PLURALISME AGAMA DALAM VIDEO MUSIK FOR THE LOVE OF GOD (Analisis Semiotika Pluralisme Agama dalam Video Musik For the Love of God yang Dipopulerkan oleh )

SKRIPSI

DAUD MANGATAS SIHITE 130904106

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

Universitas Sumatera Utara PLURALISME AGAMA DALAM VIDEO MUSIK FOR THE LOVE OF GOD (Analisis Semiotika Pluralisme Agama dalam Video Musik For the Love of God yang Dipopulerkan oleh Steve Vai)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

DAUD MANGATAS SIHITE 130904106

Program Studi : Public Relations

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini ditujukan untuk dipertahankan oleh:

Nama : Daud Mangatas Sihite

NIM : 130904106

Judul Skripsi : PLURALISME AGAMA DALAM VIDEO MUSIK FOR THE

LOVE OF GOD (Analisis Semiotika Pluralisme Agama dalam

Video Musik For the Love of God yang Dipopulerkan oleh Steve

Vai)

Medan, 08 April 2017

Pembimbing Ketua Departemen

Drs. Hendra Harahap, M.Si., Ph.D Dra. Dewi Kurniawati, M.Si., Ph.D NIP. 196710021994031002 NIP. 196505241989032001

Dekan FISIP USU

Dr. Muriyanto Amin, M.Si. NIP. 197409302005011002

Universitas Sumatera Utara HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh Nama : Daud Mangatas Sihite NIM : 130904106 Departemen : Ilmu Komunikasi Judul Skripsi : PLURALISME AGAMA DALAM VIDEO MUSIK FOR THE LOVE OF GOD (Analisis Semiotika Pluralisme Agama dalam Video Musik For the Love of God yang Dipopulerkan oleh Steve Vai)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji :…………………………………… ( )

Penguji : ………………………………...... ( )

Penguji Utama : ……………………………….….. ( )

Ditetapkan di : Medan Tanggal :

Universitas Sumatera Utara HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skrispsi ini adalah karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku

Nama : Daud Mangatas Sihite NIM : 130904106 Tanda Tangan :

Tanggal : 08 April 2017

Universitas Sumatera Utara HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Daud Mangatas Sihite NIM : 130904106 Departemen : Ilmu Komunikasi Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-exklusive Royalty-Free Rights) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

“Pluralisme Agama Dalam Video Musik For the Love of God (Analisis Semiotika Pluralisme Agama dalam Video Musik For the Love of God yang Dipopulerkan oleh Steve Vai)”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa menerima izin dari saya selama tetap mencantuman nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan in saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan Pada Tanggal : 08 April 2017 Yang Menyatakan

(Daud Mangatas Sihite)

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Penelitian ini berjudul "Pluralisme Agama Dalam Video Musik For the Love of God (Analisis Semiotika Pluralisme Agama dalam Video Musik For the Love of God yang Dipopulerkan oleh Steve Vai)". Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pluralisme agama ditampilkan dalam video musik For the Love of God. Video musik yang memadukan antara musik dan video ini merupakan suatu alat terpenting dalam industri musik untuk mempromosikan lagu dari artis. Video musik membawa penonton menikmati perpaduan lagu dan visual. Penonton diajak berimajinasi melalui komposisi lagu dan visual, sehingga penonton akan meninggalkan kesan tertentu dari video musik. Video musik For the Love of God merupakan video musik yang menceritakan tentang seberapa jauh seseorang untuk pergi terhadap cinta Tuhan. Video musik tersebut menarik karena membawa pesan pluralisme agama yang saat ini menjadi isu penting didunia yang semakin majemuk. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teori yang relavan, yaitui Komunikasi, Komunikasi Massa, Video Musik, Pluralisme Agama, Semiotika, dan semiologi Roland Barthes. Penelitian ini menggunakan analisis semiotika dengan perangkat analisis semiologi Roland Barthes berupa signifikasi dua tahap: denotasi dan konotasi, yang kemudian dibagi dalam penanda, petanda, level denotasi dan level konotasi. Hasil penelitian ini menemukan bahwa video musik For the Love of God adalah video musik yang memuat pluralisme agama dengan menampilkan keberagaman agama yang adalah suatu fakta bahwa ada tradisi pluralitas agama yang setiapnya memiliki keyakinan yang berbeda, praktek spiritual, tampilan etnis, dan bentuk kesenian.

Kata kunci: Pluralisme Agama, Video Musik, Semiotika

Universitas Sumatera Utara ABSTRACT This study entittled "Pluralism of Religion in Music Video For the Love of God (Semiotics Analysis of Pluralisme of Religion in Music Video who is popularized by Steve Vai). The Purpose of this study is to find out how pluralisme of religion is featured in Music Video For the Love of God. Music video integrates music and video is an important tool in music industry to promote a song from artist. Music video brings audiences to enjoy between song and visual. Audiences are invited to imagine by composition of song and visual that make audiences will leave an something impression from musik video. Music Video For the Love of God is a story about how far someone go for the love of God. This music video is interesting that bring message of pluralism of religion that its big issue in this world which increase diverse currently.This study uses some relevant theory, namely; Communication, Mass Communications, Music Video, Pluralism of Religion, Semiotics, and Roland Barthes Semiology. This study uses a semiotic analysis by Roland Barthes semiology analysis tools such as the two order of signification; denotative and connotative, which is then divided into signifier, signified, denotative sign and connotative sign. The results of this study found that music video For the Love of God is music video that contains pluralism of religion by showing religion diversity which is a fact that there is plurality of religion tradition which each other has different faith, spiritual practice, etnic look, and form of art.

Keywords: Pluralism of Religion, Music Video, Semiotics

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus sang Juru Selamat karena atas berkat dan rahmatNya yang berlimpah sehingga saya sebagai peneliti dapat menyelesaikan karya ilmiah skripsi ini. Adapun judul dari penelitian ini adalah Pluralisme Agama Dalam Video Musik For the Love of God (Analisis Semiotika Pluralisme Agama dalam Video Musik For the Love of God yang Dipopulerkan oleh Steve Vai). Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini dapat terselesaikan atas jerih payah peneliti dengan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada orang-orang yang mendukung saya terutama kepada orangtua saya yakni bapak saya Manaor Sihite dan Ibu saya Masrida Purba, serta ketiga saudari saya yaitu Christine Manatha Sihite, Risma Indah Sihite, dan Tiurma Elfrida yang senantiasa selalu memberikan semangat dan menjadi semangat itu sendiri. Terimakasih untuk semua doa, kasih sayang dan kesabaran dalam mendukung peneliti menyelesaikan penelitian ini Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang mendukung saya dalam penyelesaian skripsi ini, diantaranya: 1. Bapak Dr. Muryanto Amin,M.Si selaku Dekan FISIP USU. 2. Ibu Dra. Dewi Kurniawati,M.Si, Ph.D selaku Ketua Departemen IlmuKomunikasi FISIP USU saat ini. 3. Bang Drs. Hendra Harahap M.Si., Ph.D selaku dosen pembimbing dalam pengerjaan skripsi ini, Terimakasih atas ilmu, arahan, kesediaan waktunya untuk mau membantu pengerjaan skripsi ini di tengah-tengah padatnya kesibukan dan kesabaran dalam mengajari penulis. 4. Professor Donald S. Lopez, selaku Chair of Department of Asian Languages and Culture, University of Michigan dan Georgios T. Halkias, Dphil Oxon selaku Director of Undergraduate Programme, Centre of Buddhist Studies,

Universitas Sumatera Utara University of Hong Kong yang memberikan pemahaman mengenai Agama Buddha. 5. Christopher Basaldu, Ph.D., Assistant Professor of Native American Studies, University Oklahoma yang memberikan pemahaman mengenai Native American Religion. 6. Professor David Levene, Chair of Department of Classics, New York University yang memberikan masukan mengenai Ancient Roman Religion. 7. Nova Roma selaku organisasi international yang sedang merekonstruksi Ancient Roman Religion yang membantu memberikan pemahaman peneliti mengenai Ancient Roman Religion. 8. Kak Hanim yang meluangkan waktunya untuk bisa membimbing peneliti. 9. Profesor Lusiana Andriani Lubis, Ph.D selaku dosen pembimbing akademik. 10. Teman-teman seperjuangan di kampus dari semester satu hingga saat ini yaitu Devi, Nova, Lina, Nindi, Vera, Binsar, David, Daud, Bill, Ino, Erdian, Elma Bancin, Hileri, Selvio, Noni, Artha dan Desi. Kita bukan sekedar teman. Kalian semua adalah keluarga ku. 11. Willy yang memberikan buku mengenai agama Buddha sehingga membantu peneliti memahami konsep agama Buddha lebih baik lagi. 12. Teman-teman satu bimbingan yaitu Bang Aulia dan Fanny Beatric yang selalu memberikan informasi mengenai skripsi. 13. Semua teman-teman Ilmu Komunikasi khususnya angkatan 2013 yang selalu berjuang bersama-sama dalam perkuliahan. 14. Setiap orang yang telah memberikan bantuan kepada penulis yang namanya tak dapat disebutkan satu per satu. Bahkan untuk setiap peristiwa hidup yang telah mengajarkan penulis tentang banyak hal agar lebih dewasa.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan kerendahan hati saya berharap para pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang membangun guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata, terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada semua pihak yang membantu penulis dalam

Universitas Sumatera Utara menjalani hingga menyelesaikan skripsi ini. Besar harapan penulis semoga skripsi yang diselesaikan ini dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan kita semua

Medan, 08 April 2016 Hormat Saya,

Daud Mangatas Sihite

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ABSTRAK ...... i ABSTRACT ...... ii KATA PENGANTAR ...... iii DAFTAR ISI ...... vi DAFTAR TABEL ...... viii DAFTAR GAMBAR ...... ix BAB I PENDAHULUAN 1.1Konteks Masalah ...... 1 1.2 Fokus Masalah ...... 6 1.3 Tujuan Penelitian ...... 6 1.4 Manfaat Penelitian ...... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sejenis Terdahulu ...... 7 2.2 Paradigma...... 9 2.3 Kerangka Teori...... 10 2.3.1 Komunikasi ...... 10 2.3.1.1 Komunikasi Sebagai Proses Simbolik...... 12 2.3.1.2 Konsep Komunikasi Berhubungan Dengan Agama...... 14 2.3.2 Komunikasi Massa...... 16 2.3.2.1 Fungsi Komunikasi Massa...... 18 2.3.2.2 Konstruksi Sosial oleh Media...... 19 2.3.3 Video Musik...... 20 2.3.3.1 Lima Aspek Utama Video Musik...... 22 2.3.3.2 Agenda Komersial Video Musik...... 27 2.3.3.3 Pengeditan (Editing) Video Musik ...... 30 2.3.3.4 Pengaturan (setting) Video Musik...... 31 2.3.3.4.1 Mekanika Pengaturan (The Mechanics of Setting): Penggunaan Ruang, Pengaturan terhadap Musik, dan Pergerakan Kamera. ... 34 2.3.3.5 Interlude: Ruang, Warna, Tekstur, dan Waktu dalam Video Musik...... 37 2.3.4 Teknik Pengambilan Gambar...... 43 2.3.4.1 Ukuran gambar...... 44 2.3.4.2 Sudut Kamera...... 45 2.3.5 Pluralisme Agama...... 45 2.3.5.1 Genealogi Pluralisme Agama...... 48

Universitas Sumatera Utara 2.3.5.2 Tipologi Pluralisme Keagamaan...... 53 2.3.5.3 Penyebaran Pluralisme Agama : Imigran, Transnasionalisme, Media dan Internet...... 54 2.2.6 Semiotika...... 58 2.3.6.1 Semiotika Komunikasi...... 61 2.3.6.2 Semiologi Roland Barthes...... 62 2.3.6.3 Tanda...... 64 2.3.6.4 Mitos...... 66 2.3.6.4.1 Mitos Sebagai Sistem Semiologi...... 67 2.3.6.4.2 Membaca dan Mendeteksi Mitos...... 70 2.4 Kerangka Pemikiran...... 72

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi ...... 73 3.2 Objek Penelitian ...... 73 3.3 Subjek Penelitian ...... 74 3.4 Unit Analisis ...... 74 3.5 Teknik Pengumpulan Data ...... 75 3.5.1 Studi Dokumenter ...... 75 3.5.2 Studi Pustaka ...... 75 3.6 Teknik Analisis Data ...... 75

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Steve Vai dan Video Musik For the Love of God...... 77 4.1.1 Biografi Steve Vai...... 77 4.1.2 Video Musik For the Love of God...... 78 4.2 Penyajian Data dan Analisis Data ...... 80 4.2.1 Analisis Scene Pertama ...... 80 4.2.2 Analisis Scene Kedua ...... 88 4.2.3 Analisis Scene Ketiga ...... 101 4.2.4 Analisis Scene Keempat ...... 111 4.2.5 Analisis Scene Kelima...... 117 4.2.6 Analisis Scene Keenam...... 125 4.3 Mitos dan Pembahasan ...... 142

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...... 146 5.2 Saran ...... 147

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman 3.1 Tabel Unit dan Level Analisis ...... 74

Universitas Sumatera Utara DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman 2.1 Gambar Peta Tanda Roland Barthes ...... 64 4.1 Gambar Steve Vai ...... 77 4.2 Scene Pertama ...... 80 4.3 Gambar 1 Scene Pertama ...... 81 4.4 Gambar 2 Scene Pertama ...... 82 4.5 Gambar 3 Scene Pertama ...... 83 4.6 Scene Kedua...... 88 4.7 Gambar 1 Scene Kedua...... 90 4.8 Gambar 2 Scene Kedua...... 91 4.9 Gambar 3 Scene Kedua...... 92 4.10 Gambar 4 Scene Kedua...... 93 4.11 Gambar 5 Scene Kedua...... 94 4.12 Scene Ketiga...... 101 4.13 Gambar 1 Scene Ketiga...... 102 4.14 Gambar 2 Scene Ketiga...... 103 4.15 Gambar 3 Scene Ketiga...... 104 4.16 Gambar 4 Scene Ketiga...... 105 4.17 Gambar 5 Scene Ketiga...... 106 4.18 Scene Keempat...... 111 4.19 Gambar 1 Scene Keempat...... 112 4.20 Gambar 2 Scene Keempat...... 113 4.21 Gambar 3 Scene Keempat...... 114 4.22 Scene Kelima...... 117 4.23 Gambar 1 Scene Kelima...... 118 4.24 Gambar 2 Scene Kelima...... 119 4.25 Gambar 3 Scene Kelima...... 120 4.26 Scene Keenam...... 125 4.27 Gambar 1 Scene Keenam...... 127 4.28 Gambar 2 Scene Keenam ...... 128 4.29 Gambar 3 Scene Keenam...... 129 4.30 Gambar 4 Scene Keenam...... 130 4.31 Gambar 5 Scene Keenam...... 131 4.32 Gambar 6 Scene Keenam...... 132 4.33 Gambar 7 Scene Keenam...... 133 4.34 Gambar 8 Scene Keenam...... 134

Universitas Sumatera Utara BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah Pada bulan Agustus 1981 jaringan Music Television atau yang lebih dikenal dengan MTV mulai menayangkan video musik rock selama 24-jam dalam sehari untuk para pelanggan televisi kabel di seluruh Amerika Serikat. Pada akhir 1984 seperempat rumah tangga Amerika menonton saluran MTV dan membuat video musik menjadi penting dalam pasar rekaman di Amerika Serikat. Kemunculan MTV pada tahun 1981 juga membantu menarik industri musik keluar dari kehancurannya pada tahun 1979. Tidak seperti radio dan televisi, video musik juga menyediakan instruksi tentang bagaimana untuk menari dan apa yang akan dikenakan untuk menjadi tren modis. Remaja juga menggunakan video musik untuk stimulasi atau dukungan dalam situasi sosial, menunjukkan mereka menjalankan peran dalam interaksi teman sebaya mereka.. (Brown, Campbell & Fischer, 1986 ; Vivian, 1997; Baran . 2012 ). Di zaman modern, music video telah menjadi hobi favorit penting karena keringkasannya, kenyamanan, dan kemampuan untuk membawa pengalaman baik audio dan visual untuk penonton. Meskipun video musik tidak lagi strategi utama program MTV, video musik dapat diakses melalui MTV.com dan pada jaringan MTV2, serta bentuk lainnya (misalnya, VH1, BET, iTunes, Youtube). Dengan kehadiran youtube dan percepatan internet membuat sekarang ini video musik sangat mudah diakses dan dapat dinikmati berulang kali. video musik dapat menunjukkan atau mengandung berbagai banyak isu dari berbagai dunia. Video musik dapat membawa isu dan ideologi dalam masyarakat yang dapat membentuk kesadaran atau ketidaksadaran. (Shiliang Zhang, dkk 2010; Frazier, 2013; Khairunnisa, 2013). Selama beberapa tahun terakhir, perkembangan jangkauan internet dan konvergensi teknologi begitu pesat. Akses yang intens terhadap media sosial menjadi kebutuhan sekaligus gaya hidup. Akibatnya, tidak sedikit pihak yang memanfaatkan Youtube sebagai media untuk mempropagandakan ide-ide mereka.

Universitas Sumatera Utara Selain karena mudah dan murah, aksesibilitas Youtube semakin meningkat. Streaming video kini tak hanya bisa dinikmati lewat komputer pribadi saja, melainkan juga lewat komputer jinjing (laptop), ponsel pintar (smartphone), dan tablet. Video musik adalah bagian besar dari budaya Amerika dan populer. Video musik menyediakan publik dengan cerita-cerita di balik lagu-lagu populer dan perkenalan dan / atau penampilan dari artis dikagumi. video musik telah menambahkan aspek visual untuk industri musik yang memungkinkan orang untuk merasa seolah-olah mereka adalah bagian dari kemewahan dan glamor dari dunia hiburan, bahkan jika hanya untuk lima menit. Dalam kasus penonton berat, adalah mungkin bahwa penonton dapat mengembangkan hubungan pribadi dengan seniman di video musik, mengidentifikasi dengan seniman dan bahkan menganggap mereka teman-teman dan / atau bagian nyata dari kehidupan mereka. Hubungan antara tokoh televisi dan penonton media yang berat telah menciptakan hubungan parasosial. Aliran/genre video musik seperti Rap dan Rock telah mengangkat isu-isu kontroversial di antara para pemimpin bangsa kita, orang tua dan masyarakat. Sejak diperkenalkannya video musik di awal 1980-an media telah melintasi batas-batas ekonomi, budaya, regional dan etnis. Selama terakhir 28 tahun musik produksi video telah memperlukan anggaran multi-juta dolar, menjadi sector terdepan dari industri musik dan mengubah cara orang mengkonsumsi musik. (Kimbrel, 2008:7). Media menggambarkan masyarakat dan memberikan pemahaman mengenai siapa dan apa yang penting dalam suatu budaya. Video musik adalah salah satu media melalui mana nilai-nilai dan sebuah ide disajikan. video musik (seperti semua media budaya populer) mencerminkan norma-norma sosial, tetapi juga berkomunikasi dengan penonton muda tentang bagaimana berperilaku. Dalam video musik yang sukses, video dapat mengelabui pemirsa menjadi percaya bahwa gambar dan musik sangat erat terjalin. Gambar didorong oleh kemampuan suara/sebaliknya bahwa gambar memicu aktivitas musik. Dalam video musik, gambar sering dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan divisi bagian dari lagu , gambar dapat menyoroti perbedaan antara bagian musik melalui pergesaran warna, pergerakan, gestur atau topik. Seringkali gambar menunjukkan

Universitas Sumatera Utara karakter tertentu di bagian musik. (VanDyke, 2011; Seidman; 1999; Vernalis, 1998). Video musik tidak hanya sebuah artefak budaya massa ideal tapi sebuah artefak yang sepenuhnya ideal. Video musik dinilai lebih menyenangkan dan membangkitkan semangat daripada audio musik. video musik mendapatkan respon emosional yang menyenangkan, yang meningkatkan gairah pengalaman orang saat menonton video musik. Pada kenyataannya, pengalaman yang menyenangkan merupakan salah satu alasan remaja untuk mendengar musik dan alasan yang sama yang mungkin untuk menonton video musik. Bagi video musik untuk berkomunikasi berbagai makna, kondisi yang pasti dibutuhkan, adalah aksesibilitas teknis yang relevan, kemampuan bahasa yang cukup, dan kesesuaian sosiokultural. Dalam menonton video musik, penonton mungkin mempartisipasikan psikovisualnya dalam tahapan keinginan untuk hubungan yang romantis atau suci yang secara keseluruhan didasarkan pada rantai tata bahasa visual dalam musik video. (Emmett, 2002; Oosten, 2015; Sew, 2015). Keberhasilan sebuah video musik tergantung pada kemampuan mengintegrasikan audio (lagu) dan visual (gambar) rangsangan. Ini bukan pencampuran mudah karena penglihatan memiliki keunggulan fisiologis lebih dari pendengaran. Video musik yang merupakan bagian dari media massa adalah salah satu alat untuk menciptakan dan mempromosikan budaya, Budaya adalah cara hidup yang total dari orang yang terdiri dari masyarakat, sejarah, agama, artefak, pekerjaan, tulisan, makanan, dan penampilan. Budaya bergerak secara dinamis dalam ruang dan waktu. Terpaan gambar secara berulang-ulang akan menjadi bagian dari penonton dan secara bertahap akan menjadi sebuah budaya dan yang akan juga didefinisikan sebagai perilaku yang akan dipelajari dari komunitas sosial (Tessarolo, 1986; Thomas, 2014). Dalam sepuluh dekade terakhir semenjak era reformasi dapat dikatakan sebagai era kemorosotan pamor ideologi bangsa. Di samping itu, bangsa Indonesia mengalami kegagapan menghadapi pusaran kuat globalisasi ekonomi pasar. Keadaan ini juga dibarengi dengan gejala melemahnya kohesi sosial dan menguatnya ikatan primordial. Lebih-lebih kebijakan nasional yang berorientasi

Universitas Sumatera Utara otonomi daerah yang pada awalnya dianggap sebagai jalan menuju keadilan dan kesejahteraan rakyat, justru memicu merebaknya etnosentrisme etnis. Dengan demikian, dewasa kini kemajemukan masyarakat bukan menjadi modal dasar pembangunan tetapi justru menjadi beban berat bagi bangsa Indonesia. Munculnya berbagai masalah yang sumbernya berbau kemajemukan, khusunya di bidang agama yang berangkat dari persoalan publik, merupakan indikator dari persoalan tersebut. Kemunduran atas rasa dan semangat kebersamaan yang sudah dibangun selama ini berbalik arah menuju ke arah intoleransi yang makin menebal. Ancaman besar bagi sebuah bangsa yang memiliki pluralitas kebudayaan dan agama adalah potensi konflik antar kelompok yang dapat berakibat perpecahan didalam negara. Potensi konflik ini antara lain dapat berupa bentuk kekerasan, pemaksaan kehendak, perusakan tempat ibadah, dan lain sebagainya. Hegemoni mayoritas atas minoritas semakin menebal, mengganti kasih sayang, tenggang rasa dan semangat untuk berbagi. Intoleransi muncul akibat hilangnya komitmen untuk menjadikan toleransi sebagai jalan keluar untuk mengatasi berbagai persolan yang membuat bangsa terpuruk.Dalam perspektif keagamaan, semua kelompok agama belum yakin bahwa nilai dasar dari setiap agama adalah toleransi. Akibatnya, yang muncul adalah intoleransi dan konflik. Pluralisme tidak dipahami sebagai bentuk kesedian menerima kenyataan bahwa dalam masyarakat ada cara hidup, berkeyakinan agama dan berbudaya yang berbeda. Akan tetapi dipahami sebagai benar dan salahnya suatu agama. Padahal disisi lain, pluralisme adalah syarat mutlak agar bangsa Indonesia yang begitu plural dapat bersatu. Istilah “pluralisme” bukan berarti sekadar menghargai fakta pluralitas agama, akan tetapi sekaligus menganggap (penganut dan doktrin) agama lain sebagai setara serta menempatkannya sebagai jalan yang “relatif” menuju kebenaran. (Elly & Kolip, 2011; Wardani, 2012; Bernat & Taralan, 2009) Pluralisme agama dewasa ini mulai dipromosikan dinegara-negara yang menganut paham liberalisme. Promosi yang dilakukan gencar melalui media. Salah satunya melalui video musik. Video musik For the Love of God yang dipopulerkan oleh Steve Vai mencoba untuk mempromosikan ideologi pluralisme agama, video yang berdurasi lima menit ini menggambarkan berbagai macam

Universitas Sumatera Utara agama. Dalam video musik ini mencoba menyebarkan ideologi pluralisme agama yang seharusnya hidup dalam masyarakat dan seakan-akan merupakan hal yang alami dan disetujui oleh masyarakat. Keseluruhan isi media pada dasarnya merupakan suatu konstruksi realitas. Alex Sobur mengatakan bahwa pekerjaan media pada hakikatnya adalah mengkonstruksi realitas, isi media menurutnya adalah hasil para pekerja media mengkonstruksi kan berbagai realitas yang dipilih (Sobur, 2001: 88). Video musik yang merupakan bagian dari media tidak bisa lepas dari konstruksi tersebut. Pemunculan Pluralisme agama dan visualisasi lain pada hakikatnya merupakan konstruksi realitas semata yang dilakukan oleh para pembuat video musik sebagai bagian proses pengerjaan isi media sendiri.Pemaknaan video musik tidak hanya sekadar mendeskripsikan alur cerita yang terdapat dalam serangkaian video klip. akan tetapi harus dilakukan dengan menggunakan metode khusus yang cermat agar mendapatkan makna sesuai dengan yang dirumuskan (Rotua, 2012:14). Berdasarkan hal tersebut membuat peneliti tertarik mengkaji lebih dalam mengenai video musik ini dimana Steve Vai menggunakan video musik sebagai salah satu media yang secara tidak langsung mempromosikan pluralisme agama. Peneliti menggunakan analisis semiotika dimana dalam hal ini semiotika terkait dengan pembentukan tanda. Semiotik merupakan suatu model bagaimana memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan ‘tanda’ dan mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda. Umberto Eco menyebut tanda tersebut sebagai “kebohongan” dalam tanda ada sesuatu yang tersembunyi dibaliknya dan bukan merupakan tanda itu sendiri. Menurut Saussure, persepsi dan pandangan kita tentang realitas, dikonstruksikan oleh kata- kata dan tanda-tanda lain yang digunakan dalam konteks sosial. Hal ini dianggap sebagai pendapat yang cukup mengejutkan dan dianggap revolusioner, karena hal itu berarti tanda membentuk persepsi manusia, lebih dari sekedar merefleksikan realitas yang ada (Burhan, 2007:162-63). Dan dalam video musik inilah dimana tanda akan memiliki makna ketika tanda itu tersebut dimaknakan melalui suatu sistem yang dimana satu sama lainnya terkoneksi sehingga hubungan antar tanda yang kemudian menciptakan sebuah sistem tanda sangat essensial dalam mengungkapkan sebuah makna dari tanda. Di dalam musik video ini bagaimana

Universitas Sumatera Utara ideologi terkubur dan tersembunyi dan peneliti tertarik ingin membongkar mitos yang ada di dalamnya. Analisis semiotika Roland Barthes merupakan salah satu cara untuk menjelaskan dan memecahkan masalah tersebut.

1.2 Fokus Masalah Berdasarkan uraian konteks masalah di atas, maka dapat dirumuskan bahwa fokus masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : “Bagaimanakah Pluralisme Agama Dalam Video Musik For the Love of God?”

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pluralisme agama dalam video musik For the Love of God.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya kajian Ilmu Komunikasi, khususnya di bidang semiotika yang berkaitan dengan video musik dan pluralisme agama 2. secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berkontribusi untuk penelitian ke depannya mengenai makna video musik. 3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, guna memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan.

Universitas Sumatera Utara BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Sejenis Terdahulu Penelitian terdahulu terdiri dari skripsi dan jurnal yang berhubungan dengan topik atau masalah penelitian. Berikut ini hasil penelusuran peneliti terkait penelitian yang menggunakan analisis semiotika dalam video musik: Rotua Uly Inge, Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP Univeristas Indonesia tahun 2012, dengan judul: Representasi Budaya dalam Iklan Pariwisata (Analisis Semiotika pada Video Musik S.E.O.U.L dan Fly to Seoul). Penelitian ini menganalisis sistem tanda yang ada pada Video Musik S.E.O.U.L dan Fly to Seoul yang merepresentasikan nilai-nilai dari kebudayaan Korea Selatan. Penelitian ini menggunakan semiotika dengan teori Roland Barthes, dimana tanda-tanda pada kedua video musik ini diinterpretasikan secara mendalam sehingga diharapkan dapat memberikan penjelasan terperinci tentang kandungan makna dari tanda-tanda pada video musik yang diteliti tersebut. Penelitian ini menyimpulkan bahwa video Musik S.E.O.U.L cukup berhasil merepresentasikan mengenai budaya dari Korea Selatan. Sedangkan video musik Fly to Seoul lebih memperlihatkan bagaimana anak muda di SEOUL dan lebih menjual tentang budaya Korean Pop (budaya populer) dibandingkan promosi mengenai tempat- tempat wisatanya. Frizky Yulianti, Jurnal Komunikator Volume 3 No.1 Mei tahun 2011, hal 95-112 dengan judul: Komodifikasi Idealisme Feminisme Dalam Industri Musik (Analisis Semiotika Roland Barthes dalam Video Klip Beyonce "Run The World"). Penelitian ini menggunakan analisis semiotika Roland Barthes untuk mengeksplor aspek visual dalam video klip Run The World dari Beyomce Knowles. Metode penelitian ini membantu peneliti untuk mengeksplor makna dan ideologi dibalik lagu dan video klip. Dengan menggunakan semiotik, penelitian menyimpulkan bahwa terdapat makna dan ideologi dalam video klip tersebut walaupun jiwa dari lagu untuk melawan kekuatan wanita, lagu dan video klip masih mempunyai kontradiksi ketika mengeksploitasi tubuh wanita pada tarian yang provoktatif. Poin yang menarik adalah

Universitas Sumatera Utara Beyonce mencoba untuk mereprentasikan wanita sebagai wanita maskulin dalam video klip. Maya Amellia dalam eJournal Ilmu Komunikasi Volume 1 No.3 tahun 2013, hal 273-288 dengan Judul: Simbolisasi Illuminati Pada Video Klip Lady Gaga (Analisis Semiotika Video Klip Lady Gaga Versi Alejandro). Penulis menggunakan analisis semiotika yang dikembangkan oleh Charles S. Peirce dengan konsep Trianggle Meaning Theory (Teori Segitiga Makna) miliknya yang terdiri dari Sign (1), Object (2), dan Interpretan (3). Metode penelitian yang digunakan kualitatif interpretatif dengan pendekatan yang bersifat subjektif. Fokus penelitian ini sesuai dengan konsep klasifikasi tanda Peirce, yang dibagi menjadi tiga bagian, yakni Ikon (4), Indeks (5), dan Simbol (6). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tampilan visual dari video klip Lady Gaga versi Alejandro ini mempresentasikan simbolisasi Illuminati yang terlihat dalam lima tampilan. Tampilan-tampilan tersebut memperlihatkan adegan dimana para pemeran dalam video klip tersebut membentuk gesturegesture yang menyimbolkan Illuminati, seperti simbol segitiga piramid dan mata horus. Selain itu juga ditemukan beberapa benda atau properti yang terdapat dalam adegan tersebut, seperti benda berbentuk lingkaran, segitiga, heksagram, tanduk, lensa teleskop, senjata dan pakain yang menjurus pada kepercayaan okultisme, paganisme, dan sejenisnya yang mencerminkan Illuminati. Sandi Arganat Qodaralam, Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dn Informatika, Universitas Muhamadiyah Surakarta tahun 2013, dengan judul: Representasi Pria Metroseksual Dalam Video Klip Smash (Analisis Semiotika Representasi Pria Metroseksual Melalui Personil Band Dalam Video Klip Smash). penelitian ini menggunakan Metode diskriptif kualitatif dengan analisis Semiotika Roland Barthes yang mengkaji pemaknaan simbol pada beberapa tahap yaitu denotasi, konotasi, dan mitos. Fokus penelitian ini mengarah pada visualisasi gambar yang merepresentasikan pria metroseksual melalui empat video klip yang berjudul I Heart U, Rindu Ini, Pahat Hati, Senyum Semangat. Hasil penelitian menunjukan bahwa simbol pria metrosesksual ditampilkan secara beragam pada ke-empat video klip yang diteliti. Simbolsimbol tersebut merupakan suatu konstruksi identitas dari para personil grupband Smash. Secara

Universitas Sumatera Utara umum simbol dikatagorisasikan menjadi tiga yaitu Pakaian, Gaya Rambut, Aksesoris. Sedangkan secara detail terdapat 14 simbol yang direpresentasikan yaitu :Jas (Tuxedo), Motif stripes, Motif scream, Berkerah “V”, Gaya Rambut Berponi, Emo, mohawk, cepak, Aksesoris Anting, Cincin, Kacamata hitam, Topi Bowler, Kalung Power Balance dan Kawat Gigi.

2.2 Paradigma Paradigma diartikan sebagai seperangkat kepercayaan atau keyakinan dasar yang menentukan seseorang dalam bertindak pada kehidupan sehari-hari. Ada yang menyatakan bahwa paradigma merupakan suatu citra yang fundamental dari pokok permasalahan dari suatu ilmu. Paradigma menggariskan apa yang harus dipelajari, pernyataan-pernyataan apa yang seharusnya dikemukakan dan kaidah-kaidah apa yang seharusnya diikuti dalam menafsirkan jawaban yang diperolehnya. Dengan demikian, maka paradigma adalah ibarat sebuah jendela tempat orang mengamati dunia luar, tempat orang bertolak menjelajahi dunia dengan wawasannya. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma konstruktivis. Dilambangkan oleh Kant, Konstruktivisme merupakan reaksi terhadap epistemology radikal empiris. Para penganut konstruktivisme kontemporer seperti Khun, Hanson, dan Toulmin yakin bahwa penelitian ilmiah dilaksanakan dalam suatu perspektif global pandangan dunia yang membentuk proses penelitian. Konstruktivisme, satu di antara paham yang menyatakan bahwa positivisme postpositivisme merupakan paham yang keliru dalam mengungkapkan realitas dunia. Karena itu, kerangka berpikir kedua paham tersebut harus ditinggalkan dan diganti dengan paham yang bersifat konstruktif. Paradigma ini muncul melalui proses yang cukup lama setelah sekian generasi ilmuwan berpegang teguh pada paradigma positivisme. Konstruktivisme muncul setelah sejumlah ilmuwan menolak tiga prinsip dasar positivisme: (1) ilmu merupakan upaya mengungkap realitas; (2) hubungan antara subjek dan objek penelitian harus dapat dijelaskan; (3) hasil temuan memungkinkan untuk digunakan proses generalisasi pada waktu dan tempat yang berbeda. Paradigma konstruktivis berbasis pada pemikiran umum tentang teori-teori yang dihasilkan oleh peneliti dan teoritisi aliran konstruktivis. Teori-teori aliran

Universitas Sumatera Utara ini berlandaskan pada ide bahwa realitas bukanlah bentukan yang objektif, tetapi dikonstruksi melalui proses interaksi dalam kelompok, masyarakat, dan budaya. Secara ontologis, paradigma ini menyatakan bahwa realitas besifat sosial dan karena itu akan menumbuhkan bangunan teori atas realitas majemuk dari masyarakatnya. Dengan demikian, tidak ada suatu realitas yang dapat dijelaskan secara tuntas oleh suatu ilmu pengetahuan. Realitas ada sebagai seperangkat bangunan yang menyeluruh dan bermakna yang bersifat konfliktual dan dialektis. Karena itu, paham ini menganut prinsip relativitas dalam memandang suatu fenomena alam atau sosial. Jika tujuan penemuan ilmu dalam positivisme adalah untuk membuat generalisasi terhadap fenomena alam lainnya, maka konstruktivisme lebih cenderung menciptakan ilmu yang diekspresikan dalam bentuk pola teori, jaringan atau hubungan timbal balik sebagai hipotesis kerja, bersifat sementara, lokal dan spesifik. Dengan pernyataan lain, bahwa realitas itu merupakan konstruksi mental, berdasarkan pengalaman sosial, bersifat lokal dan spesifik dan tergantung pada orang yang melakukannya. Karena itu suatu realitas yang diamati seseorang tidak bisa digeneralisasikan kepada semua orang seperti yang biasa dilakukan kalangan positivis atau postpositivis. (Muslih, 2004; Andi , 2004; Wibowo, 2013).

2.3 Kerangka Teori Kerangka teori merupakan telaah teori dan hasil penelitian terdahulu yang terkait. Di dalam setiap penelitian, kerangka teori sangat dibutuhkan untuk memberikan landasan teoritis bagi penulis dalam menyelesaikan masalah dalam penelitian. Kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir yang menujukkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti (Nawawi, 2001:40).

2.3.1 Komunikasi Komunikasi membawa hubungan manusia dari hakikat ke ekstensi, dari non-temporal ke sejarah. Tanpa komunikasi hubungan manusia adalah bagaikan citra yang mencuri bentuk. Bagi hubungan manusia komunikasi adalah seperti alur dalam drama yang menjadi action, atau perkembangan menjadi dinamika. Komunikasi dan hubungan manusia adalah suatu kesatuan.

Universitas Sumatera Utara Komunikasi sudah lama menjadi objek penelitian para pakar disebabkan pentingnya hal itu, baik bagi kepentingan masyarakat, sendiri, maupun untuk hubungan antar bangsa. Charley Cooley mendefinisikan komunikasi sebagai mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan antar manusia dan yang memperkembangkan semua lambang pikiran, bersama-sama dengan sarana untuk menyiarkannya dalam ruang dan merekamnya dalam waktu. Ini mencakup wajah, sikap, dan gerak-gerik, suara, kata-kata tertulis, percetakan, kereta api, telegrap, telepon, dan apa saja yang merupakan penemuan mutakhir untuk menguasa ruang dan waktu. Jika dibandingkan dengan definisi-definisi lainnya, definisi Colley ini merupakan definisi paling menarik. Definisi tersebut meliputi beberapa unsur. Pertama, idea dari komunikasi sebagai dasar yang hakiki bagi hubungan manusia. Kedua komunikasi sebagai proses yang menyebabkan hubungan tersebut menjadi suatu kegiata. Akhirnya, dia melihat dalam mekanisme tersebut simbolisasi (kata-kata, gambar, dan sebagainya) dan alat-alat bagi pengoran objek-objek dari hubungan tersebut (informasi, idea, pengalaman, dan sebagainya) (Onong, 1992:54-55). Sedangkan West dan Turner mendefiniskan komunikasi dengan lima istilah kunci, yaitu: sosial, proses, simbol, makna dan lingkungan. Mereka menyebut bahwa komunikasi adalah proses sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. Ketika menginterpretasikan komunikasi secara sosial (social), maksud yang disampaikan adalah komunikasi selalu melibatkan manusia serta interaksi. Artinya, komunikasi selalu melibatkan pengirim dan penerima. Keduanya memainkan peranan yang penting dalam proses komunikasi. Ketika komunikasi dipandang secara sosial, komunikasi selalu melibatkan dua orang yang berinteraksi dengan berbagai niat, motivasi, dan kemampuan. Kemudian, ketika membicarakan komunikasi sebagai proses (process), hal ini berarti komunikasi bersifat berkesinambungan dan tidak memiliki akhir. Komunikasi juga bersifat dinamis, kompleks, dan senantiasa berubah. Melalui pandangan komunikasi ini menekankan bahwa menciptakan suatu makna adalah sesuatu yang dinamis.

Universitas Sumatera Utara Selanjutnya simbol (symbol) adalah sebuah label arbiter atau representasi dari fenomena. Kata adalah simbol untuk konsep dan beda. Label dapat bersifat ambigu, dapat berupa verbal dan nonverbal, dan dapat terjadi dalam komunikasi tatap muka dan komunikasi dengan media. Simbol biasanya telah disepakati bersama dalam sebuah kelompok, tetapi mungkin saja tidak dimengerti di luar lingkup kelompok tersebut. Oleh karena itu, penggunaan simbol sering kali arbitrer. Contohnya, hampir semua mahasiswa akan mengerti frase “mata kuliah ini tanpa prasyarat”; sementara orang-orang di luar dunia kampus mungkin tidak memahaminya. Terdapat simbol konkret yaitu simbol yang merepresentasikan benda dan simbol abstrak yaitu simbol yang merepresentasikan suatu pemikiran atau ide. Selain proses dan simbol, makna juga memegang peranan penting dalam definisi komunikasi ini. Makna adalah yang diambil orang dari suatu pesan. Pesan dapat memiliki lebih dari satu makna dan bahkan berlapis-lapis makna. Tanpa berbagi makna, kita semua akan mengalami kesulitan dalam menggunakan bahasa yang sama atau dalam menginterpretasikan suatu kejadian yang sama. Istilah kunci yang terakhir dalam definisi komunikasi ini adalah lingkungan (environment). Lingkungan adalah situasi atau konteks dimana komunikasi terjadi. Lingkungan terdiri atas beberap elemen, seperti waktu, tempat, periode sejarah, relasi, latar belakang budaya pembicara dan pendengar (West & Turner, 2008:5-8).

