PENGARUH ISLAMIC BRANDING, PERSEPSI LABEL HALAL DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PERPINDAHAN MEREK DARI KOSMETIK MEREK LAIN KE MEREK MAZAYA

(Studi Kasus : Pengguna Kosmetik Mazaya di JABODETABEK)

SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnins Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun oleh : Siti Nurjanah NIM: 11150810000011

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2020 M

i

ii

iii

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi 1. Nama : Siti Nurjanah 2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 5 September 1997 3. Jenis Kelamin : Perempuan 4. Agama : Islam 5. Nama Ayah : Siswoyo 6. Nama Ibu : Yeni Anggraeni 7. Alamat : Jalan Adhi Karya No.113 RT.002 RW.05 Kelurahan: Kedoya Selatan, Kecamatan: Kebon Jeruk, Jakarta Barat, 11520 8. Nomor Telepon : 085697666395 9. E-mail : [email protected]

B. Pendidikan Formal 1. SD Raihanul Jannah Jakarta 2. SMPN 207 Jakarta 3. SMA Al Kamal Jakarta 4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

C. Pengalaman Organisasi 1. Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen (HMJ) UIN Jakarta 2016-2017

D. Pengalaman Kerja 1. Internship PMMB FHCI KEMENTERIAN BUMN, di Perum Perumnas (Februari - Agustus 2019)

v

ABSTRACT

This study aimed to analyze the effect of Islamic branding, halal label perceptions, and product quality towards brand switching from another brand to Mazaya brand. The data source for this study is the primary data from the sample, namely women who move on using Mazaya cosmetics. Data collection was conducted using purposive sampling by distributing to 100 respondents Mazaya cosmetic users in the JABODETABEK region. Data has been processed using multiple linear regression test. The results of this study indicate that Islamic branding, halal label perception, and product quality variables have a significant effect towards brand switching to Mazaya cosmetics, simultaneously and partially. Keywords : islamic branding, perception of halal labels, product quality, brand switching.

vi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Islamic branding, persepsi label halal, dan kualitas produk terhadap keputusan perpindahan merek dari kosmetik merek lain ke merek Mazaya. Sumber data penelitian ini merupakan data yang berasal dari sampel yaitu wanita yang berpindah menggunakan kosmetik Mazaya. Pengumpulan data dilakukan menggunakan purposive sampling dengan menyebarkan kuesioner kepada 100 responden di wilayah JABODETABEK. Data telah diolah menggunakan uji regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan variabel Islamic branding, persepsi label halal, dan kualitas produk memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan perpindahan merek ke kosmetik Mazaya, secara simultan dan parsial. Kata kunci : islamic branding, persepsi label halal, kualitas produk, keputusan perpindahan merek.

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta„ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta sholawat dan salam tidak lupa penulis haturkan kepada baginda kita Nabi Muhammad Shalallahu „alaihi wa sallam karena atas berkah, dan anugerah yang tiada akhir sehingga peneliti diberi kemampuan untuk dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Islamic Branding,

Persepsi Label Halal, dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan

Perpindahan Merek Dari Kosmetik Merek Lain Ke Merek Mazaya”.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih atas segala bantuan, bimbingan dan dukungan yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan kepada:

1. Kedua orangtua penulis, Bapak Siswoyo dan Ibu Yeni atas doa, dukungan

serta keikhlasannya dalam memberi support selama penulis menempuh

pendidikan di perguruan tinggi. Serta Kakak dan Adik penulis, Yesi

Fitriani S.E dan Farid Ar Rasyiid yang selalu memberikan dukungan dan

semangat hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT

senantiasa melindungi mereka. Aamiin.

viii

2. Ibu Dr. Muniaty Aisyah, S.T., M.M. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi

yang telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, ilmu yang

berharga serta bimbingan yang berarti selama penyelesaian skripsi.

Terimakasih atas semua saran serta masukan yang diberikan selama proses

penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT

membalas semua kebaikannya. Aamiin

3. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., AK., M.Si., CA, QIA., BKP., CRMP selaku

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Murdiyah Hayati, S.Kom., MM dan Ibu Amalia, SE., M.S.M selaku

Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Dwi Nur‟aini Ihsan, M.M selaku Dosen Pembimbing Akademik.

6. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan bantuan kepada

penulis selama menempuh studi.

7. Para sahabatku yaitu Endah, Oya, Indah, Shinta, Viska, Viski, Vania, Dea,

Harry, Rahman dan Rifky. Terimakasih selalu mensupport penulis agar

selalu termotivasi menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat tercinta selama masa perkuliahan yaitu Emmy, Gilang,

Nindy, Ira, Audina, Raihana, Kurnia, Jeshica, Rizca, Zayyan, dan Ka Ita.

Terima kasih kalian selalu menyemangati penulis dan banyak sekali

memberikan saran serta masukan dalam penyelesaian skripsi ini

ix

9. Teman-teman seperjuangan Manajemen angkatan 2015, khususnya teman-

teman Manajemen Pemasaran 2015 yang senantiasa memberikan dorongan

dan semangat yang luar biasa agar penulisan ini bisa terselesaikan.

10. Teman-teman KKN Hikari 85. Terimakasih untuk kenangan selama

mengabdi di Desa Pekayon, Tangerang.

11. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkkan satu persatu yang telah banyak

membantu dan memberi masukan serta bagi penulis, suatu

kebahagiaan telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua,

terima kasih banyak.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak. Semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat pahala berlipat dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis serta pembaca.

Jakarta, Januari 2020

Penulis

(Siti Nurjanah)

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...... i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ...... ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI...... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ...... ii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...... v ABSTRACT ...... vii ABSTRAK ...... viii KATA PENGANTAR ...... viiii DAFTAR ISI ...... xii DAFTAR TABEL ...... xiiii DAFTAR GAMBAR ...... xiv BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang ...... 1 B. Rumusan Masalah ...... 16 C. Tujuan Penelitian ...... 16 D. Manfaat Penelitiaan ...... 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...... 18 A. Landasan Teori ...... 18 1. Perilaku Konsumen ...... 18 2. Perpindahan Merek ...... 27 3. Islamic Branding ...... 34 4. Persepsi Label Halal ...... 40 5. Kualitas Produk ...... 52 B. Hubungan Antar Variabel ...... 57 C. Penelitian Terdahulu ...... 59 D. Kerangka Berpikir ...... 64 E. Hipotesis Penelitian ...... 67

xi

BAB III METODELOGI PENELITIAN ...... 69 A. Ruang Lingkup Penelitian ...... 69 B. Metode Penentuan Sampel ...... 69 C. Metode Pengumpulan Data ...... 72 D. Uji Kualitas Data ...... 74 E. Uji Asumsi Klasik ...... 75 F. Uji Hipotesis ...... 78 G. Analisis Regresi Linier Berganda ...... 81 H. Koefisien Determinasi (R2) ...... 82 I. Operasional Variabel Penelitian ...... 82 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...... 85 A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...... 85 B. Pembahasan Karakteristik Responden ...... 88 C. Hasil Uji Validaitas dan Reliabilitas ...... 93 D. Pembahasan Analisis Deskriptif ...... 96 E. Uji Asumsi Klasik ...... 101 F. Hasil Uji Hipotesis ...... 105 G. Analisis Regresi Linier Berganda ...... 110 H. Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R2) ...... 113 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...... 114 A. Kesimpulan ...... 114 B. Saran ...... 115 DAFTAR PUSTAKA ...... 118 LAMPIRAN ...... 122

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Agama Tahun 2010 ...... 3 Tabel 1. 2 Perkembangan Pasar Industri Kosmetik Di Indonesia ...... 4 Tabel 1. 3 Top 10 perusahaan Kosmetik Terbesar di Indonesia ...... 6 Tabel 2. 1 Hasil Penelitian Terdahulu ...... 59 Tabel 3. 1 Tabel Skala Likert ...... 73 Tabel 3. 2 Opersional Variabel Penelitian ...... 83 Tabel 4. 1 Jumlah Responden Berdasrkan Usia ...... 89 Tabel 4. 2 Jumlah Responden Berdasrkan Pendidikan Terakhir ...... 89 Tabel 4. 3 Jumlah Responden Berdasrkan Pekerjaan ...... 90 Tabel 4. 4 Jumlah Responden Berdasrkan Pengeluaran perbulan ...... 91 Tabel 4. 5 Merek kosmetik Sebelumnya yang Digunakan Responden ...... 92 Tabel 4. 6 Hasil Uji Validitas ...... 94 Tabel 4. 7 Hasil Uji Reliabilitas ...... 95 Tabel 4. 8 Distribusi Jawaban Islamic Branding (X1) ...... 96 Tabel 4. 9 Distibusi Jawaban Persepsi Label Halal (X2) ...... 97 Tabel 4. 10 Distribusi Jawaban Kualitas Produk (X3) ...... 98 Tabel 4. 11 Distribusi Jawaban Responden Perpindahan Merek (Y) ...... 100 Tabel 4. 12 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ...... 103 Tabel 4. 13 Hasil Uji Multikolonieritas ...... 104 Tabel 4. 14 Hasil Glejser Heteroskedastisitas ...... 105 Tabel 4. 15 Hasil Uji t ...... 106 Tabel 4. 16 Hasil Uji F ...... 110 Tabel 4. 17 Analisis Regresi Linier Berganda ...... 111 Tabel 4. 18 Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R2) ...... 113

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Preferensi Kosmetik Konsumen Indonesia ...... 4 Gambar 1. 2 Fenomena Komsetik Lokal di Indonesia ...... 7 Gambar 1. 3 Merek Kosmetik Favorit Wanita Tahun 2017...... 8 Gambar 1. 4 Faktor Pertimbangan Perempuan Dalam Membeli Kosmetik...... 9 Gambar 1. 5 Produk Kosmetik Mazaya ...... 14 Gambar 2. 1 Tahapan Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ...... 24 Gambar 2. 2 Piramida Loyalitas...... 30 Gambar 2. 3 Kerangka Pemikiran ...... 66 Gambar 4. 1 Logo Merek Mazaya ...... 86 Gambar 4. 2 Kurva P-P Plot Hasil Uji Normalitas ...... 102

xiv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Membangun merek sudah menjadi keharusan bagi perusahaan untuk

dapat bersaing dengan perusahaan lain. Persaingan dalam dunia bisnis yang

semakin ketat, membuat perusahaan berusaha mencari strategi yang tepat

dalam memasarkan produknya. (Ranto, 2013)

Fenomena banyaknya merek-merek Islami saat ini, menandakan adanya

pergerseran perilaku konsumen. Tidak dapat dipungkiri, banyak konsumen

menjadikan merek yang mereka beli atau gunakan, merupakan manifesti dari

dirinya atau dengan kata lain, mereka menjadikan merek sebagai media untuk

menunjukkan jati dirinya kepada orang lain. Hal ini terbukti dengan

berkembangnya lembaga keuangan berbasis syariah, pertumbuhan budaya

bernuansa Islam, berkembangnya pemakaian busana hijab, munculnya hotel

syariah, peningkatan frekuensi haji dan umrah, serta pertumbuhan industri

kosmetik halal. (Yuswohady, 2015:10)

Bagi umat Islam, branding tidak dapat dipisahkan dari iman, yang

menentukan bahwa semua tindakan harus bersifat ilahi dan bahwa seseorang

mencintai dan membenci bukan karena keinginan manusiawi namun karena

perasaannya sejalan dengan tuntunan Allah. Hubungan dagang misalnya, meski

menghasilkan kepuasan akan keinginan duniawi, mereka harus ditempa dengan

maksud ilahi antara pihak bisnis. Oleh karena itu, keseluruhan hubungan tidak

1 lagi bersifat meterialistis dan berubah menjadi perbuatan baik yang akan dicatat dalam catatan ilahi masing-masing individu. (Alserhan, 2010)

Islam merupakan agama yang paling sempurna, karena dari semua segi aspek kehidupannya sudah diatur dalam Al-qur‟an dan hadist. Salah satunya dari segi gaya hidup, semua produk yang kita gunakan haruslah jelas sesuai syariat yang telah di tentukan. Bagi umat muslim mengkonsumsi produk halal merupakan sebuah kewajiban. Kata “halal” berasal dari bahasa Arab yang artinya diperbolehkan atau sesuai hukum Islam (Issa Z., 2009; Borzooei dan

Maryam, 2013).

Konsep halal saat ini mulai banyak diminati para produsen, hal tersebut dikarenakan populasi islam yang terus meningkat. Laporan dari Pew Research menyebutkan, pada tahun 2017 ada sekitar 1,8 miliar penduduk bumi menganut agama Islam atau setara dengan 24% dari populasi dunia. (Tirto.id)

Dengan semakin meningkatnya tingkat populasi muslim di Dunia, maka perkembangan industri halal juga semakin berkembang pesat. Berdasarkan laporan The State of The Global Islamic Economies 2018-2019 melaporkan, total belanja masyarakat muslim dunia mencapai USD 2,11 triliun. Bahkan jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat di tahun-tahun berikutnya hingga mencapai USD 3 triliun pada tahun 2023, ini sangat linier dengan pertumbuhan penduduk muslim dunia. (Republika.co.id)

Indonesia sendiri merupakan negara dengan mayoritas penduduknya yang beragama Islam. Hal ini sesuai dengan sensus yang dilakukan oleh Badan

Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010.

2

Tabel 1. 1 Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Agama Tahun 2010 Jenis Kelamin Agama Jumlah Persentase Laki-laki Perempuan

Islam 104.195.783 102.980.379 207.176.162 87,17 % Protestan 8.335.966 8.192.547 16.528.513 6,96 % Katolik 3.441.643 3.466.230 6.907.873 2,91 % Hindu 2.013.589 1.988.527 4.012.116 1,69 % Budha 869.097 834.157 1.703.254 0,72 % Khong Hu Chu 61.506 55.585 117.091 0,05 % Lainnya 157.363 142.254 299.617 0,12% Tidak Terjawab 70.897 68.685 139.582 0,06% Tidak Ditanyakan 485.069 272.049 757.118 0,32% Total 119.630.913 118.010.413 237.641.326 100 % Sumber : Badan Pusat Statistik (2010)

Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat diketahui jumlah total

penduduk Indonesia tahun 2010 sebesar 237.641.326 jiwa. Dimana sebagian

besar penduduknya menganut agama Islam sebesar 207.176.162 jiwa atau

sebesar 87,17%. Dalam hal ini, Indonesia mempunyai peluang besar dalam

melebarkan industri halal salah satunya dalam industri kosmetik, karena jumlah

wanita muslim di Indonesia mencapai 102.980.379 jiwa. Kemajuan pada

industri kecantikan di Indonesia pun saat ini menunjukkan peningkatan dari

tahun ke tahun.

3

Tabel 1. 2 Perkembangan Pasar Industri Kosmetik Di Indonesia 2010-2015 Market Kenaikan Tahun (Rp. Miliar) (%) 2010 8.900 ˗ 2011 8.500 ˗ 4,49 2012 9.760 14,82 2013 11.200 14,75 2014 12.874 14,95 2015 13.943 8,30 Kenaikan Rata-rata, % per tahun 9,67 Sumber : CCI-indonesia.com (2018)

Berdasarkan pengamatan Bizteka, pada tahun 2015 pasar kosmetik

nasional tumbuh sebesar 8,3% dengan nilai mencapai Rp13,9 triliun,

meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2014) yang sebesar

Rp12,8 triliun. Sepanjang periode 2010-2015 pasar industri kosmetik nasional

meningkat rata-rata mencapai 9,67% per tahunnya.

Dengan meningkatnya pertumbuhan industri kosmetika di Indonesia,

menjadikan munculnya merek-merek baru sehingga persaingan dalam industri

ini semakin ketat dan perusahaan lokal maupun global pun berlomba untuk

menghasilkan produk yang diinginkan oleh konsumennya dalam memenuhi

kebutuhan. Menurut hasil riset Nielsen, pertumbuhan kosmetik lokal Indonesia

kalah besar jika dibandingkan dengan kosmetik global.

4

Gambar 1. 1 Preferensi Kosmetik Konsumen Indonesia Sumber : (Nielson.com)

Berdasarkan riset Nielson pada tahun 2016, konsumen Indonesia lebih memilih produk kosmetik global sebesar 48%, sedangkan untuk produk kosmetik lokal sebesar 36%, dan sisanya yang tidak memiliki preferensi apapun sebesar 16%.

Lalu Dunia Industri melakukan riset pasar yang dirilis Oktober 2016, didapat 10 perusahaan kosmetik terbesar di Indonesia berdasarkan merek dagang (brand), dan nilai penjualannya.

5

Tabel 1. 3 Top 10 perusahaan Kosmetik Terbesar di Indonesia No. Nama Perusahaan Brand Penjualan 1 PT Indonesia Tbk Tresemme, Ponds, Citra, Rp 36,5 Triliun , Clear, Axe, dll. 2 PT Loreal Indonesia Loreal Paris, , Rp 27,99 Triliun , Kerastase, , dll. 3 PT P&G Indonesia SK II, Pantene, , Rp 14,87 Triliun Olay, Always, dan Head & Shouldes. 4 PT Indonesia Pixy, Catsby. Rp 2,31 Triliun Tbk 5 PT Martina Berto Tbk Mirabella, Belia, Caring Rp 694,7 Miliar Colours, PAC, Cempaka, Sariayu, Sariayu Biokos. 6 PT Akasha Wira Makarizo. Rp 669,7 Miliar International Tbk 7 Oriflame Oriflame. Rp 603 Miliar 8 PT Mustika Ratu Tbk Mustika Ratu, Biocell, Rp 428 Miliar Puteri, Bask, Moors, Ratu Mars. 9 PT Paragon Technology Wardah Rp 350 Miliar 10 Revlon, , Pure ICE Rp 124 Miliar Sumber : duniaindustri.com (2016)

Dari riset ini didapatkan hasil bahwa PT Unilever Indonesia Tbk

merupakan pemimpin pasar kosmetik di Indonesia, dengan penjualannya

sebesar Rp 36,5 triliun kemudian disusul dengan PT Loreal Indonesia dengan

penjualannya sebesar Rp 27,99 triliun. Sedangkan PT Reflon berada diurutan

terendah dengan penjualanya sebesar Rp 124 miliar.

Namun, pada tahun 2017 minat konsumen berubah. Konsumen Indonesia

beralih memiliki minat yang besar terhadap kosmetik lokal. Hal tersebut

terungkap dari riset yang dilakukan oleh Sigma Research yang di

6 selenggarakan di 11 kota besar di Indonesia yaitu: Medan, Jakarta, Bogor,

Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Semarang, Surabaya, Depansar, dan

Makasar dengan responden sebanyak 1200 orang. Kemudian mendapatkan hasil penelitiannya yakni bahwa 53% kosmetik merek lokal mendominasi konsumen Indonesia. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam kurun waktu 1 tahun konsumen mengalami perubahan minat dari kosmetik global ke kosmetik lokal. (Amimi, 2019)

Gambar 1. 2 Fenomena Kosmetik Lokal di Indonesia Sumber: (Katadata.co.id)

Berdasarkan gambar 1.2, hal lain yang mendorong meningkatnya eksistensi kosmetik lokal dibandingkan kosmetik global di Indonesia adalah pertumbuhan industri kosmetik lokal yang melonjak hingga 20%. Adapun kondisi pasar kosmetik lokal di Indonesia yang kini mengalami peningkatan

7 dikarenakan tarif impor mengalami kenaikan dari 2,5% menjadi 10%, sedangkan ekspor kosmetik lokal meningkat dalam kurun waktu 1 tahun yakni dari 470 juta USD pada tahun 2016 menjadi 517 juta USD pada tahun 2017, dengan persentase peningkatan sebesar 16% (Amimi, 2019). Bahkan pada tahun 2018 nilai ekspor kosmetik nasional mencapai 556,36 juta USD

(Republika.co.id)

Kemudian Mirae Asset Sekuritas Indonesia melakukan riset mengenai merek kosmetik yang menjadi favorit wanita pada tahun 2017.

Gambar 1. 3 Merek Kosmetik Favorit Wanita Tahun 2017 Sumber: (miraeasset.co.id)

Berdasarkan data pada gambar diatas, terlihat bahwa kosmetik favorit dengan persentase tertinggi berasal dari brand lokal yaitu Wardah sebesar

(37,8%), kemudian Pixy (10,1%), Sariayu (8,7%), Viva (6,6%), Ponds (6,6%),

Latulip (3,9%), Oriflame (3,6%), Maybelline (3,3%), Revlon (2,9%), Mustika

Ratu (1,9%), dan di urutan terakhir Garnier (1,4%).

8

Seiring meningkatnya pertumbuhan pasar kosmetik di Indonesia,

belakangan ini kesadaran konsumen menganai pentingnya kosmetik yang halal

juga meningkat. Hal tersebut tidak terlepas dari fakta bahwa mayoritas

penduduk Indonesia adalah muslim. Meskipun masing-masing konsumen

muslim memiliki kadar kepatuhan terhadap syariah yang berbeda-beda dan

tergantung tingkat religiusitas mereka, namun secara umum konsumen muslim

memiliki sikap positif terhadap produk-produk yang menggunakan pendekatan

halal (Salehudin & Mukhlis, 2012). Hal ini sesuai dengan survei yang

dilakukan Center for Middle Class Consumer Studies (CMCS), mendapati

bahwa 95% konsumen muslim mengecek label halal sebelum membeli produk

kosmetik. (Yuswohady, 2015: 78)

Sejalan dengan hal tersebut, menurut Sigma Research Indonesia terdapat

beberapa faktor yang menjadi pertimbangan perempuan dalam membeli produk

kosmetik.

Gambar 1. 4 Faktor Pertimbangan Perempuan Dalam Membeli Kosmetik Sumber : sigmaresearch.co.id (2017)

9

Berdasarkan data pada gambar 1.4 menjelaskan, faktor yang paling besar persentasenya adalah kecocokan formula pada kulit wajah (79,4%), kemudian diikuti oleh produk yang tahan lama (67,4%), formula ringan (62,2%), serta pilihan warna, halal, harga dengan persentase masing-masing di atas 50%. Ini terlihat jelas bahwa faktor label halal merupakan faktor yang penting dalam pertimbangan perempuan membeli produk kosmetik.

Label halal tidak hanya menjamin apa yang mereka konsumsi atau gunakan sesuai dengan hukum Islam, tetapi juga mendorong produsesn untuk memenuhi standar halal. Dalam lingkup kosmetik halal, konsep ini mencakup aspek kritis pada produksi seperti bahan halal dan penggunaan zat-zat yag diizinkan harus dibuat, disimpan, dikemas dan dikirim sesuai dengan persyaratan syariah (Elasrag, 2016). Dengan demikian, menurut Omar et al

(2012) label halal dapat memainkan peran penting untuk meyakinkan konsumen muslim bahwa produk yang mereka beli memenuhi persyaratan dan sesuai ketentuan agama. (Aisyah, 2017)

Pencantuman label halal pada produk kosmetik memberikan kepastian yang dibutuhkan konsumen akan status produk yang aman untuk digunakan atau dikonsumsi. Selain itu label halal juga memberikan jaminan bahwa produk tersebut tidak mengandung sesuatu yang haram, bersih dari najis, bebas dari kontaminasi, diproduksi dengan cara yang halal, dan beretika sehingga dapat menentramkan batin konsumen. Kosmetik dapat dikatakan halal apabila bahan yang terkandung merupakan bahan baku pilihan yang sesuai syariat Islam dan memiliki sertifikasi halal. (Alim et al, 2018)

10

Pedoman dan terselenggaranya sertifikasi dan labelisasi produk halal di

Indonesia, tentunya akan merujuk pada aturan perundangan nomor 33 tahun

2014 tentang Jaminan Produk Halal yang disebut JPH (Ilyas, 2017).

