PERBANDINGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENG XIAOPING DENGAN DALAM MEMBENTUK FORMAT EKONOMI DAN POLITIK DI CINA

Skripsi

DAMELIS PRATIWI.S 100906095

Dosen Pembimbing: Warjio, MA, Ph.D

DEPARTEMEN ILMU POLITIK FALKUTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FALKUTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

DAMELIS PRATIWI. S PERBANDINGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENG XIAOPING DAN XI JINPING DALAM MEMBENTUK FORMAT EKONOMI DAN POLITIK DI CINA Rincian isi Skripsi: 113 halaman, 2 tabel, 25 buku, 4 jurnal dan 3 e-journal, 27 situs internet, dan 1 dokumen. (kisaran buku dari tahun 1974 - 2011)

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba untuk mengeksplorasi mengenai gaya kepemimpinan dari dua orang pemimpin terkemuka dari Cina, yaitu Deng Xiaoping dan Xi Jinping, yang kemudian akan menganalisisnya untuk menemukan perbandingan gaya kepemimpinan dari kedua tokoh tersebut. Kepemimpinan merupakan salah satu hal terpenting dalam setiap organisasi karena akan berdampak pada kelangsungan organisasi. Deng merupakan sosok pemimpin Cina yang berhasil membebaskan Cina dari kemiskinan melalui sistem kapitalis yang diberlakukannya. Walaupun Deng memasukan sistem kapitalis tersebut, Deng tetap mempertahankan stabilitas politik Cina dengan sistem komunismenya. Sementara itu, Xi Jinping merupakan presiden Cina pada saat ini yang justru menghidupkan kembali sistem maoist yang telah dihapus oleh Deng Xiaoping pada masa kepemimpinannya. Xi sengaja mengembalikan kepemimpinan personal seperti pada masa dengan menghapuskan kepemimpinan kolektif.

Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori kepemimpinan dari Veithzal Rivai, Sondang Siagian, dan Sutarto. Pendapat yang dikemukan oleh tokoh-tokoh tersebut khususnya mengenai kepemimpinan digunakan sebagai acuan dalam mendeskripsikan gaya kepemimpinan Deng Xiaoping dan Xi Jinping. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode perbandingan yang nantinya berguna untuk menggambarkan perbandingan dari gaya kepemimpinan Deng Xiaoping dan Xi Jinping. Adapun kesimpulan dari gaya kepemimpinan kedua tokoh tersebut adalah keduanya menerapkan gaya kepemimpinan otokratik, dimana gaya kepemimpinan tersebut digunakan pada negara komunis.

Kata kunci: Perbandingan, Gaya Kepemimpinan, Pemimpin Cina.

Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE

DAMELIS PRATIWI. S

COMPARISON OF LEADERSHIP STYLE DENG XIAOPING AND XI JINPING TO FORM FORMAT OF ECONOMICS AND POLITICS IN CHINA Content: 113 pages, 2 tables, 25 books, 3 journal and 4 e-journal, 27 website, and one document. (publication from 1974 - 2011)

ABSTRACT

This study tries to explore the style of leadership of the two prominent leaders of China, namely Deng Xiaoping and Xi Jinping, which will then analyze it to find a comparison of the leadership style of the two men. Leadership is one of the most important things in any organization because it will have an impact on the survival of the organization. Deng is a Chinese leader figure who managed to liberate China from poverty through the implementation of the capitalist system. Although Deng entering the capitalist system, Deng still maintaining political stability of China to communism system. Meanwhile, the president of China Xi Jinping at the moment that actually reviving Maoist system that has been removed by Deng Xiaoping in his tenure. Xi accidentally restore personal leadership as in the days of Mao Zedong to eliminate collective leadership.

The theory is used to explain the problems is the theory of leadership of Veithzal Rivai, Sondang Siagian, and Sutarto. Opinions are raised by these figures, especially regarding leadership is used as a reference in describing the leadership style of Deng Xiaoping and Xi Jinping. This is a qualitative study using the method of comparison that would be useful to describe the ratio of Deng Xiaoping's leadership style and Xi Jinping. The conclusions of the two men's leadership style is both apply autocratic leadership style, where the leadership styles used in the communist country.

Keywords: Comparison, Leadership Style, Leader of China.

Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FALKUTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Pesetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh

Nama : Damelis Pratiwi. S NIM : 100906095 Departemen : Ilmu Politik Judul : Perbandingan Gaya Kepemimpinan Deng Xiaoping dan Xi Jinping dalam Membentuk Format Ekonomi dan Politik di Cina

Menyetujui:

Ketua Departemen Ilmu Politik, Dosen Pembimbing,

(Dra. T Irmayani, M.Si) (Warjio, MA, Ph.D) NIP.196806301994032001 NIP.197408062006041003

Mengetahui Dekan FISIP USU,

(Prof. Dr. Badaruddin, M.Si) NIP.196805251992031002

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ...... i Lembar Pengesahan ...... ii Abstrak ...... iii Abstract ...... iv Kata Pengantar ...... v Daftar Isi ...... vii Daftar Tabel ...... ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH ...... 1 1.2. PERUMUSAN MASALAH ...... 12 1.3. PEMBATASAN MASALAH...... 13 1.4. TUJUAN PENELITIAN ...... 14 1.5. MANFAAT PENELITIAN ...... 14 1.6. KERANGKA TEORI 1.6.1. Teori Perbandingan Politik ...... 15 1.6.2. Teori Kepemimpinan...... 17 1.6.3. Tipologi Kepemimpinan ...... 17 1.6.4. Fungsi-Fungsi Kepemimpinan ...... 21 1.6.5. Gaya Kepemimpinan ...... 22

1.7. METODOLOGI PENELITIAN 1.7.1. Metode Penelitian ...... 27 1.7.2. Jenis Penelitian...... 28 1.7.3. Teknik Pengumpulan Data ...... 29 1.7.4. Teknik Analisa Data ...... 29

1.8. SISTEMATIKA PENULISAN ...... 31

Universitas Sumatera Utara BAB II BIOGRAFI DENG XIAOPING DAN XI JINPING

2.1. DENG XIAOPING 2.1.1. Keluarga Deng Xiaoping ...... 33 2.1.2. Pendidikan Deng Xiaoping ...... 35 2.1.3. Karir Deng Xiaoping ...... 38

2.2. XI JINPING 2.2.1. Keluarga Xi Jinping ...... 45 2.2.2. Pendidikan Xi Jinping ...... 48 2.2.3. Karir Xi Jinping ...... 49

BAB III PERBANDINGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENG XIAOPING DAN XI JINPING

3.1. GAYA KEPEMIMPINAN DENG XIAOPING 3.1.1. Visi dan Strategi Deng Xiaoping ...... 59 3.1.2. Kebijakan Deng Xiaoping ...... 63 3.1.3. Gaya Kepemimpinan Deng Xiaoping ...... 70

3.2. GAYA KEPEMIMPINAN XI JINPING 3.2.1. Visi dan Strategi Xi Jinping ...... 77 3.2.2. Kebijakan Xi Jinping ...... 83 3.2.3. Gaya Kepemimpinan Xi Jinping ...... 86

3.3. PERBANDINGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENG XIAOPING DAN XI JINPING ...... 90

BAB IV PENUTUP 4.1.Kesimpulan ...... 100 4.2.Implikasi Teoritis ...... 104

DAFTAR PUSTAKA ...... 108

Universitas Sumatera Utara DAFTAR TABEL

Daftar Tabel Halaman

Tabel 2.1 Data Karir Xi Jinping sejak tahun 1969-sekarang ...... 52

Tabel 3.1 Perbandingan Pola Perilaku Deng Xiaoping dan Xi Jinping dalam Gaya Kepemimpinan Otokratik menurut Sutarto ...... 98

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam lingkungan masyarakat atau dalam suatu kelompok (organisasi formal maupun informal) selalu ada seseorang yang bersikap lebih menonjol daripada yang lainnya.Umumnya mereka bersifat lebih mengatur orang-orang yang ada dalam lingkungan atau kelompok tersebut.Orang tersebut biasanya disebut dengan pemimpin.Seorang pemimpin biasanya memiliki kemampuan yang lebih baik atau yang lebih unggul daripada orang-orang yang ada disekitarnya, sehingga dia dianggap pantas untuk memimpin suatu kelompok atau perkumpulan tersebut.

Dalam sebuah kelompok ataupun organisasi, adanya seorang pemimpin sangat diperlukan. Pemimpin sangat diperlukan karena banyaknya orang yang memerlukan figure seorang pemimpin, dalam beberapa situasi seorang pemimpin perlu tampil mewakili kelompoknya, sebagai tempat pengambilalihan resiko bila terjadi tekanan terhadap kelompoknya, dan sebagai tempat meletakan kekuasaan1.

Kelompok ataupun organisasi tersebut juga dapat berubah menjadi kelompok ataupun organisasi yang kuat ataupun negara yang lemah, sangat ditentukan oleh sikap yang diambil oleh pemimpin yang ada pada saat itu. Oleh karena itu, gaya kepemimpinan yang merupakan sekumpulan ciri dari seorang pemimpin perlu

1 Veithzal Rivai. 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hal.1-2.

Universitas Sumatera Utara untuk diketahui. Dengan demikian kita dapat menilai baik atau buruknya atau apakah seorang pemimpin tersebut dapat dikatakan sebagai pemimpin yang sukses atau tidak dalam memajukan organisasinya.

Negara merupakan suatu organisasi kekuasaan yang besar.Anthonius

Sitepu dalam bukunya Teori-Teori Politik, mengatakan bahwa negara adalah suatu organisasi otoritas yang sasaran kegiatannya adalah dengan otoritas mengatur suatu masyarakat yang ada sebagai suatu keseluruhan telah menempati posisi yang sentral di dalam kehidupan kolektivitas manusia modern 2 .Dalam pengertian tersebut negara diberi hak untuk mengatur kehidupan setiap warga negaranya melalui legitimasi kekuasaan yang diberikan pada negara tersebut.Pada dasarnya, Negara memiliki empat fungsi utama.Empat fungsi utama tersebut adalah melaksanakan penertiban, mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya, pertahanan, dan menegakkan keadilan 3 .Untuk menjalankan fungsi tersebut maka negara memerlukan seorang pemimpin yang diharapkan dapat mewujudkan keinginan dari rakyatnya tersebut.

Salah satu negara yang menarik untuk dibahas pada saat ini adalah negara

Cina. Republik Rakyat Tiongkok atau yang biasanya disebut dengan Republik

Rakyat Cina telah berdiri sejak tahun 1 Oktober 1949, saat kini telah masuk dalam kategori negara maju disamping Amerika Serikat. Setelah bertahun-tahun Cina menutup diri dari pengaruh bangsa asing pada masa pemerintahan Mao Zedong

(sehingga Cina disebut juga dengan Negara tirai bambu) akhirnya Cina membuka

2 Lihat P.Anthonius Sitepu. 2012. Teori-Teori Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal.23. 3Lihat Miriam Budiardjo. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi. Hal.55-56.

Universitas Sumatera Utara diri. Cina mulai membenahi diri dan lambat laun menjadi sebuah negara yang kuat, bahkan Jhon Naisbitt, seorang futurolog yang telah lama mengamati Cina, mengibaratkan Cina sebagai Panda Kung Fu yang merupakan tandingan Amerika yang diibarakan dengan burung Rajawali. Naisbitt, mengatakan bahwa pembukan diri yang dilakukan Cina akan memperluas pengaruh kepemimpinan Cina dan juga akan mengguncang tatanan elit politik. Elit politik dalam hal ini menuju kepada Eropa dan Amerika Serikat yang akan menghadapi Cina, yang kuat secara ekonomi, stabil secara politik, dan tidak ragu menampilkan nilai-nilai dirinya pada dunia4.

Seperti apa yang telah dikatakan diatas, bahwa Cina merupakan salah satu negara yang menarik untuk dibahas karena Cina memiliki keunikan tersendiri dan prestasi-prestasi yang membanggakan. Cina dengan luas wilayah 9.640.821 km2 merupakan negara terbesar di Asia Timur, dan merupakan negara ke tiga terbesar di dunia setelah Rusia (17.075.400 km2) dan Kanada (9.984.670 km2)5.Disamping itu, Cina dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, yaitu sebanyak

1.343.239.923 jiwa dari total 7.010.424.289 jiwa di dunia dan dari total

4.219.786.020 jiwa di Asia6, mampu mengelolah sumber daya manusia yang ada menjadi tenaga kerja yang terdidik ataupun yang terlatih. Dengan luasnya wilayah daratan Cina dan banyaknya jumlah penduduk di Cina tentunya akan menjadi tantangan tersendiri bagi seorang pemimpin Cina dalam proses

4Lihat Jhon dan Doris Naisbitt. 2010. China’s Megatrends : 8 Pilar yang Membuat Dahsyat China. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal xxii. 5http://statistik.ptkpt.net/_a.php?_a=area &info1=5, diakses pada tanggal 4 Januari 2014 pukul 01.29 WIB. 6 http://statistik.ptkpt.net/_a.php?_a=penduduk_usia&info1=3, diakses pada tanggal 3 Januari 2014 pukul 00.49 WIB.

Universitas Sumatera Utara membangun Cina menjadi sebuah negara yang maju. Namun, Cina pada akhirnya dapat dikatakan menjadi negara yang maju dan para pemimpinnya dianggap telah sukses dalam membangun kualitas sumber daya manusia yang ada.

Berhasilnya pemimpin Cina dalam menciptakan banyaknya sumber daya manusia yang baik dapat dilihat dari banyaknya sumber daya manusia baik yang tertitik, terlatih, ataupun terdidik dan terlatih di Cina yang mampu bekerja dan menghasilkan produk yang dapat bersaing dengan negara lain. Pada tahun 2007, secara ekonomi, tingkat kemajuan Cina cukup melesat tinggi.Cina berhasil memiliki tingkat tabungan tertinggi ketiga di dunia dan 150 juta rakyatnya memiliki saham atau obligasi7.Pada tahun 2013, Bank Cina berhasil menjadi bank yang memiliki asset terbesar didunia. ICBC (Industrial and Commercial Bank of

China) menjadi bank terbesar di dunia dengan asset sekitar 2,8 triliun dolar AS.

Selain itu, kemajuan Cina lainnya juga terlihat pada bidang pendidikan dan kesehatannya.

Hal yang menarik lainnya dari Cina adalah salah satu negara penganut komunisme hingga saat ini.Padahal pada saat ini, justru banyak negara yang mengklaim atau yang berlomba untuk menjadikan negaranya sebagai negara penganut sistem demokrasi.Pada awalnya di Asia terdapat beberapa negara penganut komunisme yang pada akhirnya meninggalkan paham tersebut.

Republik Rakyat Mongolia, Yaman Selatan, Republik Demokratik Kamboja dan

Republik Demokratik Afganistan merupakan contoh negara penganut komunisme di Asia yang telah berubah ideologinya. Sementara itu, Cina melalui Mao Zedong,

7 Jhon & Doris Naisbitt, op.cit., hal.13.

Universitas Sumatera Utara Korea Utara dengan Kim Il-Sung, Laos dengan Choummaly Sayasone, dan

Vietnam melalui Ho Chi Minh hingga saat ini masih bertahan dengan sistem pemerintahan komunisnya.

Namun Cina sebagai penganut komunisme, dalam menjalankan kehidupan ekonominya justru condong kearah kapitalis.Hal tersebut dianggap bertolak belakang, dimana kapitalis dianggap hanya berkembang pada negara penganut liberlisme dan mungkin ada pada negara penganut demokrasi.Tetapi Cina mampu membuktikan bahwa komunisme tersebut dapat disatukan dengan kapitalis.Dengan konsep sistem politiknya yang komunis dan sistem ekonominya yang mengarah ke-kapitalis, Cina menjadi negara dari Timur yang perlahan tetapi pasti menjadi tandingan Amerika (negara super power).

Segala sesuatu yang terjadi di Cina memang tidak semua masuk dalam kategori yang membanggakan.Cina masih memiliki banyak kekuarangan pada aspek hak asazi, hukum, lingkungan, dan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat8.Selain itu, jumlah penduduk Cina yang begitu besar membuat angka kelahiran Cina semakin tinggi, sedangkan dengan majunya bidang kesehatan di

Cina membuat angkah kematian menjadi sangat kecil.Hal tersebut membuat Cina semakin padat penduduk.Penduduk Cina juga semakin banyak yang berusia tua, sehingga pemerintah semakin kekurangan tenaga muda.Disamping itu, pemerintahan Cina dilanda trend korupsi di setiap jenjang pemerintahannya.

8Jhon & Doris Naisbitt, op.cit.,hal.22.

Universitas Sumatera Utara Melihat keadaan Cina seperti apa yang telah disebutkan diatas, membuat peran pemimpin negara menjadi sangat penting dalam mengatur kehidupan setiap rakyatnya. Dalam hal ini Xi Jinping yang merupakan presiden Cina pada saat ini memiliki peran penting dalam menjalankan roda pemerintahan di Cina.Xi Jinping ditetapkan sebagai presiden Cina sejak tanggal 14 Maret 2013 melalui Sidang

Kongres Nasional Rakyat Cina.Sejak saat itu, Xi dianggap memiliki tugas yang begitu berat sebagai seorang pemimpin walaupun sebelumnya Xi selalu menjadi seorang pemimpin ditempat dia berada.Hal tersebut jelas terlihat sejak awal tahun

1980-an, dimana Xi muncul sebagai pemimpin di sebuah pedesaan.Saat itu Xi menjadi Sekretaris Partai Komunis di Kabupaten Zhending, di Provinsi Hebel,

Cina Utara.Xi tidak hanya berhenti menjadi seorang pemimpin di pedesaan tersebut.Xi semakin menunjukan peningkatan kualitasnya sebagai seorang pemimpin. Xi kemudian menjadi Ketua Komite Utama Rakyat Fuzhou (Ketua

Partai Komunis di Fuzhou), Gubernur Provinsi Fujian (pada Agustus 1999),

Sekretaris Partai Komunis Provinsi Zhejiang dan Ketua Komite Utama Kongres

Rakyat Provinsi Zhejiang (pada tahun 2003), Anggota Komite Utama Politbiro dan Sekretaris Komite Pusat Partai Komunis Cina (pada tahun 2007), dan Ketua

Komisi Militer (pada November 2012) hingga akhirnya menjadi Pemimpin tertinggi di Cina pada Maret 2013.

Pada dasarnya, Xi dianggap sebagai “putra mahkota” atau “pangeran” di

Cina sama seperti Jiang Zemin, Zeng Qinghong, dan beberapa pejabat tinggi PKC lainnya. Mereka berasal dari keturunan ataupun keluarga yang memiliki jabatan yang tinggi pada masa lampau.Xi sendiri merupakan anak dari Xi Zhongxun.Xi

Universitas Sumatera Utara Zhongxun merupakan mantan pemimpin negara dan partai dan pernah menjabat sebagai ketua Daerah Perbatasan Shaan-Gan serta PKC revolusioner dasar tahun

1930-an. Namun berbeda dengan “pangeran” lainnya, Xi pada masa mudanya justru mengalami penghinaan dan masa-masa yang sulit.Masa-masa tersebut dimulai pada tahun 1962, ketika Xi Zhongxun ditindas dan dihina.Bahkan, selama

Revolusi Kebudayaan (1966-1976), keluarga Xi menderita penghinaan publik, kelaparan, hingga tunawisma.

Masa-masa sulit yang dialami oleh keluarga Xi tidak membuatnya menjadi seseorang yang lemah ataupun menjadi benci dengan orang-orang sekitar, melainkan menambah motivasi mereka untuk bekerja dan berusaha menjadi sosok yang lebih baik lagi.Xi Jinping yang masih remaja pada saat itu, justru menawarkan dirinya untuk dikirim bekerja pada suatu desa terpencil.Di desa tersebut Xi bekerja dengan rajin dan dapat menjadi suatu kebanggan bagi warga desa tersebut hingga kemudian Xi kembali bersekolah dan meninggalkan desa tersebut. Jiwa kepemimpinan Xi yang begitu mengutamakan kepentingan orang banyak ternyata telah terlihat sejak saat itu sehingga ia terpilih menjadi kepala desa sekaligus ketua partai pada desa tersebut.

Selama Xi Jinping memimpin dalam suatu organisasi, baik sebagai kepala desa, walikota, gubernur, bahkan sebagai ketua komisi militer di Cina, Xi selalu mendapatkan tanggapan positif dari orang-orang yang dipimpin Xi.Xi berhasil menimbulkan kesan yang baik bagi mereka.Hal tersebut dibuktikan melalui cerita dari orang-orang yang pernah berada disekitar Xi. Xi ketika di desa Shaanxi, ia membantu desa mendapatkan akses, membangun jembatan dan merenovasi

Universitas Sumatera Utara sebuah sekolah dasar. Ketika seorang teman petani jatuh sakit, Xi atas biaya sendiri, membawanya ke Fujian untuk perawatan medis yang lebih baik.Ia juga membantu ribuan petani di Ningde merenovasi pondok jerami bobrok dan nelayan dipandu untuk hidup yang lebih baik. Ketika bekerja sebagai kepala Partai PKC di

Fuzhou, ibukota Fujian, ia memimpin untuk membangun mekanisme bagi para pejabat untuk bertemu dengan rakyat dan memperkenalkan mekanisme yang sama di tempat-tempat dimana ia kemudian menjabat. Dan masih banyak lagi yang dilakukan oleh Xi untuk membangun masyarakat tempat ia memimpin.

Selain Xi Jinping, hal yang menarik dibahas adalah Deng Xiaoping. Deng

Xiaoping merupakan Bapak Kebangkitan Cina atau biasanya disebut juga dengan

Bapak Cina Modern.Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan ekonomi Cina semakin berkembang sejak Deng Xiaoping memerintah pasca Mao Zedong.Deng mulai membangun Cina dengan merubah konsep yang ada pada masa Revolusi

Kebudayaan pada saat Mao Zedong memimpin.Pada masa revolusi kebudayaan, aspek politik sangat menentukan langkah setiap kehidupan yang ada di Cina.Pada masa itu, semua bentuk kegiatan yang ada harus sesuai dengan ideologi yang ada yaitu ideologi komunis.Namun Deng justru muncul dan mengganti tujuan nasional yang ada menjadi pembangunan ekonomi9.

Mao Zedong dan Deng Xiaoping memiliki sesamaan dalam ideologi.Mereka sama-sama seorang penganut komunisme.Hal tersebut dapat dilihat dari Mao yang menjadikan politik sebagai panglima (komunisme dalam

9Lihat Umar Suryadi Bakry. 1996. Pasca Deng Xiaoping: Cina, Quo Vadis?. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hal. 5.

Universitas Sumatera Utara berbagai aspek kehidupan) dan Deng seorang komunis yang menegakkan komunisme dan membela ideologi tersebut.Hal itu terbukti ketika Deng memerintahkan tentara untuk memberantas para mahasiswa pengunjuk rasa di

Tiananmen karena dianggap telah membahayakan sendi-sendi komunisme. Selain sesama penganut komunisme, mereka juga memiliki cita-cita yang sama dalam membangun Cina. Mao dan Deng menginginkan Cina dapat menjadi negara yang maju dan mandiri.Namun, keduanya memiliki perbedaan, terutama dalam hal mencapai cita-cita mereka dalam memajukan Cina.Jika pada masa Mao memimpin, maka segala sesuatunya harus kembali dan sesuai dengan ideologi

(komunisme).Mao begitu anti dengan kapitalisme dan bangsa asing sehingga Cina saat itu dilarang untuk membuka diri terhadap bangsa asing.Dan sebagai seorang pemimpin Mao justru dianggap berhasil dengan konsep tersebut.