2.3.1.1 Komunikasi Sebagai Proses Simbolik Salah satu kebutuhan pokok manusia, seperti yang dikatakan Susanne Langer, adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan simbol. Komunikasi sebagai proses simbolik berfokus pada aspek-aspek dari pesan sebagai kategeri sentral dalm komunikasi. Bagaimana pesanitu disusun dan disampaikan, kata- kata dan simbol apa yang ada di dalam pesan itu serta bagaimana pesan itu dimaknai. Simbolisasi mendasari pengetahuan dan pemahaman manusia. Menurut Langer semua binatang yang hidup didominasi oleh perasaan, tetapi perasaan manusia dimediasi oleh konsepsi, simbol, dan bahasa. Binatang merespons tanda,

Universitas Sumatera Utara tetapi manusia menggunakan lebih dari sekedar tanda sederhana dengan menggunakan simbol. Tanda (sign) adalah sebuah stimulus yang menandakan kehadiran sesuatu hal. Contoh awan dapat menjadi tanda untuk hujan, tertawa tanda untuk kebahagiaan, dan pengendara motor akan berhenti dipersimpangan ketika melihat lampu merah. Sebaliknya, simbol digunakan dengan cara yang lebih kompleks dengan membuat seseorang untuk berpikir tentang sesuatu yang terpisah dari kehadirannya. Sebuah simbol adalah “sebuah instrument pemikiran”. Simbol adalah konseptualisasi manusia tentang suatu hal; sebuah simbol ada untuk sesuatu. Sementara tertawa adalah sebuah tanda kebahagiaan, kita dapat mengubah gelak tawa menjadi sebuah simbol dan membuat maknanya berbeda dalam banyak hal terpisah dari acuannya secara langsung. Dapat berarti kesenangan, kelucuan, ejekan, cemoohan, pelepasan tekanan dan sebagainya. Simbol hadir dimana-mana dan tidak henti-hentinya menerpa kita, buku, musik, televise, stiker, dan sebagainya. Buku-buku yang dipajang merepresentasikan bahwa penghuni rumah adalah intelektual dan mencintai pengetahuan. Makanan saja bersifat simbolik, banyak orang makan di Seven Eleven misalnya bukan hanya karena mereka ingin makan, namun karena makan ditempat itu member mereka status tertentu. Banyak bentuk kegiatan komunikasi yang biasa dilakukan, mulai dari obrolan basa-basi, melakukan presentasi kuliah, hingga menulis status di media sosial, kesemuanya menggunakan simbol. Disengaja atau tidak ketika kita berkomunikasi, kita memilih kata, gambar, angka, gerakan, atau tanda bahasa lainnya baik verbal maupun non-verbal untuk menyampaikan realitas. Bila kata, angka, dan gambar itu ditulis makan jadilah pesan yang dilihat (visual message). Jika kata, angka, dan gambar itu dikatakan maka jadilah pesan yang didengar (auditory message). Kita juga berkomunikasi melalui gerak sehingga menjadi pesan yang dilakukan (kinesthetic message). Kadang-kadang kita berkomunikasi melalui suatu benda dalam bentuk pesan yang dapat diraba (tactic message). Mengenai realitas disini bisa berupa gagasan, perasaan, peristiwa, orang, alam, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara Oleh karena itu simbol sangat penting dalam komunikasi. Dengan kemampuan menggunakan simbol, manusia dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan, bukan hanya antar mereka yang sama-sama hadir, bahkan antar mereka yang tidak saling bertemu. Dengan simbol, pengetahuan dan gagasan dapat disampaikan dari satu generasi ke generasi yang lain. (Mustakim, 2012:14- 15)

2.3.1.2 Konsep Komunikasi Berhubungan Dengan Agama Agama dengan jelas selalu mempunyai hubungan dengan komunikasi. Apa yang akan dilakukan agama-agama di dunia tanpa suara, kata, teks, dan semua yang berhubungan dengan seni? Praktek keagamaan dan pemikirannya selalu menyebar dengan keanekaragaman praktek komunikasi. Sesuatu yang sering kurang dicatat bahwa komunikasi telah melakukan banyak hal dengan agama, setidaknya dalam perkembangan konsep. John Durham Peters memberikan lima konsep komunikasi yang setiap dari mereka mempunyai sesuatu ke sumber agama: (1) Telepati (telepathy), (2) Penghubung ruang dan waktu (the bridging of space and time), (3) dialog (dialogue), (4) Penyebaran (dissemination), dan (5) Ritual. • Telepati Kemungkinan konsepsi yang paling sama melihat komunikasi sebagai mengirim dan menerima informasi. Disini komunikasi diukur dalam istilah keberhasilan transmisi pesan. Telepati mengartikan pemindahan pemikiran (transference of thoughts) dari satu orang ke yang lain tanpa adanya koneksi yang terlihat. Jika standar komunikasi yang efektif adalah pengiriman makna tanpa adanya gangguan atau distorsi, maka telepati menggambarkan puncak dari visi ini. Mimpi komunikasi yang sempurna mempunyai sejarah agama yang panjang. Thomas Aquinas, berargumen bahwa malaikat mempunyai tubuh yang merupakan tanda transparan, menghasilkan sesuatu yang dapat dimengerti dengan mudah dan makna tanpa kesalahan. Aquinas mempertimbangkan komunikasi malaikat (angelic communication) menjadi model interaksi yang normatif - yang kita mewujud, bahasa- menggunakan manusia tidak dapat pernah diperoleh. Pathos dari konsepsi ini- lama untuk sebuah tranparan dan saling membuka jiwa melawan

Universitas Sumatera Utara realitas bahasa dan perwujudan- terus berlangsung untuk memburu pikiran mengenai komunikasi sekarang. Mimpi komunikasi sebagai cara telepati atau komuni bebas masalah melahirkan lawannya, yaitu mimpi buruk gangguan dan blokade. • Penghubung Ruang dan Waktu Yang kedua, hubungan, konsepsi juga tumbuh dari praktek pengiriman pesan dalam sebuah jarak. Dimana telepati berfokus pada kesempurnaan penerimaan, penghubung ruang dan waktu memahami komunikasi dalam cara yang sedikit berbeda. Ketertarikan itu lebih pada kemungkinan koneksi daripada keadaan pengiriman , meskipun hidup, kematian dan keuntungan dapat terkadang bertahan pada pengiriman yang berhasil. Selama manusia hidup dalam masyarakat yang kompleks, terdapat sudah sebuah kebutuhan untuk pembawaan pesan melewati jarak. Transmisi dapat muncul melewati waktu sebaik melewati ruang. Transmisi budaya mengartikan penyebaran nilai-nilai ke generasi selanjutnya. Masyarakat membutuhkan kontuinitas dan pemeliharaan sebanyak kordinasi dan perpanjangan. Institusi keagamaan telah mengeksploitasi aspek keruangan komunikasi yang kebanyakan terutama dalam pekerjaan misionari dan mencapai media dalam berbagai macam sebaik. Menulis merupakan bentuk cara kepala suku melebihi (atau memelihara) waktu, dilengkapi dalam dua abad yang lalu oleh bentuk baru prasasti seperti fotografi dan rekaman suara. Ketika salah satu membaca Surat Ibrani dalam Alkitab, Perjanjian Baru, atau Alquran, sebagai contoh, salah satu menerima pesan yang sudah dikirim ribuan tahun yang lalu. Mengatasi ruang dan waktu merupakan fitur utama dari konsep kedua komunikasi • Dialog Bentuk ketiga dari konsep ini adalah komunikasi sebagai dialog. Dialog berfokus pada proses dinamik interaksi daripada telepati yang mempertemukan secara instan pemikiran. Dialog telah menjadi salah satu visi utama dari komunikasi: dua partisipan, dalam sebuah keintiman dan kesamaan tumpu yang bersama-sama mengejar kebenaran, cinta, dan pencerahan. (catatan kata “dia”

Universitas Sumatera Utara dalam dialog berarti melewati daripada dua). Teologian dengan baik menemukan dalam dialog atau percakapan sebuah kemulian dan keulasan model agama. • Penyebaran (dissemination) Konsep keempat yaitu penyebaran. secara umum penyebaran dimengeri sebagai satu pengirim dan banyak penerima. Penyebaran dapat ditemukan dalam komunikasi massa sebagai versi modern. Pengotbah Agama di dunia menggunakan komunikasi massa sebagai kendaraan untuk penyebaran nilai-nilai agama. Kebanyakan budaya manusia tidaklah interaktif, sehingga membutuhkan media yang dapat menuangkan budaya manusia. penyebaran juga membutuhkan hal tersebut. Komunikasi yang selalu dilihat sebagai transmisi pusat dan resepsi massa (mass reception) terdapat suatu kekuatan dalam bentuk penyiaran komunikasi, yang dapat ditemukan dalam radio dan televisi, koran dan buku, atau khotbah dan patung. • Ritual Konsep kelima dan terakhir dai komunikasi adalah ritual, yang menyalurkan dengan, atau penuh transformasi maksud dari pesan. Empat konsep yang lain melihat komunikasi sebagai pengantar semacam konten informasi dalam beberapa pengertian, walaupun terdapat perbedaan penting diantar fokus mereka pada pikiran yang berbeda, saluran kontak, menemukan kebenaran, atau penyebaran benih. Ritual kaya akan makna dan kurang dalam pesan. Salah satu khasnya mempelajari sesuatu yang tidak ada yang baru pada sebuah keadaan, baptis, kelulusan, seremoni agama, atau pernikahan. Sebuah tradisi agama mempunyai ide komunikasi yang melebihi pembagian ide. Walaupun semua institusi agama membuat menggunakan lima konsep agama dan kesemuanya mempunyai akar keagamaan, ini merupakan yang terakhir menunjukkan sangat tidak dapat dipisahkan dari ide kita mengenai agama dan komunikasi (Stout, 2006:83-85).

2.3.2 Komunikas Massa Komunikasi massa adalah bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) untuk menghubungkan komunikator dengan komunikan secara massal, khalayak berjumlah banyak dan heterogen, memungkinkan khalayak menggunakan satu atau dua saluran indrawi (pengelihatan, pendengaran), dan

Universitas Sumatera Utara biasanya tidak memungkinkan umpan balik segera. Komunikasi Massa juga merupakan proses penciptaan makna bersama antara media massa dan khalayaknya (Liliweri, 2011; Dedy, 2007; Baran, 2012). Dalam Kamus Media dan Komunikasi. Komunikas Massa merupakan sebuah sistem komunikasi yang menjangkau banyak orang atau proses aktual dalam mendesain dan mengirim teks media ke penonton banyak. (Marcel, 2009:187). Komunikasi massa juga sekaligus merupakan sebuah fenomena sosial dan dikursif. Media Massa yang mewakili bagaimana cara instutisi berpikir. Dalam proses penyebaran pesan yang mengandung tanda-tanda dalam teks media akan membuat manusia memberikan makna pada tanda tersebut. Tanda-tanda , sesuai dengan humaniora, merupakan cara utama manusia untuk berinteraksi dengan realitas, memasuki ke dalam proses yang berkesinambungan dalam produksi makna yang berfungsi untuk mengkonstruksi realitas sosial sebagai aktivias utama dari politik, ekonomi dan budaya. Pada prinsipnya, komunikasi massa berfungsi untuk membentuk forum budaya yang mencakup semua orang dan dapat mengatasi masalah apapun tentang kekuasaan atau struktur sosial( Jensen & Jankowski, 2002 ) Bagaimana komunikasi massa bekerja dapat dijelaskan dalam model linear komunikasi massa. sesuai dengan konsep tradisional, komunikasi massa merupakan sebuah komponen sistem yang dibuat oleh komunikator ( penulis, reporter, produser atau agensi) yang mengirimkan pesan ( konten buku, laporan surat kabar, teks, visual, gambar, suara atau iklan) melalui saluran media massa (buku, surat kabar, film, majalah, radio, televisi atau internet) kepada komunikan secara luas (pembaca, penonton, warga kota atau konsumer) setelah melalui proses penyaringan oleh penjaga (editor, produser atau manajer media) dengan beberapa harapan untuk timbal balik (seperti surat untuk editor, telepon untuk pembawa berita, penonton anggota talk show atau diskusi televisi) efek dari proses ini memungkinkan terjadinya pembentukan opini publik, penerimaan nilai budaya khusus, dan agenda setting untuk masyarakat. (Muhammadali, 2011:18).

Universitas Sumatera Utara 2.3.2.1 Fungsi Komunikasi Massa Pembahasan fungsi komunikasi telah menjadi diskusi yang cukup penting, terutama konsekuensi komunikasi melalui media massa. Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Dominick, terdiri surveillance (pengawasan), penafsiran (interpretation), keterkaitan (linkage), penyebaran nilai (transmission of values), dan hiburan (entertainment). • Pengawasan (Surveillance) Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama : (1) warning or beware surveillance (pengawasan peringatan); (2) instrumental surveillance (pengawasan instrumental). Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari bencana alam, kondisi efek yang memprihatinkan, tayangan inflasi, atau adanya serangan militer. Sedangkan fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. • Penafsiran (Interpretation) Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadapt kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan. • Pertalian (Linkage) Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk lingkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. • Penyebaran Nilai-Nilai (Transmission of values) Fungsi ini disebut juga sosialisasi. Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang berperan dalam menyebarkan nilai-nilai memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka. • Hiburan (Entertainment) Hampir semua media menjalankan fungsi hiburan. Hiburan merupakan komoditas yang bernilai tinggi dan kebanyakan masyarakat menikmati media

Universitas Sumatera Utara karena hiburan. Fungsi hiburan bertujuan untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan membaca berita-berita ringa atau melihat tayangan hiburan di televise dapat membuat pikiran khalayak segar kembali. (Ardianto & Erdinaya, 2004:15-18).

2.3.2.2 Konstruksi Sosial oleh Media Realitas sosial merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Individu adalah manusia yang bebas melakukan hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain. Individu menjadi penentu dalam dunia sosial yang dikonstruksi berdasarkan kehendaknya. Individu bukanlah korban fakta sosial, namun sebagai media produksi sekaligus reproduksi yang kreatif dalam mengkonstruksi dunia sosialnya (Basrowi & Sukidin, 2002:194). Konstruksi media massa memainkan peranan penting dalam opini publik dan konstruksi realitas sosial. Komunikasi sebagai bentuk interaksi tidak bisa lepas dari konstruksi realitas sosial. Realitas sosial adalah pengetahuan yang bersifat keseharian yang hidup dan berkembang di masyarakat seperti konsep, kesadaran umum, wacana publik, sebagai hasil dari konstruksi sosial. Dalam pandangan paradigma defensi sosial, realitas adalah hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial terhadap dunia sosial di sekelilingnya. Awalnya konstruksi ini berasal dari filsafat konstruktivisme yang semuanya dimulai dari gagasan-gagasan konstruktif kognitif. Realitas menurut paradigma konstruktivis adalah konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu, walau demikian, kebenaran suatu realitas sosial mempunyai sifat nisbi yang berlaku secara spesifik dan haruslah relevan oleh pelaku sosial. Pada dasarnya, Isi media merupakan hasil para pekerja media mengkonstruksikan berbagai realitas yang dipilihnya. Isi media pada hakikatnya adalah hasil dari konstruksi realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasar. Bahasa tidak hanya saja sebagai alat merepresentasikan sebuah realitas namun juga bahasa dapat menentukan relif seperti apa yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas. Oleh karena itu, media massa mempunyai sebuah peluang yang sangat besar dalam mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya (Andriana, 2016:30- 32).

Universitas Sumatera Utara Media massa sebagai saluran komunikasi masif dan kekuatan serta pengaruhnya yang besar di tengah masyarakat, telah menjadi entitas yang dipercaya mengisi gatra antara publik dan kenyataan yang terjadi. Akibatnya, tak jarang apa yang diberitakan oleh media massa menjadi suatu kebenaran di mata publik, menjadi suatu realitas yang pada awalnya hanya eksis pada rangkaian kata suatu media massa. Realitas berita hadir dalam keadaan subjektif. Walter Lippmann pernah menyatakan, “The world outside and the pictures in our head,” (dunia di luar dengan gambarannya di pemikiran kita). Secara singkat, manusialah yang membentuk imaji dunia. Teks dalam sebuah berita dipandang sebagai konstruksi atas realitas. Karena pada hakikatnya, isi media adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Realitas yang ditampilkan media adalah realitas yang sudah diseleksi, realitas tangan kedua (second hand reality). Menurut Gerbner dan kawan-kawan, dunia simbol media membentuk konsepsi khalayak tentang dunia nyata atau dengan kata lain media merupakan alat konstruksi realitas. Khalayak membentuk citra tentang lingkungan sosial berdasarkan realitas kedua yang ditampilkan media massa (Zahrawi, 2015:28-29).

2.3.3 Video Musik Dalam manifestasi musik mula-mula tidak mungkin untuk mendengar musik tanpa melihat musisi. Mendengarkan musik termasuk melihat pemandangan, kostum, serta semua gabungan yang melibatkan persepsi yang nyata: suara, gambar dan bau lingkungan, taktil sensasi dll, semua bercampur ketika mendengarkan. Dalam konteks seperti vocal/musik instrumental kita dapat menyatakan bahwa musik adalah praktek melihat/mendengar, di mana visibilitas sumber suara serta dari gerakan antisipasi instrumental, bahkan jika secara tidak sadar, beberapa aspek dari tindakan mendengarkan. Pada akhir abad kedua puluh, munculnya teknik digitalisasi suara dan gambar menciptakan hubungan baru antara bahasa aural dan visual yang membuka ranah yang luas dari eksperimen untuk aliran musik yang terdiri multimedia. Sudut pandang kita adalah bahwa Video Musik, sebagai salah satu

Universitas Sumatera Utara aliran ini, yang diwakili oleh jumlah dari kedua tahap persepsi: melihat / pendengaran, dan pendengaran / melihat (Leite, 2004:1-2). Video musik merupakan bagian dari komunikasi massa. Video musik pertama kali menjadi popular ketika muncul di siaran Music Television atau yang sering kita kenal dengan MTV. Video musik ialah perpaduan antara musik dan video. Ini merupakan suatu alat terpenting dalam industri musik untuk mempromosikan lagu dari artis. Video musik membawa penonton menikmati perpaduan lagu dan visual. Penonton diajak berimajinasi melalui komposisi lagu dan visual, sehingga penonton akan meninggalkan kesan tertentu dari video musik. Sejak munculnya film dengan suara, kombinasi musik dan gambar bergerak telah menjadi bentuk populer dari sebuah hiburan. Istilah "video musik", bagaimanapun, paling sering dicadangkan untuk jenis media, menggabungkan musik dan televisi gambar yang telah menjadi umum dalam musik populer, terutama sejak peluncuran MTV pada tahun 1981. Sebuah video musik dalam arti sempit adalah klip film pendek dirilis sebagai suplemen untuk trek musik, biasanya satu (single) yang berfungsi sebagai soundtrack untuk video. video musik merupakan bagian penting dari pemasaran rekaman dan seniman dalam musik populer kontemporer. Promosi video musik tersebut juga diproduksi dalam berbagai bentuk musik agama, seperti dalam Islam, Reformed Yudaisme dan, terutama, musik Kristen kontemporer atau musik rock Kristen (Stout, 2006:279). Musik merupakan sebuah bentuk kekuatan dari ekspresi manusia yang menggerakan hati dan pikiran. Musik dapat dijadikan sebuah kekuatan sosial dan ini bukan merupakan suatu fenomena baru, karena pada Perang Dunia ke 2, Amerika menjadikan musik sebagai alat progandanya. Musik didefinisikan sebagai seni dan ilmu yang mengorganisasikan suara. Musik merupakan manisfestasi dalam setiap budaya besar. Saat ini, sebuah kamus standar menggambarkan musik sebagai sebuah seni suara dalam waktu yang ekspresif, ide, dan emosional dalam bentuk yang signifikan melalui elemen ritem, melodi, harmony, dan warna. (Vivian, 1997; Cooper, 1981). Video merupakan bentuk umum dari segala bentuk rekaman pada alat visual seperti video tape, DVD atau alat lainnya yang terdapat gambar. Video

Universitas Sumatera Utara adalah medium komunikasi yang menakjubkan yang dapat membuat kita mengekpresikan diri kita dalam berbagai cara, tidak seperti media lain. Video mempunyai kekuatan yang besar. dalam penyampaian pesan, tidak adak medium yang dapat membandingkan dengan video. karena video menguasai berbagai emosional yang mengadung banyak gerakan gambar dan kualitas suara yang bagus. (Danesi, 2009; Matt, 2004). Ide untuk sebuah video dapat datang dari artis, perusahaan rekaman, atau direktur video. Banyak sutradara video musik mengembangkan ide untuk video hanya dengan mendengarkan lagu mereka. Beberapa sutradara akan menulis sebuah perlakuan (treatment). Sebuah perlakuan merupakan rencana tertulis untuk video. Perlakuan biasanya memberikan perusahaan rekaman dan artis sebuah ide bagaimana sutradara memperlakukan video akan terlihat. Video musik telah menjadi bagian penting dari industri musik. Perlengkapan yang baik, efek spesial yang bagus, dan gaya funky yang membuat artis dan lagunya tidak mudah dapat dilupakan. Video yang bagus dapat membuat artis menjadi teratas di musik chart. Ratusan artis yang telah dilupakan dapat menjadi seorang superstar dengan bantuan video musik. Terdapat dua tipe utama dalam video musik : Video berbasis performa dan konsep video. Kemampuan video dapat menunjukkan performa artis menyanyikan lagu. Video berbasis performa (kemampuan) ini juga di mana artis melakukan sinkron dengan musik, baik dengan vokal saja atau dengan instrumen. Video berbasis performa didasarkan pada manipulasi bahwa artis bernyanyi atau bermain secara langsung. Beberapa band berjuang untuk merekonsialiasikan kode performa palsu ini dengan ide-ide mereka sendiri (Emily, 2014:5). Sedangkan konsep video menggunakan gambar dan cerita yang mungkin atau tidak mungkin berhubungan dengan lagu. Bagamanapun, banyak video yang mengkombinasikan kemampuan video dan konsep video (Cefrey, 2003:9-21).

2.3.3.1 Lima Aspek Utama Video Musik Video musik adalah salah satu artefak asli dari waktu dan dapat diamati hanya dalam kondisi postmodernis. Postmodernisme membawa cara hibridisasi (gambar, lirik, dan musik) dan hasil bentuk artistik yang berkarakteristik untuk

Universitas Sumatera Utara saat ini. Meskipun video musik mulai sebagai media promosi dan iklan untuk perusahaan rekaman, itu telah berkembang dan berubah menjadi sebuah artefak, yang merupakan seni dan iklan, dan pada saat yang sama juga merupakan pelopor seni dan kemegahan . Strukturnya adalah musik, tarian dan performa yang dikombinasikan dengan unsur-unsur dari televisi, pertunjukan musik langsung dan film. Oleh karena itu, kesulitan pendekatan musik video dalam menyiarkan dalam sebuah fakta bahwa video musik menunjukkan karakteristik aliran musik tertentu. Jadi sementara aliran musik rock dan pertunjukkan langsung juga mencakup banyak aliran lainnya, seperti video musik : dokumenter (Rattle and Hum, oleh U2, 1987), animasi (Money For Nothing, oleh Dire Straits, 1985) serta rutinitas yang lebih abstrak (Subterranean Homesick Blues, oleh Bob Dylan, 1966). Menurut Goodwin video musik yang baik adalah klip yang merespon kenikmatan musik, dan menekankan keberadaan hubungan visual. Oleh karena itu, Pete Fraser menunjukkan bahwa suara (sound) adalah dasar dari proses visualisasi yang berfungsi untuk meningkatkan, bukan membatasi, efek suara musik pop asli. Dengan pemikiran ini, ia menunjukkan lima aspek utama yang khalayak harus menyadari ketika menonton video musik. • Pemikiran ketukan atau sinestesia. Yang meliputi proses psikologis yang membayangkan suara dalam pikiran, atau dikenal sebagai kemampuan melihat suara. Musik memiliki kekuatan untuk menciptakan hubungan visual dalam rangka untuk menghubungkan dengan penonton dan memberikan kesenangan. Dalam penciptaan satu video musik adalah penting untuk memulai dengan musik dan suara; tidak ada kebutuhan untuk analisis rinci dari lirik. Puisi yang dipilih agak dipertimbangkan dalam perasaan umum atau suasana hati, menciptakan rasa materi subjek. Ini melibatkan struktur lagu seperti refrain (chorus) dan sajak (verses) misalnya, di mana kita benar-benar melihat musik itu sendiri untuk memulai . Dengan kata lain kita bisa 'melihat' suara menyanyi di tempat pertama, dan sebuah band yang bermain di latar belakang. Suara artis disajikan sebagai unik dan ini memungkinkan lagu untuk membentuk identifikasi atau merek dagang (trademarks). Butir suara (grain of voice) dari seorang seniman benar-benar unik, diibaratkan sebuah sidik jari. Misalnya dengkingan Michael Jackson telah menjadi menonjol dan

Universitas Sumatera Utara menetapkan dia berbeda dari seniman lain. Pelebelan seperti ini ini bekerja dalam mendukung gambar bintang individu, dan membantu kita untuk mengingat artis . Lagu dapat dilihat sebagai cerita dan artis sebagai pendongeng, membuat video musik sebagai perangkat komunikasi dengan target audiens mendengarkan cerita. Jika lirik lagu adalah narasi, video musik akan menjadi narasi untuk lirik. Hal ini membuat video menonjol sebagai artis yang tampil di narasi orang pertama. Oleh karena itu, Goodwin membandingkan penyanyi pop untuk stand-up komedi, sebagai tanda tangan pribadi yang mendominasi perfoma. Itu dimungkinkan karena musik biasanya bekerja dengan lirik dan butir suara. Sebagai manusia kita menyambungkan gambar dari memori kita ke semua indra. Intertekstualitas membantu kita untuk mengumpulkan gambar tersebut ke sebuah bank memori bersama di mana kita semua mengasosiasikan hal yang sama dengan indera kita. Dari bank memori ini, musik dapat menarik keluar ingatan berulang kali, orang, tempat, perasaan, situasi yang semua mengarah ke narasi kecil. • Narasi dan Performa Kita terbiasa untuk melihat musik sebagai bagian dari dunia perfilman dan kita mengharapkan perkembangan narasi dari representasi lagu. Sebaliknya, lagu sering gagal untuk memberikan narasi lengkap. Bahkan, lagu hanya menginformasikan audiens target dari sejumlah kecil apa artinya lagu, dan itulah alasan mengapa video menciptakan cerita untuk menekankan makna. Ada alasan penting lain mengapa video musik harus menghindari narasi umum dan membuat lebih, dan itu adalah peran mereka dalam iklan. Video musik harus dapat diulang untuk menciptakan penonton yang akan dapat menonton video secara berulang- ulang tanpa kehilangan minat mereka. Dari sudut pandang, lebih penting dari narasi adalah perfoma dalam video musik. Dengan demikian, artis meningkatkan keaslian video ketika ia menggabungkan narasi dan sisi perfoma video. Menurut Goodwin musik pop adalah seni romantis, semua tentang kebenaran, bakat, dan gaya tarik, jadi kita perlu percaya pada keaslian perfoma pertama dan terutama. Oleh karena itu dalam melakukan performa, meniru, lip-syncing dari artis ini masih sangat penting dalam video musik dan itu membuat kita percaya, bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah nyata.

Universitas Sumatera Utara • Gambar Sang Bintang Ini menyangkut bagaimana artis muncul kehadapan penonton . Industri musik dan label rekaman mengandalkan artis mereka yang dapat menghasilkan pendapatan yang cukup untuk industri ini. Artis atau band cenderung untuk menarik khalayak tertentu melalui pakaian yang mereka kenakan dan sikap mereka selama gaya musik mereka ciptakan. Sekarang ini, para bintang memainkan peranan penting dalam video musik, karena merupakan salah satu cara utama mengembangkan merek/label sang artis. Mereka tampil di acara televisi musik tertentu, sehingga mereka harus berpakaian dengan cara yang sesuai dengan gaya mereka. Goodwin menunjukkan beberapa fakta menarik di industri musik. Bahkan, ada banyak yang gagal dalam "membuat bintang" dalam bisnis musik: hanya sekitar satu dari sepuluh yang dihasilkan oleh industri yang benar-benar membuat uang. Meta-narasi adalah istilah yang menggambarkan perkembangan gambar bintang dari waktu ke waktu.Dalam contoh Michael Jackson kita bisa melihat langkah sukses pertama dari salah satu kelompok (The Jackson 5), untuk menjadi artis solo. Setelah ia menjadi mega-bintang dengan musik hits nya seperti Triller dan Beat , meta-narasi nya mengambil giliran yang salah dan 'gambar bintang' yang uniknya menjadi 'aneh' dan memanjakan diri sendiri. Namun, setelah kematiannya, ia masih menjadi objek daya tarik media massa. Dia membuat merek dirinya dalam membentuk citranya dari seorang seniman dan itulah penonton akan menyulap dalam pikiran mereka setelah mendengar lagu-lagu Michael jackson. Oleh karena itu, gambar bintang membangun dan perubahan berulang akan mampu menarik lebih banyak konsumen. • Video Musik Menghubungkan Visual Untuk Lagu Musik menggambarkan cara video menggunakan gambar untuk menunjukkan arti dari lirik. Ada hubungan antara apa yang kita lihat di layar dan lirik yang terdengar. Ini hanyalah tentang cara bahwa video yang difilmkan dan diedit dan efek apa yang dihasilkan kepada penonton dalam kaitannya dengan lagu. Makna dan efek dimanipulasi dan ditampilkan di seluruh video dengan cara bahwa itu tercetak di pikiran kita, visi dan memori. Namun, video dapat memperkuat makna dari lagu tersebut atau sama sekali mengabaikan arti dari lagu tersebut sama

Universitas Sumatera Utara sekali. Video musik bisa menjadi ilustrasi dari sebuah lagu oleh interpretasi lirik, meskipun sering bisa ada penjajaran yang kuat antara sifat lagu dan sifat video. Akhirnya, itu tergantung bagaimana video musik ditafsirkan: apa yang penonton dapat lihat dan mengiklankan artis. Ada tiga cara di mana video musik berhubungan visual untuk lagu tersebut. Pertama, Ilustrasi. Video musik dapat menggambarkan arti dari lirik dan aliran (genre) musik yang menyediakan beberapa dari letak literal gambar. Ini adalah teknik yang paling sederhana dan contoh klasik dari visualisasi. Amplifikasi dipandang sebagai tanda dari sutradara video musik yang benar dan cara yang semakin umum untuk melihat video musik dengan cara yang kreatif. Apa yang membedakan amplifikasi dari keterputusan adalah kenyataan bahwa mempertahankan hubungan dengan lagu dan bekerja untuk meningkatkan video musik atau mengembangkan ide-ide daripada secara fundamental mengubah mereka. Keterputusan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan video musik yang bekerja pada dasar untuk mengabaikan lagu asli dan menciptakan satu letak baru dari makna. Ini adalah teknik yang cukup radikal dan digunakan oleh seniman untuk mempromosikan perbedaan dan orisinalitas mereka. Biasanya, video keterputusan jenis ini tidak membuat banyak akal dan mungkin didasarkan pada citra abstrak. • Aspek teknis video musik. Aspek-aspek itu menahan video secara bersama melalui penggunaan kerja kamera, gerakan, sudut, 'mise en scene', editing, sound dan efek khusus yang digunakan. Hal-hal yang penonton akan perhatikan adalah panggung, alat peraga dan kostum. karena itu merupakan dampak visual langsung. Ada beberapa konvensi teknis seperti kecepatan, ketukan, pencahayaan dan warna dan mise-en- scene. a) Kecepatan tergantung pada pergerakan kamera, editing cepat (montage) dan efek visual. Gerakan kamera. Penggunaan kamera adalah semua gerakan kamera, editing, pemotongan dan pascaproduksi keseluruhan. gerakan kamera termotivasi dengan menjalankan, menari atau artis yang berjalan, sedangkan pemotongan cepat dan editing montase menciptakan pengalaman visual yang diperlukan untuk konsumsi video musik. Tidak semua gerakan kamera adalah cepat, beberapa menggunakan gerakan lambat

Universitas Sumatera Utara melalui gerakan larut atau tembakan statis. Pemotongan cepat dan editing montase menciptakan kebutuhan pengalaman visual yang tidak terpusat untuk konsumsi musik video. Ketika gambar bergerak cepat tidak mungkin untuk memahami makna pada pengliatan pertama dan dengan demikian perlu dilihat beberapa kali produksi efek digital. Dalam pascaproduksi gambar dapat menjadi berwarna, dibagi dalam layar lebih, memberikan intrik dan hiburan. b). Ketukan dalam video musik merepresentasikan potongan yang berbeda dalam musik sesuai dengan kunci irama c) Pencahayaan dan Warna membantu menetapkan suasana hati dan menekankan saat-saat penting didalam video musik untuk menambah efek dramatis. Warna dapat digunakan untuk menunjukkan perkembangan dalam lagu, bergerak dari warna hitam dan putih atau sebaliknya ketika refrain (chorus) datang. Sama perubahan dalam mise-en-scene atau pemotretan bisa menandakan tipe jenis yang sama. d) Mise-en-scene (meletakkan satu subjek dalam adegan) menyajikan pengaturan (setting) untuk video musik dan menjamin keaslian klip. Mise-en-scene membantu mengatur semua pakaian dengan pengaturan latar belakang. Misalnya, video pop akan menampilkan perempuan berpakaian minim di ruangan yang cukup terang dengan beberapa balon berwarna cerah atau sesuatu bahagia dan bunga apium, sedangkan video musik metal akan kemungkinan besar berada seperti di gudang dengan para personil band mengenakan celana jins dan dikelilingi oleh sesuatu yang tajam. Menurut Pete Fraser video musik sendiri dapat menjadi ekstensi indah dari lagu, menambahkan ide dan kesenangan di atas keajaiban utama musik populer. Bersama-sama dengan A. Goodwin, Fraser yakin bahwa suara tetap menjadi sumber dan fokus yang tepat dari industry dengan gambar iringan diperlukan tapi tidak terlalu menarik (Dodig, 2014:50-54).

2.3.3.2 Agenda Komersial Video Musik Video musik adalah bentuk yang signifikan dan menarik dari budaya populer kontemporer, salah satu yang banyak beredar, kompleks dan penting. Klaim ini, bagaimanapun, satu yang berpotensi kontroversial. Semua video musik secara jelas mempunyai agenda komersial. Video musik adalah hal pertama dan

Universitas Sumatera Utara komersial yang terkemuka untuk sebuah hubungan dan produk konsumen secara nyata. Banyak sutradara video musik membuat iklan untuk produk lain. Seperti Hype Williams, yang telah membuat video untuk artis seperti Beyonce, Ashanti, Janet Jackson dan Pharrel, telah membuat hal komersial untuk sebuah produk Nike. Hal ini diprediksi bahwa logika instrumental video musik berfungsi untuk mengarahkan perhatian terhadap berbagai produk komersial dan jauh dari kualitas formal dan estetika video musik sendiri (Diane & Watson, 2010:1-2). Fungsi utama dari video musik adalah untuk melayani sebagai iklan untuk rekaman dan produk didistribusikan secara komersial lain yang berkaitan dengan artis, serta mempromosikan citra artis. Seperti contoh dalam Contemporary Christian Music (CCM), logika iklan sering menjadi digabungkan dengan tujuan penginjilan musik, karena tujuan dari menjual banyak rekaman cocok untuk keinginan untuk menyebarkan pesan yang disampaikan pada rekaman ini. Fungsi iklan mempengaruhi bentuk dan isi dari video. Agar cukup menarik untuk mengundang beberapa tampilan dan memungkinkan pesan iklan untuk dikonsumsi berulang kali, video sering cukup kompleks. Sebuah video musik harus mengandung unsur-unsur yang dianggap memprovokasi dan terbuka untuk interpretasi. Video musik di CCM harus terutama terbuka untuk interpretasi, karena mereka harus berfungsi di satu sisi sebagai video musik kontemporer dan di sisi lain sebagai media untuk pesan Kristen (Stout, 2006:281). Mengetahui cara-cara yang video mewujud lewat seperangkat unik kelembagaan yang kaku juga akan mempertajam pemahaman kita tentang pengaturan mereka. Kecepatan dan keramahan mulut yang kita alami seperti kita bergerak melewati bagian video yang meluas ke praktek produksi; ketidakstabilan dan rasa ketidaklengkapan yang mencirikan video musik berasal dari cara mereka buat. Proses produksi memberikan gaya sentripetal pada musik video. Perusahaan rekaman mengumpulkan satu sampai dua halaman perawatan (treatment) dari sutradara video yang berisi deskripsi prosa dari suasana hati dan konsep, bersama dengan ilustrasi pendukung yang sering dipotong dari majalah atau buku-buku seni. Perawatan ini diproduksi pada spekulasi dan proses secara keseluruhan tampaknya mendorong sebuah permainan menebak pada bagian dari sutradara, yang harus merancang gambar yang sesuai harapan perusahaan

Universitas Sumatera Utara rekaman. Perawatan diterima oleh perusahaan rekaman kemudian menjadi subjek negosiasi yang diperdebatkan antara sutradara, musisi, dan personil perusahaan rekaman, dengan proses penyaringan layanan satelit membayangi di latar belakang. Kita harus ingat bahwa orang-orang yang mengarahkan video musik juga mengarahkan film dan iklan, dan bahwa banyak dari mereka mencirikan musik video sebagai tempat untuk eksperimen, bermain, dan pemenuhan estetika relatif. Karakterisasi ini berasal sebagian dari fakta bahwa sutradara video musik dapat mengawasi dan berpartisipasi dalam setiap tahap perencanaan, produksi, dan pascaproduksi: tidak seperti sutradara film atau iklan, pembuat video dapat mengembangkan konsep, desain anggaran, membuat storyboard, mencari lokasi, memilih aktor dan alat peraga, bertindak sebagai sinematografer, dan mengedit rekaman (Vernallis, 2004: 89-81). Video musik menggunakan teknologi baru (murah dan dapat digunakan kembali) dan memiliki nilai komersial yang baru dan keinginan sosial (membuat hal itu cepat, kreatif, musikal, berbeda dan liar) (Carol, 2013:4-5). Video musik menarik perhatian kita secara bersamaan untuk lagu dan lebih jauh dari itu, video musik menempatkan apa yang direpresentasikan. Video musik dilandasi oleh hubungan baru antara representasi dan makna, suara dan gambar, komunitas musik dan ruang teknologi, yang timbul dari pergerakan lagu pop ke televisi. Bahasa ikonografi video musik pada dasarnya dalam interaksi historis antara komunikasi dan komunikasi visual dan teknologi komunikasi, bahwa interaksi ini telah dibentuk secara teknis dan kultural oleh lembaga yang menjajah dan narasi dari media visual. Kelayakan film dan televisi budaya musik pop telah memainkan peran penting dalam integrasi internasional, konsentrasi dan perluasan industri hiburan; Proses ini memiliki konsekuensi penting bagi organisasi ruang sosial di mana musik (dan segala sesuatu yang lain) terjadi (Simon,Goodwin & Grossberg,1993:20-21). Dalam pandangan Kevin Donnelly kondisi komersial musik tidaklah kondusif untuk sebuah kreativitas. Peran kapitalisme yang menentukan dan membatasi bentuk artistik oleh penempatan praktek artistik terhadap musik yang telah menunjukkan keefektifan dalam mempromosikan penjualan rekaman. Hal

Universitas Sumatera Utara tersebut merupakan suatu praktek kreatif ideologi modern (fashionable ideology) saat ini yang mengecualikan definisi kreativitas yang sudah lama ada sebagai mutu yang baik dalam aliran musik . Hal ini juga membuat asumsi yang tidak benar tentang kreativitas, tujuan artistik dan kontrol artis. Untuk industri musik dan penonton, mutu yang baik dalam aliran musik merupakan nilai yang tinggi (Emily, 2014:5).

2.3.3.3 Pengeditan (Editing) Video Musik Ketika kritik dari film dan televisi mengatakan bahwa ada sesuatu yang "dipotong seperti video musik" atau mengacu pada gaya editing MTV, apa yang mereka artikan? Mereka mungkin menyebutkan pemotongan cepat atau editing pada irama (beat). dan memang, orang dapat melihat bahwa editan dalam video musik datang jauh lebih sering daripada dalam film, bahwa banyak yang menonjol seperti sebuah pemisahan, dan bahwa editing tampaknya memiliki dasar berirama yang erat berhubungan ke lagu. Ini adalah dua fitur musik-video editing yang kadang-kadang dimaksudkan untuk diperhatikan dan yang membawa keluar aspek dari lagu-menunjukkan sekaligus bahwa hal itu sesuatu yang berbeda, dan mungkin sesuatu yang lebih, daripada editing di film. Pengeditan Video Musik memikul tanggung jawab yang jauh lebih besar bagi banyak elemen daripada editing film klasik Hollywood. Tidak hanya editing dalam sebuah video musik mengarahkan aliran cerita, tetapi juga dapat menggarisbawahi struktur visual yang nonnarasi dan membentuk struktur seperti sendiri. Seperti editing film, itu dapat mewarnai pemahaman kita tentang karakter, tetapi juga telah berasimilasi dan memperpanjang ikonografi dari bintang pop. Banyak dari hal khusus video musik terletak pada respon terhadap musik .Itu dapat menjelaskan aspek dari lagu, seperti fitur berirama dan warna nada, frasa tertentu dalam lirik, dan terutama bagian bagian lagu. Karena hal tersebut dapat membangun profil berirama sendiri, editing dapat memberikan nada pengiring ke struktur irama lagu. Lebih halus, dan yang paling penting, editing dalam sebuah video musik bekerja keras untuk memastikan bahwa tidak ada elemen tunggal seperti narasi, pengaturan, kinerja, bintang, lirik, lagu yang paling ditonjolkan. Sutradara video musik mengandalkan editing untuk mempertahankan

Universitas Sumatera Utara rasa keterbukaan, rasa bahwa setiap elemen bisa datang ke kedepan setiap waktu. Editing melakukannya di bagian yang hanya menjadi perhatian. Dengan menuntut perhatian, mencegah gambar yang kuat dari memperoleh terlalu banyak berat konten dan menghentikan aliran informasi. Editing mempertahankan momentum video dan menjaga kita dalam kehadirannya. Sebuah editing dapat memungkinkan seseorang untuk bergerak melewati sejumlah gambar aneh atau mengganggu, sementara tidak khawatir tentang mereka dan tidak melupakan mereka secara keseluruhan. Kompleksitas video musik berasal tidak hanya dari banyaknya fungsi melayani, tetapi juga dari cara hal itu bergerak yang tak terduga antara fungsi tersebut. itu dapat membantu untuk gambar yang merangkaikan gambar dalam video, dan pengeditan yang bergabung dengan mereka, lebih sebagai kalung dari berbagai berwarna dan manik-manik berukuran daripada seperti rantai. Gambar ini tidak hanya menekankan heterogenitas pengambilan gambar dalam video musik, tetapi juga menunjukkan materialitas dari editing itu sendiri. Tentu saja , kadang-kadang mengedit tampaknya berfungsi sebagai bagian dari gambar dan kadang-kadang sebagai pemisah. Tempo adalah salah satu fitur yang siap diambil oleh editing video musik. Video musik cenderung menekankan fitur yang paling menangkap dari sebuah lagu, dan jika lagu mencolok untuk yang merasa berirama riang atau lesu, lamban tempo nya, gambar akan sering terungkap terutama cepat atau lambat- gambar akan tampak benar-benar melebihi kecepatan ekstrim lagu. Editing dapat juga menarik perhatian kita pada kontur umum dari frase struktur lagu . Jauh mengambil garis bawah frase melodi yang luas, sementara pemotongan cepat digunakan untuk menjaga kita fokus pada irama (beat) lagu yang menekankan unsur ritme yang lebih kecil.

