FAKTOR PENYEBAB STUNTING PADA ANAK USIA 24-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GELUGUR, KABUPATEN PASAMAN

CAUSING FACTORS OF STUNTING IN TODDLER AGED 24-59 MONTHS AT PADANG GELUGUR HEALTH CENTER IN PASAMAN REGENCY

Neila Sulung1 Husni Maiyanti2 Nurhayati3

1,2,3 Universitas Fort De Kock E-mail: [email protected]

Naskah Masuk: :31-12-2019 Naskah Diterima: 16-5-2020 Naskah Disetujui: 10 -6-2020

ABSTRACT Stunting is a chronic condition that represent growth retardation due to long-term malnutrition, indicated by a z-score of TB / U less than -2SD. Padang Gelugur is a sub-district located in Pasaman Regency with the highest stunting rate of 27%. The purpose of this study was to determine the factors that caused the incidence of Stunting at the Padang Gelugur health center in Pasaman Regency. Type of analytic descriptive study with cross-sectional design, conducted in April 2019. The population is 1,020 infants. with Multistage random sampling technique and a sample size of 150 infants. Data collection uses questionnaires and anthropometric observations and data analysis includes univariate analysis and bivariate analysis with chi square test. The results of the study obtained the incidence of stunting in infants due to non-exclusive breastfeeding (p = 0.022 and OR = 2.708), lack of food diversity (p = 0.023 and OR = 2.326), and low economic status (p = 0.034 and OR = 3.630. Based on the results above, it was found that a significant relationship between low economic status, non-exclusive breastfeeding, and lack of food diversity with the incidence of Stunting.

Keywords: stunting, infant

ABSTRAK Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang, ditunjukkan dengan nilai z-score TB/U kurang dari -2SD. Padang Gelugur merupakan kecamatan yang berada di kabupaten Pasaman dengan angka stunting tertinggi, yaitu 27 %. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor penyebab tunting di wilayah kerja Puskesmas Padang Gelugur, Kabupaten Pasaman. Jenis Penelitian deskriptif analitik dengan desain cross-sectional yang dilakukan pada bulan April 2019. Sampel penelitian adalah sebanyak 150 balita dari 1.020 opulasi balita di lokasi penelitian. Penerikan sampel dilakukan dengan metode multistage random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi antropometri dan analisis data meliputi analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian diperoleh kejadian stunting pada balita disebabkan karena pemberian ASI tidak eksklusif (p = 0.022 dan OR= 2.708), keanekaragaman makanan yang tidak beragam (p = 0.023 dan OR= 2.326), dan status ekonomi rendah (p = 0.034 dan OR = 3.630). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara status ekonomi yang rendah, pemberian ASI tidak eksklusif, dan Keanekaragaman makanan yang tidak beragam dengan kejadian Stunting.

