Sosiohumaniora, Volume 16 No. 3 November 2014: 270 - 281

IMPLEMENTASI DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH PADA DAERAH OTONOMI BARU (DOB) (Studi Di Kabupaten Pesawaran dan Kabupaten Pringsewu Provinsi ) Rahayu Sulistiowati Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung Email: [email protected] ABSTRAK Riset ini didasarkan pada fenomena yang terjadi dalam penyelengaraan pemerintahan daerah khususnya dalam hal pembentukan daerah otonom baru (DOB) yang ternyata belum sesuai dengan tujuan awal dibentuknya DOB yaitu agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat akselerasi pembangunan, serta, meningkatkan kulitas layanan publik. Pemekaran wilayah di berbagai daerah lebih banyak dilatarbelakangi kepentingan elit politik di daerah. Sehingga pendekatan dalam implementasi kebijakan DOB juga lebih banyak menggunakan pendekatan politik. Kementerian Dalam Negeri juga berpendapat bahwa penambahan DOB tidak berbanding lurus dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. Bahkan sekitar 80% DOB mengalami kegagalan.Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pesawaran dan Kabupaten Pringsewu Propinsi Lampung karena kedua kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten induk yaitu Lampung Selatan dan Tanggamus. Penelitian bertujuan menggali berbagai informasi setempat yang diperlukan dalam rangka menciptakan penguatan desentralisasi dan otonomi daerah sekaligus untuk menghindari berulangnya dampak buruk implementasi otonomi daerah sebagaimana telah berlangsung di kabupaten lainnya. Pengumpulan data melalui wawancara mendalam juga terstruktur, Fokus group discussion (FGD), observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa empat fungsi pemerintah daerah yaitu pelayanan publik, pembuatan kebijakan, manajemen konflik, dan pemberdayaan masyarakat di kabupaten Pesawaran dan kabupaten Pringsewu menunjukkan kondisi yang berbeda di mana Kabupaten Pringsewu yang lebih baru terbentuknya justru menjalankan empat fungsi pemerintahan dengan lebih baik dibandingkan kabupaten Pesawaran. Keywords : desentralisasi, otonomi derah, daerah otonomi baru (DOB), pemerintah daerah THE IMPLEMENTATION OF DECENTRALIZATION AND LOCAL AUTONOMY AT NEW LOCAL AUTONOMY (Study at Pesawaran and Pringsewu Regency in Lampung Province) ABSTRACK This research is based on the phenomenon in local government, especially the forming of the new autonomy region. The result of the research showed that the forming of the new autonomy region wasn’t suitable with the purposes of the previous plans such as to obtain the prosperity of the development accseleration also to develop public services. The motivation of forming the new autonomy region at many regions in is mostly based on elites interest. So that the implementation of the new autonomy regions is mostly use political approach. The ministrer of local affairs also stated that the additional number fo new autonomy regions wasn’t balanced with the comparisson with the public prosperity and public service. Even about 80 percent of new outonomy regions were unsuccessfull. This research was conducted in Pesawaran and Pringsewu near South Lampung and Tanggamus. The results aimed to get the information surroundings that was needed for the creating the desentralisation and region autonomy also to get rid of the repetition of the bad influences as that was implemented in other regions. The data collection used in depth and structured interview, focus group discussion (FGD), observation and documentation. The result of the research showed that there were four functions of local government such as public service, forming the regulation, conflict management and public empowerment in Pesawaran, Pringsewu and shown that Pringsewu was better in implementing those four functions of local government than Pesawaran. Keywords : decentralisation, region autonomy, new autonomy region, local government PENDAHULUAN kepada pemerintahan dan masyarakat lokal untuk diselenggarakan guna meningkatkan kemaslahatan Lahirnya Daerah Otonom Baru(DOB) dengan umat. segala permasalahannya adalah konsekuensi yang Pelaksanaan otonomi daerah yang telah berjalan muncul pasca diterapkannya satu bentuk penye- sejak diterapkannya pada Januari 2001 dapat lenggaraan pemerintahan yang baru di Indonesia dikatakan belum menunjukkan hasil yang optimal. yang memberikan peran yang lebih besar kepada Berbagai perkembangan memang telah muncul pemerintah daerah melalui pemberlakuan UU No 22 disana sini seperti inovasi yang dilakukan oleh tahun 1999 tentang Otonomi Daerah (yang kemudian beberapa pemerintah daerah dalam meningkatkan direvisi menjadi UU No 32 tahun 2004 tentang kualitas pelayanan publik. Contoh-contoh pemerintah Otonomi Daerah. Otonomi daerah adalah sebuah daerah yang telah berhasil melaksanakan otonomi mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang daerah diantaranya adalah kabupaten Sragen, menyangkut pola hubungan antara pemerintahan kabupaten Solok, Kabupaten Jembrana, juga nasional dan pemerintahan lokal. Di dalam mekanisme kabupaten Serdang Bedagai. ini pemerintahan nasional melimpahkan kewenangan

270 Implementasi Desentralisasi Dan Otonomi Daerah Pada Daerah Otonomi Baru (Dob) (Studi Di Kabupaten Pesawaran Dan Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung) (Rahayu Sulistiowati) Pada aras politik, desentralisasi juga telah the central government to its field organization, mendorong demokrasi di tingkat lokal. Pemilihan lokal administrative units, semi autonomous, and kepala daerah secara langsung yang telah berhasil prastatal organizations, Lokal government, or non diselenggarakan di lebih dari 200 daerah otonom sejak governmental organizations. Juni 2005 merupakan produk riel otonomi daerah Pemahaman terhadap konsep desentralisasi, bagi pengembangan demokrasi di tingkat lokal. Tanpa menurut Carolie (dalam Waluyo, 2007:140), pada menutup mata terhadap perkembangan positif tersebut, perkembangan lebih lanjut dibedakan menjadi dua secara agregat pelaksanaan otonomi daerah masih yaitu desentralisasi administratif dan desentralisasi menghadapi banyak kendala. Masih rendahnya kualitas politik. Desentralisasi administratif adalah suatu pelayanan publik di sejumlah besar daerah, munculnya delegasi wewenang pelaksanaan yang diberikan beragam peraturan daerah yang kontra produktif kepada pejabat pusat di daerah. Sedangkan terhadap peningkatan ekonomi, meningkatnya angka Desentralisasi politik menyangkut delegasi pengangguran, dan menguatnya jaringan patronase wewenang pembuatan keputusan tertentu mengenai elite lokal, disertai dengan semakin memburuknya sumber-sumber daya yang diberikan kepada badan- kesejahteraan masyarakat. Persoalan di atas merupakan badan pemerintah regional dan lokal dalam rangka sebagian persoalan yang justru menguat di berbagai mengurus kepentingannya. daerah(Laporan Depdagri, 2006:1). Jika demikian halnya, maka pengertian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pesawaran desentralisasi sebagaimana diuraikan di atas akan dan Kabupaten Pringsewu Propinsi Lampung. Pe- terkait dengan proses pembentukan daerah otonomi. milihan lokasi ini didasari pertimbangan bahwa Konsep otonomi, menurut Napitupulu (2007:29) kedua kabupaten ini merupakan hasil pemekaran berasal dari dua kata, yaitu auto (sendiri) dan nomous dari Kabupaten induk yaitu Lampung Selatan dan (aturan), sehingga berarti menyelenggarakan aturan Tanggamus. Berdasarkan hasil observasi awal sendiri. Daerah sebagai satu kesatuan masyarakat terdapat kondisi yang menunjukkan bahwa kabu- hukum mempunyai hak membuat aturan untuk paten Pesawaran belum beranjak dari kondisi awal mengurus rumah tangganya sendiri pasca dimekarkan pada 10 Agustus tahun 2007, Otonomi daerah di Indonesia baru diberlakukan masyarakat masih banyak mengeluhkan layanan sejak 1 Januari 2001, sejalan dengan era reformasi yang buruk dari Pemda Kabupaten Pesawaran selain pasca kekuasaan rezim Orde Baru. Meskipun demikian, infra struktur yang masih sangat buruk . Sementara dalam implementasinya terjadi penyimpangan. Gejala di Kabupaten Pringsewu yang dimekarkan pada tersebut, menurut Rauf (dalam Haris, 2007:162), 26 November 2008 dari hasil observasi awal disebabkan beberapa alasan. Pertama, otonomi daerah menunjukkan