MAKNA TOLERANSI AGAMA DALAM FILM BAJRANGI BHAIJAAN Skripsi
MAKNA TOLERANSI AGAMA DALAM FILM BAJRANGI BHAIJAAN
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Devi Feria Artika NIM: 1112051000059
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2016 M MAKNA TOLERANSI AGAMA DALAM FILM BAJRANGI BHAIJAAN
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh t Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Devi Feria Artika NIM: 1112051000059
Di Bawah Bimbingan
----/) ," /\/ ',/ / 4Y'A'*.".- Drs. Jumroni. M.Si NIP: 196305 l5 199203 I 006
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 Ht 2016M LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satur di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2, Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlal Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia meneriman sanksi yangn berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. lakar1La. 11 Jurii 2016 Devi Feria Artika PENGESAIiAI{ PANITIA UJIAN Skripsi berjudul MAKNA TOLERANSI AGAMA DALAM FILM IJA.IRANGI BHAIJAAN oleh Devi Feria Artika NIM: 1112051000059, telai, c{iuiikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakrvah dan Ilmu I(omunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarla pada tanggal 17 Juni 2016. Skripsi ini telah iliterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sariana Komunikasi Islam (S. Korn. I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Jaltarta, l7 Juni 2016 Sidang Munaqasl'ah Ketr,ra Meralgkap Anggota Sekretaris i\4erangkap Anggota Decii EasLruddin, \4Jke!s NIP:19580910 NIP: 1 979120820141 1 1001 Pcirgu ji II ,{a^,,o"^,.X Siti Nurbava. M.Si 11 97208072003 12 1003 ir ll): I 97908232009122002 PernL,inrlrirrg Drs. Jumror.ri. M.Si NIP: 1963051 5 1 992031006 ABSTRAK DEVI FERIA ARTIKA MAKNA TOLERANSI AGAMA DALAM FILM BAJRANGI BHAIJAAN Film merupakan salah satu media massa yang dapat memberikan pengaruh yang sangat besar pada jiwa khalayak. Film yang baik seharusnya tidak hanya memberikan hiburan semata, tetapi juga harus membawa pesan untuk penontonnya. Mengangkat tema tentang kemanusiaan dan toleransi film Bajrangi Bahijaan membawakan cerita yang sarat akan pesan dan juga pelajaran. Berkat cerita dan penyutradaraan serta akting yang mumpuni film Bajrangi Bhaijaan banyak mendulang prestasi sejak diluncurkan pada bulan Juli tahun 2015 lalu. Berdasarakan konteks di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan bagaimana makna toleransi agama secara denotasi, konotasi, dan mitos dalam film Bajrangi Bhaijaan karya Kabir Khan? Makna denotasi dari objek yang diteliti menampilkan bagaimana perjuangan yang dilakukan karakter Pawan dalam mencari kedua orang tua Muni. Makna konotasi adalah toleransi yang ditampilkan dalam setiap adegan berupa bagaimana berhubungan sosial dan menyikapi perbedaan dengan non muslim. Sedangkan makna mitosnya adalah adanya perbedaan latar belakang seseorang harus dapat disikapi dengan toleransi sehingga dapat mengantarkan setiap manusia kepada kedamaian dan kemaslahatan. Teori yang digunakan adalah konsep semiotik Roland Barthes yang dikenal dengan Dua Tatanan Pertandaan (Two Order of Signification). Roland Barthes mengembangkan dua tingkatan pertandaan yang memungkinkan untuk dihasilkannya makna yang juga bertingkat-tingkat, yaitu tingkat denotasi dan konotasi (Sobur, 2009: 172). Secara umum makna denotasi adalah makna pada apa yang tampak paling nyata dari sebuah tanda. Sedangkan makna konotasi berkaitan dengan berbagai aspek psikologis, seperti perasaan, emosi, atau keyakinan penuturnya. Pada saat yang sama konotasi juga mengandung aspek realitas yang atau gejala alam yang disebut dengan mitos. Toleransi agama yang ditampilkan dalam adegan dan dialog film Bajrangi Bhaijaan diantaranya berupa menghargai dan menerima perbedaan, bersikap adil tanpa melihat latar belakang seseorang, dan memberikan hak kepada siapapun termasuk non muslim. Film Bajrangi Bhaijaan menunjukkan bahwa dalam hal berbuat kebaikan tidak melihat latar belakang seseorang termasuk bertoleransi. Implikasi dari sikap toleran adalah terwujudnya sebuah kemaslahatan yang dapat dirasakan oleh semua pihak. Kata kunci: Toleransi Agama, Semiotika, dan Film. i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim.. Assalamualaikum Warohmatulahi Wabarokatuh.. Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, kasih sayang, dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu Allah curahkan kepada Nabi besar, Nabi agung tauladan manusia, Nabi Muhammad SAW semoga kita termasuk umatnya yang mendapatkan syafaatnya kelak di hari kiamat. Alhamdulillah, berkat usaha dan do’a skripsi yang berjudul “Makna Toleransi Agama dalam Film Bajrangi Bhaijaan” ini dapat penulis selesaikan. Beribu-ribu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu, mendukung, dan membimbing penulis selama proses penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis ucapkan sedalam-dalamnya kepada yang terhormat: 1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan. 2. Drs. Masran, MA dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 3. Drs. Hamdani, MA selaku Dosen Pembimbing Akademik. ii 4. Drs. Jumroni, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing dan banyak memberikan masukan serta saran kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini berlangsung. 5. Segenap Bapak/ Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, terima kasih atas keikhlasannya telah mengajari dan memberikan ilmu kepada penulis. Penulis memohon maaf apabila dalam proses perkuliahan, ada sikap atau sifat penulis yang kurang berkenan di hati Bapak/ Ibu. Penulis sangat harapkan doa dari Bapak/ Ibu, semoga ilmu yang telah Bapak/ Ibu berikan barokah dan bermanfaat baik bagi penulis maupun orang lain. 6. Seluruh karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta pengelola perpustakaan Fakultas dan perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas layanan dan kerja samanya. Semoga pelayanan kepada mahasiswa menjadi lebih baik lagi kedepannya. 7. Bapak Warsito dan Ibu Runi serta Adik Yuda Dwi Alif Saputra, terima kasih untuk berbait-bait do’a yang tak pernah berhenti terucap untuk penulis. Terima kasih juga untuk motivasi, semangat dan dukungannya selama ini. 8. IKAMARU (Ikatan Keluarga Alumni Madrasah Raudlatul Ulum) Jakarta dan Sekitarnya yang telah banyak memberikan penulis pelajaran dan pengalaman. 9. Teman-teman KPI B angkatan 2012, KKN Lebah 2015 dan teman-teman yang selalu menjadi penyemangat Harir, Nunu, Pipit, Keke, Dita, Satrio, iii Panji, tika, Kiki-Chan, Ica, Mbak Fia, Ka Nia dan yang lainnya. Terima kasih, You were ROCK!! Dengan segala kekurangan dan keterbatasan penulis, dengan lapang dada penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga segala apa yang telah penulis lakukan dan hasilkan dapat membuahkan manfaat serta memberikan nilai kebaikan baik untuk penulis maupun para pembaca sekalian. Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Jakarta, 07 Juni 2016 Devi Feria Artika iv DAFTAR ISI ABSTRAK ...... i KATA PENGANTAR ...... ii DAFTAR ISI ...... v BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang ...... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ...... 4 C. Tujuan Penelitian ...... 5 D. Manfaat Penelitian ...... 5 E. Metodologi Penelitian ...... 6 F. Tinjauan Penelitian...... 9 G. Sistematika Penulisan ...... 10 BAB II KERANGKA TEORI ...... 12 A. Tinjauan Tentang Semiotika ...... 12 1. Pengertian Semiotika ...... 12 2. Semiotika Roland Barthes ...... 15 B. Tinjauan Toleransi Agama ...... 18 1. Pengertian Toleransi ...... 18 2. Unsur-Unsur Toleransi Agama ...... 19 3. Toleransi Agama dalam Pandangan Islam ...... 21 4. Toleransi Agama dalam Pandangan Hindu ...... 26 C. Tinjauan Tentang Film ...... 28 1. Pengertian Film ...... 28 2. Film sebagai Media Komunikasi Massa ...... 29 3. Sejarah Perkembangan Film ...... 30 4. Unsur-unsur Pembentukan Film ...... 34 5. Klasifikasi Film ...... 37 BAB III GAMBARAN UMUM ...... 41 A. Sekilas Tentang Film Bajrangi Bhaijaan...... 41 B. Sinopsis Film Bajrangi Bhaijaan ...... 43 C. Profil Sutradara Film Bajrangi Bhaijaan ...... 46 D. Tim Produksi Film Bajrangi Bhaijaan ...... 47 E. Profil Pemain Film Bajrangi Bhaijaan ...... 48 BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA ...... 57 A. Scene 1 ...... 57 1. Makna Denotasi ...... 59 2. Makna Konotasi ...... 60 3. Makna Mitos ...... 61 B. Scene 2 ...... 62 1. Makna Denotasi ...... 64 2. Makna Konotasi ...... 64 3. Makna Mitos ...... 65 C. Scene 3 ...... 66 1. Makna Denotasi ...... 67 2. Makna Konotasi ...... 67 3. Makna Mitos ...... 68 D. Scene 4 ...... 69 1. Makna Denotasi ...... 69 2. Makna Konotasi ...... 70 3. Makna Mitos ...... 71 E. Scene 5 ...... 72 1. Makna Denotasi ...... 73 2. Makna Konotasi ...... 73 3. Makna Mitos ...... 74 F. Scene 6 ...... 75 1. Makna Denotasi ...... 75 2. Makna Konotasi ...... 75 3. Makna Mitos ...... 76 G. Scene 7 ...... 77 1. Makna Denotasi ...... 78 2. Makna Konotasi ...... 78 3. Makna Mitos ...... 79 H. Scene 8 ...... 80 1. Makna Denotasi ...... 82 2. Makna Konotasi ...... 82 3. Makna Mitos ...... 83 I. Scene 9 ...... 84 1. Makna Denotasi ...... 85 2. Makna Konotasi ...... 86 3. Makna Mitos ...... 87 BAB V PENUTUP ...... 88 A. Kesimpulan ...... 88 B. Saran ...... 90 DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang memiliki kapasitas untuk memuat pesan yang sama secara serempak dan mempunyai sasaran yang beragam dari agama, etnis, status, umur, dan tempat tinggal dapat memainkan peranan sebagai saluran penarik untuk pesan-pesan tertentu dari dan untuk manusia. Dengan melihat film kita dapat memperoleh informasi dan gambar tentang realitas tertentu.1 Film sebagai media massa merupakan bagian dari respon terhadap penemuan waktu luang, waktu libur dari kerja, dan sebuah jawaban atas tuntutan untuk cara menghabiskan waktu luang keluarga yang sifatnya terjangkau dan (biasanya) terhormat. Film mampu menjangkau populasi dalam jumlah besar dan cepat, bahkan di wilayah pedesaan.2 Sebagai suatu karya teknologi, film dapat dipandang dalam dua hal yaitu dari segi fisik dan non fisik. Secara fisik, film banyak dipengaruhi oleh penemuan dan kemajuan dari perpaduan teknologi saat ini. Hal ini tampak pada wujud teknologi perekaman maupun penyajiannya. Sedangkan dari segi non fisik atau sisi cerita, film lebih banyak dipegaruhi oleh faktor perkembangan budaya.3 1 Asep S Muhtadi dan Sri Handayani, Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif Dakwah Melalui TV (Bandung:Pusdai Press, 2000), h. 95. 2 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2011), h. 35. 3 Estu Miyarso, Pengembangan Multimedia Interaktif unutk Pembelajaran Sinematografi (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2009), h. 1. 1 2 Pada pertengah Juli 2015 lalu , perfilman India meluncurkan salah satu film yang berjudul Bajrangi Bhaijaan. Bergenre drama-komedi, Film Bajrangi Bhaijaan dibintangi oleh artis Salman Khan, Kareena Kapoor, Nawazuddin Siddiqui, serta Harshaali Malhotra. Cerita film Bajrangi Bhaijaan ditulis oleh Vijayendra Prassad dan disutradarai oleh Kabir Khan. Film dengan durasi dua jam tiga puluh sembilan menit ini mengisahkan tentang perjuangan Pawan (Salman Khan), pria penganut Dewa Hanuman asal India yang menyelamatkan seorang gadis kecil tunawicara asal Pakistan yang tersesat di India, Shahida/ Muni yang diperankan oleh Harshaali Malhotra. Pawan berniat untuk mengantarkan Shahida kembali ke keluarganya di Pakistan. Namun perjuangan Pawan untuk mengantarkan Shahida tidaklah mudah, Pawan harus melewati banyak rintangan. Peran karakter si gadis tunawicara yang tersesat adalah sebagai sebab terjadinya konflik dalam film tersebut. Konflik dalam film ini sudah dimulai sejak karakter Pawan bertemu dengan Shahida. Konflik pun berlanjut saat Pawan membantu Shahida kembali ke Pakistan. Melewati negara yang sedang mengalami konflik dan adanya perbedaan agama antara Pawan dengan Shahida membuat konflik dalam film ini semakin rumit. Munculnya karakter Chand Nawab (Nawazuddin Shiddiqui) yang membantu perjuangan Pawan mengantarkan Shahida menjadikan tema yang sebenarnya sangat sensitif berubah menjadi menyenangkan serta mengharukan. 3 Dengan mengedepankan isu sosial sebagai bahan dalam memperkuat ceritanya, film Bajrangi Bhaijaan banyak meraih pendapatan luar biasa hingga disebut sebagai film India terlaris di tahun 2015. Sejak dirilis pada 17 Juli 2015, film yang disutradarai Kabir Khan ini telah menghasilkan lebih dari Rs 300 crore atau lebih dari Rp 639.000.000.000.00.4 Hal ini membuktikan bahwa usaha Kabir Khan telah berhasil dalam mengangkat isu “berat” namun dapat diterima oleh kalangan luas. Prestasi yang diraih oleh film Bajrangi Bhaijaan pun terus mengalir. Selain sebagai film terlaris 2015, film ini juga mendapatkan banyak penghargaan di ajang Sansui Stardust Awards 2015. Penghargaan yang diraih Bajrangi Bhaijaan diantaranya sebagai Film terbaik, Sutradara Terbaik, aktor Pembantu terbaik, dan Artis Cilik Terbaik.5 Dari film ini pula Salman Khan mendapatkan penghargaan Nasional dari pemerintah India.6 Menurut Effendy, film dapat memberikan pengaruh yang sangat besar sekali pada jiwa manusia (penonton). Dalam suatu proses menonton sebuah film, terjadi suatu gejala yang disebut oleh ilmu jiwa sosial sebagai identifikasi psikologi7. Cerita film Bajrangi Bhaijaan yang mengangkat isu agama dan keadaan politik di negara India dan Pakistan dikemas oleh sang sutradara menjadi kisah yang ringan namun sarat akan makna. Hal ini 4 Liputan 6.com, “Salman Khan Penonton Adalah Sebuah Penghargaan Bagiku”, dari http://showbiz.liputan6.com/read/2292087/salman-khan-penonton-adalah-sebuah- penghargaan-bagiku, artikel ini diakses pada 23 Maret 216. 5 Liputan 6.com, “ Berjaya, Bajrangi Bhaijaan Menang Besar di Stardust Awards”, dari: http://www.kapanlagi.com/showbiz/bollywood/berjaya-bajrangi-bhaijaan-menang- besar-di-stardust-awards, artikel ini diakses pada 23 Maret 2106. 6 Liputan 6.com, “Salman Khan Penonton Adalah Sebuah Penghargaan Bagiku”, dari http://showbiz.liputan6.com/read/2292087/salman-khan-penonton-adalah-sebuah- penghargaan-bagiku, artikel ini diakses pada 23 Maret 216 7 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003), h. 207. 4 ditujukan agar isu yang sebenarnya sangat sensitif dapat diterima oleh penonton tanpa terkesan untuk menggurui atau pun memihak. Sehingga pesan yang disampaikan dalam setiap adegan-adegan film diharapkan dapat membekas dalam jiwa penonton. Film Bajrangi Bhaijaan tidak hanya menyoroti keadaan hubungan negara India dan Pakistan, tetapi juga memfokuskan tentang toleransi agama yang terjadi di kedua negara tersebut. Toleransi yang selalu diajarkan dalam Islam adalah memberi dan menerima orang-orang dalam berbagai keyakinan. Hal ini juga seolah menjawab stigma negatif orang-orang yang anti terhadap agama Islam selama ini. Tak hanya itu, dalam film ini juga terdapat adegan perihal kasta yang masih berlaku di India. Sebagai negara dengan mayoritas pemeluk agama Hindu, India masih memberlakukan struktur sosial berdasarkan kasta, hal inilah yang menjadi jurang pemisah tak hanya dengan pemeluk agama lain bahkan dengan sesama pemeluk agama Hindu sendiri. Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk menyusun skripsi ini dengan judul: Makna Toleransi Agama dalam Film Bajrangi Bhaijaan. B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Dalam penelitian ini, peneliti sengaja memberikan batasan untuk memfokuskan penelitian yaitu hanya pada adegan dan dialog yang dianggap memiliki makna nilai-nilai toleransi antar agama. 5 2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana makna toleransi antar agama secara denotasi dalam film Bajrangi Bhaijaan karya Kabir Khan? b. Bagaimana makna toleransi antar agama secara konotasi dalam film Bajrangi Bhaijaan karya Kabir Khan? c. Bagaimana makna toleransi antar agama secara mitos dalam film Bajrangi Bhaijaan karya Kabir Khan? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui arti denotasi simbol toleransi antar agama yang terdapat dalam film Bajrangi Bhaijaan karya Kabir Khan. 2. Untuk mengetahui arti konotasi simbol toleransi antar agama yang terdapat dalam film Bajrangi Bhaijaan karya Kabir Khan. 3. Untuk mengetahui arti mitos simbol toleransi antar agama yang terdapat dalam film Bajrangi Bhaijaan karya Kabir Khan. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yaitu: 1. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan gambaran mengenai dunia perfilman kepada mahasiswa jurusan komunikasi maupun masyarakat umum yang mempunyai minat pada 6 film. Serta dapat berkontribusi pada pengembangan keilmuan komunikasi, khususnya bagi penelitian analisis dan kajian semiotika. 2. Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis penelitian ini untuk diharapkan dapat memberikan deskripsi dalam membaca makna yang terkandung di dalam adegan-adegan sebuah film melalui metode analisis semiotik. E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang yang diamati.8 Menurut Crasswell, beberapa asumsi dalam pendekatan kualitatif yaitu pertama, peneliti kualitatif lebih memperhatikan proses daripada hasil. Kedua, peneliti kualitatif lebih memerhatikan interpretasi.9 Ketiga, peneliti kualitatif merupakan alat utama dalam mengumpulkan data dan analisis data serta peneliti kualitatif harus terjun langsung ke lapangan, melakukan observasi pertisipasi lapangan. Keempat, peneliti kualitatif mengambarkan bahwa peneliti terlibat dalam proses penelitian, 8 Indiwan Seto Wahyu Wobowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi Edisi 2, (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2013), h. 34. 9 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. III, h. 303. 7 interpretasi data, dan pencapaian pemahaman melalui kata atau gambar.10 Penelitian ini berpedoman pada pendekatan kualitatif, dengan menggunakan analisis semiotik. Penelitian ini bersifat deskriptif karena data yang diteliti berupa gambar, kata-kata, dan bukan angka-angka (dialog)11 dalam sebuah film. Kemudian analisis yang digunakan adalah analisis semiotik. Semiotika merupakan analisis untuk mengkaji tanda.12 Penelitian ini membahas mengenai arti dari toleransi agama dalam sebuah film. Oleh sebab itu, peneliti memilih analisis Two Order of Signification Roland Barthes untuk menganalisis makna toleransi yang terdapat dalam film Bajrangi Bhaijaan. 2. Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian yaitu film Bajrangi Bhaijaan karya Kabir Khan dan subjeknya adalah potongan gambar atau visual serta dialog yang terdapat dalam film Bajrangi Bhaijaan yang berkaitan dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan. 3. Sumber Data Penelitian Sumber data merupakan sesuatu hal yang sangat penting untuk digunakan dalam penelitian guna menjelaskan valid atau tidaknya suatu penelitian tersebut. Dalam hal ini penulis menggunakan: 10 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. III, h. 303. 11 Indiwan Seto Wahyu Wobowo, Semiotika Komunikasi – Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi Edisi 2, h. 35. 12 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: Rosdakarya, 2009), h.15. 8 a. Data Primer Data penelitian merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek peneliti perorangan, kelompok, dan organisasi.13 Dalam hal ini data primer yaitu rekaman video film Bajrangi Bhaijaan terutama pada adegan yang mengandung nilai- nila toleransi antar agama. b. Data Sekunder Memperoleh data dalam bentuk yang sudah jadi (tersedia) melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan di berbagai organisasi atau perusahaan, termasuk majalah dan jurnal. 4. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini terdiri atas dua, yaitu: a. Observasi, peneliti melakukan pengamatan secara langsung dan tidak terikat objek penelitian dan unit analisis mengamati dialog- dialog dengan teliti, serta adegan-adegan dalam film Bajrangi Bhaijaan. Kemudian, menganalisis adegan yang telah ditentukan sesuai dengan teori yang telah digunakan. b. Studi Kepustakaan (Library Research), peneliti mengumpulkan dan mempelajari data melalui literatur dan sumber bacaan, seperti buku- buku yang relevan dengan masalah yang dibahas dan pendukung penelitian. 13 Rosady Ruslan, Metodologi Penelitian Publik Relation dan Komunikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 29. 9 5. Teknik Analisis Data Setelah data primer dan data sekunder terkumpul, peneliti melakukan analisis data menggunakan teknik analisis Roland Barthes. Barthes mengembangkan semiotika dalam beberapa tahap yaitu denotasi dan konotasi yang di dalamnya terkadung pula makna mitos. Semiotik Roland Barthes menghasilkan makna secara objektif untuk memahami makna secara tersirat dalam film Bajrangi Bhaijaan yang menjadi objek penelitian ini. 6. Teknik Penulisan Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, dan Disertasi” yang diterbitkan oleh CeQDA Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. F. Tinjauan Penelitian Tinjauan pustaka yang menjadi rujukan penulis yaitu: 1) “Representasi Islam dalam Film Pk” karya Nurleli 1111051000104 mahasiswa UIN Jakarta Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Dalam skripsi ini peneliti sebelumnya menganalisis representasi Islam dalam Film Pk. Persamaannya dengan skripsi ini yaitu sama-sama meneliti film bollywood sebagai objek penelitian. Perbedaanya yaitu pada subjek yang diteliti, peneliti sebelumnya fokus pada representasi Islam yang terdapat pada film Pk, sedangkan peneliti meneliti tentang toleransi agama dalam film Bajrangi Bhaijaan. 10 2) “Analisis Semiotik Film Negeri 5 Menara” karya Amin Rois, 108051000036 mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan analisis semiotik Roland Barthes. Sedangkan perbedaannya pada subjek penelitiannya, subjek penelitian sebelumnya memfokuskan pada makna ukhuwah islamiyah. 3) “Analisis Semiotika Film A Mighty Heart” Oleh Rizky Akmalsyah, 106051101939, mahasiswa konsentrasi Jurnalistik jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu peneliti sebelumnya meneliti adegan-adegan yang mewakili jurnalis, intelijen bekerjan, dan budaya orang-orang di pakistan. Persamaannya pada konsep teori semiotika yang digunakan, yaitu teori semiotika Roland Barthes. G. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembaca dalam melihat gambaran dan uraian mengenai pembahasan-pembahasan tertentu di dalam penelitian ini, maka dari itu, peneliti menyusun sistematika penulisan ini ke dalam lima bab. Dalam bab-bab tersebut mengandung beberapa sub bab yang akan dipaparkan secara terperinci, adapun sistematika penulisan dapat dilihat sebagai berikut: 11 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, batassan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN TEORITIS Bab ini menguraikan teori yang dipakai dalam penelitian ini yang terdiri dari konsep semiotik, konsep semiotik menurut Roland Barthes, pengertian film, dan sejarah film di Indonesia. BAB III GAMBARAN UMUM FILM BAJRANGI BHAIJAAN Bab ini membahas orang-orang dibalik layar film Bahrangi Bhaijaan terdiri dari sekilas tentang film, sinopsis film, profil sutradara serta karya-karyanya, dan para pemain film Bajrangi Bhaijaan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini fokus pada data temuan dalam film Bajrangi Bhaijaan dan hasil penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan secara singkat kesimpulan dari penelitian ini dan saran atas permasalahan yang telah diteliti. Selain itu, dalam bab ini juga dilengkapi daftar pustaka dan lampiran-lampiran. BAB II KERANGKA TEORITIS DAN KERANGKA KONSEP A. Tinjauan Tentang Semiotik 1. Pengertian Semiotik Istilah semeiotics diperkenalkan oleh Hipocrates (460-377SM), semiotika berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “penunjuk” (mark) atau “tanda” (sign).1 Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain.2 Secara terminologis, semiotika dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.3 Semiotika juga dapat dipahami sebagai ilmu tentang tanda-tanda, semiotika mempelajari sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda tersebut mempunyai arti.4 Semiotik menjadi salah satu kajian yang bahkan menjadi tradisi dalam teori komunikasi. Tradisi semiotik terdiri atas sekumpulan teori 1 Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan teori Komunikasi (Yogyakarta: Jalasutra, 2004), h. 6. 2 Alex Sobur, Analisis Teks Media- Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: Rosdakarya, 2009), h. 95. 3 Alex Sobur, Analisis Teks Media- Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 95. 4 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2007), h. 262. 12 13 tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan dan kondisi di luar tanda-tanda itu sendiri.5 Van Zoest dalam Sobur mengartikan semiotika sebagai “ ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya yang mempergunakannya”6 Preminger mengemukakan bahwa semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotika itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.7 Menurut Lechte, semiotika adalah teori tentang tanda dan penandaan. Lebih jelasnya, semiotika adalah suatu disiplin yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana signs „tanda-tanda‟ dan berdasarkan pada sign system (code) „sistem tanda‟.8 Sedangkan menurut Morissan, semiotika adalah studi mengenai tanda (signs) dan simbol yang merupakan tradisi penting dalam pemikiran tradisi komunikasi. Tradisi semiotik mencakup teori terutama mengenal bagaimana tanda mewakili objek, ide, situasi, keadaan, perasaan dan sebagainya yang berada di luar diri. Studi mengenai tanda tidak saja memberikan jalan atau cara dalam mempelajari komunikasi tetapi juga memiliki efek besar pada hampir 5 Stephen W Littlejohn, Teori Komunikasi Theories of Human Communication Edisi 9 (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), hal. 53. 6Alex Sobur, Analisis Teks Media- Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 95. 7 Alex Sobur, Analisis Teks Media- Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 96. 8 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 16. 14 setiap aspek (perspektif) yang digunakan dalam teori komunikasi.9 Beberapa tokoh yang menjadi pencetus kajian teori semiotik antara lain: a. Charles Saunders Pierce Charles Saunders Pierce merupakan ahli filsafat pada abad kesembilan belas, yang dianggap sebagai pendiri semiotika modern. Ia mendefinisikan semiotika sebagai suatu hubungan antara tanda (simbol), objek, dan makna. Tanda mewakili objek (refenant) yang ada di dalam pikiran orang yang menginterpreasikannya (interpreter). Pierce menyatakan bahwa representasi dari suatu objek disebut interpretant.10 b. Ferdinand de Saussure Ferdinand de Saussure seorang ahli linguistik Swiss yang terkenal dengan konsep semiotik signifier (penanda) dan signified (petanda). Dalam konteks semiotik Saussure, penanda merupakan bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna (aspek material), yaitu apa yang ditulis, dikatakan, atau dibaca. Petanda merupakan gambaran mental yaitu pikiran atau konsep (aspek mental) dari bahasa.11 c. Roland Barthes Konsep pemikiran Barthes terhadap semiotik terkenal dengan konsep mythologies atau mitos. Sebagai penerus dari 9 Morissan, Teori Komunikasi: Individu hingga massa (Jakarta: Kencana Premedia Group, 2014), h.33. 10 Morissan, Teori Komunikasi: Individu hingga massa (Jakarta: Kencana Premedia Group, 2014), h.33. 11 Naomi Srie Kusumastutie & Faturochman, Semiotika untuk Analisis Gender pada Iklan Televisi, Buletin Psikologi, Tahun XII, No. 2, 2004. h. 106. 15 pemikiran Saussure, Roland Barthes menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya.12 Konsep pemikiran Barthes dikenal dengan Dua Tatanan Pertandaan (Two Order of Signification). 2. Semiotika Roland Barthes Roland Barthes (1915 – 1980) merupakan ahli semiotika yang mengembangkan kajian yang sebelumnya punya warna kental strukturalisme kepada semiotika teks.13 Konsep teori semiotika Roland Barthes merupakan hasil pengembangan dari semiologi Saussure yang berhenti pada penandaan dalam tataran denotatif. Dalam konsep Barthes yang menyempurnakan semiologi Saussure yaitu tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya.14 Roland Barthes membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Fokus perhatian Roland Barthes lebih tertuju kepada gagasan tetang signifikasi dua tahap (two order of signication).15 Roland Barthes mengembangkan dua tingkatan pertandaan yang memungkinkan untuk dihasilkannya makna yang juga bertingkat- 12 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 268. 13 Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna (Yogyakarta: Jalasutra, 2003), h. 256. 14 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 69. 15 Alex Sobur, Analisis Teks Media- Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 127. 16 tingkat, yaitu tingkat denotasi dan konotasi.16 Denotasi yaitu tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, atau antara tanda dan rujukannya pada realitas yang menghasilkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti. Makna denotasi dalam hal ini adalah makna pada apa yang tampak.17 Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak dalam arti terbuka dalam berbagai kemungkinan. Konotasi menciptakan makna-makna lapis dua yang terbentuk ketika penanda dikaitkan dengan berbagai aspek psikologis, seperti perasaan, emosi, atau keyakinan.18 Secara umum konotasi bertujuan untuk membongkar makna yang terselubung. Konotasi berkaitan dengan pengalaman pribadi penuturnya. Tingkatan tanda dan makna Roland Barthes ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1.1 : Skema analisis Roland Barthes19 16 Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, h. 261. 17 Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, h. 261. 18 Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, h. 261 19 Arif Budi Prasetya, Penonjolan Tokoh Antagonis dalam Film The Dark Night, Jurnal Ilmu Komunikasi I Makna Vol. 2 No. 2, Agustus 2011- Januari 2012, h. 75. 17 Signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna yang paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap dua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya. Konotasi mempunyai makna yang subjektif atau paling tidak intersubjektif. Dengan kata lain denotasi adalah apa yang digambarkan terhadap sebuah objek; sedangkan konotasi adalah bagaimana menggambarkannya.20 Pada signifikasi tahap dua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos. Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu dominasi.21 Mitos dalam pemahaman Roland Barthes, yaitu pengkodean makna dan nilai-nilai sosial sebagai sesuatu yang dianggap alamiah.22 20 Alex Sobur, Analisis Teks Media- Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 69. 21 Alex Sobur, Analisis Teks Media- Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 128 22 Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, h. 261. 18 B. Toleransi Agama 1. Pengertian Toleransi Istilah toleransi berasal dari bahasa Latin, yaitu tolerare, yang berarti membiarkan mereka yang berpikiran lain atau berpandangan lain tanpa dihalang-halangi.23 Secara etimologis, istilah toleransi juga dikenal baik di Eropa, terutama pada Revolusi Perancis. Hal itu sangat terkait dengan slogan kebebasan, persamaan, dan persaudaraan yang menjadi inti revolusi di Perancis.24 Menurut Webster‟s New American Dictionary arti Tolerance adalah liberty toward the opinions of others, patience with others. yang kalau diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia artinya adalah memberi kebebasan (membiarkan) pendapat orang lain, dan berlaku sabar menghadapi orang lain.25 Pengertian toleransi secara luas yaitu suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan.26 Sikap toleransi berarti membolehkan atau membiarkan ketidaksepakatan dan tidak menolak pendapat, sikap, ataupu gaya hidup yang berbeda dengan pendapat, sikap dan gaya hidup kita sendiri. Sikap toleran dalam implementasinya tidak hanya dilakukan terhadap hal 23 Andreas A. Yewangoe, Merayakan Kebebasan Beragama: Regulasi Toleransi dan Plurarisme Agama di Indonesia (Jakarta:ICRP, 2009), h. 80. 24 Zuhairi Misrawi, Al-Quran Kitab Toleransi (Jakarta: Pustaka Oasis, 2007), 161. 25 Mohammad Daud Ali, Islam untuk Disiplin Ilmu Hukum, Sosial dan Politik (Jakarta: Wirabuana, 1986), h. 81. 26 Julianti, Internalisasi Nilai Toleransi Melalui Model Telling Story pada Pembelajaran PKN untuk Mengatasi Masalah Tawuran, Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 14 No. 1, April 2013, h. 3. 