi yang terjadi justru Hara. Ketiga, menghargai hasil karya sebaliknya banyak komentar-komentar ataupun postingan orang lain. Ketika negative yang diberikan, tak jarang membagikan postingan Sulli dan Goo Hara mengandung intimidasi. Untuk itu, netizen berharap bahwa postingannya akan dapat harus lebih bijak dalam menggunakan menghibur dan menyenangkan media sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Amini, T. Y. S. J. (2008). Bullying: Memoar tentang bullying dan secuil Mengatasi kekerasan di sekolah dan tip inspiratif. PT Elex Media lingkungan. Grasindo. Komputindo.

Andriani, N., Elita, V., Rahmalia, S., Studi, Hidajat, M., Adam, A. R., Danaparamita, P., Keperawatan, I., & Riau, U. M., &, & Suhendrik, S. (2015). (2011). Hubungan Bentuk Prilaku Dampak Media Sosial dalam Cyber Bullying Dengan Tingkat Stres Pada Bullying. ComTech: Computer, Remaja Korban Bullying. Program Mathematics and Engineering Study Ilmu Keperawatan, 426–435. Applications, 6(1), 72. https://doi.org/https://doi.org/10.21 Astuti, P. R. (2008). Meredam Bullying 3 512/comtech.v6i1.2289 Cara Efektif Meredam KPA (Kekerasan Pada Anak). Grasindo. Kim, Y. E. (2019). What Yet Another K- Pop Star’s Death Tells Us About Barlett, C., & Coyne, S. M. (2014). A meta‐ Social Media and Mental Health. analysis of sex differences in cyber‐ bullying behavior: The moderating Kowalski, R. M., Sue Limber, D., & role of age - Barlett - 2014 - Agatston, P. W. (2008). Cyber Aggressive Behavior - Wiley Online bullying: bullying in the digital age. Library. Wiley. Blackwell Pub. https://doi.org/https://doi.org/10.10 02/ab.21555 Levianti. (2008). Konformitas dan bullying pada siswa. Jurnal Bendre, N., Ebadi, N., Prevost, J. J., & Psikologi, 6(1), 1. Rad, P. (2020). Human action https://digilib.esaunggul.ac.id/konfo performance using deep neuro-fuzzy rmitas-dan-bullying-pada-siswa- recurrent attention model. Cornell 4987.html University, 57749–57761. https://doi.org/10.1109/ACCESS.202 Murphy, A. G. (2009). Dealing with 0.2982364 bullying. Chelsea House Publications. Breguet, T. (2007). Frequently asked https://www.amazon.com/Dealing- questions about cyberbullying (1st Bullying-Character-Education- ed). Rosen Pub. Chelsea/dp/1604131217

Bungin, B. (2011). Sosiologi komunikasi: Nabila, D., E., O., Zahira, G., Syarief, M. A. Teori, paradigma dan diskursus D. Y., Ryvo, A., Julianto, A. N., teknologi komunikasi di Abdurrachim, A., Amien, A. A., masyarakat. Kencana. Prakoso, D. S., Affian, D., Wulandari, E. R. P., Maulana, F. V. A., Sungkono, Elvigro, P. (2014). Secangkir kopi bully: F. P., Ardipraditiya, F. H., Putri, I. R.,

135

Jurnal komunikasi, Volume 15, Nomor 2, April 2021, Hal 125-136

& Andratika, J. I, W. A. (2020). negeri di Semarang: Sebuah studi Peradaban Media Sosial di Era deskriptif. Jurnal Psikologi, 5(2), Industri 4.0. Intrans Publishing 99–110. Group. https://ejournal.undip.ac.id/index.p hp/psikologi/article/view/35995/0 Parsons, L. (2005). Bullied teacher, bullied student: How to recognize Uswatun, A. T., Wijayanti, C. P., & the bullying culture in your school Puspitasari, M. (2016). Krisis and what to do about it. Pembroke Kesantunan Berbahasa di Media Publisher. Sosial Instagram Sebabkan Fenomena Cyberbullying. Saga, 67– Priyanta, A. (2010). Lets End Bullying. PT 73. Elex Media Komputindo. Vaillancourt, T., Faris, R., & Mishna, F. Rastati, R. (2020). ndustri K-Pop, (2017). Cyberbullying in children and (Cyber)bullying, dan Kesehatan youth: Implications for health and Mental. Pusat Penelitian Masyarakat clinical practice. The Canadian Dan Budaya - LIPI. Journal of Psychiatry, 62(6), 368– 373. Rigby, K. (1996). Bullying in schools and https://doi.org/10.1177/0706743716 what to do about it. ACER. 684791

Rosewarne, L. (2016). Cyberbullies, Watkins, J. (2018). South Korea’s Mental cyberactivists, cyberpredators: film, Health Problem—That Koreans TV, and Internet stereotypes. Santa Don’t Admit. OZY. Barbara. Praeger, an imprint of ABC- CLIO, LLC. Widiastuti, V. (2019). Kasus kekerasan terhadap audrey, psikolog ungkap 2 Simarmata, J., I., Qbal, M., Hasibuan, M. pemicu kekerasan. Suara.Com. S., Limbong, T., &, & Albra, W. https://www.suara.com/health/2019 (2019). Hoaks dan Media Sosial: /04/11/161033/kasus-kekerasan- Saring Sebelum Sharing. Yayasan terhadap-audrey-psikolog-ungkap-2- Kita Menulis. pemicu-kekerasan

Siswati, & Widayanti, C. G. (2011). Fenomena bullying di sekolah dasar

136