PENGEMBANGAN WISATA DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN

Norman Rochmat Juanda1), Ichwan Arif2), Janthy T. Hidayat3)

ABSTRAK Kecamatan Tamansari memiliki obyek wisata alam dan budaya. Obyek wisata yang berpotensi dikembangkan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor tahun 2016-2036 ialah obyek wisata Air Terjun Curug Nangka, Kampung Budaya Sindang Barang dan Pura Parahyangan Agung Jagatkarta. Obyek wisata tersebut saat ini belum dikelola dengan baik karena masih banyaknya kendala mulai dari daya tarik wisata, fasilitas, aksesibilitas, dan kelembagaan. Maka dari itu perlu penanganan yang lebih baik dalam mengembangkan periwisata di Kecamatan Tamansari agar dapat menjadi obyek wisata unggulan yang mampu bersaing dengan obyek wisata lain di Kabupaten Bogor. Tujuan dari penelitian ini ialah: (a). mengidentifikasi potensi dan kendala wisata Air Terjun Curug Nangka, Kampung Budaya Sindang Barang dan Pura Parahyangan Agung Jagatkarta serta (b). Pengembangan wisata Air Terjun Curug Nangka, Kampung Budaya Sindang Barang dan Pura Parahyangan Agung Jagatkarta. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini ialah observasi, wawancara, dokumentasi, kuisioner, studi pustaka dan survey instansi, sedangkan metode analisis yang digunakan ialah analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini ialah terdapat 3 (tiga) atraksi wisata meliputi Air Terjun Curug Nangka dengan sungai dan tebing tingginya yang menghasilkan air terjun yang sangat cantik. Kampung Budaya Sindang Barang dengan budayanya yaitu budaya Sunda yang melekat dari jaman terdahulu dan dilestarikan sampai saat ini. Pura Parahyangan Agung jagatkarta dengan gaya arsitektur bangunan yang unik khas umat beragama Hindu. Fasilitas di obyek wisata Air Terjun Curug Nangka dan Kampung Budaya Sindang Barang relatif lengkap, sedangkan di obyek wisata Pura Parahyangan Agung Jagatkarta memiliki unit fasilitas yang dirasa belum melengkapi ketersediannya. Aksesibilitas guna menunjang kegiatan wisata memiliki potensi mudah dicapai walaupun dengan kondisi jalan yang sempit. Kelembagaan pariwisata yang mengelola pada masing-masing obyek wisata tersebut telah dibentuknya struktur organisasi dan memiliki peran dalam pengelolaannya. Menurut potensi dan kendala pada 3 (tiga) obyek wisata tersebut dihasilkan arahan pengembangan selanjutnya yaitu (a) mengembangkan atraksi wisata baru, (b) memperbaiki dan menambah jumlah unit fasilitas, (c) memperbaiki dan memperlebar jalan yang rusak dan sempit serta menambah jumlah jasa transportasi. (d) membangun kerjasama dan peluang investasi di bidang pariwisata. Kata Kunci: Obyek Wisata, Wisata Alam dan Budaya, Pengembangan Pariwisata.

I. PENDAHULUAN Tamansari memiliki banyak sekali kekayaan sumber Kabupaten Bogor adalah bagian dari Provinsi daya alam dengan didukung oleh adanya budaya- Jawa Barat dengan luas 1.663,81 km2 yang budaya lokal yang timbul di tengah masyarakat. memiliki 40 Kecamatan dan Kecamatan Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Tamansari termasuk di dalamnya. Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2016-2036, Kecamatan pengembangan di Kabupaten Bogor terbagi Tamansari memiliki beberapa obyek wisata yang menjadi 3 (tiga) yaitu wilayah pengembangan diprioritaskan pengembangannya yaitu Air Terjun barat, tengah timur yang memiliki banyak memiliki Curug Nangka yang memiliki keindahan panorama sumber daya alam yang melimpah dan berpotensi alam dengan air sungai yang jernih, Kampung untuk dikembangkan, terutama dalam hal Budaya Sindang Barang memiliki kebudayaan pariwisata. Sunda yang lahir dari zaman dahulu dan dilestarikan Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka hingga sampai saat ini oleh masyarakt Kampung Menengah Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2018- Sindang BarangPura Parahyangan Agung Jagatkarta 2023 Kecamatan Tamansari berada di wilayah memiliki pesona dari bentuk bangunan-bangunan pengembangan tengah sebagai pusat pariwisata dan unik dengan gaya arsitektur yang khas umat hindu kebudayaan. Termasuknya sebagai pusat pariwisata dan tidak terdapat di wilayah lainnya di Kabupaten dan kebudayaan tentunya dikarenakan Kecamatan Bogor.

