ANALISIS DISPARITAS PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN / KOTA DI WILAYAH PANTAI TIMUR PROVINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Oleh
ANGGIE DERRY PRABAWA 137003007
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS DISPARITAS PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN / KOTA DI WILAYAH PANTAI TIMUR PROVINSI SUMATERA UTARA
ANGGIE DERRY PRABAWA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat diparitas antar kabupaten/kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu 2003-2013 .Metode Analisis yang digunakan adalah analisis indeks Williamson dan analisis tipologi Klassen. Data yang digunanakan adalah data sekunder yang telah diolah oleh Badan Pusat Statistik yang terdiri dari data laju pertumbuhan ekonomi, PDRB perkapita, data jumlah penduduk. Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 12(duabelas) kabupaten/kota yaitu : Kabupaten Asahan, Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Labuahan Batu Utara, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Deli Serdang, Kota Tebing Tinggi, dan Kota Tanjung Balai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama kurun waktu 2003 sampai dengan 2013, disparitas pembangunan ekonomi Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara jika dilihat berdasarkan hasil perhitungan Indeks Williamson, maka terdapat 6(enam) wilayah yang disparitasnya semakin meningkat yaitu Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Kabupaten Langkat,dan Kota Tebing Tinggi dan ada 6(enam) wilayah yang disparitasnya semakin menurun yaitu Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Asahan, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Labuhan batu Selatan, dan Kota Tanjung Balai. Dari hasil analisis Tipologi Klassen di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara menunjukkan 1(satu) daerah yang termasuk golongan cepat maju dan cepat tumbuh (kuadran I) yaitu Kota Medan, 3(tiga) daerah yang terdapat di golongan wilayah maju tapi tertekan (kuadran II) yaitu Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai,dan Kota Binjai. Ada 4(empat) daerah yang berada di kategori wilayah sedang tumbuh/berkembang (kuadran III) yaitu Kabupaten Asahan, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Labuhan Batu Utara dan Kabupaten Labuhan Batu Selatan, dan 4(empat) wilayah yang termasuk wilayah tertekan/tertinggal (kuadran IV) yaitu Kabupaten Langkat, Kota Tebing Tinggi, dan Kota Tanjung Balai dan Kabupaten Labuhan Batu.
Kata Kunci : Disparitas Wilayah, Pantai Timur, Indeks Williamson, Tipologi Klassen.
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALYZE THE DISCREPANCY OF EONOMIC DEVELOPMENT BETWEEN DISTRICT / CITY IN THE EAST OF NORTH SUMATRA
ANGGIE DERRY PRABAWA
ABSTRACT
This study aimed to analyze the level of diparitas between districts / cities in the East Coast region of North Sumatra Province in the period 2003-2013 Analysis .This method used is the analysis of Williamson index and Klassen typology analysis. Digunanakan data is secondary data that has been processed by the Central Bureau of Statistics which consists of a data rate of economic growth in 2003-2013, 2003-2013 GDP per capita of data, the data of population from 2003 to 2013. East Coast of North Sumatra province composed of 12 (twelve) districts / cities, namely: Asahan, Medan, Binjai, Langkat, District Labuhan Batu, Batu Labuhan District North, South Labuhan Batu Regency, Regency Coal, Serdang Bedagai, Deli Serdang, High Cliff State and Tanjung Balai. The results showed that during the period 2003 to 2013, the disparity in economic development area is the East Coast of North Sumatra Province when viewed based on the calculation Williamson index, then there are 6 (six) region growing disparity namely Medan, Binjai, Deli Serdang , North Labuhan Batu district, Langkat, and High Cliff State and there are six (6) areas that disparity decreased namely Serdang Bedagai, Asahan District, Coal, Labuhan Batu Regency, Regency Labuhan Southern rock, and Tanjung Balai. From the analysis Typology Klassen in the East Coast region of North Sumatra Province indicates 1 (one) area that belonged to fast forward and fast-growing (quadrant I), namely Medan, three (3) areas that are in the advanced class but depressed region (quadrant II ) is Deli Serdang, Serdang Bedagai, and Binjai. There are four (4) areas that are in the category of regions emerging / developing (quadrant III) is Asahan District, Coal, Labuhan Batu Regency North and South Labuhan Batu district, and 4 (four) regions including depressed region / lagging ( Quadrant IV) is Langkat, High Cliff State and Tanjung Balai and Labuhan Batu district.
Keywords: Discrepancy of economic Development,The East of North Sumatra, Williamson Index, Typology Klassen.
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan tesis yang berjudul “ANALISIS DISPARITAS PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DI WILAYAH PANTAI TIMUR PROVINSI SUMATERA UTARA” dapat penulis selesaikan. Dalam penulisan tesis ini penulis banyak menghadapi berbagai kesulitan yang semuanya berawal dari penulis sendiri. Akan tetapi berkat saran dan kritik yang membangun dari komisi pembimbing dan komisi pembanding akhirnya tesis ini dapat terselesaikan. Keberhasilan penyusunan tesis ini tidakk terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung, maka penulis tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc, sebagai Direktur sekolah Pascasarjana USU yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di program studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD). 2. Bapak Prof.Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE sebagai Ketua Program Studi Perencaan Pembangunan Wilayah dan Peredesaan (PWD). 3. Bapak Prof.Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, Sedang Bapak Kasful Mahalli SE, M.Si sebagai Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan fikiran serta masukan dan arahan kepada penulis dalam rangka penyelesian penyusunan tesis ini. 4. Ibu Prof. Erlina. SE, M.Si, Ph.D, Ak, Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M.Si, dan Bapak Dr. Rujiman, SE, MA. Sebagai Komisi Penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran untuk kesempurnaan tesis ini. 5. Seluruh Dosen yang mengajar mata kuliah pada Program Studi Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Sekolah pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Ibu Hj.Safrimi Sebagai Kepala SMA Negeri 1 Medan sebagai Pimpinan saya yang telah memberikan saya ijin untuk mrngikuti perkuliahan. 7. Kedua orang tua tersayang Bapak saya Linggo SE, dan ibu saya Irwani Jamilah SH, kedua adik saya yang terkasihi Nelza L.Bono dan Boy Bajamaro, atas doa, dukungan dan perhatiannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. 8. Suami tercinta Kurniawan Putra, SH. yang sangat mendukung saya untuk menyelesaikan kuliah, memberikan perhatian dan doa, meluangkan tenaga, waktu dan fikiran sampai dengan penyelesaian tesis ini. 9. Teman-teman seperjuangan kelas Regular/A dan Reguler/B PWD 2013 khususnya Leonard Girsang, Maruandi Josua Simaimbang, Setiawan, Dian Siahaan, Edi Cosmes Tarigan, Dupien Siburian, Fajar Hamdi, Hendi bakti Tambunan,Verry Sinaga, Fahrandy Siregar dan yang lain yang tak dapat tersebutkan. 10. Pegawai Biro Administrasi Sekolah Pascasarjana USU Medan yang telah memperlancar administrasi selama penulis penempuh pendidikan 11. Rekan- rekan kerja di SMA Negeri 1 Medan serta segenap keuarga lainnya serta semua pihak yang telah terlibat dan mendukung penyusunan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas dukungan dan motivasi yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam penulisan tesis ini, oleh karenanya segala kritik dan saran yang bersifat perbaikan akan diterima dengan tangan terbuka dan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya. Akhir kata, semoga penyusunan tesis ini dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan. Medan, Juli 2015 PENULIS
ANGGIE DERRY PRABAWA iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP
Anggie Derry Prabawa lahir di Lubuk Pakam, 19 Febuari 1987, merupakan anak pertama dari 3 bersaudara, putri dari bapak Linggo SE, dan ibu Irwani Jamilah SH. Penulis memiliki adik perempuan bernama Nelza L. Bono dan adik laki-laki bernama Boy Bajamaro. Penulis memiliki seorang suami bernama Kurniawan Putra SH, dan seorang anak perempuan bernama Kirana Shanum. Jenjang pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah pada tahun 1999 lulus Sekolah Dasar dari SD Negeri 101900 Lubuk Pakam, tahun 2002 lulus dari SLTPN 1 Lubuk Pakam, dan tahun 2005 lulus dari SMUN 1 Lubuk Pakam. Kemudian penulis melanjutkan studi S1 di Universitas Negeri Medan jurusan Pendidikan Ekonomi program studi Tata Niaga dan berhasil lulus tanggal 31 agustus 2009 dan mendapat gelar S.Pd. Pada 7 Desember 2009 dinyatakan lulus penerimaan CPNS di Kota Medan untuk formasi Guru Ekonomi SMA dan ditempatkan di SMA NEGERI 1 MEDAN dan Mulai bekerja sebagai Guru Ekonomi sejak April 2010 sampai dengan sekarang. Pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan S2 pada program studi Perencanaan Pembanguanan Wilayah dan Peredesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI ABSTRAK ...... i ABSTRAC ...... ii KATA PENGANTAR ...... iii RIWAYAT HIDUP ...... v DAFTAR ISI ...... vi DAFTAR TABEL ...... viii DAFTAR GAMBAR ...... x DAFTAR LAMPIRAN ...... xi BAB I. PENDAHULUAN ...... 1 1.1. Latar Belakang ...... 1 1.2. Perumusan Masalah ...... 14 1.3. Tujuan Penelitian ...... 14 1.4. Manfaat Penelitian ...... 14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...... 16 2.1. Pembangunan Ekonomi ...... 16 2.2. Pertumbuhan Ekonomi ...... 18 2.3. Pembangunan Wilayah...... 22 2.4. Pengembangan Wilayah ...... 23 2.5. Disparitas wilayah ...... 28 2.6. Penelitian Terdahulu ...... 30 2.7. Kerangka pemikiran ...... 32 BAB III.METODE PENELITIAN ...... 35 3.1. Ruang Lingkup Penelitian ...... 35 3.2. Jenis dan Sumber Data ...... 35 3.3. Metode Analisis Data ...... 36 3.3.1. Indeks Williamson ...... 37 3.3.2. Analisis Tipologi – Klassen ...... 39 3.4. Definisi Variabel Operasional Penelitian ...... 41 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...... 43 4.1. Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara ...... 43
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.1.1. Sejarah Provinsi Sumatera Utara ...... 43 4.1.2. Lokasi dan Keadaan Geografis ...... 48 4.1.3. Iklim ...... 49 4.1.4. Pertumbuhan Penduduk ...... 50 4.2. Analisis dan Pembahasan ...... 54 4.2.1. Analisis Disparitas dan Metode Indeks Williamson ...54 4.2.2. Analisis Tipologi Klassen ...... 63 4.2.3. Gabungan Analisis Indeks Williamson dan Analisis Tipologi Klassen Pendekatan Regional dan Analisis Ketimpangan Masing-masing Kabupaten / Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara ...... 72 BAB V.KESIMPULAN DAN SARAN ...... 97 5.1. Kesimpulan ...... 97 5.2. Saran ...... 98
DAFTAR PUSTAKA ...... xiii
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
No J u d u l Halaman 1.1. Laju pertubuhan Ekonomi Kabupaten/Kota ADHK 2000 propinsi Sumatera Utara menurut pembagian Wilayah …. 5 1.2. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB) Per kapita ADHK 2000 propinsi Sumatera Utara menurut pembagian wilayah ………………………………………. 8 3.1. Klasifikasi Wilayah Menurut Tipologi Klassen …………. 40 4.1. Pembagian Wilayah Provinsi Sumatera Utara…………… 49 4.2. Pertumbuhan Penduduk Menurut Kab/Kota Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara 2003 – 2013 ……. 50 4.3. Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 ……………………………………….. 52 4.4. Hasil Perhitungan Indeks Williamson Antar Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003 – 2013 …………………….. 54 4.5. Jumlah sekolah,Guru,dan Murid Sekolah dirinci menurut kabupaten/ kota 57 4.6. Banyaknya pusat kesehatan masyarakat dan sejenisnya 58 menurut kabupaten kota 2010-2013 4.7. Banyaknya kecamatan,desa,dan kelurahan menurut kabupaten / 59 kot 2013 4.8. Jumlah penduduk Kabupaten/Kota Wilayah Pantai Timur 60 Sumatera Utara 4.9. Indeks Pembangunan Manusia 61 4.10 Jarak kota ke ibukota Provinsi Sumatera Utara (km) 2013 62 4.11. Hasil Analisis Tipologi Klassen Menurut Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003 – 64 2013 ……………………………………………… 4.12 Hasil Analisis Tipologi Klassen Menurut Kabupaten/Kota di 68 Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003 – 2008 ………………………………………………
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.13 Hasil Analisis Tipologi Klassen Menurut Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009 – 70 2013 ……………………………………………… 4.14. Gabungan Hasil Analisis Indeks Williamson dan Hasil Analisis Tipologi Klassen ……………………………….. 72
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
No J u d u l Halaman 2.1. Kerangka Pemikiran Disparitas Pembangunan Ekonomi di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara ……… 34 3.1. Peta Wilayah Pantai Timur Propinsi Sumatera Utara …… 36 4.1. Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk 2003 – 2013 …….... 51 4.2. Peta jumlah penduduk dan persentase jumlah penduduk 53 masing-masing Kabupaten/Kota wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara…………………………………. 4.3 Grafik nilai indeks Williamson antar kabupaten / kota wilayah 55 pantai timur provinsi Sumatera Utara 4.4 Matrik tipologi klassen 2003-2013 65 4.5. Peta Tipologi Klassen di Wilayah Pantai Timur Provinsi 67 Sumatera Utara …………………………………………... 4.6. Matrik tipologi klassen 2003-2009 69 4.7. Matrik tipologi klassen 2008-2013 70
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
No J u d u l Lampiran I. Rata-rata Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten / Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara 2003 – 2013. Lampiran II. Rata-rata Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Menurut Kabupaten / Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara 2003 – 2013. Lampiran III. Hasil Perhitungan Tipologi Klassen di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara. Lampiran IV. Perhitungan Indeks Williamson Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003. Lampiran V. Perhitungan Indeks Williamson Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004. Lampiran VI. Perhitungan Indeks Williamson Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005. Lampiran VII. Perhitungan Indeks Williamson Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006. Lampiran VIII. Perhitungan Indeks Williamson Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007. Lampiran IX. Perhitungan Indeks Williamson Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008. Lampiran X. Perhitungan Indeks Williamson Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009. Lampiran XI. Perhitungan Indeks Williamson Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010. Lampiran XII. Perhitungan Indeks Williamson Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011. Lampiran XIII. Perhitungan Indeks Williamson Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012. Lampiran XIV. Perhitungan Indeks Williamson Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013. Lampiran XV. Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di Wilayah Dataran Tinggi Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013.
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran XVI. Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Barat Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013. Lampiran XVII. Peta Provinsi Sumatera Utara Wilayah Pantai Timur. Lampiran XVIII. Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi 2003-2009 Lampiran XIX Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi 2008-2013 Lampiran XX Rata-rata PDRB perkapita 2003-2009 Lampiran XXI Rata-rata PDRB perkapita 2008-2013
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu Negara (Irawan dalam
Yusmawita, 2011). Pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi, pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Pembangunan ekonomi Indonesia tergolong lambat karena berbagai permasalahan yang dihadapi sekarang ini. Salah satu permasalahan yang sering terjadi adalah seperti kesenjangan ekonomi antara masyarakat kalangan menengah keatas dengan masyarakat kalangan bawah yang terjadi karena ketidakmerataan yang diakibatkan oleh lambatnya pertumbuhan perekonomian negara saat ini.
Pembangunan daerah dapat diartikan sebagai sebuah proses dalam mencapai kemajuan yang lebih baik dari arah sebelumnya. Dalam hal ini, pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama sebab dalam pembangunan ekonomi terdapat usaha untuk dapat mencapai kenaikan tingkat pendapatan, menyediakan kesempatan kerja, mengusahakan pembagian pendapatan supaya lebih merata dan mengurangi perbedaan dalam tingkat perkembangan dan pembangunan, dan juga mengurangi tingkat kesenjangan pendapatan dan pembangunan antar wilayah agar proses pembangunan menjadi lebih seimbang.
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pada saat ini pemerintah telah memberikan kewenangan yang luas terhadap pemerintah daerah untuk melakukan pembangunan di daerah masing-masing. Hal ini diperkuat dengan diterbitkannya undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah dan undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Peraturan perundang-undangan ini merupakan perwujudan dari kebijakan pemerintah pusat untuk memberdayakan dan meningkatkan kemampuan masyarakat di daerah dalam rangka meningkatkan perekonomian daerah.
Undang-undang tersebut memiliki makna yang sangat penting untuk daerah karena undang-undang tersebut mengatur pemberian kewenangan serta pembiayaan bagi daerah. Kewenangan tersebut mencakup seluruh bidang pemerintahan kecuali kewenangan dalam politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, agama, serta moneter dan fiskal. Kewenangan pembiayaan yang diberikan yakni daerah dapat menggali sekaligus menikmati sumber-sumber potensi ekonomi serta sumber daya alamnya tanpa adanya intervensi dari pemerintah pusat. Hal tersebut akan dapat berdampak terhadap kemajuan perekonomian daerah yang pada akhirnya akan menciptakan pembangunan di daerah.
Namun, kondisi masing-masing daerah dalam menyikapi kebijakan pemerintah tersebut berbeda, ada yang mampu mengelola dan berinovasi dalam hal meningkatkan potensi wilayahnya dan ada yang tidak mampu memanajemen wilayah. Schumpeter dalam Badrudin (2012) pada bukunya The Theory of
Economics Development (1934) menjelaskan dua hal penting, yaitu bahwa hal
2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pertama adalah sistem kapitalisme merupakan sistem yang paling baik untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang pesat, dan hal kedua adalah proses inovasi yang dilakukan inovator atau enterpreneur. Pembangunan ekonomi adalah kenaikan output masyarakat yang disebabkan oleh inovasi yang dilakukan oleh innovator. Pembangunan ekonomi berawal dari suatu lingkungan politik, ekonomi, sosial, budaya dan teknologi yang menunjang kreatifitas innovator.
Perkembangan ekonomi Provinsi Sumatera Utara, kondisi pada triwulan IV-
2013 kembali melambat pada level 5,83%. Dari sisi permintaan, perlambatan ekonomi disebabkan adanya perlambatan pada pertumbuhan konsumsi serta investasi, sementara di sisi penawaran, disebabkan adanya perlambatan pertumbuhan pada sektor primer dan tersier. Perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2013 turut disebabkan oleh tekanan inflasi yang kembali meningkat dari triwulan sebelumnya yaitu meningkat signifikan dari 9,35% menjadi 10,18%. Capaian inflasi Provinsi Sumatera Utara pada triwulan laporan tersebut juga jauh melampaui inflasi nasional sebesar 8,38%, bahkan menjadi provinsi dengan tingkat inflasi tertinggi kedua nasional setelah Sumatera Barat.
Sementara itu, di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi, kredit perbankan di
Sumatera Utara pada triwulan IV-2013 meskipun tumbuh melambat dibandingkan periode yang sama tahun 2012 yang mencapai 23,49%, masih tumbuh cukup positif dilevel 18,56%. Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan I-2014 diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2013, dipengaruhi oleh optimisme pada konsumsi terutama sebagai akibat perayaan imlek yang terjadi pada awal tahun dan mulai terasanya aktivitas persiapan
3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pemilu. Sementara itu dari sisi sektoral, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
(PHR) dan sektor Angkutan dan Komunikasi diperkirakan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2014. Sementara di sisi lain, inflasi pada triwulan I-2014 diperkirakan akan mulai mereda di kisaran 9,0 - 9,4%.
Penurunan inflasi diperkirakan bersumber dari membaiknya pasokan pangan dan distribusi. Namun, beberapa upward risk seperti krisis energi baik listrik dan gas, kenaikan harga gas elpiji, rencana pengurangan subsidi listrik, gangguan produksi dan distribusi bahan makanan terkait erupsi Gunung Sinabung dan cuaca ekstrem perlu mendapat perhatian lebih. (Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera
Utara Triwulan IV – 2013).
Provinsi Sumatera Utara yang dibagi menjadi 3 bagian Wilayah yaitu
Wilayah Pantai Timur, Wilayah Pantai Barat dan dataran tinggi (pegunungan)
(Sumut Dalam Angka, 2013). Walaupun keadaan ekonomi Provinsi Sumatera
Utara cenderung melambat, namun Inovasi dan perkembangan ekonomi di
Sumatera Utara cenderung mengarah ke wilayah Pantai Timur. Jika dilihat dari segi struktur dan laju pertumbuhan ekonomi perkembangannya rata-rata lebih pesat di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara. Hal ini dapat dibuktikan dari angka laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita suatu wilayah karena salah satu indikator untuk mengamati perkembangan perekonomian suatu daerah atau wilayah dapat dinyatakan dengan perkembangan yang terjadi terhadap PDRB
(produk Domestik Regional Bruto) (Sirojuzilam, Mahalli,2011). Berikut data laju pertumbuhan ekonomi atas dasar harga konstan tahun 2000 dan PDRB perkapita atas dasar harga konstan tahun 2000.
4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten / Kota Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Persentase).
NO KABUPATEN / KOTA 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 WILAYAH PANTAI BARAT 1 Nias 7.07 5.13 -3.33 4.65 6.74 6.70 6.04 6.75 6.81 6.24 6.43
2 Gunung Sitoli 7.45 6.73 6.46 6.33 6.35
3 Tapanuli Selatan 8.40 3.15 3.38 5.79 4.39 4.97 4.05 5.06 5.27 5.74 5.21
4 Padang Sidempuan 4.34 4.63 4.91 5.49 6.18 6.09 5.78 5.81 5.88 6.23 6.20
5 Padang Lawas Utara 4.95 5.72 6.74 6.81 6.38 6.13
6 Padang Lawas Kota 4.79 5.14 5.56 6.39 6.31 6.12
7 Mandailing Natal 6.82 5.47 5.86 6.12 6.46 6.44 6.41 6.41 6.40 6.41 6.41
8 Tapanuli Tengah 7.62 5.70 5.36 5.50 6.67 6.18 5.70 6.13 6.27 6.35 6.85
9 Nias Selatan 8.23 7.16 -2.12 3.99 4.83 4.77 4.08 4.12 4.46 5.78 5.16
10 Nias Utara 6.69 6.73 6.68 5.88 6.25
11 Nias Barat 5.92 6.30 6.76 4.93 5.81
12 Sibolga 5.63 4.76 4.01 5.22 5.53 5.85 5.70 6.04 5.09 5.35 5.80 WILAYAH PANTAI TIMUR 13 Langkat 2.95 1.01 3.47 2.88 4.91 5.08 5.02 5.74 5.84 6.05 5.97
14 Deli Serdang 5.06 4.15 4.97 5.45 5.74 5.95 5.42 5.98 6.01 6.06 12.79
15 Serdang Bedagai 6.05 5.91 6.22 6.25 6.12 5.92 6.14 5.98 6.00 5.97
16 Asahan 7.25 4.94 2.63 4.17 4.89 5.02 4.67 4.97 5.37 5.57 5.83
17 Batu Bara 4.01 4.47 4.26 4.65 5.11 4.37 3.35
18 Labuhan Batu 4.04 3.52 4.14 5.33 6.71 5.84 4.88 5.15 5.72 6.13 6.00
19 Labuhan Batu Utara 5.29 5.68 6.21 6.38 6.33
20 Labuhan Batu Selatan 4.94 5.61 6.13 6.33 6.05
21 Binjai 9.07 9.00 5.28 5.32 5.68 5.54 5.75 6.07 6.56 6.61 6.48
22 Medan 5.76 7.29 6.98 7.76 7.78 6.89 6.56 7.16 7.69 7.63 4.30
23 Tebing Tinggi 4.63 5.53 4.39 5.33 5.98 6.04 5.95 6.04 6.67 6.75 6.91
24 Tanjung Balai 7.49 5.93 4.11 3.54 4.01 3.99 4.14 4.76 4.86 4.98 4.52 WILAYAH DATARAN / TINGGI PEGUNUNGAN 25 Tapanuli Utara 4.68 4.74 5.04 5.44 6.03 5.74 4.98 5.56 5.54 5.95 6.05
26 Toba Samosir 49.87 -16.29 4.95 5.17 5.77 5.61 5.26 5.50 5.26 5.52 5.14
27 Simalungun 2.62 2.72 3.11 4.76 5.31 4.69 4.67 5.12 5.81 6.06 4.48
28 Dairi 4.47 5.83 5.34 4.28 5.03 4.52 4.72 5.02 5.28 5.44 5.83
29 Karo 5.29 3.32 4.70 4.96 5.13 5.21 5.17 6.03 6.57 6.35 4.72
30 Humbang Hasundutan 4.74 5.71 5.65 5.77 6.05 5.84 5.32 5.45 5.94 5.99 6.03
31 Pakpak Barat Kota 5.73 7.86 5.92 5.66 5.79 5.87 5.83 6.77 5.98 6.02 5.86
32 Samosir 7.85 3.42 3.64 4.59 5.00 5.10 5.59 5.96 6.07 6.46
33 Pematang Siantar 8.21 3.83 5.77 5.96 5.12 5.72 5.36 5.85 6.02 5.71 5.16
Provinsi Sumatera Utara 4.81 5.74 5.48 6.20 6.90 6.39 5.07 6.35 6.63 6.22 6.01 Sumber : Diolah dari Sumatera Utara dalam Angka tahun 2003 – 2014. 5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Laju pertumbuhan ekonomi cenderung meningkat di bagian Wilayah Pantai
Timur Provinsi Sumatera Utara walau kenaikannya tidak signifikan. Seperti kita lihat pada tabel 1.1. di atas, Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2003 laju pertumbuhan ekonominya dari 5,06% lalu meningkat menjadi 12,79% pada tahun
2013. Kota Tebing Tinggi persentase laju pertumbuhan ekonominya dari 4,63% pada tahun 2003 naik menjadi 6,91% pada tahun 2013. Labuhan Batu dari 4,04% pada tahun 2003 menjadi 6,00% pada tahun 2013. Kabupaten Langkat laju pertumbuhan ekonominya dari 2,95% pada tahun 2003 menjadi 5,97% pada tahun
2013. Sedangkan Kota Medan yang laju pertumbuhan ekonominya justru dari
5,76 % pada tahun 2003 menurun menjadi 4,30 % pada tahun 2013. Kota Binjai laju pertumbuhan ekonominya menurun dari 9,07% turun menjadi 6,48 % di tahun 2013. Sama halnya dengan Kabupaten Asahan dari 7,25% pada tahun 2003 turun menjadi 5,83% pada tahun 2013 serta Tanjung Balai 7,59% pada tahun 2003 menuju ke angka 4,92% pada tahun 2013. Dan beberapa wilayah yang memang tidak ada data perkembangan laju pertumbuhan ekonominya dari waktu yang diteliti karena wilayah/daerah tersebut baru mengalami pemekaran di beberapa waktu tertentu, seperti Kabupaten Serdang Bedagai (2004-2013) 6,05% pada tahun 2003 turun menjadi 5,97% dan Kabupaten Batu Bara (2007-2013) 4.01% juga turun menjadi 3,35%. Labuhan Batu Utara pada tahun 2009 persentase laju pertumbuhan ekonominya yakni 5,29% pada tahun 2003 naik menjadi 6,33 % tahun 2013, begitu juga Labuhan Batu Selatan yang dimulai pada tahun 2009 sebesar 4,94% naik menjadi 6,05% tahun 2013. Pada kedua wilayah ini laju pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun mulai dari tahun berdirinya
6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
wilayah/daerah tersebut ada yang cenderung mengalami kenaikan walaupun tidak signifikan.
