EKO-REGIONAL, Vol 2, No.1, Maret 2007

POTENSI DAERAH (ANALISIS KESIAPAN MENJADI KOTA PURWOKERTO) Oleh: Sri Nugroho1) dan Suprapto2)

1) Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman 2) Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman

ABSTRACT

This article was related to the effort of Banyumas be autonomous two separate region; and Purwokerto Town. The isues to make Purwokerto Town be autonomous region needed a sufficient kind analyses. It is about what 4 districs in Purwokerto region is suitable be autonomous area. Otherwise, the analyses should include what the rest of districs in Banyumas is keep stand away to be outonopmus regency. Central at south zone need economics growth centrals. Now, economic growth in is concentrated at north area. The aglomeration, at least in one local otonomous, is desired growing up the acceleration of economics growth arround the area. Formally, the measurement of local potency should be use the current act, Peraturan Pemerintah No 129/2000 about Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah. Application the rule to measure Banyumas potency, it is finally gained that 4 districs in Purwokerto town is eligible to be autonomous area, but not for the rest districts in Banyumas.

Keywords: autonomous area, economic growth, acceleration, Banyumas potency

PENDAHULUAN pemekaran wilayah. Pembentukan daerah dan pemekaran wilayah merupakan bagian penting Komitmen untuk melaksanakan otonomi dari wacana desentralisasi yang berkembang di daerah semaikin meningkat di berbagai daerah, . meskipun implementasinya masif relatif kecil. Dua Sebagai pelaksanaan UU tersebut telah undang-undang penting telah dikeluarkan, UU No. diterbitkan pula aturan operasionalnya melalui 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Konsiderans UU No. 22/1999 diantaranya tentang Kewenangan Pemerintah dan menyatakan; “bahwa dalam menghadapi Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom. perkembangan keadaan, baik di dalam maupun di Aturan pelaksanan ini diperlebar sampai ke tingkat luar negeri, serta tantangan persaingan global, kabupaten melalui Peraturan Pemerintah Nomor dipandang perlu menyelenggarakan tonomi Daerah 129 Tahun 2000 tentang Persyaratan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, dan bertanggung jawab kepada daerah secara Penghapusan, dan Penggabungan Daerah. proporsional, yang diwujudkan dengan Pemerintah Kabupaten Banyumas, sebagai pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber titik berat dari penelitian ini, bertekad sesuai daya nasional, serta perimbangan keuangan Pusat dengan UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan dan Daerah, sesuai dengan prinsip-prinsip Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan dan keadilan serta portensi dan keanekaragaman Daerah, desentralisasi harus dilaksanakan mulai daerah, serta dilaksanakan dalam kerangka Negara 2001. Tuntutan ini tidak bisa dihindari karena Kesatuan Republik Indonesia”. kebijakan pembangunan yang terpusat tidak Undang Undang No. 22 Tahun 1999 dan UU mampu lagi mengikuti dinamika tuntutan No. 25 tahun 1999 telah berjalan secara penuh kebutuhan masyarakat daerah. sejak Januari 2001. UU Otonomi Daerah (Otda) Wacana dan harapan masyarakat Banyumas tersebut memberikan kerangka peraturan dalam terhadap pembentukan daerah Kota Purwokerto desentralisasi kewenangan dari pemerintah pusat. makin mengemuka dalam waktu-waktu ini. Dengan demikian, pemerintah daerah akan Dengan pentingnya hal tersebut, maka diperlukan memiliki tanggung jawab baru dalam mengelola kajian ekonomi dan tentang kesiapan wilayah mereka sendiri. Implikasi lain dari kedua pembentukan kota Purwokerto sebagai daerah UU diatas adalah terbentuknya daerah baru dan baru setingkat kabupaten. Penelitian ini akan

9 Potensi daerah Purwokerto... (Sri Nugroho dan Suprapto) berfokus pada aspek potensi daerah Purwokerto mampu mengidentifikasi seluruh potensinya dalam serta potensi kewilayahan dari sisi tata ruang upaya untuk mengembangkan yang secara geografi. optimal, terarah dan terencana agar potensi tersebut dapat menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi daerah, sumber pendapatan daerah serta ALAT ANALISIS peningkatan pendapatan masyarakat. Karena itu potensi-potensi yang dimiliki daerah akan dapat 1. Sumber Data mengindikasikan apa yang menjadi kompentensi Seluruh data sekunder yang dibutuhkan inti (core compentence) daerah, yang kemudian untuk pengkajian digali dari berbagai sumber yang perlu dikembangkan pada masa yang akan datang relevan, yakni Badan Pusat Statistik, Pemerintah melalui berbagai upaya dan keterlibatan baik Daerah, dan berbagai sumber lainnya di pusat pemda, masyarakat maupun pelaku usaha daerah. maupun di daerah, serta referensi kepustakaan dan Potensi daerah dapat dibedakan menjadi elektronik. potensi yang bersifat alamiah (natural bukan buatan) dan potensi yang bersifat buatan. Potensi 2. Metode Analisis Pengukuran Potensi Daerah alamiah terdiri dari potensi sumber daya alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 129 (SDA). Potensi sumber daya alam meliputi seluruh Tahun 2000, syarat potensi daerah sebagaimana bumi, air dan seluruh kekayaan alam lainnya dimaksud dalam Pasal 3 huruf b yang dapat beserta apa yang terkandung di dalamnya. dimanfaatkan dan memberikan sumbangan Sedangkan potensi sumber daya manusia meliputi terhadap penerimaan daerah dan kesejahteraan seluruh aspek yang berkaitan dengan kualitas masyarakat adalah:: sumber daya manusia, baik aspek fisik maupun a. lembaga keuangan; non fisik. Sementara potensi sumber daya buatan b. sarana ekonomi; meliputi seluruh hasil usaha dan kemampuan c. sarana pendidikan; manusia baik yang berupa teknologi, sarana dan d. sarana kesehatan; prasarana, produk maupun yang berupa institusi e. sarana transportasi dan komunikasi; atau organisasi yang hidup di tengah-tengah f. sarana pariwisata; masyarakat. Untuk melihat potensi daerah, dengan g. ketenagakerjaan. merujuk pada PP No. 129 tersebut dapat dibuat Menurut PP Nomor 129 tahun 2000 tersebut, klasifikasi indikator indikator dari setiap item salah satu syarat untuk pembentukan suatu daerah potensi daerah. Tabel 2.1 memperlihatkan otonom adalah perlu mempertimbangkan kriteria Indikator dan sub indikator yang akan potensi daerah. Setiap daerah memiliki berbagai dipergunakan untuk melihat potensi suatu daerah. potensi yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi Pengkajian terhadap indikator dan sub upaya mempertahankan standar kesejahteraan indikator sebagaimana yang dikemukakan yang telah dicapai warganya maupun dapat sebelumnya menggunakan metode Metode dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan Distribusi, yaitu metode rata-rata yang atau kehidupan pada taraf yang lebih baik. Potensi mempertimbangkan distribusi data. Metode daerah dalam hal ini dapat berupa penduduk distribusi dipergunakan dengan alasan bahwa sebagai sumber tenaga kerja, potensi yang berupa perhitungan skor dengan metode ini disesuaikan sarana dan prasarana fisik maupun potensi yang dengan kemencengan dan keruncingan kurva berupa kelembagaan yang tumbuh dan sebaran data. Distribusi setiap variabel yang diteliti berkembang dalam masyarakat. Keberadaan untuk penyusunan kriteria daerah otonom sangat potensi-potensi tersebut saat ini (kondisi eksisting) beragam. Oleh karena itu pembentukan daerah dapat dianggap sebagai modal dasar bagi daerah otonom tidak hanya perlu mempertimbangkan yang akan dibentuk. Demikian pula, daerah tentu tersedia atau tidaknya variabel atau indikator saja memiliki berbagai potensi lain yang masih tertentu di suatu daerah tetapi juga perlu bersifat laten dan masih belum dapat mempertimbangkan distribusi atau sebaran setiap dikembangkan karena berbagai kendala. Seluruh variabel atau indikator tersebut di daerah yang potensi tersebut terdapat dianggap sebagai sumber bersangkutan. Hal ini karena semakin terdistribusi daya daerah yang dapat dimanfaatkan untuk keberadaan variabel atau indikator ke seluruh meningkatkan kesejahteraan masyarakat. wilayah di daerah yang bersangkutan, hal itu Pemanfaatan potensi seluruh potensi atau menunjukkan kondisi yang semakin baik, sumber daya tersebut dapat menciptakan peluang sebaliknya semakin terkonsentrasi keberadaan usaha yang kemudian dapat meningkatkan gerak suatu variabel atau indikator di suatu wilayah laju perekonomian masyarakat secara dalam daerah yang bersangkutan, maka berkelanjutan yang pada gilirannya akan kondisinya semakin buruk. menimbulkan dampak ikutan (multiplier effect) Skor minimal untuk melihat kelayakan yang luas pada berbagai sektor kehidupan pemekaran suatu daerah dari sisi potensi daerah masyarakat. Karena itu setiap daerah otonom harus adalah minimal bernilai rata-rata 3.

10 EKO-REGIONAL, Vol 2, No.1, Maret 2007

Tabel 2.1. Indikator dan Sub Indikator Potensi Daerah

Indikator Sub Indikator 1. Lembaga Keuangan 1. Rasio Bank per 10.000 penduduk 2. Rasio bukan Bank per 10.000 penduduk 2. Sarana dan prasarana 3. Rasio Kelompok pertokoan per 10.000 penduduk Ekonomi 4. Rasio Pasar per 10.000 penduduk 3. Sarana Pendidikan 5. Rasio sekolah SD per penduduk 6. Rasio sekolah SLTP per penduduk usia SLTP 7. Rasio sekolah SLTA berpenduduk usia SLTA 4. Sarana Sekolah 8. Rasio penduduk usia Perguruan Tinggi per penduduk 19 tahun ke atas. 9. Rasio fasilitas kesehatan per 10.000 penduduk 10. Rasio tenaga medis per 10.000 penduduk. 5. Sarana transportasi dan 11. Persentase rumah tangga yang mempunyai kendaraan komunikasi bermotor roda 2,3 atau perahu atau perahu motor 12. Persentase rumah tangga yang mempunyai kendaraan bermotor roda 4 atau lebih atau kapal motor 13. Persentase pelanggan telepon terhadap jumlah rumah tangga 14. Persentase pelanggan listrik terhadap jumlah rumah tangga 15. Rasio kantor pos termasuk jasa-jasa per 10.000 penduduk 16. Rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan bermotor 6. Sarana Pariwisata 17. Jumlah Hotel/Akomodasi lainnya 18. Jumlah Restoran/Rumah Makan 24. Jumlah Obyek Wisata 7. Ketenagakerjaan 19. Persentase pekerja yang berpendidikan minimal SLTA terhadap penduduk usia 18 tahun ke atas 20. Tingkat Partisipasi Angkatan kerja 21. Persentase penduduk yang bekerja 22. Rasio Pegawai Negeri Sipil terhadap penduduk

Tabel 2.2 Interval Skor Aspek Potensi Daerah

Klasifikasi/Kualitas Nilai Skor Interval Nilai 6 I Diatas (X+2SD) Diatas rata-rata 5 (X+1SD) ( I # (X+2SD) 4 X # I # (X+1SD) 3 (X 1SD) ( I ( X Diatas rata-rata 2 (X 2SD) ( I # (X 1SD) 1 I Dibawah (X 2SD) Keterangan: I = Nilai Indikator X = Rata-rata SD = Standar Deviasi

HASIL ANALISIS di belahan selatan Indonesia terdiri dari pulau Jawa, Madura, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, 1. Analisis Ruang Ekonomi (Geoekonomi) Flores, dan Timor. Bila diperhatikan lebih jauh kepulauan Indonesia yang dua pertiga wilayahnya Dilihat dari geografis Indonesia, kepulauan adalah laut membentang ke utara dengan Indonesia dibagi menjadi dua bagian besar, Sunda pusatnya di pulau Jawa membentuk gambaran Besar dan Sunda Kecil. Sunda Besar terdiri dari kipas. Sebagai satu kesatuan negara kepulauan, pulau-pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, secara konseptual, geopolitik Indonesia adalah Maluku dan Irian Jaya yang membentang di Wawasan Nusantara, dan geostraginya adalah belahan utara Indonesia. Sunda Kecil membentang Ketahanan Nasional. Secara entitas, wilayah

11 Potensi daerah Purwokerto... (Sri Nugroho dan Suprapto) negara kepulauan Nusantara, yang berbentuk kipas BARLINGMASCAKEB (Banjarnegara, Purbalingga, itu dapat dikatakan sebagai Kipas (Nusantara Sapto Banyumas, Cilacap dan ). Institusi ini J. Poerwowidagdo, sumber internet). lebih berfungsi mediator kerjasama antara 5 Dengan memperhatikan potensi geografi, Kabupaten di kawasan selatan Jawa Tengah. demografi dan kekayaan alam di setiap pulau atau Pembangunan kawasan selatan secara serentak kepulauan maupun kawasan yang berada dalam dapat dilakukan secara lebih tepat dengan adanya Kipas Nusantara tersebut, dari titik pusat di Jawa ke jalinan kerjasama 5 Kabupaten tersebut. titik-titik ujung wilayah Nusantara yang potensial di Pemekaran wilayah Banyumas, dalam hal ini daerah lainnya, dapat ditarik garis-garis lurus yang pembentukan calon kota baru yaitu Kota menghubungkan potensi-potensi sebagai jari-jari Purwokerto menjadi daerah setingkat kabupaten tulang kipas. Dengan demikian dapat dipetakan dapat ditinjau dari sisi ekonomi teoritis. Secara keseluruhan potensi nasional dalam Kipas teoritis, pembentukan kota baru merupakan usaha Nusantara, dengan mempertimbangkan titik-titik pemusatan kegiatan perekonomian (aglomerasi) mana sebagai pusat-pusat keunggulan, pusat dengan tujuan untuk menciptakan pertumbuhan gravitasi, dan pusat-pusat pengembangan potensi. ekonomi yang cepat di aerah tersebut dan memiliki efek ke daerah sekitar. Pembentukan Kota Purwokerto, dengan kajian teoritis ini, dapat 2. Pengembangan Kawasan Selatan Jawa dipandang sebagai usaha untuk membuat Tengah kawasan yang bisa memicu pertumbuhan ekonomi di wilayah Kabupaten Banyumas pada khususnya Kabupaten Banyumas, termasuk di dalamnya maupun daerah Selatan Jawa Tengah pada Purwokerto, Secara geografis termasuk wilayah di umumnya. daerah kawasan Selatan Jawa Tengah. Terkait Pada saat ini, daerah selatan Jawa Tengah dengan ide pengembangan Kipas Nuisantara, belum terdapat daerah setingkat kota. Konsentrasi kawasan Jawa Tengah bagian selatan memiliki perekonomian Jawa Tengah lebih terletak di potensi yang perlu dikembangkan sejalan dengan kawasan pantai utara (pantura). Pembentukan semakin tumbuhnya pusat-pusat perekonomian di kota di daerah pantura telah mengalami kawasan utara Jawa Tengah. perkembangan sangat cepat, tetapi tidak demikian Sebagaimana tertuang dalam Perda No 21 dengan kondisi di jalur selatan Jawa Tengah. Tahun 2003 tentang Tata Ruang Wilayah Propinsi Dengan demikian, ide pembentukan Kota Jawa Tengah, secara spesifik kebijakan Purwokerto secara geografis diusahakan untuk pembangunan wilayah di Jawa Tengan meliputi; memacu pertumbuhan ekonomi daerah Selatan a. Pengembangan kawasan Strategis, yang Jawa Tengah. meliputi kawasan strategis pertumbuhan, Dengan telah direncanakannya kawasan kawasan konservasi alam dan perlindungan Purwokerto sebagai pusat pertumbuhan, bencana alam,. Dan kawasan perbatasan. pembentukan calon Kota Purwokerto memiliki sisi Purwokerto direncanakan sebagai salah satu positif berupa: kawasan strategis pertumbuhan a. Adanya kota akan menjadi media daya penarik b. Pengembangan kawasan selatan-selatan. investor untuk melakukan usaha bisnis di Kawasan selatan-selatan (pantai selatan) kawasan Purwokerto karena konsekuensi merupakan kawasan di pantai selatan yang munculnya kota adalah peningkatan sarana mengalami pertumbuhan ekonomi lebih lamban prasarana infrastruktur pendukung adanya daripada kawasan pantai utara (kawasan utara) kota. Jawa Tengah. Di kawasan pantai selatan tersebut b. Memicu dan memacu pertumbuhan daerah perlu dilakukan upaya distribusi kegiatan ekonomi. sekitar Purwokerto. Secara lebih spesifik perlu dilakukan upaya Sebagai penghubung kawasan pusat kipas pemberdayaan potensi pada daerah pusat nusantara Jawa tengah selatan yaitu Cilacap pertumbuhan dan daerah penyangga, meliputi dengan ibukota propinsi Jawa Tengah, . Cilacap dan sekitarnya, kawasan Kutoarjo- Sebagaimana di pertumbuhan kota-kota di Purworejo dan sekitarnya, kawasan - kawasan pantai utara, daerah yang Temanggung dan sekitarnya, kawasan Sindoro- menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan akan Sumbing dan sekitarnya, kawasan terpadu memperoleh dampak positif berupa pertumbuhan Purworejo, kawasan Purwantoro-Wonogiri dan daerah penghubung tersebut. sekitarnya (Miyasto, 2003). Pada saat ini, di Jawa Tengah terdapat enam Purwokerto telah direncanakan oleh daerah Kota setingkat Kabupaten. Kota-kota pemerintah daerah Jawa Tengah menjadi bagian tersebut adalah Kota , Kota , dari pusat pengembangan kawasan strategis Kota , Kota Semarang, Kota pertumbuhan. Tindak lanjut dari perencanaan itu dan Kota . adalah dengan dibentuknya badan otonom

12 EKO-REGIONAL, Vol 2, No.1, Maret 2007

Gambar 2.1. Enam Kota setingkat Kabupaten di Jawa Tegah

Kota Tegal Kota Semarang

Kota Pekalongan Kota Salatiga

Kota Magelang KAWASAN SELATAN JAWA TENGAH Kota Surakarta

Wilayah Purwokerto Kecamatan Purwokerto Utara Kecamatan Purwokerto Timur U Kecamatan Purwokerto Selatan Kecamatan Purwokerto Barat

Dari keenam kota tersebut, 3 kota terletak di Skor minimal = [jumlah sub indikator Potensi daerah pantura yaitu Kota Tegal, Kota Pekalongan Daerah] x [skor minimal atau di atas rata-rata] x dan Kota Semarang. Tiga kota terakhir adalah Kota [bobot] = 23 x 4 x 20 Magelang, Surakarta dan Salatiga yang terletak di = 1.840 wilayah bagian timur dan tengah Jawa Tengah. Gambar 2.1. memperlihatkan letak Kota-kota Tabel 2.3 berikut memperlihatkan ringkasan setingkat Kabupaten di Jawa Tengah. hasil analisis kelayakan Pembentukan Kota Purwokerto dari sisi Potensi Daerah. Hasil skor 3. Analisis Pengukuran Potensi Daerah akhir potensi daerah untuk kawasan perkotaan Purwokerto (Kecamatan Purwokerto Utara, Sesuai dengan peraturan perundangan yang Purwokerto Timur, Purwokerto Selatan dan berlaku, yaitu Peraturan Pemerintah Republik Purwokerto barat) memperlihatkan daerah ini Indonesia Nomor 129 Tahun 2000 Tentang memiliki potensi yang cukup dan memenuhi Persyaratan Pembentukan Dan Kriteria Pemekaran, syarat untuk menjadi daerah Kota setingkat Penghapusan, Dan Penggabungan Daerah, analisis kabupaten. Dengan nilai skor minimum 1.840, potensi daerah yang menjadi kajian dalam wilayah perkotaan memiliki skor 1.940. Berbeda penelitian ini terdiri dari 23 indikator. dengan wilayah sisa kabupaten, hasil skor Metode penilaian skor dengan metode diperoleh, yaitu 1.480, jauh di bawah nilai batas distribusi dilakukan berdasar pada lampiran PP 129 untuk menjadi daerah kabupaten mandiri. Dengan tahun 2000. Pada metode ini ditentukan bahwa demikian dari sisi potensi daerah, pada dasarnya suatu daerah dapat dikatakan memenuhi syarat wilayah perkotaan di Purwokerto layak untuk pemekaran wilayah berdasar indikator unsur digabung menjadi Kota Purwokerto, daerah potensi daerah harus bernilai diatas rata-rata, yaitu otonom setingkat kabupaten. 4 sampai 6. Bobot untuk indikator daerah adalah 20. Dengan demikian, skor minimal untuk Potensi Daerah adalah sebagai berikut;

13 Potensi daerah Purwokerto... (Sri Nugroho dan Suprapto)

Tabel 2.3. Rekapitulasi hasil Pengukuran Skor Potensi Daerah

Skor Daerah Skor Calon Kota Ditinggalkan Purwokerto No Sub Indikator Potensi Daerah Keteranga Keteranga Nilai Nilai n n 1 Rasio Bank per 10.000 penduduk 3 tidak layak 4 layak 2 Rasio bukan Bank per 10.000 3 tidak layak 5 layak penduduk 3 Rasio kelompok pertokoan per 10.000 3 tidak layak 4 layak penduduk 4 Rasio Pasar per 10.000 penduduk 4 layak 3 tidak layak 5 Rasio sekolah SD per-penduduk usia SD 4 layak 3 tidak layak 6 Rasio sekolah SLTP per-penduduk usia 3 tidak layak 4 layak SLTP 7 Rasio sekolah SLTA per-penduduk usia 3 tidak layak 5 layak SLTA 8 Rasio penduduk usia Perguruan Tinggi 4 layak 3 tidak layak per penduduk 19 tahun ke atas 9 Rasio fasilitas kesehatan per 10.000 3 tidak layak 5 layak penduduk 10 Rasio tenaga medis per 10.000 3 tidak layak 4 layak penduduk 11 Persentase rumah tangga yang 3 tidak layak 5 layak mempunyai kendaraan bermotor roda 2,3 atau perahu 12 Persentase rumah tangga yang 3 tidak layak 5 layak mempunyai kendaraan bermotor roda 4 atau lebih atau kapal motor 13 Persentase pelanggan telepon terhadap 3 tidak layak 5 layak jumlah rumah tangga 14 Persentase pelanggan listrik terhadap 3 tidak layak 4 layak jumlah rumah tangga 15 Rasio kantor pos termasuk jasa-jasa per 3 tidak layak 4 layak 10.000 penduduk 16 Rasio panjang jalan terhadap jumlah 4 layak 3 tidak layak kendaraan bermotor 17 Jumlah Hotel/Akomodasi lainnya 3 tidak layak 4 layak 18 Jumlah Restoran/Rumah makan 3 tidak layak 5 layak 19 Jumlah Objek Wisata 4 layak 3 tidak layak 20 Persentase pekerja yang berpendidikan 3 tidak layak 5 layak minimal SLTA terhadap penduduk usia 18 tahun ke atas 21 Tingkat partisipasi Angkatan Kerja 3 tidak layak 4 layak 22 Persentase penduduk yang bekerja 3 tidak layak 5 layak 23 Rasio Pegawai Negeri Sipil terhadap 3 tidak layak 5 layak penduduk

Skor Akhir Potensi Daerah = 1480 1940 Total skor x bobot nilai 20 tidak layak Layak Skor Akhir Minimal Potensi Daerah = 1.840 1.840 23 sub indikator x skor minimal 4 x bobot 20

E. Kemungkinan Dampak yang Ditimbulkan Penelitian ini tidak memberikan opsi mutlak untuk dilakukan pembentukan kota maupun penolakan pembentukan kota Purwokerto.

14 EKO-REGIONAL, Vol 2, No.1, Maret 2007

Terutama dari hasil implementasi PP Nomor 129 peningkatan konsumsi masyarakat. Kondisi ini Tahun 2000 di muka, dapat dikatakan bahwa akan direspons dengan tumbuhnya beragam menurut kategori kemampuan ekonomi, Kota usaha bisnis dan mendorong peningkatan Purwokerto layak untuk diadakan. Tetapi, nilai hasil kesempatan kerja. skoring juga menunjukkan bahwa calon Kabupaten Banyumas yang baru tidak memenuhi syarat b. Dampak negatif Pembentukan Kota minimal kelulusan untuk menjadi daerah otonom yang lepas dari Purwokerto. Kondisi ini 1). Pemekaran daerah akan berdampak negatif mencerminkan adanya ketidakseimbangan terhadap Kabupaten karena sumber-sumber pembangunan ekonomi antara Purwokerto dan keuangan lebih banyak terkonsentrasi di Kota. calon Kabupaten Banyumas baru seandainya kedua 2). Kesulitan dalam penataan pegawai dan wilayah tersebut dipisahkan. Tetapi, dengan munculnya konflik kepentingan. melihat potensi kewilayahan dan perlunya 3). Kemungkinan kesulitan pembagian aset daerah pertumbuhan kawasan selatan sebagai untuk calon kota maupun kabupaten baru. pengimbang kawasan utara Jawa Tengah, 4). Munculnya kota baru akan memunculkan pembentukan Kota Purwokerto memang masalah baru yang sudah inherent dengan diperlukan. Dengan demikian, Kota Purwokerto adanya kota, yaitu kerawanan sosial dan memang perlu didirikan dengan syarat wilayah kriminalitas, peningkatan pengangguran, calon Kabupaten Banyumas baru telah siap dan masalah kemiskinan kota, kegiatan informal, mampu secara ekonomi untuk menjadi daerah maupun masalah yang terkait dengan kegiatan otonom dengan melepas wilayah 4 kecamatan di urban pada umumnya. Purwokerto. a. Dampak Positif Pembentukan Kota KESIMPULAN Pembentukan Kota Purwokerto akan memberi kemungkinan beberapa dampak positif, berupa: Secara geoekonomi, Purwokerto perlu 1). Munculnya kota otonom baru di kawasan dibentuk menjadi daerah kota setingkat selatan akan mendorong pertumbuhan kabupaten. Pertimbangan utama adalah sebagai perekonomian daerah setempat karena pusat pertumbuhan ekonomi kawasan selatan- terciptanya aglomerasi. Selanjutnya, kawasan selatan. Kendala yang masih ada adalah selatan akan memiliki potensi sebagai wilayah terhalangnya Perkembangan Kota Purwokerto dengan kekuatan ekonomi baru sebagai karena kondisi geografis, faktor kerusakan dan pengimbang pesatnya pertumbuhan ekonomi di kondisi transportasi. Nilai lebihnya berupa faktor kawasan utara. letak di antara kota-kota besar dan menjadi daerah 2). Konsentrasi aparat pemerintah terhadap penghubung kota-kota di 3 Propinsi. penataan wilayah dan lingkungan menjadi lebih Dari hasil analisis penerapan PP 129 Tahun terfokus kepada penataan ruang wilayah sendiri 2000 pada potensi daerah, untuk wilayah calon yang lebih sempit, sehingga akan efisien dalam Kota Purwokerto layak untuk dimekarkan. Tetapi, waktu dan biaya. Kabupaten Banyumas yang baru tidak layak untuk 3). Bagi calon Kabupaten Banyumas baru maupun ditinggalkan oleh calon Kota Purwokerto. Hal ini Kota Purwokerto akan memiliki kemungkinan memberi implikasi bahwa calon Kota Purwokerta memperoleh tambahan Dana Alokasi Umum secara ekonomis akan mampu berjalan tetapi tidak (DAU) dari pusat. untuk Kabupaten Banyumas. Kabupaten 4). Penentuan Purwokerto sebagai daerah kota Banyumas yang baru sebagai daerah otonom otonom akan mendorong pengawasan yang dikhawatirkan belum cukup mampu untuk lebih ketat terhadap aspek keuangan dan fiskal. menanggung biaya ekonomi guna memenuhi Konsentrasi terhadap masalah keuangan dan kebutuhan pembangunan daerah. fiskal akan lebih dapat dilakukan karena faktor Pemikiran adanya pemekaran wilayah penyempitan birokrasi dan letak wilayah yang semakin berkembang dengan semakin tumbuhnya berdekatan. wilayah Purwokerto dari sisi ekonomi maupun 5). Pembentukan kota akan memerlukan sumber daya manusia. Jika dibandingkan dengan perencanaan tata kota dan disain urban. Jika daerah-daerah lain yang telah mengalami perencanaan tersebut dapat disusun secara pemekaran, khususnya pembentukan kota baru, tepat dan diimplementasikan dengan benar, Purwokerto dapat dipandang memiliki potensi kota akan semakin berkembang dan yang memadai untuk ditingkatkan statusnya mendorong perkembangan investasi di dalam sebagai daerah kota. Jika dibandingkan dengan dan di sekitar wilayah kota. daerah pemekaran di luar Jawa, potensi untuk 6). Proses dari perkembangan kota akan diikuti munculnya kota ini semakin besar karena potensi dengan semakin bertambahnya penduduk dan ekonomi daerah wilayah Purwokerto relatif lebih pendatang yang makna positifnya adalah baik daripada kota-kota baru di luar jawa tersebut

15 Potensi daerah Purwokerto... (Sri Nugroho dan Suprapto)

dengan melihat ketersediaan infrastruktur maupun DAFTAR PUSTAKA faktor spasial dalam kaitannya dengan pengembangan kawasan selatan Jawa Tengah. Anonim. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Beberapa hal terkait dengan implikasi dan tentang Pemerintahan Daerah. kebijakan yang perlu diambil oleh pemerintah daerah adalah sebagai berikut; . Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 1. Pemerintah daerah perlu mencari solusi aktif tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan berupa pengumpulan pendapat antara Daerah. komponen daerah untuk menentukan jangka waktu pembentukan kota Purwokerto dan . Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun sekaligus menentukan akselerasi percepatan 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan pembangunan wilayah baru di Kabupaten Kriteria Pemekaran, Penghapusan, dan Banyumas yang baru. Penggabungan Daerah. 2. Pembuatan sebuah kota akan memerlukan rancangan tata kota dan urban design secara . 2001. Memahami Program tepat. Pemerintah daerah perlu melakukan Pembangunan Daerah Kabupaten banyumas studi tentang penataan kota secara tepat yang Tahun 2002-2006. Kantor Data Informasi meliputi pula penataan kawasan pinggiran. dan Komunikasi Pemerintah Kabupaten 3. Sebagai antisipasi adanya dampak negatif Banyumas. Purwokerto. dengan adanya kota sebagai pusat pertumbuhan kawasan dan sarana aglomerasi, . 2003. Studi Kelayakan Pemekaran pemerintah perlu melakukan peraturan yang Kabupaten Banyumas, Laporan Akhir. terkait dengan masalah urban dan lingkungan. Program Studi Magister Administrasi Publik 4. Untuk lebih meningkatkan pertumbuhan ekonomi Universitas Diponegoro dan Pemerintah kawasan selatan Jawa Tengah, perlu dilakukan Kabupaten Banyumas. Nopember 2003. kerja sama sinergis pengelolaan bersama kawasan selatan. Munculnya kota akan berdampak konflik Armstrong, H. & Taylor, J. 1993. Regional kepentingan diantara pegawai. Kondisi ini dapat Economics and Policy, Second Edition. terkait dengan letak antara hunian dengan tempat Harvester Wheatsheaf. kerja. Untuk meminimisasi dampak konflik tersebut, pemerintah daerah perlu melakukan Bintoro T, 2001. Good Governance (Paradigma mutasi dan penempatan pegawai secara bijaksana. Baru Manajemen Pembangunan).cetakan kedua. Jakarta.

Indarnilla. 2001. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah dalam Konteks Pelaksanaan Otonomi Daerah di Binjai. Tesis MEP UGM. Yogyakarta

Usman, Syaikhu. 2001. “Indonesia’s Decentralization Policy: Initial Experiences and Emerging Problems”, Working Paper. The Smeru Research Institute. London. September 2001

Sapto J. Poerwowidagdo. http://www.hangtuah.ac.id/Sapto/geo- eko.htm

16