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK 1 UNIVERSITAS PAKUAN

Permasalahan yang terjadi saat ini ialah potensi Ruang Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2016-2036 wisata tersebut belum sepenuhnya dikelola dengan dimana ruang lingkup materi yang akan dibahas baik oleh pemerintah seperti akses jalan menuju ialah mengidentifikasi potensi dan kendala serta obyek wisata memiliki kondisi aspal berlubang serta bagaimana pengembangan wisata pada 3 (tiga) sempit, fasilitas wisata masih kurang ketersediannya obyek tersebut. dan kurangnnya seniman-seniman lokal yang ikut Gambar 1. Peta Sebaran Lokasi Wisata berpartisipasi dalam hal kebudayaan. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi potensi dan kendala pengembangan wisata Air Terjun Curug Nangka, Kampung Budaya Sindang Barang dan Pura Parahyangan Agung Jagatkarta di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. 2. Pengembangan wisata Air Terjun Curug Nangka, Kampung Budaya Sindang Barang dan Pura Parahyangan Agung Jagatkarta di Pengumpulan data yang dilakukan ialah dengan Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. mengumpulkan data primer yang dihasilkan dari II. TINJAUAN PUSTAKA data observasi, wawancara, dokumentasi dan kuisioner, sedangkan data sekunder di dapat dari 1. Pariwisata survey instansi dan beberapa buku bacaan. Dalam Kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh menentukan sampel, ada beberapa teknik yang seseorang atau sekelompok orang dengan digunakan ialah Accidental Sampling dan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, Purposive Sampling. Sampel tersebut ditujukan pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan kepada wisatawan yang berkunjung di dalam lokasi daya tarik wisata yang dikunjungi dalam waktu wisata. Lebih jelasnya mengenai jumlah wisatawan sementara (Bambang Sunaryo, 2013) dapat dilihat pada Tabel 1. 2. Potensi Pariwisata Segala sesuatu yang dimiliki oleh suatu daerah Tabel 1. Jumlah Wisatawan untuk daya tarik wisata dan berguna untuk ODTW Jumlah Tahun mengembangkan industri pariwisata di daerah Wisatawan tersebut (Sukardi, 1998) Air Terjun Curug 97.180 2018 3. Pengembangan Pariwisata Nangka Arahan pengembangan selalu berkaitan dengan Kampung Budaya 54.452 2018 3 hal yaitu: tujuan, sarana, dan cara yang harus Sindang Barang didukung oleh kemampuan untuk mengantisipasi Pura Parahyangan 47.352 2018 kesempatan yang ada (Suryono, 2004). Agung Jagatkarta 4. Wisatawan Jumlah 198.984 Orang yang mengadakan perjalanan dari tempat Sumber: Hasil Survey Lapangan Tahun 2020 kediamannya tanpa menetap ditempat yang didatanginya atau hanya untuk sementara waktu 푁 푛 = (Soekadijo, 2000) 1 + 푁 (푒)2

III. METODE PENELITIAN n = ukuran sampel Penelitian ini dilakukan di Kecamatan N = ukuran populasi Tamansari Kabupaten Bogor pada wisata Air Terjun e = persentase kelonggaran (0,15%) Curug Nangka, Kampung Budaya Sindang Barang dan Pura Parahyangan Agung Jagatkarta. Pemilihan Dari total keseluruhan jumlah kunjungan maka lokasi tersebut di ambil berdasarkan Rencana Tata diperoleh jumlah sampel sebanyak 44 responden

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK 2 UNIVERSITAS PAKUAN dengan pembagian sampel untuk obyek wisata Air sampah vegetasi dan sampah domestik, kondisi arus Terjun Curug Nangka 22 responden, Kampung air sungai yang kencang, jalan yang dilalui Budaya Sindang Barang 12 responden dan Pura wisatawan memiliki kondisi yang licin dan Parahyangan Agung Jagatkarta 10 responden. cinderamata yang disediakan jenisnya kurang Untuk metode analisis yang digunakan guna mencirikan obyek wisata. lebih jelasnya dapat dilihat menunjang kegiatan penelitian ini ialah dengan pada Gambar 3 di bawah ini. menggunakan metode analisis deskriptif. Metode Gambar 3. Kendala DTW Air Terjun Curug analisis deskriptif ialah menyusun data yang telah Nangka didapat secara sistematis, faktual dan cermat dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan yang riil pada kondisi wisata saat ini. Adapun indikator dalam mengidentifikasi potensi dan kendala meliputi: • Daya tarik wisata, • Aksesibilitas, Sampah Jalan licin • Fasilitas dan Sumber: Hasil Survey lapangan Tahun 2020 • Kelembagaan b. Potensi dan Kendala DTW Kampung IV. HASIL PEMBAHASAN Budaya Sindang Barang 4.1 Mengidentifikasi Potensi dan Kendala Pengembangan Wisata Potensi daya tarik wisata Kampung Budaya 1. Potensi dan Kendala Daya Tarik Wisata Sindang Barang ialah terdapatnya berbagai jenis a. Potensi dan Kendala DTW Air Terjun tarian seperti tarian jaipong, tokecang dan silat Curug Nangka cimande. Tarian tersebut sering ditampilkan pada upacara adat yang bernama Seren Taun yang Potensi daya tarik wisata Air Terjun Curug diselenggarakan setiap tahunnya. Selain itu, Nangka ialah memiliki air terjun dengan kondisi air kegiatan wisata yang dapat dilakukan seperti yang jernih didukung oleh berbagai jenis flora dan berjalan-jalan disekitar area sambil menikmati fauna serta adanya hutan pinus yang mengelilingi air bangunan adat, mempelajari budaya, melihat terjun sehingga menambah keasrian lokasi wisata penampilan seni tari dan musik serta didukung tersebut. Untuk wisatawan yang datang dapat dengan adanya souvenir yang berbentuk kerajinan melakukan kegiatan seperti berenang, bersantai, tangan seperti gantungan kunci yang terbuat dari berfoto, bermain flying fox dan berkemah. Selain itu, lumbung padi dan berbagai jenis masakan khas Air Terjun Curug Nnagka menyediakan pusat oleh- sunda lainnya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada oleh seperti pakaian dan makanan khas daerah Gambar 4 di bawah ini. tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini. Gambar 4. Potensi DTW Kampung Budaya Sindang Barang Gambar 2. Potensi DTW Air Terjun Curug Nangka

