Perjanjian No: ______

KARAKTER KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA ERA PEMERINTAHAN : PERUBAHAN ATAU KEBERLANJUTAN?

Disusun Oleh: Dr. I Nyoman Sudira (Ketua) Mangadar Situmorang Ph.D (Anggota) Idil Syawfi, M.Si. (Anggota) Albert Triwibowo, M.A. (Anggota) Jessica Martha, M.I.Pol (Anggota) Florencia Maria (2017330057 - Anggota)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan 2019

1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...... 2 ABSTRAK ...... 3 BAB I ...... 4 PENDAHULUAN ...... 4 1.1 Latar Belakang ...... 4 1.2 Urgensi Penelitian ...... 8 1.3 Perumusan Masalah ...... 9 1.4 Tujuan Penelitian ...... 9 BAB II ...... 10 TINJAUAN PUSTAKA ...... 10 BAB III METODE PENELITIAN ...... 15 3.1. Metode Penelitan ...... 15 3.2. Fishbone Diagram ...... 16 BAB IV Jadwal Pelaksanaan ...... 17 BAB V Hasil dan Pembahasan ...... 19 BAB VI Kesimpulan dan Saran...... 36 Daftar Pustaka ...... 39

2

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan kajian terhadap kebijakan luar negeri dan diplomasi pada era pemerintahan Presiden JokoWidodo, ‘Jokowi,” 2014-2019. Kebijakan luar negeri dapat diartikan sebagai serangkaian rencana dan komitmen yang menjadi pedoman bagi pemerintah dalam berhubungan dengan aktor-aktor lain di luar batas wilayahnya, yang kemudian diterjemahkan dalam langkah nyata melalui serangkaian kebijakan dan diplomasi. Pada prakteknya, tidak jarang kebijakan luar negeri suatu negara berubah karena faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor internal yang mempengaruhi kebijakan luar negeri adalah pergantian pemimpin atau rezim yang berkuasa. Pada era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Indonesia dinilai menampilkan sosok internasionalis dan high profile, sedangkan pada era pemerintahan Jokowi, Indonesia dinilai lebih menampilkan sosok yang low profile. Dalam menjelaskan kebijakan luar negeri Indonesia di bawah pemerintahan Jokowi, Penelitian ini memfokuskan diri kepada 3 hal utama diantaranya keterlibatan Indonesia di dalam berbagai forum Internasional, kunjungan kenegaraan yang dilakukan, serta perjanjian internasional yang ditandatangani. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kebijakan luar negeri Indonesia saat ini tetap sesuai dengan asas bebas aktif, dimana aktifitas diplomasi Indonesia cukup intens, serta seimbang dalam memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia serta turut serta berkontribusi terhadap permasalahan global. Disisi lain, aktifitas kebijakan luar negeri dan Diplomasi Indonesia sesuai dengan poin-poin utama yang menjadi saasran strategis Indonesia.

Kata kunci: Indonesia, Joko Widodo, Kebijakan Luar Negeri, Pragmatis, Tematik, Bilateral

3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

“Saya ingin menegaskan bahwa (dalam) pemerintahan saya, Indonesia sebagai negara terbesar ketiga, dengan penduduk muslim terbesar di dunia, sebagai negara terbesar di Asia Tenggara akan terus menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif, yang diartikan untuk kepentingan nasional dan untuk menciptakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.”1 Joko Widodo (Jokowi), Presiden Indonesia

Secara teoritis, kebijakan luar negeri dapat diartikan sebagai serangkaian rencana dan komitmen yang menjadi pedoman bagi pemerintah dalam berhubungan dengan aktor-aktor lain di luar batas wilayahnya. Kemudian, rencana dan komitmen tersebut diterjemahkan ke dalam langkah dan tindakan nyata dengam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki negara. Proses penyusunan rencana dan komitmen tersebut tentu tidak terlepas dari faktor internal dan eksternal sebuah negara. Faktor internal, seperti perubahan rezim, perubahan orientasi pemerintah, keterlibatan aktor-aktor domestik, memiliki peran signifikan dalam proses menentukan arah politik luar negeri. Kepentingan nasional pun menjadi salah satu faktor penting yang menentukan arah kebijakan luar negeri sehingga tetap selaras bahkan dapat semakin mudah dicapai. Di sisi lain, faktor eksternal juga ikut memengaruhi, meskipun tidak terlalu signifikan. Sejak awal kemerdekaannya, Indonesia berpegang pada prinsip politik luar negeri bebas aktif, yaitu tetap berperan aktif meskipun tidak memihak pada kekuatan-kekuatan yang pada dasarnya tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Prinsip luar negeri bebas aktif ini menciptakan sebuah identitas khusus yang melekat pada Indonesia ketika membangun hubungan dengan negara lainnya. Oleh karena itu, prinsip bebas aktif terus melekat dalam kebijakan luar negeri Indonesia. Pada saat terjadi perubahan kepemimpinan, prinsip politik luar negeri bebas aktif pun dipastikan harus tetap menjadi salah satu prinsip yang dijalankan oleh pemimpin Indonesia, termasuk Presiden Joko Widodo (Jokowi).

1 Edi Nurhadiyanto, “Meningkatkan Wibawa dan Reposisi Diplomasi Luar Negeri Indonesia,” Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, Oktober 23, 2014, diakses pada 9 Desember 2018, http://setkab.go.id/meningkatkan-wibawa- dan-reposisi-diplomasi-luar-negeri-indonesia/?yop_poll_tr_id=&yop-poll-nonce-1_yp58957c88e5742=8a5d5a9228

4

Sebelumnya, pada era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Indonesia dinilai menampilkan karakter internasionalis dan high profile. Pendapat tersebut dilandasi oleh beberapa kebijakan yang dibuat pada masa pemerintahan SBY yang berupaya untuk meningkatkan eksistensinya di panggung global. Pertama, pemerintah menunjukkan upaya untuk tetap mempertahankan keterikatan Indonesia dengan Amerika Serikat, baik skala global maupun regional. Berikutnya, di bawah pemerintahan SBY, pemerintah berusaha untuk memulihkan martabat sebagai negara yang ikut menentukan arah dan warna politik regional di Asia Tenggara.2 Pemerintah pun menunjukkan keaktifannya melalui kerja sama bilateral dan multilateral, salah satunya Indonesia rutin mengikuti berbagai Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) seperti KTT APEC XII, KTT ASEAN, KTT Tsunami, dan KTT Asia Afrika. Kunjungan-kunjungan presiden dan wakil presiden ke luar negeri pun telah menghasilkan berbagai kesepakatan kerja sama di bidang ekonomi, khususnya investasi dan perdagangan.3 Prinsip bebas aktif pun ditunjukkan dengan semboyan Million friends zero enemy, dimana Indonesia tetap menunjukkan netralitasnya dengan cara menjalin pertemanan tanpa menunjukkan keberpihakkan yang dapat memicu permusuhan.4 Setelah pergantian kepemimpinan, beberapa akademisi menyatakan bahwa fokus kebijakan luar negeri Indonesia akan mulai mengalami perubahan dari karakter high profile menjadi low profile. Presiden Jokowi dinilai akan lebih mengurangi keaktifannya di luar negeri karena berfokus pada upaya untuk membenahi dan memperkuat politik domestik. Jokowi dinilai akan menjalankan kebijakan luar negeri yang berorientasi ke dalam (inward-looking) dimana kebijakan yang dihasilkan mengarah pada bidang ekonomi, kesejahteraan, dan infrastruktur. Jokowi tidak terlalu tertarik pada isu-isu internasional. Garis besar haluan politik luar negeri Jokowi tergambarkan dari visi-misinya ketika mencalonkan diri sebagai presiden. Jokowi dan Jusuf Kalla mengusung diplomasi kekuatan menengah (middle power diplomacy) “...yang menempatkan Indonesia sebagai kekuatan regional dengan keterlibatan global secara selektif, dengan memberi prioritas pada permasalah yang secara langsung berkaitan dengan kepentingan bangsa dan rakyat

2 Agus R. Rahman, “Politik Luar Negeri Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono terhadap Eropa,” Jurnal Penelitian Politik 2, no. 1 (2005): 60, diakses pada 11 Desember 2018, http://ejournal.politik.lipi.go.id/index.php/jpp/article/download/396/228 3 “Laporan Kinerja Dua Tahun Pemerintahan SBY-JK,” Bappenas.go.id, diakses pada10 Desember 2018, https://www.bappenas.go.id/files/9113/6514/6211/bab1__20081123055637__994__3.pdf 4 Ted Piccone dan Bimo Yusman ,“Indonesian Foreign Policy: ‘A Million Friends and Zero Enemies’,” The Diplomat, Februari 14, 2014, diakses pada 10 Desember 2018, https://thediplomat.com/2014/02/indonesian-foreign-policy-a- million-friends-and-zero-enemies/

5

Indonesia.”5 Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Jokowi memiliki komitmen untuk menggeser arah kebijakan luar negeri Indonesia ke internasionalis menjadi nasionalis. Perubahan arah kebijakan luar negeri Indonesia ikut mempengaruhi aktivitas diplomasi dimana Jokowi melakukan ‘diplomasi untuk rakyat/diplomasi pro-rakyat’ (pro-people diplomacy). Diplomasi pro-rakyat tetap sejalan dengan prinsip bebas aktif, namun pelaksanaannya berbeda dengan pemerintah sebelumnya. Jika SBY menekankan pada pentingnya kehadiran Indonesia dalam panggung internasional, maka diplomasi di era pemerintahan Jokowi memastikan bahwa semua kegiatan harus mengarah pada pencapaian kepentingan domestik. Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan luar negeri Indonesia pada pemerintahan Jokowi tetap harus membumi dan tidak boleh berjarak dengan kepentingan rakyat.6 Berdasarkan prinsip pro-rakyat, pada tahun pertamanya, Retno Marsudi menyatakan bahwa Indonesia memiliki tiga prioritas utama, yaitu mempertahankan kedaulatan Indonesia, meningkatkan perlindungan terhadap warga negara dan badan hukum Indonesia, serta meningkatkan diplomasi ekonomi.7 Adanya kebijakan luar negeri dan aktivitas diplomasi yang berorientasi pada rakyat diupayakan oleh Kementerian Luar Negeri maupun kementerian/lembaga terkait lainnya. beberapa aktivitas diplomasi, seperti, diplomasi perbatasan, perlindungan bagi buruh migran Indonesia, dan kerja sama infrastruktur, penarikan modal asing ke Indonesia, dan penambahan jumlah investor terus diupayakan.8 Namun, aktivitas diplomasi dan kebijakan luar negeri Indonesia ternyata tidak hanya terfokus pada kepentingan rakyat. Beberapa aktivitas dan kebijakan pemerintah menunjukkan upayanya untuk terlibat aktif dan tampil dalam berbagai panggung internasional. Dalam sambutannya di KTT Asia Timur, Jokowi menegaskan keinginannya untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Ia menyatakan, “Indonesia akan menjadi poros maritim dunia, kekuatan yang mengarungi dua samudera, sebagai bangsa bahari yang sejahtera

5 Seknas, Jalan Perubahan Untuk Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian: Visi, Misi, dan Program Aksi Jokowi-Jusuf Kalla 2014 (Jakarta: Seknas Jokowi, 2014) , hlm. 13. 6 Ranny Virginia Utami, “Menlu Baru RI Terapkan Diplomasi Pro-Rakyat,” CNN Indonesia, Oktober 29, 2014, diakses pada 9 Desember 2018, https://www.cnnindonesia.com/internasional/20141029153858-127-8734/menlu- baru-ri-terapkan-diplomasi-pro-rakyat 7 Alfurkon Setiawan, “Indonesia’s Foreign Policy Priorities in 5 Years Ahead,” Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, Januari 9, 2015, diakses pada 9 Desember 2018, http://setkab.go.id/en/indonesias-foreign-policy- priorities-in-5-years-ahead/ 8 Ibid.

6 dan berwibawa.”9 Berdasarkan tujuan tersebut, Indonesia pernah menjadi Ketua The Indian Ocean Rim Association (IORA) periode 2015-2017 dan berpartisipasi dalam Blue Sea Land Expo 2018 yang diselenggarakan di Italia. Indonesia pun berupaya untuk menjadi tuan rumah Our Ocean Conference 2018 dimana Indonesia akan mengedepankan kerja sama berbagai pemangku kepentingan sektor maritim dan kelautan dalam rangka mempraktikkan perikanan berkelanjutan guna keberlangsungan sumber daya laut.10 Selain itu, keaktifan Indonesia dalam panggung internasional dibuktikan pula dengan menjadi tuan rumah untuk berbagai pertemuan internasional, antara lain International Monetary Fund (IMF)- Group (WBG) Annual Meetings 201811, Asia Pacific Leaders Forum (APLF) 201712, dan lainnya. Terakhir, Indonesia membuktikan eksistensinya dengan terpilih sebagai salah satu anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 2019-2020.13 Di bawah pemerintahan Jokowi, pemerintah pun meningkatkan aktivitas diplomasi publiknya. Kementerian Luar Negeri menyatakan bahwa upaya untuk meningkatkan citra Indonesia melalui diplomasi publik merupakan salah satu misi yang ingin dicapai. Oleh sebab itu, aktivitas diplomasi Indonesia tidak hanya berfokus pada diplomasi tradisional (government to government) saja, tetapi mulai melibatkan partisipasi publik. Beberapa aktivitas diplomasi publik, seperti pemanfaatan film, batik, makanan, pariwisata, maupun potensi lainnya yang dimiliki untuk meningkatkan citra positif Indonesia di mata internasional. Selain itu, Kementerian Luar Negeri memfasilitasi aktivitas diplomasi publik dengan menyediakan platform media sosial, seperti Facebook, Twitter, Youtube, dan Instagram untuk menyebarkan informasi terkait Indonesia. Aktivitas diplomasi publik Indonesia pun didukung oleh kementerian/lembaga lainnya dengan memanfaatkan media sosial. Presiden Jokowi pun tidak ketinggalan. Melalui akun media sosial

9 “Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia,” PresidenRI.go.id, November 13, 2015, diakses pada 10 Desember 2018, http://presidenri.go.id/berita-aktual/indonesia-sebagai-poros-maritim-dunia.html 10 Rita Uli Hutapea, “Diplomasi Maritim Indonesia pada Kegiatan Blue Sea Land di Italia,” Detik.com, Oktober 8, 2018, diakses pada 10 Desember 2018, https://news.detik.com/internasional/d-4246995/diplomasi-maritim- indonesia-pada-kegiatan-blue-sea-land-di-italia 11 Christine Novita, “Jadi Tuan Rumah IMF-World Bank, Kans 567 Tahun Sekali” , CNN Indonesia, Mei 10, 2018, diakses pada 10 Desember 2018, https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20181003210527-532-335505/jadi-tuan- rumah-imf-world-bank-kans-567-tahun-sekali 12 Bagus Prihantoro, “Indonesia Jadi Tuan Rumah Asia Pacific Leaders Forum 2017”, Detik.com, Desember 12, 2017, diakses pada 10 Desember 2018, https://news.detik.com/berita/d-3766349/indonesia-jadi-tuan-rumah-asia- pacific-leaders-forum-2017 13Ardi Priyatno, “Indonesia Terpilih Jadi Anggota Dewan Keamanan PBB untuk Kali Keempat”, Kompas.com, Juni 9, 2018, diakses pada 10 Desember 2018, https://internasional.kompas.com/read/2018/06/09/03170051/indonesia- terpilih-jadi-anggota-dewan-keamanan-pbb-untuk-kali-keempat

7 yang dimilikinya, Jokowi mencuri perhatian dunia, sebut saja vlog dengan beberapa tokoh dunia, seperti Salman bin Abdulaziz Al-Saud (Raja Arab Saudi), Barrack Obama (mantan Presiden Amerika Serikat), Recep Tayyip Erdogan (Presiden Turki), dan (Perdana Menteri Kanada).14 Menurut Jokowi, media sosial menjadi salah satu alat yang efektif untuk berdiplomasi. Melalui vlog, Jokowi ingin membangun komunikasi dengan rakyat, menunjukkan keberagaman yang dapat menjadi kekuatan bangsa Indonesia, dan menunjukkan kinerja pemerintah kepada masyarakat.15

1.2 Urgensi Penelitian

Penelitian ini dianggap penting dan mendesak karena beberapa hal. Pertama, penelitian ini berupaya untuk melihat fakta empiris tentang apa yang sebenarnya dilakukan oleh pemerintahan era Presiden Joko Widodo dalam hal kebijakan luar negeri dan diplomasi. Adanya perbedaan pandangan di antara para akademisi terkait fokus dan kontinuitas kebijakan luar negeri Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo memperlihatkan tidak adanya anggapan yang seragam tentang arah kebijakan luar negeri dan diplomasi Indonesia. Dengan melakukan evaluasi, maka akan didapatkan gambaran utuh dan komprehensif tentang bentuk kebijakan luar negeri dan diplomasi yang dilakukan Indonesia. Selain itu, belum banyak penelitian-penelitian di Indonesia yang fokus pada evaluasi dan bentuk kebijakan luar negeri Indonesia secara aktual. Kedua, tahun 2019 merupakan tahun politik dimana proses evaluasi aktivitas pemerintah biasanya dilakukan, khususnya untuk memberikan gambaran secara lengkap tentang apa yang telah dicapai dan apa yang perlu ditingkatkan Indonesia dalam kaitannya dengan kebijakan luar negeri dan diplomasi. Melalui penelitian mengenai karakter kebijakan luar negeri Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Jokowi, diharapkan pula dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi oleh pihak terkait. Ketiga, penelitian ini dianggap penting karena sesuai dengan roadmap penelitian Universitas,16 dimana isu pembangunan manusia dan daya saing bangsa merupakan salah satu bidang unggulan utama penelitian Universitas. Terkait hal tersebut, penelitian ini pada akhirnya diharapkan mampu

14 Niken Purnamasari, “Vlog Jokowi Bareng Pemimpin Dunia: Raja Salman Hingga Trudeau”, Detik.com, Juli 10, 2017, diakses pada 10 Desember 2018, https://news.detik.com/berita/d-3554126/vlog-jokowi-bareng-pemimpin- dunia-raja-salman-hingga-trudeau/2 15 Fabian Januarius, “Ini Alasan Mengapa Jokowi Sering Nge-Vlog”, Kompas.com, April 25, 2017, diakses pada 10 Desember 2018, https://nasional.kompas.com/read/2017/04/25/15185041/ini.alasan.mengapa.jokowi.sering.nge- vlog. 16 Lihat, Rencana Induk Penelitian Universitas Katolik Parahyangan 2015-2019, 7-8.

8 memberikan evaluasi secara komprehensif terkait apa bentuk kebijakan luar negeri dan diplomasi Indonesia yang dapat meningkatkan daya saing Indonesia secara global. Dengan mengetahui bentuk kebijakan luar ngeri dan diplomasi yang dijalankan Indonesia, maka kita akan mampu melihat daya saing Indonesia secara global dalam hubungan dengan negara-negara lain.

Atas dasar pertimbangan tersebut, maka penelitian ini dipandang perlu dan mendesak untuk dilakukan, terutama sebagai langkah awal untuk menciptakan kebijakan luar negeri dan diplomasi Indonesia yang mampu bersaing secara global. Pada akhirnya, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam melihat keberhasilan pencapaian kepentingan nasional Indonesia secara umum.

1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan urgensi penelitian yang telah dijelaskan, maka penelitian ini bermaksud untuk menjawab pertanyaan “Bagaimana karakter kebijakan luar negeri Indonesia pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo?”

1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kebijakan luar negeri dan diplomasi Indonesia di era pemerintahan Joko Widodo. Lebih lanjut, penelitian ini akan membuktikan hipotesa dimana bentuk implementasi kebijakan luar negeri dan diplomasi Indonesia di era pemerintahan Presiden Joko Widodo bersifat pragmatis, tematik, dan menekankan pada hubungan bilateral.

9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Pustaka Terkait dengan arah kebijakan luar negeri dan diplomasi Indonesia khususnya pada periode pemerintahan Joko Widodo pada tahun 2014-2019, terdapat perdebatan diantara para akademisi terkait fokus kebijakan luar negeri, perubahan maupun kontinuitas kebijakan ketika dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya serta aktifitas diplomasi Indonesia di kawasan serta dalam fora global. Donald Weatherbee menilai bahwa dibawah kepemimpinan Joko Widodo, kebijakan luar negeri Indonesia tetap bercorak pragmatis dengan yang dilandaskan kepada politik luar negeri bebas aktif serta menekankan diri menjadi “middle power” serta kepemimpinan di kawasan. Weatherbee juga berpendapat bahwa terdapat beberapa agenda utama dalam kebijakan luar negeri Indonesia dibawah kepemimpinan Joko Widodo diantaranya mempromosikan posisi Indonesia sebagai “middle power” di kawasan; fokus kepada kawasan Indo-Pasifik; refomasi proses pembuatan kebijakan luar negeri; pembangunan poros maritime global; Diplomasi Ekonomi; berperan dalam sengketa di Laut Tiongkok Selatan; serta menjembatani persaingan antara Tiongkok dan Amerika Serikat.17 Senada dengan Weatherbee, Prasanth Prameswaran berpendapat bahwa kebijakan luar negeri Indonesia pada masa Joko Widodo tidak akan jauh berubah dari dasar- dasar kebijakan luar negeri yang telah diterapkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono. Beberapa kebijakan yang telah dikembangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono seperti peranan global Indonesia yang bersifat high profile, penekanan kepemimpinan Indonesia di kawasan, serta peranan sebagai middle power akan tetap dijalankan oleh Joko Widodo. Namun terdapat beberapa tantangan utama yang harus dihadapi oleh pemerintahan Joko Widodo dalam mengimplementasikan kebijakan luar negerinya diantaranya meningkatnya semangat nasionalisme, dinamika geopolitik yang semakin memanas, serta pemanfaatan aktifitas Indonesia yang tinggi dalam fora global terkait dengan kepentingan nasional Indonesia. 18

17 Lihat Donald Weatherbee, Understanding Jokowi’s Foreign Policy (Singapore: ISEAS, 2016) 18 Lihat Prashanth Parameswaran, “Between Aspiration and Reality: Indonesia Foreign Policy After the 2014 Election,” The Washington Quarterly, 37, no.3 (2014): 153-165.

