Gorga Jurnal Seni Rupa Volume 08 Nomor 02 Juli-Desember 2019 p-ISSN: 2301-5942 | e-ISSN: 2580-2380

TALEMPONG PACIK DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT NAGARI BUNGO TANJUNG: STUDI TENTANG POLA DAN BENTUK PEWARISAN Ahmad Fauzan Yusman1*, Indrayuda2*

Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Konsentrasi Pendidikan Seni dan Budaya Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang Jl. Prof. Dr. Hamta, Air Tawar Padang, Kel. Air Tawar Barat, Kec. Padang Utara, Kota Padang, Kode Pos 25171 Sumatera Barat. Email: [email protected]

Abstrak Artikel ini menganalisis pola dan bentuk pewarisan serta menjelaskan kesenian pacik di Nagari Bungo Tanjuang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dan dilengkapi dengan media audio visual serta pedoman wawancara dan observasi. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan kajian pustaka. Analisis data dilakukan dengan cara mengoleksi, menseleksi, menyajikan dan menguji data serta menyimpulkan. Hasil penelitian menunjukan bahwa, pewarisan dilakukan dengan tiga tipe, yaitu dengan pola pewarisan vertical transmission (pewarisan tegak) kepada anak, pewarisan kepada kemenakan dalam hubungan kekerabatan, pola pewarisan horizontal trasnmission (pewarisan datar) kepada orang yang sebaya dan pola pewarisan diagonal transmission (pewarisan miring) kepada murid diluar hubungan kekerabatan. Proses pembelajaran masih menggunakan oral dan demonstrasi, dimana guru akan mempraktekan cara bermain terlebih dahulu dan akan dicobakan secara langsung kepada murid.

Kata Kunci: talempong pacik, pewarisan, pola, bentuk.

Abstract This article analyzes the pattern and inheritance form which explain the existence of talempong pacik art in Nagari Bungo Tanjuang. This study belongs to qualitative research with descriptive method. The main instrument in this research is the researcher himself and equipped by audio visual media and guided interview and observation. Data are gathered by using interview, observation and literature review. Data analysis was done by collecting, selecting, presenting, testing and concluding the data. The result of the research showed that inheritance is carried out in three types; first, the vertical transmission inheritance method (upright inheritance) which is inheritance to children and inheritance to nephew/niece or in kinship; second, horizontal transmission inheritance method (flat inheritance) to coeval people; third, diagonal transmission (oblique inheritance) to other people or to students outside the kinship. In teaching and learning process, oral and demonstration are still used where the teacher practice the way to play it first then followed by the student directly.

Keywords: talempong pacik, inheritance, pattern, form.

PENDAHULUAN aktivitas talempong pacik di Kanagarian Bungo Kebudayaan nasional sebagai perwujudan dari Tanjuang Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Di mana, kesenian talempong saat ini masih menjadi tahun 1945 Bab XIII pasal 32 tentang Pendidikan dan warisan budaya bagi masyarakat lokal. Kesenian Kebudayaan dalam upaya memajukan kebudayaan Talempong pacik merupakan kesenian tradisional nasional di tengah peradaban dunia dan menjamin masyarakat setempat yang diterima dan diwarisi secara kebebasan memelihara nilai budaya yang terdiri dari turun-temurun oleh masyarakat setempat dari generasi berbagai kebudayaan daerah di seluruh Indonesia. sebelumnya, dan saat ini diteruskan kepada generasi Salah satu contohnya adalah kebudayaan daerah muda yang ada dinagari Bungo Tanjuang. Keberadaan , yang menjadi salah satu sub-kultur talempong pacik tersebut memberikan petunjuk bahwa Indonesia yang berada di Provinsi Sumatera Barat. kanagarian Bungo Tanjuang memiliki kesenian tradisional yang sampai sekarang masih ada digunakan Berdasarkan obserbasi awal yang peneliti lakukan, dalam masyarakat dan tetap dipertahankan peneliti mengamati perkembangan dan pertumbuhan kelestariannya.

Disubmit 29 November 2019, direview 01 Desember 2019, dipublish 07 Desember 2019. Gorga Jurnal Seni Rupa Volume 08 Nomor 02 Juli-Desember 2019 p-ISSN: 2301-5942 | e-ISSN: 2580-2380

KAJIAN TEORI (1989:2) menyatakan bahwa Penelitian kualitatif selali Koentjaraningrat (1983:25) mengatakan bahwa bersifat deskriptif, artinya data yang dianalisa dari hasil kebudayaan adalah warisan sosial yang komplek analisanya berbentuk diskriptif. Fenomena yang tidak meliputi dari keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, berupa angka-angka atau koefisien tentang hubungan kesenian, hukum, moral, kebiasaan dan lain-lain antara variabel data yang terkumpul berbentuk kata- kecakapan dan kebiasaan yang diperoleh manusia kata atau gambaran. sebagai anggota masyarakat. Budaya juga merupakan aturan dan batasan yang dibuat masyarakat untuk Senada dengan itu, menurut Sudarwan (2002:51) masyarakat itu sendiri. penelitian kualitatif bersifat deskriptif, yaitu data yang terkumpul berbentuk kata – kata, gambar, bukan angka Sebagai bagian dari unsur kebudayaan, kesenian yang – angka. Kalaupun ada angka – angka hanya bersifat masih tetap ada di Minangkabau. Kesenian ini lahir sebagai penunjang saja. Didukung oleh pernyataan dalam budaya daerah Minangkabau yang menyebar ke Best (dalam Darmadi, 2014:184) yang menambahkan seluruh pelosok daerah dengan ciri-ciri khas yang bahwa penelitian deskriptif dikatakan sebagai metode berbeda dan tercipta serta berkembang menurut penelitian yang berusaha menggambarkan dan aktivitas masyarakat itu sendiri. Dari aktivitas menginterprestasi objek sesuai dengan apa adanya, masyarakat itu, maka timbulah sifat kreatif dalam dalam hal ini jujur dalam menyampaikan informasi dan penggunaan musik itu sendiri, termasuk dalam hal ini menterjemahkan informasi tersebut. Data yang penggunaan talempong pacik. diperoleh melalui transkip wawancara, catatan lapangan, dan foto-foto. Dengan demikian pada Telempong pacik merupakan alat musik sejenis bonang penelitian ini akan dideskripsikan tentang kesenian (Jawa), reong (Bali), atau totobuang (Bali) yang terbuat talempong pacik dalam kehidupan masyarakat Bungo dari logam perunggu atau besi yang dimainkan secara Tanjuang, ditinjau dari sistem pewarisannya. Teknik satuan, baik ditempat maupun sambil berjalan pengumpulan data dilakukan dengan cara studi (Soeharto, 1978:152). Talempong pacik sebagai musik pustaka, observasi dan wawancara. Teknik analisis data tradisional Minangkabau, sampai saat sekarang dengan cara data yang telah terkumpul kemudian masih tetap bertahan dibeberapa tempat. Dalam kata dipilah berdasarkan pertanyaan guna mendapatkan lain, masih dominan jika dibandingkan dengan jawaban permasalahan. beberapa kesenian tradisional yang lain. Namun akhir- akhir ini talempong pacik dirasakan seakan–akan HASIL DAN PEMBAHASAN kurang mempunyai daya tarik lagi oleh beberapa 1.Hasil generasi muda. Hal ini lah yang menjadi fokus dan Pewarisan budaya (transmission of culture) yaitu tantangan para seniman di daerah agar kesenian ini proses mewariskan unsur-unsur budaya dari satu tetap bertahan dan punah. Beberapa daerah di Sumatera generasi ke generasi manusia atau masyarakat Barat yang memiliki kesenian talempong yang tidak berikutnya melalui proses pembudayaan (proses belajar asing lagi antara lain adalah: Talempong Koto Anau budaya) seperti yang diungkapkan oleh Indrayuda (Kab. Solok), Talempong Padang Magek (Kab. Tanah (2013:56). Sesuai dengan hakikat dan budaya sebagai Datar), Talempong Unggan (Kab. Sijunjung), pemilik bersama masyarakat maka unsur-unsur Talempong Talang Maua (Kota Payakumbuh dan Kab. kebudayaan itu memasyarakat dalam individu-individu Limapuluh Kota), Talempong Jao (Kab. Tanah datar), warga masyarakat dengan jalan diwariskan atau Talempong Kapak Lasuang (Kab. Padang Pariaman), dibudayakan melalui proses belajar budaya. Proses Caklempong (-Malaysia) dan lain- pewarisan budaya dilakukan melalui proses enkulturasi lain. Dalam hal ini penulis tidak akan mengkaji (pembudayaan) dan proses sosialisasi (belajar atau mengenai talempong yang berkembang di Sumatera mempelajari budaya). Barat secara keseluruhan berhubung dengan keterbatasan waktu, maka penulis hanya membicarakan Menurut Sepdwiko (2018:19), kesenian tradisional mengenai kesenian palempong pacik yang ada di nagari dalam hal ini talempong pacik dapat diturunkan dan Bungo Tanjuang Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah diwarisi oleh masyarakat dari masa ke masa dengan dua Datar. sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Ada istilah lain yaitu transmisi horizontal dan transmisi METODE PENELITIAN vertikal. Sistem terbuka dengan pola transmisi diagonal Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini atau horizontal merupakan sistem pewarisan yang adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan dilaksanakan untuk seluruh masyarakat yang tinggal di metode deskriptif seperti dikemukakan oleh Moleong nagari, tanpa memandang suku dan kerabatnya,

Disubmit 29 November 2019, direview 01 Desember 2019, dipublish 07 Desember 2019. 410

Gorga Jurnal Seni Rupa Volume 08 Nomor 02 Juli-Desember 2019 p-ISSN: 2301-5942 | e-ISSN: 2580-2380 termasuk yang dilakukan oleh masyarakat nagari warisan sebagai milik komunitas. Artinya, siapa saja Bungo Tanjuang. Seperti yang diungkapkan oleh Tuti boleh mewarisi kesenian talempong pacik tersebut Artha dan Ahimsa (2004:54) bahwa warisan budaya tanpa memandang hubungan kekerabatan/sapasukuan. dapat dibedakan menjadi tiga jenis, diantaranya adalah Dalam hal ini talempong pacik di nagari Bungo warisan yang merupakan milik pribadi, warisan yang Tanjuang bisa diwarisi oleh orang luar, baik dari luar merupakan milik kelompok kekerabatan dan warisan kekerabatan, maupun luar nagari. Sedangkan sistem yang dianggap sebagai milik suatu komunitas atau tertutup/transmisi vertikal adalah pewarisan yang masyarakat tertentu. dilakukan terkait secara langsung dalam kekerabatan dari pada masyarakat penganutnya. Selain hubungan Dari ungkapan diatas ada warisan yang dimiliki secara kekerabatan pewarisan juga berdasarkan atas hubungan pribadi dan ada yang warisan yang bisa diakses oleh pertalian budi dan sapasukuan. Artinya siapa yang umum. Begitu juga yang ditemui di nagari Bungo mewarisi dan menerima warisan tersebut, mereka harus Tanjuang, bahwasanya ada talempong yang dimiliki mempunyai hubungan yang dekat dan erat. oleh kaum dan dipelihara sebagai warisan, dan ada talempong yang digunakan sebagai sarana penyaluran Berkaitan dengan dua sistem diatas, pewarisan gagasan bagi masyarakatnya. Talempong yang dimiliki talempong pacik di nagari Bungo Tanjuang awalnya kaum di nagari Bungo Tanjuang dijadikan harta memang dilakukan dengan sistem tertutup dalam pola warisan bagi kaumnya, sedangkan talempong yang transmisi vertikal yang hanya dilakukan dalam satu dimiliki oleh kelompok ateh guguak sebetulnya kelompok sapasukuan, dari ayah ke anak atau dari diperuntukan untuk sarana kseenian dan bersifat mamak ke kemenakan. Namun pada terbuka. perkembangannya, sistem tertutup dengan pola transmisi vertikal beriringan dengan sistem terbuka Berkaitan dengan asal muasal talempong pacik secara dengan pola transmisi diagonal atau horizontal. umum, merujuk pada pepatah Minangkabau yang Walaupun, sampai saat sekarang pada kenyataannya berbunyi, “Biriak-biriak turun ka samak, tibo di samak kesenian ini masih dikelola oleh satu keleuarga saja turun ka halaman. Dari niniak turun ka mamak, dari secara turun temurun, tetapi terbuka untuk umum mamak turun kakamanakan” (Doris, 2016:3), yang dalam mempelajari kesenian talempong pacik di Bungo artinya dari ninik (nenek moyang) turun ke mamak, dari Tanjuang ini. mamak turun ke kemanakan, menjelaskan bahwa kesenian ini sebenarnya diwariskan dan diturunkan oleh generasi terdahulu kepada generasi selanjutnya, walau sampai saat ini sulit dibuktikan secara pasti mengenai asal muasal kesenian talempong pacik khususnya di nagari Bungo Tanjuang.

Dilihat dari bentuk secara umum, apa yang disebut talempong merujuk pada satu bentuk yang hampir sama dari ukuran serta bahan-bahan pembuatannya dengan Gambar 1. Bagan Sistem Pewarisan yang Dilakukan Dalam alat musik gamelan di Jawa atau Bali. Salah satu Pewarisan Talempong Pacik di Nagari Bungo Tanjung. persamaan yang bisa diambil dari alat musik serupa (Sumber: Ahmad Fauzan Yusman, 2019) adalah alat musik ini termasuk kepada jenis alat musik Pewarisan tidak hanya dilakukan dalam satu kaum koto idiophone (Banoe, 2003:191). Permainan talempong saja, tetapi juga diajarkan kepada generasi muda yang pacik menggunakan sistem interlocking yang ada di nagari Bungo Tanjuang secara umum. Menurut dimainkan oleh beberapa orang. Permainan talempong Bapak Hajizar, hal ini terjadi karena awalnya yang pacik juga dikombinasikan dengan alat musik tradisi mempelajari talempong pacik, hanya satu kaum saja, lainnya seperti gandang atau pupuik. Talempong ini mengingat tidak ada dari kaum lain yang berminat saat nantinya berkembang menjadi talempong goyang yang itu. Namun karena pemuda kaum koto mulai banyak mengkombinasikan tangga nada khas barat yaitu yang merantau dan bekerja, sehingga diajaklah diatonik (Sastra, 2017:248). generasi muda yang ada di nagari Bungo Tanjuang

bergabung dan mempelajari kesenian ini. Sejak itulah 2.Pembahasan pewarisan tidak hanya dilakukan kepada anak Berdasarkan hasil wawancara dengan Hajizar kemenakan tetapi juga masyarakat umum. (wawancara 14 Juni 2019) bisa dikatakan bahwa talempong pacik di nagari Bungo Tanjuang merupakan

Disubmit 29 November 2019, direview 01 Desember 2019, dipublish 07 Desember 2019. 411

Gorga Jurnal Seni Rupa Volume 08 Nomor 02 Juli-Desember 2019 p-ISSN: 2301-5942 | e-ISSN: 2580-2380

Dari beberapa hal di atas dikatehui bahwa sebuah kebudayaan selalu berkaitan dengan tiga aspek penting menurut Parsons (dalam Rohidi, 1994:5l6) mengenai pewarisan budaya, yaitu: pertama, kebudayaan merupakan sesuatu yang dialihkan dari satu generasi ke generasi lainnya, dalam hal ini kebudayaan dilihat sebagai sebuah warisan atau tradisi sosial. Seperti yang telah dilakukan oleh kelompok talempong pacik ateh guguak, pewaris menerima warisan kesenian talempong pacik dari tuo talempong terdahulu.

Pewaris dalam hal ini Hajizar dan Elizar menerima Gambar 2. Simulasi Pewarisan Vertikal. warisan dari senio-senior terdahulu dan meneruskan (Sumber: Ahmad Fauzan Yusman, 2019) pewarisan kepada anak dan kemenakan mereka. Kedua, kebudayaan merupakan sesuatu yang dipelajari, dalam Jika merujuk kepada sistem pewarisan tertutup, hal ini kebudayaan sesuatu yang dimiliki dari proses pewarisan talempong pacik di nagari Bungo Tanjuang belajar. Selain pewarisan yang dilakukan melalui satu pada awalnya diwarisi dari satu generasi ke generasi generasi kegenerasi selanjutnya, pihak lain yang tertentu. Kesenian talempong pacik ini dipelajari berasal dari luar kemlompok, seperti luar kaum atau awalnya oleh beberapa keluarga saparuik (kumpulan luar nagari, bisa diberi kesempatan dalam mempelajari beberapa keluarga kecil). Kebetulan keluarg tersebut talempong ini. Baik secara informal, seperti sanggra memiliki suko koto. Keluarga kaum koto inilah yang yang dipimpin oleh Sawir Dt. Sampono Marajo, tetapi mula-mula mempelajari kesenian ini. Sehingga kaum juga dilakukan secara formal di sekolah dan dibantu koto di nagari ini sangat identik dengan darah seniman. oleh pemerintah daerah. Dan ketiga, kebudayaan itu Tidak hanya kesenian talempong pacik, tetapi juga silek dihayati dan dimiliki bersama oleh anggota masyarakat atau . Dari anak kemenakan inilah kesenian ini pendukungnya (Parsons dalam Cahyono, 2006:26). terus eksis dan dipertahankan sampai saat sekarang. Dalam hal ini terjadi sebuah usaha pengalihan (oleh Kaluarga Sawir Dt. Sampono Marajo hampir semuanya yang mewarisi) dan penerimaan (oleh pewaris) diajari bermain talempong pacik, hal ini dipelajari baik bertalian dengan substansi tertentu (kebudayaan) secara langsung, maupun hanya coba-coba. Setidaknya dengan tujuan agar dapat dijadikan sebagai suatu hal ini membuktikan salah satu sistem yang digunakan warisan sosial yang bermakna untuk pedoman hidup menggunakan sistem tertutup dengan pola vertikal. bagi masyarakat penganutnya. 2). Bentuk Pewarisan dan Sistem Tertutup 1.Pewarisan Talempong Pacik di Nagari Bungo Menurut Murgiyanto (1983:31) bentuk seni terwujud Tanjung dengan Sistem Tertutup. berdasarkan akar prinsip yang sama dengan melandasi 1). Pola Pewarisan Tegak (Vertical Transmission) mewujudkannya dari tingkah laku dan kegiatan Berkaitan dengan sistem pewarisan, Cavalli-Sforza dan kehidupan manusia. Bentuk dalam dalam pewarisan Feldman (dalam Berry, 1999:32) menyatakan bahwa bisa diterjemahkan sebagai hasil pola-pola yang sudah terdapat beberapa jenis sistem pewarisan yaitu vertical terbentuk sebelumnya. Sebuah karya seni agar transmission (pewarisan tegak), diagonal transmission bermakna dan dapat meyakinkan penghayatannya (pewarisan miring) dan horizontal transmission harus tumbuh dari pengalaman batin penciptaannya, (pewarisan datar). Pewarisan vertical transmission pemain sampai masyarakat penganutnya sehingga adalah sistem pewarisan yang berlangsung melalui berkembang sejalan dengan ide kebudayaan yang mekanisme genetik yang diturunkan dari waktu ke diwariskan. waktu secara lintas generasi, yang melibatkan penurunan ciri-ciri kebudayaan dari orang tua kepada Salah satu bentuk dari sistem pewarisan tertutup anak-cucu. Dalam pewarisan tegak, orang tua merujuk pada sistem kekerabatan. Sistem kekerabatan mewariskan nilai, keterampilan, keyakinan, motif merupakan serangkaian aturan yang mengatur budaya, dan sebagainya kepada anak-cucu mereka. penggolongan orang-orang yang sekerabat (pertalian Oleh karena itu pewarisan tegak disebut juga sebagai darah). Istilah kekerabatan digunakan untuk biological transmission yaitu sistem pewarisan yang menunjukkan identitas para kerabat sehubungan memiliki sifat biologis. dengan penggolongan kedudukan mereka dalam hubungan kekerabatan masing-masing. Maka hubungan sosial yang menyangkut kedudukan, hak,

Disubmit 29 November 2019, direview 01 Desember 2019, dipublish 07 Desember 2019. 412

Gorga Jurnal Seni Rupa Volume 08 Nomor 02 Juli-Desember 2019 p-ISSN: 2301-5942 | e-ISSN: 2580-2380 dan kewajiban antara seorang anak/kemenakan dan kerabat-kerabatnya dapat dilakukan dengan mudah dan tertib sesuai dengan aturan yang berlaku. Kelompok kekerabatan yang terkecil adalah sejumlah orang yang dapat dihubungkan satu sama lain melalui hubungan darah yang bersumber dari orang tua atau leluhur yang sama.

Gambar 4. Silsilah Pewarisan Talempong Pacik Bungo Tanjung dari Ayah ke Anak. (Sumber: Ahmad Fauzan Yusman, 2019)

Untuk saat ini, dari informan Hajizar dan Elizar yang satu generasi dengan Sawir Dt. Sampono, mewariskan kesenian ini kepada masing-masing anak mereka. Dengan begitu pola ditemukanlan pola pewarisan tegak dari ayah ke anak dalam pewarisan talempong pacik di nagari Bungo Tanjuang.

Gambar 3. Bentuk Hirarki Pewarisan yang Dilakukan di Nagari (2). Pewarisan dari Mamak ke Kemenakan Bungo Tanjuang. Pada dasarnya masyarakat Minangkabau menganut (Sumber: Ahmad Fauzan Yusman, 2019) sistem kekerabatan matrilineal atau matriakad, yaitu Daryusti (2011:61) menjelaskan bahwa setiap individu menarik garis keturunan dari pihak ibu yang berarti merupakan anggota dari beberapa kelompok bahwa anak-anak merupakan keturunan dari ibu dan masyarakat. Kelompok terkecil di Minangkabau masuk ke dalam kekerabatan ibu dan mewarisi harta menurut sistem garis ibu disebut kaum (suku). Setiap yang dimiliki ibunya. Mamak juga diartikan sebagai kaum/suku dipimpin oleh seorang kepala yang saudara laki-kali dari ibu. Jika sorang laki-laki di disebut dengan datuak atau Pangulu. Kaum merupakan Minangkabau sudah menikah, maka dalam rumah kumpulan dari beberapa paruik (perut). Sebuah paruik kekerabatan istrinya ia dianggap sebagai orang terdiri dari nenek, ibuk, dan saudara-saudaranya, serta sumando yang tidak memiliki kekuasaan penuh anak dari saudara perempuan ibu. Sebuah paruik didalam istrinya. dipimpin seorang tungganai yang diangkat berdasarkan musyawarah. Dalam sebuah keluarga di Minangkabau Hubungan antara anak di Minangkabau tidak bergitu tentunya memiliki pola perilaku yang terbentuk dari dekat dengan ayahnya, sebab seorang ayah bertugas aktivitas sehari-hari. Berkaitan dengan hubungan mencari nafkah bagi keluarganya. Sebuah pepatah diatas, maka sebuah pewarisan kesenian, dapat melalui Minangkabau menyebutkan “Anak dipangku bentuk-bentuk diantaranya: kamenakan dibimbiang” yang bermakna, anak dipangku kemenakan dibimbing. Hal ini menjelaskan (1). Pewarisan Ayah dan Anak bahwa laki-laki di Minangkabau yang berumah tangga Pewarisan ini dilakukan langsung oleh orang tua, dalam tetapi laki-laki berfungsi untuk memelihara, menjaga hal ini seorang ayah kepada anaknya, cucunya dan anak kemenakannya sebagai menjadi tanggung seterusnya, hal ini dapat diidentifikasi merupakan pola jawabnya sebagai mamak dan menafkahi anak-anaknya pewarisan tertutup (Nurasih, 2014:31). Menurut sebagai seorang ayah. narasumber, Bapak Hajizar selaku pewaris kesenian talempong pacik, para tuo-tuo talempong biasanya Hubungan antara mamak dan kemenakan yang mengajarkan kepada anaknya kemenakan dengan merupakan satu garis keturunan, berkaitan dengan menggunakan sistem lisan (oral) dalam menyampaikan pendidikan sampai kepada pengaturan hak atas pesan/materi. Dalam hal ini pewaris secara langsung warisan. Berbeda dengan sistem kekerabatan lainnya mengajarkan kepada anak/kemenakannya, sampai yang ada di Indonesia, kedudukan kemenakan memiliki sekarangpun metode mengajarkan kesenian talempong posisi yang khusus dlam masyarakat Minangkabau pacik menggunakan sistem oral masih digunakan yang menganut sistem matrilineal, sebab merekalah termasuk murid lainnya. yang ditunjuk sebagai penerus generasi dalam kekerabatannya (kaum) (Edwar, 2010:22). Hal ini

Disubmit 29 November 2019, direview 01 Desember 2019, dipublish 07 Desember 2019. 413

Gorga Jurnal Seni Rupa Volume 08 Nomor 02 Juli-Desember 2019 p-ISSN: 2301-5942 | e-ISSN: 2580-2380 menjadikan peranan laki-laki atau suami anak-anaknya pewarisan horizontal transmission (pewarisan miring). sangat kecil dibandingkan dengan peranan dan Pewarisan ini terlihat pada aktivitas yang dilakukan tanggung jawab seorang mamak pada kemenakannya. oleh para seniman kesenian talempong pacik ateh guguak negari Bungo Tanjuang, dimana selain Sawir, Biasanya mamak akan mengomandoi tempo awal Hajizar dan Elizar, ketiga seniman ini juga dalam permainan, selain itu juga tergantung pada mengajarkan kepada reka-rekan sebayanya yang ada pedoman bunyi nada talempong jantan yang muncul. disekitar rumah mereka. Pola ini terkesan lebih santai Mamak akan menekankan hal yang terpenting disini, sebab dilakukan dalam suasana santai, sampai dalam memainkan talempong pacik, pemain harus menikmati suguhan makanan riangan dan berdiskusi mengetahui kapan seharusnya dan kapan saatnya nada ringan. Biasanya dahulu bapak Sawir, memanggil talempong yang lain masuk (dimainkan) dan menyela. rekan-rekannya setelah beraktifitas disiang hari. Sambil Setelah mereka bisa memainkan ketiga bunyi tersebut bercengkrama Sawir mengajak rekan-rekannya itu mereka disuruh memainkan secara bersama-samama. berlatih, sehingga secara tidak langsung rekan-rekan Demikian juga cara yang dilakukan kepada kemanakan tersebut juga bisa menguasai kesenian ini, dan ketika dan muridnya. ada sebuah acara rekan-rekan tersebut bisa diajak dalam pertunjukan. 2.Pewarisan Talempong Pacik di Nagari Bungo Tanjuang dengan Sistem Terbuka. Pada kelompok ateh guguak ada beberapa generasi 1). Pola Pewarisan Miring (Diagonal Transmission) yang bisa dikatakan satu angkatan atau sebaya seperti Cavalli-Sforza dan Feldman (dalam Berry, 1999:32) Hole St. Pangulu yang satu generasi dengan Datuak juga menyatakan, selain sistem pewarisan vertical Tapa, Kamin St. Bungsu dengan Nawan Sidi Sutan, dan transmission (pewarisan tegak) terdapat juga pewarisan Sawir Dt Sampono Marajo dengan Buyuang St. Mudo. diagonal transmission (pewarisan miring) yaitu sistem Diantara pemusik diatas ada pemusik yang lebih ahli pewarisan yang berlangsung melalui lembaga-lembaga sehingga bisa memberikan pengarahan kepada yang pendidikan formal seperti sekolah dan perguruan tinggi lain. Disini dapat disimpulkan selain pewarisan miring atau pendidikan non formal seperti sanggar-sanggar. dari guru ke murid juga memungkinkan pewarisan Diagonal transmission terjadi ketika seseorang belajar dengan segenerasi. dari orang dewasa atau lembaga-lembaga (misalnya dalam pendidikan formal di sekolah) tanpa memandang 3). Bentuk Pewarisan dengan Sistem Terbuka apakah hal itu terjadi dalam budaya sendiri atau dari (1). Pewarisan dari Tuo Talempong ke Murid di budaya lain. Sebagai salah satu dari hasil budaya, Sanggar talempong merupakan salah satu objek yang dapat Sistem yang digunakan guru mengajarkan talempong diwarisakan. pacik kepada muridnya dilakukan secara bertahap agar tidak kesulitan dalam mengingat bunyinya. Guru tidak Seperti hasil wawancara dengan Elizani (wawancara 16 mengajarkan satu lagu sampai selesai. Pada Juni 2019), salah satu upaya yang pernah dilakukan pertengahan lagu guru menyuruh muridnya untuk adalah dengan memperkenalkan kesenian ini dalam menyelesaikannya sampai habis. Setelah mereka kegiatan formal disekolah dalam bentuk kegiatan menguasai satu buah lagu, baru murid dan guru ekstrakurikuler di MTsN 12 Tanah Datar. Pihak bermain secara bersama-sama dengan menggunakan sekolah menjalin kerja sama dengan Dt. Sawir alat musik tambahan seperti pupuik, tamburin dan Sampono Marajo. Siswa-siswi yang berminat gandang/tambua. Teknik inilah yang paling sering dikumpulkan dalam satu kelompok tidak memandang digunakan guru talempong pacik dalam mengajarkan berasal dari suku, atau nagari apa, siswa yang kepada anak, kemenakan dan murid-muridnya sampai berminant diajarkan langsung oleh Bapak Sawir. saat sekarang ini. Pembelajaran yang berlangsung 1 sampai 1,5 jam ini juga masih diajarkan dengan metode oral dan (2). Pewarisan dari Guru ke Murid di Sekolah- modelling. sekolah (formal) Berkaitan dengan itu sekolah memiliki peran penting 2).Pola Pewarisan Mendatar (Horizontal sebagai media transfer pengetahuan dan informasi Transmission) kepada siswa yang merupakan generasi penerus. Hal ini Menurut Cavalli-Sforza dan Feldman (dalam Berry, berbanding lurus dengan upaya pewarisan kesenian 1999:32) juga menyatakan, selain dua sistem pewarisan talempong pacik di nagari Bungo Tanjuang. Salah satu vertical transmission (pewarisan tegak) dan pewarisan sekolah yang pernah mempelajari talempong pacik diagonal transmission (pewarisan miring) juga terdapat khas nagari Bungo Tanjuang ini adalah Madrasah

Disubmit 29 November 2019, direview 01 Desember 2019, dipublish 07 Desember 2019. 414

Gorga Jurnal Seni Rupa Volume 08 Nomor 02 Juli-Desember 2019 p-ISSN: 2301-5942 | e-ISSN: 2580-2380

Tsanawiyah Negeri (MTsN) 12 Kecamatan Batipuh 2.Saran Kabupaten Tanah Datar. Menurut narasumber lain Talempong pacik sebagai kesenian rakyat yang telah yaitu Elizani, atau yang akrab dipanggil buk eli, yang turun-temurun sejak dulu perlu dilestarikan dan merupakan bundo kanduang di nagari Bungo Tanjuang, dikembangkan oleh semua pihak, untuk menghindari bahwa pewarisan talempong pacik ini pernah kepunakan yang akan merugikan kita sebagai diusahakannya bersama Sawir Dt. Sampono Marajo pemiliknya. Selanjutnya, juga isarankan pada generasi lewat ekstrakurikuler di MTsN 12 Tanah Datar. Beliau muda saat ini disamping menyenangi kebudayaan baru yang juga merupakan wakil kepala sekolah bidang yang berasal dari luar, namun jangan melupakan dan kurikulum di Madrasah tersebut sempat membuat tetap mencintai, mempelajari dan membudayakan kelompok kesenian tradisional yang bertitik fokus kebudayaaan bangsa sendiri salah satunya seperti kepada talempong pacik. Elizani sempat berkolaborasi melestarikan kesenian tradisional talempong pacik ini. dengan Sawir Dt. Sampono Marajo yang diundang sebagai pelatih. Namun karena keterbatasan waktu, DAFTAR RUJUKAN Sawir Dt. Sampono Marajo tidak sempat melanjutkan Ahimsa, P., & Heddy, S. (2004). Warisan Budaya kerja sama lagi. Setidaknya sudah ada usaha yang Dalam “Jejak Masa Lalu: Sejuta Warisan dilakukan oleh tuo talempong untuk bekerjasama Budaya”. Arwan Tuti Artha. Yogyakarta: Kunci dengan instansi formal seperti sekolah. Maka dapat Ilmu. disimpulkan bahwa sekolah salah satu media yang Banoe, Pono. (2003). Kamus Musik. Yogyakarta: paling tepat untuk tempat pewarisan dalam hal ini Kanisius. kesenian talempong pacik secara efektif, terstruktur Berry, John W. et al. (1999). Psikologi Lintas Budaya, dan formal. Riset dan Aplikasi. (Terjemahan Edi Suhardono). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. KESIMPULA DAN SARAN Cahyono, A. (2006). Pola Pewarisan Nilai-Nilai 1.Kesimpulan Kesenian Tayub (Inheritance Pattern of Tayub Dalam falsafah Minangkabau dikatakan bahwa adaik Values). Harmonia: Journal of Arts Research and basandi syarak, syarak basandi Kitabullah yang Education, 7(1), _____ . bermakna Adat bersendikan syarak (agama) dan syarak Darmadi, H. (2014). Metode Penelitian Pendidikan bersendikan kitab Allah yaitu Alquran. Hal inilah yang dan Sosial. Bandung: Penerbit Alfabeta. menjadi pedoman atau patokan dalam bertingkah laku, Daryusti. (2011). Hegemoni Penghulu dalam bersikap, berbicara, bergaul dan berpakaian, dan Perspektif Budaya (Edisi Revisi). Yogyakarta: lainnya bagi masyarakat Minangkabau termasuk Cipta Media. berkesenian. Talempong pacik merupakan salah satu Doris, R. (2016). Kedudukan Putusan Kerapatan Adat kesenian musik tradisional Minangkabau yang juga Nagari (Kan) sebagai Alat Bukti Dalam terdapat di nagari Bungo Tanjuang Kecamatan Batipuh Penyelesaian Perkara Pusako Tinggi pada Kabupaten Tanah Datar. Dimana sampai saat sekarang Pengadilan Negeri Padang. Program ini masih tetap eksis dan tetap terjadi pewarisannya. Pascasarjana. Universitas Andalas. Padang. Proses pewarisannya itu berlangsung dengan Edwar, E. (2010). Pergeseran Tanggung Jawab menggunakan sistem lisan (oral) dimana guru Mamak Kepala Waris terhadap Anak Kemenakan mentransfer ilmu secara langsung dan murid pada Masyarakat Pariaman Perantauan menurut menggunakan daya ingat untuk dapat menerima Hukum Adat Minangkabau Kota Jambi. Program pelajaran tersebut. Teknik yang digunakan adalah guru Pascasarjana. Universitas Diponegoro. Semarang. langsung mengajarkan dan murid mendengar dan Hajizar, dkk. (1993). Talempong Tradisional di melihat. Nagari Pitalah dan Bunga Tanjung. Fakultas Seni Kerawitan. Akademi Seni Karawitan Indonesia Dapat disimpulkan bahwa pewarisan kesenian Padang Panjang. Padang Panjang. talempong di nagari Bungo Tanjuang saat ini hanya Indrayuda. (2013). Tari sebagai Budaya dan terbatas pada sanggar yang dimiliki oleh Alm. Sawir Pengetahuan. Padang: UNP Press. Dt. Sampono Marajo (tokoh kesenian talempong di Koentjaraningrat. (1983). Pengantar Ilmu nagari Bungo Tanjuang) yang diteruskan oleh putra Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta. serta adik adiknya. Adapun secara formal disekolah Moleong, Lexy. P. (1989). Metode Penelitian yang ada di sekitar nagari bungo tanjuang mempelajari Kualitatif. Bandung: CV Kemaja Karya. lagu (gua) talempong yang diketahui secara umum di Murgiyanto, S. (1983). Koreografi Pengetahuan seluruh Minangkabau, seperti gua cak dindin atau gua Dasar Komposisi Tari. Jakarta: Departemen tari piriang khas nagari Bungo Tanjuang. Pendidikan dan Kebudayaan.

Disubmit 29 November 2019, direview 01 Desember 2019, dipublish 07 Desember 2019. 415

Gorga Jurnal Seni Rupa Volume 08 Nomor 02 Juli-Desember 2019 p-ISSN: 2301-5942 | e-ISSN: 2580-2380

Nurasih, N. (2014). Proses Pewarisan Dalang Topeng Cirebon. Makalangan, 1(01), ____ . Rohidi, T. R. (1994). Pendekatan Sistem Sosial Budaya dalam Pendidikan. Semarang: Semarang Press. Sastra, A. I., Fulzi, N., & Anton, S. (2017). Postcolonial Aesthetics: Talempong Kreasi and Talempong Goyang in . Jurnal Humaniora, 29(3), 245. Sepdwiko, D. (2016). Hadirnya Musik Gong Perunggu dalam Upacara Adat Kenduri Sko pada Masyarakat Kerinci Provinsi Jambi. Jurnal Sitakara, 1(1), ____ . Soeharto, M. (1978). Kamus Musik Indonesia. Jakarta: Gramedia. Sudarwan, Danim. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

Disubmit 29 November 2019, direview 01 Desember 2019, dipublish 07 Desember 2019. 416