Kedua, dari segi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita di beberapa wilayah di Provinsi Sumatera Utara. Kondisi yang akan dijelaskan hanyalah pada wilayah Kabupaten/Kota yang termasuk dalam Wilayah Pantai
Timur saja. Anggota Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara diantaranya adalah:
1. Kabupaten Langkat
2. Kabupaten Deli Serdang
3. Kabupaten Serdang Bedagai
4. Kabupaten Asahan
5. Kabupaten Batubara
6. Kabupaten Labuhan Batu
7. Kabupaten Labuhan Batu Utara
8. Kabupaten Labuhan Batu Selatan
9. Kota Binjai
10. Kota Medan
11. Kota Tebing Tinggi
12. Kota Tanjung Balai
Data PDRB perkapita dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan ekonomi suatu daerah, untuk itu penulis memasukkan satu indikator tersebut sebagai acuan untuk mengukur pembangunan wilayah/daerah, dalam hal ini khususnya Wilayah
Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara pada periode tahun 2003-2013.
7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 1.2. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Rupiah).
NO KABUPATEN / KOTA 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 WILAYAH PANTAI BARAT
1 Nias 3,615,626 3,717,145 3,524,455 3,686,636 3,928,523 4,182,887 4,455,177 3,887,995 4,111,318 4,337,818 4,587,471 2 Gunung Sitoli 6,802,906 6,877,659 7,166,035 7,530,727 7,892,374 3 Tapanuli Selatan 3,923,093 3,967,584 4,124,559 4,346,092 4,479,129 6,185,432 6,386,619 6,761,855 7,072,708 7,419,533 7,743,887 4 Padang Sidempuan 4,288,940 4,406,377 3,963,041 4,080,163 4,255,904 4,434,607 4,607,609 4,887,204 5,054,245 5,275,126 5,503,751 5 Padang Lawas Utara 3,649,917 3,649,138 3,479,380 3,628,983 3,769,070 3,907,699 6 Padang Lawas Kota 3,583,881 3,923,451 3,356,540 3,421,832 3,540,694 3,665,529 7 Mandailing Natal 3,601,956 3,718,766 3,864,014 3,826,922 4,036,725 4,234,618 4,441,206 5,017,866 5,252,872 5,520,939 5,806,692 8 Tapanuli Tengah 2,929,030 3,037,506 3,148,611 3,156,520 3,270,357 3,376,369 3,470,443 3,850,869 3,971,424 4,127,147 4,312,886 9 Nias Selatan 3,450,234 3,615,511 3,471,119 3,838,639 3,989,224 4,165,505 4,321,356 4,251,105 4,369,989 4,567,083 4,744,116 10 Nias Utara 3,785,255 3,851,851 4,056,925 4,251,354 4,474,675 11 Nias Barat 3,084,983 3,106,083 3,283,721 3,417,124 3,595,871 12 Sibolga 6,012,499 6,189,477 6,331,930 6,428,893 6,692,413 6,978,611 7,267,386 8,759,806 9,136,871 9,581,651 10,102,079 WILAYAH PANTAI TIMUR 13 Langkat 5,809,831 5,790,730 5,898,434 5,808,584 6,013,174 6,226,965 6,445,005 7,452,508 7,786,401 8,154,981 8,552,669 14 Deli Serdang 6,267,105 6,679,741 7,007,613 7,097,625 7,272,460 7,474,631 7,659,603 8,107,952 8,340,990 8,615,894 9,488,691 15 Serdang Bedagai 5,556,284 5,746,192 5,927,942 6,165,679 6,417,618 6,667,755 7,663,966 8,056,858 8,503,335 8,970,803 16 Asahan 9,100,933 9,391,462 10,017,609 10,293,037 6,903,276 7,124,491 7,328,541 8,065,320 8,374,590 8,746,168 9,159,762 17 Batu Bara 17,346,147 17,712,747 18,133,602 19,672,216 20,328,857 20,948,127 21,392,243 18 Labuhan Batu 8,684,573 8,797,743 7,365,989 7,480,311 7,823,209 8,112,613 7,427,730 7,857,113 8,082,300 8,399,543 8,722,119 19 Labuhan Batu Utara 8,512,964 9,565,185 9,995,931 10,511,141 11,053,379 20 Labuhan Batu Selatan 9,570,414 10,212,617 10,505,068 10,899,276 11,296,408 21 Binjai 5,940,395 6,314,485 6,439,516 6,605,547 6,868,205 7,109,527 7,401,639 8,209,884 8,560,429 8,973,884 9,402,747 22 Medan 11,099,577 11,748,852 12,411,650 13,174,001 14,090,603 14,925,017 15,761,364 17,077,622 18,132,966 19,319,273 19,949,516 23 Tebing Tinggi 5,983,239 6,248,169 6,460,242 6,691,874 7,018,280 7,354,831 7,702,228 8,024,751 8,390,824 8,819,493 9,299,796 24 Tanjung Balai 7,107,561 7,345,543 7,468,769 7,551,912 7,684,976 7,808,879 7,946,298 9,043,279 8,286,912 9,609,574 9,892,215 WILAYAH DATARAN TINGGI / PEGUNUNGAN 25 Tapanuli Utara 4,389,139 4,593,627 4,809,865 5,066,911 5,223,677 5,444,352 5,633,676 5,780,955 6,020,912 6,315,774 6,637,434 26 Toba Samosir 8,043,050 8,190,000 8,527,447 8,414,648 8,870,010 9,229,703 9,569,088 10,176,988 10,601,507 11,110,985 11,596,094 27 Simalungun 5,097,271 5,177,503 5,292,447 5,444,628 5,699,142 5,918,798 6,146,527 6,812,974 7,133,594 7,511,758 7,791,888 28 Dairi 5,718,314 5,985,671 6,254,208 6,367,513 6,636,825 6,855,348 7,130,103 7,593,589 7,919,187 8,301,057 8,697,133 29 Karo 7,813,647 7,952,738 8,224,137 7,968,385 8,167,326 8,366,736 8,568,366 9,594,214 9,959,126 10,374,784 10,646,492 30 Humbang Hasundutan 4,485,930 4,738,401 4,989,924 5,285,913 5,566,810 5,836,540 6,038,798 5,864,032 6,106,829 6,394,041 6,695,767 31 Pakpak Barat Kota 3,215,674 3,430,507 3,564,234 3,735,792 3,559,128 3,553,540 3,606,733 4,070,571 4,179,669 4,341,417 4,499,022 32 Samosir 6,232,274 6,394,266 6,647,601 6,923,956 7,250,918 7,593,065 8,846,290 9,283,833 9,782,598 10,343,564 33 Pematang Siantar 6,700,446 6,862,092 6,735,841 6,989,419 7,308,632 7,656,684 7,994,964 8,687,762 9,082,488 9,504,605 9,896,931 Provinsi Sumatera Utara 6,609,292 6,873,420 7,130,696 7,383,039 7,775,393 8,140,606 8,420,590 9,110,777 9,574,785 10,028,302 10,488,190
Sumber : Diolah dari Sumatera Utara Dalam Angka tahun 2003-2013.
PDRB perkapita masing-masing Kabupaten/Kota pada Wilayah Pantai
Timur Provinsi Sumatera Utara juga terlihat pada tabel 2.2.diatas. Kondisi PDRB
Perkapita Provinsi Sumatera Utara seluruhnya mengalami kenaikan pada waktu
8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang diteliti antara 2003 sampai dengan 2013. Seperti Kota Medan dari PDRB perkapitanya pada tahun 2003 sebesar Rp.11,099,577 naik menjadi Rp.19,949,516 pada tahun 2013. Kota Binjai PDRB per kapitanya pada tahun 2003 sebesar Rp.
5,940,395 naik menjadi Rp.9,402,747 pada tahun 2013. Kota Tebing Tinggi
PDRB perkapitanya sebesar Rp. 5,983,239 pada tahun 2003 naik menjadi
Rp.9,299,796 pada tahun 2013. Kabupaten Deli Serdang PDRB perkapitanya dari
Rp.6.267.105 naik menjadi Rp.8.488.691 pada tahun 2013. Kota Tanjung Balai
PDRB perkapitanya juga mengalami kenaikan yaitu dari Rp.7.107,561 menjadi
Rp.9.892.215 pada tahun 2013. Kabupaten Langkat PDRB perkapitanya pada tahun 2003 sebesar 5.809.831 dan pada tahun 2013 sebesar Rp.8.552.669.
Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2003 tidak ada data PDRB perkapita karena berdirinya Kabupaten tersebut pada tahun 2004 yaitu sebesar 5.556.284 dan tahun
2013 data PDRB perkapitanya sebesar Rp.8.970.803. Sama halnya dengan
Kabupaten Serdang bedagai, Kabupaten Batubara juga berdiri pada tahun 2007
PDRB perkapitanya sebesar 17.346.147 walaupun data 2003 tidak ada, dan data
PDRB perkapita tahun 2013 adalah Rp.21.392.243. Kabupaten Labuhan Batu
Utara PDRB perkapitanya dimulai dari Rp. 8.512.964 pada tahun 2009 naik menjadi Rp. 11.053.379 pada tahun 2013, Kabupaten Labuhan Batu Selatan juga dimulai dari 2009 Rp. 9.570.414 naik menjadi Rp.11.296.404 pada tahun 2013.
Kabupaten Labuhan Batu dari Rp.8.648.573 menjadi Rp.8.722.119, terakhir
Kabupaten Asahan PDRB perkapitanya sebesar Rp.9.100.933 naik menjadi
9.159.762 pada tahun 2013. Kenaikan PDRB perkapita di seluruh bagian Wilayah
Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara menunjukkan Wilayah Pantai Timur
9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
cenderung lebih maju dan hal ini disebabkan karena masing-masing wilayah yang ada di Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara diindikasi mampu mengelola potensi daerah dan mampu memanajemen wilayahnya dengan baik.
Kesenjangan pembangunan antar daerah yang satu dengan daerah yang lainnya berdampak pada ketidakseimbangan perputaran ekonomi seperti yang tergambar pada tabel dan keterangan sebelumnya, yang berpengaruh pada kesenjangan kemakmuran masyarakat antar daerah yang bersangkutan. Kemudian, tingkat ketimpangan pendapatan perkapita masyarakat Sumatera Utara berdasarkan Indeks gini/Lorenz Curve, rasionya moderat yakni sebesar 0,362, yang mengindikasikan bahwa disparitas pendapatan di Sumatera Utara masih lebih besar bila dibandingkan dengan Gini Rasio Nasional yang berada diangka
0,33 (RKPD Provsu 2012,Bab II -18). Kemudian dari informasi yang berkembang yang di dapat penulis bahwa angka Gini Rasio tahun 2013 sebesar 0,354
(http://mdn.biz.id/n/88961/). Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmerataan di
Provinsi Sumatera Utara semakin kecil walaupun jika dilihat 14 tahun terahir dari
1999 sampai 2013 angka gini rasio sebesar 0,256 menjadi 0,354
(http://mdn.biz.id/n/88961/), artinya ketimpangan semakin melebar.
Dari sumber tersebut diatas, telah terbukti bahwa kesenjangan ada di
Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan pembangunan ekonomi di Wilayah Pantai
Timur pada tingkat pendapatan yang dinilai cukup pesat berdampak positif pada tingkat pendapatan dan kesejahteraan masyarakatnya, dan menjadikannya lebih tinggi dari pada pendapatan dan kesejahteraan masyarakat yang berada di Wilayah
Provinsi Sumatera Utara di Wilayah Pantai Barat dan Wilayah Pegunungan.
10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tetapi tidak menutup kemungkinan Wilayah Pantai Timur yang secara keseluruhan dianggap memiliki perekonomian yang lebih pesat memiliki kesenjangan pula pada wilayahnya masing-masing.
Pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja.
Tinggi rendahnya kemajuan pembangunan di suatu Negara hanya diukur berdasarkan tingkat pertumbuhan GNP, baik secara keseluruhan maupun perkapita, yang diyakini akan menetes dengan sendiri sehingga menciptakan lapangan pekerjaan dari berbagai peluang ekonomi yang pada ahirnya akan menumbuhkan berbagai kondisi yang diperlukan distribusi hasil-hasil pertumbuhan ekonomi dan sosial secara lebih merata. Dengan demikian tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan unsur yang paling diutamakan sehingga masalah-masalah lain seperti soal kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan distribusi pendapatan dinomorduakan.
Disparitas pembangunan ekonomi adalah sebuah ketimpangan yang sering disorot dari pandangan masyarakat karena pembangunan ekonomi diasumsikan sebagai hal yang merupakan penentu bagi kelangsungan hidup manusia. Tingkat pendapatan di setiap daerah tidak sama. Kesenjangan ekonomi sering digunakan sebagai indikator perbedaan pendapatan perkapita rata-rata, antar kelompok tingkat pendapatan, antar kelompok lapangan kerja, dan antar wilayah.
Salah satu Visi pembangunan Sumatera Utara yaitu: “Sumatera Utara yang
Maju dan Sejahtera Dalam Harmoni Keberagaman” serta salah satu misinya yaitu: “Mewujudkan masyarakat mandiri dan sejahtera dan berwawasan lingkungan” (RPJM 2009-2013). Visi dan misi tersebut menunjukkan bahwa
11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
target kesejahteraan sangatlah diutamakan. Untuk melaksanakan fungsi ini masih banyak kendala yang dihadapi, salah satunya adanya disparitas pendapatan perkapita antar daerah yang tercermin dari segi PDRB rill per kapita antar daerah
Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur. Dapat dikatakan bahwa kesejahteraan masyarakat belum secara merata dan adil dapat dinikmati oleh masyarakat di
Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara. Di Provinsi Sumatera Utara, wilayah pembangunan ekonominya dibagi 3 wilayah, yaitu Wilayah Pantai Timur terdiri dari 12 Kabupaten/Kota, Pantai Barat terdiri dari 12 Kabupaten/Kota, dan
Wilayah Dataran Tinggi (pegunungan) terdiri dari 9 Kabupaten/Kota. Wilayah
Pantai Timur diantaranya adalah Labuhan Batu, Labuhan Batu Utara, Labuhan
Batu Selatan, Asahan, Tanjung Balai, Deli Serdang, Langkat, Serdang Bedagai,
Batu Bara, Tebing Tinggi, Medan, dan Binjai. Sedangkan Wilayah Pantai Barat diantaranya adalah : Nias, Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah,
Dairi, Nias Selatan, Humbahas, Pakpak Bharat, Samosir, Sibolga, dan Padang
Sidempuan. Dan wilayah pegunungan antara lain Toba Samosir, Tapanuli Utara,
Simalungun, Dairi, Karo, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, Samosir,
Pematang Siantar.
Menurut penelitian Sirojuzilam (2008), terkait pertumbuhan ekonomi di kawasan Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara, wilayah ini memiliki kontribusi yang tinggi terhadap Provinsi Sumatera Utara, dilihat dari kontribusinya terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), wilayah Pantai Timur menyumbang 67,08% pada tahun 2001 dan pada menyumbang 71,21% pada tahun 2003. Demikian pula PDRB perkapita rata-rata Wilayah Pantai Timur
12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mencapai Rp. 2.230.310. Dilihat dari nilai tambah industri, pada tahun 2001, kontribusi Wilayah Pantai Timur sebesar 8,085 triliun rupiah (94,23% dari total nilai tambah industri Sumatera Utara) dan pada tahun 2003 sebesar 9,886 triliun rupiah (89,30%). Dengan kondisi tersebut, seharusnya Wilayah Pantai Timur juga kondisi perekonomiannya baik dan merata, hal tersebut menjadi alasan mengapa dibuatnya penelitian ini, untuk itu pada tulisan ini peneliti ingin meneliti dalam rangka mengetahui apakah masih ada kesenjangan pembangunan ekonomi khususnya antar wilayah-wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara dan lebih mengenal dan memperdalam tentang disparitas pembangunan ekonomi di kawasan tersebut dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita masyarakat. Kesenjangan ekonomi antar daerah secara absolut maupun ketimpangan relatif antara potensi dan tingkat kesejahteraan tersebut dapat menimbulkan masalah dalam hubungan antar daerah. Untuk itu masing-masing daerah harus mengenal potensi daerah masing-masing dan mampu mengelola potensi daerah tersebut untuk mewujudkan kesejahteraan ekonomi daerah tersebut. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengatasi kesenjangan daerah tersebut.
Pemerintah daerah diharapkan mampu menganalisis dan membuat kebijakan dalam hal mengurangi kesenjangan ekonomi daerah. Dalam hal ini bertujuan agar pengembangan wilayah dapat diwujudkan. Berdasarkan latar belakang sebagaimana dijelaskan diatas, penulis bermaksud melakukan penelitian mengenai kesenjangan pembangunan ekonomi di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera
Utara.
13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Berapa besar tingkat kesenjangan pembangunan ekonomi antar Wilayah
Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara?
2. Bagaimana pola pertumbuhan ekonomi serta klasifikasi antar Wilayah Pantai
Timur Provinsi Sumatera Utara?
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang di kemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis tingkat kesenjangan pembangunan ekonomi antar Wilayah
Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara.
2. Menganalisis pola pertumbuhan ekonomi serta klasifikasi antar wilayah
Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara.
1.4.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Sebagai sumbangan pemikiran pada pemerintah pusat, pemerintah daerah
Provinsi Sumatera Utara serta pemerintah Kabupaten/Kota tentang bagaimana
disparitas pembangunan ekonomi di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera
Utara.
2. Sebagai bahan studi bagi akademisi untuk mengkaji lebih jauh tentang
disparitas pembangunan ekonomi di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera
Utara.
14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Sebagai informasi terkait disparitas pembangunan ekonomi di Wilayah Pantai
Timur Provinsi Sumatera Utara.
15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapataan perkapita suatu masyarakat terus menerus bertambah dalam jangka panjang. Pada umumnya data pendapatan perkapita bisa digunakan untuk tiga tujuan berikut: (i) menentukan tingkat kesejahteraan yang dicapai suatu
Negara pada suatu tahun tertentu; (ii) menggambarkan tingkat kelajuan atau kecepatan pembangunan ekonomi dunia dan di berbagai Negara; (iii) menunjukkan jurang pembangunan diantara berbagai Negara. Menurut Sukirno,
(2006), pendapatan perkapita adalah sebagai indikator tingkat kemakmuran dan pembangunan ekonomi.
Pembangunan ekonomi adalah kenaikan output masyarakat yang disebabkan oleh inovasi yang dilakukan oleh innovator. Pembangunan ekonomi berawal dari suatu lingkungan politik, ekonomi, sosial, budaya dan teknologi yang menunjang kreatifitas innovator. Inovasi dan perkembangan ekonomi cenderung terdapat pada kawasan Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara. Mengenai faktor yang menentukan pembangunan, Smith dalam Sukirno (2006) berpendapat bahwa perkembangan penduduk juga akan mendorong pembangunan ekonomi.
Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar dan perluasan pasar akan meninggikan tingkat spesialisasi dalam perekonomian tersebut. Sebagai akibat dari spesialisasi terjadi, maka tingkat kegiatan ekonomi akan bertambah tinggi.
16
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Perkembangan spesialisasi dan pembagian pekerjaan diantara tenaga kerja akan mempercepat proses pembangunan ekonomi, karena spesialisasi akan meninggikan tingkat produktivitas tenaga kerja dan mendorong perkembangan teknologi. Mengenai proses pertumbuhan ekonomi, Smith dalam Sukirno (2006), mengatakan bahwa apabila pembangunan sudah terjadi, maka proses tersebut akan terus menerus berlangsung secara kumulatif. Apabila pasar berkembang, pembagian kerja dan spesialisasi akan terjadi, dan yang belakangan ini akan menimbulkan kenaikan produktifitas. Kenaikan pendapatan Nasional yang disebabkan oleh perkembangan tersebut dan perkembangan penduduk dari masa ke masa, yang terjadi bersama-sama dengan kenaikan dalam pendapatan Nasional, akan memperluas pasar dan menciptakan tabungan yang lebih banyak. Tambahan pula, spesialisasi yang bertambah tinggi dan pasar yang bertambah luas akan menciptakan teknologi dan mengadakan inovasi (pembaruan). Maka, perkembangan ekonomi akan berlangsung lagi dan dengan demikian dari masa ke masa pendapatan perkapita akan terus bertambah tinggi.
Schumpeter dalam Badrudin (2012) mengatakan perkembangan ekonomi yang diartikan sebagai peningkatan output total masyarakat terdiri dari pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa antara pembangunan ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi adalah saling berhubungan dan saling memberikan pengaruh. Sukirno (2006) mendefinisikan sesuatu yang tidak jauh berbeda bahwa pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi tersebut mengandung pengertian
17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu perubahan yang terjadi secara terus-menerus melalui serangkaian kombinasi proses demi mencapai sesuatu yang lebih baik yaitu adanya peningkatan pendapatan perkapita yang terus menerus berlangsung dalam jangka panjang. Sedangkan menurut Todaro (1999), pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang menyangkut perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, kelembagaan nasional, maupun percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakmerataan dan penghapusan dari kemiskinan mutlak.
Pembangunan ekonomi memang berkaitan dengan pendapatan per kapita dan pendapatan nasional. Pendapatan per kapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk suatu daerah sedangkan pendapatan nasional merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam masa satu tahun. Pertambahan pendapatan nasional dan pendapatan per kapita dari masa ke masa dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi dan juga perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu daerah dalam penelitian ini. Pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman adalah sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang.
2.2. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat
18
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan dimasa yang akan datang. Sedangkan pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi (Tarigan, 2005).
Djojohadikusumo (1994) mengatakan sebaiknya perlu membedakan pengertian antara pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan ekonomi karena kedua istilah tersebut disamping berbeda secara pengertian juga berbeda dalam dampak yang ditimbulkannya terhadap perekonomian suatu negara. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Sedangkan Pembangunan Ekonomi adalah proses perubahan pada tata susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh sebagai sebuah proses transformasi yang dalam perjalanan waktu ditandai oleh perubahan pada landasan kegiatan ekonomi maupun pada kerangka susunan ekonomi masyarakat yang bersangkutan.
Sedangkan teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang dikemukakan Lewis dalam Badrudin (2012), membahas proses transformasi industrialisasi pada tahap awal pembangunan kapitalis di Eropa dengan melihat hubungan antara sektor pertanian (tradisional) dan industri (modern) dalam perekonomian yang terjadi antara daerah pedesaan dan perkotaan dengan memasukkan proses urbanisasi yang terjdi di daerah tersebut. Asumsi teori pembangunan dan pertumbuhan Arthur lewis adalah sektor perdesaan yang merupakan sektor pertanian (tradisional) yang subsisten dengan jumlah penduduk
19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang berkelebihan yang ditandai dengan produktivitas marginalnya tinggi dan menjadi tempat penampungan tenaga kerja yang dialihkan sedikit demi sedikit dari sektor pertanian yang terjadi kelebihan jumlah tenaga kerja (Sukirno, 2006).
Pertumbuhan ekonomi mempunyai kaitan erat dengan perubahan struktural dan sektoral tinggi (Todaro,1999). Beberapa perubahan komponen data struktural ini mencakup pergeseran secara perlahan-lahan aktifitas pertanian ke sektor non pertanian dan dari sektor industri ke sektor jasa. Perekonomian akan bisa berkembang jika faktor-faktor yang dapat meningkatkan pendapatan memperoleh rangsangan lebih besar dibanding dengan hambatan yang berdampak menurunkan pendapatan, lebih lanjut dikatakan bahwa terdapat tiga komponen utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu akumulasi modal yang meliputi investasi pada tanah, prasarana fisik dan SDM, pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja serta kemajuan teknologi.
Pertumbuhan harus berjalan secara beriringan dan terencana, mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan dengan lebih merata. Dengan demikian maka daerah yang miskin, tertinggal tidak produktif, yang akhirnya akan mempercepat pertumbuhan itu sendiri.
Joseph Schumpeter dalam bukunya The Theory of Economics Development
(1934) yang menjelaskan dua hal penting, pertama sistem kapitalisme merupakan sistem yang paling baik untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang pesat dan kedua faktor utama yang mengakibatkan perkembaangan ekonomi adalah proses inovasi yang dilakukan oleh innovator (Badrudin, 2012). Menurutnya, perkembangan ekonomi yang diartikan sebagai peningkatan output total
20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
masyarakat terdiri dari pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh peningkatan banyaknya faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan teknologi dalam kegiatan produksi seperti misalnya kenaikan output karena pertumbuhan stok modal tanpa perubahan teknologi produksi.
Menurut Boediono (1985), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Jadi persentase pertambahan output itu haruslah lebih tinggi dari persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan berlanjut.
Menurut Boediono ada ahli ekonomi yang membuat defenisi yang lebih ketat, yaitu pertumbuhan itu haruslah “bersumber dari proses intern perekonomian tersebut”. Seiring dengan anggapan Tarigan (2005), hal ini sangat penting diperhatikan dalam ekonomi wilayah, karena bisa saja suatu wilayah mengalami pertumbuhan tetapi pertumbuhan itu tercipta karena banyaknya bantuan/suntikan dana itu dihentikan. Dalam kondisi seperti ini, sulit dikatakan ekonomi wilayah itu bertumbuh. Adalah wajar suatu wilayah terbelakang mendapat suntikan dana dalam proporsi yang lebih besar dibandingkan wilayah lainnya, akan tetapi setelah jangka waktu tertentu, wilayah itu mestilah tetap bisa tumbuh walaupun tidak lagi mendapat alokasi yang berlebihan. Dikaitkan dengan hal disparitas ekonomi, bantuan dari pemerintah daerah ke sub wilayah daerah juga menentukan tinggi rendahnya kesenjangan ekonomi wilayah. Namun benar halnya untuk memperkecil kesenjangan tersebut makan memang daerah tersebut yang mampu
21
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
memanajemen dalam mengatur potensi wilayah yang ada agar bisa dikembangkan dan menjadi pemasukan bagi daerah dalam rangka pertumbuhan dan pembangunan ekonomi wilayah.