10

Berbeda dengan Weatherbee dan Prameswaran, Susana Mocker melihat kebijakan Indonesia dibawah kepemimpinan Joko Widodo telah berubah sangat drastis dibandingkan dengan kebijakan luar negeri di bawah kepemimpinan SBY. Dibawah kepemimpinan Joko Widodo, Indonesia memberikan respon cukup keras kepada para pengedar narkotika tanpa melihat kepentingan hubungan bilateral dengan beberapa negara seperti Brasil, Belanda, dan Australia. Indonesia secara tegas mengkritisi institusi keuangan barat; Indonesia tidak seaaktif sebelumnya di dalam ASEAN, serta lebih fokus di dalam organisasi-organisasi yang memiliki kontribusi terhadap Indonesia seperit IORA, G-20, serta kerjasama-kerjasama bilateral dengan Amerika Serikat dan Tiongkok. Hal ini menunjukkan bahwa aktifitas yang dilakukan oleh Indonesia dalam kebijakan luar negerinya untuk memenuhi kepentingan domestik khususnya penegakan hukum serta kepentingan ekonomi. Hal yang sama diungkapkan Aaron L. Connelly yang menilai bahwa Indonesia dibawah pemerintahan Joko Widodo akan lebih berfokus untuk membenahi permasalahan domestik. Fokus kepada permasalahan domestic ini yang akan tercermin dalam kebijakan luar negerinya, dimana kebijakan luar negeri Indonesia akan lebih banyak ditujukan untuk kepentingan domestiknya.19 Lebih lanjut, Evelyn Goh menganalisa bahwa kebijakan luar negeri Indonesia akan berfokus kepada penciptaan poros maritim global antara samudera India dan Pasifik, dan memfokuskan diri untuk memenuhi prioritas nasionalnya. Pencapaian kepentingan nasional menjadi kata kunci dari argument Evelyn Goh, dimana Indonesia dalam peranan internasionalnya baik dalam tataran regional maupun global akan memperjuangkan pemenuhan kepentingan nasional, dan akan membebaskan diri dari obligasi untuk memenuhi kebutuhan beberapa negara tertentu termasuk didalamnya ASEAN.20 Perbedaan corak kebijakan luar negeri Indonesia antara SBY dan Joko Widodo juga dijelaskan oleh B.A Hamzah. Dalam tulisannya dikatakan kebijakan luar negeri Indonesia dibawah Joko Widodo cukup keras terhadap berbagai pelanggaran yang dilakukan negara-negara lain di wilayah Indonesia, seperti kebijakan penenggelaman kapal, serta eksekusi

19 Aaron L. Connelly, Indonesian Foreign Policy under President Jokowi (Sydney: Lowy Institute for International Policy, 2014). 20 Lihat Evelyn Goh, “Indonesia’s New Strategic Policy under Jokowi: Change, Continuity, and Challenges,” dalam Evelyn Goh, Greg Fealy, dan Ristian Atriandi Supriyanto (eds), A Strategy towards Indonesia, (Canberra: Australian National University. 2015)

11 mati terpidana kasus peredaran narkotika. Hal ini sangat berbeda dengan kebijakan luar negeri dibawah SBY yang menekankan slogan “million friends zero enemy.”21 Terkait peran Indonesia secara regional dalam kerangka ASEAN, Ralf Emmers berpendapat bahwa Indonesia dipandang sebagai pemimpin tradisional di ASEAN, namun terdapat pertanyaan apakah kepemimpinan Indonesia memberikan keuntungan bagi pemenuhan kepentingan Indonesia. Diakhir makalahnya Emmers memberikan masukan bagi Indonesia untuk mempertimbangkan kembali ASEAN sebagai penjuru bagi kebijakan luar negerinya, dan lebih berfokus untuk mengembangkan hubungan bilateral dengan mitra-mitra utamanya dan mengadopsi kebijakan luar negeri yang lebih high profile.22 Hal ini sejalan dengan pendapat Ahmad Rizky M. Umar, dalam evaluasinya tentang kebijakan luar negeri Indonesia dibawah pemerintahan Joko Widodo tampak bahwa orientasi Indonesia terhadap ASEAN semakin berkurang. Dengan kebijakan luar negeri yang bercorak “pro rakyat” yang dikembangkan oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Indonesia lebih berfokus kepada diplomasi yang bersifat bilateral dibandingkan diplomasi multilateral.23 Pendapat lain diajukan oleh Pattharapong Rattanasevee, yang menyatakan bahwa ASEAN saat ini membutuhkan kepemimpinan yang lebih kuat untuk mewujudkan integrasi di kawasan Asia Tenggara. Hal ini menjadi kesempatan bagi Indonesia sebagai satu-satunya negara yang mampu untuk memimpin ASEAN.24 Yohanes Sulaiman menggarisbawahi bahwa isu-isu kemaritiman dalam kerangka “global maritime nexus” akan menjadi prioritas utama yang akan dikejar Indonesia baik dalam segi kebijalan luar negeri mauppun kebijakan domestik. Beliau berpendapat bahwa “global maritime nexus” sebagai sebuah grand strategy terkait dengan berbagai bidang baik bidang ekonomi, militer, sosio-kultural, hingga permasalahan birokrasi. Sehingga dapat dikatakan arah kebijakan Indonesia akan diwarnai dengan agenda-agenda untuk memenuhi kepentingan dan membangun kultur

21 Lihat B.A Hamzah, “Sinking the Ships: Indonesia’s Foreign Policy under Jokowi,” RSIS Commentary, diakses pada10 Desember 2018, http://hdl.handle.net/10220/38622 22 Lihat Ralf Emmers (2014), “Indonesia’s Role in ASEAN: a Case of Incomplete and Sectorial Leadership”, dalam The Pacific Review 27, no. 4 (2014): 543-562. 23 Ahmad Rizky M. Umar, “Where is ASEAN in Indonesia’s Foreign Policy? Jokowi after Two Years,” ASEAN Studies Centre, Desember 5, 2016, diakses pada 10 Desember 2018, http://asc.fisipol.ugm.ac.id/where-is-asean-in- indonesias-foreign-policy-jokowi-after-two-years/ 24 Pattharapong Rattanasevee, “Leadership in ASEAN: The Role of Indonesia Reconsidered”, Asian Journal of Political Science 22, no. 2 (2014): 113-127.

12 maritimnya.25 Hal tersebut juga dinyatakan oleh Mervyn Piesse, dimana Indonesia dilihat akan sangat fokus kepada bidang maritim dibawah pemerintahan Joko Widodo terutama dengan situasi yang muncul saat ini, terkait masalah di Laut Tiongkok Selatan serta maraknya penangkapan ikan secara illegal di perairan Indonesia.26 Dari pembahasan diatas dapat dikatakan bahwa dalam periode 2014-2019 kebijakan luar negeri Indonesia dibawah pemerintahan Joko Widodo akan terdapat beberapa perubahan namun juga masih akan nada kontinuitas dari kebijakan pemerintahan sebelumnya. Kebijakan luar negeri Indonesia akan lebih diarahkan untuk pemenuhan agenda-agenda domestik serta kepentingan nasional Indonesia yang telah dicanangkan oleh Joko Widodo. Agenda-agenda utamanya diantaranya adalah peningkatan kapasitas maritime Indonesia, pembangunan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi, reformasi birokrasi, penegakkan hukum, serta jaminan keamanan nasional Indonesia. kebijakan luar negeri serta diplomasi yang akan dilakukan Indonesia akan diarahkan untuk pemenuhan agenda-agenda tersebut. Dalam implementasi kebijakan luar negeri yang telah berjalan selama beberapa tahun terakhir ini, kementerian luar negeri telah menjalankan tugas sesuai dengan fokus tersebut, diantaranya dengan slogan diplomasi pro rakyat yang tujuannya melindungi dan memfasilitasi masyarakat Indonesia dalam aktifitas diplomasi yang dilakukan pemerintah Indonesia. selain itu kementerian luar negeri juga mencanangkan diplomasi ekonomi, dimana kementerian luar negeri akan menjalankan diplomasinya untuk pemenuhan kepentingan ekonomi Indonesia. selain itu, kementerian luar negeri juga menjalankan diplomasi maritim dengan fokus berdiplomasi dalam kerangka kepentingan maritime Indonesia, serta peningkatan kepemimpinan Indonesia dalam berbagai forum regional maupun global. Terkait dengan pendekatan diplomasinya, Indonesia akan tetap aktif menjalankan diplomasi multilateral ketika hal tersebut dipandang sejalan dengan kepentingan domestic Indonesia, serta lebih aktif dalam diplomasi yang bersifat bilateral khususnya dengan mitra-mitra utama yang memberikan keuntungan bagi Indonesia. Terkait dengan kerjasama di kawasan, agak sulit untuk melihat Indonesia meninggalkan ASEAN dimana Indonesia telah dipandang sebagai pemimpin tradisional di dalam organisasi kawasan asia tenggara tersebut, serta memberikan keuntungan

25 Lihat Yohanes Sulaiman, “Global Maritime Nexus: Towards A Grand Strategy for Indonesia?”diakses pada 10 Desember 2018, http://www.eurasiareview.com/25032017-global-maritime-nexus-towards-a-grand-strategy-for- indonesia-analysis/ 26 Mervyn Piesse, “Indonesia Foreign Policy and the Regional Impact of Its Maritime Doctrine” dalam Strategic Analysis Paper (January 2015)

13 dalam pemenuhan kepentingan nasional Indonesia. Namun Indonesia juga akan lebih aktif lagi terlibat dalam kerjasama-kerjasama lainnnya khususnya dikawasan indo-pasifik untuk mencapai kepentingan nasionalnya. 2.2. Roadmap Penelitian Penelitian ini merupakan sebagai lanjutan dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut fokus terhadap bentuk kerja sama Indonesia pada era pemerintahan Presiden Jokowi dengan berbagai aktor internasional, seperti negara-negara Eurasia, Chile, India, dan Dewan Keamanan PBB. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, penelitian ini mencoba untuk melihat garis besar karakter kebijakan luar negeri Indonesia pada pemerintahan Presiden Jokowi. Adapun penelitian-penelitian tersebut dilakukan dengan mekanisme kerja sama penelitian di bawah koordinasi pusat studi PACIS UNPAR.

Tabel 2.1 Roadmap Penelitian

Tahun 2017 2018 2019 2020 Penelitian Hubungan Indonesia dan Karakter Arah Kebijakan Indonesia-EAEU DK PBB Kebijakan Luar Luar Negeri Kerja Sama Negeri Indonesia Indonesia 2019- Indonesia-Chile, Era Pemerintahan 2024 Kerja Sama Joko Widodo: Indonesia-India Perubahan Atau Keberlanjutan? Luaran Policy Policy Jurnal Nasional Jurnal Nasional Recommendation Recommendation Terindeks SINTA Terindeks atau Jurnal SINTA atau Internasional Jurnal Internasional

14

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitan Penelitian mengenai evaluasi kebijakan luar negeri dan diplomasi Indonesia di era pemerintahan Jokowi ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data snowball interview, studi dokumen, dan media monitoring. Berbagai data kualitatif yang dikumpulkan akan diolah menjadi sebuah data set yang bersifat big data, dan kemudian dikembangkan menjadi statistik yang bersifat kuantitatif. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk mengeksplorasi dan memahami fenomena yang terbangun dari interaksi sosial. Creswell menyatakan bahwa penelitian kualitatif sangat bergantung pada informasi yang diperoleh dari objek/partisipan pada ruang lingkup yang luas, pertanyaan yang bersifat umum, pengumpulan data yang sebagian besar terdiri atas kata-kata/teks dari partisipan, menjelaskan dan melakukan analisa terhadap kata-kata dan melakukan penelitian secara subyektif.27 Peneliti mengumpulkan informasi dengan menggunakan snowball interview dimana wawancara dilakukan terhadap beberapa pihak tertentu. Nantinya, pihak yang telah diwawancara akan memberikan rekomendasi untuk mewawancarai pihak lainnya yang dinilai terkait dengan isu yang dibahas. Cara tersebut akan terus dilakukan sampai peneliti merasa informasi yang diperlukan telah cukup. Selain snowball interview, peneliti pun akan melakukan studi dokumen dimana berbagai data yang berkaitan dengan topik penelitian akan dikumpulkan, kemudian dipelajari hingga diperoleh informasi yang diperlukan. Berikutnya, peneliti pun akan menggunakan teknik media monitoring, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan membedah pemberitaan yang dilakukan oleh media massa dalam kurun waktu 2014-2018. Pemberitaan yang akan ditelusuri berkaitan dengan kebijakan luar negeri dan aktivitas diplomasi yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo.

27 John W. Creswell, Educational Research : Planning, Conducting, And Evaluating Quantitative And Qualitative Research 4th ed (Boston: Pearson Education, 2012), 16.

15

3.2. Fishbone Diagram

Penelitian Awal

Hubungan Indonesia Tahap II Tahap IV Indonesia - EAEU dan DK PBB

Kerja Sama Penulisan Artikel Jurnal Indonesia - Chile dan Laporan Akhir Membentuk Penelitian Model Analisis Kerja Sama Indonesia - India Artikel Jurnal Nasional Terindeks SINTA/Jurnal Internasional Menentukan narasumber & mengumpulkan data

Merancang outline Penyusunan penulisan Data set Arah Kebijakan Luar Negeri Indonesia 2019- 2024 Tahap I Tahap III

Penelitian Lanjutan

16

BAB IV Jadwal Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan dalam 4 tahap utama, Tahap I merupakan pendahuluan penelitian mencakup kegiatan perancangan outline tulisan, penentuan narasumber utama, dan melakukan pengumpulan data awal. Tahap II dari penelitian ini membentuk model analisis penelitian. Tahap III dilakukan penyusunan data set yang merupakan bahan utama dalam penelitian ini. Sedangkan Tahap IV ditujukan untuk menulis laporan dan artikel sesuai dengan sasaran luaran yang diharapkan.

