UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ABSTRAK ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH KOTA TANJUNG BALAI Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi ekonomi daerah Kota Tanjung Balai. Data yang digunakan penelitian ini merupakan data sekunder tahunan (time series) yakni PDRB Kota Tanjung Balai dengan kurun waktu 2011- 2015. Data analisis dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ), Analisis Shift Share, Analisis Tipologi Klassen. Hasil dari analisis Location Quoteint (LQ), Analisis Shift Share, menunjukkan bahwa sektor yang memilki potensi adalah perikanan yang menjadi unggulan di daerah Kota Tanjung Balai. Dari hasil analisis tipologi klassen dapat disimpulkan bahwa yang termaksud sektor maju tapi tertekan adalah sektor sektor pertambangan dan penggalian, perdagangan besar eceran, transportasi dan pergudangan, adminsitrasi pemerintah,pertahanan dan jaminan sosial. Sementara itu sektor-sektor yang tergolong sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat adalah sektor pertanian, kehutanan, perikanan. Kemudian sektor yang dapat dikategorikan sebagai sektor relatif tertinggal adalah industri pengolahan, penyediaan akomodasi dan makan minum, informasi dan komunikasi, jasa keuangan dan asurasnsi, jasa kesehatan dan kegiatan sosial.

Kata kunci: PDRB, sektor potensial, potensi wilayah.

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ABSTRACT

ANALYSIS OF ECONOMIC POTENTIALS OF CITY OF TANJUNG BALAI

This study aims to analyze the economic potential of Tanjung Balai City. The data used in this study is the annual secondary data (time series) ie PDRB Kota Tanjung Balai with the period 2011-2015. Data analysis using Location Quotient (LQ) method, Shift Share Analysis, Klassen Tipologi Analysis. The result of Location Quoteint (LQ) analysis, Shift Share Analysis, shows that the potential fishery sector is the superior fishery in Tanjung Balai City area. And from the results of Klassen Typology Analysis shows that the pattern of economic growth rate of Tanjung Balai City period 2011-2015 is included in the fast growing growing classification. From the results of the analysis of typology klassen can be concluded that what is meant by advanced but depressed sector is the mining and quarrying sector, large retail trade, transportation and warehousing, government administration, defense and social security. Meanwhile, sectors classified as potential sectors or still able to grow rapidly are agriculture, forestry, fishery. Later sectors that can be categorized as relatively lagging sectors are the processing industry, the provision of accommodation and feeding, information and communications, financial services and services, health services and social activities. Keywords: PDRB, potential sector, region potential.

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memebrikan rahmat serta karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul

“Analisis Potensi Ekonomi Daerah Kota Tanjung Balai Selain itu skripsi ini juga diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi dari Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan

Bisnis, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih yang sebesarnya kepada kedua orangtua tercinta Naswan Rambe, Ida Mangunsong serta adik-adik saya Jiad Alkhalqy Rambe, Jihdan Alsyakirir Rambe, Fira Nahda

Riskina dan keluarga besar saya yang telah mendidik, membesarkan serta selalu setia mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP dan Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution,

SE, MSi selaku Ketua dan Sekretaris Program studi S1 Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP selaku dosen pembimbing saya yang

telah membimbing dan memberikan ilmu serta saran dalam penyelesaikan

skripsi ini.

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si. selaku Dosen Penguji I yang telah

memberikan petunjuk, saran, dan masukan kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE., M.Ec. selaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan petunjuk, saran, dan masukan kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera

Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah

memberikan ilmu dan perhatiannya kepada penulis selama mengikuti

perkuliahan hingga selesainya skripsi ini

7. Untuk sahabat-sahabat terbaik dan tercinta, Asrarul Husrita, Azrini Juliyanti

Siregar, Popy Dayani Sembiring, Meriyani, Tiffani Khoirum, Sartika Pane,

Rahmadani Simanjuntak, Siska Sinaga, Incha Monika, Pristya Utami, Indah

Amalia, Devi Anggraini yang selalu hadir dan memberikan dukungan dan

kasih sayang.

8. Untuk Zulvetra, Bella Negrini, Siti Aisyah, Meydira, Dwi Ayu, Putri Raudha

terima kasih untuk dukungan serta nasihat-nasihat baik kepada penulis.

9. Seluruh teman-teman Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan angkatan

2013 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah

mendukung dan memberikan kiritik dan sarannya selama penulisan skripsi

ini.

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

v

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ...... i ABSTRACT ...... ii KATA PENGANTAR ...... iii DAFTAR ISI ...... vi DAFTAR TABEL...... viii DAFTAR GAMBAR ...... ix DAFTAR LAMPIRAN ...... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...... 1 1.2 Rumusan Masalah ...... 6 1.3 Tujuan Penelitian ...... 6 1.4 Manfaat Penelitian ...... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Ekonomi Pembangunan ...... 8 2.2 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah ...... 9 2.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi ...... 11 2.4 Otonomi Daerah ...... 11 2.5 PAD dan Sumbernya ...... 13 2.6 Teori Basis Ekonomi ...... 13 2.6.1 Teori Basis Ekonomi ...... 14 2.6.2 Teori Non Basis Ekonomi ...... 14 2.7 Potensi Daerah ...... 15 2.8 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ...... 16 2.9 Penelitian Terdahulu ...... 17 2.10 Kerangka Konseptual ...... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ...... 24 3.2 Jenis dan Sumber Data ...... 24 3.3 Teknik Pengumpulan Data ...... 24 3.4 Metode Analisis Data ...... 25 .. 3.4.1 Analisis Location Quotient ...... 25 3.4.2 Analisis Shift Share ...... 27 3.4.3 Analisis Tipologi Klassen ...... 28 3.5 Definisi Operasional ...... 31

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Tanjung Balai ...... 32 4.1.1 Kondisi Geografis ...... 32 4.1.2 Administrasi Pemerintah ...... 34 4.1.3 Demografi ...... 35 4.2 Pertumbuhan PDRB ...... 37 4.2.1 Pertumbuhan Ekonomi ...... 37 4.2.2 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan .. 40 4.3 Analisis Data ...... 42 4.3.1 Analisis Location Quotient ...... 42 4.3.2 Analisis Shift Share ...... 48 4.3.3 Analisis Tipologi Klassen ...... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...... 61 5.2 Saran ...... 62

DAFTAR PUSTAKA ...... 63 LAMPIRAN

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Kota Tanjung Balai 2011-2012 Atas Dasar Harga Konstan 2010 ...... 4 1.2 Produk Domestik Regional Bruto Kota Tanjung Balai 2013-2015 Atas Dasar Harga Konstan 2010 ...... 5 2.1 Penelitian Terdahulu ...... 17 3.1 Klasifikasi Sektor PDRB Tipologi Klassen ...... 30 4.1 Kecamatan Dan Kelurahan Kota Tanjung Balai ...... 34 4.2 Luas Wilayah Kota Tanjung Balai ...... 35 4.3 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Tanjung Balai Menurut Lapangan Usaha ...... 39 4.4 Pendapatan per Kapita atas harga berlaku dan Harga Konstan Tanjung Balai 2011-2015 ...... 41 4.5 Hasil Analisis Location Quotient Kota Tanjung Balai Tahun 2011-2015 ...... 42 4.6 Hasil Analisis Location Quotient Subsektor Kota Tanjung Balai Tahun 2011-2015 ...... 45 4.7 Hasil Analisis Shift Share Kota Tanjung Balai Tahun 2011-2015 ...... 49 4.8 Hasil Analisis Shift Share Subsektor Perikanan Kota Tanjung Balai Tahun 2011-2015 ...... 54 4.9 Rata-Rata Pertumbuhan dan Rata-Rata Kontribusi Sektor Ekonomi PDRB Kota Tanjung Balai dan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011-2015 ...... 58 4.10 Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Tipologi Klassen 2011-2015 ...... 59

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman 2.1 Kerangka Konseptual ...... 23 4.1 Grafik Laju Pertumbuhan PDRB Kota Tanjung Balai dan Provinsi Sumatera Utara ...... 40 4.2 Grafik Perkembangan Nilai LQ Subsektor Perikanan Perikanan Darat Kota Tanjung Balai ...... 46 4.3 Grafik Perkembangan Nilai LQ Subsektor Perikanan Darat Budidaya Kota Tanjung Balai ...... 47 4.4 Grafik Perkembangan Nilai LQ Subsektor Perikanan Perikanan Laut Kota Tanjung Balai ...... 48

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil Perhitungan Indeks Analisis Location Quotient (LQ) Tahun Kota Tanjung Balai 2011-2015 2. Hasil Perhitungan Indeks Analisis Location Quotient (LQ) Subsektor Perikanan Kota Tanjung Balai Tahun 2011-2015 3. Hasil Perhitungan Indeks Analisis Shift Share Kota Tanjung Balai Tahun 2011-2015 4. Hasil Perhitungan Indeks Analisis Shift Share Subsektor Kota Tanjung Balai Tahun 2011-2015 5. Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Tipologi Klassen 2011-2015

x

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Hasil Perhitujngan Indeks Analisis Location Quotient (LQ) Tahun Kota Tanjung Balai 2011-2015 2 Hasil Perhitujngan Indeks Analisis Location Quotient (LQ) Subsektor Perikanan Kota Tanjung Balai Tahun 2011-2015 3 Hasil Perhitungan Indeks Analisis Shift Share Kota Tanjung Balai Tahun 2011-2015 4 Hasil Perhitungan Indeks Analisis Shift Share Subsektor Kota Tanjung Balai Tahun 2011-2015 5 Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Tipologi Klassen 2011- 2015

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat. Dalam Setiap daerah di berikan wewenang oleh pemerintah pusat untuk mengembangkan suatu potensi yang ada di daerah tersebut, tujuannya untuk membiayai pembangunan, mengatur dan juga mengurus kepentingan masyarakat setempat untuk pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan UU

No.32/2004. Dalam melaksanakan otonomi daerah secara nyata dan terpercaya, dinamis dan bertanggung jawab dalam keperluan dana yang besar dan mesti di dukung oleh sumber-sumber penerimaan daerah itu sendiri. Perimbangan keuangan pusat dan daerah adalah suatu sistem pembiayaan pemerintah dalam kerangka Negara kesatuan dalam pembagian keuangan secara professional demokrasi adil transparan dengan selalu memperhatikan potensi, kondisi juga kebutuhan daerah dalam UU No.33/2004.

Pemerintahan Daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan

Republik . Otonomi yang diberikan kepada daerah Kabupaten dan Kota

1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2

dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya, nyata, dan bertanggung jawab kepada Pemerintah Daerah secara proporsional. Artinya, pelimpahan tanggung jawab akan diikuti oleh pengaturan pembagian, dan pemanfaatan serta sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Negara Indonesia terbagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah Provinsi itu dibagi atas Kabupaten/Kota, setiap Kabupaten/Kota mempunyai tanggung jawab dan kewenangan.

Otonomi daerah di wujudkan dalam pemberian atau pembagian wewenang pemerintahan kepada tingkatan pemerintahan yang lebih rendah tidak berarti pemerintahan pusat (nasional) berlepas tangan dan tidak bertanggung jawab terhadap bidang-bidang pemerintahan yang sudah tidak lagi menjadi kewenangannya, tetap mempunyai tanggung jawab, misalnya dalam melakukan pengawasan atau dalam hal pembuatan kebijakan yang bersifat strategis.

Dalam rangka menjalankan fungsi dan kewenangan pemerintah daerah dalam bentuk pelaksanaan kewenangan fiskal, setiap daerah harus dapat mengenali potensi dan mengidentifikasi sumber-sumber daya yang di miliki oleh pemerintah daerah di harapkan lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintah dan pembangunan di daerahnya melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD). Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3

beserta partisipasi masyarakatnya dengan menggunakan sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah.

Selain itu, pembangunan ekonomi perlu diperhatikan sektor yang potensial dikembangkan supaya memberikan efek multiplier bagi sektor-sektor ekonomi yang lain. Sehingga masing-masing pemerintah daerah dapat melihat sektor yang memiliki keunggulan/kelemahan di wilayahnya maka sektor yang memiliki keunggulan akan mempunyai prospek untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang.Untuk meningkatkan kemampuan dalam pendanaan pelaksanaan pemerintah daerah untuk pembangunan meningkatkan dan menggali setiap potensi yang ada di masing- masing daerah. Kota Tanjung Balai merupakan daerah yang strategis dalam bidang ekonomi dan memiliki sumber daya alam serta sumber daya manusia yang dapat dikembangkan dalam semua aspek kehidupan masyarakat.Pemanfaat sumber-sumber daya ini sangat menguntungkan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan di Kota Tanjung Balai. Terlebih dengan diberlakunya otonomi daerah, Kota Tanjung Balai harus mampu mengoptimalkan semaksimal mungkin potensi daerah yang dimiliki.