2.3. Pembangunan Wilayah
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, bahwa wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait, yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan aspek fungsional. Pembangunan wilayah dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan wilayah yang mencakup aspek- aspek pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan yang berdimensi lokasi dalam ruang dan berkaitan dengan aspek sosial ekonomi wilayah. Pengertian pembangunan dalam sejarah dan strateginya telah mengalami evolusi perubahan, mulai dari strategi pembangunan yang menenkankan kepada pertumbuhan ekonomi, kemudian pertumbuhan dan kesempatan kerja, pertumbuhan dan pemerataan, penekanan kepada kebutuhan dasar (basic need approach), pertumbuhan dan lingkungan hidup, dan pembangunan yang berkelanjutan
(sustainable development).
Pembangunan wilayah diasumsikan sebagai salah satu usaha dalam hal meningkatkan perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup suatu wilayah. Dalam hal ini kebijakan pengembangan wilayah sangat diperlukan dan disesuaikan dengan kondisi fisik, geografis, penduduk, potensi, ekonomi, dan budaya masyarakat yang berbeda antar suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Kemakmuran suatu
22
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
wilayah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di wilayah tersebut juga oleh seberapa besar terjadi transfer payment, yaitu bagian pendapatan yang mengalir keluar wilayah atau mendapat aliran dari dana dari luar wilayah. Dalam upaya pembangunan wilayah, masalah terpenting yang menjadi perhatian para ahli ekonomi dan perencanaan wilayah adalah menyangkut proses pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan, karena pemerataan pembangunan memicu pemerataan ekonomi disuatu wilayah.
2.4. Pengembangan Wilayah
Menurut Sadyohutomo (2008), dalam arti fisik keruangan, wilayah dan daerah mempunyai pengertian yang sama sebagai terjemahan dari region, suatu hamparan luas sebagai kumpulan dari lokasi-lokasi (sites) atau area-areal (areas), baik mencakup ciri perkotaan maupun pedesaan. Wilayah atau daerah biasanya digunakan untuk dua keadaan yang berbeda, yaitu :
a. Untuk menyatakan adanya kondisi geografis yang homogen.
Penggunaan istilah wilayah ini sering berhubungan dengan proses evaluasi
potensi suatu daerah sebagai bahan perencanaan, contoh: wilayah/daerah
rawa, wilayah / daerah pesisir dan lain sebagainya.
b. Untuk menyatakan adanya kelompok fungsional.
Wilayah ini digunakan untuk membedakan wilayah berdasarkan pergerakan
penduduknya dalam kegiatan sehari-hari, contoh: wilayah/daerah
pemasaran, wilayah / daerah pelayanan dan lain sebagainya.
Komponen-komponen wilayah mencakup komponen biofisik alam, sumberdaya buatan (insfrastruktur), manusia serta bentuk-bentuk kelembagaan.
23
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dengan demikian istilah wilayah menekankan interaksi antar manusia dengan sumberdaya-sumberdaya lainnya yang ada di dalam suatu batasan unit geografis tertentu. Konsep wilayah yang paling klasik (Hagget, Cliff dan Frey, Rustiadi, dalam Sukmana 2012) mengenai tipologi wilayah, mengklasifikasikan konsep wilayah ke dalam tiga kategori, yaitu: (1) wilayah homogen (uniform/homogenous region); (2) wilayah nodal (nodal region); (3) wilayah perencanaan (planning region atau programming region). Sejalan dengan klasifikasi tersebut, (Glason,
1974 dalam Tarigan, 2005) berdasarkan fase kemajuan perekonomian mengklasifikasikan region/wilayah menjadi:
1. Fase pertama yaitu wilayah formal yang berkenaan dengan
keseragaman/homogenitas. Wilayah formal adalah suatu wilayah geografik
yang seragam menurut kriteria tertentu, seperti keadaan fisik geografi,
ekonomi, sosial, dan politik.
2. Fase kedua yaitu wilayah fungsional yang berkenaan dengan koherensi dan
interpedensi fungsional, saling hubungan antar bagian-bagian dalam
wilayah tersebut. Kadang juga disebut wilayah nodal atau polarized region
dan terdiri dari satuan-satuan yang heterogen, seperti desa kota yang secara
fungsional saling berkaitan.
3. Fase ketiga yaitu wilayah perencanaan yang memperlihatkan koherensi atau
kesatuan keputusan-keputusan ekonomi.
Berbeda dengan pembangunan wilayah, secara konsep logika berfikir, pengembangan wilayah bisa terjadi karena adanya pembangunan wilayah terlebih dahulu karena pembangunan wilayah merupakan salah satu usaha dalam hal
24
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
meningkatkan perkembangan sosial dan ekonomi dan juga usaha meminimalisir kesenjangan wilayah, jadi asumsinya bahwa karena pembangunan wilayah menyebabkan wilayah tersebut dapat berkembang. Menurut Sirojuzilam (2005), pengembangan wilayah pada dasarnya merupakan peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu, mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata membaik, disamping menunjukan lebih banyak sarana/prasarana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya. Pendekatan yang diterapkan dalam pengembangan wilayah di Indonesia sangat beragam karena dipengaruhi oleh perkembangan teori dan model pengembangan wilayah serta tatanan sosial- ekonomi, sistem pemerintahan dan administrasi pembangunan. Pengembangan wilayah dengan memperhatikan potensi pertumbuhan akan membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Secara umum pendapat-pendapat yang mendasari bidang teori pembangunan ekonomi wilayah/daerah yang masing-masing mempunyai asumsi yang berbeda sebagai berikut : a. Teori Ekonomi Neoklasik
Peranan teori ekonomi Neo klasik tidak terlalu besar dalam menganalisis pembangunan wilayah (regional) karena teori ini tidak memiliki dimensi spasial yang signifikan. Namun demikian, teori ini memberikan 2 konsep pokok dalam pembangunan ekonomi wilayah yaitu keseimbangan ( equilibrium ) dan mobilitas faktor produksi. Artinya, sistem perekonomian akan mencapai keseimbangan
25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
alamiahnya jika modal bisa mengalir tanpa restriksi (pembatasan). Oleh karena itu, modal akan mengalir dari wilayah yang tingkat upah tinggi menuju ke wilayah yang tingkat upah rendah. b. Teori Basis Ekonomi
Teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu wilayah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar wilayah. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk di ekspor, akan menghasilkan kekayaan wilayah dan penciptaan peluang kerja (job creation).
Strategi pembangunan wilayah yang muncul didasarkan pada teori ini adalah penekanan terhadap arti penting bantuan implementasi kebijakannya mencakup pengurangan hambatan/batasan terhadap perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor yang ada akan didirikan di wilayah tersebut. Kelemahan model ini adalah bahwa model ini didasarkan pada permintaan eksternal bukan internal. Pada akhirnya akan menyebabkan ketergantungan yang sangat tinggi terhadap kekuatan-kekuatan pasar secara nasional maupun global. Namun demikian, model ini sangat berguna untuk menentukan keseimbangan antara jenis-jenis industri dan sektor yang dibutuhkan masyarakat untuk mengembangkan stabilitas ekonomi. c. Teori Lokasi
Para ekonom regional sering mengatakan bahwa ada 3 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan wilayah yaitu: lokasi, lokasi dan lokasi. Pertanyaan tersebut sangat masuk akal jika dikaitkan dengan pengembangan kawasan industri. Perusahaan cenderung untuk meminimumkan biayanya dengan memilih
26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
cara lokasi yang memaksimumkan peluangnya untuk mendekati pasar. Model pengembangan industri kuno menyatakan bahwa lokasi yang terbaik adalah biaya yang termurah antara bahan baku dengan pasar. Tentu saja banyak variabel lainnya yang mempengaruhi kualitas dan suitabilitas suatu lokasi misalnya upah tenaga kerja, ketersediaan pemasok, komunikasi, fasilitas-fasilitas pendidikan dan latihan (diklat), kualitas pemerintah wilayah dan tanggung jawabnya, dan sanitasi.
Perusahaan-perusahaan yang berbeda membutuhkan kombinasi-kombinasi yang berbeda pula atas faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu, sering kali masyarakat berusaha untuk memanipulasi biaya dari faktor-faktor tersebut untuk menarik perusahaan-perusahaan industri. Keterbatasan dari teori lokasi ini pada saat sekarang adalah bahwa teknologi dan komunikasi modern telah mengubah signifikan suatu lokasi tertentu untuk kegiatan produksi dan distribusi barang. d. Teori Tempat Sentral
Pada tahun 1933, Walter Christaller memusatkan perhatiannya terhadap penyebaran pemukiman, desa dan kota-kota yang berbeda-beda ukuran luasnya.
Penyebaran tersebut kadang-kadang bergerombol atau berkelompok dan kadang- kadang terpisah jauh satu sama lain. Atas dasar lokasi dan pola penyebaran pemukiman dalam ruang ia mengemukakan teori yang disebut teori tempat yang sentral (Central Place Theory). Model ini dikembangkan untuk suatu wilayah abstrak dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Wilayahnya adalah daratan, semua adalah datar dan sama.
b. Gerakan dapat dilaksanakan ke segala arah.
27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c. Penduduk memiliki daya beli yang sama, dan tersebar secara merata pada
seluruh wilayah.
d. Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimalisasi
jarak/biaya.
Penerapan model ini sangat simple karena karakteristik, tingkat pendapatan dan daya beli masyarakat hampir sama. e. Teori Kausasi Kumulatif
Kondisi wilayah-wilayah sekitar kota yang semakin buruk menunjukan konsep dasar dari tesis kausasi kumulatif (cumulative causation) ini. Kekuatan- kekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan antar wilayah-wilayah tersebut (maju versus terbelakang).Wilayah yang maju mengalami akumulasi keunggulan kompetitif dibanding wilayah-wilayah lainnya. Hal ini yang disebut
Mydral, (1957) sebagai backwash effects .
2.5. Disparitas Wilayah
Disparitas antar wilayah adalah tentang distribusi pendapatan dan isu tentang distribusi pendapatan menjadi sorotan dalam debat politik sejak abad 19.
Jika diasumsikan bahwa setiap individu di suatu wilayah mempunyai fungsi kepuasan yang sama dan konkaf, artinya bahwa equality pendapatan akan memaksimalkan kesejahteraan sosial (Bigsten, 1983). Selanjutnya Iskandar
(1993) menjelaskan pula betapa pentingnya pemeratan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan oleh adanya peningkatan pendapatan dan perubahan distribusi pendapatan. Tetapi peningkatan pendapatan tidak banyak berpengaruh terhadap pertumbuhan
28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ekonomi suatu wilayah. Sedangkan peningkatan pendapatan dalam arti meningkatkan pemerataan pendapatan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara nyata. Thee-Kian-Wie (1981) menyatakan bahwa ketidakmerataan distribusi pendapatan dari sudut pandangan ekonomi dibagi menjadi:
1. Ketimpangan pembagian pendapatan antar golongan penerima pendapatan
(size distribution income ).
2. Ketimpangan pembagian pendapatan antar daerah perkotaan dan daerah
pedesaan (urban-rural income disparities).
3. Ketimpangan pembagian pendapatan antar daerah (regional income
disparities).
Todaro (1999), mengatakan tidak ada satu negara pun yang memperlihatkan pemerataan sempurna atau ketidakmerataan sempurna didalam distribusi pendapatannya, yang mungkin terjadi adalah distribusi pendapatan yang relatif merata (ketimpangannya parah). Namun, ketimpangan pembangunan antar daerah dengan pusat dan antar daerah dengan daerah lain adalah merupakan suatu yang wajar, karena adanya perbedaan dalam sumber daya dan awal pelaksanaan pembangunan antar daerah (Williamson, 1965 dalam Yusmawita, 2011).
Sirojuzilam dan Mahalli (2011) mengatakan perbedaan laju pembangunan antar region menyebabkan terjadinya kesenjangan kemakmuran dan kemajuan.
Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Keterbatasan kemampuan pemerintah untuk mengalokasi dana yang lebih
besar untuk membangun sarana dan infrastruktur untuk lebih
29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menyeimbangkan kesempatan berkembangnya secara lebih cepat kondisi
ekonomi dan sosial masyarakat di wilayah-wilayah terbelakang.
2. Rendahnya kualitas sumber daya manusia terutama dalam hal kreatifitas dan
inovasi.
3. Keterbatasan penguasaan teknologi di wilayah yang antara lain menjadi
penyebab skaligus akibat keterbelakangan itu.
4. Ketidakterbukaan ekonomi sehingga kurang mampu menghadapi tantangan
persaingan. Minimnya investasi sebagai sumber dan motor penggerak
pertumbuhan ke pelosok wilayah terutama investasi yang berkualitas yaitu
yang membuka lapangan kerja luas dan meningkatkan pertumbuhan daerah
secara berkelanjutan dengan multiplier effect yang sebesar-besarnya.
Masalah utama dalam pembangunan wilayah adalah ketimpangan ruang
(wilayah) artinya ketimpangan yang terjadi antar daerah.
2.6. Penelitian Terdahulu
Penelitian oleh Putra (2006), tentang “Disparitas antar kabupaten/kota di
Provinsi Sumatera Utara,1993-2004 : Menuju konvergensi ataukah divergensi?”., menggunakan data time series dari tahun 1993-2007 dan menggunakan alat analisis tipologi daerah dan Spearmam Rank. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa ditemukan bukti adanya proses konvergensi secara absolut dan secara kondisional tidak adanya bukti bahwa daerah yang relatif lebih miskin dapat mengejar ketinggalan dari daerah yang berpendapatan menengah dan relatif lebih tinggi atau cenderung divergen. Kedua, kualitas modal manusia yang rendah dan
30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pertumbuhan populasi yang tinggi merupakan penentu terjadinya disparitas pendapatan antar Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.
Penelitian Sukmana (2012), tentang “analisis disparitas pembangunan ekonomi antar kecamatan di kabupaten Langkat”, menggunakan data time series dari tahun 1996-2010 dan menggunakan alat analisis Indeks Williamson, indeks
Entropi Theil Tipologi Klassen, analisis Shift-share dan Korelasi Pearson. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa dari hasil analisis kesenjangan regional, diketahui kesenjangan antar kecamatan dikabupaten langkat mengalami peningkatan pada tiap tahun di Kabupaten Langkat. Berdasarkan alat analisis typology Klassen kecamatan yang mengalami ketertinggalan ialah kecamatan
Kuala dan kecamatan Sei Lepan. Dari analisis Shift-share diperoleh hasil bahwa selama periode 2001-2010 terjadi kesenjangan sektoral antar kecamatan dikabupaten Langkat yang dilihat masih tingginya peranan sektor pertanian dibandingkan sektor lainnya (terutama sektor pertambangan yang mengalami penurunan) dalam perekonomian antar Kecamatan di Kabupaten Langkat.
Disamping itu digunakan pula analisis korelasi Pearson untuk mengetahui hubungan antara ekonomi dengan kesenjangan pembangunan ekonomi. Dari hasil pengolahan data disimpulkan bahwa terdapat hubungan kuat dan positif antara pertumbuhan ekonomi dan kesenjangan pembangunan ekonomi.
Penelitian oleh Hartono (2008), tentang “analisis ketimpangan pembangunan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah”, menggunakan data time series yang bersumber dari Badan Pusat Statisitk (BPS) Provinsi Jawa Tengah untuk kurun waktu 1981-2005. Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan alat analisis
31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Indeks Williamson. Berdasarkan hasil analisis, maka disimpulkan bahwa ketimpangan pembangunan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah yang diukur dengan Indeks Williamson dalam kurun waktu 1981 sampai dengan 2005 relatif meningkat.
Penelitian berikutnya oleh Nurhuda, Khairul Muluk, Prasetyo (2012),
Analisis Ketimpangan Pembangunan (Studi di Provinsi Jawa Timur Tahun 2005-
2011).dalam penelitian ini Penulis menggunakan analisis deskriptif, dan analisis
Indeks Williamson,rumus korelasi pearson, model regresi berganda.kesimpulan dari penelitian yang telah diteliti ini adalah ketimpangan di Provinsi Jawa Timur mengalami penurunan, PAD semakin besar, IPM semakin Tinggi.
2.7. Kerangka Pemikiran
Setiap negara yang melaksanakan pembangunan akan menuju pada peningkatan kemakmuran masyarakat luas atau pemerataan kesejahteraan.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi lebih berarti jika diikuti pemerataan atas hasil-hasil pembangunan. Berbagai kebijaksanaan ekonomi untuk menumbuhkan produksi akan lebih berarti jika dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Oleh karena itu orientasi pemerataan seharusnya menjadi muara dari seluruh kegiatan perekonomian suatu bangsa. Pemerataan hasil-hasil pembangunan biasanya dikaitan dengan masalah kesejahteraan. Secara logika, perbedaan tingkat kesejahteraan yang semakin lebar akan menunjukkan adanya masyarakat atau daerah kaya/maju dan miskin/tidak maju. Dan kemiskinan/ kondisi ketidaksejahteraan suatu wilayah/daerah biasa memyebabkan pembangunan ekonomi suatu wilayah menjadi tidak berkembang dan biasanya
32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
penyebab hal itu terjadi adalah masyarakat di wilayah tersebut tidak mampu mengelola daerah tersebut dengan baik dikarenakan keterbatasan sumberdaya manusia yang tertbatas ataupun justru tidak ada potensi daerah/wilayah yang menonjol yang bisa dikelola untuk ditingkatkan produktifitasnya yang pada akhirnya akan menghasilkan peningkatan pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut.
Dilihat dari segi geografisnya Provinsi Sumatera Utara dibagi menjadi 3 bagian
Wilayah yaitu Wilayah Pantai Barat Provinsi Sumatera Utara, Wilayah Pantai
Timur Provinsi Sumatera Utara, dan Wilayah pegunungan/dataran tinggi. Namun dalam penelitian ini hanya fokus kepada Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera
Utara saja. Objek penelitian pengembangan Wilayah Pantai Timur Provinsi
Sumatera Utara dilihat dari sisi aspek ekonomi saja dengan melihat laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita saja. Pembangunan wilayah khususnya pembangunan ekonomi wilayah menimbulkan kesenjangan antar wilayah. Dengan melihat kesenjangan pertumbuhan ekonomi di Wilayah Pantai
Timur Provinsi Sumatera Utara maka diasumsi kebijakan pemerintah daerah terkait mampu mengurangi tingkat ketidakmerataan yang terdapat di wilayah yang diteliti. Karena harapan pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat. Jika pendapatan perkapita masyarakat meningkat dan merata maka akan tercipta kesejahteraan masyarakat dan mengurangi kesenjangan khususnya kesenjangan ekonomi wilayah. Kerangka pemikiran penelitian ini diformulasikan sebagai berikut (lihat gambar 2.1.):
33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara
Wilayah Pantai Wilayah Pantai Wilayah
Barat Timur Pegunungan
Laju pertumbuhan Pendapatan ekonomi Perkapita
Disparitas Pembangunan Ekonomi antar Kabupaten/Kota
Kebijakan Mengurangi Ketimpangan Wilayah
Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran Disparitas Pembangunan Ekonomi di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara.
34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Ruang Lingkup Penelitian
Provinsi Sumatera Utara terdiri dari Wilayah Pantai Timur dan Wilayah
Pantai Barat. Wilayah Pantai Timur dan Wilayah Pantai Barat terdapat kesenjangan. Hal ini didapat dari beberapa hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan adanya kesenjangan antara Wilayah Pantai Timur dan Pantai Barat tersebut. Batasan Wilayah pada penelitian ini hanya mencakup Wilayah Pantai
Timur Provinsi Sumatera Utara karena di Wilayah Pantai Timur umumnya heterogen dengan kawasan yang relatif besar dan prasarana wilayah yang memadai (RKPD Provsu 2012, bab II-7). Dengan alasan tersebut peneliti masih ingin mengetahui apakah di wilayah yang kondisinya sudah memadai tersebut masih terdapat kesenjangan wilayah. Penelitian ini meneliti tentang kesenjangan atar kabupaten/kota yang ada di Wilayah Pantai Timur Sumatera Utara dengan mengukur kesenjangan tersebut dari segi laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita.
3.2.Jenis dan Sumber Data
Data yang dipergunakan untuk mendukung penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data resmi yang diperoleh melalui dokumen- dokumen resmi berupa data runtut waku (time series) dalam bentuk tahunan yaitu data dari tahun 2003 sampai dengan 2013. Wilayah penelitian yang diambil adalah Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari 12 kabupaten/kota, yaitu : Kabupten Labuhan Batu, Kabupaten Labuhan Batu Utara,
35
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Kabupaten Asahan, Kota Tanjung Balai,
Kabupaten Batubara, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat, Kabupaten
Serdang Bedagai, Kota Tebing Tinggi, Kota Medan, dan Kota Binjai (RKPD
Provsu 2012, bab II-7).
Gambar 3.1 : Wilayah penelitian yaitu Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara.
3.3. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan ialah analisis deskriptif, studi kepustakaan, dengan cara mempelajari berbagai literatur secara tulisan-tulisan
36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, studi dokumenter, untuk memperoleh data sekunder yang berhubungan dengan masalah penelitian diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, data yang diperoleh yaitu :
1. Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita atas dasar
harga konstan tahun 2000, periode 2003-2013.
2. Laju pertumbuhan ekonomi menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera
Utara atas dasar harga konstan 2000 pada periode 2003-2013.
Penelitian ini diukur dengan alat analisis Indeks Williamson dan alat analisis Tipologi Klassen.
3.3.1. Indeks Williamson
Indeks Williamson merupakan salah satu alat ukur untuk mengukur tingkat ketimpangan daerah yang semula dipergunakan oleh Jeffrey G.Williamson.
Perhitungan Indeks Williamson didasarkan pada data PDRB masing-masing daerah digunakan rumus. Hasil pengukuran dari nilai Indeks Williamson ditunjukkan oleh angka 0 sampai angka 1 atau 0 < IW < 1. Jika Indeks
Williamson semakin mendekati angka 1 maka semakin melebar ketimpangan pembangunan ekonomi dan jika indeks Williamson semakin mendekati angka 0 maka semakin kecil ketimpangan pembangunan ekonomi. (Sjafrizal,1997).
Untuk melihat ketimpangan regional antar kabupaten/kota di Wilayah
Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara digunakan alat analisis yaitu Analisis
Indeks Williamson. Indeks Williamson memberikan gambaran secara agregat kesenjangan pendapatan regional bruto tanpa memandang kesenjangan tersebut
37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
berdasarkan lapisan masyarakat tertentu (Kuncoro,2004). Dalam Indeks
Williamson digunakan rumus, sebagai berikut :
k (Y −Y)2 P r=1 1 1 Iw = x100% Y dengan :
fi Pi = n
Iw = Indeks Williamson yang merupakan tingkat kesenjangan antar daerah
Yi = PDRB per kapita daerah ke-i di wilayah acuan
Y = Rata-rata PDRB per kapita di wilayah acuan
Pi = Perbandingan jumlah penduduk daerah ke I di wilayah acuan terhadap
jumlah penduduk wilayah acuan. fi = Jumlah penduduk daerah ke-i di wilayah acuan n = Jumlah penduduk di wilayah acuan k = Jumlah daerah di wilayah acuan dimana : 0 < Iw < 1
Berdasarkan formulasi di atas, pada dasarnya Indeks Williamson merupakan koefisien variasi (coefficient of variation) dari nilai PDRB dari suatu daerah yang diberi penimbang proposi jumlah penduduk masing-masing daerah ke-i terhadap jumlah penduduk daerah acuan. Bila rentang nilai antara PDRB perkapita suatu daerah dengan daerah lain sangat besar, maka akan tercipta suatu kesenjangan.
Indeks Williamson besarnya antara nol dan satu. Angka Indeks kesenjangan
Williamnson yang semakin kecil atau mendekati nol menunjukan kesejangan
38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang semakin kecil, atau dengan kata lain makin merata, dan bila semakin jauh dari nol menunjukan kesenjangan yang semakin lebar.
Pada penelitian ini, untuk menghitung nilai Indeks Williamson digunakan nilai PDRB per kapita ADHK. Untuk penghitungan Indeks Williamson antar
Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara, wilayah acuannya Provinsi Sumatera Utara dengan melihat variasi PDRB riil per kapita
Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara .
3.3.2. Analisis Tipologi Klassen
Alat analisis Klassen Typology (Tipologi Klassen) digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing- masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah. Melalui analisis ini diperoleh empat karakteristik pola dan struktur pertumbuhan ekonomi yang berbeda, yaitu: daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh
(high growth ang high income), daerah maju tetapi tertekan (high income but low growth), daerah berkembang cepat (high growth but low income), dan daerah relatif tertinggal (low growth and low income) (Kuncoro, 2006). Kriteria yang digunakan untuk membagi Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi
Sumatera Utara dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut :
1. Kabupaten/Kota cepat-maju dan cepat-tumbuh, Kabupaten/Kota yang
memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang
lebih tinggi dibanding Provinsi Sumatera Utara.
39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Kabupaten/Kota yang maju tetapi tertekan, Kabupaten/Kota yang memiliki
pendapatan per kapita lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya
lebih rendah dibanding rata-rata Provinsi Sumatera Utara .
3. Kabupaten/Kota yang berkembang cepat, Kabupaten/Kota yang memiliki
tingkat pertumbuhan tinggi, tetapi tingkat pendapatan perkapita lebih rendah
dibanding rata-rata Provinsi Sumatera Utara
4. Kabupaten/Kota relatif tertinggal adalah Kabupaten/Kota yang memiliki
tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapat per kapita yang lebih rendah
dibanding rata-rata Provinsi Sumatera Utara. Dikatakan “tinggi” apabila
indikator di suatu Kabupaten/Kota lebih tinggi di bandingkan rata-rata
Provinsi Sumatera Utara dan di golongkan “rendah” apabila indikator di
suatu Kabupaten/Kota lebih rendah dibandingkan rata-rata Provinsi
Sumatera Utara.
Tabel 3.1. Klasifikasi Wilayah Menurut Tipologi Klassen
Pendapatan Yi > y Yi < y perkapita (y) Pertumbuhan
ekonomi (r) ri > r Wilayah Maju dan Cepat Wilayah yang sedang Tumbuh tumbuh
ri < r Wilayah maju tetapi Wilayah relatif tertinggal tertekan Keterangan : ri= Laju Pertumbuhan ekonomi PDRB Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur
Provinsi Sumatera Utara
40
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yi= PDRB per kapita Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur provinsi Sumatera
Utara r = Laju Pertumbuhan PDRB di Provinsi Sumatera Utara y = PDRB per kapita Provinsi Sumatera Utara
3.4.Definisi Variable Operasional Penelitian
Definisi Operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Ketimpangan pembangunan ekonomi adalah kondisi dimana pembanguann
ekonomi diukur dengan menggunakan rumus Indeks Williamson, dimana
pendapatan diukur dengan menggunakan PDRB perkapita atas dasar harga
konstan tahun 2000 untuk setiap Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur
Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2013.
Sedangkan indeks pembangunan ekonomi ditujukan oleh angka 0 sampai
angka 1 atau 0 < IW <1.
2. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) adalah jumlah nilai tambah bruto
yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu, atau merupakan
jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit
ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah
barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap
tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah
barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu
sebagai tahun dasar penghitungannya.
3. PDRB Perkapita adalah rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap
penduduk selama satu tahun di suatu wilayah/daerah.
41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. Laju Pertumbuhan Ekonomi yaitu ukuran kuantitatif yang menggambarkan
suatu perekonomian dalam tahun tertentu apabila dibandingkan dengan
tahun sebelumnya.
5. Pengembangan wilayah adalah terjadinya peningkatan nilai manfaat bagi
masyarakat suatu wilayah tertentu, mampu menampung lebih banyak
penghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata membaik,
disamping menunjukkan lebih banyak sarana-prasarana, barang dan jasa
yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat.
42
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara
4.1.1. Sejarah Provinsi Sumatera Utara
Di zaman Pemerintahan Belanda, Sumatera merupakan suatu pemerintahan yang bernama Gouvernement Van Sumatera, yang meliputi seluruh Sumatera, dikepalai oleh seorang Gouverneur berkedudukan di Medan. Sumatera terdiri dari daerah daerah administratif yang dinamakan Keresidenan. Pada awal
Kemerdekaan Republik Indonesia, Sumatera tetap merupakan suatu kesatuan pemerintahan yaitu Provinsi Sumatera yang dikepalai oleh seorang Gubernur dan terdiri dari daerah-daerah Administratif Keresidenan yang dikepalai oleh seorang
Residen. Pada Sidang I Komite Nasional Daerah (K.N.D) Provinsi Sumatera, mengingat kesulitan-kesulitan perhubungan ditinjau dari segi pertahanan, diputuskan untuk membagi Provinsi Sumatera menjadi 3 sub Provinsi yaitu sub
Provinsi Sumatera Utara (yang terdiri dari Keresidenan Aceh, Keresidenan
Sumatera Timur, dan Keresidenan Tapanuli), sub Provinsi Sumatera Tengah, dan sub Provinsi Sumatera Selatan. Dalam perkembangan selanjutnya melalui
Undang-undang No. 10 Tahun 1948 tanggal 15 April 1948, Pemerintah menetapkan Sumatera menjadi 3 Provinsi yang masing-masing berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri yaitu :
1. Provinsi Sumatera Utara yang meliputi Keresidenan Aceh, Sumatera
Timur, dan Tapanuli.
43
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Provinsi Sumatera Tengah yang meliputi Keresidenan Sumatera Barat,
Riau, dan Jambi
3. Provinsi Sumatera Selatan yang meliputi Keresidenan Bengkulu,
Palembang, Lampung, dan Bangka Belitung.
Dengan mendasarkan kepada Undang-undang No. 10 Tahun 1948, atas usul
Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara dengan suratnya tanggal 16
Pebruari 1973 No. 4585/25, DPRD Tingkat I Sumatera Utara dengan keputusannya tanggal 13 Agustus 1973 No. 19/K/1973 telah menetapkan bahwa hari jadi Provinsi Sumatera Daerah Tingkat I Sumatera Utara adalah tanggal 15
April 1948 yaitu tanggal ditetapkannya U.U No. 10 Tahun 1948 tersebut. Pada awal tahun 1949 berkaitan dengan meningkatnya serangan Belanda, diadakanlah reorganisasi pemerintahan di Sumatera. Pada waktu itu, keadaan memerlukan suatu sistem pertahanan yang lebih kokoh dan sempurna. Oleh karena itu perlu dipusatkan alat-alat kekuatan sipil dan militer dalam tiap-tiap Daerah Militer
Istimewa yang berada dalam satu tangan yaitu Gubernur Militer. Sehingga penduduk sipil dan militer berada dibawah kekuasaan satu pemerintah. Perubahan demikian ini ditetapkan dengan Keputusan Pemerintah Darurat R.I tanggal 16 Mei
1949 No. 21/Pem/P.D.R.I., yang diikuti Keputusan Pemerintah Darurat R.I tanggal 17 Mei 1949 No. 22/Pem/P.D.R.I. jabatan Gubernur Sumatera Utara ditiadakan. Gubernur yang bersangkutan diangkat menjadi komisaris dengan tugas-tugas memberi pengawasan dan tuntutan terhadap pemerintahan, baik sipil maupun militer. Selanjutnya dengan instruksi Dewan Pembantu dan Penasehat
Wakil Perdana Menteri tanggal 15 September 1949, Sumatera Utara dibagi
44
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menjadi dua Daerah Militer Istimewa yaitu Aceh dan Tanah Karo diketuai oleh
Gubernur Militer Tgk. M. Daud Beureuen dan Tapanuli/Sumatera Timur Selatan oleh Gubernur Militer Dr. F.L.Tobing. Selanjutnya, dengan ketetapan Pemerintah
Darurat R.I dalam bentuk Peraturan Perdana Menteri Pengganti Peraturan
Pemerintah tanggal 17 Desember 1949 No.8/Des/W.K.P.M dibentuklah Provinsi
Aceh dan Provinsi Tapanuli/Sumatera Timur. Kemudian dengan Peraturan
Pemerintah Penggati Undang-undang No.5 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950,
Peraturan Wakil Perdana Menteri Pengganti Peraturan Pemerintah tanggal 17
Agustus 1949 No.8/Des/W.K.P.M tahun 1949 tersebut dicabut dan kembali dibentuk Provinsi Sumatera Utara dengan daerah yang meliputi daerah
Keresidenan Aceh, Sumatera Timur, dan Tapanuli. Selanjutnya dengan Peraturan
Pemerintah No. 21 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950, pada waktu RIS, ditetapkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia terbagi atas beberapa daerah-daerah Provinsi, yaitu :
1.Jawa Barat
2.Jawa Tengah
3.Jawa Timur
4.Sumatera Utara
5.Sumatera Tengah
6.Sumatera Selatan
7.Kalimantan
8.Sulawesi
9.Maluku
45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10.Sunda Kecil
Pada tanggal 7 Desember 1956 diundangkanlah Undang-undang No. 24
Tahun 1956 yaitu Undang-undang tentang pembentukan daerah otonom Provinsi
Aceh dan perubahan peraturan pembentukan Provinsi Sumatera Utara. Pasal 1
Undang-undang No. 24 Tahun 1956 ini menyebutkan :
1. Daerah Aceh yang meliputi Kabupaten-kabupaten : Aceh Besar, Aceh
Pidie, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tengah, Aceh Barat, Aceh Selatan,
Kota Besar Kutaraja, daerah-daerah tersebut dipisahkan dari lingkungan
Daerah Otonom Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undangundang No. 5 Tahun 1950 sehingga daerah-
daerah tersebut menjadi daerah yang berhak mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri dengan nama Provinsi Aceh.
2. Provinsi Sumatera Utara tersebut dalam ayat (1) yang wilayahnya telah
dikurangi dengan bagian-bagian yang terbentuk sebagai daerah otonom
Provinsi Aceh, tetap disebut Provinsi Sumatera Utara.
Berdasarkan Undang-undang Darurat No. 7 Tahun 1956, Undang-undang
Darurat No. 8 Tahun 1956, Undang-undang Darurat No.9 Tahun 1956, Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang No.4 Tahun 1964, Provinsi Sumatera
Utara terdiri dari 17 kabupaten/Kota. Tetapi dengan terbitnya Undang-Undang
No. 12 Tahun 1998, tentang pembentukan Kabupaten Mandailing Natal (Madina) dan Kabupaten Toba Samosir (Tobasa), Undang-Undang No. 4 Tahun 2001 tentang pembentukan Kota Padangsidimpuan, Undang-undang No. 9 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Humbang Hasundutan, dan Pakpak
46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Bharat, serta Undang-undang No. 36 Tahun 2003 tentang pembentukan
Kabupaten Samosir dan Serdang Bedagai, dan pada tahun 2007 dibentuk
Kabupaten Batu Bara melalui Undang-undang No. 5 Tahun 2007, kemudian pada tanggal 10 Agustus 2007 disahkan Undang-undang No. 37 Tahun 2007 tentang pembentukan Kabupaten Padang Lawas Utara, Undang-undang No. 38 Tahun
2007 tentang pembentukan Kabupaten Padang Lawas. Pada tahun 2008 kembali diterbitkan Undang-undang No. 22 Tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten
Labuhanbatu Selatan, Undang-undang No. 23 Tahun 2008 tentang pembentukan
Kabupaten Labuhanbatu Utara, Undang-undang No. 45 Tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Nias Utara, Undang-undang No. 46 Tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Nias Barat dan Undang-undang No. 47 Tahun 2008 tentang pembentukan Kota Gunungsitoli, dengan demikian wilayah Provinsi
Sumatera Utara pada Juli 2009 sudah menjadi 25 Kabupaten dan 8 Kota.
Adapun kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut : a. Wilayah Kabupaten: Nias, Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Tapanuli
Tengah, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Labuhan batu, Asahan, Simalungun,
Dairi, Karo, Deli Serdang, Langkat, Nias Selatan, Humbang
Hasundutan,Pakpak Bharat, Samosir, Serdang Bedagai, Batu Bara, Padang
Lawas Utara, Padang Lawas, Labuhanbatu Selatan, Labuhanbatu Utara, Nias
Utara, Nias Barat. b. Wilayah Kota : Sibolga, Tanjungbalai, Pematang Siantar, Tebing Tinggi,
Medan, Binjai, Padangsidempuan, Gunungsitoli.
47
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.1.2. Lokasi dan Keadaan Geografis
Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 10 - 40 Lintang Utara dan 980 -1000 Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Aceh, sebelah Timur dengan Negara Malaysia di Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Luas daratan Provinsi.
Sumatera Utara adalah 71.680,68 km2, sebagian besar berada di daratan Pulau
Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-pulau Batu, serta beberapa pulau kecil, baik di bagian barat maupun bagian timur pantai Pulau
Sumatera. Berdasarkan luas daerah menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah Kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.620,70 km2 atau sekitar 9,24 persen dari total luas Sumatera Utara, diikuti Kabupaten
Langkat dengan luas 6.263,29 km2 atau 8,74 persen, kemudian Kabupaten
Simalungun dengan luas 4.386,60 km2 atau sekitar 6,09 persen. Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kota Sibolga dengan luas 10,77 km2 atau sekitar 0,02 persen dari total luas wilayah Sumatera Utara. Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam 3 kelompok wilayah/kawasan yaitu
Pantai Barat, Dataran Tinggi, dan Pantai Timur. Kawasan Pantai Barat meliputi
Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten
Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas,
Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Nias
Selatan, Kota Padang Sidempuan, Kota Sibolga dan Kota Gunung Sitoli. Kawasan dataran tinggi meliputi Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir,
48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo, Kabupaten Humbang
Hasundutan, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Samosir, dan Kota Pematang
Siantar. Kawasan Pantai Timur meliputi Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten
Labuhan Batu Utara, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Kabupaten Asahan,
Kabupaten Batubara, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat, Kabupaten
Serdang Bedagai, Kota Tanjung Balai, Kota Tebing Tinggi, Kota Medan, dan
Kota Binjai. Lebih jelasnya digambarkan pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1. Pembagian Wilayah Provinsi Sumatera Utara.
Wilayah pegunungan/ Wilayah Pantai Barat Wilayah Pantai Timur Dataran tinggi
Nias Langkat Tapanuli utara Gunung Sitoli Deli Serdang Toba Samosir Tapanuli Selatan Serdang Bedagai Simalungun Padang Sidempuan Asahan Dairi Padang Lawas Utara Batu Bara Karo Padang Lawas Kota Labuhan Batu Humbang Hasundutan Mandailing Natal Labuhan Batu Utara Pakpak Bharat kota Tapanuli Tengah Labuhan Batu Selatan Samosir Nias Selatan Binjai Pematang Siantar Nias Utara Medan Nias Barat Tebing Tinggi Sibolga Tanjung Balai Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara
4.1.3. Iklim
Karena terletak dekat garis khatulistiwa, Provinsi Sumatera Utara tergolong dalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan Provinsi Sumatera
Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter di atas permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 34,20C, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai 20,00 C.
49
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sebagaimana provinsi lainnya di Indonesia, Provinsi Sumatera Utara mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai dengan September dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan November sampai dengan bulan Maret, diantara kedua musim itu diselingi oleh musim pancaroba.
4.1.4. Pertumbuhan Penduduk
Sumatera Utara merupakan Provinsi keempat yang terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa
Tengah.(BPS Propinsi Sumatera Utara).
Tabel 4.2. Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara 2003 – 2013.
KABUPATEN / JUMLAH PENDUDUK (JIWA) KOTA NO WILAYAH 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 PANTAI TIMUR
1 Langkat 936.925 940.601 955.348 970.433 1.013.849 1.027.414 1.042.523 1.057.768 967.535 976.582 976.885
2 Deli Serdang 2.041.121 2.054.707 1.523.881 1.569.638 1.634.115 1.686.366 1.738.431 1.788.351 1.790.431 1.807.173 1.845.615
3 Serdang Bedagai 583.071 588.176 605.630 618.656 630.728 642.983 594.383 599.941 604.026
4 Asahan 987.244 990.230 1.009.856 1.024.369 1.038.554 676.605 688.529 700.606 668.272 674.521 677.876
5 Batu Bara 373.836 382.474 389.510 375.885 379.400 381.023
6 Labuhan Batu 905.258 910.502 933.866 951.773 987.157 1.007.185 1.027.964 417.584 415.110 418.992 424.644
7 Labuhan Batu Utara 351.620 330.701 333.793 335.459 Labuhan Batu 8 280.562 277.673 280.269 284.809 Selatan 9 Binjai 224.244 225.535 232.236 237.904 244.256 248.256 252.652 252.652 246.154 248.456 250.252
10 Medan 1.972.248 1.979.340 2.010.676 2.036.185 2.067.288 2.083.156 2.102.105 2.102.105 2.097.610 2.117.224 2.122.804
11 Tebing Tinggi 132.306 132.760 134.382 135.671 137.959 139.409 141.059 141.059 145.248 146.606 147.771
12 Tanjung Balai 143.836 144.979 149.238 152.814 156.475 159.932 163.679 163.679 154.445 155.889 157.175
JUMLAH 7.343.182 7.378.654 7.532.554 7.666.963 7.885.283 8.020.815 8.170.144 8.288.479 8.063.447 8.138.846 8.208.339 Sumber : BPS Sumatera Utara 2003-2014
Laju pertumbuhan penduduk dari 12 kabupaten/kota yang termasuk wilayah
Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2003 sampai dengan 2013 akan dijelaskan pada grafik berikut ini.
50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK 8.400.000
8.200.000
8.000.000
7.800.000
7.600.000
7.400.000
7.200.000 JUMLAH PENDUDUK JUMLAH 7.000.000
6.800.000 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
TAHUN
Gambar 4.1. Laju Pertumbuhan Penduduk 2003-2013
Berdasarkan tabel dan grafik diatas, terlihat bahwa pertumbuhan penduduk
Wilayah Pantai Timur dari tahun ke tahun secara garis besar meningkat, artinya jumlah angka kelahiran lebih banyak dari pada angka kematian sehingga memyebabkan laju pertumbuhan penduduk meningkat, walaupun pada tahun 2011 sedikit menurun jumlah seluruh penduduk Wilayah Pantai Timur Provinsi
Sumatera Utara. Sedangkan jumlah penduduk pada tahun 2013 masing-masing
Kabupaten/Kota adalah dapat diuraikan sebagai berikut. Pada tabel berikut terlihat bahwa jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara sebesar 13.326.307 jiwa dengan luas Wilayah Provinsi Sumatera Utara yakni 71.680,69 dan tingkat kepadatan penduduknya adalah sebesar 186 jiwa/km.
51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara tahun 2013.
Jumlah Kepadatan Kabupaten/Kota Luas Wilayah Penduduk Penduduk Nias 980,32 133388 136 Mandailing Natal 6.620,70 413475 52 Tapanuli Selatan 4.352,86 268824 62 Tapanuli Tengah 2.158,00 324006 150 Nias Selatan 1.625,91 295968 182 Padang Lawas Utara 3.918,05 232746 59 Padang Lawas 3.892,74 237259 61 Nias Utara 1.501,63 129053 86 Nias Barat 544,09 82854 152 Sibolga 10,77 85981 7983 Padang Sidempuan 114,65 204615 1785 Gunung Sitoli 469,36 129403 276 Wilayah Pantai Barat 26.189,08 2537572 97 Persentase 36,54 19,04 Labuhan Batu 2.561,38 430718 168 Asahan 3.675,79 681794 185 Deli Serdang 2.486,14 1886388 759 Langkat 6.263,29 978734 156 Serdang Bedagai 1.913,33 605583 317 Batu Bara 904,96 382960 423 Labuhanbatu Selatan 3.116,00 289655 93 Labuhanbatu Utara 3.545,80 337404 95 Tanjung Balai 61,52 158599 2578 Tebing Tinggi 38,44 149065 3878 Medan 265,10 2123210 8009 Binjai 90,24 252263 2795 Wilayah Pantai Timur 24.921,99 8276373 332 Persentase 34,77 62,11 Tapanuli Utara 3.764,65 286118 76 Toba Samosir 2.352,35 175069 74 Simalungun 4.368,60 833251 191 Dairi 1.927,80 276238 143 Karo 2.127,25 363755 171 Humbang Hasundutan 2.297,20 176429 77 Pakpak Bharat 1.218,30 42144 35 Samosir 2.433,50 121924 50 Pematang Siantar 79,97 237434 2969 Wilayah Dataran Tinggi 20.569,62 2512362 122 Persentase 28,70 18,85 Sumatera Utara 71680,69 13326307 186 Sumber : Sumatera Dalam Angka,(2014).
Jumlah penduduk wilayah Pantai Timur Sumatera Utara menunjukkan kecenderungan masyarakat Sumatera utara lebih banyak yang lebih tertarik tinggal di Wilayah Pantai Timur yaitu sebanyak 8.276.373 jiwa atau sama dengan 52
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
62,11%,dari seluruh penduduk Sumatera Utara. Ketertarikan masyarakat tersebut diasumsi karena adanya anggapan wilayah Pantai Timur lebih maju dari wilayah lainnya di Sumatera Utara walaupun luas wilayah Pantai Timur sedikit lebih kecil dari wilayah Pantai Barat yaitu 24.921,99 km atau sama dengan 34,77% dari seluruh wilayah Sumatera Utara. Hal ini dapat digambarkan pada peta berikut.
Gambar 4.2. Peta jumlah penduduk dan persentase jumlah penduduk masing- masing Kabupaten/Kota Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara. 53
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.2. Analisis dan Pembahasan
4.2.1. Analisis Disparitas dengan Metode Indeks Williamson
Untuk mengukur kesenjangan antar wilayah digunakan ukuran Indeks
Williamson. Pengukuran didasarkan pada variasi hasil-hasil pembangunan ekonomi antar wilayah yang berupa laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita. Kriteria pengukuran adalah semakin besar nilai indeks yang menunjukkan variasi produksi antar wilayah semakin besar pula tingkat perbedaan ekonomi dari masing-masing wilayah dengan rata-ratanya, sebaliknya semakin kecil nilai ini menunjukkan kemerataan antar wilayah yang baik (Rustiadi,
Saefulhakim dan Panuju).
Tabel 4.4. Hasil perhitungan Indeks Williamson antar Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara 2003 – 2013.
KABUPATEN / Indeks Wiliamson (IW) KOTA NO WILAYAH PANTAI 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 TIMUR 1 Langkat 0,0432 0,0561 0,0615 0,0765 0,0811 0,0840 0,0838 0,0630 0,0647 0,0644 0,0635
2 Deli Serdang 0,0273 0,0127 0,0078 0,0176 0,0297 0,0377 0,0420 0,0519 0,0607 0,0668 0,0455
3 Serdang Bedagai 0,0533 0,0538 0,0546 0,0575 0,0588 0,0580 0,0431 0,0430 0,0413 0,0391
4 Asahan 0,1381 0,1341 0,1480 0,1430 0,0326 0,0362 0,0377 0,0330 0,0361 0,0367 0,0364
5 Batu Bara 0,2657 0,2544 0,2501 0,2503 0,2425 0,2346 0,2236
6 Labuhan Batu 0,1103 0,0986 0,0116 0,0047 0,0022 0,0012 0,0265 0,0312 0,0354 0,0369 0,0384
7 Labuhan Batu Utara 0,0023 0,0101 0,0089 0,0097 0,0109
8 Labuhan Batu Selatan 0,0251 0,0224 0,0180 0,0162 0,0144
9 Binjai 0,0177 0,0143 0,0171 0,0185 0,0205 0,0223 0,0211 0,0173 0,0185 0,0184 0,0181
10 Medan 0,3519 0,3665 0,3817 0,4016 0,4139 0,4227 0,4390 0,4460 0,4559 0,4712 0,4569
11 Tebing Tinggi 0,0127 0,0122 0,0125 0,0124 0,0128 0,0127 0,0111 0,0160 0,0166 0,0162 0,0152
12 Tanjung Balai 0,0106 0,0097 0,0067 0,0032 0,0016 0,0058 0,0079 0,0010 0,0186 0,0106 0,0079
JUMLAH 0,7118 0,7574 0,7006 0,7321 0,9177 0,9358 1,0046 0,9854 1,0190 1,0229 0,9698 Sumber : hasil analisis
Dari tabel di atas terlihat bahwa kesenjangan regional secara umum masing- masing kabupaten/kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara
54
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengalami perubahan nilai Indeks Williamson yang fluktuatif. Lebih jelasnya dapat digambarkan pada diagram berikut.
Diagram Indeks Williamson antar Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara 2003 – 2013 2003 0,4000 2004 0,3500 2005 0,3000 2006 0,2500 2007 2008 0,2000 2009 0,1500 2010 0,1000
Williamson Indeks 2011 0,0500 2012
0,0000 2013
Gambar 4.3. Nilai Indeks Williamson antar Kabupaten / Kota di wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara tahun 2003-2013
Terlihat jelas bahwa terdapat 6(enam) kabupaten/kota jika dilihat selama 10 tahun masa penelitian(2003-2013), nilai Indeks Williamsonnya mengalami kecenderungan menurun yaitu Serdang Bedagai 0,0533 pada tahun 2004 menurun menjadi 0,0364 pada tahun 2013, Khusus daerah Kabupaten Serdang Bedagai hanya bisa dilihat 9 tahun terakhir karena berdirinya kabupaten tersebut pada tahun 2004. Kabupaten Asahan, pada tahun 2003 sebesar 0,1381 menurun menjadi 0,0364 pada tahun 2013. Kabupaten Labuhan Batu, pada tahun 2003 sebesar 0,1103 turun menjadi 0,0384 pada tahun 2013. Kabupaten Batubara, pada
55
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tahun 2007 dimulai saat berdirinya kabupaten tersebut sebesar 0,2657 dan turun menjadi 0,2236 pada tahun 2013. Kabupaten Labuhan Batu Selatan, pada tahun
2009 ketika kabupaten tersebut berdiri, Indeks Williamsonnya menurun dari
0,0251 menuju angka 0,0144 pada 2013. Berikutnya Kota Tajung Balai, pada tahun 2003 sebesar 0,0106 turun menjadi 0,0079 pada tahun 2013.
Penurunan nilai Indeks Williamson masing-masing keenam kabupaten/kota yang termasuk anggota Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara ini menunjukkan bahwa dari tahun 2003-2013 tingkat diparitas pembangunan ekonominya semakin tahun semakin mengecil artinya bahwa pemerataan pandapatan regional dan pembangunan ekonomi di enam wilayah tersebut
(Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Asahan, Kabupaten Batu Bara,
Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Kota Tanjung Balai) semakin membaik.
Sementara kabupaten/kota yang mengalami kenaikan nilai Indeks
Willimson terdapat juga 6(enam) kabupaten/kota yaitu langkat sebesar 0,0432 pada tahun 2003 menjadi 0,0635 pada tahun 2013. Kabupaten Deli Serdang sebesar 0,0273 pada tahun 2003 menjadi 0,0455 pada tahun 2014, Kabupaten
Labuhan Batu Utara sebesar 0,0023 pada tahun 2009 menjadi 0,0109 pada tahun
2013, Kota Binjai sebesar 0,0177 menjadi 0,0181 pada tahun 2013, Kota Medan sebesar 0,3519 pada tahun 2003 menjadi 0,4569 pada tahun 2013. Kota Tebing
Tinggi sebesar 0,0127 pada tahun 2003 menjadi 0,0152 pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa kesenjangan di sebagaian Wilayah Pantai Timur Provinsi
56
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sumatera Utara meningkat dan sebahagian Wilayah Pantai Timur Provinsi
Sumatera Utara justru kesenjangannya menurun.
Dari hasil penelitian tersebut perlu dilihat beberapa faktor penyebab perbedaan kesenjangan wilayah antar Kabupaten/ Kota di Wilayah Pantai Timur
Sumatera Utara, selain dari pada Kondisi Laju pertumbuhan Ekonomi dan PDRB perkapita yang tertera pada bab I, adalah sebagai berikut:
1. Sarana/prasarana pendidikan
Tabel 4.5. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Sekolah Dirinci Menurut Kabupaten/Kota, 2011-2013
Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Murid Sekolah Dasar (SD/MI) (SMP/MTs) (SMA/MA) NO Kabupaten/Kota Sekolah Guru Murid Sekolah Guru Murid Sekolah Guru Murid
(unit) (orang) (orang) (unit) (orang) (orang) (unit) (orang) (orang)
1 Labuhanbatu 278 3 856 56 741 61 1 327 14 694 28 687 10 880
2 Asahan 428 5 481 71 915 99 2 373 23 332 35 634 9 155
3 Deli Serdang 800 12 635 173 089 251 6 646 61 656 125 1 911 23 705
4 Langkat 618 8 406 109 547 154 3 468 32 333 24 264 1 312
5 Serdang Bedagai 450 5 273 66 398 85 2 102 19 676 37 577 7 918
6 Batu Bara 240 3 198 47 264 51 1 488 14 097 21 355 6 474 Labuhanbatu 7 185 2 227 38 351 44 813 9 017 13 126 3 198 Selatan Labuhanbatu 8 286 3 383 45 256 46 986 10 517 15 186 3 292 Utara 9 Tanjungbalai 73 1 311 19 501 18 691 8 281 11 238 3 915
10 Tebing Tinggi 93 1 580 22 413 24 871 11 520 15 423 6 019
11 Medan 824 14 402 201 169 360 9 971 94 627 201 4 895 60 488
12 Binjai 155 2 323 25 484 44 1 482 12 799 26 587 7 735
Sumatera Utara 9 432 122 128 1 518 184 2 357 57 563 552 761 868 17 509 233 916 Sumber: Sumut dalam angka
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa masing-masing kabupaten/kota memiliki perbedaan jumlah fasilitas dan jumlah murid dan guru yang mengindikasi terjadinya disparitas.
57
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Sarana Prasarana Kesehatan
Tabel 4.6. Banyaknya Pusat Kesehatan Masyarakat dan Sejenisnya Menurut Kabupaten/Kota (unit), 2010 - 2013
Puskesmas Pos Pos No Kabupaten/Kota Pustu BPU Jumlah Public kesdes yandu 1 Labuhanbatu 13 45 196 85 529 868 2 A s a h a n 22 117 176 68 958 1341 3 Deli Serdang 34 106 569 178 1 442 2329 4 L a n g k a t 30 167 243 241 1 308 1989 5 Serdang Bedagai 20 76 410 225 863 1594 6 Batu Bara 14 60 135 34 496 739 7 Labuhanbatu Selatan 17 34 38 75 456 620 8 Labuhanbatu Utara 17 56 25 110 520 728 9 Tanjungbalai 8 13 56 18 119 214 10 Tebing Tinggi 9 14 62 35 128 248 11 M e d a n 39 41 1493 151 1396 3120
12 B i n j a i 8 18 30 16 244 316 Sumatera Utara 570 1910 4718 3300 15594 26092 Sumber : Sumut Dalam Angka 2014
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa kabupaten/kota yang memiliki sarana/prasarana paling banyak adalah terdapat di Kota Medan dengan Jumlah
3120 buah sarana / prasarana kesehatan, menyusul Deli Serdang 2329 buah,
Langkat 1989 buah, Serdang Bedagai 1594 buah, Asahan 1341 buah, Labuhan
Batu 868 buah, Labuhan Batu Utara 728 buah ,Batu Bara 739 buah, Labuhan Batu
Selatan 620 buah,Binjai 316 buah, Tebing Tinggi 248 buah. Kemudian yang paling sedikit memiki sarana/prasarana kesehatan adalah Kota Tanjung Balai sebanyak 214 buah.
58
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Sarana Pemerintahan Umum Tabel 4.7. Banyaknya Kecamatan dan Desa/Kelurahan Menurut Kabupaten/ Kota, 2013
Banyaknya Banyaknya Banyaknya NO Kabupaten/Kota Jumlah Kecamatan Desa Kelurahan 1 Labuhanbatu 9 75 23 98 2 A s a h a n 25 177 27 204 3 Deli Serdang 22 385 9 394 4 L a n g k a t 23 240 37 277 5 Serdang Bedagai 17 237 6 243 6 Batu Bara 7 141 10 151 7 Labuhanbatu Selatan 5 52 2 54 8 Labuhanbatu Utara 8 82 8 90 9 Tanjungbalai 6 - 31 31 10 Tebing Tinggi 5 - 35 35 11 M e d a n 21 - 151 151 12 B i n j a i 5 - 37 37 Sumatera Utara 440 5 323 685 6 008 Sumber : Sumut Dalam Angka 2014
Dari tabel diatas terlihan bahwa kabupaten/kota yang memiliki sarana pemerintahan umum paling banyak adalah Deli Serdang dengan jumlah banyaknya kecamatan kelurahan dan desa sebesar 394 unit. Dan yang paling sedikit adalah Tanjung Balai sebanyak 31 unit pemerintahan. Kondisi ini juga dapat melihat bahwa adanya kesenjangan antar kabupaten/kota di Wilayah Pantai
Timur Provinsi Sumatera Utara.
4. Perbedaan kondisi Demografis
Faktor lain yang mendorong terjadinya kesenjangan pembangunan antar wilayah demografis yang cukup besar antar daerah. Kondisi demografis tersebut adalah bilamana terdapat perbedaan tingkat pertumbuhan dan struktur kependudukn, perbedaan tingkat-tingkat penddidikan dan kesehatan, perbedaan kondisi ketenagakerjaan dan perbedaan tingkah laku dan kebiasaan serta etos 59
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kerja yang dimiliki masyarakat daerah bersangkutan. Kondisi demografis ini akan dapat mempengaruhi kesenjangan pembangunan ekonomi. Daerah dengan kondisi demografis yang baik akan cenderung mempunyai produktivitas kerja yang lebih tinggi sehingga akan mendorong peningkatan investasi. Sebaliknya bila kondisi demografis suatu wilayah buruk, maka akan menyebabkan relatif rendahnya produktivitas kerja masyarakat yang rendah sehingga pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut akan lebih rendah, (Sjafrizal, 2008). Berikut jumlah penduduk dibagian Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara berdasarkan luas wilayahnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8. Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara.
Kepadatan Kabupaten / Kota Luas Wilayah Jumlah Penduduk Penduduk (1) (2) (3) (4) Labuhan Batu 2.561,38 430718 168 Asahan 3.675,79 681794 185 Deli Serdang 2.486,14 1886388 759 Langkat 6.263,29 978734 156 Serdang Bedagai 1.913,33 605583 317 Batu Bara 904,96 382960 423 Labuhanbatu Selatan 3.116,00 289655 93 Labuhanbatu Utara 3.545,80 337404 95 Tanjung Balai 61,52 158599 2578 Tebing Tinggi 38,44 149065 3878 Medan 265,10 2123210 8009 Binjai 90,24 252263 2795 Wilayah Pantai Timur 24.921,99 8276373 332 sumber : Sumatera Utara Dalam Angka (2014)
Dari total Jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara sebanyak 13.326.307 jiwa, Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara memiliki lebih dari setengah total jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara sebanyak 8.276.373 jiwa, padahal 60
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
luas wilayah seluruhnya Provinsi Sumtera Utara 76.680,69km2 dan total luas
Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara sebesar 24.921,99km atau hanya kurang lebih sepertiga dari luas wilayah keseluruhan Provinsi Sumatera Utara dengan tingkat kepadatan penduduk Wilayah Pantai Timur sebesar 332jiwa/km.
Hal ini menunjukkkan bahwa Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara penduduknya lebih padat dari pada Wilayah Pantai Barat yang jumlah penduduknya sebanyak 2.537.572 jiwa dengan luas wilayah 26.189,08km, maka tingkat kepadatannya 97jiwa/km. Wilayah Dataran Tinggi yang jumlah penduduknya sebanyak 2.512.362 jiwa dengan luas wilayah 29.569,62km, tingkat kepadatannya 122jiwa/km. Hal ini ditunjukkan pada tabel 4.3. sebelumnya diatas yang menunjukkan jumlah penduduk seluruh Provinsi Sumatera Utara.
5. Indeks Pembangunan Manusia
Tabel 4.9. Indeks Pembangungan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia No Kabupaten Kota 2010 2011 2012 2013 1 Labuhan Batu 74.03 74.65 75.29 75.71 2 Asahan 72.54 73.25 73.80 74.23 3 Deli Serdang 75.28 75.78 76.17 76.82 4 Langkat 73.18 73.62 73.98 74.38 5 Serdang Bedagai 73.25 73.64 74.07 74.41 6 Batu Bara 71.62 72.08 72.71 73.26 7 Labuhanbatu Selatan 73.84 74.38 74.90 75.45 8 Labuanbatu Utara 73.45 74.14 74.92 75.70 9 Tanjungbalai 74.14 74.72 75.06 75.44 10 Tebing Tinggi 76.49 76.91 77.34 77.96 11 Medan 77.36 77.81 78.25 78.62 12 Binjai 76.41 76.88 77.36 77.79 Sumatera Utara 74.19 74.65 75.13 75.55 Sumber : RPJMD
61
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan tabel diatas kondisi indeks pembangunan manusia masyarakat wilayah pantai Timur Provinsi sumatera Utara tidak jauh berbeda satu sama lain namu yang tertinggi adalah Medan dengan IPM sebesar 78,62 dan yang terendah
Batubara dengan IPM sebesar 73,26.
6. Jarak Kabupaten/Kota ke ibukota Provinsi
Untuk melihat jarak masing-masing ibukota kabupaten/kota yang ada di
Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara sebagaimana diuraikan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.10. Jarak Kota ke ibukota Provinsi Sumatera Utara (km) 2013
Lubuk Tebing Rantau Tanjung Sei Lima Aek Kota Kota Medan Kisaran Stabat Pakam Tinggi Prapat balai Rampah Puluh Kanopan Pinang
Medan X 27 81 282 180 208 43 63 121 219 342
Lubuk Pakam 29 X 52 259 151 180 72 34 92 190 313
Tebing Tinggi 81 52 X 207 79 107 124 18 40 138 261
Rantau Prapat 288 259 207 X 128 156 331 225 167 69 54
Kisaran 180 151 79 128 X 28 223 117 98 59 182
Tanjungbalai 208 180 107 156 28 X 251 145 126 87 210
Stabat 43 72 124 271 223 251 X 186 164 341 382
Sei Rampah 63 34 18 225 117 145 186 X 58 156 279
Lima Puluh 121 92 40 167 98 126 164 58 X 157 221
Aek Kanopan 219 190 138 69 59 87 341 156 157 X 123
Kota Pinang 342 313 261 54 182 210 382 279 221 123 X Sumber: Badan Pusat Statistik
Kota Medan menjadi ibukota Provinsi Sumtaera Utara, pada umumnya ibukota adalah sumber produksi perekonomian sebuah wilayah. Dari tabel diatas bahwa Kota Pinang sebagai ibukota labuhan Batu Selatan memiliki jarak terjauh 62
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dari ibukota dan Lubuk Pakam sebagai ibukota Deli Serdang sebagai kota yang terdekat dengan ibukota Provinsi Sumatera Utara.
Menurut Sjafrizal (2008), kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa dapat pula mendorong terjadinya peningkatan kesenjangan pembanguan antar wilayah.
Mobilitas barang dan jasa ini meliputi kegiatan perdagangan antar daerah dan migrasi baik yang disponsori pemerintah (transmigrasi) atau migrasi spontan. Jika mobilitas arus barang dan jasa lancar maka tidak aka nada hambatan distribusi barang/jasa tersebut ke daerah manapun. Sebaliknya jika daerah yang jauh dari ibukota kurang mendapatkan kondisi yang baik dalam arus distribusi barang dan jasa maka ketersediaan fasilitas yang baik akan berkurang ke wilayah tersebut.
Hal ini juga harus didukung dengan kondisi jalan yang baik menuju lokasi
(wilayah-wilayah yang dituju).
4.2.2. Analisis Tipologi Klassen
Analisis Tipologi Klassen pendekatan regional digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah.
Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan PDRB perkapita daerah. Melalui analisis ini diperoleh empat karakteristik pola dan struktur pertumbuhan ekonomi yang berbeda, yaitu; daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income) berada pada kuadran 1, daerah maju tapi tertekan (high income but low growth) berada pada kuadran II, daerah berkembang cepat (high growth but low income) berada pada kuadran III, dan daerah relatif tertinggal, pada kuadran IV.
63
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hasil perhitungan dan Analisis Tipologi Klassen masing-masing Kabupaten di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.11. Hasil Analisis Tipologi Klassen Menurut Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara tahun 2003-2013. Rata - rata Laju Rata - rata KABUPATEN / Kualifikasi NO Pertumbuhan PDRB KOTA Kuadran Ekonomi Perkapita 1 Langkat 4,45 6.721.753 IV
2 Deli Serdang 6,14 7.637.482 II
3 Serdang Bedagai 6,06 6.967.643 II
4 Asahan 5,03 8.591.381 III
5 Batu Bara 4,32 19.361.991 III
6 Labuhan Batu 5,22 8.068.477 IV
7 Labuhan Batu Utara 5,97 9.927.720 III
8 Labuhan Batu Selatan 5,81 10.496.757 III
9 Binjai 6,49 7.438.751 II
10 Medan 6,89 15.244.586 I
11 Tebing Tinggi 5,84 7.453.975 IV
12 Tanjung Balai 4,76 8.158.720 IV Provinsi Sumatera 5,98 8.321.372 Utara Sumber : diolah
Kondisi letak Kuadran masing-masing Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai
Timur Sumatera Utara berdasarkan perhitungan hasil Analisis Tipologi Klassen
2003-2013 dapat digambarkan dengan matriks berikut ini. Kondisi ini disebut kondisi statis. Berikut disajikan matriks perhitungan Analisis Tipologi Klassen wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara 2003-2013.
64
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 4.4. Matriks Tipologi Klassen Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara 2003-2013.
Dari tabel dan matriks di atas terdapat satu wilayah berada dikuadran satu, empat wilayah berada di kuadran dua, tiga wilayah berada di kaudran tiga dan empat wilayah berada dikuadran empat dengan uraian bahwa Kota Medan yang menjadi satu-satunya Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara yang termasuk daerah cepat maju dan cepat tumbuh. Kota Medan tersebut memiliki
PDRB perkapita dan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi sepanjang periode penelitian yaitu 2003-2013 dibandingkan dengan rata-rata di Provinsi Sumatera
Utara. Hal ini mendorong pemerintah Provinsi untuk dapat memacu Kota Medan agar dapat mempertahankan atau justru mengembangkan potensi Kota Medan dalam rangka terus menaikkan pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi sehingga diharapkan Kota Medan mampu menjadi daerah yang bisa berkontribusi
65
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kepada daerah-daerah yang masih tertinggal yang dalam hal ini daerah yang pendapatan perkapitanya dan pertumbuhan ekonominya masih rendah.
Daerah maju tapi tertekan (kuadran II) terdapat pada Kabupaten Deli
Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai dan Kota Binjai. Beberapa wilayah
(kabupaten/kota) ini memiliki rata-rata PDRB perkapita lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata PDRB perkapita Provinsi Sumatera Utara, tetapi untuk laju pertumbuhan ekonomi daerah-daerah tersebut memiliki laju pertumbuhan lebih tinggi dari pada laju pertumbuhan Provinsi Sumatera Utara.
Hal ini berarti secara keseluruhan pembangunan ekonomi baik tetapi tidak merata pada masing perekonomian masyarakat di wilayah tersebut maka untuk menghindari hal tersebut sebaiknya adanya peningkatan lapangan pekerjaan di wilayah yang masyarakat daerah terpencil bisa tumbuh dengan adanya sarana prasarana yang membaik.
Wilayah atau daerah sedang tumbuh (III) berada pada beberapa daerah
Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara yaitu:
Kabupaten Asahan, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Labuhan Batu Utara, dan
Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Wilayah-wilayah tersebut memiliki rata-rata
PDRB perkapita lebih tinggi dibandingkan rata-rata di Provinsi Sumatera Utara, namun memiliki laju pertumbuhan ekonomi lebih rendah dibandingkan rata-rata di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini perlu pengembangan potensi wilayah yang ada pada daerah tersebut agar perekonomian atau laju pertumbuhan ekonominya bisa meningkat.
66
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Wilayah pada Kuadran ke IV adalah wilayah atau daerah relatif tertinggal, hal ini menunjukkan bahwa wilayah yang termasuk di dalam kuadran ke empat ini memang perlu perhatian lebih dari Provinsi Sumatera Utara serta sumbangan kontribusi dari pemerintah pusat maupun daerah atau justru dari wilayah yang lebih maju serta lebih baik pendapatan perkapitanya maupun laju pertumbuhan ekonominya dari pada wilayah ini. Anggota Wilayah Pantai Timur Provinsi
Sumatera Utara yang mempunyai laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita lebih rendah dari pada rata-rata Provinsi Sumatera Utara adalah Kabupaten
Langkat, Kabupaten Labuhan Batu, Kota Tebing Tinggi dan Kota Tanjung Balai.
Gambar 4.5.Peta Tipologi Klassen Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara 67
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Menurut Sirojuzilam (2015), analisis dari Klassen dapat dibedakan menjadi
2 (dua) bagian yaitu: analisis yang bersifat statis dan analisis yang bersifat dinamis. Dengan kata lain analisis statis hanya melihat klasifikasi daerah berdasarkan pada periode atau tahun tertentu, sedangkan analisis dinamis lebih melihat perkembangan daerah dengan mengamatinya dari 2 (dua) momentum yaitu momemtum awal dan momentum akhir. Dengan mengetahui kedua momentum tersebut, kemudian dapatlah dilihat arah perkembangan dari masing- masing daerah sekaligus melihat posisi awal dan posisi akhir dari daerah-daerah.
Berikut perkembangan daerah wilayah Pantai Timur dilihat dari 2 momemtum awal (2003-2008) dan akhir (2009-2013), dimana sebelummnya kita sudah mengetahui kondisi wilayah pada tahun 2003-2013 berdasarkan Tipologi Klassen.
Tabel 4.12. Hasil Analisis Tipologi Klassen Menurut Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara tahun 2003-2009
KABUPATEN / Rata - rata Kualif KOTA Laju Rata - rata Perbandi Perbandi ikasi NO WILAYAH Pertumbu PDRB ngan yi ngan ri Kuadr PANTAI han Perkapita dengan y dengan r an TIMUR Ekonomi 1 Langkat 3,62 5.998.960 yi < y ri < r IV 2 Deli Serdang 5,25 7.065.540 yi < y ri < r IV 3 Serdang Bedagai 6,08 6.080.245 yi < y ri > r II 4 Asahan 4,80 8.594.193 yi > y ri < r III 5 Batu Bara 4,25 17.730.832 yi > y ri < r III 6 Labuhan Batu 4,92 7.956.024 yi > y ri < r III Labuhan Batu 7 5,29 8.512.964 yi > y ri < r III Utara Labuhan Batu 8 4,94 9.570.414 yi > y ri < r III Selatan 9 Binjai 6,52 6.668.473 yi < y ri > r II 10 Medan 7,00 13.315.866 yi > y ri > r I 11 Tebing Tinggi 5,41 6.779.838 yi < y ri < r IV 12 Tanjung Balai 4,74 7.559.134 yi > y ri < r III Provinsi 5,80 7.476.148 Sumatera Utara Sumber : diolah
68
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kondisi letak kuadran masing-masing Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai
Timur Sumatera Utara berdasarkan Analisis Tipologi Klassen 2003-2009 (pada momentum awal) dapat digambarkan dengan matriks berikut ini.
Gambar 4.6. Matriks Tipologi Klassen Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara 2003-2009
Berdasarkan tabel dan matriks diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa wilayah kabupaten/kota yang jika dilihat pada momentum awal ini kondisi wilayahnya tidak sama dengan jika dilihat secara keseluruhan pada periode tahun tertentu yang ditentukan dalam hal ini tahun 2003-2013, diantaranya yaitu Deli Serdang pada tahun periode 2003-2013 berada pada posisi kuadran ke II( wilayah maju tertekan) sedangkan pada waktu momentum awal ia berada pada posisi kuadran ke IV. Kabupaten Labuhan Batu dan Kota Tanjung
69
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Balai, sebelum pemekaran, posisi wilayah berada pada kuadran ke III, namun pada keseluruhan posisi berada pada kuadran ke IV(wilayah tertinggal). Untuk wilayah lain seperti Langkat, Serdang Bedagai, Asahan, Batu Bara, Tebing
Tinggi, Medan,dan Binjai, posisi kuadran tetap sama pada kondisi apapun.
Tabel 4.13. Hasil Analisis Tipologi Klassen Menurut Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara tahun 2008-2013
Rata - KABUPATE Perban Perban rata Rata - N / KOTA dingan dingan Kualifika Laju rata NO WILAYAH yi ri si Pertumb PDRB PANTAI dengan dengan Kuadran uhan Perkapita TIMUR y r Ekonomi 1 Langkat 5,62 7.436.422 yi < y ri < r IV 2 Deli Serdang 7,04 8.281.294 yi < y ri > r II Serdang 3 6,02 7.713.389 yi < y ri < r IV Bedagai 4 Asahan 5,24 8.133.145 yi < y ri < r IV 5 Batu Bara 4,37 19.697.965 yi > y ri < r III 6 Labuhan Batu 5,62 8.100.236 yi < y ri < r IV Labuhan Batu 7 5,98 9.927.720 yi > y ri < r III Utara Labuhan Batu 8 5,81 10.496.757 yi > y ri < r III Selatan 9 Binjai 6,17 8.276.352 yi < y ri > r II 10 Medan 6,71 17.527.626 yi > y ri > r I 11 Tebing Tinggi 6,39 8.265.321 yi < y ri > r II 12 Tanjung Balai 4,54 8.764.526 yi < y ri < r IV Provinsi Sumatera 6,11 9.293.875 Utara Sumber : diolah
Kondisi letak kuadran masing-masing Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai
Timur Sumatera Utara berdasarkan Analisis Tipologi Klassen 2008-2013 (pada momentum akhir) dapat digambarkan dengan matriks berikut ini.
70
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 4.7. matriks Tipologi Klassen Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara 2008 – 2013
Pada momentum akhir tahun 2009-2013 juga terjadi banyak perubahan posisi pada wilayah-wilayah tertentu. Langkat, ketika dilihat melalui analisis statis dengan Klassen, posisi wilayah berada pada kuadran ke IV (wiilayah tertinggal).
Begitu juga jika dilihat melalui analisis dinamis, pada momentum awal dan akhir kondisi wilayah tetap berada pada kuadran ke IV (wilayah tertinggal). Sama halnya dengan batu bara dilihat melalui analisis apapun tetap berada pada kuadran ke III (wilayah sedang berkembang). Begitu juga Binjai, tetap berada pada kuadran ke II (wilayah maju tetapi tertekan) dan Medan yang tetap berada pada kuadran I (wilayah cepat maju dan cepat tumbuh). Berbeda dengan wilayah lain yang berubah perkembangan wilayahnya dilihat dari analisis statis maupun dinamis, contohnya Deli Serdang pada momentum awal 2009-2013 berada pada kuadran ke IV, pada momentum akhir berada di kuadran ke II dan pada periode 71
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kseluruhan berada pada kuadran ke II, artinya ada peningkatan mutu kualitas wilayah. Sedangkan Serdang Bedagai justru mengalami penurunan kualitas wilayah karena di awal berada pada kuadran ke II, namun ahir kuadran ke IV.
Begitu juga wilayah lainnya mengalami perubahan seperti Asahan, Tebing Tinggi, dan Tanjung Balai.
4.2.3. Gabungan Analisis Indeks Williamson dan Analisis Tipologi Klassen Pendekatan Regional dan Analisis Disparitas masing-masing Kabupaten / Kota di Wilayah Pantai Timur Propinsi Sumatera Utara.
Hasil gabungan analisis disparitas Indeks Williliamson dan Analisis
Tipologi Klassen Pendekatan Regional beberapa Kabupaten/Kota di Wilayah
Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2003-2013 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.14.Gabungan Hasil Analisis Indeks Williamson dan Hasil Analisis Tipologi Klassen
Hasil Analisis NO KABUPATEN / KOTA Indeks Williamson Tipologi Klasen 1 Langkat Meningkat IV 2 Deli Serdang Meningkat II 3 Serdang Bedagai Menurun II 4 Asahan Menurun III 5 Batu Bara Menurun III 6 Labuhan Batu Menurun IV 7 Labuhan Batu Utara Meningkat III 8 Labuhan Batu Selatan Menurun III 9 Binjai Meningkat II 10 Medan Meningkat I 11 Tebing Tinggi Meningkat IV 12 Tanjung Balai Menurun IV
Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa Kabupaten
Langkat dan Tebing Tinggi merupakan daerah yang ketidakmerataannya semakin
72
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
besar/meningkat dan Kabupaten Langkat ini juga termasuk kategori wilayah relatif tertinggal. Kedua wilayah tesebut adalah daerah paling tidak baik diantara daerah yang lainnya yang berada di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera
Utara. Hal ini menunjukkan bahwa pada sub-sub wilayah (dalam hal ini kecamatan) yang ada di Kabupaten Langkat dan Kota Tebing Tinggi ini terdapat kesenjangan yang semakin besar, disamping itu juda tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita penduduk wilayah pada kedua daerah ini lebih rendah dibandingkan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita
Provinsi Sumatera Utara.
Sementara Kabupaten Labuhan Batu dan Kota Tanjung Balai juga tergolong wilayah relatif tertinggal namun tingkat ketidakmerataannya justru semakin menurun dari 10 tahun penelitian. Kabupaten Labuhan Batu Utara adalah tergolong wilayah sedang tumbuh dan tingkat kemerataannya semakin meningkat, hal ini menjukkan adanya pendapatan yang tidak merata pada sub wilayah di Kabupaten/Kota tersebut.
Kemudian Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Asahan, dan Kabupaten
Labuhan Batu Selatan pada ketiga kabupaten ini terdapat kesamaan yaitu sama- sama tergolong wilayah yang sedang tumbuh tetapi tingkat ketidakmerataannya semakin menurun. Kabupaten Deli Serdang dan Kota Binjai juga mempunyai kesamaan yaitu sama-sama tergolong wilayah maju tapi tertekan dan tingkat ketidakmerataannya semakin meningkat. Sementara untuk Kabupaten Serdang
Bedagai termasuk Kabupaten maju tapi tertekan namun tingkat ketidakmerataannya justru semakin menurun. Dan untuk Kota Medan, kota ini
73
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
adalah satu-satunya daerah yang cepat maju dan cepat tumbuh namun disayangkan tingkat ketidakmerataannya justru semakin meningkat antara 2003-
2013.
Analisis disparitas masing-masing Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur
Provinsi Sumatera Utara dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Kabupaten Langkat
Kabupaten Langkat termasuk wilayah tertinggal (kuadran ke 4), karena daerah ini mempunyai laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita lebih kecil dari Sumatera Utara, sebahagian penduduk mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan. Dari perhitungan Indeks Williamson kabupaten ini semakin meningkat yang menunjukkan bahwa kesenjangangan distribusi pendapatan semakin tinggi. Diharapkan pemerintah daerah Kabupaten Langkat mengoptimalisasi beberapa potensi yang ada di Langkat agar perekonomian penduduk Langkat semakin meningkat. Dalam hal ini Kabupaten Langkat memiliki beberapa sektor unggulan dalam bidang ekonomi dan industri yang dapat dikembangkan yakni:
1. Pengolahan minyak goreng dan oleokimia dipilih sebagai bidang usaha yang
layak dikembangkan karena karena di wilayah Kabupaten Langkat terdapat
banyak kebun dan pabrik pengolahan kelapa sawit. Hasil CPO dari pabrik
pengolahan yang tentu saja tidak semuanya diekspor, oleh sebab itu
pengolahan lanjutan merupakan alternatif yang dianggap tepat karena akan
memberikan nilai tambah bagi produk tersebut.
