Vol. 18, No. 1, Januari 2019

Pusat Studi Wanita UIN Yogyakarta Vol. 18, No. 1, Januari 2019 E-ISSN: 2503-4596 ISSN: 1412-3460

Terakreditasi Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Nomor 2/E/KPT/2015 (Sinta 2)

Managing Editor: Witriani

Editor in Chief: Marhumah

Editors: Siti Ruhaini Dzuhayatin, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta Alimatul Qibtiyah, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta Muhammad Alfatih Suryadilaga, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta Euis Nurlaelawati, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta Mochamad Sodik, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta Masnun Tahir , Universitas Negri Mataram, NTB Dewi Candraningrum, Universitas Muhammadyah Surakarta, Jawa Tengah Ummi Sumbulah, UIN Maulana , Malang, Jawa Timur Tracy Wright Webters , University of Western Sydney, Australia

Language Editors: Zusiana Elly Triantini, Fatma Amilia, Muh.Isnanto

TERAKREDITASI: Nomor: 2/E/KPT/2015, Tanggal 1 Desember 2015

Alamat Penerbit/ Redaksi: Pusat Studi Wanita UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Jl. Marsda Adisucipto Yogyakarta 55281 Telp./ Fax. 0274-550779 Email: [email protected] Website: psw.uin-suka.ac.id

Musãwa adalah Jurnal Studi Gender dan Islam yang fokus pada kajian-kajian gender dan anak, baik yang terintegrasi dengan Islam maupun Hak Asasi Manusia. Diterbitkan pertama kali Maret 2002 oleh Pusat Studi Wanita Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta bekerjasama dengan Royal Danish Embassy . Mulai tahun 2008 terbit dua kali dalam setahun yaitu bulan Januari dan Juli. Mulai tanggal 1 Desember 2015 Jurnal Musawa mendapatkan Akreditasi Na- sional Kemristekdikti dengan Nomor: 2/E/KPT/2015 Redaksi menerima tulisan dengan tema Gender, Islam, dan HAM berupa hasil penelitian yang belum pernah dipub- likasikan atau diterbitkan di media lain. Artikel ditulis dalam 6.000 – 10.000 kata sesuai dengan gaya selingkung Musawa yang dapat dilihat di halaman belakang. Naskah dikirimkan melalui Open Journal System (OJS) Musawa melalui alamat : http://ejournal.uin-suka.ac.id/musawa. Editor berhak melakukan penilaian tentang kelayakan suatu artikel baik dari segi isi, informasi, maupun penulisan. DAFTAR ISI

TAFSIR GENDER JAWA: TELAAH TAFSIR AL-IKLIL FI MA’ANI AL-TANZIL KARYA MISBAH MUSTAFA Ahmad Zainal Abidin, M. Imam Sanusi Al-Khanafi, Eko Zulfikar...... 1

JILBAB SEBAGAI SIMBOL PERJUANGAN IDENTITAS (Studi atas Pemakaian Jilbab di Kalangan Waria DI. Yogyakarta) Arif Nuh Safri...... 19

RESEPSI PEMBACA TERHADAP BENTUK KETIDAKADILAN GENDER DALAM CERPEN MATA TELANJANG KARYA DJENAR MAESA AYU Kandhi Laras, Azizatuz Zahro’...... 35

MAPPING ISU JURNAL BERBASIS PENGARUSUTAMAAN GENDER DAN HAM PADA PERGURUAN TINGGI DI INDONESIA Witriani, Bayu Mitra A. Kusuma...... 45

RUANG PEMBEBASAN SEBAGAI POLITIK PERLAWANAN PEREMPUAN NU Linda Dwi Eriyanti...... 61

TRANFORMASI DAKWAH NAHDHATUL ULAMA DAN : DARI SUBORDINASI MENUJU EMANSIPASI Abdul Halim, Luthfi Maulana...... 77

KONTEKSTUALISASI HUKUM WARIS DALAM QS. AN-NISA [4]:11 (Studi Pembagian Harta Warisan Pada Masyarakat Kampar) Marro’aini dan Nor Kholis...... 93 TRANFORMASI DAKWAH NAHDHATUL ULAMA DAN MUHAMMADIYAH: DARI SUBORDINASI MENUJU EMANSIPASI

Abdul Halim Universitas Islam Negeri Surabaya, Indonesia, [email protected] [email protected]

Luthfi Maulana Medras Institute Jakarta [email protected]

Abstrak Tranformasi merupakan terjadinya perubahan dari sebuah bentuk ke bentuk yang lain, baik dilakukan oleh indvidu maupun kelompok tertentu. Terjadinya tranformasi biasanya disebabkan oleh suatu kebutuhan yang mengharuskan tranformasi tersebut harus dilakukan. Dalam kaitannya dengan tranformasi dakwah Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah, sejauh ini terdapat dinamika keputusan dakwah keduanya yang berhubungan dengan fatwa-fatwanya. Menggunakan pendekatan studi pustaka yang fokus pada hasil kajian fatwa yang dihasilkan oleh kedua organisasi, penelitian ini menemukan bahwa dari hasil perkembangan dakwah keduanya, terdapat proses transformasi fatwa, terutama pada masalah fatwa-fatwa hukum yang berkaitan dengan sikap kedua organisasi terhadap perempuan. Kedua organisasi massa ini mengalami tranformasi fatwa dari sikapnya yang cenderung subordinatif berkembang menuju keputusan-keputusan hukumnya yang bersifat emansipatif, yang mendukung peran dan hak-hak perempuan di ranah publik

Kata Kunci: Tranformasi Dakwah, Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah.

Abstract Transformation is a change from one form to another by both individuals and certain groups. The transformation is usually caused by a need that requires the transformation to be done. In relation to the dakwah transformation of Nahdhatul Ulama and Muhammadiyah, so far there are dynamics of organization decision related to their fatwas. Using a literary study approach that focuses on the results of fatwas produced by the two organizations, this study found that from the results of the development of dakwah of both organization, there was a process of transformation of fatwas, especially on the issue of legal fatwas related to the attitudes of the two organizations towards women. Both mass organizations undergo a fatwa transformation from subordinating attitude into emancipatory decisions which support the role and rights of women in the public sphere.

Keywords: Da’wah transformation, Nahdhatul Ulama and Muhammadiyah.

77 Musãwa, Vol. 18, No. 1 Januari 2019

Pendahuluan sikap dan paradigmanya cenderung terpengaruh Dakwah dalam Islam merupakan sebuah pada gerakan pemurnian Islam yang langsung seruan untuk mengajak umat manusia agar bertumpu pada al-Quran dan hadis. Dua alasan memahami, mengerti dan menerima ajaran Islam.1 inilah yang kemudian menjadikan kedua ormas Metode dakwah selalu dianjurkan dengan cara- ini sangat berpengaruh di Indonesia baik fatwa cara yang baik agar orang yang diajak dakwah maupun petuahnya dalam menumbuhkan dapat menerima ajakan dakwah dengan penuh paradigma Islam, sikap dan perilaku serta nilai- kesadaran dan kerelaan hati.2 Dari segi tujuan, nilai ajaran Islam di bawah bayang-bayang dakwah menginginkan lahirnya kebaikan untuk keduannya. mencegah dari berbagai perkara yang munkar.3 Apabila dua ormas tersebut mengeluarkan Atas sebab itulah, dakwah tidak lain menginginkan fatwa hukum yang lebih mengarah pada sikap pesan prinsipal Islam rahmatan lil alamin sampai subordinasi terhadap kaum perempuan, maka kepada manusia dan alam semesta.4 dampaknya akan melahirkan masyarakat Islam Pada tahap pelaksanaanya, dakwah bisa Indonesia yang subordinat pula. Begitu juga dilakukan oleh individual (umat Islam) atau sebaliknya, apabila keduanya mengeluarkan kelompok (ormas Islam).5 Sedangkan dalam fatwa hukum-hukum yang lebih mengedepankan konteks Indonesia, dakwah lebih cenderung sikap keadilan, kesejahteraan, kesetaraan dan dilakukan oleh kelompok ormas-ormas Islam mengedepankan sikap sama rata melalui hak dan yang didominiasi oleh Nahdhatul Ulama dan kewajibannya, maka sikap yang dominan pada Muhammadiyah. Pada awalnya dua kelompok umat Islam Indonesiapun akan lebih bersifat ini berseberangan karena perbedaan semangat emansipatoris. Atas alasan tersebut, tulisan ini latar belakang. Nahdhatul Ulama lebih cenderung berusaha mengkaji tentang bagaimana sikap sebagai gerakan penerus tradisi, sedangkan Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah dalam Muhammadiyah cenderung sebagai gerakan peran dakwahnya menyuarakan fatwa-fatwa pemurnian Islam (tajdid). Perbedaan ini kemudian hukum terhadap perempuan tersebut. melahirkan persaingan tersendiri dari keduannya. Jika kita telisik ada era-era awal Nahdhatul Pengaruh dominasi dari dua ormas terbesar Ulama sebagai ajaran murni penerus tradisi itulah, mempengaruhi masyrakat Islam di Madhzab, ia lebih condong mengambil dalil-dalil Indonesia, jika warga Nahdhatul Ulama, maka fikih yang dalam beberapa hal cenderung bersifat amaliyah dan sikapnya cenderung didominasi subordinatif. Begitu pula Muhammadiyah, oleh ajaran-ajaran akulturasi agama dan budaya dalam keputusan-keputusan awal fatwanya juga yang berpijak pada ajaran Madzhzab. Sedangkan cenderung tidak leluasa dalam memberikan untuk menjadi bagian dari Muhammadiyah, maka fatwa kebebasan perempuan menyuarakan haknya. Namun belakangan keduanya cenderung mengalami transformasi fatwa, dari fatwa-fatwa 1Aidh Al-Qorni, Sekolah Ramadhan, (Jakarta: Sahara Publishers, 2004), 249 yang subordinatif menjadi fatwa yang cenderung 2Samsul Amin Munir, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, bersifat emansipatif. Oleh sebab itulah tulisan ini 2009), 6. akan memaparkan bagaimana tranformasi peran 3M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2006), 17. dakwah dari keduanya. 4Wahidin Saputra, Pengantar ilmu Dakwah, (Jakarta: Menurut Stomka tranformasi merupakan Raja Grafindo Persada, 2011), 2. perubahan sifat atau perilaku yang terjadi pada 5Arifin,Psikologi Dakwah, Suatu Pengantar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), 6.

