Putih Hitam PENGADILAN KHUSUS
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Putih Hitam PENGADILAN KHUSUS ada buku ini pakar hukum dan praktisi hukum berupaya mengurai benang kusut Pdalam penegakan hukum di pengadilan khusus di negeri ini. Buku Bunga Rampai ini merupakan kumpulan pemikiran-pemikiran sebagai bentuk komunikasi dan transformasi antara Komisi Yudisial dengan masyarakat dengan tujuan mengajak Putih Hitam masyarakat senantiasa mendukung terciptanya KHUSUS PENGADILAN hukum yang berkeadilan. Buku ini terdiri dari empat bab. Bab I mengemukakan tentang sistem politik dan kekuasaan kehakiman di Indonesia. Bab II mengemukakan tentang sejarah peradilan hingga politik hukum peradilan di masa reformasi, lalu membahas basis konstitusionalitas dan penguatan pengadilan khusus di Indonesia. Bab III menguraikan tentang problematika yang terjadi di pengadilan khusus. Kesulitan menegakkan keadilan bukan semata-mata disebabkan tidak maksimalnya aparat penegak hukum menjalankan undang-undang tetapi juga karena undang-undang itu sendiri yang sejak disusun terjadi tarik menarik kepentingan. Bab terkahir berisikan tulisan mengenai pengadilan di Indonesia dilihat dalam perspektif berbagai agama. Diterbitkan Oleh : Pusat Analisis dan Layanan Informasi Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial © 2013 Putih Hitam Jl. Kramat Raya 57 Jakarta Pusat Telp. 021 390 6215, Fax. 021 390 6215 PO BOX 2685 PENGADILAN KHUSUS Website : www.komisiyudisial.go.id Putih Hitam PENGADILAN KHUSUS Diterbitkan oleh Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia Cetakan Pertama, Juli 2013 Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengcopy atau memperbanyak sebagian atau keseluruhan isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit Tim Penyusun Tim Penyusun Penanggung Jawab Andi Djalal Latief Redaktur Roejito Titik Ariyati Winahyu Penyunting/Editor Hermansyah Imran Elza Faiz Dinal Fedrian Sekretariat Arif Budiman Aran Panji Jaya Adnan Faisal Panji Alvin Eka Desmi H Festy Rahma H Sri Djuwati Wirawan Negoro D Yuli Lestari Desain Grafis & Sampul Arnis Duwita Purnama Widya Eka Putra ii Daftar Isi Daftar Isi Tim Penyusun ..........................................................................................ii Daftar Isi ..................................................................................................iii Kata Pengantar Ketua Komisi Yudisial Republik Indonesia ......... vii Kata Pengantar Tim Penyusun ............................................................ xi PENDAHULUAN .................................................................................. 1 Pengadilan Khusus Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H ........................................................... 3 BAB I : SISTEM POLITIK DAN KEKUASAAN KEHAKIMAN ...................................................................................... 33 Demokrasi dan Hukum Prof. Drs. Ramlan Surbakti, M.A., Ph.D ............................................ 35 Politik Hukum Penyelenggara Kekuasaan Kehakiman di Indonesia Prof. Dr. Yuliandri, S.H., M.H. ............................................................ 61 Kewenangan Komisi Yudisial dalam Konteks Politik Hukum Kekuasaan Kehakiman Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si ..................................................... 80 iii Daftar Isi BAB II : SEJARAH PERADILAN, PERKEMBANGAN DAN TANTANGAN PENGADILAN KHUSUS DI INDONESIA ................................................................................. 109 Kebijakan Penataan Organisasi Badan-Badan Peradilan pada Era Pemerintahan Kolonial Prof. Soetandyo Wignjosoebroto, S.H., MPA.................................. 111 Politik Hukum Peradilan di Indonesia Masa Orde Baru dan Reformasi Rikardo Simarmata, S.H., Ph.D ......................................................... 133 Aspek Konstitusionalitas Pengadilan Khusus di Indonesia Dr. Hamdan Zoelva, S.H., M.H......................................................... 167 Tantangan Pembaruan Pengadilan Khusus dalam Perspektif Mahkamah Agung Prof. Dr. T. Gayus Lumbuun, S.H, M.H .......................................... 190 BAB III : PROBLEMATIKA PELAKSANAAN PENGADILAN KHUSUS DI INDONESIA ............................. 211 Proyek Ambisius Pembentukan Pengadilan Tipikor Donal Fariz, S.H .................................................................................. 213 Pengadilan Hubungan Industrial di Indonesia, Quo Vadis? Surya Tjandra, S.H., LL.M ................................................................. 235 Problematika Pengadilan HAM Ir. Yosep Adi Prasetyo ........................................................................ 286 Problematik Sengketa Pajak dalam Peradilan Pajak Dr. H.M. Hary Djatmiko, S.H., M.S. ................................................. 318 iv Daftar Isi BAB IV : PENGADILAN DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF BERBAGAI AGAMA ......................... 393 Kekuasaan Kehakiman dalam Perspektif Islam dan Pelaksanaannya dalam Negara Madinah Prof. Dr. H. M. Din Syamsudin, M.A ............................................... 395 Mengawal Keadilan dalam Pengalaman Gereja Katolik Dr. Al. Andang L. Binawan, S.J ......................................................... 408 Pengadilan di Indonesia Menurut Perspektif Kristen Pdt. Dr. Andreas A. Yewangoe ......................................................... 428 Pengadilan di Indonesia Menurut Perspektif Hindu Prof. Dr. IBG Yudha Triguna, M. S. .................................................. 436 Pengadilan di Indonesia Menurut Perspektif Khonghucu Uung Sendana L. Linggaraja ............................................................. 452 PROFIL SINGKAT PENULIS ......................................................... 467 v Kata Pengantar Kata Pengantar Ketua Komisi Yudisial etidakpercayaan masyarakat terhadap pengadilan telah menjadi kepercayaan umum yang melanda siapa saja di KRepublik ini; tidak hanya mereka yang pernah, sedang atau akan berurusan dengan pengadilan, tetapi juga mereka yang menjadi penonton di sidang-sidang pengadilan. Akronim-akronim tidak pada tempatnya seperti: kasih uang habis perkara (kuhap), hubungi aku kalau ingin menang (hakim), dan seterusnya adalah ekspresi dari ketidakpercayaan itu. Situasi itu telah berlangsung puluhan tahun, setidaknya semenjak Indonesia merdeka tersaji banyak catatan tentang ketidakadilan yang disuguhkan oleh pengadilan-pengadilan kita di era Orde Lama dan Orde Baru; baik ketidakadilan karena tekanan kekuasaan maupun akibat dari moralitas aktor-aktor persidangan yang rapuh. Lalu apa tindakan kita untuk membenahi keadaan tersebut? Kejatuhan rezim otoritarian Orde Baru 15 tahun lalu membuka harapan besar akan lahirnya politik hukum radikal yang membuka ruang besar bagi perubahan mendasar penegakan hukum di Indonesia. Tetapi sebagaimana banyak dialami negara- negara transisional dari rezim otoriter ke demokrasi, pertarungan vii Kata Pengantar antara pendukung rezim lama yang nyaman dengan ketidaktertiban (dis-order) dengan kekuatan pro demokrasi melahirkan kompromi- kompromi yang berujung tidak lahirnya politik hukum radikal sebagaimana diharapkan. Aktor-aktor rezim Orde Baru yang masih eksis, yang mendapat dukungan aktor-aktor hukum yang berkepentingan, cenderung lebih nyaman dengan situasi ketidaktertiban, karena dalam ketidaktertiban itulah diperoleh keuntungan ekonomi dan politik yang besar, sehingga upaya membangun tertib hukum radikal tidak berhasil, dan berujung pada kompromi-kompromi yang hasilnya seperti kita saksikan sekarang ini. Kebijakan pembentukan pengadilan khusus, antara lain pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) adalah upaya membuat pengadilan menjadi tangguh bagi percepatan pemberantasan korupsi, sekaligus jawaban atas ketidakpercayaan terhadap aktor pengadilan tradisional (hakim karier). Langkah tersebut semula dinilai jitu, tetapi ternyata tidak butuh waktu lama untuk membuktikan upaya tersebut bagai mengatasi “atap bocor dengan menempatkan ember di bawahnya.” Satu persatu problem muncul. Ketentuan UU yang tidak realistis yang mengharuskan pengadilan Tipikor dibentuk dalam waktu paling lama dua tahun, calon-calon yang tidak berkualitas, proses rekruitmen yang kurang selektif, fasilitas pendukung minim, tertangkapnya sejumlah hakim ad hoc akibat suap dan seterusnya. Situasi kita sekarang ini seperti berada di perbatasan; kita tahu apa yang mesti dilakukan, tetapi kita tidak mampu melakukannya. Buku Bunga Rampai yang memuat tulisan sejumlah pakar ini, diharapkan memberikan perluasan pemahaman kita tentang dan terhadap politik hukum pengadilan khusus di Indonesia. Mudah-mudahan maksud tersebut tercapai. Kepada semua penulis, atas nama Komisi Yudisial, kami menyampaikan terima kasih banyak, semoga karya Bapak/Ibu menjadi amal shaleh. Begitu pula kepada rekan-rekan Sekretariat viii Kata Pengantar Jenderal, khususnya panitia penyiapan buku ini, kami sampaikan terima kasih. Jakarta, Juli 2013 Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si. Ketua Komisi Yudisial ix Kata Pengantar x Kata Pengantar Kata Pengantar Tim Penyusun ndonesia adalah negara yang berasaskan hukum, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara IRepublik Indonesia Tahun 1945. Hukum yang akan mengatur hubungan antara masyarakat dan negara juga ketertiban dalam masyarakat. Idealnya suatu negara disebut sebagai negara hukum yang demokratis bilamana memiliki kekuasaan kehakiman yang tidak saja independen tetapi juga akuntabel, bersih, dan berwibawa. Berbicara tentang relasi antara hukum dan politik adalah berbicara bagaimana hukum bekerja dalam sebuah situasi politik tertentu. Dalam hal ini yang dimaksud adalah hukum sebagai perwujudan dari nilai-nilai yang berkembang dan nilai-nilai yang dimaksud adalah