<<

Berita Biologi 10(3) - Desember 2010

KERAGAMAN GENETIK BEBERAPAKLON ( Murray) AS AL JAWA BARAT BERDASARKAN SIDIK RANDOM AMPLIFIED POLIMORPHIC DNA1 [Genetic Diversity of Durian (Durio zibethinus Murray) from West Java Based on Random Amplified Polymorphic DNA Fingerprint]

Kusumadewi Sri Yulita213* dan Muna Murnianjari3 2Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Raya Bogor Km. 46, Cibinong 16911 3FMIPA Universitas Negeri Jakarta •email: [email protected]

ABSTRACT Durian (Durio zibethinus) is one of the most popular tropical in SE Asia. Indonesia has several local clones that have not yet been widely introduced to local markets. This present study aimed to assess genetic diversity of 17 clones of durian from West Java based on RAPD fingerprints. Thirty RAPD's primers were initially screened and four were selected for the analysis. These four primers (OPA 13, OPD 8, OPN 6 and OPA 18) generated 63 scorable bands to which 100% of them were polymorphic. OPA-13 at 700bp was exclusively possessed by Tambleg clone and other bands were shared among the other clones. Clustering analysis was performed based on RAPD profiles using the UPGMA method. The range of genetic similarity value among genotypes was 0.15-0.73 suggesting high genetic variation among them. Results from genetic diversity analysis based on propagation system showed a higher genetic diversity value in occulating (87.30%) than that of grafting (60.32%).

Kata kunci/key word: Keragaman genetik/genetic diversity, durian (Durio zibethinus), RAPD, klon/clone.

PENDAHULUAN merupakan salah satu penanda molekuler yang umum Durio zibethinus Murray merupakan salah satu digunakan untuk melihat polimorfisme di tingkat DNA komoditas buah-buahan yang banyak dibudidayakan (Chakrabarti et al., 2001) dengan teknik PCR saat ini dan bernilai ekonomi cukup penting. Beberapa (Polymerase Chain Reaction). Penggunaan penanda kultivar durian unggul yang telah dikembangkan di RAPD mudah dalam persiapannya, relatif sederhana Indonesia antara lain Sunan, Sukun, Petruk, Sitokong, namun memberikan hasil yang lebih cepat Mas, Otong, Tembaga, Perwira, Bokor, Hepe dan Sriwig dibandingkan penanda molekuler lainnya, tidak (Subhadrabandhu et al, 1997). Besarnya keragaman membutuhkan pengetahuan mengenai urutan DNA kultivar merupakan sumber plasma nutfah penting dari organisme target (Hillis et al., 1996), jumlah DNA sebagai bahan seleksi untuk pemuliaan tanaman durian. yang digunakan dalam reaksi hanya sedikit (± 25 Di wilayah Jawa Barat terdapat beberapa klon durian nanogram per reaksi), penggunaan peralatan yang telah dikenal masyarakat karena sudah lama laboratorium yang minimal, non-radioaktif, dan dapat dibudidayakan dan pada umumnya merupakan buah menggunakan primer universal yang sudah ada (Soltis yang diminati. et al., 1998). Pada saat ini, penanda RAPD telah banyak Saat ini, penelitian tentang keragaman genetik digunakan dalam penelitian keragaman genetik beberapa klon durian asal Jawa Barat belum dilakukan, (Adetula, 2006; Fan et al., 2004, Guo et al, 2007; Ishak, padahal durian merupakan salah satu kekayaan plasma 2000; Jain et al, 2007; Nurhaimi-Haris et al, 1998; nutfah buah-buahan yang penting untuk Poerba et al., 2007; Toruan-Mathius et al, 2002, Ferriol dikembangkan. Salah satu cara untuk mengetahui et al, 2003), sidik DNA (Baum, 1999; Chakrabarti et al, keragaman plasma nutfah durian adalah dengan melihat 2001; Chakrabarti et al, 2006; Zacarias et al, 2004) dan keragaman genetik. Keragaman genetik dapat identitas kultivar (Galderisi et al, 1999; Keller- diestimasi melalui perbedaan individu pada berbagai Przybyflcowicz et al., 2006). tingkatan misalnya pada tingkat DNA baik berupa Penelitian kali ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan urutan maupun ukuran basa nukleotida. keragaman genetik antar klon durian asal Jawa Barat RAPD {Random Amplified Polymorphic DNA) dan memperoleh identitas klon durian berdasarkan

'Diterima: 23 Agustus 2009 - Disetujui: 18 Februari 2010

269 Yulita dan Murnianjari - Keragaman Genetik Klon Durian Berdasarkan Sidik RAPD

Tabel 1. Daflar sampel durian Tahun No. Nama klon Material Asal Tanam 1. Tambleg 1 (Tl) Okulasi Pandeglang 1998 2. Tambleg 2 (T2) Okulasi Pandeglang 1998 3. Si Lilin 1 (Ll)^ Enten Ragunan 1983 4. Isi Manis (IM) Okulasi Pandeglang 1998 5. Sibadak 1 (SB1) Okulasi Sumedang 1998 6. Simaung (SM) Okulasi Pandeglang 1998 7. Kendil (KE) Okulasi Cibinong 1998 8. Sitokong KJ 1 (ST1) Enten Rramat Jati 1998 9. Handalam (HA) Enten Jakarta 1986 10. Nian 1 (Nl) Enten Pandeglang 1998 11. Kamarung (KA) Enten Parung 1998 12. Bokor 1 (Bl) enten Cipaku 1986 13. Si Pingku (SP) Enten Rancamaya 1986 14. Bokor 2 (B2) Okulasi Sumedang 1998 15. Sibadak 2 (SB2) Enten Sukaraja 1986 16. Sitokong KJ 3 (ST3) Enten Kramat Jati 1986 17 Si Lilin 2 (L2) Enten Rancamaya 1986

(36°C selama 1 menit) dan fase pemanjangan (72° C profil pita RAPD. selama 2 menit) (Williams etal, 1990). Setelah45 siklus BAHANDANMETODE selesai, proses amplifikasi PCR diakhiri dengan fase Sampel tanaman durian yang dianalisis sejumlah pemanjangan pada suhu 72° C selama 5 menit. 17 yang berasal dari Kebun Plasma Nutfah (KPN) LIPI, Perkiraan keragaman genetika berdasarkan analisis Cibinong dan dikoleksi dalam bentuk daun yang pengelompokan dan ordinasi dikeringkan dalam silica gel (Tabel 1). Setiap pita RAPD dianggap sebagai satu lokus Ekstraksi total DNA genom putatif. Hanya lokus yang menunjukkan pita yang jelas Total DNA genom diisolasi dengan yang digunakan untuk diskor 1 bila ada pita dan 0 bila menggunakan protokol CTAB (Delaporta et al, 1983) tidak ada pita. Data RAPD yang telah diskor yang dimodifikasi dengan penambahan RNAse 200 \ig/ selanjutnya digunakan untuk menghitung persentase mL. Lima uL total DNA genom di elektrophoresis dalam lokus polimorfik (P). 0.7% gel agarose dalam larutan penyangga TAE, Data skoring dikelompokkan hingga membentuk kemudian diwarnai dengan ethidium bromida dan difoto matriks binari di program Microsoft Excel. Matriks menggunakan lampu ultraviolet untuk memastikan tersebut kemudian diolah menggunakan program kuantitas dan kualitas DNA. DNA yang telah diisolasi SIMQUAL (Similarity for qualitative data) dengan disimpan dalam -20°C. koefisien DICE dalam paket NTSYS-pc versi 2.02 (Rohlf, AnalisisRAPD 1993). Hasil analisis yang dihasilkan berupa Skrining dilakukanterhadap 30 primer A, C dan dendrogram pengelompokan berdasarkan UPGMA N (Operon Technologies) untuk memperoleh primer (Unweightedpair group with arithmetical averages). dengan tingkat keberulangan tinggi dan konsisten Matriks kesamaan dari data ini digunakan untuk digunakan dalam analisis RAPD. Volume reaksi kembali untuk memperoleh ordinasi 3 dimensi total PCR adalah 15 ul yang terdiri atas 1 x PCR Master berdasarkan nilai eigen dan vektor eigen menggunakan Mix (Fermentas), 2 uM primer (Promega), dan ~10 ng program NTSYS-pc 2.02 (Rohlf, 1993). DNA template. Kondisi mesin PCR untuk amplifikasi Perkiraan keragaman genetik berdasarkan cara DNA diawali dengan denaturasi awal pada suhu 94°C perbanyakan tanaman selama 2 menit, diikuti oleh 45 siklus yang terdiri dari: Indeks keragaman genetik untuk memperkirakan fase denaturasi (94°C selama 1 menit); fase penempelan keragaman genetik berdasarkan cara perbanyakan

270 Berita Biologi 10(3) - Desember 2010

Tabel 2. Urutan primer dan jumlah fragmen DNAyang terbentuk Jumlah ftagmen DNA Fragmen DNA Primer Urutan DNA yang terbentuk polimorfik OPA-13 CAGCACCCAC 18 18 (100%) OPA-18 AGGTGACCGT 11 11(100%) OPN-6 GAGACGCACA 20 20 (100%) OPD-8 GTGTGCCCCA 14 14 (100%) Jumlah 63 63 (100%)

Tabel 3. Matriks kesamaan genetik antar 17 klon durian asal Jawa Barait

Tl T2 LI IM SB1 ST1 HA K SM KE Nl Bl SP B2 SB2 ST3 L2 Tl 1.00 T2 0.24 1.00 LI 0.16 0.20 1.00 IM 0.15 0.26 0.45 1.00 SB1 0.33 0.21 0.41 0.20 1.00 ST1 0.29 0.31 0.62 0.30 0.40 1.00 HA 0.35 0.36 0.50 0.34 0.37 0.67 1.00 K 0.27 0.44 0.52 0.36 0.38 0.61 0.72 1.00 SM 0.25 0.22 0.27 0.37 0.22 0.30 0.29 0.29 1.00 KE 0.40 0.30 0.35 0.49 0.41 0.33 0.42 0.49 0.34 1.00 Nl 0.26 0.28 0.33 0.41 0.38 0.36 0.39 0.45 0.56 0.64 1.00 Bl 0.18 0.22 0.59 0.36 0.38 0.61 0.72 0.58 0.24 0.32 0.40 1.00 SP 0.36 0.30 0.44 0.29 0.46 0.52 0.56 0.58 0.29 0.32 0.40 0.58 1.00 B2 0.30 0.16 0.32 0.31 0.42 0.29 0.43 0.36 0.19 0.40 0.37 0.45 0.36 1.00 SB2 0.20 0.24 0.64 0.38 0.42 0.57 0.61 0.73 0.25 0.34 0.42 0.73 0.55 0.40 1.00 ST3 0.25 0.41 0.55 0.40 0.50 0.56 0.52 0.62 0.33 0.46 0.43 0.54 0.54 0.42 0.67 1.00 L2 0.22 0.17 0.52 0.25 0.36 0.53 0.57 0.50 0.27 0.24 0.33 0.60 0.70 0.33 0.67 0.64 1.00 tanaman (okulasi dan enten), yaitu berdasarkan indeks dibanding tiga primer lainnya. keragaman Nei dan Shannon dengan menggunakan Analisis pengelompokan antar klon durian program POPGENE 32 versi 1.31 (Yehetal., 1997). Berdasarkan matriks kesamaan genetik, nilai kesamaan genetik 17 klon durian berkisar antara 0.15- HAS1L 0.73 (Tabel 3). Semakin tinggi nilai jarak genetik maka ProfilpitaRAPD tingkat kesamaan semakin besar dan sebaliknya. Nilai Enam tanaman durian digunakan dalam proses jarak genetik terbesar (0.73) terdapat antaraK-SB2 dan skrining primer untuk memilih primer yang B1-SB2. Nilai j arak genetik terkecil yaitu 0.15 terdapat menghasilkan pita DNA polimorfik. Hasil seleksi antara klon Tl-IM. skrining menggunakan 30 primer menunjukkan bahwa Analisis kluster menunjukkan pemisahan primerOPA 13, OPA18, OPN6 danOPD 8 menghasilkan tanaman durian ke dalam kluster yang mengelompok profil pita RAPD yang jelas dan mudah dibaca. Dari secara acak yang tidak berdasarkan klon maupun keempat primer ini diperoleh 63 pita DNA yang independen -yang tidak mengelompok dengan tanaman berukuran 250pb hingga2000pb. Keseluruhanpita ini lainnya (Gambar 1). Terdapat dua kluster utama yaitu A 100% polimorfik (Tabel 2). OPN-6 merupakan primer dan B (koeflsien kesamaan 0.26). Kluster A terdiri dari yang paling banyak menghasilkan pita DNA polimorfik 16 tanaman dan kluster B hanya terdiri dari satu

271 Yulita dan Murnianjari - Keragaman Genetik Klon Durian Berdasarkan Sidik.RAPD

T1

T2

L1

ST1

HA

B1 jK TsB2

-SP

-L2

-ST3

-SB1

-B2

-IM

-SM

-KE

-N1

0.26 0.38 0.50 0.61 0.73 Coefficient

Gambar 1. Dendrogram kesamaan antara 17 klon durian asal Jawa Barat. T: Tambleg, SP: Si Pingku, B: Bokor, SM: Simaung, HA: Handalam, K: Kamarung, KE: Kendil, L: Si Lilin, IM: Isi Manis, ST: Sitokong,N: Nian, SB: Sibadak. Nomor di sebelah kanan (1,2,3) menjelaskan pengelompokan yang ditunjukkan oleh ordinasi 3 dimensi

Gambar 2. Diagram ordinasi 3-dimensi 17 klon durian asal Jawa Barat. T: Tambleg, SP: Si Pingku, B: Bokor, SM: Simaung, HA: Handalam, K: Kamarung, KE: Kendil, L: Si Lilin, IM: Isi Manis, ST: Sitokong,N: Nian, SB: Sibadak

272 Berita Biologi 10(3) - Desember 2010

Tabel 4: Estimasi keragaman genetik berdasarkan cara perbanyakan tanaman

Jumlah Jumlah Populasi Persentase lokus Indeks individu lokus Indeks Nei KuUivnr polimorfik Shannon polimorflk 1. Okulasi 7 55 87.30% 0.2487 0.4041 2. Enten 10 38 60.32% 0.1812 0.3050 Total 17

---- s- §

- OPN6

Gambar 3. Profil pita RAPD berdasarkan primer OPA13, OPD 8, OPA18 dan OPN 6 pada enam spesies durian. M=Marker/penanda 3 kb. 1) D. Dulcis, 2) D. kutejensis, 3)D. oxyleanus, 4) D. Dulcis 2, 5) D. zibethinus, 6) D. macarantha tanaman, yaituTl. Sementara dalam klusterA, T2 tidak umum dan diduga mampu mengenali fragmen-fragmen mengelompok dengan tanaman lainnya. DNA yang bersifat conserved atau memiliki tingkat Hasil analisis ordinasi 3-dimensi (Gambar 2) mutasi yang cenderung lebih rendah. Sifat polimorfisme memperlihatkankelompok 1 yangberisikanK, HA, ST1, keempat primer ini konsisten dan berulang. Hal ini ST3, L2, SB2, Bl dan LI. Pada kelompok 2, terjadi terlihat pada hasil amplifikasi DNA enam spesies durian pengelompokan antara SB1 dan B2. Di kelompok 3, (Gambar 3). terjadi pengelompokan antara K.E, SM, Nl dan IM. Pita yang dihasilkan setelah amplifikasi DNA Sementara Tl dan T2 terpisah jauh dari klon lainnya. dengan PCR sangat bergantung pada bagaimana primer Perkiraan keragaman genetik berdasarkan cara mengenal daerah komplemennya pada cetakan perbanyakan tanaman {template) DNA yang digunakan. Semakin banyak Hasil analisis keragaman genetik antara dua cara situs penempelan dari primer yang digunakan, maka perbanyakan menunjukkan bahwa jumlah lokus semakin banyak jumlah pita DNA yang dihasilkan fathmntf/k. >jj&i3v Vstow.'pak. otaj.ta&i a/Mab. 55 (tengaxi persentase 87.30%. Sedangkan kelompok enten, jumlah Ada atau tidaknya pita DNA spesifik sangat lokus polimorfiknya adalah 38 dengan persentase dipengaruhi oleh situs penempelan primer pada cetakan 60.32%. Nilai indeks keragaman Nei dan Shannon pada DNA. Weising et al. (1995) berpendapat bahwa ada kelompok okulasi adalah 0.25 dan 0.40 lebih tinggi beberapa hal yang menyebabkan perbedaan pita DNA dibandingkan dengan nilai indeks keragaman pada yang terampliflkasi, yaitu (1) perubahan nukleotida kelompok enten yaitu 0.18 untuk indeks Nei dan 0.30 pada sampel yang mencegah terjadinya amplifikasi, (2) untuk indeks Shannon (Tabel 4). delesi pada pelekatan primer, (3) insersi yang menyebabkan daerah pelekatan primer terlalu jauh PEMBAHASAN untuk menyokong terjadinya amplifikasi dan (4) insersi Berdasarkan hasil seleksi primer, OPN 6 dan delesi yang mengubah produk amplifikasi. merupakan primer yang mampu menghasilkan pita Pada studi ini diperoleh 63 pita DNA yang DNA polimorfik yang tertinggi. Sedangkan OPA 13, berukuran 250 pb hingga 2 kb. Pengamatan terhadap OPA 18 dan OPD 8 cenderung menghasilkan pola pita pola pita DNA hasil amplifikasi menunjukkan profil

273 Yulita dan Murnianjari - Keragaman Genetik Klon Durian Berdasarkan Sidik RAPD

DNA yang berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan amplifikasi PCR, primer mengenali fragmen DNA oleh perbedaan urutan nukleotida pada keempat primer berbeda pada klon yang sama, sehingga menyebabkan yang digunakan, sehingga menyebabkan perlekatan perbedaan pada hasil amplifikasi antar tanaman dalam primer di sepanjang DNA genom sampel juga berbeda. klon yang sama. Berdasarkan matriks kesamaan genetik, nilai Tujuh belas tanaman durian asal Jawa Barat kesamaan genetik 17 tanaman durian berkisar antara yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari dua 0.15-0.73 (Gambar l).KlonTambleg(Tl danT2)memiliki macam cara perbanyakan tanaman, yaitu okulasi dan nilai kesamaan terkecil atau paling berbeda enten. Okulasi adalah penempelan mata tunas dari dibandingkan dengan 15 tanaman lainnya. Hal tersebut pohon induk durian terpilih ke batang bawah yang diduga karena lokus yang terdapat pada sampel lainnya diperoleh dari perbanyakan melalui biji. Sedangkan tidak terdapat di klon Tambleg. Ketiadaan lokus ini enten atau yang dikenal pula dengan sambung pucuk, dapat disebabkan lokus tersebut telah hilang atau merapakan cara perbanyakan dengan cara penyatuan memang tidak ada, sehingga penanda/primer yang pucuk (batang atas) dengan batang bawah sehingga digunakan tidak mampu mengenali lokus yang terdapat terbentuk tanaman baru. Keduanya merupakan pola pada klon Tambleg. Sebaliknya, klon Tambleg memiliki perbanyakan gabungan antara generatif dan vegetatif. pita spesifik yang dihasilkan dari amplifikasi Kelompok okulasi terdiri atas tujuh tanaman dan menggunakan primer OPA-13 pada ukuran 700 bp, kelompok enten terdiri atas 10 tanaman. sehingga identitas klon Tambleg dapat diketahui Analisis keragaman genetik antara kelompok melalui profil pita ini. okulasi dan enten menunjukkan bahwa kelompok Analisis kluster menunjukkan pemisahan okulasi memiliki keragaman genetik yang lebih besar sampel ke dalam kluster yang mengelompok secara dibandingkan dengan kelompok enten. Kedua cara acak dan tidak berdasarkan klon. Hal ini diduga karena perbanyakan tersebut seharusnya memiliki nilai profil RAPD diskor berdasarkan pada kesamaan ukuran keragaman yang tidak terlalu berbeda, karena keduanya pita DNA. Sehingga, apabila klon yang dianalisis tidak memungkinkan terjadinya pertukaran properti mengelompok ke dalam satu kluster, maka menandakan genetik antara batang atas dan batang bawah. tingkat kesamaan yang tinggi diantara lokus DNAnya. Perbedaan nilai keragaman genetika ini kemungkinan Untuk mengetahui distribusi kesamaan antar bukan disebabkan oleh cara perbanyakan, namun tanaman berdasarkan data matriks RAPD, maka dibuat genotipe pohon induk yang digunakan memang ordinasi 3-dimensi (Gambar 2). Pengelompokan yang berbeda. terlihat pada ordinasi 3-dimensi, sesuai dengan pengelompokan yang ditunjukkan oleh dendrogram. KESEMPULAN Pada ordinasi dan dendrogram, terlihat beberapa Identitas durian klon tambleg dapat tanaman yang merapakan satu klon, yang seharusnya ditunjukkan oleh primer OPA-13 pada 700pb. Matriks menjadi satu kelompok seperti Sibadak (SB), Tambleg jarak genetik dengan kisaran 0.15-0.73, dendrogram (T), dan Bokor (B) terlihat terpencar ke dalam kluster maupun ordinasi 3-dimensi yang memperlihatkan dendrogram maupun kelompok ordinasi yang berbeda. pengelompokkan secara acak, mengindikasikan Hal ini diduga karena telah terjadi rekombinasi acak keragaman genetik yang tinggi antar klon durian asal dalam sampel akibat terjadinya outcrossing-yang Jawa Barat. Sedangkan perbedaan nilai keragaman memang sangat umum terj adi pada tumbuhan berbunga genetik diantara kelompok okulasi dan enten menyerbuk silang- sehingga menyebabkan tingginya kemungkinan disebabkan oleh perbedaan genotipe keragaman antar individu. Selain itu, karena primer pohon induk yang digunakan. RAPD mengenali daerah komplemen di DNA genom secara acak, sehingga bila dalam proses ekstraksi DAFTARPUSTAKA terjadi degradasi DNA pada daerah yang sama antar Adetula AO. 2006. Genetic diversity of Capsicum using Random Amplified Polymorphic . African individu klon, maka ada kemungkinan dalam proses

274 Berita Biologi 10(3) - Desember 2010

Journal of Biotechnology 5 (2), 120-122. of Fruit and Ornamental Plant Research 14 (1), 45- Baum RB. 1999. DNA fingerprinting of cereal for 52. intellectual property rights protection. Dalam: S. Nurhaimi-Haris, S Woelan and A Darussamin. 1998. Andrews, A.C. Leslie dan C. Alexander (Editors). RAPD analysis of genetic variability in plant rubber of Cultivated Plants: Third International (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) clones. Menara Symposium. Him. 231-238. Perkebunan 66 (1), 9-19. Chakrabarti SK, D Pattanayak and PS Naik. 2001. Poerba YS, AH Wawo dan KS Yulita. 2007. Keragaman Fingerprinting Indian Potato Cultivars by Random Fenotipe RAPD Santalum album L. di Pulau Timor amplified polymorphic DNA (RAPD). Potato bagian timur. Berita Biologi 8(6), 537- 546. Research 44, 374-387. Poerba YS dan Yuzammi. 2008. Pendugaan Keragaman Chakrabarti SK, D Pattanayak, D Sarkar, VP Chimote Genetik Amorphopallus titanum Becc. Berdasarkan and PS Naik . 2006. Stability of RAPD fingerprints Marka Random Amplified Polymorphic DNA. in potato: effect of source tissue and primers. Biologia Biodiversitas 9(2), 103-107. Plantarum SO (4), 531-536. Rohlf FJ. 1993. NTSYS-PC. Numerical Taxonomy and Delaporta SL, J Wood and JB Hicks. 1983. A plant DNA Multivariate Analysis. Version 1.8. New York: Exeter minipreparation. Version II. Plant Molecular Biology Software. Reporter 4, 19-21. Soltis DE, PS Soltis and JE Doyle. 1998. Moleculer Fan XX, L Shen, X Zhang, XY Chen and CX Fu. 2004. Systematics of Plants II: DNA Sequencing. Boston: Assessing genetic diversity of biloba L. Kluwer Academic Publisher. () populations from by RAPD Subhadrabandhu S, JMP Schneemann and EWM markers. Biochemical 42 (7/8), 269-278. Verheij. 1997. la: Edible Fruits and Nuts. Plant Ferriol MM, B Pico and F Nuez. 2003. Genetic diversity of Resources of South-East Asia (PROSEA). EWM some accessions of Cucurbita maxima from Spain Verheij and RE Colonel (Eds). Netherland: Pudoc using RAPD and SBAP markers. Genetic Resources Wageningen. Him and Crop 50, 227-238. Toruan-Mathius N, Z Lalu, Soedarsono dan Aswidinnoor Galderisi U, M Cipollaro, G Di Bernardo, L De Masi, G H. 2002. Keragaman genetik klon-klon karet (Hevea Galano and A Cascino. 1999. Identification of brasiliensis Muell. Arg) yang resisten dan rentan () cultivars by RAPD terhadap Corynespora casiicola berdasarkan penanda analysis. Plant Cell Reports 18, 652-655. RAPD dan AFLP. Menara Perkebunan 70(2), 35-49. Guo HB, SM Li, J Peng and WD Ke. 2007. Genetic diversity Weising K, H Nybom, K Wolff and W Meyer. 1995. DNA of Nelumbo accessions revealed by RAPD. Genetic Fingerprinting in Plants and Fungi. Florida. CRC Resources and Crop Evolution WD, 741-748. Press. Hillis DM, C Moritz and BK Mable (Editors). 1996. Williams JGK, AR Kubelik, KJ Livak, JA Rafalski and Molecular Systematic, Second Edition. Massachusetts: SV Tingey. 1990. DNA polymorphisms amplified by Sianuer Associates Inc. arbitrary primers are useful as genetic markers. Nucleic Ishak. 2000. Identifikasi keragaman genetik antara Pelita I/I Acids Research 18, 6531-6535. dan Rojolele menggunakan markah RAPD. Berita Yen FC, RC Yang, TBJ Boyle, ZH Ye and JX Mao. 1997. Biologi 5(1), 21-27. POPGENE (version 1.31), the user-friendly shareware Jain PK, L Saini, MH Pathak and VK Gupta. 2007. Analysis for population genetic analysis. Molecular Biology of genetic variation in different banana (Musa species) and Biotechnology centre, University of Alberta, variety using random amplified polymorphic DNAs Edmonton. Alberta, Canada. Available free at http:// (RAPDs). African Journal of Biotechnology 6(17), www.ualberta.ca/~fveh. 1987-1989. Zacarias AM, AM Botha, MT Labuschagne and IRM Keller-Przybylkowicz S, M Korbin and J Gwozdecki. Benesi. 2004. Characterization and genetic distance 2006. RAPD and ISSR markers of black and green analysis of cassava (Manihot esculenta Crantz) colour of blackcurrant (Ribes nigrum) fruits. Journal germplasm from Mozambique using RAPD fingerprinting.

275