UPAYA KONSERVASI KAPAL KARAM GOSONG NAMBI SEBAGAI BUKTI ADANYA JALUR PERDANGAN MARITIM MASA LALU DI KABUPATEN PESISIR SELATAN, SUMATRA BARAT

Ulung Jantama Wisha1, Nia Naelul Hasanah Ridwan1 , Ruzana Dhiauddin1, Guntur Adhi Rahmawan1, dan Gunardi Kusumah2 1Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jl. Raya Padang Painan KM. 16, Komp. PPS Bungus, Padang, Sumatera Barat, . [email protected] 2Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman. Jl. M.H. Thamrin No. 8, Jakarta Pusat, Indonesia. [email protected]

Abstract. Conservation Efforts of Gosong Nambi Shipwreck as an Evidence of the Past Maritime Trading Routes in Pesisir Selatan Regency, West Sumatra. The coastal region of West Sumatra has become one of the main trading routes in the 15th-19th centuries so there is no doubt that this area has many archaeological remains both underwater, coastal area, and buried underground. One of the underwater archaeological remains in this region is the discovery of a shipwreck at the Gosong Nambi coral site which is administratively located in Pesisir Selatan Regency, West Sumatra Province in 2015. This study aims to provide an overview of the condition of the Gosong Nambi Shipwreck site. Research activities include collecting information, searching the shipwreck’s location, recording data, measuring the visible dimensions, and sketching the shipwreck, has been done. Visually, it is a small size vessel which was predicted as a cargo ship from the 1900s that might sail from Bengkulu to West Sumatra and crashed into Gosong Nambi coral (Atoll) and then sank. The shipwreck is partially buried in the sand and piles of the dead coral in the stern and most of the ship’s hull had been looted by scarp metal hunters. Natural factors also trigger site vulnerability so it is advisable to excavate. Conservation efforts are necessary to be done with a CRM approach which can have a positive impact on society on socio-economic aspects without harming any related parties. Keywords: Shipwreck, Looting, Gosong Nambi Atoll, Underwater Cultural Heritage, Cultural Resource Management.

Abstrak. Wilayah pesisir Sumatra Barat menjadi salah satu jalur perdagangan utama pada abad ke-15-- 19 sehingga tidak diragukan lagi wilayah ini memiliki banyak tinggalan arkeologis baik yang di bawah air, wilayah pantai, maupun terkubur di bawah tanah. Salah satu tinggalan arkeologi bawah air di wilayah ini adalah temuan kapal karam di situs gugusan karang Gosong Nambi yang secara administratif terletak di Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatra Barat pada tahun 2015.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran kondisi terkini situs kapal karam Gosong Nambi. Aktivitas penelitian berupa pengumpulan informasi, pencarian lokasi situs, perekaman data, pengukuran dimensi kapal yang terlihat, dan membuat sketsa kapal, telah dilakukan. Secara visual, kapal tersebut termasuk kapal kecil yang diprediksi sebagai kapal barang dari tahun 1900-an yang mungkin berlayar dari Bengkulu menuju ke Sumatra Barat dan menabrak gugusan karang (atol) Gosong Nambi dan akhirnya tenggelam. Kondisi kapal karam tersebut sebagian terkubur dalam pasir dan tumpukan karang mati pada bagian buritan dan sebagian besar lambung kapal telah dijarah oleh para pemburu besi tua. Faktor alam juga menjadi pemicu kerentanan situs sehingga disarankan untuk melakukan ekskavasi. Upaya konservasi perlu dilakukan dengan pendekatan CRM yang dapat berdampak positif terhadap masyarakat pada aspek sosial ekonomi tanpa merugikan berbagai pihak yang terkait. Kata Kunci: Kapal tenggelam, Penjarahan, Atol Gosong Nambi, Tinggalan Budaya Bawah Air, Cultural Resource Management.

Naskah diterima tanggal 18 Oktober 2019, diperiksa tanggal 03 November 2019, dan disetujui tanggal 19 Mei 2020.

63 AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 38 No. 1, Juni 2020 : 63-76

1. Pendahuluan merupakan kawasan yang cukup strategis dan Indonesia merupakan negara kepulauan digunakan oleh kapal-kapal dari berbagai negara terbesar di dunia yang terdiri atas 17.508 untuk melakukan perdagangan (Gerke and Evers pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 2011, 6). Pantai barat Sumatra sebagai pintu km2 dengan luas laut sekitar 3,1 juta km2 utama Nusantara untuk wilayah barat memiliki (0,3 juta km2 perairan teritorial dan 2,8 peranan yang penting sebagai salah satu jalur km2 perairan nusantara) atau 62 % dari luas perdagangan (Bahar dan Amril 2009, 27). teritorialnya (Lasabuda 2013, 93). Secara Menurut beberapa sumber sejarah, astronomis, Indonesia berada pada posisi 6o pada awal abad Masehi sudah terdapat kota- LU s.d 11o LS dan 95o s.d 141o BT dan berada kota sentra maritim di pesisir barat Sumatra diantara dua benua (Asia dan Australia) serta yang menjadi yang pusat perdagangan lada dua Samudra (Hindia dan Pasifik). Sebagai dan emas. Kala itu terdapat bandar-bandar kawasan yang berbasis kelautan, Indonesia perniagaan tradisional yang ramai dikunjungi menjadi kawasan yang strategis dan potensial oleh bangsa asing, di antaranya Pulau Pisang, untuk dimanfaatkan sebagai jalur pelayaran Barus, Sibolga, Air Bangis, Tiku, dan Bandar internasional sejak berabad-abad yang lalu X. Kedudukan pantai barat Sumatra Barat (Ardiwidjaja 2018, 133). sangatlah penting dalam perkembangan sejarah Beberapa jalur utama perdagangan bangsa Indonesia, terutama pada abad ke-15 internasional, yang tersebar di antara pulau – 19 Masehi (Syafii 2018, 30). Oleh karena besar di Indonesia, seperti Selat Malaka, Selat itu, keberadaan tinggalan budaya maritim, Sunda, Selat Makassar, laut sekitar pulau- seperti sisa pelabuhan kuno dan bangkai kapal pulau di Maluku serta di pantai Barat Sumatra, karam, dapat menjadi bukti ramainya lalu-lintas

Gambar 1. Peta Lokasi Kapal karam gosong Nambi, Kabupaten Pesisir Selatan (Sumber: Wisha)

64 Upaya Konservasi Kapal Karam Gosong Nambi Sebagai Bukti Adanya Jalur Perdangan Maritim Masa Lalu di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Ulung Jantama Wisha, Nia Naelul Hasanah Ridwan, Ruzana Dhiauddin, Guntur Adhi Rahmawan, dan Gunardi Kusumah pelayaran dan perdagangan pada masa lampau yang tersebar mulai dari wilayah Air Bangis di di wilayah pantai barat Sumatra. Hal ini menjadi Pasaman Barat hingga ke wilayah Kabupaten sangat signifikan untuk dilakukan identifikasi Pesisir Selatan. Hingga kini cukup banyak dan pelestraian, khususnya di kawasan pantai kapal dagang (cargo ship) yang ditemukan di barat wilayah Pariaman, Padang, dan Pesisir kawasan Sumatra Barat. Salah satu temuan Selatan. Identifikasi tentang sumber daya yang dilaporkan oleh nelayan lokal pada tahun maritim ini akan membuktikan adanya peristiwa 2015 adalah kapal karam di Gosong Nambi, bersejarah dari sisa-sisa benda arkeologi yang Kabupaten Pesisir Selatan. Informasi terkait kemungkinan dapat ditemukan di dasar laut serta dengan kapal karam tersebut masih sangat pesisir (terrestrial) berupa bekas pelabuhan- minimal. Oleh karena itu, dalam penelitian ini pelabuhan, kapal tenggelam, Barang Muatan muncul permasalahan yang perlu dicari jawaban Kapal Tenggelam (BMKT) dan lainnya dari dan alasannya, yaitu bagaimana sejarah kapal masa lalu (Dillenia dan Troa 2016, 12). karam di Gosong Nambi, bagaimana prospek Berdasarkan dasar sejarah maritim pengembangannya, dan manfaatnya bagi tersebut, bukan tidak mungkin dalam masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk perjalanannya untuk berdagang, kapal-kapal mengetahui nilai penting kapal karam serta yang melalui jalur barat mengalami kecelakaan, untuk mengidentifikasi awal kondisi. Dalam baik karena faktor manusia maupun faktor alam hubungan itu, perlu dilakukan pelestarian seperti bencana alam (Gibbs 2006, 3). Terdapat agar tinggalan ini dapat dimanfaatkan oleh cukup banyak bukti aktivitas budaya maritim masyarakat untuk berbagai kepentingan

Gambar 2. Metode kombinasi swim-line dan swim-circle yang diaplikasikan untuk memetakan sebaran artefak dibawah air. (Sumber: Wisha)

65 AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 38 No. 1, Juni 2020 : 63-76 misalnya edukasi sejarah maritim Sumatra Surantih, Kecamatan Sutera, yaitu sekitar 13,75 Barat, menjaga tinggalan budaya maritim masa mil laut. Situs kapal karam Gosong Nambi juga lampau, baik untuk pengembangan pariwisata dapat dicapai dari pelabuhan di Painan yang maupun kawasan konservasi maritim. berjarak sekitar 29 mil laut (Gambar 1). Metode yang digunakan dalam penelitian 2. Metode ini adalah Focus Group Discussion (FGD), Secara administratif, lokasi penelitian eksplorasi, survei, wawancara, dan studi berada di barat daya Kabupaten Pesisir Selatan, pustaka. FGD dilakukan untuk menggali Sumatra Barat. Secara geografis lokasi kapal informasi terkait dengan bangkai kapal karam karam Gosong Nambi berada pada 100,5157 yang ditemukan di Gosong Nambi berdasarkan E dan 1,7468 S. Keberadaan kapal ini telah data dan arsip daerah serta menampung diketahui para nelayan setempat sejak dahulu saran dan masukan dari pemerintah daerah dan mereka memberikan informasi bahwa di tentang sejarah dan potensi pengembangan lokasi bangkai kapal karam ini banyak terdapat dari situs ini seperti Dinas Pendidikan dan ikan-ikan besar yang dapat menjadi tangkapan Kebudayaan, Dinas Kelautan dan Perikanan, mereka. Akan tetapi, karena lokasi ini cukup Badan Perencanaan Daerah dan Penelitian dan jauh dari daratan, saat ini sudah banyak yang Pengembangan Kabupaten Pesisir Selatan, serta tidak mengunjungi lokasi ini. Pelabuhan nelayan Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatra Barat. terdekat dari lokasi kapal karam Gosong Nambi Eksplorasi dilakukan terhadap data arkeologi ini adalah di muara Sungai Surantih di Nagari primer dan data lingkungan, yaitu artefak di

Gambar 3. Kegiatan survei pada 2015 (Sumber: Tim Penelitian, 2015)

66 Upaya Konservasi Kapal Karam Gosong Nambi Sebagai Bukti Adanya Jalur Perdangan Maritim Masa Lalu di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Ulung Jantama Wisha, Nia Naelul Hasanah Ridwan, Ruzana Dhiauddin, Guntur Adhi Rahmawan, dan Gunardi Kusumah

Gambar 4. Identifikasi bagian penting kapal karam Gosong Nambi (Sumber: Tim Penelitian, 2015) dasar laut dan kawasan sekitarnya. Wawancara adalah teknik pengukuran objek bawah air dilakukan kepada beberapa informan yang berdasarkan garis acuan dengan menggunakan merupakan tetua adat dan nelayan setempat yang meteran. Garis tersebut dibentangkan dari kedua sering beraktivitas di sekitar situs di kawasan titik acuan yang telah ditentukan. Pembuatan garis Perairan Surantih untuk menggali sejarah kapal ini bertujuan untuk mengetahui luas situs dan karam di Gosong Nambi. memudahkan dalam pengukuran serta pembuatan Survei bawah air dilakukan dengan denah situs. Setelah itu, para penyelam melakukan penyelaman yang menggunakan alat SCUBA pendataan sebaran di sekitar situs secara horizontal. (Self Contained Underwater Selain itu, digunakan pula teknik swim-circle Apparatus) (McCarthy and Benjamin 2014, search, yaitu teknik pengukuran objek di bawah 102). Penelusuran data bawah air dilakukan air dari satu titik yang dijadikan acuan, direkam dengan cara pembuatan garis baseline atau garis dalam satuan meter dan derajat (Gould and Green acuan dan titik acuan. Teknik swim-line search 1991, 246) (Gambar 2). Setelah melakukan

67 AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 38 No. 1, Juni 2020 : 63-76

Gambar 5. Sketsa Kapal Karam Gosong Nambi (Sumber: Wisha) perekaman dengan menggunakan kamera, tim penelitian. Setelah melakukan perekaman penyelam melakukan penggambaran sketsa data pada situs, tim melakukan identifikasi situs. Teknik arkeologi bawah air digunakan pada temuan. Identifikasi dilakukan untuk untuk merekam ketepatan posisi distribusi mengetahui jenis, bahan, tingkat kerusakan, artefak di lokasi penelitian. dan teknologi pembuatan temuan. Setelah Selain metode tersebut juga dilakukan data primer terkumpul, dilakukan klasifikasi wawancara tidak terstruktur, baik terhadap data. Analisis data meliputi pendeskripsian tokoh masyarakat maupun para ahli yang temuan dan analisis komparatif dengan sumber dianggap mampu memberikan informasi sejarah terkait, dan analisis oseanografi yang kesejarahan terkait dengan situs yang diteliti. memengaruhi tingkat kerusakan temuan. Selanjutnya, data sekunder bersumber dari Kegiatan Penyelaman di lokasi bangkai buku, artikel, jurnal, dan publikasi ilmiah kapal Gosong Nambi dilakukan sebanyak tiga lainya yang berhubungan dengan objek kali yang bertujuan untuk pencarian lokasi

68 Upaya Konservasi Kapal Karam Gosong Nambi Sebagai Bukti Adanya Jalur Perdangan Maritim Masa Lalu di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Ulung Jantama Wisha, Nia Naelul Hasanah Ridwan, Ruzana Dhiauddin, Guntur Adhi Rahmawan, dan Gunardi Kusumah 5 m hingga 20 m dan dalam keadaan posisi miring yang mengikuti kontur kedalaman dasar laut. Bagian stern yang sebagian tertutup oleh sedimen pasir dan sedimen dari terumbu karang yang mati berada di kedalaman 5 m, sedangkan bagian haluan atau bow berada pada kedalaman 20 m. Jarak pandang perairan di lokasi kapal tenggelam ini sangat jernih dengan kecerahan paerairan hingga 15—20 m. Bagian haluan kapal masih utuh dengan posisi agak miring ke arah barat daya (arah hadap kapal 245o ke arah barat daya), sedangkan bagian bawah kapal bagian depan sudah tidak Gambar 6. Posisi Kapal Karam Gosong Nambi dan kontur kedalaman. (Sumber: Wisha) tampak karena posisinya sedikit tertutupi oleh pasir. Kerangka kapal terbuat dari pelat baja kapal, pengamatan, dan dokumentasi bawah dengan tebal pelat ±2 cm dan tebal kerangka baja air. Kegiatan penyelaman pertama dilakukan ±10 cm. Kapal karam Gosong Nambi terkubur untuk mencari posisi kapal yang tenggelam oleh pasir dan tumpukan karang mati dalam di daerah Gosong Nambi, Pesisir Selatan. posisi miring dan bagian haluan kapal berada Berdasarkan info dari nelayan setempat, kapal pada kedalaman 20 m, sedangkan lambung kapal terperangkap di tengah atol, tetapi pada awal berada pada kedalaman 5 m (Gambar 5 dan 6). penyelaman ini bangkai kapal belum dapat ditemukan, kondisi perairan di tengah atol 3.2 Kondisi Perairan Gosong Nambi sedikit keruh dan mencapai kedalaman 25 m, Kapal karam Gosong Nambi terletak biota yang tumbuh tidak terlalu banyak, dan di dalam atol di tengah Selat Mentawai. Atol banyak karang mati menjadi sedimen yang merupakan sekumpulan terumbu karang yang menimbun atol tersebut. Setelah melakukan berbentuk melingkar atau mendekati melingkar pencarian, dokumentasi bawah air kapal menyerupai sebuah cincin yang mengelilingi karam dan pengamatan visual kondisi kapal sebuah laguna di dalamnya (Kench et al. 2006, karam dilakukan. Kegiatan penyelaman yang 177). Dengan demikian, jelas bahwa kapal kedua dilakukan oleh tim untuk melakukan tersebut tenggelam karena menabrak pecahan pengamatan visual secara lebih teliti terhadap karang yang mengelilingi atol. bangkai kapal untuk membuat dokumentasi Berdasarkan matriks klasifikasi situs kondisi video dan foto (Gambar 3). perairan (lihat tabel), wilayah Gosong Nambi (lokasi tenggelamnya kapal) sangat cocok untuk 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan pengembangan wisata selam untuk peminatan 3.1 Tinggalan Arkeologis Situs Kapal Karam khusus. Kondisi oseanografi cukup mendukung Gosong Nambi, Pesisir Selatan dan aman untuk dilakukan penyelaman. Tinggalan kapal karam yang ditemukan di Bangkai kapal kargo tenggelam pada Gosong Nambi, wilayah perairan Desa Surantih, kedalaman 5-20 m memiliki visibilitas yang Kabupaten Pesisir Selatan, adalah bangkai sangat baik dan lingkungan perairan yang jernih. kapal besi dengan ukuran panjang kapal yang Kondisi biota perairan yang sangat melimpah belum tertimbun pasir sekitar 20 m dan lebar mengindikasikan bahwa kualitas perairan di 3 m. Bangkai kapal ini berada pada kedalaman sekitar situs tergolong baik.

69 AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 38 No. 1, Juni 2020 : 63-76

Tabel 1. Kondisi Fisika Lingkungan Perairan di Sekitar Kapal Tenggelam Gosong Nambi (Sumber: Tim Penelitian, 2015) No. Parameter Nilai Keterangan 1 Tinggi Gelombang 0-0,15 meter Gelombang rendah 2 Kecepatan Arus 0-0,3 m/s Arus lemah 3 Kedalaman Objek <35 meter Dapat diakses 4 Visibility 20-10 meter Visibilitas baik 5 Lingkungan Perairan Hingga 30 meter wilayah - tembus cahaya

3.3 Pembahasan Berdasarkan observasi yang dilakukan, 3.3.1 Identifikasi Fisik Kapal Karam Gosong kapal ini berbentuk persegi empat yang Nambi kemungkinan merupakan kapal logistik atau Belum diketahui informasi tentang jenis, kargo karena tidak dilengkapi persenjataan nama kapal, dan asal kapal tersebut, tetapi secara layaknya kapal perang pada masa Perang Dunia visual ukuran kapal relatif kecil. Biota yang II. Beberapa bagian penting teridentifikasi tinggal di kapal tidak terlalu banyak dan cenderung adalah terdapat cerobong, tangga, roda homogen. Bangkai kapal karam di Gosong Nambi penggulung tali, dan gulungan tali jangkar ini diperkirakan kapal kargo dari masa 1900-an (Gambar 4). Hal ini diperkuat dengan tidak yang sedang berlayar dari perairan Bengkulu ke ditemukannya kursi penumpang dan bilik yang Sumatra Barat, kemudian menabrak karang atau terdapat pada kapal hanya dapat ditempati oleh terjebak dalam atol Gosong Nambi, lalu kandas beberapa orang saja, kemungkinan hanya untuk dan tenggelam. Jika diamati dari desain dan anak buah kapal saja. Pada bagian dek terdapat bentuknya, kapal karam ini menyerupai cargo ringga/ruangan yang agaknya digunakan steamship SS Benkoelen yang tenggelam di Pulau sebagai tempat penyimpanan barang. Pada Jawa pada tahun 1942 di dekat Pulau Bawean. bagian depan terdapat lubang-lubang ventilasi Kondisi bangkai kapal sebagian sudah tertimbun (Gambar 5). Terdapat satu lubang besar pasir di bagian buritan. Sebagian badan kapal berukuran 50 x 75 cm di bagian depan kapal kemungkinan telah diambil oleh para nelayan atau yang diperkirakan merupakan bekas tembakan pencari besi tua. Lokasi titik kapal karam Gosong atau sisa penjarahan oleh pemburu besi tua. Nambi ini cukup jauh dari daratan terdekat dan Pelat baja (ship shell) tersebut berfungsi letaknya berada di dekat menara suar Distrik untuk memberikan kekuatan struktur membujur Navigasi Kementerian Perhubungan. Posisi kapal pada kapal sehingga dapat menerima beban ini tidak jauh dari jalur pelayaran kapal antara kapal serta muatannya. Selain itu, pelat baja Bengkulu dan Sumatra Barat. juga merupakan penutup kedap air dari dasar Jangkar kapal ini tidak ditemukan hingga bagian atas kapal. Secara keseluruhan sehingga mengindikasikan bahwa kapal kondisi terkini kapal masih cukup utuh, tidak tersebut karam dengan posisi tertambat. Hal ini ditemukan kerusakan yang parah, sehingga dibuktikan dengan gulungan tali jangkar yang dapat diasumsikan bahwa kapal tersebut tersisa. Diperkirakan kapal ini hanya dilengkapi terjebak dalam atol dan menabrak karang dan dengan satu jangkar karena hanya ditemukan akhirnya tenggelam dan terkubur dalam atol. sisa tali jangkar dalam keadaan tertutup lumpur. Korosi yang terjadi juga tidak signifikan karena Mesin dan propeler sudah hilang kemungkinan kapal sudah ditumbuhi terumbu karang yang dijarah orang karena bagian tersebut memiliki cukup besar yang menandakan bahwa umur nilai jual yang cukup tinggi. kapal ini sudah cukup tua.

70 Upaya Konservasi Kapal Karam Gosong Nambi Sebagai Bukti Adanya Jalur Perdangan Maritim Masa Lalu di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Ulung Jantama Wisha, Nia Naelul Hasanah Ridwan, Ruzana Dhiauddin, Guntur Adhi Rahmawan, dan Gunardi Kusumah Karena miring dan tidak stabil, posisi membahayakan situs ini adalah sering terjadi kapal karam Gosong Nambi ini terancam longsor gempa tektonik di kawasan Sumatera Barat yang ke perairan yang lebih dalam. Hal ini sangat dapat memicu pergeseran posisi kapal. Oleh mungkin terjadi mengingat frekuensi kejadian karena itu, diperlukan tindakan preservasi atau gempa di Sumatera Barat yang sering terjadi. eskavasi agar situs ini dapat dilestarikan. Kondisi pasir dan pecahan karang yang tidak Lokasinya jauh dari pusat Kota Pesisir kompak mudah bergeser dan berpindah sehingga Selatan sehingga sangat sulit dikunjungi, situs ini membutuhkan langkah preservasi. membutuhkan waktu ± 6 jam perjalanan Kecepatan arus cenderung lemah, tetapi dengan menggunakan kapal kecil dan ± 3 akan kuat pada kondisi tertentu, juga dipicu jam dengan kapal besar (>30 GT). Sulitnya oleh adanya angin permukaan dengan kecepatan akses menuju situs juga menjadi pertimbangan yang signifikan. Karena wilayah Gosong Nambi tersendiri dan tindakan eskavasi diperlukan merupakan ekosistem atol yang memiliki untuk pelestarian dan penyelamatan situs kedalaman dangkal, arus permukaan di sekitar arkeologi bawah air ini. atol juga cukup tinggi (Kench and Mclean Karena kondisi kapal yang terletak 2004, 934). Namun, kondisi tersebut tidak akan di dalam atol, disarankan penyelaman pada mengganggu bila dilakukan penyelaman di kodisi surut agar dapat dilakukan entry secara dalam atol karena kecepatan arus telah teredam langsung dari pinggir atol. Tidak disarankan oleh mulut atol. untuk melakukan penyelaman pada saat pasang tinggi dan surut teredah karena mekanisme 3.3.2 Kondisi Oseanografi Gosong Nambi turbulensi dapat meningkatkan kekeruhan Tinggi gelombang tidak terlalu besar. pada kondisi tersebut. Menurut (Qarnain et Situs kapal karam Gosong Nambi sejatinya al. 2014, 547), turbulensi sedimen meningkat terletak di dalam kawasan Selat Mentawai. saat konidisi pasang surut purnama dan elevasi Karena dinamika pembangkitan gelombang yang terbentuk sangat tinggi dan sangat rendah oleh angin cukup signifikan, keberadaan secara signifikan sebagai akibat oleh gaya tarik atol memiliki peran untuk meredam energi astronomis saling menarik dan menghasilkan gelombang (Costa et al. 2017, 278) di sekitar elevasi dengan jangkauan yang lebar. situs sehingga hanya riak-riak gelombang (ripples) yang teridentifikasi. 3.3.3 Sejarah Jalur Perdagangan Maritim di Menurut (Wisha et al. 2019, 98), tipe Sumatra Barat pasang surut di Perairan Kabupaten Pesisir Berdasarkan beberapa sumber sejarah, Selatan adalah campuran condong harian ganda pada awal abad Masehi pesisir barat Pulau sehingga dalam satu hari terjadi dua kali pasang Sumatra telah menjadi pusat perdagangan lada dan dua kali surut dengan elevasi yang berbeda. dan emas. Pada saat itu banyak sekali bandar Situs kapal karam Gosong Nambi merupakan niaga tradisional dikunjungi oleh bangsa asing, tinggalan arkeologi yang sangat dipengaruhi yakni Pulau Pisang, Sibolga, Air Bangis, Tiku, oleh pasang surut. Keberadaannya di dalam atol dan Bandar X (Bahar dan Amril 2009, 29). Oleh akan terancam bila transportasi sedimen (pasir) karena itu, rekam jejak maritim di pesisir barat dan pecahan karang oleh arus dan pasang surut Pulau Sumatra telah dibuktikan dengan adanya terjadi secara signifikan dalam kondisi tertentu. temuan kapal tenggelam dan sisa pelabuhan Hal tersebut juga dapat memicu longsoran yang kuno yang menunjukkan bahwa lalu lintas dapat menyebabkan bangkai kapal berpindah ke pelayaran dan perdagangan yang sangat ramai area yang lebih dalam. Ancaman lain yang cukup pada masa lampau.

71 AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 38 No. 1, Juni 2020 : 63-76

Pada awal abad ke-17 wilayah Bayang informasi terkait dengan tinggalan arkeologis ini dan Salido merupakan pusat penghasil emas karena bukti temuan di sekitar situ sangat minim. yang sangat terkenal dan bermutu tinggi dan Berdasarkan hasil wawancara dengan tambangnya didirikan oleh bangsa Belanda. pada tetua adat setempat, hampir semua Kawasan tersebut juga merupakan pusat informan menyatakan ketidaktahuan terkait penghasil lada. Emas dan lada ditampung asal-usul kapal tersebut. Seorang nelayan sementara di pelabuhan Salido dan di beberapa hanya melaporkan bahwa terdapat bangkai pelabuhan besar seperti Koto Tengah, Padang, kapal di dalam atol dimana biodiversitas Tiku, dan Pariaman. perikanan yang sangat melimpah sehingga Di Kota Padang terdapat dua pelabuhan lokasi situs kapal karam Gosong Nambi sering kuno yang sangat ramai menjadi akses masuk dijadikan sebagai tempat memancing. Karena kapal asing, yakni Pelabuhan Muaro dan Pulau lokasinya yang cukup jauh dari Painan maupun Pisang Gadang. Pelabuhan Muaro menjadi Surantih, sehingga situs ini sulit dijangkau pelabuhan yang paling banyak dikunjungi karena dan pengawasan pada situs ini juga sulit untuk mudah diakses karena kapal atau perahu dengan dilakukan, sehingga bagian lambung kapal telah tonase kurang dari 20-ton bisa mengaksesnya dijarah oleh pemburu besi tua. (Nur 2000, 41). Keberadaan kapal karam Gosong 3.3.4 Ancaman terhadap Situs Kapal Karam Nambi menjadi salah satu bukti adanya jalur Gosong Nambi perdagangan maritim di Sumatra Barat. Kapal Seperti telah dibahas sebelumnya, lokasi kargo (cargo-ship) diduga bergerak dari salah keberadaan kapal karam di Gosong Nambi satu pelabuhan di Provinsi Bengkulu ataupun itu rawan oleh berbagai ancaman baik yang sebaliknya untuk melakukan distribusi hasil berasal dari alam maupun aktivitas manusia. tambang dan pertanian dimana saat melewati Jika dilihat dari jarak yang cukup jauh dari pusat kawasan Gosong Nambi terjebak di dalam atol Kota Painan, pemantauan tinggalan arkeologis karena kondisi surut. Dalam jangka waktu lama tersebut tidak dapat dilakukan secara maksimal. akhirnya kapal tersebut tenggelam di dalam Pengawasan secara reguler juga terkendala oleh atol dan tertimbun pasir dan pecahan karang. minimnya anggaran biaya. Dengan lemahnya Namun, yang sangat disayangkan adalah belum pengawasan, peluang terjadinya pencurian besi teridentifikasinya asal kapal, nama kapal dan tua secara intensif dapat terjadi. Hal itu terlihat

Gambar 7. Proses Genesa Atol (Sumber: https://www.gurugeografi.id/2017/03/genesa-atol-dan-sebarannya-di-bumi.html)

72 Upaya Konservasi Kapal Karam Gosong Nambi Sebagai Bukti Adanya Jalur Perdangan Maritim Masa Lalu di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Ulung Jantama Wisha, Nia Naelul Hasanah Ridwan, Ruzana Dhiauddin, Guntur Adhi Rahmawan, dan Gunardi Kusumah dari hilangnya beberapa bagian penting dari kapal dengan magnitudo yang bervariasi (Santoso seperti bagian buritan, propeler, dan isi lambung et al. 2011, 134). Artinya, kondisi gempa kapal yang tidak ditemukan saat bangkai kapal yang intens dapat memicu pergeseran kapal tersebut diobservasi oleh tim penelitian dari sehingga perlu dilakukan pengawasan secara Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir, berkala. Kondisi iklim dan cuaca yang selalu Kementerian Kelautan dan Perikanan. Beberapa berubah dengan degradasi lingkungan juga nelayan lokal juga mengatakan bahwa oknum dapat memengaruhi korosi pada bangkai kapal yang melakukan penjarahan sebagian besar karam (Wisha et al. 2017, 849). bukan warga lokal, melainkan berasal dari luar Berdasarkan beberapa analisis potensi provinsi seperti Bengkulu karena lokasi Gosong ancaman terhadap situs Kapal Karam Gosong Nambi berada pada kawasan perbatasan Pesisir Nambi, perlu dilakukan pengangkatan bangkai Selatan dan Bengkulu. kapal tersebut. Jika dapat dipindahkan ke area Pada sisi lain, kondisi alam di sekitar situs dekat pusat kota, situs ini dapat dikembangkan turut menambah rentetan ancaman pada situs sebagai salah satu daya tarik wisata selam Kapal Karam Gosong Nambi. Yang pertama di Kabupaten Pesisir Selatan. Namun, untuk adalah kondisi atol yang rentan, atol terbentuk mengetahui asal usul kapal, diperlukan dating dari gugusan karang mati yang membentuk radio-isotop untuk memprediksi umur kapal cincin yang didalamnya terdapat laguna hasil tersebut dan melihat hubungannya dengan dari erupsi pulau vulkanik, karang dan sedimen sejarah maritim di barat Pulau Sumatra. yang menutupinya merupakan hasil dari aktivitas gelombang dan angin disekitar atol (Cao et al. 3.3.5 Penerapan CRM (Cultural Resource 2018, 225) (Gambar 7). Jika dianalisis lebih Management) jauh, posisi kapal setengah terkubur pada cincin Riset terintegrasi dimana penggabungan atol, yang berpotensi semakin tertimbun oleh beberapa bidang ilmu telah dilakukan untuk pecahan karang (rubbles) dan sedimen, jika mengungkap dan mendeskripsikan temuan berlangsung dalam waktu lama, posisi kapal kapal karam Gosong Nambi. Telah diketahui karam ini dapat semakin menurun ke kolom pula bahwa kapal karam Gosong Nambi itu air yang lebih dalam. Aktivitas oseanografi memiliki signifikansi dengan beberapa aspek samudra yang dinamis juga berperan penting seperti sejarah, kerentanan, sosial, ekonomi, dan mengenai eksistensi kapal karam Gosong budaya masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan. Nambi itu. Karena berbatasan langsung dengan Oleh karena itu, Cultural Resource Management Samudra Hindia, intensitas interaksi antara laut- (CRM) perlu dilakukan dengan konsep atmosfer dapat memicu badai dan gelombang konservasi dan preservasi. CRM merupakan tinggi dan asupan sedimen secara signifikan usaha untuk mengelola sumber daya budaya dapat menutupi cincin atol dan mengubur dengan mempertimbangkan berbagai aspek bangkai kapal tersebut. Kondisi pasang surut dan pihak yang terkait dan masyarakat menjadi yang cukup lebar berkisar ± 3 meter (Wisha et bagian integral dalam proses penerapannya al. 2019, 98) juga dapat mengancam eksistensi (Sulistyanto 2014, 78). kapal untuk tetap pada posisinya yang sekarang. Sebagaimana dikemukakan, kapal karam Secara geologis, kawasan perairan di Gosong Nambi belum dapat teridentifikasi asal- Gosong Nambi terletak pada zona tektonik, usulnya dan terancam oleh beberapa tekanan, yang memperlihatkan bahwa lempeng baik oleh manusia maupun alam. Untuk itu, samudra dan benua cukup aktif dan kejadian maka hal yang paling mungkin dilakukan adalah gempa di Sumatra Barat secara berkala konservasi dan preservasi melalui tindakan

73 AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 38 No. 1, Juni 2020 : 63-76 ekskavasi. Pada konsep CRM, masyarakat kepentingan (stakeholder) lainnya tanpa ada mememegang peran utama mengenai pihak yang dirugikan. Dikatakan demikian karena pemindahan situs Kapal Karam hingga dapat sesungguhnya warisan budaya adalah baransg dijadikan sarana peningkatan potensi pariwisata publik dan milik masyarakat dan sewajarnya bahari di Pesisir Selatan, yang pada akhirnya dinikmati oleh masyarakat (Sulistyanto 2009, 59). dapat mendukung perekonomian masyarakat setempat. Hal tersebut telah berhasil diterapkan 4. Penutup pada saat MV Boloengan Nederland menjadi Situs Kapal karam Gosong Nambi objek wisata bahari di Teluk Mandeh. Kabupaten diprediksi berasal dari tahun 1900-an yang Pesisir Selatan yang awalnya adalah kawasan tenggelam di dalam atol dan tertimbun pasir termiskin di Sumatra Barat, kini menjadi salah serta pecahan karang mati pada bagian buritan. satu andalan dalam bidang pariwisata. Dengan Belum dapat teridentifikasi nama kapal, penangangan dan penerapan yang sama, negara pembuat dan informasi lainnya terkait situs Kapal Karam Gosong Nambi juga dapat dengan tinggalan arkeologis ini, jika diamati dikembangkan menjadi situs arkeologi bawah bentuknya menyerupai steam cargo ship air yang memiliki daya tarik wisata. Selain itu, zaman kolonial Belanda. Keberadaan kapal jika dilakukan ekskavasi, bangkai kapal karam karam ini juga sebagai bukti bahwa sejarah Gosong Nambi dapat menjadi tempat tumbuhnya perdagangan maritim di pesisir barat Pulau karang dan rumah bagi ikan sehingga dapat Sumatra menjadi salah satu pusat perdagangan meningkatkan biodiversitas perairan setempat lada dan emas terupama kawasan Salido dan yang dapat berdampak baik bagi masyarakat Bayang. Jarak lokasi situs dari pusat kota yang nelayan di Kabupaten Pesisir Selatan. cukup jauh menjadi kendala tersendiri dalam Sebelum penerapan konsep CRM, proses pelindungan dan pengawasan situs, yang Pemerintah Daerah perlu membuat peraturan beberapa bagian kapal tersebut telah dijarah daerah yang mengatur kegiatan wisata bahari pada oleh pemburu besi tua. Selain itu, kondisi alam situs tinggalan budaya. Mass tourism seringkali di sekitar situs juga memiliki peran dalam terjadi pada suatu kawasan wisata yang dapat meningkatkan potensi ancaman bagi Situs menimbulkan masalah baru seperti peningkatan Kapal Karam Gosong Nambi. Oleh karena jumlah sampah, kerusakan lingkungan. itu, penerapan konsep CRM perlu dilakukan Pembatasan jumlah penyelaman pada situs Kapal terhadap situs itu yang hasilnya diharapkan akan Karam juga perlu dilakukan untuk mengurangi berdampak positif, baik terhadap kehidupan tekanan fisik terhadap bangkai kapal yang masyarakat, pemerintah daerah maupun para semakin merapuh. Pengawasan dan pemantauan pemangku kepentingan lainnya. berkala juga perlu dilakukan pada stus sumber daya arkeologi karena tingkat pencurian besi Saran tua seringkali terjadi. Pembuatan history board Dalam pelaksanaan eskavasi Situs Gosong dan marking buoy juga dapat dilakukan sehingga Nambi, karena posisinya yang miring, rawan memudahkan wisatawan untuk mengetahui titik longsor, perlu ditingkatkan pengawasan untuk lokasi situs dan sejarah tenggelamnya kapal menghindari penjarahan oleh para pemburu besi karam itu. Semua upaya tersebut dapat dilakukan tua. Selain itu, dalam upaya perlindungan dan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pelestraian situs, wilayah Situs Gosong Nambi sebagai pelaku utama proses penerapam konsep hendaknya ditetapkan sebagai kawasan cagar CRM, koordinasi antara Pemerintah Pusat, budaya dan konservasi maritim (KKM) atau pemerintah daerah, masyarakat, dan pemangku dengan melakukan ekskavasi.

74 Upaya Konservasi Kapal Karam Gosong Nambi Sebagai Bukti Adanya Jalur Perdangan Maritim Masa Lalu di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Ulung Jantama Wisha, Nia Naelul Hasanah Ridwan, Ruzana Dhiauddin, Guntur Adhi Rahmawan, dan Gunardi Kusumah Ucapan Terima Kasih Gould, Richard A., and Jeremy Green. 1991. “Maritime Archaeology: A Ucapan terima kasih dan penghargaan Technical Handbook”. Journal of Field disampaikan kepada pengelola Loka Riset Archaeology 18 (2): 246. https://doi. Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir atas org/10.2307/530269. dukungan biaya penelitian yang disediakan Kench, P. S., and R. F. Mclean. 2004. dalam DIPA 2015. Ucapan terima kasih yang “Hydrodynamics and Sediment Flux of sama juga ditujukan kepada semua pihak atas Hoa in an Indian Ocean Atoll”. Earth Surface Processes and Landforms 29 kemudahan dan bantuan yang diberikan selama (8): 933–953. https://doi.org/10.1002/ pelaksanaan penelitian ini hingga berupa tulisan esp.1072. atau artikel. Kench, Paul S., Roger F. McLean, Robert W. Brander, Scott L. Nichol, Scott G. Smithers, Murray R. Ford, Kevin E. Daftar Pustaka Parnell, and Mohamed Aslam. 2006. Ardiwidjaja, Roby. 2018. “Pelestarian Tinggalan “Geological Effects of Tsunami on Mid- Budaya Bawah Air: Pemanfaatan Kapal Ocean Atoll Islands: The Maldives before Karam sebagai Daya Tarik Wisata and after the Sumatran Tsunami”. Geology Selam”. Amerta 35 (2): 133. https://doi. 34 (3): 177. https://doi.org/10.1130/ org/10.24832/amt.v35i2.251. G21907.1. Bahar, Yusfa Hendra, and Fauzan Amril. 2009. Lasabuda, Ridwan. 2013. “Regional “Peninggalan Maritim Pantai Sumatera Development in Coastal and Ocean in Barat”. Amoghapasa 15: 27–38. Archipelago Perspective of The Republic of Indonesia”. Jurnal Ilmiah Platax 1: Cao, Dadi, Hao Cheng, Lingmin Zhang, and 92–101. Ke Wang. 2018. “Origin of Atoll Garnets in Ultra-High- Eclogites and McCarthy, John, and Jonathan Benjamin. Implications for Infiltration of External 2014. “Multi-Image Photogrammetry Fluids”. Journal of Asian Earth Sciences for Underwater Archaeological Site 160: 224–238. https://doi.org/10.1016/j. Recording: An Accessible, Diver- jseaes.2018.04.030. Based Approach”. Journal of Maritime Archaeology 9 (1): 95–144. https://doi. Costa, Mirella B., Eduardo C. Macedo, Arnoldo org/10.1007/s11457-014-9127-7. Valle-Levinson, and Eduardo Siegle. 2017. “Wave and Tidal Flushing in a Near- Nur, M. 2000. Bandar Sibolga di Pantai Barat Equatorial Mesotidal Atoll”. Coral Reefs Sumatera Pada Abad Ke-19–20. Jakarta: 36 (1): 277–291. https://doi.org/10.1007/ Universitas Indonesia. s00338-016-1525-x. Qarnain, A. G. D., A. Satriadi, and H. Setiyono. Dillenia, Ira, and Rainer Arief Troa. 2016. 2014. “Analysis of Spring and Neap “Identifikasi Situs Kapal Karam Influence on the Sedimentary Rate in Bersejarah ‘Karang Panjang’ di Perairan Timbulsloko Waters, Demak”. Journal of Pulau Laut Natuna” Jurnal Kelautan Oceanography 3 (1): 540–548. Nasional 11 (1): 11–20. https://doi. Santoso, Edy, Sri Widiyantoro, and I Nyoman org/10.15578/jkn.v11i1.6063. Sukanta. 2011. “Stusi Hazard Seismik dan Gerke, Solvay, and Hans-Dieter Evers. 2011. Hubungannya dengan Intensitas Seismik “Selat Melaka: Jalur Sempit Perdagangan di Pulau Sumatera dan Sekitarnya”. Dunia.” Akademika 81 (1): 5–14. Jurnal Meteorologi Dan Geofisika12 (2): 129–36. https://doi.org/10.31172/jmg. Gibbs, Martin. 2006. “Cultural Site Formation v12i2.93. Processes in Maritime Archaeology: Disaster Response, Salvage and Sulistyanto, Bambang. 2009. “Warisan Dunia Muckelroy 30 Years On”. International Situs Sangiran”. Wacana 11 (1): 57–80. Journal of Nautical Archaeology 35 (1): ———. 2014. “Manajemen Hasil Pengelolaan 4–19. https://doi.org/10.1111/j.1095- Warisan Budaya: Evaluasi Hasil 9270.2006.00088.x. Penelitian Pusat Arkeologi Nasional

75 AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 38 No. 1, Juni 2020 : 63-76

(2005-2014)”. Amerta, Jurnal Penelitian Wisha, U.J., G.A. Rahmawan, Nia Naelul Dan Pengembangan Arkeologi 31 (2): Hasanah Ridwan, and Gunardi Kusumah. 147–154. https://doi.org/https://doi. 2017. “Oil Spill Analysis on Ambon org/10.24832/amt.v32i2.171. Bay, Moluccas, Indonesia: Its Influence Syafii, Imam. 2018. “Sejarah Lokal Adalah on the SS Aquila Shipwreck Site.” In Sejarah Maritim (Nasional) Indonesia?” Proceedings of the 3rd ASIA-Pasific Sejarah Dan Budaya : Jurnal Sejarah, REGIONAL Conference on Underwater Budaya, dan Pengajarannya 11 (1): Cultural Heritage, 846–62. Hong Kong: 24–36. https://doi.org/10.17977/ APCONF. um020v11i12017p024. Wisha, U. J., Ruzana Dhiauddin, and Wisnu A. Sumber Online Gemilang. 2019. “Tidal Ellipses Analysis https://www.gurugeografi.id/2017/03/genesa- Based on Flow Model Hydrodynamic atol-dan-sebarannya-di-bumi.html Data Acquisition in Mandeh Bay , West Sumatera”. Journal of Geoscience, Engineering, Environment, and Technology 04 (02): 93–103. https://doi. org/10.25299/jgeet.2019.4.2.3115.

76