JENIS - JENIS LUMUT HATI FAMILI DI HUTAN ALAM AEK NAULI PARAPAT KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA

SKRIPSI

IVANA GOKMAIDA NABABAN

130805068

PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA JENIS - JENIS LUMUT HATI FAMILI LEPIDOZIACEAE DI HUTAN ALAM AEK NAULI PARAPAT KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

IVANA GOKMAIDA NABABAN 130805068

PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PERNYATAAN ORISINALITAS

JENIS - JENIS LUMUT HATI FAMILI LEPIDOZIACEAE DI HUTAN ALAM AEK NAULI PARAPAT KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Januari 2018

Ivana Gokmaida Nababan 130805068

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Jenis - Jenis Lumut Hati Famili Lepidoziaceae Di Hutan Alam Aek Nauli Parapat Kabupaten Simalungun Sumatera Utara Kategori : Skripsi Nama : Ivana Gokmaida Nababan Nomor Induk Mahasiswa : 130805068 Program Studi : Sarjana S-1 Biologi Fakultas : MIPA - Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Januari 2018

Ketua Program Studi Pembimbing,

Dr. Saleha Hannum, S.Si., M.Si. Dr. Etti Sartina Siregar, M.Si. NIP. 197108312000122001 NIP. 197211211998022001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA JENIS - JENIS LUMUT HATI FAMILI LEPIDOZIACEAE DI HUTAN ALAM AEK NAULI PARAPAT KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Data dan informasi mengenai keanekaragaman Lepidoziaceae di Sumatera khususnya Sumatera Utara masih sedikit dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi dan mendeskripsi karakter morfologi atau adanya rekaman baru untuk Sumatera dari lumut hati famili Lepidoziaceae di Hutan Alam Aek Nauli Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 sampai bulan September 2017. Pengkoleksian dilakukan dengan menggunakan metode survei eksploratif yaitu dengan penjelajahan di sepanjang jalur di lokasi penelitian. Ditemukan 17 jenis lumut hati famili Lepidoziaceae yang termasuk ke dalam 2 marga yaitu: (15 jenis) dan (2 jenis) dan pada penelitian ini tidak ditemukan jenis rekaman baru dari famili Lepidoziaceae untuk Sumatera. Semua jenis lumut hati famili Lepidoziaceae yang ditemukan tumbuh sebagai epifit pada batang pohon dan sebagian pada kayu lapuk, kayu mati, batu dan tanah. Jenis yang paling banyak ditemukan di lokasi penelitian yaitu Bazzania tridens, sedangkan jenis yang paling sedikit ditemukan yaitu Bazzania japonica, Bazzania longicaulis, Bazzania paradoxa dan Bazzania spiralis.

Kata kunci : Hutan Alam Aek Nauli, Lepidoziaceae, Lumut Hati, Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA OF LIVERWORTS FROM LEPIDOZIACEAE FAMILY IN AEK NAULI PARAPAT NATURAL FORESTS, REGENCY OF SIMALUNGUN,NORTH SUMATERA

ABSTRACT

Data and information on diversity of Sumatran Lepidoziaceae, especially North Sumatera, are still limited. The aim of this study were to invent and describe the morphological characters or a new record for Sumatra of liverwort from Lepidoziaceae in Aek Nauli Parapat Natural Forests, regency of Simalungun, North Sumatera. The study was conducted in November 2016 until September 2017. Samples were collected by using explorative survey method that is by exploration along the hiking trails within study site. The results found 17 species of liverwort from Lepidoziaceae included in 2 genera: Bazzania (15 species) and Lepidozia (2 species) and in this study is not found a new record species for Sumatra from Lepidoziaceae. All species liverwort from Lepidoziaceae were found as epiphyte on the tree trunk, and some species on the decaying wood, dead wood, rocks and soil. The most species found in the study sites was Bazzania tridens while the least found species were Bazzania japonica, Bazzania longicaulis, Bazzania paradoxa and Bazzania spiralis.

Keywords: Lepidoziaceae, Liverworts, Natural Forest of Aek Nauli, North Sumatera

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENGHARGAAN

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, kasih, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Jenis-Jenis Lumut Hati Famili Lepidoziaceae di Hutan Alam Aek Nauli Parapat Kabupaten Simalungun Sumatera Utara”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua tercinta Ayahanda Anggiat Nababan dan Ibunda Renta Evi Siahaan serta adik Angel, Yesika, dan Joy Nababan atas segala doa, dukungan, perhatian serta kasih sayang yang telah diberikan. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada semua keluarga yang telah memberikan motivasi dan semangat bagi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada Ibu Dr. Etti Sartina Siregar, M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan ibu Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc selaku dosen pembimbing II, yang telah banyak memberikan dorongan, bimbingan, arahan, waktu serta perhatian terutama saat Penulis memulai penulisan hingga skripsi selesai. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. T. Alief Aththorick, M.Si selaku dosen penguji I dan Bapak Drs. Arlen H. J., M.Si selaku dosen penguji II yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis. Terimakasih kepada Ibu Dr. Saleha Hannum, M.Si selaku Ketua Program Studi Biologi FMIPA USU dan Bapak Riyanto Sinaga, S.Si., M.Si selaku Sekretaris Departemen Biologi FMIPA USU dan Dosen Penasehat Akademik. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada seluruh dosen yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis. Kepada seluruh staf pegawai atas segala bantuan yang diberikan. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada seluruh staf KHDTK Aek Nauli Parapat dan tim penelitian Aek Nauli yang telah membantu penulis selama penelitian di lokasi penelitian. Ucapan terimakasih kepada teman bidang Ekologi dan Taksonomi Tumbuhan Biologi USU, Kak Zia dan Kak Mesra, sahabat Liverworts (Fina, Tia, Khairani, Fitri, Maya), adik Bo’ole (Bagus, Muha, Rince, Aisyah, dan adik asuh (Yuli dan Fuji).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Terimakasih kepada seluruh teman-teman stambuk 2013 (13iosfer), adik-adik tercinta 2014, adek asuh 2015 dan 2016 yang ada dalam suka dan duka penulis selama masa perkuliahan. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Adetia Arjuna Girsang yang selalu setia menemani dan mendukung penulis selama perkuliahan dan penulisan skripsi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Januari 2018

Ivana Gokmaida Nababan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR ISI

Halaman PENGESAHAN SKRIPSI i ABSTRAK ii ABSTRACT iii PENGHARGAAN iv DAFTAR ISI vi DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Permasalahan 2 1.3 Tujuan Penelitian 3 1.4 Manfaat 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Lepidoziaceae 4 2.2 Ekologi Lumut Hati Lepidoziaceae 5 2.3 Manfaat Lumut 6

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 8 3.2 Deskripsi Area 8 3.3 Metode Penelitian 9 3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Di Lapangan 9 3.4.2 Di Laboratorium 10 a. Pembuatan Spesimen herbarium 10 b. Pengamatan Morfologi 10 c. Analisis Data 11

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis-Jenis Lumut Hati Famili Lepidoziaceae 12 4.2 Kunci Identifikasi Lumut Hati Famili Lepidoziaceae 15 4.3 Deskripsi Jenis Lumut Hati Famili Lepidoziaceae di 17 Hutan Alam Aek Nauli Parapat

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 34 5.2 Saran 34

DAFTAR PUSTAKA 35 LAMPIRAN 38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman Gambar 3.1 Bazzania denudata 10 4.1 Bazzania calcarata 15 4.2 Bazzania caudistipula 16 4.3 Bazzania densa 17 4.4 Bazzania erosa 18 4.5 Bazzania francana 19 4.6 Bazzania indica 20 4.7 Bazzania japonica 21 4.8 Bazzania longicaulis 22 4.9 Bazzania loricata 23 4.10 Bazzania paradoxa 24 4.11 Bazzania praerupta 25 4.12 Bazzania spiralis 26 4.13 Bazzania tridens 27 4.14 Bazzania vittata 28 4.15 Bazzania sp. 29 4.16 Lepidozia hasskarliana 30 4.17 Lepidozia trichodes 31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian 38 2. Data Faktor Fisik Kimia 39 3. Foto Pelaksanaan Penelitian 40 4. Hasil Identifikasi Spesimen 41 5. Daftar Istilah 43

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kawasan hutan Indonesia umumnya merupakan hutan hujan tropis yang terkenal dengan keanekaragaman flora yang tinggi termasuk di dalamnya lumut (Hasan dan Ariyanti, 2004). Menurut Chapman (2009), lumut (Bryophyte) terdiri dari sekitar 17.100 jenis yang tersebar di seluruh dunia. Lumut ditemukan terutama di area yang sedikit cahaya dan lembab, tumbuh pada pohon, batu, kayu lapuk dan di tanah. Lumut merupakan tumbuhan tidak berpembuluh yang tidak mempunyai akar, batang, dan daun sejati. Struktur yang menyerupai akar (rhizoid) yang dimiliki lumut berguna sebagai alat untuk melekat pada substrat (Jacome et al., 2002). Lumut secara sistematika dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu lumut tanduk (Anthocerotophyta), lumut hati (), dan lumut sejati (Bryophyta) (Glime, 2013). Struktur tubuh lumut hati ada 2 macam bentuk, yaitu memiliki daun dan memiliki talus. Kelompok yang memiliki daun disebut lumut hati berdaun, sedangkan kelompok dengan struktur talus disebut lumut hati bertalus. (Damayanti, 2006). Jenis-jenis lumut hati berdaun lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan jenis-jenis lumut hati bertalus. Lumut hati berdaun umumnya hidup sebagai epifit di batang dan cabang-cabang pohon, beberapa dapat tumbuh menempel pada daun-daun di hutan hujan dataran rendah salah satunya yaitu Lepidoziaceae (Hasan dan Aryanti, 2004). Lepidoziaceae umumnya tumbuh pada hutan tropis dengan substrat tanah, kayu lapuk, kulit pohon, dan batuan pinggiran sungai dengan kondisi yang lembab. Lepidoziaceae diperkirakan memiliki sekitar 440 jenis terdiri atas 29 genera (Frey and Stech, 2009). Genus Bazzania merupakan genus yang paling banyak dengan jumlah jenis sekitar 100 yang tersebar di seluruh dunia (Gradstein et al., 2001). Informasi keanekaragaman Lepidoziaceae Indonesia masih sedikit dilaporkan. Jenis-jenis Lepidoziaceae di Indonesia yang telah dilaporkan sebanyak 4 jenis di kawasan Gunung Ungaran (Sulistyowati et al., 2014), 1 jenis di Taman Hutan Raya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sesaot (Bawaihaty, 2014), 1 jenis di Kebun Raya Cibodas (Hasan dan Aryanti, 2004), 3 jenis di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (Hasan dan Aryanti, 2004), 131 jenis di Gunung Central Sulawesi (Gradstein and Culmsee, 2010), 14 jenis di Taman Naisonal Gunung Halimun Salak (Ariyanti and Sulistijorni, 2011), 1 jenis di Lau Kawar Kabupaten Karo (Pasaribu, 2013), 26 jenis di Gunung Sibayak (Siregar, 2015). Hingga saat ini khususnya di Kabupaten Simalungun jenis-jenis Lepidoziaceae belum pernah dilaporkan. Hutan Alam Aek Nauli Parapat, Kabupaten Simalungun merupakan salah satu kawasan hutan yang potensial untuk habitat dari keanekaragaman tumbuhan lumut. Hutan tersebut adalah hutan dataran tinggi di daerah Sumatera Utara yang memiliki ketinggian ±1200-1750 m dpl dengan kelembaban yang tinggi (Balai Konservasi Sumber Daya Alam 1 Sumatera Utara, 2003). Tumbuhan lumut di hutan ini tumbuh pada berbagai tempat disebabkan oleh keadaan hutan yang cukup lembab dan memiliki banyak aliran sungai. Berdasarkan survei awal pengamatan sebelum penelitian yang telah dilakukan di Hutan Alam Aek Nauli Parapat, Kabupaten Simalungun, didapatkan keadaan hutan tersebut sudah tidak alami lagi karena kondisi hutan sudah terganggu oleh kegiatan manusia. Rusaknya kondisi hutan dikhawatirkan banyak jenis lumut yang hilang sebelum diinventarisasi. Berdasarkan informasi ini, maka perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan data keanekaragaman jenis lumut hati famili Lepidoziaceae di Hutan Alam Aek Nauli Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

1.2 Permasalahan Permasalahan dalam penelitian ini adalah belum adanya data mengenai jenis- jenis lumut hati famili Lepidoziaceae yang terdapat di Hutan Alam Aek Nauli Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun Sumatera Utara.

1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi dan mendeskripsi karakter morfologi yang mungkin belum pernah diungkap oleh peneliti sebelumnya atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA adanya rekaman baru untuk Sumatra dari famili Lepidoziaceae di Hutan Alam Aek Nauli Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi berupa data tentang jenis-jenis lumut hati famili Lepidoziaceae di Hutan Alam Aek Nauli Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun Sumatera Utara, serta masukan bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian tentang tumbuhan lumut hati.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Morfologi Lepidoziaceae Lepidoziaceae memiliki karakteristik berukuran kecil hingga medium. Arachniopsis major, gonyotricha, Lepidozia wallichiana adalah jenis yang berukuran kecil, Acromastigum inaequilaterum dan Bazzania tridens adalah jenis yang berukuran kecil hingga medium dan Bazzania paradoxa adalah jenis yang berukuran medium (Piippo et al., 2002). Lepidoziaceae mempunyai ciri khusus dibandingkan famili lain yaitu memiliki percabangan dikotom sehingga lebih mudah dibedakan (Damayanti, 2006). Percabangan pada Lepidoziaceae berbeda-beda yaitu percabangan pinnate pada Lepidozia, Kurzia, dan Telaranea, percabangan dikotom pada Acromastigum dan Bazzania, dan irregular dengan stolon pada dasar di Hygrolembidium (Gradstein, 2011). Daun pada Lepidoziaceae berwarna hijau muda hingga coklat. Genus Bazzania merupakan lumut hati berdaun dengan 2 deret daun lateral tersusun incubous (bentuk susunan daun lateral pada batang; tepi daun yang lebih tua menutupi tepi basal daun yang lebih muda) pada batang, biasanya berlekuk dan jarang tidak berlekuk. Lepidoziaceae memiliki lobul dan daun ventral tetapi tidak memiliki lobulus. Underleaf (daun ventral) pada bagian ventral batang, dan rhizoid dari ujung underleaf yang terdiri atas 1 sel (uniseluler), berfungsi sebagai alat untuk melekatkan diri pada substrat (Damayanti, 2006; Gradstein, 2011). Daun lateral pada Lepidoziaceae ada yang berbentuk lanset pada Bazzania calcarata, bentuk oblong-bulat telur pada Bazzania densa, bentuk lanset pada Bazzania japonica dan Bazzania paradoxa, berbentuk oblong pada Bazzania spiralis. Daun lateral Lepidoziaceae memiliki badan minyak yang tersusun granular atau homogen. Pada Kurzia makioana tidak memiliki badan minyak (oil body) (Hong, 1988). Daun ventral ada yang berbentuk persegi, persegi-membulat, dan membulat. Daun ventral Bazzania tridens memiliki kemiripan dengan Bazzania vittata dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA bentuk, tepi, dan warna sel penyusunnya. Meskipun memiliki kemiripan pada warna sel penyusun daun ventral, pada Bazzania tridens 2 sampai 4 baris sel di bagian pangkal berkloroplas, sedangkan Bazzania vittata tersusun seluruhnya oleh sel hialin. Bazzania subtilis memiliki ukuran daun ventral terkecil (Sari, 2014). Sporofit diapit oleh 3 perianth. Kapsul memanjang, dan tidak memiliki gema (Gradstein, 2011). Organ reproduksi generatif muncul di bagian ujung batang atau cabang. Arkegonium biasanya dilindungi oleh struktur yang disebut perianth. Sporofit pada lumut ini memiliki umur yang pendek, hanya dapat bertahan beberapa hari, kapsul biasanya berwarna hitam kecoklatan, bahkan ada yang hanya beberapa jam oleh karena itu sangat sulit ditemukan. Reproduksi vegetatif bisa melalui fragmen tubuh gametofit, atau gemma yang dihasilkan di permukaan daun (Damayanti, 2006).

2.2. Ekologi Lumut Hati Lepidoziaceae Lepidoziaceae terdistribusi paling beragam di daerah beriklim sedang, Neotropik dan Paleotropik, diperkirakan sekitar 440 jenis di dunia (Frey, 2009). Bazzania merupakan marga terbesar dari famili Lepidoziaceae, diperkirakan sekitar 100 jenis di dunia dengan jumlah lebih besar di daerah tropis dan belahan bumi selatan (Deo and Singh, 2014). Marga ini dapat ditemukan di daerah dataran rendah hingga dataran tinggi, khususnya di daerah hutan lembab di Asia tropis (Kitagawa, 1980). Lepidozia ditemukan di beberapa daerah Asia tropis dan subtropis, Kepulauan Oceania, Amerika Tengah dan Selatan (Majumdar and Singh, 2015). Famili Lepidoziaceae biasanya ditemukan pada daerah pegununungan yang lembab karena famili tersebut tidak memiliki lobulus yang berfungsi sebagai kantung air untuk menyimpan air sehingga tidak tahan terhadap kondisi kekeringan (Gradstein and Pocs, 1989). Bazzania, Lepidozia, dan Kurzia merupakan anggota famili Lepidoziaceae yang hanya ditemukan pada zona pegunungan, tidak dijumpai pada hutan terbuka maupun di perkebunan. Kehadiran Lepidoziaceae mencerminkan komunitas hutan pegunungan yang membedakannya dari komunitas lumut dataran rendah. Menurut Gradstein and Pocs (1989) dalam Pollawatan (2008), daerah dataran rendah sampai hutan pegunungan bawah dan selanjutnya hutan pegunungan atas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA merupakan habitat dari banyak lumut, termasuk lumut hati famili Lepidoziaceae. Bazzania densa terdapat pada ketinggian 867-1600 m dpl memiliki persebaran di Filipina, Malaysia, Indonesia (Jawa dan Sumatera) dan Australia (Siregar, 2015). Menurut Choi (2010), Bazzania japonica terdapat pada ketinggian 1430-1480 m dpl memiliki persebaran di Korea, Jepang, China, dan Indonesia (Sumatera). Kurzia gonyotricha ditemukan dari ketinggian 2000- 2150 m dpl di Sabah (Mizutani, 1974). Menurut Gradstein et al. (2001), spesies anggota Lepidoziaceae pada umumnya tumbuh pada kulit pohon, kayu busuk, semak belukar, tanah dan batuan yang sangat lembab. Bazzania umumnya hidup sebagai epifit, namun beberapa jenis dapat ditemukan hidup pada substrat kayu lapuk atau tanah hutan (Meijer 1960). Bazzania tricrenata dan Bazzania fauriana diketahui hidup pada substrat batuan, sedangkan jenis lain seperti hidup pada substrat kulit pohon. Bazzania tridens hidup di substrat kayu lapuk dan biasanya tersusun dengan rapat atau menyebar dengan lumut lain, dan Bazzania bhutanica hidup teresterial pada tanah yang kaya humus pada hutan tropika (Horikawa, 1934; Meijer, 1960; Deo and Singh, 2014).

2.3. Manfaat Lumut Lumut memiliki beberapa manfaat, baik secara ekologi maupun secara ekonomi. Secara ekologi, lumut dapat digunakan sebagai indikator biologi untuk mengetahui degradasi lingkungan (Glime and Saxena, 1991, dalam Tan, 2003). Bryophyte juga dapat digunakan sebagai indikator pencemaran udara (Glime and Saxena, 1991). Govindapyari et al. (2010), melakukan studi dengan menggunakan lumut sebagai parameter Index of Atmospheric Purity (IAP). Lumut dipilih karena memiliki keanekaragaman bentuk habitat, struktur yang sederhana, kemampuan totipotensi, rapid rate of multiplication yang tinggi, dan kemampuan akumulasi logam berat yang tinggi. Gametofit dari lumut daun memiliki kemampuan akumulasi logam berat 5-10 kali lebih tinggi daripada jaringan tumbuhan berpembuluh. Tumbuhan lumut sering disebut sebagai tumbuhan perintis karena lumut dapat tumbuh dengan berbagai kondisi pertumbuhan ketika awal suksesi pada lahan yang rusak, atau daerah dengan hara yang miskin (Damayanti, 2006). Lumut juga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA berperan dalam mencegah erosi, memiliki daya serap yang tinggi, serta memperlambat aliran permukaan hujan dan menahan partikel-partikel tanah (Tjitrosomo, 1983). Secara ekonomi lumut digunakan sebagai bahan kemasan sayur dan bunga karena kemampuannya menyimpan air sehingga bahan yang disimpan tetap lembab dan segar. Fungsi lainnya yaitu sebagai bahan pembuatan popok bayi, contohnya Sphagnum yang memiliki tekstur yang lembut (Hallingback and Hodgetts, 2000). Keunikan dan keindahan lumut juga memberikan nilai lebih, terutama bagi penggemar seni, lumut memiliki potensi sebagai tanman hias karena bentuk dan keragaman jenisnya (Damayanti, 2006). Gradstein and Culmsee (2010), menambahkan lumut juga digunakan sebagai dekorasi dan tanaman akuarium. Lumut juga digunakan untuk pertamanan, merupakan media tanam untuk propagasi, khususnya untuk bunga anggrek dan Nepenthes. Hal lain yang telah dilakukan dengan lumut adalah penggunaan sebagai bahan obat-obatan. Berdasarkan hasil penelitian di Cina, lebih dari 40 jenis lumut telah digunakan oleh masyarakat Cina sebagai bahan obat-obatan terutama untuk mengobati gatal-gatal dan penyakit lain yang disebabkan oleh bakteri dan jamur (Ding, 1982, dalam Tan, 2003). Genus Bazzania adalah satu dari beberapa studi fitokimia pada lumut hati dan telah diketahui memproduksi bermacam-macam sesquiterpenoid dan komponen aromatik. Sesquiterpenoid yang telah dideteksi adalah aromadendrane, bicyclogermacrene, bazzanene, barbatene, calamenane, cuparane, chamigrene, drimane, pinguisane, myltay-lane, dan cyclomyltaylane. Lignan dan bisbibenzyl juga diisolasi dari Bazzania trilobata. Sesquiterpenoid memiliki aktivitas yang berguna seperti antimikroba dan antifungi (Scher et al., 2004).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada bulan November 2016 selama 3 hari dan pada bulan Maret 2017 selama 4 hari di Kawasan Hutan Alam Aek Nauli Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun. Tahapan selanjutnya adalah identifikasi pada bulan Maret 2017 sampai bulan September 2017 di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatra Utara, Medan.

3.2 Deskripsi Area 3.2.1 Letak dan Luas Hutan Alam Aek Nauli Parapat terletak di Desa Sibaganding, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun dengan luas area ± 1.750 ha. Hutan Alam Aek Nauli Parapat diapit oleh 2 (dua) kota, yaitu kota Parapat dan kota Pematang Siantar. Jarak Hutan Alam Aek Nauli Parapat ke kota Medan ± 163,5 km yang memerlukan waktu ± 4 jam perjalanan. Letak Kawasan Hutan Alam Aek Nauli secara geografis, berada di antara 20 41’ - 20 44’ LU dan 980 57’ - 980 58’ BT. Hutan Alam Aek Nauli memiliki banyak sungai yang deras dan memiliki air terjun. Secara administratif Hutan Aek Nauli Parapat terletak pada: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Danau Toba Parapat. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Lumban Julu. c. Sebelah Barat berbatasan dengan Danau Toba Parapat. d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Dolok Parmonangan.

3.2.2 Iklim - Curah Hujan Hutan Alam Aek Nauli Parapat memiliki intensitas curah hujan tahunan 2.525,22 mm (data Statistik BPK – PS tahun 1990-2000). Suhu udara rata-rata 19,8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 0C (rata-rata minimum 16,8 0C dan rata-rata suhu maksimum 23 0C), rata-rata kelembaban udara 62,7% (rata-rata kelembaban udara minimum dan maksimum adalah 49,6%) (Balai Konservasi Sumber Daya Alam 1 Sumatera Utara, 2003).

- Tipe Iklim Menurut klasifikasi iklim menurut Schmidt dan Fergusson, Hutan Alam Aek Nauli Parapat termasuk ke dalam iklim tipe A.

- Topografi Hutan Alam Aek Nauli Parapat memiliki topografi datar, bergelombang, berbukit dan berada pada kemiringan lereng datar sampai curam. Kawasan ini terletak pada ketinggian ± 1.200-1.750 m dpl dengan kemiringan antara 3-65 %.

- Vegetasi Berdasarkan pengamatan di sekitar areal Hutan Alam Aek Nauli Parapat, vegetasi yang umum ditemukan yaitu dari famili Annonaceae, Myrtaceae, Araceae, Euphorbiaceae, Dipterocarpaceae, Rubiaceae, Arecaceae, Lauraceae, Melastomataceae, Zingiberaceae dan Orchidaceae.

3.3 Metode Penelitian Pengkoleksian tumbuhan lumut dilakukan dengan menggunakan metode survei eksploratif yaitu dengan melakukan penjelajahan di sepanjang jalur penelitian serta di sepanjang jalur yang memungkinkan untuk dilakukan penjelajahan. Pengamatan yang meliputi topografi rata, bukit dan lembah serta jalur yang berbeda dari sebelumnya. Ada 4 jalur yang dilalui, yaitu jalur menuju air terjun, menuju puncak panorama, jalur arah balik panorama dan jalur pinggir sungai.

3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Di Lapangan Semua jenis Lepidoziaceae yang ditemukan dicatat karakter penting, meliputi substrat atau tempat tumbuh, serta warna. Semua spesimen yang diperoleh difoto, kemudian dikoleksi dengan menggunakan pisau atau alat pencongkel. Pengambilan spesimen lumut diusahakan selengkap mungkin. Pada jenis Lepidoziaceae yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA epifit dikoleksi dari ketinggian 0-2 m dari permukaan tanah. Semua spesimen yang diperoleh dimasukkan ke dalam amplop spesimen secara terpisah. Setiap amplop diberi nomor koleksi, nama kolektor, dan tanggal koleksi. Dilakukan pengukuran faktor fisik, meliputi pengukuran titik koordinat dengan menggunakan GPS (Global Positioning System), kelembaban udara dengan higrometer, intensitas cahaya dengan luxmeter, dan pH dan kelembaban tanah dengan soil tester.

3.4.2. Di Laboratorium a. Pembuatan Spesimen Herbarium Spesimen lumut yang diperoleh diganti kertas amplopnya, diawetkan dengan cara dikering-anginkan supaya tidak rusak (lembab dan berjamur). Spesimen yang sudah kering disimpan di Herbarium Medanense (MEDA), Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan. b. Pengamatan Morfologi Dilakukan pengamatan morfologi dengan cara mengambil potongan spesimen lumut secukupnya. Selanjutnya potongan tersebut direndam dalam air, pada bagian pangkalnya dijepit dengan pinset runcing, lalu diambil satu helai daunnya. Daun diletakkan diatas gelas preparat, ditutup dengan gelas penutup, dan diamati dibawah mikroskop. Ciri penting yang diamati antara lain adalah habit, lebar perawakan, daun lateral (bentuk, panjang dan lebar, tepi, ujung, pangkal, sel), daun ventral (bentuk, panjang dan lebar, tepi, ujung, pangkal), perhiasan (perianth) (Gambar 1). Spesimen diamati di bawah mikroskop di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatra Utara, Medan. Selanjutnya diidentifikasi dengan menggunakan buku acuan sebagai berikut: 1. Guide to the Liverworts and Hornworts of Java (Gradstein, 2011). 2. Notes on the Species of Bazzania (Hepaticae) Mainly of Java (Meijer, 1960). 3. Lepidoziaceae, Sub Family Lepidozioideae From Sabah (North Borneo) (Mizutani, 1974). 4. Unlocking Collections: New Records of Lepidoziaceae (Marchantiophyta) for the Islands of Fiji (Konrat et al., 2014)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5. Studies on Asian Species of Bazzania, Hepaticae, I (Kitagawa, 1977) 6. Studies on Bazzania 2. Seven poorly known species from Australia (Meagher, 2015)

Gambar 3.1 Bazzania denudata 1. habit (bagian ventral); 2-4. daun lateral; 5. sel daun; 6-7. daun ventral (a= 2 mm, b = 1 mm, c= 100 µm) (Bakalin, 2016). c. Analisis Data Data jenis-jenis Lepidoziaceae disajikan dalam bentuk kunci identifikasi dan deskripsi morfologi jenis yang dilengkapi dengan foto masing-masing jenis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jenis-Jenis Lumut Hati Famili Lepidoziaceae Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Hutan Alam Aek Nauli Parapat diperoleh sebanyak 17 jenis lumut hati famili Lepidoziaceae yang tergolong ke dalam 2 marga yaitu: Bazzania (15 jenis) dan Lepidozia (2 jenis) (Tabel 1). Pada penelitian ini tidak ditemukan jenis rekaman baru dari famili Lepidoziaceae untuk Sumatera.

Tabel 4.1 Jenis-Jenis Lumut Hati Famili Lepidoziaceae di Hutan Alam Aek Nauli Parapat

No Marga Jenis Jumlah Sampel Substrat 1 Bazzania B. calcarata 11 Akar pohon, batang pohon, kayu mati 2 B. caudistipula 9 Batang pohon, kayu mati, kayu lapuk 3 B. densa 7 Batang pohon, kayu lapuk 4 B. erosa 70 Akar pohon, batang pohon, kayu lapuk, kayu mati 5 B. francana 4 Batang pohon 6 B. indica 84 Akar pohon, batang pohon, batu, kayu lapuk, kayu mati, tanah 7 B. japonica 2 Batang pohon 8 B. longicaulis 2 Batang pohon 9 B. loricata 7 Akar pohon, batang pohon, kayu mati 10 B. paradoxa 2 Batang pohon 11 B. praerupta 4 Batang pohon 12 B. spiralis 2 Batang pohon

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 13 B. tridens 98 Akar pohon, batang pohon, batu, kayu lapuk, kayu mati, tanah 14 B. vittata 5 Batang pohon, batu, kayu lapuk 15 Bazzania sp. 4 Batang pohon 16 Lepidozia L. haskarliana 34 Batang pohon 17 L. trichodes 5 Tanah, batang pohon

Jumlah jenis yang diperoleh di lokasi penelitian tergolong rendah dibandingkan dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Siregar (2015), yang melaporkan 26 jenis Lepidoziaceae di Gunung Sibayak Sumatera Utara yang termasuk ke dalam 6 marga (Acromastigum, Bazzania, Kurzia, Lepidozia, Telaranea, dan Zoopsis). Perbedaan jenis yang ditemukan disebabkan karena perbedaan faktor iklim tiap lokasi penelitian. Menurut Gradstein et al. (2003), perbedaan hasil yang diperoleh kemungkinan disebabkan jenis-jenis yang tidak terkoleksi, lamanya waktu pengoleksian, luas daerah penjelajahan, serta jumlah ahli yang terlibat. Berdasarkan hasil pengukuran faktor fisik kimia di lokasi penelitian menunjukkan suhu udara berkisar 21,6-26,6 oC, kelembaban udara 58-83%, dan intensitas cahaya 3-44 lux (Lampiran 4). Uno et al. (2001) mengemukakan, pada suhu rata-rata 10-30 oC terdapat banyak jenis lumut yang tumbuh. Selain itu, kelembaban juga mendukung pertumbuhan lumut. Keberadaan tumbuhan lumut epifit yang berkembang baik selalu ditunjukkan dengan kelembaban udara yang tinggi (Gradstein and Pocs, 1989). Menurut Damayanti (2006), intensitas cahaya berpengaruh terhadap suhu dan kelembaban, yaitu semakin rendah intensitas cahaya yang sampai ke permukaan bumi, maka suhu akan semakin rendah dan kelembaban semakin tinggi. Selain faktor fisik kimia, pertumbuhan lumut juga didukung oleh substrat. Jenis-jenis Lepidoziaceae yang ada di Hutan Alam Aek Nauli Parapat ditemukan hidup di substrat akar, batang pohon, batu, kayu lapuk, kayu mati, dan tanah dengan pohon sebagai substrat utamanya. Hal itu sesuai dengan pendapat Meijer (1960) yang menyatakan bahwa Lepidoziaceae umumnya tumbuh epifit pada substrat pohon (akar dan batang). Richard (1984), menambahkan bahwa pohon merupakan habitat yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kompleks bagi lumut. Keberadaan lumut epifit pada batang sangat dipengaruhi faktor iklim yang ada di sekitarnya, terutama kelembaban udara. Demikian juga dengan intensitas cahaya yang sampai pada permukaan pohon ikut mempengaruhinya. Hutan Alam Aek Nauli Parapat memiliki kisaran ketinggian yaitu 1200-1750 m dpl yang tergolong hutan pegunungan bawah (Whitten et al., 2000). Kenaikan elevasi mempengaruhi kekayaan jenis lumut, seperti yang dilaporkan oleh Bawaihaty (2014) pada ketinggian 225-684 m dpl menemukan 1 jenis Lepidoziaceae. Pasaribu (2013) pada ketinggian 1300-1600 m dpl menemukan 1 jenis Lepidoziaceae, Ariyanti and Sulistijorni (2011) pada ketinggian 1000-1730 m dpl menemukan 14 jenis Lepidoziaceae, Siregar (2015) pada ketinggian 870-2050 m dpl menemukan 26 jenis Lepidoziaceae. Enroth (1990), juga melaporkan penurunan kekayaan jenis lumut yaitu pada ketinggian lebih dari 3000 m dpl sebanyak 2 jenis Lepidoziaceae. Famili Lepidoziaceae pada umunya ditemukan pada zona pegunungan bawah dan atas (1200-2500 m dpl), tidak dijumpai pada hutan terbuka maupun di perkebunan. Kehadiran Lepidoziaceae mencerminkan komunitas hutan pegunungan yang membedakannya dari komunitas lumut dataran rendah (0-1200 m dpl) (Whitten et al. 2000; Gradstein, 2011). Famili Lepidoziaceae di Hutan Alam Aek Nauli Parapat terdiri dari 2 marga yaitu Bazzania dan Lepidozia. Kedua marga ini merupakan marga terbesar pada Lepidoziaceae sehingga umum ditemukan. Lepidoziaceae yang ditemukan di Jawa terdiri dari 7 genus: Acromastigum (2 spp.), Bazzania (30 spp.), Hygrolembidium (1 sp.), Kurzia (1 sp.), Lepidozia (13 spp.), Telaranea (4 spp.), Zoopsis (1 sp.) (Gradstein, 2011). Hasil tersebut menunjukkan bahwa Bazzania dan Lepidozia merupakan marga terbesar dari Lepidoziaceae karena mempunyai jenis yang lebih banyak. Pada penelitian di Sulawesi Tengah (Ariyanti et al., 2008), juga hanya menemukan 2 marga Lepidoziaceae yaitu Bazzania dan Lepidozia. Marga Bazzania yang paling umum ditemukan dan paling melimpah di Hutan Alam Aek Nauli Parapat adalah Bazzania tridens sebanyak 98 sampel. Bazzania tridens memiliki persebaran yang luas di daerah tropis dan Asia Tenggara (Kitagawa, 1967). Jenis yang jarang ditemukan adalah Bazzania japonica, Bazzania longicaulis, Bazzania paradoxa, dan Bazzania spiralis dengan jumlah 2 sampel.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.2 Kunci Identifikasi Lumut Hati Famili Lepidoziaceae

1 a. Per Lepidozia 2 cabangan menyirip……………………... b. Per Bazzania 3 cabangan dikotom……………………… 2. a. Daun lateral persegi-oval, ujung daun 1 berlekuk dangkal sekitar /7 panjang daun………………………………………... 16 Lepidozia haskarliana b. Da un lateral persegi panjang, ujung daun 17 Lepidozia trichodes berlekuk dalam sekitar ¼ panjang daun…… 3 a. Da 9 Bazzania loricata un lateral membulat …………………..... b. Da un lateral oblong, jorong, lanset, atau bulat 4 telur…………………………………... 4. a. Da un lateral dengan vita. Sel daun ventral 14 Bazzania vittata hialin. Perawakan tumbuhan kecil…….…… b. Da 5 un lateral tanpa vita.…………………...... 5. a. Ujung daun lateral bergigi 2……………...... 15 Bazzania sp. b. Uju 6 ng daun lateral bergigi 3 ………………. 6. a. Pa ngkal daun lateral rata tanpa tambahan 7 kuping……………………………………… b. Pa 7 ngkal daun lateral memiliki tambahan 8 kuping……………………………………… 7. a. Te 9 pi daun lateral rata………………………. b. Tepi daun lateral bergerigi………………… 12 8. a. Dinding sel daun lateral tebal. Permukaan sel halus. Sel berbentuk persegi membulat. Daun tersusun rapat ……………...... 10 Bazzania paradoxa b. Din ding sel daun lateral tipis. Permukaan sel kasar. Sel berbentuk persegi panjang 1 Bazzania calcarata poligonal. Daun tersusun berjarak…………. 9. a. Da 10 un ventral membulat………………….....

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA b. Da 11 un ventral persegi……………………...... 10. a. Pa 11 Bazzania praerupta ngkal daun ventral berkuping..………… b. Pa ngkal daun ventral melekuk ke arah 12 Bazzania spiralis ventral.……………………………………... 11. a. Pa 2 Bazzania caudistipula ngkal daun ventral berapendiks.………… b. Pa 13 ngkal daun ventral rata………………….. 12. a. Da un ventral memiliki tepi (2-4 baris) sel 4 Bazzania erosa hialin……………………………………...... b. Da 14 un ventral tidak memiliki tepi hialin……. 13. a. Te 7 Bazzania japonica pi daun ventral bergigi kasar………...... b. Te 15 pi daun ventral beringgit………………... 14. a. Te 5 Bazzania francana pi daun ventral bergerigi ……………...... b. Te 6 Bazzania indica pi daun ventral beringgit ……………….. 15 a. Uju 3 Bazzania densa ng daun ventral membulat……………... b. Uju 16 ng daun ventral beringgit………………. 16 a. Da un ventral seluruhnya disusun oleh sel 13 Bazzania tridens hialin……………………………………...... b. Da un ventral tidak disusun oleh sel 8 Bazzania longicaulis hialin……………………………………......

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.3 Deskripsi Jenis Lumut Hati Famili Lepidoziaceae di Hutan Alam Aek Nauli Parapat

1) Bazzania calcarata (Sande Lac.) Schiffn. Tumbuhan berwarna hijau muda sampai hijau kekuningan pada spesimen; lebar 2.1- 2.8 mm. Daun lateral tersusun berjarak, berbentuk lanset, panjang 1.2-1.6 mm dan lebar 0.4-0.6 mm; pangkal rata dan memiliki kuping distal, perlekatan daun pada batang melengkung; tepi rata, ujung bergigi 3, runcing dan panjang; bentuk sel persegi panjang-poligonal, dinding sel tipis, permukaan sel kasar, trigon besar. Daun ventral tersusun berjarak, berbentuk persegi, panjang 0.6 mm dan lebar 0.4 mm; pangkal berapendiks, perlekatan daun pada batang rata; tepi bergigi kasar, ujung bergigi kasar. Spesimen yang diperiksa : Nababan 31, 99, 189, 191, 261, 266, 269, 301, 303, 355, 432 Persebaran geografi : Malaysia, Filipina, Indonesia (Sumatera, Jawa, Kalimatan), Papua Nugini Ekologi : Tumbuh pada ketinggian 1199-1400 m dpl, suhu 22- 26 oC dan kelembaban 58-83 %.

Gambar 4.1 Bazzania calcarata a. Habit b. Daun lateral c. Ujung daun lateral d. Pangkal daun lateral e. Daun ventral f. Sel daun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2) Bazzania caudistipula (Steph.) Inoue & H. A. Miller Tumbuhan berwarna hijau kekuningan sampai hijau kehitaman pada spesimen; lebar 3-4.1 mm. Daun lateral tersusun rapat, berbentuk jorong, panjang 1.7-2.3 mm dan lebar 1.2-1.5 mm; pangkal rata dan berlekuk di salah satu ujungnya, perlekatan daun pada batang melengkung; tepi rata, ujung bergigi 3, runcing dan pendek; bentuk sel persegi poligonal, dinding sel tebal, permukaan sel halus, trigon besar. Daun ventral tersusun rapat, berbentuk persegi, panjang 0.8-1.3 mm dan lebar 0.5-1.2 mm; pangkal berapendiks, perlekatan daun pada batang rata; tepi bergerigi kasar, ujung bergigi pendek. Spesimen yang diperiksa : Nababan 16, 30, 44, 169, 235, 299, 333, 335, 338 Persebaran geografi : Filipina, Indonesia (Sumatera, Jawa, Kalimantan), Papua Nugini, Australia, Fiji Ekologi : Tumbuh pada ketinggian 1240-1400 m dpl, suhu 22- 27 oC dan kelembaban 58-83 %.

Gambar 4.2. Bazzania caudistipula a. Habit b. Daun lateral c. Daun ventral d. Sel daun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3) Bazzania densa (Sande Lac.) Schiffn. Tumbuhan berwarna hijau muda pada spesimen; lebar 1.9-2.85 mm. Daun lateral tersusun rapat, berbentuk oblong-bulat telur, panjang 0.7-1.4 mm dan lebar 0.4-0.8 mm; pangkal rata, perlekatan daun pada batang rata; tepi rata, ujung bergigi 3, runcing dan pendek; bentuk sel membulat, dinding sel tebal, permukaan sel halus, trigon besar. Daun ventral tersusun berjarak, berbentuk bulat-persegi, panjang 0.4- 0.5 mm dan lebar 0.3-0.5 mm; pangkal rata, perlekatan daun pada batang rata; tepi beringgit, ujung membulat. Spesimen yang diperiksa : Nababan 29, 56, 226, 315, 369, 437, 439 Persebaran geografi : Malaysia, Filipina, Indonesia (Sumatera, Jawa), Australia Ekologi : Tumbuh pada ketinggian 1209-1400 m dpl, suhu 22- 26 oC dan kelembaban 58-83 %.

Gambar 4.3 Bazzania densa a. Habit b. Daun lateral c. Ujung daun lateral d. Pangkal daun lateral e. Daun ventral f. Sel daun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4) Bazzania erosa (Reinw.et al.) Trevis. Tumbuhan berwarna hijau muda sampai hijau kekuningan pada spesimen; lebar 2.8- 3.4 mm. Daun lateral tersusun sangat rapat, berbentuk bulat telur, panjang 0.6-1.9 mm dan lebar 0.4-1.2 mm; pangkal rata, perlekatan daun pada batang rata; tepi bergerigi, ujung bergigi 3 dengan ujung bergerigi; bentuk sel persegi poligonal, dinding sel tebal, permukaan sel halus, trigon besar. Daun ventral tersusun sangat rapat, berbentuk bulat-persegi, panjang 0.2-0.5 mm dan lebar 0.3-0.6 mm; pangkal rata, perlekatan daun pada batang melengkung; tepi rata, dikelilingi oleh 2-4 baris sel hialin (Gambar 4 e), ujung beringgit. Spesimen yang diperiksa : Nababan 09, 17-21, 30, 37, 41, 46, 51-64, 75-80, 84- 97, 103, 108, 119-122, 124, 134, 143-147, 160-166, 172, 181-185, 195, 221, 232, 250-259, 270, 334, 336, 380, 391, 397, 413, 415, 427, 440, 447 Persebaran geografi : Filipina, Thailand, Malaysia, Sabah, Indonesia (Sumatera, Jawa, Sulawesi, Halmahera), Papua Nugini, Australia, Fiji Ekologi : Tumbuh pada ketinggian 1213-1400 m dpl, suhu 22- 27 oC dan kelembaban 58-84 %.

Gambar 4.4 Bazzania erosa a. Habit b. Daun lateral c. Ujung daun lateral d. Pangkal daun lateral e. Daun ventral dengan sel hialin f. Sel daun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5) Bazzania francana (Steph.) N. Kitag. Tumbuhan berwarna hijau muda sampai hijau kekuningan pada spesimen; lebar 3-3.9 mm. Daun lateral tersusun sangat rapat, berbentuk bulat telur, panjang 1.5-1.8 mm dan lebar 0.7-1 mm; pangkal rata, perlekatan daun pada batang rata; tepi bergerigi, ujung bergigi 3 dengan ujung bergerigi; bentuk sel persegi panjang poligonal, dinding sel tebal, permukaan sel halus, trigon besar. Daun ventral tersusun sangat rapat, berbentuk bulat-persegi, panjang 0.8-0.9 mm dan lebar 0.6-0.8 mm; pangkal rata, perlekatan daun pada batang rata; tepi bergerigi, ujung rata. Spesimen yang diperiksa : Nababan 426, 442, 444, 459 Persebaran geografi : Filipina, Indonesia (Sumatera, Jawa, Kalimantan), Australia, Kaledonia Baru Ekologi : Tumbuh pada ketinggian 1221-1303 m dpl, suhu 22- 25 oC dan kelembaban 65-81 %.

Gambar 4.5 Bazzania francana a. Habit b. Daun lateral c. Ujung daun lateral d. Pangkal daun lateral e. Daun ventral f. Sel daun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 6) Bazzania indica (Gottsche & Lindenb.) Trevis. Tumbuhan berwarna hijau muda sampai hijau kekuningan pada spesimen; lebar 2.1- 2.9 mm. Daun lateral tersusun sangat rapat, berbentuk bulat telur, panjang 0.7-1.5 mm dan lebar 0.5-0.9 mm; pangkal rata, perlekatan daun pada batang rata; tepi bergerigi, ujung bergigi 3 dengan ujung bergerigi; bentuk sel persegi panjang poligonal, dinding sel tebal, permukaan sel halus, trigon besar. Daun ventral tersusun rapat, berbentuk bulat-persegi, panjang 0.2-0.4 mm dan lebar 0.3-0.6 mm; pangkal rata, perlekatan daun pada batang rata; tepi beringgit, ujung beringgit. Spesimen yang diperiksa : Nababan 19, 23-26, 70, 74, 107, 111, 112, 125, 131- 149, 153, 156-165, 168, 170, 171, 173, 176-178, 183, 187, 192, 193, 196-198, 200, 201, 205, 206, 208-213, 217, 237, 243, 260, 287, 293, 311, 323-329, 331, 332, 337, 339, 346, 360, 362, 363, 370, 378, 389, 398, 402- 406, 430, 449, 454, 462 Persebaran geografi : Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia (Sumatera, Jawa) Ekologi : Tumbuh pada ketinggian 1199-1400 m dpl, suhu 22- 27 oC dan kelembaban 58-84 %.

Gambar 4.6 Bazzania indica a. Habit b. Daun lateral c. Ujung daun lateral d. Pangkal daun lateral e. Daun ventral f. Sel daun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 7) Bazzania japonica (Sande Lac.) Lindb. Tumbuhan berwarna hijau muda sampai hijau kekuningan pada spesimen; lebar 3.1- 3.5 mm. Daun lateral tersusun rapat, berbentuk oblong, panjang 1.4-1.7 mm dan lebar 0.3-0.7 mm; pangkal rata, perlekatan daun pada batang rata; tepi rata, ujung bergigi 3, runcing dan pendek; sel berbentuk bulat-persegi, dinding sel tipis, permukaan sel halus, trigon besar. Daun ventral tersusun rapat, berbentuk persegi, panjang 0.3-0.5 mm dan lebar 0.2-0.4 mm; pangkal rata, perlekatan daun pada batang rata; tepi bergigi kasar, ujung bergigi kasar. Spesimen yang diperiksa : Nababan 180, 322 Persebaran geografi : Jepang, Korea, Taiwan, Hongkong, Thailand, Vietnam, Indonesia (Sumatera, Jawa) Ekologi : Tumbuh pada ketinggian 1247-1400 m dpl, suhu 22- 23 oC dan kelembaban 75-83 %.

Gambar 4.7 Bazzania japonica a. Habit b. Daun lateral c. Ujung daun lateral d. Pangkal daun lateral e. Daun ventral f. Sel daun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 8) Bazzania longicaulis (Lac.) Schiffn. Tumbuhan berwarna hijau muda pada spesimen; lebar 3.8-4.5 mm. Daun lateral tersusun rapat, berbentuk oblong, panjang 1.8-2.5 mm dan lebar 1-1.2 mm; pangkal rata, perlekatan daun pada batang rata; tepi rata, ujung bergigi 3, runcing; bentuk sel persegi panjang, dinding sel tebal, permukaan sel halus, trigon kecil. Daun ventral tersusun berjarak, berbentuk persegi-membulat, panjang 0.5-0.8 mm dan lebar 0.4- 0.8 mm; pangkal rata, perlekatan daun pada batang melengkung; tepi beringgit, ujung beringgit. Spesimen yang diperiksa : Nababan 10, 11 Persebaran geografi : Filipina, Sabah, Indonesia (Sumatera, Jawa, Kalimantan) Ekologi : Tumbuh pada ketinggian 1213 m dpl, suhu 24 oC dan kelembaban 71 %.

Gambar 4.8 Bazzania longicaulis a. Habit b. Daun lateral c. Ujung daun lateral d. Pangkal daun lateral e. Daun ventral f. Sel daun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 9) Bazzania loricata (Reinw., Blume & Nees) Trevis. Tumbuhan berwarna berwarna hijau kecoklatan pada spesimen; lebar 2.8-3.1 mm. Daun lateral tersusun sangat rapat, berbentuk bulat-persegi, panjang 0.8-1.3 mm dan lebar 0.6-1.5 mm; pangkal rata dengan berlekuk di salah satu ujungnya, perlekatan daun pada batang melengkung; tepi rata, ujung rata; bentuk sel persegi panjang poligonal, dinding sel tebal, permukaan sel halus, trigon besar. Daun ventral tersusun sangat rapat, berbentuk membulat, panjang 0.6-1.0 mm dan lebar 0.8-1.2 mm; pangkal berkuping, perlekatan daun pada batang melengkung; tepi rata, ujung beringgit. Spesimen yang diperiksa : Nababan 62, 211, 274, 340, 401, 457, 463 Persebaran geografi : Hawaii, Thailand, Malaysia, Filipina, Indonesia (Sumatera, Jawa), Australia Ekologi : Tumbuh pada ketinggian 1221-1303 m dpl, suhu 22- 26 oC dan kelembaban 58-81 %.

Gambar 4.9 Bazzania loricata a. Habit b. Daun lateral c. Daun ventral d. Sel daun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 10) Bazzania paradoxa (Sande Lac.) Steph. Tumbuhan berwarna hijau kekuningan pada spesimen; lebar 3.5-4.1 mm. Daun lateral tersusun rapat, berbentuk lanset, panjang 1.5-2.1 mm dan lebar 0.8-1.2 mm; pangkal rata dengan salah satu ujung memiliki kuping, perlekatan daun pada batang melengkung; tepi rata, ujung bergigi 3, runcing dan panjang; bentuk sel persegi panjang membulat, dinding sel tebal, permukaan sel halus, trigon besar. Daun ventral tersusun berjarak, berbentuk persegi, panjang 0.5-1.1 mm dan lebar 0.6-0.9 mm; pangkal rata dan melebar seperti kuping, perlekatan daun pada batang melengkung; tepi bergigi panjang, ujung bergigi panjang. Spesimen yang diperiksa : Nababan 214, 357 Persebaran geografi : Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia (Sumatera, Jawa, Kalimantan), Fiji, Tonga, Samoa Ekologi : Tumbuh pada ketinggian 1199-1247 m dpl, suhu 23 oC dan kelembaban 75 %.

Gambar 4.10 Bazzania paradoxa a. Habit b. Daun lateral c. Ujung daun lateral d. Pangkal daun lateral e. Daun ventral f. Sel daun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 11) Bazzania praerupta (Reinw. et al.) Trevis. Tumbuhan berwarna hijau muda sampai hijau kekuningan pada spesimen; lebar 0.8- 2.6 mm. Daun lateral tersusun rapat, berbentuk bulat telur, panjang 0.9-1.7 mm dan lebar 0.5-1.1 mm; pangkal rata, perlekatan daun pada batang rata; tepi rata, ujung bergigi 3, meruncing dan pendek; bentuk sel persegi-oval, dinding sel tebal, permukaan sel halus, trigon besar. Daun ventral tersusun berjarak, berbentuk membulat, panjang 0.2-0.4 mm dan lebar 0.4-0.7 mm; pangkal berkuping, perlekatan daun pada batang melengkung; tepi bergigi kasar, ujung bergigi kasar. Spesimen yang diperiksa : Nababan 29, 45, 83, 126 Persebaran geografi : Hawaii, Nepal, India, Assam, Burma, Jepang, Taiwan, Thailand, Vietnam, Filipina, Indonesia (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi) Ekologi : Tumbuh pada ketinggian 1234-1242 m dpl, suhu 26- 27 oC dan kelembaban 58-61 %.

Gambar 4.11 Bazzania praerupta a. Habit b. Daun lateral c. Ujung daun lateral d. Pangkal daun lateral e. Daun ventral f. Sel daun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 12) Bazzania spiralis (Gottsche & Lindenb.) Trevis. Tumbuhan berwarna hijau muda pada spesimen; lebar 2.6-3.8 mm. Daun lateral tersusun sangat rapat, berbentuk oblong, panjang 1.4-1.9 mm dan lebar 0.4-0.6 mm; pangkal rata, perlekatan daun pada batang rata; tepi rata, ujung bergigi 3 dengan ujung bergerigi; bentuk sel persegi poligonal, dinding sel tebal, permukaan sel halus, trigon kecil. Daun ventral tersusun berjarak, berbentuk membulat, panjang 0.2-0.3 mm dan lenbar 0.3-0.4 mm; pangkal melekuk ke arah ventral, perlekatan daun pada batang melengkung; tepi rata, ujung beringgit. Spesimen yang diperiksa : Nababan 73, 127 Persebaran geografi : Thailand, Malaysia, Indonesia (Sumatera, Jawa, Kalimantan) Ekologi : Tumbuh pada ketinggian 1234-1242 m dpl, suhu 26 oC dan kelembaban 58 %.

Gambar 4.12 Bazzania spiralis a. Habit b. Daun lateral c. Ujung daun lateral d. Pangkal daun lateral e. Daun ventral f. Sel daun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 13) Bazzania tridens (Reinw. et al.) Trevis. Tumbuhan berwarna hijau muda sampai hijau tua pada spesimen; lebar 2.3-3.1 mm. Daun lateral tersusun sangat rapat, berbentuk oblong-bulat telur, panjang 0.9-1.6 mm dan lebar 0.3-0.7 mm; pangkal rata, perlekatan daun pada batang rata; tepi rata, ujung bergigi 3, runcing dan pendek; sel berbentuk persegi panjang-oval, dinding sel tipis, permukaan sel halus, trigon kecil. Daun ventral tersusun rapat, berbentuk persegi, disusun seluruhnya oleh sel hialin, panjang 0,2-0.6 mm dan lebar 0.2-0.5 mm; pangkal rata, perlekatan daun pada batang rata; tepi beringgit, ujung beringgit. Spesimen yang diperiksa : Nababan 05, 20, 22, 38-43, 47, 55, 60, 61, 67- 72, 79, 87, 98, 101, 109, 117, 118, 123, 135, 152, 155, 159, 164, 167, 174, 175, 182, 186, 199, 202, 203, 207, 213, 215, 218, 222, 227, 239, 263-271, 276-285, 321, 348, 350, 358, 359, 364-368, 372, 373, 377-388, 393-404, 418, 422-426, 429, 433-441 Persebaran geografi : India, Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, Indonesia (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi) Ekologi : Tumbuh pada ketinggian 1199-1400 m dpl, suhu 22- 27 oC dan kelembaban 58-84 %.

Gambar 4.13 Bazzania tridens a. Habit b. Daun lateral c. Daun ventral d. Sel daun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 14) Bazzania vittata (Lindenb. & Gottsche) Trevis. Tumbuhan berwarna hijau muda pada spesimen; lebar 1.2-2.6 mm. Daun lateral tersusun berjarak, berbentuk oblong-bulat telur, panjang 0.5-1.2 mm dan lebar 0.2- 0.3 mm; pangkal rata, perlekatan daun pada batang rata; tepi rata, ujung bergigi 3, tumpul; bentuk sel persegi-oval, memiliki vita (4-6 baris) (Gambar 15c), dinding sel tipis di tengah daun dan tebal di tepi daun, permukaan sel kasar, trigon besar. Daun ventral tersusun rapat, berbentuk persegi, hialin, panjang 0.2 mm dan lebar 0.2 mm; pangkal rata, perlekatan daun pada batang rata; tepi rata, ujung rata. Spesimen yang diperiksa : Nababan 66, 279, 361, 386, 419 Persebaran geografi : Taiwan, Thailand, Malaysia, Indonesia (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Ambon), Papua Nugini, Fiji Ekologi : Tumbuh pada ketinggian 1221-1293 m dpl, suhu 22- 26 oC dan kelembaban 58-81 %.

Gambar 4.14 Bazzania vittata a. Habit b. Daun lateral c. Sel vita d. Daun ventral e. Sel daun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 15) Bazzania sp. Tumbuhan berwarna hijau muda sampai hijau kekuningan pada spesimen; lebar 2-2.8 mm. Daun lateral tersusun berjarak, berbentuk lanset, panjang 0.8-1.4 mm dan lebar 0.2-0.3 mm; pangkal rata, perlekatan daun pada batang rata; tepi rata, ujung bergigi 2, runcing dan pendek; bentuk sel persegi poligonal, dinding sel tipis, permukaan sel halus, trigon kecil. Daun ventral tersusun berjarak, berbentuk persegi, panjang 0.2- 0.4 mm dan lebar 0.2-0.3 mm; pangkal rata, perlekatan daun pada batang rata; tepi bergigi kasar, ujung bergigi kasar. Spesimen yang diperiksa : Nababan 66, 279, 361, 386, 419 Ekologi : Tumbuh pada ketinggian 1234-1283 m dpl, suhu 23- 26 oC dan kelembaban 58-75 %.

Gambar 4.15 Bazzania sp. a. Habit b. Daun lateral c. Ujung daun lateral d. Daun ventral e. Sel daun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 16) Lepidozia haskarliana (Gottsche, Lindenb. & Nees) Steph. Tumbuhan berwarna hijau muda sampai hijau kekuningan pada spesimen; lebar 0,1- 0,3 mm. Daun lateral tersusun berjarak, berbentuk persegi-oval, panjang 0,05-0,12 mm dan lebar 0,03-0,07 mm; pangkal rata, perlekatan daun pada batang melengkung; 1 tepi rata, ujung berlekuk dangkal sekitar /7 panjang daun; bentuk sel persegi panjang, dinding sel tebal, permukaan sel halus, trigon kecil. Daun ventral tersusun berjarak, berbentuk persegi, panjang 0,01-0,02 mm dan lebar 0,01-0,02 mm; pangkal rata, perlekatan daun pada batang melengkung; tepi rata, ujung bergigi 4, panjang dan tumpul. Spesimen yang diperiksa : Nababan 13, 14, 50, 63, 223, 229, 240, 244-247, 258, 272, 288-291, 297, 302, 307, 317, 330, 344, 408, 410- 412, 416, 421, 428, 444, 448, 452, 461, 464 Persebaran geografi : Thailand, Malaysia, Filipina, Indonesia (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua), Papua Nugini Ekologi : Tumbuh pada ketinggian 1213-1400 m dpl, suhu 22- 27 oC dan kelembaban 58-83 %.

Gambar 4.16 Lepidozia haskarliana a. Habit b. Daun lateral c. Ujung daun lateral d. Sel daun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 17) Lepidozia trichodes (Reinw. ex Blume & Nees). Tumbuhan berwarna hijau muda sampai hijau kekuningan pada spesimen; lebar 0.9- 1.2 mm. Daun lateral tersusun rapat, berbentuk persegi panjang, panjang 0,4-0,6 mm dan lebar 0,1-0,2 mm; pangkal rata, perlekatan daun pada batang rata; tepi rata, ujung berlekuk dalam sekitar ¼ panjang daun; bentuk sel persegi poligonal, dinding sel tebal, permukaan sel halus, trigon besar. Daun ventral tersusun rapat, berbentuk persegi-membulat, panjang 0.3-0.4 mm dan lebar 0,3-0,4 mm; pangkal rata, perlekatan daun pada batang rata; tepi rata, ujung bergigi 4, panjang dan runcing. Spesimen yang diperiksa : Nababan 209, 234, 312, 409, 414 Persebaran geografi : India, Jepang, Malaysia, Filipina, Indonesia (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Ambon), Papua Nugini Ekologi : Tumbuh pada ketinggian 1221-1400 m dpl, suhu 22- 23 oC dan kelembaban 72-83 %.

Gambar 4.17 Lepidozia trichodes a. Habit b. Daun lateral c. Ujung daun lateral d. Sel daun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Hutan Alam Aek Nauli Parapat dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Jenis-jenis lumut hati famili Lepidoziaceae yang ditemukan berjumlah 17 jenis yang termasuk ke dalam 2 marga yaitu: Bazzania (15 jenis) dan Lepidozia (2 jenis). b. Jenis-jenis yang umum ditemukan di lokasi yaitu Bazzania tridens. Jenis-jenis yang paling sedikit ditemukan yaitu Bazzania japonica, Bazzania longicaulis, Bazzania paradoxa, dan Bazzania spiralis. c. Hasil penelitian tidak menemukan adanya rekaman baru untuk Sumatera dari famili Lepidoziaceae di Hutan Alam Aek Nauli Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

5.2 Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis-jenis lumut hati dari famili ini di lokasi yang berbeda.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti NS, Merijin MB, Kuswata K, Sri ST, Gunahardja E, Graidstein SR, 2008. Bryophytes on Tree Trunks in Natural Forest, Selectively Logged Forest and Cacao Agroforests in Central Sulawesi, Indonesia. Biol Conserve. Ariyanti NS, Sulistijorini, 2011. Contrasting Arboreal and Terestrial Bryophytes Communities of the Mount Halimun Salak National Park, West Java. Biotropia. 2: 81-93. Bakalin V, 2016. A Revision of Lepidoziacea (Hepaticae) in the Russian Far East I. Bazzania. Bonatica Pacifica. 5 (1): 33-52. Balai Konservasi Sumber Daya Alam I SUMUT, 2003. Informasi Kawasan Konservasi di SUMUT. BKSDA I SUMUT. Medan. Bawaihaty N, 2014. Keanekaragaman Jenis Lumut di Taman Hutan Raya Sesaot Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Chapman A, 2009. Numbers of Living Species in Australia and The World. Second Edition. Australian Biodiversity Information Services. Australia. Choi SS, Bakalin VA, Sun NY, 2010. Unrecorded Liverwort Species from Mt. Deogyu, Korea. Korean J. Pl. Taxon. 40 (4): 218-225. Damayanti L, 2006. Koleksi Bryophyta Taman Lumut Kebun Raya Cibodas. UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Sindanglaya. Cianjur. Deo S, Singh DK, 2014. Bazzania bhutanica (Lepidoziaceae, Marchantiophyta)- A Critically Endangered Liverwort Recorded in Indian Bryoflora. Enroth J, 1990. Altitudinal Zonation of Bryophytes on the Huon Peninsula, Papua New Guinea. A Floristic Approach. Tropical Bryology. 2: 61-90. Frey W, Stech M, 2009. Marchantiophyta, Bryophyta, Anthocerotophyta. Syllabus of Families Part 3. Gebrüder. Borntraeger. Berlin. Glime JM, 2013. Ebook Bryophyte Ecology Volume 1 Physiological Ekology. Michigan. Michigan Technological University Glime JM, Saxena D, 1991.Uses of Bryophytes Today and Tomorrow’s. New Delhi. Printers and Publishers. Govindapyari H, Leleeka M, Nivedita M, Uniyal PL, 2010. Bryophytes. Indicators And Monitoring Agents Of Pollution. NeBIO. 1(1): 34-41. Gradstein SR, 2011. Guide to the Liverworts and Hornworts of Java. SEAMEO- BIOTROP. Bogor. Gradstein SR, Churchill SP, Salazar-Allen N, 2001. Guide to the Bryophytes of Tropical America. New York: The New York Botanical Garden Comp. Gradstein SR, Culmsee H, 2010. Bryophytes Diversity on Tree Trunks in Montane Forests of Central Sulawesi. Trop Bryol. Gradstein SR, Nadkarni NM, Kromer T, Holz I, Noske N, 2003. A Protocol and Representative Sampling of Vascular and Non-Vascular Epiphyte Diversity of Tropical Rain Forests. Selbyana. 24(1): 105-111. Gradstein SR, Pócs T, 1989. Tropical Rainforest Ecosystem. Elsevier Science. Amsterdam.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Hallingback T, Hodgetts N, 2000. Mosses, Liverworts, and Hornworts. Status Survey and Conservation Action Plan for Bryophytes. IUCN/SSC Bryophyte Specialist Group. Cambridge. Information Press. Hasan M, Ariyanti NS, 2004. Mengenal Bryophyta (Lumut) Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Volume 1. Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Cibodas. Hong WS, 1988. The Family Lepiodziaceae in North America West of the Hundredth Meridian. Bryologist. 96:592-597 Horikawa Y, 1934. Monographia Hepaticarum Australi-Japonicarum. Journal Science Hiroshima. 2 (02): 101-325. Jacome J, Gradstein SR, Heinrichs J, Keppelle M, 2002. Responses of Epiphytic Bryophyte Communities to Simulated Climate Change in the Tropics. Dalam: Tuba, Z., N.G. Slack & L.R. Stark. (eds.). 2011. Bryophyte Ecology and Climate Change. Cambrige University Press. Cambrige. Kimball JW, 1999. Biologi. Jilid 2. Erlangga. Jakarta. Kitagawa N, 1980. New Guinean Species of Bazzania, I. Journal Hattori Botanical Laboratory. 47: 127-143. Konrat M, Engel J, Katafono M, Soderstrom L, Cooper E, DeLavoi C, Hagborg A, Renner MAM, Briscoe L, Pocs T, Braggins J, Tuiwawa S, Naikatini A, Tuiwawa M, 2014. Unlocking Collections: New Records of Lepidoziaceae (Marchantiophyta) For the Islands of Fiji. Journal of Systematics. 17: 403-413. Majumdar S, Singh DK, 2015. A Note on Genus Neolepidozia (Lepidozioideae, Lepidoziaceae, Marchantiophyta) in India. Nelumbo. 57: 105-110. Meagher D, 2015. Studies on Bazzania 2. Seven Poorly Know Species From Australia. Nova Hedwigia. 88: 395-411. Meijer W, 1960. Notes of the Species of Bazzania (Hepaticae) Mainly in Java. Blumea. 10: 323-661. Mizutani M, 1974. Lepidoziaceae, Subfamily Lepidozioideae from Sabah (North Borneo). Journal Hattori Botanical Laboratory. 38: 371-385. Pasaribu N, 2013. Studi Pendahuluan Lumut Di Lau Kawar, Kabupaten Karo. ISBN 978-602-98559-1-3. Prosiding Semirata FMIPA; Lampung, 10-12 Mei 2013. Universitas Lampung. Piippo S, He X, Juslen A, Tan B, Murphy D, Pocs T, 2002. Hepatic and Hornwort Flora of Singapore. Annals Botanici Fennici. 39 (01): 101-127. Pollawatan R, 2008. Systematic treatment Sematophyllaceae (Musci) in Thailand. Disertation. Erlangung des Doktorgrades. Mathematisch- Naturwissenschaftlichen Fakultät. Universität Bonn.German. Richard PW, 1984. The Ecology of Tropical Forest Bryophyte. University Press London. London. Sari NK, 2014, Keanekaragaman Bazzania di Hutan Sibayak Sumatera Utara. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Scher JM, Speakman J, Zapp J, Becker H, 2004. Bioactivity Guided Isolation of Antifungal Compounds from the Liverwort Bazzania trilobata (L.) S.F. Gray. Phytochemistry. 65 (18): 2583–2588. Siregar ES, 2015. The Liverworts (Marchantiophyta) of Mount Sibayak North Sumatra. [Disertasi]. Bogor: Bogor Agricultural University.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sulistyowati DA, Perwati LK, Wiryani E, 2014. Keanekaragaman Marchantiophyta Epifit Zona Montana di Kawasan Gunung Ungaran, Jawa Tengah. BIOMA. 16 (01): 26-32. Tan BC, 2003. Bryophytes (Mosses). A Handout Lecture of Regional Training Course on Biodeversity and Conversation of Bryophytes and Lichen. Bogor. Indonesia. Tjitrosomo, 1983. Botani Umum 2. Angkasa. Bandung. Uno GE, Storey R, Moore R. 2001. Principles of Botany. Mc.Graw Hill. New York. Whitten T, Damanik SJ, Anwar J, Hisyam N, 2000. The Ecology of Sumatra. Periplus Editions (HK) Ltd. North America.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Kawasan Hutan Alam Aek Nauli Parapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Lampiran 2. Data Faktor Fisik Kimia

Faktor Fisik dan Kimia

Ketinggian Kelembaban Suhu Intensitas Titik Koordinat

(m dpl) (%) Udara Cahaya

(oC) (Lux)

1100-1400 58-84 22-27 3-44 02o42’47” - 02o43’59” LU/

098o56’6” - 098o56’14” BT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Lampiran 3. Foto Pelaksanaan Penelitian

Lokasi Penelitian Pengukuran Faktor Fisik Kimia

Pengambilan sampel di pohon Memasukkan sampel kedalam amplop

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Lampiran 4. Hasil Identifikasi Spesimen

HERBARIUM MEDANENSE (MEDA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA JL. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan – 20155 Telp. 061 – 8223564 Fax. 061 – 8214290 E-mail. [email protected]

Medan, Januari 2018

Sdr/i : Ivana Gokmaida Nababan NIM : 130805068

No No. Koleksi Jenis

1. Nababan 31, 99, 189, 191, 261, 266, 269, 301, 303, 355, 432 Bazzania calcarata

2. Nababan 16, 30, 44, 169, 235, 299, 333, 335, 338 Bazzania caudistipula

3. Nababan 29, 56, 226, 315, 369, 437, 439 Bazzania densa

4. Nababan 09, 17-21, 30, 37, 41, 46, 51-64, 75-80, 84-97, 103, Bazzania erosa 108, 119-122, 124, 134, 143-147, 160-166, 172, 181-185, 195, 221, 232, 250-259, 270, 334, 336, 380, 391, 397, 413, 415, 427, 440, 447

5. Nababan 426, 442, 444, 459 Bazzania francana

6. Nababan 19, 23-26, 70, 74, 107, 111, 112, 125, 131-149, 153, Bazzania indica 156-165, 168, 170, 171, 173, 176-178, 183, 187, 192, 193, 196-198, 200, 201, 205, 206, 208-213, 217, 237, 243, 260, 287, 293, 311, 323-329, 331, 332, 337, 339, 346, 360, 362, 363, 370, 378, 389, 398, 402-406, 430, 449, 454, 462

7. Nababan 180, 322 Bazzania japonica 8. Nababan 10, 11 Bazzania longicaulis

9. Nababan 62, 211, 274, 340, 401, 457, 463 Bazzania loricata 10. Nababan 214, 357 Bazzania paradoxa

11. Nababan 29, 45, 83, 126 Bazzania praerupta

12. Nababan 73, 127 Bazzania spiralis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 13. Nababan 05, 20, 22, 38-43, 47, 55, 60, 61, 67- 72, 79, 87, 98, Bazzania tridens 101, 109, 117, 118, 123, 135, 152, 155, 159, 164, 167, 174, 175, 182, 186, 199, 202, 203, 207, 213, 215, 218, 222, 227, 239, 263-271, 276-285, 321, 348, 350, 358, 359, 364-368, 372, 373, 377-388, 393-404, 418, 422-426, 429, 433-441

14. Nababan 66, 279, 361, 386, 419 Bazzania vittata

15. Nababan 66, 279, 361, 386, 419 Bazzania sp. 16. Nababan 13, 14, 50, 63, 223, 229, 240, 244-247, 258, 272, Lepidozia haskarliana 288-291, 297, 302, 307, 317, 330, 344, 408, 410-412, 416, 421, 428, 444, 448, 452, 461, 464 17. Nababan 209, 234, 312, 409, 414 Lepidozia trichodes

Kepala Herbarium Medanense.

Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc NIP. 1963 01 23 1990 03 2001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Lampiran 5. Daftar Istilah Anteredium Organ kelamin jantan Arkegonium Organ kelamin betina yang mnghasilkan sel telur Distal Bagian bawah daun Gametofit Bagian dari siklus generasi tumbuhan yang menghasilkan gamet (sel telur dan sperma) Gemmae Struktur kecil yang berfungsi sebagai alat reproduksi vegetatif, biasanya mengandung hanya satu atau beberapa sel dan berkembang pada daun atau talus Gerigi Tepi daun memiliki sinus dan angulus yang sama-sama runcing Gigi Tepi daun yang memililiki sinus tumpul, sedangkan angulusnya tajam Hialin Tidak berwarna atau transpran Incubous Susunan daun pada lumut hati, daun lateral bawah menutupi daun lateral di atasnya Lobulus Modifikasi daun, biasanya terletak pada bagian ventral, bentuknya bermacam-macam, dan berfungsi untuk menampung air (cuping kecil) Lobus Daun yang terdapat pada bagian lateral, bentuknya seperti kuping (cuping besar) Oil body Organel/ badan minyak yang berikatan dengan membran pada lumut hati yang mengandung terpenoid Perianth Daun perhiasan yang melindungi struktur reproduksi betina (arkegonium) Pinnate Bentuk percabangan/ letak daun yang menyirip, berseling berhadapan Poligonal Bersudut banyak Ringgit Tepi daun yang memiliki sinus tajam, sedangkan angulusnya tumpul Rhizoid Struktur seperti akar yang berfungsi untuk melekat pada substrat Sporofit Struktur pada lumut yang merupakan bagian dari siklus generasi tumbuhan yang menghasilkan spora Trigon Penebalan pada ujung dinding sel pada daun lumut hati

Underleaf Daun yang berasal dari bagian ventral pada batang Vitta Berkas membujur yang memanjang, biasanya dinding sel paling tebal daun (tulang daun semu)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA