2. KAJIAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Ikonografi

Kata ‘iconography’ atau ‘ikonografi’ berasal dari bahasa yunani yaitu terdiri atas kata aekon yang berarti gambar (sama dengan kata bahasa inggris yang berarti image ) dan kata graphe yang berarti tulisan. Ikonografi yang lazim dimengerti sebagai kajian tentang tanda yang memiliki referensi, merupakan ladang luas yang objek kajiannya mencakup berbagai disiplin pemikiran. Ikonografi merupakan cabang dari sejarah seni yang memiliki pokok kajian yang berkaitan dengan sisi manusia (subject matter). Dengan kata lain ikonografi membahas isi/muatan (content) dari karya seni rupa. Pendekatan ini mulai digunakan sejak abad 19 dan pada abad 20 melahirkan tokoh-tokoh terkenal dalam sejarah seni rupa seperti Emile Male, N.P. Kondakov, Hugo Kehrer, dan lain-lain. Dalam perkembangan selanjutnya ‘ikonografi’ menjadi ‘ikonologi,’ yakni kajian tentang isi/muatan simbolik dan budaya (politis, literer, religius, filosofis, sosial) dari karya-karya seni rupa. Namun apapun bentuk kajiannya, istilah yang umum digunakan adalah ‘ikonografi’. Tokoh ikonografi/ikonologi paling terkemuka adalah Erwin Panofsky (Fernie, 1995,182). Ikonografi membedakan tiga tahapan arti gambar : maksud penggambaran (representational meaning), ikonografi simbolisme (iconographycal symbolism), dan ikonologi simbolisme (iconological symbolism) (Van Leeuwen, 2001, 100).

10 Universitas Kristen Petra 2.2. Maksud Penggambaran

Analisis mendeskripsikan tahapan pertama ikonografi yaitu maksud penggambaran (representational meaning) dengan lima pertanyaan utama pada patung dilakukan, menurut Theo van Leeuwen pertanyaannya adalah: 1. Siapa atau Apa yang Digambarkan. Pertanyaan untuk menganalisa patung dengan tiga pertanyaan tentang waktu pembuatan, fungsi dan tulisan yang terdapat pada patung. Pertanyaan berikutnya menganalisa tokoh yang dipatungkan dengan pertanyaan tentang profesi semasa hidup dan nama tokoh. Tujuan pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk dapat menjawab mewakili apakah tokoh dibalik patung. 2. Identifikasi Siapa atau Apa yang Digambarkan dengan Pengalaman Pribadi. Pertanyaan untuk menganalisa tokoh yang dipatungkan menurut pengenalan umum, dapat melalui sudut pandang peneliti. 3. Identifikasi Siapa atau Apa yang Digambarkan dengan Penelitian Latar Belakang. Pertanyaan ini diajukan bila tokoh yang dipatungkan meminjam atribut tokoh lain. Bila patung tersebut menggunakan atribut tokoh lain, maka melalui akan dicari sumber-sumber literatur tertulis tentang siapa tokoh itu sebenarnya dan mengapa tokoh itu menggunakan atribut tokoh lain. 4. Identifikasi Melalui Gambar-Gambar Lain. Pertanyaan ini menganalisa dengan mencari persamaan ciri-ciri tokoh yang digambarkan pada berbagai karya seni rupa lainnya. Dalam kasus ini dicari karya- karya seni rupa dalam bentuk patung dan lukisan. 5. Identifikasi dengan Dasar Gambaran Lisan. Pertanyaan ditujukan untuk orang-orang, tempat-tempat dan segala sesuatu yang digambarkan atau dipatungkan bersifat khayalan dan tidak nyata. Maka akan diidentifikasi berdasarkan gambaran lisan atau cerita dari mulut ke mulut yang beredar di masyarakat, deskripsi mitologi atau literatur lainnya. Bentuk pertanyaan menganalisa tentang pekerjaan atau keterampilan tokoh, atribut khas pekerjaannya dengan sumber literatur yang terkait dengannya (Van Leeuwen, 2001, 102-7). 11 Universitas Kristen Petra 2.3. Ikonografi Simbolisme Perbedaan pertama yang perlu diketahui dalam ikonografi simbolisme ini adalah antara simbol-simbol abstrak (bentuk-bentuk ringkas dengan nilai simbolis, contohnya salib) dan simbol-simbol figuratif (menggambarkan orang- orang, tempat-tempat atau benda dengan nilai simbolis). Dapat disimpulkan bahwa simbol-simbol abstrak berarti simbol-simbol yang berbentuk ringkas sedangkan simbol-simbol figuratif berarti simbol-simbol yang memiliki bentuk lebih kompleks untuk melambangkan seseorang atau sesuatu. Persamaan dari kedua macam simbol tersebut adalah sama-sama memiliki nilai simbolis (Van Leeuwen, 2001, 107). Motif-motif simbolis tersebut akan diuraikan menjadi dua macam uraian yaitu uraian tekstual dan kontekstual. Uraian tekstual bertujuan mengidentifikasi ‘penunjuk-penunjuk’ visual yang mana memberitahu para pengamat (pengamat karya seni rupa) bahwa sebuah motif yang digambarkan secara simbolis sebaiknya dapat di interpretasikan untuk mendapatkan keterangan tentang seseorang yang dipatungkan tersebut (Van Leeuwen, 2001, 107). Uraian tekstual dapat diurai dengan empat macam uraian berikut: 1. Motif simbolis digambarkan dengan tidak biasa (more than normal care) dan membandingkan bagian-bagian kecil (detail) tehadap karya-karya seni rupa sejenis, atau digambarkan pada sebuah letak yang mencolok (conspicuous) dalam sebuah komposisi, atau dibuat mencolok dengan pancaran pencahayaan, kontras dalam nada warna, dsb. 2. Seseorang di dalam gambar menunjuk pada motif simbolis dengan gestur tubuh yang ekspresif. 3. Motif simbolis nampak keluar dari komposisi suatu karya seni rupa itu. 4. Kehadiran motif simbolis tersebut entah bagaimana bertentangan dengan dengan hukum alam, contohnya motif simbolis digambarkan melawan gaya gravitasi dengan melayang di atas tanah. Keempat uraian tekstual diatas dapat memberikan interpretasi makna tentang seseorang yang digambarkan dengan motif-motif simbolis pada sebuah karya seni rupa.

12 Universitas Kristen Petra Uraian kontekstual akan menganalisa makna hasil uraian tekstual yang bertujuan menemukan interpretasi hubungan tentang seseorang yang dipatungkan dan motif-motif simbolis dengan sejarahnya, cara pandang senimannya atau pesan yang ingin disampaikannya. Uraian kontekstual untuk interpretasi-interpretasi simbolis dapat diurai dengan tiga macam interpretasi. 1. Interpretasi pertama yaitu motif simbolis itu seringkali terdapat di dalam karya- karya seniman pada umumnya tanpa ada penjelasan yang lazim dan latar belakang sejarah yang jelas. 2. Interpretasi ke dua, motif simbolis itu adalah ‘sebuah perangsang yang telah diterima dari ide-ide’ atau sebuah simbol yang biasanya telah digunakan (pada periode tersebut dan atau pada karya seni lainnya). 3. Interpretasi ke tiga yaitu adanya bukti dokumentasi bahwa seniman itu berniat membuat motif sebagai sebuah simbol, atau secara umum bahwa seniman pembuatnya telah tertarik dalam tradisi-tradisi simbolis (Van Leeuwen, 2001, 108).

2.4. Khiau dan Kim Shin

Salah satu upacara keagamaan tradisional Tiongkok kuno adalah dengan mengadakan pengarakan tandu untuk dewa yang disebut khiau (轎). Khiau digunakan untuk media berkomunikasi dengan roh dewa, biasanya dipersiapkan oleh para penduduk setempat di suatu desa. Khiau terbuat dari bambu-bambu yang besar dan kokoh serta diikat bersama. Persiapan yang dilakukan memang boleh dari berbagai elemen masyarakat di suatu desa, tetapi saat prosesi pengangkutannya harus oleh orang yang memiliki kepribadian baik. Seperti di Tiongkok zaman dahulu, pengangkutan khiau dilakukan oleh hakim-hakim dan sarjana-sarjana kekaisaran. Ketika Khiau sudah siap, dewa atau dewi yang berada di dalam kuil diundang untuk ditempatkan pada patung yang disediakan di tandu tersebut. Patung ini mempunyai nama khusus yaitu kim shin (金 身) berarti Tubuh Emas (Chai, 2013, 6). Penyebutan kim shin untuk menggantikan patung juga telah diterapkan di klenteng Hok An Kiong Surabaya. Istilah kim shin ini digunakan karena penyebutan ‘patung’ dewa dianggap ‘kasar’ menurut bio kong Bapak Ong King Ngik (wawancara 9 Juni 2013).

13 Universitas Kristen Petra 2.5. Seni dan Kepercayaan Indonesia Kuno

Indonesia dengan lautan luas dan pegunungan yang tinggi merupakan tempat yang sempurna untuk penciptaan mitos terkait dengan makhluk air dan langit serta kediaman dewa yang berada dipuncak gunung. Kelangsungan hidup manusia bergantung pada pemeliharaan “dunia” secara layak yang dilaksanakan melalui penyelenggaraan upacara adat dan keagamaan yang didukung oleh berbagai peralatan dan memperoleh kedudukan tinggi karena kekuatan gaibnya. Beberapa di antaranya didambakan para penguasa sebagai tambang kekuasaan tertinggi, sementara yang lain berpengaruh sebagai pelindung dan lambang kedudukan (Indonesian Heritage Senirupa Vol.7, 2002, 24). Indonesia dikelilingi dan saling terhubung oleh laut, maka secara tidak langsung orang-orang Indonesia telah membentuk hubungan yang saling menguntungkan dengan laut selama berabad-abad. Haluan kapal misalnya, dihias dengan lambang-lambang yang menandakan perlindungan (naga), menghasilkan (perburuan ikan), perusakan (melawan musuh), dan “unsur-unsur permandu” (Indonesian Heritage Senirupa Vol.7, 2002, 24). Para penguasa kerajaan-kerajaan kuna dianggap sebagai (setengah) titisan atau keturunan dewa. Beberapa arca kerajaan-kerajaan kuna, yang menggambarkan Siwa atau Harihara misalnya, dipercaya sebagai patung raja yang dihubungkan dengan Siwa atau Wisnu. Tanda-tanda kebesaran kerajaan yang melambangkan kedudukan raja konon memiliki kekuatan istimewa. Kepercayaan itu mendorong terjadinya banyak peristiwa yang di dalamnya pribadi-pribadi berupaya merebut takhta dengan merampas tanda-tanda kebesaran tersebut (Indonesian Heritage Senirupa Vol.7, 2002, 24).

14 Universitas Kristen Petra 2.6. Tao

Kata “Tao” sendiri berarti “Jalan” : prinsip-prinsip kreatif yang melahirkan alam semesta dan menunjang segala sesuatunya dalam kesatuan kosmos. Secara konseptual, Tao adalah identik dengan Sang Pencipta namun Laozi menyebutnya sebagai “Jalan Alamiah”. Secara umum Taoisme adalah salah satu sistem kepercayaan utama yang dianut oleh bangsa Tionghoa, selain Konfusianisme dan Buddhisme. Uniknya, Taoisme sendiri bukanlah suatu agama tunggal yang terpadu dan memiliki keragaman. Taoisme tidak pernah merupakan suatu agama yang terpadu, dan terbentuk dari kombinasi (berbagai) ajaran yang didasarkan atas beraneka macam sumber asli. Dengan demikian, Taoisme merupakan sistem kepercayaan yang diperkaya oleh berbagai sumber yang berasal dari sepanjang sejarah Tiongkok. Oleh karena itu, Taoisme merupakan suatu agama yang senantiasa terbuka bahkan hingga saat ini. Selain itu, Taoisme adalah agama yang selalu mengalami perkembangan dan evolusi, sehingga selain sulit untuk menentukan waktu kelahirannya, juga sulit untuk menentukan batas-batasnya. Meskipun demikian, secara singkat Taoisme dapat pula diartikan sebagai "agama yang didasari oleh fiilosofi Tao." Inilah sebabnya mengapa kita perlu pula memiliki pemahaman terhadap pengertian Dao itu sendiri. Umat Tao memiliki keyakinan bahwa agama Tao didirikan oleh Laozi (老子), Huangdi (黄帝) dan Zhang Daoling (张道陵). Karena itu akar Taoisme yang kita kenal saat ini sesungguhnya dapat ditarik hingga ke zaman awal sejarah peradaban Tiongkok. Meskipun demikian, Laozi secara historis dianggap sebagai pendiri Taoisme, karena ia merupakan penyusun sebuah kitab berjudul Tao Te Jing (道德經), yang menjadi rujukan tertulis tertua bagi Taoisme dan menjadi kitab utama umat Tao. Selanjutnya, Taoisme mengalami sejarah perkembangan yang panjang hingga menjadi bentuknya yang panjang.