78 Abdul Halim, Luthfi Maulana - Tranformasi Dakwah Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah:... individu atau kelompok masyarakat tertentu.6 Pada Dinamika Feminis Nahdhatul Ulama,11 tatanan konsepnya, tranformasi terjadi karena Kesadaran Politik Perempuan Dalam Aisyah tiga hal, pertama perbedaan, kedua, identitas Muhammadiyah,12 Kepemimpinan perempuan dan ketiga, sejarah dan konteks.7 Tranformasi dalam pergulatan wacana Nahdhatul Ulama,13 adakalanya hanya terjadi sebagian, terbatas serta Gerakan Perempuan ruang lingkupnya, dan adakalanya berlaku dalam Transformasi Pendidikan Politik.14 Dengan secara menyeluruh.8 Pada konteks transformasi demikian, tulisan ini akan membahas Tranformasi dakwah maka yang berlaku adalah perubahan Dakwah Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah: peran dakwah yang berbeda dari tatanan sikap Dari Subordinasi Menuju Emansipasi. dakwah sebelumnya. Oleh sebab itu, tulisan ini selanjutnya akan memaparkan tranformasi Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah dakwah Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama dari yang sebelumnya cenderung bersikap subordinatif terhadap kaum hingga cenderung Nahdhatul Ulama ialah sebuah organisasi emansipatif terhadap perempuan. masyarakat yang didirikan dan dipelopori oleh Kajian ini dirasa penting untuk memberi KH. Hasyim Asy’ari pada 31 Januari 1926 dan pemahaman bahwa sikap-sikap subordinatif dibantu oleh KH. Wahab Hasbullah dan para bukanlah sikap yang diambil oleh Nahdhatul ulama-ulama lainnya. Berdirinya Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah, karena di era Ulama tidak terlepas dari representasi gerakan yang semakin maju keduanya cenderung sudah ulama tradisionalis ala ahlus sunah wal jamaah bersikap egaliter dan memperjuangkan hak-hak yang ingin terus melestarikan gerakan Islam 15 perempuan. Di sisi yang lain, penelitian yang dari tokoh-tokoh . Dalam hal sebelumnya juga belum ditemukan yang pedoman, Nahdhatul Ulama adalah organisasi seperti tulisan yang diangkat peneliti, hanya saja masyarakat yang berpegang teguh pada al-Quran, ditemukan tulisan sebelumnya yang terfokus pada Hadits, Ijma’ (Keputusan para ulama) dan Qiyas. pendapat Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah Pada bidang fiqih, Nahdhatul Ulama ber-taqlid terhadap partisipasi perempuan.9 Lebih jauh pada salah satu ajaran empat madzhab (Hanafi, penelitian yang serupa misalnya seperti; Maliki, Syafi’I, dan Hanbali), dan cenderung Emagologi Gender dalam Muhammadiyah, bermadhzab Imam Syafi’i. Sedangkan dalam Nahdhatul Ulama dan Nahdhatul Wathan,10 (2017). 6Piort Stomka, Sociology of Social Change, (USA, 11Musdah Mulia, “Hukum Islam Dan Dinamika 2007), 5. Feminisme Dalam Organisasi Nahdlatul Ulama”, Al- 7Zaeny, Gerakan Keagamaan di Indonesia, Ahkam Jurnal Pemikiran Hukum Islam, Volume 23, Nomor (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2005), 12. 1, April (2013). 8Piort Stomka, Sociology of Social Change, (USA, 12Siti Ruhaini Dzuhayatin, “Menakar “Kadar Politis” 2007), 5. ”, Pusat Studi Gender Stain Purwokerto Yin Yang, 9Lamia Jovita Aditia Ilham Dan Ahmad Taufan, Vol. 4 No. 2 Juli-Desember (2009). “Persepsi Nahdhatul Ulama Dan Muhammadiyah Terhadap 13Jamal Ma’mur Asmani, “Kepemimpinan Perempuan: Partisipasi Perempuan”, Jurnal Politeia. Vol. 9. No.1 Pergulatan Wacana Di Nahdlatul Ulama (Nu), Addin, Vol. Januari (2017). 9, No. 1, Februari (2015). 10Abdul Nasip, “ Imagologi Dalam Perspektif Gender 14Sri Roviana, “Gerakan Perempuan Nahdlatul Pada Organisasi Masyarakat Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama Dalam Transformasi Pendidikan Politik”, Jurnal Ulama (Nu), Dan Nahdlatul Wathan (Nw)”, Education And Pendidikan Islam, Volume III, No. 2. Desember (2014). Language International Conference Proceedings Center 15Masykur Hasyim, Merakit Negeri Berserakan, For International Language Development Of Unissula, Elic (Surabaya: Yayasan 95, 2002), 66.

79 Musãwa, Vol. 18, No. 1 Januari 2019 bidang tauhid Nahdhatul Ulama mengikut pada masyarakat yang membutuhkan (fakir miskin).18 Abu Hasan al-Asyari (pendiri madhzab As’ariyah) Selanjutnya Nahdhatul Ulama menjelma dan Abu Mansur al-Maturidzi (pendiri madhzab menjadi organisasi masyarakat Islam yang Maturidiyah), serta dalam bidang tasawuf berusaha mewarisi tradisi Islam Nusantara dalam mengikuti Imam Abu Qosim Al-Junaidi.16 mempertahankan ajaran Madhzab, terutama Latar belakang berdirinya Nahdahtul Ulama dalam bidang fiqih (Maliki, Hambali, Hanafi dan sendiri tidak terlepas dari beberapa alasan, Syafi’i).19 pertama, Nahdhatul Ulama didirikan sebagai Sebagai ormas keagamaan yang gerakan untuk menjaga keutuhan Islam, kedua, mempertahankan nilai-nilai tradisi Islam Nahdhatul Ulama didirikan sebagai gerakan Nusantara, Nahdhatul Ulama berperan aktif perlawanan terhadap para penjajah Belanda, melakukan kritik terhadap isu-isu global yang pada yang pada saat itu para ulama Nahdhatul Ulama saat ini memunculkan ajaran pembaharuan yang sepakat bahwa kemerdekaan adalah hak yang hendak menghilangkan ajaran-ajaran madhzab perlu diperjuangkan, ketiga, ketentraman dan dan penghancuran makam Nabi SAW. Pada kedamaian umat Islam di Indonesia adalah masa kekuasaan Abdul Aziz Ibn Saud, berbagai tanggung jawab para ulama, maka Nahdhatul makam (termasuk makam Rasulullah hendak Ulama bertujuan untuk menopang dan mengayomi dihancurkan sebagai penumpasan ajaran-ajaran umat Islam di Indonesia dari pelbagai belenggu bid’ah. Oleh sebab inilah, kemudian para ulama agresi penjajah Belanda saat itu.17 Nahdhatul Ulama membentuk Komite Hijaz Selain berfungsi sebagai perlawanan sebagai bentuk perlawanan dan protes terhadap terhadap para penjajah dari Belanda, Nahdhatul kekuasaan Abdul Aziz Ibnu Saud. Atas desakan Ulama juga didirikan sebagai bentuk kritik KH. Komite Hijaz inilah kemudian pemerintah Arab Hasyim Asyari terhadap gerakan Islam modern Saudi mengurungkan niatnya, dan hasilnya yang cenderung mulai marak menyalah-salahkan Makkah kembali membebaskan ajaran Madhzab. prinsipal tradisi-tradisi Islam tradisional. Oleh Peristiwa ini merupakan bagian dari perjuangan sebab itulah, Nahdhatul Ulama didirikan sebagai Nahdhatul Ulama dalam kebebasan bermadzhab. wadah para ulama-ulama Islam tradisonal, Nahdhatul Ulama hadir di tengah termasuk bagi kalangan -kyai dari Jawa dan masyarakat Islam Indonesia dengan tujuan Madura dalam melestarikan tradisi Islam yang untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera dibawa oleh para walisongo. Hal ini kemudian lahiriyah maupun batiniyah, mewujudkan melahirkan beberapa tujuan di antaranya, masyarakat yang berkeadilan, serta mewujudkan memperkuat kesetiaan terhadap para kyai yang masyarakat yang demokratis dan berakhlaqul masih berpedoman pada ajaran Madhzab, karimah, sehingga melahirkan masyarakat yang memberikan bimbingan terhadap para berkeadilan, kesejahteraan dan menciptakan di bawah Nahdhatul Ulama, memperluas rahmat bagi semesta. Untuk melaksanakan hal dakwah Islam dengan berpedoman pada para ini, Nahdhatul Ulama mengajak umat Islam Madhzab, memperbanyak lembaga madrasah untuk amar ma’ruf nahi munkar sebagai upaya untuk pendidikan, membangun masjid, mushola untuk meningkatkan Ukhuwah Islamiyah. Pada dan pesantren-pesantren serta membantu para 18Humaidi Abdusami, Ridwan Fakla AS, 5 Rais ‘Am Nahdlatul Ulama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), 15. 16Laode Ida, NU Muda, (Jakarta: Erlangga, 2004) 7. 19Andree Feillard, NU vis-à-vis Negara, (Yogyakarta: 17Masykur Hasyim, Merakit Negeri Berserakan, 67. L’Harmattan Archipel, 1999), 13-14.