Pemberlakuan UUJPH ini nantinya akan membawa perubahan mendasar terkait penyelenggaraan sertifikasi halal di Indonesia. Dengan pemberlakuan UUJPH ini penyelenggaraan sertifikasi halal yang sebelumnya dilaksanakan oleh

LPPOM-MUI akan diambil alih oleh BPJPH. BPJPH ini merupakan badan yang dibentuk oleh pemerintah untuk menyelenggarakan Jaminan Produk Halal di indonesia (Suprato et al, 2016).

Menteri Agama Lukmanul Hakim Saifuddin mengatakan, bahwa pada 17

Oktober 2019 sebagai tanggal dimulainya ketentuan sertifikasi halal. Namun berlakunya jaminan produk halal itu tidak serta merta membuat sertifikasi halal langsung menjadi wajib. Hal itu dikarenakan kewajiban baru berlaku setelah lima tahun dilalui masa pentahapan. Pada lima tahun pertama, pada 17 Oktober

2019 - 17 Oktober 2024 pemberlakukan sertifikasi halal baru dikhususkan untuk produk makanan dan minuman serta produk dan jasa terkait keduanya.

Sementara, untuk produk lainnya seperti obat dan kosmetik belum diberlakukan (bisnis.tempo.co). Kemudian menurut Mastuki selaku Kepala

Pusat Registrasi dan Sertifikasi Halal BPJPH, sertifikasi halal untuk produk obat-obatan dan kosmetika akan diatur pada tahun 2021-2024 (kumparan.com).

Sehingga untuk saat ini, sertifikasi halal pada produk kosmetik masih mengacu pada MUI. Berikut daftar kosmetik bersertifikat halal MUI pada tahun 2018.

11

Tabel 1. 4 Daftar Kosmetik Bersetikat Halal MUI 2018 A B C Almaas, Aladerm, Amaranthine, Beauty Story, Bee Botanics, Caring, CASA DR Hezz, Arby cream, Avione, AIBU 7, Biocell, Bask, Belaluna, Belimbing Casabella, Chibikko, Citra, Ainana, Ainie, Airin For Men, Island, Biore, BLP By Lizza Parra. Cultusia, Cyskin. Aishaderm, Aloevera Indonesia, Ashanty, Atira, Audreys Skincare, Aulia, Aurum. D E F Dermanineeve, Devora, DR Nora EB Natural, Emina, Epiglo, Equiva, - Skin, DR Milad, DR Ummiamizah. Erto‟s, Asqa, Easther Co. G H I Garnier, Gizi Indonesia, Glazelle, Harum Sari, Holly, HSC. Ipung, Immortal Glikoderm, Glowface Aesthetic Cosmetoceutical. Clinic, Green Beauty Clinic, Green Beauty Cilinique. J K L Julia Herba. Kaila, Kitoderm, Kados Deadsea Lady Tulip, La Kesse, Laurent, Mineral. La‟venir 72hr, Lh Cafe of Beauty, Lip Ice, Lisa Carissa, Listiani, Luwital, Loreal, Lovillea, LT Pro. M N O Madame Izara, Made for Lipstik, Navagreen, Narwastu, Nataris Ocean Fresh, Ohime, Orimarro Make Over, Mandom, Marina, Skincare, Natural Indonesia, Natural Sabun, Oxuderm. Matha Tilaar, Marwah, Marcks Honey, Nisrina, Nuseason, Noni Creme, Marck Venus, Mazaya, Magic. Melanox, Mineral Botanica, Mirabella, Moayu, Modelling Mask, Moji, Moko Moko, Moors, MSI, Musk by Milano Ashiery, Muslimah Sophie Martin, Mustika Putri, Mustika Ratu. P Q R PAC, Pabanox, Parasol, Pixy, PN, Ranita, Ratih, RDL, Red-A, Polca, Ponds, Prettywhite, - Rossa, Royale. Probeauty, Purbasari, Pucelle. S T U Safi, Saidah, Sariayu, Shanaz, Taman Sari Royal Heritage, The Shantos Romeo, Shineskin, Shinzui, Face, The Shinta, Theraskin, They Sliky Girl, Simplysiti, Skin 100, Talk About, Treeajar. - Skinnova, Skin Solution, Social, Soleha, Shopie Paris, Spalding, Sumberayu. V W X Vall lip mate, Vaseline, Vienna, Xl - Vio, Viva, Vivelle.. Y Z Zalfa Miracle, ZAP Beauty, Zia, - Zoya Cosmatic. Sumber : halalcorner.id

12

Berdasarkan data di atas, ada beberapa merek kosmetik lokal maupun global yang sudah bersertifikat halal pada tahun 2018. Daftar produk Halal di

LPPOM-MUI selalu berubah dan mengalami update dari waktu ke waktu, karena setiap produk bersertifikasi halal MUI hanya berlaku selama dua tahun dan harus melakukan perpanjangan. Sehingga data tersebut sifatnya tidak permanen atau selamanya, melainkan juga terus berubah mengikuti data terbaru dari LPPOM-MUI. (Halalcorner.id)

Kemudian selain label halal yang tertera pada kosmetik, produk yang dipasarkan harus memiliki keunggulan tersendiri dan berbeda dengan produk kosmetik pesaing lainnya. Industri kosmetik diharapkan mampu menjaga kualitas produk yang akan dipasarkan. Menurut American Society for Quality

Control, kualitas adalah “the totality of features and characteristics of a product or service that bears on its ability to satisfy given needs”, artinya kesuluruhan ciri dan karakter-karakter dari sebuah produk atau jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang tersirat.

Definisi ini merupakan pengertian kualitas yang berpusat pada konsumen sehingga dapat dikatakan bahwa seorang penjual telah memberikan kualitas bila produk atau pelayanan penjual telah memenuhi atau melebihi harapan konsumen. (Kotler dan Keller, 2009:180)

Kualitas produk yang diinginkan menyangkut manfaatnya bagi pemenuhan kebutuhan dan keamanannya bagi diri konsumen. Perusahaan harus selalu memperbaiki kualitasnya ke arah yang semakin baik. Apabila produk dianggap berkualitas di mata konsumen, maka produk itu akan selalu

13 dicari. Konsumen memberikan penilaian pada suatu produk setelah konsumen mencobanya, lalu konsumen bisa menilainya dari segi kualitas produk. Khusus untuk produk pangan, obat-obatan dan kosmetik, perusahaan/ produsen harus mencantumkan keterangan-keterangan yang berhubungan dengan produk.

Keterangan-keterangan tersebut berupa komposisi bahan campuran produk, masa berlaku produk, cara penggunaan produk dan keterangan bahwa produk telah diperiksa oleh Badan Pengawasan Pangan, Obat dan Kosmetik (BPOM).

Di Indonesia, penduduk yang mayoritasnya beragama muslim dan semakin banyaknya kosmetik halal di pasaran, maka peluang konsumen untuk melakukan brand switching semakin meningkat. Menurut (Dharmesta,

2002:101) brand switching behavior adalah perilaku perpindahan merek yang dilakukan konsumen karena beberapa alasan tertentu, atau diartikan juga sebagai kerentanan konsumen untuk berpindah ke merek lain. Kelas sosial yang berbeda akan menunjukkan perilaku pembelian yang berbeda. Salah satu faktanya adalah bahwa 88% konsumen kelas menengah menyukai bereksperimen dengan berbagai merek. Didukung oleh daya beli yang kian meningkat, konsumen golongan menengah melakukan brand switching dalam pembelian berbagai produk kosmetik, terutama kosmetik halal tidak luput dari produk yang seringkali konsumen cenderung berpindah merek (Yuanita et al,

2017). Salah satu merek kosmetik halal lokal yang ada di Indonesia yaitu

Mazaya.

14

Gambar 1. 5 Produk Kosmetik Mazaya Sumber : Mazaya.co.id

Mazaya didirikan pada awal tahun 2014, merilis berbagai produk kecantikan seperti: krim, bedak, lipstik, wewangian, body , hingga serum wajah, dan lain-lain. Kosmetik Mazaya termasuk kosmetik dengan positioning yang halal, penggunaan label halal pada produknya dan tulisan logo Mazaya yang menggunakan Bahasa Arab merupakan sebuah daya tarik tersendiri untuk konsumen dengan memiliki sertifikat internasional berupa Good

Manufacturing Practice (GMP) kosmetik dan 4 sertifikat ISO. (Mazaya.co.id)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Islamic Branding, Persepsi

Label Halal, Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Perpindahan

Merek Dari Kosmetik Merek Lain Ke Merek Mazaya (Studi kasus :

Pengguna Kosmetik Merek Mazaya di JABODETABEK)

15

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan judul beserta latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

beberapa rumusan masalah, yaitu:

1. Apakah islamic branding berpengaruh terhadap keputusan perpindahan

merek ke kosmetik Mazaya?

2. Apakah persepsi label halal berpengaruh terhadap keputusan

perpindahan merek ke kosmetik Mazaya?

3. Apakah kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan perpindahan

merek ke kosmetik Mazaya?

4. Apakah islamic branding, persepsi label halal, dan kualitas produk

berpengaruh secara simultan terhadap keputusan perpindahan merek ke

kosmetik Mazaya?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah:

1. Untuk menganalisis apakah islamic branding memiliki pengaruh

terhadap keputusan perpindahan merek ke kosmetik Mazaya.

2. Untuk menganalisis apakah persepsi label halal memiliki pengaruh

terhadap keputusan perpindahan merek ke kosmetik Mazaya.

3. Untuk menganalisis apakah kualitas produk memiliki pengaruh terhadap

keputusan perpindahan merek ke kosmetik Mazaya.

4. Untuk menganalisis apakah islamic branding, persepsi label halal, dan

kualitas produk memiliki pengaruh secara simultan terhadap keputusan

perpindahan merek ke kosmetik Mazaya.

16

D. Manfaat Penelitiaan

1. Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan penulis di bidang pemasaran dan

perilaku konsumen, sebagai penerapan teori-teori yang telah diperoleh di

perkuliahan dan juga sebagai prasyarat untuk menempuh gelar sarjana

dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Jakarta.

2. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan

strategi yang akan ditempuh perusahaan untuk mempertahankan

pelanggan agar tidak berpindah ke merek lain dan juga untuk bahan

pertimbangan strategi perusahaan baru agar dapat bersaing dengan

perusahaan lain.

3. Bagi Pihak Lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi

penelitian selanjutnya yang lebih lengkap dari ini dan dapat menambah

wawasan khususnya bagi yang berminat dalam jurusan Manajamen

Pemasaran.

17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Perilaku Konsumen

a. Pengertian Perilaku Konsumen

Menurut American Marketing Association dalam (Kotler, 2000)

perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan

kognisi, perilaku, dan lingkungannya di mana manusia melakukan

kegiatan pertukaran dalam hidup mereka. Dari definisi tersebut terdapat

tiga ide penting, yaitu:

1) Perilaku konsumen adalah dinamis, menekankan bahwa seorang

konsumen, kelompok konsumen serta masyarat luas selalu berubah

dan bergerak sepanjang waktu. Dalam hal pengembangan strategi

pemasaran, sifat dinamis perilaku konsumen menyiratkan bahwa

seseorang tidak boleh berharap bahwa suatu strategi pemasaran yang

sama dapat memberikan hasil yang sama di sepanjang waktu, dan

pasar serta industri yang sama.

2) Perilaku konsumen melibatkan inetraksi, menekankan bahwa untuk

mengembangkan strategi pemasaran yang tepat, kita harus memahami

yang dipikirkan (kognisi), dirasakan (pengaruh), dan dilakukan

(perilaku) oleh konsumen. selain itu, kita juga harus memahami apa

dan dimana peristiwa (kejadian sekitar) yang mempengaruhi serta

dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan tindakan konsumen.

18

3) Perilaku konsumen melibatkan pertukaran, menekankan bahwa

konsumen tetap konsisten dengan definisi pemasaran yang sejauh ini

juga berkaitan dengan pertukaran.

Sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk (2007: 14) Perilaku

Konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.

Menurut Kotler dan Amstrong (2001: 172) ada beberapa faktor yang yang mempengaruhi perilaku konsumen, antara lain :

1) Faktor Budaya (Cultural Factors)

a) Budaya (Culture)

Budaya adalah hal paling dasar yang membentuk keinginan dan

perilaku seseorang. Setiap kelompok masyarakat memiliki sebuah

budaya, dan budaya tersebut memberikan pengaruh pada perilaku

pembelian yang berbeda-beda.

b) Sub Budaya (Subculture)

Subculture terdiri dari suku bangsa, agama, ras, wilayah geografis.

Banyaknya subculture memacu seorang marketer untuk sering-

sering menciptakan suatu desain produk dan program pemasaran

untuk memenuhi kebutuhan yang beragam tersebut. Subculture

didefinisikan sebagai pembeda kelompok budaya yang ada sebagai

19

segmen yang tidak dapat diidentifikasi dalam masyarakat yang

kompleks dan lebih akurat.

c) Kelas Sosial (Social Class)

Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang memilki

keamanan nilai, ketertarikan, dan perilaku. Kelas sosial atau

tingkatan masyarakat menunjukkan penggunaan produk, dan

merek yang berbeda-berbeda di banyak tingkatan masyarakat,

misalnya saja seperti pakaian, peralatan rumah tangga, dan aktifitas

sehari-hari.

2) Faktor Sosial (Social Factors)

a) Kelompok Referensi (Reference Group)

Kelompok referensi atau group reference adalah semua kelompok

yang memiliki pengaruh secara langsung maupun tidak langsung

terhadap perilaku seseorang. Kelompok yang mempunyai pengaruh

secara langsung disebut juga membership group.

b) Keluarga (Familiy)

Keluarga adalah kelompok sosial yang paling penting dalam suatu

masyarakat. Anggota keluarga seringkali menjadi faktor yang

paling berpengaruh dalam mempengaruhi perilaku seseorang.

c) Peran dan Status (Role and Status)

Kedudukan seseorang dalam setiap kelompok masyarakat dapat

dijelaskan dalam pengertian peran dan status. Setiap peranan

membawa satu status yang mencerminkan penghargaan umum

20

yang diberikan oleh masyarakat sesuai dengan perannya. Dalam

hubungannya dengan perilaku pembelian, seseroang sering

memilih produk yang menyatakan peranan dan status mereka

dalam masyarakat.

3) Faktor Personal (Personal Factors)

a) Umur dan Tahap Siklus Hidup (Age and Stage in the Life Cycle)

Seseorang akan membeli bermacam-macam barang dan jasa

seumur hidupnya, dan tentunya macam barang dan jasa tersebut

dipengaruhi oleh umur orang tersebut.

b) Pekerjaan dan Ekonomi (Occupation and Economic)

Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola konsumsi. Pemasar

dapat mengidentifkasi kelompok yang berhubungan dengan

pekerjaan yang mempunyai minat yang hampir sama terhadap

produk atau jasa.

c) Kepribadian (Personality and Self-Concept)

Setiap orang memiliki karakter personal yang akan mempengaruhi

perilaku pembeliannya. Kepribadian mengacu pada karakteristik

psikologis yang unik dan menimbulkan tanggapan relatif konstan

terhadap lingkungannya.

d) Gaya Hidup dan Nilai (Lifestyle and Values)

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang diekspresikan

melalui aktivitas, kesenangan, dan opini mereka, sehingga gaya

21

hidup ini merupakan potret interaksi seseorang dengan

lingkungannya.

4) Faktor Psikologis (Psychological Factors)

a) Motivasi (Motivation)

Motivasi adalah dorongan dalam diri seseorang yang menghasilkan

suatu tindakan. Dorongan ini dihasilkan dari hasrat yang ada di

dalam diri seseorang yang muncul karena adanya kebutuhhan yang

belum terpenuhi. Pada dasarnya secara psikologis manusia memilki

keinginan-keinginan yang ingin dicapainya. Tetapi tidak semua

keinginan tersebut dapat diarahkan untuk kepentingan-kepentingan

lain di luar keinginannya. Untuk mengarahkannya perlu adanya

suatu motivasi. Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang

mencerminkan inetraksi antar sikap, kebutuhan, persepsi, dan

keputusan yang terjadi dalam diri seseorang.

b) Persepsi (Perception)

Persepsi adalah proses dimana individu memilih, mengorganisasi,

dan mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu

gambaran tentang kehidupan.

c) Pembelajaaran (Learning)

Proses pembelajaran meliputi perubahan-perubahan pada diri

seseorang yang berkemmbang dari pengalaman. Pembelajaran ini

meliputi tahapan-tahapan: drive stimuli, cues, discrimination.

Drive stimuli adalah rangsangan internal yang kuat dalam

22

seseorang melakukan sesuatu. Cues adalah rangsanagn kecil yang

menentukan kapan, dimana, dan bagaimana seseorang merespon.

Discrimination berarti kita telah belajar mengenal perbedaan dari

rangsangan yang serupa dan dapat menyesuaikan respon dengan

tepat. Dalam pandangan pemasran, pembelajaran diartikan sebagai

proses dimana seseorang mendapatkan suatu pengetahuan dan

pengalaman yang diterapkan untuk perilaku selanjutnya.

d) Keyakinan dan Perilaku (Beliefs and Attitudes)

Keyakinan adalah suatu pemikiran deskriptif yang diyakini oleh

seorang terhadap suatu hal. Kepercayaan terhadap suatu produk

akan mempengaruhi pendapat seseorang untuk membeli produk

tersebut. Sikap juga sama pentingnya dengan kepercayaan karena

tingkah laku akan menunjukkan apakah konsumen menyukai suatu

produk atau tidak. b. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Menurut Schiffman dan Kanuk (2004: 574), keputusan Pembelian

adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan

pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, harus

tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan untuk membeli dapat

mengarah pada bagaimana proses dalam pengambilan keputusan tersebut

itu dilakukan. keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh perilaku

konsumen. Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat

dalam mendapatkan, mengkonsumsi, serta menghabiskan produk dan

23

jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan

ini (Engel et al., 2001)

Menurut Peter dan Olson (2000) mengemukakan bahwa inti dari

pengambilan keputusan konsumen adalah proses pengintegrasian yang

mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih

perilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya. Hasil dari proses

pengintegrasian ini adalah suatu pilihan, yang disajikan secara kognitif

sebagai keinginan berprilaku.

Menurut Kotler (2000) ada lima tahap dalam proses keputusan

pembellian konsumen, yaitu :

Pengenalan Pencarian Penilaian Keputusan Perilaku Pasca Masalah Informasi Alternatif Pembelian Pembelian

Gambar 2. 1 Tahapan Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Sumber : Kotler (2000)

1) Pengenalan Masalah (Problem Recognition)

Proses Pembelian dimulai ketika pembeli mengenal suatu masalah

atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan

dia yang nyata dengan keadaaan yang diinginkan. Kebutuhan ini dapat

dipicu oleh faktor internal dan eksternal. Dalam tahap ini sebaiknya

pemasar mengetahui apa yang menjadi kebutuhan konsumen atau

masalah yang timbul dibenak konsumen, apa yang menyebabkan

semua masalah itu muncul dan bagaimana kebututuhan atau masalah

itu dapat menyebabkan seseorang akan mencari produk tersebut.

24

2) Pencarian Informasi (Information Search)

Seorang konsumen akan tergerak untuk mencari informasi lebih

banyak. Jumlah informasi yang ingin diketahui seorang konsumen

tergantung pada kekuatan dorongan kebutuhannya, banyaknya

informasi yang telah dimilikinya, kemudahan memeproleh informasi

tambahan, penilaiannya terhadap informasi tambahan dan kepuasan

apa yang diperolehnya dari kegiatan mencari informasi tersebut.

perhatian utama pemasar adalah sumber informasi utama yang akan

dicari konsumen dan kepentingan relatifnya terhadap keputusan

pembelian sesudahnya.

3) Penilaian Alternatif (Evaluation of Alternatives)

Tidak ada proses evaluasi tunggal yang digunakan oleh semua

konsumen, atau bahkan oleh seorang konsumen dalam semua sitausi

pembelian. Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan. Konsep

dasar tertentu akan membantu memahami proses evaluasi konsumen.

konsumen berusaha memuaskan suatu kebutuhan, konsumen mencari

manfaat dari suatu produk, konsumen memandang setiap produk

sebagai rangkaian atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda

dalam memberikan manfaat yang dicari dan memuaskan kebutuhan

tersebut.

4) Keputusan Pembelian (Purchase Decision)

Keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah persepsi

25

konsumen tentang merek yang dipilih. Seorang konsumen cenderung

akan menjatuhkan pilihannya kepada merek yang mereka sukai.

Sedangkan faktor eksternal adalah sikap orang lain dan situasi yang

tak terduga. Seorang konsumen yang akan melaksanakan

keinginannnya untuk membeli sesuatu akan membuat lima macam sub

keputusan pembelian, antara lain: keputusan tentang merek, keputusan

pembelian dari siapa, keputusan tentang jumlah, keputusan tentang

waktu pembelian, dan keputusan tentang cara pembayaran.

5) Perilaku Pasca Pembelian (Postpurchase Behavior)

Setelah pembelian produk, konsumen akan mengalami suatu

tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Kepuasan atau

ketidakpuasan konsumen dengan suatu produk akan mempengaruhi

perilaku selanjutnya. Jika konsumen merasa puas, dia akan

menunjukkan probabilitasnya yang lebih tinggi untuk membeli produk

itu lagi. Sedangkan konsumen yang tidak puas akan berusaha untuk

mengurangi ketidakpuasan ini dengan membuang atau

mengembalikan produk tersebut, atau mereka mungkin berusaha

untuk mengurangi ketidakpuasan dengan mencari informasi yang

mungkin memperkuat nilai tinggi produk tersebut. konsumen juga

akan melakukan tindakan setelah pembelian dan menggunakan produk

tersebut yang mendapat perhatian dari pemasar. Tugas pemasar tidak

berakhir ketika produk dibeli tetapi terus sampai periode setelah

pembelian.

26

2. Perpindahan Merek

a. Pengertian Merek

Definisi brand menurut The American Marketing Association

dalam Kotler dan Keller (2016:322) “Brand is name, term, sign, symbol,

or design, or a combination of them, intended to identify the goods or

services of one seller or group of sellers and to differentiate them from

those competitors”. Dapat diartkan bahwa merek adalah nama, istilah,

tanda, simbol, atau desain atau kombinasinya, yang dimaksudkan untuk

mengidentifikasikan barang atau jasa dari salah satu penjual atau

kelompok penjual dan mendiferensiasikan mereka dari para pesaing.

Selanjutnya menurut Travis (2009:93) dalam Syukri (2018)

menyatakan bahwa merek tidak hanya merupakan slogan, logo, simbol,

ataupun paten. Merek bukan sesuatu yang dibentuk di pabrik melainkan

sesuatu yang dibentuk dalam pikiran konsumen melalui proses

pemasaran secara keseluruhan. Pemberian merek ditujukan untuk

memberikan sesuatu yang unik dan menarik dibandingkan pesaing,

sehingga dapat memuaskan kebutuhan konsumen baik secara rasional

maupun emosional.

Sedangkan menurut Tjiptono (2008:104) merek adalah janji

penjual untuk menyampaikan kumpulan sifat, manfaat dan jasa spesifik

secara konsisten kepada pembeli. Merek dapat menyampaikan enam

tingkat arti yaitu: atiribut, manfaat, nilai, budaya, kepribadian, dan

pemakaian.

27

Sehingga menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa merek adalah tanda, nama, atau istilah yang digunakan pemasar pada barang atau jasanya agar dapat menjadikan pembeda dengan pesaing untuk menjadi identifikasi dari produk tersebut dan dirancang untuk memuaskan kebutuhan konsumen seperti menyampaikan sifat, manfaat dan jasa spesifik secara konsisten terhadap konsumen.

Menurut Keller (2013) terdapat enam kriteria dalam memilih elemen merek, yaitu sebagai berikut:

1) Memorability: Suatu pekerjaan penting bagi seorang marketer untuk

membuat suatu merek ini dapat diingat. Misalnya dengan

menggunakan suatu nama, simbol, logo unik yang memberi

kemudahan bagi para konsumen untuk mengingatnya.

2) Meaningfulness: Arti akta meanigfull ini dapat dibentuk oleh dua

faktor penting yaitu descriptive dan persuasive. Dimana faktor

deskriptif disini adalah merupakan sauatu informasi umum mengenai

product catagory. Sedangkan faktor persuasif memberikan inforasi

yang spesifik mengenai atribut dan manfaat dari suatu merek.

3) Likability: Kriteria likability ini mengandung pengertian bahwa suatu

merek harus menarik perhatian konsumen. Para marketer biasanya

memberikan suatu tampilan visual yang membuat si konsumen tertarik

untuk mengamatinya.

4) Transferability: Kriteria transferability ini mengandung pengertian

bahwa suatu merek harus memilki suatu kemudahan untuk dipindah

28

ke lintas produk kategori yang lain, serta dapat digunakan pada

kondisi geografis dan budaya yang berbeda.

5) Adaptable: Pertimbangan kelima dalam memilih elemen merek yang

tidak kalah penting yaitu adaptability. Hal ini dikarenakan mungkin

saja adanya perubahan nilai dan pendapat yang notabane bersifat

sementara. Oleh karena itu, elememen merek harus terus diperbaharui

setiap saat untuk memenuhi tuntutan dari konsumen yang memiliki

selera yang berubah-ubah setiap saat.

6) Protectability: Merek harus memiliki perlindungan secara legal

apabila suatu produk sudah terjun ke dalam pasar. b. Pengertian Perpindahan Merek

Menurut Peter dan Olson (2010:522), perpindahan merek (brand

switching) adalah pola pembelian yang dikarakteristikan dengan

perubahan atau pergantian dari satu merek ke merek lain. Konsumen

yang mengaktifkan tahap kognitifnya adalah konsumen yang paling

rentan terhadap perpindahan merek karena adanya rangsangan

pemasaran. Menurut Feiberg et al dalam Arianto (2013:9), perpindahan

merek diasumsikan bahwa pelanggan tersebut menghentikan hubungan

mereka dengan produsen lama untuk mencoba produk yang ditawarkan

pesaing.

Pengalaman konsumen dalam memakai produk memunculkan

komitmen terhadap merek tersebut. Pengalaman yang menimbulkan

penilaian yang tidak menyenangkan bagi seorang konsumen akan

29 menyebabkan mereka melakukan perpindahan merek. Menurut Givon

(2001), brand swittching adalah perpindahan merek yang digunakan oleh pelanggan untuk setiap waktu penggunaan, dimana tingkat brand switching juga menunjukkan sejauh mana mereka memiliki pelanggan yang loyal. Mazursky et al, (1998) memiliki pendapat bahwa perpindahan merek terjadi ketika seseorang konsumen atau sekelompok konsumen beralih kesetiaan dari satu merek produk tertentu ke merek lain dan hal tersebut dapat saja terjadi sementara waktu saja. Semakin tinggi tingkat brand switching-nya, semakin tidak loyal konsumen dari merek tersebut. Dan ketika hal tersebut terjadi dalam waktu lama dan dilakukan oleh kelompok konsumen dari suatu merek maka merek tersebut memiliki resiko yang tinggi karena dengan mudah dan cepat kehilangan konsumennya.

David Aaker (1991) membuat urutan loyalitas merek dalam lima tingkatan, yaitu:

Committed Liking the Brand Satisfied Buyer

Habitual Buyer Switcher Buyer

Gambar 2. 2 Piramida Loyalitas Sumber: Aaker (1991)

30

1) Switcher, adalah pembeli yang sama sekali tidak loyal. Pembeli yang

tidak mau terikat sama sekali dengan merek apapun. Merek

mempunyai peranaan kecil dalam keputusan pembelian jenis ini.

2) Habitual buyer, adalah pembeli yang merasa puas dengan produk atau

paling tidak mereka tidak kecewa. Pembeli ini memilih merek karena

kebiasaan saja.

3) Satisfied buyer with switching cost, adalah pembeli yang merasa puas

(satisfied buyer) dengan menanggung atau mengeluarkan biaya

peralihan (switching cost), seperti biaya, waktu, uang, dan resiko

pemakaian karena pengalihan merek.

4) Liking the brand, yaitu tipe pembeli yang sangat menyukai merek,

pembelinya berdasarkan asosiasi merek (mungkin simbol atau karena

rangkaian pengalaman menggunakan sudah lama).

5) Commited buyer, mereka ini adalah pembeli atau pelanggan yang

sangat setia. Mereka sangat bangga dalam menggunakan merek

tertentu. Merek sangat penting bagi pembeli karena functional benefit

dan emosional benefit mampu mengekspresikan jati dirinya. Inilah

sebetulnya puncak usaha perusahaan dalam membangun merek

(meningkatkan, memelihara, dan inovasi konsisten). Perusahaan telah

mampu mejadikan brand-nya sebagai brand advantage (merek

unggul) sehingga mendorong banyaknya commmited buyer (pembeli

yang komitmen, tidak mau berpindah).

31

Sedangkan menurut Mowen dan Minor (2002:109), perpindahan merek dibagi menjadi empat yaitu :

1) Divided Loyalty/ kesetiaan yang terbagi (ABABABA)

Artinya seseorang mengalami perpindahan karena kesetiaannya

terbagi dengan yang lain.

2) Occasional Switch/ perpindahan sekali-kali (AABAACAAD)

Perpindahan yang dilakukan karena mengalami kejenuhan tetapi

akhirnya akan lebih banyak untuk merek yang semula atau

perpindahan hanya untuk selingan.

3) Unstable Loyalty/ kesetiaan yang tidak stabil (AAAABBBB)

Merupakan perpindahan merek yang dilakukan karena seseorang

mempunyai kesetiaan yang tidak stabil.

4) No Loyalty/ ketidaksetiaan (ABCDEFG)

Artinya perpindahan yang dilakukan karena adanya sikap

ketidaksetiaan terhadap suatu merek.

Menurut Dharmesta dan Shellyana (2007), Perilaku perpindahan merek pada pelanggan merupakan suatu fenomena yang kompleks yang dipengaruhi faktor-faktor keprilakuan, persaingan, dan waktu. Seperti yang dijelaskan oleh Menon dan Khan (1995) bahwa perilaku beralih dapat berasal dari sangat beragamnya produk lain, atau karena terjadi masalah dengan produk yang sudah dibeli.

32

Konsumen beralih dari satu merek ke merek lain pada dasarnya

disebabkan oleh empat hal (Harahap, 2017):

1) Kebutuhan tidak terpenuhi dengan produk atau jasa yang sebelunya

digunakan (core product problem).

2) Tidak puas dengan layanan yang diberikan oleh pemilik merek

(augmented product problem).

3) Ada merek lain yang mmeberikan benefit yang lebih baik (tidak

berarti puas dengan produk sebelumnya).

4) Adanya keinginan mencoba sesuatu yang baru. c. Pengukuran Perpindahan Merek

Menurut Peter dan Olson (2000), perpindahan merek (brand

switching) adalah pola pembelian dengan perubahan atau pergantian dari

satu merek ke merek yang lain. Indikator perpindahan merek pada

penelitian ini mengacu pada penelitian Fallefi & Siregar (2018), yaitu

sebagai berikut:

1) Ketidakpuasan yang dialami pasca konsumsi.

2) Keinginan untuk mencari variasi.

3) Kepuasan setelah berpindah merek.

33

3. Islamic Branding

a. Pengertian Islamic Branding

Peter & Olson (1996: 168) menyatakan Merek adalah sesuatu yang

dibentuk dalam pikiran pelanggan dan memiliki kekuatan membentuk

kepercayaan pelanngan. Jika perusahaan mampu membangun merek

yang kuat di pikiran pelanggan melalui strategi pemasaaran yang tepat,

perusahaan akan mampu membangun mereknya. Dengan demikian

merek dapat memberi nilai tambah pada nilai yang ditawarkan oleh

produk kepada pelanggannya yang dinyatakan sebagai merek yang

memilki ekuitas merek. (Aaker, 1991: 14)

Merek sangat terkait dengan emosi, terlebih lagi ketika agama

terlibat, perbedaan semacam itu menjadi penting bagi perusahaan di

pasar Islam dalam memahami implikasi religius. Dan merek diciptakan

dengan niat oleh pemiliknya sehingga dorongan konsumsi akan terjadi.

(Wilson, 2012)

Banyak literatur yang menyatakan bahwa agama merupakan

elemen fundamental dalam kebudayaan kita dan berhubungan dengan

berbagai aspek kehidupan serta perilaku konsumen. (Bailey dan Sood,

1993; Lupfer dan Wald, 1985; Lupfer et al, 1992;. McDaniel dan Burnett,

1990; Wilkes et al., 1986). Bukti adanya hubungan antara agama dan

perilaku dapat ditemukan dalam aktivitas keseharian individu, serta

dalam ritual yang langka dan unik. Selain itu, bukti lain hubungan antara

agama dan perilaku dapat dilihat dari berbagai bidang yaitu: ajaran

34 orangtua, gaya berpakaian, makan, minum, penggunaan kosmetik, pandangan sosial politik dan perilaku lainnya. (Levin, 1979) Maka jelaslah motivasi untuk berpartisipasi dalam pengalaman religi dipengaruhi oleh agama (Gorlow dan Schroeder, 1968). Swimberghe et al (2009) menyatakan bahwa kepercayaan agama konsumen sejalan dengan pilihan konsumsi mereka. Jika jumlah konsumen muslim yang peduli akan kepatuhan syariah meningkat, maka pilihan Islamic brand pun juga akan meningkat. (Fitriya, 2017)

Ogsilvynoor dalam tulisannya yang berjudul what is Islamic branding and why is it significant? menjelaskan Islamic branding adalah sebuah konsep yang relatif baru. Praktek branding Islam, yaitu merek yang sesuai dengan prinsip syariah, yang banyak memunculkan nilai- nilai seperti kejujuran, hormat pada akuntabilitas dan pemahaman inti dengan prinsip-prinsip syariah. Tujuan dari branding Islam yang menerapkan empati dengan nilai-nilai syariah adalah dalam rangka untuk menarik konsumen Muslim, mulai dari perilaku dan komunikasi pemasaran yang dilakukan. (Ranto : 2013)

Islam dapat dianggap sebagai merek tersendiri dengan citra yang unik. Sebagai branding, islam mengakomodasi segmen besar konsumen

Muslim, yang memiliki nilai-nilai bersama, kebutuhan yang sama dan keinginan seluruh dunia. Menurut Temporal (2011:105) Merek Islami dapat memanfaatkan nilai-nilai agama untuk membangun daya tarik konsumen muslim dan non-muslim ke universal. Sebuah study dari nilai-

35 nilai islam menunjukkan bahwa merek dapat diambil dari berbagai sumber, termasuk:

1) Al-Quran

2) Praktek-praktek nabi Muhammad

3) Praktek nabi lainnya seperti Yusuf, Ibrahim, Ismail, Idris, dan lainnya

4) 99 nama Allah

Merek Islam juga dapat dilihat pada kata-kata Arab dan artinya, seperti:

1) Shiddiq = benar dan jujur

2) Amanah = dipercaya, bertanggung jawab, dan masuk akal

3) Fathanah = cerdas dan bijaksana

4) Tabligh = komunikatif

Bahkan nilai-nilai islam general lainnya dengan daya tarik universal dan emosional yang tidak eksklusif untuk muslim, dan dapat digunakan untuk menarik seluruh pasar. Seperti :

1) Kemurnian dan kebijakan

2) Kejujuran dan konsistensi

3) Keadilan dan kebaikan

Menurut Temporal (2011: 11) Banyak alasan untuk meningkatkan minat dari merek islam. Pertama, ada yang menarik disediakan oleh pasar, dengan populasi yang relatif muda dan berkembang, dan meningkatnya kesejahteraan. Hal ini dapat membuat tersedianya

36 permintaan pada produk islam. Kedua, adanya kesadaran yang tumbuh dan pemberdayaan yang lebih besar dari konsumen islam. Dan yang ketiga, adalah fakta bahwa negara dan perusahaan islam telah melihat kekuatan dari merek di passar global, dan menyaksikan merek-merek barat pindah ke pasar mereka. Ditambah dengan kenyataan bahwa merek islam berpotensi untuk menyebrang ke pasar non-muslim, karena :

1) Nilai-nilai universal yang berkaitan dengan kemurniaan, kesehatan,

dan kesejahteraan;

2) Meningkatnya kualitas standar dari produk dan jasa islam;

3) Menigkatnya ketersediaan produk dan jasa islam di pasar mayoritas

non-muslim.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam perkembangannya merek-merek yang menggunakan istilah Islam atau merek-merek yang menerapkan prinsip-prinsip syariah mendapat banyak hambatan dalam proses memasarkan produk-produk berlabelkan nama islam. Menurut

Temporal (2011:215) salah satu kendala yang paling mendasar bagi pertumbuhan merek dari dunia Muslim atau Islamic Branding adalah bagaimana mereka dapat mencapai brand awareness dan preferensi keuntungan konsumen untuk merek yang mereka tawarkan, karena tidak dipungkiri bahwa saat ini sudah banyak merek-merek Barat yang ada telah memiliki ekuitas merek yang kuat dan loyalitas. selain itu, kesulitan mendapatkan akses dipasar, dan biasanya supermarket selalu mendominasi penglihatan konsumen dengan merek-merek ternama. Hal

37

ini membuat merek islam mengalami kesulitan dalam memasarkan dan

mengakses produknya pada kosnumen.

Terlebih pada kategori makanan, tantangannya adalah produsen

harus mendapatkan label halal dari lembaga terkait, agar produk yang

dihasilkan mudah diterima oleh kalangan Muslim. Selain itu, tantangan

yang lain berkaitan dengan tenaga pamasar. Tenaga pemasar yang

dibutuhkan tentunya harus mengetahui aspek-aspek syariah yang

digunakan oleh produk yang bersangkutan. Sebagai contoh dalam dunia

perbankan, perusahaan yang menawarkan jasa keuangan syariah harus

menyiapkan sumber daya manusia yang mampu menjelaskan produk atau

jasa yang dijual. (Temporal, 2011)

Tantangan selanjutnya adalah bahwa merek-merek global yang ada

saat ini tidak diragukan kekuatannya dalam membangun kesadaran

merek mereka. Serangan kompetitif dari merek global yang bergerak

cepat ke pasar dan telah memiliki posisi yang kuat, proposisi nilai yang

baik, dan sudah dikenal. Keberhasilan merek global yang berada di pasar

muslim bukanlah karena mereka memiliki keunggulan teknis dalam

produk mereka, dan memenuhi kualitas yang sangat tinggi. Tetapi lebih

karena merek mereka begitu terkenal dan percaya serta memiiki jaminan

keberhasilan apabila dipasarkan. (Temporal, 2011) b. Pengukuran Islamic Branding

Menurut Alserhan (2010) dalam Nasrullah (2015) Islamic branding

dapat didefinisikan dalam tiga cara yang berbeda, dimana semua

38 deskripsi Islam berdasarkan: Islamic brands by complience (religion), by origin, dan by customer.

1) Islamic brands by complience

Islamic brand harus menunjukkan dan memiliki daya tarik yang

kuat pada konsumen dengan cara patuh dan taat kepada syariah Islam.

Merek-merek ini dimaksudkan untuk menarik konsumen muslim

secara spesifik karena mereka berbasis agama (Williams dan Sharma,

2005). Namun, semakin banyak dari merek-merek ini memperluas

daya tarik mereka untuk menarik pelanggan lain. Misalnya, lebih dari

60 persen pelanggan hotel Islami di Dubai adalah non-muslim.

2) Islamic brands by origin

Penggunaan brand ini tidak harus menunjukkan label kehalalan

pada produknya, melainkan produk tersebut sudah pasti halal karena

berasal dari negara Islam atau negara dengan mayoritas beragama

muslim. Contohnya maskapai penerbangan seperti Emirates Airlines,

telekomunikasi seperti Emirati Etisalat dan Orascom Mesir, dan

industri seperti Saudi SABIC. Perusahaan-perusahaan ini tidak

mempromosikan diri mereka sebagai merek yang mematuhi syariah

karena beberapa dari mereka jelas tidak patuh. Emirat UEA dan

Etihad Airlines keduanya menyajikan alkohol kepada pelanggan

mereka, yang jelas bertentangan dengan ajaran Islam.

Telekomunikasi juga tidak mempromosikan diri mereka sendiri secara

39

Islam karena tidak memiliki karakter keagamaan; mereka menerapkan

metode promosi telekomunikasi multinasional lainnya.

3) Islamic brands by customer

Branding ini berasal dari negara non-muslim tetapi produknya

dinikmati oleh konsumen muslim. Mereka digambarkan sebagai

Islami karena terget pelanggan mereka, yaitu muslim. Branding ini

biasanya menyertakan label halal pada produknya agar dapat menarik

konsumen muslim. Contohnya termasuk merek-merek multinasional

halal seperti Nestlé, Unilever, McDonalds, KFC, dan banyak lainnya.

4. Persepsi Label Halal

a. Definisi Persepsi Label Halal

Menurut Shiffman dan Kanuk (2004), “Perception is the process by

which anindividual selects, organizes, and interprets stimulli into a

meaningful and coherent picture of the world”. Pemahaman dari definisi

tersebut, bahwa persepsi adalah suatu proses yang membuat seseorang

memilih, mengorganisasikan, dan meng-interpretasikan rangsangan yang

diterima menjadi suatu gambaran yang berarti dan lengkap tentang

dunianya. Persepsi timbul karena adanya stimulus rangsangan dari luar

yang akan mempengaruhi seseorang melalui kelima alat inderanya.

Stimulus tersebut akan diseleksi, diorganisir, dan diinter-pretasikan oleh

setiap orang dengan caranya masing-masing.

Lalu menurut Stanton dalam Suryani (2008), label adalah bagian

sebuah produk yang membawa informasi verbal tentang produk atau

40 tentang penjualnya. Sebuah label bisa merupakan bagian dari kemasan atau pula etiket (tanda pengenal) yang dicantumkan pada produk. Label dibagi kedalam 3 klasifikasi, yaitu :

1) Brand Label, yaitu merek yang diberikan pada produk atau

diacantumkan pada kemasan.

2) Descriptive Label, yaitu label yang memberikan informasi objektif

mengenai penggunaan, konstruksi/pembuatan, perhatian/perawatan

dan kinerja produk, serta karakteristik-karakteristik lainnya yang

berhubungan dengan produk.

3) Grade Label, yaitu label yang mengidentifikasikan penilaian kualitas

produk dengan suatu huruf, angka atau kata. Misalnya buah-buahan

dalam kaleng diberi label kualitas A, B, dan C.

Kotler (2008) menyatakan bahwa label memiliki 3 fungsi utama, yaitu: mengidentifikasi produk atau merek, menentukan kelas produk, menjelaskan produk yaitu siapa pembuatnya, kapan, dimana dan apa isinya.

halāl, halaal) adalah istilah bahasa Arab ,حالل) Kemudian kata Halal dalam agama Islam yang berarti “diizinkan” atau “boleh”. Secara etimologi, halal berarti hal-hal yang boleh dan dapat dilakukan karena bebas atau tidak terikat dengan ketentuan-ketentuan yang melarangnya.

(Widyaningrum, 2019)

Menurut Qardawi (2007: 5) Istilah halal dalam kehidupan sehari- hari sering digunakan untuk makanan ataupun minuman yang

41 diperbolehkan untuk dikonsumsi menurut syariat Islam. Sedangkan dalam konteks luas istilah halal merujuk kepada segala sesuatu baik itu tingkah laku, aktifitas, maupun cara berpakaian dan lain sebagainya yang diperbolehkan atau diizinkan oleh hukum Islam.

Menurut ajaran Islam dalam (Rahmadani, 2015) mengkonsumsi yang halal, suci, dan baik merupakan perintah agama dan hukumnya adalah wajib. Banyak ayat dalam Quran yang menjelaskan hal tersebut, diantaranya:

Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 168

Artinya : “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan; karena sesunguuhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.

Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 172

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezeki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada

Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah”.

42

Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 173

Artinya : “Sessungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah babi, dan binantang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Akan tetapi, barang siapa dalam keadaan terpaksa

(memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Al-Quran Surah Al-Maidah ayat 88

Artinya : “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang

Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”.

Dari penjelasan beberapa ayat di atas, dapat dipahami bahwa Allah memerintahkan manusia untuk memakan yang halal lagi baik. Maksud ayat tersebut tidak terbatas pengertiannya hanya pada makanan, tetapi juga produk-produk lainnya, seperti kosmetika, obat dan barang gunaan lainnya yang harus halal. Halal disini mengandung pengertian halal bendanya dan halal cara memperolehnya. Sedangkan baik adalah dari

43 segi kemanfaatannya, yaitu yang mengandung manfaat dan maslahat bagi tubuh, mengandung gizi, vitamin, protein, daan sebagainya. (Ilyas, 2017)

Produk kosmetik memang tidak dimakan dan tidak masuk ke dalam tubuh. Oleh karena itu kosmetik biasanya dikaitkan dengan masalah suci atau najis. Produk tersebut bisa dikatakan haram jika produk kosmetik tersebut mengandung bahan-bahan najis, seperti turunan hewan (kolagen) ataupun bagian dari tubuh manusia, misalnya seperti plasenta. Kosmetik halal juga tidak boleh mengandung alkohol, karena alkohol/ khamr tidak diperbolehkan dalam kehalalaln suatu produk yang dikonsumsi.

(Widyaningrum, 2019)

Oleh karena itu, label halal merupakan pencantuman tulisan atau pernyataan halal pada kemasan produk untuk menunjukkan bahwa produk yang dimaksud berstatus sebagai produk halal. Label halal diperoleh setelah mendapatkan izin pencantuman label halal pada kemasan produk dari instansi pemerintah yang berwenang. Adapun yang dimaksud dengan produk halal adalah produk yang memenuhi syarat kehalalan sesuai dengan syariat Islam. (Widyaningrum, 2019)

Sehingga persepsi label halal menurut Alim et al., (2018) disimpulkan sebagai kesan yang telah dianalisa, diinterpretasi dan dievaluasi oleh individu yang menghasilkan sebuah makna bahwa apapun yang berlabel halal telah terjamin akan kehalalannya dan diizinkan menurut hukum Islam.

44 b. Sertifkasi Halal di Indonesia

Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim dan

sebagai negara berpenduduk Islam terbesar di dunia sudah sepantasnya

menempatkan masalah penyediaan produk yang halal pada posisi yang

penting. Umat Islam berhak untuk mendapatkan perlindungan dan

jaminan hukum atas kehalalan barang-barang yang dikonsumsi dan

digunakannya, baik produk yang diproduksi dalam negeri maupun dari

luar. (Ilyas, 2017)

Menurut Burhanudin (2011:140) halal adalah produk yang

memenuhi syarat kehalalan sesuai dengan syariat Islam, sebagai berikut :

1) Tidak mengandung hewan yang diharamkan;

2) Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti darah,

alkohol, kotoran-kotoran dan lain sebagainya;

3) Semua bahan yang berasal dari hewan yang disembelih menurut tata

cara syariat Islam tergolong halal;

4) Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, tempat pengelolaan

dan tempat transportasi, jika pernah digunakan untuk barang yang

tidak halal maka terlebih dahulu harus dibersihkan dengan tata cara

yang diatur menurut syariat Islam.

Untuk menginformasikan kepada masyarakat bahwa produk yang

dijual telah halal, pemerintah telah mengatur regulasi hukum yang

berkaitan dengan Undang-undang No. 7 Tahun 1996 tentang pangan;

Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen;

45

Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang label & iklan Pangan; dan Undang-undang No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal.