Tarian Lumbung Padi

Air Terjun Hutan Pinus Sumber: Hasil Survey lapangan Tahun 2020

Sumber: Hasil Survey lapangan Tahun 2020 Kendala daya tarik wisata Kampung Budaya Sindang Barang ialah masyarakat Kampung Sindang Kendala dalam pengembangan daya tarik Barang selaku masyarakat adat Sunda mulai wisata Air Terjun Curug Nangka ialah banyaknya meninggalkan kebudayaan yang diakibatkan oleh monyet liar yang mengganggu wisatawan, adanya

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK 3 UNIVERSITAS PAKUAN adanya modernisasi serta kurangnya seniman lokal Gambar 6. Potensi DTW Kampung Budaya yang ikut berpartisipasi dalam hal kebudayaan Sindang Barang sunda. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini. Gambar 5. Kendala DTW Kampung Budaya Sindang Barang

Patung-Patung Panorama Sumber: Hasil Survey lapangan Tahun 2020 Kendala daya tarik wisata Pura Parahyangan

ialah kurangnya jenis atraksi wisata yang ditawarkan Jalan licin Bangunan adat rapuh seperti kegiatan wisata diperbolehkan hanya Sumber: Hasil Survey lapangan Tahun 2020 beribadah, berfoto, bersantai dan tidak adanya toko cinderamata yang mencirikan lokasi wisata tersebut. c. Potensi dan Kendala DTW Pura Parahyangan Agung Jagatkarta 2. Potensi dan kendala Fasilitas Wisata Potensi daya tarik wisata Pura Parahyangan Sebagian besar sarana-sarana yang ada Agung Jagatkarta ialah memiliki bangunan khas hampir cukup memadai dan relatif lengkap. umat hindu dengan gaya arsitektur bangunan yang Fasilitas yang ada sebagian dengan kondisi baik, unik dengan didukung oleh adanya patung-patung sehingga wisatawan yang dalam melakukan seperti arca. Untuk wisatawan yang datang dapat kegiatannya tidak perlu keluar obyek wisata melakukan kegiatan wisata seperti berjalan-jalan, untuk memenuhi kebutuhannya. Lebih jelasnya bersantai, dan berfoto sambil menikmati panorama mengenai potensi dan kendala fasilitas wisata Air pegunungan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Terjun Curug Nangka, Kampung Budaya Sindang Gambar 6 di bawah ini. Barang dan Pura Parahyangan Agung Jagatkarta dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Analisa Potensi dan Kendala Fasilitas Wisata No Fasilitas Air Terjun Curug Kampung Budaya Pura Parahyangan Agung Nangka Sindang Barang Jagatkarta 1 Penginapan Baik dan terawat Baik dan terawat - 2 Restoran Baik dan terawat Baik dan terawat - 3 Biro Perjalanan Baik dan terawat Baik dan terawat Baik dan terawat 4 Pusat Bangunan tidak - Baik dan terawat Perbelanjaan permanen 5 Masjid/Mushola Baik dan terawat Baik dan terawat - 6 Pos Kesehatan - - - 7 Kantor Baik dan terawat Baik dan terawat Baik dan terawat Informasi 8 Toilet Baik dan terawat Baik dan terawat Baik dan terawat 9 Gazebo Bangunan tidak - Baik dan terawat permanen 10 Tempat Parkir Baik dengan jumlah Baik dengan jumlah yang Baik dengan jumlah yang terbatas terbatas banyak 11 Pondok Wisata - Tidak terawat Baik dan terawat 12 Bumi Baik dan terawat - - Perkemahan Sumber: Hasil Analisis Tahun 2020