80 Abdul Halim, Luthfi Maulana - Tranformasi Dakwah Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah:... tatanan pendidikan, melaksanakan pengajaran itulah KH. kemudian mendirikan dan kebudayaan sesuai dengan ajaran Islam. Muhammadiyah sebagai bentuk menegakkan Sedangkan pada tatanan sosial, mewujudkan kembali ajaran Islam sesuai pada asalnya23 dengan pembangunan ekonomi dengan mengupayakan membangun berbagai lembaga pendidikan, keadilan sosial dan keadilan hukum guna lembaga-lembaga dakwah Muhammadiyah, mewujudkan kesejahteraan dan keselamatan lembaga wakaf, masjid-masjid dan mushola, umat di dunia dan akhirat. Lebih jauh pada buku-buku Muhammadiyah, surat-surat kabar tatanan ekonomi, mengupayakan terwujudnya dan majalah-majalah Muhammadiyah.24 pemerataan kesempatan untuk berusaha dan Perkembangan Muhammadiyah semakin menikmati hasil-hasil pembangunan, dengan terlihat ketika memasuki tahun 1917. Pada mengutamakan tumbuh dan berkembangnya saat itu, Budi Utomo mengadakan kongres koperasi. Mengusahakan usaha-usaha lain yang di Yogyakarta.25 Hasil kongres menghasilkan bermanfaat bagi masyarakat banyak (Maslahah berbagai masukan, bahwa banyak daerah- ‘ammah) guna terwujudnya khairu ummah.20 daerah di Indonesia yang menginginkan Dengan tujuan-tujuan inilah kemudian Nahdhatul Muhammadiyah, sehingga sejak tahun 1920- Ulama menjadi kelompok organisasi Islam yang 1921 Muhammadiyah dikembangkan di berbagai sangat dominan di Indonesia. daerah di Indonesia.26 Sejak itu Muhammadiyah berperan di masyarakat dalam memberikan Muhammadiyah dakwah Islam, fasilitas-fasilitas pendidikan serta Muhammadiyah adalah sebuah organisasi hal lainnya yang berkaitan dengan keagamaan.27 masyarakat yang dirikan oleh KH. Ahmad Dalam prakteknya, Muhammadiyah, mengadakan Dahlan di Yogyakarta tepat pada 8 shalat-shalat sunnah hari raya di lapangan- Dzulhijjah 1330 H/ 18 November 1912.21 Pasca lapangan dan mengkordinasi pembagian zakat terbentuknya Muhammnadiyah, KH. Ahmad untuk masyarakat yang membutuhkan.28 Selain Dahlan kemudian mengajukan permohoman itu, Muhammadiyah juga melayani masyarakat kelegalan Muhamadiyah pada 20 Desember dengan bentuk pelayanan kesehatan, pemberian 1912 kepada pemerintah Hindia Belanda, hingga hukum (fatwa), panti asuhan, lembaga organisasi diberikan izin kelegalannya pada 22 Agustus 23 22 Arbiya Lubis, Pemikiran Muhammadiyah dan 1914. Muhammadiyah lahir sebagai gerakan Muhammad Abduh Suatu studi perban dingan (Jakarta: pembaharu yang melihat kemiskinan dan Bulan Bintang, 1989), 16. keterbelakangan umat Islam baik dari sisi moral 24Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia, Cet VIII (Jakarta: PT Pustaka LP3ES, 1996), 86. maupun agama. Pada saat itu masyarakat tidak 25Budi Utomo merupakan organisasi pergerakan mengenal perbuatan baik dan buruk, sedangkan nasional yang didirikan oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo dari cara mereka melaksanakan ibadah-ibadah pada 20 Mei 1908 di Jakarta. Budi Utomo berperan dalam pengesahan berdirinya Muhammadiyah dengan syarat keagamaan cenderung mengarah pada tata cara seluruh anggota Muhammadiyah menjadi anggota Budi yang bid’ah, tahayul dan Khurafat. Oleh sebab Utomo. Lihat Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia, Cet VIII (Jakarta: PT Pustaka LP3ES, 1996), 84. 20Achmad Siddiq, Khittah Nahdliyyah (Surabaya: 26Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia, Khalista dan LTN NU Jawa Timur, 2005), 77. 87. 21M. Raihan Febriansyah, dkk, Muhammadiyah 100 27Abdul Munir Mulkhan, Pemikiran Kyai Haji Ahmad Tahun Menyinari negeri (Yogyakarta: Majelis Pustaka dan Dahlan Dan Muhammadiyah Dalam Perspektif Perubahan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2013), 3. Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), 29-30. 22Khalimi, Ormas-ormas Islam: Sejarah, Akar Teologi 28Arbiya Lubis, Pemikiran Muhammadiyah dan dan Politik (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), 314. Muhammad Abduh, 16.

81 Musãwa, Vol. 18, No. 1 Januari 2019 otonom yang menangani masalah-masalah sebagai upaya mencegah dari berbagai perkara keagamaan dan sosial kemasyarakatan.29 yang munkar.33 Peran dakwah ini sangat penting, Berdirinya Muhammadiyah itu sendiri karena melalui dakwah inilah misi Islam sebagai bertujuan untuk meningkatkan efektifitas kinerja agama rahmatan lil alamin akan tersampaikan Majelis menuju gerakan tarjih dan tajdid yang lebih kepada umat manusia.34 Sehingga umat yang maju, profesional, modern, dan otoritatif sebagai didakwahi, akan terbimbing untuk memahami landasan yang kokoh bagi peningkatan kualitas Islam dan meninggalkan dari berbagai perbuatan persyarikatan dan amal usaha. Mewujudkan buruk.35 Dalam pelaksanaannya dakwah memang landasan kerja Majelis yang mampu memberikan tidak terbatas pada penyampaian berupa seruan ruang gerak yang dinamis dan berwawasan ke untuk ajakan dari satu orang ke orang lain, namun depan. Revitalisasi peran dan fungsi seluruh dakwah bisa saja menggunakan berbagai hal, sumber daya majelis. Mendorong lahirnya Ulama baik tulisan, tingkah laku, maupun sebagainnya, Tarjih yang terorganisasi dalam sebuah institusi sebagai upaya untuk mempengaruhi orang lain yang lebih memadai. Membangun model jaringan agar meniru tindakan-tindakan tersebut (individu kemitraan yang mendukung terwujudnya gerakan maupun kelompok).36 tarjih dan tajdid yang lebih maju, profesional, Pesan dan seruan dakwah ialah berupa nasihat modern, dan otoritatif, menyelenggarakan kajian dan perintah dari ajaran Islam yang tertuang dalam terhadap norma-norma Islam guna mendapatkan Al-Quran dan Hadits Rasulullah meliputi seluruh kemurniannya, dan menemukan substansinya aspek kehidupan, yakni hubungannya dengan agar didapatkan pemahaman baru sesuai dengan khalik (hablun min Allâh) dan hubungannya dinamika perkembangan zaman. Menggali dengan manusia (hablun min an-nas).37 Pada dan mengembangkan nilai-nilai Islam, serta pelaksanaanya, dakwah dilakukan secara sadar, menyebarluaskannya melalui berbagai sarana terencana, serta menggunakan sikap yang baik, publikasi.30 Berkat tujuan dan penyebaran agar dapat mengambil hati umat manusia dalam dakwahnya Muhammadiyah juga menjadi menerima ajakan dakwah Islam.38 sebagaimana kelompok organisasi masyarakat Islam yang yang termaktub dalam dalam QS. al-Baqarah: dominan di Indonesia. 186. ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ َوإَذا َسأَلَ َك عبَادي َعّن فَإّن قَر ٌيب أُج ُيب َدْعَوةَ َّالدِاع إَذا Peran Dakwah Nahdhatul Ulama dan ِ ِ ِ َد َعان فـَْليَ ْستَجيبُوا ِل َولْيـُْؤمنُوا ِب لََعلَُّهْم يـَْرُشُد َون Muhammadiyah Dakwah merupakan seruan ajaran Islam,31 “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah yang disampaikan kepada umat manusia sebagai seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul bentuk upaya mengajak orang lain untuk menerima menyeru kamu kepada suatu yang memberi ajaran Islam dengan penuh kesadaran.32 Dakwah 33M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah lebih mengarah pada aktivitas-aktivitas yang baik, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2006), 17. 34Wahidin Saputra, Pengantar ilmu Dakwah, 2. 29Abdul Munir Mulkhan, Pemikiran Kyai Haji Ahmad 35Safrodin Halimi, Etika Dakwah Dalam Perspektif Dahlan Dan Muhammadiyah, 29-30. Al-Quran anatar Edialis Aqurani dan RealitasSosial 30Muhammad Yusuf Amin Nugroho, Fiqh al-Ikhtilaf: (Semarang: Walisongo Pres, 2008), 32. NU-Muhammadiyah (Wonosobo: E-Book Free, 2012), 25. 36Arifin, Psikologi Dakwah, Suatu Pengantar, 6. 31Aidh Al-Qorni, Sekolah Ramadhan, (Jakarta: Sahara 37Mustopa Bisri, Saleh Ritual Saleh Sosial (Bandung: Publishers, 2004), 249 Mizan, 1995), 28. 32Samsul Amin Munir, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 38Samsul Amin Munir, Metode Dakwah (Jakarta: 2009), 6 Kencana, 2009), 50.

82 Abdul Halim, Luthfi Maulana - Tranformasi Dakwah Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah:...

kehidupan kepada katamu, dan ketahuilah dan keyakinan terhadap Allah SWT), Syariat bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara (ibadah dan muamalah),44 serta akhlak berarti manusia dan hatinya akan sesungguhnya budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat,45 39 kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.” yang merupakan sebuah etika, baik berhubungan (QS. al-Baqarah:186) secara vertikal (dengan Allah SWT), maupun Ayat di atas, merupakan anjuran seruan horizontal (manusia dan sesama makhluk).46 dakwah kepada sesama manusia. Maka setiap Sedangkan pelaku dakwah ialah manusia itu muslim diwajibkan untuk menyampaikan dakwah sendiri,47 yang berperan menyampaikan pesan (Islam) kepada seluruh umat manusia dengan ajaran agama (Islam) kepada masyarakat umum. memberikan ketentraman dan kedamaian.40 Karena Baik pelaku itu bersifat individu, yakni setiap tujuan dakwah sendiri mewujudkan keselamatan umat Islam, maupun kelompok (orang-orang bagi umat manusia dari yang tersesat menuju tertentu yang mempunyai kemampuan konsep, jalan yang benar sesuai dengan ajaran Islam dan teori, dan metode yang berhubungan dengan ilmu ridha Allah SWT (mencapai kebahagiaan). Selain pengetahuan agama).48 Dalam konteks kelompok, mewujudkan keselamatan, dakwah juga bertujuan di Indonesia terdapat dua kelompok besar yang untuk mengajak manusia menuju pada kebenaran memiliki otoritas kemampuan keagamaan yang hakiki, melalui ajaran Islam yang menyeluruh, kuat yakni Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah. serta mewujudkan masyarakat muslim yang dapat Keduanya merupakan organisasi masyarakat yang menerapkan ajaran Islam dalam berbagai tatanan, berperan aktif dalam melaksanakan dakwah- dari mulai berbangsa dan bernegara, bertindak dakwah Islam. Bahkan keduanya merupakan adil, makmur, serta dapat memberikan kedamaian ormas yang sangat dominan di masyarakat dan kesejahteraan dalam naungan rahmat, dan Indonesia, sehingga ajakan dakwah dan perannya karunia Allah SWT.41 Dengan demikian, tujuan sanggat berpengaruh bagi masyarakat Islam di dari dakwah ialah mewujudkan cita khairul Indonesia pada umumnya. ummah menuju khairul bariyyah. Sehingga dapat menyadarkan manusia untuk kembali Peran Dakwah Nahdhatul Ulama menuju fitrahnya. Maka objek sasaran dakwah Nahdhatul Ulama merupakan organisasi ialah masyarat (penerima dakwah), baik individu masyarakat terbesar di Indonesia yang perannya maupun kelompok.42 sangat dominan di Indonesia dalam mengajak Dalam melaksanakan dakwah itu sendiri, hal umat manusia untuk memeluk agama Islam.. yang perlu diperhatikan ialah materi dakwah yang Nahdhatul Ulama dikenal sebagai Islam yang merupakan pengetahuan Islam yang bersumber cenderung mengajak umat manusia memeluk dari Al-Quran dan Hadits Nabi Muhammad agama Islam melalui budaya dan tradisi-tradisi SAW, 43 selanjutnya meliputi aqidah (keimanan Ponorogo, 2010), 26. 39Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya 44Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Lajnah Pentashih Al-Quran, 2002), 35. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), 235. 40Awaludin Pimay, Metodologi Dakwah (Semarang: 45A. Mustofa, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Pustaka Setia, Rasail, 2006), 14. 1999), 11. 41Awaludin Pimay, Paradigma Dakwah Humanis 46Hafi Anshari,Pemahaman dan Pengalaman Dakwah Strategi dan Metode Dakwah Prof. KH. Saifudin Zuhri (Surabaya: Al-Ikhas, 1993), 146. (Semarang: Rasail, 2005), 35-38. 47Adi Sasono, Solusi Islam atas Problematika Umat 42Samsul Amin Munir, Ilmu Dakwah , 15. (Jakarta: Gema Insani Press, 1987), 52. 43Kusnanti Rofiah, Dakwah Jama’ah Tabligh dan 48Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengalaman EksistensinyaDi Mata Masyarakat (Ponorogo: STAIN Dakwah, 107.

83 Musãwa, Vol. 18, No. 1 Januari 2019

Nusantara yang tidak berseberangan dengan budaya tersebut dengan nuansa ajaran Islam, ajaran Islam. Dalam perannya melaksanakan seperti selamatan, tinggepan, tahlilan, mitoni, aktivitas dakwahnya, Nahdhatul Ulama penggunaan budaya , kentongan, khaul cenderung menggunakan metode manhaj al-fikr ziarah-ziarah para Wali dan lainnya sebagai wa al-siraha, yang meliputi sebagai berikut:49 bentuk kolektivitas Nahdhatul Ulama dalam Tawassuth (moderat) sikap mengambil membangun keakraban sosial (baik budaya jalan tengah, pada konteks hukum merupakan maupun masyarakat). Dalam cara dakwahnya keseimbangan dalam menggunakan wahyu dan pun Nahdhatul Ulama tidak dengan cara akal dan dalam konteks aqidah tidak gampang perlawanan, akan tetapi lebih memilih dakwah memberikan vonis kafir, sesat kepada orang lain. secara perlahan-lahan tidak merusak budaya yang Mengambil sikap tengah antara: wahyu dan akal, sudah ada, melainkan mengubahnya agar sesuai Taqdir dan ikhtiyar dan antara taqlid dan ijtihad. dengan ajaran Islam dengan prinsip menyebarkan Tawazun dan I’tidal (keseimbangan) sikap ini Islam rahmatan lil alamain (menyebarkan Islam terefleksi dalam tata pergaulan baik dimensi politik dengan memberikan rahmat bagi alam semesta). maupun budaya yaitu dengan mengambil sikap Dengan prinsip rahmatan lil alamin inilah akomodatif kritis dengan mengembangkan seruan kemudian Nahdhatul Ulama dalam bersikap tidak amar ma’ruf nahi munkar. Tasamuh (toleran) pernah merasa dirinya paling benar, melainkan yaitu mengembangkan dan menumbuhkan sikap lebih menghargai perbedaan pendapat. Adapun menghormati keragaman pemahaman, tindakan perbedaan tafsir, madzhab, atau aliran dalam tiap- maupun gerakan dalam konteks keislaman. tiap agama adalah cermin dari keluasan makna Prinsip ini dimaksudkan dalam upaya membangun yang terkandung dalam ajaran kitab-kitab suci. ukhuwwah baik ukhuwwah Islamiyah, ukhuwwah Demikian juga kekayaan budaya dan sejarah dari Basyariyah maupun ukhuwwah Wathaniyah. umat masing-masing dalah cermin dari kekayaan Amar ma’ruf nahi munkar yaitu selalu memiliki ciptaan Allah dalam kehidupan manusia. kepekaan untuk mendorong perbuatan yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan bersama, serta Peran Dakwah Muhammadiyah menolak dan mencegah semua hal yang dapat Muhammadiyah merupakan bagian dari menjerumuskan dan merendahkan nilai-nilai ormas Islam terbesar kedua di Indonesia, kehidupan. Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Prinsip-prinsip inilah yang dipegang oleh pembaruan Islam yang hadir di Indonesia Nahdhatul Ulama sebagai bentuk interaksi sosial sebelum lahirnya Nahdhatul Ulama. Model budaya di masyarakat. Dalam hubungannya penerapan dakwah Muhammadiyah ialah dengan sosial budaya nusantara, Nahdhatul bersifat kompleks dan struktural. Dengan tujuan Ulama dikenal cukup fleksibel, karena bagi dakwah Islam dan menegakkan keadilan sebagai Nahdhatul Ulama, selagi budaya-budaya tersebut bentuk perhatian Muhammadiyah terhadap tidak bertentangan dengan agama Islam, maka masyarakat.50 Sebagai gerakan pembaharuan dapat diterima. Dengan kata lain, Nahdhatul (tajdid), Muhammadiyah menfokuskan Ulama cenderung melastarikan berbagai budaya dakwahnya sebagai gerakan pemurnian Islam peninggalan nenek moyang dengan mengganti (purifikasi), Muhammadiyah sangat mengkritik sistem madhzab dan taklid, sehingga dengan 49Hasyim Muzadi , “Meneruskan Tradisi Dakwah para Pendahulu”, 12 Januari 2018 dari http:// NU On Line. 50Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia com. 1-2. , 92.