19 spiritual dan moral yang berbeda saja, tetapi juga bisa dalam hal ideologi dan politik.27 Dengan demikian, toleransi dapat diartikan suatu sikap untuk membatasi kebencian, kekerasan, dan sikap fanatisme berlebihan. Toleransi juga ditujukan agar dapat menumbuhkan rasa saling menghormati, saling mengerti, dan saling menerima perbedaan yang ada. 2. Unsur-unsur Toleransi Agama Toleransi dalam kehidupan umat beragama bukanlah toleransi dalam masalah-masalah keagamaan, melainkan perwujudan sikap keberagaman antara pemeluk agama satu dengan agama yang lain. Sikap keberagaman di sini adalah sikap saling menghormati dalam masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan umum. Menurut Masykuri Abdullah, paling tidak ada empat unsur toleransi. Adapun unsur-unsur tersebut adalah: 1) Memberikan kebebasan atau kemerdekaan Setiap manusia diberikan kebebasan untuk berbuat, bergerak maupun berkehendak menurut dirinya sendiri dan juga di dalam memilih suatu agama atau kepercayaan. Kebebasan tersebut diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa sejak manusia lahir hingga ia meninggal tanpa bisa diganti 27 Ngainun Naim, Membangun Toleransi dalam Masyarakat Majemuk Telaah Pemikiran Nurcholis Madjid, Harmoni, Jurnal Multikultural dan Makna Vol. 12 I No. 2 Mei- Agustus 2013, h. 32. 20 ataupun direbut oleh orang lain.28 Dengan memberikan kebebasan maka secara tidak langsung juga mengakui adanya keberagaman. 2) Mengakui Hak Setiap Orang Suatu sikap mental yang mengakui hak setiap orang di dalam menentukan perilaku dan nasibnya masing-masing. Tentu saja sikap atau perilaku yang dijalankan itu tidak melanggar hak orang lain, karena kalau demikian, kehidupan di dalam masyarakat akan kacau.29 3) Menghormati Keyakinan Orang Lain Salah satu sikap yang dapat membawa pada tolerensi adalah menghormati dan membiarkan setiap pemeluk agama untuk melaksanakan ibadah mereka menurut ajaran dan ketentuan agama masing-masing yang diyakini tanpa ada yang mengganggu atau memaksakan baik dari orang lain maupun dar keluarganya sekalipun.30 Toleransi agama dipahami sebagai bentuk pengakuan kita terhadap adanya agama-agama selain agama yang kita yakini. Pengakuan yang dimaksud yaitu segala bentuk sistem dan tata cara peribadatannya dan 28 Masykuri Abdullah, Plurarisme Agama dan Kerukunan dalam Keragaman (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2001), 13. 29 Masykuri Abdullah, Plurarisme Agama dan Kerukunan dalam Keragaman (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2001), 13. 30 Masykuri Abdullah, Plurarisme Agama dan Kerukunan dalam Keragaman (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2001), 13. 21 memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-masing.31 4) Saling mengerti Sikap penuh pengertian kepada orang lain diperlukan agar masyarakat tidak menjadi monolitik. Apalagi pluralitas masyarakat sudah menjadi dekrit Allah dan design-Nya untuk umat manusia. Jadi tidak ada masyarakat yang tunggal, monolitik, sama, dan sebangun dalam segala segi. Dalam sikap saling mengerti juga didukung dengan adanya sikap keterbukaan yaitu kerendahan hati untuk tidak merasa selalu benar, kemudian kesediaan mendengar pendapat orang lain untuk diambil dan diikuti mana yang terbaik.32 Hakikat dari toleransi agama adalah adanya pengakuan kebebasan setiap warga untuk memeluk agama yang menjadi keyakinannya dan kebebasan menjalankan ibadahnya. Toleransi beragama meminta kejujuran, kebesaran jiwa, kebijaksaaan dan tanggung jawab, sehingga menumbuhkan perasaan solidaitas dan mengeliminir egoistis golongan.33 3. Toleransi Beragama dalam Pandangan Islam Dalam Islam menegaskan bahwa tidak boleh ada pemaksaan dalam memeluk agama, sebagaimana juga tidak boleh ada larangan bagi 31 Muhammad Yasir, Makna Toleransi Dalam Al-Qur‟an, Jurnal Ushuluddin Vol. XXII No. 2, Juli 2014, h. 172. 32 Ngainun Naim, Membangun Toleransi dalam Masyarakat Majemuk Telaah Pemikiran Nurcholis Madjid, Harmoni, Jurnal Multikultural dan Makna Vol. 12 I No. 2 Mei- Agustus 2013, h. 37. 33 Said Agil Husain Al Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005), h. 17. 22 seseorang dalam menjalankan ajaran agamanya. Karena salah satu tujuan Islam adalah memberikan ketenangan jiwa bagi mereka yang menganut ajarannya dengan jaminan kebebasan masing-masing dan melakukan ibadahnya dengan aman dan tenang.34 Semua orang harus bebas dan aman dalam menjalankan agamanya masing-masing. Sebagai seorang muslim hendaknya meyakini bahwa perbedaan manusia dalam beragama merupakan kehendak Allah SWT. Allah menciptakan manusia memang untuk berbeda-beda. Karena itu, Allah memberikan akal pikiran untuk memilih jalan masing-masing, seperti dalam firman-Nya surat Huud ayat 118-119. 1) Surat Huud ayat 118-119 . Artinya: “Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka Senantiasa berselisih pendapat. Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. dan untuk Itulah Allah menciptakan mereka. kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: Sesungguhnya aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.” (Q.S. Huud ayat 118-119).35 34 Nurcholis Madjid, dkk, Fiqih Lintas Agama (Jakarta: Paramadina, 2004), h. 112. 35 Al-„Alim Al-Qur‟an dan Terjemahannya Edisi Ilmu Pengetahuan Cetakan ke-10 (Bandung: Mizan Media Utama, 2011), h. 236. 23 2) Surat Yunus Ayat 99-100 . Artinya: “Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.” (Q.S. Yunus ayat 99-100).36 Allah mengutus para Rasul untuk menyampaikan agama-Nya yang menerangkan kepada manusia mana yang baik dilakukan dan mana yang terlarang dilakuakan. Manusia dengan akal, pikiran, dan perasaan yang dianugerahkan Allah kepadanya dapat menilai apa yang disampaikan para Rasul. Tidak ada paksaan bagi manusia dalam menentukan pilihannya, baik atau buruk. Dan manusia dihukum berdasarkan pilihannya itu. Toleransi agama harus dimaknai sebagai sikap untuk hidup berdampingan dengan agama lain dan memberikan kebebasan untuk setiap pemeluk agama agar dapat menjalankan prinsip-prinsip keagamaan masing-masing. Dalam ajaran Islam, toleransi tidak hanya diterapkan pada segi keagaaman saja, tetapi juga dalam segi bahasa, budaya, suku, ras, dan bangsa. Seperti dijelaskan di dalam firman Allah: 36 Al-„Alim Al-Qur‟an dan Terjemahannya Edisi Ilmu Pengetahuan Cetakan ke-10 (Bandung: Mizan Media Utama, 2011), h. 221. 24 3) Surat Al-Hujuraat ayat 13: Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S Al-Hujuraat ayat 13).37 Semua manusia sama dari segi kemanusiaannya; jenis kelamin, suku ras, dan keturunan buakn faktor pembeda kemanusiaan. Tujuan perbedaan adalah untuk saling mengenal dalam rangka bantu membantu dan saling melengkapi. Karena itu, semakin kuat pengenalan satu pihak kepada selainnya, semakin terbuka peluang untuk saling memberi manfaat.38 Kebiasaan orang memandang kemuliaan itu selalu ada sangkut-pautnya dengan kebangsaan dan kekayaan. Padahal kemulyaan manusia tidak diukur berdasarkan keturunan atau kekayaannya, melainkan diukur berdasarkan ketaqwaan kepada Allah. 4) Surat Al-Mumtahanah ayat 8-9 37Al-„Alim Al-Qur‟an dan Terjemahannya Edisi Ilmu Pengetahuan Cetakan ke-10 (Bandung: Mizan Media Utama, 2011), h. 516. 38 Quraish Shihab, Al-Lubab (Tangerang: Lentera Hati, 2012), h. 14. 25 Artinya: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. dan Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.” (Q.S. Al- Mumtahanah ayat 8-9).39 Ayat-ayat di atas menggariskan prinsip dasar hubungan interaksi antara kaum muslimin dan non muslim. Dalam ayat tersebut mengizinkan menjalin hubungan dengan non muslim selama tidak membawa dampak negatif pada orang Islam. Allah tidak melarang kamu berbuat baik dalam bentuk apapun kepada mereka (orang kafir) dan tidak pula melarang kamu berlaku adil kepada mereka.40 Islam sebagai agama yang damai dan penuh cinta, Islam bertujuan untuk melindungi seluruh alam dengan kedamaian. Kedamaian dalam Islam menunjukkan bahwa semua manusia dihimpun dari Panji Ilahi dalam kedudukan sebagai saudara-saudara yang saling kenal mengenal dan cinta mencintai. Islam tidak datang hanya bertujuan mempertahankan eksistensinya sebagai agama, tetap juga mengakui eksistensi agama- agama lain, dan memberinya hak untuk hidup berdampingan sambil menghormati pemeluk-pemeluk agama lain.41 Dengan kata lain agama 39 Al-„Alim Al-Qur‟an dan Terjemahannya Edisi Ilmu Pengetahuan Cetakan ke-10 (Bandung: Mizan Media Utama, 2011), h. 551. 40 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Cetakan VIII (Tangerang: Lentera Hati, 2007), h.170. 41 M. Quraish Shihab, Wawasan Alquran (Bandung: Mizan, 2005), h. 379. 26 Islam telah memberikan toleransi antar pemeluk agama yang ada di dunia ini. 4. Toleransi Beragama dalam Pandangan Hindu Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang membutuhkan hubungan dan interaksi sosial dengan sesama manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan kerja sama dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan material, kebutuhan spiritual, maupun kebutuhan akan rasa aman. Dalam berbagai pustaka suci Hindu juga banyak terdapat sloka- sloka yang mencerminkan toleransi dan sikap yang adil. Umat Hindu menghormati kebenaran dari mana pun datangnya dan menganggap bahwa hakikat semua agama bertujuan sama, yaitu menuju Tuhan, namun dengan berbagai sudut pandang dan cara pelaksanaan yang berbeda. Hal itu diuraikan sebagai berikut: Samo „ham sarvabhutesa, na medewsyo „sti na priyah, ye bhajanti tu mam bhaktya, mayite besu ca‟pyaham, (Bhagavadgita IX.29). Artinya: “Aku tidak pernah iri dan selalu bersikap adil terhadap semua mahluk, bagi-Ku tidak ada yang paling Aku benci dan tidak ada yang paling Aku kasihi, tetapi yang berbakti kepadaku, Dia berada pada-Ku dan Aku bersamanya.”42 samo „ha sarva-bhūteu na me dveyo „sti na priyah ye bhajanti tu mā bhaktyā mayi te teu cāpy aham | (Bhagawadgita, IX:29) Artinya:”Aku tidak pernah iri dan selalu bersikap adil terhadap semua makhluk.Bagi-Ku tidak ada yang paling Ku-benci dan tidak ada yang 42 “Kerukunan dan Toleransi Agama Hindu”, artikel diakses pada tanggal 1 Juni 2016 dari: http://dharmagupta.blogspot.co.id/2012/12/kerukunan-dan-toleransi-umat- beragama.html 27 paling Aku kasihi. Tetapi yang berbakti kepada-Ku, dia berada pada- Ku dan Aku bersamanya pula”.43 Ye yathā mām prapadyante tāms tathaiva bhajāmy aham, mama vartmānuvartante manusyāh pārtha sarvaśah | (Bhagawadgita, 4:11) Artinya: “Jalan mana pun yang ditempuh seseorang kepada-Ku, Aku memberinya anugerah setimpal. Semua orang mencari-Ku dengan berbagai jalan, wahai putera Partha (Arjuna).”44 Dari beberapa kutipan tersebu dapat ditarik kesimpulan bahwa semua manusia diperintahkan untuk hidup rukun dan hidup saling hormat mengormati, karena didalam diri manusia terdapat dzat hidup yang merupakan percikan Tuhan yaitu Atma. Atman Brahman Aikiam yang artinya setiap orang mempunyai inti dari percikan suci yang sama yaitu Brahman (Tuhan Yang Maha Esa).45 Sehingga setiap orang harus memperlakukan orang lain tidak perduli suku, ras, kebangsaan, kepercayaan, agamanya sama seperti ia memperlakukan dirinya sendiri. Karena semua mahluk hidup berasal dari Dzat yang sama, maka semua mahluk adalah satu keluarga. C. Tinjauan Tentang Film 1. Pengertian Film Menurut KBBI, film adalah lakon (cerita) gambar hidup; gambar hidup dengan suara; gambar hidup tidak bersuara; gambar 43 “Toleransi dalam Agama Hindu” Artikel diakses pada tanggal 7 Juni 2016 dari: https://paduarsana.com/2012/05/23/toleransi-dalam-agama-hindu/ 44 “Toleransi dalam Agama Hindu” Artikel diakses pada tanggal 7 Juni 2016 dari: https://paduarsana.com/2012/05/23/toleransi-dalam-agama-hindu/ 45 Artikel diakses pada tanggal 1 Juni 2016 dari: http://dharmagupta.blogspot.co.id/2012/12/kerukunan-dan-toleransi-umat- beragama.html 28 hidup yang diberi berwarna.46 Effendy mendefinisikan film sebagai gambar yang bergerak secara mekanik yaitu berbentuk gambar-gambar yang terbuat dari seluloid yang transparan dalam jumlah yang banyak apabila digerakkan melalui cahaya yang kuat, maka gambar tersebut akan tampak seperti gambar hidup.47 Film ditemukan dari hasil pengembangan pinsip-prinsip fotografi dan proyektor. Kemudian dari proses tersebut muncullah sebuah gambar gerak yang membentuk cerita dan menarik untuk ditonton.48 Sedangkan menurut UU 8/1992, film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan/atau lainnya;49 Menurut McQuail (1993: 13) film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum. 46 W.J.S. Poerwadarminta, KBBI (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 330. 47 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 178. 48 Arif Budi Prasetyo, Penonjolan Tokoh Antagonis dalam Film The Dark Knight (Studi Semiotik Tokoh Joker dalam Film the Dark Knight), h. 73. 49 Heru Effendy, Mari Membuat Film (Yogyakarta: Panduan, 2006), h. 22. 29 2. Film sebagai Media Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah proses penciptaan makna bersama antara media massa dan khalayaknya.50 Ciri utama media massa adalah bahwa media massa dirancang untuk menjangkau banyak orang.51 Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media.52 Media yang dimaksud diantaranya adalah surat kabar, televisi, film, iklan, dan radio. Media yang telah disebutkan di atas mempunyai kesamaan yaitu sama-sama dapat menjangkau khalayak yang luas dengan waktu yang hampir bersamaan. Sifat film yang audiovisual gerak mampu memiliki daya resistensi lebih kuat dibandingkan bentuk-bentuk informasi lainnya. Dengan format tayangan dan bentuk saluran penyajiannya, film mampu membangun opini publik pola pikir masyarakat juga dapat diubah atau bahkan sengaja diciptakan melalui media ini.53 Film bermula pada akhir abad ke-19 sebagai teknologi baru, tetapi konten dan fungsi yang ditawarkan masih sangat jarang. Film kemudian berubah menjadi alat presentasi dan distribusi dari tradisi hiburan yang lebih tua, menawarkan cerita, panggung, musik, drama, humor, dan trik teknis bagi konsumsi populer.54 Film mampu menjangkau populasi dalam jumlah besar dengan cepat, bahkan di 50 Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 7. 51 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Edisi 6 Buku 1, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), h. 61. 52Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 80. 53 Estu Miyarso, Pengembangan Multimedia Interaktif untuk Pembelajaran Sinematografi, Thesis (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2009), h. 2. 54 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Edisi 6 Buku 1, h. 35. 30 wilayah pedesaan. Sebagai media massa film berperan sebagai sarana komunikasi yang digunakan untuk penyebaran hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, dan sajian teknis lainnya. Terdapat tiga elemen penting dalam sejarah film. Pertama, penggunaan film untuk propaganda sangatlah signifikan, terutama jika ditujukan untuk nasional atau kebangsaan, berdasarkan jangkauannya yang luas, sifatnya yang riil, dampak emosional, dan popularitas. Dua elemen lainnya adalah sejarah film yaitu munculnya sekolah film dan munculnnya gerakan film dokumenter. 55 3. Sejarah Perkembangan Film Film yang dibuat oleh Thomas Edison dan Lumiere bersaudara masih berupa gambar yang diambil dalam frame (bingkai) yang statis (kamera tidak bergerak sama sekali) dan tidak ada penyuntingan. Pada awal kemunculan film, hal itu sudah lebih dari cukup untuk penonton pada saat itu. Namun seiring berjalannya waktu, penonton menginginkan hal lebih untuk uang yang telah mereka keluarkan. Seorang pembuat film Goerge Melies, mulai membuat cerita gambar bergerak, yaitu suatu film yang bercerita. Melies sering kali disebut “artis pertama dalam dunia cinema” karena ia telah membawa cerita narasi pada medium dalam bentuk kisah imajinatif seperti “A Trip to the Moon” (1902). Film “A Trip to the Moon” sampai ke Amerika pada tahun 1903, dan para pembuat film di Amerika tidak 55 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Edisi 6 Buku 1, h. 35. 31 hanya meminjam ide untuk menggunakan film dalam menyampaikan cerita, tetapi juga mengembangkannya. Edwin S. Porter, seorang juru kamera Edison Company, melihat bahwa film dapat menjadi alat penyampai cerita yang jauh lebih baik dengan penggunaan dan penempatan kamera secara artistik yang disertai dengan penyuntingan. Film berdurasi 12 menit karyanya, yang berjudul “The great Train Robbery” (1903), adalah film pertama yang menggunakan penyuntingan, gabungan potongan-potongan antara adegan, dan sebuah kamera bergerak untuk menceritakan sebuah kisah yang relatif kompleks.56 Film “The Great Train Robbery” dianggap sebagai film cerita pertama karena teknik pembuatannya yang benar-benar mengagumkan pada waktu itu.57 Teknik pembuatan film yang digunakan oleh Porter adalah montase yaitu penggabungan dua gambar yang terpisah, tetapi berkaitan dengan suatu cara yang memunculkan makna baru yang telah dipadukan.58 Pada tahun 1913, D.W Griffith seorang penulis, aktor dan juru kamera yang juga terkenal sebagai sutradara yang brilian, membuat film berjudul “Birth of a Nation” dan pada tahun 1916, film “Intolerance”, yang kedua-duanya berlangsung masing-masing berdurasi selama kurang lebih tiga jam.59 56 Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa, h. 215. 