perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ANALISIS PENGARUH CAMEL TERHADAP

KINERJA PERUSAHAAN PADA UMUM

(BNI, BRI, BTN, , BCA, BANK

DANAMON, BANK PERMATA, BII)

TAHUN 2008-2011

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat dalam Mengajukan Skripsi serta Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret

Oleh :

ITA PURBOSARI F 1110012

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

Ø Sesungguhnya setelah kesusahan itu ada kemudahan oleh karena itu

kerjakanlah sesuatu itu dengan sungguh-sungguh (QS. Al- Insyiroh: (6-7))

Ø “Janganlah bertanya apa yang akan kamu peroleh dari negaramu, tapi

bertanyalah apa yang dapat kamu berikan kepada bangsamu” (John F. Kenedy)

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan kepada :

1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak dan Ibu, yang

senantiasa mendukung dan memberikan motivasi

dan perhatiannya.

2. Kedua kakakku tersayang, Mb Ena dan Mb Evi.

3. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan

semangat untuk terus maju dan berjuang.

4. Almameter

5. Pembaca yang budiman

commit to user

iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Penulisan skripsi ini diajukan guna memenuhi persyaratan untuk

mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak sedikit penulis menemui

hambatan dan kesulitan. Hambatan dan kesulitan ini datang dari singkat waktu

dan keterbatasan kemampuan penulis, namun berkat bantuan dari berbagai pihak

akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Oleh karena itu dalam kesempatan

ini penulis sampaikan penghargaan yang tidak terhingga dan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Drs. Supriyono, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Sutanto, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan

waktu untuk membimbing dan memberikan petunjuk penting dalam penulisan

skripsi ini.

3. Segenap dosen pengajar Program Studi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberi

bekal ilmu kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta,

yang senantiasa memberikan bantuan dan kerjasamanya.

5. Seluruh keluarga yang selalu memberikan doa dan semangat untuk segera

lulus.

commit to user

v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6. Sahabat-sahabatku yang setia mendengarkan keluh kesah dan senantiasa

mendampingi suka duka serta membantu tiap langkah menuju terselesainya

skripsi ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari

Allah SWT.

Penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, hal ini

disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran

sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Dengan

kerendahan hati, semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi penulis maupun

pembaca walaupun hanya sedikit, Amin ya Robbal Alamin.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

commit to user

vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...... i

HALAMAN ABSTRAKSI ...... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...... iii

HALAMAN PENGESAHAN ...... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...... v

KATA PENGANTAR...... vi

HALAMAN DAFTAR ISI ...... viii

HALAMAN DAFTAR TABEL ...... x

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ...... xi

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN...... xii

BAB I PENDAHULUAN ...... 1

A. Latar Belakang Masalah...... 1

B. Perumusan Masalah...... 6

C. Tujuan Penelitian ...... 6

D. Manfaat Penelitian...... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...... 8

A. Pengertian Kinerja Perusahaan ...... 8

B. Pengertian dan Bentuk Lembaga Keuangan ...... 8

C. Pengertian Bank...... 10

D. Arah Kebijakan Perbankan ...... 13

E. Laporan Keuangan Perbankan ...... 19

commit to user

vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

F. Rasio Keuangan Perbankan ...... 24

G. Penilaian Kesehatan Perbankan ...... 36

H. Penelitian Terdahulu ...... 41

I. Kerangka Pemikiran ...... 46

J. Hipotesis...... 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...... 49

A. Ruang Lingkup Penelitian ...... 49

B. Jenis Dan Sumber Data ...... 50

C. Teknik Pengumpulan Data ...... 52

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ...... 53

E. Definisi Operasional Variabel ...... 57

F. Metode Analisis Data ...... 60

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...……………………... 73

A. Deskripsi Objek Penelitian ...... 73

B. Analisis Data dan Pembahasan...... 99

BAB V PENUTUP ...... 119

A. KESIMPULAN ...... 119

B. SARAN ...... 120

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

commit to user

viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perbandingan Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank...... 9

Tabel 4.1 Perkembangan ROA tahun 2008-2011……………………………. 93

Tabel 4.2 Perkembangan CAR tahun 2008-2011……………………………. 94

Tabel 4.3 Perkembangan NPL tahun 2008-2011…………………………….. 95

Tabel 4.4 Perkembangan ROE tahun 2008-2011……………………………. 96

Tabel 4.5 Perkembangan NIM tahun 2008-2011……………………………. 97

Tabel 4.6 Perkembangan BOPO tahun 2008-2011…………………………... 98

Tabel 4.7 Perkembangan LDR tahun 2008-2011……………………………. 99

Tabel 4.8. Pengujian Common Effect Vs Fixed Effect ……………………… 103

Tabel 4.9. Hasil Regresi Utama ……………………………...... 105

Tabel 4.10. Hasil Uji Lagrange-Multiplier (LM)…………………………… 107

Tabel 4.12. Hasil Uji White………………………………………………… 108

Tabel 4.13. Hasil Uji Auxiliary Regression……………………………………109

Tabel 4.10 Nilai t-statistic (α=5%)…………………………………………. 110

commit to user

ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka pemikiran……………………………………………. 47

Gambar 4.1. Uji Normalitas………………………………………………….. 106

commit to user

x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Data Hasil Tabulasi

LAMPIRAN 2. Hasil Regresi Data Panel Model Common Effects

LAMPIRAN 3. Estimasi Regresi Data Panel Model Common Effects

LAMPIRAN 4. Hasil Regresi Data Panel Model Fixed Effects (Cross Section)

LAMPIRAN 5. Hasil Regresi Data Panel Model Random Effects

LAMPIRAN 6. Pengujian Model Fixed Effecst vs Common Effects

LAMPIRAN 7. Pengujian Kesamaan Estimasi Fixed Effects vs Random Effects

LAMPIRAN 8. Hasi Uji Normalitas (Histogram Residual)

LAMPIRAN 9. Grafik Residual Analisis Regresi Data Panel Model Common Effect

LAMPIRAN 10. Hasil Uji Otokorelasi dengan Uji Lagrange-Multiplier (LM)

LAMPIRAN 11. Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji White

LAMPIRAN 12. Hasil Uji Multikolinearitas dengan menggunakan regresi auxiliary

commit to user

xi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAKSI

ANALISIS PENGARUH CAMEL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

PADA BANK UMUM (BNI, BRI, BTN, BANK MANDIRI, BCA, , BANK PERMATA, BII) TAHUN 2008-2011 ITA PURBOSARI

F 1110012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari rasio keuangan

CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO dan LDR terhadap ROA pada tingkat kesehatan Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tahun 2008-2011 dan mengetahui variabel-variabel rasio keuangan CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO dan LDR yang paling dominan berpengaruh terhadap ROA pada Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tahun 2008-2011. Penulis menggunakan data sekunder yaitu data Laporan keuangan Tahunan dalam Laporan keuangan Triwulanan Kuartal 4 pada Bank Umum (Bank Negara /BNI, /BRI, /BTN, Bank Mandiri, /BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan Bank Internasional Indonesia/BII) tahun 2008-2011 di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa: 1) Hasil pengujian uji F didapatkan bahwa keenam variable bebas yaitu CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR secara serempak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasio ROA; 2) Dengan menggunakan uji t yang menguji secara parsial dengan signifikansi α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa dari keenam variable bebas, variable CAR, NPL dan LDR tidak signifikan dan variable lainnya seperti ROE, NIM dan BOPO secara parsial berpengaruh terhadap variable dependen (ROA). Apabila dilihat dari keenam variable bebas diatas, variable NIM yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap rasio ROA sebesar 19,43%.

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini, yaitu 1). Managemen perbankan seharusnya tetap memperhatikan rasio CAR yang mengindikasikan ketaatan bank dalam memenuhi permodalannya sehingga dapat digunakan untuk

melindungi deposan dengan menangkal kerugian usaha perbankan sebagai resiko usaha perbankan. 2). Manajemen perbankan agar selalu dapat menjaga kestabilan

kinerja perusahaan dengan mengikuti perkembangan dari Laporan Keuangan melalui rasio-rasio keuangannya dan prinsip-prinsip tentang kesehatan bank yang telah dikeluarkan melalui Surat Ketetapan Bank Indonesia.

Kata Kunci : CAMEL, Kinerja Perusahaan

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Lembaga Keuangan adalah lembaga yang bertindak selaku lembaga

yang menyediakan jasa keuangan bagi nasabahnya, dimana pada umumnya

lembaga ini diatur oleh regulasi keuangan dari pemerintah. Fungsi dari

lembaga keuangan adalah menyediakan jasa sebagai perantara antara pemilik

modal dan pasar utang yang bertanggung jawab dalam penyaluran dana dari

investor kepada perusahaan yang membutuhkan dana tersebut. Kehadiran

lembaga keuangan ini dapat memfasilitasi arus peredaran uang dalam

perekonomian, dimana uang dari individu investor dikumpulkan dalam

bentuk tabungan sehingga resiko dari para investor beralih pada lembaga

keuangan yang kemudian menyalurkan dana tersebut dalam bentuk pinjaman

utang kepada yang membutuhkan.

Lembaga keuangan dapat dibagi menjadi 2 yaitu lembaga keuangan

bank dan lembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan bank meliputi

Bank Sentral, Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Lembaga

keuangan bukan bank meliputi leasing, modal ventura, anjak piutang,

pembiayaan konsumen, asuransi, pegadaian, pasar modal, pasar uang, dan

pasar derivatif. Bank adalah suatu lembaga yang mempunyai fungsi sebagai

lembaga intermediasi yaitu menerima simpanan dalam bentuk tabungan dan

menyalurkan dana dalam bentuk pinjaman. Lembaga yang dipercaya untuk

commit to user

1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id2

melakukan pengawasan atau prudential supervision dan sebagai lender of the

last resort adalah Bank Sentral.

Ekonomi Indonesia memasuki dekade 1980an mengalami resesi

sebagai dampak resesi dunia, yaitu menurunnya PDB drastic dari 7,7%

menjadi 2,2% & neraca pembayaran pun memburuk, untuk itu kebijakan

yang di tempuh oleh pemerintah. Bank Indonesia mencanangkan berbagai

deregulasi perbankan untuk memberikan kebijakan perbankan dengan

mengeluarkan beberapa paket deregulasi, diantaranya paket yang pertama

dikeluarkan adalah paket deregulasi 1 Juni pada tahun 1983, paket

kebijaksanaan 27 Oktober pada tahun 1988, paket kebijaksanaan 25 Maret

1989, paket kebijaksanaan 19 Januari 1990, paket kebijaksanaan 20 Pebruari

1991 dan paket kebijaksanaan 29 Mei 1993.

Pada tahun 1988 dikeluarkannya deregulasi perbankan melalui paket

kebijaksanaan 27 Oktober 1988, atau lebih dikenal kebijakan pakto 88.

Dalam kebijakan ini Bank Indonesia melakukan perluasan jaringan keuangan

& perbankan ke seluruh wilayah Indonesia serta diversifikasi sarana dana

untuk kemudahan pendirian bank-bank swasta baru, pembukaan kantor

cabang baru, pendirian lembaga keuangan bukan bank di luar ,

pendirian BPR, pemberian ijin penerbitan sertifikat deposito bagi lembaga

keuangan bukan bank, perluasan tabungan. Di samping itu, penurunan

likuiditas wajib minimum dari 25% menjadi 2% dan penyempurnaan Open

Market Operation dilakukan oleh paket kebijaksanaan pada 27 Oktober 1988.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id3

Adanya kebijakan tersebut mengakibatkan jumlah bank di Indonesia

mengalami peningkatan cukup drastis sehingga koruptor pun semakin

meningkat, karena kemudahan-kemudahan yang diberikan pemerintah

(http://estiningsih.staff.gunadarma.ac.id). Hal tersebut didukung juga dengan

dikeluarnya Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang meniadakan

pemisahan perbankan berdasarkan kepemilikan – misalnya pemilikan bank

oleh pemerintah, swasta dan daerah. Dalam hal pendirian bank baru, UU

tersebut mengatur berbagai syarat seperti susunan organisasi, permodalan,

kepemilikan, keahlian di bidang perbankan, kelayakan kerja dan lain-lainnya.

Syarat tersebut ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan pertimbangan

Bank Indonesia, yang mengakibatkan perbankan di Indonesia tumbuh subur,

sehingga banyak pedagang dan konglomerat mendadak menjadi bankir yang

tidak berjiwa prudent (bijaksana dan berhati-hati) (http://www.tempo.co.id).

Deregulasi perbankan tahun 1988 secara tidak langsung berperan

besar terhadap terjadinya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

pertengahan tahun 1997. Permasalahan yang timbul sebagai akibat deregulasi

tersebut adalah bukan terletak pada peningkatan jumlah bank, namun lebih

kepada kurangnya sumber daya yang memenuhi persyaratan untuk mengelola

bank dan penerapan prinsip kehati-hatian.

Saat krisis moneter 1997, misalnya 16 bank ditutup, diikuti 38 bank

pada 1999. Pada tahun 2004, Bank Dagang Bali dan Bank Aspac dilikuidasi.

Dan terakhir, Bank Global ditutup pada tahun 2005 (Agus Sugiarto, 2009).

Krisis ekonomi tersebut menunjukkan bahwa industri perbankan nasional

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id4

belum memiliki kelembagaan perbankan yang kokoh dengan dukungan

infrastruktur perbankan yang baik sehingga secara fundamental masih harus

diperkuat untuk dapat mengatasi gejolak internal maupun eksternal.

Dalam Basel Accord II dijelaskan bahwa ada tiga pilar yang harus

dipenuhi yaitu kecukupan modal, proses pengawasan yang memastikan

kecukupan modal bank serta peningkatan peran publik yang disebut sebagai

disiplin pasar. Dalam Pilar 3 Basel Accord II, disiplin pasar bertujuan

mendorong peran publik untuk turut mengawasi bank. Prasyarat utama

tercapainya tujuan tersebut yaitu (a) tersedia informasi yang cukup bagi

publik mengenai kondisi bank, dan (b) kemampuan publik dalam menilai

kondisi bank melalui analisa atas informasi yang tersedia. Bank Indonesia

bekerja sama dengan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) 39 dan 32 dalam

Pernyataan Standard Akuntansi Indonesia (PSAK) No.50 dan 55 yang

diimplikasikan pada 1 Januari 2010. Sebagai tindak lanjut penerbitan PSAK

tersebut, telah disusun Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (Taswan,

2010:151).

Menurut Pontie, 2007, Kondisi kesehatan maupun kinerja bank dapat

kita analisis melalui laporan keuangan. Salah satu tujuan dari pelaporan

keuangan adalah untuk memberikan informasi bagi para pengguna laporan

keuangan untuk pengambilan keputusan. Berdasarkan Peraturan Bank

Indonesia Nomor: 3/22/PBI/2001 Tentang Transparansi Kondisi Keuangan

Bank, Bank wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan dengan

bentuk dan cakupan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id5

ini, yang terdiri dari: (1) Laporan Tahunan; (2) Laporan Keuangan Publikasi

Triwulanan; (3) Laporan Keuangan Publikasi Bulanan; dan (4) Laporan

Keuangan Konsolidasi.

Laporan keuangan bank memberikan informasi secara berkala

mengenai kondisi bank secara menyeluruh, termasuk perkembangan usaha

dan kinerja bank. Laporan Keuangan ini dapat digunakan untuk menghitung

rasio keuangan seperti CAR, NPL, ROA, ROE, NIM, BOPO, dan LDR yang

kemudian rasio keuangan ini dapat dijadikan indikator dalam penilaian

tingkat kesehatan perbankan. Laporan keuangan disusun sebagai bentuk

pertanggungjawaban manajemen terhadap pihak-pihak yang berkepentingan

dengan kinerja bank selama periode tertentu. Laporan keuangan disampaikan

kepada pemegang saham dan Bank Indonesia, juga kepada lembaga lain yang

berkepentingan terhadap perkembangan usaha bank, seperti Yayasan

Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), lembaga pemeringkat di Indonesia,

asosiasi perbankan di Indonesia, Institut Bankir Indonesia (IBI), 2 (dua)

lembaga penelitian di bidang ekonomi dan keuangan dan 2 (dua) majalah

ekonomi dan keuangan (Taswan, 2010: 151-152).

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul : “ANALISIS PENGARUH CAMEL TERHADAP

KINERJA PERUSAHAAN PADA BANK UMUM (BNI, BRI, BTN, BANK

MANDIRI, BCA, BANK DANAMON, BANK PERMATA, BII) TAHUN

2008-2011”.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id6

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas,

maka dapat dirumuskan berbagai masalah adalah sebagai berikut:

1. Apakah rasio keuangan CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR

berpengaruh terhadap ROA pada tingkat kesehatan Bank Umum (BNI,

BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII)

Tahun 2008-2011?

2. Variabel-variabel rasio keuangan CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO dan LDR

manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap ROA pada Bank

Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank

Permata dan BII) Tahun 2008-2011?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan

yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh dari rasio keuangan CAR, NPL, ROE, NIM,

BOPO dan LDR terhadap ROA pada tingkat kesehatan Bank Umum (BNI,

BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII)

Tahun 2008-2011.

2. Untuk mengetahui variabel-variabel rasio keuangan CAR, NPL, ROE, NIM,

BOPO dan LDR yang paling dominan berpengaruh terhadap ROA pada

Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank

Permata dan BII) Tahun 2008-2011.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id7

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan tentang pengaruh

rasio keuangan terhadap kesehatan pada Bank Umum (BNI, BRI, BTN,

Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tahun 2008-

2011.

2. Bagi pihak yang berkepentingan dalam hal ini bank

Penelitian ini dapat dijadikan referensi oleh bank untuk meningkatkan

prinsip kehati-hatian dalam menganalisis bank yang sehat dan bank yang

tidak sehat berdasarkan rasio keuangan dari laporan keuangan bank.

3. Bagi Masyarakat

Memberitahukan kepada masyarakat mengenai performance dari profil

bank berdasarkan penghitungan rasio keuangan untuk mengetahui bank

yang sehat.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kinerja Perusahaan

Menurut Kamus Perbankan (2009: 254) analisis kinerja (performance

analysis) adalah analisis untuk menilai tingkat keberhasilan bank pada periode

tertentu berdasarkan rencana kerja, laporan realisasi rencana kerja, dan laporan

berkala bank. Aspek yang dinilai dalam kinerja pada suatu bank meliputi aspek

CAMEL yaitu capital (modal), asset (aset), management (manajemen),

earning (hasil laba), dan liquidity (likuiditas), kepatuhan terhadap ketentuan

dan aspek lain.

B. Pengertian dan Bentuk Lembaga Keuangan Lembaga keuangan adalah lembaga yang menghubungkan antara pihak

yang memerlukan dana dan pihak yang mengalami surplus dana (Totok dan

Sigit, 2006: 2).

Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.792 Tahun

1990 menjelaskan mengenai ”Lembaga Keuangan”. Lembaga keuangan diberi

batasan sebagai semua badan yang kegiatannya di bidang keuangan,

melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama

guna membiayai investasi perusahaan.

Secara umum lembaga keuangan dapat dikelompokkan dalam dua

bentuk, yaitu bank dan bukan bank. Kegiatan utama dari lembaga keuangan

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id9

adalah menghimpun dan menyalurkan dana, perbedaan antara bank dan

lembaga keuangan bukan bank dapat dilihat melalui kegiatan utama tersebut.

Tabel 2.1. Perbandingan Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank

LEMBAGA KEUANGAN KEGIATAN BANK BUKAN BANK

Penghimpunan a. Secara langsung berupa Hanya secara tidak

Dana simpanan dana masyarakat langsung dari (tabungan, giro, deposito) masyarakat b. Secara tidak langsung dari (terutama melalui masyarakat (kertas berharga, kertas berharga, dan penyertaan, pinjaman/kredit bisa juga dari dari lembaga lain. penyertaan, pinjaman/kredit dari lembaga lain).

Penyaluran a. Untuk tujuan modal kerja, a. Terutama untuk Dana investasi, konsumsi tujuan investasi b. Kepada badan usaha dan b. Terutama untuk individu badan usaha

c. Untuk jangka pendek, c. Terutama untuk

menengah dan panjang. jangka menengah

dan panjang.

Sumber : Totok Budisantoso dan Sigit Triandaru : 2006

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id10

C. Pengertian Bank

Menurut Heri (2008:1), bank adalah salah satu entitas bisnis yang

berdayaguna dalam sistem ekonomi. Dayaguna bank dalam memegang peranan

penting dalam perekonomian adalah sebagai salah satu lembaga intermediasi

keuangan.

Ada beberapa pengertian ataupun definisi bank yaitu (Taswan, 2010: 6) :

1. Menurut Joseph Sinkey, bahwa yang dimaksud bank adalah department store

of finance yang menyediakan berbagai jasa keuangan.

2. Menurut Dictionary of Banking and financial service by Jerry Rosenberg

bahwa yang dimaksud bank adalah lembaga yang menerima simpanan giro,

deposito, dan membayar atas dasar dokumen yang ditarik pada orang atau

lembaga tertentu, mendiskonto surat berharga, memberikan pinjaman dan

menanamkan dananya dalam surat berharga.

3. Menurut UU No. 10 Tahun 1998 (revisi UU No. 14 Tahun 1992) bahwa

yang dimaksud bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

4. Menurut Taswan, bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang

aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito tabungan dan

simpanan yang lain dari pihak yang berkelebihan (surplus spending unit)

kemudian menempatkannya kembali kepada masyarakat yang

membutuhkan dana (deficit spending unit) melalui penjualan jasa keuangan

yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id11

Menurut Kamus Perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Berdasarkan pengertian dari berbagai kalangan maka dapat disimpulkan

pengertian bank adalah suatu lembaga yang mempunyai fungsi sebagai

intermediary antara pihak yang kelebihan dana (surplus spending) yang akan

disalurkan kepada pihak yang kekurangan (deficit spending), akan terjadi suatu

perputan uang dalam masyarakat sehingga akan tercapai kesejahteraan

masyarakat.

Adapun jenis perbankan dewasa ini jika ditinjau dari berbagai segi antara

lain :

a. Jenis Bank Menurut Kegiatan Usaha

Menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992, bank dapat

digolongkan menjadi dua jenis yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan

Rakyat (BPR).

1). Bank Umum

Menurut UU No. 10 Tahun 1998, Bank Umum didefinisikan

sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional

dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu-lintas pembayaran.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id12

2). Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Menurut UU No. 10 Tahun 1998, Bank Perkreditan Rakyat

didefinisikan sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu-lintas pembayaran.

b. Jenis Bank Menurut Kepemilikan

Menurut Kasmir (2005), penggolongan bank dilihat dari segi

kepemilikannya dibagi menjadi 5 yaitu :

1). Bank Milik Pemerintah

Bank milik pemerintah merupakan bank yang akte pendirian

maupun modal bank ini sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia,

sehingga seluruh keuntungan bank juga dimiliki oleh pemerintah.

2). Bank Milik Swasta Nasional

Bank milik swasta Nasional merupakan bank yang seluruh atau

sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional.

3). Bank Milik Koperasi

Bank milik koperasi merupakan bank yang kepemilikan saham-

sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.

4). Bank Milik Asing

Bank milik asing merupakan hak yang kepemilikannya 100%

oleh pihak asing (luar negeri) di Indonesia.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id13

5). Bank Milik Campuran

Bank milik campuran merupakan bank yang sahamnya dimiliki

oleh dua belah pihak yaitu dalam dan luar negeri.

c. Jenis Bank Menurut Target Pasar

Menurut Totok dan Sigit (2006: 93), jenis bank atas dasar target pasar

dapat digolongkan menjadi 3 yaitu :

1). Retail Bank

Retail bank merupakan jenis bank yang memfokuskan pelayanan

dan transaksikepada nasabah-nasabah retail. Retail disini adalah nasabah-

nasabah individual, perusahaan dan lembaga lain yang skalanya kecil.

2). Corporate Bank

Corporate bank merupakan jenis bank yang memfokuskan

pelayanan dan transaksi kepada nasabah-nasabah yang berskala besar.

3). Retail-Corporate Bank

Retail-corporate bank merupakan jenis bank yang memberikan

pelayanan tidak hanya kepada nasabah retail tetapi juga kepada nasabah

korporasi.

D. Arah Kebijakan Perbankan

Menurut Booklet Bank Indonesia (2010) terdapat arah Kebijakan

Perbankan Indonesia meliputi :

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id14

1. Kebijakan Perbankan 2010

Kebijakan perbankan 2010 diarahkan untuk semakin meningkatkan

peranan industri perbankan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang

berkualitas. Untuk mendukung hal tersebut, BI memiliki 4 kebijakan utama

perbankan berbasis insentif dan disinsentif sebagai berikut:

a. Peningkatan ketahanan sistem perbankan

1). Penguatan pengaturan, yang akan disesuaikan adalah peraturan

permodalan untuk tujuan memperkuat ketahanan bank terhadap

risiko, peraturan transparansi laporan keuangan, peningkatan kualitas

implementasi tata kelola organisasi yang baik, serta peningkatan

efektivitas manajemen risiko.

2). Pemantapan sistem pengawasan bank, akan dicapai diantaranya

dengan penyempurnaan dan penguatan metode dan praktek

pengawasan berbasis risiko, implementasi quality assurance

pengawasan bank melalui Forum Panel Pengawasan Bank

Berdasarkan Risiko, penguatan ketentuan operasional pengawasan

bank, penyempurnaan ketentuan uji kelayakan dan kepatutan, dan

peningkatan kerjasama dengan otoritas pengawasan lembaga

keuangan non-bank di dalam maupun di luar negeri.

3). Penataan kembali tingkat kompetisi di industri perbankan Indonesia,

dilakukan dengan pemantapan kembali struktur perbankan yang

menyelaraskan skala usaha dengan kebutuhan permodalan, guna

mempertinggi kemampuan menyerap risiko usaha. Selain itu BI akan

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id15

memperbaiki ketentuan yang mencakup antara lain mengenai

merger, konsolidasi, sumber dana akuisisi bank, persyaratan badan

yang dapat mengakuisisi bank, peran pemilik perorangan/keluarga,

serta persyaratan pengembangan usaha.

4). Pendalaman pasar keuangan, diarahkan untuk mendorong

pengembangan produk-produk keuangan yang sekaligus dapat

digunakan bank sebagai alternatif penyaluran dan penempatan dana

secara produktif bagi sektor riiil khususnya pembiayaan

infrastruktur.

b. Peningkatan intermediasi perbankan

1). Penyempurnaan peraturan, diantaranya giro wajib minimum (GWM),

optimalisasi dan efisiensi kegiatan operasional bank, kemudahan

persyaratan kegiatan devisa yang dapat mendorong pemberian kredit

2). Penyediaan infrastruktur pendukung, BI akan mendorong

terbentuknya institusi yang memiliki fungsi menyediakan basis data

kredit per sektor dan per daerah, guna memudahkan bank dalam

mengukur risiko.

c. Peningkatan peran perbankan syariah

1). Peningkatan insentif untuk mendorong peningkatan modal,

2). Memfasilitasi pengembangan unit usaha syariah dan anak

perusahaannya, serta

3). Memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan SDM perbankan syariah yang

kompeten.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id16

d. Peningkatan peran BPR

1). Pemberian insentif untuk mendorong peningkatan modal

2). Memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan SDM BPR yang kompeten,

3). Mempertegas posisi BPR sebagai community bank.

Untuk mewujudkan perbankan Indonesia yang lebih kokoh,

perbaikan harus dilakukan di berbagai bidang untuk menjawab tantangan

perbankan ke depan. Tantangan perbankan adalah sebagai berikut (Taswan,

2010: 28-30) :

1. Kapasitas pertumbuhan kredit perbankan yang masih rendah

Kemampuan permodalan perbankan Indonesia saat ini

mengindikasikan bahwa pertumbuhan kredit yang cukup tinggi sulit

dicapai jika perbankan nasional tidak memperbaiki kondisi

permodalannya. Selain itu, penyaluran kredit juga terhambat oleh

keengganan sebagian bank untuk menyalurkan kredit karena kemampuan

manajemen risiko dan core banking skills yang relatif belum baik dan

biaya operasional yang relatif tinggi.

2. Struktur perbankan yang belum optimal

Belum optimalnya struktur perbankan di Indonesia ditandai oleh

terkonsentrasinya struktur perbankan hanya pada 11 bank besar (yang

menguasai 75% aset perbankan Indonesia). Namun demikian bank-bank

kecil perlu mendapatkan perhatian karena jumlahnya relatif banyak, juga

memiliki cakupan usaha yang relatif sama dengan bank-bank besar

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id17

namun dengan kemampuan operasional, manajemen risiko, dan

corporate governance yang relatif lebih terbatas.

3. Pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan perbankan yang

dinilai oleh masyarakat masih kurang.

Kurangnya pemenuhan kebutuhan masyarakat atas pelayanan

perbankan ditandai dengan seringnya terdengar keluhan dari masyarakat

mengenai kurangnya akses terhadap kredit dan tingginya suku bunga

kredit serta masih banyaknya praktik penyediaan jasa keuangan informal.

4. Pengawasan bank yang masih perlu ditingkatkan

Pengawasan bank merupakan bidang yang memerlukan

peningkatan dan penyempurnaan. Hal ini disebabkan karena masih

terdapatnya beberapa prinsip-prinsip prudensial yang masih belum

diterapkan secara baik, koordinasi pengawasan yang masih perlu

ditingkatkan, kemampuan SDM pengawasan yang belum optimal, dan

pelaksanaan law-enforcement pengawasan yang belum efektif.

5. Kapabilitas perbankan yang masih lemah

Lemahnya kapabilitas perbankan ditandai dengan kurangnya

corporate governance dan core banking skills pada sebagian besar

perbankan sehingga diperlukan perbaikan yang cukup mendasar pada dua

hal tersebut. Selain itu juga perlu diperhatikan kemampuan bank dalam

merespon meningkatnya risiko operasional yang masih perlu diperbaiki,

terutama penekanannya pada pentingnya internal best practise.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id18

6. Profitabilitas dan efisiensi operasional bank yang tidak sustainable

Tingkat profitabilitas dan efisiensi operasional yan dicapai

perbankan umumnya bukan merupakan profitabilitas dan efisiensi yang

sustainable. Hal ini disebabkan oleh lemahnya struktur aktiva produktif

bank-bank. Margin yang diperoleh bank-bank semakin mengecil karena

adanya kecenderungan suku bunga menurun. Tidak sustainable-nya

profitabilitas dan efisiensi adalah karena sebagian pendapatan perbankan

berasal dari aktivitas trading yang fluktuatif serta rendahnya rasio asset

per nasabah yang membuat biaya operasional perbankan Indonesia relatif

tinggi dibandingkan negara-negara lain.

7. Perlindungan nasabah yang masih harus ditingkatkan

Perlindungan terhadap nasabah merupakan tantangan perbankan

yang berpengaruh secara lengsung terhadap sebagian besar masyarakat.

Oleh karena itu menjadi tantangan yang sangat besar bagi perbankan dan

Bank Indonesia serta masyarakat luas untuk secara bersama-sama

menciptakan standar-standar yang jelas dalam membentuk mekanisme

pengaduan nasabah dan transparansi informasi produk perbankan. Selain

itu, adanya edukasi pada masyarakat mengenai jasa dan produk yang

ditawarkan oleh perbankan perlu segera diupayakan sehingga masyarakat

luas dapat lebih memahami risiko dan keuangan yang akan dihadapi

dalam menggunakan jasa dan produk perbankan.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id19

8. Perkembangan Teknologi Informasi

Kemajuan teknologi informasi ikut menambah tantangan yang

dihadapi oleh perbankan. Perkembangan teknologi informasi (TI)

menyebabkan makin pesatnya perkembangan jenis dan kompleksitas

produk dan jasa bank sehingga risiko-risiko yang muncul menjadi lebih

besar dan bervariasi.

E. Laporan Keuangan Perbankan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut beberapa pakar perbankan internasional dan nasional

pengertian manajemen aktiva passiva adalah sebagai berikut (Boy

Leon&Sonny Ericson, 2007: 11-12) :

a. Barret F Binder: “Assets - Liabilities Management is a planning

implementation and control process for matching mix and maturities of

assets and liabilities in ways that maximizes net interest margin on an on

going basis”.

b. Mona J Gardner & Dixie L Mills : “Assets-Liabilities Management is the

management of the net interest margin to ensure that its level and

riskiness are compatible with the risk-return objectives of the

institutions”.

c. Drs Raflus Rax : “Suatu proses perencanaan dan pengawasan operasi

perbankan secara terpadu yang dilakukan secara terkoordinasi dan

konsekuen dengan selalu memperhatikan perkembangan faktor-faktor

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id20

yang mempengaruhi operasi bank, baik berasal dari luar ataupun faktor

structural dari dalam bank”.

d. Drs. H. Masyhud Ali, MBA, MM: Pengelolaan aktiva passive bank

dengan tepat sehingga bank memperoleh net interest income yang

optimal dari penempatan dananya pada sisi aktiva sambil menjaga agar

bank selalu dapat memenuhi kewajiban likuiditasnya terhadap sumber-

sumber dana pada sisi passiva”.

e. Drs. Selamet Riyadi, Msi: “Suatu proses planning, organizing, actuating

dan controlling untuk mendapatkan penetapan kebijakan dibidang

pengelolaan permodalan (equity), pemupukan dana (funding), dan

penggunaan dana (assets) yang satu sama lain saling terkait dalam

mencapai laba yang optimal dengan tingkat risiko yang telah

diperhitungkan”.

Menurut Kamus Perbankan, Asset liability management

(pengelolaan harta dan kewajiban) adalah metode pengelolaan harta dan

kewajiban untuk maksud menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya,

misalnya berdasarkan pertimbangan antara lain suku bunga, risiko yang

mungkin timbul, dan kemampuan menjaga likuiditas, bank yang memiliki

dana harus memutuskan apakah akan menanamkan dananya dalam bentuk

kredit ataukah surat berharga.

2. Jenis Laporan Keuangan

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 3/22/PBI/2001

Tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank. Bank wajib menyusun dan

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id21

menyajikan laporan keuangan dengan bentuk dan cakupan sebagaimana

ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia ini, yang terdiri dari

(Taswan,2005: 39-63):

(1) Laporan Tahunan;

Cakupannya meliputi Neraca, Laporan laba rugi, Laporan Perubahan

ekuitas, Laporan arus kas, dan Catatan atas laporan keuangan, termasuk

informasi mengenai Komitmen dan Kontinjensi.

(2) Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan;

Laporan keuangan triwulan yang wajib disajikan adalah laporan keuangan

untuk posisi akhir Maret, Juni, September dan Desember. Cakupannya

meliputi Neraca, Perhitungan Laba-Rugi dan Saldo Laba, Daftar komitmen

dan kontinjensi, Transaksi Valuta asing dan derivatif, Kualitas aktiva

produktif dan informasi lainnya, Perhitungan kewajiban penyediaan modal

minimum, dan Rasio keuangan.

(3) Laporan Keuangan Publikasi Bulanan; dan

Cakupannya meliputi Neraca Bulanan, Laporan Laba-Rugi Bulanan,

Laporan Komitmen dan Kontinjensi Bulanan, dan Laporan Kualitas

Aktiva Produktif dan Informasi lainnya bulanan.

3. Komponen Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi

tentang posisi keuangan, kinerja, perubahan ekuitas, arus kas dan informasi

lainnya yang bermanfaat bagi pengguna laporan dalam rangka membuat

keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id22

atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka (Pedoman

Akuntansi Perbankan Indonesia,Revisi 2008:5).

Laporan keuangan bank untuk tujuan umum terdiri dari:

a. Neraca;

b. Laporan laba rugi;

c. Laporan arus kas;

d. Laporan perubahan ekuitas; dan

e. Catatan atas laporan keuangan.

Laporan keuangan bank yang menyediakan informasi-informasi

tersebut untuk pengambilan keputusan, seperi dicerminkan dalam laporan-

laporan berikut ini (Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, Revisi

2008:5):

a. Laporan Posisi Keuangan

Posisi keuangan bank dipengaruhi oleh sumber daya ekonomi

yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas, dan solvabilitas, serta

kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Informasi ini

berguna untuk memprediksi kemampuan bank di masa depan dalam

menghasilkan kas dan setara kas, kebutuhan investasi, pendistribusian

hasil pengembangan dan arus kas, memprediksi kemampuan bank dalam

memenuhi komitmen keuangan pada saat jatuh tempo, baik jangka

pendek maupun jangka panjang. Informasi posisi keuangan bank

tergambar dalam neraca.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id23

b. Laporan Kinerja

Informasi kinerja bank diperlukan untuk menilai perubahan

potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa

depan. Informasi ini berguna untuk memprediksi kapasitas bank dalam

menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada. Selain itu, informasi

ini berguna dalam perumusan tentang efektivitas bank dalam

memanfaatkan sumber daya. Informasi kinerja bank tergambar dalam

laporan laba rugi.

c. Laporan Perubahan Posisi Keuangan

Informasi perubahan posisi keuangan bank, antara lain:

1) Perubahan kas dan setara kas

Informasi perubahan kas dan setara kas berguna untuk

menilai kemampuan bank menghasilkan arus kas dan setara kas serta

kebutuhan bank untuk menggunakan arus kas pada setiap aktivitas.

Informasi ini bermanfaat untuk menilai aliran kas dan setara kas yang

berasal dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Informasi

perubahan kas dan setara kas tergambar dalam laporan arus kas.

2) Perubahan ekuitas

Informasi perubahan ekuitas bank menggambarkan

peningkatan atau penurunan aset bersih atau kekayaan selama periode

bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut

dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Informasi ini

bermanfaat untuk mengetahui perubahan aset bersih yang berasal dari

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id24

transaksi dengan pemegang saham dan jumlah keuntungan atau

kerugian yang berasal dari kegiatan bank selama periode yang

bersangkutan. Informasi perubahan ekuitas tergambar dalam laporan

perubahan ekuitas.

F. Rasio Keuangan Perbankan

Analisis financial atas laporan keuangan bank menggunakan berbagai

macam rasio meliputi (Johar Arifin&Muhammad Syukri, 2006: 141-154):

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas mengukur kemampuan bank untuk memenuhi

kewajiban financial jangka pendek. Rasio likuiditas dihitung berdasarkan

informasi yang terdapat dalam laporan keuangan neraca. Kendala yang

dihadapi bank dalam mengatur kebijakan likuiditas antara lain adalah:

a. Ketetapan yang diberlakukan oleh bank sentral tentang legal reserve

requirement.

b. Terdapat dilema antara likuiditas dengan profitabilitas, semakin tinggi

likuiditas idle fund semakin besar dan profitabilitas rendah.

c. Adanya working reserve requirement yaitu kebutuhan aktiva lancar (cash

assets)

Rasio yang digunakan untuk menghitung likuiditas bank dengan

pendekatan kuantitatif adalah sebagai berikut:

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id25

1) Quick Ratio

Quick ratio digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam

membayar kembali kewajiban kepada deposan dengan aktiva lancar yang

dimilikinya. Rumus untuk menghitung Quick Ratio sebagai berikut :

CashAssets QuickRatio= TotalDeposit

2) Investing Policy Ratio

Investing policy ratio digunakan untuk mengetahui kemampuan pihak

bank dalam membayar kembali kewajiban kepada deposan yang

bersumber dari pencairan surat berharga yang dimiliki bank. Investing

Policy Ratio dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Securities InvestingPolicyRatio = TotalDeposit

3) Banking Ratio

Banking Ratio digunakan untuk mengetahui kemampuan pihak bank

dalam membayar kembali kewajiban deposan dengan bersumber dari

penarikan kembali kredit yang diberikan kepada debitur. Rumus untuk

menghitung Banking Ratio sebagai berikut :

TotalLoan BankingRatio = TotalDeposit

4) Loan to Assets Ratio

Loan to Assets Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan pihak bank

dalam memenuhi permintaan kredit debitur dengan aktiva yang

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id26

dimilikinya. Rumus untuk menghitung Loan to Assets Ratio sebagai

berikut :

TotalLoan LoanToAssetsRatio = TotalAssets

5) Cash Ratio

Cash Ratio digunakan untuk mengetahui kemampuan pihak bank dalam

membayar kewajiban yang telah jatuh tempo dengan aktiva lancar yang

dimilikinya. Rumus untuk menghitung Cash Ratio adalah sebagai

berikut:

LiquidAssets(CashRatio) CashRatio= PinjamanYangHarusSegeraDibayar

2. Rasio Rentabilitas

Rasio Rentabilitas atau Rasio Profitabilitas, mengukur seberapa besar

kemampuan bank memperoleh laba sehubungan dengan aktivitas yang

dijalankannya. Rasio-rasio yang digunakan menghitung profitabilitas

dengan pendekatan kuantitatif adalah sebagai berikut:

a. Gross Profit Margin

Gross Profit Margin digunakan untuk mengetahui kemampuan bank

dalam menghasilkan laba dari operasi usaha yang utama. Rumus untuk

menghitung Gross Profit Margin sebagai berikut:

OperatingIncome - OperatingExpense Gross Pr ofitM arg in = OperatingIncome

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id27

b. Net Profit Margin

Net Profit Margin digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam

menghasilkan laba bersih dibandingkan dengan pendapatan operasi,

dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

NetIncome Net Pr ofitM arg in = OperatingIncome

c. Return on Equity Capital

Return on Equity Capital digunakan untuk mengukur kemampuan bank

dalam menghasilkan laba bersih dibandingkan dengan ekuitas yang

dimilikinya. Rumus untuk menghitung Return on Equity Capital sebagai

berikut :

NetIncome ReturnOnEquityCapital= EquityCapital

d. Return on Total Assets

Return on Total Assets digunakan untuk mengukur kemampuan

manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan berdasarkan aktiva

yang dikuasainya. Rumus untuk menghitung Return on Total Assets

sebagai berikut:

OperatingIncome ReturnOnTotalAssets = TotalAssets

e. Net Income on Total Assets

Net Income on Total Assets digunakan untuk mengukur kemampuan

manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan bersih berdasarkan

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id28

aktiva yang dikuasainya. Rumus untuk menghitung Net Income on Total

Assets sebagai berikut:

NetIncome NetIncomeOnTotalAssets = TotalAssets

f. Rate of Return on Loan

Rate of Return on Loan digunakan untuk mengukur kredit yang diberikan

pihak bank dalam menghasilkan pendapatan, rumus untuk menghitung

Rate of Return on Loan sebagai berikut :

InterestAndFeesOnLoan RateOf ReturnOnLoan= TotalLoan

g. Interest Margin on Earning Assets

Interest Margin on Earning Assets digunakan untuk mengukur

kemampuan aktiva yang dimiliki pihak bank (earning assets) untuk

menghasilkan selisih hasil bunga dengan beban bunga (interest margin).

Rumus untuk menghitung Interest Margin on Earning Assets sebagai

berikut :

InterestIncome - InterestExpense InterestMarg inOnEarningAssets = EarningAssets

3. Rasio Risiko Usaha

Rasio Risiko Usaha dapat dihitung dengan rasio sebagai berikut:

a. Credit Risk Ratio

Credit Risk Ratio digunakan untuk mengukur seberapa besar resiko

kredit yang diberikan kepada nasabah yang mengalami kemacetan,

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id29

BadDebts CreditRiskRatio = TotalLoans

b. Liquidity Risk

Liquidity Risk digunakan untuk mengukur kemungkinan pihak bank

gagal untuk memenuhi kewajiban kepada deposan. Rumus menghitung

Liquidity Risk sebagai berikut:

LiquidAssets - ShortTermBorrowing LiquidityRisk = TotalDeposit

c. Capital Risk

Capital Risk digunakan untuk mengukur resiko kerugian yang

mengakibatkan penurunan nilai asset bank sampai seberapa jauh

penurunan tersebut dapat diserap oleh modal bank bersangkutan. Rumus

menghitung Capital Risk sebagai berikut:

EquityCapital CapitalRisk = RiskAssets

d. Deposit Risk Ratio

Deposit Risk Ratio digunakan untuk menghitung resiko kemungkinan

pihak bank gagal memenuhi kewajiban kepada deposan yang diukur

dengan jumlah modal yang dimiliki bank bersangkutan. Rumus

menghitung Deposit Risk Ratio sebagai berikut :

EquityCapital DepositRiskRatio = TotalDeposit

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id30

e. Interest Rate Risk Ratio

Interest Rate Risk Ratio digunakan untuk mengukur kemungkinan bunga

yang diterima oleh pihak bank lebih kecil dari bunga yang dibayar oleh

pihak bank, dihitung dengan rumus sebagai berikut :

InterestSensitivityAssets InterestRateRiskRatio = InterestSensitivityLiabilities

4. Rasio Permodalan (Analisis Solvabilitas)

Rasio Permodalan digunakan untuk mengetahui seberapa besar

kecukupan modal bank untuk mendukung aktivitasnya, kemampuan modal

untuk menyerap kerugian yang tidak terhindarkan. Rasio ini digunakan

untuk menilai apakah kekayaan bank semakin bertambah atau berkurang.

Rasio-rasio yang digunakan menghitung Rasio Permodalan dengan

pendekatan kuantitatif adalah sebagai berikut:

a. Primary Ratio

Primary Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan modal bank

untuk menutup penurunan asset yang diakibatkan kerugian yang tidak

dapat dihindari. Rumus untuk menghitung Primary Ratio sebagai berikut:

EquityCapital Pr imaryRatio= TotalAssets

b. Capital Ratio

Capital Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan modal yang

dimiliki bank untuk menutupi kemungkinan kegagalan dalam pemberian

kredit. Rumus untuk menghitung Capital Ratio dapat dilakukan dalam

dua jenis sebagai berikut :

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id31

EquityCapital CapitalRatio1 = TotalLoans

EquityCapital + ReserveForLoanLosses CapitalRatio2 = TotalLoans

c. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan atau

kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menutup kemungkinan

kerugian dalam aktivitas perkreditan dan perdagangan surat berharga.

Terdapat tiga rumus untuk menghitung Capital Adequacy Ratio seperti

berikut ini :

EquityCapital - FixedAssets CapitalAdequacyRatio1 = EstimatedRiskInLoansAndSecurities

EquityCapital - FixedAssets CapitalAdequacyRatio2 = TotalLoan + Securities

EquityCapital CapitalAdequacyRatio3 = TotalLoan + Securities

5. Rasio Efisiensi Usaha

Rasio Efisiensi Usaha digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi

yang telah dicapai oleh pihak manajemen dalam mengelola usaha

perbankan. Rasio ini mengukur sejauh mana kinerja pihak manajemen bank

apakah telah menggunakan semua faktor produksi secara efisien.

Rasio-rasio yang digunakan menghitung Rasio Efisiensi Usaha

dengan pendekatan kuantitatif adalah sebagai berikut:

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id32

a. Leverage Multiplier

Leverage Multiplier digunakan untuk mengukur kemampuan pihak

manajemen bank dalam mengelola asset yang dikuasainya. Rumus untuk

menghitung Leverage Multiplier adalah sebagai berikut :

TotalAssets LeverageMultiplier = TotalEquityCapital

b. Assets Utilization

Assets Utilization digunakan untuk mengukur kinerja pihak manajemen

bank dalam memanfaatkan asset yang dikuasainya untuk memperoleh

pendapatan bank berupa pendapatan usaha dan pendapatan bukan usaha

bank. Rumus untuk menghitung Assets Utilization sebagai berikut :

OperatingIncome - NonOperatingIncome AssetsUtilization= TotalAssets

c. Provision for Loan Losses Ratio

Provision for Loan Losses Ratio digunakan untuk mengukur tingkat

kegagalan pihak bank dalam mengelola kredit, dihitung dengan rumus

sebagai berikut :

ReserveForLoanLosses Pr ovisionForLoanLossesRatio = TotalLoans

d. Interest Expense Ratio

Interest Expense Ratio digunakan untuk mengukur besar biaya yang

dikeluarkan pihak bank untuk memperoleh deposito. Rumus untuk

mengukur Interest Expense Ratio sebagai berikut :

InterestPaid InterestExpenseRatio= TotalDeposit

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id33

e. Cost of Fund

Cost of Fund digunakan untuk mengukur besar biaya bunga rata-rata

untuk membiayai dana yang diperoleh pihak bank. Terdapat dua rumus

untuk menghitung Cost of Fund seperti berikut :

InterestPaid / Expense CostOfFund1 = TotalLiabilities - EquityCapital

InterestPaid / Expense CostOfFund2 = TotalLiabilities

f. Cost of Money

Cost of Money digunakan untuk mengetahui seberapa besar biaya rata-

rata keseluruhan yang digunakan oleh pihak bank untuk mendapatkan

dana. Rumus untuk menghitung Cost of Money sebagai berikut :

InterestExpense- OverheadExpenses CostOfMoney = TotalFund

g. Cost of Loanable Fund

Cost of Loanable Fund digunakan untuk mengukur besar biaya variable

rata-rata yang digunakan pihak bank untuk memperoleh “loanable fund”.

Rumus untuk menghitung sebagai berikut:

InterestExpense CostOfLoanableFund = TotalFund -UnloanableFund

h. Cost of Borrowing Fund

Cost of Borrowing Fund digunakan untuk menghitung biaya dana rata-

rata (variable expense dan fixed cost) yang digunakan untuk

mendapatkan dana yang dipinjamkan oleh pihak bank kepada nasabah.

Rumus menghitung Cost of Borrowing Fund sebagai berikut :

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id34

InterestExpense + OverheadExpenses CostOfBorrowingFund = TotalFund - IdleFund -UnloableFund

i. Cost of Efficiency Ratio (CER)

Cost of Efficiency Ratio digunakan untuk mengukur efisiensi dalam

aktivitas perbankan yang antara lain dihitung dengan formula sebagai

berikut :

Pr ovisionForLoanLosses CER1 = Revenues

Rumus tersebut digunakan untuk mengukur seberapa besar penghapusan

kewajiban debitur dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh pihak

bank.

Salaries& BenefitExpense CER2 = Revenues

Rumus ini digunakan untuk mengukur seberapa besar biaya karyawan

dibandingkan dengan pendapatan yng diperoleh pihak bank.

TotalExpense CER3 = EarningAssets

Rumus ini digunakan untuk mengukur rata-rata biaya operasi dan non

operasi yang dikeluarkan oleh pihak bank untuk memperoleh “earning

assets”.

6. Profit Sensitivity Analysis (PSA)

Profit Sensitivity Analysis (PSA) digunakan untuk mengukur sejauh

mana sebab akibat dalam mengelola asset dan kewajiban bank yang

berdampak terhadap profitabilitas suatu bank. Hasil profit sensitivity

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id35

analisis (PSA) akan dipengaruhi secara material oleh beberapa komponen

yang digunakan untuk perhitungan, antara lain sebagai berikut :

a. Earning before interest and taxes atau laba sebelum bunga dan pajak

(EBIT). EBIT merupakan hasil penjumlahan dari laba setelah pajak,

biaya bunga dan pajak yang dibayar oleh pihak pihak.

b. Total assets yaitu keseluruhan aktiva atau harta yang dimiliki oleh bank

c. Total Interest yaitu keseluruhan biaya bunga yang dibayarkan oleh pihak

bank kepada pihak lain.

d. Total deb yaitu seluruh kewajiban atau hutang yang menjadi tanggungan

pihak bank.

e. Total equity atau total ekuitas bank yang memiliki dua pendekatan yaitu :

1) Ekuitas yang diakui hanya terbatas pada stock equity (modal saham)

ditambah dengan retained earning (laba ditahan)

2) Cadangan yang diakui sebagai ekuitas bank.

f. Return on Total Assets merupakan hasil pembagian laba sebelum bunga

dan pajak (EBIT) dengan total aktiva yang dimiliki bank.

g. Leverage management merupakan hasil pembagian antara total hutang

(total debt) dengan ekuitas (total equity).

h. Cost and debt yaiu hasil pembagian antara jumlah keseluruhan beban

bunga yang dibayarkan oleh pihak bank dengan total hutang atau

kewajiban.

i. Spread management yaitu selisih antara return on total assets dikurangi

dengan cost of debt.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id36

j. Debt management merupakan hasil perkalian antara leverage management

dengan spread management.

k. Return on equity yaitu hasil perkalian antara leverage management

dengan return on total asset yang hasilnya ditambah dengan return on

total assets.

Rumus yang digunakan untuk perhitungan Profit Sensitivity

Analysis (PSA) adalah sebagai berikut :

EBIT ReturnOnTotalAssets = TotalAssets

TotalDebt LeverageManagement = TotalEquity

TotalInterestExpense CostOfDebt = TotalDebt

SpreadManagement = ReturnOnTotalAssets(RTA) - CostOfDebt

DebtManagement = CostOfDebt´ SpreadManagement

ReturnOnEquity = RTA + (LeverageManagement´ RTA)

G. Penilaian Kesehatan Perbankan

Penilaian tingkat kesehatan bank secara kuantitatif dilakukan terhadap

5 faktor, yaitu faktor Permodalan (Capital), Kualitas Aktiva Produktif (Asset),

Manajemen, Rentabilitas (Earning) dan Likuiditas. Analisis ini dikenal dengan

istilah Analisis CAMEL.

Menurut Kamus Perbankan (2009), CAMEL adalah Modal (Capital),

aktiva (Asset), manajemen (Management), pendapatan (Earnings), dan

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id37

likuiditas (Liquidity) merupakan aspek yang paling banyak berpengaruh

terhadap kondisi keuangan bank, yang mempengaruhi tingkat kesehatan bank.

Metodologi penilaian kesehatan bank yang mendasarkan pada Surat

Edaran Bank Indonesia Nomor 30/2/UPPB tanggal 30 April 1997 perihal

Tatacara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Surat Edaran Bank

Indonesia Nomor 30/23/UPPB tanggal 19 Maret 1998 perihal Perubahan Surat

Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April

1997 tentang Tatacara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dinyatakan

tidak berlaku bagi Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional sejak penilaian tingkat kesehatan bank untuk posisi akhir bulan

Desember 2004. Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada

Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004 perihal system penilaian

Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Surat edaran No.6/23/DPNP Jakarta, 31

Mei 2004 perihal Sistem Penilaian Kesehatan Bank Umum (Taswan,2010:

538).

1. Permodalan (Capital)

Penilaian pertama adalah aspek permodalan, dimana aspek ini

menilai permodalan yang dimiliki bank yang didasarkan kepada kewajiban

penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan pada CAR

(Capital Adequacy Ratio) yang ditetapkan BI, yaitu perbandingan antara

Modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko. Rasio CAR merupakan

perbandingan modal bank dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko.

Semakin tinggi rasio CAR mengindikasikan bank tersebut semakin sehat

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id38

permodalannya. Pemenuhan CAR minimum 8% mengindikasikan bank

mematuhi regulasi permodalan.

2. Kualitas Aktiva (Asset Quality)

Aktiva produktif atau Productive Assets atau sering disebut dengan

Earning Assets adalah semua aktiva yang dimiliki oleh bank dengan maksud

untuk dapat memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Ada empat

macam jenis aktiva produktif yaitu :

a. Kredit yang diberikan

b. Surat berharga

c. Penempatan dana pada bank lain

d. Penyertaan

Penilaian aset, sesuai dengan Peraturan BI adalah dengan

membandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva

produktif. Selain itu juga rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif

terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan. Klasifikasi aktiva produktif

merupakan aktiva produktif yang telah dilihat kolektabilitasnya, yaitu

lancar, kurang lancar, diragukan dan macet.

Rasio Non Performance Loan (NPL) yaitu perbandingan antara

kredit bermasalah terhadap total kredit. Rasio ini mengindikasikan bahwa

semakin tinggi rasio NPL menunjukkan semakin buruk kualitas kreditnya.

3. Manajemen (Management)

Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui

penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id39

a. Manajemen umum

b. Penerapan sistem manajemen resiko

c. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada

Bank Indonesia dan atau pihak lainnya.

Dalam penelitian ini tidak membahas mengenai faktor manajemen

dan faktor yang bersifat teknis, sosial, ekonomi yang mendasari kesehatan

perbankan karena terbatasnya data yang relevan mengenai hal yang diteliti.

4. Rentabilitas (Earnings)

Penilaian aspek ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank

dalam meningkatkan keuntungan, juga untuk mengukur tingkat efisiensi

usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Penilaian ini

meliputi ROA atau Rasio Laba terhadap Total Aset, dan Perbandingan

antara biaya operasional dengan pendapatan operasional (BOPO).

Rasio Return on Asset atau ROA mengindikasikan kemampuan bank

menghasilkan laba dengan menggunakan asetnya. Semakin besar rasio ini

semakin baik kinerja bank.

Rasio Return on Equity atau ROE mengindikasikan kemampuan bank

dalam menghasilkan laba dengan menggunakan ekuitasnya. Semakin besar

rasio ini semakin baik kinerja bank.

Rasio Net Interest Margin (NIM) yaitu perbandingan antara

pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata aktiva produktif. Rasio ini

mengindikasikan kemampuan bank menghasilkan pendapatan bunga bersih

dengan penempatan aktiva produktif. Semakin besar rasio ini semakin baik

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id40

kinerja bank dalam menghasilkan bunga. Namun harus dipastikan bukan

karena biaya intermediasi yang tinggi, asumsinya pendapatan bunga harus

ditanamkan kembali untuk memperkuat modal.

Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).

Rasio ini mengindikasikan efisiensi operasional bank. Semakin tinggi rasio

ini menunjukkan semakin tidak efisien biaya operasional bank.

5. Likuiditas (Liquidity)

Aspek kelima adalah penilaian terhadap aspek likuiditas bank. Suatu

bank dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan mampu membayar

semua hutangnya, terutama hutang-hutang jangka pendek. Selain itu juga

bank harus mampu memenuhi semua permohonan kredit yang layak

dibiayai. Penilaian dalam aspek ini meliputi :

a. Rasio kewajiban bersih Call Money terhadap Aktiva Lancar

b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oelh bank seperti KLBI, Giro,

Tabungan, deposito dan lain-lain.

Rasio Likuiditas atau Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah

perbandingan kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga. Semakin

besar rasio ini mengindikasikan bank semakin agresif likuiditasnya,

sebaliknya semakin kecil rasio ini semakin besar dana pihak ketiga yang

tidak digunakan untuk penempatan ke kredit (banyak dana menganggur).

Oleh karena itu disarankan rasio ini yang paling tepat antara 89% hingga

115%.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id41

H. PENELITIAN TERDAHULU

Adapun hasil penelitian terdahulu yang relevan untuk mendukung

penelitian yang akan dilakukan ini, antara lain :

1. Luciana Spica Almilia, S. dan Winny Herdiningtyas (2005) dengan judul

penelitian “Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah

Pada Lembaga Perbankan Perioda 2000 – 2002”. Penelitian ini memberikan

bukti empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi

kebangkrutan dan kesulitan keuangan perusahaan. Faktor-faktor yang diuji

dalam penentuan kondisi kebangkrutan dan kesulitan keuangan perusahaan

adalah rasio CAMEL sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Sampel

penelitian terdiri dari dari 16 bank sehat, 2 bank yang mengalami

kebangkrutan dan 6 bank yang mengalami kondisi kesulitan keuangan.

Metoda statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah

regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio keuangan

CAMEL memiliki daya klasifikasi atau daya prediksi untuk kondisi bank

yang mengalami kesulitan keuangan dan bank yang mengalami

kebangkrutan. Dalam penelitian ini juga memberikan bukti bahwa rasio

CAR, APB, NPL, PPAPAP, ROA, NIM dan BOPO secara statistik berbeda

untuk kondisi bank bangkrut dan mengalami kesulitan keuangan dengan

bank yang tidak bangkrut dan tidak mengalami kondisi kesulitan keuangan.

Penelitian ini juga memberikan bukti empiris bahwa hanya rasio keuangan

CAR dan BOPO yang secara statistik signifikan untuk memprediksi kondisi

kebangkrutan dan kesulitan keuangan pada sektor perbankan.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id42

2. Sri Pujiyanti dan E. Susi Suhendra (2008) dengan judul ”Analisis Kinerja

Keuangan Mengenai Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan

Metode Camel ”(Studi Kasus Pada PT. (Persero)

Tbk Dan PT. Bank Bukopin Tbk Periode 2006-2008)”. Berdasarkan

Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 perihal

Sistem Penilaian Tingkat Bank Umum dan Surat Edaran Bank Indonesia

No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 perihal Tatacara Penilaian Tingkat

Kesehatan Bank Umum. Adapun tolak ukur untuk menentukan tingkat

kesehatan suatu bank setelah dilakukan penilaian terhadap masing-masing

variabel, yaitu dengan menentukan hasil penilaian yang digolongkan

menjadi peringkat komposit kesehatan bank. Berdasarkan metode

perhitungan dan analisis dengan menggunakan rasio CAMEL yang sudah

dilakukan penulis, dapat diambil kesimpulan bahwa PT. Bank Negara

Indonesia (Persero) Tbk dan PT. Bank Bukopin Tbk dapat dikatakan

sebagai bank yang sehat. Rasio keuangan meliputi CAR, KAP, NPM, ROA,

BOPO, dan LDR tahun 2006-2008. Walaupun kedua bank tersebut

tergolong sebagai bank yang sehat, tetapi jika dibandingkan tingkat

kesehatannya antara kedua bank tersebut, maka PT. Bank Bukopin Tbk

lebih sehat dibandingkan dengan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

Hal ini dapat dilihat dari aspek Asset, Management, Earning, dan Liquidity

yang dimiliki oleh PT. Bank Bukopin Tbk lebih baik daripada yang dimiliki

oleh PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id43

3. Penelitian yang sama dilakukan oleh Kalvin Sihol dan Daniel Pangaribuan

(2007) dengan judul ”Penilaian Kesehatan Bank Dengan Metode CAMEL:

Studi Kasus Pada PT BPR ABC” menyatakan evaluasi prediksi dari

performance bank yang merupakan peran intermediary dari suatu bank pada

tahun 2003-2005. Metode yang digunakan menggunakan Ketentuan Bank

Indonesia SE No. 30/3/UPPB tanggal 30 April 1997 sebagai standard

performance yang dikenal dengan metode CAMEL. Pernilaian yang

digunakan adalah Faktor Permodalan meliputi rasio CAR, Faktor Kualitas

Aktiva Produktif meliputi rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan

terhadap aktiva produktif dan rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva

Produktif yang dibentuk bank terhadap Penghapusan Aktiva Produktif yang

wajib dibentuk oleh bank, Faktor Manajemen meliputi Manajemen Umum

mengenai strategi, struktur, sistem, dan kepemimpinan dan Manajemen

Risiko mengenai risiko likuiditas, risiko kredit, risiko operasional, risiko

hukum, risiko pemilik dan pengurus, Faktor Rentabilitas meliputi rasio laba

sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir dan rasio biaya operasional dalam 12

bulan terakhir, dan Faktor Likuiditas meliputi rasio alat likuid terhadap

hutang lancar dan rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank.

4. Penelitian dilakukan oleh Titik Aryati & Shirin Balafif (2007) dengan judul

”Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kesehatan Bank Dengan

Regresi Logit” menyatakan penelitian ini membahas dampak probabilitas

tingkat kesehatan bank menggunakan analisis rasio CAMEL. Metode

statistik digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu regresi Logit.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id44

Variabel dependen yang digunakan adalah tingkat kesehatan bank dan

variable independen adalah rasio CAMEL. Variabel independen yang

digunakan adalah CAR, NPL, ROA, ROE, LDR, NIM, JB1 dan JB2.

Sedangkan variable dependennya adalah menggunakan variable dummy

Probabilitas Bank Sehat dan Probabilitas Bank Tidak Sehat. Data penelitian

diambil dari laporan keuangan yang telah diterbitkan dan diakumulasi oleh

biro penelitian majalah Infobank, berdasarkan kebijakan Bank Indonesia.

Sample terdiri dari 60 bank sehat dan 14 bank tidak sehat pada tahun 2005

dan 2006. Hasil empiris penelitian ini mengidentifikasikan bahwa NPL

adalah variable yang significan yang mempengaruhi tingkat kesehatan bank.

5. Penelitian dilakukan oleh Ni Ketut Lely Aryani Merkusiwati (2007) dengan

judul “Evaluasi Pengaruh CAMEL terhadap Kinerja Perusahaan”

menyatakan bahwa penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kinerja

dunia perbankan baik dalam sektor manajemen, pemegang saham dan

pemerintah dalam menghadapi guncangan terhadap krisis di Indonesia.

Berdasarkan hasil penelitian pada 17 bank dengan tahun dasar 1997-2001

maka diperoleh kesimpulan bahwa CAMEL pada tahun 1996-2000

berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 1998-2001. CAMEL pada

tahun 1997 tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 1998.

CAMEL pada tahun 1999 berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun

2000. CAMEL pada tahun 2000 berpengaruh signifikan terhadap ROA

tahun 2001.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id45

6. Penelitian yang dilakukan oleh Pandu Rahardian, S.T (2008) dengan judul

“Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, NPL, NIM dan LDR Terhadap

Kinerja Keuangan Perbankan (Studi Kasus Perusahaan Perbankan Yang

Tercatat Di BEJ Periode Juni 2002 – Juni 2007)”. Penelitian ini betujuan

untuk menguji pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Efisiensi Operasi

(BOPO), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), dan

Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return on Asset (ROA) sebagai

proksi dari Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang Tercatat di BEJ

periode Juni 2002 hingga Juni 2007. Data yang digunakan dalam penelitian

ini diperoleh dari Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Perusahaan

Perbankan yang Tercatat di BEJ periode Juni 2002 hingga Juni 2007 yang

diterbitkan oleh Bank Indonesia. Teknik pemilihan sampel dengan

menggunakan purposive sample, maka sampel yang digunakan sebanyak 24

Perusahaan Perbankan yang Tercatat di BEJ. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa variabel CAR, NIM, dan LDR berpengaruh positif dan signifikan

terhadap ROA serta BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

ROA. Sementara untuk variabel NPL memiliki pengaruh negatif terhadap

ROA, akan tetapi tidak signifikan. Dari keempat variable yang signifikan,

variable BOPO mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap ROA yaitu

dengan koefisien -3,404. Kemudian penjelasan mengenai tidak

signifikannya variable NPL terhadap ROA adalah selama periode penelitian,

fungsi intermediasi bank tidak berjalan dengan baik.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id46

I. KERANGKA PEMIKIRAN

Dalam Basel Accord II dijelaskan bahwa ada tiga pilar yang harus

dipenuhi yaitu kecukupan modal, proses pengawasan yang memastikan

kecukupan modal bank serta peningkatan peran publik yang disebut sebagai

disiplin pasar. Dalam Pilar 3 Basel Accord II, disiplin pasar bertujuan

mendorong peran publik untuk turut mengawasi bank. Prasyarat utama

tercapainya tujuan tersebut yaitu (a) tersedia informasi yang cukup bagi publik

mengenai kondisi bank, dan (b) kemampuan publik dalam menilai kondisi

bank melalui analisa atas informasi yang tersedia. Bank Indonesia bekerja

sama dengan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) 39 dan 32 dalam Pernyataan

Standard Akuntansi Indonesia (PSAK) No.50 dan 55 yang diimplikasikan

pada 1 Januari 2010. Sebagai tindak lanjut penerbitan PSAK tersebut, telah

disusun Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (Taswan,2010:151).

Pengambilan sampel bank umum didasarkan oleh peringkat sepuluh

besar bank terbesar di Indonesia tahun 2011 yang diumumkan oleh Bank

Indonesia meliputi PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk

(BRI), PT Bank Central Asia Tbk (BCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk

(BNI), PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Bank Danamon Indonesia Tbk, PT Pan

Indonesia Bank Tbk (Panin), PT Bank Permata Tbk, PT Bank Internasional

Indonesia Tbk (BII) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN).

Dari pengambilan sampel kemudian rasio-rasio tersebut yang dihitung

untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel dependen yaitu ROA (Return

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id47

On Aset) dengan variabel independen yaitu CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO,

dan LDR. Analisis penghitungan menggunakan analisis Regresi Panel Data.

Dari uraian diatas dapat digambarkan kerangka pemikiran mengenai

“ANALISIS PENGARUH CAMEL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

PADA BANK UMUM (BNI, BRI, BTN, BANK MANDIRI, BCA, BANK

DANAMON, BANK PERMATA, BII) TAHUN 2008-2011” sebagai berikut :

Bank Umum BNI, BRI, BTN Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata, dan BII Tahun 2008-2011

LAPORAN KEUANGAN

METODE CAMEL

VARIABEL VARIABEL

INDEPENDEN DEPENDEN

Analisis Rasio Keuangan

1. CAR 4. BOPO 2. NPL 5. LDR ROA

3.NIM

HASIL ANALISIS

KESIMPULAN

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id48

J. HIPOTESIS

Menurut Tulus Winarsunu (2007: 9), Hipotesis didefinisikan sebagai

suatu dugaan sementara yang diajukan seorang peneliti yang berupa

pernyataan-pernyataan untuk diuji kebenarannya. Berdasarkan kerangka

pemikiran di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

H1 : Diduga rasio keuangan CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR

berpengaruh secara signifikan terhadap ROA pada Bank Umum (BNI,

BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan

BII) Tahun 2008-2011.

H2 : Diduga terdapat variabel NIM yang paling dominan berpengaruh

terhadap ROA pada Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri,

BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tahun 2008-2011.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id49

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian / Desain Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah menganalisis tingkat

kesehatan bank melalui CAMEL untuk mengetahui kinerja perusahaan pada

Bank Umum (Bank Negara Indonesia/BNI, Bank Rakyat Indonesia/BRI, Bank

Tabungan Negara/BTN, Bank Mandiri, Bank Central Asia/BCA, Bank

Danamon, Bank Permata dan Bank Internasional Indonesia/BII) Tahun 2008-

2011.

Penelitian dilakukan dengan menentukan sampel bank-bank umum

yang akan diteliti meliputi Bank Negara Indonesia/BNI, Bank Rakyat

Indonesia/BRI, Bank Tabungan Negara/BTN, Bank Mandiri, Bank Central

Asia/BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan Bank Internasional

Indonesia/BII. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu laporan

keuangan triwulan keempat bank serta data-data mengenai bank yang diteliti

melalui situs pada masing-masing bank tersebut. Kemudian data keuangan

tersebut diolah dengan program eviews 5.1 untuk mengetahui pengaruh

variabel bebas (CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR) terhadap variabel

terikat (ROA). Setelah diketahui pengaruhnya kemudian dilakukan uji asumsi

klasik yaitu .

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id50

yang berpengaruh terhadap ROA pada Bank Umum (Bank Negara

Indonesia/BNI, Bank Rakyat Indonesia/BRI, Bank Tabungan Negara/BTN,

Bank Mandiri, Bank Central Asia/BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan

Bank Internasional Indonesia/BII) Tahun 2008-2011.

B. Jenis Dan Sumber Data

1. Jenis Data

Menurut Hadari Nawawi (1990: 96), di dalam penelitian pada

dasarnya jenis data dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :

a. Data Kualitatif

Data kualitatif dinyatakan dalam bentuk kalimat atau uraian

b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif dinyatakan dengan memberikan simbol angka secara

berjenjang dengan mempergunakan perhitungan statistik.

Dari penjelasan jenis data diatas, penelitian ini menggunakan data

kuantitatif dengan data angka dan menggunakan perhitungan statistik

dengan program eviews 5.1.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian dikelompokkan menjadi dua yaitu :

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id51

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan data yang diperoleh dengan cara

wawancara langsung dari objek penelitian.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan data yang diperoleh dari studi literatur,

serta media publikasi yang relevan.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder yaitu data dengan yang diperoleh dari penelitian sumber data dan

studi pustaka, diambil dari lembaga terkait seperti Bank Indonesia dan

sumber-sumber referensi studi kepustakaan seperti jurnal, artikel, surat

kabar, majalah, buku ataupun situs website yang mendukung.

Data sekunder yang digunakan adalah data Laporan Tahunan dalam

Laporan keuangan Triwulanan Kuartal 4 pada Bank Umum (Bank Negara

Indonesia/BNI, Bank Rakyat Indonesia/BRI, Bank Tabungan Negara/BTN,

Bank Mandiri, Bank Central Asia/BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan

Bank Internasional Indonesia/BII) tahun 2008-2011 di Indonesia sehingga

terdapat 32 observasi.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id52

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada suatu penelitian ada empat yaitu :

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana dilakukan dengan

peninjauan secara langsung atau melakukan pengamatan secara langsung

pada subyek penelitian.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpul data dengan cara mengadakan

tanya jawab secara langsung/tidak langsung kepada subyek penelitian.

3. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpul data dengan cara memberikan

pertanyaan secara tertulis kepada pihak yang berhubungan dengan

penelitian.

4. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data dengan cara membaca

dari literatur atau sumber lain yang berhubungan dengan penelitian.

Penelitian ini menggunakan studi pustaka dengan mengambil data

dari lembaga terkait seperti Bank Indonesia dan sumber-sumber referensi

studi kepustakaan seperti jurnal, artikel, surat kabar, majalah, buku ataupun

situs website yang mendukung.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id53

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Dalam suatu penelitian populasi dan sampel sangat diperlukan agar

tercapai tujuan penelitian. Populasi dan sampel yang diambil harus tepat.

Sampel yang diambil harus mewakili populasi yang diteliti.

1. Populasi

Ada beberapa pendapat dari para ahli tentang pengertian populasi.

Menurut Tulus Winarsunu (2007: 11), populasi adalah seluruh individu

yang dimaksudkan untuk diteliti, dan yang nantinya akan dikenai

generalisasikan. Generalisasi adalah suatu cara pengambilan kesimpulan

terhadap kelompok individu yang lebih luas jumlahnya berdasarkan data

yang diperoleh dari sekelompok individu yang sedikit jumlahnya. Menurut

Soeratno dan Lincolin Arsyad (1995: 109), populasi adalah jumlah

keseluruhan dari obyek yang diteliti.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa populasi adalah keseluruhan individu/obyek dari penelitian. Dalam

penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh bank umum yang

terdapat di Indonesia meliputi Bank Persero, BUSN Devisa, BUSN Non

Devisa, BPD, Bank Campuran dan Bank Asing.

2. Sampel

Sampel adalah sampel yang anggota-anggotanya mencerminkan

sifat dan ciri-ciri yang terdapat pada populasi (Tulus Winarsunu, 2007: 11).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Umum meliputi

Bank Negara Indonesia/BNI, Bank Rakyat Indonesia/BRI, Bank Tabungan

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id54

Negara/BTN, Bank Mandiri, Bank Central Asia/BCA, Bank Danamon,

Bank Permata dan Bank Internasional Indonesia/BII.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Sutrisno Hadi (2004: 83-84), teknik sampling dapat dibagi

menjadi dua yaitu :

a. Teknik Random Sampling

Random sampling adalah pengambilan sampel secara random/teknik

sembarang. Prosedur random sampling meliputi :

1) Cara Undian yaitu sampel diambil dengan cara diundi

2) Cara Ordinal yaitu pengambilan subyek dengan mengambil bernomor

genap,dan genap.

3) Cara Randomisasi dari tabel bilangan random

b. Teknik Non Random Sampling

Teknik non random sampling adalah semua sampling yang dilakukan

bukan dengan teknik random sampling. Teknik non random sampling

meliputi :

1) Teknik proportional sample yaitu cara pengambilan sampel dari tiap-

tiap sub populasi dengan memperhitungkan sub-sub populasi.

2) Teknik stratified sampling yaitu pengambilan sampel apabila populasi

terdiri dari susunan kelompok-kelompok yang bertingkat.

3) Teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan

ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah

diketahui sebelumnya.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id55

4) Teknik quota sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan

quantum.

5) Teknik double sampling yaitu cara pengambilan sampel yang

mengusahakan adanya sampel kembar.

6) Teknik area probability sampling yaitu cara pengambilan sampel

dengan cara pembagian sampel berdasarkan pada pembagian area.

7) Teknik cluster sampling yaitu pembagian sampel berdasarkan atas

kelompok yang ada pada populasi.

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah teknik non random dengan cara purposive sampling. Data yang

digunakan dalam penelitian telah ditentukan tujuan penelitian dengan

menggunakan data sekunder yaitu data yang didapat dari laporan triwulan

kuartal empat dari website Bank Umum (Bank Negara Indonesia/BNI, Bank

Rakyat Indonesia/BRI, Bank Tabungan Negara/BTN, Bank Mandiri, Bank

Central Asia/BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan Bank Internasional

Indonesia/BII) selama tahun 2008 sampai 2011.

Menurut Tulus Winarsunu (2007), Teknik sample purposive

dikenakan pada sample yang karakteristiknya sudah ditentukan dan

diketahui terlebih dahulu berdasarkan ciri dan sifat populasinya. Peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data menggunakan Teknik Sample

Purposive karena peneliti ingin mengetahui Bank Umum yang termasuk

dalam sepuluh besar bank yang terbesar di Indonesia (Bank Negara

Indonesia/BNI, Bank Rakyat Indonesia/BRI, Bank Tabungan Negara/BTN,

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id56

Bank Mandiri, Bank Central Asia/BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan

Bank Internasional Indonesia/BII) memiliki kinerja perusahaan yang baik

dalam kegiatan operasionalnya.

Berdasarkan detikfinance, pengumuman daftar statistik perbankan

oleh Bank Indonesia yaitu daftar 10 bank terbesar di Indonesia berdasarkan

jumlah asetnya pada tahun 2011. Aset 10 bank tersebut berjumlah Rp

2.312,336 triliun atau 63,3% dari total aset perbankan yang mencapai Rp

3.652,832 triliun. Berikut daftar 10 bank terbesar di Indonesia di 2011:

1. PT Bank Mandiri Tbk dengan aset Rp 493,05 triliun (13,5% dari seluruh

total aset perbankan)

2. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dengan aset Rp 456,382 triliun

(12,49%)

3. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dengan aset Rp 380.927 triliun

(10,43%)

4. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dengan aset Rp 289,458 triliun

(7,92%)

5. PT Bank CIMB Niaga Tbk dengan aset Rp 164,247 triliun (4,5%)

6. PT Bank Danamon Indonesia Tbk dengan aset Rp 127,128 triliun

(3,48%)

7. PT Pan Indonesia Bank Tbk (Panin) dengan aset Rp 118,991 triliun

(3,26%)

8. PT Bank Permata Tbk dengan aset Rp 101,54 triliun (2,78%)

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id57

9. PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) dengan aset Rp 91,335 triliun

(2,5%)

10. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) dengan aset Rp 89,277 triliun

(2,44%).

E. Definisi Operasional Variabel

Menurut Sumadi (2003: 29), definisi operasional adalah definisi yang

didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati

(diobservasi).

Variabel penelitian diartikan suatu konsep yang mempunyai variasi

atau keragaman. Variabel penelitian meliputi variabel dependen/terikat dan

variabel independen/bebas (Tulus Winarsunu, 2007: 3-4).

1. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang berubah karena pengaruh

variabel bebas disebut sebagai variabel terikat atau disebut juga sebagai

variabel tergantung, variabel efek, variabel tak bebas, variabel terpengaruh

atau dependent variable atau biasanya diberi lambang sebagai variable Y.

Dalam penelitian ini, variabel terikat adalah Return on Asset (ROA). Rasio

Return on Asset digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank

dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Rasio Return on Asset

atau ROA mengindikasikan kemampuan bank menghasilkan laba dengan

menggunakan asetnya. Semakin besar rasio ini semakin baik kinerja bank.

LabaSebelumPajak ROA = ´100% Rata - rataTotalAsset

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id58

2. Variabel bebas

Variabel bebas disebut juga variabel pengaruh, variabel perlakuan,

variabel kuasa, variabel treatment, independent variable atau biasanya

disingkat variabel χ adalah suatu variabel yang apabila dalam suatu waktu

berada bersamaan dengan variabel lain, maka variabel itu (diduga) akan

dapat berubah dalam keragamannya. Variabel bebas yang digunakan adalah

sebagai berikut :

1. CAR (Capital Adequacy Ratio)

Penilaian tersebut didasarkan pada CAR (Capital Adequacy Ratio)

yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu perbandingan antara Modal

dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko. Semakin tinggi rasio CAR

mengindikasikan bank tersebut semakin sehat permodalannya.

Pemenuhan CAR minimum 8% mengindikasikan bank mematuhi

regulasi permodalan.

ModalInti Formula CAR = ´100% atau ATMR

EquityCapital - FixedAsset CAR = ´100% TotalLoan+ Securities

2. NPL (Non Performing Loan)

Faktor Kualitas Aktiva Produktif diukur dengan NPL (Non

Performing Loan). Rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen bank

dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Rasio itu

dirumuskan sesuai dengan SE BI No 3/30DPNP tanggal 14 Desember

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id59

2001. Rasio ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi rasio NPL

menunjukkan semakin buruk kualitas kreditnya.

KreditBermasalah NPL = TotalKredit

3. ROE (Return on Earnings)

Rasio Return on Equity digunakan untuk mengukur kemampuan

bank dalam memperoleh keuntungan bersih dikaitkan dengan

pembayaran dividen. Rasio Return on Equity atau ROE mengindikasikan

kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan menggunakan

ekuitasnya. Semakin besar rasio ini semakin baik kinerja bank.

LabaSetelahPajak ROE = ´100% Rata - rataModalInti

4. NIM (Net Interest Margin)

Rasio Net Interest Margin (NIM) yaitu perbandingan antara

pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata aktiva produktif. Rasio ini

mengindikasikan kemampuan bank menghasilkan pendapatan bunga

bersih dengan penempatan aktiva produktif. Semakin besar rasio ini

semakin baik kinerja bank dalam menghasilkan bunga. Namun harus

dipastikan bukan karena biaya intermediasi yang tinggi, asumsinya

pendapatan bunga harus ditanamkan kembali untuk memperkuat modal.

pendapatan BungaBersih NIM = ´100% TotalPendapa tan Operasional

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id60

5. Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional

(BOPO)

Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional

(BOPO). Rasio ini mengindikasikan efisiensi operasional bank. Semakin

tinggi rasio ini menunjukkan semakin tidak efisien biaya operasional

bank.

TotalBebanOperasional BOPO = ´100% TotalPendapa tan Operasional

6. LDR (Loan to Deposit Ratio)

Rasio Likuiditas atau Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah

perbandingan kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga. Semakin

besar rasio ini mengindikasikan bank semakin kecil likuiditasnya,

sebaliknya semakin kecil rasio ini semakin besar dana pihak ketiga yang

tidak digunakan untuk penempatan ke kredit (banyak dana menganggur).

Oleh karena itu disarankan rasio ini yang paling tepat antara 89% hingga

115%.

Kredit LDR = ´100% DanaPihakKetiga

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis Regresi Data Panel

Data panel biasa disebut data longitudinal atau data runtun waktu

silang (cross-sectional time series), yang diamati pada dua periode waktu

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id61

atau lebih yang diindikasikan dengan penggunaan data time series

(http://statistik4life.blogspot.com). Keuntungan dari Data Panel (Baltagi

dalam Angelina Ika Rahutami, 2011: 35)

a. Panel data estimation dapat mencakup masalah heterogenitas

b. Panel data memberikan informasi lebih banyak, lebih bervariasi,

mempersedikit kolinieritas antar variabel, dan lebih efisien

c. Panel data lebih baik digunakan untuk melihat perubahan yang bersifat

dinamik.

d. Panel data dapat mendeteksi dan mengukur efek lebih baik.

e. Panel data memungkinkan kita untuk meneliti model yang lebih

kompleks à behavioral models

f. Panel data dapat meminimalkan bias

g. Menghindari masalah multikolinieritas

Pendekatan estimasi Regresi Data Panel ada tiga yaitu

(http://teorionline.wordpress.com) :

1. Common Effect

Teknik yang digunakan dalam metode Common Effect dengan

mengkombinasikan data time series dan cross section. Dengan

menggabungkan kedua jenis data tersebut maka dapat digunakan metode

OLS untuk mengestimasi model data panel. Dalam pendekatan ini tidak

memperhatikan dimensi individu maupun waktu, dan dapat diasumsikan

bahwa perilaku data antar perusahaan sama dalam berbagai rentang

waktu. Dalam penelitian ini menggunakan teknik metode ini.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id62

Menurut Rosadi (2012: 271) Secara umum bentuk regression

pooling yang dapat digunakan adalah sebagi berikut :

yti = xti bti + e ti

Dimana :

yti = observasi dari unit ke I dan diamati pada periode waktu ke t (yakni

variable dependen)

xti = konstanta variable-variabel dependendari unit ke i dan diamati pada

periode waktu ke t

βti = β, yakni pengaruh dari perubahan dalam X diasumsikan bersifat

konstan dalam waktu dan kategori cross-section.

εti = komponen error yang diasumsikan memiliki harga mean 0 dan

variansi homogen dalam waktu (homokedastik) serta independen

dengan Xit.

2. Fixed Effect

Metode dengan menggunakan variabel dummy untuk

menangkap adanya perbedaan intersep. Metode ini mengasumsikan

bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu,

namun intersepnya berbeda antar perusahaan namun sama antar waktu

(time invariant). Namun metode ini membawa kelemahan yaitu

berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya

mengurangi efisiensi parameter.

Menurut Rosadi (2012: 271) Secara umum bentuk model Fixed

Effect yaitu

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id63

y = x b + c + d + e ti ti ti i i ti

Dimana :

ci adalah konstanta yang bergantung kepada unit ke i, tetapi tidak kepada

waktu t

di adalah konstanta yang bergantung kepada waktu t, tapi tidak kepada

unit i.

Apabila model memuat komponen ci dan di, maka model

tersebut disebut dengan two-ways fixed-effect (efek tetap dua arah),

sedang apabila dt =0 atau ci =0, maka model disebut model one way fixed

effect (efek tetap satua arah). Untuk model fixed effect satu arah

diasumsikan bahwa komponen dt =0, yakni memiliki model

yti = xti bti + ci + e ti

3. Random Effect

Tenik yang digunakan dalam Metode Random Effect adalah

dengan menambahkan variabel gangguan (error terms) yang mungkin

saja akan muncul pada hubungan antar waktu dan antar kabupaten/kota.

Teknik metode OLS tidak dapat digunakan untuk mendapatkan estimator

yang efisien, sehingga lebih tepat untuk menggunakan Metode

Generalized Least Square (GLS).

Menurut Rosadi (2012: 271) Secara umum bentuk model

Random Effect yaitu

yti = xti bti + vti

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id64

Dimana vti adalah ci + di + εti. ci diasumsikan bersifat independent and

2 identically distributed (iid) normal dengan mean 0 dan variansi σ c, dt

2 diasumsikan bersifat iid normal dengan mean 0 dan variansi σ d, εti

bersifat iid normal dengan mean 0 dan variansi σ2 (dan ε , c , dan d ε ti i i

diasumsikan independen satu dengan lainnya).

Pengujian Model Regresi Data Panel Terbaik meliputi :

1. Common Effect VS Fixed Effect

Pengujian ini digunakan untuk memilih model mana yang lebih

cocok antara Common Effects ataukah Fixed Effects, dapat digunakan Uji

Chow (Chow Test) atau Restricted F-Test.

Cara lain dapat juga dilakukan dengan menggunakan Uji

Statistik F (http://ferdifadly.blogspot.com) sebagai berikut :

a. Ho : Model Common Effects lebih baik daripada Fixed Effects

H1 : Model Fixed Effects lebih baik daripada Common Effects

b. Tingkat signifikansi : α=5%

c. Kriteria Pengambilan Keputusan : Ho ditolak jika

F > F ;(N -1), (NT - N - k) HITUNG a

F > F ;(8 -1),(8.4 - 8 - 6) HITUNG 0,05

FHITUNG > F0,05 ;(7),(18)

FHITUNG > Ftabel;2,58 atau jika P-value ≤ α (0,05)

d. Statistik Uji :

(RSS1 - RSS2 )/(N -1) FHITUNG = (RSS2 )/(NT - N - k)

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id65

Dimana : N = jumlah individu

T = jumlah series (tahun)

k = jumlah parameter bebas

RSS = residual sum of square Common Effects Models 1

RSS2 = residual sum of square Fixed Effects Models

e. Keputusan : FHITUNG < Ftabel;2,58 ; FHITUNG < 2,58

Dan p-value > 5% maka Ho diterima.

f. Kesimpulan : Dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat disimpulkan

bahwa Model Common Effects lebih baik daripada Fixed Effects

2. Fixed Effects VS Random Effects

Pengujian ini digunakan untuk memilih model mana yang lebih

cocok antara Fixed Effects ataukah Random Effects, dapat digunakan Uji

Hausman (Hausman’s Test), yaitu sebagai berikut :

a. Ho : Hasil estimasi menggunakan Random Effects tidak berbeda

dengan jika menggunakan Fixed Effects

H1 : Hasil estimasi dengan menggunakan Model Fixed Effects

dibandingkan dengan Random Effects menunjukkan perbedaan yang

signifikan

b. Tingkat signifikansi : α =5%

2 2 c. Kriteria Pengambilan Keputusan : Tolak Ho jika c obs = c a: p atau jika

P-value ≤ α

p = jumlah variabel bebas

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id66

d. Statistik Uji :

2 -1 c obs = (b - b GLS )y (b - b GLS )

e. Keputusan : P-value > α ; P-value > 0,05

f. Kesimpulan : Dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat disimpulkan

bahwa Model Fixed Effects berbeda dengan model Random Effects

Analisis data dalam penelitian ini dengan dilakukan metode analisis

regresi data panel untuk mengetahui bagaimana pengaruh variable CAR, NPL,

ROE, NIM, BOPO dan LDR terhadap ROA sehingga dapat mengetahui kinerja

bank. Maka persamaan regresi data panel adalah :

ROA = a 0 +a1CAR +a 2 NPL +a 3ROE +a 4 NIM +a 5 BOPO +a 6 LDR + e t

Keterangan :

ROA = Return On Asset NIM = Net Income Margin

CAR = Capital Adequacy Ratio BOPO = Rasio Biaya Operasional

NPL = Non Performing Loan terhadap Pendapatan Operasional

ROE = Return On Equity LDR = Loan to Deposit Ratio

Langkah-langkah Model Panel Data (http://forum-

ekonometrika.blogspot.com/2009/05/panel-data-dg-eviews.html) :

Secara ringkas step-stepnya Panel Data (Statis) adalah sebagai berikut:

1. Estimasi dengan Fixed Efect.

2. Uji Chow-test (Pool Vs Fixed efek).

a. Jika Ho diterima, maka model pool (common). (selesai sampai disini).

b. Jika Ho ditolak, maka model Fixed efek. (teruskan step 3)

3. Estimasi dengan Random Efek.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id67

4. Uji Hausman (random Vs Fixed).

a. Jika Ho: diterima, maka model random efek (selesai sampai disini).

b. Jika Ho: ditolak, maka model fixed efek (lanjutkan step 5)

5. Uji LM test: adanya herosedastisity antar kelompok individu (crossection).

Ho: Homosedastik ; H1: Heterosedastik

a. Jika Ho diterima, maka model homosedastik (selesai)

b. Jika Ho ditolak, maka model heterosedastik. Solusi: dengan Crossection

Weight (dan lanjutkan step 6)

6. Uji LR test: adanya heterosedastik dan otokorelasi antar kelompok individu

(crossection).

Ho: Struktur heterosedastik ; H1: struktur SUR

a. Jika Ho diterima, maka model herosedastik. Solusi: dengan Crossection

Weigth (sama dengan 5.b)

b. Jika Ho ditolak, maka model SUR. Solusi: dengan Crossection SUR.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual

terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki

nilai residual yang terdistribusi normal. Pengujian normalitas yang

dengan alat analisis EViews menggunakan dua cara yaitu dengan

histogram dan uji Jarque-Bera. Untuk mendeteksi normalitas pada

penelitian ini dapat diuji dengan Jarque-Bera.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id68

Menurut Gujarati (2006 : 165) yang menyatakan bahwa jika

nilai chi-square yang dihitung lebih besar daripada nilai chi-square kritis

untuk d.k.2 pada tingkat signifikansi yang dipilih, maka menolak

hipotesis nol yang menyatakan distribusi normal; namun jika nilai chi

squre yang dihitung tidak lebih besar dari nilai chi-square kritisnya maka

tidak menolak hipotesis nol.

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan nilai Jarque-

2 Bera dengan χ tabel. Pada persamaan dalam regresi data panel mempunyai

df = 26, (n-k) = (32-6) dengan α = 5% sehingga diperoleh 38,885. Karena

2 2 2 χ hitung < χ < χ tabel. Kesimpulannya residual µ terdistribusi normal.

b. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

korelasi berantai atau otokorelasi di antara gangguan ui yang memasuki

fungsi regresi populasi/Population Regression Function, PRF (Gujarati,

2006: 112). Menurut Wing Wahyu Winarno, 2011: 5.27, cara

pengidentifikasian otokorelasi ada dua yaitu :

1) Uji Durbin-Watson

2) Uji Breusch-Godfrey

Dalam penelitian ini untuk mendeteksi autokorelasi adalah

dengan uji Breusch-Godfrey. Nama lain uji ini adalah uji Lagrange-

Multiplier/Pengganda Lagrange (LM).

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id69

c. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Gujarati (2006 : 82) Uji heteroskedastisitas adalah

untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu

ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi

persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut

homoskedastisitas.

Cara mendeteksi Heteroskedastisitas meliputi :

1) Metode Grafik yaitu metode dengan cara memetakan (ploting) residu-

residu terhadap observasinya sendiri.

2) Uji Park yaitu metode dengan cara mendapatkan residu ei,

dikuadratkan dan dihitung nilai log nya.

3) Uji Glejser yaitu metode dengan mempertimbangkan regresi residu ei,

terhadap variable X yang dianggap berhubungan dekat dengan varians

2 heteroskedastis σi .

4) Uji White

5) Uji Korelasi Peringkat Spearman

6) Uji Homogenitas Varians Bartlett

7) Uji Peak

8) Uji Breusch-Pagan

9) Uji CUSUMSQ

Uji statistik yang digunakan dalam uji heteroskedastisitas adalah

uji White. Beberapa alternatif solusi jika model menyalahi asumsi

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id70

heteroskedastisitas adalah dengan mentransformasikan ke dalam bentuk

logaritma, yang hanya dapat dilakukan jika semua data bernilai positif.

Atau dapat juga dilakukan dengan membagi semua variabel dengan

variabel yang mengalami gangguan heteroskedastisitas.

d. Uji Multikolinieritas

Menurut Wing Wahyu Winarno, 2011: 5.1, Uji multikolinearitas

adalah kondisi adanya hubungan linier antarvariabel independen. Kondisi

terjadinya Multikolinieritas ditunjukkan dengan (Gujarati, 2006: 68) :

1) Nilai R2 tinggi, tetapi sedikit rasio t signifikan.

2) Korelasi berpasangan yang tinggi di antara variable-variabel penjelas.

3) Pengujian korelasi parsial

4) Regresi subsider atau tambahan

Dengan melakukan regresi auxiliary yaitu meregresikan masing-

masing variable-variabel X yang lain dan menghitung R2. Menurut

Wing Wahyu Winarno, 2011: 5.1, Regresi ini dapat digunakan untuk

mengetahui hubungan antara dua (atau lebih) variable independen

yang secara bersama-sama (misal x2 dan x3) mempengaruhi satu

variable independen yang lain (misal x1).

Beberapa alternatif cara untuk mengatasi masalah

multikolinieritas adalah sebagai berikut:

1. Mengganti atau mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi

yang tinggi.

2. Menambah jumlah observasi.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id71

3. Mentransformasikan data ke dalam bentuk lain, misalnya logaritma

natural, akar kuadrat atau bentuk first difference delta.

3. Pengujian Secara Parsial ( Uji t)

Uji t bertujuan untuk melihat signifikasi pengaruh variable independen

terhadap variable dependen secara individual. Parameter suatu variable

dikatakan mempunyai pengaruh signifikan jika nilai thitung suatu variable

lebih besar dari nilai ttabel. Langkah-langkah dalam menguji t adalah sebagai

berikut :

a. Merumuskan Hipotesis

Ho : β = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antar variabel

independen (X) terhadap variabel dependen (Y). CAR, NPL, ROE,

BOPO, LDR, dan NIM secara parsial tidak berpengaruh terhadap ROA

Ha : β ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

independen (X) terhadap variabel dependen (Y). CAR, NPL, ROE,

BOPO, LDR, dan NIM secara parsial berpengaruh terhadap ROA.

b. Menentukan Tingkat Signifikan

Tingkat signifikan pada penelitian ini adalah 5%, artinya risiko kesalahan

mengambil keputusan adalah 5%.

c. Pengambilan Keputusan

1) Jika probabilitas (sig t) > α (0,05) maka Ho diterima, artinya tidak ada

pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel independen (X)

terhadap variabel dependen (Y)

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id72

2) Jika probabilitas (sig t) < α (0,05) maka Ho ditolak, artinya ada

pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel independen (X)

4. Pengujian Secara Simultan (Uji f)

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variable independen secara

bersama-sama terhadap variable independen dengan penghitungan statistik.

Dalam persamaan tersebut menggunakan taraf keyakinan 95% (α = 5%),

dengan df = 26 (n-k = 32-6 = 26). Langkah-langkah Uji F sebagai berikut :

a. Menentukan Hipotesis

Ho : β = 0, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen

Ha : β ≠ 0, artinya variabel independen secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b. Menentukan Tingkat Signifikan

Tingkat signifikan pada penelitian ini adalah 5% artinya risiko kesalahan

mengambil keputusan 5%.

c. Pengambilan Keputusan

1) Jika probabilitas (sig F) > α (0,05) maka Ho diterima, artinya tidak ada

pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variable

dependen.

2) Jika probabilitas (sig F) < α (0,05) maka Ho ditolak, artinya ada

pengaruh yang signifikan dari variabel independent terhadap variabel

dependen.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id73

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Sejarah Perbankan di Indonesia

Menurut Bank Indonesia (www.bi.go.id), sejarah perbankan di Indonesia

dibagi menjadi beberapa periode yaitu:

a. Periode tahun 1953-1959

Ada dua hal yang menonjol dalam sejarah dan perkembangan perbankan

Indonesia hingga 1959 yaitu

1) Dimulainya sistem pengawasan bank tahun 1955

Saat kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI) pada 17 Agustus 1950, struktur perekonomian Indonesia,

masih didominasi oleh struktur kolonial. Bank Indonesia lahir setelah

berlakunya Undang-Undang (UU) Pokok Bank Indonesia pada 1 Juli

1953 dengan di nasionalkan Javasche Bank pada tahun 1951. Sesuai

dengan UU tersebut, BI sebagai bank sentral bertugas untuk

mengawasi bank-bank.

Namun demikian, aturan pelaksanaan ketentuan pengawasan

tersebut baru ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 1/1955

yang menyatakan bahwa BI, atas nama Dewan Moneter, melakukan

pengawasan bank terhadap semua bank yang beroperasi di Indonesia,

guna kepentingan solvabilitas dan likuiditas badan-badan kredit

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id74

tersebut dan pemberian kredit secara sehat yang berdasarkan asas-asas

kebijakan bank yang tepat. Dari pengawasan dan pemeriksaan BI,

terungkap berbagai praktik yang tidak wajar yang dilakukan, seperti

penyetoran modal fiktif atau bahkan praktik bank dalam bank. Untuk

mengatasi kondisi perbankan itu, dikeluarkan Keputusan Dewan

Moneter No. 25/1957 yang melarang bank-bank untuk melakukan

kegiatan di luar kegiatan perbankan.

2) Menurunnya peran bank-bank asing dalam pembiayaan sektor swasta

sehingga bank-bank nasional semakin giat berkiprah dalam

pembangunan ekonomi nasional.

Perkembangan perbankan di Indonesia, tidak bisa lepas dari

sejarah jaman Hindia Belanda yaitu bank yang pertama didirikan

adalah Bank Van Leening tahun 1746, Nederlandsche Handel

Maatschapij berdiri tahun 1824, kemudian didirikan De Javasche

Bank tahun 1828, Escomptobank tahun 1857 dan Nederlandsche

Indische Handelsbank tahun 1864.

Di samping bank Belanda, juga berdiri bank asing lain seperti,

The Chartered Bank of India, and China tahun 1859,

Hongkong and Shanghai Banking Corporation di tahun 1884, Bank of

China tahun 1915, Yokohama Specie Bank tahun 1919, kemudian

Mitsui Bank 1925.

Bank-bank lokal ikut bermunculan, seperti Bank Vereeniging

Oey Tiong Ham tahun 1906 di , Chung Hwa Shangieh

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id75

Maatschapij tahun 1913 di Medan, Batavia Bank tahun 1918 di

Batavia dan Spaarbank atau Bank Tabungan di berbagai kota.

Bangkitnya semangat kebangsaan turut memunculkan bank-bank

nasional yang dimulai oleh Bank Nasional Indonesia pada tahun 1928

di Surabaya.

Bank-bank pemerintah yang didirikan setelah era tersebut antara

lain Bank Negara Indonesia tahun 1946, Bank Rakyat Indonesia yang

juga didirikan tahun 1946, Bank Tabungan Pos yang merupakan

kelanjutan kegiatannya di jaman penjajahan diaktifkan kembali tahun

1950, kemudian didirikan Bank Industri Negara tahun 1955, serta

Bank Tani dan Nelayan di tahun 1957.

Di samping bank, terdapat satu yayasan yang didirikan tahun

1950 dan berperan memberi jaminan terhadap nasabah bank yang

meski potensial tetapi tidak memenuhi standar kelayakan dari bank.

Yayasan Pemusatan Jaminan Kredit Rakyat ini kemudian melakukan

efisiensi kinerja di tahun 1956 dan berganti nama dengan Yayasan

Lembaga Jaminan Kredit. Pada akhir tahun 1951, dengan perantaraan

yayasan, kredit yang disediakan untuk 44 nasabah dengan nilai Rp 2,7

juta,- dan perusahan-perusahaan ekspor, impor dan pengangkutan

untuk 26 nasabah nilai pinjaman Rp 4,7 juta,-.

Pada November 1957, diadakan Musyawarah Nasional

Pembangunan (MUNAP) yang antara lain memutuskan

pengambilalihan perusahaan-perusahaan milik Belanda, termasuk

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id76

bank. Ada beberapa bank Belanda di tahun 1959 hingga 1960 seperti:

Nationale Handels Bank NV yang berubah menjadi Bank Umum

Negara (BUNEG kemudian menjadi Bank Bumi Daya) pada tahun

1959, Escomptobank berubah nama menjadi Bank Dagang Negara

dan Nederlandsche Handels Maatschappij (NHM) Bank Koperasi

Tani dan Nelayan (BKTN) dan kemudian menjadi Bank Ekspor Impor

Indonesia (BEII).

b. Periode tahun 1959-1966

Ada lima hal yang menonjol dalam sejarah dan perkembangan perbankan

Indonesia hingga 1966 yaitu

1) Pembentukan Bank Tunggal

Pada masa ekonomi terpimpin, untuk mencapai tujuan revolusi

Bank Indonesia dan perbankan termasuk dalam jajaran yang dituntut

berperan sebagai alat revolusi. Tuntutan itu secara nyata ditandai

dengan munculnya doktrin "bank berdjoang" dan bank tunggal.

Dalam kaitannya dengan penyelesaian proses nasionalisasi,

sering terjadi perubahan pada bank-bank pemerintah. Perubahan

tersebut terjadi dalam bentuk peleburan antarbank, seperti BRI dan

Bank Tani dan Nelayan ke dalam Bank Koperasi, Tani dan Nelayan

(BKTN), kemudian NHM ke dalam BKTN, atau antara Bapindo dan

Bank Industri Negara (BIN). Perubahan nama juga terjadi, seperti

Bank Tabungan Pos menjadi Bank Tabungan Negara. Pada 1964,

dilaksanakan Musyawarah Bank Berjuang Sabang-Merauke untuk

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id77

memposisikan perbankan dalam mendukung pelaksanaan

Pembangunan Nasional Semesta Berencana. Tindak lanjut dari

musyawarah tersebut adalah proses integrasi antara Bank Indonesia

dengan bank pemerintah dalam bank tunggal. Maksud pembentukan

bank tunggal adalah agar kebijakan pemerintah di bidang moneter dan

perbankan dapat dijalankan secara efisien, efektif, dan terpimpin.

Bank tunggal didirikan pada tanggal 17 Agustus 1965. Sejak

saat itu, Indonesia hanya mempunyai tiga bank pemerintah, yaitu

Bank Negara Indonesia (bank tunggal), Bank Dagang Negara, dan

Bank Pembangunan Indonesia, akan tetapi secara operasional di

samping BNI Unit I sebagai bank sentral, masih terdapat 6 bank

pemerintah yang berjalan sesuai dengan fungsi masing-masing (BNI

Unit II (BKTN), BNI Unit III (BNI), BNI Unit IV (BUNEG), BNI

Unit V (BTN), BDN, dan Bapindo).

2) Penghentian sementara kesempatan untuk mendirikan bank umum dan

bank tabungan swasta nasional baru

Pada periode ini, pemerintah menghentikan untuk sementara

perijinan bagi pendirian bank umum dan bank tabungan swasta akibat

adanya peninjauan kembali jumlah bank swasta serta adanya gejala

persaingan tidak sehat antar bank.

Salah satu dampak dari kebijakan sanering uang yang dilakukan

pemerintah pada tanggal 25 Agustus 1959 adalah timbulnya kesulitan

likuiditas yang dialami oleh bank-bank sehingga untuk memenuhi

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id78

kewajiban-kewajiban membayarnya mereka terpaksa meminta kredit

likuiditas dari Bank Indonesia. Sehubungan dengan perkembangan

tersebut, serta mengingat banyaknya jumlah bank swasta nasional

yang telah beroperasi sehingga gejala-gejala persaingan yang tidak

sehat.

3) Penerbitan ketentuan pokok bagi Bank Pembangunan Daerah (BPD),

hingga ketentuan tentang cek kosong dan rahasia bank

Pemerintah melakukan upaya dengan dibentuknya Bank

Pembangunan Daerah yang disusul dengan perubahan ketentuan

modal disetor minimum bank umum swasta. Pada tahun 1964

perijinan dibuka kembali, tetapi bagi bank umum hanya terbatas pada

daerah-daerah di luar kota-kota besar (Jakarta, Surabaya, Semarang,

Bandung, Medan, Palembang, dan Makassar), sedangkan bagi bank

tabungan terbuka untuk semua tempat.

Berkaitan dengan bank asing, telah dibuka kembali kesempatan

membuka cabang/perwakilan bank asing dan hanya terbatas di Jakarta

serta tidak boleh menarik dana dari masyarakat dalam negeri melalui

giro dan deposito. Kelonggaran pembukaan bank tersebut juga diikuti

dengan ketentuan bahwa semua saham harus dikeluarkan atas nama

WNI atau badan hukum Indonesia yang dimiliki oleh WNI. Ketentuan

itu dikeluarkan untuk mencegah penyusupan unsur asing dan

menghindari dominasi kelompok tertentu atas bank swasta nasional.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id79

Menurut Perpu No. 23/1960, pemerintah memberikan kepastian

hukum bagi masyarakat dalam menjamin kerahasiaan atas simpanan

dan berbagai jenis hubungan transaksi mereka dengan bank. Hal itu

ditempuh untuk mengantisipasi kurangnya minat masyarakat untuk

menyimpan dananya kepada perbankan. Padahal, pengumpulan dana

dari masyarakat dibutuhkan guna disalurkan kepada sektor-sektor

produktif dalam pembangunan ekonomi.

Salah satu kasus yang dijumpai dalam pemeriksaan bank adalah

mengenai cek kosong. Atas dasar temuan tersebut, para pengawas

menyusun pemikiran dan saran disertai konsep rancangan undang-

undang untuk mengubah landasan hukum atas cek.

Inti pokok pemikiran dan rancangan undang-undang termaksud

adalah untuk mendudukkan perbuatan penarikan cek kosong sebagai

perbuatan yang bersifat pidana. Di samping hal tersebut, diusulkan

pula agar kewajiban penarik cek untuk menyediakan dana bukan

hanya pada saat cek diuangkan di bank, tetapi harus telah tersedia

dananya sejak tanggal cek ditarik hingga diuangkan. Usulan tersebut

kemudian ditindaklanjuti oleh Menteri UPBMS dan setelah melalui

pembahasan di DPR akhirnya keluarlah UU No. 17/1964 tentang

larangan penarikan cek kosong.

4) Pemisahan secara tegas tugas pelaksanaan pengawasan bank, yang

menjadi wewenang Bank Indonesia

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id80

Berdasarkan Keputusan Presiden No. 94/1962 mengenai

regrouping kabinet antara lain menetapkan kedudukan Gubernur Bank

Indonesia setara dengan menteri dengan sebutan Menteri Urusan Bank

Sentral (MUBS). Menteri ini tidak mempunyai suatu departemen

tersendiri tetapi lembaga yang digunakan tetap Bank Indonesia.

Dengan terjadinya perubahan struktural tersebut maka Dewan

Moneter dinonaktifkan dan segala wewenang dari dewan tersebut

pindah ke kabinet.

Periode ini kebijakan pengawasan bank tetap didasarkan atas

Peraturan Pemerintah No.1/1955 tentang pengawasan urusan kredit

yang merupakan wewenang Bank Indonesia (BNI Unit I) untuk

mengatur operasi bank berdasarkan prinsip-prinsip perbankan yang

sehat, baik dilihat dari aspek likuiditas, solvabilitas, kebijakan

pemberian kredit maupun kepatuhannya terhadap ketentuan-ketentuan

yang berlaku.

Pelaksanaan tugas pengawasan bank telah mulai dipisahkan

secara tegas sehingga pemeriksa bank hanya mengkhususkan pada

tugas pemeriksaan bank, dan pengawasan tidak langsung dilaksanakan

oleh petugas yang terpisah dari pemeriksaan bank. Hasil pengawasan

perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam periode ini

menjadi bahan yang mendorong otoritas pengawasan perbankan untuk

mengeluarkan ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan pengaturan

kelembagaan atau kegiatan operasional bank.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id81

5) Inflasi yang tinggi, jumlah kredit yang dikucurkan perbankan

meningkat rata-rata 101,4% per tahun.

Jumlah kredit perbankan di Indonesia selama periode 1960-1965

berkembang dari Rp 27.809,8 juta pada tahun 1960 menjadi Rp

821.517,8 juta pada tahun 1965 dengan pertumbuhan rata-rata 101,4%

per tahun. Pertumbuhan yang pesat tersebut terutama disebabkan oleh

makin tingginya inflasi dalam periode ini. Dalam situasi inflasi yang

tinggi, biaya produksi perusahaan-perusahaan meningkat karena

kenaikan harga bahan baku dan bahan pembantu, sehingga permintaan

kredit dari dunia usaha meningkat.

Pada waktu itu banyak pula debitur bank yang memanfaatkan

inflasi yang tinggi untuk mendapatkan keuntungan dengan melakukan

spekulasi jual beli barang dengan menggunakan kredit bank. Pada

tahun 1965 bank umum menguasai pangsa sebesar 98,2% dari seluruh

kredit perbankan, sedangkan bank tabungan dan bank pembangunan

masing-masing hanya menguasai pangsa sebesar 0,2% dan 1,6%.

c. Periode tahun 1966-1983

Ada tiga hal yang menonjol dalam sejarah dan perkembangan perbankan

Indonesia hingga 1983 yaitu

1) Pembubaran bank tunggal

Penataan kembali perbankan dilakukan melalui Undang-Undang

(UU) No. 14/1967 tentang pokok-pokok perbankan tanggal 30

Desember 1967 dan penataan kembali Bank Indonesia melalui UU

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id82

No. 13/1968 tentang bank sentral tanggal 7 Desember 1968. Sejak saat

itu Bank Tunggal atau Bank Negara Indonesia yang dibentuk pada

tahun 1965 dipecah kembali sesuai dengan kedudukan bank seperti

sebelumnya.

Bank-bank pemerintah pada saat itu terdiri atas bank sentral

(Bank Indonesia), Bank Negara Indonesia (BNI) 1946, Bank Bumi

Daya (BBD), Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Rakyat Indonesia

(BRI), Bank Ekspor Impor Indonesia, Bank Dagang Negara (BDN),

dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) yang sebelumnya tidak

tergabung dalam bank tunggal. Pada tahun 1967, menjelang kelahiran

UU Perbankan 1967, dilakukan pembentukan Badan Musyawarah

Perbankan (BMP) yang membantu pemerintah dalam merumuskan

ketentuan tentang tata cara pendirian bank, konsep peraturan kliring

baru, dan pendekatan guna penyelesaian permasalahan perdata dalam

perbankan.

Sejalan dengan era pemerintahan baru yang menitikberatkan

pada pembangunan ekonomi dengan target trilogi pembangunan,

maka arah kebijakan pengawasan bank juga tertuju untuk mendukung

pencapaian target itu. Sebagai langkah awal, pada tahun 1966 era

Bank Tunggal diakhiri dengan cara dipecah-pecah menjadi bank-bank

individual. Selanjutnya bank-bank milik Pemerintah masing-masing

diberi misi yang terfokus pada sektor ekonomi tertentu sesuai

Undang-Undang masing-masing bank yang bersangkutan. Langkah

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id83

berikutnya, peranan perbankan didorong untuk meningkatkan

mobilisasi dana masyarakat guna menopang pembiayaan

pembangunan, sekaligus mengurangi beban Pemerintah. Untuk itu

program gerakan menabung dikerahkan secara nasional. Terdapat dua

jenis tabungan yang diprogramkan Pemerintah, yaitu Tabungan

Pembangunan Nasional (TABANAS) dan Tabungan Asuransi

Berjangka (TASKA).

2) Pembiayaan ekonomi oleh perbankan diarahkan untuk mendukung

program pengadaan pangan, sedangkan pembiayaan untuk kredit

jangka panjang dan impor pada dasarnya dilarang oleh Pemerintah

3) Pembukaan perizinan pendirian bank

Upaya untuk dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas

maka perizinan pendirian bank yang telah dihentikan sejak tahun

1959, dibuka kembali tahun 1966, termasuk pembukaan kantor

cabang. Izin pendirian bank baru dan pembukaan kantor cabang

tersebut diberikan oleh Menteri keuangan setelah mendengar

pertimbangan dari Bank Indonesia.

Izin tersebut sempat dihentikan untuk sementara waktu sejak

tahun 1967 sampai dengan 1968 menyusul terjadinya krisis perbankan

tahun 1967. Krisis tersebut disebabkan oleh banyaknya kredit macet

karena kondisi ekonomi yang memburuk dengan tingkat inflasi yang

sangat tinggi sehingga 21 bank dihentikan keikutsertaannya dalam

kliring.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id84

Selanjutnya tahun 1969 izin tersebut dibuka kembali.

Persyaratan utama bagi pendirian bank adalah :

1) kecukupan modal yang disesuaikan dengan kota tempat kedudukan

bank yang bersangkutan

2) Daerah tempat pendirian bank masih membutuhkan bank

3) Badan Hukum harus berbentuk PT yang saham-sahamnya harus

atas nama serta.

4) Seluruh Pemegang Saham dan Pimpinannya harus WNI.

d. Periode 1983-1997

Sejarah dan perkembangan perbankan Indonesia hingga 1997 yaitu

1) Dampak dari over-regulated terhadap perbankan adalah kondisi

stagnan dan hilangnya inisiatif perbankan.

Hal tersebut mendorong BI melakukan deregulasi perbankan

untuk memodernisasi perbankan sesuai dengan tuntutan masyarakat,

dunia usaha, dan kehidupan ekonomi pada periode tersebut. Pada

1983, tahap awal deregulasi perbankan dimulai dengan penghapusan

pagu kredit, bank bebas menetapkan suku bunga kredit, tabungan, dan

deposito, serta menghentikan pemberian Kredit Likuiditas Bank

Indonesia (KLBI) kepada semua bank kecuali untuk jenis kredit

tertentu yang berkaitan dengan pengembangan koperasi dan ekspor.

Tahap awal deregulasi tersebut berhasil menumbuhkan iklim

persaingan antar bank. Banyak bank, terutama bank swasta, mulai

bangkit untuk mengambil inisiatif dalam menentukan arah

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id85

perkembangan usahanya. Seiring dengan itu, BI memperkuat sistem

pengawasan bank yang di antaranya melalui penyusunan dan

pemeliharaan blacklist yang diberi nama resmi Daftar Orang-Orang

yang Melakukan Perbuatan Tercela (DOT) di bidang perbankan.

Mereka yang masuk dalam daftar ini tidak boleh lagi berkecimpung

dalam dunia perbankan.

2) Bank Indonesia mengeluarkan beberapa paket deregulasi kebijakan

perbankan

Pemerintah bersama BI melangkah lebih lanjut dalam deregulasi

perbankan dengan mengeluarkan Paket Kebijakan Deregulasi

Perbankan 1988 (Pakto 88) yang menjadi titik balik dari berbagai

kebijakan penertiban perbankan 1971–1972. Pemberian izin usaha

bank baru yang telah dihentikan sejak tahun 1971 dibuka kembali oleh

Pakto 88. Demikian pula dengan ijin pembukaan kantor cabang atau

pendirian BPR menjadi lebih dipermudah dengan persyaratan modal

ringan. Salah satu ketentuan fundamental dalam Pakto 88 adalah

perijinan untuk bank devisa yang hanya mensyaratkan tingkat

kesehatan dan aset bank telah mencapai minimal Rp 100 juta.

Namun demikian, Pakto 88 juga mempunyai efek samping

dalam bentuk penyalahgunaan kebebasan dan kemudahan oleh para

pengurus bank. Bersamaan dengan kebijakan Pakto 88, BI secara

intensif memulai pengembangan bank-bank sekunder seperti bank

pasar, bank desa, dan badan kredit desa. Kemudian bank karya desa

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id86

diubah menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Tujuan

pengembangan BPR tersebut adalah untuk memperluas jangkauan

bantuan pembiayaan untuk mendorong peningkatan ekonomi,

terutama di daerah pedesaan, di samping untuk modernisasi sistem

keuangan pedesaan.

Bank Indonesia memasuki tahun 1990-an mengeluarkan Paket

Kebijakan Februari 1991 yang berisi ketentuan yang mewajibkan bank

berhati-hati dalam pengelolaannya. Pada 1992 dikeluarkan UU

Perbankan menggantikan UU No. 14/1967. Sejak saat itu, terjadi

perubahan dalam klasifikasi jenis bank, yaitu bank umum dan BPR.

UU Perbankan 1992 menetapkan juga berbagai ketentuan

tentang kehati-hatian pengelolaan bank dan pengenaan sanksi bagi

pengurus bank yang melakukan tindakan sengaja yang merugikan

bank, seperti tidak melakukan pencatatan dan pelaporan yang benar,

serta pemberian kredit fiktif, dengan ancaman hukuman pidana. Selain

itu, UU Perbankan 1992 juga memberi wewenang yang luas kepada

Bank Indonesia untuk melaksanakan fungsi pengawasan terhadap

perbankan.

Pada periode 1992-1993, perbankan nasional mulai menghadapi

permasalahan yaitu meningkatnya kredit macet yang menimbulkan

beban kerugian pada bank dan berdampak keengganan bank untuk

melakukan ekspansi kredit. Bank Indonesia menetapkan suatu

program khusus untuk menangani kredit macet dan membentuk

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id87

Forum Kerjasama dari Gubernur BI, Menteri Keuangan, Kehakiman,

Jaksa Agung, Menteri/Ketua Badan Pertahanan Nasional, dan Ketua

Badan Penyelesaian Piutang Negara.

Selain kredit macet yang menjadi penyebab keengganan bank

dalam melakukan ekspansi kredit adalah karena ketatnya ketentuan

dalam Pakfeb 1991 yang membebani perbankan. Hal itu ditakutkan

akan mengganggu upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Maka, Pakmei 1993 dikeluarkanlah yang melonggarkan ketentuan

kehati-hatian yang sebelumnya ditetapkan dalam Pakfeb 1991. Sejak

tahun 1994 perekonomian Indonesia mengalami booming economy

dengan sektor properti sebagai pilihan utama. Keadaan itu menjadi

daya tarik bagi investor asing.

Pakmei 1993 memberikan hasil pertumbuhan kredit perbankan

dalam waktu yang sangat singkat dan melewati tingkat yang dapat

memberikan tekanan berat pada upaya pengendalian moneter. Kredit

perbankan dalam jumlah besar mengalir deras ke berbagai sektor

usaha, terutama properti, meskipun Bank Indonesia telah berusaha

membatasi. Keadan ekonomi mulai memanas dan inflasi meningkat.

e. Periode 1997-1999

Awal Juli 1997, terjadi gejolak nilai tukar. Pemerintah juga

melakukan pengetatan likuiditas. Kondisi ini memunculkan krisis

kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional. Sebagai

manifestasi krisis kepercayaan itu, terjadi penarikan dana secara besar-

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id88

besaran. Akibatnya, banyak bank yang mengalami kesulitan likuiditas

yang sangat parah (mismatch) yang disusul dengan kelangkaan likuiditas

perekonomian secara keseluruhan (liquidity crunch). Keadaan semakin

diperparah dengan melambungnya suku bunga Pasar Uang Antar Bank

(PUAB) hingga mencapai 300% per tahun.

Keputusan likuidasi 16 bank pada tanggal 1 November 1997

dianggap sebagai pemicu krisis kepercayaan yang berlanjut dengan

terpuruknya sektor perbankan. Sebenarnya, tindakan likuidasi itu diambil

untuk mencegah semakin meluasnya krisis perbankan (systemic risk) dan

besarnya risiko yang ditanggung masyarakat (economic cost).

Keputusan likuidasi itu juga merupakan hasil evaluasi dan

rekomendasi IMF yang dituangkan ke dalam Letter of Intent (LoI) antara

pemerintah dengan IMF pada tanggal 31 Oktober 1997. Kesepakatan ini

merupakan tahapan awal pelaksanaan reformasi ekonomi dan perbankan

yang tertuang dalam Memorandum of Economic and Financial Policies

yang ditandatangani pada awal November 1997. Program reformasi

tersebut juga telah mendapat dukungan teknis dan keuangan dari Bank

Dunia, Bank Pembangunan Asia, dan negara-negara sahabat lainnya.

Upaya untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap

perbankan, pada tanggal 26 Januari 1998, pemerintah memutuskan untuk

menjamin pembayaran seluruh kewajiban bank, baik kepada deposan

maupun kreditur lewat program penjaminan (blanket guarantee).

Langkah ini diambil dengan Keputusan Presiden No. 26 Tahun 1998

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id89

tentang Program Penjaminan BPR, Fasilitas Dana Talangan untuk

Pembayaran Kewajiban Luar Negeri Bank dalam Rangka Trade Finance

dan Inter Bank Debt Arrears, serta jaminan Pembiayaan Perdagangan

Internasional.

Keputusan ini juga sebagai tindak lanjut dari Frankfurt

Agreement yang ditandatangani oleh pemerintah pada tanggal 4 Juni

1998. Kebijakan ini dimaksudkan untuk memulihkan kepercayaan

masyarakat terhadap perbankan nasional selai diharapkan dapat

mendukung stabilisasi nilai tukar. Penjaminan juga diberlakukan bagi

nasabah kreditur 16 Bank dalam Likuidasi (BDL), Bank Beku Kegiatan

Usaha (BBKU), Bank Take Over (BTO), bank yang masuk program

rekapitalisasi, dan bank lain dalam pengawasan BPPN, dengan

memenuhi syarat-syarat penjaminan yang telah ditetapkan.

Bank Indonesia menyediakan dana talangan terlebih dahulu

karena adanya kendala kondisi keuangan pemerintah pada waktu itu.

Semua pengeluaran akan ditagih oleh Bank Indonesia kepada pemerintah

pada akhirnya. Kebijakan pemerintah tersebut direalisasikan dalam

berbagai bentuk fasilitas Bank Indonesia yang kemudian dikenal dengan

istilah Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).

Persetujuan Bersama antara Gubernur BI dan Menteri Keuangan

tanggal 6 Februari 1999, nilai BLBI yang disepakati adalah Rp 144,5

triliun dan pemberian BLBI kepada PT Bank Ekspor Impor Indonesia

sebesar Rp Rp 20 triliun. Atas pemberian BLBI sejumlah Rp 144,5 triliun

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id90

tersebut, pemerintah menerbitkan tiga surat utang yaitu Surat Utang No.

SU-001/MK/1998 sebesar Rp 80 triliun, No. SU-003/MK/1999 sebesar

Rp 64,5 triliun, dan No. SU-004/MK/1999 sebesar Rp 53,8 tiliun.

Penyediaan dana BLBI ini kepada bank-bank yang mengalami kesulitan

likuiditas dalam keadaan darurat tersebut mengacu pada ketentuan Pasal

32 ayat (3) dan Penjelasan Umum Angka III huruf b Undang-Undang

No. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral.

Selain upaya-upaya tersebut di atas, pemerintah juga

membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) berdasarkan

Keppres No. 27 Tahun 1998 tanggal 26 Januari 1998. Tugas utama

BPPN adalah melaksanakan program penjaminan pemerintah atas

kewajiban bank-bank umum sekaligus melakukan upaya-upaya

penyehatan perbankan.

Tahap awal pembenahan perbankan, pemerintah mengambil

langkah-langkah preventif untuk mengurangi dampak kerusakan terhadap

sistem perbankan. Caranya adalah dengan membekukan kegiatan usaha

dan mengambil alih bank-bank yang dinilai dapat menjadi pemicu

kerusakan sistem perbankan. Dalam kaitan ini, pada tanggal 3 April

1998, pemerintah menetapkan tujuh bank dibekukan kegiatan operasinya

(BBO) dan tujuh bank lainnya diambil alih (BTO). Karena kondisi

beberapa bank BTO tersebut semakin memburuk, maka pada awal

Agustus 1998, tiga bank BTO dibekukan kegiatan operasinya.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id91

Kelanjutan dari proses pemulihan iklim perbankan, pada tanggal

21 Agustus 1998, pemerintah mengumumkan paket restrukturisasi

perbankan yang menyeluruh kepada semua bank. Paket ini terdiri atas

dua bagian utama, pertama adalah kebijakan untuk menyiapkan

pemulihan ekonomi dengan membangun kembali perbankan yang sehat

melalui program rekapitalisasi dan penyempurnaan ketentuan dan

peraturan perbankan. Kedua, kebijakan yang ditujukan untuk mengatasi

permasalahan bank-bank melalui percepatan restrukturisasi bank.

Dalam pelaksanaan program itu, diikutsertakan peninjau

independen dari IMF, Bank Dunia, dan ADB (Bank Pembangunan Asia).

Perkembangan dari hasil program ini diumumkan pemerintah pada

tanggal 13 Maret 1999. Hasilnya, 38 bank diputuskan untuk di-BBKU, 7

bank di-BTO, dan 9 bank swasta nasional, 12 BPD, dan semua bank

BUMN ikut dalam program rekapitalisasi. Kebijakan ini juga membawa

dampak meningkatnya BLBI untuk menutup kewajiban pemerintah

kepada nasabah/kreditur bank yang di-BBKU.

f. Periode 1999-2005

Dalam Undang-Undang (UU) No. 23 Tahun 1999, Bank

Indonesia (BI) mempunyai satu tujuan yaitu mencapai dan memelihara

kestabilan nilai rupiah. Stabilitas nilai rupiah dan nilai tukar yang wajar

merupakan sebagian prasyarat bagi tercapainya pertumbuhan ekonomi

yang berkesinambungan. Reorientasi sasaran BI tersebut merupakan

bagian dari kebijakan pemulihan dan reformasi perekonomian untuk

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id92

keluar dari krisis ekonomi yang tengah melanda Indonesia. Tujuan BI

untuk mencapai dan memelihara stabilitas nilai rupiah tersebut perlu

ditopang dengan tiga pilar utama, yaitu kebijakan moneter dengan prinsip

kehati-hatian, sistem pembayaran yang cepat dan tepat, serta sistem

perbankan dan keuangan yang sehat.

Program penyehatan perbankan yaitu kebijakan yang ditujukan

untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi perbankan akibat krisis

(restorasi perbankan). Kebijakan ini ditempuh dengan menyelesaikan

permasalahan di sisi pasiva maupun aktiva bank. Upaya perbaikan di sisi

pasiva dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat dengan

melanjutkan pelaksanaan program penjaminan pemerintah dan

memperbaiki strukrur permodalan bank melalui rekapitalisasi, sedangkan

upaya perbaikan sisi aktiva ditujukan untuk memperbaiki Kualitas Aktiva

Produktif (KAP), yang antara lain dilakukan melalui restrukturisasi

kredit.

Langkah perbaikan infrastruktur perbankan diwujudkan dalam

bentuk upaya pengembangan BPR, pengembangan bank syariah, dan

rencana pembentukan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS). Sementara

itu, penyempurnaan ketentuan dilakukan untuk melengkapi ketentuan

kehati-hatian yang sudah dikeluarkan pada tahun-tahun sebelumnya.

Ketentuan itu antara lain: Kewajiban Penyediaan Modal Minimum

(KPMM), Kualitas Aktiva Produktif (KAP), Penyisihan Penghapusan

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id93

Aktiva Produktif (PPAP), Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK),

dan Posisi Devisa Netto (PDN).

2. Perkembangan Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA,

Bank Danamon, Bank Permata dan BII) pada tahun 2008 sampai 2011

a. Perkembangan ROA pada tahun 2008 sampai 2011

Rasio Return on Asset atau ROA mengindikasikan kemampuan

bank menghasilkan laba dengan menggunakan asetnya. Semakin besar

rasio ini semakin baik kinerja bank.

Tabel 4.1 Perkembangan ROA tahun 2008-2011 ROA Bank 2008 2009 2010 2011 Bank Negara Indonesia 1.12% 1.72% 2.49% 2.94% Bank Rakyat Indonesia 4.18% 3.73% 4.64% 4.93% Bank Tabungan Negara 1.80% 1.47% 2.05% 2.03% Bank Mandiri 2.69% 3.13% 3.50% 3.37% Bank Central Asia 3.42% 3.40% 3.51% 3.82% Bank Danamon 1.58% 1.53% 3.43% 2.84% Bank Permata 1.70% 1.40% 1.89% 1.66% Bank Internasional Indonesia 1.25% -0.05% 1.01% 1.11% Rata-rata Industri 2.22% 2.04% 2.82% 2.84%

Tertinggi 4.18% 3.73% 4.64% 4.93%

Terendah 1.12% -0.05% 1.01% 1.11%

Sumber : Laporan Tahunan dalam Laporan Keuangan Triwulan Keempat Pada

Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon,

Bank Permata dan BII)

Tabel 4.1 menunjukkan sebagian besar bank diatas menunjukkan

bahwa bank mengalami penurunan pendapatan pada tahun 2008 ke tahun

2009. Penurunan sangat terlihat pada Bank Internasional Indonesia dari

tahun 2008 ke tahun 2009 sebesar 1,3%. Menurut infobank, hal ini

disebabkan karena beban provisi yang ditanggung oleh bank sehingga commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id94

menyebabkan kerugian. Pada rata-rata industri perbankan juga

mengalami penurunan sebesar 0,18%, hal ini dimungkinkan adanya

pengaruh sebesar 0,18% karena gejolak keuangan yang sedang terjadi di

luar negeri.

b. Perkembangan CAR pada tahun 2008-2011

Semakin tinggi rasio CAR mengindikasikan bank tersebut semakin

sehat permodalannya. Pemenuhan CAR minimum 8% mengindikasikan

bank mematuhi regulasi permodalan.

Tabel 4.2 Perkembangan CAR tahun 2008-2011 CAR Bank 2008 2009 2010 2011 Bank Negara Indonesia 13.47% 13.78% 18.63% 17.63% Bank Rakyat Indonesia 13.18% 13.20% 13.76% 14.96% Bank Tabungan Negara 16.14% 21.75% 16.74% 15.03% Bank Mandiri 15.66% 15.43% 13.36% 15.13% Bank Central Asia 15.78% 15.33% 13.50% 12.75% Bank Danamon 13.37% 17.55% 13.93% 16.62% Bank Permata 10.80% 12.20% 14.13% 14.07% Bank Internasional Indonesia 19.58% 14.71% 12.65% 12.03% Rata-rata Industri 14.75% 15.49% 14.59% 14.78%

Tertinggi 19.58% 21.75% 18.63% 17.63%

Terendah 10.80% 12.20% 12.65% 12.03%

Sumber : Laporan Tahunan dalam Laporan Keuangan Triwulan Keempat Pada

Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon,

Bank Permata dan BII)

Tabel 4.2 menunjukkan sebagian besar bank diatas menunjukkan

bahwa rata-rata industri perbankan diatas 8%, melebihi penetapan Bank

Indonesia sehingga industri perbankan mematuhi batasan permodalan

bank.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id95

c. Perkembangan NPL pada tahun 2008-2011

Rasio ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi rasio NPL

menunjukkan semakin buruk kualitas kreditnya.

Tabel 4.3 Perkembangan NPL tahun 2008-2011

NPL Bank 2008 2009 2010 2011

Bank Negara Indonesia 4.96% 4.68% 4.28% 3.61% Bank Rakyat Indonesia 2.80% 3.52% 2.78% 2.30% Bank Tabungan Negara 3.20% 3.36% 3.26% 2.75% Bank Mandiri 4.69% 2.62% 2.21% 2.18% Bank Central Asia 0.60% 0.73% 0.64% 0.49% Bank Danamon 2.34% 4.64% 3.25% 2.71% Bank Permata 3.50% 4.00% 2.65% 2.04% Bank Internasional Indonesia 2.66% 2.39% 3.15% 2.07% Rata-rata Industri 3.09% 3.24% 2.78% 2.27% Tertinggi 4.96% 4.68% 4.28% 3.61% Terendah 0.60% 0.73% 0.64% 0.49% Sumber : Laporan Tahunan dalam Laporan Keuangan Triwulan Keempat Pada Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tabel 4.3 menunjukkan bahwa bank yang paling bagus penyaluran

kreditnya dari tahun 2008-2011 adalah Bank Central Asia. Rata-rata

industri perbankan dari tahun 2008-2011 semakin baik dalam penyaluran

kredit.

d. Perkembangan ROE pada tahun 2008-2011

Rasio Return on Equity atau ROE mengindikasikan kemampuan

bank dalam menghasilkan laba dengan menggunakan ekuitasnya.

Semakin besar rasio ini semakin baik kinerja bank.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id96

Tabel 4.4 Perkembangan ROE tahun 2008-2011

ROE Bank 2008 2009 2010 2011 Bank Negara Indonesia 9.01% 16.34% 24.70% 20.06%

Bank Rakyat Indonesia 34.50% 35.22% 43.83% 42.49%

Bank Tabungan Negara 19.64% 18.23% 16.56% 17.65% Bank Mandiri 22.74% 30.26% 33.09% 25.57%

Bank Central Asia 30.16% 31.80% 33.30% 33.54% Bank Danamon 14.38% 10.77% 13.03% 14.95% Bank Permata 12.40% 13.30% 21.50% 15.87% Bank Internasional Indonesia 11.89% -0.77% 7.16% 1.11% Rata-rata Industri 19.34% 19.39% 24.15% 21.41% Tertinggi 34.50% 35.22% 43.83% 42.49% Terendah 9.01% -0.77% 7.16% 1.11% Sumber : Laporan Tahunan dalam Laporan Keuangan Triwulan Keempat Pada

Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon,

Bank Permata dan BII)

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada Bank Rakyat Indonesia dari

tahun 2008-2011 laba yang diperoleh semakin meningkat yang

menunjukkan kinerja bank BRI yang bagus. Rata-rata industri perbankan

mengalami kenaikan dari tahun 2008-2010, tetapi pada tahun 2010 ke

2011 mengalami penurunan sebesar 2,74%.

e. Perkembangan NIM pada tahun 2008-2011

Rasio ini mengindikasikan kemampuan bank menghasilkan

pendapatan bunga bersih dengan penempatan aktiva produktif. Semakin

besar rasio ini semakin baik kinerja bank dalam menghasilkan bunga.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id97

Tabel 4.5 Perkembangan NIM tahun 2008-2011

NIM Bank 2008 2009 2010 2011 Bank Negara Indonesia 6.26% 6.01% 5.78% 6.03%

Bank Rakyat Indonesia 10.18% 9.14% 10.77% 9.58%

Bank Tabungan Negara 5.08% 4.65% 5.99% 5.75% Bank Mandiri 5.48% 5.19% 5.39% 5.29%

Bank Central Asia 6.75% 6.59% 5.29% 5.68% Bank Danamon 8.31% 8.73% 9.13% 7.91% Bank Permata 6.20% 5.70% 5.34% 5.13% Bank Internasional Indonesia 5.18% 5.69% 5.74% 5.08% Rata-rata Industri 6.68% 6.46% 6.68% 6.31% Tertinggi 10.18% 9.14% 10.77% 9.58% Terendah 5.08% 4.65% 5.29% 5.08% Sumber : Laporan Tahunan dalam Laporan Keuangan Triwulan Keempat Pada Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tabel 4.5 menunjukkan bahwa BRI memiliki NIM yang baik

dibandingkan bank-bank lainnya. BRI mengalami penurunan pendapatan

pada tahun 2008 ke 2009 sebesar 1,04%, dan penurunan pada tahun 2010

ke 2011 sebesar 1,19%.

f. Perkembangan BOPO pada tahun 2008-2011

Rasio ini mengindikasikan efisiensi operasional bank. Semakin

tinggi rasio ini menunjukkan semakin tidak efisien biaya operasional

bank.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id98

Tabel 4.6 Perkembangan BOPO tahun 2008-2011

BOPO Bank 2008 2009 2010 2011

Bank Negara Indonesia 90.16% 84.86% 75.99% 72.58% Bank Rakyat Indonesia 72.65% 77.66% 70.86% 66.69%

Bank Tabungan Negara 86.18% 87.87% 82.39% 81.75% Bank Mandiri 73.65% 70.72% 66.43% 67.22% Bank Central Asia 66.76% 68.68% 64.31% 60.87%

Bank Danamon 85.77% 85.82% 81.07% 80.17% Bank Permata 88.90% 89.20% 84.83% 85.42% Bank Internasional Indonesia 93.91% 102.64% 92.38% 92.15% Rata-rata Industri 82.25% 83.43% 77.28% 75.86% Tertinggi 93.91% 102.64% 92.38% 92.15% Terendah 66.76% 68.68% 64.31% 60.87% Sumber : Laporan Tahunan dalam Laporan Keuangan Triwulan Keempat Pada Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pada Bank Internasional Indonesia

mengalami nilai BOPO yang paling besar diantara bank lainnya. Pada

tahun 2009 kenaikannya sebesar 8,73% yang menyebabkan biaya

operasional besar sehingga bank mengalami kerugian.

g. Perkembangan LDR pada tahun 2008-2011

Semakin besar rasio ini mengindikasikan bank semakin kecil

likuiditasnya, sebaliknya semakin kecil rasio ini semakin besar dana

pihak ketiga yang tidak digunakan untuk penempatan ke kredit (banyak

dana menganggur).

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id99

Tabel 4.7 Perkembangan LDR tahun 2008-2011

LDR Bank 2008 2009 2010 2011 Bank Negara Indonesia 68.61% 64.06% 70.15% 70.37%

Bank Rakyat Indonesia 79.93% 80.88% 75.17% 76.20%

Bank Tabungan Negara 101.83% 101.29% 108.42% 102.57% Bank Mandiri 56.89% 59.15% 65.44% 71.65%

Bank Central Asia 53.78% 50.27% 55.16% 61.67% Bank Danamon 86.42% 88.76% 93.82% 98.33% Bank Permata 81.80% 90.60% 87.46% 83.06% Bank Internasional Indonesia 79.45% 78.11% 83.18% 88.86% Rata-rata Industri 76.09% 76.64% 79.85% 81.59% Tertinggi 101.83% 101.29% 108.42% 102.57% Terendah 53.78% 50.27% 55.16% 61.67% Sumber : Laporan Tahunan dalam Laporan Keuangan Triwulan Keempat Pada Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank Danamon, Bank Permata dan BII) Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa Bank BTN menunjukkan tingkat

likuiditas yang paling likuid yang dapat digunakan dalam penyaluran

dana dalam bentuk kredit.

B. Analisis Data dan Pembahasan

1. Regresi Data Panel

Pendekatan estimasi Regresi Data Panel ada tiga yaitu

(http://teorionline.wordpress.com) :

1. Common Effect

Teknik yang digunakan dalam metode Common Effect dengan

mengkombinasikan data time series dan cross section. Dengan

menggabungkan kedua jenis data tersebut maka dapat digunakan metode

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id100

OLS untuk mengestimasi model data panel. Dalam pendekatan ini tidak

memperhatikan dimensi individu maupun waktu, dan dapat diasumsikan

bahwa perilaku data antar perusahaan sama dalam berbagai rentang

waktu. Dalam penelitian ini menggunakan teknik metode ini.

Menurut Rosadi (2012: 271) Secara umum bentuk regression

pooling yang dapat digunakan adalah sebagi berikut :

yti = xti bti + e ti

Dimana :

yti = observasi dari unit ke I dan diamati pada periode waktu ke t (yakni

variable dependen)

xti = konstanta variable-variabel dependendari unit ke i dan diamati pada

periode waktu ke t

βti = β, yakni pengaruh dari perubahan dalam X diasumsikan bersifat

konstan dalam waktu dan kategori cross-section.

εti = komponen error yang diasumsikan memiliki harga mean 0 dan

variansi homogen dalam waktu (homokedastik) serta independen

dengan Xit.

Estimasi parameter yang dapat dicapai dari model ini adalah

diperoleh model :

ROA = 0.08497849459 - 0.006693180231*CAR - 0.01575667267*NPL

+ 0.2409075884*NIM - 0.1001330056*BOPO +

0.006773454791*LDR

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id101

2. Fixed Effect

Metode dengan menggunakan variabel dummy untuk

menangkap adanya perbedaan intersep. Metode ini mengasumsikan

bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu,

namun intersepnya berbeda antar perusahaan namun sama antar waktu

(time invariant). Namun metode ini membawa kelemahan yaitu

berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya

mengurangi efisiensi parameter.

Menurut Rosadi (2012: 271) Secara umum bentuk model Fixed

Effect yaitu

yti = xti bti + ci + di + e ti

Dimana :

ci adalah konstanta yang bergantung kepada unit ke i, tetapi tidak kepada

waktu t

di adalah konstanta yang bergantung kepada waktu t, tapi tidak kepada

unit i.

Apabila model memuat komponen ci dan di, maka model

tersebut disebut dengan two-ways fixed-effect (efek tetap dua arah),

sedang apabila dt =0 atau ci =0, maka model disebut model one way fixed

effect (efek tetap satua arah). Untuk model fixed effect satu arah

diasumsikan bahwa komponen dt =0, yakni memiliki model

y = x b + c + e ti ti ti i ti

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id102

3. Random Effect

Tenik yang digunakan dalam Metode Random Effect adalah

dengan menambahkan variabel gangguan (error terms) yang mungkin

saja akan muncul pada hubungan antar waktu dan antar kabupaten/kota.

Teknik metode OLS tidak dapat digunakan untuk mendapatkan estimator

yang efisien, sehingga lebih tepat untuk menggunakan Metode

Generalized Least Square (GLS).

Menurut Rosadi (2012: 271) Secara umum bentuk model

Random Effect yaitu

yti = xti bti + vti

Dimana vti adalah ci + di + εti. ci diasumsikan bersifat independent and

2 identically distributed (iid) normal dengan mean 0 dan variansi σ c, dt

2 diasumsikan bersifat iid normal dengan mean 0 dan variansi σ d, εti

2 bersifat iid normal dengan mean 0 dan variansi σ ε (dan εti, ci, dan di

diasumsikan independen satu dengan lainnya).

Pengujian Model Regresi Data Panel Terbaik adalah :

1. Common Effect VS Fixed Effect

Pengujian ini digunakan untuk memilih model mana yang lebih

cocok antara Common Effects ataukah Fixed Effects, dapat digunakan Uji

Chow (Chow Test) atau Restricted F-Test. Dengan menggunakan Uji

Chow (http://forum-ekonometrika.blogspot.com) sebagai berikut :

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id103

Tabel 4.8. Pengujian Common Effect Vs Fixed Effect

Redundant Fixed Effects Tests

Equation: FIXED Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 0.950880 (7,18) 0.4938 Cross-section Chi-square 10.068960 7 0.1847

Sumber : Output Pengolahan Data dengan Eviews 5.1

Hasil tersebut menunjukkan baik F test maupun Chi-square

tidak signifikan (p-value lebih besar dari 5%) sehigga H0 diterima dan

H1 ditolak, maka model mengikuti Common Effect.

Cara lain dapat juga dilakukan dengan menggunakan Uji

Statistik F (http://ferdifadly.blogspot.com) sebagai berikut :

a. Ho : Model Common Effects lebih baik daripada Fixed Effects

H1 : Model Fixed Effects lebih baik daripada Common Effects

b. Tingkat signifikansi : α=5%

c. Kriteria Pengambilan Keputusan : Ho ditolak jika

F > F ;(N -1), (NT - N - k) HITUNG a

FHITUNG > F0,05 ;(8 -1),(8.4 - 8 - 6)

FHITUNG > F0,05 ;(7),(18)

F > F ;2,58 atau jika P-value ≤ α (0,05) HITUNG tabel

d. Statistik Uji :

(RSS1 - RSS2 )/(N -1) FHITUNG = (RSS2 )/(NT - N - k)

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id104

Dimana : N = jumlah individu

T = jumlah series (tahun)

k = jumlah parameter bebas

RSS = residual sum of square Common Effects Models 1

RSS2 = residual sum of square Fixed Effects Models

e. Keputusan : FHITUNG < Ftabel;2,58 ; 0,465285195 < 2,58

Dan p-value > 5% maka Ho diterima.

f. Kesimpulan : Dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat disimpulkan

bahwa Model Common Effects lebih baik daripada Fixed Effects

2. Fixed Effects VS Random Effects

Pengujian ini digunakan untuk memilih model mana yang lebih

cocok antara Fixed Effects ataukah Random Effects, dapat digunakan Uji

Hausman (Hausman’s Test), yaitu sebagai berikut :

a. Ho : Hasil estimasi menggunakan Random Effects tidak berbeda

dengan jika menggunakan Fixed Effects

H1 : Hasil estimasi dengan menggunakan Model Fixed Effects

dibandingkan dengan Random Effects menunjukkan perbedaan yang

signifikan

b. Tingkat signifikansi : α =5%

2 2 c. Kriteria Pengambilan Keputusan : Tolak Ho jika c obs = c a: p atau jika

P-value ≤ α

p = jumlah variabel bebas

d. Statistik Uji :

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id105

c 2 = (b - b )y -1(b - b ) obs GLS GLS

e. Keputusan : P-value > α ; 0.9408 > 0,05

f. Kesimpulan : Dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat disimpulkan

bahwa Model Fixed Effects berbeda dengan model Random Effects

Hasil pengujian Regresi Data Panel diatas, diperoleh model

yang paling baik untuk penelitian ini adalah menggunakan model

Common Effect.

Tabel 4.9. Hasil Regresi Utama Dependen variabel : Return On Asset (ROA) Dependent Variable: ROA Method: Panel Least Squares Date: 06/14/12 Time: 10:12 Sample: 2008 2011 Cross-sections included: 8 Total panel (balanced) observations: 32

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.060286 0.010419 5.786349 0.0000 CAR -0.014093 0.023374 -0.602958 0.5520

NPL -0.010430 0.050622 -0.206035 0.8384 ROE 0.031206 0.010216 3.054462 0.0053

NIM 0.194305 0.036762 5.285534 0.0000

BOPO -0.072685 0.011437 -6.355253 0.0000 LDR 0.007072 0.004223 1.674941 0.1064

R-squared 0.954922 Mean dependent var 0.024778

Adjusted R-squared 0.944103 S.D. dependent var 0.011915 S.E. of regression 0.002817 Akaike info criterion -8.715715

Sum squared resid 0.000198 Schwarz criterion -8.395086 Log likelihood 146.4514 F-statistic 88.26469

Durbin-Watson stat 1.663666 Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber : Output Pengolahan Data dengan Eviews 5.1

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id106

Apabila koefisien ringkasan pada table 4.9 dimasukkan ke

dalam persamaan regresi, diperoleh persamaan sebagai berikut :

ROA = 0.06028583598 - 0.01409335727*CAR - 0.01043002088*NPL +

0.0312058292*ROE + 0.19430482*NIM - 0.07268465826*BOPO +

0.007072488503*LDR

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas ini menggunakan nilai Jarque-Bera dengan

2 χ tabel (Nurmayasari : 2010). Pada persamaan dalam regresi data panel

mempunyai df = 26 (n-k) = (32-6) dengan α = 5% sehingga diperoleh

38,885. Nilai Jarque-Bera yang dihitung menggunakan eviews 5.1

sebesar 6,266711. Karena 6,266711 < χ2 < 38,885. Kesimpulannya

residual µ terdistribusi normal.

Gambar 4.1. Uji Normalitas

14 Series: Standardized Residuals 12 Sample 2008 2011 Observations 32 10 Mean 2.83e-17 8 Median -0.000199 Maximum 0.006800 Minimum -0.006762 6 Std. Dev. 0.002530 Skewness -0.251477 4 Kurtosis 5.108808

2 Jarque-Bera 6.266711 Probability 0.043571 0 -0.005 0.000 0.005

Sumber : Output Pengolahan Data Program Eviews 5.1

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id107

b. Uji Autokorelasi/Uji Otokorelasi

Uji Autokorelasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

korelasi berantai atau otokorelasi di antara gangguan ui yang memasuki

fungsi regresi populasi/Population Regression Function, PRF (Gujarati,

2006: 112). Salah satu uji untuk mendeteksi autokorelasi adalah uji

Breusch-Godfrey. Nama lain uji ini adalah uji Lagrange-

Multiplier/Pengganda Lagrange (LM). Berikut adalah hasil

autokorelasinya :

Tabel 4.10. Hasil Uji Lagrange-Multiplier (LM)

Breus Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.815485 Prob. F(2,23) 0.454813 Obs*R-squared 2.118920 Prob. Chi-Square(2) 0.346643 Sumber : Output Pengolahan Data Program Eviews 5.1

Hasil uji LM diketahui bahwa nilai probabilitas Chi Square

sebesar 0,346643 > α. Dimana α = 5%. Berdasarkan pengujian LM

disimpulkan bahwa persamaan tersebut terbebas dari autokorelasi.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui gangguan

2 ui yang memiliki varians (σi ) yang sama atau tidak (Gujarati, 2006: 82).

Uji Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji White

dalam program eviews 5.1. Uji white dilakukan dengan meregresikan

residual kuadrat sebagai variabel dependen dengan variabel dependen

ditambah dengan kuadrat variabel independen, kemudian ditambahkan

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id108

lagi dengan perkalian dua variabel independen. Prosedur pengujian

dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:

a. H0 : Tidak ada heterokedastisitas

H : Ada heterekodastisitas 1

2 b. Jika α = 5%, maka tolak H0 jika obs*R-square > X atau P-value < α.

c. Keputusan: bila p-value < (5% atau 10%).

0,313300 > 0,05 maka Ho diterima dan H1.ditolak Maka tidak

terdapat heterodastisitas

Tabel 4.11. Hasil Uji White

White Heteroskedasticity Test: F-statistic 2.244984 Prob. F(27,4) 0.225295 Obs*R-squared 30.01902 Prob. Chi-Square(27) 0.313300 Sumber : Output Pengolahan Data Program Eviews 5.1

Hasil uji white diperoleh hasil bahwa pada persamaan dapat

disimpulkan bebas dari heteroskedastisitas. Hal ini ditunjukkan dari

besarnya probabilitas chi square > α = 5%.

d. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui perkiraan ada

tidaknya hubungan linear antara variable-variabel penjelas (X) (Gujarati,

2006: 61). Salah satu cara yang digunakan untuk menguji

2 Multikolinearitas adalah dengan membandingkan nilai R regresi parsial

(auxiliary regression) dengan R2 regresi utama. Tabel 4.12 menunjukkan

R2 regresi parsial auxiliary regression pada masing-masing persamaan.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id109

Tabel 4.12. Hasil Uji Auxiliary Regression

R2 Regresi Persamaan R2 Auxiliary Utama

CAR=0.1437564905+0.4737503162*NPL +0.04530574286*ROE-0.4565975593*NIM - 0.137453 0.954922 0.02725814507*BOPO+0.04301120476* LDR

NPL=-0.03676683361+0.1009991063*CAR -0.006952379518*ROE + 0.170289748*NIM 0.281260 0.954922 +0.05462593278*BOPO- 0.003851168385*LDR ROE = 0.7912835274 + 0.2371408558*CAR -0.1706941276*NPL+1.493399458*NIM- 0.805332 0.954922 0.8795903853*BOPO- 0.00958262349*LDR NIM=0.009752951244 - 0.1845862156*CAR +0.3229134725*NPL + 0.1153422828*ROE 0.342164 0.954922 +0.03083270495*BOPO+0.03183530696* LDR BOPO= 0.8130269818 - 0.1138496133*CAR + 1.070202864*NPL - 0.7018795801*ROE + 0.816484 0.954922 0.3185526394*NIM + 0.1242846825*LDR LDR = -0.2677461152 + 1.317927122*CAR - 0.5535212238*NPL - 0.05609718723*ROE 0.405338 0.954922 +2.412976818*NIM + 0.9117843515*BOPO Sumber : Output Pengolahan Data Program Eviews 5.1

Pada table 4.12 terlihat bahwa nilai uji auxiliary regression

2 terbesar pada persamaan kelima sebesar 0,816484. Karena nilai R

regresi utama > hasil auxiliary regression yang berarti bahwa pada

persamaan tersebut tidak ditemukan adanya multikolinearitas.

3. Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)

Uji t bertujuan untuk melihat signifikasi pengaruh variable

independen terhadap variable dependen secara individual. Parameter

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id110

suatu variable dikatakan mempunyai pengaruh signifikan jika nilai thitung

suatu variable lebih besar dari nilai ttabel. Dalam persamaan digunakan

taraf keyakinan 95% (α=5%) dengan df = 26 (n-k = 32-6 = 26), maka

diperoleh t sebesar 2,056. Hasil uji t dalam persamaan diatas tabel (0,025:26)

dapat dilihat dalam tabel 4.13 berikut:

Tabel 4.13 Nilai t-statistic (α=5%)

Dependen Variabel : Return On Asset (ROA)

Persamaan Variabel Keterangan t-statistik Probabilitas CAR -0.602958 0.5520 Tidak Signifikan NPL -0.206035 0.8384 Tidak Signifikan ROE 3.054462 0.0053 Signifikan NIM 5.285534 0.0000 Signifikan BOPO -6.355253 0.0000 Signifikan LDR 1.674941 0.1064 Tidak Signifikan Sumber : Output Pengolahan Data dengan Program Eviews 5.1

Nilai t-tabel berdasarkan Tabel 4.13 untuk persamaan diatas

adalah sebesar 2,056. Hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pada hasil

dari uji t diperoleh variable independen (ROE, NIM, dan BOPO) yang

signifikan berpengaruh terhadap variable dependen (ROA). Besarnya

pengaruh tiap-tiap variabel independen terhadap variable dependen

dalam persamaan ini dapat disimpulkan bahwa :

a. Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap ROA

Hasil persamaan regresi data panel diatas yang menggunakan

model Common Effect dari tahun 2008 sampai tahun 2011

menunjukkan bahwa secara statistic CAR berpengaruh secara tidak

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id111

signifikan terhadap rasio ROA dan memiliki hubungan negatif sebesar

0.014093.

b. Rasio Non Performing Loan (NPL) terhadap ROA

Hasil persamaan analisis regresi data panel diatas yang

menggunakan model Common Effect dari tahun 2008 sampai tahun

2011 menunjukkan bahwa secara statistic NPL berpengaruh secara

tidak signifikan terhadap rasio ROA dan memiliki hubungan negative

sebesar 0.014093.

c. Rasio Return on Equity (ROE) terhadap ROA

Hasil analisis regresi data panel yang menggunakan model

Common Effect dari tahun 2008 sampai tahun 2011 menunjukkan

bahwa secara statistic ROE berpengaruh secara signifikan terhadap

rasio ROA dan memiliki hubungan positif sebesar 0.031206. Hal ini

berarti bahwa setiap kenaikan ROE sebesar 1% dengan menganggap

variable independen lainnya tetap maka rasio ROA akan mengalami

kenaikan sebesar 3,12%.

d. Rasio Net Interest Margin (NIM) terhadap ROA

Hasil analisis regresi data panel yang menggunakan model

Common Effect dari tahun 2008 sampai tahun 2011 menunjukkan

bahwa secara statistic NIM berpengaruh secara signifikan terhadap

rasio ROA dan memiliki hubungan positif sebesar 0.194305. Hal ini

berarti bahwa setiap kenaikan NIM sebesar 1% dengan menganggap

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id112

variable independen lainnya tetap maka rasio ROA akan mengalami

kenaikan sebesar 19,43%.

e. Rasio Total Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

terhadap ROA

Hasil analisis regresi data panel yang menggunakan model

Common Effect dari tahun 2008 sampai tahun 2011 menunjukkan

bahwa secara statistic BOPO berpengaruh secara signifikan terhadap

rasio ROA dan memiliki hubungan negatif sebesar 0.072685. Hal ini

berarti bahwa setiap kenaikan BOPO sebesar 1% dengan menganggap

variable independen lainnya tetap maka akan menurunkan rasio ROA

sebesar 7,27%.

f. Loan To Deposit Ratio (LDR) terhadap ROA

Hasil analisis regresi data panel yang menggunakan model

Common Effect dari tahun 2008 sampai tahun 2011 menunjukkan

bahwa secara statistic CAR berpengaruh secara tidak signifikan

terhadap rasio ROA dan memiliki hubungan positif sebesar 0.007072.

4. Pengujian Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F)

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variable independen

secara bersama-sama terhadap variable independen dengan penghitungan

statistik. Dalam persamaan tersebut menggunakan taraf keyakinan 95%

(α = 5%), dengan df = 26 (n-k = 32-6 = 26), maka diperoleh Ftabel (0,05:6:26)

sebesar 2,47. Hasil persamaan regresi tersebut, diketahui bahwa nilai

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id113

Fstatistik sebesar 88.26469 dan nilai probabilitas Fstatistik adalah 0,000000.

Dengan demikian Fstatistik > Ftabel dapat disimpulkan bahwa dalam

persamaan regresi data panel tersebut diatas yang terdiri dari variable

independen (CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR) secara signifikan

mempengaruhi variable dependen (ROA). (Ho ditolak dan H1 diterima).

5. Nilai R2 (Koefisien Determinasi)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk menyatakan proporsi atau persentase dari total variasi variable tak bebas Y yang dijelaskan oleh sebuah variable penjelas X (Gujarati, 2006 : 187). Berdasarkan hasil Regresi Data Panel model Common Effect diperoleh hasil koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0.954922. Angka tersebut memiliki arti bahwa sebesar 95,49% variabelitas ROA yang terjadi dapat dijelaskan dengan menggunakan variabelitas CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR. Dengan kata lain besarnya pengaruh variable CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR terhadap ROA adalah 95,49%. Sedangkan sisanya yaitu 4,51% harus dijelaskan oleh factor-faktor penyebab lainnya yang berasal

dari luar.

6. Interpretasi Hasil dan Pembahasan

Persamaan dan hasil regresi diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif terhadap

Return on Asset (ROA). Hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi

sebesar 0.5520, sedangkan koefisien regresinya sebesar -0.014093. Hal

ini menunjukkan bahwa CAR memiliki pengaruh negatif terhadap ROA

serta tidak signifikan, karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05.

Untuk koefisien regresi sebesar -0.014093 berarti apabila CAR (X1) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id114

mengalami kenaikan sebesar 1 persen sehingga akan mengurangi ROA

(Y) sebesar 1,409 persen dengan menganggap variable independen

lainnya tetap. Peraturan Bank Indonesia terkait dengan Capital Adequacy

Ratio (CAR) menyatakan bahwa besarnya CAR minimum yang harus

dipenuhi bank sebesar 8%. selalu di atas 8%. Namun, CAR yang terlalu

tinggi berarti bahwa terdapat dana yang menganggur (idle fund). Dana

yang menganggur tidak disalurkan kepada pihak yang kekurangan dana

menyebabkan kesempatan bank untuk memperoleh laba (fee based

income) akan menurun, akibatnya akan menurunkan profitabilitas bank.

Sehingga menyebabkan permodalan bank menjadi tidak optimal.

b. Rasio Non Performing Loans (NPL) berpengaruh negatif terhadap Return

on Asset (ROA). Hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar,

0.8384 sedangkan koefisien regresinya sebesar -0.010430. Hal ini

menunjukkan bahwa NPL memiliki pengaruh negatif terhadap ROA serta

tidak signifikan, karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05. Untuk

koefisien regresi sebesar -0.010430 berarti apabila NPL (X2) mengalami

kenaikan sebesar 1 persen sehingga akan mengurangi ROA (Y) sebesar

1,043 persen dengan menganggap variable independen lainnya tetap.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mawardi (2005) dalam Pratiwi

(2012) menunjukkan hasil bahwa Non Performing Loan (NPL)

berpengaruh negatif terhadap Return On Asset (ROA). Hal ini karena

NPL yang semakin meningkat akan meningkatkan biaya cadangan aktiva

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id115

produktif. Sehingga dengan meningkatnya biaya cadangan aktiva

produktif maka akan mengurangi laba perusahaan.

c. Rasio Return On Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap Return on

Asset (ROA). Hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar, 0.0053

sedangkan koefisien regresinya sebesar 0.031206. Hal ini menunjukkan

bahwa ROE memiliki pengaruh positif terhadap ROA serta signifikan,

karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Untuk koefisien regresi

sebesar 0.031206 berarti apabila ROE (X3) mengalami kenaikan sebesar

1 persen sehingga akan meningkatkan ROA (Y) sebesar 3,121 persen

dengan menganggap variable independen lainnya tetap. ROE

menggunakan hubungan antara keuntungan setelah pajak dengan modal

sendiri yang digunakan perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan dapat

diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang

diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau asset

yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan perusahaan. Pernyataan

diatas menyimpulkan ROE memiliki pengaruh yang positif terhadap

asset perusahaan sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan

laba perusahaan.

d. Rasio Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif terhadap Return on

Asset (ROA). Hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar, 0.0000

sedangkan koefisien regresinya sebesar 0.194305. Hal ini menunjukkan

bahwa ROE memiliki pengaruh positif terhadap ROA serta signifikan,

karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Untuk koefisien regresi

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id116

sebesar 0.194305berarti apabila NIM (X4) mengalami kenaikan sebesar 1

persen sehingga akan meningkatkan ROA (Y) sebesar 19,430 persen

dengan menganggap variable independen lainnya tetap. NIM merupakan

keuntungan atas bunga dibandingkan dengan aktiva produktif yang

dimiliki oleh suatu bank. Semakin besar NIM maka semakin besar laba

yang didapatkan oleh perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

NIM berpengaruh positif terhadap ROA.

e. Rasio BOPO berpengaruh negatif terhadap Return on Asset (ROA). Hasil

penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar, 0.0000 sedangkan

koefisien regresinya sebesar -0.072685. Hal ini menunjukkan bahwa

BOPO memiliki pengaruh negatif terhadap ROA serta signifikan, karena

nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Untuk koefisien regresi sebesar

0.031206 berarti apabila BOPO (X5) mengalami kenaikan sebesar 1

persen sehingga akan mengurangi ROA (Y) sebesar 7,268 persen dengan

menganggap variable independen lainnya tetap. BOPO adalah rasio

perbandingan antara Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional,

semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja

manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan

sumber daya yang ada di perusahaan (Riyadi dalam Pratiwi, 2012).

Pernyataan diatas menyimpulkan bahwa apabila operasional perusahaaan

perusahaan semakin kecil maka laba yang diperoleh perusahaan semakin

besar.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id117

f. Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif terhadap Return

on Asset (ROA). Hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar,

0.1064 sedangkan koefisien regresinya sebesar 0.007072. Hal ini

menunjukkan bahwa LDR memiliki pengaruh positif terhadap ROA serta

tidak signifikan, karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Untuk

koefisien regresi sebesar 0.007072 berarti apabila LDR (X6) mengalami

kenaikan sebesar 1 persen sehingga akan mengurangi ROA (Y) sebesar

0,707 persen dengan menganggap variable independen lainnya tetap.

Rasio LDR semakin besar menunjukkan bahwa bank memiliki kinerja

yang baik dalam penyaluran kredit kepada masyarakat, sebaliknya

semakin kecil LDR maka semakin kurangnya efektifitas bank dalam

menyalurkan kredit. Hal ini berarti apabila perusahaan memiliki LDR

yang besar maka dapat dikatakan perusahaan tersebut memiliki kinerja

yang baik dalam penyaluran kredit. Dalam penyaluran kredit tersebut,

perusahaan mendapatkan pendapatan laba atas jasa yang telah diberikan,

sehingga LDR berpengaruh positif terhadap ROA.

g. Nilai R2 menunjukkan bahwa pengaruh variable-variabel independen

(CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR) terhadap variable dependen

(ROA) adalah sebesar 95,49 persen. Sedangkan sisanya yaitu 4,51 persen

harus dijelaskan oleh faktor-faktor penyebab lainnya yang berasal dari

luar.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id118

h. Analisis hasil Uji Hipotesis Pertama

Hasil persamaan diatas diketahui bahwa nilai Fstatistik sebesar

88.26469 dan nilai probabilitas Fstatistik adalah 0,000000. Dengan

demikian F > F dapat disimpulkan bahwa dalam persamaan statistik tabel

regresi data panel tersebut diatas yang terdiri dari variable independen

(CAR, NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR) secara signifikan

mempengaruhi variable dependen (ROA).

i. Analisis Hasil Uji Hipotesis Kedua Hasil analisis regresi data panel yang menggunakan model

Common Effect dari tahun 2008 sampai tahun 2011 menunjukkan bahwa

variable yang dominan adalah variable NIM sebesar 0.194305. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa variable yang paling dominan yang

mempengaruhi ROA adalah variable NIM.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id119

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Persamaan diatas menggunakan regresi data panel model common

effect, studi ini menganalisis pengaruh variable Capital Adequacy Ratio

(CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Equity (ROE), Net Interest

Margin (NIM), Total Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional

(BOPO) dan Loan To Deposit Ratio (LDR) terhadap variable Return On Asset

(ROA) pada Bank Umum (BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, BCA, Bank

Danamon, Bank Permata, dan BII) selama periode pengamatan tahun 2008

sampai dengan tahun 2011. Perhitungan diatas tersebut dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Hasil pengujian uji F didapatkan bahwa keenam variable bebas yaitu CAR,

NPL, ROE, NIM, BOPO, dan LDR secara serempak memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap rasio ROA.

2. Penggunakan uji t yang menguji secara parsial dengan signifikansi α 0,05

maka dapat disimpulkan bahwa dari keenam variable bebas, variable CAR,

NPL dan LDR tidak signifikan dan variable lainnya seperti ROE, NIM dan

BOPO secara parsial berpengaruh terhadap variable dependen (ROA).

Apabila dilihat dari keenam variable bebas diatas, variable NIM yang

mempunyai pengaruh yang dominan terhadap rasio ROA sebesar 19,43%.

commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id120

B. Saran

1. Managemen perbankan seharusnya tetap memperhatikan rasio CAR yang

mengindikasikan ketaatan bank dalam memenuhi permodalannya sehingga

dapat digunakan untuk melindungi deposan dengan menangkal kerugian

usaha perbankan sebagai resiko usaha perbankan. Selain itu juga, setelah

dapat mencapai CAR minimum sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia

sebaiknya bank tetap menjalankan perannya sebagai lembaga intermediary

sebagai penyalur dana dalam bentuk kredit kepada masyarakat dengan

berpegang kepada prinsip kehati-hatian.

2. Manajemen perbankan agar selalu dapat menjaga kestabilan kinerja

perusahaan dengan mengikuti perkembangan dari Laporan Keuangan

melalui rasio-rasio keuangannya dan prinsip-prinsip tentang kesehatan

bank yang telah dikeluarkan Bank Indonesia melalui Surat Ketetapan Bank

Indonesia.

commit to user