84 Abdul Halim, Luthfi Maulana - Tranformasi Dakwah Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah:... hal ini Muhammadiyah melakukan dakwah tajdid ialah gerakan pembaharuan yang berupaya dengan gerakan pemberantasan TBC, takhayul, memurnikan Islam sesuai dengan prinsipal bid’ah dan khurafat, dalam hal ini termasuk kembali kepada al-Quran dan hadits, maka tajdid kegiatan-kegiatan selamatan untuk orang yang digalakkan untuk menguatkan pemurnian atas sudah meninggal, selamatan kehamilan hingga pemahaman tentang Islam itu sendiri.54 kelahiran anak, upacara tahlil, talqin, sedekah bumi, sedekah laut kepercayaan jimat dan lain Tranformasi Keputusan Dakwah: dari sebagainnya. Bagi Muhammadiyah kegiatan- Patriarkhi hingga Emansipasi kegiatan tersebut termasuk perbuatan takhayul, Istilah tranformasi berasal dari kata transform bid’ah dan khurafat, maka bagi Muhammadiyah yang berarti adanya perubahan dari sebauh bentuk sebagai gerakan purifikasi memberantas kegiatan- ke bentuk yang lain, baik dilakukan oleh indvidu kegiatan tersebut untuk mengubahnya dengan maupun oleh kelompok masyarakat tertentu.55 ajaran-ajaran yang sesuai dengan kemurnian Islam Tranformasi dapat terjadi karena adanya sebuah yang disumberkan dari al-Quran dan hadist.51 sebab alamiah ataupun kebutuhan tertentu Sedangkan prinsip dakwah Mumahammadiyah yang menjadikan perubahan tersebut harus dalam menjalankan amar makruf nahi munkar dilakukan.56 Atas dasar itulah, tranformasi selalu bertumpu pada tiga pijakan, Tabsyir, Islah dan dikaitkan dengan kebutuhan konsteks tertentu.57 Tajdid. Tranformasi sifatnya beragam, adakalanya hanya Pertama, tabsyir merupakan konsep sebagian dan adakalanya bersifat menyeluruh Muhammadiyah dalam melakukan pendekatan mengubah dari berbagai aspek tertentu. Jika kepada umat Islam dan umat non-muslim hubungankan dengan keputusan dakwah, maka untuk memeluk Islam, dengan cara bijaksana, Tranformasi bermaksud sebagai simbol perubahan membimbing dengan baik, serta dengan sikap dan keputusan dakwah, yang latarbelakangi cara mujadalah (diskusi dan debat) yang oleh kebutuhan konteks sosial tertentu, sehingga baik.52sedangkan tabsyir yang dilakukan mengharuskan perubahan itu harus dilakukan.58 kepada umat non-mulim, ialah melakukan Dalam kaitannya dengan tranformasi pembimbingan dengan memberikan pemahaman dakwah yang dilakukan oleh Nahdhatul Ulama yang baik dan benar tentang ajaran Islam, dengan dan Muhammadiyah, maka hal ini berhubungan cara yang baik dan tidak memaksa (jalur damai dengan dinamika keputusan dakwah keduanya dan sejahtera).53Kedua, Islah ialah upaya untuk yang berhubungan dengan fatwa-fatwa terhadap memperbaiki cara ber-Islam kepada umat Islam perempuan. Dinamika tranformasi fatwa yang (khususnya warga Muhammadiyah) dengan cara terjadi pada Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah mengajak mereka untuk memurnikan ajaran mengelami perkembangan yang signifikan, Islam sesuai dengan syariat al-Quran dan Hadits. dari beberapa hukum-hukum sebelumnya yang Maka tabsyir ialah mengajak umat Islam untuk 54Hasjmy, A. Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an, saling meningkatkan ke-Islamannya. Ketiga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), 23. 55Piort Stomka, Sociology of Social Change, (USA, 51Imron Nasri,(ed.), Pluralisme & Liberalisme 2007), 5. Pergolakan Pemikiran Anak Muda Muhammadiyah, 56Husein Alatas, Social Theory and Poscolonial (Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2005), 164-165. Theory: Asian Perspective, (Singapore: NUS, 2012), 42-43. 52Aslam Nur, dkk, Jelang Satu Abad Muhammadiyah 57Zaeny, Gerakan Keagamaan di Indonesia, Aceh. (Banda Aceh: Reviva Cendikia, 2015), 23 (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2005), 12. 53Basith, Abdul, Wacana Dakwah Kontemporer, 58Piort Stomka, Sociology of Social Change, (USA, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 32 2007), 5.

85 Musãwa, Vol. 18, No. 1 Januari 2019 bersifat subordinatif hingga menuju hukum- menolaknya.62 hukum yang lebih bersifat emansipatif terhadap Menurut Suwarjin, pemahaman fikih yang perempuan.59 seperti ini seakan menggambarkan sebuah Dalam Nahdhatul Ulama, tranformasi posisi istri tidak lebih berfungsi sebagai dakwah terjadi akibat pergerakan membumikan obyek, bukan sebagai subyek. Maka posisinya nilai-nilai Islam sesuai dengan kebutuhan zaman, sangat tidak diuntungkan.63 Pernyataan ini di guna menghadirkan dakwah Islam yang lebih dukung oleh al-Naim, menurutnya dalam fikih memberikan rahmat bagi seluruh alam.60 Gerakan klasik (syariat historis) hak-hak perempuan ini kemudian melahirkan berbagai forum diskusi seringkali menunjukkan bias patriarki. Sehingga dalam tubuh Nahdhatul Ulama. Salah satu yang menimbulkan posisi perempuan dalam menjadi isu pada saat itu ialah isu-isu perempuan masyarakat Islam menempatkan dirinnya dalam yang dalam tubuh Nahdhatul Ulama sendiri sering koeadaan subordinat.64 Nahdhatul Ulama sebagai ditemukan beberapa penjelasan fikih klasik yang gerakan penerus madhzab tidak terlepas dari lebih menempatkan perempuan dalam posisi yang beberapa penjelasan-penjelasan di atas, maka tidak menguntungkan.61 tidak heran jika dalam anggota masyarakat Hal ini sebagaimana contoh dalam Syarh warga Nahdhatul Ulama menggunakan dalil-dalil Uqud al-Lujain ii Bayan Uquq az-Zaujain di atas untuk melegitimasi perempuan dalam misalnya, di dalamnya disebutkan bahwa keadaan subordinat. Oleh sebab itulah, melalui lelaki dan perempuan yang sudah berkeluarga membumikan nilai-nilai Islam sesuai dengan (hubungan pernikahan), maka memiliki fungsi kebutuhan zaman. Nahdhatul Ulama menggelar reproduksi (at-tanasul,at-tawalud) dan rekreasi berbagai diskusi untuk membaca ulang kitab- (aspek eksotisme seks yang mampu mengurai kitab fikih klasik yang menempatkan perempuan beban dan hambatan psikologis). Pada aspek dalam keadaan subordinat. reaksi inilah pasangan suami-istri. Pada aspek Nahdhatul Ulama melalui Muslimat dan eksotisme seks, pasangan berhak mengekploitasi Fatayat NU. Pada tahun 1990-1993 mengadakan fantasi seks sesuai dengan yang diinginkan suami diskusi tentang fiqih perempuan, dengan untuk mencapai orgasme. Bahkan meskipun melakukan kontekstualisasi kitab- istri sedang duduk di atas punggung unta, lalu sebagai gerakan untuk mewujudkan emansipasi suaminya menginginkan tubuhnya, ia tidak boleh untuk perempuan. Gerakan ini dipelopori oleh KH. Husein Muhammad, KH. Malik Madani, KH. Nur Iskandar, KH. Ali Yafie, KH. Sahal 59 Subordinasi merupakan sikap menempatkan Mahfudh dan sebagainya.65 Bahkan geliat ini perempuan dalam posisi sosial yang kurang mengeuntungkan. Sedangkan emasnipasi merupakan menempatkan posisi perempuan setara dengan laki-laki 62Syekh Nawawi Banten, Syarh Uqud al-Lujain ii sesuai dengan hak kewajiban masing-masing secara adil Bayan Uquq az-Zaujain, (t.tp: tp, t.th.), 14. dan merata (tidak berat sebelah). Lihat, Imam Syafe’i, 63Suwarjin, “Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan “Subordinasi Perempuan dan Implikasinya Terhadap Perspektif Fikih Klasik”, Nuansa, Vol. X, No. 2, Desember, Rumah Tangga”, Analisis: Jurnal Studi Keislaman, Volume (2017), 98. 15, Nomor 1, Juni (2015), 147-148. 64Abdullahi Ahmed al-Naim, Toward an Islamic 60Ahmad Muhtadi Anshor, Bahth al-Masail Nahdlatul Reformation: Civil Liberties, Human Rights, and Ulama: Melacak Dinamika Pemikiran Kaum Tradisionalis International Law, (Syracuse, N.Y: Syracuse University (Yogyakarta: Teras, 2012), 76. Press, 1990), 13-52. 61Soeleiman Fadeli dan Mohammad Subhan, Antologi 65Rumadi, Post Tradisionalisme Islam, Wacana NU Buku II, Sejarah- Istilah- Uswah (Surabaya: Khalista, Intelektualilsme dalam Komunitas NU (Cirebon: Fahmina 2010), 37. Institut, 2008), 296-297.

86 Abdul Halim, Luthfi Maulana - Tranformasi Dakwah Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah:... sampai pada Muktamar pemuda NU di Pondok mendiskreditkan perempuan dan menyekat ruang Pesantren Salafiyah Syafi’yah Situbondo pada 3-5 gerak perempuan, sehingga posisi mereka berada Oktober 2003 sebagai muktamar yang mengusung dalam keterkungkungan subordinat. Namun semangat emansipasi perempuan di ruang publik, pada selanjutnya, hukum-hukum yang berkaitan guna mengubah budaya subordinat,66 serta dengan perempuan ditafsirkan ulang sebagai pembahasan telaah ulang kembali terhadap isu-isu pengembangan hukum yang kemudian dibahas penindasan perempuan, ruang publik perempuan, dalam bab Adabul Mar’ahfil Islam yang dibahas dominasi laki-laki terhadap perempuan, dalam Lajnah Tarjih pada Muktamar Majelis diskriminasi terhadap perempuan, hak-hak waris, Tarjih XVU di Pencongan Wiradesa, Pekalongan poligami, kesaksian dan lain sebagainya,67 guna tahun 1972, yang selanjutnya ditetapkan pada melahirkan keputusan-keputusan hukum yang Muktamar Majelis Tarjih selanjutnya di Garut, 18- lebih mengusung keadilan baik untuk laki- 23 April 1976.70 Yang menghasilkan keputusan- maupun kepada perempuan.68 keputusan hukum untuk perempuan baik pada Ajaran dakwah dalam Nahdhatul Ulama ranah domestik (keluarga) maupun pada ranah inilah yang dapat menjawab berbagai persoalan Publik.71 perempuan, yang tidak lagi mengesampingkan Dua perubahan yang terjadi dalam Nahdhatul kaum perempuan namun juga tidak Ulama dan Muhammadiyah merupakan bagian membedakannya dalam hak dan kewajibannya dari new religious movement yang merupakan sebagai umat Islam. Sejalan dengan Nahdhatul gagasan baru yang berusaha menerjamahkan Ulama, Muhammadiyah pun pada awalnya juga kembali ide gagasan-gagasan agama secara cenderung tidak leluasa dalam memberikan transformatif untuk melahirkan struktur fatwa-fatwa hukum terhadap perempuan. pemahaman dakwah yang lebih emansipatoris.72 Hal ini terlihat dalam keputusan-keputusan Sehingga dalam proses selanjutnya melahirkan Majelis Muhammadiyah masa awal, yang pada dakwah dengan keputusan-keputusan sebagai saat itu tidak membolehkan perempuan untuk berikut: bepergian kecuali dengan mahram dengan dalil hadis riwayat HR. Bukhari dan Muslim. Selain 1. Hukum Perempuan Beraktivitas di Ruang itu, perempuan juga dilarang bepergian jika Publik keperluannya tidak untuk keperluan syara’, dan Dalam tubuh Nahdhatul Ulama, perihal dalam urusan aktivitas publik (pawai arak-arak- hukum perempuan beraktivitas di ruang publik an) perempuan juga dilarang jika arak-arak-an ditetapkan pada Bahtsul Masail di Muktamar tersbut bukan untuk memperingati hari Islam.69 NU ke-29 pada 4 Desember 1994 (1 Rajab Beberapa keputusan-keputusan hukum yang 1415 H) Cipasung Tasikmalaya. Sebagai respon dikeluarkan Muhammadiyah tersebut tentu sangat atas kemajuan zaman yang semakin modern, sehingga memunculkan beragam perusahaan- 66Zuhairi Misrawi, ed, Menggugat Tradisi Pergulatan Anak Muda NU (Jakarta: Kompas & P3M, 2004), 161-187. 70Majelis Tarjih PP Muhammadiyah. Adabul Mar’ahfil 67Rumadi, Post Tradisionalisme Islam, 297. Islam, (Yogyakaita: Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, 68Aden Wijdan, dkk, Pemikiran & Peradaban Islam 1982), 6. (Yogyakarta: Safiria Insania Press & Pusat Studi Islam UUI 71Majelis Tarjih PP Muhammadiyah. Adabul Mar’ahfil Yogyakarta), 218. Islam, 12-14. 69Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, Himpunan 72Dawam Rahardjo, Gerakan Keagamaan dan Civil Putusan Tarjih Muhammadiyah, (Yogyakarta: Majelis Society, (Jakarta: LSAF dan The Asia Foundation, 1999), Tarjih PP Muhammadiyah. t.t), cet. III, 296-297. 12.

87 Musãwa, Vol. 18, No. 1 Januari 2019 perusahaan yang membutuhkan tenaga pekerja laki-laki diciptakan Allah untuk berjuang dan perempuan.73 Dalam hal ini Nahdhatul Ulama beramal shaleh, sama-sama sebagai Khalifah merespon dan memberikan jawaban atas hal fil Ard yang memiliki tanggung jawab merawat itu disesuaikan dengan keadaannya (sebagai muka bumi.77 Maka memikul tugasnya sebagai upaya kontekstualisasi). Jika perkejaan tersebut khalifah memerlukan ilmu pengetahuan yang luas dilakukan pada malam hari, maka mubah (boleh) baik laki-laki maupun perempuan. Oleh sebab apabila mendapat izin dari suami atau kedua itulah, kemudian perempuan diberikan kewajiban orang tuannya. Namun apabila berkemungkinan beraktivitas di ruang publik.78 Bahkan pada jihad menimbulkan fitnah, maka hurumnya haram, dan sekalipun, Namun dalam berjihad, perempuan apabila hanya takut dan khawatir menimbulkan lebih dianjurkan membantu dalam hal-hal dapur fitnah maka hukumnya makruh.74 Jawaban inilah dan memberi semangat untuk para lelaki.79 yang kemudian meluasakan kaum perempuan untuk aktif beraktivitas dalam ranah publik. 2. Hukum Perempuan Menjadi Pemimpin Sedangkan Muhammadiyah dalam Perempuan selama ini selalu dianggap menjawab hal ini, bahkan dalam aktivitas publik sebagai makhluk kedua, yang lemah karena Muhammadiyah memberikan hukum-hukum fisiknya, maka perempuan diyakini tidak berhak yang lebih mempertimbangkan hak-hak keadilan memimpin laki-laki dalam berbagai hal. Namun perempuan, sehingga bagi Muhammadiyah pada kenyataanya seiring berkembangnya waktu, perempuan boleh beraktivitas di ruang publik, para perempuan mulai merambah aktivitasnya baik untuk melakukan aktivitas pekerjaan di luar dari ruang domestik menuju ruang publik. rumah, aktivitas belajar mengajar maupun pada Keadaan inilah yang kemudian mendorong konteks jihad sekalipun. Asalkan tidak memerkan Nahdhatul Ulama untuk mengkaji hukum ruang berpakaian yang cenderung memamerkan aurat, gerak perempuan dalam sektor publik. Perihal bercampur dengan laki-laki, dan memakai wangi- aktivitas perempuan di ruang publik sebagai wangian yang cenderung menggugah syahwat pemimpin dibahas dalam Munas Alim Ulama NU laik-laki.75 pada 17-20 Nopember 1997 (16-20 Rajab 1418 Dalam melaksanakan pekerjaan di luar H) pada tema “Masail Diniyah Maudhuiyyah” di rumah, Muhammadiyah juga memberikan Ponpes Qomarul Huda Bagu Pringgarata hukum yang lebih memberikan kebebasan penuh Tengah Nusa Tenggara Barat.80 perempuan dalam melakukan aktivitas, asalkan Dalam hasil musyawarah Bahtsul Masail tidak melanggar dan mengganggu keimanan dan tersebut memutuskan, bahwa dalam Islam kebaktiannya kepada Allah, karena antara laki- perempuan mendapat tempat yang sangat mulia, laki dan perempuan di hadapan Allah memiliki maka hukum perempuan beraktivitas dalam hak dan kewajiban yang sama.76 Perempuan dan ranah publik adalah boleh. Demikian juga dengan

73Ahkamul Fuqaha, Problematika Aktual Hukum hukum perempuan menjadi pemimpin dalam Islam, Keputusan Muktamar, Munas, dan Konbes Nahdlatul Ulama (1926-2010 M) (Surabaya : LTNNU & Khalista, 77Majelis Tarjih PP Muhammadiyah. Adabul Mar’ahfil 2011), 501. Islam, 46. 74Ahkamul Fuqaha, Problematika Aktual Hukum 78Majelis Tarjih PP Muhammadiyah. Adabul Mar’ahfil Islam, 501-504. Islam, 46-48. 75Majelis Tarjih PP Muhammadiyah. Adabul Mar’ahfil 79Majelis Tarjih PP Muhammadiyah. Adabul Mar’ahfil Islam, 40-41. Islam, 52-53. 76Majelis Tarjih PP Muhammadiyah. Adabul Mar’ahfil 80Abdurrahman Wahid, dkk, Gus Dur Diadili Kiai- Islam, 45. Kiai, edisi 2 (Surabaya: BISMA Satu, 1999), 93.

88 Abdul Halim, Luthfi Maulana - Tranformasi Dakwah Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah:... sebuah instansi atau sebuah birokrasi terentu. kehormatannya, laki-laki dan perempuan Keputusan ini berdasarkan dalil-dalil sebagai yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah berikut: telah menyediakan untuk mereka ampunan QS. aI-Imran: 195 dan pahala yang besar.” (QS. al-Ahzab: 35) .QS. at-Taubah: 71 ِ ِ ِ ِ ِ فَ ْاستَ َج َاب َلُْم َربـُُّهْم أَّ نآلَأُض ُيع َعَم َل َعامٍل ّم ُنكم ّمن والمؤِمنون والمؤِمنات بـعضهم أَولِيآء بـع ٍض يْمرون ِبلمعر ِوف ٍ ِ َِّ ِ ِ َ ْ ُ ْ ُ َ َ ْ ُ ْ َ ُ َْ ُ ُ ْ ْ َ ُ َْ َ ُُ َ ْ َ ُْ ذََكر َوأُنثَى بـَْع ُض ُكم ّمن بـَْع ٍض فَالذ َين َه َاجُروا َوأُ ْخرُجوا من ويـنـهون ع ِن المنكِر ويِقيمون الصلة ويـؤتون َّالزكاة وي ِطيعون ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ َ ََْ ْ َ َ ُْ َ َُ ُ َ َّ ََ َ ُُْ َ َ َ َُ ُ َ دَيرهْم َوأُوذُوا ف َسبيلي َوقَاتـَلُوا َوقُتلُوا ألُ َكّفَرَّن َعنـُْهْم َسيّئَاتْم هللا ورسوله أُولئِك سيـرحهم هللا إِ َّ نهللا عِزيز ح ِكيم ِ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َ ََ ُ َُ ْ َ َ َ َْ َُُ ُ ُ َ َ ٌ َ ُ َوألُْدخلَنـَُّهْم َجنَّات َْتري من َْتتَها اْألَنـَْه ُار ثـََوًاب ّم ْن ع ندهللا ِ ِ Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan“ َوهللاُ ع َندهُ ُح ْس ُن الثـََّواب perempuan, sebahagian mereka (adalah) “Maka Tuhan mereka memperkenankan menjadi penolong bagi sebahagian yang permohonannya (dengan berfirman): lain. mereka menyuruh (mengerjakan) “Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, amal orang-orang yang beramal di antara mendirikan shalat, menunaikan zakat dan kamu, baik laki-laki atau perempuan, mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. (karena) sebagian kamu adalah turunan mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; dari sebagian yang lain. Maka orang-orang Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi yang berhijrah, yang diusir dari kampung Maha Bijaksana.” (QS. at-Taubah: 71) halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah Hadis Riwayat Bukhari, Muslim, Ahmad, akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan Abu Dawud, Tirmidzi, Abu az-Zubair. Bahkan mereka dan pastilah aku masukkan mereka keputusan ini kemduian dikembangklan dalam ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai Muktamar NU ke 30 di Pondok Pesantren Lirboyo di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. dan Kediri Jawa Timur pada tanggal 21-27 Nopember Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.”(QS. 1999, yang menekankan, bahwa Islam adalah al-Imron: 95) agama yang berkeadilan, baik untuk laki-laki QS. al-Ahzab: 35, maupun perempuan, maka perempuan dan laki- laki wajib mendapatkan porsi masing-masing ِ ِِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِِ إ َّن الُْم ْسلم َني َوالُْم ْسلَمات َوالُْمْؤمن َني َوالُْمْؤمنَات َوالَْقانت َني yang sama (adil).81 ِ ِ ِِ ِ ِ ِِ ِ ِ َوالَْقانتَات َو َّالصادق َني َو َّالصادقَات َو َّالصابر َين َو َّالصابَرات Sedangkan Muhammadiyah menanggapi hal وال ِاشعِني وال ِاشع ِات والمتص ِدقِني والمتص ِدق ِات والصآئِِمني .ini memalui fatwa bab Adabul Mar’ahfil Islam َ َْ َ َ َْ َ َ َُْ َ ّ َ َ َُْ َ َّ َ َّ َ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َّ ِِ Majelis Tarjih yang di dalamnya menjelaskan َو َّالصآئَمات َو ْالَافظ َني فـُُر َوجُهْم َو ْالَافظَات َوالذاكر َين هللاَ ِ َّ ِ ِ ِ ِ bahwa seorang perempuan dibolehkan menjadi َكث ًريا َوالذاكَرات أَّعَّد هللاُ َلُم َّمْغفَرةً َوأَ ْجًرا َعظ ًيما “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan pemimpin dan ikut berpartisipasi dalam bidang yang muslim, laki-laki dan perempuan yang politik. Dalam hal ini peran perempuan dalam mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap politik dibagi menjadi dua, pertama, peran dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan langsung, yakni berperan aktif dalam praktik yang benar, laki-laki dan perempuan yang politik badan legislatif di berbagai daerah. Dengan sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, tujuan untuk mewakili mengeluarkan pendapat- laki-laki dan perempuan yang bersedekah, pendapat yang memberikan kemaslahatan bagi laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara 81Ahkamul Fuqaha, Problematika Aktual Hukum Islam,, 804.

89 Musãwa, Vol. 18, No. 1 Januari 2019 perempuan, kedua, peranan tidak langsung, yakni cenderung lebih bersikap subordinasi terhadap peran perempuan dalam rumah tangga untuk hadir perempuan, begitu juga Muhammadiyah. Namun berpartisipasi di tengah masyarakat dan lembaga- keduanya mulai berkembang dan mengalami lembaga kemaslahatan.82 tranformasi dakwah, sehingga fatwa-fatwanya yang terbaru cenderung lebih bersikap emansipatif Dalil yang digunakan ialah QS. at-Taubah: 71 dan pro terhadap kepentingan perempuan, dengan memberikan hukum-hukum baru yang ِ ِ ِ ِ ِ َوالْ ُمْؤمنُ َون َوالْ ُمْؤمنَ ُات بـَْع ُض ُه ْم أَْوليَآءُ بـَْع ٍض َيُْمُر َون بلْ َم ْعُروف .berhubungan dengan ruang publik perempuan ِ ِ َويـَنـَْهْوَن َع ِن الُْم َنكِر َويُق ُيم َون َّالصلَةَ َويـُْؤتُ َون َّالزَكاةَ َويُطيعُ َون DAFTAR PUSTAKA ِ ِ ِ ِ هللاَ َوَرُسولَهُ أُْولَئ َك َسيـَْرَحُُهُم هللاُ إ َّن هللاَ َعزٌيز َحك ُيم “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan A. Mustofa, Akhlak Tasawuf. Jakarta: Pustaka perempuan, sebahagian mereka (adalah) Setia, 1999. menjadi penolong bagi sebahagian yang Abdusami, Humaidi. Ridwan Fakla AS. 5 Rais lain. mereka menyuruh (mengerjakan) ‘Am Nahdlatul Ulama. Yogyakarta: Pustaka yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, Pelajar, 1995. mendirikan shalat, menunaikan zakat dan Alatas, Husein. Social Theory and Poscolonial mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Theory: Asian Perspective. Singapore: NUS, mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi 2012. Maha Bijaksana.” (QS. at-Taubah: 71). Ali, Mohammad Daud. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000. Simpulan Al-Na’im, Abdullahi Ahmed. Toward an Islamic Reformation: Civil Liberties, Human Rights, Dari beberapa penjelasan di atas dapat and International Law. Syracuse, N.Y: disimpulkan bahwa, Nahdhatul Ulama dan Syracuse University Press, 1990. Muhammadiyah merupakan organisasi Al-Qorni, Aidh. Sekolah Ramadhan. Jakarta: masyarakat Islam terbesar di Indonesia. Namun, Sahara Publishers, 2004. keduanya memiliki latar belakang yang berbeda, Anshari, Hafi. Pemahaman dan Pengalaman Nahdhatul Ulama lahir karena semangat penjaga Dakwah. Surabaya: Al-Ikhas, 1993. Islam madhzab dalam meneruskan tradisi Islam Anshor, Ahmad Muhtadi. Bahth al-Masail Nusantara, sedangkan Muhammadiyah lahir Nahdlatul Ulama: Melacak Dinamika karena semangat pembaharuan untuk memurnikan Pemikiran Kaum Tradisionalis. Yogyakarta: Islam. Dari latar belakang yang berbeda, keduanya Teras, 2012. memiliki basis keanggotaan yang dominan di Arifin. Psikologi Dakwah, Suatu Pengantar. Indonesia, sehingga peran dakwah keduanya Jakarta: Bumi Aksara, 1994. bisa dikatakan sebagai pedoman umat Islam di Asmani, Jamal Ma’mur. “Kepemimpinan Indonesia. Perempuan: Pergulatan Wacana Di Nahdlatul Pada awalnya dakwah keduanya dalam Ulama (Nu), Addin, Vol. 9, No. 1, Februari. mengemukakan pendapat-pendapat hukum yang 2015. berhubungan dengan perempuan, Nahdhatul Basith, Abdul. Wacana Dakwah Kontemporer. Ulama sebagai gerakan madhzab cenderung Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

82Majelis Tarjih PP Muhammadiyah. Adabul Mar’ahfil Bisri, Mustopa. Saleh Ritual Saleh Sosial. Islam, 55. Bandung: Mizan, 1995.

90 Abdul Halim, Luthfi Maulana - Tranformasi Dakwah Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah:...

Departemen Agama RI, Al-Quran dan & P3M, 2004. Terjemahnya. Jakarta: Lajnah Pentashih Al- Muhammadiyah, Majelis Tarjih PP. Himpunan Quran, 2002. Putusan Tarjih Muhammadiyah. Yogyakarta: Dzuhayatin, Siti Ruhaini. “Menakar “Kadar Majelis Tarjih PP Muhammadiyah. t.t, cet. Politis” Aisyiyah”, Pusat Studi Gender Stain III. Purwokerto Yin Yang, Vol. 4 No. 2 Juli- Mulia, Musdah. “Hukum Islam Dan Dinamika Desember, 2009. Feminisme Dalam Organisasi Nahdlatul Fadeli, Soeleiman dan Mohammad Subhan, Ulama”, Al-Ahkam Jurnal Pemikiran Hukum Antologi NU Buku II, Sejarah- Istilah- Islam, Volume 23, Nomor 1, April, 2013. Uswah. Surabaya: Khalista, 2010. Mulkhan, Abdul Munir. Pemikiran Kyai Haji Febriansyah, M. Raihan dkk, Muhammadiyah Ahmad Dahlan Dan Muhammadiyah Dalam 100 Tahun Menyinari negeri. Yogyakarta: Perspektif Perubahan Sosial. Jakarta: Bumi Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Aksara, 1990. Pusat Muhammadiyah, 2013. Munir, M. dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah. Feillard, Andree. NU vis-à-vis Negara. Jakarta: Rahmat Semesta, 2006. Yogyakarta: L’Harmattan Archipel, 1999. Munir, Samsul Amin. Ilmu Dakwah. Jakarta: Fuqaha, Ahkamul. Problematika Aktual Hukum Amzah, 2009. Islam, Keputusan Muktamar, Munas, dan Munir, Samsul Amin. Metode Dakwah. Jakarta: Konbes Nahdlatul Ulama (1926-2010 M). Kencana, 2009. Surabaya : LTNNU & Khalista, 2011. Muzadi, Hasyim. “Meneruskan Tradisi Dakwah Halimi, Safrodin. Etika Dakwah Dalam para Pendahulu”, 12 Januari 2018 dari http:// Perspektif Al-Quran anatar Edialis Aqurani NU On Line. com. dan RealitasSosial. Semarang: Walisongo Nasip, Abdul. “Imagologi Dalam Perspektif Pres, 2008. Gender Pada Organisasi Masyarakat Hasjmy, A. Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an. Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (Nu), Jakarta: Bulan Bintang, 1994. Dan Nahdlatul Wathan (Nw)”, Education Hasyim, Masykur. Merakit Negeri Berserakan, And Language International Conference Surabaya: Yayasan 95, 2002. Proceedings Center For International Ida, Laode. NU Muda. Jakarta: Erlangga, 2004. Language Development Of Unissula, Elic. Ilham, Lamia Jovita Aditia dan Ahmad 2017. Taufan. “Persepsi Nahdhatul Ulama Dan Nasri, Imron (ed.), Pluralisme & Liberalisme Muhammadiyah Terhadap Partisipasi Pergolakan Pemikiran Anak Muda Perempuan”, Jurnal Politeia. Vol. 9. No.1 Muhammadiyah. Yogyakarta: Citra Karsa Januari, 2017. Mandiri, 2005. Khalimi. Ormas-ormas Islam: Sejarah, Akar Nawawi, Syekh Banten, Syarh Uqud al-Lujain ii Teologi dan Politik. Jakarta: Gaung Persada Bayan Uquq az-Zaujain. t.tp: tp, t.th. Press, 2010. Noer, Deliar. Gerakan Moderen Islam di Indonesia Lubis, Arbiya. Pemikiran Muhammadiyah dan 1900~1942. Jakarta: Pustaka LP3ES, 1996. Muhammad Abduh Suatu studi perban Cet.ke-8. dingan. Jakarta: Bulan Bintang, 1989. Nugroho, Muhammad Yusuf Amin. Fiqh al- Misrawi, Zuhairi ed, Menggugat Tradisi Ikhtilaf: NU-Muhammadiyah. Wonosobo: Pergulatan Anak Muda NU. Jakarta: Kompas E-Book Free, 2012.