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK 4 UNIVERSITAS PAKUAN

3. Potensi dan Kendala Aksesibilitas Wisata Sukajadi. Desa Sukajaya dan Desa Pasir Eurih a. Aksesibilitas Eksternal dengan total jumlah 83 unit. Sedangkan untuk angkutan kota yang hanya melewati wilayah Berdasarkan kondisi eksisting, potensi Kecamatan Tamansari (transit) berjumlah 35 unit aksesibilitas eksternal menuju Kecamatan dengan jumlah total keseluruhan sebanyak 118 unit. Tamansari ialah lokasinya yang mudah dicapai dan Angkutan kota yang ada telah terdaftar (resmi) di cukup dekat dengan pusat kegiatan serta tersedianya pemerintahan Kabupaten Bogor, sedangkan jasa jaringan jalan dan moda transportasi. Akses menuju transportasi ojeg dibentuk oleh paguyuban atau Kecamatan Tamansari memiliki 3 rute yaitu Rute organisasi dari masyarakat sekitar. Lebih jelasnya utara dimulai dari Ibukota Negara, Rute tengah dapat dilihat pada Gambar 7 dibawah ini. dimulai dari Ibukota Provinsi Jawa Barat dan Rute selatan dimulai dari Kota . Sedangkan Gambar 7 Peta Aksesibilitas Internal kendala aksesibilitas ekternal menuju Kecamatan Tamansari ialah jaringan jalan hanya mengandalkan jalan alteri dan jalan lokal. Tidak adanya jaringan jalan tol yang menghubungkan pusat kegiatan dengan Kecamatan Tamansari sehingga dalam menempuh perjalanan dirasa terlalu lama karena disepanjang jalan menuju Kecamatan Tamansari harus melewati beberapa pusat kegiatan lainnya yang menyebabkan tersendatnya arus lalu lintas. sedangkan moda transportasi darat yang disediakan yaitu menggunakan bus. Gambar 6. Peta Aksesibilitas Eksternal

Permasalahan aksesbilitas di dalam wilayah Kecamatan Tamansari ialah belum optimalnya peran pemerintah dalam menyediakan insfrastruktur yang baik seperti jaringan jalan memiliki kondisi yang rusak dan sempit. Jalan yang disediakan pun tidak memiliki jalur pejalan kaki dan tidak memiliki b. Aksesibilitas Internal jaringan drainase sehingga air dapat masuk kejalan yang akan menyebabkan banjir dan merusak jalan Analisis potensi aksesibilitas internal dalam aspal yang ada, karena terbawa arus air hujan. Jika Kecamatan Tamansari ialah terdapatnya jaringan dilihat dari kondisi morfologi, Kecamatan jalan lokal dan jalan lingkungan. Jalan lokal dan Tamansari berada di daerah pegunungan dengan jalan lingkungan tersebut memiliki kondisi jalan ketinggian 500-1000 mdpl yang menjadikan beraspal dan hampir menjangkau semua Desa. Moda jaringan jalan tersebut berliku serta menanjak transportasi yang ada ialah angkutan kota dan ojeg. mengikuti alur pegunungan sehingga perlu adanya untuk angkutan kota tersebut memiliki 3 (tiga) perbaikan, pelebaran, penerangan dan penambahan terminal pemberhentian yang berada di Desa marka jalan, mengingat wisatawan yang datang

