PEMBELAJARAN PRAKTIK BIOLA MELALUI TIGA BUKU KARYA C. PAUL HARFURTH, SUZUKI, DAN ABRSM PADA TINGKATAN PRADASAR DAN DASAR I DI CHANDRA KUSUMA SCHOOL: KAJIAN TERHADAP KELEBIHAN, KELEMAHAN, DAN SOLUSI

TESIS

Oleh SOPIAN LOREN SINAGA NIM. 117037004

PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

Universitas Sumatera Utara PEMBELAJARAN PRAKTIK BIOLA MELALUI TIGA BUKU KARYA C. PAUL HARFURTH, SUZUKI, DAN ABRSM PADA TINGKATAN PRADASAR DAN DASAR I DI CHANDRA KUSUMA SCHOOL: KAJIAN TERHADAP KELEBIHAN, KELEMAHAN, DAN SOLUSI

T E S I S

Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn.) dalam Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Oleh SOPIAN LOREN SINAGA NIM 117037004

PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

Universitas Sumatera Utara Judul Tesis : PEMBELAJARAN PRAKTIK BIOLA MELALUI TIGA BUKU KARYA C. PAUL HARFURTH, SUZUKI, DAN ABRSM PADA TINGKATAN PRADASAR DAN DASAR I DI CHANDRA KUSUMA SCHOOL:KAJIAN TERHADAP KELEBIHAN, KELEMAHAN, DAN SOLUSI

Nama : Sopian Loren Sinaga Nomor Pokok : 117037004 Program Studi : Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni

Menyetujui

Komisi Pembimbing,

Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. Dra. Heristina Dewi, M.Pd. NIP. 196512211991031001 NIP. 196605271994032010

Ketua Anggota

Program Studi Magister (S-2) Fakultas Ilmu Budaya Penciptaan dan Pengkajian Seni Dekan, Ketua,

Drs. Irwansyah Harahap, M.A. Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP 196212211997031001 NIP 195110131976031001

Universitas Sumatera Utara Tanggal lulus:

Telah diuji pada Tanggal

PANITIA PENGUJI UJIAN TESIS

Ketua : Drs. Irwansyah, M.A. (……………………..)

Sekretaris : Drs. Torang Naiborhu, M.Hum. (..…..………………..)

Anggota I : Drs. M. Takari, M.Hum., Ph.D. (….… ………………)

Anggota II : Dra. Heristina Dewi, M.Pd . (...……………………)

Anggota III : Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si. (……………...………)

Universitas Sumatera Utara ABSTRACT

The development of Western music is very widespread in Indonesia and being so much interest in the study of musical instruments. It makes music school and other institutions to be a place of learning music for a child up to adults. Music school and other educational institutions that stand in Indonesia is more in practicing the music instruments. One of the instruments were studied in music school or other institutions are violin instrument. The process of learning the violin instrument in some music schools or other institutions often use the music curriculum and a method in the form of guide books such as the Suzuki Violin books 1-8, 1-2 Keyser, Majas, Wolhfath 1-2, Kreuzer, ATune A Day 1-2, David's Violin School, Marcel Pinkse, Mathieu Crickboom, William Henley, Hanssit, Douze Petit Duos M, Wohlfahrt, Scale Studies, and other formsvof learning guide books for a violin practice. These guide books are what makes the interaction between teachers and students in teaching-learning process in violin instrument.However, the existing problems, the selection of instructional materials which the violin teacher chosen is not so good for learning this violin instrument, because of the lack of concept of education to the teachers and teaching methods. In addition, to learning the violin guide book, there is also an ABRSM curriculum in which some music schools or institutions of music use this curriculum to the international exams in Indonesia. Through these problems, the authors wanted to examine the application of the A Tune A Day Book, Suzuki Violin, and the school books contained of ABRSM in Chandra Kusuma School Medan in the form of teaching-learning process in practicing violin instrument. Then, the authors examine the teachers when teaching these three books to the students through the technique of playing the violin on the right hand as friction techniques legato, staccato, and detache and on the left hand on the first fingering to the fourth fingering. In the other side, the position and the shape of the fingers and the other problems of fingering. These three guidebooks are became the object of the author's research and the materials to solve the problems in learning the violin instrument. The method used by the authors to practice the violin is the instrument of Western music method and theory as apolied to the students in Chandra Kusuma School Medan.

Keywords: learning, violin, technique, problem, curriculum

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Perkembangan musik Barat saat ini telah berkembang di Indonesia, terlihat dari banyaknya peminat yang ingin mempelajari praktik instrumen musik. Hal ini menjadikan sekolah, instansi, maupun lembaga musik menjadi sebuah wadah untuk tempat pembelajaran musik, melalui praktik instrumen terhadap seorang berusia anak-anak sampai dewasa. Salah satu instrumen yang dipelajari pada sekolah dan instansi musik adalah biola. Proses mempelajari instrumen biola sebagian sekolah, instansi, atau lembaga musik sering sekali menggunakan kurikulum melalui sebuah metode dalam bentuk buku panduan seperti seperti Suzuki Violin buku 1-8, A Tune A Day 1-2, dan banyak lagi bentuk buku panduan pembelajaran untuk sebuah kepentingan praktik biola. Buku panduan tersebut digunakan untuk sebuah pembelajaran yang menjadikan interaksi antara guru dan murid dalam proses belajar-mengajar pada instrumen biola. Permasalahannya, adalah pemilihan bahan untuk pembelajaran instrumen biola yang dipilih seorang guru melalui buku panduan, memiliki kelebihan dan kekurangan terhadap pembelajaran biola bagi peserta didik. Selain buku panduan dalam pembelajaran biola, terdapat juga sebuah kurikulum ABRSM yang sebagian instansi menggunakannya untuk ujian yang dipelajari sebelum ujian berlangsung. Kurikulum tersebut direvisi selama 3 (tiga) tahun sekali. Dalam hal ini peserta didik dapat mempersiapkan bahan yang akan diujiankan untuk dilatih dan membahasnya dengan seorang guru sebelum ujian berlangsung. Melalui hal tersebut penulis ingin meneliti penerapan buku A Tune A Day, Suzuki Violin, dan buku ABRSM di sekolah Candra Kusuma School dalam proses belajar-mengajar praktik instrumen biola. Kemudian meneliti guru mengajarkan ketiga buku panduan kepada peserta didik, melalui teknik permaianan biola pada tangan kanan seperti tehnik gesekan legato, staccato, dan detache,kemudian tangan kiri pada penjarian 1 (satu) sampai penjarian 4 (empat), posisi jari dan bentuk jari serta permasalahan penjarian lainnya. Ketiga buku panduan yang menjadi bahan penelitian penulis untuk melihat kepentingan dan mengatasi permasalahan-permasalahan serta memberikan sebuah solusi pada pembelajaran instrumen biola. Teori yang di pakai penulis untuk kepentingan praktik instrumen biola adalah teori musik barat, untuk kepentingan proses pembelajaran biola yang diterapkan pada peserta didik pada tingkatan pradasar dan dasar I di Sekolah Candra Kusuma School.

Kata kunci: pembelajaran, biola, teknik, permasalahan, kurikulum.

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, rahmat dan karunia-Nya yang membimbing dan menyertai penulis dalam penyelesaian studi di Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian

Seni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan.

Tulisan dalam bentuk tesis ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn.) pada Program Studi Magister (S-2)

Penciptaan dan Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera

Utara Medan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada kedua orang tua penulis, ayahku Jorgit Sinaga dan ibuku

Murniati Br. Turnip nasehatmu ibu senantiasa mengiringi langkahku di manapun aku berada. Segala yang Bapak dan ibu berikan (doa dan nasehat) membawaku mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi, saya tidak mampu membalasnya dengan apapun.

Kepada Ayah angkat saya tercinta, Budhi Ngurah, yang tidak pernah lelah mendukung dan memotivasi saya dengan moril dalam perkuliahan saya hingga saat ini. Hanya tesis ini yang dapat saya persembahkan sebagai tanda terima kasih atas Pengetahuan, ilmu bermusik dan rasa kepedulianmu kepadaku.

Tidak lupa kepada ketiga keponakanku yang sangat kucinta dan kusayangi, Sonata Da Chiesa, Hancel Cristian, dan Jarman Sinaga. Atas dorongan dan kelucuanmu membuatku termotivasi dalam penyelesaian tesis ini.

Universitas Sumatera Utara Tidak lupa saya berterima kasih kepada abang dan kakak, Jontra Hotmadi

Sinaga, Peri Sastra Sinaga, Darma Wandi Lingga (lae), Putri Dewi Sinaga, Uli ( kakak ipar). Atas dorongan, motivasi dan doa kalian mendukung terselesaikannya pembuatan tesis ini. Semoga kalian selalu diberkati Tuhan Yesus Kristus Juru

Selamat kita.

Secara akademik penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof.

Dr. dr. Syahril Pasaribu., DTM & H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K)., selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara, dan Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., sebagai Dekan

Fakultas Ilmu Budaya, yang telah memberi fasilitas, sarana dan prasarana belajar bagi penulis sehingga dapat menuntut ilmu di Kampus Universitas Sumatera

Utara ini dengan baik.

Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ketua

Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Sumatera Utara, Drs. Irwansyah, M.A., dan Sekretaris,

Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum., atas bimbingan akademis dan arahan yang diberikan.

Terima kasih yang sebesar-besarnya juga saya ucapkan kepada bapak Dr.

Muhammad Takari, M.Hum selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dra. Heristina

Dewi, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing II atas semua tuntunan, nasehat serta bimbingannya dan memotivasi penulis supaya tetap semangat dan terus maju tidak menyerah. Saya juga ucapkan terima kasih kepada Dosen Penguji Drs. Setia

Dermawan Purba, M.A yang memberikan koreksi dan kritikan demi perbaikan penulisan tesis ini.

Universitas Sumatera Utara Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua dosen Program Studi

Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni, antara lain: Drs. Kumalo Tarigan,

M.A., Dra. Rithaony, M.A., Dra. Frida Deliana, M.Si., Drs. Bebas Sembiring,

M.Si., Prof. Drs. Mauly Purba, M.A., Ph.D., atas ilmu yang telah diberikan selama ini. Begitu juga kepada Bapak Drs. Ponisan sebagai pegawai adminsitrasi, terima kasih atas segala bantuannya selama ini. Penulis berharap kiranya tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Selain itu juga dapat menjadi sumbangan dalam ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Penciptaan dan Pengkajian Seni, serta

Etnomusikologi.

Tentu tesis ini masih jauh dari kesempurnaannya, karena itu kepada semua pihak penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun pada tesis ini.

Medan, Agustus 2013 Penulis

Sopian Loren Sinaga

Universitas Sumatera Utara DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI

1. Nama : Sopian Loren Sinaga

2. Tempat/Tgl. Lahir : Siantar, 27 September 1988

3. Jenis Kelamin : laki-laki

4. Agama : Kristen katolik

5. Kewarganegaraan : Indonesia

6. Nomor Telepon : 081392786115

7. Alamat : Pancing, tangkul II no 114 -Medan

8. Pekerjaan : Belum bekerja

PENDIDIKAN

1. Sekolah Dasar Swasta Umi Fatimah Medan lulus tahun 2000

2. Sekolah Menengah Pertama Swasta Siloam Medan lulus tahun 2003

3. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Smk Negeri 11 Medan lulus tahun 2006

4. Sarjana Seni Jurusan Musik Fakultas Seni pertunjukan Institut Seni Indonesia

Yogyakarta lulus tahun 2010

Universitas Sumatera Utara 5. Mahasiswa Program Studi Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni di

Fakultas Budaya Universitas Sumatera Utara

Pengalaman Bermusik

- Konser Gita Bahana Nusantara (GBN) Istana presiden Indonesia Tahun 2007.

- Seameo meeting Bali 13 Maret Tahun 2007.

- Rakornas & HUT ke – 6 Partai Demokrat 2 Desember Tahun 2007.

- Festival Kesenian Indonesia V Bali 21 November Tahun 2007.

- Penyerahan anugrah kebudayaan Prambanan 6 November Tahun 2007.

- Penganugrahan PTK-PNF Semarang 10 Agustus Tahun 2008.

- Festival seni Internasional Yogyakarta 18 Juli Tahun 2008.

- Festival kesenian Indonesia VII Jakarta 6 Oktober Tahun 2009.

- Annual meeting Asian Development Bank, Bali 2-5 Mei Tahun 2009.

- Jakarta Internasional Java Jazz Festival (Dwiki Darmawan) 3-6 Maret Tahun

2009.

- Anggota F hole String Ansamble Tahun 2006 - sekarang.

- Anggota (orkes simpony ISI Yogyakarta) Tahun2006 - sekarang.

- Pengajar Musik Private Tahun 2006 – sekarang.

- Anggota Orkes Mahasiswa ISI Jogja Tahun2006 sekarang.

- Violin I Maestoso String Kuartet Tahun2006 - sekarang.

Universitas Sumatera Utara Guru Pendidik Instrumen:

- Budi Ngurah ( Yogyakarta )

- Pipin Garibaldi ( Yogyakarta )

- Karl Edmund Prier Sj ( Yogyakarta )

- Hamdan ( Medan )

- Slamet ( Medan)

- Hari Martopo ( Yogyakarta )

- Kiki Kwintanada ( Yogyakarta )

Universitas Sumatera Utara PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2013

Sopian Loren Sinaga NIM 117037004

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...... i HALAMAN PENGESAHAN ...... ii ABSTRACT ………………………………………………………...…...… xii ABSTRAK ...... xiii KATA PENGANTAR ...... xiv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...... xvii SURAT PERNYATAAN…………….……..………………………..…….. xx DAFTAR ISI ...... xii DAFTAR GAMBAR …...…………………………………………………. Xv

BAB I PENDAHULUAN ...... 1 1.1 Latar Belakang ...... 1 1.2 Pokok Permasalahan ...... 18 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 18 1.3.1 Tujuan Penelitian ...... 18 1.3.2 Manfaat Penelitian ...... 19 1.3.3 Fokus Penelitian ...... 19 1.4 Studi Kepustakaan ...... 20 1.5 Landasan Teori ...... 24 1.6 Metodologi Penelitian ...... 27 1.7 Teknik Mengumpulkan dan Menganalisis Data ...... 28 1.7.1 Observasi ...... 28 1.7.2 Wawancara ...... 29 1.7.3 Tahap analisis ………………………………………….. 29 1.7.4 Perekaman ...... 29 1.7.5 Kerja laboratorium ...... 30 1.7.6 Tahap pengumpulan data ……………………………… 30 1.7.7 Tahap Praktikum ……………………………………….. 31

BAB II PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER BIOLA ...... 32 2.1 Pengertian Metode Pembelajaran……………………………. 32 2.1.1 Psikologi pendidikan ……………………...………….... 34 2.1.1.1 Faktor fisiologis……...…………………...... 39 2.1.1.2 Perhatian …………………………………...... 40 2.1.1.3 Pengamatan ………………………………….. 41 2.1.1.4 Ingatan ………………………………….……. 41 2.1.1.5 Berpikir ………………………………….….... 42 2.2.1.6 Motif ……………………………… ……...… 43 2.2 Ekstrakurikuler ...... 44 2.2.1 Tujuan pendidikan ekstrakurikuler (Musik Program) biola Sekolah Chandra Kusuma School……………….… 47

Universitas Sumatera Utara BAB III ASAL-USUL, TEKNIK DAN PERKEMBANGAN BIOLA DI INDONESIA ………...... ………………..….…. 49 3.1 Asal-usul dan Perkembangan Biola……………….……..…… 49 3.1.1 Konstruksi Biola ...... ……………………….……. 52 3.1.2 Nada-nada biola pada posisi senar lepas …...…….…..... 54 3.1.3 Karakter suara dan register biola ……………………… 55 3.2 Perkembangan Biola di Indonesia …………………….……… 55 3.3 Teknik Dasar Permainan Biola …………………...………..….. 59 3.3.1 Teknik selur (Glisando) ...... ………………….….….… 61 3.3.2 Teknik vibrato ………...…………………….….……… 61 3.3.3 Teknik harmoni (suara nyaring biola) ……………..….. 61 3.3.4 Teknik memetik senar biola (Pizzicato) ……….……… 62 3.3.5 Teknik senar ganda (Double Strokes) ...………..……… 62 3.3.6 Teknik gesek pendek (Staccato) ...……...……….…….. 63 3.4 Dasar-dasar Teknik Tangan Kanan dan Kiri ………….…..…. 63 3.4.1 Teknik memegang biola …………………………….…. 63 3.4.2 Teknik pada tangan kanan …………………….…….…. 64 3.4.3 Teknik memegang Bow ……...………………..………. 65 3.4.3.1 Gaya Rusia ...…………………………..……... 66 3.4.3.2 Gaya German …………...………….…….…… 67 3.4.3.3 Gaya Perancis-Belgia ……...……..…………... 68 3.4.4 Teknik tangan kiri penjarian …….…………….....…… 69

BAB IV PEMBAHASAN METODE PEMBELAJARAN BIOLA MUSIK PROGRAM SEKOLAH CHANDRA KUSUMA SCHOOL ………………. 73 4.1 Metode Pembelajaran Biola A Tune A Day di Sekolah Chandra Kusuma School………………………………………………..… 73 4.2 Metode Pembelajaran Biola Suzuki di Sekolah Chandra Kusuma School …………………..……………………………….….….… 75 4.2 Kurikulum ABRSM ………………………….…………..…...... 89 4.5 Proses Pembelajaran Biola Sekolah Chandra Kusuma School..... 89 4.5.1 Tangan kanan…………………………....….………….. 90 4.5.2 Tangan kiri ……………...……………………………. 93 4.5.3 Detache ...... 100 4.5.4 Staccato ……………………………………………… 100 4.5.5 Legato ……………………………………..……….… 100 4.5.6 Legato staccato ………………………….……….….. 101 4.6 Proses Pembelajaran Biola Dalam Satu Kali Pertemuan ……..…. 102 4.7 Proses Penggarapan Sebuah Lagu ………………….……………. 105 4.7.1 Nada/intonasi ……………………………………… 107 4.7.2 Penjarian ...... 108 4.7.3 Permainan bow ...... 108 4.7.4 Simbol dan tanda alterasi ...... 109 4.8 Hambatan dalam proses pembelajran biola...... 111 4.8.1 Tujuan dan target …………………….………………. 113

Universitas Sumatera Utara 4.9 Hasil atau Wujud Pembelajaran Biola pada Sekolah Chandra Kusuma School ……...... 118

BAB V Materi Pembelajaran melalui buku panduan A tune A day, Suzuki Violin, serta kurikulum ABRSM Pada Instrumen Biola Di Sekolah Chandra Kusuma School ………………………………………………………….… 122 5.1 Materi Teknik Pada Instrumen Biola ...... 122 5.2 Mataeri Lagu Pada Instrumen Biola ...... 124 5.3 Langkah-Langkah Penerapan Buku Panduan A Tune A Day, Suzuki Violin, Kurikulum ABRSM Pada Instrumen Biola di Sekolah Chandra Kusuma school …………………………. 125

5.3.1 Pemanasan dalam memainkan tangga nada dan teknik bowing ……………………………………………………… 125 5.4 Pra Dasar I ………… ...... 126 5.4.1 Proses penerapan ………………………….…………. 127 5.5 Dasar I ...... 133 5.5.1 Proses penerapan ..……………………….………….. 134 BAB VI PENUTUP ...... 228 6.1 Kesimpulan ...... 228 6.2 Saran ...... 231

DAFTAR PUSTAKA ...... 233 LAMPIRAN:

FOTO GURU MUSIK CHANDRA KUSUMA SCHOOL ...... 231 VIDEO KONSER PESERTA DIDIK MUSIK PROGRAM DAN CHANDRA KUSUMA SCHOOL ...... GLOSSARIUM ...... 236

Universitas Sumatera Utara

Daftar Gambar Gambar 3.1 Biola dengan alat gesek biola ………………………………...…. 50 Gambar 3.2 Pemain biola dunia, Yehudi Menuhin ………………………….… 53

Gambar 3.3 Anatomi instrumen biola ………………………………….………… 53 Gambar 3.4 Penempatan tangan kiri dalam memegang biola (Lamb, 1990: 81 )… 64 Gambar 3.5 Anatomi dalam memegang biola posisi berdiri dan duduk (Rapoport, 2008: 44). ………………………………….……………………….…. 64 Gambar 3.6 Posisi ibu jari mendekati frog dalam memegang bow (Galamian, 1962: 46) ……………………………………………………………………………….... 65 Gambar 3.7 Posisi empat jari tangan kanan dalam memegang bow …………...... 65 Gambar 3.8 Posisi jari tangan kanan memegang bow, dilihat dari samping…….... 66 Gambar 3.9 Posisi gaya tangan kanan Rusia dalam memegang bow dan anatomi posisi jari tangan kanan dalam memegang bow (Rosenblith, 2000: 174)……...... 67 Gambar 3.10 memegang bow gaya German dan anatomi posisi jari tangan kanan dalam memegang bow (Rosenblith, 2000: 174) ………………………………...... 68 Gambar 3.11 Posisi gaya tangan kanan Perancis-Belgia dalam memegang bow dan anatomi posisi jari tangan kanan dalam memegang bow ……………...….…...…. 68 Gambar 3.12 pola-pola penjarian posisi 1 ……………………………………..…. 69 Gambar 4.1 biola dan nama elemen biola ………………………………………... 81 Gambar 4.2 posisi kaki dan istirahat ……………………………….………..……. 82 Gambar 4.3 melatih memegang biola ………………………………….……...….. 82 Gambar 4.4 memegang biola dan bow ……...……………………………….…… 83 Gambar 4.5 melatih memegang bow dengan kayu yang lebih pendek dan ringan... 83 Gambar 4.6 melatih memegang bow …………………………...…………….…. 84 Gambar 4.7 posisi bow ………………………………………………………....… 85 Gambar 4.8 posisi bow pada senar biola ……………………………………….. .. 86 Gambar 4.9 contoh gambar melatih bow dengan alat bantu ………..……….…..... 91 Gambar 4.10 contoh gambar melatih bow pada tumpuan jari …………………… 91 Gambar 4.11 contoh gambar posisi bow dari pankal ke ujung bow ….……..….… 92 Gambar 4.12 contoh gambar bermain biola guru dan peserta didik ………..…...… 93 Gambar 4.13 Cara memegang biola jempol sejajar dengan telunjuk ………….….. 94 Gambar 4.14 Cara melatih kekuatan dagu ……………………………….……..… 95 Gambar 4.15 jarak dalam penulisan pada notasi ……………………….………. .. 97 Gambar 4.16 Pembelajaran Di Sekolah Chandra Kusuma School ……….……… 12

Universitas Sumatera Utara BAB I

PENDAHUUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan musik adalah salah satu bagian penting dari subsektor pendidikan kesenian di Indonesia, yang memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Namun dalam kenyataannya, masih memiliki beberapa kendala yang meliputi sistem pendidikan, kurikulum, tenaga pengajar, fasilitas, perpustakaan, pembiayaan, dan lain sebagainya. Menurut penulis, hal yang paling kurang mendapat perhatian adalah sebuah metode pembelajaran musik.

Pembelajaran adalah titik sentral pendidikan musik yang seharusnya menggunakan metode sebagai alat untuk mencapai keberhasilannya.

Profil pendidikan musik kita tampak beraneka ragam. Berbagai bentuk penyelenggaraan pendidikan musik dari yang formal seperti sekolah menengah musik hingga perguruan tinggi atau kursus-kursus musik privat, tetapi terdapat fakta bahwa pembelajaran musik pada umumnya kurang memperhatikan metodenya. Pendidikan musik tanpa menggunakan metode pembelajaran tentu tidak menguntungkan (Martopo, 2005:3).

Pembelajaran instrumen merupakan salah satu bentuk pendidikan musik.

Pembelajaran tersebut menggunakan berbagai metode, kemudian metode tersebut ditulis dalam bentuk notasi balok, dibuat menjadi sebuah buku panduan sebagai sebuah metode untuk proses pembelajaran praktik instrumen. Kemudian diterapkan kepada peserta didik melalui sebuah teknik, lagu, arpeggio, serta tangga nada dalam permainan instrumen. Hal ini dilakukan dengan sebuah

Universitas Sumatera Utara metode untuk pembelajaran musik. Pertunjukan musik dan sarana untuk mempelajari musik saat ini sangat berkembang pesat. Hal ini dapat dibuktikan melalui banyaknya alat-alat musik yang sudah berkembang, buku panduan instrumen musik, tempat untuk mempelajari musik, serta tumbuhnya kesadaran orang tua, yang memberikan kesempatan kepada anak-anaknya mempelajari musik walaupun tujuannya bukan untuk menjadikan anak mereka musisi yang profesional. Keadaan ini menjadikan perkembangan musik di Indonesia sangat berkembang pesat.

Namun demikian, di sisi lain permasalahannya adalah, tidak sedikit para orang tua yang berpendapat, ketika anaknya ingin mempelajari musik harus mempunyai bakat tersendiri, yang mana Bakat tersebut sudah terlihat oleh orang tua sejak seorang anak berusia 5 sampai 10 tahun. Pemikiran orang tua yang selalu beranggapan pada sebuah bakat terhadap sebuah pembelajaran, menjadi sebuah faktor penghambat untuk proses pembelajaran khususnya pada instrumen musik. Akibatnya anak tidak akan pernah dapat menjadi musisi yang profesional, dikarenakan tidak adanya pelatihan mempraktikkan instrumen musik serta dukungan yang lainnya, jika para orang tua menunggu anak tumbuh dengan bakat ketika mempelajari instrumen musik.

Sugesti para orang tua terhadap sebuah bakat, menimbulkan sebuah pertanyaan negatif, bagaimana seorang anak yang tidak memiliki bakat mempelajari sebuah instrumen musik, apakah anak tersebut tidak dapat menjadi musisi yang handal, atau seorang komposer dengan karya yang luar biasa.

Sebaliknya, dengan anak yang memiliki bakat apakah sudah pasti menjadi

Universitas Sumatera Utara seorang musisi yang profesional atau seorang komposer. Kesuksesan anak mempelajari musik bukan hanya dari faktor bakat yang dimiliki anak. Tetapi, dukungan orang tua, guru, teman dalam bermain, kurikulum, metode, berlatih di rumah, pertunjukan dan ujian, yang dilakukan anak menjadi sebuah faktor yang perlu diketahui para orang tua. Pembelajaran instrumen musik tanpa bimbingan orang tua dan seorang guru, seorang anak akan kesulitan untuk mengeluarkan bakatnya dalam mempelajari musik. Faktor-faktor tersebut menjadi hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan orang tua dan guru untuk kemahiran seorang anak atau peserta didik.

Keinginan orang tua yang ingin anaknya cepat dalam mempelajari musik menjadikan peran penting seorang guru dibutuhkan dalam sebuah proses belajar- mengajar praktik instrumen. Apabila dalam pembelajarannya seorang guru memberikan materi dengan cara yang sangat monoton, akibatnya anak yang mempelajari musik, akan lambat untuk dapat memainkan sebuah lagu dari sebuah instrumen yang dipelajari seorang anak, dan tidak mau mempelajari musik dari instrumen musik khususnya pada instrumen biola.

Dalam hal ini, seorang guru harus mengerti akan sebuah permasalahan dari sebuah bahan ajar dan sebuah metode, serta mengerti akan proses penerapan pembelajarannya. Kemudian memiliki hubungan yang baik antara orang tua peserta didik dengan guru pendidik instrumen musik. Kedekatan para orang tua peserta didik dengan seorang guru praktik, menjadi hal yang sangat baik untuk proses pembelajaran praktik instrumen tersebut, karena guru dan orang tua akan mengetahui kegiatan apa yang dilakukan peserta didik ketika mempelajari praktik

Universitas Sumatera Utara instrumen dengan seorang guru di sebuah sekolah, instansi, maupun lembaga musik, serta kegiatan peserta didik ketika mengulang kembali praktik instrumen dirumah, yang telah diajarkan seorang guru dalam pembelajaran praktik instrumen terlebih pada instrumen biola.

Biola adalah salah satu instrumen musik yang sering sekali dipelajari seorang anak yang dibunyikan malalui gesekan, dan sumber bunyinya berasal dari dawai yang digesek atau dipetik sesuai dengan kebutuhan fungsi dan kegunaannya. Biola merupakan salah satu instrumen yang sempurna secara akustik dan kemampuan musikal yang serbaguna, bahkan penampilannya indah dan juga emosional. Register suara biola juga hampir mendekati suara sopran manusia. Selain itu, biola yang disajikan pemainnya juga memiliki kemampuan untuk dapat memainkan nada dengan cepat dan lincah serta figurasi yang cemerlang efeknya. Selain itu dapat menjangkau suasana lirik dan lembut hingga tercipta suasana yang gemilang dan dramatik, tergantung dari keinginan dan kepiawaian pemainnya. Kapasitas untuk menahan nada amat mengagumkan dan jarang sekali instrumen lain dapat menghasilkan begitu banyak nuansa dari ekspresi dan intensitas suaranya.1

Biola adalah alat musik yang memiliki 4 senar, terdiri dari senar yang paling rendah adalah G atau sol, kemudian D atau re, A atau la, serta E atau mi senar yang register nadanya paling tertinggi di instrumen biola. Biola sering sekali disebut dengan violin, biola juga memiliki kesamaaan dengan instrumen biola alto (), cello (violoncello), dan contrabass (contrabasso). Jarak stem

1 R.M. Surtihadi, Tan Thiam Kwie Celah-celah Kehidupan Sang Maestro Pendidik Musik Tiga Zaman, Panta Rhei Books, Yogyakarta, 2008, hal. 13.

Universitas Sumatera Utara dari seluruh intrumen ini terdiri dari interval (kwint) atau jarak 3 1/2 laras dan teknik memainkannya melalui gesekan, perbedaannya adalah pada ukuran (size) dan register nada dari setiap instrumen.

Biola salah satu alat musik yang sangat berperan penting untuk sebuah orkestra, yang memainkan karya-karya musik maupun komposisi musik klasik.

Banyaknya pemain biola yang dibutuhkan untuk sebuah orkestra dapat mencapai

16 sampai 28 musisi yang dapat memainkan instrumen biola untuk membentuk sebuah harmonisasi yang baik. Pemain biola di dalam sebuah orkestra dibagi menjadi dua sampai tiga bagian yang disebut dengan pemain biola 1, 2, dan 3.

Pemain biola 1 memainkan melodi, sedangkan pemain biola 2 memainkan harmoni dengan nada 1 oktaf di bawah biola 1, biola 3 juga memainkan harmoni

1 oktaf di bawah biola 2, agar mendapatkan suara yang baik dan harmoni yang seimbang.

Selain dalam orkestra, pemain biola juga sering tampil dalam sebuah kelompok-kelompok kecil seperti string kuartet yang dimainkan sebanyak 4 orang pemain instrumental yang terdiri dari biola 1, biola 2, alto, dan cello, dan dapat juga menghilangkan biola 2 dan menambahkan contrabass. Begitu juga dengan duet yang dimainkan 2 orang pemain instrumen seperti biola dengan biola atau biola dengan instrumen yang lain seperti flute, cello, biola alto, dan juga contrabass.

Biola juga sering sekali digunakan dalam format musik yang lain. Seperti

Jazz, Pop, Blues, sampai pada musik tradisi atau lagu-lagu rakyat seperti Melayu,

Keroncong dan jenis musik tradisi lainnya. Terlebih lagi biola juga sering

Universitas Sumatera Utara dilakukan dalam bentuk solo dengan iringan orkestra, piano, maupun kelompok- kelompok kecil lainnya seperti ansambel dan string kuartet. Hal ini sering terdapat pada karya-karya musik klasik untuk sebuah aplikasi dalam pembelajaran instrumen biola.

Musik klasik adalah salah satu jenis musik diatonis di antara sekian banyak jenis atau bentuk musik yang sering sekali dimainkan oleh instrumen biola dalam bentuk Partita, Sonata, Concerto, Pieces, Musik Kamar, dan bentuk karya lainya. Di dalam karya-karya inilah terdapat karakter-karakter musik seperti riang, lirih, dan juga dramatik, yang sering dimunculkan dengan indah melalui suara biola yang sesuai dengan bentuk karya-karya tersebut ketika memainkan instrumen biola.

Selain interpretasi, pemain biola juga harus memiliki teknik yang baik serta pemilihan repertoar yang tepat. Sesuai dengan tingkat kemampuan pemain biola, agar dapat memainkan karya tersebut dengan indah dan sempurna. Namun, permasalahan yang sering terjadi ketika memainkan bentuk karya tersebut adalah teknik tangan kiri pada penjarian seperti posisi jari dan perpindahan posisi, tangan kanan pada gesekan seperti teknik legato, staccato, detache, spiccato, serta teknik lainnya pada instrumen biola.

Permasalahan teknik tangan kiri seperti posisi jari dan perpindahan posisi, tangan kanan pada gesekan seperti teknik legato, staccato, detache, spiccato, serta artikulasi sering sekali terdapat pada sebuah pembelajaran praktik instrumen biola. Hal ini dilakukan baik pada sebuah universitas atau institut seni jurusan musik, sekolah musik, maupun instansi musik. Ketika pelajar biola memilih

Universitas Sumatera Utara sebuah reportoar atau karya musik klasik, yang akan dimainkan seorang pelajar untuk kepentingan ujian atau sebuah pertunjukan, selalu merubah teknik penjarian, gesekan, pada karya instrumental tersebut agar dapat mempermudah pelajar dalam memainkan karya atau reportoar musik. Perubahan yang dilakukan pelajar biola pada teknik tangan kanan seperti gesekan legato, staccato, detache, spiccato, dan tangan kiri seperti penjarian, posisi jari, perpindahan posisi serta artikulasi lainnya sering sekali lebih menyulitkan pelajar biola dalam memainkannya bukan mempermudah ketika memainkan karya tersebut.

Hal ini terjadi karena seorang pelajar biola tidak mengerti akan persoalan setelah merubah teknik-teknik yang ada pada karya tersebut. Kemudian permasalahan ketika seorang pelajar biola mengikuti tulisan atau simbol yang ada pada sebuah reportoar atau buku panduan, pelajar juga mendapatkan kesulitan dalam memainkannya, dikarenakan pemain yang telah merubah teknik dan artikulasi pada karya tersebut adalah pemain musik atau musisi yang sangat hebat, bukan mengacu pada proses pembelajaran. Maka penulisan teknik dan gesekan seperti legato, staccato, detache, spiccato, dan masalah penjarian, yang ada pada karya-karya tersebut atau buku panduan akan selalu menurut kemampuan dan kehebatan musisi yang telah merubahnya. Akibatnya perubahan- perubahan teknik tersebut sering sekali kurang sesuai untuk pemain biola pada tahap pembelajaran, bahkan cendrung lebih sulit secara teknik baik dari penjarian, gesekan dan artikulasi lainnya.

Siswa sekolah musik atau peserta didik biola, yang ada pada sebuah sekolah, instansi atau lembaga musik maupun universitas dan sebuah institut,

Universitas Sumatera Utara sering sekali lebih memfokuskan kepada sebuah pembelajaran praktik instrumen.

Dimana proses pembelajaran bahan lagu dan teknik tersebut akan diujiankan, sudah dilatih oleh pelajar biola dan dibimbing oleh instruktur violin 6 (enam) bulan sebelum bahan tersebut diujiankan. Permasalahannya adalah siswa atau pelajar biola yang memainkan lagu, teknik dan tangga nada, selalu berpedoman pada buku panduan yang mana peserta didik akan mempelajari, mencari serta mempermudah semua yang akan dimainkan peserta didik, pada sebuah lagu maupun teknik yang akan diujiankan oleh pelajar atau pemain biola tersebut.

Buku panduan yang memfokuskan pada sebuah lagu, teknik serta tangga nada, banyak memiliki kesamaan dan perbedaan yang terdapat pada beberapa buku panduan, membuat pelajar maupun pemain biola akan memilih edisi mana yang akan dipakai pada buku panduan tersebut. Perbedaannya adalah pada teknik tangan kanan seperti gesekan legato, speccato, staccato dan tangan kiri seperti penjarian dan posisi. Permasalahan lain adalah bahwa setiap edisi yang ada pada buku panduan memiliki teknik yang berbeda-beda pada titik kesulitan dan kemudahannya. Hal ini membuat pelajar dan pemain biola sering sekali merubah teknik yang ada pada sebuah lagu menurut kepentingan pelajar maupun pemain biola.

Terlebih lagi permasalahan pada peserta didik ketika mempelajari biola, pada tahap awal pembelajaran. Guru yang mengajarkan peserta didik tidak melalui buku panduan, tetapi lagu yang diajarkan seorang guru terdapat pada sebuah buku panduan. Proses tersebut dilakukan guru praktik dikarenakan sulitnya peserta didik untuk membaca not balok, kemudian diaplikasikan pada

Universitas Sumatera Utara instrumen biola. Akibatnya peserta didik akan dapat memainkan beberapa lagu saja yang mana proses memainkan lagu tersebut melalui hafalan dan tidak membaca buku panduan yang ada melalui sebuah notasi.

Hal ini dapat diatasi melalui awal pembelajaran (pradasar) seorang peserta didik ketika melakukan praktik dengan seorang guru. tanda baca yang diawali seorang guru dalam pembelajaran, kemudian menjelaskan teori musik barat dan cara mengaplikasikan pada pembelajaran insrumen biola pada penjarian dan teknik gesekan. Kesulitan yang terdapat pada buku panduan yang dirubah oleh seorang peserta didik biola, sebaiknya terlebih dahulu dikonsultasikan pada seorang guru praktik, agar peserta didik mendapat sebuah arahan, masukan, atau pelajaran teknik untuk dapat menguasai permasalahan yang terdapat pada buku panduan.

Buku panduan yang memiliki perbedaan pada setiap edisi, memiliki tingkat kesulitan yang berbeda, hal ini dapat dipilih oleh seorang guru praktik untuk bahan yang akan di pelajari peserta didik melalui teknik tangan kiri dan tangan kanan, dinamika, interpretasi ketika peserta didik memainkan sebuah lagu melalui teknik dan interpretasi pada instrumen biola.

Kemudian banyaknya metode pembelajaran biola yang diambil melalui lagu-lagu rakyat yang ada pada buku panduan seperti German Folk Song, French

Folk Song, dan lagu-lagu rakyat Eropa lainnya, untuk kebutuan kurikulum dalam pembelajaran instrumen biola. Hal ini sering sekali terdapat untuk sebuah pembelajaran awal ketika mempelajari praktik instrumen biola, yang selalu memainkan sebuah lagu dalam pembelajarannya melalui penjarian dan gesekan.

Universitas Sumatera Utara Melalui permasalahan ini, maka guru harus mengerti serta mengetahui hal dasar apa yang harus diajarkan pada seorang peserta didik seperti, memberikan peserta didik kenyamanan bermain sebuah lagu, sesuai dengan tingkatan peserta didik, pemilihan bahan yang tidak terlalu sulit untuk dipelajari peserta didik, mengertikan peserta didik tujuan dari teknik yang diterapkanya pada sebuah lagu.

Memainkan bahan tersebut secara bersamaan dengan murid ketika mengajarkan dan memainkan sebuah lagu pada peserta didik ketika mempraktikan instrumen biola.

Selain lagu, terdapat juga sebuah tangga nada (scale) pada buku panduan, hal ini dilakukan untuk mempermudah penjarian dalam memainkan sebuah tangga nada dengan metode seperti perpindahan posisi jari, penempatan sebuah jari, dan awal sebuah jari ketika memainkan sebuah tangga nada. Metode ini menjadi sebuah identitas, ketika pemain atau pelajar biola bermain tangga nada, pemain biola yang lain akan mengetahui buku panduan apa yang dipakai pemain biola dalam memainkan tangga nada tersebut.

Berbeda halnya dengan buku panduan untuk mempelajari teknik dasar yang mana buku panduan tersebut mengajarkan anak gesekan dan penjarian pada posisi satu. Maka dalam hal ini guru praktik harus mengerti cara mengajarkan teknik gesekan dan penjarian, agar peserta didik tidak merasa jenuh ketika mempelajari gesekan, serta penerapan penjarian. Guru praktik juga harus memilih buku panduan yang tepat, untuk sebuah pembelajaran pada tahap awal praktik instrumen biola.

Universitas Sumatera Utara Hal ini terlihat melalui banyaknya buku panduan pembelajaran instrumen biola yang cukup sulit, untuk tahap pembelajaran yang terdapat pada buku panduan. Walaupun peserta didik mendapatkan kesulitan melalui nada yang tidak harmonis untuk mempelajari proses praktik instrumen biola dirumah.

Pembelajaran awal praktik instrumen biola melalui sebuah gesekan menjadi hal yang harus dipertimbangkan dan dimengerti oleh seorang guru.

Pembelajaran ini menjadi sebuah permasalahan bagi seorang peserta didik, ketika mempelajarinya di rumah secara mandiri, tanpa sebuah iringan dan bantuan oleh seorang guru. Peserta didik akan merasa jenuh ketika mempelajari gesekan pada instrumen biola, karena dalam pembelajaran awal instrumen biola, peserta didik tidak memainkan sebuah melodi, melainkan melatih sebuah gesekan dari salah satu senar kesenar yang lain untuk awal pembelajaran instrumen biola. Akibatnya keinginan dan semangat peserta didik akan berkurang ketika mempelajari instrumen tersebut, kemudian para orang tua akan menganggap anaknya tidak berbakat dalam mempelajari instrumen tersebut dan segera menghentikan proses pembelajaran biola. Pembelajaran pada teknik gesekan yang dilakukan awal pembelajaran, dapat berlangsung sebanyak 4 (empat) sampai 12 (dua belas) pertemuan.

Permasalahan ini sangat berbeda dengan pembelajaran piano yang ketika mempelajari instrumen tersebut pada tahap awal praktik, peserta didik sudah dapat memainkan tiga sampai lima nada yang dapat membentuk sebuah melodi, ketika mempelajari praktik instrumen piano. Berbeda dengan praktik instrumen biola yang ketika anak ingin mendapatkan beberapa nada untuk membentuk

Universitas Sumatera Utara sebuah melodi, peserta didik harus dapat memainkan penjarian satu sampai pada penjarian tiga, untuk dapat memainkan biola. Pembelajaran awal ini dapat menghabiskan waktu selama 4 (empat) sampai 6 (enam) bulan untuk mendapatkan penjarian yang baik. Permasalahan penjarian yang ada, dikarenakan produksi nada, terdapat pada jari ketika memainkan biola, hal ini karena instrumen biola tidak memiliki tempat penjarian (fret) yang pasti, ketika memainkan sebuah nada melalui penjarian.

Teknik penjarian pada instrumen biola menjadi sebuah masalah yang sering terdapat ketika mempelajari instrumen tersebut. Hal ini menjadi cukup penting dimengerti seorang guru agar dapat menyampaikannya kepada peserta didik biola, untuk mengerti akan proses pembelajaran penjarian yang akan dicapai oleh seorang peserta didik. Kemudian mendengarkan nada yang dihasilkan melalui penjarian peserta didik. Guru juga harus memilih buku panduan yang tepat untuk peserta didik biola yang sedang menerapkan penjarian atau memainkan instrumen biola.

Permasalahan tangan kanan dan tangan kiri pada instrumen biola adalah hal yang sangat penting dimengerti secara baik oleh pemain biola, agar mendapatkan keindahan dari karya-karya yang akan dimainkan. Buku panduan lagu dan teknik serta tangga nada yang ada ketika mempraktikkan instrumen biola, memiliki kesamaan pada sebuah sekolah dan juga instansi atau lembaga musik, sering sekali dimainkan peserta didik untuk proses pembelajarannya.

Buku panduan tersebut seperti Suzuki Violin buku 1-8, Keyser 1-2, Majas,

Wolhfath 1-2, Kreuzer, A Tune A Day 1-2, David’s Violin School, Marcel Pinkse,

Universitas Sumatera Utara Mathieu Crickboom, William Henley, Hanssit, Douze Petits Duos F, WohlFahrt,

Scales Studies, dan banyak lagi buku panduan pembelajaran untuk kepentingan praktik biola.

Banyaknya sebuah metode yang terdapat pada buku panduan untuk proses praktik instrumen biola, melalui teknik yang bermelodi seperti sebuah lagu yang diaransemen sesuai kebutuhan teknik yang ada pada tangan kanan dan tangan kiri. Hal ini dilakukan, agar proses pembelajaran biola menjadi lebih baik dengan bermain dengan nada-nada yang indah (konsonan). Lagu-lagu yang diciptakan untuk sebuah teknik biola kebanyakan diambil dari nada-nada lagu rakyat Eropa dan lagu yang telah populer di telinga untuk proses pembelajaran instrumen biola.

Hal ini sering sekali diterapkan para pemula yang sedang mempelajari instrumen biola pada sebuah sekolah, instansi, maupun lembaga musik. Sekolah musik, selalu memakai buku panduan atau bahan praktik, baik dari sebuah lagu maupun teknik, yang selalu memilih bahan yang acuannya pada sebuah universitas ataupun sebuah institut musik. Akibatnya lagu dan teknik yang dipraktikkan siswa selalu sulit dan terlalu tinggi, karena tidak memiliki standarisasi kurikulum, konsep edukasi, dan metode pelajaran dan pengajaran pada siswa yang terdapat pada sebuah sekolah dan tidak pernah memfokuskan bahan pembelajaran biola tersebut sampai selesai.

Institut musik atau universitas selalu menerima pemain biola sebagai mahasiswa yang tidak diajarkan untuk pembelajaran awal sebuah praktik instrumen. Berbeda halnya ketika pelajar biola masuk ke dalam sebuah sekolah musik maupun instansi musik. Pelajar dapat masuk kedalam sebuah sekolah

Universitas Sumatera Utara maupun lembaga musik untuk mempelajari sebuah instrumen tanpa memiliki pengetahuan tentang musik baik pada teori maupun instrumen musik.

Permasalahan ini jelas memiliki perbedaan antara sebuah universitas, sekolah musik, maupun sebuah instansi tempat pembelajaran musik.

Proses pembelajaran instrumen tersebut pada sebuah institut atau universitas, adalah mahasiswa lebih mandiri untuk sebuah praktik yang dibimbing oleh dosen atau instruktur instrumen beberapa kali selama sebulan, dan tidak pada sebuah rutinitas proses memainkan bahan dari awal sebuah lagu sampai akhir sebuah lagu. Maka dalam hal ini mahasiswa yang mempelajari bahan tersebut, akan selalu mencari, melatih serta melihat video-video dan contoh-contoh musisi yang telah memainkan bahan atau karya yang sedang dipelajari mahasiswa tersebut melalui teknik dan interpretasi.

Berbeda halnya proses pembelajaran praktik instrumen antara sebuah sekolah musik dan sebuah instansi atau lembaga musik, yang mana sekolah musik hanya mengkhususkan pada pelajaran musik saja baik pada sebuah teori maupun pada sebuah praktik instrumen. Sekolah musik memiliki visi dan misi menciptakan musisi yang akan bermain musik setelah menyelesaikan studi di sekolah musik tersebut. Maka melalui visi dan misi sekolah, pelajar akan banyak berlatih dan mempelajari semua yang berbentuk pelajaran musik, baik sebuah teori maupun praktik instrumen yang dibimbing instruktur maupun guru musik secara rutinitas dari awal pembelajarannya sampai pada tingkat yang cukup sulit untuk pembelajaran praktik instrumen tersebut.

Universitas Sumatera Utara Terlebih lagi sebuah instansi atau lembaga musik yang melakukan proses pembelajarannya dilakukan sebanyak 4 (empat) pertemuan dalam satu bulan yang masing-masing pertemuan selama 30 menit dan proses belajar-mengajar yang dilakukan sebuah instansi berbentuk (privat) yang hanya dilakukan guru dan murid. Proses pembelajarannya dilakukan tanpa menuntut kemahiran dari seorang peserta didik yang sedang mempelajari musik. Hal ini menjadikan sebuah instansi musik tidak memiliki standarisasi pencapaian pelajar musik untuk menjadikan seorang pelajar menjadi musisi yang hebat.

Sebaliknya, terdapat juga disebuah instansi kurikulum pembelajaran praktik instrumen dengan tingkat kesulitan yang sangat tinggi, ketika mempelajari sebuah instrumen musik. Tanpa memikirkan seorang anak dengan mata pelajaran yang lainnya. Sebagian instansi dan lembaga musik memiliki standarisasi untuk diujiankan pada akhir semester dan dapat juga tidak diujiankan oleh peserta didik yang disebut dengan akademis dan non-akademis.

Instansi atau lembaga musik ini juga membuat dua pilihan untuk para murid, dapat memilih regular dan non-regular atau akademis dan non-akademis, regular atau akademis memiliki sebuah persyaratan khusus yang dilakukan anak setiap akhir semester, seperti ujian dan mengambil mata pelajaran musik lainnya seperti perkusi, solfegio, teori, analisis, dan chamber yang wajib untuk sebuah persyaratan regular atau akademis. Berbeda halnya dengan non-regular atau non- akademis yang dapat tidak mengambil mata pelajaran selain praktik instrumen dan dapat tidak mengikuti ujian setiap akhir semester. Hal ini diciptakan karena banyaknya peminat musik, yang ingin belajar instrumen musik setelah dewasa,

Universitas Sumatera Utara serta kebijakan sebuah instansi musik untuk tidak menutup jalur peminat musik di usia dewasa dalam bentuk proses pembelajaran instrumen pada sebuah instansi atau lembaga musik khususnya Pelajar musik pada usia dewasa.

Selain ujian pada sebuah instansi terdapat juga ujian internasional seperti

ABRSM (Associated Board of the Royal School of Music) yang dilakukan perorangan terlepas dari sebuah instansi musik. Kurikulum yang dipakai untuk ujian ABRSM adalah kurikulum yang diciptakan dari kerjasama seluruh universitas yang ada di Eropa direvisi dan dikembangakan selama 3 tahun sekali pada pembelajaran praktik instrumen maupun teori musik yang bahan tersebut dipakai hanya untuk bahan ujian saja.

Instansi juga membuat sebuah pembelajaran biola yang berbentuk kelas yang terdiri dari 8 murid dan 1 pengajar biola. Pembelajaran ini dilakukan karena banyaknya anak yang lebih senang bermain bersama teman-temannya, proses pembelajaran ini selama 45-60 menit dan lebih kepada bentuk ansambel dengan memakai melodi yang sama dalam praktik pembelajarannya. Pembelajaran musik yang di lakukan sebuah instansi, lebih kepada target sebuah kurikulum pembelajaran yang akan diujiankan dua kali selama setahun yang diawali pada sebuah tingkatan (great) pradasar 1 dan 2, dasar 1 sampai 4, menengah 1 dan 2, lanjut 1 dan 2, hal ini dilakukan selama anak masih belajar pada sebuah instansi musik. waktu yang dihabiskan anak untuk mencapai tingkatan lanjut 2 selama 5 tahun.

Universitas atau institut, sekolah, serta instansi atau lembaga musik yang ada di Indonesia, lebih mengkhususkan pada sebuah praktik instrumental yang

Universitas Sumatera Utara didukung oleh sebuah pelajaran teori, solfegio, sejarah, analisis, chamber atau ensambel, praktik instrumen biola adalah salah satu instrumen yang dipelajari di sebuah universitas, sekolah maupun instansi.

Melalui permasalahan-permasalahan ini penulis ingin meneliti sebuah metode pembelajaran praktik instrumen biola melalui buku panduan pembelajaran instrumen biola yang dikhususkan penulis pada tiga buku panduan:

(a) A Tune A Day, (2) Suzuki Violin, serta (3) Kurikulum ABRSM pada sebuah teknik dan lagu, yang terdapat pada buku-buku tersebut. Kemudian penulis memfokuskan pada buku panduan A Tune A Day 1 (Satu), yang mana terdiri dari buku 1 (satu) dan 2 (dua), Suzuki Violin 1 yang terdiri dari buku 1 (satu) sampai 8

(delapan) serta Kurikulum ABRSM pada buku 1 yang terdiri dari buku 1 (satu) sampai 8 (delapan). Hal ini akan diteliti oleh penulis pada musik program yang terdapat pada sekolah Chandra Kusuma School, Sekolah ini memiliki kelas biola untuk pembelajaran praktik instrumen yang termasuk dalam mata pelajaran seni budaya yang lebih di spesifikasikan.

Seni budaya merupakan salah satu pelajaran yang terdapat di sekolah

Chandra Kusuma School. Mata pelajaran seni budaya meliputi bidang seni rupa, tari, dan musik. Pada pembahasan seni musik biasanya peserta didik mendapatkan pokok pembahasan sejarah musik, musik populer, dan mempelajari cara membaca notasi angka dan notasi balok. Begitu pula peserta didik juga dapat mempelajari alat musik seperti, rekorder, pianika, angklung, dan guitar, serta membahas materi tentang musik. Sekolah Chandra Kusuma School memanfaatkan proses pembelajaran ekstrakurikuler ataupun mata pelajaran wajib

Universitas Sumatera Utara dalam bidang musik pada siswa yang ingin belajar praktik instrumen musik secara lebih serius. Misalnya marching band, band, komposisi, ataupun mempelajari alat intrumen klasik seperti violin, viola, cello, flute, guitar, dan piano.

Siswa-siswi Sekolah Chandra Kusuma School dapat memilih berbagai instrumen musik untuk musik program. Sekolah Chandra Kusuma School menggunakan mata pelajaran ekstrakurikuler untuk dapat mempelajari alat musik klasik dan tradisional. Adapun alat musik yang digunakan dalam pembelajaran yaitu mempelajari alat musik angklung, pianika, rekorder, violin, viola, cello, contrabass, flute, piano, paduan suara, dan komposisi. Prosesnya melibatkan guru-guru yang mempunyai kemampuan secara individu untuk mengajar dan memainkan alat musik tersebut. Proses pembelajaran musik di sekolah Chandra

Kusuma School merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik dalam kegiatan belajar- mengajar dengan menggunakan fasilitas pendidikan yang telah disediakan.

Pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan pekembangan otak, sains, dan musikalitas peserta didik. Hal ini dapat dilihat pada fungsi dan tujuan pembelajaran tersebut, dimana peserta didik tersebut dibentuk untuk dijadikan sebagai pemain orkes di dalam sebuah kelompok orkestra kecil.

Sekolah Candra Kusuma School yang terletak di Kota Medan yang menggunakan metode pembelajaran biola melalui teknik dan sebuah lagu diambil dari buku panduan A Tune A Day, Suzuki Violin, dan Kurikulum ABRSM untuk mendukung proses pembelajaran biola sebagai pelajaran musik program dan

Universitas Sumatera Utara privat di Sekolah Chandra Kusuma School. Oleh sebab itu dalam tesis ini akan diangkat dengan judul: “Penerapan Pembelajaran Praktik Biola Melalui Tiga

Buku Karya Harfurth, Suzuki, dan ABRSM pada Tingkatan Pradasar dan Dasar I di Sekolah Chandra Kusuma School.”

Penulis hanya memfokuskan pada buku panduan satu saja diharapkan dengan meneliti penerapan ketiga buku panduan tersebut dapat memberikan masukan dan solusi dalam proses pembelajaran instrumen biola, penelitian penulis melalui ketiga metode dilaksanakan dan diaplikasikan oleh tenaga pengajar untuk peserta didik pada tingkatan (great) pradasar dan dasar I melalui ketiga buku panduan tersebut.

1.2 Pokok Permasalahan

Adapun pokok permasalahan atau pertanyaan dalam penelitian ini adalah: bagaimana pembelajaran biola melalui tiga buku karya Harfurth, Suzuki dan

Kurikulum ABRSM di Chandra Kusuma School?Apa saja kelebihan, kekurangan, dan bagaimana solusinya?

Pokok masalah tersebut nantinya akan dijawab dengan jawaban-jawaban yang bersifat dekriptif dan analitis. Di antaranya adalah bagaimana teknik membaca notasi dan mempraktikkannya di instrumen biola, begitu pula teknik- teknik legato, staccato, detache, spiccato, dan lainnya dalam pembelajaran biola ini. Begitu pula tangan kanan gesekan dan tangan kiri penjarian pada tahap pradasar dan dasar satu untuk sebuah pembelajaran praktik instrumen biola.

Universitas Sumatera Utara Deskripsi lainnya adalah bagaimana penerapan pembelajaran yang memadukan ketiga buku panduan pada pradasar dan dasar I.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian penerapan metode pembelajaran instrumen biola melalui buku panduan ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan metode biola A Tune A Day, Suzuki Violin dan Kurikulum ABRSM di Candra Kusuma

School. Kemudian dikaji apa-apa saja kelebihan, kelemahan, dan solusi dari penerapan kurikulum tersebut.

Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi guru dalam bentuk pengajaran, serta memudahkan murid mempelajari instrumen biola. Melalui ketiga buku panduan, baik pada sebuah gesekan maupun pada sebuah penjarian, serta melihat bagaimana penggabungkan ketiga buku panduan tersebut, yang diaplikasikan untuk pradasar dan dasar 1 (satu) pada pembelajaran biola.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang di ambil dari penelitian yang diwujudkan dalam bentuk tesis ini adalah sebagai berikut:

(1) Menambah referensi tentang instrumen (khususnya biola).

Universitas Sumatera Utara (2) Sebagai bahan masukan bagi pembaca khususnya mahasiswa, pelajar, dan

penikmat musik, agar dapat mengetahui permasalahan pada instrumen biola

dalam konteks permainan biola.

(3) Menambah pengetahuan bagi penulis, guru, pelajar biola serta penikmat

musik lain, baik mencakup teori maupun praktik musik pada instrumen biola.

(4) Penelitian ini akan bermanfaat untuk pengembangan kesenian dalam konteks

seni musik di Indonesia.

1.3.3 Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian dari ketiga metode pembelajaran adalah meneliti metode pembelajaran, baik pada sebuah lagu maupun teknik yang sesuai untuk pembelajaran instrumen biola di Sekolah Candra Kusuma School melalui ketiga buku panduan. Kemudian menggabungkan bahan-bahan yang ada pada ketiga buku panduan baik pada lagu-lagu dan teknik serta tangga nada yang terdapat pada buku panduan, untuk kepentingan dan permasalahan serta mempermudah mempelajari instrumen biola baik pada teknik tangan kanan seperti gesekan dan teknik tangan kiri pada penjarian.

Meneliti guru ketika melakukan pengajaran kepada murid, kemudian melihat kemampuan murid ketika memainkan sebuah lagu yang diajarkan oleh seorang guru, melalui ketiga buku panduan, serta teknik dan tangga nada yang yang terdapat pada buku panduan dengan tulisan not balok untuk pembelajaran praktik instrumen biola.

Universitas Sumatera Utara Merevisi dan mengevaluasi sebuah metode pembelajaran yang terdapat pada ketiga buku panduan dan memberikan sebuah solusi, setelah mengaplikasikan ketiga metode pembelajaran tersebut kepada peserta didik melalui permasalahan ketika peserta didik memainkannya, serta permasalahan pengajaran yang terdapat pada guru atau instruktur biola ketika mengajarkannya pada peserta didik.

1.4 Studi Kepustakaan

Sebelum penulis mengadakan studi lapangan, terlebih dahulu penulis mengadakan studi kepustakaan antara lain:

Carl Flesh buku panduan tangga nada, yang membahas permasalahan tangga nada dengan penjarian dan posisi ketika memainkan tangga nada serta mempermudah penjarian dengan berbagai posisi.

Kurikulum ABRSM sebagai acuan penulis untuk materi bagi peserta didik serta menganalisis buku tersebut untuk kepentingan pembelajaran pada sebuah tingkatan, agar peserta didik sampai pada titik merasa terlalu sulit ketika mempelajari instrumen biola

Suzuki violin sebagai acuan penulis, melihat proses pembelajaran dan bahan ajar guru. Buku Suzuki adalah buku panduan untuk siswa dalam mempelajari biola melalui sebuah lagu yang telah diubah oleh Sinichi Suzuki melalui penjarian dan interpretasi yang mempermudah pelajar dalam memainkannya.

Universitas Sumatera Utara Dieter Mack, dalam bukunya Ilmu melodi ditinjau dari segi budaya musik barat (1995), pusat musik liturgi Yogyakarta, buku ini mengetengahkan analisis melodi dari beberapa komponis musik barat disertai dengan contoh berupa cuplikan-cuplikan rekaman.

Buku Douglass M. Green Form in Tonal Music: An Introduction to

Analysis (1979), berisikan tentang ilmu bentuk analisa musik dalam musik tonal, beserta dengan contoh table.

Buku Ilmu Bentuk Analisa (1996) yang dikarang Karl-Edmund Prier, SJ.

Berisikan kumpulan bahan kuliah ilmu bentuk analisa musik. Kemudian disusun dan diterbitkan dalam bentuk buku, terdiri dri lima bagian, bentuk-bentuk ganda, bentuk sonata, bentuk polifoni, dan bentuk siklis.

Leon stein, dalam Structur & Style, The Study and analysis of Musikal

Forms (1997), menguraikan tentang musik barat dari unsur bentuk yang paling kecil sampai pada bentuk yang besar dengan segala unsur perkembangannya.

Buku Arnold Schonberg, Struktural Fungtions of harmony (1969), berisi tentang fungsi-fungsi struktur harmoni didalam musik diatonik barat. Buku ini menjadi referensi bagi penulis dalam bentuk harmoni ketika penulis pada iringan untuk metode pembelajaran.

Benjamin Dale, & Hugo Hanson, dalam harmony,

Counterpoint & dan Improvisation (1940), jilid 1 dan 2 masing-masing terdiri dari tiga bagian utama, mengemukakan tentang harmoni, kontrapung, dan improvisasi khususnya pada piano.

Universitas Sumatera Utara Karya Robert W. Ottoman, Advanced Harmony, Theory and Practice

(1963), berisi tentang teori-teori lanjut tentang penyusunan nada-nada secara vertical beserta penerapannya terhadap musik barat sampai pada abad XIX.

Buku Vincent Persichetti, Twentieth Century Harmony, Creative Aspects and Practice (1978), merupakan salah satu buku pedoman mengenai teori harmoni musik abad ke XX dan penerapannya dalam buku ini seluruh latihan serta penerapan teori harmoni dilakukan dengan membuat komposisi. Bukan pada sebuah harmoni saja melainkan juga mengandung unsur latihan membuat komposisi musik.

Nicholas Slonimsky, dalam bukunya Thesaurus of Scales and Melodic

Patterns (1947), mengemukakan tentang pengolahan berbagai tangga nada, modus, dan pola-pola yang bersifat melodi.

Buku Oliver Messiaen, The Technique of My Musical Language (1966) berisi tentang teknik komposisi dan pembahasan dari karya-karya messiaen.

Karya Frank Howes, (1947), Full Orchestra, berisi mengenai evolusi dan peran orkestra dalam musik klasik barat.

Samuel Adler, dalam bukunya The Study of Orchestration (1989), menulis mengenai teknik orkestrasi secara menyeluruh beserta contoh dan latihannya.

Buku Langsung Jago Main Piano Otodidak, buku ini ditulis oleh

Christian J. Monoach. ST, buku ini berisikan tetang sebuah metode pembelajaran yang tidak sama dengan pembelajaran akademisi namun lebih kepada cara cepat dalam pembelajaran instrumen piano. Buku ini menjadi contoh dan menjadi

Universitas Sumatera Utara perbandingan bagi penulis agar dapat mempercepat dan mempermudah pembelajar instrumen khususnya instrumen biola.

Buku Ensiklopedia Musik Klasik buku ini disusun oleh Muhamad Syafiq yang berisikan seperti kamus musik dan banyak menceritakan peradapan musik klasik sampai pada saat ini serta menceritakan riwayat hidup composer pada jaman klasik sampai pada masa modern saat ini.

Kamus Musik Pono Bonoe yang membantu untuk mengerti akan simbol dan tulisan-tulisan yang terdapat pada sebuah lagu. Buku ini membantu penulis dalam glosarium yang akan dibuat oleh penulis.

Cara Mudah dan Cepat Membaca Notasi buku ini ditulis oleh Yohanes

Andhi Kurniawan yang mengajarkan teknik pembelajaran musik melalui membaca sebuah not, serta pengajaran yang sangat mempermudah ketika membaca sebuah notasi musik. Buku ini menjadi panduan bagi penulis ketika membuat sebuah notasi lebih mempermudah peserta didik dan dapat sekaligus mengajarkan peserta didik cara membaca dengan cepat baik pada not balok instrumen biola maupun instrumen lainnya.

1.5 Konsep dan Teori

1.5.1 Konsep

Metode adalah sebuah cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Pengetahuan tentang metode- metode mengajar sangat diperlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau

Universitas Sumatera Utara tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru (Hamilik, 2001:1).

Metode yang dimaksud dalam penelitian penulis berbentuk sebuah tulisan notasi, yang ditulis untuk sebuah pembelajaran praktik instrumen biola melalui tangan kanan dan tangan kiri. Kemudian diterapkan oleh seorang guru untuk pembelajaran peserta didik dari tingkatan pradasar sampai pada tingkatan dasar I.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik

(Wikipedia.org/wiki/ pembelajaran, 3 Februari 2013).

Dalam pembelajaran guru harus memahami materi pelajaran yang diajarkan sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru. Oleh sebab itu diperlukan adanya teori pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif di kelas (Dewi, 2004:1).

Pembelajaran yang dimaksud oleh penulis adalah untuk sebuah instrumentasi, yang kemudian dilakukan melalui praktik dan memakai buku

Universitas Sumatera Utara panduan untuk sebuah proses dalam pembelajaranya. Kemudian diajarkan dalam bentuk privat maupun kelas dalam pembelajaran praktik instrumen.

Psikologi adalah pengetahuan mengenai pikiran dan perilaku kemudian menjadi suatu pengertian yang dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana tepatnya lingkungan sensori (pendidikan musik langsung maupun tidak langsung) dapat menghasilkan peningkatan perkembangan otak serta memperkaya hidup manusia.

Radocy dan Boyle pada tahun 1997 menjelaskan bahwa semua jaringan saraf termasuk sensori, motor, dan koneksi antar saraf dan sebagian besar saraf otak adalah saling berhubungan, serta merupakan bagian dari hubungan jaringan komputer raksasa. Belajar harus meliputi peningkatan pemahaman dan efisiensi komunikasi sejumlah unit fungsi saraf (Djohan, 2003:24).

Psikologi dalam penelitian ini sebagai pendukung lancarnya penyampaian sebuah metode, pembelajaran yang dilakukan seorang guru ketika mengajar peserta didik. Melatih peserta didik dalam membahas sebuah lagu, teknik tangan kanan dan tangan kiri dalam praktik instrumen biola.

1.5.2 Teori

Penelitian ini menggunakan pendekatan teori Dowling (1984) mengenai

“memori musikal” dalam tipe deklaratif dan prosedural. Menurutnya sebuah aktivitas musik dalam latihan menggunakan aspek kognisi dan neurosains yang mengirim informasi menyeluruh ke otak dan pikiran seseorang dengan memperkuat sistem jaringan otak. Aktivitas dalam pelatihan musik dapat meningkatkan kapasitas kinerja otak yang memperkuat hubungan antar neuron,

Universitas Sumatera Utara dan pengaruh musik terhadap kinerja otak juga dapat mempengaruhi kognisi dan perilaku.

Dowling menjelaskan, bahwa hal mendasar dalam pembelajaran musik adalah menggunakan cara deklaratif dan prosedural. Ketika mendengar musik, salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah mengingat dan menyimpannya kedalam memori, misalnya ketika mendengarkan nada atau akor, akan menjadi lebih musikal apabila dihubungkan pada saat sebelum dan sesudah diberikan pelatihan. Saat belajar musik, kita sering sekali cenderung kurang menyadari dengan menggunakan kemampuan prosedural, misalnya dalam kegiatan mendengar dan memproduksi musik melalui bernyanyi otomatis akan melatih kemampuan prosedural tersebut.

Mempelajari musik melibatkan otak dan memori dapat dilakukan melalui pengalaman dan pengetahuan musik seseorang yang tersimpan dalam otak yang mempengaruhi kehidupan interpersonal dan intrapersonal. Misalnya yang berkaitan dengan perilaku dan kinerja otak bekerja seseorang. Suara musikal yang disimpan dalam korteks merupakan sejumlah respons kortikal dari setiap suara.

Hal ini dilatar belakangi oleh faktor: (1) memori bukan sebuah proses monolithic, tetapi dibedakan menjadi deklaratif (mempelajari sesuatu) dan prosedural

(melakukan sesuatu); (2) terdapat bukti bahwa musisi dan bukan musisi memiliki perbedaan dalam memperoses musik, menyusun sebuah kalimat melodi, dan pada yang bukan musisi melibatkan hemisfer kanan, sementara bagi musisi melibatkan hemisfer kiri; (3) telinga mengirim informasi auditori secara langsung pada hemisfer yang berlawanan (Djohan, 2009 :166).

Universitas Sumatera Utara 1.6 Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif (puslit2.ac.id, 2010:26 April 2010). Langkah-langkah yang ditempuh di antaranya mengadakan studi pustaka untuk mendapatkan sumber- sumber atau data yang diperlukan serta melakukan pendekatan musikologis, adapun metode-metode tersebut sangat berperan dalam penulisan metode pembelajaran biola di Sekolah Candra Kusuma School untuk melengkapi proses penulisan tentang metode pembelajaran biola tersebut. Penulis akan meminta bantuan atau pendapat kepada beberapa pengajar dan pemain biola, yang berguna untuk menambah dan melengkapi data yang diperlukan. Setelah data terkumpul, data tersebut dipilah dan dianalisis secara khusus untuk mendukung dalam penulisan tesis nantinya. Kemudian penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap pengumpulan data, tahap wawancara, tahap analisis data, tahap praktikum, dan tahap penulisan.

1.7 Teknik Mengumpulkan Data

Untuk mengumpulkan data, dilakukan penelitian lapangan. Penelitian lapangan yang dimaksud disini adalah kegiatan yang penulis lakukan yang berkaitan dengan pengumpulan data di lapangan, yang terdiri dari observasi, wawancara, tahap analisis dan perekaman serta kerja laboratorium.

Universitas Sumatera Utara 1.7.1 Observasi

Observasi yang dilakukan adalah observasi langsung: yaitu langsung kepada guru, melihat guru mengajar peserta didik untuk mempelajari biola.

Untuk menjaring data-data yang diperlukan, pertimbangan, revisi, analisis dan menggabungkan ketiga metode yang terdapat pada buku panduan, penulis akan melakukan studi lapangan dengan cara observasi. Observasi dilakukan untuk memperoleh kesalahan-kesalahan yang dilakukan penulis dari analisis penggabungan metode tersebut. melalui observasi dapat peroleh gambaran yang lebih jelas tentang permainan biola pada great pradasar dan dasar satu dari ketiga buku panduan tersebut yang sukar diperoleh metode lain ketika mengaplikasikannya. Maka observasi yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan partisipasi pengamat sebagai partisipan (insider) yaitu sebagai pemain biola. Keuntungan cara ini adalah peneliti telah merupakan bagian yang integral dari situasi yang dipelajarinya, sehingga kehadirannya tidak mempengaruhi situasi itu dalam kewajarannya.

1.7.2 Wawancara

Untuk memperoleh data-data yang tidak dapat dilakukan melalui observasi tersebut (seperti konsep etnosainsnya tentang estetika dan teknis musikalnya), penulis melakukan wawancara. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara yang sifatnya terfokus yaitu terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan biola dan tekniknya. Pada tahap ini akan dilakukan wawancara kepada pengajar biola, guna mengetahui tingkat pemahaman bermain

Universitas Sumatera Utara biola bagi para siswa setelah menggunakan beberapa metode, dan dilakukan juga wawancara kepada para siswa, guna mengetahui seberapa besar minat mereka dalam bermain biola.

1.7.3 Tahap analisis

Dari data yang diperoleh, data yang telah terkumpul kemudian diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya dan selanjutnya dilakukan analisis.

1.7.4 Perekaman

Untuk mendokumentasikan data yang berkaitan dengan perubahan metode pembelajaran dan revisi merode tersebut, maka penulis melakukan perekaman.

Perekaman musik dan wawancara dilakukan dengan menggunakan tape recorder merk Sony TCM 70, yang diproduksi oleh PT. Sony Amc Graha Jakarta, dengan menggunakan kaset feroksida BASF dengan ukuran waktu 60 menit (C-60).

Untuk dokumentasi audiovisual, dipergunakan Handycam Sony.

1.7.5 Kerja laboratorium

Pada tahapan kerja laboratorium, seluruh hasil kerja yang telah diperoleh dari studi kepustakaan dan dari penelitian lapangan diolah, direvisi, diseleksi, disaring untuk dijadikan sebagai data dalam analisis dan menggabungkan metode pembelajaran ini. Data mana yang dapat dipergunakan untuk mendukung analisis dan menggabungkan ketiga buku panduan, dan data mana yang tak dapat dipergunakan dilakukan dalam kerja laboratorium.

Universitas Sumatera Utara Guru dan pelajar biola yang telah mengaplikasikan metode tersebut dan yang telah direkam di atas pita kaset BASF dan CD handycam, selanjutnya ditranskripsikan dan dianalisis di laboratorium. Semua ini penulis lakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

1.7.6 Tahap pengumpulan data

Pada tahap pengumpulan data ini dikumpulkan data yang diperlukan yaitu buku-buku yang berisi tentang metode pembelajaran yang sangat membantu dalam pemaparannya.

1.7.7 Tahap praktikum

Pada tahap ini akan dilakukan praktikum, yaitu berupa rekaman dalam bentuk CD audio dari hasil pembelajaran biola yang dimainkan oleh Sekolah

Candra Kusuma School.

1.7.8 Sistematika penulisan

Dari hasil analisis dalam segi pembelajaran biola serta data yang terkumpul, maka dilanjutkan pada tahap penyelesaian yaitu disusun menjadi suatu karya ilmiah dalam bentuk tesis.

Universitas Sumatera Utara BAB II PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER BIOLA

2.1 Pengertian Metode Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam hal ini pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan sudah melalui tahapan rancangan. Proses pembelajaran aktifitasnya dalam bentuk interaksi belajar mengajar dalam suatu interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan, artinya interaksi yang telah dicanangkan untuk suatu tujuan tentunya setidaknya adalah pencapaian tujuan intruksional atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada satuan pelajaran. Kegiatan pembelajaran yang diprogamkan guru merupakan kegiatan integralistik antara pendidik dengan peserta didik. Kegiatan pembelajaran secara metodologis berakar dari pihak pendidik yaitu guru, dan kegiatan belajar secara pedagogis berakar dari pihak peserta didik (Dewi, 2004:1).

Para ahli psikologi umumnya sependapat, bahwa peserta didik mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh- contoh kongkret dan wajar, sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi dengan mengalami atau mempraktekannya sendiri. Dalam proses pendidikan dan pembelajaran pembangunan konsep semestinya tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan pananaman nilai-nilai ke dalam diri peserta didik.

Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu: (a) subjek yang dibimbing

(peserta didik); (b) orang yang membimbing (pendidik); (c) interaksi antara

Universitas Sumatera Utara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif); (d) ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan); (e) pengaruh yang diberikan dalam bimbingan

(alat dan metode); (f) cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode);

(g) tempat dimana tempat bimbingan berlangsung yaitu lingkungan pendidikan

(Hartoto, 2009:1).

Cepat lambatnya peserta didik dalam belajar biola sangat erat kaitannya dengan metode yang dipakai karena berpengaruh dengan cocok apa tidaknya metode itu diterapkan. Suatu metode mempunyai cara-cara yang berbeda dengan metode yang lain sehingga harus melihat lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat. Oleh karena itu salah satu yang bertanggung jawab dalam pendidikan adalah guru.

2.1.1 Psikologi pendidikan

Psikologi pendidikan sendiri adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar.

Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar (Supriadi, 2006:1).

Universitas Sumatera Utara Konsentrasi pada persoalan belajar yakni persoalan-persoalan yang senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini supaya mereka dalam menjalankan fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif (Supriadi,

2006:1).

Samuel Smith telah mengadakan studi mengenai 18 buku tentang psikologi pendidikan yang dipandang baik. Smith menggolong-golongkan persoalan yang dikupas oleh para ahli yang diselidikinya itu menjadi 16 macam, yaitu: 1. The science of educational psychology (ilmu psikologi pendidikan); 2.

Heredity (turun-temurun), 3. Physical structure (struktur fisik), 4. Growth

(perkembangan), 5. Behavior processes (proses perilaku), 6. Nature and scope of learning (sifat dan ruang lingkup pembelajaran), 7. Factors that condition learning (faktor kondisi belajar), 8. Law and theories of learning (hukum dan teori pembelajaran), 9. Measurement: Basic principles and definitions (prinsip dasar pengukuran dan definisi), 10. Transfer of training: subyect matter

(mentransfer materi pelatihan), 11. Practical aspect of measurement (aspek praktis pengukuran), 12. Element of statistics (unsur statistik), 13. Mental hygiene

(kesehatan mental), 14. Character education (pendidikan karakter), 15.

Psychology of secondary school subject (psikologi sekolah menengah subjek), dan 16. Psychology of elementary school subject (psikologi subjek SD)

(Suryabrata, 2002: 2-3).

Universitas Sumatera Utara Dari enam belas poin di atas yang dapat digunakan dalam pembelajaran biola yaitu: struktur fisik, ruang lingkup pembelajaran, faktor kondisi belajar, materi pelatihan atau pembelajaran, dan kesehatan mental. Dalam pembelajaran biola struktur fisik (anatomi) sangat penting kaitannya dengan metode apa yang cocok digunakan, sedangkan ruang lingkup pembelajaran dan faktor kondisi belajar sangat penting kaitannya dengan keinginan dan kepuasan saat seseorang berlatih dan bermain.

Umumnya orang beranggapan bahwa pendidik adalah sosok yang memiliki sejumlah besar pengetahuan tertentu dan berkewajiban menyebarluaskannya kepada orang lain. Demikian juga subjek didik sering dipersepsikan sebagai sosok yang bertugas mengkonsumsi informasi-informasi dan pengetahuan yang disampaikan pendidik. Semakin banyak informasi pengetahuan yang mereka serap atau simpan semakin baik nilai yang mereka peroleh dan akan semakin besar pula pengakuan yang mereka dapatkan sebagai individu terdidik (Supriadi, 2006:1).

Anggapan-anggapan seperti ini mesti sudah berusia cukup tua, tidak dapat dipertahankan lagi. Fungsi pendidik memberikan informasi pengetahuan sebanyak-banyaknya kepada subjek didik dan fungsi subjek didik menyerap dan mengingat-ingat keseluruhan informasi itu semakin tidak relevan lagi.

Mengingat bahwa pengetahuan itu sendiri adalah sesuatu yang dinamis dan tidak terbatas. Dengan kata lain pengetahuan-pengetahuan hanya bersifat sementara dan berubah-ubah, tidak mutlak. Gugus pengetahuan yang dikuasai dan disebarluaskan saat ini secara relatif. Mungkin hanya berfungsi untuk saat ini dan

Universitas Sumatera Utara tidak untuk lima hingga sepuluh tahun ke depan. Karena itu, tidak banyak artinya memberikan informasi pengetahuan kepada subjek didik apalagi bila hal itu terlepas dari konteks pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Namun demikian bukan berarti fungsi tradisi pendidik untuk menyebarkan informasi pengetahuan harus dipupuskan sama sekali. Fungsi ini perlu dipertahankan, tetapi harus dikombinasikan dengan fungsi-fungsi sosial yang lebih luas, yaitu membantu subjek didik untuk memadukan informasi-informasi yang terpecah-pecah dan tersebar ke dalam satu falsafah yang utuh. Dengan kata lain dapat diungkapkan bahwa menjadi seorang pendidik dewasa ini berarti juga menjadi “penengah” di dalam perjumpaan antara subjek didik dengan himpunan informasi faktual yang setiap hari mengepung kehidupan mereka (Supriadi, 2006: 1).

Seorang pendidik harus mengetahui dimana letak sumber-sumber informasi pengetahuan tertentu dan mengatur mekanisme perolehannya apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh subjek didik. Dengan perolehan informasi pengetahuan tersebut, pendidik membantu subjek didik untuk mengembangkan kemampuannya mereaksi dunia sekitarnya. Pada momentum inilah tindakan belajar dalam pengertian yang sesungguhya terjadi, yakni ketika subjek didik belajar mengkaji kemampuannya secara realistis dan menerapkannya untuk mencapai kebutuhan-kebutuhannya (Supriadi, 2006:1).

Deskripsi di atas terlihat bahwa indikator dari satu tindakan belajar dikatakan berhasil apabila subjek didik telah mengembangkan kemampuannya sendiri. Lebih jauh lagi bila subjek didik berhasil menemukan dirinya sendiri

Universitas Sumatera Utara menjadi dirinya sendiri. Faure pada tahun 1972 menyebutnya sebagai “learning to be” (Supriadi, 2006:1).

Tugas pendidik untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi berlangsungnya tindakan belajar secara efektif. Kondisi yang kondusif itu tentu lebih dari sekedar memberikan penjelasan tentang hal-hal yang termuat di dalam buku teks, melainkan mendorong, memberikan inspirasi, memberikan motif- motif dan membantu subjek didik dalam upaya mereka mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan (Supriadi, 2006:1).

Bagi beberapa pserta didik, belajar memainkan alat musik berarti mempelajari sebuah repertoar yang telah tertulis untuk sebuah alat musik.

Kebanyakan pendidikan menggunakan orientasi visual untuk memperkenalkan lagu baru yang dimainkan dengan membaca dan berlatih beberapa sesi yang biasanya dalam rangka mempersiapkan sebuah konser atau menjelang ujian. Pada kasus seorang pemain musik yang sudah ahli dan mencapai tingkat tinggi, yang familiar dengan notasi sebagai hasil dari berbagai jenis latihan, sangat memungkinkan baginya untuk mendalami musik dan mempertunjukannya melalui memori tanpa bantuan notasi musik. Esensi dari pendekatan ini adalah orientasi visual dimana seorang musisi belajar memainkan musik dengan cara membaca dan belajar notasi musik (Djohan, 2003:177-178).

Fungsi pendidik sebagai motivator, inspirator, dan fasilitator dapat dilakukan dengan baik, maka pendidik perlu memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar subjek didik. Faktor-faktor itu lazim dikelompokkan atas dua bagian, yaitu:

Universitas Sumatera Utara 2.1.1.1 Faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis ini mencakup faktor metode pembelajaran, faktor lingkungan, dan faktor kondisi individual peserta didik. metode pembelajaran menentukan bagaimana proses dan hasil belajar yang akan dicapai peserta didik.

Karena itu, penting bagi pendidik untuk mempertimbangkan kesesuaian metode pembelajaran dengan tingkat kemampuan subjek didik, juga melakukan gradasi materi pembelajaran dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat lebih kompleks.

Faktor lingkungan yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial juga perlu mendapat perhatian. Belajar dalam kondisi alam yang segar selalu lebih efektif dari pada sebaliknya. Demikian pula belajar pada pagi hari selalu memberikan hasil yang lebih baik dari pada sore hari. Sementara itu, lingkungan sosial yang hiruk pikuk, terlalu ramai, juga kurang kondusif bagi proses dan pencapaian hasil belajar yang optimal. Dalam bermain musik seseorang harus fokus dan konsentrasi dengan apa yang dia pelajarinya, karena tidak mungkin seseorang bermain musik dengan kondisi lingkungan yang tidak mendukung.

Faktor fisiologis lainnya yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi individual subjek didik sendiri. Subjek didik yang berada dalam kondisi jasmani yang kurang segar tidak akan memiliki kesiapan yang memadai untuk memulai tindakan belajar (Supriadi, 2006: 2).

Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar jumlahnya banyak dan masing-masingnya tidak dapat dibahas terpisah.

Perilaku individu termasuk perilaku belajar yang merupakan totalitas

Universitas Sumatera Utara penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling pengaruh antara berbagai gejala seperti perhatian, pengamatan, ingatan, pikiran dan motif.

2.1.1.2 Perhatian

Peserta didik yang memberikan perhatian intensif dalam belajar akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini dapat dieksploitasi2 sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu

(Supriadi, 2006:2). Seperti menyediakan materi pembelajaran yang sesuai dengan peserta didik (metode), seperti memberikan perhatian lebih ketika seorang peserta didik bosan atau kesulitan dalam suatu teknik atau lagu.

2.1.1.3 Pengamatan

Pengamatan adalah cara pengenalan dunia oleh subjek didik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan, dan pengecapan. Pengamatan merupakan gerbang baik masuknya pengaruh dari luar ke dalam individu subjek didik, karena itu pengamatan penting artinya bagi pembelajaran (Supriadi,

2006:2).

Seseorang belajar musik penglihatan dan pendengaran adalah dua hal yang tidak dapat terpisahkan. Penglihatan digunakan untuk belajar dan membaca notasi sedangkan pendengaran sangat penting untuk membedakan benar atau tidaknya nada (intonasi).

2Pendayagunaan atau pemanfaatan

Universitas Sumatera Utara 2.1.1.4 Ingatan

Secara teoretis, ada tiga aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yaitu: 1. menerima kesan, 2. menyimpan kesan, dan 3. mereproduksi kesan. Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah ingatan selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan, dan mereproduksi kesan.

Kecakapan menerima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya.

(Supriadi, 2006:2).

Pengembangan teknik pembelajaran juga lebih mengesankan bagi subjek didik, terutama untuk materi pembelajaran yang berupa rumus-rumus atau urutan- urutan lambang tertentu, contoh yang menarik adalah mengingat tanda mula dalam tangga nada 1# G (gudeg), 2# D (djogja), 3# A (amat), 4# E (enak) dan sebagainya (Supriadi, 2006: 2).

Hal lain dari ingatan adalah kemampuan menyimpan kesan atau mengingat. Kemampuan ini tidak sama kualitasnya pada setiap subjek didik.

Namun demikian, ada hal yang umum terjadi pada siapapun juga, bahwa setelah seseorang selesai melakukan tindakan belajar, proses melupakan akan terjadi.

Hal-hal yang dilupakan pada awalnya berakumulasi dengan cepat, lalu kemudian berlangsung semakin lamban, dan akhirnya sebagian hal akan tersisa dan tersimpan dalam ingatan untuk waktu yang relatif lama (Supriadi, 2006:2).

Untuk mencapai proporsi yang memadai untuk diingat, menurut kalangan psikolog pendidikan, peserta didik harus mengulang-ulang hal yang dipelajari dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Implikasi pandangan ini dalam

Universitas Sumatera Utara proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi peserta didik untuk mengulang atau mengingat kembali material pembelajaran yang telah dipelajarinya. Hal ini, dapat dilakukan melalui pemberian tes setelah satu submaterial pembelajaran selesai (Supriadi, 2006:2).

2.1.1.5 Berpikir

Definisi yang paling umum dari berpikir adalah berkembangnya ide dan konsep di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-perngertian.

Kemampuan berpikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional, akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berpikir mereka, seperti dalam belajar biola untuk pemula diajarkan tangga nada A Mayor. Dan banyak dari mereka bertanya dan bahkan mencari sendiri tangga nada yang lain seperti tangga nada D dan G. Pembelajaran seperti ini akan menghadirkan tantangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan- kesimpulannya secara mandiri.

Universitas Sumatera Utara 2.2.1.6 Motif pembelajaran

Motif adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motif boleh jadi timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motif semacam ini sering disebut motif ekstrensik, tetapi tidak jarang pula motif tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motif intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar berlatih biola karena dia memang ingin lebih terampil dalam bermain biola (Supriadi, 2006:3).

Dalam konteks belajar, motif intrinsik tentu selalu lebih baik dan biasanya berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motif intrinsik tidak cukup potensial pada peserta didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya motif-motif ekstrinsik.

Motif ini bisa dihadirkan melalui penciptaan suasana kompetitif di antara individu maupun kelompok peserta didik. Suasana ini akan mendorong subjek didik untuk berjuang atau berlomba melebihi yang lain. Namun demikian, pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.3

Motif ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat “self competition”, yaitu menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik. Melalui grafik ini, setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri dan sekaligus membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai teman-temannya. Dengan melihat grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya supaya tidak berada di bawah prestasi orang lain (Supriadi, 2006:3).

3Intrinsik artinya di dalam, ekstrinsik artinya adalah di luar.

Universitas Sumatera Utara 2.2 Ekstrakurikuler

Hampir semua Sekolah dasar, Menengah Pertama dan Sekolah Menengah

Atas di tanah air memiliki ekstrakurikuler. Kegiatan diluar jam pelajaran itu menawarkan sejumlah pelatihan sesuai bakat dan minat siswa. Ekstrakurikuler biasanya dilaksanakan satu kali dalam satu minggu selama satu setengah sampai dua tahun. Pelatih atau guru pengajar ekstrakurikuler kebanyakan guru sekolah yang bersangkutan. Sekolah yang mampu biasanya mendatangkan pelatih profesional dari luar.

Ekstrakurikuler sendiri adalah kegiatan yang dilakukan siswa sekolah atau universitas, di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan-kegiatan ini ada pada setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai universitas. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswa-siswi itu sendiri untuk merintis kegiatan di luar jam pelajaran sekolah. Kegiatan dari ekstrakurikuler ini sendiri dapat berbentuk kegiatan pada seni, olahraga, pengembangan kepribadian, dan kegiatan lain yang bertujuan positif untuk kemajuan dari siswa-siswi itu sendiri (Wikipedia.org/wiki/pembelajaran: 14 Februari 2013).

Terdapat beberapa syarat yang mendasari pembentukan ekstrakurikuler, yaitu: a. Adanya pembina atau pembimbing dalam ekstrakurikuler tersebut, b. Adanya seksi OSIS yang mengurusi ekstrakurikuler tersebut, c. Memiliki sejumlah

Universitas Sumatera Utara anggota, d. Disetujui oleh sekolah (Wikipedia.org/wiki/pembelajaran: 14 Februari

2013).

Ekstrakurikuler dibagi menjadi beberapa jenis yaitu Ekstrakurikuler olah raga, seni, hobi, penalaran, dan cinta bangsa dan tanah air (CBTA).

Ekstrakurikuler yang meliputi kesenian adalah biola, tari, batik, dan paduan suara. Sekolah Chandra Kusuma School terdapat ekstrakurikuler biola yang sering juga disebut (Musik Program) yang termasuk dalam ekstrakurikuler seni.

Musik program biola menjadi salah satu kegiatan ekstra yang banyak diminati dalam bidang seni musik yang mempelajari sebuah instrumen. Musik program instrumen biola ini sendiri terbentuk dari keinginan siswa dengan seni musik khususnya instrumen biola biola. Di dalam pelaksanaan musik program biola diterapkan sistem ansembel yaitu bermain secara bersama-sama dalam satu kelas. Ansambel biola selalu aktif dalam acara-acara sekolah, seperti masa orientasi siswa (MOS), penyambutan pelajar dari luar negeri, dan acara lainnya.

Musik program biola memiliki lebih dari 50 peserta didik yang dibagi setiap kelas 8 siswa dan satu pengajar biola yaitu pemula dan lanjut. Setiap kelas memiliki keterampilan yang berbeda, untuk pemula biasanya peserta didik yang belum bisa memainkan tetapi mempunyai keinginan untuk belajar biola. Untuk kelas lanjut biasanya peserta didik yang sudah mampu memainkan lagu-lagu kecil, tangga nada, serta teknik-teknik dasar bermain biola.

Dari ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa ekstrakurikuler sangat baik untuk mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuan peserta didik di

Universitas Sumatera Utara berbagai bidang di luar bidang akademik sehingga peserta didik dapat menyalurkan bakat dan minat pada tempatnya.

Adapun silabus progam pembelajaran musik klasik dengan instrumen biola Chandra Kusuma School sebagai berikut: 1. Program pembelajaran diproyeksikan untuk satu semester (6 Bulan) yang terbagi pada semua tingkatan kelas baik pada TK dan SD sampai pada SMP dan SMA. 2. Materi pembelajaran diambil dari buku A tune a day, Suzuki dan kurikulum ABRSM dan diperkaya dengan repertoar yang relevan seperti partitur orkestra maupun lagu-lagu lainnya yang diaransemen dan ditulis dalam bentuk notasi balok. 3. Pengajar dipersilahkan melakukan pengembangan materi pembelajaran. Rincian pembagian pembelajaran: a. Organologi/pengenalan instrument menggesek, b.

Fingering/penjarian, c. Nilai nada, d. Scale/tangga, e. nada etude/teknik, f. Lagu, g. Bermain duet, kwartet, ansambel, h. Ujian dan konser.

2.3 Tujuan pendidikan ekstrakurikuler biola sekolah Chandra Kusuma

School

Sekolah Chandra Kusuma School merupakan lembaga pendidikan, yang menampung peserta didik dan dibina agar mereka memiliki kemampuan, kecerdasan dan keterampilan. Dalam proses pendidikan diperlukan pembinaan secara berkoordinasi dan terarah. Dengan demikian peserta didik diharapkan dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal sehingga tercapainya tujuan pendidikan. Dalam pembinaan peserta didik di sekolah Sekolah Chandra Kusuma

School, banyak wadah atau program yang dijalankan demi menunjang proses

Universitas Sumatera Utara pendidikan yang kemudian atas prakarsa sendiri dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan kearah pengetahuan yang lebih maju. Salah satu wadah pembinaan peserta didik di sekolah Chandra Kusuma School adalah kegiatan ekstrakurikuler.

Kegiatan-kegiatan yang diadakan dalam program ekstrakurikuler didasari atas tujuan dari pada kurikulum sekolah. Melalui kegiatan ekstrakurikuler yang beragam peserta didik dapat mengembangkan bakat, minat dan kemampuannya.

Kegiatan-kegiatan peserta didik di sekolah khususnya kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang terkoordinasi terarah dan terpadu dengan kegiatan lain di sekolah, guna menunjang pencapaian tujuan kurikulum (muttaqinhasyim. wordpress.com: 14 Februari 2013).

Kegiatan terkoordinasi di sini adalah kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan program yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaannya kegiatan ekstrakurikuler dibimbing oleh guru, sehingga proses pembelajaran biola berjalan dengan baik. Dengan demikian, kegiatan ekstrakurikuler di sekolah Sekolah

Chandra Kusuma School dapat memberikan kontribusi dalam menciptakan tingkat kecerdasan peserta didik. Kegiatan ini bukan termasuk materi pelajaran yang terpisah dari materi pelajaran lainnya, bahkan dapat dilaksanakan di antara penyampaian materi pelajaran, mengingat kegiatan tersebut merupakan bagian penting dari kurikulum sekolah (Amal, 2005: 378). Secara garis besar kegiatan ekstrakurikuler mempunyai tiga tujuan dasar, yaitu: a. Pembinaan minat dan bakat siswa, yang merupakan kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat membina dan mengembangkan minat yang ada pada peserta didik serta memupuk bakat

Universitas Sumatera Utara yang dimiliki peserta didik. b. Sebagai wadah di sekolah, dengan aktifnya siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler, secara otomatis peserta didik telah membentuk wadah-wadah kecil yang di dalamnya akan terjalin komunikasi antar peserta didik dan sekaligus dapat belajar dalam mengorganisir setiap aktivitas kegiatan ekstrakurikuler. c. Pencapaian prestasi yang optimal, beberapa cabang ekstrakurikuler baik secara perorangan maupun kelompok diharapkan dapat meraih prestasi yang optimal, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah

(ekskulabsky. multiply.com: 14 Februari 2013).

Akhirnya dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan ekstrakurikuler secara garis besar adalah sebagai wadah pembinaan minat dan bakat peserta didik di sekolah, dan pencapaian prestasi yang optimal dan didasari atas tujuan dari pada kurikulum sekolah.

Universitas Sumatera Utara BAB III

ASAL-USUL, TEKNIK DAN PERKEMBANGAN BIOLA DI INDONESIA

3.1 Asal-Usul dan Perkembangan Biola

Pada mulanya biola digunakan bersama instrumen musik lain untuk mengiringi tarian. Saat itu biola dianggap sebagai alat musik dari kalangan bawah namun kemudian menjadi instrumen solo selama abad ke-17. Biola berasal dari

Italy pada sekitar tahun 1500-an. Instrumen gesek mungkin berasal dari instrumen seperti Viele, fiedel, rebec, dan dari Lira da braccio pada masa

Renaissans. Walaupun demikian tampaknya ada instrumen lain bernama Viol dengan enam dawai di Eropa, yang telah ada sebelum biola dan keberadaanya berdampingan dengan rebec dan keluarganya selama sekitar 200 tahun.

Pada tahun 1600 an biola memperoleh penghargaan yang lebih baik setelah digunakan sebagai instrumen pengiring opera-opera Italia seperti Orfeo

(1607) karya Claudio Monteverdi, dan melalui Raja Louis Perancis ke XIII yang membentuk kelompok pemusik, 24 violos du rei (‘’raja 24 biola’’) pada tahun

1626. Biola bekembang baik sepanjang jaman Barok (1600-1750) dalam karya- karya dari para pencipta seperti Arcangelo Corelli, Antonio Vivaldi, dan

Giuseppe Tartini di Itali, Heinrich Biber, serta Georg Philipp Telemann dan

Johann Sebastian bach di Jerman. Biola menjadi dasar dari alat musik solo concerto, concerto grosso, sonata, trio sonata, dan cocok sebagus yang digunakan dalam opera.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.1 biola dengan alat gesek biola

Para pembuat biola pertama yang berasal dari Italia Utara di antaranya ialah Gasparo da Salo (1540-1609) dan Giovanni Maggini (1579-1630?) dari

Brescia, dan Andrea Amati dari Cremona. Pada abad ke-17 dan ke-18 telah ada bengkel pembuat biola di Italia, yaitu dari Antonio Stradivari dan Giuseppe

Guarneri dari Cremona dan seorang orang Austria Jacob Stainer.

Biola terdahulu berukuran lebih pendek, leher biola lebih tebal dan kurang membelok ke belakang dari permukaan biola papan jari yang lebih pendek kamnya lebih datar dan dawainya terbuat murni dari dari usus binatang. Busur biola yang pertama juga memiliki desain berbeda dengan biola sekarang.

Perubahan konstruktif yang mendasar, yang menghasilkan bunyi lebih keras, nyaring, dan nada yang lebih bagus, terjadi pada abad ke 18 dan 19.

Universitas Sumatera Utara Pada pertengahan abad ke-18 biola adalah instrumen solo terpopuler di

Eropa. Biola juga dijadikan alat musik pada orkestra, alat yang paling penting dimainkan era Barok dan Klasik (1750-1820), dan pada orkestra modern juga masih menjadi alat yang paling penting untuk dimainkan. Kelompok biola berkembang dengan jumlah lebih dari pemainnya yang dimainkan di ruang kecil terdiri dari dua biola, viola dan cello.

Gambar 3.2 Pemain biola dunia, Yehudi Menuhin

Selama abad ke-19 pemain biola yang melegenda di seluruh Eropa, di antaranya ialah Giovanni Viotti dan Nicolo Paganini, Louis Sphor dan Joseph

Joachim dari Jerman, Pablo de Sarasate dari Spanyol, dan Henri Vieuxtemps dan

Eugene Ysaye dari Belgia. Pada abad ke-20 biola mencapai nilai artistik yang baru dan teknik yang tinggi di tangan para pemain biola Amerika, Isaac Stern dan

Yehudi Menuhin, keturunan Austria Fritz Kreisler, keturunan Rusia Jascha

Heifetz, Mischa Elman dan Nathan Milstein yang menjadi penduduk Amerika, biolis Hongaria Joseph Szigeti, dan David Oitsrakh dari Rusia. Di antara para

Universitas Sumatera Utara pencipta tunggal dan para pencipta karya-karya untuk biola adalah Bach,

Wolfgang Amadeus Mozart, dan ; di Austria ada Franz

Schubert, Jerman diwakili oleh , Felix Mendelssohn, dan Robert

Schumann, dan dari Rusia ialah Peter llyich Tchaikovsky di era yang penuh dengan keromantisan; meakili Perancis, sedangkan untuk

Austria ialah Arnold Schoenberg, dari Hungaria ialah Bela Bartok, dan Rusia diwakili oleh Igor Stravinsky pada abad ke 20.

3.1.1 Konstruksi biola

Panjang biola normal (berukuran 4/4) mencapai 60 cm. Walaupun demikian ada juga yang lebih kecil, yaitu berukuran 3/4 dan 1/2 yang dapat dimainkan oleh pelajar yang masih muda. Biola adalah salah satu dari keluarga instrumen gesek yang lain yaitu, biola alto, cello dan kontrra bas. Di antara instrumen musik gesek, biola termasuk instrument yang memiliki titinada tertinggi. Busur penggesek (bow) biola terdiri dari tongkat, kurang lebih sepanjang 75 cm, dengan bulu-bulu kuda yang direntangkan di antara kedua ujung tongkat penggesek. Konstruksi yang terdapat pada seluruh keluarga instrument gesek pada dasarnya tidak berbeda dengan konstruksi biola. Walaupun demikian cello dan kontra bas memiliki tongkat penyanggah di bagian bawahnya

(akan dijelaskan kemudian). Secara detail bagian-bagian biola meliputi:

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.3 Anatomi instrumen Biola

a. Table/ Belly (perut). b. Ribs, atau papan samping yang memisahkan di antara papan

depan (table) dengan papan belakang. c. Neck, yaitu leher di antara bagian kepala (peg box) dan badan

(table) biola. d. Peg box, kotak penala yang berada di bagian kepala. e. Scroll, hiasan ukir di ujung bagian kepala yang menyerupai

gulungan kain. f. Tail, yaitu penambat ujung dawai-dawai di bagian bawah

perut (table). g. Bridge, yaitu keping pembatas tegangan dawai-dawai yang

berada di antara tail dan nut atau batas pada pangkal peg box.

Seksi Gesek h. Fingerboard, yaitu bidang yang terdapat di bagian depan

Universitas Sumatera Utara leher yang terbentang hingga kira-kira pertengahan belly. i. Lobang suara.

Pada bagian belly terdapat dua buah lubang suara berbentuk tanda dinamik Forte (f). Biola mempunyai 4 dawai dengan diameter yang berbeda.

Pada mulanya, dawai biola terbuat dari usus binatang, namun pada masa kini telah diganti oleh helaian kawat tipis dari baja. Untuk dawai-dawai berdiameter besar dilapisi oleh gulungan semacam perak. Dawai dengan diameter terbesar ditala untuk nada G (jarak interval 4 di bawah C).

3.1.2 Nada-nada biola pada posisi senar lepas

Penomoran dawai biola mulai dari yang terbawah sehingga dawai ini biasa dawai ke-4 atau G. Dawai ke-3 di bawahnya, ditala satu kwint lebih tinggi sehingga berbunyi D. Demikian selanjutnya, dua dawai lain di bawahnya ditala satu kwint ke atas yaitu nada A untuk dawai kedua dan nada E untuk dawai pertama. Dawai biola pada mulanya dibuat dari usus binatang. Guna menghasilkan bunyi yang nyaring dan kuat maka di jaman modern ini dawai dibuat dari baja dengan proses pembuatannya menggunakan teknologi canggih.

3.1.3 Karakter suara dan register biola

Di antara karakteristik terbaik biola adalah bunyi yang mendesing dan bisa dimainkan dengan cepat, bisa dimainkan dengan baik seperti melodi-melodi

Universitas Sumatera Utara yang ada pada lirik lagu. Para pemain biola juga bisa menciptakan efek yang bagus dengan teknik berikut ini dengan menggunakan jari tanpa stik, dengan memetik senar-senarnya dengan mengulang satu nada yang sama atau dua nada yang sama dengan cepat, menggesek stik pada senar-senarnya dengan cepat.

Salah satu teknik biola dikenal dengan istilah sul panticello, bermain dengan stik yang didekatkan dengan jembatan senar untuk menghasilkan bunyi yang ringan, suara seperti kaca seperti col legno, bermain dengan stik yang dari kayu, harmoni dengan meletakkan jari-jari dari tangan kanan pada bagian-bagian tertentu dari senarnya untuk menghasilkan bunyi yang ringan, seperti bunyi seruling dan glissando, gerakan luwes yang teratur dari jari tangan kiri ke atas dan kebawah senar untuk menghasilkan nada naik turun. Register biola adalah yang tertinggi di antara instrumen gesek, yaitu dari nada G (baca: g kecil) sampai

C3 (baca: c tiga).

3.2 Perkembangan Biola di Indonesia

Perkembangan instrumen biola di Indonesia memiliki perkembangan yang sangat pesat. Dikarenakan banyaknya para penikmat musik yang menyukai suara instrumen biola serta timbulnya kesadaaran orang tua yang memberikan kesempatan pada anaknya mempelajari musik melalui instrumen tersebut membuat biola menjadi instrumen yang tidak asing lagi bagi masyarakat indonesia.

Tidak sedikit Penikmat musik instrumen biola di Indonesia menikmati musik saat ini melalui sebuah orkestra yang dilakukan 30-60 pemain dari

Universitas Sumatera Utara berbagai, Orkestra di Indonesia pada saat ini memiliki sebuah peranan sebagai acara hiburan untuk mengiringi artis ibukota seperti Agnes Monika, Gita Gutawa,

Titiek Puspa, Ryo Domara, Chrisye, Ebiet G Ade, Vina Panduwinata dan Tanto

Wiyahya tidak terlepas juga pada grup band ternama di Indonesia seperti Kotak,

Gigi, The Changcuters, Slank dan banyak lagi grup band lainnya yang sering diiringi sebuah orkestra dalam sebuah pertunjukan, hal ini dapat terjadi apabila pemimpin orkestra dapat mengaransir lagu yang dimainkan grup band dikombinasikan pada orkestra begitu pula pada vocal solo yang diaransir pada iringan orkestra.

Orkestra yang ada diIndonesia yang sering sekali membawakan karya- karya klasik adalah Nusantara Symphony Orkestra (NSO) yang dipimpin oleh

Edward Van Ness, Twilite Orkestra (TO) yang dipimpin oleh Addie MS dan juga

Orkes Symphony ISI Yogyakarta yang terdiri dari mahasiswa Institut Seni

Indonesia dibawah asuhan Budhi Ngurah, Pipin Garibaldi, Edward Van ness,

Surti Hadi, dan Dosen yang ikut serta di dalamnya.

Penamaan sebuah orkestra di Indonesia sangatlah muda, dimana orang yang dapat memimpin orkestra dan mengaransir sebuah lagu untuk orkestra dapat mengatas namakan orkestra tersebut namanya, seperti andreas orkestra, salah seorang seorang mahasiswa Universitas Pelita Harapan Jakarta yang menamakan orkestra namanya sendiri, Dwiki Darmawan Orkestra, Surya Vista Orkestra kota semarang, Erwin Gutawa Orkestra, Ony orkestra dan Banyak lagi nama sebuah orkestra yang terdapat pada kota Surabaya, Bandung, Bogor, Jakarta, dan Jogja.

Namun tidak sedikit pula yang menamakan sebuah orkestra menambahkan kata

Universitas Sumatera Utara Philharmony dan menunjukkan sebuah kota asal orkestra itu terbentuk seperti

Jogja philharmony orkestra (Jophilo), Jakarta Philharmony Orkestra (JPO),

Surabaya Symphony Orkestra (SSO), dan lain-lain. Hal ini menjadikan Indonesia memiliki sangat banyak orkestra dan memiliki banyak musisi orkestra yang kebenarannya pemain dari orkestra tersebut adalah pemain freeland yang dapat bermain pada orkestra mana saja. Salah satu orkestra Indonesia yang dapat mengontrak musisi adalah Nusantara Symphony Orkestra dibawah asuhan

Miranda Gultom yang dipimpin oleh Edward Van Ness yang saat ini beliau ada di kota medan menjadi kepala sekolah di Sumatra Conservatoire.

Para pemain yang sering terlibat didalam sebuah orkestra adalah mahasiswa dan dosen di institute seni Indonesia Yogyakarta yang sering sekali berangkat ke Jakarta, Semarang, Bandung atau ke Surabaya dikarenakan kurangnya pemain orkestra didaerah tersebut. Dosen dan Mahasiswa institute seni Indonesia tidak terlepas dari sekolah menengah musik (SMM) yang hampir

90 persen mahasiswa dan dosen di ISI Jokjakarta adalah hasil dari sekolah menengah musik.

Indonesia memiliki dua sekolah menengah musik yang satu terletak di kota Jogjakarta yang sekarang disebut SMKN 2 Kasihan Bantul dan dikota

Medan yang sering disebut SMK Negeri 11 Medan. Sekolah inilah yang banyak menciptakan musisi orkestra yang setelah melakukan pendidikan selama 4 tahun berangkat ke Institut Seni Indonesia Jogjakarta dan menjadi pemain orkestra.

Sekolah menengah musik adalah bibit dari tumbuhnya musisi orkestra diIndonesia. Sekolah musik ini memiliki pelajaran musik yang sangat sulit, siswa

Universitas Sumatera Utara yang tamat dari sekolah ini adalah siswa yang telah mengikuti kompetensi dengan bermain solo instrumen dan diiringi piano. Sekolah musik juga memiliki orkestra yang sering dibawa untuk bermain disuatu tempat tak jarang juga siswa- siswi SMM sering sekali berangkat ke luar kota untuk bermain orkestra. Sekolah musik ini juga memiliki sebuah pelajaran yang sama dengan sekolah-sekolah lainnya seperti mate-matika, bahasa Indonesia, PPKN, namun tetap lebih menitik beratkan pelajaran musiknya. Saat ini mungkin telah berubah karena tuntutan pemerintahan pada sebuah kurikulum.

Siswa-siswi dari sekolah inilah kebanyakan selalu menjadi musisi orkestra terlebih pada instrumen biola yang banyak menggunakan pemain dalam pertujukannya. Pemain orkestra harus dapat memainkan lagu secara langsung

(primavista), teknik primavista adalah teknik membaca partitur dengan menggunakan tempo dan nada yang baik yang saat itu juga dapat diaplikasikan pada sebuah instrumen. Teknik tersebut harus didasari oleh pengetahuan dan teori yang cukup kuat agar dapat memberikan suara dan nada yang diinginkan komposer dan interpretasi kondukter, tidak sedikit pula para musisi orkestra yang pada awalnya tidak belajar disekolah menengah musik khususnya pada instrumen biola dikarenakan pada saat itu telah berdiri juga instansi swasta seperti Irama

Musik, Lembaga Musik Murni (Sumatra Concevatoire), dan Medan Musik.

Namun demikian pembelajaran instrumen biola di Indonesia masih banyak mengalami kekurangan terhadap sebuah metode, instrumen yang kurang memadai, dan seorang guru dengan kapasitas yang baik, banyaknya minat untuk

Universitas Sumatera Utara Pembelajaran biola di Indonesia menjadikan kurangnya pendidik atau instruktur biola dalam mempelajari instrumen biola.

Banyaknya instansi, sekolah musik, maupun universitas yang telah banyak membuat musik menjadi mata pelajaran yang dikhususkan mempelajari musik dari berbagai instrumen, hal ini menjadikan banyaknya para musisi yang profesional untuk memainkan instrumen khususnya biola sehingga para musisi mencari pekerjaan melalui instrumen tersebut pada sebuah grup Band, Chamber maupun ansambel terlebih sebuah orkestra dari kelompok yang lebih besar lagi serta menjadi seorang guru dengan tingkat edukasi yang tinggi terhadap instrumen.

Terlebih lagi bentuk grup yang dilakukan 4, 5 sampai 8 pemain biola, banyaknya gendre musik seperti pop, blues, balada, dangdut, rock sampai pada musik kontenporer yang melibatkan instrumen biola dalam pencapaian bunyi dan nada yang diiginkan terlebih lagi musik-musik daerah seperti melayu, simalungun, Sunda untuk sebuah iringan tarian dan ritual dengan posisi bermain berbeda dengan musik barat.

3.3 Teknik Dasar Permainan Biola

Biola dipegang secara horizontal, di bagian kiri bagian ujung belakang biola, di antara tulang selangkaan rahang bawah. Lengan kiri agak ditekan kearah leher, di antara ibu jari dan ruas jari yang panjang. Biola dipegang dengan cara tersebut sehingga bagian badan biola menghadap ke arah penonton, dan secara khusus untuk mempermudah penggesekan. Jari-jari tangan kiri harus menekan

Universitas Sumatera Utara senar dengan bentuk sedikit ke depan. Kecepatan jari-jari menekan dan melepaskan senar akan membedakan keselarasan suara (berhubungan dengan kejelasan vibrasi). Gerakan jari-jari tersebut tidak hanya secara vertikal tetapi juga secara menyeluruh sehingga saat memainkannya, baik dengan semua jari atau jari-jari yang berbeda, nada penuh atau separuh nada dapat dihasilkan. Untuk mengahsilkan akor didapat dengan menekan dua senar bersama-sama dan menggeseknya. Jari-jari tangan kiri diberi lambang nomor 1 sampai 4.Nomor.

Nomor satu untuk jari telunjuk, 2 untuk jari tengah, 3 untuk jari manis, dan 4 untuk jari kelingking.

Mengubah posisi penjarian dengan cepat dan halus merupakan kesulitan utama dalam bermain biola. Penguasaan teknik ini bergantung pada kekuatan dagu dan pundak, karena keduanya menekan bebas alat ini dan tangan dapat memindahkannya dengan mudah di sepanjang leher biola. Otot juga harus dapat digerakkan dengan mudah untuk menghindari permasalahan dalam gerakan- gerakan tubuh. Untuk nada-nada yang lebih tinggi kita juga harus mengubah letak tangan dan jari. Sela jari-jari untuk menghasilkan suara yang tergolong rendah- dalam hubungannya dengan bagian-bagian tubuh – berkaitan dengan posisi pertama (posisi permulaan, dekat nut) Perubahan posisi bermain pada suatu sisi untuk memperluas rentang suara dan karenanya membutuhkan teknik permainan yang murni di sisi lain perubahan posisi berain juga berperan penting dala pengungkapan ekspresi dan pada akhinya dapat diapresiasikan dari sudut pandang estetika. Nada-nada dalam satu frekuensi yang sama menghasilkan suara yang berbeda pada beracam-macam senar.

Universitas Sumatera Utara Perubahan posisi berpengaruh pada warna suara. Pilihan penjarian dibutuhkan sebagai dasar dalam ekspresi teknik bermain bilola untuk menyajikan berbagai macam gambaran musikal. Sedikit gerakan yang berkesinambugan dengan perasaan, vibrato, memperkaya musik dengan sedikit modifikasi pada tinggi rendahnya nada, hal ini merupakan jenis ekspresi permainan biola.

3.3.1 Teknik selur (Glisando)

Tehnik selur adalah sebuah teknik mengambil posisi dengan jari yang sama dari nada yang satu ke nada yang di telah diperkirakan, ketika memproduksi nada dengan baik.

3.3.2 Teknik vibrato

Teknik vibra adalah teknik yang menggetarkan sebuah nada dengan jari yang dinaikkan sedikit dan diturunkan sedikit, sehingga menimbulkan nada yang bergelombang dari efek naik turunnya sebuah jari. Vibra sering sekali digunakan ketika memainkan sebuah lagu terlebih nada yang lebih dari setengah ketukan.

3.3.3 Teknik harmoni (suara nyaring biola)

Teknik harmoni adalah sebuah teknik yang dihasilkan dengan meletakkan jari tetapi tidak menekan senar sampai papan penjarian. Kemudian teknik ini sering dilakukan pada posisi 5 dalam instrumen biola. Teknik harmoni sering sekali menggunakan jari 4 kemudian jari 3 sesuai dengan kepentingan sebuah lagu dalam memakai sebuah penjarian, tidak hanya persoalan menekan jari,

Universitas Sumatera Utara teknik harmoni juga dapat dilakukan dengan menekan jari satu dan meletakkan dengan interval 4 (Kwart) dengan menggunakan jari 3 dan 4 tetapi tidak menekan senar sampai pada papan penjarian.

3.3.4 Teknik memetik senar biola (Pizzicato)

Teknik memetik instrumen biola adalah teknik tidak menggunakan alat gesek untuk membunyikan senar melainkan sebuah jari yang dipetik seperti gitar.

Hal ini sering menggunakan jari telunjuk dan jari tengah, telapak tangan, ibu jari, dan jari manis dan kelingking memegang alat gesek untuk kecepatan ketika kembali menggunakan alat gesek biola.

3.3.5 Teknik senar ganda (Double Strokes)

Teknik senar ganda adalah sebuah teknik bermain biola dengan membunyikan dua senar biola yang dimainkan secara bersamaan, ketika memainkan teknik tersebut pemain biola harus memikirkan kestabilan dalam membunyikan kedua senar tersebut ketika memainkan instrumen tersebut.

3.3.6 Teknik gesek pendek (Staccato)

Teknik gesek pendek adalah teknik memainkan nada secara putus-putus atau mengurangi setengah dari harga nada, teknik gesek pendek dilakukan apabila terdapat simbol titik dibawah maupun diatas tulisan.

Universitas Sumatera Utara 3.4 Dasar-dasar Teknik Tangan Kanan dan Kiri

Dasar-dasar teknik pembelajaran biola pada peserta didik sangat berpengaruh dengan cepat lambatnya anak berhasil mempelajari biola. Teknik- teknik pembelajaran biola tidak selalu sama antara satu anak dengan anak yang lain. Mereka mempunyai anatomi yang berbeda sehingga harus menyesuaikan anatomi dari masing-masing individu, hal tersebut haruslah dimengerti guru agar anak tidak memaksakan posisi memainkan biola yang sama dengan seorang guru.

Adapun teknik-teknik dasar permainan biola klasik Barat yaitu sebagai berikut.

3.4.1 Teknik memegang biola

Di dalam memegang biola, hal yang pertama dilakukan yaitu dengan posisi tangan kiri diletakkan tidak terlalu jauh dengan leher biola (neck), namun sedikit menyentuh kedua sisi dari leher biola agar supaya membantu dalam melakukan gerakan (Galamian, 1962: 15), kemudian biola ditempatkan pada sisi bahu sebelah kiri sekitar 45 derajat lurus kedepan, dengan posisi end button menyentuh pada leher, dan posisi kepala dengan pandangan lurus ke depan, kemudian posisi bahu normal, tidak diangkat (Lamb, 1990: 81). Contoh dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.4 Penempatan tangan kiri dalam memegang biola (Lamb, 1990: 81)

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.5 : Anatomi dalam memegang biola posisi berdiri dan duduk

(Rapoport, 2008: 44)

Beberapa teknik pokok pada biola klasik Barat dibagi menjadi dua yaitu teknik pada tangan kanan dan teknik pada tangan kiri.

3.4.2Teknik pada tangan kanan

Teknik pada tangan kanan adalah sebuah teknik yang lebih pada penggunaan alat Gesek (bowing) biola seperti:

3.4.3 Teknik memegang bow

Teknik memegang bow yaitu bow dipegang di tangan kanan, dengan posisi ibu jari di bawah sisi bawah pada bow mendekati frog, dan sambungan ruas yang pertama dari ibu jari dibengkokkan, kemudian empat jari lainnya menggenggam bow. Genggaman ini harus rileks, agar dapat melakukan gerakan-gerakan saat menggesek biola dengan fleksibel (Galamian, 1962: 45-46). Adapun contoh gambar memegang bow, yaitu sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.6 Posisi ibu jari mendekati frog dalam memegang bow (Galamian, 1962: 46)

Gambar 3.7 Posisi empat jari tangan kanan dalam memegang bow

Gambar 3.8: Posisi jari tangan kanan memegang bow, dilihat dari samping

Shinichi Suzuki, Kato Havas, Paul Rolland adalah ketiga pendidik biola terkemuka di paruh kedua abad kedua puluh. Rolland dan Havas mempertahankan kealamian bermain biola sedangkan Suzuki dengan memfokuskan pada produksi nada, masing-masing memiliki gaya sendiri dalam

Universitas Sumatera Utara menyelenggarakan haluan. Suzuki memegang bow mirip dengan sekolah Jerman tua. Pegangan Rolland dimodelkan sekolah Prancis-Belgia sedangkan busur

Havas tetap menyerupai sekolah Rusia (Perkins, 1993: 55-57).

Bentuk gaya teknik memegang bow negara-negara tersebut adalah sebagai berikut:

3.4.3.1 Gaya Rusia

Gaya teknik memegang bow Rusia yaitu ruas ketiga jari telunjuk menekan menyamping pada bow. Jari sedikitnya melingkari bow dengan bantuan ruas pertama pada jari tersebut, dan hanya ada sedikit ruang diantara jari telunjuk dengan jari tengah. Jari telunjuk mengambil alih menjadi pengendali bow, dan jari kelingking menyentuh bow hanya pada saat bermain pada bagian bawah pada bagian bow. Tegangan pada rambut bow sangat sedikit, dan posisi bow cenderung lebih datar (Rosenblith, 2000: 35). Contoh gambar memegang bow gaya Rusia sebagai berikut:

Gambar 3.9 : Posisi gaya tangan kanan Rusia dalam memegang bow dan anatomi posisi jari tangan kanan dalam memegang bow (Rosenblith, 2000: 174)

Universitas Sumatera Utara 3.4.3.2 Gaya Jerman

Gaya teknik memegang bow German yaitu jari telunjuk menekan menyentuh kayu pada bagian sisi bawah permukaan bow, kira-kira mendekati pada ruas ujung jari. Posisi jari-jari yang lain ditentukan sesuai dengan jari telunjuk, dan ibu jari berada menyimpang dari jari tengah. Semua jari masing- masing menekan, dan tegangan pada rambut bow tidak terlalu kuat (Rosenblith,

2000: 35). Contoh gambar memegang bow gaya Jerman sebagai berikut:

Gambar 3.10 memegang bow gaya German dan anatomi posisi jari tangan kanan

dalam memegang bow (Rosenblith, 2000: 174)

3.4.3.3 Gaya Perancis-Belgia

Gaya teknik memegang bow Perancis-Belgia yaitu jari telunjuk sedikitnya menekan bawah pada kayu, bow menyentuh jari dekat pada bagian pertengahan jari, dengan didorong ke arah ujung bow, dan ada ruang diantara pangkal pada jari telunjuk dengan jari tengah, kemudian ibu jari berada menyimpang dari jari tengah. Tegangan pada rambut bow adalah kuat (Rosenblith, 2000: 35). Contoh gambar memegang bow gaya Perancis-Belgia sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.11 Posisi gaya tangan kanan Perancis-Belgia dalam memegang bow dan

anatomi posisi jari tangan kanan dalam memegang bow

3.4.3.4 Teknik tangan kiri penjarian

Dalam bermain biola tangan kiri juga penting peranannya, sehingga harus dilatih dengan baik. Contoh-contoh penjarian atau patern tangan kiri sebagai berikut:

Pola 1

Pola 2

Universitas Sumatera Utara

Pola3

Gambar 3.12 pola-pola penjarian posisi 1

Simbol ini (V) menunjukkan bahwa ujung jari harus menyentuh untuk membentuk setengah langkah atau jarak setengah (Suzuki, 2008: 20).

Metode pembelajaran Suzuki lebih kepada pembelajaran sebuah lagu untuk mempelajari instrumen biola baik pada sebuah gesekan, penjarian, serta teknik yang terdapat pada instrumen biola. Metode suzuki sangat berbeda dengan metode a tune a day untuk mempelajari sebuah penjarian, gesekan, dan teknik, kemudian memainkan sebuah lagu untuk menerapkan teknik yang telah dipelajari berbeda halnya etude Suzuki yang memainkan lagu untuk mempelajari gesekan, penjarian dan teknik untuk mempelajari instrumen biola.

3.5 Biola di Sekolah Chandra Kusuma School

Biola di Sekolah Candra Kusuma School adalah sebuah instrumen gesek yang dipelajari anak dalam bentuk privat maupun kelas, pembelajaran ini dilakukan musik program di Sekolah tersebut. Pembelajaran biola berbentuk privat dilakukan 1kali pertemuan dalam satu minggu yang dilakukan selama setengah jam, berbeda dengan musik program yang terdiri dari 5 sampai 8 siswa-

Universitas Sumatera Utara siswi dilakukan 2 kali pertemuan dalam satu minggu yang masing-masing pertemuan dilakukan selama 45 menit.

Pembelajaran musik program tersebut dapat diaplikasikan siswa-siswi pada sebuah orkestra yang di pimpin oleh Ian Edward Anderson yang bahan- bahan lagu untuk orkestra tersebut diambil dari lagu-lagu klasik barat, lagu wajib, lagu daerah, lagu pop diaransemen kembali dengan tehnik yang disesuaikan pada kapasitas peserta didik memainkan instrumen biola.

Materi lagu dalam pembelajaran instrumen biola menggunakan melodi sederhana bagi anak-anak di tingkat sekolah dasar sangat penting dalam pembentukan emosi yang seimbang, dan meningkatkan kemampuan dalam matematika, sosial, daya ingat, dan kreatifitas. Lagu-lagu yang ringan juga merupakan salah satu bahan yang mudah untuk dipelajari dan mempunyai tingkat teknik yang tidak terlalu sulit. Lagu anak-anak yang sering diajarkan dan dipelajari di Sekolah Chandra Kusuma School dengan materi yang terdapat pada buku.

Universitas Sumatera Utara BAB IV

PEMBELAJARAN BIOLA PADA MUSIK PROGRAM DI SEKOLAH

CHANDRA KUSUMA SCHOOL

4.1 Metode Pembelajaran Biola A Tune A Day di Chandra Kusuma School

Metode pembelajaran A Tune A Day adalah sebuah metode pembelajaran yang lebih dikhususkan pada tahap awal peserta didik mempelajari instrumen biola. Buku a tune a day I sering diterapkan pada tingkatan pradasar di Sekolah

Chandra Kusuma School, buku a tune a day terdiri dari 25 bagian dalam pembelajarannya.

Pembelajaran melalui buku panduan A tune A day adalah pembelajaran tahap awal mempelajari instrumen, yang mana peserta didik dituntut untuk bisa membaca notasi dan mengaplikasikanya pada instrumen biola, menggesek instrumen biola dengan ketukan yang bervariasi seperti 4 ketuk, 3 ketuk, 2 ketuk,

1 ketuk sampai pada ¼ ketuk. Peserta didik juga dapat mempelajari teknik gesekan biola seperti legato, staccato, arpeggio, dan termasuk juga sebuah tangga nada yang sering sekali diterapkan di sekolah Chandra Kusuma School dan sampai pada penjarian 1 sampai pada penjarian 4.

• diawali dengan mengenalkan peserta didik cara membaca not dan bagian-

bagian dalam penulisan musik, kemudian peserta didik akan mempelajari

gesekan pada senar biola dengan posisi yang baik pada sebuah contoh

gambar.

Universitas Sumatera Utara • Mengenalkan anak bagian-bagian dari instrumen biola.

• Kemudian mengenalkan pesrta didik keempat string biola yang dimainkan

melalui petikan.

• Cara menggesek senar biola yang diawali tempo yang tidak terlalu cepat

dan lambat dan diawali senar A dengan satu ketukan setiap nadanya,

kemudian dilakukan pada semua senar

• Setelah mempelajari satu ketukan setiap nada anak akan diajarkan melalui

dua ketukan setiap nada sampai pada empat ketukan setiap nada, hal ini

dikarenakan agar anak dapat mempelajari kestabilan gesekan dari setiap

nada yang dipelajari peserta didik.

• Kemudian peserta didik akan mempelajari penjarian yang diawali melalui

jari I dengan menjaga kestabilan gesekan kemudian memainkan sebuah

lagu pendek untuk menerapkan penjarian I

• Setelah mempelajari jari satu peserta didik akan meneruskan pada

penjarian jari dua dengan teknik yang sama kemudian menerapkan

pejarian satu dan dua terhadap sebuah lagu pendek yang terdiri dari 8

birama untuk menerapkan teknik penjarian satu dan dua, ketika

memainkan sebuah lagu.

• Setelah mempelajari jari I dan II anak akan meneruskan pada penjarian

jari ke III dengan memainkan lagu pendek untuk menerapkan penjarian I,

II dan III ketika memainkan sebuah lagu.

Universitas Sumatera Utara • Setelah mempelajari penjarian I,II dan III anak akan diajarkan interpretasi

memainkan sebuah lagu melalui teknik gesekan staccato, detache serta

legato pada buku panduan A tune A day.

• Setelah mempelajari gesekan, teknik, penjarian I, II dan III serta

interpretasi peserta didik menerapkan semua yang telah dipelajari dalam

sebuah lagu yang telah ada, hal ini dikarenakan agar peserta didik tidak

,erasa jenuh dalam memaikan sebuah teknik, gesekan, penjarian, pada

instrumen biola.

• Setelah mempelajari penjarian I,II dan III serta teknik gesekan peserta

didik akan diajarkan menggunakan jari IV dengan memainkan lagu-lagu

pendek untuk menerapkan semua penjarian pada instrumen tersebut.

• Kemudian peserta didik akan diajarkan bermain bersama yang berbentuk

sebuah trio (tiga instrumen) yang terdiri dari 2 peserta didik dan satu guru,

memainkan masing-masing part yang tertulis pada buku A tune a day.

4.2 Metode Pembelajaran Biola Suzuki di Sekolah Chandra Kusuma School

Buku panduan Suzuki Violin dalam pembelajaran ini, peserta didik dituntut untuk dapat memainkan sebuah lagu dan mengaplikasikan teknik gesekan seperti staccato legato, aksen, detache, Crossing string dengan menggunakan posisi 1 pada instrumen biola. Kemudian menerapkan penjarian 1 dan 4 dalam memainkan sebuah lagu. Membahas bentuk tangga nada dalam sebuah lagu, dan pemahaman biola dan postur ketika bermain biola serta melihat permasalahan yang ada pada sebuah lagu dan antisipasi permainannya.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.1 biola dan nama elemen biola

Dalam Metodenya, Suzuki mengajarkan teknik-teknik permainan biola dasar. Teknik-teknik dasar cara memegang biola dalam metode Suzuki dibagi menjadi empat, yaitu: a. Postur atau cara berdiri (Suzuki, 2008: 16).

Posisi istirahat

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.2 posisi kaki dan istirahat

kaki harus ditempatkan sejajar lebar bahu, dengan kaki kanan sedikit di belakang kiri.

Gambar 4.3 melatih memegang biola

Pemula harus meletakkan tangan kirinya di bahu kanan sambil berlatih cara memegang biola.

Gambar 4.4 memegang biola dan bow

Universitas Sumatera Utara Titik hidung mengarah ke scroll b. Teknik memegang bow (Suzuki, 2008: 17).

Gambar 4.5 melatih memegang bow dengan kayu yang lebih pendek dan ringan pertama mencoba memegang busur dengan pena atau sumpit

Meletakkan ibu jari diantara jari tengah dengan jari manis dan dibengkokkan

Gambar 4.6 melatih memegang bow setelah Anda belajar pada gambar 1 dan 2, tambahkan indeks dan jari-jari kecil

(foto 3 dan 4). c. Penempatan bow (Suzuki, 2008: 18).

Universitas Sumatera Utara

Middle Point

Gaambar 4.7 posisi bow

Frog haluan harus selalu sejajar dengan bridge d. Postur untuk derajat kemiringan masing-masing senar (Suzuki, 2008: 19).

Dawai E Denar A

Universitas Sumatera Utara

Dawai D Dawai G

Gambar 4.8 posisi bow pada senar biola

Setelah melihat dari cara memegang bow diatas, metode Suzuki mengadopsi teknik-teknik permainan biola klasik Barat yang telah disesuaikan dengan anatomi dan postur tubuh orang-orang Asia, dan teknik tangan kanan pada metode Suzuki lebih cenderung ke teknik memegang bow gaya german.

• Mengajarkan anak memegang biola dan memegang bow

• Kemudian mengajarkan posisi berdiri ketika memainkan biola

• Mengajarkan sebuah gesekan yang diawali pada senar A dan senar E

• Mengajarkan penjarian untuk memainkan sebuah lagu

• Mengajarkan bermain lagu

• Mengajarkan anak bermain lagu secara variatif

• Mengajarkan bermain lagu dengan teknik gesekan dan teknik penjarian.

Universitas Sumatera Utara 4.3 Kurikulum ABRSM di Sekolah Chandra Kusuma School

Kurikulum ABRSM adalah sebuah buku panduan dengan lagu-lagu dan teknik yang dibuat melalui sebuah lagu. Kurikulum ABRSM digunakan untuk sebuah ujian dengan teknik dan kesulitan yang ditulis dalam sebuah notasi dan disesuaikan untuk tingkat kemampuan anak mempelajari instrumen biola. Bahan yang terdapat pada kurikulum tersebut terdiri dari Sembilan lagu yag setiap bagian terdiri dari A1 sampai A3, B1 sampai B3, dan C1 sampai C3 masing- masing dipilih anak satu dari setiap A, B maupun C pembelajaran tersebut untuk sebuah ujian yang dilakukan 2 kali selama setahun. Peserta didik juga dituntut untuk dapat memainkan lagu tersebut dengan tulisan dan simbol yang harus diikuti oleh peserta didik biola dalam pembelajarannya.

dan disetujui oleh seorang guru, ketika ingin memainkan bahan tersebut untuk diujiankan, yang mana ujian tersebut diadakan 2 kali dalam satu tahunnya.

• Memilih bahan yang aka diujiankan

• Memberika masukan terhadap sebuah lagu

• Mengikuti proses yang dilakukan oleh seorang anak

• Meneliti anak ketika bermain lagu,

• Menerapkan simbol yang tertulis pada notasi ataui kurikulum ABRSM

Peranan metode, bermain teknik dan lagu yang terdapat pada buku panduan diatas sangat penting bagi peserta didik dalam pempelajari instrumen biola, selain dapat menghibur ketika memainkan lagu juga menambah skill dan teknik pada setiap individu peserta didik. Dengan lagu-lagu tersebut peserta didik tidak hanya menambah skill, dan teknik pada instrumen biola, tetapi dapat

Universitas Sumatera Utara menambah konsentrasi pada peserta didik. Biasanya kegiatan ini menghabiskan

30 menit untuk pembahasan setiap materi lagu.

4.4 Proses Pembelajaran Biola Sekolah Chandra Kusuma School

Dalam pertemuan pertama, anak-anak diperkenalkan bagian-bagian biola secara umum antara lain: peg, fingerboard, scroll, f-hole, chinrest, tailpiece, bridge, bow, senar dan sebagainya. Setelah anak-anak mengenal dan mengerti bagian-bagiannya selanjutnya latihan memegang biola. Dalam memegang biola dibagi menjadi 2 bagian yaitu sebagai berikut.

4.4.1 Tangan kanan

Tangan kanan untuk memegang bow sedangkan tangan kiri untuk memegang biola. Dalam praktiknya, orang memegang biola tidak segampang yang banyak orang kira. Metode atau cara memegang biola adalah sebuah pondasi yang penting karena untuk menunjang permainan biola ketingkat selanjutnya. Tangan kanan bertanggung jawab dalam hal kualitas nada, ritme, dinamik, artikulasi, dan timbre. Dengan mengetahui teknik-teknik menggesek busur yang baik, maka seorang pemain dapat mengatur suara yang dihasilkan oleh biola. Sedangkan untuk tangan kiri, karena biola tidak memiliki fret seperti gitar sebagai penanda jari, seorang pemain biola harus benar-benar tahu di mana letak suatu nada dengan menggunakan perkiraan dan didukung dengan pendengaran. Hal ini hanya dapat dilakukan dengan berlatih terus menerus sehingga jari-jari tangan dapat secara otomatis menekan nada yang diinginkan

Universitas Sumatera Utara dengan tepat. Selain melatih jari, pemain biola juga harus melatih telinga sehingga dapat membedakan nada-nada sumbang, walaupun hanya sedikit saja.

Cara memegang bow pertama mencoba memegang pensil atau busur, meletakkan ibu jari diantara jari tengah dengan jari manis dan dibengkokkan, tambahkan indeks dan jari-jari kecil, awalnya tempat ibu jari di bagian luar frog

(Suzuki, 2008: 17). Dilakukan beberapa kali sampai anak-anak dapat memegang dengan benar dan rileks. Berikut ini adalah gambar dasar-dasar memegang bow

Gambar 4.9 contoh gambar melatih bow dengan alat bantu (Foto pribadi, 2013, Sopian)

Setelah pegangan sempurna dan mulai rileks, coba lakukan gerakan seperti ini:

Gambar 4.10 contoh gambar melatih bow pada tumpuan jari (Foto pribadi, 2013,

Sopian)

Universitas Sumatera Utara Latihan seperti gambar di atas bertujuan untuk melatih tumpuan atau sentral kekuatan jari pada saat menggesek biola. Pada gambar pertama, kekuatan jari terletak pada jari telunjuk. Aplikasinya adalah saat kita menggesek biola ke bawah, kekuatan yang paling dominan berada di jari telunjuk. Pada gambar kedua, kekuatan jari berada di jari kelingking. Aplikasinya adalah ketika kita menggesek biola ke atas dan ketika hampir di pangkal bow, kekuatan jari yang paling dominan berada di jari kelingking. Sudut pergelangan tangan kanan sangat berpengaruh dengan lurus tidaknya seseorang menggesek biola dan produksi suara yang dihasilkan. Lihat gambar di bawah ini.

Gambar 4.11 contoh gambar posisi bow dari pangkal ke ujung bow (Foto pribadi, 2013,

Sopian)

Pada gambar di atas diterangkan bahwa, menggesek biola harus secara alami dan rileks. Gerakan di atas adalah gerakan alami pada saat bermain biola.

Universitas Sumatera Utara Sudut bow harus sejajar dengan lengan tangan kanan dan diantara bridge dengan finger board, seperti gambar di bawah ini.

Gambar 4.12 contoh gambar bermain biola guru dan peserta didik biola (Foto pribadi,

2013, Sopian)

4.4.2 Tangan kiri

Cara Memegang Biola hal yang pertama dilakukan yaitu dengan posisi tangan kiri diletakkan tidak terlalu jauh dengan leher biola (neck), namun sedikit menyentuh kedua sisi dari leher biola supaya membantu dalam melakukan gerakan (Galamian, 1962: 15), kemudian biola ditempatkan pada sisi bahu sebelah kiri sekitar 45 derajat lurus ke depan, dengan posisi end button menyentuh pada leher, dan posisi kepala dengan pandangan lurus ke depan, kemudian posisi bahu normal, tidak diangkat (Lamb, 1990: 81), miring ke kiri dari posisi lurus ke depan, sudut siku menghadap ke bawah, dan pergelangan tangan kiri harus lurus seperti gambar di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.13 Cara memegang biola jempol sejajar dengan telunjuk, (Foto pribadi, 2013,

Sopian)

Setelah mengerti cara memegang biola, kemudian latihan dengan cara meletakkan tangan kirinya dibahu kanan sambil berlatih cara memegang. Seperti pada contoh di bawah ini.

Gambar 4.14 Cara melatih kekuatan dagu (Foto pribadi, 2013, Sopian)

Universitas Sumatera Utara Setelah mereka mengerti dan tahu cara memegang bow dan cara memegang biola yang benar selanjutnya latihan menggesek dawai. Dawai biola terdiri dari G, D, A, E. Dawai pertama yang digesek adalah senar A karena senar

A berada di posisi yang paling natural dibanding dawai lainnya. Latihan dilakukan berkali-kali supaya hafal dengan sudut kemiringannya sehingga tidak menyentuh dawai lainnya. Dawai A berada di nomor 2 dari yang paling kecil.

Contoh gambar dawai A di bawah ini:

Latihan berikutnya adalah menggesek dawai E, dawai E adalah dawai yang paling kecil. Menggesek dawai E dilakukan juga berkali-kali. Latihan dilakukan sampai bow hanya focus terhadap 1 dawai saja. Setelah dawai A dan E dikuasai selanjutnya latihan menggesek biola dengan ketukan (ritme):

• 4 ketuk

• 2 ketuk

• 1 ketuk

• ½ ketuk

• 1/3 ketuk (triplet)

• ¼ ketuk

Berikut ini adalah nama not dan bentuk beserta nilainya:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1 Nama not, bentuk not, tanda istirahat, dan nilainya

Setelah anak-anak mengerti cara menggesek dan ketukan kemudian latihan dengan tangan kiri. Latihan pertama untuk tangan kiri adalah dengan pola- pola penjarian yang sudah dijelaskan di atas. Pola pertama berjarak 1 1 ½ 1, pola kedua berjarak 1 ½ 1 1, pola ketiga berjarak 1 1 1 ½. Seperti pada contah di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.15 jarak dalam penulisan pada notasi

Setiap pola memiliki jarak yang berbeda, tetapi sangat baik buat proses belajar. Pola-pola tersebut dilakukan berkali-kali dan berfungsi untuk melatih jari supaya terbiasa dengan penjarian dan jarak antar nada. Pola diberikan sebelum melangkah ke tangga nada.

Tangga nada pertama adalah tangga nada A Mayor 1 oktaf, karena di dalam metode Suzuki untuk lagu-lagu awal hanya menggunakan tangga nada A

Mayor dan hanya menggunakan 2 senar yaitu A dan E, hal ini untuk memudahkan anak-anak untuk bermain biola. Dibanding dengan senar D atau G, senar A dan E lebih mudah dimainkan selain posisinya yang lebih natural juga cara menggeseknya lebih ringan. Dalam menggesek senar D dan G harus dengan tenaga ekstra karena harus agak ditekan karena untuk menghasilkan suara seperti

Universitas Sumatera Utara senar A dan E yang cara memainkannya tanpa ditekan. Contoh tangga nada A

Mayor sebagai berikut:

Pada gambar di atas dapat dilihat nada, jarak nada dan penjarian untuk tangga nada A Mayor. Tangga nada Mayor berjarak 1 , 1 , ½ , 1 , 1 , 1 , ½.

Latihan tangga nada dilakukan beberapa kali dalam 4, 2, maupun 1 ketuk. Untuk siswa yang belum pernah belajar musik (belajar instrument maupun vokal), latihan tangga nada seperti ini sangat sulit karena mereka belum mengetahui intonasi yang benar. Sebaliknya untuk mereka yang pernah belajar musik, hal seperti ini mudah diikutinya karena mereka sudah tahu bahkan terbiasa dengan nada.

Latihan dilanjutkan dengan variasi ritme seperti di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara

Pola ritme (Suzuki, 2008: 21-22)

Pada lambang seperti ini (V) : berarti bow naik, sedangkan lambang seperti ini ( ) : berarti bow turun. Dalam belajar musik khususnya biola siswa harus disiplin karena di dalam biola intonasi sangat sensitif, begitu juga ritme atau simbol-simbol yang lain harus dimainkan sesuai apa yang tertulis di buku.

Berikut adalah contoh simbol-simbol dan cara bermain dalam biola.

4.4.3 Detache

Detache adalah jenis gesekan yang dalam setiap gesekannya tidak ada tekanan dan efek apapun, yaitu hanya gesekan yang sederhana dengan menempatkan hair bow secara penuh dengan arah bow naik dan turun. Detache dapat dimainkan di bagian manapun pada bow, dengan gesekan panjang atau pendek (Galamian, 1962: 67). Contoh: Not yang dimainkan secara detache.

Universitas Sumatera Utara 4.4.4 Staccato

Staccato adalah suatu gesekan pendek yang dimainkan dengan cara bow selalu menempel pada senar (on the string), yaitu dimulai dengan gesekan seketika dari bow, dan menghentikan bow dengan halus. Banyak bagian dari bow yang digunakan untuk melakukan gesekan staccato sesuai dengan panjangnya nilai not dan volume yang diinginkan (Galamian, 1962: 78).

Contoh: Bentuk not yang dimainkan secara staccato.

4.4.5 Legato

Legato adalah suatu gesekan yang memainkan dua not atau lebih disambung dalam satu gesekan dengan arah bow turun atau naik, dan kemungkinan bagian manapun dari area sebuah bow dapat digunakan untuk melakukan legato (Galamian, 1962: 71). Contoh : Bentuk not yang dimainkan secara legato.

4.4.6 Legato staccato

Legato Staccato yaitu gesekan yang memainkan rangkaian nada atau not staccato dalam satu gesekan yang dapat dimainkan dengan arah bow naik atau turun. Legato staccato ini jika dimainkan dengan tempo yang cepat dinamakan

Universitas Sumatera Utara dengan flying staccato (Galamian, 1962: 67). Contoh : Bentuk not yang dimainkan secara legato staccato.

Penjarian saat bermain biola biasanya diberi nomor 1 (telunjuk) hingga 4

(kelingking). Angka-angka tersebut untuk menentukan atau menandai jari mana yang akan digunakan terutama untuk para pemula. Nomor 0 berarti open string

(jari tidak menekan senar). Seperti pada lagu twinkle twinkle little star di Suzuki

Violin School berikut ini.

(Suzuki, 2008: 25).

Universitas Sumatera Utara

4.5 Proses Pembelajaran Biola Dalam Satu Kali Pertemuan

Proses pembelajaran biola sekolah Chandra Kusuma School dibagi menjadi beberapa tahap. Beberapa tahap tersebut meliputi:

5 Tuning (penyeteman)

6 Pemanasan

7 Lagu

8 Evaluasi / tugas

Tuning atau penyeteman dilakukan oleh pengajar karena anak-anak masih kesulitan untuk melakukan tuning. Tuning sangat penting untuk menyamakan nada terutama nada-nada open string (G,D,A,E). langkah-lahkan tuning: pertama menyamakan nada A dengan alat tuning yang disebut tuner. Nada A sebagai patokan untuk menyetem senar yang lain (G,D,E).

Pemanasan dilakukan 10-15 menit dalam setiap tatap muka, tahap-tahap dari proses pemanasan tersebut adalah sebagai berikut: tangga nada dari not utuh(4 ketuk) sampai not seperenambelas(¼ ketuk) dengan variasi teknik seperti: detache, legato, staccato dan dengan variasi ritme sebagai berikut: a. Tangga nada A Mayor not utuh(4 ketuk) dengan teknik gesekan detache

b. Tangga nada A Mayor setengah utuh(2 ketuk) dengan teknik gesekan detache

Universitas Sumatera Utara c. Tangga nada A Mayor not seperempat(1 ketuk) dengan teknik gesekan detache

d. Tangga nada A Mayor not seperdelapan(1/2 ketuk) dengan teknik gesekan detache

e. Tangga nada A Mayor not seperenambelas(1/4 ketuk) dengan teknik gesekan detache

Dari tahap-tahap diatas kemudian dilakukan pola-pola ritme sebagai latihan teknik sebagai berikut:

1. Pola ritme variasi I dalam tangga nada A Mayor

2. Pola ritme variasi I dalam tangga nada A Mayor

3. Pola ritme variasi I dalam tangga nada A Mayor

Universitas Sumatera Utara Tahap berikutnya adalah dengan fariasi teknik gesekan sebagai berikut:

1. Teknik legato

2. Teknik staccato

Dari bentuk-bentuk latihan di atas, selanjutnya diajarkan bentuk latihan terakhir dengan latihan arpeggio (tri suara) sebagai berikut:

1. Tri suara A Mayor 2 ketuk

2. Tri suara A Mayor 1 ketuk

Setelah dinilai cukup untuk pemanasan, selanjutnya mulai membahas lagu. Sebelum melangkah ke depan, biasanya mengulang materi pelajaran yang dibahas pada pertemuan yang lalu. Hal semacam ini dilakukan untuk menjaga agar anak-anak tidak lupa pada materi yang lalu. Setelah anak-anak menguasai materi pembelajaran yang lalu kemudian dilanjutkan dengan materi baru. Materi baru tersebut melanjutkan materi pertemuan yang lalu, seperti melanjutkan lagu ke tahap berikutnya.

Universitas Sumatera Utara Tahap terakhir adalah evaluasi dan tugas. Anak-anak diberi tugas untuk melatih bagian-bagian yang dianggap sulit, dan untuk mencoba materi pembelajaran selanjutnya.

4.6 Proses Penggarapan Sebuah Lagu Sekolah Chandra Kusuma School

Lagu yang diterapkan sebagai salah satu materi untuk pembelajaran di

Sekolah Candra Kusuma School adalah Suzuki 1 no. 13 lagu Minuet No. 1, yaitu sebagai berikut:

Suzuki 1 no.13

Tahap-tahap yang dilakukan pengajar yaitu memainkan lagu tersebut yang bertujuan untuk merespon peserta didik agar dapat mendengarkan dan mengetahui lagu tersebut, karena sebagian peserta didik tidak mengetahui cara

Universitas Sumatera Utara memainkan lagu sebelum dia mendengarkan lagu yang akan dimainkannya terlebih dahulu, sehingga pengajar harus memainkan lagu tersebut dua sampai tiga kali supaya peserta didik dapat memahami dan lebih jelas mengetahui karakter lagu tersebut.

Setelah peserta didik dirasa sudah mengetahui dan terbiasa dengan lagu tersebut, selanjutnya pengajar memainkan lagu tersebut hanya baris pertama dan diulang dua sampai tiga kali. Setelah pengajar memainkan baris pertama, kemudian peserta didik disuruh membaca bersama-sama dan menirukan apa yang dicontohkan oleh pengajar dan diulangi dua sampai tiga kali.

Selanjutnya mereka dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari dua atau tiga anak dalam satu kelompok. Kelompok-kelompok tersebut dibuat untuk mengefektifitaskan pembelajaran. Dimulai dari kelompok pertama, mereka memainkan baris pertama dari lagu tersebut dengan bimbingan pengajar.

Sedangkan kelompok lain menyimak dan mendengarkan kelompok lain memainkannya. Selanjutnya kelompok kedua yang memainkannya dan diharapkan kelompok-kelompok yang lain menyimak dan mendengarkan juga.

Tahap ini dilakukan sampai semua kelompok mendapat kesempatan untuk bermain.

Dalam pembahasan dan proses penggarapan lagu tersebut perlu memperhatikan hal-hal yang berdasarkan teknik-teknik untuk mendukung proses pengajaran, antara lain.

Universitas Sumatera Utara 4.6.1 Nada/Intonasi

Pengajar dan sebuah kelompok yang terdiri dari dua sampai tiga peserta didik bermain bersama. Pengajar memberikan arahan jika siswa fals atau salah nada dengan cara memberitahu atau menyuruh peserta didik menggeser jari mereka ke atas atau ke bawah.

Dalam bermain biola, nada atau intonasi sangat sensitif sehingga harus selalu diperhatikan. Permasalahan yang sering timbul dalam pembelajaran biola di Sekolah Chandra Kusuma School adalah kurang perhatiannya peserta didik terhadap intonasi. Sering dijumpai peserta didik bermain biola hanya dengan melihat penjariannya saja tanpa menghiraukan intonasinya. Mereka bermain biola dengan penjarian yang benar tetapi belum tentu intonasinya juga benar.

4.6.2 Penjarian

Pengajar memberikan solusi teknik penjarian jika peserta didik mengalami kesulitan penjarian. Seperti pada Suzuki 1 no. 13 lembar kedua, peserta didik kesulitan untuk jari empatnya. Solusinya adalah dengan menahan jari tiga terlebih dahulu dan jari empat diusahakan jauh dari jari tiga.

Sering dijumpai penjarian (fingering) dalam sebuah metode, penjarian digunakan untuk mempermudah mereka belajar biola. Jari 0 bararti open sting

(tidak ada yang ditekan), jari 1 telunjuk, 2 jari tengah, 3 jari manis, dan 4 kelingking. Dalam metode Suzuki terdapat penjarian alternatif yaitu jari 0 dengan

4, itu menandakan bahwa mereka dapat memilih jari 0 (open string) atau jari 4. peserta didik sering memilih open string karena lebih mudah untuk

Universitas Sumatera Utara memainkannya, sebaliknya pengajar menganjurkan jari 4 karena untuk menghindari lompatan pada dawai.

4.6.3 Permainan bow

Peserta didik kesulitan pada baris ketiga awal karena baris kedua nada terakhir jatuhnya bow turun dan nada pertama pada baris ketiga jatuhnya bow juga turun. Solusi dari pengajar adalah dengan mencuri nilai nada yang semula tiga ketuk menjadi dua ketuk sehingga ada waktu satu ketuk untuk mengangkat bow.

Permainan bow dalam bermain biola sangat penting untuk menyeragamkan arah gesekan. Dalam bermain ansambel musik khususnya biola, satu anak salah arah gesekannya akan kelihatan dan dinilai salah memainkannya oleh orang yang melihatnya, meskipun itu belum tentu salah nadanya.

4.6.4 Simbol dan tanda alterasi

Di dalam Suzuki 1 no. 13 terdapat simbol-simbol dan tanda alterasi berserta cara memainkannya sebagai berikut: i. Portato

Portato yaitu berhenti bermain dengan lembut. Contoh bentuk not yang dimainkan secara portato dalam Suzuki 1 no. 13.

ii. Legato staccato

Universitas Sumatera Utara Legato staccato yaitu gesekan yang memainkan rangkaian nada atau not

staccato dalam satu gesekan. Contoh bentuk not yang dimainkan secara legato

staccato dalam Suzuki 1 no. 13.

iii. Kruis

Kress yaitu menaikkan setengah nada. Contoh bentuk not yang terkena kruis

dalam Suzuki 1 no. 13.

iv. Pugar

Pugar yaitu mengembalikan nada semula. Contoh bentuk not yang terkena pugar

dalam Suzuki 1 no. 13.

Setelah mereka mengerti dan mengetahui cara memainkan baris pertama,

selanjutnya baris yang kedua. Tahap-tahap pembelajaran pada baris yang kedua

sama dengan baris pertama. Kemudian mereka memainkan baris satu dan dua

tujuannya untuk melatih konsentrasi peserta didik dalam membaca maupun

berrmain biola. Tahap ini dilakukan beberapa kali sampai jalinan pergantian

antara baris pertama dan kedua tidak terputus. Dalam pergantian baris, siswa

sering terlambat masuk ke baris berikutnya, itu terjadi karena kurang lancarnya

mereka dalam membaca not balok. Setelah baris pertama dan kedua mereka

kuasai selanjutnya baris ketiga dan seterusnya sampai baris terakhir.

Universitas Sumatera Utara Tahap berikutnya siswa memainkan lagu tersebut dari awal sampai akhir.

Banyak dari peserta didik yang salah membaca ketika sampai di tengah lagu, itu dikarena mereka kurang konsentrasi dan fokus dalam belajar biola. Tahap ini dilakukan beberapa kali sampai peserta didik memainkan lagu tersebut dengan baik.

4.7 Hambatan Dalam Proses Pembelajaran Biola

Dalam sebuah pembelajaran sering dijumpai hambatan-hambatan (faktor teknis maupun non teknis). Hambatan itu sifatnya wajar dan setiap pendidik pasti pernah mengalaminya. Hambatan adalah modal awal untuk kita membenahi dan memperbaiki apa yang dirasa kurang.

Proses pembelajaran biola di Sekolah Chandra Kusuma School sering dijumpai banyak hambatan. Hambatan-hambatan itu hampir selalu muncul dalam setiap proses pembelajaran. Hambatan ini bersifat ringan tetapi mengganggu untuk proses belajar mengajar, seperti: tidak datang tepat waktu, tidak berangkat mengikuti ekstrakurikuler biola, ramai atau tidak memperhatikan, dan seterusnya.

Ekstrakurikuler biola di Sekolah Chandra Kusuma School, sering terjadi pergantian peserta didik yang tidak masuk ekstrakurikuler biola, sehingga harus mengulang materi untuk peserta didik yang kemarin tidak masuk pada minggu yang lalu, sedangkan untuk anak yang rajin hal semacam ini merupakan hambatan yang merugikannya. Ekstrakurikuler biola ini bersifat class system

(sistem kelas) sehingga harus disetarakan antara yang cepat dan lambat, yang rajin dan yang kurang rajin. Hal semacam itu menjadi tantangan untuk pengajar

Universitas Sumatera Utara ke depan. Banyak orang yang kurang mampu menghadapi kelas musik semacam ini karena selain harus menguasai metode pembelajarannya juga hurus menguasai keadaan kelas yang terdiri dari beberapa anak.

Faktor lainnya adalah faktor alatnya (biola), banyak biola yang kurang terawat dengan baik, sehingga banyak masalah yang timbul di situ, misalnya: timbul jamur , peg dan fine tuner sulit diputar (keras), akibatnya untuk menyetem biola itu diperlukan waktu dan tenaga yang lebih. Apalagi kalau banyak siswa yang terlambat, banyak waktu yang terbuang hanya untuk menunggu dan menyetem biola siswa yang terlambat.

Dalam bermain biola sering dijumpai kesulitan-kesulitan yang dulu pernah dialami ataupun belum pernah dialami sama sekali. Hal semacam itu wajar, karena setiap orang memiliki postur atau anatomi yang berbeda-beda.

Postur dan anatomi memiliki peranan yang sangat penting untuk mengetahui cara atau metode apa yang cocok untuk mereka.

Seorang guru biola harus mengakui bahwa banyak siswa diajarkan untuk menunjukkan persoalan mendasar dalam haluan yang perlu diperbaiki. Suzuki menekankan bermain lebih unggul, karena itu setengah keakraban dengan setengah pengaruh sedikit akan ditanamkan, kecuali guru menekankan bahwa keterbatasan fisik dari seorang siswa muda, seperti kurangnya kekuatan untuk menjaga jari-jari melengkung dan fleksibel, terutama jari keempat, kemungkinan akan menyebabkan overcompensation4 atau kekakuan (Oppelt, 1982: 16). Jari keempat adalah jari rawan terjadi kesalahan. Selain kurang mendapat perhatian

4Kompensasi berlebih.

Universitas Sumatera Utara lebih, peserta didik juga jarang memakainya. Selain itu jari keempat jaraknya paling jauh dan membutuhkan tenaga ekstra. Hal semacam ini sering terjadi di setiap pembelajaran, sehingga peran pendidik sangat penting peranannya untuk memberi dan mencari solusi untuk masalah tersebut.

Tangan kanan juga mendapat perhatian serius. Hampir semua murid tidak menyadari bahwa ketika mereka menggesek biola tidak lurus, akibatnya produksi suara yang dihasilkan kurang maksimal. Setiap kali mengikuti ekskul biola mereka selalu diberi arahan oleh pendidik seperti: membenahi dan memberikan contoh cara menggesek biola yang benar dan memberi masukan ketika mereka latihan sendiri di rumah, disarankan menggesek di depan kaca supaya dapat mengontrol dan melihat gerakan bow, tetapi banyak dari mereka belum bisa juga menggasek biola dengan lurus.

4.7.1 Tujuan dan Target

Tujuan diadakannya ekstrakurikuler biola Sekolah Chandra Kusuma

School, selain untuk menyalurkan minat dan bakat peserta didik juga untuk memperlihatkan bahwa selain mereka unggul dalam pelajaran, mereka juga bisa bermain biola dengan baik dan benar. Hampir setiap tahun mereka tampil dalam acara MOS (masa orientasi siswa) di sekolah, selain acara tersebut mereka juga mengisi dalam acara-acara sekolah lainnya seperti pertukaran pelajar, kunjungan pelajar, dan seterusnya.

Universitas Sumatera Utara Pembelajaran biola pada Sekolah Chandra Kusuma School juga bertujuan untuk melatih musikalitas peserta didik. Dalam belajar musik khususnya biola mereka harus mengerti dan memahami sebagai berikut:

• Memegang yang benar

• Menggesek yang benar

• Intonasi (nada)

• Ritme

Di akhir setiap semester, mereka selalu mengikuti tes yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik bermain dan mengerti dalam bermain biola. Tes tersebut dilakukan dengan cara peserta didik maju satu persatu kedepan dan kemudian bermain tangga nada dan satu buah lagu. Hal semacam ini sangat penting untuk perkembangan ketrampilan dan mental peserta didik.

Setiap pembelajaran memiliki target pembalajaran, sama halnya pada ekstrakurikuler biola pada Sekolah Chandra Kusuma School. Adapun target- target pembelajaran biola adalah sebagai berikut:

1. Semester I: a. Peserta didik diharapkan menguasai tangga nada A Mayor 1 oktaf, sebagai berikut: i. Pola ritme not utuh(4 ketuk)

Universitas Sumatera Utara ii. Pola ritme not setengah(2 ketuk)

iii. Pola ritme not seperempat(1 ketuk)

iv. Pola ritme not seperdelapan(1/2 ketuk)

b. Peserta didik diharapkan menguasai lagu sampai dengan Suzuki 1 no 4, yaitu: i. Lagu “Go Tell Aunty Rhody”

c. peserta didik diharapkan dapat membedakan intonasi nada yang tepat dengan nada yang Fals d. peserta didik diharapkan dapat menggesek sesuai dengan kriteria sebagai berikut: i. Lurus

Universitas Sumatera Utara ii. Tebal

2. Semester II a. Peserta didik diharapkan menguasai tangga nada G Mayor 2 oktaf, sebagai berikut: i. Pola ritme not utuh(4 ketuk)

ii. Pola ritme not setengah(2 ketuk)

iii. Pola ritme not seperempat(1 ketuk)

iv. Pola ritme not seperdelapan(1/2 ketuk)

v. Pola ritme not triol/triplet(1/3 ketuk)

vi. Pola ritme not seperenambelas(1/4 ketuk)

Universitas Sumatera Utara

b. Peserta didik diharapkan menguasai lagu sampai dengan Suzuki 1 no 14, yaitu:

c. Peserta didik diharapkan dapat memainkan nada dengan intonasi yang tepat d. Peserta didik diharapkan dapat menggesek sesuai dengan kriteria sebagai berikut: a. penempatan bow (dinamik) b. Teknik permainan bow (detache, staccato, legato)

Universitas Sumatera Utara e. Peserta didik diharapkan bisa bermain dengan intonasi yang tepat

`Materi-materi di atas sebagai bahan pembelajaran diharapkan peserta didik dapat mencapai target tersebut. Target di atas dibuat oleh pengajar dan disesuaikan dengan tingkat efektifitas murid-murid dalam belajar biola.

4.8 Hasil atau Wujud Pembelajaran Biola pada Chandra Kusuma School

Hasil atau wujud pembelajaran biola Sekolah Chandra Kusuma School adalah dengan foto dan rekaman audio ataupun video. Hasil tersebut diambil pada saat latihan maupun penampilan ansambel biola pada acara sekolah. Hal ini adalah sebuah pembuktian bahwa siswa-siswi Sekolah Chandra Kusuma School tidak hanya unggul di ilmu eksak saja tetapi juga dapat bermain musik khususnya pada instrumen biola dengan baik dan benar.

Gambar pembelajaran biola Sekolah Chandra Kusuma School sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.16 Pembelajaran Di Sekolah Chandra Kusuma School

Universitas Sumatera Utara BAB V

KAJIAN TERHADAP KELEBIHAN DAN KELEMAHAN SISTEM

PEMBELAJARAN SERTA SOLUSINYA

5.1 Materi Teknik Pada Instrumen biola

Pada program musik wajib di Chandra Kusuma School khususnya pada instrumen biola, biasanya guru yang mengajar terlebih dahulu memberikan materi mengenai pemanasan pada peserta didik, yang bertujuan untuk melatih perenggangan otot-otot jari, tangan, dan merilekskan tangan kanan untuk gesekan peserta didik dalam mempelajari instrumen biola. Materi yang dipelajari dalam pemanasan ini biasanya membahas tentang tangga nada yang telah dipelajari.

Setelah mempelajari tangga nada biasanya peserta didik diberi pembahasan mengenai teknik dalam menggunakan bowing biola pada tangga nada, seperti memainkan irama 1/16 dengan posisi bowing di pangkal, ditengah, dan diujung bowing dengan tempo 85.

Setelah itu dengan menggunakan materi tangga nada, peserta didik dilatih untuk mempelajari teknik legato pada bowing. Biasanya waktu yang digunakan untuk membahas materi tangga nada dan teknik bowing kira-kira 15 menit.

5.2 Materi Lagu Pada Instrumen Biola

Musik-musik yang menggunakan melodi sederhana bagi anak-anak di tingkat sekolah dasar sangat cocok dan penting dalam pebentukan emosi yang seimbang, dan meningkatkan kemampuan dalam matematika, sosial, daya ingat,

Universitas Sumatera Utara dan kreatifitas. Lagu-lagu yang ringan juga merupakan salah satu bahan yang mudah untuk dipelajari dan mempunyai tingkat teknik yang tidak terlalu sulit.

Lagu anak-anak yang sering diajarkan dan dipelajari di SD Chandra Kusuma

School Komplek Cemara Asri yaitu bahan yang terdapat juga dalam metode

Shinici Suzuki, seperti:

Minuet in C (J.S. Bach) dalam lagu ini peserta didik dituntut untuk bisa memainkan lagu dengan teknik legato, detache, dan crossing string dalam posisi

1 pada instrumen biola. Minuet No. 1 (J.S. Bach) dalam lagu ini peserta didik dituntut untuk bisa memainkan lagu dengan menggunakan teknik yang posisi 1 pada instrumen biola.

Musette (J.S. Bach) dalam lagu ini peserta didik tuntut untuk bisa memainkan teknik dari interval dengan memperagakan not 1/8 pada instrumen biola. Theme from “Witches dace” (N.Paganini) dalam lagu ini peserta didik tuntut untuk bisa memainkan staccato legato, aksen, detace, dengan menggunakan posisi 1 pada instrumen biola.

Peranan lagu diatas sangat penting bagi peserta didik, selain dapat menghibur, menambah skill dan teknik pada setiap individu peserta didik, dengan lagu-lagu tersebut peserta didik tidak hanya menambah skill dan teknik pada instrumen biola, tetapi dapat menambah konsentrasi pada peserta didik. Biasanya kegiatan ini menghabiskan 30 menit untuk pembahasan setiap materi lagu.

Universitas Sumatera Utara 5.3 Langkah-Langkah Penerapan Buku Panduan A Tune A Day, Suzuki Violin, Kurikulum ABRSM Pada Instrumen Biola di Sekolah Chandra Kusuma school

Proses pembelajaran yang digunakan oleh guru, untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang nyaman, agar peserta didik dapat mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan, guru dapat memilih model yang tepat untuk menyampaikan pembahasan materi ajar, agar terciptanya suasana yang kondusif dan penyampaian kompetensi yang tepat dan pencapaian pembahasan. Oleh sebab itu pendidik perlu menciptakan suasana aman dan nyaman bagi peserta didik.

Dalam hal ini penulis akan menjelaskan model pembelajaran dari buku panduan pada instrumen biola. Data yang diperoleh adalah melalui hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 10 April 2013 kepada Mr.

Ian Anderson yang berasal dari Inggris sebagai pimpinan musik program yang menangani mata pelajaran praktik instrumen di Chandra Kusuma School yang menyatakan bahwa penerapan buku panduan A Tune A Day, Suzuki Violin, kurikulum ABRSM digunakan dalam proses pembelajaran instrumen biola pada tingkat pra dasar dan dasar 1 yang dilakukan selama satu tahun pembelajaran instrumen biola di Sekolah Chandra Kusuma School, kemudian peserta didik lebih dituntut untuk membahas materinya secara kelas yang terdiri 2 dua sampai

5 lima peserta didik didalam sebuah kelas, pembelajaran ini menjadikan peserta didik saling bekerja sama ketika memainkan materi-materi yang terdapat pada ketiga buku panduan.

Universitas Sumatera Utara Berdasarkan wawancara dengan Mr. Ian Anderson selaku kepala divisi bagian program musik sekaligus merangkap tenaga pendidik pada instrumen gesek (String) dan seni budaya di Chandra Kusuma School Komplek Cemara

Asri pada 10 April 2013, menambahkan bahwa program musik semestinya diharuskan pada siswa-siswi di Chandra Kusuma School untuk mempelajari nstrumen,dikarenakan hal ini sangat berperan positif pada perkembangan emosional, meningkatkan konsentarasi anak, dan menambah tingkat kecerdasan pada mata pelajaran yang berkaitan dengan angka atau perhitungan. Secara tidak langsung dengan mempelajari instrumen yang telah ditetapkan oleh Chandra

Kusuma School dengan menggunakan model pembelajaran, metode dari buku panduan khususnya pada instrumen biola, telah menambah daya positif terhadap perkembangan otak kanan dan otak kiri dari bahan-bahan yang telah diajarkan pada peserta didik.

Proses penerapan pada buku panduan A tune A Day pada pelajaran instrumen Biola sebagai mata pelajaran ekstrakurikuler musik program di berbagai kelas SD dan SMP Sekolah Chandra Kusuma School Komplek Cemara

Asri ini memiliki beberapa tahap.

5.3.1 Pemanasan dalam memainkan tangga nada dan teknik bowing

Pemanasan dalam memainkan beberapa tangga nada biasanya dilakukan oleh peserta didik untuk memulai pelajaran biola dan melenturkan jari-jari peserta didik yang berfungsi merilekkan otot-otot dan syaraf. Sedangkan pada pembelajaran teknik bowing masih menggunakan tangga nada, hanya saja teknik

Universitas Sumatera Utara bowing yang digunakan berfariasi, seperti teknik legato, staccato, dan crossing.

Didalam kegiatan ini guru terlebih dahulu memberi aba-aba agar tempo dan nada yang dihasilkan mendekati dengan sempurna, dikarenakan peserta didik masih dalam proses belajar. Dalam memainkan tangga nada peserta didik dibimbing oleh para guru yang berjumlah 2 orang. Kegiatan ini biasanya dilakukan kira-kira

10 menit sebelum memulai pokok pembahasan.

5.4 Pradasar I

Pradasar pertama bertujuan mengenalkan peserta didik pada istrumen biola, dan cara memegang biola serta mengajarkan cara anak memegang bow biola sampai anak mendapatkan posisi yang baik dan benar. Sehingga anak tidak mengalami pegal dan nyaman ketika memainkan instrumen biola tersebut.

Tingkatan pradasar juga mengajar peserta didik menggesek biola melalui penjarian dan juga mengenalkan peserta didik pada gesekan legato, staccato dan detache.

• Mengenalkan peserta didik biola

• Mengajarkan cara memegang bow dan posisi untuk biola

• Mengajarkan peserta didik membaca dalam notasi balok

• Mengajarkan cara menggesek biola dengan menggunakan semua senar

lepas (Open String) secara baik dan posisi yang nyaman

• Mengajarkan peserta didik posisi I

• Mengajarkan penjarian pada senar lepas atau 0, serta jari 1,2,3,

Universitas Sumatera Utara • Guru mengajarkan tangga nada dengan penjarian 0,1,2,3 sampai pada

penjarian ke 4

• Guru mengajarkan lagu dengan bahan yang ada dan tangga nadanya.

• Mengenalkan peserta didik teknik legato, staccato, dan juga detache.

5.4.1 Proses penerapan

Dalam pengajarannya guru berperan penting dalam pelaksanaan ini pertemuan yang dilakukan selama 45 menit dan dalam sebulan dilakukan 4x dalam 1 bulan dan bahan proses untuk pra dasar diselesaikan selama 6 bulan.

• Pertemuan I guru mengenalkan cara memegang biola dan alat geseknya

(Bow) kepada peserta didik sampai guru benar-benar memastikan anak

bermain dengan posisi yang baik dan tidak memaksa ketika memainkan

biola dan peserta didik dapat menggesek secara baik. Sebaiknya dilakukan

sesuai dengan cara guru memainkan biola namun jangan memaksakan

peserta didik jika posisi peserta didik tidak memungkinkan dan guru dapat

mengajarkan peserta didik tanpa buku panduan terlebih dahulu, agar

peserta didik dapat melihat gesekannya dan dapat menirukan apa yang

dilakukan guru ketika mengajarnya. Setelah peserta didik dapat

melakukan gesekan dengan baik guru dapat menggunakan bahan yang ada

pada buku panduan sebagai pembelajaran.

• Pertemuan II guru dapat melihat kembali perkembangan peserta didik dan

meneliti kembali apa yang diajarkan pada pertemuan pertama, kemudian

guru dapat mengulang pelajaran gesekan dari buku panduan. Guru dapat

Universitas Sumatera Utara memberitahu anak teknik gesekan turun (down bow) dan naik (up bow)

dan mengajarkan peserta didik teknik mengangkat bow (circle) sebaiknya

guru menggunakan biola untuk menirukannya kepada peserta didik dan

bermain bersama dengan peserta didik.

• Pertemuan III kembali peserta didik diajarkan cara menggesek secara baik

yang di awali dari senar A dikarenakan posisi yang paling sejajar tidak

terlalu tinggi, guru dapat melanjutkan buku panduan dengan teknik bow

yang ada.

• Pertemuan ke IV dilanjutkan dengan senar D,E,G guru juga harus meneliti

lengan peserta didik agar sejajar dengan bow yang berbentuk persegi

dengan melanjutkan bahan yang ada pada buku panduan. Sebaiknya guru

memainkan biola agar dapat menjadi contoh pada pertemuan tersebut.

• Pertemuan V guru dapat mengulang kembali pelajaran menggesek untuk

tahap perbaikan yang dilakukan peserta didik dengan melanjutkan lesson

yang ada pada buku panduan. Guru juga harus memperhatikan gesekan

dan bentuk tangan peserta didik dikarenakan posisi tangan peserta didik

dapat berubah karena fokus membaca not pada buku panduan.

• Pertemuan VI anak diajarkan jari pertama sebaiknya dilakukan pada senar

A, guru lebih teliti mendengar hasil yang dibunyikan peserta didik dari

gesekan dan penjariannya kemudian melatih jari peserta didik secara

berulang-ulang dengan memakai buku panduan yang ada. Sebaiknya guru

menggunakan biola dan piano agar guru dapat memberikan contoh serta

mendengar nada yang dihasilkan dari penjarian dan gesekan.

Universitas Sumatera Utara • Pertemuan VII pengulangan pada jari satu yang dilakukan pada senar

D,E,G sehingga peserta didik lebih terbiasa pada senar-senar yang lain

dan juga memainkan lagu-lagu pendek yang ada pada buku panduan dan

teknik gesekan yang dilakukan peserta didik, sebaiknya guru

menggunakan piano.

• Pertemuan VIII Guru harus lebih memperhatikan penjarian peserta didik

ketika menggunakan jari satu dikarenakan papan penjarian (fingerboard)

biola tidak selalu sama tempat jari satu pada senar A,D,E, dan G jika

peserta didik menggunakan jari I.

• Pertemuan IX guru mengulang kembali mengajarkan peserta didik jari

satu dengan melanjutkan buku panduan yang ada. Guru juga harus

mendengar nada yang dimainkan peserta didik dikarenakan peserta didik

sering sekali hanya berpanduan dengan not dan jari yang dibuatnya tanpa

mendengar nada yang dihasilkan ketika bermain. Guru harus membuat

pengertian bahwa instrumen biola produksi nadanya diciptakan oleh

jarinya sendiri tidak seperti piano.

• Pertemuan X guru mengajarkan jari II dan menggabungkan jari I yang

telah di ajarkan pada peserta didik pada pertemuan ketiga dan keempat.

Guru juga harus memperhatikan bentuk jari peserta didik, ketika peserta

didik menggunakan jari II guru harus menyarankan peserta didik agar

tidak melepaskan jari I agar berfungsi untuk mengingatkan peserta didik

bentuk penjarian pertama dan membuat pundasi pada teknik dan bentuk

penjarian. Guru juga dapat menggunakan buku panduan yang peserta

Universitas Sumatera Utara didik pada lagu sehingga peserta didik tidak bosan. Sebaiknya guru

mengunakan piano agar dapat mengiringi dan memberi contoh nada yang

benar kepada peserta didik.

• Pertemuan XI mengulang kembali penjarian I dan II sehingga lebih

mengingatkan dan memperkokoh penjarian yang dilakukan anak pada

pertemuan minggu yang lalu dengan lagu-lagu yang ada pada buku

panduan. Guru juga harus selalu mengingatkan anak, ketika peserta didik

melakukan penjarian ke II jari I jangan dilepas. guru dapat memberikan

tugas latihan untuk peserta didik dengan bahan-bahan yang ada.

• Pertemuan XII guru dapat membuat pengulangan serta melanjutkan bahan

lagu pada buku panduan. Masih tetap menggunakan jari 1 dan 2 agar

peserta didik tidak terlalu dituntut untuk teknik-teknik yang baru dan

peserta didik dapat bermain secara senang dengan lagu-lagu yang ada

pada buku panduan.

• Pertemuan ke XIII guru mengajarkan jari ketiga kepada peserta didik

dengan bahan yang ada dan guru harus berperan aktif mengecek nada

yang peserta didik mainkan. Peserta didik juga harus memiliki rasa,

perhitungan jarak jari, dan pendengaran nada yang baik agar peserta didik

dapat mendengar nada yang dimainkannya sendiri. Guru dapat

memberikan pelatihan bahan yang ada pada buku panduan, sebaiknya

guru menggunakan piano untuk mengiringinya dan peserta didik dapat

mendengarkan hasil nada yang dimainkannya.

Universitas Sumatera Utara • Pertemuan XIV guru mengajarkan peserta didik tangga nada a mayor

pada instrumen biola serta bermain lagu dengan jari ketiga yang ada pada

buku panduan yang ada.

• Pertemuan XV guru mengajarkan peserta didik tanda baca penjarian

dengan menggunakan 0,1,2,3 jika naik dan jika turun 0,3,2,1 hal ini sangat

membantu peserta didik untuk membaca namun guru harus menekankan

kembali bahwa membaca dengan nada bukan dengan penjarian, hal ini

cukup signifikan jika salah mengartikan peserta didik akan selamanya

membaca dengan penjarian 0,1,2,3 dan 0,3,2,1 maka hal ini harus

dimengerti oleh seorang guru. (Lihat contoh) guru dapat mengajarkan

kembali tangga nada dengan nada dasar D dan G mayor. Kemudian guru

melanjutkan lagu yang terdapat pada buku panduan.

• Pertemuan XVI guru dapat mengulang kembali tangga nada A,D, dan G

mayor dengan penjarian yang baik. Guru juga harus menekankan bahwa

ketika peserta didik menggunakan jari ketiga jari 1 dan 2 jangan dilepas

agar peserta didik dapat membentuk jari yang baik dan memiliki panduan

jari ketika jauh maupun rapat ketika memainkan sebuah lagu yang ada.

Guru juga dapat melanjutkan lagu-lagu yang ada pada buku panduan.

• Pertemuan XVII guru mengajarkan tangga nada dan tri suara A,D, dan G

mayor kepada peserta didik mengajarkan lagu-lagu pendek yang ada

sesuai dengan buku panduan yang ada, kemudian jangan memaksa anak

memainkan dinamika, biarkan peserta didik bermain dengan nada yang

tertera dan guru juga harus mengajarkan bahwa not yang ada dibuku

Universitas Sumatera Utara panduan tidak dibaca dengan penjarian namun dibaca melalui nada baik

secara movebel do maupun viks do.

• Pertemuan XVIII guru mengajarkan lagu-lagu yang ada pada buku

panduan serta menerapkan penjarian yang dilatih peserta didik ketika

bermain tangga nada dan tri suara serta melatih peserta didik menghafal

lagu agar peserta didik lebih yakin memainkan lagu dan juga ketika

meletakkan jari.

• Pertemuan XIX guru mengenalkan peserta didik teknik staccato dan

memainkannya secara baik dan anak senang melakukannya dengan

contoh-contoh yang ada dibuku panduan secara tertulis. Guru harus dapat

mencontohkan teknik tersebut dengan baik sehingga dapat menirunya

dikarenakan anak lebih mudah melihat dan menirukankannya dari pada

membaca atau mendengarkan, guru dapat mengajarkan lagu-lagu yang

ada pada buku panduan dengan teknik staccato, sebaiknya guru

menggunakan biola.

• Pertemuan XX peserta didik diajarkan etude staccato yang ada dibuku

panduan dan memainkan lagu yang ada di buku panduan guru harus dapat

mencontohkan lagu sebaiknya guru memainkan biola agar dapat

memberikan contoh kepada peserta didik ketika bermain bersama.

• Pertemuan XXI guru mengenalkan peserta didik teknik legato

(disambung) dikarenakan teknik ini cukup sulit untuk dimainkan peserta

didik, teknik legato adalah teknik bow yang memainkan lebih dari satu

nada yang dimainkan satu bow, teknik ini cukup rumit untuk di praktikan.

Universitas Sumatera Utara Masalah yang sering dihadapi guru peserta didik akan selalu kehabisan

bow sebelum ketukannya habis. Guru dapat mengajarkan peserta didik

bermain dengan buku panduan yang ada sebaiknya guru menggunakan

biola untuk memberikan contoh pada peserta didik.

• Pertemuan ke XXII guru mengajarkan teknik legato yang ada pada buku

panduan dan lagu yang ada pada buku panduan. guru dapat meneliti

permainan peserta didik sebaiknya menggunakan biola agar dapat

bermain sama dengan peserta didik.

• Pertemuan XXIII peserta didik dilatih dengan teknik staccato legato

dalam memainkan sebuah lagu dan guru harus memperhatikan teknik

yang dimainkan peserta didik dan nada yang dihasilkan anak melalui

gesekannya

• Pertemuan XXVI guru dapat melanjutkan teknik permainan tangga nada

tri suara dan lagu yang ada dibuku panduan dengan baik dan benar. Guru

sebaiknya memainkan piano agar peserta didik dapat mandiri dan guru

dapat megiringinya dengan sebuah akor.

5.5 Dasar I

Pra dasar kedua adalah sebuah bentuk edukasi yang dibuat agar peserta didik dapat memainkan lagu-lagu yang ada pada buku panduan secara baik, tujuan dari hal ini adalah agar peserta didik dapat bermain biola secara baik dan banyak menerapkan teknik yang dipelajari peserta didik pada sebuah lagu dengan penjarian, gesekan, nada dan teknik-teknik yang terdapat pada instrumen biola.

Universitas Sumatera Utara figure guru sangat penting untuk mengajarkan anak dengan teknik-teknik yang ada pada buku panduan, guru juga harus mendoktrin peserta didik agar berlatih dirumah dan tidak waktu bertemu dengan guru saja. buku panduan dasar I untuk instrumen biola memiliki tempo cepat dan lambat pada lagu-lagu yang ada pada buku panduan dan kurikulum ABRSM dipilih oleh seorang anak untuk bahan yang akan diujiankan.

• Peserta didik bermain sebuah lagu.

• Mengajarkan peserta didik jari keempat.

• Mengajarkan anak teknik staccato, legato dan detache.

• Peserta didik bermain tangga nada dengan mengguakan jari keempat.

5.5.1 Proses Penerapan

• Pertemuan I guru harus melatih peserta didik memainkan sebuah lagu

dengan teknik staccato, legato maupun staccato legato sehingga peserta

didik terbiasa dengan teknik tersebut dan lagu-lagu yang ada pada buku

panduan sehingga peserta didik dapat memainkan teknik tersebut dengan

sebuah lagu.

• Pertemuan II hal yang sama dilakukan kembali dengan bermain lagu dan

menggunakan teknik yang sama pada lagu yang baru dibuku panduan.

• Pertemuan III guru melakukan perubahan senar lepas (open string)

menjadi jari empat. Guru harus menjelaskan kepada peserta didik bahwa

senar lepas dapat diganti menjadi jari 4 namun ada perubahan senar ketika

Universitas Sumatera Utara perubahan itu dilakukan. Guru juga harus menjelaskan bahwa perubahan

ini dilakukan untuk mempermudah bukan mempersulit permainan biola

dan guru juga harus menjelaskan contoh-contoh fungsi jari 4 dan open

string.

• Pertemuan IV guru mengajarkan peserta didik bermain tangga nada

dengan memakai jari 4 dan kemudian trisuara dengan menggunakan jari 4,

kemudian Memainkan lagu dengan jari empat dengan baik dan tidak fals

• Pertemuan V kembali peserta didik dilatih tangga nada dan tri suara

dengan menggunakan jari 4 dan kemudian menyambung bahan yang ada

sehingga lebih baik didengar dengan menggunakan jari 4 pada buku

panduan.

• Pertemuan VI peserta didik kembali bermain lagu dengan bermain legato

pada lagu yang terdapat pada buku panduan.

• Pertemuan ke VII peserta didik kembali bermain lagu dengan teknik

staccato yang ada pada buku panduan dan dapat berupa etude agar

mengingatkan kembali bentuk permainan staccato dalam memainkan

biola dan melanjutkan lagu yang ada pada buku panduan.

• Pertemuan VIII peserta didik akan bermain lagu yang ada pada buku

panduan dan guru harus terus mengontrol jari 4 agar tidak fals.

• Pertemuan IX guru mengajarkan tangga nada G mayor 2 oktaf yang naik

memakai jari 4 dan turun memakai senar lepas dan guru dapat

menggulang teknik-teknik gesekan yang telah dipelajari, bersamaan

Universitas Sumatera Utara dengan tangga nada yang diajarkan kepada peserta didik kemudian

dilanjutkan dengan memainkan lagu yang ada di buku panduan.

• Pertemuan X guru dapat mengulang kembali tangga nada yang telah

dipelajari peserta didik dan dapat memainkan lagu yang ada pada pra

dasar II dan memiliki rasa percaya diri karena sudah menguasai teknik

yang ada dan guru harus mendokrin anak untuk tetap percaya diri ketika

ujian bukan bermain didepan guru saja.

• Pertemuan XI guru dapat mengajarkan tangga nada A mayor dua oktaf

yang dimulai dari jari satu senar G. Permasalahan yang ada peserta didik

selalu merapatkan jari 3 dengan jari 2 pada senar G dan senar D yang

seharusnya jari 3 jauh dari jari 2 dan rapat pada jari 4, hal ini menjadi

perhatian guru agar peserta didik mengerti penjarian yang ada pada tangga

nada A mayor ketika memainkan tangga nada naik memakai jari 4 dan

ketika turun memakai jari lepas (open Strings). Selanjutnya guru dapat

melanjutkan bahan yang ada pada buku panduan.

• Pertemuan XII kembali guru mengulang tangga nada A mayor 2 oktaf,

dan guru dapat mengajarkan permainan lagu-lagu yang ada pada buku

panduan dengan teknik-teknik yang ada pada lagu-lagu tersebut.

• Pertemuan XIII guru dapat tangga nada C mayor 2 oktaf yang dimulai

dari jari ketiga senar G. Tetap menggunakan jari 4 ketika naik dan

memakai senar lepas waktu turun, permasalahan yang ada peserta didik

akan mengalami kesulitan dijari 4 dikarenakan tangga nada C mayor

hanya sampai nada B pada senar E jari 4, dalam teknik ini guru harus

Universitas Sumatera Utara mengajari anak mengeser jari 4 setelah nada B agar sampai ke nada C

sebaiknya jika jari peserta didik tidak begitu panjang guru harus

memberitahu agar siku peserta didik dimiringkan kekanan. Setelah itu

guru dapat melanjutkan pada lagu yang ada pada buku yang ada.

• Pertemuan XIV guru dapat mengulang kembali tangga nada C yang

dilakukan peserta didik pada pertemuan sebelumnya dengan

menggunakan teknik gesekan yang ada kemudian dilanjutkan pada lagu

yang ada pada buku panduan.

• Pertemuan XV Guru dapat mengajarkan teknik mengeser jari jika terdapat

permasalahan 2 nada yang memakai 1 jari. Kemudian guru dapat

memakai bahan yang ada pada buku panduan.

• Pertemuan XVI guru dapat melanjutkan permainan menggeser jari dan

mengulang tangga nada yang ada dan mengajarkan lagu yang ada pada

buku panduan.

• Pertemuan XVII dengan teknik menggesek dua senar dengan tempo cepat

dan tidak bersamaan (Crossing String) sesuai dengan buku panduan yang

ada.

• Pertemuan XVIII guru dapat mengulang kembali lagu yang ada sampai

peserta didik benar-benar dapat memainkannya teknik crossing tanpa

beban dan ringan ketika tangan kanan memainkan teknik tersebut.

Selanjutnya dapat memainkan lagu yang ada pada buku panduan.

• Pertemuan XIX peserta didik dilatih tangga nada Bes mayor 2 oktaf

dengan mengunakan jari yang sama ketika naik dan turun seperti tangga

Universitas Sumatera Utara nada A dan C mayor, permasalahan yang ada peserta didik sering sekali

membuat jari 4 jauh pada senar A dan E yang seharusnya merapat pada

jari ke 3 dan anak sering sekali membuat open string pada pada senar E

yang seharusnya jari 4 disenar A dan rapat pada jari 3. Hal ini menjadi

perhatian untuk para guru agar mendengarkan peserta didik dengan baik

ketika mempelajari tangga nada Bes. Kemudian guru dapat melanjutkan

bahan yang ada pada buku panduan.

• Pertemuan XVII guru dapat mengulang tangga nada bes dan melanjutkan

pada lagu yang ada di buku panduan dan dapat bermain lagu dengan baik

dan indah.

• Pertemuan XVIII guru dapat mengulang tangga nada yang dilakukan

peserta didik pada tangga nada G,A,Bes, dan C mayor 2 oktaf dengan

teknik-teknik gesekan yang sudah dipelajari peserta didik dan guru dapat

melanjutkan bermain lagu pada buku panduan.

• Pertemuan XIX guru dapat mengulang tangga nada agar peserta didik

benar-benar hafal untuk tangga nada tersebut dan dapat melanjutkan

memainkan lagu-lagu yang ada pada buku panduan .

• Pertemuan XX guru dapat mengulang tangga nada dengan teknik gesekan

dan lagu-lagu yang ada pada buku panduan.

• Pertemuan XXI guru dapat melanjutkan permainan lagu yang ada pada

buku panduan yang sesuai dengan teknik gesekan yang ada.

Universitas Sumatera Utara • Pertemuan XXI guru dapat mengulang seluruh tangga nada yang telah

dipelajari sesuai dengan teknik gesekan dan melanjutkan lagu yang ada

pada buku panduan.

• Pertemuan XXII guru dapat melanjutkan permainan lagu-lagu yang ada

pada buku panduan.

• Pertemuan XXIII guru dapat melanjutkan permaianan lagu-lagu yang ada

pada buku panduan dan dapat mengulang apa yang peserta didik tidak

mampu baik pada teknik gesekan tangan kanan maupun teknik penjarian

tangan kiri.

• Pertemuan XXIV guru dapat melanjutkan permainan lagu-lagu yang ada

pada buku panduan dan guru dapat menjelaskan teknik-teknik yang telah

dipelajari.

5.6 Hasil Pembelajaran praktik Instrumen Biola di Sekolah Chandra

Kusuma School

Hasil pembelajaran praktik instrumen biola dengan menerapkan metode dari ketiga buku panduan pada kelas SMP I, SD II, dan SD V Chandra Kusuma

School pada intsrumen biola sangat baik. Hal ini disebabkan dengan adanya buku panduan peserta didik lebih terbantu dan lebih semangat untuk saling berlomba- lomba mengetahui tentang materi ajar dari ketiga buku panduan. Peserta didik juga tidak merasa jenuh menggunakan ketiga buku panduan yang tediri dari sebuah lagu dan teknik, kemudian peserta didik juga dapat saling bersosialisasi dan berinteraktif dengan timnya masing-masing. Dengan menggunakan buku

Universitas Sumatera Utara panduan, peserta didik juga tidak hanya menjalin sosial pada sesama siswa, tetapi dapat juga menjalin keakraban dengan guru yang mengajar. Komunikasi yang dibentuk dalam pembelajaran biola, menjadikan peserta didik berani mengemukakan pendapatnya, presentasi laporan, memanjangkan kegiatannya untuk melatih bahan ajarnya.

Pembelajaran praktik instrumen biola melalui buku panduan peserta didik merasakan kesenangan dan kemudahan dalam mempelajari instrumen biola.

Dapat disimpulkan, bahwa dengan memakai buku panduan tercipta hubungan yang baik antara peserta didik dan seorang guru. Maka hasil dari pembelajaran pada instrumen biola di Sekolah Chandra Kusuma School dapat dilihat dari tabel penilaian berikut:

Tabel Hasil Nilai Akhir SMP I dan SD II

Kriteria Penilaian

Hasil Nama Nilai Nilai o Nilai Kelompok Individu Akhir

Melody Jonathan 81 78 79,5

Cerelyn 81 80 80,5

Rachel 81 76 78,5

Edrik Alvaro 81 83 82

Hanny 80 76 78

Nama Nilai Nilai Hasil

Universitas Sumatera Utara kelompok individu nilai

akhir

Kelly Tendean 80 86 83

Wijafalensia 80 81 80,5

Graciela Putri 80 83 81,5

Tabel Hasil Nilai Akhir SD V.

Kriteria Penilaian

Teknik

Nama Penyajian Interpretasi o Intonasi

(60-90) (60-90) (60-90)

Russel 60 60 60

Jaiby ong 60 70 65

Silvia 60 65 65

Tiffany 60 65 65

Viviana 80 80 70

Afina 75 75 75

Marieta 80 80 70

Table 5.1 nilai hasil akhir

Dari hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa mempelajari instrumen biola dengan menggunakan buku panduan A tuna a day, Suzuki Violin dan kurikulum

Universitas Sumatera Utara Abrsm, dapat menambah tingkat kemahiran peserta didik dalam penilaian intonasi, teknik penyajian, interpretasi.

Hal ini disebabkan meningkatnya rasa kepedulian sesama peserta didik dan nalar otak untuk mempelajari materi ajar secara mendalam. Selain nilai kelompok dan individu, biasanya para guru untuk mengetahui hasil dari nilai akhir peserta didik di sekolah dasar (SD) Chandra Kusuma School menggabungkan nilai dari kelompok dan individu.

5.7 Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Proses Penerapan Buku

Panduan A Tune A Day, Suzuki Violin, Kurikulum ABRSM pada

Instrumen Biola Di Sekolah Chandra Kusuma School

Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan buku panduan pada instrumen biola di Sekolah Chandra Kusuma School, terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat. Dimana faktor pendukung membuat siswa dapat lebih maju dalam belajar khususnya pada instrumen biola, sedangkan faktor penghambat adalah bagian dari hal-hal yang menyulitkan peserta didik untuk menjadi lebih maju dalam proses belajar khususnya pada instrumen biola.

Adapun faktor pendukung dan penghambat pada proses pembelajaran buku panduan tersebut pada instrument biola di Sekolah Chandra Kusuma School adalah sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara 5.7.1 Faktor Pendukung

1. Masing-masing peserta didik mempunyai instrumen Biola secara individu.

2. Baiknya fasilitas ruangan yang diberikan sekolah untuk memenuhi standar

belajar musik, yang menjadi salah satu peranan untuk memberikan

kenyamanan belajar.

3. Mampunya pihak sekolah memdatangkan guru pengajar instrument biola.

4. Adanya ruangan konser yang diberikan sekolah untuk mewujudkan

pencapaian materi ajar.

5. Siswa saling melengkapi dan saling membantu dalam proses belajar.

5.7.2 Faktor Penghambat

1. Adanya peserta didik yang belum bisa menggunakan teknik dalam pembacaan

krosing pada bowing instrumen biola.

2. Adanya peserta didik yang belum terbiasa dengan pitch pada posisi-posisi

tinggi pada instrumen biola.

3. Adanya kejenuhan yang dihadapi oleh peserta didik dalam mengikuti

pelajaran.

4. Adanya perbedaan tingkat kecerdasan atara peserta didik, baik dalam satu tim

ataupun dalam kelompok yang lain.

5. Adanya sifat malas peserta didik untuk melatih bahan ajar yang diberikan

guru.

6. Kurangnya dukungan dari orang tua untuk memenuhi kebutuhan aksesoris

dari instrumen biola peserta didik.

Universitas Sumatera Utara 7. Kurangnya fasilitas yang diberikan sekolah untuk memenuhi media ajar oleh

guru.

5.8 Buku Panduan A Tune A Day

Proses pembelajaran dilakukan dengan mengajarkan kepada guru metode permainan biola, hal ini dilakukan agar guru mengerti proses pembelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik selama 4 kali pertemuan dalam satu bulan dan terdapat 24 kali pertemuan dalam 1 semester , dan masing-masing pertemuannya dilakukan selama 30 menit dalam setiap pertemuan, hal ini dilakukan agar guru untuk mendapatkan target pada akhir semester melalui buku panduan.

Guru mengenalkan Tanda kunci kepada murid agar peserta didik mengetahui letak do atau c dan nada yang lain pada sebuah not balok yang terdapat pada buku panduan, misalnya kunci G, letak do pada garis bantu pertama dibawah garis paranada, begitu juga dengan kunci F ada di spasi kedua dan C ada di garis ketiga.

Namun untuk tahap pembelajaran awal guru hanya mengenalkan kunci G saja agar seorang anak tidak merasa kesulitan pada tahap awal membaca not balok untuk pembelajaran instrumen biola.

Universitas Sumatera Utara

Guru mengenalkan sukat 4\4 atau dapat ditulis tanda C diawal penulisan not balok

Guru mengenalkan bar atau birama agar peserta didik dapat menghitung bar ketika membaca not balok dan mengetahui sampai dimana not yang dibaca ketika mempelajari instrumen. Guru mengenalkan sangkar nada kepada murid yang berfungsi agar murid mengetahui penulisan dan cara baca yang terdapat pada not balok. Sangkar nada terdiri dari lima garis dan 4 spasi

Guru mengenalkan berlin atau sering disebut pembatas bar.

Guru mengenalkan harga not, agar murid dapat membaca nilai ketukan dalam mempelajari instrumen biola dimulai dari:

- semi breve, not penuh, 4 ketuk, 1 not dalam satu birama dengan sukat 4\4

Universitas Sumatera Utara - minims, not setengah, 2 ketuk, 2 not dalam satu birama dengan sukat 4\4

- crotchets,not 1/4, 1 ketuk, 4 not dalam satu birama dengan sukat 4\4

- Quavers,not 1/8, 1\2 ketuk, 8 not dalam satu birama dengan sukat 4\4

lalu guru mengenalkan tanda diam (rest) yang sesuai dengan harga not yang tertulis yang dimulai dari:

-Tanda diam semi breve, not penuh, 4 ketuk, 1 not dalam satu birama dengan sukat 4\4

- Tanda diam minims, not setengah, 2 ketuk, 2 not dalam satu birama dengan sukat 4\4

- Tanda diam crotchets,not 1/4, 1 ketuk, 4 not dalam satu birama dengan sukat

4\4

- Tanda diam Quavers,not 1/8, 1\2 ketuk, 8 not dalam satu birama dengan sukat

4\4

Lalu guru mengenalkan birama ganda yang memiliki fungsi untuk menutup birama dan akhir dari sebuah lagu dalam penulisan not balok dan menempatkan tanda- tanda kemudian melalui birama ganda terdapat simbol di dalam birama yg artinya kembali ke awal.

Universitas Sumatera Utara

lalu guru mengenalkan tanda pengulangan (repeat) yang artinya tanda ulang dalam penulisan not balok sehingga murid dapat bermain dengan membaca symbol maupun tulisan yang terdapat pada not balok.

Open Strings Pizzicato)

CROTCHET REPEAT REST SIGN

Pizz. A - A A - A D - D D - D A - A A - A D - D D - D D - 1 Count : 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 11 -- 22

Pizz. D - D D - D G - G G - G D - D D -D G - G G - G G - 2 Count : 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2

Pizz. A - A D - D A - A D - D A - A D - D A - A D - D D - 3 Count : 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2

Pizz. D - D G - G D - D G - G D - D G -G D - D G - G G - 4 Count : 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2

Pizz. D - A D - G D - A D - G D - A D - G D - A D - G G - 5 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 Count : 1 - 2 VIOLIN AND BASS Pizz. A - A E - E A - A E - E A - D A - E A - D A - E A - 6 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 Count : 1 - 2 VIOLA AND CELLO ONLY

G - 7 Pizz. G - G C - C G - G C - C G - C G - D G - C G - D 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - 2 Count : 1 - 2

Universitas Sumatera Utara Di lesson 1 guru mengajarkan teknik pizzccato,teknik pizzcato yaitu dimainkan dengan cara memetik senar biola tanpa menggunakan bowing, kemudian mengajarkan peserta didik letak senar biola dimulai dari senar paling tertinggi sampai pada senar yang wilayah register nadanya paling rendah pada instrumen biola.

- Jempol tangan kanan diletakan dibawah papan penjarian (Fingerboard).

- Lalu jari tengah, manis, dan kelingking menggenggam bowing.

- Jari telunjuk digunakan untuk memetik senar biola.

- anak diajarkan hitungan dua dalam satu birama agar anak dapat menjaga tempo.

Lesson I

No.1

Diperkenalkan pada senar A dan D dimainkan dengan teknik memetik

(pizzicato) senar, senar A dimainkan 1 ketuk 2 kali sebanyak 2 birama dilanjut senar D dengan cara yang sama kemudian kembali ke A dan D setelah itu terdapat pengulangan (repeat) dan diakhir pada senar D kembali.

No.2

Peserta didik memainkan senar D dan G, dengan cara yang sama ketika memainkan contoh no.1 perbedaannya hanya pada senar saja.

No.3

Peserta didik kembali memainkan senar A dan D tetapi dengan sedikit cara yang berbeda, ketika di no. 1 senar A dimainkan 1 ketuk 2 kali sebanyak 2 birama di lesson 3 senar A dimainkan 1 ketuk 2 kali sebanyak 1 birama.

Universitas Sumatera Utara No.4

Peserta didik kembali memainkan senar D dan G, tetapi cara memainkannya mengkuti pola no.3

No.5

Peserta didik memainkan senar D, A dan D, G, senar D dan A dimainkan masing-masing 1 ketuk kemudian dilanjut senar D dan G masing-masing 1 ketuk setelah itu kembali ke senar D, A serta D, G kemudian terdapat pengulangan dan berakhir di senar G.

No.6

Peserta didik memainkan senar A, E dan A, D senar A dimainkan 1 ketuk

2 kali dilanjut senar E dengan cara yang sama kemudian kembali ke A dan E dilanjutkan senar A,D 2 ketuk kemudian A, E 2 ketuk kembali ke A,D dan A,E dengan cara yang sama kemudian pengulangan dan berakhir di senar A.

Setelah itu guru menerapkan teknik pizzicato yang telah dipelajari Peserta didik ke dalam sebuah lagu Ten Little Indians, siswa memainkan senar D,A, senar D dimainkan 1 ketuk 2 kali sebanyak 2 birama kemudian dilanjut dengan senar A,D dengan cara yang sama kemudian A dimainkan 1 ketuk 2 kali sebanyak 1 birama dan diikuti senar D dengan cara yang sama, dan guru memainkan melodi di piano, permasalahannya adalah tidak semua guru dapat memainkan piano dengan baik maka guru dapat memainkan melodi lagu tersebut dengan biola atau menyanyikan lagu tersebut.

Universitas Sumatera Utara (Holding and Drawing the Bow)

Lesson 2 no 1

Lesson 2 no 1

Mengajarkan Peserta didik menggesek biola dengan menggunakan senar

A 2 not dalam satu birama yang terdiri dari 2 birama dan senar D 2 not dalam satu birama yang terdiri dari 2 birama dengan tempo yang tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat dimulai dari tempo 1 ketuk, hal ini dilakukan sampai anak benar-benar merasa relevan menggesek biola. Kemudian mengajarkan Peserta didik tanda turun (down bow) dan naik (up bow).

Lesson 2 no 2

Lesson II no 2

Peserta didik mempelajari gesekan 1 ketukan 2 dalam satu birama senar A dimainkan 1 ketuk sebanyak 2 kali dalam 1 birama, birama 2/4 kemudian dilanjut ke D dengan cara yang sama kembali ke senar A dan berakhir pada senar D, perbedaannya hanya memakai satu birama saja kemudian diulang sebanyak dua kali.

Universitas Sumatera Utara lesson I merupakan transisi untuk melangkah ke lesson II no 2 yang lebih sulit dari lesson II no1.

Lesson 2 no 3

Lesson II no 3

Peserta didik memainkan senar D dan G yang dimainkan dengan cara yang sama pada no 2 hal ini dilakukan agar anak yang mempelajari biola dapat memainkan semua senar yang terdapat pada instrumen biola.

Lesson 2 no 4

Lesson II no 4

Peserta didik diuji untuk memainkan senar A D G, dengan birama 2/4 senar A dimainkan 1 ketuk dilanjut ke senar A-D-G-D A-D-G-D dengan pengulangan.

Lesson 2 no 5

Universitas Sumatera Utara Lesson II no 5

Peserta didik memainkan senar E dan A, senar E merupakan senar yang lebih sulit digesek dari senar biola yang lain, senar E dimainkan 1 ketuk 2 kali sebanyak 2 birama, birama 2/4 dilanjut dengan senar A dengan cara yang sama lalu pengulangan sama seperti lesson II no 1.

Lesson 2 no 6

Lesson II no 6

Peserta didik memainkan senar E dan A dengan cara yang sama seperti di lesson II no 2 hanya perbedaaan pada sebuah senar.

Lesson 2 no 7

Lesson II no 7

Peserta didik memainkan senar D dan G dengan cara yang sama seperti di lesson II no 1 Setelah Peserta didik mampu melewati lesson I teknik menggesek ke empat senar biola, murid menerapkan dalam lagu Baa! Baa! Black Shepp dengan senar D dan A dan Jingle Bells melalui senar D A G.

Lesson 2 no 8

Universitas Sumatera Utara

Peserta didik memainkan senar D dan G dengan cara yang sama seperti di lesson II no 2 perbedaannya hanya pada sebuah senar. Setelah Peserta didik mampu melewati lesson II teknik menggesek ke empat senar biola, murid menerapkan teknik menggesek dalam lagu Baa! Baa! Black Sheep dengan senar

D dan A dan Jingle Bells dengan diiringi seorang guru. Guru dapat memainkan iringan tersebut dengan biola, piano dan juga guru dapat menyanyikan lagu tersebut.

(Contiunation of Open String Crotchets)

(One Count Each)

Lesson 3 no 1

Universitas Sumatera Utara Guru mengajarkan murid untuk memainkan senar D dan G 1 dengan sukat

2/4 dilanjutkan D-A- D-A-D-G,dua nada dengan jumlah 1 ketuk tiap senar, setelah itu dilanjutkan dengan pengulangan, hal ini dilakukan agar Peserta didik dapat menguasai teknik menggesek senar secara bergantian (crossing string) karena menggesek satu senar secara berulang ulang berbeda dengan menggesek 4 senar secara bergantian, hal ini lebih sulit untuk dipelajari Peserta didik dan guru harus lebih memerhatikan lengan Peserta didik agar sejajar dengan bow biola.

Lesson 3 no 2

Peserta didik memainkan dengan cara yang sama seperti di no 1, hanya saja pergantian senar yang berbeda, dimana pada bagian no 2 diawali dengan senar D dan A dilanjut dengan D-G-D-A-A-D yang masing-masing satu ketukan setiap nada. Hal ini dilakukan agar Peserta didik biasa lebih memperbaiki gesekan ketika bermain senar yang bergantian

Lesson 3 no 3

Memiliki cara yang sama, Peserta didik menggesek diawali dari senar A kemudian ke E dilanjutkan dengan A-D-A-E-E-A, guru menuntut Peserta didik

Universitas Sumatera Utara untuk mampu menggesek senar A kemudian ke senar E, dimana senar E merupakan senar yang posisi yang sangat sulit untuk digesek.

Lesson 3 no 4

Pada bagian ini memiliki cara yang sama untuk dimainkan, Peserta didik menggesek senar D-G-D-A-D-G-D-G setelah itu pengulangan, tujuannya dari lesson 3 ini adalah agar Peserta didik mampu menggesek senar biola secara bergantian dengan teknik yang baik.

Setelah mempelajari bagian-bagian itu teknik menggesek secara bergantian senar biola, Peserta didik menerapkan dalam lagu Twinkle, Twinkle,

Little Star dengan kesamaan melodi dengan lagu Baa! Baa! Black Sheep yang membedakannya adalah senar yang digesek di Twinkle, Little Star adalah senar

G-D-A sedangkan Baa! Baa! Black Shepp hanya menggunakan senar D dan A kemudian diterapkan lagi dalam lagu Oats and Beans dengan bermain teknik gesekan secara bergantian (crossing string).

Universitas Sumatera Utara

(Minims-Two Counts Each)

Lesson 4 no 1

Guru mengajarkan Peserta didik bagaimana menggesek senar dengan panjang nada 2 ketuk dengan birama 2/4 not ½ (minims), hal ini dilakukan agar

Peserta didik mampu menjaga kestabilan ketika menggesek nada yang panjang dengan panjang nada 2 ketuk. Diawali dengan menggesek senar A dengan panjang 2 ketuk sebanyak 2 birama kemudian dilanjutkan dengan senar D dengan cara yang sama kemudian kembali ke senar A dan D kemudian pengulangan.

Lesson 4 no 2

Hal yang sama dilakukan Peserta didik memainkan senar dengan nada panjang senar D 2 ketuk sebanyak 2 birama, dilanjutkan ke G-D-A setelah itu pengulangan nada. Guru harus memerhatikan kestabilan murid ketika menggesek nada panjang terhadap sebuah bow biola.

Universitas Sumatera Utara Lesson 4 no 3

Pada bagian ini kembali Peserta didik memainkan senar dengan panjang nada senar A 2 ketuk terdiri dari 2 birama. Kemudian dilanjutkan dengan senar D

2 ketuk sebanyak 2 birama kemudian senar A dua ketuk 2 birama, dan diakhiri dengan senar A 2 ketuk 1 birama.

Lesson 4 no 4

Memiliki cara yang sama dengan no 3, murid memainkan senar D 2ketuk

1 birama kemudian dilanjut senar G-D-A 2 ketuk 2 birama kemudian D 2 ketuk 1 birama, dan G 2 ketuk 2 birama lalu pengulangan.

Setelah memainkan teknik menggesek panjang 2 ketuk, teknik gesek panjang tersebut diaplikasikan pada lagu Au Clair de la lune, Peserta didik memainkan senar A 2 not setengah dalam 1 birama sebanyak 8 birama dan guru memainkan melodinya pada instrumen biola biola dengan memainkan nada melalui permainan senar ganda (double string). Kemudian dilanjutkan dengan lagu marching, Peserta didik memainkan senar D dengan cara yang sama.

Kemudian dilanjutkan dengan lagu Merrily, Peserta didik memainkan senar D sebanyak 2 birama, kemudian A 1 birama, D tiga birama, dilanjutkan A 1 birama dan diakhiri D 2 ketuk dan diakhiri dengan tanda berhenti 2 ketuk (minim rest).

Universitas Sumatera Utara Introducing Four-Four 4/4 Time

SemiBreves-Four Counts Each

Lesson 5 no 1

Universitas Sumatera Utara Guru mengajarkan Peserta didik bagaimana menggesek senar dengan panjang nada 4 ketuk dengan birama 4/4 not penuh (semibreves), hal ini dilakukan agar Peserta didik mampu menguasai bow dan lebih menjaga kestabilan bow dengan panjang nada 4 ketukan. Diawali dengan menggesek senar

A dengan panjang 4 ketuk sebanyak 1 birama kemudian dilanjutkan dengan senar

D dengan cara yang sama kemudian kembali ke A dan D kemudian pengulangan.

(Semibreves-Four Counts Each)

Lesson 5 no 2

Kembali murid memainkan senar D dengan panjang nada 4 ketuk sebanyak 1 birama, dilanjutkan ke senar G-D-A setelah itu kembali pada pengulangan.

Lesson 5 no 3

Memiliki cara yang sama, Peserta didik menggesek diawali dari senar E dilanjutkan dengan senar A-E-A dengan cara yang sama. Tetapi Peserta didik guru harus lebih teliti memerhatikan Peserta didik ketika memainkan senar dengan panjang nada 4 ketukan.

Lesson 5 no 4

Universitas Sumatera Utara Memainkan cara yang sama, Peserta didik menggesek senar diawali dari senar D dilanjutkan dengan senar G-D-G dengan cara yang sama dan panjang nada sebanyak 4 ketukan.

Lesson 5 no 5

Pada bagian ini 4 ketukan a(semibreves) digabungkan dengan 2 ketukan

(Minims), Peserta didik memainkan senar D dengan panjang 4 ketuk sebanyak 1 birama, dilanjutkan ke A satu birama dengan 2 not setengah kemudian dilanjutkan ke senar D 4 ketuk satu birama, kemudian G satu birama dengan 2 not setengah.

Lesson 5 no 6

Peserta didik memainkan senar D dengan panjang nada 2 ketuk 2 not setengah sebanyak 1 birama, dilanjutkan ke senar A satu birama 4 ketuk kemudian dilanjutkan ke D 2 ketuk 2 not setengah sebanyak 1 birama, kemudian

G satu birama 4 ketuk. Bagian no 6 merupakan kebalikan dari bagian no 5.

Universitas Sumatera Utara Lesson 5 no 7

Peserta didik memainkan senar A dengan panjang nada 4 ketuk sebanyak

1 birama, dilanjutkan ke E satu birama dengan 2 not setengah kemudian dilanjutkan ke A 4 ketuk satu birama, kemudian D satu birama dengan 2 not setengah. Bagian ini memiliki cara yang sama dengan bagian no 5.

Lesson 5 no 8

Peserta didik memainkan senar D dengan panjang 4 ketuk sebanyak 1 birama, dilanjutkan ke A satu birama dengan 2 not setengah kemudian dilanjutkan ke senar D 4 ketuk satu birama, kemudian G satu birama dengan 2 not setengah, Bagian ini memiliki cara yang sama dengan bagian no 5. Diakhir dari contoh I sampai V murid menggabungkan semibraves, minims, crotchets dalam sebuah lagu folk song dan guru memainkan pianonya. Jika sorang guru biola tidak dapat memainkan piano maka guru biola dapat mengambil melodi pokok dari lagu tersebut.

Universitas Sumatera Utara

(The Open A Strings)

Lesson I no 1

Guru mengajarkan Peserta didik gesekan panjang selama 4 ketuk

(semibrave) pada senar A dengan birama 4/4 mulai dari pankal ke ujung bow dan ujung ke pangkal bow (frog to point and point to frog) kemudian dilanjut tanda berhenti selama 4 ketukan (semibrave rest), ketika murid pada posisi istirahat

Peserta didik diberitahukan untuk membenarkan dan memperbaiki posisi bow untuk birama selanjutnya yaitu senar A sepanjang 4 ketuk seperti di birama 1 kemudian dilanjut lagi tanda berhenti sepanjang 4 ketuk, hal ini dilakukan sebanyak 8 birama dengan pengulangannya.

Lesson I no 2

Universitas Sumatera Utara Guru mengajarkan Peserta didik hal yang sama pada senar A dimainkan sepanjang 4 ketuk birama 4/4, perbedaannya adalah Peserta didik tidak lagi memainkan tanda berhenti. Guru harus lebih memerhatikan gesekan Peserta didik dikarenakan murid tidak diberikan waktu untuk memperbaiki posisi dikarenakan tidak memiliki tanda berhenti.

Lesson I no 3

Peserta didik memainkan nada A 2 ketuk (minims) pada senar A, tetap pada birama 4/4 sebanyak 4 birama dengan pengulangannya.

Lesson I no 4

Kembali guru mengajarkan Peserta didik senar A yang dimainkan sepanjang 2 ketuk dan tanda istirahat 2 ketuk (minim rest) dalam 1 birama dengan sukat 4/4, hal ini dilakukan sebanyak 8 birama dengan pengulangannya.

Lesson I no 5

Universitas Sumatera Utara Memainkan senar terbuka pada senar A (Open A string) no 1-4 merupakan transisi yang mana Peserta didik akan menerapkan teknik gesekan tersebut pada sebuah lagu Au clair de la lune. Peserta didik memainkan 4 ketukan senar A dimainkan sepanjang 4 ketuk 1 birama kemudian dilanjut birama 2 yang masing-masing sepanjang 2 ketuk (minims), kemudian birama 3 sama dengan birama 1 dan birama 4 sama dengan birama 2 hal ini dilakukan sebanyak 8 birama.

(The Open D Strings)

Lesson II no 1

Guru mengajarkan kembali menggesek panjang tetapi pada senar D (The open D string), semua teknik yang dimainkan di senar A sama halnya dengan

Lesson II no1, perbedaannya hanya pada senar, Peserta didik memainkan senar D, tujuannya agar Peserta didik menguasai setiap senar.

Lesson II no 2

Lesson II no 3

Universitas Sumatera Utara Lesson II no 4

Lesson II no 5

Memainkan senar terbuka pada senar D (Open D string) no 1-4 merupakan transisi yang mana peserta didik akan menerapkan teknik gesekan tersebut pada sebuah lagu Marching. Peserta didik memainkan 4 ketuk senar A dimainkan sepanjang 4 ketuk 1 birama kemudian dilanjut birama 2 yang masing- masing sepanjang 2 ketuk (minims), kemudian birama 3 sama dengan birama 1 dan birama 4 sama dengan birama 2 hal ini dilakukan sebanyak 8 birama.

(The Open A and D-Strings)

Lesson II no 6

Memainkan cara yang sama dilakukan Peserta didik dengan menggesek panjang senar A selama 4 ketukan dan setelah menggesek tanda berhenti 4 ketuk,

Universitas Sumatera Utara kemudian dilanjutkan gesekan pada senar D (The open A string and The open D string), yang dilakukan 16 birama dengan pengulangannya.

Lesson II no 7

Guru mengajarkan Peserta didik gesekan 4 ketukan, di birama 1 pada senar A kemudian di birama 2 senar D dengan cara yang sama, dimainkan sepanjang 4 ketuk birama 4/4 tanpa tanda berhenti kemudian senar D dengan cara yang sama, hal ini dilakukan sebanyak 8 birama dengan pengulangan.

Lesson II no 8

Peserta didik memainkan minims pada senar A, ada 2 minims dalam 1 birama dimainkan sepanjang 2 ketuk tiap minims birama 4/4 kemudian birama berikutnya dilanjutkan dengan senar D dengan cara yang sama, hal ini dimainkan sebanyak 4 birama lalu pengulangan.

Lesson II no 9

Peserta didik memainkan senar D dan A dalam satu birama yang terdiri 2 ketukan (minims) dengan birama 4\4 ada 2 ketukan pada setiap not senar A dan D

Universitas Sumatera Utara dalam 1 birama dimainkan sepanjang 2 ketuk tiap minims, murid memainkan ini sebanyak 8 birama dengan pengulangan.

Lesson II no 10

Peserta didik memainkan minims senar D dan A pada birama 1, perbedaan sedikit dengan lesson 9, pada birama 2 senar D dan A, kembali dimainkan namun di birama 2 lesson 10 dibalikkan menjadi D dan A, hal ini dilakukan sebanyak 8 birama dengan pengulangan.

Lesson II no 11

Gesekan senar A dan D merupakan bagian dari sebuah transisi dimana

Peserta didik akan menerapkan teknik tersebut dalam lagu Merilly. Peserta didik memainkan senar D dimainkan sepanjang 4 ketuk 1 birama kemudian dilanjut ke birama 2, terdapat 2 not masing-masing 2 ketukan, 2 minims yang dimainkan kemudian birama 3 ada 2 minims senar A yang dimainkan, birama 4 ada 2 minims senar D yang dimainkan, birama 5,8 sama dengan birama 1, birama 6,7 sama dengan birama 2,3 diseratai dengan guru memainkan melodi di biola.

Universitas Sumatera Utara (Crotchets And Crotchet Rests)

Lesson III no 1

Guru mengajarkan gesekan pada senar A 1 ketuk (Crochet), setelah

Peserta didik baik menggesek 1 ketuk, ada 4 not dengan harga satu ketukan pada senar A dalam 1 birama birama 4/4, dimainkan sebanyak 8 birama dengan pengulangannya.

(Continuation of Strings Crotchets)

(One Count Each)

Lesson III no 2

Peserta didik mempelajari gesekan 1 ketuk dan tak ada tanda 1 birama

(crotchets and crotchets rest, ada 4 not dan 2 crotchets rest senar A dalam 1 birama birama 4/4, Peserta didik memainkan crotchets 1 ketuk, crotchets rest 1, crotchets 1 ketuk, crotchets rest 1 ketuk, ini dilakukan berseling-selingan dalam 1 birama, ini dilakukan sebanyak 4 birama.

Lesson III no 3

Universitas Sumatera Utara Birama 1 peserta didik memainkan 4 ketukan (semibrave) senar A kemudian dilanjut dengan 4 crotchets di birama 2, birama 3 sama dengan birama

1, birama 4 sama dengan birama 2. Melalui contoh ini guru harus sering memperhatikan Peserta didik ketika bagian dari nada panjang sampai pada gesekan stabil satu ketuk.

Lesson III no 4

Birama 1 sampai 4 guru mengajarkan peserta didik bermainkan pada senar D 2 ketuk, kemudian setelah itu disambung dengan nada yang sama namun ketukannya menjadi 1 ketuk terdiri dari 2 nada dalam 1 birama, teknik ini dimainkan sebanyak 8 birama dengan pengulangannya.

Lesson III no 5

Kembali hal yang sama seperti no 4 tetapi perbedaannya hanya pada senar

A, jika no 4 diawali dengan dengan 2 ketuk dan 1 ketuk yang terdiri dari 2 nada, pada no 5 1 ketuk yang terdiri dari 2 nada dan satu not 2 ketuk dalam memaikannya, teknik ini dimainkan sebanyak 8 birama dengan pengulangannya.

Lesson III no 6

Universitas Sumatera Utara Peserta didik dihadapkan cara bermain menggunakan 3 nada yang diawali pada Birama 1 nilai nada 4 ketuk kemudian birama 2 satu ketuk yang terdiri dari

2 nada dan 1 nada 2 ketuk, untuk Peserta didik dalam proses pembelajarannya.

Hal ini dilakukan agar murid dapat bermain dengan beberapa nada ketika memainkan lagu pendek.

Lalu peserta didik mengaplikasikan teknik tersebut ke dalam sebuah lagu

Baa Baa Black Sheep dan Hop, Hop, Hop dengan menggunakan senar D dan A, dimainkan bersamaan dengan guru yang memainkan melodi lewat biola. Hal ini bermanfaat agar peserta didik tidak bosan ketika proses pembelajaran menggesek

Universitas Sumatera Utara senar biola yang didukung dengan iringan melodi dan nada panjang anak menjadi suara tengah untuk harmoni dalam sebuah lagu.

(The Open E Strings)

Lesson IV no 1

Guru mengajarkan peserta didik memainkan senar E 4 ketukan diawali pada birama pertama kemudian dilanjut dengan 2 not 2 ketuk pada birama 2, birama 3 sama dengan birama 1, dan birama 4 sama dengan birama 2 lalu pembelajaran ini terdiri dari 8 birama dengan pengulangannya.

Lesson IV no 2

Birama 1 peserta didik memainkan 1 ketuk setiap nada yang terdiri dari 4 nada senar E kemudian dilanjut dengan birama 2 ketuk, birama 3 sama dengan birama 1, dan birama 4 sama dengan birama 2 teknik ini terdiri dari 8 birama dengan pengulangannya.

Lesson IV no 3

Universitas Sumatera Utara Kembali guru mengajarkan untuk peserta didik memainkan biola pada senar E dengan nada 2 ketuk dan 1 ketuk yang terdiri 2 nada dalam satu birama.

Lesson IV no 4

Kemudian pada no 4, Peserta didik lebih mendapatkan variasi dengan diawali 1 ketuk dan dilanjutkan 2 ketuk dan ditutup dengan 1 ketuk dalam satu birama, hal yang sama terjadi pada birama 2,3, dan 4. Teknik terebut terdiri dari 8 birama dengan pengulangannya.

Universitas Sumatera Utara Gesekan yang telah dipelajari Peserta didik kemudian diterapkan ke dalam lagu Ten Little Indians, dengan menggunakan senar A dan E satu ketuk, kemudian dilanjut dengan lagu Oats and Beans dengan menggunakan senar D, A,

E dengan menggabungkan 1 ketuk dan 2 ketukan (crotchets and minims), kemudian dilanjut dengan lagu A riddle menggunakan senar D, A, E dengan menggabungkan 1 ketuk 2 dan empat ketukan (crotchets, minims and semibrave).

(The Open G Strings)

Lesson V no 1

Peserta didik melatih senar 4 ketuk pada senar G senar ini adalah nada yang paling rendah pada instrumen biola kemudian posisi yang paling mengangkat lengan paling tinggi hal ini menjadi perhatian guru ketika murid memainkan lesson 5 no 1

Lesson V no 2

Kemudian Peserta didik melatihnya menjadi 2 ketukan tetapi sama panjang bow ketika memainkan 4 ketukan kecepatan anak menjadi perhatian seorang guru untuk kestabilan anak menggesek senar G.

Lesson V no 3

Universitas Sumatera Utara Gesekan peserta didik semakin cepat yang dimainkan 1 ketukan untuk menggesek senar G perbedaannya anak akan memainkannya tidak lagi mengunakan semua bow untuk I ketuk ketika peserta didik menggesek biola pada senar G.

Lesson V no 4

Peserta didik memainkan gabungan yang terdiri dari 4 ketuk, 1 ketuk dan

2 ketukan serta kembali peserta didik mengaplikasikan permainan gesekan biola dengan menggunakan senar G-D-A pada lagu Twinkle, Twinkle, Little Star dalam pembelajaran biola.

(The Four Open Strings)

Lesson V no 5

Guru mengajarkan menggesek panjang melalui 4 ketukan tetapi hal ini berbeda dengan biasanya. Senar yang digesek tidak pada satu senar melainkan

Universitas Sumatera Utara semua senar yang terdapat pada instrumen biola. Guru harus memperhatikan lengan Peserta didik agar sejajar dengan posisi bow ketika menggesek instrumen biola.

Lesson V no 6

Murid memainkan keempat senar biola, birama 1 terdapat 2 ketukan yang dimulai melalui senar E, kemudian dilanjut ke A, D dan G, setelah itu dibalik menjadi G, D, A, E semua senar dimainkan 2 ketuk, tiap birama ada 2 ketukan dengan nada yang sama.

Lesson V no 7

Peserta didik memainkan keempat senar biola, birama 1 terdapat 1 ketukan yang dimulai melalui senar G, kemudian dilanjut ke senar D, A dan E, setelah itu dibalik menjadi E, A, D, G semua senar dimainkan 1 ketuk, tiap birama ada 1 ketukan dengan nada yang sama.

Universitas Sumatera Utara Lesson V no 8

Peserta didik memainkan keempat senar biola diawali pada senar E, birama 1 terdapat 2 ketukan pada senar E dan A, diikuti birama 2 pada senar D dan G kemudian G dan D dilanjut ke birama terakhir A dan E. dalam 1 birama peserta didik memainkan 2 senar yang berbeda.

Lesson V no 9

Kemudian peserta didik memainkan keempat senar biola dengan 1 ketukan, teknik gesekan sama dengan lesson V no 9.

(The Quever)

Lesson VI no 1

Guru mengajarkan teknik 1 ketukan dan setengah ketukan (Crochet and

Quever) pada senar A dan D yang diawali birama pertama 1 ketukan dan birama

2 setengah ketukan kemudian birama 3 dan 4 memiliki kesamaan ritmik perbedaan pada sebuah senar.

Universitas Sumatera Utara Lesson VI no 2

Peserta didik memainkan 2 birama pada no 2 birama pertama ketukan 1

Peserta didik memainkan senar D dengan satu ketukan kemudian birama kedua memainkan setengah ketukan tetap pada senar D dan dilanjut pada birama kedua ketukan pertama Peserta didik memainkan setengah ketukan dan 1 ketukan pada senar A.

Lesson VI no 3

Birama 1 peserta didik memainkan 2 not 1 ketukan dan 4 not setengah pada senar E dengan birama 4/4, kemudian birama 2 memainkan 2 not 1 ketukan dan 4 not setengah pada senar A, kemudian birama 3 memainkan 2 not 1 ketukan dan 4 not setengah pada senar D, dilanjut denngan senar G dan kemudia naik pada senar D dan senar A.

Kemudian peserta didik menerapkan teknik itu dalam lagu Gally The

Troubadour dan lagu Lightly Row, dengan menggunakan senar D dan senar A pada lagu Gally The Troubadour yang dimainkan peserta didik dan senar G dan

D pada lagu Lightly Row memakai satu ketukan dan setengah ketukan dimainkan bersamaan dengan guru yang membawakan melodi biola.

Universitas Sumatera Utara

(First Finger B on the A-String)

Whole tone From A to B

Lesson VII no 1

Guru mengajarkan peserta didik bermain biola melalui jari pertama (First

Finger), jari pertama dilakukan dengan panjang 4 ketukan yang diawali senar lepas (open string) dari senar lepas A dan jari pertama adalah nada B, buku panduan tersebut terdiri dari 16 birama dengan pengulangannya.

Universitas Sumatera Utara Lesson VII no 2

Kemudian birama 1 Peserta didik memainkan senar A yang terdiri dari 2 not setengah atau 2 ketukan dimainkan senar lepas kemudian pada birama 2 digunakan jari pertama sampai pada birama 8, pembelajaran ini terdiri dari 16 birama dengan pengulangannya.

Lesson VII no 3

Setelah itu Peserta didik memainkan senar lepas A dan birama 2 memainkan jari satu, kemudian diaplikasikan pada lagu little A and B March untuk dimainkan peserta didik lagu ini terdiri dari 8 birama tanpa pengulangan.

Lesson VII no 4

Universitas Sumatera Utara (First Finger E on the D-String)

Whole tone From D to E

Lesson VII no 5

Hal yang sama dilakukan pada no 5 dan 4 untuk pembelajaran, peserta didik melakukan pembelajaran senar lepas dan jari 1. Hal ini memiliki perbedaan posisi senar saja no 4 dan 5 pada senar D yang akan dimainkan oleh peserta didik ketika melakukan pembelajaran biola, pembelajaran ini terdiri darri 8 birama tanpa pengulangan

Lesson VII no 6

Kemudiuan guru mengaplikasikan untuk pembelajaran biola yang dilakukan pada 2 ritme 1 ketukan dan 2 ketukan yang dimainkan peserta didik pada senar D, lagu tersebut terdiri dari 8 birama tanpa pengulangannya.

Universitas Sumatera Utara (Optional Material For Lessons7&8)

Lesson VII no 7

Lesson VII no 1.1

Lesson VIII no 1.1

Lesson VIII no 2.1

Universitas Sumatera Utara Peserta didik mengaplikasikan penjarian pertama dengan lagu yang terdapat pada lesson 7 dan 8 dan diiringkan oleh seorang guru yang memainkan biola untuk mengiringi peserta didik agar tidak bosan mempelajari penjarian yang terdapat pada sebuah lagu.

(First Finger B, second finger C# on the A-String)

Lesson VIII no 1

Guru mengajarkan jari kedua dengan gesekan panjang 4 ketukan yang dimulai senar lepas A kemudian jari 1 pada nada B serta jari 2 pada nada C# dan kembali pada penjarian pertama, peran penting seorang guru harus lebih memperhatikan dan mendengarkan baik pada gesekan maupun pada penjarian ketika peserta didik memainkan nada tersebut.

Lesson VIII no 2

Guru mengajarkan penjarian 1 dan 2 dengan 2 not setengah dalam satu birama contoh ini terdiri dari 8 birama dengan pengulangannya.

Lesson VIII no 3

Universitas Sumatera Utara Guru mengajarkan penjarian 1 dan 2 dengan 4 not 1 ketuk dalam satu birama contoh ini terdiri dari 8 birama dengan pengulangannya.

Lesson VIII no 4

Guru mengajarkan penjarian dengan aplikasi penjarian yang tidak berurutan dengan menggabungkan 2 nada pada 2 ketuk dan satu ketukan, agar dapat memainkan teknik yang terdapat pada sebuah lagu yang ada.

Lesson VIII no 5

Melody

Lesson VIII no 6

Merrily

Lesson VIII no 7

Melody

Universitas Sumatera Utara Guru mengajarkan sebuah lagu dengan mengaplikasikan latihan penjarian yang telah diajarkan pada peserta didik dengan menggunakan nada 1 ketuk dan 2 ketukan hal ini dilakukan agar peserta didik tidak bosan melakukan latihan penjarian karena telah diaplikasikan pada sebuah lagu.

Terlebih lagi seorang guru harus mengerti jika produksi nada yang dihasilkan peserta didik tidak begitu baik (fals), guru dapat membenarkan penjariannya, guru juga dapat mengikuti peserta didik bermain biola atau mengiringi peserta didik dengan piano dengan mengaplikasikan akor pada nada- nada yang membentuk sebuah melodi yang terdapat pada buku panduan.

(First Finger E, second finger F# on the D-String)

Lesson VIII no 8

Lesson VIII no 9

Lesson VIII no 10

Universitas Sumatera Utara Lesson VIII no 11

Pada lesson 8 no 8 sampai no 11 memiliki kesamaan teknik pada no 1 sampai no 4 baik pada sebuah ketukan maupun pada penjarian di lesson yang sama, perbedaannya adalah guru mengajarkan dan mengaplikasikan teknik tersebut pada senar D.

Lesson VIII no 12

Melody

Kembali guru mengaplikasikan penjarian pada sebuah lagu yang dimainkan pada senar D, guru harus lebih memperhatikan posisi murid ketika memainkan pada senar D maupun senar yang lainnya.

(On the A-string)

Lesson IX no 1

Guru mengajarkan penjarian 1,2 dan 3 dengan 4 ketukan pada senar A yang dimainkan peserta didik dalam proses pembelajaran biola teknik tersebut terdiri dari 16 birama dengan pengulangannya.

Universitas Sumatera Utara Lesson IX no 2

Guru mengajarkan penjarian 1,2 dan 3 dengan 2 ketukan pada senar A yang dimainkan peserta didik dalam proses pembelajaran biola teknik tersebut terdiri dari 16 birama dengan pengulangannya.

Lesson IX no 3

Guru mengajarkan penjarian 1,2 dan 3 dengan 1 ketukan pada senar A yang dimainkan peserta didik dalam proses pembelajaran biola teknik tersebut terdiri dari 16 birama dengan pengulangannya.

Lesson IX no 4

Guru mengajarkan penjarian dengan cara melakukan tidak pada jari yang berurutan dari jari 1 sampai 3 tetapi langsung menggunakan jari 2 dari senar lepas kemudian jari 3 dari jari 1, hal ini dilakukan agar peserta didik dapat memproduksi nada dengan baik dan mengandalkan pendengaran murid agar tidak fals.

Lesson IX no 5

Universitas Sumatera Utara Guru mengajarkan kembali penjarian tetapi dilakukan dari senar lepas A langsung pada jari 3, kembali guru harus mendengarkan penjarian peserta didik yang menghasilkan sebuah nada. Dari penjarian tersebut, hal ini dilakukan sebanyak 8 birama dengan pengulanganya.

Lesson IX no 6

Melody

Lesson IX no 7

Kemudian guru mengaplikasikan jari 3 pada sebuah lagu yang terdapat pada no 6 dan no 7 hal ini dilakukan agar peserta didik tidak bosan dan guru dapat mengiringi lagu tersebut dengan biola dan piano.

(On the D-string)

Lesson IX no 8

Universitas Sumatera Utara Lesson IX no 9

Lesson IX no 10

Pada lesson 9 no 8 sampai no 10 memiliki kesamaan teknik pada no 1 sampai no 5 baik pada sebuah ketukan maupun pada penjarian di lesson yang sama, perbedaannya adalah guru mengajarkan dan mengaplikasikan teknik tersebut pada senar D.

Lesson IX no 11

Melody

Kemudian guru menerapkan teknik tersebut pada sebuah lagu yang dimainkan peserta didik pada senar D dengan ketukan dan penjarian 1,2 dan 3 tetapi tidak dengan cara yang berurutan pada lagu tersebut ketika memainkannya.

Slurred Notes (legato)

Lesson X no 1

Universitas Sumatera Utara Guru mengajarkan teknik menyambung bowing (Legato) yang dilakukan

2 nada 1 ketukan dimainkan satu gesekan turun (down bow) atau naik (up bow).

Teknik tersebut dimainkan peserta didik melalui senar D serta melakukan penjarian 1,2, dan 3.

Lesson X no 2

Guru mengajarkan teknik menyambung bowing (Legato) yang dilakukan

3 nada 1 ketukan dan dimainkan satu gesekan turun (down bow) atau naik (up bow). Teknik tersebut dimainkan peserta didik melalui senar A serta melakukan penjarian 1,2, dan 3.

Lesson X no 3

Guru mengajarkan teknik menyambung bowing (Legato) yang dilakukan

4 nada 1 ketukan dan dimainkan satu gesekan turun (down bow) atau naik (up bow). Teknik tersebut dimainkan peserta didik melalui senar D serta melakukan penjarian 1,2, dan 3.

Lesson X no 1.1

Universitas Sumatera Utara Guru mengajarkan teknik menyambung bowing (Legato) yang dilakukan

2 nada 2 ketukan dan dimainkan satu gesekan turun (down bow) atau naik (up bow). Teknik tersebut dimainkan peserta didik melalui senar D dan A yang membentuk sebuah tangga D mayor dengan melakukan penjarian 1,2, dan 3.

Lesson X no 1.2

Guru mengajarkan teknik menyambung bowing (Legato) yang dilakukan

2 nada 1 ketukan dan dimainkan satu gesekan turun (down bow) atau naik (up bow). Teknik tersebut dimainkan peserta didik melalui senar D dan A yang membentuk sebuah tangga D mayor dengan melakukan senar lepas dan penjarian

1,2, dan 3.

Lesson X no 1.3

Guru mengajarkan teknik menyambung bowing (Legato) yang dilakukan

2 nada 1 ketukan dan dimainkan satu gesekan turun (down bow) atau naik (up bow). Teknik tersebut dimainkan peserta didik melalui senar D dan A yang membentuk sebuah arpegio dari tangga D mayor dan akor 4 G mayor dengan melakukan senar lepas dan penjarian 1,2, dan 3.

Lesson XI no 1

Universitas Sumatera Utara Lesson XI no 2

Lesson XI no 3

Lesson XI no 4

Lesson XI no 5

Lesson XI no 6

Guru mengajarkan sebuah lagu pendek yang terdiri dari 8 birama dengan teknik yang telah dipelajari oleh peserta didik biola baik pada senar lepas dan penjarian 1,2, dan 3 serta teknik menyambung bow. Teknik penjarian dan gesekan tersebut diaplikasikan pada lagu-lagu yang terdapat pada lesson 11

Universitas Sumatera Utara dalam buku panduan A Tune A Day, kembali guru dapat mengiringi lagu tersebut melalui biola maupun piano ketika murid memainkan lagu-lagu tersebut.

(The Dotted Minim and the Dotted Chrotchet)

Lesson XII

Mengenalkan murid tulisan not dan cara memainkannya

Lesson XII no 1

Guru mengajarkan bermain tangga nada A mayor dengan sukat ¾ dan setiap nada bermain 3 ketukan ( Dotted Minim).

Guru mengajarkan teknik-teknik ¾ yang dimainkan senar lepas dan jari 1 dengan menggunakan 1 dan 2 ketukan, ½ ketukan dan 1½ ketukan (dotted crochet).

Lesson XII no 2

Lesson XII no 3

Universitas Sumatera Utara Lesson XII no 4

Murid mengaplikasikan penjarian dan teknik-teknik yang terdapat pada lagu-lagu yang terdapat pada lesson XII serta memainkan beberapa ketukan yang telah dipelajari peserta didik pada model-model permainan dengan sukat ¾.

(My First Solo Pieces)

Lesson XIII no 1

Lesson XIII no 2

Universitas Sumatera Utara (Using the D Major Scale)

Lesson XIV no 1

Guru mengajarkan peserta didik memainkan sebuah lagu pendek (pieces), dengan teknik-teknik yang telah dipelajari pada lesson XIII dan lesson XIV pada buku panduan tersebut.

(Datached Notes in One Bow)

Lesson XV no 1

Universitas Sumatera Utara Guru mengajarkan teknik bermain gesek pendek dan menyambung

(Legato Staccato) dengan simbol titik dibawah not kemudian diaplikasikan dengan bermain tangga nada yang digesek dengan 2 ketukan secara gesekan turun dan 2 nada secara gesekan naik yang masing-masing nada 1 ketukan digesek secara pendek-pendek dan menyambung, setiap birama memiliki kesamaan nada hanya perbedaannya pada gesekan ketukan 1 sampai ketukan 4.

Lesson XV no 2

Hal yang sama dilakukan kembali kepada peserta didik dengan perbedaan menggunakan jari 1,2 dan 3, yang dimainkan pada senar D, terdapat sebuah perbedaan nada pada satu birama yang dilakukan 8 birama dengan pengulanganya.

Lesson XV no 3

Guru mengajarkan kepada hal yang sama kepada peserta didik dengan perbedaan menggunakan jari 1,2 dan 3, yang dimainkan pada senar A, terdapat sebuah perbedaan disetiap nada pada satu birama yang dilakukan 8 birama dengan pengulanganya.

Universitas Sumatera Utara

Kemudian peserta didik mengaplikasikan teknik-teknik permainan tersebut pada sebuah lagu agar peserta didik dapat mengaplikasikan ketika mendapat simbol-simbol pada karya-karya biola.

(The fourth Finger on the D and A Strings)

Lesson XVI no 1

Guru mengajarkan penjarian 1,2,3 dan 4 dan diawali pada senar lepas A kemudian digesek setiap nada 2 ketukan pada bagian ini terdiri dari 8 birama dengan pengulangannya.

Universitas Sumatera Utara Lesson XVI no 2

Kembali guru mengajarkan penjarian 1,2,3 dan 4 dan diawali pada senar lepas A kemudian digesek pada birama 1 dan 3 setiap nada 1 ketukan dan birama

2 dan 4 pada terdiri 2 ketukan dengan menggunakan jari 4 pada birama 2 dan senar lepas pada birama 4, bagian ini terdiri dari 8 birama dengan pengulangannya.

Lesson XVI no 3

Kemudian guru mengajarkan mengelang jari dengan menggunakan jari 4 yang terdiri dari setiap nada 1 ketukan,

Lesson XV no 4

Guru mengajarkan penjarian 1,2,3 dan 4 dan diawali pada senar lepas D kemudian digesek pada birama 1 sampai 3 menggunakan teknik menyambung 2 nada yang dilakukan satu bowing setiap nada terdiri dari 1 ketukan bagian ini terdiri dari 8 birama dengan pengulangannya.

Universitas Sumatera Utara Lesson XV no 5

Guru mengajarkan penjarian 1,2,3 dan 4 dengan sukat 3\4 dan diawali pada senar lepas D kemudian digesek pada birama 1 sampai 4 dengan mengelang jari setiap nada terdiri dari 1 ketukan, bagian ini terdiri dari 8 birama dengan pengulangannya.

Lesson XV no 6

Hal yang sama guru mengajarkan penjarian 1,2,3 dan 4 dengan sukat 3\4 dan diawali pada senar lepas D kemudian digesek pada birama 1 sampai 4 dengan mengelang jari dengan penduan senar lepas dan mengaplikasikan jari 4, jari 1 dan

4, jari 2 dan 4, dan kembali ke jari 1 dan 4 setiap nada terdiri dari 1 ketukan, bagian ini terdiri dari 8 birama dengan pengulangannya.

Universitas Sumatera Utara

Kemudian peserta didik mengaplikasikan jari 4 terhadap sebuah lagu-lagu dan tidak mmenggunakan senar lepas pada lagu tersebut. Guru harus memperhatikan penjarian peserta didik agar tidak fals ketika memainkan sebuah lagu.

The up-Beat

Lesson XVII no 1

Two German Folk Songs

Lesson XVII no 2

Lesson XVII no 3

Universitas Sumatera Utara Lesson XVII no 4

Lesson XVII no 5

Lesson XVII no 6

Lesson XVIII

Universitas Sumatera Utara

Setelah banyak mempelajari teknik penjarian, gesekan legato dan

Staccato yang terdapat pada buku panduan, kali ini guru mengajarkan sebuah lagu dari teknik yang sudah dipelajari peserta didik pada buku panduan A tune A day guru dapat bermain bersama dengan anak, atau guru dapat bermain piano untuk mengiringi peserta didik bermain biola.

(Five notes on the E String)

Lesson XIX no 1

Guru mengajarkan menggunakan senar lepas dan penjarian 1,2,3 dan 4 dan pada senar E, guru harus memerhatikan penjarian peserta didik agar tidak

Universitas Sumatera Utara salah. Pembelajaran ini dilakukan 16 birama dengan pengulangannya yang masing-masing nada terdiri dari 2 ketukan.

Lesson XIX no 2

Guru mengajarkan nada yang sama tetapi dilakukan dengan menggabungkan nilai satu ketukan dengan 2 ketukan, pembelajaran ini harus dimengerti peserta didik agar dapat membagi bow jika terdapat nada yang cukup panjang dari ketukan yang pendek pada senar E .

Lesson XIX no 3

Kemudian guru mengajarkan teknik satu ketukan dengan jari yang mengelang jari dari jari I kemudian trus sampai pada jari III dan jari II sampai pada jari ke IV. Pembelajaran ini terdiri dari delapan birama dengan pengulangannya dan dilakukan diatas senar E.

Lesson XIX no 4

Kemudian guru mengajarkan variasi dari apa yang telah dipelajari oleh seorang peserta didik pada no 3, variasi tersebut berbentuk ritmik dengan panjang

Universitas Sumatera Utara nada 1 ½ (dotted crotchet) dan ½ (Quever) sampai pada birama satu sampai 4 kemudian birama ½ ketuk dari birama 5 sampai delapan.

Lesson XIX no 5

Kemudian guru mengajarkan sebuah lagu yang dimainkan pada senar E kemudian diaplikasikan dengan menggabungkan teknik 1 ketuk, 1 ½ ketuk kemudian ½ ketukan, yang dimainkan berbentuk lagu raktyat untu sebuah pembelajaran biola.

Lesson XIX no 6

Kemudian anak memainkan sebuah tangga nada dari hasil yang telah dipelajari peserta didik pada no 1 sampai 5 pembelajaran tersebut untuk memudahkan peserta didik bermain tangga nada yang menggunakan senar A dan

E. Permainan tangga nada tersebut dilakukan dengan 2 ketukan setiap nada.

Lesson XIX no 7

Kemudian peserta didik memainkan sebuah tangga nada dari hasil yang telah dipelajari peserta didik pada no 1 sampai 5 pembelajaran tersebut untuk

Universitas Sumatera Utara memudahkan peserta didik bermain tangga nada yang menggunakan senar A dan

E. Permainan tangga nada tersebut dilakukan dengan 1 ketukan setiap nada dan terdiri dari 8 birama dengan pengulangannya.

Lesson XIX no 8

Kemudian peserta didik bermain arpegio atau tri-suara yang terdapat pada birama 1 dan 2 kemudian arpegio dari D mayor akor V dari tangga nada tersebut dan dimainkan secara teknik legato dan terdiri dari birama dengan pengulangannya.

Kemudian peserta didik mengaplikasikan permainan tersebut pada sebuah lagu baik pada senar D, A, dan E. Kemudian menerapkan nilai-nilai ketukan yang telah dipelajari oleh peserta didik ketika mempelajari buku tersebut.

(Five notes on the G-String)

Lesson XX no 1

Universitas Sumatera Utara Guru mengajarkan 5 nada dari senar G yang dimulai dari senar lepas kemudian jari 1,2,3 dan 4. Tehnik tersebut digesek dengan panjang 2 ketukan, kemudian guru harus memperhatikan nada yang diproduksi oleh anak ketika mengguakan jari IV, teknik tersebut terdiri dari 16 birama dengan pengulangannya.

Lesson XX no 2

Kemudian guru mengajarkan peserta didik dengan bermain 1 ketukan dan

2 ketukan agar peserta didik dapat melatih jari 4 dengan cara menahan nada yang menggunakan jari ke IV. Teknik tersebut terdiri dari 8 birama dengan pengulangannya.

Lesson XX no 3

Kemudian guru melatih peserta didik dengan jari melompat yang dilakukan di senar G dengan gesekan 1 ketukan guru juga harus tetap mendengarkan nada yang diproduksi oleh peserta didik. Teknik ini terdiri dari 8 birama dengan pengulangannya.

\

Universitas Sumatera Utara Lesson XX no 4

Hal yang sama dilakukan dengan jari melompat diawali senar lepas kemudian jari I, senar lepas jari II, kemudian jari I ke jari II, kembali pada jari 1 ke jari 3. Lalu jari 2 kejari 3, kembali ke jari 2 dan langsung kejari 4 yang digesek semua nada melalui 1 ketukan. Teknik ini terdiri dari 8 birama dengan pengulangannya.

Lesson XX no 5

Guru mengajarkan kembali teknik melompat jari kemudian mengurutkan jari yang dimulai dari senar lepas kemudian jari 2 yang diurutkan ke jari I dan kembali pada senar lepas, kemudian jari I melompat pada jari ketiga yang diurutkan pada jari II dan jari I, kemudian jari II melompat kejari ke IV yang diurutkan pada jari ke III, dan kembali pada jari II, lalu kembali lagi pada jari I yang dilakukan seperti hal yang sama. Teknik ini terdiri dari 8 birama dengan pengulangannya.

Lesson XX no 6

Universitas Sumatera Utara Kemudian peserta didik diberikan sebuah lagu yang terdapat pada buku paduan agar dapat mengaplikasikan permainan dari teknik penjarian yang telat dipelajari peserta didik sehingga peserta didik tidak merasa bosan dengan teknik yang dipelajari seorang peserta didik.

Lesson XX no 7

Kemudian dilanjutkan dengan hal yang sama peserta didik diajarkan tangga nada G dengan menggunakan senar G dan D kemudian mengaplikasikan semua jari yang dilakukan memakai legato dan digesek 2 ketukan.

Lesson XX no 8

Kemudian peserta didik diajarkan tangga nada G dengan menggunakan senar G dan D kemudian mengaplikasikan semua jari yang dilakukan memakai legato namun digesek 1 ketukan.

Lesson XX no 9

Kemudian peserta didik diajarkan Arpegio dari tangga nada G mayor yang digesek 1 ketukan dengan memakai legato dua pada birama 1 sampai birama 2

Universitas Sumatera Utara kemudian birama 3 dan 4 memainkan arpegio yang diambil dari akor 4 dari nada dasar G mayor, teknik ini terdiri dari 8 birama dengan pengulangannya.

Kemudian peserta didik memainkan sebuah lagu untuk mengaplikasikan teknik-teknik tersebut.

Lesson XXI no 1

Universitas Sumatera Utara

peserta didik diajarkan memainkan sebuah lagu yang lagu tersebut berbentuk lagu pendek (pieces) tidak lagi kepada contoh lagu yang terdiri dari 8 birama, kemudian peserta didik dapat mengaplikasikan permainan lagu tersebut dengan menggunakan tehnik-tehnik yang telah dipelajari peserta didik pada awal menggunakan buku panduan A Tune A Day. Guru dapat membantu peserta didik mengiringi melalui sebuah akord dan memainkan sebuah biola unruk membantu peserta didik bermain. Biasanya lagu yang terdapat pada lesson ini menjadi bahan untuk ujian biola tengah semester music programe di Sekolah Chandra Kusuma

School.

Universitas Sumatera Utara Lesson XXI no 1

Kemudian peserta didik diajarkan bermain dengan teman-temannya secara bersamaan terhadap sebuah lagu yang sama tetapi memiliki perbedaan nada yang membentuk sebuah harmoni.

5.8.1 Kelemahan dan solusi serta kelebihan pembelajaran buku panduan A

tune a day I

Tujuan pembelajaran mengenalkan anak sebuah notasi, agar anak dapat dapat mengikuti buku panduan yang tertulis, dalam bentuk notasi untuk proses pembelajarannya. notasi dan simbol yang tertulis, menjadi bahan ajar seorang guru. Kemudian peserta didik berusaha mempelajarinya agar dapat membahas bahan praktik ketika mempelajari instrumen biola.

Terlebih lagi ketika peserta didik mempelajari gesekan pada buku panduan A tune a day I, banyak memiliki variasi permainan gesekan dari lesson 2 sampai pada lesson 6. Hal ini membuat peserta didik akan menghabiskan waktu

Universitas Sumatera Utara yang cukup lama dan harus memiliki kesabaran agar dapat memainkan sebuah lagu, melalui sebuah gesekan dan penjarian yang baik.

Pembelajaran pada tahap awal gesekan peserta didik akan kesulitan dalam menggesek dengan stabil, hal ini harus diperhatikan oleh seorang guru dalam pembelajarannya, buku panduan A tune a day I adalah sebuah pembelajaran awal, yang diaransemen C. Paul Harfurth dengan bermain bersama guru pada sebuah lagu yang mengiringi peserta didik bermain gesekan, yang diawali 4 ketuk, 2 ketuk, 1 ketuk, ½ ketuk, sampai pada ¼ ketukan. Gesekan tersebut kemudian diiringi dengan piano dan biola sebagai sebuah iringan.

Permasalahannya adalah ketika peserta didik mengulang gesekan dirumah, peserta didik akan merasa jenuh terhadap pembelajarannya, dikarenakan tidak adanya iringan, serta permainan peserta didik yang tidak harmonis. Hal ini dapat diatasi dengan iringan rekaman, atau program penulisan notasi yang ditulis, serta program instrumen midi dengan sebuah akor iringan. Hal ini dapat membantu peserta didik dalam mempelajarinya.

Pembelajaran penjarian dan sebuah teknik gesekan pada instrumen biola sebaiknya dapat ditirukan oleh seorang guru, agar murid dapat melihat dan mendengar hasil yang dicontohkan seorang guru, serta cara melakukan teknik penjarian tersebut. Kemudian pada buku panduan A tune a day I terdapat banyak sebuah lagu, sebaiknya guru melakukan dengan biola dan setelah mencontohkannya, lagu tersebut diiringi oleh piano, agar anak dapat menjaga temponya ketika bermain bersama-sama.

Universitas Sumatera Utara Kelebihan buku panduan A tune a day I bagi peserta didik adalah buku ini mengajarkan peserta didik dasar yang baik, melalui sebuah gesekan, penjarian 1,

2, dan 3, kemudian mengajarkan teknik gesekan legato, staccato, detache, dan diaplikasikan pada sebuah lagu dalam pembelajarannya. setelah mempelajari teknik gesekan dan penjarian peserta didik diajarkan menggunakan jari ke-4, yang tidak menggunakan senar lepas (open string) dalam memainkan sebuah lagu, dan bermain bersama peserta didik lainnya dalam bentuk ansambel.

5.9 Buku Panduan Suzuki

Universitas Sumatera Utara

Mengajarkan peserta didik bermain lagu Twinkle-Twinkle Little Star yang diawali dengan teknik staccato dilakukan panjang gesekan ¼ ketuk (Semi

Quaver) dan ½ ketuk (Quaver). Kemudian dilakukan dengan variasi B dengan menggunakan variasi ritmik ½ ketukan dengan menggunakan teknik staccato.

Variasi C dengan menggunakan not ½ ketuk dan ¼ ketuk yang dilakukan pada semua not untuk melatih peserta didik teknik bowing. Variasi D dengan menggunakan not ¼ ketuk yang dilakukan pada semua not untuk melatih peserta didik teknik bowing.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Melatih peserta didik memainkan lagu-lagu dengan menggunakan jari I,II, dan jari ke III, tetapi pada lagu ini peserta didik tidak ditekankan untuk bermain jari IV ketika memainkan lagu-lagu yang terdapat pada buku panduan Suzuki

Violin dengan menggunakan teknik-teknik yang telah dipelajari oleh seorang peserta didik.

Lagu ini adalah sebuah teknik untuk melatih sebuah penjarian untuk merapikan penjarian peserta didik ketika memainkannya dengan tempo cepat, kemudian guru dapat mengajarkan pada senar yang lainnya contohnya pada senar

D, E dan G.

Universitas Sumatera Utara Kemudian peserta didik kembali memainkan sebuah lagu untuk materi pembelajarannya pada buku panduan Suzuki tersebut melalui teknik yang telah dipelajari peserta didik untuk sebuah lagu.

Kemudian guru megajarkan peserta didik sebuah teknik yang berbentuk sebuah lagu yang terdapat pada buku panduan. Teknik yang dipelajari seorang peserta didik untuk etude tersebut berfungsi sebagai penjarian yang baik serta tehnik menyebrangi senar (Crossing String) dari senar yang satu ke senar yang lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Minuet adalah sebuah pembelajaran lagu yang mengaplikasikan banyak teknik dalam permainannya. Ketika peserta didik mempelajari lagu tersebut guru harus memberitahu gaya permainan secara klasik barat yang telah dimainkan anak.

Universitas Sumatera Utara

Kembali guru mengajarkan sebuah lagu kepada peserta didik setelah anak mempelajari tehnik, etude dan gaya permainan yang telah dipelajari seorang peserta didik.

5.9.1 Kelemahan dan solusi serta kelebihan pembelajaran buku panduan

Suzuki Violin

Pembelajaran buku panduan Suzuki adalah sebuah metode pembelajaran dengan bermain sebuah lagu. Permainan yang dilakukan peserta didik terkadang tidak dengan cara membaca notasi melainkan menirukan apa yang dicontohkan

Universitas Sumatera Utara oleh seorang murid, akibatnya anak akan mendapatkan kesulitan ketika memainkan lagu yang berbeda. Melalui hal tersebut guru dapat mengajarkan anak cara baca seperti :

Hal ini dapat diajarkan oleh seorang guru dengan memberi penjelasan pada peserta didik untuk melihat tanda baca walaupun hanya nomor penjarian.

Guru dapat mengawali dengan penempatan keempat senar biola yang terdiri dari senar lepas (open string), yang disimbolkan dengan angka 0 (kosong)

Kemudian guru menjelaskan ketika sebuah nada naik dilakukan 0,1,2,3.

Dan ketika sebuah nada lebih rendah dilakukan 0,3,2,1 dengan senar yang berbeda pada jari 0 (open string). Hal ini dilakukan karena kurangnya materi pembelajaran baik pada sebuah gesekan dan pada sebuah penjarian pada buku panduan Suzuki.

Kelebihan buku panduan Suzuki Violin, peserta didik diajarkan bermain lagu dengan nada yang harmonis, teknik sesuai dengan kemampuan anak, penulisan penjarian, teknik gesekan, simbol-simbol yang terdapat pada notasi membantu anak dalam memainkan lagu tersebut, tanpa harus merubah, dan memikirkan cara permainannya ketika peserta didik menggunakan buku panduan tersebut.

Universitas Sumatera Utara 5.10 Buku panduan ABRSM

A.1

A.2

A.3

Universitas Sumatera Utara B.1

B.2

B.3

Universitas Sumatera Utara C.1

C.2

C.3

Kurikulum Abrsm adalah kurikulum yang sering sekali dipakai hanya untuk sebuah ujian yang dilakukan sebagian instansi musik seperti Medan Musik,

Era musika, Irama Musik Studio, serta instansi musik lainnya. Hal ini dilakukan karena kurangnya materi pembelajaran serta keinginan anak mendapatkan sebuah

Universitas Sumatera Utara hasil ketika peserta didik mempelajari sebuah instrumen. Terlebih lagi guru privat musik yang mengajar datang kerumah peserta didik untuk memberikan sebuah pengajaran musik, guru tersebut akan memikirkan modul apa yang akan diberikan kepada murid untuk ujian kepada peserta didik.

Pemikiran orang tua terhadap sebuah ujian masih sangat besar terhadap sebuah pembelajaran maka guru musik akan selalu mengambil bahan ujian untuk peserta didik melalui kurikulum ABRSM.

Bahan lagu kurikulum ABRSM tersebut terdiri dari 3 bagian yang masing- masing bagian terdiri dari 3 buah lagu A1 sampai A3, B1 sampai B3, C1 sampai

C3 bahan-bahan lagu tersebut dipilih satu dari tiga bagian oleh peserta didik untuk diujiankan.

Pembelajaran biola di Sekolah Chandra Kusuma School yang memakai bahan kurikulum ABRSM untuk sebuah ujian dasar I, kebanyakan peserta didik memilih bahan lagu terdiri dari A.1, B.3, dan C.1 hal ini dikarenakan pembelajaran sebuah lagu pada A.1 lebih mudah karena menggunakan jari yang berurutan dan bahan tersebut tidak membuat peserta didik mengalami kesulitan ketika memainkannya.

Berbeda dengan bahan lagu B.3 yang memakai sukat ¾ dengan nada 3 ketuk,2 ketuk sampai pada 1 ketuk, dan penjarian yang tidak begitu sulit dan dapat dijangkau oleh seorang anak ketika memainkan lagu tersebut. Terlebih lagi

C.3 yang dengan bahan gesekan yang riang dan tidak terlalu sulit, dalam bagian ini banyak lagu dengan pengulangan-pegulangan motif dan jari yang tidak begitu

Universitas Sumatera Utara sulit membuat peserta didik lebih memilih C.3 dari bahan-bahan yang terdapat pada bagian C kurikulum ABRSM.

5.10.1 Kelemahan dan solusi serta kelebihan pembelajaran buku panduan

ABRSM

Kurikulum Abrsm adalah sebuah pencapaian great untuk naik ketingkat berikutnya. Kurikulum tersebut bertujuan memberikan peserta didik bahan ujian yang dipelajari sebelum ujian berlangsung. Peran penting guru ketika peserta didik mempelajari kurikulum tersebut adalah memilih bahan yang akan diujiankan pada peserta didik, melatih anak dengan tulisan yang terdapat pada notasi, melihat penjarian dan teknik yang dimainkan oleh peserta didik agar tidak merubah penjarian dan teknik gesekan yang telah tertulis pada bahan lagu kurikulum Abrsm.

Kurikulum yang terdapat pada bahan lagu memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda antara satu lagu dengan lagu yang lainnya. Hal ini menyebabkan peserta didik tidak ingin memilih bahan yang sulit untuk dimainkan, baik dari teknik tangan kanan dan teknik tangan kiri. Kemudian tangga nada yang terdapat pada kurikulum tersebut membuat peserta didik memilih bahan mana yang akan dimainkannya.

Dalam hal ini peran penting seorang guru harus lebih mengarahkan, membimbing, dan mengajar, serta menolak dengan tegas perubahan-perubahan yang dilakukan peserta didik terhadap kerikulum tersebut. baik pada sebuah lagu

Universitas Sumatera Utara ketika anak memainkannya, maupun pada sebuah tangga nada serta teknik tangan kanan dan teknik tangan kiri untuk mendukung proses pembelajarannya.

Kelebihan kurikulum Abrsm ini adalah peserta didik mengerti lagu dan tangga nada yang akan diujiankan peserta didik, serta melatih bahan tersebut sampai anak benar-benar mampu memainkannya. Hal ini sangat membantu anak dalam bentuk pembelajaran khususnya pada instrumen biola.

Universitas Sumatera Utara BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Penulis membuat kesimpulan untuk menjawab pokok-pokok permasalahan dan penelitian ini, berdasarkan seluruh uraian yang telah dijabarkan tentang pembelajaran biola melalui sebuah buku panduan A Tune A Day I, Suzuki violin I, dan kurikulum ABRSM I yang diterapkan pada peserta didik tingkat pra dasar dasar dasar I.

Pembelajaran awal biola merupakan sebuah pembelajaran yang sangat penting bagi peserta didik pada tingkatan pradasar disekolah Candra Kusuma

School, hal ini dapat terlihat dalam sebuah proses belajar-mengajar melalui gesekan atau nada panjang, penjarian teknik bow ketika memainkan sebuah lagu, untuk dapat membunyikan instrumen biola.

Keinginan peserta didik memainkan sebuah lagu pada awal pembelajaran instrumen biola, membuat seorang guru lebih memerhatikan murid dalam pembelajarannya. Keinginan para orang tua melihat hasil pembelajaran instrumen biola dengan memainkan sebuah lagu. Menjadikan sebuah masalah bagi guru atau instruktur musik pada tahap awal pembelajaran instrumen biola, dikarenakan ketika anak akan memainkan sebuah lagu pada instrumen biola anak harus dapat melakukan teknik gesekan dengan baik dan menggunakan penjarian

1,2 dan 3, untuk dapat memainkan sebuah lagu dengan teknik yang baik.

Universitas Sumatera Utara Serta penjarian yang tepat untuk memproduksi sebuah nada. Dalam hal ini peserta didik harus menghabiskan waktu pembelajaran selama 3 bulan untuk dapat memainkan sebuah lagu.

Penerapan buku panduan A tune a day, Suzuki Violin, dan kurikulum

ABRSM disekolah Chandra Kusuma School memiliki tingkan kemudahan dan kesulitan yang berbeda-beda, penerapan ketiga buku panduan tersebut memiliki hal yang berkesinambungan terhadap proses belajar-mengajar pada tingkatan pradasar dan dasar I ketika mempelajari instrumen biola pada musik program di

Chandra Kusuma School.

Buku panduan A tune a day yang diterapkan pada tingkatan pradasar musik program di sekolah Chandra Kusuma School. Memiliki hal yang sangat baik terhadap sebuah pengenalan notasi, cara bermain biola melalui sebuah gesekan. Namun, permasalahannya adalah pembelajaran melalui sebuah gesekan yang ada pada buku panduan A tune a day, terkadang membuat anak menjadi bosan karena nada yang dimainkan tidak memiliki melodi.

Terlebih lagi setelah mempelajari biola melalui buku panduan A tune a day anak akan mempelajari buku panduan Suzuki, buku panduan Suzuki adalah buku panduan pembelajaran biola melalui sebuah lagu, yang dikhususkan pada teknik permainan instrumen biola. Penerapan buku panduan Suzuki pada tingkatan pradasar dan dasar I, harus menjadi bahan yang penting untuk diperhatikan seorang guru. Kesuksesan peserta didik mempelajari instrumen biola pada tingkatan pradasar terlihat ketika memainkan lagu yang terdapat pada buku panduan A tune a day di dasar I.

Universitas Sumatera Utara Permalahannya adalah tidak sedikit peserta didik yang memainkan sebuah lagu pada buku panduan Suzuki yang dilakukan melalui sebuah hafalan yang ditirukan dari seorang guru, terlebih lagi Banyaknya peserta didik yang melakukan kesalahan dengan memainkan sebuah lagu, tanpa memikirkan teknik gesekan dan penjarian. Akibatnya peserta didik hanya dapat meminkan sebuah lagu dan tidak dapat melakukan sendiri harus dengan bantuan orang lain dengan kata lain, peserta didik meniru dan tidak dapat membaca dan menerapkan bentuk penjarian dan sebuah gesekan terhadap sebuah notasi, yang diaplikasikan terhadap sebuah lagu dalam memainkan instrumen biola pada pembelajaran yang diterapkan pada musik program Chandra Kusuma School.

Terlebih lagi kesalahan para guru yang melakukan pembelajaran biola dengan memainkan sebuah lagu dan mengajari peserta didik meniru permainan yang dilakukan seorang guru dalam memainkan instrumen biola. Hal ini dikarenakan tuntutan orang tua kepada anaknya memainkan sebuah lagu dalam pembelajaran instrumen biola tetapi hal ini menjadikan anak mereka tidak dapat berkompetisi dan mengembangkan hal yang baru dari pembelajaran biola yang didapat anak ketika mempelajari instrumen tersebut. Dikarenakan peserta didik harus melihat terlebih dahulu kemudian menirukannya dan memperbaiki permainnannya dalam memainkan instrumen biola.

Penerapan kurikulum ABRSM di sekolah Chandra Kusuma School dikhususkan pada pembelajaran dasar I yang akan diujiankan dengan bermain lagu-lagu yang terdapat pada buku paduan kurikulum ABRSM, kesulitan yang terdapat pada buku panduan sering sekali anak mempermudah bermain lagu pada

Universitas Sumatera Utara teknik gesekan dan penjarian yang sudah ditulis dalam buku panduan. Hal ini menjadi peran penting guru melihat dan membenarkan serta melatih anak pada teknik gesekan dan penjarian, yang tertulis pada sebuah notasi kurikulum ABRSM sebelum anak melakukan ujian.

Penerapan pembelajaran melalui ketiga buku panduan dapat diterapkan dalam pembelajaran pada tingkatan pradasar dan dasar I di Sekolah Chandra

Kusuma School, melalui buku panduan A tune a day, peserta didik dapat mengawali pembelajaranya melalui sebuah gesekan dan penjarian awal diposisi I, dan didukung beberapa lagu dalam buku panduan Suzuki violin. Kemudian pada tingkatan dasar I, peserta didik dapat memainkan sebuah lagu dengan teknik- teknik yang terdapat pada buku panduan sebelum memainkan bahan ujian melalui kurikulum ABRSM.

6.2 Saran

Pembelajaran musik melalui instrumen biola saat ini telah berkembang pesat di Indonesia banyaknya ilmu pengetahuan, informasi, serta teknologi yang ada menjadikan manusia yang serba siap saji untuk sebuah bidang ilmu. Begitu juga dengan pembelajaran musik, keinginan orang tua yang ingin anaknya cepat dalam mempelajari musik baik sebuah teori maupun pada instrumen musik, menjadikan banyaknya sebuah metode yang diciptakan pada pembelajaran musik khususnya pada instrumen biola.

Hal ini harus dimengerti oleh seorang guru untuk memberikan materi ajar yang baik terhadap sebuah pembelajaran kepada peserta didik, dikarenakan

Universitas Sumatera Utara kesuksesan pembelajaran instrumen biola tergantung bagaimana cara mengajar seorang guru kepada peserta didik, melalui sebuah buku panduan, metode pembelajaran, penyampaian sebuah materi dan kedekatan seorang guru terhadap peserta didik, serta kerjasama yang baik antara seorang guru dan para orang tua peserta didik.

Maka dalam pembelajaran biola disekolah Chandra Kusuma School kerja sama dan tukar informasi antara seorang guru dan para orangtua terhadap anak anak mempelajari biola disekolah dan melatihnya di rumah, sangat menentukan perkembangan anak dalam mempelajari instrumen biola disekolah Chandra

Kusuma School.

Pemilihan buku panduan yang dipakai seorang guru untuk bahan ajar terhadap peserta didik terkadang kurang menguntungkan terhadap sebuah proses belajar-mengajar, maka dalam hal ini guru terlebih dahulu menganalis buku panduan tersebut, kemudian memperkirakan peserta didik dapat memainkan bahan akhir untuk sebuah ujian yang dilakukan pada akhir semester. Proses pembelajaran tersebut dilakukan dengan 24 pertemuan yang masing-masing pertemuan selama 30 sampai 45 menit pada proses belajar-mengajar.

Banyaknya sebuah instansi yang memakai buku panduan karena adanya sebuah kerjasama antara penerbit dan pencipta sebuah metode terhadap sebuah instansi, maka dalam hal ini peran penting seorang guru sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran untuk kemajuan seorang peserta didik.

Metode sebuah pembelajaran instrumen biola tidak selalu bergantung pada sebuah sebuah konsep edukasi, tetapi bagaimana cara seorang guru melihat

Universitas Sumatera Utara kemampuan seorang peserta didik terhadap proses pembelajaran. Banyaknya sebuah metode yang terdapat pada buku panduan terkadang terlalu sulit untuk dimengerti oleh seorang peserta didik.

Maka guru dapat mengikuti buku penduan berdasarkan metode guru sendiri dengan memakai buku panduan yang sama. Hal ini cukup sulit dilakukan seorang guru persoalannya bukan pada sebuah metode, tetapi kemampuan seorang peserta didik dengan memakai sebuah metode dengan kemampuan daya tangkap peserta didik yang sangat minim.

Penyampaian sebuah materi yang dilakukan seorang guru terhadap peserta didik pada sebuah proses belajar-mengajar adalah hal yang sangat penting terhadap daya tangkap anak menerima pelajaran, keseharian yang dilalui seorang peserta didik menjadi sebuah pencontohan bahan ajar untuk materi pembelajaran, kemudian guru harus mengerti akan tingkah laku seorang anak dalam mempelajari sebuah bidang ilmu, penyampaian sebuah materi bahan ajar sebaiknya dilakukan dengan mengkaitkan lingkungan dan keseharian peserta didik.

Kedekatan seorang guru dengan peserta didik sangat mempengaruhi lancarnya sebuah proses belajar-mengajar, hal ini harus dimulai oleh seorang guru kepada peserta didik dikarenakan peserta didik tidak akan pernah memulai kedekatannya kepada seorang guru karena jarak usia yang terlalu jauh, takut akan mendapatkan sebuah kesalahan karena tidak sopan, serta berlatih musik dirumah karena takut akan tugas yang diberikan bukan karena kemauan peserta didik sendiri.

Universitas Sumatera Utara Kelebihan seorang guru menjalin kedekatan terhadap peserta didik dapat terlihat dari kehadiran peserta didik mengikuti proses belajar-mengajar yang sangat antusias, melatih bahan dirumah karena sebuah pertemuan yang menarik, tidak akan melupakan apa yang diajarkan guru terhadap sebuah materi karena kepercayaan peserta didik kepada seorang guru telah terjalin dari kedekatan tersebut.

Kerjasama yang baik antara seorang guru dan para orang tua sangat mempengaruhi peserta didik dalam mempelajari bidang ilmu terlebih bidang musik, kegiatan peserta didik dirumah menjadi laporan kepada seorang guru untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dari apa yang telah dilatih oleh peserta didik dirumah, ketika mengulang kembali pembelajaran yang telah dilatih oleh seorang guru.

Sebaliknya, orang tua juga akan mengetahui apa yang dilakukan peserta didik ketika mengikuti sebuah proses pembelajaran dan apa yang akan dilatih oleh peserta didik dirumah. Hal ini membuat peserta didik semakin baik karena orang tua mengetahui masalah apa yang saat ini dipelajari anaknya, dan guru mengetahui permasalahan apa yang ada ketika anak berlatih dirumah.

Maka dalam proses pembelajaran biola, keterikatan satu dengan yang lainnya menentukan akan baiknya proses pembelajaran biola yang dilakukan oleh seorang peserta didik. Buku panduan adalah sebuah media untuk penyampaian bahan ajar yang tertulis namun tidak dapat menjadikan seorang peserta didik menjadi musisi yang sangat hebat tanpa dukungan seorang guru dan orang tua.

Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

Adler Samuel, The Study of Orchestration, New York, W.W. Norton and Company, 1989.

Alan Topper, Matson, Correting The Right Hand Bow Position For The Student Violinist and Violist, The Florida State University School Of Music, Valdosta, 2002

Auer Leoport, Violin Playing As I Teach It, Inc. New York, Dover Publications, 1960.

Carlson Betty, Jane Stuart Smith, Karunia Musik, Surabaya, Penerbit Momentum, 2003.

Dale, B.J.,Jacob & Anson, H.V., 1940, Harmony, counterpoint & Improvisation, Book 1, Borough Green Sevenoaks, Kent, 1940.

Dewi, Damjanti Kusuma, “Definisi Pembelajaran”, dalam Jurnal Pembelajaran, 2004. Djohan, Psikologi Musik, (Yogyakarta, Buku Baik, 2005).

Flesch, Carl, The Art of Violin Playing (Book One, Translate and Edited by Eric Rosenblith, Foreword by Anne Shophie Mutter, Carl Fischer, New York, 2000).

Galamian, Ivan, Principles of Violin Playing & Teaching, Third Edition, Prentice Hall, New Jersey: 1962. Hohmann, Christian Heinrich, Practical Method For The Violin, G.Schrimer, New York/ London.

Hucthing Arthur, Concerto dalam The New Grove Dictionary of Musik and Musicians (Stanley Sadie), Vol. 4, London,2002.

Kamian Roger, Terj: Triyono Bramantyo, Pengantar Apresiasi Musik, Terjemahan dari buku Introduction to Music a Guide to Good, Yogyakarta, Institut Seni Indonesia, 1998.

Lamb Norman, GUIDE TO TEACHING STRINGS, by Wm. United States of America, C. Brown Publishers, 1990.

Mack Dieter, Ilmu melodi, Diatinjau dari segi Budaya Musik Barat Yokyakarta, Pusat Musik Liturgi, 1995

Universitas Sumatera Utara Mack Dieter, Sejarah Musik Jilid 3, Yokyakarta, Pusat Musik Liturgi, 1995.

Mack Dieter, Sejarah Musik Jilid 4, Yokyakarta, Pusat Musik Liturgi, 1995.

Martopo, Hari, “Metode Pembelajaran Biola Ditinjau dari Prespektif Quantum”, dalam Jurnal Penciptaan dan Pengkajian Seni, Pascasarjana ISI Yogyakarta, 2005.

Messiaen Oliver , Translated by John Satterfield, The Technique of My Musical Language, AlphonseLeduc, Edition Muaicales,175, Paris, rue Saint- Honore, 1966.

Miller M. Hugh, History of Music, New York, 1973.

Ottoman Robert W., Elementary Harmony, Theory and Practice-hall, Inc., USA, Englewood Cliffs, 1962.

Persichetti, Vincent, Twentieth Century Harmony, Creative Aspect and Practice, Faber and Faber Limited, London, 3 Queen Square, 1978.

Peter Larsen Jens, The New Grove Dictionary of Music & Musicians, Vol. 8 H- Hyporchema, London, 2002.

Rhoderick McNeill J., Sejarah Musik II, Jakarta, PT BPK Gunung Mulia, 1998.

Roeder Thomas Michael, A History of the Concerto, London, Amadeus Press, 1994, hal 22-36,

Schoenberg Arnold, Structural Fungtions of Harmony, London, Ernest Benn Limited, 1869.

Scholes A. Percy, The Oxford Companion to Musik, London, Oxford University Press, 1972.

Slonimsky Nicolas, Baker’s Biographical Dictionary of Musicians, G. Schirmer, London 1971.

Stein Leon, Structure and Style, University of Music, New Jersey, 1979.

Supriadi, “Psikologi Pendidikan”, dalam Jurnal Psikologi Pendidikan, 2006. Suryabroto, Soemadi, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Raya Grafindo Persada, 1995).

Suzuki, Shinichi, Suzuki Violin School, Volume 1 Violin, Summy-Birchard, Inc, USA, 2008

Universitas Sumatera Utara Wiryawan Budhiana I Gusti Ngurah, eksplorasi Idiom Musik Bali Dalam Konserto Biola, Tesis S2 UGM, Yogyakarta, 2001.

Sumber Elektronik

1. Violin For Dummies (violinfordummies.com), download tgl 18 maret 2013. 2. Metode Suzuki (fortemusiconline.com), download tgl 7 april 2013. 3. Ekstrakurikuler (Wikipedia.org), download tgl 14 februari 2013. 4. muttaqinhasyim.wordpress.com: 14 Februari 2013. 5. ekskulabsky.multiply.com: 14 Februari 2013

Lampiran Foto Sekolah Chandra Kusuma School dan Guru Pengajar Chandra kusuma School Glosarium

Universitas Sumatera Utara