Kata Kunci : stunting, balita,

1 | Jurnal Pembangunan Nagari |Volume 5 Nomor 1 Edisi Juni 2020 : 1 - 10

PENDAHULUAN WHO memiliki target global untuk adalah negara menurunkan angka stunting balita berkembang yang memiliki sebesar 40% pada tahun 2025. Tapi permasalahan yang kompleks terutama kondisi saat ini menunjukkan bahwa dalam masalah gizi. Gizi di Indonesia target penurunan yang dapat dicapai memiliki kasus yang berbeda dengan hanya sebesaar 26% (Fikawati, 2017). negara maju, dimana Indonesia memiliki Data Riset kesehatan Dasar tahun masalah gizi ganda yang artinya status 2013 menunjukkan prevalensi balita gizi yang menunjukkan keadaan di satu stunting di Indonesia mencapai 37% daerah terdapat gizi kurang dan di sisi (terdiri dari 18% sangat pendek dan lain terdapat gizi lebih. Salah satu 19,2% pendek) yang berarti terjadi program WHO yang tercantum dalam peningkatan dari tahun 2010 (35.6%) Sustainnable Development Goals dan tahun 2007 (36,8%), Pada tahun (SDGs) ke-2 dan ke-4 tentang perbaikan 2018 jumlah balita stunting terjadi gizi pada anak merupakan salah satu penurunan yaitu 30,8 % (Riskesdas, cara dalam penanggulangan masalah 2018). stunting pada saat ini (Jalal, 2017). Gizi buruk kronis (stunting) tidak Stunting adalah masalah gizi hanya disebabkan oleh satu faktor saja, kronis yang disebabkan oleh asupan gizi akan tetapi disebabkan oleh banyak yang kurang dalam waktu cukup lama faktor yang saling berhubungan antara akibat pemberian makanan yang tidak satu dengan lainnya. Ada 5 faktor utama sesuai dengan kebutuhan gizi. WHO penyebab stunting, yaitu pemberian ASI (World Health Organization) eklusif yang salah, keanekaragaman mengartikan stunting sebagai kondisi makanan, status ekonomi, riwayat tubuh yang sangat pendek hingga imunisasi serta riwayat penyakit infeksi. melampaui defisit 2 SD (standar deviasi) Secara garis besar penyebab stunting di bawah median panjang atau tinggi dapat dikelompokkan ke dalam 3 beban populasi yang menjadi referensi tingkatan, yaitu tingkat masyarakat, internasional (WHO, 2012) tingkat rumah tangga (keluarga), dan Pada tahun 2011, UNICEF tingkat individu. Pada tingkat menyatakan dari 178 juta anak stunting masyarakat terdapat pada sistem di seluruh dunia, 167 juta (98%) hidup ekonomi; sistem pendidikan; sistem di negara berkembang. Selanjutnya

FAKTOR PENYEBAB STUNTING PADA ANAK USIA 24-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG GELUGUR, KABUPATEN PASAMAN – | 2 Neila Sulung, Husni Maiyanti, Nurhayati kesehatan; dan sistem sanitasi dan air Berdasarkan uraian di atas, maka bersih menjadi faktor penyebab kejadian dirumuskan perumusan masalah pada stunting. penelitian ini, apa saja faktor-faktor Provinsi Sumatera Barat penyebab kejadian stunting di menempati urutan ke - 17 dari 20 Kabupaten Pasaman pada tahun 2019. provinsi yang memiliki pravalensi Tujuan Penelitian ini untuk Untuk melebihi angka pravalensi nasional. mengetahui faktor-faktor penyebab Menurut data Hasil Pemantauan Status kejadian Stunting di Wilayah kerja Gizi Sumatera Barat tahun 2015 Puskesmas Padang Gelugur Kabupaten menunjukkan pravalensi balita (usia 24 Pasaman. - 59 bulan) stunting sebesar 36,2 %. METODOLOGI PENELITIAN Kabupaten Pasaman menempati Jenis penelitian ini adalah urutan kedua dari Kabupaten/Kota di deskriptif analitik dengan pendekatan Provinsi Sumatera Barat dengan cross-sectional yang dilaksanakan pada pravalensi stunting tertinggi setelah bulan April 2019. Populasi dalam Mentawai. Angka stunting Pasaman penelitian ini berjumlah 1.020 balita tahun 2014 sebesar 34,0 % balita dan yang berusia 24-59 bulan. Teknik pada tahun 2015 meningkat menjadi pengambilan sampel dilakukan adalah 34,8 %. teknik multistage random sampling. Stunting mempunyai dampak Jumlah sampel sebnyak 150 responden. jangka panjang terhadap perkembangan Kriteria Inklusi sampel penelitian kognitif, prestasi belajar, dan adalah: ibu yang memiliki balita berusia produktivitas ekonomi saat dewasa. 24-59 bulan, ibu dan balita yang Padang Gelugur merupakan bersedia menjadi responden, ibu dan kecamatan yang berada di kabupaten balita yang tinggal di wilayah kerja Pasaman yang memiliki jumlah balita Puskesmas Padang Gelugur, Balita terbanyak usia 24–59 bulan sebanyak yang memiliki KMS.(kartu menuju 1.020 anak. Angka stunting tertinggi sehat) Kriteria Ekslusi sampel terdapat di Padang Gelugur dengan penelitian Balita yang tidak mau diukur, angka stunting tertinggi di Pasaman Balita sakit dan Balita yang tidak hadir. 27 %. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah ASI eksklusif,