57 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 202. 58 Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa, h 216. 59 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 202. 32 Griffith merupakan orang pertama yang memperkenalkan inovasi seperti latihan terjadwal dan produksi yang didasari dengan naskah film. Griffith juga tidak mengabaikan aspek penampilan seperti pencahayaan dan kostum, menggunakan close-up dan sudut kamera dramatis lainnya untuk mentransmisikan emosi.60 Apabila Porter sudah menggunakan montase untuk menyampaikan suatu cerita, maka Griffith menggunakannya untuk menciptakan hasrat, menggerakkan emosi, dan meningkatkan ketagangan. Teknik perfilman hasil pemiiran Griffith kemudian dikembangkan lagi oleh dua orang bangsa rusia yaiut Vsevold Poduvskon dan Sergei Eisenstein. Sebuah sequance dari film karya eisenstein yang berjudul “Kapar Tempur Potemkin” yang berlangsung selama enam menit. Film tersebut diakui sebagai sequence yang paling berpengaruh dalam sejarah film. Sequence tersebut menggambarkan penduduk Odessa simpatisan pemberontakan kapal Potemkin yang dibunuh secara kejam oleh pasukan kerajaan.61 Film tersebut adalah film bisu, tetapi cukup mempesona dan berpengaruh dalam jiwa penonton. Pada tahun 1927 di Broadway Amerika Serikat muncullah film bicara yang pertama walaupun dalam keadaan yang belum sesempurna sekarang. Sejak saat itu terus dilakukan pengembangan teknologi dan usaha untuk menyemurnakan 60 Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa, h 216. 61 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 203. 33 film bicara. Kemudian film bicara mencapai kesempurnaan pada tahun 1935.62 Setelah itu, pengembangan film selanjutnya fokus pada film berwarna. Pengembangan film berwarna juga berhasil pada saat itu, namun sesudah perang Dunia II muncul TV yang kemudian menjadi ancaman besar bagi film. Sejak rumah-rumah sudah memasang pesawat TV, pengunjung bioskop baik di Amerika maupun negara lain mengalami kemerosotan. Pada tahun 1952-1953 para pegiat film banyak menemukan teknologi film yang baru. Diantaranya, “Cinerama” yaitu sebuah layar yang besarnya enam kali lebih besar dari pada layar film biasa. Cinerama ditemukan oleh Fred Waller ini tidak dapat digunakan secara umum karena karena mahalnya biaya dan kesukaran tekniknya dalam pemutaran film-film di biskop. Temuan selanjutnya adalah “3 Dimensi” (1953) yaitu suatu sistem yang benar-benar menimbulkan kesan mendalam karena yang dilihat penonton tidak lagi rata melainkan menonjol ke luar seolah-olah yang disaksikan penonton adalah nyata. Kesukaran teknik pada “3 Dimensi” juga menjadi alasan sistem ini tidak bisa disajikan kepada publik. Pada tahun yang sama, diperkenalkan pula “Cinemascope” layarnya yang besar namun dapat disajikan kepada publik. Publik yang sebelumnya terpesona dengan TV pun kembali berbondong-bondong 62 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h.203. 34 untuk menyakiskan film di bioskop. Cinematoscope diperkenalkan oleh perusahaan film 20th Century Fox. Selain itu, perusahaan film Paramount juga memperkenalkan “Vista Vision” yaitu layar film yang dapat menampilkan gambar-gambar yang tajam. 4. Unsur-unsur Pembentukan Film Menurut Himawan (2008: 2), film terbagi atas dua unsur yaitu unsur naratif dan unsur sinemantik. Unsur naratif adalah bahan (materi) yang akan diolah, berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Unsur naratif terdiri dari tokoh, masalah, lokasi, dan waktu. sedangkan unsur sinematik merupakan aspek-aspek pembuatan film. Elemen- elemen unsur sinematik antara lain: a. Mise-en-scene, yaitu segala hal yang berada di depan kamera yang akan diambil gambarnya dalam sebuah produki film. Mise-en- scene terdiri atas empat aspek utama dalam sebuah produksi film. Aspek-aspek tersebut adalah: setting (latar), kostum dan make up (tata rias), lighting (pencahayaan), dan acting (pelakonan).63 b. Editing, yaitu transisi sebuah gambar ke gambar lainnya. Tahap editng dimulai dengan pemilihan shot-shot yang telah diambil, kemudian diolah dan dirangkai sehingga mennjadi suatu film yang utuh.64 c. Sounds (Suara), yakni segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui indera pendengaran. Sounds merupakan aspek sistematis yang tidak kalah pentingnya dengan aspek yang lain. 63 Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005), 49. 64 Himawan Pratista, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 123. 35 Melalui sound, adegan yang terekam dalam kamera akan terasa lebih hidup dan nyata. Sound memiliki beberapa aspek yaitu dialog, musik, dan efek suara.65 d. Sinematografi, yaitu perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan objek yang diambil. Dalam sebuah produksi film ketika seluruh aspek mise-en-scene telah tersedia dan sebuah adegan telah siap diambil gambarnya, pada saat ini lah unsur sinematografi mulai berperan. Secara umum sinematogafi dibagi menjadi tiga aspek, yakni kamera dan film framing, serta durasi gambar. Kamera dan film mencakup teknik-teknik yang dapat dilakukan melalui kamera dan stok filmnya, seperti warna, penggunaan lensa, kecepatan gerak gambar, dan sebagainya. Framing adalah hubungan kamera dengan objek yang akan diambil, seperti batasan wilayah gambar atau frame, jarak, ketinggian, pergerakan kamera dan seterusnya. Sementara durasi gambar mencakup lamanya sebuah objek diambil gambarnya oleh kamera. Berikut ini adalah salah satu aspek framing yang terdapat dalam sinematografi, yakni jarak terhadap objek (type of shot). Menurut Thompson & Bowen (2009) terdapat sembilan teknik shot kamera, dimana setiap teknik memiliki fungsi dan makna yang berbeda, yaitu:66 65 Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 272. 66 Ari Novitasari, Grammar of Film , Artikel diakses tanggal 29 April 2016 dari: http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-Artikel%20Jurnal%20- %20Ari%20Novitasari%20070810657%20(AB).doc 36 a) Long shoot/Wide Shot (LS/WS): Dengan teknik ini bisa diketahui siapa, dimana dan kapan berkaitan dengan subjek. Selain itu, juga bisa diketahui gendernya, kostum, gerakan subjek, dan ekspresi wajah. b) Medium shots (MS): Dengan teknik ini bisa diketahui siapa, dimana dan kapan berkaitan dengan subjek. Selain itu, juga bisa diketahui gendernya, kostum, gerakan subjek, dan ekspresi wajah. c) Close-up (CU): Disebut juga intimate shot. Untuk menghasilkan gambaran orang, objek, atau tindakan yang terlihat besar, sehingga bisa mendapatkan informasi yang detail tentang objek, serta bisa menunjukkan ekspresi seseorang. d) Extreme Long Shot (XLS): Digunakan untuk menunjukkan lingkungan urban, suburban, rural, pegunungan, gurun, laut, dan lain-lain. Juga digunakan untuk menunjukkan siang, malam,musim dingin, musim panas, dll. e) Very Long Shot (VSL): Memperlihatkan lebih jelas lagi tentang siapa dan dimana subjek berada. f) Medium Close Up (MCU: Memberi informasi tentang cara bicara, cara mendengarkan atau tindakan dari karakter Ekspresi wajah, arah pandang, emosi, warna rambut, make-up tampak jelas. g) Big Close Up (BCU): Lebih untuk memperlihatkan bagian wajah, terutama hidung, mata dan mulut. Untuk memperlihatkan siapa subjek itu, dan bagaimana ekspresinya (marah, sedih, terharu, dll). 37 h) Extreme Close Up (ECU): Gambar ini biasanya digunakan untuk film dokumenter, berkaitan dengan medis atau ilmu alam, bisa juga digunakan untuk film naratif fiksi, atau film art. Film umumnya dibangun dengan tanda. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. Sistem semiotika yang lebih penting lagi dalam film adalah digunakannya tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu.67 Dalam setiap gambar yang telah diambil oleh sutradara baik itu dari segi sudut pandang pengambilan, pencahayaan, tipe lensa, ataupun yang lainnya semuanya mempunyai arti tersendiri.68 5. Klasifikasi Film Klasifikasi film dapat dibagimenjadi beberapa klasifikasi, yaitu menurut jenis film, menurut genre film, dan menurut umur penontonnya. a. Klasifikasi Film Menurut Jenis Film Klasifikasi film menurut jenisnya dibagi menjadi beberapa jenis yaitu terdiri dari film cerita, film berita, film dokumenter, dan film kartun. Berikut penjelasan dari jenis-jenis film tersebut: 1) Film Cerita (Story Film), yaitu jenis film yang menceritakan kepada publik sebuah cerita. Sebagai cerita harus mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa manusia.69 Film cerita 67 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 128 68 Sri Wahyuningsih, Kearifan Budaya Lokal Madura sebagai Media Persuasif, Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 2 Desember 2014, h. 177 69 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 210. 38 merupakan film yang biasa dipertunjukkan di bioskop-bioskop. Pada jenis film ini, Marcel Danesi menyebutnya sebagai film fitur, yaitu karya fiksi yang strukturnya selalu berupa narasi dan dalam proses pembuatannya melalui tiga tahap, tahap pra produksi, tahap produksi, dan tahap post-produksi atau yang biasa disebut editing. 2) Film berita (Newsreel), yaitu film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai bertia (news value).70 3) Film Dokumenter (Documentary Film). Film dokumenter yaitu film nonfiksi yang menggambrkan situasi kehidupan nyata dengan setiap individu menggambarkan perasaannya dan pengalamannya dalam situai yang apa adanya, tanpa persiapan, langsung pada kamera atau pewawancara.71 4) Film Kartun atau Film Animasi. Animasi adalah teknik pemakaian film untuk menciptakan ilusi gerakan dan serangkaian gambaran benda dua atau tiga dimensi. Penciptaan tradisional dari animasi gambar-bergerak selalu diawali hampir bersamaan dengan penyusunan storyboard, yaitu serangkaian sketsa yang menggambarkan bagian penting dari cerita.72 70Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h.212. 71 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 133. 72 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, h. 133. 39 b. Klasifikasi Film Menurut Tema Film (Genre) Klasifikasi bedasarkan genre yaitu klasifikasi dari sekelompok film yang emiliki karakter atau pola sama (khas)73, berikut beberapa klasifikasi film menurut genre-nya: 1) Drama, tema drama lebih menekankan sisi human interest yang bertujuan untuk mengajak penonton ikut merasakan kejadian yang dialami tokohnya, sehingga penonton merasa seakan-akan berada di dalam film tersebut. Tidak jarang penonton merasakan sedih, senang, kecewa, bahkan ikut marah. 2) Action, tema action menyajikan adegan-adegan perkelahian, pertempuran dengan senjata antara tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Hal ini ditujukan agar penonton merasakan ketegangan, takut, was-was seperti yang terjadi di dalam film. 3) Komedi, genre komedi menyajikan adegan-adegan lucu yang bertujuan untuk membuat penonton tersenyum atau tertawa. 4) Tragedi, film tragedi umumnya bercerita tentang kondisi atau nasib yang dialami oleh tkoh utama pada film tersebut. Nasib yang dialami biasanya membuat enonton merasa kasihan atau prihatin. 5) Horor, genre horor menampilkan adegan-adegan yang menyeramkan sehingga membuat penontonnya merinding karena perasaan takutnya. Biasanya film horor berkaitan dengan dunia gaib/magis, yang dibuat dengan special effect, animasi, atau langsung dari tokoh-tokoh dalam film tersebut. 73 Himawan Pratista, Memahami Film, h. 4. 40 c. Klasifikasi Film Menurut Usia Penonton Film Adapun klasifikasi film menurut umur penotonnya, sebagai berikut74: a. “G” (General) :film untuk semua umur b. “PG” (Parental Guidance) :film yang dianjurkan didampingi orang tua c. “PG-13” :film di bawah 13 tahun dan didampingi orang tua d. “R” (Restriced) :film dibawah 17 tahun, didampingi orang dewasa e. “X” :film untuk 17 tahun ke atas. 74 Yoyon Mudjiono, Kajian Semiotika dalam Film, Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 1, No. 1, April 2011, h, 136. BAB III GAMBARAN UMUM A. Sekilas Tentang Film Bajrangi Bhaijaan Film Bajrangi Bhaijaan merupakan film kedua hasil kerja sama antara Salman Khan dan Kabir Khan. Film dengan genre drama-komedi ini bercerita mengenai konflik India-Pakistan dan kehidupan beragama di kedua negara tersebut. Ide cerita yang diangkat dalam film ini termasuk ide cerita yang berat. Namun Kabir Khan berusaha membuat cerita dalam film Bajrangi Bhaijaan menjadi cerita yang ringan dan mudah dicerna oleh penonton. Film yang disutradarai Kabir Khan menjadi film terlaris di tahun 2015 dengan raihan angka Rs 250 crore atau senilai Rp 525,7 miliar dalam dua minggu. Angka tersebut bahkan mengalahkan film laris Amir Khan, Pk, dalam penanyangan dua minggu pertama.1 Keuntungan yang diraih oleh film Bajrangi Bhaijaan ternyata menyumbangkan sebagian keuntungannya untuk petani miskin India. Dikutip dari Liputan6.com, melalui pernyataan salah satu anggota partai BJP, Shaina NC, mengatakan bahwa pembuat film Bajrangi Bhaijaan menawarkan untuk menyumbangkan keuntungan film kepada petani di India.2 1 Liputan 6.com, “Mampukah Film Ajay Devgn Mengimbangi Bajrangi Bhaijaan”, artikel ini diakses pada 23 Maret 216 dari http://showbiz.liputan6.com/read/2281077/mampukah-film- drishyam-ajay-devgn-mengimbangi-bajrangi-bhaijaan . 2 Liputan 6.com, “Salman Khan Akan Donasikan Keuntungan Film untuk Petani”, artikel ini diakses pada 23 Maret 2016 dari http://showbiz.liputan6.com/read/2277985/salman-khan- akan-donasikan-keuntungan-filmnya-untuk-petani 41 42 Karakter Chand Nawab yang diperankan oleh Nawazuddin Siddiqui merupakan karakter nyata yang terinspirasi dari seorang jurnalis dan pembawa berita Pakistan, Chand Nawab. Sedangkan adegan ketika Chand Nawab sedang meliput keadaan di sekitar stasiun kereta api dan banyak orang yang berlalu lalang di depan kamera juga kejadian nyata yang dilakukan Chand Nawab dan videonya pernah menjadi viral di youtube pada tahun 2008. Pada saat syuting klimaks film Bajrangi Bhaijaan, para kru film harus berjalan selama satu jam untuk sampai di lokasi melewati salju setiap pagi. Pada akhir film, dikerahkan sekitar 7000 orang yang diangkut dengan bus kemudian berjalan kaki menuju lokasi yang berada di ketinggian 10.000 kaki di bawah permukaan laut. Dikutip dari laman twitter Kabir Khan (@kabirkhankk), beberapa penghargaan yang telah diterima oleh film Bajrangi Bhaijaan antara lain: 1. TOIFA Dubai Awards 2016 sebagai The Best Film 2. IBNLive Movie Awards 2016 kategori Best Director dan Supporting Actor 2015 3. Indian Television Academy Awards 2015 kategori Popular Director dan Best Child Artist 4. Zee Cine Awards 2016 kategori The Best Film dan The Best Actor 5. Starscreen Awards 2016 Kategori The Best Film, The Best Director, The Best Supporting Actor, The best Child Actor 6. Guild Awards 2015 Kategori The Best Film 2015 43 7. Sansui Colors Stardust Awards 2015 kategori The Best Film, The Best Director, The Best Supporting Actor, dan The best Child Actor 8. Selain itu, film Bajrangi Bhaijaan juga menjadi film pembuka dalam International Film Festival pertama untuk penyandang disabilitas di India. B. Sinopsis Film Bajrangi Bhaijaan Setelah terpisah dengan ibunya saat akan kembali ke Pakistan, Shahida/Muni (Harshaali Malhotra) bertemu dengan Pawan Chaturvedi/Bajrangi (Salman Khan) seorang pria penganut Dewa Bajrangbali (Dewa Hanuman) yang baik hati. Tak tega melihat gadis kecil yang bisu dan sendirian, Pawan berusaha untuk menolong gadis kecil tersebut. akhirnya Pawan membawa serta Shahida kembali ke rumahnya. Karena tidak mengetahui namanya, Pawan pun memanggil gadis tersebut dengan nama Muni. Ketika diketahui ternyata Muni Berasal dari Pakistan, calon mertua Pawan tidak menghendaki Muni tinggal di rumah mereka. Pawan tidak mempunyai pilihan lain selain mengantarkan Muni kembali ke kekeluarganya di Pakistan. Pawan nekat mengantarkan Muni melewati jalur ilegal dengan menyeberangi perbatasan Pakistan dan India tanpa membawa passport dan visa. Hal itu ia terpaksa lakukan karena sebelumnya terjadi demo di keduataan Pakistan di India yang membuat kedutaan Pakistan ditutup untuk sementara waktu. 44 Sebagai penganut Bajrangbali, Pawan tidak mau melakukan kebohongan di dalam hidupnya. Sifat jujur pawan ternyata malah membuatnya berhadapan dengan polisi Pakistan dan dituduh sebagai mata- mata. Seorang wartawan lokal, Chand Nawab yang juga mengira bahwa pawan adalah mata-mata malah balik membantu Pawan mencari orang tua muni setelah tau pawan bukanlah mata-mata India. Ditengah perjuangan mereka mencari orang tua muni, mereka dipertemukan dengan seorang ustadz, Maulana Sahab. Kepada Maulana Sahab, pawan menceritakan maksud kedatangannya ke Pakistan. Maulana Shahab pun kemudian membantu Pawan untuk mengelabui para polisi yang sedang mencarinya. Ketika bertemu dengan Maulana Sahab, Pawan pun mendapat banyak pelajaran mengenai agama Islam. Tentang bagaimana Islam memperlakukan dan menghormati orang agama lain tanpa membeda- bedakan, tidak seperti yang ia bayangkan selama ini. Perjuangan Pawan, Muni, dan Chand Nawab untuk mencari kedua orang tua Muni masih terus berlanjut. Sampai pada akhirnya Pawan berniat untuk menyerahkan diri ke polisi, dengan begitu polisi akan mencari kedua orang tua muni. Namun Chand Nawab melarang pawan untuk melakukan hal tersebut. Karena yang mungkin terjadi adalah Pawan akan dipenjara tanpa seorang pun yang tahu keberadaannya dan Muni tidak akan menemukan orang tuanya. Ketika melihat berita di TV, Chand Nawab mendapatkan ide untuk menyiarkan kisah muni di televisi. Chand Nawab kemudian menghubungi 45 beberapa stasiun televisi yang ia kenal, namun sayang semua stasiun TV yang ia hubungi menolak untuk menyiarkan berita tersebut. Mereka mengatakan bahwa berita tersebut murahan dan tidak menarik. Chand Nawab tidak kehilangan akal, berbekal kamera yang ia punya Chand Nawab membuat sebuah video yang kemudian ia unggah ke youtube. Dalam video tersebut Chand Nawab menjelaskan bahwa Pawan bukanlah mata-mata India, kedatangannya ke Pakistan hanya mengantarkan Muni kembali ke keluarganya. Dengan mengunggah video tersebut ke youtube Chand Nawab berharap agar orang-orang yang melihat video tersebut dapat membantu menemukan kedua orang tua muni. Berkat video itulah mereka menemukan tempat tinggal muni. Namun ketika mereka menuju tempat tinggal muni, terjadi pemeriksaan bus yang dilakukan polisi untuk mencari Pawan. Chand Nawab dan Muni berhasil melarikan diri dan bertemu dengan orang tua Muni. Sedangkan pawan yang mengalihkan perhatian para polisi ditahan di penjara Pakistan. Setelah ditahan polisi, Pawan disiksa agar mengaku bahwa dirinya adalah mata-mata India. Namun setelah diselidiki oleh polisi Pakistan, ternyata Pawan bukanlah mata-mata. Para polisi yang sudah mengetahui bahwa pawan bukanlah mata-mata India kemudian membebaskan Pawan karena tidak ingin melukai kesucian negaranya. 46 C. Profil Sutradara Film Bajrangi Bhaijaan Gambar 2.1. : Kabir Khan Kabir Khan adalah seorang sutradara, penulis latar, senimatografer, dan saat ini menjadi filmmaker Bollywood tersukses di India. Dia merupakan lulusan University Kirori Mal College, Delhi. Setelah lulus dari sekolah film, ia menjadi asisten jurnalis sekaligus filmmaker, Saeed Naqvi dan berkeliling lebih dari 60 negara.3 Kabir Khan memulai karirnya dengan membuat film-film dokumenter dan dikenal karena kemampuan sinematografinya yang hebat. Debut filmnya sebagai sinematografer yaitu “Beyond the Himalayas”. Sedangkan film “The Forgotten Army” (1999) adalah debut pertamanya sebagai sutradara. Pada tahun 2001, Kabir Khan kembali membuat film yang hebat lainnya seperti seperti “ Taliban Years and Beyond” dan The Titanic Sinks in Kabul”. Pada tahun 2006, Kabir Khan membuat film "Kabul Express" dan film “New York” pada tahun 2009.4 Film Bajrangi Bhaijaan merupakan kerja sama yang dilakukan Kabir Khan dengan Salman Khan untuk kali kedua. Sebelumnya mereka bekerja sama di film Ek Tha Tiger yang rilis pada tahun tahun 2012. Prestasi film 3“Bollywood Legends: India trough the Lens of Director Kabir Khan” dari: www.greavesindia.com/blog/posts/2015/october/bollywood-legends-india-trough-the-lens-of- director-kabir-khan artikel diakses pada tanggal 5 Mei 2016 pukul: 15.00 WIB 4 Imdb, “Kabir Khan”, dari: http://www.imdb.com/name/nm1203138/bio?ref_=nm_ql_1 artikel diakses pada tanggal 29 April 2016 47 Bajrangi Bhaijaan yang ia garap ternyata diluar perkiraan. Karena sebelumnya naskah Bajrangi Bhaijaan ditolak oleh beberapa sutradara dan aktor. Namun dengan tangan dinginnya Bajarangi Bhaijaan bisa meraih sukses yang luar biasa. Penghargaan yang telah diterima oleh Kabir Khan antara lain: 1. IBNLive Movie Awards 2016 kategori Best Director 2. Indian Television Academy Awards 2015 kategori Popular Director 3. Starscreen Awards 2016 Kategori The Best Director 4. Sansui Colors Stardust Awards 2015 kategori The Best Film Director 5. Zee Cine Awards 2013 Special Award (Power Club - Box Office Award) untuk film Ek Tha Tiger (2013) 6. Asian First Film Festival 2007 Kategori Best Director (Kabul Express) (2006) 7. Film South Asia 1999 kategori Jury Award (The Forgotten Army) (1999) D. Tim Produksi Film Bajrangi Bhaijaan Sutradara : Kabir Khan Screenplay : Kabir Khan, Parveez Shaikh, V. Vijayendra Prasad Dialog : Kabir Khan Cast : Salman Khan Kareena Kapoor Khan Harshaali Malhotra 48 Nawazuddin Siddiqui Om Puri Executive Producer : Rajaan Kapoor Co-Producer : Amar Butala Director of Photography : Asees Mishra Associate Producers : Garima Mehta, Rajeesh Bhat Produced by : Salma Khan, Salman Khan, dan Rockline Venkatesh Productions Designers : Rajnaish Hedoo, Sumit Basu, dan Snigdha Basu Casting Director : Mukesh Chabra Sound Designers : Julius Packiam Action Director : Sham Kaushal Editor : Rameshwar S. Bhagat Musik : Pritam E. Profil Pemain Film Bajrangi Bhaijaan 1. Salman Khan Gambar 2.2. : Salman Khan 49 Salman Khan bernama asli Abdul Rashid Salim Salman Khan, dia dilahirkan di Indore, Madhya Pradesh, India pada tanggal 27 Desember 1965. Salman Khan merupakan putra dari penulis terkenal, Salim Khan. Salman Khan mulai berkenalan dengan dunia akting lewat perannya di film Biwi Ho To Aisi yang dirilis pada tahun 1988.5 Peran kecil dalam film ini berlanjut dengan dipercayanya dia untuk menjadi pemeran utama film Maine Pyar Kiya satu tahun berikutnya. Maine Pyar Kiya ini ternyata cukup sukse di pasaran dan membuat popularitas Salman Khan makin bersinar. Setelah peran tersebut, Salman Khan mulai banyak tawaran untuk menjadi pemeran utama di film-film yang ia bintangi. Dalam film, Salman tak pernah terpaku pada satu karakter saja. Ia bisa menjadi tokoh yang sensitif, lucu, bahkan agresif. Kepiawaian Salman berakting pun sering mendapat pujian dari para kritikus film.6 Sejak memulai debut pertamanya pada tahun 1988, Salman khan terhitung sudah berperan lebih dari 90 film. Beberapa penghargaan yang pernah diraih Salman Khan antara lain:7 a. Zee Cine Awards 2016 kategori The Best Actor b. Star Box Office India Awards 2014 kategori Mr. Money Bags ( Male lead who clocked the maximum cumulative collections during the year). 5 Kapan lagi, “Salman Khan”, artikel ini diakses pada tanggal 29 Maret 2016 dari http://www.kapanlagi.com/bollywood/s/salman_khan/ 6 IMDb, “Salman Khan”, artikel ini diakses pada tanggal 29 Maret 2016. http://www.imdb.com/name/nm0006795/awards?ref_=nm_ql_2 7 “Salman Khan Awards” Artikel diakses pada tanggal 28 Maret 2016 dari: http://www.imdb.com/name/nm0006795/awards?ref_=nm_ql_2 50 c. Zee Cine Awards 2013 Kategori Best Actor (Dabangg 2), Best Use of Social Media (Ek Tha Tiger, Dabangg 2) d. The Ghanta Awards 2013 Kategori Worst Actor (Ek Tha Tiger, Dabangg 2) e. The Ghanta Awards 2012 Kategori Worst Actor (Bodyguard, Ready) f. People Choice Awards India 2012 kategori Favorite Movie Actor (Ek Tha Tiger), Favorite Action Movie Star (Ek Tha Tiger). g. Stardust Awards India 2012 kategori Star of the Year- Male (Ready, Bodyguard) h. Screen Weakly Awards 2011 kategori Best Actor (Dabangg) i. Awards of the International Indian Film Academy 2010 kategori Habitat Humanity Ambassadorship Award j. Filmfare Awards 1999 kategori Best Supporting Actor (Kuch Kuch Hota Hai). 2. Kareena Kapoor Khan Gambar 2.3. : Kareena Kapoor Kareena Kapoor lahir pada tanggal 21 September, 1980. Kareena mulai mengasah bakat aktingnya di sekolah akting di Mumbai 51 dibawah pengawasan Kishore Namit Kapoor, yang merupakan bagian dari Institut Film dan Televisi India (FTII). Kareena Kapoor merupakan anak terakhir dari pasangan artis Randhir Kapoor dan Babita. Kakak perempuannya adalah artis Karisma Kapoor yang juga salah satu artis terkenal di India. Suaminya adalah aktor berbakat, Saif Ali Khan.8 Debut film pertamanya yaitu pada tahun 2000, Refugee yang dibintang dengan anak amitabh Bachchan, Abhishek. Aktingnya dalam film Refugee mendapatkan pujian dari para pengkritik film. Kareena Kapoor sudah berperan lebih dari 56 film sejak debut pertamanya dan mendapatkan lebih dari 12 penghargaan dari 28 nominasi selama ia berkarir. Penghargaan yang pernah diraih Kareena Kapoor antara lain:9 a. Filmfare Awards 2011 Kategori Best Supporting Actress (We Are family) b. Awards of The Film India Academy 2010 kategori Best Actress in Leading Role (3 Idiots) c. Screen Weakly Awards 2008 Kategori Best Actress (Jab We Met) d. Apsara Film Producers Guild Awards 2008 Kategori Best Actress (Jab We Met) e. Filmfare Awards 2008 Kategori Best Actress (Jab We Met), Best Actress Critics (Omkara) f. HT Cafe Film Awards 2007 Kategori Best Actress (Jab We Met) 8“Kareena Kapoor” artikel diakses pada tanggal 22 April 2016 pukul 16.52 WIB http://www.filmyfolks.com/celebrity/bollywood/kareena-kapoor.shtml 9 “Kareena Kapoor Awards” artikel diakses pada tanggal 29 Maret 2016 http://www.imdb.com/name/nm0004626/awards?ref_=nm_ql_2 52 g. Filmfare Awards 2005 Kategori Best Actress Critics (Dev) h. Filmfare Awards 2004 for her performance (Chameli) i. Awards of The Film India Academy 2004 kategori Samsung Diva j. Zee Cine Awards 2002 as Queen of Hearts Awards k. Awards of The Film India Academy 2001 kategori Best Female Debut (Refugee) l. Filmfare Awards 2001 Kategori Best Newcomer Female (Refugee) 3. Harshaali Malhotra Gambar 2.4 : Harshaali Malhotra Harshaali Malhotra lahir pada tanggal 6 Maret 2008 di Mumbai, Maharashtra, India. Film Bajrangi Bhaijaan merupakan film pertama Harshali sejak ia memulai karirnya pada tahun 2014. Debut film pertamanya ini ternyata membawa Harshaali mendapatkan penghargaan sebagai Artis Cilik Terbaik dalam ajang Stardust Awards 2015, Indian Television Academy Awards, dan Starscreen Awards 2016. Harshaali Malhotra harus bersaing dengan lebih dari 5000 anak yang mengikuti audisi pemeran tokoh Shahida. Sebelumnya Harshaali berperan di serial TV Qubool Hai (Zee TV) dan Laut Aoo Trisha ( Life OK TV). 53 4. Nawazuddin Siddiqui Gambar 2.5 : Nawazuddin Siddiqui Nawazuddin Siddiqui lahir pada 19 Mei 1974 di Budhana, Uttar Pradesh, India. Sebelum menjadi aktor, Nawazuddin Siddiqui pernah menjadi satpam di salah satu perusahaan di Delhi. Pada tahun 1996, Nawazuddin lulus dari Sekolah Drama Nasional, New Delhi. Kemudian ia bergabung dengan Grup Teater Sakshi dan ia pun pernah bekerja dengan beberapa aktor seperti, Manoj Bajpai dan Saurabh Shukla.10 Nawazuddin Siddiqui memulai debut pertamanya pada tahun 1999 dengan peran kecil di film “Sarfarosh”. Dia membuat film pendek “The Bypass” pada tahun 2003, saat itu dia muncul bersama aktor Irrfan Khan. Kemunculannya di “Black Friday”, 2004 menjadi jalan pembuka untuk peran yang lebih besar di film-film setelahnya. Filmya yang berjudul Patang yang rilis di Amerika Serikat dan Kanada telah menyita banyak perhatian dari New York Times, Los Angeles Times, dan Roger Ebert. 10 “Nawazuddin Siddiqui” artikel diakses pada tanggal 22 April 2016 pukul 16.55 WIB dari: http://www.filmyfolks.com/celebrity/bollywood/nawazuddin-siddiqui.php 54 Sejak debutnya pada tahun 1999 Nawazuddin Siddiqui telah memerankan sekitar 49 karakter film. Penghargaan yang pernah diraih Nawazuddin Siddiqui antara lain:11 a. Starscreen Awards 2016 Kategori The Best Supporting Actor. b. IBNLive Movie Awards 2016 kategori The Best Supporting Actor 2015 c. Sansui Colors Stardust Awards 2015 kategori The Best Supporting Actor d. Apsara Film Producers guild Awards 2014 as Best Actor in Suporting Role (Dabba) e. Filmfare Awards 2014 as Best Supporting Actor (Dabba) f. Asia-Pasific Flm Festival 2013 as Best Supporting Actor (Dabba) g. Asian Film Awards 2013 as Best Supporting Actor (Talaash) h. National Film Awards India 2013 as special jury Award (Kahaani, Gangs of Wasseypur, Dekh Indian Sircus, Talaash) i. Stardust Awards 2013 as Best Supporting Actor (Kahaani) j. Zee Cine Awards 2013 as Best Supporting Role (Talaash) k. GQ Awards India 2012 as Breaktrough Personality of The Year 11“Nawazuddin Sidduiqui Awards” artikel diakses pada tanggal 29 Maret 2016 dari: http://www.imdb.com/name/nm1596350/awards?ref_=nm_ql_2 55 5. Om Puri Gambar 2.6 : Om Puri Om Puri lahir di Ambala, India pada tanggal 18 Oktober 1948. Istrinya bernama Nandita dan mereka mempunyai satu orang anak laki- laki, Nandita Puri adalah seorang kolumnis. Om Puri belajar di Sekolah Drama Nasional di New Delhi dan Institut Film di Pune. Om Puri merupakan salah satu aktor yang paling dihormati dan mempunyai banyak karya. Ia sudah banyak bekerja di film-film India. Pada tahun 1976 dia membuat debutnya di film Ghashiram Kotwal. Dia sudah bermain lebih dari 140 film selama karirnya. Film-film tersebut termasuk film yang diproduksi di Inggris dan Amerika Serikat.12 Pada pertengahan tahun 1980 membuat dua kesuksesan film Punjabi, yakni “Chan Pardesi” dan “Long Da Lishkara”. Setelah 19 tahun, Om Puri kembali bermain film punjabi yang berjudul “Baghi” 12Filmbeat, “ Om Puri” dari:http://www.filmibeat.com/celebs/om-puri/biography.html. Artikel di akses pada tangal 1 Juni 2016 pukul 15.00 WIB. 56 pada tahun 2005. Ia juga membintangi film “Gurdas Mann's Yaariyan” pada tahun 2008. Om Puri mendapatkan banyak pujian dari penampilannya di banyak peran di luar kebiasaannya, seperti film Aakrosh (1980), manager Jimmy di “Disco Dancer” (1982), Inspektur Polisi di “Ardh Satya” (1982), dan masih banyak lagi. Om Puri mulai dikenal secara internasional sejak ia berperan di film “My Son the Fanatic” (1997) ), “East is East” (1999), dan “The Parole Officer” (2001).13 Beberapa film Hollywood yang pernah diperankan Om Puri diantaranya “City of Joy” (1992), Wolf (1994), “The Ghost and the Darkness” (1996). Pada tahun 2007, ia berperan sebagai Jenderal Zia- Ul-Haq di film “Charlie Wilson's War” yang dibintangi Tom Hanks dan Julia Roberts. 13 Filmibeat, “ Om Puri” dari: http://www.filmibeat.com/celebs/om-puri/biography.html. Artikel di akses pada tangal 1 Juni 2016 pukul 15.00 WIB BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos Sejak awal perkembangnnya, film sudah menjadi media yang efektif dalam menyampaikan pesan lewat cerita yang terkandung di dalamnya. Pesan yang terkandung dalam film disampaikan melalui adegan-adegan yang diperankan oleh para aktor. Namun hal itu juga didukung dengan unsur-unsur lainnya, seperti penyuguhan gambar, ide cerita, skenario, audi-visual, dan masih ada beberapa proses yang harus dilalui sampai akhirnya film dapat dinikmati oleh para penonton. Dalam film Bajrangi Bhaijaan terdapat beberapa adegan yang mengandung makna toleransi agama. Adapun makna toleransi agama yang disampaikan dalam film tersebut berupa Berikut adalah analisis peneliti dalam film Bajrangi Bhaijaan. Dengan menggunakan analisis semiotik Roland Barthes pada film Bajrangi Bhaijaan ditemukan bebarapa makna denotasi, konotasi, dan mitos toleransi agama. A. Scene 1 Visual Dialog Type of Shot Medium Close Up: (Tidak ada dialog) Objek diambil dari jarak dekat hanya separuh badan. (Tidak ada dialog) Long Shot: Gambar diambil dari jarak jauh, sehingga objek dan 57 58 latar belakangnya nampak jelas. Pawan: Munni, dia itu Medium Close Up: orang Islam. Apa kau Objek diambil dari perhatikan cara dia jarak dekat hanya makan ayam tadi separuh badan. malam? Di dalam sana di menutup kepalanya dengan selendang dan berdoa. Rasika: Pawan, di Medium Close Up: mana Munni sekarang? Objek diambil dari jarak dekat hanya separuh badan. Pawan: Apa kata Medium Close Up: ayahmu nanti? Dia Objek diambil dari menipu kita. jarak dekat hanya separuh badan Rasika: Menipu? Dia Medium Close Up: hanya anak umur enam Objek diambil dari tahun, jauh dari orang jarak dekat hanya rumah. Jauh dari orang separuh badan. tua. Anak malang itu tidak bisa bicara. Pawan: Bagaimana Medium Close Up: dengan ayahmu? Dia Objek diambil dari orang Islam jarak dekat hanya separuh badan. Rasika: Pawan jangan Medium Close Up: bersikap bodoh. Kau tau objek diambil dari jarak aku mencintaimu? dekat hanya separuh Karena hatimu yang badan. baik. Soal kasta dan agama itu semuanya omong kosong. Jangan buang waktumu untuk urusan sepele. Aku tak bisa jelaskan ini pada 59 ayah, tapi setidaknya aku bisa jelaskan padamu. Ayo Muni sendirian di dalam. Medium Long Shot: (tidak ada dialog) gambar diambil setengah badan dari jarak jauh, namun objek tetap terlihat jelas beserta latar belakangnya. Long Shot: Gambar Pawan: Munii! diambil dari jarak jauh, sehingga objek dan latar belakangnya nampak jelas. Medium Close Up: (Tidak ada dialog) objek diambil dari jarak dekat hanya separuh badan. Medium Long Shot: (Tidak ada dialog) Gambar diambil setengah badan dari jarak jauh, namun objek tetap terlihat jelas beserta latar belakangnya. 1. Denotasi Pada gambar pertama, Pawan mengintip dari balik lubang dinding pembatas masjid. Gambar kedua, Muni sedang berdoa dengan mengadahkan kedua tangannya dan menggunakan selendang sedagai jilbabnya. Gambar ketiga, menampilkan Pawan dengan raut muka yang 60 ketakutan sedang berbicara kepada Rasika dengan masjid sebagai latar belakangnya. Gambar keempat, menampilkan Rasika yang sedang bertanya kepada Pawan dengan wajah yang serius dengan latar belakang kuil Dewa Bajrangbali. Gambar kelima, keenam, ketujuh dan kedelapan, masih menampilkan Pawan dan Rasika terlibat percakapan yang serius dengan masjid sebagai latar belakang Pawan dan kuil Dewa Bajrangbali sebagai latar belakang Rasika. Gambar kesembilan, Pawan mencari Muni di area masjid. Gambar selanjutnya, terlihat Muni yang sedang memeluk Pawan dengan wajah tersenyum, dan gambar terakhir menampilkan Rasika berada di samping Pawan yang sedang memeluk Muni. Makna denotasi dari adegan ini adalah adanya toleransi dalam segi kebebasan atau kemerdekaan dalam beragama hal ini dibuktikan memperlihatkan masjid dan kuil yang berhadap-hadapan sebagai latarnya. Kemudian sikap saling mengerti yang ditunjukkan dialog Rasika serta adegan Pawan yang memeluk Muni pada adegan terakhir. 2. Konotasi Adegan di atas menampilkan Pawan yang ketakutan setelah mengetahui bahwa Muni adalah orang Islam dan merasa bahwa Muni telah menipu dirinya. Pawan menyadari jika Muni beragama Islam saat melihat cara Muni menggunakan selendang sebagai penutup kepala serta cara berdoa Muni yang mengadahkan kedua tangannya di dalam masjid. 61 Rasika sangat marah saat mendengar perkataan Pawan bahwa Muni telah menipu mereka. Menurut Rasika, Muni hanyalah gadis kecil yang malang karena terpisah dari keluarganya di tempat yang sama sekali tidak ia kenal. Rasika tidak melihat Muni sebagai orang lain yang berbeda agama dengan dia, tetapi sebagai anak kecil yang tersesat dan membutuhkan pertolongannya. Hal ini dibuktikan dengan dialog Rasika yang mengatakan “Menipu? Dia hanya anak umur enam tahun, jauh dari orang rumah. Jauh dari orang tua. Anak malang itu tidak bisa bicara”. Pada gambar terakhir menampilkan Pawan yang memeluk Muni sedangkan Rasika tersenyum di sampingnya. Hal ini menunjukkan bahwa walau pada awalnya Pawan takut dan khawatir namun akhirnya Pawan dapat mengerti dan bisa menerima latar belakang Muni. Saat memeluk Muni, Pawan seolah mengatakan pada dirinya sendiri jika Muni tidak bisa disalahkan dengan latar belakangnya yang beragama Islam, karena saat ini Muni tetaplah anak kecil yang membutuhkan pertolongannya. Sedangkan makna konotasi dari dua tempat ibadah dalam satu area menunjukkan bahwa adanya kebebasan dalam memilih keyakinan bagi setiap orang tanpa adanya paksaan maupun tekanan dari siapapun. Selain itu, perbedaan agama dapat hidup berdampingan dan antar umat saling menghormati dalam hak-hak beragama. 3. Mitos Hidup dalam keberagaman membuat manusia mempunyai pilihan masing-masing di dalam kehidupannya. Untuk itu setiap orang harus 62 memberikan kebebasan dan adanya saling pengertian agar dapat menerima perbedaan tersebut. Dengan memberikan kebebasan beragama berarti menjamin keamanan dan kedamaian hidup antar umat bergama. Perbedaan seharusnya disyukuri dan dijadikan sarana untuk melatih diri untuk menjadi lebih rendah hati. Berbeda latar belakang tidak menghalangi seseorang untuk berbuat kebaikan termasuk tolong-menolong. Sikap saling tolong-menolong tanpa mempersoalkan perbedaan keyakinan merupakan salah satu ciri toleransi. Tolong-menolong sebagai bagian dari inti toleransi, menjadi prinsip yang sangat kuat di dalam Islam. Sikap tolong menolong didasarkan pada rasa kemanusiaan. Oleh sebab itu ketika berat menolong seseorang karena sebuah perbedaan, maka setidaknya kita bisa menolong orang tersebut sebagai sesama manusia yang membutuhkan pertolongan. Jika perbedaan yang ada disikapi dengan bijak maka akan membawa kedamaian dan kerukunan untuk semua pihak. B. Scene 2 Visual Dialog Type of Shot Medium Close Up: (Tidak ada dialog) Dari jarak yang dekat objek diambil hanya separuh badan. Tentara: kau tidak Full Shot: mempedulikan dirimu, Pengambilan gambar tapi setidaknya pikirkan objek secara penuh dari dia Pawan: Pak, aku kepala hingga kaki. bisa saja pergi sebelum anda kembali, tapi aku pengikut Bajrangbali 63 Tentara 2: Ya paham, Medium Long Shot: kau itu orang yang jujur Gambar diambil dan kau sudah setengah badan dari bersumpah. Tapi kau jarak jauh, namun terus-terusan di sini. objek tetap terlihat jelas beserta latar belakangnya. Pawan: Aku sudah Medium Long Shot: berjanji padamu, aku Gambar diambil akan kembali ke India setengah badan dari saat sudah kutemukan jarak jauh, namun orang tua Munni. Tapi objek tetap terlihat jelas Pak, kumohon beri aku beserta latar ijin. belakangnya. Tentara: sudah Medium Long Shot: kubilang pergilah, Gambar diambil kenapa kau tak setengah badan dari mengerti? jarak jauh, namun Pawan: itu bukan izin objek tetap terlihat jelas pak, itu tetap beserta latar menyelinap. belakangnya. Medium Close Up: (tidak ada dialog) Dari jarak yang dekat objek diambil hanya separuh badan. Tentara: Baiklah Long Shot: Gambar pergilah. Jika kau benar diambil dari jarak jauh pengikut Bajrangbali, sehingga objek dan kau pasti akan kembali. latar belakangnya nampak jelas. Pawan: Aku janji Pak. Long Shot: Gambar diambil dari jarak jauh sehingga objek dan latar belakangnya nampak jelas. Pawan: Jai Sri Ram Long Shot: Gambar diambil dari jarak jauh sehingga objek dan latar belakangnya nampak jelas. 64 1. Denotasi Gambar 1, di kanan dan kiri Pawan ada dua senjata tentara. Gambar 2, Pawan berhadapan dengan para tentara Pakistan yang siap untuk menembaknya dengan latar gurun pasir. Gambar ketiga, menampilkan seorang tentara yang sedang berbicara kepada Pawan dengan menodongkan senjata. Gambar keempat dan kelima Pawan sedang berbicara dengan kepala tentara sedangkan tentara yang lainnya siap untuk menembak Pawan. Gambar keenam, menampilkan Muni yang memegang lengan Pawan. Gambar ketujuh, Pawan terlihat meninggalkan segerombolan tentara dan gambar kedelapan, kepala tentara mengingatkan Pawan untuk menepati janjinya, dan gambar terakhir, Pawan dan Muni membungkuk mengucapkan terima kasih kepada tentara. 2. Konotasi Sebagai penganut dewa Hanuman yang selalu mengutamakan kejujuran, Pawan tidak mau menyelinap memasuki negara lain sehingga bersikukuh untuk meminta izin kepada tentara Pakistan yang menjaga perbatasan. Walaupun tidak mudah, Pawan terus meyakinkan para tentara Pakistan tersebut agar diberikn kesempatan untuk mengantarkan Muni kembali ke keluarganya. Pawan berjanji untuk segera kembali ke India setelah menemukan keluarga Muni. Melihat kesungguhan dan niat baik Pawan untuk menyatukan Muni dengan keluarganya, akhirnya kepala tentara itu pun mengizinkan Pawan untuk ke Pakistan dengan syarat ia harus menepati janjinya. 65 Dari adegan di atas menunjukkan bahwa toleransi yang diberikan oleh kepala tentara Pakistan kepada Pawan karena niat baik Pawan untuk mencari kedua orang tua Muni. Niat baik Pawan tentunya membawa pada kemaslahatan, yaitu Muni bisa berkumpul lagi dengan keluarganya karena alasan itulah kepala tentara mengizinkan Pawan untuk memasuki negara Pakistan. Kepala tentara menyadari bahwa Pawan telah melakukan tindakan ilegal yaitu memasuki perbatasan tanpa mempunyai surat-surat resmi. Namun, hal itu dilakukan Pawan karena keadaan Pawan yang tidak mempunyai pilihan selain menyelamatkan Muni kembali ke keluarganya. 3. Mitos Toleransi beragama bukan hanya sekedar hidup berdampingan yang pasif saja akan tetapi lebih dari itu yaitu berbuat baik dan berlaku adil antara satu sama lain. Bagi umat Islam maupun agama lainnya seharusnya perbedaan agama atau latar belakang lainnya tidak menghalangi untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap sesama manusia tanpa diskriminasi agama dan kepercayaan.1 Dalam agama islam diperbolehkan untuk berbuat baik dengan non-muslim selama non-muslim tersebut juga berbuat baik terhadap orang-orang Islam. Hal ini dijelaskan dalam surat Al- Mumtahanah ayat 8 : 1 Said Agil Husain Al Munawar, Fiqih Hubungan Antar Agama ( Tangerang: Ciputat Press, 2005), h. 16. 66 Artinya: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.” (Q.S. Al- Mumtahanah ayat 8). Sebuah kebaikan harus disambut dengan baik karena kebaikan bisa datang dari siapapun tanpa memandang latar belakang. Kebaikan yang terjalin antara muslim dan non-muslim dapat mengantarkan pada harmonisasi antara kehidupan beragama dan bermasyarakat. C. Scene 3 Visual Dialog Type of Shot Pawan: Dia dari Medium Close Up: pakistan. Entah gambar diambil dari bagaimana ia tersesat di jarak dekat objek India sendirian. Dia diambil hanya separuh mungkin terpisah dari badan. orang tuanya. Dia tidak dapat bicara, tapi dia tau tempat ini. Aku yakin dia dari daerah ini. (sambil menunjukkan gambar pegunungan di kalender). Kondektur: Kau dari Medium Close Up: India? gambar diambil dari Pawan: Ya jarak dekat objek Kondektur: Kok bisa? diambil hanya separuh badan. Pawan: Kau tau Medium Close Up: perbatasan itu? gambar diambil dari Pagarnya aku jarak dekat objek merangkak di diambil hanya separuh bawahnya. Tapi aku badan. sudah meminta izin. Kondektur: Jauh-jauh Medium Close Up: dari India ke Pakistan gambar diambil dari hanya untuk mencai jarak dekat objek orang tuanya? diambil hanya separuh Pawan: Ya. Kenapa? badan. 67 Kondektur: itu luar biasa. Jika banyak orang sepertimu di negara kita berdua pasti sangat luar biasa. Coba kulihat gambarnya. Kondektur: ada yang Long Shot: Gambar tau tempat ini? diambil dari jarak jauh, sehingga objek dan latar belakangnya nampak jelas. 1. Denotasi Pada gambar pertama menampilkan Pawan dan Muni yang sedang duduk di dalam bus, Pawan bertanya kepada kondektur bus tempat yang ada di dalam gambar yang ditunjukkan Pawan. Gambar kedua, kondektur bus bertanya balik kepada Pawan dari mana asalnya. Gambar ketiga, Muni melarang Pawan untuk menjawab pertanyaan kondektur bus, tetapi Pawan menggeleng dan akhirnya menjawab pertanyaan kondektur bus. Gambar keempat, menampilkan ekspresi kagum kondektur bus terhadap keberanian Pawan. Pada gambar terakhir terlihat kondektur bus membantu Pawan dengan menunjukkan gambar pegunungan kepada seluruh penumpang bus yang lain. 2. Konotasi Di tengah perjalanan Chand Nawab menyadari bahwa Pawan bukanlah mata-mata India setelah mendengar penjelasan Pawan kepada kondektur bus. Pawan mengatakan bahwa ia datang ke Pakistan dengan tujuan untuk mengantarkan Muni kembali ke keluarganya. Setelah tahu 68 Pawan berasal dari negara India dan cara Pawan masuk ke negara Pakistan kondektur bus tersebut tidak langsung menghakimi bahwa Pawan adalah seorang penjahat. Bahkan kondektur bus itu kagum dengan perjuangan Pawan yang datang jauh-jauh dari India hanya untuk mengantarkan gadis kecil ke keluarganya. Sang kondektur bus memuji keberanian dan kabaikan Pawan yang rela mengorbankan dirinya demi seorang anak kecil. 3. Mitos Setiap pribadi manusia berharga sebagai makhluk Tuhan yang bertanggung jawab langsung kepada-Nya, tidak seorang pun yang dibenarkan mengingkari hak-hak asasi pribadi yang lain.2 Memberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat maupun suatu pemikiran merupakan hak setiap manusia. Karena setiap orang mempunyai hak untuk didengar dan menyatakan pikirannya. Islam sendiri merupakan agama yang menjunjung tinggi hak asasi manusia. Ajaran kemanusiaan yang suci membawa kita untuk melihat sesama manusia secara optimal dan positif dengan menerapkan prasangka baik, bukan prasangka buruk kecuali untuk keperluan kewaspadaan seperlunya.3 Sebagai manusia, kita harus memandang setiap orang memiliki potensi untuk menjadi benar dan baik. Dengan konsep pemikiran seperti ini dapat menumbuhkan rasa penghormatan dan adanya saling 2 Nurcholish Madjid, Islam, Doktrin, dan Peradaban, Membangun Makna dan Relevansi Doktrin Islam dalam Sejarah (Jakarta: Paramadina, 2005), h. 103. 3 Ngainun Naim, Membangun Toleransi Masyarakat Majemuk: Telaah Pemikiran Nurcholis Madjid, Jurnal Multikultural & Multireligius Vol 12, h. 2. 69 menghargai antar sesama baik dalam kehidupan perorangan maupun bermasyarakat. D. Scene 4 Visual Dialog Type of Shot Maulana Sahab: Medium Close Up: Assalamualaikum. Ada gambar diambil dari apa nak? Kau baik-baik jarak dekat objek saja? Tampaknya kau ada diambil hanya separuh masalah. badan. Pawan: kenapa Medium Close Up: denganku? Aku baik-baik gambar diambil dari saja. jarak dekat objek diambil hanya separuh badan. Maulana Sahab: kenapa Medium Close Up: berdiri di sini? Ayo gambar diambil dari masuk. jarak dekat objek diambil hanya separuh badan. Pawan: Aku tidak bisa Medium Close Up: masuk. Aku bukan orang gambar diambil dari Islam. jarak dekat objek diambil hanya separuh badan. Maulana Sahab: Terus Medium Close Up: kenapa saudaraku? gambar diambil dari Tempat ini terbuka bagi jarak dekat objek semua orang. Itu diambil hanya separuh sebabnya, kami tidak badan. pernah mengunci masjid kami, ayo. 1. Denotasi Pada gambar pertama, menampilkan Maulana Sahab sedang menyapa Pawan yang duduk di luar di luar masjid. Pada gambar kedua menampilkan Pawan yang sedang duduk di depan masjid dengan latar 70 belakang sebuah tulisan nama masjid “Jamiatul Huda”. Gambar ketiga, Pawan sedang bercakap-cakap dengan Maulana Sahab. Maulana Sahab mempersilahkan Pawan untuk memasuki masjid. Gambar keempat. Menampilkan Pawan yang berdiri di depan masjid, Pawan menolak ajakan Maulana Sahab karena ia bukan orang Islam. Gambar kelima menampilkan Maulana Sahab yang tersenyum mendengar jawaban Pawan, Maulana Sahab kemudian menjelaskan bahwa masjid terbuka untuk semua orang dan gambar terakhir memperlihatkan ekspresi Pawan saat mendengarkan penjelasan Maulana Sahab. 2. Konotasi Dalam adegan ini, Maulana shaab mempersilahkan Pawan untuk memasuki Masjid. Namun sebagai penganut Dewa Bajrangbali, Pawan menolak dan mengatakan bahwa ia bukanlah orang Islam. Dengan tersenyum bijaksana, Maulana Sahab menjelaskan bahwa masjid terbuka untuk siapapun tidak ada peraturan bahwa orang non-muslim dilarang memasuki masjid. Dalam adegan ini pula Maulana Sahab memanggil Pawan dengan sebutan “saudaraku”. Maulana Sahab menganggap Pawan sebagai saudara sesama makhluk Tuhan, tanpa membeda-bedakan agama. Karena seluruh manusia adalah makhluk dan keluarga Allah SWT, seperti dalam sebuah hadits Nabi yang mengatakan “seluruh manusia itu keluarga Allah, dan 71 Allah paling mencintai mereka yang paling banyak memberi manfaat kepada yang lain”.4 Dengan adanya kesadaran persamaan setiap orang akan menciptakan hubungan kekeluargaan antar manusia yang kemudian dapat menumbuhkan kasih sayang dan kecintaan antar sesama yang tentu lebih luhur dari sikap toleran dan kerukunan hidup beragama. 3. Mitos Rumah ibadat merupakan tempat suci atau tempat sakral bagi umat beragama. Setiap agama mempunyai rumah ibadatnya masing-masing dan mempunyai sebutan berbeda untuk rumah ibadat mereka. Masjid untuk agama Islam, kuil untuk agama Hindu, gereja untuk agama Kristen dan Katolik, dan masih banyak lagi. Pada dasarnya semua rumah ibadat adalah sama ia dibangun sebagai tempat pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Islam terdapat ketentuan untuk non-muslim memasuki masjid. Jika ada di antara non-muslim yang memasuki masjid dengan tujuan menodai atau merusak masjid, maka larangan tidak boleh memasuki masjid dapat diberlakukan.5 Sebaliknya, jika non-muslim yang memasuki dengan niat yang baik dan tidak mengancam ketenangan dan keamanan umat Islam, maka non-muslim tersebut diperbolehkan memasuki masjid. 4 Muhammad Hasan Qadrdan Qaramaliki, Al-Qur’an dan Pluralisme Agama (Jakarta: Sadra Press, 2011), h. 88. 5 Nurcholis Madjid, dkk, Fikih Lintas Agama (Jakarta: Paramadina, 2004), h.120. 72 Untuk itu, dalam adegan ini Maulana Sahab mengatakan bahwa masjid terbuka untuk siapa pun. Sedangkan bagi umat Islam sendiri tidak ada kendala teologis masuk ke rumah ibadah agama lain. Karena dalam ajaran Islam semua permukaan bumi ini, asalkan suci dari najis, dijadikan Allah untuk tempat sujud dan menyembah kepada-Nya.6 E. Scene 5 Visual Dialog Type of Shot Maulana Sahab: Medium Long Shot: Berhenti di situ! Gambar diambil Kumohon letakkan setengah badan dari senjatamu kalian dulu. jarak jauh, namun objek tetap terlihat jelas beserta latar belakangnya. Polisi: Apa anda Medium Long Shot: melihat orang asing di Gambar diambil sekita sini, maulana setengah badan dari sahab? jarak jauh, namun objek tetap terlihat jelas beserta latar belakangnya. Maulana Sahab: Tak Medium Long Shot: ada orang asing di Gambar diambil tempat ibadah. setengah badan dari jarak jauh, namun objek tetap terlihat jelas beserta latar belakangnya. Polisi: Orang-orang ini Medium Long Shot: berbahaya. Seorang Gambar diambil mata-mata India. setengah badan dari jarak jauh, namun objek tetap terlihat jelas beserta latar belakangnya. 6 Nurcholis Madjid, dkk, Fikih Lintas Agama, h.121. 73 Maulana Sahab: Medium Long Shot: Menurutmu dia akan Gambar diambil kemari untuk mencuri setengah badan dari formula bom atom? jarak jauh, namun objek Polisi: Segeralah tetap terlihat jelas hubungi kami jika anda beserta latar melihat orang itu di belakangnya. sekitar sini. 1. Denotasi Gambar pertama menampilkan Maulana Sahab yang keluar dari dalam masjid, Maulana Sahab menghentikan para polisi yang berusaha untuk menggeledah masjid. Gambar kedua, menampilkan beberapa polisi yang menanyakan apakah Maulana Sahab melihat ada orang asing di sekitar masjid dengan latar belakang jalan raya. Pada gambar ketiga, dengan tenang Maulana Sahab menjawab tidak ada orang asing di rumah ibadah dengan latar belakang pintu masjid. Gambar keempat, para polisi itu sedang meykinkan Maulana Sahab bahwa orang asing tersebut merupakan mata-mata India yang berbahaya. Pada gambar terakhir, Maulana Sahab tersenyum, lalu bertanya “apakah orang tersebut akan kemari (masjid) untuk mencuri formula bom atom?”. 2. Konotasi Beberapa polisi mendatangi masjid untuk mencari Pawan, Chand Nawab, dan Muni. Namun, Maulana Sahab mencegah para polisi tersebut dengan mangatakan bahwa tidak ada orang asing di tempat ibadah. Maulana Sahab juga mengatakan agar mereka menurunkan senjatanya demi menghormati tempat ibadah yang ia datangi. 74 Pada adegan di atas menampilkan Maulana Sahab yang melindungi Pawan dari kejaran polisi. Maulana Sahab melakukan hal tersebut karena sebelumnya terjadi kesalahpahaman antara polisi yang menuduh bahwa Pawan adalah seorang mata-mata India. Padahal tujuannya datang ke Pakistan adalah baik, yaitu mengantarkan Muni kembali ke keluarganya. Dari adegan di atas menunjukkan toleransi yang dilakukan oleh Maulana Sahab. Maulana Sahab yang mengetahui tujuan Pawan yang sebenarnya, melindungi Pawan dari kejaran polisi. Sehingga Pawan bisa melanjutkan niat baknya untuk mengembalikan Muni ke kedua orang tuanya. 3. Mitos Tidak dibenarkan untuk menghakimi seseorang sebagai seorang penjahat hanya karena berbeda latar belakangnya. Adanya konflik antar negara tidak serta merta bahwa orang yang berasal dari negara yang sedang berkonflik dengan negara kita adalah penjahat. Diperlukan penjelasan dan juga bukti-bukti untuk menetapkan seseorang sebagai tersangka kejahatan. Padahal bisa saja kedatangan orang tersebut ke negara lawannya untuk niat yang baik. Maka dari itu, memberikan kesempatan untuk menjelaskan maksud dan tujuan sangat diperlukan demi menghindari kesalahpahaman yang fatal. 75 F. Scene 6 Visual Dialog Type of Shot Maulana Sahab: akan Medium Close Up: ada banyak polisi di Gambar diambil dari jalan ini. Kalian lewat jarak dekat objek saja ladang ini kalian diambil hanya separuh akan sampai di badan. Khanewal Pawan: terima kasih Medium Long Shot: Gambar diambil setengah badan dari jarak jauh, namun objek tetap terlihat jelas beserata latar belakangnya. Maulana Sahab: Kau Medium Close Up: melakukan tugas mulia. gambar diambil dari Aku berdoa pada Allah jarak dekat objek agar orang tuanya diambil hanya separuh segera ditemukan. badan. 1. Denotasi Pada gambar pertama, menampilkan Pawan yang memakai cadar sedang memperhatikan penjelasan Maulana Sahab dengan latar belakang kebun yang gersang. Gambar kedua, Pawan mengulurkan tangannya untuk mengucapkan terima kasih kepada Maulana Sahab karena telah banyak membantunya. Gambar ketiga, Maulana Sahab tidak menerima uluran tangan Pawan, tapi memeluk Pawan. 2. Konotasi Maulana Sahab menolong Pawan, Chand Nawab, dan Muni untuk mengelabui polisi. Karena banyak polisi yang sedang mencari mereka, 76 akhirnya Maulana Sahab mengusulkan agar mereka memakai cadar kemudian Maulana Sahab mengantarkan mereka ke tempat yang aman dari polisi. Sehingga mereka bisa melanjutkan perjalanan untuk mencari orang tua Muni. Maulana Sahab kemudian mengantarkan mereka sampai di sebuah kebun dan menyuruh mereka melewati kebun itu saja menuju jalan raya agar aman dari kejaran polisi. Sebelum pergi, Pawan hendak menyalami Maulana Sahab sebagai ucapan terima kasih karena telah banyak menolongya. Namun, Maulana Sahab tidak menerima uluran tangan Pawan, tetapi langsung memeluk Pawan. Maulana Sahab mengatakan bahwa Pawan telah melakukan tugas yang mulia. Maulana Sahab kemudian berdoa kepada Allah agar Pawan segera menemukan kedua orang tua Munni. 3. Mitos Doa adalah cara yang dilakukan manusia untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Doa adalah cara untuk mengingat Tuhan dan memohon pertolongan kepada-Nya. Dalam Islam doa adalah “Seruan, permintaan, dan permohonan pertolongan, dan ibadah kepada Allah SWT supaya terhindar dari bahaya dan mendapatka manfaat”7 Terkait dengan mendoakan non-muslim, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari melalui Abu Hurairoh dan Jabir ibn Abdillah memberitahukan kita bahwa Nabi Muhammad memberi tahu kematian Raja Negus, Raja Etiopia, kepada para sahabat pada hari wafatnya dan 7Nurcholis Madjid, dkk, Fiqih Lintas Agama (Jakarta: Paramadina, 2004), h. 93. 77 beliau pergi keluar bersama mereka menyalatkan Raja itu dengan empat takbir8 Boleh atau larangan berdoa untuk orang-orang non-muslim dalam al-Qur‟an dan hadits-hadits, semuanya demi tujuan syariah yaitu sebuah kemaslahatan.9 Bentuk dari kemaslahatan selalu berkaitan dengan konteks kultural dan sosial. G. Scene 7 Visual Dialog Type of Shot Maulana Sahab: Medium Long Shot: Assalamualaikum. Gambar diambil Pawan: (tidak setengah badan dari menjawab). jarak jauh, namun objek tetap terlihat jelas beserta latar belakangnya. Maulana Sahab: Medium Close Up: bagaimana caramu gambar diambil dari mengatakannya? jarak dekat objek diambil hanya separuh badan. Chand nawab: Jai Sri Medium Long Shot: Ram, bukan? Gambar diambil Pawan: Jai Sri Ram setengah badan dari jarak jauh, namun objek tetap terlihat jelas beserata latar belakangnya. Maulana Sahab: Jai Sri Full Shot: Ram Pengambilan gambar objek secara penuh dari kepala hingga kaki. 8 Nurcholis Madjid, dkk, Fiqih Lintas Agama, h. 101. 9 Nurcholis Madjid, dkk, Fiqih Lintas Agama, h. 102. 78 Medium Long Shot: (Tidak ada dialog) Gambar diambil setengah badan dari jarak jauh, namun objek tetap terlihat jelas beserta latar belakangnya. 1. Denotasi Pada gambar pertama, menampilkan Pawan yang menggunakan sedang menangkupkan kedua tangannya untuk mengucapkan salam. Gambar kedua, Maulana Sahab bertanya kepada Pawan bagaimana ia biasa mengucapkan salam? Gambar ketiga, menampilkan Pawan, Chand Nawab dan Maulana Sahab. Pawan menangkupkan kedua tangannya dan berkata “Jai Sri Ram”. Gambar keempat, Maulana Sahab mengangkat tangannya dan mengucapkan “Jai Sri Ram” sebelum ia pergi. Gambar terakhir, Pawan yang masih menangkupkan kedua tangannya dan memandang Maulana Sahab yang pergi. 2. Konotasi Sebelum berpisah, Maulana Sahab mengucapkan salam “Asalamualaikum” kepada Pawan, Chand Nawab, dan Muni. Namun Pawan ragu dan tidak menjawab salam Maulana Sahab. Maulana Sahab kemudian bertanya bagaimana biasanya dia mengucapkan salam, Pawan menjawab “Jai Sri Ram” maulana Sahab mengucapkan “Jai Sri Ram” kemudian pergi meninggalkan Pawan, Chand Nawab dan Munni. 79 3. Mitos . Artinya: “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (Q.S. Al-Furqaan ayat 63).10 Ayat ini menyatakan dengan tegas bahwa mengucapkan salam kepada orang-orang non-muslim, meskipun kata-kata mereka tidak sopan , adalah ciri-ciri hamba Allah yang taat. Ayat ini menampilkan wajah Islam yang ramah dan lembut.11 Ini menunjukkan bahwa agama Islam mengajarkan kedamaian, persaudaraan, dan keramahan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim melalui Abdullah ibn Amru menceritakan bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW tentang Islam yang mana yang terbaik. Nabi menjawab: “Memberikan makanan dan membaca salam kepada siapa yang engkau kenal dan siapa yang tidak engkau kenal”.12 Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwa hendaklah mengucapkan salam dan memberi rasa aman dan keselamatan bagi siapa saja yang ditemuinya baik orang yang kenal ataupun tidak dikenal.13 Ada beberapa pendapat mengenai mengucapkan salam kepada orang non muslim, ada pendapat yang memperbolehkan ada pula yang 10 Al-„Alim Al-Qur‟an dan Terjemahannya Edisi Ilmu Pengetahuan Cetakan ke-10 (Bandung: Mizan Media Utama, 2011), h. 366. 11 Nurcholish Madjid, dkk, Fiqih Lintas Agama ( Jakarta: Paramadina, 2004), h. 77. 12 Nurcholish Madjid, dkk, Fiqih Lintas Agama ( Jakarta: Paramadina, 2004), h. 72. 13 Nurcholish Madjid, dkk, Fiqih Lintas Agama, h. 73. 80 melarang. Adanya hukum memperbolehkan maupun larangan mengucapkan salam ini mempunyai beberapa ketentuan, jika salam yang diucapkan dengan memahami dan menghayati ucapan tersebut maka mengucapkan salam itu dilarang. Sedangkan jika mengucapkan salam untuk pergaulan dalam bermasyarakat seperti “selamat pagi” maka itu diperbolehkan.14 Adanya perbedaan hukum tersebut keduanya ditujukan untuk suatu kemaslahatan. Yang dimaksud kemaslahatan di sini adalah menghindari penghinaan yang dilakukan oleh orang non muslim. Misalnya, saat mengucapkan salam kepada orang-orang yang memusuhi Islam. Jika salam yang yang diberikan kepada orang non-muslim mendapat balasan caci maki, maka mengucapkan salam kepada non-muslim tersebut dilarang. Sedangkan pendapat yang memperbolehkan mengucapkan salam kepada orang non-muslim yaitu untuk menumbuhkan persaudaraan dan kerukunan antara non-muslim yang mempunyai hubungan baik dan bersahabat dengan orang-orang Islam. H. Scene 8 Visual Dialog Type of Shot Chand Nawab: Pawan Medium Long Shot: Kumar Caturvedi alias Gambar diambil Bajrangi Bhaijaan setengah badan dari adalah orang India yang jarak jauh, namun mengorbankan objek tetap terlihat jelas hidupnya untuk mencari beserta latar orang tua gadis cilik belakangnya. dari Pakistan. Kenapa 14 Nurcholis Madjid, dkk, Fiqih Lintas Agama, h. 84. 81 dia melakukan ini? Knee Shot: Demi uang? Demi Pengambilan gambar ketenaran? Demi objek dari kepala kekayaan? Bukan! Dia hingga lutut. melakukannya karena hatinya yang mulia. Dia melakukan ini karena dia tak memandang Shahida sebagai orang Medium Long Shot: Pakistan, melainkan Gambar diambil seorang manusia biasa. setengah badan dari Sayangnya, dia terjebak jarak jauh, namun karena permusuhan objek tetap terlihat jelas anatara dua negara. beserta latar Permusuhan ini belakangnya. menyebabkan Bajrangi di penjara di Pakistan sekarang. Ayo kita Medium Close Up: akhiri permusuhan ini. gambar diambil dari Dan kita harus lakukan jarak dekat objek ini. Kita rakyat dari diambil hanya separuh kedua negara yang ingin badan. membesarkan anak kita dengan penuh cinta Medium Close Up: bukan kebencian. Jadi gambar diambil dari ayo semua kita akhiri jarak dekat objek kebencian dan diambil hanya separuh permusuhan ini badan. bersama. Besok pagi, kita semua pergi ke pos perbatasan Narowal. Biarkan jutaan orang Medium Close Up: dari kedua negara gambar diambil dari memastikan takkan ada jarak dekat objek yang mengehentikan diambil hanya separuh Bajrangi Bhaijaan untuk badan. menyeberang perbatasan. Medium Long Shot: Gambar diambil setengah badan dari jarak jauh, namun objek tetap terlihat jelas beserta latar belakangnya. 82 1. Denotasi Pada gambar pertama menampilkan Chand Nawab yang berada di dalam sebuah viedo di televisi. Gambar kedua, keluarga Rasika sedang menonton video Chad Nawab yang disiarkan di televisi di dalam rumah mereka. Terlihat Rasika sedang menangis saat menyaksikan video tersebut. Gambar ketiga menampilkan seorang agen perjalanan dengan tangannya yang terluka karena dihajar oleh Pawan. Gambar keempat menampilkan tiga orang, salah satunya merupakan pegawai di kedutaan Pakistan yang dulu pernah menolak membantu Pawan memulangkan Muni ke Pakistan. Pada gambar keempat, terlihat Chand Nawab dalam sebuah video di televisi. Gambar kelima, memperlihatkan kepala tentara yang sedang duduk dan mencukur jenggotnya. Dia merupakan kepala tentara yang dulu mengizinkan Pawan untuk menyeberangi perbatasan Pakistan. Gambar terakhir menampilkan tiga polisi yang sedang berdiri, mereka merupakan polisi yang dulu menangkap Pawan dan menuduh Pawan sebagai mata- mata India. 2. Konotasi Chand Nawab mengunggah sebuah video ke youtube untuk menuntut keadilan bagi Pawan. Dalam video tersebut Chand Nawab memberitahukan kepada seluruh masyarakat Pakistan maupun India bahwa Pawan bukanlah mata-mata India. Video itu berisi tentang perjalanan yang dilalui Pawan dan Muni dalam mencari kedua orang tua Muni. 83 Video tersebut ditonton oleh seluruh rakyat Pakistan dan India termasuk orang-orang yang menyaksikan langsung perjuangan Pawan. Di video Chand Nawab mengatakan siapa Pawan sebenarnya dan apa tujuannya ke Pakistan. Sebagai orang yang menyaksikan langsung perjuangan Pawan, Chand Nawab sengaja mengunggah video tersebut untuk membantu Pawan agar mendapatkan keadilan, karena saat itu ia ditahan oleh polisi Pakistan. Di video itu juga Chand Nawab mengajak masyarakat Pakistan untuk mengantarkan Pawan kembali ke India. Pada adegan di atas video yang diunggah Chand Nawab membukakan mata orang-orang ynag dulu salah sangka terhadap Pawan. Hal ini terbukti dengan gambar terakhir yang menampilkan polisi yang dulu menuduh Pawan sebagai mata-mata hanya karena Pawan berasal dari negara India. 3. Mitos Seorang muslim harus meyakini, bahwa keadilan Allah SWT bagi seluruh hamba-hamba-Nya, baik muslim maupun non-muslim seperti firman Allah dalam surat Al-Maaidah ayat 8: . Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu 84 terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S Al-Maaidah ayat 8).15 Semua perbuatan hamba-Nya akan ditimbang dengan neraca keadilan. Perbuatan buruk akan dibalas dengan balasan yang setimpal dan perbuatan baik akan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. Dengan demikian, seorang muslim tidak dibenarkan untuk berbuat tidak adil kepada siapapun, termasuk orang yang dibencinya. Seorang muslim hendaknya memberikan hak kepada yang memilikinya dan juga harus selalu membela kebenaran tanpa membeda-bedakan dari segi apapun. I. Scene 9 Visual Dialog Type of Shot Rakyat Pakistan: “ Extra long Shot: Bajrangi Bhaijaan!!” Gambar diambil dari jarak yang sangat jauh sehinga objek terlihat kecil dan latar terlihat sangat jelas. Tentara: Saya Extra Long Shot: ditugaskan untuk Gambar diambil dari memberhentikan anda jarak yang sangat jauh Pak. sehinga objek terlihat Polisi: jika pria ini kecil dan latar terlihat mengorbankan hidupnya sangat jelas. untuk menemukan putrimu yang hilang kau masih tak mau buka gerbangnya? Tentara: Anda tau kalau saya tidak bisa membuka gerbangnya ini. Polisi: kau dengar suara Long Shot: gambar 15 Al-„Alim Al-Qur‟an dan Terjemahannya Edisi Ilmu Pengetahuan Cetakan ke-10 (Bandung: Mizan Media Utama, 2011), h. 109. 85 itu? Itu suara rakyat diambil dari jarak jauh, Pakistan. Jika dia bisa sehingga objek dan membedakan mana yang latar belakangnya benar dan mana yang terlihat jelas. salah, lalu kenapa kau tak bisa? Kau itu seorang tentara! Extra Long Shot: (Tidak ada dialog) Gambar diambil dari jarak yang sangat jauh sehinga objek terlihat kecil dan latar terlihat sangat jelas. Medium Long Shot: (Tidak ada dialog) gambar diambil setengah badan dari jarak yang jauh, namun objek tetap terlihat jelas. Medium Long Shot: (Tidak ada dialog) gambar diambil setengah badan dari jarak yang jauh, namun objek tetap terlihat jelas beserta latar belakangnya. Munni: Jai Sri Ram, Medium Long Shot: Paman! gambar diambil setengah badan dari jarak yang jauh, naum objek tetap terlihat jelas beserta latar belakangnya. 1. Denotasi Gambar pertama menampilkan ribuan rakyat India dibalik pagar perbatasan India dan Pakistan. Gambar kedua menampilkan beberepa tentara yang menjaga perbatasan dan ribuan rakyat Pakistan yang mendatangi perbatasan Narowal untuk mengantarkan Pawan, latar belakang dalam gambar tersebut adalah pegunungan salju. Gambar ketiga 86 adalah menampilkan kepala polisis yang meminta tentara untuk membuka pintu gerbang dengan berlatar belakang ribuan rakyat Pakistan. Gambar keempat, kelima, dan kelima menampilkan Pawan yang sedang mengucapkan salam di depan rakyat Pakistan. Gambar ketujuh, menampilkan Muni yang berada dibalik gerbang perbatasan, mengangkat tangannya dan mengucapkan salam “ Jai Sri Ram” kepada Pawan. 2. Konotasi Ribuan orang datang ke perbatasan Narowal untuk mengantarkan Pawan kembali ke India. Pawan datang dengan muka yang babak belur karena sebelumnya ia dipaksa untuk mengakui sebagai mata-mata India. Para polisi yang tahu bahwa Pawan tidak bersalah dan bukan mata-mata India kemudian membebaskan Pawan dari penjara. Masyarakat Paskitan juga turut mengantarkan kepulangan Pawan. Seruan “Bajrangi Bhaijaan” mengiri langkah Pawan kembali ke negaranya, India. Namun, para tentara yang menjaga perbatasan mengatakan bahwa mereka telah diperintahkan untuk mencegah Pawan. Kepala polisi kemudian, mengatakan bahwa Pawan tidak bersalah. Sebelum kembali ke India, Pawan mengucapkan salam kepada masyarakat Pakistan sebagai bentuk terima kasih karena telah mempercayainya bahwa ia bukanlah mata-mata India sehingga ia mendapatkan keadilan. Pada saat sudah berada di tengah sungai, Muni tiba-tiba berteriak mengucapkan salam “ Paman, Jai Sri Ram” kepada Pawan. 87 3. Mitos Dalam menetapkan suatu hukum prinsip-prinsip tentang keadilan menegakkan hukum dan peradilan harus selalu ditegakkan tanpa memihak siapapun. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah Al-Qur‟an Surat An-Nisa ayat 105: Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat”.(Q.S. An-Nisaa Ayat 105).16 Sikap toleran dalam implementasinya tidak hanya dilakukan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aspek spiritual dan moral yang berbeda, tetapi juga harus dilakukan terhadap aspek yang luas, termasuk aspek ideologi dan politik yang berbeda.17 16 Al-„Alim Al-Qur‟an dan Terjemahannya Edisi Ilmu Pengetahuan Cetakan ke-10 (Bandung: Mizan Media Utama, 2011), h. 96. 17 Muhammad Ali, Teologi Pluralis-Multikultural: Menghargai Kemajemukan, Menjalin Kebersamaan (Jakarta: Kompas, 2003), h. 147. BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari pengamatan dan juga analisis data pada bab sebelumnya dengan mengacu pada permasalahan yang ada. Toleransi agama dalam film Bajrangi Bhaijaan disampaikan melalui adegan, dialog, dan karakter yang diperankan para tokoh dalam film tersebut. Adapun kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Makna Denotasi Analisis makna toleransi agama dalam film Bajrangi Baijhaan jika dilihat dari makna denotasi adalah sebagai film yang menggambarkan bagaimana perjuangan karakter Pawan penganut Dewa Bajrangbali yang taat dalam menolong Muni untuk kembali ke keluarganya. Perjuangan Pawan dalam mencari orang tua Muni mendapatkan banyak bantuan dari orang-orang Pakistan. Tak hanya bantuan, Pawan juga mendapatkan dukungan dan perlindungan. Di sisi lain, bantuan yang diterimanya membuat Pawan merasakan tingginya toleransi agama Islam terhadap non-Islam. Ia mendapatkan dukungan, perlindungan, pertolongan, juga keadilan atas niat baiknya mengembalikan Muni ke kedua orang tuanya. Pawan juga mendapatkan banyak pelajaran tentang bagaimana menyikapi perbedaan dari orang-orang yang telah membantunya. Sebagai orang asing di negara 88 89 Pakistan, ternyata banyak orang yang membantu Pawan tanpa melihat latar belakangnya. Dari situ Pawan belajar bagaimana bersikap dengan orang yang tidak seagama dengan dia. Dari adegan-adegan yang ditampilkan dalam film Bajrangi Bhaijaan menunjukkan bahwa agama Islam adalah agama yang membawa kedamaian. 2. Makna Konotasi Makna konotasi yang terkandung dalam film Bajrangi Bhaijaan adalah menggambarkan sikap toleransi muslim maupun penganut agama Hindu terhadap orang-orang non-agama mereka. Sikap penganut agama Hindu di India yang masih mengedepankan kasta dan adanya fanatisme agama, namun dalam menghadapi hal kemanusiaan mereka dapat melunak. Sedangkan makna konotasi toleransi agama dari sudut pandang agama Islam adalah sikap muslim terhadap non-muslim yang digambarkan mempunyai toleransi yang tinggi. Sikap toleransi yang terhadap non muslim tersebut antara lain berlaku adil kepada semua orang, menghormati dan menghargai orang non muslim yang juga berbua baik kepada orang-orang muslim. Film Bajrangi Bhaijaan menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang memiliki toleransi yang tinggi dalam menghadapi perbedaan. Perbedaan agama maupun perbedaan bangsa bukanlah sebuah alasan untuk seseorang melupakan sisi kemanusiaan. Menghormati dan “memanusiakan manusia” adalah hal yang utama yang selalu diajarkan 90 agama Islam dalam menjalin hubungan dengan sesama makhluk Allah SWT. 3. Makna Mitos Makna mitos yang terkandung dalam film Bajrangi Bhaijaan ialah Islam mengajarkan bagaimana cara untuk menjalin hubungan sosial dengan orang-orang non-muslim. Sikap toleransi yang tinggi sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Munculnya sikap toleransi diawali dengan adanya sikap mengakui perbedaan. Dalam Islam sendiri mengajarkan agar setiap orang dapat menerima perbedaan. Sikap toleran dapat diterapkan baik itu toleran dari segi agama, politik maupun ideologi. Tujuan dari adanya sikap toleransi adalah untuk membuka pintu kemaslahatan yaitu kedamaian dan kerukunan dalam bermasyarakat. B. SARAN Saran untuk sutradara adalah untuk lebih banyak membuat film- film dengan tema serupa, sebagai bentuk salah satu persuasi untuk membantu meredakan konflik India dan Pakistan. Dengan adanya film- film seperti film Bajrangi Bhaijaan diharapkan dapat menyampaikan pesan perdamaian untuk kedua negara tersebut. Sedangkan saran untuk para penonton adalah agar dapat bersikap kritis dalam menonton film. Penonton harus mengetahui maksud dan tujuan dibuatnya sebuah film, sehingga penonton dapat memahami isi dan 91 makna yang disampaikan dalam film tersebut. Dengan begitu, penonton dapat mengambil pesan yang disampaikan secara efektif. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Masykuri. (2001). Plurarisme Agama dan Kerukunan dalam Keberagaman. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Al Munawar, Said Agil Husain. (2005). Fikih Hubungan Antar Agama. Tangerang: Ciputat Press. Ali, Mohammad Daud. (1986). Islam untuk Disiplin Ilmu Hukum, Sosial dan Politik. Jakarta: Wirabuana. Al-'Alim Al-Qur'an dan Terjemahannya Edisi Ilmu Pengetahuan Cetakan ke 10. (2011). Bandung: Al-Mizan Publishing House. Baran, Stanley J. (2008). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga. Bungin, Burhan. (2008). Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana. Danesi, Marcel. (2010). Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra. Effendy, Heru. (2006). Mari Membuat Film. Yogyakarta: Panduan. Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti. Kriyantono, Rahmat. (2007). Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. Littejohn, Stephen W. (2009). Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika. Madjid, Nurcholish. dkk. (2004). Fiqih Lintas Agama. Jakarta: Paramadina. McQuail, Denis. (2011). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Humanika. Misrawi, Zuhairi. (2007). Al-Qur'an Kitab Toleransi. Jakarta: Pustaka Oasis. Morrisan. (2014). Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana Premedia group. Muhtadi, Asep S. dan Sri Handayani. (2000). Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif Dakwah Melalui TV. Bandung: Pusdai Press. 92 93 Piliang, Yasraf A. (2003). Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna. Yogyakarta: Jalasutra. Pratista, Himawan. (2008). Memahami Film. Yogyakarta: Homeian Pustaka. Purwadinata, W. J. S. (2003). KBBI. Jakarta: Balai Pustaka. Qaramaliki, Muhammad Hasan Qadrdan. (2011). Al-Qur'an dan Pluralisme Agama. Jakarta: Sandra Press. Shihab, Quraish. (2005). Wawasan Al-Qur'an. Bandung: Mizan. Shihab, Quraish. (2007). Tafsir Al-Misbah Cetakan VIII. Tangerang: Lentera Hati. Shihab, Quraish. (2012). Al-Lubab. Tangerang: Lentera Hati. Sobur, Alex. (2009). Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung: Rosdakarya. Sobur, Alex. (2009). Semiotika Komunikasi. Bandung: Rosdakarya. Sumarno, Marselli. (2005). Dasar-Dasar Apresiasi Film. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Wibowo, Indiwan S. (2013). Semiotika Komunikasi- Alikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media. Yewangoe, Andreas A. (2009). Merayakan Kebebasan Beragama: Regulasi Toleransi dan Plurarisme Agama di Indonesia. Jakarta: ICRP. Jurnal dan Penelitian Naim, Ngainun. (2013). Membangun Toleransi Masyarakat Majemuk: Telaah Pemikiran Nurcholis Madjid. Jurnal Multikural & Multireligius Vol 12, 2. Julianti. (2013). Internalisasi Nilai Toleransi Melalui Model Telling Story pada Pembelajaran PKN untuk Mengatasi Masalah Tawuran, Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 14 No. 1, 3. Kusumastutie, Naomi Srie dan Faturochman. (2004). Semiotika untuk Analisis Gender pada Iklan Televisi. Buletin Psikologi Tahun XII, No. 2, 106. Miyarso, Estu. (2009). Pengembangan Multimedia Interaktif untuk Pembelajaran Sinematografi. Thesis: Universitas Negeri Yogyakarta. 94 Mudjiono, Yoyon. (2011). Kajian Semiotika dalam Film. Jurnal Ilmu Komunikasi , 136. Prasetya, Arif Budi. (2012). Penonjolan Tokoh Antagonis dalam Film The Dark Night, Jurnal Ilmu Komunikasi I Makna Vol. 2 No. 2, 75. Yasir, Muhammad. (2014). Makna Toleransi Dalam Al-Qur’an. Jurnal Ushuluddin Vol. XXII No. 2, 172. Wahyuningsih, Sri. (2014). Kearifan Budaya Lokal Madura sebagai Media Persuasif, Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 2, 177. Sumber Lain Greavesindia. Bollywood Legends: India trough the Lens of Director Kabir Khan. Artikel diakses pada tanggal 5 Mei 2016 pukul: 15.00 WIB dari: www.greavesindia.com/blog/posts/2015/october/bollywood-legends-india-trough- the-lens-of-director-kabir-khan. Imdb. Kabir Khan. Artikel diakses pada tanggal 29 April 2016 dari: http://www.imdb.com/name/nm1203138/bio?ref_=nm_ql_1. Imdb. Salman Khan. Artikel ini diakses pada tanggal 29 Maret 2016. http://www.imdb.com/name/nm0006795/awards?ref_=nm_ql_2. Imdb. Salman Khan Awards. Artikel diakses pada tanggal 28 Maret 2016 dari: http://www.imdb.com/name/nm0006795/awards?ref_=nm_ql_2. Filmyfolks. Kareena Kapoor. Artikel diakses pada tanggal 22 April 2016 pukul 16.52 WIB http://www.filmyfolks.com/celebrity/bollywood/kareena- kapoor.shtml. Imdb. Kareena Kapoor Awards. Artikel diakses pada tanggal 29 Maret 2016 http://www.imdb.com/name/nm0004626/awards?ref_=nm_ql_2. Filmyfolks. Nawazuddin Siddiqui. Artikel diakses pada tanggal 22 April 2016 pukul 16.55 WIB dari: http://www.filmyfolks.com/celebrity/bollywood/nawazuddin-siddiqui.php. Imdb. Nawazuddin Sidduiqui Awards. Artikel diakses pada tanggal 29 Maret 2016 dari: http://www.imdb.com/name/nm1596350/awards?ref_=nm_ql_2. 95 Kapan lagi. Salman Khan. Artikel ini diakses pada tanggal 29 Maret 2016 dari: http://www.kapanlagi.com/bollywood/s/salman_khan/ Liputan 6.com. Mampukah Film Ajay Devgn Mengimbangi Bajrangi Bhaijaan. Artikel ini diakses pada 23 Maret 216 dari http://showbiz.liputan6.com/read/2281077/mampukah-film-drishyam-ajay-devgn- mengimbangi-bajrangi-bhaijaan. Liputan 6.com. Salman Khan Akan Donasikan Keuntungan Film untuk Petani. Artikel ini diakses pada 23 Maret 2016 dari http://showbiz.liputan6.com/read/2277985/salman-khan-akan-donasikan- keuntungan-filmnya-untuk-petani. Liputan 6.com. Salman Khan Penonton Adalah Sebuah Penghargaan Bagiku. Artikel ini diakses pada 23 Maret 216 dari http://showbiz.liputan6.com/read/2292087/salman-khan-penonton-adalah-sebuah- penghargaan-bagiku. Liputan 6.com. Berjaya, Bajrangi Bhaijaan Menang Besar di Stardust Awards. Artikel ini diakses pada 23 Maret 2106 dari: http://www.kapanlagi.com/showbiz/bollywood/berjaya-bajrangi-bhaijaan- menang-besar-di-stardust-awards-2015-588385.html. Liputan 6.com. Salman Khan Penonton Adalah Sebuah Penghargaan Bagiku. Artikel ini diakses pada 23 Maret 216 dari: http://showbiz.liputan6.com/read/2292087/salman-khan-penonton-adalah-sebuah- penghargaan-bagiku. Novitasari, Ari. Grammar of Film. Artikel diakses tanggal 29 April 2016 dari: http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-Artikel%20Jurnal%20- %20Ari%20Novitasari%20070810657%20(AB).doc. KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA F'AKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Jl. lr. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia Telp./Fax : (62-21) 74327281 74703580 Website : www.fdkuiniakarta.ac.id Email: [email protected] Nomor : Un.O1/F5/PP.00 .9 17 1 5 1201 6 lakarta, 14 Maret 201 6 Lamp : 1 (satu) bundel Hal : Bimbingan Skripsi Kepada Yth. Drs. Jumroni, M,Si. Dosen Fakultas IImu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakafia A s salamu' alaikum 14 r. ll b. Bersama ini kami sampaikan outline dan naskah proposal skipsi yang diajukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai bedkut, Nama Devi Feria Artika Nomor Pokok l l 1205 10000s9 Jurusan/Konsentrasi Komunikasi dan Penyiaran Islam Semester VIII (Delapan) Telp. 082227170620 Judul Skripsi Makna Toleransi Agama dalam Film Bajrangi Bhaiiaan. Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalam penyusunan dan penyelesaian skripsinya selama 6 (enam) bulan dari tanggal l4 Maret 2016 s.d. 14 September 2016. Demikian, atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih. Wassal am u' a lai kum Wr. lYb. an.Dekan, Wakil Dekan Bidang Akademik x{.Ed, Ph.D 1 0330 199803 \ Tembusan : L Dekan 2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) PROPOSAL SKRIPSI 4 ,4/fla MAKNA T,LERANSI AGAMA DALAM ,,,/* I*,*NGI BIIAIJAAN \IIII TIL I Universitas lslam Negeri SYARIF H I DAYATU LLAH JAKARTA Disusun oleh: DeviFeriaArtika (1112051000059) FAKIILTAS ILMU DAI(WAH DAN ILMU KOMUNIKASI JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM TINIVERSTTAS ISLAM NEGERI ST'ARIF HIDAYATITLLAH JAKARTA 2016 KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Jl. k H. JuandaNo.95 Ciputat 15412 Indonesia Telp./Far : (62-21) 7432728/ 74703580 Website : wwwfdkuinjakarta.ac.id Email: [email protected] Nomor : un.o1lFs/PP.oo.s 760 2016 Jakarta, Juni 2016 Lampiran : 1(satu) Berkas Skripsi Hal : Ujian Skripsi Kepada Yth. : 1. Dr. Hj. Roudhonah, MA Ketua/Penguji 2. Dedi Fakhrudin, M.lkom Sekretaris 3. H. Zakaria, MA Penguji 4. Siti Nurbaya, M.Si Penguji 5. Drs. Jumroni, lt4.Si Pembimbing di Jakarta Assal amu' al a i kunt Wr. Wb. Dekan Fakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menunjuk Bapak/lbu sebagai Tim Penguji Skripsi mahasiswa/i di Fakultas Ilmu Dakwah dan llmu Komunikasi, Nama : Devi Feria Artika Tempat Tanggal lahir : Pati, 23 Desember 1994 NIM : 1 1 12051000059 Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran lslam (KPl) Judul Skripsi : Makna Toleransi Agama dalam Film Bajrangi Bhaijaan. Ujian tersebut akan dilaksanakan pada : Hari/Tanggal : Jum'at, 17 Juni 2016 Waktu : Pk. 10.00 s.d. 1 1.00 WIB Tempat : Ruang Munaqasyah Lt 78 Untuk menunjang kelancaran ujian dimaksud, bersama ini kami kirimkan naskah skripsi yang akan diuiikan, guna dipelajari/diteliti sebagaimana mestinya Demikian penunjukan ini disampaikan. Alas perhatian Bapak/lbu, kami ucapkan terima kasih Wassalam, a.n,Dekan, Tembusan 1. Dekan 2. Kasubbag. Umum Fakuitas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi Ajkd/MI