AQUARIAL TOURISM SEBAGAI KONSEP PENGEMBANGAN PANTAI BONDO DI

Hindun Hestiningsih1, Ridwansyah Trisnanda Putra2, Dimas Muhammad Thoifur3, Pitria Ramadanti4, Bethesda Angela Hutapea5, Ray March Syahadat6, Priambudi Trie Putra7

1,2,3,4,5,6,7 Program Studi Arsitektur Lanskap, Institut Sains dan Teknologi Nasional Jl. Moh. Kahfi II Kampus Bhumi Srengseng Indah, Jagakarsa, Jakarta Selatan E-mail: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected],

ABSTRAK

Indonesia memiliki potensi lanskap yang melimpah dalam mengembangkan kepariwisataan, baik di kawasan darat maupun laut. Peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat, pelestarian budaya lokal, serta penyadartahuan akan pentingnya menjaga keberlanjutan lingkungan merupakan tujuan utama pengembangan kepariwisataan. Salah satu kawasan yang memiliki potensi tersebut terdapat di kawasan Pantai Bondo, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Kawasan Pantai Bondo memiliki tipe pantai yang diapit oleh permukiman nelayan, persawahan, sungai, serta kawasan mangrove. Masyarakat setempat belum terlalu merasakan manfaat ekonomi maupun lingkungan dari keberadaan pantai tersebut meskipun pantai tersebut telah dikelola. Tujuan dari penelitian ini adalah merencanakan ulang lanskap Pantai Bondo agar tercipta integrasi lanskap wisata yang memadukan darat dan laut. Metode yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi literatur. Data selanjutnya diolah menggunakan standar analisis lingkungan akuatik, terestrial, potensi objek dan daya tarik wisata serta ekologi. Hasil penelitian ini berupa (1) penentuan konsep ruang yang dibagi menjadi lima tipe lanskap, (2) perlunya pengembangan atraksi wisata, serta (3) konsep paket wisata. Kata kunci : akuatik, lanskap, manfaat ekonomi dan lingkungan, perencanaan ulang, terestrial.

ABSTRACT

Indonesia has an abundance potency of landscape in order to developing its tourism, both terrestrial and maritime. Increasing of social welfare, conserve the local culture, and sustainable environment awareness are the objectives of tourism development. One of the area that has those potential is Bondo Beach, Jepara , Central . The features of Bondo Beach has fishermen village, rice field, river, and mangrove area. The local people has not been felt the benefit both economics and environment of Bondo Beach though it has been managed. The objectives of the research are to re-planning the landscape of Bondo Beach so that it has integrated tourism landscape between terrestrial and aquatic area. The method was used are observation, interview, and literature study. The data analyzed with aquatic environment, terrestrial, object and tourism attraction, and ecological analysis. The result of this study are (1) zonation concept which is divided into five landscape types, (2) it is needed to develop the tourism attraction, and (3) the tourism package concept. Keywords : aquatic, economic and environment benefit, landscape, re-planning, terrestrial.

46 IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 2, NO. 2, JULI 2018 1. PENDAHULUAN (2016) dalam penelitiannya di wilayah kepesisiran Jepara. Sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia, Indonesia 3. LANDASAN TEORI memiliki banyak sekali potensi lanskap untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata. Di Lanskap Wisata Provinsi Jawa Tengah sendiri terdapat banyak Lanskap merupakan bentang alam pantai dan salah satunya adalah Pantai yang memiliki karakteristik serta Bondo. Pantai Bondo ini terletak di keberadaannya dinikmati oleh lima panca Kabupaten Jepara. Berdasarkan penelitian indera manusia (Simond dan Starke, 2006). yang dilakukan oleh Widyawati dan Ma’rif Dalam suatu unit lanskap terdapat sistem (2014), Pantai Bondo memiliki daya tarik yang kompleks yang menunjukkan interaksi tersendiri untuk dikembangkan. antara komponen biotik dan abiotik, alami Saat ini Pantai Bondo telah dikelola, maupun buatan, termasuk segala aktivitas di namun masyarakat sekitar belum terlalu dalamnya baik wujud maupun tak wujud. merasakan manfaat keberadaan lanskap Lanskap wisata sendiri merupakan suatu wisata di daerah mereka khususnya dari sisi lanskap yang di dalamnya terdapat segala ekonomi dan lingkungan. Kondisi pantai kebutuhan manusia dalam perjalanan yang diapit oleh permukiman nelayan, sementara waktu di luar tempat tinggal persawahan, sungai, dan ekosistem mangrove mereka, dalam jangka waktu tertentu. sesungguhnya merupakan potensi yang dapat Umumnya kegiatan wisata disertai dengan dikembangkan menjadi satu kawasan wisata kegiatan yang rekreatif. Untuk itu pada suatu yang kompleks yang menghubungkan potensi lanskap wisata perlu adanya fasilitas untuk akuatik dan terestrial. Belum adanya zonasi mendukung kegiatan mereka. dan keragaman atraksi wisata juga merupakan permasalahan sehingga dibutuhkan adanya replanning pada lanskap Pantai Bondo. Untuk itu perlu adanya konsep wisata yang dapat mengikat seluruh potensi dan melepaskan permasalahan yang ada dalam pengembangan wisata Pantai Bondo.

2. METODOLOGI

Kajian dilakukan di Pantai Bondo, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah (Gambar 1). Objek dalam kajian ini berupa kawasan pesisir Pantai Bondo. Data dikumpulkan dari observasi, wawancara, dan studi literatur. Analisis kualitas lingkungan akuatik, terestrial, serta potensi objek dan daya tarik wisata menggunakan standar dari Yusiana et al. (2011) yang dapat dilihat pada Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3. Selanjutnya, standar analisis aspek ekologi dan wisata (Tabel 4 dan Tabel 5) menggunakan standar dari Makalew et al. (2013) yang dimodifikasi. Kelima analisis tersebut dianalisis secara kualitatif yang hasilnya kemudian diolah secara deskriptif dan spasial

untuk menjabarkan konsep-konsep yang Gambar 1. Lokasi penelitian dikembangkan untuk pengembangan Pantai (Sumber: maps.google.com) Bondo. Data yang digunakan untuk

menganalisis bersumber dari data primer dan

juga data sekunder dari Agustina dan Sunarto

IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 2, NO. 2, JULI 2018 47 Tabel 1. Penilaian kualitas lingkungan ekosistem mangrove, padang lamun, dan juga akuatik sungai. Unsur Subunsur Keterangan Tabel 2. Penilaian kualitas lingkungan Kecerahan >75% Sangat terestrial perairan sesuai Unsur Subunsur Keterangan >50-75% Sesuai Ekosistem Keaslian Ekosistem >25-50% Kurang ekosistem utuh sesuai utuh ≤25% Tidak Keaslian Ekosistem sesuai ekosistem utuh rusak <15% Kecepatan 0-0,17% Sangat arus baik Keaslian Ekosistem >0,17-0,34% Baik ekosistem terganggu rusak 15-50% >0,34-0,51% Batas Keaslian Ekosistem toleransi ekosistem rusak >0,51% Bahaya rusak >50% Substrat Pasir Sangat Penutupan >150 Penutupan dasar baik lahan lahan alami Karang berpasir Baik pantai >100-150 Penutupan Lumpur Kurang baik lahan semi alami Pecahan karang Tidak baik >50-100 Penutupan murni lahan Topografi Landai Aktivitas terbangun laut tinggi ≤50 Campuran Cukup landai Aktivitas tinggi Lebar >150 Sangat baik Terjal Aktivitas pantai untuk wisata sedang >100-150 Baik untuk Curam Aktivitas wisata rendah >50-100 Kurang baik untuk wisata Wisata dan rekreasi merupakan hal ≤50 Tidak baik yang berbeda. Wisata memiliki tujuan profit untuk wisata end sedangkan rekreasi memiliki tujuan Topografi 0-8% Aktivitas untuk memperoleh kesenangan. Untuk itu sangat tinggi lanskap wisata merupakan lanskap yang 8-15% Aktivitas rentan terhadap kerusakan baik ekologi, tinggi sosial, budaya, maupun estetika apabila tidak 15-25% Aktivitas direncanakan dengan baik dan komprehensif sedang karena sifatnya cenderung antroposentris >25% Aktivitas (Holden, 2000; Gunn 1994; Inskeep 1991; rendah Warpani dan Warpani, 2007). Bahaya Tidak bahaya Jalur tidak bahaya Wisata pesisir pantai Agak bahaya Jalur Wisata pesisir pantai merupakan area pengamanan wisata yang terletak di area ekosistem pantai utama yang artinya berada di pertemuan antara Bahaya Jalur ekosistem akuatik dalam hal ini lautan dan waspada terestrial (daratan). Pada area wisata pesisir gunung api biasanya tidak hanya ditemukan satu Sangat Jalur bahaya ekosistem karena biasanya ditemukan pula bahaya gunung api

48 IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 2, NO. 2, JULI 2018 Keseluruh ekosistem tersebut kondisi memiliki pendekatan yang berbeda apabila kurang baik akan dikembangkan sebagai area Tidak Lemah pemanfaatan. Begitu halnya apabila akan tersedia dikembangkan sebagai area wisata pesisir Ketersediaan <0,5 km Sangat pantai. Satu hal yang perlu diingat bahwa air kuat keberagaman ekosistem bukanlah sebuah 0,5-1 km Kuat halangan, tetapi sebuah potensi yang dapat 1-2 km Sedang dikelola untuk dijamin keberlanjutannya (Kordi, 2011; Maryono, 2016; Suryono, > 2 km Lemah 2013; Suartha dan Sudharta, 2016; Putrawan, Transportasi Jalan aspal, Sangat 2014). dan ada kuat aksesibilitas kendaraan Tabel 3. Penilaian potensi objek dan daya umum tarik wisata Jalan aspal Kuat Unsur Subunsur Keterangan berbatu, ada Letak dari <1 km Sangat kendaraan jalan utama kuat umum 1-2 km Kuat Jalan aspal Sedang berbatu, 2-3 km Sedang tanpa >3 km Lemah kendaraan Estetika dan Asli Sangat umum keaslian kuat Jalan Lemah Asimilasi, Kuat berbatu/tanah dominan tanpa bentuk asli kendaraan Asimilasi, Sedang umum dominan Dukungan Sangat Sangat bentuk baru dan mendukung kuat Sudah Lemah partisipasi berubah masyarakat sama sekali Mendukung Kuat Atraksi Hanya Sangat Kurang Sedang terdapat di kuat mendukung tapak Tidak Lemah Terdapat <3 Kuat mendukung atraksi di tempat lain Tabel 4. Penilaian aspek ekologi Terdapat 3-5 Sedang Unsur Subunsur Keterangan atraksi di tempat lain Penutupan Alami Sangat Lahan baik Terdapat >5 Lemah atraksi di Semi alami Baik tempat lain Campuran Cukup Fasilitas Tersedia Sangat baik pendukung dengan kuat Non alami Tidak baik kondisi Bahaya Tidak Sangat sangat baik bahaya baik Tersedia Kuat Agak bahaya Cukup dalam baik kondisi baik Bahaya Tidak baik Tersedia Sedang dalam Sangat Sangat bahaya tidak baik

IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 2, NO. 2, JULI 2018 49 Tabel 4. Penilaian aspek ekologi (lanjutan) Hasil analisis lingkungan Pantai Unsur Subunsur Keterangan Bondo pada Tabel 6 digunakan sebagai dasar Tata guna Rencana Sangat penyusunan konsep wisata. Dari hasil analisis lahan/ mendukung potensi terlihat bahwa fitur pasir putih di pantai tidak perencanaan terlalu besar. Hal ini yang mengakibatkan atraksi di pantai tidak terlalu banyak. Tingkat Tata guna Sangat kepekaan berada pada area barat pantai lahan potensi mendukung karena berada di muara sungai, rusaknya ekosistem mangrove, dan adanya patch Belum ada Potensi berupa persawahan. Aliran materi dari tata guna persawahan melalui sungai tidak dapat lahan difiltrasi secara optimal oleh mangrove Tata guna Tidak sehingga dapat memengaruhi kualitas lahan tidak berpotensi akuatik. Untuk itu konsep aquarial tourism mendukung menjadi salah satu solusi memperkaya atraksi di Pantai Bondo baik di lingkungan akuatik Tabel 5. Penilaian aspek wisata maupun terestrial dengan pendekatan Unsur Subunsur Keterangan meminimalkan kerusakan di dua lingkungan Tipe pantai Pasir putih Sangat baik tersebut. kecoklatan Pasir putih Baik Konsep Ruang kecoklatan, Pembagian ruang pada kawasan sedikit pengembangan Pantai Bondo akan dibuat karang menjadi lima bagian, yaitu area sungai, Pasir putih Cukup baik mangrove, persawahan, pantai, dan kecoklatan, pemukiman (Gambar 2). Area pantai dengan berkarang, fitur pantai pasir putih akan dipertahankan dan sedikit sebagai area utama perencanaan. Pada area terjal sungai akan menjadi jalur sirkulasi alternatif Lumpur Kurang baik menuju pantai. Pemukiman warga setempat Penutupan Lahan Sangat baik nantinya akan dikembangkan menjadi lahan terbuka, kawasan wisata budaya kampung budaya nelayan dan petani. Area mangrove akan pantai mangrove direvitalisasi karena kondisinya sangat rentan Semak, Baik hilang dan memiliki peran penting terhadap belukar kualitas Pantai Bondo. Area persawahan akan rendah, dikembangkan sebagai area agrowisata. savana

Belukar Cukup baik Konsep Wisata tinggi Berdasarkan analisis, kawasan wisata Permukiman, Kurang baik di Pantai Bondo ini masih dibutuhkan banyak fasilitas atraksi wisata untuk memancing daya tarik wisata wisatawan. Pada konsep wisata, terdapat Variasi >6 Sangat tujuh aktivitas yang dapat dilakukan oleh jumlah variatif wisatawan (Gambar 3). Aktivitas-aktivitas wisata tersebut bisa dilakukan pada seluruh area 5-6 Variatif mulai dari area sungai, mangrove, 3-4 Cukup persawahan dan pemukiman serta area pantai variatif pasir putih sehingga wisatawan tidak hanya 1-2 Kurang berpusat di area pantai. Sasaran lainnya juga variatif untuk meningkatkan ekonomi masyarakat yang tinggal di permukiman nelayan dan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN petani yang selama ini tidak begitu banyak merasakan manfaat ekonomi dengan adanya Analisis Kualitas Lingkungan Pantai keberadaan pantai di sekitar. Area

50 IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 2, NO. 2, JULI 2018 persawahan dapat dijadikan area agrowisata Dukungan dan Sangat komoditas padi sawah. Kegiatannya dapat Partisipasi mendukung meliputi pratanam hingga pascapanen. Masyarakat

Tabel 6. Hasil penilaian kualitas Pantai Area mangrove perlu lakukan Bondo reboisasi karena ketebalannya setiap Terestrial tahunnya semakin menurun. Terlebih di Ekosistem Keaslian Ekosistem belakangnya adalah area tambak dan Rusak <15% persawahan sehingga permasalahan limbah Penutupan Lahan Campuran turut menjadi perhatian. Untuk meningkatkan Pantai sense dan meningkatkan nilai ekonomi keberadaan mangrove, maka atraksi trekking Lebar Pantai <50 mangrove menjadi bagian dari perencanaan Topografi 0-8% Pantai Bondo. Begitupun dengan area sungai Bahaya Gunung Tidak Bahaya yang menjadi jalur alternatif untuk jalur Berapi wisata. Dengan adanya jalur ini, pemilik perahu dapat memperoleh penghasilan Akuatik tambahan dan lebih memperhatikan Kecerahan Perairan Kurang sesuai keberadaan sungai yang selama ini Kecepatan Arus >0.34-0.51 terabaikan.

Substrat Dasar Pasir Topografi Laut Landai Ekologi Penutupan Lahan Non Alami Bahaya Agak Bahaya Tata Guna Lahan Belum Ada TGL (TGL)/Perencanaan tidak sesuai Wisata

Tipe Pantai Berpasir Putih Gambar 2. Konsep ruang Kecoklatan Penutupan Lahan Pemukiman, Pantai fasilitas wisata Variasi Kegiatan Ada 3-4 (Jumlah) Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Letak dari jalan < 1 km utama Estetika dan Asimilasi, dominan keaslian bentuk baru Atraksi Terdapat 3-5 lokasi Gambar 3. Konsep wisata di tempat lain Fasilitas pendukung Tersedia dalam Konsep Paket Wisata kondisi kurang Konsep paket wisata yang baik direkomendasikan beradasarkan konsep Ketersediaan air < 0,5 km wisata di atas, yaitu wisatawan masuk dapat memilih akan melakukan wisata agrowisata Transportasi dan Jalan aspal berbatu, terlebih dahulu, langsung ke wisata kampung aksebilitas tanpa kendaraan nelayan, atau ke area pasir putih sebagai daya umum tarik utama Pantai Bondo. Area pasir putih ini menjadi hub dalam konsep paket wisata. Untuk wisatawan yang memilih paket

IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 2, NO. 2, JULI 2018 51 agrowisata maupun kampung nelayan, akan dalam Kerangka Pengembangan Potensi mendapatkan kesempatan untuk menyusuri Pariwisata Desa Bondo Kabupaten sungai dengan perahu menuju muara sungai. Jepara, Jurnal Teknik PWK, 3(4), 869- Setelah berada di muara sungai, dapat 879. langsung ke area pasir putih atau berwisata di [2] Agustina, N. dan Sunarto. (2016). Kajian area trekking mangrove terlebih dahulu Tingkat Kepekaan Lingkungan terhadap sebelum ke area pasir putih. Dari hub pasir Pencemaran Minyak di Wilayah putih wisatawan dapat berenang di pantai Kepesisiran Jepara, Jurnal Bumi maupun berperahu di pantai (Gambar 4). Indonesia, 5(3), 1-10. [3] Yusiana, L.S., Nurisjah, S., dan Soedharma, D. (2011). Perencanaan lanskap wisata pesisir berkelanjutan di Teluk Konga, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Jurnal Lanskap Indonesia, 3(2), 66-72. [4] Muflih, A., Fahrudin, A., dan Wardiatno, Y. (2015). Kesesuaian dan daya dukung wisata pesisir Tanjung Pasar dan Pulau Untung Jawa, Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 20(2), 141-149. [5] Makalew, A.D., Damayanti, V.D., dan Gambar 4. Konsep paket wisata Nugraha, J.A. (2013). Perencanaan Lanskap Wisata Pantai Tanjung Baru 5. KESIMPULAN Berbasis Eco-landform, Jurnal Lanskap Indonesia, 5(1), 27-40. Konsep aquarial tourism merupakan [6] Holden, A. (2000). Environment and konsep pengembangan wisata pesisir yang Tourism. London: Routledge. tidak hanya memanfaatkan potensi akuatik [7] Gunn, C.A. (1994). Tourism Planning: tetapi juga potensi terestrial agar tercipta Basic, Concept, Case. Washington DC: suatu keberlanjutan di dalamnya. Konsep ini Taylor & Francis. dianggap cocok untuk dikembangkan di [8] Inskeep, E. (1991). Tourism Planning: An Pantai Bondo mengingat atraksi wisata di Integrated and Sustainable Tourism Pantai Bondo masih kurang, terdapat Development Approach. New York: beberapa ekosistem yang rentan, serta untuk Van Nostrand Reinhold. memberikan manfaat ekonomi secara [9] Simonds, J.O. dan Starke, B.W. (2006). langsung kepada masyarakat sekitar. Pada Landscape Architecture: A Manual of pembagian ruang untuk pengembangan Environmental Planning & Design. Pantai Bondo, direncanakan ruang terdiri atas New York: McGraw Hill Book Co. lima ruang yang terdiri atas pantai pasir [10] Kordi, M.G.H. (2011). Ekosistem Lamun putih, mangrove, sungai, persawahan, dan (seagrass): Fungsi, Potensi, dan permukiman. Sebanyak tujuh aktivitas dapat Pengelolaan. Jakarta: Rineka Cipta. dikembangkan dalam konsep ini antara lain [11] Warpani, S.P., dan Warpani, I.P. (2007). mangrove trakking, menyusuri sungai, wisata Pariwisata dalam Tata Ruang Wilayah. budaya di perkampungan nelayan, Bandung: Penerbit ITB. agrowisata, berenang, piknik, dan berperahu. [12] Maryono A. (2016). Reformasi Konsep paket wisata yang dikembangkan Pengelolaan Sumber Daya Air. menempatkan area pasir putih merupakan Yogyakarta: Gadjah Mada University hub utama sedangkan paket secara umum Press. dibagi tiga yaitu melalui jalur agrowisata, [13] Suryono A. (2013). Sukses Usaha melalui jalur wisata budaya, atau langsung Pembibitan Mangrove Snag Penyelamat kepada hub untuk berpiknik. Pulau. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. [14] Suartha, N., dan Sudartha, I.G.G.P. DAFTAR PUSTAKA (2016). Industri Pariwisata Bali. Jakarta: Rajawali Pers. [1] Widyawati, T. dan Ma'rif. (2014). Pemetaan Tipologi Daya Tarik Wisata

52 IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 2, NO. 2, JULI 2018 [15] Putrawan, I.M. (2016). Konsep-Konsep Dasar Ekologi dalam Berbagai Aktiitas Lingkungan. Bandung: Alfabeta.

IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 2, NO. 2, JULI 2018 53