3 | Jurnal Pembangunan Nagari | Volume 5 Nomor 1 Edisi Juni 2020 : 1 - 11 keanekaragaman makanan, status memiliki balita berumur 24–59 bulan ekonomi, status imunisasi, dan riwayat yang berusia antara 24 sampai 35 tahun. penyakit infeksi. Jenis Pendidikan terakhir responden sebagian besar adalah SMP dan SMA. HASIL PENELITIAN Mata pencaharian responden sebagian Karakteristik Responden besar adalah buruh petani. Seluruh Responden dalam Penelitian ini responden dalam penelitian ini adalah berjumlah 150 responden yang terdiri warga yang betempat tinggal di wilayah dari 62 anak laki-laki dan 88 anak kerja Puskesmas Padang Gelugur. perempuan. Selain itu, ibu yang

Tabel. 1 Analisa Univariat Distribusi Frekuensi Kasus Balita Pendek (Stunting) di Wilayah Puskesmas Padang Gelugur,Kabupaten Pasaman

Variabel Jumlah f %

Kejadian Stunting Stunting 57 38,0 Tidak Stunting 93 62,0 Jumlah 150 100 ASI Eksklusif Tidak ASI Eksklusif 106 70,7 ASI Eksklusif 44 29,3 Jumlah 150 100 Keanekaragaman Makanan Tidak Beragam 81 54.0 Beragam 69 46.0 Jumlah 150 100 Status Ekonomi Rendah 126 84,0 Tinggi 24 16,0 Jumlah 150 100 Status Imunisasi Lengkap 51 34,0 Tidak Lengkap 99 66,0 Jumlah 150 100 Riwayat Penyakit Infeksi Infeksi 9 6,0 Tidak Infeksi 141 94,0 Jumlah 150 100

Sumber : Data Primer

Distribusi frekuensi pada tabel stunting, sebanyak 57 responden tabel 1. diketahui bahwa dari 150 (38.0%) yang mengalami stunting. ASI responden yang dilihat dari kejadian eksklusif dari 150 responden yang

FAKTOR PENYEBAB STUNTING PADA ANAK USIA 24-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG GELUGUR, KABUPATEN PASAMAN – | 4 Neila Sulung, Husni Maiyanti, Nurhayati dilihat dari ASI eksklusif, sebanyak 106 ekonomi dari 150 responden yang responden (70,7%) yang tidak ASI dilihat, sebanyak 126 responden (84,0%) eksklusif. Untuk keanekaragaman yang berstatus ekonomi rendah. Status makanan, dari 150 responden yang imunisasi, dari 150 responden yang dilihat dari Keanekaragaman Makanan, dilihat, sebanyak 51 responden (34.0%) sebanyak 81 responden (54,0%) yang yang tidak lengkap imunisasinya. tidak beragam makanannya di wilayah Riwayat penyakit nifeksi dari 150 kerja Puskesmas Padang Gelugur responden yang dilihat, , sebanyak 9 Kabupaten Pasaman Tahun 2019. Status responden (6.0%) yang terkena infeksi.

Tabel. 2 Analisa Bivariat Hubungan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Gelugur Kabupaten Pasaman Tahun 2019

Stunting P OR Ya Tidak Total value ASI Eksklusif Tidak ASI 47 (44,3%) 59 (55,7%) 106 (100%)0,022 2.708 ASI 10 (22,7%) 34 (77,3%) 44 (100%) Jumlah 57 (38,0%) 93 (62.0%) 150 (100%) Keanekaragaman Tidak Beragam 38 (46,9%) 43 (53,1%) 81 (100%)0,023 2,326 Makan Beragam 19 (27,5%) 50 (72,5%) 69 (100%) Jumlah 57 (38,0%) 93 (62.0%) 150 (100%) Status Ekonomi Rendah 53 (42,1%) 73 (57,9%) 126 (100%)0,034 3,630 Tinggi 4 (16,7%) 20 (83,3%) 24 (100%) Jumlah 57 (38,0%) 93 (62.0%) 150 (100%)