kondisi yang lebih baik terutama diberlakukan di tengah-tengah krisis ekonomi yang masalah perekonomian karena kabupaten Pringsewu amat parah. Daerah otonom memerlukan sumber dana menjadi salah satu sentral kegiatan perekonomian yang besar karena harus membiayai berbagai keperluan di Provinsi lampung bagian Barat. Tetapi kondisi sendiri padahal pertumbuhan ekonomi sangat kecil, infrastruktur terutama jalan dan fasilitas umum masih investasi amat sulit diperoleh, dan sumber-sumber yang sangat buruk pasca dimekarkan tahun 2008 tersebut. bisa menghasilkan uang sangat terbatas. Oleh karena Penelitian ini diharapkan dapat menggali berbagai itu, tidak mengherankan bila banyak kabupaten dan informasi setempat yang diperlukan dalam rangka kota menggunakan berbagai cara untuk meningkatkan menciptakan penguatan desentralisasi dan otonomi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kedua, otonomi daerah daerah sekaligus untuk menghindari berulangnya diberlakukan di tengah-tengah euphoria masyarakat, dampak buruk implementasi otonomi daerah yakni semangat dan rasa percaya diri yang tinggi yang sebagaimana telah berlangsung di kabupaten lainnya. seringkali bersifat kekrasan dan melewati batas-batas Penelitian tentang implementasi desentralisasi dan kewajaran, seperti: pembakaran kantor polisi setempat, otda di Daerah Otonom Baru (DOB) yang dilakukan gedung DPRD, atau kantor pemerintah daerah. Suasana difokuskan pada empat fungsi pemerintahan daerah kejiwaan seperti itu juga diwarnai oleh rasa kebebasan yaitu pelayanan publik, pembuatan kebijakan, yang besar sehingga otonomi daerah diberlakukan di manajemen konflik, dan pemberdayaan masyarakat tengah-tengah kekacauan dan ketidakpastian hukum. dengan membandingkan dua kabupaten dimaksud Di samping itu, implementasi otonomi daerah yang merupakan dua kabupaten baru sebagai hasil juga ditandai pertambahan jumlah daerah baru. Pada pemekaran dari kabupaten sebelumnya. tahun 1999 terdapat 26 propinsi, 234 kabupaten, Secara etimologi, pengertian desentralisasi, menurut dan 59 kota. Jumlah daerah ini pada akhir 2008 Suradinata (dalam Waluyo, 2007:142), berasal dari membengkak menjadi 33 propinsi, 387 kabupaten, bahasa latin “de” = lepas dan “centrum” = pusat. dan 90 kota. Persoalannya, sebagian besar daerah Dengan demikian desentralisasi secara etimologi pemekaran ternyata berkinerja kurang bagus di bidang berarti melepaskan diri dari pusat. Pengertian yang pelayanan publik. Berbagai indikator ekonomi juga lebih lengkap mengenai desentralisasi dikemukakan menunjukkan kondisi yang lebih jelek dengan angka Rondinelli (dalam Napitupulu, 2007:29) sebagai lebih dari 80% berada di bawah rata-rata nasional. berikut: Rakyat di daerah pemekaran ternyata belum tersentuh Decentralization is the transfer of planning, benar oleh pembangunan sebagaimana yang mereka decision making, or administrative authority from idam-idamkan. Pemekaran yang sudah berlangsung

271 Sosiohumaniora, Volume 16 No. 3 November 2014: 270 - 281 sejak reformasi 1998 masih jauh dari memberikan “publik” menurut Syafi’ie (2002:11) ada tiga: (1) manfaat nyata bagi kesejahteraan masyarakat umum; (2) negara/pemerintah; dan (3) masyarakat. (Bappenas, 2007) Padanan kata “publik” yang tepat dalam bahasa Visi dasar penyelenggaraan otonomi daerah, Indonesia adalah “praja = rakyat” sehingga lahir istilah seperti dijelaskan dalam bagian awal Undang-undang “pamong praja” yang berarti pemerintah melayani Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah kepentingan seluruh rakyat. Pelayanan publik dapat adalah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya diartikan sebagai kegiatan pemerintah dalam rangka kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, memenuhi kepentingan seluruh masyarakat. Dengan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta demikian terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah publik: yaitu pertama, penyelenggara pelayanan dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, yaitu pemerintah; kedua, penerima pelayanan pemerataan, keadilan, keistemewaan dan kekhususan (pelanggan) yaitu masyarakat; dan ketiga, kepuasan suatu daerah dalam system Negara Kesatuan Republik pelanggan(Depdagri dan LAN, 2007: 31). Rasyid Indonesia. (2002) dalam berbagai wacana juga mengemukakan Untuk mencapai tujuan otonomi daerah, pe- bahwa tujuan utama dibentuknya pemerintahan tak merintah daerah memerlukan suatu manajemen lain adalah untuk menjaga suatu sistem ketertiban publik yang handal. Manajemen publik merupakan sehingga masyarakat bisa menjalani kehidupannya faktor utama dalam suatu administrasi publik untuk secara wajar. Pada hakikatnya, pemerintahan adalah mencapai tujuan yang telah ditentukan. Manajemen pelayanan kepada masyarakat. Pemerintahan tidaklah publik, menurut Kristiadi (dalam Waluyo, 2007:119), diadakan untuk melayani diri sendiri, tetapi untuk tak lain adalah upaya suatu organisasi untuk mencapai melayani masyarakat, serta menciptakan kondisi tujuannya yang diwujudkan dalam berbagai kegiatan yang memungkinkan setiap anggota masyarakat dapat pemerintah yang mencakup berbagai aspek kehidupan mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya dan penghidupan warga negara atau masyarakatnya. demi mencapai kemajuan bersama. Oleh karena Untuk mencapai tujuan tersebut, menurut Kim itu, dalam pemerintahan modern, pemerintah perlu (dalam Waluyo, 2007:120), banyak negara melakukan didekatkan kepada masyarakat, sehingga pelayanan langkah-langkah reformasi manajemen publik dengan yang diberikannya menjadi semakin baik (the closer mendorong tanggung jawab pembuatan keputusan the government, the better it services). dari bawah (responsibility for decision making Paradigma kebijakan pelayanan publik di downward), meningkatkan penggunaan sektor privat era otonomi daerah memberikan arah terjadinya untuk memberi pelayanan publik dan konsentrasi perubahan atau pergeseran paradigma penyelenggaraan lebih besar pada kualitas pelayanan yang dierikan pemerintahan dari paradigma rule government ke kepada warga negara (citizen) sebagai pelanggan. paradigma good governance. Dengan demikian, Pada gilirannya, standar kinerja organisasi publik selaku regulator ia harus mengubah pola pikir dan cara akan sama tinggi dengan standar kinerja organisasi kerjanya agar disesuaikan dengan tujuan pemberian bisnis. Bahkan dengan semakin tingginya tuntutan otonomi daerah, yaitu memberikan dan meningkatkan dalam pelayanan publik, membuat administrasi pelayanan demi kepuasan masyarakat. Pemerintah publik bergerak lebih businesslike. daerah juga harus memberikan kesempatan luas Pemerintah yang baik (good governance), menurut kepada warga masyarakat untuk mendapatkan Gore (dalam Waluyo, 2007:121), adalah pemerintah akses pelayanan publik berdasarkan prinsip-prinsip yang digerakkan oleh kesadaran baru dan sikap kesetaraan, transparansi, akuntabilitas, dan keadilan responsif terhadap pengguna jasa. Lebih lanjut Gore (Depdagri dan LAN, 2007:32). mengemukakan, untuk mengelola pemerintaha secara Kebijakan pemerintah secara konseptual tidak baik, maka perlu diperhatikan empat hal: (a) Mereduksi terlepas dari sebuah bentuk kebijakan publik. ukuran dan jumlah lembaga pemerintah, program, Menurut Derbyshire, (1974) dalam Wahab (2007:8) dan staff (downsizing); (b) Mempermudah prosedur “ kebijakan publik merupakan sekumpulan kegiatan (streamlining); (c) Mereformasi lembaga-lembaga secara yang dimaksudkan untuk memberi efek perbaikan struktural agar dapat menjalankan misinya dengan baik terhadap kondisi-kondisi social ekonomi. Sedangkan (restructuring); (d) Melimpahkan fungsi kepada sektor William Dunn (1981:4) menyatakan kebijakan publik swasta yang lebih piawai (privatizing). Reinventing adalah serangkaian pilihan atau tindakan pemerintah government, menurut Osborne dan Plastrik dimaksudkan (termasuk pilihan untuk tidak bertindak) guna untuk mencapai tujuan peningkatan kulaitas pelayanan menjawab tantangan-tantangan yang menyangkut kepada masyarakat yang lebih baik, lebih murah, dan kehidupan masyarakat. Kemudian W. I Jenkis dalam lebih cepat (Depdagri dan LAN, 2007:23). Solichin Abdul Wahab (2007 : 4) merumuskan Merujuk pada penelitian Depdagri dan UGM kebijakan negara sebagai serangkaian keputusan (2006:7) terdapat 