15 Universitas Kristen Petra 2.6.1. Ajaran Tao (Taoisme) Ajaran Tao tercipta atas dasar sederhana dan natural sebagai cara untuk menghadapi kehidupan yang penuh ketidak pastian dan kesulitan. Setelah perjalanan panjangnya selama 5.000 tahun kini kita bisa mewarisi berbagai metode Tao. Metode untuk menjalani hidup yang berlandaskan alamiah, selaras dan mengikuti kodrat alam. Metode yang merupakan reaksi alamiah manusia untuk bertahan hidup, meningkatkan kualitas hidup, mengungkap misteri hidup serta memberi arti hidup. Dengan ‘Naluri Alamiah’ inilah para leluhur Tionghoa kuno mengembangkan segenap potensi dirinya yaitu kecerdasan, nurani serta akal budi dan mulai mengembangkan sebuah metode untuk menjalani hidup. Proses perkembangan ajaran Tao terjadi secara bertahap diwariskan dan diperbaiki dari generasi ke generasi berikutnya. Membentuk berbagai seni dan ilmu yang mewarnai budaya Tionghoa. Mengikuti Tao adalah juga berarti belajar tentang kebijaksanaan untuk “tidak melakukan apa apa” (do nothing). Belajar untuk menjadi seperti burung di udara atau ikan di sungai. Bebas dari rasa cemas dan ambisi diri. Jika orang dapat belajar untuk menanggalkan ambisi diri dan hawa nafsunya, maka segala sesuatu akan bisa berjalan sebagaimana ia sendiri. Tanggalkan dorongan-dorongan ambisi dan menguasai dan biarkan alam mengaturnya. Belajarlah untuk bisa menerima dan berhentilah untuk ikut campur. Seni untuk “tidak melakukan apa apa” berasal dari meditasi dan belajar kebijaksanaan tentang Tao. Mempelajari Tao adalah jaminan pasti bagi kepuasan diri dan kebahagiaan. Secara garis besar, pengembangan ajaran Tao dapat dikelompokkan menjadi: 1. Hubungan Manusia dengan Alam Semesta. Manusia tercipta karena sebuah proses alam, karenanya kelangsungan hidup manusia tidak bisa terlepas dari alam. Kaum Tao berpendapat bahwa agar manusia bisa tetap bisa bertahan hidup maka harus bisa menyesuaikan diri dan menjaga keharmonisan dengan Alam. Karena itulah konsep dasar ajaran Tao adalah adanya ‘Keharmonisan’ antara manusia dengan Alam Semesta. Ditambah dengan adanya rasa ingin tahu, maka mulailah manusia berusaha mengenal “Karakter” Alam Semesta. Hingga kemudian terciptalah berbagai Ilmu 16 Universitas Kristen Petra Perbintangan (Astronomi & Astrologi), Kalender untuk mengenal musim, Hongsui dan lain sebagainya. Berbagai pengetahuan tersebut kemudian dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai kesulitan hidup. Dengan mengenal “Karakter” Alam Semesta maka manusia bisa hidup secara ‘Harmonis’ didalamnya. 2. Hubungan Manusia dengan Tuhan / Dewa-Dewi / Para Suci. Karena keterbatasan panca indera, kadang manusia merasa ‘Tidak Berdaya’ menghadapi berbagai peristiwa alam seperti banjir, gempa bumi dan lain-lain. Manusia sadar akan keterbatasan dirinya. Maka mulailah manusia ‘Mencari Perlindungan’ kepada sosok ‘Penguasa Alam’. Mulailah dilakukan berbagai pemujaan dan persembahyangan untuk memohon perlindungan. Semakin lama semakin tertata seiring dengan perkembangan budaya. Dalam perkembangan selanjutnya muncullah sosok-sosok pemikir yang tidak puas hanya dengan sebatas pemujaan dan ritual belaka. Mereka berusaha mencari cara untuk mengungkap misteri keberadaan ‘Sang Pencipta’. Mulailah manusia tidak hanya mengenal pemujaan yang bersifat formalitas belaka, melainkan mulai berusaha mengadakan hubungan yang bersifat lebih pribadi dengan ‘Penguasa Alam’. Hingga kemudian manusia mulai mengenal ‘doa’. Ada juga yang berusaha mengadakan ‘kontak’ dengan ‘Sang Pencipta’ melalui ‘Keheningan’ yang kini kita kenal dengan meditasi. Memunculkan konsep keagamaan berupa ajaran kebenaran / kebijaksanaan dan metode spiritual yang berhubungan dengan ‘Pencerahan’! Demikianlah perubahan dan perkembangan terjadi selama ribuan tahun hingga kini kita mewarisi berbagai bentuk ritual, ajaran kebenaran, doa, meditasi dan metode spiritual lainnya. 3. Hubungan Manusia dengan Sesamanya. Manusia adalah mahluk sosial yang punya kecenderungan untuk hidup berkelompok. Dan seiring dengan semakin berkembangnya peradaban maka secara otomatis mulailah tersusun berbagai aturan dan norma yang berkembang menjadi tradisi, adat istiadat, tata krama dan lain sebagainya. Tujuannya untuk menata kehidupan sosial manusia agar teratur, menghindari perselisihan, mengendalikan kejahatan dan lain-lain, sehingga hidup menjadi lebih teratur dan nyaman. Berawal dari sinilah kemudian manusia mulai mengenal organisasi

17 Universitas Kristen Petra dengan aturan yang baku atau hukum. Dan pada tahap berikutnya ini merupakan cikal bakal terbentuknya sebuah pemerintahan. 4. Hubungan Manusia dengan Kehidupan Pribadinya. Mungkin ini salah satu inti utama dari ajaran Tao yang sangat erat kaitannya dengan naluri alamiah manusia yang berusaha untuk bertahan hidup dan meningkatkan kualitas hidup. Dengan adanya kecerdasan dan akal budi yang dimiliki manusia. Maka secara otomatis muncul sosok-sosok cerdik pandai yang berpikir tentang hal-hal yang berada diluar jangkauan panca indera dan berada diluar kendali. Mulailah muncul pemikiran tentang berbagai fenomena kehidupan seperti: “Kenapa manusia bisa sakit dan mati? Mulailah muncul sosok-sosok genius yang berusaha untuk mencegah kematian fisik. Walaupun tidak berhasil, tetapi akhirnya terciptalah berbagai ilmu pengobatan, ramuan suplemen dan juga senam serta ilmu pernapasan yang bisa menjaga kesehatan fisik dan memperpanjang usia. Disisi lain para Pakar Tao Kuno juga berusaha mencari tahu “Apa yang terjadi setelah kematian fisik manusia?” Mulailah berkembang Olah Spiritual Tao yang mengembangkan segenap potensi diri untuk mengungkap misteri kematian. Dengan harapan, jika kita bisa mengungkap misterinya, maka kita bisa mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menghadapinya. Ini juga merupakan reaksi alamiah manusia yang mempunyai rasa ingin tahu serta berusaha mencari selamat. Setelah melalui pengembangan ribuan tahun, hingga kini kita masih bisa mewarisi berbagai metode Spiritual Tao. Sebuah metode spiritual yang mengkombinasikan keTuhanan dan keduniawian serta meliputi seluruh aspek kehidupan.

2.6.2. Aliran Tao Terdapat dua macam Tao yaitu Tao filosofis dan Tao populer. Pengikut- pengikut Tao filosofis lebih mengutamakan pengembangan ke dalam diri masing- masing atau individu. Sedangkan para umat klenteng dilandasi Tao populer karena meyakini adanya dewa-dewi dan hal-hal spiritual dapat membantu diri mereka dalam melakukan segala sesuatu dalam kehidupan (Langley 34-35).

18 Universitas Kristen Petra 2.7. Yin dan Yang

Gambar 2.1. Yin dan Yang. Sumber: http://personaltao.com/taoism-library/questions/what-is-yin-yang/

Yin Yang merupakan salah satu simbol yang sudah ada sejak zaman Tiongkok kuno. Ajaran Taoisme ini lengkapnya disebut Yin Yang Mao Dun Guan yang dibawa oleh Laozi (604SM-517SM). Yin dan Yang digambarkan dari Tao Te Ching: Ketika orang melihat hal-hal sebagai indah, keburukan dibuat. Ketika orang melihat hal-hal baik, kejahatan dibuat. Menjadi dan non-being menghasilkan satu sama lain. Sulit dan mudah saling melengkapi. Panjang dan pendek mendefinisikan satu sama lain. Tinggi dan rendah saling bertentangan. Depan dan belakang mengikuti satu sama lain.

19 Universitas Kristen Petra Misteri yang ada dibalik simbol ini sudah banyak mengilhami peradaban manusia hingga sekarang. Secara sederhana, simbol ini mempunyai arti “bagaimana segala sesuatu bekerja”. Walaupun mempunyai arti yang terkesan sangat sederhana, namun jika digali lebih lanjut banyak pemahaman dibalik simbol ini. Yin dan Yang biasanya dipakai untuk mendeskripsikan sifat yang saling berhubungan, berlawanan dan saling mengisi satu sama lain. Yin lebih di deskripsikan kepada sisi hitam dan Yang adalah sisi putih, sebuah sisi warna yang berlawanan. Titik kecil hitam dan putih yang berada pada Yin dan Yang menggambarkan sisi yang saling mengisi satu dan lainnya Yin dan Yang sering juga digambarkan sebagai sinar matahari yang berada di atas gunung dan lembah. Yin digambarkan adalah sebuah daerah gelap yang merupakan bayangan dari gunung, sementara Yang digambarkan adalah bagian yang tidak terhalang oleh gunung. Saat matahari bergerak, Yin dan Yang secara bertahap bertukar tempat satu sama lain, mengungkapkan apa yang tidak jelas dan menyembunyikan yang sudah terungkap. Yin lebih bersifat pasif, tenang, surga, bulan, air dan perempuan, simbol untuk kematian. Yang lebih bersifat aktif, bergerak, bumi, matahari, api, dan laki – laki, simbol untuk hidup. Yin berhubungan dengan air, bumi, bulan, feminitas dan malam hari. Yang berhubungan erat dengan api, langit, matahari, maskulinitas dan siang hari. Yin Yang merupakan sebuah gambaran nyata dari perputaran kehidupan dunia. Yin Yang memiliki 2 arti yaitu: 1. Sebagai sebuah ketentraman dan kesederhanaan dalam menjalani kehidupan nyata. 2. Kedua adalah sebagai sebuah perputaran kehidupan dan keseimbangan hidup, artinya : kehidupannya manusia tidak mungkin akan selalu berada dalam satu jalan saja. Hari ini kita mengalami kesusahan, besok bisa jadi kita akan mengalami sebuah kebahagiaan.