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK 5 UNIVERSITAS PAKUAN banyak yang menggunakan kendaraan pribadi pengelola dengan tujuan mempromosikan kepada seperti mobil dan bus besar. Permasalahan pada masyarakat luas moda transportasi yaitu sedikitnya jumlah angkutan 4.2 Pengembangan Wisata kota yang beroprasi dan jika dilihat pada tahun 2018 jumlah wisatawan yang datang berjumlah 198.984 Rencana yang akan dilakukan pengembangan jiwa dan akan mengalami peningkatan setiap yaitu terdapatnya perubahan pada kondisi saat ini tahunnya, oleh karena itu perlu adanya penambahan (eksisting) yang telah di identifikasi potensi dan jumlah angkutan kota guna melayani kegiatan kendala. Rencana pengembangan tersebut meliputi wisatawan dan masyarakat sekitar rencana pengembangan daya tarik wisata, fasilitas, aksesibilitas dan kelembagaan. 4. Potensi dan Kendala Kelembagaan Wisata 1. Pengembangan Daya Tarik Wisata Potensi kelembagaan wisata Air Terjun Curug Nangka, Kampung Budaya Sindang Barang dan a. Air Terjun Curug Nangka Pura Parahyangan Agung Jagatkarta ialah adanya Pengembangan daya tarik wisata pada Air dukungan dari pemerintah Kabupaten Bogor dan Terjun Curug Nangka dilakukan dengan tercantum dalam RTRW Kabupaten Bogor tahun penambahan atraksi wisata baru yang menggunakan 2016-2036 yang menjadikan 3 (tiga) obyek wisata konsep dengan tujuan memanfaatkan sumber daya ini lebih diprioritaskan pengembangannya. alam dan tetap menjaga kelestarian alam serta tidak Dukungan pemerintah Kabupaten Bogor salah merusak kondisi alam pada kawasan wisata. satunya sebagai media promosi dan penyedia Penambahan atraksi wisata tersebut diantaranya insfrastruktur. ialah pemancingan, massage (panti pijat), taman Selain itu, masing-masing obyek wisata telah bermain anak, arung jeram, pemandian air panas, memiliki sistem pengelolaan yang baik dimana dan penangkaran hewan dan tumbuhan. Lebih dalam hal ini struktur organisasi telah dibentuk dan jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8 di bawah ini. dijalankan sesuai dengan fungsinya. Adapun jika dilihat dari pelayanan yang dilakukan pihak TNGHS Gambar 8 Peta Pengembangan Atraksi Wisata pada Air Terjun Curug Nangka, Kampung Budaya Air Terjun Curug Nangka Sindang Barang dan Yayasan Giri Tamansari pada Pura Parahyangan Agung Jagatkarta dalam mengelola kawasan wisata tersebut, telah menjalankan beberapa poin kewajiban dari setiap pengusaha pariwisata sesuai UU No.10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan. Dimana kewajiban yang telah dijalankan yaitu: (1) Menjaga dan menghormati norma agama, adat istiadat, budaya dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat setempat, (2). Memberikan informasi yang akurat dan bertanggung jawab, (3) Memberikan kenyamanan, keramahan, perlindungan dan keselamatan wisatawan, dan (4) memelihara kelestarian lingkungan alam dan budaya. Sedangkan permasalahan kelembagaan ialah masing-masing pihak pengelola obyek wisata terkendala biaya dalam memasarkan produk wisata, b. Kampung Budaya Sindang Barang seperti kurangnya penyediaan tenaga kerja yang kreatif dalam memasarkan produk wisata yang Pengembangan daya tarik wisata Kampung menjadikan wisata tersebut hanya mengandalkan Budaya Sindang Barang yaitu dengan melakukan pengunjung yang datang sebagai produk penambahan atraksi wisata baru yang memanfaatkan pemasarannya. Selain itu, kurangnya acara yang pepohonan dan beberapa vegetasi di dalam kawasan diselenggarakan oleh pemerintah daerah atau pihak obyek wisata dan tetap mempertahankan kondisi

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK 6 UNIVERSITAS PAKUAN alam yang ada diantaranya taman bermain anak, dan 2. Pengembangan Fasilitas Wisata Outbond. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar a. Air Terjun Curug Nangka 9 di bawah ini. Pengembangan fasilitas pada wisata Air Gambar 9. Peta Pengembangan Atraksi Wisata Terjun Curug Nangka di antarannya membangun Kampung Budaya Sindang Barang pos kesehatan, pondok wisata, memperbaiki gazebo, pusat perbelanjaan, dan menambah jumlah daya tampung tempat parkir. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Konsep Bangunan Fasilitas Air Terjun Curug Nangka

Ketersediaan tempat parkir

yang di dibutuhkan Konsep bangunan permanen Sumber: Hasil Analisis Tahun 2020

c. Pura Parahyangan Agung Jagatkarta b. Kampung Budaya Sindang Barang Pengembangan daya tarik wisata Pura Pengembangan fasilitas pada obyek wisata Parahyangan Agung Jagatkarta yaitu dengan Kampung Budaya Sindang Barang berdasarkan melakukan penambahan atraksi wisata seperti toko analisa yang telah dilakukan pada sebelumnya maka souvenir dan panti pijat (massage). Atraksi wisata pelunya membangun pusat perbelanjaan, pos tersebut dibangun menggunakan konsep bangunan kesehatan, gazebo, bumi perkemahan, pondok khas umat hindu. Lebih jelasnya dapat dilihat pada wisata, dan menambah jumlah kapasitas tempat Gambar 10 di bawah ini. parkir. Konsep bangunan pada unit fasilitas yaitu menggunakan bangunan semi permanen dengan Gambar 9. Peta Pengembangan Atraksi Wisata mengikuti alur kebudayaan khas adat Sunda. Lebih Pura Parahyangan Agung Jagatkarta jelasnya dapat dilihat pada Gambar 11 di bawah ini. Gambar 10. Konsep Bangunan Fasilitas Kampung Budaya Sindang Barang

Ketersediaan tempat Ilustrasi konsep parkir yang di bangunan butuhkan Sumber: Hasil Analisis Tahun 2020 dan 99.com

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK 7 UNIVERSITAS PAKUAN

c. Pura Parahyangan Agung Jagatkarta perbaikan jalan yang menghubungkan antar perkotaan maupun antar desa. Lebih jelasnya dapat Rencana pengembangan unit fasilitas pada dilihat pada Tabel 3. obyek wisata Pura Parahyangan Agung Jagatkarta yaitu pelunya membangun Penginapan, Restoran, Tabel 3. Rencana Pengembangan Jalan Pos Kesehatan. Untuk penyediaan fasilitas wisata Nama Status Jalan Lebar Lebar seperti masjid dan bumi perkemahan berdasarkan Jalan Eksisting Rencana kondisi kawasan wisata tidak mendukung dalam Air Terjun Curug Nangka penyediaan fasilitas tersebut karena obyek wisata ini Jalan Raya Jalan Lokal 3 m 7,5 m merupakan wisata budaya sekaligus wisata spiritual Ciapus bagi umat Hindu. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Jalan Jalan 2.5 m 6,5 m Gambar 10. Gunung Lingkungan Gambar 10. Konsep Bangunan Fasilitas Pura Malang Parahyangan Agung Jagatkarta Kampung Budaya Sindang Barang Jalan E. Jalan Lokal 3 m 7,5 m Sumawijaya Jalan Kp. Jalan 2 m 6,5 m Menteng Lingkungan Pura Parahyangan Agung Jagatkarta Jalan Raya Jalan Lokal 3 m 7,5 m Ilustrasi fasilitas yang wisata spiritual Ciapus disarankan Jalan Nanas Jalan 2 m 6,5 m Sumber: Hasil Analisis Tahun 2020 dan 99.com Lingkungan Sumber: Hasil Analisis, Hasil Survey lapangan 3. Pengembangan Aksesibilitas Wisata Tahun 2020 dan Peraturan Pemerintah Republik Nomor 34 Tahun 2006 a. Aksesibilitas Eksternal • Pengembangan Jalur Pejalan Kaki Pengembangan aksesibilitas eksternal yaitu terdapatnya 3 (Tiga) rute pencapaian. Dari rute Pengembangan jalur pejalan kaki ini pencapaian tersebut terdapat beberapa rencana direncanakan di sepanjang koridor jalan yang telah pengembangan jaringan jalan dan transportasi yang disesuaikan dengan kondisi kawasan wisata yaitu akan di tempuh ialah perlunya pembangunan jalur pejalan kaki perlu didesain senyaman mungkin jaringan jalan tol dan menyediakan jasa transportasi dan aman bagi pengguna, serta mewadahi ruang darat yang langsung menuju Kecamatan Tamansari untuk difable person dan menyediakan RTH sebagai Kabupaten Bogor. unsur peneduh pada jalur pejalan kaki serta melengkapi jalur pejalan kaki dengan street b. Aksesibilitas Internal furniture atau pelengkap jalan seperti tempat Pengembangan aksesibilitas internal yang sampah. dilakukan diantaranya pengembangan jaringan • Pengembangan Transportasi jalan, pengembangan jalur pejalan kaki, pengembangan moda transportasi. penyediaan Rencana pengembangan transportasi pada terminal dan halte pariwisata. kawasan wisata yaitu mencakup trayek dan moda sarana penunjang kegiatan wisata lainnya. Secara • Pengembangan Jaringan Jalan rinci rencana pengembangan moda transportasi Rencana pengembangan jaringan jalan yaitu seperti penyediaan moda (angkutan umum) yaitu dengan pemeliharaan atau perawatan jalan secara dengan menambah jenis moda, jumlah moda dan rutin terutama pada jaringan jalan utama, rehabilitasi kualitas moda angkutan umum yang disediakan pada bagian-bagian jalan yang mengalami oleh pemerintah daerah dan perlunya pembuatan kerusakan. Peningkatan jalan dari jalan berlubang trayek baru serta rute angkutan umum yang menjadi perkerasan aspal dan beton dan perlunya bertujuan agar semua wilayah di Kecamatan

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK 8 UNIVERSITAS PAKUAN

Tamansari dapat dijangkau serta penyediaan bus melakukan koordinasi atau kerjasama dengan pihak mini yang di prioritaskan untuk kegiatan pariwisata swasta untuk ikut berpartisipasi dalam hal kegiatan dan disediakan oleh pihak pemerintah setempat wisata di Kampung Budaya Sindang Barang. dalam pengembangannya c. Pura Parahyangan Agung Jagatkarta • Penyediaan Terminal/Halte Pariwisata Rencana Pengembangan Kelembagaan Pada Rencana pengembangan terminal dan halte Kawasan wisata Pura Parahyangan ialah Yayasan pariwisata di Kecamatan Tamansari Kabupaten Giri Tamansari selaku pihak pengelola harus mampu Bogor lebih diarahkan pada kawasan pusat menyediakan sumber daya manusia yang kompeten pelayanan lingkungan Desa (PPLd) yang berada di dalam hal kebudayaan Hindu dan Perlunya pihak Desa Sukamantri dengan titik akhir terminal yaitu pengelola melakukan kerjasama dengan biro-biro pada masing-masing obyek wisata. Sedangkan untuk perjalanan dalam hal jasa transportasi yang area sekitar halte perlu dibuatnya marka jalan yang mengikutsertakan masyarakat Kecamatan menandakan sebagai area pemberhentian angkutan Tamansari. pariwisata. Hal ini perlu dilakukan agar angkutan V. KESIMPULAN DAN SARAN penumpang tersebut tidak menggangu kendaraan 5.1 Kesimpulan umum lainnya pada saat menaikan penumpang a. Air Terjun Curug Nangka maupun menurunkan penumpang. Potensi yang dimiliki berupa air terjun yang 4. Pengembangan Kelembagaan indah didukung dengan adanya fasilitas yang relatif a. Air Terjun Curug Nangka memenuhi kebutuhan wisatawan serta tersedianya Dalam usaha rencana pengembangan jaringan jalan dan moda transportasi menuju lokasi kelembagaan Air Terjun Curug Nangka perlu wisata dan pihak pengelola telah membentuk digiatkan dengan usaha-usaha sebagai berikut: (1) struktur organisasi kepariwisataan. Sedangkan Pemerintah Kabupaten Bogor melakukan koordinasi kendala yang ada yaitu terdapatnya sampah vegetasi secara intensif kepada pihak TNGHS agar dampak dan domestik di sekitar air terjun, fasilitas seperti positif yang ditimbulkan adanya pariwisata dapat warung dan gazebo memiliki kondisi bangunan semi dirasakan masyarakat. (2) Perlunya pihak TNGHS permanen dan atap bocor, Jaringan jalan dengan dalam membantu dan membina para anggota dengan kondisi aspal berlubang dan sempit serta tidak melakukan pelatiha yang bertujuan mengasah adanya kesatuan antara masyarakat dan pihak inovasi dan kreatifitas untuk kepentingan pemasaran pengelola sehingga sering terjadinya konflik. wisata (3) Pihak pemerintah Kabupaten Bogor dan Pengembangan wisata yang dilakukan ialah Pihak TNGHS perlu berperan aktif dalam kegiatan (1) menambahkan atraksi wisata pemancingan, promosi di dalam dan di luar negri, untuk massagge, taman bermain anak, arung jeram, meningkatkan dan memantapkan usaha pemandian air panas, penangkaran hewan dan kepariwisataan tumbuhan. (2) Fasilitas dengan membangun pos kesehatan, pondok wisata, memperbaiki gazebo, b. Kampung Budaya Sindang Barang pusat perbelanjaan dan menambah jumlah daya Rencana pengembangan kelembagaan pada tampung tempat parkir, (3) Perbaikan jaringan jalan Kampung Budaya Sindang Barang ada beberapa yang berlubang dan memperlebar badan jalan serta usaha-usaha dalam meningkatkan peran dan menambah jumlah angkutan kota dan disediakannya fungsinya sebagai organisasi kepariwisataan, bus wisata, (4) Perlu melakukan pembenahan baik diantaranya: (1) Pemerintah daerah perlu dari pihak TNGHS dan masyarakat sehingga memberikan pelatihan kepada anggota dengan terjadinya kesatuan yang memiliki tujuan yang sama melakukan usaha untuk memajukan kemampuan yaitu memajukan pariwisata secara professional, teknis dan finansial (2) Perlunya b. Kampung Budaya Sindang Barang meningkatkan kreatifitas dengan menciptkan acara- acara kepariwisataan yang diselenggarakan dengan Potensi yang dimiliki ialah kebudayaan khas tujuan mempromosikan obyek wisata, (3) Sunda yang terlihat dari bangunan adat dan pemerintah, pengelola serta masyarakat harus kehidupan masyarakat sekitar, fasilitas wisata dirasa

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK 9 UNIVERSITAS PAKUAN sudah melengkapi kegiatan wisatawan, terdapatnya 5.2 Saran akses jaringan jalan dan moda transportasi yang Berdasarkan kesimpulan yang didapat, maka beroprasi setiap hari serta kelembagaan telah saran yang dapat disampaikan antara lain: disusun dan memiliki fungsi bagian di tiap masing- 1. Menambahkan atraksi wisata baru yang dibuat masing pengelola. Sedangkan kendala yang dimiliki mengikuti perkembangan jaman, dengan ialah bangunan adat dengan kondisi rapuh dan perlu memperhatikan upaya-upaya untuk menjaga perbaikan, kurangnya ketersediaan fasilitas seperti kelestarian lingkungan alam dan budaya, pos kesehatan, pusat perbelanjaan, gazebo dan bumi sehingga seminimal mungkin menghindari perkemahan. Jaringan jalan sempit dengan aspal dampak negatif yang dapat menurunkan kualitas berlubang serta pihak pengelola belum optimal lingkungan dan mengganggu ekologi dalam dalam memasarkan obyek wisata karena terkendala pengembangan atraksi wisata baru tersebut. biaya 2. Melakukan kerjasama dengan pihak swasta Pengembangan wisata yang direncanakan untuk menanamkan modalnya dalam pengadaan ialah dengan (1) menambahkan atraksi wisata taman fasilitas wisata seperti, penginapan, pos bermain anak dan outbond, (2) membangun pusat kesehatan, dan pusat perbelanjaan serta perbelanjaan, pos kesehatan, gazebo, bumi melakukan pengawasan agar tidak terjadinya perkemahan, memperbaiki pondok wisata, dan kerusakan pada fasilitas yang ada dilokasi obyek menambah jumlah kapasitas tempat parkir. (4) wisata. Perbaikan jaringan jalan yang berlubang dan 3. Untuk Pemerintah Pusat dan Daerah diharapkan memperlebar badan jalan serta menambah jumlah melakukan perbaikan jalan seperti, perkerasan angkutan kota dan disediakannya bus wisata. (5) jalan, memperlebar akses jalan yang sempit, meningkatkan kreatifitas dengan menciptkan acara menambahkan jalur pedestrian dan membuat kepariwisataan yang diselenggarakan dengan tujuan jaringan drainase. mempromosikan lokasi wisata. 4. Manambahkan jumlah transportasi umum yaitu c. Pura Parahyangan Agung Jagatkarta disediakannya angkot dan bus kecil yang dikhususkan untuk menunjang kegiatan Potensi yang dimiliki berupa kebudayaan pariwisata. Hindu dengan menampilkan upacara adat serta 5. Dibentuknya organisasi kepariwisataan yang bangunan yang unik dengan didukung tersedianya berbasis masyarakat seperti kelompok jaringan jalan yang langsung menuju lokasi wisata masyarakat sadar wisata (POKDARWIS) serta serta kelembagaan telah dibentuk dan difungsikan melakukan peningkatan kualitas sumber daya sebagaimana mestinya. Sedangkan permasalahan manusia yang professional dalam pengelolaan yang dimili ialah wisatawan hanya bisa melakukan dan pemeliharaan obyek wisata agar tercapainya kegiatan seperi berfoto, bersantai dan menikmati program-program wisata yang kreatif dan keindahan alam saja. memiliki kurang ketersediaan inovatif, sehingga dapat bersaing dengan obyek fasilitas seperti penginapan, restoran dan pos wisata lain di luar Kecamatan Tamansari. kesehatan. Jaringan jalan yang disediakan dengan kondisi aspal berlubang, jalan menanjak berliku DAFTAR PUSTAKA serta sempit, struktur organisasi memiliki [Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan, kekurangan dalam penyediaan SDM. Penelitian dan Pengembangan Daerah. 2016. Pengembangan wisata yang direncanakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ialah: (1) menambahkan atraksi wisata baru seperti Kabupaten Bogor Tahun 2016-2036. massage (panti pijat) dan toko cindermata. (2) Kabupaten Bogor: BAPPEDA. fasilitas wisata dengan membangun penginapan, restoran dan pos kesehatan. (4) perbaikan jaringan [Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan, jalan yang berlubang dan memperlebar badan jalan Penelitian dan Pengembangan Daerah. 2018. serta menambah jumlah angkutan kota dan Rencana Pembangunan jangka Menengah disediakannya bus wisata. (5) pihak pengelola harus Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor Tahun mampu menyediakan SDM yang kompeten dalam 2018-2023. hal kebudayaan Hindu.

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK 10 UNIVERSITAS PAKUAN

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 PENULIS Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. 1. Norman Rochmat Juanda S.P.W.K Alumni 2009. (2020) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Kota Fakultas Teknik Universitas Pakuan Bogor. Tahun 2006 Tentang Jalan. 2006. Jakarta (Email: [email protected]) 2. Ir. Ichwan Arif, MT. Pembimbing I/Dosen Sunaryo. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Pariwisata, Konsep dan Aplikasinya. Gava Fakultas Teknik Universitas Pakuan Bogor. Media. Yogyakarta 3. Dr. Ir. Janthy T. Hidayat, M.Si. Pembimbing Sukardi, Nyoman. 1998. Pengantar Pariwisata. STP II/Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah Nusa Dua Bali dan Kota Fakultas Teknik Universitas Pakuan Agus. Suryono.2004. Pengantar Teori Bogor. Pembangunan. Malang: Universitas Negeri Malang. Soekadijo. 2000. Anatomi Pariwisata. Gramedia. Jakarta

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK 11 UNIVERSITAS PAKUAN