2.3.3.4 Pengaturan (setting) Video Musik Sejarah video musik menunjukkan bahwa cara berbeda yang ditujukan tersedia untuk pemirsa yang berbeda. Pemirsa akan mengenali letak studio dari sebuah ruang tamu dengan menggunakan hiasan; tempat industri dengan pipa yang terlihat dan puing-puing di lantai; langit-langit hotel dengan tangga marmer, dan jalanan. Band alternatif dihubungkan dengan menghuni ruang fantastis atau

Universitas Sumatera Utara menekan ke yang sempit. Sutradara video musik bisa menampilkan penderitaan emosional dan fisik umum, sementara artis musik R&B harus ditampilkan dalam hubungan film aksi /petualangan, melodrama, dan musikal Hollywood. Sedangkan Video musik Rap, secara umum ditampilkan di jalan dan menggunakan cara menggambarkan realistis. Pengaturan dipisahkan, dan cara- cara yang mendiami mereka tampak ketat dikodifikasi. Fungsi pengaturan (setting) video musik berbeda dari film klasik Hollywood. Lokasi yang sering tampil dalam video musik cenderung menjadi gambaran umum, memberi kesan sebuah konsep tempat, atau merepresentasikan sebuah tempat, daripada menyediakan sebuah deskripsi rinci dari pengaturan yang spesifik—pantai, stasiun kereta, gedung konser, jembatan, toilet, apartemen, bar atau ujung jalan. Pengaturan umum ini sering dilepaskan, dikurangi untuk hal yang essensial terbuka : seperti didalam video musik Lil’ Kim “I’ve Got a Crush on You,” karakter skematis dari pengaturan memperbolehkan elemen lain seperti warna, tekstur, alat-alat, kostum dan ekstra untuk dapat terlihat. Fitur seperti video yang penggunaan warna yang kuat membantu mengurangi hasrat penonton untuk narasi. Namun, model penggambaran untuk pengaturan individu dapat sangat bermacam-macam, dam momen ketika sebuah pengaturan muncul dalam rangkaian video dapat membantu untuk menentukan makna tersebut. Pengaturan (setting) seperti menyediakan cara bagi pemirsa agar cepat dapat mengidentifikasi aliran musik, banyak sampul album bisa melakukan itu. Namun representasi mulai menumpuk dan menjadi stereotip berbahaya. Tidak hanya pengaturan sendiri, tetapi juga penggunaan ruang, alat peraga, dan terutama penempatan figur, menjadi permasalahan. Hal tersebut memiliki banyak untuk dilakukan dengan adanya kehadiran beberapa jenis representasi seperti dengan apa yang kita lihat. Hanya dalam kasus langka akan seorang Amerika Afrika terlihat jorok dan tertekan, seperti protagonis dari lagu Metallica "Hero of the Day." Tidak ada orang Amerika Eropa akan beresiko seperti yang diledakkan atau tersedot ke kedalaman seperti yang terjadi pada Dr. Dre dan Puffy Combs, dan mereka akan selalu dibatasi untuk teknologi buatan sendiri. Beberapa seniman perempuan Amerika-Eropa dipaksa untuk menjadi orang menyenangkan seperti Janet Jackson atau untuk menjadi sangat seksual

Universitas Sumatera Utara seperti Christina Aguilera, Eve, atau Foxy Brown. Britney Spears mungkin dianggap pengecualian, namun keseksian tubuhnya diimbangi oleh keperawanannya dan kelihatan seperti boneka barbie. Wanita Afrika Amerika yang memainkan peran pendukung lebih sering dijadikan sebagai objek seksual daripada rekan-rekan orang Amerika-Eropa mereka. Banyak elemen mempengaruh pemilihan pengaturan, karena tersebut adalah penyajian dan pemaknaan. Video musik menghadirkan ketidaksetujuan dari kelas, gender, etnis, disabilitas dan seksualitas. Ketika kita datang melewat video khusus, bagaimanapun, itu terlihat lebih sulit untuk membuat sebuah pernyataan tentang jenis budaya kerja apa yang bekerja. Kesulitan ini diperoleh dari fitur keunikan video musik: tekanan formal, lirik yang bulat atau biasa, penentuan musik mempengaruhi video, ketidaklengkapan menjadikan visual. Video terlihat untuk mengambil terlalu banyak tugas, menghadirkan penyayi, menarik penonton dengan janji sebuah cerita, mengungkapkan musik dan menyoroti lirik. Lebih dari aliran (genre) lain, video musik terlihat menyerap ke apa yang mengenai diatas itu. Pengaturan dapat menjalakan fungsi yang berbeda, seperti membuat hal sosial, menghadirkan status artis dalam beberapa komunitas, fitur bagian depan musik, atau menyoroti praktek produksi. Video musik menggunakan pengaturan umum untuk menarik diatas asosisasi cultural antara tipe tempat dan element musik dari sebuah lagu. Video musik sering merefleksikan stereotipe budaya. Faktanya, mereka kadang-kadang memperbesar masalah tersebut. Seperti contoh dimana industry memberikan distorsi representasi dari homoseksual. Video musik juga merefleksikan stereotipe gender. Pengaturan yang paling umum dari video musik untuk perempuan adalah didalam lingkungannya. Kebanyakan artis perempuan membuat paling sedikit didalam video dimana mereka muncul sendiri, berada di tempat tidur. Seperti juga kebenaran untuk video musik secara keseluruhan, pengaturan ini dapat mempunyai sebuah tingkatan makna, dari provokasi seksual ke pengungkapan wilayah privasi perempuan dan parody dari rumah tangga. Penggambaran visual dari panggung dapat skematik atau banyak hiasan. Tetapi variasi ini seharusnya tidak diperbolehkan untuk menggelapkan sesuatu yang

Universitas Sumatera Utara mudah menyebar dari hubungan antara perempuan dan tempat tidurm yang mana menjadi terlihat alami, dan subjek alami untuk video. Ketika perempuan melakukan performa dalam video, tubuh mereka seringkali terlihat pasif, keberadaan dalam sebuah keadaan daripada aksi; mereka tinggal dalam tempat dimana tidak ada pria atau berdiri terpisah ketika aktivitas keramaian mengelilingi mereka. Pengaturan sering dipengaruhi oleh kehadiran kepada status khusus sang bintang. Gambar dari kelas mempengaruhi pengaturan video musik. Musik rap diposisikan melawan musik R&B dan musik metal diposisikan melawan alternative. Sebuah konstruki yang hati-hati terhadap keberadaan hirarki kelas didalam aliran/genre musik apapun, walaupun status seorang performa mungkin berubah seperti dia akan menjadi lebih terkenal. Gambar tidak hanya memberikan sinyal kepada status sang bintang tetapi juga ke penonton spesifik. Video mencoba membuat kehadiran khusus dari komunitas dengan membawa implikasi komunal dari aliran musik. Perusahaan rekaman dan pembuat video menggunakan pengaturan untuk menghubungkan artis mereka ke musik komunitas.

2.3.3.4.1 Mekanika Pengaturan (The Mechanics of Setting): Penggunaan Ruang, Pengaturan terhadap Musik, dan Pergerakan Kamera Video musik memasukan berbagai jenis tempat, tetapi mereka secara konsisten menggunakan kembali sejumlah kecil dari mereka. Jenis ini lebih sering muncul di beberapa aliran (genre) musik dari pada yang lain dan dengan demikian mengambil makna budaya tertentu. Ini akan sangat membantu untuk mempertimbangkan lima tipe dasar tempat: (1) merupakan perluasan dari ruang performa; (2) ruang yang menunjukkan sifat akustik yang spesifik; (3) representasi skematik dari jenis tempat yang familiar; (4) ruang gabungan yang menggabungkan lebih dari satu jenis tempat dalam pengaturan tunggal; (5) kontras mendasar antara dua jenis pengambilan gambar: salah satu pengaturan terperinci yang dibangun, dan lainnya pengambilan gambar kosong dengan latar belakang yang sederhana; (6) serangkaian tempat yang berujung pada tujuan akhir seperti pesta atau pantai.

Universitas Sumatera Utara Sebagian besar video musik hanya memperpanjang konteks performa. Ruang performa ini mungkin mirip arena atau tempat yang lebih kecil, tapi video akan paling sering menggambarkan mereka lebih indah dari biasanya, memanfaatkan bioskop bersejarah, misalnya, atau auditorium yang diberi ornamen. Video yang menempatkan sang bintang dengan latar belakang putih atau di padang pasir juga tampaknya mengembalikan kita untuk pengaturan performa. Tempat yang tandus, ruang dan kamar kosong, dan lorong-lorong bisa berfungsi sebagai panggung atau latar belakang sederhana. Kadang-kadang musisi ditampilkan dipertunjukkan di mana mereka mungkin biasanya sedang berlatih seperti di studio, kamar hotel, di belakang panggung. Mereka sering muncul dalam konteks yang melibatkan semacam performa seperti pertunjukkan fashion, ruang kelas, pelacuran, atau bahkan pertemuan kebangunan rohani. Penulis layar (screenwriter) berbicara tentang "membuka" sebuah drama ketika mereka beradaptasi untuk bioskop dengan menambahkan adegan tambahan dan lokasi. Demikian pula, penggambaran musik video dari sesi latihan, ruang hijau, dan tempat di belakang panggung lainnya bekerja untuk membuka keluar dokumentasi performa. Semua pengaturan performa, bagaimanapun, menanggapi sebanyak perubahan fashion dan gaya penggambaran seperti halnya jenis lain dari pengaturan: ruang performa yang terdistorsi, dinding dengan sudut danterowongan dengan pintu yang diujung . ini merupakan hal yang umum untuk video musik di tahun 1990-an sebagai tahap yang khas pada 1980-an. Hal ini penting juga bahwa pengaturan performa memiliki arti yang berbeda di setiap genre (aliran) musik: kekuatan dan keaslian dalam musik metal; keinginan untuk sejarah dalam kasus musik alternatif; musikalitas dan karisma pada musik R&B. 83 Tipe kedua dapa dimengerti sebagai perpanjangan studio rekaman, sama seperti tipe pertama yang adalah perpanjangan ruang performa. Penggantian atap studio akustik, dinding, pengeras suara, satu akan melihat tembok miring atau permukaan yang tidak biasa yang dapat merefleksikan warna nada atau kualitas ruang dari lagu. Pengaturan semacam ini sangat erat hubungannya dekat aliran musik orang Afrika-Amerika, mungkin karena keterbatasan biaya, perhatian yang

Universitas Sumatera Utara membingungkan dimana menempatkan bintang Afrika-Amerika didalam keadaan sekitara dunia nyata, atau suara dunia pada lagu itu sendiri. Tipe ketiga, representasi skematik dari tempat yang familiar, mungkin meletakkan sebuah tempat d gudang untuk memberi kesan sebuah ruang tamu. Seperti pada kasus lagu dari Monica “First Night” yang mana lagu tersebut membawa suasana seperti sedang kencan pertama kali. Pendekatan ini mendorong pendengar untuk menggunakan musik dan lirik untuk membuat tempat terpenuhi. Tipe dari pengaturan ini sering muncul pada musik video alternative dan R&B dan menggambarkan tempat domestik seperti tempat tidur dan ruang tamu, pengaturan yang penonton merasakan kehadiran dari kontrol daripada ruang kantor dan ruang pertemuan bisnis besar Amerika. Tipe keempat memasangan bersama tempat yang tidak layak dalam sebuah pengaturan tunggal, ketika membayangkan sebuah Catedral dibagi dua untuk mengungkapkan interiornya, ditempatkan didalam sebuah tempat orang Afrika. Seperti sebuah skema dapat menarik perhatian kita untuk membandingkan didalam media lain, secara khusus dengan hormat ke banyak pengaruh mengenai dalam lagu. Hal yang paling mencolok penggunaan pengaturan gabungan berada pada aliran musik rap dan R&B, seperti pada lagu Prince “Gett Off”, “ Salt-N- Pepa’s “Shoop,” dan Janet Jakson “Together Again.” Lagu ini mengadung format kritik terhadap politik. Mereka mengisyaratkan bahwa dunia dapat dibayangkan secara berbeda ketika memperthankan sebuah koneksi ke tempat nyata. Tipe kelima mensejajarkan dua tipe dari pengambilan gambar : tempat yang rumit dengan banyak figur di dalam bingkai (frame), dan latar belakang sederhana atau sebuah ujung (corner) dari tempat penggantian semetara dengan penyanyi sendiri. Skema ini dapat meminjam video musik dari tingkat kompleksitas psikologis. Video musik tidak dapat menyampaikan kedalaman karakter-mereka tidak dapat memberikan saran konflik emosi, seperti yang dapat dilakukan film Hollywood. Sebagai contoh bagaimana film dapat menyampakan jiwa yang kaya. Menurut James Naremore, adalah menyembunyikan-disini. Sebuah karakter memainkan peran sosial yang berkonflik dengan pikiran dan perasaannya. Sebagai contoh orang yang ditolak dicintai menggunakan wajah yang berani, atau wanita bisnis penipu dan tukang perhitungan yang memiliki

Universitas Sumatera Utara muka yang lembut. Orang performa (performer) dalam video musik melakukan secara berbeda dari aktor film, mereka menyanyi dengan sederhana kepada kita. Tempat yang beraneka dapat membuat sebuah gerakan diantara ruang publik dan privat, membawa penonton untuk menduga subjek yang kaya. Sama juga, mereka dapat memposisikan pertanyaan apakah seorang performa dapat benar-benar terlihat, atau hanya berpikir dia melihat, apa yang mengelilingi dia, dan dapat member kesan pemisahan sementara. Tambahannya, seperti pengaturan menciptakan kontras antara kekurangan dan ketebalan yang mungkin berkorelasi untuk mulai dan lebih perkembangan material musik. Jenis tipe pengaturan ini jarang muncul dalam musik video heavy metal dimana rasa dari interior meninggalkan sisi kebaikan dari aksi. Tipe keenam adalah rangkaian tempat ruang ke ruang atau lokasi ke lokasi sering mencapai sebuah destinasi yang dsebut ke dalam pembukaan video. Seperti pendekatan visual mencocokan kecepatan musik dan kelanjutannya, tetapi juga beragam material. Itu sering merefleksikan fitur sonic, suara memenetrasikan permukaan bahwa objek tidak dapat. (untuk video musik, sebuah tembok bukanlah masalah). Tempat yang berurutan juga mewariskan sebuah aspek dari keahlian diatas musik dan seorang performa. Lagu dan seorang performa kedua- duanya memiliki kemauan dan mobilitas dan dapat tumbuh dalam banyak tempat. Seperti sebuah pendekatan juga meningkatkan pertanyaan dimana kita akan masuk dan apa yang dapat kita sebut rumah. Alat lokasi yang berurutan merupakan sebuah hal yang umum untuk semua aliran musik, tapi sangat jarang untuk musik metal, tetapi sangant umum untuk musik alternative dan pop. Dibebaskan dari komitmen untuk menempatkan, itu dapat menyarankan sebuah tipe dari hak kulit putih.

2.3.3.5 Interlude: Ruang, Warna, Tekstur, dan Waktu dalam Video Musik Salah satu kesenangan di dalam sebuah video musik terletak dalam melacak sebuah lintasan melalui ruang saat mengikuti bersama dengan musik. Sebagai crane kamera, bentuk liku tubuh pemain, dan mata mengikuti, pemirsa dapat mengejar satu rangkaian (musik, mengatakan) atau yang lain (misalnya, kamera seperti mengikuti melalui ruang atau garis tubuh seperti

Universitas Sumatera Utara bersandar ke belakang ). Pengalaman ini menimbulkan pertanyaan penting: dapatkah kita memahami lebih dari satu medium secara bersamaan, atau apakah kita selalu lebih memahami dalam satu? Ruang terbukanya video musik menyampaikan kemungkinan, otonomi, dan kecakapan - berdiri dalam menandai kontras ke kehidupan kontemporer, yang dapat terkunci dalam pola pengulangan dan stasis, tertangkap di dalam mengikat hirarki, kesopanan, dan pengawasan bahwa struktur sosial dan bidang kekeluargaan. Dengan memperbesar rasa ruang kita, setidaknya pada saat terbukanya momen, musik video dapat meninggalkan kita dengan ketidakpuasan dengan keadaan sulit dan membawa kita kembali ke dalam video untuk mencari sesuatu yang lebih baik; di lain ruang video berfungsi sebagai cermin dari penderitaan kita. 1. Ruang (Space) Sutradara menggunakan ruang untuk dapat menghadirkan struktur musik dalam cara yang membantu menandai sebuah lagu dari awal, pertengahan, dan akhir. Ruang juga menarik perhatian penonton kepada skala lagu. Ruang video musik menyerupai tetapi tidak sama dengan narasi ruang Film atau ruang hidup. Udara memiliki berat yang berbeda baik tebal seperti sirup jagung, atau sangat tipis, seolah-olah dari ketinggian tinggi. Ruang kosong musik video mirip eter (senyawa organik), dan sutradara sering bekerja untuk meningkatkan kualitas ini, mengambil gambar dengan gel berwarna, difusi, dan asap atau kabut. Musik dapat mengubah citra dan sebaliknya: musik mengurai ruang, membantu untuk menandai jarak antara orang-orang dan benda-benda. Musik, tentu saja, diubah juga, memperoleh sedikit lebih dimensi, seperti jika kita ingin mencapai masuk ke dalam hologram dan menyentuh permukaan. Jika koordinat spasial dalam video musik begitu penting, sangat esensial bahwa sinematografer memiliki kepekaan terhadap musik. Jika figur dalam bingkai adalah untuk bekerja, itu harus jatuh dalam kebaikan sendirinya- proporsinya dinilai dalam kaitannya dengan bingkai (frame), serta dalam proporsi yang tepat dalam kaitannya dengan lagu. Bergerak melalui ruang video musik mungkin adalah kesenangan terbesar dari aliran musik, bahkan jika kita hanya bergerak ke bawah lorong, melalui pintu keluar, dan menuju akhir yang buntu. Ketika kita menonton video musik, kita

Universitas Sumatera Utara mungkin mencari tubuh yang dapat berada dengan penempatan yang tepat. Itu adalah keinginan untuk hidup dengan anggun dalam sebuah waktu. Musik terlihat untuk mengukir keluar sebuah ruang imajinasi: itu terlihat seperti kita hampir dapat memetakan garis dari musik kedalam ruang yang terbuka dari video musik. Ahli Fenomenologi telah mengklain bahwa salah satu keunikan sifat dari musik dan pendengar adalah cara pendengar dan musik menjadi terjalin. Kapasitas musik yang membawa kita melalui ruang yang terbuka merupakan video musik yang hebat. Tidak semua video musik mengambil gambar dapat menawarkan sebuah pengalaman. Ruang video musik muncul dalam banyak pengulangan seperti gambar multiteks (multitask) - menampilkan sang bintang, menayangkan lirik, menekankan musik, dan banyak lagi, serta menjaga kecepatan dan proses transformasi dari musik. Hubungan dapat bekerja dalam lirik awal (reverse), sebagai contoh gambar membawa penonton melalui sebuah lagu- sebuah gedung atau pintu yang dapat menyajikan seperti visual metafora untuk permulaan dari material musik baru, sering bentuk bagian baru. Menggelapkan cahaya dapat memberitahu bahwa itu akhir dari frasa/bagian dari video musik. Eksplorasi video musik terhadap ruang tidak hanya mengungkapkan daerah tubuhnya (terrain of body) , tetapi juga meninggikan hubungan tubuh dan ruang. Didistribusikan melalui sebuah video musik, beberapa wajah close-up kemungkinan di atur dalam ekspresi ikonis, dan bagian tubuhnya dapat diputar menjadi sikap yang bergaya. Beraneka ragam penempatan fisik terkadang berlawan, namun juga terkadang mengikuti musik. Sebuah sikap terkadang bergema dengan sesuatu yang lokal dan terkadang dengan sesuatu yang melewati batas pada musik. Salah satu mungkin berimajinasi bahwa nada emosional pada pengambilan gambar menghidupkan sebuah bagian pada video. Ruang dialami secara lansung seperti mempunyai tempat yang bergerak. Lebih lagi, pergantian dari satu tempat ke tempat lain, seseorang membutuhkan sebuah arahan. Ruang berasumsi bingkai koordinat kasar yang berpusat pada pergerakan dan tujuannya. Tempat adalah sebuah objek spesial. Itu merupakan sebuah perwujudan dari nilai, walaupun bukan sebuah sesuatu yang bernilai yang dapat di atasi atau dibawa secara mudah. Itu merupakan sebuah objek yang mana satu dapat mendiami. Musik video mungkin lebih mengenai ruang daripada

Universitas Sumatera Utara tempat. Selalu dalam perubahan terus menerus seperti percobaan untuk mencocokan proses musik, gambar video musik sangat jarak menawarkan kita sebuah tempat untuk didiami. . Pengaturan video musik, pergerakan video, dan editing berangkat dari pengalaman hidup yang biasa. Kita harus menempatkan diri kita kedalam suasana video musik jika kita ingin merasa bagaimana merasakan sebuah ruang. 2. Warna (Color) Bahkan sebelum kita mengenali figur dalam video, kita sering melihat bidang warna, yang mungkin mendominasi tekstur lembut, fuzzy, logam, kasar, atau bergerigi. Gambar merupakan lukisan bergerak, dan bahan yang menjadi cat basah, mengalir dan berkilauan. Sutradara video musik biasanya mereka menggunakan warna kapur hijau (lime green), magenta, dan biru kobalt (cobalt blue) atau, lebih jarang, nada yang lebih terikat seperti warna sienna dibakar (burnt sienna). Sutradara sering menyebar warna, daripada menekankan garis (kecuali dalam video yang menampilkan hitam dan putih). Hal ini mengecilkan bentuk linear –menghindari garis besar yang keras dalam mendukung sebuah permukaan yang sensual - membuat pekerjaan sutradara lebih mudah dalam beberapa hal. Dengan cara fokus yang lembut dan mirip perangkat- cahaya aureoles (aureoles of light), kedalaman dangkal dari lapangan (shallow depth of field), panci desir (swish pans), dan efek cuaca seperti hujan dan kabut- kamera dapat berjalan baik di dalam dan di luar lokasi, dan editing bisa kurang tepat. Berbeda dengan fitur film, video dapat mengesankan untuk cara bagaimana warna berhubungan dengan musik. Penonton akan mengingat video musik Brandy " I Wanna Be Down " sebagai warna ungu, Pearl Jam "Jeremy" sebagai warna merah, dan Weezer "Buddy Holly" sebagai warna kuning pucat. Dapatkah lukisan digunakan untuk menganalisis gambar video musik? Dalam sebuah lukisan, warna biru dan hijau cenderung untuk menyusut dalam bingkai (frame), sedangkan warna merah dan oranye tampil ke depan. Warna biru dan hijau terlihat emosional yang sejuk dan warna merah dan oranye terlihat lebih hangat. Dalam gambar video, warna mendatangkan emosi dan bergerak ke depan atau latar belakang. Warna biru metallik (metallic blue) yang mendalam yang mewarnai seluruh bingkai (frame) dan dipasangkan dengan gerakan lambat (slow

Universitas Sumatera Utara motion) sering sangat terlihat untuk menekan figure lebih jauh kebelakang dalam bingkai (frame), untuk memberin kesan kecepatan yang lebih lambat, dan menjadi khidmat dan lembut. Pengambilan gambar dengan warna oranye kemerah- merahan didalam gerakan gambar sering memberi kesan sebuah pergerakan kedepan dan sebuah moment intensitas emosional. Sebuah warna emas (golden hue) cenderung untuk menenangkan gambar, tetapi tidak melambatkan itu kebawah seperti sebanyak warna biru. Gambar yang tema fitur tonal (yang mempergunakan gaya suara) seperti setengah merah dan setengah hijau dapat memberi kesan perjalanan. Warna dan suara memiliki beberapa aplikasi berbutir lebih baik untuk video musik. Warna dan musik mungkin berkolerasi pada level struktur yang dalam. Warna dan suara mempunyai beberapa bahkan lebih aplikasi benih yang baik untuk video musik. Kedua warna dan posisi nada (pitch) dapat dimodulasi sepanjang gradien atau sebagai serangkaian interval (dalam kasus warna, melalui tiga parameter terpisah -hue, saturation, dan value). Kita bisa bayangkan sebuah lagu dengan glissando yang dapat disertai dengan skema warna yang bergeser dengan cara konsisten misalnya, kelembutan sepanjang gradien atau merata sebagai rangkaian intervals. Fakta bahwa musik dan suara memasukan hubungan sangat tepat seperti mungkin berasal dari fakta bahwa warna dan suara terdiri bahan yang sama: baik warna dan lapangan adalah gelombang yang panjangnya bervariasi. Hal ini membawa kita ke titik yang aspek hue (warna), saturasi (intensitas), dan luminositas (jumlah hitam atau putih), yang dapat melayani fungsi yang berbeda dalam kaitannya dengan musik. Salah satu aspek dari warna yang dari rona (hue) sangat terkait dengan emosi, dan hubungan ini mungkin sulit untuk dipotong dalam hal budaya atau biologi. Ketika praktisi warna menunjuk ke bias budaya warna, mereka sering mengutip contoh yang menandakan putih berkabung di India, sementara dalam budaya Barat itu menunjukkan kemurnian dan keperawanan. Warna yang memiliki pada satu waktu makna simbolik formal mungkin kehilangan simbolisme asli dari waktu ke waktu, tetapi hubungan warna dan ide bertahan.

Universitas Sumatera Utara 3. Tekstur (Texture) Video musik menggunakan tekstur untuk mendapatkan respon mendalam- kehalusan bulu, kelembutan kaca, kekasaran semen, ketajaman paku logam. Respon fisik ini membantu untuk menarik perhatian kita ke elemen dalam campuran lagu, sementara musik dapat mengarahkan kita untuk hal-hal dalam bingkai (frame), menunjukkan sebagian rasa mendekat atau menjauh dari permukaan. Warna nada musik sering digambarkan seperti memiliki kualitas yang dapat dirasakan. Bentuk gelombang suara yang dihasilkan oleh vibraphone dan seruling dikatakan halus, sedangkan gelombang instrumen seperti gitar listrik dan saksofon disebut kasar. Seperti warna, tekstur tampaknya bekerja dengan baik dalam video musik karena dengan memproduksi respon mendalam dapat menggantikan sebuah cerita. Adegan yang menyiratkan waktu hari atau cerita dapat ditempatkan dalam rangkaian. Adegan yang berbeda dengan tekstur tidak menyiratkan rangkaian. Ketidakpastian temporal dari tekstur berfungsi untuk memungkinkan ruang tambahan untuk musik. 4. Waktu (Time) Waktu musik sering dikaitkan dengan fitur khusus temporal dari musik: aksen, irama (beat), meter, periode, irama, dan tempo. Pandangan waktu musik dapat diperluas untuk mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan struktur temporal musik (seperti bentuk musik, misalnya), waktu jam (suatu obyektif terukur durasi), dan pengalaman subjektif pendengar dari musik temporal yang terbuka. Waktu yang dihabiskan dalam suatu ketertarikan, yang menyenangkan, dan aktivitas bertujuan (purposive) akan bergerak lebih cepat daripada hal yang menunggu, bosan, atau tertekan. Lagu pop dapat menarik perhatian kita untuk rentang waktu pengalaman: salah satu kesenangan yang besar adalah cara kita dapat menggeser rasa kita dari waktu jauh yang berasal darimana kita mencocokkan waktu kita dengan musik. Dua contoh dari kemampuan sebuah lagu untuk menawarkan pendengar tiper jenis tertentu dari pengalaman waktu adalah Madonna "Borderline" dan R. Kelly "Down Low." Dalam pembukaan Madonna "Borderline," potongan synthesizer yang melengking menunjukkan suksesi

Universitas Sumatera Utara momen seketika yang mungkin bernilai kurang, dengan senang hati dan segera dikonsumsi. R. Kelly "Down Low," di sisi lain, dengan contoh Isley bersaudara, getaran bunyi yang lambat, suara burung, pengaturan jarang, dan tempo lambat ballad, menyiratkan waktu yang membentang lebih dekat ke sesuatu yang tak terbatas. Kedua lagu tersebut memiliki kualitas yang sangat bernilai – kemampuan musik untuk menyarankan rasa waktu di mana waktu tidak rusak dan berlainan, melainkan di mana masa lalu muncul untuk mengalir mulus ke masa kini, dan masa kini ke masa depan: "mendengar melodi adalah mendengar, setelah mendengar, dan menjadi sekitar untuk mendengar, sekaligus.” Video musik dapat menyarankan pergeseran sementara dengan menggambarkan berlalunya waktu atau perubahan cuaca-langit gelap atau pendekatan fajar, hujan mulai jatuh. Karena video menunjukkan perubahan ini tidak lengkap, kita melihat musik untuk membantu menjelaskan isyarat temporal ini. Sebuah video yang mencakup bentangan waktu dari sore hari hingga matahari terbenam membantu untuk membuat klaim bahwa lagu memiliki ruang lingkup yang luas. Video musik paling sering menggambarkan rasa masa lalu melalui pergeseran warna atau bergerak ke warna hitam dan putih, difusi lebih besar, slow-motion, atau film kasar, serta alat peraga ekspresif dan pengaturan-foto, dan loket, periode berpakaian dan sebagainya (Vernallis, 2004:111-134).

2.3.4 Teknik Pengambilan Gambar Sama halnya seperti film, video musik memerlukan teknik pengambilan gambar. Hal ini merupakan hal terpenting untuk menunjukkan maksud atau sudut pandang tertentu pada saat pengambilan gambar. Video musik juga merupakan upaya kolaboratif dengan melibatkan kru dasar dari sinematografer, teknisi, dan aktor, tapi dibebani dengan fokus utama pada musik dan artis musik (Fidler, 2008:iii). Seluruh gerak kamera mempunyai makna sehingga akan menimbulkan kesan tertentu kepada penonton. Oleh karena itu teknik pengambilan gambar tidak bisa dianggap sebelah mata. Para juru kamera dapat membuat konstruksi realitas melalui teknik pengambilan gambar. Sehingga dalam pengambilan gambar

Universitas Sumatera Utara diperlukan juru kamera yang handal untuk membuat suatu komposisi gambar yang diinginkan oleh pembuat ide video musik. Seorang juru kamera tidak boleh membuat dengan ukuran sembarangan dan harus mempunyai alasan atau argumen, mengapa membuat gambar dengan ukuran tertentu. Oleh karena itu setiap gerak dan ukuran gambar harus mempunyai motivasi dan hal ini juga harus dipahami betul-betul oleh seluruh pekerja media, baik juru kamera, sutradara maupun editor.

2.3. 4.1 Ukuran gambar : Ukuran gambar biasanya dimulai dari tampak yang paling besar hingga ukuran yang paling kecil, dan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu close up, medium shot, dan long shot. Walaupun demikian, dari ketiga ukuran gambar tersebut, masih terdapat rincian yang akan dijabarkan sebagai berikut : • Big close up adalah gambar yang menonjolkan detail atau ekspresi, misalnya gambar mata yang sedang berkedip-kedip • Close up adalah gambar yang menjelaskan detail wajah seseorang sehingga ekspresinya akan tampak. • Medium close up dimaksudkan untuk menonjolkan mimik atau raut muka seseorang dan untuk menampilkan wajah actor/aktris secara utuh agar nampak rambut dan aksesorisnya. • Medium shot digunakan untuk menekankan wajah seseorang dan gerakan tangannya (gestur), biasanya untuk menampilkan orang yang sedang berbicara dengan menggerak-gerakan tangan sambil duduk. • Knee Shot yaitu gambar yang diambil dengan ukuran dari lutut ke atas, dimaksudkan untuk menampilkan seseorang yang sedang berjalan dengan lambat, dengan harapan ekspresi wajahnya tetap terlihat, demikian juga dengan gerakan tangannya atau mungkin apa yang dibawa ditangannya. • Full shot adalah ukuran gambar yang menampilkan seluruh tubuh manusia secara utuh dengan maksud untuk tetap bisa memperlihatkan wajah mungkin ekspresi seluruh gerakan tubuhnya. Full Shot diambil ketika seseorang bergerak dengan relative cepat.

Universitas Sumatera Utara • Long Shot adalah ukuran pemandangan alam terbatas, yang dimaksudkan untuk menggambarkan pergerakan objek baik orang, binatang, atau benda bergerak lainnya. Dengna ukuran long shot, berarti ekspresi tidak bisa dilihat dengan jelas. Motivasi pengambilan gambar long shot memang hanya untuk menunjukkan pergerakan objek. • Ekstrem long shot adalah ukuran shot untuk menunjukkan pemandangan alam secara luas atau memperlihatkan kepada penonton suatu objek yang bergerak secara cepat dan posisinya di alam atau tempat yang dilaluinya. Sudah pasti penonton tidak menyaksikan ekspresi, bahkan sulit mengidentifikasikan objeknya, kecuali tanda-tanda tertentu (Bambang, 2011:55-56).

2.3.4.2 Sudut Kamera Meletakkan lensa kamera pada sudut pandang pengambilan gambar yang tepat dan mempunyai motivasi tertentu untuk membentuk kedalaman gambar/dimensi dan menentukan titik pandang penonton dalam menyaksikan suatu adegan dan membangun kesan psikologis gambar, seperti : • High angle (HA), pengambilan gambar dengan meletakkan tinggi kamera diatas objek/garis mata. Kesan psikologis yang ingin disampaikan objek tampak seperti tertekan. • Eye Level (normal), pengambilan gambar dengan meletakkan tinggi kamera sejajar dengan garis mata objek yang dituju. Kesan psikologis yang disajikan adalah kewajaran, kesetaraan atau sederajat. • Low Angle (LA), pengambilan gambar dengan meletakkan tinggi kamera di bawah objek atau di bawah garis mata orang. Kesan psikologis yang ingin disajikan adalah objek tampak berwibawa (Andrina, 2016:28).

2.3.5 Pluralisme Agama Istilah Pluralisme secara singkat didefinisikan sebagai keadaan masyarakat yang majemuk (berkenaan dengan sistem sosial dan politiknya). Dalam The Oxford English Dictionary disebutkan bahwa pluralism dipahami sebagai keberadaan atau toleransi keragaman etnik atau kelompok-kelompok kultural dalam suatu

Universitas Sumatera Utara masyarakat atau negara, serta keragaman kepercayaan atau sikap dalam suatu badan, kelembagaan dan sebagainya. Secara etimologis, asal kata pluralisme adalah pluralism (bahasa Inggris) yang berarti plural (beragam), jamak, atau majemuk. Kata pluralisme pada dasarnya memiliki pandangan bahwa realitas itu tidaklah tunggal, akan tetapi berlapis dan jamak. Paham atau kesadaran kultural menghargai perbedaan, atau pluralisme, keberagaman dalam kesatuan (diversity in unity), sejatinya esensi dari peradaban kultur kebangsaan Indonesia yang berhasil dibangun karena semangat Bhineka Tunggal Ika Tan Hanna Dharma Mangrwa, yang dijunjung tinggi warga bangsa, menghargai keragaman kultural, atau pluralisme, dalam kesatuan berbangsa, dalam semangat menghargai perbedaan, berbeda-beda tetapi tetap satu (Jati, 2010:115-126). Negara Indonesia yang terkenal dengan multikultural agama dan budaya dengan inilah muncul semboyan “Bhineka Tunggal Ika”. Dalam istilah modern Bhineka (kemajemukan), ini kemudian sering diterjemahkan dengan pluralisme. Konsep tersebut telah termaktub dalam UUD 1945 dan pasal 29 ayat 2 sudah sangat jelas di tuliskan tidak ada paksaan bagi seorang dalam memeluk agama sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Negara menjamin kebebasan setiap orang untuk memeluk agama oleh karena inilah Indonesia dikenal dengan negara pluralis (Abidin, 2015:69). Bhinneka Tunggal Ika yang merupakan suatu pengakuan terhadap heterogenitas etnik, budaya, agama, ras, dan gender, namun menuntut adanya persatuan dalam komitmen politik membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia (Hatta, 2006:1). Konsep pluralisme agama bukanlah hal yang baru; telah dibahas dalam satu bentuk atau lain oleh para filsuf masa lalu dan teolog dari berbagai sekolah. Namun, dengan meningkatnya interaksi antara pengikut dari berbagai agama dan dialog antar-iman, pluralisme agama telah mengambil kehidupan baru dalam aliran pemikiran saat ini (Mutahhari, 2006:v).Dalam konteks pluralisme agama, komitmen kebersamaan tidak harus menghilangkan komitmen religius masing-masing. Hal tersebut sesuai dengan konsep pluralisme agama yaitu pluralitas didasarkan pada perbedaan bukan persamaan. (Amaliyah, 2014:319).

Universitas Sumatera Utara Bahkan saat ini terdapat federasi mengenai pluralisme agama yaitu Inter- Religions Federation for World Peace. Federasi ini secara resmi didirikan pada tahun 1991, memiliki perdamaian yang tujuan, yang meliputi: kedamaian dalam diri seseorang dan kedamaian keluarga dalam masyarakat dan di antara bangsa- bangsa; kedamaian dalam agama dan di antara tradisi keagamaan; kedamaian dalam dan di antara budaya; dan perdamaian antara manusia dan dunia alam. Ini adalah kepercayaan dari pimpinan bahwa perdamaian antar agama sangat penting bagi perdamaian dunia dan bahwa menghormati pluralisme agama merupakan elemen kunci dari kehidupan modern (Melton & Gordon, 2003:214). Keragaman agama adalah fakta kehidupan modern. Pola migrasi yang disebabkan oleh kondisi politik, perang, bencana alam, dan kondisi ekonomi yang difasilitasi oleh sarana modern transportasi dan komunikasi telah menjamin bahwa berbagai minoritas etnis dan agama akan berkembang di seluruh negara di dunia (Giordan & Pace, 2014:31). Rawls mengartikan fakta bahwa masyarakat modern berisi orang-orang yang mengikuti berbagai kepercayaan dan ideologi yang berbeda, yang ia sebut konsepsi luas yang berbeda dari yang baik. Rawls melihat pluralisme ini sebagai kurang lebih yang tidak dapat tereliminasi (ineliminable ) dari masyarakat modern (Archard, 1996:135-148). Pluralisme tidak hanya memerlukan kehadiran kelompok-kelompok agama yang berbeda, tetapi juga memerlukan pengakuan dari pluralitas sudut pandang dan keyakinan, karena tidak semua yang berasal dari agama adanya komitmen untuk mengakui yang lain melalui perbedaan. (Pasieka, 2015:217). Muzammil Siddiqi menyatakan bahwa pluralisme terwujud ketika empat prinsip diakui: martabat semua manusia (kesetaraan dasar semua manusia dan hak asasi manusia universal), kebebasan dasar pikiran, hati nurani dan keyakinan (Prothero, 2006:39). Pluralisme agama menginginkan adanya toleransi diantara umat beragama. Salah satu cara untuk mengajarkan toleransi dan menghormati orang lain adalah untuk menekankan martabat yang sama sebagai warga negara yang otonom dan wajar. Toleransi tidak menutut agar kita semua menjadi sama. Toleransi yang sebenarnya berarti menerima orang lain, kelompok lain, keberadaan agama lain dengan baik, mengakui dan menghormati keberadaan mereka dalam keberlainan

Universitas Sumatera Utara mereka. Toleransi justru bukan asimilasi, melainkan hormat penuh identitas masing-masing yang tidak sama (Archard, 1996; Husaini, 2010). Kita telah hidup di era pluralisme, ketidaksesuaian dan perubahan yang cepat. Karena kita hidup untuk wajah Tuhan, kita tidak merasa dendam terhadap orang lain, dan ini mengurangi konflik di masyarakat. Itu membuat kita lebih sadar dan toleran terhadap orang lain, terlepas dari keyakinan (Nightingale, 2011; Heck, 2009). Thomas Banchoff menunjukkan bahwa pluralisme agama menimbulkan tantangan kembar untuk demokrasi kontemporer. Salah satunya adalah bagaimana mayoritas sekuler harus menanggapi agama-agama minoritas dan yang lainnya adalah bagaimana agama minoritas harus bereaksi terhadap negara sekuler. Kedua tantangan ini akut. Mereka menekan, pertama-tama, karena banyak klaim sekarang tercampur yang membingungkan dengan kekhawatiran teritorial dan ekonomi yang tidak dapat terputus sepenuhnya dari dimensi agama mereka (Mookherjee, 2011:1). Pluralisme agama mendukung harmoni tapi tidak kesamaan, untuk mencari kesamaan sementara menjaga perbedaan. Ini adalah sebuah latihan untuk bertujuan untuk menjaga hubungan damai dan harmonis antara komunitas agama yang berbeda, yang berharga untuk memenuhi tantangan dunia kontemporer dan mencapai perdamaian di antara manusia (Sugirtharajah, 2012:248-249).