20 Universitas Kristen Petra Yin Yang mempunyai 5 elemen unsur pendukung yang terdapat didalamnya yaitu kayu, tanah, logam, api dan air. Berikut penjelasannya :

1. Unsur Kayu Unsur kayu diartikan sebagai musim semi yaitu dimulainya suatu kehidupan baru. Unsur kayu identik dengan pagi hari, timur dan angin. Unsur kayu diwakili dengan warna hijau. Dalam ilmu pengobatan, hati mempunyai unsur kayu. Dalam psikologi, unsur kayu mewakili kreativitas dan pelaksanaan

Gambar 2.2. Unsur Kayu Sumber: http://www.thefengshuitrainingcenter.com/HTML/Core/courses _yin_yang_theory.htm

2. Unsur Api Unsur api diartikan sebagai musim panas. Oleh karena itu, unsur api identik dengan siang hari, selatan dan bersifat panas. Unsur api diwakili dengan warna merah. Dalam ilmu pengobatan, jantung mempunyai unsur api. Dari segi karakter, unsur api mewakili perasaan dan emosi.

Gambar 2.3. Unsur Api Sumber: http://www.thefengshuitrainingcenter.com/HTML/Core/courses _yin_yang_theory.htm

21 Universitas Kristen Petra 3. Unsur Tanah Unsur tanah diartikan sebagai awal pagi hari. Oleh karena itu, unsur tanah identik dengan posisi tengah yang berkaitan dengan kelembaban (humidity). Unsur tanah diwakili dengan warna kuning. Dalam ilmu pengobatan, limpa mempunyai unsur tanah. Dari segi karakter, unsur tanah mewakili konsentrasi, realisme dan stabilitas.

Gambar 2.4. Unsur Tanah Sumber: http://www.thefengshuitrainingcenter.com/HTML/Core/courses yin yang theory.htm

4. Unsur Besi Unsur besi diartikan sebagai musim gugur. Oleh karena itu, unsur besi identik dengan malam hari, barat dan bersifat kering. Warna putih mewakili unsur besi. Dalam ilmu pengobatan, paru-paru mempunyai unsur besi. Dari segi karakter, unsur besi mewakili kemauan keras dan kemandirian.

Gambar 2.5. Unsur Besi Sumber: http://www.thefengshuitrainingcenter.com/HTML/Core/courses yin yang theory.htm

22 Universitas Kristen Petra 5. Unsur Air Unsur air diartikan sebagai musim dingin. Oleh karena itu, unsur air identik dengan malam hari, utara dan bersifat dingin. Warna hitam mewakili unsur air. Dalam ilmu pengobatan, ginjal bersifat air. Dari segi karakter, unsur air diasosiasikan dengan kejernihan pikiran dan rasional.

Gambar 2.6. Unsur Air Sumber: http://www.thefengshuitrainingcenter.com/HTML/Core/courses yin yang theory.htm

Kelima unsur tersebut saling berinteraksi dengan saling mengisi satu sama lain. Kayu dibakar menjadi api yang kemudian berubah menjadi tanah (abu), tanah adalah sumber besi, zat besi adalah mineral yang dapat dicairkan, sedangkan air dapat menghidupkan pohon. Dengan kata lain, kayu menghidupkan api, memperkuat tanah, memperkuat besi, memperkuat air dan menghidupkan kayu.

Gambar 2.7. Alur yang menguntungkan (kiri) dan yang menghancurkan Sumber: http://www.thefengshuitrainingcenter.com/HTML/Core/courses_yin_yang_the ory.htm

23 Universitas Kristen Petra 2.7.1. Yin dan Yang Bagi Orang Tionghoa Orang Tionghoa memandang bahwa dunia dipengaruhi oleh interaksi dua unsur kekuatan. Kedua unsur tersebut adalah Yin dan Yang. Unsur Yin mewakili gambaran negatif, feminin, gelap, lemah, bumi dan bulan. Unsur Yang mewakili gambaran positif, jantan, terang, kuat, langit dan matahari. Kedua jenis sifat ini saling melengkapi dan bekerja sama untuk membentuk harmoni atau keselarasan, yang digambarkan dengan lingkaran yang sebagian berwarna hitam dan sebagian berwarna putih, yang dalam filsafat Tionghoa melambangkan alam semesta. Orang Tionghoa percaya bahwa kehidupan yang baik adalah kehidupan yang dapat menyelaraskan sifat Yin dan Yang. Hal ini juga berlaku dalam fengsui. Fengsui yang baik haruslah memiliki keseimbangan yang tepat antara Yin dan Yang. Benda-benda atau segala hal bersifat Yin harus dipadukan dengan benda- benda atau segala hal yang bersifat Yang agar tercapai suatu keadaan harmonis (Kleinsteuber 12).

24 Universitas Kristen Petra 2.8. Dinasti-Dinasti Tiongkok

Suatu masa pemerintahan Tiongkok kuno dikenal dengan istilah dinasti. Di setiap dinasti memiliki periode waktu untuk menunjukan tahun mulai hingga berakhirnya sebuah pemerintahan tersebut. Tabel di bawah digunakan untuk mengetahui dinasti-dinasti Tiongkok dan periode waktunya.

Tabel. 2.1. Dinasti Xia-Dinasti Tartar Dinasti-Dinasti Periode Waktu Xia -Pra Xia 2500-2200 SM -Permulaan Xia 2200-1900 SM -Xia 1989-1523 SM Shang - Permulaan Shang (Yin) 1523-1028 SM Zhou -Zhou Bagian Barat (Western Zhou) 1027-256 SM -Zhou Bagian Timur (Eastern Zhou) 770-256 SM -Musim Semi dan Musim Gugur 770-481 SM -Keadaan Perang (Warring State) 481-221 SM Dinasti-dinasti Kekaisaran Qin 221-207 SM Han -Permulaan Han (Qien Han) 206 SM-08 M -Wang Mang 09 -22 M -Hou Han 25 -220 M

-Tiga Kerajaan (San Guo) 221 -263 M Han dari Sichuan 221 – 263 M Xu Han Wei 220 -265 M Wu di Tiongkok Utara 221-280 M Jin (keluarga Ssu-ma) 265-420 M -Jin Bagian Barat (Western Jin) 280-316 M -Jin Bagian Timur (Eastern Jin) 317-420 M Utara dan Selatan - Nan-Bei –Chao 317-589 M Eastern Jin 317-420 M Song (Liu-Song) 420-479 M Chi and Liang 502-556 M Chen 557-589 M -Dinasti-Dinasti Tartar 316-581 M Chao (Huns) 316-352 M Mu-jung (Mongol) 349-407 M Fu Chien 357-385 M Wei Bagian Utara (Northern Wei) 398-534 M Sumber: Chung25 (2010, 4-5) Universitas Kristen Petra

Tabel. 2.2. Dinasti Sui-Republik Rakyat Tiongkok Sui 589-618 M Tang 618-907 M

-Lima Dinasti (Wu-tai) 907-959 M Hou-Liang 907-923 M Hou-Tang 923-936 M Hou-Jin 936-946 M Hou-Han 947-950 M Hou-Zhou 951-959 M Min 909-945 M Chu 907-960 M Former Chu 907-925 M Later Chu 934-965 M Jingnan 907-942 M Nan-Tang 902-975 M Wu-Yue 907-978 M Nan-Han 907-965 M Bei Han 951-979 M Song 960-1276 M -Song Bagian Utara (Northern Song) 960-1127 M -Song Bagian Selatan (Southern 1127-1279 M Song) Mongolia 1276-1368 M - Yuan 1276-1368 M Ming 1368-1644 M Qing (Manchu) 1644-1912 M Republik Rakyat Tiongkok 1912- Sumber: Chung (2010, 6-7)

26 Universitas Kristen Petra 2.9. Dewa-Dewi Taois

2.9.1. Mahcoh Po Sebutan : Makco Gelar : Tian Shang Se Mu (母聖上天) Nama Kecil : Lin Mo Niang (林默娘) Provinsi : Fujian (福建省) Pulau : Meizhou (梅州) Daerah : Putian (莆田) Nama Ayah : Lin Yuan Dinasti : Song Bagian Utara (960-1127 M) Pemerintahan : Dai Cu Hari Kelahiran : Tahun Cien Long pertama tanggal 23 bulan 3 penanggalan Imlek (960 M)

Gambar 2.8. Makco (Tengah), Sun Feng Er (kiri) dan Qian Li Yan (kanan) Sumber: Pelajaran Kedewaan Klenteng (1997, 31)

27 Universitas Kristen Petra Lin Mo Niang lahir pada malam hari dan sebulan setelah dilahirkan beliau tidak pernah menangis lagi itulah sebabnya beliau diberi nama Mo yang artinya diam. Sejak kecil beliau menunjukkan anak yang sangat cerdas, dan pada usia 7 tahun beliau masuk sekolah dan semua pelajaran yang diberikan tak pernah dilupakannya. Kecuali belajar beliau tekun sembahyang kepada Mahadewa Dai Sang Law Cin (Laozi). Karena bakatnya dan berjodoh, beliau diberi petunjuk jalan oleh Mahadewa Dai Sang Law Cin untuk menjalani Siu Tao dan diberi pelajaran ilmu Tao Fak Suk yaitu ilmu kegaiban. Dan beliau sangat memperhatikan penduduk desa dan sering menolong meeka yang sedang dirundung malang maka semua orang desa menghormatinya. Selanjutnya beliau banyak menolong orang-orang ditengah lautan dengan ilmu saktinya beliau dapat berjalan diatas laut dan mengusir jin jin menunggu lautan. Beliau faham ilmu falak (astronomi) dan ilmu ramalan cuaca, dapat mendatangkan hujan atau mengalihkan hujan. Pada usia 23 tahun beliau berhasil menaklukkan 2 panglima siluman sakti yang memiliki kesktian dapat melihat jauh dan mendengar jauh yaitu Qian Li Yan dapat melihat ribuan kilometer dan Sun Feng Er dapat mendengar suara jauh ribuan kilometer. Kedua siluman yang digambarkan berwarna hijau dan merah itu pada hakekatnya adalah kesaktian indra gaib dari Lin Mo Niang sendiri yang telah mencapai tingkat tinggi Siu Tao-nya (Pelajaran Kedewaan Klenteng, 1997, 32). Pada usia 28 tahun yaitu tahun Yongsi ke 4 tanggal 16-2 Imlek, bersama ayahnya beliau berlayar ketengah lautan, mendadak ditengah laut kapal beliau dihantam gelombang laut, tanpa mengenal takut dan tidak menghiraukan keselamatannya sendiri beliau menolong ayahnya, tetapi akhirnya mereka berdua wafat karena perahunya tenggelam seketika. Pada pagi hari itu penduduk pulau Meizhou melihat awan berwarna warni, mendengar tetabuhan lagu sorga yang merdu dari langit dan semua penduduk pulau menyaksikan Lin Mo Niang perlahan lahan naik ke sorga menjadi Dewi Tian Shang Se Mu pada tahun 987 Masehi, seribu tahun yang lalu (Pelajaran Kedewaan Klenteng, 1997, 32-33). Lalu semua penduduk Meizhou dengan hati tulus membangun sebuah klenteng ditempat Lin Mo Niang diangkat ke surga. Klenteng Mak Co di Meizhou

28 Universitas Kristen Petra merupakan klenteng pemujaan Mak Co yang pertama kali di Tiongkok (Pelajaran Kedewaan Klenteng, 1997, 33). Setelah Lien Mek Niang naik sorga dan diangkat menjadi Dewi Tian Shang Se Mu, maka banyak peristiwa peristiwa ajaib terjadi atas kesaktian Dewi dalam menolong umat manusia terutama yang sedang mengarungi samudra yang luas dan berbahaya. Dan atas jasa jasa dan amal yang besar Dewi makin sangat terkenal dan banyak pemujanya yang mendirikan klenteng pemujaan membuktikan bahwa semakin tinggin tingkatan Tao-nya, kebesaran Dewa dapat diketahui dengan banyaknya jasa yang dibuatnya serta banyaknya para pemuja yang meyembahnya (Pelajaran Kedewaan Klenteng, 1997,33). Seorang Menteri Duta Kerajaan Dinasti Ming bernama Cheng He atau di Indonesia lebih dikenal dengan nama San Po Ta Ren (Sampokong) oleh penduduk pribumi disebut Juragan Dampo Awang, walaupun beliau beragama Islam turun menurun (didaerah Xi Jiang ada satu suku yang beragama Islam sudah turun menurun dari kakek moyangnya), tidak melupakan untuk bersembahyang kepada Dewi Makco sebelum berangkat berlayar mengembara keberbagai negeri dari Asia sampai Afrika sudah tujuh kali Cheng He memimpin armada selalu selamat karena dalam kapal beliau selalu ditempatkan altar pemujaan Dewi Makco, beliau sendiri yang memimpin upacara sembahyang setiap akan berangkat berlayar. Satu tulisan menceritakan bahwa pada tahun ke tujuh pemerintahan Kaisar Yong Le dari Dinasti Ming (1409 Masehi) dalam pelayaran Cheng He yang ke tiga kali nya, Cheng He (Sampokong) menyempatkan diri atas perintah Kaisar untuk bersembahyang di klenteng Makco di Meizhou, Pu Tian, sebuah prasasti Cheng He yang terdapat di Chang Le di provinsi Fujian menuliskan secara rinci bahwa keselamatan beliau dalam pelayaran tujuh kali dapat sukses dan selamat sampai kembali ke tanah air berkat muzizat dan perlindungan Dewi Tian Shang Se Mu, dan gelar “Tien Fei” (Permaisuri Sorga) ini dianugerahkan oleh Kaisar Yong Le dari Dinasti Ming karena perlindungannya kepada armada Cheng He Sam Po Kong (Pelajaran Kedewaan Klenteng, 1997, 35). Bermula dari Dinasti Ming inilah bersamaan dengan banyaknya penduduk Fujian yang pergi merantau, dan bersamaan pula tersebar luaslah pemujaan kepada Dewi Makco ini keseluruh Asia. Di Taiwan tidak kurang dari 800 klenteng

29 Universitas Kristen Petra pemujaan Dewi Makco dan hampir dua per tiga penduduk Taiwan memuja kim shin Makco dirumahnya. Klenteng yang paling ramai dikunjungi orang yang sembahyang adalah di Pei Kang. Di Jepang pemujaan Makco diperkirakan mulai akhir dinasti Ming. Disalah satu kota kecil yang dalam bahasa Tionghoa disebut “Sui Hu” di Jepang, Makco telah dimasukkan dalam jajaran Dewa-dewa Jepang (agama Sinto) dan dipuja dikuil utama kota itu. Di Jepang tidak kurang dari 100 buah kuil pemujaan Makco (Pelajaran Kedewaan Klenteng, 1997, 35). Makco dalam Seni Pictorial Tiongkok

Di bidang luas lukisan keagamaan Cina, itu adalah seni terutama Buddha yang telah menjadi subyek penelitian sejarah seni. Kategori lain, seperti potret leluhur, mural di kuil-kuil lain selain Buddha, atau lukisan untuk ritual-Air Tanah (Shuilu hua), telah mulai menarik perhatian baru. Pada artikel ini, lukisan yang berkaitan dengan kultus non-Buddhis yang penting, yaitu Makco, pelindung para pelaut, akan dibahas. Makco adalah dewa perempuan kedua yang paling penting dari Cina, hanya surprassed oleh Guanyin Buddha. Gelar yang lebih formal untuk Makco sedang digunakan Tianfei, "surgawi putri," Tianhou, "surgawi permaisuri," dan Shengmu, "ibu suci," tapi Makco, "Nenek Buyut" adalah nama yang paling dikenal (Ruitenbeek 281).

Penampilan Kim Shin Makco Berdasarkan kisah hidupnya Makco yang dikenal sebagai seorang gadis yang telah meninggal di umur 28 tahun, kim shin (patung dewi) nya selalu digambarkan seperti kaisar wanita (empress) berumur paro baya dengan jubah kekaisaran dan mengenakan sebuah mahkota yang terdapat tujuh sampai tiga belas (7-13) rumbai mutiara (tergantung kedudukan dari sebuah kuil). Kostum kim shin Makco tersebut serupa dengan dewa-dewi Taois pada umunya yang mengenakan jubah kekaisaran (Tan 18).

30 Universitas Kristen Petra 2.9.2. Kwan Kong Nama : Kwan Kong Mandarin Pinyin : Guān Yǔ Mandarin Tradisional: 關羽 Nama Dewa : pinyin: Guān Shèng Dì Jūn; Wade–Giles: Kuan Sheng Ti Chun; secara harfiah "Kuan Kaisar Suci"). Nama Buddhis : Sangharama Bodhisattva (simplified Chinese: 伽蓝菩萨; Mandarin Tradisional: 伽藍菩薩; pinyin: Qiélán Púsà; Wade–Giles: Chieh-lan Pu-sa). Tempat Lahir : Hedong. Dinasti : Tiga Kerajaan (San Guo) tahun 221-263 M. Bentuk Rupa : Bertubuh besar tinggi lebih dari 2 meter, bertenaga besar, berjanggut dan kumis panjang dan berwajah merah. Tahun Meninggal : 219 M.

Riwayat hidup Kwan Kong dari awal sampai akhir hayatnya ditulis dengan sangat indah dalam Novel San Guo (Kisah Tiga Negara) yang terkenal itu, akan dijelaskan beberapa bagian penting sebagai berikut: 1. Kisah perjumpaan Kwan Kong dengan Liu Pei (Lauw Pi) dan Chang Fei (Thio Hui) disebuah kedai arak, setelah berkenalan, dan dalam pembicaraan mereka ternyata terdapat kecocokan dan merasa sehati, sehingga mereka memutuskan untuk Angkat Saudara yang dilaksanakan dirumah Chang Fei, disebuah kebun dibawah pohon Sien Tho (Persik). Diputuskan pengangkatan sesuai dengan usia. a. Liu Pei kakak yang tertua. b. Kwan Kong saudara yang ke dua. c. Chang Fei saudara yang bungsu. Mereka bertiga bersama sama bersumpah untuk sehidup semati membela negara dan menegakkan kebenaran. Peristiwa ini terkenal dengan nama “Tao Yuan Cie Ie (Tho Wan Kiat Gi) atau Sumpah Persaudaraan Dikebun Buah Sien Tho (Persik)”. (Pelajaran Kedewaan Klenteng, 1997, 41-42).

31 Universitas Kristen Petra 2. Selanjutnya diceritakan tiga saudara angkat membentuk pasukan suka rela untuk memerangi kaum pemberontak Dester Kuning yang pada saat itu sangat menggoncangkan sendi-sendi dinasty Han yang sudah rapuh. Dalam pertempuran itu mereka memperlihatkan kegagahan sebagai prajurit militer yang cakap. Kegagahan Kwan Kong menjadi perhatian orang pertama kali pada saat terjadi pertempuran dibenteng Hu Luo Kwan. Pada waktu itu Liu Pei bersama kedua saudara angkatnya bergabung dengan ke 18 Raja muda yang membentuk pasukan untuk menumpas Tong Chou (Tang Toh) yang lalim Tong Chou mengangkat dirinya menjadi Perdana menteri dan dengan seenaknya menggeser kedudukan Kaisar, serta menggantikannya dengan Kaisar yang masih kecil yang dijadikan Raja bonekanya. Di Hu Luo Kwan terjadi pertempuran yang besar antara gabungan Raja Muda melawan bala tentara Tong Chou yang dipimpin oleh seorang Panglima yang gagah perkasa bernama Hwa Siong (Hwa Hiong). Dalam beberapa pertempuran pasukan Raja Muda mengalami kekalahan yang besar, beberapa Panglima perangnya tewas ditangan Hwa Hiong, Yuan Siao dan Cao Cao yang menjadi pimpinan gerakan itu menjadi sangat gelisah. Tidak ada panglima yang berani maju ke medan perang, namun tiba-tiba Kwan Kong menyediakan diri maju kemedan perang menghadapi Hwa Siong. Karena saat itu Kwan Kong belum pernah ada kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya, maka semua orang kelihatan memandang rendah kepadanya, hanya Cao Cao saja yang melihat kehebatan yang terpendam dalam diri Kwan Kong. Dengan secawan arak yang masih hangat Cao Cao mempersilahkan Kwan Kong untuk meminum arak sebelum maju kemedan perang. Namun Kwan Kong menolak, beliau minta agar arak hangat itu ditunda setelah beliau pulang dengan membawa kepala Hwa Siong. Dan ternyata benar kehebatan Kwan Kong dimedan laga hanya beberapa gebrakan saja Hwa Siong jatuh dan tewas diujung senjata golok besar Kwan Kong. Dengan membawa kepala Hwa Siong, Kwan Kong pulang kekubunya dengan disambut Cao Cao dengan arah yang masih hangat. Dan mulai saat itulah Cao Cao mulai tertarik akan kegagahan Kwan Kong. (Pelajaran Kedewaan Klenteng, 1997, 42-43). 3. Medan laga Hu Luo Kwan masih sekali lagi menjadi saksi kehebatan Kwan Kong. Dengan gugurnya Hwa Siong, Tong Chou lalu mengangkat Li Po (Lu Bu)

32 Universitas Kristen Petra sebagai komandan pasukan perang. Li Po adalah seorang yang gagah perkasa yang jarang ada tandingannya dimedan laga pada jaman itu, dengan senjata tombak bercagak, Li Po mengobrak-abrik pasukan Raja Muda tanpa ada yang mampu menghalanginya. Pada saat yang genting itu, Kwan Kong maju kedepan menghalangi Li Po . Keduanya lalu bertempur dengan seru tanpa ada yang kalah dan yang menang. Melihat saudara angkatnya rasanya sulit mengalahkan Li Po , maka Liu Pei dan Chang Fei segera mengeprak kudanya untuk mengerubuti Li Po . Akhirnya Li Po merasa tidak dapat memenangkan mereka bertiga, lalu memutar kudanya dan melarikan diri. Pertempuran ini diperingati orang sebagai San Ying Chan Li Po atau Tiga Pahlawan Menggempur Li Po. (Pelajaran Kedewaan Klenteng, 1997, 43). 4. Kisah kesetiaan Kwan Kong kepada saudara saudara angkatnya juga dikisahkan dengan menarik dalalm novel ini. Dikisahkan bahwa setelah lolos dari usaha pembunuhan oleh suatu komplotan yang dipimpin oleh Tong Cheng (Tang Sin), Cao Cao makin menancapkan pengaruh kekuasaannya di ibu kota, tanpa ada yang berani menentangnya. Sampai sampai Kaisarpun harus memperoleh ijin darinya terlebih dahulu apabila akan menemui seseorang. Namun Cao Cao berusaha menyingkirkan Liu Pei yang dianggap duri dalam dagingnya Liu Pei saat itu ada dikota Suchou, bala tentara dikerahkan untuk menggempur kota kedudukan Liu Pei. Bersama sama Chang Fei, Liu Pei berusaha menahan serbuan dari pasukan Cao Cao yang tak seimbang jumlahnya. Kemudian karena kalah banyak pasukannya, Liu Pei dan Chang Fei melarikan diri dengan berpencar diikuti bala tentaranya yang tercerai berai itu. Setelah Suchou jatuh, Cao Cao lalu mengerahkan pasukannya untuk menggempur Sia Pei tempat kedudukan Kwan Kong dan keluarga (kedua istri) Liu Pei. Karena kalah jumlah tentaranya, akhirnya Kwan Kong terkepung sampai kesebuah bukit. Cao Cao telah lama mengagumi Kwan Kong, berusaha menarik Kwan Kong mau menakluk kepihaknya. Berulang kali Cao Cao berusaha mengambil hati Kwan Kong tetapi selalu gagal saja. Suatu hari Cao Cao menghadiahkan jubah kebesaran kepada Kwan Kong ketika dilihatnya pakaian yang dipakai Kwan Kong sudah tua dan pudar lusuh sekali.

33 Universitas Kristen Petra Kwan Kong segera mananggalkan pakaian tuanya dan mengenakan pakaian baru yang diberikan oleh Cao Cao, tetapi lalu mengenakan kembali pakaian tuanya diluar pakaian baru pemberian Cao Cao. Puluhan wanita cantik dipersembahkan kepada Kwan Kong, tetapi semuanya diserahkan untuk melayani kedua istri kakaknya, tanpa beliau merasa tertarik untuk memiliki wanita wanita cantik itu. Beliau sangat menjaga budi pekerti dan kesusilaan sehingga membuat Cao Cao semakin kagum dan segan kepadanya. Maka untuk lebih dapat mengambil hati Kwan Kong, Cao Cao menghadiahkan seekor kuda yang hebat disebut Chi Tu ( kelinci merah) kepada Kwan Kong, kuda ini adalah tunggangan Li Po yang dapat berjalan 1000 li dalam seharinya, seketika itu juga Kwan Kong langsung berlutut untuk menghaturkan terima kasih kepada Cao Cao. Cao Cao sebaliknya menjadi heran dan bertanya : “Aku telah menghadiahkan banyak barang berharga kepada Jendral , tetapi Jendral menerimanya dengan perasaan biasa saja, tetapi kini demi seekor kuda Jendral berlutut dihadapanku, wah sungguh aneh..” Kwan Kong segera menjawab : “Barang barang lain walau bagaimanapun berharganya aku tak memperdulikannya, tetapi dengan memiliki kuda hebat ini, begitu aku mendengar khabar dimana kakakku Liu Pei berada, aku dapat dengan cepat pergi untuk menemuinya”. Mendengar jawaban ini Cao Cao sangat menyesal sekali. Begitulah seterusnya Kwan Kong akhirnya sampai ditempat yang dituju dan kembali bergabung dengan Liu Pei dan Chang Fei dan kemudian bersama sama mereka merintis untuk menegakkan Negara Shu yang akan menjadi salah satu dari Tiga Negara (San Guo). Berkat keuletan Liu Pei dan kesabarannya melewati cobaan cobaan berhasil mengundang seorang ahli strategi dan politik perang kenamaan yang bernama Chu Ke Liang (Cu Kat Liang) alias Khong Ming (Gong Beng) sebagai penasihat perangnya. Pada waktu itu Cao Cao sedang mengerahkan pasukannya secara besar besaran untuk menyapu daerah kekuasaan Liu Pei. Dalam beberapa kali pertempuran pasukan Liu Pei terdesak, dan atas saran dari Chu Ke Liang, Liu Pei mengadakan persekutuan denga Sun Juan (Sun Kwan) untuk melawan Cao Cao. Dan atas saran Chu Ke Liang itu usaha gabungan Liu Pei dan Sun Juan berhasil menghancurkan armada perang Cao Cao dalam pertempuran di Chibi yang tekenal. Pasukan Cao Cao mundur kedarat,, disana pasukan Liu Pei sudah siap menanti dengan serangan

34 Universitas Kristen Petra pukulan yang terakhir hingga banyak yang tewas dan hancur lebur. Pertempuran di Chibi ini benar benar sangat menghabiskan kekuatan pasukan perang Cao Cao, sehingga sejak saat itu Cao Cao tidak berani bergerak keselatan lagi. (Pelajaran Kedewaan Klenteng, 1997, 43-6). 5. Cerita ini dikisahkan Kwan Kong sampai akhir hayatnya tetap setia kepada saudara angkatnya. Liu Pei pada waktu itu sudah berhasil mendirikan kerajaan yang diberi nama Dinasti Shu (Siok) yang merupakan kelanjutan dari Dinasti Han yang dihancurkan oleh Cao Cao, wilayahnya meliputi Propinsi Shi Chuan (sekarang), dengan ibu kota Cheng Tu. Cao Cao menguasai daerah lembah sungai Hwang Ho (Sungai Kuning) dan mendirikan kerajaan Dinasti Wei (Gui) dengan ibu kota Luo Yang. Sun Juan mendirikan kerajaan Dinasti Wu (Gouw), dengan ibu kota Wu Chang, kemudian dipindahkan ke Nanjing yang meliputi wilayah yang membentang dari tengah dan hilir sungai Yang Tze. Maka keadaan Tiga Negara San Guo sudah terbentuk. Kwan Kong yang menjaga kota strategis di Cing Chou berusaha meluaskan kekuasaannya dengan menyerbu ke utara. Dalam waktu singkat dapat merebut kota Fan Cheng dan memukul mundur pasukan Cao Cao yang dipimpin oleh jendralnya yang bernama Cao Ren (Co Jin). Kemudian ketika bala tentara Cao Cao dengan jumlah besar datang memberikan bala bantuan, Kwan Kong berhasil menghancurkan mereka dengan menenggelamkan mereka kedalam banjir dan pimpinannya Pang Te (Bang Tek) dan Yu Cin berhasil ditawan Kwan Kong. Memahami situasi yang tidak menguntungkan pihaknya, Cao Cao segera mengajak Sun Juan untuk bersekutu, bersama sama menggerakkan tentara untuk menyerbu Cing Chou. Kwan Kong akhirnya berhasil dijebak dan ditawan, kemudian dihukum mati, karena menolak untuk takluk kepada musuh, maka kepala Kwan Kong dihukum pancung dipenggal. Karena takut akan pembalasan Liu Pei, maka kepala Almarhum Kwan Kong dikirimkan ketempat Cao Cao. Kwan Kong gugur pada tahun 219 Masehi dalam usia 60 tahun. Cao Cao yang telah lama kagum kepada Kwan Kong, memakamkan kepala Kwan Kong setelah disambung dengan tubuh dari kayu cendana dengan upacara pemakaman kenegaraan secara kebesaran. Makam kepala Kwan Kong terletak di provinsi He Nan kira kira 7 km sebelah kota Luo Yang dengan pemandangan yang indah sekali, sedangkan bangunan makamnya sangat megah seakan akan

35 Universitas Kristen Petra seperti bukit kecil dari kejauhan. Di sekeliling bangunan ditanami pohon Bai (Cypress) yang selalu berwarna hijau, melambangkan semangat Kwan Kong yang tidak pernah padam dan abadi dari jaman ke jaman. Pohon-pohon itu sekarang sudah menghutan dan disebut Kwan Lin atau Hutan Kwan Kong. Batu nisan (Bongpai) makam Kwan Kong adalah hadiah dari Kaisar dinasti Ching. Pada saat makam itu dipugar dan diperindah. Berdekatan dengan hutan Kwan Lin terdapat klenteng peringatan untuk mengenang jasa jasa Kwan Kong yang dibangun pada dinasti Ming dengan seni bangunan yang indah dan penuh ukiran ukiran yang antik dan bermutu tinggi sehingga sampai jaman sekarang ini menjadi objek wisata yang selalu dikunjungi wisatawan dari dalam dan luar negeri. Klenteng pemujaan Kwan Kong yang terbesar diseluruh Tiongkok terdapat di Chi Chou Propinsi Shan Si zaman San Guo disebut Hedong, kota ini adalah merupakan kampung kelahiran Dewa Kwan Kong. Klenteng ini memiliki keindahan bangunan dan arsitektur yang mengagumkan dan merupakan objek wisata yang terkemuka di Shan Si.

36 Universitas Kristen Petra Gelar kehormatan kepada Kwan Kong yang diberikan hingga dinasti terakhir Tiongkok, yaitu dinasti Qing atau Manchuria.

Tabel. 2.3. Gelar Kehormatan Kwan Kong Dari Kaisar-Kaisar Tiongkok Dinasti Kaisar Tahun Gelar Kehormatan Bei Song Song Huizong 1102 Zhonghui Gong 忠惠公

Bei Song Song Huizong 1104 Chongning Zhenjun 崇宁真君

Bei Song Song Huizong 1107 Wuan Wang 武安王 Bei Song Song Huizong 1123 Yiyong Wuan Wang 义勇武安王 Nan Song Song Gaozong 1128 Zhuangmou Yiyong Wuan Wang 壮缪义勇武安王 Nan Song Song Xiaozong 1187 Zhuangmou Yiyong Wuan Yingji Wang 壯繆義勇武安英濟王 Yuan Tai Dingdi 1335 Xianling Yiyong Wuan Yingji Wang 显灵义勇武安英济王 Ming Ming Shenzong 1613 Dandao FuMo Shenwei Yuanzhen Tianzun Guansheng Dijun 单刀伏 魔、神威远镇天尊关圣帝君 Ming Ming Sizong 1630 Zhenyuan Xianying Zhaoming Yihan Tianzun 真元显应昭明翼汉 天尊 Qing Shun Zi 1652 Zhongyi Shenwu Guansheng Dadi 忠义神武关圣大帝 Qing Yong Zheng 1725 Sandai Gongjue, Sheng Zengzu, Guangzhao Gong, Sheng Zu, Yuchang Gong, Sheng Kao, Chengzhong Gong 三代公爵、圣 曾祖、光昭公、圣祖、裕昌公、圣 考、成忠公 Qing Qian Long 1736 Shanxi Guan Fuzi 山西关夫子

Qing Qian Long 1767 Lingyou Erzi 灵佑二字

Qing Jia Qing 1813 Renyong Ezi 仁勇二字 Qing Dao Guang 1828 Zhongyi Shenwu Lingyou Renyong Weixian Guansheng Dadi 忠 义神武灵佑仁勇威显关圣大帝

Sumber: Tanuwidjaja (2010, 16) 37 Universitas Kristen Petra Atribut Kwan Kong yang khas adalah Kwan Dao (關刀 berarti golok Kwan). Kwan Dao merupakan senjata yang diciptakan oleh Kwan Kong seorang jenderal perang terkenal pada era tiga kerajaan (San Guo) di awal abad ke 3 Masehi, nama Kwan Dao diambil dari nama marga penciptanya. Golok tersebut memiliki nama “Naga Hijau Mengejar Rembulan” dengan berat 82 jin (satuan jin pada dinasti Han sama dengan 222.72 gram) setara dengan 18.263 kg. Kwan Kong biasanya selalu digambarkan dengan memegang Kwan Dao di tangan kanannya.

Gambar 2.9. Kwan Kong memegang Kwan Dao Sumber: http://www.dhgate.com/reed-painting-guan-yu/p- ff8080812b9006f7012ba490f7730f31.html

38 Universitas Kristen Petra Kwan Kong telah menginspirasi masyarakat di Tiongkok untuk membuat karya seni rupa dengan bentuk dirinya. Contoh karya-karya seni rupa tersebut berupa patung (statue), monumen (monument), lukisan (painting) dan lukisan dinding (mural). Penjelasan karya-karya seni rupa tersebut akan dijelaskan satu- persatu dilengkapi dengan gambar. Patung dibedakan berdasarkan fungsinya, ada yang dibuat untuk elemen dekoratif di taman kuil dan untuk ibadah. Patung Kwan Kong di taman kuil, tidak dibuat untuk sembahyang dan letaknya di luar (outdoor).

Gambar 2.10. Patung Kwan Kong di kuil Zhuge Liang, Chengdu, Sichuan. Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Guan_Yu

39 Universitas Kristen Petra Patung yang dibuat untuk ibadah disebut kim shin (金 身 berarti Tubuh Emas) karena menurut kepercayaan orang-orang Tiongkok menganggap patung dewa atau dewi adalah ‘tubuh’ dari dewa atau dewi tersebut (Chai 6). Ukuran kim shin bermacam-macam, tetapi biasanya tidak berukuran asli dari tokoh yang dipatungkan karena harus diletakan di dalam altar. Kim shin tersebut digunakan sebagai orientasi sembahyang bagi para umat Tri Dharma (Tao, Konghucu, Buddha) di sebuah kuil atau klenteng.

Gambar 2.11. Patung Kwan Kong di Dalam Sebuah Altar. Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Guan_Yu

40 Universitas Kristen Petra Kwan Kong didalam agama Buddha disebut Bodhisattva Sangharama (伽藍菩薩 dalam bahasa mandarain pinyin disebut Qíelán Púsà). Menurut Tanuwidjaja, Kwan Kong memiliki pengabdian yang setara dengan para Pelindung Sangharama, pun karena memiliki komitmen yang besar untuk melindungi lingkungan vihara, maka tidaklah mengherankan bila kemudian diapresiasi secara khusus oleh Mahayana Tiongkok sebagai Bodhisattva Sangharama, ada juga yang menyebut sebagai Bodhisattva Satyadharma Kalama. Pada tahun 1081 M, tokoh politik Song Utara dan umat Buddha bernama Zhang Shangying (張商英) menyebut sebagai Pelindung Dharma (Tanuwidjaja 15). Berikut adalah ilustrasi kim shin Bodhisattva Sangharama.

Gambar 2.12. Kim Shin Bodhisattva Sangharama (Kwan Kong di agama Buddha). Sumber: Tanuwidjaja (2010, 8)

41 Universitas Kristen Petra Berikut adalah ilustrasi monumen Kwan Kong di sebuah gunung di Jinguashi, Taiwan.

Gambar 2.13. Monumen Kwan Kong di sebuah gunung di Jinguashi. Sumber: http://en.academic.ru/dic.nsf/enwiki/151166

Berikut adalah ilustrasi mural Kwan Kong di Istana Musim Panas (Summer Palace), Beijing, Tiongkok.

Gambar 2.14. Riding Alone for Thousands of Miles" (千里走單騎) Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Guan_Yu

42 Universitas Kristen Petra Berikut adalah ilustrasi lukisan Kwan Kong dari dinasti Ming yang dilukis oleh Shang Xi pada tahun 1430.

Gambar 2.15. Kwan Kong (ke dua dari kiri) menangkap (paling kanan). Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Guan_Yu

43 Universitas Kristen Petra Penggambaran Kwan Kong (1) biasanya didampingi oleh Kwan Ping (2) di samping kanan dari sudut pengamat, Zhou Chang (3), Chi Tu Ma (4) (kuda kelinci merah Kwan Gong) dan Ma She Ye (penjaga kuda Guan Gong) (Tanuwidjaja 22).

Gambar 2.16. Lukisan Thangka Buddhisme Vajrayana. Sumber: Tanuwidjaja (2010, 21)

44 Universitas Kristen Petra Kwan Ping Nama : Kwan Ping Mandarin Pinyin : Guān Ping Mandarin Tradisional : 關平 Nama Dewa: pinyin : Guān Ping; Wade–Giles: Kuan P‘ing Tahun dan Tempat Lahir : 178 M di Hedong Dinasti : Tiga Kerajaan (San Guo) tahun 221-263 M. Tahun Meninggal : 219 M.

Gambar 2.17. Patung Kwan Ping (tinggi 2,1 m) dinasti Qing di Stele Forest Museum. Sumber: http://www.beilin-museum.com/

45 Universitas Kristen Petra Zhou Cang Nama : Zhou Cang Mandarin Pinyin : Zhou Cang Mandarin Tradisional : 周倉 Nama Dewa: pinyin: Zhou Cang; Wade–Giles: Chou Ts‘ang Dinasti: Tiga Kerajaan (San Guo) tahun 221-263 M. Tahun Meninggal: 219 M.

Gambar 2.18. Zhou Cang (kiri) dan Kwan Kong (kanan) dalam lukisan dinasti Qing. Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/

46 Universitas Kristen Petra Kuda Kwan Kong Nama : Chi Tu Ma Mandarin Pinyin : Chi Tu Ma Mandarin Tradisional : 赤兔馬 Nama Dewa: pinyin: Ma Shin; Wade–Giles: Red Hare (Ch‘iht‘uma) Dinasti: Tiga Kerajaan (San Guo) tahun 221-263 M. Tahun Meninggal: 219 M.

Di tempat pemujaan Guan Di biasanya ikut dipuja juga seorang tukang kuda yang dipanggil Ma She Ye atau Tuan Ma. Ia bertugas merawat kuda tunggangan Guan Di yang disebut Chi-tu-ma (Cek Thou Ma - Hokkian) atau Kelinci Merah, yang dalam sehari bisa menempuh jarak 500 Km tanpa merasa lelah. Hari lahir Ma She Ye ini diperingati pada tanggal 13 bulan 4 Imlek (Setiawan 218). "Barang lain walau bagaimana berharganya, aku tidak memperdulikan. Tapi dengan memiliki kuda ini, begitu aku mendengar kabar di mana kakakku, Liu Bei berada, aku dapat dengan cepat pergi menemuinya" (Setiawan 213).

Gambar 2.19. Kwan Kong menunggangi Chi Tu Ma. Sumber: http://exfile4shared.blogspot.com/2012/03/sejarah -dewa-kwan47- kong.html Universitas Kristen Petra 2.10. Perbedaan Konsep Pandangan Hidup Barat Dengan Tiongkok

Tradisi ilmu dan cara pandang terhadap alam pemikiran Barat adalah pencarian kebenaran atas suatu realitas didasarkan pada substansi dan hakikat bendanya. Dalam cara berpikir Cina yang penting adalah “hubungan” atau “keterkaitan” (relationship) antara gejala yang satu dengan gejala lainnya. Konsep ini berpengaruh pada sikapnya terhadap ilmu pengetahuan alam yang dikembangkan (Widagdo 70).

2.10.1. Dasar Pemikiran Pemujaan Roh Orang Tionghoa Prof. Ruan Chang-rui mengatakan: Pemujaan roh adalah gejala peradaban yang paling umum dalam masyarakat manusia. Karena lingkungan hidup dan tradisi kebudayaan tiap bangsa tidak sama, maka kebiasaan pemujaan roh mempunyai wujud yang tidak sama pula. Pemujaan roh dikalangan rakyat Tiongkok pun mempunyai sosok yang khas. Walaupun pada mulanya adalah kebiasaan primitif, tapi kemudian setelah bercampur dengan pandangan- pandangan Daoisme, Buddhisme dan Konfusianisme, lalu tumbuh menjadi sosok agama sinkretisme yang khas. Dalam pandangan mereka roh-roh orang mati yang tinggal dialam baka, juga memerlukan rumah tinggal dan pakaian, seperti pada waktu masih hidup. Sebab itu para sanak keluarganya yang masih hidup mengadakan upacara sembahyang yang lengkap dengan segala sesajian termasuk kertas uang dan rumah-rumahan, untuk menyenangkan mereka agar membantu memberikan berkah kepada anak cucunya yang masih hidup. Inilah mulanya pemujaan kepada nenek moyang.

Gambar 2.20. Sembahyang di Depan Papan Roh Nenek Moyang 48 Sumber: Williams (2006, 45) Universitas Kristen Petra Kemudian masyarakat juga merasa perlu untuk menghormati para pahlawan dan orang-orang bijak yang telah berjasa bagi mereka, dan percaya setelah meninggal roh-roh orang-orang besar itu akan menjadi dewa dan melindungi mereka. Ini lalu menimbulkan pemujaan kepada orang-orang besar (Setiawan, 1990,13-4).

2.10.2. Penghargaan Terhadap Tokoh-Tokoh Bangsa di Cina Dalam sejarah peradaban Cina, penghargaan terhadap tokoh-tokoh bangsa sangat tinggi. Hal ini terungkap dalam kesusastraan lama mereka. Buku pertama yang memuat nama dan tokoh sejarah serta pencapaiannya adalah buku Shih Pen (buku tentang asal-usul). Tokoh-tokoh disejajarkan dengan dewa atau pahlawan kebudayaan. Buku ini mungkin ditulis pada tahun 234 dan 228 SM, di Negara Bagian Chao (Widagdo 69).

2.11. Tri Dharma (Tiga Agama)

Gambar 2.21. Simbol-simbol religiusitas Taoisme Sumber: Dreyfuss (1972, 138-9) Ajaran Tao merupakan campuran filsafat, agama, magi, dan proto-sains. Melalui eksperimen dan keterlibatan praktis, ajaran Tao berusaha mempelajari dan menguak rahasia alam. Ajaran ini merupakan satu-satunya ajaran mistik yang tidak anti ilmu. Memang dari sejarah perkembangannya, magi dan ilmu pada awalnya merupakan satu kesatuan. Di Barat sendiri baru pada awal abad 17 keduanya terpisah (Widagdo 71).

49 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.22. Simbol-simbol religiusitas Konfusianisme Sumber: Dreyfuss (1972, 138-9) Konfusianisme lahir pada abad 6 SM. Menurut perkiraan, pendirinya mempunyai nama keluarga Khung dan nama kecil Chhiu, serta nama tambahan Chung Ni, tetapi selalu disebut Khung Fu Tzu (Tuan Khung). Kemudian nama ini dilatinkkan menjadi Konfuzius. Di Indonesia dikenal dengan Kong Hu Cu (Widagdo 73). Merupakan ajaran filsafat humanisme dan etika sosial yang sifatnya abstrak, teoritis dan filosofis. Hal ini berbeda dengan taoisme (Widagdo 71).

Gambar 2.23. Simbol-simbol religiusitas Buddhisme Sumber: Dreyfuss (1972, 138-9)

Agama Budha berasal dari India pada abad ke-5 SM, dimana agama terbagi menjadi dua aliran yaitu Mahayana (tradisi utara) dan Hinayana (tradisi selatan) yang sering disebut sebagai Theravada.. Aliran Mahayana berkembang di Tibet, Cina, Korea, dan Jepang. Sedangkan aliran Hinayana berkembang di Srilangka, Birma, Thailand, Kamboja, Laos, dan Indonesia (Buddhism).

50 Universitas Kristen Petra 2.12. Jenis Atap Bangunan Tradisional Tiongkok

Atap bangunan tradisional di Tiongkok lazimnya memiliki tiga jenis atap yang sering digunakan pada rumah penduduk hingga istana kaisar. Ketiga jenis atap yang akan dijelaskan antara lain wudian ding, juanpeng ding dan xieshan ding. Salah satu jenis atap yang lazim digunakan pada bangunan-bangunan di Tiongkok adalah wudian ding. Ciri-ciri wudian ding yaitu memiliki satu konstruksi utana horisontal atau mendatar dibagian bawah dengan dua konstruksi vertikal atau tegak lurus di bagian atas. Dua konstruksi vertikal tersebut memiliki bentuk melengkung ke luar dari ujung satu ke ujung lainnya.

Gambar 2.24. Atap Wudian Ding. Sumber: http://old.arch.ethz.ch/prog/ws97/notes/chapter6/grammar.html

Wudian ding merupakan jenis atap yang berkualitas tertinggi di antara jenis-jenis atap kuno di Tiongkok, dan hanya digunakan pada bangunan-bangunan tertentu seperti istana dan kuil-kuil Buddha. Bangunan-bangunan yang menggunakan jenis atap ini banyak ditemui di era dinasti Ming dan Qing (1368- 1911 M) (Wang 27).

51 Universitas Kristen Petra Jenis atap ke dua yang umum digunakan pada bangunan-bangunan di Tiongkok adalah juanpen ding. Atap ini juga disebut sebagai bubungan berbentuk Sycee (Sycee-shaped ridge) mirip dengan uang logam batang Tiongkok kuno. Pertemuan antara bagian depan dan belakang dari atap juanpen ding berbentuk lengkungan seperti atap biasa (Wang 27).

Gambar 2.25. Atap Juanpen Ding. Sumber: http://old.arch.ethz.ch/prog/ws97/notes/chapter6/grammar.html

Jenis atap ke tiga yang umum digunakan pada bangunan-bangunan di Tiongkok adalah xieshan ding. Atap ini memiliki sembilan bagian bubungan dan biasa disebut atap nok dan pinggul (a hip-and-gable), perinciannya adalah sebagai berikut. Bubungan horisontal bertemu dengan dua bubungan vertikal utama saling menumpuk untuk membentuk puncak segitiga. Terdapat pula empat bubungan miring yang menonjol keluar dari bawah puncak segitia. Bagian-bagian nok (atap rumah yang menonjol) tersebut tersusun secara dinamis dari bawah hingga ke atas (Wang 27).

Gambar 2.26. Atap Xieshan Ding. Sumber: http://old.arch.ethz.ch/prog/ws97/notes/chapter6/grammar.html

52 Universitas Kristen Petra 2.13. Sistem Penyusunan Rangka Atap Kayu

Ilustrasi pada gambar ini menampilkan sistem penyusunan rangka atap yang menggunakan kayu. Sistem penyusunan ini terdiri dari sembilan bagian yaitu: architrave (1), longitudinal tie-beam (2), rafter (3), purlin (4), strut (5), transversal tie-beam (6), beam (7), kolom dan bay (9). Kesembilan bagian rangka tersebut berbahan kayu yang berfungsi menyangga dari atap (Shang 1).

Gambar 2.27. Sistem Penyusunan Atap Kayu. Sumber: http://old.arch.ethz.ch/prog/ws97/notes/chapter6/grammar.html

53 Universitas Kristen Petra 2.14. Bangunan Taois di Tiongkok

Dari daerah-daerah lokal Tiongkok hingga ke seluruh negeri, Taoisme berasal dari agama rakyat dan filosofi kuno yang memiliki konsep utama untuk penghormatan kepada leluhur dan para abadi (dewa-dewi). Bangunan Taois berhubungan dengan pemujaan kepada dewa-dewi Tao, istana (palace) dan kuil Taois. Beberapa bangunan yang terutama untuk memuja dewa-dewi disebut kuil. Denahnya mengikuti rumah denga kantong halaman (courtyard) tradisional yang terdiri dari ruang altar dewa-dewi, ruang makan, asrama dan taman. Dekorasi arsitektural dan ukurannya mengikuti ajaran Tiongkok yaitu Yin dan Yang maupun Lima Elemen. Bangunan Taois banyak dibangun ulang pada era dinasti Ming dan Qing (1368-1911) (Wang 21).

Gambar 2.28. Litograf Kuil Mahcoh Po di Singapura Sumber: http://digital.otago.ac.nz/results.php?lspatial=Singap ore.

54 Universitas Kristen Petra 2.15. Klenteng

2.15.1 Sejarah Klenteng Seorang sastrawan yang bernama Ma Huan dalam bukunya Ying Ya Sheng Lan menceritakan bahwa orang Tionghoa sudah datang di Indonesia pada abad ke 14 yaitu pada jaman Mojopahit. Bersamaan dengan kedatangan orang- orang Tionghoa tersebut mengalir pula masuk kebudayaan mereka, terutama kebudayaan spiritual seperti adat istiadat, upacara-upacara keagamaan Tionghoa yang berasal dari Agama Tao jaman kuno. Hal tersebut, terbukti dengan banyaknya klenteng-klenteng pemujaan Dewa dengan ciri khas Tionghoa yang ada hampir diseluruh pelosok-pelosok daerah dan perkotaan di Indonesia. Istilah “Klenteng” sebenarnya berasal dari bunyi genta yang ditabuh berbunyi “kelenteng-kelenteng” pada saat upacara membaca ayat-ayat kitab suci. Jadi istilah “Klenteng” khusus di Indonesia saja. Ada beberapa perbedaan istilah dan bentuk “klenteng” dalam bahasa Tionghoa yang disebabkan oleh 3 agama yaitu Buddha, Tao, Khonghucu: 1. Miao (Bio Hokkian) Berarti tempat pemujaan yang terdiri dari bangunan-bangunan gedung-gedung yang besar-besar megah dan luas arealnya Miao istilah dari agama Khonghucu. 2. Cithang atau Congci Adalah tempat pemujaan para arwah-arwah leluhur nenek moyang yang terawat Cithang atau Congci istilah dari agama Khonghucu. 3. Taokwan Adalah tempat ibadah agama Tao yang terbagi dalam tingkatan yaitu : a. Kung = istana, adalah klenteng yang berbentuk besar-besar untuk pemujaan Mahadewa dan dewa-dewa tingkat tertinggi agama Tao. b. Kwan = wisma suci, adalah klenteng yang lebih kecil dari Kung.

4. An (Am Hokkian) Adalah klenteng khusus untuk para bhikkuni atau pendeta wanita agama Buddha, semacam pondok pesantren pendeta wanita agama Buddha 5. She (Si Hokkian)

55 Universitas Kristen Petra Adalah klenteng khusus untuk para bhikku atau pendeta pria agama Buddha. Baik An maupun She disebut juga wihara/biara tempat ibadah agama Buddha (Pelajaran Kedewaan Klenteng, 1997, 1-2). Bagi orang yang awam tentang klenteng memang bentuknya secara fisik sama kelihatannya, namun bila kita amati dan kita bedakan sesuai dengan petunjuk diatas, maka akan tampak berbedaan aliran agamanya dan peruntukannya. Demikianlah sekilas tentang asal mulanya klenteng serta bentuk perbedaan klenteng yang ada yang mengawali bab pendahuluan dalam buku ini, kata pepatah kuno “tiada gading yang tak retak, demikian pula manusia tiada luput dari kesalahan, maka bilamana ada penyajian yang kurang berkenan dihati para pembaca, saya sebagai penulis buku ini memohon maaf yang sebesar-besarnya, karena memang sebatas inilah pengeatahuan yang dapat saya ceritakan (Pelajaran Kedewaan Klenteng, 1997, 2).

2.15.2. Asal Usul Istilah Klenteng Istilah "Kelenteng'' merupakan bahasa Indonesia yang khusus untuk menyebut rumah ibadat yang digunakan oleh keturunan Tionghoa. Menurut beberapa pakar bahasa, istilah ini berasal dari bunyi "tengteng" atau "klenteng- klenteng" yang sering diperdengarkan dari dalam bangunan itu, pada waktu diadakan upacara sembahyang (Setiawan 11).

Gambar 2.29. Alat-alat musik Klenteng Sumber: Williams (2006, 278)

56 Universitas Kristen Petra 2.15.3. Istilah Fengsui Istilah fengsui terdiri dari dua suku kata yaitu feng yang berarti angin dan sui berarti air. Berdasarkan fungsi istilah ini untuk mengatur penempatan letak bangunan manusia, karena kata feng (angin) dan sui (air) menggambarkan kekuatan unsur-unsur yang selalu mengalir di alam. Kekuatan kedua unsur tersebut tidak hanya ada di permukaan bumi, seperti yang ditimbulkan angin dan air, tetapi juga ada di dalam bumi. Tata letak aturan fengsui bertujuan mengelola dan membina sumber energi vital qi. Fungsi fengsui di sini adalah mengatur letak dari suatu bangunan berikut isinya agar selaras dengan qi yang ada pada alam. Biasanya letak yang baik adalah tempat yang dekat sumber air, bukit-bukit, gunung-gunung dan lembah-lembah di sekeliling bangunan. Hal ini karena tempat-tempat tersebut memiliki energi vital yang baik. Kesimpulan fengsui adalah suatu istilah tentang aturan penempatan letak bangunan buatan manusia agar selaras dengan lingkungan sekitar sehingga menguntungkan bagi manusia itu sendiri (Kleinsteuber 11).

2.15.4. Qi Secara harfiah qi diartikan sebagai hawa, energi yang mendukung kekuatan hidup. Berdasarkan aturan fengsui, energi vital atau qi disebut energi naga. Qi mempunyai dua wujud, yaitu yin dan yang, yang mengandung lima unsur (logam, api, kayu, air, dan tanah). Bahkan, kata feng yang berarti angin, dan sui yang berarti air, berasal dari Trigram yin yang. Qi adalah energi yang mempengaruhi kehidupan alam. Energi ini berada di seluruh bagian bumi, tidak dapat dilihat oleh mata manusia. Karena energi ini amat vital, maka qi juga disebut energi vital. Qi tidak selalu bermanfaat. Jika yin dan yang tidak terjalin harmonis, keseimbangan alam akan rusak dan pengaruh buruk akan timbul, seperti juga ketidakseimbangan pada makanan. Makanan bangsa Tiongkok juga digolongkan menurut yin dan yang. Seseorang harus makan dalam jumlah seimbang antara makanan yin (dingin) dan makanan yang (panas). Jika terlalu banyak mengonsumsi makanan jenis yin, harus diseimbangkan dengan menyantap makanan berjenis yang, dan sebaliknya. Jika tidak akan sakit. Qi yang menimbulkan pengaruh buruk disebut sha qi. Sedangkan

57 Universitas Kristen Petra qi yang menguntungkan, yaitu yang memberikan kehidupan dan pertumbuhan disebut Sheng qi (Kleinsteuber 12).

2.15.5. Fengsui pada Klenteng Dalam pembangunan sebuah klenteng pihak yang mempunyai hubungan erat dengan ahli fengsui adalah penata klenteng, pemborong bangunan dan perencanaan bangunan. Mereka percaya bahwa faktor keberuntungan dalam fengsui diwujudkan dalam ukuran ruang, pemberian warna dan urutan rangkaian pembangunan akan membawa berkah. Ada beberapa peraturan dasar dalam fengsui yang digunakan untuk pembangunan klenteng yaitu: 1. Dalam konstruksi atap, rancangan atau dekorasi di bubungan sangat penting. Misalnya naga, burung Hong, dan binatang berkaki empat lainnya mempunyai tanda yang baik bila dikombinasikan dalam bentuk desain bubungan. Orang yang menggunakan gedung tersebut akan mendapatkan keberuntungan dan kebahagiaan. 2. Pemberian warna dalam pembangunan klenteng mempunyai arti yang penting karena warna-warna tertentu mempunyai arti tersendiri. Misalnya, arti warna kuning, hijau, dan biru digunakan sebagai simbol kekuatan, panjang umur, dan rahmat Tuhan. 3. Penomoran ruang secara tepat juga memegang peranan besar. Sebab ada anggapan bahwa nomor 1, 5 dan 9 adalah nomor-nomor yang baik. Sedangkan, nomor-nomor yang merupakan kelipatan 4 (4,8,12 dan seterusnya) harus dihindarkan. Selain hal-hal tersebut ada beberapa aspek lain yang mendapatkan perhatian khusus dalam pembangunan klenteng. Di antaranya lokasi memiliki karakter tanah bergelombang dan memiliki banyak warna, berdekatan atau menghadap jalur air (sungai, danau yang tenang, dan laut) dan ditanami tumbuhan, terutama yang dapat bertahan pada berbagai cuaca. Di Tiongkok ada anggapan bahwa arah mata angin bangunan yang menghadap ke barat laut dan tenggara adalah arah yang menghadap ke pintu kejahatan. Karena itu dalam pembangunan klenteng harus diusahakan bahwa arah mata angin pintu masuk menghadap selatan (Kleinsteuber 11).

58 Universitas Kristen Petra 2.15.6. Denah Dasar Klenteng Klenteng secara teoritis memiliki empat bagian yaitu halaman depan, ruang altar utama, ruang tambahan dan bangunan samping (Salmon & Lombard 51).

2.15.7. Halaman Depan Palang-palang di wajah depan yang biasanya dibuat dari kayu, terdapat ukiran bermotif simbolis berupa lambang atau binatang. Terdapat sebuah papan berbahan kayu yang melintang atau membujur di atas pintu masuk utama bertuliskan nama klenteng. Papan nama yang bertuliskan aksara Tiongkok tersebut di sebagian besar klenteng di Indonesia sejak tahun 1965 diganti dengan papan berwarna hitam atau merah bertuliskan nama Indonesia yang baru (Salmon & Lombard 53-4).

2.15.8. Ruang Altar Utama Ukuran denah ruang altar utama di tiap-tiap klenteng selalu berbeda, tetapi selalu berbentuk segi empat (Salmon & Lombard 54-6). Berikut adalah elemen- elemen ruang suci utama secara umum : 1. Terdapat patung dewa utama kuil, yang kadang-kadang diapit oleh para pendamping. 2. Meja altar terletak di depan altar utama untuk meletakan persembahan. 3. Sumber cahaya yang terus bernyala. 4. Altar tambahan dengan dewa-dewa pembantu. 5. Wadah berisi abu tempat batang dupa ditancapkan oleh orang yang bersembahyang. Dupa memberitahukan kehadiran para pemuja di klenteng serta mengundang dewa-dewa untuk mendengarkan doa mereka. 6. Tiang pengapit altar yang memiliki ragam hias ular naga (Indonesian Heritage : Agama dan Upacara 57).

59 Universitas Kristen Petra 2.15.9. Interior Kata Interior berasal dari bahasa Inggris interior yang berarti “ruang bagian dalam” (Wojowasito 111). Pada kehidupan sehari-hari, interior erat kaitannya dengan arsitek yaitu eksterior dan struktur bangunan. Akan tetapi, lingkup interior hanyalah lingkungan yang lebih spesifik dimana pada lingkungan tersebut manusia hidup dan berkerja melakukan berbagai macam aktivitas. Interior merupakan pengaturan tata letak dalam suatu ruang yang meliputi pengaturan perabot, aspek pembentuk ruang lantai, dinding, plafon, aksesori, sistem interior, dll.

2.15.10. Elemen-Elemen Desain Interior Berikut adalah penjelasan mengenai elemen-elemen desain interior secara umum. Elemen-elemen desain interior yang dijelaskan antara lain elemen pembentuk ruang, pendukung ruang dan pengisi ruang. Elemen pembentuk ruang adalah elemen-elemen yang memberikan bentuk tiga dimensi pada bagian dalam sebuah bangunan. Elemen-elemen pembentuk sebuah ruang terdiri dari kolom, dinding, lantai dan plafon. Keempat elemen pembentuk ruang tersebut memberi bentuk dalam bangunan, memisahkannya dari ruang luar dan membentuk pola tatanan ruangan interior (Ching 160). Elemen pendukung ruang terdiri dari pintu dan jendela. Pintu dan jalan masuk memungkinkan akses fisik untuk pengguna ruang, perabotan dan barang- barang untuk masuk dan keluar bangunan dan berpindah dari satu ruang ke ruang lain di dalam bangunan (Ching 220). Jendela dan pintu masuk memotong bidang dinding dari sebuah ruang interior yang dibatasinya. Merupakan elemen transisi dari desain arsitektur dan interior yang menghubungkan, baik secara visual dan fisik, satu ruang ke ruang lain maupun bagian dalam dengan luar (Ching 204). Elemen pengisi ruang adalah perabotan. Perabotan merupakan elemen desain yang pasti selalu ada di hampir semua desain interior. Pemilihan dan peletakan perabot dalam ruang-ruang di dalam sebuah bangunan adalah tugas utama desain interior (Ching 240).

60 Universitas Kristen Petra 2.16. Tata Cara Menggunakan Peralatan Ibadah

2.16.1. Lilin Sebelum proses sembahyang dimulai, setiap umat menyalakan lilin terlebih dahulu. Lilin merupakan lambang penerangan yang secara simbolis menggambarkan penerangan batin. Lilin berwarna merah biasanya dipasang secara berpasangan sebagai lambang dua unsur yang tidak terpisahkan yaitu Im dan Yang. Warna merah pada lilin memiliki arti kehidupan, sama seperti warna darah yang menjadi unsur utama kehidupan. Dalam agama Buddha, lilin digunakan pada altar doa sebagai simbol dari sinar yang dapat melenyapkan kegelapan batin dan mengusir ketidaktahuan atau Avidya (Ratnawaty 95).

2.16.2. Hio Hio merupakan salah satu alat sembahyang yang digunakan dengan dibakar hingga mengeluarkan asap yang berbau wangi. Sedangkan dupa yang dikenal sejak jaman nambi Khongcu, berbentuk bubuk atau belahan kayu, seperti Tiem Hio, Bok Hio (gaharu), Than Hio (cendana) dan lain-lain (Ratnawaty 95). Membakar Hio berarti = Jalan Suci itu berasal dari kesatuan hatiku (Too Yu Siem Hap), dimana hatiku dibawa oleh keharuman dupa (Siem Ka Hiang Thwan) (Ratnawaty 95-96). Fungsi membakar Hio adalah: • Untuk menentramkan pikiran, memudahkan konsentrasi, dan meditasi; • Untuk mengusir hawa jahat atau hal yang bersifat jahat; • Untuk mengukur waktu, karena pada jaman dulu belum ditemukan jam (Ratnawaty 96).

Jenis-jenis Dupa atau Hio: • Hio bergagang hijau • Digunakan untuk sembahyang di depan jenazah keluarga sendiri. • Hio bergagang merah • Digunakan untuk sembahyang umum. • Hio berbentuk piramida, bubuk

61 Universitas Kristen Petra Digunakan untuk meditasi, menentramkan pikiran, dan diletakkan pada Swan Lo (tempat dupa). • Hio berbentuk spiral, seperti obat nyamuk • Sebagai bau-bauan. • Hio besar bergagang panjang • Digunakan pada upacara besar. • Hio tanpa gagang, panjang, yang dibakar pada kedua ujungnya • Digunakan untuk sembahyang khusus pada Thian, dan dipasang pada Swan Lo (Ratnawaty 96-97).

Cara memasang Dupa atau Hio: 1. Dua batang Hio ditancapkan, kemudian dinaikkan dua kali. Hal ini juga berlaku untuk empat atau delapan batang Hio. 2. Tiga batang Hio, batang Hio yang pertama ditancapkan di tengah, batang Hio yang kedua ditancapkan di sebelah kiri (ditinjau dari altar), dan batang Hio yang ketiga ditancapkan di sebelah kanan. 3 1 2 3. Lima batang Hio ditancapkan: Dupa pertama : tengah-tengah Dupa ke dua : kiri (dalam) Dupa ke tiga : kanan (dalam) Dupa ke empat : kiri (luar) Dupa ke lima : kanan (luar) pada tempat bulat, seperti berikut:

3 2 1 5 4

Apabila ditancapkan pada tempat berbentuk persegi panjang, maka sebagai berikut: 5 3 1 2 4

62 Universitas Kristen Petra 4. Sembilan batang Hio ditancapkan dengan cara yang sama seperti pada tiga batang Hio, yaitu dinaikkan tiga kali dan tiap kali ditancapkan tiga batang Hio.

(Ratnawaty 97-98). Pada setiap penancapan dupa selalu menggunakan tangan kiri. Sebab dalam prinsip ajaran dalam kitab Ya King yang berisi garis-garis Pat-Kwa, dikatakan bahwa sebelah kiri merupakan lambang Yang atau Positif, dan sebelah kanan melambangkan Im atau Negatif. Oleh karena itu, untuk hal-hal yang bersifat Rohani seperti menancapkan dupa wajib menggunakan tangan kiri (Ratnawaty 98).

2.16.3. Kim Coa Kim merupakan kertas yang bergambar tiga orang dewa di tengahnya yang terkadang berwarna emas atau merah. Ada dua jenis Kim Coa, yaitu Toa Kim dan Sio Kim. Toa Kim adalah Kim Coa yang berukuran besar. Sedangkan Sio Kim adalah Kim Coa yang berukuran kecil. Kim Coa yang biasa digunakan pada tempat-tempat ibadah kelenteng adalah Toa Kim yang dirangkai atau disusun sehingga menyerupai bentuk bunga teratai. Toa Kim menjadi simbol dari uang kertas yang dikirimkan ke surga untuk para arwah, dimana uang kertas ini akan dibakar dalam Hio Lo (Ratnawaty 98).

2.16.4. Bun Pwe Bun Pwe merupakan sarana dalam mengadakan komunikasi dengan dewa yang dipuja umat kelenteng. Menggunakan dua keping kayu yang berbentuk keping biji kacang untuk memperoleh jawaban dari beliau. Kepingan itu dilemparkan ke lantai oleh si pemohon (umat kelenteng) sambil berlutut dan berdoa. Jika ketika dijatuhkan ke lantai, satu kepingan dalam posisi tertutup dan kepingan lainnya ada dalam posisi terbuka, maka memiliki arti jawaban positif atau setuju. Jika ketika dijatuhkan ke lantai, kedua kepingan dalam posisi terbuka, maka memiliki arti jawaban netral atau tidak menjawab. Jika ketika dijatuhkan ke lantai, kedua kepingan dalam posisi tertutup, maka memiliki arti jawaban marah atau tidak menyetujui (Ratnawaty 99).

63 Universitas Kristen Petra 2.17. Kain Altar atau Tok Wi

Kain altar adalah kain yang umum ditemui di tempat-tempat ibadah tradisional orang-orang Tionghoa. Kain ini biasanya digunakan untuk menutup bagian depan meja depan untuk sembahyang serta bermacam kegunaan lainnya. Di pulau Jawa kain altar ini disebut tok wi. Desain dari tok wi berciri khas dengan menggunakan motif-motif hias tentang kaligrafi, flora, fauna dan dewa-dewa (atau gambar manusia) (Tulistyantoro 65).

Gambar 2.30. Tok wi Klenteng Tian Yi Kong, Samarinda bergambar ragam dewa atau orang, dengan teknik sulam warna merah. Sumber: Tulistyantoro (2006, 68)

Bidang tok wi dibuat dengan pola tertentu yang biasanya dibagi dengan tiga bagian ruang yang terdiri dari ruang atas, tengah dan bawah. Ruang atas untuk gambar-gambar para dewa atau dunia roh, dunia atas. Kadang-kadang dunia atas tidak digambarkan tetapi langsung dunia tengah. Dan dunia bawah untuk gambar-gambar: kehidupan manusia, tetapi bisa juga flora dan fauna. Hal penting dalam penggambaran tok wi selalu dibedakan antara dunia atas dan bawah yang bermakna manusia hidup di bumi (dunia bawah) tidak dapat mencampuri urusan dunia atas (Tulistyantoro 67-8).

Gambar 2.31. Pembagian Ruang pada Tok wi, dibagi menjadi 3 bagian yaitu a, dimana bagian atas untuk 1 a dan bagian bawah dengan 2 a. bagian atas 1a diisi dengan motif dunia atas. 2 a untuk motif dunia tengah atau bawah. Sumber: Tulistyantoro64 (2006, 67) Universitas Kristen Petra 2.18. Upacara Sembahyang

Sembahyang untuk orang yang sudah meninggal di dalam tradisi bangsa Tiongkok adalah upacara. Perlengkapan upacara ini secara umum terdapat sesaji berupa makanan dan minuman, dupa dan lilin atau lampu. Perlengkapan- perlengkapan upacara tersebut jangan di salah artikan dapat digunakan untuk roh orang yang sudah meninggal, tetapi itu adalah bagian dari upacara. Upacara ini menunjukan perbedaan antara manusia dengan makhluk lainnya , karena manusia di dalam kehidupannya selalu diadakan upacara. Contoh upacara yang diadakan manusia untuk memperingati kelahiran, pernikahan dan waktu wafat (Rumah Abu: Sebuah Kenangan 64).

2.19. Penelitian Persepsi Masyarakat Terhadap Klenteng Hok An Kiong

Penelitian “Pelestarian Kawasan Pecinan Kembang Jepun Kota Surabaya Berdasarkan Persepsi Masyarakat” yang terdapat dalam Jurnal Dimensi (Journal of Architecture and Built Environment) Vol 38, No.2 (December 2011): 89-100, bertujuan meneliti dengan tiga macam cara. Pertama mengidentifikasi karakter fisik, sosial, ekonomi dan budaya kawasan Kembang Jepun, yang ke dua menganalisis potensi masalah terkait pelesatarian kawasan Kembang Jepun dan yang ke tiga untuk menentukan strategi pelestarian kawasan Kembang Jepun. Penelitian tersebut juga didukung dengan dikeluarkannya SK Walikota Nomor 188.45/251/251/402.1.04/1996 sebagai upaya pelestarian bangunan dan kawasan bersejarah di kota Surabaya. Klenteng Hok An Kiong merupakan bagian dari bangunan-bangunan kuno di kawasan Kembang Jepun yang berfungsi sebagai peribadatan dengan preentase 4%. Kesimpulannya dengan persepsi masyarakat kawasan pecinan Kembang Jepun berdasarkan prioritasnya terdapat tiga macam antara lain prioritas tinggi, prioritas sedang dan prioritas rendah. Prioritas tinggi dinilai dari segi fungsi asli bangunan yang dipertahankan dan fungsi bangunan sesuai dengan karakter kawasan. Prioritas sedang dinilai dari memiliki ciri khas ornamen arsitektur kolonial atau Cina pada fasade nya dan fisik bangunan kuno tidak berubah berikut dengan material bangunannya. Prioritas rendah dinilai dari usia bangunan yang minimal berumur 50 tahun.

65 Universitas Kristen Petra