91 Musãwa, Vol. 18, No. 1 Januari 2019

Nur, Aslam dkk, Jelang Satu Abad Muhammadiyah Sasono, Adi. Solusi Islam atas Problematika Aceh. Banda Aceh: Reviva Cendikia, 2015. Umat. Jakarta: Gema Insani Press, 1987. Pimay, Awaludin. Metodologi Dakwah. Siddiq, Achmad. Khittah Nahdliyyah. Surabaya: Semarang: Rasail, 2006. Khalista dan LTN NU Jawa Timur, 2005. Pimay, Awaludin. Paradigma Dakwah Humanis Stomka, Piort. Sociology of Social Change, USA, Strategi dan Metode Dakwah Prof. KH. 2007. Saifudin Zuhri. Semarang: Rasail, 2005. Suwarjin. “Kekerasan Seksual Terhadap Rahardjo, Dawam. Gerakan Keagamaan dan Perempuan Perspektif Fikih Klasik”, Nuansa, Civil Society. Jakarta: LSAF dan The Asia Vol. X, No. 2, Desember, 2017. Foundation, 1999. Syafe’i, Imam. “Subordinasi Perempuan dan Rofiah, Kusnanti. Dakwah Jama’ah Tabligh Implikasinya Terhadap Rumah Tangga”, dan EksistensinyaDi Mata Masyarakat. Analisis: Jurnal Studi Keislaman, Volume Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2010. 15, Nomor 1, Juni. 2015. Roviana, Sri. “Gerakan Perempuan Nahdlatul Wahid, Abdurrahman dkk, Gus Dur Diadili Kiai- Ulama Dalam Transformasi Pendidikan Kiai, edisi 2. Surabaya: BISMA Satu, 1999. Politik”, Jurnal Pendidikan Islam, Volume Wijdan, Aden dkk, Pemikiran & Peradaban III, No. 2. Desember (2014). Islam. Yogyakarta: Safiria Insania Press & Rumadi, Post Tradisionalisme Islam, Wacana Pusat Studi Islam UUI Yogyakarta. Intelektualilsme dalam Komunitas NU. Zaeny. Gerakan Keagamaan di Indonesia. Cirebon: Fahmina Institut, 2008. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2005. Saputra,Wahidin. Pengantar ilmu Dakwah. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.

92 STANDAR PENULISAN ARTIKEL

NO BAGIAN STANDAR PENULISAN 1) Ditulis dengan huruf kapital. 1. Judul 2) Dicetak tebal (bold). 1) Nama penulis dicetak tebal (bold), tidak dengan huruf besar. 2. Penulis 2) Setiap artikel harus dilengkapi dengan biodata penulis, ditulis di bawah nama penulis, dicetak miring (italic) semua. Penulisan Sub Judul dengan abjad, sub-sub judul dengan angka. Contoh: 3. Heading A. Pendahuluan B. Sejarah Pondok Pesantren... 1. Lokasi Geografis 2. (dst). 1) Bagian Abstrak tidak masuk dalam sistematika A, B, C, dst. 2) Tulisan Abstrak (Indonesia) atau Abstract (Inggris) 4. Abstrak atau (Arab) dicetak tebal (bold), tidak dengan hurub besar. 3) Panjang abstrak (satu bahasa) tidak boleh lebih dari 1 halaman jurnal. 1) Teks diketik 1,5 spasi, 6.000 – 10.000 kata, dengan ukuran kertas A4. 2) Kutipan langsung yang lebih dari 3 baris diketik 1 spasi. 5. Body Teks 3) Istilah asing (selain bahasa artikel) dicetak miring (italic). 4) Penulisan transliterasi sesui dengan pedoman transliterasi jurnal Musãwa. NO BAGIAN STANDAR PENULISAN 1) Penulisan: Pengarang, Judul (Kota: Penerbit, tahun), hlm. Contoh: Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, terj. Ghufron A. Mas’udi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1988), 750. 2) Semua judul buku, dan nama media massa dicetak miring (italic). 3) Judul artikel ditulis dengan tanda kutip (“judul artikel”) dan tidak miring. 6. Footnote 4) Tidak menggunakan Op. Cit dan Loc. Cit. 5) Menggunakan Ibid. atau (Arab). Dicetak miring (italic). 6) Pengulangan referensi (footnote) ditulis dengan cara: Satu kata dari nama penulis, 1-3 kata judul, nomor halaman. Contoh: Lapidus, Sejarah sosial, 170. 7) Setelah nomor halaman diberi tanda titik. 8) Diketik 1 spasi. 1) Setiap artikel harus ada bibliografi dan diletakkan secara terpisah dari halaman body-teks. 2) Kata DAFTAR PUSTAKA (Indonesia), REFERENCES (Inggris), atau (Arab) ditulis 7. Bibliografi dengan hurur besar dan cetak tebal (bold). 3) Contoh penulisan: Lapidus, Ira M., Sejarah Sosial Ummat Islam, terj. Ghufron A.M., Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1988. 4) Diurutkan sesuai dengan urutan alfabet. PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam tulisan berbahasa Inggris pada Jurnal Musãwa ini adalah literasi model L.C. (Library of Congress). Untuk tulisan berbahasa Indonesia, memakai model L.C. dengan beberapa modifikasi.

A. Transliterasi Model L.C.

- = ا b = ب t = ت th = ث j = ج {h = ح s = س kh = خ d = د dh = ذ r = ر z = ز

’ = ع sh = ش {s = ص {d = ض {t = ط {z = ظ m = م gh = غ f = ف q = ق k = ك l = ل n = ن w = و h = ھـ ‘ = ء y = ي

ُ = u i = ِ----- a = َ Pendek ﺃﻮ = ū ﺇﻱ = ā = ˏ ī Panjang ﺃﻮ = aw ﺇﻱ = ay Diftong ﺃﻮ = uww ; ﺇﻱ = Panjang dengan tashdid : iyy Ta’marbūtah ditransliterasikan dengan “h” seperti ahliyyah = atau tanpa “h”, seperti kulliya = ; dengan “t” dalam sebuah frasa (constract phrase), misalnya surat al-Ma’idah sebagaimana bacaannya dan dicetak miring. Contoh, dhālika-lkitābu la rayba fih bukan dhālika al-kitāb la rayb fih, yā ayyu- hannās bukan yā ayyuha al-nās, dan seterusnya.

B. Modifikasi (Untuk tulisan Berbahasa Indonesia) 1. Nama orang ditulis biasa dan diindonesiakan tanpa transliterasi. Contoh: As-Syafi’i bukan al- Syāfi’i, dicetak biasa, bukanitalic . 2. Nama kota sama dengan no. 1. Contoh, Madinah bukan Madīnah; Misra} menjadi Mesir, Qāhirah menjadi Kairo, Baghdād menjadi Baghdad, dan lain-lain. 3. Istilah asing yang belum masuk ke dalam Bahasa Indonesia, ditulis seperti aslinya dan dicetak miring (italic), bukan garis bawah (underline). Contoh: ...al-qawā’id al-fiqhiyyah; Isyrāqiyyah; ‘urwah al-wusqā, dan lain sebagainya. Sedangkan istilah asing yang sudah populer dan masuk ke dalam Bahasa Indonesia, ditulis biasa, tanpa transliterasi. Contoh: Al-Qur’an bukan Al-Qur’ān; Al-Hadis bukan al-Hadīth; Iluminatif bukan illuminatif, perenial bukan perennial, dll. 4. Judul buku ditulis seperti aslinya dan dicetak miring. Huruf pertama pada awal kata dari judul buku tersebut menggunakan huruf kapital, kecuali al- yang ada di tengah. Contoh: Ihyā ‘Ulūm al-Dīn. ISSN 1412-3460

9 771412 346000 >