KARTA RAHARJA 1(1) (2019): 57 - 66 KARTA RAHARJA

http://ejurnal.malangkab.go.id/index.php/kr

Pengembangan Wisata Wendit sebagai Penunjang Pariwisata di Kecamatan Pakis Kabupaten

Dyah Eka Supiana* Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Malang, Jawa Timur JL. KH Agus Salim No 7, Malang

Dikirim: 8 April 2019; Disetujui: 28 Juni 2019; Diterbitkan: 8 Juli 2019

Abstract Malang Regency is one of the tourist destinations in East and has been designated as one of the 10 Archipelago (National) tourist destinations. This opportunity is currently not too utilized by the government of Malang Regency in devel- oping the Wendit Water Tourism Park (TWAW) which is one of the tourist destinations in Malang which is well known and has become one of the tourism icons of Malang Regency. TWAW currently seems less innovative and has decreased visitors. The purpose of this study is to identify investment potentials in the Wendit Tourism Area, identify investment potentials and tourism product development activities, as well as investment strategies based on analysis of investment feasibility studies. The research method uses a descriptive qualitative approach with techniques namely observation, interviews, and documentation. The results of this study mention that an appropriate management model is a collaborative management in the form of diversification which includes protection of ecological aspects, identification of flora, fauna and geology, devel- opment of human resources, TWAW investment cooperation, development of tourism activities, creation of tour packages, arrangement of visitors, procurement and maintenance facilities and infrastructure, promotion and marketing as well as communication and coordination between stakeholders. In conclusion the management needs to do a number of things including protection of environmental conditions and Creating Educational Tour Packages / interpretations.

Keywords: Tourism, Investment, Tourism Wendit

Abstrak Kabupaten Malang merupakan salah satu tujuan wisata di Jawa Timur dan telah ditetapkan menjadi salah satu dari 10 destinasi wisata Nusantara (Nasional). Peluang tersebut saat ini tidak terlalu dimanfaatkan pemerintah Kabupaten Malang dalam mengembangkan Taman Wisata Air Wendit (TWAW) yang merupakan salah satu destinasi wisata di ka- bupaten Malang yang sudah dikenal dan menjadi salah satu ikon pariwisata kabupaten Malang. TWAW saat ini terkesan -

strategikurang inovatif investasi dan berdasarkan mengalami analisispenurunan studi pengunjung. kelayakan TujuanInvestasi. penelitian Adapun inimetode adalah penelitian untuk mengidentifikasi menggunakan potensipendekat in- anvestasi kualitatif di Kawasan deskriptif Wisata dengan Wendit, teknik mengidentifikasi yaitu observasi, potensi wawancara, investasi dan dan dokumentasi. kegiatan pengembangan Hasil penelitian produk ini menyebutkan wisata, serta

pengembanganmodel pengelolaan kegiatan yang wisata,sesuai adalahpembuatan kolaborasi paket pengelolaanwisata, pengaturan dalam bentukpengunjung, diversifikasi pengadaan yang dan meliputi pemeliharaan perlindungan sara- naaspek dan ekologis, prasarana, identifikasi promosi flora,dan pemasaran fauna dan geologi,serta komunikasi pengembangan dan koordinasi sumberdaya antar manusia, stakeholder. kerja samaKesimpulannya investasi TWAW, pihak pengelola perlu melakukan beberapa hal di antaranya Perlindungan terhadap kondisi lingkungan dan Membuat Paket Wisata Edukasi/interpretasi.

Kata Kunci: Pariwisata, Investasi, Wisata Wendit

* Korespondensi Penulis © 2019 Dyah Eka Supiana Telepon : +62-857-5512-2248 Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi- Surel : [email protected] NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0 Internasional. 57 I. Pendahuluan Besarnya tingkat kunjungan wisata ke Kabupaten Pariwisata semakin berkembang seiring Malang menjadi peluang bagi beberapa objek wisata dengan perkembangan sosial, budaya, ekonomi, baru yang tengah berkembang. Salah satu objek teknologi, sistem politik, serta meningkatnya wisata di Kabupaten Malang yang memiliki prospek keamanan di suatu daerah (Damanik & Weber, cukup potensial untuk dikelola dan dikembangkan 2006). Pariwisata tidak hanya untuk menikmati adalah Taman Wisata Air Wendit. waktu luang, namun terkait juga dengan berbagai Taman Wisata Air Wendit (TWAW) merupakan aspek kehidupan. Sejak diberlakukannya UU No 32 salah satu destinasi wisata di Kabupaten Malang Tahun 2004 tentang otonomi daerah, hampir setiap yang sudah dikenal dan menjadi salah satu icon daerah di berusaha untuk menyediakan, pariwisata Kabupaten Malang. Destinasi wisata menggali, dan mengembangkan potensi daerah ini terletak di desa Mangliawan Kecamatan Pakis yang ada. Salah satu potensi daerah yang dapat Kabupaten Malang. Destinasi wisata ini memiliki dikembangkan adalah sektor pariwisata. Peranan beberapa jenis atraksi seperti atraksi alam, budaya pariwisata dalam pembangunan secara garis dan buatan yang menjadi daya tarik kunjungan bagi besar berintikan tiga segi yakni segi ekonomis wisatawan. Taman TWAW merupakan destinasi (devisa, pajak-pajak), segi kerjasama antar Negara wisata andalan yang memiliki prospek untuk (persahabatan antarbangsa), segi kebudayaan pengembangan pasar wisatawan nusantara dan (memperkenalkan kebudayaan kita kepada mancanegara karena terletak dijalur lintas wisata wisatawan mancanegara). Tumpang dan Bromo. Optimalisasi pengelolaan Pariwisata merupakan salah satu peluang destinasi wisata Taman Wisata Air Wendit (TWAW) bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan masih sangat diperlukan untuk mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Rezi, 2015). Terkait pendapatan wisata. hal itu Pemerintah perlu mengembangkan sektor Pada 2016, Abdillah, Hamid, dan Topowijono pariwisata secara optimal sebagai sektor unggulan, (2016) dalam penelitiannya menemukan tidak terkecuali bagi Kabupaten Malang. Kabupaten pengembangan Taman Wisata Air Wendit Malang merupakan salah satu tujuan wisata di berdampak kepada kehidupan masyarakat Jawa Timur dan telah ditetapkan menjadi salah sekitar. Dampak tersebut berupa dampak sosial satu dari 10 destinasi wisata Nusantara (Nasional). seperti meningkatnya keterampilan penduduk, Grand design pengembangan pariwisata Kabupaten transformasi mata pencaharian dan transformasi Malang sudah dituangkan dalam Rencana norma. Selain itu dampak budaya yang masih Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RJPMD) tetap dilestarikan, hal tersebut juga memberikan lima tahunan yang akan dimulai dari Singosari dan dampak ekonomi berupa penyerapan tenaga selanjutnya meluas ke seluruh wilayah kabupaten. kerja, mendorong aktivitas berwirausaha dan Berdasarkan data Badan Pusat Statistik meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar Kabupaten Malang Arus kunjungan wisatawan wisata Wendit. domestik maupun macanegara ke Kabupaten Namun salah satu persoalan yang dihadapi Malang selama 2010 - 2017 mengalami peningkatan oleh manajemen saat ini dalam mengelola destinasi wisata Taman Wisata Air Wendit (TWAW) adalah tahun sebelumnya, yakni mencapai 6.395.875 orang lemahnya inovasi pengembangan atraksi dan untukcukup signifikanwisatawan jika domestik dibandingkan dan 108.485 dengan tahun-untuk sarana prasarana wisata yang menyebabkan kondisi wisatawan mancanegara. Taman Wisata Air Wendit (TWAW) mengalami Pada 2014, kunjungan wisatawan mancanegara stagnasi yang berdampak terhadap menurunnya ke Kabupaten Malang sebanyak 36.559 orang dan citra destinasi dan minat pengunjung. Kondisi domestik sebanyak 2.868.977 orang. Kemudian seperti ini menjadi ironis mengingat potensi yang pada 2015, wisatawan domestik sebanyak dimiliki objek wisata ini sangat menjanjikan, tapi 3.554.609 orang dan mancanegara sebanyak 99.873 belum dikelola secara optimal dan profesional. Hal orang. Sementara pada 2016, wisatawan domestik ini seharusnya sudah menjadi perhatian utama bagi sebanyak 5.719.881 orang dan mancanegara pemerintah Kabupaten Malang. sebanyak 129.663 orang. Pada Sementara itu pada Permasalahan mendasar lain yang dihadapi tahun. Pada 2018 Kabupaten Malang menargetkan dalam pengelolaan TWAW adalah belum optimalnya jumlah kunjungan wisatawan mencapai 7 juta pengelolaan dikarenakan kurangnya tenaga orang (malangtimes.com, 2018b). Meningkatnya profesional dan birokrasi belum berjalan dengan kunjungan wisatawan ke Kabupaten Malang ini efektif sehingga menyebabkan pengunjung TWAW tak lepas dari gencarnya promosi melalui berbagai mengalami penurunan. Disamping itu banyak even, baik skala nasional maupun internasional. terjadi kebocoran dana dalam pengelolaan sehingga Selain itu, juga promosi melalui media massa dan seringkali target pendapatan yang ditetapkan tidak media sosial (medsos) (malangtimes.com, 2018a). tercapai. Sarana prasarana yang ada di TWAW

Karta Raharja 1 (1) (2019): 57 - 66

58 cukup banyak, tetapi dalam pengelolaan TWAW dan berpengalaman dibidang pariwisata seperti terlihat bahwa sarana dan prasarana yang ada diving centre, travel, hotel, akademisis dalam belum terpelihara dengan baik sehingga tidak pengembangan pemahaman, komunikasi dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Kurangnya edukasi pembangunan pariwisata bahari. perawatan terhadap sarana dan prasarana yang ada Dari sudut pandang lain terkait lanskap karena minimnya dana perawatan yang diperoleh perencanaan kawasan wisata berkelanjutan, Adriani, mengingat seluruh dana operasional TWAW Hadi, Nurisjah (2016) menyimpulkan masyarakat menjadi beban Badan Layanan Umum Daerah lokal dapat menerima pengembangan pariwisata (BLUD) yang dananya diperoleh dari pengelolaan karena telah meningkatkan pendapatan mereka dari TWAW. Realisasi pendapatan yang tidak sesuai pariwisata. Temuan penelitiannya, menyimpulkan, dengan target yang telah menyebabkan pendapatan pariwisata telah mengalihkan mata pencaharian yang diperoleh hanya dipergunakan untuk kegiatan penduduk setempat dari pertanian ke pariwisata. rutin seperti belanja pegawai, membayar listrik, Namun wisatawan kurang nyaman dengan kondisi operasional sehingga alokasi dana untuk perbaikan kepadatan saat ini oleh kendaraan, kurang bersih dan pengembangan tidak ada. dan kurang nyaman, serta terjadinya perubahan Seiring dengan perkembangan pariwisata yang sangat pesat di Malang Raya, memunculkan kelestarian lingkungan, pengembangannya harus berbagai tempat wisata baru yang lebih menarik. dilakukansignifikan dalamdi daerah pandangan yang gunung.memiliki Untuk zona menjaga wisata Tentu keadaan tersebut mengancam keberadaan potensial tinggi. Selain melindungi lingkungan, tempat wisata yang sudah ada. Maka berbagai dampak ekonomi positif bagi masyarakat lokal perubahan yang terjadi dan kondisi ini harus dapat berlanjut dan meningkatkan permintaan, disikapi dan diantisipasi dini oleh pemerintah sehingga konsep pariwisata berkelanjutan perlu daerah dengan menerapkan strategi yang efektif dilakukan di daerah ini. guna memanfaatkan kekuatan internal yang dimiliki Menurut Richards (2011), dalam dan mempertimbangkan pengaruh eksternal. penelitiannya yang berjudul Creativity and tourism: Beberapa penelitian terdahulu banyak yang The State of the Art menyarankan pengelolaan mengulas terkait pengembangan pariwisata. wisata yang kreatif. Kreativitas memberikan Gustin (2018), misalnya, merumuskan arahan aktivitas, konten dan suasana untuk pariwisata dan pengembangan wisata alam air terjun Coban pariwisata pada gilirannya mendukung kegiatan Canggu di Kecamatan Pacet. Dalam penelitiannya kreatif. Integrasi pertumbuhan pariwisata dan ia menemukan faktor yang mendukung kreativitas jelas dalam mendukung pariwisata pengembangan wisata air Coban Cangu Pacet sebagai industri kreatif. Begitu juga menurut Selby adalah keberadaan Daya Tarik Wisata, aksesibilitas, et al. (2011) dalam The realisation of tourism Fasilitias Pariwisata, kesejahteraan masyarakat, business opportunities adjacent to three national Infrastruktur, Kepuasan Wisatawan dan parks in southern Finland: entrepreneurs and Keterpaduan dengan lingkungan. Berdasarkan local decision-makers matter. Sikap pengambil faktor penentu disusun arahan pengembangan keputusan cenderung mempengaruhi kesediaan Daya Tarik Wisata dengan mempertahankan untuk mengatur sumber daya yang diperlukan dan memperbaiki kondisi lingkungan daya tarik untuk pengembangan alam berbasis pariwisata, wisata alam, Aksesibilitas, Fasilitas, Kesejahteraan, misalnya kepemimpinan, penyebaran pengetahuan, Infrastruktur, Kepuasan, dan Keterpaduan dengan mendidik masyarakat, perencanaan, memberikan Masyarakat ikut berpartisipasi untuk melestarikan bantuan teknis dan konsultasi dan membangun alam disekitar air terjun Coban Canggu. infrastruktur pariwisata. Selain Gustin, Hidayat (2016) juga meneliti Berbeda dengan penelitan sebelumnya yang pengembangan tempat wisata di daerah berbeda belum sepenuhnya membahas pengembangan yaitu di Pangandaran. Berdasarkan hasil evaluasi pariwisata, terutama yang didasarkan pada kajian terhadap kondisi produk wisata dan pasar aktual, kajian aspek pasar, aspek teknis dan operasional, objek wisata pantai Pangandaran, dalam hal aspek manajemen sumber daya manusia dan kerusakan sarana prasarana, kesemerawutan aspek keuangan, serta aspek sosial ekonomi pantai cukup kompleks, pantai Pangandaran TWAW. Penelitian ini akan berfokus pada beberapa tengah mencapai fase stagnasi dalam daur siklus hidup objek wisata. Di mana menurut Hidayat, investasi di Kawasan Wisata Wendit, potensi fase stagnasi ini harus dapat diperbaiki sehingga investasipembahasan dan dikegiatan antaranya pengembangan identifikasi potensiproduk tidak terjerembab dalam waktu singkat dalam fase wisata, serta strategi investasi berdasarkan analisis kemunduran (decline). Ia menyarankan pemerintah studi kelayakan Investasi. Sehingga nantinya perlu menjalin kerja sama yang lebih baik dan penelitian ini diharapkan mampu memberikan berkelanjutan dengan pihak-pihak yang kompeten masukan berupa strategi untuk pengembangan

Pengembangan Wisata Wendit untuk Penunjang Pariwisata di Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Dyah Eka Supiana 59 TWAW dalam meningkatkan kunjungan wisatawan dari daerah asalnya, mengandung potensi untuk dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah menjadi ‘daerah tujuan wisata’ (tourist destination Kabupaten Malang. area). Untuk melihat kondisi potensi investasi dan daya tarik TWAW perlu menggali lebih dalam II. Metode potensi dan dampak yang mungkin ditimbulkan Penelitian ini merupakan jenis penelitian oleh aktivitas pariwisata. Hal demikian sejalan deskriptif dengan menggunakan kualitatif deskriptif. dengan Farrell dkk (2002) yang mengatakan, nilai Adapun fokus penelitian ini menggunakan strategi daya dukung lebih menekankan pada pentingnya pengembangan pariwisata dari Kementerian jumlah penggunaan. Di sisi lain pengalaman Kebudayaan dan Pariwisata (2002) dalam berwisata tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah menganalisis hasil penelitian, yang terdapat 6 pengunjung, melainkan juga aktivitas berwisata, (enam) variabel yaitu: strategi pengembangan perilaku pengunjung dan tingkat pendidikan dan produk, strategi pengembangan pasar dan promosi, harapan/tujuan berwisata. strategi pemanfaatan ruang untuk pariwisata, TWAW memiliki berbagai nilai daya tarik strategi pengembangan sumber daya manusia, tersendiri. Nilai daya tarik wisata yang ditawarkan strategi investasi, dan strategi pengelolaan TWAW meliputi nilai wisata alam, nilai wisata budaya, lingkungan. Penelitian mengambil lokus di Taman dan nilai wisata buatan berbasis konservasi dan Wisata Air Wendit (TWAW). TWAW dipilih kerena fungsionalisasi dan berwawasan lingkungan yang saat ini menjadi destinasi wisata andalan yang terdapat di berbagai area TWAW. Proporsi nilai memiliki prospek untuk pengembangan pasar yang ingin dicapai TWAW dengan daya tarik wisata wisatawan nusantara dan mancanegara yang yang dimiliki adalah terwujudnya Taman Wisata Air terletak dijalur lintas wisata Tumpang dan Bromo. Wendit Sebagai Tujuan Wisata Andalan. Penelitian ini bersumber dari data primer Berbagai daya tarik yang dimiliki TWAW ini yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara, merupakan modal awal untuk menangkap peluang dan sumber data sekunder yang berasal dari tren kunjungan wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara yang berkunjung untuk studi pustaka, jurnal online, dan laporan-laporan atau dokumen lain yang terkait. Adapun Teknik menikmati daya tarik wisata. TWAW mengemban pengumpulan data menggunakan tiga teknik yaitu misi Mengembangkan pariwisata yang berbasis observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selain pada kekuatan potensi alam (wisata alam) itu, analisis data meliputi tahap pengumpulan yang berwawasan lingkungan dengan konsep data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan pengembangan ecotourism yang berbasiskan kesimpulan (Miles & Huberman, 2009). Selain itu konservasi dan fungsionalisasi pengembangan untuk perumusan Strategi Pengembangan dengan destinasi wisata berbasis teknologi dan pendidikan. Konsep ecotourisme dipilih karena lokasi menggunakan analisis SWOT. TWAW bertujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan III. Hasil dan Pembahasan penduduk setempat. (The Ecotourism Society, 1990) Taman Wisata Air Wendit (TWAW) terletak menyatakan bahwa ekowisata adalah suatu bentuk di Desa Mangliawan Kec. Pakis Kabupaten Malang, perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan 8 Km dari kota Malang. Lokasinya Terletak di tepi dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan kanan jalan utama arah ke Taman Nasional Bromo melestarikan kehidupan dan kesejahteraan . TWAW saat ini menjadi UPT di bawah Dinas penduduk setempat. Menurut Osterwalder Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang (2010), dalam ekowisata inilah (nilai tambah berdasarkan Peraturan Bupati No 8 Tahun 2017 yang diberikan kepada para pelanggan) yang dapat Tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis (UPT) memberi nilai tambah kepada segmentasi yang TWAW Pada Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan. Adapun dtatus pengelolaan TWAW berupa Badan TWAW sejauh ini meskipun merupakan bagian layanan Umum Daerah (BLUD). darispesifik. jalur kunjungan alternatif bagi wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara, menuju A. Identifikasi Potensi Investasi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan Coban Potensi pasar adalah suatu faktor yang Pelangi, namun tidak cukup menggaet wisatawan menentukan berhasil tidaknya pemanfaatan suatu mancanegara maupun domestik yang hendak ke obyek wisata. Menurut Soekadijo (2000), suatu Bromo. Kondisi ini mengindikasikan bahwa segmen daerah di mana terdapat sejumlah atraksi wisata, dan pasar TWAW tidaklah sama dengan wisatawan telah memiliki sarana akomodasi kepariwisataan yang hendak mengunjung Bromo. Sebagian besar seperti hotel dan restoran dan telah tersedia pengunjung TWAW mempunyai orientasi yang angkutan wisata yang akan mengangkut wisatawan berbeda dibanding pengunjung Bromo.

Karta Raharja 1 (1) (2019): 57 - 66

60 Tabel 1. Data Kunjungan Wisatawan TWAW

Tahun No Bulan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

1 Januari 37.011 35.475 25.401 22.709 22.131 19.946 24.086

2 Februari 12.621 7.549 4.754 5.983 7.702 5.837 5.364

3 Maret 11.256 6.075 7.887 6.109 8.069 7.325 6.202

4 April 10.958 7.160 6.446 11.152 7.229 7.529 7.881

5 Mei 17.125 9.370 10.376 10.332 8.856 12.000 6.818

6 Juni 22.441 11.204 13.309 9.953 4.478 3.065 21.240

7 Juli 19.823 8.666 6.202 1.338 45.592 44.657 40.054

8 Agustus 2.007 57.306 60.689 43.019 9.966 6.853 6.820

9 September 89.030 11.054 9.251 8.966 7.393 7.612 6.263

10 Oktober 10.275 7.707 8.800 9.934 7.363 6.832 6.877

11 Nopember 7.726 6.755 7.430 7.872 8.370 7.246 4.131

12 Desember 12.211 14.447 15.898 15.332 16.805 24.189 17.148

Total 252.484 182.768 176.443 152.699 153.954 153.091 152.884

Sumber: Pemerintah Kabupaten Malang Berdasarkan hasil analisis karakteristik, wisatawan lokal maupun mancanegara. Beberapa pengunjung TWAW masuk dalam kategori Casual kelebihan yang ditawarkan adalah harga paket (1991), sifat wisatawan yang mengambil alam wisata yang ditawarkan relatif murah. Kondisi sebagai bagian dari jadwal yang lebih luas. Dan yang bertolak belakang ini, mendorong pemerintah berdasarkan asal pengunjung yang datang di agar mendesain sebaik mungkin perencanaan TWAW, Segmen pasar TWAW adalah wisatawan pengembangan kedepannya dan segera mungkin domestic bahkan cenderung masih bersifat lokal untuk melakukan perbaikan agar kembali membaik yang tidak banyak mengalokasikan biaya untuk karena taman wisata wendit merupakan salah kegiatan berwisata didukung oleh bukti rata- satu aset yang menjanjikan terutama di bidang rata penghasilan dan alokasi dana untuk wisata pariwisata dalam meningkatkan PAD Kabupaten yang tidak begitu tinggi. Hal ini membuktikan Malang. bahwa pengunjung TWAW sebagian besar adalah masyarakat menengah kebawah. Meskipun ada B. Potensi Investasi dan Kegiatan beberapa yang keadaan ekonominya cukup Pengembangan Produk Wisata tinggi, namun dari aspek pilihan wisata masih Dalam memperhatikan potensi wisata dan mempertimbangkan banyak sedikitnya alokasi pengembangan produk wisata, tentu perhatian dana yang akan dibelanjakan untuk kegiatan penting ditujukkan dalam pemeliharaan aspek wisata. Selain itu berdasarkan jumlah keterlibatan ekologis (Oktadiyani, Muntasib, & Sunkar, 2005). orang dalam kegiatan wisata, TWAW merupakan Pemeliharaan ini tujuannya tidak lain untuk tempat wisata yang menjadi jujugan keluarga atau melindungi dan mengamankan sumber daya rombongan terutama keluarga yang mempunyai alam TWAW dari gangguan oleh pengunjung dan anak usia balita dan anak-anak. Permasalahan lain mempertahankan kondisi ekologis yang ada. adalah selama kurun waktu 7 tahun terakhir, jumlah Pemeliharaan aspek ekologi ini terkait dengan kunjungan wisata pada Taman Wisata Air Wendit menjaga keutuhan lanskap dan perlindungan mengalami penurunan. Penurunan pengunjung ini berbanding gangguan dan tekanan dari pengunjung maupun terbalik dengan permintaan wisatawan khususnya masyarakatterhadap flora terhadap fauna kawasan yang ada. TWAW. Meminimalkan Salah satu di daerah Malang Raya secara keseluruhan yang upaya yang perlu dikembangkan adalah kegiatan tiap tahunnya mengalami peningkatan baik perlindungan dan pengamanan. Karena keterbatasan

Pengembangan Wisata Wendit untuk Penunjang Pariwisata di Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Dyah Eka Supiana 61 personil lapang maka dilakukan dengan kegiatan pengunjung maupun masyarakat pada umumnya. atau tindakan yang dapat menumbuhkan kesadaran Untuk meningkatkan potensi investasi, dan peran serta masyarakat dalam pengamanan pembangunan sarana dan prasarana di TWAW kawasan TWAW. juga harus mempertimbangkan aspek lingkungan, Di sisi lain untuk mengembangkan produk sosial, ekonomi dan budaya serta perundang- wisata perlu juga informasi mengenai sumber undangan yang telah ada. Pasalnya, saat ini pihak pengelola belum optimal dalam pengembangan yang terdapat di TWAW sehingga belum banyak sarana dan prasarana karena dihadapkan dengan diketahuidaya alam oleh terutama masyarakat flora, luas fauna sebagai dan daya geologi tarik kendala terbenturnya dana. Berdasarkan hasil wawancara bersama pengunjung yang datang, dan geologi di TWAW perlu dilakukan selain untuk mereka mengeluhkan sarana dan prasarana seperti menjagawisata. Identifikasi kelestarian dan juga pemetaan untuk lokasimengembangkan flora, fauna minimnya tempat sampah, dan wahana untuk anak- paket wisata pendidikan. Informasi jenis dan anak serta permainan edukatif. Pengadaan sarana dan prasarana dilakukan sesuai skala prioritas membantu dalam pembuatan program interpretasi dengan mendahulukan jenis sarana dan prasarana danpemetaan pengembangan lokasi flora, pembuatan fauna dan jalurgeologi wisata juga akanagar yang sangat penting tanpa merusak fungsi kawasan dan lingkungan. Sarana dan prasarana geologi tersebut. Kegiatan ini lebih difokuskan yang sudah ada perlu dilakukan pemeliharan padatidak mengganggumenggali nilai-nilai keberadaan objek. flora, Obyek fauna yang dan untuk kelangsungan keberadaannya. Manajemen dapat dipakai bahan interpretasi di TWAW cukup pemeliharaan lebih ditekankan pada pelaksanaan banyak, di antaranya lokasi sumber air Widodaren, pemeliharaan kontinyu untuk memastikan jasa-jasa yang disediakan tapak menghasilkan pengalaman panorama dan kesejukan udara pegunungan. pengunjung yang aman dan berkualitas tinggi Bahasakeanekaragaman visual tentang flora ekosistem dan fauna, TWAW keindahan perlu (Jubenville & Twight, 1987). Artinya bahwa segala untuk ditampilkan di areal wisata. Wisatawan fasilitas dan sarana prasarana harus terus menerus yang sedang bersantai menikmati pemandangan, disediakan dengan kualitas standar yang memenuhi cenderung akan membaca pesan-pesan visual harapan pengunjung. Promosi dan publikasi yang disajikan secara menarik di areal wisata (Sari, merupakan bentuk pemasaran yang memegang 2010). peranan penting (Soekadijo, 2000). Promosi Selain wisata pendidikan, wisata kesehatan merupakan kegiatan untuk lebih menyesuaikan juga dapat dikembangkan di TWAW, karena di lokasi permintaan dengan produk pariwisata. Begitu ini memiliki potensi gejala alam berupa sumber air pula menurut Wahab (1989), penekanan dalam dan air panas, wisata sejarah, dan budaya. Wisata pemasaran yaitu pada permintaan karena konsumen budaya dapat dikembangkan di TWAW karena di pelanggan wisata merupakan unsur yang sangat lokasi ini memiliki 4 jenis ritual yang rutin dilakukan penting dalam perkembangan dan pengembangan yaitu Grebeg Tirto Aji menjelang perayaan Yadnya obyek wisata. Kasada oleh masyarakat Suku Tengger dari 4 daerah Menurut McCool dan Moisey (2008), yaitu Malang, Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang promosi wisata umumnya hanya dilakukan untuk setiap Kamis Pahing Bulan Rajab Penanggalan Jawa. memfokuskan dalam mempromosikan tempat Paket wisata sebaiknya juga penting. Banyaknya wisata namun tidak memasarkan wisata yang obyek wisata di sekitar TWAW baik sejenis maupun dalam hal ini memasuk unsur perlindungan tidak sejenis yang jaraknya tidak terlalu jauh, produk dan pengembangannya. Biasanya promosi memungkinkan pembuatan paket wisata bekerja dilakukan dengan hanya sedikit berkaitan dengan sama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan perencanaan Pemda setempat. Bila masing-masing Kabupaten Malang. lokasi wisata dalam wilayah pemerintahan daerah Penertiban pengunjung juga penting. setempat hanya mempromosikan dirinya sendiri Mengingat masih adanya pengunjung TWAW (Raharjana, 2012), maka pengembangan pariwisata yang kurang peduli terhadap lingkungan seperti berkelanjutan akan sulit dilakukan. Bahkan dapat membuang sampah sembarangan, vandalisme. menimbulkan suasana kompetitif yang berujung Untuk itu perlu dilakukan penertiban pengunjung. Menurut Ko (2001), untuk menjaga ketertiban, akan merugikan semua pihak. Beberapa kegiatan pengelola obyek wisata alam perlu mengadakan promosikonflik kepentingandan pemasaran sektoral TWAW dan padayang akhirnya dapat peraturan pengunjung. Peraturan ini diperlukan dilakukan pengelola, seperti: 1) Promosi langsung untuk mewujudkan suasana wisata yang aman, ke sekolah dan Perguruan Tinggi (PT) untuk nyaman, menyenangkan dan sekaligus dibutuhkan kebutuhan wisata edukasi; 2) Kerjasama promosi pula untuk menjaga kelestarian obyek wisata dengan pelaku usaha wisata lainnya; 3) Membuat tersebut. Hal ini memang perlu pengertian, baik dari website TWAW; 4) Promosi melalui kalender wisata

Karta Raharja 1 (1) (2019): 57 - 66

62 wendit; 5) Membuat kebijakan produk wisata mendukung kegiatan kreatif. Integrasi pertumbuhan sesuai dengan apa yang dicari dan disukai oleh pariwisata dan kreativitas jelas dalam mendukung konsumen (Timmers, 1998); 6) Ikut serta dalam pariwisata sebagai industri kreatif (Richards 2011). pameran kepariwisataan; 7) Mengadakan workshop Kemampuan untuk mengolah produk maupun jasa tentang obyek wisata TWAW dan hal yang terkait; wisata secara kreatif akan mengubah paradigma 8) Meningkatkan citra produk wisata karena minat semakin banyak pengunjung semakin besar peluang calon wisatawan dipengaruhi salah satunya oleh terjualnya produk atau jasa wisata. Masyarakat citra atau kebanggaan yang sangat mengikat dari diharapkan lebih menitikberatkan kepada kualitas produk yang ditawarkan 9) Penyebaran leaflet, produk atau jasa dengan harga bersaing. Melalui booklet, stiker atau brosur pada tempat-tempat ekonomi kreatif, diharapkan nilai keistimewaan strategis; 10) Publikasi melalui media cetak produk atau jasa akan menjadi acuan jangka maupun media elektronika dan sosial media; 11) panjang. Pemasangan billboard dan poster pada tempat- Peningkatan kapasitas ekonomi kreatif tempat strategis. masyarakat lokal di sekitar tempat wisata seperti Guna pemanfaatan ruang untuk wisata, lahan TWAW menjadi momentum awal dalam menyambut TWAW yang seluas ± 9 hektar dapat dibagi menjadi program yang ditujukan sebagai gerakan bersama beberapa zona. Zona hutan kota, zona permainan pemerintah daerah, masyarakat, dan dunia anak-anak, zona ziarah, zona kolam renang dan usaha melalui joint promotion, mempromosikan permainan yang terkait dengan pemanfaatan wilayah Malang sebagai wilayah yang ideal untuk sumber air wendit. Masih terdapat ruang yang Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions cukup untuk sekedar memanfaatkan space kosong (MICE) Gerakan pemasaran pariwisata secara atau memanfaatkan ruang yang tersedia untuk nasional yang semakin diikuti dengan kematangan penambahan atraksi wisata sesuai dengan segmen berencana di daerah-daerah. Hal ini bisa dijadikan pengunjung. Potensi ini dapat ditangkap sebagai momentum untuk mempercepat pengembangan sebuah peluang bagi TWAW untuk menambahkan potensi pariwisata agar efektif menjadi kegiatan atraksi tersebut di area yang memungkinkan. ekonomi, sekaligus kegiatan sosial dan seni Dari sisi pengelolaan, peningkatan budaya yang produktif. Dengan demikian daerah sumber daya pengelola erat kaitannya dengan destinasi wisata Indonesia lainnya sungguh harus pelayanan pengunjung. Pengelola hendaknya mempercepat langkah melalui sektor pariwisata dari latar belakang pendidikan kepariwisataan yang akan menggerakkan pertanian, membuka terutama wisata alam dan geologi. Pemberian akses lapangan pekerjaan mengurangi kemiskinan pelatihan kepariwisataan dapat dilakukan guna dan menggalakkan kesenian dan budaya. meningkatkan kualitas SDM baik untuk pegawai Untuk itu, diperlukan kerja sama pemerintah maupun pengelola. Dengan kualitas petugas yang dan pelaku usaha. Pemerintah dapat menginisiasi baik diharapkan pelayanan pengunjung akan melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat. Kerja lebih bermutu. Pelatihan petugas hendaknya sama dapat dilakukan antara UPT Wendit, Dinas dilakukan secara periodik, serta adanya evaluasi Pariwisata dan Kebudayaan dan pedagang. Meski dari pimpinan. Pengelola wisata kebanyakan tidak hambatan sosial masih ada, terbukti dengan ada menaruh perhatian dan menyediakan dana untuk penguatan komunikasi antar para pihak (forum/ mendidik personil pengelola obyek wisata dan musyawarah). Selanjutnya perlu dilakukan pemandu wisatanya, Ko (2001). kesepakatan-kesepakatan legal formal untuk TWAW juga dapat melakukan kerja sama memperjelas hak dan kewajiban para pihak dalam dengan Perguruan Tinggi, LSM, pencinta alam dan aktivitas pariwisata yang diparalelkan dengan peneliti. Penyedia jasa baik pengelola maupun ekonomi kreatif masyarakat lokal. Hal agar ketika pedagang kaki lima yang sudah mapan dengan ekonomi kreatif telah diimplementasikan dan kondisi yang ada, masih perlu dikembangkan tumbuh berkembang, maka tidak memunculkan dalam hal kreativitas dan inovasi pelayanan wisata sesuai perkembangan zaman. Pengetahuan dan masyarakat. keterampilan para penyedia jasa perlu dilatih konflikSebagai kepentingan pemangku kepentingan berlabel pemberdayaanyang memiliki kembali agar lebih fokus dalam memberikan pengaruh besar dalam pengelolaan areal wisata, pelayanan wisata alam yang menitikberatkan pada peran UPT TWAW akan menentukan dalam tema-tema yang ada. pemberdayaan masyarakat. Menurut Selby et al. Keberdayaan masyarakat lokal dalam (2011), sikap pengambil keputusan cenderung aktivitas pariwisata memegang peranan untuk mempengaruhi kesediaan mereka untuk mengatur mengoptimalkan pendapatan. Kreativitas sumber daya yang diperlukan untuk pengembangan memberikan aktivitas, konten dan suasana alam berbasis pariwisata, misalnya kepemimpinan, untuk pariwisata dan pariwisata pada gilirannya penyebaran pengetahuan, mendidik masyarakat,

Pengembangan Wisata Wendit untuk Penunjang Pariwisata di Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Dyah Eka Supiana 63 perencanaan, memberikan bantuan teknis Kemitraan atau kerja sama yang diterapkan dalam dan konsultasi dan membangun infrastruktur pengembangan dan pengelolaan pariwisata harus pariwisata. Menurut Steck (1999), ketika dilakukan mempunyai konsep yang jelas dan memberikan kerja sama pengelolaan dengan pengusaha swasta, manfaat masyarakat sekitar. Kemitraan infrastruktur maka harus diperjelas dalam wilayah apa sasaran antara pemerintah dan pihak swasta memiliki pembangunan pariwisata berkelanjutan selaras beberapa konsep yang dimulai dari fully public dengan kepentingan ekonomi perusahaan dan di (pemerintah secara penuh) sampai fully private (swasta secara penuh) (Savas, 2000). Konsep yang berkaitan dengan rasa tanggung jawab terhadap bisa diterapkan dalam kerja sama antara UPT TWAW keberlanjutanmana kecenderungan pariwisata munculnya alam yang konflik. memunculkan Umumnya, dengan pihak swasta dalam pengelolaan adalah biaya kelayakan penilaian. Bagi unit usaha, biaya konsep Build-Operate-Transfer (BOT), yaitu pihak ini hendaknya sedapat mungkin ditekan serendah- swasta diberi kewenangan untuk membangun, rendahnya atau setidaknya tidak akan menambah mengoperasikan, dan memperoleh pendapatan biaya operasional. Hal ini berkaitan dengan dari suatu fasilitas selama jangka waktu tertentu pencegahan kerusakan sumber daya obyek wisata yang disepakati dan setelah masa operasionalnya misalnya kerusakan lansekap, polusi air, menganggu berakhir maka fasilitas tersebut diserahkan kepada hidupan liar. Di sisi lain, kelayakan penilaian pemerintah. Model kerjasama yang diterapkan lebih akan mendorong citra positif dan akan menarik mengarah pada kemitraan mutualistik (mutualism minat masyarakat untuk berwisata. Kesiapan partnership) yang didalamnya terdapat aspek- fundamental untuk kerja sama operasional dengan aspek penting yaitu untuk saling memberikan komunitas lokal memang memiliki permasalahan. manfaat dan saling menguntungkan sehingga akan Bagi perusahaan, hal ini akan menunda dan dapat mencapai tujuan lebih optimal. meningkatkan kompleksitas proses pengelolaan. Inti pengelolaan TWAW yaitu melalui Namun hal ini akan menguntungkan ketika kerja kolaborasi pengelolaan antar pihak terkait sama ini memberikan peluang untuk terciptanya (pemerintah, swasta, masyarakat dan lembaga produk dan jasa wisata yang menarik. pendukung). Manajemen kolaborasi merupakan pengelolaan bersama yang merujuk pada sebuah C. Strategi Investasi proses dan alat pemecahan masalah, penanganan Sistem pendanaan TWAW, khususnya peluang atau pengelolaan kepentingan bersama untuk kegiatan operasional diperoleh dari hasil dalam pengelolaan sumberdaya alam hayati dan pengelolaan TWAW. Pengelola harus mampu ekosistemnya. Setiap pihak yang sepakat untuk membuat skala prioritas pengembangan dengan melakukan pengelolaan bersama ini bersama- segera memperbaiki sarana dan prasarana sama menentukan perjanjian untuk melakukan yang menjadi obyek wisata vital dan tidak perlu pengelolaan, termasuk cakupan, mandat dan fungsi menunggu sampai rusak. Pengelola lapang harus pengaturan. bertanggung jawab langsung tehadap penggunaan Tujuan kerja sama dalam pengelolaan TWAW dana operasional. Begitu juga untuk sistem adalah untuk lebih mendukung upaya peningkatan penyetoran pendapatan di TWAW. TWAW harus kesejahteraan. Sistem kolaborasi pengelolaan dengan rutin melakukan audit atau pemeriksaan TWAW diharapkan dapat menyelesaikan masalah keuangan karena ditakutkan adanya penyelewengan yang ada selama ini terutama masalah pengelolaan. dana pendapatan. Selama ini hasil penjualan tiket Pemerintah, masyarakat, swasta dan lembaga masuk ke obyek wisata adalah sektor yang paling penyangga secara bersama-sama memberikan rawan dikorupsi. Realita menunjukkan, bahwa ada kontribusi sesuai dengan peran kemampuannya oknum penjual tiket yang tidak melapor dengan dalam pengelolaan TWAW. Kemitraan dapat jujur jumlah tiket yang terjual. Pihak pengelola dikembangkan dengan kelompok klien, asosiasi wajib mempekerjakan orang-orang yang jujur di sukarela, kelompok komunitas, lembaga swadaya loket penjual tiket dan diawasi secara berkala. Di masyarakat, institusi pendidikan, bisnis dan TWAW penyelewengan tiket pernah terjadi dilihat industri, penduduk lokal serta berbagai lembaga dari indikasi ada sebagian pengunjung yang datang pemerintah (Mitchell, Rahmi, & Setiawan, 2003). banyak tetapi mereka hanya mau membayar untuk Manajemen kolaborasi merupakan suatu beberapa orang saja dan biasanya mereka tidak kebutuhan dalam rangka mengurangi atau diberi tiket masuk. Dari sudut pandang lain, ketika pengelola tidak aspirasi atau keinginan berbagai pihak ikut mampu mengembangkan sarana prasarana untuk berbagimenghilangkan peran, manfaat konflik sertadan tanggung menampung jawab berbagai dalam memenuhi kebutuhan wisatawan maupun karena pengelolaan obyek wisata (Nitibaskara, 2005). ketidakmampuan dalam pengelolaan, maka pihak Selain itu juga perlu ditingkatkan komunikasi dan pengelola dapat melakukan kerja sama investasi. pembinaan serta konsultasi baik teknis maupun

Karta Raharja 1 (1) (2019): 57 - 66

64 hukum kepada para pemegang ijin pengusahaan sarana prasarana). Kolaborasi pengelolaan antar pariwisata, sehingga terjalin hubungan timbal pihak terkait (pemerintah, swasta, masyarakat balik bagi berbagai pihak. Pemerintah perlu dan lembaga pendukung) dinilai penting untuk mengusahakan penyempurnaan dan peningkatan menyamakan persepsi setiap stakeholder dalam koordinasi antar berbagai pihak yang terlibat dalam pengelolaan TWAW. Hal ini merupakan hal yang pengelolaan dan pengembangan wisata alam, utama untuk terciptanya jalinan kerja sama sehingga potensi obyek wisata yang terdapat di dan koordinasi antar stakeholder yang terlibat. kawasan hutan dimanfaatkan secara optimal. Perlu Di sisi lain, Pemerintah perlu mengusahakan ditingkatkan koordinasi dalam pengelolaan obyek penyempurnaan dan peningkatan koordinasi antar wisata. Lemahnya koordinasi antar-instansi (lintas berbagai pihak yang terlibat dalam pengelolaan sektoral) disebabkan karena belum adanya “aturan dan pengembangan wisata, sehingga potensi main” secara rinci dan menyeluruh. Hal ini penting obyek wisata yang terdapat di kawasan hutan dalam hubungannya dengan azas keterpaduan dimanfaatkan secara optimal. dalam pengelolaan obyek wisata. Ucapan Terima Kasih IV. Kesimpulan Penulis mengucapkan terima kasih kepada Potensi Taman Wisata Alam (TWAW) berupa Pemerintah Kabupaten Malang, khususnya daya tarik berkategori sedang, sedangkan unsur Balitbangda atas kepercayaan dan kesempatan potensi lainnya yang lebih mengarah kepada yang telah diberikan. Harapan kami, agar kegiatan ketersediaan sarana dan prasarana cenderung ini dapat memberi manfaat dan masukan terhadap berkategori sedang dan buruk. Pengelolaan, kebijakan yang hendak diambil oleh OPD terkait perawatan dan pelayanan berkategori sedang. dilingkungan Pemerintah Kabupaten Malang serta Potensi pasar wisata masih bersifat lokal dengan pengelola TWAW. segmen wisata untuk keluarga dengan balita dan anak-anak. Pihak lain cukup mendukung terhadap pengembangan TWAW. Strategi yang sesuai untuk V. Referensi pengelolaan TWAW adalah pengembangan produk, Abdillah, A. B. Y., Hamid, D., & Topowijono. (2016). pengembangan pasar, promosi, dan pengelolaan Dampak Pengembangan Pariwisata teradap yang efektif. Model pengelolaan yang sesuai adalah Kehidupan Masyarakat Lokal di Kawasan Wisata (Studi pada Masyarakat Sekitar Wisata yang meliputi perlindungan aspek ekologis, Wendit, Kabupaten Malang). Jurnal Administra- kolaborasi pengelolaan dalam bentuk diversifikasi si Bisnis, 30(1), 74–78. Retrieved from http:// sumberdaya manusia, kerjasama investasi TWAW, administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/in- pengembanganidentifikasi flora, kegiatan fauna dan wisata, geologi, pembuatan pengembangan paket dex.php/jab/article/view/1189 wisata, pengaturan pengunjung, pengadaan dan Adriani, H., Hadi, S., & Nurisjah, S. (2016). Perenca- pemeliharaan sarana dan prasarana, promosi dan naan Lanskap Kawasan Wisata Berkelanjutan pemasaran serta komunikasi dan koordinasi antar di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Jurnal stakeholder. Lanskap Indonesia, 8(2), 53–69. https://doi. Pihak pengelola perlu melakukan beberapa org/10.29244/JLI.2016.8.2.53-69 hal di antaranya Perlindungan terhadap kondisi Damanik, J., & Weber, H. F. (2006). Perencanaan lingkungan dan Membuat Paket Wisata Edukasi/ Ekowisata dari Teori ke Aplikasi. : interpretasi. Wisata yang dikembangkan ini PUSPAR UGM dan Andi. merupakan jenis wisata yang mengandung misi Farrell, T. A., & Marion, J. L. (2002). The Protected pendidikan dan lingkungan. Kegiatan ini lebih Area Visitor Impact Management (PAVIM) difokuskan pada menggali nilai-nilai obyek. Bisa - dilakukan dengan visualisasi jenis-jenis vegetasi, ing Management Decisions. Journal of Sus- satwa dan perilakunya serta hubungannya dengan tainableFramework: Tourism A Simplified, 10(1), 31–51. Process https://doi. for Mak perubahan ekosistem dalam bentuk tulisan, org/10.1080/09669580208667151 Gustin, R. F. (2018). Pengembangan Wisata Alam diterapkan secara langsung berupa melibatkan Air Terjun Coban Canggu Pacet Kabupaten Mo- wisatawangambar maupun dalam film. aktivitas Atau juga bernuansa Edukasi konservasijuga dapat jokerto. Institut Teknologi Sepuluh Nopem- dan lingkungan. ber. Retrieved from http://repository.its. Kemudian cara lain yaitu dengan membuat ac.id/50236/ paket wisata; pengadaan dan pemeliharaan Hidayat, M. (2016). Strategi Perencanaan dan sarana dan prasarana; pengembangan pasar dan Pengembangan Objek Wisata (Studi Kasus promosi, pengembangan sumber daya manusia; Pantai Pangandaran Kabupaten Ciamis Jawa kerja sama investasi (investasi pengembangan Barat). The Journal: Tourism and Hospitality

Pengembangan Wisata Wendit untuk Penunjang Pariwisata di Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Dyah Eka Supiana 65 Essentials Journal, 1(1), 33–44. Retrieved from vasi, 10(2), 1–11. https://doi.org/10.29243/ http://ejournal.upi.edu/index.php/thejour- MEDKON.10.2.%P nal/article/view/1879 Raharjana, D. T. (2012). Membangun Pariwisata Jubenville, A., & Twight, B. W. (1987). Outdoor Rec- Bersama Rakyat: Kajian Partisipasi Lokal Da- reation Management, Theory and Application. lam Membangun Desa Wisata di Dieng Plateau. Minnesota: Venture Publishing. Jurnal Kawistara, 2(3), 225–328. https://doi. Lindberg, K. (1991). Policies for Maximizing Nature org/10.22146/KAWISTARA.3935 Tourism’s Ecological and Economic Benefits. Rezi, K. P. (2015). Pengembangan Pariwisata oleh Washington, D.C: World Resources Institute. Dinas Kebudayaan danPariwisata (DISBUD- malangtimes.com. (2018a). Branding Sukses, Kun- PAR) Kota Bukittinggi untuk Meningkatkan jungan Wisatawan ke Pantai Balekambang Pendapatan Asli Daerah (PAD). Retrieved from Selama 2017 Meningkat Tajam. Retrieved May http://scholar.unand.ac.id/11673/ 10, 2019, from https://www.malangtimes. Richards, G. (2011). Creativity and tourism: The com/baca/23779/20180103/193544/brand- State of the Art. Annals of Tourism Research, ing-sukses-kunjungan-wisatawan-ke-pan- 38(4), 1225–1253. https://doi.org/10.1016/J. tai-balekambang-selama-2017-meningkat-ta- ANNALS.2011.07.008 jam Sari, V. M. P. (2010). Desain Komunikasi Visual Se- malangtimes.com. (2018b). Targetkan 7 Juta bagai Strategi Perancangan Promosi Pariwisa- Wisatawan di Tahun 2018, Pemkab Malang ta Pantai Watukarung Kabupaten Pacitan. Uni- Lakukan Strategi Ini. Retrieved May 10, versitas Sebelas Maret. Retrieved from https:// 2019, from https://www.malangtimes.com/ eprints.uns.ac.id/6588/ baca/22380/20171110/154325/targetkan- Savas, E. . (2000). Privatization And Public Private 7-juta-wisatawan-di-tahun-2018-pemkab- Partnerships. New Jersey: Catham House Pub- malang-lakukan-strategi-ini lisher, Inc. McCool, S., & Moisey, R. N. (2008). Tourism, recre- Selby, A., Petäjistö, L., & Huhtala, M. (2011). The re- ation, and sustainability: linking culture and the alisation of tourism business opportunities ad- environment (2nd editio). Oxfordshire: CAB In- jacent to three national parks in southern Fin- ternational. land: entrepreneurs and local decision-makers Miles, M. B., & Huberman, A. M. (2009). Analisis matter. Forest Policy and Economics, 13(6), Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode- 446–455. https://doi.org/10.1016/J.FOR- Metode Baru. Jakarta: UI Press. POL.2011.04.002 Mitchell, B., Rahmi, D. H., & Setiawan, B. (2003). Soekadijo, R. G. (2000). Anatomi Pariwisata, Mema- Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. hami Pariwisata Sebagai Systemic Linkage. Ja- Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. karta: Gramedia Pustaka Utama. Retrieved from https://books.google.tm/ Steck, B. (1999). Sustainable Tourism as a Develop- books?id=UyvAPgAACAAJ&dq=Pengelolaan+- ment Option: Practical Guide for Local Plan- Sumber+Daya+dan+Lingkungan&hl=id&sa=X- ners, Developers and Decision Makers. Bonn: &ved=0ahUKEwiJur2RuZDiAhUWysQBHfrr- Guide for Local Planners, Developers and De- BaMQ6AEILzAC cision Makers. Federal Ministry for Economic Nitibaskara, U. T. B. (2005). Conservation area man- Co-operation and Development and Deutsche agement policy.” Proceedings of the National Gesellschaft f.r Technische Zusammenarbeit seminar. In Proceedings of the National semi- (GTZ) GmbH. nar: Developing the Natural Resource in Bintuni Timmers, P. (1998). Business Models for Electronic Bay. Bintuni, Papua Barat: BAPPEDA Bintuni. Markets. Electronic Markets, 8(2), 3–8. https:// Oktadiyani, P., Muntasib, E. K. S. H., & Sunkar, A. doi.org/10.1080/10196789800000016 (2005). Alternatif Strategi Pengelolaan Taman Wahab, S. (1989). Manajemen Kepariwisataan. Ja- Wisata Alam Kawah Kamojang Kabupaten karta: PT. Pradnya Paramita. Bandung Propinsi Jawa Barat. Media Konser-

Karta Raharja 1 (1) (2019): 57 - 66

66