Berbeda dengan Mao, Deng Xiaoping yang tidak hanya melihat dari segi politik saja melainkan turut melihat dari segi ekonomi juga atau bahkan Deng lebih fokus terhadap pertumbuhan ekonomi sehingga tidak peduli dengan jalan yang ditempuh.Deng membuat suatu ungkapan yang begitu terkenal di Cina bahkan oleh seluruh dunia ketika Cina mulai membuka diri.Deng berkata “tidak penting warna seekor kucing, karena yang penting bisa menangkap tikus”.Dengan demikian Deng menciptakan reformasi ekonomi di Cina yang akhirnya membuat

Deng medapat sebutan sebagai Bapak Kebangkitan Cina. Bagi Deng dalam kehidupan politik, komunisme adalah suatu keharusan, tetapi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi menuju Cina yang sejahtera dan mandiri dapat ditempuh dengan berbagai cara, termasuk kapitalisme. Oleh karena itu, Deng Xiaoping yang

Universitas Sumatera Utara merupakan kawan dekat Mao, akhirnya menjadi lawan yang paling dibenci oleh

Mao Zedong.

Deng Xiaoping yang pada akhirnya menjadi lawan Mao, sebenarnya lebih dahulu merasakan apa yang dirasakan oleh Xi Jinping. Bahkan apa yang dirasakan oleh Deng lebih sakit daripada Xi. Deng yang menjadi lawan politik Mao akhirnya harus melepaskan seluruh jabatannya baik didalam partai maupun dibangku pemerintahan, Deng juga kerap menerima hujatan dari orang-orang disekitanya hingga Deng harus diasingkan.Selain itu, pada awal revolusi kebudayaan pada tahun 1966, Deng menjadi korban pertama Mao.Pada saat itu,

Deng harus bekerja di lading sebuah pedesaan terpencil dan tidur di kandang.Serupah dengan Xi, Deng juga berasal dari keturunan kaya yang cerdas dan memiliki jiwa sosial yang tinggi.Namun, keadaan yang tidak mendukung mereka membuat mereka terpaksa harus bekerja pada tempat yang tidak mereka inginkan dan atau tempat yang tidak layak bagi mereka.Bahkan melebihi penderitaan Xi, Deng hampir saja dibunuh oleh Mao. Deng Pufang, putra Deng mengalami siksaan yang berat hingga harus mengalami kelumpuhan secara fisik yang permanen. Namun, akhirnya Deng diampuni oleh Mao karena bujukan dari

Zhou Enlai yang merupakan sahabat Deng ketika Deng belajar di Prancis pada tahun 1920-an.

Deng kembali pada ranah pemerintahan setelah Mao meninggal pada tanggal 9 September 1976.Sejak saat itu, Deng bersama kelompoknya mulai bergerak untuk melakukan transformasi ekonomi yang menuju kapitalis.Dalam melakukan reformasi tersebut, Deng yang mengambil sikap hati-hati, sistematis,

Universitas Sumatera Utara pragmatis dan sabar dianggap sebagai kunci keberhasilan Deng.Reformasi tersebut tidak membuahkan hasil dengan cepat.Hasil dari reformasi baru terlihat pada tahun 1990-an, padahal reformasi diawali pada tahun 1978.Dalam melakukan reformasi tersebut, Deng telah sukses dalam melakukan reformasi pada bidang politik, ekonomi, budaya, dan hukum.Deng berhasil membangun stabilitas politik, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan mengijinkan adanya hak swasta dan kebebasan bagi warganya untuk berkembang, menyatukan budaya konfusianisme dan liberalisme untuk membangun setiap pikiran warga

Cina, dan menegakkan hukum dimana hukum berlaku bagi siapa saja termasuk bagi para pemimpinnya.

Berdasarkan apa yang telah dipaparkan diatas, maka terdapat suatu hal yang menarik untuk menjadi objek penelitian. Xi Jinping yang merupakan

Presiden Cina pada saat ini dan Deng Xiaoping yang disebut sebagai Bapak

Kebangkitan Cina merupakan sosok yang menarik untuk dibahas. Sebagai salah seorang pemimpin besar dan diagungkan di Cina dalam membangun pertumbuhan ekonomi dan politik Cina, maka bagaimana gaya kepemimpinan Xi dan Deng menjadi suatu hal yang menarik untuk diketahui dan mencari tahu apa saja perbedaan dalam kepemimpinan Xi dan Deng. Oleh karena itu penelitian ini berjudul “Perbandingan Gaya Kepemimpinan Deng Xiaoping dengan Xi

Jinping dalam Membentuk Format Ekonomi dan Politik Di Cina”.

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Universitas Sumatera Utara Melalui pemaparan yang dijelaskan pada bagian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah bahwa setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda. Gaya kepemimpinan seorang pemimpin nantinya akan memiliki dampak yang besar bagi organisasi yang dipimpinnya. Pada penelitian ini akan membahas mengenai dua pemimpin Cina, Deng Xiaoping dan

Xi Jinping. Deng Xiaoping yang disebut sebagai bapak kebangkitan Cina dan Xi

Jinping yang merupakan Presiden Cina pada saat ini, tentunya memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda dalam mempimpin Cina, baik karena perbedaan masa kepemimpinan, latarbelakang keluarga, maupun karateristik kepribadian.

Oleh karena itu, yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

Bagaimana perbandingan gaya kepemimpinan Deng Xiaoping dengan Xi

Jinping dalam membentuk format ekonomi dan politik di Cina?

1.3. PEMBATASAN MASALAH

Dalam penelitian ini, batasan masalah merupakan salah satu hal yang diperlukan. Batasan masalah digunakan untuk lebih memperjelas penelitihan dengan memberi batas mengenai topik atau perihal yang akan dibahas pada penelitian ini. Adanya pembatasan masalah akan membuat penelitian semakin lebih fokus ataupun terkonsentrasi pada masalah yang akan dibahas, sehingga hasil penelitian ini tidak menyimpang dari masalah yang ingin dianalisis. Adapun batasan masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah:

a. Gaya kepemimpinan Deng Xiaoping sejak tahun 1975 (sejak menjabat

sebagai wakil perdana menteri Tiongkok/ RRC) sampai tahun 1997

Universitas Sumatera Utara (wafat) dan gaya kepemimpinan Xi Jinping sejak menjabat sebagai

Sekretaris Partai Komunis di Kabupaten Zhending, di Provinsi Hebel,

Cina Utara hingga saat ini menjadi Presiden Republik Rakyat Cina

(1980 - penelitian berlangsung).

b. Gaya kepemimpinan Deng Xiaoping dan Xi Jinping dapat dilihat dari

sejarah kepemimpinan mereka yang berhubungan dengan bidang

ekonomi, politik, kebudayan dan militer mengingat Deng Xiaoping

yang pernah menjalin hubungan erat dengan petinggi militer untuk

memberantas para mahasiswa yang membahayakan komunisme.

Sedangan Xi Jinping yang sampai saat ini masih menjabat sebagai

ketua komite militer yang tentunya memiliki pengaruh yang cukup

besar pada bidang militer. Namun pada penelitian ini yang dilihat

hanya pada bidang ekonomi dan politik tanpa melihat bidang militer,

kebudayaan, dan lainnya yang memungkinkan untuk menjadi suatu

penelitian.

1.4. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan gaya kepemimpinan Deng Xiaoping dan Xi Jiping

dalam membentuk format ekonomi dan politik di Cina.

Universitas Sumatera Utara 2. Menganalisis perbandingan gaya kepemimpinan Deng Xiaoping

dengan Xi Jinping dalam membentuk format ekonomi dan politik di

Cina.

1.5. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi peneliti maupun bagi orang lain. Terutama untuk perkembangan ilmu pengetahuan.

Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian adalah:

1. Peneliti mampu mengasah kemampuan dalam melakukan sebuah

proses penelitian yang bersifat ilmiah dan memberikan pengetahuan

yang baru bagi peneliti sendiri.

2. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan tentang

perbandingan gaya kepemimpinan Deng Xiaoping dengan Xi Jinping

dalam membentuk format ekonomi dan politik di Cina.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi yang baik bagi

perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam kajian tentang gaya

kepemimpinan dalam membentuk format ekonomi dan politik dan

dapat menjadi referensi/ kepustakaan bagi kalangan mahasiswa/i

terutama bagi mahasiswa/i Departemen Ilmu Politik.

1.6. KERANGKA TEORI

1.6.1. Teori Perbandingan Politik

Universitas Sumatera Utara Perbandingan politik (comparative politics) merupakan salah satu cabang dari studi politik dan ilmu politik10.Secara sederhana, perbandingan merupakan suatu kegiatan untuk mengadakan identifikasi persamaan dan perbedaan antara dua gejala tertentu atau lebih. Dengan demikian, perbandingan politik dapat dikatakan sebagai upaya penelitian yang sifatnya membandingkan dengan tujuan untuk mencari informasi tentang suatu hal yang berkaitan dengan studi politik yang akan dianalisa. Manfaat melakukan perbandingan politik tersebut adalah untuk mendapatkan informasi mengenai suatu negara dan untuk kepentingan perkembangan kajian ilmu politik, serta untuk membangun teori baru dan atau memprediksi masa depan suatu negara.

Dalam perbandingan politik terdapat tiga unsur utama, yaitu:

1. Studi tentang negara asing (negara di luar negara asal sang peneliti).

2. Perbandingan secara sistematis antara negara-negara dengan tujuan

mengidentifikasi, dan akhirnya menjelaskan perbedaan atau persamaan

diantara hal tersebut yang berhubungan dengan fenomena tertentu yang

sedang dianalisis.

3. Fokus terhadap metode penelitian yang berkaitan dengan perkembangan

aturan dan standar tentang bagaimana penelitian komparatif dilakukan.

10Ronald H.Chilcote. 2003. Teori Perbandingan Politik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hal.3.

Universitas Sumatera Utara Bagi seorang peneliti perbandingan politik, merupakan suatu keharusan untuk mengetahui secara umum tentang aspek-aspek teori dan telaah komparatif.

Tahapan-tahapan telaah komparatif tersebut meliputi11:

1. Pengumpulan data dan pemaparan (deskripsi) fakta dilakukan berdasarkan

skema atau klasifikasi tertentu,

2. Berbagai kesamaan dan perbedaan dikenali dan dijelaskan,

3. Hipotesa-hipotesa sementara tentang saling keterkaitan dalam proses

politiknya diformulasikan,

4. Hipotesa-hipotesa tersebut diverifikasikan melalui observasi empiris atau

pengamatan lapangan secara cermat,

5. Temuan-temuan yang dapat dipertanggung-jawabkan harus ditetapkan.

1.6.2. Teori Kepemimpinan

Berbicara mengenai defenisi kepemimpinan, tentunya akan menghasilkan defenisi yang bervariasi, tergantung kepada siapa yang memberikan defenisi tersebut. Namun pada dasarnya kepemimpinan mengacu kepada kemampuan seseorang untuk mempengaruhi dan menggerakan orang lain. Veithzal Rivai dalam bukunya “Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi” mengatakan bakwa kepemimpinan merupakan proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas- aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok.

11Lihat Ronald H.Chilcote. 2003. Teori Perbandingan Politik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hal.21-33.

Universitas Sumatera Utara Dalam kepemimpinan terkandung tiga implikasi penting. Pertama, kepemimpinan itu melibatkan orang lain baik itu bawahannya maupun pengikut.

Kedua, kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang, karena anggota kelompok bukanlah tanpa daya. Ketiga, adanya kemampuan untuk menggunakan berbagai bentuk kekuasaan yang berbeda-beda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya dengan berbagai cara12.

1.6.3. Tipologi Kepemimpinan

Menurut Prof. DR. Sondang P. Siagian, MPA dalam bukunya “Teori dan

Praktek Kepemimpinan”, terdapat lima tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya. Lima tipe tersebut adalah kepemimpinan tipe yang otokratik, tipe yang paternalistik, tipe yang kharismatik, tipe yang laissez faire, dan tipe yang demokratik.

Pemimpin dengan tipe otokratik merupakan seseorang yang sangat egois 13. Pemimpin dengan tipe ini cenderung menonjolkan kelakuannya dalam bentuk:

a. Kecenderungan memperlakukan para bawahan sama dengan alat lain

dalam organisasi, sehingga kurang menghargai pribadi dari

bawahannya.

12Veithzal Rivai, op.cit., hal.3. 13Lihat Sondang P.Siagian. 1994. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: PT Rineka Cipta. hal.31-33.

Universitas Sumatera Utara b. Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas

tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan

kebutuhan para bawahan.

c. Pengabaian peran bawahan, seperti dalam pengambilan keputusan

secara sepihak.

Pemimpin yang otokratik dalam prakteknya akan menuntut ketaatan penuh dari bawahannya, dalam menegakkan disiplin menunjukkan kekakuan, bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi, dan menggunakan pendekatan punitif (pemberian hukuman) jika terjadi penyimpangan oleh bawahannya.

Tipologi kepemimpinan yang kedua adalah pemimpin dengan tipe yang paternalistik.Pemimpin tipe ini biasanya terdapat di lingkungan masyarakat yang masih bersifat tradisional 14 . Hal tersebut disebabkan oleh kuatnya ikatan primodial, extended family system, kehidupan masyarakat yang komunalistik, peranan adat istiadat yang sangat kuat dalam kehidupan bermasyarakat, dan masih dimungkinkannya hubungan pribadi yang intim antara seorang anggota masyarakat dengan anggota masyarakat lainnya.

Ketiga, tipologi kepemimpinan yang kharismatik di mana pemimpin tersebut merupakan seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut 15.Pengikut tersebut pada umumnya tidak selalu dapat menjelaskan mengapa orang tersebut dapat mereka kagumi. Pemimpin dengan tipe ini bisa saja menggunakan gaya yang otokratik atau diktatorial namun para pengikutnya tetap setia. Mungkin pula,

14Lihat Ibid. hal.33-36. 15 LIhat Ibit. Hal.37.

Universitas Sumatera Utara pemimpin tipe ini menggunakan gaya paternalistik atau bahkan gaya yang demokratik.

Keempat, tipologi kepemimpinan laissez faire yang biasanya memilih peranan yang pasif.Pemimpin dalam tipe ini, membiarkan organisasi berjalan menurut temponya sendiri tanpa banyak mencampuri bagaimana organisasi harus dijalankan dan digerakan.Pemimpinnya bersikap permisif, di mana para bawahannya boleh bertindak sesuai dengan keinginannya, namun kepentingan bersama tetap terjaga dan organisasi tetap tercapai.Pemimpin juga memperlakukan bahawannya sebagai rekan sekerjanya.

Menurut Prof. DR. Sondang Siagian MPA, gaya kepemimpinan laissez faire memiliki karateristik sebagai berikut 16:

a. Pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif.

b. Pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang

lebih rendah dan kepada para petugas operasional, kecuali dalam hal-

hal tertentu yang nyata-nyata menuntut keterlibatan secara langsung.

c. Status quo organisasional tidak tertanggu.

d. Penumbuhan dan pengembangan kemampuan berpikir danbertindak

yang inovatif dan kreatif di serahkan kepada para anggota organisasi

yang bersangkutan sendiri.

16 Lihat Sondang P.Siagian, op.cit., hal.30-40

Universitas Sumatera Utara e. Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukan perilaku

dan prestasi kerja yang memadai, intervensi pimpinan dalam

perjalanan organisasi berada pada tingkat yang minimum.

Tipologi kepemimpinan yang terakhir adalah tipe yang demokratik.

Pemimpin tipe ini cenderung memiliki sikap sebagai berikut 17:

a. Pandangan bahwa betapapun besarnya sumber daya dan dana yang

tersedia bagi organisasi yang ada pada dirinya akan dianggap berarti

apabila digunakan oleh anggota organisasi tersebut untuk mencapai tujuan

dari organisasi tersebut.

b. Pemimpin mengusahakan adanya pendelegasian wewenang yang praktis

dan realistik tanpa kehilangan kendali organisasional.

c. Seluruh anggota organisasi berperan dalam mengambil keputusan.

d. Memperlakukan para bawahan sebagai makhluk politik, makhluk

ekonomi, makhluk sosial, dan sebagai individu dengan karateristik dan jati

diri yang khas yang mempunyai kebutuhan yang sangat kompleks.

e. Legitimasi pemimpin oleh bawahan didasarkan pada pembuktian

kemampuan pemimpin yang mampu memimpin organisasi tersebut

dengan efektif.

1.6.4. Fungsi-Fungsi Kepemimpinan

Secara umum, terdapat lima fungsi kepemimpinan yang hakiki18, yaitu:

17Lihat Ibid.hal.46-47.

Universitas Sumatera Utara 1. Pemimpin adalah penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha mencapai

tujuan.

2. Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak

diluar organisasi.

3. Pimpinan selaku komunikator yang efektif.

4. Mediator yang andal, khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama

dalam menangani situasi konflik.

5. Pimpinan selaku integrator yang efektif, rasional, objektif, dan netral.

1.6.5. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan merupakan sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering di terapkan oleh seorang pemimpin 19 . Gaya kepemimpinan biasanya digunakan untuk mengklasifikasikan tipe kepemimpinan.

Dengan demikian penting pula diketahui gaya kepemimpinan apa saja yang ada.

Veithzal Rivai membagi gaya kepimpinan kedalam tiga tipe utama berdasarkan pada pola dasarnya (tugas, kerja sama, dan tujuan). Tiga tipe gaya kepemimpinan tersebut adalah kepemimpinan otoktatis, demokratis, dan kendali bebas (Laissez-

Faire).

18Lihat Ibid.hal.46-47. 19Veithzal Rivai, op.cit., hal. 60.

Universitas Sumatera Utara Ronald Lippitt dan Ralph K. White juga berpendapat sama dengan Rivai bahwa ada 3 gaya kepemimpinan20, yaitu:

1. “authoritarian” (otoriter), “autocratic” (otokratis), “dictatorial” (diktator)

2. “democratic” (demokratis)

3. “laissez-faire” (kebebasan), “free-rein” (bebas kendali), “libertarian”

(kebebasan)

a. Gaya Kepemimpinan Otokratik

Pada kepemimpinan otokratis cenderung berpusat kepada pemegang kekuasaan, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi tersebut. Menurut Sutarto, kepemimpinan gaya otokratik, otokratis, otoriter atau diktator adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala kegiatan yang akan dilakukan diputuskan oleh pimpinan semata-mata21.

Kepemimpinan gaya otoriter antara lain berciri:

1. Wewenang mutlak terpusat pada pimpinan

2. Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan

3. Kebeijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan

4. Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan

5. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan, atau kegiatan para

bawahannya dilakukan secara ketat

20 Fred Luthans. 1981. Organizational Behavior, Edisi ke-3, McGraw-Hill Kogakusha, Ltd., Tokyo. Hal.413. 21 Sutarto. 2001. Dasar-Dasar Kepemimpinan Administrasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hal.73.

Universitas Sumatera Utara 6. Prakarsa harus selalu datang dari pimpinan

7. Tiada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan,

atau pendapat

8. Tugas-tugas bagi bawahan diberikan secara instruktif

9. Lebih banyak kritik daripada pujian

10. Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat

11. Pimpinan menuntut kesetiaan mutlak tanpa syarat

12. Cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman

13. Kasar dalam bertindak

14. Kaku dalam bersikap

15. Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan

Penerapan gaya kepemimpinan otoriter dapat mendatangkan keuntungan berupa kecepatan serta ketegasan dalam pembuatan keputusan dan bertindak sehingga untuk sementara mungkin produktivitas dapat naik. Kerugian penerapan gaya ini adalah dapat menimbulkan suasana yang kaku, tegang, mencekam, dan menakutkan sehingga akan menimbulkan ketidakpuasan.

Gaya kepemimpinan otoriter ini hanya tepat diterapkan dalam organisasi yang sedang menghadapi keadaan darurat karena sendi-sendi kelangsungan hidup organisasi terancam, apabila keadaan darurat telah selesai gaya ini harus segera ditinggalkan.

b. Gaya Kepemimpinan Demokratik

Universitas Sumatera Utara Gaya kepemimpinan demokratis cenderung mengutamakan kerja sama.

Proses pengambilan keputusan dalam organisasi tersebut juga diambil berdasarkan kesepakatan bersama, sehingga bawahan dapat bekerja sama dengan baik, mengutamakan mutu kerja, dan dapat mengarahkan diri sendiri. Menurut

Sutarto, kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan22.

Kepemimpinan gaya demokratis antara lain berciri :

1. Wewenang pimpinan tidak mutlak

2. Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan

3. Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan

4. Kebijaksanaan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan

5. Komunikasi berlangsung timbal balik, baik yang terjadi antara pimpinan

dan bawahan maupun antara sesama bawahan

6. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para

bawahaan dilakukan secara wajar

7. Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan

8. Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran,

pertimbangan, atau pendapat

9. Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan

daripada instruktif

22Ibid, hal.75.

Universitas Sumatera Utara 10. Pujian dan kritik seimbang

11. Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas

kemampuan masing-masing

12. Pimpinan meminta kesetiaan para bawahan secara wajar

13. Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak

14. Terdapat suasana saling percaya, saling hormat menghormati dan saling

harga menghargai

15. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul bersama pimpinan dan

bawahan

Penerapan kepemimpinan gaya demokratis dapat mendatangkan keuntungan antara lain berupa keputusan serta tindakan yang lebih obyektif, tumbuhnya rasa ikut memiliki, serta terbinanya moral yang tinggi. Sedang kelemahan gaya ini antara lain keputusan serta tindakan kadang – kadang lamban, rasa tanggung jawab kurang, keputusan yang dibuat bukan merupakan keputusan terbaik.

c. Gaya Kepemimpinan Leissez Faire

Kepemimpinan gayaleissez faire, kebesaran atau gaya liberal adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan23.

23 Sutarto, op.cit., hal.77.

Universitas Sumatera Utara “Laissez-faire” secara harafiah berarti “allow (them) to do” (mengizinkan

[mereka] bekerja), atau “to leave alone” (biarkan sendiri), “free-rein” berasal dari kata “free” (bebas) dan “rein” (kendali), jadi “free-rein” secara harafiah berarti bebas kendali.

Kepemimpinan leissez faire antara lain berciri:

1. Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan

2. Keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan

3. Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh para bawahan

4. Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahannya

5. Hampir tiada pengawasan terhadap sikap, tingkah laku,perbuatan, atau

kegiatan yang dilakukan para bawahan

6. Prakarsa selalu datang dari bawahan

7. Hampir tiada pengarahan dari pimpinan

8. Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok

9. Kepentingan pribadi lebih utama daripada kepentingan kelompok

10. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh orang per orang

Penerapan pemimpin gaya liberal dapat mendatangkan keuntungan antara lain para anggota atau bawahan akan dapat mengembangkan kemampuan dirinya.

Tetapi kepemimpinan jenis ini membawa kerugian bagi organisasi antara lain berupa kekacauan karena tiap pejabat bekerja menurut selera masing-masing.

1.7. METODOLOGI PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara 1.7.1. Metode Penelitian

Metode penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan analisi kualitatif. Oleh karena itu, penelitian ini tidak mengedepankan metode statistik dan tematik melainkan akan memanfaatkan analisis verbal dan kualitatif.

Kemudian, untuk menjawab penelitian ini akan digunakan metode penelitian perbandingan (comparative). Metode perbandingan dapat didasarkan atas keempat metode dalam ilmu politik seperti metode deskripsi, analisa, teori, dan penilaian dimana objek yang ingin diperbandingkan sudah diketahui sebelumnya.Perbandingan tersebut diadakan anatara dua objek atau lebih untuk menambah atau memperdalam pengetahuan tentang objek yang diselidiki.Salah satu syarat utama dalam metode perbandingan adalah harus memiliki kedua objek atau lebih yang ingin diperbandingkan dan memiliki persamaan-persamaan tertentu disamping perbedaan yang ada 24.