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu

Negara atau wilayah dalam satu periode tertentu adalah data Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4

tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pasar pada tahun bersangkutan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu (tetap) sebagai tahun dasar. Dalam badan pusat statistik kota kota Tanjung

Balai di sumbang beberapa sektor yaitu:Pertanian; Pertambangan; Industri;

Pengandaan; Listrik; Gas,Air; Konstruksi; pedagangan besar dan eceran;

Pengangkutan dan Komunikasi; Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintah; Jasa

Pendidikan; Jasa Kesehatan; Jasa-jasa lainnya.

Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Kota Tanjung Balai Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan, 2011 -2012

No Lapangan Usaha 2011 2012 . 1. Pertanian, Kehutanan, Perikanan 673,340.5 695,502.3 2. Pertambangan dan Penggalian 73,833.8 79,483.4 3. Industri Pengolahan 699,032.3 745,911.8 4. Pengadaan Listrik dan Gas 26,440.2 27,274.2 5. Pengadaan Air, Pengelolaan 7,367.6 7,782.1 Sampah,Limbah dan Daur Ulang 6. Konstruksi 526,424.0 559,852.8 7. Perdagangan Besar dan Eceran; 773,119.5 833,170.8 Reperasi Mobil dan Sepeda Motor 8. Transportasi dan Pergudangan 241,090.6 256,082.8 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan 82,516.2 87,886.9 Minum 10. Informasi dan Komunikasi 39,906.5 42,751.2 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 71,997.6 79,430.9 12. Real Estate 126,346.3 132,627.2 13. Jasa Perusahaan 13,041.8 13,666.6 14. Administrasi Pemerintah, 212,970.1 229,235.5 Pertahanan, dan Jaminan Sosial 15. Jasa Pendidikan 59,620.7 61,403.3 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 27,578.2 29,454.3 17. Jasa lainnya 35,277.0 38,037.7 PDRB 3.689,902.6 3.919,553.9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5

Tabel 1.2 Produk Domestik Regional Bruto Kota Tanjung Balai Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan, 2013 -2015 No Lapangan Usaha 2013 2014 2015 . 1. Pertanian, Kehutanan, 718,464.3 755,402.5 796,324.7 Perikanan 2. Pertambangan dan 85,591.3 91,942.2 97,282.1 Penggalian 3. Industri Pengolahan 784,207.3 827.584.6 877,298.5 4. Pengadaan Listrik dan Gas 27,031.2 28,141.5 28,908.5 5. Pengadaan Air, 8,017.2 8,274.8 8,558.2 Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 6. Konstruksi 600,686.3 639,490.3 683,967.0 7. Perdagangan Besar dan 892,070.5 954,212.8 1,004,170.4 Eceran; Reperasi Mobil dan Sepeda Motor 8. Transportasi dan 273,706.3 281,588.4 288,969.5 Pergudangan 9. Penyediaan Akomodasi 94,673.3 100,794.4 107,795.1 dan Makan Minum 10. Informasi dan Komunikasi 45,560.5 48,345.1 51,250.5 11. Jasa Keuangan dan 86,659.5 88,958.4 91,554.3 Asuransi 12. Real Estate 139,200.7 145,754.7 152,530.9 13. Jasa Perusahaan 14,116.7 14,587.5 15,008.8 14. Administrasi Pemerintah, 244,650.3 261,139.3 278,461.3 Pertahanan, dan Jaminan Sosial 15. Jasa Pendidikan 65,252.6 68,643.1 72,284.8 16. Jasa Kesehatan dan 31,633.0 33,972.9 36,460.3 Kegiatan Sosial 17. Jasa lainnya 40,873.0 43,752.2 46,678.9 PDRB 4.152,394.1 4.392,584.7 4.637,503.9 Sumber : Badan Pusat Statistik Tanjung Balai, 2010.

PDRB atas dasar harga berlaku di Kota Tanjung Balai mengalami peningkatan dari tahun ke tahun selama periode 2011-2015.

PDRB atas harga konstan pada tahun 2011 PDRB atas harga konstan mencapai 3,689,902.6 juta rupiah, pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 3,919,553.9 juta rupiah, pada tahun 2013 mengalami peningkatan lagi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 6

menjadi 4,152,394.1 juta rupiah, pada tahun 2014 mengalami peningkatan lagi menjadi 4,392,584.7 juta rupiah, sampai pada tahun 2015 PDRB atas dasar harga konstan di Kota Tanjung Balai meningkat kembali menjadi 4,637,503.9 juta rupiah. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Potensi Ekonomi Daerah Kota Tanjung

Balai”

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat di susun suatu perumusan sebagai berikut:

1. Sektor ekonomi apa saja yang unggul di Kota Tanjung Balai?

2. Sektor Ekonomi apa saja yang menjadi sektor basis dan non basis?

3. Bagaimana klasifikasi sektor perekonomian Kota Tanjung Balai?

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap Penelitian yang di lakukan terhadap suatu masalah pasti didasari dengan tujuan yang hendak di capai. Ada pun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis sektor apa saja yang menjadi penunjang

pereknomian di Kota Tanjung Balai

2. Untuk mengetahui sektor basis dan non basis Kota Tanjung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 7

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan nantinya akan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Penulis, yaitu untuk menambah wawasan dan penambah pengetahuan lebih

dalam tentang Analisis Poteni Daerah Kota Tanjung Balai.

2. Penelitian selanjutnya, yaitu sebagai bahan informasi dan perbandingan

untuk peneliti berikutnya.

3. Pemerintahan Daerah, yaitu sebagai bahan masukan dan bahan kajian

tentang potensi ekonomi di Kota Tanjung Balai sehingga pemerintah

daerah dapat lebih mengembangkan daerahnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Ekonomi Pembangunan

Todaro (2003) mendefinisikan pembangunan ekonomi adalah suatu proses

yang bersifat multidimensional yang melibatkan kepada perubahan besar baik

terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau

menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, pengangguran dalam

konteks pertumbuhan ekonomi.

Pembangunan ekonomi menempati skala teratas dalam keseluruhan

kebijaksanaan dan penyelenggaraan pembangunan nasional, sebenarnya secara

implisit berarti bahwa pembangunan ekonomi suatu negara harus berhasil.

Sebagai sebuah proses, pembangunan ekonomi melibatkan beberapa perubahan

di dalam komposisi berbagai keluaran dan masukan dari suatu ekonomi.

Perubahan–perubahan ini sebaliknya membentuk bagian dari fokus

pembangunan pada perbaikan keseluruhan di dalam kondisi manusia menjadi

mikin secara mayoritas. Maksud pembangunan adalah peleburan menjadi

berbagai harapan yang produktif dan satu yang memenuhi kegiatan semua orang

yang ingin berperanserta, umumnya penduduk dewasa.

Pertumbuhan ekonomi merupakan kondisi yang diperlukan (necessary)

tetapi tidak mencukupi (sufficient) bagi proses pembangunan. Pertumbuhan

ekonomi berkaitan dengan peningkatan produksi barang – barang dan jasa – jasa

dalam masyarakat (output), sebaliknya pembangunan bukan saja memerlukan

peningkatan produksi barang – barang dan jasa – jasa, tetapi juga harus

8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 9

menjamin pembagiannya secara lebih merata kepada segenap lapisan masyarakat

(Sirojuzilam dan Syaiful Bahri, 2014).

Kuznet (1966) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai “Kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan barang kepada penduduknya, kemampuan ini bertambah sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukan”

(Sirojuzilam dan Kasyful Mahalli, 2010).

Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya, sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk (Annisa NurFatimah, 2013)

Dalam hal ini objek dari pembangunan ekonomi mencangkup seluruh wilayah dari suatu Negara sehingga ruang gerak dari pembangunan ekonomi dibatasi oleh wilayah satu Negara (Hilal Almulaibari, 2011)

2.2. Teori Pembangunan Ekonomi Daerah

Teori Pembangunan Ekonomi Daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sector swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang di dasarkan pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 10

kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal (daerah). (Arsyad, 2010).

Tiap daerah, disamping memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia, juga memiliki prasarana dan saran daerah buatan. Prasarana dan sarana daerah buatan yang dimiliki dapat dikatakan tidak sama, baik jumlah maupun kualitas, seperti pasar, pelabuhan, lembaga pendidikan, rumah sakit rujukan dan sebagainya. Masing – masing daerah memilikinya secara berbeda – beda.

Adanya perbedaan tingkat pembangunan di berbagai daerah dapat menimbulkan beberapa akibat yang tidak menguntungkan. Dari masa ke masa jurang kesejahteraan dan tingkat pembangunan di antara daerah miskin dan daerah kaya akan menjadi bertambah lebar dan penyebabnya adalah karena pada umumnya kegiatan sektor industri, perdagangan, keuangan, dan berbagai kegiatan ekonomi lainnya di daerah yang kaya akan lebih lancar dan lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan di daerah yang lebih miskin. Dengan demikian pembangunan akan tetap lebih cepat berlakunya di daerah yang lebih kaya dan menimbulkan bertambah lebarnya jurang kesejahteraan di daerah – daerah tersebut.

Pembangunan ekonomi daerah di suatu daerah berkaitan erat dengan potensi dan karakteristik yang dimiliki yang biasanya berbeda dengan daerah lain. Adanya perbedaan potensi dan karakteristik yang dimiliki masing-masing daerah disebabkan oleh karena adanya perbedaan pada fakyor geografis dan sumberdaya yang tersedia. Perbedaan tersebut menyebabkan produk-produk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 11

tertentu yang dihasilkan oleh suatu daerah mempunyai keunggulan dan kemampuan bersainng (comparative and competitive advantage) bila dibandingkan dengan produk yang sama yang dihasilkan. Oleh karena adanya berbagai perbedaan antar daerah, maka keberhasilan pembangunan suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan daerah itu sendiri dalam mengidentifikasi dan mengelola potensi dan sumberdaya ekonomi, seperti sumber daya alam, sumber daya manusiaa, atau sektor ekonomi yang mempunyai keunggulan komperatif dan keunggulan kompetitif bila dibandingkan dengan daerah lain.

2.3. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi bagi para penduduknya. Pertumbuhan ekonomi dapat pula di artikan sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Definisi ini memiliki 3 komponen utama, yaitu pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang; kedua,teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukanderajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan manusia dapat dimanfaatkan secara tepat.

2.4. Otonomi Daerah

Konsep otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 12

bahwa pemerintah daerah di berikan keleluasan untuk mengatur rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi masyarakat di daerah masing-masing. Hal ini berarti dalam pelaksanaannya pemerintah daerah harus memilki kemampuan untuk menangkap aspirasi dan kebutuhan masyarakat didaerahnya, kemudian kebutuhan dan aspirasi tersebut didefinisikan, selanjutnya pemerintah daerah berprakara untuk mengakomodasikan kebutuhan tersebut dalam pembangunan daerah.

Pemerintah Daerah diperkenankan menggali potensi ekonomi serta sumber daya alamnya tanpa campur tangan Pemerintah Pusat terlalu jauh. Melalui otonomi ini diharapkan Pemerintah Daerah lebih dapat mengenali potensi ekonomi daerah tersebut dan lebih leluasa mengembangkan dan memanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peningkatan pembangunan daerah (Wan Junita Raflah,2014).

Ada pun tujuan Otonomi daerah yaitu:

1.Peningkatan pelayanan masyarakat yang semakin baik.

2.Pengembangan kehidupan demokrasi.

3.Keadilan.

4.Pemerataan.

5.Pemeliharaan hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah serta antar daerah dalam rangka keutuhan NKRI.

6.Mendorong untuk memberdayakan masyarakat.

7.Menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas, meningkatkan peran serta masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 13

2.5. PAD dan sumbernya

Berdasarkan Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2009. Pendapatan Asli

Daerah adalah sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Umum nya Sumber-Sumber PAD setiap daerah di Indonesia sama. Tetapi kapasitas dan tarif yang di berlakukan berbeda antara satu daerah dengan daerah lain. Hal ini sangat tergantung dari kondisi ekonomi di setiap daerah. Dalam hal ini daerah yang lebih maju memiliki kapasitas Sumber PAD yang besar dan tarif yang lebih maju memiliki kapasitas sumber PAD yang besar dan tariff yang tinggi bila di bandingkan dengan daerah lain yang kurang maju. Kesemuanya ini di tetapkan agar di peroleh prinsip equity (keadilan). Peningkatan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) mutlak harus dilakukan oleh Pemerintah Daerah agar mampu untuk membiayai kebutuhannya sendiri, sehingga ketergantungan Pemerintah

Daerah kepada Pemerintahan Pusat semakin berkurang dan pada akhirnya daerah dapat mandiri.

2.6. Teori Basis Ekonomi

Teori ini menyatakan bahwa faktor penentuan utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa diluar daerah. Teori basis ekonomi pada intinya membedakan aktivitas sektor basis dan aktivitas sektor non basis. Aktivitas sektor basis adalah pertumbuhan sektor tersebut menentukan pembangunan menyeluruh daerah itu, sedangkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 14

aktivitas sektor non basis merupakan sektor sekunder (city polowing) artinya tergantung perkembangan yang terjadi dari pembangunan yang menyeluruh.

Teori basis ekonomi berupaya untuk menemukan dan mengenali aktivitas basis dari suatu wilayah, kemudian meramalkan aktivitas itu dan menganalisis dampak tambahan dari aktivitas ekspor tersebut. Konsep kunci dari teori basis ekonomi adalah bahwa kegiatan ekspor merupakan mesin pertumbuhan. Tumbuh tidaknya suatu wilayah ditentukan oleh kinerja wilayah terhadap permintaan barang dan jasa dari luar.

Meningkatnya kegiatan basis di dalam suatu wilayah akan menambah arus pendapatan ke dalam wilayah bersangkutan, menambah permintaan terhadap barang – barang dan jasa – jasa didalamnya menimbulkan volume kegiatan non basis. Sebaliknya, berkurangnya kegiatan basis akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang mengalir masuk ke dalam wilayah yang bersangkutandan turunnya permintaan terhadap produk dari kegiatan non basis

(Sirojuzilam dan Kasyful Mahalli, 2010).

2.6.1. Teori Sektor Basis Ekonomi

Teori Sektor Basis Ekonomi adalah sektor-sektor yang mengekspor barang- barang dan jasa ke tempat di luar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan atas masukan barang dan jasa mereka kepada masyarakat yang datang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan.

2.6.2. Teori Sektor Non Basis Ekonomi

Teori Sektor Non Basis sektor-sektor yang menjadikan barang-barang yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat tinggal di dalam batas perekonomian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 15

masyarakat bersangkutan. Sektor-sektor tidak mengekspor barang-barang. Ruang lingkup mereka dan daerah pasar terutama adalah bersifat lokal. Secara implisit pembagian perekonomian regional yang dibagi menjadi dua sektor tersebut terdapat hubungan sebab-akibat dimana keduanya kemudian menjadi pijakan dalam membentuk teori basis ekonomi. Bertambahnya kegiatan basis di suatu daerah akan menambah arus pendapatan ke dalam daerah yang bersangkutan sehingga menambah permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan, akibatnya akan menambah volume kegiatan bukan basis. Sebaliknya semakin berkurangnya kegiatan basis akan menurunkan permintaan terhadap produk dari kegiatan bukan basis yang berarti berkurangnya pendapatan yang masuk ke daerah yang bersangkutan. Dengan demikian kegiatan basis mempunyai peran sebagai penggerak utama.

Aktivitas sektor basis adalah pertumbuhan sektor tersebut menentukan pembangunan menyeluruh daerah itu, sedangkan aktivitas sektor non basis merupakan sektor sekunder (city folowing) artinya tergantung perkembangan yang terjadi dari pembangunan yang menyeluruh.

2.7. Potensi Daerah

Potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya. Wilayah yang memiliki potensi, berkembang lebih besar dan akan berkembang lebih pesat, kemudian pengembangan wilayah tersebut akan merangsang wilayah sekitarnya. Bagi sektor yang memiliki potensi berkembang lebih besar cenderung dikembangkan lebih awal yang kemudian diikuti oleh perkembangan sektor lain yang kurang potensial.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 16

Dalam pengembangan wilayah, pengembangan tidak dapat dilakukan serentak pada semua sektor perekonomian akan tetapi diprioritaskan pada pengembangan sektor-sektor perekonomian yang potensi berkembangnya cukup besar. Potensi suatu daerah di masing-masing wilayah memiliki keragaman yang berbeda, sehingga analisis mengenai potensi yang berhubungan dengan perekonomian suatu daerah berbeda, sehingga mengenai potensi yang berhubungan dengan perekonomian suatu daerah sangatlah penting, karena analisis tersebut berkaitan dengan perencanaan pembangunan ekonomi daerah agar lebih efisien. (Ogi

Muhammad Rizali, 2013)

2.8. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi suatu daerah dalam priode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha kegiatan ekonomi dalam suatu daerah/wilayah pada periode tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun sedangkan

PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB atas dasar harga konstan dipakai untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Perhitungan PDRB menggunakan dua macam harga, yaitu PDRB atas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 17

dasar harga konstan dan PDRB atas dasar harga berlaku. PDRB atas dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan harga tetap pada suatu tahun tertentu sebagai dasar/referensi. Sedangkan PDRB atas dasar harga berlaku dihitung dengan menggunakan harga tahun berjalan. PDRB atas dasar berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa. Dengan menghitung nilai tambah bruto dari masing-masing sektor dan menjumlahkan akan menghasilkan produk domestik regional bruto atas harga pasar.

2.9. Penelitian Terdahulu

Pada penelitian ini, penelitian akan melakukan penelitian dengan melihat persamaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang memiliki perbedaan di antaranya yaitu tujuan, metode, serta hasil penelitian. Beberapa penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu

No Judul/ Penulis/ Tujuan Metode Hasil Perbedaan Universitas/ dengan Tahun Penelitian Sekarang 1 JJudul Analisis Penelitian Analisis Penelitian Tujuan Potensi ini bertujuan Location ini yang di pertumbuhan untuk Quatient menunjukka gunakan ekonomi mengetahui (LQ), Shift n pada kabupaten/kota potensi dari Share, berdasarkan penelitian di provinsi Bali. sektor- Tipologi analisis LQ sebelumny Penulis: Annisa sektor Sektoral, Kota a berbeda, NurFatimmah.U ekonomi di dan Model Denpasar Begitu pula niversitas Islam Kabupaten/ Gravitasi. memiliki dengan Negeri Syarif Kota lima sektor penelitian Hidayatullah Provinsi basis yaitu sekarang Jakarta Bali dan sektor terdapat Tahun: 2013 mengidentif listrik, gas nya ikasi dan air; perbedaan interaksi sektor lokasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 18

ekonomi keuangan, penelitian, Kota penyewaan Tujuan nya Denpasar dan jasa terdapat dengan perusahaan; pada bab 1. kedelapan sektor Data yang Kabupaten industri digunakan lainnya pengolahan; pada selama sektor penelitian tahun 2005- perdaganga sekarang 2011. n, hotel dan mengunaka restoran; n analisis dan sektor Loatioan pengangkut Quotient an dan (LQ, komunikasi Tipologi Klassen, Shift Share. 2 Judul: Analisis Penelitian Analisis Penelitian Tujuan potensi ini bertujuan Loation ini yang di pertumbuhan untuk Quotient(L menunjukka gunakan ekonomi Kota mengetahui Q), n bahwa pada Tegal tahun perkembang Analisis Kota Tegal penelitian 2004-2008. an PDRB Shift Share, memiliki sebelumny selama 5 tipologi sektor basis a berbeda, Penulis: Hilal tahun pada sektoral yang Begitu pula Almulaibari masing- sertal, potensial. dengan Universitas masing pertumbuh Yaitu Sektor penelitian Diponegoro sektor di an sektor Listrik,gas sekarang Semarang Kota Tegal ekonomi. dan air, terdapat Tahun: 2011 Transportasi nya dan perbedaan komunikasi, lokasi keuangan, penelitian, bangunan Tujuan nya dan terdapat perdaganga pada bab 1. n. Data yang digunakan pada penelitian sekarang mengunaka n analisis Loatioan Quotient (LQ,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 19

Tipologi Klassen, Shift Share. 3 Judul: Analisis Penelitian Analisis ini Penelitian Tujuan potensi ini bertujuan menggunak ini yang di ekonomi untuk: an menunujuka gunakan provinsi Riau 1) pendekatan n bahwa pada Penulis: Wan menganalisi Input analisis penelitian Juwita Raflah s kontribusi Output, kontribusi sebelumny Universitas sektoral yaitu sektoral a berbeda, Gadjha Mada perekonomi dengan perekonomi Begitu pula Yogyakarta an Provinsi mengagreg an Provinsi dengan Tahun: 2014 Riau dilihat asi Tabel Riau tahun penelitian dari Input 2010 dilihat sekarang kontribusi Output dari terdapat output, Provinsi permintaan nya permintaan Riau tahun antara, perbedaan antara, 2010 ke permintaan lokasi permintaan dalam akhir dan penelitian, akhir dan matriks Nilai Tujuan nya Nilai 25x25 Tambah terdapat Tambah sektor. Bruto pada bab 1. Bruto; 2) Sektor diketahui Data yang menganalisi kunci (key bahwa digunakan s sektor sector) perekonomi pada kunci dalam perekonom an penelitian perekonomi ian yang Provinsi sekarang an Provinsi diidentifika Riau mengunaka Riau si didominasi n analisis berdasarkan menggunak oleh sektor Loatioan : a) analisis an analisis Penambang Quotient angka angka an Migas (LQ, pengganda pengganda dan sektor Tipologi peningkatan (multiplier Industri Klassen, output, analysis) Makanan, Shift Share. pendapatan menggunak Minuman rumah an dan tangga dan Model Tembakau. tenaga Input Sementara, kerja; b) Output berdasarkan analisis terbuka dan analisis keterkaitan Model sektor kunci antarsektor Input perekonomi dengan Output an Provinsi Rasmussen/ tertutup. Riau tahun Hirschman Sementara, 2010,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 20

Method, sektor diidentifikas Pure kunci i sektor- Linkage perekonom sektor kunci Method dan ian yang utama Dietzenbach diidentifika yang antara er Method; si lain adalah c) analisis menggunak sektor kontribusi an analisis Industri sektoral keterkaitan Makanan, perekonomi antarsektor Minuman a, (linkage dan analisis analysis) Tembakau, angka dihitung sektor pengganda dengan Tanaman dan analisis mengkomb Pangan, keterkaitan inasikan sektor antarsektor tiga metoda Peternakan, analisis sektor keterkaitan Industri antar Pulp, Kertas sektor, dan yaitu Percetakan menggunak serta sektor an Kelapa Rasmussen/ Sawit. Hirschman Sektor- Method, sektor kunci Pure ini layak Linkage untuk Method dikembangk dan an Dietzenbac oleh her Pemerintah Method. Provinsi Riau karena selain diidentifikas i sebagai sektor kunci perekonomi an Provinsi Riau tahun 2010 oleh tiga metoda analisis keterkaitan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 21

antarsektor, sektor- sektor kunci tersebut juga memberikan kontribusi sektoral dan nilai angka pengganda tertinggi. 4 Judul: Analisi Menganalisi Analisis Penelitian Tujuan potensi s potensi Location ini yang di ekonomi ekonomi di Quotient menunjukan gunakan wilayah tiga wilayah tiga (LQ), di wilayah pada Cirebon Cirebon Symetris tiga penelitian (CIAYUMAJAK (CIAYUMA Location Cirebon sebelumny UNING) JAKUNING Quotient secara a berbeda, Penulis: Ogi ) (SLQ),Dina keseluruhan Begitu pula Muchammad mika basis dari tahun dengan Rizalli ekonomi,S 2001 ke penelitian Universitas: pearman’s tahun 2010 sekarang Gadjha Mada Rank mengalami terdapat Yogyakarta Correalitio pergeseran nya Tahun: 2013 n dari sektor perbedaan perekonomi lokasi an nonbasis penelitian, ke sektor Tujuan nya perekonomi terdapat an pada bab 1. basis, hal Data yang tersebut digunakan mengindika pada sikan bahwa penelitian semakin sekarang meningkatn mengunaka ya sumber n analisis ekonomi Loatioan yang Quotient memiliki (LQ, keunggulan Tipologi komparatif Klassen, di daerah Shift Share. tersebut, kecuali di kota

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 22

Cirebon hanya satu lapangan usaha yang bergeser dari basis ke nonbasis yaitu lapangan usaha industri tanpa migas, sedangkan 4 (empat) lapangan usaha lainnya bergeser dari nonbasis ke basis antara lain yaitu sektor listrik, gas, dan air bersih; subsektor restoran; subsektor jasa perusahaan; dan sektor dan jasa- jasa.

