perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ANALISIS PENGARUH CAMEL TERHADAP
KINERJA PERUSAHAAN PADA BANK UMUM
(BNI, BRI, BTN, BANK MANDIRI, BCA, BANK
DANAMON, BANK PERMATA, BII)
TAHUN 2008-2011
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat dalam Mengajukan Skripsi serta Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret
Oleh :
ITA PURBOSARI F 1110012
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
Ø Sesungguhnya setelah kesusahan itu ada kemudahan oleh karena itu
kerjakanlah sesuatu itu dengan sungguh-sungguh (QS. Al- Insyiroh: (6-7))
Ø “Janganlah bertanya apa yang akan kamu peroleh dari negaramu, tapi
bertanyalah apa yang dapat kamu berikan kepada bangsamu” (John F. Kenedy)
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada :
1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak dan Ibu, yang
senantiasa mendukung dan memberikan motivasi
dan perhatiannya.
2. Kedua kakakku tersayang, Mb Ena dan Mb Evi.
3. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan
semangat untuk terus maju dan berjuang.
4. Almameter
5. Pembaca yang budiman
commit to user
iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Penulisan skripsi ini diajukan guna memenuhi persyaratan untuk
mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak sedikit penulis menemui
hambatan dan kesulitan. Hambatan dan kesulitan ini datang dari singkat waktu
dan keterbatasan kemampuan penulis, namun berkat bantuan dari berbagai pihak
akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulis sampaikan penghargaan yang tidak terhingga dan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Drs. Supriyono, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Sutanto, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan
waktu untuk membimbing dan memberikan petunjuk penting dalam penulisan
skripsi ini.
3. Segenap dosen pengajar Program Studi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberi
bekal ilmu kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta,
yang senantiasa memberikan bantuan dan kerjasamanya.
5. Seluruh keluarga yang selalu memberikan doa dan semangat untuk segera
lulus.
commit to user
v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6. Sahabat-sahabatku yang setia mendengarkan keluh kesah dan senantiasa
mendampingi suka duka serta membantu tiap langkah menuju terselesainya
skripsi ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari
Allah SWT.
Penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, hal ini
disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Dengan
kerendahan hati, semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi penulis maupun
pembaca walaupun hanya sedikit, Amin ya Robbal Alamin.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
commit to user
vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...... i
HALAMAN ABSTRAKSI ...... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...... iii
HALAMAN PENGESAHAN ...... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...... v
KATA PENGANTAR...... vi
HALAMAN DAFTAR ISI ...... viii
HALAMAN DAFTAR TABEL ...... x
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ...... xi
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN...... xii
BAB I PENDAHULUAN ...... 1
A. Latar Belakang Masalah...... 1
B. Perumusan Masalah...... 6
C. Tujuan Penelitian ...... 6
D. Manfaat Penelitian...... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...... 8
A. Pengertian Kinerja Perusahaan ...... 8
B. Pengertian dan Bentuk Lembaga Keuangan ...... 8
C. Pengertian Bank...... 10
D. Arah Kebijakan Perbankan ...... 13
E. Laporan Keuangan Perbankan ...... 19
commit to user
vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
F. Rasio Keuangan Perbankan ...... 24
G. Penilaian Kesehatan Perbankan ...... 36
H. Penelitian Terdahulu ...... 41
I. Kerangka Pemikiran ...... 46
J. Hipotesis...... 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...... 49
A. Ruang Lingkup Penelitian ...... 49
B. Jenis Dan Sumber Data ...... 50
C. Teknik Pengumpulan Data ...... 52
D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ...... 53
E. Definisi Operasional Variabel ...... 57
F. Metode Analisis Data ...... 60
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...……………………... 73
A. Deskripsi Objek Penelitian ...... 73
B. Analisis Data dan Pembahasan...... 99
BAB V PENUTUP ...... 119
A. KESIMPULAN ...... 119
B. SARAN ...... 120
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
commit to user
viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perbandingan Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank...... 9
Tabel 4.1 Perkembangan ROA tahun 2008-2011……………………………. 93
Tabel 4.2 Perkembangan CAR tahun 2008-2011……………………………. 94
Tabel 4.3 Perkembangan NPL tahun 2008-2011…………………………….. 95
Tabel 4.4 Perkembangan ROE tahun 2008-2011……………………………. 96
Tabel 4.5 Perkembangan NIM tahun 2008-2011……………………………. 97
Tabel 4.6 Perkembangan BOPO tahun 2008-2011…………………………... 98
Tabel 4.7 Perkembangan LDR tahun 2008-2011……………………………. 99
Tabel 4.8. Pengujian Common Effect Vs Fixed Effect ……………………… 103
Tabel 4.9. Hasil Regresi Utama ……………………………...... 105
Tabel 4.10. Hasil Uji Lagrange-Multiplier (LM)…………………………… 107
Tabel 4.12. Hasil Uji White………………………………………………… 108
Tabel 4.13. Hasil Uji Auxiliary Regression……………………………………109
Tabel 4.10 Nilai t-statistic (α=5%)…………………………………………. 110
commit to user
ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka pemikiran……………………………………………. 47
Gambar 4.1. Uji Normalitas………………………………………………….. 106
commit to user
x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Data Hasil Tabulasi
LAMPIRAN 2. Hasil Regresi Data Panel Model Common Effects
LAMPIRAN 3. Estimasi Regresi Data Panel Model Common Effects
LAMPIRAN 4. Hasil Regresi Data Panel Model Fixed Effects (Cross Section)
LAMPIRAN 5. Hasil Regresi Data Panel Model Random Effects
LAMPIRAN 6. Pengujian Model Fixed Effecst vs Common Effects
LAMPIRAN 7. Pengujian Kesamaan Estimasi Fixed Effects vs Random Effects
LAMPIRAN 8. Hasi Uji Normalitas (Histogram Residual)
LAMPIRAN 9. Grafik Residual Analisis Regresi Data Panel Model Common Effect
LAMPIRAN 10. Hasil Uji Otokorelasi dengan Uji Lagrange-Multiplier (LM)
LAMPIRAN 11. Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji White
LAMPIRAN 12. Hasil Uji Multikolinearitas dengan menggunakan regresi auxiliary
commit to user
xi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAKSI
ANALISIS PENGARUH CAMEL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN
PADA BANK UMUM (BNI, BRI, BTN, BANK MANDIRI, BCA, BANK DANAMON, BANK PERMATA, BII) TAHUN 2008-2011 ITA PURBOSARI
F 1110012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari rasio keuangan
CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO dan LDR terhadap ROA pada tingkat kesehatan Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tahun 2008-2011 dan mengetahui variabel-variabel rasio keuangan CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO dan LDR yang paling dominan berpengaruh terhadap ROA pada Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tahun 2008-2011. Penulis menggunakan data sekunder yaitu data Laporan keuangan Tahunan dalam Laporan keuangan Triwulanan Kuartal 4 pada Bank Umum (Bank Negara Indonesia/BNI, Bank Rakyat Indonesia/BRI, Bank Tabungan Negara/BTN, Bank Mandiri, Bank Central Asia/BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan Bank Internasional Indonesia/BII) tahun 2008-2011 di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa: 1) Hasil pengujian uji F didapatkan bahwa keenam variable bebas yaitu CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR secara serempak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasio ROA; 2) Dengan menggunakan uji t yang menguji secara parsial dengan signifikansi α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa dari keenam variable bebas, variable CAR, NPL dan LDR tidak signifikan dan variable lainnya seperti ROE, NIM dan BOPO secara parsial berpengaruh terhadap variable dependen (ROA). Apabila dilihat dari keenam variable bebas diatas, variable NIM yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap rasio ROA sebesar 19,43%.
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini, yaitu 1). Managemen perbankan seharusnya tetap memperhatikan rasio CAR yang mengindikasikan ketaatan bank dalam memenuhi permodalannya sehingga dapat digunakan untuk
melindungi deposan dengan menangkal kerugian usaha perbankan sebagai resiko usaha perbankan. 2). Manajemen perbankan agar selalu dapat menjaga kestabilan
kinerja perusahaan dengan mengikuti perkembangan dari Laporan Keuangan melalui rasio-rasio keuangannya dan prinsip-prinsip tentang kesehatan bank yang telah dikeluarkan Bank Indonesia melalui Surat Ketetapan Bank Indonesia.
Kata Kunci : CAMEL, Kinerja Perusahaan
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lembaga Keuangan adalah lembaga yang bertindak selaku lembaga
yang menyediakan jasa keuangan bagi nasabahnya, dimana pada umumnya
lembaga ini diatur oleh regulasi keuangan dari pemerintah. Fungsi dari
lembaga keuangan adalah menyediakan jasa sebagai perantara antara pemilik
modal dan pasar utang yang bertanggung jawab dalam penyaluran dana dari
investor kepada perusahaan yang membutuhkan dana tersebut. Kehadiran
lembaga keuangan ini dapat memfasilitasi arus peredaran uang dalam
perekonomian, dimana uang dari individu investor dikumpulkan dalam
bentuk tabungan sehingga resiko dari para investor beralih pada lembaga
keuangan yang kemudian menyalurkan dana tersebut dalam bentuk pinjaman
utang kepada yang membutuhkan.
Lembaga keuangan dapat dibagi menjadi 2 yaitu lembaga keuangan
bank dan lembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan bank meliputi
Bank Sentral, Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Lembaga
keuangan bukan bank meliputi leasing, modal ventura, anjak piutang,
pembiayaan konsumen, asuransi, pegadaian, pasar modal, pasar uang, dan
pasar derivatif. Bank adalah suatu lembaga yang mempunyai fungsi sebagai
lembaga intermediasi yaitu menerima simpanan dalam bentuk tabungan dan
menyalurkan dana dalam bentuk pinjaman. Lembaga yang dipercaya untuk
commit to user
1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id2
melakukan pengawasan atau prudential supervision dan sebagai lender of the
last resort adalah Bank Sentral.
Ekonomi Indonesia memasuki dekade 1980an mengalami resesi
sebagai dampak resesi dunia, yaitu menurunnya PDB drastic dari 7,7%
menjadi 2,2% & neraca pembayaran pun memburuk, untuk itu kebijakan
yang di tempuh oleh pemerintah. Bank Indonesia mencanangkan berbagai
deregulasi perbankan untuk memberikan kebijakan perbankan dengan
mengeluarkan beberapa paket deregulasi, diantaranya paket yang pertama
dikeluarkan adalah paket deregulasi 1 Juni pada tahun 1983, paket
kebijaksanaan 27 Oktober pada tahun 1988, paket kebijaksanaan 25 Maret
1989, paket kebijaksanaan 19 Januari 1990, paket kebijaksanaan 20 Pebruari
1991 dan paket kebijaksanaan 29 Mei 1993.
Pada tahun 1988 dikeluarkannya deregulasi perbankan melalui paket
kebijaksanaan 27 Oktober 1988, atau lebih dikenal kebijakan pakto 88.
Dalam kebijakan ini Bank Indonesia melakukan perluasan jaringan keuangan
& perbankan ke seluruh wilayah Indonesia serta diversifikasi sarana dana
untuk kemudahan pendirian bank-bank swasta baru, pembukaan kantor
cabang baru, pendirian lembaga keuangan bukan bank di luar Jakarta,
pendirian BPR, pemberian ijin penerbitan sertifikat deposito bagi lembaga
keuangan bukan bank, perluasan tabungan. Di samping itu, penurunan
likuiditas wajib minimum dari 25% menjadi 2% dan penyempurnaan Open
Market Operation dilakukan oleh paket kebijaksanaan pada 27 Oktober 1988.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id3
Adanya kebijakan tersebut mengakibatkan jumlah bank di Indonesia
mengalami peningkatan cukup drastis sehingga koruptor pun semakin
meningkat, karena kemudahan-kemudahan yang diberikan pemerintah
(http://estiningsih.staff.gunadarma.ac.id). Hal tersebut didukung juga dengan
dikeluarnya Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang meniadakan
pemisahan perbankan berdasarkan kepemilikan – misalnya pemilikan bank
oleh pemerintah, swasta dan daerah. Dalam hal pendirian bank baru, UU
tersebut mengatur berbagai syarat seperti susunan organisasi, permodalan,
kepemilikan, keahlian di bidang perbankan, kelayakan kerja dan lain-lainnya.
Syarat tersebut ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan pertimbangan
Bank Indonesia, yang mengakibatkan perbankan di Indonesia tumbuh subur,
sehingga banyak pedagang dan konglomerat mendadak menjadi bankir yang
tidak berjiwa prudent (bijaksana dan berhati-hati) (http://www.tempo.co.id).
Deregulasi perbankan tahun 1988 secara tidak langsung berperan
besar terhadap terjadinya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak
pertengahan tahun 1997. Permasalahan yang timbul sebagai akibat deregulasi
tersebut adalah bukan terletak pada peningkatan jumlah bank, namun lebih
kepada kurangnya sumber daya yang memenuhi persyaratan untuk mengelola
bank dan penerapan prinsip kehati-hatian.
Saat krisis moneter 1997, misalnya 16 bank ditutup, diikuti 38 bank
pada 1999. Pada tahun 2004, Bank Dagang Bali dan Bank Aspac dilikuidasi.
Dan terakhir, Bank Global ditutup pada tahun 2005 (Agus Sugiarto, 2009).
Krisis ekonomi tersebut menunjukkan bahwa industri perbankan nasional
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id4
belum memiliki kelembagaan perbankan yang kokoh dengan dukungan
infrastruktur perbankan yang baik sehingga secara fundamental masih harus
diperkuat untuk dapat mengatasi gejolak internal maupun eksternal.
Dalam Basel Accord II dijelaskan bahwa ada tiga pilar yang harus
dipenuhi yaitu kecukupan modal, proses pengawasan yang memastikan
kecukupan modal bank serta peningkatan peran publik yang disebut sebagai
disiplin pasar. Dalam Pilar 3 Basel Accord II, disiplin pasar bertujuan
mendorong peran publik untuk turut mengawasi bank. Prasyarat utama
tercapainya tujuan tersebut yaitu (a) tersedia informasi yang cukup bagi
publik mengenai kondisi bank, dan (b) kemampuan publik dalam menilai
kondisi bank melalui analisa atas informasi yang tersedia. Bank Indonesia
bekerja sama dengan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) 39 dan 32 dalam
Pernyataan Standard Akuntansi Indonesia (PSAK) No.50 dan 55 yang
diimplikasikan pada 1 Januari 2010. Sebagai tindak lanjut penerbitan PSAK
tersebut, telah disusun Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (Taswan,
2010:151).
Menurut Pontie, 2007, Kondisi kesehatan maupun kinerja bank dapat
kita analisis melalui laporan keuangan. Salah satu tujuan dari pelaporan
keuangan adalah untuk memberikan informasi bagi para pengguna laporan
keuangan untuk pengambilan keputusan. Berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia Nomor: 3/22/PBI/2001 Tentang Transparansi Kondisi Keuangan
Bank, Bank wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan dengan
bentuk dan cakupan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id5
ini, yang terdiri dari: (1) Laporan Tahunan; (2) Laporan Keuangan Publikasi
Triwulanan; (3) Laporan Keuangan Publikasi Bulanan; dan (4) Laporan
Keuangan Konsolidasi.
Laporan keuangan bank memberikan informasi secara berkala
mengenai kondisi bank secara menyeluruh, termasuk perkembangan usaha
dan kinerja bank. Laporan Keuangan ini dapat digunakan untuk menghitung
rasio keuangan seperti CAR, NPL, ROA, ROE, NIM, BOPO, dan LDR yang
kemudian rasio keuangan ini dapat dijadikan indikator dalam penilaian
tingkat kesehatan perbankan. Laporan keuangan disusun sebagai bentuk
pertanggungjawaban manajemen terhadap pihak-pihak yang berkepentingan
dengan kinerja bank selama periode tertentu. Laporan keuangan disampaikan
kepada pemegang saham dan Bank Indonesia, juga kepada lembaga lain yang
berkepentingan terhadap perkembangan usaha bank, seperti Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), lembaga pemeringkat di Indonesia,
asosiasi perbankan di Indonesia, Institut Bankir Indonesia (IBI), 2 (dua)
lembaga penelitian di bidang ekonomi dan keuangan dan 2 (dua) majalah
ekonomi dan keuangan (Taswan, 2010: 151-152).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul : “ANALISIS PENGARUH CAMEL TERHADAP
KINERJA PERUSAHAAN PADA BANK UMUM (BNI, BRI, BTN, BANK
MANDIRI, BCA, BANK DANAMON, BANK PERMATA, BII) TAHUN
2008-2011”.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id6
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas,
maka dapat dirumuskan berbagai masalah adalah sebagai berikut:
1. Apakah rasio keuangan CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR
berpengaruh terhadap ROA pada tingkat kesehatan Bank Umum (BNI,
BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII)
Tahun 2008-2011?
2. Variabel-variabel rasio keuangan CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO dan LDR
manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap ROA pada Bank
Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank
Permata dan BII) Tahun 2008-2011?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan
yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh dari rasio keuangan CAR, NPL, ROE, NIM,
BOPO dan LDR terhadap ROA pada tingkat kesehatan Bank Umum (BNI,
BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII)
Tahun 2008-2011.
2. Untuk mengetahui variabel-variabel rasio keuangan CAR, NPL, ROE, NIM,
BOPO dan LDR yang paling dominan berpengaruh terhadap ROA pada
Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank
Permata dan BII) Tahun 2008-2011.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id7
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan tentang pengaruh
rasio keuangan terhadap kesehatan pada Bank Umum (BNI, BRI, BTN,
Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tahun 2008-
2011.
2. Bagi pihak yang berkepentingan dalam hal ini bank
Penelitian ini dapat dijadikan referensi oleh bank untuk meningkatkan
prinsip kehati-hatian dalam menganalisis bank yang sehat dan bank yang
tidak sehat berdasarkan rasio keuangan dari laporan keuangan bank.
3. Bagi Masyarakat
Memberitahukan kepada masyarakat mengenai performance dari profil
bank berdasarkan penghitungan rasio keuangan untuk mengetahui bank
yang sehat.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kinerja Perusahaan
Menurut Kamus Perbankan (2009: 254) analisis kinerja (performance
analysis) adalah analisis untuk menilai tingkat keberhasilan bank pada periode
tertentu berdasarkan rencana kerja, laporan realisasi rencana kerja, dan laporan
berkala bank. Aspek yang dinilai dalam kinerja pada suatu bank meliputi aspek
CAMEL yaitu capital (modal), asset (aset), management (manajemen),
earning (hasil laba), dan liquidity (likuiditas), kepatuhan terhadap ketentuan
dan aspek lain.
B. Pengertian dan Bentuk Lembaga Keuangan Lembaga keuangan adalah lembaga yang menghubungkan antara pihak
yang memerlukan dana dan pihak yang mengalami surplus dana (Totok dan
Sigit, 2006: 2).
Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.792 Tahun
1990 menjelaskan mengenai ”Lembaga Keuangan”. Lembaga keuangan diberi
batasan sebagai semua badan yang kegiatannya di bidang keuangan,
melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama
guna membiayai investasi perusahaan.
Secara umum lembaga keuangan dapat dikelompokkan dalam dua
bentuk, yaitu bank dan bukan bank. Kegiatan utama dari lembaga keuangan
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id9
adalah menghimpun dan menyalurkan dana, perbedaan antara bank dan
lembaga keuangan bukan bank dapat dilihat melalui kegiatan utama tersebut.
Tabel 2.1. Perbandingan Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank
LEMBAGA KEUANGAN KEGIATAN BANK BUKAN BANK
Penghimpunan a. Secara langsung berupa Hanya secara tidak
Dana simpanan dana masyarakat langsung dari (tabungan, giro, deposito) masyarakat b. Secara tidak langsung dari (terutama melalui masyarakat (kertas berharga, kertas berharga, dan penyertaan, pinjaman/kredit bisa juga dari dari lembaga lain. penyertaan, pinjaman/kredit dari lembaga lain).
Penyaluran a. Untuk tujuan modal kerja, a. Terutama untuk Dana investasi, konsumsi tujuan investasi b. Kepada badan usaha dan b. Terutama untuk individu badan usaha
c. Untuk jangka pendek, c. Terutama untuk
menengah dan panjang. jangka menengah
dan panjang.
Sumber : Totok Budisantoso dan Sigit Triandaru : 2006
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id10
C. Pengertian Bank
Menurut Heri (2008:1), bank adalah salah satu entitas bisnis yang
berdayaguna dalam sistem ekonomi. Dayaguna bank dalam memegang peranan
penting dalam perekonomian adalah sebagai salah satu lembaga intermediasi
keuangan.
Ada beberapa pengertian ataupun definisi bank yaitu (Taswan, 2010: 6) :
1. Menurut Joseph Sinkey, bahwa yang dimaksud bank adalah department store
of finance yang menyediakan berbagai jasa keuangan.
2. Menurut Dictionary of Banking and financial service by Jerry Rosenberg
bahwa yang dimaksud bank adalah lembaga yang menerima simpanan giro,
deposito, dan membayar atas dasar dokumen yang ditarik pada orang atau
lembaga tertentu, mendiskonto surat berharga, memberikan pinjaman dan
menanamkan dananya dalam surat berharga.