74
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Banyaknya produksi buah, terutama jeruk dan rambutan, yang bersifat
musiman memerlukan suatu penanganan hasil yang tepat, sekaligus
bermanfaat bagi petani dan atau produsen buah. Pabrik pengolahan dalam
bentuk terpadu, artinya pabrik tersebut mampu mengolah buah berbagai jenis
dengan berbagai bentuk produk akan sangat tepat bagi pengembangan
ekonomi daerah.
3. Ikan kerapu adalah ikan yang harus dibudidayakan dengan syarat tertentu,
terutama kedalaman dan keadaan airnya. Artinya tidak setiap daerah sesuai
untuk budidaya ikan kerapu. Pangsa pasar ikan kerapu memiliki segmen
pasar tersendiri, terutama ekspor. Pengembangan ikan kerapu akan
menambah tingkat kesejahteraan bagi nelayan ikan kerapu dan keluarganya.
4. Tambak udang merupakan suatu usaha yang memiliki keunikan tersendiri,
sehingga memerlukan suatu sentuhan dan manajemen khusus. Modal yang
besar dengan resiko yang juga besar sangat sebanding dengan nilai ekonomi
yang dapat dihasilkan. Pengembangan udang windu jenis tiger merupakan
suatu pilihan yang tepat bagi daerah pesisir Langkat.
5. Keindahan dan potensi alam yang ada di sekitar Bohorok sudah terkenal di
dalam maupun luar negeri. Pengembangan obyek wisata sekitarnya yang
sangat potensial akan mendorong pengembangan daerah sekitarnya menjadi
suatu kawasan agrowisata yang baik.
Adapun arah kebijakan yang sebaiknya dilaksanakan di Kabupaten Langkat agar mengembangkan daerah ini dalam memperbaiki posisi klasifikasi Kabupaten
Langkat sebagai Kuadran ke IV di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera utara,
75
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
adalah lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pertumbuhan ekonomi yang tinggi berbasis sumber daya manusia, sumberdaya alam yang dimiliki dan kemampuan penggunaan ilmu dan teknologi.
Selain itu, meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Langkat dengan cara mendistribusikan pembangunan dan hasil pembangunan di
Kabupaten Langkat, mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran, meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan, yang didukung oleh manajemen pelayanan pendidikan yang efisien dan efektif, meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat, meningkatkan kesetaraan gender, serta kesejahteraan dan perlindungan anak agar daya saing perekonomian semakin kuat dan kompetitif terutama pada sektor ekonomi yang berbasis sumber daya alam dan jasa, dan mengoptimalkan ketersediaan infrastruktur yang memadai di seluruh
Kabupaten Langkat.
2. Kabupaten Deli Serdang
Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah kabupaten di Provinsi Sumatera
Utara, Indonesia. Ibu kota Kabupaten ini berada di Lubuk Pakam. Kabupaten yang memiliki keanekaragaman sumber daya alamnya yang besar sehingga merupakan daerah yang memiliki peluang investasi cukup menjanjikan. Selain memiliki sumber daya alam yang besar, di Kabupaten ini juga terdapat banyak perusahaan dan industri pabrik, berarti Deli Serdang menampung banyak tenaga kerja, kabupaten ini termasuk daerah maju tapi tertekan (kuadran II). Berikut
76
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
beberapa sektor unggulan berupa Sumber Daya kelautan, pertanian, perkebunan, air permukaan (sungai), hutan, pertambangan dan pariwisata.
1. Sektor pertanian yang meliputi sub sektor pertanian tanaman pangan dan
holtikultura, perkebunan, peternakan dan kehewanan, perikanan dan kelautan
serta kehutanan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam perkonomian
daerah Kabupaten Deli Serdang. Di sub sektor pertanian tanaman pangan dan
holtikutura, daerah Kabupaten Deli Serdang hingga saat ini merupakan salah
satu lumbung beras dan kontribusi yang tidak sedikit bagi Provinsi Sumatera
Utara.
2. Berbagai komoditi terkenal dan menjadi unggulan sebagai penunjang
pembangunan pertanian, juga tumbuh dan dikembangkan di daerah ini seperti
pisang barangan di kecamatan Biru-biru, STM Hilir dan Namorambe,
Belimbing, Jambu kelutuk atau jambu biji di Kecamatan Pancur Batu, Durian
di Kecamatan Sibolangit, Biru-biru, Namorambe, STM Hilir, jeruk di
Kecamatan Gunung Meriah. Ada beberapa jenis ternak yang dikembangkan di
Kabupaten Deli Serdang seperti: ternak besar meliputi sapi perah, sapi
pedaging dan kerbau, sedangkan ternak kecil meliputi kambing, biri-biri dan
babi. Selain itu ternak ayam juga di kembangkan seperti ayam ras, ayam
buras, ayam petelur dan bebek.
3. Ternak besar dapat dikembangkan di Kecamatan Percut Sei Tuan, Batang
Kuis, Pantai Labu, Labuhan Deli, Hamparan Perak, Sunggal, Pancur Batu,
Kutalimbaru dan Beringin. Peternakan babi dapat dikembangkan di
Kecamatan STM Hilir dan Sibiru-biru. Sedangkan kambing dapat 77
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dikembangkan hampir di semua kecamatan. Peternakan ayam telah
berkembang di beberapa kecamatan seperti STM Hilir, Sunggal, Pancur Batu
dan lain-lain.
4. Di Kabupaten Deli Serdang terdapat Perkebunan Pemerintah asing seperti PT.
LONSUM dan juga perkebunan swasta lokal yang memproduksi karet, sawit,
minyak kelapa, coklat dan tembakau. Perkebunan swasta asing adalah 7.381
Ha dengan produksi 96.615,8 ton, perkebunan swasta nasional 3.016,8 Ha
dengan produksi 76.876 ton. Sedangkan perkebunan negara (PTPN/BUMN)
seluas 32.472,3 Ha dengan produksi 312.773,31 ton dan perkebunan rakyat
seluas 30.862,91 Ha dengan produksi 171.934,23 ton.
5. Kabupaten Deli Serdang memiliki potensi perikanan yang cukup besar
mengingat wilayahnya sebagian merupakan kawasan pantai dengan panjang
pantai 65 km yang dapat dikembangkan untuk berbagai komoditi perikanan
laut, pertambakan, budidaya laut dan budidaya air tawar. Sektor industri yang
potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Deli Serdang adalah
agroindustri, dimana jenis industri yang diolah yaitu hasil-hasil pertanian
menjadi barang jadi seperti tapioka, karet, minyak sawit, kayu, ubi kayu,
kopi, kakao, ikan laut, makanan ternak dan lain-lain.
6. Berbagai industri skala sedang, menengah dan kecil yang berkembang dan
menjadi andalan di Kabupaten Deli Serdang antara lain keramik, gelas, obat
nyamuk, dan mie instan di Tanjung Morawa dan beberapa daerah lainnya,
industri batu bata yang tersebar di beberapa kecamatan seperti Lubuk Pakam,
Pagar Merbau, Beringin, Pantai Labu dan Tanjung Morawa. Industri
78
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pembuatan kacamata, jam, mebel kayu dan rotan di Tanjung Morawa dan Deli
Tua, industri kompor, battere, paving blok di Sunggal.
Namun, dari perhitungan Indeks Williamson kesenjangan pembangunan ekonomi kabupaten ini semakin meningkat yang menunjukkan bahwa kesenjangan distribusi pendapatan semakin tinggi. Diharapkan pada pemerintah
Kabupaten Deli Serdang mampu mendorong masyarakat Deli Serdang agar mengoptimalkan potensi yang ada di Kabupaten Deli Serdang agar dapat mengurangi kesenjangan. Adapun arah kebijakan pembangunan di Kabupaten
Deli Serdang adalah :
1. Peningkatan akses dan mutu pendidikan dan derajat kesehatan masyarakat
2. Percepatan Pembangunan infrastruktur perkotaan dan perdesaan yang
berkelanjutan
3. Penguatan dan peningkatan pembangunan pertanian berbasis lingkungan
4. Meningkatkan investasi daerah dan penyerapan tenaga kerja
5. Peningkatan pelayanan publik dan tata kelola pemerintahan yang baik
Dengan sasaran pembangunan daerah, yakni : a. Terwujudnya peningkatan akses terhadap pendidikan yang berkualitas,
relevansi pendidikan, dan SDM yang berdaya saing serta meningkatnya
derajat kesehatan masyarakat; b. Terwujudnya ketersediaan infrastruktur dan permukiman yang memadai baik
kuantitas dan kualitas; c. Terwujudnya peningkatan ketahanan ekonomi masyarakat yang berbasis
sumber daya lokal;
79
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
d. Terwujudnya perluasan kesempatan kerja dan peningkatan daya beli
masyarakat; e. Terwujudnya pemerintahan yang responsif, transparan dan akuntabel.
3. Kabupaten Serdang Bedagai
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan kabupaten baru pecahan dari
Kabupaten Deli Serdang yang perkembangannya termasuk cepat dibandingkan
Kabupaten baru lainnya. Potensi terbesar yang dimiliki Kabupaten Serdang
Bedagai adalah persawahan dengan luas lahan 68.967 hektare pada tahun 2003 serta perkebunan ubi kayu dan juga potensi lainnya yaitu pariwisata seperti pemandian Batu Nongol, pemamdian ancol, Pantai Cermin, Romance Bay, Pantai
Kelang, Pantai Nipah, Pantai Pondok perpai, Pantai Kuala Putri, Pantai Gudang
Garam, pantai Sri mersing, Kampong Bali dan lain sebagainya dan didukung oleh beberapa sektor unggulan berupa:
1. Sektor Kehutanan termasuk salah satu sub sektor pendukung di Kabupaten
Serdang Bedagai selain sub sektor unggulan pertanian yang ada di Kabupaten
Serdang Bedagai adalah sub sektor peternakan, sub sektor perikanan, sub
sektor tanaman pangan/palawija dan sub sektor perkebunan. Luas areal hutan
di Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 6.790 Ha yang terdiri dari hutan
lindung, hutan produksi dan produksi terbatas.
2. Sektor perikanan dan kelautan merupakan salah satu sektor unggulan dalam
memajukan perekonomian di Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai). Wilayah
pesisir dan laut daerah ini yang masuk dalam kawasan pantai timur Sumatera
Utara yang berbatasan dengan selat malaka telah menjadi tumpuan penunjang
80
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
perekonomian bagi masyarakat pesisir. Keterlibatan peran aktif masyarakat
nelayan dan pembudidaya dalam pengawasan memegang peran penting bagi
keberhasilan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan.
3. Terdapat dua faktor utama yang mendukung perkembangan industri di
Kabupaten Serdang Bedagai, yaitu tenaga kerja yang murah dan bahan baku
yang melimpah. Setiap tahun di Serdang Bedagai terjadi peningkatan angkatan
kerja cukup tinggi sehingga menjamin ketersediaan tenaga kerja untuk sektor
industri. Sementara untuk ketersediaan bahan baku, salah satu hasil pertanian
yang diandalakan adalah ribuan hektar tanaman ubi kayu sebagai bahan baku
industri pangan. Selain industri pangan ketersediaan bahan baku juga
memungkinkan bagi berkembangnya industri perikanan dan kerajinan.
Sedangkan disektor perdagangan, Kabupaten Serdang Bedagai merupakan
pasar yang potensial. Ini ditandai dengan peningkatakan daya beli masyarakat
serta tingginya pertumbuhan penduduk.
4. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki banyak sungai seperti sungai Bahilang
di Kecamatan Tebing Tinggi, sungai Padang di Kecamatan Bandar Khalifah,
sungai Ular di Kecamatan Perbaungan, sungaiBuaya di Kecamatan Kotarih
dan sungai Batu Nongol di Kecamatan Sipispis. Aliran sungai selain dapat
dipergunakan untuk irigasi dan sumber energi dapat juga dikelola untuk air
mineral dan air minum untuk kebutuhan masyarakat banyak. Kebutuhan listrik
untuk rumah tangga dan industri dewasa ini meningkat tajam sedangkan
kapasitas tersedia terbatas sehingga masih memungkinkan pembangunan
81
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sarana kelistrikan khususnya Pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara di Kec.
Teluk Mengkudu.
Hal ini membuat Kabupaten Serdang Bedagai sebagai Kabupaten yang berada dikuadran II maju tertekan yang menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi lebih besar dari pada laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera
Utara. Dari hasil Analisis Indeks Williamson, Serdang Bedagai mengalami penurunan artinya distribusi pendapatan masyarakat di wilayah ini semakin baik dan tingkat disparitas pembangunan ekonominya semakin baik dan merata. Hal ini adalah sebuah prestasi yang baik, namun harus ada kebijakan untuk mempertahankan kondisi yang ada agar pembangunan ekonomi Kabupaten
Serdang Bedagai tetap baik dan pertumbuhan ekonomi semkin meningkat.
Adapun arah kebijakan pembangunan Kabupaten Serdang Bedagai adalah:
1. Kebijakan Pertama adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat dan pemulihan
(recovery) ekonomi kerakyatan. Berkaitan dengan kebijakan meningkatkan
kesejahteraan rakyat dan pemulihan (recovery) ekonomi kerakyatan adalah
memberi dorongan dan arahan kepada setiap pelaksana pembangunan di
kabupaten ini untuk secara sungguh-sungguh dan sistematis melaksanakan
pemulihan (recovery) ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat.
2. Berkaitan dengan kebijakan pembangunan pertanian dan kelautan, disusun
sasaran pokok dengan prioritas dan arah kebijakan sebagai berikut:
a. Pembangunan pertanian
b. Pembangunan industri serta daya saingnya
c. Pembangunan keparawisataan
82
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
d. Pembangunan koperasi dan usaha mikro kecil dan menengah
e. Pembangunan investasi dan peningkatan peranan BUMD
f. Pembangunan ketenagakerjaan
g. Peningkatan pengelolaan sumberdaya alam dan pengelolaan lingkungan
hidup
h. Peningkatan pembangunan perdesaan
i. Percepatan pembangunan wilayah tertinggal
j. Peningkatan perlindungan dan kesejahteraan sosial
4. Kabupaten Asahan
Kabupaten Asahan yang beribukota Kisaran, termasuk wilayah yang sedang tumbuh(berkembang), hal ini menunjukan bahwa Kabupaten Asahan termasuk kota yang perlahan-lahan semakin membaik dan mampu mengelola potensi ekonomi yang ada. Dari hasil analisis Indeks Williamson, Kabupaten Asahan mengalami penurunan artinya distribusi pendapatan masyarakat di wilayah ini semakin baik, tidak menutup kemungkinan data tersebut lambat laun akan menunjukkan bahwa Asahan akan menjadi salah satu Kabupaten yang baik di antara daerah yang ada di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara.
Kabupaten Asahan memiliki beberapa sektor unggulan berupa:
1. Kabupaten Asahan Kabupaten Asahan memiliki potensi yang cukup besar
bagi pengembangan usaha pariwisata. Daerah ini memiliki sejumlah obyek
wisata alam yang memiliki daya tarik tersendiri, antara lain: wisata alam arung
jeram di hulu Sungai Asahan, Desa Tangga Kec. Bandar Pulau. wisata alam
83
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
air terjun Simonang-monang Kec. Bandar Pulau. wisata alam air terjun Aek
Sisapa Kec. Bandar Pasir Mandoge.
2. Luas lahan pertanian bukan sawah mencapai 270.745 ha yang dominan
dipergunakan untuk budidaya tanaman perkebunan yaitu kelapa sawit, kakao
dan karet. Usaha tani tanaman pangan pada lahan kering ini banyak dilakukan
di kebun atau ladang/huma, atau tumpang sari dengan tanaman perkebunan.
Secara umum, potensi pengembangan pertanian di Kabupaten Asahan cukup
besar. Komoditi jagung masih banyak dibudidayakan di Kec. Bandar Pasir
Mandoge, Pulau Rakyat, Aek Kuasan dan Tinggi Raja, sedangkan padi gogo
di Kec. Bandar Pasir Mandoge dan Bandar Pulau. Komoditi hortikultura juga
masih potensial untuk dikembangkan terutama di Kec. Air Joman, Simpang
Empat dan Air Batu, terutama untuk sayuran dataran rendah dan buah-buahan
semusim.
Adapun arah kebijakan pembangunan Kabupaten Asahan yaitu:
Menumbuhkembangkan pembangunan ekonomi kerakyatan yang berorientasi pada agribisnis dan peningkatan nilai tambah yang mampu bersaing dan ramah lingkungan untuk semua bidang; pertanian, perindustrian, dan perdagangan secara luas.
5. Kabupaten Batubara
Kabupaten Batubara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera
Utara, Indonesia. DPR menyetujui Rancangan Undang-Undang pembentukannya tanggal 8 Desember 2006. Kabupaten ini diresmikan pada tanggal 15 Juni 2007.
Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Asahan dan beribukota
84
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
di Kecamatan Limapuluh. Kabupaten Batubara merupakan pemekaran dari Kabupaten Asahan dimana tujuh Kecamatan di Kabupaten Asahan dikurangi dan dipindahkan wilayahnya menjadi wilayah Kabupaten Batubara. Kabupaten ini terletak di tepi pantai Selat Malaka, sekitar 175 km selatan ibukota Medan.
Kabupaten Batubara adalah kabupaten yang sedang tumbuh (berkembang), hal ini dikarenakan di Batubara terdapat perusahan industri Alumunium yang sangan besar yaitu Inalum. Inalum ini memberikan kontribusi yang sangat tinggi terumatan bagi pendapatan perkapita masyarakat di sekitar Inalum. Namun laju pertumbuhan ekonomi belum tinggi melebihi rata-rata pertumbuhan ekonomi
Provinsi Sumatera Utara. Dari hasil analisis indeks Williamson, Batu bara mengalami penurunan artinya distribusi pendapatan masyarakat di wilyah ini semakin baik dan pemerintah Kabupaten Batubara harus mempertahankan kondisi pembengunan dan pertumbuhan ekonomi Batubara secara merata. Berikut beberapa sektor unggulan Batubara:
1. Kabupaten Batubara merupakan daerah potensial untuk berkembang menjadi
daerah industri. Betapa tidak, daerah Kuala Tanjung, salah satu desa di Kab.
Batubara, telah ditetapkan menjadi Daerah Ekonomi Khusus. Ini merupakan
pengembangan wilayah industri dari KIM (Kawasan Industri Medan). Sebagai
pioneer berkembangnya wilayah ini adalah PT Indonesia Asahan Aluminium
(INALUM), perusahaan patungan antara Perusahaan-perusahaan swasta
Jepang dengan pemerintah Indonesia. Perusahaan peleburan aluminium ini
merupakan pabrik peleburan aluminium satu-satunya di Asia Tenggara.Sektor
Pertanian dengan komoditi unggulan Kabupaten Batubara yaitu sektor
85
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pertanian dan Perkebunan. Sektor pertanian komoditi unggulannya adalah
Jagung, kedelai, ubi jalar dan ubi kayu. Sub sektor perkebunan komoditi yang
diunggulkan berupa kelapa sawit, Kelapa, karet, pinang dan kakao.
2. Di sektor maritim, alam dan wisatwa bahari, Batubara memiliki Pelabuhan
Internasional Kuala Tanjung yang terintegrasi menuju Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) Sei Mangke, Kabupaten Simalungun. Pelabuhan Kuala
Tanjung ditargetkan rampung tahun 2018 dengan kapasitas awal 400.000
TEUs per tahun, dan akan ditingkatkan sampai 20 juta TEUs. Dengan
dibangunnya pelabuhan Kuala Tanjung, diharapkan, Kabupaten Batubara,
khususnya Indonesia mampu mengambil peran dalam jalur perdagangan
dunia.
3. Di sektor perikanan, Kabupaten Batubara telah merancang strategi kebijakan
peningkatan ekonomi pedesaan dari sektor perikanan, dimana telah dibentuk
pemberdayaan kelompok nelayan melalui penguatan kelompok, penguatan
modal dan peningkatan teknik budidaya, peningkatan nilai tambah melalui
peningkatan teknologi proses yang mampu menghasilkan produk olahan, serta
peningkatan kerjasama/kemitraan antara nelayan dengan pengusaha dan
pemerintah.
4. Banyak sekali potensi wisata yang masih belum dikelola dengan baik di
Kabupaten Batubara seperti:Pantai Kuala Sipare, Pantai Jono, Pantai
Perjuangan (Jl. Access Road Inalum, Desa Lalang, Kec. Medang Deras, Kab.
Batubara), Pantai Bunga (Kec. Talawi, Kab. Batubara), Pantai Sejarah (Desa
Parupuk, Kec. Lima Puluh), Pulau Pandang dan Pulau Salah (Selat Malaka,
86
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kec. Tanjung Tiram), Sebuah pulau kecil di Selat Malaka dan banyak
menyebutnya Pulau Si Angsa Dua yg memiliki luas hanya 1 hektar. Ditempuh
sekitar 2 jam dari Kuala Batubara, Istana Niat Lima Laras (Desa Lima Laras,
Kec. Tanjung Tiram), Danau Laut Tador (Desa Laut Tador, Kec. Sei Suka).
Arah kebijakan yang seharusnya dilakukan pemerintah adalah: untuk pemerintah Kabupaten Batubara sendiri cukup dengan mengoptimalkan dan mempertahankan potensi yang ada terutama potensi industri inalum itu sendri, dan untuk pemerintah daerah tingkat 1 yaitu Provinsi Sumatera Utara sebaiknya memberikan dukungan misalnya tetap dengan baik pemberian akses sarana- prasarana jalan lintas Negara agar memperlancar kegiatan yang usaha yang dapat mendukung kelancaran perekonomian Kabupaten Batubara.
6. Kabupaten Labuhan Batu
Pada mulanya luas kabupaten ini adalah 9.223,18 km², sedangkan jumlah penduduknya sebanyak 1.431.605 jiwa pada tahun 2007. Dengan dibentuknya
Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Labuhan Batu Utara, maka luas kabupaten ini menjadi 2.562,01 km² dan penduduknya sebanyak 857.692 jiwa pada tahun 2008. Labuhan batu berbatasan dengan Labuhan Batu Selatan dan selat Malaka disebelah utara, labuhan batu selatan disebelah selatan, Padang
Lawas Utara disebelah barat dan Provinsi Riau disebelah timur. Objek wisata di
Kabupaten Labuhan Batu yaitu Pemandian Alam Aek Pala di Kecamatan Bilah
Barat, Air Terjun Linggahara (Air Terjun Baru) di Kecamatan Rantau Selatan,
Pulau Sikantan di Tanjung Sarang Elang, Kecamatan Panai Hulu, tidak ada potensi daerah yang terlalu menonjol dikabupaten ini, membuat kabupaten ini
87
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tidak mampu mengembangkan perekonomian wilayah dengan baik yang menyebabkan daerah ini berada di kuadran ke empat pada pengklasifikasian wilayah Tipologi Klassen atau disebut dengan wilayah tertinggal. Namun, dari hasil analisis Indeks Williamson, Kabupaten Labuhan Batu ini mengalami penurunan ketimpangan atau kesenjangan artinya distribusi pendapatan masyarakat di wilyah ini semakin baik hal ini berarti pemerintah Kabupaten
Labuhan Batu sudah mampu bertindak secara adil dalam rangka memanajemen sub-sub wilayahnya, hanya saja pemerintah Kabupaten Labuhan Batu ini belum mampu mendorong masyarakatnya untuk bahu-membahu memajukan potensi wilayah, memperbaiki sarana-prasarana agar perekonomian semakin meningkat.
7. Kabupaten Labuhan Batu Utara
Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Labuhanbatu sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2008 pada 24 Juni 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Utara, semasa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ibu kota kabupaten ini terletak di Aek Kanopan. Kabupaten ini termasuk kabupaten yang sedang tumbuh (berkembang) sejalan dengan umurnya yang masih muda yaitu kurang lebih 7 (tujuh) tahun. Dari perhitungan Indeks Williamson ketidakmerataan pembangunan ekonomi di kabupaten ini semakin meningkat yang menunjukkan bahwa kesenjangangan distribusi pendapatan semakin tinggi. Hal ini berarti kabupaten ini harus lebih fokus dalam mengelola potensi yang ada serta mengalokasikan anggaran yang ada secara merata ke masing masing wilayahnya
88
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
agar kabupaten ini tidak terdapat kesenjangan lagi dalam hal pembangunan ekonomi.
8. Kabupaten Labuhan Batu Selatan
Kabupaten labuhan batu selatan juga merupakan kabupaten yang Sedang tumbuh (berkembang) sama seperti labuhan batu Utara, namun kabupaten ini jika di lihat dari hasil analisis indeks Williamson, Labuhan Batu Selatan mengalami penurunan tingkat kesenjangan artinya distribusi pendapatan masyarakat di wilayah ini semakin baik. Hal ini didukung dengan adanya potensi pariwisata yang banyak dan pengelolaannya cukup baik oleh pemerintah, yaitu:
Pemandian alam Sampuran, di Desa Perkebunan Normark, Kecamatan Kota
Pinang, Danau buatan Simatahari di Desa Padangri, Kecamatan Kota Pinang,
Pusat pelatihan gajah di Desa Aek Raso, Kecamatan Torgamba, Kawasan wisata
Outbound di Bumi Perkemahan PT. Asam Jawa di Desa Asam
Jawa, Kecamatan Torgamba, Danau Seberang di antara Desa Teluk Pinang dan Desa Asam Jawa, Kecamatan Torgamba, Kolam Gaul di Desa Perkebunan
Nagodang, Kecamatan Kota Pinang, Pemandian Sungai Sarjuk, di Desa Pekan
Tolan, Kecamatan Kampung Rakyat.
9. Kota Binjai
Kota Binjai adalah salah satu kota (dahulu daerah tingkat II berstatus kotamadya) dalam wilayah Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota Binjai terletak 22 km di sebelah barat ibukota Provinsi Sumatera Utara, Medan. Sebelum berstatus kotamadya, Binjai adalah ibukota Kabupaten Langkat yang kemudian dipindahkan ke Stabat. Binjai berbatasan langsung dengan Kabupaten Langkat di
89
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sebelah barat dan utara serta Kabupaten Deli Serdang di sebelah timur dan selatan.
Kota Binjai merupakan salah satu daerah dalam proyek pembangunan Mebidang yang meliputi kawasan Medan, Binjai dan Deli Serdang. Saat ini, Binjai dan
Medan dihubungkan oleh jalan raya Lintas Sumatera yang menghubungkan antara
Medan dan Banda Aceh. Oleh karena ini, kota Binjai terletak di daerah strategis di mana merupakan pintu gerbang Kota Medan ditinjau dari Provinsi Aceh. Binjai sejak lama dijuluki sebagai kota rambutan karena rambutan Binjai memang sangat terkenal. Bibit rambutan asal Binjai ini telah tersebar dan dibudidayakan di berbagai tempat di Indonesia seperti Blitar, Jawa Timur menjadi komoditi unggulan daerah tersebut. Wilayah ini dikategorikan sebagai daerah yang maju tapi tertekan karena mempunyai laju pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari pada laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara. Namun pendapatan perkapita penduduk masi lebih rendah dari pada Sumatera Utara, diikuti dengan perhitungan
Indeks Williamson kabupaten ini semakin meningkat yang menunjukkan bahwa kesenjangangan distribusi pendapatan semakin tinggi, diharapkan pemerintah
Kota Binjai dapat mengalokasikan kontribusi kepada kecamatan kecamatan yang ada di kota ini dengan lebih merata.
10. Kota Medan
Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3°
30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi
90
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Deli Serdang sebagai kabupaten yang langsung bersebelahan dengan Kota Medan, merupakan salah satu daerah yang kaya dengan sumber daya alam (SDA), khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan.
Karena secara geografis Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam, seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara,
Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya. Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah
Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.
Hal ini menunjukkan bahwa Kota Medan layak medapatkan kategori daerah/wilayah cepat maju dan cepat tumbuh (kuadran 1). Untuk itu pemerintah
Provinsi Sumatera utara diharapkan mendukung Kota Medan ini yang dijuluki sebagai ibu kota propinsi Sumatera Utara, agar tetap mempertahankan predikat tersebut agar Kota Medan dapat menjadi wilayah tebaik dalam hal pendapatan perkapita dan laju pertumbuhan ekonominya bukan hanya di wilayah Pantai
Timur Sumatera Utara melainkan di seluruh Provinsi Sumtaera Utara atau justru di wilayah Indonesia.
91
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tetapi dari perhitungan Indeks Williamson kabupaten ini semakin meningkat yang menunjukkan bahwa kesenjangan distribusi pendapatan semakin tinggi. Dengan demikian diharapkan kepada pemerintah Kota Medan mampu menelusuri dan memperhatikan daerah-daerah yang pertumbuhan ekonominya dan pendapatan perkapitanya masih rendah dengan cara menyumbangkan sarana- prasarana yang lebih layak demi kemajuan dan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita dalam rangka memperkecil disparitas yang ada di Kota Medan.
11. Kota Tebing Tinggi
Kota Tebing Tinggi ini termasuk daerah yang paling buruk di wilayah
Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara untuk periode 2003-2013 dalam hal pengkalsifikasian wilayah menurut Tipologi Klassen dimana pendapatan perkapita dan laju pertumbuhan ekonomi Kota Tebing Tinggi lebih rendah dari laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita Provinsi Sumatera Utara. Maka dalam hal ini Kota Tebing Tinggi ini tergolong wilayah tertinggal (kuadran ke
IV). Ditambah lagi, dari perhitungan Indeks Williamson kota ini semakin meningkat yang menunjukkan bahwa kesenjangangan distribusi pendapatan semakin tinggi walaupun hasil menimbulkan dari tahun ke tahun menunjukkan angka yang fluktuatif tetapi rata-rata secara keseluruhan selama tahun penelitian menujukkan disparitas pembangunan ekonomi Kota Tebing Tinggi semakin meningkat.
Adapun potensi wilayah Kota Tebing Tinggi yang harus dikembangkan untuk memperbaiki hal tersebut diatas untadalah :
92
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Tempat wisata di Kota Tebing Tinggi belum banyak tergali. Sebagai wilayah
bekas Kerajaan Melayu Padang, hingga kini masih berdiri bangunan bekas
Istana Kerajaan Padang di Jl. KF Tandean, Bulian. Istana ini masih bertahan
walau bukan bahagian utuh lagi. Lokasi Istana yang menuju Pantai Keladi ini,
sekarang diurus oleh waris kerajaan dari turunan Tengku Irwan Hasyim
(Tengku Irwan Hasyim adalah Putra dari Tengku Hasyim, beristrikan Tengku
Ina Nazli, walau dia juga pernah beristrikan seorang Swedia). Di sisi kiri
Istana terdapat Kompleks Pusara Bangsawan Padang.
2. Selain sebagai pusat kegiatan pengelolaan hasil pertanian dan perkebunan
rakyat, Kota Tebing Tinggi juga berfungsi sebagai pusat kegiatan perdagangan
dan jasa ekonomi, dalam hal ini sebagai terminal dan pendistribusian wilayah
hinterland dari Kota Tebing Tinggi sendiri. Mengingat pentingnya fungsi ini,
maka pembangunan kawasan pusat bisnis terpadu mutlak diperlukan dengan
tujuan mengundang lebih banyak investor dan pelaku bisnis menanamkan
investasinya di kota ini. Kawasan pusat bisnis yang dibangun diharapkan
memiliki fasilitas yang lengkap demi kelancaran berusaha para investor.
3. Komoditi pertanian utama yang patut menjadi perhatian pemerintah Kota
Tebing Tinggi, yaitu sawit, kelapa dan karet. Ketiga komoditi ini merupakan
bahan baku industri hasil pertanian yang sangat baik jika dilihat dari potensi
pasarnya. Dengan melihat fungsi Kota Tebing Tinggi sebagai pusat kegiatan
pengelolaan hasil pertanian dan perkebunan rakyat, maka wajar bila salah satu
usahanya adalah membangun pabrik pengolahan kelapa sawit. Hal ini
93
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tentunya didukung oleh kenyataan bahwa konsumsi CPO dalam negeri dan
dunia terus meningkat
Arah kebijakan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Tebing Tinggi adalah :
1. OVOP merupakan pendekatan pengembangan produk unggulan daerah untuk
meningkatkan nilai tambah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dalam wadah koperasi atau UKM . Prinsip dasar One Village One
Product adalah dimana masyarakat desa/daerah mampu mencari dan menggali
komoditas/produk yang bisa menjadi unggulan secara berkesinambungan.
Memperhatikan potensi yang dimiliki oleh Kota Tebing Tinggi, serta dengan
mengkaji berbagai perkembangan pembangunan yang sedang berjalan saat ini,
maka dalam meningkatkan pendapatan masyarakat sekaligus meningkatkan
pendapatan asli daerah, guna memacu pertumbuhan ekonomi wilayah, konsep
OVOP dinilai sebagai salah satu pilihan yang penting untuk dikembangkan
pada saat ini dan masa datang. Hal ini disebabkan karena peluang
pengembangan usaha sektor riil yang berbasis desa dan produk pertanian
merupakan sektor usaha masyarakat yang cukup resisten terhadap krisis
ekonomi selama ini.
12. Kota Tanjung Balai
Kota Tanjung Balai terletak di antara 2º58' Lintang Utara dan 99º48' Bujur
Timur. Posisi Kota Tanjung Balai berada di wilayah Pantai Timur Sumatera Utara pada ketinggian 0-3 m di atas permukaan laut dan kondisi wilayah relatif datar.
Kota Tanjung Balai secara administratif terdiri dari 6 Kecamatan, 31 Kelurahan.
94
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Luas wilayah Kota Tanjung Balai 6.052 Ha (60,52 km²). Kota
Tanjungbalai adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara,Indonesia. Luas wilayahnya 60,52 km² dan penduduk berjumlah 154.445 jiwa. Kota ini berada di tepi Sungai Asahan, sungai terpanjang di Sumatera Utara. Jarak tempuh dari Medan lebih kurang 186 KM atau sekitar 5 jam perjalanan kendaraan. Karena jarak tempuh yang cukup jauh terhadap Kota Medan sebagai ibu kota Provinsi
Sumatera Utara maka kota Tanjung Balai ini kurang mendapatkan kontribusi segala hal yang menunjang perekonimian Tanjung Balai, maka Kota Tanjung
Balai termasuk daerah pada kuadran ke IV yaitu daerah tertinggal tetapi dari hasil
Analisis Indeks Williamson, Tanjungbalai mengalami penurunan artinya distribusi pendapatan masyarakat di wilayah ini semakin baik.
Adapun potensi wilayah pada Kota Tanjung Balai yaitu: pengembangan kawasan industri di Kota Tanjung Balai pada prinsipnya sudah berkembang di hampir diseluruh sub pusat pelayanan kota, antara lain industri besar/sedang tersebar di SPPK 1 (Kelurahan Pahang, Sirantau dan Pantai Johor), SPPK 3
(Kelurahan Keramat Kubah dan Sumber Sari) dan SPPK 4 (Kelurahan Beting
Kuala Kapias, Kapias Pulau Buaya, Sei Merbau dan Pematang Pasir), potensi
Budaya dan Pariwisata. Namun belum terealisasi dengan baik dan menyebabkan tingkat pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita Kota Tanjung Balai masi dibawah rata-rata laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita Provinsi
Sumatera Utara. Maka dalam hal ini,arah kebijakan pembangunan Kota Tanjung
Balai :
95
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Sampai tahun 2030 jenis kegiatan pariwisata dan arahan lokasi wisata
diarahkan di kawasan bangunan bersejarah yakni di daerah pusat Kota yang
direncanakan pada PPK dengan luas 5,04 Ha. Sementara wisata buatan
diarahkan pada pengembangan Kawasan Perdagangan Terpadu dan dermaga
penyebrangan/Water Front City di Kelurahan Indra Sakti (Kecamatan
Tanjungbalai Selatan) dan Pulau Simardan (Kecamatan Datuk Bandar
Timur/SPPK 2)
2. Direncanakan sampai dengan tahun 2030 jenis budidaya yang terdapat di Kota
Tanjungbalai meliputi budidaya pertanian dan budidaya perkotaan dengan luas
wilayah 5.072,49 Ha atau 83,83%. Kawasan perdagangan dan jasa menjadi
kawasan yang mendominasi kegiatan di pusat kota dengan luasan yang
direncanakan sebesar 339,72 Ha yang terdiri dari pasar tradisional yang
terdapat di setiap Pusat Pelayanan Kota (PPK), pusat perbelanjaan di
Kecamatan Tanjungbalai Utara dan pusat pertokoan modern di Kecamatan
Tanjungbalai Selatan.
96
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari Uraian hasil dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka penelitian ini memperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Kesenjangan regional antar kabupaten/kota di Wilayah Pantai Timur
Provinsi Sumatera Utara periode tahun 2003-2013, menunjukkan
sebahagian wilayah cenderung meningkat dan sebahagian wilayah
cenderung merurun. Hal ini dibuktikan bahwa ada 6 wilayah yang tingkat
disparitasnya semakin membesar seperti Kabupaten Langkat, Kabupaten
Deli Serdang, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Kota Binjai, Kota Medan,
dan Kota Tebing Tinggi. Sedangkan 6 wilayah yang tingkat disparitasnya
semakin mengecil adalah Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Asahan,
Asahan, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten
Labuhan Batu Selatan, dan Kota Tanjung Balai.
2. Klasifikasi wilayah antar kabupaten/kota di Wilayah Pantai Timur
Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Analisis Tipologi Klassen
menunjukkan bahwa terdapat 1 (satu) wilayah yang termasuk wilayah
cepat maju dan cepat tumbuh (kuadran I) yaitu Kota Medan. Ada 3 (tiga)
wilayah yang termasuk kategori wilyah maju tapi tertekan (kuandran II)
yaitu Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai dan Kota
97
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Binjai. Selanjutnya ada 4 (empat) wilayah yang sedang tumbuh
(berkembang) ( kuadran III) yaitu Kabupaten Asahan, Kabupaten Batu
Bara, Kabupaten Labuhan Batu Utara, dan Kabupaten Labuhan Batu
Selatan. Dan ada 4 (empat) wilayah yang termasuk kategori wilayah
tertinggal (kuadran IV) yaitu Kabupaten Langkat, Kabupaten Labuhan
Batu, Kota Tebing Tinggi, dan Kota Tanjung Balai.
5.2. Saran
Dalam upaya mengurangi tingkat disparitas pembangunan antar wilayah di
Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara, disarankan beberapa hal berikut:
1. Untuk mengurangi disparitas pembangunan ekonomi yang diukur
berdasarkan pendapatan perkapita dan laju pertumbuhan ekonomi di
Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara maka pemerintah Provinsi
Sumatera Utara diharapkan mampu mendukung wilayah yang maju untuk
memberikan kontribusi terhadap wilayah-wilayah yang tertinggal, dalam
rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi di wilayah tertinggal di
Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara.
2. Pemerintah Provinsi diharapkan memberikan perhatian khusus yang
bersifat kontribusi, perluasan daerah, dan peningkatan sarana-prasarana,
kepada wilayah-wilayah tertinggal di Wilayah Pantai Timur Provinsi
Sumatera Utara.
3. Masing-masing wilayah Kabupaten/Kota yang ada di wilayah Pantai
Timur Provinsi Sumatera Utara hendaknya memaksimalkan sumber daya
yang terdapat di wilayah-wilayah tersebut dengan cara memanfaatkan 98
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
potensi/keunggulan wilayah menjadi wadah dan sarana untuk
meningkatkan peertumbuhan ekonomi wilayah dan pendapatan perkapita
masyarakat dalam rangka meningkatkan pembangunan ekonomi di
Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara.
4. Guna memperoleh hasil yang lebih jauh, perlu penelitian lanjutan bagi
peneliti berikutnya yang ingin meneliti tetang disparitas pembangunan
ekonomi di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara dengan
menggunakan teori konvergensi agar lebih terlihat kecenderungan arah
kesenjangan daerah yang diteliti dan juga mengetahui faktor-faktor
penyebab terjadinya kesenjangan.
99
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
Badrudin, R. 2012 Ekonomika Otonomi Daerah, Edisi ke – 1, UPP STIM YKPN. Yogyakarta.
Bappeda Provinsi Sumatera. 2012. RKPD Provinsi Sumatera Utara 2012, Medan.
Bappeda Provinsi Sumatera. 2013. RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013, Medan.
Bappeda Provinsi Sumatera. RPJM Provinsi sumatera Utara 2009-2013, Medan.
Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara. 2003-2014. Sumatera Utara Dalam Angka. Medan.
Boediono. 1985. Teori Pertumbuhan Ekonomi. BPFE. Yogyakarta.
Elfrindri, Bachtiar, N. 2004. Ekonomi Ketenagakerjaan, Universitas Andalas Press, Padang.
Erlina. 2011. Metodologi Penelitian, USU-Press, Medan.
Hartono ,B. 2008. Analisis Ketimpangan Pembangunan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah. Tesis S2 Universitas Diponegoro (tidak dipublikasikan). Semarang.
Jhingan,M.L. Penerjemah Guritno,D. 2013. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Cetakan ke – 15. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Kuncoro,M. 2004. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi ke-4. Erlangga. Yogyakarta.
Kajian Ekonomi Regional. Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013. Medan.
Muljana,B.S. 2011. Perencanaan Pembangunan Nasional. UI- press. Jakarta.
Munthe,N. 2012. Analisis Ketimpangan Antar Wilayah Kecamatan di Kabupaten Labuhan Batu Utara setelah Pemekaran. Tesis S2 PWD USU. Medan.
Pospos, Polin LR. 2014. Sumut Memiliki Sejumlah Masalah Besar, http://mdn,biz.id/n/88961/. Medan Bisnis.
Putra,I. 2006. Disparitas antar Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara, 1993-2004: Menuju Konvergensi ataukah Divergensi?. Tesis S2 UGM (tidak dipublikasikan). Yogyakarta.
xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Rustiadi,E, Sunsun Saefulhakim, Dyah R.Panuju.2011. Perencanaan Wilayah. Crestpent Press dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta.
Sadyonohutomo,M. 2008. Manajemen Kota dan Wilayah Realita dan Tantangan. Bumi Aksara. Jakarta.
Sirojuzilam. 2008. Disparitas Ekonomi dan Perencanaan Regional Dan Ketimpangan Ekonomi Wilayah Barat dan Wilayah Timur. Pustaka Bangsa Press. Medan.
Sirojuzilam. 2015. Pembangunan Ekonomi Regional. Usu press. Medan
Sirojuzilam dan Mahalli, K. 2010. Regional (Pembangunan, Perencanaan ,dan Ekonomi). Terbitan pertama. USU press. Medan.
Sirojuzilam dan Marganda Simamora. 2008. Determinan Pertumbuhan Ekonomi Regional Sumatera Utara ( Studi Kasus: Wilayah Pantai Timur). Jurnal .www.google.com. Medan.
Sjafrijal. 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat. Jurnal Buletin Prisma. Jakarta.
Sjafrizal, 2008. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Baduoso Media. Jakarta.
Sukirno. 2006. Ekonomi Pembangunan (Proses, Masalah dan Kebijakan). Edisi Kedua. Kencana.Jakarta.
Sukmana, MHD F. 2012. Analisis Disparitas Pembangunan Ekonomi Antar Kecamatan di Kabupaten Langkat. Tesis S2 PWD USU (tidak diublikasikan). Medan.
Sumitro, Djojohadikusumo. 1987. Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Pembangunan. Bagian: LP3ES. Jakarta.
Susanto,B.A. dkk, 2010, Reinvesi Pembangunan Ekonomi Daerah. Erlangga. Jakarta.
Tarigan, Robinson. 2004. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara. Jakarta.
Tarigan, Robinson. 2006. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara. Jakarta.
Thee Kian Wie. 1982. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia. Jakarta.
xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Todaro, M.P. 1999. Pembanguan Ekonomi di Dunia Ketiga. edisi ke-6. Erlangga. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Widodo,Tri. 2006. Perencanaan Pembangunan. UPP STIEM YKPN YOGYAKARTA. Yogyakarta.
Yusmawita,F. 2011. Analisis Ketimpangan Pembanguan Ekonomi di Provinsi Sumatera Utara. Tesis S2 PWD USU ( tidak dipulikasikan). Medan.
xv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran I. Rata-rata Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten / Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara 2003 – 2013
Rata- NO KABUPATEN / KOTA 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 rata / Tahun WILAYAH PANTAI
TIMUR 1 Langkat 2,95 1,01 3,47 2,88 4,91 5,08 5,02 5,74 5,84 6,05 5,97 4,45 2 Deli Serdang 5,06 4,15 4,97 5,45 5,74 5,95 5,42 5,98 6,01 6,06 12,79 6,14 3 Serdang Bedagai 6,05 5,91 6,22 6,25 6,12 5,92 6,14 5,98 6,00 5,97 6,06 4 Asahan 7,25 4,94 2,63 4,17 4,89 5,02 4,67 4,97 5,37 5,57 5,83 5,03 5 Batu Bara 4,01 4,47 4,26 4,65 5,11 4,37 3,35 4,32 6 Labuhan Batu 4,04 3,52 4,14 5,33 6,71 5,84 4,88 5,15 5,72 6,13 6,00 5,22 7 Labuhan Batu Utara 5,29 5,68 6,21 6,38 6,33 5,97 8 Labuhan Batu Selatan 4,94 5,61 6,13 6,33 6,05 5,81 9 Binjai 9,07 9,00 5,28 5,32 5,68 5,54 5,75 6,07 6,56 6,61 6,48 6,49 10 Medan 5,76 7,29 6,98 7,76 7,78 6,89 6,56 7,16 7,69 7,63 4,30 6,89 11 Tebing Tinggi 4,63 5,53 4,39 5,33 5,98 6,04 5,95 6,04 6,67 6,75 6,91 5,84 12 Tanjung Balai 7,49 5,93 4,11 3,54 4,01 3,99 4,14 4,76 4,86 4,98 4,52 4,76 Wilayah Acuan (Provinsi Sumatera 4,81 5,74 5,48 6,20 6,90 6,39 5,07 6,35 6,63 6,22 6,01 5,98 Utara)
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran.II. Rata-rata Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Menurut Kabupaten / Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara 2003 – 2013
Rata - KABUPATEN / NO 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Rata / KOTA Tahun WILAYAH PANTAI TIMUR 1 Langkat 5.809.831 5.790.730 5.898.434 5.808.584 6.013.174 6.226.965 6.445.005 7.452.508 7.786.401 8.154.981 8.552.669 6.721.753
2 Deli Serdang 6.267.105 6.679.741 7.007.613 7.097.625 7.272.460 7.474.631 7.659.603 8.107.952 8.340.990 8.615.894 9.488.691 7.637.482
3 Serdang Bedagai 5.556.284 5.746.192 5.927.942 6.165.679 6.417.618 6.667.755 7.663.966 8.056.858 8.503.335 8.970.803 6.967.643
4 Asahan 9.100.933 9.391.462 10.017.609 10.293.037 6.903.276 7.124.491 7.328.541 8.065.320 8.374.590 8.746.168 9.159.762 8.591.381
5 Batu Bara 17.346.147 17.712.747 18.133.602 19.672.216 20.328.857 20.948.127 21.392.243 19.361.991
6 Labuhan Batu 8.684.573 8.797.743 7.365.989 7.480.311 7.823.209 8.112.613 7.427.730 7.857.113 8.082.300 8.399.543 8.722.119 8.068.477 Labuhan Batu 7 8.512.964 9.565.185 9.995.931 10.511.141 11.053.379 9.927.720 Utara Labuhan Batu 8 9.570.414 10.212.617 10.505.068 10.899.276 11.296.408 10.496.757 Selatan 9 Binjai 5.940.395 6.314.485 6.439.516 6.605.547 6.868.205 7.109.527 7.401.639 8.209.884 8.560.429 8.973.884 9.402.747 7.438.751
10 Medan 11.099.577 11.748.852 12.411.650 13.174.001 14.090.603 14.925.017 15.761.364 17.077.622 18.132.966 19.319.273 19.949.516 15.244.586
11 Tebing Tinggi 5.983.239 6.248.169 6.460.242 6.691.874 7.018.280 7.354.831 7.702.228 8.024.751 8.390.824 8.819.493 9.299.796 7.453.975
12 Tanjung Balai 7.107.561 7.345.543 7.468.769 7.551.912 7.684.976 7.808.879 7.946.298 9.043.279 8.286.912 9.609.574 9.892.215 8.158.720
Wilayah Acuan (Provinsi 6.609.292 6.873.420 7.130.696 7.383.039 7.775.393 8.140.606 8.420.590 9.110.777 9.574.785 10.028.302 10.488.190 8.321.372 Sumatera Utara)
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran III. Hasil Perhitungan Tipologi Klassen di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara
KABUPATEN / KOTA Rata - rata Laju Rata - rata Perbandingan Perbandingan Kualifikasi NO WILAYAH PANTAI Pertumbuhan PDRB ri dengan r yi dengan y Kuadran TIMUR Ekonomi Perkapita 1 Langkat 4,45 6.721.753 ri < r yi < y IV 2 Deli Serdang 6,14 7.637.482 ri > r yi < y II 3 Serdang Bedagai 6,06 6.967.643 ri > r yi
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran IV. Perhitungan Indeks Williamson Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003.
Rata - KABUPATEN / KOTA Jlh rata NO WILAYAH PANTAI yi - Ý (yi - Ý)² Penduduk Pi (fi/n) (yi-Ý)² x Pi √(yi-Ý)² x Pi IW PDRB TIMUR (fi) Perkapita 1 Langkat 5.809.831 -799.461 639.137.890.521 940.601 0,079 50.559.593.413,30 224.854,61 0,0340 2 Deli Serdang 6.267.105 -342.187 117.091.942.969 2.054.707 0,173 20.233.941.254,79 142.246,06 0,0215 3 Serdang Bedagai 4 Asahan 9.100.933 2.491.641 6.208.274.872.881 990.230 0,083 517.023.863.318,04 719.043,71 0,1088 5 Batu Bara 6 Labuhan Batu 8.684.573 2.075.281 4.306.791.228.961 910.502 0,077 329.790.617.417,59 574.273,99 0,0869 7 Labuhan Batu Utara 8 Labuhan Batu Selatan 9 Binjai 5.940.395 -668.897 447.423.196.609 225.535 0,019 8.486.644.615,31 92.122,99 0,0139 10 Medan 11.099.577 4.490.285 20.162.659.381.225 1.979.340 0,166 3.356.385.115.388,80 1.832.043,97 0,2772 11 Tebing Tinggi 5.983.239 -626.053 391.942.358.809 132.760 0,011 4.376.158.239,56 66.152,54 0,0100 12 Tanjung Balai 7.107.561 498.269 248.271.996.361 144.979 0,012 3.027.167.192,66 55.019,70 0,0083
JUMLAH 59.993.214 7.378.654 4.289.883.100.840,04 3.705.757,56 0,5607
Provinsi Sumatera Utara 6.609.292 11.890.399
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran V. Perhitungan Indeks Williamson Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004.
KABUPATEN / KOTA Rata - rata Jlh Pi NO WILAYAH PANTAI PDRB yi - Ý (yi - Ý)² Penduduk (yi-Ý)² x Pi √(yi-Ý)² x Pi IW (fi/n) TIMUR Perkapita (fi)
1 Langkat 5.790.730 -1.082.690 1.172.217.636.100 955.348 0,079 92.373.382.809,13 303.929,90 0,0442 2 Deli Serdang 6.679.741 -193.679 37.511.555.041 1.523.881 0,126 4.715.124.025,64 68.666,76 0,0100 3 Serdang Bedagai 5.556.284 -1.317.136 1.734.847.242.496 583.071 0,048 83.437.192.043,24 288.854,97 0,0420 4 Asahan 9.391.462 2.518.042 6.340.535.513.764 1.009.856 0,083 528.156.206.842,63 726.743,56 0,1057 5 Batu Bara 6 Labuhan Batu 8.797.743 1.924.323 3.703.019.008.329 933.866 0,077 285.244.647.460,12 534.083,00 0,0777 7 Labuhan Batu Utara 8 Labuhan Batu Selatan 9 Binjai 6.314.485 -558.935 312.408.334.225 232.236 0,019 5.984.517.650,81 77.359,66 0,0113 10 Medan 11.748.852 4.875.432 23.769.837.186.624 2.010.676 0,166 3.942.260.326.761,92 1.985.512,61 0,2889 11 Tebing Tinggi 6.248.169 -625.251 390.938.813.001 134.382 0,011 4.333.381.139,28 65.828,42 0,0096 12 Tanjung Balai 7.345.543 472.123 222.900.127.129 149.238 0,012 2.743.890.239,38 52.382,16 0,0076 JUMLAH 67.873.009 7.532.554 4.949.248.668.972,15 4.103.361,04 0,5970
Provinsi Sumatera Utara 6.873.420 12.123.360
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran VI. Perhitungan Indeks Williamson Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005.
