Panalungtik: Jurnal yang memuat kajian gagasan dan informasi tentang budaya dan kehidupan masa lalu e-ISSN: 2621-928X Vol. 1(1) , Juli 2018, pp 41-60 DOI : https://doi.org/10.24164/pnk.v1i1.5

TATA RUANG KOTA PASCAPERDAGANGAN DUNIA ABAD KE-19 – 20

Spatial City of Ciamis after the World Trade of the 19th - 20th Century

Nanang Saptono Balai Arkeologi Jawa Barat, Jalan Raya Cinunuk km 17, Cileunyi, 40623 E-mail: [email protected] Naskah diterima 15 April 2018 – Revisi 30 Juni 2018 Disetujui terbit 27 Juli 2018 – Diterbitkan secara online 31 Juli 2018

Abstract The capital of Ciamis has experienced several displacements. During the reign of Raden Adipati Aria Kusumadiningrat the development of the capital was encouraged to develop into a city. After the kulturstelsel era, many European capitalists invested in Ciamis. At the beginning of the 20th century economic infrastructure, especially the means of distribution of commodities is much needed. Building economic facilities have sprung up in several locations in Ciamis. Such conditions result in the development of the city. This study aims to get a picture of the spatial layout of Ciamis and the city development process. The research method applied descriptive research. Data collection is done through direct observation in the field and accompanied by the utilization of instrument in the form of ancient maps. In the area of Ciamis City there are still some old building objects that can be used as a spatial bookmark of the city. At a glance the city's development spontaneously, but visible on the basis of existing infrastructure, in the 20th century the city of Ciamis showed a planned city. The growth of Ciamis city is of course influenced by several factors including economic and geographical factors. Keywords: city, layout, planned, industrial area

Abstrak Ibukota Kabupaten Ciamis telah mengalami beberapa kali perpindahan. Pada masa pemerintahan Raden Adipati Aria Kusumadiningrat pembangunan ibukota digalakkan hingga berkembang menjadi kota. Sesudah masa kulturstelsel, kaum kapitalis Eropa banyak yang menanamkan modal di Ciamis. Pada awal abad ke-20 prasarana perekonomian khususnya sarana distribusi barang komoditi banyak diperlukan. Bangunan fasilitas perekonomian bermunculan di beberapa lokasi di Ciamis. Kondisi seperti itu berakibat pada perkembangan kota. Kajian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tata ruang kota Ciamis dan proses perkembangan kota. Metode penelitian menerapkan penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung di lapangan dan disertai pemanfaatan instrument berupa peta-peta kuna. Di wilayah Kota Ciamis masih terdapat beberapa objek bangunan lama yang dapat dijadikan penunjuk tata ruang kota. Secara sepintas perkembangan kota berjalan secara spontan, tetapi yang terlihat berdasarkan tinggalan infrastruktur yang ada, pada abad ke-20 kota Ciamis menunjukkan kota yang terrencana. Pertumbuhan kota Ciamis tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ekonomis dan geografis. Kata kunci: kota, tata ruang, direncanakan, kawasan industri

41

Panalungtik Vol. 1, No. 1, Juli 2018: 41-60

PENDAHULUAN kuna di seluruh dunia kebanyakan berada Permukiman merupakan di dekat aliran sungai. Sebagaimana kebutuhan pokok bagi masyarakat yang masyarakat Sunda, masyarakat Jawa juga berada pada tingkat budaya menetap. mempunyai dasar-dasar pertimbangan Kondisi geomorfologis suatu wilayah untuk menjadikan suatu lahan menjadi merupakan salah satu syarat dalam permukiman. Kota Yogyakarta yang pertimbangan pembentukan permukiman. dibangun oleh Sultan Hamengku Pada masyarakat Sunda terdapat Bhuwana I pada tahun 1755, dalam semacam pedoman untuk memilih suatu pemilihan lokasinya juga lokasi yang cocok dijadikan permukiman. mempertimbangkan faktor Pemilihan lahan dengan memperhatikan geomorfologis. Lokasi Kota Yogyakarta bagaimana letaknya, kemiringannya, berada di antara Gunung Merapi dan riwayat pemakaiannya, warna dan aroma Lautan Hindia, dan diapit enam sungai lahan, serta bentuk alamiah lahan. Salah (Sungai Progo, Bedog, Winongo di barat satu naskah kuna yang menjelaskan hal serta Sungai Code, Gajah Wong dan tersebut adalah Teks Warugan Lemah. Opak di timur). Menurut kajian Revianto Pada teks ini diterangkan kondisi dan Sri Suwito (2008) sebagaimana yang geomorfologis suatu daerah yang cocok dikutip Suryanto dan kawan-kawan, dan tidak cocok untuk dijadikan lokasi Kota Yogyakarta dinilai sebagai permukiman. Sebagai contoh, lokasi lokasi yang istimewa, karena memenuhi dengan geomorfologis berada pada lereng syarat-syarat sebagai kedudukan ibu kota timur bukit dengan kontur miring ke arah kerajaan (Suryanto, Djunaedi, & utara merupakan lahan yang cocok untuk Sudaryono, 2015, hal. 237). permukiman. Lahan seperti itu disebut talaga hangsa. Selain itu tanah yang Selain lokasi, kota-kota membentuk bukit dengan lahan datar di tradisional di juga dibangun atasnya (ngalingga manik), lahan mengikuti pola-pola tataruang tertentu. memotong bukit (singha purusa), dan Pada masa pertumbuhan kerajaan- lahan yang datar (sumara dadaya) juga kerajaan Islam syarat-syarat pada merupakan lahan yang bagus untuk tataruang kota adalah adanya rumah permukiman (Gunawan, 2010). Salah untuk raja (keraton), alun-alun, pasar, dan satu contoh kota di Jawa Barat yang masjid. Kota-kota tradisional yang secara geomorfologis sesuai dengan merupakan warisan dari tradisi India konsep Warugan Lemah adalah merupakan cerminan kemauan jagad raya Majalengka. Lahan kota Majalengka (cosmic pretentions) sang raja condong ke arah utara yang merupakan (Basundoro, 2016, hal. 41). Meskipun lahan talaga hangsa yang baik untuk pada masa prasejarah sudah terbentuk permukiman (Saptono, 2014, hal. 48). adanya koloni-koloni masyarakat, namun Kondisi geografis dan perkembangan kota di Indonesia secara geomorfologis suatu wilayah memang tegas dimulai sejak adanya pengaruh sering dijadikan dasar pertimbangan budaya India. Secara umum berdasarkan untuk dijadikan permukiman. Kota-kota sejarah pertumbuhan aglomerasi di

42

Tata Ruang Kota Ciamis…..( Nanang Saptono )

Indonesia dapat dibagi dalam empat pada perkembangan kota-kota (Pontoh & periode. Periode I (abad ke-3 – 9 M), Kustiwan, 2009, hal. 66-72). sudah ada bukti hubungan antara Asia Tenggara dengan Cina dan sudah tumbuh Di kawasan Ciamis gejala aglomerasi namun belum ditemukan aglomerasi hingga membentuk suatu kota bukti. Tinggalan arkeologis yang sudah muncul sejak masa Kerajaan mengarah kepada adanya aglomerasi Sunda. Prasasti Kawali I menyebutkan adalah kompleks percandian Batujaya di nama Prabu Raja Wastu yang berkuasa di Karawang, percandian Dieng, Borobudur, kota Kawali. Raja ini yang memperindah dan percandian di sekitar Prambanan. keraton Surawisesa. Di sekeliling Kota Periode II (abad ke-9 – 14 M), Kawali terdapat parit yang dapat peninggalan tertulis menyebutkan adanya memakmurkan desa (Nastiti & Djafar, pemerintahan Kadhiri, Singhasari, hingga 2016, hal. 108). Parit dimaksud mungkin Majapahit. Pada periode ini kota pertama berupa saluran irigasi. Surutnya yang ditemukan adalah bekas ibukota kekuasaan Kerajaan Sunda dan mulai Majapahit di Trowulan. Hingga abad ke- berpengaruhnya pemerintahan 14 banyak diberitakan pada prasasti berlatarkan budaya Islam membawa pusat-pusat pemerintahan tradisional di perubahan di Ciamis. Pada 1595 pinggiran sungai yang dapat dilayari. Panembahan Senopati dari Mataram Periode III (abad ke-15 – 18 M), sejak berhasil menanamkan kekuasaannya di runtuhnya Kerajaan Majapahit berdiri Ciamis, yang ketika itu disebut Galuh, kerajaan baru di pesisir. Kota-kota seperti dengan cara mengangkat Wedana Gresik, Demak, , dan Banten Mataram di Galuh. Pada masa bermunculan. Kota-kota tersebut berada pemerintahan Raden Adipati Aria pada semenanjung atau delta sungai yang Kusumadiningrat yang lebih dikenal dapat dilayari. Masa ini merupakan masa dengan sebutan Kangjeng Prabu, perdagangan dunia yang dipelopori oleh pembangunan ibukota Galuh digalakkan bangsa-bangsa Eropa. Sejak sekitar 1780 hingga Galuh berkembang menjadi kota beberapa kota di utara Jawa sudah Ciamis sekarang. Pembangunan dimulai dikuasai bangsa Eropa. Kota-kota di pada 1853 yaitu dengan pendirian pedalaman seperti Yogyakarta, Kartasura, Keraton Selagangga. Pada 1872 dibangun dan Surakarta masih tetap berdiri sebagai Jambansari dan kompleks pemakaman pusat pemerintahan pribumi. Periode IV keluarga bupati. Antara 1859 – 1877 (abad ke-19 – 20 M), merupakan babak beberapa gedung dibangun antara lain baru bagi kota-kota di Indonesia gedung kabupaten. Sesudah itu dibangun khususnya Jawa. Revolusi industri di gedung untuk Asisten Residen Galuh. Eropa mengakibatkan meningkat Selain itu juga dibangun tangsi militer, tajamnya kebutuhan bahan mentah seperti penjara, masjid agung, gedung untuk produk perkebunan, rempah-rempah, dan kontrolir, dan kantor telepon (Lubis, bahan mineral. Kebijakan kulturstelsel 2013). masa pemerintahan Van den Bosch dan Selain tekanan dari Mataram, kebijakan politik etis berpengaruh besar Galuh atau Ciamis juga mendapat

43

Panalungtik Vol. 1, No. 1, Juli 2018: 41-60

tekanan dari pemerintah kolonial. Pada Di antara awal perkembangan dan 1729 melalui Residen Cirebon para era revolusi industri, kota Ciamis bupati diperintahkan untuk mengalami perkembangan hingga dapat mengharuskan rakyatnya menanam kopi. disebut sebagai kota. Dalam konteks ini, Di Kabupaten Galuh, rakyat selain Ciamis sebagai kota dipandang bahwa dipaksa menanam kopi juga diharuskan pemukiman tersebut sebagai lingkungan menanam nila. Pada abad ke-19 – 20 di artifisial di mana elemen-elemen fisik, kawasan Ciamis selatan terdapat sosial, dan ideologis saling berinteraksi perkebunan milik kalangan swasta Eropa dengan cara-cara khas. Di samping itu, (Breman, 2014). Ciamis bila dilihat dalam kaitannya Penelitian tentang Ciamis sudah dengan beberapa pemukiman di beberapa kali dilakukan. Oerip sekitarnya merupakan bagian dari sistem Bramantyo Boedi melakukan penelitian yang lebih luas, karena pada dasarnya tentang perkembangan pusat-pusat kehidupan kota tidak dapat dipisahkan pemerintahan Kabupaten Ciamis. dari wilayah penyangganya. Penduduk, Perkembangan dimaksud adalah berkisar energi, informasi, barang, dan jasa bebas pemerintahan sebelum disatukan menjadi keluar masuk melalui perbatasan agar Ciamis. Beberapa lokasi pusat kota dapat mempertahankan atau pemerintahan di Ciamis adalah Kawasen, mengembangkan dirinya. Keseimbangan Imbanagara, Utama atau Ciancang, dan gerak antara masukan (input) dan Bojong Lopang (Boedi, 2016). Pusat- keluaran (output) terkendali melalui pusat pemerintahan pada masa itu belum transportasi (Rahardjo, 2007). dapat dikatakan sebagai kota. Berdasarkan latar belakang tersebut, terdapat permasalahan yang perlu Selanjutnya, Lia Nuralia diaungkap yaitu bagaimana tata ruang mengadakan penelitian tentang kota Ciamis serta sumberdaya atau permukiman emplasemen perkebunan. komoditas apa yang ada pada waktu itu Pada masa pemerintah kolonial Belanda sehingga kota Ciamis dapat berkembang. di Ciamis terdapat beberapa perkebunan yaitu perkebunan Batulawang, Cisaga, METODE Mandalareh Warnasari, , Kehidupan sehari-hari manusia Putrapinggan, dan perkebunan seperti halnya makhluk hidup lainnya Cikencreng. Pada perkebunan tersebut dipengaruhi dan mempengaruhi terdapat permukiman emplasemen yang lingkungannya. Berbeda dengan makhluk secara fisik ditandai dengan perumahan hidup lainnya, hubungan timbal balik dan fasilitas pabrik (Nuralia, 2016). Pada manusia dengan lingkungan sekitarnya awalnya di kawasan Ciamis terdapat dipengaruhi oleh sistem budaya yang beberapa pusat pemerintahan berupa dimilikinya. Dengan demikian faktor permukiman kecil. Selanjutnya, pada budaya ini sangat penting bagi manusia awal abad ke-19 hingga awal abad ke-20 untuk melakukan proses adaptasi dengan di Ciamis terdapat pemodal yang lingkungannya (Iskandar, 2001, hal. 7). membuka beberapa perkebunan. Antara kebudayaan dan lingkungan alam

44

Tata Ruang Kota Ciamis…..( Nanang Saptono )

terdapat hubungan timbal balik. Ciamis merupakan wilayah Kontinyuitas perkembangan kebudayaan penghasil padi yang banyak bergantung dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dengan masalah air. Selain padi, Ciamis alam dan begitu pula sebaliknya. Menurut juga menghasilkan produk hasil Koentjaraningrat culture (kebudayaan) perkebunan tanaman keras. berasal dari kata Latin colere yang berarti Perkembangan permukiman di Ciamis “mengolah, mengerjakan,” terutama berkaitan dengan proses distribusi hasil mengolah tanah atau bertani. Berdasarkan produksi ke wilayah lain. Dalam hal ini arti kata tersebut, kebudayaan dapat teori tentang berkembangnya suatu kota dimaknai “segala daya upaya serta didorong oleh perdagangan dapat tindakan manusia untuk mengolah tanah diujicobakan di Ciamis. Pada mulanya dan mengubah alam.” kota hanya berupa tempat pertemuan Dalam perkembangannya, pedagang. Karena lokasi yang strategis kebudayaan tidak hanya diartikan seputar disertai perkembangan perdagangan jarak bercocok tanam. Kebudayaan merupakan jauh mendorong munculnya suatu kota. berbagai hal yang merupakan hasil cipta, Dapat dikatakan sebagai faktor utama rasa, dan karsa manusia. Pada masyarakat yang menyebabkan tumbuhnya yang kehidupannya sangat kompleks, permukiman hingga munculnya kota wujud budayanya akan meliputi juga adalah adanya kerjasama dan persaingan sistem teknologi, ilmu pengetahuan, seni antar individu atau kelompok, sehingga bangunan, seni rupa, dan sistem masyarakat berkembang dari homeostatis kenegaraan. Wujud kebudayaan seperti menjadi masyarakat heterogen (Flannery, itu disebut peradaban atau civilization 1979, hal. 32). (Koentjaraningrat, 1990, hal. 182). Ciamis resmi menjadi daerah Tingginya tingkat peradaban manusia otonom sejak berdiri sendiri sebagai tersebut dipengaruhi oleh faktor interaksi kabupaten pada 1642. Mulai pertengahan dan strategi adaptasi dengan lingkungan. abad ke-19 Ciamis yang masih disebut Ketergantungan manusia terhadap air Galuh merupakan sentra produksi terjadi sepanjang masa. Salah satu teori perkebunan khususnya kelapa (minyak) menyebutkan bahwa perkembangan yang terus berlangsung hingga sekarang. peradaban manusia juga dipengaruhi oleh Di antara sentra produksi juga terdapat adanya sistem tata kelola air. Teori permukiman yang menjalankan proses Oriental Despotism (Wittfogel, 1967), produksi hingga distribusi. Proses berisi tentang hydraulic society yang produksi berkembang dengan pesat mulai diambil dari studi tentang adanya pemerintah Hindia Belanda menjalankan despotisme dalam masyarakat pengguna politik preangerstelsel dengan air sungai - di sekitar sungai-sungai Nil, membangun jaringan irigasi dan Indus, dan Yang Tse Kiang. Di sana bisa prasarana transportasi berupa jaringan timbul raja yang berkuasa mutlak untuk kereta api lokal. Oleh karena itu membagikan air. Secara tradisional, pengetahuan seputar perkembangan masyarakat Bali mengenal sistem permukiman dalam kaitannya dengan organisasi subak untuk mengatur air. pembangunan prasarana fisik menjadi