3. Menurut UU No. 10 Tahun 1998 (revisi UU No. 14 Tahun 1992) bahwa
yang dimaksud bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
4. Menurut Taswan, bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang
aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito tabungan dan
simpanan yang lain dari pihak yang berkelebihan (surplus spending unit)
kemudian menempatkannya kembali kepada masyarakat yang
membutuhkan dana (deficit spending unit) melalui penjualan jasa keuangan
yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id11
Menurut Kamus Perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Berdasarkan pengertian dari berbagai kalangan maka dapat disimpulkan
pengertian bank adalah suatu lembaga yang mempunyai fungsi sebagai
intermediary antara pihak yang kelebihan dana (surplus spending) yang akan
disalurkan kepada pihak yang kekurangan (deficit spending), akan terjadi suatu
perputan uang dalam masyarakat sehingga akan tercapai kesejahteraan
masyarakat.
Adapun jenis perbankan dewasa ini jika ditinjau dari berbagai segi antara
lain :
a. Jenis Bank Menurut Kegiatan Usaha
Menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992, bank dapat
digolongkan menjadi dua jenis yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan
Rakyat (BPR).
1). Bank Umum
Menurut UU No. 10 Tahun 1998, Bank Umum didefinisikan
sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu-lintas pembayaran.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id12
2). Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Menurut UU No. 10 Tahun 1998, Bank Perkreditan Rakyat
didefinisikan sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu-lintas pembayaran.
b. Jenis Bank Menurut Kepemilikan
Menurut Kasmir (2005), penggolongan bank dilihat dari segi
kepemilikannya dibagi menjadi 5 yaitu :
1). Bank Milik Pemerintah
Bank milik pemerintah merupakan bank yang akte pendirian
maupun modal bank ini sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia,
sehingga seluruh keuntungan bank juga dimiliki oleh pemerintah.
2). Bank Milik Swasta Nasional
Bank milik swasta Nasional merupakan bank yang seluruh atau
sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional.
3). Bank Milik Koperasi
Bank milik koperasi merupakan bank yang kepemilikan saham-
sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.
4). Bank Milik Asing
Bank milik asing merupakan hak yang kepemilikannya 100%
oleh pihak asing (luar negeri) di Indonesia.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id13
5). Bank Milik Campuran
Bank milik campuran merupakan bank yang sahamnya dimiliki
oleh dua belah pihak yaitu dalam dan luar negeri.
c. Jenis Bank Menurut Target Pasar
Menurut Totok dan Sigit (2006: 93), jenis bank atas dasar target pasar
dapat digolongkan menjadi 3 yaitu :
1). Retail Bank
Retail bank merupakan jenis bank yang memfokuskan pelayanan
dan transaksikepada nasabah-nasabah retail. Retail disini adalah nasabah-
nasabah individual, perusahaan dan lembaga lain yang skalanya kecil.
2). Corporate Bank
Corporate bank merupakan jenis bank yang memfokuskan
pelayanan dan transaksi kepada nasabah-nasabah yang berskala besar.
3). Retail-Corporate Bank
Retail-corporate bank merupakan jenis bank yang memberikan
pelayanan tidak hanya kepada nasabah retail tetapi juga kepada nasabah
korporasi.
D. Arah Kebijakan Perbankan
Menurut Booklet Bank Indonesia (2010) terdapat arah Kebijakan
Perbankan Indonesia meliputi :
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id14
1. Kebijakan Perbankan 2010
Kebijakan perbankan 2010 diarahkan untuk semakin meningkatkan
peranan industri perbankan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas. Untuk mendukung hal tersebut, BI memiliki 4 kebijakan utama
perbankan berbasis insentif dan disinsentif sebagai berikut:
a. Peningkatan ketahanan sistem perbankan
1). Penguatan pengaturan, yang akan disesuaikan adalah peraturan
permodalan untuk tujuan memperkuat ketahanan bank terhadap
risiko, peraturan transparansi laporan keuangan, peningkatan kualitas
implementasi tata kelola organisasi yang baik, serta peningkatan
efektivitas manajemen risiko.
2). Pemantapan sistem pengawasan bank, akan dicapai diantaranya
dengan penyempurnaan dan penguatan metode dan praktek
pengawasan berbasis risiko, implementasi quality assurance
pengawasan bank melalui Forum Panel Pengawasan Bank
Berdasarkan Risiko, penguatan ketentuan operasional pengawasan
bank, penyempurnaan ketentuan uji kelayakan dan kepatutan, dan
peningkatan kerjasama dengan otoritas pengawasan lembaga
keuangan non-bank di dalam maupun di luar negeri.
3). Penataan kembali tingkat kompetisi di industri perbankan Indonesia,
dilakukan dengan pemantapan kembali struktur perbankan yang
menyelaraskan skala usaha dengan kebutuhan permodalan, guna
mempertinggi kemampuan menyerap risiko usaha. Selain itu BI akan
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id15
memperbaiki ketentuan yang mencakup antara lain mengenai
merger, konsolidasi, sumber dana akuisisi bank, persyaratan badan
yang dapat mengakuisisi bank, peran pemilik perorangan/keluarga,
serta persyaratan pengembangan usaha.
4). Pendalaman pasar keuangan, diarahkan untuk mendorong
pengembangan produk-produk keuangan yang sekaligus dapat
digunakan bank sebagai alternatif penyaluran dan penempatan dana
secara produktif bagi sektor riiil khususnya pembiayaan
infrastruktur.
b. Peningkatan intermediasi perbankan
1). Penyempurnaan peraturan, diantaranya giro wajib minimum (GWM),
optimalisasi dan efisiensi kegiatan operasional bank, kemudahan
persyaratan kegiatan devisa yang dapat mendorong pemberian kredit
2). Penyediaan infrastruktur pendukung, BI akan mendorong
terbentuknya institusi yang memiliki fungsi menyediakan basis data
kredit per sektor dan per daerah, guna memudahkan bank dalam
mengukur risiko.
c. Peningkatan peran perbankan syariah
1). Peningkatan insentif untuk mendorong peningkatan modal,
2). Memfasilitasi pengembangan unit usaha syariah dan anak
perusahaannya, serta
3). Memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan SDM perbankan syariah yang
kompeten.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id16
d. Peningkatan peran BPR
1). Pemberian insentif untuk mendorong peningkatan modal
2). Memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan SDM BPR yang kompeten,
3). Mempertegas posisi BPR sebagai community bank.
Untuk mewujudkan perbankan Indonesia yang lebih kokoh,
perbaikan harus dilakukan di berbagai bidang untuk menjawab tantangan
perbankan ke depan. Tantangan perbankan adalah sebagai berikut (Taswan,
2010: 28-30) :
1. Kapasitas pertumbuhan kredit perbankan yang masih rendah
Kemampuan permodalan perbankan Indonesia saat ini
mengindikasikan bahwa pertumbuhan kredit yang cukup tinggi sulit
dicapai jika perbankan nasional tidak memperbaiki kondisi
permodalannya. Selain itu, penyaluran kredit juga terhambat oleh
keengganan sebagian bank untuk menyalurkan kredit karena kemampuan
manajemen risiko dan core banking skills yang relatif belum baik dan
biaya operasional yang relatif tinggi.
2. Struktur perbankan yang belum optimal
Belum optimalnya struktur perbankan di Indonesia ditandai oleh
terkonsentrasinya struktur perbankan hanya pada 11 bank besar (yang
menguasai 75% aset perbankan Indonesia). Namun demikian bank-bank
kecil perlu mendapatkan perhatian karena jumlahnya relatif banyak, juga
memiliki cakupan usaha yang relatif sama dengan bank-bank besar
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id17
namun dengan kemampuan operasional, manajemen risiko, dan
corporate governance yang relatif lebih terbatas.
3. Pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan perbankan yang
dinilai oleh masyarakat masih kurang.
Kurangnya pemenuhan kebutuhan masyarakat atas pelayanan
perbankan ditandai dengan seringnya terdengar keluhan dari masyarakat
mengenai kurangnya akses terhadap kredit dan tingginya suku bunga
kredit serta masih banyaknya praktik penyediaan jasa keuangan informal.
4. Pengawasan bank yang masih perlu ditingkatkan
Pengawasan bank merupakan bidang yang memerlukan
peningkatan dan penyempurnaan. Hal ini disebabkan karena masih
terdapatnya beberapa prinsip-prinsip prudensial yang masih belum
diterapkan secara baik, koordinasi pengawasan yang masih perlu
ditingkatkan, kemampuan SDM pengawasan yang belum optimal, dan
pelaksanaan law-enforcement pengawasan yang belum efektif.
5. Kapabilitas perbankan yang masih lemah
Lemahnya kapabilitas perbankan ditandai dengan kurangnya
corporate governance dan core banking skills pada sebagian besar
perbankan sehingga diperlukan perbaikan yang cukup mendasar pada dua
hal tersebut. Selain itu juga perlu diperhatikan kemampuan bank dalam
merespon meningkatnya risiko operasional yang masih perlu diperbaiki,
terutama penekanannya pada pentingnya internal best practise.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id18
6. Profitabilitas dan efisiensi operasional bank yang tidak sustainable
Tingkat profitabilitas dan efisiensi operasional yan dicapai
perbankan umumnya bukan merupakan profitabilitas dan efisiensi yang
sustainable. Hal ini disebabkan oleh lemahnya struktur aktiva produktif
bank-bank. Margin yang diperoleh bank-bank semakin mengecil karena
adanya kecenderungan suku bunga menurun. Tidak sustainable-nya
profitabilitas dan efisiensi adalah karena sebagian pendapatan perbankan
berasal dari aktivitas trading yang fluktuatif serta rendahnya rasio asset
per nasabah yang membuat biaya operasional perbankan Indonesia relatif
tinggi dibandingkan negara-negara lain.
7. Perlindungan nasabah yang masih harus ditingkatkan
Perlindungan terhadap nasabah merupakan tantangan perbankan
yang berpengaruh secara lengsung terhadap sebagian besar masyarakat.
Oleh karena itu menjadi tantangan yang sangat besar bagi perbankan dan
Bank Indonesia serta masyarakat luas untuk secara bersama-sama
menciptakan standar-standar yang jelas dalam membentuk mekanisme
pengaduan nasabah dan transparansi informasi produk perbankan. Selain
itu, adanya edukasi pada masyarakat mengenai jasa dan produk yang
ditawarkan oleh perbankan perlu segera diupayakan sehingga masyarakat
luas dapat lebih memahami risiko dan keuangan yang akan dihadapi
dalam menggunakan jasa dan produk perbankan.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id19
8. Perkembangan Teknologi Informasi
Kemajuan teknologi informasi ikut menambah tantangan yang
dihadapi oleh perbankan. Perkembangan teknologi informasi (TI)
menyebabkan makin pesatnya perkembangan jenis dan kompleksitas
produk dan jasa bank sehingga risiko-risiko yang muncul menjadi lebih
besar dan bervariasi.
E. Laporan Keuangan Perbankan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut beberapa pakar perbankan internasional dan nasional
pengertian manajemen aktiva passiva adalah sebagai berikut (Boy
Leon&Sonny Ericson, 2007: 11-12) :
a. Barret F Binder: “Assets - Liabilities Management is a planning
implementation and control process for matching mix and maturities of
assets and liabilities in ways that maximizes net interest margin on an on
going basis”.
b. Mona J Gardner & Dixie L Mills : “Assets-Liabilities Management is the
management of the net interest margin to ensure that its level and
riskiness are compatible with the risk-return objectives of the
institutions”.
c. Drs Raflus Rax : “Suatu proses perencanaan dan pengawasan operasi
perbankan secara terpadu yang dilakukan secara terkoordinasi dan
konsekuen dengan selalu memperhatikan perkembangan faktor-faktor
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id20
yang mempengaruhi operasi bank, baik berasal dari luar ataupun faktor
structural dari dalam bank”.
d. Drs. H. Masyhud Ali, MBA, MM: Pengelolaan aktiva passive bank
dengan tepat sehingga bank memperoleh net interest income yang
optimal dari penempatan dananya pada sisi aktiva sambil menjaga agar
bank selalu dapat memenuhi kewajiban likuiditasnya terhadap sumber-
sumber dana pada sisi passiva”.
e. Drs. Selamet Riyadi, Msi: “Suatu proses planning, organizing, actuating
dan controlling untuk mendapatkan penetapan kebijakan dibidang
pengelolaan permodalan (equity), pemupukan dana (funding), dan
penggunaan dana (assets) yang satu sama lain saling terkait dalam
mencapai laba yang optimal dengan tingkat risiko yang telah
diperhitungkan”.
Menurut Kamus Perbankan, Asset liability management
(pengelolaan harta dan kewajiban) adalah metode pengelolaan harta dan
kewajiban untuk maksud menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya,
misalnya berdasarkan pertimbangan antara lain suku bunga, risiko yang
mungkin timbul, dan kemampuan menjaga likuiditas, bank yang memiliki
dana harus memutuskan apakah akan menanamkan dananya dalam bentuk
kredit ataukah surat berharga.
2. Jenis Laporan Keuangan
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 3/22/PBI/2001
Tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank. Bank wajib menyusun dan
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id21
menyajikan laporan keuangan dengan bentuk dan cakupan sebagaimana
ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia ini, yang terdiri dari
(Taswan,2005: 39-63):
(1) Laporan Tahunan;
Cakupannya meliputi Neraca, Laporan laba rugi, Laporan Perubahan
ekuitas, Laporan arus kas, dan Catatan atas laporan keuangan, termasuk
informasi mengenai Komitmen dan Kontinjensi.
(2) Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan;
Laporan keuangan triwulan yang wajib disajikan adalah laporan keuangan
untuk posisi akhir Maret, Juni, September dan Desember. Cakupannya
meliputi Neraca, Perhitungan Laba-Rugi dan Saldo Laba, Daftar komitmen
dan kontinjensi, Transaksi Valuta asing dan derivatif, Kualitas aktiva
produktif dan informasi lainnya, Perhitungan kewajiban penyediaan modal
minimum, dan Rasio keuangan.
(3) Laporan Keuangan Publikasi Bulanan; dan
Cakupannya meliputi Neraca Bulanan, Laporan Laba-Rugi Bulanan,
Laporan Komitmen dan Kontinjensi Bulanan, dan Laporan Kualitas
Aktiva Produktif dan Informasi lainnya bulanan.
3. Komponen Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi
tentang posisi keuangan, kinerja, perubahan ekuitas, arus kas dan informasi
lainnya yang bermanfaat bagi pengguna laporan dalam rangka membuat
keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id22
atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka (Pedoman
Akuntansi Perbankan Indonesia,Revisi 2008:5).
Laporan keuangan bank untuk tujuan umum terdiri dari:
a. Neraca;
b. Laporan laba rugi;
c. Laporan arus kas;
d. Laporan perubahan ekuitas; dan
e. Catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan bank yang menyediakan informasi-informasi
tersebut untuk pengambilan keputusan, seperi dicerminkan dalam laporan-
laporan berikut ini (Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, Revisi
2008:5):
a. Laporan Posisi Keuangan
Posisi keuangan bank dipengaruhi oleh sumber daya ekonomi
yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas, dan solvabilitas, serta
kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Informasi ini
berguna untuk memprediksi kemampuan bank di masa depan dalam
menghasilkan kas dan setara kas, kebutuhan investasi, pendistribusian
hasil pengembangan dan arus kas, memprediksi kemampuan bank dalam
memenuhi komitmen keuangan pada saat jatuh tempo, baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Informasi posisi keuangan bank
tergambar dalam neraca.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id23
b. Laporan Kinerja
Informasi kinerja bank diperlukan untuk menilai perubahan
potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa
depan. Informasi ini berguna untuk memprediksi kapasitas bank dalam
menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada. Selain itu, informasi
ini berguna dalam perumusan tentang efektivitas bank dalam
memanfaatkan sumber daya. Informasi kinerja bank tergambar dalam
laporan laba rugi.
c. Laporan Perubahan Posisi Keuangan
Informasi perubahan posisi keuangan bank, antara lain:
1) Perubahan kas dan setara kas
Informasi perubahan kas dan setara kas berguna untuk
menilai kemampuan bank menghasilkan arus kas dan setara kas serta
kebutuhan bank untuk menggunakan arus kas pada setiap aktivitas.
Informasi ini bermanfaat untuk menilai aliran kas dan setara kas yang
berasal dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Informasi
perubahan kas dan setara kas tergambar dalam laporan arus kas.
2) Perubahan ekuitas
Informasi perubahan ekuitas bank menggambarkan
peningkatan atau penurunan aset bersih atau kekayaan selama periode
bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut
dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Informasi ini
bermanfaat untuk mengetahui perubahan aset bersih yang berasal dari
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id24
transaksi dengan pemegang saham dan jumlah keuntungan atau
kerugian yang berasal dari kegiatan bank selama periode yang
bersangkutan. Informasi perubahan ekuitas tergambar dalam laporan
perubahan ekuitas.
F. Rasio Keuangan Perbankan
Analisis financial atas laporan keuangan bank menggunakan berbagai
macam rasio meliputi (Johar Arifin&Muhammad Syukri, 2006: 141-154):
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas mengukur kemampuan bank untuk memenuhi
kewajiban financial jangka pendek. Rasio likuiditas dihitung berdasarkan
informasi yang terdapat dalam laporan keuangan neraca. Kendala yang
dihadapi bank dalam mengatur kebijakan likuiditas antara lain adalah:
a. Ketetapan yang diberlakukan oleh bank sentral tentang legal reserve
requirement.
b. Terdapat dilema antara likuiditas dengan profitabilitas, semakin tinggi
likuiditas idle fund semakin besar dan profitabilitas rendah.
c. Adanya working reserve requirement yaitu kebutuhan aktiva lancar (cash
assets)
Rasio yang digunakan untuk menghitung likuiditas bank dengan
pendekatan kuantitatif adalah sebagai berikut:
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id25
1) Quick Ratio
Quick ratio digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam
membayar kembali kewajiban kepada deposan dengan aktiva lancar yang
dimilikinya. Rumus untuk menghitung Quick Ratio sebagai berikut :
CashAssets QuickRatio= TotalDeposit
2) Investing Policy Ratio
Investing policy ratio digunakan untuk mengetahui kemampuan pihak
bank dalam membayar kembali kewajiban kepada deposan yang
bersumber dari pencairan surat berharga yang dimiliki bank. Investing
Policy Ratio dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Securities InvestingPolicyRatio = TotalDeposit
3) Banking Ratio
Banking Ratio digunakan untuk mengetahui kemampuan pihak bank
dalam membayar kembali kewajiban deposan dengan bersumber dari
penarikan kembali kredit yang diberikan kepada debitur. Rumus untuk
menghitung Banking Ratio sebagai berikut :
TotalLoan BankingRatio = TotalDeposit
4) Loan to Assets Ratio
Loan to Assets Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan pihak bank
dalam memenuhi permintaan kredit debitur dengan aktiva yang
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id26
dimilikinya. Rumus untuk menghitung Loan to Assets Ratio sebagai
berikut :
TotalLoan LoanToAssetsRatio = TotalAssets
5) Cash Ratio
Cash Ratio digunakan untuk mengetahui kemampuan pihak bank dalam
membayar kewajiban yang telah jatuh tempo dengan aktiva lancar yang
dimilikinya. Rumus untuk menghitung Cash Ratio adalah sebagai
berikut:
LiquidAssets(CashRatio) CashRatio= PinjamanYangHarusSegeraDibayar
2. Rasio Rentabilitas
Rasio Rentabilitas atau Rasio Profitabilitas, mengukur seberapa besar
kemampuan bank memperoleh laba sehubungan dengan aktivitas yang
dijalankannya. Rasio-rasio yang digunakan menghitung profitabilitas
dengan pendekatan kuantitatif adalah sebagai berikut:
a. Gross Profit Margin
Gross Profit Margin digunakan untuk mengetahui kemampuan bank
dalam menghasilkan laba dari operasi usaha yang utama. Rumus untuk
menghitung Gross Profit Margin sebagai berikut:
OperatingIncome - OperatingExpense Gross Pr ofitM arg in = OperatingIncome
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id27
b. Net Profit Margin
Net Profit Margin digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
menghasilkan laba bersih dibandingkan dengan pendapatan operasi,
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
NetIncome Net Pr ofitM arg in = OperatingIncome
c. Return on Equity Capital
Return on Equity Capital digunakan untuk mengukur kemampuan bank
dalam menghasilkan laba bersih dibandingkan dengan ekuitas yang
dimilikinya. Rumus untuk menghitung Return on Equity Capital sebagai
berikut :
NetIncome ReturnOnEquityCapital= EquityCapital
d. Return on Total Assets
Return on Total Assets digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan berdasarkan aktiva
yang dikuasainya. Rumus untuk menghitung Return on Total Assets
sebagai berikut:
OperatingIncome ReturnOnTotalAssets = TotalAssets
e. Net Income on Total Assets
Net Income on Total Assets digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan bersih berdasarkan
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id28
aktiva yang dikuasainya. Rumus untuk menghitung Net Income on Total
Assets sebagai berikut:
NetIncome NetIncomeOnTotalAssets = TotalAssets
f. Rate of Return on Loan
Rate of Return on Loan digunakan untuk mengukur kredit yang diberikan
pihak bank dalam menghasilkan pendapatan, rumus untuk menghitung
Rate of Return on Loan sebagai berikut :
InterestAndFeesOnLoan RateOf ReturnOnLoan= TotalLoan
g. Interest Margin on Earning Assets
Interest Margin on Earning Assets digunakan untuk mengukur
kemampuan aktiva yang dimiliki pihak bank (earning assets) untuk
menghasilkan selisih hasil bunga dengan beban bunga (interest margin).
