Jñānasiddhânta Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

KONSEPSI TENTANG SIWA DALAM LONTAR GANAPATI TATTWA (KAJIAN SINGKAT PERSPEKTIF TEOLOGI)

I Made Suweta Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja email: [email protected] / [email protected]

ABSTRACT The principal doctrine of Siddhanta is that Shiva, is the supreme reality, and personal or spirit is the same essence as Shiva. In this case Shiva is depicted in the form of foundation which is the element of Widya (element of consciousness), which is the nature that is not affected by unconsciousness and is immortal, that is sturdy can not be shaken, and can not be concealed. There are three forms of foundation namely: Paramasiwatattwa, Sadasiwatattwa, and Siwatattwa. The three Tattwa is called Foundation Telu, which is the triple level of consciousness. Paramasiwatattwa has the highest awareness, Sadasiwatattwa has a moderate awareness, while Siwatattwa has the lowest consciousness.

Keywords: Shiva Siddhanta, Cetana, Paramasiwatattwa

Ajaran pokok dari Siwa I. PENDAHULUAN Siddhanta adalah bahwa Siwa, Sejauh ini sains (ilmu merupakan realitas tertinggi, dan jiwa pengetahuan modern) telah mempelajari atau roh pribadi adalah intisari yang segala sesuatu yang ada di alam raya ini sama dengan Siwa. Dalam hal ini siwa (Bhuana Agung) dari berbagai aspek digambarkan dalam bentuk cetanayang tapi belum dapat menjawab pertanyaan merupakan unsur widya (unsur sederhana tentang keberadaan Tuhan. kesadaran), yaitu hakikat yang tidak Telah dikemukaan berbagai teori terpengaruh oleh ketidaksadaran dan tentang terbentuknya alam raya dan asal bersifat abadi, yakni bersifat kokoh mahkluk hidup. Seperti Big Beng, Teori tidak dapat digoyahkan, dan tidak dapat Generasio Spontania dan lain disembunyikan. Ada tiga bentuk cetana sebagainya. Segala sesuatu yang ada yaitu: paramasiwatattwa, dan yang akan ada di alam raya ini sadasiwatattwa, dan siwatattwa. Ketiga semuanya bersumber atau disebabkan tattwa ini disebut dengan cetana telu, oleh penyebab pertama atau sering yang merupakan tiga tingkat kesadaran. disebut causa prima, itulah yang Paramasiwatattwa memiliki kesadaran dipercaya sebagai Tuhan Yang Maha tertinggi, sadasiwatattwa memiliki Esa. Menurut Sada Siwa Tattwa bahwa kesadaran menengah, sedangkan Sada Siwa merupakan kesadaran kedua siwatattwa memiliki kesadaran setelah Paramasiwa, ia bersifat wyapara terendah. yang berstana dalam padmasana yang Ganapati Tattwa merupakan disebut cadhusakti, dengan saktinya ia salah satu lontar tattwa, Lontar Filsafat menciptakan seluruh alam semesta Siwa, yang digubah dengan beserta isinya. Jadi causa prima itu mempergunakan metode Tanya jawab. adalah Sada Siwa. Ganapati, putera Siwa, adalah Dewa

