Promine Journal, June 2019, Vol. 7 (1), Page 20 - 27

Analisis Keamanan Tebing Pada Areal Bekas Tambang Di Desa Semaya, Kecamatan Randudongkal, Kabupaten Pemalang (The Analysis of Slope Safety Factors at Post Mining Areas in Semaya , Randudongkal Sub-district, Pemalang)

Rinal Khaidar Ali1, Najib 1, Adam Kahfi Mulyadi1, 1Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Abstract Mining activities has become increasingly widespread in recent years, especially people’s mining, that just concerned about the result and not paying attention to the environmental factors.This is caused the post mining area’s destruction and environmental degradation potential. For this reason, the slope safety factor enhancement analysis on the post mining area in Semaya Village, Randudongkal Sub- District, Pemalang is needed. Slope stability analysis using Slide 6.0 software to identify the condition of post mining area from the results of undisturbed sample (UDS) laboratory data. Laboratory testing includes several aspects including water content, weight, specific gravity, grain size, atteberg limit test, and direct shear test. The value of the safety factor is 1,441, the value is in the safe category because it passes the minimum value limit of the safety factor which is 1.25, this result is obtained from the terracing modeling. Keywords: Post Mining Areas, Slope Stability, Safety Factor, Terracing

1. Pendahuluan fenomena tersebut juga terkait dengan terjadinya penurunan aspek sosial-ekonomi Latar Belakang penduduk Keberadaan/lokasi kerusakan lahan bekas penambangan yang tidak Kegiatan penambangan merupakan memperhatikan pengelolaan pasca tambang kegiatan yang dapat mendatangkan menyebar di hampir semua Kabupaten dan keuntungan ekonomis yang cukup menjanjikan. Kota di Provinsi Jawa Tengah. Salah satu Hal ini yang menyebabkan kegiatan lokasi yang menyebabkan tebing sehingga penambangan menjadi semakin marak akhir- rawan terjadinya gerakan tanah (longsor) dari akhir ini, khususnya pertambangan rakyat aktifitas penambangan di areal bekas aktifitas yang mementingkan hasil dan kurang penambangan di Desa Semaya Kecamatan memperhatikan faktor-faktor lingkungan. Tentu Randudongkal Kabupaten Pemalang (Dinas saja dampak dari kegiatan tersebut akan ESDM, 2016). mengakibatkan dan menyisakan lahan bekas penambangan yang rusak serta berpotensi Tujuan Penelitian menimbulkan degradasi terhadap lingkungan. Kerusakan lahan bekas tambang Tujuan dalam penelitian ini yaitu: disebabkan kegiatan penambangan tanpa izin a. Mengetahui kondisi geologi dan jenis serta serta kurangnya perhatian terhadap persebaran litologi yang terdapat pada pengelolaan pasca penambangan. Kerusakan lokasi penelitian. lahan bekas tambang mempengaruhi b. Melakukan pemodelan dengan kelestarian fungsi lingkungan, sehingga menggunakan perangkat lunak Slide 6.0. berdampak pada meningkatnya suhu lokal, c. Mengetahui nilai faktor keamanan pada terganggunya tatanan hidrologis, menurunnya areal bekas tambang pada kondisi awal fungsi tanah sebagai media tanam dan dan sesudah diberi perlakuan pencegahan bencana (erosi, gerakan tanah, banjir lumpur), longsor.

* Korespodensi Penulis: ( Rinal Khaidar Ali) Lokasi Penelitian DepartemenTeknik Geologi, Universitas Lokasi Penelitian merupakan areal bekas Diponegoro, , Jawa Tengah pertambangan pasir dan batu yang terletak berada di wilayah Desa Semaya, Kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang (Gambar 1).

Promine Journal, June 2019, Vol. 7 (1), Page 20 - 27

penelitian. Setelah dilakukan penyelidikan lapangan

serta uji laboratorium mekanika tanah, maka didapatkan data geologi teknik, data hasil uji sondir dan data mekanika tanah. Tahap

selanjutnya yaitu mengolah dan menginterpretasi data-data tersebut dengan menggunakan perangkat lunak Slide 6.0. Data geologi fisik diolah dan diinterpretasi sehingga mendapatkan hasil peta geologi teknik. Dari semua aspek data-data yang diperoleh dapat di interpretasikan dan didapatkan perencanaan yang tepat untuk penanggulangan tebing.

3. Hasil dan Pembahasan

Litologi Penyusun Daerah Penelitian Pada lokasi ini berdasarkan kegiatan survey geologi di lapangan dan dilakukan pengamatan di lapangan maka dapat ditentukan dua jenis litologi yang berbeda, yaitu satuan batupasir dan satuan batulanau (gambar 2). 1. Satuan Batupasir Pelamparan satuan batupasir sekitar 80% Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian dari luas Desa Semaya. Singkapan satuan batupasir yang dijumpai merupakan Formasi Batuan Gunungapi Slamet Tak Terurai (Qvs). Satuan batupasir nampak di lapangan 2. Metode Penelitian mempunyai perlapisan. Perlapisan satuan batupasir memiliki arah jurus dan kemiringan Metode yang digunakan dalam penelitian perlapisan (strike/dip) N80E/5. Perlapisan ini adalah analisis, pada awalnya dilakukan yang terjadi pada satuan batupasir studi literatur mengenai aspek-aspek yang dikarenakan perbedaan ukuran butiran pada dibutuhkan untuk mengetahui nilai faktor setiap lapisan (gambar 3). keamanan terhadap metode yang akan Di Desa Semaya banyak dijumpai tanah dilakukan untuk memperkuat tebing pada areal hasil pelapukan batuan (residual soil). bekas tambang. Selanjutnya dilakukan studi Dibeberapa tempat juga tersingkap batuan tentang keadaan geologi regional daerah dengan kondisi masih segar dan yang penelitian dan pengumpulan data sekunder mengalami pelapukan ringan dan dapat yang dibutuhkan seperti: dikenali sehingga dari singkapan tersebut 1. peta Rupabumi . dapat ditentukan jenis litologi pada lokasi. 2. peta geologi regional daerah penelitian. Lapisan I merupakan lapisan yang paling 3. peta administrasi daerah penelitian. tebal dengan tebal berkisar antara 30cm - 1m, Untuk mendapatkan informasi awal lapisan ini tersusun oleh material berukuran mengenai daerah penelitian dalam melakukan 1 1 pasir sedang ( /4- /2 mm) sampai sangat kasar survei dan penyelidikan lapangan. Tahap (1-2 mm), kemas dan sortasi buruk, berwarna selanjutnya yang dilakukan yaitu penyelidikan hitam ke abu-abuan, bersifat kompak, pada lapangan untuk pengambilan data primer. lapisan ini juga terdapat fragmen batuan Metode yang dilakukan yaitu pemetaan andesitan dengan ukuran kerikil (2-4mm) - geologi teknik di wilayah Desa Semaya serta bongkah (>64 mm) dengan tingkat uji sondir, dan pengambilan undisturbed pembundaran sub rounded. sample pada areal lahan bekas tambang. Pemetaan geologi teknik dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi fisik batuan serta persebarannya pada lokasi penelitian. Pengambilan undisturbed sample bertujuan untuk mengetahui sifat mekanika tanah lokasi

Promine Journal, June 2019, Vol. 7 (1), Page 20 - 27

Gambar 2. Peta Geologi Daerah Penelitian

1 Dibawahnya terdapat Lapisan II pasir kasar ( /2-1 mm), dengan sortasi buruk, merupakan tipis batulanau dengan ukuran memiliki sifat mudah hancur (tidak kompak). 1 1 butir lanau ( /256- /16 mm) dengan tebal sekitar 10cm, dengan sortasi baik, kemas tertutup,berwarna coklat kemerah-merahan, memiliki sifat mudah hancur (tidak kompak). Kemudian dibawahnya terdapat Lapisan III merupakan lapisan batupasir warna coklat keabu-abuan dengan tebal sekitar 30 cm, 1 1 berukuran pasir sedang ( /4- /2mm) sampai 1 pasir kasar ( /2-1 mm), dengan sortasi buruk, memiliki sifat mudah hancur (tidak kompak). Lapisan IV berada tepat dibawah Lapisan III, sifat fisik dari lapisan ini sama dengan Lapisan III, akan tetapi pada Lapisan IV disertai dengan fragmen-fragmen andesit berukuran kerakal kerakal (4-64 mm). Lapisan Gambar 3. Singkapan Batupasir di daerah V memiliki karakter fisik yang sama persis penelitian dengan Lapisan III, dengan warna coklat 2. Satuan Batulanau Karbonatan keabu-abuan dengan tebal sekitar 30cm, 1 1 berukuran pasir sedang ( /4- /2 mm) sampai Kenampakan satuan litologi batulanau di 1 pasir kasar ( /2-1mm), dengan sortasi singkapan dapat dikenali sebagai perselingan buruk,akan tetapi pada Lapisan V memiliki lapisan batulanau dan batupasir dengan o o sifat yang lebih memiliki sifat mudah kompak pelamparan N10 E/47 . Satuan Batu Lanau bila dibandingkan dengan Lapisan III. berada di bagian timurlaut dari wilayah Desa Lapisan VI memiliki kenampakan coklat Semaya dan memiliki pelamparan sekitar 20% 1 ke abu-abuan, ukuran butir pasir kasar ( /2- dari total daerah Desa Semaya. Batulanau 1mm), sortasi dan kemas buruk, memiliki yang lebih dominan memiliki ciri memiliki 1 1 ketebalan 30-50 cm, bersifat kompak, terdapat ukuran butir lanau ( /256- /16 mm) dengan fragmen batuan andesitan dengan ukuran sortasi baik, warna batuan lapuk hitam kerikil (2-4mm) – bongkah (>64 mm) dengan kecoklat-coklatan, warna batuan segar coklat tingkat pembundaran sub rounded. Lapisan keputih-putihan, kurang kompak, bersifat VII memiliki ketebalan 10cm, memiliki warna karbonatan (gambar 4). warna coklat dengan tebal sekitar 30 cm, Batupasir memiliki ciri warna lapuk merah 1 1 berukuran pasir sedang ( /4- /2 mm) sampai kehitam-hitaman, warna batuan segar coklat keputih-putihan, berukuran butir pasir

Promine Journal, June 2019, Vol. 7 (1), Page 20 - 27

1 1 1 halus ( /8- /4mm) - pasir sedang ( /4-½mm) Uji laboratorium pada undisturbed sample dengan sortasi buruk dan bersifat kompak. berfungsi untuk mendapatkan data – data sifat mekanika tanah. Sifat mekanika tanah ini berisi beberapa aspek diantaranya yaitu kadar air, berat isi, specific gravity, analisis ukuran butir, Atterberg Limit test, dan direct shear test (uji geser langsung). (tabel 1)

Tabel 1. Hasil Uji Laboratorium Undisturbed Sample

Gambar 4 Singkapan Batulanau Karbonatan

Tebal lapisan batu lanau relatif lebih tebal Pemodelan daripada batupasir.Tebal batulanau dapat mencapai 10cm dan tebal batupasir sekitar 1- Pada lokasi pengamatan keadaan asli 3cm. Secara regional, Satuan Batulanau sesuai kondisi dilapangan dilakukan karbonatan masuk pada Formasi Rambatan pemodelan dengan memasukan nilai kohesi (Tmr) dengan anggota formasi berupa serpih, (c), unit weight (γWet) dan sudut geser napal dan batupasir gampingan dalam(ϕ) didapatkan nilai faktor keamanan (FK) 0.532 lereng ini masuk dalam kategori lereng Data Hasil Uji Mekanika Tanah Pada labil atau lereng yang berpotensi sering terjadi Undisturbed Sample longsor, Karena tidak memenuhi faktor keamanan (FK) minimum yaitu FK ≥ 1,25 tebing dalam kondisi kritis (gambar 5). .

Gambar 5. Nilai Awal Faktor Keamanan Lereng (FK = 0.532)

Karena kondisi awal nilai faktor keamanan Dinding penahan tanah adalah suatu (FK) tidak memenuhi standar nilai minimal konstruksi yang berfungsi untuk menahan dan maka dilakukan tindakan yang perlu dilakukan mencegah keruntuhan/kelongsoran tanah untuk meningkatkan keamanan dan yang miring atau lereng yang kemantapannya kestabilang lereng yaitu dengan cara tidak dapat dijamin oleh lereng tanah itu melakukan metode perkuatan lereng. Ada sendiri. Tanah yang tertahan memberikan beberapa metode perkuatan lereng yang dapat dorongan secara aktif pada struktur dinding dilakukan, diantaranya yang akan dipakai sehingga struktur cenderung akan terguling dalam analisis ini adalah metode pemasangan atau akan tergeser. Ketentuan dalam dinding penahan dan metode cut and fill. pembuatan pembuatan dinding penahan tanah

Promine Journal, June 2019, Vol. 7 (1), Page 20 - 27

didasarkan pada SNI 2847:2013 khususnya pada permodelan mempunyai nilai γWet dalam bab 14 tentang dinding struktural. sebesar 20 kN/m3, c 50 kN/m2 dan ϕ 35o. Material Properties dari dinding penahan tanah (Badan Standardisasi Nasional, 2013).

Gambar 6. Hasil Perhitungan Faktor Keamanan Dengan Perencanaan Dinding Penahan Tanah (FK = 0,695)

Untuk menguji efisiensi dari metode dan analisis kestabilan lereng juga akan perkuatan yang akan digunakan, maka perlu mempengaruhi tingkat keamanan dan dilakukan perhitungan dan analisis nilai faktor kestabilan lereng yang sebenarnya. Akan kemanan lereng. Permodelan kondisi awal tetapi peningkatan keamanan lereng yang lereng yang telah dibuat dapat digunakan dihasilkan dari permodelan metode untuk membantu dalam analisis ini, dari pemasangan konstruksi dinding penahan permodelan tersebut kemudian ditambahkan belum cukup untuk menjadikan lereng dapat bentuk struktur bangunan dinding penahan dikatakan dalam kondisi aman dan stabil. tanah sesuai dengan ketentuan SNI Karena penambahan dinding penahan 2847:2013, didapatkan nilai faktor keamanan tebing nilai faktor keamanan (FK) masih tidak 0,695 (gambar 6). Terjadi sedikit peningkatan memenuhi standar nilai minimal maka nilai faktor keamanan (FK) namun masih dilakukan pemodelan ulang dengan dinyatakan tidak aman, Karena masih tidak penggunaan metode cut and fill, Prinsip dasar memenuhi faktor keamanan (FK) minimum dari metode cut and fill ini yaitu menggali atau yaitu FK ≥ 1,25 tebing masih dalam kondisi memotong (cut) dan menimbun urugan atau kritis jika tetap digunakan dinding penahan mengisi (fill). Maksud dari metode ini yaitu tebing. menggali atau memotong bagian lereng yang Berdasarkan klasifikasi Bowles, 1989 lebih tinggi kemudian tanah hasil galian dengan nilai FK lereng sebesar 0,695 (FK tersebut digunakan sebagai tanah urugan antara 1,07 sampai 1,25) maka lereng ini bagian bawah lereng. Inti dari metode cut and masuk dalam kategori lereng kritis atau lereng fill ini adalah merubah geometri lereng, baik yang pernah terjadi longsor dan masih slope atau sudut kemiringan lereng, ketinggian berpotensi terjadi longsor kembali. lereng, dan merubah bentuk lereng menjadi Peningkatan nilai FK dari hasil perhitungan berundak.

Promine Journal, June 2019, Vol. 7 (1), Page 20 - 27

Gambar 7. Hasil Perhitungan Faktor Keamanan Pada Lokasi Pengamatan Dengan Metode Cut And Fill (FK = 1,441)

Setelah dilakukan analisis menggunakan Bappeda. 2011. Peta Rencana Tata Ruang perangkat lunak Slide 6.0, Terjadi peningkatan Wilayah Kabupaten Pemalang Provinsi nilai faktor keamanan (FK) yang cukup besar Jawa Tengah. dan telah melewati nilai minimum faktor Bowles. J. E. 1991. Sifat-sifat Fisis dan keamanan (FK) lereng yang dihasilkan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah) Edisi sebesar 1,441 (FK di atas 1,25) maka dapat Kedua. Jakarta: Erlangga. diinterpretasikan bahwa setelah dilakukan Bowles. J. E. 2000. Analisis Dan Desain perkuatan lereng dengan metode cut and fill, Pondasi. Jilid 1. Edisi ke empat. Jakarta: lereng dalam kondisi yang aman dan relatif Erlangga. stabil dan jarang terjadi longsor dengan Casagrande. 1942. Sistem Clasifikasi potensi longsor yang sangat kecil dan dapat Unified Soil & Clasification System (USCS). dinyatakan sudah cukup aman (gambar 7). Dackombe. R.V & Gardiner V. 1983. Geomorphological Field Manual. London: 4. Kesimpulan George Allen dan Unwin Publisher. Das. B. M. 1984. Fundamentals of Soil Pada lokasi ini terdapat 2 jenis litologi yang Dynamics. New York: Elsevier Science berbeda yaitu batupasir dan satuan batulanau. Publishing Co. Inc. Terdapat 2 satuan geologi teknik yaitu satuan Das. B. M. 1995. Mekanika Tanah. Jilid 2. material lepasan berukuran pasir kelempungan Jakarta: Erlangga. dan satuan material lepasan berukuran lanau Dikau. R. 1997. Landslide Recognition. kepasiran. Pada kondisi awal lokasi John Willey & Sons. pengamatan nilai faktor keamanan hanya Dinas Energi Sumber Daya dan Mineral. 2016. bernilai 0.532. Pada metode penambahan Laporan Kinerja Tahunan. dinding penahan tebing didapatkan Djuri M., Samodra H., dan Amin T.T. 1996. peningkatan nilai faktor keamanan 0.695. Peta Geologi Teknik Lembar Pada metode terasering didapatkan , Jawa, Skala 1:100.000. peningkatan nilai faktor keamanan 1.441. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Departemen Pertambangan dan Energi Daftar Pustaka Forssblad. L. 1989. Kompaksi (Pemampatan) Urukan Tanah dan Batuan Dengan Getaran Cetakan Attewel. P.B.& Farmer. I. W. 1976. Principles Pertama. Jakarta: Bina Aksara. of engineering geology. London: Chapman Google Earth. 2015. Peta Citra, Desa Semaya, & Hall. Kecamatan Randudongkal, Kabupaten Bappeda. 2010. Laporan Tahunan Kabupaten Pemalang. Pemalang Provinsi Jawa Tengah. Hardiyatmo. H. C. 2002. Mekanika tanah 1 Cetakan Pertama Edisi Ketiga. Yogyakarta:

Promine Journal, June 2019, Vol. 7 (1), Page 20 - 27

Gajah Mada University Press. Peck R.B. Hanson W. E. and Thornbun. T. H. Hardiyatmo. H. C. 2006. Teknik Fondasi I (1953; 1974). Foundation Engineering. New Cetakan Ketiga. Yogyakarta: Beta Offset. York: John Willey and Sons. Karyono. 2006. Diklat Perencanaan Tambang Sosrodarsono Suyono. 1984. Bendungan Type Terbuka. Unisba. Urugan. Jakarta: Pradnya Paramita. Lambe. T.W. & Withman. R.V. 1969. Soil Sukartaatmadja. 2004. Konservasi Tanah dan Mechanics. New York: John Willey & Sons Air. Bogor: IPB Press. Inc. Sutarso. B. & Suyitno. P. 1976. Fisiografi Dan Mawardi. 2011. Peranan Teras Kredit Sebagai Geomorfologi Kabupaten Pemalang Pengendali Laju Erosi Pada Lahan Provinsi Jawa Tengah. Bervegetasi Kacang Tanah. Jurusan Teknik Sutarman. E. 2013. Konsep dan Analisis Sipil Politeknik Negeri Semarang: Pengantar Teknik Sipil. Yogyakarta: ANDI. Semarang. Van Bemmelen. R.W. (1949)- Java. In: The Nakazawa. 2000. Mekanika Tanah dan Teknik Geology Of Indonesia. Government Printing Pondasi. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Office. Nijhoff. The Hague. 1. p. 545

Promine Journal, June 2019, Vol. 7 (1), Page 20 - 27