Zoo Indonesia 2019 28(1): 33-45 Kelimpahan, Komposisi, dan Ukuran Kadal di Berbagai Habitat Berbeda pada Ekoton Hutan Nantu, Provinsi Gorontalo

KELIMPAHAN, KOMPOSISI, DAN UKURAN KADAL DI BERBAGAI HABITAT BERBEDA PADA EKOTON HUTAN NANTU, PROVINSI GORONTALO

LIZARD ABUNDANCE, COMPOSITION, AND SIZE AT DIFFERENT TYPES OF HABITATS OF NANTU FOREST ECOTONE, GORONTALO

Fata Habiburrahman Faz, Mirza Dikari Kusrini, Agus Priyono Kartono Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan & Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor E-mail: [email protected]

(diterima April 2019, direvisi Juni 2019, disetujui Juli 2019)

ABSTRAK Sebagai satwa liar yang tersebar luas, kadal dapat dijadikan acuan untuk mempelajari dampak perubahan habitat, teruta- ma untuk beberapa jenis yang dapat bertahan di berbagai tipe habitat dan sensitif terhadap perubahan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah menelaah komposisi dan kelimpahan kadal pada berbagai tipe habitat, mengukur perbedaan ukuran tubuh pada tiga spesies dominan, menganalisis kesamaan komunitas dan pemilihan mikrohabitat. Penelitian dilakukan di hutan Nantu, Gorontalo pada bulan Mei-Juni 2014. Survey dilakukan dengan memasang jebakan lem pada transek garis sepanjang 50-100 m pada tujuh tipe habitat berbeda yaitu habitat hutan (hutan sekunder, hutan produksi terbatas dan peralihan hutan ke kebun) dan kebun (kebun jagung, kebun tebu, kebun kelapa dan kebun coklat). Hasil penelitian mendapatkan delapan spesies kadal dari satu famili, dimana tiga spesies dominan dengan kelimpahan tertinggi adalah Emoia caeruleocauda (Spesialis kebun), rudis (Sebaran luas), dan Sphenomorphus variegatus (Spesialis hutan). Tutupan kanopi, tutupan tumbuhan bawah, dan sumber air diduga sebagai faktor biotik yang paling berpengaruh terhadap tiga spesies dominan.

Kata kunci: kadal, kelimpahan, mikrohabitat, tiga spesies dominan, ukuran tubuh

ABSTRACT As a widespread species, lizard can be used as a reference for studying the impact of habitat changes, especially for species that can survive in different types of habitats and sensitive to environmental changes. The objectives of this study were to estimate lizard composition and abundance in differerent type of habitats, measure body size differences between three dominant species, analyze the species similarity and microhabitat preference. Research was conducted in the Nantu forest, Gorontalo in May-June 2014. We used glue traps in 50-100 m line transect in seven types of habitats: forest (secondary forest, limited production forest and forest ecotone) and plantation area (cornfield, cane plantation, coconut garden, and cocoa-field). Eight species from one family were recorded with Emoia caerileocauda (Plantation specialist), Eutropis rudis (Wide-range), and Sphenomorphus variegatus (Forest specialist) as the dominant species with highest abundance. There were no significantly differences in body size between all habitat, except for Eutropis rudis (bigger in the plantation area than in forest) and Sphenomorphus variegatus (bigger in the ecotone than in forest). Canopy cover, understorey cover and water resources were estimated as the most influential microhabitat variables for these dominant species.

Keywords: abundance, body size, lizards, microhabitat, three dominant species.

PENDAHULUAN dengan organisme lain sebagai komponen Kerusakan habitat akibat gangguan kunci dalam komunitas ekologi (Pianka & Vitt manusia menjadi ancaman yang besar bagi 2006). Perubahan lingkungan yang ekstrim satwa. Kadal merupakan jenis satwa liar yang akibat aktifitas manusia seperti alih fungsi tersebar luas, mulai di dataran rendah hingga hutan, degradasi dan fragmentasi habitat dataran tinggi, baik di kawasan alami diperkirakan dapat mengancam kelangsungan (misalnya hutan) maupun di sekitar hidup reptil, termasuk di dalamnya kadal pemukiman manusia (Mattison 2009). (Mattison 2009; Wanger et al., 2009). Keberadaan kadal dapat dijadikan acuan untuk Sulawesi merupakan salah satu pulau mempelajari dampak perubahan habitat terbesar di indonesia yang terletak di wilayah terhadap keberadaan satwa dan berinteraksi peralihan antara daerah oriental dan australis.

33 Zoo Indonesia 2019 28(1): 33-45 Kelimpahan, Komposisi, dan Ukuran Kadal di Berbagai Habitat Berbeda pada Ekoton Hutan Nantu, Provinsi Gorontalo

Walaupun penelitian tentang herpetofauna khusus, perbedaan ukuran bisa digunakan untuk relatif banyak dilakukan di Sulawesi, namun melihat bagaimana dampak dari perubahan lebih banyak mengulas penemuan jenis dan ja- lahan terhadap kemampuan jenis beradaptasi rang melaporkan dampak perubahan habitat maupun bertahan hidup (Lazić et al. 2017; terhadap keberadaan herpetofauna (Gillespie et Perry & Garland 2002; Sasaki et al. 2008). al. 2005; Iskandar & Tjan 1996; Koch 2011). Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan Salah satu wilayah penting bagi keane- tujuan untuk 1) Menduga komposisi dan karagaman hayati di Sulawesi adalah Suaka kelimpahan kadal pada tipe habitat berbeda 2) Margasatwa (SM) Nantu di propinsi Gorontalo, Menduga kesamaan jenis dan pemilihan bagian utara sulawesi yang menjadi habitat mikrohabitat dan 3) Mengukur perbedaan penting dari beberapa satwa endemik sulawesi ukuran tubuh tiga jenis kadal yang dominan seperti Anoa, Babirusa, Tarsius, dan Monyet pada tipe habitat berbeda. hitam sulawesi (Nantu Forest Conservation Fund 2009). Disisi lain, Nusantara (2014) METODE PENELITIAN melaporkan 19 jenis reptil yang terdiri dari 6 Pengambilan data di lapang jenis ular, 5 jenis cicak, 7 jenis kadal, dan 1 Pengambilan data dilakukan di kawasan jenis biawak di dalam kawasan SM Nantu timur SM Nantu, di daerah perbatasan antara maupun di pemukiman di sekitarnya. Desa Bontula dengan Kawasan SM Nantu, serta Hutan Nantu terdiri dari SM Nantu, hutan areal di dalam kawasan SM Nantu Provinsi lindung dan hutan produksi terbatas. Kawasan Gorontalo pada bulan Mei sampai Juni 2014. hutan di SM Nantu yang masih alami, Pengamatan dilakukan di tujuh tempat yaitu dikelilingi oleh hutan lindung, hutan produksi hutan sekunder, hutan produksi terbatas (HPT), terbatas (HPT) dan perkebunan masyarakat peralihan kebun dan hutan, kebun cokelat, merupakan lokasi yang tepat untuk mempelajari kebun jagung, kebun kelapa dan kebun tebu. pengaruh perubahan lahan terhadap komposisi, Pemilihan lokasi pengamatan ini mengacu pada kelimpahan dan perbedaan ukuran reptil. Secara lokasi pengamatan Nusantara (2014).

Gambar 1. Lokasi penelitian di Ekoton Suaka Margasatwa Nantu

34 Zoo Indonesia 2019 28(1): 33-45 Kelimpahan, Komposisi, dan Ukuran Kadal di Berbagai Habitat Berbeda pada Ekoton Hutan Nantu, Provinsi Gorontalo

Pengumpulan data dilakukan dengan vent length (SVL) menggunakan kaliper, metode pasif menggunakan jebakan lem (Bauer sedangkan untuk pengukuran berat tubuh and Sadlier 1992) yang dikombinasikan dengan menggunakan timbangan pegas. line transect (Hamidy dan Mulyadi 2007) yang Identifikasi jenis kadal dilakukan dengan diletakkan di setiap tipe habitat. Waktu mencocokannya laporan skripsi (Nusantara pemasangan perangkap lem dimulai pada jam 2014). Beberapa individu kadal yang 6.00-7.00 WITA sebelum matahari bersinar ditemukan, diawetkan menggunakan alkohol terang. Setiap lokasi pengamatan dicatat dan di 70% untuk identifikasi lebih lanjut di tandai dengan Global Positioning System Laboratorium Herpetologi bidang Zoologi, (GPS). Pusat penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pada setiap habitat yang dipasang Pengetahuan Indonesia. Penamaan spesies jebakan, dibuat dua sampai lima transek mengacu pada Uetz et al. (2017). Pembedaan pengamatan sepanjang 50 sampai 100 m jenis kelamin hanya dilakukan untuk satu dengan jarak antar transek 15-20 m. spesies, yaitu Emoia caeruleocauda yang Pengamatan dimulai pada jam 9.00 WITA didasarkan pada perbedaan warna ekor. Data dengan cara menyusuri jalur dan mengambil yang dicatat adalah jenis kadal yang ditemukan, semua perangkap yang berisi kadal dengan jumlah kadal yang ditemukan, waktu jumlah pengamat empat orang. Perangkap yang perjumpaan, dan lokasi penemuan. kosong akan dibiarkan dan perangkap yang Untuk menduga faktor abiotik dan biotik berisi kadal akan diganti dengan perangkap yang mempengaruhi keberadaan kadal baru. Pengamatan setiap transek dilakukan dilakukan pencatatan variabel terkait selama tiga hari dengan estimasi 3 jam mikrohabitat yaitu kondisi vegetasi, keberadaan pemasangan jebakan. Jumlah jebakan di setiap batang kayu, keberadaan cahaya, dan sumber habitat bisa dilihat pada Tabel 1. air yang diukur pada setiap jalur pengamatan di disekitar jebakan (Harikrishnan et al. 2012; Tabel 1. Jumlah jebakan tiap habitat No Habitat Jumlah jebakan Lubis et al. 2008). Variabel mikrohabitat yang 1 Kebun Tebu 40 diukur adalah sebagai berikut : 2 Kebun Jagung 60 1. Kondisi vegetasi 3 Kebun Kelapa 50 Variabel yang diukur yaitu jumlah pohon 4 Kebun Cokelat 40 yang berada di radius 5 meter sebelah kanan 5 Peralihan Hutan 24 jebakan, diameter batang pohon (>20cm) di 6 Hutan Sekunder 30 radius 5 meter kanan jebakan menggunakan 7 Hutan Produksi Terbatas 30 meteran (30 m), dan tutupan tumbuhan Kadal yang ditemukan dicatat posisi bawah disekitar jebakan menggunakan kayu geografis jebakannya dengan menggunakan 2 m yang diberi tanda setiap 4 cm.

GPS. Kadal yang tertangkap oleh jebakan lem Tutupan tumbuhan Jumlah tanda yang tertutup bawah = X 100% dicatat informasinya dan dimasukkan dalam 50 kantung plastik untuk pengukuran panjang 2. Keberadaan batang kayu tubuh dan berat. Pengukuran panjang tubuh Pada keberadaan batang kayu, variabel dimulai dari moncong sampai kloaka atau snout yang diukur yaitu jumlah batang kayu rebah

35 Zoo Indonesia 2019 28(1): 33-45 Kelimpahan, Komposisi, dan Ukuran Kadal di Berbagai Habitat Berbeda pada Ekoton Hutan Nantu, Provinsi Gorontalo

(diameter > 10 cm) dalam radius 5 m dengan analisis kluster menggunakan sistem sebelah kanan jebakan, panjang kayu Ward’s Linkage Clustering berdasarkan nilai rebah yang diukur menggunakan meteran kehadiran jenis kadal. (30 m), dan keberadaan log rebah (1 = ada Kecenderungan pemilihan karakteristik dan 0 = tidak ada). mikrohabitat oleh jenis kadal dianalisis dengan 3. Keberadaan cahaya metode Canonical Corespondence Analysis Pada keberadaan cahaya, variabel yang (CCA) dengan software CANOCO 4.5 (Lepš diukur yaitu luas penutupan kanopi & Šmilauer 2003). Mikrohabitat yang menggunakan densiometer, ketebalan dianalisis meliputi diameter pohon, jarak serasah menggunakan meteran (30 m) dengan air, keberadaan log rebah, ketebalan dalam radius 5 m disebelah kanan jebakan, serasah, tutupan kanopi, tutupan serasah, dan dan tutupan serasah menggunakan meteran tutupan tumbuhan bawah. (30 m) disebelah kanan jebakan. 4. Sumber air HASIL DAN PEMBAHASAN Pada sumber air, variabel yang diukur Komposisi dan Kelimpahan Jenis yaitu jarak terdekat dengan sumber air Jumlah jenis yang kadal dari Famili menggunakan meteran (30 m). Scincidae yang ada di Sulawesi ± 26 jenis (Uetz et al. 2017). Jumlah keseluruhan jenis Analisis kadal yang ditemukan yaitu delapan jenis dari Kelimpahan jenis kadal di setiap famili Scincidae sub-ordo sauria, dengan habitat per jebakan dihitungan dengan jumlah total 128 individu. Terdapat satu jenis persamaan sebagai berikut: yang tidak bisa diidentifikasi sampai ke tingkat jenis yaitu Sphenomorphus sp. Jenis Kelimpahan Jumlah individu jenis kadal ke-i kadal yang dapat diidentifikasi adalah Emoia jenis kadal = Jumlah jebakan lem disetiap habitat caeruleocauda, Eutropis grandis,Eutropis multifasciata, Eutropis rudis, Sphenomorphus Perbedaan ukuran tubuh pada tiga jenis variegatus dan Tytthoscincus textus. Dari kadal yang dominan yaitu Emoia hasil penelitian ini, jumlah individu kadal caeruleocauda, Eutropis rudis, dan yang terbanyak yaitu E. rudis dengan total 45 Sphenomorphus variegatus dianalisis individu, sedangkan jumlah individu paling menggunakan uji Kruskal-Wallis dengan α = sedikit yaitu E. grandis dan Sphenomorphus 0.05 untuk melihat perbedaan ukuran tubuh sp., masing-masing 1 individu. Jumlah kadal berdasarkan habitat. Bila ada perbedaan individu kadal paling banyak didapat pada nyata, maka akan dilanjutkan dengan uji lokasi kebun kelapa dengan total 31 individu Mann Whitney untuk melihat dimana saja dari 3 jenis kadal yaitu Eutropis rudis, Eu- perbedaan nyata tersebut berada. tropis multifasciata, Emoia ceruleocauda. Indeks kesamaan komunitas jenis kadal Tidak ditemukan kadal pada lokasi kebun digunakan untuk mengidentifikasi kesamaan tebu. komposisi jenis kadal di setiap habitat. Jika dibandingkan dengan penelitian Kesamaan komunitas jenis kadal dianalisis yang dilakukan Nusantara (2014), hasil yang

36 Zoo Indonesia 2019 28(1): 33-45 Kelimpahan, Komposisi, dan Ukuran Kadal di Berbagai Habitat Berbeda pada Ekoton Hutan Nantu, Provinsi Gorontalo ditemukan untuk kadal lebih banyak satu dengan kebun jagung milik warga (ekoton) di jenis namun dengan komposisi berbeda (Tabel daerah Batu Wanggubu SM Nantu, sedangkan 2). Pada penelitian ini terdapat penambahan pada penelitian ini tidak dilakukan sebanyak lima jenis, yaitu E. grandis, pengambilan data di lokasi tersebut. Jenis L. bowringii, Sphenomorphus sp, S. variegatus Sphenomorphus sp1 yang ditemukan dan T. textus dan. Ada beberapa spesies Nusantara (2014), berbeda dengan yang didapatkan oleh Nusantara (2014) tetapi Sphenomorphus sp, S. Variegatus dan T. tidak didapatkan pada penelitian ini seperti, textus yang ditemukan pada penelitian meru- Lipinia quadrivittata, Sphenomorphus sp1. juk pada perbedaan morfologi kepala dan dan sp2. serta Sphenomorphus temminckii. badan yang berbeda. Hasil penelitian lain di Nusantara (2014) melakukan penelitian Sulawesi seperti Gillespie et al. (2005) selama 15 hari dengan metode tangkap mendapatkan 15 jenis kadal dari famili menggunakan tangan dan jebakan lem yang Scincidae di kepulauan lepas pantai Sulawesi diletakkan secara purposif pada tempat Tenggara dan Wanger et al. (2011) yang berbeda di SM Nantu. Untuk jenis mendapatkan 14 jenis kadal dari famili Lipinia quadrivittata dan Sphenomorphus scincidae di Taman Nasional Lore Lindu, temminckii, Nusantara (2014) menemukannya Sulawesi Tengah. Kesamaan habitat yang pada habitat hutan yang berbatasan langsung digunakan Gillespie et al. (2005) dan Wanger

Tabel 2. Perbandingan jenis kadal yang ditemukan di SM Nantu dan sekitarnya Nusantara Faz (2015) No Nama jenis (2014) KT KC KK KJ HPT Ekoton HS Emoia 1 √ − 5 19 13 − − − caeruleocauda 2 Eutropis grandis − − − − − − − − Eutropis 3 √ − 1 1 1 − − − multifasciata 4 Eutropis rudis √ − 13 11 14 1 4 2 Lipinia 5 √ − − − − − − − quadrivittata Lygosoma 6 − − 4 − − − − − bowringii Sphenomorphus 7 − − − − − 1 − − sp. Sphenomorphus 8 √ − − − − − − − sp.1 Sphenomorphus 9 √ − − − − − − − sp.2 Sphenomorphus 10 √ − − − − − − − temminckii Sphenomorphus 11 − − − − − 1 − 2 textus Sphenomorphus 12 − − − − − 5 17 12 variegatus Keterangan : KT (Kebun Tebu), KC (Kebun Cokelat), KK (Kebun Kelapa), KJ (Kebun Jagung), HPT (Hutan Produksi Terbatas), HS (Hutan Sekunder)

37 Zoo Indonesia 2019 28(1): 33-45 Kelimpahan, Komposisi, dan Ukuran Kadal di Berbagai Habitat Berbeda pada Ekoton Hutan Nantu, Provinsi Gorontalo et al. (2011) dengan penelitian ini yaitu hutan Kelimpahan setiap kadal di berbagai habitat sekunder dan perkebunan warga. berbeda. Di kebun cokelat, E. rudis memiliki Perbedaan jumlah spesies yang didapat kelimpahan tertinggi (0.33 individu/jebakan), antara lain disebabkan oleh metode yang sedangkan kelimpahan terendah (0.03 digunakan, lama waktu penelitian, lokasi individu/jebakan) ada pada E. multifasciata. habitat dan luasan wilayah penelitian. Untuk habitat kebun jagung, kelimpahan Gillespie et al. (2005) melakukan penelitian tertinggi ada pada E. rudis (0.23 individu/ selama tiga tahun dengan menggunakan jebakan), sedangkan kelimpahan terendah metode pitfall trap dan visual encounter (0.03 individu/jebakan) ada pada E. survey (VES) pada dua pulau yaitu Buton dan multifasciata. Kelimpahan jenis kadal di Kabaena. Wanger et al. (2011) melakukan kebun kelapa, nilai tertinggi ada pada E. penelitian kurang lebih dua tahun dengan caeruleocauda (0.38 individu/jebakan), menggunakan metode visual encounter sedangkan kelimpahan terendah ada pada E. surveys pada enam tipe habitat berbeda (100 multifasciata dengan nilai 0.02 individu/ transek) di Taman Nasional Lore Lindu, jebakan. Pada habitat HPT, kelimpahan Sulawesi Tengah. Penelitian ini hanya tertinggi (0.17 individu/jebakan) ada pada dilakukan selama ± 22 hari dengan metode S. variegatus, sedangkan kelimpahan terendah jebakan lem sebanyak ± 274 jebakan pada (0.03 individu/jebakan) ada pada T. textus dan tujuh habitat dengan jumlah jebakan dan Sphenomorphus sp. Kelimpahan jenis kadal di transek yang berbeda-beda pada setiap habitat. hutan sekunder, nilai tertinggi ada pada Jumlah jenis kadal pada penelitian ini diduga S. variegatus dengan nilai 0.40 individu/ akan bertambah apabila dilakukan jebakan, sedangkan nilai terendah (0.03 pengambilan data lebih lama, jumlah lokasi individu/jebakan) ada pada E. grandis. Pada diperluas, dan jumlah jebakan serta transek habitat peralihan kebun dan hutan, kelimpahan ditambah. Hasil yang diperoleh dari penelitian tertinggi (0.71 individu/jebakan) ada pada ini hanya mewakili musim kering, sehingga S. variegatus, sedangkan kelimpahan terendah monitoring kadal sebaiknya dilakukan juga di (0.04 individu/jebakan) ada pada Eutropis musim lain. rudis. Gambar 2 menunjukkan penyebaran

Gambar 2. Grafik penyebaran dan kelimpahan kadal per jenis pada tipe habitat berbeda.

38 Zoo Indonesia 2019 28(1): 33-45 Kelimpahan, Komposisi, dan Ukuran Kadal di Berbagai Habitat Berbeda pada Ekoton Hutan Nantu, Provinsi Gorontalo dan kelimpahan setiap jenis di berbagai tipe (2009), S. variegatus merupakan jenis kadal habitat. Melimpahnya E. rudis menunjukkan terrestrial yang umum dan tersebar luas di bahwa E. rudis dapat beradaptasi pada habitat hutan, serta merupakan jenis kadal yang paling yang beragam dan umum dijumpai di habitat menyolok di hutan. Untuk jenis E. grandis, E. yang relatif terbuka maupun relatif tertutup. multifasciata, L. bowringii, Sphenomorphus sp Menurut Gillespie (2009), E. rudis merupakan dan S. textus, kelimpahannya relatif kecil. jenis yang umum dan tersebar luas diseluruh Menurut Leslie et al. (2014), terdapat habitat terrestrial, serta memiliki ruang jelajah beberapa jenis satwaliar menjadi indikator yang luas antara kebun dan hutan. Menurut yang signifikan dari suatu habitat, serta Cox et al. (1998), kadal (Eutropis) memakan dianggap telah mendekati peralihan kebun dan berbagai jenis invertebrata dan dapat hutan, maka satwa tersebut dapat bergerak berasosiasi di sekitar tempat tinggal manusia. bebas diantara hutan dan lahan pertanian. Hal Jenis ini mendominasi di kebun cokelat yang tersebut terlihat dari distribusi E. rudis dan S. memiliki tutupan kanopi 84% dengan variegatus dapat bergerak bebas diantara ketebalan serasah 7 cm. kebun dan hutan. Jenis E. caeruleocauda diduga merupakan jenis spesialis kebun karena hanya Kesamaan komunitas dan pemilihan ditemukan pada habitat kebun kecuali kebun mikrohabitat tebu. Kelimpahan tertinggi pada E. Berdasarkan hasil perhitungan indeks caeruleocauda terdapat pada kebun kelapa kesamaan komunitas menggunakan Ward’s (Lihat Gambar 2). Nilai rata-rata mikrohabitat Linkage Clustering, terdapat empat kelompok dapat dilihat pada Tabel 3. Brown (2011) yang memiliki kemiripan komunitas, yaitu menyatakan bahwa E. caeruleocauda kebun jagung dan kebun kelapa sebesar 100%, merupakan jenis kadal terrestrial yang kebun cokelat dengan kebun jagung dan kebun biasanya terdapat di daerah terbuka dan kebun. kelapa sebesar 85%, peralihan kebun dan Jenis kadal ini juga termasuk kedalam kadal hutan dan hutan produksi terbatas sebesar semi arboreal (Hamidy & Mulyadi 2007). 79%, dan hutan sekunder dengan peralihan Spenomorphus variegatus diduga kebun dan hutan dan hutan produksi terbatas merupakan jenis spesialis hutan, namun Kesamaan Komunitas mampu hidup di peralihan antara kebun dan -48.98

hutan dimana kelimpahan tertinggi terdapat n

a

a

m a

s 0.68

pada wilayah peralihan kebun dan hutan. Hal e

K

s

k e

ini diduga karena peralihan kebun dan hutan d

n

I

i

a 50.34

l i ini memiliki tutupan kanopi yang lebih N terbuka dari kedua habitat hutan lainnya dan 100.00 KJ KK KC ZE HP HS ketebalan serasah yang lebih dalam dari kedua Lokasi Pengamatan habitat hutan lainnya (Tabel 3). Ketersediaan Catatan : KJ = kebun jagung, KK = kebun kelapa, KC = kebun cokelat, PK = peralihan kebun dan hutan, HP = hutan pakan juga diduga menjadi faktor produksi terbatas, HS = hutan sekunder. melimpahnya Sphenomorphus variegatus di Gambar 3. Kesamaan komunitas kadal di peralihan kebun dan hutan. Menurut Gillespie setiap habitat.

39 Zoo Indonesia 2019 28(1): 33-45 Kelimpahan, Komposisi, dan Ukuran Kadal di Berbagai Habitat Berbeda pada Ekoton Hutan Nantu, Provinsi Gorontalo sebesar 76%. Dari gambar 3 sangat jelas ter- dimasukkan dalam analisis pemilihan lihat bahwa komposisi kadal pada habitat mikrohabitat karena jumlah individu yang hutan sangat berbeda dengan habitat kebun. ditemukan masing-masing hanya satu Pemilihan mikrohabitat oleh jenis-jenis individu. Pada jenis S. variegatus, peubah kadal ditunjukkan pada axis 1 (0.373) dan axis mikrohabitat yang paling berpengaruh yaitu 2 (0.164) yang memiliki nilai total eigenvalue keberadaan log rebah (LOG), tutupan kanopi 0.537 atau 53.7%. Hal tersebut menunjukkan (TKP), dan tutupan tumbuhan bawah (TTB). bahwa model sudah dapat mewakili data Peubah ketebalan serasah (KSR) merupakan sebesar 53.7%. Pemilihan mikrohabitat pada mikrohabitat yang dipilih oleh E. setiap jenis kadal disajikan pada Tabel 3. Jenis caeruleocauda dan E. multifasciata. E. rudis E. grandis dan Sphenomorphus sp tidak terlihat mendekati titik pusat, meskipun

Tabel 3. Rata-rata nilai mikrohabitat di tujuh tipe habitat di peralihan kebun dan hutan SM Nantu. Mikrohabitat No Nama Habitat Ttb Dlr Plr Drp Tkp Tsr Ksr Jar (%) (cm) (m) (cm) (%) (%) (cm) (m) 1 Kebun Tebu − − − − − − − 7 2 Kebun Jagung − 58 1.53 − 6 55 4 27 3 Kebun Kelapa 13 − − 25 72 69 7 21 4 Kebun Coklat 5 − − 22 84 78 7 50 Peralihan Kebun 5 42 − − 36 83 69 7 29 Hutan 6 Hutan Sekunder 21 16 3.85 29 85 77 4 14 Hutan Produksi 7 − − − 21 89 76 5 18 Terbatas Keterangan: Ttb = Tutupan tumbuhan bawah, Dlr = Diameter log rebah, Plr = Panjang log rebah, Drp = Diameter pohon, Tkp = Tutupan kanopi, Tsr = Tutupan serasah, Ksr = Ketebalan serasah, Jar = Jarak ke air mendekati jarak ke air (JAR) dan ketebalan serasah (KSR). Untuk jenis S. textus, terlihat menjauhi peubah-peubah mikrohabitat. Dari hasil yang didapat, komunitas kadal pada lokasi penelitian terbagi menjadi dua cluster, yaitu kebun dan hutan. Habitat kebun cenderung memiliki kesamaan komunitas yang tinggi (85-100%) apabila dibandingkan dengan habitat hutan (76-78%). Kesamaan komunitas kadal tertinggi Catatan : Erd = E. rudis, Emc = E. caeruleocauda, ditemukan antara kebun jagung dengan kebun Sva = S. variegatus. KSR = ketebalan sersah, JAR = jarak ke air, DPO = diameter pohon, TSR = kelapa (100%), sedangkan yang terendah tutupan sersah, LOG = keberadaan log rebah, TKP ditemukan antara hutan sekunder dengan = tutupan kanopi, TTB = tutupan tumbuhan bawah. hutan produksi terbatas dan peralihan hutan Gambar 4. Pemilihan mikrohabitat kadal. (76,30%). Tingginya kesamaan tersebut

40 Zoo Indonesia 2019 28(1): 33-45 Kelimpahan, Komposisi, dan Ukuran Kadal di Berbagai Habitat Berbeda pada Ekoton Hutan Nantu, Provinsi Gorontalo karena kedua tempat memiliki komposisi jenis S. variegatus yang diduga merupakan jenis dan karakteristik habitat yang sama. Lokasi spesialis hutan, walaupun terlihat jauh dari kedua habitat yang berdekatan, memiliki variabel mikrohabitat, tetapi berpengaruh ketebalan serasah yang rendah dan persentase positif terhadap tutupan kanopi dan log rebah. tutupan kanopi yang hampir sama diduga Hal ini dapat diduga dari saat ditemukannya S. menjadi faktor penyebab kesamaan komunitas variegatus yang berdekatan dengan log rebah yang sangat tinggi. Komunitas kadal yang dan tutupan kanopi hutan yang tergolong rapat berada di kebun jagung dan kebun kelapa (85%). Jenis E. caeruleocauda terlihat mengelompok dan membentuk komunitas bertolak belakang dengan variabel dengan kadal yang berada di kebun cokelat mikrohabitat tutupan kanopi. Pada saat sebesar 85%. Hal ini dikarenakan tutupan pengamatan, E. caeruleocauda terlihat suka kanopi pada habitat kebun rata-rata sama dan berjemur di daerah terbuka diatas serasah daun tergolong sedang (54%) serta ketebalan kelapa. Brown (2011) menyatakan bahwa E. serasahnya tergolong dalam (6 - 10 cm). caeruleocauda merupakan jenis kadal Kesamaan komunitas kadal pada habitat kebun terrestrial yang biasanya terdapat di daerah dan hutan sangat berbeda, yaitu -48.98%. Hal terbuka. Hal ini berarti E. caeruleocauda ini dikarenakan komposisi jenis kadal dan sangat menghindari tutupan kanopi yang lebat. jumlah spesies yang ditemukan sangat Untuk jenis E. grandis, E. multifasciata, L. berbeda, serta memiliki nilai karakteristik bowringii, S. textus dan Sphenomorphus sp mikrohabitat yang berbeda. Pada habitat hutan tidak dapat diduga pemilihan mikrohabitatnya terdapat pohon-pohon besar dengan tutupan dikarenakan individu yang didapatkan kanopi yang lebat dan cenderung rendah tergolong sedikit, yaitu satu sampai tiga gangguan. Untuk habitat kebun dengan area individu. yang cenderung terbuka dan memiliki tingkat gangguan yang lebih tinggi dibandingkan Perbandingan Snout Vent Length (SVL) dengan habitat hutan. Perbedaan komposisi dan Berat Tiga Jenis Dominan jenis kadal antara habitat hutan dan kebun san- Hasil perbandingan snout vent length gat jauh berbeda. Pada habitat kebun, terdapat (SVL) dan berat hanya dilakukan pada tiga jenis-jenis kadal spesialis kebun seperti E. kadal yang dominan yaitu E. caeruleocauda, caeruleocauda, E. multifasciata, dan E. rudis, dan S. variegatus. Panjang tubuh Lygosoma bowringii, sedangkan pada habitat (SVL) E. caeruleocauda memiliki ukuran hutan terdapat jenis kadal spesialis hutan sep- yang beragam antara kebun cokelat, kebun erti E. grandis, Sphenomorphus sp, T. textus, kelapa dan kebun jagung, namun tidak ada dan S. variegatus. perbedaan panjang tubuh (SVL) yang nyata E. rudis cenderung mendekati jarak ke antara individu di kebun cokelat, kebun kelapa air, hal ini mengindikasikan bahwa E. rudis dan kebun jagung (P=0.244). Rata-rata merupakan jenis kadal yang sangat panjang tubuh (SVL) E. caeruleocauda di membutuhkan air. Hal ini dibuktikan pada saat kebun cokelat adalah 52.32 mm ± 1.31 mm dilapangan, E. rudis banyak ditemukan sangat dengan data pencilan 50.00 mm, di kebun dekat dengan sumber air. Pada jenis kelapa 51.26 mm ± 2.73 mm, dan pada kebun

41 Zoo Indonesia 2019 28(1): 33-45 Kelimpahan, Komposisi, dan Ukuran Kadal di Berbagai Habitat Berbeda pada Ekoton Hutan Nantu, Provinsi Gorontalo jagung 52.34 mm ± 2.44 mm. Rata-rata berat bun coklat (P = 0.037), kebun kepala dengan badan E. caeruleocauda di kebun cokelat hutan produksi terbatas (P = 0.016), kebun adalah 4.75 gram ± 0.44 gram, di kebun coklat dengan hutan produksi terbatas kelapa 4.40 mm ± 0.37 mm dan pada kebun (P=0.012) jagung 4.63 gram ± 0.37 gram. Uji Kruskal- Rata-rata berat badan E. rudis di kebun Wallis pada berat menunjukkan tidak ada cokelat adalah 5.34 gram ± 0.35 gram, pada perbedaan yang nyata antara individu-individu kebun kelapa 5.15 gram ± 0.35 gram, pada di kebun cokelat, kebun kelapa dan kebun kebun jagung 4.86 gram ± 0.41 gram, dan jagung (P=0.126). pada hutan produksi terbatas 4.57 gram ± 0.06 Rata-rata panjang tubuh (SVL) E. rudis gram. Uji Kruskal-Wallis pada SVL di kebun cokelat adalah 66.25 mm ± 1.23 mm menunjukkan perbedaan nyata berat pada dengan data pencilan dalam 57.40 mm dan habitat tertentu (P=0.013) (Tabel 3). Hasil uji- pencilan luar 47.00 mm. Rata-rata panjang µ Mann Whitney menunjukkan ada perbedaan tubuh (SVL) di kebun kelapa adalah dari nyata antara berat E. rudis di kebun jagung 61.12 mm ± 6.14 mm, di kebun jagung 54.72 dengan di kebun coklat (P=0.009), kebun ja- mm ± 4.80 mm, di hutan produksi terbatas gung dengan hutan sekunder (P=0.031), kebun 49.47 mm ± 1.47 mm, dan di hutan sekunder kelapa dengan hutan produksi terbatas 50.55 mm ± 1.64 mm. Pada peralihan kebun (P=0.022) dan kebun coklat dengan kebun dan hutan tidak terdapat rata-rata panjang produksi terbatas (P=0.049). tubuh (SVL), karena hanya memiliki satu Untuk S. variegatus, rata-rata panjang individu. Uji Kruskal-Wallis pada SVL tubuh (SVL) di hutan produksi terbatas adalah menunjukkan perbedaan nyata ukuran SVL di 47.96 mm ± 1.78 mm, di hutan sekunder habitat tertentu (P=0.000) (Tabel 4). Hasil uji- 48.86 mm ± 1.61 mm dan pada peralihan µ Mann Whitney menunjukkan ada perbedaan kebun dan hutan 51.73 mm ± 2.43 mm. Hasil nyata antara panjang SVL E. rudis di kebun perbandingan SVL menunjukkan terdapat jagung dengan kebun kelapa (P= 0.006), perbedaan nyata pada panjang tubuh (SVL) S. kebun jagung dengan kebun kelapa (P = variegatus di peralihan kebun dan hutan, hutan 0.001), kebun jagung dengan hutan produksi sekunder dan hutan produksi terbatas terbatas (P = 0.043), kebun kelapa dengan ke- (P=0.001). Uji Mann-Whitney menunjukkan perbedaan yang nyata ukuran SVL terdapat Tabel 4. Uji Kruskal Wallis SVL dan berat Eutropis rudis di seluruh habitat. antara peralihan kebun dan hutan dengan hutan sekunder (P=0.003) serta peralihan Jenis kebun dan hutan dengan hutan produksi Habitat Emoia Sphenomorphus Eutropis rudis terbatas (P=0.005). Tidak terdapat perbedaan caeruleocauda variegatus nyata panjang tubuh (SVL) kadal ini di hutan

SVL 0.244 0.000* 0.001* sekunder dengan hutan produksi terbatas (P=0.342). Berat 0.126 0.013* 0.357 Rata-rata berat badan S. variegatus di

Keterangan: * = berbeda nyata hutan produksi terbatas adalah 4.20 gram ± 0.72 gram, di hutan sekunder 4.75 gram ± 0.24

42 Zoo Indonesia 2019 28(1): 33-45 Kelimpahan, Komposisi, dan Ukuran Kadal di Berbagai Habitat Berbeda pada Ekoton Hutan Nantu, Provinsi Gorontalo gram dan pada peralihan kebun dan hutan 4.83 keberhasilan dalam mencari pakan (Huey & gram ± 0.31 gram. Uji Kruskal-Wallis pada Hertz 1984; Sumner et al. 1999). berat menunjukkan tidak ada perbedaan nyata berat S. variegatus di hutan produksi terbatas, KESIMPULAN hutan sekunder dan peralihan kebun dan hutan Jumlah jenis kadal yang ditemukan (P=0.357). lebih banyak dari penelitian sebelumnya, Ukuran dan bentuk tubuh pada setiap namun terdapat beberapa jenis yang tidak kadal terbentuk karena kombinasi antara ditemukan karena survei tidak dilakukan di adaptasi terhadap lingkungannya dan sejarah habitat hutan primer di dalam kawasan suaka evolusi (Mattison 2009). Pada penelitian ini, margasatwa Nantu. Terlihat jelas perbedaan perbedaan ukuran tubuh hanya terdapat pada komposisi kadal antara kebun dan hutan E. rudis di beberapa habitat (Tabel 4) dan S. dimana ada jenis yang menyebar luas variegatus antara peralihan (kebun dan hutan) (Eutropis rudis), spesialis kebun (Emoia dan habitat hutan (hutan sekunder dan hutan caeruleocauda) dan spesisalis hutan produksi terbatas). Perbedaan ini diduga (Sphenomorphus variegatus). Komunitas karena persaingan dan ketersediaan pakan kadal pada habitat kebun dan hutan sangat (Mattison 2009) serta diduga adanya stres berbeda. Hal ini karena masing-masing habitat secara ekologi yang menyebabkan ukuran memiliki karakteristik yang berbeda. tubuh kecil dan fluctuating asymmetry Secara umum tidak ada perbedaan meningkat (Garrido & Perez-Mellado 2014). ukuran tubuh dan berat yang nyata pada Perbedaan ukuran juga dapat terjadi karena Emoia caeruleocauda, Eutropis rudis, beberapa faktor penentu lainnya semisal luas Sphenomorphus variagatus antar tipe habitat. wilayah jelajah antara jantan dan betina (lihat Terdapat kecenderungan ukuran Eutropis Perry & Garland 2005 untuk beberapa jenis rudis lebih besar di kebun daripada di hutan iguana dan kadal), variasi letak geografis dan ukuran Sphenomorphus variegatus lebih (Brown 2011) dan ketersediaan pakan serta besar di daerah peralihan daripada di hutan. kondisi habitat (Sumner et al. 1999). Perbedaan ini diduga karena persaingan, Ukuran tubuh (SVL dan berat badan) ketersediaan pakan dan tekanan di masing- pada kadal dapat berpengaruh dalam masing habitat. kemampuan bertahan hidup kadal. Salah satu contoh pengaruh ukuran badan (SVL dan berat UCAPAN TERIMAKASIH badan) terhadap kelangsungan hidup kadal Ucapan terimakasih disampaikan yaitu dalam kecepatan berakselerasi. Menurut kepada masyarakat desa Bontula atas Huey & Hertz (1984), kadal berukuran besar keramahtamahan dan dukungan selama memiliki kecepatan akselerasi yang lebih penelitian ini. Pak Ridon Saleh, Hendrik tinggi daripada kadal berukuran kecil. Kadal Abdul dan Novi Prasetyaningrum membantu berukuran besar juga menjadi lebih dominan peneliti selama di lapang. Dr. Amir Hamidy dan lebih berkuasa dalam persaingan antar dari Museum Zoologicum Bogoriense kadal. Ukuran tubuh kadal juga sangat penting membantu dalam identifikasi spesimen. dalam melindungi diri dari predator dan Penghargaan juga diberikan kepada kantor

43 Zoo Indonesia 2019 28(1): 33-45 Kelimpahan, Komposisi, dan Ukuran Kadal di Berbagai Habitat Berbeda pada Ekoton Hutan Nantu, Provinsi Gorontalo

BKSDA Sulawesi Utara di Manado atas izin Iskandar, D. T. & Tjan, K. N. (1996). The amphibians and of sulawesi, dan bantuannya. Dana penelitian ini diperoleh with notes on the distribution and dari BOPTN DIKTI-IPB Nomor 110/IT3.11/ chromosomal number of frogs. In: Kitcher DJ, Suyanto A (eds.), LT/2014 atas nama MDK. Proceedings of the First International Conference on Eastern Indonesian- Australian Vertebrate Fauna, Manado, DAFTAR PUSTAKA Indonesia. pp. 39–46. Koch, A. (2011). The amphibians and reptiles Bauer, A. M. & Sadlier, R. A. (1992). The Use of Sulawesi: Underestimated diversity of Mouse Glue Traps to Capture in a dynamic environment. Biodiversity Lizards. Herpetological Review, 23:112 Hotspot: 383-404. doi: 10.1007/978-642 -113. -20992-5_20. Brown, W. C. (2011). Lizards of the Lazić, M.M., Carretero, M.A., Živković, U., Genus Emoia (Scincidae) with Crnobrnja-Isailović, J. (2017). City life Observations on has fitness costs: reduced body Their Evolution and Biogeography. condition and increased parasite load in California (US): California Academy of urban common wall lizards, Podarcis Science. muralis. Salamandra 53(1), 10–17. Chettri, B., Bhupathy, S. & Acharya, B. J. Lepš J, Šmilauer P. 2003. Multivariate (2010). Distribution pattern of reptiles analysis of ecological data using along an eastern Himalayan elevation CANOCO. Cambridge (AU). gradient, India. Acta Oecologica, 36:16- Cambridge university press. 22. Leslie, T.W., Biddinger, D. J., Rohr, J. R., Cox, M. J., Van Dijk, P. P., Nabhitabhata, J. & Hulting, A. G., Mortensen, D. A. & Thirakhupt, K. (1998). A Photographic Fleischer, S. J. (2014). Examining Guide to Snakes and Other Reptiles of Shifts in Carabidae Assemblages Across Peninsular Malaysia, Singapore and a Forest-Agriculture Ecotone. Thailand. London (GB): New Holland Environmental Entomology, 43(1), 18- Publishers Ltd. 28. Garrido, M. & Perez-Mellado, V. (2014). Lubis, M.I., Endarwin W, Riendriasari, S.D., Assessing factors involved in Suwardiansah, Ul-Hasanah, A.U., Ira- determining fluctuating asymmetry in wan, F.,Aziz, H.. Malawi, A. Conserva- four insular populations of the Balearic tion of Herpetofauna in Bantimurung lizard Podarcis lilfordi. Salamandra, 50 Bulusaraung National Park, South Su- (3), 147-154. lawesi, Indonesia. Bogor : Indonesia Gillespie, G. R. (2009). Guide to the Frogs Mattison, C. (2009). Lizards of The World. and Reptiles of Sulawesi Tenggara London (UK): Octopus Publishing offshore islands. Victoria (AUS): Zoos Group Ltd. Victoria. Mistar. (2008). Panduan Lapang Amfibi & Gillespie, G. R., Howard, S. D., Lockie, D., Reptil di Areal Mawas Propinsi Scroggie, M. & Boeadi. (2005). Kalimantan Tengah (Catatan di Hutan Herpetofaunal richness and community Lindung Beratus). Kalimantan Tengah structure of offshore islands of (ID): BOS Foundation. Sulawesi, Indonesia. Biotropica, 37(2), [NFCF] Nantu Forest Counservation Fund. 289-290. (2009). Nantu Forest Counservation Hamidy, A. & Mulyadi, I. (2007). Fund Feasibility Report. Sanur: PT. Herpetofauna di Pulau Waigeo (in Starling Asia. press). Pp: 4. Nusantara, A. (2014). Keanekaragaman Reptil Harikrishnan S, Chandramouli, S.S, Vasude- Di Suaka Margasatwa Nantu, Provinsi van K. 2012. A Survey of Herpetofauna Gorontalo. [Skripsi]. Bogor (ID). on Long Island, Andaman and Nicobar Institut Pertanian Bogor. Islands, India. Herpetological Bulletin, Oda, W. Y. (2008). Microhabitat utilization 119. and population density of the lizard Huey, R. B. & Hertz, P. E. (1984). Effects of Gonatodes humeralis (Guichenot, 1855) Body SiPK and Slope on Acceleration (Reptilia; ; Gekkonidae) in of A Lizard (Stellio stellio). forest areas in Manaus, Amazon, Brazil. Experimental Biology, 110, 113-123. Ciencias Naturais, 3(2), 165-177.

44 Zoo Indonesia 2019 28(1): 33-45 Kelimpahan, Komposisi, dan Ukuran Kadal di Berbagai Habitat Berbeda pada Ekoton Hutan Nantu, Provinsi Gorontalo

Perry, G. & Garland, T. (2002). Lizard Home morphological change in response to Ranges Revisited: Effects of Sex, Body rainforest fragmentation in the prickly SiPK, Diet, Habitat, and Phylogeny. forest (Gnypetoscincus Ecology, 83(7), 1870-1885. queenslandiae). Biological Pianka, E. R. & Vitt, L. J. (2006). Lizards: Conservation, 91, 159-167. Windows to The Evolution of Diversity. Uetz, P., Freed, P. & Hošek, J. (2017): The London (UK): University of California Database. http://www.reptile- Press, Ltd. database.org. Download at 1 November Reilly, S. M., McBrayer, L. B. & Miles, D. B. 2018. (2007). Lizard Ecology: The Wanger, T. C., Iskandar, D. T., Motzke, I., Evolutionary Consequences of Brook, B. W., Sodhi, N. S., Clough, Y. Foraging Mode. New York (US): & Tscharntke, T. (2009). Effects of Cambridge University Press. Land-Use Change on Community Sasaki, K., Fox S.F., & Duvall, D. (2008). Composition of Tropical Amphibians Rapid Evolution in the Wild: Changes and Reptiles in Sulawesi, Indonesia. in Body Size, Life-History Traits, and Conservation Biology. 22, 375-384 Behavior in Hunted Populations of the Wanger, T. C., Motzke, I., Saleh, S. & Japanese Mamushi Snake. Conservation Iskandar, D. T. (2011). The amphibians Biology, 23, 93–102. and reptiles of the Lore Lindu National Sumner, J., Moritz, C. & Shine, R. (1999). Park area, Central Sulawesi, Indonesia. Shrinking forest shrinks skink: Salamandra, 47(1), 17-29.

45