Nilai Estetika dalam di…(Enden Irma R) 489 NILAI ESTETIKA DALAM SISINGAAN DI KABUPATEN SUBANG

AESTHETIC VALUE IN SISINGAAN IN THE REGENCY OF SUBANG

Enden Irma Rachmawaty Balai Pelestarian Nilai Budaya Jl. Cinambo No. 136 Bandung e-mail: [email protected]

Naskah Diterima: 21 Juni 2013 Naskah Direvisi: 23 Juli 2013 Naskah Disetujui: 2 Agustus 2013

Abstrak Sisingaan merupakan salah satu jenis kesenian khas Kabupaten Subang. Keberadaannya muncul ketika bangsa sedang dijajah oleh Belanda. Fakta sejarah ini berdasar pada konsep awal pembentukan berdirinya kesenian sisingaan yang filosofinya bersifat patriotisme. Pada waktu itu, keberadaan kesenian ini merupakan wujud perlawanan rakyat Kabupaten Subang terhadap penjajahan Belanda. Dalam perkembangannya banyak mengalami perubahan, baik dalam bentuk boneka singanya maupun dalam bentuk pertunjukannya. Adanya perubahan ini selain mencari bentuk yang sempurna juga mengikuti perkembangan zaman. Pengumpulan data tentang kesenian ini menggunakan metode deskriptif. Penggunaan metode ini untuk mengambarkan keberadaan sisingaan pada saat ini. Kesenian sisingaan merupakan jenis kesenian pertunjukan yang dilaksanakan dalam bentuk pawai atau arak-arakan. Pertunjukannya biasanya dilakukan dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kebiasaan masyarakat yang berkaitan dengan hajatan. Sisingaan ini memiliki nilai estetika yang cukup tinggi. Nilai estetika tersebut berhubungan dengan pengalaman indah yang dihasilkan oleh daya estetika yang memberikan kesenangan batin, seperti terkandung dalam gerak tari, harmoninasi irama, dan perpaduan warna, baik perpaduan warna dalam boneka singa maupun perpaduan dalam warna kostum para pemain. Kreasi pertunjukan yang digelar dalam bentuk arak-arakan ini, mengkolaborasi perpaduan gerak tari, tempo dalam irama, dan estetika dalam boneka singa yang menambah suasana hiburan bagi masyarakat yang cukup menyenangkan. Selain itu, nilai estetika terkandung pula dalam unsur kebersamaan sebagai masyarakat agraris. Asas ini sejalan dengan nilai-nilai yang sudah tertanam dalam jiwa budaya masyarakat Indonesia, khususnya nilai budaya masyarakat Jawa Barat. Kata kunci : Sisingaan, estetika, helaran. Abstract Sisingaan (lion puppet) is one of performance arts belonging to Subang Regency. It is usually held in activities related to celebration in the form of a procession. It was first emerged when Indonesia was being colonized by the Dutch. The art was formerly carrying patriotism as philosophy, a kind of resistance against Dutch colonialism then. In the course of time it is experiencing many changes, both in the performance and in the puppet design. Data concerning the art were collected through descriptive method. Sisingaan has high aesthetic value contained in the dance, harmonization of the rhythm, and color combination both in the costume of the dancers and in the puppet itself. Keywords: Sisingaan, aesthetic, celebration. A. PENDAHULUAN Kebudayaan memiliki ciri untuk membedakan antara budaya suatu daerah

2013 Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 490 Patanjala Vol. 5 No. 3 September 2013: 489- 502 dengan budaya daerah lainnya. Hal ini mutlak keberadaanya. Estetika itu sendiri sejalan dengan makna yang terdapat dalam merupakan bidang ilmu yang membahas peribahasa Sunda “ciri sabumi cara tentang keindahan. Norma keindahan sadesa” yang bermakna bahwa kebiasaan dalam kesenian memiliki catatan sejarah pada setiap daerah itu berbeda. Salah satu yang cukup panjang, bahkan yang membedakan hal itu ada pada jenis keberadaannya pun semakin kokoh dan kesenian. Daerah Kabupaten Subang kuat. Kreasi seni hasil cipta manusia memiliki salah satu jenis kesenian khas memiliki nilai estetika yang cukup tinggi, yang diberi nama sisingaan. Sisingaan ini oleh karena itu membutuhkan adanya merupakan bukti dari kearifan budaya, suatu penghargaan. Dengan adanya yang memiliki nilai tinggi dalam seni. penghargaan itu kesenian akan Kearifan budaya ini tercermin dari bentuk berkembang dengan baik. Hal ini termasuk pertunjukan sisingan yang berjenis pawai dalam kreasi seni sisingaan yang sudah atau arak-arakan. Bentuk arak-arakan punya tenpat di hati masyarakatnya. merupakan salah satu ciri kesenian rakyat Masyarakat sudah merasakan kesenangan yang hidup dan berkembang di lingkungan secara batiniah dari pertunjukan sisingaan masyarakat pertanian atau agraris. Selain ini. itu tercermin dari waditra/alat pengiring Sejalan dengan perkembangan dan gerak tari tradisisional yang digunakan peradaban masyarakat, telah banyak oleh masyarakat Kabupaten Subang. menggagas dan mewujudkan macam- Bahkan sisingaan ini memiliki latar macam bentuk kesenian, baik kesenian belakang yang berhubungan dengan nilai- tradisional maupun kesenian modern. nilai patriotisme. Oleh karena itu, gerak Salah satu hasil kreativitas penciptaan tari, irama dalam pertunjukan bersifat karya seni yang dilakukan oleh masyarakat dinamis. Kabupaten Subang adalah sisingaan. Kesenian ini dapat mempererat Keberadaannya semenjak bangsa solidaritas suatu masyarakat, bahkan Indonesia dijajah oleh bangsa Balanda, merupakan kompleksitas dari ide-ide, oleh karena itu sudah banyak mengalami gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan perubahan, baik perubahan dalam bentuk pedoman untuk beraktivitas dari diri boneka singa, maupun perubahan dalam manusia dalam masyarakat. Hal ini bentuk kreasi pertunjukannya. Perubahan biasanya berwujud benda hasil kreatifitas Boneka singa yang awalnya dibuat dari masyarakat. Selain itu kesenian memiliki bahan sederhana, sekarang sudah dibuat fungsi untuk menentukan norma, perilaku, dari bahan yang cukup baik, termasuk dan melanjutkan adat istiadat berserta kreasi warnanya. Seni pengiring nilai-nilai kebudayaannya. Maksudnya pertunjukannya pun berubah, dulu hanya dalam mencipta karya seni harus menggunakan alat sederhana yang terbuat memperhatikan norma perilaku atau dari bambu sekarang alat pengiring sudah kebiasaan masyarakat yang sudah menggunakan alat yang cukup lengkap. dianutnya atau baku, jangan sampai Hal ini termasuk pada perubahan bertolak belakang atau menyimpang dari pemakaian kostum. norma yang sudah dianutnya itu, sebab ada Nilai budaya yang berhubungan generasi penerus yang akan dengan estetika umumnya terdapat dalam melanjutkannya.Oleh karena itu perlu kesenian, bahkan dapat dikatakan sebagai adanya perhatian yang saksama pada norma utama. Sisingaan memiliki nilai kesenian sebab merupakan hasil pewarisan estetika yang cukup tinggi, yang leluhur kita agar kesenian itu dapat terjaga implementasinya terdapat pada unsur- serta terlestarikan. unsur pendukung kesenian tersebut. Nilai Pada hakikatnya kesenian itu estetika dalam sisingaan tersebut memiliki wilayah estetika yang sudah terkandung dalam perpaduan warna yang

Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 2013 Nilai Estetika dalam Sisingaan di…(Enden Irma R) 491 digunakan pada boneka singa dan kostum m di bawah permukaan laut dengan luas pemain, harmonisasi gerak tari dan irama, wilayah 71.502.16 ha atau 54,85% dari serta estetika kebersamaan para penarinya seluruh luas wilayah Kabupaten Subang. dan pemainnya. Hal ini yang mendasari Zona ini meliputi wilayah Kecamatan perlunya dilakukan penelitian tentang Cijambe, Suhung, Cibogo, Kalijati, kesenian sisingaan. Dawuan, Cipendeuy, dan Kecamatan Tujuan dari penelitian ini untuk Purwadadi, Cikaum dan Pagaden Barat. menggambarkan keberadaan secara utuh Zona wilayah ketiga adalah dataran tentang kesenian sisingaan di Kabupaten rendah atau pesisir yang sebagian besar Subang. Selain itu ingin menggambarkan terdapat di bagian utara. Wilayah dataran tentang nilai-nilai estetika yang terdapat rendah dan pesisir memiliki ketinggian dalam setiap unsur yang ada dalam antara 0-50 m di bawah permukaan laut kesenian tersebut. Estetika merupakan dengan luas 92.639.7 ha atau 45,15% dari bagian dari seni yang sudah diwariskan seluruh luas wilayah Kabupaten Subang oleh para pendahulu. Masyarakat yang meliputi wilayah Kecamatan Kabupaten Subang dalam berkreasi Pabuaran, Pagaden, Cipunagara, sisingaan sekarang ini, hanya tinggal Compreng, Ciasem, Pusakanagara, melanjutkann kreasi sisingaan hasil cipta Pusakajaya, Pamanukan, Sukasari, para pendahulunya yang konon Legonkulon, Blanakan, Patokbesi, berdasarkan catatan sejarah sudah ada pada Tambakdahan, sebagian Pagaden Barat. masa kolonial Belanda. Secara administrasi dengan luas Kesenian sisingaan yang ada di wilayah 205.176,95 ha atau 6,34% dari Kabupaten Subang merupakan ikon yang luas Provinsi Jawa Barat. Kabupaten mengharumkan nama Kabupaten Subang. Subang terbagi atas 253 desa dan Daerah Kabupaten Subang ini merupakan kelurahan yang tergabung dalam 22 salah satu wilayah di Provinsi Jawa Barat Kecamatan. Berdasarkan peraturan daerah yang memiliki karakteristik yang menarik Kabupaten Subang Nomor 3 Tahun 2007 jika dibandingkan dengan wilayah lainnya, tentang pembentukan wilayah kerja camat daerahnya terdiri atas daerah pegunungan, jumlah kecamatan bertambah menjadi 30 daratan, dan pantai. Hal ini pula yang kecamatan. menjadikan kondisi sosial budaya di Batas-batas wilayah administratif wilayah Subang memiliki perbedaan Kabupaten Subang adalah di sebelah dengan dengan wilayah lainnya. Zona selatan berbatasan dengan Kabupaten wilayah pertama Kabupaten Subang Bandung Barat, di sebelah barat dengan terbagi dalam tiga zona wilayah meliputi Kabupaten Purwakarta dan Karawang, di daerah pegunungan yang berada di wilayah sebelah timur Kabupaten Sumedang, dan bagian selatan. Daerah ini memiliki Kabupaten Indramayu serta Laut Jawa ketinggian antara 500-1500 m di bawah yang menjadi batas di sebelah utara. permukaan laut dengan luas 41.035.09 ha Berdasarkan data statistik Subang dalam atau 20% dari seluruh luas Kabupaten angka, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Subang. Wilayah ini meliputi Kecamatan Barat, penduduk Kabupaten Subang tahun Jalancagak, Ciater, Kasomalang, 2011 berjumlah 1.491.464 dengan Sagalaherang, Serangpanjang, dan komposisi mencapai 753.211 orang laki- sebagian besar Kecamatan Jalancagak dan laki dan 738.253 perempuan dengan sebagian besar Kecamatan Tanjung Siang. tingkat kepadatan penduduk mencapai 714 Sementara zona wilayah kedua jiwa/km². Adapun untuk tingkat merupakan daerah berbukit dan dataran Kecamatan, Kecamatan Subang yang sebagian besar wilayahnya meliputi merupakan daerah dengan tingkat bagian tengah. Wilayah perbukitan dan kepadatan tertinggi yaitu 2.229 jiwa/km². dataran memiliki ketinggian antara 50-500

2013 Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 492 Patanjala Vol. 5 No. 3 September 2013: 489- 502

B. METODE PENELITIAN Sampai saat ini belum dapat Metode dalam sebuah penelitian dipastikan siapa sesungguhnya yang memiliki peran yang sangat penting, sebab pertama kali menciptakan kesenian dengan metode tersebut, penelitian akan sisingaan. Hal ini dapat dimaklumi lebih terarah. Penelitian yang berjudul mengingat kesenian sisingaan adalah suatu “Nilai Estetika dalam Sisingaan di kesenian massa yang merakyat dan lahir Kabupaten Subang” menggunakan metode bukan sebagai karya perorangan, deskriptif. Penggunaan metode deskriptif melainkan sebagai karya massa, dalam hal ini untuk menggambarkan tentang: ini masyarakat Kabupaten Subang. Selain a. nilai-nilai estetika yang ada dalam itu tidak ada sumber-sumber resmi yang kesenian sisingaan saat ini; menyatakan siapa pencipta kesenian ini, b. makna nilai-nilai estetika dalam sementara para “sesepuh” atau tokoh-tokoh kesenian sisingaan; dan tua masyarakat Subang yang mengikuti c. menafsirkan nilai-nilai estetika dalam perkembangan kesenian ini dari masa awal kesenian sisingaan yang relevan dalam kelahirannya sudah tidak ada lagi. kehidupan saat ini, terutama masyarakat Perihal asal-usul kesenian sisingaan, Kabupaten Subang. ada beberapa pendapat. Pendapat pertama mengatakan bahwa lahirnya kesenian C. HASIL DAN BAHASAN sisingaan terkait erat dengan situasi sosial 1. Sejarah Berdirinya Kesenian Sisingaan politik pada masa kolonial, yaitu ketika Kesenian sisingaan adalah kesenian wilayah Subang dijajah dan diduduki oleh khas dan asli dari daerah Kabupaten pemerintah kolonial Hindia Belanda, dan Subang. Dikatakan khas karena kesenian selanjutnya ketika wilayah Subang menjadi ini lahir, tumbuh, dan berkembang di daerah perkebunan yang dikuasai secara Kabupaten Subang yang kemudian bergantian oleh para penguasa tuan tanah menyebar ke daerah-daerah lainnya di luar berbangsa Belanda dan Inggris. Kabupaten Subang. Lahirnya kesenian ini Beberapa pakar kesenian sisingaan sangat erat terkait dengan sejarah daerah mencoba menelusuri kapan kesenian Subang sendiri serta kreativitas para sisingaan ini lahir/mulai ada, dan siapa seniman Subang dalam mengkreasi penciptanya. Edih AS (2012) seorang potensi-potensi seni yang ada di pakar kesenian sisingaan– sampai pada masyarakat untuk kemudian dibentuk kesimpulan bahwa kesenian sisingaan ini menjadi satu jenis kesenian baru. Adapun mulai berdiri pada tahun 1857 dan asli berdasar pada kreasi sisingaan ini pendirinya adalah Demang Mas merupakan hasil daya cipta dan kreasi Tanudireja. Pendapatnya ini didasarkan masyarakat Kabupaten Subang. pada penelaahan berdirinya Kademangan Terinspirasi dari situasi dan kondisi Ciherang (kira-kira 5 km dari Kota masyarakat Subang pada masa lalu (pada Subang). Ciherang oleh beberapa ahli masa kolonialis Belanda dan Inggris), para kesenian dianggap sebagai asal daerah seniman Subang berolah seni yang kesenian sisingaan. melahirkan kesenian sisingaan. Untuk Sebelum tahun 1860 Ciherang telah menggali dan memahami nilai-nilai berdiri sebagai sebuah kademangan. kesenian sisingaan terlebih dahulu harus Demangnya bernama Mas Tanudireja yang dipahami situasi masyarakat Subang pada diangkat dengan besluit tahun 1857. Bahan saat kesenian ini lahir serta fungsi kesenian lainnya yang dijadikan dasar pengambilan ini pada masanya; dan ini tentu saja kesimpulan oleh pakar ini adalah hasil melibatkan telaah sejarah, baik sejarah penelitian yang telah dilakukannya dari sisingaan itu sendiri maupun sejarah tahun 1981 sampai dengan tahun 1985. daerah dan masyarakat Subang. Dari hasil penelitian itu diperoleh keterangan mengenai orang-orang atau

Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 2013 Nilai Estetika dalam Sisingaan di…(Enden Irma R) 493 para pejabat setempat yang pernah masa perkebunan itu menjadi 3 periode, menggelarkan kesenian ini, serta yaitu: keterangan mengenai waktunya sebagai 1) Tahun 1812 – 1839 daerah Subang (P berikut: and T Land) dikuasai oleh orang Pada tahun 1910, Lurah Sayung Inggris. yang terpilih sebagai lurah yang ketiga di 2) Tahun 1840 – 1911 daerah Subang Desa Cigadung, diarak keliling desa dikuasai oleh orang Belanda. menunggang sisingaan dengan perangkat 3) Tahun 1911 – 1954 daerah ini dikuasai keseniannya sebagai luapan rasa lagi oleh orang Inggris. kegembiraan masyarakat dan dirinya Pada periode pertama, daerah sendiri atas terpilihnya sebagai lurah. Subang dikuasai oleh orang-orang Inggris Tahun 1920, Patih Oman, yaitu J. Sharpnell dan Muntinghe, yang pensiunan Pemda Kabupaten Subang kemudian Muntinghe menjual tanahnya mengakui bahwa pada masa kanak- kepada J. Sharpnell dan Skelton. Ketika itu kanaknya, ia dikhitan dan diarak keliling perkebunan P and T Land belum begitu dengan menunggang sisingaan. berarti. Daerah pantainya berawa-rawa, Tahun 1927, O. Suparno, datarannya dipenuhi semak-semak dan pensiunan Kantor Veteran Kabupaten daerah gunungnya merupakan hutan Subang mengakui pula bahwa pada waktu belantara. Daerah ini ketika itu tidak dikhitan, ia diarak keliling kampung dikelola secara sungguh-sungguh. dengan kesenian sisingaan. Penghasilan tuan tanah hanyalah dari Dari sekian banyak pendapat tentang pajak bumi penduduk yang masih sangat awal terbentuknya sisingaan dapat ditarik jarang. Dengan kondisi yang seperti itu benang merahnya bahwa sisingaan sudah kecil sekali kemungkinannya untuk dapat ada sejak zaman penjajahan Belanda, yang melahirkan suatu karya seni yang besar pada waktu itu daerah Kabupaten Subang dan penuh makna seperti kesenian dipimpin oleh seorang demang yang sisingaan. bernama Tanuwireja. Karakteristik bentuk Periode kedua yaitu masa sisingaan disesuaikan dengan karakteristik penguasaan pihak swasta Belanda atas masyarakat Kabupaten Subang sebagai perkebunan P and T Land. Semenjak masyarakat petani atau agraris. tahun 1840 ketika keluarga Hoffland Sumber ini tentu saja belum cukup menjadi pemilik P and T Land, mulailah kuat untuk sampai pada kesimpulan di daerah ini secara ekonomis mempunyai atas. Belum tentu suatu karya seni lahir arti. Perkebunan mulai dikelola secara dari seorang penguasa tertentu. Terlebih sungguh-sungguh dan menghasilkan kalau diingat bahwa sisingaan ini komoditi tanaman yang laku keras di merupakan kesenian massa yang lahir di pasaran dunia, seperti teh, coklat, karet, tengah-tengah gejolak kehidupan kina, dan merica. Suasana kehidupan mulai masyarakat. ramai dan mulai berdatangan orang-orang Pendapat kedua, mencoba secara besar-besaran, khususnya dari menelusuri asal-usul lahirnya kesenian daerah Kuningan dan Majalengka yang sisingaan melalui rekonstruksi sejarah kemudian menetap di daerah Subang. Pada penguasaan daerah Subang oleh pihak waktu itu kehidupan di daerah ini sudah swasta asing (Inggris dan Belanda) dengan jauh lebih baik dibanding masa menggambarkan situasi-situasi yang sebelumnya. Keluarga Hoffland menjadi berlangsung pada setiap periode. Armin sangat terkenal sebagai orang yang mampu Asdi (1988) dalam sebuah makalahnya memajukan P and T Land dan sekaligus yang berjudul “Seni Sisingaan dan memperbaiki kehidupan rakyat. Perkembangannya”, mengelompokkan Dalam suasana masyarakat yang demikian mungkin sekali lahir suatu karya

2013 Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 494 Patanjala Vol. 5 No. 3 September 2013: 489- 502 seni yang besar. Tetapi kalau dihubungkan berkembang pada periode ini. Namun dengan zaman pertuanan pada masa itu, demikian belum juga dapat dipastikan kemungkinan besar kreasi seni yang lahir kapan tepatnya kesenian ini lahir. cenderung bersifat kegembiraan, Kemungkinan besar di antara ketiga pemujaan, sanjungan bahkan mungkin periode seperti yang diuraikan di atas, pada pengkultusan. Kalaulah kesenian sisingaan periode ketiga inilah lahirnya kesenian lahir pada zaman ini tentunya kesenian ini sisingaan. termasuk seni pujaan, sanjungan terhadap Kedua pendapat di atas selama ini penguasa P and T Land yang dianggap menjadi pengetahuan umum dari membawa kemakmuran pada waktu itu. masyarakat luas, yaitu bahwa kesenian Tentunya nuansa kegembiraan yang sisingaan merupakan simbol perlawanan menonjol sebagai ungkapan terimakasih masyarakat Subang terhadap penjajah yang kepada penguasa. Namun pada diekspresikan melalui bentuk aktivitas kenyataannya kesenian sisingaan ini berkesenian. dipersepsikan oleh banyak kalangan Pendapat lain mengenai asal-usul sebagai suatu bentuk kesenian yang kesenian sisingaan, dipelopori oleh Mas mengekspresikan perlawanan dan Nanu Munajar yang berasal dari daerah pemberontakan, serta rasa ketidakpuasan Subang. Ia berpendapat bahwa kesenian terhadap penguasa (tuan tanah dan sisingaan berasal dari kesenian odong- pemerintah Hindia Belanda). odong yang memiliki fungsi dan makna Selanjutnya pada periode ketiga, ritual. Lebih jauh, Mas Nanu Munajar yaitu tahun 1911-1954, P and T Land mengatakan, bahwa jauh sebelum agama- kembali dikuasai oleh orang Inggris. agama besar masuk, masyarakat di daerah Situasi masyarakat pada waktu itu tengah Subang telah memiliki tradisi yang dibakar oleh semangat perjuangan yang berkaitan dengan aktivitas pertanian, yaitu membara yang disalurkan melalui tradisi “Odong-odong”.Tradisi yang organisasi-organisasi badan perjuangan. dimaksud adalah kepercayaan yang Tahun 1911 tumbuh Sarekat Islam, sebuah memuja dan mengagungkan padi dan para organisasi perjuangan yang mudah dan leluhur serta kekuatan-kekuatan dapat diterima di kalangan rakyat jelata supranatural. Tradisi Odong-odong ini yang pada umumnya mempunyai latar dilangsungkan dengan cara mengarak belakang agama Islam dan persamaan sesuatu benda yang dibentuk menyerupai nasib dalam penderitaan akibat tekanan binatang tertentu dan diiringi dengan bunyi penjajah. “surak” (tepuk tangan berirama). Peniruan Di daerah Subang sendiri yang bentuk binatang ini adalah ekspresi dari waktu itu dikuasai oleh pemilik kepercayaan totemisme (kepercayaan dan perkebunan P and T Land menjadi daerah pemuliaan terhadap hewan tertentu). yang aman untuk pelarian tokoh-tokoh Odong-odong ini biasa dipertunjukkan politik dari daerah lain, karena pihak P and pada konteks ritual, seperti ritual pertanian T Land sendiri kurang memperdulikan dan upacara Ngaruwat Bumi. masalah-masalah politik selama tidak Seiring dengan perkembangan merugikan perusahaan. Pada waktu itu di zaman, kesenian odong-odong ini daerah Subang banyak timbul pergerakan- mengalami perkembangan yang kemudian pergerakan politik bernafaskan melahirkan bentuk-bentuk seni nasionalisme yang pada mulanya bergerak pertunjukan dan helaran, seperti kesenian secara terselubung dalam bentuk kegiatan- mamanukan, kukudaan atau kuda semprani kegiatan ekonomi, sosial dan pendidikan. (kukudaan yang diberi sayap), dan Melihat pada sifat kesenian sisingaan. Pendapat yang kedua ini sisingaan yang sarat dengan pesan-pesan mengatakan bahwa penamaan kesenian perjuangan, mungkin saja kesenian ini sisingaan itu sendiri baru muncul pada

Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 2013 Nilai Estetika dalam Sisingaan di…(Enden Irma R) 495 tahun 1989. Ketika itu, Kabupaten Subang Peralatan yang digunakan dalam diminta untuk mengirimkan misi pertunjukan kesenian sisingaan dapat keseniannya ke Taman Mini Indonesia dikelompokkan ke dalam: alat utama, alat Indah (TMII), sementara para seniman pengiring, dan pakaian (kostum). Subang belum memiliki nama yang pas untuk menyebut kesenian odong-odong. 1) Alat Utama Akhirnya, dalam sebuah forum seminar Sesuai dengan namanya, alat untuk yang diselenggarakan oleh Dinas kesenian sisingaan adalah sebuah benda Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten yang dibentuk sedemikian rupa Subang pada tahun 1989, ditetapkanlah menyerupai bentuk seekor singa. Benda ini nama kesenian sisingaan sebagai delegasi dinamakan sisingaan, yang artinya singa kesenian dari Kabupaten Subang untuk tiruan atau bukan singa yang dipergelarkan di TMII. Semenjak itu, maka sesungguhnya. Jumlah sisingaan yang lahirlah kesenian sisingaan. digunakan dalam suatu pertunjukan adalah Sebagaimana halnya waktu lahirnya sepasang (dua buah). kesenian sisingaan yang belum dapat Sesuai dengan perkembangan atau ditentukan secara pasti, demikian pula kemajuan masyarakat, alat sisingaan yang masalah tempat dan daerah asal kesenian ditampilkan dalam kesenian ini pun telah ini, dari kampung mana atau desa mana mengalami perkembangan. Pada mulanya kesenian ini pertama kali ada. Dampaknya sisingaan ini hanya dibuat dari kayu banyak tokoh daerah yang mengklaim gelondongan atau keranjang dari bambu bahwa kesenian sisingaan berasal dari dihiasi dengan bunga kaso (kembang kaso) daerahnya. Selain itu, pertumbuhan dan domdoman sebagai bulunya. Pada kesenian ini sendiri yang menyebar secara waktu itu alat sisingaan ini tidak dibuat serempak di hampir seluruh kecamatan di permanen. Setiap akan mengadakan wilayah Subang, menyebabkan terjadinya pertunjukan, alat sisingaan ini dibuat klaim-klaim daerah asal kesenian ini. secara mendadak, dan selesai pertunjukan Namun demikian ada sementara ahli yang alat itu dibuang. Selanjutnya apabila akan berani menyatakan bahwa kesenian ada pertunjukan lagi dibuat lagi alat sisingaan berasal dari daerah Ciherang. sisingaan yang baru. Dari keterangan yang telah diuraikan Lain halnya dengan sekarang, alat sebelumnya, penulis mengasumsikan sisingaan sudah dibuat secara permanen. bahwa sisingaan ini merupakan kesenian Bahan dasarnya (untuk badannya) masih khas masyarakat Kabupaten Subang yang tetap dibuat dari kayu, tetapi dewasa ini berdasar pada ciri dan karakter masyarakat kayunya dibentuk sedemikian rupa Kabupaten Subang sebagai masyarakat sehingga tidak lagi berupa kayu petani atau agraris. Nama sisingaan ini gelondongan. Kayu yang telah dibentuk merupakan nama baru sebab sebelumnya badan seekor singa ini lalu dibungkus jenis seni ini bernama odong-odong. dengan plastik atau kain berwarna coklat, Odong-odong merupakan cikal bakal kemudian ditutupi kain beludru yang sisingaan yang menggunakan boneka dihiasi payet, biku-biku, dan lain-lain. burung-burungan, kuda dan hewan lainnya. Untuk bagian kepalanya juga dibuat dari Agar seni odong-odong ini memiliki daya kayu yang dibentuk menyerupai kepala tarik sendiri, maka bonekanya diganti seekor singa, diberi rambut dari tali rafia dengan singa. Mulai saat itulah nama berwarna kuning emas. Agar kepala sisingaan mulai populer dalam kehidupan sisingaan ini lentur, dapat bergerak-gerak, masyarakat Kabupaten Subang. maka pada lehernya dipasang per. Dewasa ini tidak banyak pengrajin 2. Deskripsi Bentuk Kesenian Sisingaan sisingaan di daerah Subang yang bekerja a) Peralatan yang digunakan secara khusus memproduksi alat sisingaan.

2013 Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 496 Patanjala Vol. 5 No. 3 September 2013: 489- 502

Juga, tidak diperoleh data yang jelas rompi warna hitam atau warna gelap yang berapa jumlah pengrajin sisingaan yang dihiasi dengan manik-manik, celana pangsi ada di daerah ini. ketat warna gelap (warnanya sama dengan warna rompi), selendang warna merah yang diikatkan di pinggang dan kedua 2) Alat Pengiring ujungnya menjuntai ke depan. Sepasang Kesenian sisingaan merupakan susumping dari kulit yang dikenakan di perpaduan antara seni rupa, seni gerak telinga, sepasang kelat bahu dari kulit, di (tari), dan seni karawitan. Adapun punggungnya memakai jangjang (sayap) peralatan karawitan (waditra) yang Gatotgaca,dan sebilah keris diselipkan di digunakan dalam kesenian ini adalah pinggang. seperangkat alat musik tabuh yang terdiri Apabila yang akan dikhitan hanya atas; dua buah indung (gendang satu orang, dicarikan seorang pendamping induk), sebuah kulanter (gendang kecil), 3 yang biasanya anak perempuan. buah bonang (ketuk), 2 goong (1 Pendampingnya mengenakan seperangkat besar dan 1 gong ), sebuah kecrek, pakaian tokoh Arjuna, yang juga adalah dan sebuah terompet. Peralatan ini seorang tokoh ksatria dalam dunia biasanya dimiliki oleh masing-masing pewayangan. Kelengkapannya hampir kelompok kesenian sisingaan (pergosi). sama dengan pakaian tokoh Gatotkaca, Semua peralatan (waditra) itu hanya bentuk mahkotanya yang agak ditabuh dalam irama yang padu dan berbeda, dan di punggungnya selain dinamis dalam laras salendro (tangga nada terselip sebilah keris juga membawa anak pentatonik) mengiringi lagu-lagu yang panah. dilantunkan oleh terompet. Kadang-kadang Adapun kostum yang dikenakan ada juga pesinden, terutama apabila oleh para pemain musik (nayaga) dan kesenian ini ditampilkan di atas panggung penggotong sisingaan terdiri atas baju sebagai hiburan pada orang kenduri besar. berbentuk salontreng warna kuning atau Adapun lagu-lagu yang biasa dibawakan di warna terang yang mencolok. Celana antaranya ialah: Overtune, Arang-arang pangsi warna hitam, dan kepalanya (Gurudugan), Kidung, Kangsreng, memakai cocontong ( kepala). Busana Senggot, Gondang, Kasenian Sisingaan, para pemain biasanya adalah milik Daun Hiris, Wangsit Siliwangi, dan lain- pemimpin Pergosi atau milik grup, bukan lain. milik perorangan, sedangkan pakaian yang dikenakan oleh anak yang dikhitan adalah 3) Pakaian/Kostum milik dukun rias (perias pengantin sunat) Pakaian seragam atau kostum yang Bahan yang digunakan untuk biasa dikenakan dalam pertunjukan membuat boneka singa terdiri dari kayu, kesenian sisingaan dapat dikelompokkan lem, busa. kain wol, dan cat. Boneka ini ke dalam 2 jenis sesuai dengan peran dibuat oleh salah seorang seniman masing-masing dalam pertunjukan itu. sisingaan bernama Suherli. Untuk Pertama adalah pakaian orang yang membuat boneka sisingaan ini tidak ada diusung, yaitu anak yang dikhitan, dan ketentuan baku yang mengharuskannya. kedua adalah pakaian para penggotong Siapa pun boleh, asal memiliki sisingaan dan para nayaga. kemampuan untuk membuat boneka Kostum yang dipakai oleh anak sisingaan itu. yang akan dikhitan adalah seperangkat pakaian yang mengidentifikasi tokoh 3. Deskripsi Jalannya Pertunjukan Gatotkaca, seorang tokoh ksatria dalam a) Waktu dan Tempat Pertunjukan cerita pewayangan. Perangkat pakaian ini Pada mulanya sisingaan hanya terdiri atas sebuah mahkota , baju dipergelarkan untuk mengarak anak yang

Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 2013 Nilai Estetika dalam Sisingaan di…(Enden Irma R) 497 akan dikhitan. Namun dalam kampung/desa, ia dilulur dan dimandikan perkembangan selanjutnya kesenian ini dengan air kembang oleh dukun rias, yaitu juga sering dipergelarkan untuk perias pengantin sunat. Keesokan harinya memeriahkan hari-hari besar nasional barulah anak itu dirias di tempat khusus, maupun upacara-upacara resmi di tingkat yaitu di sebuah bilik yang khusus dibuat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten, dan untuk itu secara tidak permanen. lain-lain. Kesenian sisingaan pernah juga Sebelum mulai dirias, anak yang ditampilkan dalam acara pembukaan PON, akan dikhitan itu dimandikan terlebih menyambut tamu negara, bahkan pernah dahulu. Selesai mandi barulah didandani. ditampilkan di luar negeri. Pertama-tama adalah merias muka dengan Pertunjukan kesenian sisingaan bedak lulur. Kemudian matanya dipoles dalam rangka upacara khitanan biasanya dengan eye shadow dan bibirnya dipoles diselenggarakan sehari sebelum anak itu dengan lipstik. Untuk memberi kesan dikhitan. Bentuk pertunjukannya arak- “kejantanan”, di atas bibir anak itu diberi arakan mengelilingi kampung. Sore hari, kumis dengan pensil alis (menggambarkan sebelum dikhitan, si anak diarak keliling tokoh Gatotkaca). Selanjutnya anak itu kampung atau desa dengan menunggang didandani dengan seperangkat pakaian sisingaan diiringi oleh tabuhan yang khusus yang telah disediakan yang meniru meriah dalam suatu helaran. pakaian Gatotkaca. Selesai anak yang akan Fungsi kesenian sisingaan dalam dikhitan didandani, kemudian dukun rias kaitan ini menurut seorang informan, mendandani anak yang akan mendampingi bukan hanya sekadar untuk menghibur pengantin sunat. Anak itu didandani anak yang akan dikhitan, melainkan juga mengidentifikasi tokoh Arjuna. sebagai bewara (memberitahukan kepada Sementara itu rombongan khalayak) bahwa anak tersebut sudah penggotong sisingaan dan penabuh “diislamkan”. Informan lain mengatakan gamelannya sudah siap di halaman rumah bahwa belum sempurna menjadi orang atau di pinggir jalan. Setelah pengantin Subang kalau seseorang belum dinaikkan sunat dan pendampingnya selesai sisingaan. Pernyataan-pernyataan ini didandani, kedua anak itu dinaikkan ke menegaskan bahwa kesenian sisingaan atas sisingaan. Kemudian alat-alat tabuhan bagi masyarakat Subang sudah menjadi mulai dibunyikan membawakan lagu-lagu identitas. yang berirama dinamis. Bersamaan dengan bunyi alat tabuhan, para penggotong b) Jalannya Pertunjukan sisingaan mulai melakukan gerakan- Sebagaimana telah dikemukakan gerakan tarian masal yang dinamis selaras sebelumnya bahwa sisingaan dewasa ini dengan iringan musiknya. Setiap gerakan tidak hanya dipergelarkan dalam kaitannya mereka lakukan secara bersama-sama, dengan upacara khitanan, melainkan juga kompak, dan serempak. Dalam gerak- kaitannya dengan peristiwa-peristiwa gerak tarian banyak terselip gerakan- upacara resmi yang bersikap lokal maupun gerakan . nasional. Namun demikian, karena Pembentukan formasi para penari memang pertunjukan kesenian ini lebih penggotong sisingaan diatur dan sering dipergelarkan untuk menghibur dikomando oleh seorang pemimpin. anak yang akan dikhitan, dalam deskripsi Melalui aba-aba pemimpin, para ini pun lebih ditekankan pada jalannya penggotong sisingaan mulai membuat pertunjukan kesenian ini ketika formasi untuk menggotong sisingaan. ditampilkan dalam kesempatan upacara Mereka membagi diri dalam 2 kelompok, khitanan. masing-masing kelompok terdiri atas 4 Sehari sebelum anak itu diusung di orang. Sambil tetap melakukan gerak- atas sisingaan untuk diarak keliling gerak tarian, masing-masing kelompok

2013 Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 498 Patanjala Vol. 5 No. 3 September 2013: 489- 502 mendekati sisingaan yang akan Pertunjukan sisingaan biasanya diusungnya. Mereka pun mulai membuat dilaksanakan di jalan dan di atas gerakan-gerakan atraktif dan akrobatis panggung. Pertunjukan yang dilaksanakan sambil mulai mengangkat sisingaan dan di jalan, awalnya dari ungkapan rasa meletakkannya di atas pundak. Masing- syukur masyarakat atas keberhasilan masing kelompok mengusung sebuah panennya. Ungkapan rasa syukur tersebut sisingaan yang ditunggangi seorang anak diungkapkan dalam kreasi pertunjukan yang telah dihias. sisingaan. Oleh karena banyaknya Komposisi gerak tarian yang masyarakat yang ikut pawai atau iring- dibawakan agak berbeda bila kesenian ini iringan dibutuhkan tempat yang cukup dipergelarkan dalam suatu pawai (arak- representatif atau luas. Adapun arakan) dalam kaitannya dengan upacara pertunjukan yang dilaksanakan di atas khitanan, dibanding dengan pergelaran di panggung biasanya dilakukan oleh atas panggung. Susunan gerak tari masyarakat yang punya hajatan khitanan, sisingaan yang dipertunjukkan pada waktu itu pun panggungnya harus berukuran luas. mengarak anak sunat adalah: Ketuk Tilu Waktu pertunjukan biasanya dilaksanakan yang terdiri atas gerakan-gerakan kuda- mulai pukul 09.00 WIB sampai selesai. kuda, jurus ngayun, jurus minced, dan gurudugan. Gerakan-gerakan ini diiringi 4. Perkembangan Kesenian Sisingaan tiupan terompet dalam overtur Arang- Di muka telah diuraikan, bahwa arang dan Gurudugan, lengkap dengan kesenian sisingaan merupakan perpaduan iringan karawitan. Gerakan selanjutnya dari seni rupa, seni karawitan, dan seni tari. adalah ancang-ancang dan najong dalam Unsur-unsur ini semuanya telah banyak posisi badan berputar. Gerakan ini diiringi mengalami perubahan dari bentuk aslinya, irama lagu Gurudugan. Kemudian disusul kendati pun hanya sebagai polesan, dalam dengan gerakan-gerakan eway, minced, arti tidak mengubah esensi dari unsur- solor, minced yang diiringi lagu unsur itu sendiri. Kangsreng. Babak selanjutnya adalah Seorang pakar kesenian sisingaan atraksi akrobatik yang dilakukan di membagi perkembangan kesenian sepanjang jalan dengan iringan musik sisingaan dalam 3 periode, yaitu periode dalam irama yang dinamis. pertama pada tahun 1857-1928, periode Adapun komposisi gerak tari dan kedua tahun 1928-1950, dan periode ketiga lagu sisingaan yang dipergelarkan di atas tahun 1950 sampai sekarang. Akan tetapi panggung adalah Overture Arang-arang kriteria apa yang melandasi penetapan yang dialunkan melalui tiupan terompet angka tahun ini tidak jelas dan di antara dan Gurudugan. Selanjutnya adalah lagu pakar-pakar kesenian sisingaan itu sendiri Kidung mengiringi gerakan-gerakan: kuda- belum ada kesepakatan. Terlepas dari kuda masang, ngayun, jeblagan. keraguan tersebut, penjelasan Kemudian lagu Kangsreng mengiringi perkembangan kesenian sisingaan gerakan-gerakan: eway, minced, solor, didasarkan atas perubahan bentuk unsur- minced. Disusul dengan lagu Gondang unsurnya yang dapat diidentifikasi sebagai mengiringi gerakan: bankaret, gebrig, berikut: bajing luncat, masang/ancang-ancang, Pada masa awal kelahirannya, depok. Kemudian lagu kesenian sisingaan kesenian sisingaan menampakkan bentuk mengiringi gerak tari . Atraksi yang sangat sederhana. Alat utamanya selanjutnya adalah atraksi akrobatik dalam (sisingaan) dibuat dari sebatang kayu gerakan-gerakan putar katak, gendong gelondongan untuk badannya, atau singa, kait suku, melak cau, dan nincak terkadang dibuat dari keranjang bambu acak. yang dihiasi dengan bunga kaso dan domdoman. Biasa pula untuk badannya

Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 2013 Nilai Estetika dalam Sisingaan di…(Enden Irma R) 499 mempergunakan sebuah bangku kayu semua aspek kesenian sisingaan, baik panjang yang utuh, dan untuk kepalanya unsur seni rupa (wujud sisingaan-nya), dibuat dari kayu, dibentuk sedemikian rupa aspek karawitan, dan tarian serta cara sehingga menyerupai kepala seekor singa. penyajiannya sudah dimodernisasikan. Terkadang pula sisingaan ini terbuat dari Perubahan dan penyempurnaan bentuk batang pohon pisang yang kemudian diberi sisingaan pada periode ini sangat kepala. Oleh karena bentuknya sangat mencolok. Bahan-bahan untuk membuat sederhana, tidak selamanya sisingaan ini sisingaan sudah mulai menggunakan menyerupai bentuk seekor singa. Kadang- produk modern, seperti plastik dan kadang ia menyerupai bentuk seekor kuda per/pegas. Demikian pula cara (kukudaan) sehingga dulu kesenian ini pembuatannya tidak segampang dan pernah pula disebut kesenian kuda sesederhana seperti pada masa ungkleuk. Namun demikian, apa pun sebelumnya, tetapi sudah diolah dan bentuk alat ini, ide atau gagasan utama direkayasa sehingga tampak lebih indah yang terkandung di dalamnya adalah dan lebih “hidup”. Jika pada masa awal gambaran seekor singa (sisingaan) yang alat sisingaan dibuat dari kayu mempunyai makna simbolik. Dari segi gelondongan, perkembangan dewasa ini pemakaiannya, alat sisingaan pada masa kayu itu sudah diolah sedemikian rupa itu bersifat sementara; tidak untuk dipakai sehingga membentuk badan sisingaan. berulang-ulang. Itu pula sebabnya bentuk Tidak hanya itu saja, kayu yang telah sisingaan dulu sangat sederhana, dibuat dibentuk itu lalu dibungkus dengan plastik dari bahan “mentah” tanpa pengolahan atau kain warna coklat, kemudian dilapisi yang rumit. kain beludru yang dihiasi oleh payet, biku- Periode kedua perkembangan biku, dan lain-lain. Bagian kepala pun kesenian sisingaan ditandai dengan dibentuk mirip kepala singa dan untuk perubahan-perubahan yang cukup besar rambut/bulu-bulunya dibuat dari tali rafia pada unsur karawitannya, baik dari waditra warna kuning. Agar kepala sisingaan tidak (instrumen musik) maupun lagu-lagu yang terkesan kaku, bagian leher dibubuhi per dibawakannya. Hal ini pula yang menandai sehingga saat sisingaan diusung dan perubahan zaman kedua dari dibawa menari kepalas sisingaan dapat perkembangan kesenian sisingaan. Kalau mengangguk-angguk, seolah-olah hidup. pada mulanya waditra pengiring kesenian sisingaan ialah seperangkat alat musik 5. Nilai Estetika dalam Kesenian Sisingaan badud, maka pada periode kedua Nilai-nilai dalam seni merupakan waditra yang dipergunakan adalah respon estetis publik terhadap karya seni, seperangkat alat musik yang walaupun keberadaan nilai tersebut terdiri atas: 2 buah gendang besar (1 berbeda. Begitu pula pada sisingaan, kendang indung dan 1 kendang anak), 1 pencipta berusaha untuk memperkenalkan buah terompet, 3 buah ketuk, 1 buah kesenian tersebut pada masyarakat. kulanter, 1 buah gong kecil, 1 buah kecrek. Kesenian sisingaan dihargai oleh Adapun lagu-lagu yang dibawakan di masyarakat sebagai cipta karya seni yang antaranya adalah: lagu Kidung, Kembang memiliki nilai yang cukup tinggi yang Beureum, Buah Kawung, irama lagu tepak sekaligus merupakan sarana hiburan 2, tepak 3 dan golempang (irama pencak masyarakat. Akan tetapi ada juga silat), Padungdung (Mars Pencak Silat), masyarakat yang beranggapan bahwa lagu Kangsreng, lagu Gondang, Gobyog, sisingaan merupakan sarana hiburan yang Bardin, Odading, dan lagu-lagu Doger dilaksanakan dalam sebuah acara, begitu atau Ketuk Tilu. acara itu selesai masyarakat sudah tidak Pada periode ketiga terjadi memperdulikan lagi terhadap tumbuh dan perubahan yang hampr menyeluruh pada berkembangnya sisingaan yang seharus-

2013 Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 500 Patanjala Vol. 5 No. 3 September 2013: 489- 502 nya pertumbuhan dan perkembangan warna, yang disertai dengan harmonisasi kesenian yang ada dalam lingkungan irama menghasilkan sebuah karya seni mayarakat harus didukung oleh nilai-nilai pertunjukan yang indah. Pandangan dari yang sudah dianut oleh masyarakat yang menciptakan sudah barang tentu akan setempat. berbeda dengan pandangan masyarakat. Keberadaan sisingaan dalam kehi- Dalam hal ini masyarakat belum begitu dupan masyarakat Kabupaten Subang mengetahui secara pasti tujuan dari merupakan salah satu aset yang menjadi pertunjukan kesenian sisingaan tersebut, kreasi seni andalan, bahkan merupakan sebab keterbatasan pengetahuan. Oleh kebangaan bagi masyarakat Kabupaten karena itu masyarakat hanya mengetahui Subang. Selain itu bagi sebagian bahwa kesenian sisingaan merupakan masyarakat, sisingaan ini dapat dijadikan salah satu alat hiburan belaka. Adapun lahan usaha sampingan yang dapat turut unsur nilai estetis luar ada pada bahan- membantu menyejahterakan kehidup- bahan, peralatan dan properti yang annya. digunakan. Bahan tersebut merupakan Nilai estetis dalam sisingaan ada bahan yang menghasilkan sebuah karya pada bentuk boneka singa, gerak tari, dalam bentuk boneka singa beserta irama, tembang, dan kostum. Nilai estetis properti yang digunakan oleh semua pada boneka singa dibuat menyerupai pemain kesenian sisingaan. binatang singa dengan variasi bahan yang warnanya disesuaikan dengan karakter D. PENUTUP singa. Gerak tari, baik gerakan tari boneka Nilai estetika dalam sisingaan di singa maupun gerakan para penari Kabupaten Subang merupakan masalah disesuaian dengan irama yang ditabuh utama yang dijadikan kajian dalam pada pemain Artimya, nilai estetis murni penelitian ini. Untuk melakukan kajian ini terlihat pada gerakan yang tentang estetika dalam sisingaan ini dipertunjukkan oleh kelompok kesenian digunakan metode deskriptif. Gambaran sisingaan. Hal ini tampak terutama dalam secara menyeluruh tentang keberadaan, gerak boneka singa yang sedang diarak itu. bentuk seni, bentuk pertunjukan, dan nilai Selain itu nilai estetis murni ini tampak estetika sisingaan merupakan hasil yang dalam kostum boneka singa. Kostum ini penulis deskripsikan. merupakan unggulanmya, sebab kalau Sisingaan merupakan kesenian khas tidak menggunakan kostum tersebut bukan Kabupaten Subang yang awal merupakan sisingaan. Nilai estetis pembentukannya bernama odong-odong. tambahan ada pada para pemain dan alat Dalam odong-odong ini masih belum pendukung lainnya. Keindahan atau menggunakan boneka singa, tapi keestetikaan tersebut akan dapat terlihat menggunakan boneka hewan lainnya secara langsung, sebab para pelaku selain seperti boneka kuda dan burung. Agar seni mengikuti gerak irama yang ada, gerakan- itu memberi daya tarik yang lebih baik, gerakan tari pelaku menimbulkan nilai- bonekanya diganti dengan boneka singa. nilai estetika yang cukup baik. Dengan media boneka singa ini kesenian Kebersamaan dalam suatu gerak yang tersebut berubah nama menjadi sisingaan. sama menambah keestetikaan dari sebuah Keberadaan kesenian ini muncul sejak pertunjukan. Dari perpaduan gerakan dan zaman penjajahan Belanda yang pada dan harmonisasi irama akan menghasilkan waktu itu wilayah Kabupaten Subang keindahan dalam seni. merupakan wilayah kademangan. Nilai estetis dalam sisingaan ada Terbentuknya seni ini awalnya merupakan pada bentuk boneka singa yang sudah ungkapan wujud syukur masyarakat atas dibentuk melalui kreasi seni rupa dan seni hasil panen padinya. tata rupa yang dibarengi dengan perpaduan

Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 2013 Nilai Estetika dalam Sisingaan di…(Enden Irma R) 501

Bentuk sisingaan ini merupakan harmonisasi irama dan gerak tari, jenis kesenian pertunjukan dalam bentuk keserasian dalam penggunaan kostum, pawai atau arak-arakan. Pelaksanaan membuat sisingaan menjadi bentuk seni pertunjukannya sekarang ini, biasanya yang memiliki nilai estetis yang cukup dilaksanakan pada kegiatan-kegiatan yang tinggi. berhubungan dengan hajatan seperti Melalui kreativitas yang cukup upacara khitanan dan upacara peringatan inovatif itu menjadikan sisingaan ini hari-hari besar. Berlangsungnya menjadi salah satu aset masyarakat pertunjukan sisingaan yang dikemas Kabupaten Subang yang cukup dalam bentuk pawai atau arak-arakan ini membanggakan, bahkan bagi sebagian biasanya dilaksanakan di tempat-tempat masyarakat dapat dijadikan lahan usaha khusus seperti panggung yang cukup luas sampingan masyarakat yang dapat dan jalan yang telah ditentukan. menyejahterakan kehidupannya. Pada pertunjukan sisingaan, formasi utamanya yaitu sebuah boneka singa yang telah dihias dan diletakkan pada sebuah DAFTAR SUMBER penyangga sebagai alat untuk menggotongnya. Pengantin sunat 1. Buku menunggangi boneka singa tersebut, lalu Kartika, S Dharsono, dan Nanang Ganda P. diarak dengan rute jalan yang sudah 2004. ditentukan. Dalam pertunjukannya Pengantar Estetika. Bandung: Rekayasa sisingaan ini diiringi alunan musik dan Sains. para penari yang mengikuti arak-arakan. Koentjaraningrat. 1978. Irama dan gerakan yang dinamis itu, Kebudayaan Mentalitas dan disesuaikan dengan nilai sosial budaya Pembangunan. : Gramedia. masyarakat yang agraris dan yang Ratna, Nyoman K. 2007. memiliki sifat humor. Kesenian ini dapat Estetika Sastra dan Budaya. dikatakan selain sebagai alat hiburan juga Yogyakarta: Pusaka Pelajar. sebagai kreativitas, simbol dan estetika Admadibrata, Enoch. 1992. untuk berekspresi. Pola Pembinaan dan Pengembangan Nilai-nilai estetika dalam sisingaan Kesenian Daerah Jawa Barat”. ini terkandung dalam bentuk boneka singa, Makalah disampaikan pada Pekan gerak tari, irama, dan bentuk pertunjukan. Kebudayaan Daerah Jawa Barat. Keindahan yang dapat kita lihat dan Khayam, Umar. 1981. rasakan dalam boneka singa tampak dalam Seni Tradisi Masyarakat. Jakarta: Sinar bentuk boneka singa yang bentuknya Harapan. menyerupai singa asli. Keindahan tersebut terlihat dari perpaduan warna yang Lubis, Nina Herlina. 1998. Kehidupan Kaum Menak Priangan digunakan dalam menghias boneka singa 1800-1942. Bandung: Pusat Informasi itu. Gerak tari menimbulkan kesan indah Kebudayaan Sunda. sebab gerakan tari yang dilakukan oleh para pemain itu ada keselarasan antara Nalan, Arthur S. 2000. irama dan gerak tari yang bersamaan, Memahami Jawa Barat dan Seni Pertunjukan Rakyatnya (Suatu Tinjauan gerak tari ini memerlukan kebersamaan Holistik dan Konsentrik). Bandung, agar menghasilkan kreasi yang lebih indah Panggung Jurnal Seni STSI, Nomor lagi. Penggunaan kostum para pemain XV, 88. sudah dirancang dengan matang sehingga menimbulkan keserasian warna yang 2. Informan cukup menarik untuk dipandang. 1. Nama : Suherli Perpaduan warna dalam boneka singa, Umur : 31 thn. Pekerjaan : Pengrajin Sisingaan

2013 Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 502 Patanjala Vol. 5 No. 3 September 2013: 489- 502

Alamat : Subang 2. Nama : Nanu Umur : 45 thn. Pekerjaan : Pengelola Yayasan Sisingaan Alamat : Subang 3. Nama : Soni Umur : 27 thn. Pekerjaan: Seniman Sisingaan Alamat : Subang 4. Nama : Aceng Umur : 25 thn. Pekerjaan : Seniman Sisingaan Alamat : Subang 5. Nama : Ayat Umur : 23 thn. Pekerjaan : Seniman Sisingaan Alamat : Subang 6. Nama : Jajang S. Umur : 24 thn. Pekerjaan : Seniman Sisingaan Alamat : Subang 7. Nama : Aji S. Umur : 25 thn. Pekerjaan: Seniman Sisingaan Alamat : Subang 8. Nama : Wawan Umur : 25 thn. Pekerjaan : Seniman Sisingaan Alamat : Subang 9. Nama : Koswara Umur : 24 thn. Pekerjaan : Seniman Sisingaan Alamat : Subang 10. Nama : Asep J. Umur : 23 thn. Pekerjaan : Seniman Sisingaan Alamat : Subang

Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung 2013