KABUPATEN / KOTA Rata - rata Jlh NO WILAYAH PANTAI PDRB yi - Ý (yi - Ý)² Penduduk Pi (fi/n) (yi-Ý)² x Pi √(yi-Ý)² x Pi IW TIMUR Perkapita (fi) 1 Langkat 5.898.434 -1.232.262 1.518.469.636.644 970.433 0,079 119.543.403.737,60 345.750,49 0,0485 2 Deli Serdang 7.007.613 -123.083 15.149.424.889 1.569.638 0,127 1.929.077.159,63 43.921,26 0,0062 3 Serdang Bedagai 5.746.192 -1.384.504 1.916.851.326.016 588.176 0,048 91.463.892.017,85 302.429,98 0,0424 4 Asahan 10.017.609 2.886.913 8.334.266.669.569 1.024.369 0,083 692.592.474.147,51 832.221,41 0,1167 5 Batu Bara 6 Labuhan Batu 7.365.989 235.293 55.362.795.849 951.773 0,077 4.274.697.067,09 65.381,17 0,0092 7 Labuhan Batu Utara 8 Labuhan Batu Selatan 9 Binjai 6.439.516 -691.180 477.729.792.400 237.904 0,019 9.220.150.678,97 96.021,62 0,0135 10 Medan 12.411.650 5.280.954 27.888.475.150.116 2.036.185 0,165 4.606.763.863.997,98 2.146.337,31 0,3010 11 Tebing Tinggi 6.460.242 -670.454 449.508.566.116 135.671 0,011 4.947.421.898,55 70.337,91 0,0099 12 Tanjung Balai 7.468.769 338.073 114.293.353.329 152.814 0,012 1.416.896.303,74 37.641,68 0,0053 JUMLAH 68.816.014 7.666.963 5.532.151.877.008,92 3.940.042,83 0,5525
Provinsi Sumatera Utara 7.130.696 12.326.678
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran VII. Perhitungan Indeks Williamson Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006.
KABUPATEN / KOTA Rata - rata Jlh NO WILAYAH PANTAI PDRB yi - Ý (yi - Ý)² Penduduk Pi (fi/n) (yi-Ý)² x Pi √(yi-Ý)² x Pi IW TIMUR Perkapita (fi)
1 Langkat 5.808.584 -1.574.455 2.478.908.547.025 1.013.849 0,080 198.777.248.717,23 445.844,42 0,0604 2 Deli Serdang 7.097.625 -285.414 81.461.151.396 1.634.115 0,129 10.528.489.151,30 102.608,43 0,0139 3 Serdang Bedagai 5.927.942 -1.455.097 2.117.307.279.409 605.630 0,048 101.420.130.197,28 318.465,27 0,0431 4 Asahan 10.293.037 2.909.998 8.468.088.360.004 1.038.554 0,082 695.580.433.591,82 834.014,65 0,1130 5 Batu Bara 6 Labuhan Batu 7.480.311 97.272 9.461.841.984 987.157 0,078 738.745.440,73 27.179,87 0,0037 7 Labuhan Batu Utara 8 Labuhan Batu Selatan 9 Binjai 6.605.547 -777.492 604.493.810.064 244.256 0,019 11.678.040.901,59 108.064,98 0,0146 10 Medan 13.174.001 5.790.962 33.535.240.885.444 2.067.288 0,164 5.483.215.403.873,94 2.341.626,66 0,3172 11 Tebing Tinggi 6.691.874 -691.165 477.709.057.225 137.959 0,011 5.212.504.061,43 72.197,67 0,0098 12 Tanjung Balai 7.551.912 168.873 28.518.090.129 156.475 0,012 352.937.894,61 18.786,64 0,0025 JUMLAH 70.630.833 7.885.283 6.507.503.933.829,93 4.268.788,60 0,5782
Provinsi Sumatera Utara 7.383.039 12.643.494
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran VIII. Perhitungan Indeks Williamson Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007.
Rata - KABUPATEN / KOTA Jlh rata NO WILAYAH PANTAI yi - Ý (yi - Ý)² Penduduk Pi (fi/n) (yi-Ý)² x Pi √(yi-Ý)² x Pi IW PDRB TIMUR (fi) Perkapita 1 Langkat 6.013.174 -1.762.219 3.105.415.803.961 1.027.414 0,080 248.594.003.773,99 498.592,02 0,0641 2 Deli Serdang 7.272.460 -502.933 252.941.602.489 1.686.366 0,131 33.235.140.111,11 182.305,07 0,0234 3 Serdang Bedagai 6.165.679 -1.609.714 2.591.179.161.796 618.656 0,048 124.902.773.616,26 353.415,86 0,0455 4 Asahan 6.903.276 -872.117 760.588.061.689 676.605 0,053 40.096.837.272,28 200.241,95 0,0258 5 Batu Bara 17.346.147 9.570.754 91.599.332.128.516 373.836 0,029 2.668.079.949.192,36 1.633.425,83 0,2101 6 Labuhan Batu 7.823.209 47.816 2.286.369.856 1.007.185 0,078 179.424.252,53 13.394,93 0,0017 7 Labuhan Batu Utara 8 Labuhan Batu Selatan 9 Binjai 6.868.205 -907.188 822.990.067.344 248.256 0,019 15.919.145.718,83 126.171,10 0,0162 10 Medan 14.090.603 6.315.210 39.881.877.344.100 2.083.156 0,162 6.473.256.233.642,15 2.544.259,47 0,3272 11 Tebing Tinggi 7.018.280 -757.113 573.220.094.769 139.409 0,011 6.226.408.773,10 78.907,60 0,0101 12 Tanjung Balai 7.684.976 -90.417 8.175.233.889 159.932 0,012 101.873.438,62 10.093,24 0,0013 JUMLAH 87.186.009 8.020.815 9.610.591.789.791,24 5.640.807,07 0,7255
Provinsi Sumatera Utara 7.775.393 12.834.371
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran IX. Perhitungan Indeks Williamson Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008.
KABUPATEN / KOTA Rata - rata Jlh NO WILAYAH PANTAI PDRB yi - Ý (yi - Ý)² Penduduk Pi (fi/n) (yi-Ý)² x Pi √(yi-Ý)² x Pi IW TIMUR Perkapita (fi)
1 Langkat 6.226.965 -1.913.641 3.662.021.876.881 1.042.523 0,080 292.719.616.702,43 541.035,69 0,0665 2 Deli Serdang 7.474.631 -665.975 443.522.700.625 1.738.431 0,133 59.117.840.179,03 243.141,61 0,0299 3 Serdang Bedagai 6.417.618 -1.722.988 2.968.687.648.144 630.728 0,048 143.566.087.447,39 378.901,16 0,0465 4 Asahan 7.124.491 -1.016.115 1.032.489.693.225 688.529 0,053 54.507.116.794,24 233.467,59 0,0287 5 Batu Bara 17.712.747 9.572.141 91.625.883.323.881 382.474 0,029 2.686.985.609.874,23 1.639.202,74 0,2014 6 Labuhan Batu 8.112.613 -27.993 783.608.049 1.027.964 0,079 61.762.098,29 7.858,89 0,0010 7 Labuhan Batu Utara 8 Labuhan Batu Selatan 9 Binjai 7.109.527 -1.031.079 1.063.123.904.241 252.652 0,019 20.594.529.381,11 143.507,94 0,0176 10 Medan 14.925.017 6.784.411 46.028.232.616.921 2.102.105 0,161 7.418.634.121.927,32 2.723.716,97 0,3346 11 Tebing Tinggi 7.354.831 -785.775 617.442.350.625 141.059 0,011 6.677.939.244,75 81.718,66 0,0100 12 Tanjung Balai 7.808.879 -331.727 110.042.802.529 163.679 0,013 1.381.019.635,94 37.162,07 0,0046
JUMLAH 90.267.319 8.170.144 10.684.245.643.284,70 6.029.713,31 0,7407
Provinsi Sumatera Utara 8.140.606 13.042.317
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran X. Perhitungan Indeks Williamson Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009.
KABUPATEN / KOTA Rata - rata Jlh NO WILAYAH PANTAI PDRB yi - Ý (yi - Ý)² Penduduk Pi (fi/n) (yi-Ý)² x Pi √(yi-Ý)² x Pi IW TIMUR Perkapita (fi) 1 Langkat 6.445.005 -1.975.585 3.902.936.092.225 1.057.768 0,080 311.615.385.028,84 558.225,21 0,0663 2 Deli Serdang 7.659.603 -760.987 579.101.214.169 1.788.351 0,135 78.170.747.399,75 279.590,32 0,0332 3 Serdang Bedagai 6.667.755 -1.752.835 3.072.430.537.225 642.983 0,049 149.114.058.430,71 386.152,90 0,0459 4 Asahan 7.328.541 -1.092.049 1.192.571.018.401 700.606 0,053 63.065.977.313,60 251.129,40 0,0298 5 Batu Bara 18.133.602 9.713.012 94.342.602.112.144 389.510 0,029 2.773.725.565.416,14 1.665.450,56 0,1978 6 Labuhan Batu 7.427.730 -992.860 985.770.979.600 417.584 0,032 31.071.119.813,79 176.270,02 0,0209 7 Labuhan Batu Utara 8.512.964 92.374 8.532.955.876 351.620 0,027 226.469.695,64 15.048,91 0,0018 8 Labuhan Batu Selatan 9.570.414 1.149.824 1.322.095.230.976 280.562 0,021 27.998.103.481,67 167.326,34 0,0199 9 Binjai 7.401.639 -1.018.951 1.038.261.140.401 252.652 0,019 19.800.053.655,18 140.712,66 0,0167 10 Medan 15.761.364 7.340.774 53.886.962.919.076 2.102.105 0,159 8.550.177.673.492,02 2.924.068,68 0,3473 11 Tebing Tinggi 7.702.228 -718.362 516.043.963.044 141.059 0,011 5.494.453.843,89 74.124,58 0,0088 12 Tanjung Balai 7.946.298 -474.292 224.952.901.264 163.679 0,012 2.779.211.439,49 52.718,23 0,0063
JUMLAH 110.557.143 8.288.479 12.013.238.819.010,70 6.690.817,81 0,7946
Provinsi Sumatera Utara 8.420.590 13.248.386
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran XI. Perhitungan Indeks Williamson Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010.
KABUPATEN / KOTA Rata - rata Jlh NO WILAYAH PANTAI PDRB yi - Ý (yi - Ý)² Penduduk Pi (fi/n) (yi-Ý)² x Pi √(yi-Ý)² x Pi IW TIMUR Perkapita (fi)
1 Langkat 7.452.508 -1.658.269 2.749.856.076.361 967.535 0,075 204.940.701.813,19 452.703,77 0,0497 2 Deli Serdang 8.107.952 -1.002.825 1.005.657.980.625 1.790.431 0,138 138.694.571.731,30 372.417,20 0,0409 3 Serdang Bedagai 7.663.966 -1.446.811 2.093.262.069.721 594.383 0,046 95.838.841.292,82 309.578,49 0,0340 4 Asahan 8.065.320 -1.045.457 1.092.980.338.849 668.272 0,051 56.262.261.554,61 237.196,67 0,0260 5 Batu Bara 19.672.216 10.561.439 111.543.993.750.721 375.885 0,029 3.229.629.891.117,85 1.797.117,11 0,1973 6 Labuhan Batu 7.857.113 -1.253.664 1.571.673.424.896 415.110 0,032 50.254.745.296,61 224.175,70 0,0246 7 Labuhan Batu Utara 9.565.185 454.408 206.486.630.464 330.701 0,025 5.259.918.514,69 72.525,30 0,0080 8 Labuhan Batu Selatan 10.212.617 1.101.840 1.214.051.385.600 277.673 0,021 25.967.030.744,06 161.142,89 0,0177 9 Binjai 8.209.884 -900.893 811.608.197.449 246.154 0,019 15.388.804.877,42 124.051,62 0,0136 10 Medan 17.077.622 7.966.845 63.470.619.254.025 2.097.610 0,162 10.255.316.096.822,60 3.202.392,25 0,3515 11 Tebing Tinggi 8.024.751 -1.086.026 1.179.452.472.676 145.248 0,011 13.195.996.053,62 114.873,83 0,0126 12 Tanjung Balai 9.043.279 -67.498 4.555.980.004 154.445 0,012 54.200.991,74 7.362,13 0,0008 JUMLAH 120.952.413 8.063.447 14.090.803.060.810,50 7.075.536,95 0,7766
Provinsi Sumatera Utara 9.110.777 12.982.204
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran XII. Perhitungan Indeks Williamson Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011.
KABUPATEN / KOTA Rata - rata Jlh Pi NO WILAYAH PANTAI PDRB yi - Ý (yi - Ý)² Penduduk (yi-Ý)² x Pi √(yi-Ý)² x Pi IW (fi/n) TIMUR Perkapita (fi) 1 Langkat 7.786.401 -1.788.384 3.198.317.331.456 976.582 0,075 238.363.510.000,46 488.224,86 0,0510 2 Deli Serdang 8.340.990 -1.233.795 1.522.250.102.025 1.807.173 0,138 209.940.025.900,28 458.192,13 0,0479 3 Serdang Bedagai 8.056.858 -1.517.927 2.304.102.377.329 599.941 0,046 105.492.071.364,01 324.795,43 0,0339 4 Asahan 8.374.590 -1.200.195 1.440.468.038.025 674.521 0,051 74.149.564.858,12 272.304,18 0,0284 5 Batu Bara 20.328.857 10.754.072 115.650.064.581.184 379.400 0,029 3.348.518.567.124,72 1.829.895,78 0,1911 6 Labuhan Batu 8.082.300 -1.492.485 2.227.511.475.225 418.992 0,032 71.225.447.428,89 266.880,96 0,0279 7 Labuhan Batu Utara 9.995.931 421.146 177.363.953.316 333.793 0,025 4.518.061.001,67 67.216,52 0,0070 8 Labuhan Batu Selatan 10.505.068 930.283 865.426.460.089 280.269 0,021 18.510.354.603,63 136.052,76 0,0142 9 Binjai 8.560.429 -1.014.356 1.028.918.094.736 248.456 0,019 19.509.215.191,44 139.675,39 0,0146 10 Medan 18.132.966 8.558.181 73.242.462.028.761 2.117.224 0,162 11.834.209.359.505,70 3.440.088,57 0,3593 11 Tebing Tinggi 8.390.824 -1.183.961 1.401.763.649.521 146.606 0,011 15.683.249.208,97 125.232,78 0,0131 12 Tanjung Balai 8.286.912 -1.287.873 1.658.616.864.129 155.889 0,012 19.731.997.562,52 140.470,63 0,0147 JUMLAH 124.842.126 8.138.846 15.959.851.423.750,40 7.689.029,99 0,8030
Provinsi Sumatera Utara 9.574.785 13.103.596
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran XIII. Perhitungan Indeks Williamson Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012.
KABUPATEN / KOTA Rata - rata Jlh Pi NO WILAYAH PANTAI PDRB yi – Ý (yi - Ý)² Penduduk (yi-Ý)² x Pi √(yi-Ý)² x Pi IW (fi/n) TIMUR Perkapita (fi) 1 Langkat 8.154.981 -1.873.321 3.509.331.569.041 976.885 0,074 259.410.468.878,14 509.323,54 0,0508 2 Deli Serdang 8.615.894 -1.412.408 1.994.896.358.464 1.845.615 0,140 278.599.994.251,14 527.825,72 0,0526 3 Serdang Bedagai 8.503.335 -1.524.967 2.325.524.351.089 604.026 0,046 106.290.923.119,99 326.022,89 0,0325 4 Asahan 8.746.168 -1.282.134 1.643.867.593.956 677.876 0,051 84.321.193.819,28 290.381,12 0,0290 5 Batu Bara 20.948.127 10.919.825 119.242.578.030.625 381.023 0,029 3.437.970.955.929,59 1.854.176,62 0,1849 6 Labuhan Batu 8.399.543 -1.628.759 2.652.855.880.081 424.644 0,032 85.242.917.134,42 291.963,90 0,0291 7 Labuhan Batu Utara 10.511.141 482.839 233.133.499.921 335.459 0,025 5.917.847.725,54 76.927,55 0,0077 8 Labuhan Batu Selatan 10.899.276 870.974 758.595.708.676 284.809 0,022 16.348.719.588,02 127.862,11 0,0128 9 Binjai 8.973.884 -1.054.418 1.111.797.318.724 250.252 0,019 21.053.428.693,18 145.098,00 0,0145 10 Medan 19.319.273 9.290.971 86.322.142.122.841 2.122.804 0,161 13.866.018.033.575,80 3.723.710,25 0,3713 11 Tebing Tinggi 8.819.493 -1.208.809 1.461.219.198.481 147.771 0,011 16.338.953.481,53 127.823,92 0,0127 12 Tanjung Balai 9.609.574 -418.728 175.333.137.984 157.175 0,012 2.085.293.209,24 45.665,01 0,0046 JUMLAH 131.500.689 8.208.339 18.179.598.729.405,90 8.046.780,63 0,8024 Provinsi Sumatera 10.028.302 13.215.401 Utara
xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran XIV. Perhitungan Indeks Williamson Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013.
KABUPATEN / KOTA Rata - rata Jlh Pi NO WILAYAH PANTAI PDRB yi - Ý (yi - Ý)² Penduduk (yi-Ý)² x Pi √(yi-Ý)² x Pi IW (fi/n) TIMUR Perkapita (fi) 1 Langkat 8.552.669 -1.935.521 3.746.241.541.441 978.734 0,073 275.138.038.529,41 524.536,02 0,0500 2 Deli Serdang 9.488.691 -999.499 998.998.251.001 1.886.388 0,142 141.411.893.986,03 376.047,73 0,0359 3 Serdang Bedagai 8.970.803 -1.517.387 2.302.463.307.769 605.583 0,045 104.630.085.237,32 323.465,74 0,0308 4 Asahan 9.159.762 -1.328.428 1.764.720.951.184 681.794 0,051 90.285.790.068,59 300.475,94 0,0286 5 Batu Bara 21.392.243 10.904.053 118.898.371.826.809 382.960 0,029 3.416.799.603.580,71 1.848.458,71 0,1762 6 Labuhan Batu 8.722.119 -1.766.071 3.119.006.777.041 430.718 0,032 100.809.050.924,13 317.504,41 0,0303 7 Labuhan Batu Utara 11.053.379 565.189 319.438.605.721 337.404 0,025 8.087.751.792,35 89.931,93 0,0086 8 Labuhan Batu Selatan 11.296.408 808.218 653.216.335.524 289.655 0,022 14.198.035.334,64 119.155,51 0,0114 9 Binjai 9.402.747 -1.085.443 1.178.186.506.249 252.263 0,019 22.302.717.671,59 149.340,94 0,0142 10 Medan 19.949.516 9.461.326 89.516.689.678.276 2.123.210 0,159 14.262.220.635.605,40 3.776.535,53 0,3601 11 Tebing Tinggi 9.299.796 -1.188.394 1.412.280.299.236 149.065 0,011 15.797.442.067,45 125.687,88 0,0120 12 Tanjung Balai 9.892.215 -595.975 355.186.200.625 158.599 0,012 4.227.140.815,00 65.016,47 0,0062 JUMLAH 137.180.348 8.276.373 18.455.908.185.612,60 8.016.156,81 0,7643
Provinsi Sumatera Utara 10.488.190 13.326.307
xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran XV. Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di Wilayah Dataran Tinggi Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013
Jumlah Kepadatan Kabupaten Luas Wilayah Penduduk Penduduk (1) (2) (3) (4) Tapanuli Utara 3,764.65 286118 76 Toba Samosir 2,352.35 175069 74 Simalungun 4,368.60 833251 191 Dairi 1,927.80 276238 143 Karo 2,127.25 363755 171 Humbang Hasundutan 2,297.20 176429 77 Pakpak Bharat 1,218.30 42144 35 Samosir 2,433.50 121924 50 Pematang Siantar 79.97 237434 2969 Wilayah Dataran Tinggi 20,569.62 2512362 122
xv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran XVI. Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di Wilayah Pantai Barat Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013
Jumlah Kepadatan Kabupaten Luas Wilayah Penduduk Penduduk (1) (2) (3) (4) Nias 980.32 133388 136 Mandailing Natal 6,620.70 413475 52 Tapanuli Selatan 4,352.86 268824 62 Tapanuli Tengah 2,158.00 324006 150 Nias Selatan 1,625.91 295968 182 Padang Lawas Utara 3,918.05 232746 59 Padang Lawas 3,892.74 237259 61 Nias Utara 1,501.63 129053 86 Nias Barat 544.09 82854 152 Sibolga 10.77 85981 7983 Padang Sidempuan 114.65 204615 1785 Gunung Sitoli 469.36 129403 276 Wilayah Pantai Barat 26,189.08 2537572 97
xvi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran XVII. Peta Provinsi Sumatera Utara Wilayah Pantai Timur
xvii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran XVIII. Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi 2003-2009
Rata-rata / NO KABUPATEN / KOTA 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun WILAYAH PANTAI TIMUR 1 Langkat 2,95 1,01 3,47 2,88 4,91 5,08 5,02 3,62 2 Deli Serdang 5,06 4,15 4,97 5,45 5,74 5,95 5,42 5,25 3 Serdang Bedagai 6,05 5,91 6,22 6,25 6,12 5,92 6,08 4 Asahan 7,25 4,94 2,63 4,17 4,89 5,02 4,67 4,80 5 Batu Bara 4,01 4,47 4,26 4,25 6 Labuhan Batu 4,04 3,52 4,14 5,33 6,71 5,84 4,88 4,92 7 Labuhan Batu Utara 5,29 5,29 8 Labuhan Batu Selatan 4,94 4,94 9 Binjai 9,07 9,00 5,28 5,32 5,68 5,54 5,75 6,52 10 Medan 5,76 7,29 6,98 7,76 7,78 6,89 6,56 7,00 11 Tebing Tinggi 4,63 5,53 4,39 5,33 5,98 6,04 5,95 5,41 12 Tanjung Balai 7,49 5,93 4,11 3,54 4,01 3,99 4,14 4,74 Wilayah Acuan (Provinsi Sumatera 4,81 5,74 5,48 6,20 6,90 6,39 5,07 5,80 Utara)
xviii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran XIX. Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi 2008-2013
Rata-rata / NO KABUPATEN / KOTA 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Tahun WILAYAH PANTAI TIMUR 1 Langkat 5,08 5,02 5,74 5,84 6,05 5,97 5,62 2 Deli Serdang 5,95 5,42 5,98 6,01 6,06 12,79 7,04 3 Serdang Bedagai 6,12 5,92 6,14 5,98 6,00 5,97 6,02 4 Asahan 5,02 4,67 4,97 5,37 5,57 5,83 5,24 5 Batu Bara 4,47 4,26 4,65 5,11 4,37 3,35 4,37 6 Labuhan Batu 5,84 4,88 5,15 5,72 6,13 6,00 5,62 7 Labuhan Batu Utara 5,29 5,68 6,21 6,38 6,33 5,98 8 Labuhan Batu Selatan 4,94 5,61 6,13 6,33 6,05 5,81 9 Binjai 5,54 5,75 6,07 6,56 6,61 6,48 6,17 10 Medan 6,89 6,56 7,16 7,69 7,63 4,30 6,71 11 Tebing Tinggi 6,04 5,95 6,04 6,67 6,75 6,91 6,39 12 Tanjung Balai 3,99 4,14 4,76 4,86 4,98 4,52 4,54 Wilayah Acuan (Provinsi 6,39 5,07 6,35 6,63 6,22 6,01 6,11 Sumatera Utara)
xix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran XX. Rata-rata PDRB perkapita 2003-2009
Rata - NO KABUPATEN / KOTA 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Rata / Tahun WILAYAH PANTAI TIMUR 1 Langkat 5.809.831 5.790.730 5.898.434 5.808.584 6.013.174 6.226.965 6.445.005 5.998.960 2 Deli Serdang 6.267.105 6.679.741 7.007.613 7.097.625 7.272.460 7.474.631 7.659.603 7.065.540 3 Serdang Bedagai 5.556.284 5.746.192 5.927.942 6.165.679 6.417.618 6.667.755 6.080.245 4 Asahan 9.100.933 9.391.462 10.017.609 10.293.037 6.903.276 7.124.491 7.328.541 8.594.193 5 Batu Bara 17.346.147 17.712.747 18.133.602 17.730.832 6 Labuhan Batu 8.684.573 8.797.743 7.365.989 7.480.311 7.823.209 8.112.613 7.427.730 7.956.024 7 Labuhan Batu Utara 8.512.964 8.512.964 8 Labuhan Batu Selatan 9.570.414 9.570.414 9 Binjai 5.940.395 6.314.485 6.439.516 6.605.547 6.868.205 7.109.527 7.401.639 6.668.473 10 Medan 11.099.577 11.748.852 12.411.650 13.174.001 14.090.603 14.925.017 15.761.364 13.315.866 11 Tebing Tinggi 5.983.239 6.248.169 6.460.242 6.691.874 7.018.280 7.354.831 7.702.228 6.779.838 12 Tanjung Balai 7.107.561 7.345.543 7.468.769 7.551.912 7.684.976 7.808.879 7.946.298 7.559.134 Wilayah Acuan (Provinsi 6.609.292 6.873.420 7.130.696 7.383.039 7.775.393 8.140.606 8.420.590 7.476.148 Sumatera Utara)
xx
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran XXI. Rata-rata PDRB perkapita 2008-2013
Rata - Rata NO KABUPATEN / KOTA 2008 2009 2010 2011 2012 2013 / Tahun WILAYAH PANTAI
TIMUR 1 Langkat 6.226.965 6.445.005 7.452.508 7.786.401 8.154.981 8.552.669 7.436.422 2 Deli Serdang 7.474.631 7.659.603 8.107.952 8.340.990 8.615.894 9.488.691 8.281.294 3 Serdang Bedagai 6.417.618 6.667.755 7.663.966 8.056.858 8.503.335 8.970.803 7.713.389 4 Asahan 7.124.491 7.328.541 8.065.320 8.374.590 8.746.168 9.159.762 8.133.145 5 Batu Bara 17.712.747 18.133.602 19.672.216 20.328.857 20.948.127 21.392.243 19.697.965 6 Labuhan Batu 8.112.613 7.427.730 7.857.113 8.082.300 8.399.543 8.722.119 8.100.236 7 Labuhan Batu Utara 8.512.964 9.565.185 9.995.931 10.511.141 11.053.379 9.927.720 8 Labuhan Batu Selatan 9.570.414 10.212.617 10.505.068 10.899.276 11.296.408 10.496.757 9 Binjai 7.109.527 7.401.639 8.209.884 8.560.429 8.973.884 9.402.747 8.276.352 10 Medan 14.925.017 15.761.364 17.077.622 18.132.966 19.319.273 19.949.516 17.527.626 11 Tebing Tinggi 7.354.831 7.702.228 8.024.751 8.390.824 8.819.493 9.299.796 8.265.321 12 Tanjung Balai 7.808.879 7.946.298 9.043.279 8.286.912 9.609.574 9.892.215 8.764.526 Wilayah Acuan (Provinsi 8.140.606 8.420.590 9.110.777 9.574.785 10.028.302 10.488.190 9.293.875 Sumatera Utara)
xxi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA