KEANEKARAGAMAN SERANGGA PERMUKAAN TANAH DI KEBUN KOPI DESA BELUMAI KECAMATAN PADANG ULAK TANDING KABUPATEN REJANG LEBONG

Oleh: Dinda Intan Pratiwi1, Destien Atmi Arisandy, M.Pd.2, Yuli Febrianti, M.Pd.Si.3 1 Mahasiswa STKIP-PGRI 2 dan 3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau Jurusan Pendidikan Biologi Email: [email protected]

ABSTRACT

This study aims to determine the types of soil surface insects, abotic factors and index of insect diversity of soil surface in the Coffee Garden of the Masihai Village, Padang Ulak Tanding District, Rejang Lebong . The research method used is qualitative descriptive. Data collection techniques in research conducted observations, observation of samples and documentation. The results showed that there were 7 types of soil surface insects, namely Hymenoptera, Blattaria, Araneae, Orthoptera, Diplopoda, Lepidoptera, and Scorpionida. Families namely Formicidae, Blattellidae, Salticidae, Gryllidae, Lulusidae, Lymantriidae, and Buthidae with 7 species, Dolichoderus bituberculatus, Blatella sp, Plexippus paykuli, Gryllus assimilis, Lulus sp, Lymantria marginata, and Lychas mucronatus. The air temperature at the three study locations showed that during the three days of research station I had a temperature of 22°C-33°C, Station II has a temperature of 26°C-33°C, and station III has a temperature with a range of 27°C-32°C. Soil moisture in the three study locations ranged from 20% -80%. The pH of the soil in the three study locations was in the range of 6-7. Diversity index at station I is 0,785 classified as low diversity, station II is 1,177 classified as medium diversity, and station III is 0,556 classified as low diversity.

Keywords: Diversity, Soil Surface Insect and Coffee Garden

A. Pendahuluan hidup. Serangga tanah memiliki potensi yang Serangga adalah kelompok hewan tidak ternilai terutama dalam membantu dengan jumlah terbanyak di dunia. Lebih perombakan bahan organik tanah, juga 800.000 jenis serangga sudah ditemukan. menjadi salah satu penyeimbang lingkungan. Serangga terbagi lagi menjadi kelompok- Beberapa diantaranya serangga tanah bisa kelompok, diantaranya bangsa capung sebagai untuk indikator tingkat kesuburan (Odonata) sebanyak 5.000 jenis serangga, suatu tanah atau kondisi suatu tanah. bangsa belalang (Orthoptera) sebanyak (Rachmasari, 2016: 189). 20.000 jenis, bangsa kupu-kupu dan ngengat Kehidupan serangga permukaan tanah (Lepidoptera) sebanyak 170.000 jenis, bangsa tergantung pada tempat tinggalnya karena lalat dan kerabatnya (Diptera) sebanyak padatnya populasi suatu jenis dan keberadaan 120.000 jenis, bangsa kepik (Hemiptera) hewan tanah ditentukan oleh situasi tempat sebanyak 82.000 jenis, bangsa kumbang tinggalnya tersebut. Keberadaan populasi, (Coleoptera) sebanyak 360.000 jenis, bangsa jenis dan aktivitas organisme dalam tanah semut dan lebah (Hymenoptera) sebanyak 110 tergantung pada faktor lingkungan (abiotik jenis (Saktyowati, 2010:1). dan biotik). Faktor lingkungan abiotik yang Serangga tanah adalah salah satu mempengaruhi seperti suhu, kadar air, pH dan kelompok yang sering diabaikan padahal kadar organik. Sedangkan faktor biotiknya kehidupan kelompok serangga tanah ini misalnya tumbuh-tumbuhan, mikroflora dan memiliki hubungan yang sangat bergantung kelompok hewan lain. Jadi dari faktor biotik pada situasi lingkungan sekeliling tempat dan abiotik tersebut sangat mempengaruhi

Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah di Kebun Kopi Desa Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong 1 (September, 2018)