2.3.5.1 Genealogi Pluralisme Agama Pluralisme agama dibentuk dari dua kata; pluralisme dan agama. Istilah pluralisme berasal dari kata plural yang berarti jamak atau terbilang. Dalam kamus, kata plural diartikan dengan bentuk kata yang digunakan untuk menunjukkan lebih dari satu. Dalam tradisi filsfaat, pluralisme berarti pandangan yang melihat dunia terdiri dari banyak makhluk. Pluralisme seringkali dibandingkan maknanya dengan monisme yang berarti kesatuan dalam banyak hal. Pluralisme juga dapat dibedakan dengan dualisme yang melihat dunia sebagai entitas yang memiliki dua hal yang berbeda. Monism (monism) berasal dari bahasa Yunani yaitu monos yang berarti tunggal atau sendiri. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh filosof Jerman, Christian Wolff (1679-1754), untuk menunjukkan paham yang menyatakan bahwa

Universitas Sumatera Utara dasar pokok seluruh eksistensi adalah satu sumber. Bagi kaum materialis, materi merupakan dasar dunia. Semetara kaum idealis menyatakan dasar dunia adalah roh atau ide. Monisme pertama kali diperbincangkan dalam konteks problematika hubungan pikiran-tubuh sebagai parameter kualifikasi. Sebagian filosof hanya mau mengakui eksistensi pikiran saja, sementara sebagian yang lain hanya mengakui eksistensi tubuh. Monisme terbagi menjadi dua : pertama, monisme fisik yang terwujud dalam filsafat materialism yang menyatakan bahwa seluruh alam adalah benda. Kedua, monism mental sebagaimana diyakini penganut idealism yang menyatakan bahwa alam dan seluruhnya adalah ide. Sementara dualisme (dualism) berasal dari bahasa latin dualis yang berarti dua. Istilah ini telah diperkenalkan sejak 1700 oleh Thomas Hyde dan digunakan Christian Wolff untuk menunjukkan oposisi metafisik pikiran dan materi. Dualisme merupakan aliran yang memandang sesuatu serba dua. Dualisme telah digunakan untuk menunjuk pada konflik baik-jahat Ormazd dan Ahriman dalam tradisi Zoroastrianisme. Tradisi filsfat Zoroaster juga berpandangan bahwa dunia terbagi dalm keadaan gelap dan terang. Contoh lain adalah Rene Descartes (1596- 1650) yang mempertentangkan pikiran (mind) dan benda (matter). Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa dualism telah digunakan pada banyak opisi dalam agama, metafisika, dan epistemologi. Tegasnya, dualisme merupakan pandangan filosofis yang menegaskan eksistensi dari dua bidang yang terpisah, tidak dapat direduksi, dan bersifat unik. Sebagai contoh sifat adikodrati-kodrati, Allah-Alam semesta, roh-materi, jiwa- badan, dunia yang kelihatan-dunia yang tidak kelihatan, dunia inderawi-dunia intelektual, realitas aktual-realitas kemungkinan,- dunia noumenal-dunia fenomenal, dan kekuatan kebaikan-kekuatan kejahatan. Menurut penganut dualism, semua fenomena dapat dijelaskan dalam konteks pertentangan dua realitas yang berbeda. Pluralisme, seperti dikatakan Fathi Osman, adalah bentuk kelembangaan dimana penerimaan terhadap keragaman meliputi masyarakat tertentu atau dunia secara keseluruhan. Menurutnya, pluralisme lebih dari sekedara toleransi moral adalah persoalan kebiasaan dan perasaan pribadi. Sementara koeksistensi adalah semata-mata penerimaan terhadap pihak lain yang tidak melampaui ketiadaan

Universitas Sumatera Utara konflik. Pluralisme disatu sisi mensyaratkan ukuran-ukuran kelembagaan dan legal yang melindungi dan mengesahkan kesetaraan dan mengembangkan persaudaraan diantara manusia sebagai individu atau kelompok, baik ukuran tersebut bersifat bawaan atau perolehan. Pluralisme juga menuntu suatu pendekatan yang serius terhadap upaya memahami pihak lain dan kerja sama yang membangun untuk kebaikan semua. Setiap orang seharusnya menikmati hak dan kesempatan yang sama, serta harus memenuhi kewajiban yang sama sebagai warga negara. Setiap kelompok juga harus memiliki hak untuk berhimpun dan berkembang, memelihara identitas dan kepentingannya, serta menikmati kesetaran hak dan kewajibannya. Sementara itu, Abdul Aziz Sachedina menyakan bahwa istialh pluralisme merupakan salah satu kata yang paling ringkas untuk menyebut suatu tatanan dunia baru dimana perbedaan budaya, sistem kepercayaan, dan nilai-nilai perlu disadari agar warga negara terpanggil untuk hidup berdamai dalam perbedaan. Pernyataan Sachedina ini dikemukakan karena keragaman kultur akan dapat menghadirkan konflik yang berkepanjangan. Sejarah hubungan antarumat beragama menjadi bukti betapa keragaman agama dan keyakinan dapat menimbulkan konflik abadi yang melibatkan umat Islam dan umat Kristiani. Fenomena mutakhir di Indonesia juga menunjukkan adanya kekerasan sosial dibeberapa daerah dengan mengatasnamakan agama dan paham keagamaan. Realitas ini menunjukkan bahwa kesadaran antarumat beragama untuk mengakui martabat kemanusiaan orang lain, tanpa melihat agama, suku, dan afiliasi kulturalnya, perlu ditumbuhkan. Sementara kata keagamaan dalam rangkaian kata pluralisme keagaamaan dimaksudkan untuk menunjukkan aspek yang berkaitan dengan kualitas penghayatan dan sikap hidup seseorang berdasarkan nilai-nilai ajaran agama yang diyakininya. Dalam studi sosial, istilah keagamaan biasanya dibedakan denga kata agama (religion). Menurut Mukti Ali, agama merupakan kata yang paling sulit diberikan pengertian. Terdapat tiga kata alasan mengapa agama sulit diberikan definisi; pertama, karena pengalaman agama merupakan soal batiniah dan seringkali bersifat subyekftif, karena itu sangat individual. Kedua, bahwa seringkali tidak ada orang yang berbicara begitu bersemangat dan penuh

Universitas Sumatera Utara emosional lebih daripada membicarakan masalah agama. Karena itu ketika orang berbicara agama maka selalu ada emosi yang kuat sehingga terasa sulit memberikan arti agama. Ketiga, bahwa konsepsi tentang agama akan dipengaruhi oleh tujuan orang yang memberikan pengertian. Dengan kata lain, agama dapat didefinisikan berdasarkan perspektif yang digunakan seseorang. Kesulitan memberikan pengertian yang dapat diterima secara umum terhadapa agama juga tercermin melalui pandangan para filosof, sosiolog, psikolog, dan teolog. Para filosof misalnya berpandangan bahwa agama adalah superstitious structure of incoherent metaphysical notions. Sosiolog mendefninisikan agama sebagai collective expression on human values. Para pengikut Karl Marx mengartikan agama dengan the opiate of the people. Sedangkan psikolog menyimpulkan bahwa pengertian agama dengan mystical complex surrounding a projected super ego. Dengan keragaman pandangan ini menjadi jelas bahwa tidak ada batasan yang disepekati mengenai agama. Walaupun sulit dicari pengerti sempurna mengenai agama, tetapi terdapat bentuk- bentuk yang menjadi ciri khasi agama, seperti kebaktian, pemisahan yang sakral dan yang profane, kepercayaan pada jiwa, kepercayaan pada Tuhan, penerimaan atas wahyu yang supranatural, dan pencarian keselamatan. Secara popular agama juga seringkali diartikan dalam pengertian teologis sebagai wahyu yang diturunkan Tuhan pada para nabi dan rasul sebagai pedoman hidup manusia. Dalam perspektif ini, agama juga dapat diartikan dengan himpunan doktrin, ajaran, serta hukum-hukum yang telah baku yang diyakini sebagai kodifikasi perintah Tuhan untuk manusia. Kodifikasi ini berlangsung melalui proses sistematisasi nilai sehingga agama hadir sebagai sabda Tuhan yang terhimpun dalam kitab suci. Dalam wacana kontemporer dijelaskan bahwa agama ternyata memiliki banyak wajah. Agama tidak lagi dipahami semata-mata yang berkaitan dengan persoalan ketuhanan, kepercayaan, keimanan, pedoman hidup, dan ultimate concern. Lebih dari ini semua, agama juga terkait dengan persoalan historis- kultural. Dalam perspektif historis-empirik, agama juga sarat dengan berbagai “kepentingan” sosial kemasyarakatan yang kemudian menjadi sumber persoalan keagaaman kontemporer. Hampir semua kepentingan memiliki seperangkat

Universitas Sumatera Utara institusi dan organisasi pendukung yang memperkuat dan menyebarkan paham keagamaan yang diyakini. Institusi dan organisasi pendukung ini bergerak dalam banyak segi, seperti sosial budaya, pendidikan, sosial kemasyarakatan, politik, dan paguyuban. Realita ini jelas menunjukkan betapa sulit menjumpai agama yang tidak terkait dengan “kepentingan” kelembagaan, kekuasaan, dan interest manusiawi lainnya. Fungsi mendasar dari agama adalah memberikan orientasi, motivasi, dan membantu manusia untuk mengenal dan menghayati sesuatu yang dipandang sakral. Melalui pengalaman keberagaman inilah seseorang mampu memiliki kesanggupan, kemampuan, dan kepekaan untuk mengenal dan memahami Tuhan. Secara sosiologis, agama merupakan kategori sosial. Dalam konteks ini agama dirumuskan dalam tiga corak pengungkapan, yakni kepercayaan (system of belief), ritus sebagai sistem penyembahan (system of worship), dan hubungan kemasyarakatan (system of social relation). Dengan tiga pengungkapan ini berarti agama merupakan sistem yang memiliki kekuatan yang mampu membentuk ikatan sosial. Bahkan agama juga mampu membentuk kategori sosial atas dasar ikatan psikoreligius, kredo, dogma, dan tata nilai yang diyakini kebenarannya. Selain istilah pluralisme keagamaan (religious pluralism), teradapat juga beragam istilah yang digunakan dalam beberapa literature untuk menujukkan fenomena keragaamaan dalam keberagamaan. Tokoh seperti Richard Huges Seager, Thomas Dean, dan Kosuke Koyama, termasuk orang yang menggunakan istilah pluralisme keagaaman dalam karya mereka. Sementara Gerald Parsons menggunakan istilah diversitas agama (religious diversity). Beberapa penulis di Indonesia juga menggunakan istilah yang berbeda misalnya, Munawir Sjaddzali dan Nurcholish Madjid (pluralisme agama), Bahtiar Efendi (pluralisme keagamaan), dan Nur Achmad (pluralitas agama). Keragaman penggunaan istilah ini menunjukkan betapa tema mengenai paham kemajemukan (pluralisme) telah menjadi salah satu tema penting yang diwacanakan oleh banyak pemikir lintas agama. Secara historis, proses kemunculan pluralisme keagaaman di Indonesia dapat diamati sejak berkembangnya agama Hindu dan Budha. Perkembangan agama Hindu dan Budha ternyata tidak berarti membunuh agama-agama lokal,

Universitas Sumatera Utara seperti animisme dan dinamisme. Kepercayaan lokal ini tetap berkembang seiring dengan perkembangan agama Hindu dan Budha. Bahkan ketika agama Islam menunjukkan perkembangan pesat melalui jalur perdagangan, kedua kepercayaan lokal tersebut tetatp masih tumbuh subur (Biyanto, 2009:35-43).

2.3.5.2 Tipologi Pluralisme Keagamaan Pluralitas (kemajemukan) merupakan suatu keniscayaan sehingga tidak dapat ditolak kehadirannya. Bahkan kemajuemukan dapa dipandang sebagai ketetapan Tuhan. Kemajemukan ini didasarkan pada realitas bahwa secara alamiah manusia memang meiliki perbedaan dikarenakan keragaman latar belakang sosial, pendidikan, budaya, dan aspek lokalitas lainnya. Menurut Kosuke Koyama, sejauh ini perbincangan mengenai pluralisme agama berkaitan dengan dua pendekatan terhadap watak dan hakikat kebenaran: pertama, kelompok yang menyatakan bahwa sejak semula hakikat kebenaran tidak hanya satu, melainkan banyak. Pandangan ini dapat disebut sebagai pluralisme ekstrim (hard pluralism). Kedua, kelompok yang berpandangan bahwa hanya ada satu hakikat kebenaran yang muncul dalam banyak bentuk. Pandangan ini dapat disebut pluralisme moderat (soft pluralism). Tipologi yang dibuat Koyama tersebut semakin mempertegas pandangan yang menginginkan agar pluralisme juga mengakui; (1) beberapa common ground dimana semua kemanusiaan berdiri, yang tanpanya maka berbagai model keberagaman seperti pluralisme, inkluvisme, dan eksklusivisme, tidak akan pernah bermakna, (2) kebenaran yang sama dapat muncul dalam tradisi agama- agama yang berbeda melalui simbol-simbol dan bentuk-bentuk pemikiran, (3) apa pun yang dikatakan orang mengenai pluralisme, inkluvisme, dan eksklusivisme, yang pasti kehidupan keagaamaan adalah suatu komitmen. Orang kristiani adalah kristiani karena meyakini Kristen sebagai agama yang benar, demikian juga dengan orang Islam, Hindu, Budha, dan seterusnya. Sementara Kuntowijoyo menggunakan istilah yang berbeda ketika membuat tipologi pluralisme. Ia menggunakan istilah pluralisme negatif dan pluralisme positif. Istilah pluralisme negatif digunakan untuk menunjukkan sikap keberagaman seseorang yang sangat ekstrim ketika misalnya mengatakan bahwa

Universitas Sumatera Utara beragama itu ibarat memakai baju sehingga ia dapat menggantinya kapan saja dikehendaki. Jadi terdapat pengakuan bahwa ada banyak agama. Secara prinsip pernyataan ini memang sesuai realitas. Tetapi dengan menyatakan bahwa perpindahan agama (konversi) itu wajar terjadi, semudah orang mengganti baju tentu merupakan hal yang dapat menimbulkan kontroversi. Pluralisme akan disebut negatif jika berargumentasi bahwa orang tidak perlu memegang teguh keyakinan agamanya. Agama itu ibarat baju, yang terpenting adalah iman yang ada didalam dadanya. Sementara pluralisme positif merupakan sikap keberagamaan yang sangat mengedepakan penghormatan dan penghargaan terhadap pendapat, pilihan hidup, dan keyakinan keagamaan. Berkaitan dengan ide pluralisme, Nurcholish Madjid (Cak Nur) menekankan bahwa perbedaan dan keanekaragaman merupakan kehendak Tuhan dan fakta alamiah. Karena itu Cak Nur mengingatkan agar pluralitas ini selanjutnya harus mengarah pada pemahaman tentang pluralisme. Dalam hal ini pluralisme adalah suatu sistem nilai yang mengharuskan manusia menghormati semua bentuk keanekaragamaan dan perbedaan, dengan menerima hal tersebut sebagai suatu realitas yang sebenarnya dan dengan melakukan semua kebaikan sesuai dengan watak pribadi masing-masing. Melalui semangat persaudaraan inilah perlu diusahakan mengubah perbedaan menjadi pangkal sikap hidup yang positif, seperti berlomba-lomba menuju kebaikan (Biyanto, 2009:44- 46).

2.3.5.3 Penyebaran Pluralisme Agama : Imigran, Transnasionalisme, Media dan Internet Dalam dunia sekarang ini, keragaman agama meningkat di semua masyarakat. Beberapa tren besar di dunia modern membuat peningkatan keragaman agama tak terelakkan. Modernitas tidak selalu menyebabkan penurunan agama. Perkembangan modern seperti migrasi massa dan wisata, urbanisasi, literasi, dan, yang paling penting, teknologi baru komunikasi- telah membawa situasi di mana tradisi agama yang berbeda yang hadir satu sama lain dengan cara yang secara historis belum pernah terjadi sebelumnya (Banchoff, 2007:21). Kita adalah generasi pertama dalam sepanjang sejarah umat manusia

Universitas Sumatera Utara berada dalam situasi ini. Ini adalah pertama kalinya bahwa sebagian besar umat manusia hidup dalam lingkungan agama yang benar-benar beragam. Hal ini juga pertama kalinya bahwa mereka yang telah menghabiskan hidup mereka tanpa berhubungan dengan orang atau lembaga agama lain memiliki kemungkinan untuk berhubungan dengannya. Pengalaman antaragama yang merupakan sebuah fenomena sosial dan budaya Dalam arti sosial, ini adalah tentang interaksi signifikan dan keaktifan agama minoritas (situasi yang telah ditandai di benua India untuk waktu yang sangat lama, meskipun juga telah ditandai Eropa barat kontemporer dengan kehadiran jutaan Muslim serta masyarakat Budha, Hindu dan Sikh bersama Kristen dan Yahudi), serta pekerja imigran, ekonomi dan pengungsi politik, pelajar, dan eksekutif profesional yang karena pekerjaan mereka hidup kosmopolitan sebagai warga negara internasional atau warga dunia. Ada peningkatan jumlah campuran pernikahan dalam arti agama, sehingga anak-anak menerima formasi agama campuran. dan media juga menyebarluaskan informasi agama yang beragam. Masyarakat telah berinteraksi satu sama lain dan saling mengenal satu sama lain dalam proses yang telah begitu cepat bahwa fenomena sosiologis terbesar dari beberapa dekade terakhir telah apa yang kita sebut globalisasi. Globalisasi berarti bahwa dunia menjadi satu, bahwa semua unsur dan dimensi masyarakat di planet ini menghubungkan dan menjadi saling tergantung. Masyarakat tidak lagi merupakan dunia yang terpisah. Mereka telah menjadi anggota dari satu lebih besar entitas sosial, dunia tunggal yang meliputi mereka sebagai sub-masyarakat. Perjalanan, migrasi (terutama karena alasan ekonomi), koneksi pariwisata, dan keluarga telah membuatnya begitu hampir tidak ada tempat di planet di mana hanya orang asli tetap atau di mana mereka hidup tanpa berhubungan dengan masyarakat lain. Semakin, apa yang kita lakukan mempengaruhi orang lain dengan intensitas yang lebih besar dan kedekatan yang lebih besar, melalui jaringan yang semakin luas dan banyak. Fenomena globalisasi ini tumbuh secara eksponensial di abad kedua puluh dimana media komunikasi mengembangkan teknologi baru. Ini adalah mengubah dunia menjadi sebuah masyarakat tunggal yang besar, menjadi desa global, di

Universitas Sumatera Utara mana budaya dan agama yang sebelumnya terisolasi dari dan penolakan satu sama lain menjadi tetangga dan dipaksa untuk hidup berdampingan. Hari ini "hampir semua agama telah masuk ke dalam kontak," tidak dapat dihindari bahwa mereka hadir satu ke yang lain. Dalam dunia sekarang ini, sekarang fakta bahwa agama dan budaya harus hidup berdampingan. Banyak masyarakat yang multikultural dan terdiri dari kelompok orang-orang yang datang dari negara lain lingkungan Seluruh dihuni oleh orang-orang dari kelompok etnis tertentu atau budaya. Agama yang berbeda tidak lagi jauh dari satu sama lain, mereka sekarang tinggal di masyarakat yang sama dan di kota-kota yang sama. Orang dari agama yang berbeda tidak lagi dipisahkan oleh lautan, mereka hidup berdampingan, di jalan yang sama, bahkan di gedung yang sama. Sekarang kita tidak perlu melakukan perjalanan atau meninggalkan lingkungan kita sendiri untuk menemukan orang-orang dengan iman yang berbeda dari yang kita lakukan. Bahkan, banyak keluarga saat ini memiliki anggota (terutama anggota muda, apakah saudara sedarah atau mertua) yang mempraktikkan agama selain agama keluarganya. Pluralisme agama adalah bukan teori, itu adalah fakta bahwa semakin dengan kita di semua lingkungan di masyarakat, di kota, di tempat kerja, di media - bahkan dalam kita sendiri keluarga Tidak ada yang bisa menghapus dia atau dirinya dari lanskap manusia baru ini (Vigil, 2008: 6-28). Terdapat faktor utama dalam penyebaran pluralisme agama, Giusseppe Giordan dan Enzo Pace mengemukakan tiga faktor penyebaran pluralisme agama yaitu (1) migrasi, (2) transnasionalisme, dan (3) media massa dan internet. • Faktor Migrasi Dalam ekonomi pasar mengglobal, semakin banyak orang menjadi migran untuk mengejar investasi atau kesempatan kerja. Selain modal dan ekonomi keterampilan, imigran juga membawa agama yang berbeda dari yang dari masyarakat lokal. Meskipun imigran baik berharap dan diharapkan untuk mengakomodasi dengan kehidupan di masyarakat baru, bagi kebanyakan orang agama bukanlah sesuatu yang mereka dapat dengan mudah lupakan atau mudah diperoleh. Untuk alasan ekonomi dan sosial, masyarakat lokal juga mengharapkan dan diharapkan untuk mengakomodasi keyakinan agama dan praktik imigran yang

Universitas Sumatera Utara memasok baik modal atau keterampilan sosial dan ekonomi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Kehadiran imigran di masyarakat lokal secara umum menyebabkan banyak tantangan sosial-politik. Salah satu tantangan tersebut adalah di bidang ekspresi budaya dan agama di antara imigran. Masyarakat lokal umumnya menempatkan pembatasan tertentu pada imigran berkaitan dengan ekspresi keagamaan mereka. Dorongan umum dari masyarakat lokal adalah untuk mengharapkan imigran untuk secara bertahap mengintegrasikan ke dalam masyarakat arus utama dan mengasimilasi nilai-nilai dan sistem kepercayaan dari masyarakat lokal. Namun, para imigran selalu menunjukkan tanda-tanda perbedaan pendapat dan mewujudkan keinginan mereka untuk mengejar pandangan dunia budaya dan agama mereka sendiri bahkan ketika keyakinan dan praktik semacam itu dipandang tidak diinginkan dalam masyarakat lokal (Kumar, 2006:1). • Faktor Transnasionalisme Dalam era globalisasi, yang difasilitasi oleh teknologi canggih dari transportasi dan komunikasi, semakin banyak migran sebenarnya transnasional yang mempertahankan rumah di dua atau lebih negara dan perjalanan bolak-balik secara teratur. Bahkan mereka pemukim imigran yang mempertahankan rumah tunggal di negara imigran yang sekarang lebih mungkin untuk melakukan kunjungan ke negara asal mereka, dan mereka mempertahankan kontak konstan dengan kerabat dan teman-teman di kedua masyarakat itu. Ini koneksi transnasional membuat perlu bagi para migran untuk mempertahankan hubungan agama serta sosial kepada masyarakat asal mereka, baik dengan menjunjung tinggi agama tradisional mereka atau dengan memperkenalkan kembali ke komunitas asal mereka praktik keagamaan belajar di masyarakat yang mereka telah bergabung. • Faktor Media Massa dan Internet Tanpa bermigrasi sendiri atau menerima imigran dari masyarakat lain, masyarakat dapat dengan mudah mengakses informasi agama yang dipraktekkan di tempat dan waktu yang berbeda sepeti melalui buku, majalah, koran, televisi, dan internet. Mereka juga dapat bergabung komunitas virtual yang didedikasikan

Universitas Sumatera Utara untuk berbagai agama atau membuat teman-teman virtual dengan orang-orang yang berada di bagian lain dunia dan berlatih agama mereka yang berbeda. Diana Eck mengatakan bahwa keaslian pengalaman religius tidak lagi hanya di tangan otoritas agama yang diakui atau diterima dari ritual yang sudah ditetapkan dan tetapi juga di ada di perangkat mobile yang kita pegang di tangan (Campbell, 2013:219). Akhirnya, pengalaman migrasi dan kosmopolitan baru dari kehidupan telah dihasilkan baik kebutuhan spiritual dan sosial dan kemungkinan praktis yang bisa mendorong imigran atau non-imigran untuk mengembangkan agama baru, mungkin dengan memilih elemen dari berbagai tradisi untuk membentuk komunitas baru dengan agama yang berbeda. Inovasi agama merupakan fenomena umum modernitas akhir-akhir ini. Singkatnya, mengingat tren besar di bidang ekonomi dan sosial, tidak dapat dihindari bahwa masyarakat modern akan memiliki peningkatan jumlah agama (Giordan & Pace, 2014:49-50).

2.2.6 Semiotika Semiotika adalah studi mengenai tanda (signs) dan simbol yang merupakan tradisi penting dalam pemikiran tradisi komunikasi. Tradisi semiotika mencakup teori utama mengenai bagaiamana tanda mewakili objek, ide, situasi, keadaan, perasaan, dan sebagainya yang berada diluar diri. Studi mengenai tanda tidak saja memberikan jalan atau cara dalam mempelejari komunikasi, tetapi juga memiliki efek besar pada hampir setiap aspek (perspektif) yang digunakan dalam teori komunikasi. Secara etimologis, istilah semiotik1 berasal dari kata Yunani ‘semerion’ yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbagun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. (Burhan, 2007:164) Teori modern pertama yang membahas tanda dikemukan oleh ahli filsafat dari abad kesembilan belas, Charles Saunders Peirce, yang dianggap sebagai pendiri semiotika modern. Ia mendefinisikan semiotika sebagai suatu hubungan antara tanda (simbol), objek, dan makna . teori dari pierce seringkali disebut sebagai ‘grand theory’ dalam semiotika. Hal ini karena gagasannya bersifat meyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem penandaan. Peirce ini

Universitas Sumatera Utara mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua komponen dalm struktur tunggal. Sebuah tanda atau representamen adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain itu disebut interpretant, dinamakan sebagai interpretan dari tanda yang pertama, pada gilirannya akan mengacu pada objek tertentu. Dengan demikian, sebuah tanda atau representamen memiliki relasi ‘triadik’ langsung dengan interpretan dan objeknya. Apa yang dimaksud dengan proses ‘semiosis’ merupakan suatu proses yang memadukan entitas (berupa representamen) dengan entitas lain yang disebut sebagai objek. Proses ini oleh Peirce disebut sebagai signifikasi (Wibowo, 2013:17-18). Konsep dasar yang menyatukan tradisi semiotika ini adalah ‘tanda’ yang diartikan sebagai suatu stimulus yang mengacu pada sesuatu yang bukan dirinya sendiri. Pesan memiliki kedudujab yang sangat penting dalam komunikasi. Menurut John Powers, pesan memiliki tiga unsue, yaitu : 1) tanda dan simbol; 2) bahasa; dan 3) wacana (discourse). Tanda merupakan dasar bagi semua komunikasi. Tanda menunjuk atau mengacu pada sesuatu yang bukan dirinya sendiri, sedangkan makna atau arti adalah hubungan antara objek atau ide dengan tanda. Kedua konsep tersebut menyatu dalam berbagai teori komunikias, khususnya teori komunikasi yang memberikan perhatian pada simbol, bahasa sertia tingkah laku nonverbal. Kelompok teori ini menjelaskan bagaimana tanda dihubungkan dengan makna dan bagaimana tanda diorganisasi. Studi yang membahas mengenai tanda ini disebut dengan semiotika. Semiotika sering kali dibagi ke dalam tiga wilayah, yaitu 1) Semantik; 2) Sintatik; dan 3)Pragmatik. 1. Semantik Semantic membahas bagaimana tanda berhubungan dengan referennya, atau apa yang diwakili suatu tanda. Semiotika menggunakan dua dunia, yaitu ‘dunia benda’ (world of things) dan dunia tanda (world of sings) dan menjelaskan hubungan keduanya. Buku kamus, misalnya merupakan referensi semantic; kamus mengatakan kepada kita apa arti suatu kata atau apa yang diwakili atau dipresentasi oleh suatu kata. Prinsip dasar dalam semiotika adalah bahwa representasi selalu diperantarai atau dimediasi oleh kesadaran interpretasi

Universitas Sumatera Utara seorang individu, dan setiap interpretasi atau makna dari suatu tanda akan berubah dari satu situasi ke situasi lainnya. 2. Sintaktik Wilayah kedua dalam studi semiotika adalah sintaktik yaitu studi mengenai hubungan diantara tanda. Dalam hal ini, tanda tidak pernah sendirian mewakili dirinya, tanda adalah selalu menjadi bagian dari sistem tanda yang lebih besar atau kelompok tanda yang diorganisir melalui cara tertentu. Sistem tanda seperti ini disebut kode. Kode dikelola dalam berbagai aturan. Dengan demikian, tanda yang berbeda mengacu atau menujukkan benda berbeda dan tanda digunakan bersama-sama melalui cara-cara yang diperbolehkan . Menurut pandangan semiotika, tanda selalu dipahami dalam hubungannya dengan tanda lainnya. Buku kamus tidak lebih dari catalog atau daftar kata-kata yang menujukkan hubungan antara satu kata dengan kata lainnya (satu kata dijelaskan melalui kata-kata lain). Dengan demikian, secara umum, kita dapat memahami bahwa sintatik sebagai aturan yang digunakan manusia untuk menggabungkan atau mengkombinasikan berbagai tanda ke dalam suatu sistem makna yang kompleks. Satu gerak tubuh (gesture) sering kali harus digunakan bersama- sama dengan sejumlah gerak tubuh lainnya agar dapat menghasilkan sistem tanda noneverbal yang kompleks, dan tanda nonverbal harus digunakan bersama dengan bahasa untuk mengungkapkan makna yang lebih kompleks. Aturan terdapat pada sintaktik memungkinkan manusia menggunakan berbagai kombinasi tanda yang sangat banyak untuk mengungkapkan arti atau makna. 3. Pragmatik Wilayah ketiga dalam studi mengenai semiotika adalah pragmatic, yaitu bidang yang mempelajari bagaiama tanda menghasilkan perbedaan dalam kehidupan manusia atau dengan kata lain, pragmatic adalah studi yang mempelajari penggunaan tanda serta efek yang dihasilkan tanda. Aspek pragmatik dari tanda memiliki peran penting dalam komunikasi, khususnya untuk mempelajari mengapa terjadi pemahaman (understanding), atau kesalahpahaman (misunderstanding) dalam berkomunikasi (Morrisan & Andy, 2009;27-30).

Universitas Sumatera Utara 2.3.6.1 Semiotika Komunikasi Komunikasi adalah negosiasi dan pertukaran makna dalam mana pesan dibangun oleh masyarakat berdasar budaya dan realitas, yang mampu berinteraksi karena menggunakan makna yang mereka bangun dan mereka pahami bersama untuk menumbuhkan saling pengertian. Semiotika sebagai konsep tentang tanda- tanda dipergunakan secara fleksibel tetapi seksama dalam memecahkan persoalan makna pesan dalam tindak komunikasi, menggali berbagai perspektif dalam fenomena komunikasi, serta semiotika akan membantu menjelaskan bagaimana tindak komunikasi berlangsung sebagai proses interaksi. Disebut komunikasi karena ada aktor, ada proses dan ada lambang. Proses komunikasi dalam interaksi sosial, antar aktor dalam masyarakat menyampaikan pesan dengan menggunakan lambang-lambang, simbol-simbol, bahasa, dalam hal ini disebut tanda-tanda. Dalam komunikasi bahasa (verbal dan non verbal) merupakan unsur utama dalam komunikasi (is essential to communication) karena ia membangun pesan . Dan Nimmo mendefinisikan komunikasi sebagai proses interaksi sosial yang digunakan orang untuk menyusun makna yang merupakan citra mereka mengenai dunia (yang berdasarkan itu mereka bertindak) dan untuk bertukar citra itu melalui simbol-simbol. Proses di sini sebagai dasar definisi tentang komunikasi. Proses adalah arus, perubahan, dan ketidaktetapan dalam hubungan kegiatan terhadap satu sama lain. Sebagai proses, komunikasi tidak memiliki titik bertolak, tiada hentinya ia meliput interpretasi personal, pertukaran sosial, dan politik. Semua makna budaya diciptakan dengan menggunakan simbol-simbol. Simbol adalah objek atau peristiwa apa pun yang menunjuk pada sesuatu. Semua bsimbol melibatka tiga unsur; simbol itu sendiri, satu rujukan atau lebih, dan hubungan antara simbol dengan rujukan. Ketiga hal ini merupakan dasar bagi semua makna simbolik. Simbol itu sendiri meliputi apa pun yang dapat kita rasakan atau kita alami. Sebuah rujukan adalah benda yang menjadi rujukan simbol. Rujukan dapat berupa apa pun yang dapat dipikirkan dalam pengalaman manusia. Kita bahkan dapat merujuk pada simbol-simbol lain dan menjadikannya rujukan dalam rantai makna yang tidak ada hentinya .

Universitas Sumatera Utara Menurut Umberto Eco semiologi juga membahas persoalan-persoalan “signifikasi “ dan komunikasi. Semiotika membicarakan kedua hal ini sedemikian rupa sehingga batas antara semiotika dan teori komunikasi tidak selalu jelas. Meski begitu, antara kedua teori ini dalam pandangan Eco terdapat perbedaan tujuan dan metode. Komunikasi terjadi dengan perantaraan tanda-tanda, dengan demikian tidaklah mengherankan jika kita lihat bahwa sebagian teori komunikasi berasal dari semiotika (Machrus, 2008:26-32).

2.3.6.2 Semiologi Roland Barthes Kancah penelitian semiotika tidak bisa begitu saja melepaskan nama Roland Barthes (1915-1980), ahli semiotika yang mengembangkan kajian yang sebelumnya punya warna kental strukturalisme kepada semiotika teks. Barthes melontarkan konsep tentang konotoasi dan denotasi sebagai kunci dari analisisnya. Barhtes menggunakan versi yang jauh lebih sederhana saat membahas model ‘glossematic sign’ (tanda-tanda glossematic). Mengabaikan dimensi dari bentuk dan substansi,Barthes mendefinisikan sebuah tanda (sign) sebagai sebuah sistem yang terdiri dari (E) sebuah ekspresi atau Signifier dalam hubungannya (R) dengan content (atau signified) (C). kesatuan dari tingkat-tingkat dan relasinya ini membentuk sebuah sistem (ERC). Sebuah sistem tanda dapat menjadi sebuah elemen dari sebuah sistem tanda yang lebih lengkap dan tanda primer (E₁R₁C₁) menjadi ekspresi dari sebuah sistem tanda kedua. E₂= (E₁R₁C₁)R₂C₂ Dengan begitu, primary sign (tanda primer) adalah denotative sedangkan secondary sign (tanda sekunder) adalah satu dari konotatif semiotic. Konsep konotatif inilah yang menjadi kunci penting dari model semiotika Roland Barthes. Fiske menyebut model ini sebagai Signifikasi dua tahap (Wibowo, 2013:21). Konotasi merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes menyebutkan sebagai sistem pemaknaan tataran kedua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sastra merupakan contoh paling jelas sistem pemaknaan tataran ke-dua yang dibangun di

Universitas Sumatera Utara atas bahasa sebagai sistem yang pertama. Sistem ke-dua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang di dalam Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotative atau sistem pemaknaan tataran pertama.

1 Signifier (penanda) 2. Signified (petanda)

3. denotatitive sign (tanda denotatif)

4. CONNOTATIVE SIGNIFIER (PENANDA 5. CONNOTATIVE SIGNIFIED (PETANDA KONOTATIF) KONOTATIF

6. CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF) Gambar 2.1 Peta Tanda Roland Barthes

Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotative (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotative adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsure material: hanya jika anda mengenal ‘singa”, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin. Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekadar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif melandasi kebaradaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang sangat berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussure, yang berhenti pada penandaan dalam tataran denotatif. Pada dasarnya, ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam pengertian secara umum serta denotasi dan konotasi yang dimengerti oleh Barthes. Dalam pengertian umum, denotasi biasanya dimengerti sebagai makna harfiah, makna yang “sesungguhnya”, bahkan kadang kala juga dirancukan sebagai referensi atau acuan. Proses signifikasi yang secara tradisional disebut sebagai denotasi ini biasanya mengacu kepada penggunaan bahasa dengan arti

Universitas Sumatera Utara yang sesuai dengan apa yang terucap. Akan tetapi, di dalam semiologi Roland Barthes dan para pengikutnya, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosikan dengan kertutupan makna dan, dengan demikian, sensor atau represi politis. Sebagai reaksi yang paling ekstrem melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opresif ini. Barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya. Baginya, yang ada hanyalah konotasi semata-mata. Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideology, yang disebutnya sebagai ‘mitos’, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda dan tanda, namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau , dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran ke-dua. Barthes memampatkan ideologi dengan mitos karena baik di dalam mitos maupun ideology, hubungan antara penanda konotatif dan petanda konotatif terjadi secara termotivasi. Seperti Marc, Barthes juga memahami ideology sebagai kesadaran palsu yang membuat orang hidup di dalam dunia yang imajiner dan ideal, meski realitas hidupnya yang sesungguhnya tidaklah demikian. Ideologi ada selama kebudayaan ada, dan itulah sebabnya Barthes berbicara tentang konotasi sebagai suatu ekspresi budaya. Kebudayaan mewujudkan dirinya di dalam teks-teks dan, dengan demikian, ideologi pun mewujudkan dirinya melalui berbagai kode yang merembes masuk ke dalam teks dalam bentuk penanda-penanda penting, seperti tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain. (Sobur, 2004:68-71)

2.3.6.3 Tanda Mengartikan tanda menjadi tujuan utama dari ilmu semiotika, namun meskipun ilmu semiotika mengamati bahwa sesuatu bisa digunakan untuk melambangkan hal lainnya, namun Roland Barthes melihat tanda sebagai alat komunikasi sebuah ideologi, memiliki makna konotasi untuk mempertegas nilai dominan dalam masyarakat. Barthes memaknai bahwa konotasi menjadi label berisi perangkat tanda yang selalu dibawa kapanpun Cara untuk mendefinisikan

Universitas Sumatera Utara tanda berbeda berdasarkan kebiasaan dalam penggunaan kata-kata. Misalnya saja kata positif jika dalam ilmu fisika kata positif dimaknai sebagai salah satu medan magnet yang akan tarik menarik dengan kutub dimaknai bahwa dua variabel tersebut nilainya berbanding lurus, dalam ilmu psikologi hubungan yang positif akan dimaknai bahwa hubungan personalnya berjalan baik, sedangkan dalam ilmu kebidanan positif akan dimaknai sebagai keberhasilan kehamilan. Tanda tercipta bukan karena dirinya sendiri, tapi karena sistem yang membuat tanda bisa dimengerti dan dimaknai. Seperti bunga mawar yang akan tetap menjadi sebuah tanaman biasa jika tidak ada sebuah sistem yang memaknai bahwa mawar merah untuk pernyataan cinta, mawar putih untuk melambangkan kesucian dan mawar kuning untuk melambangkan kecemburuan. Keberadaan sistem tadi juga ikut menentukan sebuah tanda bisa diketahui, dipahami dan dimaknai karena memiliki nilai-nilai ideology atau tanda tadi hanya cukup diketahui tanpa perlu untuk dimaknai. Tanda-tanda tadi juga bisa digunakan sebagai representasi yang digunakan seseorang ataupun kelompok untuk menggambarkan ideologi mereka. John Fiske mengamati tanda yang bisa menjadi representasi dari agen sosial bisa diamati dari 3 level; 1) bagaimana tanda itu dikonstruksikan; 2) bagaimana secara teknis tanda itu dikonstruksikan; 3) bagaimana tanda tadi bisa terorganisir ke dalam koherensi sosial. Proses analisis tanda ini memberikan rasionalisasi munculnya makna bagi tanda. Dalam proses pemaknaan tanda, Barthes melihat bahwa harus ada penanda (signifier) dan petanda (signified) yang saling bekerja sama untuk menyatukan tanda-tanda. Signifier adalah pikiran sedangkan signified adalah pemikiran yang tersembunyi karena ketika proses pemaknaan dilakukan, individu sudah memiliki beragam latar belakang dan pengalaman yang secara tidak langsung akan menjadi landasan untuk memaknai sesuatu. Seperti ilustrasi dari Saussure yang menyampaikan bahwa tanda seperti sebuah kertas putih yaitu signifier di satu sisi sedangkan sisi yang lain adalah signified. Jika dipotong ditengahnya maka akan mendapatkan keduanya itulah tanda. Metode penelitian Barthes merupakan perkembangan dari pemikiran Ferdinand de Saussure seorang linguistik dari Swiss yang membagi tanda menjadi penanda (signifier) dan petanda (signified) yang saling berkaitan yang tidak bisa

Universitas Sumatera Utara dipisahkan. Penanda ialah elemen bentuk sedangkan petanda ialah konsepnya, sehingga penggabungan penanda dan petanda akan menjadi tanda. Namun metode Barthes tidak hanya berhenti dalam mengamati makna tanda dengan membedah penanda dan petanda. Bagi Roland Barthes pemaknaan tersebut merupakan pemaknaan pada lapisan pertamayakni tataran denotasi. Sehingga perlu pisau analisis mendalam untuk memperhatikan pemaknaan pada lapisan kedua yakni tataran konotasi dan akhirnya tanda dalam level pertama dilakukan petanda kembali dan menimbulkan tanda kedua yakni mitos dalam masyarakat. Konotasi bagi Barthes justru mendenotasikan sesuatu hal yang ia nyatakan sebagai mitos, dan mitos ini mempunyai konotasi terhadap ideologi tertentu (Yulianti, 2011:101-103).

2.3.6.4 Mitos Mitos merupakan cerita yang sangat kuat dimana budaya mengekspresikan perhatian dan nilai-nilai terdalam mereka. Jika ada modern mitos atau mitos kuno yang hidup dalam masyarakat kontemporer, kita dapat menemukannya yang diekspresikan dalam cerita melalui media massa. Mitos yang kuat terus membentuk pikiran kita dalam dunia yang kontemporer. Mitos ini menginterpretasikan sumber berbagai hal, mengekspresikan berbagi nilai-nilai dan memberikan bentuk dan makna kepada pengalam kita (Stout, 2006:283). Mitos adalah suatu bentuk pesan atau tuturan yang harus diyakini kebenarannya tetapi tidak dapat dibuktikan. Mitos bukan konsep atau ide tetapi merupakan suatu cara pemberian arti. Secara etimologis, mitos merupakan suatu jenis tuturan, tentunya bukan sembarang tuturan. Suatu hal yang harus diperhatikan bahwa mitos adalah suatu sistem komunikasi, yakni suatu pesan (message). Tetapi mitos tidak didefinisikan oleh objek pesan melainkan dengan cara menuturkan pesan tersebut, misalnya dalam mitos, bukan hanya menjelaskan tentang objek pohon secara kasat mata, tetapi yang penting adalah cara menuturkan tentang pohon tersebut. Apa saja bisa dikatakan sebagai mitos selama diutarakan dalam bentuk wacana/diskursus. Artinya, orang menuturkan tentang pohon dapat dibuat dalam berbagai macam versi. Pohon yang diutarakan oleh kelompok lingkungan bukan saja sebagai objek tetapi pohon mempunyai makna

Universitas Sumatera Utara luas,psikologi, sakral, pelestarian dan seterusnya. Dalam arti pohon diadaptasi untuk suatu jenis konsumen, dengan kerangka literatur yang mendukung dan imaji-imaji tertentu yang difungsikan untuk keperluan sosial (social usage) yang ditambahkan pada objek murni. Pengertian mitos dalam konteks mitologi-mitologi lama mempunyai pengertian suatu bentukan dari masyarakat yang berorientasi pada masa lalu atau dari bentukan sejarah yang bersifat statis, kekal. Mitos dalam pengertian lama identik sejarah/histori, bentukan masyarakat pada masanya. Menurut Roland Barthes tuturan mitologis bukan saja berbentuk tuturan oral, tetapi tuturan itu dapat berbentuk tulisan, fotografi, film, laporan ilmiah, olah raga, pertunjukan, iklan, lukisan. Mitos pada dasarnya adalah semua yang mempunyai modus representasi. Paparan contoh di atas mempunyai arti (meaning) yang belum tentu bisa ditangkap secara langsung, misalnya untuk menangkap arti atau meaning sebuah lukisan diperlukan interpretasi. Tuturan mitologis dibuat untuk komunikasi dan mempunyai suatu proses signifikasi sehingga dapat diterima oleh akal. Dalam hal ini mitos tidak dapat dikatakan hanya sebagai suatu objek, konsep, atau ide yang stagnan tetapi sebagai suatu modus signifikasi. Dengan demikian maka mitos tergolong dalam suatu bidang pengetahuan ilmiah, yakni semiologi.

2.3.6.4.1 Mitos Sebagai Sistem Semiologi Dalam hal hubungan mitos dan semiologi, Barthes berhutang budi pada Saussure. Sebab Saussure melihat studi linguistik sebagai studi kehidupan tanda dalam masyarakat, yang kemudian diadopsi dengan nama semiologi. Semiologi berasal dari kata semion yang berarti tanda. Semiologi tidak berurusan dengan isi melainkan dengan bentuk yang membuat suara, imaji, gerak, dan seterusnya yang berfungsi sebagai tanda. Mitologi terdiri dari semiologi dan ideologi. Semiologi sebagai formal science dan ideologi sebagai historical science. Mitologi mempelajari tentang ide-ide dalam suatu bentuk Mitos yang berurusan dengan semiologi telah berkaitan dengan dua istilah, yakni penanda signifier (significant) dan petanda signified (signife), dan kemudian bertautan lagi dengan istilah sign (tanda). Misalnya satu karangan bunga menandakan cinta.

Universitas Sumatera Utara Dalam hal ini berarti tidak hanya berurusan dengan signifier dan signified, bunga dan cinta, karena dalam tahap analisis terdapat tiga istilah, bunga yang menandakan cinta adalah sebagai tanda (sign). Dalam hal ini signifier adalah suatu konsep bahasa (bunga), signified adalah gambaran dari mental bunga, dan sign merupakan hubungan antara konsep dan gambaran mental yang melahirkan suatu arti, yakni: cinta. Jika hal tersebut diterapkan pada contoh psikis (Freud), bahwa psikis manusia adalah representasi. Misalnya, di satu pihak terdapat tingkah laku seseorang yang telah dipengaruhi oleh mimpi-mimpinya, di lain pihak terdapat sign yang mengartikan kejanggalan tingkah laku orang tersebut, kesalahan-kesalahan tuturannya atau hubungan keluarganya. Berkaitan dengan contoh tersebut Barthes cenderung memisahkan ketiga istilah signifier, signified, dan sign . Di dalam mitos kita menemukan ketiga pola, yakni signifier, signified, dan sign, tetapi mitos mempunyai sistem yang lebih unik karena sistem semiologisnya dikonstruksi dari sistem semiologis sebelumnya, yakni sign atau tanda. Di dalam mitos terdapat dua sistem semiologi. Pertama kita melihat bahasanya atau modus representasinya seperti fotografi, lukisan, poster, ritual atau objek lainnya yang disebut dengan objek bahasa atau meta-language, karena bahasa mitos merupakan bahasa kedua, dari pembicaraan bahasa pertamanya. Ketika seorang semiolog mulai merefleksikan meta-laguange, yang paling diperlukan adalah tanda global atau sign, ia tidak lagi membutuhkan komposisi bahasa, dan tidak memerlukan skema linguistik. Sebagai contoh terkenal, Barthes mengetengahkan Paris- Match. Kepada seorang tukang cukur Barthes mengatakan bahwa ia sedang membaca Paris- Match. Pada halaman depan ia melihat gambar seorang Negro memakai seragam militer Perancis sedang memberi hormat, dengan gagahnya, matanya tajam ke atas. Dalam deskripsi contoh tersebut, kita melihat arti gambar, tetapi lebih lanjut lagi kita dapat melihat makna dari gambar tersebut, artinya bisa melihat lebih dari sekadar sebuah gambar. Kita bisa melihat pesan yang ingin disampaikan dari balik gambar yang dibuat, yakni Perancis merupakan sebuah daerah kekuasaan besar, tanpa membedakan diskriminasi warna kulit, di bawah benderanya, dan tanpa mempunyai rasa dendam kolonialisme, Negro yang digambarkan dalam adegan

Universitas Sumatera Utara tersebut mempunyai makna ingin melayani negaranya. Namun lebih lanjut kita dihadapkan oleh sistem semiologi yang lebih besar terdapat pada signifier yang telah dibentuk oleh sistem semiologi sebelumnya yakni seorang Negro yang sedang memberi hormat, yang memberi signified. Perancis dan militer, yang kemudian memberi sign baru lagi tentang imperialime Perancis. Jika kita telah melihat bahwa ada dua lapisan dalam sistem semiologi yakni ada sistem lingustik dan sistem mitos, hal ini oleh Barthes dibedakan menjadi dua istilah. Dalam lapisan bahasa, signifier disebut meaning (seorang Negro memberi hormat), tetapi dalam lapisan mitos disebut bentuk. Untuk kasus signified tetap sama karena tidak menimbulkan keambiguan yakni konsep. Di dalam bahasa linguistik sign dipakai dalam hubungan antara signifier dan signified. Tetapi di dalam mitos sign merupakan keseluruhan dari hasil sistem semiologi terdahulu, jadi bagi mitos disebut signifikasi atau signification. Karena pada dasarnya mitos mempunyai dua fungsi: mitos dalam hal “menunjukkan dan memberitahu sesuatu” agar pembaca mengerti tentang sesuatu dan sekaligus bertujuan untuk memperdayakan. Signifier dari mitos sekaligus merupakan meaning dan form. Meaning dapat diperoleh dengan cara menangkap lewat indera, tidak seperti signifier linguistik melalui mental, signifier mitos menangkap realitas sensoris. Pemberian hormat yang dilakukan oleh seorang Negro seperti yang terlihat pada tampilan ilustrasi ini, misalnya. Meaning dari mitos mempunyai nilai tersendiri, mempunyai sejarahnya tersendiri juga dan significationnya telah dibangun sebelumnya ketika mitos menstransformasikan ke dalam bentuk kosong dan praktis menjadi suatu bentuk. Di saat menjadi bentuk, meaning menghilang, sejarah pun juga menghilang, tinggal kata-kata. Pengetahuan yang baru yang kita peroleh ialah pengetahuan yang dibungkus oleh konsep mitos. Konsep yang didapat bukan suatu abstraksi dari signifier tetapi ia sama sekali tidak berbentuk. Konsep adalah elemen yang mengkonsitusikan mitos dan bila kita ingin menguraikan mitos, kita harus dapat menemukan konsep mitos tersebut. Misalnya konsep kebaikan, kesatuan, kemanusiaan, dan sebagainya. Signification adalah istilah ketiga yang digunakan sebagai kesatuan sign, suatu yang dihasilkan dari bentuk dan konsep.

Universitas Sumatera Utara Signification juga berarti proses mitos yang terus-menerus dapat menjadi sign baru dan kemudian menjadi mitos yang baru pula.

2.3.6.4.2 Membaca dan Mendeteksi Mitos Secara kasat mata mitos sulit untuk dideteksi, karena mitos cenderung mentransformasikan sejarah kepada sesuatu yang natural (alamiah) dan mengacaukan pembaca bahwa apa yang dibaca konsumen adalah “natural atau seharusnya begitu”. Mitos mempunyai tujuan tidak ingin menyembunyikan sesuatu, dengan cara mengacaukan pembaca. Mitos tumbuh dari konotasi (dari perkembangan konotasi yang semakin mantap). Barthes mengatakan bahwa “kita hidup bukan di antara benda benda melainkan dari opini-opini yang sudah diyakini”. Kekuatiran Barthes dalam hal ini adalah jika opini-opini yang diyakini tersebut dianggap wajar dan alamiah, sebab yang dianggap wajar adalah kekuatan yang dominan. Misalnya dalam koran Kompas terdapat headline “Pemerintah Menurunkan Angka Kemiskinan dari 40% Menjadi 21%”. Bagi konsumen/pembaca mitos, pernyataan dari headline tersebut dianggap baik, tetapi jika yang menangkap pemberitaan tersebut seorang semiolog, ia akan menggunakan sistem semiologis dalam menangkap motif pemberitaan itu, sehingga muncul pemikiran sampai pada penguasaan pemerintah pada negara karena dalam hal itu pemerintah telah memastikan setiap angka-angka yang turun dan naik, selain itu bisa diinterpertasikan jika pernyataan 21% itu adalah benar berarti masih ada 37 juta orang yang masih miskin, akan muncul pertanyaan program apa yang akan digunakan untuk menepis 37 juta orang miskin tersebut? Pada prinsipnya menurut Barthes mitos adalah penaturalisasian (naturalization) konsep. Konsumen mitos hanya berhenti pada bahasa linguistik sehingga ia menerima fakta sebagai fakta, yang benar-benar terjadi tanpa melihat mitos sebagai sistem semiologis. Dalam Mythologies, Barthes sering kali mengemukakan kritiknya terhadap aliran politik kanan yakni kaum bourgeois. Menurut Barthes masyarakat Perancis adalah masyarakat bourgeoisie (borjuis) hal tersebut bisa dilihat dari kultur sampai sistem ekonomi telah berpihak pada sistem kapitalisme. Ideologi kaum

Universitas Sumatera Utara borjuis adalah ideologi yang suka kemasan kosmetik dan sering kali meninggalkan essensi. Tuturannya bersifat moralistik, palsu, dan bergaya teater, Misalnya tokoh-tokoh masyarakat yang gemar tampil dihormati bila berkunjung ke suatu daerah, menyukai suguhan tarian tradisional dan arak-arakan (Barthes 1972: 74). Ia senang diperlakukan seperti raja kecil atau petite bougeoies. Tokoh- tokoh yang suka tampil suci, takut, berpihak dan mengeluarkan kata-kata seperti seseorang yang bijak misalnya menggunakan kata-kata: ngemong ,membimbing, ngayomi, dan sebagainya.Kaum tertindas adalah kaum yang tidak memiliki apa- apa, kaum yang hanya mengenal satu bahasa, satu seragam. Sebaliknya yang menindas adalah mereka yang mempunyai dunia ini yang menentukan bahasa dan seringkali menggunakan metabahasa yang hampa, kosong, sehingga rakyat menjadi penyantap mitos yang setia. Mitos di dalam masyarakat borjuis adalah juga pengguna tuturan yang didepolitisasikan. Artinya segala sesuatu dianggap wajar dan benar samasekali, tidak menganggap bahwa segala sesuatu itu bersifat politis. Mitos juga dapat eksis di kalangan politik kiri. Pada kalangan politik kiri justru mempolitikkan segala sesuatu dan sifatnya cenderung revolusioner. Tetapi bukan berarti mitos di kiri tidak terjadi. Mitos di sini terjadi bila kaum kiri menjadi defensif dan menganggap komunis adalah satu-satunya yang benar, sama halnya bagi mereka yang menganut satu ideologi secara fanatik sehingga menjadi defensif.

Universitas Sumatera Utara 2.4 Kerangka Pemikiran

Video Musik For The Love of God

Semiotika Roland Barthes

Tanda Denotatif Tanda Konotatif Mitos

Pluralisme Agama

Universitas Sumatera Utara BAB III METODE PENELITIAAN

3.1 Metodologi Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Peneliti menggunakan metode kualitatif pada penelitian ini. Metode kualitatif disebut juga metode intepretatif karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan. Istilah penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Metode kualitatif dapat digunakan untuk mengungkap dan memahami sesuatu di balik fenomena yang sedikit pun belum diketahui. Metode ini dapat juga digunakan untuk mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru sedikit diketahui. Demikian pula metode kualitatif dapat memberi rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif. (Sugiyono,2016; Strauss&Corbin 2003). Peneilti kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat. Objek analisis dalam pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala-gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai kategorisasi tetentu. Analisis semiotika Roland Barthes akan digunakan sebagai pisau analisis pada penelitian ini. analisis semiotika Roland Barthes ini menggunakan signifikasi dua tahap. Pada tahap signifikasi pertama menggunakan denotasi, pada tahap kedua menggunakan konotasi dan mitos yang terkadung dari video musik For The Love of God.

3.2 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan permasalahan yang akan diteliti. Objek penelitian merujuk pada masalah atau tema yang sedang diteliti. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Video Musik For The Love of God.

Universitas Sumatera Utara 3.3 Subjek Penelitian Subjek penelitian merupakan seseorang, benda atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Dalam sebuah penelitian, subjek penelitian memiliki peran yang sangat strategis karena subjek penelitian, itulah data tentang tentang variabel penelitian yang akan diamati (Idrus, 2009:91). Subjek dalam penelitian ini mengarah pada gambar yang memuat pluralisme agama dalm video musik For The Love of God.

3.4 Unit Analisis Visual dari video musik For The Love of God dijadikan sebagai unit analisis dalam penelitian ini. Video Musik yang memiliki durasi 5 menit ini mencoba menceritakan dan menggambarkan tentang Pluralisme Agama. Agar mempermudah peneliti dalam hal memaknai potongan gambar dalam video musik ini, maka peneliti akan memaknai gambar maupun visual yang memiliki makna Pluralisme Agama secara baik dan teliti sehingga penelitian ini lebih tepat sasaran. Selanjutnya peneliti akan meneliti video musik For The Love of God dengan menggunakan pendekatan semiologi Roland Barthes. Peneliti akan mengambil unit-unit analisis berdasarkan level tanda, denotasi, konotasi dan mitos. Peneliti tidak akan membatasi level tanda, denotasi, konotasi dan mitos yang akan diteliti. Dalam penelitian ini peneliti akan hendak mencari level tanda, denotasi, konotasi dan mitos yang mampu merepresentasikan pluralisme agama dalam video musik For The Love of God sehingga peneliti akan dapat menunjukkan makna pesan yang ingin disampaikan melalui tanda-tanda yang dikonstruksikan.

Tabel 3.1. Unit dan level Analisis

Universitas Sumatera Utara 3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standara data yang ditetapkan. Dalam hal ini Penelitian ini menggunakan dua metode pengumpulan data ( Sugiyono, 2016:224)

3.5.3 Studi Dokumenter Studi dokumen adalah mencari, menyimpan, dan meneliti dokumen yang relevan dengan objek penelitian yang mendukung analisa penelitian tentang simbol – simbol dan pesan yang terdapat dalam sebuah penelitian.

3.5.4 Studi Pustaka Studi pustaka adalah suatu pembahasan yang berdasarkan pada buku-buku referensi yang bertujuan untuk memperkuat materi pembahasan maupun sebagai dasar untuk menggunakan rumus-rumus tertentu dalam menganalisa dan mendesain suatu struktur (Eunike, 2016:74).

3.6 Teknik Analisis Data Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Meleong, 2005: 248). Dalam penelitian ini, data analisis yang digunakan adalah analisis semiotika . Semiotika memecah-mecah kandungan teks menjadi bagian-bagian, dan menghubungkan mereka dengan wacana-wacana yang lebih luas. Sebuah analisis semiotik menyediakan cara menghubungkan teks tertentu dengan sistem pesan di mana ia beroperasi. Hal ini memberikan konteks intelektual pada isi: ia mengulas cara-cara beragam unsur bekerja sama dan berinteraksi dengan pengetahuan kultural kita untuk menghasilkan makna. Penelitian ini melakukan

Universitas Sumatera Utara data analisis yang digunakan yaitu semiotika yang berdasarkan signifikasi Roland Barthes dengan tahapan-tahapan analisis sebagai berikut : 1. Mendefinisikan objek analisis penelitian yaitu pluralisme agama dalam video musik For The Love of God yang digambarkan melalui tanda-tanda yang terbentuk dalam video musik. Tanda-tanda yang dimaksudkan adalah berupa visual dan suara (audio) yang terdapat dalam video musik. 2. Mengumpulkan teks, teks adalah tanda dan lambang dalam video musik, lalu peneliti mengambil gambar tertentu yang menggambarkan pluralisme dalam video musik For The Love of God. 3. Menafsirkan makna denotasi, konotasi, dan mitos pada teks video musik For The Love of God 4. Menjelaskan pemaknaan berkenaan dengan teks musik video yang dikaji. 5. Menarik kesimpulan.

Universitas Sumatera Utara BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Steve Vai dan Video Musik “For the Love of God”

4.1.1 Biografi Steve Vai Steve Vai lahir di Long Island, New York pada tanggal 6 Juni 1960 dan mempelajari gitar pada umur 13 tahun. Pada awalnya ia dipengaruhi oleh gitaris Jimmy Page dan Jimi Hendrix, tetapi Steve juga terpesona dengan musik . Dalam usahanya mempelajari seperti para gitaris handal yang disukainya, Steve belajar dengan seorang gitaris yaitu Joe Satriani. Walaupun Joe hanya beberapa tahun lebih tua daripada Steve, namun kemampuan musiknya yang luas sangat mempengaruhi Steve pada waktu muda. Pada tahun 1978 di umur 17 tahun, Steve Vai memulai bealajar di Sekolah Musik Berklee di Boston dan mulai mempelajari teori jazz yang dimana sekolah tersebut terkenal akan hal itu. Steve bermain pada berbagai band beraliran rock dan bertemu dengan banyak kolaborator masa depannya seperi pemain bass Stu Hamm dan drummer Chris Frazier. Pada waktu ini Steve sudah mengembangkan level gitar teknik dan kemampuan menulis yang baik (In Session with Steve Vai, 1999:4). Permainan Steve Vai mulai dari blues, jazz, rock sampai klasik dan musik etnik. Steve Vai mengawali kariernya dengan album debutnya Flex-Able Leftlovers pada tahun 1984. Pada tahun 1990, Steve merilis album keduanya yang berjudul . Album ini mendapat pengakuan internasional dan Steve memenangkan polling pembaca majalah Guitar Player dalam 4 kategori yang berbeda. Album Steve yang ketiga berjudul Sex & Religion dirilis tahun 1993 dab album keempatnya dirilis tahun 1995. Pada tahun 1996 album kelimanya dirilis. Tahun 1999, Steve meluncurkan album keenamnya yang berjudul Ultra Zone. Dalam album ini Steve banyak memfokuskan dirinya dalam komposisi lagu dan bereksperimen dengan gitarnya. Tahun 2001 album The Seventh Song dirilis dan album ini berisi lagu-lagu show/ballad yang pernah dirilis Steve dengan ditambah beberapa lagu baru. Dan pada tahun 2001 sebuah album yang berjudul Alive in an Ultra

Universitas Sumatera Utara World pun dirilis. Steve Vai juga pernah memproduksi 2 album Natal yang berjudul Merry Axemas Vol. 1 dan Merry Axemas Vol. 2, juga konser (Guitarist 3) bersama Joe Satriani dan Eric Johnson, Yngwie Malmsteen dan terakhir John Petrucci (www.wikipedia.org).

4.1.2 Video Musik “For the Love of God”

Gambar 4.1 Steve Vai Sumber : www.stevevaiguitars.com

Universitas Sumatera Utara For the Love of God merupakan sebuah musik instrumental gitar yang merupakan lagu ketujuh dari Album Passion and Warfare. For the Love of God merupakan lagu tentang seberapa jauh orang akan pergi untuk cinta Tuhan. Dalam video musik yang berdurasi 5 menit 8 detik ini juga menggambarkan keragaman agama yang ada didunia yang ditampilkan melalui karya seni, ritual, ataupun penampilan. Steve Vai mengatakan "ketika kamu mendisplinkan diri kamu untuk berhenti merokok, untuk lari lebih cepat atau bermain lebih baik, kamu harus mencapai lebih dalam pada bagian dirimu. Ini merupakan bentuk spiritual yang dalam. Itu seperti ketika kamu datang kedalam kontak dengan bagian kecil Tuhan didalam diri kamu. Hal itulah yang saya sedang mencoba untuk mendapatkannya bersama For the Love of God. Saya mencoba untuk menemukan tempat itu” (www.guitarworld.com). Lagu ini merupakan salah satu dari 100 solo gitar terbaik di dunia yang berada pada urutan nomor 29 versi majalah Guitar World . Lagu ini menghadirkan fitur sejumlah teknik termasuk whammy bar tricks, harmonics, legato yang berjalan cepat, dan sweep-picking. Steve Vai merekam lagu ini pada keadaan di hari keempat dia berpuasa karena ia mencoba untuk mendorong dirinya kedalam keadaan kesadaran yang relatif diubah. Karena pada keadaan ini akan membuat dirinya menjadi sesuatu yang unik (www.wikipedia.org). For the Love of God merupakan salah satu permainan ballad Steve Vai yang paling mengharukan (emotive) dan mengutamakan permainan solo gitar yang bersemangat atau berapi-api pada lick (sekumpulan pola) dengan kecepatan kilat yang kontras dengan kesederhanaan dan pengecilan melodi dengan baik. Terdapat beberapa teknik yang mengejutkan bagian pada potongan ini, tetapi itu merupakan sebuah pernjanjian (testament) pada musikalitas Steve bahwa mereka tidak terlihat keluar dari tempat seperti mereka muncul hampir secara organis dari sebuah lagu (tune) (In Session with Steve Vai, 1999:6). For The Love of God menunjukkan ritem yang berbeli-belit dan teknik yang spesial, termasuk sweep picking, dimana pick digunakan dalam satu arah untuk bermain arpeggio yang sangat cepat menggunakan sebuah bentuk dengan tangan kiri dan legato tangan kiri dimana tangan kanan hanya bermain (memetik) dengan mungkin satu dari enam nada yang dimainkan. Whammy bar (tremolo arm) sangat dimainkan untuk meninggikan atau memperkecil posisi tinggi nada

Universitas Sumatera Utara (pitch) pada nada yang diberikan atau menambah getaran (vibrato) yang dimana bagian ini membutuhkan sebuah pengeras suara (sound) yang khusus dan tingkatan volume untuk keberhasilan performa (Elmer, 2009:9)

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah Video Musik For The Love of God. For the Love of God merupakan lagu ketujuh dari album Passion and Warfare yang dirilis pada September 1990. Video musik ini berdurasi 5 menit 8 detik yang didalamnya terdapat beberapa unsur pluralisme agama dan berpotensi menjadi objek penelitian. Dari video musik tersebut akan dibagi ke dalam enam scene yang terdiri dari beberapa gambar yang berhubungan dengan representasi pluralisme agama.

4.2.1 Analisis Scene pertama video musik For the Love of God Gambar 4.2 Scene pertama

Gambar 1 Gambar 2

Gambar 3

Ilustrasi Scene Pertama Scene awal dimulai dengan munculnya Steve Vai dengan berpenampilan seperti Penduduk Asli Amerika (Native American) yang terlihat dari aksesoris dan

Universitas Sumatera Utara pakaian yang ia kenakan. Terdengar suara hembusan angin ketika pria tersebut melakukan gerakan non-verbal seperti memanjatkan doa sebelum memainkan gitarnya yang berarti lagu tersebut akan dimulai. Lalu Steve Vai memainkan gitarnya dengan berlatar belakang alam yaitu pegunungan. Saat sedang memainkan gitarnya, Steve Vai bermain dengan tenang dan Matahari berada disampingnya. Latar dalam scene ini adalah pegunungan. Teknik pengambilan gambar yang digunakan pada gambar pertama yang digunakan adalah medium close-up. Pada gambar kedua teknik pengambilan gambar yang digunakan adalah long shot. Sedangkan pada gambar ketiga teknik pengambilang gambar yang digunakan adalah knee shot. Ikon Scene Pertama 1. Visual (Tanda) Gambar 4.3 Gambar 1 Scene Pertama

Suara/ Tempo Musik Tidak ada suara musik yang terdengar, hanya suara angin yang berhembus kencang.

Penanda Seorang pria berkulit putih dan berhidung mancung menggunakan aksesoris pada rambut dan lehernya yang diujung dari aksesoris itu terdapat bulu. Pria tersebut mempunyai rambut hitam yang panjang dengan rambut depannya (poni) mengarah kesamping kanannya. Bayangan dari rambutnya menutupi sebagian

Universitas Sumatera Utara wajahnya. Dia memakai pakaian berwarna ungu dan terdapat ikatan kepala berwarna merah dikepalanya. Dia terlihat memejamkan matanya.

Petanda Seorang pria yang menutup kedua matanya sedang menggerakan kepalanya dari atas kebawah dengan mulut seperti mengucapkan sesuatu namun tidak terdengar kata-kata yang diucapkannya. Setelah berhenti mengucapkan sesuatu, ia memulai memainkan gitarnya. Terlihat rambut dan aksesoris yang dikenakan pria tersebut bergoyang dikarenakan oleh hembusan angin.

2. Visual (Tanda) Gambar 4.4 Gambar 2 Scene Pertama

Suara/ Tempo Musik Suara instrument musik dengan tempo permainannya sedang (moderato) dengan ritme/irama musik yang teratur dan keselarasan paduan bunyi (harmoni) yang baik antara alat musik satu dengan lainnya. Volume gitar terdengar lebih besar dari alat musik lainnya dan permainan melodi gitar dengan kecepatan sedang.

Penanda Seorang pria berdiri diatas bebatuan dengan kaki kirinya sedikit ditekuk dan kaki kananya berdiri tegak. Kepala pria tersebut menunduk kearah gitar yang dipegang oleh kedua tangannya. Dia menggunakan jubah panjang berwarna ungu namun sedikit gelap. Dia juga mempunyai rambut yang panjang dan hampir menutupi seluruh wajahnya.

Universitas Sumatera Utara

Petanda Seorang pria yang memakai jubah berwarna ungu terlihat sedang bermain gitar dengan tangan kirinya memainkan fret pada bagian tengah neck (leher) gitar dan dengan berlatar belakang pegunungan yang berbatu-batu dan terdapat sedikit salju yang menutupi pegunungan tersebut, serta terlihat juga langit biru dan awan putih yang terlihat cerah.

3. Visual (Tanda) Gambar 4.5 Gambar 3 Scene Pertama

Suara/ Tempo Musik Suara instrument musik dengan tempo permainannya sedang (moderato) dengan ritme/irama musik yang teratur dan keselarasan paduan bunyi (harmoni) yang baik antara alat musik satu dengan lainnya. Volume gitar terdengar lebih besar dari alat musik lainnya dan permainan melodi gitar dengan kecepatan sedang.

Penanda Seorang pria memegang gitar dengan matahari berada disamping kirinya. Dia mempunyai rambut yang panjang berwarna hitam serta jubah yang berwarna ungu gelap. Pria tersebut terlihat badannya agak sedikit kebelakang dan posisi gitar yang dikedepankan.

Universitas Sumatera Utara Petanda Seorang pria yang rambutnya tergerai panjang sedang memainkan gitar yang terlihat tangan kiri dari pria tersebut berada di tengah neck (leher) gitar dan tangan kanannya sedang memetik gitar. Tampak latar belakang sebuah langit yang cerah dan matahari yang bersinar berada disamping kirinya dari mata hingga bahunya. Jubahnya yang berwarna ungu menjadi gelap karena pria tersebut menutupi cahaya matahari.

Tataran Tingkat Pertama (Denotasi) Pada scene satu ini menampilkan seorang pria yang bermain gitar dengan mamakai jubah berwarna ungu dan aksesoris di leher serta rambutnya. Pada gambar pertama ini menampilkan seorang pria yang sedang menutup kedua matanya dan menggerakan kepalanya dari atas kebawah dengan mulut seperti mengucapkan sesuatu namun tidak terdengar kata-kata yang diucapkannya. Terdengar suara hembusan angin yang kecang sepanjang pria tersebut mengucapkan sesuatu. Setelah berhenti mengucapkan sesuatu, ia memulai memainkan gitarnya. Terlihat rambut dan aksesoris yang dikenakan pria tersebut bergoyang dikarenakan oleh hembusan angin. Pria yang berkulit putih dan berhidung mancung menggunakan aksesoris pada rambut dan lehernya yang diujung dari aksesoris itu terdapat bulu. Pria tersebut mempunyai rambut hitam yang panjang dengan rambut depannya (poni) mengarah kesamping kanannya. Bayangan dari rambutnya menutupi sebagian wajahnya. Dia memakai pakaian berwarna ungu dan terdapat ikatan kepala berwarna merah dikepalanya. Teknik pengambilan gambar yang digunakan pada gambar pertama yaitu medium close up yang menunjukkan gambar dari bahu hingga kepala untuk untuk menonjolkan mimik atau raut muka seseorang dan untuk menampilkan wajahnya secara utuh agar nampak rambut dan aksesorisnya. Pada gambar kedua ini masih dengan pria yang sama yang memakai jubah berwarna ungu. Pria ini sedang bermain gitar dengan tangan kirinya memainkan fret pada bagian tengah neck (leher) gitar dan dengan berlatar belakang pegunungan yang berbatu-batu dan terdapat sedikit salju yang menutupi pegunungan tersebut, serta terlihat juga langit biru dan awan putih yang terlihat

Universitas Sumatera Utara cerah. Pria ini berdiri diatas bebatuan dengan kaki kirinya sedikit ditekuk dan kaki kananya berdiri tegak. Kepala pria tersebut menunduk kearah gitar yang dipegang oleh kedua tangannya. Dia juga mempunyai rambut yang panjang dan hampir menutupi seluruh wajahnya. Pada gambar kedua teknik pengambilan gambar adalah long shot dimana penggunaan teknik ini ingin menunjukkan keseluruhan bagian tubuh pria ini dan pemandangan alam yaitu pegunungan. Pada gambar ketiga ini masih juga dengan pria yang sama yang sedang memainkan gitar yang terlihat tangan kiri dari pria tersebut berada di tengah neck (leher) gitar dan tangan kanannya sedang memetik gitar. Tampak latar belakang sebuah langit yang cerah dan matahari yang bersinar berada disamping kirinya dari mata hingga bahunya. Jubahnya yang berwarna ungu menjadi gelap karena pria tersebut menutupi cahaya matahari. Dia mempunyai rambut yang panjang berwarna hitam. Pria tersebut terlihat badannya agak sedikit kebelakang dan posisi gitar yang dikedepankan. Gambar ketiga menggunakan teknik pengambilan gambar knee shot yang dimana ekspresi wajah terlihat demikian juga dengan gerakan tangannya yang sedang memainkan gitar.

Tataran Tingkat Kedua (Konotasi) Pada scene ini menampilkan seorang pria yang muncul dalam permulaan video yang memakai pakaian dan aksesoris yang terlihat seperti Native American (Penduduk Asli Amerika). Pada scene ini pluralisme agama yang merupakan keberagaman agama menunjukkan dua agama yang berbeda yaitu Agama Kristen dan Native American Religion yang digambarkan oleh Steve Vai yang merupakan orang barat yang berkulit putih keturunan Italia yang identik dengan Agama Barat yaitu Nasrani dan menggunakan pakaian dan aksesoris Native American yang berhubungan dengan Native American Religion. Amerika Serikat yang masyarakatnya mayoritas beragama Kristen, mereka tetap hidup harmonis berdampingan dengan Native American. Bahkan terdapat banyak individu dari Native American yang berpartisipasi pada upacara adat nenek moyang mereka dan menghadiri Gereja (Christopher Basaldu, Ph.D., Assistant Professor of Native American Studies, University Oklahoma).

Universitas Sumatera Utara Pluralisme agama menunjukkan bahwa setiap agama mempunyai identitas tersendiri yang berbeda-beda yang dimana salah satunya tercermin dari tampilan etnis. Tiga gambar pada scene ini menampilkan keterkaitannya dengan Native American Religion (Agama Penduduk Asli Amerika). Pertama adalah dari tampilan etnis yang dilihat dari pakaian dan aksesoris. Pakaian dan aksesoris ini yang dipakai oleh Steve Vai terlihat seperti Native American. Pakaian dan aksesoris merupakan bagian dari suatu kebudayaan. Kebudayaan Native American dan agama mereka memberitahukan kehidupan dan identitas mereka. Karena bagi mereka jika mata merupakan sebuah kaca kedalam jiwa, maka agama merefleksikan sebuah kebudayaan (Stout, 2006:287). Jubah yang berwana ungu yang dikenakan oleh Steve Vai merupakan warna suci yang tidak digunakan untuk lukisan perang atau lukisan wajah pada orang Amerika dan ini menunjukkan kekuatan, misteri dan mistis. Kemudian yang kedua adalah doa yang disertai dengan hembusan angin. Munculnya seorang pria yang sedang memanjatkan doa di awal mulainya video, hal ini menunjukkan juga bahwa doa merupakan hal yang penting untuk kehidupan manusia dan menghargai kedaulatan Tuhan sebagai pemegang kehidupan dan pencipta alam. Angin yang berhembus ketika pria tersebut sedang berdoa menujukkan bahwa ia sedang menyatu dengan alam. Dalam doa suku Indian yang dibawakan oleh Kepala Suku Yellow Hawk, bahwa suara Tuhan didengar lewat hembusan angin. Pluralisme agama juga merupakan suatu fakta bahwa setiap agama mempunyai tradisi spiritual yang salah satunya adalah doa. Doa yang merupakan bentuk komunikasi manusia kepada Tuhan yang dimana seseorang bisa menikmati spiritualitas dan mentransendenkan dirinya. Gambar seorang pria berdoa ini menunjukkan bahwa doa merupakan bentuk pengakuan kedaulatan Tuhan yang menguasai seluruh aspek kehidupan manusia dan alam semesta. Bagi seluruh umat beragama, doa merupakan titik sentral untuk berhubungan langsung dengan Tuhan. Ini merupakan hal yang sangat krusial karena doa dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Gambar ini juga ingin menunjukkan bahwa doa sangat diperlukan untuk memahami Tuhan dalam cara personal atau supra- personal. Sebuah hubungan dengan Tuhan dipahami sebagai sebuah hubungan

Universitas Sumatera Utara Aku-Engkau (I-Thou) atau Aku-Kau (I-You) bukan sekedar sebagai sebuah hubungan Aku-Itu yang menunjukan dari Tuhan ke Manusia dan menujukan dari Manusia ke Tuhan mengambil posisi sentral dalam sebuah hubungan personal dengan Tuhan. Doa dalam perasaan tertinggi didorong bukan hanya oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan atau berkat, melainkan keinginan untuk Tuhan sebagai Tuhan (Thiselton. 2002:241). Lalu selanjutnya yang ketiga adalah alam yang digambarkan oleh pegunungan pada gambar kedua. Native American Religion sangat berpusat kepada alam dan menghormatinya, karena bagi mereka alam memberikan kehidupan. Hal inilah yang menuntut mereka untuk hidup harmoni dengan alam. Native American percaya bahwa semua alam terdiri dari makhluk yang sadar yang harus diperlakukan dengan hormat dan peduli. Mereka percaya bahwa setiap tanaman, aliran sungai, dan gunung mempunyai roh dan kehidupannya. Native American juga percaya bahwa roh mengandung kekuatan supernatural yang mungkin digunakan oleh orang dengan pengetahuan yang benar. Kekuatan supernatural diperoleh melalui sebuah hubungan dengan alam. Individu dapat mengklaim roh penjaga yang berasal dari alam atau leluhur. Mereka percaya bahwa segalanya di alam mempunyai roh. Karena itu mereka percaya mereka harus harmoni dengan semua alam. Pluralisme tidak hanya berbicara tentang sebuah fakta bahwa terdapat banyak agama didunia ini, namun bagaimana semua agama tidak hanya berurusan dengan kemanusiaan saja tetapi juga dengan lingkungan mereka yang mana kita tinggal. Kita harus berhadapan dengan alam dan hidup harmonis dengannya. Karena alam bukan hanya urusan satu agama saja melainkan semua agama (Ellwood & Alles, 2007:316). Lalu yang terakhir adalah matahari pada gambar ketiga. Bagi mereka matahari dilihat sebagai representasi Sang Pencipta. Pada gambar ketiga ini, pria tersebut bermain gitar dengan matahari disampingnya. Matahari mempunyai peran yang penting bagi Native American Religion. Hal ini bisa dilihat dimana mereka mempunyai tarian matahari yang melibatkan badan mereka ditusuk oleh benda- benda (piercing) dan menatap matahari dengan lama yang mana mereka akan merasakan pengalaman sebuah visi. Kepala suku Indian di Mississippi dipercaya

Universitas Sumatera Utara mempunyai hubungan khusus dengan Matahari. Bahkan kepala suku Indian Natchez diketahui sebagai Matahari Yang Agung. Pemujaan terhadap matahari merepresentasikan agama resmi kesukuan. Teologi ini cukup kompleks tetapi itu didasarkan pada supremasi ketuhanan yang hidup dalam matahari dan dengan dekat berhubungan dengan matahari.

4.2.2 Analisis Scene kedua video musik For the Love of God

Gambar 4.6 Scene kedua

Gambar 1 Gambar 2

Gambar 3 Gambar 4

Gambar 5

Universitas Sumatera Utara

Ilustrasi Scene kedua Karya seni abad pertengahan menghiasai scene kedua dalam video musik ini. Karya seni yang dibuat pada masa renaisans (abad pencerahan) ini menggambarkan simbol-simbol agama. Lukisan Kejatuhan Manusia (The Fall of Man) sekitar tahun 1550 yang dibuat oleh Titian (Tiziano Veccelio) menggambarkan manusia pertama yaitu Adam dan Hawa yang akan memakan buah terlarang yaitu buah pengetahuan yang baik dan jahat yang dipercayai oleh penganut Agama Semit (Abrahamic Faith) yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam yang dimana lukisan tersebut menceritakan tentang kejatuhan manusia kedalam dosa. Lalu lukisan The Last Supper yang dibuat dengan minyak dan tempera pada batu tahun 1495-1497 oleh Leonardo Davinci yang menggambarkan perjamuan terakhir sebelum Yesus ditangkap oleh pasukan romawi dan disalibkan. Lukisan ini diambil hanya setengahnya saja yang kemudian dari lukisan tersebut gambar wajah Yesus disorot. Lalu Lukisan Penciptaan Adam (The Creation of Adam) tahun 1508 yang dibuat oleh Michelangelo. Lukisan yang terdapat pada dinding Sistine Chapel di Vatican ini menggambarkan penciptaan Adam, seorang laki-laki pertama yang diciptakan oleh Tuhan yang dipercaya oleh penganut agama semit. Lalu gambar terakhir menampilkan sebuah lukisan dari abad renaisans yaitu Kelahiran Venus (The Birth of Venus) karya Sandro Botticelli tahun 1485. Lukisan ini menceritakan bagaimana kelahiran Venus. Venus yang dipercaya sebagai Dewi oleh Agama Romawi Kuno ini merupakan Dewi cinta dan kecantikan. Teknik pengambilan gambar yang digunakan pada gambar pertama yang digunakan adalah long shot. Pada gambar kedua teknik pengambilan gambar yang digunakan adalah long shot. Sedangkan pada gambar ketiga teknik pengambilan gambar yang digunakan adalah close-up dan pada gambar terakhir teknik pengambilan gambar yang digunakan adalah long shot.

Universitas Sumatera Utara Ikon Scene Kedua 1. Visual (Tanda) Gambar 4.7 Gambar 1 Scene kedua

Suara/ Tempo Musik Suara instrument musik dengan tempo permainannya sedang (moderato) dengan ritme/irama musik yang teratur dan keselarasan paduan bunyi (harmoni) yang baik antara alat musik satu dengan lainnya. Volume gitar terdengar lebih besar dari alat musik lainnya dan permainan melodi gitar dengan kecepatan sedang.

Penanda Seorang pria dan wanita yang tidak memakai pakaian yang dimana sebuah pohon berada di tengah-tengah mereka. Dedaunan menutupi bagian intim dari wanita tersebut. Wanita tersebut memiliki rambut panjang sedang memegang buah. Pria tersebut mempunyai jenggot dan jambang yang menyatu. Terlihat tangannya menyentuh bahu wanita tersebut yang hampir mengenai bagian payudaranya.

Petanda Sesosok pria dan wanita terlihat telanjang yang bagian dadanya terlihat namun bagian intim wanita tersebut tertutup oleh dedaunan dari ranting pohon. Wanita tersebut sedang memegang sebuah buah yang terlihat akan mengambil buah itu dari pohonnya. Pria yang disampingnya terlihat tangan kirinya menyentuh bagian bahu wanita itu dan sedang menatap kearahnya dengan posisi kepala sejajar dengan payudara wanita tersebut.

Universitas Sumatera Utara 2. Visual (Tanda) Gambar 4.8 Gambar 2 Scene kedua

Suara/Irama/ Tempo Musik Suara instrument musik dengan tempo permainannya sedang (moderato) dengan ritme/irama musik yang teratur dan keselarasan paduan bunyi (harmoni) yang baik antara alat musik satu dengan lainnya. Volume gitar terdengar lebih besar dari alat musik lainnya dan permainan melodi gitar dengan kecepatan sedang.

Penanda Sekumpulan pria yang berjumlah tujuh orang berada di sebuah ruangan dengan sebuah meja berada diantara mereka. Meja tersebut ditutupi dengan kain bewarna putih. Sekumpulan pria tersebut memakai pakaian yang didominasi warna biru, merah, dan hijau.

Petanda Sekumpulan pria sedang berinteraksi satu sama lainnya dalam suatu perjamuan. Mereka yang berjumlah tujuh orang membentuk dua kelompok kecil yang terdiri dari tiga orang yaitu kelompok kecil yang ditengah dan diujung kanan. Kelompok kecil yang ditengah terlihat sedang memperhatikan seorang pria di sebelah kiri mereka.

Universitas Sumatera Utara 3. Visual (Tanda) Gambar 4.9 Gambar 3 Scene kedua

Suara/ Tempo Musik Suara instrument musik dengan tempo permainannya sedang (moderato) dengan ritme/irama musik yang teratur dan keselarasan paduan bunyi (harmoni) yang baik antara alat musik satu dengan lainnya. Volume gitar terdengar lebih besar dari alat musik lainnya dan permainan melodi gitar dengan kecepatan sedang.

Penanda Seorang pria dengan kepala sedikit miring kesamping mempunyai rambut panjang. Terdapat bercak-bercak yang hampir menutupi bagian kepalannya. Mata pria tersebut hanya setengah yang dibuka dan mengarah kebawah

Petanda Setelah gambar sekumpulan pria ditampilkan, lalu gambar tersebut diperbesar yang ditujukkan ke seorang pria. Terlihatlah seorang pria yang mempunyai rambut panjang belah tengah sedang menatap kebawah dengan latar belakang berwarna biru.

Universitas Sumatera Utara 4. Visual (Tanda) Gambar 4.10 Gambar 4 Scene kedua

Suara/ Tempo Musik Suara instrument musik dengan tempo permainannya sedang (moderato) dengan ritme/irama musik yang teratur dan keselarasan paduan bunyi (harmoni) yang baik antara alat musik satu dengan lainnya. Volume gitar terdengar lebih besar dari alat musik lainnya dan permainan melodi gitar dengan kecepatan sedang.

Penanda Dua orang pria tangannya hampir bersentuhan. Pria yang sebelah kiri tidak mengenakan pakaian sama sekali berada dalam posisi menyender dengan kaki sebelah kirinya ditekuk dan kaki sebelah kanannya memanjang. Pria yang sebelah kanan memakai baju putih.

Petanda Pria yang disebelah kanan yang hanya terlihat setengah badannya saja sedang mencoba untuk meraih tangan pria yang disebelah kiri yang tidak memakai pakaian sama sekali dan sedang duduk menyender. Dua orang pria terlihat kedua tangan mereka hampir menyentuh di ujung jari mereka satu sama lain

Universitas Sumatera Utara 5. Visual (Tanda) Gambar 4.11 Gambar 5 Scene kedua

Suara/ Tempo Musik Suara instrument musik dengan tempo permainannya sedang (moderato) dengan ritme/irama musik yang teratur dan keselarasan paduan bunyi (harmoni) yang baik antara alat musik satu dengan lainnya. Volume gitar terdengar lebih besar dari alat musik lainnya dan permainan melodi gitar dengan kecepatan sedang.

Penanda Seorang perempuan berada ditengah diantara ketiga orang lainnya. Perempuan tersebut berdiri diatas kerang. Perempuan tersebut dalam keadaan telanjang dan mempunyai rambut yang panjang. Perempuan tersebut menutupi buah dadanya dengan tangan kanannya dan menutupi daerah intimnya dengan rambutnya. Seorang wanita sebelah kanan yang mempunyai rambut panjang memegang sebuah kain bewarna merah jambu. Seorang pria yang berada diposisi sebelah kiri sedang menggendong seorang wanita.

Petanda Seorang perempuan dalam kondisi telanjang yang mempunyai rambut panjang berwarna pirang yang sedang memegang rambut panjangnya dengan tangan kirinya yang sedang menutupi bagian intim wanita tersebut. Wanita itu sedang berdiri diatas sebuah kerang dengan disebelah kanannya seorang pria yang menggendong seorang wanita melihat kearah wanita yang telanjang tersebut.

Universitas Sumatera Utara Seorang wanita disebelah kanannya sedang mencoba menutupi wanita telanjang tersebut menggunakan sebuah kain berwarna pink.

Tataran Tingkat Pertama (Denotasi) Pada gambar pertama menampilkan seorang wanita yang sedang memegang sebuah buah yang terlihat akan mengambil buah itu dari pohonnya. Pria yang disampingnya terlihat tangan kirinya menyentuh bagian bahu wanita itu dan sedang menatap kearahnya dengan posisi kepala sejajar dengan payudara wanita tersebut. Pria dan wanita itu tidak memakai pakaian yang dimana sebuah pohon berada di tengah-tengah mereka. Dedaunan menutupi bagian intim dari wanita tersebut. Wanita tersebut memiliki rambut panjang sedang memegang buah. Pria tersebut mempunyai jenggot dan jambang yang menyatu. Teknik pengambilan gambar yang digunakan pada gambar pertama adalah knee shot yang digunakan untuk mengambil gambar di lutut hingga kepala sehingga tampak ekspresi dan pergerakan tangan mereka. Pada gambar selanjutnya yaitu gambar kedua terlihat Sekumpulan pria sedang berinteraksi satu sama lainnya dalam suatu perjamuan. Mereka yang berjumlah tujuh orang membentuk dua kelompok kecil yang terdiri dari tiga orang yaitu kelompok kecil yang ditengah dan diujung kanan. Kelompok kecil yang ditengah terlihat sedang memperhatikan seorang pria di sebelah kiri mereka. Kain berwarna putih menjadi alas meja perjamuan tersebut. Sekumpulan pria tersebut memakai pakaian yang didominasi warna biru, merah, dan hijau. Pada gambar kedua teknik pengambilan gambar yang digunakan adalah long shot dimana untuk menampilkan semua orang sehingga terlihat apa yang mereka lakukan. Pada gambar ketiga setelah gambar sekumpulan pria ditampilkan, lalu gambar tersebut diperbesar yang ditujukkan ke seorang pria. Terlihatlah seorang pria yang mempunyai rambut panjang belah tengah sedang menatap kebawah dengan latar belakang berwarna biru. Terdapat bercak-bercak yang hampir menutupi bagian kepalannya dan mata pria tersebut hanya setengah yang dibuka pada gambar ketiga teknik pengambilan gambar yang digunakan adalah close-up yang digunakan untuk melihat ekspresi wajah.

Universitas Sumatera Utara Pada gambar keempat terlihat seorang pria yang disebelah kanan yang hanya terlihat setengah badannya saja sedang mencoba untuk meraih tangan pria yang disebelah kiri yang tidak memakai pakaian sama sekali dan sedang duduk menyender. Dua orang pria terlihat kedua tangan mereka hampir menyentuh di ujung jari mereka satu sama lain. Terdapat beberapa garis seperti retakan pada gambar tersebut. Pria yang sebelah kiri tidak mengenakan pakaian sama sekali berada dalam posisi menyender pada dengan kaki sebelah kirinya ditekuk dan kaki sebelah kanannya memanjang terlihat tangan sebelah kirinya ingin menyentuh tangan dari pria yang sebelah kanan yang memakai baju putih yang juga tangan sebelah kanannya ingin menyentuh tangan pria tersebut. Gambar keempat ini teknik pengambilan gambar yang digunakan adalah long shot yang digunakan untuk melihat seluruh bagian tubuh dan pemandangan. Pada gambar kelima menampilkan seorang perempuan dalam kondisi telanjang yang mempunyai rambut panjang berwarna pirang yang sedang memegang rambut panjangnya dengan tangan kirinya yang sedang menutupi bagian intim wanita tersebut. Wanita itu sedang berdiri diatas sebuah kerang dengan disebelah kanannya seorang pria yang menggendong seorang wanita melihat kearah wanita yang telanjang tersebut. Seorang wanita disebelah kanannya sedang mencoba menutupi wanita telanjang tersebut menggunakan sebuah kain berwarna pink. Pada gambar terakhir ini teknik pengambilan gambar yang digunakan adalah long shot dimana menampilkan keseluruhan tubuh dan juga pemandangan.

Tataran Tingkat Kedua (Konotasi) Pada scene ini memperlihatkan karya-karya seni abad pencerahan (renaisans) pada tahun 1400 – 1650. Karya-karya seni abad pencerahan sangat dipengaruhi nuansa religius. Hal ini bisa terlihat pada karya-karya seninya. Pluralisme Agama merupakan suatu fakta bahwa terdapat tradisi pluralitas agama yang setiapnya memiliki perbedaan seperti bentuk kesenian. Pada scene ini menampilkan lukisan-lukisan yang merupakan salah satu bentuk dari kesenian yang merepresentasikan agama-agama. Pluralisme agama yang merupakan keberagaman agama dalam scene ini menampilkan empat agama yang berbeda

Universitas Sumatera Utara yaitu Agama Yahudi (Yudaisme), Kristen, Islam yang digambarkan melalui lukisan The Fall of Man karya Tiziano Veccelio dan The Creation of Adam karya Michelangelo. Kedua lukisan ini menceritakan tentang kejatuhan manusia dan penciptaan Adam. Adam dan Hawa sendiri diyakini sebagai manusia pertama oleh para penganut Abrahamic Faiths (Yahudi, Kristen, dan Islam) dan terakhir Ancient Roman Religion (Agama Romawi Kuno) yang tertuang dalam sebuah lukisan The birth of Venus karya Sandro Botticelli. Pada gambar pertama terdapat lukisan Kejatuhan Manusia (The Fall of Man) karya Tiziano Veccelio yang menggambarkan Adam dan Hawa yang akan jatuh ke dalam dosa. Hawa yang mencoba mengambil buah terlarang tersebut menggambarkan bahwa hal itu merupakan pelanggaran melawan Tuhan dan Adam mencoba untuk menahan Hawa untuk tidak mencoba mengambil buah tersebut. Gambar ini ingin menunjukkan bahwa Adam merupakan manusia pertama dalam tradisi agama Yahudi, Kristen dan Islam. Filsuf Yahudi memandang Adam dan ceritanya sebagai simbolisasi semua kehidupan manusia. Nasrani menggunakan gambar Adam dalam mendefinisikan peran spesial Yesus. Sebagai contoh, Paulus melihat Yesus sebagai Adam kedua yang tidak mempunyai konsekuensi pada dosa Adam pertama. Sedangkan Muslim, Adam merupakan yang pertama dalam garis kenabian yang memuncak pada Nabi Muhammad (Ellwood & Alles, 2007:2). Hawa merupakan wanita pertama dan menjadi ibu dari semua manusia. Adam dan Hawa dipercaya oleh penganut Abaramic Faiths (Yahudi, Kristen dan Islam) sebagai manusia pertama. Para penganut Abarahamic Faiths percaya bahwa Adam dan Hawa dikeluarkan Tuhan dari Taman Eden karena tidak mematuhi untuk tidak makan buah pengetahuan. Kejatuhan manusia pertama adalah sebuah cerita yang disajikan oleh Agama Yahudi, Islam dan Kristen. Kejatuhan menceritakan mengapa manusia tidak lagi tinggal di firdaus yang dekat dengan Tuhan. Lukisan yang menggambarkan Adam dan Hawa yang tidak mengenakan pakaian atau telanjang ini menunjukkan bahwa pada masa awal manusia tidak malu akan dirinya yang telanjang, ketidaktahuan bahwa mereka telanjang terjadi ketika mereka belum makan buah terlarang. Pluralisme agama secara langsung telah mengikat Abrahamic Faiths dan kepercayaan dasar yang dipercayai oleh Agama Yahudi, Kristen dan Islam

Universitas Sumatera Utara mempercayai bahwa Tuhan telah membuat perjanjian dengan Abraham (Nabi Ibrahim) untuk menyakini dan mengimani kepercayaan kepada Tuhan yang satu. (Shaharud-din & Khambali, 2012:5-6). Lalu muncul pada gambar kedua lukisan Perjamuan Terakhir (The Last Supper) yang dibuat oleh Leonardo Da Vinci yang menceritakan tentang Yesus dan murid-muridnya melakukan perjamuan terakhir sebelum Yesus ditangkap dan disalibkan oleh tentara Romawi. Lukisan ini menujukkan bahwa Yesus sudah mengetahui apa yang akan terjadi pada dirinya dan mengetahui bahwa ia akan dihianati oleh muridnya sendiri dan akan diserahkan untuk disalibkan. Dalam perjamuan terakhir itu Yesus membagikan roti tidak beragi dan anggur. Roti yang diibaratkan sebagai tubuh Yesus dan anggur sebagai darah Yesus. Yesus memerintahkan kepada para murid-Nya agar dijadikan peringatan akan Yesus. Kematian dan kebangkitan Yesus menjadi titik sentral iman kristiani. Bagi umat Kristen sosok Yesus adalah keselamatan bagi umat manusia sebagai penebus dosa. Dosa yang telah diturunkan oleh Adam dan Hawa yang merusak hubungan antara manusia dengan Tuhan, telah dijembatani oleh Yesus sebagai penghubung. Kain putih yang dipakai sebagai penutup meja menggambarkan kesucian dan ketidakbersalahan, dimana bagi umat kristiani sosok Yesus merupakan seorang yang tidak berdosa dan suci. Sedangkan warna biru pada lukisan tersebut menggambarkan harapan yang menjadikan Yesus sebagai harapan umat manusi, selanjutnya warna merah menggambarkan hidup yang penuh kebahagiaan dan kasih, karena Yesus merupakan sosok yang akan memperbaharui kehidupan manusia sehingga manusia akan penuh kebahagiaan dan kasih, dan terakhir warna hijau menggambarkan pematahan belenggu dan kebebasan dari keterikatan dosa, dimana Yesus menjadi juruselamat yang menebus dosa umat manusia dan telah menang atas kematian.Lukisan tersebut juga menyajikan Yesus ditengah-tengah yang menjadikannya sentral yang kemudian muka Yesus disorot yang menggambarkan bahwa sosok Yesus merupakan hal yang sangat penting bagi umat kristiani untuk pembaruan manusia. Pluralisme agama yang tertangkap pada lukisan The Last Supper secara tidak langsung juga mengartikan bahwa sosok Yesus tidak hanya dimiliki umat Kristen saja namun juga oleh umat Muslim dan Yahudi. Yesus sendiri merupakan

Universitas Sumatera Utara sosok yang diakui juga oleh umat beragama Islam sebagai nabi Isa Almasih dan oleh umat agama Yahudi sebagai seorang Rabbi. Namun sosok Yesus begitu spesial bagi umat Kristen karena dianggap sebagai juruselamat umat manusia. Karya seni Penciptaan Adam (The Creation of Adam) yang dimunculkan setelah lukisan Kejatuhan dan Perjamuan terakhir menggambarkan bagaimana Tuhan menciptakan Adam. Karya seni ini terdapat pada langit-langit Sistine Chapel di Vatican yang merupakan pusat umat Katolik. Penciptaan Adam yang merupakan manusia pertama yang dahulu hidup bersama-sama dengan Tuhan di Taman Eden menggambarkan bahwa setelah Yesus mengorbankan nyawanya untuk menebus umat manusia akan terjadi pembaharuan bagi hubungan Tuhan dan Manusia. Manusia akan kembali bisa menjalin relasi dengan Tuhan tanpa melalui perantara, karena bagi umat kristiani sosok Yesus dipercayai sebagai perantara antara manusia dengan Allah Bapa. Tangan Tuhan yang menyentuh Adam menjadikan manusia dan Tuhan kembali bisa berhubungan. Pada scene ini yang merupakan gambar-gambar dari karya abad renaisans ini memang merupakan karya seni yang menggambarkan tentang cerita kekristenan dari penciptaan Adam, kejatuhan manusia kedalam dosa dan perjamuan terakhir Yesus dengan murid-muridnya. Namun pemunculan cerita tentang manusia pertama yaitu Adam dan Hawa tidak hanya diklaim milik kekristenan saja namun agama Yahudi dan Islam juga. Dari gambar inilah ingin menunjukkan bahwa ketiga agama ini mempunyai akar sejarah yang sama dan oleh dunia mereka disebut Agama Semit. Hal ini juga menunjukkan bahwa persebaran ketiga agama ini terdapat hampir diseluruh dunia. Bahkan di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam hidup harmonis dengan penganut Agama Kristen. Munculnya lukisan kelahiran Venus (The birth of Venus) yang merupakan Dewi agama Romawi kuno (Ancient Roman Religion) ini menggambarkan bahwa Venus merepresentasikan kekuatan cinta dan hasrat seksual yang dalam konsep kuno dapat menjadi suatu kesenangan dan baik tetapi dengan kata lain dapat menjadi suatu kepahitan, penghinaan dan pembudakkan. Dari kontak pertama dengan lukisan tersebut, semua pandangan menuju pada Venus. Lukisan ini memang ditujukkan kearah Venus. Posisi Venus yang tidak menggenakan pakaian

Universitas Sumatera Utara sama sekali (telanjang) menunjukkan Dewi Romawi kuno ini menggambarkan kecantikan seksual dan kesuburan wanita. Lukisan The Birth of Venus ini ingin memberitahu bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa cinta dan laki-laki tanpa wanita. Namun jika manusia terlalu dalam untuk mencintai maka ia akan tergoda untuk menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Seperti halnya juga laki- laki yang mudah tergoda oleh kecantikan wanita, ia akan seperti budak demi mendapatkan wanita. Terlebih lagi lukisan ini juga menggambarkan bahwa Agama Romawi Kuno masih tetap ada pada saat ini. Banyak yang menyangka bahwa tidak ada lagi pengikut agama tersebut sekarang. Dalam wawancara saya melalui email dengan Profesor David Levene dari Universitas New York, dia menuturkan bahwa praktek Agama Romawi Kuno tidak lagi sah (outlaw) lebih dari 1600 tahun yang lalu pada akhir abad keempat masehi oleh Kaisar Romawi yaitu Theodosius yang merupakan seorang Nasrani. Namun Nova Roma sebuah organisasi internasional telah merekonstruksi kembali agama tersebut dan mengklaim telah memiliki pengikut (www.novaroma.com). Dimunculkannya lukisan The Birth of Venus ini ingin menujukkan kepada dunia bahwa eksistensi Agama Romawi Kuno masih tetap ada dan mempunyai pengikut. Pada scene ini yang menampilkan Agama Romawi Kuno menunjukkan bahwa mereka masih bisa bertahan walaupun sekarang ini Italia merupakan negara mayoritas penduduknya adalah beragama Katolik. Gambar ini juga ingin menunjukkan bahwa Italia juga menganut pluralisme dimana Agama Romawi Kuno masih bisa hidup berdampingan dengan penduduk yang beragama Katolik.

Universitas Sumatera Utara 4.2.3 Analisis Scene ketiga video musik For the Love of God

Gambar 4.12 Scene ketiga

Gambar 1

Gambar 2 Gambar 3

Gambar 4 Gambar 5

Ilustrasi Scene Ketiga Pada scene ini menampilkan dua agama besar yang mempunyai ikatan sejarah yang sama yaitu Agama Buddha dan Hindu. Gambar Agama Buddha ditampilkan melalui simbol-simbol agama Buddha seperti pendeta Buddha, gambar setengah badan patung Buddha, lalu gambar Buddha Vairocana yang merupakan salah satu dari lima transenden Buddha sedang dalam posisi bermeditasi dan terakhir adalah para pendeta Buddha yang berhadap-hadapan

Universitas Sumatera Utara sedang melakukan meditasi dengan melakukan ritual gerakan (mudra). Kemudian dimunculkan gambar tarian kecak asal Bali yang berhubungan dengan kisah Ramayana dalam Agama Hindu. Teknik pengambilan gambar yang digunakan pada gambar pertama adalah full shot. Pada gambar kedua teknik pengambilan adalah medium close-up. Pada gambar ketiga teknik pengambilan gambar adalah medium close-up. Pada gambar keempat teknik pengambilan gambar adalah full shot. Pada gambar kelima teknik pengambilan gambar adalah full shot. Pada gambar keenam teknik pengambilan gambar adalah long shot.

Ikon Scene Ketiga 1. Visual (Tanda) Gambar 4.13 Gambar 1 Scene ketiga

Suara/ Tempo Musik Suara instrument musik dengan tempo permainannya sedang (moderato) dengan ritme/irama musik yang teratur dan keselarasan paduan bunyi (harmoni) yang baik antara alat musik satu dengan lainnya. Volume gitar terdengar lebih besar dari alat musik lainnya dan permainan melodi gitar dengan kecepatan lambat.

Penanda Terdapat dua orang pria dengan kulit kuning langsat. Pria yang sebelah kiri mempunyai rambut dikepalanya yang sangat pendek dan pria yang sebelah kanan tidak mempunyai rambut dikepalanya sama sekali (botak). Pria yang sebelah kiri

Universitas Sumatera Utara terlihat kepalanya agak sedikit kebawah dan mulutnya sedikit terbuka. Pria itu memakai baju berwarna saffron (oranye) dan sedikit kuning.

Petanda Dua orang pria dengan berlatar belakang langit biru yang dimana pria yang disebelah kanan hanya tampak bagian kepalanya saja. Pria yang disebelah kiri mempunyai rambut minim yang memakai baju berwarna saffron dan sedikit kuning terlihat sedang menatap kedepan dan pria berkepala plontos (botak) juga terlihat sedang menatap kearah lainnya dengan latar belakang langit biru.

2. Visual (Tanda) Gambar 4.14 Gambar 2 Scene ketiga

Suara/ Tempo Musik Suara instrument musik dengan tempo permainannya sedang (moderato) dengan ritme/irama musik yang teratur dan keselarasan paduan bunyi (harmoni) yang baik antara alat musik satu dengan lainnya. Volume gitar terdengar lebih besar dari alat musik lainnya dan permainan melodi gitar dengan kecepatan lambat. Penanda Sebuah patung berwarna abu-abu yang matanya hampir tertutup. Terdapat tekstur yang timbul pada seluruh bagian rambutnya seperti benjolan kecil. Daun kuping dari patung tersebut panjang hingga mencapai lehernya.

Universitas Sumatera Utara Petanda Setelah dua orang pria yang sedang menatap lalu muncul sebuah patung sedang menutup hampir seluruh matanya dan dada bagian patung tersebut terlihat dengan berlatar belakang langit biru

3. Visual (Tanda) Gambar 4.15 Gambar 3 Scene ketiga

Suara/ Tempo Musik Suara instrument musik dengan tempo permainannya sedang (moderato) dengan ritme/irama musik yang teratur dan keselarasan paduan bunyi (harmoni) yang baik antara alat musik satu dengan lainnya. Volume gitar terdengar lebih besar dari alat musik lainnya dan permainan melodi gitar dengan kecepatan lambat.

Penanda Seorang pria dengan posisi bersila dan kedua tangan menyentuh satu sama lainnya. Orang tersebut memakai pakaian yang berwarna oranye dan kuning. Terdapat empat lingkaran yang mengelilingi orang tersebut yang berwarna kuning dan kuning keemasan.

Petanda Seorang pria yang memakai baju berwarna oranye dan sedikit kuning sedang melakukan posisi bermeditasi dengan latar belakang seperti cahaya yang menyelimuti seluruh tubuhnya.

Universitas Sumatera Utara

4. Visual (Tanda) Gambar 4.16 Gambar 4 Scene ketiga

Suara/ Tempo Musik Suara instrument musik dengan tempo permainannya sedang (moderato) dengan ritme/irama musik yang teratur dan keselarasan paduan bunyi (harmoni) yang baik antara alat musik satu dengan lainnya. Volume gitar terdengar lebih besar dari alat musik lainnya dan permainan melodi gitar dengan kecepatan lambat.

Penanda Sekumpulan orang yang memiliki kulit sawo matang dengan rambut pendek dan botak dalam posisi duduk bersila. Mereka memakai pakaian berwarna merah dan kuning. Mereka saling berhadap-hadapan satu sama lainnya.

Petanda Sekumpulan orang yang membentuk dua baris saling berhadap-hadapan dalam posisi duduk bersila dilantai sedang melakukan gerakan ritual mudra yaitu tangan yang membentuk suatu pola yang diputar-putar.

Universitas Sumatera Utara 5. Visual (Tanda) Gambar 4.17 Gambar 5 Scene ketiga

Suara/ Tempo Lagu Suara instrument musik dengan tempo permainannya sedang (moderato) dengan ritme/irama musik yang teratur dan keselarasan paduan bunyi (harmoni) yang baik antara alat musik satu dengan lainnya. Volume gitar terdengar lebih besar dari alat musik lainnya dan permainan melodi gitar dengan kecepatan sedang.

Penanda Sekumpulan pria tidak memakai baju dan hanya memakai celana saja. Mereka mempunyai warna kulit sawo matang dan rambut berwarna hitam. Mereka dalam posisi duduk dengan jarak yang berdekatan satu sama lainnya dan tangan mengarah kedepan.

Petanda Sekumpulan orang yang tidak memakai baju sedang menggoyangkan badan dan mengangkat kedua tangan mereka dari atas kebawah lalu keatas lagi dengan terdapat didepan mereka gapura dan pepohonan.

Tataran Tingkat Pertama (Denotasi) Pada gambar pertama terlihat dua orang pria dengan berlatar belakang langit biru yang dimana pria yang disebelah kanan hanya tampak bagian kepalanya saja. Pria yang disebelah kiri mempunyai rambut minim yang memakai

Universitas Sumatera Utara baju berwarna saffron dan sedikit kuning terlihat sedang menatap kedepan dan pria berkepala plontos (botak) juga terlihat sedang menatap kearah lainnya Pria yang sebelah kiri terlihat kepalanya agak sedikit kebawah dan mulutnya sedikit terbuka Gambar tersebut agak sedikit ditransparansikan sehingga terlihat sedikit gambar pengunungan dintara kedua pria tersebut. Pada gambar pertama teknik pengambilan adalah medium close-up yang memperlihatkan bagian perut hingga kepala sehingga ekspresi wajah tetap terlihat. Pada gambar kedua setelah dua orang pria yang sedang menatap lalu muncul sebuah patung berwarna abu-abu yang sedang menutup hampir seluruh matanya dan dada bagian patung tersebut terlihat dengan berlatar belakang langit biru. Patung tersebut mempunyai kuping yang panjang kebawah dan terdapat benjolan di dahinya. Terdapat tekstur yang timbul pada seluruh bagian rambutnya seperti benjolan kecil. Pada gambar kedua teknik pengambilan gambar adalah medium close-up yang menunjukkan setengah badan hingga wajah sehingga ekspresi dari wajah patung tersebut tetap terlihat. Pada gambar ketiga terlihat seorang pria dengan posisi bersila. Pria tersebut memakai baju berwarna oranye dan sedikit kuning sedang melakukan posisi bermeditasi dengan latar belakang seperti cahaya yang mengelilingi seluruh tubuhnya. Pada gambar keempat teknik pengambilan gambar adalah full shot yang menampilkan seluruh tubuh pria tersebut sehingga tampak apa yang ia lakukan. Pada gambar keempat menampilkan sekumpulan orang yang membentuk dua baris yang saling berhadap-hadapan satu sama lainnya dalam posisi duduk bersila dilantai. Mereka sedang melakukan gerakan ritual mudra yaitu tangan yang membentuk suatu pola yang diputar-putar. Sekumpulan orang tersebut memiliki kulit sawo matang dengan rambut pendek dan botak dalam posisi duduk bersila. Mereka memakai pakaian berwarna merah dan kuning. Pada gambar keempat teknik pengambilan gambar adalah full shot yang menampilkan seluruh tubuh sehingga tampak seluruh bagian tubuh mereka dan apa yang mereka lakukan. Pada gambar kelima terdapat sekumpulan orang yang tidak memakai baju dan hanya memakai celana pendek saja ini sedang menggoyangkan badan dan mengangkat kedua tangan mereka dari atas kebawah lalu keatas lagi dengan

Universitas Sumatera Utara terdapat didepan mereka gapura dan pepohonan. Mereka mempunyai warna kulit sawo matang dan rambut berwarna hitam. Mereka dalam posisi duduk dengan jarak yang berdekatan satu sama lainnya. Pada gambar kelima teknik pengambilan gambar adalah long shot yang mengambarkan pemandangan dan sekumpulan orang.

Tataran Tingkat Kedua (Konotasi) Pada scene ini memperlihatkan keberagaman agama (pluralisme agama) melalui dua agama yang berbeda yang mempunyai sejarah yang cukup panjang, dua agama tersebut adalah Buddha dan Hindu. Kedua agama ini sudah ada sebelum masehi, bahkan saat ini Agama Buddha dan Hindu masih sangat banyak pengikutnya di dunia. Pluralisme agama adalah suatu kenyataan bahwa kita adalah berbeda-beda dan beragam mulai dari tokoh agama yang digambarkan oleh Biksu Buddha dalam gambar pertama, bentuk spiritual seperti bermeditasi pada gambar Buddha Vairocana dalam posisi bermeditasi yang terdapat di gambar ketiga dan yang digambarkan melalui para Biksu Buddha yang sedang bermeditasi dengan membuat gerakan ritual mudra dalam gambar keempat, lalu bentuk kesenian yang terlihat dari patung Buddha (pada gambar kedua) dan tarian kecak (pada gambar kelima) yang mengisahkan tentang Ramayana. Tarian ini merupakan bagian dari drama Ramayana sebagai bentuk pemujaan dalam agama Hindu. Pemahaman mengenai pluralisme agama tidak hanya sekedar bahwa kita hidup didunia ini dengan banyak agama, namun juga kita harus memahami keunikan setiap agama dan menghargai sertai mengormatinya. Hal inilah yang ditunjukkan melalui penggambaran dua agama Buddha dan Hindu yang setiapnya memiliki keunikan masing-masing. Keunikan tersebut bisa terlihat yang dimulai pada gambar pertama adalah Biksu (monk) Buddha yang menunjukkan bagian dari Agama Buddha ini menggambarkan bahwa hidup menjadi seorang biksu masih tetap bisa dilakukan ditengah-tengah dunia yang semakin bebas. Menjadi biksu mengharuskan dirinya untuk tidak menikah atau bekerja pada pekerjaan sekuler (duniawi). Sejak menjadi seorang biksu, ia harus menolak keinginan hawa nafsu yang biasanya adalah penolakan terhadap seks, perhiasan/dandanan, dan

Universitas Sumatera Utara alkohol. Melalui gambar biksu ini ingin memberitahu bahwa manusia harus menghindarkan dirinya dari keinginan duniawi seperti seks bebas, berpesta, minuman keras (alkohol) dan harus menjadikan dirinya memiliki hidup yang sederhana. Baju yang digunakan oleh Biksu Buddha adalah warna saffron (oranye) dan kuning. Warna oranye menggambarkan pencerahan dimana seorang biksu tidak lagi memikirkan hal-hal yang berbau duniawi sedangkan warna kuning menggambarkan kerendahan hati dan pemisahan dari masyarakat yang materialis. Munculnya gambar patung Buddha yang merupakan patung raksasa yang lokasinya berada di Bodhgaya, Bihar (India) menunjukkan bahwa Agama Buddha merupakan agama besar yang memiliki pengikut sekitar tiga ratus lima puluh juta (350.000.000) orang atau enam persen dari penduduk dunia (www.buddhanet.net/history/bud_statwrld.htm) yang menunjukkan Agama Buddha merupakan agama keempat terbanyak pengikutnya di dunia. Lalu pada gambar kedua yang merupakan bentuk kesenian yaitu sebuah patung Buddha raksasa (The Giant Buddha) yang sebenarnya dalam posisi bermeditasi namun didalam shot ini pengambilan gambarnya hanya close-up yang ingin menunjukkan ekspresi Buddha tersebut. Agama Buddha juga tidak bisa dilepaskan dari kegiatan meditasi yang merupakan secara umum bertujuan bahwa inti dari praktek ini adalah mencapai bentuk konsentrasi dan ketenangan mendalam yang disebut (samadhi), yang dapat memberikan ketingkatan atau menyajikan sebagai dasar untuk pandangan yang bersih dan akurat (vipasyana) yang melihat kenyataan dari yang tidak nyata yang lebih lanjut lagi, kesempurnaan konsentrasi dan ketenangan dapat meningkatkan visi dan kekuatan. Hal ini bisa dilihat dari gambar selanjutnya yaitu Buddha Vairocana yang dalam posisi bermeditasi. Buddha Vairocana yang disebut juga sebagai Sang Pencerah Agung merupakan transenden dari Buddha Historis yaitu Shakyamuni. Gambar tersebut menggambarkan Buddha Vairocana dengan warna kuning dan oranye. Warna kuning menunjukkan penolakan terhadap benda-benda material yang merupakan nafsu duniawi. Vairocana ingin menunjukkan bahwa nafsu duniawi hanya akan membawa pada kesengsaran dan menjauhkan dari pencerahan. Sedangkan warna oranye menggambarkan pencerahan yang merupakan bentuk tertinggi dari kesempurnaan. Posisi Vairocana yang sedang

Universitas Sumatera Utara bermeditasi ini menunjukkan bahwa ada dua hal yang membawa pada pengetahuan sejati, yaitu ketenangan dan pandangan terang. Ketenangan dikembangkan membawa pikiran berkembang, pikiran berkembang ditingkatkan membawa kepadaman nafsu. Kepadaman nafsu membawa pada kebijaksanaan, kebijaksanaan berkembang membawa pada segala kegelapan batin ditinggalkan. Manusia selalu mengharapkan kebahagiaan dan kesejahteraan serta kepuasan dalam hidupnya. Manusia berusaha keras mencari kekayaan, mengejar prestasi dan jabatan untuk memenuhi kebutuhan dirinya sehingga memperoleh kebahagiaan. Banyak dijumpai manusia setelah mendapatkan kekayaan dan jabatan tetapi timbul ketidaktenangan, kegelisahan, kelelahan serta kekalutan batin. Secara singkat mereka tidak mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan. Manusia mengatasi masalahnya dengan mencari penyelesaian persoalan di luar dirinya dengan harapan merubah sekitarnya dirinya menjadi tenang dan bahagia. Tapi setelah memahami dengan bijak orang akan mencari atau sebab timbulnya masalah. Sebenarnya ada satu sebab yang menyebabkan ketidakbahagiaan dan kegelisahan yaitu “pikiran sendiri”. Memusatkan pikiran, memperhatikan pikiran dan menyadari pikiran inilah dinamakan “Meditasi”. Meditasi tidak hanya mempunyai bentuk posisi berdiam diri saja, terdapat juga gerakan-gerakan tangan simbolik. Hal ini bisa dilihat pada gambar selanjutnya dimana para biksu sedang bermeditasi dengan menggunakan gerakan ritual Mudra. Mengubah tubuh menjadi tubuh spiritual melalui ritual atau meditasi merupakan inti ajaran Tantras di dalam Agama Buddha. Ritual gerakan tangan simbolik sebagai materai suci yang dilakukan oleh para biksu ini menunjukkan sebagai penyatuan prinsip untuk transformasi manusia yang secara umum, kesuciaan dengan tangan mereka keatas dan terbuka secara aktif terhubung dalam kosmos dan ketika tangan mereka tertutup atau tangan mereka mendekat ke tubuh merupakan sebuah bentuk transenden. Sedangkan baju warna saffron dan kuning yang mereka gunakan menunjukkan mereka seorang yang rendah hati dan tercerahkan. Menjadikan tubuh spiritual tidak hanya melalui meditasi saja namun juga bisa dari tarian. Hal ini bisa dilihat dari gambar tarian kecak dari Bali. Tari Kecak yang berafiliasi dengan agama Hindu ini menggambarkan kisah Ramayana saat

Universitas Sumatera Utara barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Namun demikian, Kecak berasal dari ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat. Dari tarian kecak ini menujukkan bahwa tarian merupakan bentuk yang sakral dimana dewa begitu dekat bahkan menghampiri manusia ketika mereka sedang menari. Pada scene yang menampilkan Agama Buddha dan Hindu ini juga ingin menunjukkan bahwa kedua agama tersebut hidup harmonis berdampingan. Bahkan di Indonesia sendiri sudah sejak lama menganut paham pluralisme agama yang ditandai dengan toleransi kedua agama tersebut yang terlihat dari kedekatan situs candi Borobudur dan Prambanan.

4.2.4 Analisis Scene keempat video musik For the Love of God Gambar 4.18 Scene keempat

Gambar 1 Gambar 2

Gambar 3 Ilustrasi Scene Keempat Pada scene ini menggambarkan dua agama yaitu Agama Yahudi dan Kristen. Gambar pertama menunjukkan seorang Rabbi Agama Yahudi (Yudaisme) menggunakan tefillin yang sedang melakukan doa pagi hari. Karena

Universitas Sumatera Utara tefillin digunakan saat hanya doa pagi hari. Lalu selanjutnya penggambaran Yesus yang sedang memikul salib yang merupakan peristiwa besar bagi umat Kristiani dan kemudian gambar Yesus disalib yang merupakan puncak penganiyaan terhadap dirinya. Agama Yahudi dan Kristen mempunyai ikatan sejarah yang sama dimana Yesus merupakan orang Yahudi dan membawa pesan untuk menyelamatkan bangsa Yahudi. Pada gambar pertama teknik pengambilan gambar adalah close-up. Pada gambar kedua teknik pengambilan gambar adalah medium shot dan pada gambar ketiga teknik pengambilan gambar adalah full shot.

Ikon Scene Keempat 1. Visual (Tanda) Gambar 4.19 Gambar 1 Scene keempat

Suara/ Tempo Musik Suara instrument musik dengan tempo permainannya sedang (moderato) dengan keselarasan paduan bunyi (harmoni) yang baik antara alat musik satu dengan lainnya. Volume gitar terdengar lebih besar dari alat musik lainnya dan permainan melodi gitar dengan kecepatan yang cepat.

Penanda Seorang pria yang memiliki jenggot hitam dan memakai kacamata. Pria tersebut berkulit putih dan memakai penutup kepala bewarna putih serta memakai topi kecil yang berwarna hitam di atas dahinya. Tampak seorang pria lainnya yang memakai kacamata dan topi dikepalannya.

Universitas Sumatera Utara Petanda Dua orang pria yang menggunakan kacamata yang berlatar belakang suatu ruangan. Pria yang disebelah kiri memakai tefillin (kotak kecil berwarna hitam) dikepalanya sedang mengucapkan sesuatu namun tidak ada suaranya sama sekali dan pria yang disebelah kanan memakai topi sedang menggerakkan kepalanya dari atas kebawah (mengangguk-angguk).

2. Visual (Tanda) Gambar 4.20 Gambar 2 Scene keempat

Suara/ Tempo Musik Suara instrument musik dengan tempo permainannya sedang (moderato) dengan keselarasan paduan bunyi (harmoni) yang baik antara alat musik satu dengan lainnya. Volume gitar terdengar lebih besar dari alat musik lainnya dan permainan melodi gitar dengan kecepatan yang cepat.

Penanda Seorang pria yang memiliki rambut yang panjang dan jenggot sedang memikul sebuah beban. Dikepala pria tersebut terdapat sebuah hiasan. Terdapat juga pria lainnya disebelah kanan. Pria tersebut memilili rambut panjang yang berbelah tengah.

Universitas Sumatera Utara Petanda Seorang pria yang jenggotnya menyatu dengan jambang dan kumis sedang memikul sebuah beban dengan tangannya yang diikat pada beban tersebut dan pria yang ada disampingnya sedang memperhatikannya.

3. Visual (Tanda) Gambar 4.21 Gambar 3 Scene keempat

Suara/ Tempo Musik Suara instrument musik dengan tempo permainannya sedang (moderato) dengan keselarasan paduan bunyi (harmoni) yang baik antara alat musik satu dengan lainnya. Volume gitar terdengar lebih besar dari alat musik lainnya dan permainan melodi gitar dengan kecepatan yang cepat.

Penanda Seorang pria tidak menggenakan baju dan hanya memakai celana pendek berwarna putih. Kedua tangan pria tersebut terangkat keatas membentuk huruf v dan menempel pada sebuah kayu berbentuk horizontal. Kepalanya terlihat menunduk kebawah arah kirinya dan kedua ujung kakinya menempel satu sama lainnya.

Petanda Seorang pria yang tidak memakai baju sedang disalibkan dengan tangan dan kaki yang dipakukan ke salib tersebut dengan berlatar belakang langit gelap namun masih terlihat sebuah cahaya kuning.

Universitas Sumatera Utara Tataran Tingkat Pertama (Denotasi) Pada gambar pertama terlihat dua orang pria yang menggunakan kacamata yang berlatar belakang suatu ruangan. Pria berkulit putih yang disebelah kiri memakai tefillin (kotak kecil berwarna hitam) dikepalanya sedang mengucapkan sesuatu namun tidak ada suaranya sama sekali. Pria tersebut memakai penutup kepala berwarna putih yang menutupi setengah bagian kepalanya. Disebelah kanan terlihat pria berkacamata memakai topi sedang menggerakkan kepalanya dari atas kebawah (mengangguk-angguk). Teknik pengambilan gambar pada gambar pertama adalah close-up yang menunjukkan ekpersi wajah mereka. Pada gambar kedua menampilkan seorang pria yang jenggotnya menyatu dengan jambang dan kumis sedang memikul sebuah beban dengan tangannya yang diikat pada beban tersebut dan pria yang ada disampingnya sedang memperhatikannya. Pada gambar kedua teknik pengambilan gambar adalah medium shot yang memperlihatkan ekspresi wajah dan gerakan tangan mereka. Pada gambar ketiga terlihat seorang pria yang sedang disalibkan dengan langit yang begitu gelap namun terdapat sedikit cahaya yg berwarna kuning. Pria tersebut tidak menggenakan baju dan hanya memakan celana pendek. Kedua tangan pria tersebut terangkat keatas membentuk huruf v dan menempel pada sebuah kayu berbentuk horizontal. Kepalanya terlihat menunduk kebawah arah kirinya dan kedua ujung kakinya menempel satu sama lainnya. Pada gambar terakhir yaitu gambar ketiga teknik pengambilan gambar adalah full shot yang menunjukkan seluruh bagian badan sehingga terlihat apa yang sedang terjadi padanya.

Tataran Tingkat Kedua (Konotasi) Pada scene keempat ini ingin menunjukkan keberagaman agama (pluralisme agama) yang ditampilkan melalui dua agama yaitu agama Yahudi (Yudaisme) dan Kristen. Kedua agama ini mempunyai ikatan sejarah yang tidak bisa dilepaskan satu sama lainnya dan menjadi bagian dari Abrahamic Faiths. Pluralisme agama secara langsung telah mengikat Abrahamic Faiths yang pada asalnya berada di luar lingkaran pluralisme agama. Penggunaan perkataan Abrahamic Faiths bertujuan membina keharmonian yang dilihat dari sisi

Universitas Sumatera Utara memahami dan pengaplikasian komunikasi antara satu sama lain atas hal-hal berkaitan keagamaan (Shaharud-din & Khambali, 2012: 5). Pada scene ini keberagaman agama (pluralisme agama) ditunjukkan melalui gambar seorang Rabbi Yudaisme yang sedang berdoa dan gambar tokoh sentral umat Kristen yaitu Yesus yang sedang memikul salib dan pada gambar terakhir ia disalibkan. Pada gambar pertama menampilkan seorang Rabbi Yudaisme yang sedang melakukan doa pagi hari (Shacharit) yang ditujukkan melalui penggunaan tefillin (kotak kecil berwarna hitam yang dipakai dikepala). Tefillin sendiri digunakan ketika hanya melakukan Shacharit. Bangsa Yahudi percaya bahwa mereka harus mengikat perintah Tuhan sebagai tanda ditangan dan dikepala agar sebagai pengingat. Maka dari itu untuk bangsa Yahudi memenuhi perintah ini, para Rabbi menciptakan tefillin yang merupakan kotak kecil berisi ayat alkitab pada gulungan perkamen kecil. Pada awalnya tefillin digunakan sepanjang hari, tetapi kebiasaan itu berubah seiring jaman yang digunakan hanya pada doa pagi hari. Tefillin tidak digunakan pada hari sabat dan festival orang Yahudi (Karesh & Hurvitz, 2006:513). Gambar Rabbi Yahudi berdoa ini menunjukkan bahwa untuk memulai aktivitas sebaiknya hal yang pertama dilakukan adalah doa. Doa yang merupakan bentuk komunikasi antara manusia dengan Tuhan dan menyatakan bahwa Tuhan merupakan pengendali kehidupan, oleh karena itu doa yang dilakukan oleh Rabbi Yudaisme ini memberitahukan bahwa manusia harus selalu berdoa dipagi hari agar pernyertaan Tuhan selalu ada untuknya. Dari ditampilkannya gambar seorang Rabbi Yahudi ini juga ingin menunjukkan bahwa Agama Yahudi merupakan salah satu agama besar di dunia. Tujuan dari agama Yahudi (Yudaisme) adalah untuk membuat hidup suci, menghormati yang sementara dengan yang abadi dan materi dengan spiritual. Bangsa Yahudi melakukan ini dengan mengikut perintah Tuhan (mitzvot), sejauh mereka bisa. Perintah ini diambil sebagai sebuah tanda kasih dan perhatian Tuhan. Lebih jauh lagi, dalam Yudaisme, Tuhan seperti seorang orang tua yang penuh kasih sayang dan memaafkan manusia ketika mereka bertobat sepenuh hati karena perbuatan dosa mereka. Orang Kristen menggangap bahwa Yesus merupakan Tuhan dan juruselamat yang telah menebus dosa umat manusia. Hal ini bisa dilihat dimana

Universitas Sumatera Utara gambar-gambar yang disajikan baik Yesus memikul salib dan Yesus sedang disalibkan merupakan bentuk penebusan dosa. Dari gambar Yesus memikul salib ini menujukkan betapa sedihnya Yesus melihat manusia penuh dosa dan kecemaran dan ia harus menanggun dosa mereka. Dari gambar ini juga menunjukkan betapa Yesus mengasihi umat manusia. Gambar Yesus yang sedang disalibkan warna yang disajikan adalah warna hitam, kuning dan putih. Warna langit yang hampir hitam ini menggambarkan bahwa langit berduka akan kematian Yesus namun tidak seluruhnya langit berwarna hitam, terdapat warna kuning yang menggambarkan cahaya dan kasih bahwa kematian Yesus bukanlah akhir dari segalanya namun ia akan bangkit dari kematian dan bercahaya untuk umat manusia dan kasihnya akan selalu ada sampai selama-lamanya. Celana pendek berwarna putih yang dikenakan Yesus juga menujukkan kesucian bahwa ia tidak akan kalah oleh maut karena ia merupakan suci dan kudus. Penyajian gambar Agama Yahudi dan Kristen juga ingin menunjukkan bahwa kedua agama tersebut mempunyai ikatan historis. Yesus merupakan seorang Yahudi yang dianggap sebagai juruselamat oleh umat Kristen yang telah dinubuatkan oleh nabi-nabi pada perjanjian lama. Namun bagi umat Agama Yahudi, Yesus bukanlah juruselamat karena kedatangannya tidak merestorasi keadaan bangsa Israel yang pada waktu itu dijajah oleh bangsa Romawi. Penyajian gambar tersebut juga ingin memperlihatkan bahwa agama Yahudi dan Kristen telah hidup berdampingan di Eropa dan Amerika sejak lama.

4.2.5 Analisis Scene Kelima video musik For the Love of God

Gambar 4.22 Scene Kelima

Gambar 1 Gambar 2

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3

Ilustrasi Scene kelima Pada scene kelima ini ditampilkan para tokoh pluralis mulai dari Martin Luther King, Jr. yang sedang mengakhiri pidatonya pada tanggal 28 Agustus 1968 yang dimana hampir 250,000 orang baik kulit hitam dan putih, petani dan masinis, orang timur dan selatan berkumpul untuk mendukung gerakan hak sipil di Lincoln Memorial. Martin Luther King, Jr. yang memimpin gerakan tersebut menginspirasi massa dengan pidato terkenalnya "Saya Mempunyai Sebuah Mimpi". Lalu tokoh pluralis selanjutnya adalah Mahatma Gandhi yang memperjuangkan ideologi non-kekerasan saat melawan imperialisme bangsa Inggris di India. Mahatma Gandhi merupakan figur penting pada abad keduapuluh, dengan pengaruh dan hubungan melebihi imannya yaitu Hindu, dan konteks historis. Visi religiusnya menekankan persamaan agama-agama dan menanamkan pertemananan yang kuat dengan orang-orang yang berbeda agama. Lalu tokoh selanjutnya yang ditampilkan adalah gambar Bunda Teresa yang sedang tersenyum. Bunda Teresa terkenal penuh dengan kasih sayang melayani warga di Calcutta, India tanpa memandang agama mereka yang mayoritas merupakan agama Hindu. Bahkan hingga kematiannya, ribuan orang baik kaya dan miskin, Kristen, Muslim, dan Hindu memenuhi jalanan di Calcutta untuk menghormati Bunda Teresa. Teknik pengambilan gambar yang digunakan pada gambar pertama yang digunakan adalah medium close-up. Sedangkan pada gambar kedua teknik pengambilan gambarnya adalah close up. Dan pada gambar ketiga teknik pengambilan gambarnya adalah close-up.

Universitas Sumatera Utara Ikon Scene Kelima 1. Visual (Tanda) Gambar 4.23 Gambar 1 Scene kelima

Suara/ Tempo Musik Suara instrument musik dengan tempo permainannya sedang (moderato) dengan ritme/irama musik yang teratur dan keselarasan paduan bunyi (harmoni) yang baik antara alat musik satu dengan lainnya. Volume gitar terdengar lebih besar dari alat musik lainnya dan permainan melodi gitar dengan kecepatan sedang.

Penanda Seorang pria kulit hitam memakai stelan baju warna hitam dengan tangan kanan keatas dan terdapat 5 microphone didepannya. Pria tersebut memiliki rambut yang sangat pendek (botak). Sekumpulan orang kulit hitam yang memakai baju putih dan penutup kepala warna putih berdiri dibelakangnya. Terdapat juga seorang pria berkulit putih disebelah kirinya. Pria berkulit putih tersebut memakai topi.

Petanda Seorang pria berkulit hitam yang memakai jas dengan kepala plontos yang mengangkat tangannya sedang mengakhiri pidatonya dengan dibelakangnya para simpatisannya dan seorang polisi berkulit putih yang mengawal dia.

Universitas Sumatera Utara 2. Visual (Tanda) Gambar 4.24 Gambar 2 Scene kelima

Suara/ Tempo Musik Tempo musik sedang (moderato)

Penanda Seorang pria dengan kerutan yang terlihat di dahinya memakai kacamata dengan tidak memiliki sama sekali rambut dikepalanya. Pria tersebut mempunyai kumis dan hidung yang mancung dan memakai pakaian hingga menutupi lehernya. Mulut pria tersebut sedikit terbuka.

Petanda Seorang pria tua yang memakai kacamata sedang tersenyum melihat kebawah dengan latar belakang berwarna abu-abu.

3. Visual (Tanda) Gambar 4.25 Gambar 3 Scene kelima

Universitas Sumatera Utara Suara/ Tempo Musik Suara instrument musik dengan tempo permainannya sedang (moderato) dengan ritme/irama musik yang teratur dan keselarasan paduan bunyi (harmoni) yang baik antara alat musik satu dengan lainnya. Volume gitar terdengar lebih besar dari alat musik lainnya dan permainan melodi gitar dengan kecepatan sedang.

Penanda Seorang wanita dengan kerutan diwajahnya memakai penutup kepala warna putih dengan garis-garis di ujung penutup kepalanya dan menutupi kupingnya. Wanita tersebut kedua ujung mulutnya cukup terbuka lebar dan sedikit naik keatas dengan tampak gigi bagian atasnya saja yang terlihat.

Petanda Seorang wanita paruh baya yang terlihat kerutan diwajahnya yang memakai pakaian penutup kepala berwarna putih ini sedang tersenyum lebar dengan mata yang tertutup.

Tataran Tingkat Pertama (Denotasi) Pada gambar pertama menampilkan seorang pria berkepala plontos yang memakai jas sedang menyampaikan pidato penutupnya dan melambaikan tangan kanannya keatas. Pria tersebut berkulit hitam dan berdiri dibelakang mimbar yang memiliki 5 microphone didepannya, sedangkan dibelakang pria berkulit hitam itu terdapat sekumpulan orang kulit hitam yang memakai baju putih dan penutup kepala warna putih berdiri. Terdapat juga seorang pria berkulit putih disebelah kirinya yang memakai topi dan berseragam polisi. Teknik pengambilan gambar yang digunakan pada gambar pertama yang digunakan adalah medium shot yang menunjukkan dari pinggang hingga kepala agar terlihat ekspresi wajah dan gerakan tangan. Lalu pada gambar kedua terlihat Seorang pria tua yang memakai kacamata sedang tersenyum melihat kebawah dengan latar belakang berwarna abu-abu. Pria tersebut terlihat uratnya dibagian pelipis kepalanya dan memakai kacamata. Dia juga tidak mempunyai rambut sama sekali dikepalanya. Pria

Universitas Sumatera Utara tersebut mempunyai kumis dan hidung yang mancung dan memakai pakaian hingga menutupi lehernya. Pada gambar kedua teknik pengambilan gambarnya adalah close up yang menunjukkan bagian kepala agar terlihat jelas ekspresi wajah. Pada gambar ketiga terdapat seorang wanita paruh baya yang terlihat wajahnya sudah keriput dan menua ini sedang tersenyum. Wanita tersebut memakai penutup kepala warna putih dengan garis-garis di ujung penutup kepalanya dan menutupi kupingnya. Wanita paruh baya itu juga terlihat sedang tersenyum dan tampak gigi bagian atasnya saja yang terlihat. Pada gambar ketiga teknik pengambilan gambarnya adalah close-up yang menampilkan bagian kepala agar terlihat raut wajahnya.

Tataran Tingkat Kedua (Konotasi) Pada scene ini menampilkan gambar-gambar tokoh pluralis seperti Martin Luther King, Jr., Mahatma Gandhi, dan Bunda Teresa menggambarkan bahwa mereka telah berjuang untuk hak-hak masyarakat tanpa memandang perbedaan latar belakang terutama agama, bahkan Martin Luther King, Jr. dan Bunda Teresa dianugerahi Nobel Perdamaian atas perjuangan mereka melawan ketidakadilan kesetaraan dan kemiskinan. Pluralisme agama tidak semata menunjuk pada kenyataan tentang adanya kemajemukan. Namun yang dimaksud adalah keterlibatan aktif terhadap kenyataan kemajemukan tersebut. Seseorang bisa dianggap sebagai sosok yang pluralis apabila ia dapat berinteraksi positif dalam lingkungan kemajemukan tersebut (Azzuhri, 2012:26). Pada scene inilah ditampilkan para tokoh pluralis yang tidak hanya membawa kepentingan kelompoknya melainkan terlibat aktif dalam kemajemukan. Gambar bagian penutup pidato Martin Luther King, Jr. yang merupakan seorang pendeta ini menggambarkan bahwa setiap orang mempunyai hak untuk hidup sama tanpa memandang latar belakangnya baik agama, suku, warna kulit dan gender. Bagi Martin Luther King, Jr. kemajemukan bukanlah penghalang untuk mendapatkan hak, karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai hak yang sama walaupun terdapat latar belakang yang berbeda seperti warna kulit dan

Universitas Sumatera Utara agama. Pada dipenghujung pidato Martin Luther King, Jr. ini mengatakan “We are free at last” walaupun dalam video musik ini tidak terdapat suaranya. Bagian penghujung pidato ini ingin menyerukan kesetaraan ras dan diakhirinya diskriminasi yang juga menujukkan bahwa setiap orang akan bebas pada akhirnya dimana tidak ada lagi perbedaan diantara kaum kulit hitam dan putih. Dengan teknik pengambilan gambar medium close-up ini ingin menujukkan setiap ekspresi Martin Luther King, Jr baik dari wajah dan gerakan tangan. Ditampilkannya gambar pidato yang memperjuangkan kesetaraan oleh seorang aktivis hak asasi dan sekaligus seorang pendeta Martin Luther King, Jr. ini juga ingin menunjukkan bahwa setiap manusia diciptakan dalam segambar dengan Tuhan terlepas baik dari agama atau suku, kepercayaan atau kebudayaan yang berarti setiap manusia sama tidak ada perbedaan diantara satu orang dengan yang lainnya dan setiap manusia sama dan diakui sebagai anak Tuhan (a child of God) yang juga setiap orang dipilih untuk menjadi manusia yang tidak harus hidup seperti dipaksa untuk hidup. Jika segregasi dan diskriminasi rasial membantu mengembangkan bentuk inferior dan bentuk ketidaksetaraan sosial dalam hal utama ras, konsep segambar dengan Tuhan menawarkan sebuah pandangan pengganti yang dimana anggota keluarga yang teralienasi dapat memandang diri mereka dan yang lain secara ontologi sama (Wills, 2009: 118). Sebuah gambar pidato Martin Luther King, Jr. menunjukkan kepada dunia bahwa kesetaraan merupakan hak bagi setiap manusia ditengah-tengah kehidupan yang semakin pluralis dan dimana agama tidak lagi menjadi penghalang bagi manusia untuk membuat tembok-tembok pembatas. Hal ini ditunjukkan oleh munculnya gambar Mahatma Gandhi seorang penganut agama Hindu dan tokoh pejuang melawan imperialisme bangsa Inggris dengan ideologinya berjuang tanpa kekerasan. Raut wajah Mahatma Gandhi yang terlihat sudah berumur dalam gambar tersebut ingin menunjukkan Gandhi yang merupakan sosok yang begitu tegas menentang perbedaan umat beragama. Teologi dan pertemanan Gandhi (Gandhi’s theology and friendships) menawarkan sebuah kritik kepada teori dialog yang menekankan komitmen pada sebuah tradisi khusus. Pemahamannya membuka jalan untuk memasukkan grup yang termajinalkan didalam dialog dan menghormati sepenuhnya orang daripada memperlakukan agama sebagai sebuah

Universitas Sumatera Utara bagian terpisah dari kehidupan seseorang (Jolly, 2012:Abstrak). Bagi Gandhi kesatuan agama-agama merupakan Kebenaran/Tuhan. Semua agama adalah benar dengan keadaan mereka mengandung kebenaran. Kesatuan fundamental mereka didasarkan pada Tuhan. Gandhi menekankan bahwa terdapat satu Tuhan dan itu merupakan Tuhan yang sama, yang diekspresikan dan dimediasi melalui agama- agama, yang mana Tuhan mentrasendenkan diriNya. Bahkan Gandhi menawarkan sebuah doa kepada Tuhan, bukan Tuhan orang kulit putih, kulit hitam (negro), Mussalman, atau Hindu tetapi Tuhan akan semuannya, Tuhan Alam Semesta (Kripalani, 1958:61). Pluralisme agama dipertimbangkan oleh Gandhi dalam koneksi dengan praktek keadaan darurat kehidupan bersama dengan damai yang dimana diskusi kebenaran agama bukanlah sekedar materi teoritis tetapi secara langsung membuat bagaimana manusia berkelakukan dengan yang lainnya. Mengasihi sesama manusia dan memperlakukannya seperti diri sendiri inilah yang ditunjukkan oleh Bunda Teresa yang merupakan seorang penganut Katolik Roma. Penempatan gambar Bunda Teresa setelah Mahatma Gandhi ini menujukkan korelasi diantaranya. Keduanya sama-sama berjuang untuk India dan menolak cara kekerasan sebagai bagian perlawanan. Gambar Bunda Teresa dengan posisi tersenyum ini ini ingin menunjukkan bahwa setiap orang harus belajar untuk mengasihi satu sama lainnya dan manusia sering lupa bahwa dirinya merupakan bagian dari manusia lainnya dan semua adalah saudara tanpa memandang ras, suku, kelompok maupun agama. Ditampilkannya Mahatma Gandhi dan Bunda Teresa yang juga menerima hadiah nobel perdamaian ini ingin menujukkan adanya koneksi diantara mereka yang sama-sama berjuang dengan Pekerja Bersama (Co-Workers) nya dari seluruh dunia yang berasal dari berbagai macam latar belakang agama dan semua ingin membantu mengurangi kemiskinan (Greene 2004:101). Teknik pengambilan gambar close-up ini yang ingin menekankan raut wajah Bunda Teresa yang bekerja keras melayani tanpa memandang agama, suku, bangsa, atau pandangan politik mereka. Dia melayani dengan sederhana karena dia memandang setiap manusia sebagai individu yang berharga. Senyum Bunda Teresa dalam gambar tersebut ingin menunjukkan bahwa dedikasinya membuat dunia sadar bahwa kedamaian sangat dibutuhkan untuk dunia dan kemiskinan merupakan salah satu akar yang membuat kedamaian

Universitas Sumatera Utara itu menjadi sulit didapat. Bunda Teresa berkomitmen untuk melayani orang-orang yang menderita dan terabaikan dan untuk menegakkan rasa kemanusiaan. Walaupun banyak agama termasuk Hindu yang mengajarkan bahwa penyakit merupakan bentuk hukuman dari Tuhan akibat tingkah laku yang berdosa. Namun Bunda Teresa tetap membantu mereka yang terabaikan karena terkena penyakit. Pada scene ini yang menampilkan tiga tokoh terkenal akan kemanusiaannya ini menunjukkan bahwa mereka tetap berjuang untuk yang berbeda agama dengannya untuk mendapatkan hak yang sama. Pluralisme agama bukan saja mengakui keberadaan dan hak setiap agama, tapi terlibat aktif dalam usaha memahami perbedaan dan persamaan guna tercapainya kerukunan dalam kebhinekaan. Perjuangan mereka menunjukkan bahwa mereka percaya bahwa pluralitas adalah hal yang tidak bisa dipungkiri ada dan hidup didunia ini. Mereka percaya bahwa pluralisme akan membentuk masyarakat lebih kuat dan tidak ada pandangan dan perlakuan diskriminasi bagi yang berbeda agama.

4.2.6 Analisis Shot keenam video musik For the Love of God Gambar 4.26 Scene keenam

Gambar 1 Gambar 2

Gambar 3 Gambar 4

Universitas Sumatera Utara Gambar 5 Gambar 6

Gambar 7 Gambar 8 Ilustrasi Scene Keenam Pada scene terakhir ini menampilkan dua agama besar yaitu Kristen dan Buddha. yang sebagian Agama Buddha ditampilkan dengan patung-patung dan Agama Kristen dengan sebuah lukisan abad pertengahan. Gambar pertama menampilkan seorang Biksu Buddha dengan posisi meditasi yang mana merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan Biksu Buddha maupun penganut Agama Buddha sendiri dan salah satu tujuan meditasi sendiri adalah untuk mendapatkan kebijaksanaan. Lalu gambar selanjutnya ditampilkan Patung Manjushri yang merupakan bodhisatwa yang dikaitkan dengan kebijaksanaan dan dalam tradisi Vajrayana merupakan dewa meditasi yang menggambarkan kebijaksanaan yang tercerahkan. Lalu diselanjutnya ditampilkan patung Padmasambhava seorang master Tantric India yang dihargai karena membawa ajaran Buddha ke Tibet pada akhir abad ke delapan. Gambar Patung Dewi Tara dan Buddha Historis (Shakyamuni Buddha) yang merupakan sosok terpenting bagi umat Buddha juga ditampilkan. Sebuah karya seni dari abad pertengahan juga ditampilkan seperti Jeremiah oleh Michelangelo yang berada di Sistine Chapel, Vatican yang dibuat tahun 1508. Lalu gambar Paus Pius V yang dibuat tahun 1605 oleh El Greco dan terakhir adalah gambar wajah Yesus yang

Universitas Sumatera Utara merupakan bagian dari Lukisan Christ and the Rich Young Ruler yang dibuat tahun 1889 oleh Heinrich Hofmann. Teknik Pengambilan gambar pada gambar pertama adalah Long Shot yang mengambil seluruh bagian tubuh. Pada gambar kedua digunakan teknik pengambilan gambar medium close-up. Pada gambar ketiga digunakan teknik pengambilan gambar close-up. Pada gambar keempat digunakan teknik pengambilan gambar close-up. Pada gambar kelima digunakan teknik pengambilan gambar medium close-up. Pada gambar keenam digunakan teknik pengambilan gambar long shot. Pada gambar ketujuh digunakan teknik pengambilan gambar medium close-up. Pada gambar kedelapan digunakan teknik pengambilan gambar close-up.

Ikon Scene Keenam 1. Visual (Tanda) Gambar 4.27 Gambar 1 Scene keenam

Suara/Tempo Musik Suara instrument musik dengan tempo permainannya sedang (moderato) dengan ritme/irama musik yang teratur dan keselarasan paduan bunyi (harmoni) yang baik antara alat musik satu dengan lainnya. Volume gitar terdengar lebih besar dari alat musik lainnya dan permainan melodi gitar dengan kecepatan lambat.

Penanda Seorang pria yang tidak memiliki rambut (botak) dan berkulit kuning langsat. Pria tersebut memakai pakaian warna biru dari badan hingga kakinya. Pria tersebut

Universitas Sumatera Utara posisinya sedang bersila di lantai dan tangan kiri dan kanannya saling memegang satu sama lain..

Petanda Seorang pria berkepala plontos memakai pakaian berwarna biru sedang duduk dilantai untuk melakukan posisi meditasi dengan mata yang ditutup dengan berlatar belakang sebuah ruangan yang dihiasi warna kuning dan coklat.

2. Visual (Tanda) Gambar 4.28 Gambar 2 Scene keenam

Suara/Tempo Musik Suara instrument musik dengan tempo permainannya sedang (moderato) dengan ritme/irama musik yang teratur dan keselarasan paduan bunyi (harmoni) yang baik antara alat musik satu dengan lainnya. Volume gitar terdengar lebih besar dari alat musik lainnya dan permainan melodi gitar dengan kecepatan lambat.

Penanda Sebuah patung berwarna keemasan dengan tangan kanannya terangkat keatas memegang pedang dan tangan kirinya memegang bunga. Patung tersebut kepalanya dihiasi dengan mahkota dan mempunyai kalung dilehernya. Kuping patung tersebut terdapat anting besar berbentuk lingkaran.

Universitas Sumatera Utara Petanda Sebuah patung yang berlatar belakang gradasi hitam putih yang tangan kanannya yang mengangkat keatas membentuk huruf L sedang memegang pedang bermata dua dalam posisi horizontal dan bunga lotus pada tangan kirinya yang terlihat tapak tangannya.

3. Visual (Tanda) Gambar 4.29 Gambar 3 Scene keenam

Suara/Tempo Musik Suara instrument musik dengan tempo permainannya sedang (moderato) dengan ritme/irama musik yang teratur dan keselarasan paduan bunyi (harmoni) yang baik antara alat musik satu dengan lainnya. Volume gitar terdengar lebih besar dari alat musik lainnya dan permainan melodi gitar dengan kecepatan lambat.

Penanda Sebuah Patung yang memilki mata berwarna putih dan bola mata berwarna hitam. Terdapat penutup kepala berwarna merah dikepalannya yang hampir menutupi seluruh rambutnya. Patung tersebut memiliki kulit yang berwarna keemasan. Baju yang dikenakan berwarna merah, biru, putih dan hijau. Patung tersebut juga memakai anting ditelingannya.

Petanda Sebuah patung yang berwarna kuning keemasan yang memakai topi berwarna merah sedang menatap kebawah dengan latar belakang dari patung tersebut biru,hijau, dan merah.

Universitas Sumatera Utara 4. Visual (Tanda) Gambar 4.30 Gambar 4 Scene keenam

Suara/Tempo Musik Suara instrument musik dengan tempo permainannya sedang (moderato) dengan ritme/irama musik yang teratur dan keselarasan paduan bunyi (harmoni) yang baik antara alat musik satu dengan lainnya. Volume gitar terdengar lebih besar dari alat musik lainnya dan permainan melodi gitar dengan kecepatan lambat.

Penanda Sebuah patung wanita bewarna hijau yang memiliki mata sipit dan berwarna putih, serta bola matanya berwarna hitam. Alis patung tersebut terlihat tipis. Bibir patung tersebut berwarna merah dan kedua ujung bibirnya terlihat sedikit keatas. Patung tersebut memakai hiasan dikepala yang bewarna merah dan coklat. Patung tersebut juga memiliki kuping yang memanjang kebawah dan lobang dikupingnya terlihat besar dan memakai anting.

Petanda Sebuah patung wanita berwarna hijau sedang tersenyum dan menatap kedepan dengan latar belakang sebagian besar berwarna putih, sedikit coklat dan biru.

Universitas Sumatera Utara 5. Visual (Tanda) Gambar 4.31 Gambar 5 Scene keenam

Suara/Tempo Musik Suara instrument musik dengan tempo permainannya sedang (moderato) dengan ritme/irama musik yang teratur dan keselarasan paduan bunyi (harmoni) yang baik antara alat musik satu dengan lainnya. Volume gitar terdengar lebih besar dari alat musik lainnya dan permainan melodi gitar dengan kecepatan lambat.

Penanda Sebuah patung berwarna kuning keemasan yang terlihat bagian dadanya tidak tertutupi ini memiliki kuping yang memanjang kebawah. Patung tersebut memiliki rambut bewarna hitam dan ditengah kepalanyarambut tersebut membuat posisi keatas. Pakaian patung tersebut adalah warna kuning keemasan, merah, dan hijau.

Petanda Sebuah patung berwarna kuning keemasan sedang melihat kedepan yang berlatar belakang susunan empat lingkaran dengan warna kuning keemasan, hijau, dan biru.

Universitas Sumatera Utara 6. Visual (Tanda) Gambar 4.32 Gambar 6 Scene keenam

Suara/Tempo Musik Suara instrument musik dengan tempo permainannya sedang (moderato) dengan ritme/irama musik yang teratur dan keselarasan paduan bunyi (harmoni) yang baik antara alat musik satu dengan lainnya. Volume gitar terdengar lebih besar dari alat musik lainnya dan permainan melodi gitar dengan kecepatan lambat.

Penanda Seorang pria memiliki jenggot panjang berwarna putih dan memakai baju berwarna merah. Posisi pria tersebut sedang duduk dengan tangannya menutupi sebagian wajahnya. Kepala pria tersebut sedikit menunduk kebawah. Terdapat dua orang dibelakangnya yang disebelah kanannya memakai pakaian berwarna biru dan putih, sedangkan yang disebelah kirinya memakai pakaian berwarna merah.

Petanda Seorang pria tua yang tangannya menutupi bagian mulut dan dagu sedang termenung dengan seseorang disamping kirinya sedang memperhatikannya yang berlatar belakang tembok berwarna putih dan terdapat ukiran manusia.

Universitas Sumatera Utara 7. Tanda (Visual) Gambar 4.33 Gambar 7 Scene keenam

Suara/Tempo Musik Suara instrument musik dengan tempo permainannya sedang (moderato) dengan ritme/irama musik yang teratur dan keselarasan paduan bunyi (harmoni) yang baik antara alat musik satu dengan lainnya. Volume gitar terdengar lebih besar dari alat musik lainnya dan permainan melodi gitar dengan kecepatan lambat.

Penanda Seorang pria yang berperawakan paruh baya memiliki kulit putih dan jenggot yang panjang bewarna putih. Pria tersebut memiliki hidung yang mancung dan memakai topi bewarna merah yang dipinggirannya bergaris putih. Pria tersebut memakai pakaian warna merah dan serta bergaris putih ditengahnya. Tangan pria tersebut mengangkat keatas.

Penanda Seorang pria tua yang memakai topi dan pakaian berwarna merah sedang melihat kesamping kirinya dan mengangkat tangan kanannya sejajar dengan hidungnya dengan berlatar belakang tirai bewarna hijau dan disamping kiri pria tersebut berwarna coklat.

Universitas Sumatera Utara 8. Visual (Tanda) Gambar 4.34 Gambar 8 Scene keenam

Suara/Tempo Musik Suara instrument musik dengan tempo permainannya sedang (moderato) dengan ritme/irama musik yang teratur dan keselarasan paduan bunyi (harmoni) yang baik antara alat musik satu dengan lainnya. Volume gitar terdengar lebih besar dari alat musik lainnya dan permainan melodi gitar dengan kecepatan lambat.

Penanda Seorang pria memiliki rambut terurai panjang yang berwarna hitam hampir menutupi seluruh kupingnya dan hanya terlihat daun kupingnya. Jambang, jenggot, dan kumis pria tersebut menyatu dan berwarna hitam. Kepala pria tersebut sedikit mengarah kekirinya.

Petanda Seorang pria berambut hitam panjang belah tengah sedang menatap kesamping kiri dengan berlatar belakang gradasi hitam dan putih.

Tataran Tingkat Pertama (Denotasi) Pada gambar pertama terlihat seorang pria memakai pakaian berwarna biru sedang duduk dilantai dengan posisi bersila. Pria tersebut sedang melakukan meditasi dan kedua matanya tertutup. Pria yang tampak tangan kiri dan kanannya saling memegang satu sama lain ini tidak memiliki rambut sama sekali atau botak dan memiliki kulit putih. Pria tersebut memakai pakaian berwarna biru dari badan

Universitas Sumatera Utara hingga kakinya dan pakaiannya menggunakan v-neck yang tampak pada bagian lehernya. Terlihat ruangannya dihiasi warna coklat dan kuning. Teknik Pengambilan gambar pada gambar pertama adalah full shot yang menujukkan seluruh bagian tubuh. Pada gambar kedua terlihat sebuah patung berwarna kuning keemasan dengan latar belakang gradiasi hitam dan putih yang tangan kanannya mengangkat ke atas membentuk huruf L sedang memegang pedang bermata dua yang dalam posisi horizontal dengan sedikit miring dan bunga lotus pada tangan kirinya yang terlihat tapak tangannya. Tangan kanannya tampak memegang pedang dan tangan kirinya memegang bunga lotus. Patung tersebut kepalanya dihiasi dengan mahkota dan mempunyai kalung dilehernya. Kuping patung tersebut terdapat anting besar berbentuk lingkaran. Patung tersebut terlihat menggunakan gelang pada tangan kanannya. Pada gambar kedua digunakan teknik pengambilan gambar medium shot yang menunjukkan bagian perut hingga kepalanya sehingga tampak bagian tanganya sedang memegan sesuatu. Pada gambar ketiga terlihat sebuah patung yang dimana kulitnya berwarna kuning keemasan yang sedang menatap kebawah dengan latar belakang dari patung tersebut berwarna biru,hijau, dan merah. Tampak bayangan patung tersebut dibelakangnya. Patung tersebut memilki mata berwarna putih dan bola mata berwarna hitam. Terdapat topi berwarna merah dikepalannya yang hampir menutupi seluruh rambutnya. Baju yang dikenakan berwarna merah, biru, putih dan hijau. Patung tersebut juga memakai anting ditelingannya. Pada gambar ketiga digunakan teknik pengambilan gambar medium close-up yang menunjukkan bagian dada hingga kepala. Pada gambar keempat terlihat sebuah patung wanita berwarna hijau sedang tersenyum dan menatap kedepan dengan latar belakang sebagian besar berwarna putih, sedikit coklat dan biru. Patung wanita tersebut memakai hiasan yang terlihat seperti mahkota dikepala yang bewarna merah dan coklat. Wajah dan lehernya berwarna hijau dan memiliki mata sipit yang berwarna putih, serta bola matanya berwarna hitam. Patung wanita tersebut terlihat memiliki alis yang tipis dan bibirnya berwarna merah dengan kedua ujung bibirnya terlihat sedikit keatas. Patung tersebut juga memiliki kuping yang memanjang kebawah dengan lobang

Universitas Sumatera Utara dikupingnya terlihat besar dan memakai anting. Pada gambar keempat digunakan teknik pengambilan gambar close-up yang ingin menunjukkan ekspresi wajahnya. Pada gambar kelima terlihat sebuah patung berwarna kuning keemasan sedang melihat kedepan yang berlatar belakang empat lingkaran yang berpadu menyatu dengan warna kuning keemasan, hijau, dan biru. Patung tersebut memakai pakaian berwarna kuning keemasan, merah, dan hijau. Ia memiliki kuping yang memanjang kebawah dan juga memiliki rambut berwarna hitam dan ditengah kepalanya rambut tersebut membuat posisi keatas. Pada gambar kelima digunakan teknik pengambilan gambar medium close-up yang menunjukkan dari bagian perut hingga kepala. Pada gambar keenam tampak seorang pria yang terlihat sudah tua yang terlihat dari memiliki jenggot yang panjang berwarna putih. Pria tersebut tangannya menutupi bagian mulut dan dagu ini sedang termenung dengan seseorang disamping kirinya sedang memperhatikannya yang berlatar belakang tembok berwarna putih dan terdapat ukiran manusia. Pria itu menggenakan pakaian berwarna merah dan sampai lengannya ditutupi. Kepala pria tersebut sedikit menunduk kebawah. Terdapat dua orang dibelakangnya yang disebelah kanannya memakai pakaian berwarna biru dan putih, sedangkan yang disebelah krinya memakai pakaian berwarna merah. Pada gambar keenam digunakan teknik pengambilan gambar knee shot yang menunjukkan bagian lutut hingga kepalanya. Pada gambar ketujuh terlihat seorang pria yang berperawakan sudah tua yang memiliki kulit putih dan jenggot yang panjang berwarna putih ini sedang melihat kesamping kirinya dan mengangkat tangan kanannya sejajar dengan hidungnya dengan berlatar belakang tirai bewarna hijau dan disamping kiri pria tersebut berwarna coklat. Pria itu memiliki hidung yang mancung dan memakai topi bewarna merah yang dipinggirannya bergaris putih. Pakaiannya berwarna merah dan serta bergaris putih ditengahnya. Pada gambar ketujuh digunakan teknik pengambilan gambar medium shot yang ingin menunjukkan ekspresi wajah dan gerakan tangannya. Pada gambar terakhir yaitu gambar keenam terlihat seorang pria memiliki rambut terurai panjang yang belah tengah dan berwarna hitam ini sedang menatap kesamping kiri dengan berlatar belakang gradasi hitam dan putih. Jambang,

Universitas Sumatera Utara jenggot, dan kumis pria tersebut menyatu dan berwarna hitam. Kepala pria tersebut sedikit mengarah kekirinya. Pada gambar kedelapan digunakan teknik pengambilan gambar close-up yang menunjukkan ekspresi wajahnya.

Tataran Tingkat Kedua (Konotasi) Pada scene terakhir ini menampilkan keberagaman agama (pluralisme agama) yang menunjukkan dua agama yang berbeda yaitu Buddha dan Kristen. Representasi kedua agama tersebut terlihat dari gambar seorang biksu dan bentuk karya seni yaitu patung-patung yang terkait agama Buddha dan lukisan-lukisan mengenai agama Kristen. Pada gambar pertama ditampilkan seorang Biksu Buddha dengan posisi meditasi yang menggambarkan ketenangan jiwa ini menujukkan bahwa kesempurnaan ketenangan dari sebuah konsentrasi pikiran membawa pada tingkatkan pengetahuan (knowing) yang luar biasa, khususnya pengertian (insight) kedalam realitas yang membebaskan dari keterikatan penderitaan (Duhkha). Baju biru yang dikenakan biksu ini menunjukkan kedamaian atau ketenangan, kemurniaan hati, dan kebijaksanaan. Gambar Biksu bermeditasi menggambarkan juga penekanan bahwa meditasi akan memberikan pengikisan kesombongan dan pandangan yang salah, lebih mudah mengendalikan emosi dan kemarahan, serta memberikan ketenangan jiwa. Gambar Biksu Buddha bermeditasi juga ingin memberitahu bahwa meditasi seharusnya dilakukan setiap hari oleh umat Buddha, karena persoalan batin lebih pelik dari persoalan jasmani. Manusia sering kali melihat kehidupan tanpa arah, tanpa pedoman, manusia datang mencari pegangan hidup yang benar, untuk menuju kehidupan yang sejahtera dan kebahagiaan yang tertinggi. Dari kehidupan tanpa mengetahui hukum kebenaran mutlak, dari kegelapan batin, manusia berusaha menemukan sampai mendapat atau sampai mengetahui dan mengerti suatu hukum kebenaran yang belum kita ketahui. Dengan meditasi inilah Buddha mengajarkan bahwa seseorang akan dapat dicerahkan dan mendapatkan kebijaksanaan dimana merupakan suatu kebaikan tertinggi. Pluralisme agama yang merupakan pada kenyataannya terdapat tradisi pluralitas agama yang setiapnya memiliki bentuk kesenian yang berbeda. Hal

Universitas Sumatera Utara inilah yang ditunjukkan melalui karya seni sebuah patung dan lukisan. Pada scene ini menampilkan patung-patung agama Buddha seperti Bodhisatwa Manjushri, Padmasambhava, Dewi Tara Hijau, dan Buddha Historis (Siddharta Gautama). Karya seni yang merepresentasikan Agama Kristen juga terdapat pada lukisan- lukisan seperti lukisan The Prophet of Jeremiah karya Michelangelo tahun 1508 yang terdapat pada langit-langit di Sistine Chapel, Vatican dan lalu lukisan Paus Pius ke V dan yang terakhir adalah Lukisan Christ and the Rich Young Ruler karya Heinrich Hofmann. Pada gambar kedua ditampikan patung Bodhisatwa yang terkenal dengan kebijaksanaannya yaitu Manjushri yang merupakan perwujudan semua kebijaksanaan Buddha atau dikenal juga dengan Bodhisatwa kebijaksanaan transenden. Bodhisatwa berasal dari kata sattva (orang) pada Buddhist marga (jalan) dalam mengejar Bodhi (kesadaran) atau seseorang yang mempunyai kesadaran yang alami. Dalam tradisi Mahayana, bodhisatwa merupakan seorang praktisi yang membiasakan diri dalam mempraktekkan Paramita (kesempurnaan), berkeinginan untuk menjadi soerang buddha dimasa depan melalui pencarian Anuttarasamyaksam Bodhi (kesadaran yang lengkap dan sempurna) melalui Prajna (kebijaksaan). Manjushri yang digambarkan dengan tangan kanannya memegang sebuah pedang bermata dua menggambarkan ketajaman kebijaksanaan yang untuk memotong melalui ilusi dan tangan kirinya memegang sebuah bunga lotus yang menggambarkan kebijaksanaan semurni bunga lotus. Ditampilkannya Bodhisatwa Manjushri ini ingin menunjukkan bahwa Kebijaksanaan merupakan kebaikan yang paling dihormati dalam ajaran Buddha. Bahkan disebut sebagai Ibu dari semua Buddha. Kebijaksanaan merupakan satu-satunya cara untuk membuat kemungkinan kebahagiaan tertinggi keseluruhan kebebasan yang berasal dari penderitaan semua makhluk hidup. Penderitaan merupakan hal yang sangat krusial bagi umat Buddha. Dimana penderitaan menyebabkan kesengsaraan yang merupakan salah satu rintangan untuk menyecerahkan manusia. Terdapat banyak rintangan dalam (inner) pada pengembangan mental manusia, dan rintangan dalam ini dapat membuat rintangan eksternal. Untuk mencapai keberhasilan dalam praktek Dharma, jalan menuju pencerahan, umat Buddha harus bersandar pada kedewaan yang khusus seperti,

Universitas Sumatera Utara Dewi Tara. Semua semangat Buddha termanifestasi dalam bentuk seorang perempuan, yaitu Tara yang menolong makhluk hidup yang sadar agar berhasil menyelesaikan kebahagiaan baik yang temporal maupun tertinggi. Untuk itulah Guru Padmasambhava datang ke Tibet untuk menyebarkan Dharma yang ditampilkan melalui gambar patung Padmasambhava. Guru Padmasambhava yang dimengerti sebagai esensi Buddha Amitabha mempunyai tugas untuk menyebarluaskan ajaran Dharma secara umum dan khusus rahasia mantra dan ajaran Dzogchen. Kelahirannya dipercaya secara spotan dari lotus. Kelahirannya pada bunga lotus menjadi sebuah simbol kesuciaan dan penuh kesadaran yang muncul pada moment kelahirannya. Warna topi merahnya menunjukkan sesuatu yang suci dan warna yang melindungi seperti tempat cenayang. Warna merah, biru, putih dan hijau pada baju yang dikenakan dan pada atribut lainnya menujukkan perpaduan antara kehidupan, kesuciaan dan juga keseimbangan dalam kehidupan, serta kesembuhan bagi umat manusia yang mendengar Dharma agar terhindar dari penderitaan. Hal inilah yang menampilkan gambar patung Dewi Tara Hijau (Green Tara) yang merupakan seorang Buddha perempuan dan dewi yang paling populer dikuil Buddha. Dia merupakan dewi perasaan universal (compassion universal) yang merepresentasikan aktivitas kebaikan dan pencerahan. Kata Tara sendiri diambil dari kata 'tri' (melewati), yang mengartikan seseirang yang dapat hidup untuk melawati lautan eksistensi dan penderitaan. Kebaikannya untuk makhluk hidup dan keinginannya untuk menyelamatkan mereka dari penderitaan, sering kali dikatakan bahwa dia lebih kuat dibandingkan cinta seorang ibu terhadap anak-anaknya. Ditampilkan gambar Dewi Tara Hijau juga menujukkan bahwa gerakan feminisme sudah ada dari dahulu oleh umat Buddha. Dewi Tara mengatakan bahwa tidak ada laki-laki dan perempuan yang tidak ada hidup dalam realitas. Dalam rupanya seorang wanita, Dewi Tara ingin melayani makhluk hidup sampai mereka mencapai pencerahan, hal ini mengimplikasan kekurangan pada pengetahuan biksu dalam mengasumsikan bahwa hanya pria yang dapat menyebarkan agama Buddha. Hal inilah yang membuat Dewi Tara dipertimbangkan menjadi salah satu feminis awal. Warna merah pada hiasan kepalanya menunjukkan bahwa Tara memberikan kekuatan kehidupan sedangkan

Universitas Sumatera Utara Warna hijaunya menggambarkan kekuatan dan aktivitas yang masih baru yang dapat menolong seseorang mengatasi bahaya, ketakutan, kecemasan dan akan memberikan pengharapan, serta menolong seseorang melewati marabahaya menuju keselamatan atau dari penderitaan menuju kebahagiaan. Tujuan hidup umat Buddha adalah tercapainya suatu kebahagiaan, baik kebahagiaan yang masih bersifat keduniawian (yang masih berkondisi) yang hanya bisa menjadi tujuan sementara saja maupun kebahagiaan yang sudah bersifat mengatasi keduniaan (yang sudah tidak berkondisi) yang memang merupakan tujuan akhir, dan merupakan sasaran utama dalam belajar Buddha Dharma. Hal inilah yang ditampilkan gambar patung Buddha Historis yaitu Sakyumuni Buddha (Siddharta Gautama) yang merupakan penyebar ajaran Buddha pertama. Warna merah, hijau, dan kuning yang terdapat pada gambar tersebut ini menujukkan warna ini berpadu untuk menggambarkan kekuatan kehidupan yang diberikan oleh sang Buddha, keharmonisan didalam kehidupan, dan pencerahan yang merupakan puncak dari ajaran Buddha. Gambar Sakyumuni Buddha ini ingin menunjukkan bahwa Buddha mengajarkan Dharma tentang bagaimana cara-cara untu mendapatkan kesejahteraan/kebahagiaan, baik kebahagiaan di dunia ini, kebahagiaan di alam surga atau kebahagiaan yang tertinggi, Nibbana. Buddha menyatakan sebagai isu utama bagaimana menghindarkan penderitaan dan ketidakpuasaan adalah melalui jalan perputaran kelahiran kembali (cycle of rebirth). Lalu selanjutnya ditampilkan karya seni Michelangelo yaitu the Prophet Jeremiah yang dilukiskan sedang merenung atau meratap. Jeremiah atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama Yeremia kerap kali mendapatkan penderitaan bahkan ia pernah dilemparkan ke penjara bawah tanah dan ditempatkan dalam sebuah perigi yang dipenuhi lumpur dan ditinggalkan di sana agar ia kelaparan dan hidup dengan tikus-tikus. Karya seni Michelangelo ini menunjukkan betapa sedihnya Yeremia dengan tangannya yang menutupi wajahnya. Penggambaran Yeremia yang sedang termenung ini merupakan gerakan diam kuno yang menggambarkan pengetahuan yang dalam yang dipahami orang-orang tertentu. Tangan yang menutupi wajahnya juga menggambarkan bahwa Yeremia tidak akan berbicara karena dia telah

Universitas Sumatera Utara memberitahukan segalanya dan tidak ada lagi untuk dikatakan. Yeremia merupakan seorang nabi pada Perjanjian Lama. Ia disebut “nabi yang meratap” sebab banyak kali ia meratap di sepanjang waktu. Bahkan, nubuat Yeremia benar- benar merupakan “Rangkaian Kesedihan”. Lukisan ini juga menggambarkan betapa sedihnya Yeremia melihat Israel akan dihancurkan oleh penyerbuan bangsa Babel akan terjadi, dan pembuangan serta penaklukkan yang menyertainya akan datang sebagai akibat dosa bangsa Israel. Hal ini khususnya terjadi dikarenakan penyembahan berhala yang mereka lakukan, namun juga disebabkan oleh dosa- dosa lainnya yang muncul karena kemurtadan dan pengabaian mereka terhadap Firman Allah. Baju oranye yang dikenakan oleh Yeremia menyimbolkan kesabaran dan kekuataan, oranye adalah warna api dan kobaran api. itu merepresentasikan hasrat merah yang disatukan oleh warna kuning kebijaksanaan. Walaupun lukisan ini menggambarkan ratapan Yeremia mengenai Israel namun juga ingin menunjukkan pesan tentang pembuangan lalu kemudian tentang pengharapan akan kedatangan Mesias yang dimana kedatangan Mesias merupakan pengharapan tertinggi, bukan hanya bagi penduduk Israel, namun juga bagi seluruh dunia. Lalu selanjutnya dimunculkan gambar lukisan Paus Pius V yang merupakan pemimpin tertinggi dalam Katolik Roma. Paus Pius V lahir dengan nama Antonio Ghisleri menjabat sejak 7 Januari 1556 sampai 1 Mei 1572. Tampilnya lukisan Paus Pius V ini menggambarkan betapa besar Katolik Roma sebagai bagian Agama Kristen dan mempunyai pengikut terbanyak di dunia jika dipisahkan dari Protestan. Lukisan ini juga ini menujukkan bahwa pandangan Katolik Roma mengenai Paus merupakan wakil Kristus di dunia yang duduk diatas mahkota Petrus. Baju berwarna merah yang dikenakan oleh Paus menunjukkan bahwa Paus dipenuhi oleh Roh Kudus (Holy Spirit), sedangkan warna putih yang berada di bajunya menujukkan kesucian dimana Paus merupakan orang suci bagi umat Katolik. Kepausan juga mengklaim kekuatannya berasal dari Perjanjian Baru. Dimana Yesus memberitahu Petrus bahwa dia merupakan batu karang diatas gereja akan dibangun. Dari lukisan tersebut tangan yang mengangkat keatas ini menjukkan kekuatan dimana Paus yang mengatur

Universitas Sumatera Utara seluruh gereja Katolik di seluruh dunia. Namun Paus tidak mengklaim bahwa dirinya lebih tinggi daripada Kristus, karena Kristus merupakan kepala sejati seluruh gereja yang adalah seorang penyelamat umat manusia yang ditujukkan melalui gambar terakhir dari seluruh rangkaian gambar mengenai agama. Gambar dari lukisan Christ and the Rich Young Ruler karya Heinrich Hofmann ini menunjukkan lukisan ini penuh emosional dimana Kristus mengasihi dunia walaupun dunia tidak menerimanya, bahkan ia rela memberikan nyawanya sebagai korban tebusan dosa umat manusia yang umat Kristen imani. Kristus yang merupakan tokoh sentral bagi umat Kristiani ini menekankan ajaran kasih. Bagaimana mengasihi Tuhan dengan segenap akal budi dan segenap jiwa, serta bagaimana mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. Dimunculkannya kembali figur Yesus dan ditempatkan diakhir ini menujukkan bahwa sosok Yesus merupakan sosok yang sangat mempengaruhi dunia. Ia merupakan Tuhan yang datang kedunia yang menyelamatkan manusia dari hukuman dosa sehingga terputusnya hubungan Tuhan dengan manusia telah dijembatani olehnya. Penempatan terakhir gambar Yesus yang merupakan pendiri kekristenan ini juga menunjukkan bahwa kekristenan merupakan agama yang paling besar didunia dan merupakan agama yang sangat mempengaruhi kondisi dunia. Pada scene terakhir ini juga menunjukkan bahwa Agama Buddha dan Nasrani mempunyai hubungan yang baik, jarang terdengar pertingkaian antara kedua agama tersebut. Kedua agama tersebut hidup berdampingan dan saling menghormati satu sama lain, seperti di Indonesia. Kedua agama tersebut bahkan sudah sejak lama di Indonesia dan hidup harmonis.

4.3 Mitos dan Pembahasan Video musik For the Love of God merupakan video musik yang bercerita seberapa jauh seseorang melakukan cintanya kepada Tuhan yang menampilkan keragaman agama diseluruh dunia mulai dari agama-agama besar sampai agama- agama kecil. keragaman agama menjadi hal yang paling sering ditampilkan pada video musik ini yang pada akhirnya melatar belakangi terbentunya makna atau pesan yang disampaikan termasuk mitos.

Universitas Sumatera Utara Pengertian mitos disini tidaklah menunjuk pada mitologi dalam pengertian sehari-hari melainkan sebuah cara pemaknaan. Mitos menjadi pegangan atas tanda-tanda yang hadir dan menciptakan fungsinya menjadi penanda untuk memainkan pesan-pesan tertentu. Barthes mengatakan mitos tidaklah dapat digambarkan melalui objek pesannya, melainkan melalui cara pesan tersebut disampaikan. Realitas yang dipandang bukanlah tunggal melainkan jamak, hal inilah yang disampaikan dari video musik ini yang menampilkan pluralisme agama yang pada faktanya terdapat beragam agama didunia bukan hanya lima agama besar saja yaitu Kristen (Katolik, Ortodoks dan Protestan), Islam, Hindu, Buddha, dan Yahudi namun terdapat masih banyak lagi agama-agama lain seperti Agama Penduduk Asli Amerika (Native American Religion) dan Romawi Kuno (Ancient Roman Religion). Fenomena keberagaman agama inilah pada kenyataan sedang hidup di tengah masyarakat dan menjadi tantangan didunia bagi mereka yang belum terbiasa akan keberagaman. Pluralisme yang didefinisikan sebagai suatu paham yang merupakan respons terhadap pluralitas. Pluralisme ini cenderung mengarah kepada pandangan paskamodern, yaitu ingin memelihara keragaman melalui interaksi, dialog saling pemahaman, dan penghargaan. Prinsip keanekaragaman itu jangan menghalangi untuk bisa hidup berdampingan secara damai dalam satu masyarakat yang sama. Dalam video musik For the Love of God ini menunjukkan bahwa pluralisme agama sebagai sebuah fakta dan pluralisme agama sebagai suatu ideologi. Pluralisme sebagai fakta bahwa ada tradisi pluralitas agama yang setiapnya memiliki keyakinan yang berbeda, praktek spiritual, tampilan etnis, dan bentuk kesenian. Hal ini menciptakan masalah yang nyata untuk kita yang melihat mereka, bukan secara sederharna sebagai fenomena manusia, tetapi respons kepada Sang Suci. Sedangkan pluralisme sebagai suatu ideologi adalah suatu kepercayaan bahwa pluralisme ini didukung serta diinginkan, dan bahwa klaim-klaim normatif yang berbau imperialistik serta bersifat memecah belah perlu dibuang. Komitmen kebersamaan dalam menjaga keharmonisan dalam perbedaan sangat dibutuhkan. Perdamaian tidak akan tercapai tanpa ada rasa saling menghormati dan

Universitas Sumatera Utara menjunjung tinggi rasa kebersamaan dalam masyarakat. Keharmonisan bermasyarakat sangat bergantung bagaimana seseorang menghargai perbedaan dan berusaha menjaga diri untuk saling mendominasi. Konsep pluralisme agama yaitu pluralitas didasarkan pada perbedaan bukan persamaan. Pluralisme bukan bahasa tentang kesamaan atau perbedaan, namun komitmen yang nyata dan partisipasi serta penyesuaian diri dari seseorang atau kelompok serta semangat orang lain atau kelompok lain. Kehidupan ini penuh dengan bermacam ragam perbedaan: seperti salah satunya adalah agama. Ketidaksamaan ini sudah merupakan fakta kehidupan. Yang menjadi masalah ialah bagaimana orang menghadapi perbedaan dan keanekaragaman ini. Di satu sisi, keanekaragaman dapat merupakan kekayaan, tetapi di sisi lain dapat menimbulkan ketegangan, bahkan bisa memicu terjadinya konflik. Ada hambatan-hambatan yang menyebabkan orang sulit menerima, bahkan menolak keanekaragaman dalam kehidupan ini. Hambatan-hambatan tersebut bisa berasal dari luar atau dari dalam pribadi orang itu sendiri, atau bisa juga dari kedua-duanya. Hambatan dari dalam, nampak dalam bentuk kecenderungan primordialisme, penghayatan agama yang sempit, keterbatasan wawasan, ideologi, tribalisme atau komunalisme, dan xenophobia. Sedangkan hambatan dari luar dapat berasal dari kondisi dan tekanan masyarakat tempat seseorang tinggal, dapat juga berupa provokasi dari orang lain atau karena rekayasa kepentingan politik tertentu. Kesempitan-kesempitan ini dapat menyebabkan terjadinya ketegangan, bahkan konflik yang mengancam hidup bersama. Oleh karena itu perlu diupayakan cara mengatasi macam-macam hambatan tersebut supaya setiap pemeluk agama satu dengan yang lain dapat hidup berdampingan dengan damai, karena perbedaan bukan dianggap sebagai ancaman melainkan sebagai kekayaan yang dapat membantu memperluas wawasan seseorang. Keberhasilan dalam menciptakan kesatuan hidup bersama ini tergantung dari seberapa luas ambitus toleransi seseorang terhadap perbedaan dan penghargaannya terhadap perbedaan itu sendiri. Keberagaman agama yang ditampilkan dalam Video Musik For the Love of God ini tidak hanya menekankan banyaknya agama didunia saja namun

Universitas Sumatera Utara memberikan kesadaran kepada kita bahwa realisasi dan apresiasi terhadap pluralisme, dalam kenyataan sehari-hari, semakin memudar seperti terlihat dari menguatnya fanatisme kelompok yang berujung pada konflik dan kekerasan. Setiap kelompok ingin mengklaim dirinya khas dan dominan sehingga menyurutkan apresiasinya terhadap keberadaan ‘yang lain’ yang berbeda agama. Keberagaman agama tidak sekadar toleransi, namun secara aktif berusaha menciptakan pemahaman diantara perbedaan-perbedaan yang ada. Keberagaman bukanlah relativisme, tidak mempersyaratkan kita untuk menanggalkan identitas dan komitmen, namun pertemuan komitmen. Memegang teguh perbedaan bukan saling memisahkan diri, namun menjalin hubungan satu sama lain. Pluralisme bukan sekedar keadaan atau fakta yang bersifat plural atau banyak, pluralisme secara substansial termanifestasi dalam sikap untuk saling mengakui sekaligus menghargai, menghormati, memelihara, mengembangkan atau memperkaya keadaan yang bersifat plural, pluralisme merupakan suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia, antara lain melalui mekanisme pengawasan dan penyeimbangan yang dihasilkannya. Karena pluralisme adalah sebuah kerangka dimana ada interaksi di antara beberapa kelompok-kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormat dan toleransi satu sama lain. video musik For the Love of God yang menampilkan beragam agama ini memberikan fakta yang tidak bisa dihindarkan bahwa kita hidup dalam suasana dimana terdapat berbagai banyak agama dan bagaimana kita harus hidup berdampingan dengan berlatar belakang yang berbeda. Pluralisme tidak semata menunjuk pada kenyataan tentang adanya kemajemukan. Namun yang dimaksud adalah keterlibatan aktif terhadap kenyataan kemajemukan tersebut. Seseorang bisa dianggap sebagai sosok yang pluralis apabila ia dapat berinteraksi positif dalam lingkungan kemajemukan tersebut. Dengan kata lain, kalau pengertian pluralisme agama adalah bahwa tiap pemeluk agama dituntut bukan saja mengakui keberadaan dan hak agama lain, tapi terlibat aktif dalam usaha memahami perbedaan dan persamaan guna tercapainya kerukunan dalam kebhinekaan.

Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 1. Video Musik For the Love of God karya Steve Vai merupakan video musik mengenai musik instrumental gitar yang menceritakan seberapa jauh orang akan pergi untuk cinta Tuhan. Video musik ini mengangkat tema pluralisme agama yang merupakan isu krusial didunia yang semakin majemuk. Pluralisme agama yang merupakan keragaman agama adalah suatu fakta bahwa ada tradisi pluralitas agama yang setiapnya memiliki keyakinan yang berbeda, praktek spiritual, tampilan etnis, dan bentuk kesenian. Ini bisa dilihat dari ditampilkannya tujuh agama yang berbeda; penampilan praktek spiritual oleh para Biksu Budha yang melakukan ritual gerakan mudra dan Rabbi Yahudi yang sedang melakukan doa pagi hari (morning prayer); tampilan etnis penduduk asli Amerika yang juga merupakan bagian dari keagamaan Native American Religion; bentuk kesenian yang meliputi karya seni tarian yaitu tari kecak yang merujuk kepada Agama Hindu, lukisan abad renaisans yang menggambarkan kekristenan, Islam (Lukisan The Fall of Man dan The Creation of Adam), dan Ancient Roman Religion (The Birth of Venus); dan patung serta ukiran dari penganut Agama Buddha. Hal ini menciptakan masalah yang nyata untuk kita yang melihat mereka, bukan secara sederharna sebagai fenomena manusia, tetapi respons kepada Sang Suci. Video musik For the Love of God memberikan gambaran mengenai pluralisme agama bahwa masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang beragam latar belakang agama memiliki hak untuk mengekspresikan identitas secara demokratis. Pandangan ini sama sekali tidak meminggirkan identitas agama tertentu, termasuk identitas agama kelompok minoritas sekalipun. Apabila dalam suatu masyarakat terdapat individu pemeluk Agama Romawi Kuno, Kristen, Hindu, Budha, Yahudi dan Agama Penduduk Asli Amerika, maka semua pemeluk agama diberi peluang untuk mengekspresikan identitas keagamannya masing-masing dan dimaksudkan

Universitas Sumatera Utara agar masing-masing identitas individu dan kelompok dapat hidup dan menjalani kehidupan bermasyarakat dengan rukun dan damai.

5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang telah diperoleh peneliti selama melakukan penelitian, ada beberapa saran yang peneliti anggap perlu, yaitu: 1. Bidang Akademis untuk penelitian selanjutnya disarankan agar lebih menggali lagi konsep pluralisme agama menggunakan metode analisis yang berbeda terlebih lagi tidak terlalu banyak yang meneliti tentang pluralisme agama. Peneliti juga berharap diadakannya tambahan mata kuliah semiotika, dikarenakan semiotika tidak hanya sekedar pandangan subyektif peneliti saja yang dianggap liar namun mempunyai batas-batas yang didukung oleh pandangan ahli dan literatur sehingga dapat lebih mempertajam kemampuan mahasiswa dalam menganalisis dan mengungkap gejala atau fenomena yang terkait dengan dunia Ilmu Komunikasi melalui analisis semiotika. 2. Bidang Praktis Diharapkan untuk pembuat video musik dan para musisi yang terlibat dalam memproduksi lagu lebih lagi menampilkan pluralisme agama yang tidak hanya menampilkan dan menonjolkans agama-agama besar saja melainkan agama-agama kecil yang jarang terdengar sehingga penonton lebih memahami tentang keberagaman agama yang ada didunia.

Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zaenal. (2015). Pluralisme Agama dan Pola Komunikasi Antar Budaya di Indonesia. Komunike, Volume 7, No. 2, hal 68-90. Amaliyah, Efa Ida. (2014). Konsep dan Komitmen Mahasiswa STAIN Kudus Tentang Pluralitas Agama. Fikrah Vol. 2, No. 1, hal 309-39. Archard, David. (1996). Philosophy and Pluralism. UK: Cambridge University Press. Ardianto, Alvinaro & Erdinaya, Lukiati Komala. (2004). Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Arifin, Achmad Zainal. (2015). Pluralisme dan Multikulturalisme di Indonesia. AIFIS Serial Discussion. Jakarta: AIFIS. Armando, Ade., Sarwono, Billy K., Triputra,Pinckey., & Irwansyah. 2011. Prosiding Konferensi Nasional Komunikasi Membumikan Ilmu Komunikasi di Indonesia Depok, 9-10 November 2011. Depok: Puskakom Press. Attabik & Sumiarti. (2008). Pluralisme Agama : Studi Tentang Kearifan Lokal di Desa Karangbeda Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap. Jurnal penelitian Agama Vol 9 No. 2. Azzuhri. Muhandis. (2012) Konsep Multikulturalisme dan Pluralisme Dalam Pendidikan Agama (Upaya Menguniversalkan Pendidikan Agama dalam Ranah Keindonesiaan). Forum Tarbiyah Vol. 10, No. 1. Banchoff, Thomas. (2007). Democracy and the New Religious Pluralism. New York: Oxford University Press, Inc. Baran, Stanley J. (2012). Pengantar Komunikasi Massa : Melek Media dan Budaya Erlangga. Basrowi & Sudikin. (2002). Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya: Insan Cendekia. Brown, J. D., Campbell, K., & Fischer, L. (1986). American Adolescents and Music Videos: Why Do They Watch?. Gazette, 37, 19-32. Bungin, Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Prenada Media Group

Universitas Sumatera Utara Bungin, Burhan. (2008). Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma, Dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta : Kencana. Bulaeng, Andi. (2004). Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. Yogyakarta : ANDI. Buswell, Robert E. (2004). Encylopedia of Buddhism. USA: Macmillan Reference USA. Campbell, Heidi A. (2013). Digital Religion: Understanding Religious Practice in New Media Worlds. Oxon: Routledge. Caston, Emily. (2014). The Fine Art of Commercial Freedom: British Music Videos and Film Culture. Scope: An Online Journal of Film and Television Studies, Issue 26. Cefrey, Holly. (2003). Backstage at a Music Video. Canada: Rosen Book Works, Inc. Charles, Victoria._____. Renaissance Art. New York: Parkstone Press International. Cooper, Paul. (1981). Perspectives in Music Theory. USA: The Murray Printing Company. Danesi, Marcel. (2009). Dictionary of Media and Communications. USA : M.E. Sharpe, Inc. Ditthisampanno, Budi Utomo., Dhammasubho., Salim,Ingawati., & Wiryanto. (2015). Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti SMA/SMK kelas 12. Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud. Dodig, Ruzica. (2014). Music Video In Education And Promotion. Accademia Di Belle Arti di Brescia Santa Guilia. ______. (1999). In Session with Steve Vai. London: International Music Publications. Elijah Frazier. (2013). Girls, Girls, Girls: Analyzing Race and Sexuality Portrayal in Music Videos. Elmer, Colin. (2009). Replacing Patterns: Towards a Revision of Guitar Fretboard Pedagogy. Master of Art Thesis. Elder Conservation of Music. The University of Adelaide. Emmett, Christopher James. (2002). On the Aesthetics of Music Video. The

Universitas Sumatera Utara University of Leeds, School of Fine Art, History of Art and Cultural Studies. F, Johanna M., Oosten, van., Peter, Jochen., & Valkenburg, Patti M. (2015) The Influence of Sexual Music Videos on Adolescents’ Misogynistic Beliefs: The Role of Video Content, Gender, and Affective Engagement. Communication Research, 1-23. Fidler, Tristan. (2008). Music Video Auteurs: The Directors Label DVDs and the Music Videos of Chris Cunningham, Michael Gondry and Spike Jonze. Doctor of Philosophy Thesis. University of Western Australia. Frith, Simon., Goodwin, Andrew., & Grossberg, Lawrence. (1993). Sound And Vision The Music Video Reader. London: Routledge. Gilbert, Creighton._____. History of Renaissance art: Painting, Sculpture, Architecture throughout Europe. New York: Harry N Abrams, Inc. Giordan, Giuseppe & Pace, Enzo. (2014). Religious Pluralism: Framing Religious Diversity in the Contemporary World. Switzerland: Springer. Hatta, Meutia.( 2006) . Kata Sambutan. Etnovisi : Jurnal Antropologi Sosial, Volume 3 No. 1. Husaini, Adian. (2010). Pluralisme Agama Musuh Agama-Agama (Pandangan Katolik, Protestan, Hindu dan Islam Terhadap Paham Pluralisme Agama). Bidang Ghazwul Fikri - Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia. Heck, Paul L. (2009). Common Ground : Islam, Christianity, and Religious Pluralism. Washington: Georgetown University Press. Idrus, Muhammad. (2001). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Erlangga Iswidayaiti, Sri.______. Roland Barthes dan Mithologi. Seni Rupa FBS UNNES Jacquier, Yvo. (2010). The Birth of Venus, Sandro Botticelli : Analysis of Composition in Painting. Prague Jati, Ilyas Indra Damar, dkk. (2010). Pemuda!!! Dimana Kau Berada? “Trilogi Pemikiran Mendobrak Pemuda Untuk Indonesia”. Jakarta: Forum OKP Tingkat Nasional. Jensen, Klaus Bruhn & Jankowski, Nicholas W. (2002). A Handbook of Qualitative Methodologies for Mass Communication Research. London: Routledge.

Universitas Sumatera Utara Jolly, Nicola Christine. (2012). A Critical Investigation of the Breadth of Mahatma Gandhi’s Religious Pluralism Through an Examination of His Engagements with Atheist, Quakers, and Inter-Religious Marriage. Doctor of Philosophy Thesis. Department of Theology and Religion, School of Philosophy, Theology and Religion, College of Arts and Law, University of Birmingham. Johansen, Bruce E & Pritzker, Barr M. (2008). Encyclopedia of American Indian History. California: ABC-CLIO, Inc. Jones, Constance A. & Ryan, James D. (2007). Encyclopedia of Hinduism. New York: Facts On File, Inc. Karesh, Sarah E., & Hurvitz, Mitchell M. (2006). Encylopedia of Judaism. New York: Facts On File, Inc. Kimbrel, Deanna Niccole. (2008). The Visual Analysis of Heterogeneous Sex Role Interactions: a Content Analysis of Popular Music Videos. Rochester Institute of Technology. Kripalani, Krishna. (1958). M K Gandhi, All Men are Brothers. Paris: UNESCO Greene, Meg. 2004. Mother Teresa A Biography. USA: Greenwood Publishing Group, Inc. Kumar, P. Pratap. (2006). Religious Pluralism in the Diaspora. Leiden: Koninklijke Brill NV. Leite, Vania Dantas. (2004). Music Video: A New Musical Genre. Universidade Federal do Estado do Rio de Janeiro. Liliweri, Alo. (2011). Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Prenada MediaGroup. Machrus. (2008). Simbol-Simbol Sosial Kebudayaan Jawa, Hindu Dan Islam Yang Direpresentasikan Dalam Artefak Masjid Agung Surakarta (Studi Semiotika Komunikasi Tentang Simbol-Simbol Sosial Kebudayaan Jawa, Hindu Dan Islam Yang Direpresentasikan Dalam Artefak Masjid Agung Surakarta). Master Tesis. Universitas Sebelas Maret. Melton & J, Gordon. (2003). Encyclopedia of American Religions. USA: The Gale Group, Inc.. Mookherjee, Monica. (2011). Democracy, Religious Pluralism and the Liberal Dilemma of Accomodation. UK: Springer.

Universitas Sumatera Utara Morissan & Wardhany, Andy Corry. (2009). Teori Komunikasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Mulyana, Deddy. (2007). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muslih, Muhammad. (2004). Filsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Belukar. Mustakim, Anwar Gani. (2012). Representasi Perempuan Dalam Kanji (Analisis Semiotika Terhadap Buku Kanji Pictographix). Master Tesis. Universitas Indonesia. Mutahhari, Ayatullah Murtadha. (2006). Islam and Religious Pluralism. UK: World Federation of Khoja Shia Ithna-Asheri Muslim Communities. Nawawi, hadari. (2001). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Nightingale, Virginia. (2011). The Handbook of Media Audiens. UK: Blackwell Publishing Ltd. Pandia, Wisma. _____.Teologi Pluralisme Agama-Agama. Modul Kuliah. Sekolah Tinggi Teologi Injili Philadelphia. Pasieka, Agnieszka. (2015). Hierarchy and Pluralism Living Religious Difference in Catholic Poland. New York: Palgrave Macmillan. Pritzker, Barry M. (1998). Native Americans: An Encyclopedia of History, Culture, and Peoples. California: ABC-CLIO, Inc. Prothero, Stephen. (2006). A Nation of Religions: The Politics of Pluralism in Multireligious America. USA: The University of North Carolina Press. Railton, Diane & Watson, Paul. (2011). Music Video and the Politics of Representation. Edinburgh: Edinburgh University Press. Semedhi, Bambang. (2011). Sinematografi-Videografi Suatu Pengantar. Ghalia Indonesia Setiadi, Elly & Kolip, Usman. (2011). Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial : Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta: Prenada Media Group. Siregar, Bernat & Tambunan, Taralan. (2010). Menjadi Intelektual Kristen. Depok: Media Insan Dialektika Publishers.

Universitas Sumatera Utara Sobur, Alex. (2004). Semiotika Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya. Sugirtharajah, Sharada. (2012). Religious Pluralism and the Modern World : An Ongoing Engagement with John Hick. New York: Palgrave Macmillan. Stout, Daniel A. (2006). Encyclopedia of Religion, Communication, and Media. GreatBritain: Routledge. Strauss, Anselm & Corbin, Juliet. (2003). Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif : Tata Langkah dan Teknik-Teknik Teoritisasi Data. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.S. A. Seidman. (1999). Revisiting sex-role stereotyping in MTV videos. International Journal of Instructional Media Vol. 26(1), 11-22. Sew, Jyh Wee. (2015). Semiotics of Perfoming in Najwa Latif’s Music Videos. Malaysian Journal of Communication Jilid 31(2), 299-321. Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : ALFABETA. Sulistio, Christian. (2001). Teologi Pluralisme Agama John Hick: Sebuah Diaolog Kritis Dari Perspektif Partikularis. Veritas 2/1, hal 51-69. Sumarah, Ignatia Esti. (2012). Pluralisme Agama Dalam Perspektif Kesatuan Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma. Tessarolo, Mariselda. (2001). The Perception of the Song and Its Video Clip. CLCWeb: Comparative Literature and Culture Volume 3 Issue 3. University of Padua. Thiselton, Anthony C. (2002). A Concise Encylopedia of Philosophy of Religion.

England: Oneworld Publications. Thoha, Anis Malik. (2005). Discourse of Religion Pluralism in Indonesia. Journal of Islam in Asia, Vol. 2, No. 2, pp. 111-130. Thomas, Omobolanle Olayinka. (2014). The Impact of Images in Music Video Clips on Audience. Master of Art Thesis. Eastern Mediterranean University. Wahyuningsih, Endah Sri. (2010). Komodifikasi Anak Dalam Tayangan Televisi (Kajian Terhadap Program Idola Cilik 3). Master Tesis. Universitas Diponegoro. Walter, Mariko Namba., & Fridman, Eva Jane Neumann. (2004). Shamanism: an

Universitas Sumatera Utara Encyclopedia of World Beliefs, Practices, and Culture. California: ABC- CLIO, Inc. Wardani, Putri Aruma. (2016). Pluralitas Dalam Elemen Agama Pada Film (Studi Analisis Semiotika tentang Makna Pluralitas dalam Elemen Agama pada Film India “PK”). Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret. West, Richard & Turner Lynn H. (2008). Pengantar Teori Komunikasi : Analisis dan Aplikasi, Edisi 3. Jakarta: Salemba Humanikas Wibowo, Indiawan Seto Wahyu. (2013). Semiotika Komunikasi. Jakarta : Mitra Wacana Media. Wills, Richard W. 2009. Martin Luther King Jr. and the Image of God. New York: Oxford University Press,Inc. VanDyke, Erika. (2011). Race, Body, and Sexuality in Music Videos. Grand Valley State University. Vigil, Jose M. (2008). Theology of Religious Pluralism. Zurich: Lit Verlag. Vivian, John. (1997). The Media of Mass Communication. A Viacom Company. Massachusetts. Vernalis, Carol. (1998). The Aesthetics of Music Video: An Analysis of Madonna’s Cherish. Popular Music Vol 17 No. 2, 153-185. Cambridge university press. Vernallis, Carol. (2004). Experiencing Music Video : Aesthetics and Cultural Context. USA: Columbia University Press. Vernallis, Carol. (2013). Unruly Media : YouTube, Music Video, and the New Digital Cinema. New York: Oxford University Press. York, Matt. (2004). The Videomaker Guide to Digital Video and DVD Production. USA: Focal Press. Yulianti, Frizky. (2011). Komodofikasi Idealisme Feminisme Dalam Industri Musik (Analisis Semiotika Roland Barthes dalam Video Klip Beyonce "Run The World"). Jurnal Komunikator Volume 3, hal 95-112. Zhang, Shiliang., Huang, Qingming., Jiang, Shuqiang., Gao,Wen., & Tian, Q (2010). Affective Visualization and Retrieval for Music Video. IEE Transactions on Multimedia. Vol. 12, No. 6.

Universitas Sumatera Utara

Skripsi : Inge, Rotua Uly. (2012). Representasi Budaya Dalam Iklan Pariwisata ( Analisis Semiotika Pada Video Musik S.E.O.U.L dan Fly to Seoul). S1 Skripsi. Universitas Indonesia. Khairunnisa, Erika. (2013). A Semiotic Analysis of Fashion Domination Through Signs in Music Videos. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia. Pardede, Andrina Parsita,. (2016). Representasi Feminisme dalam Film (Analisis Semiotika Roland Barthes Mengenai Feminisme Dalam Film Maleficent). S1 Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Purba, Eunike Stephanie. (2016). Representasi Maskulinitas dalam Film (Analisis Semiotika John Fiske Mengenai Maskulinitas dalam Film “Miracle In Cell No.7”). S1 Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Zahrawi, Muhammad. (2015). Konstruksi Media Massa Dalam Sampul Depan Majalah (Analisis Semiotika Sampul Depan Majalah TIME). S1 Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Internet : www.guitarworld.com/100-greatest-guitar-solos-no-29-love-god-steve-vai diakses pada tanggal 27 Februari 2017 www.signology.org/color-orange.htm diakses pada 27 Februari 2017 jam 15.00 www.sanskritmagazine.com/culture/why-orange-color-is-used/ diakses pada 27 Februari 2017 jam 15.00 www.buddhanet.net/history/bud_statwrld.htm diakses pada tanggal 27 January 2017 jam 14.00 www.wikipedia.org diakses pada tanggal 10 Februari jam 19.00 https://m.warpaths2peacepipes.com/native-american-symbols/color-meanings- symbolism.htm diakses pada tanggal 27 January 207 jam 14.00 bbc.co.uk/schools/gcsebitesize/history/shp/americanwest/religionrev1.shtml diakses pada tanggal 29 january 2017 jam 21.44 nationalhumanitiescenter.com diakses pada tanggal 29 january 2017 jam 21.44

Universitas Sumatera Utara www.indians.org/ articles/native-american-religion.html diakses pada tanggal 29 january 2017 jam 21.44 nativeamerican.lostsoulsgenealogy.com/prayers.html diakses pada tanggal 29 january 2017 jam 21.44 www.worldhealingprayers.com/2.html diakses pada tanggal 29 january 2017 jam 21.50 www.buddhis,ygoy.com/2007/09/07/colors-in-buddhism/ diakses pada tanggal 29 january 2017 jam 23.00 www.novaroma. diakses pada tanggal 14 Februari 2017 jam 16.00 www.jewishencyclopedia.com/articles/4557-color#anchor12 diakses pada tanggal 07 Maret 2017 jam 17.00 www.manjushri.com/index.htm diakses pada 23 februari 2017 jam 22.00 www.manjushri.com/Buddha-List/Manjushri.html diakses pada 23 februari 2017 jam 22.00 www.everypainterpaintshimself.com/article/michelangelos_sistine_ceiling_jeremi ah_c.1509_10 diakses pada tangggal 01 Maret 2017 jam 16.00 www.novaroma.org diakses pada tanggal 20 Februari jam 17.00 www.stevevaiguitars.com diakses pada tanggal 19 Februari jam 16.30

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara BIODATA PENELITI

Nama : Daud Mangatas Sihite

Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 21 Agustus 1994

Jenis Kelamin : Laki-laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan Diponegoro Blok D-6 Komplek Kodam,

Medan Krio, Sunggal.

Telp./HP : 082276247745

E-mail : [email protected]

SILSILAH KELUARGA

Ayah : Drs. Manaor Sihite

Ibu : Masrida Purba

Saudara Perempuan : Christine Manatha Sihite

Risma Indah Sihite

Tiurma Elfrida Sihite

RIWAYAT PENDIDIKAN

TK : TK Anugerah Kudus Tangerang

SD : SD Anugerah Kudus Tangerang

SMP : SMP Badan Kerjasama Kegiatan Kristen (BKKK) Tangerang

SMA : SMK Bonavita Tangerang

S1 : Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSTAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI Jalan Prof. A. Sofian No.1 Kampus USU Medan 20155 Telepon/Fax: (061) 8217168 Laman : www.ilmukomunikasiusu.ac.id

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI

NAMA : Daud Mangatas Sihite NIM : 130904106 PEMBIMBING : Drs. Hendra Harahap, M.Si., Ph.D

NO. TGL.PERTEMUAN PEMBAHASAN PARAF PEMBIMBING

1 21 Oktober 2016 Seminar Proposal

2 1 November 2016 Penyerahan Revisi Proposal

3 15 November 2016 Pembahasan Bab I-III

4 3 Desember 2016 Revisi Bab I-III

5 3 Maret 2017 Penyerahan Bab IV

6 10 Maret 2017 Revisi Bab IV

7 1 April 2017 Penyerahan Bab I-V

Catatan: Minimal pertemuan 6 (enam) untuk setiap pembimbing

Universitas Sumatera Utara