Adapun rincian tahap penelitian yang akan dilakukan dijabarkan dalam tabel berikut: Tabel 3.1 Rincian Tahapan Penelitian

Tahap Rincian Kegiatan Tahap 1 Tujuan  Merancang outline penulisan.  Menentukan narasumber.  Mengumpulkan data yang diperlukan untuk penelitian, melalui wawancara, studi dokumen, dan media monitoring (media massa, media cetak, dan media sosial). Lokasi Bandung dan Jakarta Luaran  Outline penulisan.  Daftar nama Kementerian/Lembaga yang akan diwawancara.  Data yang berasal dari wawancara, studi dokumen, dan media monitoring. Indikator Capaian Data yang sesuai dengan kebutuhan peneliti untuk membentuk model analisis dan data set. Alokasi Waktu 10 Minggu Tahap 2 Tujuan Membentuk model analisis Lokasi Bandung Luaran

17

Model Analisis Indikator Capaian Ditentukannya variabel independen dan dependen yang akan digunakan untuk mengevaluasi kebijakan luar negeri dan diplomasi Indonesia. Alokasi Waktu 4 Minggu Tahap 3 Tujuan Menyusun data set berdasarkan beberapa sumber utama, antara lain data perjanjian internasional, Laporan Kinerja Kementerian Luar Negeri, Pidato Presiden Joko Widodo, kunjungan, dan lainnya. Lokasi Bandung Luaran Data set dan statistik data Indikator Capaian Statistik data (dalam bentuk kuantitatif) yang dapat menunjukkan kecenderungan arah kebijakan luar negeri dan diplomasi Indonesia. Alokasi Waktu 9 Minggu Tahap 4 Tujuan Penulisan artikel jurnal dan laporan akhir penelitian Lokasi Bandung Luaran Artikel Jurnal dan Laporan akhir penelitian Indikator Capaian Artikel jurnal diterima dalam jurnal nasional terakreditasi Alokasi Waktu 18 Minggu

18

BAB V Hasil dan Pembahasan

Dalam menjawab permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya terkait karakter kebijakan luar negeri Indonesia pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo. Tim penulis membagi penjelasan kedalam tiga bagian besar yaitu keterlibatan Indonesia dalam forum dan kerjasama Internasional, Kunjungn kenegaraan dilakukan, serta perjanjian internasional yang ditandatangani oleh Indonesia dalam kurun waktu 2014-2018. Dengan memaparkan tiga bagian besar tersebut, menjadi dasar bagi tim penulis untuk memetakan arah kebijakan luar negeri Indonesia di bawah Pemerintahan Presiden Joko Widodo kurun waktu 2014-2018. Hal tersebut kemudian digunakan untuk menilai karakter kebijakan luar negeri Indonesia pada tersebut.

Keterlibatan Indonesia dalam Forum dan Kerja Sama Internasional Dalam melihat bagaimana Pemerintahan Joko Widodo mencapai sasaran kebijakan politik luar negeri melalui forum dan kerja sama internasional, dua indikator yang harus diperhatikan yaitu jumlah kepemimpinan Indonesia sebagai penyelenggara (hosting) dan kepemimpinan dalam forum atau kerja sama internasional (leadership). Kepemimpinan sebagai penyelenggara dapat dilihat dari seberapa banyak Indonesia menjadi tuan rumah forum internasional. Sementara itu, kepemimpinan dalam forum dapat dilihat dari seberapa banyak Indonesia menempatkan wakil sebagai pimpinan siding ataupun forum internasional serta peran aktif Indonesia melalui ide-ide Indonesia yang diterima dalam forum internasional. Forum dan kerja sama internasional dianggap mampu menjadi indikator mengingat hal tersebut mampu memberikan gambaran akan tujuan utama yang disasar oleh Pemerintah Indonesia. Melalui keterlibatan Indonesia dalam sebuah forum atau kerja sama internasional, kita dapat melihat upaya Pemerintah Indonesia untuk menjawab tantangan yang berkembang dan dihadapi bangsa Indonesia. Dalam hal ini, forum ataupun kerja sama internasional yang dijalankan oleh Pemerintah Indonesia tidak harus diwakili secara langsung oleh Presiden Joko Widodo. Adapun kehadiran Presiden Joko Widodo akan meningkatkan pentingnya sebuah pertemuan internasional, namun ketidakhadirannya tidak serta merta mengurangi fokus dan tujuan utama dari sebuah forum internasional yang diputuskan untuk dihadiri Indonesia.

19

Secara garis besar, dapat dilihat bahwa sepanjang 2014-2019 keterlibatan dan kepemimpinan Indonesia dalam forum internasional cukup baik. Meskipun terdapat fluktuasi, namun hal tersebut masih dapat dinilai sebagai hal yang wajar karena secara umum Indonesia masih cukup aktif dalam forum internasional, terutama melalui pencalonan dan juga ide-ide yang diberikan Indonesia dalam menghadapi tantangan global. Di awal kepemimpinan Joko Widodo pada akhir tahun 2014, Indonesia tercatat satu kali menggelar forum internasional yaitu terkait tuan rumah dan co-chair Regional Workshop on Addressing Irregular Migration Through Effective Information Campaigns in the Asia-Pacific Region serta kemudian menjadi co-chair dalam Dialog HAM Bilateral Indonesia-Uni Eropa. Hal ini patut dimengerti sebagai upaya awal dari Indonesia ditengah proses pergantian kepemimpinan sehingga keterlibatan Indonesia dalam forum internasional belumlah terlalu signifikan. Setelah tahun 2014, kepemimpinan Indonesia dalam forum dan kerja sama internasional tercatat cukup stabil, dimana dapat dilihat bahwa Pemerintah Indonesia aktif dalam memanfaatkan forum dan kerja sama internasional terkait upaya mencapai kepentingan nasional. Meskipun diyakini sebelumnya bahwa Pemerintahan Joko Widodo akan beriorientasi pada kepentingan domestik (inward-looking) selama 2014-2018 seperti dalam bidang ekonomi dan infrastruktur, namun dalam kenyataannya terdapat forum-forum internasional diluar kedua hal tersebut yang tetap menjadi fokus dari kebijakan luar negeri Indonesia. Isu-isu global seperti masalah Palestina, isu maritime, terorisme dan ekstrimisme, keamanan internasional serta isu demokrasi dan HAM tetap menjadi fokus Indonesia secara internasional. Pada tahun 2015, Indonesia telah mampu berperan aktif baik sebagai tuan rumah dan juga sebagai peserta internasional untuk menyampaikan inisiatif Indonesia. Beberapa pertemuan dan kerja sama internasional tersebut adalah, Indonesia sebagai tuan rumah International Seminar on Human Rights Education bekerja sama dengan Independent and Permanent Human Rights Commission of the Organisation of Islamic Cooperation (Komisi HAM OKI). Pada forum tersebut, Pemerintah Indonesia mampu mendorong adopsi dokumen IPHRC Jakarta Declaration on Human Rights Education. Lebih lanjut, Indonesia juga menyampaikan insiatif terkait pembentukan Regional Capacity Building Initiative (RCBI) dalam General Conference of International Atomic Energy Agency (IAEA) (September 2015). Inisiatif tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan kapasitas di bidang aplikasi teknologi nuklir bagi negara-negara di

20 kawasan Asia dan Pasifik. Adapun inisiatif tersebut mendapat dukungan dari negara-negara seperti Amerika Serikat dan Inggris. Masih di tahun yang sama, Pemerintah Indonesia juga memberikan perhatian terhadap permasalahan global seperti isu melawan aksi ekstrimisme dan terorisme, pasukan perdamaian, masalah asap, masalah migrasi dan pengungsi, isu Palestina serta isu demokrasi. Untuk isu ekstrimisme dan terorisme, hal tersebut ditunjukkan dengan Indonesia menjadi tuan rumah International Conference on Islamic Scholar (ICIS) IV di Malang (November 2015). Selain itu, Indonesia juga terpilih kembali sebagai anggota Dewan Penasehat Pusat Penanggulangan Terorisme PBB (Advisory Board UN Counter-Terrorism Center/UNCCT) untuk periode 2015- 2018. Di tahun 2015 pula, Indonesia telah berhasil dikeluarkan secara keseluruhan dari daftar “negara yang memiliki kelemahan strategis dalam rezim anti pencucian uang dan pemberantasan pendanaan terorisme.” Terkait dengan permasalahan imigran, Indonesia menjadi tuan rumah dalam acara Jakarta Declaration Roundtable Meeting on Addressing the Root Causes of Irregular Movement of Persons di Jakarta (November 2015). Dalam hal pasukan perdamaian, Indonesia konsisten dalam mengirimkan pasukan perdamaian, serta turut mendukung eksistensi pasukan perdamaian dimana salah satunya diwujudkan dengan menjadi tuan rumah dalam acara The Asia- Pacific Regional Meeting on Peacekeeping di Jakarta (Juli 2015). Selain itu, masalah yang tidak kalah pentingnya dimana Indonesia berperan aktif adalah dalam isu Palestina dan demokrasi. Pada Desember 2015, Indonesia tercatat menyelenggarakan pertemuan International Conference on the Question of Jerusalem di Jakarta dan Bali Democracy Forum (BDF) VIII di Bali. Lebih lanjut, Indonesia juga tetap aktif dalam hal kerjasama selatan-selatan dan triangular, dimana Indonesia menjadi tuan rumah dalam acara Tuan rumah Commemoration of the 60th Anniversary of the Asian African Conference dan 10th Anniversary of the New Asian African Strategic Partnership (April 2015). Pada tahun 2016, menurut Laporan Kinerja Kementerian Luar Negeri, Indonesia tercatat mengadakan 16 kali forum internasional di Indonesia. Sementara secara keseluruhan kepemimpinan Indonesia dan jumlah pencalonan Indonesia yang berhasil adalah sebanyak 31.28 Hal ini memperlihatkan angka yang cukup stabil dalam hal peran aktif Indonesia dalam forum internasional. Salah satu pertemuan penting pada tahun 2016 adalah Konferensi Tingkat Tinggi

28 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Laporan Kinerja Kementerian Luar Negeri 2016 Buku II (Jakarta: Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2016), 22-24.

21

Luar Biasa (KTT LB) OKI tentang Palestina Al-Quds Al-Sharif (Maret 2016), yang juga dibuka oleh Presiden Joko Widodo. Pertemuan tersebut dipimpin oleh Indonesia untuk membahas kemajuan proses perdamaian Palestina – Israel. Dalam kesempatan ini pula Indonesia berhasil mendorong disepakatinya Jakarta Declaration. Adapun Jakarta Declaration memuat langkah- langkah konkret untuk dilakukan oleh para pemimpin dunia Islam guna memajukan penyelesaian isu Palestina dan Al-Quds Al-Sharif.29 Secara lengkap hosting forum Internasional oleh Indonesia dapat dilihat dalam tabel dibawah.

Tabel 5.1 Hosting Forum Internasional oleh Indonesia  Regional Workshop on Addressing Irregular Migration Through Effective Information Campaigns in the Asia-Pacific Region  Jakarta Declaration Roundtable Meeting on Addressing the Root Causes of Irregular Movement of Persons  International Seminar on Human Rights Education  International Conference on Islamic Scholar  The Asia-Pacific Regional Meeting on Peacekeeping di Jakarta  International Conference on the Question of Jerusalem  Commemoration of the 60th Anniversary of the Asian African Conference  Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa OKI tentang Palestina Al-Quds Al-Sharif  The Sixth Ministerial Conference of the Bali Process on People Smuggling, Trafficking in Persons, and Related Transnational Crime  Dialog HAM dengan Uni Eropa, Norwegia, Iran dan Rusia  Pertemuan Konsultasi Pemerintah RI dengan United Nations Counter-Terrorism Committee Executive Directorate (UNCTED)  KTT Indian Ocean Rim Association (IORA) Leader's  Ministerial Meeting IORA dan juga IORA Business Forum  4th ASEM Transport Ministers' Meeting Selain isu Palestina, Indonesia Bali juga Democracy berupaya Forum untuk memberikan kontribusi dalam  ASEM Transport Senior Officials’ Meeting penanganan isu-isu global, seperti isuBali kejahatan Civil Society lintas and Media batas Forum dan perdagangan manusia. Terkait hal  Beberapa kerja sama ekonomi dalam kerja sama ekonomi dalam kerangka Comprehensive tersebut, Indonesia telah menyelenggarakanEconomic Partnership The Sixth Agreement Ministerial (CEPA) Conference of the Bali Process on People Smuggling, Trafficking in Persons, and Related Transnational Crime yang bertempat di Bali (Maret 2016). Pertemuan tersebut telah berhasil mengesahkan Bali Declaration on People Smuggling, Trafficking in Persons and Related Transnational Crime. Selain itu Indonesia juga berhasil menginisiasi terbentuknya Consultation Mechanism. Isu global lainnya yang menjadi perhatian Indonesia adalah terkait demokrasi dan HAM, terorisme. Pada tahun 2016, Indonesia

29 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Laporan Kinerja Kementerian Luar Negeri 2016 Buku I (Jakarta: kementerian Luar Negeri Republik Indonesia: 2016), 15-16.

22 menjadi tuan rumah dalam Pertemuan Konsultasi Pemerintah RI dengan United Nations Counter- Terrorism Committee Executive Directorate (UNCTED) terkait Penanggulangan Terorisme di Bali (Agustus 2016). Dalam isu HAM, Indonesia menggelar dialog HAM dengan Uni Eropa, Norwegia, Iran dan Rusia. Pada tahun 2017, kepemimpinan Indonesia yang paling jelas terlihat adalah dalam forum Indian Ocean Rim Association. Forum ini sesuai dengan kepentingan Indonesia yang ingin fokus dalam isu maritime melalui mekanisme organisasi internasional. Terkait dengan IORA, Indonesia berhasil menjadi penyelenggara dalam KTT Indian Ocean Rim Association (IORA) Leader's Summit di Jakarta (Maret 2017). Masih dalam kerangka forum yang sama, Indonesia juga dipercaya dunia internasional untuk memimpin Pertemuan Senior Officials Meeting (SOM) IORA (Maret 2017), Ministerial Meeting IORA dan juga IORA Business Forum. Selama keketuaan Indonesia pada forum multilateral tersebut, Indonesia berhasil mendorong Jakarta Concord dan IORA Action Plan dengan tema ‘’Strengthening Maritime Cooperation for a Peaceful, Stable and Prosperous Indian Ocean.”30 Berdasarkan Laporan Kinerja Kementerian Luar Negeri pada tahun 2017, pertemuan multilateral lainnya yang dianggap cukup penting bagi sektor maritime Indonesia adalah pertemuan 4th ASEM Transport Ministers' Meeting (ASEM-TMM) yang bertempat di Bali (September 2017). Pertemuan tersebut menjadi penting karena beberapa usulan Indonesia diterima dalam Bali Declaration, yang mana salah satunya adalah terkait konsep Poros Maritime Dunia. Dalam pertemuan tersebut, Poros Maritim Dunia dianggap dapat membantu penguatan jaringan transportasi kawasan. Poros Maritim Dunia dipercaya sebagai upaya nasional yang dapat membantu konektivitas di bidang transportasi.31 Selain dalam forum ASEM dan IORA, Indonesia juga dipercaya sebagai pemimpin dalam beberapa forum internasional lainnya dalam bidang maritime, seperti terpilihnya Bp. Luhut Binsar Pandjaitan (Kemenko Kemaritiman) sebagai co- chair pada 1st World Ocean Conference (WOC), dan terpilihnya Indonesia sebagai Council

30 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Laporan Kinerja Kementerian Luar Negeri 2017 (Jakarta: Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2017), 21. 31 Laporan Kinerja Kementerian Luar Negeri 2017, 21.

23

Member pada International Maritime Organization (IMO) periode 2018-2019.32 Kepemimpinan Indonesia dalam forum-forum Internasional dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel 5.2 Kepemimpinan Indonesia dalam Forum Internasional  Mendorong adopsi dokumen IPHRC Jakarta Declaration on Human Rights Education  Insiatif terkait pembentukan Regional Capacity Building Initiative  Terpilihnya Indonesia sebagai anggota Dewan Penasehat Pusat Penanggulangan Terorisme PBB  Jakarta Declaration dalam KTT LB OKI  Bali Declaration on People Smuggling, Trafficking in Persons and Related Transnational Crime  Jakarta Concord dan IORA Action Plan  Proros Maritim Dunia dalam Bali Declaration  Terpilihnya Indonesia sebagai Council Member pada International Maritime Organization (IMO) periode 2018-2019  Terpilihnya Indonesia sebagai anggota Executive Council pada Intergovernmental Oceanographic Commission (IOC) UNESCO periode 2017-2019  Terpilihnya Indonesia sebagai sebagai anggota Executive Board pada Management of Social Transformations (MOST) UNESCO periode 2017-2021  Terpilihnya Indonesia sebagai anggota Executive Board pada United Nations on Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) periode 2017-2021  Terpilihnya Indonesia sebagai anggota tidak tetap DK PBB untuk periode 2019-2020  Memimpin Pertemuan Forum for East Asia-Latin America Cooperation SOM-Laos  Inisiatif Indonesia akan FEALAC Day Selain dalam bidang kemaritiman, tahun 2017 Indonesia juga cukup aktif dalam keanggotaan UNESCO. Indonesia tercatat terpilih sebagai anggota Executive Board pada United Nations on Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) periode 2017-2021. Indonesia juga terpilih sebagai anggota Executive Board pada Management of Social Transformations (MOST) UNESCO periode 2017-202133 serta sebagai anggota Executive Council pada Intergovernmental Oceanographic Commission (IOC) UNESCO periode 2017-2019.34 Dalam hal demokrasi dan HAM, Indonesia juga tetap berupaya fokus dalam upaya memajukan demokrasi, khususnya melalui penyelenggaraan Bali Democracy Forum. Sedangkan terkait

32 Irwan Kelana, “Indonesia Terpilih lagi Jadi Anggota Dewan IMO Kategori C,” Republika.co.id, 3 Desember 2017, diakses pada 9 Desember 2017, https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/bisnis-global/17/12/03/p0cj0r374- indonesia-terpilih-lagi-jadi-anggota-dewan-imo-kategori-c 33 “UNESCO's Executive Board and other Organs elected by the General Conference, Intergovernmental Organs and Councils of UNESCO's Institutes,” diakses pada 9 Desember 2019, UNESCO, http://www.unesco.org/eri/committees/committees_and_organs_gc.asp?code 34 Biro Perencanaan dan Informasi, “Indonesia terpilih dalam Dewan Eksekutif Intergovernmental Oceanographic Commission (IOC) UNESCO,” Kemaritiman dan Investasi, 30 Juni 2017, diakses pada 9 Desember 2017, https://maritim.go.id/indonesia-terpilih-dalam-dewan-eksekutif-intergovernmental-oceanographic-commission- ioc-unesco/

24 dengan isu keamanan internasional, fokus dari diplomasi Indonesia pada tahun 2017 diarahkan kepada upaya Indonesia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan (DK) PBB 2019-2020.35 Di tahun 2018, salah satu pencapaian terbesar dalam kepemimpinan Indonesia di forum internasional adalah ketika Indonesia kembali dipercaya menjadi anggota tidak tetap DK PBB untuk periode 2019-2020. Sebelumnya di tahun 2018, Menlu Retno Marsudi menyampaikan bahwa terdapat empat prioritas Indonesia sebagai anggota tidak tetap DK PBB, yaitu memperkuat ekosistem perdamaian dan stabilitas global dengan meningkatkan kapasitas pasukan perdamaian PBB, termasuk peran perempuan; meningkatkan kekompakan antara organisasi-organisasi di kawasan dengan PBB; mendorong pendekatan global-komprehensif untuk memerangi terorisme dan radikalisme; serta menggiatkan pembangunan berkelanjutan.36 Dengan terpilihnya Indonesia, hal tersebut menandakan bahwa Indonesia memiliki fokus terhadap isu-isu global serta berupaya untuk berperan aktif dalam upaya mencari solusi dan menjaga perdamaian dunia. Tabel dibawah menunjukkan forum-forum yang diselenggarakan oleh Indonesia selama kurun waktu 2014-2018. Dalam hal kepemimpinan Indonesia sebagai tuan rumah, Indonesia tercatat menyelenggarakan ASEM Transport Senior Officials’ Meeting (ASEM TSOM) di Medan (Juli 2018). Pertemuan tersebut menggarisbawahi pentingnya infrastruktur bagi negara berkembang yang terkurung daratan atau tidak memiliki lautan dan negara-negara kepulauan.37 Indonesia juga menjadi tuan penyelenggaraan Bali Civil Society and Media Forum (BCSMF) di Nusa Dua, Bali (Desember 2018). Selain sebagai tuan rumah, tahun 2018 juga menjadi momen Indonesia memimpin pertemuan Forum for East Asia-Latin America Cooperation (FEALAC) SOM, yang bertempat di Vientiane, Laos (November 2018). Dalam pertemuan tersebut, Indonesia pertama kali mengusulkan FEALAC DAY untuk menjadi acara perayaan FEALAC yang diterima oleh seluruh negara anggota FEALAC.38 Selain hal-hal yang disampaikan di atas, Indonesia cukup fokus pada isu-isu ekonomi pada tahun 2018, khususnya melihat dari kepemimpinan Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa pertemuan yang diselnggarakan untuk membahas kerja sama

35 Laporan Kinerja Kementerian Luar Negeri 2017, 4. 36 “Indonesia Resmi Jadi Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB,” VOA, 3 Januari 2019, diakses pada 9 Desember 2019, https://www.voaindonesia.com/a/indonesia-resmi-anggota-dewan-keamanan-pbb/4726303.html. 37 Wahid Ma'ruf, “Ini Manfaat RI Gabung Forum ASEM,” Inilah.com, 20 Juli 2018, diakses pada 9 Desember 2019, https://m.inilah.com/news/detail/2469007/ini-manfaat-ri-gabung-forum-asem. 38 Vita Ayu Anggraeni, “Pertama Kali Hadir di Indonesia, FEALAC Day,” Good News From Indonesia, 30 September 2019, diakses pada 9 Desember 2019, https://www.goodnewsfromindonesia.id/2019/09/30/pertama-kali-hadir-di- indonesia-fealac-day

25 ekonomi dalam kerangka Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). Dalam hal ini, Indonesia tercatat menyelenggarakan pertemuan-pertemuan terkait CEPA, seperti Perundingan Putaran ke-5 Indonesia-EU CEPA (Juli 2018), Perundingan Putaran ke-15 Indonesia- EFTA CEPA (April dan Agustus 2018), Perundingan Putaran ke-6 Indonesia-EU CEPA (Oktober 2018) dan 3rd Indonesia-EU Joint Committee (Desember 2018). Secara lebih lanjut hosting dan leadership Indonesia dalam berbagai forum Internasional dapat dilihat dari Grafik dibawah ini.

Grafik 5.1 Hosting dan Leadership Indonesia Dalam Forum Internasional 40 31 30 20 20 15 17 10 1 0 2014 2015 2016 2017 2018

Hosting Leadership

Secara garis besar, dalam hal kepemimpinan dalam forum dan kerja sama internasional, kita dapat melihat bahwa Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo 2014-2018 tidak hanya fokus pada permasalahan yang terkait langsung dengan kepentingan domestik atau inward looking. Hal ini dapat dilihat dari forum-forum dan kerja sama-kerja sama yang dilakukan Pemerintah Indonesia, yang secara nyata berperan aktif dan berupaya untuk terlibat dalam penyelesaian isu-isu internasional. Salah satu hal yang patut digarisbawahi adalah keterlibatan aktif Indonesia dalam memberikan ide-ide yang dapat diterima oleh masyarakat internasional. Meskipun upaya Indonesia menggelar forum internasional mengalami kenaikan (tahun 2015 dan 2017) serta penurunan (tahun 2016 dan 2018), namun hal tersebut dapat diimbangi dengan baik dengan kepemimpinan Indonesia (leadership) sebagai wakil masyarakat internasional dan juga melalui ide-ide Indonesia dalam forum-forum internasional. Indonesia tercatat paling banyak mengirimkan wakil dalam kepemimpinan di forum-forum internasional di tahun 2016 dengan 31 pencalonan. Sedangkan tahun berikutnya sedikit mengalami penurunan, yaitu menjadi 20 pada tahun 2017 dan 17 pada tahun 2018. Tidak dapat dipungkiri, bahwa salah satu kesuksesan diplomasi Indonesia dalam hal turut berkontribusi dalam perdamaian dunia dapat dilihat dari keberhasilan kebijakan luar negeri pemerintahan Joko Widodo 2014-2018 menjadikan kembali

26

Indonesia sebagai anggota tidak tetap DK PBB 2019-2020. Meskipun demikian, dapat juga dilihat bahwa terdapat kecenderungan pemerintahan Presiden Joko Widodo berupaya untuk lebih mendorong pencapaian kerja sama-kerja sama dalam hal ekonomi terutama pada tahun 2018.39

Kunjungan Kenegaraan 2014-2018 Sesuai Renstra Kementerian Luar Negeri aktivitas hubungan luar negeri Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo akan berfokus pada pemenuhan kepentingan rakyat dan negara. Aktivitas tersebut pun fokus pada beberapa isu utama, antara lain kedaulatan Indonesia, terwujudnya poros maritim Nusantara, dan peningkatan diplomasi ekonomi. Soft power yang dimiliki oleh Indonesia pun akan dimanfaatkan untuk mewujudkan visi pemerintahan era Presiden Joko Widodo, antara lain dengan menggunakan budaya, moderasi, demokrasi, pendidikan serta riset dan teknologi. Untuk mewujudkannya, Kementerian Luar Negeri pun akan melibatkan pihak-pihak terkait lainnya, seperti Kementerian/Lembaga, LSM, termasuk media massa. Salah satu aktivitas hubungan luar negeri yang sering dilakukan oleh Presiden Joko Widodo dan pihak Kementerian lainnya adalah kunjungan luar negeri (state visit). Menurut Kleiner, kunjungan luar negeri merupakan aktivitas diplomatik yang dilakukan untuk menjalin komunikasi terbuka (open diplomacy) dengan pemimpin atau perwakilan negara lainnya. Secara lebih mendalam, Nitsch mengungkapkan bahwa kunjungan luar negeri pada umumnya dilakukan untuk mengembangkan dan meningkatkan hubungan bilateral yang berkaitan dengan kepentingan politik, hak asasi manusia, perlindungan lingkungan, kontak budaya, ataupun tujuan lainnya. Namun, isu yang berkaitan dengan kepentingan ekonomi paling sering dibahas dalam setiap aktivitas kunjungan luar negeri, sebut saja perkembangan ekonomi global, kerja sama ekonomi, proyek investasi, hingga hambatan perdagangan. Ketika aktivitas kunjungan luar negeri dilakukan ada banyak hasil yang bisa diperoleh, misalnya dibukanya kantor perwakilan baru, ditandatanganinya perjanjian dan kontrak, atau disepakatinya proyek-proyek bilateral. Sejak terpilih menjadi Presiden Indonesia periode 2014-2018, Presiden Joko Widodo bersama dengan perwakilan pemerintah lainnya giat melakukan kunjungan luar negeri. Di tahun

39 Lihat Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Laporan Kinerja Kementerian Luar Negeri 2015, (Jakarta: Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2015); Laporan Kinerja Kementerian Luar Negeri 2016 Buku I, Laporan Kinerja Kementerian Luar Negeri 2016 Buku II, Laporan Kinerja Kementerian Luar Negeri 2017, Laporan Kinerja Kementerian Luar Negeri 2018 (Jakarta: Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2018).

27

2014, sejumlah kunjungan kerja dan kunjungan pribadi dilakukan oleh presiden. Pada 4-11 November 2014, Presiden Joko Widodo menghadiri APEC Economic Leaders' Week di Beijing dan di sela-sela kegiatan tersebut, terdapat beberapa pertemuan bilateral yang diadakan, antara lain pertemuan bilateral dengan Presiden Amerika Serikat, Meksiko, dan Rusia. Pertemuan bilateral dilakukan oleh Jokowi untuk memperkenalkan dirinya sebagai Presiden Indonesia terpilih dan perkembangan hubungan serta kerja sama Indonesia dengan masing-masing negara. Kemudian, pertemuan bilateral pun dilakukan oleh presiden di sela-sela KTT G-20 Brisbane pada 15 November 2014. Pertemuan tersebut dilakukan dengan Perdana Menteri Italia, Kanselir Jerman, Presiden Prancis, dan Perdana Menteri Turki untuk membahas isu-isu kerja sama bilateral, khususnya bidang-bidang unggulan yang dimiliki oleh masing-masing negara. Pertemuan juga dilakukan untuk membicarakan berbagai peluang kerja sama baru yang dapat dikembangkan sehingga hubungan bilateral Indonesia dengan negara-negara tersebut dapat semakin kuat. Aktifitas kunjungan kenegaraan dapat dilihat dalam grafik dibawah.

Grafik 5.2 Kunjungan Presiden dan Perwakilan Pemerintah Lainnya (2014-2018) 30 24 25

20 14 14 15 13 13 12 11 10 6 7 4 4 5 3 3 1 2 0 2014 2015 2016 2017 2018

Presiden Menteri dan Wakil Menteri Luar Negeri Perwakilan Pemerintah Lainnya

Dalam kunjungannya kepada beberapa forum internasional, presiden menyampaikan agenda pemerintah Indonesia, misalnya pada G-20 Leaders’ Summit, Brisbane 13-16 November 2014 dan KTT ASEAN ke-25 di Nay Pyi Taw, Myanmar, 9-13 November 2014. Dalam pidatonya di G-20 Leader’s Summit, presiden menyampaikan bahwa bidang ekonomi dan demokrasi menjadi agenda utama pemerintah Indonesia. Selain itu, ia pun menyatakan bahwa Indonesia ingin berkontribusi dalam pemulihan pertumbuhan ekonomi global. Sementara itu, pada KTT ASEAN

28 ke-25, presiden menekankan identitas Indonesia sebagai poros maritim dunia. Salah satu kunjungan yang menjadi sorotan dunia adalah kunjungan presiden ke Singapura pada 21 November 2014 dalam rangka menghadiri wisuda anaknya, Kaesang Pangarep. Pada saat kunjungan tersebut, Joko Widodo dan Widodo terbang menggunakan pesawat komersial kelas ekonomi. Selain tidak menggunakan pesawat kepresidenan, pengamanan pun tidak terlalu ketat. Dalam acara wisuda itu pun, Jokowi terlihat berswafoto bersama teman-teman sekolah anaknya. Kunjungan tersebut pun menjadi pemberitaan dunia, antara lain Strait Times, Channel News Asia, dan Asia One. Kemudian, pada tahun 2015, jumlah kunjungan presiden dan perwakilannya semakin meningkat. Jika pada tahun 2014 terdapat 17 kunjungan, di tahun 2015 jumlahnya meningkat menjadi 21 kunjungan. Dari seluruh kunjungan yang dilakukan pada tahun 2015, 14 kunjungan dilakukan langsung oleh presiden, sementara kunjungan lainnya diwakili oleh Menteri Luar Negeri dan Wakil Menteri Luar Negeri. Sebagian besar kunjungan yang dilakukan oleh presiden membahas isu ekonomi, mulai dari hubungan dagang, investasi, dan infrastruktur. Presiden pun menyelenggarakan forum bisnis dengan para pengusaha dan mengundang mereka untuk berinvestasi di Indonesia, khususnya terkait pembangunan jalan tol, infrastruktur kereta api, pelabuhan, bandar udara hingga pembangkit listrik. Isu lainnya yang cukup sering diangkat dalam kunjungannya adalah isu maritim, demokrasi, agama, dan lingkungan. Terkait isu lingkungan, Jokowi menyampaikan bahwa di bawah kepemimpinannya, Ia akan membangun Indonesia dengan memerhatikan lingkungan. Jokowi menekankan posisi Indonesia sebagai bagian dari solusi permasalahan perubahan iklim global. Selanjutnya, pada tahun 2016, tercatat 44 kunjungan telah dilakukan oleh presiden dan perwakilan negara lainnya. Dari total 44 kunjungan, diketahui 14 kunjungan langsung dilakukan oleh Jokowi, sementara 30 kunjungan lainnya diwakili oleh Menlu, Wamenlu, Menteri Politik Hukum dan Keamanan, Menteri Pertahanan, Menteri Perhubungan, dan perwakilan lainnya. Kunjungan yang dilakukan oleh Jokowi, antara lain pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri dan Presiden Timor Leste (26 Januari), Presiden Sri Lanka (27 Mei), Presiden dan Kanselir Jerman (17-19 April), Perdana Menteri Britania (19-21 April), Perdana Menteri Belanda (22-23 April), Presiden Korea Selatan (15-17 Mei), Presiden Rusia (18-20 Mei), Perdana Menteri India (12-14 Desember), Presiden China (2-6 September), Presiden Iran (14-15 Desember), dan Pimpinan Uni Eropa (21-22 April 2016). Sebagian besar kunjungan dilakukan untuk memperkuat kerja sama

29 kedua negara dalam bidang investasi, industri kreatif, perdagangan, dan infrastruktur. Salah satu kunjungan Jokowi pun dilakukan ke Silicon Valley, Amerika Serikat. Jokowi bertemu dengan kalangan bisnis yang berasal dari Facebook. Google, Plug and Play, serta Twitter. Ia pun bertemu dengan sekitar 800 diaspora Indonesia di Amerika Serikat. Kunjungan tersebut menghasilkan komitmen kerja sama dalam bidang ekonomi digital, pemberdayaan UKM, dan pelatihan seratus ribu app developers Indonesia. Pada tahun 2017, jumlah kunjungan luar negeri mulai mengalami penurunan. Presiden melakukan 12 kunjungan, sementara 11 kunjungan lainnya dilakukan oleh Menlu, Wamenlu, dan delegasi bisnis Indonesia. Kunjunga presiden dilakukan ke beberapa negara, antara lain Australia, Hong Kong, Turki, Singapura, dan Malaysia. Beberapa forum internasional pun dihadiri oleh Jokowi, antara lain KTT ASEAN, Belt and Road Forum, KTT Arab Islam Amerika, KTT G-20 , KTT APEC Vietnam, KTT ASEAN di Filiphina, dan KTT Istimewa OKI. Dalam forum-forum tersebut, Jokowi menunjukkan partisipasi Indonesia dalam isu-isu global, misalnya pengakuan Yerusalem sebagai ibukota Israel oleh Amerika Serikat, krisis kemanusiaan di Rakhine State, kemerdekaan bangsa Palestina, pemberantasan radikalisme dan terorisme. Sementara itu, kunjungan kerja dilakukan Menlu dan delegasi bisnis Indonesia untuk meningkatkan kerja sama perdagangan dan investasi antarnegara. Lebih dari itu, untuk menunjukkan komitmennya dalam isu HAM, presiden menunjuk utusan khusus (Menlu) untuk meminta pemerintah Myanmar menghentikan aksi kekerasan terhadap warganya. Terakhir, di tahun 2018, jumlah kunjungan kembali meningkat, dimana terdapat 28 kunjungan yang pernah dilakukan presiden dan perwakilan lainnya. Presiden Jokowi melakukan 11 kunjungan dan sisanya dilakukan oleh Menlu. Hal yang menarik, di tahun 2018, terdapat dua kunjungan yang dilakukan oleh Wakil Presiden Indonesia. Pada tahun sebelumnya, tidak diketahui adanya kunjungan luar negeri yang dilakukan oleh Jusuf Kalla. Ia melakukan kunjungan ke New York untuk bertemu dengan Wakil Presiden Amerika Serikat, Mike Pence, untuk membahas peningkatan hubungan bilateral, khususnya dalam bidang kerja sama ekonomi dan perdagangan. Kemudian, kunjungan kembali dilakukan Jusuf Kalla untuk bertemu dengan Wakil Presiden Pertama Komisi dan Komisioner Uni Eropa di Belgia. Kunjungan pun dilaksanakan untuk membahas hubungan ekonomi antara Uni Eropa dan Indonesia, khususnya Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). Sementara itu, presiden melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Sri Lanka, Perdana Menteri India, Majelis Nasional Pakistan, Perdana

30

Menteri Bangladesh, Presiden Afghanistan, dan Perdana Menteri Vietnam. Sebagian besar pertemuan pun dilakukan untuk membahas peningkatan kerja sama ekonomi dan menciptakan peluang kerja sama baru dengan negara-negara tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh, terlihat bahwa Presiden secara konsiten melakukan kunjungan luar negeri. Kunjungan dilakukan untuk menghadiri forum internasional dan mempererat hubungan kerja sama bilateral yang telah dibangun sebelumnya. Dalam beberapa forum internasional, Presiden Jokowi pun menyampaikan kepentingan Indonesia, khususnya dalam bidang ekonomi dan maritim. Keduanya sejalan dengan visi Kementerian Luar Negeri dan Tiga Pilar Trisakti. Presiden pun tampak relatif sering hadir dalam pertemuan internasional dan bilateral, tanpa menyerahkan tugas tersebut kepada Wakil Presiden ataupun perwakilan lainnya. Terlepas dari alasan bahwa kunjungan dilakukan untuk mencapai kepentingan nasional yang berfokus pada rakyat, dapat terlihat bahwa Presiden Jokowi mau ‘tampil’ dan menunjukkan eksistensinya sebagai pemimpin negara. Selain itu, aktivitas kunjungan oleh presiden dan para perwakilan negara pun dilakukan untuk menunjukkan bahwa Indonesia siap terlibat sebagai negara yang aktif dalam isu-isu global. Perjanjian Internasional Dalam bagian ini, tim penulis mendasarkan analisa kepada dataset yang dibangun oleh tim peneliti berdasarkan perjanjian internasional yang terlampir di laman resmi kementerian luar negeri (treaty.kemlu.go.id). Tim peneliti menelaah setiap perjanjian internasional yang tersedia dan yang ditandatangani sejak 31 Oktober 2014 hingga 1 November 2018. Terdapat 546 perjanjian Internasional yang ditandatangani oleh Indonesia pada masa pemerintahan Joko Widodo. Angka tersebut menunjukkan keaktifan Indonesia dalam melakukan hubungan dengan mitra-mitranya. Jika dibagi kedalam waktu ditandatanganinya perjanjian, terdapat 18 perjanjian internasional yang ditandatangani pada tahun 2014, 145 perjanjian internasional yang ditandatangani pada tahun 2015, 147 perjanjian internasional pada tahun 2016, 147 perjanjian internasional pada tahun 2017, serta 94 perjanjian internasional yang ditandatangani pada tahun 2018. Lihat grafik di bawah.

31

Grafik 5.3 Jumlah Perjanjian Internasional yang ditandatangani Indonesia

160 145 147 147 140 120 100 94 80 60 40 18 20 0 2014 2015 2016 2017 2018

Jumlah Perjanjian Internasional yang ditandatangani Indonesia

Kebanyakan dari perjanjian internasional yang ditandatangani tersebut berupa perjanjian bilateral yang mencapai 472 perjanjian, sisanya merupakan perjanjian yang bersifat multilateral sebanyak 74 perjanjian. Perjanjian bilateral yang dilakukan oleh Indonesia tersebut ditandatangani bersama dengan 93 negara berbeda, selain itu perjanjian-perjanjian tersebut dilakukan dengan 47 organisasi internasional serta aktor non-negara yang berbeda termasuk NGOs, Universitas, dan Think-tank. Hal ini dapat dikatakan bahwa Indonesia menjalin hubungan baik dengan banyak negara di dunia, sesuai dengan semangat politik luar negeri bebas aktif. Jika kita lihat berdasarkan intensitasnya. China merupakan mitra yang paling banyak melakukan perjanjian dengan Indonesia sebanyak 49 perjanjian internasional. negara berikutnya yang paling banyak menandatangani penjanjian yaitu Korea Selatan sebanyak 38 perjanjian, sedangkan pada posisi ketiga yaitu Australia yang dalam kurun waktu tersebut menandatangani 21 perjanjian internasional bersama Indonesia. posisi berikutnya ditempati oleh Amerika Serikat dengan 19 perjanjian internasional, Belanda dengan 18 perjanjian internasional, Singapura dengan 17 perjanjian internasional, Jepang dengan 15 perjanjian internasional, Perancis dengan 15 perjanjian internasional, Timor leste dengan 14 perjanjian internasional, dan Vietnam dengan 13 perjanjian internasional. Selain negara, Indonesia juga menadatangani perjanjian dalam kerangka organisasi multilateral, walaupun jumlahnya tidak banyak yaitu 71 perjanjian, perjanjian paling banyak dilakukan dalam kerangka ASEAN dengan jumlah 23 perjanjian, kerangka PBB sejumlah 7 perjanjian. Negara-negara dan organisasi tersebut tersebut dapat dikatakan merupakan mitra dan

32 forum strategis bagi Indonesia khususnya dalam pencapaian tujuan dan kepentingan nasional Indonesia.

Grafik 5.4 Negara dan Jumlah Perjanjian Internasional dengan Indonesia

Lainnya 327 Vietnam 13 Timor Leste 14 Perancis 15 Jepang 15 Singapura 17 Belanda 18 Amerika Serikat 19 Australia 21 Korea Selatan 38 China 49 0 50 100 150 200 250 300 350

Jika kita kupas berdasarkan isu yang disepakati, penelitian ini mengelompokkan ke dalam 5 kelompok besar sesuai dengan sasaran kebijakan luar negeri Indonesia yang menjadi fokus yang dijelaskan di dalam rencana strategis kementerian luar negeri. 5 kelompok bidang tersebut diantaranya Politik dan Keamanan, Ekonomi, Maritim, Diplomasi dan Non-Konvensional. Bidang Non Konvensional dalam pembahasan ini adalah isu-isu yang tidak dapat dimasukkan ke dalam 4 kategori bidang sebelumnya. Bidang non konvensional menempati jumlah paling besar sebanyak 284 perjanjian dalam kurun waktu tersebut. Diluar bidang non-konvensional bidang diplomasi menempati jumlah paling banyak sejumlah 97 perjanjian, diposisi kedua ditempati oleh bidang ekonomi sejumlah 83 perjanjian, berikutnya bidang maritim menempati posisi ketiga dengan jumlah perjanjian yang tercata sebanyak 49 perjanjian, dan di tempat terakhir dengan jumlah yang masih signifikan yaitu 33 perjanjian yaitu pada bidang politik-keamanan. Jumlah-jumlah tersebut menunjukkan bahwa bidang-bidang kerjasama yang disasar di dalam rencana strategis memang menjadi sasaran utama untuk dipenuhi dalam kebijakan luar negeri Indonesia. lihat grafik dibawah.

33

Grafik 5.5 Perjanjian Internasional Indonesia berdasarkan Bidang

33

83

49 289

97

Politik-Keamanan Ekonomi Maritim Diplomasi Non-Konvensional

Untuk bidang ekonomi, perjanjian paling banyak ditandatangani bersama China sebanyak 20 perjanjian, di posisi kedua Korea Selatan dengan jumlah 9 perjanjian internasional, sedangkan pada posisi ketiga ditempati oleh Singapura dengan jumlah 4 perjanjian internasional. hal ini menunjukkan hubungan ekonomi Indonesia paling erat dilakukan terhadap ketiga negara tersebut. Di bidang politik dan keamanan perjanjian paling banyak dilakukan dengan Tajikistan, khususnya dalam melakukan penanganan terhadap terorisme. Di posisi kedua ada Asutralia dengan perjanjian internasional sebanyak 3, dan di posisi ke tiga yaitu Inggris dengan 3 perjanjian. Terlepas dari kerjasama yang intens dengan Tajikista, Indonesia memikili kecenderungan untuk melakukan banyak kerjasama di bidang politik dan keamanan bersama dengan aliansi Amerika Serikat seperti Inggris dan Australia. Perjanjian internasional yang ditandatangani dengan Amerika Serikat sendiri dalam bidang ini berjumlah 2. Namun intensitas cukup tinggi juga dilakukan bersama aliansi Amerika Serikat lainnya seperti Jepang dan Korea Selatan. Di bidang maritim, kerjasama paling intens dilakukan dengan Belanda dan Korea Selatan dengan masing-masing memiliki 5 perjanjian yang ditandatangani bersama dengan Indonesia. Posisi ketiga ditempati oleh Australia dengan 4 perjanjian internasional, sedangkan Amerika Serikat memiliki 5 perjanjian internasional bersama Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa kerjasama maritime yang telah dicanangkan oleh Joko Widodo khususnya terkait dengan ambisi global maritime fulcrum dilakukan dengan negara-negara yang secara tradisional

34 memilikikeunggulan di bidang maritime seperti Belanda dan Korea Selatan. Tujuannya adalah untuk memperkuat kemampuan maritim Indonesia. Di bidang Diplomasi kerjasama paling intens dilakukan dengan China sebanyak 6 perjanjian, diposisi kedua yaitu Afrika Selatan dengan 5 perjanjian, sedangkan di posisi ketiga dengan masing-masing sebanyak 3 perjanjian internasional yaitu Australia, Denmark, Papua New Guinea, Vanuatu, dan Vietnam. Dari data ini dapat dikatakan bahwa Indonesia mencoba membangun hubungan baik dengan China yang dalam bidang Ekonomi merupakan mitra utama Indonesia. Lalu Indonesia mencoba untuk membuka hubungan dengan negara di Afrika yang ingin dijadikan pasar nontradisional bagi Indonesia dan upaya ini dibuka dengan hubungan baik dengan Afrika Selatan. Selain itu, permasalahan dengan negara-negara Pasifik juga sedang menjadi fokus bagi Indonesia sehingga terdapat intensitas perjanjian yang cukup intens juga dilakukan dengan Papua New Guinea dan Vanuatu.

35

BAB VI Kesimpulan dan Saran Dalam penelitian ini ditemukan beberapa hal diantaranya dalam hal kepemimpinan dan keterlibatan dalam forum Internasional Indonesia menunjukkan keaktifannya selama kurun waktu 2014-2018, selain itu banyak inisiatif Indonesia yang diterima oleh masyarakat Internasional yang menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kontribusi besar dalam menyelesaikan masalah global, walaupun pada sisi lain Indonesia aktifitas Indonesia tersebut juga ditujukan untuk emenuhi kepentingan nasional Indonesia sendiri yang berorientasi domestik.

Untuk kunjungan kenegaraan, data yang ditemukan juga menunjukkan bahwa aktifitas diplomasi Indonesia masih dapat dikategorikan sebagai negara yang aktif terlibat dalam pergaulan internasional. hal ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya berfokus kepada permasalahan domestik namun juga memiliki hirauan yang tinggi terkait permasalahan Internasional. dengan aktifnya Indonesia dalam pergaulan Internasional diharapkan Indonesia dapat memenuhi kepentingan domestiknya.

Pada tahapan berikutnya yaitu terkait perjanjian internasional yang ditandatangani oleh Indonesia selama kurun waktu 2014-2018, dapat dikatakan intensitasnya cukup tinggi. Dan jika dilihat fokusnya sesuai dengan rencana strategis yang telah disusun terlebih dahulu, dimana terdapat fokus baru yaitu diplomasi maritim dan diplomasi ekonomi yang cukup intens, walaupun tidak meninggalkan aktifitas tradisionalnya di bidang politik dan keamanan serta diplomasi. Temuan yang cukup menarik yaitu Indonesia memang memiliki hubungan yang cukup erat dengan China, dimana jumlah perjanjian yang ditandatangani cukup banyak. Namun disisi lain perjanjian dengan mitra tradisionalnya seperti Amerika Serikat, Jepang, Singapura, dan Australia tetap cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia mencoba untuk menyeimbangkan hubungannya dengan rising power yaitu China namun tetap menjaga hubungan dengan kekuatan status quo yaitu Amerika Serikat dan aliansinya. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia tetap mencoab untuk tidak memihak kepada siapapun dalam percaturan politik Internasional, untuk menjamin independensinya dalam bertindak dan membangun kebijakan luar negerinya.