kehadiran suatu serangga permukaan tanah Bahan yang digunakan antara lain (Suin, 2012:119). Habitat yang akan yaitu: alkohol 70%, roti, gula, detergen. Alat digunakan dalam penilitian ini ialah kebun yang digunakan adalah gelas plastik (dengan kopi di Desa Belumai Kecamatan Padang luas permukaan 51,5 cm²), bambu, triplek, Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong. linggis, alat tulis, kertas label, soil tester, Serangga umumnya hidup di serasah- termometer dan mistar. Dalam menentukan serasah sebagai tempat hidup dan sumber kebun yang akan dijadikan lokasi penelitian makanannya. Sisa-sisa tumbuhan membentuk yaitu menggunakan metode random sampling bahan organik tanah yang bila terurai berdasarkan kepemilikan kopi. seluruhnya akan menjadi humus. Kondisi seperti ini tentunya dapat menyuburkan tanah C. Prosedur Penelitian dan baik untuk tanaman terutama kopi 1. Observasi (Hamama, 2017:32). Dilaksanakan untuk mengetahui situasi Dimana kebun kopi yang akan lokasi penelitian yaitu pada kebun kebun dijadikan tempat penelitian berada di Desa kopi Desa Belumai Kecamatan Padang Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding, Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong Kabupaten Rejang Rejang Lebong. Kawasan yang nantinya dapat digunakan sebagai kebun kopi belumai ini 30 Ha. Luas area yang dasar dalam penentuan metode dan teknik digunakan untuk penelitian adalah 10% dari pengambilan sampel. luas ±30 hektar jadi luas area yang digunakan 2. Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel 3 hektar (Rachmasari, 2016:191). Lokasi Lokasi pengambilan sampel dilakukan di 3 penelitian dibedakan menjadi stasiun I lokasi penelitian di kebun kebun kopi Desa tempatnya sedikit nauangan pohon, tanahnya Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding. kering dan gersang, stasiun II tempatnya Dalam menentukan kebun yang akan sangat rimbun dengan pohon-pohon dan dijadikan lokasi penelitian yaitu masih banyak rumput-rumput, stasiun III menggunakan metode random sampling tempatnya ini tidak terdapat pohon-pohon berdasarkan kepemilikan kopi. Adapun yang menaungi, rerumputan yang tidak ada kebun kopi yang digunakan dalam dikarenakan sudah disemprot oleh pemilik penelitian yaitu kebun petani A, petani B, kebun kopi tersebut. Berdasarkan dan petani C (Rachmasari, 2016:191). permasalahan di atas maka peneliti perlu 3. Teknik Pengambilan Sampel melakukan penelitian keanekaragaman Teknik pengambilan sampel dalam serangga permukaan tanah di kebun kopi penelitian adalah sebagai berikut: Belumai di Desa Belumai Kecamatan Padang a. Membuat Plot Jebakan Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong. Lokasi penelitian dibagi dalam 3 Adapun tujuan dalam penelitian ini wilayah, yaitu stasiun I, stasiun II, dan adalah untuk mengetahui jenis-jenis serangga stasiun III. Selanjutnya membuat 1 jalur permukaan tanah, faktor abotik dan indeks ditengah-tengah dengan panjang 100 x keanekaragaman serangga permukaan tanah 10 meter kemudian membuat petak di Kebun Kopi Desa Belumai Kecamatan masing-masing stasiun dengan ukuran Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang plot 10 x 10 meter. Dengan jarak antar Lebong. plot 1 m. Dibagi menjadi 10 plot setiap stasiunnya. Setiap 1 plot terdapat 5 B. Bahan dan Metode perangkap pitfall trap (Rachmasari, Penelitian dilakukan mulai bulan juli 2016:191). s.d agustus 2018, bertempat di kebun kopi di b. Pengambilan Sampel Desa Belumai Kecamatan Padang Ulak Pengamatan terhadap sampel dilakukan Tanding Kabupaten Rejang Lebong kemudian pada kebun kopi Desa belumai dilanjutkan di Laboratorium STKIP-PGRI Kecamatan padang ulak tanding Lubuklinggau untuk mengidentifikasi Kabupaten rejang lebong. Pengambilan serangga. sampel dengan menggunakan alat perangkap yaitu pitfall trap bertujuan

Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah di Kebun Kopi Desa Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong 2 (September, 2018)

menangkap serangga permukaan tanah Keterangan: yang berjalan di atas permukaan tanah. H : Indeks keanekaragaman Shannon Pitfall trap terbuat dari gelas plastik Wiener diameter 51,5 cm² yang berisi 5 ml s : Jumlah spesies dalam komunitas deterjen cair, remah-remah roti dan 5 ml pi : Proporsi spesies ke- i terhadap alkohol 70. Pemasangan alat ini jumlah total dimasukkan di dalam tanah dengan Besarnya nilai H didefinisikan sebagai permukaan perangkap pitfall trap rata berikut: dengan permukaan tanah. Pemasangan H1 : Keanekaragaman rendah perangkap secara diagonal dan H 1-3: Keanekaragaman sedang penggunaan lahan dilakukan dengan H 3 : Keanekaragaman tinggi selang 3 hari lalu serangga yang terdapat di pitfall trap yang tertangkap E. Hasil Penelitian dan Pembahasan di kumpulkan dan di dokumentasikan 1. Hasil (Ruslan, 2009:45) a. Jenis Serangga Permukaan Tanah c. Pengukuran Faktor Lingkungan yang ditemukan di Kebun Kopi Pengambilan data faktor lingkungan Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada pagi hari, siang dan telah dilakukan selama 3 hari didapat sore hari. jumlah serangga yang terjebak di pitfall d. Pemisahan trap adalah 583 ekor serangga. Adapun Gelas jebakan kemudian dikeluarkan data serangga permukaan tanah yang dari dalam tanah, lalu larutan dalam ditemui di Kebun Kopi Desa Desa gelas jebakan disaring. Sehingga hanya Belumai Kecamatan Padang Ulak serangga permukaaan tanah saja yang Tanding Kabupaten Rejang Lebong tertinggal. Serangga permukaan tanah dapat di lihat dalam tabel 1.1 berikut yang didapat kemudian diletakkan ke ini: dalam botol sampel yang telah diberi larutan alkohol 70  (Permana, Tabel 1.1 Kelompok Serangga Permukaan 2013:45). Tanah Yang Tertangkap Pada Tiga e. Pengidentifikasian Penghitungan Stasiun Individu Sampel yang sudah didapat kemudian dibawa ke di Laboratorium STKIP PGRI Lubuklinggau untuk diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi Siwi, S tahun 2012. Sampel yang didapat dilakukan dengan pengamatan dibawah mikroskop, mencatat morfologinya dan mencocokkan dengan kunci determinasi serangga permukaan tanah (Haneda, 2013:43).