Status Imunisasi Tidak Lengkap 17 (33,3%) 34 (66,7%) 51 (100%)0,504 0,738 Lengkap 40 (40,4%) 59 (59,6%) 99 (100%) Jumlah 57 (38,0%) 93 (62.0%) 150 (100%) Riwayat Penyakit Infeksi 4 (44,4%) 5 (55,6%) 9(100%)0,955 1,328 Infeksi Tidak Infeksi 53 (37,6%) 88 (62,4%) 141 (100%) Jumlah 57 (38,0%) 93 (62.0%) 150 (100%) Sumber : Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 2 di atas, bermakna antara ASI eksklusif dengan diketahui bahwa dari 150 responden kejadian stunting. yang dilihat dari ASI eksklusif, sebanyak Pada keanekaragaman makanan 106 responden yang tidak ASI eksklusif diketahui bahwa dari 150 47 (44.3%) diantaranya yang mengalami respondensebanyak 81 responden yang stunting. Hasil uji statistik diperoleh tidak beragam, 38 responden (46.9%) nilai p_ value = 0.022, maka dapat yang mengalami stunting. Hasil uji disimpulkan bahwa ada hubungan yang statistik diperoleh nilai p_ value = 0.023,

5 | Jurnal Pembangunan Nagari | Volume 5 Nomor 1 Edisi Juni 2020 : 1 - 11 maka dapat disimpulkan bahwa ada yang bermakna antara penyakit infeksi hubungan yang bermakna antara dengan kejadian stunting. keanekaragaman makanan dengan PEMBAHASAN kejadian stunting. Hasil Penelitian menunjukkan Pada status ekonomi, diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna bahwa dari 150 responden, sebanyak antara ASI eksklusif dengan kejadian 126 responden yang berstatus ekonomi stunting di wilayah kerja Puskesmas rendah, 53 responden (42.1%) Padang Gelugur, Kabupaten Pasaman. mengalami stunting. Hasil uji statistik Penelitian ini sejalan dengan yang diperoleh nilai p_ value = 0.034, maka dilakukan oleh Yusdarif (2017) yang dapat disimpulkan bahwa ada hubungan menemukan hubungan yang bermakna yang bermakna antara status ekonomi antara ASI eksklusif dengan kejadian dengan kejadian stunting. stunting pada balita. Kondisi ini dapat Pada status imunisasi diketahui disebabkan karena kandungan ASI bahwa dari 150 responden, sebanyak 51 merupakan makanan terbaik pada bayi responden yang tidak lengkap, 17 sehingga dapat memaksimalkan responden (33.3 %) mengalami stunting pertumbuhan bayi termasuk tinggi dan 99 responden yang lengkap, 40 badan. Berdasarkan hal tersebut, dapat responden (40.4%) diantaranya dipastikan bahwa kebutuhan bayi mengalami stunting. Hasil uji statistik terpenuhi, dan status gizi bayi menjadi diperoleh nilai p_ value = 0.478, maka normal, baik tinggi badan maupun berat dapat disimpulkan bahwa tidak ada badan jika bayi mendapatkan ASI secara hubungan yang bermakna antara status eksklusif. Pengaruh ASI eksklusif imunisasi dengan kejadian stunting. terhadap perubahan status stunting Pada riwayat penyakit infeksi dikarenakan fungsi ASI sebagai anti diketahui bahwa dari 150 infeksi. respondensebanyak 9 responden yang Hasil Penelitian menunjukkan ada terkena penyakit infeksi, 4 responden hubungan yang bermakna antara (44.4%) diantaranya yang mengalami keanekaragaman makanan dengan stunting. Hasil uji statistik diperoleh kejadian stunting di wilayah kerja nilai p_ value = 0.731, maka dapat Puskesmas Padang Gelugur Kabupaten disimpulkan bahwa tidak ada hubungan Pasaman. Penelitian pendukung lainnya

FAKTOR PENYEBAB STUNTING PADA ANAK USIA 24-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG GELUGUR, KABUPATEN PASAMAN – | 6 Neila Sulung, Husni Maiyanti, Nurhayati yaitu yang dilakukan oleh Tamaella & antara status ekonomi keluarga dengan Sulung ( 2019) yang mengungkapkan kejadian stunting pada balita dengan adanya pengaruh antara keragaman nilai p=0,03. Balita yang berasal dari makanan dengan kejadian CIAF keluarga dengan status ekonomi rendah (Composite Index of Anthropometric 1.29 kali berisiko mengalami stunting Failure) dengan nilai p = 0.000 dan OR dibandingkan dengan balita dari = 3.632. Penelitian ini menyimpulkan keluarga dengan status ekonomi tinggi. bahwa balita yang tidak beragam Hal ini disebabkan karena status makanannya memiliki resiko 3.6 kali ekonomi sangat erat kaitannya dengan untuk menderita CIAFHal ini daya beli dalam keluarga. Status disebabkan karena rendah nya ekonomi ekonomi seseorang dipengaruhi oleh keluarga sehingga keluarga tidak bisa pendapatan orang tersebut. Semakin memenuhi gizi seimbang dalam masa tinggi tingkat pendapatan seseorang, tumbuh kembang balita. Sedangkan bagi maka akan semakin beraneka ragam ibu yang sudah memberikan makanan makananan yang dikonsumsi dan akan beragam pada balita dikarenakan baik pula asupan makanan untuk ekonomi keluarga yang mampu balitanya. Pendapatan keluarga yang memenuhi kebutuhan pangan keluarga memadai akan menunjang tumbuh dan mampu menyediakan makanan gizi kembang anak. Karena orang tua dapat seimbang. Semakin tinggi tingkat menyediakan semua kebutuhan anak. pendapatan seseorang, maka akan Hasil Penelitian menunjukkan tidak semakin beraneka ragam makananan ada hubungan yang bermakna antara yang dikonsumsi dan akan baik pula status imunisasi dengan kejadian asupan makanan untuk balitanya. stunting di wilayah kerja Puskesmas Hasil penelitian menunjukkan ada Padang Gelugur, Kabupaten Pasaman. hubungan yang bermakna antara status Penelitian ini sejalan dengan penelitian ekonomi dengan kejadian stunting di yang dilakukan oleh Aridiyah, 2015, wilayah kerja Puskesmas Padang bahwa tidak ada hubungan antara Gelugur Kabupaten Pasaman. Penelitian pemberian imunisasi dengan kejadian ini juga sejalan dengan penelitian yang stunting pada anak balita, baik di dilakukan oleh Kusuma (2013) yang wilayah pedesaan maupun di perkotaan menunjukkan bahwa terdapat hubungan dengan hasil uji statistik pvaluae = 0,017

7 | Jurnal Pembangunan Nagari | Volume 5 Nomor 1 Edisi Juni 2020 : 1 - 11 dan 0,001 < α (0,05). Dalam hal ini terjadi secara berulang-ulang dalam imunisasi yang lengkap belum tentu jangka waktu yang lama, maka dapat dapat menjamin anak terhindar dari menyebabkan terjadinya masalah gizi. suatu penyakit. Hal ini disebabkan Sedangkan di tempat penelitian ini, karena pemberian imunisasi dengan penulis menemukan beberapa anak yang kejadian stunting karena imunisasi tidak pernah terserang penyakit infeksi dalam mencegah terjadinya stunting pada waktu yang singkat lebih kurang 5 hari. balita. Imunisasi merupakan salah satu Berbeda dengan yang terjadi di Ethiopia, cara pencegahan penyakit menular dimana kejadian stunting banyak khususnya PD3I (Penyakit– penyakit ditemukan pada keluarga atau ibu yang dapat dicegah dengan imunisasi) dengan pendidikan rendah dan tingkat yang diberikan kepada tidak hanya ekonomi yang kurang. kepada anak sejak masih bayi. Dari hasil penelitian implikasi Hasil Penelitian menunjukkan yang harus dilakukan oleh bagian gizi tidak ada hubungan yang bermakna sehubungan dengan masalah yang paling antara penyakit infeksi dengan kejadian mendasar penyebab stunting di Pasaman stunting di wilayah kerja Puskesmas adalah pemberian ASI eksklusif dan Padang Gelugur, Kabupaten Pasaman. keanekaragaman makanan. Di sini Penelitian ini tidak sejalan dengan peran tenaga kesehatan sangat penelitian Priyono (2015) yang diperlukan untuk memberikan informasi mengatakan bahwa antara penyakit kepada ibu balita/ibu hamil untuk infeksi dengan kejadian stunting memberikan ASI eksklusif selama 6 diperoleh nilai p = 0,009 (p < α), bulan agar bayinya tetap sehat dan sehingga dapat disimpulkan ada asupan yang dibutuhkan dari ASI dapat hubungan yang bermakna antara terpenuhi untuk bayi. keanekaragaman penyakit infeksi dengan kejadian makanan merupakan salah satu faktor stunting anak balita usia 12–36 bulan di yang sangat mempengaruhi terjadinya wilayah kerja Puskesmas Randuagung. stunting, dimana asupan makanan dan Hal ini disebabkan karena penyakit keanekaragaman makanan. Pola asuh infeksi yang terjadi pada anak stunting makan yang diterapkan oleh ibu akan adalah penyakit infeksi seperti diare dan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan ISPA (infeksi saluran napas acut ) yang perkembangan balita karena kekurangan

FAKTOR PENYEBAB STUNTING PADA ANAK USIA 24-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG GELUGUR, KABUPATEN PASAMAN – | 8 Neila Sulung, Husni Maiyanti, Nurhayati gizi pada masa balita akan bersifat Media Group. Al-rahmad, Miko, H. (2013). Kajian irreversible (tidak dapat pulih), sehingga Stunting Pada Anak Balita pada masa ini balita membutuhkan Ditinjau Dari Pemberian Asi Eksklusif , Mp-Asi , Status asupan makan yang berkualitas. Imunisasi Dan Karakteristik Penanggung jawab program gizi harus Keluarga Di Kota Banda Aceh Stunting Study On Children benar- benar mencari metode yang tepat Viewed From Exclusive Breast dalam memenuhi kebutuhan gizi dari Feeding , Complementary Breastfeeding , Immunization S. mulai ibu hamil sampai anak berusia Jurnal Kesehatan Ilmiah 1000 HPK (hari pertama kehidupan). Nasuwakes, 6(2), 169–184. Almatsier Sunita. (2010). Penuntun Diet KESIMPULAN Edisi Terbaru.pdf. Jakarta: PT Dapat disimpulkan dalam Gramedia Pustaka Utama. penelitian ini penyebab stunting adalah Anindita, P. (2012). Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu, Pendapatan pemberian ASI eksklusif, Keluarga, Kecukupan Protein & keanekaragaman makanan, dan status Zinc Dengan Stunting (Pendek) Pada Balita Usia 6 – 35 Bulan Di ekonomi. Kecamatan Tembalang Kota REKOMENDASI Semarang, 1, 1–10. Aridiyah, F. O., Rohmawati, N., & Bagi Dinas Kesehatan dapat Ririanty, M. (2015). Faktor-faktor melakukan pelatihan kepada pemegang yang Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Balita di program di Puskesamas beserta kader Wilayah Pedesaan dan Perkotaan mengenai 1000 HPK secara umum dan ( The Factors Affecting Stunting on Toddlers in Rural and Urban stunting pada khususnya, dan Menjalin Areas ), 3(1). kerjasama lintas sektor dengan Bata, P., Binh, L., Vonaesch, P., Tondeur, L., Nguyen, L., Frank, Puskesmas dalam program T., … Vray, M. (2017). Factors menanggulangi angka kejadian stunting. associated with stunting in healthy children aged 5 years and less Terutama dengan cara pemberian ASI living in Bangui ( RCA ). eksklusif serta bentuk atau model PLOSONE, 1–17. https://doi.org/10.1371/journal.po pemberian makanan/keanekaragaman ne.0182363 makanan yang di anjurkan untuk Berkman, D. S., Lescano, A. G., Gilman, R. H., Lopez, S. L., & Black, M. pencengahan terjadinya stunting. M. (2002). Effects of stunting , DAFTAR PUSTAKA diarrhoeal disease , and parasitic infection during infancy on Adriani, Meryana & Wirjatmadi, B. cognition in late childhood : a (2012). Peranan Gizi Dalam follow-up study, 359, 564–572. Siklus Kehidupan.pdf. (Suwito,

Ed.). Jakarta: Kencana Prenada

9 | Jurnal Pembangunan Nagari | Volume 5 Nomor 1 Edisi Juni 2020 : 1 - 11

Datin, I. (2016). Info Datin. Ditjen Complementary Feeding and Kesehatan Masyarakat, Kemenkes Dietary Diversity in Children and RI, 1–9. Their Relationship with Stunting in Dewey, K. G., & Mayers, D. R. (2011). Rural Communities, 1–8. Original Article Early child Kemenkes RI. (2018). Survey Konsumsi growth : how do nutrition and Pangan (Vol. 91). infection interact ?, 7, 129–142. Kementrian RI. (2018). Penanganan https://doi.org/10.1111/j.1740- Stunting Terpadu Tahun 2018. 8709.2011.00357.x Kimani-murage, E. W., Ndedda, C., Dorsey, J. L., Klemm, R. D. W., & Jr, K. Raleigh, K., & Masibo, P. (2012). P. W. (2018). Individual , Vitamin A Supplementation and household , and community level Stunting Levels Among Two Year risk factors of stunting in children Olds in Kenya : Evidence from the younger than 5 years : Findings 2008-09 Kenya Demographic and from a national surveillance Health Survey, 254(20), 135–147. system in Nepal, (September Kusuma, K. E. (2013). Faktor Risiko 2016), 1–16. Kejadian Stunting pada Anak Usia https://doi.org/10.1111/mcn.1243 2-3 Tahun ( Studi di Kecamatan 4 Semarang Timur ). Fikawati sandra, syafiq A. & V. (2017a). Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi buku gizi. (Octiveina, Ed.), Gizi Penelitian Kesehatan.pdf. (R. anak dan remaja (Gizi Anak). Cipta, Ed.) (i). Jakarta: PT Asdi Depok: Rajawali Pers. Mahasatya. Fitri, L. (2018). Stunting Di Puskesmas Nursalam. (2013). Metodologi Lima Puluh Pekanbaru. Jurnal Penelitian Ilmu Keperawatan.pdf. Endurance, 3(1), 131–137. (Aklia Suslia, Ed.). Jakarta Huang, C., Phillips, M. R., Zhang, Y., Selatan: Salemba Medika. Zhang, J., Shi, Q., Song, Z., … Persulessy, V. (2013). Hubungan Martorell, R. (2012). Social Tingkat Pendapatan Dan Pola Science & Medicine Malnutrition Makan Dengan Status Gizi Balita in early life and adult mental Di Daerah Nelayan Distrik health : Evidence from a natural Jayapura Utara Kota Jayapura. experiment. Social Science & Jurnal Gizi Dan Dietetik Medicine. Indonesia, 1(3), 143–150. https://doi.org/10.1016/j.socscime https://doi.org/10.1007/s00442- d.2012.09.051 012-2580-9 Ida, M. (2017). Dasar - Dasar Ilmu Gizi PP UU No 33. (2012). UU ASI Ekslusif. Keperawatan.pdf. Yogyakarta: Jakarta. Pustaka Baru Press. Priyono, Sulistiyani, R. (2015). Jalal, F. (2017). Penanggulangan Determinan Kejadian Stunting Stunting dan Peningkatan Mutu pada Anak Balita Usia 12-36 Pendidikan Sebagai Contoh Bulan di Wilayah Kerja Upaya Pencapaian Tujuan SDGS. Puskesmas Randuagung Jessica Zaragoza-Cortes, Luis Eduardo Kabupaten Lumajang Trejo-Osti, Moisés Ocampo- ( Determinants of Stunting among Torres, L. M.-V. and A. A. O.-G. Children Aged 12-36 Months in (2018). Nutrición Hospitalaria. Community Health Center of Poor Breastfeeding, Randuagung , Lumajang Distric ).

FAKTOR PENYEBAB STUNTING PADA ANAK USIA 24-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG GELUGUR, KABUPATEN PASAMAN – | 10 Neila Sulung, Husni Maiyanti, Nurhayati E-Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol. Tamaella, S. N., & Sulung, N. (2019). 3 (No. 2) Mei 2015, 3(2), 349–355. Determinan Kejadian Composite Profil Sumbar. (2017). Profil Dinas Index of Anthropometric Failure Kesehatan Sumatera Barat Tahun ( CIAF ) di Kabupaten Lima Puluh 2017. Kota , Selatan , Kota Solok Rahardjo Kukuh, M. (2015). Asuhan dan Padang, 4(1), 107–116. Neonatus,Bayi,Balita,dan Anak WHO. (2012). Unicef annual report. Prasekolah.pdf. (Yuniarto Jendro, Winarno. (1992). Kimia Pangan Dan Ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Gizi.pdf. Jakarta: PT Gramedia Ratna Indriati, A. S. A. (2018). Peran Pustaka Utama. Kelengkapan Imunisasi Dasar Yuliani Nining..2014. Hubungan tingkat Dalam Tumbuh Kembang Anak pendidikan ibu dan pemberian asi Usia 1 – 3 Tahun di Posyandu eksklusif dengan kejadian. (2014). Dewi Sawitri Kartasura, 6(1), 9– Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu 18. Dan Pemberian Asi Eksklusif Ratufelan Esra, Z. J. (2018). Hubungan Dengan Kejadian Stunting Pada Pola Makan, Ekonomi Keluarga Balita Di Desa Sidowarno Dan Riwayat Infeksi Dengan Kecamatan Wonosari Kabupaten Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Klaten. Program Studi Ilmu Gizi Diwilayah Kerja Puskesmas Benu- Fakultas Ilmu Kesehatan Benua Tahun 2018, 3(2), 1–9. Universitas Muhammmadiyah Ria, R. (2012). Keajaiban ASI .pdf. (P. Surakarta, 4–10. Lina, Ed.). Jakarta: Dunia Sehat. Yusdarif. (2017). Determinan Kejadian Riskesdas. (2018). Hasil Utama Stunting Pada Balita Usia 24-59 Riskesdas 2018 Tentang Status Bulan Di Kelurahan Rangas Gizi. Kecamatan Banggae Kabupaten Sakti, Hadju, R. (2013). Hubungan Pola Majene Tahun 2017, 74. Pemberian Mp-Asi Dengan Status Gizi Anak Usia 6-23 Bulan Di Wilayah Pesisir Kecamatan Tallo Kota Makassar Supplementary Feeding Patterns Relationship With The Nutritional Status Of Children Aged 6 To 23 Months In The Coastal Districts Tallo, 1–12. Senbanjo, I. O., Oshikoya, K. A., Odusanya, O. O., & Njokanma, O. F. (2011). Prevalence of and Risk factors for Stunting among School Children and Adolescents in Abeokuta , Southwest Nigeria, 29(4), 364–370. Suharmianti Mentari. (2018). Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Stunting Anak Usia 24-59 Bulan Di Wilayah Kerja Upk Puskesmas Siantan Hulu, 1(1), 1– 5.

11 | Jurnal Pembangunan Nagari | Volume 5 Nomor 1 Edisi Juni 2020 : 1 - 11