4 fungsi dasar pemerintah yaitu: yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang aktor Pelayanan publik, pembuatan kebijakan, manajemen politik berkenaan dengan tujuan yang dipilih beserta konflik, dan pemberdayaan masyarakat. Pelayanan, cara-cara untuk mencapainya dalam suatu situasi menurut Syafi’ie (2002:11), berarti setiap kegiatan dimana keputusan-keputusan itu pada prinsipnya masih yang menawarkan kepuasan meski hasilnya tidak berada dalam batas-batas kewenangan kekuasaan terikat pada suatu produk secara fisik. Makna kata daripada aktor tersebut. Perubahan lingkungan politik 272 Implementasi Desentralisasi Dan Otonomi Daerah Pada Daerah Otonomi Baru (Dob) (Studi Di Kabupaten Pesawaran Dan Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung) (Rahayu Sulistiowati) Indonesia dewasa ini mengakibatkan masyarakat Data dan informasi yang dikumpulkan mencakup harus terlibat dalam proses pembuatan kebijakan. data sekunder yang diambil dari berbagai published Harus tercipta mekanisme yang memberikan ruang material (literatur) yang terkait dengan monitoring dan bagi partisipasi masyarakat dalam policy making. evaluasi dalam kerangka desentralisasi dan otda, baik Fungsi dasar pemerintah daerah berikutnya adalah berupa teori pustaka, statistik, hasil monitoring dan manajemen konflik. Bagaimana pemerintah daerah evaluasi, dokumen resmi lembaga lain, hasil penelitian mampu mengelola konflik baik vertikal maupun lembaga lain, dan lain-lain yang terkait dengan horizontal dengan baik. Konflik biasanya timbul dalam desentralisasi dan otda. Data juga dikumpulkan dari organisasi sebagai hasil adanya masalah komunikasi. pusat Pemerintahan Provinsi Lampung, Kabupaten Konflik adalah segala macam interaksi pertentangan Pesawaran maupun Kabupaten Pringsewu. Selain itu, atau antagonistik antara dua atau lebih pihak. Konflik data yang dikumpulkan juga mencakup data primer organisasi ( organizational conflict ) adalah ketidak yang diperoleh melalui: (a) Wawancara berstruktur sesuaian antara dua atau lebih anggota – anggota atau dan in depth interview yang meliputi : Bupati kelompok – kelompok organisasi yang timbul karena Kabupaten Pringsewu dan Pesawaran, Dinas Daerah adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi yang memberikan layanan dasar pada masyarakat sumber daya – sumber daya yang terbatas atau yaitu Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan serta Dinas kegiatan – kegiatan kerja dan atau karena kenyataan Pembangunan Masyarakat (PMD), Anggota DPRD bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, yang membidangi masalah Otonomi Daerah dan nilai atau persepsi. Konflik adalah suatu pertentangan masalah pembangunan; beberapa tokoh masyarakt di yang terjadi antara apa yang diharapkan oleh dua kabupaten tersebut (b) Observasi (pengamatan seseorang terhadap dirinya, orang lain, organisasi langsung); (c) Focus Group Discussion (FGD) adapun dengan kenyataan apa yang diharapkannya. informan dalam FGD ini meliputi unsur-unsur yang Salah satu poin penting bagi upaya mendukung mewakili pemerintah kabupaten, Beberapa wakil proses democratic desentralized governance adalah dari Dinas Daerah yang memberikan layanan dasar pelibatan elemen masyarakat dalam wilayah yang kepada masyarakat, anggota DPRD, akademisi,LSM/ selama ini menjadi ranah yang didominasi pemerintah NGO, wakil dari media, serta babarapa tokoh daerah. Hal ini akan menggeser pemahaman kekuasaan masyarakat . Selanjutnya untuk men-check validitas yang elitis dan eksklusif menjadi sebuah konsep yang data, dilakukanlah trianggulasi data yang mencakup: contested dan layak diperebutkan (Pease, 2002). (a) Membandingkan data hasil pengamatan Walaupun demikian, hal ini tidak dapat dijadikan dengan hasil wawancara; (b) Membandingkan data dasar bagi pemerintah untuk menunda transfer of berdasarkan pendapat umum dengan data pribadi; power tersebut, karena masyarakat akan memintanya (c) Membandingkan pendapat orang tentang situasi bahkan kalau perlu merebutnya. Sebaliknya apabila penelitian dengan situasi sepanjang waktu; (d) dilakukan melalui serangkaian proses yang matang, Membandingkan prespektif seseorang dengan berbagai hal ini justru mampu menciptakan situasi politik yang pandangan orang lain; (e) serta membandingkan hasil lebih demokratis. Dalam kerangka inilah Empowered wawancara dengan dokumen. participatory Governance (EPG) menjadi salah satu Analisis data dilakukan dengan menggunakan alternatif bagi perwujudan nilai-nilai demokratis metode analisis data kualitatif. yang dilakukan di tingkat lokal. EPG memberikan tugas kepada melalui langkah-langkah reduksi data, penyajian pemerintah untuk melakukan proses transfer dari data, yang diakhiri dengan verifikasi dan penarikan pemerintahan yang punya otoritas penuh dalam kesimpulan. pengambilan kebijakan kepada upaya memfasilitasi (a) Reduksi data berarti proses pemilihan, pemusatan masyarakat untuk berperan dalam penentuan kebijakan. perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian, METODE dan transformasi data “kasar” yang muncul dalam keseluruhan pengumpulan data. Reduksi Kegiatan penelitian ini menggunakan metode data bukanlah merupakan hal yang terpisah penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. dari analisis data, melainkan merupakan bagian Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, dari analisis data. Dalam proses ini data yang 2002:3), metode penelitian kualitatif sebagai suatu terkumpul diklasifikasikan sesuai dengan data prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yang dibutuhkan dalam penelitian. yaitu kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan (b) Penyajian data berarti penyajian atas sekumpulan prilaku yang diamati. Penelitian kualitatif memandang informasi yang telah tersusun agar memberi obyek yang diteliti secara holistik. Jadi dalam hal ini kemungkinan bagi penarikan kesimpulan. tidak mengisolasi individu atau organisasi ke dalam (c) Verifikasi dan penarikan kesimpulan berarti usaha variabel atau hipotesis tetapi memandangnya sebagai mencari makna dari catatan tentang keteraturan, bagian dari suatu keutuhan. Sedangkan jenis penelitian pola-pola, penjelasan, konfigurasi, alur sebab deskriptif, menurut Nawawi (2001:44) dapat diartikan akibat, dan preposisi. sebagai penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan HASIL DAN PEMBAHASAN data-data yang ada. Jadi ia juga menyajikan data, Pelaksanaan kebijaksanaan otonomi daerah (Otda) menganalisis, dan menginterpretasi.

273 Sosiohumaniora, Volume 16 No. 3 November 2014: 270 - 281 yang merupakan bagian dari proses bergulirnya ini dilihat dari dirasakan oleh masyarakat dilihat dari reformasi birokrasi pemerintahan di Indonesia, telah indikator: ketepatan waktu pelayanan, bukti layanan, banyak menunjukkan fenomena perubahan, baik daya tanggap aparat terhadap keluhan masyarakat, kelembagaan maupun kinerja (performa) pemerintah akuntabilitasnya, dan empathy aparat terhadap kondisi daerah di Indonesia. Munculnya berbagai instrumen mayarakat. penyelenggaraan pemerintahan sebagai peraturan Kondisi belum maksimalnya layanan Standar pelaksanaan (PP) dari UU No.32 Tahun 2004 tentang pelayanan oleh pemerintah daerah juga disampaikan Pemerintahan Daerah dan UU No.33 Tahun 2004 oleh seorang informan anggota dewan di kabupaten tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Pesawaran seperti berikut ini bahwa : “Optimalisasi Daerah, merupakan langkah-langkah penajaman pelayanan publik yang efisien dan efektif menjadi pelaksanaan Otda. Berdasarkan dokumen dari perhatian utama pemerintah daerah agar dapat kedua lokasi penelitian diketahui bahwa kabupaten menyajikan pelayanan publik yang prima bagi Pesawaran dimekarkan pada 10 Agustus tahun 2007 masyarakat. Standar Pelayanan Minimal (SPM) dari kabupaten induknya yaitu Lampung Selatan. merupakan salah satu cara yang ditempuh untuk Sementara Kabupaten Pringsewu dimekarkan pada mendorong pemerintah daerah melakukan pelayanan 26 November 2008 dari kabupaten Tanggamus. publik yang tepat bagi masyarakat, dan sekaligus Pemekaran kedua wilayah ini merupakan proses yang mendorong masyarakat untuk melakukan kontrol panjang bahkan ide pemekaran kabupaten Lampung terhadap kinerja pemerintah di bidang pelayanan Selatan untuk dimekarkan menjadi 3 kabupaten sudah publik. Tolok ukur pencapaian kinerja sangat penting dimulai sejak tahun 1968 namun baru pada tahun 2007 untuk disertakan, agar masing-masing unit organisasi dimekarkan menjadi kabupaten Pesawaran sedangkan pelaksana dari kewenangan/fungsi dalam bidang kabupaten Pringsewu mengalami proses yang cukup tertentu dapat mengukur dirinya sendiri apakah cepat untuk dimekarkan dari kabupaten induknya yaitu sudah berhasil melaksanakan tugasnya atau belum. kabupaten Tanggamus. Di sisi lain, dengan ukuran kinerja yang jelas, publik Berikut ini akan disampaikan pelaksanaan empat atau masyarakat juga bisa memantau kinerja unit fungsi pemerintah daerah yaitu pelayanan publik, organisasi tersebut. Karena dengan transparansi pembuatan kebijakan, manajemen konflik, dan pengukuran juga menggambarkan akuntabilitas unit pemberdayaan masyarakat di kabupaten Pesawaran organisasi tersebut pada publik. dan kabupaten Pringsewu Aturan normatif tentang penerapan pelayanan publik di daerah belum secara tegas memuat tentang Pelayanan Publik sanksi bagi pelanggaran pelayanan pemerintah daerah Dalam perkembangannya makna pelayanan mas- kepada publiknya. Hal ini seringkali ditengarai yarakat ternyata bukan sekadar pelayanan dasar saja, telah terjadi “kekosongan” kebijakan publik dalam namun pelayanan yang lebih luas lagi menyangkut penerapan pelayanan publik. Berkaitan dengan berbagi kepentingan pengguna hasil dan penerima pelanggaran terhadap rambu-rambu pelayanan publik pelayanan, sehingga secara luas dikenal kenal ini, sempat muncul wacana di pusat untuk “menunda” “Pelayanan Publik”. pencairan dana alokasi umum (DAU). Kalau hal ini Kondisi yang sama terjadi juga di Kabupaten yang terjadi justru makin memperkeruh persoalan Pesawaran yang komposisi keuangan daerahnya bahkan menambah masalah baru, mengingat DAU sangat tergantung dari DAU dan DAK yang mayoritas yang diberikan cenderung untuk pembiayaan gaji peruntukannya untuk belanja pegawai mulai dari gaji, dan tunjangan aparatur di daerah. Oleh karena itu tunjangan, fasilitas dan lain sebagainya. Kemudian perlu keberanian para pengambil keputusan di bidang yang menjadi titik lemahnya adalah masih tertabasnya pemerintah untuk meninjau ulang (review) terhadap kemampuan pemerintah daerah dalam menggali kebijakan SOTK dan eselonisai di daerah. sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD), di mana Dalam konteks pemerintahan Kabupaten Pesawaran sampai saat ini Pemerintah Kabupaten pesawaran sebagaimana dikemukan di atas mengenai masih belum menunjukkan kemampuan menggali PAD jauhnya kualitas dan kuantitas pelayanan publik yang secara maksimal. diberikan kepada masyarakat menunjukkan kinerja Hasil observasi di Kantor Pelayanan Perizinan secara umum pemerintah daerah di Indonesia dan Terpadu Kabupaten Pringsewu dan wawancara khususnya di Kabupaten Pesawaran masih rendah dan yang dilakukan terhadap masyarakat di Kabupaten jauh dari harapan dan esensi otonomi daerah. Selayaknya Pringsewu menunjukkan hal yang sedikit berbeda kondisi demikian tidak terjadi, mengingat calon kepala dengan kondisi yang ada di kabupaten Pesawaran. daerah menyampaikan rumusan visi dan misi yang Masyarakat menilai ada perubahan yang cukup selanjutnyan menjadi acuan pelaksaan pembangunan signifikan dalam hal layanan publik dari masa selama satu periode kepemimpinan, hal yang lebih sebelum dimekarkan yaitu saat masih bergabung prinsip lagi adalah visi dan misi adalah jamji kepada dengan kabupaten Tanggamus dengan kondisi pasca masyarakat yang harus dipenuhi, mengingat substansi pemekaran saat in, tetapi belum maksimal Menurut seluruh kepala daerah memuat kata-kata kesejahteraan. masyarakat kalau pegawai mau lebih maksimal Dalam menjalankan roda pemerintahan, Bupati Aries melayani masyarakat harusnya hasilnya akan lebih Sandi dan Wakil Bupati Musiran merumuskan visi: optimal. Kondisi belum maksimalnya layanan publik “Terwujudnya Pesawaran yang Maju, Berbudaya, 274 Implementasi Desentralisasi Dan Otonomi Daerah Pada Daerah Otonomi Baru (Dob) (Studi Di Kabupaten Pesawaran Dan Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung) (Rahayu Sulistiowati) Berdaya Saing dan Sejahtera”. Guna pencapaian visi penerapan pelayanan publik dari pemerintah daerah. mulia tersebut, maka disusun misi Pesawaran yaitu: Oleh karena itu diperlukan regulasi daerah (Perda) (1) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, tentang pelayanan publik yang proses penyusunannya kesehatan dan kesejahteraan sosial masyarakat; (2) lebih aspiratif, akomodatif dan transparan. Mengoptimalkan potensi perekonomian daerah dan Berdasarkan wawancara dengan dengan Wakil sumberdaya lokal serta pemberdayaan masyarakat; Ketua DPRD Pesawaran dari Fraksi PKS mengatakan (3) Memelihara dan Meningkatkan infrastruktur bahwa “tidak maksimalnya pelayanan publik di dan pembangunan perdesaan; (4) Mengoptimalkan Kabupaten Pesawaran adalah karena minimnya pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup; kualitas aparat pemerintah pemda. Pegawai datang dan (5) Mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan pulang tidak tepat waktu, pada saat jam kantor sibuk bertanggungjawab” mengerjakan hal-hal lain yang bukan tupoksinya, Sementara itu berdasarkan hasil wawancara penempatan pegawai juga kadang-kadang kurang sesuai dengan Bupati Pringsewu, didapatkan informasi dengan latar belakang pendidikan yang dimilikinya bahwa dalam hal pelayanan publik telah dilakukan sehingga hal-hal tersebut membuat pelayanan kepada berbagai hal untuk mewujudkan layanan publik yang masyarakat menjadi tidak maksimal.”. lebih baik, diantaranya sudah dilakukan pembenahan Masyarakat seharusnya juga tidak hanya sekadar administrasi dalam semua sektor, pembangunan infra menyampaikan keluhan (complain) saja, tetapi struktur untuk memudahkan akses masyarakat ke juga secara jujur dapat menyampaikan kepuasan pusat pemerintahan. Dalam hal kesehatan juga sedang (satisfaction). Keduanya dapat disampaikan dalam dilakukan relokasi RSUD Pringsewu Ke Fajar Agung mekanisme yang normatif, santun dan demokratis Barat karena lokasi RSUD Pringsewu saat ini yang sehingga dapat menjadi variabel guna perbaikan sudah overload karena tingginya minat masyarakat dan peningkatan pelayanan publik masa depan. berobat di RS tersebut tidak hanya masyarakat Oleh karena itu penerapan konsep pelayanan Pringsewu, tetapi juga masyarakat dari kabupaten publik yang strategis untuk di perhatikan oleh Pesawaran, Lampung Tengah, dan Tanggamus. pemerintah Pemerintah Daerah, lebih-lebih Daerah RSUD tersebut juga telah mendapatkan Akreditasi Otonom Baru seperti Kabupaten Pesawaran dan Lulus Penuh dari Departemen Kesehatan dan Kabupaten Pringsewu secara khusus dan seluruh memberikan kontribusi PAD naik 100% dari tahun elemen masyarakat untuk meningkatkan kualitas sebelumnya. Dalam hal layanan pembuatan e_KTP, pelayanan publik seperti yang dikemukakan Agus kabupaten Tanggamus mendapatkan peringkat ke 3 Dwiyanto, 2002 dapat diterapkan yaitu: (1) Persepsi secara nasional. Dalam hal pendidikan, kabupaten dan kesungguhan pemda dalam meningkatkan ini juga sudah mengikuti UU yang berlaku dengan kesejahteraan masyarakat; (2) Standar pelayanan menganggarkan 20 % dari APBD nya untuk sektor minimum (SPM) yang aspiratif, akomodatif dan pendidikan ini. transparan; (3) Mekanisme kontrol secara normatif Dari hasil wawancara di atas di atas menunjukkan dari masyarakat terhadap performa pelayanan yang bahwa upaya untuk peningkatan layanan publik diberikan dapat menjadi umpan balik (feedback) memang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten bagi peningkatan pelayanan di masa depan; (4) Pringsewu.Selain persoalan keterlibatan masyarakat Kepemimpinan (leadership) dalam setiap institusi dalam proses pelayanan publik, hal paling pokok pelayanan publik di daerah. (5) Administrative reform yang dapat menjadi cermin pelayanan publik adalah atau reformasi perilaku birokrasi.Selain itu yang keseimbangan alokasi pembiayaan dalam APBD. juga perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah Pada APBD kabupaten Pringsewu tahun 2012 adalah seperti yang dikemukakan oleh Linden, 1994, jumlah belanja sebesar 581.494.114.600, untuk dalam Dwiyanto bahwa dalam membuat kebijakan belanja tidak langsung atau belanja aparatur sebesar dan interaksi pelaksanaan pelayanan publik; (1) 215.706.104.600, dan belanja tidak langsung atau menerapkan konsep slimless government (Struktur belanja publik sebesar 365.788.011.000. Ini berarti Pemerintahan yang ringkas) dan strategic human untuk belanja pegawai sebesar 37% sedangkan belanja resources management. (2)community involvement publik sebesar 62%. Kondisi ini menunjukkan bahwa dalam memberikan informasi, mengoreksi dan memang Pemkab Pringsewu sudah memperhatikan mengevaluasi pelaksanaan pelayanan publik. kebutuhan masyarakat, hal ini terbukti juga dengan Tolok ukur pencapaian kinerja sangat penting dibentuknya Posko APBD yang salah satu tujuannya untuk disertakan, agar masing-masing unit organisasi mengawasi penyusunan anggaran agar sesuai dengan pelaksana dari kewenangan/fungsi dalam bidang ketentuan yang berlaku serta menerima saran dan tertentu dapat mengukur dirinya sendiri apakah pengaduan dari masyarakat atas proses penyusunan sudah berhasil melaksanakan tugasnya atau belum. APBD Kabupaten Pringsewu. Di sisi lain, dengan ukuran kinerja yang jelas, publik Keterbatasan dan komitmen pemerintah daerah atau masyarakat juga bisa memantau kinerja unit yang belum optimal tentu saja akan menghambat organisasi tersebut. Karena dengan transparansi percepatan pembangunan sesuai tututan reformasi pengukuran juga menggambarkan akuntabilitas unit dan semangat otonomi daerah. Sehingga yang organisasi tersebut pada publik. Bentuk akuntabilitas perlu mendapat perhatian adalah masyarakat adalah dalam aspek pelayanan publik harus memuat seorang informan, korektor dan evaluator dari beberapa hal seperti:

275 Sosiohumaniora, Volume 16 No. 3 November 2014: 270 - 281

1. Adanya rumusan standar kualitas yang jelas dan 5. Peningkatan Penyelenggaraan Pemerintahan yang disosialisasikan kepada masyarakat baik dan bertanggungjawab. 2. Adanya sistem penanganan keluhan yang Sementara itu dari hasil pelacakan dokumentasi di responsif kabupaten Pringsewu diketahui bahwa dari kegiatan 3. Adanya ganti rugi yang diberikan kepada klien musrenbang yang dilakukan pada 2012 menunjukkan atau pengguna jasa apabila mereka tidak puas adanya program prioritas pembangunan yang dengan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau pro daerah rakyat. Dengan memfokuskan diri pada program Pembuatan Kebijakan pemberdayaan ekonomi masyarakat, peningkatan infrastruktur, serta memperluas akses pendidikan Mengenai proses pembuatan kebijakan, setidaknya dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu (1) pembuatan Secara umum tahapan proses penyusunan program pem- kebijakan pada tataran masyarakat, maksudnya bangunan sudah berjalan, hanya saja secara substansi bagaimana keterlibatan masyarakat dalam proses masih banyak persoalan dalam proses penyusunannya. pembuatan kebijakan mulai dari hulu sampai hilir; Hal ini dikarenakan musrembang kadang-kadang hanya dan (2) pembuatan kebijakan pada tataran legislasi dijadikan alat legitimasi kebijakan saja, dimana dianggap atau politik, pada tataran ini pembuatan kebijakan prosesnya telah melibatkan masyarakat. Dengan demi- menjadi sesuatu yang rumit dikarenakan adanya kian program pembangunan yang disusun sudah pengaruh SDM elite politik, kepentingan politik sesuai dengan aspirasi masyarakat. Dengan kondisi praktis, konflik dan legitimasi politik. demikian, proses penyusunan program pembangunan Proses pembangunan pasca reformasi sudah menjadi sekedar formalitas dan partisipasi mas- mengalami perubahan pola, yang dulu sentralistik yarakat juga tidak telalu kuat. Masyarakat hanya “top down” saat ini sudah desentralistik “bottom diwakili oleh tokoh-tokoh masyarakat saja. Selain up”. Terkait dengan proses pembuatan kebijakan di itu, usulan-usulan dari masyarakat hanya seputar Kabupaten Pesawaran dan Kabupaten Pringsewu program-program fisik semata, jarang sekali usulan- dapat dilihat dari proses penyusunan Peraturan usulan dari masyarakat berupa program yang Daerah tentang Anggaran pendapatan dan Belanja berorientasi pembangunan jangka panjang. Hal yang Daerah (APBD). Secara formal penyusunan program paling penting juga adalah, jumlah usulan masyarakat pembangunan di kedua Kabupaten sama dengan yang masuk dalam program pembangunan yang daerah lainnya yang dikenal dengan Jaring Asmara kemudian dianggarkan dalam APBD setiap tahunnya atau Jaring Aspirasi Masyarakat. Tahapan proses sangat terbatas, dikarenakan lebih banyak usulan pembuatan kebijakan ini dimulai dari musyawarah SKPD yang mengisi pos dana pembangunan. tingkat desa, dilanjutkan dengan musyawarah tingkat Khusus di kabupaten Pesawaran, aspek lainnya yang kecamatan dan terakhir dilaksanakan Musyawarah menyebabkan usulan pembangunan dari masyarakat Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) tingkat tidak terpenuhi dikarenakan anggaran daerah sudah Kabupaten yang dihadiri oleh seluruh perwakilan habis untuk memenuhi kebutuhan rutin pemerintah SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) di hingga mencapai 65% dari total belanja setiap lingkungan Pemerintah Kabupaten. Musrenbang tahunnya, sedangkan di Kabupaten Pringsewu untuk tingkat Kabupaten ini merupakan kelanjutan dari belanja rutin hanya 40% sehingga relatif lebih baik. pelaksanaan Musrenbang tingkat desa dan tingkat Tahapan penting selanjutnya dalam pembuatan kecamatan yang telah selesai dilaksanakan. kebijakan publik adalah proses legislasi dan politik Berdasarkan Musrenbang tahun 2012 yang diantara Pemerintah Daerah dan DPRD. Pada bagian dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Pesawaran ini kerap terjadi proses politik yang tidak produktif. menekankan pada proses percepatan pembangunan Secara umum di hampir semua daerah terjadi divided daerah melalui peningkatan dan pemerataan kualitas government atau pemerintahan yang terbelah. Kondisi pendidikan, pelayanan kesehatan, peningkatan ini tentunya sangat mengganggu proses pengambilan infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat menuju keputusan dalam proses kebijakan publik. Kondisi Pesawaran yang Sejahtera. Selain itu, prioritas demikian terjadi di Kabupaten Pesawaran, dua pembangunan Kabupaten Pesawaran tahun 2012 tahun terakhir, di mana hubungan Bupati dan DPRD difokuskan pada: tidak harmonis. Bahkan pada tahun 2012 karena 1. Peningkatan kualitas Pendidikan, pelayanan ke- kondisi yang tidak harmonis antara legislatif dan sehatan dan pemberdayaan masyarakat serta eksekutif dan juga ketidak harmonisan antara fraksi perwujudan kehidupan sosial yang harmonis; di lembaga legislatif ini, DPRD terkesan mengulur 2. Peningkatan sarana prasarana dasar dan infrastruktur waktu pembahasan APBD yang pada akhirnya perdesaan. APBD dilaksanakan hanya berdasarkan PERBUP 3. Peningkatan pembangunan ekonomi kerakyatan saja. Hal ini disebabkan oleh ketidak pahaman berbasis pertanian, perikanan, industri, perdagangan, terhadap fungsi dan peran masing-masing institusi, koperasi, ketenagakerjaan dan pariwisata. dimana Bupati dan DPRD adalah mitra kerja dalam 4. Optimalisasi pengelolaan potensi sumberdaya alam, bingkai pemerintahan daerah. Antara kedua lembaga pelestarian fungsi lingkungan hidup dan tata ruang. tersebut memiliki hubungan check and balance

276 Implementasi Desentralisasi Dan Otonomi Daerah Pada Daerah Otonomi Baru (Dob) (Studi Di Kabupaten Pesawaran Dan Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung) (Rahayu Sulistiowati) yang berimbang. Implikasi dari kondisi tersebut Horizontal antara Bupati dengan DPRD; dan (3) tentunya mengganggu tahapan proses pembangunan Konflik Kepala daerah dengan Wakil Kepala Daerah. di Kabupaten Pesawaran, khususnya dalam hal Terkait dengan pemilihan pola konflik yang terjadi di penyusunan anggaran pembangunan daerah yang daerah-daerah hasil pemekaran dan kecenderungan termuat dalam Peraturan Daerah tentang APBD. di era desentralisasi yaitu: pertama, pola hubungan Konsekuensinya pembangunan terhambat dan kepala daerah (Bupati) dengan Gubernur yang masyarakat yang dirugikan cenderung tidak harmonis. Kondisi inilah yang Kondisi berbeda ditemukan di lokasi penelitian terjadi di Kabupaten Pesawaran lebih kurang yang kedua yaitu di kabupaten Pringsewu. Berdasarkan satu tahun terakhir yang tidak harmonis dengan hasil wawancara dan observasi, hubungan antara Gubernur Lampung. Fenomena ini tidak hanya legislatif dan eksekutif yang relatif harmonis sebagai terjadi pada Kabupaten Pesawaran, tetapi terjadi di mitra kerja sangat mendukung kelancaran pembuatan hampir semua kabupaten/kota. Beberapa faktor yang kebijakan di Kabupaten ini. Sejak pelantikan resmi mempengaruhinya adalah: (1) pemahaman tentang bupati/wakil bupati pada 23 November 2011 tidak struktur pemerintahan, di mana banyak kepala pernah ada konflik pemda dan DPRD, bahkan sidang- daerah yang memposisikan bahwa gubernur adalah sidang selalu quorum dan menghasilkan kebijakan perpanjangan tangan pemerintah pusat yang tidak yang telah diagendakan berdasarkan usulan dari memiliki hubungan hirarkis; (2) Pemahaman masing- eksekutif. Namun demikian dari hasil wawancara masing kepala daerah tentang konsep ekonomi dan dengan salah seorang anggota DPRD diakui bahwa pembangunan daerah yang menempatkan aspek produk kebijakan yang pro rakyat hasil inisiatif integrasi pembangunan merupakan bagian dari DPRD belum sepenuhnya terwujud, tetapi diupayakan pemebentukan struktur organisasi pemerintahan; akan menuju ke arah tersebut yaitu legislatif dapat dan (3) adanya persaingan politik di daerah yang menghasilkan produk kebijakan yang pro rakyat tidak sehat, mulai dari persaingan antar partai hingga seperti Perda Peredaran Miras dan beberapa rancangan persaingan atau konflik golongan/ kelompok bahkan Perda baru yang akan mengatur berbagai aspek untuk keluarga. Beberapa uraian di atas merupakan bagian kesejahteraan masyarakat. dari faktor yang mempengaruhi hubungan masing- masing tingkatan organisasi di masyarakat. Kedua, Manajemen Konflik konflik antara Kepala Daerah dengan DPRD. Pola Salah satu persoalan pembangunan yang me- konflik ini terjadi pasca proses pilkada pertama ngemuka saat ini terutama sejak otonomi daerah di Kabupaten Pesawaran, Bupati terpilih yang di digulirkan adalah menguatnya gejala konflik, baik usung dan dukung oleh Demokrat, PKB, PKPB, konflik yang bersifat horizontal maupun konflik yang PPP, dan PBB menang dalam pilkada sebanyak bersifat vertikal. Konflik yang muncul mengakibatkan 30,50% suara. Meskipun secara konstitusional sudah kekerasan di berbagai tempat di Indonesia. Banyak memenangi pilkada, namun perolehan suara tersebut penyalahgunaan peralatan, sarana dan prasarana, bahkan merupakan perolehan suara minimum, dimana batas senjata yang mengakibatkan cedera bahkan kehilangan minimum memenangkan pilkada adalah 30% suara. nyawa di kalangan masyarakat. Ada banyak caci Hasil tersebut dari aspek politik tentunya kurang maki serta hujatan yang mewarnai kegiatan-kegiatan menguntungkan, karena dari hasil tersebut legitimasi demonstrasi yang dilakukan masyarakat, sehingga politiknya kurang maksimal. mengarah pada tindakan kekerasan/kerusuhan. Lebih jauh untuk melihat posisi tawar Bupati Kekerasan-kekerasan dan kerusuhan di Indonesia di DPRD dapat dilihat dari jumlah kursi partai menjadi sesuatu yang sangat biasa. Hampir tiap hari pengusung di DPRD untuk mendukung pilihan- terdapat berita di media yang melaporkan adanya pilihan kebijakan yang akan diambil oleh Bupati. kekerasan dan kerusuhan di masyarakat. Menurut Minimnya dukungan politik yang dimiliki Bupati, para pemerhati sosial, Indonesia adalah salah menyebabkan kepala daerah akan sulit dalam satu negara yang saat ini paling tidak menikmati pembahasan program pembangunan, khususnya perdamaian. Selain itu Kleden (dalam CSIS No.2, terkait dengan penganggaran saat penyusunan APBD. 2002) menyatakan keadaan sosial politik di Indonesia Implikasi akhir dari kondisi demikian maka kepala semenjak reformasi ditandai oleh dua gejala yang daerah akan selalu melakukan transaksi politik agar sangat mencolok dalam tingkah laku politik yaitu kebijakannya mendapat dukungan penuh dari DPRD. kebebasan di satu pihak dan kekerasan di pihak Kaitannya dengan kondisi Kabupaten Pesawaran lainnya. Kekerasan itu memperlihatkan diri dalam yang terjadi tidak jauh berbeda dengan kondisi berbagai ekspresi yang berbeda-beda, tapi pada yang diuraikan di atas. Di mana hubungan Bupati dasarnya menyembunyikan suatu struktur yang Pesawaran dengan DPRD selalu diwarnai dengan kurang lebih sama. tarik menarik kepentingan dan kewenangan, sehingga Terkait dengan manajemen konflik sebagai bagian banyak program yang tidak terbahas dan masyarakat dari indikator penyeelanggaraan pemerintahan yang menjadi korban. daerah di daerah hasil pemekaran yang mengemuka Pada tahun 2012 di kabupaten Pesawaran terjadi adalah konflik politiknya, setidaknya terdapat 3 pembakaran Polsek di kecamatan Padang Cermin, pola konflik dalam pemerintahan, yaitu: (1) Konflik pembakaran ini terjadi karena masyarakt menuntut vertical dengan pemerintah provinsi; (2) Konflik dilepaskannya salah satu tahanan Polsek yang diduga

277 Sosiohumaniora, Volume 16 No. 3 November 2014: 270 - 281 merupakan provokator kerusukan antara pemuda penyebab terjadinya konflik antara lain: (1) terdapat antar kampung di kawasan tersebut, polisi juga perbedaan pendapat antara dua orang atau lebih, (2) menduga tahanan ini adalah seorang yang sering mempertahankan egonya masing-masing sehingga terlibat dalam aksi pencurian dan pemerasan. Issue tidak terdapat kata sepakat, (3) ketidakpercayaan yang merebak di masyarakat adalah bahwa tahanan masing-masing pihak terhadap pihak lain, (4) terjadi tersebut dianiaya polisi. Masyarakat yang merasa kesalahpahaman antara kedua pihak, (5) penyelesaian warganya mendapat perlakuan tidak adil dari polisi masalah dilakukan secara sepihak tidak berdasarkan arah dan terjadilah aksi pembakaran Polsek tersebut. musyawarah mufakat. Menurut hasil wawancara dengan Tokoh masyarakat Pemberdayaan Masyarakat dan anggota DPRD Pesawaran bahwa Konflik di Pesawaran yang terjadi di Kecamatan Padang Pemberdayaan masyarakat akan berjalan efektif Cermin penyelesaiannya mengunakan hukum adat mana kala infrastruktur demokrasi yang ada mampu yang diwakili oleh ketua-ketua adat yang dijembatani berjalan secara mandiri. Infrastruktur tersebut oleh anggota kepolisian. Hal ini dirasakan lebih diantaranya meliputi, partai politik lokal, Ornop menjamin keadilan dan lebih memiliki kekuatan local (NGOs), pers lokal, universitas lokal dan nilai dibandingkan hukum nasional yang cenderung polisi daerah. Memang tidak semua daerah memiliki kurang berpihak. Hal ini disebabkan karena kelima unsur tersebut, namun minimal adanya hukum adat merupakan kesepakatan bersama dari partai politik lokal atau partai yang ada di daerah, masyarakat setempat yang telah mempertimbangkan mampu berjalan secara fungsional dalam arti mampu kepentingan-kepentingan masyarakat, individu, memperdayakan dirinya. Selain itu adanya organisasi maupun pihak yang bertikai. non pemerintah (Ornop) yang independen seperti Pasca pelantikan Bupati dan wakil bupati Ormas, LSM maupun kelompok-kelompok sukarela terpilih di kabupaten Pringsewu, tidak pernah terjadi yang mencoba memberi penguatan pada masyarakat konflik baik vertikal maupun horizontal. Lembaga serta melakukan pengawalan/pengontrolan pada eksekutif dan legislatif bekerjasama dengan baik dan pemerintahan. Disamping itu pers sangat strategis menjalankan tugasnya masing-masing serta sebagai dalam turut membentuk tercapaianya pemberdayaan mitra kerja bersinergi bekerja untuk masyarakat. masyarakat. Pemda terlihat sangat responsif dan antisipatif , Dalam era otonomi daerah pemerintah daerah yang sebagai contoh ketika ada kerusuhan di kabupaten paling dekat dengan rakyat, ialah pemerintah desa. Oleh lain seperti Lampung Selatan dan Lampung Tengah karena itu upaya untuk memperdayakan pemerintah yang berdampak pada kerugian hingga milyaran desa merupakan hal yang harus dilakukan terlebih rupiah hanya gara-gara kasus kriminal biasa dan dahulu sebelum, melakukan pemberdayaan masyarakat. kesalahpahaman antar warga, menjadi sebuah ke- Yang perlu didasari oleh pemerintah dalam melakukan rusuhan dengan skala besar dan meningkat menjadi pemberdayaan masyarakat bagaimana menciptakan kerusuhan antar etnis. Hal tersebut sangat disyangkan suatu kondisi lingkungan birokrasi pemerintahan sekali. Pemda Kabupaten Pringsewu pasca kerusuhan yang mudah dijangkau atau diakses oleh masyarakat di dua kabupaten tersebut kemudian mengumpulkan terutama mereka yang hidup dalam kondisi serba Organisasi Kemasyarakatan, Forum Komunikasi miskin. Mereka yang miskin bukanlah orang yang tidak Umat Beragama (FKUB) juga dipanggil dan ber- mempunyai suatu apapun, akan tetapi berada dalam diskusi bersama di Kabupaten ini juga konflik antar serba keterbatasan, baik ekonomi (modal), pengetahuan masyarakat relatif tidak nampak walaupun se- (akses) terhadap modal, pasar dan sebagainya, sehingga sungguhnya masyarakatnya sangat heterogen baik sulit untuk mengembangkan dirinya. dari suku, agama maupun kondisi perekonomian, Dengan demikian apabila pemberdayaan masyarakat tetapi nampaknya tingkat kesadaran masyarakat atas berhasil dijalankan, maka akan memperkokoh ke- kondisi keberagaman menjadi sesuatu yang biasa mandirian daerah baik secara politik, ekonomi, dan ini dapat menjadi modal yang sangat baik untuk dan budaya kekokohan dalam tiga bidang tersebut, terus dikembangkan dalam rangka keberlanjutan akan mampu menangkal dan bersaing tinggi dalam pembangunan. Konflik dan kekerasan di masyarakat menghadapi gemburan globalisasi ekonomi dunia sudah seharusnya ditinggalkan karena hanya akan yang digerakkan oleh semangat kapitalisme-liberal. merugikan masyarakat. Di mana kekokohan daerah akan menopang bagi Mengapa perilaku kekerasan semakin marak terjadi proses pengkukuhan wilayah dan proses kehidupan ber dalam masyarakat ketika pembangunan daerah semakin berbangsa dan bernegara. gencar dilakukan dan kekerasan sudah membudaya di Untuk pemberdayaan masyarakat di Kabupaten negara kita ini? Tindakan kekerasan muncul diakibatkan Pesawaran masih sangat terbatas baik secara kuantitas konflik yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat. maupun kualitasnya. Sejauh ini yang sudah di-lakuakan Konflik adalah suatu keadaan di mana terjadi secara rutin adalah Musrebang Kabupaten. Pemberdayaan ketidakharmonisan hubungan antara beberapa orang yang dimaksud adalah memberikan kesempatan dalam suatu organisasi atau kehidupan masyarakat. kepada masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif Selain itu konflik juga dapat didefinisikan dengan adanya dalam proses pembangunan dengan mengikuti pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok- kegitan musbang kelurahan dilanjutkan dengan kelompok, atau organisasi-organisasi. Faktor-faktor musrenbang kecamatan dan terakhir musrenbang 278 Implementasi Desentralisasi Dan Otonomi Daerah Pada Daerah Otonomi Baru (Dob) (Studi Di Kabupaten Pesawaran Dan Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung) (Rahayu Sulistiowati) kabupaten. Dalam program ini, masyarakat diberikan didapatkan informasi bahwa sesuai dengan karak- keleluasaan untuk mengusulkan program-program teristik masyarakat Pringsewu, dibagi menjadi prioritas untuk mengatasi permasalahan masyarakat 3 yaitu pegunungan, lembah, dan perkotaan. secara umum dan memperluas pengembangan apabila Maka kemudian sektor yang dikembangkan untuk orientasi kedepan untuk memandirikan masyarakat. meningkatkan perekonomian masyarakat dengan Kabupaten Pesawaran mempunyai wilayah hutan budidaya perkebunan/pertanian, perikanan serta sektor mangrove terutama di Kecamatan Punduh Pidada dan jasa dan perdagangan. Untuk perkebunan, dikembangkan Padang Cermin. Salah satu kegiatan pemberdayaan usaha agribisnis coklat dan pemda telah mengirim masyarakat secara umum berupa kegiatan pening- masyarakat di sentra perkebunan coklat untuk belajar katan partisipasi masyarakat dalam pelestarian cara pembuatan dan pemasaran coklat “Monggo” di mangrove dilakukan secara bertahap, baik dengan Jawa dan bahkan masyarakat dikirim untuk belajar program fisik maupun dengan progran non fisik. Hal hasil budidaya pertanian dan perkebunan di luar negeri. ini dilakukan berdasarkan pada karakter masyarakat Demikian juga masyarakat di wilayah sentra perikanan yang selalu ingin mendapatkan manfaat langsung seperti di kecamatan Pagelaran juga dilatih serta dikirim dan secepat mungkin. Tujuan dari program ini ke daerah lain di Indonesia serta ke luar negeri seperti adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat Malaysia dan Singapura untuk mempelajari kemajuan di desa binaan, melalui program fisik (beternak itik, perikanan dan menerapkannya di wilayah Pagelaran budidaya empang paluh alam, pengolahan hasil dintaranya budidaya lele asap. Sementara itu sentra perikanan, pembuatan gula nipah, budidaya ikan jasa dan perdagangan ada di wilayah Kota Pringsewu, lele dumbo, budidaya udang windu), meningkatkan yang juga menjadi pusat pendidikan, bahkan ada partisipasi masyarakat dalam pelestarian mangrove, program pendirian kampung bahasa Inggris, Kampung meningkatkan produktivitas kawasan mangrove, bahasa Arab, dan kampung bahasa Mandarin.(Hasil mempertahankan garis pantai dan mencegah timbul- wawancara) nya abrasi pantai, meningkatkan kemampuan dan Dalam pemberdayaan masyarakat yang perlu keterampilan masyarakat dalam teknik pengo- diperhatikan agar efektifitas kegiatan dapat berjalan lahan hasil perikanan, pembuatan gula nipah, serta dengan baik, maka harus tepat sasaran dalam arti mendorong peran kelembagaan yang telah ada mereka yang benar-benar berada di lapisan bawah (LKMD, Karang Taruna, Organisasi Pemuda) dalam (grassroot), ruang lingkupnya berada pada tingkat memobilisasi masyarakat untuk berperan serta dalam lokal. Oleh karena itu perlu kiranya menengok pelestarian hutan. kembali beberapa hal yang terkait dengan potensi Menurut hasil penelitan dari Eva Septriana, 2012 lokal yang ada baik menyangkut SDA, SDM, bahwa masyarakat di wilayah hutan mangrove telah Infrastruktur, dan kelembagaan dalam suatu sistem dilibatkan dalam kegiatan pelestarian lingkungan dan jaringan. Sistem jaringan di sinergikan untuk saling pemberdayaan masyarakat, program yang dilakukan memperkuat baik secara vertikal (dalam alur produksi termasuk meningkatkan pendapatan keluarga melalui dan hirarkhi kelembagaan) maupun secara horizontal (dalam mobilitas SDM dan barang serta jasa yang pembuatan industri rumahtangga berbahan dasar terpadu dan berdampak berantai secara maksimal). pohon mangrove. Hanya saja ternyata keterlibatan Dengan adanya pemberdayaan maka seorang yang pemerintah daerah sebagai salah satu stakeholder berada di lapisan bawah akan bisa terangkat derajatnya dalam program ini ternyata belum begitu maksimal. sehingga bisa memunculkan suatu masyarakat baru Hal ini sangat disayangkan mengingat salah satu kelas menengah. Kendati demikian karena sebagaimana program yang digadang-gadang oleh Pemda pesawaran keadaan masyarakat miskin yang hidup dalam keserba- adalah memperkuat wilayah pesisir dengan melibatkan kekurangan baik secara ekonomi, politik, maupun pe- seluruh masyarakat pesisir lewat program-program ngetahuan, maka upaya untuk mendefisinikan kebutuhan pemberdayaan ekonomi masyarakat. dan keperluannya terkadang tidak sepenuhnya mampu Upaya untuk melakukan pemberdayaan tersebut ditangkap secara utuh dan sistimastis. Sehingga dari harus membuka akses bagi rakyat terhadap sumber sini bisa dikatakan bahwa pada masyarakat miskin perlu daya strategis yang dimiliki daerah baik yang berupa adanya bantuan orang/pihak lain untuk merumuskan dan mendefesinikan keperluan dan kebutuhannya yang sumber daya alam, Pendapatan Asli Daerah (PAD), berfungsi sebagai cambuk kemajuan (enabler). APBN dan sebagainya. Terbuka akses tersebut Pemberdayaan masyarakat tersebut akan efektif sebagai upaya untuk saling memiliki maupun manakala dilakukan bersama-sama antara masyarakat berbagai kemanfaatan serta dilibatkanya dalam dan aparat secara transparan dan bertanggungjawab. suatu perencanaan program-program kerja. Dengan Pemerintah daerah melalui sumber daya yang demikian ada partisipasi rakyat terhadap sejumlah dimilikinya dituntut untuk melaksanakan misi sumber daya strategis yang ada, partipasi disini pemberdayaan masyarakat. Hal ini dilakukan agar meliputi perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi masyarakat mampu mempersiapkan dirinya sendiri serta pengontrolan. untuk lebih berdaya dalam arti mampu bersaing, Sementara itu di kabupaten Pringsewu mandiri dan profesional baik dalam menghadapi berdasarkan hasil wawancara dengan Bupati persaingan lokal, reginonal maupun internasional dengan isu globalisasinya.

279 Sosiohumaniora, Volume 16 No. 3 November 2014: 270 - 281

SIMPULAN legislasi dan politik diantara Pemerintah Daerah dan DPRD. Pada bagian ini kerap terjadi proses Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan politik yang tidak produktif. Kondisi ini sangat maka dapat disimpulkan bahwa: mengganggu proses pengambilan keputusan 1. Kebijakan otonomi daerah merupakan keputusan dalam proses kebijakan publik. Bahkan politik pemerintah pusat untuk memberikan pada tahun 2012 karena kondisi yang tidak kewenangan kepada pemerintah daerah. Hal ini harmonis antara legislatif dan eksekutif dan seringkali cenderung secara interpretatif dimaknai juga ketidakharmonisan antarfraksi di lembaga sebagai “penyerahan kedaulatan” untuk berbuat legislatif ini, DPRD terkesan mengulur waktu apa saja. Pemaknaan inilah yang justru menjauhkan pembahasan APBD yang pada akhirnya APBD dari hakikat kebijakan otonomi daerah. Padahal dilaksanakan hanya berdasarkan PERBUP sejatinya kebijakan tersebut diarahkan bagi saja. Hal ini disebabkan oleh ketidak pahaman peningkatan pelayanan kepada publik. Dengan terhadap fungsi dan peran masing-masing demikian, maka pemda memiliki tanggungjawab institusi, dimana Bupati dan DPRD adalah selain meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mitra kerja dalam bingkai pemerintahan daerah. juga mengedepankan performa pelayanan mas- Antara kedua lembaga tersebut memiliki yarkat yang berkelanjutan. hubungan check and balance yang berimbang. 2. Pelaksanaan otonomi daerah di dua lokasi penelitian Implikasi dari kondisi tersebut tentunya yaitu kabupaten Pesawaran dan kabupaten Pring- mengganggu tahapan proses pembangunan di sewu provinsi Lampung menunjukkan kondisi yang Kabupaten Pesawaran, khususnya dalam hal berbeda. Kabupaten Pesawaran yang relatif lebih penyusunan anggaran pembangunan daerah dulu dimekarkan dibanding Pringsewu ternyata lebih yang termuat dalam Peraturan Daerah tentang tertinggal dalam pelaksanaan otonomi daerah yang APBD. Konsekuensinya pembangunan dilihat dari 4 hal yaitu: pelayanan publik, pembuatan terhambat dan masyarakat yang dirugikan. kebijakan, manajemen konflik, dan pemberdayaan. Di Kabupaten Pringsewu hubungan antara (a) Pelaksanaan pelayanan publik sebagai salah legislatif dan eksekutif yang relatif harmonis satu aspek penting dalam penyelenggaraan sebagai mitra kerja sangat mendukung otonomi daerah belum terpenuhi dengan baik di kelancaran pembuatan kebijakan di Kabupaten Kabupaten Pesawaran. Kondisi ini dikarenakan ini. Sejak pelantikan resmi bupati/wakil bupati beberapa faktor, yaitu: (1) sebagai kabupaten pada 23 November 2011 tidak pernah ada baru ketersediaan sarana prasarana publik masih konflik pemda dan DPRD, bahkan sidang- terbatas, seperti, sekolah, rumah sakit, maupun sidang selalu quorum dan menghasilkan infrastruktur lainnya; (2) masih terbatasnya kebijakan yang telah diagendakan berdasarkan jumlah SDM dan kualitas SDM yang dapat usulan dari eksekutif. memberikan pelayanan publik; (3) masih (c) Secara umum di Kabupaten Pesawaran, konflik rendahnya komitmen, baik pejabat pemerintahan yang berujung dengan kekerasan secara maupun pejabat birokrasi untuk mengedepankan horizontal di masyarakat cenderung tidak kepentingan masyarakat; (4) rendahnya tampak secara terbuka, meskipun terdapat kemampuan fiscal Kabupaten Pesawaran, yaitu beberapa kasus sifatnya hanya kasuistis dan PAD yang masih terbatas dan sangat kecil; dan temporer. Konflik justru terjadi di kalangan (5) pengalokasian anggran belanja publik atau penyelenggaraan pemerintahan daerah berupa belanja langsung dalam APBD masih kecil konflik politiknya, yaitu: (1) Konflik vertical (hanya 30%) dibandingkan alokasi untuk belanja dengan pemerintah provinsi; (2) Konflik aparatur. Sedangkan dikabupaten Pringsewu Horizontal antara Bupati dengan DPRD; dalam hal pelayanan publik Masyarakat menilai dan (3) Konflik Kepala daerah dengan Wakil ada perubahan yang cukup signifikan dalam hal Kepala Daerah. Sedangkan di kabupaten layanan publik dari masa sebelum dimekarkan Pringsewu Pasca pelantikan Bupati dan wakil yaitu saat masih bergabung dengan kabupaten bupati terpilih di kabupaten Pringsewu, tidak Tanggamus dengan kondisi pasca pemekaran pernah terjadi konflik baik vertikal maupun saat in, tetapi belum maksimal. Kondisi belum horizontal. Lembaga eksekutif dan legislatif maksimalnya layanan publik ini dilihat dari bekerjasama dengan baik den menjalankan dirasakan oleh masyarakat dilihat dari indikator: tugasnya masing-masing serta sebagai mitra ketepatan waktu pelayanan, bukti layanan, daya kerja bersinergi bekerja untuk masyarakat. tanggap aparat terhadap keluhan masyarakat, Pemda sangat responsif dan antisipatif dalam akuntabilitasnya, dan empathy aparat terhadap meredam konflik yang terjadi di masyarakat. kondisi mayarakat (d) Untuk pemberdayaan masyarakat di Kabupaten (b) Proses pembuatan kebijakan di kabupaten Pesawaran masih kurang maksimal baik Pesawaran secara teknis proses penyusunan secara kuantitas maupun kualitasnya. Sejauh program pembangunan sudah berjalan, namun ini yang sudah dilakuakan secara rutin musrenbang hanya dijadikan alat legitimasi adalah Musrenbang Kabupaten. Kegiatan kebijakan saja, dianggap prosesnya telah pemberdayaan masyarakat secara umum berupa melibatkan masyarakat. Tahap pembuatan kegiatan peningkatan partisipasi masyarakat kebijakan publik selanjutnya adalah proses dalam pelestarian mangrove dilakukan secara

280 Implementasi Desentralisasi Dan Otonomi Daerah Pada Daerah Otonomi Baru (Dob) (Studi Di Kabupaten Pesawaran Dan Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung) (Rahayu Sulistiowati) bertahap, baik dengan program fisik maupun 4. Untuk pemberdayaan masyarakat perlu diperluas dengan progran non fisik. Hal ini dilakukan makna pemberdayaan. Kedepan pemberdayaan berdasarkan pada karakter masyarakat yang diarahkan kepada pengembangan kemampuan selalu ingin mendapatkan manfaat langsung inovatif masyarakat, sehingga dapat beradaptasi dan secepat mungkin. Tujuan dari program dengan perubahan-perubahan sosial dan ekonomi. ini adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di desa binaan, melalui program DAFTAR PUSTAKA fisik (beternak itik, budidaya empang paluh BAPPENAS Bekerjasama dengan United Nation alam, pengolahan hasil perikanan, pembuatan Development Programme, 2007, Studi Evaluasi gula nipah, budidaya ikan lele dumbo, budidaya Dampak Pemekaran Daerah. udang windu). Sementara di kabupaten Pring- sewu bahwa sesuai dengan karakteristik Bob, Pease, 2002, Challanging Oppression, Oxford masyarakat Pringsewu, dibagi menjadi 3 yaitu University Press pegunungan, lembah, dan perkotaan. Maka Depdagri dan LAN, 2007, Modul 1 Paradigma kemudian sektor yang dikembangkan untuk Kebijakan Pelayanan Publik di Era Otonomi meningkatkan perekonomian masyarakat Daerah, Diklat Teknis Pelayanan Publik, dengan budidaya perkebunan/pertanian, per- Akuntabilitas, dan Pengelolaan Mutu. ikanan serta sektor jasa dan perdagangan. Untuk perkebunan, dikembangkan usaha agribisnis. DEPDAGRI, 2006, Laporan Implementasi Otonomi Masyarakat di wilayah lembah diberdayakan Daerah, Kerjasama dengan Sekolah Pascasarjana dengan menitikberatkan pada sektor perikanan, Program Studi Ilmu Politik Konsentrasi Politik dan kabupaten pringsewu merupakan salah satu Lokal dan Otonomi Daerah. sentra produksi ikan tawar/kolam. Sementara itu sentra jasa dan perdagangan ada di wilayah DEPDAGRI, 2006, Monev desentralisasi dan Kota Pringsewu, yang juga menjadi pusat Otonomi daerah, Kerjasama dengan Sekolah pendidikan, bahkan ada program pendirian pascasarjana Program Studi Ilmu Politik kampung bahasa Inggris, Kampung bahasa Konsentrasi Politik Lokal dan Otonomi Daerah. Arab, dan kampung bahasa Mandarin. Dunn, William, 1981, Pengantar kebijakan Publik, SARAN Bumi Cipta Berdasarkan uraian kesimpulan di atas terdapat Dwiyanto, Agus, 2002, Reformasi Birokrasi Publik di beberapa hal sebagai masukan bagi pihak-pihak terkait Indonesia, Gadjah Mada University Press dengan topik penelitian. Sebagai berikut: 1. Pemerintah Kabupaten Pesawaran dan Pringsewu Hadari, Nawawi, 2001, Metode Penelitian Kualitatif, sebagai daerah otonom baru, perlu melakukan peme- Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. taan secara menyeluruh aspek-aspek kebutuhan Haris, Syamsuddin, 2007, Desentralisasi & masyarakat, selanjutnya melakukan penataan birokrasi Otonomi Daerah, Desentralisasi, Demokratisasi sesuai dengan bidang keahlian agar sesuai dengan & Akuntabilitas Pemerintahan Daerah, Jakarta: kebutuhan pelayanan; mempercepat pem-bangunan LIPI. saran dan prasarana pelayanan publik; dan me- lakukan pengawasan kinerja terhadap birokrat Moleong, Lexy K, 2002, Metodologi Penelitian pelayan publik yang tidak professional. Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2. Di masa yang akan datang pembuatan kebijakan yang melibatkan masyarakat tidak sekedar sebagai alat Napitupulu, Paimin, 2007, Menakar Urgensi Otonomi legitimasi kebijakan saja, lebih jauh lagi pelibatan Daerah, Solusi atas Ancaman Disintegrasi, masyarakat dalam pembuatan kebijakan diarahkan Bandung: Alumni. pada efiensi dan efektifitas pembangunan. Selain itu Septriana, Eva, 2012, Peran Civil Society dalam dalam proses legislasi dan politik diantara Pemerintah Pemberdayaan Masyarakat di Wilayah Hutan Daerah dan DPRD hendaknya mengedepankan Mangrowe Pulau Pahawang, Skripsi Universitas kepentingan masyarakat dibandingkan kepentingan Lampung aprtai politik atau kepentingan golongan. Rasyid, Ryas, 2002, Pengantar Ilmu Pemerintahan, 3. Untuk mengatasi persoalan konflik yang kerap Institut Ilmu Pemerintahan, Jakarta terjadi, baik horizontal maupun vertical adalah dengan jalan membangun pola komunikasi politik Syafi’ie, Inu Kencana, 2002, Ilmu Administrasi dan komunikasi pembangunan yang efektif. Publik, Jakarta: Rineka Cipta. Selain itu yang terpenting juga pemerintah daerah Wahab, Solichin Abdul, 2007, Implementasi menjalankan fungsi dan perannya sesuai dengan Kebijakan Publik, Bumi Aksara standar kinerja. Sedangkan untuk menata konflik politik atar lembaga pemerintahan, perlunya Waluyo, 2007, Manajemen Publik, Konsep Aplikasi pemerintah pusat mengatur secara tegas dan dan Implementasinya Dalam Pelaksanaan memberikan sanksi kepada lembaga-lembaga di Otonomi Daerah, Bandung: Mandar Maju. daerah yang menyalah gunakan kewenangan atau Jurnal CSIS no 2 tahun 2002 melampaui kewenangannya.

281