Sehingga dapat dikatakan bahwa karakter kebijakan luar negeri Indonesia tetap sejalan dengan dasar kebijakan luar negeri Indonesia selama ini yaitu bebas aktif. Dimana Indonesia tetap berkontribusi dalam berbagai permasalahan global namun tetap berupaya untuk menjamin

36 kepentingan nasional Indonesia. Disisi lain Indonesia adaptif terhadap berbagai perubahan dengan mencoba menjalin hubungann baik dengan berbagai kekuatan yang berpengaruh dalam tataran global, namun tidak ingin terjebak dalam hubungan Aliansi untuk menjaga independensinya dalam menentukan sikap dan membentuk kebijakan luar negerinya.

Sehingga walaupun banyak hal baru yang muncul dalam kebijakan luar negeri pada era Joko Widodo yang pertama ini seperti diplomasi maritime, serta fokus kepada hubungan ekonomi khususnya dalam hal pembangunan infrastruktur. Namun dapat dikatakan apa yang dilakukan oleh Joko Widodo dalm kebijakan luar negeri dan aktifitas diplomasinya masih sejalan dan merupakan keberlanjutan dari kebijakan sebelumnya yang telah dirintis oleh Susilo Bambang Yudhoyono. Dapat diibaratkan bahwa apa yang dilakukan oleh Joko Widodo mencoba untuk mengkapitalisasi hal-hal yang sebelumnya telah diinvestasikan oleh Indonesia pada masa pemerintahan sebelumnya. Dimana SBY sebelumnya membangun profil bagi Indonesia agar dipercaya dalam forum global, sedangkan Jokowi mencoba mengkapitalisasi hal tersebut agar dapat memberikan keuntungan yang signifikan bagi pemenuhan kepentingan nasional Indonesia. Dan Joko Widodo dapat melakukan hal tersebut dikarenakan berbagai upaya yang telah dilakukan sebelumnya oleh pemerintahan sebelumnya. Hal ini sekaligus menepis opini yang berkembang bahwa akan lebih banyak change dibandingkan continuity.

Penelitian ini tidak lepas dari keterbatasan. Dimana jika dilihat lebih lanjut, penelitian ini hanya fokus kepada kebijakan luar negeri dan diplomasi yang dilakukan pada masa pemerintahan Jokowi yang pertama. Serta hanya menelaah tiga hal utama yaitu keterlibatan dalam forum Internasional, kunjungan kenegaraan, serta perjanjian Internasional. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk melakukan penelitian berikutnya dikarenakan beberapa perkembangan yang telah terjadi pada saat ini.

Saran pertama untuk penelitian lanjutan yaitu menelaah arah kebijakan luar negeri Indonesia pada masa pemerintahan Joko Widodo yang kedua. Dimana terdapat suatu perkembangan yang menarik yaitu tidak dicantumkannya diplomasi maritim sebagai sasaran utama, serta diubahnya sasaran kebijakan luar negeri menjadi 4D+1 yaitu diplomasi ekonomi, diplomasi kedaulatan, diplomasi perlindungan, diplomasi kepemimpinan, dan penguatan infrastruktur diplomasi.

37

Saran berikutnya, dengan adanya perkembangan dalam tataran global khususnya terkait perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Serta bebrbagai upaya yang dilakukan oleh beberapa negara di kawasan termasuk Indonesia dalam menyikapi permasalahan tersebut. Dapat dirumuskan suatu penelitian yang fokus kepada middle power dalam menanggapi perseteruan diantara great power.

38

Daftar Pustaka

Anggraeni, Vita Ayu. “Pertama Kali Hadir di Indonesia, FEALAC Day.” Good News From Indonesia, 30 September 2019. Diakses pada 9 Desember 2019, https://www.goodnewsfromindonesia.id/2019/09/30/pertama-kali-hadir-di-indonesia- fealac-day Biro Perencanaan dan Informasi, “Indonesia terpilih dalam Dewan Eksekutif Intergovernmental Oceanographic Commission (IOC) UNESCO.” Kemaritiman dan Investasi, 30 Juni 2017. Diakses pada 9 Desember 2017, https://maritim.go.id/indonesia-terpilih-dalam-dewan- eksekutif-intergovernmental-oceanographic-commission-ioc-unesco/ Emmers Ralf, “Indonesia’s Role in ASEAN: a Case of Incomplete and Sectorial Leadership,” dalam The Pacific Review 27, no. 4 (2014): 543-562. Connelly, Aaron L. Indonesian Foreign Policy under President Jokowi. Sydney: Lowy Institute for International Policy, 2014. Creswell, John W. Educational Research: Planning, Conducting, And Evaluating Quantitative And Qualitative Research 4th ed. Boston: Pearson Education, 2012. Goh, Evelyn. “Indonesia’s New Strategic Policy under Jokowi: Change, Continuity, and Challenges,” dalam Evelyn Goh, Greg Fealy, dan Ristian Atriandi Supriyanto (eds), A Strategy towards Indonesia, (Canberra: Australian National University. 2015) Hamzah, B. A. “Sinking the Ships: Indonesia’s Foreign Policy under Jokowi.” RSIS Commentary. Diakses pada 10 Desember 2018, http://hdl.handle.net/10220/38622. Hutapea, Rita Uli “Diplomasi Maritim Indonesia pada Kegiatan Blue Sea Land di Italia,” Detik.com, Oktober 8, 2018, diakses pada 10 Desember 2018, https://news.detik.com/internasional/d-4246995/diplomasi-maritim-indonesia-pada- kegiatan-blue-sea-land-di-italia “Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia,” PresidenRI.go.id, November 13, 2015, diakses pada 10 Desember 2018, http://presidenri.go.id/berita-aktual/indonesia-sebagai-poros-maritim- dunia.html Januarius, Fabian. “Ini Alasan Mengapa Jokowi Sering Nge-Vlog”, Kompas.com, April 25, 2017, diakses pada 10 Desember 2018, https://nasional.kompas.com/read/2017/04/25/15185041/ini.alasan.mengapa.jokowi.serin g.nge-vlog. Kelana, Irwan. “Indonesia Terpilih lagi Jadi Anggota Dewan IMO Kategori C,” Republika.co.id, 3 Desember 2017. Diakses pada 9 Desember 2017, https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/bisnis-global/17/12/03/p0cj0r374-indonesia- terpilih-lagi-jadi-anggota-dewan-imo-kategori-c. Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Laporan Kinerja Kementerian Luar Negeri 2015. Jakarta: Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2015.

39

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Laporan Kinerja Kementerian Luar Negeri 2016. Buku I Jakarta: Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2016. Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Laporan Kinerja Kementerian Luar Negeri 2016. Buku II Jakarta: Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2016. Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Laporan Kinerja Kementerian Luar Negeri 2017. Jakarta: Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2017. Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Laporan Kinerja Kementerian Luar Negeri 2018. Jakarta: Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2018. “Laporan Kinerja Dua Tahun Pemerintahan SBY-JK,” Bappenas.go.id, diakses pada10 Desember 2018, https://www.bappenas.go.id/files/9113/6514/6211/bab1__20081123055637__994__3.pdf Ma'ruf, Wahid. “Ini Manfaat RI Gabung Forum ASEM,” Inilah.com, 20 Juli 2018. Diakses pada 9 Desember 2019, https://m.inilah.com/news/detail/2469007/ini-manfaat-ri-gabung- forum-asem. Novita, Christine “Jadi Tuan Rumah IMF-World Bank, Kans 567 Tahun Sekali” , CNN Indonesia, Mei 10, 2018, diakses pada 10 Desember 2018, https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20181003210527-532-335505/jadi-tuan-rumah- imf-world-bank-kans-567-tahun-sekali Nurhadiyanto, Edi. “Meningkatkan Wibawa dan Reposisi Diplomasi Luar Negeri Indonesia.” Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, Oktober 23, 2014, Diakses pada 9 Desember 2018, http://setkab.go.id/meningkatkan-wibawa-dan-reposisi-diplomasi-luar-negeri- indonesia/?yop_poll_tr_id=&yop-poll-nonce-1_yp58957c88e5742=8a5d5a9228 Parameswaran, Prashanth. “Between Aspiration and Reality: Indonesia Foreign Policy After the 2014 Election.” The Washington Quarterly, 37, no.3 (2014): 153-165. Piccone, Ted dan Bimo Yusman ,“Indonesian Foreign Policy: ‘A Million Friends and Zero Enemies’,” The Diplomat, Februari 14, 2014. Diakses pada 10 Desember 2018, https://thediplomat.com/2014/02/indonesian-foreign-policy-a-million-friends-and-zero- enemies/ Piesse, Mervyn. “Indonesia Foreign Policy and the Regional Impact of Its Maritime Doctrine.” Strategic Analysis Paper (January 2015): 1-7. Prihantoro, Bagus. “Indonesia Jadi Tuan Rumah Asia Pacific Leaders Forum 2017”, Detik.com, Desember 12, 2017, diakses pada 10 Desember 2018, https://news.detik.com/berita/d- 3766349/indonesia-jadi-tuan-rumah-asia-pacific-leaders-forum-2017 Priyatno, Ardi. “Indonesia Terpilih Jadi Anggota Dewan Keamanan PBB untuk Kali Keempat”, Kompas.com, Juni 9, 2018, diakses pada 10 Desember 2018, https://internasional.kompas.com/read/2018/06/09/03170051/indonesia-terpilih-jadi- anggota-dewan-keamanan-pbb-untuk-kali-keempat

40

Purnamasari, Niken. “Vlog Jokowi Bareng Pemimpin Dunia: Raja Salman Hingga Trudeau”, Detik.com, Juli 10, 2017, diakses pada 10 Desember 2018, https://news.detik.com/berita/d- 3554126/vlog-jokowi-bareng-pemimpin-dunia-raja-salman-hingga-trudeau/2 Rahman, Agus R. “Politik Luar Negeri Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono terhadap Eropa.” Jurnal Penelitian Politik 2, no. 1 (2005): 51-64. Diakses pada 11 Desember 2018, http://ejournal.politik.lipi.go.id/index.php/jpp/article/download/396/228 Rattanasevee, Pattharapong. “Leadership in ASEAN: The Role of Indonesia Reconsidered,” Asian Journal of Political Science 22, no. 2 (2014): 113-127.

Seknas, Jalan Perubahan Untuk Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian: Visi, Misi, dan Program Aksi Jokowi-Jusuf Kalla 2014. Jakarta: Seknas Jokowi, 2014.

Setiawan, Alfurkon “Indonesia’s Foreign Policy Priorities in 5 Years Ahead,” Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, Januari 9, 2015. Diakses pada 9 Desember 2018, http://setkab.go.id/en/indonesias-foreign-policy-priorities-in-5-years-ahead/

Sulaiman, Yohanes. “Global Maritime Nexus: Towards A Grand Strategy for Indonesia?” Diakses pada 10 Desember 2018, http://www.eurasiareview.com/25032017-global- maritime-nexus-towards-a-grand-strategy-for-indonesia-analysis/ UNESCO. “UNESCO's Executive Board and other Organs elected by the General Conference, Intergovernmental Organs and Councils of UNESCO's Institutes.” Diakses pada 9 Desember 2019, UNESCO, http://www.unesco.org/eri/committees/committees_and_organs_gc.asp?code Umar, Ahmad Rizky M. “Where is ASEAN in Indonesia’s Foreign Policy? Jokowi after Two Years,” ASEAN Studies Centre, Desember 5, 2016, diakses pada 10 Desember 2018, http://asc.fisipol.ugm.ac.id/where-is-asean-in-indonesias-foreign-policy-jokowi-after- two-years/

Utami, Ranny Virginia. “Menlu Baru RI Terapkan Diplomasi Pro-Rakyat,” CNN Indonesia, Oktober 29, 2014. Diakses pada 9 Desember 2018, https://www.cnnindonesia.com/internasional/20141029153858-127-8734/menlu-baru-ri- terapkan-diplomasi-pro-rakyat VOA. “Indonesia Resmi Jadi Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB,” VOA, 3 Januari 2019. Diakses pada 9 Desember 2019, https://www.voaindonesia.com/a/indonesia-resmi- anggota-dewan-keamanan-pbb/4726303.html. Weatherbee, Donald. Understanding Jokowi’s Foreign Policy. Singapore: ISEAS, 2016.

41