1.7.2. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode perbandingan.Hal tersebut sejalan dengan metode yang digunakan pada penelitian ini.Lijphart mengatakan bahwa metode perbandingan merupakan suatu metode penemuan hubungan empiris antara berbagai variabel, dan bukan merupakan metode pengukuran25.Oleh karena itu, sudah jelas bahwa jenis pada penelitian ini adalah kualitatif dimana penelitian kualitatif tidak menggunakan metode pengukuran.

24Lihat F.Isjwara. 1974. Pengantar Ilmu Politik. Bandung: Binacipta. Hal.57-58. 25 Arend Lijphart. 1971. Comparative Politics and the Comparative Method dalam American Political Science Review LXV (September). Hal.683.

Universitas Sumatera Utara Dengan metode kualitatif, selain untuk mengungkapkan dan memahami sesuatu hal yang baru dan sedikit diketahui, metode kualitatif juga akan memberikan rincian tentang suatu fenomena yang sulit diungkap oleh penelitian kuantitatif26. Penelitian kualitatif dalam perbandingan gaya kepemimpinan Deng

Xiaoping dan Xi Jinping dalam membentuk format ekonomi dan politik di Cina digunakan untuk mengetahui bagaimana gaya kepemimpinan kedua tokoh penting di Cina tersebut kemudian gaya kepemimpinan dari kedua tokoh tersebut diperbandingkan.

1.7.3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan (study literature).Studi kepustakaan ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian27. Pengumpulan data dengan teknik studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mencari data-data dari kepustakaan buku, informasi-informasi berdasarkan penelaah literature atau referensi baik yang bersumber dari artikel-artikel, majalah, surat kabar, jurnal, buletin-buletin, internet maupun catatan-catatan penting mengenai hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang ditelitih oleh penulis.

26 Lihat Ansem Strauss dan Juliet Corbin. 2003. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, Tata Langkah, dan Teknik-Teknik Teorisasi Data. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal.5. 27Mestika Zed. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hal.3.

Universitas Sumatera Utara 1.7.4. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik analisa data dengan metode deskriptif analisis.Metode Diskriptif Analisis akan digunakan dalam usaha mencari dan mengumpulkan data, menyusun, menggunakan serta menfsirkan data yang sudah ada. Untuk menguraikan secara lengkap, teratur dan teliti terhadap suatu obyek penelitian. Hal ini mengacu kepada apa yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber yang berasal dari perpustakaan maupun jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. Kemudian semua data yang telah dikumpulkan disusun terlebih dahulu sebelum dilanjutkan ketahap berikutnya untuk memperoleh data yang akurat dan sesuai dengan tujuan penelitian dan untuk memperoleh hasil penelitian tersebut.Selanjutnya adalah memberi kesimpulan terhadap data yang dianalisis tersebut.

Menurut Chilcote, tahapan dan prosedur yang dilakukan oleh para peneliti perbandingan politik meliputi dua hal. Kedua hal tersebut adalah telaah komparatif terintegrasi dengan teori dan tahapan deskripsi, analisis, dan sintesis dari teori tersebut 28 .Teori meliputi penyampaian pandangan dan pemikiran.Deskripsi adalah pernyataan mengenai bagian atau hubungan dari suatu hal yang dapat dirumuskan melalui klasifikasi, identifikasi, dan spesifikasi.

Analisis adalah pemisahan atau pemecahan suatu keseluruhan utuh menjadi bagian-bagian pokoknya yang kemudian akan dikaji sesuai dengan jenis penelitiannya (kualitatif atau kuantitatif). Sementara sintesis adalah penggabungan

28Lihat Ronald H.Chilcote. 2003. Teori Perbandingan Politik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hal.21.

Universitas Sumatera Utara bagian-bagian menjadi satu keseluruhan utuh, atau memadukan berbagai gagasan dan rumusan menjadi suatu kompleks atau kesatuan pemikiran yang koheren atau kohesif.

1.8. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan merupakan penjabaran rencana penulisan untuk lebih mempermudah dan terarah dalam penulisan karya ilmiah. Agar mendapatkan gambaran yang jelas dan terperinci, maka penulis membagi penulisan skripsi ini kedalam 4 (empat) bab. Adapun susunan sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab I terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

Kerangka Teori, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II GAYA KEPEMIMPINAN DENG XIAOPING DENGAN XI

JINPING

Bab II dalam skripsi ini yang nantinya akan

mendeskripsikan tentang gaya kepemimpinan dari Deng Xiaoping

dan Xi Jinping, maka dalam bab II ini akan memaparkan mengenai

biografi dari Deng Xiaoping dan Xi Xinping yang berisikan

tentang kehidupan keluarga, riwayat pendidikan, dan karir kedua

Universitas Sumatera Utara tokoh tersebut. Hal tersebut ditujukan untuk lebih memahami

karakter dari masing-masing tokoh tersebut.

BAB III ANALISIS PERBANDINGAN GAYA KEPEMIMPINAN

DENG XIAOPING DENGAN XI JINPING

Pada Bab III akan menyajikan analisis tentang

perbandingan gaya kepemimpinan Deng Xiaoping dan Xi Jinping

dalam membentuk format ekonomi dan politik di Cina. Dengan

demikian, secara bersamaan Bab III juga akan menggambarkan

bagaimana pola perilaku, visi, dan strategi Deng Xiaoping dan Xi

Jinping dalam memerintah (membentuk dan mengambil kebijakan)

Republik Rakyat Cina.

BAB IV PENUTUP

Bab IV akan berisi kesimpulan dan implikasi teoritis yang diperoleh dari hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

BAB II BIOGRAFI DENG XIAOPING DAN XI JINPING

2.1. BIOGRAFI DENG XIAOPING

Deng Xiaoping merupakan salah seorang pemimpin yang paling berkuasa di Cina secara de facto, selain Mao Zedong pada masa-masa awal Republik

Rakyat Cina terbentuk. Deng merupakan pemimpin yang paling berkuasa di Cina pada tahun 1978 hingga tahun 1997, ketika itu Deng kembali mendapatkan kekuasaannya setelah Mao meninggal pada tahun 1976. Deng Xiaoping juga memiliki banyak julukan.Teman-teman Deng menjulukinya sebagai ensiklopedia hidup29 dan Rakyat Cina sendiri menjulukinya sebagai Bapak Kebangkitan Cina 30 atau Bapak Cina Modern.

2.1.1. Kehidupan Keluarga Deng Xiaoping

Deng Xiaoping lahir pada tanggal 22 Agustus 1904 di Guangan, Provinsi

Sichuan, yang merupakan putra sulung dari pemilik tanah Hakka 31 .Deng merupakan putra dari pasangan Deng Wenming dan Deng Danshi.

29http://www.notablebiographies.com/De-Du/Deng-Xiaoping.html#b#ixzz355ZKUtcS diakses pada tanggal 19 Juni 2014, pukul 19.48 WIB. 30Jhon & Doris Naisbitt, op.cit.,hal.20. 31 http://www.sjsu.edu/faculty/watkins/deng.htm diakses pada tanggal 7 Agustus 2014, pada pukul 02:34 WIB.

Universitas Sumatera Utara Pada awalnya keluarga Deng Xiaoping merupakan keluarga yang kaya dan memiliki kesadaran yang tinggi terhadap pendidikan.Keluarga Deng Xiaoping memiliki tradisi untuk menjadi pejabat negara yang biasa disebut dengan mandarin. Namun, pada abad 20, gelar mandarin menjadi tidak berlaku lagi, dan ayah Deng Xiaoping, Deng Wenming, memutuskan untuk bergabung dengan warlord yang berkuasa di utara Sichuan. Warlord merupakan penguasa feodal daerah atau panglima perang yang merupakan pejabat perang yang memiliki pasukannya sendiri tanpa berpihak kepada pemerintahan.

Deng Wenming, pernah belajar di Chengdu Sekolah Hukum dan Ilmu

Politik. Ayah Deng, Deng Wenming adalah kelas pemilik tanah menengah, sementara ibunya meninggal ketika dia masih sangat muda32. Deng Wenming memiliki empat orang istri dan Deng Danshi merupakan istri ke-2 dari empat istrinya tersebut (Zhang, Xiao, dan Xia Bogen).Deng Xiaoping memiliki enam saudara kandung, tiga orang adik laki-lakinya, seorang kakak dan dua adik adik perempuan33.

32http://www.thefamouspeople.com/profiles/deng-xiaoping-4263.php diakses pada tanggal 20 Augustus 2014, pukul 04.04 WIB. 33http://english.people.com.cn/data/people/dengxiaoping.shtml diakses pada tanggal 14 Agustus 2014, pukul 18.13 WIB.

Universitas Sumatera Utara 2.1.2. Pendidikan Deng Xiaoping

Pada tahun 1920, Deng lulusan dari Chongqing Preparatory School dan dia pergi ke Prancis dengan sekitar 80 lulusan lainnya untuk belajar kembali34.Ketika itu dia berusia sekitar 16 tahun dan merupakan siswa termuda dari lulusan lainnya yang berangkat ke Prancis ketika itu. Namun yang terjadi adalah tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Deng banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja untuk membiayai dirinya sendiri selama di sana. Dua bulan setelah kedatangannya Deng mulai melakukan pekerjaan sambilan di Le

Creusot yang merupakan Pabrik Besi dan Baja di Perancis Tengah.Kemudian dia bekerja sebagai tukang di pabrik Renault di pinggiran Paris Billancourt, sebagai pemadam kebakaran, dan sebagai pembantu dapur di sebuah restoran.Deng hanya mengecap pendidikan singkat pada sekolah menengah di Bayeux dan Chatillon35.

Keadaan Deng di Prancis semakin memburuk ketika orang tua Deng tidak lagi mengirimkan uang kepada Deng dan ketika itu usai Perang Dunia I. Perang

Dunia I yang mengakibatkan negara-negara Eropa terpuruk sudah pasti membuat kehidupan perekonomian Prancis semakin tertekan, sehingga untuk mendapatkan pekerjaan cukup sulit.Bahkan sebagai pekerja kebangsaan Cina yang dapat pekerjaan di Prancis ketika itu dan dibayar dengan upah separuh dari harga pekerja berkebangsaan Prancis pada biasanya dianggap menjadi suatu

34 http://www.sjsu.edu/faculty/watkins/deng.htm diakses pada tanggal 7 Agustus 2014, pada pukul 02:34 WIB. 35http://english.people.com.cn/data/people/dengxiaoping.shtml diakses pada tanggal 14 Agustus 2014, pukul 18.13 WIB.

Universitas Sumatera Utara keberuntungan pada masa itu.Deng Xiaoping merupakan salah satu pekerja yang beruntung tersebut.

Pada tahun 1917, di mana Untuk pertama kalinya dalam sejarah beribu- ribu tahun, kekuasaan, yang selalu berada di tangan minoritet, beralih ke tangan mayoritet; hak milik yang selalu adalah hak milik perseorangan, berubah menjadi hak milik bersama; dan penghisapan yang selalu membebani membongkokkan punggung umat manusia terhapus. Kelas buruh dan kaum tani Rusia mengusir kaum kapitalis dan kaum tuan tanah mereka, dan dengan demikian mereka kehilangan satu-satunya yang ada di tangan mereka, yaitu belenggu 36. Ketika

Revolusi Oktober di Rusia tersebut ternyata mengakibatkan gerakan buruh di

Prancis semakin kuat dan sekolah-sekolah Marxisme dan pemikiran sosialis lainnya semakin unggul. Hal tersebut membawa angin segar bagi Deng dan menjadi awal karirnya. Di bawah pengaruh seniornya, terkhusus Zhao Shiyan dan

Zhou Enlai, Deng mulai belajar Marxisme dan melakukan pekerjaan propaganda politik.Pada tahun 1922, dia bergabung dengan Partai Komunis Pemuda Cina

(Communist Party of Chinese Youth) di Eropa (kemudian namanya diubah menjadi Liga Pemuda Sosialis Cina atau Chinese Socialist Youth League di

Eropa).

Tahun 1924, dia bergabung dengan Partai Komunis Cina dan menjadi salah satu dari pemimpin Cabang Liga Pemuda di Eropa. Ketika ia bekerja di

Lyons pada tahun berikutnya, organisasi Partai menunjuk Deng menjadi wakil

36 http://www.marxistsfr.org/indonesia/indones/1957-NjotoRevolusiOktober.htm diakses pada tanggal 22 Agustus 2014, pukul 04.13 WIB.

Universitas Sumatera Utara khusus untuk Partai Cabang di Area Lyons, di mana dia memimpin Partai dan

Liga serta Gerakan Buruh China37. Selain itu, Deng juga menjadi editor, menulis artikel untuk jurnal, dan juga memotong stensil serta melakukan mimeographing untuk majalah stensilan.Majalah tersebut bernama lampu merah yang diterbitkan oleh Liga Pemuda Sosialis Cina di Eropa.Majalah yang diterbitkan sengaja dirancang untuk membantu kawan-kawan Cina di Perancis, Belgia dan Jerman untuk mempelajari teori Marxis.

Pada awal tahun 1926, Deng pergi meninggalkan Prancis untuk belajar ke

Moskow. Di Moskow, Deng belajar di Universitas Komunis Rakyat Pekerja dari

Timur (Communist University of the Toilers of the East). Namun tak lama kemudian, Deng dipindahkan ke Universitas Sun Yat Sen. Universitas ini dibentuk akibat kebijakan Dr. Sun Yat Sen yang mengadakan kerjasana antara aliansi Rusia dan Partai Komunis. Universitas ini dikhususkan untuk melatih orang-orang yang nantinya akan berperan dalam proses pelaksanaan revolusi di

Cina. Disana Deng banyak membaca buku dan mempelajari teori-teori dasar

Marxisme-Leninisme hingga kedatangan Feng Yuexiang yang merupakan komandan Tentara Nasional di barat laut China. Feng sedang mempersiapkan tentara untuk berperan dalam Revolusi Nasional Cina sehingga dia meminta bantuan Komunis Internasional untuk mengirimkan orang-orang yang akan turut menjadi pasukannya. Pada saat itu, Deng merupakan salah satu orang yang terpilih untuk masuk menjadi pasukan Feng.

37http://english.people.com.cn/data/people/dengxiaoping.shtml diakses pada tanggal 14 Agustus 2014, pukul 18.13 WIB.

Universitas Sumatera Utara

2.1.3. Karir Deng Xiaoping

Deng tiba kembali ke China pada awal tahun 1927, saat situasi politik di

Cina sedang tidak stabil akibat rusaknya kerjasama antara Kuomintang dan Partai

Komunis Cina.Maret 1927, dia menerima tugas Partai untuk pergi ke Xian dan bekerja di Sun-Yat-sen Militer dan Akademi politik.Disana Deng menjadi instruktur di Akademi Militer dan Politik di Xian.Pada tahun 1929, Deng menjadi penyelenggara daerah kelompok Komunis di Provinsi Guangxi di Cina selatan.Daerah kelompok yang gagal dan Deng bergabung dengan kelompok yang dipimpin oleh Mao Zedong di Provinsi Jiangxi.Selanjutnya pada tahun 1933,

Karena persaingan internal di Partai Komunis Deng yang mencela dan diberhentikan dari semua jabatan politik.Dia ditempatkan di bawah tahanan.Istrinya menceraikannya.

Tahun 1934 sampai tahun 1935, Deng saat itu turut berpartisipasi dalam

Long March dan berfungsi sebagai Sekretaris Jendral Partai Komunis38 dan pada tahun 1945-1949 dia diangkat sebagai pemimpin di angkatan darat.Sejak saat itu, karir Deng semakin memuncak sehingga pada tahun 1952, dia ditunjuk sebagai

Wakil Perdana Menteri dalam pemerintahan Republik Rakyat Cina.Kemudian selama Kongres PKC Kedelapan pada tahun 1956 Deng diangkat menjadi salah satu dari enam orang anggota Komite Tetap Politbiro dan ditunjuk sebagai

38 http://www.sjsu.edu/faculty/watkins/deng.htm diakses pada tanggal 7 Agustus 2014, pada pukul 02:34 WIB.

Universitas Sumatera Utara Sekretaris Jenderal PKC.Oleh karena jabatan tersebut, Deng telah menjadi salah satu pria paling berkuasa di Cina39.

Deng mulai memasuki masa kelamnya pada tahun 1960.Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan pendapat antara Mao dan Deng dalam hal pencapaian ekonomi.Stategi pembangunan ekonomi dan kebijakan lainnya yang diambil oleh Deng banyak tidak di setujui oleh Mao, sementara itu, Deng sendiri banyak membuat keputusan tanpa berkonsultasi dengan Mao.Perbedaan yang paling mencolok tersebut adalah dimana Deng memperbolehkan kapitalisme masuk ke Cina walaupun secara politik Cina harus tetap memegang teguh komunisme.Sementara itu, Mao terlalu mengedepankan aspek ekonomi dan menjunjung tinggi komunisme dan sangat anti dengan kapitalisme.Hal tersebut membuat Deng dianggap sebagai penghianat karena mengizinkan kapitalisme untuk masuk ke Cina.

Pada tahun 1966, Mao Zedong mulai meluncurkan Great Proletarian

Cultural Revolution (Revolusi Kebudayaan Proletar yang besar) – biasanya disebut dengan “Revolusi Kebudayaan” saja.Korban pertama yang terkena dampak dari Revolusi Kebudayaan tersebut adalah Deng yang kemudian diikuti oleh Peng Zen, Liu Shaoqi dan yang lain-lain. Disamping Revolusi Kebudaan,

Mao juga memobilisasi para pemuda Pengawal Merah (tentara Komunis) untuk membersihkan partai dari pengaruh kapitalisme. Akibat dari kedua hal tersebut,

Deng dan keluarganya dipaksa pergi kesuatu pedesaan terpencil di Cina, yaitu

39http://www.notablebiographies.com/De-Du/Deng-Xiaoping.html#b#ixzz355ZKUtcS diakses pada tanggal 19 Juni 2014, pukul 19.48 WIB.

Universitas Sumatera Utara desa Jiangxi untuk menjalani pendidikan ulang yang dimulai sejak tahun 1969 sampai tahun 1973.Selama menjalani pendidikan ulang tersebut, Deng banyak mempelajari tulisan-tulisan Mao Zedong dan Karl Marx (1818-1893)40.

Selama menjalani pendidikan ulang tersebut, Deng harus melepaskan seluruh jabatannya dan mengalami siksaan, bahkan putra Deng, Deng Pufang yang merupakan seorang mahasiswa fisika di Universitas harus mengalami siksaan fisik yang sangat parah hingga harus mengalami kelumpuhan secara permanen. Kelumpuhan tersebut terjadi karena Deng Pufang dilemparkan dari jendela lantai dua.Akibatnya dia menjadi lumpuh dari pinggang ke bawah dan harus mengenakan kursi roda selamanya.Deng sendiri juga hampir saja dibunuh oleh Mao, namun hal tersebut gagal karena Zhou Enlai meminta Mao untuk mengingat jasa-jasa Deng terdahulu.

Pada awal tahun 1973 Deng kembali ke Peking dan dipekerjakan kembali sebagai wakil perdana menteri.Ketika itu Deng dianggap sebagai sosok yang mampu untuk mengatur kembali perekonomian cina setelah penataan kembali kekuatan utama politik.Oleh karena itu, kemampuan dan keahlian Deng sangat dihargai dalam kepemimpinan Cina, dan dia dianggap memiliki peran penting untuk membangun Cina. Pada akhir 1973 ia melakukan reorganisasi besar pemimpin militer regional dan diangkat ke Politbiro41. Deng semakin berkuasa sejak Chou Enlai yang bertugas sebagai Perdana Menteri dirawat di rumah sakit setelah Mei 1974.Pada bulan Januari 1975 Deng diangkat ke pihak wakil ketua,

40http://www.notablebiographies.com/De-Du/Deng-Xiaoping.html#b#ixzz355ZKUtcS diakses pada tanggal 19 Juni 2014, pukul 19.48 WIB. 41ibid.

Universitas Sumatera Utara senior wakil perdana menteri, dan Kepala Staf Angkatan Darat. Namun, keinginan

Deng untuk melaksanakan reformasi politik membuat Mao dan kaum radikal lainnya menganggap bahwa Deng akan merusak sistem pemerintahan Cina. Oleh karena itu, Deng segera dipaksa untuk mundur dari kekuasaan.

Mao yang meninggal pada tanggal 9 September 197642 membuat Deng

Xiaoping kembali berkuasa.Setelah kematian Mao tersebut, pada bulan Juli 1977,

Deng memulai politiknya kembali.Deng dikembalikan ke posisi kekuasaannya sebagai Wakil Perdana Menteri Cina, Wakil Ketua PKC, dan Wakil Ketua Komisi

Militer dan Kepala Staf Angkatan Darat.Di samping itu Deng juga merupakan kepala Staf Tentara Pembebasan Rakyat. Tugas pertama yang akan dia lakukan adalah menghancurkan pengikut Mao dan menurunkan seluruh kewenangan Mao yang berlangsung pada saat itu.

Kebijakan ekonomi Deng diperlukan membuka Cina ke seluruh dunia dalam rangka untuk menarik investasi asing dan untuk mendidik siswa di luar negeri dalam teknologi terbaru.Oleh karena itu, RRC pada tahun 1978 menandatangani Perjanjian Perdamaian dan Persahabatan dengan Jepang43.Pada tahun 1979, Deng mengadakan pertemuan dengan Presiden AS, Jimmy

Carter.Tujuan Deng saat itu adalah untuk menjalin hubungan baru dengan membangun hubungan dengan Barat untuk mencapai visinya.Oleh karena itu,

Deng meninggalkan banyak doktrin komunis ortodoks dan mencoba untuk

42http://www.bbc.co.uk/history/historic_figures/mao_zedong.shtmldiakses pada tanggal 23 November 2013, pukul 22.40 WIB. 43http://www.notablebiographies.com/De-Du/Deng-Xiaoping.html#b#ixzz355ZKUtcS diakses pada tanggal 19 Juni 2014, pukul 19.48 WIB.

Universitas Sumatera Utara menggabungkan elemen dari sistem perdagangan bebas ke dalam perekonomian

Cina.Pada saat itu juga Deng memperoleh pengakuan resmi negara dari Amerika

Serikat. Hubungan Soviet dan Cina juga lambat laun meningkat selama pada dekade berikutnya, dan ia mencapai tujuan jangka panjang dihargai untuk memulihkan koloni Inggris dari melalui perjanjian yang diimplementasikan pada tahun 1997.

Ketika perekonomian Cina mulai runtuh, Deng mengurangi inve stasi di bidang industri berat, peningkatan harga yang dibayar oleh negara untuk petani, dan mengatur serangkaian bonus untuk meningkatkan penghasilan pekerja.Petani didorong untuk menjual lebih banyak produk pribadi, dan pertumbuhan yang cepat dari pasar bebas untuk produk pertanian yang terjadi44.

Sepanjang reformasi ini, Deng bersikeras mempertahankan sistem sosialis

Cina (sistem sosial di mana pemerintah memproduksi dan mendistribusikan barang kepada orang-orang).Reformasi Deng yang diterapkan umumnya meningkatkan kualitas hidup tetapi menghasilkan ketidaksetaraan di seluruh

China. Pada 1980-an perekonomian mulai tergelincir; pengangguran meningkat dan menghasilkan perbedaan yang berkembang di taraf hidup antara kelas.

Pada tahun 1979, beberapa pendukung Deng itu telah secara terbuka menentang kediktatorannya (satu penguasa dengan kekuasaan mutlak) dan menyerukan sistem politik yang demokratis.Deng sendiri menutup gerakan demokrasi ini dengan memenjarakan para pemimpin mereka, dan melarang

44Ibid.

Universitas Sumatera Utara adanya organisasi yang tidak resmi dan publikasi.Pada bulan Desember 1986, demonstrasi mahasiswa yang meluas (protes) ditutup oleh pemerintah45.

Desakan Deng lewat tahun 1980-an untuk menjaga sistem sosialis Cina menempatkan reformasi ekonominya ke dalam tempat yang terpojok.Pada bulan

April 1989, banyak mahasiswa yang melakukan aksi demonstrasi menuntut pemerintah untuk memperbesar unsur demokrasi.Deng menanggapi hal tersebut sebagai ancaman stabilitas politik dan menganggap para demonstran mahasiswa sebagai “Anti-Partai dan anti sosialis”.Kemudian pada bulan Juni 1989, Deng mengeluarkan perintah bagi Tentara Pembebas Rakyat untuk membubarkan para demonstran secara paksa hingga menewaskan ribuan orang46.

Berfokus pada tuntutan terhadap demokrasi yang lebih besar

(pemerintahan oleh rakyat), serangkaian demonstrasi mahasiswa di Lapangan

Tiananmen terbukti menjadi rasa malu yang serius bagi pemimpin Cina dan salah satunya diperburuk oleh liputan televisi di seluruh dunia.Tindak kekerasan yang terjadi pada tanggal 4 Juni 1989, diyakini telah menewaskan ratusan demonstran yang hanya di Beijing saja.Kritik di seluruh dunia dari pembantaian di Tiananmen

Square dan perdamaian dalam negeri yang tidak mudah dilanjutkan dengan diperketatnya pengawasan terhadap orang-orang Cina, tapi tidak menggoyahkan

Deng dari dedikasinya terhadap kediktatoran Partai Komunis.

Menyadari usia lanjut, Deng berusaha untuk melanjutkan kebijakan "pintu terbuka" nya dan reformasi politik dan ekonomi lainnya dengan menempatkan Hu

45Ibid. 46 http://www.sjsu.edu/faculty/watkins/deng.htm diakses pada tanggal 7 Agustus 2014, pada pukul 02:34 WIB.

Universitas Sumatera Utara Yaobang sebagai Sekretaris Jenderal PKC, Perdana Menteri Zhao Ziyang, dan banyak pejabat muda lainnya yang memegang jabatan. Pada bulan November

1989, Deng mengundurkan diri dari jabatan terakhirnya sebagai kepala Komisi

Militer Pusat.Dalam tahun-tahun terakhirnya Deng memulai perdebatan dalam

Partai Komunis mengenai perlunya menyeimbangkan reformasi ekonomi dengan stabilitas politik. Kesehatan Deng menurun, ia menjadi lebih dikeluarkan dari tugasnya dalam pengambilan keputusan sehari-hari. Deng tampil didepan umum terakhir kali adalah pada saat festival tahun baru Imlek di awal tahun 1994, dan pada tanggal 19 Februari 1997, ia meninggal di Peking, Cina, pada usia sembilan puluh dua tahun47. Deng meninggal karena komplikasi pernapasan yang terkait dengan penyakit Parkinson48.

2.2. BIOGRAFI XI JINPING

Nama Xi Jinping yang bertempat tinggal di Zhongnanhai menjadi semakin dikenal sejak Xi resmi menjabat sebagai kepala Negara Cina.Xi resmi menjadi presiden Cina sejak tanggal 14 Maret 2013.Sebelumnya Xi menjabat sebagai

Sekretaris Jendral Partai Komunis Cina pada pemerintahan Hu Jintao sejak tanggal 15 November 2012. Xi merupakan wakil presiden pertama RRC yang menjabat sejak tanggal 15 Maret 2008 hingga 14 Maret 2013, dan juga merupakan

47http://www.notablebiographies.com/De-Du/Deng-Xiaoping.html#b#ixzz355ZKUtcS diakses pada tanggal 19 Juni 2014, pukul 19.48 WIB. 48 http://www.sjsu.edu/faculty/watkins/deng.htm diakses pada tanggal 7 Agustus 2014, pada pukul 02:34 WIB.

Universitas Sumatera Utara kepala sekolah partai pusat. Posisi tersebut merupakan posisi kunci yang lain yang sebelumnya dipegang oleh Hu Jintao, Hua Guofeng, dan Mao Zedong49.

2.2.1. Kehidupan Keluarga Xi Jinping

Xi Jinping lahir di Beijing, pada tanggal 15 Juni 1953 di Beijing, keluarganya berasal dari County Fuping, Shaanxi50. Xi Jinping merupakan putra veteran revolusioner Xi Zhongxun.Xi Zhongxun adalah salah satu pendiri Partai

Komunis Cina selain Mao Zedong dan sepuluh orang lainnya, dan menjabat sebagai kepala departemen propaganda PKC dan kemudian menjadi wakil ketua kongres rakyat nasional51.Xi Zhongxun, ayah Xi Jinping dianggap sebagai orang yang paling berpengaruh dalam hidup Xi Jinping.

Xi Zhongxun lahir di County Fuping di Weinan City, Shaanxi, pada tahun

1913. Pada usia 15, ia ditangkap sebagai hasil keikutsertaan dalam gerakan mahasiswa. Di penjara, ia bergabung dengan Partai Komunis China. Ketika dia dibebaskan ia mengambil bagian dalam pertempuran gerilya petani dan membantu mendirikan Shaanxi-Gansu perbatasan basis revolusioner pada tahun 1933. Ia menjabat sebagai ketua Shaanxi-Gansu perbatasan pemerintah Soviet pada pertengahan 1930-an. Dia tetap di wilayah tersebut selama perang anti-Jepang dan perang saudara dalam dekade berikutnya, menjadi sekretaris Biro Barat Laut

Komite Sentral PKC dan wakil komisaris politik Tentara Lapangan Barat Laut ketika ia baru berusia 32 tahun.

49Charles-Edouard Bouée. 2011. China's Management Revolution: Spirit, Land, Energy. United Kingdom: Palgrave Macmillan. Hal. 94. 50Ibid, 93. 51Charles-Edouard Bouée, loc.cit.

Universitas Sumatera Utara Setelah kemenangan Komunis pada tahun 1949, Xi Zhongxun bermarkas di Xian, Provinsi Shaanxi, dia bertanggung jawab terhadap partai, pemerintah, dan kepemimpinan militer di barat laut Cina. Pada tahun 1952, ia pindah ke Beijing dimana ia menjabat sebagai sekretaris jenderal (kepala staf) di Dewan Negara, terutama sebagai assistant Perdana Menteri Zhou Enlai. Beberapa tahun kemudian, ia merangkap menjabat sebagai wakil perdana menteri dari Dewan

Negara52.

Oleh karena itu, Xi juga sering disebut sebagai “pangeran” atau “putera mahkota”.Sebutan “pangeran” biasa digunakan untuk pejabat negara atau orang- orang yang memiliki peran yang cukup besar pada pemerintahan yang memiliki latar belakang (berasal dari) keluarga yang juga memiliki jabatan yang tinggi pada pemerintahan sebelumnya.Namun sebagai seorang pangeran, Xi tidak hidup dalam keadaan yang menyenangkan seperti layaknya kehidupan seorang pangeran yanga ada.Xi sebagai seorang pangeran justru harus meninggalkan sekolah dan bekerja di bidang melakukan buruh tani selama tujuh tahun53.

Mengenai kehidupan pribadi Xi, Xi menikah pertama sekali dengan Ke

Lingling pada awal tahun 1980-an. Lingling merupakan putri Ke Hua, seorang

52Cheng Li. E-Jurnal China Leadership Monitor No.43, The Shaanxi Gang dalam Xi Jinping’s Inner Circle diakses melalui situshttp://www.brookings.edu/~/media/research/files/papers/2014/01/30%20xi%20jinping%20inner%20circl e%20li/xi%20jinping%20inner%20circle.pdf tanggal 3 Juli 2014, pukul 00.44 WIB. 53Keith B. Richburg. Artikel dalam Washington post “Rising leader Xi Jinping's family suffered in Chinese power struggles” diakses melalui situs http://www.washingtonpost.com/wp- dyn/content/article/2010/10/23/AR2010102304093.html?sid=ST2010101803667 tanggal 23 Juli 2014, pukul 14.07 WIB.

Universitas Sumatera Utara duta besar Cina di Inggris dan mantan bawahan Xi Zhongxun54.Namun beberapa tahun kemudian mereka bercerai.Kemudian Xi menikah dengan penyanyi terkemuka Rakyat Cina, Peng Liyuan pada tahun 198755.Nama Peng Liyuan di

China jauh lebih baik dikenal masyarakat dibandingkan Xi Jinping sampai peningkatan politiknya.Pasangan ini sering hidup terpisah karena sebagian besar kehidupan profesional mereka terpisah. Xi dan Peng memiliki seorang putri bernama Xi Mingze, yang terdaftar sebagai mahasiswa di Harvard University pada musim gugur 2010 di bawah nama samaran56.

2.2.2. Pendidikan Xi Jinping

Ketika Xi Jinping berusia 10 tahun, ayahnya "dibersihkan" karena ketika itu Xi Zhongxun, yang hidup sezaman Mao Zedong dan Deng Xiaoping kalah dalam perebutan kekuasaan pada tahun 196357 dan dianggap sebagai orang yang berbahaya bagi Partai Komunis Cina. Akibatnya Xi dikirim untuk bekerja di sebuah pabrik di Luoyang, dan kemudian Xi Zhongxun dipenjarakan pada tahun

1968, selama revolusi budaya.Pada tahun 1969, Xi Jinping pergi untuk bekerja di

Yanchua, sebagai bagian dari program pendidikan ulang Sosialis Mao

Zedong. Xi Jinping yang dikirim ke pedesaan pada tahun 1969 membuat ia harus bekerja selama enam tahun sebagai buruh manual pada komune pertanian. Selama

54Elizabeth Yuan. 9 November 2012. Artikel dalam CNN “Xi Jinping: From 'sent-down youth' to China's top” diakses melalui situs http://edition.cnn.com/2012/11/07/world/asia/china-xi-jinping-profile/index.html pada tanggal 24 Juli 2014, pukul 16.50 WIB. 55Mark Magnier. 23 Oktober 2007. Artikel dalam Los Angeles Times “China's 'Fifth Generation' of Leaders Reflects Nation's Shifts” diakses melalui situs http://articles.latimes.com/2007/oct/23/world/fg-chileaders23 pada tanggal 24 Juli 2014, pukul 17.09 WIB. 56Elizabeth Yuan, loc cit. 57Keith B. Richburg, loc.cit.

Universitas Sumatera Utara periode itu ia mengembangkan hubungan sangat baik dengan kaum tani setempat, yang nantinya akan membantu kredibilitas Wellborn Xi dalam kenaikannya melalui jajaran PKC 58. Sementara disana Xi bergabung dengan Liga Pemuda

Komunis pada tahun 197159.

Liga Pemuda Komunis Cina, juga dikenal sebagai Liga Komunis Muda

Cina atau hanya Liga Pemuda Komunis adalah gerakan pemuda dari Republik

Rakyat China untuk pemuda antara usia empat belas dan dua puluh delapan tahun, yang dijalankan oleh Partai Komunis Cina (PKC) 60. Disini sejumlah besar orang belajar tentang sosialisme dengan karakteristik Cina dan tentang komunisme melalui praktek dan ini adalah asisten dan cadangan kekuatan Partai Komunis

Cina 61.

Pada tahun 1974 Xi menjadi anggota partai resmi, melayani sebagai sekretaris cabang setelah sebelumnya ditolak oleh Partai sebanyak Sembilan kali 62 . Kemudian tahun berikutnya ia mulai masuk Universitas Tsinghua di

Beijing, di mana ia belajar teknik kimia dan belajar mengenai teori Marxis.

Hingga akhirnya ia mendapatkan gelar doktor hukum dari universitas tersebut.

Universitas Tsinghua merupakan universitas yang telah menghasilkan banyak pemimpin tertinggi Cina, termasuk Hu Jintao.

58http://www.britannica.com/EBchecked/topic/1490336/Xi-Jinping diakses tanggal 23 Juli 2014, pukul 14.46 WIB. 59Charles-Edouard Bouée, op.cit., hal.93. 60http://en.wikipedia.org/wiki/Communist_Youth_League_of_Chinahttp://en.wikipedia.org/wiki/Communist_ Youth_League_of_China diakses pada tanggal 20 Agustus 2014, pukul 05.26 WIB. 61http://www.chinadaily.com.cn/china/2012cpc/2012-11/12/content_15917217.htm diakses pada tanggal 20 Agustus 2014, pukul 06.01 WIB. 62 http://www.bbc.com/news/world-asia-pacific-11551399 diakses pada tanggal 23 Mei 2014 pada pukul 18:37 WIB.

Universitas Sumatera Utara

2.2.3. Karir Xi Jinping

Setelah lulus pada tahun 1979 dari Universitas Tsinghua, Xi bekerja selama tiga tahun sebagai sekretaris Geng Biao, yang saat itu wakil perdana menteri dan menteri pertahanan nasional dalam pemerintah Cina pusat. Pada tahun 1982 Xi melepaskan jabatan itu, memilih untuk meninggalkan Beijing dan bekerja sebagai wakil sekretaris PKC kabupaten Zhengding di provinsi Hebei63.

Dia ditempatkan di sana sampai 1985, ketika ia diangkat anggota komite partai dan wakil walikota Xiamen (Amoy) di provinsi Fujian. Meskipun Xi menikah dengan penyanyi terkenal, Peng Liyuan, pada tahun 1987. Dia tetap bekerja caranya meningkat, dan pada 1995 ia naik ke jabatan wakil sekretaris partai tingkat provinsi.

Pada tahun 1999 Xi menjadi penjabat gubernur dari Fujian, dan ia menjadi gubernur tahun berikutnya. Di antara keprihatinan sebagai kepala Fujian itu adalah konservasi dan kerjasama dengan terdekat Taiwan lingkungan. Dia memegang kedua wakil posting sekretaris dan memerintah hingga tahun 2002, ketika ia diangkat lagi hingga tahun yang menandai kepindahannya ke provinsi

Zhejiang. Di Zhejiang ia menjabat sebagai penjabat gubernur dan sejak tahun

2003, Selain itu Xi juga diangkat sebagai Sekretaris Partai Komunis China

Provinsi Zhejiang dan Ketua Komite Utama Kongres Rakyat Provinsi Zhejiang.

63Xi Jinping: His Political Career, Rise in The Communist Party, Leadership Skills And Views, dalam http://factsanddetails.com/china/cat2/sub7/item2855.html diakses tanggal 11 Juli, pukul 17.05 WIB.

Universitas Sumatera Utara Sementara ada dia fokus pada restrukturisasi infrastruktur industri provinsi dalam rangka untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan.

Nasib Xi mendapat dorongan lain pada awal 2007 ketika skandal seputar kepemimpinan atas Shanghai menyebabkan Xi mengambil alih sebagai sekretaris partai kota ini64. Pada Maret 2007, Xi resmi menggantikan Chen Liangyu yang terbukti melakukan korupsi. Pendahulunya dalam posisi ini telah tercemar oleh skema dana pensiun bersama pengurus partai lainnya sementara Xi memiliki reputasi untuk kehati-hatian dan mengikuti garis partai. Sebagai sekretaris

Shanghai fokusnya adalah untuk mempromosikan stabilitas dan rehabilitasi citra keuangan kota. Dia memegang posisi hanya untuk periode singkat karena pada bulan Oktober 2007, Xi terpilih sebagai salah satu dari sembilan anggota komite berdiri dari Biro Politik Partai Komunis Cina (Politbiro), badan pengatur tertinggi di partai.

Dengan promosi itu, Xi dimasukkan pada daftar kemungkinan penerus Hu

Jintao, Sekretaris Jenderal PKC sejak tahun 2002 dan Presiden Republik Rakyat sejak statusnya 2003 Xi menjadi lebih terjamin ketika Maret 2008, ia terpilih sebagai wakil presiden Cina. Dalam peran tersebut ia fokus pada upaya konservasi dan meningkatkan hubungan internasional. Pada bulan Oktober 2010 Xi diangkat wakil ketua Komisi Militer Pusat kuat (Central Military Commission), posisi yang pernah dipegang oleh Hu (yang sejak tahun 2004 telah ketua komisi) dan umumnya dianggap sebagai batu loncatan besar untuk presiden. Pada bulan

64Lihat Richburg, Keith B. 24 Oktober 2010. “Rising leader Xi Jinping's family suffered in Chinese power struggles” dalam Washington Post ,http://www. washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2010/10/23/ AR2010102304093 .html?sid=ST2010101803667 diakses pada tanggal 23 Juli 2014, pukul 14.07 WIB.

Universitas Sumatera Utara November 2012, saat kongres partai ke-18 PKC, Xi lagi-lagi terpilih menjadi anggota komite dari Biro Politik (yang saat itu dikurangi menjadi tujuh anggota), dan ia berhasil Hu sebagai sekretaris jenderal partai. Pada saat itu Hu juga melepaskan jabatan ketua Komisi Militer Pusat(Central Military Commission) ke

Xi. Pada tanggal 14 Maret 2013, ia terpilih sebagai presiden dari China oleh

Kongres Rakyat Nasional.

Berikut ini adalah data karir Xi Jinping yang diakses dari situs chinavitae65:

Tabel 2.1 Data Karir Xi Jinping 1969-sekarang

Chairman, CPC, Central Committee, National Security 2014 Commission Head, Central Military Commission of the PRC, Leading Group 2014 for Deepening Reform on National Defense Head, CPC, Central Committee, Leading Group for All-around 2013 Deepening Reform

2013 President, People's Government People's Republic of China

2013 Chairman, Central Military Commission of the PRC

2012 Member, 18th CPC, Central Committee, Politburo

Member, 18th CPC, Central Committee, Politburo, Standing 2012 Committee Chairman, 18th CPC, Central Committee, Central Military 2012 Commission

2012 Member, 18th CPC, Central Committee

2012 General Secretary, 18th CPC, Central Committee

65http://www.chinavitae.com/biography/Xi_Jinping/career diakses tanggal 3 Juli 2014, pukul 01.47 WIB.

Universitas Sumatera Utara 2012 Secretary-General, 18th CPC, National Congress

2010-2013 Vice-Chairman, Central Military Commission of the PRC

Vice-Chairman, 17th CPC, Central Committee, Central Military 2010-2012 Commission

2008-2013 Vice-President, People's Government People's Republic of China

2007-2007 Secretary, CPC, Municipal Committee Shanghai Municipality

Chairman, 17th CPC, Central Committee, Party Building Leading 2007-2012 Small Group Vice-Chairman, 17th CPC, Central Committee, Taiwan Affairs 2007-2012 Leading Small Group

2007-2012 Member, 17th CPC, Central Committee, Politburo

2007-2012 Member, 17th CPC, Central Committee, Politburo, Secretariat

2007-2012 Member, 17th CPC, Central Committee

Member, 17th CPC, Central Committee, Politburo, Standing 2007-2012 Committee

2007-2012 President, CPC, Central Committee, Central Party School

Chairman, Provincial People's Congress, Standing 2003-2007 Committee Zhejiang Province

2002-2007 Member, 16th CPC, Central Committee

2002-2007 Secretary, CPC, Provincial Committee Zhejiang Province

2002-2002 Deputy Secretary, CPC, Provincial Committee Zhejiang Province

2002-2003 Acting Governor, People's Government Zhejiang Province

First Secretary, PLA, Regions, Nanjing Military 2002-2007 Region, Zhejiang Military District CPC, Party Committee Zhejiang Province Director, PLA, National Defense Mobilization 2002-2003 Committee, Provincial-Level Zhejiang Province

Universitas Sumatera Utara Member, CPC, Provincial Committee, Standing 2001-2002 Committee Fujian Province

2000-2002 Governor, People's Government Fujian Province

Director, PLA, National Defense Mobilization 1999-2002 Committee, Provincial-Level Fujian Province Deputy Director, PLA, National Defense Mobilization 1999-2003 Committee, City-Level Jiangsu Province,Nanjing City

1999-2000 Acting Governor, People's Government Fujian Province

Student, Tsinghua University, Humanities Department Beijing 1998-2002 Municipality

1998-2003 Deputy, 9th NPC

1997-2002 Alternate Member, 15th CPC, Central Committee

1st Political Commissioner, PLA, Services and Arms, Reserve 1996-2000 Artillery Division Fujian Province

1995-2002 Deputy Secretary, CPC, Provincial Committee Fujian Province

1993 (Won national award for contributions and work for the elderly)

1992-1997 Delegate, 14th CPC, National Congress

1990-1996 Secretary, CPC, City Committee Fujian Province, Fuzhou City

1990-1995 Chairman, City People's Congress Fujian Province, Fuzhou City

First Secretary, PLA, Regions, Nanjing Military Region, Fujian 1990-1996 Military District CPC, Party Committee Fujian Province First Secretary, PLA, Regions, Nanjing Military Region, Fujian 1988-1990 Military District Fujian Province(Ningde Military Sub-Area Command) Secretary, CPC, Prefectural Committee Fujian Province, Ningde 1988-1990 Prefecture Member, CPC, City Committee, Standing Committee Fujian 1985-1988 Province, Xiamen City

Universitas Sumatera Utara Executive Vice-Mayor, People's Government Fujian 1985-1988 Province, Xiamen City Secretary, CPC, County Committee Hebei Province, Zhengding 1983-1985 County 1st Political Commissar, Chinese People's Armed Police 1983-1985 Force Hebei Province, Zhengding County

1982 (Served as Secretary to Geng Biao)

Deputy Secretary, CPC, County Committee Hebei 1982-1983 Province, Zhengding County

1979-1982 Secretary, General Office of the State Council

Secretary, Central Military Commission of the PRC, General 1979-1982 Office Student, Tsinghua University, Chemical Engineering 1975-1979 Department Beijing Municipality 1974 Joined, CPC Cultural Revolution, Sent to do manual labor Shaanxi 1969-1975 Province, Yanchuan County Sumber: http://www.chinavitae.com/biography/Xi_Jinping/career diakses tanggal 3 Juli 2014.

Universitas Sumatera Utara

BAB III PERBANDINGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENG XIAOPING DAN XI JINPING

Dalam setiap organisasi ataupun kelompok, pasti ada seseorang yang lebih menonjol dari orang-orang lainnya yang ada dikelompoknya. Orang tersebut sudah pasti merupakan seorang pemimpin dalam kelompok tersebut atau mungkin yang akan menjadi pemimpin tersebutnya atau memiliki pengaruh yang cukup besar didalam proses penjalanan organisasi atau perjalanan kelompok tersebut.

Bahkan nantinya akan memungkinkan seseorang tersebut dapat menjadi sosok pemimpin yang fenomenal yang membuatnya tercatat kedalam sejarah sebuah organisasi tersebut. Seperti apa yang dikatakan oleh Leman Yap yang merupakan seorang konsultan TI dalam bukunya “The Best of Chinese Heroic Leaders” yaitu:

“Seorang pemimpin yang bisa menghasilkan prestasi (seperti pemimpin yang bisa memberikan inspirasi dan membuat bawahan merasa lebih kuat dan optimis ataupun pemimpin yang berani dan bisa membawa perubahan, perbaikan walaupun krisis di mana-mana) yang fenomenal, meninggalkan jejak yang dicatat sejarah dengan tinta emas sebagai sosok legendaris dan dikenang sepanjang masa66.”

Hal tersebut tentunya akan membuat orang-orang menjadi penasaran tentang bagaimana seseorang (pemimpin) tersebut dapat melakukannya.

66 Leman Yap. 2009. The Best of Chinese Heroic Leaders: Belajar dari Mereka yang Berhasil Mengubah Krisis dan Ketidakpastian menjadi Peluang Kesuksesan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal.2.

Universitas Sumatera Utara Belajar dari sejarah mengenai kepemimpinan seseorang perlu untuk kita ketahui dengan demikian kita akan dapat mempelajari jiwa kepemimpinan seseorang yang tentunya masih relevan untuk kita aplikasikan didalam kehidupan kita sehari-hari di dalam suatu organisasi ataupun kelompok. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik ataupun gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin kita perlu mengetahui ciri-ciri dari setiap gaya kepemimpinan tersebut.

Veithzal Rivai dalam bukunya Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi memberikan pengertian tentang gaya kepemimpinan sebagai berikut:

“Gaya kepemimpinan merupakan sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering di terapkan oleh seorang pemimpin67.”

Dengan demikian, untuk mengetahui gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin kita harus lebih dahulu mengetahui pola perilaku dan strategi yang sering diterapkan oleh pemimpin tersebut. Oleh karena itu, mengetahui visi dari seorang pemimpin tersebut, strategi yang diterapkannya, serta kebijakan yang dibuat oleh seorang pemimpin tersebut harus lebih dahulu diketahui sebelum menganalisis gaya kepemimpinannya.

MenurutBurt Nanus, visi adalah sebagai gambaran masa depan suatu individu, kelompok maupun organisasi yang reliastis, kredibel dan kreatif.

Sementara itu, strategi adalah tindakan-tindakan yang diambil untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut KBBI Visi adalah kemampuan untuk melihat pd

67 Veithzal Rivai. 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hal.60.

Universitas Sumatera Utara inti persoalan; pandangan atau wawasan ke depan; kemampuan untuk merasakan sesuatu yg tidak tampak melalui kehalusan jiwa dan ketajaman penglihatan; apa yg tampak dalam khayalan; penglihatan; pengamatan. Sementara itu, Strategi menurut KBBI adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa(- bangsa) untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai; ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam perang, dalam kondisi yang menguntungkan; rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus; tempat yang baik menurut siasat perang.

Visi dan strategi dari seorang pemimpinan nantinya akan berpengaruh terhadap kebijakan yang dibuatnya. Sehingga ketiganya tidak dapat dipisahkan.

Veithzal Rivai membagi gaya kepimpinan kedalam tiga tipe utama berdasarkan pada pola dasarnya (tugas, kerja sama, dan tujuan). Tiga tipe gaya kepemimpinan tersebut adalah kepemimpinan otoktatis, demokratis, dan kendali bebas 68 . Pada kepemimpinan otokratis cenderung berpusat kepada pemegang kekuasaan, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi tersebut. Sementara itu, kepemimpinan demokratis cenderung mengutamakan kerja sama. Proses pengambilan keputusan dalam organisasi tersebut juga diambil berdasarkan kesepakatan bersama, sehingga bawahan dapat bekerja sama dengan baik, mengutamakan mutu kerja, dan dapat mengarahkan diri sendiri.

Kepemimpinan kendali bebas memiliki makna yang sama dengan sebutannya “kendali bebas”. Pemimpin memberikan kekuasaannya kepada bawahannya dan tentunya tingkat hirarki atau struktur kekuasaan dalam organisasi

68 Lihat Veithzal Rivai. op.cit., hal 61.

Universitas Sumatera Utara ini tidak kokoh.Peran pemimpin hanya sebatas untuk memberikan materi pendukung saja dan hanya berpartisipasi jika di minta oleh bawahan.

3.1 GAYA KEPEMIMPINAN DENG XIAOPING

3.1.1 Visi dan Strategi Deng Xiaoping

Pada awal reformasi Cina di tahun 1978, Deng dapat menjadi seorang tokoh yang berpengaruh walaupun saat itu dia tidak memiliki jabatan yang sangat penting di Cina (seperti ketua atau sekretaris jendral Partai Komunis Cina, dan ataupun presiden atau perdana menteri di Cina).Deng dipanggil dari pengasingan selepas kematian Mao Zedong karena Deng dianggap pantas untuk memimpin

Cina kearah perubahan untuk memajukan Cina.Deng mampu menciptakan solusi yang ampuh untuk melepas Cina dari keadaan kritis dan penuh ketidakpastiaan pada saat itu.Oleh karena itu, Deng disebut sebagai arsitek pembaharuan dan kebangkitan negara Cina.

Deng Xiaoping yang pada akhirnya memperoleh kembali posisi penting dalam bidang politik, baik dalam partai maupun pemerintahan mulai melakukan modernisasi di Cina.Deng memiliki visi yang penting bagi negara.Visinya adalah negara Cina yang kaya, makmur, modern, dan kuat69.Deng sering mengucapkan

“zìfù shì guāngróng” yang artinya menjadi kaya itu mulia.Ucapan Deng tersebut akhirnya menjadi inspirasi bagi rakyat Cina untuk berlomba menjadi kaya yang berdampak pada kemajuan perekonomian Cina. Kemajuan perekonomian Cina

69 Lihat Leman Yap, op.cit., hal.138-139.

Universitas Sumatera Utara tersebut tentunya secara otomatis akan membuat kehidupan rakyat Cina semakin sejahtera ataupun makmur, berbeda pada zaman sebelumnya.

Deng yang salah satu visinya adalah Cina yang modern, menunjukkan bahwa Cina perlu melakukan modernisasi.Modernisasi tersebut dilakukan bertujuan agar bangsa Cina dapat berdiri sejajar dengan bangsa lainnya yang maju, dan dapat menjadi bangsa yang layak mendapat pengakuan, dihormati, dan dihargai oleh bangsa-bangsa lainnya diseluruh dunia.Oleh karena itu, Deng mulai menyingkirkan kebijakan-kebijakan yang lama, seperti sistem kolektif yang ada pada masa Mao Zedong memerintah. Sistem kolektif tersebut adalah sebuah sistem dimana setiap orang akan menerima hasil yang sama dari suatu proses produksi, dengan konsep ekonomi pasar.

Untuk mencapai visinya, Deng memerlukan suatu strategi yang tepat.

Menurut Leman, Deng memiliki empat strategi dalam mencapai visinya tersebut.

Keempat strategi tersebut adalah:

1. gaige kaifang, 2. fan ke wei zhu, 3. yun jiao jin qong, 4. diao hu li shan.

Gaige kaifang memiliki arti reformasi dan keterbukaan70.Dalam hal ini,

Cina dibawah kepemimpinan Deng mulai melakukan reformasi dan mulai membuka diri.Cina yang sebelumnya dibawah kepemimpinan Mao Zedong bersikap sangat tertutup terhadap pihak asing dan segala aspek dikontrol ketat

70 Lihat Ibid. Hal.140-142

Universitas Sumatera Utara oleh pemerintah.Namun, setelah reformasi yang dilakukan oleh Deng, Cina mulai melakukan reformasi, khususnya di bidang ekonomi. Seperti ungkapan Deng yang sangat terkenal “Tidak penting kucing itu berwarna putih atau hitam, kalau ia pandai menangkap tikus, itulah kucing yang baik” , maka bagi Deng, Cina yang menerapkan sistem kapitalis pada perekonomiannya dan tetap mempertahankan dengan kuat sistem komunis pada bidang politiknya, bukanlah merupakan hal yang tabu apabila gabungan kedua sistem tersebut justru membawa Cina pada suatu kemajuan yang pesat.

Deng yang memutuskan untuk mulai mengurangi peran negara membuat peran swasta semakin meluas dan tentunya kehidupan perekonomian Cina semakin membaik.Namun sebagai penyeimbang dan untuk menjaga stabilitas politik, Deng tetap mengontrol ideologi negara secara ketat. Deng begitu hati-hati dan tidak memberikan “ampun” bagi hal yang akan merusak stabilitas politik.

Seperti ungkapan Deng “wĕndìng yādăo yīqiē”, yan g artinya stabilitas lebih penting daripada segala-segalanya.Hal tersebut dapat dibuktikan dari kejadian

Tianamen. Kejadian Tianamen, terjadi pada tanggal 4 Juni 1989 di Lapangan

Tianamen dimana para rakyat yang prodemokrasi melakukan demostrasi besar- besaran. Bagi Deng hal tersebut merupakan upayah untuk menciptakan kehancuran bagi stabilitas politik di Cina, sehingga Deng harus mengambil tindakan tegas melalui Tentara Pembebasan Rakyat.Akhirnya kejadian Tianamen tersebut mengakibatkan ribuan orang meninggal dan dikenal sebagai tragedi

Tianamen.

Universitas Sumatera Utara Strategi kedua, fan ke wei zhu, yaitu perubahan secara gradual, berurutan, dan berkelanjutan 71 . Hal tersebut dimaksudkan untuk menjamin sistem kapitalisme yang dirangkul dapat berjalan dengan baik. Perubahan secara gradual, berurutan, dan berkelanjutan tentunya tidak akan dapat dilakukan oleh Deng seorang diri melainkan juga harus dilakukan oleh pemimpin Cina berikutnya.

Setelah Deng tidak lagi memerintah Cina, pemimpin Cina berikutnya seperti

Ziang Zemin dan Zhu Rongji (1992-2002) serta Hu Jintao dan Wen Jiabao (2003-

2013) tetap mengimplementasikan kebijakan-kebijakan Deng Xiaoping untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan.

Strategi ketiga, yun jiao jin qong yang artinya belajar dari mereka yang telah sukses. Deng yang merupakan pemimpin Cina yang pertama kali menginjakan kakinya di Amerika Serikat pada tahun 1979 merasa kagum dengan segala teknologi dan perkembangan industri yang ada disana. Oleh karena itu,

Deng berkata bahwa ia (Cina) ingin belajar dengan mereka (Amerika). Sejak Cina mulai membuka pintunya untuk pihak asing, Cina mulai merekrut dan merangkul mereka yang ahli dan menjalin kerjasama yang baik dengan negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa.

Strategi keempat, yaitu diao hu li shan72. Maksud dari diao hu li shan adalah Cina menyediakan “karpet merah”, kemudahan, atau fasilitas yang menarik bagi investor. Cina menyadari bahwa peran pihak-pihak yang memiliki dana, teknologi, dan keahlian sangat diperlukan dalam membangun dan

71 Lihat Leman Yap, op.cit., hal.142-143. 72Ibid. hal.144.

Universitas Sumatera Utara memajukan perekonomian Cina, maka Cina berusaha untuk merekrut dan merangkul pihak-pihak tersebut dengan berbagai cara. Stabilitas politik Cina yang berjalan stabil tentunya merupakan kunci utama untuk mengundang para investor.Namun selain itu Cina juga menawarkan upah buruh yang relatif rendah beserta dengan sarana dan prasarana yang memadai dan selalu siap ketika para investor masuk. Hal tersebut tentunya akan menyenangkan para investor untuk bekerjasama dengan Cina.

3.1.2 Kebijakan Deng Xiaoping

Setelah berakhirnya revolusi kebudayaan dan menimpakan semua kesalahan pada kelompok empat, Deng Xiaoping mendapatkan kembali hak dan kekuasaan politiknya. Pada Kongres Partai Nasional (KRN) ke-11, yang diadakan pada tanggal 12-18 Agustus 1977, Hua diresmikan sebagai ketua partai sedangkan

Deng Xiaoping, Ye Jianying, Li Xiannian, dan Wang Dongxing diangkat sebagai wakil ketua. Pada Kongres Partai Nasional tersebut juga kembali menegaskan tentang tugas dasar Partai, yaitu membangun Cina menjadi sebuah negara sosialis yang modern dan kuat pada akhir abad ke-20.Oleh karena itu, Deng Xiaoping membuat suatu kebijakan untuk membangun Cina.Kebijakan tersebut adalah kebijakan empat modernisasi dan politik pintu terbuka.

a. Kebijakan Empat Modernisasi

Kebijakan empat modernisasi meliputi modernisasi militer, modernisasi ilmu pengetahuan dan teknologi, modernisasi pertanian, dan moderniasi

Universitas Sumatera Utara industri73.Dalam modernisasi militer, Deng bermaksud untuk mengkonsolidasikan pengawasan dalam struktur komando pusat angkatan bersenjata.Tugas ini dijalankannya dalam dua gerakan yang terencana dan hati-hati.Yang pertama,reshuffle komandan dan komisariskomisaris militer di daerah untuk menjamin dukungan atas kebijakannya.Kedua, menempatkan personel-personel yang bisa dipercaya dan bekerja sama dalam markas besar. Sasaran yang lain adalah mengimplementasikan reformasi dalam struktur komando militer dan personelnya. Dalam hal ini, Deng merekomendasikan tiga bentuk reformasi 74, yaitu:

1. Memperbaiki struktur komando militer di bawah KUM,

2. Modernisasi pelatihan perwira militer, dan

3. Meningkatkan kemampuan perwira-perwira militer.

Di samping itu, Deng merasa perlu untuk mengadakan mutasi atas para perwira yang dianggap `tidak pantas' menduduki jabatannya karena kurang pendidikan dan konsep-konsepnya yang telah usang. Pada tahun 1983, pemerintah mengambil beberapa tindakan untuk mendukung reformasi yang

diusulkan oleh Deng. Salah satunya adalah jaminan pensiun yang layak setara gaji penuh para perwira. Selain itu bonus khusus akan diberikan kepada masing-masing perwira untuk setiap tahunnya. Di tahun 1986, para komandan

Tentara Pembebas Rakyat dan penasihat politik di tujuh daerah militer terdiri dan

73 Lihat Elisa. “ Cina di Masa Deng Xiaoping” diakses melalui situs http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/ download/30326/6a3714821014a597ecbd9a7f40a2321b&ei=MUllVOHxFJKhugSGrILADA&usg=AFQjCN E2Zi91K1CjX_uQ1GIgX9vWsPVNaw&bvm=bv.79189006,d.c2E pada tanggal 12 Mei 2014, pukul 04.44 WIB. 74Ibid.

Universitas Sumatera Utara orangorang yang lebih muda dan terpelajar.Suatu laporan menunjukkan bahwa

91% dari seluruh pejabat di daerah-daerah militer tersebut telah belajar di akademi militer dan sekitar 60% telah menyelesaikan pendidikan sekolah menengahnya.Sekitar 25% dan para perwira yang aktif telah memperoleh pendidikan tinggi setingkat universitas pada tahun 1986.

Reformasi pendidikan ini diumumkan oleh PKC pada tanggal 28 Mei 1985 sebagai hasil dari konferensi pendidikan nasional di Beijing.Agenda utama reformasi pendidikan adalah program wajib belajar sembilan tahun yang kemudian diterapkan melalui undang-undang tentang wajib belajar.Undang- undang tersebut mewajibkan belajar sembilan tahun yang secara bertahap diawali pada masyarakat perkotaan pada tahun 1990 dan beberapa daerah pada tahun

1995. Oleh karena itu, orang tua wajib untuk menyekolahkan anak-anak mereka dan menjadikan ilegal tradisi rekrutmen anak-anak usia sekolah untuk bekerja.

Selain itu, reformasi lainnya dalam bidang pendidikan adalah dengan meninggatkan jumlah gaji guru, pengembangan pendidikan dan latihan vokasional bagi mereka yang tidak berhasil dalam ujian masuk universitas, memberikan fasilitas pendidikan yang lebih lagi di daerah yang sudah maju maupun di pedalaman, serta mendanai dan mengembangkan fasilitas penelitian di universitas-universitas75.

Cina yang ingin menyamai kemajuan negara-negara industri seperti

Jepang dan AS pada abad ke-21, membuat pemernitahan melakukan tiga

75 Elisa. loc.cit.

Universitas Sumatera Utara perubahan mendasar dalam bidang ilmu pengetahuan. Ketiga perubahan itu adalah:

1. Pergesaran fokus penelitian dari ilmu murni ke terapan. Penelitian

iptek haruslah "berintegrasi" dengan produksi ekonomi.Oleh karena itu

pemerintah membangun kerjasama antara lembaga riset dan industri

serta antara perusahaan dan pemerintahan lokal, dimana lembaga riset

bertanggung jawab untuk menyebarkan hasil penelitian terapan untuk

mengembangkan teknologi industri dan perusahaan.

2. Komersialisasi kemajuan teknologi. Diadakannya pameran teknologi di

kota-kota pusat industri seperti Shanghai, Wuhan, dan

Tianjin.Reformasi ini memunculkan sistem kontrak antara lembaga

penelitian dengan perusahaan.

3. Efisiensi pemanfaatan keahlian para ilmuwan dan pakar teknologi,

dimana para kaum intelektual terbebas dari campur tangan politik dan

dapat menjalankan diskusi-diskusi akademis secara independen.

Modernisasi pertanian, salah satunya meliputi modifikasi dari “Tiga

Kebebasan dan Satu Garansi" yang diperkenalkan Liu Shaoqi pada awal tahun

1960-an76.Kebijakan Liu tersebut terdiri atas pasar bebas, pemilikan tanah pribadi, dan tanggung jawab petani dalam mengatur tanah pertanian mereka sendiri menurut kontrak penetapan kuota keluaran setiap rumah tangga. Kemudian Deng memodifikasinya menjadi metode sistem responsibilitas berbasis pada kontrak

76Ibid.

Universitas Sumatera Utara yang dikeluarkan oleh tim produksi kepada individu, rumah tangga, maupun tim kerja. Ada dua tipe kontrak, yaitu (1) baochan daohu, di mana rumah tangga hams memenuhi kuota negara dan keperluan wilyahnya, dan (2) baogan daohu yang membolehkan rumah tangga memperoleh kelebihan hasil produksi setelah sebelumnya memenuhi kebutuhan negara dan desa. Selain itu, modernisasi pertanian lainnya adalah penghapusan gradual monopoli negara untuk membeli produk pertanian.

Dalam modernisasi industri, Cina berusaha untuk mengembangkan industri berat maupun industri kecil dan menengah yang ada di Cina. Oleh karena itu pemerintah perlu melakukan reformasi industri yang berkenaan dengan reformasi ekonomi Cina, berupa77:

1. Memperkuat perusahaan milik negara dengan memisahkan kepemilikan

dan fungsi operasional. Dalam hal ini, perusahaan harus dapat

beroperasi dan mengatur urusannya sendiri, bertanggung jawab atas

keuntungan dan kerugian serta mampu mengembangkan diri mereka.

2. Memperkenalkan sistem tanggung jawab kontrak perindustrian. Pihak

yang menandatangani kontrak adalah pekerja dan direksi perusahaan

dengan pemerintah, yang mewajibkan perusahaan untuk menyerahkan

sejumlah labs dan pajak kepada negara dan perusahaan boleh

menyimpan sisanya untuk kepentingan mereka.

77Elisa.loc.cit.

Universitas Sumatera Utara 3. Perusahaan-perusahaan besar milik negara yang tidak terkait dengan

aktivitas produksi yang vital dapat dengan sukarela menjadi perusahaan

bersama dengan tanggung jawab yang dibatasi.

b. Politik Pintu Terbuka

Kebijakan "pintu terbuka" dijalankan dalam bentuk impor kelengkapan- kelengkapan teknologi dan mesin-mesin induk untuk membangun pabrik-pabrik di dalam negeri. Namun, dalam perkembangan selanjutnya kebijakan ini terbentur pada dua masalah, yaitu dana yang terbatas dan ketidaktepatan pemilihan peralatan yang dibeli. Untuk mengatasinya, diterapkan kebijakan baru dalam impor peralatan teknologi ini, yaitu 78 :

1. Selektifitas; barang yang dibeli harus benar-benar dipertimbangkan dan

disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan ekonomi nasional serta

latar belakang teknik dan keilmuan ahli-ahli Cina.

2. Teknologi mancanegara harus diintegrasikan dengan proyek-proyek

penelitian Cina sendiri. Jika tidak, teknologi tersebut tidak akan dapat

diserap dan digali secara maksimal.

3. Ilmuwan harus banyak mempelajari teknologi asing melalui berbagai

jurnal, konferensi, dan pertukaran ahli. Strategi ini disebut "membeli

ayam yang dapat bertelur".Cina berusaha membatasi impornya hanya

pada peralatan yang paling berguna bagi perkembangan industri Cina.

78Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Lebih lanjut kebijakan "pintu terbuka" menerapkan pula tiga cara alih teknologi berupa joint venture, counter trade, dan zona ekonomi khusus. Joint

Venture merupakan bisnis patungan yang kooperatif antara negara komunis dan kapitalis.Untuk itu, pada bulan Juli 1979 yaitu pada Sidang kedua Kongres Rakyat

Nasional, pemerintah membuat undang-undang joint venture. Undang-undang tersebut berisikan perlindungan pemerintah terhadap joint venture perusahaan

Cina dengan investasi asing, pernyataan pihak asing bahwa teknologi yang didatangkan dari luar negeri benar-benar mutakhir dan sesuai dengan keperluan

Cina, dan jaminan hak milik pihak asing atas laba setelah dipotong pajak.

Contoh counter trade adalah Cina mengimpor peralatan untuk mengolah hasil tambang batu bara yang dipunyainya. Pembayaran peralatan tersebut ditunda sampai hasil pengolahan batu bara itu terjual. Dengan demikian, Cina menjaga cadangan devisanya.Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi defisit perdagangan luar negeri.

Zona ekonomi khususadalah area perdagangan yang bebas dan pajak.Pada tahun 1979, pemerintah Cina telah menetapkan empat pelabuhan di Cina selatan sebagai Zona Ekonomi Khusus, yaitu Zhuhai, Shenzhen, Shantou, dan

Xiamen.Salah satu tujuan pembukaan pelabuhan-pelabuhan ini adalah "sebagai jembatan bagi masuknya modal asing dan transfer teknologi mutakhir".Selain dimanfaatkan untuk perdagangan luar negeri, Shenzhen dan Zhuhai juga ditujukan untuk turisme dan agrobisnis.Semua barang yang diimpor melewati keempat zona

Universitas Sumatera Utara itu mendapat fasilitas bebas pajak, kecuali sigaret dan alkohol yang hanya memperoleh pengurangan tarif.

3.1.3 Analisis Gaya Kepemimpinan Deng Xiaoping

Pada bab sebelumnya telah membahas mengenai biografi Deng Xiaoping dan pada bab ini, sebelumnya juga telah menjabarkan tentang visi, strategi, serta kebijakan yang buat oleh Deng. Dari apa yang telah dijabarkan tersebut, terlihat bahwa Deng merupakan pemimpin yang dapat dikatakan sebagai pemimpin dengan gaya kepemimpinan otokratik. Namun, Deng tidak hanya memiliki gaya kepemimpinan otokratik. Salah satu ciri dari gaya kepemimpinan demokratik juga terdapat pada kepemimpinan Deng. Sondang Siagian mengatakan bahwa seorang pemimpin yang demokratik adalah pemimpin yang dihormati dan disegani bukan ditakuti 79 .Dalam kepemimpinannya, Deng membuktikan bahwa dia adalah pemimpin yang dihormati dan disegani.

Sampai saat ini, sosok Deng Xiaoping merupakan sosok yang sangat diagungkan oleh Cina, walaupun sosok Mao Zedong juga tidak pernah lepas dari nama Republik Rakyat Cina. Deng merupakan pemimpin Cina yang telah dua kali menjalani hidup sebagai seorang tahanan yang seluruh hak politiknya dicabut, tetapi Deng juga telah dua kali diberi kepercayaan oleh para petinggi di Cina setelah dia menjadi seorang tahanan tersebut. Sesuai dengan perkataan Sondang bahwa pemimpin dengan gaya kepemimpinan demokratik adalah pemimpin yang dihormati dan disegani, maka pada saat itu Deng telah membuktikan bahwa

79 Lihat Sondang Siagian. op.cit., hal.43.

Universitas Sumatera Utara dirinya adalah pemimpin yang dihormati dan disegani, bukan pemimpin yang ditakuti. Hak politik Deng yang dicabut selama masa revolusi kebudayaan dan kemudian dia dibebaskan, namun Deng tidak hanya sekedar dibebaskan.Deng justru dipekerjakan sebagai wakil perdana menteri dan diminta untuk menata perekonomian Cina karena kemampuan dan keahliannya sangat dihargai oleh para petinggi Cina.Maka, dalam hal ini jelas bahwa Deng tidak menggunakan

“ketakutan” dalam kepemimpinannya.

Pernyataan tersebut juga semakin kuat dengan didukung oleh pernyataan dari Prof. David Shambaugh yang merupakan profesor ilmu politik dan hubungan internasional di George Washington University yang saat ini dianggap sebagai pakar kebijakan Luar Negeri Cina, militer, dan masalah keamanan di Asia Timur, serta politik Cina. Shambaugh mengatakan bahwa Deng tidak memimpin berdasarkan paksaan, kharisma, ataupun ideologi 80. Deng memerintah melalui lembaga formal dan norma partai leninisme. Ini mengartikan bahwa Deng tidak memimpin berdasarkan kepada kepemimpinan pribadi, tetapi Deng memimpin berdasarkan kepemimpinan organisasi partai.

Dalam kepemimpinannya, Deng menggunakan kepemimpinan kolektif.Kepemimpinan kolektif dipilih karena Deng ingin menghindari kesalahan yang telah dilakukan oleh Mao selama Mao memimpin.Semasa kepemimpinan

Mao, semua kekuasaan terpusat pada Mao sehingga terjadi penyimpangan dan penyalah gunaan wewenang atau kekuasaan secara sepihak.Oleh karena itu Deng

80 David Shambaugh. 1995. Deng Xiaoping: Portrait of a Chinese Statesman. United Kingdom: Oxford University Press. Hal.2.

Universitas Sumatera Utara menetapan kepemimpinan kolektif untuk memperluas partisipasi antara pejabat- pejabat pemerintahan lainnya. Kepemimpinan kolektif pada umumnya memiliki ciri-ciri akan adanya kerjasama, tanggung jawab bersama, mekanisme pengolahan organisasi dengan tingkat ikatan yang tinggi dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan oleh individu yang mengusung rumusan tersebut, performa kepemimpinan dengan ciri homoginitas (persamaan) yang dibangun dari heterogenitas (perbedaan), dan sistem kepemimpinan yang mengutamakan kerjasama yang saling mengisi peran dan tanggung jawab. Kepemimpinan kolektif juga merupakan hal yang bertentangan dengan gaya kepemimpinan otokratik. Dikatakan bertentang dengan kepemimpinan otokratik karena sifat utama dari kepemimpinan kolektif tersebut adalah adanya kerjasama antara sesama anggota organisasi/partai. Sementara itu, gaya kepemimpinan otokratik cenderung menekankan prilaku individual dari pemimpin tersebut.

Jika melihat dari strategi yang digunakan oleh Deng, Deng tetap terlihat seperti seorang pemimpin demokratik. Salah satu strategi Deng adalah gaige kaifang yang artinya reformasi dan keterbukan, serta yun jiao jin qong yang artinya belajar dari mereka yang telah sukses. Strategi Deng dalam upayah memajukan Cina tersebut tentu akan berdampak pada kebijakan yang dia buat.

Salah satu bentuk kebijakan tersebut adalah reformasi ekonomi ataupun politik pintu terbuka.Sama dengan kepemimpinan kolektif yang menunjukan bahwa adanya kerjasama, maka kebijakan pintu terbuka dan reformasi ekonomi ini juga menekankan pada kerjasama. Sejak Deng mengunjungi Amerika, Deng berupayah untuk menjadi sama dengan Amerika yang memiliki kemajuan teknologi yang

Universitas Sumatera Utara tinggi. Oleh karena itu, Cina ingin belajar dengan Amerika dan negara-negara lainnya yang memiliki teknologi yang maju dengan cara membangun kerjasama dengan negara-negara tersebut.

Namun, semua tindakan Deng yang tidak mencerminkan kepemimpinan otokratik tersebut tetap tidak membuat Deng menjadi bukan pemimpin dengan gaya kepemimpinan otokratik. Perkataan Deng yang sangat terkenal yaitu “Tidak penting kucing itu berwarna putih atau hitam, kalau ia pandai menangkap tikus, itulah kucing yang baik.” Maka Deng juga bersikap sama dengan perkataannya.

Deng tidak peduli apakah strategi gaige kaifang dan strategi yun jiao jin qong serta kebijakan politik terbuka dan kepemimpinan kolektif tersebut mengarah kepada gaya kepemimpinan demokratik yang biasanya terdapat pada negara penganut sistem demokrasi atau liberal. Deng juga tidak peduli apakah hal tersebut bertentangan dengan ideologi dan ciri-ciri yang ada pada Cina selama ini.

Bagi Deng, Deng tetap seorang pemimpin komunis dan negara Cina tetap komunisme, tetapi dalam hal membangun Cina, cara apapun dianggap baik dan tidak bertentangan dengan sistem yang ada.

Namun, jika ditelitih lebih lanjut, perkataan Deng diatas justru menunjukan bahwa dia merupakan pemimpin dengan gaya kepemimpinan otokratik. Dengan berkata “tidak penting kucing hitam atau kucing putih”, berarti

Deng menjelaskan bahwa dia akan menggunakan cara apapun untuk mencapai kemajuan Cina ataupun tujuannya, termasuk dengan menggunakan cara-cara yang tidak layak ataupun cara yang tidak lazim. Hal tersebut merupakan hal yang memang wajar dilakukan oleh negara penganut sistem komunisme dan Cina

Universitas Sumatera Utara merupakan negara penganut komunisme tersebut.Dari awal Deng memerintah sampai Deng harus menyerahkan jabatannya karena usianya yang sudah lanjut,

Deng tetap mengakui bahwa dia penganut komunisme dan baginya komunisme di

Cina harus tetap hidup.

Deng yang mencetuskan politik pintu terbuka, Deng pula yang pertama kali membenarkan diberlakukannya sistem kapitalis di Cina.Dalam hal ini, Deng yang melonggarkan aturan dari komunisme tersebut. Namun, bagi Deng komunisme dari Cina tidak boleh dihapuskan dan dia akan bertindak keras terhadap apa saja yang mengancam atau yang mengganggu stabilitas politik. Ini terlihat pada saat Deng mengatakan “wĕndìng yādăo yīqiē”, yang artinya stabilitas lebih penting daripada segala-segalanya.Perkataan Deng tersebut dibuktikan lewat pembataian para demonstran di lapangan Tianamen.Saat itu demonstran menginginkan Cina menghapuskan komunisme dan menggantinya menjadi demokrasi dan menurut Deng itu adalah hal yang sangat membahayakan stabilitas politik di Cina saat itu. Karena ketakutan Deng akan terganggunya stabilitas politik tersebut, maka Deng meminta bantuan kepada Tentara Pembebas Rakyat untuk menghentikan para demonstran dan atas kejadian tersebut banyak rakyat sipil atau demonstran yang meninggal. Kejadian yang disebut sebagai tragedy

Tianamen tersebut merupakan contoh dari kekerasan Deng yang menyebabkan ribuan orang meninggal.Bahakan banyak yang mengatakan bahwa kejadian tersebut cukup tidak manusiawi.

Jika dianalisis menurut teori gaya kepemimpinan dari Sutarto, Deng memang termasuk pemimpin dengan gaya kepemimpinan otokratik. Deng

Universitas Sumatera Utara memiliki kewenangan mutlak dimana semua proses pembuatan kebijakan terpusat pada Deng. Deng selalu memutuskan kebijakan apa yang pantas untuk di terapkan di Cina seperti penerapan kebijakan empat modernisasi. Deng dapat menentukan bentuk kebijakan apa yang masih dapat di terapkan di Cina dan bentuk kebijakan apa yang sudah tidak layak untuk diterapkan di Cina. Hal tersebut terbukti dengan

Deng yang menghapus unsur maoist yang telah ada.Deng juga memodifikasi kebijakan “Tiga Kebebasan dan Satu Garansi” milik Liu Shaoqi.

Selain itu komunikasi pada kepemimpinan Deng juga bersifat satu arah dan pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan, atau kegiatan para bawahannya dilakukan secara ketat.Hal tersebut terlihat saat banyaknya protes yang diberikan kepada Deng yang mengganti banyak kebijakan di Cina bahkan

Deng juga memutasi banyak pegawai yang Deng rasa tidak memenuhi syarat untuk menduduki jabatannya.Selain itu, Deng memiliki sikap yang cukup keras terhadap pihak-pihak yang dianggap Deng sebagai penentangnya, seperti saat para demonstran Tianamen menuntut terwujudnya demokrasi yang semakin luas.Deng meminta bantuan para Tentara Pembebas Rakyat untuk membubarkan para demonstran dan kejadian itu menewaskan ribuan orang.

Kejadian di Tianamen tersebut justru menjadi unsur utama yang membuktikan bahwa Deng Xiaoping merupakan pemimpin dengan gaya otokratik. Dari kejadian tersebut Deng terlihat sebagai pemimpin yang menuntut kesetiaan yang mutlak tanpa syarat, cenderung memaksa dengan menggunakan ancaman dan hukuman.Selain itu, kejadian Tianamen juga menunjukan bahwa

Deng kasar dalam bertindak.

Universitas Sumatera Utara Dalam kepemimpinannya terhadap kinerja bawahannya, Deng menuntut adanya prestasi yang sempurna.Bagi Deng setiap bawahan yang tidak memiliki prestasi yang baik dianggap tidak pantas untuk mendapatkan jabatan dengan posisi yang baik pula.Oleh karena itu, Deng sering memutasi para pejabat yang tidak memiliki prestasi yang baik ke tempat yang lebih rendah atau bahkan pensiun.

3.2 GAYA KEPEMIMPINAN XI JINPING

3.2.1 Visi dan Strategi Xi Jinping

Xi Jinping yang merupakan seorang presiden, pemimpin sebuah negara tentunya juga memiliki sebuah visi yang akan menjadi suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kepemimpinannya. Xi Jinping yang begitu dengan cepat mengkonsolidasikan kekuasaannya memiliki visi “Chinese Dream” atau “Mimpi

Cina”.Pada awalnya visi Xi Jinping justru menjadi topik pembicaraan yang cenderung membuat pemerintahan Xi Jinping dipandang menjadi suatu hal yang mengambang atau tidak jelas.Banyak media, baik di Cina maupun di luar Cina yang membahas tentang “Chinese Dream”. Media tersebut memuat tentang pendapat tokoh-tokoh yang mengartikan “Chinese Dream” menjadi Cina Mimpi, bukan Mimpi Cina seperti yang dimaksudkan oleh Xi Jinping.

Walaupun banyak yang mengkritik Mimpi Cina menjadi Cina Mimpi, banyak tokoh lainnya yang masih memberikan harapan pada visi Xi Jinping.

Gustaaf Geeraerts, direktur Institute Brussels studi Kontemporer Cina, mengatakan bahwa mimpi Cina membutuhkan ide-ide baru dalam ekonomi,

Universitas Sumatera Utara politik, budaya, masyarakat dan lingkungan. Sementara itu, Kenneth Lieberthal yang merupakan seorang peneliti senior di Brookings Institution, mengartikan mimpi Cina secara luas. Mimpi Cina tersebut diartikan dengan enam komponen kunci yang diperlukan untuk membuat mimpi yang nyata seperti model pembangunan berdasarkan efisiensi dan kapasitas kelembagaan, urbanisasi ekologis, distribusi yang adil dari manfaat pembangunan ekonomi, reformasi politik, pengurangan campur tangan pemerintah di pasar, dan stabilitas sosial81.

Pada awal pidato Xi sebagai kepala negara kepada bangsa Cina, Xi berulang kali menggunakan istilah mimpi Cina. Namun, Xi tidak menjelaskan apa yang termasuk dari mimpi Cina tersebut dan bagaimana cara kongkret dalam mencapainya. Dalam pidatonya pada tanggal 17 Maret 2013, Xi berkata “Kita harus melakukan upaya-upaya, menekankan ke depan dengan kemauan gigih, terus mendorong penyebab besar sosialisme dengan karakteristik Cina, dan berusaha untuk mencapai mimpi Cina peremajaan besar bangsa Cina”. Selain itu

Xi juga berkata “Untuk mewujudkan jalan Cina, kita harus menyebarkan semangat Cina, yang menggabungkan semangat bangsa dengan patriotisme sebagai inti dan semangat waktu dengan reformasi dan inovasi sebagai inti”82.

Liu Mingfu, seorang kolonel pensiunan Cina, yang menerbitkan sebuah buku “China Dream” menyakinin bahwa dengan pemimpin Cina yang berbagi mimpi akan memberikan kekuatan yang dominan di dunia. Menurut Liu, Sejak

81 Making 'Chinese Dream' a Reality, dalamhttp://www.chinadaily.com.cn/china/201312/08/content_17160305.htm diakses pada tanggal 11 Oktober 2014, pukul 10.31 WIB. 82BBC News. 5 Juni 2013. “What does Xi Jinping's China Dream mean?”, http://www.bbc.com/news/world- asia-china-22726375 diakses pada tanggal 11 Oktober 2014, pukul 10.04 WIB.

Universitas Sumatera Utara abad ke-19, Cina telah tertinggal di panggung dunia, sehingga mimpi Presiden Xi adalah dari bangsa yang lebih kuat dengan militer yang kuat83. Mimpi Xi yang menginginkan Cina bangkit kembali juga semakin diperkuat dengan menggunakan Museum Nasional pada pameran Road to Revival untuk menyampaikan pesannya tersebut kepada para pemimpin senior.Pameran ini menguraikan tentang penderitaan Cina di tangan kekuasaan kolonial di abad ke-19 dan ke-20 dan pemulihan selanjutnya di bawah pemerintahan Partai Komunis.

Untuk mencapai mimpi Cina tersebut, Xi telah mengklarifikasi posisinya pada berbagai aspek pembangunan negara, yaitu pada aspek ekonomi, politik, budaya, perkembangan sosial, dan ekologi.Pada pembangunan ekonomi negara,

Xi menentang fokus buta terhadap pertumbuhan dan menjunjung tinggi prinsip pengembangan ilmiah, yang berusaha berkelanjutan baik dari segi sumber daya dan lingkungan.

Pada perkembangan politik, Xi menekankan gagasan bahwa semua kekuasaan milik rakyat, dan panggilan untuk reformasi politik yang aktif dan stabil sementara mengikuti jalan sosialisme dengan karakteristik Cina.Dia juga menekankan supremasi hukum dan melaksanakan kekuasaan negara menurut

Konstitusi. Sedangkan, pada perkembangan budaya, Xi menyoroti pengembangan bakat manusia dan mendorong semangat nasional Cina, terutama karena ditandai oleh kata-kata dari lagu kebangsaan: "Kami akan menggunakan daging dan darah kita untuk membangun Tembok Besar baru kami."

83Ibid.

Universitas Sumatera Utara Pada pembangunan sosial, Xi mengusulkan upaya berkelanjutan untuk menjaga dan meningkatkan kehidupan masyarakat melalui pembangunan ekonomi.Dia juga mendukung membangun masyarakat yang harmonis dan mewujudkan kehidupan yang baik bagi orang-orang berdasarkan kerja keras, dengan memperhatikan keadaan praktis negara itu.Pada perkembangan ekologi,

Xi menekankan strategi nasional konservasi sumber daya dan perlindungan lingkungan dan pola pembangunan yang berkelanjutan84.

Xi Jinping sebagai seorang pemimpin bangsa, tentunya memiliki cita-cita yang sama dengan pemimpin lainnya, yaitu untuk memajukan Negaranya. Dalam kepemimpinannya, Xi bercita-cita untuk mengembalikan kejayaan Cina dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengembalikan kekuatan Partai

Komunis Cina yang sempat melemah akibat banyaknya para pejabat partai dan pejabat pemerintahan yang melakukan korupsi.Oleh karena itu, saat ini Xi berusaha untuk memperkuat ekonomi politik negaranya dengan mencoba untuk melakukan reformasi untuk menciptakan suatu negara yang kuat.Untuk melakukan sebuah reformasi bukan merupakan suatu hal yang mudah.Tidak semua kalangan dapat menerima terjadinya reformasi dengan senang hati.Dengan demikian Xi harus memiliki sebuah strategi yang tepat agar reformasi yang dia inginkan dapat terwujud sehingga “Mimpi Cina” dapat terwujud.

David Cohen (yang merupakan seorang editor dari China Brief diThe

Jamestown Foundation. Dia sebelumnya adalah seorang jurnalis di Beijing yang

84 Welly.“Profile lengkap Xi Jinping orang nomor satu di China”, http://chindonews.blogspot.com/2013/ 01/profile-lengkap-xi-jinping-orang-nomor.html diakses pada tanggal 24 Mei 2014, pukul 00.09 WIB.

Universitas Sumatera Utara telah menulis untuk The Diplomat, The Christian Science Monitor, dan sejumlah surat kabar Asia) dan Peter Martin (yang merupakan seorang seorang konsultan hubungan pemerintah untuk APCO Worldwide in Beijing, dimana pekerjaan kliennya berfokus pada elit politik, badan usaha milik negara, dan kebijakan investasi di Cina) menjelaskan bahwa ada tujuh stategi yang digunakan oleh Xi

Jinping untuk dapat mencapai cita-citanya atau visinya selama kepemimpinannya.

Ketujuh strategi tersebut adalah85:

1. Sentralisasi kekuasaan dibawah kepemimpinan sendiri.

2. Menggunakan Partai untuk mengontrol pemerintahan.

3. Mengubah perdebatan dengan membungkus diri dalam bendera.

4. Menghasilkan “kesadaran akan krisis” dalam Partai.

5. Membuat konstituen baru yang mendukung reformasi.

6. Mengubah konteks bagi aktor yang sangat kuat untuk melakukan

reformasi.

7. Menggunakan pengaruh dari luar untuk mengunci reformasi dan

mendorong lebih lanjut.

Sentralisasi kekuasaan dibawah kepemimpinan sendiri dimaksudkan untuk mendorong majunya agendanya.Dalam hal ini, Xi membuat dirinya menjadi pusat kekuasaan baik di pemerintahan, di partai, maupun dalam militer.Disamping itu,

Xi juga membentuk komite-komite kecil yang didominasi oleh oleh

85Martin, Peter dan David Cohen.20 Maret 2014. “Inside Xi Jinping's Reform Strategy”, http://national interest.org/commentary/inside-xi-jinpings-reform-strategy-10087 diakses pada tanggal 16 September 2014, pukul 00.59 WIB.

Universitas Sumatera Utara kehadirannya.Tujuan dibentuknya komite-komite kecil tersebut adalah untuk memudahkannya dalam mengeluarkan keputusan tanpa harus berunding dengan

Dewan Negara dan Kementerian.Xi juga sengaja menggunakan perannya sebagai

Sekretaris Jendral Partai Komunis Cina untuk mengatasi kepentingan-kepentingan yang berakar di pemerintahan.Hal ini terkait dengan malasalah korupsi yang semakin meluas dalam tubuh partai.

Xi yang membuat konstituen baru yang mendukung reformasi, dimaksudkan agar Xi dapat membuat kepentingan baru untuk mendukung reformasi. Selama ini banyak pejabat yang telah puluhan tahun berpengalaman untuk menghindari pengawasan dengan cara menyerahkan laporan secara optimis.

Laporan tersebut berisikan hasil dan tindakan yang dipalsukan karena pada dasarnya apa yang dilakukan adalah tindakan yang bertentangan dengan prioritas dari atasan yang tentunya menghasilkan hal-hal yang tidak baik. Oleh karena itu pemerintahan menjadi semakin bobrok.Selain itu, Xi juga memperkuat BUMN yang selama ini menjadi musuh publik yang mendukung reformasi.Hal tersebut dimaksudkan agar BUMN dapat mendukung reformasi.

3.2.2 Kebijakan Xi Jinping

Pada awal pemerintahannya, Xi telah membentuk format reformasi ekonomi untuk pemerintahannya pada Sidang Pleno Partai Komunis Cina ketiga.Sidang tersebut dilaksanakan pada tanggal 9-12 November 2013.Reformasi tersebut pada dasarnya bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pertumbuhan ekonomi China dengan mendorong permintaan konsumsi dari dalam negerinya

Universitas Sumatera Utara sendiri.Selain itu, Pemerintah China juga mendorong kegiatan investasi guna menopang pertumbuhan ekonominya. Sidang tersebut menghasilkan lima kebijakan dalam bidang ekonomi yang baru86. Kelima kebijakan tersebut adalah:

1. Kebijakan “Dua Anak”,

2. Reformasi sistem kesejahteraan,

3. Hak tanah bagi petani,

4. Reformasi keuangan,

5. Reformasi BUMN dan peningkatan dividen ke pemerintah.

Berikut ini adalah penjelasan mengenai kebijakan tersebut yang diambil dari dokumen Eastspring Investments Indonesia.

1. Kebijakan “Dua Anak”

Pemerintah Cina menyatakan akan memperlonggar kebijakan “satu anak” yang selama ini dianggap kontroversial dan telah berlangsung sejak lama, namun terbukti telah menurunkan angka tingkat kelahiran di Cina hingga saat ini.

Kebijakan tersebut akan bergeser dari “satu anak” menjadi “dua anak” bagi orang tua yang merupakan anak tunggal. Kebijakan ini diperkirakan dapat memiliki implikasi pada beberapa sektor industri yang terkait seperti perusahaan- perusahaan yang bergerak dalam kegiatan usaha produsen produk bayi seperti susu dan popok bayi, baju dan produk perawatan bayi lainnya. Selain itu, kebijakan ini diperkirakan juga akan mendorong permintaan dari sisi domestik

86Dokumen Spring Letter. 22 November 2013. Reformasi Kebijakan Ekonomi China.

Universitas Sumatera Utara dalam jangka menengah sehinggga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.

2. Reformasi Sistem Kesejahteraan

Pemerintah Cina akan melonggarkan sistem hukou dalam pendataan rumah tangga 87 . Dengan sistem ini, imigran akan mendapat layanan apabila pindah dari wilayah pedesaan ke wilayah perkotaan. Langkah ini dinilai sangat penting dalam rangka menuju liberalisasi pasar tenaga kerja. Hal ini diperkirakan akan berpotensi mendorong urbanisasi di Cina yang dapat berimplikasi positif dan menciptakan permintaan terhadap industri properti dan sektor keuangan seperti industri perbankan.

3. Hak Tanah bagi Petani

Pemerintah Cina akan memberikan hak pengelolaan tanah kepada para petaninya. Hak ini termasuk diantaranya memiliki, menggunakan, memanfaatkan dan mentransfer tanah mereka untuk dikontrakan ke pihak lain, termasuk hak untuk menggunakan kepemilikan tanah mereka sebagai jaminan88. Kebijakan ini diperkirakan akan memberikan dampak positif terhadap para petani di Cina yang pada gilirannya berpotensi untuk meningkatkan pendapatannya sehingga dapat memicu urbanisasi yang kemudian akan mendorong permintaan domestik. Saat ini tanah di Cina sepenuhnya merupakan milik pemerintah.Sementara para petani hanya memiliki izin untuk mengolah tanah di daerah mereka.

87Ibid. 88Spring Letter.loc.cit.

Universitas Sumatera Utara

4. Reformasi Keuangan

Pemerintah Cina akan mempersiapkan beberapa langkah dalam rangka reformasi keuangan, termasuk menyiapkan sistem asuransi deposito yang akan dimulai pada tahun 2014 mendatang. Langkah ini diperkirakan dapat memberikan peluang bagi para investor untuk mendirikan bank-bank swasta baik skala kecil maupun menengah. Selain itu, Pemerintah Cina juga akan melakukan pembenahan dalam rangka fasilitasi untuk proses Initial Public Offering (IPO) di pasar modalnya, termasuk melakukan pembentukan tingkat imbal hasil obligasi pemerintahnya yang akan mewakili nilai pasar wajar berdasarkan sisi permintaan dan penawarannya. Sebagai informasi tambahan yang mendukung reformasi di sektor keuangan, Bank sentral Cina pada awal tahun 2013 ini telah menghapus kontrol suku bunga. Dengan demikian, seluruh kebijakan yang terkait pada sektor keuangan akan mengarah pada liberalisasi pasar keuangan di negara ini.

5. Reformasi BUMN dan peningkatan Dividen ke Pemerintahan

Pemerintah Cina menetapkan peningkatan pembayaran dividen yang lebih besar ke pemerintah hingga 30% dari laba bersihnya sampai dengan tahun 202089.

Pendapatan dari dividen tersebut akan digunakan sebagai dana jaminan sosial bagi

89Ibid.

Universitas Sumatera Utara masyarakat Cina. Selain itu, Pemerintah Cina juga akan melakukan restrukturisasi manajemen BUMN yang mengarah pada profesionalisme. Sehingga, BUMN-

BUMN tersebut diperkirakan akan menjadi lebih efisien dan memberikan keuntungan yang optimal bagi Pemerintahnya sebagai pemegang saham utama.

3.2.3 Analisis Gaya Kepemimpinan Xi Jinping

Xi Jinping yang merupakan pemimpin Cina ke-5 (setelah Mao Zedong,

Deng Xiaoping, Jiang Zemin,dan Hu Jintao). Sama dengan Jiang Zemin dan Hu

Jintao, Xi Jinping pasti memiliki banyak kemiripan dengan ketiga pendahulunya

(Deng, Jiang, dan Hu). Hal tersebut terjadi karena setelah Mao meninggal, kepemimpinan Cina yang jatuh di tangan Deng menerapkan strategi fan ke wei zhu untuk memajukan Cina. Oleh karena itu, para penerus Deng memiliki kewajiban untuk melanjutkan kebijakan ataupun kepemimpinan dari pemimpin yang sebelumnya. Dengan demikian, gaya kepemimpinan mereka dalam memimpin Cina juga dapat dipastikan tidak memiliki banyak perbedaan.

Jika dilihat dari Visi dan Kebijakannya, Xi seperti sosok pemimpin demokratis. Chinese Dream yang merupakan visi Presiden Cina pada saat ini seperti membuat kebebasan bagi seluruh rakyat Cina untuk turut membangun cita- cita yang nantinya akan dicapai oleh bangsa Cina. Sementara itu, kebijakan Xi juga semakin menghilangkan nilai-nilai komunisme yang terdapat pada Cina terdahulu.Kebijakan Xi yang sangat mencolok dalam perubahannya adalah mengenai kebijakan hak tanah bagi petani. Dengan adanya kebijakan tersebut

Universitas Sumatera Utara maka petani bukan hanya dapat menggunakan tanah saja melainkan boleh memilikinya dan dapat menyewakan tanah mereka kepada pihak lain.

Namun jika dilihat dari strategi yang Xi gunakan dalam kepemimpinannya, Xi justru terlihat sebagai sosok yang otoriter.Semasa pemerintahannya, Xi membuat sentralisasi kekuasaan dibawah kepemimpinannya sendiri.Hal tersebut disengaja agar Xi dapat membuat berbagai keputusan tanpa harus lebih dahulu bertanya kepada menteri ataupun pengurus partai lainnya.Implementasi keadaan ini terlihat ketika Xi mulai membentuk komite- komite kecil dibawah kendalinya dan Xi yang mulai mengambil tugas utama

Perdana Menteri Li Keqiang 90 .Xi mengambil alih tugas utama Li dalam mengawasi reformasi ekonomi dan menjabarkan masalah ekonomi kepada pemimpin asing. Hal ini terbukti saat kunjungan Perdana Menteri Inggris pada

Desember 2013 seharusnya disambut oleh Perdana Menteri Li, tetapi pada akhirnya ditunda dan dibatalkan karena kunjungan tersebut disambut langsung oleh Presiden Xi Jinping.

Barry Naughton, ahli ekonomi Cina di University of California di San

Diego mengatakan bahwa perubahan paling besar oleh pemimpin baru Cina adalah Xi seolah berkata “saya adalah bos dan ini berlaku di semua hal”91. Hal tersebut juga sama dengan apa yang dikatakan oleh Christopher Johnson, mantan analis Cina di Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA), yang kini bekerja di

Pusat Kajian Strategis dan Internasional di Washington. Menurut Johnson, Xi

90Lihat Jeremy Page, Bob Davis, dan Lingling Wei.22 Desember 2013.“Xi Jinping Rambah Kekuasaan PM Cina” dalam Wall Street Journal, http://indo.wsj.com/posts/2013/12/22/xi-jinping-rambah-kekuasaan-pm- cina/ diakses pada tanggal 17 September 2014, pukul 22.59 WIB. 91Ibid.

Universitas Sumatera Utara ingin memperlihatkan bahwa dirinya mengontrol semua level kekuasaan 92 .

Mereka mengatakan hal tersebut karena Xi pada awal pemerintahannya telah terbukti memiliki kekuasaan yang cukup besar atas partai dan militer di Cina, dan saat ini Xi mulai mengambil kendali atas ekonomi.

Sementara itu, Alexander Gabuev mengatakan bahwa Xi berupayah untuk membatasi kepentingan-kepentingan terselubung dan meningkatkan perannya sendiri dalam proses pengambilan keputusan 93 . Tindakan Xi yang seperti ini dalam memimpin Cina pada keadaan yang sekarang tentunya akan menimbulkan berbagai persepsi bagi pihak-pihak tertentu ataupun bagi rakyat Cina sendiri. Ada yang menganggap bahwa Xi yang memegang kendali penuh dalam berbagai aspek adalah cara Xi untuk mengatasi kelambanan birokrasi yang menghambat reformasi di kepemimpinan sebelumnya. Namun, dilain pihak, terdapat kekhawatiran bahwa hal ini dapat berujung pada pembuatan keputusan yang impulsif atau salah informasi.Contohnya adalah saat Cina yang secara mendadak mengumumkan zona identifikasi pertahanan udara baru di Laut Cina Timur tanpa berkonsultasi dengan negara tetangga.

Dalam kepemimpinannya, Xi juga menindak keras setiap suara yang berbeda di Cina.Hal ini terlihat dalam beberapa bulan terakhir, dimana Cina telah menahan puluhan intelektual liberal dan banyak aktivis.Selain itu Xi juga telah membungkam blogger parau.Oleh karena itu Teng Biao, seorang pengacara Hak

92 Jeremy Page. 13 November 2013. “Xi Jinping Menggalang Kekuatan” dalam Wall Street Journal, http://indo.wsj.com/posts/2013 /11/13/xi-jinping-menggalang-kekuatan/ diakses pada tanggal 17 September 2014, pukul 23.14 WIB. 93 AlexanderGabuev. 6 Februari 2014. “Xi Jinping: Strong Leader, Weak Institutions”, http://carnegieendowment.org/2014/02 /06/xi-jinping-strong-leader-weak-institutions diakses pada tanggal 17 September 2014, pukul 16.56 WIB.

Universitas Sumatera Utara Asasi Manusia dan pemimpin Gerakan Hak Warga Negara Cina mengatakan bahwa Xi bukan seorang reformis karena Xi mengumpulkan kekuatan agar menjadi diktator.Teng juga mengatakan bahwa Xi membenci kebebasan politik seperti yang ada pada demokrasi liberal, tetapi Xi menginginkan ekonomi yang kuat94.

Jika dianalisis dengan teori gaya kepemimpinan yang dikatakan oleh

Sutarto, Xi Jinping juga memiliki gaya kepemimpinan yang sama dengan Deng

Xiaoping. Melihat syarat yang diajukan oleh Surtato bahwa seseorang yang memiliki kepemimpinan dengan gaya otoriter memiliki ciri dengan wewenang mutlak terpusat pada pimpinan, keputusan dan kebijaksanaan selalu dibuat oleh pemimpin terlihat dari stategi yang dilakukan oleh Xi Jinping. Xi sengaja membentuk komite-komite kecil yang di dominasi oleh Xi sendiri dengan maksud untuk mendominasi kepemimpinan dalam kewenangan, membuat keputusan dan kebijaksanaan.

3.3 ANALISIS PERBANDINGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENG XIAOPING DAN XI JINPING

Didalam suatu Negara, gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin negara tersebut tentu akan dipengaruhi oleh sistem politiknya. Sementara itu, sistem politik dalam suatu negara itu akan bergantung pada ideologi yang dianut oleh

94 Jaime FlorCruz. 16 Juli 2014.“The Xi Jinping cipher: Reformer or a Dictator?”dalam artikel CNN, http://edition.cnn.com/2014/07/15/world/asia/xi-reformist-or-tyrant/ diakses pada tanggal 25 September 2014, pukul 02.21 WIB.

Universitas Sumatera Utara negara tersebut. Dengan demikian hal tersebut nantinya akan membentuk sistem pemerintahan dalam negara tersebut.

Ideologi Komunisme yang dianut oleh Cina cukup kuat hingga saat kini walaupun Cina menganut sistem ekonomi kapitalis.Komunisme Cina mampu membentuk sebuah sistem politik yang kuat dan membuat Negara/pemerintah memiliki kekuasaan penuh dalam menentukan kebijakan.Komunisme tersebut membuat Cina memiliki sistem politik totalitarianisme.Sifat totalitariter Cina tersebut dapat dilihat dengan adanya sebuah partai tunggal yang keberadaannya terletak diatas dari Negara Cina tersebut.

Partai Komunis Cina, merupakan partai tunggal di Cina.Partai Komunis

Cina merupakan satu-satunya sumber segala kekuasaan yang ada pada pemerintahan Cina.Hanya Partai Komunis Cina saja yang berhak untuk mengontrol semua organisasi politik yang terdapat di Cina.Selain itu Partai

Komunis Cina memiliki hak untuk menentukan tujuan sosial, ekonomi, dan politik bagi masyarakat yang ada di Cina.

Totalitarianisme yang ada dalam suatu Negara, tentunya akan ditandai dengan adanya otoritarianisme. Otoritarianisme membuat setiap warga negaranya tidak memiliki hak dalam negaranya untuk mengambil keputusan ataupun turut sebagai penentu dalam proses pembuatan kebijakan, sehingga segala sesuatunya hanya ditentukan oleh pemerintahan saja. Hal tersebut akan membentuk sistem pemerintahan terpusat dan segala sesuatunya dilaksanakan secara Top and Down

(dari atas kebawah).

Universitas Sumatera Utara Komunisme, totalitarianisme, dan otoritarianisme yang ada di Cina sudah pasti memunculkan sosok seorang pemimpin Cina yang otoriter. Dimulai sejak berdirinya Republik Rakyat Cina atau yang juga sering disebut dengan Republik

Rakyat Tiongkok, Cina memiliki banyak pemimpinnya dengan gaya kepemimpinan dominan otoriter. Mulai dari Mao Zedong, Deng Xiaoping, Jiang

Zemin, Hu Rongji, dan hingga Xi Jinping memiliki gaya kepemimpinan yang dominan otoriter walaupun semakin ke depan kepemimpinan di Cina turut dipengaruhi dengan gaya kepemimpinan demokrasi.

Melihat pembahasan sebelumnya antara Deng Xiaoping dan Xi Jinping yang keduanya merupakan pemimpin Cina, maka keduanya sudah pasti memiliki persamaan. Kedua pemimpin Cina tersebut sudah jelas memiliki gaya kepemimpinan otokratik. Namun jika dilihat dari secara keseluruhan tentang setiap unsur-unsur yang ada pada Deng dan Xi, mereka memiliki perbedaan.

Persamaan antara Deng dan Xi dapat dilihat mulai dari garis keturunan.Keduanya sama-sama berasal dari keluarga yang kaya ataupun orang yang dapat mempengaruhi pemerintahan di Cina.Deng merupakan anak dari seorang warlord yang merupakan penguasa feodal daerah dan panglima perang.

Sedangkan Xi merupakan seorang “pangeran”. Xi adalah anak dari sekretaris jendral di dewan negara dan sebagai assistant Perdana Menteri Zhou

Enlai.Namun, walaupun mereka memiliki latar belakang yang baik, keduanya mengalami kesulitan untuk mendapatkan pendidikan yang layak.Keduanya harus membiayai dirinya masing-masing untuk merasakan menjadi seorang pelajar.Disamping itu, Deng dan Xi adalah sosok yang kuat dalam mengalami

Universitas Sumatera Utara berbagai cobaan.Keduanya telah mengalami siksaan yang berat ataupun berada dalam keadaan yang tidak seharusnya selama revolusi kebudayaan95.

Deng dan Xi juga mengawali karirnya sejak mereka menjadi seorang pelajar.Keduanya telah menjadi anggota Liga Pemuda Komunis di tempat mereka belajar.Melalui Liga Pemuda Komunis tersebut, keduanya memiliki banyak pengetahuan tentang sosialisme dan komunisme.Selain itu, keduanya telah mengawali karir dengan menjadi anggota biasa dalam partai yang lambat laun semakin diakui keberadaannya, sehingga kedudukannya semakin meningkat.Apa yang dilakukan oleh Deng dan Xi ternyata semuanya menghasilkan sebuah kemenangan ataupun kemajuan. Oleh karena itu, keduanya dipercaya akan dapat membangun Cina menjadi sebuah negara yang maju dan kuat.

Dalam menghadapi tantangan dari rakyat terhadap stabilitas politik, Xi dan

Deng juga mengambil tindakan yang cukup keras.Xi menindak keras setiap suara yang berbeda yang mulai timbul di Cina.Akhirnya dalam beberapa bulan sejak Xi memerintah, Cina telah menahan puluhan intelektual liberal dan banyak aktivis pendukung hak-hak sipil lainnya.Selain itu, Xi juga telah membungkam blogger parau 96 .Hal tersebut dimaksudkan agar tidak ada yang dapat menghambat program kerja Xi dan stabilitas politik Cina tidak dalam keadaan terancam. Xi yang menindak keras suara yang berbeda sama dengan Deng yang menindak keras para demonstran yang menginkan Cina semakin lagi membuka unsur demokrasi di negaranya. Namun, dalam hal ini Deng bertindak lebih keras

95Lihat BAB II mengenai kehidupan keluarga Deng Xiaoping dan kehidupan keluarga Xi Jinping. 96 Jaime FlorCruz. loc.cit.

Universitas Sumatera Utara daripada Xi walaupun sebenarnya kejadian yang dialami oleh Deng lebih keras pula daripada apa yang dialami oleh Xi. Deng terpaksa menggunakan Tentara

Pembebas Rakyat untuk mengakhiri aksi dari para demonstran di lapangan

Tianamen.Akibat dari penggunaan Tentara Pembebas Rakyat tersebut, ribuan rakyat Cina meninggal dunia.

Perbedaan antara Deng dan Xi terlihat dari Xi yang justru kembali memasukkan ideologi maois ortodoks dalam tubuh partainya. Maksud kepemimpinan bergaya maois adalah dimana suatu kepemimpinan berdasarkan pada kepemimpinan partai walaupun nantinya akan harus mengorbankan kestabilan institusional serta lebih menyukai gerakan massa sebagai sarana penerapan kebijakan dan mencurigai kaum birokrasi dan kaum ahli. Hal tersebut dapat dilihat pada Xi yang telah lebih banyak mengumpulkan kekuatan dan otoritas pribadi.Walaupun Xi masih menerapkan beberapa kebebasan bagi individu, LSM, dan mekanisme pasar di Cina, Xi tetap mendirikan kembali keunggulan partai lewat otoritas yang Xi miliki97.Keunggulan partai tersebut hadir melalui adanya kontrol partai terutama pada pejabat dan lembaga administrasinya dimana hal tersebut lebih diamati oleh Xi sendiri.

Xi telah mendirikan kembali keunggulan partai atas negara dan mengembalikan kepemimpinan partai bukan kepemimpinan kolektif, dimana sejak Deng memerintah, kepemimpinan kolektif dianggap menjadi norma di Cina.

Dalam hal ini, Deng jelas memiliki gaya yang berbeda dengan Xi. Deng

97 Lihat François Godement. Juli 2013.Xi Jinping’s China dalam Essay of European Council on Foreign Relations. United Kingdom: European Council on Foreign Relations. Hal.3.

Universitas Sumatera Utara menggunakan kepemimpinan bergaya birokrasi. Gaya birokrasi tersebut adalah dimana kepemimpinan yang didasarkan pada kepemimpinan organisasi, lebih menyukai pertumbuhan sektor industri dan kota, dan lebih memberikan kekuasaan dan wewenang kepada para pejabat, para ahli, dan kaum intelektual. Sebenarnya

Xi juga menyukai pertumbuhan disektor industri dan kota. Namun, Xi tidak memberikan kekuasaan dan wewenang kepada siapapun.Sebisa mungkin Xi mengontrol semuanya sendiri seperti bidang politik, militer dan keamanan, serta bidang ekonomi yang saat ini sedang dirambah Xi.

Disamping Xi yang kembali menciptakan kepemimpinan personal seperti

Mao, Xi mampu meredam seluruh pertikaian yang ada pada faksi politik.Xi pada akhirnya dapat naik hingga kepuncak tertinggi dan dengan dukungan dari berbagai pihak. Xi pada awalnya masih diragukan untuk memimpin Cina karena pertentangan antara Xi yang akan mengubah Cina menjadi negara demokrasi atau

Xi yang akan memajukan Cina tanpa harus mengubah komunis Cina menjadi demokrasi. Namun, akhirnya Xi mampu meyakinkan rakyat dan petinggi Cina lainnya dengan membuktikan bahwa dia mengambil langkah yang sama dengan

Deng, yaitu memajukan Cina tanpa harus menghilangkan kebudayaan komunisme

Cina. Untuk mengubur perdebatan faksi tersebut, Xi telah menginspirasi, atau setidaknya mentolerir kebangkitan kembali Maois "garis massa" politik 98.Namun, maksud Xi adalah lebih menekankan pada kepemimpinan otoriter Mao, bukan untuk mempersiapkan transisi politik dan dapat menciptakan masalah ekonomi.Sedangkan Deng mengalami nasib yang berbeda dengan Xi.Deng tidak

98Ibid. Hal.2.

Universitas Sumatera Utara dapat mencapai pada puncak yang tertinggi.Jabatan Deng hanya sampai pada wakil Perdana Menteri Cina. Selain itu Deng Xiaoping harus bersaing dengan sekelompok besar kaum konservatif di partai puncak pada tahun 1977-1984, dan semakin tidak mampu memadamkan pertikaian faksi politik yang berbeda setelah tahun itu.

Selain perbandingan antara Deng Xiaoping dan Xi Jinping diatas, kedua tokoh tersebut juga dapat dibandingkan dengan melihat pola perilaku yang telah dianalisis menurut Sutarto pada bagian sebelumnya. Keduanya memiliki kesamaan dalam hal memiliki wewenang mutlak terpusat pada mereka, keputusan dan kebijaksanaan selalu dibuat oleh Deng dan Xi, komunikasi berlangsung satu arah, pengawasan terhadap (sikap, tingkah laku, perbuatan, atau kegiatan) para bawahannya dilakukan secara ketat, prakarsa harus selalu datang dari Deng dan

Xi, tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan pendapat, tugas-tugas bagi bawahan diberikan secara instruktif, lebih banyak mengkritik bawahan, menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat, menuntut kesetiaan mutlak tanpa syarat, cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman, kasar dalam bertindak.

Selain itu, keduanya juga memiliki kesamaan dalam hal tidak memenuhi salah satu ciri dari gaya kepemimpinan otokratik menurut Sutarto. Ciri yang tidak ada pada Deng dan Xi adalah kaku dalam bersikap. Deng Xiaoping dan Xi Jinping yang semasa mudanya mendapat banyak tekanan akibat revolusi kebudayaan justru menjadikan mereka sebagai pemimpin yang mengerti apa kehendak rakyat.

Mereka sebagai pemimpin benar-benar memimpin sesuai dengan keadaan yang

Universitas Sumatera Utara ada. Deng Xiaoping yang membuat kebijakan empat modernisasi adalah karena ia mengetahui bagaimana cara untuk membuat rakyat menjadi sejahtera walaupun kebijakannya tersebut tidak boleh ditentang oleh siapapun. Melalui kebijakan empat modernisasi tersebut membuat setiap masyarakat Cina mendapatkan pendidikan dan pekerjaan yang layak.Selain itu, upah yang mereka dapat sebanding dengan jerih payah mereka.

Xi Jinping yang telah lama tinggal di desa akibat revolusi kebudayaan, senantiasa membantu para masyarakat desa.Xi memimpin para petani untuk memperkuat tepi sungai dalam upaya untuk mencegah erosi, menyelenggarakan koperasi kecil dan pandai besi di desa, dan membangun tangki metana, yang pertama di Shaanxi terkurung daratan. Hingga, Xi pernah mendapat kendaraan roda tiga dari pemerintah sebagai hadiah atas kerja kerasnya di desa tersebut dan mendapat gelar "pemuda teladan berpendidikan." Namun, Xi menukar kendaraan roda tiga untuk traktor berjalan, mesin penggilingan tepung dan alat-alat pertanian untuk menguntungkan warga desa.

Xi tidak pernah melupakan orang-orang di desa Shaanxi.Bahkan setelah

Xi pergi dari desa tersebut, Xi membantu desa dengan mendapatkan akses ke kekuasaan, membangun jembatan dan merenovasi sebuah sekolah dasar.Ketika menjadi Ketua Partai Fuzhou City, Xi juga kembali ke desa, dan mendatangi penduduk desa. Dia memberi uang saku dan perlengkapan sekolah serta jam

Universitas Sumatera Utara alarm. Ketika seorang teman petani jatuh sakit, Xi atas biaya sendiri, membawanya ke Fujian untuk perawatan medis yang lebih baik99.

Berbagai hal yang dilakukan oleh Deng Xiaoping dan Xi Jinping tersebut menunjukan bahwa Deng dan Xi tidak memiliki kekakuan dalam pemerintahannya. Walaupun mereka seorang pemimpin yang otokratik tetapi mereka merupakan seorang pemimpin yang sangat mengerti akan kebutuhan dan hal yang terbaik bagi rakyatnya. Untuk lebih mudah memahami pola perilaku kedua pemimpin tersebut menurut ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratik yang dikemukakan oleh Sutarto tersebut secara ringkas dapat dilihat melalui tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1 Perbandingan Pola Perilaku Deng Xiaoping dan Xi Jinping dalam Gaya Kepemimpinan Otokratik menurut Sutarto

Ciri-Ciri Gaya Perilaku Kepemimpinan Otokratik Deng Xiaoping Xi Jinping Memiliki wewenang mutlak.   Membuat keputusan.   Membuat kebijaksanaan.   Komunikasi satu arah.   Pengawasan secara ketat.   Membuat prakasa.   Bawahan tidak bebas bersuara.   Setiap tugas bawahan diberikan   secara instruktif. Lebih banyak kritik pada   bawahan. Menuntut kesempurnaan dari   bawahan.

99 Welly.“Profile lengkap Xi Jinping orang nomor satu di China”, http://chindonews.blogspot.com/2013/ 01/profile-lengkap-xi-jinping-orang-nomor.html diakses pada tanggal 24 Mei 2014, pukul 00.09 WIB.

Universitas Sumatera Utara Menuntut kesetiaan dari   bawahan. Adanya paksaan dan hukuman.   Kasar dalam bertindak.   Kaku dalam bertindak. - - Tanggung jawab hanya dipikul -  oleh pemimpin.

Dari tabel 3.1 tersebut terlihat bahwa, Deng Xiaoping dan Xi Jinping merupakan pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang sama otokratik juga memiliki perilaku yang berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada satu point terakhir dari lima belas ciri gaya kepemimpinan otokratik menurut Sutarto. Point tersebut adalah tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan. Seperti apa yang telah disebutkan pada awal perbandingan antara Deng dan Xi diatas bahwa Deng Xiaoping menerapkan sifat kepemimpinan kolektif sedangkan Xi Jinping justru mengembalikan sifat kepemimpinan maoist, maka hal tersebut akan berdampak pada letak kewajiban dari tanggung jawab.

Kepemimpinan kolektif akan membuat tanggung jawab dipikul oleh bersama, sedangkan sifat kepemimpinan maoist yang mengunggulkan kepemimpinan individu akan membuat tanggung jawab terletak pada personal pemimpin tersebut.

BAB IV PENUTUP

Universitas Sumatera Utara

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan dari BAB I, BAB II, dan BAB III, maka pada

BAB IV ini akan berisikan tentang kesimpulan pada bab-bab sebelumnya, sebagai berikut:

1. Pemimpin adalah seseorang yang bersikap lebih menonjol daripada

anggota kelompok yang lain dalam suatu organisasi ataupun kelompok

baik secara formal maupun informal. Pemimpin tersebut biasanya bersikap

lebih mengatur anggota kelompok yang lain. Dalam suatu kelompok

pemimpin tersebut sangat diperluhkan sebagai perwakilan dalam

kelompok, tempat pengambilan resiko bila terjadi tekanan, dan sebagai

tempat meletakan kekuasaan.

2. Setiap pemimpin dalam memimpin kelompoknya memiliki gaya

kepemimpinan tertentu. Gaya kepemimpinan tersebut adalah pola perilaku

dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin

untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran ataupun tujuan dari kelompok

atau organisasi tersebut dapat tercapai.

3. Seorang pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang dapat

menyesuaikan gaya kepemimpinannya pada situasi kerja yang dihadapinya

sehingga kinerja bawahannya dapat menjadi lebih baik lagi. Oleh karena

itu, perlu diketahui tentang gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin

untuk dapat mempelajari bagaimana menjadi seorang pemimpin yang

lebih baik dalam mencapai sasaran ataupun tujuan dari sebuah organisasi.

Universitas Sumatera Utara 4. Organisasi terbesar di dunia adalah negara. Cina merupakan sebuah negara

yang memiliki keunikan tersendiri dalam pemerintahannya. Cina

merupakan negara komunisme dengan sistem ekonomi kapitalis, dimana

kedua sistem yang bertolak belakang diterapkan secara bersamaan dalam

mencapai tujuan Cina.

5. Negara komunisme tentu akan menetapkan sistem politik yang totaliter

dan akan menimbulkan otoritarianisme dalam negara tersebut. Pemimpin

negara tersebut juga sudah pasti memiliki gaya kepemimpinan otokratik.

Dengan demikian, Cina yang merupakan negara komunisme terbesar pada

saat ini dipastikan memiliki seorang pemimpin dengan gaya

kepemimpinan otokratik.

6. Deng Xiaoping dan Xi Jinping merupakan contoh pemimpin Cina selain

Mao Zedong, Jiang Zemin, dan Hu Rongji. Kelima pemimpin Cina

tersebut memiliki gaya kepemimpinan otokratik walaupun sejak Deng

memerintah turut dicampuri dengan gaya kepemimpinan demokratik.

7. Deng Xiaoping yang merupakan Bapak Cina Modern dan Xi Jinping yang

merupakan presiden Cina pada saat ini, merupakan kedua tokoh yang

menarik perhatian dunia pada saat ini. Keduanya juga memiliki kesamaan.

8. Dilihat dari latar belakang kehidupan keluarga dan apa yang telah dialami

oleh Deng Xiaoping dan Xi Jinping, keduanya memiliki kesamaan. Deng

dan Xi merupakan keturunan dari orang-orang yang dahulunya dianggap

memiliki kekuasaan ataupun seorang pejabat. Ayah dari Deng merupakan

seorang warlord (penguasa tanah, panglima perang) dan ayah dari Xi

Universitas Sumatera Utara adalah seorang pejabat pemerintahan (sekretaris jendral dewan negara,

assistant Perdana Menteri). Keduanya juga merasakan penderitaan semasa

revolusi kebudayaan. Karirnya bagi negara diawali semasa remaja dan

aktif mengikuti kegiatan Liga Pemuda Komunis.

9. Gaya kepemimpinan Deng dan Xi, jika dianalisis menurut ciri-ciri gaya

kepemimpinan menurut Sondang dan Sutarto merupakan pemimpin yang

memiliki gaya kepemimpinan otokratik. Hal tersebut dapat dilihat dengan

keduanya yang sama-sama memiliki kewenangan yang mutlak, membuat

seluruh keputusan dan kebijaksanaan, komunikasi bersifat satu arah,

pengawasan terhadap bawahan berlangsung secara ketat, prakasa datang

dari pemimpin dan tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan

saran, tugas yang diberikan secara instruktif, mengkritik dan menuntut

prestasi yang sempurna dari bawahan, menuntut kesetian tanpa syarat,

serta cenderung kasar dalam bertindak.

10. Persamaan lainnya antara Deng dan Xi adalah keduanya sama-sama tidak

kaku dalam memerintah. Walaupun, pemimpin dengan gaya otoriter

cenderung mengabaikan kebutuhan bawahannya, Deng dan Xi justru

masih tetap memperhatikan kebutuhan dari setiap bawahannya untuk

mencapai kesejahteraan yang merata bagi setiap rakyat Cina.

11. Setiap individu tentu memiliki gayanya sendiri, demikian dengan Deng

dan Xi. Walaupun keduanya memiliki banyak kesamaan, Namun jika

dibandingkan secara mendalam Deng dan Xi memiliki perbedaan.

Perbedaan tersebut dapat dilihat melalui Xi yang justru sengaja kembali

Universitas Sumatera Utara memasukkan ideologi Maois dalam tubuh partainya. Sementara pada masa

kepemimpinan Deng, Maois sengaja dihilangkan. Akibatnya, pada

pemerintahan Xi saat ini, Cina kembali menerapkan keunggulan partai,

menghilangkan kepemimpinan kolektif dengan menggantinya menjadi

kepemimpinan personal.

12. Gaya kepemimpinan otokratik yang selama ini dipandang sebagai gaya

kepemimpinan yang negatif karena dianggap akan menimbulkan rasa tidak

puas dan tertekan, justru menjadi “senjata andalan” Cina untuk dapat

menerapkan kepemimpinan yang membawa Cina semakin maju. Hal

tersebut terbukti dengan setiap pemimpin Cina yang tidak melepaskan

gaya kepemimpinan otokratik.

4.2 IMPLIKASI TEORITIS

Gaya kepemimpinan merupakan salah satu hal khusus yang dimiliki oleh setiap pemimpin. Sejak munculnya teori kepemimpinan, gaya kepemimpinan turut diperbincangkan baik dalam studi ilmu politik dan ilmu pemerintahan maupun dalam studi ekonomi manajemen. Hal tersebut terjadi karena, gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin turut mempengaruhi kinerja bawahan dalam proses pencapaian tujuan dari organisasi tersebut. Gaya kepemimpinan yang pada hakekatnya adalah pola prilaku dan strategi yang paling sering diterapkan oleh seorang pemimpin dalam mencapai tujuan organisasinya dapat dilihat melalui visi, strategi, dan kebijakan yang dikeluarkannya. Dengan demikian, visi, strategi, dan kebijakannya tersebut akan sejalan dengan pola prilakunya.

Universitas Sumatera Utara Teori-teori yang telah dipaparkan pada kerangka teori di BAB I, jika dikaitkan dengan hasil penelitian pada BAB III, maka keduanya merupakan seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinan otokratik. Dan jika diperhatikan lebih mendalam, keduanya dapat dibandingkan walaupun sama-sama memiliki gaya kepemimpinan otokratik. Melalui setiap pola prilaku yang digunakan oleh

Deng dan Xi sebagai seorang pemimpin, justru keduanya memiliki perbedaan yang mencolok. Perbedaan tersebut adalah:

1. Deng menghapus ideologi maois yang ada di Cina, sedangkan Xi justru

kembali memasukkan ideologi maois dalam tubuh partai.

2. Deng menerapkan kepemimpinan kolektif dalam partai, sedangkan Xi

mengembalikan kepemimpinan partai.

3. Xi kembali menciptakan kepemimpinan personal dan mampu meredam

seluruh pertikaian yang ada pada faksi politik, sedangkan Deng dengan

kepemimpinan kolektifnya justru tidak dapat memadamkan pertikaian

faksi politik pada saat itu.

Berbicara mengenai teori gaya kepemimpinan dan hasil penelitian, hampir semuanya sejalan. Negara komunis biasanya memiliki pemimpin otokratis.

Pemimpin otokratis memiliki pola prilaku yang menentukan semua kebijakan, mendikte semua kegiatan, membagi tugas kerja bagian dan kerja sama setiap anggota, cenderung menjadi pribadi dalam pujian, komunikasi satu arah, dan mengambil jarak partisipasi aktif kecuali pada pribadi yang memiliki keahlian tertentu. Hal tersebut memang terbukti terdapat pada hasil penelitian. Namun

Universitas Sumatera Utara apabila lebih diperhatikan lagi terhadap teori-teori tentang gaya kepemimpinan otokratik, Cina tidak membuktikan hal yang sejalan terhadap teori tersebut.

Kata otokratik sangat akrab dengan kekuasaan individu tersebut. Veithzal

Rivai mengatakan bahwa gaya kepemimpinan otokratik cenderung menguntungkan pemegang kekuasaan. Bahkan Sondang Siagian mengibaratkan bahwa bawahan pada gaya kepemimpinan ini seperti mesin bukan manusia dan menurut Sondang, gaya kepemimpinan ini hanya akan menciptakan keberhasilan pada kuantitas hasil pekerja bukan pada kualitas para pekerja. Hal tersebut juga sesuai dengan yang Sutarto katakan bahwa gaya kepemimpinan otokratik akan menimbulkan kerugian berupa suasana yang kaku, tegang, mencekam, menakutkan sehingga dapat menimbulkan ketidakpuasan. Pada akhirnya, gaya kepemimpinan otokratik dianggap sebagai gaya kepemimpinan negatif.

Pada dasarnya, gaya kepemimpinan seorang pemimpin harus disesuaikan pada situasi yang ada dan hasil kinerja bawahan tergantung pada prilaku pemimpin. Dalam gaya kepemimpinan otokratik tentu akan memberikan hasil yang baik apabila pemimpin yang memegang kekuasaan secara penuh dan melakukan pendekatan punitif bagi pelanggar kebijakannya, melakukan hal tersebut dengan bijaksana bagi kemajuan organisasi bukan karena kepentingan pribadi. Sehingga dengan demikian akan menciptakan kedisiplinan yang lebih baik dan persaingan yang lebih ketat lagi. Dengan demikian kinerja pekerja semakin meningkat.

Universitas Sumatera Utara Melihat apa yang terjadi di Cina dengan pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan otokratik, Cina dapat menghasilkan pekerja dengan kualitas yang baik. Pujian yang diberikan oleh rakyat bagi pemimpinnya bukan pujian karena takut terkena sanksi melainkan karena menurut mereka pemimpin mereka layak untuk mendapatkan pujian tersebut. Selain itu, Deng dan Xi menghapus unsur negatif pada ciri gaya kepemimpinan otokratik tersebut. Deng dan Xi memperkerjakan para bawahannya dengan memperhatikan setiap kebutuhan mereka dan demi kepentingan bersama untuk memajukan Cina.Oleh karena itu saat ini, Cina tetap menjadi negara termaju di Asia dengan sistem komunisnya.

Secara akademis-teoritis, teori-teori yang dipinjam untuk menganalisis penelitian ini dapat membantu penelitian ini.Teori-teori tersebut memberikan pemahaman yang memudahkan penelitian mengenai pola kepemimpinan dari seorang pemimpin. Oleh karena itu, teori kepemimpinan sangat relevan dalam menjawab pertanyaan penelitian ini, dimana pemimpin yang baik dapat membaca situasi yang ada sehingga dapat menerapkan gaya kepemimpinan yang baik untuk meningkatkan kinerja dari bawahannya sehingga tujuan organisasi tersebut dapat tercapai.

Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Akbar A, Nanda. 2011. Transformasi Besar China: Dinamika Negara dalam Kebangkitan Ekonomi. Salatiga: Jogja Mediautama.

Bonavia, David. 1990. Cina dan Masyarakatnya. Jakarta: Erlangga.

Bouée, Charles-Edouard. 2011. China's Management Revolution: Spirit, Land, Energy. United Kingdom: Palgrave Macmillan.

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi.

Chilcote, Ronald H. 2003. Teori Perbandingan Politik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Isjwara, F. 1974. Pengantar Ilmu Politik. Bandung: Binacipta.

Kencana, Inu. 2009. Pengantar Ilmu Politik (Dari Keseimbangan Good Governance dengan Clean Government sampai pada State of The Art Ilmu Politik dalam mengubah Politik Biadab menjadi Politik Beradab). Bandung: Pustaka Reka Cipta.

Macridis, Roy. C, dan Bernard E. Brown. 1992. Perbandingan Politik. Jakarta: Erlangga.

Mahendra, Pascal.L. 1996. Isu Suksesi Kepemimpinan: Indonesia Pasca Soeharto, China Pasca Deng Xiaoping. Jakarta: PT. Golden Terayon Perss.

Meisner, Maurice. 1999. China’s Mao and After: the History of People’s Republic. New York: Free Press.

Naisbitt, Jhon & Doris. 2010. China’s Megatreds: 8 Pilar yang Membuat Dahsyat China. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Partogi, Poltak. 1995. Reformasi Ekonomi RRC Era Deng Xiaoping. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Pattiradjawe, Rene.L. 1996. Pasca Deng Xiaoping: Cina Quo Vadis. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Universitas Sumatera Utara Rivai, Veithzal. 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Shambaugh, David. 1995. Deng Xiaoping: Portrait of a Chinese Statesman. United Kingdom: Oxford University Press.

Siagian, Sondang P. 1994. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sitepu, Anthonius. 2012. Teori-Teori Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Strauss, Ansem dan Juliet Corbin. 2003. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, Tata Langkah, dan Teknik-Teknik Teorisasi Data. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sukisman, W.D. 1992. Sejarah Cina Kontemporer dari Revolusi Nasional melalui Revolusi Kebudayaan sampai Modernisasi Sosialis, Jilid 2. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Sutarto. 2001. Dasar-Dasar Kepemimpinan Administrasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Townsend, James R. 1983. Politics China.Kanada : Little, Brown and Company.

------. 1997. “Sistem Politik China”, dalam Mohtar Mas’oed dan Colin MacAndrews, Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Wibowo, I. 2000. Negara dan Masyarakat, Berkaca dari Pengalaman Republik Rakyat Cina.Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Yap, Leman. 2009. The Best of Chinese Heroic Leaders: Belajar dari Mereka yang Berhasil Mengubah Krisis dan Ketidakpastian menjadi Peluang Kesuksesan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Jurnal dan Dokumen :

Universitas Sumatera Utara BBC Monitoring Asia Pacific.21 Agustus 2004.Chinese Party Journal Stresses Role of Deng Xiaoping Theory in Development. London: BBC Worldwide Limited.

Godement, François. Juli 2013.Xi Jinping’s China dalam Essay of European Council on Foreign Relations. United Kingdom: European Council on Foreign Relations.

Page, Jeremy, Bob Davis, dan Tom Orlik. 10 November 2012. China's New Boss. Xi Jinping has charisma, a common touch and a beloved pop-star wife; But can he reform a Communist elite accustomed to the fruits of corruption dalam Wall Street Journal, Eastern edition. New York: Dow Jones & Company Inc.

Spring Letter. 22 November 2013. Reformasi Kebijakan Ekonomi China.Dokumen Eastspring Investments Indonesia.

Tisdell, Clem. Aug 1997. The Chinese Economy under Deng Xiaoping dalam The Journal of Development Studies, Vol 33, edisi 6. London: Taylor & Francis Ltd.

Website :

Afiff, Faisal. 21 Desember 2012.“Transformasi Kepemimpinan Strategikal: Suatu Kasus Rujukan Peralihan Kepemimpinan di Cina”, http://www.feb.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi- unpad/opini/238861-transformasi-kepemimpinan-strategikal--suatu-kasus- rujukan-peralihan-kepemimpinan-di-cina- diakses pada tanggal 22 Mei 2014, pukul 02.02 WIB.

BBC News. “Mao Zedong (1893-1976)”, http://www.bbc.co.uk/history/historic_ figures/mao_zedong.shtml diakses pada tanggal 23 November 2013, pukul 22.40 WIB.

BBC News. 5 Juni 2013.“Profile: Xi Jinping”, http://www.bbc.com/news/world- asia-pacific-11551399 diakses pada tanggal 23 Mei 2014, pukul 18.37 WIB.

BBC News. 5 Juni 2013. “What does Xi Jinping's China Dream mean?”,http://www.bbc.com/news/world-asia-china-22726375 diakses pada tanggal 11 Oktober 2014, pukul 10.04 WIB.

Universitas Sumatera Utara Communist Youth League of China, dalam http://en.wikipedia.org/wiki/ Communist_Youth_League_of_Chinahttp://en.wikipedia.org/wiki/Commu nist_Youth_League_of_China diakses pada tanggal 20 Agustus 2014, pukul 05.26 WIB.

Coy, Peter dan Dexter Roberts. 21 November 2013. “As Xi Jinping Reforms China, Expect Power Consolidation, Not Democracy”, http://www.businessweek.com/articles/2013-11-21/as-xi- jinping-reforms-china-expect-power-consolidation-not-democracy diakses pada tanggal 2 Juni 2014, pukul 18:32 WIB.

Deng Xiaoping, dalam http://english.people.com.cn/data/people/dengxiaoping.s html diakses pada tanggal 14 Agustus 2014, pukul 18.13 WIB.

Deng Xiaoping, dalam http://www.thefamouspeople.com/profiles/deng-xiaoping- 4263.php diakses pada tanggal 20 Augustus 2014, pukul 04.04 WIB.

Deng Xiaoping Biography, dalamhttp://www.notablebiographies.com/De- Du/Deng-Xiaoping.html#b#ixzz355ZKUtcS diakses pada tanggal 19 Juni 2014, pukul 19.48 WIB.

Elisa. “ Cina di Masa Deng Xiaoping” http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/ download/30326/6a3714821014a597ecbd9a7f40a2321b&ei=MUllVOHx FJKhugSGrILADA&usg=AFQjCNE2Zi91K1CjX_uQ1GIgX9vWsPVNaw &bvm=bv.79189006,d.c2E diakses pada tanggal 12 Mei 2014, pukul 04.44 WIB.

FlorCruz, Jaime. 16 Juli 2014.“The Xi Jinping cipher: Reformer or a Dictator?”dalam artikel CNN, http://edition.cnn.com/2014/07/15/world/asia/xi-reformist-or- tyrant/ diakses pada tanggal 25 September 2014, pukul 02.21 WIB.

Gabuev, Alexander. 6 Februari 2014. “Xi Jinping: Strong Leader, Weak Institutions”, http://carnegieendowment.org/2014/02 /06/xi-jinping-strong- leader-weak-institutions diakses pada tanggal 17 September 2014, pukul 16.56 WIB.

Jumlah Penduduk di Seluruh Dunia, dalam http://statistik.ptkpt.net/_a.php?_a= area&info1=6 diakses pada tanggal 4 Januari 2014, pukul 01.29 WIB.

Jumlah Penduduk di Seluruh Negara, dalam http://statistik.ptkpt.net/_a.php?_a= penduduk_usia&info1=3 diakses pada tanggal 3 Januari 2014, pukul 00.49 WIB.

Universitas Sumatera Utara Li, Cheng. “The Shaanxi Gang dalam Xi Jinping’s Inner Circle” dalam E-Jurnal China Leadership Monitor No.43, http://www.brookings.edu/~/media/ research/files/papers/2014/01/30%20xi%20jinping%20inner%20circle%2 0li/xi%20jinping%20inner%20circle.pdf diakses pada tanggal 3 Juli 2014, pukul 00.44 WIB.

Magnier, Mark. 23 Oktober 2007.“China's 'Fifth Generation' of Leaders Reflects Nation's Shifts” dalam artikel di Los Angeles Times, http://articles.latimes .com/2007/oct/23/world/fg-chileaders23 diakses pada tanggal 24 Juli 2014, pukul 17.09 WIB.

Making 'Chinese Dream' a Reality, dalam http://www.chinadaily.com.cn/china/ 2013-12/08/content_17160305.htm diakses pada tanggal 11 Oktober 2014, pukul 10.31 WIB.

Martin, Peter dan David Cohen.20 Maret 2014. “Inside Xi Jinping's Reform Strategy”, http://nationalinterest.org/commentary/inside-xi-jinpings-refor m-strategy-10087 diakses pada tanggal 16 September 2014, pukul 00.59 WIB.

Page, Jeremy. 13 November 2013. “Xi Jinping Menggalang Kekuatan” dalam Wall Street Journal, http://indo.wsj.com/posts/2013 /11/13/xi-jinping- menggalang-kekuatan/ diakses pada tanggal 17 September 2014, pukul 23.14 WIB.

Page, Jeremy, Bob Davis, dan Lingling Wei.22 Desember 2013.“Xi Jinping Rambah Kekuasaan PM Cina” dalam Wall Street Journal, http://indo.wsj.com/posts/2013/12/22/xi-jinping-rambah- kekuasaan-pm-cina/ diakses pada tanggal 17 September 2014, pukul 22.59 WIB.

Q&A: The relationship between the Party and the Communist Youth League, dalam http://www.chinadaily.com.cn/china/2012cpc/2012-11/12/content_ 15917217.htm diakses pada tanggal 20 Agustus 2014, pukul 06.01 WIB.

Revolusi Oktober Rusia dan Revolusi Agustus Indonesia Nyoto (1957), dalam http://www.marxistsfr.org/indonesia/indones/1957- NjotoRevolusiOktober .htm diakses pada tanggal 22 Agustus 2014, pukul 04.13 WIB.

Richburg, Keith B. 24 Oktober 2010. “Rising leader Xi Jinping's family suffered in Chinese power struggles” dalam Washington Post ,http://www. washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2010/10/23/AR2010102304093

Universitas Sumatera Utara .html?sid=ST2010101803667 diakses pada tanggal 23 Juli 2014, pukul 14.07 WIB.

The Communist Party of China (CPC, CCP), dalam http://www.chinatoday.com/org/cpc/ diakses pada tanggal 13 November 2013, pukul 01.34 WIB.

The Editors of Encyclopædia Britannica.17 Februari 2014. “Deng Xiaoping”, http://www.britannica.com/EBchecked/topic/157645/Deng- Xiaoping diakses pada tanggal 11 Mei 2014, pukul 23.56 WIB.

Top 150 Banks Worldwide Ranked by Asset Size, dalam http://www.cba.ca/ contents/files/statistics/stat_bankranking_en.pdf diakses pada tanggal 10 Mei 2014, pukul 20.01 WIB.

Welly.“Profile lengkap Xi Jinping orang nomor satu di China”, http://chindonews.blogspot.com/2013/01/profile-lengkap-xi- jinping-orang-nomor.html diakses pada tanggal 24 Mei 2014, pukul 00.09 WIB.

Xi Jinping Career Data, dalam http://www.chinavitae.com/biography/Xi_Jinping /career diakses pada tanggal 3 Juli 2014, pukul 01.47 WIB.

Xi Jinping: His Political Career, Rise in The Communist Party, Leadership Skills And Views, dalam http://factsanddetails.com/china/cat2/sub7/item2855 .html diakses tanggal 11 Juli, pukul 17.05 WIB.

Yuan, Elizabeth. 9 November 2012. “Xi Jinping: From 'sent-down youth' to China's top”, http://edition.cnn.com/2012/11/07/world/asia/china-xi- jinping-profile/index.html diakses pada tanggal 24 Juli 2014, pukul 16.50 WIB.

Universitas Sumatera Utara