1 Jñānasiddhânta Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

penanya yang cerdas. Dan Siwa adalah alam semesta beserta isinya. Terutama Maheswara, yang menjabarkan tentang tentang hakikat manusia yaitu dari mana ajaran Jnana Rasyam, menjelaskan ia dilahirkan, untuk apa ia lahir, kemana tentang misteri alam semesta beserta ia akan kembali dan bagaimana caranya isinya. Secara ringkas isinya dapat agar bisa mencapai kelepasan. diuraikan sebagai berikut: Omkara adalah wujud sabda sunya, nada 2.1 Aspek Teologis dalam Lontar , asal mula Pancadaivatma : Ganapati Tattwa , Wisnu, Iswara, Rudra dan Ganapati Tatwa menggunakan Sang Hyang Sadasiwa. bahasa Jawa Kuno yang juga diselingi Pancadivatma merupakan asal dengan bahasa Sansekerta. panca tan matra yang terdiri dari rupa Penyampaian ajaran Ganapati ini (unsur bentuk), gandha (unsur bau), menggunakan dialog atau percakapan sasa (unsur rasa/kenikmatan), sparsa sebagaimana ditemukan dalam (unsur sentuhan), dan sabda (unsur Bhuwana Kosa, Wrhaspati Tattwa, suara). Dari panca tan matra munculah Mahajñanā, dan sebagainya. panca mahabutha yang merupakan Tokoh yang ditampilkan dalam unsur materi (elemen alam semesta) Ganapati Tattwa adalah : Bhatara Śiwa yang terdiri dari : apah (air/benda cair), sebagai Mahaguru yang memberikan teja(panas), vayu (angin), prthivi (tanah) pelajaran tentang hal-hal yang dan akasa (ether). Dari panca berhubungan dengan rohani yang mahabutha ini alam semesta beserta bersifat abstrak dan rahasia. Sedangkan isinya diciptakan, dan Sang Hyang Bhatara Gana yang disebut pula Sang Siwatma menjadi sumber hidup yang Hyang Ganapati atau Sang Hyang menggerakkan segala ciptaan. Ganadipa berperan sebagai penanya Berdasarkan latar belakang diatas maka yang ingin mengetahui ajaran tentang ada beberapa permasalahan yang akan kebenaran terutama menyangkut dibahas dalam tulisan ini yaitu: (1) sumber ciptaan yang ada serta proses Bagaimana pokok-pokok ajaran yang kembalinya kepada sumber asalnya. terkandung dalam Lontar Ganapati Adapun pokok-pokok isi dialognya Tattwa, dan (2) Bagaimana konsep adalah sebagai berikut : penciptaan alam semesta menurut Lontar Ganapati Tattwa. 2.1.1 Tuhan dalam Penciptaan Alam Semesta II. PEMBAHASAN Sang Hyang Siwatman Ganapati Tattwa merupakan Menciptakan Alam Semesta Dari Unsur salah satu lontar lattwa, lontar filsafat panca mahabutha. Dalam bagian ini, Siwa, yang digubah dengan akan di jelaskan bagaimana percakapan mempergunakan metode Tanya jawab. Sang Ganapati dengan Dewa Siwa. Tanya jawab tersebut ditulis di dalam 37 Berawal dari perihal munculnya panca lembar daun tal yang disusun dalam 60 daiwatma, yang dijelaskan bahwa dari bait/prosa, menggunakan bahasa Omkara muncul Windu, bagaikan Sansekerta yang disertai dengan ulasan embun yang berada di ujung dalam bahasa Kawi. Ganapati putera rambut/rumput, disinari matahari bening Siwa adalah dewa penanya yang cerdas, bagaikan dupa, sinarnya terang dan Siwa adalah Maheswara, yang cemerlang berkilauan. Dari Windu itu menjabarkan tentang ajaran Rahasia muncullah panca daiwatma yaitu : Jnana. Menjelaskan tentang misteri Brahma, Wisnu, Rudra, /daku dan

2 Jñānasiddhânta Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Sang Hyang Sadasiwa. (Ganapati lidah, memerlukan unsur kepuasan Tattwa,1.2). Kemudian tentang hakikat (rasa). alam semesta, dari panca daiwatma Rudra berstatus di hati, mengatur lahir panca tanmatra, yaitu : dari kesadaran/tekad, berhubungan dengan Brahma lahir bau, dari Wisnu muncul pandangan mata, menentukan pikiran. unsur kenikmatan, dari Rudra timbul Daku (Iswara) berstatus di mode/bentuk, dari Daku (Iswara) keluar kerongkongan, mengendalikan unsur rabaan, dari Sang Hyang ketiduran, berhubungan pada mulut, Sadasiwa nada/suara. (Ganapati Tattwa, mengatur nada suara. Sang Hyang 1.4). Kemudian dari sabda timbul ether, Sadasiwa berstatus di ujung lidah, dari sparsa muncul angin, dari rupa menguasai segala pengetahuan, keluar sinar, dari rasa lahir zat cair, dan berhubungan dengan telinga, meneliti dari gandha timbul tanah. keadaan suara (Ganapati Tattwa, 1.8). Dari perthiwi terwujudlah bumi, Begitulah keberadaan Daiwatma itu berkat apah muncul air, karena teja dalam tubuh jasmani dan alam semesta tercipta matahari, bulan dan bintang; ini. karena wahyu adalah angin; dari akasa lahirlah tumbuh-tumbuhan seperti : 2.1.3Tuhan dalam Simbol Catur rumput pohon kayu, tanaman melata, Dasaksara serba kulit kelopak dan inti serta segala Untuk Caturdasaksara yang makhluk yaitu : bianatang/ternak, bagaikan bunga dengan keharuman burung, ikan makhluk halus; tanpa surutnya, Beliau bertahtah di hati, demikianlah keadaannya alam semesta yang senantiasa di (seperti) itu. Siwa. Di sana pada ulu hati keadaan Bhatara Siwa, pujalah beliau senantiasa 2.1.2Tuhan sebagai Sang Hyang dengan sarana Sang Hyang Siwatma Caturdasaksara, bersimbolik seperti ini: Sama seperti dalam SANG, BANG, TANG, ANG, ING, hubungannya dengan keberadaan NANG, MANG, SING, WANG, bhuana agung dan bhuana alit. Apa YANG, ANG, UNG, MANG: , yang ada di alam semesta juga ada itulah beliau Sang Hyang dalam tubuh jasmani manusia. Seperti Caturdasaksara, diumpamakan sebagai halnya pada alam semesta, Brahma bunga yang mekar, harum semerbak berstatus di selatan, memelihara tiada selingan, demikianlah tanah/bumi. Wisnu berstatus di utara pemujaanmu yang tekun setiap waktu. memelihara zat cair/air; Rudra berstatus Adapun yang dimaksud utpatti di barat, mengendalikan matahari, bulan (lahir), sthiti (hidup) dan pralina (lebur) dan bintang. Daku (Iswara) berstatus di itu ialah Sang Hyang Pranawa. Dari timur mengatur udara/angin. Sang Siwa lahir Atma, karena Atma maka Hyang Sadasiwa berstatus di tengah, dari Prakrti muncullah rawi (matahari), memelihara ether/atmosphir. Kalau dari rawi lahir agni (panas/api). ING dalam tubuh manusia, Brahma berstatus itulah disebut Siwa, dari siwa lahir di muladhara, menghidupkan Atma, BANG dari Atma lahir indra/jasmaniah, berhubungan dengan Pradhana/materiil, SANG dari hidung, memerlukan bau; Wisnu Pradhana/Prakrti lahirlah matahari berstatus di pusar/nawe, memelihara (aditya), TANG, aditya lahirlah agni badan jasmani, berhubungan dengan (api/panas),ANG. Demikianlah hal manifestasinya Sang Hyang Panca

3 Jñānasiddhânta Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Brahma yaitu: ING, BANG, SANG, berisi air. Setelah dipuja gunakanlah TANG, ANG. Prakrti itu dijiwai atma, pada tempat yang terserang hama dan karena atma maka adalah matahari, (Ganapati Tattwa.48-60). adanya Agni menyusul setelah matahari; demikianlah ternyata Siwagni dalam 2.2 Penciptaan Alam Semesta keadaan sthiti. Yang permulaan adalah Menurut Ganapati Tattwa SANG filsafatnya, selanjutnya BANG, Pada awal mulanya dilukiskan kemudian TANG, terus ANG, dan tidak ada apa-apa yaitu : tidak ada akhirnya ING, inilah Sthitinya Sang bumi, tidak ada langit, tidak ada sunia, Hyang Panca Brahma, urutannya adalah tidak ada ilmu pengetahuan dan SANG, BANG, TANG, ANG, ING. sebagainya. Yang ada hanyalah Tuhan (Ganapati Tattwa, 24-29). Yang Maha Esa dalam keadaan nirguna, sukha yaitu berkeadaan Maha 2.1.4 Tuhan sebagai Sang Hyang bahagia yang tidak terpikirkan. Ganapati Kemudian terjadilah evolusi dari Sang Sarana Upakara beserta Hyang Sukha Acintya dan muncullah Mantranya Masyarakat Hindu di Sang Hyang Jñanā Wisesa yaitu mengenal upacara ngelukat atau pengetahuan yang mulia. Ia melukat, yakni ritual pembersihan diri berbadankan alam semesta, tetapi tidak secara lahir dan bhatin atau sekala dan ternoda, tidak terpengaruhi oleh apapun, niskala. Upacara ini disebut melukat tak terjangkau karena Ia berkeadaan karena di dalamnya menggunakan tirtha Wisesa, Maha Kuasa. Disinilah Ia atau air suci pangelukatan yang khusus menampilkan diri-Nya dalam aspek dibuat untuk tujuan tersebut. Seperti saguna. Kemudian timbul keinginan dikemukakan dalam Ganapati Tattwa Beliau untuk menyaksikan keadaan- maka Ganesa atau Ganapati bisa dipuja Nya sendiri yang berkeadaan sekala- untuk kepentingan pengelukatan. Tata niskala, itulah sebabnya beliau cara upacara beserta mantram yang menciptakan yang berkeadaan nyata diucapkan oleh pemimpin ritual yang (paras) dan yang berkeadaan tidak nyata menyelenggarakan pengelukatan (para) dan sunia sebagai bayangan-Nya Ganapati, adalah sama dengan sendiri. pelaksanaan ritual pengendalian hama Sang Hyang Jagat Karana dan penyakit tanaman maupun manusia. bersemayam dalam sunia. Dari sanalah Inilah penglukatan Beliau mengadakan ciptaan-Nya dan (pembersihan) Ganapati, boleh selanjutnya secara berturut-turut, digunakan di sekeliling (yang hendak seperti : Ongkara Suddha, Suara, Windu dibersihkan), bahannya bambu ampel Prana Suci yang didalamnya terdapat gading digambari Gana, tangan kirinya Nada Prana Jñanā Suddha. Dari Windu memegang Cakra, tangan kanan lahir Panca Dewata atau Panca Dewa memegang Gada. Disertai dengan Atma yaitu Brahma, Wisnu, Rudra, upakara : ajuman putih kuning, suci Iswara dan Sang Hyang Sada Siwa, satu, dagingnya bebek (itik) putih yang akan menjadi sumber ciptaan jambul, airnya ditempatkan pada sangku selanjutnya. Dari kelima Dewa tersebut, tembaga yang diisi kembang sudamala maka Brahma, Wisnu, dan Siwalah yang serta peras sesantun diisi uang (sesari) dipandang sebagai badan perwujudan 1.100, samsam daun katima. Bambu Tuhan itu sendiri. Sedangkan Tuhan ampel gading yang telah digambari Yang Maha Esa (Śiwa) yang tidak Gana itu dimasukkan pada sangku yang terpikirkan dan acintya dilukiskan

4 Jñānasiddhânta Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

berada dalam batin atau hati yang suci dupa, sinarnya terang cemerlah yang disebut : “Gūhyalaya”. berkilauan. Dari windu munculah Bhatara Ganapati awal mulanya Panca Daiwatma (yaitu) : bertanya tentang keadaan dan sumber Brahma,Wisnu,Rudra, Kami/Daku, panca daiwatma sebagai berikut: dan Sang Hyang Sadasiwa. Demikianlah putraku prihal “Nihan pitutur ira bhaṭāra śiwa, ri keadaannya Panca Daiwatma sang hyang gaṇa. sĕmbah ning itu”(Pusdok : 27). tanaya ra sanghulun, ring bhaṭāra, hanta warahana tanaya ra Awal dari Omkara dapat kita sanghulun, lamakane wruh ri runut dari Panca Brahma. ING itulah kawijilan ing pañcadaiwātmā, disebut Siwa, dari siwa lahir atma, saking ndi pawijilan ira, ya ta BANG dari atma lahir warahana patik sanghulun”. Pradhana/materiil, SANG dari Pradhana/Prakrti lahirlah matahari Terjemahannya: (aditya), TANG, aditya lahirlah Agni Beginilah nasehat-Nya Bhatara (api/panas),ANG. Demikianlah hal Siwa terhadap Sang Hyang Gana “ manifestasinya Sang Hyang Panca Sembah hamba putra paduka Brahma yaitu: ING, BANG, SANG, kehadapan Bhatara, tolonglah TANG, ANG. Prakrti itu dijiwai atma, hendaknya berkati beritahukan dan karena atma maka adalah matahari, hamba putra tuanku, agar supaya adanya Agni menyusul setelah matahari; dapat mengetahui prihal keadaannya demikianlah ternyata Siwagni dalam Panca Daiwatma itu, dari manakah keadaan sthiti. Yang permulaan adalah sumber-Nya,itulah hendaknya SANG filsafatnya, selanjutnya BANG, jelaskan pada hamba putra tuanku”. kemudian TANG, terus ANG, dan akhirnya ING, inilah sthitinya Sang “īśwara uwāca ,anaku sang Hyang Panca Brahma, urutannya adalah gaṇapati piṛngwākna pawarah kami SANG, BANG, TANG, ANG, ING. ri kita, ikang śabda śūnya, sakeng (Ganapati Tattwa, 24-29). oṃkāra mijil bindu, kadi ĕbun hana Swami Dayananda Saraswati, ri āgra ning kuśa, kasĕnwan rawi, pendiri Arya Samad di , menyataan mahning kadi dhūpa, dīpta nira bahwa panggilan Tuhan yang pertama- mābhrākarakāra, sakeng bindu tama dan yang tertua adalah dengan matmahan pañca daiwata, brahmā, mengucapkan Omkara. Tuhan memang wiṣṇu, rudra, kami, mwang sang tanpa nama, tanpa rupa karena pada hyang sadāśiwa, mangkanānaku, hakikatnya semuanya yang nyata ini makapawijilan ing daiwātmā” adalah perwujudan Tuhan. (Ganapati Tattwa. 2). Terjemahannya apa pun yang ada ini sesungguhnya adalah ciptaan Tuhan. Terjemahannya: Karena tidak bernama maka manusia Iswara bersabda,”Putraku Sang ciptaan Tuhan diteladani oleh para Ganapati, perhatikanlah wejangan- Rsinya memanjatkan doa pujian pada Ku ini untukmu, yakni sabda Tuhan dengan ucapan Omkara. spiritual (gaib) : dari Omkara Demikianlah menurut keyakinan muncul windu bagaikan embun yang Hindu. Dalam Manawa Dharmasastra berada diujung rambut/rumput, II.83 dan 84 dinyatakan bahwa eka disinari matahari bening bagaikan aksara Om adalah Brahman yang

5 Jñānasiddhânta Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

tertinggi. Ketahuilah bahwa Omkara itu yang paling halus berupa ruang kosong kekal abadi dan itu adalah Brahman yang hampa, sunya tidak berwujud dan penguasa semua ciptaan. Dalam tidak tampak. Akasa sebagai anasir Manawa Dharmasastra II.76 dinyatakan dasar penyusun alam semesta berperan bahwa aksara Omkara itu berasal dari sebagai ruang wahana atau tempat aksara, A, U, M. dari suara tiga Veda keberadaan segala yang ada dan terjadi dan inti dari Vyahrti Mantra. Yang di alam semesta ini. dimaksud dengan Vyahrti Mantra itu Alam raya ini terbentuk dan satu adalah Bhur, Bhuwah dan Swah. ruang yang kosong yang hampa yang Penyatuan aksara, A, U dan M tak terbatas luasnya dimana semua isi itulah bersenyawa menjadi aksara alam semesta ini seperti planet-planet Omkara yang juga disebut Pranava dan mataharinya, semua materi atau Mantra. Karena itu, Omkara itu juga benda-benda yang ada dan semua disebut vijaksara mantra terjemahannya mahluk hidup berada di dalamnnya. biji aksara asal mulanya Mantra Veda. Akasa merupakan ruang kosong Kata aksara dalam bahasa Sansekerta pembentuk alam semesta. (2) Bayu terjemahannya yang kekal abadi. Ini (angin) lahir dari sparsa tan matra. berarti tujuan Tuhan menurunkan aksara Bayu inipun masih halus, karena rupa, adalah untuk menyebarkan ajaran suci tapi ada tanda-tanda yang dapat Tuhan yang kekal abadi itu. menerangkannya misalnya, benda Panca mahabhuta sebagai bergerak maka gerakan benda itu sendiri penyusun alam semesta (bhuana agung) adalah tanda adanya bayu dalam benda bersumber dari dua azas yang sangat itu. Dibandingkan dengan akasa bayu sukma, gaib dan abadi yaitu cetana dan lebih kasar karena letaknya lebih di acetana yang juga disebut sebagai sebab bawah, Bayu sebagai anasir dasar mula terciptanya segala yang ada (causa penyusun alam semesta berperan prima). Seperti yang tertuang dalam sebagai tenaga penggerak (energi) sloka diatas, bahwa setelah muncul semua peroses yang terjadi dan segala panca daiwatma dari windu kemudian sesuatu yang ada di alam semesta ini. lahir unsur panca tan-matra dari panca Benda-benda yang ada di sekitar daiwatma itu. Panca tan matra kita sampai benda planet yang ada merupakan lima keadaan yang sangat diluar angkasa semua bergerak tidak ada halus yaitu: (1) Sabda tan matra yaitu yang diam. Gerakannya bermacam- unsur nada/suara, (2) Sparsa tan matra macam ada gerak rotasi, gerak translasi, yaitu unsur rabaan, (3) Rupa tan matra gerak vibrasi dan sebagainya. Semua yaitu unsur bentuk, (4) Rasa tan matra gerakan itu disebabkan oleh bayu yaitu unsur kenikmatan, (5) Ganda tan sebagai tenaga penggeraknya. (3) Teja matra yaitu unsur bau. (api/sinar) lahir dari rupa tan matra. Dari panca tan matra Teja berada di bawah bayu maka lebih melahirkan panca mahabhuta yaitu kasar daripada bayu. Teja akasa, bayu, teja, apah dan perthiwi keberadaannya berupa sinar atau cahaya merupakan lima anasir dasar yang yang tidak berwujud sehingga tidak dijadikan penyusun alam semesta. dapat disentuh jadi masih halus tapi Keberadaannya berstruktur dan yang sudah tampak atau dapat dilihat paling atas yaitu akasa paling halus sedangkan bayu keberadaannya tidak makin bawah yaitu: (1) Akasa (ether) dapat dilihat. lahir dari sabda tan matra. Akasa paling Teja sebagai anasir dasar diatas merupakan panca mahabhuta pembentuk alam semesta berperan

6 Jñānasiddhânta Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

sebagai pembentuk sinar yang Wiswa melekat pada candra, dan menyinari segala benda atau isi alam candra menempel pada bindu, serta materi yang ada di alam ini dapat dilihat bindu kembali pada nada, (tampak) dengan mata. Segala sesuatu demikianlah perihal/keadaan yang dapat bersinar di alam ini dominan aktivitasnya. Wiswa itu sebagai pembentuk alam ini, misalnya bergantungan pada ardhacandra, matahari yang bersinar terang ardhacandra itu lebur dalam bindu, merupakan benda (isi) alam semesta bindu itulah bergantungan pada yang dapat mengeluarkan teja yang nada, demikianlah halnya ajaran amat besar dan dalam dirinya demikian filsafat, dan nada kembali ke juga isi alam lainnya yang besinar; (4) niskala. Niskala itu disebut Apah (zat cair) lahir dari rasa tan mayatattwa, itulah pradhana matra. Apah sudah kasar karena sudah (materi), pengembaliannya pada dapat berwujud walau wujudnya dapat nada, dan niskala itu kembali ke berubah-ubah sesuai dengan tempatnya. sunyantara, sunyantara kembali ke Apah sebagai anasir dasar penyusun atyantasunya, sebagai alam semesta berperan sebagai pengembaliannya niskala dan pembentuk cairan yang menyusun alam anakku Sang Ganadhipa, adapun semesta beseta isinya. Segala yang cair yang dimaksud utpatti (lahir), sthiti seperti air, minyak, alkohol, cairan pada (hidup), dan pralina (lebur) itu tubuh dan lain-lain yang berada di alam iyalah Sanghyang Pranawa ini merupakan peran apah sebagai (Ganapati Tattwa, 27). pembentuk alam semesta; (5) Perthiwi (tanah) lahir dari gandha tan matra. Dalam sloka 27 dijelaskan Perthiwi paling bawah sehingga paling bahwa niskala itu adalah maya tattwa kasar, wujudnya sudah tetap (padat). (Acetana). Acetana berarti Perthiwi sebagai anasir dasar paling ketidaksadaran atau ketidaktahuan. kasar penyusun alam semesta Dalam Wrhspati tattwa disebutkan: keberadaannya berperan untuk “acetana ngaranya ikang tanpa jnana, menentukan wujud benda-benda atau isi kadyangga ning watu”. Cetana dan alam dan wujudnya padat yang tetap. acetana adalah asal mula yang sama halus dan gaibnya, ia adalah dua “ikang wiśwah umĕt ringng hakekat berpasangan yang beroposisi. ardhacandra ikangng ardhacandra Akan tetapi karena acetana adalah yang līna ring bindu ikang bindu ya ta tidak berkesadaran ia disebut maya umĕt ring nādanahan tang lakṣaṇa tattwa, maka ia diposisikan dibawah ning tattwa mwang ikang nāda cetana (hilang kasor nikang maya mulih maring niṣkala niṣkala tattwa dening Siwatattwa). Rupanya ngaran māyātattwa pradhāna ika yang menjadi kata kunci adalah kata makolihan ing nāda mwah ikang kasor, berasal dari akar kata sor ningkala mulih maring śūnyāntara terjemahannya lebih rendah, kalah, ikang śūnyāntara mulih mari ng dikalahkan, substansi yang berada di atyantaśūnya makolihan ing niṣkala bawah. mwah anaku sang gaṇapati ikang Dalam kitab suci Hindu ingaranan uutpatti sthiti pralīnan dinyatakan bahwa atma adalah bagian sang hyang praṇawa”. dari Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini dapat kita lihat dalam kitab upanisad Terjemahannya: yang menyatakan bahwa “Brahma

7 Jñānasiddhânta Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Atman Aikyam” yang terjemahannya SANG, BANG, TANG, ANG, ING Brahman dan atman adalah tunggal. (Ganapati Tattwa, 29). Atma diumpamakan sebagai setitik embun yang berasal dari penguapan air Secara umum prakrti berarti laut, karena adanya pengaruh suatu alam atau dunia. Prakrti juga dapat temperatur tertentu kemudian embun itu berarti materi, tenaga atau energi. terpencar keseluruh alam semesta. Kadang kala prakrti juga berarti sifat, Demikian keadaan atma yang mula- tabiat, perangai, watak dan hakekat. mula berasal dari Brahman kemudian Tetapi dalam Bhagavad Gita, prakrti terpencar memasuki serta memberi umumnya berarti alam material. Alam energi hidup pada jasmani dari smua material berasal dari tenaga material mahluk. Atma juga disebut Siwatma Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. atau jiwatma, yaitu roh yang berasal dari Tenaga material Beliau disebut maya. Tuhan dalam fungsi memberi tenaga Ma = tidak, dan Ya = itu. Jadi Maya hidup kepada alam semesta beserta berarti; “Yang bukan itu”. Diartikan isinya. demikian karena tenaga material-Nya Dari atma kemudian lahir ini menyebabkan para mahluk hidup pradhana/ prakerti yaitu unsur yang yang tinggal di alam material lupa pada bersifat kebendaan atau material. Pada hakekat dirinya sejati sebagai jiva penciptaan alam semesta, prakerti rohani abadi. Para mahluk hidup berevolusi menjadi panca tanmatra menganggap badan jasmaninya sebagai yaitu lima benih yang belum berukuran. dirinya sejati. Panca tanmatra setelah melalui evolusi Konfigurasi aksara panca yang panjang akhirnya menjadi panca Brahma, tersusun sebagai berikut: mahabhuta, yakni lima unsur materi. ANG, TANG, SANG, BANG dan ING, Lima unsur materi ini kemudian menggambarkan proses involusi ciptan membentuk anggota alam semesta, atau peleburan (penyerapan kembali, seperti misalnya matahari, bumi, bulan, pralina). ANG yang mewakili ketegori bintang-bintang, planet-planet, dan lain- panca mahabhuta, dasendriya dan lain. manah tercipta dari panca tanmatra, ahamkara dan buddhi (Wijaksaranya “ikang saṃ rumuhun tattwanya TANG) dan tiga yang belakang ini tumūt baṃ tumūt taṃ tumūt aṃ dihasilkan oleh prinsip awyakta tumūt iṃ nihan sthiti sang hyang (wijaksaranya SANG). Awyakta pañcabrahma saṃ baṃ taṃ aṃ iṃ kembali pada purusa (BANG) dan kramanya” purusa menyatu dengan maha brahma (Rudra tattwa) wijaksaranya ING. Terjemahannya: Posisi arah dimana aksara Panca Prakrti itu dijiwai atma dan karena Brahma ditempatkan, sesuai dengan atma maka adalah matahari adanya ajaran Sang Hyang Siwa Basma agni menyusul setelah matahari, (Wejangan Siwa tentang Basma) yang demikianlah ternyata Siwagni dalam menyatakan: “Panca bhagancirah keadaan sthiti. Yang permulaan kuryyat, panca matram udaharet, adalah SANG filsafatnya, purwwa SA daksina Basyat, pascima TA selanjutnya BANG, kemudian nyaset wudhah, Uttarya Aghorakam TANG, terus ANG dan akhirnya sthanam, murddhim Isanam evaca”. ING, inilah sthitinya Sang Hyang Jadi SA (purwa), BA(daksina), TA Panca Brahma, urutannya adalah

8 Jñānasiddhânta Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

(pascima), A (uttara) dan I (murdha, aksara suci “Ma”, Sangkara di Barat tengah menghadap atas). Laut dengan aksara suci “Si”, Sambu di Sedangkan dewata yang diwakili Timur Laut dengan aksara suci “Wa”, oleh aksara-aksara tersebut kemudian Siwa di Tengah dengan aksara suci dipuja sesuai dengan matra (arah) yang “Ya”. telah ditetapkan . “Purwwasyadh Alam semesta diciptakan oleh Iswara Wndhyat, Brahma daksina panca brahma dan panca aksara yang gomukam, pascime tu Mahadewa, disebut sumber kekuatan alam semesta uttarae wesnawam mukam, murddhim (dasa aksara). Dasa aksara merupakan Isanam evaca” Kelima nama ini: sepuluh hurup utama dalam alam ini Iswara, Brahma Mahadewa, Wisnu dan yang merupakan simbol dari penguasa Sadasiwa (Isana) disebut Dewata Panca alam jagat raya dan sangat erat Brahma atau sering disingkat Panca hubungannya dengan Dewata Brahma atau Panca Dewata. Menurut Nawasanga. Dari sepuluh hurup bersatu Siwa Purana, panca waktra atau menjadi panca brahma (lima hurup suci pancanana tersebut dikaitkan dengan untuk menciptakan dan panca krtya (lima kegiatan Tuhan/Sada menghancurkan). Siwa) yakni srsti, sthiti, samhara, tirobhawa dan anugraha. III. PENUTUP “yaṃ waṃ śiṃ maṃ naṃ utpatti Siwa adalah Maheswara, yang sang hyang pañcākṣara śiṃ waṃ menjabarkan tentang ajaran rahasia maṃnaṃ yaṃ sthiti sang hyang jnana, menjelaskan tentang misteri alam pañcākṣara naṃ maṃ śiṃ waṃ yaṃ semesta beserta isinya, yang dapat pralīna sang hyang pañcākṣar”. disimpulkan sebagai berikut:(1) Omkara adalah wujud sabda sunya, nada Terjemahannya: Brahman, asal mula Pancadaivatma : Aksara Yam, Wam, Sim, Mam dan Brahma, Wisnu, Iswara, Rudra dan Nam adalah utpatti Sang Hyang Sang Hyang Sadasiwa; (2) Pancaksara. Aksara Sim, Wam, Pancadivatma merupakan asal panca Mam, Nam dan Yam adalah sthiti tan matra yang terdiri dari rupa (unsur Sang Hyang Pancaksara. bentuk), gandha (unsur bau), rasa Sedangkan aksara Nam, Mam, Sim (unsur rasa/kenikmatan), sparsa (unsur Wam, Yam adalah pralina Sang sentuhan), dan sabda (unsur suara); (3) Hyang Pancaksara (Ganapati Dari panca tan matra munculah panca Tattwa, 33). mahabutha yang merupakan unsur materi (elemen alam semesta) yang Seperti itu penciptaan alam terdiri dari : apah (air/benda cair), teja semesta menurut sloka diatas yaitu (panas), vayu (angin), prthivi (tanah) melalui panca aksara dimana menurut dan akasa (ether). Dari panca kepercayaan aksara-aksara suci tersebut mahabutha ini alam semesta beserta memiliki kekuatan yang mampu isinya diciptakan, dan Sang Hyang menciptakan, memelihara dan melebur Siwatma menjadi sumber hidup yang alam semesta. Panca aksara merupakan menggerakkan segala ciptaannya. aksara suci dari panca iswarya, diantaranya: Maheswara/mahesoradi Tenggara dengan aksara suci “Na”, Rudra/Ludra di Barat Daya dengan

9 Jñānasiddhânta Jurnal Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja

DAFTAR PUSTAKA

Atmadja, Nengah Bawa. 1999. Ganesa sebagai Avighnesvara, Vinayaka dan Pengelukatan. Surabaya : Paramita. Ganapati Tattwa. Dokumentasi Pusdok Denpasar Gunawan, I Ketut Pasek. 2012. Siwa Siddhanta I. Surabaya: Paramita. Gunawan, I Ketut Pasek. 2012.Siwa Siddhanta II. Surabaya: Paramita. Rai Mirsha, dkk. 1995. Ganapati Tattwa Kajian Teks dan Terjemahannya. Denpasar : Upada Sastra. Putra, I.G.A.G dkk. 1998. Wrhaspati Tattwa. Surabaya : Paramita. Anonim. 2006. Siwatattwa. Bangli : Pemerintah Kabupaten Bangli.

10