D. Prosedur Analisis Data b. Faktor Abiotik Kebun Kopi Belumai Untuk mengetahui indeks di Desa Belumai Kecamatan Padang keanekaragaman digunakan rumus Shannon- Ulak Tanding Wiener (Leksono, 2007:156). Keanekaragaman dan kelimpahan serangga secara umum 푠 ditentukan oleh faktor abiotik. Setiap H ′ = − (pi ln pi) jenis serangga mempunyai kesesuaian 푖=1 terhadap lingkungan tertentu. Oleh karena itu, faktor fisik lingkungan sangat mempengaruhi. Hasil

Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah di Kebun Kopi Desa Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong 3 (September, 2018)

pengukuran faktor lingkungan pada Tabel 1.5 Indeks Keanekaragaman tiga stasiun selama 3 hari dapat dilihat Serangga Permukaan Tanah Stasiun III pada tabel 1.2 berikut ini:

Tabel 1.2 Pengukuran Suhu Udara, Ph Tanah dan Kelembaban Tanah

2. Pembahasan a. Jenis Serangga Permukaan Tanah yang ditemukan di Kebun Kopi Pada stasiun I keanekaragaman serangga permukaan tanah yang terjebak di pitfall trap dan dikumpulkan c. Indeks Keanekaragaman Serangga selama 3 hari diperoleh sebanyak 175 Permukaan Tanah di Kebun Kopi individu. Keanekaragaman yang Hasil penelitian yang berjudul diperoleh stasiun I disebabkan karena Keanekaragaman Serangga Permukaan lokasi tersebut tempatnya sedikit Tanah di Kebun Kopi Desa Belumai nauangan pohon, tanahnya kering dan Kecamatan Padang Ulak Tanding gersang sehingga serangga yang tejebak Kabupaten Rejang Lebong hanya sedikit. Dari 175 individu menunjukkan bahwa pada ketiga stasiun tersebut yang banyak ditemukan di mempunyai keanekaragaman jenis yang pitfall trap yaitu pada saat pagi harinya berbeda. Berdasarkan rumus tersebut karena kebanyakan serangga tersebut Shannon-Wiener maka indeks masing- termasuk serangga nokturnal yang masing stasiun dapat dilihat pada tabel membutuhkan intensitas cahaya rendah 1.3, 1.4, dan 1.5 berikut ini: sehingga aktif pada malam hari (Jumar, 2000:94). Tabel 1.3 Indeks Keanekaragaman Pada stasiun II keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah Stasiun I serangga permukaan tanah jauh lebih banyak dibandingkan stasiun I dan stasiun III karena serangga yang terjebak di pitfall trap disebabkan karena kondisi stasiun II ini sangat rimbun dengan pohon-pohon, memiliki kelembaban tanah yang tinggi dan masih banyak rumput-rumput di sekitar kebun kopi tersebut sehingga Tabel 1.4 Indeks Keanekaragaman keanekaragaman serangga permukaan Serangga Permukaan Tanah Stasiun II tanah sangat tinggi. Haneda (2013:44), komposisi dan kelimpahan serangga dipengaruhi oleh kelimpahan jenis tumbuhan baik pohon maupun tumbuhan bawah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kelimpahan tumbuhan mempengaruhi kelimpahan serangga pada ketiga stasiun. Serangga permukaan tanah yang terjebak di pitfall trap selama 3 hari diperoleh sebanyak 234 individu.

Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah di Kebun Kopi Desa Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong 4 (September, 2018)