2.10. Kerangka Konseptual

Perekonomian daerah dapat dinilai dari Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB), pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapitanya. Dari total PDRB dapat dilihat sektor apa yang menjadi sektor potensial suatu daerah. Sementara dari pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita dapat ditentukan pola

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 23

pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Dengan merujuk pada sektor potensial dan pola pertumbuhan ekonomi daerah, maka pemerintah dapat mengambil kebijakan untuk pembangunan ekonomi daerah. Kerangka konseptual ini dapat di gambar di bawah ini:

Pembangunan Ekonomi Daerah

Kebijakan Pemerintah Daerah

Prospek Sektor Ekonomi

Analisis Locatioan Analisis Shift Share Analisis Tipologi Quotient (LQ) Klassen

Potensi Wilayah

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Tanjung Balai Provinsi Sumatera

Utara. Data yang tercakup dalam penelitian ini adalah data PDRB Tanjung Balai dan Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2010 sampai tahun 2015

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang didapat/dikumpulkan peneliti dari sumber yang sudah ada dalam artian peneliti sebagai tangan kedua. Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Kota

Tanjung Balai dan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian

kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang di lakukan melalui bahan

perpustakaan berupa buku-buku, junal, artikel, dan laporan penelitian yang ada

hubungannya dengan skripsi ini. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka-

angka dan berkala (time series) tahun 2011-2015 serta dengan pencatatan

langsung berupa time series 2011-2015 publikasi yang dikeluarkan dari Badan

Pusat Statistik serta publikasi yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik.

Sumber Data yang di peroleh dari Badan pusat statistik Tanjung Balai, Badan

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 25

pusat statistik Provinsi Sumatera Utara dan buku statistik tahunan Indonesia serta berbagai jurnal ilmiah lainnya.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk menjawab petanyaan permasalahan maka di perlukan alat analisis alat ukur potensi daerah sebagai, berikut:

3.4.1 Analisis Location Quotient (LQ)

Location Quotient (LQ) merupakan suatu metode untuk menghitung perbandingan relatif sumbangan nilai tambah sebuah sektor di suatu daerah

(kabupaten/kota) terhadap nilai tambah sektor yang bersangkutan dalam skala provinsi atau nasional. Satuan acuan yang digunakan sebagai ukuran untuk menghasilkan koefisien LQ tersebut nantinya berupa jumlah tenaga kerja, persektor ekonomi, jumlah produksi atau satuan lain yang dapat berupa tenaga kerja persektor ekonomi, jumlah produksi atau satuan lain yang dapat digunakan.

Dengan kata lain, metode ini dipergunakan untuk menganalisis dan menghitung potensi ekonomi (sektor-sektor ekonomi) yang dimiliki suatu daerah yang terdiri atas sektor basis dan sektor non basis. Dengan menggunakan metode LQ ini maka akan diketahui sektor-sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan penunjang pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Dan sejauh mana tingkat spesialisasi sektor-sektor ekonomi di suatu daerah atau sektor- sektor apa saja yang basis dan non basis. Adapun Rumus LQ adalah sebagai, berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 26

 Vik: nilai output (PDRB) sektor i daerah studi k (Kota Tanjung Balai) dalam

pembentukan Produk Domestik Regional Rill (PDRB) daerah studi k.

 Vk: Produk Domestk Regional Bruto total semua sektor di daerah studi k.

 Vip: Nilai Output (PDRB) sektor i daerah referensi p (Sumatera Utara) dalam

pembentukan PDRB daerah referensi p.

 Vp: Produk Domestik Regional Bruto total semua sektor di daerah referensi

p, berdasarkan hasil perhitungan Location Quotient (LQ)

Dapat diketahui konsentrasi suatu kegiatan pada suatu wilayah dengan kriteria

sebagai berikut:

1. Nilai LQ di sektor i=1. Ini berarti bahwa laju pertumbuhan sektor i di

daerah studi k adalah sama dengan laju pertumbuhan sektor yang sama

dalam perekonomian daerah referensi p;

2. Nilai LQ di sektor lebih besar dari 1. Ini berarti bahwa laju pertumbuhan

sektor i di daerah studi k adalah lebih besar dibandingkan dengan laju

pertumbuhan sektor yang sama dalam perekonomian daerah referensi p.

Dengan demikian, sektor i merupakan sektor unggulan daerah studi k

sekaligus merupakan basis ekonomi untuk dikembangkan lebih lanjut oleh

daerah studi k; dan

3. Nilai LQ di sektor lebih kecil dari 1. Ini berarti bahwa laju pertumbuhan

sektor i di daerah studi k adalah lebih kecil dibandingkan dengan laju

pertumbuhan sektor yang sama dalam perekonomian daerah referensi p.

Dengan demikian, sektor i bukan merupakan sektor unggulan daerah studi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 27

k dan bukan merupakan basis ekonomi serta tidak propektif untuk

dikembangkan lebih lanjut oleh daerah studi k.

3.4.2 Analisis Shift Share

Analisis shift share adalah salah satu teknik kuantitatif yang biasa digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi sebagai pembanding atau referensi.Analisis Shift Share digunakan untuk menganalisa perubahan struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur ekonomi wilayah administrative yang lebih tinggi sebagai pembanding atau referensi.

Untuk tujuan tersebut, analisis ini menggunakan 3 informasi dasar yang berhubungan satu sama lain yaitu : Pertama, pertumbuhan ekonomi referensi propinsi atau nasional (national growth effect), yang menunjukkan bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional terhadap perekonomian daerah. Kedua, pergeseran proporsional (proporsional shift) yang menunjukkan perubahan relatif kinerja suatu sektor di daerah tertentu terhadap sektor yang sama di referensi propinsi atau nasional. Pergeseran proporsional (proportional shift) disebut juga pengaruh bauran industri (industry mix). Pengukuran ini memungkinkan kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada indutri- industri yang tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian yang dijadikan referensi. Ketiga, pergeseran diferensial (differential shift) yang memberikan informasi dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan referensi. Jika pergeseran diferensial dari suatu industri adalah posisitf, maka industri tersebut relatif lebih tinggi daya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 28

saingnya dibandingkan industri yang sama pada perekonomian yang dijadikan

referensi. Pergeseran diferensial disebut juga pengaruh keunggulan kompetitif.

Teknik analisis shift share ini membagi pertumbuhan sebagai perubahan (D)

suatu variable wilayah kesempatan kerja, nilai tambah, pendapatan atau output

selama waktu waktu tertentu dalam hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan

(N), bauran industri atau industri mix (M) dan keunggulan kompetitif (C).

Pengaruh bauran industry disebut proporsional shift atau bauran komposisi,

sedangkan pengaruh keunggulan kompetitif disebut regional share atau

deferensial share.

Adapun rumus Shift Share sebagai berikut:

Dij=Nij+Mij+Cij

Keterangan:

i = Sektor-sektor ekonomi di teliti

j = Variabel wilayah yang di teliti (Kota Tanjung Balai)

n = Variabel wilayah referensi (Sumatera Utara)

D ij = Perubahan sektor i di wilayah Kota Tanjung Balai

Nij = Pertumbuhan Nasional sekltor i di daerah Kota Tanjung Balai

Mij = Bauran industri sektor i di daerah Kota Tanjung Balai

Cij = Keunggulan kompetitif sektor i di daerah Kota Tanjung Balai

3.4.3. Analisis Tipologi Klassen

Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis sektor, subsektor, usaha/industry, atau komoditas unggulan atau prioritas suatu daerah. Dalam analisis klassen ini akan diperoleh informasi sektor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 29

maupun subsektor ekonomi. Ada empat tipologi yang menjelaskan posisi suatu sektor atau subsektor ekonomi dalam analisis klassen, yaitu:

Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis sektor, subsektor, usaha/industri, atau komoditas unggulan atau prioritas suatu daerah. Dalam analisis klassen ini akan diperoleh informasi sektor maupun subsektor ekonomi. Ada empat tipologi yang menjelaskan posisi suatu sektor atau subsektor ekonomi dalam analisis klassen, yaitu:

1. Kuadran I: Area dengan pertumbuhan dan pendapatan perkapita yang cukup tinggi (high growth and income). Area ini disebut sebagai area cepat maju dan tumbuh.

2. Kuadran II: Area dengan kategori maju tetapi tertekan (high income but low growth). Tapi dalam beberapa tahun terakhir laju pertumbuhan menurun akibat tertekannya kegiatan utama daerah yang bersangkutan. Area ini merupakan daerah yang telah maju tapi di masa mendatang pertumbuhan tidak akan begitu cepat walaupun potensi pengembangan yang dimiliki pada dasarnya sangat besar.

3. Kuadran III: Area ini termasuk kategori berkembang dengan cepat (high growth but low income) adalah area yang dapat berkembang cepat dengan potensi pengembangan yang dimiliki sangat besar tapi belum diolah sepenuhnya secara baik. Tingkat pertumbuhan ekonomi area ini sangat tinggi, namun baik pendapatan perkapita yang mencerminkan dari tahap pembangunan yang telah dicapai sebenarnya mesih relatif rendah.

4. Kuadran IV: Area yang relatif tertinggal (low growth and low income) area ini berarti bahwa baik tingkat kemakmuran masyarakat maupun tingkat pertumbuhan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 30

ekonomi di area ini masih relatif rendah. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa di area ini tidak akan berkembang di masa mendatang.

Ada pun tujuan Tipologi Klassen yaitu:

1. Mengidentifikasi posisi perekonomian suatu daerah dengan memperhatikan

perekonomian daerah yang diacunya

2. Mengidentifikasi sektor, subsektor, usaha, atau komoditi unggulan suatu

daerah.

3. Manfaat klassen adalah dapat membuat prioritas kebijakan daerah berdasarkan

keunggulan sektor, subsektor, usaha atau komoditi daerah, dapat menentukan

prioritas kebijakan suatu daerah berdasarkan posisi perekonomian yang di

miliki terhadap perekonomian nasional maupun daerah yang diacunya, dapat

menilai suatu sektor daerah baik dari segi daerah maupun sektoral.

Klasifikasi menurut analisis Klassen Tipologi:

Tabel 3.1 Klasifikasi Sektor PDRB Tipologi Klassen Kuadran I Kuadran II Sektor maju dan tumbuh pesat Sektor maju tapi tertekan Si>s dan ski>sk Sisk Kuadran III Kuadran IV Sektor potensial atau masih dapat relatif tertinggal berkembang dengan pesat Sis dan ski

Keterangan:

Si : Laju pertumbuhan sektor i di salah satu daerah/wilayah s : Laju pertumbuhan sektor di daerah/wilayah referensi ski: Nilai kontribusi sektor i terhadap PDRB di salah satu daerah/wilayah sk : Nilai kontribusi sektor terhadap PDRB di daerah/wilayah referensi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 31

3.5. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat beberapa definisi operasional yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Laju Pertumbuhan Ekonomi diukur dengan indikator perkembangan PDRB dari tahun ke tahun atas dasar harga konstan dalam satuan rupiah atas dasar harga berlaku.

2. Sektor Unggulan adalah sektor yang dapat dikembangkan atau dimaksimalkan untuk menjadi penentu perkembangan perekonomian Kota Tanjung Balai dan dapat memberikan kontribusi yang besar, bukan hanya untuk daerah itu sendiri tetapi juga untuk daerah lain.

3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah PDRB Kota Tanjung Balai atas dasar harga konstan dalam satuan rupiah atas dasar harga berlaku dan konstan dalam satuan rupiah tahun (2011-2015).

4.Potensi wilayah adalah Kemampuan wilayah yang dimilik daerah yang mungkin atau layak dikembangkan sehingga akan terus berkembang menjadi sumber penghidupan rakyat setempat bahkan perekonomian daerah daerah secara keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya dan berkeseimbangan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kota Tanjung Balai

4.1.1. Kondisi Geografis

Kota Tanjung balai merupakan salah satu dari 33 Kabupaten/Kota di

Provinsi Sumatera Utara, yang berada di Provinsi Sumatera Utara, yang berada di kawasan pesisir pantai timur Sumatera Utara.

Secara astronomis Kota Tanjung Balai terletak pada koordinat 2058’15”-

3001’132” LU dan 99050’16” BT, merupakan daerah pertemuan 2 sungai besar yaitu Sungai Silau dan Sungai Asahan yang bermuara ke selat Malaka. Jaraknya relatif dekat dengan Negara , Singapura dan Thailand. Kota Tanjung

Balai berada di wilayah pesisir pantai Timur Sumatera Utara tepatnya berada di tepi Sungai Asahan yang merupakan Sungai terpanjang di Sumatera Utara.

Berdasarkan letak geografisnya tersebut Kota Tanjung Balai sangat strategis dan ekonomis. Terlebih lagi di dukung oleh sarana, prasarana,infrastruktur dan aksebilitas yang cukup memadai, baik berupa modal transportasi darat, laut, jaringan air bersih, listrik dan telekomunikasi yang dapat menjangkau seluruh wilayah nusantara maupun Negara tetangga.

Kota Tanjung Balai berada sekitar 184 km dari Kota sebagai ibukota

Sumatera Utara, meskipun relative tidak terlalu dekat dengan ibukota Provinsi,

Kota Tanjung Balai diuntungkan karena terletak pada pertemuan dua sungai besar yaitu Sungai Asahan dan Sungai Silau yang bermuara ke selat Malaka. Kondisi tersebut menjadikan Kota Tanjung Balai sebagai jalur perdagangan Internasional

32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 33

dan menjadi tempat lalu lintas barang dan jasa yang rtelatif ramai di pesisir Timur

Pulau Sumatera.

Dari tahun ke tahun Kota Tanjung Balai terus berkembang, para pendatang dari berbagai tempat dan tujuan untuk berdagang, kemudian menetap di Kota Tanjung

Balai, sehingga kota ini telah menjadi Kota yang berpendudukan padat.

Wilayah Kota Tanjung Balai dikelilingi oleh Kabupaten Asahan dan merupakan hinterland dengan Kabupaten Labuhan Batu, Simalugun, Karo dan dan

Kabupaten/Kota lain Kepulauan Riau, Kota Tanjungbalai. Luas wilayah ± 60,52 km2 atau ± 6.052 ha dan menjadi wilayah terkecil di Sumatera Utara selain

Sibolga dan Kota . Secara administratif, semua bagian wilayah Kota

Tanjung Balai berbatasan langsung dengan Kabupaten Asahan. Batas wilayah

Kota Tanjung Balai secara rinci adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Balai

Kabupaten Asahan

- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat

Kabupaten Asahan

- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat

Kabupaten Asahan

- Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Sei Kepayang

Kabupaten Asahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 34

4.1.2. Administrasi Pemerintah

Adminsitrasi wilayah Kota Tanjung balai terdiri dari 6 kecamatan 35

kelurahan. Kota Tanjung Balai dipimpin oleh Walikota.

Wilayah administrasi Kota Tanjung Balai terdiri dari 6 kecamatan yaitu:

1. Kecamatan Datur Bandar

2. Kecamatan Datur Bandar Timur

3. Kecamatan Tanjung Balai Selatan

4. Kecamatan Tanjung Balai Utara

5. Kecamatan Sei Tualang Raso

6. Kecamatan Teluk Nibung

Tabel 4.1 Kecamatan dan Kelurahan Kota Tanjung Balai

No. Kecamatan Kelurahan 1 Datuk Bandar Sijambi,Pahang,Sirantau,Pantai Johor,Gading 2 Datuk Bandar Timur Pulau Simardan,Bunga Tanjung, Semula Jadi, Selat Lancang,Selat Tanjung Medan 3 Tanjung Balai Selatan TB Kota I,TB Kota II, Perwira, Karya, Pantai Burung, Indra Sakti. 4 Tanjung Balai Utara TB Kota III,TB Kota IV,Sejahtera,Kuala Silo Bestari,Matahalasan. 5 Sei Tualang Raso Muara Sentosa,Sumber Sari,Pasar Baru, Keramat Kubah,Sei Raja. 6 Teluk Nibung Perjuangan,Pematang Pasir,Kapias,Pulau Buaya, Beting Kuala,Kapias,Sei Merbau.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 35

Tabel 4.2 Luas Wilayah Kota Tanjung Balai berdasarkan Kecamatan

No Kecamatan Jumlah Luas (Ha) Persentase Kelurahan 1 Datuk Bandar 5 2.249 37,16 Datuk Bandar Timur 5 1.457 24,08 2 Tanjung Balai Selatan 6 198 3,27 3 Tanjung Balai Utara 5 84 1,39 4 Sei Tualang Raso 5 809 13,36 5 Teluk Nibung 5 1.255 20,74 Jumlah 31 6.052 100,00 Badan Pusat Statistik Tanjung Balai, 2010.

4.1.3. Demografi

Dalam pelaksanaan pembangunan disuatu daerah, penduduk menjadi suatu hal yang teramat penting mengingat penduduk tidak hanya diperlakukan sebagai obyek pembangunan, namun juga sebagai subyek pembangunan. Ketika peran sebagai “subyek” pembangunan maka diperlukan upaya pemberdayaan untuk menyadarkan hak penduduk dan meningkatkan kapasitas penduduk dalam pembangunan. Hal ini menyangkut pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas.

Kondisi penduduk Kota Tanjung Balai mengalami berbagai dinamika yang relatif menantang untuk diatasi. Sebelum berpisah dari Kabupaten Asahan dengan luas

199 Ha Tanjung balai pernah kota terpadat di Asia Tenggara dengan kepadatan sekitar 20.000 jiwa/km2. Hingga periode 2014, kota Tanjung Balai duhuni oleh beragam suku di antaranya; suku Batak (Simalungun, Toba, Mandailing, Pakpak, dan Karo) 42,56 persen, Jawa 17,06 persen, Melayu 15,41 persen, Minang 3,58 persen, Aceh 1,11 persen, dan suku lainnya 20,28 persen. Sedangkan dari sisi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 36

agama yang dianut sebagai besar penduduk kota Tanjung Balai beragama Islam dengan persentase 81,99 dari seluruh populasi.

Penduduk yang dijadikan sebagai modal utama pembangunan daerah di Kota

Tanjung Balai mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Sampai dengan 2015, jumlah penduduk Kota Tanjung Balai telah mencapai 167.012 jiwa, meningkat dibanding periode 2013 yang sebesar 164.675 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduknya sebesar 1,41 persen.

Sampai dengan periode 2015, jumlah penduduk laki-laki masih mendominasi populasi kota Tanjung Balai dengan jumlah 84.197 jiwa, sedangkan jumlah penduduk perempuan berjumlah 82.815 jiwa. Secara usia, penduduk usia 0-4 tahun merupakan penduduk dengan jumlah terbanyak disbanding usia penduduk

Kota Tanjung Balai lainnya. Sampai dengan periode 2015, jumlah penduduk usia

0-4 tahun (balita) mencapai 19.535 jiwa dengan jumlah balita laki-laki sebanyak

9.930 jiwa dan balita perempuan sebanyak 9.605 jiwa. Sementara itu jika dilihat dari persebaran penduduk menurut kecamatan, setiap tahunnya selama 2011-2015 kecamatan Teluk Nibung telah mencapai 38.714 jiwa, atau mengalami penambahan sebanyak 2.635 jiwa dibandingkan periode 2011.

Kecamatan Tanjung Balai Utara menjadi kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil. Sampai dengan tahun 2015, jumlah penduduk kecamatan Tanjung Balai

Utara Sebanyak 17.153 jiwa. Meskipun demikian, kecamatan Tanjung Balai utara menjadi daerah terpadat dibanding Kecamatan lainnya di kota Tanjung Balai.

Sampai dengan 2015, Kecamatan Tanjung Balai Utara memiliki kepadatan 20.420

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 37

jiwa/ha, sedangkan Kecamatan Datuk Bandar menjadi daerah dengan kepadatan terkecil dengan kepadatan 1.625 jiwa/Ha.

Bila dilihat berdasarkan laju pertumbuhan penduduk menurut kecamatan selama tahun 2011-2015, laju pertumbuhan setiap kecamatan tidak jauh berbeda.

Kecamatan Datuk Bandar Timur memiliki laju pertumbuhan terbesar dengan angka rata-rata sebesar 1,1552 persen per tahun, sedangkan Tanjung Balai Utara dengan jumlah penduduk terkecil juga memilki laju pertumbuhan penduduk terkecil dibandingkan kecamatan lainnya, yaitu rata-rata 1,1535 setiap tahunnya.

4.2. Pertumbuhan PDRB

Salah satu indikator utama mengukur kinerja pembangunan ekonomi daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), manfaat yang dapat diperoleh dari data PDRB adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi;

2. Untuk mengetahui struktur perekonomian;

3. Untuk mengetahui besarnya PDRB per kapita penduduk dan

4. Untuk mengetahui tingkat inflasi.

4.2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Kota Tanjungbalai pada tahun 2015 mengalami perlambatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan PDRB Kota

Tanjungbalai melambat sejak dua tahun terakhir. Pada tahun 2013 laju pertumbuhan Kota Tanjungbalai sebesar 5,94 persen, melambat pada tahun 2014 menjadi 5,78 persen, dan kembali melambat di tahun 2015 menjadi 5,58 persen.

Hal ini disebabkan oleh sepuluh dari tujuh belas lapangan usaha mengalami

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 38

penurunan di tahun 2015.Walaupun sebagian besar pertumbuhan lapangan usaha mengalami perlambatan, namun semua lapangan usaha mencatat pertumbuhan yang positif. Lapangan usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial merupakan lapangan usaha dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi yaitu sebesar 7,32 persen.

Adapun pertumbuhan lapangan usaha lainnya berturut-turut, di antaranya lapangan usaha Konstruksi sebesar 6,96 persen, lapangan usaha Penyediaan

Akomodasi dan Makan Minum sebesar 6,95 persen, lapangan usaha Jasa Lainnya sebesar 6,69 persen, lapangan usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib sebesar 6,63 persen, lapangan usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 6,01 persen, lapangan usaha Industri Pengolahan sebesar

6,01 persen, lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian sebesar 5,81 persen, lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 5,42 persen, lapangan usaha Jasa Pendidikan sebesar 5,31 persen, lapangan usaha Perdagangan

Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 5,24 persen, lapangan Real Estate sebesar 4,65 persen, , lapangan usaha Pengadaan Air,

Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang sebesar 3,42 persen, lapangan usaha Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 2,92 persen, lapangan usaha Jasa

Perusahaan sebesar 2,89 persen, lapangan usaha Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 2,73 persen, lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan sebesar 2,62 persen.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 39

Tabel 4.3 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Tanjung Balai Menurut lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2011-2015

No LapangaUsaha 2011 2012 2013 2014 2015 1. Pertanian, Kehutanan, 3.,26 3,29 3,30 5,14 5,42 Perikanan 2. Pertambangan dan 7,66 7,65 7,68 7,42 5,81 Penggalian 3. Industri Pengolahan 4,76 6,71 5,13 5,53 6,01 4. Pengadaan Listrik 10,87 3,15 -0,89 4,11 2,73 dan Gas 5. Pengadaan Air, 5,27 5,63 3,02 3,21 3,42 Pengelolaan Sampah,Limbah dan Daur Ulang 6. Konstruksi 8,06 6,35 7,29 6,46 6,96 7. Perdagangan Besar 6,71 7,77 7,07 6,97 5,24 dan Eceran; Reperasi Mobil dan Sepeda Motor 8. Transportasi dan 7,88 6,22 6,88 2,88 2,62 Pergudangan 9. Penyediaan 7,97 6,51 7,72 6,47 6,95 Akomodasi dan Makan Minum 10. Informasi dan 8,08 7,13 6,57 6,11 6,01 Komunikasi 11. Jasa Keuangan dan 7,52 10,32 9,10 2,65 2,92 Asuransi 12. Real Estate 5,27 4,97 4,96 4,71 4,65 13. Jasa Perusahaan 5,90 4,79 3,29 3,34 2,89 14. Administrasi 7,32 7,64 6,72 6,74 6,63 Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial 15. Jasa Pendidikan 3,80 2,99 6,27 5,20 5,31 16. Jasa Kesehatan dan 8,74 6,80 7,40 7,40 7,32 Kegiatan Sosial 17. Jasa lainnya 8,00 7,83 7,45 7,04 6,69 PDRB 6,02 6,22 5,94 5,78 5,58 Sumber: Badan Pusat Statistik Tanjung Balai, 2010.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 40

7 6 5 4 Kota Tanjung Balai 3 Sumatera Utara 2 1 0 2011 2012 2013 2014 2015

Sumber: Badan Pusat Statistik Tanjung Balai, 2010.

Gambar 4.1 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Tanjung Balai dan Sumatera Utara Tahun 2011-2015

Jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pertumbuhan ekonomi Kota Tanjung balai mengalami perubahan pola pertumbuhan yang hampir sama dengan Sumatera Utara yaitu mengalami perlambatan pertumbuhan sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2015. Meskipun mengalami perlambatan pertumbuhan, posisi pertumbuhan ekonomi Kota

Tanjungbalai pada tahun 2015 berada diatas pertumbuhan Sumatera Utara yaitu sebesar 5,58 persen, sedangkan Sumatera Utara tumbuh sebesar 5,10 persen pada tahun 2015.

4.2.2. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, Harga Konstan

Besaran PDRB sering digunakan sebagai indikator untuk menilai kinerja perekonomian suatu daerah dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya.

Besaran nilai PDRB ini secara nyata mampu memberikan gambaran mengenai nilai tambah bruto yang dihasilkan unit-unit produksi pada suatu daerah dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 41

periode tertentu. Pada tahun 2011-2015 sektor yang paling banyak memberikan kontribusi pada PDRB Kota Tanjung Balai dan Provinsi Sumatera Utara.

PDRB per kapita merupakan gambaran pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari proses produksi. PDRB per kapita diperoleh dengan cara membagi total nilai PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.

Tabel 4.4 Pendapatan Perkapita Atas Dasar berlaku dan Atas Harga Konstan Tanjung Balai Tahun 2011 – 2015 (Ribu Rupiah)

Tahun ADH berlaku ADH konstan 2011 3.900.477,3 3.689,9026 2012 4.326,376.3 3.919,5539 2013 4.855,838.6 4.152,3941 2014 5.426,084,7 4.392,5847 2015 6.027,318.2 4.637,5039 Sumber: Badan Pusat Statistik Tanjung Balai, 2010.

PDRB Kota Tanjung Balai atas dasar harga berlaku pada tahun 2011 sebesar 3.900.477,3 ribu rupiah. Pada tahun 2012 PDRB Per kapita atas harga berlaku sebesar4.326,376.3 ribu rupiah.Pada tahun 2013 meningkat menjadi

4.855,838.6 ribu rupiah, Pada 2014 mengalami peningkatan lagi sebesar

5.426,084,7 ribu rupiah. sampai 2015 meningkat lagi menjadi 6.027,318.2 ribu rupiah. PDRB Kota Tanjung Balai atas konstan pada tahun 2011 sebesar meningkat menjad 3.689,9026 ribu rupiah. Pada tahun 2012 PDRB Per kapita atas harga konstan sebesar 3.919,5539 ribu rupiah.Pada tahun 2013 meningkat menjadi

4.152,3941ribu rupiah, Pada 2014 mengalami peningkatan lagi sebesar

4.392,5847 ribu rupiah. sampai 2015 meningkat lagi menjadi 4.637,5039.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 42

4.3 Analisis Data

4.3.1. Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis Location Quotient (LQ) membandingkan tentang besarnya peranan suatu sektor disuatu daerah Kota terhadap besarnya peranan sektor tersebut di tingkat Provinsi. teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi potensial internal yang dimiliki daerah tersebut yaitu sektor basis dan non basis.

Analisis Location Quotient (LQ) merupakan suatu metode untuk menghitung perbandingan relatif sumbangan nilai tambah sebuah sektor di suatu daerah

(kabupaten/kota) terhadap nilai tambah sektor yang bersangkutan dalam skala provinsi atau nasional. Dengan kata lain, metode ini dipergunakan untuk menganalisis dan menghitung potensi ekonomi (sektor-sektor ekonomi) yang dimiliki suatu daerah yang terdiri atas sektor basis dan sektor non basis. Dengan menggunakan metode LQ ini maka akan diketahui sektor-sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan penunjang pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Berdasarkan hasil hitungan Location Quotiont (LQ) setelah mengolah data maka dihasilkan sebagai berikut:

Tabel 4.5 Hasil Perhitung Indeks Analisis Location Quotient (LQ) Tahun 2011-2015

No LapangaUsaha 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-Rata 1. Pertanian, 1,393 1,404 1,445 1,452 1,287 1,396 Kehutanan, Perikanan 2. Pertambangan dan 0,543 0,577 0,691 0,656 0,645 0,6224 Penggalian 3. Industri Pengolahan 1,127 0,930 0,968 0,951 0,970 0,947 4. Pengadaan Listrik 0,238 0,211 0,202 0,693 0,196 0,308

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 43

dan Gas 5. Pengadaan Air 0,477 0,473 0,485 0,501 0,518 0,490 Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 6. Konstruksi 0,832 0,832 0,834 0,841 0,834 0,8346 7. Perdagangan Besar 0,818 0,818 0,805 0,809 0,806 0,811 dan Eceran; Reperasi Mobil dan Sepeda Motor 8. Transportasi dan 0,673 0,685 0,687 0,710 0,733 0,697 Pergudangan 9. Penyediaan 0,953 0,953 0953 0,958 0,962 0,957 Akomodasi dan Makan Minum 10. Informasi dan 0,465 0,459 0,454 0,447 0,440 0,453 Komunikasi 11. Jasa Keuangan dan 0,655 0,652 0,655 0,652 0,623 0,647 Asuransi 12. Real Estate 0,860 0,846 0,831 0,812 0,800 0,829 13. Jasa Perusahaan 0,118 0,411 0,399 0,384 0,371 0,336 14. Administrasi 0,599 0,569 0,550 0,554 0,553 0,565 Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial 15. Jasa Pendidikan 0,813 0,800 0,786 0,773 0,771 0,788 16. Jasa Kesehatan dan 0,909 0,880 0,854 0,853 0,852 0,869 Kegiatan Sosial 17. Jasa lainnya 0,490 0,484 0,482 0,485 0,492 0,4866 Sumber: data diolah

Berdasarakan hasil tabel 4.4 hasil hitungan Indeks Location Quotient PDRB

Kota Tanjung Balai selama tahun 2011-2015, maka dapat diketahui sektor-sektor yang menjadi sektor basis dan non basis, dimana terdapata satu sektor unggulan di

Kota Tanjung Balai, yaitu sektor Pertanian,Kehutan,Perikanan dengan nilai LQ artinya bahwa sektor ini adalah tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan Kota

Tanjung Balai tapi mampu juga untuk membantu memenuhi kebutuhan daerah lainnya sehingga. Dari hasil analisis LQ mengalami terus menerus mengalami peningkatan tetapi pada tahun 2015 mengalami penurunan menjadi sebesar 1,287.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 44

Rata-rata LQ sektor ini sebesar 1,396 ; Sektor pertambangan dan penggalian yang merupakan sektor non basis dengan nilai LQ rata-rata 0,622 (<1) berarti sektor ini tidak termasuk dalam sektor basis. Perkembangan nilai LQ sektor ini juga bergerak naik turun selama kurun waktu 2011-2015 rata-rata nilai LQ sektor ini sebesar 0,622; Sektor industri pengolahan merupakan sektor non basis dengan nilai LQ rata-rata sebesar 0,947 (<1) artinya sektor ini kurang mampu memenuhi kebutuhan Kota Tanjung Balai dari hasil analisis 2011-2015 nilai hasil LQ mengalami peningkatan dan penurunan. Rata-rata LQ sektor ini sebesar 0,947;

Sektor pengadaan listrik dan gas merupakan sektor non basis dengan nilai LQ rata-rata kisaran nilai sebesar 0,308 (<1) artinya sektor ini kurang mampu memenuhi kebutuhan Kota Tanjung Balai. Dari hasil analisis LQ, tahun 2011-

2015 sektor ini mengalami peningkatan; sektor pengadaan air pengelolaan sampah,limbah dan daur ulang merupakan sektor non basis dengan nilai LQ rata- rata sebesar 0,490 : sektor konstruksi merupakan sektor non basis dengan nilai LQ rata-rata 0,834; sektor perdagangan eceran,reperasi mobil dan sepeda motor adalah sektor non basis dengan nilai LQ rata-rata 0,811; sektor transportasi dan pergudangan merupakan sektor non basis dengan nilai LQ rata-rata 0,697; sektor penyediaan akomodasi dan makan minum merupakan sektor non basis dengan nilai LQ sebesar 0,957; sektor informasi dan komunikasi adalah sektor non basis dengan nilai LQ rata-rata sebesar 0,453; sektor jasa keuangan dan asuransi merupakan sekor non basis dengan nilai LQ rata-rata sebesar 0,647; sektor real estate adalah sektor non basis dengan nilai LQ rata-rata 0,829; sektor jasa perusahaan merupakan sektor non basis dengan nilai LQ rata-rata 0,336; sektor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 45

administrasi pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial dadalah sektor non basis dengan nilai LQ rata-rata sebesar 0,565; sektor jasa pendidikan merupakan sektor non basis dengan nilai LQ rata-rata sebesar 0,788; sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial merupakan sektor non basis dengan nilai LQ rata-rata 0,869 (<1) artinya sektor ini belum berkembang dan kurang mampu memenuhi kebutuhan

Kota Tanjung Balai; sektor jasa lainnya merupakan sektor non basis dengan nilai

LQ rata-rata sebesar 0,486 (<1) artinya sektor ini kurang mampu kurang mampu memenuhi kebutuhan Kota Tanjung Balai pada tahun 2011-2015 nilai LQ tidak stabil. LQ rata-rata sektor ini sebesar 0,4866.

4.3.1.1 Subsektor Unggulan

Subesktor unggulan adalah subsektor andalan yang paling menguntungkan untuk diusahakan atau dikembangkan pada suatu daerah. Hasil analisis persektor bahwa Kota Tanjung Balai terdapat sektor yang unggulan yaitu sektor perikanan dengan subsektor perikanan darat (budidaya), darat (perairan umum), dan laut.

Berdasarkan analisis LQ bahwa subsektor perikanan memilki beberapa yang layak dikembangkan, sehingga kontribusinya terhadap produksi perikanan meningkat dan secara keseluruhan meningkatkan PDRB Kota Tanjung Balai.

Tabel 4.6 Hasil Perhitung Indeks Analisis Location Quotient (LQ) Tahun 2011-2015

Subsektor Perikanan 2011 2012 2013 2014 2015 Rata- rata Darat (Budidaya) 0,987 0,678 1,540 2,100 3,945 1,85 Darat (Perairan Umum) 2,499 2,396 1,049 0,708 0,77 1,484 Laut 0,560 0,037 3,464 3,329 0,328 1,543 Sumber: data diolah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 46

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa sektor perikanan merupakan sektor unggulan yang potensial untuk dikembangkan. Komoditas tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan wilayah Kota Tanjung Balai tetapi juga dapat diekspor keluar wilayah. Penjualan keluar wilayah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah.

4.3.1.2. Subsektor Perikanan Darat (Budidaya)

Perikanan Darat (Budidaya) adalah Berdasarkan hasil analisis LQ, subsektor rata-rata LQ sebesar 1,85 (>1). Hal ini berarti subsektor perikanan Darat

(budidaya) merupakan subsektor unggulan, hal ini tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan Kota Tanjung Balai saja, namun juga dapat diekspor ke luar wilayah.

Dari analisis LQ, tahun 2011-2015 nilai LQ terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 nilai LQ sebesar 0,987, pada tahun 2012 nilai LQ sebesar 0,678 dan pada tahun 2013 mengalami peningkata sebesar 1,540, pada tahun 2014 terus mengalami peningkatan 2,100, pada tahun 2015 mengalami peningkatan lagi sebesar 3,945. Dengan nilai LQ rata-rata sebesar 1,85.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 47

4.5 4 3.5 3 2.5 Nilai LQ 2 Rata-rata LQ 1.5 1 0.5 0 2011 2012 2013 2014 2015

Sumber: data diolah

Gambar 4.2 Grafik Perkembangan LQ Subsektor Perikanan Darat Kota Tanjung Balai

4.3.1.3. Subsektor Perikanan Darat Perairan Umum

Perairan umum adalah suatu genangan air yang relatif luas yang di milki dan dikuasai oleh Negara serta dimanfaatkan untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Perairan umum meliputi danau, waduk, rawa, dan sungai.

Berdasarkan hasil analisis LQ 2011-2015, subsektor rata-rata LQ sebesar 1,484

(>1). Hal ini berarti subsektor perikanan umum merupakan subsektor unggulan.

Hal ini tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan Kota Tanjung Balai saja, namun juga dapat diekspor diluar wilayah Kota Tanjung Balai.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 48

3

2.5

2

1.5 Nilai LQ Rata-rata LQ 1

0.5

0 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: data diolah

Gambar 4.3 Grafik Perkembangan LQ Subsektor Perikanan Darat Budidaya

4.3.1.4. Subsektor Perikanan Laut

Perikanan laut adalah usaha penangkapan ikan di laut. Usaha itu dilakukan diperairan pantai atau di tengah laut. Berdasarkan hasil analisis LQ 2011-2015, subsektor rata-rata LQ sebesar 1,543 (>1). Hal ini berarti subsektor perikanan umum merupakan subsektor unggulan. Hal ini tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan Kota Tanjung Balai saja, namun juga dapat diekspor diluar wilayah

Kota Tanjung Balai.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 49

4

3.5

3

2.5

2 Nilai LQ Rata-rata LQ 1.5

1

0.5

0 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: data diolah

Gambar 4.4 Grafik Perkembangan LQ Subsektor Perikanan Laut

4.3.2. Analisis Shift Share

Analisis Shift Share merupakan teknik yang menggambarkan Performance

(Kinerja) sektor-sektor di suatau wilayah dibandingkan dengan kinerja sektor- sektor perekonomian Nasional. Dengan demikian dapat ditemukan adanya pergeseran hasil pembangunan ekonomi daerah, kemajuan daerah tersebut cepat atau lambat. Teknik ini membandingkan laju pertumbuhan sektor-sektor disuatu wilayah dengan laju pertumbuhan perekonomian Nasional serta sektor-sektornya.

Bila hasilnya positif maka disebut keunggulan kompetitif dari suatu sektor dalam wilayah tersebut. Pertumbuhan ekonomi atau Nasional Share (Nij) adalah diukur dengan cara menganalisis perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama diperekonomian yang dijadikan acuan. Pergeseran Proposional atau Proposional Shift (Mij) dikenal sebagai komponen strukturan atau Industrial mix, mengukur perubahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 50

relatif,pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan untuk mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada industri-industri yang tumbuh cepat atau lebih lambat dari perekonomian yang dijadikan acuan. Pergeseran diferensial atau Differential Shift (Cij) merupakan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran differensial dari suatu industri positif, maka industri tersebut lebih tinggi daya saingnya ketimbang industri yang sama pada perekonomian yang dijadikan acuan.

Berdasarkan hasil analisis Shift Share tentang keunggulan kompetitif dan spesialisasi menurut setiap sektor di Tanjung Balai.

Tabel 4.7 Hasil Perhitung Indeks Analisis Shift Share Tahun 2011-2015

No LapangaUsaha Nij Mij Cij Dij 1. Pertanian, 104387,4 -270,916 104379,83 208.496,314 Kehutanan, Perikanan 2. Pertambangan 0,24864 -118,37114 -61,810039 -179,932539 dan Penggalian 3. Industri -354987,4 6,99116 353,1177 -354.627,291 Pengolahan 4. Pengadaan 6,5730337 3,83227 -695,084 -684,678696 Listrik dan Gas 5. Pengadaan Air 1,83158 0,03978 -0,641283 1,23007 Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 6. Konstruksi 130890,06 2,93997 -1392881,05 -1.523768,17 7. Perdagangan 192,2314 17,65030 -219,728 -9,8463 Besar dan Eceran; Reperasi Mobil dan Sepeda

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 51

Motor 8. Transportasi 59,94558 -364,1182 190,32768 -113,844939 dan Pergudangan 9. Penyediaan 20,42398 467,6083 -890.225,00 -899.736,968 Akomodasi dan Makan Minum 10 Informasi dan 9,92222 3,9667712 -26,01300 -12,1240088 . Komunikasi 11 Jasa Keuangan - 5,632301 3,97639 -8,292792 . dan Asuransi 17,901483 12 Real Estate 31,41466 0,03766 -10,38387 21,06845 . 13 Jasa Perusahaan 3,241999 0,0091292 3,02446 6,2755882 . 14 Administrasi 52,952860 -646,711 -4,22763 -597,98577 . Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial 15 Jasa Pendidikan 1,482438 0,270079 -3,439006 -1,686489 . 16 Jasa Kesehatan 0,685718 10,402267 -314,107 -303,019015 . dan Kegiatan Sosial 17 Jasa lainnya 1,016286 10,524918 -0,004470 11,536734 . Sumber: data diolah

Berdasarakan tabel 4.7 hasil perhitungan Shift Share menunujkan bahwa selama tahun 2011-2015, nilai PDRB sektoral Tanjung Balai telah mengalami perubahan atau perkembangan, maka dapat dilihat pada sektor pertanian,kehutanan,perikanan pengaruh nilai komponen pertumbuhan ekonomi

(Nij) sebesar 104387,4 selama periode analisis Sedangkan efek bauran industri

Proportional Shift (Mij) sebesar -270,916.Untuk jumlah keseluruhan (Dij) pada sektor pertanian sebesar 208496,314 Pengaruh komponen keunggulan kompetitif

Differential Shift (Cij) Pada sektor pertanian,kehutanan,perikanan sebesar

104379,83. Untuk jumlah keseluruhan (Dij) pada sektor pertanian sebesar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 52

208496,314 artinya dapat dikatakan bahwa sektor pertanian,kehutanan,perikanan tumbuh cepat dan memilki daya saing yang kuat .

Pada sektor pertambangan dan penggalian pengaruh komponen pertumbuhan ekonomi (Nij) sektor ini mempunyai efek positif sebesar 0,24864 selama periode analisis. Pengaruh komponen efek bauran industri Proportional Shift (Mij) sebesar -118,37114. Keunggulan kompetitif Differential Shift (Cij) pada sektor pertambangan dan penggalian sebesar 61,810039. Untuk jumlah keseluruhan (Dij), sektor ini menunjukan jumlah sebesar -56,312461. Selanjutnya pengaruh komponen pertumbuhan ekonomi (Nij) industri pengolahan sektor ini mempunyai efek negatif sebesar -354987,4. Sedangkan efek bauran industri (Mij) sebesar

6,99116 selanjutnya keunggulan kompetitif Differential Shift (Cij) yang di milki sektor industri pengolahan sebesar 353,1177 untuk jumlah keseluruhan nya (Dij) sebesar -354.627,291. Pada sektor pengadaan listrik dan gas komponen pertumbuhan ekonomi (Nij) ekonomi sebesar 6,5730337 selama periode analisis sektor ini mempunyai efek positif. Sedangkan nilai pada nilai efek bauran industri

(proportional shift) (Mij) sebesar 3,83227 yang artinya Kota Tanjung balai berspesialisasi pada sektor-sektor yang ada pada provinsi Sumatera Utara tumbuh relatif cepat. Keunggulan kompetitif (Cij) sebesar -695.084 Sedangkan untuk jumlah keseluruhannya (Dij) sebesar-684,678966 dapat dikatakan bahwa sektor pengadaan listrik merupakan sektor yang lambat dan tidak memilki daya saing kuat terhadap daerah lain. Pada sektor pengadaan air,pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang komponen pertumbuhan ekonomi (Nij) sebesar 1,83158 selama periode analisis. Nilai efek bauran industri sebesar (Mij) 0,03978 keunggulan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 53

kompetitif nya (Cij) pada sektor ini sebesar 0,641283 untuk jumlah keseluruhan

(Dij) pada sektor ini sebesar1,23007 selama periode analisis. Pada sektor konstruksi pengaruh komponen pertumbuhan ekonomi (Nij) sebesar 130890 selama periode analisis. Nilai efek bauran industri sebesar (Mij) sebesar 2,93997.

Nilai kompetitif keunggulan (Cij) yang dimilki sektor ini sebesar -1392881,05.

Untuk nilai keseluruhan nya (Dij) sebesar -1523768,17 dapat dikatakan bahwa sektor konstruksi merrupakan sektor yang lambat dan tidak memilki daya saing yang kuat terhadap daerah lain. Pada sektor perdagangan besar dan eceran pengaruh komponen pertumbuhan nasional (Nij) sebesar 192,2314, sedangkan efek bauran industri (Mij) sebesar 17,65030 sedangkan keunggulan kompetitifnya

(Cij) sebesar -219,728. Untuk keseluruhannya pada sektor perdagangan besar dan eceran (Dij) sebesar -9,8463 dapat dikatakan bahwa sektor perdagangan besar dan eceran merupakan sektor yang lambat dan tidak memiliki daya saing yang kuat terhadap daerah lain.

Pada sektor Transportasi dan Pergudangan pengaruh kompoenen pertumbuhan ekonomi (Nij) sebesar 59,94558 selama periode analisis sektor ini mempunyai pengaruh yang positif, pada sektor bauran industri (Mij) terjadi pertumbuhan output sebesar -364,1182 nilai komponen keunggulan (Cij) pada sektor transportasi dan pergudangan sebesar 190,327681. Untuk nilai keseluruhan (Dij) pada sektor ini sebesar -113,84493. Pada sektor penyediaan dan makanan minuman pengaruh komponen pertumbuhan ekonomi (Nij) sebesar 20,42398 selama periode analisis. Pada bauran industrinya (Mij) pada sektor ini sebesar

467,6083 nilai efek bauran indusrti (Cij) pada sektor ini sebesar -890.225,00.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 54

Untuk nilai keseluruhan (Dij) pada sektor ini sebesar -899.736,968. Pada sektor

Informasi dan Komunikasi pengaruh komponen nasional (Nij) sebesar sebesar

9,92222, pada sektor bauran industri (Mij) pertumbuhan sebesar 3,9667712, sedangkan pada nilai komponen keunggulan (Cij) pada sektor ini sebesar -

26,01300 yang artinya keunggulan kompetitif dapat dikatakan bahwa sektor

Informasi dan Komunikas tumbuh lambat. Untuk nilai komponen keseluruhan

(Dij) pada sektor ini sebesar -12,240088.

Selanjutnya pada sektor Jasa keuangan dan asurasnsi nilai pengaruh komponen pertumbuhan ekonomi (Nij) sebesar -17,901483, pada bauran industrinya (Mij) sebesar 5,632301, selanjutnya pada sektor nilai komponen keunggulan (Cij) terjadi pertumbuhan output sebesar 3,97639, untuk jumlah keseluruhan (Dij) pada sektor ini sebesar -8,292792. Pada sektor Real Estate nilai pertumbuhan ekonomi

(Nij) sebesar 31,41466 pada bauran industrinya (Mij) sebesar 0,03766, selanjutnya pada nilai komponen keunggulan (Cij) pada sektor ini sebesar -

10,38387 dapat dikatakan bahwa sektor jasa keuangan dan asuransi merupakan sektor yang pertumbuhan nya lambat dan tidak memilki daya saing yang kuat terhadap daerah lain, Untuk nilai keseluruhan (Dij) pada sektor ini sebesar-

21,06845. Pada jasa perusahaan nilai pertumbuhan ekonomi (Nij) sebesar

3,241999 pada bauran industrinya (Mij) sebesar 0,00091292 selanjutnya pada nilai komponen keunggulan (Cij) sebesar 3,02446, untuk nilai keseluruhan (Dij) pada sektor ini sebesar 6,2755882. Pada sektor Administrasi pemerintah,dan jaminan sosial nilai pertumbuhan ekonomi (Nij) sebesar 52,952860 pada bauran industri (Mij) -646,711 selanjutnya pada nilai komponen keunggulan kompetitif

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 55

(Cij) sebesar -4,22763 dapat dikatakan bahwa sektor Administrasi Pemerintah merupakan sektor yang lambat dan tidak memilki daya saing kuat terhadap daerah lain, untuk nilai keseluruhan(Dij) pada sektor administrasi pemerintah,pertahanan, dan jaminan sosial sebesar -597,98577. Pada sektor Jasa pendidikan nilai pertumbuhan ekonomi (Nij) sebesar 1,482438 pada bauran industri (Mij) pada sektor jasa pendidikan sebesar 0,270079 selanjutnya nilai komponen keunggulan

(Cij) sebesar -3,439006 untuk nilai keseluruhan pada sektor jasa pendidikan sebesar -1,686489. Sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial nilai pertumbuhan ekonomi (Nij) sebesar 0,685718 pada bauran industri (Mij) sebesar 10,402267 selanjutnya pada nilai komponen keunggulan (Cij) sebesar -314,107 dapat dikatakan bahwa sektor jasa lainnya merupakan sektor yang pertumbuhan nya lambat dan tidak memilki daya saing yang kuat terhadap daerah lain.Untuk nilai keseluruhan (Dij) pada sektor ini sebesar -303,019015. Sektor jasa lainnya nilai pertumbuhan ekonomi (Nij) sebesar 1,016286 pada bauran industry (Mij) pada sektor jasa lainnya sebesar -0,004470 selanjutnya nilai komponen keunggulan

(Cij) sebesar -0,004470 dapat dikatakan bahwa sektor jasa lainnya merupakan sektor yang pertumbuhan nya lambat dan tidak memilki daya saing yang kuat terhadap daerah lain. Untuk nilai keseluruhan (Dij) sebesar 11,536734.

4.3.2.1 Subsektor perikanan

Tabel 4.8 Hasil Perhitung Indeks Analisis Shift Share SubsektorPerikanan Tahun 2011-2015 Subsektor Perikanan Nij Mij Cij Dij Darat (Budidaya) 93,52260 386354,4 3539809,7 3926251,62 Darat (Perairan Umum) 261,2966 156032,0 1656229,14 1812522,44 Laut 268,4174 163.950,0 1701364,47 1865582,89 Sumber: data diolah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 56

4.3.3.2. Subsektor Perikanan Darat (Budidaya)

Subsektor Perikanan Darat (Budidaya) di Kota Tanjung Balai berdasarkan analisis Shift Share tahun 2011-2015 dipengaruhi oleh beberapa komponen. Pengaruh komponen pertumbuhan nasional (Nij) sektor ini mempunyai efek positif dalam memberikan kontribusi PDRB yaitu sebesar

93,52260 terhadap konstribusi PDRB nasional. Pada pengaruh bauran industri

(Mij) mempunyai efek positif sebesar 386354,4. Pertumbuhan subsektor perikanan darat (Budidaya) tumbuh lebih cepat dibandingkan subsektor yang sama di tingkat Sumatera Utara.

Pengaruh komponen keunggulan kompetitif (Cij) sebesar 3539809,7. Untuk jumlah keseluruhan (Dij) pada subsektor ini menunjukan jumlah yang positif sebesar 3926251,62 yang artinya pertumbuhan pada subsektor perikanan darat

(budidaya) relatif lebih cepat dibandingkan pertumbuhan PDRB sektor yang sama pada tingkat Sumatera Utara.

4.3.3.3. Subsektor Perikanan Darat (Perairan Umum)

Subsektor perikanan darat (Perairan Umum) di Kota Tanjung Balai berdasarkan analisis Shift Share tahun 2011-2015 dipengaruhi oleh beberapa komponen. Pengaruh komponen pertumbuhan nasional (Nij) sektor ini mempunyai efek positif dalam memberikan kontribusi PDRB yaitu sebesar

261,2966 terhadap konstribusi PDRB nasional. Pada pengaruh bauran industri

(Mij) mempunyai efek positif sebesar 156032,0. Pertumbuhan subsektor perikanan darat (Budidaya) tumbuh lebih cepat dibandingkan subsektor yang sama di tingkat Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 57

Pengaruh komponen keunggulan kompetitif (Cij) sebesar 1656229,14. Untuk jumlah keseluruhan (Dij) pada subsektor ini menunjukan jumlah yang positif sebesar 1812522,44 yang artinya pertumbuhan pada subsektor perikanan darat

(budidaya) relatif lebih cepat dibandingkan pertumbuhan PDRB sektor yang sama pada tingkat Sumatera Utara.

4.3.3.4. Subsektor Perikanan Laut

Subsektor perikanan Laut di Kota Tanjung Balai berdasarkan analisis

Shift Share tahun 2011-2015 dipengaruhi oleh beberapa komponen. Pengaruh komponen pertumbuhan (Nij) sektor ini mempunyai efek positif dalam memberikan kontribusi PDRB yaitu sebesar 268,4174 terhadap konstribusi

PDRB Sumatera Utara. Pada pengaruh bauran industri (Mij) mempunyai efek positif sebesar 163.950,0 Pertumbuhan subsektor perikanan darat (Budidaya) tumbuh lebih cepat dibandingkan subsektor yang sama di tingkat Sumatera Utara.

Pengaruh komponen keunggulan kompetitif (Cij) sebesar 1701364,47. Untuk jumlah keseluruhan (Dij) pada subsektor ini menunjukan jumlah yang positif sebesar 1812522,44 yang artinya pertumbuhan pada subsektor perikanan darat

(budidaya) relatif lebih cepat dibandingkan pertumbuhan PDRB sektor yang sama pada tingkat Sumatera Utara.

4.4. Analisis Tipologi Klassen

Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis sektor, subsektor, usaha/industry, atau komoditas unggulan atau prioritas suatu daerah. Dalam analisis klassen ini akan diperoleh informasi sektor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 58

maupun subsektor ekonomi. Ada empat tipologi yang menjelaskan posisi suatu sektor atau subsektor ekonomi dalam analisis klassen, yaitu:

1. Kuadran I: Area dengan pertumbuhan dan pendapatan perkapita yang cukup tinggi (high growth and income). Area ini disebut sebagai area cepat maju dan tumbuh.

2. Kuadran II: Area dengan kategori maju tetapi tertekan (high income but low growth). Tapi dalam beberapa tahun terakhir laju pertumbuhan menurun akibat tertekannya kegiatan utama daerah yang bersangkutan. Area ini merupakan daerah yang telah maju tapi di masa mendatang pertumbuhan tidak akan begitu cepat walaupun potensi pengembangan yang dimiliki pada dasarnya sangat besar.

3. Kuadran III: Area ini termasuk kategori berkembang dengan cepat (high growth but low income) adalah area yang dapat berkembang cepat dengan potensi pengembangan yang dimiliki sangat besar tapi belum diolah sepenuhnya secara baik. Tingkat pertumbuhan ekonomi area ini sangat tinggi, namun baik pendapatan perkapita yang mencerminkan dari tahap pembangunan yang telah dicapai sebenarnya mesih relatif rendah.

4. Kuadran IV: Area yang relatif tertinggal (low growth and low income) area ini berarti bahwa baik tingkat kemakmuran masyarakat maupun tingkat pertumbuhan ekonomi di area ini masih relatif rendah. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa di area ini tidak akan berkembang di masa mendatang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 59

Tabel 4.9 Rata-rata Pertumbuhan dan rata-rata Kontribusi sektor ekonomi PDRB Kota Tanjung Balai dan Sumatera Utara 2010-2015

Tanjung Balai Sumatera Utara Rata-rata Rata- Rata-rata Rata-rata N pertumbu rata pertumbu kontribus Sektor o han kontribu han i si (Si) (Ski) (S) (Sk) 1 Pertanian, Kehutanan, 6,80 17,3 5,06 24,03 Perikanan

2 Pertambangan dan 4,18 2,00 18,7 1,26 Penggalian

3 Industri Pengolahan 5,62 18,4 10,39 20,38

4 Perdagangan Besar dan 6,75 21,0 12,0 17,0 Eceran; Reperasi Mobil dan Sepeda Motor

5 Transportasi dan 5,29 6,49 18,17 4,76 Pergudangan

6 Penyediaan Akomodasi 7,12 2,23 14,6 2,25 dan Makan Minum

7 Informasi dan 6,78 0,96 8,31 2,05 Komunikasi

8 Jasa Keuangan dan 6,50 2,00 14,6 3,23 Asuransi

9 Administrasi Pemerintah, 3,5 6,21 13,6 3,56 Pertahanan, dan Jaminan Sosial

10 Jasa Kesehatan dan 5,69 0,75 16,36 0,86 Kegiatan Sosial

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 60

Tabel 4.10 Hasil Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Tipologi Klassen 2011- 2015

Kuadran II Sektor maju tapi tertekan S sk Kuadran I i i -pertambangan dan penggalian Sektor maju dan tumbuh pesat -perdagangan besar dan eceran S >s dan sk >sk i i -transportasi dan pergudangan

-administrasi pemerintah,pertahanan dan jaminan sosial

Kuadran IV Sektor relatif tertinggal Kuadran III S s i Minum -Pertanian,kehutanan, perikanan -Informasi dan Komunikasi

- Jasa Keuangan dan Asuransi - Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Sumber: data diolah

Berdasarkan data kedua tabel di atas dapat dilihat hasil Tipolgi Klassen ini terlihat bahwa sektor yang dapat dikategorikan sebagai sektor maju tapi tertekan adalah sektor pertambangan dan penggalian, perdagangan besar dan eceran, transportasi dan pergudangan, adminsitrasi pemerintah,pertahanan dan jaminan sosial. Sementara itu sektor-sektor yang tergolong sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat adalah sektor pertanian, kehutanan, perikanan.

Kemudian sektor yang dapat dikategorikan sebagai sektor relatif tertinggal adalah industri pengolahan, penyediaan akomodasi dan makan minum, informasi dan komunikasi, jasa keuangan dan asurasnsi, jasa kesehatan dan kegiatan sosia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang Analisis Potensi Ekonomi Daerah

Kota Tanjung Balai, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil perhitungan Indeks Location Quotient (LQ), maka yang menjadi

sektor basis yaitu, Sektor Pertanian, kehutanan. Berdasarkan Location

Quotient (LQ) menunjukan bahwa sektor perikanan unggul selama lima

tahun yaitu dengan subsektor perikanan darat (budidaya), subsektor darat

(perairan umum), subsektor laut. Sehingga subsektor dapat memenuhi

kebutuhan lokal dan dapat juga diekspor keluar daerah.

2. Berdasarkan hasil hitungan analisis Shift Share maka diperoleh

kesimpulan bahwa terdapat beberapa sektor yang memilki

keunggulan/daya saing kompetitif yaitu: Pertanian,kehutanan,perikanan,

industri pengolahan, Jasa keuangan asuransi, jasa perusahaan dan

transportasi pegudangan. Berdasarakan hasil hitungan analisis Shift Share

subsektor yang memilki keunggulan/daya saing kompetitif yang besar

yaitu subsektor perikanan yaitu: darat (Budidaya), subsektor darat

(perairan umum), subektor laut.

3. Dari hasil analisis tipologi klassen dapat disimpulkan bahwa yang

termaksud sektor maju tapi tertekan adalah sektor sektor pertambangan

dan penggalian, perdagangan besar eceran, transportasi dan pergudangan,

adminsitrasi pemerintah,pertahanan dan jaminan sosial. Sementara itu

61

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4. sektor-sektor yang tergolong sektor potensial atau masih dapat

berkembang dengan pesat adalah sektor pertanian, kehutanan, perikanan.

Kemudian sektor yang dapat dikategorikan sebagai sektor relatif tertinggal

adalah industri pengolahan, penyediaan akomodasi dan makan minum,

informasi dan komunikasi, jasa keuangan dan asurasnsi, jasa kesehatan

dan kegiatan sosial.

5.2 Saran

Berdasarkan pada penelitian dan analisis yang dilakukan terdapat saran ingin disampaikan oleh penulis dengan tujuan perbaikan masa akan datang dan bagi pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini. Adapun saran yang ingin penulis ajukan adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya pemerintah Kota Tanjung Balai harus memperbaiki dengan

mengutamakan pengembangan dan memperhatikan sektor potensial/basis

secara proporsional dengan tidak mengabaikan sektor non basis dalam

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan PDRB dan pertumbuhan

ekonomi Kota Tanjung Balai

2. Bagi penelitian selanjutnya untuk melakukan evaluasi pada bidang

ekonomi lainnya,ataupun evaluasi pada potensi ekonomi daerah dengan

menggunakan metode yang berbeda.

62

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin, 2002. Ekonomi Pembangunan, Bagian Penerbitan. BFEE Yogyakarta

Almulaibari, Hilal (2011)”Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Kota Tegal Tahun 2004-2008” Jurnal Penelitian, Universitas Diponegoro Badan Pusat Statistik Kota Tanjung Balai, 2015. Tanjung Balai Dalam Angka 2016, Badan Pusat Statistik Kota Tanjung Balai. Mubyarto (2001). Prospek Otonomi Daerah dan Perekonomian Indonesia , BFEE Yogyakarta.

Nur Fatimmah, Annisa (2013).”Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten /Kota Provinsi Bali” Jurnal Penelitian, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Raflah,Wan Juwita (2014).”Analisis Potensi Ekonomi Provinsi Riau” Jurnal Penelitian, Universitas Gadjha Mada Yogyakarta Rizali,Ogi Muchammad (2013).”Analisis Potensi Ekonomi Wilayah Tiga Cirebon (CILAYUMAJA KUNING)” Jurnal Penelitian, Universitas Gadjha Mada Yogyakarta Saragih,Juli, Panglim (2003)”Desentralisasi Fiskal Dan Keuangan Daerah Dalam Otonom” , Jakarta, Penerbit Ghalia Indonesia

Sirojuzilam & Mahali, Kasyful (2010).Pembangunan Perencanaan Dan Ekonomi” Medan, Penerbitan USU Press

Sirojuzilam & Bahri, Syaiful (2014).PembangunanEkonbomi Wilayah Sumatera Utara. Medan, Penerbitan USU Press

Sukirno, Sadono (2006). “Ekonomi Pembangunan Proses Masalah Dan Dasar” Jakarta, Penerbit Kencana. Susanto (2006). “Reinvensi Pembangunan Ekonomi Daerah Bagaimana Membangun Kesejahtertaan daerah” Jakarta, Penerbit Kencana. Susanto (2010). “Reinvensi Pembangunan Ekonomi Daerah Bagaimana Membangun Kesejahtraan Daerah Jakarta Penerbit Erlangga. Sukirno, Sadono (2006) Ekonomi Pembangunan.Jakarta, Penerbit Kencana Prenadamedia Group Sutedi, Adrian (2006). Implikasi Hukum Atas Sumber Pembiayaan Daerah Kerangka Otonomi Daerah Jakarta, Katalog Dalam Terbitan (KDT)

63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 64

Prenadamedia Group. Soekarwo (2003),Berbagai Permasalahan Keuangan Daerah, Airlangga University Press

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA