PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT BIMA PADA MASA

PEMERINTAHAN MUHAMMAD SALAHUDDIN

(1915-1951)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana

Program Studi Sejarah

Oleh:

Nama: Hamirafatin Nafisyah

NIM : 164314004

PROGRAM STUDI SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Skripsi

PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT BIMA

PADA MASA PEMERINTAHAN SULTAN MUHAMMAD

SALAHUDDIN (1915-1951)

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Saijana Humaniora Di Program Studi

Sej arah pp-

,-1 ; DisusunOleh Ii Hamirafatin Nafisyah

NIM 164314004\\

lah disetujui Ole / Ki

Tan-gal 21 Agustus 2020

Drs. Silvio R.L. Aji Sampurno, M.Hum. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Skripsi

PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT BIMA PADA MASA PEMERINTAHAN SULTAN MUHAMMAD SALAHUDDIN (1915-1951) Oleh Hamirafatin Nafisyah 164314004

Skripsi ini telah ini telah diuji dalam ujian tertutup pada tanggal, 9 September 2020 dan telah direvisi sesuai saran-saran penguji. Hasil revisi telah disetujui pada tanggal 22 September 2020

Oleh : Tim Penguji : Ketua : Drs. Silverio R.L., Aji Sampuno, M.Hum. Sekretaris : Dr. Yerry Wirawan Anggota : Heri Priyatmoko, M.A.

Bima, 22 September 2020 Dekan fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by TapScanner PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata

Dharma:

Nama : Hamirafatin Nafisyah

Nomor Mahasiswa : 164314004

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT BIMA PADA MASA

PEMERINTAHAN SULTAN MUHAMMAD SALAHUDDIN

(1915-1951)

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk data serta mempublikasikan di internet maupun domesia lainnya untuk kepentingan akademik tanpa harus meminta persetujuan dari saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Kota Bima

Pada tanggal 21 Agustus 2020

Yang menyatakan

Hamirafatin Nafisyah

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Motto

فَإِ َّن َم َع ٱ ْلعُ ْس ِر يُ ْس ًرا

fa inna ma'al-'usri yusrā

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(Q.S. Al-Insyirah : 5)

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada keluarga, Khususnya kedua orang tua saya yang telah memfasilitasi dan berdoa untuk kemudahan hidup saya.

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Hamirafatin Nafisyah. Perubahan Sosial Masyarakat Bima Pada Masa Pemerintahan Sultan Muhammad Salahuddin (1915-1951).Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, 2019. Skripsi berjudul Perubahan Sosial Masyarakat Bima Pada Masa Pemerintahan Sultan Muhammad Salahuddin (1915-1951), bertujuan untuk mengetahui perubahan sosial masyarakat Bima saat Sultan Muhammad Salahuddin menjabat sebagai sultan. Penelitian ini akan menjawab tiga pertanyaan. Pertama, bagaimana keadaan sosial budaya masyarakat Bima sebelum Sultan Muhammad Salahuddin menjabat sebagai sultan. Kedua, apa saja kontribusi Sultan Muhammad Salahuddin dalam membangun dan memajukan Bima. Ketiga, bagaimana keadaan sosial masyarakat Bima setelah Sultan Muhammad Salahuddin menjabat menjadi sultan (1915-1951). Penelitian ini menggunakan metode sejarah, yaitu heuristik (pengumpulan data), verifikasi (kritik sumber), interpretasi (analisis data) dan historiografi (penulisan). Sumber yang digunakan adalah buku-buku sejarah yang membahas mengenai masa pemerintahan Sultan Salahuddin dan arsip arsip Sultan Muhammad Salahuddin dari tahun 1915-1950-an. Penelitian ini menggunakan teori perubahan sosial yang dikemukakan oleh Kingsley Davis. Hasil penelitian ini menunjukan adanya perubahan sosial di masyarakat Bima saat pemerintahan Sultan Muhammad Salahuddin menjabat menjadi sultan, baik dibidang pendidikan dan agama ataupun sosial politiknya.

Kata Kunci : Perubahan Sosial, Sultan Muhammad Salahuddin, Kesultanan Bima.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Hamirafatin Nafisyah. Perubahan Sosial Masyarakat Bima Pada Masa Pemerintahan Sultan Muhammad Salahuddin (1915-1951). Essay. Yogyakarta: History Study Program, Faculty of Letters, Sanata Dharma University, 2019. The sisentitled Social Change of the Bima Community During the Reign of Sultan Muhammad Salahuddin (1915-1951) aims to find out the social change of the Bima community when Sultan Muhammad Salahuddin served as sultan. This research will answer three questions. First, what is the socio-cultural situation of the Bima people before Sultan Muhammad Salahuddin served as sultan. Second, what are the contributions of Sultan Muhammad Salahuddin in developing and advancing Bima. Third, how is the social condition of the Bima community after Sultan Muhammad Salahuddin served as Sultan (1915-1951). This study uses historical methods, namely heuristics (data collection), verification (sourcecriticism), interpretation (data analysis) and historiography (writing). The sourcesused are history books that discuss the reign of Sultan Salahuddin and Sultan Muhammad Salahuddin's archives from the 1915-1950s. This study uses the theory of social change proposed by Kingsley Davis. The results of this study indicate a social change in the Bima community when Sultan Muhammad Salahuddin's government served as sultan, both in the field of education and religion or social politics.

Keywords : Social Change, Sultan Muhammad Salahuddin, Sultanate of Bima.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perubahan Sosial Masyarakat Bima Pada Masa Pemerintahan Sultan

Muhammad Salahuddin ( 1915-1951)”.

Skripsi ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar S.Hum pada Program Studi Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata

Dharma. Selain itu, tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai sejarah daerah Bima.

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tuasaya yang telah mendukung, mendo’akan dan

memfasilitasi selama kuliah hingga sampai ketitik akhir.

2. Bapak Drs. Silverio R. L. Aji Sampurno, M.Hum. selaku dosen

pembimbing skripsi saya.

3. Seluruh jajaran dosen Prodi Sejarah yang telah mengajari saya, Heribertus

Hery Santosa, M.Hum., Dr. Hieronymus Purwanta, M.A., Dr. FX. Baskara

Tulus Wardaya, S.J., Dr. Lucia Juningsih, M.Hum., Dr. Yerry Wirawan,

Heri Setyawan, S.J. S.S., M.A., Heri Priyatmoko M.A., selaku dosen

pembimbing akademik dan mas Doni Indarto sebagai sekretaris Program

Studi Sejarah yang telah membantu saya dalam mengurusi administrasi.

4. Bapak Ruslan Muhammad S.Sos. (Alan Malingi) sebagai narasumber

saya.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Bapak Alm. M. Hilir Ismail yang telah menuliskan buku-buku sejarah

daerah Bima hingga saya dapat menggunakan sebagai sumber.

6. Teman teman Prodi Sejarah Angkatan 2016; Veren, Daren, Jul, Yemima,

Jeni, Yasti, Nia, Udin, Alvin, dan masih banyak yang lain yang tidak bias

saya sebut satu persatu yang selalu saling support satu sama lain.

7. Teman teman seperantauan saya (MandholoFamily)

8. Warkop Makembo dan Discoffee yang telah menjadi tempat ternyaman

selama saya mengerjakan Skripsi.

9. Teman teman saya; Ihya, Dede, Lala, Ita, Ka Putri, Aba Sulu, Ian, Ka Iki,

Widia, Dewa Ubur-Ubur, Ka Egha, Rona, Sekar, Irma, Rara, Ka Win,

Mita, Ris dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan satu

persatu, yang selalu menemani dan mendoakan saya.

10. Teman-teman Basket Sastra dan USD.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

karena adanya keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Oleh

karena itu, semua kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis

terima dengan senang hati. Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Bima, 21 Agustus 2020

Hamirafatin Nafisyah

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

Table of Contents Halaman Persetujuan Dosen Pembimbing ...... v

Halaman Pengesahan ...... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...... v

Motto ...... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ...... vii

ABSTRAK ...... viii

ABSTRACT ...... ix

KATA PENGANTAR ...... x

DAFTAR ISI ...... xii

BAB I ...... 1

PENDAHULUAN ...... 1

1.1. Latar Belakang ...... 1 1.2. Identifikasi dan Pembatasan Masalah ...... 12 1.3. Rumusan Masalah ...... 13 1.5. Tinjauan Pustaka ...... 14 1.6. Landasan Teori ...... 16 1.7. Metode Penelitian ...... 17 1.8. Sistematika Pembahasan ...... 19

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II...... 20

KEADAAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT BIMA

SEBELUM SULTAN SALAHUDDIN MENJABAT ...... 20

2.1. Geografis ...... 20 2.1.1. Letak dan Luas Wilayah ...... 20 2.1.2. KeadaanAlam ...... 21 2.2. Masuknya Islam di Bima ...... 22 2.3. Pendirian Kesultanan Bima ...... 27 2.3.1. Sultan Abdul Kahir bergelar Rumata Ma Bata Wadu (5 juli – 22 Desember 1640) ...... 27 2.3.2. Sultan Abdul Khair Sirajuddin bergelar Ma Ntau Uma Jati (1640-1682) ...... 28 2.3.3. Sultan Nuruddin Abubakar Ali Syah bergelar Ma Wa’a Paju (1682-1687) ...... 31 2.3.4. Sultan Jamaluddin Inayat Syah bergelar Ruma Ma Wa’a Romo (1687-1696) .. 31 2.3.5. Sultan Hasanudin Muhammad Ali Syahbergelar Ruma Ma Wa’a Bou (1696- 1731) ...... 32 2.3.6. Sultan Alauddin Muhammad Syahbergelar Ma Nuru Daha (1731-1742) ...... 33 2.3.7. Sultanah Kumalasyah Bumi Partiga Wanita Besi (1747-1751) ...... 33 2.3.8. Sultan Abdul Kadim bergelar Ruma Ma Wa’a Taho (1742-1773) ...... 34 2.3.9. Sultan Abdul Hamid bergelar Ma Ntau Asi Saninu (1773-1819) ...... 35 2.3.10. Sultan Ismail bergelar Ma Wa’a Alu (1819-1854) ...... 36 2.3.11. Sultan Abdullah bergelarRuma Ma Wa’a Adil (1854 - 1868) ...... 39 2.3.12. Sultan Abdul Aziz bergelar Ma Wa’a Sampela (1868 - 1881) ...... 41 2.3.13. Sultan Ibrahim bergelar Ma Wa’a Taho Parange (1881-1915) ...... 42

BAB III ...... 45

Kebijakan Sultan Muhammad Salahuddin ...... 45

3.1. Biografi ...... 45 3.2. Bidang Pendidikan dan Agama ...... 47 3.3. BidangSosialPolitik ...... 50 3.3.1. Masa pergolakan ...... 53 3.3.2. PengaruhTerhadap Kerajaan Lain...... 60

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3.3.3. Pembangunan Istana Baru...... 61 3.3.4. Masa Pasca Kemerdekaan...... 62

BAB IV ...... 66

KEADAAN SOSIAL MASYARAKAT BIMA SETELAH

SULTAN MUHAMMAD SALAHUDDIN MENJABAT (1915 –

1951) ...... 66

4.1. Pendidikan dan Agama ...... 66 4.2. Keadaan Sosial Politik ...... 68 4.2.1. Stratifikasi Sosial ...... 72 4.2.2. Mata Pencaharian ...... 76

BAB V ...... 84

PENUTUP ...... 84

5.1. Kesimpulan ...... 84 5.2. Saran ...... 86

DAFTAR PUSTAKA ...... 87

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kerajaan Bima merupakan kerajaan yang terletak di bagian timur pulau

Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Pada awalnya Bima terdiri dari beberapa daerah yang masing-masing diketuai oleh pemimpin yang disebut Ncuhi.1 Hingga pada akhirnya para ncuhi melakukan musyawarah yang menghasilkan kesepakatan yaitu kerjasama antara para ncuhi. Terdapat lima Ncuhi besar yang memimpin wilayahnya masing-masing, yaitu :

1. Ncuhi Bangga Pupa, memegang wilayah utara Bima;

2. Ncuhi Doro Wuni, memegang wilayah timur Bima;

3. Ncuhi Bolo, memegang wilayah barat Bima;

4. Ncuhi Parewa, memegang wilayah selatan;

5. Ncuhi Dara, memegang wilayah tengah sekaligus menjadi pemimpin

di antara para ncuhi. Ncuhi Dara dipilih menjadi pemimpin para Ncuhi

1Menurut M. Hilir Ismail dalam bukunya “Peranan Kesultanan Bima Dalam Perjalanan Nusantara” (1988). Ncuhi berasald ari kata Ncuri (suri) yang berarti awal mula sebuah kehidupan terutama kehidupan tumbuhan. Ncuhi merupakan seorang pemimpin di suatu wilayah di Bima pada masa sebelum adanya kerajaan. Ncuhi merupakan tuan tanah di wilayah pimpinannya. Selain menjadi pemimpin kelompok, ncuhi juga merupakan “Hight Priest”atau pemuka agama tertinggi diatas Sando (dukun atau imam dalam agama kepercayaan local masyarakat Bima dulu). Ncuhi dipilih oleh masyarakat melalui Musyawarah.

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

karena Ncuhi Dara dituakan oleh ncuhi lainnya serta wilayah

kekuasaan Ncuhi Dara merupakan pusat kota atau pusat peradaban saat

itu.2

Perintis pendirian Kerajaan Bima adalah seorang pendatang dari Jawa yang bergelar “Sang Bima” yang menikahi seorang wanita Bima yang bergelar

Putri Tasi Sari Naga. Dari pernikahannya itu melahirkan dua orang anak yang bergelar Indra Zamrud dan Indra Komala. Kedua putranya tersebut akan menjadi cikal bakal keturunan raja-raja Bima.

Sang Bima merupakan orang yang berjasa dalam merintis Kerajaan Bima, namun ia bukanlah raja pertama yang bertahta di Kerajaan Bima. Raja pertama yang bertahta di Bima adalah Indra Zamrud, putra dari Sang Bima yang diasuh oleh Ncuhi Dara.3

Pada awalnya Kerajaan Bima merupakan sebuah kerajaan yang dipengaruhi oleh ajaran Hindu-Budha yang bercampur dengan kepercayaan nenek moyang lokal salah satunya adalah ajaran Makamba Makimbi.4Dalam masa perkembangannya Kerajaan Bima hanya berlaku sampai raja yang ke-26 lalu pada masa raja yang Ke-27 kerajaan ini berubah menjadi kesultanan atau kerajaan yang bercorak Islam. Sejak saat itu pemerintahan mulai didasarkan kepada syariat

2M. Hilir Ismail.1988. Peranan Kesultanan Bima Dalam Perjalanan Nusantara. Bima : Arsip ASI Mbojo, hlm. 17 3M. Hilir Ismail dan Alan Malingi, 2018. Jejak Para Sultan Bima. Bima : CV. Adnan Printing, hlm. 31-32 4Makamba Makimbi adalah kepercayaan terhadap roh nenek moyang, dimana masyarakat Bima saat itu percaya bahwa setiap tempat dan benda dihinggapi oleh roh. Makamba Makimbi terbagi atas Marafu dan Parafu. Marafu adalah kepercayaan bahwa hadirnya roh nenek moyang dalam suatu benda sehingga terkesan keramat, sedangkan Parafu adalah percaya bahwa suatu tempat dihuni oleh penunggu yang dalam bahasa bima dikenal sebagai Waro.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

Islam. Dominasi Islam di Bima sudah terjadi sejak Kesultanan Mbojo yang berdiri tanggal 5 Juli 1640 M, bersamaan dengan penobatan Sultan Abdul Kahir sebagai

Sultan Mbojo pertama yang menjalankan pemerintahan berdasarkan syariat Islam,

Tahun 1640 M ini bukan sebagai awal kedatangan Islam di Bima, tetapi merupakan tahun resmi perubahan Kerajaan Bima menjadi Kerajaan Islam atau

Kesultanan Bima. Adapun masuknya Islam ke Bima terjadi jauh sebelum tahun tersebut.5

Dari catatan BO Sangaji Kai diketahui peristiwa yang terjadi sekitar waktu menjelang kedatangan para mubaligh Islam di Bima, yakni tahun 1018 H.

“Hijratun Nabi SAW seribu sepuluh delapan tahun ketika itulah masuk Islam di Tanah Bima oleh Datuk di Banda dan Datuk di Tiro tatkala zamannya Sultan Abdul Kahir”.

Catatan ini memberikan penegasan momentum awal masuknya Islam di

Bima bila dihubungkan dengan data sejarah masuknya Islam di . Hal ini disebabkan sejarah tanah Bima tidak bisa dipisahkan dengan sejarah Tanah

Makasar karna pada zaman itu Makassar mempunyai pengaruh besar terhadap wilayah wilayah kerajaan sekitarnya, termasuk Pulau Sumbawa.6

Dalam BO Melayu yang merupakan bagian dari BO Kerajaan Bima, sebagai mana dicatat ulang oleh Muhammad Amin mantan Penghulu Melayu

Kerajaan Bima dan penjelasan lisan dari Muhammad Jafar Bumi Luma Rasana’e kerajaan Bima, terdapat pula beberapa catatan mengenai sejarah masuknya Islam di Bima waktu dilantiknya Ruma-ta Ma Bata Wadu dalam usia yang relative

5Syarifuddin Jurdi. 2009. Historiografi Muhammadyah Bima. Yogyakarta :Center of Nation Building Studies, hlm. 2 6Siti Maryam R. S., Munawar S., Syukri Abubakar. 2013. Aksara Bima Peradaban Yang Sempat Hilang. Mataram : Alam Tara Institute, hlm. 19-20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

muda.7 Ketika itu pamannya, Ruma Ma Ntau Asi Peka membuat kekacauan di

Kerajaan Bima hendak merebut tahta dan membunuh sang raja, sehingga Raja

Bima Ruma-ta Ma Bata Wadu terpaksa melarikan diri ke Makassar melalui pulau

Sangiang (Wera) dan menyeberang dengan perahu dari pelabuhan Nanga Kanda menuju Makassar dengan tujuan meminta bantuan Raja Gowa dalam usaha merebut kembali tahta kerajaan dari tangan pamannya. Kutipan dalam buku BO seperti berikut :

“Di pelabuhan Nanga Kanda (Wera) beliau menyeberang dengan perahu berlayar menujuke yang terbawa oleh angin sehingga berlabuh di tempat kira-kira di daerah Bantaeng. Adapun tujuannya ingin memohon bantuan raja Gowa di dalam merebut kembali mahkotanya dari kekuasaan pamannya”.8

Sesampainya di Istana Raja Gowa, Ruma-ta Ma Bata Wadu menyampaikan maksud dan tujuannya ke Makassar. Raja Gowa menjawab bersedia membantu dengan catatan, jika berhasil merebut kembali mahakota

Kerajaan Bima, Raja Bima Ruma-ta Ma Bata Wadu harus mengijinkan penyebaran agama Islam di Bima. Pada saat itu Kerajaan Gowa sudah menjadi kerajaan Islam dengan menerima Islam pada tahun 1605 yang dibawa oleh Datuk di Banda dan Datuk di Tiro yang berasal dari Minangkabau.

Sebelum mengatakan persetujuannya, Ruma-ta Ma Bata Wadu mempelajari dan mendalami lebih dahulu ajaran Islam. Melihat ajaran Islam cocok dan masuk akal, Ruma-ta Ma Bata Wadu menyetujui persyaratan yang diajukan oleh raja Gowa untuk menyebarkan ajaran Islam di Bima.

7Ruma-ta Ma Bata Wadumerupakangelardari sultan pertamaKesultananBimayaitu Sultan Abdul Kahir yang diberikansaatbeliaumeninggal dunia pada tahun 1640. 8Ahmad Amin. 1971. Sejarah Bima. Bima : Kantor Kebudayaan Bima, Hlm. 49

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

Pada saat tinggal di Makassar dalam rangka memohon bantuan dan memperdalam ajaran Islam tersebut, Raja Gowa memperhatikan tingkah laku dan budi luhur Ruma-ta Ma Bata Wadu yang begitu menyentuh perasaannya, Raja

Gowa sangat terkesan dan meminta kepada Ruma-ta Ma Bata Wadu agar barsedia dikawinkan dengan adik iparnya (adik dari istrinya), yaitu puteri dari Karaeng

Kassuruang Sunra Bone. Kemudian Ruma-ta Ma Bata Wadu menerima permintaan tersebut dan dilangsungkanlah pernikahan antara keduanya dengan tata cara Islam.

Tidak lama kemudian, berangkatlah Ruma-ta Ma Bata Wadu dengan bantuan angkatan perang Gowa menuju Bima disertai dua orang gurunya yang juga menjadi guru dari raja Gowa; Datuk di Banta dan Datuk di Tiro. Pada bulan

Rabi'ul Awal 1018 H. itu pula rombongan tiba di Bima dan dapat merebut kembali mahkota Kerajaan Bima. Tahta kerajaan beralih ke Ruma-ta Ma Bata

Wadu dengan nama dan gelar Islam Sultan Abdul Kahir Ruma-ta Ma Bata Wadu.

Beliau memerintah tahun 1611-1640 M. yang didampingi oleh kedua gurunya.

Pada masa pemerintahan beliau, dikeluarkanlah perintah kepada para jeneli, tureli, dan gelarang untuk berpegang teguh pada ajaran Agama Islam dan menetapkan berlakunya hukum Adat Tanah Bima yang disesuaikan dengan ajaran Islam.

Setelah mengislamkan tanah Bima, kedua gurunya berpamitan kepada

Sultan Abdul Kahir untuk segera menuju Makasar. Namun sebelum kembali ke

Makassar Sultan Abdul Kahir membuat perjanjian dengan kedua gurunya bahwa

Kerajaan Bima mengaku dan mengukuhkan hingga turun temurun akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

memandang dengan hormat dan mulia keturunan bangsa Melayu berkat jasa mereka dalam proses islamisasi di Bima.9

Menurut catatan M. Fachrirrahman dalam bukunya “Islam di Bima kajian

Historis Islamisasi Era Kesultanan ”berdasarkan BO Tanah Bima bahwa salah satu catatan yang menunjukkan Islam pertama kali masuk ke Bima adalah:

“Hijratun Nabi SAW Sanat 1028, 11 haribulanJumadil Awal telah datang di labuhan Sape saudara Daeng Malaba di Bugis, Luwu dan Tallo, dan Bone untuk berdagang Kemudian pada malam hari datang menghadap Ruma Bumi Jara yang memegang Sape untuk menyampaikan ci'lo dan kain Bugis juga suratnya saudara sepupu Ruma Bumi Jara di Bone bernama Daeng Malaba. Adapun surat itu mengabarkan bahwa orang- orang itu adalah berdagang ci’lo dan kain dan keris serta membawa ajaran Islam”.

Dari catatan BO di atas dapat diketahui bahwa ajaran Islam sudah mulai dikenalkan di Sape pada tahun 1028 H/ 1618 M. Sementara dalam BO Sangaji

Kai yang dijelaskan pada awal pembahasan ini, Islam masuk di Bima pada tahun

1018 H. yang dibawa oleh mubalig Datuk di Banda dan Datuk di Tiro yang merupakan guru dari Sultan Abdul Kahir.10

Pada pertengahan abad 17 M, Bima tampil sebagai pusat penyiaran agama

Islam di wilayah Nusantara Bagian Timur, bersama Ternate dan Makassar.

Bahkan menjelang akhir abad 17 M, peran Bima Lebih besar dibandingkan dengan Ternate dan Makassar. Karena Pada awal Abad 17 M, Belanda sudah berhasil melunakan Sultan Mandarsyah dari Ternate dan pada tahun 1669 dapat melumpuhkan kekuatan Makassar sebagai kesultanan yang disegani di Nusantara

9Siti Maryam R. S., Munawar S., Syukri Abubakar. 2013. Aksara Bima Peradaban Yang Sempat Hilang. Mataram :Alam Tara Institute, Hlm. 20-22 10M. Fachrir Rahman. 2011. Islam di Bima Kajian Historis Islamisasi Era Kesultanan. Mataram : Alam Tara Institute, Hlm. 7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

bagian timur. Sejak saat itulah Bima menjadi kesultaan Yang tersohor di

Nusantara bagian timur, karena ketaatanya kepada ajaran Islam 11

Semenjak menjadi Kesultanan, Bima telah dipimpin oleh 14 sultan, yakni :

No Nama Masa Pemerintahan

1 Sultan Abdul Kahir 5 Juli - 22 Desember1640

2 Sultan Abdul Khair Sirajuddin 1640 – 1682

3 Sultan Nuruddin Abubakar Ali Syah 1682 – 1687

4 Sultan Jamaluddin Inayat Syah 1687 – 1696

5 Sultan Hasanudin Muhammad Ali Syah 1696 – 1731 6 Sultan Alauddin Muhammad Syah 1731 – 1742

7 Kumalasyah 1747 – 1751

8 Sultan Abdul Kadim 1742 – 1773

9 Sultan Abdul Hamid 1773 – 1819

10 Sultan Ismail 1819 – 1854

11 Sultan Abdullah 1854 – 1868

12 Sultan Abdul Aziz 1868 – 1881

13 Sultan Ibrahim 1881 – 1915 14 Sultan Muhammad Salahuddin 1915 – 1951

Pada tahun 1881 Sultan Ibrahim dilantik menjadi sultan Ke-13 Kesultanan

Bima. Beliau diberi gelar “Ma Wa’a Taho Perange” karena beliau memiliki tabiat yang baik. Dari seluruh istrinya beliau dianugerahi 12 anak dan salah satunya

11Dr. Peter Carey. 1986. Asal Usul PerangJawa, Sepoy dan Lukisan Raden Saleh. Jakarta : Pustaka Aset, Hlm. 85

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

adalah Sultan Muhammad Salahuddin yang kelak menjadi sultan Ke-14 menggantikan beliau yang wafat pada tahun 1915.12

Pada tahun 1917 M Sultan Muhammad Salahuddin diangkat menjadi

Sultan Bima yang Ke-14.13 Para sultan sebelum Sultan Muhammad Salahuddin sebagian besar lebih fokus pada persoalan masyarakat seperti memperbaiki taraf kehidupan rakyat akibat terjadinya kemarau yang panjang, serangan bajak laut, kemiskinan, kelaparan dan juga tidak terlepas dari masalah kolonial Belanda, sedangkan Sultan Muhammad Salahuddin lebih kepada memerdekakan Bima dari penjajah dan merubah Bima menjadi lebih berpendidikan dan beragama.14

Sultan Muhammad Salahuddin (1915-1951) adalah tokoh yang memegang peran utama dalam perkembangan sejarah Bima pada awal abad Ke-

20. Perjuangannya dalam bidang politik yaitu menggalang persatuan dan kesatuan melalui organisasi pergerakan dan melawan penjajah untuk memerdekakan

Bima.15 Di bidang keagamaan beliau membangun beberapa tempat ibadah dan membentuk Badan Hukum Syara Kesultanan Bima. Dalam bidang pendidikan, pada tahun 1921 M, Sultan Muhammad Salahuddin mulai mencanangkan sistem pendidikan dan mendirikan beberapa sekolah. Salah satu kebijakan Sultan ialah memberikan beasiswa kepada pelajar yang berprestasi untuk belajar ke Makassar

12M. Hilir Ismail dan Alan Malingi, 2018. Jejak Para Sultan Bima. Bima : CV. Adnan Printing, hlm. 130-131 13Ibid.,hlm. 136 14Henri Chambert-Loir. 2004. Kerajaan Bima Dalam Sastra Dan Sejarah. Terdapat dalam Skripsi, Dwi Septiani. 2015. “Kesultanan Bima Pada Masa Sultan Muhammad Salahuddin”. Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga 15M.Hilir Ismail dan Alan Malingi, 2010, Profil Raja Dan Sultan Bima. Bima :Dinas Budaya dan Parawisata, hlm. 50

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

dan kota-kota besar di Jawa, bahkan ada yang dikirim ke Timur Tengah. Pelajar yang diberi beasiswa itu benar-benar berdasarkan prestasi dengan tidak mempertimbangkan status sosial dan jenis kelamin.16

Sultan selalu menyambut gembira kelahiran organisasi pergerakan di

Kesultanan Bima. Organisasi SI, Muhammadiyah, NU dan juga organisasi pergerakan lain dapat berkembang karena mendapat restu dan bantuan dari Sultan

Muhammad Salahuddin. Sebagai seorang nasionalis, Sultan merintis pendirian organisasi pergerakan lokal. Organisasi pergerakan lokal yang besar pengaruhnya ialah PIB (Persatuan Islam Bima), IQAM (Ikatan Qaum Muslim), dan PERPI

(Persatuan Penuntut Ilmu). Peran organisasi pergerakan dalam menggalang persatuan dan kesatuan sangatlah besar dalam perjuangan melawan penjajah.17

Sebagai seorang nasionalis, Sultan Muhammad Salahudin bersama Ruma

Bicara18 dan tokoh tokoh politik, sosial dan agama berhasil menumbuhkan dan menyebarluaskan rasa nasionalisme di Kesultanan Bima. Dengan modal rasa nasionalisme masyarakat Bima turut serta dalam perjuangan melawan penjajah sampai merdeka. Setelah mendengar kabar telah merdeka, dengan

16Ibid., hal. 52. 17M. Hilir Ismail, 2004. Sejarah Mbojo Bima dari Jaman Naka ke Jaman Kesultanan. Mataram : Binasti, hlm. 32 18Ruma Bicara merupakan sebutan untuk perdana mentri di Kesultanan Bima. Ruma Bicara memegang posisi penting dalam pemerintahan dan sebagai pengendali jalannya roda pemerintahan. Jabatan Ruma Bicara sebenarnya merupakan kelanjutan dari Jabatan Bicara Mbojo pada zaman Ncuhi, dimana pada Masa itu Ncuhi Doro Wuni dipercaya untuk menjadi Bicara Mbojo oleh Ncuhi-ncuhi lainnya. Disamping dikenal sebagai Bicara Mbojo atau Ruma bicara, Jabatan ini juga dikenal dengan Teruli Nggampo atau Jabatan Yang menghimpun para Teruli (Pejabat setingkat menteri), pada periode kepemimpinan beberapa sultan, jabatan ini juga dikenal sebagai istilah Wazir.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

segera Sultan mengadakan upacara sebagai tanda bahwa Bima resmi menjadi bagian dari Indonesia.19

Suku Bima atau biasa disebut juga suku Dou Mbojo merupakan etnis yang mendiami Kabupaten Bima dan Kota Bima. Suku ini dikabarkan telah ada sejak zaman Kerajaan . Lingkungan alam suku Bima berbeda-beda karena di daerah utara Bima tanahnya sangat subur sedangkan sebelah selatan tanahnya gundul dan tidak subur. Kebanyakan dari mereka bermukim sekitar 5 km atau lebih dari pesisir pantai. Dahulu Suku Bima disebut juga suku "Oma"

(artinya "berpindah-pindah") karena pada saat itu mereka hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Ini berarti pada saat ini Suku Bima telah tinggal menetap. Suku Bima memiliki hubungan dengan suku Sasak yang tinggal berdekatan di provinsi Nusa Tenggara Barat.

Mata pencaharian yang utama adalah meramu. Selain itu, mereka juga bersawah beternak kuda dan berburu. Suku Bima terkenal dengan kudanya yang kecil tetapi kuat. Tahun 1920-an daerah Bima sudah menjadi tempat pengembangbiakan kuda yang penting. Sistem pengairan Subak yang dikenal dalam masyarakat Bali dan Sasak juga diterapkan, disebut ponggawa. Irigasi secara permanen ini dapat dilakukan karena adanya sungai-sungai di pesisir utara dan sungai-sungai di pusat pegunungan. Selain itu, para wanita juga membuat

19M. Hilir Ismail, 2004. Peran Kesultanan Bima Dalam Perjalanan Sejarah Nusantara. Mataram : Lengge, hlm. 175

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

kerajinan anyaman dari rotan dan daun lontar, juga kain tenunan yang dalam bahasa Bima disebut 'Tembe Nggoli’.20

Secara umum, penduduk Nusa Tenggara Barat sangat terikat dengan adat dan agamanya, Namun demikian, mereka tidak menutup diri sama sekali dari pengaruh luar. Dahulu, sekolah dianggap perusak adat. Saat ini anak-anak disekolahkan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Mereka cenderung beranggapan segala yang berasal dari luar itu baik, terutama yang menyangkut kebudayaan dan teknologi. Cara hidup dan berfikir sudah mengikuti pola modern, hidup hemat, cermat dan ekonomis.

Dalamkehidupansehari-hari, Suku Bima berkomunikasi dengan sesamanya menggunakan bahasa Bima. Bahasa Bima terdiri atas berbagai dialek, yaitu dialek

Bima, Bima Donggo dan Sangiang. Adanya ketiga dialek tersebut menunjukkan tingkatan atau tinggi rendahnya bahasa Bima, yang kemudian digunakan sebagai acuan dalam berkomunikasi, sebagai wujud nilai kesopanan. Bahasa yang mereka pakai ini termasuk bahasa yang digunakan oleh kelompok Melayu Polynesia.

Kepercayaan asli orang Bima disebut pare nobongi, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang. Walaupun sebagian besar masyarakat Bima memeluk agama Islam, suku Bima masih mempercayai dunia roh-roh yang menakutkan.

Dunia roh yang ditakuti adalah Batara Gangga sebagai dewa yang memiliki kekuatan yang sangat besar sebagai penguasa, Batara Guru, Ida dari sakti dan

Jeneng, roh Bake dan roh Jim yang tinggal di pohon, gunung yang sangat besar

20Menurut pemerintah NTB dalam Website www.ntbprov.go.id Tembe Nggoli adalah kaintenun khas Bima yang terbuat dari kapas atau katun dan memiliki beragam warna dan corak khas kain tenuntangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

dan berkuasa untuk mendatangkan penyakit, bencana, dll. Mereka juga percaya adanya sebatang pohon besar di Kalate yang dianggap sakti, Murmas tempat para dewa Gunung Rinjani; tempat tinggal para Batara dan dewi-dewi. Sedangkan suku Bima bagian timur menganut agama Kristen.21

Mayoritas penduduk Kota Bima memeluk agama Islam yaitu sekitar

97,38% dan selebihnya memeluk agama Kristen Protestan 0,89%, Kristen

Katholik 0,62% dan Hindu/Budha sekitar 1,11%. Sarana peribadatan di Kota

Bima terdiri dari Masjid sebanyak 51 unit, Langgar/Mushola 89 unit dan

Pura/Vihara 3 unit. Sedangkan fasilitas sosial yang ada di Kota Bima meliputi

Panti Sosial Jompo dan Panti Asuhan sebanyak 6 Panti yang tersebar di 3 kecamatan. Masyarakat Bima adalah masyarakat yang religius. Secara historis

Bima dulu merupakan salah satu pusat perkembangan Islam di Nusantara yang di tandai oleh tegak kokohnya sebuah kesultanan, yaitu kesultanan Bima. Islam tidak saja bersifat elitis, hanya terdapat pada peraturan-peraturan formal-normatif serta pada segelintir orang saja melainkan juga populis, menjadi urat nadi dan darah daging masyarakat, artinya juga telah menjadi kultur masyarakat Bima.22

1.2. Identifikasi dan Pembatasan Masalah

Penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan keadaan social masyarakat Bima pada priode 1915-1951 M. Pada tahun 1915 M. Sultan

21M. Hilir Ismail. 2006. Kebangkitan Islam di Dana Mbojo (Bima) 1540-1950. Bogor : Penerbit Binasti, hlm. 13-18 22BPS ProvinsiNtb. 2011. Nusa Tenggara Barat Dalam Angka, hlm. Mataram : CV Harapan Mandiri Utama, hlm. 117-1330

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

Muhammad Salahuddin Sebagai sultan ke-14 sebagai sultan Bima menggantikan ayahnya Sultan Ibrahim, sedangkan 1951 merupakan tahun dimana berakhirnya kekuasaan Sultan Muhammad Salahuddin sebagai sultan Bima yang ditandai dengan wafatnya Sultan Muhammad Salahuddin. Penelitian ini juga memiliki batasan wilayah yaitu wilayah kekuasaan Kesultanan Bima.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang menjadi kajian dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keadaan social budaya masyarakat Bima sebelum Sultan

Muhammad Salahuddin menjabat sebagai sultan ?

2. Apa saja kontribusi Sultan Muhammad Salahuddin dalam membangun dan

memajukan Bima?

3. Bagaimana keadaan social masyarakat Bima setelah Sultan Muhammad

Salahuddin menjabat menjadi Sultan (1915-1951)?

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, yaitu :

a. Mendeskripsikan keadaan social budaya masyarakat Bima sebelum

Sultan Salahuddin menjabat sebagai sultan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

b. Menguraikan kontribusi Sultan Muhammad Salahuddin dalam

membangun serta memajukan Bima.

c. Mendeskripsikan keadaan social masyarakat Bima saat Sultan

Muhammad Salahuddin menjabat sebagai sultan (1915-1951).

1.5. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa buku atau karya ilmiah yang membahas tentang kontribusi

Sultan Ibrahim dan Sultan Muhmmad Salahuddin serta social budaya masyarakat

Bima pada masa pemerintahan sultan tersebut. Namun, menurut peneliti belum ada yang membahas secara lengkap mengenai kontribusi Sultan hingga membawa dampak kepada perubahan social budaya di masyarakat serta bagaimana social budaya masyarakat Bima pada priode 1881-1951. Beberapa buku yang menjadi tinjauan penelitian ini adalah yang pertama adalah buku Bo’ Sangaji Kai karya

Henri Chambert-Loir dan Siti Maryam R. Salahuddin, yang diterbitkan di Jakarta oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia pada tahun 2012. Pengarang buku ini menceritakan Sejarah Bima yang dimulai pada Abad Ke-l4 dan lebih umum membahas mengenai Kerajaan Bima serta tidak menjelaskan tentang Sultan

Muhammad Salahuddin, di buku tersebut membahas tentang sultan-sultan sebelum Muhammad Salahuddin terlebihtentang Sultan Abdul Hamid. Bahasa dalam buku ini berbahasa Arab Melayu. Persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang Kerajaan Bima tetapi peneliti lebih memfokuskan pada masa Sultan Ibrahim dan Sultan Muhammad

Salahuddin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

Kedua, karya M. Hilir Ismail dan Alan Malingi, Jejak Para Sultan Bima yang diterbitkan oleh CV. Adnan Printing pada tahun 2018. Pembahasan dalam buku ini dimulai dengan masa sebelum kerajaan (fase Ncuhi) hingga masa kesultanan dan melampirkan tentang raja pertama hingga sultan terkhir yaitu

Sultan H. Ferry Zulkarnain, ST. Tetapi dalam buku ini hanya sedikit membahas mengenai social budaya masyarakat Bima, sehingga penulis ingin membahkan data data dari sumber lain sebagai pelengkap.

Ketiga, Buku yang berjudul Kebangkitan Islam di Dana Mbojo (Bima)

1540-1950, Karya M. Hilir Ismail yang diterbitkan oleh Penerbit Binasti pada tahun 2006. Penulis buku ini menceritakan tentang perkembangan agama sebelum masuknya Islam hingga masa kejayaan Islam di Bima.

Keempat, karya M. Hilir Ismail, Peran Kesultanan Bima dalam Perjalanan

Sejarah Nusantara, yang diterbitkan di Mataram oleh Lengge tahun 2004.

Pembahasan dalam buku ini dimulai dari masa kerajaan sampai menjadi kesultanan dan melampirkan tentang sultan pertama sampai sultan ke-14 yaitu

Sultan Muhammad Salahuddin itupun hanya berupa lampiran. Sultan Muhammad

Salahuddin ini dijelaskan bahwa dia mempunyai andil dalam bidang pendidikan, maka dari itu akan ditambahkan data tentang Sultan ke-l4 ini dengan data dari sumber lain sebagai pelengkap dalam buku ini.

Dari beberapa buku di atas, sebenarnya sudah menjelaskan mengenai

Kesultanan Bima, Sultan Ibrahim dan Sultan Muhammad Salahuddin serta kontribusinya terhadap masyarakat Bima hingga dapat mempengaruhi social budaya setempat tetapi pembahasannya secara terpisah. Penelitian ini lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

memfokuskan tentang kontribusi Sultan dan perubahan Sosial budaya masyarakat

Bima pada periode 1881-1950 sehingga buku-buku atau penelitian-penelitian di atas sangat bermanfaat sebagai rujukan dalam penelitian ini.

1.6. Landasan Teori

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan sosiologis yaitu menggambarkan peristiwa-peristiwa sosial di dalamnya, misalnya golongan sosial mana yang berperan serta nilai-nilainya, hubungan dengan golongan lain, konflik berdasarkan kepentingan ideologi dan sebagainya. Pendekatan ini digunakan untuk memahami serta mendalami keadaan sosial yang terjadi dalam lingkungan yang menjadi pembahasanya itu daerah Bima pada masa Sultan Muhammad

Salahuddin, dengan menelusuri berbagai kontibusi mereka dalam membangun dan memajukan Bima.23

Penulis juga menggunakan teori perubahan sosial yang dikemukakan oleh

Kingsley Davis. Teori ini member penjelasan bahwa perubahan social adalah perubahan dalam struktur dan fungsi masyarakat. Menurut peneliti teori perubahan sosial cukup relevan digunakan dalam meneliti tentang perubahan sosial budaya masyarakat Bima.24

Berdasarkan teori dan pendekatan diatas, diharapkan dapat mengungkapkan dan menguraikan secara detail dan jelas perjalanan hidup serta

23Winarno Surakhmad. 1994. Pengantar Penelitian ilmiah, Dasar Metode Teknik. Hal. 133. Bandung : Tarsito 24Soerjono Soekanto. 2000. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

kontribusi Sultan Muhammad Salahuddin dalam lingkungan masyarakat

Kesultanan Bima serta bagaimana perubahan sosial budaya yang terjadi di Bima.

1.7. Metode Penelitian

Metode penelitian sangat berhubungan dengan desain dari penelitian.

Metode penelitian adalah suatu prosedur kerja yang sistematis, teratur dan tertib yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah untuk memecahkan suatu masalah (penelitian) guna mendapatkan kebenaran yang objektif. Penelitian ini menggunakan metode sejarah. Metode sejarah ialah seperangkat aturan atau prinsip-prinsip dasar yang digunakan dalam proses pengumpulan data atau sumber-sumber, mengerti, menafsirkan dan menyajikannya secara sintesis dalam bentuk sebuah cerita sejarah. Langkah-langkah metode sejarah ialah sebagai berikut: a). Heuristik (Pengumpulan Data)

Heuristik yaitu tahap pengumpulan sumber-sumber sejarah yang dianggap relevan dengan topik yang dipilih. Cara yang dilakukan adalah mencari data dari buku dan artikel-artikel yang berkaitan dengan topik penelitian. Pengumpulan sumber dengan mengunjungi perpustakaan-perpustakaan yang berada di sekitar daerah Yogyakarta. Sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber sekunder yang berupa buku-buku, jural dan sebagainya. b). Verifikasi (Kritik Sumber)

Pada tahap ini peneliti melakukan pengklasiflkasian sumber dan mencari bagian-bagian yang terkait dengan permasalahan, kemudian melakukan kritik,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

yaitu kritik intern dan ekstem. Kritik intern itu berkaitan dengan isinya, kritik dilakukan dengan membandingkan antara tulisan yang satu dengan tulisan yang lainnya untuk mendapatkan data yang akurat, baik dari segi isi dan bahasanya.

Kritik ekstern merupakan pengujian yang dilakukan pada aspek luarnya atau fisiknya. Peneliti menggunakan kritik intern dalam melakukan penelitian, seperti pada buku Bo Sangaji Kai, di dalam buku tersebut dijelaskan Kerajaan Bima pada waktu itu tetapi bahasa yang digunakan di dalam pembahasannya kurang dapat dipahami karena terdapat beberapa naskah bertuliskan Arab Melayu, akhirya peneliti membandingkan dengan sumber lain. c). Interpretasi (Analisis Data)

Interpretasi atau penafsiran peristiwa sejarah juga disebut analisis sejarah, yang berarti menguraikan peristiwa sejarah masa lampau. Analisis sejarah bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber- sumber sejarah. Sumber-sumber sejarah yang telah terkumpul dan telah melalui tahap verifikasi kemudian ditafsirkan dengan menggunakan teori dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian. d). Historiografi

Historiografi merupakan tahap akhir dalam penulisan sejarah,

Historiografi berarti penyusunan peristiwa sejarah yang didahului oleh penelitian terhadap peristiwa-peristiwa masa lalu. Atau dengan kata lain historiografi di sini merupakan cara penulisan dan pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan, yaitu tahap penulisan hasil penelitian sejarah dalam suatu urutan yang disusun secara kronologis atau sistematis dalam sebuah karya ilmiah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

Dalam tahap ini peneliti berusaha menyajikan penelitian yang telah dilakukan dalam bab dan sub bab yang disusun secara sistematis dan kronologis mulai dari membahas tentang keadaan umum Kesultanan Bima menjelang masa Sultan

Muhammad Salahuddin sampai pada masanya serta kontribusi yang dilakukan sultan dalam memajukan Bima.

1.8. Sistematika Pembahasan

Pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab. Bab pertama merupakan pendahuluan yang menguraikan mengenai latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka,

Kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Melalui bab ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum mengenai keseluruhan rangkaian penulisan penelitian sebagai dasar pembahasan selanjutnya.

Bab kedua, membahas tentang keadaan social budaya masyarakat Bima sebelum Sultan Salahuddin menjabat sebagai sultan.

Bab ketiga, menguraikan tentang kontribusi Sultan Muhammad

Salahuddin dalam membangun dan memajukan Bima.

Bab keempat, membahas mengenai keadaan social budaya masyarakat

Bima saat Sultan Muhammad Salahuddin menjabat sebagai Sultan di Kesultanan

Bima.

Bab terakhirya itu bab kelima, berupa kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Bab ini diharapkan dapat menjadi pemicu bagi sejarawan lain dalam membahas mengenai kerajaan-kerajaan nusantara. Bab ini menguraikan jawaban dari permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

KEADAAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT BIMA

SEBELUM SULTAN SALAHUDDIN MENJABAT

2.1. Geografis

2.1.1. Letak dan Luas Wilayah

Perkembangan sejarah dari suatu bangsa juga ikut dipengaruhi oleh

keadaan geografis yang didiami oleh bangsa tersebut. Bima terletak di Nusa

Tenggara Barat tepatnya di bagian timur pulau Sumbawa, Bima memiliki luas

wilayah 4.596,90 km2.25 Dengan batas batas wilayah sebagai berikut; Di

sebelah Barat berbatasan dengan daerah Dompu, di sebelah Utara berbatasan

dengan Laut Flores, disebelah Timur berbatasan dengan Selat Sape dan

disebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia.26

Pada masa kesultanan wilayah kekuasaan Kesultanan Bima tidak hanya

diwilayah Bima sekarang, akan tetapi hingga wilayah Nusa Tenggara Timur

sekarang seperti Manggarai, Pulau Sumba dan Pulau Sawu.27

25BPS Provinsi NTB. 2011. Op cit., hal. 8 26M. Hilir Ismail. 1988. Op cit., hal. 8 27Wawancara dengan Ruslan Muhammad (Alan Malingi), 13 April 2020 di Museum Asi Mbojo.

20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

2.1.2. KeadaanAlam

Patut disesalkan, pada masa sekarang hamparan pegunungan dan dataran

tinggi yang luasnya 70% dari luas Bima keadaannya sudah jauh berubah.

Puncak serta punggung pegunungan dan dataran tinggi sudah gundul dan

tandus, yang masih bertahan hanya batu-batu dan semak belukar. Semua ini

karena ulah manusia yang membabat hutan tanpa menghiraukan kelestarian

alam ciptaan Tuhan untuk kesejahteraan manusia sendiri. Kerusakan hutan

bertambah parah, karena perladangan liar terus merajalela.28

Dari semua dataran rendah yang adahanya 14% yang dapat digunakan

sebagai area pertanian, sisanya merupakan daerah kering yang hanya dapat

dimanfaatkan sebagai daerah peternakan. Dan saat musim kemarau daerah

pertanian tersebut ditanami dengan tumbuhan tahan panas seperti umbi-

umbian dan kacang-kacangan. Berbeda dengan daerah Indonesia bagian

barat, Bima memiliki curah hujan yang relative sedikit. Sehingga daerah

pertanian sering mengalami kekeringan. Daerah Bima memiliki beberapa

teluk, seperti Teluk Bima, Teluk Waworada, dan Teluk Sape, sehingga

membantu dalam bidang pelayaran.29

28M. Hilir Ismail. 2006.Op cit., hal 11-12 29M. Hilir Ismail.1988. op. cit.,hal. 8-9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

2.2. Masuknya Islam di Bima

Kesultanan Bima berdiri pada tanggal 15 Rabiul awal 1850 H (5 Juli 1640

M). Namun tahun 1640 M ini bukan sebagai awal kedatangan Islam di Bima, tetapi merupakan tahun resmi perubahan Kerajaan Bima menjadi Kerajaan Islam atau Kesultanan Bima. Adapun masuknya Islam ke Bima terjadi jauh sebelum tahun tersebut.30

Berdasarkan catatan lokal yang dimiliki, peranan mubalig dan pedagang dari Demak dan Ternate sangatlah besar pada awal kedatangan Islam di Bima.

Pada abad ke-16 M, Bima telah menjadi salah satu pusat perdagangan di

Nusantara bagian Timur. Pada saat inilah para pedagang dari Demak dating ke

Bima, selain berdagang para pedagang tersebut juga diyakini menyebarkan agama

Islam.

Peranan Demak sangatlah besar dalam proses masuknya Islam ke Bima terutama pada masa pemerintahan Sultan Trenggono (1521-1546). Dimana saat itu penyebaran Islam tidak hanya ditanah Jawa penyebaran Islam juga dilakukan hingga Nusantara bagian timur. Wilayah yang menjadi pusat-pusat perdagangan semakin mendekatkan termasuk bandar-bandar seperti Makassar (Gowa) dan

Maluku. Dengan dukungan para mubalig dari Demak, Gowa menjadi penyebaran ajaran Islam yang aktif, baik terhadap para tetangga kerajaan maupun pulau-pulau lain yang lebih jauh seperti Banda, Lombok dan Sumbawa. Hal tersebut dapat dilihat dari catatan riwayat perjuangan Sunan Giri yang merupakan merupakan seorang wali yang sangat dihormati di Demak. Dimana Sunan Giri memiliki

30M. Hilir Ismail dan Alan Malingi. 2018. Op cit., hal. 34-35

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

peranan yang sangat besar dalam penyebaran Islam di luar Jawa. Sunan Giri merupakan sumber ilmu keagamaan termasyhur di tanah Jawa.31 Hingga pada masa pemerintahan Sultan Trenggono murid-muridnyalah yang meneruskan perjuangannya. Beliau mengirimkan utusannya yang terdiri dari pelajar, saudagar dan nelayan. Daerah penyiarannya sampai ke Sulawesi, Nusa Tenggara dan

Maluku. Hingga pada masa pemerintahan Sultan Trenggono murid-muridnyalah yang meneruskan perjuangannya.32

Hal tersebut juga diperkuat dengan keterangan dari Panambo Lombok yang dikutip oleh Dr. E. Utrech, SH yang mengatakan “penyebaran Islam di Pulau

Lombok terjadi pada masa pemerintahan Sunan Prapen yang merupakan putra dari Sunan Giri yang pernah menundukkan Sumbawa dan Bima”.33Selain itu juga

A. Salim Harahap Dalam bukunya Sejarah Perkembangan Islam di Asia Tenggara mengatakan Mubalig Islam mulai menyebarkan Islam ke Pulau Sumbawa yaitu antara Tahun 1540-1550.34

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya Ternate juga memiliki andil yang cukup besar dalam masuknya Islam ke Bima. Pada abad Ke-16 M, Ternate merupakan satu satunya negara Islam di Nusantara bagian timur yang saat itu

31Sunan Giri merupakan seorang wali yang memiliki peran penting di Demak, beliau juga dikenal sebagai seorang pendidik yang bersifat demokratis. Pada saat itu beliau berhasil Sunan Giri berhasil mengirim utusanya ke Pulau Madura, Bawean dan Kangean bahkan hingga ke Ternate, Haruku di Kepulauan Maluku, Sulawesi dan Nusa tenggara. 32M. Hilir Ismail. 2006. Op. cit., hal. 57-58 33Utrecht, Dr. SH. 1962. Sejarah Hukum Internasional di Bali dan Lombok. Bandung : Sumur Bandung. Hal. 92 34A.SalimHarahap. 1963. Sejarah penyiaran Islam di Asia Tenggara. Medan :TokoBuku Islamiyah. Hal. 95

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

muncul sebagai pusat penyebaran agama Islam. Pada masa pemerintahan Sultan

Baabullah, Ternate mengalami kejayaan dan memperluas wilayahnya dari

Mindanao hingga Bima. Pada tahun 1588-1604 Sultan Sahid Barkat yang merupakan anak dari Sultan Baabullah mengirim mubalig terbaiknya ke Kerajaan

Gowa dan Tallo untuk menyebarkan agama Islam. Hingga pada tanggal 22

September 1605 Raja Gowa dan Tallo memeluk agama Islam dan pada tanggal 9

November 1607 dilaksanakan Shalat Jum’at pertama di Tallo yang oleh sejarawan tanggal tersebut dijadikan Hari Jadi Makassar.

Catatan BO istana juga mengatakan bahwa Sangaji Asi Sawo menjelang akhir hayatnya member pesan kepada Jena Teke La Ka’i dan pejabat istana.

Beliau berkata bahwa pada suatu hari nanti akan dating utusan Raja Gowa, untuk mengabarkan bahwa raja Gowa dan Tallo telah memeluk Islam serta mengajak

Sangaji Mbojo (Raja Bima) beserta rakyatnya untuk memeluk Islam. Dan apabila hal tersebut terjadi maka permintaan utusan tersebut harus diterima. Selain itu juga sebelum masa Sangaji Asi Wawo para mubalig juga telah menyebarkan

Islam secara leluasa di Bima.35

Sedangkan peristiwa masuknya Islam di Kerajaan Bima diawali dengan terjadinya kemelut politik yaitu ketika Salisi yang bergelar Ma Ntau Asi Peka ingin merebut tahta Kerajaan Bima dari keturun Ma Ntau Asi Sawo. Dengan ambisinya melakukan pembunuhan terhadapat Putra Mahkota. Tercatat dalam kitab BO sebagai sumber sejarah Bima sebagai berikut:

“Setelah itu berawal mulanya, maka berkatalah orang dalam Negeri itu mau mengangkat tuan kita mamboro di mpori wera. Maka didengar oleh

35M. Hilir Ismail. 2006. op. cit., hal. 61-65.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

tuan kita Mantau Asi Peka, maka disuruhnya Bumi Luma Rasanae untuk membuat perburuan di Mpori Wera itu. Setelah datang di Mpori Wera, maka disuruhnya sekalin orang banyak membakar rumput itu. Maka hilanglah tuan kita (Jena Teke) ketika itu”.

Setelah berhasil membunuh Ma Mbora Di Mpori Wera, selanjutnya Salisi ingin membunuh Putra Mahkota La Ka’i yang masih berumur 9 tahun. Setelah mengetahui rencana Salisi, Para pejabat kerajaan yang setia kepada keturunan Ma

Ntau Asi Sawo melakukan pengamanan kepada La ka’i dan dibawa ke Desa Teke.

Disana La Ka’i dan Sepupunya Putera Mahakota kerajaan Dompu yang bernama

Manuru Bata dilatih mengenai taktik perang. Berawal dari sinilah istilah Jena

Teke dikenal, dimana setiap Putera Mahakota Kerajaan Bima dijuluki Jena Teke.

Dalam catatan BO istana. Empat orang mubalig dari Makassar dikirim oleh Sultan Alauddin Gowa tiba di Sape pada tanggal 16 April 1618 dengan tujuan untuk menyampaikan titipan Sultan Alaudin berupakain khas Makkasar dan keris serta sepucuk surat yang isinya mengabarkan bahwa Raja gowa, Tallo,

Luwu dan Bone sudah memeluk agama Islam dan mengajak agar Raja dan Rakyat

Bima masuk agama Islam. Pada saat itu Bima sedang terjadi konflik politik.

Ketika Salisa Ma Ntau Asi Peka merebut Mahkota Kerajaan dari keturunan Ma

Ntau Asi Peka. (Putra Mahkota La Ka’i). Suasana seperti itu tidak menghalangi perjuangan mubalig dari Makassar untuk penyebaran Islam di Bima. Mereka berusaha untuk menemui La Ka’i dalam pelariannya di Dusun Kamina.36

Pada tanggal 7 Februari 1621 M. Putra Mahkota La Ka’i bersama pengikutnya mengucapkan Dua Kalimat Syahadat dihadapan mubalig dari

Makassar sebagai gurunya di Sape. Sejak saat itu La Ka’i mengganti namanya

36M. Hilir Ismail dan Alan Malingi, 2018.Op.cit., hal. 57-59

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

menjadi Abdul Kahir. Setelah mereka memeluk agama Islam. Mereka membangun masjid di Desa Kalodu, masjid pertama di Bima. Mereka melakukan penyebaran Islam di daerah sekitar masjid, hingga saat itu masyarakat di Desa

Kalodu memeluk agama Islam. Pada perkembangan selanjutnya desa ini menjadi pusat penyiaran Islam di Bima.37

Setelah memeluk agama Islam Abdul Kahir berangkat ke Makassar dengan tujuan untuk memperdalam ilmu agama serta meminta bantuan kepada

Kerajaan Gowa. Sesampainya Istana Kerajaan Gowa Abdul Kahir menyampaikan tujuannya untuk merebut kembali mahkota Kerajaan yang telah dirampas oleh pamannya yang bernama Salisi yang bergelar Ma Ntau Asi Peka. Kerajaan Gowa menyambut baik kedatangan Abdul Kahir. Kerajaan Gowa siap membantu Abdul

Kahir dengan persyaratan Kerajaan Bima mau menyebarkan Islam di Bima.

Abdul Kahir menyetujui persyaratan dari Kerajaan Gowa. Tetapi Abdul Kahir harus belajar terlebih dahulu ajaran agama Islam. Selama di Makassar Abdul

Kahir dibina oleh gurunya yang bernama Datuk Di Bandang dan Datuk Di Tiro.

Melihat kegigihan Abdul Kahir dalam mempelajari Islam Sultan menikahkan

Abdul Kahir dengan adik iparnya.

Setelah memperoleh ilmu agama di Makassar, Abdul Kahir pulang ke

Bima bersama gurunya Datuk Di Bandang dan Datuk Di Tiro dengan Tujuan merebut kembali Mahkota yang dirampas oleh pamannya Salisi dan melakukan penyebaran agama Islam di Bima.38

37M. Hilir Ismail. 2006. Op cit, al. 73-74

38M. Hilir Ismail dan Alan Malingi, 2018. Op Cit., hal.61

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

2.3. Pendirian Kesultanan Bima

Sebelum Sultan Muhammad Salahuddin menjabat, kesultanan Bima telah dipimpin oleh 13 sultan, yaitu :

2.3.1. Sultan Abdul Kahir bergelar Rumata Ma Bata Wadu (5 juli – 22

Desember 1640)

Pada tahun 1640 M, Abdul Kahir secara resmi mengganti system

pemerintahan kerajaan menjadi kesultanan, hal ini pula menjadi momentum

berkembangnya Islam di Bima, dan beliau adalah sultan pertama di

Kesultanan Bima.39 Sejak saat itu peranan Islam dalam berbangsa dan

bernegara sangatlah besar. Dengan kata lain Islam ditetapkan menjadi dasar

negara, sehingga urusan agama menjadi tanggung jawab kesultanan. Sultan

sebagai kepala pemertintahan dan ulama anggota lembaga pemerintahan

dalam bidang hukum yang dikenal dengan "sara hukum" bertanggung jawab

atas pembangunan bidang agama di Bima.

Abdul Kahir merupakan perumus falsafah Maja Labo Dahu yang artinya

maja artinya malu dan dahu artinya takut maksud dari kalimat tersebut

masyarakat Bima malu dan takut melakukan hal-hal yang tidak baik.40

39Muslimin Hamzah. 2004. Op cit., hal 88-89

40Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

2.3.2. Sultan Abdul Khair Sirajuddin bergelar Ma Ntau Uma Jati (1640-

1682)

Peranan Bima pada perdagangan bebas kian merosot dikarenakan perang

saudara antara ayahnya Sultan Abdul Khair Sirajuddin dan Salisi, sehingga

Sultan harus bekerja keras untuk mengembalikan peranan Bima sebagai pusat

perdagangan bebas di wilayah Nusantara bagian timur. Setelah masalah

politik pemerintahan, keamanan dan pertahanan dibenahi, selanjutnya sultan

menunjukan perhatiannya kepada bidang seni budaya dan agama.41 Pada awal

pemerintahannya Sultan Abdul Khair Sirajuddin kurang memperhatikan

bidang agama, beliau lebih mencintai seni dan budaya. Sehingga para ulama

khawatir pada sikapnya tersebut. Lalu para ulama tersebut menasehati sultan

agar mengikuti jejekayahnya yang menaati ajaraan agama dan mengikuti

wasiat ayahnya yang terkandung dalam Sumpah Oi Ule. Dalam Kitab BO

Yang berbunyi sebagai berikut :

“Hai sekalian Hadat dan Menteriku, Hai sekalian Gelaggangaku,

perkataanku dan perjanjianku ini kepada Allah ta’ala Tuhan Yang Maha

Esa dan kepada Rasulullah Penghulu Kita Nabi Muhammad dan kepada

sekalian Malaikat Allah Ta’ala, maka barang siapa yang merombak dan

melalui perjanji anaku dengan kedua guruku itu sampai tujuannya

sebagaimana dalam BO ini, itulah orang yang dimurka Allah dan

41M. Hilir Ismail dan Alan Malingi, 2018. Op cit., hal.75

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

rasulullah dan segala Malaikat, niscaya orang itu tiadalah mendapat

selamat dunia akhirhat, Wallahu akhirnya syahidin”42

Setelah berkali-kali dinasehati akhirnya sultanpun sadarakan kelalainnya.

Lalu Sultan Abddul Khair Sirajuddin mulai mencurah kanperhatiannya kepada bidang agama. Pada saat itu juga para ulama melakukan kebijakan yang tepat yaitu mereka meramaikan Upacara Maulid Nabi, Idul Fitri dan

Idul Adha dengan berbagai kesenian. Sebagai seseorang yang mencintai kesenian Sultan Abdul Khair Sirajuddin menyambut baik kebijakan tersebut.

Bahkan perayaan tiga jenis hari raya tersebut ditetapkan sebagai “Rawi Na’e

Ma Tolu Kali Samba’a” (hari raya besar yang dirayakan tiga kali setahun).

Dari tiga acara tersebut yang paling meriah adalah acara perayaan Maulid

Nabi (Ndiha Molu) yang dirayakan setiap tanggal 12 Rabi’ul Awal. Upacara tersebut dimeriahkan oleh berbagai atraksi kesenian yang dilakukan selama seminggu yang dikenal dengan ‘Hanta Ua Pua’ (Upacara Sirih Puan).

Pada tahun 1660 Sultan Abdul Khair Sirajuddin menjadi pemimpin sebagai panglima perang daerah selatan dari armada Sultan Hasanuddin

Makassar. Yang meliputi wilayah kepemimpinan Abdul Khair Sirajuddin yaitu Pulau Sumbawa, Pulau Sumba dan Pulau Sawu.

Pada tahun 1666 M. Makassar menyerang Kerajaan Buton yang telah berpihak kepada Belanda. Penyerangan ini dipimpin oleh Karaeng Bonto

Maranu dan di bantu oleh Sultan Abdul Khair Sirajuddin dan Sultan

42 M. Hilir Ismail. 2004. Op cit., hal. 67-72

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

Alimuddin Luwu. Ketiga pejuang tersebut sempat ditahan disebuah pulau oleh Belanda. Banyak anggotanya meninggal karena kekerasan dan kelaparan. Walaupun para pejuang tersebut berhasil meloloskan diri namun tetap saja posisi Makassar, Bima, dan Luwu tersudutkan. Posisi tersebut bukan karena Belanda tetapi karena kehebatanAru Palaka dan Kapten Jonker.

Kerajaan Buton Dalam posisi yang sulititu, pada tanggal 18 November 1667 di Desa Bungaya Sultan Hasanuddin Makassar terpaksa melakukan perjanjian dengan Belanda. Perjanjian tersebut dikenal dengan ‘Perjanjian Bungaya’.

Yang isinya bukan hanya merugikan Makassar, Bima dan Luwu melainkan juga Kerajaan dan Kesultanan yang bersekutu dengan Makassar. Adapun isi perjanjian Bungaya yaitu :

- Pasal 14 : Raja dan pembesar Gowa tidak boleh mencampuri urusan

Negeri Bima. Mereka tidak boleh lagi baik secara langsung maupun

tidak langsung membantu Bima, baik dalam bentuk nasehat maupun

tindakan untuk melawan kompeni (VOC).

- Pasal 15 : Kerajaan Gowa berjanji akan menyerahkan kepada kompeni

(VOC), Raja Bima, meanntu beliau Raja Dompu, Raja Tambora dan

Raja Sanggar, beserta pengikutnya, semua ada dua puluh lima orang,

sebagian besar terdiri dari orang-orang Bima yang melakukan

pembunuhan atas orang-orang Belanda (VOC). Untuk mendapatkan

huukuman yang setimpal dengan perbuatannya. Demikian pula

Kerajaan Gowa harus menyerahkan karaeng Bonto Maranu kepada

Kompeni (VOC).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

- Pasal 28 : Demikian pula untuk melaksanakan apa yang disebut pasal lima

belas perjanjian ini, maka apabila dalam jangka waktu sepuluh hari

Raja Bima dan Karaeng Bonto Maranu akan dijadikan sandera oleh

kompeni (VOC).43

2.3.3. Sultan Nuruddin Abubakar Ali Syah bergelar Ma Wa’a Paju (1682-

1687)

Walaupun Sultan Nuruddin memerintah hanya 6 tahun, namun hasil dari

perjuangannya telah banyak dinikmati oleh rakyatnya. Tidak hanya oleh

masyarakat pada masa itu tetapi juga dapat dinikmati oleh masyarakat

sekarang. Sultan Nuruddin sangat memegang teguh ajaran Islam, sehingga

pada masanya dia benar-benar menerapkan sistem Islam dan juga

mensosialisasikan Islam pada masyarakatnya. Sehingga masyarakat Bima

sejak zaman Sultan Nuruddin menjadi lebih religius.44

2.3.4. Sultan Jamaluddin Inayat Syah bergelar Ruma Ma Wa’a Romo

(1687-1696)

Pada awal pemerintahan Sultan Jamaluddin, siatuasi politik nusantara

menguntungkan Belanda. Tetapi Belanda mengalami kesulitan di bidang

keuangan, dikarenakan Belanda telah mengeluarkan biaya yang sangat besar

dalam menumpas perlawanan dari raja raja di nusantara. Sehingga Belanda

43M. HilirIsmail dan Alan Malingi, 2018. Op cit., hal. 74-84 44Muslimin Hamzah. 2004.Op cit., hal. 91-92

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

berusaha menghindari perlawanan bersenjata yang dilakukan oleh pejuang

nusantara. Lalu Belanda mengambil langkah dengan membujuk raja raja serta

para sultan agar menyetujui system monopoli dagang yang disetejui dalam

bentuk kontrak dagang. Sultan Jamaluddin mengetahui hal tersebut dan tetap

melakukan perdagangan bebas. Pelabuhan bima tetap terbuka untuk seluhur

pedangan dari seluruh pelosok Nusantara bahkan dunia seperti Arab, Inggris,

China dan Portugis.45

2.3.5. Sultan Hasanudin Muhammad Ali Syahbergelar Ruma Ma Wa’a

Bou (1696-1731)

Kehadiran Islam di suatu daerah menciptakan suatu budaya dan tradisi

baru yang menjadi identitas daerah tersebut. Dalam masa pemerintahannya

Sultan Hasanuddin Muhammad Ali Syah menganjurkan para mubalig untuk

memperkaya metode dakwahnya yaitu dengan cara menggunakan seni

budaya. Dengan metode seperti itu muncullah tradisi rimpu. Sultan

menciptakan rimpu karena Sultan ingin memanfaatkan kain yang diproduksi

dari kapas. Karena pada masa tersebut pulau Sumbawa merupakan salah satu

pengekspor kapas terbesar di dunia. Karena pembaharuanya tersebut Sultan

Hasanuddin diberigelar Ruma Ma Wa’a Bou.

45M. HilirIsmail dan Alan Malingi, 2018. Op cit, hal.93

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

2.3.6. Sultan Alauddin Muhammad Syahbergelar Ma Nuru Daha (1731-

1742)

Pada zaman kepemimpinan Sultan Alauddin penyebaran Islam ke daerah

daerah taklukan Kesultanan Bima makin intensif hingga manggarai dan

Sumba. Wilayah Donggo menjadi salah satu prioritas terutama Donggo Ipa.

Masyarakat donggo yang sebelumnya enggan untuk menerima Islam, mulai

berbondong bonding untuk memeluk Islam. Sultan juga melarang untuk

mengembangkan budaya yang tidak sesuai dengan ajaran Islam dengan tujuan

Bima dapat dikenal dengan daerah yang islami.46

2.3.7. Sultanah Kumalasyah Bumi Partiga Wanita Besi (1747-1751)

Dalam masa perkembangan pemerintahan kesultanan Bima Kumalasyah

adalah satu-satunnya perempuan yang menjabat sebagai pemimpin dalam

kesultanan Bima. Ketika ayahnya meninggal, Adiknya yang harus

menggantikan ayahnya masih terlalu kecil dan belum matang untuk

melanjutkan tugas sebagai Sultan, lalu hasil musyawarah Majelis Hadat

akhirnya dipegang oleh Abdul Ali. Karena Abdul Ali mempunyai banyak

jabatan, dia lalai dalam melaksanakan tugasnya dan merugikan Kesultanan

Bima. Pada saatitu Belanda mengadu domba Kesultanan Bima dan

Kesultanan Makassar. Bahwa Pulau Manggarai milik Bima. Sehingga

Makkasar dan Bima bermusuhan. Melihat kelalaian Abdul Ali akhirnya

kakaknya kumalasyah. Mengambil alih pemerintahan. Dalam masa

46Ibid.,hal 98-100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

jabatannya Belanda sudah mengontrol kehidupan masyarakat Bima yang

meliputi ekonomi, politik, perdagangan dan adat karena perjanjian

Bongannya.47

2.3.8. Sultan Abdul Kadim bergelar Ruma Ma Wa’a Taho (1742-1773)

Pada Tahun 1751 Abdul Kadim resmi dilantik menjadi Sultan dan masa

perwakilanpun berakhir. Hal tersebut juga terjadi di Kesultanan Gowa dimana

suami Kumalasyah meninggal dan digantikan anaknya Usman atau dikenal

dengan Asman Madina (ponakan Sultan Abdul Kadim ) yang masih berumur

6 tahun sehingga pemerintahan dipegang oleh Kakeknya. Sampai pada tahun

1760 Asman Madina resmi dilantik menjadi Sultan.

Pada masa pemerintahan Asman Madina, hubungan Belanda dan Gowa

semakin tegang sehingga Belanda berusaha untuk mengadu domba Bima dan

Gowa dengan memanfaatkan tindakan Kumalasyah yang mengakui

Manggarai merupakan daerah kekuasaan Gowa. Hingga pada tahun 1762

Belanda berhasil mempengaruhi Sultan Abdul Kadim untuk mengambil

kembali daerah Manggarai.

Hingga pada tanggal 9 februari 1765 Belanda memaksa Sultan Abdul

Kadim untuk menandatangani kontrak dagang. Sultan tidak dapat berbuat

apa-apa karena telah berutang budi kepada Belanda yang membantunya

dalam mengambil kembali daerah Manggarai pada tahun 1762. Dengan

begitu Bima harus tunduk dalam politik monopoli dagang Belanda. Hingga

47Ibid., hal. 108-110

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

Bima tidak dapat melanjutkan perdangan bebasnya. Dimana hal ini akan

merugikan Bima karena hasil Bumi Bima hanya bias diujual kepada VOC

dengan harga yang telah ditetapkan. Hal ini amat merugikan perkembangan

Bima di masa selanjutnya. Hingga pada tahun 1773, ketika Bima dalam

keadaan krisis ekonomi dan politik akibat Belanda, Sultan Abdul Kadim

wafat.48

2.3.9. Sultan Abdul Hamid bergelar Ma Ntau Asi Saninu (1773-1819)

Sultan Abdul Hamid merupakan sultan yang paling lama bertahta, beilau

bahkan merasakan dua zaman yaitu saat VOC berkuasa dan zamanya

pemerintahan Hindia Belanda. Berbeda dengan sultan-sultan sebelumnya

Sultan Abdul Hamid memilih untuk berhubungan baik dengan Belanda.

Beliau melakukan hal tersebut untuk menjaga kedaulatan Kesultanan Bima

dan memanfaatkan tekhnologi Belanda yang lebih maju seperti dalam hal

persenjataan.

Selain itu, Sultan Abdul Hamid juga mempertegas keberadaan keberadaan

Hukum Hadat dan Hukum Islam, menciptakan lambing kesultanan berbentuk

garuda berkepala dua sebagai symbol kedaulatan Bima, serta pada tahun

1797, beliau memerintahkan juru tulisnya untuk mencatat dalam Bo’ Sangaji

Kai sebuah kitab undang-undang sebanyak 119 pasal tentang peradilan, tata

sosial, pertanian, hukum perdata dan hukum pidana agar seluruh masyarakat

Bima memperhatikan dan menjalankan aturan-aturan yang telah ditetapkan.

48M. Hilir Ismail. 2004. Op cit, hal113-117

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

Dibidang keagamaan beliau memperkuat posisi lembaga Peradilan Islam

dengan member nama Mahkamah Syar’iyyah, menyempurnakan

pembangunan masjid yang telah dibangun ayahnya, dan ia telah menyalin

naskah kitab Nȗral-Mubîn yang merupakan bacaan wajib bagi para sultan dan

pejabat pemerintah kesultanan. Dan dibidang ekonomi, sultan menyetujui

perdagangan bebas ala Inggris, dan memerangi bajak laut yang pada zaman

itu kerap mengusik jalanya perdagangan.49

2.3.10. Sultan Ismail bergelar Ma Wa’a Alu (1819-1854)

Pada awal masa pemerintahannya, Bima dilanda kemiskinan akibat

meletusnya Gunung Tambora, serangan bajak laut dan musim kemarau yang

panjang yang mengharuskan Sultan Ismail dan Ruma Bicara Abdul Nabi

bekerja keras untuk mensejahterakan rakyat.

Tahun 1811-1816 merupakan tahun kekuasaan Inggris, Sehingga saat itu

Bima tidak lagi terikat dengan Belanda. Sebaliknya hubungan Bima dengan

Inggris amat bersahabat. Namun, pada tahun 1920 Belanda mengirim utusan

yang beragama Islam untuk menemui Sultan Ismail dengan tujuan agar

menyetujui monopoli dagang Belanda serta memecah hubungan Bima dengan

Inggris. Taktik Belanda yang mengirim utusan yang beragama Islam tersebut

rupanya berhasil. Sejak saat itu Sultan Islmail menyetujui monopoli

49Kartini Mawaddah. 2017. Diplomatik Sultan Abdul Hamid di Kerajaan Bima Tahun 1773- 1817 M. Jurnal Uinsu. 1(1):144-151. Terdapat pada : http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/juspi/article/download/1004/802 [diakses 22 maret 2020]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

perdagangan Belanda. Keberhasilan Belanda tersebut menjadi peluang bagi

Belanda untuk mengikat Bima dalam perdagangan, beberapa saat setelah itu

Sultan Ismail dipaksa untuk menandatangani sebuah perjanjian, yang berisi :

1. “Angkatan Laut Bima tidak Boleh mengganggu dan menyerang kapal-

kapal dagang Belanda.

2. Angkatan Bima harus membantu Belanda dalam menyerang pelaut-

pelaut Makassar.

3. Kesultanan Bima harus menyerahkan upeti kepada Belanda berupa

beras, hewan ternak dan hasil bumi lainya. Serta Pelabuhan Lawa Due

diserahkan kepada Belanda untuk dijadikan Benteng.

4. Penobatan Sultan Bima harus mendapat persetujuan dari Gubernur

Belanda di Makassar.”50

Pada awalnya sultan dan ruma bicara menunjukan sikap menentang

terhadap isi perjanjian tersebut. Sebab pada hakekatnya, isi perjanjian tersebut

sama saja dengan merampas kedaulatan Kesultanan Bima. Namun dengan

pertimbangan akan terjadinya penyerangan oleh Belanda yang akan

melibatkan seluruh rakyatnya dan masih ada waktu untuk sultan membina

serta membimbing rakyatnya dengan keyakianan suatu saat nanti rakyat akan

mampu melawan Belanda, Sultan Ismail-pun menyetujui isi perjanjian

tersebut.

50Teks asli surat Gubernur Militer Swart tanggal 17 Maret 1908 terdapat dalam M. Hilir Ismail. 2004. Peran Kesultanan Bima Dalam Perjalanan Sejarah Nusantara. Mataram : Lengge. Hal. 128

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

Pada tahun 1829 Ruma Bicara, meninggal dunia sehingga jabatanya sebagai ruma bicara diteruskan oleh anaknya yang bernama Muhammad

Ya’kub. Sejak saat itu hubungan Bima dan Belanda memanas karena sultan dan ruma bicara tidak lagi loyal terhadap isi perjanjian dengan Belanda.

Namun Belanda tidak berani melakukan tindakan kekerasan terhadap Bima karena saat itu Belanda sedang memusatkan dalam menghadapi Perang Bali

III, Perang Diponegoro, Perang Paderi, Perang Bone, Perang Singamangraja dan Perang Jambi.

Dalam keadaan yang seperti itu Sultan Ismail dan Wazir Ruma Bicara

Muhammad Ya’kub mengambil berbagai langkah guna menghadapi kemungkinan kemungkinan yang ada. Langakah - langkah yang ditempuh antara lain :

1. Membangun kembali kesetabilan ekonomi yang terganggu akibat

meletusnya Gunung Tambora pada era sebelumnya. Yaitu dengan cara

meningkatkan kembali perdangan bebas, melakukan pembangunan

kembali terhadap daerah pertanian dan peternakan yang rusak akibat

letusan Tunung Tambora, serta meningkatkan pengembangan perikanan

laut seperti memperluas daerah tambak dan empang.

2. Meningkatkan penyempuranaan dan pembinaan dibidang pertahanan

dan keamanan. Yaitu dengan membeli persenjataan yang modern

kepadapedagangPortugis dan Inggris, serta meningkatkan kemampuan

armada laut dari segi personil maupun struktur organisasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

Berkat kerja keras Sultan Ismail bersama Ruma Bicara Muhammad Ya’kub

Kesultanan Bima yang sebelumnya mengalami kelemahan akibat letusan

Gunung Tambora kembali menjadi Kesultanan yang disegani oleh Belanda.51

2.3.11. Sultan Abdullah bergelarRuma Ma Wa’a Adil (1854 - 1868)

Pada saat pengangkatkan Sultan Abdullah sebagai sultan banyak

masyarakat yang tidak setuju karena telah dipengaruhi oleh Belanda. Pada

saat itu kedudukan Belanda di Indonesia semakin kuat karena pada umum

perlawanan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia sudah dipatahkan oleh

Belanda. Melihat situasi seperti itu sultan menyusun strategi untuk

menghadapi Belanda. Sehingga sultan meningkatkan kemampuan pasukanya

baik secara materil maupun spiritual. Sultan Abdullah memperkuat angkatan

perangnya dengan cara memperbaharui peralatan perang yang didapatnya dari

bangsa Inggris dan Portugis. Selain itu prajurit juga dituntut agar disiplin,

bermoral tinggi dan mulia sesuai dengan ajaran Islam. Para prajurit juga

dituntut agar dapat menjadi juru dakwah terutama di daerah taklukan yang

perkembangan Islamnya belum maju seperti : Sumba, Sawu dan Manggarai.52

Selain meningkatkan kualitas angkatan perang, pada awal pemerintahan

Sultan Abdullah memusatkan perhatianya dibidang perdagangan karena

sebagai negara maritime maka perdagangan adalah kunci dari kesejahteraan

51M. Hilir Ismail. 2004. Op cit.,hal 127-135 52Tawalinuddin Haris, Susanto Zuhdi dan Triana Wulandari. 1997. Kerajaan Tradisional Di Indonesia :Bima. Jakarta : CV. Putra Sejati Raya. Hal. 94-95

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

rakyatnya. Meskipun Inggris sudah tidak lagi berkuasa di Indonesia sejak tahun 1816 M, namum Bima tetap melanjutkan perdagangan bebas ala

Inggris dengan pedangan Nusantara seperti Makassar, Bugis, Ternate,

Banten, Aceh dan Malaka. Selain itu juga Bima tetap melanjutkan perdagangan bebas dengan pedagang manca negara seperti Portugis, Inggris,

Arab dan Cina.53

Karena merasa di atas angin, Belanda terus menekan Sultan Abdullah untuk menerima perjanjian yang telah disetujui oleh Sultan Ismail.

Permintaan Belanda tersebut tentu saja tidak diterima oleh Sultan Abdullah dan Ruma Bicara M. Ya’kub. Tidak hanya menolak permintaan Belanda tersebut, Sultan dan Ruma Bicara M. Ya’kub membuat kebijakan yang bertentangan dengan keinginan Belanda, yaitu :

1. Membubarkan Angkatan Laut Kesultanan Bima, yang di

khawatirkan sewaktu waktu dapat dimanfaatkan oleh Belanda

untuk melawan Angkatan Laut Tidore, Ternate dan Makassar yang

dianggaap oleh Belanda sebagai Bajak Laut.

2. Para pejuang Makassar dan Bugis dilindungi bahkan diperbolehkan

untuk mendiami Manggarai. Selain melawan Belanda, juga harus

melakukan dakwah.

3. Gerak gerik Belanda terus diawasi dan dibatasi oleh Kesultanan

Bima.

53M. Hilir Ismail dan Alan Malingi, 2018. Op cit, hal. 124-125

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

4. Upeti sedikit demi sedikit dihapuskan.54

2.3.12. Sultan Abdul Aziz bergelar Ma Wa’a Sampela (1868 - 1881)

Saat Sultan Abdul Aziz memegang tambuk pemerintahan hubugan

Kesultanan Bima dan Belanda semakin tegang karena Belanda semakin

semena-mena kepada Kesultanan Bima. Belanda membuat perjanjian yang

tujuanya agar Kesultanan Bima tunduk kepada pemerintahan Belanda.

Meskipun perjanjian tersebut telah terlaksana namun keadaan tidak juga

membaik karena sikap Sultan Abdul Aziz dan Ruma Bicara Daeng Manasa

yang memiliki prinsip yang sama yaitu melanjutkan kebijakan-kebijakan

yang telah di tempuh oleh pendahulunya.

Untuk melunakan hati Sultan dan Ruma Bicara, Belanda terus menyusun

taktik dan strategi hingga pada tahun 1874 Belanda menghapuskan upeti hasil

hutan terutama Kayu Sapan (kayu kuning). Namun ternyata taktik dan

Strategi Belanda tersebut kurang berhasil karena Kesultanan Bima tetap

bersifat tegas dan keras terhadap Belanda. Kebijakan Sultan Abdullah dan

Ruma Bicara Daeng Manasa tersebut ternyata menimbulkan sikap pro dan

kontra. Golongan yang pro terhadap Sultan beralasan karena hal tersebut

tidak sesuai dengan sikap dan kebijakan yang dilaksanakan oleh sultan

54M. Hilir Ismail. 2004. Op cit., hal. 136-137

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

terdahulu, sedangkan golongan yang tidak menerima kebijakan sultan

tersebut beralasan bahwa keadaan Kesultanan Bima yang lemah saa titu.55

2.3.13. Sultan Ibrahim bergelar Ma Wa’a Taho Parange (1881-1915)

Sultan Ibrahim terkenal dengan perangainya yang baik. Sultan selalu

menyelesaikan masalah dengan cara diplomatik. Beliau selalu menghindari

pertempuran senjata. Namun ternyata sifatnya yang lembut tersebut

dimanfaatkan Belanda untuk menekannya. Selain itu juga Dewan Hadat

Kesultanan Bima juga tidak puas dengan sikap Sultan yang gampang

dipengaruhi.

Pada tahun 1886 Belanda ingin memperkuat kembali tuntutannya yang

pada tahun 1864 dilanggar oleh Kesultanan Bima. Isi dari tuntutan tersebut

adalah Belanda ingin Kesultanan Bima menyerahkan daerah daerah

taklukannya seperti Manggarai. Tahun 1886 Belanda belum berani bertindak

tegas karena Belanda masih memusatkan perhatianya pada Perang Aceh.

Setelah Perang Aceh selesai pada tahun 1903 Belanda Mulai memusatkan

perhatiannya pada Kesultanan Bima. Belanda tidak takut lagi apabila

Kesultanan Bima melawan karena Belanda bias memusatkan kekuatanya

untuk melawan Kesultanan Bima. Lalu pada tahun 1905 Belanda mengirim

utusan untuk menyampaikan surat kepada Kesultanan Bima. Isi surat tersebut

adalah Belanda ingin memperbaharui segala perjanjian yang telah dilakukan

55Tawalinuddin Haris, Susanto Zuhdi dan Triana Wulandari. 1997. Op cit, hal. 96-97

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

oleh Belanda pada maa sebelumnya. Meskipun surat tersebut tidak diterima oleh Sultan dan Ruma Bicara Qurais, Belanda tetap memaksakan sultan untuk menyerahkan daerah Manggarai.

Pada tahun 1906 Belanda kembali memaksa untuk menandatangani kontrak panjang (lange kontrak). Saat itu pihak Kesultanan Bima diundang ke

Batavia. Sultan yang terkenal baik dan kelembutan hati terpaksa menerima tawaran Belanda. Tindakan Belanda yang selalu memaksakan Sultan, menimbulkan kemarahan Rakyat kepada Belanda. Pada tahun 1908 Gubernur

Jeneral Belanda di Batavia, mengirim utusan untuk menemui Sultan. Utusan itu meminta agar Sultan mau menandatangani perjanjian yang isinya sangat merugikan Kesultanan Bima. Apabila Sultan menyetujui perjanjian tersebut maka sama dengan sultan menyerahkan diri kepada Belanda, sebaliknya apabila sultan menolak maka akan menimbulkan peperangan yang bertentangan dengan hati nurani sultan yang amat mencintai rakyatnya.

Sultan yang terkenal dengan kelembutannya itu tidak sampai hati untuk melihat rakyat yang dicintainya menderita dan mati ditangan Belanda.

Sehinga sultan terpaksa menyetujui perjanjian tersebut walaupun dalam hati kecil sultan sangat membenci Belanda. Yang sebelumnya telah disahkan secara sepihak oleh Gubernur Jenderal Belanda di Batavia pada tanggal 6

Februari 1908. Poin-poin perjanjian sebagai berikut ; Bima harus mengakui bahwa Kesultanan Bima merupakan bagian dari Hindia Belanda dan bendera

Belanda harus dikibarkan. Bima dilarang bekerja sama dengan bangsa kulit putih lainnya. Apabila Belanda berperang, maka Kesultanan Bima

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

mengirimkan bala bantuan. Sultan Bima berjanji untuk tidak menyerahkan wilayah kekuasaannya kepada bangsa barat lainnya.56

Menanggapi sikap Belanda yang semena-mena kepada Kesultanan Bima,

Rakyat tetap mendukung dan mencintai Sultannya dengan menolak isi perjanjian yang dipaksakan oleh Belanda. Mereka sadar bahwa Sultan menyetujui isi perjanjian dengan terpaksa demi keselamatan rakyatnya.

Belanda mengubah struktur pemerintahan yaitu Belanda menghapus Sara

Hukum sehingga saat itu Sara Hukum tidak lagi menjadi bagian dari Majelis

Hadat. Belanda juga melakukan perampasan dan memungut pajak dengan semena-mena kepada rakyat. Kondisi yang seperti itu tentu tidak dapat diterima oleh para pejuang dari Bima. Sehingga menimbulkan perang di berbagai daerah seperti Perang Ngali, Perang Dena, Perang Rasanggaro, dan

Perang Kala. Dari Perang Ngali tersebut lahirlah “Tradisi Ndempa”.57

56M. HilirIsmail dan Alan Malingi, 2018. Op cit, hal 132 57M. HilirIsmail.1988.Opcit, hal. 98-102

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

Kebijakan Sultan Muhammad Salahuddin

3.1. Biografi

Sultan Muhammad Salahuddin merupakan anak dari Sultan Ibrahim. Sultan

Salahuddin lahir 1889 M. Sejak umur 9 tahun Sultan sudah memperoleh pelajaran dan ilmu agama dari ulama dan pejabat istana. Selain memperoleh pelajaran dari ulama lokal, sultan juga didatangkan ulama dari Batavia bernama

H. Hasan dan Syekh Abdul Wahab dari Mekkah.58

Berdasarkan akhlaknya yang baik dan ilmu pengetahuannya yang luas beliau diangkat menjadi Jena Teke (Putra Mahakota) pada tanggal 2 November

1899 M oleh Majelis Hadat. Guna menimba Ilmu dan Pengalaman dalam menjalankan roda pemerintahan, pada tanggal 23 maret 1908 M beliau diangkat menjadi Jeneli Donggo. Lalu setelah ayahnya wafat pada tahun 1915 M beliau memegang tampuk pemerintahan, kemudian beliau resmi dilantik menjadi sultan pada tanggal 11 Oktober 1917 M.59

Pada tahun 1933 M, sultan menulis kitab yang berjudul “Nurul Mubin” yang diterbitkan oleh Siti Syamsiah Solo, kitab tersebut diterbitkan 2 kali, yang kedua pada tahun 1942. Hasil dari penjualan karyanya itu diwakafkan untuk kepentingan rakyat.

58M. Hilir Ismail. 2004. Op cit.,hal. 157-159 59M. HilirIsmail danAlan Malingi. 2018. Op cit., hal. 137

45

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

Sultan Muhammad Salahuddin merupakan tokoh yang memegang peranan penting pada abad ke 20. Pada tahun 1949 Sultan di angkat menjadi pimpinan

Dewan Raja-Raja se-Pulau Sumbawa atas persetujuan Sultan Dompu dan Sultan

Sumbawa. Dalam bidang organisasi pergerakan, Sultan Muhammad Salahuddin menjadi perintis, pelindung dan ketua berbagai organisasi yang bergerak diberbagai Bidang Agama, Sosial dan Politik.

Oleh masyarakat Bima Sultan Muhammad Salahuddin dikenal sebagai bapak pendidikan agama dan pendidikan modern karena pada masa pemerintahan sultan pengembangan pendidikan dan agama di Bima mulai berkembang ; Tokoh

Toleransi, karena diketahui bahwa Sultan Muhammad Salahuddin tidak memandang Ras dalam menjalani hubungan politik maupun perdagangan contohnya awal kedatangan Jepang beliau menyambut baik kedatangan Jepang tersebut. Tokoh Rekonsiliasi ; karena Sultan selalu berhubungan baik dengan kerajaan lain, bahkan pada masanya Kerajaan Sanggar dan Dompu digabungkan kedalam Kesultanan Bima. Penulis; karena Sultan Muhammad Salahuddin gemar menulis, salah satu karya monumentalnya yaitu Nurul Mubin; Ulama, karena masyarakat mengenal sultan sebagai sosok yang alim karena memiliki pengetahuan agama yang luas; sponsor inklusif pendiri organisasi Pergerakan

Nasional, karena sikapnya yang selalu terbuka terhadap pendirian organisasi di

Bima, tidak hanya mengizinkan, bahkan sultan member bantuan kepada organisasi organisasi tersebut; dan Tokoh Kesetaraan Jender, beliau member kesempatan kepada kaum wanita untuk menuntut ilmu serta berkarya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

Sultan Salahuddin mangkat di Jakarta pada tanggal 11 Juni 1951 M padausia 64 tahun. Setelah wafat Sultan diberi gelar Ma Kakidi Agama, karena beliau dianggap memiliki pengetahuan yang luas dalam bidang agama.60 Pada tanggal 18 Juli 2019 Sultan Muhammad Salahuddin diangkat menjadi Pahlawan

Nasional karena perjuangannya dalam memerdekakan Bima.61

3.2. Bidang Pendidikan dan Agama

Sebelum Sultan Ibrahim meninggal. Banyak masalah yang dihadapinya terutuma masalah yang berasal dari Belanda. Pada awal pemerintahanya.

Pemerintah Belanda sedang mencabik cabik harga diri sejati Kesultanan Bima.

Pada tahun 1906 terjadi tragedi yang sangat merugikan kesultanan Bima, ketika

Sultan Ibrahim menandatangani isi Kontrak Politik Panjang atau (Lange Kontrak).

Dampak dari kontrak politik tersebut pada tahun 1910 Sara Hukum dibubarkan oleh kolonial Belanda. Untuk menghadapi keadaan tersebut, Oleh Sultan Ibrahim mengganti nama Sara Hukum tersebut menjadi Lembaga Syar’iyah, dimana lembaga tersebut tidak hanya berfungsi untuk mengurus urusan pemerintahan saja tetapi dimanfaatkan juga sebagai tempat belajar ilmu agama.62

Sejak saat itu muncul sekolah informal yang bersifat tradisional. Masjid,

Langgar dan Surau bukan hanya dimanfaatkan untuk beribadah, tetapi dimanfaatkan sebagai tempat belajar ilmu agama, belajar Al-Quran bagi anak-

60M. Hilir Ismail dan Alan Malingi. 2018. Ibid, hal 137-138. 61Wawancara dengan Ruslan Muhammad (Alan Malingi), 13 April 2020 di Museum Asi Mbojo. 62M. Hilir Ismail. 1988. Op cit., hal. 100-102

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

anak usia (5-17 tahun) dan belajar ilmu agama bagi orang dewasa usia 13 tahun keatas. Karena antusias masyarakat yang besaratas pendidikan, Sultan

Muhammad Salahuddin membangun masjid disetiap kejenelian (kecamatan) untuk menunjang perkembangan pendidikan.

Selain membangun masjid di setiap kejenilian, Sultan Muhammad

Salahuddin juga mengeluarkan kebijakan memberikan beasiswa kepada anak-anak yang giat belajar agama dan berprestasi. Mereka akan dikirim ke Mekkah untuk memperdalam ilmu agama dengan biaya sultan tanpa memandang status sosial.

Dengan tujuan anak-anak yang dikirim ke Mekkah ketika tamat akan pulang untuk membantu sultan dalam bidang pendidikan dan pemerintahan.63

Setelah berhasil membangun sekolah informal, Sultan Muhammad

Salahuddin dan Ruma Bicara Abdul Hamid merencanakan mendirikan sekolah formal. Dengan memanfaatkan Politik Etis Belanda, pada tahun 1921 Sultan mendirikan HIS (Holands Inlandche School) di Kota Raba, setingkat dengan SD sekarang. Pada saat mendirikan HIS, masyarakat menentang sultan karena guru- gurunya adalah orang-orang Belanda dan orang Indonesia yang memperoleh pendidikan Belanda. Oleh karena itu Sultan mendatangkan guru agama bernama

Muhammad Said dari Makassar. Seiring dengan perkembangan politik pada saat itu, tujuan pendidikan bukan saja untuk menuntut ilmu, melainkan untuk menciptakan anak-anak yang berjiwa Nasional dan berani melawan penjajahan.64

63M. Hilir Ismail. 2004. Op cit, hal. 161-162 64Ibid., hal. 164

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

Pada tahun 1922 didirikan sekolah keterampilan wanita yaitu

“Kopschool”, dipimpin oleh SBS Yulianche dan disetujui oleh Sultan guna untuk pemerataan pendidikan bagi kaum wanita. Sekolah keterampilan wanita mempelajari keterampilan seperti menentun, anyaman dan menjahit. Atas inisiatif permaisuri sultan dan putri-putrinya pada tanggal 11 september 1944 didirikan organisasi keterampilan wanita yang bernama “Rukun Wanita”.65 Guna pemerataan pendidikan diseluruh wilayah, pada tahun 1922 Sultan Muhammad

Salahuddin mendirikan sekolah setiap kejenelian (kecamatan), yang bernama

Sekolah Kita yang nantinya akan menjadi Sekolah Rakyat.66

Pada tahun 1931 Ruma Bicara Abdul Hamid dengan dukungan Sultan

Muhammad Salahuddin mendirikan Madrasah Darul Tarbiyah, sekolah lanjutan yang setingkat dengan tsanawiyah. Guna untuk member peluang bagi anak-anak yang alumni Sekolah Kita untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. Lalu pada tahun 1934 Sultan juga mendirikan Madrasah Darul Ulum Bima. Untuk kemajuan Darul Ulum Bima pada tahun 1941, Sultan Salahudiin mendatangkan

Ulama yang menganut faham Safei yaitu Syech Husain Syehab dari Jakarta.67

Selain mendirikan banyak sekolah, Sultan Salahuddin dan Ruma Bicara

Abdul Hamid juga mendirikan banyak masjid yang lebih besar dari sebelumnya di setiap Kejenelian (Kecamatan). Pada tahun 1935 didirikan Masjid Kota Raba, sebagian besar biaya pembangunan tersebut berasal dari Ruma Bicara Abdul

Hamid seperti lahan yang digunakan yaitu tanah wakaf dari Ruma Bicara Abdul

65M. Hilir Ismail dan Alan Malingi. 2018. Op cit., hal. 139 66M. Hilir Ismail. 2006. Op cit., 140 67M. Hilir Ismail dan Alan Malingi. 2018. Op cit., hal. 139-140

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

Hamid. Sehingga tepat sekali apa bila sekarang masjid tersebut diberinama“Masjid Raya Baitul Hamid”.68

Selain mendirikan Masjid Raya Baitul hamid, pada tahun 1947 Sultan

Muhammad Salahuddin Mendirikan Masjid Raya Bima yang terletak di sebelah

Timur Kompleks Istana. Sultan mengangkat H. Usman Abidin dan Muhammad

Idris Jafar menjadi panitia pembangunan masjid. Untuk kelancaran pembangunan

Masjid, Sultan menyerahkan kayu bekas bangunan Istana Raba. Dalam perjalananya Masjid raya tersebut tidak beri nama sesuai dengan nama pendirinya melaikan diberi nama “Masjid Al-Muwahiddin Bima”. 69

3.3. BidangSosialPolitik

Dalam masa kapemimpinannya Sultan Muhammad Salahuddin banyak mengeluarkan kebijakan untuk menyaingi kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak Belanda demi kemajuan Bima. Kebijakan-kebijakan tersebut salah satunya adalah mengizinkan dan mendirikan beberapa organisasi seperti Serikat

Islam (SI) yang bertujuan untuk menghapus kerja paksa atau kerja rodi dan menolak pajak (Belasting) yang memberatkan rakyat Bima. SI Cabang Bima didirikan pada tahun 1920 M oleh ulama asal Banjarmasin yang bernama H.M.

Tahir.

Kehadiran organisasi ini sangat didukung oleh Sultan dan para Ulama.

Maka dengan sepenuh hati Sultan Muhammad Salahuddin membantu dan

68M. Hilir Ismail. 2006. Op cit., hal. 142 69Ibid, hal. 143-144

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

memberikan biaya yang dibutuhkan pada organisasi ini. Kelahiran SI yang mendapat dukungan dari sultan dan para ulama menimbulkan reaksi keras dari pemerintahan Kolonial Belanda hingga SI dinyatakan sebagai organisasi terlarang oleh Kolonial Belanda.70 Hal ini dikarenakan pemerintah Hindia Belanda menganggap SI sebagai ancaman yang dapat menggagalkan Sekulerisasi,

Westernisasi dan Kristenisasi yang dilakukan oleh Belanda.71 Serta dapat mengancam keberadaan pemerintah Hindia Belanda, karena SI berkembang menjadi organisasi yang ikut berpolitik. Hal tersebut dapat dilihat dari peraturan

Pemerintah Belanda yang tertuang dalam pasal 111 Regerings-Reglement (RR), yang berbunyi “ Bahwa persekumpulan – perkumpulan atau persidangan persidangan soal pemerintahan (politik) atau membahayakan keamanan umum dilarang di Hindia Belanda”. Karena adanya peraturan tersebut keberadaan SI tidak dapat diakui oleh pemerintah, sehingga saat proses pengakuan secara hukum pengajuan yang dilakukan SI ditolak oleh Pemerintah Kolonial dengan alasan

“Oleh karena perkumpulan itu berdasarkan politik dan mengancam hendak merusak keamanan umum, harus dilarang pendiriannya” yang berdasarkan pada pasal 111 RR.72

Sikap yang sama diperlihatkan oleh Kolonial Belanda ketika organisasi

Muhammadiyah cabang Bima berdiri pada tahun 1937. Tetapi Belanda tidak berani melarang organisasi yang didirikan oleh Abdul Muthalib (Dae Talu), M.

70Ibid., hal. 150 71Ibid., hal. 148-149 72Bourbon. 2019. Indische Partij :Partai Politik Pertama di Indonesia. Terdapat pada : https://www.hariansejarah.id/2019/12/indische-partij-partai-politik-pertama.html [diaskes pada tanggal 23 Juni 2020].

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

Idris Jafar, H. M. Hasan, Salim, M. Jafar dan Umae Ompu Bana ini.

Muhammadiyah adalah organisasi yang mendapatkan dukungan dengan sepenuh hati dari rakyat untuk menerapkan nilai agama pada masyarakat Bima. Tujuan organisasi Muhammadiyah ini adalah mengarah kepada amar ma’aruf nahi mungkar (melakukan hal yang benar dan melarang yang salah) melalui pengajian- pengajian, lomba pidato diselenggarakan untuk meningkatkan keterampilan para juru dakwah yang sanggup berbicara dengan hati nurani dan memberikan manfaat bagi masyarakat terutama kaum remaja untuk lebih taat pada ajaran agama.73

Pada tanggal 3 Maret 1938 lahir organisasi yang bernama Persatuan

Penuntut Ilmu (PERPI) yang dirintis oleh M. Saleh Bakry. Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran beragama dan berbangsa di kalangan generasi muda. Organisasi ini mendapatkan dukungan penuh dari Sultan

Muhammmad Salahuddin, sultan member kesempatan kepada seluruh masyarakat untuk bergabung dengan organisasi ini dengan harapan organisasi ini akan memberikan semangat bagi masyarakat Bima untuk terus berjuang melawan

Belanda dan menentang apa saja yang diterapkan oleh pemerintah Belanda yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat Bima.74

Organisasi yang didirikan oleh Sultan Muhammad Salahuddin adalah

Persatuan Islam Bima (PIB) tanggal 3 November 1938, organisasi ini dirintis oleh

Sultan Muhammad Salahuddin sendiri. Organisasi ini diketuai oleh Nasaruddin yang merupakan adik Sultan Muhammad Salahuddin dengan sekretarisnya M.

73M. Hilir Ismail. 2006. Op cit.,hal. 150-151 74M. Hilir Ismail. 2006. Op cit., hal.167

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Saleh Bakry. Tujuan PIB adalah untuk menghilangkan pertentangan di kalangan umat Islam.75

Pada tahun 1941 berdiri Organisasi Wanita Muhammadiyah bernama

“Aisyah” dibawah Pimpinan Kartini Ahmad Jubaidi dan Siti Jaenab Ade Talu.

Pada masa pemerintahan Jepang, dipimpin oleh Siti Hawa Takalondokang, gadis kelahiran Pulau Sangir Besar (Sulawesi Selatan). Mencetak banyak kader sejak tahun 1937-1950, Muhammadiyah Cabang Bima telah banyak mencetak kader yang tangguh. Ada yang berperan sebagai Mubalig, Guru dan tokoh politik yang aktif berjuang pada masa revolusi kemerdekaan (1945-1950). Dengan demikian

Muhammadiyah Cabang Bima telah berhasil mengagalkan kristenisasi dan sekularisme di Bima pada masa penjajahan.76

3.3.1. Masa pergolakan

Pada tahun 1939-1945, dunia sedang dilanda oleh Perang DuniaII dan

Belanda juga ikut dalam berperang, bergabung dengan kelompok Negara

sekutu. Mereka berperang dalam melawan kelompok seperti Negara Jerman,

Italian, dan Jepang. Pada awal Perang Dunia II mengalahkan Angkatan perang

sekutu di Asia Tenggara.

Pada tanggal 30 Maret 1942, kedua pilot Belanda berangkat dari

Kendari menuju Australia, tapi di tengah perjalanan pesawat yang mereka

tumpangi mengalami kerusakan sehingga membuat mereka menetap di

75M. Hilir Ismail. 1988. Op.cit, hal. 117 76M. Hilir Ismail. 2006. Op cit., hal. 151-152

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

Bima, sambil memikirkan cara apa yang akan mereka lakukan, agar sampai pada tujuannya. Akhirnya kedua pilot menemukan jalan keluar dari masalah yang dihadapinya yaitu mereka mendatangi pelabuhan Bima.

Setiba di pelabuhan Bima kedua pilot memaksa para pelaut dari

Madura, Makassar, dan Bugis untuk membawa mereka ke Australia tapi para pelaut menolak keinginan pilot tersebut, sehingga menimbulkan amarah pilot dan secara tiba-tiba kedua pilot Belanda merusak kapal dan membunuh para pelaut dengan cara ditembak.77

Peristiwa itu menimbulkan kemarahan Sultan Muhammad Salahuddin dan para pemimpin rakyat yang bergabung dalam suatu komiteaksi. Komite aksi dibentuk atas inisiatif dari para pemuda-pemuda Bima yang dipimpin oleh para tokoh pemuda seperti: 1). Mahmud Kashmir; 2) Amir Daeng

Emo; 3). Muhammad Abdul Wahab; 4). Abdul Azis dan dibantu juga

Tentara KNIL yang berjumlah 14 orang dan dari kepolisian yang membelot dari KNIL serta kepolisian Belanda dan berjiwa Nasionalis. Tujuan komite aksi adalah merebut kembali kekuasaan pemerintahan dari tangan Belanda, membantu Sultan mengusir Belanda, serta memajukan Bima menjadikan lebih baik, maju tanpa ikut campur dan peraturan dari Belanda, serta pihak- pihak lainnya.

Pada gerakan ini dipimpin oleh Aritonang bersama dengan teman- teman Koninklijke Nederlandsch-Indische Leger (KNIL) yang membelot dari pemerintah Hindia Belanda menawan komandannya seorang kapten

77M. Hilir Ismail. 2018. Op cit., hal. 142

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

berkebangsaan Belanda, dan melucuti senjata serdadu KNIL lainnya.

Setelah itu Aritonang membagi tugas menjadi tiga yaitu 1) Pasukan inti akan mengepung asrama polisi yang terletak di Raba dan menahan para penjabat Belanda; 2) Pasukan lainnya akan menggunakan alat komunikasi seperti pemancar radio, sentral telepon dan tangsi polisi, agar menghindari komunikasi dari pihak Belanda; 3) Para pasukan lain membuat pos-pos penjagaan yang nantinya akan orang Belanda yang meloloskan diri.

Para pemimpin yang bergabung dalam mengusir Belanda melakukan diskusi atau strategi apa yang akan dilakukan selanjutnya, sehingga pada tanggal 5 April 1942, merupakan suatu hari yang direncanakan oleh mereka untuk mulai melakukan aksi perlawanan terhadap Belanda. Dalam aksi tersebut mereka mendatangi tempat-tempat yang dianggap sebagai tempat yang digunakan Belanda. Usaha pengusiran yang dilakukan pihak Sultan mendapatkan hasil yaitu mereka menangkap beberapa orang dari pihak

Belanda antara lain Mr. Machaman (Seorang Kontrolir); Karseboom (Agent

KPM); Bavelaar (Agent BPM); Kemper (Inspektur Polisi). Dalam aksi ini kedua orang penerbang Belanda tewas sedangkan dari pihak rakyat Bima gugur seorang pejuang yaitu Idris Hakim dan 1 orang lagi terluka yaitu

Amir Daeng Emo. Sebagian orang dari pihak Belanda berhasil melarikan diri ke Lombok Timur.78

Pada tanggal 12 April 1942, tokoh pergerakan Hakim Hantabi Dan

Suwondo, yang sedang berada di Sumbawa Besar mendapatkan berita

78M. Hilir Ismail. 2006. Op.cit., hal. 170-171

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

bahwa Belanda sedang berada disana tepatnya di Kota Selong Lombok

Timur. Menurut informasi yang didapatkan bahwa Belanda di Lombok

Timur sedang menyusun kekuatan untuk melawan kesultanan Mbojo Bima, supaya Belanda menguasai daerah Bima dengan sepenuhnya. Berita ini disampaikan langsung oleh tokoh pergerakan yang bernama Muhammad

Noor Amin kepada Sultan Muhammad Salahuddin, secara langsung serta waktu itu tidak disia-siakan oleh Sultan Muhammad Salahuddin untuk menyusun kekuatan, agar dapat menjadikan daerah Bima lebih baik dan maju untuk kedepannya. Pada penyusunan rencana sultan Muhammad

Salahuddin di bantu oleh beberapa tentara KNIL yang ikut berjiwa nasional di bawah pimpinan Ari Tonang.

Pada malam 30 April 1942, Laskar berangkat dari Kesultanan Bima untuk menuju Istana Dompu dan perjalanan tersebut Sultan Muhammad

Salahuddin tidak ikut karena harus menyusun kekuatan guna dan menjaga serangan Belanda secara tiba-tiba. Pada malam harinya Laksar Mbojo Bima bertemu dengan pasukan Belanda di jembatan kampaja di Desa Sori Utu dan terjadi pertempuran sengit di sana.

Dari usaha Sultan Muhammad Salahuddin, para tokoh, dan masyarakat yang ikut membantu Sultan mengusir Belanda, akhirnya berhasil dengan semangat juang yang tinggi, dimana Laskar Mbojo Bima berhasil mengalahkan pasukan Belanda, serta menyebabkan dirinya dan dua orang lain bernama Idris Hakim dan Amin Daeng Emo mengalami luka berat.

Sedangkan dari pihak Belanda satu orangnya mati dan satu orang lagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

ditawan, sehingga pada tanggal 1 Mei 1942 dini hari pasukan Belanda lari tunggang langgang meninggalkan Sumbawa.

Sultan Muhammad Salahuddin mampu mengembalikan kedaulatan dari tangan Belanda dan menata Bima menjadi lebih berdaulat tanpa ikut campur bangsa lain. Bendera dan lambing Kesultanan dapat dikibarkan kembali di depan Istana Bima karena sebelumnya Bendara Kesultanan hanya dipasang dalam mobil Sultan pada saat Belanda berkuasa. Artinya melambang

Bendera sultan menandakan bahwa kesultanan Bima telah berdaulat.

Dari kemenangan yang telah didapatkan mendapatkan reaksi dari berbagai pihak seperti :

a) Reaksi dari Sultan yaitu Sultan sangat bersyukur atas apa yang telah

dicapai dari bebagai pihak seperti para tokoh dan masyarakat yang

ikut serta dalam perlawanan, membantu Sultan untuk mengalahkan

Belanda serta cita-cita Sultan terwujud untuk mengusir Belanda di

daerah kekuasaannya.

b) Reaksi dari pihak Kerajaan mereka sangat senang dan bias terbebas

dari semua aturan yang dibuat Belanda selama ini dan menurut

Kerajaan sangat menyengsarakan Sultan, Kerajaan dan rakyat.

c) Reaksi masyarakat atas apa yang dicapai oleh Sultan, para tokoh,

dan masyarakat yang ikut serta dalam perlawanan tersebut,

kebahagiaan masyarakat Bima tidak bias digambarkan dengan kata-

kata Karena apa yang mereka inginkan tercapai yaitu bebas dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

penderitaan, karena selama pemerintah Belanda masyarakat

mengalami penderitaan yang tidak ada hentinya.

Dari reaksi-reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan dari pihak Sultan, Kerajaan, dan masyarakat Bima tidak dapat digambarkan dalam hal apapun. Selama ini mereka hanya bias menerima tanpa bias melawan apa yang dilakukan Belanda, hingga pada tanggal 5 April 1942 merupakan akhir dari penderitaan mereka. Akhinya Sultan Muhammad

Salahuddin dan masyarakat Bima bias menata kehidupan menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya tanpa ikut campur dari Belanda. 79

Kedaulatan Kesultanan Bima tidak bertahan lama sampai dengan kedatangan Jepang pada tanggal 17 Juli 1942, awalnya kedatangan Jepang disambut gembira oleh Sultan Muhammad Salahuddin dan masyarakat.

Masyarakat Bima menduga bahwa Jepang dating hanya untuk menolong daerah Bima dari penjajahan sesuai dengan janji yang telah diikrarkan kepada Bangsa Indonesia. Menurut masyarakat Bima kedatangan Jepang ke

Bima adalah sebagai saudara tua, yang akan menolong saudara muda, dari belenggu penjajah Belanda.

Sikap ramah Jepang dan pasukan membuat Sultan Muhammad

Salahuddin dan rakyat Bima yakin atas kebenaran janji yang dibuat Jepang, setelah beberapa bulan sikap Jepang mulai berubah yang awalnya senyum ramah berubah menjadi bengis dan kejam. Mulai saat Jepang berkuasa di

Bima dan semua peraturan yang dibuat oleh Belanda, serta sekolah yang

79M. Hilir Ismail. 1988. Ibid, hal. 122-125

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

berbasis Belanda di hilangkan dan diganti oleh peraturanJepang yang baru, sehingga pada saatitusemua yang berhubungan Belanda di Bima sudah tidak ada lagi di Bima. Tidak hanya itu, tentara Jepang juga bahkan meminta kepada sultan untuk menyerahkan gadis-gadis Bima untuk dijadikan gadis pelayan seks.

Untuk menghadapi situasi tersebut, Sultan Muhammad Salahuddin memberikan arahan untuk mengadakan pernikahan massal yang dikenal dengan peristiwa Nika Baronta (Nikah Berontak). Peristiwa ini tejadi pada tahun 1944, dimana rakyat menikahkan anak gadisnya dengan para lelaki baik dari keluarga dekat maupun jauh.80

Kedatangan Jepang ke Bima tidak membuat semangat rakyat Bima mundur, tapi sebaliknya yaitu menambah semangat rakyat Bima untuk terus berjuang dalam mengusir Jepang. Sultan Muhammad Salahuddin yakin dengan semangat yang dimiliki rakyat Bima akan mampu mengusir Jepang, seperti yang merekalakukanmasyarakatBima pada Belanda.

Sosok Sultan Muhammad Salahuddin sebagai seorang pemimpin yang terus berusaha memajukan Kesultanan Bima di mata masyarakat adalah sebagai pemimpin yang berjuang tanpa mengenal lelah dan selalu sabar atas apa yang diberikan oleh Maha Pencipta karena setiap malasah pasti ada jalan keluar dan Sultan percaya dengan itu semua. Sultan juga adalah sebagai seorang raja yang rendah hati, baik dari tutur kata, cara berbicara,

80M. Hilir Ismail dan Alan Malingi, 2018. Op cit, hal.143-144

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

dan memperlakukan rakyatnya sama halnya dengan memperlakukan

keluarganya sendiri.

Sosok Sultan Muhammad Salahuddin sebagai seorang pemimpin yang

terus berusaha memajukan Kesultanan Bima di mata keluarga terutama bagi

anaknya Siti Maryam, ayahnya adalah orang rendah hati dan selalu ingin

mengetahui segala sesuatu dengan usaha sendiri. Memiliki ilmu

pengetahuan yang luas yang dimilikinya mampu menjadikan Sultan sebagai

seorang yang sangat perduli bagi pendidikan yang dicapai oleh putra-

putrinya.

3.3.2. PengaruhTerhadap Kerajaan Lain

Pada tahun 1928, Kerajaan Sanggar bergabung dengan Kesultanan

Bima. Namun disisi lain akibat dari kontrak politik panjang dengan

Belanda, Flores Barat, NTT terpaksa lepas dari Kesultanan Bima. Lalu pada

tahun 1935, Sultan menyelamatkan Kerajaan Dompu dari cengkraman

hutang dan kekuasaan penuh Belanda dengan cara menggabungkan Dompu

dan Kesultanan Bima. Sultan menanggung semua hutang Dompu kepada

Belanda, serta membayarkan gaji para pegawai yang menumpuk setahun

lebih akibat zaman malaise81. Di masa tersebut, arus pergerakan di

81Zaman Malaise adalah zaman yang dimana terjadi penurunan tingkat ekoniomi dunia yang terjadi pada tahun 1929. Baik negara industry atau negara berkembang sama sama mengalami kehancuran ekonomi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

Indonesia memasuki Bima, Baik pergerakan keagamaan maupun yang bersifat nasionalisme.82

3.3.3. Pembangunan Istana Baru

Selain meningkatkan pengadaan rumah peribadatan dan sarana prasarana pendidikan, pada tahun 1927 Sultan Muhammad Salahuddin mendirikan istana permanen dengan memadukan seni arsitektur Bima dan seni arsitektur Belanda yang dikerjakan oleh arsitek bernama Rehata yang berasal dari Ambon. Biaya pembangunan Istana tersebut berasal dari kas

Kesultanan dan dana pribadi sultan yang bersumber dari hasil Pajak dan gaji beliau sebagai Sultan. Pengerjaan pembangunan istana dikerjakan oleh rakyat secara gotong royong dibawah pimpinan Bumi Jero. Pembangunan tersebut berlangsung selama 3 tahun. Istana yang didirikan oleh Sultan

Muhammad Salahuddin tersebut sampai sekarang masih berdiri megah dan menjadi Cagar Budaya.83

82Muslimin Hamzah. 2004. Op cit., hal. 105 83M. Hilir Ismail.1988. Op.cit, hal. 118-119

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Foto 1: Museum Asi Mbojo bekas Istana Kesultanan Bima

Sumber : Dokumentasi Pribadi Penulis, 19 juni 2020

3.3.4. Masa Pasca Kemerdekaan

Sultan Muhammad salahuddin merupakan seorang tokoh yang memiliki jiwa nasionalis yang tinggi. Dorongan semangat nasionalis yang tumbuh dalam jiwa sultan bersama rakyat tergambar secara jelas dalam maklumat

22 November 1945, yang berbunyi sebagai berikut :

“Kami Soeltan Keradjaan Bima, menyatakan dengan sepenoehnja bahwa ;

1. Pemerintah Keradjaan Bima, soeatoe daerah dari Negara Repoeblik

Indonesia yang berdiri di belakangPemerintahan Repoeblik Indonesia;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

2. Kami menjatakan, bahwa pada dasarnja segala kekoeasaan dalam

daerah Pemerintahan Keradjaan Bima terletak di tangan kami, oleh

karena itoe soeasana pada dewasa ini, maka kekoeasaan-kekoeasaan

yang sampai sekarang ini tidak di tangan kami, maka dengan sendirinja

kembali ketangan kami.

3. Kami menjatakan dengan sepenoehnja, bahwa berhoeboengan

Pemerintah dalam lingkoengan Kerdjaan Bima bersifa tlangsoeng

dengan poesat Negara Repoeblik Indonesia.

4. Kami memerintahkan dan pertjaja kepada sekalian pendoedoek dalam

seloeroeh Keradjaan Bima, sesoeai dengan sabda kami jang ternjata di

atas.”84

Dari isi maklumat yang dikeluarkan oleh Sultan dapat dilihat betapa besarnya kecintaan sultan terhadap Negara Republik Indonesia yang baru saja lahir. Sultan menyatakan bahwa, Kesultanan Bima adalah daerah yang merupakan bagian dari Negara Republik Indonesia. Maklumat itu juga merupakan pernyataan sikap dari seluruh masyarakat Kesultanan Bima.

Maklumat tersebut pada hakikatnya juga adalah pernyataan yang tidak mengakui lagi kekuasaan Jepang, yang saat itu masih berkuasa di Bima.85

Maklumat itu juga sekaligus merupakan sebuah pengorbanan besar yang dipersembahkan oleh Sultan Muhammad Salahuddin untuk masa

84Arsip surat-surat penting dan dokumen Sultan Muhammad Salahuddin. 85M. Hilir Ismail. 2004. Op cit, hal. 178-179

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

depan Bima dan Negara Republik Indonesia. Karena sejak tanggal 22

November 1945, Bendera Kerajaan Bima yang telah lama berkibar gagah perkasa selama lebih dari tiga abad lamanya harus diturunkan dan diganti dengan Merah Putih. Hal ini menunjukkan bahwa Sultan Muhammad salahuddin adalah seorang negarawan sejati yang berjiwa nasionalis serta berpandangan jauh kedepan.86

Kecintaan Sultan Muhammad Salahuddin terhadap negara dan bangsa tidak pernah pudar. Jiwa nasionalis beliau dapat dilihat dari getaran sukma dan jiwanya ketika menyampaikan pidato resmi dihadapan Ir. Soekarno selaku presiden Indonesia saat berkuunjung ke Bima pada tanggal 3

November 1950. Berikut kutipan pidato tersebut :

“Paduka Yang Mulia. Rindu yang meluas ini bukan baru sekarang saja timbulnya, akan tetapi sejak ledakan Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, pada saat ketika mana terbayanglah di muka kami rakyat disini wajah Bapak-Bapak pemimpin kita Bung Karno dan Bung Hatta yang sedang memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia, lalu pada saat itu juga tertanamlah dalam jiwa rakyat di sini arti proklamasi yang harus dijunjung tinggi, harus dipertahankan dan harus dimiliki itu, sehingga pada tanggal 22 November 1945, kami di Kesultanan Bima ini mengeluarkan pernyataan bahwa daerah Kesultanan Bima menjadi Daerah Istimewa yang yang langsung berdiri di belakang Republik Indonesia.”87

86M. Hilir Ismail dan Alan Malingi. 2018. Op cit, hal. 147 87M. Hilir Ismail. 2004. Op cit, hal. 179-180

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Dari pidato tersebut dapat dibuktikan kecintaan dan kesetiaan sultan

dan rakyat Bima terhadap negara. Kecintaan yang tak pernah lapuk oleh

waktu, selama pemimpin menjalankan tugasnya sesuai dengan falsafat yang

dikenal dan di akui oleh rakyat Bima. Dimana rakyat akan selalu setia dan

taat kepada pemimpin selama pemimpinnya bertindak sesuai falsafat

“Tohompara Nahu Sura Dou Labo Dana”(Biarkan Aku Menderita Asalkan

Demi Rakyat Dan Negara).88

Akibat dari sikap dan tindakan Sultan Muhammad Salahuddin yang

berdiri di belakang NKRI. Pemerintah Jepang berusaha untuk

mempengaruhi sultan dengan cara menekan sultan agar merubah sikapnya.

Karena menurut Jepang nasib bangsa Indonesia tergantung dari hasil

keputusan Sekutu, yang bedasarkan pada perjanjian antara Jepang dan

Sukutu tanggal 14 agustus 1945 dimana segala masalah yang berhubungan

dengan wilayah jajahan Jepang akan ditangani Sekutu. Akan tetapi

penekanan ini tidak digubris oleh Sultan Muhammad Salahuddin. Atas

dukungan para pejuang dan rakyat, perlawanan terhadap penjajah

terusdilakukan hingga Indonesia Merdeka.89

88Salmin Dan Jasman.2017. Dalam jurnalnya yang berjudul : Implementasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam Pengembangan Pariwisata Budaya Di Kabupaten Bima. Jurnal Administrasi Negara. Menjelaskan bahwa para Sultan Kesultanan Bima memegang teguh falsafat tersebut, lebih jelasnya arti dari falsafah tersebut adalah dimana pemimpin (sultan) Bima lebih mengutamakan kepentingan rakyat dan negara dibandigkan dengan kepentinganp ribadi. 89M. Hilir Ismail dan Alan Malingi. 2018. Op cit, hal. 148-149

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

KEADAAN SOSIAL MASYARAKAT BIMA SETELAH

SULTAN MUHAMMAD SALAHUDDIN MENJABAT

(1915 – 1951)

4.1. Pendidikan dan Agama

Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Salahuddin sistem pendidikan di Bima sudah mulai berkembang, baik pendidikan informal maupun formal. Untuk menunjang pendidikan informal Sultan Muhammad Salahuddin bersama Ruma Bicara Abdul Hamid mendirikan masjid disetiap kejenelian

(kecamatan) guna menjadi tempat belajar Ilmu agama yang disebut dengan sekolah “Kita”. Ilmu-ilmu yang dipelajari saat itu sepertiI lmu Tarikh, Ilmu Fiqih, ilmu Qalam, Ilmu Tauhid dan Ilmu Faraid. Selain itu diajarkan juga bahasa Arab, tafsir Al-Qur’an dan Adab. Sehingga pada masa tersebut masyarakat telah lebih mengenalI lmu Agama dibandingkan dengan masa sebelumnya yang masih belum mempelajari Ilmu Agama Islam secara luas.90

Politiketis Belanda, dimana pola Snouck yang menganjurkan kepada

Pemerintah Kolonial Belanda untuk memberikan kebebasan kepada umat Islam

90M. Hilir Ismail. 2006. Kebangkitan Islam di Dana Mbojo (Bima) 1540-1950. Bogor : Penerbit Binasti. Hal. 139-140

66

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

dalam melaksakan ibadah dimanfaatkan oleh masyarakat Bima untuk memperdalam ilmu agama. Para orang tua yang memiliki anak usia dini (5-17 tahun) menyerahkan putra-putrinya kepada guru ngaji agar dapat belajar membaca

Al-qur’an dan dapat melakukan Shalat dengan benar. Setelah berumur 13 tahun keatas mereka memperdalam ilmunya di Masjid dan Langgar yang berada disekitar rumahnya.

Masyarakat Bima saat itu tidak hanya memperdalam ilmu didalam negeri tetapi mereka belajar ilmu agama hingga keluar negeri seperti Mekah dan

Madinah. Pada awal masa pemerintahan Sultan Muhammad Salahuddin hingga tahun 1938, jumlah jama’ah haji dari Bima kian meningkat. Namun, akibat perang dunia ke II pada tahun 1939-1945 jumlah jamaah haji dari Bima menurun.

Jamaah haji yang telah melaksanakan ibadah haji tidak langsung kembali ke

Bima, melainkan menetap di Mekah dan Madinah untuk memperdalam ilmu agama. Mereka tinggal dalam waktu yang lama bahkan ada yang hingga belasan tahun lamanya. Setelah menyelesaikan studinya, mereka akan kembali ke Bima dan menjadi Ulama serta membantu Sultan dalam bidang pemerintahan.91

Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Salahuddin dominasi Ulama

Melayu kian berkurang sebaliknya Ulama asli Bima semakin bertambah. Pada tahun 1917-1937 banyak pelajar Bima yang telah menetap lama di Mekah kembali ke Bima menjadi Ulama serta membantu Sultan dalam menjalankan roda pemerintahan. Pada priode tersebut terdapat tiga Ulama besar dari Bima yang menjadi guru di Mekkah yaitu Syekh Abubakar Ngali, Syekh Hamzah Cenggu

91Ibid., hal. 135-136

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

dan Syekh Abidin Dodu. Ketiganya menjadi guru dari para pelajar yang berasal dari berbagai daerah Nusantara. Dengan demikian pada abad 20 ulama Bima telah memiliki andil yang besar dalam penyebaran Islam di Nusantara. Setelah lama mengabdi pada dunia pendidikan di Mekkah dan Madinah, ketiga Ulama besar itu kembali ke Bima, mereka diangkat menjadi pejabat Majelis Syar’iah dan salah satu dari mereka yaitu Syekh Hamzah Cenggu diangkat menjadi “Lebe Na’e

Karumbu”. Selain tiga ulama tersebut banyak Ulama Bima yang kembali ke Bima setelah lama menuntut Ilmu di Mekkah dan Madinah, diantaranya H. Abdul

Rasyid Sape, Tuan Guru H. Ishaka Abdul Qadir Rabangodu, Tuan Guru H.

Usman Abidin dan masih banyak lagi. Setelah kembali ke Bima, mereka banyak yang diangkat menjadi anggota Majelis Syar’iah dan ada pula yang aktif menjadi

Guru Agama di desa-desa.92

4.2. Keadaan Sosial Politik

Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Salahuddin para pejuang nasional di Bima merubah cara perlawananya, yang semula hanya mengandalkan perlawanan munggunakan perlawan senjata dibawah pimpinan sultan dan para pejuang menjadi lebih terorganisir. Dimana masa pemerintahan Sultan

Muhammad Salahuddin banyak oraginasi organisasi pergerakan yang lahir di

Bima seperti Serikat Islam (SI), Muhammadyah, Perpi dan Rukun Wanita.

Organisasi-organisasi tersebut melahirkan banyak tokoh-tokoh perjuangan yang

92Abdul Gani Abdullah. 2004. Peradilan Agama dalam Pemerintahan Islam di Kesultanan Bima (1947-1957). Mataram : Yayasan Lengge. Hal. 186-194

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

ikut serta dalam masa revolusi kemerdekaan.93 Pada dasarnya organisasi- organisasi tersebut memiliki misi yang berbeda namun Sultan Muhammad

Salahuddin tidak mempermasalahkannya karna beliau percaya bahwa visi kedepan dari semua organisasi tersebut tetap satu yaitu merebut kembali kemerdekaan dari tangan penjajah, perjuangan untuk meningkatkan imtaq dan imteq, serta kesadaran akan pentingnya persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sudah tumbuh dalam jiwa seluruh masyarakat. Tiga hal tersebut menjadi modal besar yang dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat untuk merebut kembali ke merdekaan.94

Aktifitas masyarakat Bima erat sekali dengan ajaran agama Islam seperti berpakaian. Pakaian wanita Bima “Rimpu” adalah busana untuk menutup aurat bagi kaum hawa, ada dua jenis rimpu yang dikenakan oleh Wanita Bima yaitu

“rimpu colo” merupakan penggunaan “tembe ngoli” (sarung ngoli) yang digunakan oleh wanita yang sudah menikah dan pemakaiannya seperti pemakain jilbab pada umumnya, menutupi aurat kecuali wajah. “rimpu mpida” merupakan penggunaan “tembe ngoli” (sarung ngoli) yang digunakan oleh wanita yang masih perawan untuk menghindari godaan dan fitnah, pemakainnya adalah menutupi sebagian wajahnya sejenis cadar.

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, pada masa pemerintahan

Sultan Muhammad Salahuddin pengajaran membaca Al-Qur’an dimulai sejak usia dini yaitu lima tahun dan diharuskan telah “tama ngaji” (khatam Al-Qur’an) pada

93M. Hilir Ismail. 2004. Peran Kesultanan Bima Dalam Perjalanan Sejarah Nusantara. Mataram : Lengge. Hal. 166-167 94M. Hilir Ismail dan Alan Malingi. 2018. Jejak Para Sultan Bima. Bima : CV. Adnan Printing. Hal. 141-142

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

usia sepuluh tahun. Saat itu kemampuan dalam membaca Al-Qur’an sering dijadikan ukuran dalam pergaulan antar pemuda. Sebaliknya kemampuan dalam membaca Al-Qur’an juga dapat menjadi perbenturan hanya karna saling menyalahkan dalam tata cara pembacaan Al-Qur’an ditempat pengajian. Selain itu, apabila terjadi suatu rencana pernikahan yang sudah sampai pada tingkat penentuan lamaran untuk diterima, makasyarat yang diajukan oleh pihak mempelai wanita adalah kemampuan mempelai pria dalam membaca Al-Qur’an.95

Tidak semua lapisan masyarakat berpakaian seperti yang telah diajarkan agama Islam, sekitar tahun 1950 ada kecendrungan sebagian kecil masyrakat

Bima terpelajar mengagumi kebudayaan Belanda yang identik dengan kebudayaan sekulerisme. Dalam kesehariannya mereka bersikap dan berperilaku layaknya orang orang Belanda. Masyarakat tersebut senang memamerkan kebolehanya dalam berbahasa Belanda, berpakaian jas dan dasi walau panas terik matahari, “Sambolo” (tutup kepala khas Bima) yang menjadi pakaian tradisional dianggap pakaian orang dusun. Ajaran Islam mulai diremehkan, menurut mereka kebudayaan sudah ketinggalan jaman. Kalender Hijriyah diganti dengan kalender

Masehi. Nama hari khususnya “Ahad” ditukar dengan “Minggu” dan istilah

“sajama’a” (sejum’at) yang dalam bahasa Melayu “sepekan” ditukar

“seminggu”.96

95Op cit.Abdul Gani Abdullah. 2004., hal. 81-82 96Op cit. M. Hilir Ismail. 2006., hal. 147

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

Foto 1: Sambolo (tutupkepalakhasBima)

Sumber : Dokumentasi Pribadi Penulis, 18 juli 2020

Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya, pada tahun 1935 dan

1947 dibangun dua masjid besar di daerah Raba (Kota Bima sekarang) yaitu

Masjid Baitul Hamid dan Masjid Muwahiddin Bima. Dalamperjalanannya,atas saran dari M. Saleh Bakryseorang ulama muda yang menjabat sebagai “Khatib

Karoto” (1932-1934), teks khotbah yang berbahasa Arab diubah menjadi Bahasa

Melayu. Sehingga isi khotbah tersebut dapat dengan mudah dipahami dan dihayati oleh peserta Shalat Jum’at.97

97Ibid., hal. 144

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

4.2.1. Stratifikasi Sosial

Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Salahuddin, penggolongan masyarakat di Bima masih sama seperti masa-masa sebelumnya. Masyarakat Bima diformalisasikan pada masa Sultan Abdul

Hamid, bahkan saat itu diekspresikan dalam bentuk lambing lambing pemerintahan pada tanggal 14 agustus 1788. Dalam lambing tersebut diungkap mengenai adanya 4 golongan dalam masyarakat Bima, yaitu ; 1.

Golongan raja-raja, 2. Golongan bangsawan, 3. Golongan “dari” dan pegawai Istana, 4. Golongan rakyat biasa. Penggolongan tersebut tidak member kesan bahwa masyarakat Bima dibagi dalam suku bangsa akibat pertalian wilayah. Demikian pula istana tidak mengakui adanya golongan budak walaupun golongon ini hidup berdampingan dengan dengan raja-raja dan bangsawan, hal ini disebabkan oleh golongan ini bukan termasuk penduduk asli dan hanya berasal dari proses tukar menukar hadiah dengan pihak lain.

a) Golongan raja-raja adalah golongan yang menduduki tingkat

teratas dalam masyarakat Bima. Golongan ini merupakan

disebut juga golongan “londo Sang Bima” (garis keuturunan

Sang Bima). Seperti yang telah dibahas sebelumnya, raja atau

calon pengganti Raja selalu dipilih dari garis keturunan laki-

laki, karena keturunan pihak perempuan tidak berhak menjadi

raja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

Orang yang termasuk dalam golongan raja-raja adalah raja

yang sedang atau yang pernah menjadi raja, istri atau

permaisuri dan anak-anak raja. Seorang raja atau “jena teke”

(calon raja) tidak menutup kemungkinan menikah dengan

seorang wanita dari golongan rakyat biasa, apabila hal itu

terjadi maka golongan dari istri raja tersebut berubah atau

masuk dalam golongan raja-raja.

Golongan raja-raja bertempat tinggal dalam lingkungan

istana sedangkan keluarga raja tinggal diluar istana. Pada masa

pemerintahan Sultan Muhammad Salahuddin (1919-1951), raja

dan permaisuri serta anak-anaknya menempati dan

melaksanakan tugasnya di dalam “Asi Na’e” (istana besar) atau

“Asi Bou” (istana kecil), sedangkan keluarga raja yang lain

menempati “Asi Mantoi” (istana lama) atau “Asi Mpasa”

(bekas istana).

b) Golongan bangsawan ialah golongan yang setingkat dibawah

golongan raja-raja. Golongan ini memangku jabatan tertentu

dalam pemerintahan Kesultanan Bima secara turun menurun

hingga keturunan selanjutnya memungkinkan bahwa

memangku jabatan tersebut adalah pengakuan hukum bagi

kelanjutan kebangsawananya.

Yang termasuk dalam anggota ini merupakan mereka yang

merupakan “londo ruma” (keturunan raja) atau keluarga dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

Raja atau bias dikatakan mereka yang bukan keturunan

langsung dari Raja. Pada awalnya mereka mendiami istana

namun karena orang tuanya telah wafat atau telah digantikan

oleh sauadaranya, maka mereka pindah keluar istana. Pada

masa Sultan Muhamnad Salahuddin golongan ini mendiami

daerah tertentu yang biasanya berada disekitar Istana.

c) Golongan “dari” dan pegawai istana pada mulayanya

merupakan kelompok dari golongan rakyak biasa yang

diangkat menjadi pekerja sesusai dengan perintah istana sesuai

dengan keahlianya di dalam lingkungan istana. Meraka yang

termasuk dalam golongan ini merupakan pegawai rendahan,

pesuruh atau tukang untuk menjalankan pekerjaan di dalam

maupun di luar lingkungan Istana.

Sebagian dari golongan ini bertempat tinggal di pedesaan

dan sebagianya bertempat tinggal di sekitar istana. Pemilihan

tempat tinggal yang demikian dipengaruhi oleh tuntuan

kewajiban bertugas dan frekuensi pekerjaan istana. Kedudukan

golongan ini hanya pada tingkat pendukung karena tidak

termasuk dalam kelompok pengambil keputusan.

d) Golongan rakyat biasa adalah masyarakat yang tidak termasuk

dalam salah satu dari golongan lainya. Penempatan masyarakat

Bima yang demikian cenderung menempatkan rakyat biasa

sebagai golongan terendah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

Golongan rakyat biasa pada umumnya melakukan kegiatan

sehari-hari sebagai petani, pedagang bahkan pesuruh kaum

raja-raja atau bangsawan, nelayan dan buruh. Dalam kegiatan

sehari-harinya, rakyat biasa juga menduduki fungsi-fungsi

keagamaan sebagai guru atau guru ngaji.

Perbedaan antara golongan lainya dengan golongan “dari”

dan pegawai istana adalah terletak di kehidupan hukumnya.

Dimana tata aturan istana nampaknya hanya hidup dikalangan

terbatas saja, rakyat biasa terlepas dari wilayah pelaksanaan

tradisi istana. Mereka hanya terikat pada aturan menurut

agama atau aturan tradisi Islam, dengan kata lain aturan hidup

bagi mereka adalah aturan agama atau sebaliknya, aturan

agama adalah tata dan pola hidupnya. Oleh karena itu, tradisi

dalam kehidupan istana bukanlah aturan yang berlaku umum

yang mengikat seluruh masyarakat.98

Dari uraian tersebut dapat diketahui adanya lapisan atau

tingkatan dalam masyarkat Bima, tiap golongan tersebut memiliki

tugas masing-masing dan menduduki urutan tertentu. Lapisan

masyarakat Bima sebagai mana yang telah dijelaskan diatas, untuk

98Abdul Gani Abdullah. 2004. Op cit., hal. 89-100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

masa sekarang ini sudah tidak lagi ada perbedaan yang terlalu

mecolok seperti dahulu.99

4.2.2. Mata Pencaharian

Mata pencaharian orang Bima pada masa pemerintahan Sultan

Muhammad Salahuddin didominasi oleh kegiatan agraria (petani). Hal ini

didukung oleh kondisi geografis Bima yang merupakan salah satu wilayah

yang cukup subur dengan curah hujan yang cukup di daerah pulau

Sumbawa. Hasil bumi yang biasanya dihasilkan oleh masyarakat Bima

berupa Padi (Oriza Sativa), Jagung (Zea Mays), Kedelai (Glycinemax), dan

Bawang Merah (Alliumcepa L. Varietas aggregatum). Hasil bumi ini tidak

hanya diperdagangkan di wilayah kesultanan saja namun juga dijual keluar

daerah.

Tradisi orang Bima atas pembagian hak hasil pertanian, sangat erat

kaitannya dengan hukum pertanian dan hukum Islam. Dimana menurut

masyarakat Bima hak atas pertanian adalah hak untuk mendapatkan

persawahan atau areal pertanian baru dan hak untuk memperoleh hasil-hasil

pertanian. Mengenai hak yang pertama yaitu hak mendapatkan persawahan

atau areal pertanian baru, masyarakat Bima khususnya yang berada di desa

memiliki tradisi membuka lahan pertanian seperti hutan dan rawa untuk

dijadikan daerah persawahan.

99Siti Maryam R. S., Munawar S., Syukri Abubakar. 2013. Aksara Bima Peradaban Yang Sempat Hilang. Mataram :Alam Tara Institute Ahmad Amin. 1971. Sejarah Bima. Bima : Kantor Kebudayaan Bima., hal. 39-40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

Setelah membukalahan, masyarakat harus menyerahkan sebagian

tanah tersebut kepada sultan, sebagian tanah tersebut tidak menjadi hak

sultan tetapi akan dipergunakan “dana molukai” (tanah untuk sumber biaya

perayaan hari Maulid Nabi Muhammad). Dan para petaniakan menyerahkan

2,5% dari setiap hasil panen yang akan diserahkan kepada cepe lebe dan

lebena’e100 yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Penyerahan 2,5% juga

mencakup kewajiban zakat untuk tahun yang berjalan dan penyerahan hak

Sultan. Menurut orang Bima penyerahan hasil sawah yang digarapnya

menunjukan ketaatannya terhadap pemerintahan Sultan dan hukum Islam.

Danamolukai adalah lembaga keuangan istana Kesultanan Bima

yang menyediakan sumber biaya kegiatan tiga hari besar didalam

lingkungan istana yang disebut dengan “rawi ma tolu kali samba’a”

(peristiwa besar yang diadakan dalam tiga kali setahun) yaitu Upacara

Hanta Ua Pua (perayaan Sirih Puan yang dirayakan saat Maulid Nabi), hari

raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha. Selain digunakan untuk perayaan

hari besar, dana molukai juga digunakan sebagai gaji pejabat istana.

Persembahan hasil pertanian akan diberikan kepada Sultan melalui

lembaga Nge’e sebagai pajak rakyat. Lembaga Nge’e adalah kesadaran atas

kewajiban masyarakat untuk memberikan hak orang lain. Karena itu dapat

dikatakan bahwa lembaga nge’e ada (tinggal budak) yaitu penyerahan hasil

100Menurut Tim Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan daerah (1978) dalam buku Sejarah Daerah Nusa Tenggara Barat, Lebe nae merupakan jabatan yang memiliki tugas membantu jeneli dalam menjalankan urusan penyelenggaraan pemerintahan, sedangkan cepe lebe merupakan pejabat agama yang membantu seorang gelarang (kepala desa) dalam menjalankan tugas pemerintahan. Wilayah Kesultanan Bima di bagi atas beberapa kejenelian lalu tiap tiap dibagi atas beberapa gelarang (desa).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

pertanian yang dikerjakan oleh budak-budak atas tanah milik kesultanan

Oleh sebab itu bahwa tanah dan hutan beserta isinya adalah tanah milik kerajaaan, rakyat diperkenankan untuk membuka/mengelola untuk keperluan mereka.101

Dengan demikian saat itu tidaklah dikenal yang namanya system tanah“Mahardika/Mardika” (tanah bebas pajak) seperti yang dimaksud oleh lembaga Negara Hindia Belanda Nomor: 207 tahun 1913 yang menyatakan bahwa“tanah rakyat dapat dirampas untuk tanah negara kemudian dikembalikan kepada rakyat untuk diolah dengan kewajiban membayar atau bagi hasil kepada pemerintah”. Sistem hak atas tanah tersebut di atas mengalami perubahan akibat pergeseran system pemerintahan kesultanan kesistem pemerintahan daerah berdasarkan Undang-Undang Pemerintahan

Daerah No. 1 tahun 1957. Walaupun demikian komponen agama dalam sistem hukum tanah yang dilaksanakan pada masa pemerintahan kesultanan masih akrab dengan kehidupan bercocok tanam orang Bima.

Dapatdilihatsumber yang didapat dari hasil bumi yang ada di kesultanan Bima pada pemerintahan Sultan Muhammad Salahaddin cukup beragam. Hal ini sesuai dengan laporan hasil pertanian yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kesultanan Bima dibawah kepemimpinan Sultan

Salahuddin mengeluarkan laporan berapa jumlah hasil-hasil dari berbagai wilayah di Kesultanan Bima. Produk-produk pertanian unggulan masyarakat

Bima pada saat itu diantaranya:

101Abdul Gani Abdullah. 2004. Op cit., hal. 79-80

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

a) Padi dengan luas lahan sekitar 22765,7 ha dengan jumlah tanah tegal

atau sawah 12743,77 dan lading kurang lebih 8000 ha hasil padi di

kesultanan secara keseluruhan 55.000 ton sampai 60.000 ton padi

kering pertahun dan 27.500 ton sampai 30.000 ton beras setahun yaitu

hasil sawah dan ladang. Wilayah yang banyak mengasilkan padi yaitu

Bolo, Belo, Sape, Woha, Wawo, Rasanae, Montadan Wera. b) Jagung dengan luas tanah yang digunakan di perswahan ± 4000 km

dan di tengah ladang ±1000 ha wilayah yang banyak menghasilkan

jagung yaitu Kejenelian Rasana’e, Belo, Bolo, Monta, dan Woha.

Hasil dari kesultanan secara keseluruhan ±10.000 ton sampai 12.000

jagung biji setahun. c) Tembakau di wilayah Bima pada masa kesultanan kurang diminati

oleh masyarakat. Tanaman tembakau ditanam di tegalan yang rata atau

juga di tanah yang sedikit miring seperti ditepi sungai dan tanah

sawah. Umumnya dipilih tanah yang berpasir atau tanah gambur. Luas

tanah sawah ±10 ha dan luas ditegalan pinggir kali ±70-90 ha. d) Kopi, penduduk diKesultanan Bima tidak menanam kopi. Dalam

Kesultanan Bima terdapat kebun kopi hanya di Tambora satu

onderneming dahulu kepunyaan orang Swedia yang bernama Tambora

Estate. Luasnya ± 400 ha yang ditanamikopi robusta. e) Kelapa, kebun-kebun kelapa di Kesultanan Bima hanya sedikit saja

didapatnya pada kebun dekat laut, seabagian di Sape, Kempo, Labuan

Bajo, Kenanga, Hu’u, dan Karumbu, dibagian tengah dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

diperkampungan jarang kedapatan kebun kelapa. Hasil kelapa tersebut

untuk keperluan sehari-hari buat penduduk dalam kesultanan belum

mencukupi oleh sebab itu tiap-tiap tahunnya banyak buah kelapa

didatangkan dari pulau-pulau lain.

f) Bawang merah, luas perusahaan sawah dalam tiap tahun rata-rata

±300-900 ha. Bawang merah banyak diproduksi dibagian Kejenelian

Monta, Belo, Bolo, Woha, Dompu dan Sape sesudahnya padi, ada pula

sebagian kecil dari sawah di Kejenelian Sape dan Monta yang semata-

mata dipergunakan untuk pertanian bawang merah pada sawah tersebut

bawang merah ditanam 2 kali setahun yaitu sesudah musim barat atau

pada musim timur. Hasil rata-rata dalam setahun ±900 Ton sampai

10000 Ton bawang merah.

g) Kacang hijau, luas tanah pertanian di sawah ±8000 ha.,

ditegalan/lading ±70000 ha., sehingga Jumlahnya ±15000 ha. Daerah

yang menjadi tempat penanaman kacang hijau yaitu dibagian

Kejenelian Bolo, Dompu, Belo, Rasanae, Sape, Woha ,Wera dan

Monta.

Untuk menjaga keberlangsungan pertanian di wilayah Kesultanan

Bima. Sultan Muhammad Salahuddin menerapkan kebijakan-kebijakan tertentu. Pemerintah Kesultanan mengeluarkan Undang-Undang untuk menjaga keamanan dalam bidang pertanian yang mulai berlaku pada tanggal

22 Agustus 1943 yang memuat peraturan untuk mengatur keberlangsungan pertanian di wilayah Bima. Masyarakat Bima secara turun-temurun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

memiliki tradisi yang cukup unik dalam hal penyimpanan hasil panen setiap

musim panen berlangsung.102

Selain didominasi dengan kegiatan pertanian, masyarakat Bima juga

menjalankan roda perekonomian pada sector peternakan. Hal ini didukung

oleh peraturan-peraturan kesultanan yang memerintah para jeneli-jenelinya

untuk ketersediaan hewan ternak baik untuk kebutuhan perdagangan

maupun kebutuhan yang berkaitan dengan hari besar keagamaan contohnya

pada saat Idul Adha (Idul Qurban) berlangsung. Pada dasarnya kegiatan

pertanian dan peternakan masyarakat Bima memiliki keterkaitan yang

sangaterat. Secara tegas pemerintah Kesultanan Bima mengeluarkan

peraturan No. 19/VIII-a tentang perternakan Kerbau, Kambing dan Kuda

yang mengatur hal-hal sebagai berikut:

“1. Kerbau: jumlah kerbau di wilayah Kesultanan Bima cukup banyak.

Akan tetapi, dari jumlah yang sekian besarnya itu hanya sedikit saja

yang terpelihara dengan baik, sebagian besar dari kerbau-kerbau disini

telah dilepaskan begitu saja hingga sering kali menimbulkan gangguan

terutama bagian pertanian. Untuk menjaga keadaan yang demikian,

maka kami harap agar supaya diadakan aturan untuk pemelihraan

kerbau.

102M. Al-Qautsar Pratama. 2019. Keihdupan Masyarakat Bima Pada Kepemimpinan Sultan Muhammad Salahuddin Tahun 1915-1951. Khazanah Theologia, Vol. 1 No. 1 : 52-53. Terdapat Pada : https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/kt/article/download/7128/3676 (diakses pada 29 Juni 2020)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

2. Kuda: untuk memperbaiki peternakan kuda maka akan diadakan

pemilihan kuda jantan yang memenuhi syarat-syaratnya untuk dijadikan

kuda pemancet (rahi). Kuda ini harus didaftarkan (masing-masing

Guntyo mempunyai daftar sendiri) dan diberikancap. Kuda-kuda yang

telah ditunjuk menjadi pemancet tidak diperkenankan dijual kepada

orang lain, malainkan pada sesame pendudukpun hanya untuk

peternakan saja.

3. Kambing: jumlah Kambing Etawa di Bima amat kecil memenuhi

semua permintaan bibit untuk memperbesar tubuhnya kambing asli disini

sedang pengharapan untuk mendatangkan Etawa yang tulen mungkin

belum ada. Maka perlulah mengadakan persediaan sendiri.”

Lebih lanjut pemerintah Kesultanan Bima mengeluarkan Peraturan tentang pemeliharaan kerbau yang terdiridari 14 pasal yang kebanyakan berisikan tentang kerbau-kerbau di wilayah Bima harus diberi cap “S” pada leher sebelah kiri agar memudahkan dalam mengenal isi apa pemilik kerbau tersebut. Selain itu pada pasal 8 diterapkan system pajak dimana kerbau- kerbau yang telah didaftarkan dikenakan pajak sejumlah tiga puluh sen perekor untuk satu tahun.

Apabila kerbau akan disembelih maka untuk seekor kerbau harus membayar pajak sejumlah satu rupiah jika kerbau ditangkap hidup dan jika kerbau ditangkap mati maka harus membayar pajak sebesar tiga rupiah.

Pada pasal 12 berbunyi pada waktu melepas kerbau-kerbau ditempat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

gembala harus ada yang menjaganya agar tidak mengganggu kegiatan

pertanian. Dan pada pasal 13 ditegaskan lagi bahwa barang siapa yang

melanggar aturan tersebut diatas ini maka kerbau akan diambil oleh

kesultanan.103

103Ibid., hal. 53-54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kerajaan Bima atau Kesultanan Bima merupakan kerajaan yang terletak di ujung timur pulau Sumbawa, tepatnya di daerah Bima Sekarang. Pada mulanya kerajaan Bima dipecah menjadi kelompok-kelompok kecil yang dipimpin oleh seorang Ncuhi. terdapat lima ncuhi besar di Bima yaitu Ncuhi Dara, Ncuhi

Parewa, Ncuhi Padolo, Ncuhi Banggapupa dan Ncuhi Dorowuni. Kelima ncuhi tersebut hidup berdampingan dan saling menghormati serta selalu melakukan musyawarah mufakat bila ada sesuatu yang menjadi kepentingan bersama. Dari kelima Ncuhi tersebut yang bertindak sebagai pemimpin yaitu Ncuhi Dara.

Pada masa berikutnya, para Ncuhi dipersatukan oleh seorang utusan dari

Jawa yang bergelar Sang Bima. Keturunan dari Sang Bima inilah yang nantinya akan menjadi Raja di Kerajaan Bima. Pada masa kerajaan, Kerajaan Bima telah dipimpin oleh 26 Raja hingga pada tahun 1640 Kerajaan Bima mengubah system pemerintahanya menjadi Kesultanan atau Kerajaan yang berdasarkan hukum

Islam.

Setelah menjadiKesultanan, Kesultanan Bima telah dipimpin oleh 14

Sultan. Para Sultan memiliki peran dan kontribusi dalam memajukan Bima,

84

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

hingga pada puncaknya pada tahun 1915 dimana tampuk pemerintahan dipegang oleh Sultan Muhammad Salahuddin. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad

Salahuddin kondisi Kesultanan Bima Berjaya karena keteguhan iman dan kesabaran Sultan Muhammad Salahuddin dalam menghadapi masalah masalah yang diakibatkan oleh penandatanganan kontrak politik panjang (lange kontrak).

Sultan Muhammad Salahuddin terus berjuang dalam memajukan Bima, hingga berhasil memerdekakan Bima dari penjajahan. Sultan Muhammad Salahuddin meninggal dunia pada tanggal 11 juli 1951 di Jakarta.

Sultan Muhammad Salahuddin memiliki kontribusi yang sangat besar untuk memajukan Kesultanan Bima hingga dapat berpengaruh dalam perubahan sosial di Bima. Dalam bidang pendidikan dan agama sultan berperan penting, dimana sultan mendirikan masjid di setiap kejenelian (kecamatan) dalam rangka menunjang kemajuan pendidikan dan agama di Bima. Selain itu sultan juga mendirikan sekolah-sekolah formal serta memberikan beasiswa kepada para pelajar yang berprestasi hingga kelak menjadi pemimpin di Bima. Pada saat itu para pelajar di Bima telah memiliki pengetahuan agama serta pengetahuan umum yang lebih baik dari sebelumnya.

Selain berperan dalam bidang pendidikan Sultan Muhammad Salahuddin juga berperan penting juga dalam bidang social politik. Dimana sultan mengizinkan bahkan mendukung secara penuh pendirian dari oraganisasi- organisasi pergerakan di Bima yang nantinya melahirkan kader kader perjuangan yang ikut serta memerdekakan Bima.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

5.2. Saran

Sebagai bentuk penghargaan kepada pahlawan nasional yang berasal dari

Bima dan para pejuang terdahulu ada baiknya pemerintah Kota dan Kabupaten

Bima dapat memelihara dengan lebih baik situs-situs peninggalan sejarah peninggalan mereka yang saat ini dimanfaatkan sebagai destinasi wisata oleh

Pemerintah Kabupaten Bima seperti Museum Asi Mbojo, Museum Samparaja,

WaduPa’a, Pemakaman Dana Traha, dan PemakamanTolobali.

Bagi masyarakat Bima pada umumnya, akan sangat baik jika tetap mengikuti petuah yang pernah diajarkan oleh Sultan Abdul Kahir dan Para tertua lainnya seperti Maja Labo Dahu (Takut dan Malu), Ngaha Aina Ngoho (Makan

Jangan Membakar Hutan), Katada Pu Rawi Ma Tedi (Perlihatkan Perbuatan Yang

Tekun) dan Nggahi Rawi Pahu (Perkataan dan Perbutan Harus Memiliki Bentuk).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

DAFTAR PUSTAKA

Buku

M.Fachrir Rahman. 2005. Kontroversi Sejarah Kehadiran, Jurnal Studi Islam dan

Masyarakat, Vol. IX ed. 15. Mataram : Ulumuna MHilir Ismail. 2004.

Peran Kesultanan Bima Dalam Perjalanan Nusantara. Mataram: Lengge

M. Hilir Ismail, 2004. Sejarah Mbojo Bima dari Jaman Naka ke Jaman

Kesultanan. Mataram : Binasti

Winarno Surakhmad. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar Metode Teknik.

Bandung :Tarsito Soerjono Soekanto. 2000. Sosiologi Suatu Pengantar.

Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

M. Hilir Ismail dan Alan Malingi, 2018. Jejak Para Sultan Bima. Bima : CV.

Adnan Printing

M. Hilir Ismail.1988. Peranan Kesultanan Bima Dalam Perjalanan Nusantara.

Bima : Arsip ASI Mbojo

Henri Chambert-Loir dan Siti Maryam R. Salahuddin. 2012. Bo’ Sangaji Kai.

Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Dr. Peter Carey. 1986. Asal Usul Perang Jawa, Sepoy dan Lukisan Raden Saleh.

Jakarta : Pustaka Aset

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

Syarifuddin Jurdi. 2009. Historio Muhammadyah Bima. Yogyakarta : Center of

Nation Building Studies

Siti Maryam R. S., Munawar S., Syukri Abubakar. 2013. Aksara Bima

Peradaban Yang Sempat Hilang. Mataram : Alam Tara Institute

Ahmad Amin. 1971. Sejarah Bima. Bima : Kantor Kebudayaan Bima

M. Fachrir Rahman. 2011. Islam di Bima Kajian Historis Islamisasi Era

Kesultanan. Mataram : Alam Tara Institute

DwiSeptiani. 2015. “Kesultanan Bima Pada Masa Sultan Muhammad

Salahuddin”. Skripsi. Yogyakarta : UIN SunanKalijaga

M.Hilir Ismail dan Alan Malingi, 2010, Profil Raja Dan Sultan Bima. Bima

:Dinas Budaya dan Parawisata

M. Hilir Ismail. 2006. Kebangkitan Islam di Dana Mbojo (Bima) 1540-1950.

Bogor : Penerbit Binasti

BPS Provinsi NTB. 2011. Nusa Tenggara Barat Dalam Angka. Mataram : CV

Harapan Mandiri Utama

Muslimin Hamzah. 2004. Ensiklopedia Bima. Bima : Pemkab Bima

Utrecht, Dr. SH. 1962. Sejarah Hukum Internasional di Bali dan Lombok.

Bandung :Sumur Bandung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

A.Salim Harahap. 1963. Sejarah penyiaran Islam di Asia Tenggara. Medan :Toko

Buku Islamiyah.

Abdul Gani Abdullah. 2004. Peradilan Agama dalam Pemerintahan Islam di

Kesultanan Bima (1947-1957). Mataram : Yayasan Lengge

Tim Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. 1978. Sejarah

Daerah Nusa Tenggara Barat. Jakarta :Direktorat Jendral Kebudayaan

Website :

Pemerintah NTB. 2019. Tembe Nggoli, Salah Satu Unggulan UMKM Bima.

Terdapat pada : https://www.ntbprov.go.id/post/tembe-nggoli-salah-satu- unggulan-umkm-bima di akses pada tanggal 13 mei 2020.

Jurnal

Kartini Mawaddah. 2017. Diplomatik Sultan Abdul Hamid di Kerajaan Bima

Tahun 1773- 1817 M. Jurnal Uinsu. 1(1):144-151. Terdapat pada :

http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/juspi/article/download/1004/802 [diakses

22 maret 2020]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

Salmin Dan Jasman. 2017. Implementasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam

Pengembangan Pariwisata Budaya Di Kabupaten Bima. Jurnal

Administrasi Negara. 14 (3) : 95. Terdapat pada

http://administrasistisip.ejournal.web.id/index.php/administrasistisip/article/

download/102/65 [diaskes 7 juni 2020]

M. Al-Qautsar Pratama. 2019. Keihdupan Masyarakat Bima Pada Kepemimpinan

Sultan Muhammad Salahuddin Tahun 1915-1951.Zawiyah :Jurnal

Pemikiran Islam.5 (2) : 345-347. Terdapat Pada :

https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/kt/article/download/7128/3676(dia

kses pada 29 Juni 2020)

Arsip

Arsip surat-surat penting dan dokumen Sultan Muhammad Salahuddin.

Wawancara

Wawancara dengan Ruslan Muhammad (Alan Malingi), 13 April 2020 di

Museum Asi Mbojo.