Pada stasiun III keanekaragaman menyukai tempat yang teduh dan serangga permukaan tanah yang lembab (Hamama, 2017:32). terjebak di pitfall trap dan dikumpulkan Berdasarkan hasil selama 3 hari diperoleh sebanyak 174 pengamatan didapatkan ciri-ciri individu. Keanekaragaman yang sebagai berikut serangga ini memiliki diperoleh stasiun III disebabkan karena dua pasang antena yang panjang. kondisi stasiun III tidak terdapat pohon- Tubuh bewarna hitam, kepala pohon yang menaungi, rerumputan yang pendek, kaki kemerahan. Abdomen tidak ada dikarenakan sudah disemprot cembung, besar dan oval. Suin oleh pemilik kebun kopi tersebut dan (2012: 105), ciri-ciri Dolichoderus memiliki kelembaban tanah yang bituberculatus tubuh hitam dan kaki rendah sehingga tidak terlalu banyak kemerahan. Kepala pendek, mata individu dan spesies yang terjebak di agak ke depan, dasar antena panjang. pitfall trap. Abdomen cembung, besar dan oval. a. Ordo Hymenoptera Mandibula seperti segetiga dengan Menurut Siwi (2012:35), ordo gigi-gigi yang panjang dan kuat. hymenoptera memiliki ciri-ciri tubuh Semut Dolichoderus padat, abdomen terputus pada bituberculatus biasanya keluar dari pangkalnya dengan petiolus, antenna sarangnya pada waktu pagi dan sore berbentuk siku (jenis semut dan hari ketika suhu tidak terlalu panas. tawon yang tak bersayap). Ordo Akan tetapi pada siang hari ketika hymenoptera merupakan individu suhu udara panas, semut akan terbanyak yang ditemukan. Pada bersembunyi pada tempat-tempat penelitian ini ditemukan satu famili yang terlindungi dari sengatan sinar yaitu famili formicidae yang terdiri matahari secara langsung seperti di dari satu genus yang ditemukan yaitu dalam sarang, di balik dedaunan, di Dolichoderus. Serangga ini terdapat tanah, dan lain-lain (Rizali, 2002:43). pada ke III stasiun dan jumlahnya Klasifikasi menurut Suin (2012:105): paling banyak diantara spesies lain. Kingdom : Animalia Pada stasiun I ordo Hymenoptera Filum : Arthropoda yang terjebak di pitfall trap yaitu 141 Kelas : Insecta individu, sedangkan pada stasiun II Ordo : Hymenoptera ordo hymenoptera yang terjebak di Famili : Formicidae pitfall trap yaitu 182 individu dan Genus : Dolichoderus pada stasiun III ordo hymenoptera Spesies : Dolichoderus yang terjebak di pitfall trap yaitu 149 bituberculatus individu. Kelompok famili formicidae ini terdiri atas keluarga semut-semut yang banyak ditemukan di permukaan tanah. Banyaknya individu yang diperoleh disebabkan karena jenis ini merupakan jenis yang hidup secara berkoloni seperti halnya yang ditemukan pada penelitian ini yaitu spesies Gambar 1.1 Dolichoderus bituberculatus Dolichoderus bituberculatus sehingga jumlahnya sangat banyak. b. Ordo Blattaria Dengan hidup secara berkoloni Ordo blattaria merupakan peluang individu dalam kelompok ketiga terbanyak yang ditemukan. untuk mempertahankan hidup Pada stasiun I ordo blattaria yang semakin meningkat. Jenis spesies ini terjebak di pitfall trap yaitu 7

Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah di Kebun Kopi Desa Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong 5 (September, 2018)

individu, sedangkan pada stasiun II kepala dan dada) dan abdomen ordo blattaria yang terjebak di pitfall (perut). Jumlah kaki empat pasang. trap yaitu 14 individu, dan pada Yang betina mempunyai ukuran stasiun III ordo blattaria yang tubuh lebih besar dan bewarna lebih terjebak di pitfall trap yaitu 4 terang. Sedangkan yang jantan, individu. Ordo blattaria pada ukuran tubuh lebih kecil dan penelitian ini hanya ditemukan satu bewarna gelap. Laba-laba termasuk famili saja yaitu famili Blattellidae phylum Arthropoda, kelas Arachnida yang terdiri dari satu genus yang dan ordo araneae (Siwi, 2012:208). ditemukan yaitu Blatella. Ordo araneae merupakan kedua Berdasarkan hasil terbanyak yang ditemukan. Pada pengamatan didapatkan ciri-ciri stasiun I ordo araneae yang terjebak sebagai berikut bewarna coklat muda di pitfall trap yaitu 12 individu, dengan garis-garis, antena 1 pasang, sedangkan pada stasiun II ordo tidak bersayap dan tungkai 3 pasang. araneae yang terjebak di pitfall trap Hamama (2017:33), kecoa yaitu 13 individu, dan pada stasiun kebanyakan terdapat di daerah III ordo araneae yang terjebak di tropika yang kemudian menyebar ke pitfall trap yaitu 16 individu. Ordo daerah dingin, dapat terbang tetapi araneae pada penelitian ini hanya mereka juga dapat bergerak dengan ditemukan satu famili saja yaitu cepat, aktif pada malam hari, ordo famili salticidae yang terdiri dari satu blattaria dari famili Blattellidae genus yang ditemukan yaitu adalah salah satu kelompok besar Plexippus. dari kecoak-kecoak yang kecil, genus Berdasarkan hasil Blatella bewarna coklat muda dengan pengamatan didapatkan ciri-ciri garis-garis longitudinal (membujur). sebagai berikut kaki bewarna lebih Klasifikasi menurut Hamama terang. Siwi (2012:210), famili (2017:33): salticidae memiliki ciri-ciri dewasa Kingdom : Animalia mempunyai ukuran 5-9 mm. Tubuh Filum : Arthropoda padat, kaki pendek dan kuat. Kelas : Insekta Kadang-kadang berambut, kadang- Ordo : Blattaria kadang tidak. Kaki bewarna lebih Famili : Blattellidae terang dari tubuh. Mempunyai mata Genus : Blatella besar dan menyukai kondisi kering. Spesies : Blatella sp Klasifikasi menurut Siwi (2012:210): Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Arachnida Ordo : Araneae Famili : Salticidae Genus : Plexippus Spesies : Plexippus paykuli

Gambar 1.2 Blatella sp

c. Ordo Araneae Secara umum laba-laba mempunyai warna hitam, coklat tua, ataupun coklat muda kekuningan. Tubuh dibagi menjadi dua bagian yaitu cephalothoraks (gabungan Gambar 1.3 Plexippus paykuli

Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah di Kebun Kopi Desa Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong 6 (September, 2018)

d. Ordo Orthoptera pada betina mempunyai ovipositor Jangkrik dapat ditemukan di panjang berbentuk jarum atau bawah batu-batuan, kayu-kayu lapuk, silindris. Dewasa akan hilang dinding-dinding tepi sungai dan di sayapnya setelah menetap di semak-semak belukar serta ada yang lingkungan sawah. Hidup di berbagai hidup pada lubang-lubang di tanah. habitat baik lingkungan basah Jangkrik dapat ditemui di hampir maupun kering, terutama yang seluruh dan hidup dengan dinaungi rumput-rumput, juga baik pada daerah yang bersuhu ditemukan di rumah-rumah, sisa-sisa antara 20-32°C dan kelembaban tanaman yang masih lembab sekitar 65-80%, bertanah (jerami), di pertanaman kopi, teh. gembur/berpasir dan memiliki Aktif pada malam hari, famili ini persediaan tumbuhan semak belukar. mampu bergerak dan melompat Jangkrik hidup bergerombol dan dengan cepat dan baik. bersembunyi dalam lipatan-lipatan Klasifikasi menurut Siwi (2012:57): daun kering atau bongkahan tanah. Kingdom : Animalia Jangkrik tidak selalu dapat dijumpai Filum : Arthropoda di alam karena hanya bermunculan Kelas : Insekta pada bulan-bulan tertentu saja yaitu Ordo : Orthoptera pada Juni-Juli dan November- Famili : Gryllidae Desember. Jangkrik sulit ditemui Genus : Gryllus pada bulan Januari-Mei dan Agustus- Spesies : Gryllus bimaculatus Oktober karena jumlahnya terbatas dan bukan merupakan musim jangkrik (Rufipes, 2012:11). Ordo orthoptera dari famili Gryllidae merupakan kelima terbanyak yang ditemukan. Pada stasiun I ordo orthoptera yang terjebak di pitfall trap yaitu 6

individu, sedangkan pada stasiun II Gambar 1.4 Gryllus bimaculatus ordo orthoptera yang terjebak di

pitfall trap yaitu 7 individu, dan pada e. Ordo Diplopoda stasiun III ordo orthoptera yang Diplopoda memiliki ciri-ciri terjebak di pitfall trap yaitu 2 tubuhnya biasanya silindris, ada juga individu. Ordo orthoptera pada yang pipih dorsoventral. Selalu penelitian ini hanya ditemukan satu dengan dua pasang kaki pada tiap famili saja yaitu famili Gryllidae segmen tubuhnya, hidup di tanah dan yang terdiri dari satu genus yang serasah (Suin, 2012:71). Ordo ditemukan yaitu Gryllus. diplopoda dari famili lulusidae Berdasarkan hasil merupakan keenam terbanyak yang pengamatan didapatkan ciri-ciri ditemukan. Pada stasiun I ordo sebagai berikut bewarna hitam diplopoda yang terjebak di pitfall kecoklatan, mmeiliki antena panjang trap yaitu 3 individu, sedangkan dan halus, tubuhnya panjang sekitar pada stasiun II ordo diplopoda yang 3 cm dan lebar 1 cm. Siwi (2012:57), terjebak di pitfall trap yaitu 10 famili Gryllidae memiliki ciri-ciri individu, dan pada stasiun III ordo hitam kecoklatan, nimpha kuning diplopoda yang terjebak di pitfall pucat dengan garis-garis coklat. trap tidak ada. Ordo diplopoda pada Antena panjang dan halus seperti penelitian ini hanya ditemukan satu rambut. Jenis jantan mempunyai famili saja yaitu famili lulusidae gambaran cincin di sayap depan,

Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah di Kebun Kopi Desa Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong 7 (September, 2018)

yang terdiri dari satu genus yang yang terdiri dari satu genus yang ditemukan yaitu Lulus. ditemukan yaitu Lymantria. Berdasarkan hasil pengamatan Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan ciri-ciri sebagai berikut didapatkan ciri-ciri sebagai berikut memilki tubuh yang panjang dan bewarna coklat kekuningan, tubuh banyak ruas atau bergaris-garis, lunak dan memiliki bulu. Chapman bewarna merah kecoklatan. Hasan, (2013), ciri-ciri Lymantria marginata dkk (2014:242), hewan ini dikenal memiliki tubuh lunak dan berbulu, dengan sebutan kaki seribu atau memiliki rahang yang kuat dan tajam keluwing. Hewan ini bersifat untuk mengunyah daun. Biasanya saprofor atau pemakan sisa-sisa aktif pada malam hari atau nocturnal. organisme. Tubuhnya memanjang Menurut Rahmat (2013:13), dengan banyak ruas (metamer). lepidoptera dapat dijadikan sebagai Memiliki 30 metamer atau lebih, dan bioindikator diantaranya setiap metamer terdapat tungkai yang yaitu sebagai indikator terhadap berpasangan. Tubuhnya berbentuk perubahan habitat. seperti tabung atau sedikit gepeng. Klasifikasi menurut Chapman Habitatnya selalu lembab. (2013:36): Klasifikasi menurut Hasan, dkk Kingdom : Animalia (2014:242): Filum : Arthropoda Kingdom : Animalia Kelas : Insekta Filum : Arthropoda Ordo : Lepidoptera Kelas : Myropoda Famili : Lymantriidae Ordo : Diplopoda Genus : Lymantria Famili : Lulusidae Spesies : Lymantria marginata Genus : Lulus Spesies : Lulus sp

Gambar 1.6 Lymantria marginata

Gambar 1.5 Lulus sp g. Ordo Scorpionida Ordo scorpionida dari famili f. Ordo Lepidoptera buthidae merupakan spesies yang Ordo lepidoptera dari famili paling dikit ditemukan pada III lymantriidae merupakan keempat stasiun dengan jumlah yaitu 1 terbanyak yang ditemukan. Pada individu. Ordo scorpionida yang stasiun I ordo lepidoptera yang terjebak di pitfall trap hanya terjebak di pitfall trap yaitu 6 ditemukan pada stasiun II pada hari individu, sedangkan pada stasiun II kedua dengan jumlah yaitu 1 ordo lepidoptera yang terjebak di individu. Ordo scorpionida pada pitfall trap yaitu 7 individu, dan pada penelitian ini hanya ditemukan satu stasiun III ordo lepidoptera yang famili saja yaitu famili buthidae yang terjebak di pitfall trap yaitu 3 terdiri dari satu genus yang individu. Ordo lepidoptera pada ditemukan yaitu Lychas. penelitian ini hanya ditemukan satu Berdasarkan hasil pengamatan famili saja yaitu famili lymantriidae didapatkan ciri-ciri sebagai berikut

Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah di Kebun Kopi Desa Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong 8 (September, 2018)

bewarna kuning agak kecoklatan, b. Faktor Abiotik Kebun Kopi memiliki 2 pencapit. Rohman Belumai di Desa Belumai (2010:49), famili buthidae dengan Kecamatan Padang Ulak Tanding spesies Lychas mucronatus memiliki Perbedaan jumlah serangga ciri-ciri dengan warna dasar kuning permukaan tanah yang ditemukan kecoklatan dengan pola kehitaman pada masing-masing stasiun pada tubuh, kaki, segmen terakhir dipengaruhi oleh faktor habitat dan metafosa, menempati empat tipe juga tingginya keanekearagaman karakteristik mikrohabitat yaitu arthropoda permukaan tanah juga serasah daun, kayu lapuk, di dalam disebabkan oleh faktor pengukuran tanah dan di bawah batu. suhu, kelembaban tanah, dan pH tanah Kalajengking merupakan hewan pada saat pengambilan sampel. Setiap yang berukuran kecil berkaki delapan jenis serangga mempunyai kesesuaian dengan ekor yang mengandung terhadap lingkungan tertentu. Oleh racun. Kalajengking umumnya karena itu, faktor fisik lingkungan ditemukan di habitat kering dan sangat mempengaruhi (Haneda, 2013: lingkungan yang panas, namun 45). beberapa spesies ditemukan di hutan. Suhu merupakan salah satu Kalajengking aktif pada malam hari, faktor pembatas dalam pertumbuhan memakan serangga. Pada siang hari dan perkembangan serangga. Serangga biasanya bersembunyi di bawah batu, permukaan tanah memiliki kisaran batang kayu atau pohon. suhu tertentu dimana spesies tersebut Kalajengking mampu bertahan hidup dapat hidup, di luar kisaran suhu dalam berbagai kondisi baik panas tersebut serangga akan mati kering maupun dingin hingga beku kedinginan atau kepanasan (Rizali, tanpa makan dan minum selama 2002:45). Umumnya kisaran suhu berbulan-bulan. Dengan yang efektif bagi serangga adalah suhu memperlambat sistem metabolisme minimum 15°C, suhu optimum 25°C tubuhnya, kalajengking mampu dan suhu maksimum 45°C. Kisaran hidup lama pada kondisi tak ada tersebut sangat baik untuk makanan. perkembangan spesies serangga Klasifikasi menurut Zhi Yong Di permukaan tanah. Suhu udara pada (2014:5): ketiga lokasi penelitian menunjukkan Kingdom : Animalia bahwa selama tiga hari penelitian Filum : Arthropoda stasiun I memiliki suhu dengan kisaran Kelas : Arachnida 220C-330C, stasiun II memiliki suhu Ordo : Scorpionida dengan kisaran 260C-330C, dan stasiun Famili : Buthidae III memiliki suhu dengan kisaran Genus : Lychas 270C-320C. Hal ini menunjukkan Spesies : Lychas mucronatus bahwa suhu udara di lokasi penelitian merupakan suhu optimum bagi perkembangan serangga (Kautsar, 2015:134). Kelembaban tanah pada ketiga lokasi penelitian berkisar antara 20%- 80%. Kelembaban tanah erat hubungannya dengan populasi hewan tanah, karena kondisi tanah yang kering dapat menyebabkan tubuh Gambar 1.7 Lychas mucronatus hewan tanah mengalami dehidrasi atau kehilangan cairan (Kautsar, 2015:134). Kelembaban tersebut

Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah di Kebun Kopi Desa Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong 9 (September, 2018)

berpengaruh terhadap kelangsungan sesuai dengan kebutuhan serangga hidup arthropoda permukaan tanah. (Kautsar, 2015:133). Jika kondisi kelembaban terlalu tinggi Dapat dilihat dari tabel 1.3 maka arthropoda permukaan tanah bahwa nilai indeks keanekaragaman dapat mati atau bermigrasi ke tempat arthropoda permukaan tanah yang lain. Kelembaban yang rendah akan diperoleh pada stasiun I diperoleh H merangsang atrhropoda permukaan sama dengan 0,785. Jika dicocokkan tanah untuk bergerak ke tempat yang dengan penyataan Shannon- Wienner, memiliki kelembaban optimum, maka indeks keanekaragaman sehingga memungkinkan terbentuknya arthropoda permukaan tanah pada kelompok-kelompok (Eladisa, stasiun I tergolong keanekaragaman 2012:134). Oleh karena itu, rendah. Keanekaragaman yang kelembaban tanah mempunyai peran diperoleh stasiun I disebabkan karena penting dalam menentukan lokasi tersebut tempatnya sedikit keanekaragaman arthropoda naungan pohon, tanahnya kering dan permukaan tanah yang terdapat di gersang sehingga serangga yang kebun kopi desa belumai kecamatan tejebak hanya sedikit. padang ulak tanding kabupaten rejang (Leksono, 2007:156). lebong. Sedangkan nilai indeks Keasaman (pH) tanah keanekaragaman arthropoda berpengaruh terhadap kehidupan dan permukaan tanah yang diperoleh pada kegiatan hewan tanah, karena hewan stasiun II dapat dilihat dari tabel 1.4 tanah sangat sensitif terhadap pH adalah H sama dengan 1,177. Jika tanah. Sehingga pH tanah merupakan dicocokkan dengan penyataan salah satu faktor pembatas. Dari hasil Shannon-Wienner, maka indeks pengukuran pH tanah di lokasi keanekaragaman arthropoda penelitian, diketahui bahwa pH tanah permukaan tanah pada stasiun II rata-rata bernilai 7 (netral), sehingga tergolong keanekaragaman sedang. mampu mendukung aktifitas serangga Sedangnya keanekaragaman yang terestial yang berada pada lingkungan diperoleh stasiun II disebabkan karena tersebut (Kautsar, 2015:134). lokasi tersebut terdapat banyak ditumbuhi oleh tumbuhan c. Indeks Keanekaragaman Serangga dibandingkan dengan stasiun I dan III, Permukaan Tanah di Kebun Kopi hal itu yang menyebabkan tingginya Nilai indeks keanekaragaman keanekaragaman serangga permukaan juga dipengaruhi oleh kelimpahan tanah yang ditemukan pada stasiun sumber makanan yang tersedia pada tersebut. Selain disebabkan oleh faktor habitat dan kemampuan berkembang habitat stasiun II, sedangnya biak serangga. Makanan merupakan keanekaragaman serangga permukaan sumber gizi yang diperlukan oleh tanah juga disebabkan oleh faktor serangga untuk bertahan hidup dan pengukuran suhu, kelembaban tanah, berkembang. Jika makanan tersedia dan pH tanah pada saat pengambilan dengan kualitas yang cocok dan sampel. Suhu saat pengambilan kuantitas yang cukup, maka populasi sampel sama dengan suhu pada stasiun serangga akan naik dengan cepat. II berkisar 26-27°C. Suhu tersebut Sebaliknya, jika makanan kurang merupakan suhu yang baik untuk maka populasi serangga juga akan kehidupan arthropoda permukaan menurun (Jumar, 2000). Populasi tanah, sehingga arthropoda semakin serangga akan semakin meningkat banyak dan lebih mudah untuk pada komunitas yang memiliki melakukan aktivitas (Suin, 2012:82). kuantitas dan kualitas pakan yang Sedangkan nilai indeks keanekaragaman serangga permukaan

Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah di Kebun Kopi Desa Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong 10 (September, 2018)

tanah yang diperoleh pada stasiun III sp, Plexippus paykuli, Gryllus dapat dilihat dari tabel 4.10 halaman bimaculatus, Lulus sp, Lymantria 37 adalah H sama dengan 0,556. Jika marginata, dan Lychas mucronatus. dicocokkan dengan penyataan 2. Rata-rata pada suhu udara yang Shannon-Wienner, maka indeks terdapat pada ketiga stasiun penelitian keanekaragaman arthropoda adalah 29°C-32°C. Sedangkan rata- permukaan tanah pada stasiun III rata pH tanah adalah 6,6-7, dan rata- tergolong keanekaragaman rendah. rata kelembaban tanah adalah 3-6,3%. Kondisi stasiun III ini tidak terdapat 3. Indeks keanekaragaman serangga pohon-pohon yang menaungi, permukaan tanah pada stasiun I yaitu rerumputan yang tidak ada 0,785 yang menunjukkan dikarenakan sudah disemprot oleh keanekaragaman jenis yang terdapat di pemilik kebun kopi tersebut sehingga stasiun I tergolong keanekaragaman tidak terlalu banyak individu dan rendah, sedangkan indeks spesies yang terjebak di pitfall trap. keanekaragaman serangga permukaan Rachmasary (2016:192), bahwa suhu, tanah pada stasiun II yaitu 1,177 yang pH tanah, kelembaban tanah juga menunjukkan keanekaragaman jenis memiliki pengaruh signifikan terhadap yang terdapat di stasiun II tergolong hidup serangga. keanekaragaman sedang, dan pada Berdasarkan hasil penelitian stasiun III yaitu 0,556 yang berarti yang telah dilakukan pada ketiga keanekaragaman jenis yang terdapat di stasiun pengamatan, keanekaragaman stasiun III tergolong keanekaragaman arthropoda permukaan tanah rendah. disimpulkan bahwa, tinggi rendahnya indeks keankearagaman suatu komunitas tergantung pada banyaknya jumlah spesies dan individu masing- masing spesies. Suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies dan kelimpahan spesies yang sama lain atau hampir sama. Sebaliknya, jika komunitas tersebut disusun oleh spesies dengan kelimpahan yang tidak merata atau ada spesies tertentu dari arthropoda permukaan tanah yang mendominasi, maka keanekaragamannya rendah (Soegianto, 1994:58)

F. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman serangga permukaan tanah di kebun kopi Belumai di Desa Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong: 1. Serangga permukaan tanah yang ditemukan di kebun kopi Desa Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong adalah Paraponera clavata, Blatella

Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah di Kebun Kopi Desa Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong 11 (September, 2018)

DAFTAR PUSTAKA Kopi Mangli Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri. Diakses dari Chapman, R.F. (2013). The Insect Structure http://ethese.uin- and Function. Cambridge: University malang.ac.id/3160/1/11620028.pdf. Press. Rachmasari, O. D. Prihanta. W., Susetyarini, Di Yong Zi, dkk. (2014). History Of Study, R. E. (2016). Keanekaragaman Updated Checklist, Distribution And Serangga Permukaan Tanah di Key Of Scorpions (Arachnida: Arborerum Sumber Brantas Batu- Scorpiones) From China. Jurnal Malang sebagai Dasar Pembuatan Zoologi Research. 35 (1) 3-19. Sumber Belajar Flipchart. 2 (2). 188- 197. Eladisa G. (2012). Kelimpahan Jenis Collembola pada Habitat Rufipes, H. (2012). Fauna Indonesia. 11 (2). Vermikomposting. Jurnal Widya 10-14. Warta. 01 Saktyowati, D.O. (2010). Keunikan Dunia Hamama, S.F dan Sasmita, I. (2017). Serangga. Jakarta: PT Wadah Ilmu. Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah di Sekitar Siwi, S. S. (2012). Kunci Determinasi Perkebunan Desa Cot Kareung Serangga. Yogyakarta: Kanisius. Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar. Jurnal jesbio. (4) 29-34. Soegianto, A. (1994). Ekologi Kuantitatif. Surabaya: Usaha Nasional. Haneda, N. F. Kusmana, C., Kusuma, F.D. (2013). Keanekaragaman Serangga Suin, N, M. (2012). Ekologi Hewan Tanah. di Ekosistem Mangrove. Jurnal Jakarta: Bumi Aksara. Silvikultur Tropika. 04 (1). 42-46. Rahmat, A. (2013). Pelatihan Inventarisasi Hasan E. Dkk. (2014). Kelimpahan dan dan Monitoring Flora & Arthropoda Dominasi Arthropoda Tanah di (Arthropoda), Bandung Kawasan Hutan Lindung Jailolo. 2 (2). 238-248. Rizali, A. (2002) Keanekaragaman Arthropoda pada Lahan Persawahan Jumar. (2000). Entomologi Pertanian. Tepian Hutan: Indikator untuk Jakarta: PT Rineka Cipta. Kesehatan Lingkungan. Jurnal Hayati. 9 (2). Kautsar, M.A, Riyanto dan Huzaifah, S. Keanekaragaman Jenis Serangga Rohman, A.F. Hadi, M dan Tarwotjo, U. Nokturnal di Kebun Botani Kampus (2010). Populasi Lychas mucronatus Fkip Universitas Sriwijaya Indralaya (Scorpiones:Buthidae) di Kampus dan Sumbagannya Pembelajaran Undip Tembalang Semarang. Jurnal Biologi di SMA. Jurnal Bioma 12 (2). 49-55. Pembelajaran Biologi. 2 (2).124- 136. Ruslan, H. (2009). Komposisi dan Keanekaragaman Serangga Leksono. (2007). Ekologi. Malang: Permukaan Tanah Pada Habitat Bayumedia. Hutan Homogen dan Heterogen di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Permana. S. R. (2013). Keanekaragaman (Ppka) Bodogol, Sukabumi, Jawa Serangga Tanah di Cagar Alam Barat. Jurnal vis vitalis. 02 (1) 43- Manggis Gadungan dan Perkebunan 53.

Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah di Kebun Kopi Desa Belumai Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong 12 (September, 2018)