Rumus untuk menghitung Interest Margin on Earning Assets sebagai
berikut :
InterestIncome - InterestExpense InterestMarg inOnEarningAssets = EarningAssets
3. Rasio Risiko Usaha
Rasio Risiko Usaha dapat dihitung dengan rasio sebagai berikut:
a. Credit Risk Ratio
Credit Risk Ratio digunakan untuk mengukur seberapa besar resiko
kredit yang diberikan kepada nasabah yang mengalami kemacetan,
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id29
BadDebts CreditRiskRatio = TotalLoans
b. Liquidity Risk
Liquidity Risk digunakan untuk mengukur kemungkinan pihak bank
gagal untuk memenuhi kewajiban kepada deposan. Rumus menghitung
Liquidity Risk sebagai berikut:
LiquidAssets - ShortTermBorrowing LiquidityRisk = TotalDeposit
c. Capital Risk
Capital Risk digunakan untuk mengukur resiko kerugian yang
mengakibatkan penurunan nilai asset bank sampai seberapa jauh
penurunan tersebut dapat diserap oleh modal bank bersangkutan. Rumus
menghitung Capital Risk sebagai berikut:
EquityCapital CapitalRisk = RiskAssets
d. Deposit Risk Ratio
Deposit Risk Ratio digunakan untuk menghitung resiko kemungkinan
pihak bank gagal memenuhi kewajiban kepada deposan yang diukur
dengan jumlah modal yang dimiliki bank bersangkutan. Rumus
menghitung Deposit Risk Ratio sebagai berikut :
EquityCapital DepositRiskRatio = TotalDeposit
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id30
e. Interest Rate Risk Ratio
Interest Rate Risk Ratio digunakan untuk mengukur kemungkinan bunga
yang diterima oleh pihak bank lebih kecil dari bunga yang dibayar oleh
pihak bank, dihitung dengan rumus sebagai berikut :
InterestSensitivityAssets InterestRateRiskRatio = InterestSensitivityLiabilities
4. Rasio Permodalan (Analisis Solvabilitas)
Rasio Permodalan digunakan untuk mengetahui seberapa besar
kecukupan modal bank untuk mendukung aktivitasnya, kemampuan modal
untuk menyerap kerugian yang tidak terhindarkan. Rasio ini digunakan
untuk menilai apakah kekayaan bank semakin bertambah atau berkurang.
Rasio-rasio yang digunakan menghitung Rasio Permodalan dengan
pendekatan kuantitatif adalah sebagai berikut:
a. Primary Ratio
Primary Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan modal bank
untuk menutup penurunan asset yang diakibatkan kerugian yang tidak
dapat dihindari. Rumus untuk menghitung Primary Ratio sebagai berikut:
EquityCapital Pr imaryRatio= TotalAssets
b. Capital Ratio
Capital Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan modal yang
dimiliki bank untuk menutupi kemungkinan kegagalan dalam pemberian
kredit. Rumus untuk menghitung Capital Ratio dapat dilakukan dalam
dua jenis sebagai berikut :
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id31
EquityCapital CapitalRatio1 = TotalLoans
EquityCapital + ReserveForLoanLosses CapitalRatio2 = TotalLoans
c. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan atau
kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menutup kemungkinan
kerugian dalam aktivitas perkreditan dan perdagangan surat berharga.
Terdapat tiga rumus untuk menghitung Capital Adequacy Ratio seperti
berikut ini :
EquityCapital - FixedAssets CapitalAdequacyRatio1 = EstimatedRiskInLoansAndSecurities
EquityCapital - FixedAssets CapitalAdequacyRatio2 = TotalLoan + Securities
EquityCapital CapitalAdequacyRatio3 = TotalLoan + Securities
5. Rasio Efisiensi Usaha
Rasio Efisiensi Usaha digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
yang telah dicapai oleh pihak manajemen dalam mengelola usaha
perbankan. Rasio ini mengukur sejauh mana kinerja pihak manajemen bank
apakah telah menggunakan semua faktor produksi secara efisien.
Rasio-rasio yang digunakan menghitung Rasio Efisiensi Usaha
dengan pendekatan kuantitatif adalah sebagai berikut:
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id32
a. Leverage Multiplier
Leverage Multiplier digunakan untuk mengukur kemampuan pihak
manajemen bank dalam mengelola asset yang dikuasainya. Rumus untuk
menghitung Leverage Multiplier adalah sebagai berikut :
TotalAssets LeverageMultiplier = TotalEquityCapital
b. Assets Utilization
Assets Utilization digunakan untuk mengukur kinerja pihak manajemen
bank dalam memanfaatkan asset yang dikuasainya untuk memperoleh
pendapatan bank berupa pendapatan usaha dan pendapatan bukan usaha
bank. Rumus untuk menghitung Assets Utilization sebagai berikut :
OperatingIncome - NonOperatingIncome AssetsUtilization= TotalAssets
c. Provision for Loan Losses Ratio
Provision for Loan Losses Ratio digunakan untuk mengukur tingkat
kegagalan pihak bank dalam mengelola kredit, dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
ReserveForLoanLosses Pr ovisionForLoanLossesRatio = TotalLoans
d. Interest Expense Ratio
Interest Expense Ratio digunakan untuk mengukur besar biaya yang
dikeluarkan pihak bank untuk memperoleh deposito. Rumus untuk
mengukur Interest Expense Ratio sebagai berikut :
InterestPaid InterestExpenseRatio= TotalDeposit
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id33
e. Cost of Fund
Cost of Fund digunakan untuk mengukur besar biaya bunga rata-rata
untuk membiayai dana yang diperoleh pihak bank. Terdapat dua rumus
untuk menghitung Cost of Fund seperti berikut :
InterestPaid / Expense CostOfFund1 = TotalLiabilities - EquityCapital
InterestPaid / Expense CostOfFund2 = TotalLiabilities
f. Cost of Money
Cost of Money digunakan untuk mengetahui seberapa besar biaya rata-
rata keseluruhan yang digunakan oleh pihak bank untuk mendapatkan
dana. Rumus untuk menghitung Cost of Money sebagai berikut :
InterestExpense- OverheadExpenses CostOfMoney = TotalFund
g. Cost of Loanable Fund
Cost of Loanable Fund digunakan untuk mengukur besar biaya variable
rata-rata yang digunakan pihak bank untuk memperoleh “loanable fund”.
Rumus untuk menghitung sebagai berikut:
InterestExpense CostOfLoanableFund = TotalFund -UnloanableFund
h. Cost of Borrowing Fund
Cost of Borrowing Fund digunakan untuk menghitung biaya dana rata-
rata (variable expense dan fixed cost) yang digunakan untuk
mendapatkan dana yang dipinjamkan oleh pihak bank kepada nasabah.
Rumus menghitung Cost of Borrowing Fund sebagai berikut :
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id34
InterestExpense + OverheadExpenses CostOfBorrowingFund = TotalFund - IdleFund -UnloableFund
i. Cost of Efficiency Ratio (CER)
Cost of Efficiency Ratio digunakan untuk mengukur efisiensi dalam
aktivitas perbankan yang antara lain dihitung dengan formula sebagai
berikut :
Pr ovisionForLoanLosses CER1 = Revenues
Rumus tersebut digunakan untuk mengukur seberapa besar penghapusan
kewajiban debitur dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh pihak
bank.
Salaries& BenefitExpense CER2 = Revenues
Rumus ini digunakan untuk mengukur seberapa besar biaya karyawan
dibandingkan dengan pendapatan yng diperoleh pihak bank.
TotalExpense CER3 = EarningAssets
Rumus ini digunakan untuk mengukur rata-rata biaya operasi dan non
operasi yang dikeluarkan oleh pihak bank untuk memperoleh “earning
assets”.
6. Profit Sensitivity Analysis (PSA)
Profit Sensitivity Analysis (PSA) digunakan untuk mengukur sejauh
mana sebab akibat dalam mengelola asset dan kewajiban bank yang
berdampak terhadap profitabilitas suatu bank. Hasil profit sensitivity
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id35
analisis (PSA) akan dipengaruhi secara material oleh beberapa komponen
yang digunakan untuk perhitungan, antara lain sebagai berikut :
a. Earning before interest and taxes atau laba sebelum bunga dan pajak
(EBIT). EBIT merupakan hasil penjumlahan dari laba setelah pajak,
biaya bunga dan pajak yang dibayar oleh pihak pihak.
b. Total assets yaitu keseluruhan aktiva atau harta yang dimiliki oleh bank
c. Total Interest yaitu keseluruhan biaya bunga yang dibayarkan oleh pihak
bank kepada pihak lain.
d. Total deb yaitu seluruh kewajiban atau hutang yang menjadi tanggungan
pihak bank.
e. Total equity atau total ekuitas bank yang memiliki dua pendekatan yaitu :
1) Ekuitas yang diakui hanya terbatas pada stock equity (modal saham)
ditambah dengan retained earning (laba ditahan)
2) Cadangan yang diakui sebagai ekuitas bank.
f. Return on Total Assets merupakan hasil pembagian laba sebelum bunga
dan pajak (EBIT) dengan total aktiva yang dimiliki bank.
g. Leverage management merupakan hasil pembagian antara total hutang
(total debt) dengan ekuitas (total equity).
h. Cost and debt yaiu hasil pembagian antara jumlah keseluruhan beban
bunga yang dibayarkan oleh pihak bank dengan total hutang atau
kewajiban.
i. Spread management yaitu selisih antara return on total assets dikurangi
dengan cost of debt.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id36
j. Debt management merupakan hasil perkalian antara leverage management
dengan spread management.
k. Return on equity yaitu hasil perkalian antara leverage management
dengan return on total asset yang hasilnya ditambah dengan return on
total assets.
Rumus yang digunakan untuk perhitungan Profit Sensitivity
Analysis (PSA) adalah sebagai berikut :
EBIT ReturnOnTotalAssets = TotalAssets
TotalDebt LeverageManagement = TotalEquity
TotalInterestExpense CostOfDebt = TotalDebt
SpreadManagement = ReturnOnTotalAssets(RTA) - CostOfDebt
DebtManagement = CostOfDebt´ SpreadManagement
ReturnOnEquity = RTA + (LeverageManagement´ RTA)
G. Penilaian Kesehatan Perbankan
Penilaian tingkat kesehatan bank secara kuantitatif dilakukan terhadap
5 faktor, yaitu faktor Permodalan (Capital), Kualitas Aktiva Produktif (Asset),
Manajemen, Rentabilitas (Earning) dan Likuiditas. Analisis ini dikenal dengan
istilah Analisis CAMEL.
Menurut Kamus Perbankan (2009), CAMEL adalah Modal (Capital),
aktiva (Asset), manajemen (Management), pendapatan (Earnings), dan
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id37
likuiditas (Liquidity) merupakan aspek yang paling banyak berpengaruh
terhadap kondisi keuangan bank, yang mempengaruhi tingkat kesehatan bank.
Metodologi penilaian kesehatan bank yang mendasarkan pada Surat
Edaran Bank Indonesia Nomor 30/2/UPPB tanggal 30 April 1997 perihal
Tatacara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 30/23/UPPB tanggal 19 Maret 1998 perihal Perubahan Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April
1997 tentang Tatacara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dinyatakan
tidak berlaku bagi Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional sejak penilaian tingkat kesehatan bank untuk posisi akhir bulan
Desember 2004. Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004 perihal system penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Surat edaran No.6/23/DPNP Jakarta, 31
Mei 2004 perihal Sistem Penilaian Kesehatan Bank Umum (Taswan,2010:
538).
1. Permodalan (Capital)
Penilaian pertama adalah aspek permodalan, dimana aspek ini
menilai permodalan yang dimiliki bank yang didasarkan kepada kewajiban
penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan pada CAR
(Capital Adequacy Ratio) yang ditetapkan BI, yaitu perbandingan antara
Modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko. Rasio CAR merupakan
perbandingan modal bank dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko.
Semakin tinggi rasio CAR mengindikasikan bank tersebut semakin sehat
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id38
permodalannya. Pemenuhan CAR minimum 8% mengindikasikan bank
mematuhi regulasi permodalan.
2. Kualitas Aktiva (Asset Quality)
Aktiva produktif atau Productive Assets atau sering disebut dengan
Earning Assets adalah semua aktiva yang dimiliki oleh bank dengan maksud
untuk dapat memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Ada empat
macam jenis aktiva produktif yaitu :
a. Kredit yang diberikan
b. Surat berharga
c. Penempatan dana pada bank lain
d. Penyertaan
Penilaian aset, sesuai dengan Peraturan BI adalah dengan
membandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva
produktif. Selain itu juga rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif
terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan. Klasifikasi aktiva produktif
merupakan aktiva produktif yang telah dilihat kolektabilitasnya, yaitu
lancar, kurang lancar, diragukan dan macet.
Rasio Non Performance Loan (NPL) yaitu perbandingan antara
kredit bermasalah terhadap total kredit. Rasio ini mengindikasikan bahwa
semakin tinggi rasio NPL menunjukkan semakin buruk kualitas kreditnya.
3. Manajemen (Management)
Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id39
a. Manajemen umum
b. Penerapan sistem manajemen resiko
c. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada
Bank Indonesia dan atau pihak lainnya.
Dalam penelitian ini tidak membahas mengenai faktor manajemen
dan faktor yang bersifat teknis, sosial, ekonomi yang mendasari kesehatan
perbankan karena terbatasnya data yang relevan mengenai hal yang diteliti.
4. Rentabilitas (Earnings)
Penilaian aspek ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank
dalam meningkatkan keuntungan, juga untuk mengukur tingkat efisiensi
usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Penilaian ini
meliputi ROA atau Rasio Laba terhadap Total Aset, dan Perbandingan
antara biaya operasional dengan pendapatan operasional (BOPO).
Rasio Return on Asset atau ROA mengindikasikan kemampuan bank
menghasilkan laba dengan menggunakan asetnya. Semakin besar rasio ini
semakin baik kinerja bank.
Rasio Return on Equity atau ROE mengindikasikan kemampuan bank
dalam menghasilkan laba dengan menggunakan ekuitasnya. Semakin besar
rasio ini semakin baik kinerja bank.
Rasio Net Interest Margin (NIM) yaitu perbandingan antara
pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata aktiva produktif. Rasio ini
mengindikasikan kemampuan bank menghasilkan pendapatan bunga bersih
dengan penempatan aktiva produktif. Semakin besar rasio ini semakin baik
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id40
kinerja bank dalam menghasilkan bunga. Namun harus dipastikan bukan
karena biaya intermediasi yang tinggi, asumsinya pendapatan bunga harus
ditanamkan kembali untuk memperkuat modal.
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).
Rasio ini mengindikasikan efisiensi operasional bank. Semakin tinggi rasio
ini menunjukkan semakin tidak efisien biaya operasional bank.
5. Likuiditas (Liquidity)
Aspek kelima adalah penilaian terhadap aspek likuiditas bank. Suatu
bank dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan mampu membayar
semua hutangnya, terutama hutang-hutang jangka pendek. Selain itu juga
bank harus mampu memenuhi semua permohonan kredit yang layak
dibiayai. Penilaian dalam aspek ini meliputi :
a. Rasio kewajiban bersih Call Money terhadap Aktiva Lancar
b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oelh bank seperti KLBI, Giro,
Tabungan, deposito dan lain-lain.
Rasio Likuiditas atau Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah
perbandingan kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga. Semakin
besar rasio ini mengindikasikan bank semakin agresif likuiditasnya,
sebaliknya semakin kecil rasio ini semakin besar dana pihak ketiga yang
tidak digunakan untuk penempatan ke kredit (banyak dana menganggur).
Oleh karena itu disarankan rasio ini yang paling tepat antara 89% hingga
115%.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id41
H. PENELITIAN TERDAHULU
Adapun hasil penelitian terdahulu yang relevan untuk mendukung
penelitian yang akan dilakukan ini, antara lain :
1. Luciana Spica Almilia, S. dan Winny Herdiningtyas (2005) dengan judul
penelitian “Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah
Pada Lembaga Perbankan Perioda 2000 – 2002”. Penelitian ini memberikan
bukti empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi
kebangkrutan dan kesulitan keuangan perusahaan. Faktor-faktor yang diuji
dalam penentuan kondisi kebangkrutan dan kesulitan keuangan perusahaan
adalah rasio CAMEL sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Sampel
penelitian terdiri dari dari 16 bank sehat, 2 bank yang mengalami
kebangkrutan dan 6 bank yang mengalami kondisi kesulitan keuangan.
Metoda statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah
regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio keuangan
CAMEL memiliki daya klasifikasi atau daya prediksi untuk kondisi bank
yang mengalami kesulitan keuangan dan bank yang mengalami
kebangkrutan. Dalam penelitian ini juga memberikan bukti bahwa rasio
CAR, APB, NPL, PPAPAP, ROA, NIM dan BOPO secara statistik berbeda
untuk kondisi bank bangkrut dan mengalami kesulitan keuangan dengan
bank yang tidak bangkrut dan tidak mengalami kondisi kesulitan keuangan.
Penelitian ini juga memberikan bukti empiris bahwa hanya rasio keuangan
CAR dan BOPO yang secara statistik signifikan untuk memprediksi kondisi
kebangkrutan dan kesulitan keuangan pada sektor perbankan.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id42
2. Sri Pujiyanti dan E. Susi Suhendra (2008) dengan judul ”Analisis Kinerja
Keuangan Mengenai Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan
Metode Camel ”(Studi Kasus Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero)
Tbk Dan PT. Bank Bukopin Tbk Periode 2006-2008)”. Berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 perihal
Sistem Penilaian Tingkat Bank Umum dan Surat Edaran Bank Indonesia
No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 perihal Tatacara Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum. Adapun tolak ukur untuk menentukan tingkat
kesehatan suatu bank setelah dilakukan penilaian terhadap masing-masing
variabel, yaitu dengan menentukan hasil penilaian yang digolongkan
menjadi peringkat komposit kesehatan bank. Berdasarkan metode
perhitungan dan analisis dengan menggunakan rasio CAMEL yang sudah
dilakukan penulis, dapat diambil kesimpulan bahwa PT. Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk dan PT. Bank Bukopin Tbk dapat dikatakan
sebagai bank yang sehat. Rasio keuangan meliputi CAR, KAP, NPM, ROA,
BOPO, dan LDR tahun 2006-2008. Walaupun kedua bank tersebut
tergolong sebagai bank yang sehat, tetapi jika dibandingkan tingkat
kesehatannya antara kedua bank tersebut, maka PT. Bank Bukopin Tbk
lebih sehat dibandingkan dengan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Hal ini dapat dilihat dari aspek Asset, Management, Earning, dan Liquidity
yang dimiliki oleh PT. Bank Bukopin Tbk lebih baik daripada yang dimiliki
oleh PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id43
3. Penelitian yang sama dilakukan oleh Kalvin Sihol dan Daniel Pangaribuan
(2007) dengan judul ”Penilaian Kesehatan Bank Dengan Metode CAMEL:
Studi Kasus Pada PT BPR ABC” menyatakan evaluasi prediksi dari
performance bank yang merupakan peran intermediary dari suatu bank pada
tahun 2003-2005. Metode yang digunakan menggunakan Ketentuan Bank
Indonesia SE No. 30/3/UPPB tanggal 30 April 1997 sebagai standard
performance yang dikenal dengan metode CAMEL. Pernilaian yang
digunakan adalah Faktor Permodalan meliputi rasio CAR, Faktor Kualitas
Aktiva Produktif meliputi rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan
terhadap aktiva produktif dan rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif yang dibentuk bank terhadap Penghapusan Aktiva Produktif yang
wajib dibentuk oleh bank, Faktor Manajemen meliputi Manajemen Umum
mengenai strategi, struktur, sistem, dan kepemimpinan dan Manajemen
Risiko mengenai risiko likuiditas, risiko kredit, risiko operasional, risiko
hukum, risiko pemilik dan pengurus, Faktor Rentabilitas meliputi rasio laba
sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir dan rasio biaya operasional dalam 12
bulan terakhir, dan Faktor Likuiditas meliputi rasio alat likuid terhadap
hutang lancar dan rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank.
4. Penelitian dilakukan oleh Titik Aryati & Shirin Balafif (2007) dengan judul
”Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kesehatan Bank Dengan
Regresi Logit” menyatakan penelitian ini membahas dampak probabilitas
tingkat kesehatan bank menggunakan analisis rasio CAMEL. Metode
statistik digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu regresi Logit.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id44
Variabel dependen yang digunakan adalah tingkat kesehatan bank dan
variable independen adalah rasio CAMEL. Variabel independen yang
digunakan adalah CAR, NPL, ROA, ROE, LDR, NIM, JB1 dan JB2.
Sedangkan variable dependennya adalah menggunakan variable dummy
Probabilitas Bank Sehat dan Probabilitas Bank Tidak Sehat. Data penelitian
diambil dari laporan keuangan yang telah diterbitkan dan diakumulasi oleh
biro penelitian majalah Infobank, berdasarkan kebijakan Bank Indonesia.
Sample terdiri dari 60 bank sehat dan 14 bank tidak sehat pada tahun 2005
dan 2006. Hasil empiris penelitian ini mengidentifikasikan bahwa NPL
adalah variable yang significan yang mempengaruhi tingkat kesehatan bank.
5. Penelitian dilakukan oleh Ni Ketut Lely Aryani Merkusiwati (2007) dengan
judul “Evaluasi Pengaruh CAMEL terhadap Kinerja Perusahaan”
menyatakan bahwa penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kinerja
dunia perbankan baik dalam sektor manajemen, pemegang saham dan
pemerintah dalam menghadapi guncangan terhadap krisis di Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian pada 17 bank dengan tahun dasar 1997-2001
maka diperoleh kesimpulan bahwa CAMEL pada tahun 1996-2000
berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 1998-2001. CAMEL pada
tahun 1997 tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 1998.
CAMEL pada tahun 1999 berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun
2000. CAMEL pada tahun 2000 berpengaruh signifikan terhadap ROA
tahun 2001.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id45
6. Penelitian yang dilakukan oleh Pandu Rahardian, S.T (2008) dengan judul
“Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, NPL, NIM dan LDR Terhadap
Kinerja Keuangan Perbankan (Studi Kasus Perusahaan Perbankan Yang
Tercatat Di BEJ Periode Juni 2002 – Juni 2007)”. Penelitian ini betujuan
untuk menguji pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Efisiensi Operasi
(BOPO), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), dan
Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return on Asset (ROA) sebagai
proksi dari Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang Tercatat di BEJ
periode Juni 2002 hingga Juni 2007. Data yang digunakan dalam penelitian
ini diperoleh dari Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Perusahaan
Perbankan yang Tercatat di BEJ periode Juni 2002 hingga Juni 2007 yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia. Teknik pemilihan sampel dengan
menggunakan purposive sample, maka sampel yang digunakan sebanyak 24
Perusahaan Perbankan yang Tercatat di BEJ. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel CAR, NIM, dan LDR berpengaruh positif dan signifikan
terhadap ROA serta BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
ROA. Sementara untuk variabel NPL memiliki pengaruh negatif terhadap
ROA, akan tetapi tidak signifikan. Dari keempat variable yang signifikan,
variable BOPO mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap ROA yaitu
dengan koefisien -3,404. Kemudian penjelasan mengenai tidak
signifikannya variable NPL terhadap ROA adalah selama periode penelitian,
fungsi intermediasi bank tidak berjalan dengan baik.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id46
I. KERANGKA PEMIKIRAN
Dalam Basel Accord II dijelaskan bahwa ada tiga pilar yang harus
dipenuhi yaitu kecukupan modal, proses pengawasan yang memastikan
kecukupan modal bank serta peningkatan peran publik yang disebut sebagai
disiplin pasar. Dalam Pilar 3 Basel Accord II, disiplin pasar bertujuan
mendorong peran publik untuk turut mengawasi bank. Prasyarat utama
tercapainya tujuan tersebut yaitu (a) tersedia informasi yang cukup bagi publik
mengenai kondisi bank, dan (b) kemampuan publik dalam menilai kondisi
bank melalui analisa atas informasi yang tersedia. Bank Indonesia bekerja
sama dengan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) 39 dan 32 dalam Pernyataan
Standard Akuntansi Indonesia (PSAK) No.50 dan 55 yang diimplikasikan
pada 1 Januari 2010. Sebagai tindak lanjut penerbitan PSAK tersebut, telah
disusun Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (Taswan,2010:151).
Pengambilan sampel bank umum didasarkan oleh peringkat sepuluh
besar bank terbesar di Indonesia tahun 2011 yang diumumkan oleh Bank
Indonesia meliputi PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk
(BRI), PT Bank Central Asia Tbk (BCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk
(BNI), PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Bank Danamon Indonesia Tbk, PT Pan
Indonesia Bank Tbk (Panin), PT Bank Permata Tbk, PT Bank Internasional
Indonesia Tbk (BII) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN).
Dari pengambilan sampel kemudian rasio-rasio tersebut yang dihitung
untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel dependen yaitu ROA (Return
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id47
On Aset) dengan variabel independen yaitu CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO,
dan LDR. Analisis penghitungan menggunakan analisis Regresi Panel Data.
Dari uraian diatas dapat digambarkan kerangka pemikiran mengenai
“ANALISIS PENGARUH CAMEL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN
PADA BANK UMUM (BNI, BRI, BTN, BANK MANDIRI, BCA, BANK
DANAMON, BANK PERMATA, BII) TAHUN 2008-2011” sebagai berikut :
Bank Umum BNI, BRI, BTN Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata, dan BII Tahun 2008-2011
LAPORAN KEUANGAN
METODE CAMEL
VARIABEL VARIABEL
INDEPENDEN DEPENDEN
Analisis Rasio Keuangan
1. CAR 4. BOPO 2. NPL 5. LDR ROA
3.NIM
HASIL ANALISIS
KESIMPULAN
Gambar 2.1 Kerangka pemikiran
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id48
J. HIPOTESIS
Menurut Tulus Winarsunu (2007: 9), Hipotesis didefinisikan sebagai
suatu dugaan sementara yang diajukan seorang peneliti yang berupa
pernyataan-pernyataan untuk diuji kebenarannya. Berdasarkan kerangka
pemikiran di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
H1 : Diduga rasio keuangan CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR
berpengaruh secara signifikan terhadap ROA pada Bank Umum (BNI,
BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan
BII) Tahun 2008-2011.
H2 : Diduga terdapat variabel NIM yang paling dominan berpengaruh
terhadap ROA pada Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri,
BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tahun 2008-2011.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian / Desain Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah menganalisis tingkat
kesehatan bank melalui CAMEL untuk mengetahui kinerja perusahaan pada
Bank Umum (Bank Negara Indonesia/BNI, Bank Rakyat Indonesia/BRI, Bank
Tabungan Negara/BTN, Bank Mandiri, Bank Central Asia/BCA, Bank
Danamon, Bank Permata dan Bank Internasional Indonesia/BII) Tahun 2008-
2011.
Penelitian dilakukan dengan menentukan sampel bank-bank umum
yang akan diteliti meliputi Bank Negara Indonesia/BNI, Bank Rakyat
Indonesia/BRI, Bank Tabungan Negara/BTN, Bank Mandiri, Bank Central
Asia/BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan Bank Internasional
Indonesia/BII. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu laporan
keuangan triwulan keempat bank serta data-data mengenai bank yang diteliti
melalui situs pada masing-masing bank tersebut. Kemudian data keuangan
tersebut diolah dengan program eviews 5.1 untuk mengetahui pengaruh
variabel bebas (CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR) terhadap variabel
terikat (ROA). Setelah diketahui pengaruhnya kemudian dilakukan uji asumsi
klasik yaitu .
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id50
yang berpengaruh terhadap ROA pada Bank Umum (Bank Negara
Indonesia/BNI, Bank Rakyat Indonesia/BRI, Bank Tabungan Negara/BTN,
Bank Mandiri, Bank Central Asia/BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan
Bank Internasional Indonesia/BII) Tahun 2008-2011.
B. Jenis Dan Sumber Data
1. Jenis Data
Menurut Hadari Nawawi (1990: 96), di dalam penelitian pada
dasarnya jenis data dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a. Data Kualitatif
Data kualitatif dinyatakan dalam bentuk kalimat atau uraian
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif dinyatakan dengan memberikan simbol angka secara
berjenjang dengan mempergunakan perhitungan statistik.
Dari penjelasan jenis data diatas, penelitian ini menggunakan data
kuantitatif dengan data angka dan menggunakan perhitungan statistik
dengan program eviews 5.1.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian dikelompokkan menjadi dua yaitu :
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id51
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer merupakan data yang diperoleh dengan cara
wawancara langsung dari objek penelitian.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan data yang diperoleh dari studi literatur,
serta media publikasi yang relevan.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yaitu data dengan yang diperoleh dari penelitian sumber data dan
studi pustaka, diambil dari lembaga terkait seperti Bank Indonesia dan
sumber-sumber referensi studi kepustakaan seperti jurnal, artikel, surat
kabar, majalah, buku ataupun situs website yang mendukung.
Data sekunder yang digunakan adalah data Laporan Tahunan dalam
Laporan keuangan Triwulanan Kuartal 4 pada Bank Umum (Bank Negara
Indonesia/BNI, Bank Rakyat Indonesia/BRI, Bank Tabungan Negara/BTN,
Bank Mandiri, Bank Central Asia/BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan
Bank Internasional Indonesia/BII) tahun 2008-2011 di Indonesia sehingga
terdapat 32 observasi.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id52
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada suatu penelitian ada empat yaitu :
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana dilakukan dengan
peninjauan secara langsung atau melakukan pengamatan secara langsung
pada subyek penelitian.
2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpul data dengan cara mengadakan
tanya jawab secara langsung/tidak langsung kepada subyek penelitian.
3. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpul data dengan cara memberikan
pertanyaan secara tertulis kepada pihak yang berhubungan dengan
penelitian.
4. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data dengan cara membaca
dari literatur atau sumber lain yang berhubungan dengan penelitian.
Penelitian ini menggunakan studi pustaka dengan mengambil data
dari lembaga terkait seperti Bank Indonesia dan sumber-sumber referensi
studi kepustakaan seperti jurnal, artikel, surat kabar, majalah, buku ataupun
situs website yang mendukung.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id53
D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Dalam suatu penelitian populasi dan sampel sangat diperlukan agar
tercapai tujuan penelitian. Populasi dan sampel yang diambil harus tepat.
Sampel yang diambil harus mewakili populasi yang diteliti.
1. Populasi
Ada beberapa pendapat dari para ahli tentang pengertian populasi.
Menurut Tulus Winarsunu (2007: 11), populasi adalah seluruh individu
yang dimaksudkan untuk diteliti, dan yang nantinya akan dikenai
generalisasikan. Generalisasi adalah suatu cara pengambilan kesimpulan
terhadap kelompok individu yang lebih luas jumlahnya berdasarkan data
yang diperoleh dari sekelompok individu yang sedikit jumlahnya. Menurut
Soeratno dan Lincolin Arsyad (1995: 109), populasi adalah jumlah
keseluruhan dari obyek yang diteliti.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa populasi adalah keseluruhan individu/obyek dari penelitian. Dalam
penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh bank umum yang
terdapat di Indonesia meliputi Bank Persero, BUSN Devisa, BUSN Non
Devisa, BPD, Bank Campuran dan Bank Asing.
2. Sampel
Sampel adalah sampel yang anggota-anggotanya mencerminkan
sifat dan ciri-ciri yang terdapat pada populasi (Tulus Winarsunu, 2007: 11).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Umum meliputi
Bank Negara Indonesia/BNI, Bank Rakyat Indonesia/BRI, Bank Tabungan
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id54
Negara/BTN, Bank Mandiri, Bank Central Asia/BCA, Bank Danamon,
Bank Permata dan Bank Internasional Indonesia/BII.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Sutrisno Hadi (2004: 83-84), teknik sampling dapat dibagi
menjadi dua yaitu :
a. Teknik Random Sampling
Random sampling adalah pengambilan sampel secara random/teknik
sembarang. Prosedur random sampling meliputi :
1) Cara Undian yaitu sampel diambil dengan cara diundi
2) Cara Ordinal yaitu pengambilan subyek dengan mengambil bernomor
genap,dan genap.
3) Cara Randomisasi dari tabel bilangan random
b. Teknik Non Random Sampling
Teknik non random sampling adalah semua sampling yang dilakukan
bukan dengan teknik random sampling. Teknik non random sampling
meliputi :
1) Teknik proportional sample yaitu cara pengambilan sampel dari tiap-
tiap sub populasi dengan memperhitungkan sub-sub populasi.
2) Teknik stratified sampling yaitu pengambilan sampel apabila populasi
terdiri dari susunan kelompok-kelompok yang bertingkat.
3) Teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan
ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah
diketahui sebelumnya.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id55
4) Teknik quota sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan
quantum.
5) Teknik double sampling yaitu cara pengambilan sampel yang
mengusahakan adanya sampel kembar.
6) Teknik area probability sampling yaitu cara pengambilan sampel
dengan cara pembagian sampel berdasarkan pada pembagian area.
7) Teknik cluster sampling yaitu pembagian sampel berdasarkan atas
kelompok yang ada pada populasi.
Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah teknik non random dengan cara purposive sampling. Data yang
digunakan dalam penelitian telah ditentukan tujuan penelitian dengan
menggunakan data sekunder yaitu data yang didapat dari laporan triwulan
kuartal empat dari website Bank Umum (Bank Negara Indonesia/BNI, Bank
Rakyat Indonesia/BRI, Bank Tabungan Negara/BTN, Bank Mandiri, Bank
Central Asia/BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan Bank Internasional
Indonesia/BII) selama tahun 2008 sampai 2011.
Menurut Tulus Winarsunu (2007), Teknik sample purposive
dikenakan pada sample yang karakteristiknya sudah ditentukan dan
diketahui terlebih dahulu berdasarkan ciri dan sifat populasinya. Peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data menggunakan Teknik Sample
Purposive karena peneliti ingin mengetahui Bank Umum yang termasuk
dalam sepuluh besar bank yang terbesar di Indonesia (Bank Negara
Indonesia/BNI, Bank Rakyat Indonesia/BRI, Bank Tabungan Negara/BTN,
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id56
Bank Mandiri, Bank Central Asia/BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan
Bank Internasional Indonesia/BII) memiliki kinerja perusahaan yang baik
dalam kegiatan operasionalnya.
Berdasarkan detikfinance, pengumuman daftar statistik perbankan
oleh Bank Indonesia yaitu daftar 10 bank terbesar di Indonesia berdasarkan
jumlah asetnya pada tahun 2011. Aset 10 bank tersebut berjumlah Rp
2.312,336 triliun atau 63,3% dari total aset perbankan yang mencapai Rp
3.652,832 triliun. Berikut daftar 10 bank terbesar di Indonesia di 2011:
1. PT Bank Mandiri Tbk dengan aset Rp 493,05 triliun (13,5% dari seluruh
total aset perbankan)
2. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dengan aset Rp 456,382 triliun
(12,49%)
3. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dengan aset Rp 380.927 triliun
(10,43%)
4. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dengan aset Rp 289,458 triliun
(7,92%)
5. PT Bank CIMB Niaga Tbk dengan aset Rp 164,247 triliun (4,5%)
6. PT Bank Danamon Indonesia Tbk dengan aset Rp 127,128 triliun
(3,48%)
7. PT Pan Indonesia Bank Tbk (Panin) dengan aset Rp 118,991 triliun
(3,26%)
8. PT Bank Permata Tbk dengan aset Rp 101,54 triliun (2,78%)
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id57
9. PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) dengan aset Rp 91,335 triliun
(2,5%)
10. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) dengan aset Rp 89,277 triliun
(2,44%).
E. Definisi Operasional Variabel
Menurut Sumadi (2003: 29), definisi operasional adalah definisi yang
didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati
(diobservasi).
Variabel penelitian diartikan suatu konsep yang mempunyai variasi
atau keragaman. Variabel penelitian meliputi variabel dependen/terikat dan
variabel independen/bebas (Tulus Winarsunu, 2007: 3-4).
1. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang berubah karena pengaruh
variabel bebas disebut sebagai variabel terikat atau disebut juga sebagai
variabel tergantung, variabel efek, variabel tak bebas, variabel terpengaruh
atau dependent variable atau biasanya diberi lambang sebagai variable Y.
Dalam penelitian ini, variabel terikat adalah Return on Asset (ROA). Rasio
Return on Asset digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Rasio Return on Asset
atau ROA mengindikasikan kemampuan bank menghasilkan laba dengan
menggunakan asetnya. Semakin besar rasio ini semakin baik kinerja bank.
LabaSebelumPajak ROA = ´100% Rata - rataTotalAsset
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id58
2. Variabel bebas
Variabel bebas disebut juga variabel pengaruh, variabel perlakuan,
variabel kuasa, variabel treatment, independent variable atau biasanya
disingkat variabel χ adalah suatu variabel yang apabila dalam suatu waktu
berada bersamaan dengan variabel lain, maka variabel itu (diduga) akan
dapat berubah dalam keragamannya. Variabel bebas yang digunakan adalah
sebagai berikut :
1. CAR (Capital Adequacy Ratio)
Penilaian tersebut didasarkan pada CAR (Capital Adequacy Ratio)
yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu perbandingan antara Modal
dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko. Semakin tinggi rasio CAR
mengindikasikan bank tersebut semakin sehat permodalannya.
Pemenuhan CAR minimum 8% mengindikasikan bank mematuhi
regulasi permodalan.
ModalInti Formula CAR = ´100% atau ATMR
EquityCapital - FixedAsset CAR = ´100% TotalLoan+ Securities
2. NPL (Non Performing Loan)
Faktor Kualitas Aktiva Produktif diukur dengan NPL (Non
Performing Loan). Rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen bank
dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Rasio itu
dirumuskan sesuai dengan SE BI No 3/30DPNP tanggal 14 Desember
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id59
2001. Rasio ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi rasio NPL
menunjukkan semakin buruk kualitas kreditnya.
KreditBermasalah NPL = TotalKredit
3. ROE (Return on Earnings)
Rasio Return on Equity digunakan untuk mengukur kemampuan
bank dalam memperoleh keuntungan bersih dikaitkan dengan
pembayaran dividen. Rasio Return on Equity atau ROE mengindikasikan
kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan menggunakan
ekuitasnya. Semakin besar rasio ini semakin baik kinerja bank.
LabaSetelahPajak ROE = ´100% Rata - rataModalInti
4. NIM (Net Interest Margin)
Rasio Net Interest Margin (NIM) yaitu perbandingan antara
pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata aktiva produktif. Rasio ini
mengindikasikan kemampuan bank menghasilkan pendapatan bunga
bersih dengan penempatan aktiva produktif. Semakin besar rasio ini
semakin baik kinerja bank dalam menghasilkan bunga. Namun harus
dipastikan bukan karena biaya intermediasi yang tinggi, asumsinya
pendapatan bunga harus ditanamkan kembali untuk memperkuat modal.
pendapatan BungaBersih NIM = ´100% TotalPendapa tan Operasional
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id60
5. Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional
(BOPO)
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO). Rasio ini mengindikasikan efisiensi operasional bank. Semakin
tinggi rasio ini menunjukkan semakin tidak efisien biaya operasional
bank.
TotalBebanOperasional BOPO = ´100% TotalPendapa tan Operasional
6. LDR (Loan to Deposit Ratio)
Rasio Likuiditas atau Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah
perbandingan kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga. Semakin
besar rasio ini mengindikasikan bank semakin kecil likuiditasnya,
sebaliknya semakin kecil rasio ini semakin besar dana pihak ketiga yang
tidak digunakan untuk penempatan ke kredit (banyak dana menganggur).
Oleh karena itu disarankan rasio ini yang paling tepat antara 89% hingga
115%.
Kredit LDR = ´100% DanaPihakKetiga
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Analisis Regresi Data Panel
Data panel biasa disebut data longitudinal atau data runtun waktu
silang (cross-sectional time series), yang diamati pada dua periode waktu
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id61
atau lebih yang diindikasikan dengan penggunaan data time series
(http://statistik4life.blogspot.com). Keuntungan dari Data Panel (Baltagi
dalam Angelina Ika Rahutami, 2011: 35)
a. Panel data estimation dapat mencakup masalah heterogenitas
b. Panel data memberikan informasi lebih banyak, lebih bervariasi,
mempersedikit kolinieritas antar variabel, dan lebih efisien
c. Panel data lebih baik digunakan untuk melihat perubahan yang bersifat
dinamik.
d. Panel data dapat mendeteksi dan mengukur efek lebih baik.
e. Panel data memungkinkan kita untuk meneliti model yang lebih
kompleks à behavioral models
f. Panel data dapat meminimalkan bias
g. Menghindari masalah multikolinieritas
Pendekatan estimasi Regresi Data Panel ada tiga yaitu
(http://teorionline.wordpress.com) :
1. Common Effect
Teknik yang digunakan dalam metode Common Effect dengan
mengkombinasikan data time series dan cross section. Dengan
menggabungkan kedua jenis data tersebut maka dapat digunakan metode
OLS untuk mengestimasi model data panel. Dalam pendekatan ini tidak
memperhatikan dimensi individu maupun waktu, dan dapat diasumsikan
bahwa perilaku data antar perusahaan sama dalam berbagai rentang
waktu. Dalam penelitian ini menggunakan teknik metode ini.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id62
Menurut Rosadi (2012: 271) Secara umum bentuk regression
pooling yang dapat digunakan adalah sebagi berikut :
yti = xti bti + e ti
Dimana :
yti = observasi dari unit ke I dan diamati pada periode waktu ke t (yakni
variable dependen)
xti = konstanta variable-variabel dependendari unit ke i dan diamati pada
periode waktu ke t
βti = β, yakni pengaruh dari perubahan dalam X diasumsikan bersifat
konstan dalam waktu dan kategori cross-section.
εti = komponen error yang diasumsikan memiliki harga mean 0 dan
variansi homogen dalam waktu (homokedastik) serta independen
dengan Xit.
2. Fixed Effect
Metode dengan menggunakan variabel dummy untuk
menangkap adanya perbedaan intersep. Metode ini mengasumsikan
bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu,
namun intersepnya berbeda antar perusahaan namun sama antar waktu
(time invariant). Namun metode ini membawa kelemahan yaitu
berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya
mengurangi efisiensi parameter.
Menurut Rosadi (2012: 271) Secara umum bentuk model Fixed
Effect yaitu
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id63
y = x b + c + d + e ti ti ti i i ti
Dimana :
ci adalah konstanta yang bergantung kepada unit ke i, tetapi tidak kepada
waktu t
di adalah konstanta yang bergantung kepada waktu t, tapi tidak kepada
unit i.
Apabila model memuat komponen ci dan di, maka model
tersebut disebut dengan two-ways fixed-effect (efek tetap dua arah),
sedang apabila dt =0 atau ci =0, maka model disebut model one way fixed
effect (efek tetap satua arah). Untuk model fixed effect satu arah
diasumsikan bahwa komponen dt =0, yakni memiliki model
yti = xti bti + ci + e ti
3. Random Effect
Tenik yang digunakan dalam Metode Random Effect adalah
dengan menambahkan variabel gangguan (error terms) yang mungkin
saja akan muncul pada hubungan antar waktu dan antar kabupaten/kota.
Teknik metode OLS tidak dapat digunakan untuk mendapatkan estimator
yang efisien, sehingga lebih tepat untuk menggunakan Metode
Generalized Least Square (GLS).
Menurut Rosadi (2012: 271) Secara umum bentuk model
Random Effect yaitu
yti = xti bti + vti
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id64
Dimana vti adalah ci + di + εti. ci diasumsikan bersifat independent and
2 identically distributed (iid) normal dengan mean 0 dan variansi σ c, dt
2 diasumsikan bersifat iid normal dengan mean 0 dan variansi σ d, εti
bersifat iid normal dengan mean 0 dan variansi σ2 (dan ε , c , dan d ε ti i i
diasumsikan independen satu dengan lainnya).
Pengujian Model Regresi Data Panel Terbaik meliputi :
1. Common Effect VS Fixed Effect
Pengujian ini digunakan untuk memilih model mana yang lebih
cocok antara Common Effects ataukah Fixed Effects, dapat digunakan Uji
Chow (Chow Test) atau Restricted F-Test.
Cara lain dapat juga dilakukan dengan menggunakan Uji
Statistik F (http://ferdifadly.blogspot.com) sebagai berikut :
a. Ho : Model Common Effects lebih baik daripada Fixed Effects
H1 : Model Fixed Effects lebih baik daripada Common Effects
b. Tingkat signifikansi : α=5%
c. Kriteria Pengambilan Keputusan : Ho ditolak jika
F > F ;(N -1), (NT - N - k) HITUNG a
F > F ;(8 -1),(8.4 - 8 - 6) HITUNG 0,05
FHITUNG > F0,05 ;(7),(18)
FHITUNG > Ftabel;2,58 atau jika P-value ≤ α (0,05)
d. Statistik Uji :
(RSS1 - RSS2 )/(N -1) FHITUNG = (RSS2 )/(NT - N - k)
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id65
Dimana : N = jumlah individu
T = jumlah series (tahun)
k = jumlah parameter bebas
RSS = residual sum of square Common Effects Models 1
RSS2 = residual sum of square Fixed Effects Models
e. Keputusan : FHITUNG < Ftabel;2,58 ; FHITUNG < 2,58
Dan p-value > 5% maka Ho diterima.
f. Kesimpulan : Dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat disimpulkan
bahwa Model Common Effects lebih baik daripada Fixed Effects
2. Fixed Effects VS Random Effects
Pengujian ini digunakan untuk memilih model mana yang lebih
cocok antara Fixed Effects ataukah Random Effects, dapat digunakan Uji
Hausman (Hausman’s Test), yaitu sebagai berikut :
a. Ho : Hasil estimasi menggunakan Random Effects tidak berbeda
dengan jika menggunakan Fixed Effects
H1 : Hasil estimasi dengan menggunakan Model Fixed Effects
dibandingkan dengan Random Effects menunjukkan perbedaan yang
signifikan
b. Tingkat signifikansi : α =5%
2 2 c. Kriteria Pengambilan Keputusan : Tolak Ho jika c obs = c a: p atau jika
P-value ≤ α
p = jumlah variabel bebas
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id66
d. Statistik Uji :
2 -1 c obs = (b - b GLS )y (b - b GLS )
e. Keputusan : P-value > α ; P-value > 0,05
f. Kesimpulan : Dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat disimpulkan
bahwa Model Fixed Effects berbeda dengan model Random Effects
Analisis data dalam penelitian ini dengan dilakukan metode analisis
regresi data panel untuk mengetahui bagaimana pengaruh variable CAR, NPL,
ROE, NIM, BOPO dan LDR terhadap ROA sehingga dapat mengetahui kinerja
bank. Maka persamaan regresi data panel adalah :
ROA = a 0 +a1CAR +a 2 NPL +a 3ROE +a 4 NIM +a 5 BOPO +a 6 LDR + e t
Keterangan :
ROA = Return On Asset NIM = Net Income Margin
CAR = Capital Adequacy Ratio BOPO = Rasio Biaya Operasional
NPL = Non Performing Loan terhadap Pendapatan Operasional
ROE = Return On Equity LDR = Loan to Deposit Ratio
Langkah-langkah Model Panel Data (http://forum-
ekonometrika.blogspot.com/2009/05/panel-data-dg-eviews.html) :
Secara ringkas step-stepnya Panel Data (Statis) adalah sebagai berikut:
1. Estimasi dengan Fixed Efect.
2. Uji Chow-test (Pool Vs Fixed efek).
a. Jika Ho diterima, maka model pool (common). (selesai sampai disini).
b. Jika Ho ditolak, maka model Fixed efek. (teruskan step 3)
3. Estimasi dengan Random Efek.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id67
4. Uji Hausman (random Vs Fixed).
a. Jika Ho: diterima, maka model random efek (selesai sampai disini).
b. Jika Ho: ditolak, maka model fixed efek (lanjutkan step 5)
5. Uji LM test: adanya herosedastisity antar kelompok individu (crossection).
Ho: Homosedastik ; H1: Heterosedastik
a. Jika Ho diterima, maka model homosedastik (selesai)
b. Jika Ho ditolak, maka model heterosedastik. Solusi: dengan Crossection
Weight (dan lanjutkan step 6)
6. Uji LR test: adanya heterosedastik dan otokorelasi antar kelompok individu
(crossection).
Ho: Struktur heterosedastik ; H1: struktur SUR
a. Jika Ho diterima, maka model herosedastik. Solusi: dengan Crossection
Weigth (sama dengan 5.b)
b. Jika Ho ditolak, maka model SUR. Solusi: dengan Crossection SUR.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual
terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki
nilai residual yang terdistribusi normal. Pengujian normalitas yang
dengan alat analisis EViews menggunakan dua cara yaitu dengan
histogram dan uji Jarque-Bera. Untuk mendeteksi normalitas pada
penelitian ini dapat diuji dengan Jarque-Bera.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id68
Menurut Gujarati (2006 : 165) yang menyatakan bahwa jika
nilai chi-square yang dihitung lebih besar daripada nilai chi-square kritis
untuk d.k.2 pada tingkat signifikansi yang dipilih, maka menolak
hipotesis nol yang menyatakan distribusi normal; namun jika nilai chi
squre yang dihitung tidak lebih besar dari nilai chi-square kritisnya maka
tidak menolak hipotesis nol.
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan nilai Jarque-
2 Bera dengan χ tabel. Pada persamaan dalam regresi data panel mempunyai
df = 26, (n-k) = (32-6) dengan α = 5% sehingga diperoleh 38,885. Karena
2 2 2 χ hitung < χ < χ tabel. Kesimpulannya residual µ terdistribusi normal.
b. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
korelasi berantai atau otokorelasi di antara gangguan ui yang memasuki
fungsi regresi populasi/Population Regression Function, PRF (Gujarati,
2006: 112). Menurut Wing Wahyu Winarno, 2011: 5.27, cara
pengidentifikasian otokorelasi ada dua yaitu :
1) Uji Durbin-Watson
2) Uji Breusch-Godfrey
Dalam penelitian ini untuk mendeteksi autokorelasi adalah
dengan uji Breusch-Godfrey. Nama lain uji ini adalah uji Lagrange-
Multiplier/Pengganda Lagrange (LM).
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id69
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Gujarati (2006 : 82) Uji heteroskedastisitas adalah
untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu
ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi
persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut
homoskedastisitas.
Cara mendeteksi Heteroskedastisitas meliputi :
1) Metode Grafik yaitu metode dengan cara memetakan (ploting) residu-
residu terhadap observasinya sendiri.
2) Uji Park yaitu metode dengan cara mendapatkan residu ei,
dikuadratkan dan dihitung nilai log nya.
3) Uji Glejser yaitu metode dengan mempertimbangkan regresi residu ei,
terhadap variable X yang dianggap berhubungan dekat dengan varians
2 heteroskedastis σi .
4) Uji White
5) Uji Korelasi Peringkat Spearman
6) Uji Homogenitas Varians Bartlett
7) Uji Peak
8) Uji Breusch-Pagan
9) Uji CUSUMSQ
Uji statistik yang digunakan dalam uji heteroskedastisitas adalah
uji White. Beberapa alternatif solusi jika model menyalahi asumsi
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id70
heteroskedastisitas adalah dengan mentransformasikan ke dalam bentuk
logaritma, yang hanya dapat dilakukan jika semua data bernilai positif.
Atau dapat juga dilakukan dengan membagi semua variabel dengan
variabel yang mengalami gangguan heteroskedastisitas.
d. Uji Multikolinieritas
Menurut Wing Wahyu Winarno, 2011: 5.1, Uji multikolinearitas
adalah kondisi adanya hubungan linier antarvariabel independen. Kondisi
terjadinya Multikolinieritas ditunjukkan dengan (Gujarati, 2006: 68) :
1) Nilai R2 tinggi, tetapi sedikit rasio t signifikan.
2) Korelasi berpasangan yang tinggi di antara variable-variabel penjelas.
3) Pengujian korelasi parsial
4) Regresi subsider atau tambahan
Dengan melakukan regresi auxiliary yaitu meregresikan masing-
masing variable-variabel X yang lain dan menghitung R2. Menurut
Wing Wahyu Winarno, 2011: 5.1, Regresi ini dapat digunakan untuk
mengetahui hubungan antara dua (atau lebih) variable independen
yang secara bersama-sama (misal x2 dan x3) mempengaruhi satu
variable independen yang lain (misal x1).
Beberapa alternatif cara untuk mengatasi masalah
multikolinieritas adalah sebagai berikut:
1. Mengganti atau mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi
yang tinggi.
2. Menambah jumlah observasi.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id71
3. Mentransformasikan data ke dalam bentuk lain, misalnya logaritma
natural, akar kuadrat atau bentuk first difference delta.
3. Pengujian Secara Parsial ( Uji t)
Uji t bertujuan untuk melihat signifikasi pengaruh variable independen
terhadap variable dependen secara individual. Parameter suatu variable
dikatakan mempunyai pengaruh signifikan jika nilai thitung suatu variable
lebih besar dari nilai ttabel. Langkah-langkah dalam menguji t adalah sebagai
berikut :
a. Merumuskan Hipotesis
Ho : β = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antar variabel
independen (X) terhadap variabel dependen (Y). CAR, NPL, ROE,
BOPO, LDR, dan NIM secara parsial tidak berpengaruh terhadap ROA
Ha : β ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
independen (X) terhadap variabel dependen (Y). CAR, NPL, ROE,
BOPO, LDR, dan NIM secara parsial berpengaruh terhadap ROA.
b. Menentukan Tingkat Signifikan
Tingkat signifikan pada penelitian ini adalah 5%, artinya risiko kesalahan
mengambil keputusan adalah 5%.
c. Pengambilan Keputusan
1) Jika probabilitas (sig t) > α (0,05) maka Ho diterima, artinya tidak ada
pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel independen (X)
terhadap variabel dependen (Y)
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id72
2) Jika probabilitas (sig t) < α (0,05) maka Ho ditolak, artinya ada
pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel independen (X)
4. Pengujian Secara Simultan (Uji f)
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variable independen secara
bersama-sama terhadap variable independen dengan penghitungan statistik.
Dalam persamaan tersebut menggunakan taraf keyakinan 95% (α = 5%),
dengan df = 26 (n-k = 32-6 = 26). Langkah-langkah Uji F sebagai berikut :
a. Menentukan Hipotesis
Ho : β = 0, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
Ha : β ≠ 0, artinya variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
b. Menentukan Tingkat Signifikan
Tingkat signifikan pada penelitian ini adalah 5% artinya risiko kesalahan
mengambil keputusan 5%.
c. Pengambilan Keputusan
1) Jika probabilitas (sig F) > α (0,05) maka Ho diterima, artinya tidak ada
pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variable
dependen.
2) Jika probabilitas (sig F) < α (0,05) maka Ho ditolak, artinya ada
pengaruh yang signifikan dari variabel independent terhadap variabel
dependen.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id73
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Sejarah Perbankan di Indonesia
Menurut Bank Indonesia (www.bi.go.id), sejarah perbankan di Indonesia
dibagi menjadi beberapa periode yaitu:
a. Periode tahun 1953-1959
Ada dua hal yang menonjol dalam sejarah dan perkembangan perbankan
Indonesia hingga 1959 yaitu
1) Dimulainya sistem pengawasan bank tahun 1955
Saat kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) pada 17 Agustus 1950, struktur perekonomian Indonesia,
masih didominasi oleh struktur kolonial. Bank Indonesia lahir setelah
berlakunya Undang-Undang (UU) Pokok Bank Indonesia pada 1 Juli
1953 dengan di nasionalkan Javasche Bank pada tahun 1951. Sesuai
dengan UU tersebut, BI sebagai bank sentral bertugas untuk
mengawasi bank-bank.
Namun demikian, aturan pelaksanaan ketentuan pengawasan
tersebut baru ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 1/1955
yang menyatakan bahwa BI, atas nama Dewan Moneter, melakukan
pengawasan bank terhadap semua bank yang beroperasi di Indonesia,
guna kepentingan solvabilitas dan likuiditas badan-badan kredit
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id74
tersebut dan pemberian kredit secara sehat yang berdasarkan asas-asas
kebijakan bank yang tepat. Dari pengawasan dan pemeriksaan BI,
terungkap berbagai praktik yang tidak wajar yang dilakukan, seperti
penyetoran modal fiktif atau bahkan praktik bank dalam bank. Untuk
mengatasi kondisi perbankan itu, dikeluarkan Keputusan Dewan
Moneter No. 25/1957 yang melarang bank-bank untuk melakukan
kegiatan di luar kegiatan perbankan.
2) Menurunnya peran bank-bank asing dalam pembiayaan sektor swasta
sehingga bank-bank nasional semakin giat berkiprah dalam
pembangunan ekonomi nasional.
Perkembangan perbankan di Indonesia, tidak bisa lepas dari
sejarah jaman Hindia Belanda yaitu bank yang pertama didirikan
adalah Bank Van Leening tahun 1746, Nederlandsche Handel
Maatschapij berdiri tahun 1824, kemudian didirikan De Javasche
Bank tahun 1828, Escomptobank tahun 1857 dan Nederlandsche
Indische Handelsbank tahun 1864.
Di samping bank Belanda, juga berdiri bank asing lain seperti,
The Chartered Bank of India, Australia and China tahun 1859,
Hongkong and Shanghai Banking Corporation di tahun 1884, Bank of
China tahun 1915, Yokohama Specie Bank tahun 1919, kemudian
Mitsui Bank 1925.
Bank-bank lokal ikut bermunculan, seperti Bank Vereeniging
Oey Tiong Ham tahun 1906 di Semarang, Chung Hwa Shangieh
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id75
Maatschapij tahun 1913 di Medan, Batavia Bank tahun 1918 di
Batavia dan Spaarbank atau Bank Tabungan di berbagai kota.
Bangkitnya semangat kebangsaan turut memunculkan bank-bank
nasional yang dimulai oleh Bank Nasional Indonesia pada tahun 1928
di Surabaya.
Bank-bank pemerintah yang didirikan setelah era tersebut antara
lain Bank Negara Indonesia tahun 1946, Bank Rakyat Indonesia yang
juga didirikan tahun 1946, Bank Tabungan Pos yang merupakan
kelanjutan kegiatannya di jaman penjajahan diaktifkan kembali tahun
1950, kemudian didirikan Bank Industri Negara tahun 1955, serta
Bank Tani dan Nelayan di tahun 1957.
Di samping bank, terdapat satu yayasan yang didirikan tahun
1950 dan berperan memberi jaminan terhadap nasabah bank yang
meski potensial tetapi tidak memenuhi standar kelayakan dari bank.
Yayasan Pemusatan Jaminan Kredit Rakyat ini kemudian melakukan
efisiensi kinerja di tahun 1956 dan berganti nama dengan Yayasan
Lembaga Jaminan Kredit. Pada akhir tahun 1951, dengan perantaraan
yayasan, kredit yang disediakan untuk 44 nasabah dengan nilai Rp 2,7
juta,- dan perusahan-perusahaan ekspor, impor dan pengangkutan
untuk 26 nasabah nilai pinjaman Rp 4,7 juta,-.
Pada November 1957, diadakan Musyawarah Nasional
Pembangunan (MUNAP) yang antara lain memutuskan
pengambilalihan perusahaan-perusahaan milik Belanda, termasuk
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id76
bank. Ada beberapa bank Belanda di tahun 1959 hingga 1960 seperti:
Nationale Handels Bank NV yang berubah menjadi Bank Umum
Negara (BUNEG kemudian menjadi Bank Bumi Daya) pada tahun
1959, Escomptobank berubah nama menjadi Bank Dagang Negara
dan Nederlandsche Handels Maatschappij (NHM) Bank Koperasi
Tani dan Nelayan (BKTN) dan kemudian menjadi Bank Ekspor Impor
Indonesia (BEII).
b. Periode tahun 1959-1966
Ada lima hal yang menonjol dalam sejarah dan perkembangan perbankan
Indonesia hingga 1966 yaitu
1) Pembentukan Bank Tunggal
Pada masa ekonomi terpimpin, untuk mencapai tujuan revolusi
Bank Indonesia dan perbankan termasuk dalam jajaran yang dituntut
berperan sebagai alat revolusi. Tuntutan itu secara nyata ditandai
dengan munculnya doktrin "bank berdjoang" dan bank tunggal.
Dalam kaitannya dengan penyelesaian proses nasionalisasi,
sering terjadi perubahan pada bank-bank pemerintah. Perubahan
tersebut terjadi dalam bentuk peleburan antarbank, seperti BRI dan
Bank Tani dan Nelayan ke dalam Bank Koperasi, Tani dan Nelayan
(BKTN), kemudian NHM ke dalam BKTN, atau antara Bapindo dan
Bank Industri Negara (BIN). Perubahan nama juga terjadi, seperti
Bank Tabungan Pos menjadi Bank Tabungan Negara. Pada 1964,
dilaksanakan Musyawarah Bank Berjuang Sabang-Merauke untuk
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id77
memposisikan perbankan dalam mendukung pelaksanaan
Pembangunan Nasional Semesta Berencana. Tindak lanjut dari
musyawarah tersebut adalah proses integrasi antara Bank Indonesia
dengan bank pemerintah dalam bank tunggal. Maksud pembentukan
bank tunggal adalah agar kebijakan pemerintah di bidang moneter dan
perbankan dapat dijalankan secara efisien, efektif, dan terpimpin.
Bank tunggal didirikan pada tanggal 17 Agustus 1965. Sejak
saat itu, Indonesia hanya mempunyai tiga bank pemerintah, yaitu
Bank Negara Indonesia (bank tunggal), Bank Dagang Negara, dan
Bank Pembangunan Indonesia, akan tetapi secara operasional di
samping BNI Unit I sebagai bank sentral, masih terdapat 6 bank
pemerintah yang berjalan sesuai dengan fungsi masing-masing (BNI
Unit II (BKTN), BNI Unit III (BNI), BNI Unit IV (BUNEG), BNI
Unit V (BTN), BDN, dan Bapindo).
2) Penghentian sementara kesempatan untuk mendirikan bank umum dan
bank tabungan swasta nasional baru
Pada periode ini, pemerintah menghentikan untuk sementara
perijinan bagi pendirian bank umum dan bank tabungan swasta akibat
adanya peninjauan kembali jumlah bank swasta serta adanya gejala
persaingan tidak sehat antar bank.
Salah satu dampak dari kebijakan sanering uang yang dilakukan
pemerintah pada tanggal 25 Agustus 1959 adalah timbulnya kesulitan
likuiditas yang dialami oleh bank-bank sehingga untuk memenuhi
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id78
kewajiban-kewajiban membayarnya mereka terpaksa meminta kredit
likuiditas dari Bank Indonesia. Sehubungan dengan perkembangan
tersebut, serta mengingat banyaknya jumlah bank swasta nasional
yang telah beroperasi sehingga gejala-gejala persaingan yang tidak
sehat.
3) Penerbitan ketentuan pokok bagi Bank Pembangunan Daerah (BPD),
hingga ketentuan tentang cek kosong dan rahasia bank
Pemerintah melakukan upaya dengan dibentuknya Bank
Pembangunan Daerah yang disusul dengan perubahan ketentuan
modal disetor minimum bank umum swasta. Pada tahun 1964
perijinan dibuka kembali, tetapi bagi bank umum hanya terbatas pada
daerah-daerah di luar kota-kota besar (Jakarta, Surabaya, Semarang,
Bandung, Medan, Palembang, dan Makassar), sedangkan bagi bank
tabungan terbuka untuk semua tempat.
Berkaitan dengan bank asing, telah dibuka kembali kesempatan
membuka cabang/perwakilan bank asing dan hanya terbatas di Jakarta
serta tidak boleh menarik dana dari masyarakat dalam negeri melalui
giro dan deposito. Kelonggaran pembukaan bank tersebut juga diikuti
dengan ketentuan bahwa semua saham harus dikeluarkan atas nama
WNI atau badan hukum Indonesia yang dimiliki oleh WNI. Ketentuan
itu dikeluarkan untuk mencegah penyusupan unsur asing dan
menghindari dominasi kelompok tertentu atas bank swasta nasional.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id79
Menurut Perpu No. 23/1960, pemerintah memberikan kepastian
hukum bagi masyarakat dalam menjamin kerahasiaan atas simpanan
dan berbagai jenis hubungan transaksi mereka dengan bank. Hal itu
ditempuh untuk mengantisipasi kurangnya minat masyarakat untuk
menyimpan dananya kepada perbankan. Padahal, pengumpulan dana
dari masyarakat dibutuhkan guna disalurkan kepada sektor-sektor
produktif dalam pembangunan ekonomi.
Salah satu kasus yang dijumpai dalam pemeriksaan bank adalah
mengenai cek kosong. Atas dasar temuan tersebut, para pengawas
menyusun pemikiran dan saran disertai konsep rancangan undang-
undang untuk mengubah landasan hukum atas cek.
Inti pokok pemikiran dan rancangan undang-undang termaksud
adalah untuk mendudukkan perbuatan penarikan cek kosong sebagai
perbuatan yang bersifat pidana. Di samping hal tersebut, diusulkan
pula agar kewajiban penarik cek untuk menyediakan dana bukan
hanya pada saat cek diuangkan di bank, tetapi harus telah tersedia
dananya sejak tanggal cek ditarik hingga diuangkan. Usulan tersebut
kemudian ditindaklanjuti oleh Menteri UPBMS dan setelah melalui
pembahasan di DPR akhirnya keluarlah UU No. 17/1964 tentang
larangan penarikan cek kosong.
4) Pemisahan secara tegas tugas pelaksanaan pengawasan bank, yang
menjadi wewenang Bank Indonesia
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id80
Berdasarkan Keputusan Presiden No. 94/1962 mengenai
regrouping kabinet antara lain menetapkan kedudukan Gubernur Bank
Indonesia setara dengan menteri dengan sebutan Menteri Urusan Bank
Sentral (MUBS). Menteri ini tidak mempunyai suatu departemen
tersendiri tetapi lembaga yang digunakan tetap Bank Indonesia.
Dengan terjadinya perubahan struktural tersebut maka Dewan
Moneter dinonaktifkan dan segala wewenang dari dewan tersebut
pindah ke kabinet.
Periode ini kebijakan pengawasan bank tetap didasarkan atas
Peraturan Pemerintah No.1/1955 tentang pengawasan urusan kredit
yang merupakan wewenang Bank Indonesia (BNI Unit I) untuk
mengatur operasi bank berdasarkan prinsip-prinsip perbankan yang
sehat, baik dilihat dari aspek likuiditas, solvabilitas, kebijakan
pemberian kredit maupun kepatuhannya terhadap ketentuan-ketentuan
yang berlaku.
Pelaksanaan tugas pengawasan bank telah mulai dipisahkan
secara tegas sehingga pemeriksa bank hanya mengkhususkan pada
tugas pemeriksaan bank, dan pengawasan tidak langsung dilaksanakan
oleh petugas yang terpisah dari pemeriksaan bank. Hasil pengawasan
perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam periode ini
menjadi bahan yang mendorong otoritas pengawasan perbankan untuk
mengeluarkan ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan pengaturan
kelembagaan atau kegiatan operasional bank.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id81
5) Inflasi yang tinggi, jumlah kredit yang dikucurkan perbankan
meningkat rata-rata 101,4% per tahun.
Jumlah kredit perbankan di Indonesia selama periode 1960-1965
berkembang dari Rp 27.809,8 juta pada tahun 1960 menjadi Rp
821.517,8 juta pada tahun 1965 dengan pertumbuhan rata-rata 101,4%
per tahun. Pertumbuhan yang pesat tersebut terutama disebabkan oleh
makin tingginya inflasi dalam periode ini. Dalam situasi inflasi yang
tinggi, biaya produksi perusahaan-perusahaan meningkat karena
kenaikan harga bahan baku dan bahan pembantu, sehingga permintaan
kredit dari dunia usaha meningkat.
Pada waktu itu banyak pula debitur bank yang memanfaatkan
inflasi yang tinggi untuk mendapatkan keuntungan dengan melakukan
spekulasi jual beli barang dengan menggunakan kredit bank. Pada
tahun 1965 bank umum menguasai pangsa sebesar 98,2% dari seluruh
kredit perbankan, sedangkan bank tabungan dan bank pembangunan
masing-masing hanya menguasai pangsa sebesar 0,2% dan 1,6%.
c. Periode tahun 1966-1983
Ada tiga hal yang menonjol dalam sejarah dan perkembangan perbankan
Indonesia hingga 1983 yaitu
1) Pembubaran bank tunggal
Penataan kembali perbankan dilakukan melalui Undang-Undang
(UU) No. 14/1967 tentang pokok-pokok perbankan tanggal 30
Desember 1967 dan penataan kembali Bank Indonesia melalui UU
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id82
No. 13/1968 tentang bank sentral tanggal 7 Desember 1968. Sejak saat
itu Bank Tunggal atau Bank Negara Indonesia yang dibentuk pada
tahun 1965 dipecah kembali sesuai dengan kedudukan bank seperti
sebelumnya.
Bank-bank pemerintah pada saat itu terdiri atas bank sentral
(Bank Indonesia), Bank Negara Indonesia (BNI) 1946, Bank Bumi
Daya (BBD), Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Rakyat Indonesia
(BRI), Bank Ekspor Impor Indonesia, Bank Dagang Negara (BDN),
dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) yang sebelumnya tidak
tergabung dalam bank tunggal. Pada tahun 1967, menjelang kelahiran
UU Perbankan 1967, dilakukan pembentukan Badan Musyawarah
Perbankan (BMP) yang membantu pemerintah dalam merumuskan
ketentuan tentang tata cara pendirian bank, konsep peraturan kliring
baru, dan pendekatan guna penyelesaian permasalahan perdata dalam
perbankan.
Sejalan dengan era pemerintahan baru yang menitikberatkan
pada pembangunan ekonomi dengan target trilogi pembangunan,
maka arah kebijakan pengawasan bank juga tertuju untuk mendukung
pencapaian target itu. Sebagai langkah awal, pada tahun 1966 era
Bank Tunggal diakhiri dengan cara dipecah-pecah menjadi bank-bank
individual. Selanjutnya bank-bank milik Pemerintah masing-masing
diberi misi yang terfokus pada sektor ekonomi tertentu sesuai
Undang-Undang masing-masing bank yang bersangkutan. Langkah
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id83
berikutnya, peranan perbankan didorong untuk meningkatkan
mobilisasi dana masyarakat guna menopang pembiayaan
pembangunan, sekaligus mengurangi beban Pemerintah. Untuk itu
program gerakan menabung dikerahkan secara nasional. Terdapat dua
jenis tabungan yang diprogramkan Pemerintah, yaitu Tabungan
Pembangunan Nasional (TABANAS) dan Tabungan Asuransi
Berjangka (TASKA).
2) Pembiayaan ekonomi oleh perbankan diarahkan untuk mendukung
program pengadaan pangan, sedangkan pembiayaan untuk kredit
jangka panjang dan impor pada dasarnya dilarang oleh Pemerintah
3) Pembukaan perizinan pendirian bank
Upaya untuk dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas
maka perizinan pendirian bank yang telah dihentikan sejak tahun
1959, dibuka kembali tahun 1966, termasuk pembukaan kantor
cabang. Izin pendirian bank baru dan pembukaan kantor cabang
tersebut diberikan oleh Menteri keuangan setelah mendengar
pertimbangan dari Bank Indonesia.
Izin tersebut sempat dihentikan untuk sementara waktu sejak
tahun 1967 sampai dengan 1968 menyusul terjadinya krisis perbankan
tahun 1967. Krisis tersebut disebabkan oleh banyaknya kredit macet
karena kondisi ekonomi yang memburuk dengan tingkat inflasi yang
sangat tinggi sehingga 21 bank dihentikan keikutsertaannya dalam
kliring.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id84
Selanjutnya tahun 1969 izin tersebut dibuka kembali.
Persyaratan utama bagi pendirian bank adalah :
1) kecukupan modal yang disesuaikan dengan kota tempat kedudukan
bank yang bersangkutan
2) Daerah tempat pendirian bank masih membutuhkan bank
3) Badan Hukum harus berbentuk PT yang saham-sahamnya harus
atas nama serta.
4) Seluruh Pemegang Saham dan Pimpinannya harus WNI.
d. Periode 1983-1997
Sejarah dan perkembangan perbankan Indonesia hingga 1997 yaitu
1) Dampak dari over-regulated terhadap perbankan adalah kondisi
stagnan dan hilangnya inisiatif perbankan.
Hal tersebut mendorong BI melakukan deregulasi perbankan
untuk memodernisasi perbankan sesuai dengan tuntutan masyarakat,
dunia usaha, dan kehidupan ekonomi pada periode tersebut. Pada
1983, tahap awal deregulasi perbankan dimulai dengan penghapusan
pagu kredit, bank bebas menetapkan suku bunga kredit, tabungan, dan
deposito, serta menghentikan pemberian Kredit Likuiditas Bank
Indonesia (KLBI) kepada semua bank kecuali untuk jenis kredit
tertentu yang berkaitan dengan pengembangan koperasi dan ekspor.
Tahap awal deregulasi tersebut berhasil menumbuhkan iklim
persaingan antar bank. Banyak bank, terutama bank swasta, mulai
bangkit untuk mengambil inisiatif dalam menentukan arah
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id85
perkembangan usahanya. Seiring dengan itu, BI memperkuat sistem
pengawasan bank yang di antaranya melalui penyusunan dan
pemeliharaan blacklist yang diberi nama resmi Daftar Orang-Orang
yang Melakukan Perbuatan Tercela (DOT) di bidang perbankan.
Mereka yang masuk dalam daftar ini tidak boleh lagi berkecimpung
dalam dunia perbankan.
2) Bank Indonesia mengeluarkan beberapa paket deregulasi kebijakan
perbankan
Pemerintah bersama BI melangkah lebih lanjut dalam deregulasi
perbankan dengan mengeluarkan Paket Kebijakan Deregulasi
Perbankan 1988 (Pakto 88) yang menjadi titik balik dari berbagai
kebijakan penertiban perbankan 1971–1972. Pemberian izin usaha
bank baru yang telah dihentikan sejak tahun 1971 dibuka kembali oleh
Pakto 88. Demikian pula dengan ijin pembukaan kantor cabang atau
pendirian BPR menjadi lebih dipermudah dengan persyaratan modal
ringan. Salah satu ketentuan fundamental dalam Pakto 88 adalah
perijinan untuk bank devisa yang hanya mensyaratkan tingkat
kesehatan dan aset bank telah mencapai minimal Rp 100 juta.
Namun demikian, Pakto 88 juga mempunyai efek samping
dalam bentuk penyalahgunaan kebebasan dan kemudahan oleh para
pengurus bank. Bersamaan dengan kebijakan Pakto 88, BI secara
intensif memulai pengembangan bank-bank sekunder seperti bank
pasar, bank desa, dan badan kredit desa. Kemudian bank karya desa
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id86
diubah menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Tujuan
pengembangan BPR tersebut adalah untuk memperluas jangkauan
bantuan pembiayaan untuk mendorong peningkatan ekonomi,
terutama di daerah pedesaan, di samping untuk modernisasi sistem
keuangan pedesaan.
Bank Indonesia memasuki tahun 1990-an mengeluarkan Paket
Kebijakan Februari 1991 yang berisi ketentuan yang mewajibkan bank
berhati-hati dalam pengelolaannya. Pada 1992 dikeluarkan UU
Perbankan menggantikan UU No. 14/1967. Sejak saat itu, terjadi
perubahan dalam klasifikasi jenis bank, yaitu bank umum dan BPR.
UU Perbankan 1992 menetapkan juga berbagai ketentuan
tentang kehati-hatian pengelolaan bank dan pengenaan sanksi bagi
pengurus bank yang melakukan tindakan sengaja yang merugikan
bank, seperti tidak melakukan pencatatan dan pelaporan yang benar,
serta pemberian kredit fiktif, dengan ancaman hukuman pidana. Selain
itu, UU Perbankan 1992 juga memberi wewenang yang luas kepada
Bank Indonesia untuk melaksanakan fungsi pengawasan terhadap
perbankan.
Pada periode 1992-1993, perbankan nasional mulai menghadapi
permasalahan yaitu meningkatnya kredit macet yang menimbulkan
beban kerugian pada bank dan berdampak keengganan bank untuk
melakukan ekspansi kredit. Bank Indonesia menetapkan suatu
program khusus untuk menangani kredit macet dan membentuk
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id87
Forum Kerjasama dari Gubernur BI, Menteri Keuangan, Kehakiman,
Jaksa Agung, Menteri/Ketua Badan Pertahanan Nasional, dan Ketua
Badan Penyelesaian Piutang Negara.
Selain kredit macet yang menjadi penyebab keengganan bank
dalam melakukan ekspansi kredit adalah karena ketatnya ketentuan
dalam Pakfeb 1991 yang membebani perbankan. Hal itu ditakutkan
akan mengganggu upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Maka, Pakmei 1993 dikeluarkanlah yang melonggarkan ketentuan
kehati-hatian yang sebelumnya ditetapkan dalam Pakfeb 1991. Sejak
tahun 1994 perekonomian Indonesia mengalami booming economy
dengan sektor properti sebagai pilihan utama. Keadaan itu menjadi
daya tarik bagi investor asing.
Pakmei 1993 memberikan hasil pertumbuhan kredit perbankan
dalam waktu yang sangat singkat dan melewati tingkat yang dapat
memberikan tekanan berat pada upaya pengendalian moneter. Kredit
perbankan dalam jumlah besar mengalir deras ke berbagai sektor
usaha, terutama properti, meskipun Bank Indonesia telah berusaha
membatasi. Keadan ekonomi mulai memanas dan inflasi meningkat.
e. Periode 1997-1999
Awal Juli 1997, terjadi gejolak nilai tukar. Pemerintah juga
melakukan pengetatan likuiditas. Kondisi ini memunculkan krisis
kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional. Sebagai
manifestasi krisis kepercayaan itu, terjadi penarikan dana secara besar-
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id88
besaran. Akibatnya, banyak bank yang mengalami kesulitan likuiditas
yang sangat parah (mismatch) yang disusul dengan kelangkaan likuiditas
perekonomian secara keseluruhan (liquidity crunch). Keadaan semakin
diperparah dengan melambungnya suku bunga Pasar Uang Antar Bank
(PUAB) hingga mencapai 300% per tahun.
Keputusan likuidasi 16 bank pada tanggal 1 November 1997
dianggap sebagai pemicu krisis kepercayaan yang berlanjut dengan
terpuruknya sektor perbankan. Sebenarnya, tindakan likuidasi itu diambil
untuk mencegah semakin meluasnya krisis perbankan (systemic risk) dan
besarnya risiko yang ditanggung masyarakat (economic cost).
Keputusan likuidasi itu juga merupakan hasil evaluasi dan
rekomendasi IMF yang dituangkan ke dalam Letter of Intent (LoI) antara
pemerintah dengan IMF pada tanggal 31 Oktober 1997. Kesepakatan ini
merupakan tahapan awal pelaksanaan reformasi ekonomi dan perbankan
yang tertuang dalam Memorandum of Economic and Financial Policies
yang ditandatangani pada awal November 1997. Program reformasi
tersebut juga telah mendapat dukungan teknis dan keuangan dari Bank
Dunia, Bank Pembangunan Asia, dan negara-negara sahabat lainnya.
Upaya untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap
perbankan, pada tanggal 26 Januari 1998, pemerintah memutuskan untuk
menjamin pembayaran seluruh kewajiban bank, baik kepada deposan
maupun kreditur lewat program penjaminan (blanket guarantee).
Langkah ini diambil dengan Keputusan Presiden No. 26 Tahun 1998
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id89
tentang Program Penjaminan BPR, Fasilitas Dana Talangan untuk
Pembayaran Kewajiban Luar Negeri Bank dalam Rangka Trade Finance
dan Inter Bank Debt Arrears, serta jaminan Pembiayaan Perdagangan
Internasional.
Keputusan ini juga sebagai tindak lanjut dari Frankfurt
Agreement yang ditandatangani oleh pemerintah pada tanggal 4 Juni
1998. Kebijakan ini dimaksudkan untuk memulihkan kepercayaan
masyarakat terhadap perbankan nasional selai diharapkan dapat
mendukung stabilisasi nilai tukar. Penjaminan juga diberlakukan bagi
nasabah kreditur 16 Bank dalam Likuidasi (BDL), Bank Beku Kegiatan
Usaha (BBKU), Bank Take Over (BTO), bank yang masuk program
rekapitalisasi, dan bank lain dalam pengawasan BPPN, dengan
memenuhi syarat-syarat penjaminan yang telah ditetapkan.
Bank Indonesia menyediakan dana talangan terlebih dahulu
karena adanya kendala kondisi keuangan pemerintah pada waktu itu.
Semua pengeluaran akan ditagih oleh Bank Indonesia kepada pemerintah
pada akhirnya. Kebijakan pemerintah tersebut direalisasikan dalam
berbagai bentuk fasilitas Bank Indonesia yang kemudian dikenal dengan
istilah Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).
Persetujuan Bersama antara Gubernur BI dan Menteri Keuangan
tanggal 6 Februari 1999, nilai BLBI yang disepakati adalah Rp 144,5
triliun dan pemberian BLBI kepada PT Bank Ekspor Impor Indonesia
sebesar Rp Rp 20 triliun. Atas pemberian BLBI sejumlah Rp 144,5 triliun
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id90
tersebut, pemerintah menerbitkan tiga surat utang yaitu Surat Utang No.
SU-001/MK/1998 sebesar Rp 80 triliun, No. SU-003/MK/1999 sebesar
Rp 64,5 triliun, dan No. SU-004/MK/1999 sebesar Rp 53,8 tiliun.
Penyediaan dana BLBI ini kepada bank-bank yang mengalami kesulitan
likuiditas dalam keadaan darurat tersebut mengacu pada ketentuan Pasal
32 ayat (3) dan Penjelasan Umum Angka III huruf b Undang-Undang
No. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral.
Selain upaya-upaya tersebut di atas, pemerintah juga
membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) berdasarkan
Keppres No. 27 Tahun 1998 tanggal 26 Januari 1998. Tugas utama
BPPN adalah melaksanakan program penjaminan pemerintah atas
kewajiban bank-bank umum sekaligus melakukan upaya-upaya
penyehatan perbankan.
Tahap awal pembenahan perbankan, pemerintah mengambil
langkah-langkah preventif untuk mengurangi dampak kerusakan terhadap
sistem perbankan. Caranya adalah dengan membekukan kegiatan usaha
dan mengambil alih bank-bank yang dinilai dapat menjadi pemicu
kerusakan sistem perbankan. Dalam kaitan ini, pada tanggal 3 April
1998, pemerintah menetapkan tujuh bank dibekukan kegiatan operasinya
(BBO) dan tujuh bank lainnya diambil alih (BTO). Karena kondisi
beberapa bank BTO tersebut semakin memburuk, maka pada awal
Agustus 1998, tiga bank BTO dibekukan kegiatan operasinya.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id91
Kelanjutan dari proses pemulihan iklim perbankan, pada tanggal
21 Agustus 1998, pemerintah mengumumkan paket restrukturisasi
perbankan yang menyeluruh kepada semua bank. Paket ini terdiri atas
dua bagian utama, pertama adalah kebijakan untuk menyiapkan
pemulihan ekonomi dengan membangun kembali perbankan yang sehat
melalui program rekapitalisasi dan penyempurnaan ketentuan dan
peraturan perbankan. Kedua, kebijakan yang ditujukan untuk mengatasi
permasalahan bank-bank melalui percepatan restrukturisasi bank.
Dalam pelaksanaan program itu, diikutsertakan peninjau
independen dari IMF, Bank Dunia, dan ADB (Bank Pembangunan Asia).
Perkembangan dari hasil program ini diumumkan pemerintah pada
tanggal 13 Maret 1999. Hasilnya, 38 bank diputuskan untuk di-BBKU, 7
bank di-BTO, dan 9 bank swasta nasional, 12 BPD, dan semua bank
BUMN ikut dalam program rekapitalisasi. Kebijakan ini juga membawa
dampak meningkatnya BLBI untuk menutup kewajiban pemerintah
kepada nasabah/kreditur bank yang di-BBKU.
f. Periode 1999-2005
Dalam Undang-Undang (UU) No. 23 Tahun 1999, Bank
Indonesia (BI) mempunyai satu tujuan yaitu mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Stabilitas nilai rupiah dan nilai tukar yang wajar
merupakan sebagian prasyarat bagi tercapainya pertumbuhan ekonomi
yang berkesinambungan. Reorientasi sasaran BI tersebut merupakan
bagian dari kebijakan pemulihan dan reformasi perekonomian untuk
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id92
keluar dari krisis ekonomi yang tengah melanda Indonesia. Tujuan BI
untuk mencapai dan memelihara stabilitas nilai rupiah tersebut perlu
ditopang dengan tiga pilar utama, yaitu kebijakan moneter dengan prinsip
kehati-hatian, sistem pembayaran yang cepat dan tepat, serta sistem
perbankan dan keuangan yang sehat.
Program penyehatan perbankan yaitu kebijakan yang ditujukan
untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi perbankan akibat krisis
(restorasi perbankan). Kebijakan ini ditempuh dengan menyelesaikan
permasalahan di sisi pasiva maupun aktiva bank. Upaya perbaikan di sisi
pasiva dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat dengan
melanjutkan pelaksanaan program penjaminan pemerintah dan
memperbaiki strukrur permodalan bank melalui rekapitalisasi, sedangkan
upaya perbaikan sisi aktiva ditujukan untuk memperbaiki Kualitas Aktiva
Produktif (KAP), yang antara lain dilakukan melalui restrukturisasi
kredit.
Langkah perbaikan infrastruktur perbankan diwujudkan dalam
bentuk upaya pengembangan BPR, pengembangan bank syariah, dan
rencana pembentukan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS). Sementara
itu, penyempurnaan ketentuan dilakukan untuk melengkapi ketentuan
kehati-hatian yang sudah dikeluarkan pada tahun-tahun sebelumnya.
Ketentuan itu antara lain: Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM), Kualitas Aktiva Produktif (KAP), Penyisihan Penghapusan
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id93
Aktiva Produktif (PPAP), Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK),
dan Posisi Devisa Netto (PDN).
2. Perkembangan Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA,
Bank Danamon, Bank Permata dan BII) pada tahun 2008 sampai 2011
a. Perkembangan ROA pada tahun 2008 sampai 2011
Rasio Return on Asset atau ROA mengindikasikan kemampuan
bank menghasilkan laba dengan menggunakan asetnya. Semakin besar
rasio ini semakin baik kinerja bank.
Tabel 4.1 Perkembangan ROA tahun 2008-2011 ROA Bank 2008 2009 2010 2011 Bank Negara Indonesia 1.12% 1.72% 2.49% 2.94% Bank Rakyat Indonesia 4.18% 3.73% 4.64% 4.93% Bank Tabungan Negara 1.80% 1.47% 2.05% 2.03% Bank Mandiri 2.69% 3.13% 3.50% 3.37% Bank Central Asia 3.42% 3.40% 3.51% 3.82% Bank Danamon 1.58% 1.53% 3.43% 2.84% Bank Permata 1.70% 1.40% 1.89% 1.66% Bank Internasional Indonesia 1.25% -0.05% 1.01% 1.11% Rata-rata Industri 2.22% 2.04% 2.82% 2.84%
Tertinggi 4.18% 3.73% 4.64% 4.93%
Terendah 1.12% -0.05% 1.01% 1.11%
Sumber : Laporan Tahunan dalam Laporan Keuangan Triwulan Keempat Pada
Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon,
Bank Permata dan BII)
Tabel 4.1 menunjukkan sebagian besar bank diatas menunjukkan
bahwa bank mengalami penurunan pendapatan pada tahun 2008 ke tahun
2009. Penurunan sangat terlihat pada Bank Internasional Indonesia dari
tahun 2008 ke tahun 2009 sebesar 1,3%. Menurut infobank, hal ini
disebabkan karena beban provisi yang ditanggung oleh bank sehingga commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id94
menyebabkan kerugian. Pada rata-rata industri perbankan juga
mengalami penurunan sebesar 0,18%, hal ini dimungkinkan adanya
pengaruh sebesar 0,18% karena gejolak keuangan yang sedang terjadi di
luar negeri.
b. Perkembangan CAR pada tahun 2008-2011
Semakin tinggi rasio CAR mengindikasikan bank tersebut semakin
sehat permodalannya. Pemenuhan CAR minimum 8% mengindikasikan
bank mematuhi regulasi permodalan.
Tabel 4.2 Perkembangan CAR tahun 2008-2011 CAR Bank 2008 2009 2010 2011 Bank Negara Indonesia 13.47% 13.78% 18.63% 17.63% Bank Rakyat Indonesia 13.18% 13.20% 13.76% 14.96% Bank Tabungan Negara 16.14% 21.75% 16.74% 15.03% Bank Mandiri 15.66% 15.43% 13.36% 15.13% Bank Central Asia 15.78% 15.33% 13.50% 12.75% Bank Danamon 13.37% 17.55% 13.93% 16.62% Bank Permata 10.80% 12.20% 14.13% 14.07% Bank Internasional Indonesia 19.58% 14.71% 12.65% 12.03% Rata-rata Industri 14.75% 15.49% 14.59% 14.78%
Tertinggi 19.58% 21.75% 18.63% 17.63%
Terendah 10.80% 12.20% 12.65% 12.03%
Sumber : Laporan Tahunan dalam Laporan Keuangan Triwulan Keempat Pada
Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon,
Bank Permata dan BII)
Tabel 4.2 menunjukkan sebagian besar bank diatas menunjukkan
bahwa rata-rata industri perbankan diatas 8%, melebihi penetapan Bank
Indonesia sehingga industri perbankan mematuhi batasan permodalan
bank.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id95
c. Perkembangan NPL pada tahun 2008-2011
Rasio ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi rasio NPL
menunjukkan semakin buruk kualitas kreditnya.
Tabel 4.3 Perkembangan NPL tahun 2008-2011
NPL Bank 2008 2009 2010 2011
Bank Negara Indonesia 4.96% 4.68% 4.28% 3.61% Bank Rakyat Indonesia 2.80% 3.52% 2.78% 2.30% Bank Tabungan Negara 3.20% 3.36% 3.26% 2.75% Bank Mandiri 4.69% 2.62% 2.21% 2.18% Bank Central Asia 0.60% 0.73% 0.64% 0.49% Bank Danamon 2.34% 4.64% 3.25% 2.71% Bank Permata 3.50% 4.00% 2.65% 2.04% Bank Internasional Indonesia 2.66% 2.39% 3.15% 2.07% Rata-rata Industri 3.09% 3.24% 2.78% 2.27% Tertinggi 4.96% 4.68% 4.28% 3.61% Terendah 0.60% 0.73% 0.64% 0.49% Sumber : Laporan Tahunan dalam Laporan Keuangan Triwulan Keempat Pada Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tabel 4.3 menunjukkan bahwa bank yang paling bagus penyaluran
kreditnya dari tahun 2008-2011 adalah Bank Central Asia. Rata-rata
industri perbankan dari tahun 2008-2011 semakin baik dalam penyaluran
kredit.
d. Perkembangan ROE pada tahun 2008-2011
Rasio Return on Equity atau ROE mengindikasikan kemampuan
bank dalam menghasilkan laba dengan menggunakan ekuitasnya.
Semakin besar rasio ini semakin baik kinerja bank.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id96
Tabel 4.4 Perkembangan ROE tahun 2008-2011
ROE Bank 2008 2009 2010 2011 Bank Negara Indonesia 9.01% 16.34% 24.70% 20.06%
Bank Rakyat Indonesia 34.50% 35.22% 43.83% 42.49%
Bank Tabungan Negara 19.64% 18.23% 16.56% 17.65% Bank Mandiri 22.74% 30.26% 33.09% 25.57%
Bank Central Asia 30.16% 31.80% 33.30% 33.54% Bank Danamon 14.38% 10.77% 13.03% 14.95% Bank Permata 12.40% 13.30% 21.50% 15.87% Bank Internasional Indonesia 11.89% -0.77% 7.16% 1.11% Rata-rata Industri 19.34% 19.39% 24.15% 21.41% Tertinggi 34.50% 35.22% 43.83% 42.49% Terendah 9.01% -0.77% 7.16% 1.11% Sumber : Laporan Tahunan dalam Laporan Keuangan Triwulan Keempat Pada
Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon,
Bank Permata dan BII)
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada Bank Rakyat Indonesia dari
tahun 2008-2011 laba yang diperoleh semakin meningkat yang
menunjukkan kinerja bank BRI yang bagus. Rata-rata industri perbankan
mengalami kenaikan dari tahun 2008-2010, tetapi pada tahun 2010 ke
2011 mengalami penurunan sebesar 2,74%.
e. Perkembangan NIM pada tahun 2008-2011
Rasio ini mengindikasikan kemampuan bank menghasilkan
pendapatan bunga bersih dengan penempatan aktiva produktif. Semakin
besar rasio ini semakin baik kinerja bank dalam menghasilkan bunga.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id97
Tabel 4.5 Perkembangan NIM tahun 2008-2011
NIM Bank 2008 2009 2010 2011 Bank Negara Indonesia 6.26% 6.01% 5.78% 6.03%
Bank Rakyat Indonesia 10.18% 9.14% 10.77% 9.58%
Bank Tabungan Negara 5.08% 4.65% 5.99% 5.75% Bank Mandiri 5.48% 5.19% 5.39% 5.29%
Bank Central Asia 6.75% 6.59% 5.29% 5.68% Bank Danamon 8.31% 8.73% 9.13% 7.91% Bank Permata 6.20% 5.70% 5.34% 5.13% Bank Internasional Indonesia 5.18% 5.69% 5.74% 5.08% Rata-rata Industri 6.68% 6.46% 6.68% 6.31% Tertinggi 10.18% 9.14% 10.77% 9.58% Terendah 5.08% 4.65% 5.29% 5.08% Sumber : Laporan Tahunan dalam Laporan Keuangan Triwulan Keempat Pada Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tabel 4.5 menunjukkan bahwa BRI memiliki NIM yang baik
dibandingkan bank-bank lainnya. BRI mengalami penurunan pendapatan
pada tahun 2008 ke 2009 sebesar 1,04%, dan penurunan pada tahun 2010
ke 2011 sebesar 1,19%.
f. Perkembangan BOPO pada tahun 2008-2011
Rasio ini mengindikasikan efisiensi operasional bank. Semakin
tinggi rasio ini menunjukkan semakin tidak efisien biaya operasional
bank.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id98
Tabel 4.6 Perkembangan BOPO tahun 2008-2011
BOPO Bank 2008 2009 2010 2011
Bank Negara Indonesia 90.16% 84.86% 75.99% 72.58% Bank Rakyat Indonesia 72.65% 77.66% 70.86% 66.69%
Bank Tabungan Negara 86.18% 87.87% 82.39% 81.75% Bank Mandiri 73.65% 70.72% 66.43% 67.22% Bank Central Asia 66.76% 68.68% 64.31% 60.87%
Bank Danamon 85.77% 85.82% 81.07% 80.17% Bank Permata 88.90% 89.20% 84.83% 85.42% Bank Internasional Indonesia 93.91% 102.64% 92.38% 92.15% Rata-rata Industri 82.25% 83.43% 77.28% 75.86% Tertinggi 93.91% 102.64% 92.38% 92.15% Terendah 66.76% 68.68% 64.31% 60.87% Sumber : Laporan Tahunan dalam Laporan Keuangan Triwulan Keempat Pada Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pada Bank Internasional Indonesia
mengalami nilai BOPO yang paling besar diantara bank lainnya. Pada
tahun 2009 kenaikannya sebesar 8,73% yang menyebabkan biaya
operasional besar sehingga bank mengalami kerugian.
g. Perkembangan LDR pada tahun 2008-2011
Semakin besar rasio ini mengindikasikan bank semakin kecil
likuiditasnya, sebaliknya semakin kecil rasio ini semakin besar dana
pihak ketiga yang tidak digunakan untuk penempatan ke kredit (banyak
dana menganggur).
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id99
Tabel 4.7 Perkembangan LDR tahun 2008-2011
LDR Bank 2008 2009 2010 2011 Bank Negara Indonesia 68.61% 64.06% 70.15% 70.37%
Bank Rakyat Indonesia 79.93% 80.88% 75.17% 76.20%
Bank Tabungan Negara 101.83% 101.29% 108.42% 102.57% Bank Mandiri 56.89% 59.15% 65.44% 71.65%
Bank Central Asia 53.78% 50.27% 55.16% 61.67% Bank Danamon 86.42% 88.76% 93.82% 98.33% Bank Permata 81.80% 90.60% 87.46% 83.06% Bank Internasional Indonesia 79.45% 78.11% 83.18% 88.86% Rata-rata Industri 76.09% 76.64% 79.85% 81.59% Tertinggi 101.83% 101.29% 108.42% 102.57% Terendah 53.78% 50.27% 55.16% 61.67% Sumber : Laporan Tahunan dalam Laporan Keuangan Triwulan Keempat Pada Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa Bank BTN menunjukkan tingkat
likuiditas yang paling likuid yang dapat digunakan dalam penyaluran
dana dalam bentuk kredit.
B. Analisis Data dan Pembahasan
1. Regresi Data Panel
Pendekatan estimasi Regresi Data Panel ada tiga yaitu
(http://teorionline.wordpress.com) :
1. Common Effect
Teknik yang digunakan dalam metode Common Effect dengan
mengkombinasikan data time series dan cross section. Dengan
menggabungkan kedua jenis data tersebut maka dapat digunakan metode
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id100
OLS untuk mengestimasi model data panel. Dalam pendekatan ini tidak
memperhatikan dimensi individu maupun waktu, dan dapat diasumsikan
bahwa perilaku data antar perusahaan sama dalam berbagai rentang
waktu. Dalam penelitian ini menggunakan teknik metode ini.
Menurut Rosadi (2012: 271) Secara umum bentuk regression
pooling yang dapat digunakan adalah sebagi berikut :
yti = xti bti + e ti
Dimana :
yti = observasi dari unit ke I dan diamati pada periode waktu ke t (yakni
variable dependen)
xti = konstanta variable-variabel dependendari unit ke i dan diamati pada
periode waktu ke t
βti = β, yakni pengaruh dari perubahan dalam X diasumsikan bersifat
konstan dalam waktu dan kategori cross-section.
εti = komponen error yang diasumsikan memiliki harga mean 0 dan
variansi homogen dalam waktu (homokedastik) serta independen
dengan Xit.
Estimasi parameter yang dapat dicapai dari model ini adalah
diperoleh model :
ROA = 0.08497849459 - 0.006693180231*CAR - 0.01575667267*NPL
+ 0.2409075884*NIM - 0.1001330056*BOPO +
0.006773454791*LDR
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id101
2. Fixed Effect
Metode dengan menggunakan variabel dummy untuk
menangkap adanya perbedaan intersep. Metode ini mengasumsikan
bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu,
namun intersepnya berbeda antar perusahaan namun sama antar waktu
(time invariant). Namun metode ini membawa kelemahan yaitu
berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya
mengurangi efisiensi parameter.
Menurut Rosadi (2012: 271) Secara umum bentuk model Fixed
Effect yaitu
yti = xti bti + ci + di + e ti
Dimana :
ci adalah konstanta yang bergantung kepada unit ke i, tetapi tidak kepada
waktu t
di adalah konstanta yang bergantung kepada waktu t, tapi tidak kepada
unit i.
Apabila model memuat komponen ci dan di, maka model
tersebut disebut dengan two-ways fixed-effect (efek tetap dua arah),
sedang apabila dt =0 atau ci =0, maka model disebut model one way fixed
effect (efek tetap satua arah). Untuk model fixed effect satu arah
diasumsikan bahwa komponen dt =0, yakni memiliki model
y = x b + c + e ti ti ti i ti
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id102
3. Random Effect
Tenik yang digunakan dalam Metode Random Effect adalah
dengan menambahkan variabel gangguan (error terms) yang mungkin
saja akan muncul pada hubungan antar waktu dan antar kabupaten/kota.
Teknik metode OLS tidak dapat digunakan untuk mendapatkan estimator
yang efisien, sehingga lebih tepat untuk menggunakan Metode
Generalized Least Square (GLS).
Menurut Rosadi (2012: 271) Secara umum bentuk model
Random Effect yaitu
yti = xti bti + vti
Dimana vti adalah ci + di + εti. ci diasumsikan bersifat independent and
2 identically distributed (iid) normal dengan mean 0 dan variansi σ c, dt
2 diasumsikan bersifat iid normal dengan mean 0 dan variansi σ d, εti
2 bersifat iid normal dengan mean 0 dan variansi σ ε (dan εti, ci, dan di
diasumsikan independen satu dengan lainnya).
Pengujian Model Regresi Data Panel Terbaik adalah :
1. Common Effect VS Fixed Effect
Pengujian ini digunakan untuk memilih model mana yang lebih
cocok antara Common Effects ataukah Fixed Effects, dapat digunakan Uji
Chow (Chow Test) atau Restricted F-Test. Dengan menggunakan Uji
Chow (http://forum-ekonometrika.blogspot.com) sebagai berikut :
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id103
Tabel 4.8. Pengujian Common Effect Vs Fixed Effect
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: FIXED Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 0.950880 (7,18) 0.4938 Cross-section Chi-square 10.068960 7 0.1847
Sumber : Output Pengolahan Data dengan Eviews 5.1
Hasil tersebut menunjukkan baik F test maupun Chi-square
tidak signifikan (p-value lebih besar dari 5%) sehigga H0 diterima dan
H1 ditolak, maka model mengikuti Common Effect.
Cara lain dapat juga dilakukan dengan menggunakan Uji
Statistik F (http://ferdifadly.blogspot.com) sebagai berikut :
a. Ho : Model Common Effects lebih baik daripada Fixed Effects
H1 : Model Fixed Effects lebih baik daripada Common Effects
b. Tingkat signifikansi : α=5%
c. Kriteria Pengambilan Keputusan : Ho ditolak jika
F > F ;(N -1), (NT - N - k) HITUNG a
FHITUNG > F0,05 ;(8 -1),(8.4 - 8 - 6)
FHITUNG > F0,05 ;(7),(18)
F > F ;2,58 atau jika P-value ≤ α (0,05) HITUNG tabel
d. Statistik Uji :
(RSS1 - RSS2 )/(N -1) FHITUNG = (RSS2 )/(NT - N - k)
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id104
Dimana : N = jumlah individu
T = jumlah series (tahun)
k = jumlah parameter bebas
RSS = residual sum of square Common Effects Models 1
RSS2 = residual sum of square Fixed Effects Models
e. Keputusan : FHITUNG < Ftabel;2,58 ; 0,465285195 < 2,58
Dan p-value > 5% maka Ho diterima.
f. Kesimpulan : Dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat disimpulkan
bahwa Model Common Effects lebih baik daripada Fixed Effects
2. Fixed Effects VS Random Effects
Pengujian ini digunakan untuk memilih model mana yang lebih
cocok antara Fixed Effects ataukah Random Effects, dapat digunakan Uji
Hausman (Hausman’s Test), yaitu sebagai berikut :
a. Ho : Hasil estimasi menggunakan Random Effects tidak berbeda
dengan jika menggunakan Fixed Effects
H1 : Hasil estimasi dengan menggunakan Model Fixed Effects
dibandingkan dengan Random Effects menunjukkan perbedaan yang
signifikan
b. Tingkat signifikansi : α =5%
2 2 c. Kriteria Pengambilan Keputusan : Tolak Ho jika c obs = c a: p atau jika
P-value ≤ α
p = jumlah variabel bebas
d. Statistik Uji :
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id105
c 2 = (b - b )y -1(b - b ) obs GLS GLS
e. Keputusan : P-value > α ; 0.9408 > 0,05
f. Kesimpulan : Dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat disimpulkan
bahwa Model Fixed Effects berbeda dengan model Random Effects
Hasil pengujian Regresi Data Panel diatas, diperoleh model
yang paling baik untuk penelitian ini adalah menggunakan model
Common Effect.
Tabel 4.9. Hasil Regresi Utama Dependen variabel : Return On Asset (ROA) Dependent Variable: ROA Method: Panel Least Squares Date: 06/14/12 Time: 10:12 Sample: 2008 2011 Cross-sections included: 8 Total panel (balanced) observations: 32
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.060286 0.010419 5.786349 0.0000 CAR -0.014093 0.023374 -0.602958 0.5520
NPL -0.010430 0.050622 -0.206035 0.8384 ROE 0.031206 0.010216 3.054462 0.0053
NIM 0.194305 0.036762 5.285534 0.0000
BOPO -0.072685 0.011437 -6.355253 0.0000 LDR 0.007072 0.004223 1.674941 0.1064
R-squared 0.954922 Mean dependent var 0.024778
Adjusted R-squared 0.944103 S.D. dependent var 0.011915 S.E. of regression 0.002817 Akaike info criterion -8.715715
Sum squared resid 0.000198 Schwarz criterion -8.395086 Log likelihood 146.4514 F-statistic 88.26469
Durbin-Watson stat 1.663666 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Output Pengolahan Data dengan Eviews 5.1
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id106
Apabila koefisien ringkasan pada table 4.9 dimasukkan ke
dalam persamaan regresi, diperoleh persamaan sebagai berikut :
ROA = 0.06028583598 - 0.01409335727*CAR - 0.01043002088*NPL +
0.0312058292*ROE + 0.19430482*NIM - 0.07268465826*BOPO +
0.007072488503*LDR
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas ini menggunakan nilai Jarque-Bera dengan
2 χ tabel (Nurmayasari : 2010). Pada persamaan dalam regresi data panel
mempunyai df = 26 (n-k) = (32-6) dengan α = 5% sehingga diperoleh
38,885. Nilai Jarque-Bera yang dihitung menggunakan eviews 5.1
sebesar 6,266711. Karena 6,266711 < χ2 < 38,885. Kesimpulannya
residual µ terdistribusi normal.
Gambar 4.1. Uji Normalitas
14 Series: Standardized Residuals 12 Sample 2008 2011 Observations 32 10 Mean 2.83e-17 8 Median -0.000199 Maximum 0.006800 Minimum -0.006762 6 Std. Dev. 0.002530 Skewness -0.251477 4 Kurtosis 5.108808
2 Jarque-Bera 6.266711 Probability 0.043571 0 -0.005 0.000 0.005
Sumber : Output Pengolahan Data Program Eviews 5.1
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id107
b. Uji Autokorelasi/Uji Otokorelasi
Uji Autokorelasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
korelasi berantai atau otokorelasi di antara gangguan ui yang memasuki
fungsi regresi populasi/Population Regression Function, PRF (Gujarati,
2006: 112). Salah satu uji untuk mendeteksi autokorelasi adalah uji
Breusch-Godfrey. Nama lain uji ini adalah uji Lagrange-
Multiplier/Pengganda Lagrange (LM). Berikut adalah hasil
autokorelasinya :
Tabel 4.10. Hasil Uji Lagrange-Multiplier (LM)
Breus Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.815485 Prob. F(2,23) 0.454813 Obs*R-squared 2.118920 Prob. Chi-Square(2) 0.346643 Sumber : Output Pengolahan Data Program Eviews 5.1
Hasil uji LM diketahui bahwa nilai probabilitas Chi Square
sebesar 0,346643 > α. Dimana α = 5%. Berdasarkan pengujian LM
disimpulkan bahwa persamaan tersebut terbebas dari autokorelasi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui gangguan
2 ui yang memiliki varians (σi ) yang sama atau tidak (Gujarati, 2006: 82).
Uji Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji White
dalam program eviews 5.1. Uji white dilakukan dengan meregresikan
residual kuadrat sebagai variabel dependen dengan variabel dependen
ditambah dengan kuadrat variabel independen, kemudian ditambahkan
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id108
lagi dengan perkalian dua variabel independen. Prosedur pengujian
dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:
a. H0 : Tidak ada heterokedastisitas
H : Ada heterekodastisitas 1
2 b. Jika α = 5%, maka tolak H0 jika obs*R-square > X atau P-value < α.
c. Keputusan: bila p-value < (5% atau 10%).
0,313300 > 0,05 maka Ho diterima dan H1.ditolak Maka tidak
terdapat heterodastisitas
Tabel 4.11. Hasil Uji White
White Heteroskedasticity Test: F-statistic 2.244984 Prob. F(27,4) 0.225295 Obs*R-squared 30.01902 Prob. Chi-Square(27) 0.313300 Sumber : Output Pengolahan Data Program Eviews 5.1
Hasil uji white diperoleh hasil bahwa pada persamaan dapat
disimpulkan bebas dari heteroskedastisitas. Hal ini ditunjukkan dari
besarnya probabilitas chi square > α = 5%.
d. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui perkiraan ada
tidaknya hubungan linear antara variable-variabel penjelas (X) (Gujarati,
2006: 61). Salah satu cara yang digunakan untuk menguji
2 Multikolinearitas adalah dengan membandingkan nilai R regresi parsial
(auxiliary regression) dengan R2 regresi utama. Tabel 4.12 menunjukkan
R2 regresi parsial auxiliary regression pada masing-masing persamaan.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id109
Tabel 4.12. Hasil Uji Auxiliary Regression
R2 Regresi Persamaan R2 Auxiliary Utama
CAR=0.1437564905+0.4737503162*NPL +0.04530574286*ROE-0.4565975593*NIM - 0.137453 0.954922 0.02725814507*BOPO+0.04301120476* LDR
NPL=-0.03676683361+0.1009991063*CAR -0.006952379518*ROE + 0.170289748*NIM 0.281260 0.954922 +0.05462593278*BOPO- 0.003851168385*LDR ROE = 0.7912835274 + 0.2371408558*CAR -0.1706941276*NPL+1.493399458*NIM- 0.805332 0.954922 0.8795903853*BOPO- 0.00958262349*LDR NIM=0.009752951244 - 0.1845862156*CAR +0.3229134725*NPL + 0.1153422828*ROE 0.342164 0.954922 +0.03083270495*BOPO+0.03183530696* LDR BOPO= 0.8130269818 - 0.1138496133*CAR + 1.070202864*NPL - 0.7018795801*ROE + 0.816484 0.954922 0.3185526394*NIM + 0.1242846825*LDR LDR = -0.2677461152 + 1.317927122*CAR - 0.5535212238*NPL - 0.05609718723*ROE 0.405338 0.954922 +2.412976818*NIM + 0.9117843515*BOPO Sumber : Output Pengolahan Data Program Eviews 5.1
Pada table 4.12 terlihat bahwa nilai uji auxiliary regression
2 terbesar pada persamaan kelima sebesar 0,816484. Karena nilai R
regresi utama > hasil auxiliary regression yang berarti bahwa pada
persamaan tersebut tidak ditemukan adanya multikolinearitas.
3. Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)
Uji t bertujuan untuk melihat signifikasi pengaruh variable
independen terhadap variable dependen secara individual. Parameter
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id110
suatu variable dikatakan mempunyai pengaruh signifikan jika nilai thitung
suatu variable lebih besar dari nilai ttabel. Dalam persamaan digunakan
taraf keyakinan 95% (α=5%) dengan df = 26 (n-k = 32-6 = 26), maka
diperoleh t sebesar 2,056. Hasil uji t dalam persamaan diatas tabel (0,025:26)
dapat dilihat dalam tabel 4.13 berikut:
Tabel 4.13 Nilai t-statistic (α=5%)
Dependen Variabel : Return On Asset (ROA)
Persamaan Variabel Keterangan t-statistik Probabilitas CAR -0.602958 0.5520 Tidak Signifikan NPL -0.206035 0.8384 Tidak Signifikan ROE 3.054462 0.0053 Signifikan NIM 5.285534 0.0000 Signifikan BOPO -6.355253 0.0000 Signifikan LDR 1.674941 0.1064 Tidak Signifikan Sumber : Output Pengolahan Data dengan Program Eviews 5.1
Nilai t-tabel berdasarkan Tabel 4.13 untuk persamaan diatas
adalah sebesar 2,056. Hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pada hasil
dari uji t diperoleh variable independen (ROE, NIM, dan BOPO) yang
signifikan berpengaruh terhadap variable dependen (ROA). Besarnya
pengaruh tiap-tiap variabel independen terhadap variable dependen
dalam persamaan ini dapat disimpulkan bahwa :
a. Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap ROA
Hasil persamaan regresi data panel diatas yang menggunakan
model Common Effect dari tahun 2008 sampai tahun 2011
menunjukkan bahwa secara statistic CAR berpengaruh secara tidak
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id111
signifikan terhadap rasio ROA dan memiliki hubungan negatif sebesar
0.014093.
b. Rasio Non Performing Loan (NPL) terhadap ROA
Hasil persamaan analisis regresi data panel diatas yang
menggunakan model Common Effect dari tahun 2008 sampai tahun
2011 menunjukkan bahwa secara statistic NPL berpengaruh secara
tidak signifikan terhadap rasio ROA dan memiliki hubungan negative
sebesar 0.014093.
c. Rasio Return on Equity (ROE) terhadap ROA
Hasil analisis regresi data panel yang menggunakan model
Common Effect dari tahun 2008 sampai tahun 2011 menunjukkan
bahwa secara statistic ROE berpengaruh secara signifikan terhadap
rasio ROA dan memiliki hubungan positif sebesar 0.031206. Hal ini
berarti bahwa setiap kenaikan ROE sebesar 1% dengan menganggap
variable independen lainnya tetap maka rasio ROA akan mengalami
kenaikan sebesar 3,12%.
d. Rasio Net Interest Margin (NIM) terhadap ROA
Hasil analisis regresi data panel yang menggunakan model
Common Effect dari tahun 2008 sampai tahun 2011 menunjukkan
bahwa secara statistic NIM berpengaruh secara signifikan terhadap
rasio ROA dan memiliki hubungan positif sebesar 0.194305. Hal ini
berarti bahwa setiap kenaikan NIM sebesar 1% dengan menganggap
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id112
variable independen lainnya tetap maka rasio ROA akan mengalami
kenaikan sebesar 19,43%.
e. Rasio Total Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
terhadap ROA
Hasil analisis regresi data panel yang menggunakan model
Common Effect dari tahun 2008 sampai tahun 2011 menunjukkan
bahwa secara statistic BOPO berpengaruh secara signifikan terhadap
rasio ROA dan memiliki hubungan negatif sebesar 0.072685. Hal ini
berarti bahwa setiap kenaikan BOPO sebesar 1% dengan menganggap
variable independen lainnya tetap maka akan menurunkan rasio ROA
sebesar 7,27%.
f. Loan To Deposit Ratio (LDR) terhadap ROA
Hasil analisis regresi data panel yang menggunakan model
Common Effect dari tahun 2008 sampai tahun 2011 menunjukkan
bahwa secara statistic CAR berpengaruh secara tidak signifikan
terhadap rasio ROA dan memiliki hubungan positif sebesar 0.007072.
4. Pengujian Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variable independen
secara bersama-sama terhadap variable independen dengan penghitungan
statistik. Dalam persamaan tersebut menggunakan taraf keyakinan 95%
(α = 5%), dengan df = 26 (n-k = 32-6 = 26), maka diperoleh Ftabel (0,05:6:26)
sebesar 2,47. Hasil persamaan regresi tersebut, diketahui bahwa nilai
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id113
Fstatistik sebesar 88.26469 dan nilai probabilitas Fstatistik adalah 0,000000.
Dengan demikian Fstatistik > Ftabel dapat disimpulkan bahwa dalam
persamaan regresi data panel tersebut diatas yang terdiri dari variable
independen (CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR) secara signifikan
mempengaruhi variable dependen (ROA). (Ho ditolak dan H1 diterima).
5. Nilai R2 (Koefisien Determinasi)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk menyatakan proporsi atau persentase dari total variasi variable tak bebas Y yang dijelaskan oleh sebuah variable penjelas X (Gujarati, 2006 : 187). Berdasarkan hasil Regresi Data Panel model Common Effect diperoleh hasil koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0.954922. Angka tersebut memiliki arti bahwa sebesar 95,49% variabelitas ROA yang terjadi dapat dijelaskan dengan menggunakan variabelitas CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR. Dengan kata lain besarnya pengaruh variable CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR terhadap ROA adalah 95,49%. Sedangkan sisanya yaitu 4,51% harus dijelaskan oleh factor-faktor penyebab lainnya yang berasal
dari luar.
6. Interpretasi Hasil dan Pembahasan
Persamaan dan hasil regresi diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif terhadap
Return on Asset (ROA). Hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi
sebesar 0.5520, sedangkan koefisien regresinya sebesar -0.014093. Hal
ini menunjukkan bahwa CAR memiliki pengaruh negatif terhadap ROA
serta tidak signifikan, karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05.
Untuk koefisien regresi sebesar -0.014093 berarti apabila CAR (X1) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id114
mengalami kenaikan sebesar 1 persen sehingga akan mengurangi ROA
(Y) sebesar 1,409 persen dengan menganggap variable independen
lainnya tetap. Peraturan Bank Indonesia terkait dengan Capital Adequacy
Ratio (CAR) menyatakan bahwa besarnya CAR minimum yang harus
dipenuhi bank sebesar 8%. selalu di atas 8%. Namun, CAR yang terlalu
tinggi berarti bahwa terdapat dana yang menganggur (idle fund). Dana
yang menganggur tidak disalurkan kepada pihak yang kekurangan dana
menyebabkan kesempatan bank untuk memperoleh laba (fee based
income) akan menurun, akibatnya akan menurunkan profitabilitas bank.
Sehingga menyebabkan permodalan bank menjadi tidak optimal.
b. Rasio Non Performing Loans (NPL) berpengaruh negatif terhadap Return
on Asset (ROA). Hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar,
0.8384 sedangkan koefisien regresinya sebesar -0.010430. Hal ini
menunjukkan bahwa NPL memiliki pengaruh negatif terhadap ROA serta
tidak signifikan, karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05. Untuk
koefisien regresi sebesar -0.010430 berarti apabila NPL (X2) mengalami
kenaikan sebesar 1 persen sehingga akan mengurangi ROA (Y) sebesar
1,043 persen dengan menganggap variable independen lainnya tetap.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mawardi (2005) dalam Pratiwi
(2012) menunjukkan hasil bahwa Non Performing Loan (NPL)
berpengaruh negatif terhadap Return On Asset (ROA). Hal ini karena
NPL yang semakin meningkat akan meningkatkan biaya cadangan aktiva
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id115
produktif. Sehingga dengan meningkatnya biaya cadangan aktiva
produktif maka akan mengurangi laba perusahaan.
c. Rasio Return On Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap Return on
Asset (ROA). Hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar, 0.0053
sedangkan koefisien regresinya sebesar 0.031206. Hal ini menunjukkan
bahwa ROE memiliki pengaruh positif terhadap ROA serta signifikan,
karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Untuk koefisien regresi
sebesar 0.031206 berarti apabila ROE (X3) mengalami kenaikan sebesar
1 persen sehingga akan meningkatkan ROA (Y) sebesar 3,121 persen
dengan menganggap variable independen lainnya tetap. ROE
menggunakan hubungan antara keuntungan setelah pajak dengan modal
sendiri yang digunakan perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan dapat
diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang
diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau asset
yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan perusahaan. Pernyataan
diatas menyimpulkan ROE memiliki pengaruh yang positif terhadap
asset perusahaan sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan
laba perusahaan.
d. Rasio Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif terhadap Return on
Asset (ROA). Hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar, 0.0000
sedangkan koefisien regresinya sebesar 0.194305. Hal ini menunjukkan
bahwa ROE memiliki pengaruh positif terhadap ROA serta signifikan,
karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Untuk koefisien regresi
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id116
sebesar 0.194305berarti apabila NIM (X4) mengalami kenaikan sebesar 1
persen sehingga akan meningkatkan ROA (Y) sebesar 19,430 persen
dengan menganggap variable independen lainnya tetap. NIM merupakan
keuntungan atas bunga dibandingkan dengan aktiva produktif yang
dimiliki oleh suatu bank. Semakin besar NIM maka semakin besar laba
yang didapatkan oleh perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
NIM berpengaruh positif terhadap ROA.
e. Rasio BOPO berpengaruh negatif terhadap Return on Asset (ROA). Hasil
penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar, 0.0000 sedangkan
koefisien regresinya sebesar -0.072685. Hal ini menunjukkan bahwa
BOPO memiliki pengaruh negatif terhadap ROA serta signifikan, karena
nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Untuk koefisien regresi sebesar
0.031206 berarti apabila BOPO (X5) mengalami kenaikan sebesar 1
persen sehingga akan mengurangi ROA (Y) sebesar 7,268 persen dengan
menganggap variable independen lainnya tetap. BOPO adalah rasio
perbandingan antara Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional,
semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja
manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan
sumber daya yang ada di perusahaan (Riyadi dalam Pratiwi, 2012).
Pernyataan diatas menyimpulkan bahwa apabila operasional perusahaaan
perusahaan semakin kecil maka laba yang diperoleh perusahaan semakin
besar.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id117
f. Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif terhadap Return
on Asset (ROA). Hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar,
0.1064 sedangkan koefisien regresinya sebesar 0.007072. Hal ini
menunjukkan bahwa LDR memiliki pengaruh positif terhadap ROA serta
tidak signifikan, karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Untuk
koefisien regresi sebesar 0.007072 berarti apabila LDR (X6) mengalami
kenaikan sebesar 1 persen sehingga akan mengurangi ROA (Y) sebesar
0,707 persen dengan menganggap variable independen lainnya tetap.
Rasio LDR semakin besar menunjukkan bahwa bank memiliki kinerja
yang baik dalam penyaluran kredit kepada masyarakat, sebaliknya
semakin kecil LDR maka semakin kurangnya efektifitas bank dalam
menyalurkan kredit. Hal ini berarti apabila perusahaan memiliki LDR
yang besar maka dapat dikatakan perusahaan tersebut memiliki kinerja
yang baik dalam penyaluran kredit. Dalam penyaluran kredit tersebut,
perusahaan mendapatkan pendapatan laba atas jasa yang telah diberikan,
sehingga LDR berpengaruh positif terhadap ROA.
g. Nilai R2 menunjukkan bahwa pengaruh variable-variabel independen
(CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR) terhadap variable dependen
(ROA) adalah sebesar 95,49 persen. Sedangkan sisanya yaitu 4,51 persen
harus dijelaskan oleh faktor-faktor penyebab lainnya yang berasal dari
luar.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id118
h. Analisis hasil Uji Hipotesis Pertama
Hasil persamaan diatas diketahui bahwa nilai Fstatistik sebesar
88.26469 dan nilai probabilitas Fstatistik adalah 0,000000. Dengan
demikian F > F dapat disimpulkan bahwa dalam persamaan statistik tabel
regresi data panel tersebut diatas yang terdiri dari variable independen
(CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR) secara signifikan
mempengaruhi variable dependen (ROA).
i. Analisis Hasil Uji Hipotesis Kedua Hasil analisis regresi data panel yang menggunakan model
Common Effect dari tahun 2008 sampai tahun 2011 menunjukkan bahwa
variable yang dominan adalah variable NIM sebesar 0.194305. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa variable yang paling dominan yang
mempengaruhi ROA adalah variable NIM.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id119
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persamaan diatas menggunakan regresi data panel model common
effect, studi ini menganalisis pengaruh variable Capital Adequacy Ratio
(CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Equity (ROE), Net Interest
Margin (NIM), Total Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) dan Loan To Deposit Ratio (LDR) terhadap variable Return On Asset
(ROA) pada Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank
Danamon, Bank Permata, dan BII) selama periode pengamatan tahun 2008
sampai dengan tahun 2011. Perhitungan diatas tersebut dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Hasil pengujian uji F didapatkan bahwa keenam variable bebas yaitu CAR,
NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR secara serempak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap rasio ROA.
2. Penggunakan uji t yang menguji secara parsial dengan signifikansi α 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa dari keenam variable bebas, variable CAR,
NPL dan LDR tidak signifikan dan variable lainnya seperti ROE, NIM dan
BOPO secara parsial berpengaruh terhadap variable dependen (ROA).
Apabila dilihat dari keenam variable bebas diatas, variable NIM yang
mempunyai pengaruh yang dominan terhadap rasio ROA sebesar 19,43%.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id120
B. Saran
1. Managemen perbankan seharusnya tetap memperhatikan rasio CAR yang
mengindikasikan ketaatan bank dalam memenuhi permodalannya sehingga
dapat digunakan untuk melindungi deposan dengan menangkal kerugian
usaha perbankan sebagai resiko usaha perbankan. Selain itu juga, setelah
dapat mencapai CAR minimum sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia
sebaiknya bank tetap menjalankan perannya sebagai lembaga intermediary
sebagai penyalur dana dalam bentuk kredit kepada masyarakat dengan
berpegang kepada prinsip kehati-hatian.
2. Manajemen perbankan agar selalu dapat menjaga kestabilan kinerja
perusahaan dengan mengikuti perkembangan dari Laporan Keuangan
melalui rasio-rasio keuangannya dan prinsip-prinsip tentang kesehatan
bank yang telah dikeluarkan Bank Indonesia melalui Surat Ketetapan Bank
Indonesia.
commit to user