45

Panalungtik Vol. 1, No. 1, Juli 2018: 41-60

kebutuhan untuk dimengerti. Agar kajian HASIL DAN PEMBAHASAN lebih terarah maka ruang lingkup dibatasi Sejarah Ciamis pada pengetahuan tentang unsur fisik Sejarah Ciamis dapat diawali pemukiman kota beserta penunjangnya. dengan Kerajaan Galuh (Lubis, Falah, Pengetahuan ini tidak terbatas pada objek Nugraha, Saringendyanti, Darsa, & fisik tetapi menyangkut juga dengan latar Kartika, 2013). Sebelumnya di daerah belakang sejarah. Oleh karena itu ruang Ciamis memang sudah pernah bediri lingkup kajian adalah pengamatan kerajaan yang kemudian dikenal dengan kondisi umum dan penggalian peristiwa Kerajaan Sunda Galuh. Pada tahun 1579 sejarah yang berkaitan dengan kota Kerajaan Sunda runtuh. Sejak itulah Ciamis. Maharaja Sanghyang Cipta Di Galuh Data yang diperlukan dalam tampil sebagai penguasa Kerajaan Galuh mencakup data arkeologis yang terdapat yang berdiri sendiri. Pada tahun 1595, di wilayah Ciamis terutama yang Mataram di bawah pimpinan berhubungan dengan permukiman. Data Panembahan Senopati berhasil yang dimaksud adalah kondisi menancapkan pengaruh politiknya di lingkungan, fasilitas jaringan transportasi, Kerajaan Galuh. Pada waktu itu Maharaja bangunan-bangunan, dan unsur Sanghyang Cipta Di Galuh memberikan permukiman lain. Berdasarkan data kekuasaan kepada kedua anaknya. tersebut selanjutnya ditarik satu sintesa Rangga Permana berkuasa di Kertabumi mengenai pola kota Ciamis. dan Sanghyang Permana di Kawasen. Penelitian ini menerapkan metode Pada tahun 1601 Sultan Agung deskriptif. Langkah penelitian melalui menggantikan Panembahan Senopati di observasi langsung di lapangan. Mataram (Graaf, 2002). Perubahan Pengumpulan data melalui observasi kekuasaan ini berdampak pula pada permukaan sangat tepat digunakan untuk suasana di Galuh. Sultan Agung mulai jangkauan yang luas sehingga sesuai bagi memperkuat kekuasaannya di Galuh studi kawasan (Manamon, 1984, hal. dengan mengangkat Adipati Panaekan 242). Dalam rangka mengumpulkan data sebagai Wedana Mataram di Galuh. Pada selain pengamatan terhadap objek juga tahun 1625 Adipati Panaekan dibunuh dilakukan wawancara dengan nara oleh Adipati Singaperbangsa. Sebagai sumber yang dinilai mengetahui berbagai penggantinya kemudian Sultan Agung keterangan berkaitan dengan objek yang mengangkat Mas Dipati Imbanagara. ada. Berdasarkan objek yang ada di Ketika Mataram berusaha merebut lapangan kemudian dilakukan analisis Batavia dari tangan VOC, Mas Dipati untuk menjawab pertanyaan penelitian. Imbanagara memberikan bantuan Data primer tidak hanya diharapkan dari pasukan di bawah pimpinan Bagus observasi lapangan tetapi juga melalui Sutapura. Karena jasa-jasanya, pada arsip dan peta-peta lama. Selain data tahun 1634 Bagus Sutapura diangkat primer, juga akan dikumpulkan data menjadi Bupati Kawasen. Tahun 1653 sekunder melalui penelaahan hasil Bagus Sutapura meninggal dunia dan penelitian terdahulu. kedudukan bupati digantikan oleh

46

Tata Ruang Kota Ciamis…..( Nanang Saptono )

Tumenggung Sutanangga. Bupati baru ini pindah lagi ke Barunay. Selama beberapa memerintah hingga tahun 1676. Wilayah tahun kemudian, kabupaten-kabupaten di Kawasen kemudian disatukan dengan sekitar Imbanagara dihapuskan dan Kabupaten Galuh Imbanagara. bergabung dengan Imbanagara. Dengan Pada tahun 1636 terjadi peristiwa bergabungnya kabupaten-kabupaten penting di Imbanagara. Mas Dipati tersebut, wilayah Imbanagara meliputi Imbanagara dituduh melakukan daerah dari Ci Jolang hingga pantai pembangkangan terhadap Mataram. Pada selatan dan dari hingga tahun itu Bupati Mas Dipati Imbanagara Sukapura. Beberpa tahun kemudian dihukum mati. Mas Bongsar yang masih wilayah di sebelah timur Ci Tanduy berusia 13 tahun kemudian ditunjuk seperti Dayeuh Luhur, Nusa Kambangan, menggantikan Mas Dipati Imbanagara Cilacap, dan Banyumas masuk wilayah menjadi Bupati Galuh yang Imbanagara. berkedudukan di Gara Tengah. Karena Pada tanggal 19 – 20 Oktober belum cukup dewasa maka pelaksanaan 1677 Mataram melakukan perundingan pemerintahan dipegang secara perwalian dengan VOC dan mencapai kesepakatan oleh Patih Wiranangga. Ketika pulang bahwa Mataram akan menyerahkan dari Mataram untuk menerima piagam Priangan Timur. Penyerahan ini sebagai pengangkatan, Patih Wiranangga balas jasa kepada VOC karena telah mengubah piagam sehingga dialah yang membantu Mataram dalam mengatasi diangkat sebagai Bupati Galuh Gara intrik di istana. Pada tanggal 15 Tengah. Pemalsuan piagam ini akhirnya November 1684 Gubernur Jenderal terbongkar dan Patih Wiranangga Johannes Camphuijs memerintahkan kemudian dihukum mati. Pelaksanaan Jacob Couper dan Joachum Michael hukuman mati tidak berlangsung karena menangani Priangan. Pada tahun 1685 Mas Bongsar memohonkan ampun. Pada Jacob Couper meninggal. Gubernur 5 Rabiul Awal tahun Je (6 Agustus 1636) Jenderal Johannes Camphuijs Mas Bongsar diangkat sebagai Bupati mengangkat Francois Tack sebagai Galuh Gara Tengah bergelar Raden Panji Komisaris Priangan. Pada November Aria Jayanagara dan nama kabupatennya 1685 Francois Tack memerintahkan dikembalikan menjadi Imbanagara. Letnan Benyamin van der Meer Raden Panji Aria Jayanagara menilai mempersiapkan rencana pengambilalihan bahwa Gara Tengah merupakan ibukota Priangan secara resmi dari Mataram. yang banyak menyimpan kenangan pahit. Pada waktu pergantian kekuasaan Orang tua dan kakeknya terbunuh karena ini, bupati yang berkuasa di Imbanagara konflik politik. Untuk menghilangkan adalah R. A. Angganaya. Pada 1693 kenangan itu Raden Panji Aria VOC mengangkat R. Adipati Sutadinata Jayanagara memindahkan pusat menggantikan R. A. Angganaya karena pemerintahan ke Calingcing. Tidak lama meninggal dunia. VOC mewajibkan kemudian ibukota pindah lagi ke Galuh (Imbanagara) untuk menanam Panyingkiran dan kemudian pada tanggal lada, kapas, dan indigo serta harus 14 Mulud tahun He (12 Juni 1642) menyerahkan hasilnya sebanyak yang

47

Panalungtik Vol. 1, No. 1, Juli 2018: 41-60

telah ditentukan. Pada 1695 Bupati R. Pada 13 Agustus 1814 Adipati Sutadinata menyerahkan lada berdasarkan Traktat London, pemerintah sebanyak 180 pikul. Penyerahan hasil Inggris harus menyerahkan Jawa ke bumi ini berlangsung terus pada masa- pemerintah Belanda. Pada 5 Januari 1819 masa kemudian. Komisaris Jenderal Hindia Belanda menetapkan bahwa Galuh merupakan Kekuasaan VOC di Galuh bagian dari Karesidenan Cirebon. Pada semakin dipertegas dengan adanya waktu itu Kabupaten Galuh dipimpin perjanjian antara Mataram dengan VOC oleh Raden Adipati Adikusuma. Pada pada 5 Oktober 1705. Mataram harus tahun 1839 – 1886 Kabupaten Galuh menyerahkan Cirebon dan Priangan. dipimpin oleh Raden Adipati Aria Melalui resolusi tanggal 9 Februari 1706, Kusumadiningrat. Pada masa ini pusat VOC mengangkat Pangeran Aria Cirebon pemerintahan Kabupaten Galuh berada di sebagai opziener para bupati di wilayah Ciamis sekarang ini. Pada tahun 1915, Galuh dan Priangan. Pada waktu itu Kabupaten Galuh dimasukkan ke Kabupaten Imbanagara dipimpin oleh Keresidenan Priangan, dan secara resmi Raden Adipati Kusumadinata I. namanya diganti menjadi Kabupaten Pada 31 Desember 1799 VOC Ciamis. dibubarkan dan kekuasaan di nusantara diambil alih langsung oleh Kerajaan Unsur Pembentuk Kota Ciamis Belanda. Gubernur Jenderal pertama Hindia Belanda adalah Herman Wilhelm Kota Ciamis berpusat di alun-alun Daendels (1808 – 1811). Pada awal masa kota. Di sekeliling alun-alun terdapat pemerintahan Daendels, Tatar Sunda beberapa unsur bangunan dan kawasan dibagi menjadi dua bagian. Kabupaten pembentuk kota. Di sebelah barat alun- Galuh dimasukkan ke dalam alun terdapat Masjid Agung, di sebelah Cheribonsche Preangerlanden. Pada Mei utara Masjid Agung terdapat kompleks 1811 Daendels digantikan oleh Jan pemerintahan yang terdiri kantor Bupati Willem Jansens. Pada Agustus 1811 Ciamis dan Gedung Negara. Di sebelah Belanda menyerah kepada Inggris utara alun-alun terdapat kompleks melalui Kapitulasi Tuntang 17 September Pecinan yang ditandai dengan beberapa 1811. Inggris menunjuk Thomas bangunan beraksitektur Cina dan Stamford Raffles sebagai Letnan kelenteng. Selain objek-objek tersebut Gubernur Jenderal. Pada masa Raffles, di terdapat beberapa objek bangunan lama Galuh terjadi tiga kali pergantian bupati. yang merupakan unsur pembentuk kota. Raden Adipati Surapraja digantikan Raden Tumenggung Jayengpati a. Situs Jamban Sari Kartanegara, dan selanjutnya digantikan Situs Jamban Sari berada di Raden Tumenggung Natanagara. Pada sebelah baratdaya alun-alun Ciamis, tahun 1814 Raden Tumenggung secara administratif berada di wilayah Natanagara digantikan oleh Pangeran lingkungan Rancapetir, Kelurahan Sutajaya. Linggasari. Secara geografis berada pada

48

Tata Ruang Kota Ciamis…..( Nanang Saptono )

posisi 07°19’50,5” LU dan 108°20’53,6” selatan menuju gerbang samping di sisi BT. Geomorfologis kawasan situs berupa selatan. Lahan kompleks situs terdiri tiga pedataran. Situs berada pada lingkungan bagian. Lahan bagian timur terdapat permukiman yang tidak begitu padat. sawah yang merupakan sawah bengkok Lahan situs Jamban Sari berdenah empat bagi para juru kunci. Sebelum dijadikan persegi panjang, semula luasnya sekitar 5 persawahan berupa empang ikan. Lahan ha. Karena sesuatu alasan sebagian lahan bagian baratdaya merupakan kolam yang dipindahtangankan oleh pewaris dan disebut “balong ageung”. Sebagian lahan yang tersisa sekarang luasnya kolam, yaitu yang terdapat di sebelah sekitar 3,7 ha. barat sudah dipindahtangankan dan Situs Jamban Sari semula sekarang berdiri bangunan pabrik. Lahan merupakan taman untuk istirahat para bagian baratlaut merupakan kompleks kerabat dan abdi dalem. Taman dibangun makam. Lahan bagian kompleks makam pada tahun 1872 masa pemerintahan lebih tinggi dari sekitar kira-kira 2,5 m. Raden Adipati Aria Kusumadiningrat Di bagian depan kompleks (Kanjeng Prabu). Ketika Kanjeng Prabu makam, yaitu di sisi timur terdapat Wafat kemudian dijadikan kompleks gerbang paduraksa. Bagian bawah pemakaman. Kompleks situs dilengkapi gerbang terdapat tangga. Jalan keluar gerbang yang terdapat di sisi timur dan masuk gerbang berada di tengah pada selatan, sebagai gerbang utama berada di bagian atas melengkung. Pada dinding

Gambar 1. Persebaran objek bangunan lama di Kota Ciamis (dibuat berdasarkan citra Google Earth dan ploting lokasi) sisi timur. Dari gerbang utama di sisi gerbang sebelah kiri (selatan) jalan timur terdapat jalan beraspal menuju terdapat hiasan berbentuk oval kompleks makam kemudian berbelok ke bertuliskan “RIDDERDER ORDE VAN

49

Panalungtik Vol. 1, No. 1, Juli 2018: 41-60

DEN NEDERLAND SCHEN LEEUW tersimpan 13 arca di antaranya berbentuk MEDALIMAS PAJOENG KOENING”. arca megalitik, arca tipe pajajaran, nandi, Pada dinding gerbang di atas jalan ganesa, dan lingga. Selain itu juga terdapat hiasan medalion bertuliskan terdapat lumpang batu dan lapik arca “RADEN ADIPATIARIA (Widyastuti, 2006: 58 – 62). Arca-arca KOESOEMADINGRAT”, dan pada yang terdapat di lokasi ini dikumpulkan dinding gerbang sebelah kanan (utara) oleh Raden Adipati Aria jalan terdapat hiasan berbentuk oval Kusumadiningrat. Pengumpulan ini bertuliskan aksara Arab. dilakukan dalam rangka dakwah agama Islam, sehingga bagi yang mempunyai Makam utama, yaitu makam Raden Adipati Aria Kusumadiningrat arca atau berhala diharuskan untuk berada di ujung barat bagian tengah. Jirat dikumpulkan di lokasi tersebut (Sukardja, makam berada pada cungkup berdenah 2004: 155). Arca-arca tersebut sekarang segi delapan. Lantai cungkup ditinggikan sudah dipindahkan ke Museum Galuh sekitar 1,5 m. Jalan menuju cungkup Pakuan, Yayasan Koesoemawinata Jalan berada di sisi selatan dilengkapi dengan K.H. Ahmad Dahlan No. 40, Ciamis. Di tangga. Pada ujung tangga terdapat rana sebelah timur cungkup makam Raden dengan hiasan ukiran krawangan dengan Adipati Kusumadiningrat terdapat motif matahari, pohon kelapa, bendera bangunan cungkup yang di dalamnya terdapat makam isteri Raden Adipati Aria merah putih, dan harimau. Jirat makam Raden Adipati Aria Kusumadiningrat dan beberapa Kusumadiningrat berbentuk jirat kerabatnya. bertingkat. Kondisi jirat kelihatannya b. Kewadanaan Ciamis sudah dipugar. Setiap sisi jirat dilapis Bangunan bekas Kewadanaan keramik putih. Nisan berbentuk pipih Ciamis berada di sisi selatan ruas Jalan dengan puncak berbentuk kurawal. Nisan Jenderal Sudirman No. 43, Ciamis. berhias motif flora. Pada bagian tengah Lokasi ini tepatnya berada pada posisi nisan terdapat bentuk medalion geografis 7°19’35,48 LS dan bertuliskan nama tokoh degan aksara 108°20’53,00” BT. Kompleks Arab dan angka tahun. kawadanaan dibatasi dengan ruas Jalan Di sebelah utara cungkup makam Jenderal Sudirman di sebelah utara, jalan Raden Adipati Aria Kusumadiningrat kampung di sebelah barat, dan terdapat lahan melingkar yang ditumbuhi permukiman di sebelah selatan dan timur. kumpulan pohon waregu (Rhapis Bangunan berada di tengah lahan. Pada excelsa). Pada lahan tersebut terdapat bagian depan merupakan pendapa dan beberapa benda arkeologis antara lain bagian belakang merupakan bangunan berupa batu berdiri (menhir), batu bundar untuk aktivitas wedana. Bangunan ini dengan bagian dasar dan atas rata, dan sekarang dimanfaatkan untuk kantor bejana terbuat dari tembikar. Di sebelah Komisi Pemilihan Umum Kabupaten timur agak ke selatan lahan melingkar Ciamis. terdapat bangunan semacam museum Bangunan pendapa di depan kecil. Di dalam bangunan ini dahulu berupa bangunan terbuka. Dinding

50

Tata Ruang Kota Ciamis…..( Nanang Saptono )

sebagai pembatas berupa tembok bata sekarang terdapat Gedung Puspita. berplester setinggi 1 m. Jalan keluar Seorang penguasa Jepang bernama masuk terdapat di sisi utara, timur, dan Fukuyama, seorang Tionghoa suku barat. Lantai terbuat dari bahan ubin abu- Hokian yang sejak remaja dibawa ke abu. Lantai bagian tengah ruangan Negeri Jepang dan dilatih menjadi pendapa lebih tinggi 10 cm. Konstruksi serdadu Jepang serta sudah tidak tahu atap ditopang tiang-tiang kayu dan tentang keadaan orang tua maupun konstruksi kuda-kuda. Bagian atap saudara-saudaranya di negeri asalnya, berbentuk piramida berpenutup genteng. memindahkan kelenteng di lingkungan Bagian belakang berdinding Pecinan (sekarang Jalan Ampera II No. tembok berplester. Pintu dan jendela 17 Ciamis). Di lokasi baru dibangunlah berukuran tinggi. Jendela dengan daun sebuah kelenteng dengan empat altar, rangkap. Daun jendela bagian luar terbuat yaitu Altar Nabi Khong Cu (sebelah dari bahan kayu berbentuk jalusi, barat) sekarang dipakai tempat Joli yang sedangkan jendela bagian dalam kaca baru; Altar Khongco Hok Tek Ceng Sien berbingkai kayu. Bagian atap berbentuk pada tempatnya yang sekarang; Altar limas berpenutup genteng. Kongco Kwan Kong, di tempat yang sekarang ditempati Altar Wu Lu Cai Sen, c. Pecinan dan Kelenteng Hok Tek Bio sedang Altar Maco Kuan Im, pada tempat Kawasan di sebelah timur laut yang sekarang ditempati Altar Hian alun-alun Ciamis, berdasarkan sisa-sisa Thian Siang Tee. Altar Khongco Hok bangunan lama yang masih ada Tek Ceng Sien merupakan pindahan dari menunjukkan kawasan pecinan. Beberapa Chung Hoa Chung Hwee. bangunan lama bergaya campuran Cina – Pada Januari 1981 atap bangunan Eropa di antaranya dapat dijumpai di ruas Kelenteng Hok Tek Bio runtuh menimpa Jalan Jenderal Sudirman hingga Jalan altar Kongco Hok Tek Ceng Sien. Setelah Ahmad Yani, Jalan Yos Sudarso, dan dibersihkan, Kimsin Kongco Hok Tik jalan raya menuju Kawali. Arsitektur Ceng Sien tidak mengalami kerusakan Cina tampak pada bagian atap berupa sedikit pun. Bangunan yang runtuh atap pelana dengan ujung melengkung langsung diperbaiki. Sampai akhir tahun keatas yang disebut sebagai model Ngang 1990 Kelenteng Hok Tek Bio Ciamis Shan. Pada ruas jalan menuju Kawali mengalami masa-masa yang cukup berat. terdapat deretan rumah toko berarsitektur Sumber dana sangat minim, satu-satunya Cina. Beberapa bangunan di antaranya sumber dana yang rutin adalah dari ada juga yang menunjukkan perpaduan pelelangan sumbangan sembahyang King antara arsitektur Cina dengan Eropa. Hoo Ping (rebutan). Itu pun kalau Di Jalan Akhmad Yani pernah ada penyumbangnya cukup banyak dan kelenteng dengan altar utamanya Kongco barangnya habis terlelang. Hok Tek Ceng Sien. Di lokasi ini Menjelang akhir tahun 1990, sebelumnya pernah digunakan Kantor dibangun pagar keliling halaman. Chung Hoa Chung Hwee dan sekolah Perubahan situasi politik di tahun 1990 Tionghoa (Chung Hoa Sie Siauw) membawa Kelenteng Hok Tek Bio

51

Panalungtik Vol. 1, No. 1, Juli 2018: 41-60

Ciamis kembali mendapat perhatian dari utama stasiun berdenah empat persegi umat yang percaya dan mulai dihadiri panjang memanjang arah timur-barat. umat yang percaya dan simpatisan dari Bangunan stasiun berarsitektur Eropa. Ciamis, , Bandung, Banjar Unsur arsitektur Eropa terlihat pada dan lain-lain, sehingga sedikit demi bentuk jendela dan pilaster yang terdapat sedikit kondisi Kelenteng Hok Tek Bio pada kanan kiri jalan masuk. Bangunan Ciamis dapat dibenahi. Sembahyang utama terdiri tiga ruangan utama. Ruang King Hoo Ping (rebutan) acara lelang tengah merupakan ruang tunggu sumbangan persembahan sembahyang penumpang. Ruang di bagian barat ditiadakan diganti dengan kegiatan amal. berfungsi untuk operasional teknik, Mulai Oktober 2000 sampai sedangkan ruangan yang di bagian timur Pebruari 2001 dilakukan renovasi gapura berfungsi untuk ruang administrasi. pintu gerbang dan tungku pembakaran Di sebelah timur bangunan utama kertas sembahyang. Peresmian terdapat bangunan gudang. Bangunan ini dilaksanakan pada Jie Gwee Che Ji 2552 berdenah empat persegi panjang (24 Pebruari 2001). Pada April 2005 memanjang barat-timur. Pada sisi selatan dimulai renovasi altar dan bangunan. dilengkapi tiga pintu berdaun pintu kayu Ritual pemberkatan altar baru, dengan sistem buka-tutup dengan cara penempatan sekaligus peresmian digeser. Pada dinding sisi timur dan barat selesainya renovasi pada Pek Gwee Cap dilengkapi jendela berukuran lebar dan Go 2556 (17 September 2005). tinggi. Daun jendela terbuat dari kayu Bangunan Kelenteng Hok Tek berbentuk jalusi. Bio Ciamis berada di sudut barat laut Di sebelah selatan bangunan simpang tiga. Di sebelah timur kelenteng utama, pada seberang rel terdapat terdapat ruas Jalan Pemuda dan di bangunan tower air berdenah empat sebelah selatan (depan) merupakan ruas persegi panjang. Bangunan terdiri dua Jalan Ampera II. Gerbang berada di sisi bagian, yaitu bagian bawah merupakan selatan. Di kanan dan kiri jalan terdapat tempat peralatan sumur artesis dan bagian arca kilin. Atap gerbang bersusun dua. atas merupakan bak pengumpul air. Pada puncak gerbang terdapat naga api. Bangunan bagian bawah berdinding Bangunan utama kelenteng terdapat di tembok berplester. Pintu terdapat di sisi bagian ujung utara. Di sisi barat terdapat timur. Pada sisi utara dan selatan terdapat bangunan untuk pengurus kelenteng. Di jendela dengan daun jendela berbentuk sudut tenggara halaman terdapat jalusi. Pada bagian atas jendela terdapat bangunan tempat pembakaran kertas lubang ventilasi yang pada bagian atas sembahyang. Seluruh bangunan berbentuk lengkung. Bak air yang didominasi warna merah. terdapat di bagian atas berbentuk persegi d. Stasiun Kereta Api terbuat dari bahan plat baja. Sambungan Stasiun Kereta Api Ciamis berada antar plat dengan sistem paku keling. di sebelah tenggara alun-alun. Secara e. Pabrik Bedak Sari Pohaci geografis berada pada posisi 7°19'44.72" LS dan 108°21'21.93" BT. Bangunan

52

Tata Ruang Kota Ciamis…..( Nanang Saptono )

Pabrik Bedak Sari Pohaci berada bangunan bekas pabrik tembakau, yaitu di sisi barat Jalan Ir. H. Juanda tepatnya Pabrik Tembakau Cap Gajah berada di berada pada posisi geografis 7°19’37,9 sebelah utara jalan raya yang LS dan 108°20’14,6” BT. Pabrik berdiri menghubungkan Tasikmalaya – Ciamis. pada tahun 1927, didirikan oleh S. Secara geografis berada pada posisi Marijah. Bangunan yang tampak 07°18’58,1” LS dan 108°18’17,6” BT. sekarang dibangun tahun 1950-an. Menurut keterangan pabrik ini mengolah Bangunan pabrik menyatu dengan tembakau yang bahannya berasal dari bangunan rumah tinggal. Bangunan Kuningan dan Garut. rumah tinggal berarsitektur gaya post Lahan pabrik berdenah empat modern. Bagian depan dilengkapi teras. persegi panjang memanjang arah utara – Tiang penyangga atap teras berbentuk selatan. Pada bagian depan terdapat persegi, bagian bawah kecil dan pada bangunan memanjang arah barat-timur. bagian atas lebih besar. Tiang berlapis Arsitektur bangunan bergaya post teraso. modern. Lantai dari bahan ubin abu-abu. Bagian pabrik berada di belakang. Pada bagian belakang unit bangunan Bagian ini juga berarsitektur gaya post terdapat bagian bangunan dilengkapi modern. Dinding bagian bawah dihias dengan teras. Tiang penyangga atap teras dengan tempelan batu. Bagian atap berlapis teraso. Lantai dari bahan ubin berupa beton datar yang dibuat tahun berhias motif flora. 1970. Bagian atap ini berfungsi untuk tempat menjemur bedak. Pada teras Di sebelah utara unit bangunan ini bagian barat terdapat lumpang batu terdapat unit bangunan lainnya yang merupakan perkakas proses pembuatan berdenah empat persegi panjang. bedak dan hingga sekarang masih Bangunan ini dahulu berfungsi untuk difungsikan. tempat pengrajang. Antara unit bangunan Di sebelah barat bangunan rumah depan dan belakang terdapat runtuhan tinggal terdapat bangunan masjid. bangunan. Dengan adanya runtuhan Bangunan ini diresmikan penggunaannya bangunan ini menunjukkan bahwa dahulu pada 20 Oktober 1969 bertepatan dengan antara unit depan dan belakang tanggal 22 Rajab 1389 H. Bangunan merupakan satu kesatuan. Di sebelah masjid dilengkapi menara yang terdapat utara bangunan ini terdapat sisa pondasi di sudut timur laut masjid. Puncak masjid bangunan. dan menara berbentuk kubah bawang. Pada ujung utara lahan terdapat f. Pabrik Tembakau Cap Gajah kolam ikan (balong). Di sebelah selatan Di Desa Imbanegara, Kecamatan kolam pada sisi timur terdapat kompleks Ciamis terdapat tiga kompleks bangunan makam keluarga. Makam dengan tulisan bekas pabrik tembakau. Pabrik tembakau pada nisan yang paling tua adalah makam tersebut adalah Pabrik Tembakau Cap Abah Saleh Sarkawi berangka tahun Gajah, Pabrik Tembakau Cap Onta, dan 1949. Di sebelah selatannya lagi terdapat Pabrik Tembakau Cap Angur. Salah satu kebun.

53

Panalungtik Vol. 1, No. 1, Juli 2018: 41-60

g. Bendungan Nagawiru agar gerakan dari daun pintu sesuai dengan yang direncanakan. Daun pintu Bendungan Nagawiru merupakan digerakkan melalui hoist (alat untuk dam lama yang membendung Ci Leueur. menggerakkan daun pintu air agar dapat Secara adminsitratif, dam ini berada di dibuka dan ditutup dengan mudah) yang perbatasan antara Desa Sukajadi di terpasang di bagian atas. Bagian sebelah utara sungai dengan Desa bendungan yang merupakan komponen Imbanegara di sebelah selatan sungai, lama hanya bagian check dam yang Kecamatan Imbanegara. Secara geografis dibangun pada 1843. Struktur check dam berada pada posisi 07°18’20,7” LS dan dari susunan batu kali berbentuk persegi. 108°19’06,7” BT. Struktur bendungan Dahulu fungsi utama bendungan untuk berupa check dam yang membendung mengairi sawah. Pada saat ini selain sungai sehingga permukaan air naik. Di untuk mengairi sawah juga difungsikan bagian selatan sungai terdapat bangunan sebagai Bangunan Penyadap Air Bersih

Gambar 2. Situasi bendungan Nagawiru (dibuat berdasarkan citra Google Earth dan ploting lokasi) spill way yang berfungsi untuk untuk keperluan Perusahaan Daerah Air mengarahkan dan mengatur aliran air. Minum. Pada bagian spill way dilengkapi h. Rumah Tinggal di Desa Cimari pintu air (gates) untuk mengatur, Rumah tinggal di Desa Cimari membuka dan menutup aliran air. Bagian berada pada lingkungan pemukiman yang pintu air terdiri daun pintu (gate leaf), tidak begitu padat. Letak rumah pada sisi rangka pengatur arah gerakan (guide barat jalan desa, tepatnya pada posisi frame) yang terbuat dari baja atau besi. geografis 7°18’43,20 LS dan Komponen ini dipasang masuk ke dalam 108°17’00,68” BT. Menurut keterangan beton yang digunakan untuk menjaga masyarakat setempat, rumah ini dibangun

54

Tata Ruang Kota Ciamis…..( Nanang Saptono )

sekitar tahun 1933 dan pernah dipakai maupun Pekalongan. Namun, sejak tahun untuk markas tentara Belanda. 80-an keberadaan batik Ciamis Berdasarkan papan nama yang mengalami kemunduran kerana berbagai terdapat di atas pintu utama, rumah ini dampak perubahan ekonomi yang tidak merupakan milik H. Mh. Machdi. menguntungkan para pengrajin batik di Menurut keterangan masyarakat, rumah Ciamis. Puncaknya terjadi saat krisis ini dibangun tahun 1933. Denah rumah moneter pada tahun 1997 yang empat persegi panjang memanjang barat- menghentikan hampir seluruh kegiatan timur menghadap ke arah timur. Pada sisi membatik di Ciamis. Bangunan bekas pabrik batik depan bagian selatan dilengkapi rotunda. Dinding terbuat dari tembok berplester. “Rukun Batik” berada di sisi selatan ruas Bagian bawah merupakan dinding batu. Jalan Jenderal Sudirman, Ciamis. Secara Lantai ditinggikan, sehingga untuk geografis berada pada posisi 7°19’31,80 memasuki rumah harus melalui tangga. LS dan 108°19’51,93” BT. Bangunan ini Dinding rumah bagian depan hampir sekarang sudah tidak difungsikan lagi. dipenuhi bukaan berupa jendela dan Pada beberapa bagian sudah mengalami pintu. Daun jendela dan pintu berupa kerusakan. Secara umum, bangunan kaca berbingkai kayu. berdenah segi empat menghadap ke utara. Dinding bangunan bagian bawah terbuat Secara umum, arsitektur dari bahan batu putih, sedang bagian atas bangunan mengandung unsur arsitektur tembok berplester. Eropa. Pengaruh Eropa tampak pada Pada sisi depan dilengkapi empat konstruksi besi penyangga kanopi. Selain pintu. Pintu utama berada di tengah itu, kolom pada dinding berbentuk dilengkapi dengan kanopi. Di sebelah persegi di bagian tengah terdapat lapisan timur pintu utama terdapat dua pintu lagi teraso. Pada bagian atas rotunda terdapat berukuran lebih kecil. Di sebelah barat bentuk segitiga (tympanon). Atap pintu utama, pada ujung barat, terdapat berbentuk limas memanjang. satu pintu. Kesemua daun pintu berupa pintu geser terbuat dari plat baja. Antara i. Pabrik Rukun Batik pintu utama dengan pintu barat terdapat Sejarah pabrik Rukun Batik jendela. Di sebelah timur pintu utama diawali pada awal tahun 1939, para juga terdapat jendela. Bagian atap pengrajin batik di Ciamis mendirikan berbentuk deretan atap miring ke arah Koperasi Rukun Batik yang berbadan utara terdiri empat baris. Penutup atap hukum Oprichtings Acte Batik terbuat dari bahan seng. Cooperatie Rukun Batik. Koperasi ini j. Pabrik Minyak Gwan Hien didirikan oleh H Abdul Majid, Sasmita, Pada sekitar tahun 1860-an Rd. Suganda, dan H. Tamim. Masa keemasan Adipati Aria Koesoemadiningrat batik Ciamis berlangsung pada era tahun mewajibkan kepada setiap pengantin laki- 1960-an hingga awal 1980-an. Batik laki yang akan menikah untuk membawa Ciamis mampu bersaing di antara tunas kelapa (kitri) pada saat seserahan. dominasi tradisi batik Sala, Yogyakarta, Tunas kelapa tersebut kemudian ditanam

55

Panalungtik Vol. 1, No. 1, Juli 2018: 41-60

di halaman rumah mereka. Dalam waktu sumber ekonomi yang menghidupinya. yang tidak terlalu lama, Galuh-Ciamis Negara dalam bentuk yang lebih kecil tersohor menjadi gudang kelapa paling adalah kota. Sebagaimana negara, kota makmur di Priangan timur. Banyak juga akan bertahan hidup bila didukung pabrik minyak kelapa didirikan oleh para oleh sumberdaya lingkungan. Dalam pengusaha terutama Cina. Di antara yang hierarki kekuasaan, daerah-daerah inti paling tersohor adalah Gwan Hien di produktif memasok kebutuhan pusat Kertsari dan Haoe Yen di Pawarang. kekuasaan induk yang kurang produktif, Pabrik Minyak Gwan Hien berada sedangkan inti daerah yang kurang di sisi selatan ruas Jalan Ahmad Yani 142 produktif menjadi konsumen dari daerah- Ciamis. Secara geografis berada pada daerah yang produktif. Secara ideal posisi 7°19’34,59 LS dan 108°21’49,16” daerah-daerah inti ekonomi yang bersifat BT. Kompleks pabrik berada pada lahan produktif berdekatan dengan pusat yang sangat luas. Sisa bangunan yang ada pemerintahan atau di bawah dominasi sekarang tinggal di bagian depan serta pemerintah pusat. Beberapa kasus samping kanan dan kiri. Bangunan di menunjukkan adanya daerah-daerah inti samping kanan (barat) merupakan bekas produktif yang terletak jauh di pinggiran. pabrik pengolahan minyak. Bangunan Bila terjadi hal yang demikian maka samping kiri berfungsi untuk daerah ini cenderung berkembang ke arah administrasi. Bangunan yang ditengah yang lebih otonom. Jarak jauh sebenarnya merupakan kantor pusat. mengandung makna biaya ekonomi dan Bentuk bangunan yang berada di energi juga berarti hambatan dan resiko. tengah berdenah segi empat. Lantai Untuk mengatasi masalah tersebut ditinggikan sehingga untuk memasuki diperlukan pembangunan sarana-sarana harus melewati tangga. Pada setiap sisi komunikasi dan transportasi, serta terdapat teras. Tiang penyangga atap teras penyediaan kekuatan militer yang bersifat berbentuk persegi berlapis teraso. Bagian reguler (Rahardjo, 2007, hal. 121). atap berbentuk pelana berpenutup Kawasan Ciamis yang genteng. berkembang dari Kabupaten Galuh pada Perkembangan Kota Ciamis masa awal pertumbuhan mempunyai Suatu negara dikatakan ideal bila wilayah yang sangat luas. Sumber- wilayahnya memiliki tiga sifat yaitu sumber potensi yang berasal dari alam memiliki potensi sumberdaya tersebar hingga seluruh pelosok wilayah. lingkungan, merupakan satu kesatuan Pada masa pemerintahan kolonial wilayah yang kompak yang tidak dipisah- Belanda, kawasan ini dijadikan area pisahkan oleh batas alam yang sulit produsen perkebunan melalui kebijakan ditembus, dan terdiri dari sejumlah preanger stelsel. Untuk mengatasi penduduk dengan ciri budaya yang relatif kelambanan arus barang dan jasa dari homogen dengan persebaran penduduk wilayah produsen di luar maka dibuatlah yang relatif merata. Dengan demikian prasarana transportasi berupa jalur kereta dapat dikatakan bahwa jantung dari api. Dengan adanya jalur-jalur negara adalah penduduk dan sumber- transportasi ini berdampak pada

56

Tata Ruang Kota Ciamis…..( Nanang Saptono )

perkembangan kota Ciamis dan sungai yang pada waktu itu juga pemukiman-pemukiman kecil di daerah- berfungsi sebagai prasarana transportasi. daerah produsen. Pembangunan kota Ciamis dilakukan pada masa pemerintahan Kota Ciamis sebagai pusat Raden Adipati Aria Kusumadiningrat pemerintahan di Kabupaten Galuh yang (1839 – 1886). Kota dibangun mengikuti kemudian menjadi Kabupaten Ciamis pola tata kota Islam di Jawa (Mataram) mengalami perkembangan berkaitan yaitu berpusat di alun-alaun. Bangunan- dengan pola ekonomi. Diasumsikan bangunan penting sebagai pusat bahwa aglomerasi dan perkembangan pemerintahan (kabupaten), pusat religi kota ditandai dengan adanya bangunan- (mesjid agung), dan pusat perekonomian bangunan lama yang mempunyai nilai (pasar) berada di sekeliling alun-alun. Di arsitektur menonjol. Berdasarkan sini alun-alun mengandung arti dan keletakan bangunan-bangunan lama fungsi bermacam-macam yaitu pertama, berikut fungsinya di Kota Ciamis terdapat sebagai lambang ditegakkannya sistem semacam pola bahwa kawasan yang kekuasaan sekaligus menggambarkan berkembang terjadi di wilayah barat. tujuan dari penegakan terhadap sistem Beberapa bangunan lama yang berfungsi kekuasaan tersebut. Alun-alun berfungsi untuk mendukung sektor ekonomi antara sebagai harmonisasi antara dunia dan lain terlihat pada bangunan pabrik universum. Kedua, alun-alun berfungsi tembakau, pabrik batik, dan pabrik bedak. sebagai tempat semua perayaan ritual Kesemua bangunan ini terdapat di atau upacara keagamaan dan kenegaraan. wilayah barat Ciamis. Hal ini terjadi Ketiga, sebagai tempat untuk karena ada kaitan dengan keletakan yang mempertunjukkan kekuasaan militer yang berada di antara dua kota yaitu Ciamis bersifat profan dan merupakan instrumen dan Tasikmalaya. Selain sektor industri, kekuasaan dalam mempraktekkan sektor pertanian/perkebunan juga ikut kekuasaan sakral dari sang penguasa andil terjadinya perkembangan kota. (Santoso, 2008, hal. 176). Melalui pusat Pembangunan bendungan Nagawiru di pemerintahan inilah Raden Adipati kawasan barat akan mendukung produksi Kusumadingrat mengatur kehidupan padi yang kebanyakan diusahakan oleh rakyat dalam bernegara dan masyarakat. Beberapa rumah tinggal bermasyarakat. dengan nilai arsitektur tinggi terlihat di Tindakan yang dilakukan Raden kawasan tersebut seperti misalnya rumah Adipati Kusumadingrat dalam tinggal di Cimari. Di kota, sektor membangun wilayahnya, terutama dalam ekonomi juga berperan penting terhadap memajukan hasil bumi dengan pertumbuhan kota. Hal yang sudah umum mengadakan sistem irigasi, secara politis terjadi pelaku ekonomi kebanyakan oleh berusaha untuk menunjukkan masyarakat Tiong Hoa. Di bagian utara kekuasaannya baik kepada rakyat kota terlihat kompleks pemukiman maupun pihak pemerintah kolonial masyarakat etnis Tiong Hoa. Lokasi ini Hindia. Dalam geomantik Jawa, seorang menjadi pilihan karena berada pada tepi penguasa yang membina suatu kota harus

57

Panalungtik Vol. 1, No. 1, Juli 2018: 41-60

dapat menunjukkan kemampuannya di Pada masa kepemimpinan berada di bidang irigasi dan drainase. Hal ini tangan Raden Adipati Aria merupakan tantangan bagi penguasa Kusumadiningrat (1839 – 1886), pusat untuk menaklukkan alam bebas guna pemerintahan Galuh berkedudukan di menguji kemampuan sang penguasa yang Ciamis sekarang. Pada masa itu kota sangat menentukan bagi kesejahteraan Ciamis dan beberapa pemukiman di rakyatnya, di mana pertanian (dan sekitarnya mengalami pembangunan dan perkebunan) menjadi dasar penghidupan perkembangan dengan pesatnya. Kota (Santoso, 2008, hal. 167). Ciamis dibangun mengikuti pola tata kota Islam di Jawa yang berpusat di alun-alun. SIMPULAN Pembangunan prasarana transportasi dan Runtuhnya Kerajaan Sunda pada irigasi menjadikan perkembangan tahun 1579 di kawasan timur muncul pemukiman semakin pesat. Kawasan kota Kerajaan Galuh. Kerajaan ini kemudian Ciamis bagian barat berkembang menjadi menjadi cikal bakal Ciamis. Pusat kawasan industri. Beberapa bangunan pemerintahan Galuh telah mengalami lama sebagai penanda berkembangnya beberapa kali perpindahan. Ketika Sultan pemukiman pada waktu itu masih ada Agung (Mataram) melakukan ekspansi ke yang bertahan hingga sekarang. Beberapa wilayah ini, Kerajaan Galuh berubah bangunan tersebut ada pula yang tinggal kedudukan menjadi Kabupaten Galuh. reuntuhannya saja.

DAFTAR PUSTAKA Basundoro, P. (2016). Pengantar Sejarah Kota. Yogyakarta: Ombak. Boedi, O. B. (2016). Perkembangan Pusat-pusat Pemerintahan Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Laporan Penelitian Arkeologi. Bandung: Balai Arkeologi Jawa Barat. Breman, J. (2014). Keuntungan Kolonial dari Kerja Paksa: Sistem Priangan dari Tanam Paksa Kopi di Jawa 1720-1870. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Flannery, K. V. (1979). The Cultural Evolution of Civilization. Dalam G. L. Possehl, Ancient Cities of the Indus. Durhan: Carolina Academic Press. Graaf, H. d. (2002). Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Ekspansi Sultan Agung. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti. Gunawan, A. (2010). Warugan Lemah: Pola Permukiman Sunda Kuna. Seri Sundalana 9, 147-181. Iskandar, J. (2001). Manusia Budaya dan Lingkungan. Bandung: Humaniora Utama Press. Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. Lubis, N. H., Falah, M., Nugraha, A., Saringendyanti, E., Darsa, U. A., & Kartika, N. (2013). Sejarah Kabupaten Ciamis. Bandung: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat. Manamon, F. P. (1984). Discovering Sites Unseen. Dalam M. B. Schiffer, Advances in Archaeological Method and Theory Volume 7. London: Academic Press Inc. Nastiti, T. S., & Djafar, H. (2016). Prasasti-prasasti dari Masa Hindu Buddha (Abad ke-12 - 16 Masehi) di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Jurnal Purbawidya 2 (5) November, 101 - 116.

58

Tata Ruang Kota Ciamis…..( Nanang Saptono )

Nuralia, L. (2016). Permukiman Emplasemen Perkebunan Batulawang di Afdeling Lemahneundeut di Ciamis, Jawa Barat. Purbawidya 5 (1), 29-48. Pontoh, N. K., & Kustiwan, I. (2009). Pengantar Perencanaan Perkotaan. Bandung: Penerbit ITB. Rahardjo, S. (2007). Kota-kota Prakolonial Indonesia: Pertumbuhan dan Keruntuhan. : Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Santoso, J. (2008). Arsitektur Kota-kota Jawa: Kosmos, Kultur, dan Kuasa. Jakarta: Centropolis. Saptono, N. (2014). Geografi Kota Majalengka Dalam Kaitannya Dengan Konsep Bentuk Lahan dan Tata Kota. Purbawidya 1 (3), 27-40. Suryanto, Djunaedi, A., & Sudaryono. (2015). Aspek Budaya Dalam Keistimewaan Tata Ruang Kota Yogyakarta. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 3 (XXVI), 230- 252. Wittfogel, K. A. (1967). Oriental Despotism: A Comparative Study of Total Power. New Haven and London: Yale University Press.

59

Panalungtik Vol. 1, No. 1, Juli 2018: 41-60

60