(Ilyas, 2017)

Sebelum berlakunya Undang-undang No.33 tahun 2014 tentang

Jaminan Produk Halal, secara kelembagaan berbagai organisasi kemasyarakatan Islam memilki lembaga akreditasi yang menjamin kehalalan produk kebutuhan umat Islam, tetapi hanya Lembaga Majelis

Ulama Indonesia (MUI) yang mendapat pengakuan dalam pemenuhan persyaratan dan prosedur untuk mendapatkan sertifikasi halal. Lembaga

Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama

Indonesia (LPPOM MUI) adalah lembaga otonom yang dibentuk oleh

Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 6 Januari 1989 yang bertugas untuk melakukan penelitian, pengkajian, penganalisaan, dan memberikan keputusan atas kehalalan produk pangan, obat-obatan, dan kosmetika yang beredar dan dikonsumsi oleh masyarakat muslim di

Indonesia. (halalmui.org)

Sampai pada tahun 2014 pemerintah akhirnya menerbitkan secara khusus Undang-undang yang menjadi pedoman utama penyelenggaraan produk halal yang disebut UU Jaminan Produk Halal (UU-JPH). Setelah

UU-JPH ditetapkan, kewenangan pengurusan sertifikasi halal bukan lagi menjadi kewenangan LPPOM MUI, tetapi menjadi kewenangan Badan

Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH). Undang-undang Nomor

33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (UU-JPH) memperkuat dan

46 mengatur berbagai regulasi halal yang selama ini tersebar di berbagai peraturan perundang-undangan, di sisi lain UUJPH disebut sebagai payung hukum (umbrella act) bagi pengaturan produk halal. Jika sebelumnya sertifikasi halal hanya bersifat voluntary (sukarela), dalam

UUJPH menjadi mandatory (keharusan). Karena itu, semua produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib bersertifikat halal. Hal ini yang menjadi pembeda utama dengan produk perundangan-undangan sebelumnya yang lebih dahulu terbit. Nantinya sebagai penanggung jawab sistem jaminan halal dilakukan oleh pemerintah yang diselanggarakan Menteri Agama dengan membentuk

Badan Penyelenggaran Jaminan Produk Halal (BPJPH) yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Menteri Agama.

(Hidayat & Siradj, 2015).

BPJPPH memiliki kewenangan sebagai berikut: (1) Merumuskan dan menetapkan kebijakan JPH; (2) Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria JPH; (3) Menerbitkan dan mencabut sertifikasi halal dan label halal pada produk; (4) Melakukan registrasi Sertifikat

Halal pada produk luar negeri; (5) Melakukan sosialisasi, edukasi, dan publikasi produk halal; (6) Melakukan akreditasi terhadap LPH (lembaga penjamin halal); (7) Melakukan registrasi Auditor Halal; (8) Melakukan pengawasan terhadap JPH; (9) Melakukan pembinaan Auditor Halal;

(10) Melakukan kerjasama dengan lembaga dalam dan luar negeri di bidang penyelenggaran JPH. (Hidayat & Siradj, 2015)

47

Dalam melaksanakan wewenangnya BPJPH bekerjasama dengan

Kementerian dan/atau lembaga terkait, Lemaga Pemeriksa Halal (LPH) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Kerjasama BPJPH dengan LPH dilakukan untuk memeriksa dan/atau pengujian produk. Kerjasama

BPJPH dengan MUI dilakukan dalam bentuk sertifikasi Auditor Halal, penetapan kehalalan produk, akreditasi LPH. (Hidayat & Siradj, 2015)

Untuk menjamin kelancaran proses produksi halal, pelaku usaha berhak memperoleh beberapa hal yaitu, informasi, edukasi, dan sosialisasi mengenai sistem JPH; pembinaan dalam memproduksi produk halal; dan pelayanan untuk mendapatkan sertifikasi halal secara cepat, efisien, biaya terjangkau, dan tidak diskriminatif. Bagi pelaku usaha yang telah memperoleh sertfikasi halal ada beberapa kewajiban yag harus dilakukan yaitu: (1) mencantumkan label halal terhadap produk yanng telah mendapat sertifikasi halal; (2) menjaga kehalalan produk yang telah memperoleh sertifikasi halal; (3) memisahkan lokasi, tempat dan penyembelihan, alat pengolahan, penyimpanan, pengemasan, pendistribusian, penjualan, dan penyajian antara produk halal dan tidak halal; (4) memperbaharui sertifikasi halal jika masa berlaku sertifikasi halal berakhir; (5) melaporkan perubahan komposisi bahan kepada

BPJPH. (Hidayat & Siradj, 2015)

Untuk tatacara penerbitan sertifikasi halal menurut Soekoso selaku

Kepala BPJPH sudah diatur pada Bab V UU No. 33 Tahun 2014 Tentang

Jaminan Produk Halal (kemenag.go.id), yaitu:

48

1) Pengajuan Permohonan oleh Pelaku Usaha. Pelaku usaha mengajukan

permohonan Sertifikat Halal secara tertulis kepada BPJPH, dengan

menyertakan dokumen: data Pelaku Usaha, nama dan jenis produk,

daftar produk dan bahan yang digunakan, serta proses pengolahan

produk.

2) Pemilihan LPH. Pelaku usaha diberi kewenangan memilih LPH untuk

memeriksa dan/atau menguji kehalalan produknya. LPH adalah

lembaga yang mendapatkan kewenangan untuk melakukan

pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalan produk. LPH bisa didirikan

oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Saat ini, LPH yang sudah eksis

adalah LPPOM-MUI.

3) Pemeriksaan Produk. pemeriksaan dilakukan oleh Auditor Halal LPH

yanng telah ditetapkan oleh BPJPH. Pemeriksaaan dan/atau pengujian

kehalalan produk dilakukan di lokasi usaha pada saat proses produksi

dan/atau di laboraturium. Hasil pemeriksaan dan/atau pengujian

kehalalan produk kemudian diserahkan kepada BPJPH.

4) Penetapan Kehalalan Produk. BPJPH menyampaikan hasil

pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalan produk yang dilakukan

LPH kepada MUI untuk memperoleh penetapan kehalalan produk.

Kemudian MUI menetapkan kehalalan produk melalui sidang fatwa

halal. Sidang fatwa halal digelar paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja

sejak MUI menerima hasil pemeriksaan dan/atau pengujian produk

dari BPJPH.

49

5) Penerbitan Sertifikasi. Produk yang dinyatakan halal oleh sidang

fatwa MUI, dilanjutkan oleh BPJPH untuk mengeluarkan sertifikat

halal. Penerbitan sertifikat halal ini paling lambat 7 (tujuh) hari sejak

keputusan kehalalan produk diterima dari MUI.

Sertifikasi halal ini berlaku selama 4 (empat) tahun sejak diterbitkan oleh BPJPH, kecuali terdapat perubahan komposisi bahan.

Sertifikasi halal wajiib diperpanjang oleh pelaku usaha dengan mengajukan pembaharuan sertifikasi halal paling lambat 3 bulan sebelum masa berlaku sertifikat halal berakhir. (Hidayat & Siradj, 2015)

Terkait biaya, sertifikasi halal dibebankan kepada pelaku usaha yang mengajukan permohonan sertifikasi halal. Dalam rangka memperlancar pelaksanaan penyelanggara JPH, Undang-undang ini memberikan peran bagi pihak lain seperti pemerintah melalui anggaran pendapatan dan belanja negara, pemerintah daerah, perusahaan, lembaga sosial, lembaga keagamaan, asosiasi, dan komunitas untuk memfasilitasi biaya sertifikasi halal bagi pelaku usaha mikro dan kecil. (Hidayat &

Siradj, 2015)

Ketentuan sertifikasi halal ini dimulai pada 17 Oktober 2019, namun berlakunya jaminan produk halal itu tidak serta merta membuat sertifikasi halal langsung menjadi wajib. Menurut Menteri Agama

Lukmanul Hakim Saifuddin, kewajiban baru berlaku setelah lima tahun dilalui masa pentahapan. Pada lima tahun pertama, pada 17 Oktober 2019 s/d 17 Oktober 2024 pemberlakukan sertifikasi halal baru dikhususkan

50

untuk produk makanan dan minuman serta produk dan jasa terkait

keduanya. Sementara, untuk produk lainnya seperti obat dan kosmetik

belum diberlakukan (bisnis.tempo.co). Kemudian menurut Mastuki

selaku Kepala Pusat Registrasi dan Sertifikasi Halal BPJPH, sertifikasi

halal untuk produk obat-obatan dan kosmetika akan diatur pada tahun

2021-2024 (kumparan.com). c. Pengukuran Persepsi Label Halal

Menurut Sheth (1999) dalam Madevi et al., (2019) mengukur persepsi

label halal menggunakan empat dimensi, antara lain :

1) Keamanan (safety) : Sebuah proses dimana individu (konsumen

muslim) memilih, mengatur, dan menafsirkan informasi tentang

produk halal memilki aspek keselamatan dari sisi sumber/ bahan baku

maupun proses.

2) Nilai Keagamaan (religious value): Sebuah proses dimana individu

(konsumen muslim) memilih, mengatur, dan menafsirkan informasi

tentang produk halal memilki aspek nilai-nilai agama.

3) Kesehatan (health) : Sebuah proses dimana individu (konsumen

muslim) memilih, mengatur, dan menafsirkan informasi tentang

produk halal memilki aspek kesehatan.

4) Kekhususan (exclclusivity) : Sebuah proses dimana individu

(konsumen muslim) memilih, mengatur, dan menafsirkan informasi

tentang produk halal memilki aspek ke-eksklusifan, dimana produk

halal harus dipisah dari produk haram. Upaya pemisahan ini dilakukan

51

untuk menghindari kontak langsung dengan produk haram,

menghindari resiko kontaminasi, dan memastikan bahwa pengelolaan

produk halal sesuai dengan persepsi konsumen muslim.

5. Kualitas Produk

a. Pengertian Kualitas Produk

Kotler dan Keller (2009:180) Menurut American Society for

Quality Control, Kualitas adalah “The totality of features and

characteristics of a product or service that bears on its ability to satisfy

given needs”, artinya keseluruhan ciri dan karakter-karakter dari sebuah

produk atau jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan

kebutuhan yang tersirat. Definisi ini merupakan pengertian kualitas yang

berpusat pada konsumen sehingga dapat dikatakan bahwa seorang

penjual telah memberikan kualitas bila produk atau pelayanan penjual

telah memenuhi atau melebihi harapan konsumen.

Menurut Fandy Tjiptono & Chandra (2012:74) kualitas

mencerminkan semua dimensi penawaran produk yang menghasilkan

manfaat (benefit) bagi pelanggan. Kualitas merupakan salah satu atribut

produk yang menjadi pertimbangan konsumen dalam melakukan

pembelian. Oleh sebab itu produk yang ditawarkan oleh produsen harus

berkualitas tidak hanya untuk mempercepat pembelian tetapi juga

menciptakan kepuasan bagi pelanggan.

Kemudian menurut Kotler & Amstrong (1996) “A produst as

anything that can be offered to a market for attantion, acquisittion, use

52 or consumption and that might satisfy a want or need”. Yang artinya produk merupakan segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen.

Menurut Saidi (2007) dalam Sudaryono (2016:207) produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan. Dalam pengertian luas, produk mencakup apa saja yang bisa dipasarkan, termasuk benda-benda fisik, jasa manusia, tempat, organisasi, dan ide atau gagasan.

Menurut Kotler (2001) produk dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan berdasarkan menfaat penggunaannya, antara lain:

1) Inti produk (core benefit), merupakan manfaat dasar yang dapat

memenuhi kebutuhan dan keinginan pemakainya.

2) Produk dasar (basic product), pada tingkat ini pemasar harus

mengubah manfaat ini menjadi produk dasar. Misalnya merek,

packaging, label dan fitur.

3) Produk yang diharapkan (expected produk), merupakan sautu set

atribut kondisi yang biasanya diharapkan dan disetujui pembeli ketika

membeli suatu produk.

4) Produk ayng dtingkatkan (augmented product), merupakna tambahan

dari produk inti yang memenuhi keinginan pelanggan itu melampaui

harapan mereka.

53

5) Produk potensial (potential product), mencakup semua peningkatan

dan transformasi yang akhirnya akan dialami produk itu di masa

depan.

Sehingga menurut Kotler dan Amstrong (2008:272) kualitas produk adalah “the ability of a product to perform its function, it includes the product’s overall durability, reability, precision, ease of operation and repair, and other valued attributes” yang artiya kemampuan sebuah produk dalam memperagakan fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan durabilitas, reabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga atribut produk lainnya. Bila suatu produk telah dapat menjalankan fungsi-fungsinya dapat dikatakan sebagai produk yang memilki kualitas yang baik.

Kualitas produk merupakan hal penting yang harus diusahakan oleh setiap perusahaan apabila menginginkan produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar. Dikarenakan kemampuan ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat cenderung meningkat, sebagian masyarakat semakin kritis dalam mengkonsumsi suatu produk. Konsumen selalu ingin mendapatkan produk yang berkualitas sesuai dengan harga yang dibayar. (Pratiwi, 2017)

Jika hal itu dapat dilaksanakan oleh perusahaan, hal tersebut dapat memuaskan para konsumen dan dapat menambah jumlah konsumen.

Dalam perkembangan suatu perusahaan, persoalan kualitas produk akan ikut menentukan pesat atau tidaknya perkembangan perusahaan tersebut.

54

apabila dalam situasi pemasaran yang semakin ketat persaingannya,

peranan kualitas produk akan semakin besar dalam perkembangan

perusahaan. Selain itu, konsumen akan menyukai produk yang

menawarkan kuaalitas, kinerja, dan pelengkap inovatif yang terbaik.

(Lupiyoadi, 2006:131) b. Pengukuran Kualitas Produk

Menurut Garvin dalam Tjiptono Chandra (2012:75) menyatakan

bahwa kualitas produk memilki beberapa dimensi, antara lain :

1) Kinerja (Performance)

Merupakan aspek fungsional dari produk dan merupakan karakteristik

utama yang dipertimbangkan ketika konsumen ingin membeli produk.

Misalnya produk mempunyai kualitas yang baik, dan nyaman saat

digunakan.

2) Keistimewaan (Features)

Merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah fungsi

dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya.

3) Kesesuaian (Conformance)

Kesesuaian merupakan sejauh mana desain produk dan kualitasnya

sesuai standar. Misalnya produk berlabel halal dan sudah terdaftar di

BPOM.

55

4) Kehandalan (Reliability)

Berkaitan dengan kemungkinan suatu produk berfungsi secara

berhasil dalam waktu tertentu dibawah kondisi tertentu. Misalnya

produk beroperasi dengan baik, dan tidak menimbulkan masalah

5) Daya Tahan (Durability)

Merupakan refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan serta

masa pakai atau kadalauarsa suatu produk.

6) Layanan (Serviceability)

Layanan adalah mengenai kemudahan servis atau perbaikan ketika

dibutuhkan. Atau penanganan keluhan suatu produk secara mudah dan

baik. Misalnya menyediakan layanan yang dapat menampung segala

keluhan dan saran konsumen serta informasi mengenai produk.

7) Keindahan (Aesthethics)

Merupakan karakteristik mengenai keindahan yang bersifat subjektif

mengenai nilai-nilai estetika yang berkaitan dengan pertimbangan

pribadi dan refleksi dari preferensi individual. Misalnya Desain

produk yang unik dan praktis, serta warna kemasan yang menarik.

8) Kualitas Yang Dipersepsikan (Perceived Quality)

Persepsi pelanggan mengenai kualitas produk berdasarkan reputasi

perusahaannya.

56

B. Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan Islamic Branding Terhadap Perpindahan Merek

Islamic branding bukanlah terbatas pada definisi bahwa merek itu

nama, simbol, tulisan atau perpaduan dari kesemuanya. Namun, lebih jauh

lagi bahwa dalam merek tersebut terkandung prinsip-prinsip syariah yang

merupakan perwujudan dari nilai-nilai Islami. (Ranto, 2013)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Mu‟awwanah et al (2019)

variabel islamic branding berpengaruh signifikan terhadap keputusan

perpindahan merek. Hal ini dikarenakan, dalam Islam perilaku konsumen

diatur oleh perintah agama. Konsumen yang religius atau patuh terhadap

syariah, menganggap agama sebagai sumber referensi mereka dalam

memilih produk atau layanan jasa yang akan digunakan.

2. Hubungan Persepsi Label Halal Terhadap Perpindahan Merek

Menurut Aisyah (2015) label halal adalah atribut yang diyakini dan

dianggap sebagai hal penting oleh konsumen muslim. Ajaran Islam

menganggap makanan dan produk lain yang dikonsumsi atau digunakan

oleh manusia sebagai hal yang mendesak selain menyembah Allah. Segala

sesuatu yang dikonsumsi atau digunakan oleh manusia akan memiliki

dampak besar pada perkembangan fisik dan spiritual mereka. Dampak fisik

dari mengkonsumsi produk yang haram akan berdampak buruk bagi

kesehatan manusia. Sementara dampak spiritual dari mengkonsumsi produk

haram tidak hanya sebatas melanggar hukum islam saja, namun juga akan

mendapatkan hukuman diakhirat. Dengan demikian, masalah halal dan

57

haram penting bagi konsumen muslim karena terkait dengan keyakinan

agama mereka yang menjadikan label halal sebagai atribut atau elemen dari

suatu produk yang diyakini dan pada dasarnya dipertimbangkan oleh

konsumen untuk memastikan bahwa produk yang mereka gunakan atau

konsumsi dijamin halal.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Yuanita et al (2017) variabel

persepsi mengenai label halal terbukti memberikan pengaruh positif dan

signifikan terhadap keputusan perpindahan merek. Konsumen Islam akan

cenderung memilih produk yang telah dinyatakan halal oleh lembaga yang

berwenang, hal tersebut dikarenakan produk yang telah dinyatakan halal

cenderung lebih aman dan terhindar dari kandungan zat yang diharamkan

serta sesuai dengan ajaran Islam.

3. Hubungan Kualitas Produk Terhadap Perpindahan Merek

Kualitas mencerminkan semua dimensi penawaran produk yang

menghasilkan manfaat (benefit) bagi pelanggan. Kualitas merupakan salah

satu atribut produk yang menjadi pertimbangan konsumen dalam melakukan

pembelian. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu memberikan

kualitasnya ke arah yang lebih baik. Apabila produk dianggap berkualitas

dimata konsumen, maka produk itu akan selalu dicari.

Kualitas produk merupakan hal yang sangat rentan bagi konsumen.

Jika kualitas yang didapatkan konsumen tidak sesuai dengan yang

dijanjnikan perusahaan, maka tentunya akan menimbulkan perilaku

peralihan merek. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

58

Khasanah & Kuswati (2013) bahwa variabel kualitas produk terbukti

memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

perpindahan merek.

C. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam

melakukan penelitian tentang penelitian sehinga penulis dapat memperkaya

teori yang akan digunakan dalam mengkaji penelitian yang sedang dilakukan.

Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan

penelitian yang dilakukan oleh penulis.

Tabel 2. 1 Hasil Penelitian Terdahulu No. Nama Judul Variabel Metode Hasil Penelitian Peneliti Penelitian Penelitian 1. - Rosihan Faktor-Faktor -Ketidakpuasan -Sample : - Ketidapuasan Mu‟awwanah, Yang (X1) Nasabah bank Nasabah berpengaruh Muady Yasin, Mempengaruhi konvensional positif secara tidak dan Sahri Keputusan - Harga (X2) yang berpindah langsung terhadap Nasabah ke bank syariah keputusan nasabah - Jurnal Berpindah Ke - Islamic di Kota berpindah ke bank Lentera: Bank Syariah Branding (X3) Mataram, Nusa syariah melalui Kajian, Dengan Tenggara Barat. Religiusitas. Keagamaan Religiusitas - Keputusan Keilmuan dan Sebagai Berpindah (Y) -Teknis - Harga berpengaruh Teknologi, Variabel Analisis : positif secara tidak 18.2, 236- Mediating - Religiusitas SEM-PLS langsung terhadap 251, (2019) (Studi Kasus (Z) keputusan nasabah pada Nasabah berpindah ke bank Bank syariah melalui Konvensional Religiusitas. yang sudah berpindah ke - Islamic Branding Bank Syariah di berpengaruh Wilayah Kota signifikan terhadap Mataram) keputusan nasabah berpindah ke bank

59

syariah melalui Religiusitas.

2. - Tanty Analisa - Persepsi -Sample : - Persepsi wanita Yuanita, Pengaruh Konsumen (X1) Konsumen muslim golongan Sampurno, Persepsi Dan wanita muslim menengah secara Djoharsjah Pengetahuan - Pengetahuan golongan signifikan Mx Wanita Muslim Produk (X2) menengah yang berpengaruh positif Golongan melakukan terhadap keputusan - Jurnal Menengah - Brand brand untuk melakukan Ekonomi, Terhadap Brand Switching (Y) switching ke brand switching Volume 19 Switching kosmetik halal. kosmetik halal. Nomor 3, Kosmetik Halal Oktober -Teknis - Pengetahuan tentang 2017, oleh Analisis : kosmetik halal secara Program SEM-PLS signifikan Pascasarjana, berpengaruh positif Universitas terhadap keputusan Borobudur untuk melakukan brand switching kosmetik halal.

3. - Aulia Analisis - Kualitas -Sample : - Variabel kualitas Uswatun Faktor-Faktor Produk (X1) Mahasiswa produk memiliki Khasanah, Yang Universitas pengaruh yang Rini Kuswati Mempengaruhi - Iklan (X2) Surakarta yang signifikan terhadap Perpindahan melakukan brand switching. - BENEFIT Merek - Variety perpindahan Jurnal Pada Produk Seeking (X3) merek dari - Variabel iklan tidak Manajemen Smartphone Blackberry ke memiliki pengaruh dan Bisnis - Brand non Blackberry. yang signifikan Volume 17, Switching (Y) terhadap brand Nomor 2, -Teknis switching. Desember Analisis : 2013, hlm. Regresi Linier - Variabel variety 123-131 Berganda seeking memiliki pengaruh terhadap brand switching.

- Terdapat pengaruh secara simultan antara variabel kualitas produk, iklan dan variety seeking terhadap Brand switching.

60

4. - Munazza Religion and - Islamic -Sample : -Variabel Islamic Saeed, Brand Marketing Mix Mahasiswa dari Marketing Mix, Ilhamie Binti Switching (X1) 4 Universitas Religion, dan Islamic Abdul Ghani Behavior of yang berbeda di Branding memiliki Azmi Muslim - Religion (X2) Pakistan. hubungan positif yang Consumers sangat signifikan - Middle- - Islamic -Teknis dengan pergantian East Journal branding (X3) Analisis : merek of Science Korelasi Research 21 -Brand (9): 1611- Switching 1617, 2014 Behavior (Y) - 5. -Johan Pengaruh - Promosi (X1) - Sampel : - Variabel promosi Candra Faktor Promosi, Konsumen mempunyai pengaruh Kualitas - Kualitas pengguna signifikan terhadap -Jurnal Ilmu Produk, dan Produk (X2) handphone perpindahan merek. Manajemen, Ketidakpuasan merek Nokia Volume 2 Terhadap - Ketidakpuasan yang berganti - Variabel kualitas Nomor 3 Juli Perpindahan (X3) merek lain. produk mempunyai 2014 Merek pengaruh signifikan - Perpindahan - Teknik terhadap perindahan Merek (Y) Analisis: merek. Regresi Linier Berganda - Variabel ketidakpuasan mempunyai pengaruh signifikan terhadap perpindahan merek.

- Terdapat pengaruh secara simultan antara variable promosi, kualitas produk, dan ketidakpuasan terhadap perpindahan merek.

6. - Atika Pengaruh - Kualitas - Sampel: - Variable kualitas Zahari, Susi Kualitas Produk (X1) Konsumen produk mempunyai Evanita. Produk, perempuan pengaruh signifikan Promosi dan - Promosi (X2) yang pernah terhadap perindahan - EcoGen, Kebutuhan menggunakan merek. Volume 1, Mencari Variasi - Kebutuhan kosmetik Nomor 4, 5 Terhadap Mencari Variasi Sariayu dna - Variabel promosi

61

Desember Perilaku (X3) kemudian mempunyai pengaruh 2018 Peralihan berpindah signifikan terhadap Merek (Brand- - Perilaku merek ke perpindahan merek. Switching) Perpindahan kosmetik lain. Produk Merek (Y) - Variabel kebutuhan Kosmetik - Teknik mencari variasi Sariayu di Kota Analisis: mempunyai Padang Regresi Linier pengariuh signifikan Berganda terhadap perindahan merek.

7. - Richard The Influence of - Brand -Sample: - Brand awareness Chinomoa, Brand Awareness (X1) Konsumen pria memiliki pengaruh dan Eugine Awareness, yang positif dan signifikan Tafadzwa Brand - Brand menggunakan terhadap brand Maziriri Association and Association kosmetik di loyalty. Product Quality (X2) Afrika Selatan. - Journal of on Brand - Brand association Business and Loyalty and - Product memiliki pengaruh Retail Repurchase Quaity (X3) -Teknis positif dan tidak Management Intention: A Analisis : signifikan terhadap Research Case of Male - Brand Loyalty Analisis Jalur brand loyalty. (JBRMR), Consumers for (Y) (path) Vol.12, Cosmetic - Product quaity October Brands in South - Repurchase memiliki pengaruh (2017) Africa Intention (Z) positif dan signifikan terhadap brand loyalty.

- Brand loyalty memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap repurchase intention.

8. - Md. Abdul The Impact of - Islamic - Sampel : - Islamic branding Jalil, Islamic Branding (X1) Masyarakat tidak memiliki Muhammad Branding on yang hubungan yang Khailur Consumer - Perception of menggnakan signifikan dengan Rahman Preference Services (X2) layanan preferensi konsumen towards perbankan dalam layanan - Journal of Islamic Banking - Convenience syariah di perbankan syariah. Islamic Services: An of Services (X3) . Banking and Empirical - Perception of Finance Investigation in - Ethical -Teknis Services memiliki March 2014, Organization Analisis : hubungan yang

62

Vol. 2, No. 1, (X4) SEM signifikan dengan pp. 209-229 preferensi konsumen - Consumers dalam layanan Preference perbankan syariah. Islamic Banking Service (Y) - Convenience of Services memiliki hubungan yang signifikan dengan preferensi konsumen dalam layanan perbankan syariah.

- Ethical Organization memiliki hubungan yang signifikan dengan preferensi konsumen dalam layanan perbankan syariah. 9. - Anggie Lia The Influence of - Islamic -Sample : - Islamic branding Andini dan Islamic Branding (X1) Konsumen berpengarh signifikan Popy Branding and yang terhadap citra merek. Rufaidah Religiosity on - Religiosity menggunakan Brand Image (X2) kosmetik - Religiosity -AFEBI wardah berpengaruh Islamic - Brand siginifikan terhadap Finance and Image(Y) -Teknis citra merek. Economic Analisis : Review Regresi Linier - Islamic branding (AIEFER) Berganda dan Religiosity secara Vol.02, bersama-sama No.02, berpengaruh December signifikan terhadap 2017 citra merek.

10. - Shilachul Pengaruh - Persepsi Label -Sample : - Persepsi label halal Alfinul Alim, Persepsi Label Halal (X1) Pelanggan yang berpengaruh M. Kholid Halal dan menggunakan signifikan terhadap Mawardi, dan Kualitas produk - Kualitas produk Zoya di Keputusan Aniesa Terhadap produk (X2) Kota Malang. Pembelian. Samira Keputusan - Kualitas produk Bafadhal. Pembelian - Keputusan -Teknis berpengaruh Produk Fesyen Pembelian Analisis : signifikan terhadap - Jurnal Muslim (Survei Produk (Y) Regresi Linier keputusan pembelian.

63

Administrasi pada Pelanggan Berganda. Bisnis (JAB), Produk Zoya -Persepsi label halal Vol.62, No.1, Muslim di Kota dan kualitas produk September Malang) secara bersama-sama 2018 berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk.

11. - Fadhila Pengaruh - Persepsi Label -Sample : - Persepsi Label Halal Madevi, Edy Persepsi Label Halal (X1) Konsumen memiliki pengaruh Yulianto, Halal Terhadap yang mengikuti secara langsung dan Aniesa Citra Merek - Citra Merek akun Instagram signifikan terhadap Samira Dan Minat Beli (Y) @safiindonesia Citra Merek. Bafadhal. (Survei Online Pada Pengikut - Minat Beli (Z) -Teknis - Persepsi Label Halal - Jurnal Akun Instagram Analisis : berpengaruh positif Administrasi @safiindonesia) Path dan signifikan Bisnis terhadap variabel (JAB)|Vol. 77 Minat Beli No. 1Desember - Citra Merek 2019 berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Minat Beli.

D. Kerangka Berpikir

Skema kerangka pemikiran penulisan ini menjelaskan bahwa terdapat

tiga variabel bebas (X) dan satu variabel terikat (Y). Variabel bebas terdiri dari

variabel islamic branding yang disimbolkan dengan (X1), variabel persepsi

label halal disimbolkan dengan (X2) dan variabel kualitas produk disimbolkan

dengan (X3). Ketiga variabel bebas ini dihubungkan dengan satu variabel

terikat yaitu keputusan perpindahan merek yang disimbolkan dengan (Y). Dari

variabel tersebut kemudian dilakukan uji coba terhadap 30 responden,

64 kemudian dari hasil jawaban repsonden dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

Setelah diketahui kelayakan kuesioner dari hasil uji validitas dan reliabilitas, peneliti menyebar kembali kuesioner kepada 100 responden. Kemudian dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari Uji Normalitas, Uji

Multikolonieritas, dan Uji Heteroskedastisitas. Setelah dilakukan uji asumsi klasik dapat dilanjutkan dengan uji hipotesis yang terdiri dari Uji t dan Uji F.

Selanjutnya melakukan analisis regresi linier berganda dan koefisien determinasi (Rsquare). Setelah semua tahap pengujian selesai maka dapat dilanjutkan dengan tahap terakhir yaitu kesimpulan dari hasil penelitian beserta saran. Adapun kerangka pemikiran yang digunakan adalah sebagai berikut:

65

Islamic Branding Persepsi Label Halal Kualitas Produk

(X1) (X2) (X3)

Perpindahan Merek (Y)

Uji Kualitas Data : UjiValiditas Uji Realibitas

Uji Asumsi Klasik : Uji Normalitas Uji Multikolonieritas Uji Heteroskedastisitas

Uji Hipotesis : Uji t (Parsial) Uji F (Simultan)

Analisis Regresi Linier Berganda

Koefisien Determinasi (R²)

Kesimpulan dan Saran

Gambar 2. 3 Kerangka Pemikiran

66

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian (Sugiyono, 2017:105). Berdasarkan tinjauan pustaka dan tujuan

penelitian, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Hipotesis Pertama

H0 : Islamic branding tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan

perpindahan merek

Ha : Islamic branding berpengaruh signifikan terhadap keputusan

perpindahan merek

b. Hipotesis Kedua

H0 : Persepsi label halal tidak berpengaruh signifikan terhadap

keputusan perpindahan merek

Ha : Persepsi label halal berpengaruh signifikan terhadap keputusan

perpindahan merek

c. Hipotesis Ketiga

H0 : Kualitas produk tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan

perpindahan merek

Ha : Kulaitias produk berpengaruh signifkan terhadap keputusan

perpindahan merek

d. Hipotesis Keempat

H0 : islamic branding, persepsi label halal, dan kualitas produk tidak

berpengaruh secara simultan terhadap keputusan perpindahan

merek

67

Ha : islamic branding, persepsi label halal, dan kualitas produk

berpengaruh secara simultan terhadap keputusan perpindahan

merek

68

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini berfokus pada islamic branding,

persepsi label halal, dan kualitas produk sebagai variabel independen

sedangkan keputusan perpindahan merek sebagai variabel dependen. Untuk

selanjutnya variabel-variabel tersebut akan dianalisis seberapa besar variabel

tersebut mempengaruhi keputusan perpindahan merek (variabel dependen) ke

kosmetik Mazaya. Penelitian ini dilakukan kepada 100 orang yang

menggunakan kosmetik Mazaya di kawasan JABODETABEK. Penelitian ini

dilakukan dengan cara memberikan kuesioner online dengan menggunakan

media Google Doc dan pengumpulan data dilakukan dalam waktu 4 minggu

terhitung dengan waktu penelitian dari tanggal 28 Oktober 2019 hingga 25

November 2019.

B. Metode Penentuan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2017:136) populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah

masyarakat JABODETABEK yang menggunakan produk kosmetik Mazaya.

69

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2017:137) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan

peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,

misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yanng dipelajari

dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi.

Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif

(mewakili).

Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan metode non probability sampling. Menurut (Sugiyono,

2017:142) metode non probability sampling adalah teknnik pengambilan

sampel yang tidak memberi peluang/ kesempatan yang sama bagi setiap

unsur anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Kemudian teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang dapat dijadikan sebagai sampel

dalam penelitian ini adalah masyarakat yang saat ini menggunakan kosmetik

Mazaya namun sebelumnya menggunakan kosmetik merek lain.

Sedangkan untuk ukuran sampel penelitian menurut Roscoe dalam

buku Research Methods For Business (Sugiyono, 2017:156) menyatakan

bahwa ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai

dengan 500. Sedangkan rumus pengambilan sampel menurut Wibisono

70

(2003) dalam Riduwan (2007: 50) apabila populasi tidak diketahui secara pasti adalah sebagai berikut:

( )

Keterangan: n = Besarnya sampel zα = Tingkat keyakinan yang dibutukan dalam penentuan sampel 1.96

dengan tingkat kepercayaan 95%

σ = Standar deviasi dapat didekati dengan range (R) yaitu selisih data

terbesar (p) dan terkecil (q) tidak dikatahui maka dapat diganti dengan

0,25 sebagai perkalian antara 0,5 x 0,5 e = Margin of error atau kesalahan yang dapat di toleransi sebesar 5% atau

0,05

Jadi, besar sampel dapat dihitung sebagai berikut:

( ) ( ) ( ) ( )

Jumlah sampel yang didapat yaitu 96,04 responden. Untuk membulatkan jumlah responden, peneliti menerapkan sampel menjadi 100 responden. Dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 100 responden.

71

C. Metode Pengumpulan Data

Menurut (Sugiyono, 2017:225) bahwa teknik pengumpulan data yang

digunakan untuk memperoleh data-data yang relevan dengan masalah yang ada

dapat dengan menggunakan metode pengumpulan data primer yaitu sumber

data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data dan metode

pengumpulan data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain/ dokumen.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya.

Metode pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode penyebaran kuesioner (angket). Menurut Sugiyono

(2017:225) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dimana

partisipan atau responden mengisi pertanyaan atau pernyataan kemudian

setelah diisi dengan lengkap mengembalikan kepada peneliti. Pengumpulan

data akan dilakukan melalui kuesioner yang diserahkan pada masing-masing

responden terpilih. Kuesioner pada penelitian ini terdiri dari pernyataan

yang bersumber dari tiap-tiap indikator variabel penelitian.

Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan pendekatan skala likert,

yaitu skala yang digunakan untuk mengatur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. (Sugiyono,

2017:158)

Dalam skala likert, variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator

variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai tolak ukur untuk

72

menyusun item-item instrument yang dapat berupa pertanyaan ataupun

pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert

mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Untuk

keperluan analisis kuantitatif maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya

Tabel 3. 1 Tabel Skala Likert Kategori Skor Sangat Setuju (SS) 5 Setuju (S) 4 Ragu-ragu (R) 3 Tidak Setuju (TS) 2 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sumber : Sugiyono (2017:160)

Angka 1 (satu) menunjukan bahwa responden memberikan tanggapan

yanng bersifat negatif (sangat tidak setuju) terhadap pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan, sedangkan angka 5 (lima) menunjukkan tanggapan yang

bersifat positif (sangat setuju).

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan perpustakaan

dan peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Sumber

sekunder merupakan sumber yang tidak langsung diberikan kepada

pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono,

2017:219). Data sekunder yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

bersumber dari buku-buku, jurnal dan media internet untuk memperoleh

informasi, serta data-data yang diperlukan.

73

D. Uji Kualitas Data

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk mendeskripsikan

karakteristik lokasi penelitian, karakteristik repsonden dan mendeskripsikan

hasil penelitian. Analisis inferensial dalam penelitian ini menggunakan

program SPSS. Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti untuk

menguji hipotesis adalah analisis regresi berganda.

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan

antara variabel atau lebih dan menunjukkan arah hubungan antara variabel

dependen degan variabel independen. Untuk mempermudah melakukan

perhitungan secara sistematik, maka semua analisis yang dilakukan dalam

penelitian ini akan diolah dengan bantuan program SPSS.

1. Uji Analisis Validitas

Menurut Ghozali (2018:51) Uji validitas digunakan untuk mengukur

sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid

jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkap sesuatu yang

akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Uji signifikansi dilakukan dengan cara membandingkan nilai rhitung

dengan nilai rtabel untuk degree of freedom (df) = n–2 dalam hal ini n adalah

jumlah sampel. Suatu pertanyaan atau indikator dinyatakan valid, apabila

rhitung > rtabel dan nilai positif, namun jika rhitung < rtabel, maka dinyatakan

tidak valid dan nilai negatif. (Ghozali, 2018:51-54)

74

2. Uji Analisis Reliabilitas

Menurut Ghozali (2018: 45) uji reabilitas adalah alat untuk mengukur

suatu kuesioner yang merupakan indikator dari suatu variabel. Suatu

kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban pertanyaan konsisten

atau stabil dari waaktu ke waktu. Suatu konstruk atau variabel dikatakan

reliabel, jika nilai Conbranch Alpha (α) > 0,70. Uji realibilitas dalam

penelitian ini menggunakan rumus Cronbach Alpha, untuk mengetahui

tingkat realibilitas instrument dari ke empat variabel penelitian jika hasil uji

reliabilitas memberikan nilai alpha > 0,70.

E. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas Menurut Ghozali (2018: 161), uji normalitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki

distribusi normal. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian

adalah yang memilki distribusi normal. Normalitas data dapat dilihat dengan

beberapa cara, diantaranya yaitu dengan melihat kurva normal p-plot. Suatu

variabel dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik-titik data

searah mengikuti garis diagonal. Uji normalitas data juga dilakukan dengan

uji Kolmogorov-Smirnov. Untuk mempermudah dalam melakukan

perhitnngan secara statistik. Suatu data dinyatakan berdistribusi normal jika

Asymp Sig (2-tailed) hasil perhitungan Kolmogorov-Smirnov lebih besar

dari ½ α atau 0,05 (Ghozali, 2018: 167).

75

2. Uji Multikolinieritas Menurut (Ghozali, 2018: 107) uji multikolinieritas bertujuan untuk

menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel

bebas (independen). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas

didalam model regresi adalah sebagai berikut:

a) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris

sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen

banyak yang tidak signfikan mempengaruhi variabel dependen.

b) Menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen. Jika antar

variabel ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka

hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. Tidak adanya

korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari

multikolonieritas. Multikolonieritas dapat disebabkan karena adanya

efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.

c) Multikolonieritas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan lawannya

variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menujukkan setiap

variabel independen menakah yang dijelaskan oleh variabel

independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel

independen terpilih yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.

Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena

VIF = 1/ tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk

menunjukan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance ≤ 0,10

atau sama dengan nilai VIF ≥ 10.

76

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu pengamatan

kepengamatan tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda

disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2018:137).

Terdapat beberapa cara untuk mengetahui apakah model memiliki

heteroskedastisitas atau tidak. Peneliti menggunakan cara melihat grafik plot

antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya

SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan

melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID

dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X

adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya) yang telah di studentized.

Dasar analisis sebagai berikut (Ghozali, 2018:138):

a) Jika adanya pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit)

maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan

dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.

Uji heteroskedastisitas juga bisa dilakukan dengan cara uji Glejser. Uji

Glejser mengusulkan untuk cara meregresikan nilai absolut residual

77

terhadap variabel independen. Jika probabilitas signifikansinya di atas

tingkat kepercayaan 5% maka model regresi tidak mengandung adanya

heteroskedastisitas. (Ghozali, 2018: 142-144)

F. Uji Hipotesis

1. Uji t (Uji Parsial) Menurut (Ghozali, 2018:98) uji statistik t menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam

menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui

ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara

individual terhadap variabel dependen. Adapun langkah dalam melakukan

uji t adalah:

a) Merumuskan hipotesis untuk masing-masing kelompok

 H0 = berarti secara parsial atau individu tidak ada pengaruh yang

signifikan antara X1, X2, X3 dengan Y

 H1= berarti secara parsial atau individu ada pengaruh yang

signifikan antara X1, X2, X3 dengan Y

b) Menentukan tingkat signifikan yaitu sebesar 5% (0,05)

c) Membandingkan tingkat signifikan (α= 0,05) dengan tingkat

signifikan t yang dikatahui secara langsung dengan menggunakan

prgram SPSS dengan kriteria sebagai berikut:

 Nilai signifikan t < 0,05 berarti H0 ditolak dan H1 diterima, hal ini

artinya bahwa semua variabel independen secara individu dan

signifikan mempengaruhi variabel deenden.

78

 Nilai signifikan t > 0,05 berarti H0 diterima dan H1 ditolak, hal ini

artinya bahwa semua variabel independen secara individu dan

signifikan tidak mempengaruhi variabel dependen.

d) Membandingkan nilai thitung dengan ttabel. untuk melihat ttabel, maka

didasarkan pada derajat kebebasan yang besarnya n-1 dan taraf

kesalahan (α) ditetapkan 5% (Sugiyono, 2017:291) dengan kriteria

sebagai berikut:

 Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, hal ini artinya

bahwa semua variabel independen secara individu dan signifikan

mempengaruhi variabel dependnen.

 Jika thitung < ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, hal ini artinya

bahwa semua variabel independen secara indvidu dan signifikan

tidak mempengaruhi variavel dependen.

2. Uji F (Simultan)

Menurut (Ghozali, 2018:98) Uji statistik F pada dasarnya

menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang

dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara berasama-sama

terhadap variabel dependen atau terikat. Adapun cara melakukan uji F

sebagai berikut:

a) Merumuskan hipotesis untuk masing-masing kelompok

 H0 = berarti secara simultan atau bersama-sama tidak ada pengaruh

yang signifikan antara X1, X2, X3 dengan Y

79

 H1 = berarti secara simultan atau bersama-sama ada pengaruh yang

signifikan antara X1, X2, X3 dengan Y b) Menentukan tingkat signifikan yaitu sebesar 5% (0,05) c) Membandingkan tingkat signifikan (α= 0,05) dengan tingkat

signifikansi F yang dikataui secara langsung dengan menggunakan

program spss dengan kriteria:

 Nilai signifikan F < 0,05 berarti H0 ditolak dan H1 diterima, hal ini

artinya bahwa semua variebel independen secara serentak dan

signifikan mempengaruhi variabel dependen.

 Nilai signifikansi F > 0,05 berarti H0 diterima dan H1 ditolak, hal

ini artinya bahwa semua variabel independen secara serentak dan

signifikan tidak mempengaruhi variabel dependen. d) Membandingkan Fhitung dengan Ftabel. untuk menghitung Ftabel dengan

dk pembilang = k (jumlah variabel independen) dan dk penyebut = (n-

k-1) dengan taraf kesalahan 5% (Sugiyono, 2017:285) dengan kriteria

sebagai berikut:

 Jika Fhitung > Ftabel, H0 ditolak dan H1 diterima, hal ini artinya bahwa

semua variabel independen secara serentak dan signifikan

mempengaruhi variabel dependen.

 Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, hal ini artinya

bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan

tidak mempengaruhi variabel dependen.

80

G. Analisis Regresi Linier Berganda

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis regresi linier berganda. Penelitian ini menggunakan analisis regresi

berganda karena ingin mengetahui bagaimana variabel independen (X) dapat

mempengaruhi variabel dependen (Y) secara langsung.

Metode regresi berganda digunakan untuk mengetahui arah dan besarnya

pengaruh variabel bebas yang jumlahnya lebih dari satu terhadap variabel

terkaitnya. Adapun model persamaan regresi yang dapat diperoleh dalam

analisis ini adalah :

Y = а + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e

Keterangan:

Y = Nilai dari variable dependen

a = Constanta

β = Koefisien regresi

X1 = Nilai dari variable independent pertama

X2 = Nilai dari variable independent kedua

X3 = Nilai dari variable independent ketiga

e = error term (variabel residual)

Pada dasarnya analisis regresi adalah untuk memperoleh persamaan

regresi dengan cara memasukan perubahan satu demi satu sehingga dapat

diketahui pengaruh yang paling kuat sampai dengan yang paling lemah.

81

2 H. Koefisien Determinasi (R )

Menurut (Ghozali, 2018:97), keofesien determinasi (R2) pada intinya

mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerengkan variasi

variabel independen. Nilai koefisiensi determinasi adalah anatar nol dan satu.

Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dlaam

menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.

Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi

variabel dependen. Kelemahan mendasar dalam menggunakan koefisien

daterminasi adalah jumlah variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak

peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

independen.

Oleh karena itu, banyak peneliti yang menganjurkan untuk menggunakan

nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi yang terbaik.

Tidak seperti R2 , nilai udjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel

independen ditambahkan kedalam model.

I. Operasional Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari empat variabel, tiga variabel independen dan

satu variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

islamic branding, persepsi label halal, dan kualitas produk sedangkan variabel

dependen dalam penelitian ini adalah perpindahan merek. Variabel penelitian

adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

82

kesimpulannya (Sugiyono, 2017:68). Variabel-variabel dalam penelitian ini

adalah:

1. Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang

mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

terikat (dependent variable). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

bebas adalah islamic branding (X1), persepsi label halal (X2), dan

kualitas produk (X3).

2. Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah perpindahan

merek (Y).

Tabel 3. 2 Opersional Variabel Penelitian Variabel Dimensi Indikator Skala a. Islamic Brands by 1. Produk sesuai dengan syariah Complience Islam Islamic Branding 2. Prodduk berasal dari negara b. Islamic Brands by (X1) dengan mayoritas beragama Origin Alserhan (2010) muslim Ordinal dalam Nasrullah 3. Target pasar pelanggan (2015) c. Islamic Brands by muslim Customer 4. Label halal pada produk untuk pelanggan muslim 5. Label halal menjamin produk dalam penggunaan bahan baku Persepsi Label Halal a. Keamanan (safety) yang halal (X2) 6. Label halal menjamin proses Sheth (1999) dalam produksi yang halal Ordinal Madevi et al., b. Nilai Keagamaan 7. Label halal pada produk (2019) (religious value) mencerminkan nilai-nilai Islami 8. Label halal pada produk c. Kesehatan (health) menjamin kesehatan

83

9. Label halal memastikan tidak d. Kekhususan adanya resiko terkontaminasi (exclusivity) dengan zat haram 10. Produk memiliki kualitas a. Kinerja yang baik (performance) 11. Produk nyaman saat digunakan b. Keistimewaan 12. Mempunyai banyak variasi (features) pada pilihan produk c. Kesesuaian 13. Produk berlabel halal dan

(conformance) sudah terdaftar di BPOM

14. Produk cocok saat digunakan d. Kehandalan 15. Produk tidak menimbulkan (reliability) masalah pada kulit Kualitas Produk 16. Produk tahan lama dan tidak (X3) e. Daya Tahan mudah luntur saat digunakan Garvin dalam (durability) 17. Produk memiliki masa pakai Tjiptono & Chandra (kadaluarsa) yang lama (2012:75) 18. Perusahaan menyediakan

f. Layanan layanan untuk menampung kritik

(serviceability) dan saran konsumen serta

informasi mengenai produk Ordinal 19. Desain pada produk unik g. Keindahan 20. Desain pada produk praktis (aesthethics) 21. Warna kemasan pada produk menarik h. Kualitas yang 22. Produk mempunyai reputasi Dipersepsikan yang baik di masyarakat (perceived quality) 23. Ketidakpuasan yang dialami Perpindahan Merek pasca konsumsi (Y) 24. Keinginan untuk mencari Ordinal Fallefi & Siregar variasi (2018) 25. Kepuasan setelah berpindah merek

84

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Profil Perusahaan

PT Immortal Cosmedika Indonesia didirikan tanggal 27 Desember

1999. Perusahaan ini berawal dari industri dengan skala kecil dan rentang

produk yang terbatas, kemudian berkembang melalui pengembangan produk

dan penyempurnaan sistem manajemen.

Hingga beberapa tahun kemudian, PT Immortal Cosmedika Indonesia

melakukan penilaian segmentasi pasar dan memposisikan diri dalam bisnis

“medical cosmetic”. Lalu pada tahun 2004 operasional penuh dijalankan,

dan pada tahun 2008 dimilikinya pabrik dengan standar internasional dan

bersertifikasi CGMP. Dengan pencapaian tersebut PT Immortal Cosmedika

Indonesia dapat menjamin kualitas, keamanan, dan kebersihan dari produk

yang telah diakui tidak hanya oleh negara-negara ASEAN, tetapi juga

negara di luar ASEAN.

PT Pesona Amaranthine Cosmetiques (Amaranthine) adalah anak

usaha dari Immortal Group yang meluncurkan rangkaian produk kecantikan

dengan merek dagang “Mazaya”. Brand yang didirikan pada awal tahun

2014 ini, merilis berbagai produk kecantikan seperti: krim, bedak, lipstik,

wewangiang, body lotion, hingga serum wajah, dll.

85

Gambar 4. 1 Logo Merek Mazaya Sumber: mazaya.co.id

Mazaya adalah brand kosmetik yang diluncurkan untuk menginspirasi wanita, khususnya wanita muslim yang tidak saja memberikan aura positif dengan kecantikan yang dipancarkan, tetapi juga kemandirian dan kemampuannya berbagi dengan sekitarnya. Hal ini sesuai dengan tagline

Mazaya yaitu “Beauty, Charity, and Business Opportunity”. Dimana setiap pembelian produk Mazaya akan didonasikan Rp2.000 per produk untuk kaum dhuafa. Serta Mazaya juga dipersiapkan sebagai kosmetik yang bisa memberikan peluang bisnis bagi konsumennya, yakni dengan manjadi reseller.

Sertifikat halal dari Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan

Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) sudah dimilki. Bahkan

Mazaya memiliki sertifikat internasional berupa Good Manufacturing

Practice (GMP) kosmetik dan 4 sertifikat ISO. Mazaya juga mengenalkan tiga brand ambassador yang merupakan selebriti serta hijabers ternama, di antaranya Zaskia Adya Mecca, Indah Nada Puspita, dan Sidah Mufidah.

86

2. Visi dan Misi PT Immortal Cosmedika Indonesia

Filosofi PT Immortal Cosmedika Indonesia terdiri dari empat unsur.

Tujuan yang hendak dicapai ialah terciptanya produk cosmetoceutical yang

bermutu melalui keseimbangan antara ilmu pengetahuan (science), alam

(nature), sentuhan seni (art), dan agama (religion).

VISI: Dalam lima tahun, PT Immortal Cosmedika Indonesia

merupakan salah satu perusahaan OEM, ODM, dan OBM terkemuka yang

senantiasa menerapkan konsep cosmetoceuticals dan research-based

cosmetics.

MISI: Tercapainya kualitas yang tinggi pada SDM, sistem

manajemen, dan produk melalui upaya penelitian dan pengembangan

inovatif.

MOTO: Fluctuat Nec Mergitur “ibarat kapal yang diterjang ombak

badai namun tidak karam”.

Kemudaaian implementasi dari visi dan misi PT Immortal Cosmedika

Indonesia selalu berpedoman pada prinsip-prisip berikut, yaitu:

 Iman dan Takwa: Beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha

Esa.

 Integritas: Bersikap etis, bermoral tinggi, committed, berdedikasi

tinggi dan jujur.

 Humanitas: Menjunjung tinggi martaat manusia, membina saling

pengertian dan keterbukaan dan menghargai keanekaragaman dalam

beragama, status sosial, budaya, suku kelompok, dan gender.

87

 Kebersamaan: Membina kebersamaan dalam keterpaduan dan

kemitraan melalui pembinaan suasana gotong royong, saling

pengertian, keterbukaan dan saling menghargai dengan

mengutamakan pelayanan serta kepuasan pelanggan dan karyawan

(customer and employee satisfaction).

 Mutu: Senantiasa berusaha meningkatkkan kualitas melalui kinerja

yang optimal serta proses kendali mutu tersistem dan terintegrasi

berdasarkan hasil evaluasi dan proses belajar yang terus menerus

dalam upaya mencapai hasil yang diharapkan.

 Inovasi: Beriksap dan berprilaku kreatif dengan berani mengemukaan

gagasan dan konsep baru dalam upaya meningkatkan citra perusahaan.

Inovatif dalam penyempurnaan produk cosmetoceutical berkualitas

tinggi.

B. Pembahasan Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah konsumen wanita yang

menggunakan produk kosmetik Mazaya. Jumlah konsumen yang dipilih

sebagai responden sebanyak 100 orang dengan kuesioner yang disebar secara

langsung pada responden di wilayah JABODETABEK. Berdasarkan data dari

100 responden tersebut, didapati kondisi repsonden berdasarkan jenis kelamin,

usia dan tempat tinggal. Adapun karakteristik responden dapat dijabarkan

sebagai berikut:

88

1. Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4. 1 Jumlah Responden Berdasrkan Usia Usia Jumlah Persentase (%) < 15 Tahun 0 0% 15-21 Tahun 19 19% ˃ 21-35 Tahun 56 56% ˃35-56 Tahun 25 25% ˃ 56 Tahun 0 0% Total 100 100% Sumber: data primer yang telah diolah, 2019

Dari tabel 4.1 di atas terlihat bahwa responden yang memilki usia

dibawah 15 tahun berjumlah 0 responden atau sebanyak 0%, jumlah

responden yang memiliki usia 15 sampai 21 tahun berjumlah 19 responden

atau sebanyak 19%, jumlah responden yang memiliki usia 21 sampai 35

tahun berjumlah 56 responden atau sebanyak 56%, jumlah responden yang

memiliki usia 35 sampai 56 tahun berjumlah 25 responden atau sebanyak

25%, dan jumlah responden yang memiliki usia lebih dari 56 tahun

berjumlah 0 responden atau sebanyak 0%.

2. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Tabel 4. 2 Jumlah Responden Berdasrkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase (%) SD 0 0% SMP 0 0% SMA/ Sederajat 21 21% D1-D3 33 33% D4-S1 45 45%

89

S2 1 1% S3 0 0% Total 100 100% Sumber: data primer yang telah diolah, 2019

Dari tabel 4.2 di atas terlihat bahwa responden yang berpendindikan

terakhir SD berjumlah 0 responden atau sebanyak 0%, jumlah responden

yang berpendidikan terakhir SMP berjumlah 0 responden atau sebanyak 0%,

jumlah responden yang berpendidikan terakhir SMA/ Sederajat berjumlah

21 responden atau sebanyak 21%, jumlah responden yang berpendidikan

terakhir D1-D3 berjumlah 33 responden atau sebanyak 33%, jumlah

responden yang berpendidikan terakhir D4-S1 berjumlah 45 responden atau

sebanyak 45%, jumlah responden yang berpendidikan terakhir S2 berjumlah

1 responden atau sebanyak 1%, dan jumlah responden yang berpendidikan

terakhir S3 berjumlah 0 responden atau sebanyak 0%.

3. Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4. 3 Jumlah Responden Berdasrkan Pekerjaan Pekerjaan Jumlah Persentase (%) Mahasiswa/ Pelajar 54 54% PNS 11 11% Karyawan Swasta 23 23% Wirausaha 7 7% Lainnya 5 5% Total 100 100% Sumber: data primer yang telah diolah, 2019

Dari tabel 4.3 di atas terlihat bahwa responden yang dengan pekerjaan

Mahasiswa/ Pelajar berjumlah 54 responden atau sebanyak 54%, jumlah

90

responden dengan pekerjaan PNS berjumlah 11 responden atau sebanyak

11%, jumlah responden dengan pekerjaan karyawan swasta berjumlah 23

responden atau sebanyak 23%, jumlah responden dengan pekerjaan

wirausaha berjumlah 7% responden atau sebanyak 7%, jumlah responden

dengan pekerjaan lainnya berjumlah 5 responden atau sebanyak 5%.

4. Responden Berdasarkan Pengeluaran perbulan

Tabel 4. 4 Jumlah Responden Berdasrkan Pengeluaran perbulan Pengeluaran/ bulan Jumlah Persentase (%)

Dari tabel 4.4 di atas terlihat bahwa responden dengan pengeluaran

perbulan sebesar kurang dari Rp 1.000.000 berjumlah 37 responden atau

sebanyak 37%, jumlah responden dengan pengeluaran perbulan sebesar

Rp1000.000 sampai Rp3.000.000 berjumlah 52 responden atau 52%, jumlah

responden dengan pengeluaran perbulan sebesar Rp3.000.001 sampai

Rp6.000.000 berjumlah 9 responden atau 9%, jumlah responden dengan

pengeluaran perbulan sebesar Rp6.000.001 sampai Rp15.000.000 berjumlah

2 responden atau 2%, dan jumlah responden dengan pengeluaran perbulan

sebesar lebih dari Rp15.000.000 berjumlah 0 responden atau 0%.

91

5. Merek Kosmetik Sebelumnya yang Digunakan Responden

Tabel 4. 5 Merek kosmetik Sebelumnya yang Digunakan Responden No. Merek Kosmetik Sebelumnya Jumlah Persentase (%) 1 Wardah 27 17% 2 Sari Ayu 16 12% 3 Ponds 11 11% 4 Purbasari 9 9% 5 Pixy 7 7% 6 Maybelline 6 6% 7 Emina 4 4% 8 Mustika Ratu 3 3% 9 Revlon 2 2% 10 Make Over 2 2% 11 Latullipe 2 2% 12 NYX 2 2% 13 Lainnya 9 9% Total 100 100% Sumber: data primer yang telah diolah, 2019

Dari tabel 4.5 di atas diketahui bahwa merek kosmetik yang banyak

digunakan responden sebelum berpindah ke Mazaya adalah merek Wardah

yaitu sebesar 27 responden atau sebanyak 27%, lalu disusul kosmetik merek

Sari Ayu sebesar 16 responden atau sebanyak 16%. Kemudian kosmetik

merek ponds sebesar 11 responden atau sebanyak 11%. Adapun dalam

kolom lainnya terdapat 9 merek yang berbeda yang jumlahnya hanya 1

responden atau sebanyak 1% yang menggunakan merek kosmetik tersebut.

92

C. Hasil Uji Validaitas dan Reliabilitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner

tersebut (Ghozali, 2018:51). Pengisian ini dilakukan dengan menggunakan

Pearson Correlation, suatu butir pertanyaan dikatakan valid jika nilai dari tiap

butir pernyataan atau r hitung tersebut positif dan lebih besar dari r tabel. Pada

uji try out 30 responden, peneliti menggunakan rumus df = n - 2, jadi 30-2 = 28

pada r tabel. Dengan α = 5% maka didapati nilai 0,361 sebagai r tabel.

Sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk menguji konsistensi data

dalam jangka waktu tertentu, yaitu untuk mengetahui sejauh mana pengukuran

yang digunakan dapat dipercaya atau diandalkan. Variabel-variabel tersebut

dikatakan Cronbach Alpha-nya memiliki nilai ˃ 0,70 yang berarti bahwa

instrumen tersebut dapat digunakan sebagai pengumpul data yang handal yaitu

hasil pengukuran relatif koefisien jika dilakukan pengukuran ulang. Uji

reliabiltas ini bertujuan untuk melihat konsistensi. (Ghozali, 2018: 45)

Sebelum kuesioner dibagikan ke 100 responden, peneliti melakukan try

out terhadap 30 responden dengan memberikan 25 butir pertanyaan yang

dibagi menjadi 4 variabel yaitu islamic branding, persepsi label halal, kualitas

produk, dan perpindahan merek untuk menguji vaaliditas dan reliabilitas dari

setiap butir pertanyaan yang diajukan.

93

Tabel 4. 6 Hasil Uji Validitas

Butir r hitung r tabel Keterangan Pertanyaan Islamic Branding (X1)

IB1 0,655 0,361 VALID IB2 0,907 0,361 VALID IB3 0,850 0,361 VALID IB4 0,687 0,361 VALID Persepsi Label Halal (X2)

PLH1 0,780 0,361 VALID PLH2 0,865 0,361 VALID PLH3 0,781 0,361 VALID PLH4 0,813 0,361 VALID PLH5 0,857 0,361 VALID Kualitas Produk (X3)

KP1 0,738 0,361 VALID KP2 0,753 0,361 VALID KP3 0,769 0,361 VALID KP4 0,771 0,361 VALID KP5 0,772 0,361 VALID KP6 0,847 0,361 VALID KP7 0,840 0,361 VALID KP8 0,821 0,361 VALID KP9 0,788 0,361 VALID KP10 0,685 0,361 VALID KP11 0,752 0,361 VALID KP12 0,743 0,361 VALID KP13 0,801 0,361 VALID

94

Perpindahan Merek (Y)

PM1 0,851 0,361 VALID PM2 0,921 0,361 VALID PM3 0,864 0,361 VALID Sumber: data primer yang telah diolah, 2019

Hasil TryOut tabel 4.5 menunjukan bahwa dari 25 butir pertanyaan yang diberikan kepada 30 responden memiliki r hitung yang lebih besar dari r tabel

0,361 yang berarti semua butir perntanyaan dinyatakan valid. Untuk uji reliabilitas didapati hasil sebagai berikut:

Tabel 4. 7 Hasil Uji Reliabilitas Cronbach’s N of Keterangan Variabel Alpha Item Islamic Branding (X1) 0,778 4 RELIABEL Persepsi Label Halal (X2) 0,868 5 RELIABEL Kualitas Produk (X3) 0,944 13 RELIABEL Perpindahan Merek (Y) 0,841 3 RELIABEL Sumber: data primer yang telah diolah, 2019

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, semua variabel yaitu islamic branding, persepsi label halal, kualitas produk, dan keputusan perpindahan merek memiliki nilai Conbrach’s Alpha di atas 0,70 maka semua variabel dinyatakan reliabel.

95

D. Pembahasan Analisis Deskriptif

1. Islamic Branding

Tabel 4. 8 Distribusi Jawaban Islamic Branding (X1) No. Pertanyaan STS TS R S SS 1. Mazaya sesuai dengan 0% 1% 17% 60% 22% syariah Islam 2. Kosmetik Mazaya berasal dari negara 0% 0% 8% 67% 25% yang mayoritas beragama muslim 3. Target pasar Mazaya cocok untuk 0% 0% 11% 64% 25% pelanggan muslim 4. Label halal pada

produk Mazaya cocok 0% 0% 24% 55% 21% untuk pelanggan

muslim

Mean 0% 0,25% 15% 61,5% 23,25%

Sumber: data primer yang telah diolah, 2019

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa pada variabel Islamic Branding

mayoritas respnden menjawab “setuju” sebesar 61,5% dan “sangat setuju”

sebesar 23,25%. Dari 4 butir pertanyaan, yang paling banyak mendapatkan

respon positif adalah pertanyaan no.2 mengenai kosmetik Mazaya berasal

dari negara yang mayoritas beragama muslim. Hal ini dapat dilihat dengan

mayoritas responden pada pertanyaan no.2 menjawab “setuju” sebesar 67%

dan “sangat setuju” sebesar 25%.

96

2. Persepsi Label Halal

Tabel 4. 9 Distribusi Jawaban Persepsi Label Halal (X2) No. Pertanyaan STS TS R S SS 1. Label halal pada kosmetik Mazaya menjamin 0% 0% 15% 56% 29% penggunaan bahan bakunya yang halal 2. Label halal pada kosmetik Mazaya menjamin proses 0% 1% 16% 45% 38% produksi yang halal 3. Label halal pada kosmetik Mazaya mencerminkan 0% 1% 23% 43% 33% nilai-nilai Islami 4. Label halal pada ksometik Mazaya menjamin 0% 1% 27% 41% 31% kesehatan kulit 5. Label halal pada kosmetik Mazaya memastikan tidak adanya resiko 0% 2% 29% 49% 20% terkontaminasi dengan zat haram

Mean 0% 1% 22% 46,8% 30,2%

Sumber: data primer yang telah diolah, 2019

Tabel 4.8 menunjukan bahwa pada variabel Persepsi Label Halal

mayoritas responden menjawab “setuju” sebesar 46,8% dan “sangat setuju”

sebesar 30,2%. Dari 5 butir pertanyaan, yang paling banyak mendapatkan

respon positif adalah pertanyaan no.1 mengenai pertanyaan Label halal pada

kosmetik Mazaya menjamin penggunaan bahan bakunya yang halal. Hal ini

97

dilihat dengan mayoritas responden pada pertanyaan no.1 menjawab

“setuju” sebesar 56% dan “sangat setuju” sebesar 29%.

3. Kualitas Produk

Tabel 4. 10 Distribusi Jawaban Kualitas Produk (X3) No. Pertanyaan STS TS R S SS 1. Kosmetik Mazaya memiliki kualitas yang 0% 0% 9% 65% 26% baik 2. Saya merasa nyaman menggunakan kosmetik 0% 2% 13% 57% 28% Mazaya 3. Mazaya mempunyai banyak variasi pada 0% 1% 10% 68% 21% pilihan produk 4. Kosmetik Mazaya memiliki label halal dan 0% 0% 11% 70% 19% sudah terdaftar di BPOM 5. Saya merasa cocok menggunakan kosmetik 0% 1% 17% 60% 22% Mazaya 6. Kosmetik Mazaya tidak menimbulkan masalah 0% 0% 13% 63% 24% pada kulit saya 7. Kosmetik Mazaya tahan lama dan tidak mudah 0% 1% 10% 72% 17% luntur saat digunakan 8. Kosmetik Mazaya memiliki masa pakai 0% 0% 11% 77% 12% (kadaluarsa) yang lama

98

9. Mazaya mempunyai layanan untuk menampung kritik dan 0% 0% 14% 71% 15% saran konsumen, serta informasi mengenai produk 10. Desain produk pada 0% 0% 12% 59% 29% Mazaya unik 11. Desain produk pada 0% 0% 11% 62% 27% Mazaya praktis 12. Warna kemasan pada 0% 1% 9% 60% 30% Mazaya menarik 13. Kosmetik Mazaya mempunyai reputasi yang 0% 0% 14% 66% 20% baik di masyarakat

Mean 0% 0,46% 11,85% 65,38% 22,31%

Sumber: data primer yang telah diolah, 2019

Tabel 4.9 menunjukan bahwa pada variabel Kualitas Produk

mayoritas responden menjawab “setuju” sebesar 65,38% dan “sangat

setuju” sebesar 22,31%. Dari 13 butir pertanyaan, yang paling banyak

mendapatkan respon positif adalah pertanyaan no.8 mengenai pertanyaan

kosmetik Mazaya memiliki masa pakai (kadaluarsa) yang lama. Hal ini

dapat dilihat dengan mayoritas responden pada pertanyaan no.8 menjawab

“setuju” sebesar 77% dan “sangat setuju” sebesar 12%.

99

4. Keputusan Perpindahan Merek

Tabel 4. 11 Distribusi Jawaban Responden Keputusan Perpindahan Merek (Y) No. Pertanyaan STS TS R S SS 1. Saya merasa tidak puas dengan produk kosmetik 2% 4% 23% 47% 24% sebelumnya 2. Kosmetik Mazaya mempunyai banyak 0% 1% 19% 64% 16% variasi sehingga saya tertarik menggunakannya 3. Saya merasa puas setelah menggunakan ksometik 0% 1% 13% 51% 35% Mazaya Mean 0,67% 2% 18,33% 54% 25%

Sumber: data primer yang telah diolah, 2019

Tabel 4.10 menunjukan bahwa pada variabel Keputusan Perpindahan

Merek mayoritas responden menjawab “setuju” sebesar 54% dan “sangat

setuju” sebesar 25%. Dari 3 pertanyaan, yang paling banyak mendapatkan

respon positif adalah pertanyaan no.2 mengenai kosmetik Mazaya

mempunyai banyak variasi. hal ini dapat dilihat dengan mayoritas

responden pada pertanyaan no.2 menjawab “setuju” sebesar 64% dan

“sangat setuju” sebesar 16%.

100

E. Uji Asumsi Klasik

1. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya

mempunyai data distribusi normal atau tidak. Kriteria pengambilan

keputusan adalah jika penyebaran data pada grafik normal P-P Plot

mengikuti garis normal (45 derajat), maka data berdistribusi normal.

Distribusi normal membentuk suatu garis lurus diagonal, dan ploting data

residual akan dibandingkan dengan garis diagonalnya. Jika distribusi data

normal, maka garis yang menggambarkan data sebenarnya akan mengikut

garis diagonalnya. (Ghozali, 2018:161)

Uji normalitas residual dengan metode grafik yaitu melihat

penyebaran data pada sumber diagonal pada grafik normal P-P Plot of

regression Standardized Residual. Sebagai dasar pengambilan

keputusannya, jika titik-titik menyebar sekitar garis dan mengikuti garis

diagonal maka residual tersebut telah normal.

101

Gambar 4. 2 Kurva P-P Plot Hasil Uji Normalitas Sumber: hasil output data SPSS yang telah diolah, 2019

Dari Grafik P-P Plot di atas terlihat bahwa sebaran data memusat pada nilai rata-rata dan median atau nilai P-P Plot terletak di garis diagonal, maka dapat dikatakan bahwa data penelitian ini memiliki penyebaran dan terdistribusi normal. Dengan normalnya data pada penelitian ini maka penelitian ini dapat diteruskan.

Untuk menegaskan hasil uji normalitas di atas maka peneliti melakuan uji Kolmogorov-Smirnov. Dalam uji ini, apabila nilai sig < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Namun jika nilai sig ˃ 0,05 maka data berdistribusi normal. Hasil uji statistik menghasilkan tabel sebagi berikut:

102

Tabel 4. 12 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

Sumber: hasil output data SPSS yang telah diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 4.12, hasil uji Kolomogorov-Smirnov di atas,

menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,200 yang artinya ˃ 0,05 sehingga

dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

2. Hasil Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model

regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independent).

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara

variabel independent. Multikolonieritas dapat dilihat dari perhitungan nilai

Tolerance serta Variance Inflation Factor (VIF). Suatu model regresi

disimpulkan tidak ada masalah multikolonieritas adalah apabila memiliki

nilai tolerance lebih besar dari 0,10 dan nilai Variance Inflation Factor

(VIF) lebih kecil dari 10. (Ghozali, 2018)

103

Tabel 4. 13 Hasil Uji Multikolonieritas

Sumber: hasil output data SPSS yang telah diolah, 2019

Berdasarkan hasil tabel di atas perhitungan nilai Variance Inflaation

Factor (VIF) menunjukkan nilai VIF islamic branding adalah 8,112,

persepsi label halal adalah 7,988, dan kualitas produk adalah 4,521. Ini

menunjukkan tidak ada satu variabel independen pun yang memiliki nilai

VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas

antara variabel independen dalam model regresi. Hasil perhitungan juga

menunjukkan nilai Tolerance masing-masing variabel yaitu islamic

branding adalah 0,123, persepsi label halal 0,125, dan kualitas produk

adalah 0,221. Ini berarti menunjukkan tidak ada variabel independen yang

memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10. Maka menurut nilai Tolerance

tidak terjadi multikolonieritas dalam model regresi.

3. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji gletjser bertujuan

untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance

dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi yang baik

adalah yang homoskesdastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas

104

(Ghozali, 2018:137). Hasil pengujian heterokedastisitas diperlihatkan pada

tabel sebagai berikut.

Tabel 4. 14 Hasil Glejser Heteroskedastisitas

Sumber: hasil output data SPSS yang telah diolah, 2019

Dari output di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi ketiga

variabel independen lebih dari 0,05. Variabel Islamic Branding memiliki

signifikansi 0,282, variabel persepsi label halal memiliki signifikansi 0,250,

dan variabel kualitas produk memiliki signifikansi 0,126. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada

model regresi.

F. Hasil Uji Hipotesis

1. Hasil Uji t

Uji statistik menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap

variabel dependen (Ghozali, 2018:98). Berikut hasil hipotesis yang ada

dalam penelitian ini.

105

Tabel 4. 15 Hasil Uji t

Sumber: hasil output data SPSS yang telah diolah, 2019

Berdasarkan hasil uji parsial pada tabel 4.15, dapat terlihat masing- masing nilai signifikansi dari tiap variabel independen terhadap variabel dependen dan untuk menentukan ttabel digunakan lampiran tabel t dengan menggunakan α = 5% dengan (df)=n-1 atau 100-1=99 sehingga diperoleh ttabel 1,984 (Sugiyono, 2017:291). Berikut adalah rincian penjelasan pada masing-masing variabel:

a. Pengaruh islamic branding terhadap perpindahan merek.

Hasil uji t untuk variabel islamic branding (X1) terhadap

perpindahan merek (Y) menunjukkan nilai signifikansi sebesar

0,006 nilai ini lebih kecil dari 0,05 (0,006 < 0,05) dan t hitung lebih

besar dari t tabel (2,813 > 1,984). Maka kesimpulan yang diambil

adalah Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti variabel islamic

branding berpengaruh signifikan terhadap perpindahan merek ke

kosmetik Mazaya.

Pendapat ini diperkuat oleh hasil penelitian Mu‟awwanah et

al (2019) yang berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi

106

Keputusan Nasabah Berpindah Ke Bank Syariah Dengan

Religiusitas Sebagai Variabel Mediating di Wilayah Mataram”,

dimana terdapat variabel islamic branding yang terbukti

memberikan pengaruh signifikan terhadap keputusan perpindahan

merek. b. Pengaruh persepsi label halal terhadap perpindah merek.

Hasil uji t untuk variabel persepsi label halal (X2) terhadap

perpindahan merek (Y) menunjukkan nilai signifikansi sebesar

0,016 nilai ini lebih kecil dari 0,05 (0,016 < 0,05) dan t hitung lebih

besar dari t tabel (2,464 > 1,984). Maka kesimpulan yang diambil

adalah Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti variabel persepsi

label halal (X2) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

perpindahan merek (Y) ke kosmetik Mazaya.

Pendapat ini diperkuat oleh hasil penelitian Yuanita et al

(2017) yang berjudul “Analisa Pengaruh Persepsi dan Pengetahuan

Wanita Muslim Golongan Menengah Terhadap Brand Switching

Kosmetik Halal”, yang menyatakan persepsi wanita muslim

golongan menengah secara signifikan berpengaruh positif terhadap

keputusan untuk melakukan brand switching kosmetik halal.

Menurut Hawkins & David (2010) dalam Aisyah (2015)

menjelaskan bahwa faktor agama sebagai salah satu bentuk budaya

yang didasarkan pada nilai-nilai yang berorientasi pada diri sendiri,

dapat mengidentifikasi perilaku konsumen di mana nilai-nilai dan

107

afiliasi pengajaran agama akan sangat mempengaruhi keputusan

pembelian konsumen dan kehidupan sehari-hari mereka. Dengan

demikian, konsumen muslim memutuskan untuk lebih membeli

atau menggunakan kosmetik berlabel halal yang diduga didasari

oleh nilai-nilai yang berorientasi pada diri sendiri untuk

mempraktikan ajaran Islam yang berasal dari Alquran dan hadis. c. Pengaruh kualitas produk terhadap perpindahan merek.

Hasil uji t untuk variabel kualitas produk (X3) terhadap

perpindahan merek (Y) menunjukkan nilai signifikansi sebesar

0,042 nilai ini lebih kecil dari 0,05 (0,042 < 0,05) dan t hitung lebih

besar dari t tabel (2,065 > 1,984). Maka kesimpulan yang diambil

adalah Ha ditrima dan Ho ditolak. Hal ini berarti variabel kualitas

produk (X3) berpengaruh secara signifikan terhadap perpindahan

merek ke kosmetik Mazaya.

Pendapat ini diperkuat oleh hasil penelitian dari Khasanah &

Kuswati (2013) yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Perpindahan Merek Pada Produk Smartphone”,

dimana terdapat variabel kualitas produk yang terbukti memberikan

pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan perpindahan

merek.

108

2. Hasil Uji F

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen

yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

(simultan) terhadap variabel dependen. Untuk mengambil keputusan

hipotesis diterima atau ditolak dengan membandingkan tingkat signifikansi

(alpha) sebesar 5 % (0,05). Jika nilai probability F lebih besar dari alpha

0,05 maka variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen.

Selain itu dapat juga dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel.

Apabila Fhitung lebih besar dari Ftabel maka dapat dikatakan bahwa variabel

indpenden secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.

Sedangkan jika nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel maka dapat dikatakan bahwa

variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap

variabel dependen (Ghozali, 2018). Untuk menentukan Ftabel digunakan

lampiran statistika tabel F. Menghitung Ftabel dengan dk pembilang = k

(jumlah variabel independen) dan dk penyebut = (n-k-1) dengan taraf

kesalahan 5 % (sugiyono, 2017:285). Dari rumus tersebut diperoleh dk

pembilang = 3 dan dk penyebut 100-3-1=96, dengan menggunakan tingkat

signifikansi 0,05 maka diperleh Ftabel sebesar 2,70. Hasil uji koefisien

signifikansi simultan (uji statistik F) sebagai berikut:

109

Tabel 4. 16 Hasil Uji F

Sumber: hasil output data SPSS yang telah diolah, 2019

Pengujian secara simultan islamic branding (X1), persepsi label halal

(X2), dan kualitas produk (X3) terhadap perpindahan merek (Y). Dari tabel

4.14 diperoleh nilai Fhitung (116,429) > Ftabel (2,70) dan nilai signifikansi

lebih kecil dari probabilitas 0,05 atau nilai 0,000 < 0,05, maka Ha di terima

dan Ho ditolak, berarti secara bersama-sama (simultan) islamic branding

(X1), persepsi label halal (X2), dan kualitas produk (X3) berpengaruh

signifikan terhadap perpindahan merek (Y) ke kosmetik Mazaya.

G. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh

yaitu islamic branding, persepsi label halal, dan kualitas produk terhadap

perpindhan merek. Analisis regresi digunakan untuk menguji kebenaran,

hipotesis yang diajukan dalam suatu penelitian.

110

Tabel 4. 17 Analisis Regresi Linier Berganda

Sumber: hasil output data SPSS yang telah diolah, 2019

Berdasarkan tabel di atas, hasil persamaan regeresi yang telah diperoleh adalah sebagai berikut:

Y = а + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e

Y = 1,838 + 0,259 X1 + 0,182 X2 + 0,053 X3 + e

Keterangan :

Y = Keputusan perpindahan merek

a = Konstanta

X1 = Islamic branding

X2 = Persepsi label halal

X3 = Kualitas produk

β1 = Koefisien regresi untuk variabel islamic branding

β2 = Koefisien regresi untuk variabel persepsi label halal

β3 = Koefisien regresi untuk variabel kualitas produk

e = Error

111

Interpretasi dari persamaan regresi di atas adalah sebagai berikut :

1. Nilai konstanta (a) menunjukkan bahwa besarnya dari nilai perpindahan

merek (Y). Variabel islamic branding, persepsi label halal, dan kualitas

produk dinyatakan konstan dengan nilai perpindahan merek sebesar

1,838

2. Nilai koefisien regresi pada variabel islamic branding berpengaruh

signifikan yaitu sebesar 0,259. Hal tersebut dapat diartikan bahwa apabila

semakin baik dan tinggi konsep islamic branding, maka semakin

meningkatkan konsumen melakukan perpindahan merek ke kosmetik

Mazaya.

3. Nilai koefisien regresi pada variabel persepsi label halal berpengaruh

signifikan yaitu sebesar 0,182. Hal tersebut dapat diartikan bahwa apabila

semakin baik dan tinggi persepsi konsumen mengenai label halal, maka

semakin meningkatkan konsumen melakukan perpindahan merek ke

kosmetik Mazaya.

4. Nilai koefisien regresi pada variabel kualitas produk berpengaruh

signifikan yaitu sebesar 0,053. Hal tersebut dapat diartikan bahwa apabila

semakin baik dan tinggi kualitas suatu produk, maka semakin

meningkatkan konsumen melakukan perpindahan merek ke kosmetik

Mazaya.

112

H. Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Ghozali (Ghozali, 2018:97) koefisien determinasi (R2) pada

intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan

variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan

satu. Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada Tabel model

summary dan tertulis R square. Namun untuk regresi linier berganda sebaiknya

R square yang sudah disesuaikan atau tertulis adjusted R square, karena

disesuikan dengan jumlah varibel independen yang digunakan dalam

penelitian. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 18 Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Sumber: hasil output data SPSS yang telah diolah, 2019

Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi di atas menunjukkan bahwa

nilai koefesien Adjusted R Square adalah sebesar 0,778, yang berarti

kemampuan variabel independen berpengaruh sebesar 77,8%. Hasil ini

menunjukkan bahwa 77,8% variabel perpindahan merek dapat dijelaskan oleh

islamic branding, persepsi label halal, dan kualitas produk. sedangkan sisanya

(100% - 77,8% = 22,2%) dijelaskan oleh variabel-variabel lain.

113

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh islamic branding,

persepsi label halal, dan kualitas produk terhadap keputusan perpindahan

merek ke kosmetik Mazaya. Responden dalam penelitian ini berjumlah 100

orang wanita yang berdomisili di kawasan JABODETABEK yang

menggunakan kosmetik Mazaya. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan

dan pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan

menggunakan tabel regresi linier berganda, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Variabel islamic branding mempunyai pengaruh signifikan secara parsial

terhadap keputusan perpindahan merek ke kosmetik Mazaya.

2. Variabel persepsi label halal mempunyai pengaruh signifikan secara

parsial terhadap keputusan perpindahan merek ke kosmetik Mazaya.

3. Varibel kualitas produk mempunyai pengaruh signifikan secara parsial

terhadap keputusan perpindahan merek ke kosmetik Mazaya.

4. Variabel islamic branding, persepsi label halal, dan kualitas produk

secara simultan atau bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan

terhadap keputusan perpindahan merek ke kosmetik Mazaya sebesar

77,8%. Sedangkan sisanya yaitu 22,2% dijelaskan oleh variabel lain yang

tidak diteliti dalam penelitian ini.

114

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan di atas, maka ada beberapa

saran sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan

a. Variabel Islamic Branding

Dari data yang ada, menunjukkan bahwa Islamic branding

terbukti mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan

perpindahan merek ke kosmetik Mazaya. Namun masih ada sekitar

24% konsumen menjawab ragu-ragu mengenai keterangan halal pada

produk Mazaya. Hal ini sesuai dengan peraturan UU No. 33 Tahun

2014 tentang Jaminan Produk Halal dimana produk yang masuk,

beradar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib bersertifikat

halal dari BPJPH. Meskipun pemberlakukan sertifikasi halal baru

dikhususkan untuk produk makanan dan minuman, tetapi pada tahun

2021 nanti sertifikasi halal untuk obat dan kosmetik juga akan

diterapkan. Sehingga menempelkan label halal pada kemasan

kosmetik di masa yang akan datang tidak lagi cukup bagi konsumen,

karena tidak adanya lagi diferensiasi. Maka menjadi tugas perusahaan

harus membangun keunggulan bersaing yang berkelanjutan melalui

produknya dan terus melakukan inovasi dengan tetap menunjukkan

atribut islami mulai dari bahan baku, proses produksi, kemasan, serta

pelayanan harus sesuai dengan syariat Islam.

115 b. Variabel Persepsi Label Halal

Dari data yang ada, menunjukkan bahwa persepsi label halal

terbukti mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan

perpindahan merek ke kosmetik Mazaya. Namun ada sekitar 29%

konsumen menjawab ragu-ragu dan 2% menjawab tidak setuju bahwa

label halal pada kosmetik Mazaya memastikan tidak adanya resiko

kontaminasi dengan zat haram. Hal ini menjadi tugas bagi perusahaan

agar mencantumkan ingredients atau keterangan bahan baku pada tiap

produknya agar konsumen benar-benar percaya bahwa kosmetik

Mazaya tidak mengandung bahan baku yang diharamkan dalam Islam

dan aman untuk digunakan.

Selain itu, meskipun Indonesia merupakan negara yang

mayoritasnya beragama Islam, namun masih ada masyarakat yang

belum sadar akan pentingnya menggunakan kosmetik berlabel halal.

Sehingga menjadi tugas perusahaan agar terus memberikan edukasi

mengenai kosmetik yang sehat sesuai syariat Islam melaui kegiatan

promosi below the line yaitu dengan mengadakan seminar, event atau

talkshow pada komunitas kegiatan muslim saat ini seperti Hijrah Fest,

dan lain-lain. Hal ini sekaligus dapat memberikan kesempatan untuk

memperkenalkan produk Mazaya agar lebih dekat lagi dengan

konsumen terutama pada kalangan generasi muslim milenial.

Perusahaan juga harus bisa menjangkau pangsa pasar yang lebih

luas. Karena saat ini, permintaan kosmetik halal juga datang dari

116

konsumen non-muslim yang melihat produk halal sebagai produk

yang aman dan berkualitas. Jika diperhatikan, tentu akan berdampak

baik pula bagi perusahaan itu sendiri.

c. Variabel Kualitas Produk

Dari data yang ada, menunjukkan bahwa kualitas produk

terbukti mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan

perpindahan merek ke kosmetik Mazaya. Namun ada sekitar 17%

konsumen yang menjawab ragu-ragu dan 1% menjawab tidak setuju

dengan tingkat kecocokan pada produk Mazaya. Hal ini menjadi tugas

bagi perusahaan agar terus memperbaiki bahan baku, proses produksi

dan mutu produk, bahkan menyempurnakannya untuk memberikan

kepuasan dan loyalitas konsumen agar setia pada produk kosmetik

Mazaya dan tidak berpindah ke merek lainnya.

2. Bagi Akademisis

Penelitian ini hanya mengukur variabel islamic branding, persepsi

label halal, dan kualitas produk terhadap keputusan perpindahan merek.

Untuk itu diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan

variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi keputusan perpindahan

merek seperti gaya hidup, harga, advertising, word of mouth, dan lain-

lain. Serta mengembangkan penelitian dengan teori yang baru, metode,

alat uji dan objek penelitian yang berbeda. Sehingga dapat menambah

wawasan untuk penelitian selanjutnya agar lebih baik lagi.

117

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, D.A. (1991), Managing Brand Equity: Capitalizing on the Value of a Brand Name, The Free Press, New York, NY. Aisyah, M. (2015). Peer Group Effects on Moslem Consumer‟s Decision To Purchase Halal Labeled Cosmetics. Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah, 7(2), 165-180. Aisyah, M. (2017). Consumer Demand on Halal Cosmetics and Products in Indonesia. Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah, 9(1), 125-142. Alim, S.A, Kholid Mawardi, dan Aniesa S.B. (2018), “Pengarh Persepsi Label Halal dan Kualitas produk Terhadap Keputusan Pembelian Produk Fesyen Muslim (Survei Pada Pelanggan Produk Zoya Muslim di Kota Malang)”, Jurnal Administrasi Bisnis, Vol.62, No.1 Alserhan, B.A. (2010), Islamic Branding: A Conceptualization Of Related Terms, Palgrave Jurnal, Vol.18, No.1, pp.34-49 Alserhan, B.A. (2010), On Islamic branding: brands as good deeds, Journal of Islamic Marketing, Vol. 1 No. 2, pp. 101-106. Andini, A. L., & Rufaidah, P. (2018). The Influence of Islamic Branding and Religiosity on Brand Image. AFEBI Islamic Finance and Economic Review, 2(02). Arianto, Anandhitya Bagus. 2013. Pengaruh Atribut Produk, Harga, Kebutuhan Mencari Variasi dan Ketidakpuasan Konsumen terhadap Keputusan Perpindahan Merek dari Samsung Galaxy Series di Kota Malang. Alumni S2 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang Borzooei, M., dan Maryam Asgari, 2013. The Halal Brand Personality and Its Effect on Purchase Intention. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business. 5(3): 481-491

C. Mowen, John dan Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Jakarta : Erlangga. Candra, J. (2014). Pengaruh Faktor Promosi, Kualitas Produk, Dan Ketidakpuasan Terhadap Perpindahan Merek. Jurnal Ilmu Manajemen (JIM), 2(3). Chinomona, R., & Maziriri, E. T. (2017). The influence of brand awareness, brand association and product quality on brand loyalty and repurchase intention: a case of male consumers for cosmetic brands in South Africa. Journal of Business and Retail Management Research, 12(1).

118

Engel, F.J., dkk. (2001), Consumer Behaviour. 9th edition. Harcourt Orlando.

Fallefi, M. R., & Siregar, M. R. (2018). Pengaruh Nilai Utilitarian Dan Nilai Hedonis Terhadap Perpindahan Merek Dengan Kepuasan Konsumen Sebagai Pemoderasi (Studi Kasus Perpindahan Merek Dari Smartphone Lain Ke Iphone Pada Mahasiswa Di Lingkungan Universitas Syiah Kuala). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen, 3(3), 143-154. Fitriya, Elok. (2017), “Analisis Pengaruh Islamic Branding Terhdap Keputusan Kosnumen Untuk Membeli Produk”, Jurnal Ilmiah Akuntansi Indonesia, Vol.2, No.1

Ghozali, I. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 25. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hidayat, A.S dan Mustolih Siradj. (2015), “Sertifikasi Halal Dan Sertifikasi Non Halal Pada Produk Pangan Industri”, Ahkam, Vol.XV, No.2 Ilyas, Musyfikah. (2017), “Sertifikasi dan Labelisasi produk Halal Perspektif Maslahat”, Jurnal Al-qadau Peradilan dan Hukum Keluarga Islam, Vol.4, No.2 Issa, Z. M. dkk, (2009). Practices of Food Producers in Producing Halal Food Products in Malaysia. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business. 1(7): 53-63.

Jalil, M. A., & Rahman, M. K. (2014). The impact of Islamic branding on consumer preference towards Islamic banking services: an empirical investigation in Malaysia. Journal of Islamic banking and finance, 2(1), 209-229. Keller, Kevin Lane. (2013). Strategic Brand Management: Building, Measuring and Managing Brand Equity. Fourth Edition. Global Edition. Boston: Pearson. Khasanah, A. U., & Kuswati, R. (2014). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan merek pada produk smartphone. Benefit: Jurnal Manajemen dan Bisnis, 17(2), 123-131. Kotler dan Amstrong. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran. Cetakan Kedua belas.Jakarta: Erlangga

Kotler, Philip dan Susanto. (2001). Dasar-dasar Pemasaran, Jilid I, Edisi 9, PT. Indeks, Jakarta.

Kotler, Philip and Kevin Lane Keller. (2006). Marketing Management 12e. New Jersey: Pearson Education, Inc

119

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. (2016), Marketing Management – 15/E, Harlow Pearson Education Kotler, Philip, & Keller, Kevin Lane (2009). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga. Kotler, Philip, 2007, Manajemen Pemasaran, Jilid 2, Edisi 12, PT Indeks., New Jersey Kotler, Philip. (2000), Manajemen Pemasaran Edisi Milenium (Terjemahan). PT Prenhalindo. Jakarta.

Lupiyoadi, R. dan Hamdani, A. 2006.Manajemen Pemasaran Jasa. Edisi 2 Jakarta: Salemba Empat Madevi, F., Yulianto, E., & Bafadhal, A. S. (2019). Pengaruh Persepsi Label Halal Terhadap Citra Merek Dan Minat Beli (Survei Online Pada Pengikut Akun Instagram@ safiindonesia). Jurnal Administrasi Bisnis, 77(1), 20-29. Mu‟awwanah, R., Yasin, M., & Sahri, S. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah Berpindah Ke Bank Syariah Dengan Religiusitas Sebagai Variabel Mediating (Studi Kasus pada Nasabah Bank Konvensional yang sudah berpindah ke Bank Syariah di Wilayah Kota Mataram). JURNAL LENTERA: Kajian Keagamaan, Keilmuan Dan Teknologi, 18(2), 236-251. Nasrullah, Muhammad. (2015), “Islamic Branding, Religusitas, dan Keputusan Kosnumen Terhadap Produk”, Jurnal Hukum Islam, Vol.13, No.2

Peter, J. Paul, Jerry C O lson. (2010). Consumer Behavior and Marketing Strategy. Ninh Edition. New York. McGraw Hill. Peter, Paul J. Dan Jerry C. Olson. (2000). Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Erlangga. Jakarta. Pratiwi, S.D., dan Lilis Surianti. (2017). “Strategi Pemasarn Produk Rangka Atap Baja Ringan Pada PT. Hari Rezeki Kita Semua Pekanbaru”, Jurnal Valuta, Vol.3, No.2 Qardhawi,Yusuf. (2007), Halal dan Haram dalam Islam, (h.5), Era Intermedia. Surakarta. Rahmadani, Gema. (2015), “Halal dan Haram Dalam Islam”, Jurnal Ilmiah Penegakan Hukum Vol.2, No.1 Ranto, D. W. P. (2016). Menciptakan Islamic Branding Sebagai Strategi Menarik Minat Beli Konsumen. Jurnal Bisnis, Manajemen, dan Akuntansi, 1(2).

120

Riduwan 2007. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Afabeth. Saeed, M., & Azmi, I. B. A. G. (2014). Religion and brand switching behaviour of Muslim consumers. Middle East J Sci Res, 21(9), 1611-1617. Schiffman dan Kanuk, (2004), Consumer Behavior, Prentice Hall International, Inc, Schiffman, Leon.G dan Leslie Lazar Kanuk. 2007. Perilaku Konsumen. Edisi ke 7. Terjemahan oleh Drs. Zulkifli Kasip. PT Indeks. Jakarta

Seth, Jagdish N. (1999). Customer Behavior. The Dryden Press Harcourt Brace Collage Publishers Setiadi Nugroho J, (2003), Perilaku Konsumen Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran, Kencana, Bogor. Sugiyono.2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Syukri, Ahmad. (2018), “Analisis Pengaruh Ekuitas Merek dan Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan (Studi kasus Rumah Sakit Syarif Hidayatullah), Jurnal Semarak, Vol.1, No.2 Syukri, Ahmad. (2018), “Analisis Pengaruh Ekuitas Merek dan Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan (Studi kasus Rumah Sakit Syarif Hidayatullah), Jurnal Semarak, Vol.1, No.2 Temporal, P. (2011). Islamic Branding and Marketing, Creating a Global Islamic Business: John Wiley & Sons (Asia) Pte. Ltd. Tjiptono, Fandy dan Chandra, Gregorius. (2012). Pemasaran Strategik. Edisi kedua. Yogyakarta: Penerbit Andi. Tjiptono, Fandy dan Chandra, Gregorius. (2012.) Pemasaran Strategik. Edisi kedua. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Tjiptono, Fandy. (2008), Pemasaran Strategik. Edisi 1. Yogyakkarta: CV Andi Offset Wilson, J.A.J. (2012), “The new wave of transformational Islamic marketing: reflections and definitions”, Journal of Islamic Marketing, Vol. 3 No. 1, pp. 5-11. Yuanita, T. (2017). Analisa Pengaruh Persepsi Dan Pengetahuan Wanita Muslim Golongan Menengah Terhadap Brand Switching Kosmetik Halal. Jurnal Ekonomi, 19(3), 239-255.

121

Yuswohady, Madyani. D., Herdiansyah I.A, & Alim, I. (2015). Marketing to the Middle Class Moslem: Recognize the Change, Understand Its Behavior, Map Strategy, Gramedia.Jakarta. Zahari, A., & Evanita, S. (2019). Pengaruh Kualitas Produk, Promosi Dan Kebutuhan Mencari Variasi Terhadap Perilaku Peralihan Merek (Brand Switching) Produk Kosmetik Sariayu Di Kota Padang. Jurnal Ecogen, 1(4), 896-904.

Website: https://tirto.id/saat-islam-menjadi-agama-mayoritas-di-dunia-cmdV Diakses pada Juni 2019 https://www.bps.go.id/ Diakses pada Mei 2019 https://cci-indonesia.com/perkembangan-pasar-industri-kosmetik-di-indonesia- 2010-2015/ Diakses pada Juli 2019 https://miraeasset.co.id/ Diakses pada Agustus 2019 http://sigmaresearch.co.id/ Diakses pada Juni 2019 https://halalcorner.id/tag/daftar-kosmetik-halal-2018/ Diakses pada Juni 2019 https://www.mazaya.co.id/ Diakses pada Juli 2019 https://www.halalmui.org/mui Diakses pada Agustus 2019

122

LAMPIRAN

123

LAMPIRAN

Kepada Yth. Bapak/Ibu/Sdr/I Responden Penelitian Di tempat

Dengan Hormat Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswa Program Strata Satu (S1) Univeristas Islam Negeri Jakarta Syarif Hidayatullah Jakarta, saya :

Nama : Siti Nurjanah

Nim : 11150810000011

Fakultas/ Jurussan : Ekosnomi dan Bisnis/ Manajemen Pemasaran

Bermaksud melakukan penelitian ilmiah untuk penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh Islamic Branding, Persepsi Label Halal, dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Perpindahan Merek Dari Kosmetik Merek Lain Ke Merek Mazaya”. Maka untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan penelitian ini, saya memohon ketersediaan Bapak/Ibu/Sdr/I untuk mengisi daftar pernyataan yang saya ajukan. Kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/I merupakan bantuan yang sangat bernilai bagi saya.

Atas ketersediaan Bapak/Ibu/Sdr/I meluangkan waktu untuk mengisi dan menjawab semua pernyataan dalam kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Siti Nurjanah

124

KUESIONER PENELITIAN

A. Penyaringan Pertanyaan (Screening Question)

1. Apakah anda saat ini menggunakan kosmetik merek Mazaya? a. Ya b. Tidak 2. Apakah anda sebelumnya menggunakan kosmetik merek lain, lalu sekarang anda berpindah menggunakan merek Mazaya? a. Ya b. Tidak 3. Kosmetik merek apa yang pernah anda gunakan sebelum menggunakan merek Mazaya? ...... 4. Apakah anda berdomisili di JABODETABEK ? a. Ya b. Tidak Jika jawaban adalah YA, Anda dapat melanjutkan mengisi kuesioner ini. Namun, jika TIDAK, pengisian kuesioner cukup sampai disini.

B. Identitas Responden 1. Nama : ...... 2. Jenis Kelamin a. Pria b. Wanita 3. Usia a. <15 tahun b. 15-21 tahun c. ˃21-35 tahun d. ˃35 -56 tahun e. ˃56 tahun

125

4. Pendidikan Terakhir a. SD b. SMP c. SMA / Sederajat d. D1 - D3 e. D4 - S1 f. S2 g. S3 5. Pekerjaan a. Mahasiswa/ Pelajar b. PNS c. Karyawan Swasta d. Wirausaha e. Lain-lain 6. Pengeluaran a.

C. Petunjuk Pengisian Isilah pernyataan di bawah ini yang menyangkut pengalaman Saudara/i mengenai produk kosmetik berlabel halal “Mazaya”, dengan memberikan tanda ceklis (√) di kolom yang sesuai pada : Sangat Tidak Setuju : STS Tidak Setuju : TS Ragu-ragu : R Setuju : S Sangat Setuju : SS

126

1. Islamic Branding

No. Pernyataan STS TS R S SS

Islamic brands by complience

1. Mazaya sesuai dengan syariah Islam

Islamic brands by origin

2. Kosmetik Mazaya berasal dari negara yang mayoritas

beragama muslim

Islamic brands by Customer

3. Target pasar Mazaya cocok untuk pelanggan muslim

4. Label halal pada produk Mazaya cocok untuk

pelanggan muslim

2. Persepsi Label Halal

No. Pernyataan STS TS R S SS

Keamanan (safety)

5. Label halal pada kosmetik Mazaya menjamin

penggunaan bahan bakunya yang halal

6. Label halal pada kosmetik Mazaya menjamin proses

produksi yang halal

Nilai Keagamaan (religious value)

7. Label halal pada kosmetik Mazaya mencerminkan nilai-

nilai Islami

127

Kesehatan (health)

8. Label halal pada ksometik Mazaya menjamin kesehatan

kulit

Kekhususan (exclusivity)

9. Label halal pada kosmetik Mazaya memastikan tidak

adanya resiko terkontaminasi dengan zat haram

3. Kualitas Produk

No. Pernyataan STS TS R S SS

Kineraja (Performance)

10. Kualitas Mazaya memeliki kualitas yang baik

11. Saya merasa nyaman menggunakan kosmetik Mazaya

Keistimewaan (Features)

12. Mazaya mempunyai banyak variasi pada pilihan produk

Kesesuaian (Conformance)

13. Kosmetik Mazaya memiliki label halal dan sudah

terdaftar di BPOM

Kehandalan (Reliability)

14. Saya merasa ocok menggunakan kosmetik Mazaya

15. Kosmetik Mazaya tidak menimbulan masalah pada kulit

saya

Daya Tahan (Durability)

128

16. Kosmetik Mazyaz tahan lama dan tidak mudah luntur

saat digunakan

17. Kosmetik Mazaya memiliki masa pakai (kadaluarsa)

yang lama

Layanan (Serviceability)

18. Mazaya mempunyai layanann untuk menampung kritik

dan saran konsumen, serta informasi mengenai produk

Keindahan (Aesthethics)

19. Desain produk pada Mazaya unik

20. Desain produk pada Mazaya praktis

21. Warna kemasan pada Mazaya menarik

Kualitas yang Dipersepsikan (Perceived Quality)

22. Kosmetik Mazaya mempunyai reputasi yang baik di

masyarakat

4. Perpindahan Merek

No. Pernyataan STS TS R S SS

23. Saya merasa tidak puas dengan produk kosmetik

sebelumnya

24. Kosmetik Mazaya mempunyai banyak variasi sehingga

saya tertarik menggunakannya

25. Saya merasa puas setelah menggunakan Mazaya

129

DATA VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Variabel Islamic Branding

X1 No. Total IB1 IB2 IB3 IB4 1 5 4 4 4 17 2 4 3 4 5 16 3 5 5 5 5 20 4 4 5 5 5 19 5 5 5 5 4 19 6 4 4 4 4 16 7 5 5 5 5 20 8 5 5 5 5 20 9 3 3 3 3 12 10 5 5 5 5 20 11 5 4 4 4 17 12 4 4 4 5 17 13 4 4 4 4 16 14 5 5 5 5 20 15 4 4 4 4 16 16 5 4 4 4 17 17 5 4 5 5 19 18 4 4 5 5 18 19 3 3 4 4 14 20 5 5 4 5 19 21 4 4 4 4 16 22 4 4 5 5 18 23 3 3 3 5 14 24 5 3 3 3 14 25 3 4 4 5 16 26 4 5 5 5 19 27 3 4 5 5 17 28 5 5 4 5 19 29 4 4 4 4 16 30 4 4 4 4 16

130

Variabel Persepsi Label Halal

X2 NO. Total PLH1 PLH2 PLH3 PLH4 PLH5 1 5 4 4 4 5 22 2 4 4 5 4 4 21 3 5 5 5 5 5 25 4 4 4 5 3 4 20 5 4 4 4 5 5 22 6 4 4 3 4 4 19 7 5 5 5 5 5 25 8 5 5 5 5 4 24 9 3 3 3 3 3 15 10 5 5 5 5 5 25 11 5 4 5 5 5 24 12 5 5 3 4 5 22 13 4 4 4 4 4 20 14 5 5 5 5 5 25 15 4 4 4 4 5 21 16 5 4 5 4 4 22 17 5 4 5 3 4 21 18 4 4 5 3 5 21 19 4 4 3 3 3 17 20 5 4 4 5 4 22 21 5 4 4 3 4 20 22 5 4 5 5 4 23 23 3 3 3 3 3 15 24 3 3 3 3 3 15 25 5 5 5 4 5 24 26 5 5 5 5 5 25 27 4 4 5 3 4 20 28 5 5 5 5 5 25 29 5 4 3 2 3 17 30 3 4 4 4 4 19

131

Variabel Kualitas Produk

X3 No. Total KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 KP8 KP9 KP10 KP11 KP12 KP13 1 5 5 4 5 4 4 4 5 4 3 5 4 5 57 2 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 5 55 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 65 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 55 5 5 5 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 50 6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 50 7 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 65 8 4 4 4 5 4 3 4 4 4 5 5 4 5 55 9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 65 11 4 3 5 5 3 5 5 5 4 4 5 5 5 58 12 4 4 4 5 4 4 3 3 5 3 4 4 3 50 13 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52 14 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 65 15 4 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 59 16 5 4 4 4 4 4 4 5 4 3 5 4 5 55 17 4 5 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 57 18 4 4 4 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 58 19 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 45 20 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 5 4 5 59 21 3 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 55 22 4 4 3 5 4 4 4 4 4 3 4 3 5 51 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 25 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 42 26 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 59 27 3 3 4 4 3 3 4 5 3 3 5 3 4 47 28 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 61 29 4 4 5 5 2 3 3 3 4 4 4 4 4 49 30 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 3 2 2 44

132

Variabel Perpindahan Merek

Y No. Total PM1 PM2 PM3 1 4 5 4 13 2 5 5 4 14 3 3 4 3 10 4 3 4 4 11 5 5 4 4 13 6 2 3 3 8 7 5 5 5 15 8 3 4 4 11 9 3 3 3 9 10 3 5 5 13 11 4 5 5 14 12 2 4 4 10 13 4 4 4 12 14 3 5 5 13 15 4 5 5 14 16 4 5 4 13 17 4 5 4 13 18 4 5 5 14 19 2 3 3 8 20 5 4 5 14 21 2 4 4 10 22 2 4 4 10 23 3 3 3 9 24 2 3 3 8 25 3 3 3 9 26 4 5 5 14 27 1 3 4 8 28 3 4 4 11 29 3 3 4 10 30 2 2 2 6

133

DATA PENELITIAN

Variabel Islamic Branding

X1 NO. Total IB1 IB2 IB3 IB4 1 4 4 4 5 17 2 4 4 4 4 16 3 4 4 4 4 16 4 5 5 4 4 18 5 5 4 5 5 19 6 5 5 5 5 20 7 5 5 5 5 20 8 5 5 5 5 20 9 5 5 4 4 18 10 5 5 5 5 20 11 4 4 5 5 18 12 5 4 5 4 18 13 5 5 5 5 20 14 4 5 5 5 19 15 4 5 4 5 18 16 5 5 4 4 18 17 5 5 5 5 20 18 5 5 5 5 20 19 4 4 5 5 18 20 5 4 5 5 19 21 5 5 5 5 20 22 5 5 5 5 20 23 5 5 5 5 20 24 5 5 5 5 20 25 5 5 5 5 20 26 4 4 5 5 18 27 5 5 5 4 19 28 5 5 5 5 20 29 5 5 5 4 19 30 3 3 3 3 12 31 4 3 3 3 13 32 3 3 3 4 13 33 3 3 4 3 13 34 3 4 4 4 15

134

X1 NO. Total IB1 IB2 IB3 IB4 35 4 4 3 4 15 36 3 3 4 4 14 37 4 4 5 4 17 38 4 4 4 4 16 39 4 4 4 5 17 40 4 4 4 4 16 41 4 3 4 4 15 42 3 4 3 4 14 43 4 4 4 5 17 44 4 5 4 4 17 45 4 3 4 4 15 46 4 4 4 4 16 47 4 4 4 4 16 48 4 4 4 4 16 49 4 4 4 4 16 50 4 4 5 4 17 51 4 4 4 5 17 52 4 4 4 5 17 53 4 3 4 4 15 54 4 4 4 4 16 55 4 4 4 4 16 56 4 4 4 5 17 57 3 4 4 4 15 58 4 4 4 4 16 59 5 4 4 4 17 60 4 4 4 4 16 61 3 4 4 4 15 62 4 4 4 4 16 63 4 4 4 5 17 64 4 4 4 4 16 65 4 5 5 5 19 66 5 4 5 5 19 67 5 5 5 5 20 68 5 5 5 5 20 69 4 4 3 4 15 70 4 3 3 4 14 71 4 3 3 3 13 72 3 3 3 3 12

135

X1 NO. Total IB1 IB2 IB3 IB4 73 1 2 3 3 9 74 3 3 4 3 13 75 3 3 3 4 13 76 3 3 3 4 13 77 3 3 3 3 12 78 3 3 3 3 12 79 3 3 3 4 13 80 2 3 3 3 11 81 3 2 3 3 11 82 3 3 3 4 13 83 2 2 3 3 10 84 3 3 3 4 13 85 4 4 5 5 18 86 5 5 5 5 20 87 5 5 5 5 20 88 5 4 5 5 19 89 5 5 5 5 20 90 5 5 5 5 20 91 5 5 5 5 20 92 4 5 5 5 19 93 4 4 4 4 16 94 4 3 4 4 15 95 4 4 3 4 15 96 4 4 4 4 16 97 4 4 3 4 15 98 3 4 4 4 15 99 4 4 4 5 17 100 4 4 4 4 16

136

Variabel Persepsi Label Halal

X2 NO. Total PLH1 PLH2 PLH3 PLH4 PLH5 1 5 5 5 4 4 23 2 4 4 4 4 3 19 3 5 4 4 5 4 22 4 4 4 4 4 3 19 5 5 5 5 5 4 24 6 5 5 5 5 5 25 7 5 5 5 5 4 24 8 5 5 5 5 5 25 9 4 4 4 5 4 21 10 5 5 4 5 4 23 11 4 4 5 5 4 22 12 5 5 5 4 4 23 13 5 5 5 5 5 25 14 5 5 5 4 5 24 15 5 5 5 5 4 24 16 4 4 4 5 5 22 17 5 5 5 5 5 25 18 5 5 5 4 4 23 19 5 5 5 5 4 24 20 5 4 5 5 5 24 21 5 5 5 5 5 25 22 4 4 4 4 4 20 23 5 5 5 5 5 25 24 5 5 5 5 4 24 25 5 5 5 5 5 25 26 5 5 5 4 5 24 27 4 5 5 5 5 24 28 4 5 5 5 5 24 29 5 5 4 4 4 22 30 3 3 3 3 3 15 31 3 3 3 3 3 15 32 4 4 3 3 3 17 33 4 3 3 3 3 16 34 4 5 5 5 4 23 35 4 4 4 3 3 18 36 4 3 3 4 4 18 37 4 4 4 4 3 19

137

X2 NO. Total PLH1 PLH2 PLH3 PLH4 PLH5 38 4 4 4 4 4 20 39 5 5 4 4 4 22 40 4 4 4 4 4 20 41 4 4 3 3 4 18 42 4 4 3 3 3 17 43 5 5 4 4 4 22 44 4 5 5 4 3 21 45 4 4 4 4 4 20 46 4 4 4 3 4 19 47 4 4 4 4 4 20 48 4 3 4 4 4 19 49 4 4 4 3 4 19 50 4 4 4 4 4 20 51 4 5 4 4 4 21 52 4 4 4 4 4 20 53 4 4 4 4 4 20 54 4 4 4 4 4 20 55 4 4 4 5 4 21 56 4 4 4 4 5 21 57 4 4 4 3 3 18 58 4 4 4 4 4 20 59 4 4 4 5 4 21 60 5 5 4 4 4 22 61 4 3 4 4 4 19 62 4 4 3 3 3 17 63 5 4 4 4 4 21 64 4 5 4 4 4 21 65 5 5 5 4 4 23 66 5 5 4 4 4 22 67 5 5 5 4 4 23 68 5 5 5 5 5 25 69 4 4 3 3 3 17 70 3 4 3 3 3 16 71 3 3 3 3 3 15 72 3 3 3 3 3 15 73 3 2 2 2 2 11 74 3 3 3 3 3 15

138

X2 NO. Total PLH1 PLH2 PLH3 PLH4 PLH5 75 4 4 3 3 3 17 76 3 4 3 3 3 16 77 3 3 3 3 3 15 78 3 3 3 3 2 15 79 3 3 3 3 3 15 80 3 3 3 3 2 14 81 3 2 3 2 3 13 82 3 3 3 3 3 15 83 3 3 3 3 3 15 84 4 4 3 3 3 17 85 4 5 5 5 4 23 86 5 4 4 5 5 23 87 5 5 5 5 4 24 88 5 5 5 4 5 24 89 5 5 5 5 5 25 90 4 4 5 5 5 23 91 5 5 5 5 5 25 92 5 5 5 4 4 23 93 4 4 4 4 4 20 94 4 4 4 4 4 20 95 4 4 4 4 3 19 96 4 4 4 4 3 19 97 4 4 4 3 3 18 98 4 4 4 4 4 20 99 5 4 4 5 4 22 100 5 4 4 4 4 21

139

Variabel Kualitas Produk

X3 No. Total KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 KP8 KP9 KP10 KP11 KP12 KP13 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 62 2 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 60 3 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 61 4 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 62 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 63 6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 65 7 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 64 8 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 65 9 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 62 10 4 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 60 11 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 64 12 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 62 13 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 60 14 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 63 15 4 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 59 16 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 62 17 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 65 18 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 63 19 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 60 20 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 62 21 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 65 22 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 59 23 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 58 24 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 58 25 4 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 57 26 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 56 27 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 57 28 5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 58 29 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 4 5 5 58 30 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 43 31 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 45 32 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 46 33 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 48 34 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 58 35 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52 36 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 50 37 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 57

140

X3 No. Total KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 KP8 KP9 KP10 KP11 KP12 KP13 38 5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 4 5 5 60 39 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 55 40 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 57 41 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 54 42 4 3 4 5 4 4 4 4 3 4 4 3 4 50 43 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 60 44 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 60 45 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 58 46 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 57 47 4 5 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 5 60 48 5 5 4 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 59 49 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 58 50 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 57 51 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 62 52 5 4 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 58 53 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 57 54 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 58 55 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5 4 57 56 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 60 57 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 56 58 4 5 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 60 59 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 62 60 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 59 61 5 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 56 62 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 58 63 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 5 4 57 64 4 4 4 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 59 65 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 65 66 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 63 67 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 64 68 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 64 69 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 53 70 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 49 71 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 44 72 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 42 73 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 42 74 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 45 75 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 46 76 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 47

141

X3 No. Total KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 KP8 KP9 KP10 KP11 KP12 KP13 77 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 45 78 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 44 79 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 44 80 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 40 81 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 34 82 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 38 83 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 38 84 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 45 85 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 60 86 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 62 87 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 63 88 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 65 89 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 63 90 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 62 91 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 65 92 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 63 93 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 58 94 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 57 95 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 58 96 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 59 97 4 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 58 98 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 61 99 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 4 62 100 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 58

142

Variabel Perpindahan Merek

Y No. Total PM 1 PM2 PM3 1 4 4 4 12 2 4 4 4 12 3 4 4 5 13 4 4 5 5 14 5 5 5 5 15 6 5 5 5 15 7 5 5 5 15 8 5 5 5 15 9 5 5 5 15 10 5 5 4 14 11 5 5 5 15 12 4 5 5 14 13 4 4 5 13 14 5 5 5 15 15 4 5 5 14 16 5 5 5 15 17 5 5 5 15 18 5 4 5 14 19 5 5 4 14 20 5 5 5 15 21 5 5 5 15 22 5 5 5 15 23 5 5 5 15 24 5 5 5 15 25 5 5 5 15 26 5 5 4 14 27 5 5 5 15 28 4 5 5 14 29 5 5 4 14 30 1 3 3 7 31 4 4 3 11 32 4 4 4 12 33 4 3 3 10 34 5 5 4 14 35 4 4 5 13 36 4 5 4 13 37 4 4 5 13

143

Y No. Total PM 1 PM2 PM3 38 4 4 4 12 39 4 4 5 13 40 4 4 4 12 41 4 4 4 12 42 3 4 4 11 43 4 4 5 13 44 4 5 4 13 45 4 4 4 12 46 4 4 4 12 47 4 4 4 12 48 4 5 4 13 49 4 4 4 12 50 4 4 4 12 51 4 5 4 13 52 5 4 4 13 53 5 5 4 14 54 4 4 4 12 55 4 4 5 13 56 4 5 4 13 57 4 4 4 12 58 4 4 4 12 59 4 5 4 13 60 4 4 5 13 61 4 4 5 13 62 4 4 4 12 63 5 4 4 13 64 4 4 4 12 65 5 5 4 14 66 4 4 5 13 67 5 5 5 15 68 5 5 5 15 69 2 4 3 9 70 4 4 4 12 71 4 4 4 12 72 3 4 4 11 73 3 4 3 10 74 1 3 3 7 75 4 4 3 11 76 2 3 3 8

144

Y No. Total PM 1 PM2 PM3 77 4 3 3 10 78 2 3 2 7 79 4 3 3 10 80 3 3 3 9 81 2 3 3 8 82 2 2 2 6 83 3 4 4 11 84 4 4 3 11 85 4 4 5 13 86 5 5 5 15 87 4 5 5 14 88 5 5 5 15 89 5 5 5 15 90 4 5 5 14 91 5 5 5 15 92 5 4 5 14 93 4 4 4 12 94 4 5 5 14 95 4 4 4 12 96 4 4 4 12 97 3 4 4 11 98 4 4 4 12 99 4 4 5 13 100 4 5 4 13

145

HASIL UJI VALIDITAS

Variabel Islamic Branding

146

Variabel Persepsi Label Halal

147

Variabel Kualitas Produk

148

HASIL UJI RELIBIALITAS

Variabel Islamic Branding (X1)

Variabel Persepsi Label Halal (X2)

Variabel Kualitas Produk (X3)

Variabel Perpindahan Merek (Y)

149

Hasil Uji Normalitas

150

HASIL UJI MULTIKOLONIERITAS

HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS

HASIL UJI T HITUNG (UJI PARSIAL)

151

HASIL UJI F (UJI SIMLUTAN)

HASIL ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA

HASIL UJI ADJUSTED R SQUARE

152